1. KM.Lucky Fortune adalah kapal milik Intercontinental Maritime PTE.LTD dan pada
Januari 1992 KM Lucky Fortune diasuransikan oleh pemiliknya melalui PT. Layar
Sentosa Shipping Corporation berkedudukan di Jl. Mojopahit No.2 B-C-D Jakarta
kepada PT. Wataka General Insurance yang beralamat di Wisma Tugu I Lt. 1 Jl.H.R.
Rasuna Said Kav. C 8-9 Kuningan Jakarta.
2. Dalam polis asuransi No.01.31.92.00004 Tanggal 31 Januari 1992 disebutkan bahwa
Tertanggung adalah Intercontinental Maritem PTE.LTD of PT. Layar Sentosa Shipping
Corporation as Managing Agent dan yang dipertanggungkan :
a. Hull & Machinary dengan pertanggungan sebesar,U$$ 1.000.000.000 (satu
milliar U$$)
b. Removal of wreek sebesar U$$ 250.000 (dua ratus lima puluh ribu U$$)
3. Tanggal 28 Januari 1993 pada waktu kapal tersebut sedang berlabuh jangkar telah
terjadi amukan badai/topan di Pelabuhan Tanjung Priok sehingga banyak kapal-kapal
yang terhempas badai dan terbalik termasuk KM. Lucky Fortune.
4. Hasil survey PT.Suisindo menyatakan telah terjadi kerusakan karena badai topan
tanggal 28 Januari 1993 dan kondisi kapal dalam keadaan Total Loss dan Constructive
Total Loss sehingga apabila kapal diperbaiki biayanya akan jauh melebihi biaya
pertanggungan.
5. Karena Total Loss dan Constructive Total Loss maka Tertanggung mengajukan klaim
asuransi kepada PT.Wataka General Insurance dengan surat tertanggal 25 Agustus
1993.
6. Claim asuransi yang diajukan oleh pemilik Kapal Lucky Fortune yaitu Intercontinental
Maritime PTE.LTD melalui PT.Layar Sentosa Shipping Corporation di tolak dengan
alasan Non Disclosure of Material Facts.
Adapun mengenai objek yang tidak boleh dipertanggungkan oleh Perusahaan Asuransi Kapal
Laut, berdasarkan Pasal 599 KUHD :
“ pertanggungan batal bila diadakan :
Berdasarkan Pasal 11 POJK No 23 Tahun 2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran
Produk Asuransi :
Misrepresentasi pada pihak penanggung juga bisa terjadi. Contohnya, dalam kasus Kettlewell
v. Refuge Assurance (1908). Tertanggung mengira bahwa polis asuransi jiwanya sudah
berakhir. Akan tetapi agen dari perusahaan asuransi membujuknya untuk tetap memegang
polis tersebut dengan menjelaskan secara tidak jujur bahwa dia (tertanggung) akan memiliki
polis bebas (free policy) dimana tidak perlu membayar lagi bila dia membayar premi untuk 4
tahun ke depan. Pengadilan memutuskan bahwa tertanggung punya hak untuk membatalkan
polis dan menagih pengembalian premi yang sudah dibayar sejak tanggal terjadinya
misrepresentasi.
17. . Non Disclosure of Material Facts dan representation dalam Asuransi Kapal
Representation dalam asuransi kapal merupakan pengungkapan fakta-fakta penting baik
secara tertulis ataupun secara lisan pada waktu mengadakan kontrak asuransi dengan benar
(substantially true) namun biasanya tidak tercantum pada polis.
Non-disclosure material facts adalah tindakan calon tertanggung yang tidak
menyampaikan atau mengungkapkan suatu fakta-fakta penting dimana penanggung
seharusnya mengetahuinya, atau fakta-fakta tersebut tidak sampaikan.