Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 2 :

1. Alaa U’ddiin Aziz Al Haq (20180610046)


2. Ananda Elena Nurul Izzah (20180610066)
3. Afilia Dinda Dhiya’ Ulhaq (20180610067)

Tugas Kelompok di pertemuan ke 8 ( 7 JUNI 2021).


1. Buatlah kasus Posisi Kasus diatas (Baca pula Putusan MA)
2. Carilah jawaban dari teori2 dasar yang digunakan untuk menganalisa kasus tsb.

KASUS POSISI PENOLAKAN KLAIM KM. LUCKY FORTUNE


Tertanggung : Intercontinental Maritem PTE.LTD of PT. Layar Sentosa Shipping
Corporation as Managing Agent
Penanggung : PT.Wataka General Insurance
Pertangungan :
a. Hull & Machinary dengan pertanggungan sebesar,U$$
1.000.000.000 (satu milliar U$$)
b. Removal of wreek sebesar U$$ 250.000 (dua ratus lima puluh ribu
U$$)

1. KM.Lucky Fortune adalah kapal milik Intercontinental Maritime PTE.LTD dan pada
Januari 1992 KM Lucky Fortune diasuransikan oleh pemiliknya melalui PT. Layar
Sentosa Shipping Corporation berkedudukan di Jl. Mojopahit No.2 B-C-D Jakarta
kepada PT. Wataka General Insurance yang beralamat di Wisma Tugu I Lt. 1 Jl.H.R.
Rasuna Said Kav. C 8-9 Kuningan Jakarta.
2. Dalam polis asuransi No.01.31.92.00004 Tanggal 31 Januari 1992 disebutkan bahwa
Tertanggung adalah Intercontinental Maritem PTE.LTD of PT. Layar Sentosa Shipping
Corporation as Managing Agent dan yang dipertanggungkan :
a. Hull & Machinary dengan pertanggungan sebesar,U$$ 1.000.000.000 (satu
milliar U$$)
b. Removal of wreek sebesar U$$ 250.000 (dua ratus lima puluh ribu U$$)
3. Tanggal 28 Januari 1993 pada waktu kapal tersebut sedang berlabuh jangkar telah
terjadi amukan badai/topan di Pelabuhan Tanjung Priok sehingga banyak kapal-kapal
yang terhempas badai dan terbalik termasuk KM. Lucky Fortune.
4. Hasil survey PT.Suisindo menyatakan telah terjadi kerusakan karena badai topan
tanggal 28 Januari 1993 dan kondisi kapal dalam keadaan Total Loss dan Constructive
Total Loss sehingga apabila kapal diperbaiki biayanya akan jauh melebihi biaya
pertanggungan.
5. Karena Total Loss dan Constructive Total Loss maka Tertanggung mengajukan klaim
asuransi kepada PT.Wataka General Insurance dengan surat tertanggal 25 Agustus
1993.
6. Claim asuransi yang diajukan oleh pemilik Kapal Lucky Fortune yaitu Intercontinental
Maritime PTE.LTD melalui PT.Layar Sentosa Shipping Corporation di tolak dengan
alasan Non Disclosure of Material Facts.

Materi Dasar Yang Harus di Kuasai:


1. Asas-Asas Perjanjian Asuransi Kapal
a. Asas kejujuran yang sempurna / Utmost Good Faith.
Asas kejujuran ini sebenarnya merupakan asas bagi setiap perjanjian, sehingga
harus dipenuhi oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Tidak di penuhinya asas
ini pada saat akan menutup suatu perjanjian akan menyebabkan adanya cacat
kehendak, sebagaimana makna dari seluruh ketentuan-ketentuan dasar yang diatur
oleh Pasal-Pasal 1320-1329 KUH Perdata. Bagaimanapun juga iktikad baik merupakan
satu dasar utama dan kepercayaan yang melandasi setiap perjanjian dan hukum pada
dasarnya juga tidak melindungi pihak yang beritikad buruk.
b. Asas Subrogasi pada penanggung/Principle of Subrogation
Di dalam KUH Dagang, asas ini secara tegas diatur pada Pasal 284: “ Seorang
penanggung yang telah membayar kerugian sesuatu barang yang di pertanggungkan,
menggantikan si tertanggung dalam segala hak yang diperolehnya terhadap orang-
orang ketiga berhubung dengan menerbitkan kerugian tersebut;dan si tertanggung itu
adalah bertanggung jawab untuk setiap perbuatan yang dapat merugikan hak si
penanggung terhadap orang-orang ketiga itu.” Asas subrogasi bagi penanggung,
seperti diatur pada Pasal 284 KUH Dagang tersebut diatas adalah suatu asas yang
merupakan konsekuensi logis dari asas indemnitas. Subrogasi dalam asuransi adalah
subrogasi berdasarkan undang-undang. Oleh karena itu asas subrogasi hanya dapat
ditegakkan apabila memenuhi dua syarat berikut:
1. Apabila tertanggung di samping mempunyai hak terhadap penanggung masih
mempunyai hak-hak terhada pihak ketiga.
2. Hak tersebut timbul, karena terjadinya suatu kerugian.
d. Asas Principle of indemnity
Asas indemnitas adalah satu asas utama dalam perjanjian asuransi, karena
merupakan asas yang mendasari mekanisme kerja dan memberi arah tujuan dari
perjanjian asuransi itu sendiri (khusus untuk asuransi kerugian). Arti penting asas
keseimbangan Resiko yang dialihkan pada penanggung sesuai dengan resiko yang
dibayar tertanggung. Asas keseimbangan nemo plus memeliki pengertian tidak
menerima melebihi apa yang menjadi kewajiban (tida
k boleh memparkaya diri sendiri). Asas keseimbangan diatur dlm KHUD pasal 250,
252,253, 274,277, 279 dan 284
e. Asas kepentingan / Principle of insurable interest
Kepentingan yang dapat diasuransikan merupakan asas utama kedua dalam
perjanjian asuransi atau pertanggungan.Setiap pihak yang bermaksud mengadakan
perjanjian asuransi, harus mempunyai kepentingan yang dapat diasuransikan,
maksudnya ialah bahwa pihak tertanggung mempunyai keterlibatan sedemikian rupa
dengan akibat dari suatu peristiwa yang belum pasti terjadinya dan yang bersangkutan
menjadi menderita kerugian.

2. Syarat Sah Perjanjian Asuransi Kapal


Dituangkan dalam ketentuan Pasal 1320 BW memuat syarat sah sutu perjanjian dan
syarat dalam KUHD Pasal 251 yang berisi kewajiban pemberitahuan, Asuransi:
1. Kesepakatan dimana jika syarat ini tidak dipenuhi maka akan dapat dibatalkan demi
hukum. Tertanggung dan penanggung sepakat adakan perjanjian asuransi,
kesepakatan itu meliputi:
a. Benda yg menjadi obyek asuransi
b. Pengalihan risiko dan pembayaran premi
c. Evenemen dan ganti kerugian
d. Syarat-syarat khusus asuransi
e. Dibuat secara tertulis
Jika ada kelalaian penanggung untuk kepentingan tertanggung wajib memberikan
ganti kerugian yang ditimbulkan (Pasal 261 KUHD)
2. Kewenangan, jika syarat ini tidak dipenuhi maka akan dapat dibatalkan demi
hukum.
Tertanggung dan penanggung memiliki wenang utuk melakukan perbuatan hukum
yang diakui UU.
a. Kewenangan subjek: kedua belah pihak sudah dewasa, sehat ingatan, tidak
berada dibawah perwalian (trusteeship) atau pemegang kuasa yg sah
b. kewenangan objektif: tertanggung mempunyai hubungan dengan objek
asuransi karena benda tersebut miliknya sendiri
3. Objek Tertentu, Objek yg diasuransikan bisa berupa harta kekayaan dan
kepentingan yg melekat pada harta kekayaan, dapat pula jiwa dan raga manusia. Jika
syarat ini tidak dipenuhi maka akan batal demi hukum.
4. Kausa yang tidak bertentangan dengan hukum (legal cause). Jika dalam syarat ini
tidak dipenuhi maka akan berakibat batal demi hukum.
5. Pemberitahuan, jika tidak terpenuhi mengakibatkan asuransi itu batal. Tertanggung
wajib memberitahukan kepada penanggung mengenai keadaan objek asuransi.
Semua pemberitahuan yg salah, atau tidak benar atau penyembunyian keadaan yg
diketahui yang diketahui oleh tertanggung tentang objek asuransi, mengakibatkan
asuransi itu batal (Pasal 351 KUHD)

3. Makna dan Fungsi Polis Asuransi Kapal


Makna Polis Asuransi Kapal
Polis asuransi merupakan sebuah bukti perjanjian tertulis yang dilakukan oleh pihak
perusahaan asuransi (penanggung) dengan nasabah pengguna layanan asuransi
(tertanggung), yang isinya menjelaskan segala hak dan kewajiban antara kedua belah pihak
tersebut. Polis asuransi akan menjadi bukti tertulis yang sah dalam perjanjian yang dilakukan
oleh pihak penanggung dan pihak tertanggung.
Dengan adanya polis asuransi, maka kedua belah pihak yang melakukan perjanjian
asuransi tersebut akan terikat dan memiliki masing-masing tanggung jawab sebagaimana
yang telah disepakati sejak awal. Polis asuransi merupakan hal yang sangat penting di dalam
layanan asuransi itu sendiri, karena polis akan melindungi setiap hak dan kewajiban nasabah
dan pihak perusahaan asuransi.

Fungsi polis bagi nasabah pengguna asuransi (tertanggung):


• Menjadi alat bukti tertulis atas jaminan penanggungan atas berbagai risiko dan
penggantian kerugian yang mungkin terjadi pada tertanggung, di mana kerugian
tersebut tertulis di dalam polis.
• Menjadi bukti pembayaran premi yang diberikan kepada pihak perusahaan asuransi
selaku penanggung.
• Menjadi bukti paling otentik untuk menuntut penanggung, jika sewaktu-waktu lalai
atau tidak memenuhi jaminan yang menjadi tanggungannya

Fungsi polis bagi perusahaan asuransi (penanggung):


• Menjadi alat bukti atau tanda terima premi asuransi yang dibayarkan oleh pihak
tertanggung.
• Menjadi bukti tertulis atas jaminan yang diberikannya kepada tertanggung untuk
membayar ganti rugi yang mungkin diderita oleh tertanggung.
• Menjadi bukti paling otentik untuk menolak tuntutan ganti rugi atau klaim yang
diajukan oleh tertanggung, jika penyebab kerugian tersebut tidak memenuhi syarat
polis yang dimiliki.

4. Evenement dalam Asuransi Kapal


Bahaya-bahaya laut yg digolongkan sebagai evenemen terdiri dari 2 golongan:
a. Bahaya-bahaya laut (maritem perils) yg bersumber dari alam: badai, gelombang besar,
hujan angin dll
b. bahaya-bahaya laut yg bersumber pada manusia baik dari awak maupun pihak
ketiga, misalnya pemberontakan awak, perompak bajak laut dll
Dalam KUHD bahaya-bahaya laut tersebut ditentukan dalam Pasal 637 tetapi rincian
tersebut tidak bersifat limitatif, sebab pada bagian akhir rincian itu ditutup dengan kata-kata
"pada umumnya karena segala bahaya yang datang dari luar apa pun namanya". Tetapi tidak
semua bencana yang datang dari luar itu menjadi tanggungan penanggung karena Pasal 637
KUHD memberikan pengecualian, yaitu:
• Apabila dalam undang-undang ditegaskan bahwa bencana-bencana tertentu tidak
menjadi beban penanggung;
• Apabila suatu janji dalam polis menentukan bahwa bencana-bencana tertentu tidak
menjadi beban penanggung.

5. Risiko dalam Perjanjian Asuransi Kapal


Pengertian 'risiko' dalam asuransi adalah "ketidakpastian akan terjadinya suatu
peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian ekonomis". Bentuk-bentuk risiko antara lain:
1. Risiko murni adalah risiko yang akibatnya hanya ada 2 macam: rugi atau break even,
contohnya pencurian, kecelakaan atau kebakaran.
2. Risiko spekulatif adalah risiko yang akibatnya ada 3 macam: rugi, untung atau break
even, contohnya judi.
3. Risiko partikular adalah risiko yang berasal dari individu dan dampaknya lokal,
contohnya pesawat jatuh, tabrakan mobil dan kapal kandas.
4. Risiko fundamental adalah risiko yang bukan berasal dari individu dan dampaknya
luas, contohnya angin topan, gempa bumi dan banjir.
Tidak semua risiko dapat diasuransikan. Risiko-risiko yang dapat diasuransikan adalah :
risiko yang dapat diukur dengan uang, risiko homogen (risiko yang sama dan cukup banyak
dijamin oleh asuransi), risiko murni (risiko ini tidak mendatangkan keuntungan), risiko
partikular (risiko dari sumber individu), risiko yang terjadi secara tiba-tiba (accidental),
insurable interest (tertanggung memiliki kepentingan atas obyek pertanggungan) dan risiko
yang tidak bertentangan dengan hukum.
Akibat hukum jika terjadi risiko dalam asuransi kapal laut adalah tertanggung memiliki
hak mengajukan klaim pada penanggung dan akibat hukumnya penanggung wajib membayar
ganti rugi sesuai dengan yang telah ditentukan dalam polis.
6. Hak dan Kewajiban Penanggung dan Tertanggung pada Asuransi Kapal
1) Hak Tertanggung :
a. Mendapatkan perlindungan atas kerugian yang dapat ditimbulkan dari risiko-
risiko yang dijaminkan di dalam polis.
b. Tertanggung mempunyai hak untuk mendapatkan ganti rugi bila terjadi klaim.
c. Memperoleh keterangan yang jelas dan benar mengenai isi perjanjian dalam
polis.
2) Kewajiban Tertanggung :
a. Menyelesaikan administrasi sebagai syarat-syarat permohonan polis.
b. Menyediakan data-data dan informasi yang diminta oleh pihak penanggung
apabila terjadi klaim.
c. Melaporkan kejadian yang menyebabkan kerugian dalam jangka waktu yang
ditentukan kepada penanggung dimana apabila pelaporan dilakukan
secepatnyaakan lebih menguntungkan si tertanggung.
3) Hak Penanggung
a. Menerima premi
b. Mendapatkan keterangan dari tertanggung berdasarka prinsip itikad baik
(pasal 251 KUHD)
c. Memiliki premi yang sudah diterima dalam hal asuransi batal atau gugur yang
disebabkan oleh perbuatan curang dari tertanggung. (Pasal 282 KUHD)
4) Kewajiban Penanggung
a. Memberikan polis kepada tertanggung
b. Membayar ganti rugi atas kerugian dan membayar santunan pada asuransi
jiwa sesuai dengan kondisi polis
c. Menandatangani dan menyerahkan polis kepada tertanggung (pasal 259,260
KUHD)

7. Macam-Macam Polis Asuransi Kapal


a. Polis waktu (time policy) dgn jangka waktu 3 bulan , 6 bulan , 12 bulan, atau
lebih, yg umum digunakan adalah jangka waktu 12 bulan
b. Polis perjalanan (voyage policy) untuk satu perjalanan atau bolak-balik, masa
berlaku polis biasanya ditentukan dgn syarat at and from atau from saja
8. Objek Asuransi Kapal
Pasal 593 KUHD yg dpt menjadi objek asuransi laut adalah benda-benda berikut:
a. Tubuh kapal (casco) kosong atau bermuatan , dgn atau tanpa persenjataan berlayar
sendirian atau bersama – sama dgn kapal lain
b. b.Alat perlengkapan kapal
c. Alat perlengkapan perang
d. Bahan keperluan hidup dikapal
e. barang-barang muatan
f. Keuntungan yg diharapkan diperoleh
g. Biaya angkutan yg akan diterima

Adapun mengenai objek yang tidak boleh dipertanggungkan oleh Perusahaan Asuransi Kapal
Laut, berdasarkan Pasal 599 KUHD :
“ pertanggungan batal bila diadakan :

1. Dihapus dg. S. 1933-47, S. 1934-214, S. 1938-2;


2. Dihapus dg. S. 1933-47, S. 1934-214, S. 1938-2;
3. Dihapus dg. S. 1933-47, S. 1934-214, S. 1938-2;
4. atas barang-barang yang menurut undang-undang dan peraturan-peraturan
pemerintah tidak boleh diperdagangkan; 51. atas kapal-kapal, baik kapal Indonesia
maupun asing yang dipergunakan untuk pengangkutan barangbarang tersebut
dalam 40.”

9. Isi Polis Asuransi Kapal


Harus memuat syarat psl 256 KUHD juga memuat syarat dlm psl 592 KUHD, polis asuransi
laut harus memuat:
a. Nama nahkoda dan nama kapal dgn sebut jenisnya
b. Tempat pemuatan barang ke dalam kapal
c. Pelabuhan pemberangkatan kapal
d. Pelabuhan pemuatan atau pembongkaran
e. Pelabuhan mana saja yg akan disingahi kapal
f. Tempat bahaya mulai berjalan atas tanggungan penanggung
g. Nilai kapal yg diasuransikan
Dalam polis asuransi No.01.31.92.00004 Tanggal 31 Januari 1992 disebutkan bahwa
Tertanggung adalah Intercontinental Maritem PTE.LTD of PT. Layar Sentosa Shipping
Corporation as Managing Agent dan yang dipertanggungkan sebagai berikut:
a. Hull & Machinary dengan pertanggungan sebesar,U$$ 1.000.000.000 (satu milliar
U$$)
b. Removal of wreek sebesar U$$ 250.000 (dua ratus lima puluh ribu U$$)
c. Berdasarkan Pasal 11 POJK No 23 Tahun 2015 tentang Produk Asuransi dan
Pemasaran Produk Asuransi :

Berdasarkan Pasal 11 POJK No 23 Tahun 2015 tentang Produk Asuransi dan Pemasaran
Produk Asuransi :

a. saat berlakunya pertanggungan;


b. uraian manfaat yang diperjanjikan;
c. cara pembayaran Premi atau Kontribusi;
d. tenggang waktu (grace period) pembayaran Premi atau Kontribusi;
e. kurs yang digunakan untuk Polis Asuransi dengan mata uang asing apabila pembayaran
Premi atau Kontribusi dan manfaat dikaitkan dengan mata uang rupiah;
f. waktu yang diakui sebagai saat diterimanya pembayaran Premi atau Kontribusi;
g. kebijakan Perusahaan yang ditetapkan apabila pembayaran Premi atau Kontribusi
dilakukan melewati tenggang waktu yang disepakati;
h. periode pada saat Perusahaan tidak dapat meninjau ulang keabsahan kontrak asuransi
(incontestable period) pada Produk Asuransi jangka panjang;
i. tabel nilai tunai, bagi Produk Asuransi yang dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi Jiwa
yang mengandung nilai tunai;
j. perhitungan dividen Polis Asuransi atau yang sejenis, bagi Produk Asuransi yang
dipasarkan oleh Perusahaan Asuransi Jiwa yang menjanjikan dividen Polis Asuransi atau
yang sejenis;
k. klausula penghentian pertanggungan, baik dari Perusahaan maupun dari pemegang polis,
tertanggung, atau peserta, termasuk syarat dan penyebabnya;
l. syarat dan tata cara pengajuan klaim, termasuk bukti pendukung yang relevan dan
diperlukan dalam pengajuan klaim;
m. tata cara penyelesaian dan pembayaran klaim;
n. klausula penyelesaian perselisihan yang antara lain memuat mekanisme penyelesaian di
dalam pengadilan maupun di luar pengadilan dan pemilihan tempat kedudukan
penyelesaian perselisihan; dan
o. bahasa yang dijadikan acuan dalam hal terjadi sengketa atau beda pendapat, untuk Polis
Asuransi yang dicetak dalam 2 (dua) bahasa atau lebih.

10. Misrepresentation dalam Asuransi Kapal


Ialah kekurang-telitian dari calon Tertanggung dalam menyampaikan fakta-fakta penting
tersebut, yang disebabkan oleh kekurang pengetahuan Tertanggung atas fakta-fakta penting
tersebut, sehingga tidak ada faktor kesengajaan dalam hal ini. Pernyataan tersebut mengenai
fakta-fakta :
a. Penting (meterial facts) yang dibuat oleh Tertanggung atau Agennya.
b. Tertanggung seharusnya tahu yang benar.
c. Fakta tersebut disampaikan namun tidak tepat.

Misrepresentasi dapat dibatalkan, perjanjian asuransi haruslah :

• Merupakan satu fakta


• Dibuat oleh salah satu pihak dalam kontrak
• Tentang sesuatu yang penting (misalnya sesuatu yang dapat mempengaruhi
seseorang dalam memutuskan untuk memasuki kontrak)
• Menyebabkan kontrak dibuat (yaitu sesuatu yang dipercayai oleh pihak lain sehingga
memutuskan untuk memasuki kontrak)
• Menyebabkan kerugian atau ketidak beruntungan kepada satu pihak yang percaya
atas pernyataan (representasi) pihak lain.
Peraturan ini diterapkan pada asuransi sebagaimana sama juga diterapkan pada jenis
kontrak lain. Akan tetapi, kata – kata material berbeda dalam asuransi. Material fact / atau
fakta penting didefinisikan sesuai dengan apa yang dipandang seorang prudent underwriter
penting, bukan apa yang dianggap penting oleh orang awam. Berikut contoh – contoh
misrepresentasi dalam asuransi:
o Calon tertanggung untuk asuransi theft menyampaikan bahwa premise / di tempat
obyek pertanggungan dilengkapi dengan alat alarm pencurian, namum
sesungguhnya tidak ada.
o Calon tertanggung untuk asuransi kendaraan, menyatakan bahwa kendaraan mereka
belum pernah dimodifikasi, padahal kenyataannya sudah pernah.
o Calon tertanggung untuk asuransi jira memberi keterangan bahwa usianya 25 tahun
padahal sesungguhnya 35 tahun.

Misrepresentasi pada pihak penanggung juga bisa terjadi. Contohnya, dalam kasus Kettlewell
v. Refuge Assurance (1908). Tertanggung mengira bahwa polis asuransi jiwanya sudah
berakhir. Akan tetapi agen dari perusahaan asuransi membujuknya untuk tetap memegang
polis tersebut dengan menjelaskan secara tidak jujur bahwa dia (tertanggung) akan memiliki
polis bebas (free policy) dimana tidak perlu membayar lagi bila dia membayar premi untuk 4
tahun ke depan. Pengadilan memutuskan bahwa tertanggung punya hak untuk membatalkan
polis dan menagih pengembalian premi yang sudah dibayar sejak tanggal terjadinya
misrepresentasi.

11. Non Disclosure dalam Asuransi Kapal


Ialah suatu tindakan calon tertanggung tidak menyampaikan atau mengungkapkan
suatu fakta-fakta penting, namun pelanggaran dianggap tak bersalah (innocent breach)
yang terjadi tanpa sengaja atau mungkin karena pihak tertanggung tidak mengetahui
secara baik/persis tentang fakta-fakta yang bersangkutan atau karena ia mengira bahwa
fakta-fakta tersebut tidaklah penting. Pernyataan tersebut mengenai :
a. Fakta yang tidak disampaikan adalah penting (Material facts)
b. Tertanggung tahu atau seharusnya mengetahuinya.
c. Fakta-fakta tersebut tidak disampai-kan.

12. Reciprocity duty dalam Asuransi Kapal


Reciprocity atau Reciprocal Duty merupakan kewajiban disclosure pada Penanggung
dimana Penanggung tidak boleh menyembunyikan keterangan yang membuat
Tertanggung menerima kontrak yang tidak diinginkan

13. Uncontestability dalam Asuransi Kapal


Di dalam perjanjian asuransi terdapat incontestable clause atau klausul yang tidak
perlu diragukan. Klausul ini memberikan jaminan bahwa kekeliruan kecil yang dilakukan
pemohon pertanggungan, tidak akan dijadikan alasan oleh perusahaan asuransi untuk
menolak klaim di saat risiko terjadi

14. Hull & Machinary dan Removal of Wreck


Asuransi Marine Hull and Machinery adalah salah satu jenis asuransi kerugian yang
merupakan perjanjian pertanggungan yang mengcover lambung dan mesin dari kapal
laut. Dalam hal ini Penanggung melakukan perjanjian penanggungan dengan tertanggung
mengenai sebuah obyek yaitu kapal laut.
Para pihak dalam perjanjian asuransi Marine Hull and Machinery adalah sebagai
berikut: Penanggung, Tertanggung, Surveyor dan Loss Adjuster. Objek Pertanggungan
Marine Hull and Machinerydapat berupa:Kapal dan mesin kapal beserta bagian mesin
kapal seperti: connecting rod, cylinder block, cylinder liner, rocker arm inlet valve

15. Total Loss dan Constructive Total Loss


Total Loss adalah: jika kapal tidak dapat diselamatkan atau mengalami kerusakan
sehingga tdk dapat digunakan sebagai alat pengangkut, yang berarti pemilik kapal
kehilangan kepemilikan dan pemakaian kapal secara permanen, Contohnya: kapal
tenggelam bersama muatannya.
Constructive Total Loss adalah: terjadi jika biaya biaya untuk penyelamatan dan
memperbaiki kapal akan lebih besar nilainya (harga sesudah diperbaiki lebih besar dari
harga kapal). Contoh: kapal terbalik dan biaya penyelamatan dan perbaikan lebih besar
dari harga kapal setelah diperbaiki.

16. Iktikad baik (good faith) dalam Asuransi Kapal


Asas kejujuran ini sebenarnya merupakan asas bagi setiap perjanjian, sehingga harus
dipenuhi oleh para pihak yang mengadakan perjanjian. Tidak di penuhinya asas ini pada
saat akan menutup suatu perjanjian akan menyebabkan adanya cacat kehendak,
sebagaimana makna dari seluruh ketentuan-ketentuan dasar yang diatur oleh Pasal-Pasal
1320-1329 KUH Perdata. Bagaimanapun juga iktikad baik merupakan satu dasar utama
dan kepercayaan yang melandasi setiap perjanjian dan hukum pada dasarnya juga tidak
melindungi pihak yang beritikad buruk.
Utmost good faith merupakan suatu kewajiban yang positif dari Tertanggung yang
dengan sukarela menyampaikan seluruh fakta yang sifatnya penting (material facts)
secara lengkap dan akurat atas suatu resiko yang sdang dimintakan untuk diasuransikan
baik diminta ataupun tidak. Material facts wajib untuk disampaikan secara sebenar-
benarnya karena dapat mempengaruhi penilaian atau pertimbangan penanggung dalam
memutuskan untuk menerima/tidaknya pertanggungan yang diminta oleh tertanggung.

17. . Non Disclosure of Material Facts dan representation dalam Asuransi Kapal
Representation dalam asuransi kapal merupakan pengungkapan fakta-fakta penting baik
secara tertulis ataupun secara lisan pada waktu mengadakan kontrak asuransi dengan benar
(substantially true) namun biasanya tidak tercantum pada polis.
Non-disclosure material facts adalah tindakan calon tertanggung yang tidak
menyampaikan atau mengungkapkan suatu fakta-fakta penting dimana penanggung
seharusnya mengetahuinya, atau fakta-fakta tersebut tidak sampaikan.

18. Tujuan Asuransi dalam Asuransi Kapal


a. Pengalihan Risiko
Tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan mengalihkan risiko yang mengancam
obyek pertanggungan (kapal). Dengan membayar sejumlah premi kepada perusahaan
asuransi (penanggung), sejak itu pula risiko beralih kepada penanggung.
b. Pembayaran Ganti Kerugian
Bila suatu ketika sungguhsungguh terjadi peristiwa yang menimbulkan kerugian (risiko
berubah menjadi kerugian), maka kepada tertanggung akan di bayarkan ganti kerugian yang
besarnya seimbang dengan jumlah asuransinya.
Dalam praktiknya, kerugian yang timbul itu dapat bersifat sebagian (partial loss). Dengan
demikian, tertanggung mengadakan asuransi dengan tujuan memperoleh pembayaran ganti
kerugian yang sungguh-sungguh di derita. Dalam jenis-jenis tujuan asuransi kapal laut dalam
polis yang umum digunakan yakni :
a. New Marine Policy Form (NMPF), yakni digunakna untuk pengangkutan antar
negara (ekspor/impor)
b. Polis Standar Asuransi Pengangkutan Barang Indonesia (PSAPBI), yakni
digunakanuntuk pengangkutan nasional (dalam negeri).
Luas perlindungan yang tersedia, antara lain :
1. PSAPBI Jaminan 3 atau setara dengan ICC ‘C’ NMPF :
Memberikan perlindungan atas risiko kerugian dan/atau kerusakan pada barang
kiriman/kargo yang diakibatkan oleh :
▪ Kebakaran atau ledakan;
▪ Kapal kandas, terdampar, tenggelam atau terbalik;
▪ Tabrakan/benturan kapal dengan benda2 lain kecuali air;
▪ Alat angkut darat tabrakan, terbalik atau keluar rel;
▪ Pembongkaran barang di pelabuhan darurat;
▪ Pengorbanan kerugian umum (general average sacrifice);
▪ Dibuangnya kargo untuk menyelamatkan kapal (Jettison);
▪ Kontribusi dalam kerugian umum;

19. Pertimbangan Hakim


Pertimbangan hakim dalam memutus upaya hukum peninjauan kembali
dalam perkara No. 698 PK/Pdt./2001 adalah, hakim mempertimbangkan
putusannya berdasarkan ketentuan-ketentuan pada pasal 251 KUHD dengan
beranggapan bahwa tertanggung/termohon peninjauan kembali telah
menyembunyikan keadaan yang sebenarnya kepada penanggung/pemohon
peninjauan kembali.

Anda mungkin juga menyukai