PENDAHULUAN
1
BAB II
AKUNTANSI KAS
C. Uraian Materi
1. Kas
a. Pengertian dan Ciri-ciri Kas
Dalam masyarakat kas merupakan alat pertukaran yang telah diakui secara
umum. Kas juga digunakan sebagai dasar alat pengukur terhadap kegiatan ekonomi
moneter. Sesuai dengan prinsip Akuntansi Indonesia 1984 yang dimaksud dengan kas
adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan
umum perusahaan. Dengan demikian kas meliputi: uang tunai, uang di bank atau alat
pembayar lainnya yang dapat disamakan dengan kas serta dapat digunakan secara
bebas. Ditinjau dari segi akuntansinya kas diperlakukan sebagai aktiva paling lancar
(likuid), karena mudah untuk dikonversikan atau ditukarkan. Selain itu kas juga
digunakan sebagai dasar pengukuran nilai pos-pos akuntansi. Kriteria yang harus
dipenuhi agar suatu alat pembayaran dapat digolongkan sebagai kas adalah sebagai
berikut:
2
1) Dapat dikonversikan ke dalam pemilikan aktiva lainnya baik sebagai media tukar
maupun sebagai dasar pengukuran akuntansi.
2) Secara umum dapat diterima sebagai alat pembayaran resmi.
3) Dapat diterima sebagai simpanan oleh bank sebesar nilai nominal serta dapat
diambil sewaktu-waktu.
Berdasarkan penggolongan tersebut maka yang tidak termasuk dalam golongan kas
adalah sebagai berikut:
1) Deposito, giro, atau tabungan berjangka yang memiliki tanggal jatuh tempo
sehingga tidak dapat diambil setiap waktu.
2) Uang tunai yang telah dibatasi penggunaannya untuk tujuan tertentu.
3) Cek mundur atau cek tunda lainnya yang diperlakukan sebagai piutang sampai cek
tersebut dapat diuangkan.
4) Surat berharga, perangko, wesel tagih dan benda pos lainnya.
3
2) Lapping
Penyelewengan yang terjadi berkaitan dengan penundaan waktu karena suatu
penerimaan kas tidak dibukukan atau dilaporkan sampai ada penerimaan kas
berikutnya
3) Melakukan pencatatan ganda atas sebuah bukti transaksi pembayaran sehingga kas
yang dikeluarkan menjadi lebih besar.
4) Tidak melapor adanya potongan tunai atas suatu pembayaran.
c. Perhitungan Kas
Perhitungan fisik kas dapat dilakukan dengan menghitung banyaknya rincian
uang kas yang ada, kemudian membuat laporan jumlah lembar dan nominalnya.
Perhitungan saldo kas menurut catatan kas dilakukan dengan rumusan sebagai berikut:
Rp xxxx
Total Pengeluaran selama periode Rp xxxx _
Saldo kas, akhir periode Rp xxxx
4
d. Pencatatan Selisih Kas
Ada kalanya jumlah kas secara fisik tidak sama dengan saldo catatan buku kas.
Perbedaan pencatatan tersebut mengakibatkan adanya selisih kas. Jika jumlah kas
secara fisik lebih besar dari catatan kas disebut selisih kas lebih. Sebaliknya jika
jumlah kas secara fisik lebih kecil dari catatan kas disebut selisih kas kurang. Selisih
kas tersebut tidak boleh dibiarkan berkelanjutan baik selisih lebih maupun selisih
kurang. Oleh karena itu penyebab adanya selisih kas tersebut perlu dicari kemudian
dibuat ayat penyesuaian yang diperlukan. Ada beberapa kemungkinan yang
menyebabkan terjadinya selisih kas, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Adanya kekeliruan dalam pencatatan pembayaran atau penerimaan kas, yaitu terlalu
kecil atau terlalu besar dari yang seharusnya.
2) Adanya kekeliruan sewaktu menghitung kas secara fisik.
3) Adanya pembayaran atau penerimaan kas yang tidak sesuai dengan nilai yang
tercantum dalam bukti transaksi (dikarenakan tidak ada uang pas atau recehan).
2. Kas Kecil
Kas kecil merupakan sejumlah kas atau uang tunai yang disediakan di dalam unit
perusahaan untuk membayar pengeluaran biaya yang bersifat rutin dalam jumlah relative
kecil. Pembentukan dana kas kecil dimulai dengan adanya keputusan dari manajer
5
keuangan mengenai jumlah dana kas yang disisihkan ke dalam dana kas kecil.
Pengeluaran dana kas kecil dilakukan berdasarkan adanya permintaan oleh unit pemakai.
Jika jumlahnya dianggap kurang atau tinggal sedikit pemegang dana kas kecil
mengajukan permintaan penggantian kembali dengan melampirkan bukti transaksi
pengeluaran kas kecil. Penyelenggaraan akuntansi untuk kas kecil dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu:
a. Sistem Dana Tetap (Imprest Fund System)
b. Sistem Dana Tidak Tetap (Fluctuating Fund System)
Jika kas kecil dilakukan dengan sistem dana tetap, maka penyelenggaraan akuntansinya
adalah sebagai berikut:
1) Pembentukan dana kas kecil dicatat dengan mendebet perkiraan kas kecil dan
mengkredit kas.
2) Pada saat terjadi transaksi pembayaran biaya tidak langsung dicatat dijurnal tetapi
ditunda hingga saat pengisian dana kas kecil kembali.
3) Pada waktu pengisian kembali dana kas kecil pencatatan ayat jurnal dilakukan untuk
transaksi pembayaran yang disertai dengan bukti pembayaran. Pencatatan dilakukan
dengan cara mendebet perkiraan biaya yang sesuai dan mengkredit kas.
4) Jika pada akhir periode penutupan buku belum dilakukan pengisian kembali dana kas
kecil yang telah terpakai, berarti masih terdapat bukti pembayaran yang belum dicatat.
6
Agar saldo kas kecil sesuai dengan keadaan sebenarnya perlu dibuat pencatatan ayat
penyesuaian. Pencatatan dilakukan dengan cara mendebet perkiraan biaya yang sesuai
dan mengkredit kas kecil.
3. Rekonsiliasi Bank
Ada kemungkinan bahwa saldo kas menurut pembukuan yang di susun oleh
perusahaan berbeda dengan saldo pada rekening Koran. Berhubung laporan keuangan
memerlukan data kas yang sebenarnya, maka kedua saldo tersebut harus disesuaikan.
Penyusutan tersebut dikenal dengan istilah rekonsiliasi bank.
7
a. Faktor Penyebab Perlunya Rekonsiliasi Bank
Faktor penyebab perbedaan angka saldo kas antara pembukuan perusahaan dan saldo
rekening Koran antara lain adalah sebagai berikut:
1) Deposit in transit, yaitu adanya penyetoran atau transfer dari perusahaan ke bank
yang karena sesuatu hal belum tercantum dalam rekening Koran, sedangkan oleh
perusahaan hal tersebut telah tercatat sebagaimana mestinya.
2) Outstanding Cek, yaitu adanya penarikan cek oleh perusahaan untuk suatu
pembayaran, tetapi hingga penyusunan rekening Koran belum dicairkan oleh
pemegangnya. Penarikan tersebut belum dicatat bank ke dalam rekening Koran.
3) Dalam rekening Koran tercatat adnya penerimaan piutang perusahaan oleh bank,
tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
4) Jasa giro (bunga) dan beban administrasi yang telah dicantumkan dalam rekening
Koran belum dicatat oleh perusahaan.
5) Adanya kesalahan teknis pencatatan oleh perusahaan atau bank, baik kesalahan dari
segi angka maupun pencatatan rekening perkiraan.
6) Cek tidak cukup dana (cek kosong) yaitu adanya cek yang diterima perusahaan dari
pihak lain dan langsung disetor ke bank tetapi oleh bank ditolak, karena pada saat
kliring ternyata tidak cukup dana atau dananya tidak ada.
8
4) Untuk jasa giro rekonsiliasi dengan menambahkan pada saldo kas perusahaan,
sedangkan untuk biaya administrasi bank direkonsiliasikan dengan mengurangkan
pada saldo kas perusahaan.
5) Untuk kesalahan rekening Koran yang disusun oleh bank dengan pencatatan kesalahan
teknis perkiraan yang merugikan perushaan direkonsiliasikan dengan menambahkan
pada saldo rekening Koran. Untuk kesalahan pembukuan yang menguntungkan
perusahaan direkonsiliasikan dengan mengurangkan pada rekening Koran.
9
auditor, sehingga dapat diketahui besarnya penerimaan dan pengeluaran serta saldo akhir
dan saldo awal. Untuk mengerjakan diperlukan pengetahuan mengenai prosedur
penerimaan dan pengeluaran yang digunakan oleh perusahaan dan bank karena prosedur
yang digunakan akan mempengaruhi jumlah dan bagian yang akan direkonsiliasi. Kolom
pertama dalam rekonsiliasi empat digunakan untuk merekonsiliasi data menurut perkiraan
rekening Koran. Bagian kedua digunakan untuk merekonsiliasi data yang sama menurut
catatan perusahaan sehingga diperoleh jumlah yang benar dari tiap elemen yang
direkonsiliasi.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh dari rekonsiliasi penerimaan dan pengeluaran
bank berikut ini:
10
4. Pengelolaan Kas Sistem Voucher
Setiap pengeluaran kas dalam system voucher harus didukung bukti pembayaran
voucher. Dengan demikian voucher merupakan bukti pengesahan atau kewenangan untuk
pengeluaran kas. Sistem voucher meliputi catatan, metode dan prosedur yang digunakan
untuk membayar dan mencatat pembayaran kas atas kewajiban yang ada. Sistem voucher
ini menggunakan voucher, register voucher, file voucher yang belum dibayar, register
cek, dan file untuk voucher yang telah dibayar. Voucher merupakan formulir khusus
untuk mencatat data penting tentang kewajiban dan rincian pembayarannya. Register
voucher merupakan buku harian untuk mencatat setiap voucher yang telah disetujui
pejabat berwenang. Register cek mencatat setiap cek yang dikeluarkan untuk membayar
voucher. Sistem voucher ini dimaksudkan utnuk mengkoordinasikan system akuntansi
yang digunakan bagian yang terkait. Di samping pembayarannya dapat dijamin
kebenarannya juga mencegah terjadinya penyalahgunaan kas. Langkah-langkah
penggunaan pengeluaran kas dengan system voucher adalah sebagai berikut:
a. Voucher pengeluaran kas dibuat jika transaksi telah diakui keabsahannya dan
didukung oleh dokumen yang diperlukan sesuai prosedur yang berlaku.
b. Setiap pengeluaran bukti voucher dicatat dalam daftar buku voucher.
c. Voucher yang telah siap digunakan dilampiri cek kemudian diserahkan kepada
pihak/pejabat yang berwenang untuk ditandatangani.
d. Cek yang telah ditandatangani dicatat dengan membuat daftar cek atau cek register.
Cek itu kemudian diserahkan kepada pihak yang berhak dengan membuat berita acara
tanda terima atau bukti penerimaan.
D. Soal Latihan
1. Jelaskan pengertian kas ?
2. Pada tgl 1 agustus 2000, PT Julia menerima salinan rekening Koran dari Bank BDN
yang menunjukkan saldo kredit Rp 15.720.000.00, sedangkan saldo kas PT Julia per
tahun tersebut menunjukkan saldo debet sebesar Rp 14.370.000.00, setelah diteliti
perbedaan tersebut disebabkan hal-hal berikut:
a. Uang yang disetorkan PT Julia pada tgl 30 Desember 2000 sebesar Rp
3.500.000.00, ternyata belum dicatat ke dalam rekening Koran oleh bank.
11
b. Selembar wesel atas Tn. Toni bernominal Rp 4.000.000.00, yang diserahkan ke
bank untuk ditagih menurut rekening Koran telah berhasil ditagih. Untuk
keberhasilan penagihan tersebut bank membebankan biaya lagi sebesar Rp
150.000.00,
c. Sebuah pengambilan uang dengan penarikan cek oleh perusahaan PT Julia ternyata
dibebankan bank pada perkiraan PT. Julia. Nilai penarikan cek tersebut adalah Rp
1.500.000.00,
d. Selembar cek atas nama dan diterima dari PT. Agung senilai Rp 2.000.000.00, telah
disetor kepada bank, cek tersebut ternyata ditolak penyelesaiannya dengan alasan
cek tersebut tidak cukup dana.
e. Cek-cek yang telah dikeluarkan tetapi hingga 31 Desember 2000 belum diuangkan
oleh pemegangnya terdiri dari: Cek No. 151………………Rp 750.000.00,
Cek No. 152………………Rp 1.500.000.00,
Cek No. 153………………Rp 2.500.000.00,
3. PT. Kahayan Indah menyelenggarakan kas kecil dengan sistem dana tetap. Selama
bulan Desember 2000 diperoleh keterangan sehubungan dengan kas kecil sebagai
berikut:
a. 1 Desember 2000, Diserahkan uang tunai kepada kasir sebagai pembentukan dana
kas kecil Rp. 100.000,00.
b. 1-19 Desember 2000, Pengeluaran kas kecil dengan rincian sebagai berikut:
Biaya angkut pembelian Rp. 100.000,00.
Biaya listrik Rp. 170.000,00.
Biaya administrasi Rp. 530.000,00.
c. 20 Desember 2000, Pengisian kembali dana kas kecil sebesar yang terpakai
d. 21-16 Desember 2000, Pengeluaran kas kecil dengan rincian berikut:
Biaya pemeliharaan Rp. 240.000,00.
Biaya telepon Rp. 360.000,00.
e. 27 Desember 2000, Pengisian kembali dana kas kecil sebesar yang dipakai
12
f. 28-31 desember 2000, Pengeluaran kas kecil dengan rincian sebagai berikut:
Biaya iklan Rp. 450.000,00.
Biaya administrasi Rp. 150.000,00.
Diminta: 1. Buatlah ayat jurnal umum untuk mencatat transaksi yang berhubungan
dengan kas kecil (1-28 Desember 2000).
2. Buatlah ayat jurnal penyesuaian, jika ternyata kejadian tanggal 28-31
Desember 2000 belum dilaksanakan pengisian kembali dana kas kecil.
4. Saldo kas menurut buku besar umum PT. Alam Raya, pada tanggal 31 Desember 2013
menunjukkan saldo debit sebesar Rp. 46.950.000,00. (termasuk dalam kas kecil Rp.
200.000,00.). Saldo pada rekening koran yang diterima dari Bank Mandiri per tanggal
yang sama menunjukkan saldo kredit sebesar Rp. 52.500.000,00.
Setelah dilaksanakan inventarisasi, penyebab dari adanya selisih tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Dalam rekening koran tercantum adanya inkaso piutang oleh Bank Mandiri Rp.
6.200.000,00. dari CV. Berdikari dengan biaya inkaso Rp. 20.000,00. Inkaso
piutang ini belum ada pencatatannya pada buku kas PT. Alam Raya.
b. Cek sebesar Rp. 7.250.000,00. untuk membayar utang ternyata dicatat PT. Alam
Raya dalam buku kas Rp. 7.520.000,00. dan penarikan cek Rp. 3.280.000,00.
untuk pembayaran pembelian komputer, dicatat dalam buku kas Rp. 3.120.000,00.
Kesalahan tersebut belum pernah dikoreksi oleh PT. Alam Raya.
c. Setoran tunai PT. Alam Raya Rp. 4.200.000,00. Hingga 31 Desember 2013 belum
tercantum dalam rekening Koran karena masih dalam proses.
d. Pengambilan tunai dari Bank Mandiri Rp. 4.450.000,00. dicantumkan dalam
rekening Koran Rp. 4.600.000,00. Pencairan cek yang ditarik PT. Alam Raya Rp.
5.600.000,00. dicatat dalam rekening Koran Rp. 5.300.000,00. Pihak bank
mengaku kekliruan ini dan bersedia memperbaikinya.
e. Sebuah cek senilai Rp. 2.600.000,00. diterima dari PT. Angkasa sebagai
pembayaran utang PT. Alam Raya langsung menyetorkan cek tersebut ke bank.
13
Cek tersebut ternyata ditolak penyelesaiannya oleh Bank Mandiri karena tidak
cukup dana.
f. Penyetoran tunai hasil penjualan bulan Desember 2013 sebesar Rp. 15.400.000,00.
terbukukan dalam buku kas Rp. 14.900.000,00. Sedangkan penyetoran Rp.
12.100.000,00. terbukukan dalam buku kas Rp. 12.700.000,00.
g. Dalam rekening Koran PT. Alam Raya telah didebet Rp. 15.000,00. untuk biaya
administrasi dan Rp. 11.250,00. untuk pajak penghasilan/PPh, serta dikredit Rp.
126.250,00. sebagai jasa giro.
h. Cek yang dikeluarkan PT. Alam Raya bulan Desember 2013 belum dicatat dalam
rekening Koran karena masih dalam peredaran adalah:
Cek No. 32602 Rp. 346.875,00.
32605 Rp. 1.231.725,00.
32608 Rp. 1.107.190,00.
32609 Rp. 1.240.050,00.
i. Penyetoran oleh PT. Alam Raya ke Bank Mandiri RP. 2.350.000,00. tercatat dalam
rekening Koran sebesar RP. 2.125.000,00. dan penyetoran Rp. 3.700.000,00.
dicatat Rp. 3.825.000,00. Bank akan mengakui akan kekeliruan tersebut.
j. Bank Mandiri telah mendebet Rp. 1.500.000,00. sebagai beban pembayaran
angsuran pembelian sebuah mobil, sedangkan PT. Alam Raya meras tidak
memiliki kewajiban tersebut. Bank Mandiri mengakui akan kekeliruan tersebut.
k. PT. Bina Raya menyetorkan uang tunai ke Bank Mandiri sebesar Rp. 3.784.160,00.
Mank Mandiri melakukan kekeliruan pencatuman dengan mengkredit jumlah
tersebut kedalam rekening Koran sebagai keuntungan PT. Alam Raya.
Diminta: a. Rekonsiliasi bank per 31 - 12 – 2013 dalam bentuk stafel dan skontro
b. Ayat penyesuaian setelah rekonsiliasi
14
Daftar Pustaka
Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.
Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.
Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.
15
BAB III
AKUNTANSI SURAT BERHARGA (EFEK)
C. Uraian Materi
1. Saham
Saham adalah surat tanda buktu bahwa si pemegang saham ikut memiliki
perseroan terbatas yang mengeluarkan saham tersebut. Untuk keikutsertaan atas
kepemilikan tersebut, si pemegang saham akan mendapatkan laba atau keuntungan
yang disebut deviden.
a. Pencatatan Transaksi Pembelian Saham
Setiap transaksi pembelian saham dicatat di debet dalam rekening Surat Berharga
Saham sebesar harga perolehan (cost). Harga perolehan adalah harga beli atau harga
16
kurs ditambah dengan biaya-biaya pembelian saham yaitu provisi dan biaya
materai.
Contoh: Pada tanggal 15 Juli 2013, PT. Dady membeli 100 lembar saham biasa PT.
Neny dengan nilai nominal Rp. 25.000,00. per lembar. Kurs 105%, biaya
provisi dan materai RP. 30.000,00.
Diminta: a. Hitung harga perolehan 100 lembar saham
b. Hitung harga perolehan satu lembar saham
c. Buat jurnal pembelian saham
Jawab:
a) Harga perolehan 100 lembar saham
Harga kurs beli: 105% x (100 x Rp. 25.000,00.) Rp. 2.625.000,00.
Biaya provisi dan materai Rp. 30.000,00. +
Harga perolehan 100 lembar saham Rp. 2.655.000,00.
17
Contoh: Pada tanggal 20 April 2013, PT. Andre menjual 100 lembar saham biasa
nominal Rp. 20.000,00. per lembar. Kurs 110%, biaya provisi dan materai
RP. 20.500,00. per lembar.
Diminta: a. Hitung harga jual bersih 100 lembar saham
b. Hitung laba/rugi penjualan saham
c. Buat jurnal penjualan sahamnya
Jawab:
a. Harga jual bersih 100 lembar saham
Harga kurs jual: 110% x (100 x Rp. 20.000,00.) Rp. 2.200.000,00.
Biaya provisi dan materai Rp. 25.000,00. +
Harga jual bersih100 lembar saham Rp. 2.175.000,00.
2. Obligasi
Obligasi adalah surat bukti bahwa si pemegang obligasi telah meminjamkan sejumlah
uang kepada badan yang mengeluarkan obligasi tersebut. Pemegang obligasi akan
mendapat bunga yang disebut kupon yang biasanya dibayarkan satu tahu sekali atau
enam bulan sekali.
a. Pencatatan Transaksi Pembelian Obligasi
Pencatatan transaksi pembelian obligasi sedikit berbeda dengan pencatatan pembelian
saham. Perbedaan terletak pada bunga berjalan. Jika transaksi pembelian terjadi di luar
hari bunga/kupon maka bunga berjalan tidak ada.
Ada dua metode pencatatan sistem bunga berjalan:
18
1) Metode hasil, artinya bunga berjalan dicatat di debet pada rekening Pendapatan
Bunga.
2) Metode harta, artinya bunga berjalan dicatat disebelah debet pada rekening Piutang
Bunga.
Contoh:
Pada tanggal 1 Mei 2013, PT. Adijaya membeli 200 lembar obligasi BI 24% per tahun,
dengan nilai nominal Rp. 50.000,00. per lembar, kurs 90%, hari bunga 1/3 – 1/9. Biaya
provisi dan meterai Rp. 40.000,00.
Jawab:
a. Harga perolehan
Harga kurs beli: 90% x (200 x Rp. 50.000,00.) Rp. 9.000.000,00.
Biaya provisi dan materai Rp. 40.000,00.+
Harga perolehan 200 lembar saham Rp. 9.040.000,00.
b. Bunga berjalan
200 x Rp. 50.000,00. X 24% x 2
Besarnya bunga berjalan = = Rp. 400.000,00.
12
Keterangan: 1/3 – 1/5 = 2 bulan
19
d. Jurnal pembelian Obligasi
20
dalam neraca sebesar harga pasar. Jika surat berharga yang dimiliki sebagian harga
perolehannya lebih kecil, dan sebagian lagi lebih tinggi dari harga pasar, surat berharga
yang dimiliki dapat dilaporkan dalam neraca berdasarkan harga terendah antara harga
perolehan dan harga pasar. Jika cara kedua atau ketiga yang digunakan diperlukan
jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Menghitung nilai persediaan surat berharga pada akhir periode dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu cara dari ketiga metode berikut:
a. Metode Fist In Fist Out (FIFO)
b. Metode Last In Fest Out (LIFO)
c. Metode Average (Rata-rata)
D. Soal Latihan
1. Berikut ini adalah transaksi-transaksi yang terjadi pada PT. Samodra selama bulan
Agustus 2000:
2-8-2000, Dibeli 150 lembar saham PT. Mawar, nilai nominalnya Rp.
10.000,00/lembar Kurs 110%, biaya provisi dan materai Rp. 30.000,00.
3-8-2000, Dibeli 100 lembar saham PT. Kenari dengan nominal Rp.
15.000,00/lembar. Kurs 100%, biaya provisi dan materai Rp. 25.000,00.
6-8-2000, Dibeli 100 lembar saham PT. Mawar dengan nilai nominal Rp.
10.000,00/lembar. Kurs 105%, biaya provisi dan meterai Rp. 15.000,00.
15-8-2000, Dijual 120 lembar saham PT. Mawar dengan kurs 120%, biaya provisi dan
materai Rp. 45.000,00.
20-8-2000, Dibeli 200 lembar saham PT. Kenari dengan nilai nominal Rp.
15.000,00/lembar. Kurs 95%, biaya provisi dan materai Rp. 30.000,00.
30-8-2000, Dijual 150 lembar saham PT. Kenari dengan kurs 115%, biaya provisi dan
materai Rp. 50.000,00.
21
Diminta:
a. Buatlah perhitungan setiap transaksi pembelian dan penjulan saham tersebut
berdasarkan metode FIFO, LIFO dan Average.
b. Catatlah transaksi-transaksi tersebut ke dalam jurnal umum, bila persediaan surat
berharga dihitung dengan metode FIFO.
c. Hitunglah nilai persediaan surat berharga pada tanggal 31-8-2000 berdasarkan
metode FIFO, LIFO dan Average.
2. Pada tanggal 1 Agustus 2000, dijual 50 lembar obligasi 12% per tahun, nominal Rp.
50.000,00/lembar. Kurs 105%, hari kupon ¼ - 1/10. Biaya provisi dan materai Rp.
40.000,00. Harga perolehan Rp. 56.000,00/lembar.
Diminta:
a. Hitung harga jual bersih obligasi
b. Hitung rugi /laba penjualan obligasi
c. Hitung bunga berjalan
d. Buat jurnal penjualan obligasi
22
Daftar Pustaka
Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.
Ikatan Akuntansi Indonesia. (1994). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT. Salemba
Empat.
Myer, John. (1978). Financial Statement Analysis. Prentice Hall: Inc. Englewood Cliffs.
Soemarso SR. (1990). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Rinneka
Cipta.
Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.
Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.
23
BAB IV
AKUNTANSI PIUTANG WESEL
C. Uraian Materi
1. Wesel Tagih
a. Pengertian
Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar dalam jumlah dan jangka waktu
tertentu, sedangkan wesel bayar kebalikan dari wesel tagih. Badan atau perseroan yang
mengeluarkan wesel disebut penarik wesel, sedangkan menerima pembayaran disebut
penerima wesel. Wesel yang jatuh tempo pembayarannya lebih dari 60 hari disebut
dengan promes. Wesel atau promes dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Wesel yang memberikan bunga sejak dikeluarkan sampai tanggal jatuh tempo
(wesel berbunga)
2) Wesel yang tidak memberikan bunga sejak dikeluarkan sampai tanggal jatuh tempo
(wesel tanpa bunga)
Para kreditur lebih menyukai piutang dengan bukti wesel daripada piutang biasa,
karena wesel merupakan surat pengakuan secara resmi berutang serta lebih kuat dari
24
segi hukum dibanding piutang biasa. Di samping itu wesel juga lebih mudah dicairkan
menjadi uang tunai dengan cara didiskontokan atau dijual.
JK WAKTU WESEL
BUNGA= NILAI NOMINAL X TNGKT BUNGA THNAN X
JK WAKTU 1 TAHUN
Dalam wesel tagih terdapat istilah nilai maturitas, istilah ini untuk hasil penjumlahan
nilai nominal dan bunga selama jangka waktu wesel.
1) Prinsip Pencatatan Akuntansi Wesel Tagih
Wesel tagih merupakan aktiva lancar, perkiraan wesel tagih di debet dan di kredit
sebesar nilai nominalnya. Perkiraan wesel tagih di debet apabila:
a) Menerima wesel/promes dari debitur
b) Mendiskonto/membeli wesel
c) Menarik wesel kepada debitur
Pada saat menerima pelunasan wesel berbunga maka perkiraan pendapatan bunga di
kredit sebesar bunga yang diterima.
25
2) Penentuan Tanggal Jatuh Tempo
Tanggal jatuh tempo suatu wesel dapat ditentukan dengan tiga langkah berikut:
a) Kurangkan tanggal dikeluarkannya wesel dari jumlah hari yang ada dalam bulan
bersangkutan
b) Tambahkan hari-hari penuh dalam bulan berikutnya, tetapi jangan melebihi jumlah
hari hari yang tercantum dalam wesel tersebut
c) Kurangkan jumlah hari yang diperoleh dari butir 1) dan 2) dengan jangka waktu
wesel tersebut.
Penentuan jatuh tempo untuk wesel tagih harian dan wesel tagih bulanan adalah
sebagai berikut:
a) Wesel Tagih Harian, jatuh tempo wesel tagih harian ditentukan dengan cara harian,
yaitu dihitung dari tanggal wesel hingga tanggal jatuh tempo. Dengan demikian
tanggal wesel tidak ikut dihitung tetapi tanggal jatuh tempo ikut dihitung.
Contoh: Pada tanggal 5 Juni 2000 diterima wesel 60 hari. Jatuh temponya adalah ?
Jangka waktu wesel 60 hari
Jumlah hari bulan Juni 30
Tanggal wesel 5 -
25 -
35
Jumlah hari bulan Juli 31 -
4
Jadi tanggal jatuh tempo wesel adalah tanggal 4 Agustus 2000.
3) Penarikan Wesel
Alasan perusahaan melakukan penarikan wesel adalah sebagai berikut:
26
a) Mengganti piutang yang telah jatuh tempo
b) Penjualan piutang yang telah jatuh tempo
c) Pemberian pinjaman kepada pihak lain
5) Pendiskontoan Wesel
Pemegang wesel kadangkala memerlukan uang tunai sebelum jatuh tempo. Untuk
memenuhi hal tersebut, maka wesel tagih yang dimiliki dapat dijual/didiskontokan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendiskontokan wesel adalah sebagai berikut:
a) Diskonto/potongan, untuk wesel yang tidak berbunga diskonto dihitung dari nilai
nominal. Untuk wesel berbunga diskonto dihitung dari nilai nominal ditambah
bunga.
b) Lama/hari diskonto, lama/hari diskonto dihitung mulai tanggal pendiskontoan
hingga tanggal jatuh tempo, dengan demikian tanggal pendiskontoan tidak dihitung
sedangkan tanggal jatuh tempo ikut dihitung.
c) Pecatatan diskonto/potongan, diskonto wesel yang tidak berbunga akan dicatat di
debet pada perkiraan “Beban Bunga” sebesar diskonto. Untuk wesel tagih
berbunga jika diskonto lebih besar dari pada bunga akan dicatat sebesar selisih
antara bunga dengan diskonto. Sebaliknya jika bunga lebih besar dari pada
diskonto akan dicatat pada perkiraan “Pendapatan Bunga” sebesar selisih antara
diskonto dan bunga.
27
6) Pencatatan Pendiskontoan Wesel
Pendiskontoan wesel tagih dicatat di kredit pada perkiraan wesel tagih didiskontokan
sebesar nilai nominal. Wesel yang didiskontokan tetapi tidak dilunasi/dibayar oleh
yang kena tarik/pembayar, akan dicatat dengan cara mendebet perkiraan piutang, wesel
tagih yang didiskontokan, serta mengkredit perkiraan wesel tagih dan kas. Untuk
membalik wesel tagih yang tidak berlaku lagi dan dijadikan piutang dagang,
pencatatan dilakukan dengan cara mendebet perkiraan piutang, dan mengkredit
perkiraan wesel tagih. Untuk pembayaran kembali sebesar nilai nominal wesel, bunga
untuk wesel yang berbunga serta denda kepada pihak yang memegang wesel akan
dicatat di sisi kredit pada perkiraan kas. Pencatatan wesel yang didiskontokan dan
dilunasi oleh yang kena tarik adalah dengan cara mendebet perkiraan wesel tagih
didiskontokan, dan mengkredit perkiraan wesel tagih.
Contoh:
Pada tanggal 15 Desember 1999, wesel tak berbunga dan berjangka waktu 60 hari
senilai Rp. 5.000.000,00. dikeluarkan oleh PT. Restu Jaya pada tanggal 7 November
2000. Wesel tersebut didiskontokan ke bank dengan tingkat diskonto 27%. Berapakah
jumlah uang yang diterima dari pendiskontoan tersebut ?
Jawab:
Nilai nominal wesel Rp. 5.000.000,00.
Perhitungan diskonto 27% x 22/360 x 5.000.000,00. Rp. 82.500,00.-
Jumlah uang yang diterima dari pendiskontoan Rp. 4.917.500,00.
Ayat jurnal untuk mencatat jumlah uang yang diterima dari pendiskintoan tersebut
adalah:
28
2. Wesel Bayar
Wesel bayar merupakan kebalikan dari wesel tagih. Jika wesel bayar berjangka waktu
kurang dari satu tahun, maka akan dilaporkan di neraca pada pos utang/kewajiban lancar.
Sebaliknya jika berjangka waktu lebih dari satu tahun akan dilaporkan di neraca pada pos
utang/kewajiban jangka panjang. Wesel bayar ada yang berbunga dan ada yang tidak
berbunga. Cara menentukan tanggal jatuh temponya sama dengan cara penentuan pada
wesel tagih.
a. Pencatatan Saat Penarikan wesel
Suatu wesel akan ditarik oleh pemberi perintah membayar. Bagi pihak yang
membayar, wesel tersebut merupakan wesel bayar. Penarikan wesel bayar dapat
disebabkan beberapa hal berikut ini:
1) Utang dagang yang telah jatuh tempo, jurnalnya adalah:
Utang dagang Rp. xxx
Wesel bayar Rp. xxx
D. Soal Latihan
1. PT. Andalas memegang sebuah promes 60 hari dengan nominal Rp. 3.600.000,00.
Promes tersebut berbunga 7% per tahun, tertanggal 18 Oktober 1999 yang diterima
dari seorang debitur. Pada tanggal 27 November promes tersebut didiskontokan pada
PT. Andalas dengan diskonto 8% per tahun.
Diminta:
a. Hitunglah nilai promes tersebut pada hari tunainya
b. Hitunglah hari dan besar diskonto promes tersebut
29
c. Hitunglah jumlah yang diterima PT. Andalas saat diskonto
d. Buatlah jurnal pendiskontoan tanggal 27 November
e. Buatlah jurnal jika promes tersebut dilunasi oleh pembuatnya
2. Saldo piutang dagang pada tanggal 1 Januari 2000 adalah Rp. 120.000.000,00. dan
saldo pada tanggal 31 Desember 2000 adalah Rp. 100.000.000,00. Penjualan bersih
selama tahun 2000 berjumlah Rp. 2.000.000,00. Perkiraan penyisihan piutang tak
tertagih pada tanggal 1 Januari 2000 bersaldo Rp. 1.500.000,00. dan selama tahun
2000 total ayat jurnal di debet Rp. 5000.000,00.
Diminta:
a. Apabila penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan 3% dari saldo piutang
rata-rata. Hitunglah besarnya piutang tak tertagih yang harus dibebankan dalam
tahun bersangkutan.
b. Hitunglah biaya yang harus dibebankan apabila penyisihan piutang tak tertagih
didasarkan 0,25% dari penjualan
c. Hitunglah saldo perkiraan piutang tak tertagih pada akhir tahun
30
Daftar Pustaka
Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.
Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.
Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.
31
BAB V
AKUNTANSI PIUTANG DAGANG
C. Uraian Materi
1. Pengertian dan Jenis Piutang Dagang
Piutang adalah hak perusahaan untuk menagihsejumlah uang kepada pihak lain apa suatu
saat tertentu. Piutang yang berasal dari penjualan barang/jasa disebut piutang
dagang/usaha. Piutang yang timbul bukan dari penjualan barang/jasa disebut piutang non
dagang. Termasuk piutang non dagang antara lain:
a. Uang muka pembelian
b. Pinjaman karyawan
c. Piutang bunga
d. Klaim asuransi
e. Beban dibayar dimuka
f. Utang saldo debet
32
a. Pencatatan Terjadinya Piutang Dagang, pencatatan terhadap adanya piutang
dagang/usaha dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Penjualan barang dagangan secara kredit, penjulan barang dagangan secara kredit
akan dicatat dalam jurnal penjualan, jika memakai jurnal khusus. Jika
pencatatannya memakai jurnal umum, ayat jurnalnya adalah:
Piutang Dagang Rp. xxx
Penjualan Rp. xxx
2) Penjulan jasa secara kredit (telah menyelesaikan pekerjaan tetapi upahnya diterima
kemudian) dicatat dengan jurnal:
Piutang Dagang Rp. xxx
Pendpatan Jasa Rp. xxx
33
Pencatatan dalam kartu piutang biasanya berasal dari transaksi-transaksi berikut:
1) Penjualan tunai
2) Penerimaan uang dari penagihan piutang
3) Penjualan retur atau pengurangan harga
Jadi pelanggan membayar lebih besar dari saldo piutang sehingga kartu piutang bersaldo
kredit, saldo kredit dicatat dalam tanda kurang atau dengan tinta merah.
d. Umur Piutang
Umur piutang adalah jangka waktu sejak dicatatnya transaksi penjualan sampai dibuatnya
daftar piutang.
Contoh:
Toko Deli sejak 26 Oktober 2000 tidak ada lagi transaksi yang dicatat. Oleh karena itu
pada daftar piutang per 31 Desember 2000 terdapat saldo Rp. 500.000,00.
Umur piutang berdasarkan data pada soal tersebut adalah:
Desember 31
November 30
Oktober 5 +
Umur piutang 66
Ada kalanya umur piutang dikelompokkan menurut jumlah hari tetentu misalnya 1- 30
hari, 31- 60 hari, 61 – 90 hari, 91 – 120 hari di atas 120 hari dan seterusnya.
34
No Nama Total Umur Piutang
Langganan (Rp)
1-30 31-60 61-90 91-120 >120
35
persentase penjualan beban piutang tak tertagih tidak dipengaruhi oleh saldo perkiraan
penyisihan sebelum adanya jurnal penyesuaian.
-Metode Cadangan/Penyisihan
Kas Rp. xxx
Penyisihan Piutang tak Tertagih Rp. xxx
2) Penerimaan tersebut pada periode setelah periode penghapusan, maka baik metode
langsung maupun metode penyisihan pencatatannya sama, dengan jurnal:
Piutang Rp. xxx
Piutang Hapus Kembali Rp. xxx
36
Perkiraan piutang hapus kembali tersebut dalam laporan Laba/Rugi disajikan sebagai
pendapatan di luar usaha. Penyajian piutang dalam neraca menurut Prinsip Akuntansi
Indonesia 3.1 pasal 9 disebutkan bahwa jumlah brutto piutang harus tetap disajikan di
neraca. Oleh karena itu dalam neraca disajikan jumlah brutto piutang dikurangi jumlah
penyisihan piutang tak tertagih.
Contoh:
Piutang Rp. 15.000.000,00.
Penyisihan piutang tak tertagih Rp. 750.000,00. -
Rp. 14. 250.000,00.
D. Soal Latihan
1. Pada tanggal 31 Desember 2000 dalam pembukuan Toko “ABG” antara lain terdapat
perkiraan berikut ini:
Piutang Rp. 3.500.000,00.
Penjualan Rp. 12.500.000,00.
Selama tahun 2000 transaksi yang berhubungan dengan piutang adalah :
5-1-2000, Penjualan kredit Rp. 3.000.000,00.
10-1-2000, Penerimaan dari debitur Rp. 1.500.000,00.
10-2-2000, Piutang kepada seorang debitur dihapuskan Rp. 750.000,00.
30-3-2000, Penjulan tunai Rp. 6.000.000,00.
1-4-2000, Piutang yang dihapuskan tahun 10-2-2000 lalu diterima per kas
30-4-2000, Piutang yang dihapuskan tahun 1999 lalu diterima per kas Rp. 200.000,00.
13-5-2000, Piutang kepada beberapa debitur dihapuskan Rp. 450.000,00.
20-5-2000, Seorang debitur menyatakan akan membayar utangnya yang telah
dihapuskan 13-5-2000 lalu sebesar Rp. 300.000,00.
26-5-2000, Diterima pembayaran dari debitur yang telah berjanji akan membayar
tanggal 20-5-2000 yang lalu.
Diminta:
a. Buatlah jurnal atas transaksi di atas dengan memakai metode langsung dan metode
tak langsung
37
b. Buat jurnal penyesuaian dan jurnal penutup per 31 Desember 1999 dan 31
Desember 2000 apabila cadangan kerugian piutang ditambah 4% dari saldo
piutang
c. Buatlah jurnal penyesuaian dan jurnal penutup 31 Desember 1999 dan 31
Desember 2000 berdasarkan analisis umur piutang, besarnya kerugian piutang tak
tertagih masing-masing yaitu tahun 1999 Rp. 15.000,00. dan tahun 2000 Rp.
17.500,00.
2. Saldo piutang dagang pada tanggal 1 Januari 2000 adalah Rp. 120.000.000,00. dan
saldo pada tanggal 31 Desember 2000 adalah Rp. 100.000.000,00. Penjualan bersih
selama tahun 2000 berjumlah Rp. 2.000.000,00. Perkiraan penyisihan piutang tak
tertagih pada tanggal 1 Januari 2000 bersaldo Rp. 1.500.000,00. dan selama tahun
2000 total ayat jurnal di debet Rp. 5000.000,00.
Diminta:
a. Apabila penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan 3% dari saldo piutang
rata-rata. Hitunglah besarnya piutang tak tertagih yang harus dibebankan dalam
tahun bersangkutan
b. Hitunglah biaya yang harus dibebankan apabila penyisihan piutang tak tertagih
didasarkan 0,25% dari penjualan
c. Hitunglah saldo perkiraan piutang tak tertagih pada akhir tahun
38
Daftar Pustaka
Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.
Soemarso SR. (1990). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Rinneka
Cipta.
Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.
Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.
39
BAB VI
AKUNTANSI PERSEDIAAN
C. Uraian Materi
1. Arti dan Pentingnya Persediaan
a. Pengertian Persediaan
Persediaan pada perusahaan dagang adalah barang dagangan yang belum terjual
sampai dengan penutupan buku. Bagi perusahaan industri yang termasuk dalam
kategori persediaan terdiri dari:
1) Persediaan bahan baku yaitu bahan baku atau bahan mentah yang belum dipakai
atau diolah didalam proses produksi sampai dengan penutupan buku atau akhir
periode.
2) Persediaan barang dalam proses, yaitu bahan baku/bahan mentah yang sudah diolah
di dalam proses produksi tetapi belum siap sampai penutupan buku atau akhir
periode.
3) Persediaan barang jadi atau persediaan barang dagangan, yaitu barang yang sudah
siap diproduksi tetapi sampai akhir penutupan buku atau akhir periode belum
terjual.
40
b. Pentingnya Persediaan
Pada setiap akhir periode atau pada waktu penyusunan laporan keuangan, persediaan
harus dihitung unit maupun nilainnya. Kesalahan pencatatan persediaan awal dan akhir
akan mempunyai dampak sebagai berikut:
1) Jika persediaan awal dicatat terlalu tinggi dari yang seharusnya, maka laba bersih
periode yang bersangkutan menjadi lebih rendah.
2) Jika persediaan awal dicatat terlalu rendah dari yang seharusnya, maka leba bersih
periode yang bersangkutan menjadi lebih tinggi.
3) Jika persediaan akhir dicatat terlalu tinggi dari yang sebenarnya, maka laba bersih
periode yang bersangkutan menjadi lebih tinggi.
4) Jika persediaan akhir dicatat terlalu rendah dari yang sebenarnya laba bersih periode
yang bersangkutan menjadi lebih rendah.
Dengan demikian perhitungan persediaan akhir harus dilakukan secara teliti dan tepat,
agar perhitungan pada neraca dan laporan Rugi/Laba dapat ditentukan dengan tepat
dan benar. Besarnya pengaruh persediaan terhadap laporan keuangan membuat
perhitungan atau penilaian persediaan pada waktu penutupan buku harus dilakukan
dengan teliti, dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi.
Besarnya pengaruh persediaan di dalam laporan keuangan baik neraca maupun
perhitungan laba/rugi dapat digambarkan dengan contoh sebagai berikut:
41
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa kesalahan menilai persediaan akhir akan
membawa akibat kesalahan terhadap pencatatan laba yang cukup besar, yaitu:
Laba yang benar Rp. 95.500.000,00.
Laba yang salah Rp. 185.000.000,00. -
Selisih laba Rp. 94.500.000,00.
42
b. Metode Permanen/Perpetual (Permanent/Perpetual Inventory System)
Dalam metode ini persdiaan akhir dapat diketahui setiap terjadi perubahan, baik pada
saat pembelian maupun pada saat penjualan. Pembukuan atas persediaan dilakukan
secara kontinu, yaitu membukukan setiap transaksi persediaan dengan pencatatan
berikut:
-Pada saat pembelian: D = Persediaan Barang
K = Kas/Utang Dagang
-Pada saat penjualan: D = Kas/Piutang Dagang
K = Penjualan/Persediaan
43
2) Metode Rata-rata Sederhana (Simple Average Methods), dalam metode ini terlebih
dahulu dihitung rata-rata harga per unit baru menghitung nilai persediaan akhirnya.
Rata-rata harga per unit dapat dihitung dengan rumus:
Jumlah harga (Harga persediaan + Harga pembelian)
Banyak Kelompok
3) Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Methods), dalam metode rata-rata
tertimbang nilai persediaan akhir dihitung dengan terlebih dahulu mencari harga
rata-rata per unit. Harga rata-rata per unit dapat diketahui dengan cara membagi
jumlah barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah kuantitasnya. Bila
dirumuskan maka harga rata-rata per unit dapat dicari dengan rumus:
Jumlah harga x Jumlah barang (Persediaan dan Pembelian)
Jumlah barang (Persediaan + Pembelian)
Nilai persediaan akhir (NPA) dapat dihitung dengan mengalikan jumlah barang
yang masih ada dengan harga rata-rata per unit.
4) Metode First In First Out (FIFO/MPKP), metode ini didasarkan pada anggapan
arus biaya, dimana harga pokok dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya
transaksi. Barang dagangan yang pertama kali dibeli terlebih dahulu dijual atau
dikeluarkan dari gudang. Dengan demikian persediaan pada akhir periode adalah
barang dagangan yang paling akhir dibeli.
5) Metode Last In First Out (LIFO), sesuai dengan metode ini barang yang palingakhir
dibeli atau masuk itulah yang pertama kali dijual atau dikeluarkan dari gudang.
Dengan demikian persediaan pada akhir periode adalah yang paling awal dibeli.
6) Metode Penjualan Relatif, metode ini hanya digunakan apabila ada satu perusahaan
industri dengan bahan mentah yang sama mengasilkan bermacam-macam barang
yang berbeda. Tukang perabot dengan 20 lembar papan dapat membuat meja, kursi,
lemari dan lain sebagainya. Metode penilaian persediaan yang tepat untuk tukang
perabot tersebut adalah metode nilai penjualan (sales value). Menurut metode ini
barang dagangan yang paling tinggi harga jualnya dibebankan harga yang lebih
tinggi.
7) Persediaan Besi, metode ini dipakai dengan anggapan bahwa diperlukan suatu
jumlah persediaan besi/normal/minimum dengan tujuan untuk menjaga kontinuitas
44
perusahaan. Pada akhir periode jumlah barang-barang yang ada dalam gudang
dihitung jumlah persediaan besinya dan dicatat dengan harga pokok yang tetap.
Selisih antara jumlah barang yang ada dengan jumlah persediaan besi dinilai dengan
harga barang sekarang, bisa dengan MPKP, rata-rata dan lain sebagainya.
b. Metode Permanen/Terus-Menerus/Perpetual
Metode ini disebut juga metode perpetual karena aliran barang diikuti secara terus
menerus dalam pembukuan perusahaan sehingga setiap saat dapat diketahui Harga
Pokok Penjualan dan Persediaan akhir. Sistem ini sering disebut Continous Inventory
atau Book Inventory System. Metode penilaian persediaan dengan metode perpetual
pada umumnya dapat dilakukan dengan:
1) Metode masuk pertama keluar pertama (MPKP)
2) Metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP)
3) Metode rata-rata bergerak
c. Metode Taksiran
Metode ini dipakai untuk memperkirakan jumlah persediaan barang pada saat-saat
tertentu, apabila tidak mungkin mengadakan perhitungan fisik atau karena sebagian
data yang diperlukan tidak ada. Bagi perusahaan yang menggunakan metode taksiran
ada dua alternatife metode yang dapat digunakan, yaitu metode laba kotor dan metode
harga eceran.
1) Metode Laba Kotor, metode laba kotor biasanya digunakan untuk:
a) Menaksir jumlah persediaan barang untuk penyusunan laporan jangka pendek
dimana perhitungan fisik tidak mungkin dijalankan
b) Menaksir jumlah persediaan barang yang rusak karena terbakar atau terjadi
musibah
c) Mengatasi jumlah persediaan yang dihitung dengan cara lain
d) Menyusun taksiran harga pokok penjualan, persediaan akhir dan laba bruto
Untuk menghitung persediaan dengan metode laba kotor perlu diketahui persentase
laba kotor terlebih dahulu. Persentase laba kotor tersebut dapat dihitung dari harga
jual dan juga harga pokok.
45
Persentase laba kotor dari harga jual, untuk menghitung persediaan akhir dari
persentase harga jual, terlebih dahulu dihitung jumlah barang yang siap dujual.
Setelah itu barulah menghitung harga pokok barang yang dijual dengan cara:
jumlah penjualan dikurangi persentase laba kotor dikali jumlah penjualan. Nilai
persediaan akhir diperoleh dengan cara mengurangi jumlah barang yang tersedia
untuk dijual dengan harga pokok barang yang dijual.
Persentase laba kotor dari harga pokok, besarnya harga jual menurut metode ini
adalah harga pokok ditambah dengan laba, sehingga harga jual menjadi lebih
dari 100%
D. Soal Latihan
1. Data-data pembukuan tentang persediaan barang selama bulan Maret 2000 adalah
sebagai berikut:
Tanggal 1-3-2000 Persediaan 6000 unit @ Rp. 500,00.
Tanggal 5-3-2000 Pembelian 5000 unit @ Rp. 600,00.
Tanggal 10-3-2000 Penjualan 4000 unit
Tanggal 15-3-2000 Pembelian 3000 unit @ Rp. 400,00.
Tanggal 20-3-2000 Penjualan 2000 unit
Tanggal 25-3-2000 Penjualan 1000 unit
Tanggal 30-3-2000 Pembelian 4000 unit @ Rp. 200,00.
46
Diminta: Hitunglah nilai persediaan akhir dengan memakai metode Fisik
1. Tanda pengenal khusus, jika persediaan akhir berasal dari pembelian tanggal 15
Januari 2000 = 60%, sisanya dari pembelian tanggal 30 Maret = 40%.
2. Metode rata-rata sederhana
3. Metode rata-rata tertimbang
4. MPKP
5. MTKP
Diminta: Berdasarkan data tersebut hitunglah persediaan akhir dengan metode taksiran
harga eceran.
4. PD. Panca Dewi selama tahun 2013 mempunyai catatan yang berhubungan dengan
persediaan barang dagangan sebagai berikut:
-Persediaan awal Rp. 18.500.000,00.
-Pembelian Rp. 38.500.000,00.
-Retur Pembelian Rp. 3.400.000,00.
-Potongan Pembelian Rp. 800.000,00.
-Beban Angkut Pembelian Rp. 2.000.000,00.
-Penjualan Rp. 60.000.000,00.
-Retur Penjualan Rp. 3.750.000,00.
-Potongan Penjualan Rp. 1.050.000,00.
47
Diminta: Jika laba bruto ditaksir 15% tentukan nilai persediaan barang dagangan pada
tanggal 31 Desember 2013.
Daftar Pustaka
Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.
Rollin Niswonger, C., Philip E Fess, Caris Warren. (1981). Accounting Principles.
Sixteenth Edition. South Western Publishing Co.
Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.
Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.
48
BAB VII
AKUNTANSI INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi jangka panjang dapat dilakukan dalam bentuk saham, obligasi, asuransi, tanah
dan lain-lain. Dalam bab ini yang dibahas adalah investasi dalam bentuk saham dan
obligasi.
C. Uraian Materi
1. Investasi Dalam Saham
Investasi dalam saham adalah investasi yang dilakukan dengan membeli saham
perusahaan lain yang kepemilikannya bersifat permanen. Tujuan pembelian saham
perusahaan lain oleh suatu perusahaan antara lain:
-Memperoleh pendapatan permanen berupa deviden
-Mengendalikan operasi perusahaan lain
-Membentuk hubungan usaha antar perusahaan
49
a. Akuntansi Pembelian Saham
Prinsip pencatatan investasi jangka panjang untuk pembelian saham adalah mendebet
perkiraan “Investasi Dalam Saham” yang bersangkutan sebesar harga perolehannya.
Apabila saham yang dibeli lebih dari satu jenis saham, penentuan harga perolehan
masing-masing jenis saham dilakukan dengan
1) Menentukan harga pasar masing-masing jenis saham
2) Menjumlahkan harga pasar seluruh saham
3) Menentukankan harga perolehan tiap-tiap jenis saham dengan rasio perbandingan
harga tiap jenis saham berbanding total keseluruhan dikalikan dengan harga
perolehan
Adakalanya deviden yang diterima tidak dibayar tunai atau dengan aktiva melainkan
diberi dalam bentuk deviden saham yaitu dividen yang akan diterima berupa saham
dari perusahaan yang telah dimiliki. Pencatatan hal tersebut dilakukan sebagai berikut:
1) Jika deviden saham itu sejenis dengan saham yang dimiliki hal itu dianggap tidak
membawa perubahan atas saham sehingga dicatat dengan memorial
2) Jika deviden saham itu berbeda dengan saham yang dimiliki, harga pokok saham
yang dimiliki dibagikan kepada tipa jenis saham atas nilai relatif
50
Dengan metode harga perolehan, pencatatan nilai investasi dalam neraca dilakukan
secara tetap dari periode ke periode sebesar harga perolehan saat pembelian
investasi. Pendapatan deviden dicatat sejak saat pengumuman deviden akan
dibagikan.
2) Metode Pemilikan
Dengan metode ini pencatatan nilai investasi dalam neraca dari satu periode ke
periode berikutnya selalu berubah-ubah. Pendapatan deviden dicatat sejak laba
bersih perusahaan tempat menanamkan modal dilaporkan. Bentuk jurnal pencatatan
deviden saham tersebut adalah sebagai berikut:
Saat laba bersih dilaporkan
Investasi dalam saham Rp. xxx
Bagian laba PT Rp. xxx
51
Adakalanya pihak yang mengeluarkan saham menarik kembali sahamnya.
Transaksi penjualan tersebut akan memperhitungkan harga perolehan saham waktu
dibeli dibeli dengan harga yang diterima dari pihak perusahaan pemilik saham.
Pehitungan tersebut dinyatakan sebagai laba/rugi pelunasan kembali saham.
52
2) Amortisasi Agio/Disagio Obligasi
Agio/Disagio obligasi harus diamortisasi secara bertahap selama jangka waktu
obligasi yang bersangkutan. Amortisasi agio/disagio obligasi dilakukan setiap akhir
tahun buku atau setiap terima bunga obligasi. Tujuan diadakan amortisasi
agio/disagio obligasi adalah agar pada saat obligasi tersebut jatuh tempo, nilai
nominalnya sama dengan nilai obligasi yang dicatat dalam buku besar.
53
1) Transaksi pembelian obligasi didebit sebesar bunga berjalan yaitu dari tanggal
jatuh tempo kupon terakhir sampai tanggal pembelian.
2) Penerimaan bunga kupon obligasi dikredit sebesar enam bulan
3) Pada akhir periode akuntansi dibuat ayat penyesuaian dengan mengkredit sebesar
bunga berjalan dari tanggal jatuh tempo kupon terakhir ke tanggal akhir periode.
4) Transaksi penjualan obligasi dikredit sebesar bunga berjalan dari tanggal jatuh
tempo kupon terakhir sampai tanggal penjualan.
D. Soal Latihan
1. Pada tanggal 15 Maret 1998, PT. Cempaka membeli 6000 lembar saham PT. Pertiwi
dari 30.000 lembar saham yang beredar, dengan nilai nominal Rp. 10.000,00
perlembar. Harga perolehan Rp. 10.750,00 perlembar. Pada tanggal 10 Januari 1999,
PT. Pertiwi mengumumkan pembagian deviden sejumlah Rp. 90.000.000,00 kepada
para pemegang saham. Tanggal 5 Februari 1999, PT.Pertiwi membagikan deviden
tunai kepada pemegang saham PT. Cempaka mencatat investasi dengan metode harga
perolehan.
Diminta:
a. Hitung deviden yang diterima PT. Cempaka pda tanggal 5 Februari 1999.
b. Catat transaksi-transaksi tersebut di atas dalam jurnal untuk PT. Cempaka.
2. Tanggal 30 September 1998, PT. Sejahtera membeli obligasi 18% per tahun, dengan
nilai nominal Rp. 100.000.000,00. Hari kupon setiap 31 Desember dan jatuh tempo 31
Desember 2001.
Diminta:
a. Hitung agio/disagio obligasi
b. Hitung bunga berjalan
c. Hitung amortisasi agio/disagio per bulan, dan amortisasi agio/disagio tahun 1998
d. Hitung pendapatan bunga yang dilaporkan dalam laporan rugi/laba tahun 1998
e. Hitung nilai investasi per 1 Januari 2000
f. Buat jurnal pembelian investasi, penerimaan bunga dan jurnal penyesuaian 31
Desember 1998.
54
3. Di beli sebuah mesin dengan harga Rp. 45.000.000,00. Pembayaran atas jumlah
tersebut dapat dilakukan dalam jangka waktu 60 hari. Apabila pembayaran dilakukan
tunai pada hari pembelian, diberikan diskount 2 %. Ongkos balik nama, asuransi dan
lain-lain berjumlah Rp. 1.500.000,00.
4. Suatu perusahaan membeli gedung beserta tanah dan tempat gedung tersebut berdiri
dengan harga Rp. 100.000.000,00. Jumlah tersebut sudah termasuk biaya notaris, bea
balik nama, komisi dan lain-lain. Dengan demikian harga sebesar Rp. 100.000.000,00.
harus dialokasikan antara harga perolehan gedung dan harga perolehan tanah. Jika
pada tahun tersebut nilai tanah ditaksir Rp. 30.000.000,00., dan nilai gedung ditaksir
Rp. 90.000.000,00.
Diminta: a. Harga yang harus diperhitungkan adalah
b. Ayat jurnal untuk harga taksiran dan harga perolehan
Daftar Pustaka
Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.
Myer, John. (1978). Financial Statement Analysis. Prentice Hall: Inc. Englewood Cliffs.
Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.
55
BAB VIII
AKUNTANSI AKTIVA TETAP
Aktiva yang masa manfaatnya lebih dari satu siklus operasi normal perusahaan tetapi
bernilai kecil tidak dapat digolongkan sebagai aktiva tetap. Contoh aktiva yang tidak
termasuk dalam aktiva tetap antara lain sendok, gunting, pulpen dan lain sebagainya.
Berdasarkan sifatnya aktiva tetap dapat dibagi menjadi:
1. Aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets)
2. Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets)
56
C. Uraian Materi
Berdasarkan sifatnya aktiva tetap dapat dibagi menjadi:
1. Aktiva Tetap Berwujud
Aktiva tetap berwujud adalah aktiva tetap yang secara fisik dapat dipergunakan dalam
operasi perusahaan (aktiva tersebut memiliki bentuk fisik yang nyata). Ada tiga jenis
aktiva tetap berwujud yaitu:
Aktiva yang merupakan subjek penyusutan, seperti: bangunan, peralatan, kendaraan
Aktiva yang merupakan subjek deplesi, seperti: tambang mineral atau sumber-
sumber alam (mineral deposit)
Aktiva yang tidak mengalami penyusutan atau deplesi, seperti: tanah untuk
bangunan perusahaan
57
Tanah : Harga perolehan tanah meliputi harga beli tanah, biaya survey, komisi
mekelar, biaya balik nama dan agrarian dan biaya pematangan tanah.
58
terdapat discount, discount tersebut baik diambil atau tidak diambil harus
dikurangkan dari harga faktur. Discount yang tidak diambil harus dicatat sebagai
kerugian discount.
2) Pembelian Secara Kredit/Angsuran, nilai aktiva tetap yang diperoleh dengan cara
pembelian kredit dicatat sebesar nilai tunainya. Selisih antara harga pembelian
kredit dan nilai tunainya dicatat sebagai beban bunga. Bunga tersebut dialokasikan
secara proporsional sebagai bahan bunga setiap periode selama masa kontrak
pembelian.
3) Pertukaran (Trade In/ Acquisition by Exchange), suatu aktiva tetap dapat diperoleh
melalui pertukaran dengan aktiva tetap lainnya. Pertukaran dapat berupa pertukaran
penuh (tidak terdapat pihak-pihak yang harus membayar) dan dapat pula berupa
tukar tambah. Tukar tambah terjadi bila salah satu pihak disamping menyerahkan
aktivanya yang lama juga harus membayar sejumlah uang tertentu.
5) Diperoleh Sebagai Hadiah, aktiva tetap yang diperoleh melalui pemberian, hibah
atau sebagai hadiah akan dicatat sebesar harga pasar (harga yang wajar). Meskipun
untuk memperoleh aktiva tersebut mungkin dikeluarkan biaya tertentu, namun
pengeluaran tersebut jauh lebih kecil daripada nilai aktiva yang diterima.
59
makin berkurang. Pada akhirnya untuk memberikan jasa akan makin berkurang.
Pada akhirnya aktiva tersebut akan kehilangan nilai produksinya dan hanya
memiliki nilai sisa saja. Berkurangnya kemampuan aktiva tetap untuk memberikan
jasa dipengaruhi oleh faktor fisik dan faktor fungsional. Faktor fisik berkaitan
dengan keausan atau kerusakan karena pemakaian. Faktor fungsional berkaitan
dengan kemajuan teknologi, misalnya ketinggalan model, ketidak seimbangan
kapasitas yang tersedia dan yang diminta sehingga menjadi tidak ekonomis.
Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya pula nilai aktiva. Pengakuan akan
adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud disebut penyusutan/depreciation.
1) Faktor-faktor yang Menentukan Besarnya Penyusutan
Penyusutan atau depresiasi merupakan alokasi harga perolehan aktiva tetap menjadi
beban atau biaya karena terbatasnya manfaat aktiva tersebut. Pengalokasian
penyusutan aktiva tetap tersebut dilakukan secara berkala atau periodik, yaitu setiap
bulan atau ditunda sampai dengan akhir tahun. Penyusutan tersebut dibebankan
pada pendapatan yang diperoleh dalam periode yang sama. Untuk menetapkan
besarnya beban penyusutan aktiva tetap setiap periode akuntansi perlu
memperhatikan faktor-faktor berikut:
Harga perolehan aktiva tetap, yaitu semua pengeluaran yang diperlukan untuk
memperoleh aktiva tetap tersebut hingga siap pakai atau siap untuk dipergunakan
di lapangan.
Taksiran umur ekonomis atau lama masa manfaat aktiva tetap, yaitu umur aktiva
sejak aktiva diperguanakan hingga tidak dapat dipergunakan secara ekonomis
(jika dipakai biayanya akan lebih besar disbanding dengan penghasilan). Dengan
demikian umur ekonomis merupakan umur aktiva tetap tersebut selama dapat
memberikan jasa/manfaat yang menguntungkan. Oleh karena umur ekonomis
tersebut merupakan hasil taksiran manajemen, satuan hasil produksi dapat
dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam
kerjanya.
Nilai Sisa/nilai residu, yaitu nilai aktiva setelah habis umur ekonomisnya. Nilai
residu ini merupakan bagian harga perolehan aktiva tetap yang tidak ikut
disusutkan.
60
2) Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva tetap adalah harga perolehan
dikurangi nilai sisanya. Jumlah yang dapat disusutkan itu akan dialokasikan sebagai
beban/biaya ke dalam periode yang bersangkutan. Besarnya jumlah yang dapat
disusutkan tersebut tergantung pada metode penyusutan yang diterapkan dalam
masing-masing perusahaan. Ada beberapa cara/metode penyusutan aktiva tetap
yang dapat dipergunakan yaitu:
Metode Garis Lurus (Straight Line Method), metode ini membebani setiap
periode dengan beban penyusutan yang sama besarnya. Besarnya penyusutan
tiap periode akuntansi ditetapkan dengan rumus:
HP - NS
Beban Penyusutan = n atau
61
Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Years Digits Method), metode ini
akan mengahsilkan beban penyusutan yang semakin menurun dari tahun ke
tahun. Cara perhitungan berbeda dengan saldo menurun, dalam metode ini beban
penyusutan dihitung dengan rumus:
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga perolehan – Nilai sisa)
Pembilang
Tarif Penyusutan =
Penyebut
Penyebut adalah jumlah angka tahun yang ada atau dapat dihitung dengan
rumus:
½ n (n + 1)
62
penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, rumus penyusutan
per unit produksi adalah:
63
adanya perubahan tersebut. Koreksi tersebut dapat dilakukan dengan dua cara sebagai
berikut:
1) Nilai Buku aktiva Tetap Tidak Berubah, nilai buku aktiva tetap pada saat diketahui
adanya keslahan tidak berubah. Perubahan hanya dilakukan terhadap perhitungan
penyusutan umur aktiva untuk mengimbangi kesalahan-kesalahan yang telah
terjadi.
2) Nilai Buku Aktiva Tetap Direvisi/diubah, adanya perubahan masa manfaat suatu
aktiva tetap mengakibatkan perlu dilakukan pengoreksian terhadap penyusutan
masa lalu.
2) Sudah Ketinggalan Jaman, munculnya mesin-mesin baru yang lebih baik akan
membuat mesin yang lama menjadi ketinggalan jaman. Perusahaan tentunya akan
lebih diuntungkan dengan adanya mesin baru. Penggantian tersebut mengakibatkan
mutu produk menjadi lebih baik, biaya produksi menjadi lebih hemat dan kapasitas
produksi menjadi lebih tinggi. Cara menghentikan pemakaian suatu aktiva tetap
dapat dilakukan antara lain:
Dibuang Sebagai Barang Bekas/Rongsokan
- Apabila suatu aktiva sudah habis disusutkan atau sudah habis umur
ekonomisnya akan dijurnal:
Akumulasi Penyusutan Aktiva Rp. xxx
Aktiva Rp. xxx
- Apabila suatu aktiva sudah habis umur ekonomisnya, nilai buku dicatat
sebagai kerugian akan dijurnal:
64
Akumulasi Penyusutan Aktiva Rp. xxx
Rugi Karena Pembuangan Rp. xxx
Aktiva Rp. xxx
Dijual Sebagai Barang Bekas, apabila suatu aktiva tetap dijual nilai bukunya
dihitung sampai dengan tanggal penjualan. Selisih yang diperoleh merupakan
keuntungan atau kerugian karena penjulan kativa tetap.
Ditukar Dengan Aktiva Baru, ada kemungkinan aktiva lama dapat ditukar
tambah dengan aktiva baru. Nilai tukar yang diberikan terhadap aktiva lama
dikurangkan dari harga aktiva yang baru sehingga selisihnya merupakan jumlah
yang harus dibayar sesuai dengan persetujuan.
65
4) Franchise: hak tunggal yang diperoleh suatu perusahaan dari perusahaan lain
untuk mengkomersilkan produk, proses/tehnik atau resep tertentu. Hak ini
diberikan dalam jangka waktu tertentu atau ikatan tertentu dan setiap tahun
harus di amortisasikan, misal: Mc. Donald, KFC dll.
5) Goodwill: hak lebih yang dimiliki suatu perusahaan sebagai akibat adanya nama
baik, letak yang strategis, manajer yang baik dll. Goodwill diakui atau dicatat
bila berpindah dari perusahaan lain melalui pembelian dengan harga yang lebih
tinggi dari nilai wajar aktiva nettonya. Kelebihan narga atas wajar tersebut
diakui sebagai perolehan goodwill.
Pencatatan biaya pendirian, biaya riset, dan pengembangan tidak berbeda dengan
pencatatan perolehan dan amortisasi hak cipta. Biasanya riset dan pengembangan
dilakukan untuk suatu produk tertentu yang dapat diidentifikasikan secara fisik.
D. Soal Latihan
1. Jelaskan pengertian Aktiva
2. Sebutkan macam-macam Aktiva
3. PT. Mega pada tanggal 1-4-1990 membeli mobil dengan harga Rp. 10.000.000,00.
yang dibayar tunai sebagai uang muka Rp. 2.500.000,00. dan sisanya diangsur. PT.
Mega akan mengangsur selam tiga kali angsuran tiga bulanan sebesar Rp.
2.500.000,00. ditambah bunga atas saldo pokok hutang yang belum terbayar sebesar
25% per tahun.
Diminta: Buat jurnal yang diperlukan untuk mencatat pembayaran cicilan.
66
4. Pada tanggal 1-1- 1992 dibeli sebuah mesin dengan harga faktur Rp. 12.500.000,00.
Biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mesin tersebut adalah:
-Biaya Angkut Rp. 250.000,00.
-Biaya Pajak Rp. 1.250.000,00.
-Biaya Pembongkaran Rp. 150.000,00.
-Biaya Pemasangan Rp. 100.000,00.
Mesin tersebut ditaksir mempunyai masa manfaat selama 5 tahun, dengan nilai sisa
Rp. 3.000.000,00.
Diminta: Buatlah perhitungan beban penyusutan sampai dengan tahun 1994, jika
menggunakan metode:
a. Penyusutan Garis Lurus
b. Jumlah Angka Tahun
c. Saldo Menurun (dua kali tarif penyusutan gairs lurus dari nilai buku).
67
Daftar Pustaka
Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.
Myer, John. (1978). Financial Statement Analysis. Prentice Hall: Inc. Englewood Cliffs.
Rollin Niswonger, C., Philip E Fess, Caris Warren. (1981). Accounting Principles.
Sixteenth Edition. South Western Publishing Co.
Simangunsong, M.P. (1987). Pelajaran Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. Karya Utama.
Soemarso SR. (1990). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Rinneka
Cipta.
Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.
68
BAB IX
AKUNTANSI UTANG
C. Uraian Materi
1. Utang Jangka Pendek
Utang jangka pendek adalah utang yang harus dibayar dalam jangka waktu kurang dari
satu tahun. Utang jangka pendek dibiayai oleh aktiva lancar. Dengan demikian
kemampuan suatu perushaan dapat dilihat dari current rationya, yaitu membandingkan
antara aktiva lancar dengan utang lancar.
a. Macam-macam Utang Jangka Pendek
Utang jangka pendek dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Utang jangka pendek yang jumlahnya dapat diketahui, antara lain:
69
Utang dagang, adalah utang yang terjadi karena pembelian barang atau jasa
secara kredit.
Utang wesel/wesel bayar, adalah utang berupa janji tertulis yang dibuat oleh
debitur untuk membayar sejumlah uang pada suatu jangka waktu tertentu. Janji
tertulis tersebut harus sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku serta tanggal
pembayarannya sudah ditetapkan.
Utang deviden, adalah bagian laba dari suatu perseroan terbatas untuk para
pemegang saham, tetapi pembayarannya belum dilakukan. Dengan demikian
utang deviden oleh rapat umum pemegang saham.
Biaya-biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya/beban yang telah dirjadi
tetapi belum dilakukan pembayarannya karena adanya peralihan waktu.
Pendapatan yang diterima dimuka, adalah pendapatan yang sudah diterima tetapi
belum diakui sebagai pendapatan. Selama belum diakui sebagai pendapatan,
selam itu masih dianggap sebagai utang.
Pajak yang masih harus disetor ke kas Negara
Utang angsuran yang jangka pembayarannya kurang dari satu tahun
Utang jangka panjang yang akan jatuh tempo pada periode berikutnya.
70
Agar istilah di atas dapat dipahami, berikut ini penjelasan dari beberapa istilah
tersebut:
Utang dagang (accounts payable), adalah utang yang terjadi karena pembelian
barang atau jasa secara kredit.
Utang wesel/wesel bayar (notes payable), adalah utang berupa janji tertulis yang
dibuat oleh debitur untuk membayar sejumlah uang pada suatu jangka waktu
tertentu. Janji tertulis tersebut harus sesuai dengan peraturan hukum yang
berlaku serta tanggal pembayarannya sudah ditetapkan.
Utang deviden, adalah bagian laba dari suatu perseroan terbatas untuk para
pemegang saham, tetapi pembayarannya belum dilakukan. Dengan demikian
utang deviden timbul pada saat diumumkan pembagian deviden oleh Rapat
Umum Pemegang Saham.
Biaya-biaya yang masih harus dibayar (Acrrued Expenses), atau biaya beban
yang masih harus dibayar adalah biaya yang telah terjadi tetapi belum dilakukan
pembayarannya karena adanya peralihan waktu.
Pendapatan diterima dimuka (Unearned Income), adalah pendapatan yang sudah
diterima tetapi belum diakui sebagai pendapatan. Selama belum diakui sebagai
pendapatan, selama itu masih dianggap sebagai utang.
Taksiran utang, adalah utang yang karena sifatnya belum dapat ditentukan
dengan pasti jumlahnya. Misal, hadiah-hadiah yang dibagikan sebagai akibat
penjualan yang lampau, promosi-promosi penjualan, kewajiban yang ditaksir
dari karcis-karcis, kupon pembelian dalam bentuk barang atau jasa sebagai
akibat dari penerimaan yang lampau.
Utang bersyarat (Contingent Liabilities), adalah utang yang kewajiban
melunasinya timbul apabila terpenuhinya keadaan tertentu, dimana sampai
dengan tanggal neraca masih belum dapat dipastikan apakah akan menjadi
kewajiban (utang) atau tidak. Itulah sebabnya utang ini disebut utang yang belum
pasti.
71
b. Penyajian Utang Jangka Pendek dalam Neraca
Utang jangka pendek dalam neraca disajikan secara terpisah dari utang jangka
panjang. Dengan demikian utang pendek disajikan lebih dahulu baru kemudian utang
jangka panjang. Jensi-jenis utang jangka pendek dalam laporan neraca disajikan
berdasarkan pertimbangan urutan jatuh temponya. Dengan demikian utang yang
karena jatuh tempo harus dibayar terlebih dahulu oleh perusahaan disajkan paling atas
dan seterusnya.
b. Pinjaman Obligasi
Obligasi merupakan surat tanda berutang sejumlah yang tercantum dalam surat
utang tersebut dari pihak yang mengeluarkan surat pinjaman itu dengan disertai
jangka waktu pelunasan, besar bunga yang dibayar per tahun, dan tanggal
pembayaran bunga. Pembayaran bunga biasanya dilakukan setiap enam bulan
sekali. Oleh karena jangka waktu pelunasan pinjaman relatif panjang (biasanya
lebih dari satu tahun), maka pinjaman ini termasuk dalam kategori utang jangka
panjang.
1) Akuntansi Pinjaman Obligasi
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencatatan akuntansi
pinajaman obligasi.
Metode pencatatan, ada dua metode pencatatan untuk pinjaman obligasi:
-Metode sejak penerbitan
-Metode sejak penempatan
72
Penempatan dalam perkiraan, pinjaman obligasi ditempatkan pada perkiraan
pinjaman Obligasi pada sisi debet dan kredit sejumlah nilai nominal. Jika
penempatan di atas 100% akan timbul perkiraan Agio Pinjaman Obligasi yang di
kredit sejumlah selisih nilai kurs dengan nilai nominal. Sebaliknya jika
penempatan di bawah 100% timbul perkiraan Disagio Pinjaman Obligasi yang di
debet sejumlah selisih nilai nominal dikurangi nilai kurs.
Penempatan berkaitan dengan bunga berjalan, jika penempatan pinjaman
obligasi tepat pada tanggal kupon, bunga berjalan tidak dihitung. Sebaliknya jika
penempatan pinjaman obligasi tidak tepat pada tanggal jatuh tempo kupon,
bunga berjalan dihitung dan selalu ditambahkan dengan nilai kurs. Besarnya
bunga dihitung dari nilai nominal pinjaman obligasi yang ditempatkan, dengan
asumsi setiap bulan dihitung 30 hari.
Pelunasan/pembelian kembali, pada waktu pelunasan/pembelian kembali
pinjaman obligasi dari peredaran, bunga berjalan dihitung mulai tanggal kupon
hingga tanggal pembelian dan dibukukan pada perkiraan Biaya Bunga sebelah
debet. Apabila terjadi selisih pembelian/pelunasan pinjaman obligasi dengan
nilai buku pinjaman, akan menghasilkan selisih laba/rugi dengan ketentuan:
-Selisih Laba, apabila harga beli lebih kecil daripada nilai buku
-Selisih Rugi, apabila harga beli lebih besar daripada nilai buku
Amortisasi Agio/Disagio Pinjaman Obligasi, setiap akhir periode, agio/disagio
pinjaman obligasi dihitung amortisasinya. Amortisasi tersebut dibebankan ke
perkiraan Biaya Bunga dengan jurnal penyesuaian sebagai berikut:
-Amortisasi agio
Agio Pinjaman Obligasi Rp. xxx
Biaya Bunga Rp. xxx
-Amortisasi Disagio
Biaya Bunga Rp. xxx
Disagio Pinjaman Agio Rp. xxx
73
(sebagian diterima). Pencatatan penempatan pinjaman obligasi baik dengan
metode sejak penerbitan maupun metode sejak penempatan adalah sama.
Kompensasi perkiraan agio/disagio jika ada saldo, jika ada saldo perkiraan
agio/disagio pada akhir periode akuntansi harus dikompensasikan sehingga
tinggal satu perkiraan yang jumlahnya lebih besar, ayat jurnalnya sebagai
berikut:
Agio Pinjaman Obligasi Rp. xxx
Disagio Pinjaman Obligasi Rp. xxx
74
-Nilai buku lebih kecil dari harga beli = rugi.
Kerugian tersebut dibukukan sebelah debet perkiraan Rugi Pembelian Kembali
Pinjaman Obligasi (Loss on Bond Requisition).
5) Serial Bond Payable Dengan Tanggal Pelunasan Tidak Pada Awal/Akhir Periode
Akuntansi
Jika tanggal jatuh tempo serial bond payable tidak pada akhir atau awal periode
akuntansi, berarti dalam satu periode akuntansi terjadi perubahan jumlah pinjaman
obligasi yang beredar. Perubahan tersebut harus diperhitungkan dalam menentukan
besarnya amortisasi agio/disagio untuk setiap periode. Metode yang digunakan
dalam penentuan amortisasi agio/disagio sama dengan metode amortisasi dalam
serial bond yang pelunasannya pada awal/akhir periode akuntansi, yaitu metode
obligasi beredar. Metode tersebut mengalikan nominal obligasi yang beredar
dengan lama peredaran (dalam bulan).
D. Soal Latihan
1.a. Pada tanggal 1-8-1998, PT. Soraya menerbitkan 100 lembar pinjaman obligasi
dengan nilai nominal @ Rp. 100.000,00. per lembar, bunga 12%, kupon ¼ - 1/10.
Jangka waktu pelunasan 5 tahun sejak penempatan pertama.
b. Pada tanggal 1-10-1998 ditempatkan 600 lembar pinjaman obligasi. Nilai nominal
obligasi tersebut Rp. 100.000,00. per lembar dengan kurs 105%. Provisi dan materi
Rp. 100.000,00. pembayaran diterima per kas.
75
c. Pada tanggal 1-11-1998, ditempatkan lagi 250 lembar pinjaman obligasi dengan nilai
nominal Rp. 100.000,00. per lembar dengan kurs 110% dan provisi dan materai Rp.
50.000,00. Pembayaran diterima 60% dan sisanya diterima 1-12-1998.
d. Pada tanggal 1-12-1998 ditempatkan lagi sisa pinjaman obligasi yang belum
ditempatkan dengan kurs 95%. Provisi dan meterai Rp. 50.000,00. Pembayaran
diterima per kas.
e. Pada tanggal 1-12-1998 diterima pelunasan atas penempatan tanggal 1-11-1998 dan
pinjaman obligasi diserahkan kepada pembeli.
Diminta: Buatlah jurnal transaksi tersebut dengan memakai metode sejak penerbitan
dan sejak penempatan.
3. Pada tanggal 1-5-1998 ditempatkan 500 lembar pinjaman obligasi bernilai nominal Rp.
100.000,00. per lembar dengan bunga 12% dan kupon ½ - 1/8 serta kurs 120%. Jangka
waktu pelunasan pinjaman obligasi tersebut adalah 5 tahun dengan tanggal pelunasan
1-5-2003.
Diminta: Buatlah jurnal transaksi tersebut mulai tanggal penempatan 1-5-1998 s/d 31-
12-2000.
4. a. Pada tanggal 1 Agustus 1998, PT. Soraya menerbitkan 100 lembar pinjaman
obligasi dengan nilai nominal @ Rp. 100.000,00. per lembar, bunga 12%, kupon ¼
- 1/10. Jangka waktu pelunasan 5 tahun sejak penempatan pertama.
c. Pada tanggal 1 Oktober 1998 ditempatkan 600 lembar pinjaman obligasi. Nilai
nominal obligasi tersebut Rp. 100.000,00. per lembar dengan kurs 105%. Provisi
dan materai Rp. 100.000,00. Pembayaran diterima per kas.
d. Pada tanggal 1 November 1998 ditempatkan lagi 250 lembar pinjamam obligasi
dengan nilai nominal Rp. 100.000,00. per lembar dengan kurs 110% dan provisi
dan provisi dan materai Rp. 50.000,00. Pembayaran diterima 60% dan sisanya
diterima 1 Desember 1998.
76
e. Pada tanggal 1 Oktober 1999, ditempatkan 300 lembar pinjaman obligasi dengan
kurs 105% serta biaya provisi dan materai Rp. 75.000,00. Untuk penempatan ini
diterima tunai 40% dan sisanya pada 1 Desember 1999.
f. Pada tanggal 1 Juli 1999, ditempatkan 100 lembar obligasi yang tersisa dengan kurs
110%, serta biaya provisi dan materai Rp. 50.000,00.
Diminta: Buatlah jurnal yang berhubungan dengan transaksi tersebut diatas, lengkap
dengan perhitungannya.
Daftar Pustaka
Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.
Ikatan Akuntansi Indonesia. (1994). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT. Salemba
Empat.
Simangunsong, M.P. (1987). Pelajaran Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. Karya Utama.
77
BAB X
AKUNTANSI PERSEKUTUAN FIRMA
C. Uraian Materi
1. Pengertian Firma
Firma adalah persekutuan yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama
bersama. Persekutuan menurut KUHD pasal 1618, adalah suatu perjanjian dimana dua
orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu ke dalam perskutuan
dengan maksud untuk membagi keuntungan atau manfaat yang diperoleh karenanya.
Bedasarkan pengertian tersebut, firma mempunyai ciri-ciri atau karakteristik sebagai
berikut:
a. Didirikan atas kesepakatan dua orang atau lebih
b. Usahanya dimaksudkan untuk mencari keuntungan
c. Kerugian yang ditimbulkan oleh salah seorang anggota ditanggung bersama
d. Tanggung jawab anggota/sekutu tidak terbatas
78
2. Pendirian Firma
Pendirian firma harus dilakukan dengan membuat akte pendirian di depan notaris.
Akte tersebut kemudian didaftarkan ke pengadilan negeri setempat untuk selanjutnya
diumumkan dalam lembaran berita Negara. Akte pendirian firma tersebut secara
umum memuat:
-Nama lengkap dan tempat tinggal semua sekutu
-Nama firma
-Tujuan pendirian firma (bidang usaha yang akan dijalankan)
-Pembagian tugas diantara para sekutu
-Saat mulai dan berakhirnya persekutuan
-Setoran modal tiap-tiap sekutu dan perubahannya
-Pembagian laba
-Hal-hal lain mengenai hak pihak ketiga terhadap para sekutu
1) Penggabungan Modal, setoran modal oleh masing-masing sekutu dapat berupa uang
tunai atau aktiva
79
2) Penggabungan perusahaan perseorangan dengan individu, terkadang firma
dibentuk oleh seseorang yang sudah mempunyai perusahaan dan ingin
mengembangkan usahanya dengan melibatkan orang lain untuk memperbesar
modal.
b. Pembagian Laba/Rugi
Ketentuan mengenai pembagian laba atau rugi ditetapkan sendiri oleh para sekutu atau
anggota firma. Aturan pembagian ini biasa dicantumkan dalam akte pendirian. Jika
akte pendirian tidak mencantumkan aturan pembagian laba/rugi, aturan yang dipakai
adalah ketentuan pasal 1633 KUHD, yaitu dibagi sesuai dengan perbandingan modal
yang disetor. Ketentuan-ketentuan yang lazim dipakai dalam pembagian laba/rugi
firma adalah:
Laba/rugi dibagi berdasarkan perbandingan tertentu
Laba/rugi dibagi berdasarkan perbandingan modal, jika dasar ketentuan yang
dipakai adalah perbandingan modal, ada tiga kemungkinan yang bisa dipakai yaitu
modal awal, modal akhir dan modal rata-rata dalam setahun.
Laba/rugi dibagi berdasarkan perbandingan tertentu/perbandingan modal setelah
terlebih dahulu dikurangi tunjangan berupa gaji, bonus atau bunga modal.
Bunga modal, perbedaan modal yang ditanam para sekutu mengakibatkan perlunya
imbalan atas modal. Untuk itu pembagian laba/rugi terlebih dahulu harus
memperhitungkan bunga modal pada masing-masing sekutu sebelum sisanya dibagi
antar mereka. Bunga modal tertanam dalam perusahaan.
Gaji, perbedaan waktu dan tenaga yang disediakan tiap-tiap anggota firma kadang
dicerminkan dalam pembagian laba. Gaji yang diberikan kepada para sekutu
80
disesuaikan dengan kondisi tersebut. Hal itulah yang menyebabkan gaji para
anggota firma jarang dibuat sama besarnya setiap bulan.
Bonus, para anggota firma terkadang perlu diberikan perangsang untuk memotivasi
semangat kerjanya. Pemberian bonus adalah salah satu bentuk pemberian
penghargaan kepada anggota atas jasa-jasanya dalam memajukan perusahaan.
81
penurunan bersih penilaian kembali aktiva dialokasikan ke perkiraan modal
sekutu lama berdasarkan perbandingan pembagian laba/rugi.
3) Goodwill dan Bonus, apabila masuknya sekutu baru disertai pengakuan
kelebihan salah satu pihak, akan timbul goodwill atau bonus. Meskipun
keduanya menunjuk pada hal yang sama, yaitu pengakuan adanya kelebihan
terhadap salah satu pihak dalam firma, namun cara pencatatannya berbeda.
c. Pencatatan Akuntansi Bila Ada Sekutu yang Meninggal Dunia, dalam akte
pendirian biasanya disebutkan, bila salah satu anggota firma meninggal dunia, hak
kepemilikannya dapat diteruskan oleh ahli warisnya. Dengan demikian saldo modal
anggota yang meninggal dipindahkan ke perkiraan modal baru atas nama ahli
warisnya. Apabila ahli waris tidak bersedia melanjutkan, pembukuan firma harus
ditutup pada saat meninggalnya anggota yang bersangkutan. Laba/rugi sampai
tanggal tersebut dipindahkan ke perkiraan modal tiap anggota, kemudian hak
82
anggota yang meninggal dibayarkan kepada ahli warisnya. Prosedur
pembayarannya sama dengan bila seorang anggota mengundurkan diri.
4. Likuidasi
Penghentian kegiatan perusahaan atau penutupan perusahaan dari segala macam
kegiatannya disebut likuidasi. Proses likuidasi tersebut dalam suatu perusahaan
biasanya meliputi kegiatan:
a. Merealisasikan semua aktiva bukan kas menjadi uang tunai
b. Membayar semua utang perusahaan
c. Membagikan sisa kas yang tersedia kepada para anggota yang masih berhak
Pada waktu proses realisasi aktiva bukan kas, setiap keuntungan/kegiatan dialokasikan
kepada para sekutu, berdasarkan perbandingan modal maupun perbandingan yang
sudah ditentukan.
D. Soal Latihan
1. Bagaimana syarat-syarat pendirian Firma ?
2. Firma ABC selama tahun 1999 memperoleh laba Rp. 15.000.000,00. Susunan
permodalan anggota adalah: A. Rp. 40.000.000,00.; B. Rp. 30.000.000,00.; C. Rp.
30.000.000,00. Anggaran dasar menetapkan pembagian laba sbb:
a. Masing-masing anggota menerima sebesar 12% bunga atas modal
b. Masing-masing anggota menerima gaji: A. Rp. 120.000,00.; B. Rp. 100.000,00.; C.
Rp. 100.000,00. per bulan.
c. A dan B mendapat bonus masing-masing Rp. 200.000,00.
d. Sisanya dibagi menurut perbandingan modal
Diminta:
a. Buat bagian laba yang diterima masing-masing anggota
b. Buat ayat jurnal yang diperlukan
83
Pada tanggal 1-5-2000, Maya Mustika masuk dengan membeli ¼ hak kepemilikan
sekutu lama dengan harga Rp. 20.000.000,00
Diminta:
a. Buat ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut
b. Buat susunan permodalan sebelum dan sesudah Maya Mustika masuk menjadi
anggota.
Daftar Pustaka
Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.
Ikatan Akuntansi Indonesia. (1994). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT. Salemba
Empat.
Soemarso SR. (1990). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Rinneka
Cipta.
Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.
84
BAB XI
AKUNTANSI PERSEROAN TERBATAS
C. Uraian Materi
1. Pengertian Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas adalah perusahaan berbadan hukum yang modalnya terbagi atas
saham-saham. Setiap pemegang saham turut memiliki perusahaan. Tanggung jawab
pemegang saham ini terbatas sebesar jumlah saham yang dimilikinya. Perseroan
terbatas dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a. PT tertutup, yang saham perusahaannya hanya dimiliki oleh orang-orang atau badan
tertentu saja
b. PT terbuka, yang saham perusahaannya boleh dimiliki oleh masyarakat luas.
Saham-saham PT terbuka diperdagangkan di bursa efek. Agar dapat
85
memperdagangkan sahamnya, PT yang bersangkutan harus mendapat izin dari
Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam).
2. Syarat Pendirian PT
Perseroan Terbatas merupakan perusahaan yang berbadan hukum sehingga
pendiriannya harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, persyaratan tersebut
antara lain:
a. Syarat yuridis, perseroan terbatas harus didirikan dengan akte notaris, akte
pendirian tersebut harus memuat:
1) Nama
2) Tempat kedudukan
3) Maksud dan tujuan
4) Jangka waktu pendirian
5) Jumlah modal dasar
6) Jumlah lembar saham dan nilai nominal tiap lembar
7) Jumlah lembar saham yang telah ditempatkan
8) Jumlah modal disetor
Akte pendirian tersebut selanjutnya dikirim ke Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia (dulu Menteri Kehakiman) untuk dimintakan pengesahan. Setelah
mendapat pengesahan pesero pendiri harus mendaftarkan pendirian PT yang
bersangkutan ke pengadilan negeri setempat. Para pesero pendiri juga
berkewajiban mengumumkan pendirian PT melalui lembaran Berita Negara
sekurang-kurangnya selama 30 hari.
86
nilai tertentu oleh suatu perseroan terbatas merupakan suatu upaya perusahaan untuk
menarik minat berbagai pihak supaya menginvestasikan uangnya pada perusahaan.
Investor yang tertarik akan membeli saham yang diterbitkan. Sebagai bukti penyetoran
dana, akan diberikan hak sebagai berikut:
- Hak untuk berpartisipasi melalui hak suara dalam rapat pemegang saham
- Hak untuk memperoleh bagian keuntungan perusahaan berupa deviden yang
dibagikan perusahaan
- Hak untuk memperoleh pembagian asset perusahaan jika perusahaan tersebut
dilikuidasi
Saham yang dikeluarkan oleh suatu perseroan terbatas dapat dibagi dalam dua jenis:
- Saham biasa, yaitu saham yang para pemegangnya tidak mempunyai hak istimewa,
dan jika perusahaan dilikuidasi pemegang saham biasa mendapat pembayaran
terakhir.
- Saham preferen (saham prioritas), yaitu saham yang pemegangnya diberi hak
istimewa seperti hak untuk mendapatkan deviden terlebih dahulu atau pembagian
asset saat perusahaan dilikuidasi.
87
preferen. Dalam hal ini diperlakukan setelah saham biasa mendapat deviden dengan
tariff yang sama.
- Saham preferen tidak berpertisipasi, pemegang saham ini hanya akan menerima
deviden sesuai dengan tariff persentase yang telah ditetapkan untuk devidennya.
Jadi saham ini setiap tahun akan menerima deviden terbatas sebesar tarif
devidennya.
88
2) Pencatatan Deviden Saham, dengan dikeluarkannya deviden saham para
pemegang saham akan menerima tamgahan saham tanpa melakukan setoran
apapun.
d. Akuntansi Pencatatan Transaksi Treasury stock
Perusahaan terkadang membeli kembali saham yang telah beredar, dengan tujuan
untuk dijual kembali atau dibagian kepada karyawanperusahaan sebagai bonusatau
deviden saham. Saham yang ditarik kembali dari peredaran tersebut dinamakan
saham diperoleh kembali (treasury stock). Pembelian kembali saham yang beredar
sebagai treasury stock dilakukan oleh perusahaan antara lain untuk:
-Menaikkan harga saham pasar
-Mengurangi jumlah saham yang beredar
-Digunakan sebagai alat pembayar deviden saham
Secara umum ada dua metode yang digunakan untuk mencatat saham treasury stock
saat pembelian, yaitu metode nilai nominal dan metode harga perolehan.
1) Metode Nilai Nominal, dengan metode ini pembelian treasury stock dilakukan
sebagai penarikan kembali saham yang beredar sebesar nilai nominalnya.
Akuntansi atas treasury stock dilakukan dengan mendebet perkiraan Modal
Saham atau perkiraan Treasury Stock sebesar nilai nominal, kemudian selisih
antara harga beli dan nilai nominal diperlakukan sebagai agio modal saham.
Pencatatannya dilakukan dengan mengkredit perkiraan Modal Saham atau
Treasury Stock sebesar nilai nominal dan selisih dengan harga jualnya dicatat
sebagai agio atau disagio saham.
2) Metode Harga Perolehan, dengan metode ini pembelian kembali saham treasury
stock diperlakukan sebagai tambahan terhadap bagian modal yang belum
diselesaikan. Akuntansi pembelian saham beredar dicatat dengan mendebet
perkiraan Saham Perbendaharaan (treasury stock) sebesar harga beli. Apabila
saham perbendaharaan ini dijual atau ditempatkan kembali, dicatat dengan
mengkredit Saham Perbendaharaan (treasury stock) sebesar harga beli/perolehan.
Selisih antara harga beli dan harga jual dicatat dalam perkiraan Saldo Laba/Rugi
Dibagi, jika harga beli lebih tinggi daripada harga jualnya. Sebaliknya, selisih
89
dicatat dalam perkiraan Modal Disetor Kembali jika harga beli lebih rendah
daripada harga jual.
90
D. Soal Latihan
1. Berikut ini adalah transaksi yang terjadi pada PT. Jaya Abadi:
2-9-2000. Dijual per kas 1000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp.
10.000,00. dengan harga Rp. 11.000,00. per lembar.
10-9-2000. Diterima pesanan 500 lembar saham biasa, untuk itu diterima uang muka
40%. Harga pasar pada saat pemesanan Rp. 10.500,00. per lembar
1-10-2000. Dibeli kembali 100 lembar saham-saham sendiri yang ada dibursa efek
dengan harga Rp. 12.500,00. per lembar
10-10-2000. Diterima pelunasan pemesanan saham tanggal 10-9-2000, dan untuk itu
sertifikat diserahkan
1-12-2000. Dijual kembali 40 lembar saham yang diperoleh kembali tanggal 1-10-
2000 dengan harga Rp. 12.000,00. per lembar
Diminta: Catatlah masing-masing transaksi tersebut dalam jurnal
2. Permodalan dari neraca PT. Sembrani pada tanggal 31-12-2000 adalah sebagai berikut:
-Saham biasa (nilai nominal Rp. 10.000,00. per lembar, modal dasar 1000 lembar,
disetor penuh) Rp. 10.000.000,00.
-Agio saham biasa Rp. 800.000,00
-Laba ditahan Rp. 4.000.000,00 +
Total modal Rp. 14.800.000,00
Pada tanggal 10-1-2001, Dewan Komisaris memutuskan untuk mengeluarkan deviden
saham sebesar 6% bagi pemegang saham yang tercatat pada tanggal 31-12-2000.
Saham akan dikeluarkan tanggal 30-1-2001. Padas saat pengumuman harga saham per
lembar saham Rp. 12.800,00.
Diminta: Catatlah transaksi tersebut dalam jurnal
3. Pada tanggal 5 Januari 2000, para sekutu Fa. Andiraya yang beranggotakan Andi dan
Jaya, sepakat menerima Rani menjadi sekutu baru. Aktiva yang diserahkan adalah
berupa barang dagangan (persediaan) yang berharga Rp. 12.000.000,00. dan tanah
yang berharga Rp. 12.000.000,00. Menurut kesepakatan untuk kedua aktiva tersebut
dinilai kembali, yaitu persediaan Rp. 35.000.000,00. Andi dan Jaya membagi rugi/laba
Firma dengan perbandingan 2 : 3.
91
Diminta: a. Jurnal sebelum Rani masuk menjadi anggota ?
b. Jurnal penyertaan Rani
4. Firma Cempaka selama tahun 2000 memperoleh laba sebesar Rp. 14.000.000,00.
Posisi permodalan pada akhir tahun 2000 adalah:
-Cery Rp. 30.000.000,00.
-Popy Rp. 25.000.000,00.
-Keny Rp. 20.000.000,00.
Anggaran dasar menyebutkan ketentuan pembagian laba/rugi kepada anggota sebagai
berikut:
a. Kepada Cery, Popy dan Keny masing-masing diberikan bunga modal 10% setahun.
b. Kepada Cery, Popy dan Keny masing-masing diberikan gaji sebesar Rp.
100.000,00., Rp. 120.000,00., Rp. 150.000,00. per bulan.
c. Untuk Keny diberikan bonus atas jasanya pada perusahaan sebesar Rp. 400.000,00.
d. Sisanya dibagi menurut perbandingan 4 : 3 : 3.
Diminta: Hitunglah pembagian laba untuk masing-masing sekutu ?
92
Daftar Pustaka
Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.
Ikatan Akuntansi Indonesia. (1994). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT. Salemba
Empat.
Myer, John. (1978). Financial Statement Analysis. Prentice Hall: Inc. Englewood Cliffs.
Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.
Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.
93
BAB XII
AKUNTANSI KOPERASI
C. Uraian Materi
1. Pengertian Koperasi
Koperasi (Co-operation) menurut UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian adalah
badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Tujuan koperasi dalam pasal
3 UU No. 25 tahun 1992 adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil makmur berlandaskan
Pancasila dan UUd 1945. Peningkatan kesejahteraan tersebut ditandai dengan
terjadinya peningkatan pendapatan nominal para anggotanya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa salah satu tolok ukur keberhasilan koperasi adalah terjadinya
peningkatan pendapatan para anggotanya.
94
2. Tata Cara Pendirian Koperasi
Koperasi merupakan badan usaha yang memiliki badan hukum. Untuk memperoleh
badan hukum tersebut, prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Sekurang-kurangnya 20 orang mengadakan rapat pertama dan menentukan
AD/ART secara garis besar. Peserta rapat awal tersebut sekaligus merupakan
pendiri koperasi.
b. Meyusun akte pendirian koperasi (rangkap dua) yang di dalamnya tercantum:
-Nama dan tempat kedudukan
-Tujuan didirian koperasi
-Syarat-syarat keanggotaan beserta hak dan tanggung jawabnya
-Susunan pengurus beserta hak dan tanggung jawabnya
-Permodalan
-Tata cara pembagian SHU
-Syarat-syarat pembubaran koperasi
c. Akte pendirian tersebut selanjutnya diajukan kepada Ditjen Koperasi setempat
untuk disahkan
d. Apabila Ditjen Koperasi menganggap koperasi tersebut layak untuk mendapatkan
badan hukum, pejabat yang berwenang akan mengesahkan pendirian koperasi
tersebut. Koperasi tersebut selanjutnya akan dicatat dalam buku daftar umum serta
mengumumkannya dalam berita Negara. Setelah diumumkan dalam berita Negara,
maka koperasi tersebut telah sah menjadi badan hukum.
95
semakin besar pula modal yang dimiliki koperasi. Sesuai dengan jenis simpanan dan
sumbernya modal koperasi dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Simpanan pokok, yaitu simpanan yang berupa uang pangkal yang harus dibayar
pada saat seseorang akan masuk menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok
tersebut tidak dapat ditarik kembali oleh yang bersangkuatan selama masih
menjadi anggota.
b. Simpanan wajib, yaitu simpanan iuran rutin yang harus disetor oleh anggota
selama menjadi anggota koperasi. Setiap anggota wajib menyetorkan simapanan
wajib yang sama, baik dalam jumlah maupun waktu penyetoran. Anggota koperasi
yang ingin keluar atau mengundurkan diri dari keanggotaan dapat mengambil
kembali simpanan wajibnya.
c. Simpanan sukarela, yaitu simpanan yang bersifat incidental. Penyetoran simpanan
sukarela dapat dilakukan sewaktu-waktu dan besarnya tergantung kepada
kemampuan anggota. Simpanan sukarela ini akan mendapatkan bunga
sebagaimana tabungan biasa. Tingkat bunga telah ditentukan. Simpanan sukarela
dapat juga berasal dari para donator, penyandang dana, atau orang yang bukan
anggota koperasi. Simpanan yang berasal dari bukan anggota akan disebut
simpanan titipan. Penerimaan modal koperasi dari anggota akan dicatat dengan
mendebet perkiraan kas sebesar jumlah yang disetor dan mengkredit perkiraan
simpanan yang bersangkutan. Penyetoran modal oleh anggota koperasi dicatat
sebagai berikut:
Kas Rp. xxx
Simpanan pokok Rp. xxx
Simpanan Wajib Rp. xxx
Simpanan sukarela Rp. xxx
96
Contoh:
Pada tanggal 2 Januari 1999 Abidin seorang anggota Koperasi Suka Maju membeli
bibit dan pupuk seharga Rp. 40.000,00. Buatlah jurnalnya untuk mencatat transaksi
pembelian anggota koperasi tersebut ?
Jawab:
Kas Rp. 40.000,00.
Penjualan kepada anggota Rp. 40.000,00.
Contoh:
Koperasi Suka Maju dalam tahun 2000 memperoleh SHU sebesar Rp. 4.200.000,00.
Berdasarkan ketentuan SHUtersebut dibagi untuk:
-Jasa modal 30%
97
-Jasa anggota 40%
-Cadangan 5%
-Dana pengurus 5%
-Dana pegawai 5%
-Dana pendidikan 5%
-Dana pembangunan 5%
-Dana sosial 5%
Diminta: a. Buatlah pembagian SHU tersebut ?
b. Buatlah jurnal pembagian SHU tersebut ?
Jawab:
a. Pembagian SHU
-Jasa modal 30% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 1.260.000,00.
-Jasa anggota 40% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 1.680.000,00.
-Cadangan 5% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 210.000,00.
-Dana pengurus 5% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 210.000,00.
-Dana pegawai 5% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 210.000,00.
-Dana pendidikan 5% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 210.000,00.
-Dana pembangunan 5% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 210.000,00.
-Dana sosial 5% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 210.000,00.+
Total = Rp. 4.200.000,00.
b. Ayat Jurnal
98
c. Bagian SHU Anggota
Pembagian SHU untuk masing-masing anggota harus didasarkan pada jasa yang
dibebankan. Untuk menghitung bagian SHU tersebut digunakan rumus:
Jumlah simpanan anggota
Jasa modal simpanan = x Jasa simpanan
Total simpanan
Aplikasi rumus tersebut untuk jasa masing-masing anggota atas kegiatan /transaksi
dengan koperasi (pinjaman, pembelian, dan penjualan) adalah:
Khusus untuk simpanan sukarela anggota, diberikan bunga sebesar persentase yang
ditentukan dalam anggaran dasar koperasi. Perhitungan bunga simpanan sukarela
dapat dihitung dengan rumus sbagi berikut:
Jumlah simpanan anggota x % bunga x waktu tersimpan
12 x 100
Ayat jurnal atas pembayaran bunga simpanan sukarela adalah:
Beban Bunga Rp. xxx
Kas Rp. xxx
Jika bunga langsung ditambahkan ke simpanan sukarela adalah:
Beban Bunga Rp. xxx
Simpanan sukarela Rp. xxx
99
6. Pembubaran Koperasi
a. Pengunduran Diri Anggota
Keanggotaan koperasi bersifat sukarela, sehingga seseorang dapat masuk atau
keluar dari keanggotaan koperasi setiap waktu. Keanggotaan koperasi tersebut tidak
dapat dipindahteruskan. Bila seseorang anggota keluar atau meninggal dunia, maka
semua saldo simpanannya akan dikembalikan setelah dikurangi dengan utang-utang
yang harus dibayar. Pencatatan anggota yang keluar atau meninggal dunia tersebut
adalah cukup dengan mendebet semua simpanan anggota dan mengkredit perkiraan
kas. Ayat jurnal yang perlu dibuat adalah:
b. Pembubaran Koperasi
Koperasi dapat dibubarkan jika para anggotanya menghendaki. Hal ini harus
diputuskan dalam rapat anggota. Pembubaran koperasi juga dapat dilakukan oleh
pejabat yang berwenang dengan alasan yang tepat. Prosedur pembubaran atau
likuidasi koperasi hampir sama dengan pembubaran firma, yaitu:
1) Merealisasikan semua aktiva nonkas menjadi uang tunai. Kerugian yang diderita
pada waktu realisasi dibebankan kepada koperasi (dari dana cadangan)
2) Membayar semua kewajiban
3) Menetapkan jumlah bagian tanggungan yang harus dibayar atau diterima oleh
masing-masing anggota
100
D. Soal Latihan
1. Berikut ini adalah beberapa transaksi yang terjadi dalam KUD Sejahtera, sebuah KUD
yang menghimpun para petani. Koperasi membeli semua hasil panen petani dan
menjual barang baku, bibit dan perlengakapan yang diperlukan petani.
a. Koperasi menerima 5 orang anggota baru, masing-masing menyetor simpanan
pokok Rp. 50.000,00. dan simpanan wajib Rp. 10.000,00.
b. Membeli hasil panen anggota (Rahayu) Rp. 200.000,00.
c. Menerima simpanan sukarela dari Suparjo (anggota) Rp. 50.000,00.
d. Menjual bibit dan pupuk pada salah seorang anggota Rp. 80.000,00.
e. Menutup saldo kredit perkiraan Ihktisar Rugi/laba sebesar Rp. 40.000.000,00.
f. Sisa hasil usaha dialokasikan untuk anggota 50%, cadangan 15%, dana pengurus
10%, dana pendidikan 5%, dana pembangunan 10% dan dana sosial 10%.
g. Membayar bagian SHU salah seorang anggota sebesar Rp. 1.200.000,00.
h. Membayar biaya penyelenggaraan kursus tentang koperasi Rp. 1.000.000,00.
2. Achmad adalah seorang anggota koprasi Sejahtera sampai dengan akhir periode 1999
mempunyai total simpanan pokok dan wajib Rp. 2.150.000,00. Selama setahun
Achmad meminjam dari koperasi sebesar Rp. 4.000.000,00. Data koperasi
menyebutkan:
-Total simpanana anggota Rp. 64.000.000,00.
-Total pinjaman anggota Rp. 120.000.000,00.
-SHU untuk jasa simpanan Rp. 6.000.000,00.
-SHU untuk jasa pinjaman Rp. 5.000.000,00.
3. Koperasi Serba Usaha mempunyai SHU sebesar Rp. 18.000.000,00. Dibagikan untuk
jasa simpanan 29%. Jasa anggota 25%. Simpanan Wanto berjumlah Rp. 500.000,00.
Jumlah seluruh simpanan anggota Rp. 45.000.000,00.
101
Diminta: Hitunglah jasa simpanan Wanto tersebut
4. Koperasi Serba Usaha mempunyai data akhir tahun 2002 sebagai berikut:
Untuk jasa anggota 20%
Untuk jasa simpanan 20%
Total penjualan Rp. 100.000.000,00.
Total simpanan Rp. 20.000.000,00.
Andilao memiliki simpanan sebesar Rp. 3.000.000,00. berbelanja di koperasi sebanyak
Rp. 500.000,00.
5. Berapakah bagian SHU Rahayu jika pada tahun 1999 Koperasi Suka Maju
memperoleh SHU Rp. 8.000.000,00. Dari jumlah SHU tersebut diketahui bahwa
bagian untuk:
-Jasa modal adalah 30%
-Jasa pembelian 10%
-Jasa penjualan 10%, data lain juga menyebutkan
-Total simpanan koperasi Rp. 15.000.000,00.
-Total pembelian Rp. 10.000.000,00.
-Total penjualan koperasi Rp. 25.000.000,00.
-Bunga simpanan sukarela untuk Rahayu Rp. 25.000,00.
102
Daftar Pustaka
Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.
Myer, John. (1978). Financial Statement Analysis. Prentice Hall: Inc. Englewood Cliffs.
Simangunsong, M.P. (1987). Pelajaran Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. Karya Utama.
Soemarso SR. (1990). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Rinneka
Cipta.
Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.
103
BAB XIII
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21, 22, 23
C. Uraian Materi
1. Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan wajib
pajak orang pribadi dalam negeriyang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa
dan kegiatan seperti yang dinyatakan dalam pasal 21 UU PPh.
a. Wajib Pajak PPh Pasal 21
Berikut ini adalah yang termasuk wajib pajak PPh pasal 21:
1) Pegawai/karyawan tetap, yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang
menerima/memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala. Termasuk
didalamnya adalah anggota Dewan Komisaris dan anggota Dewan Pengawas yang
secara teratur ikut serta melaksanakan kegiatan perusahaan.
2) Pegawai/karyawan lepas, yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja
namun hanya menerima upah apabila orang yang yang bersangkutan bekerja saja.
3) Pegawai/karyawan dengan status wajib pajak luar negeri, yaitu orang
pribadi/persekutuan orang-orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan/tidak bertempat tinggal di Indonesia namun
104
memperoleh gaji, honorarium dan atau imbalan lain sehubungan dengan jasa yang
dilakukan di masa lalu.
4) Penerima pension, yaitu orang pribadi/ahli waris yang menerima/memperoleh
imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu.
5) Penerima honorarium, yaitu orang pribadi/persekutuan orang-orang pribadi yang
memberikan jasa dengan menerima/memperoleh imbalan tertentu sesuai dengan
jasa tersebut.
6) Penerima upah harian, yaitu orang pribadi yang menerima/memperoleh upah yang
dibayarkan atas dasar jumlah jam kerja.
7) Penerima upah borongan, yaitu orang pribadi yang menerima/memperoleh upah
yang dibayarkan atas dasar penyelesaian pekerjaan tertetntu.
8) Penerima upah satuan, yaitu orang pribadi yang menerima/memperoleh upah yang
dibayarkan atas dasar banyaknya satuan yang dihasilkan.
105
3) Lembaga dana pensiun, yaitu PT Taspen, PT Astek, badan Jamsostek lainnya, serta
badan-badan lain yang membayar uang pensiun/THT.
4) Perusahaan/badan berbentuk usaha tetap, yang membayar honorarium atau
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa, termasuk
jasa tenaga ahli dengan status wajib pajak dalam negeri yang melakukan pekerjaan
bebas.
5) Perusahaan dan badan, termasuk juga BUMN/BUMD, perusahaan swasta dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan badan atau organisasi internasional yang tidak
dikecualikan sebagai pemotong pajak berdasarkan keputusan meneteri keuangan.
6) Yayasan/termasuk yayasan yang bergerak di bidang kesejahteraan, rumah sakit,
pendidikan, kesenian, olah raga, kebudayaan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi,
perkumpulan, dan organisasi dalam bentuk apapun dalam segala kegiatan sebagai
pembayar gaji, upah, honorarium, atau imbalan dengan nama apapun sehubungan
pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan orang pribadi.
7) Perusahaan dan badan, termasuk BUT, yang membayarkan honorarium atau
imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan. Badan yang
dimaksud meliputi juga badan dan organisasi internasional yang tidak dikecualikan
sebagai pemotong pajak berdasarkan keputusan menteri keuangan.
106
2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa jasa produksi,
tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru,
bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap
dan biasanya dibayarkan sekali dalam setahun
3) Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan.
4) Uang tebusan pensiun, uang THT, uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis.
5) Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, komisi, beasiswa dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan wajib pajak dalam negeri,
yang terdiri dari:
Tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-
02/PJ/1995, yaitu tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries penilai dan aktuaris. Tarif
pemotongan PPh pasal 21 yang ditetapkan adalah 15% atas perkiraan
penghasilan netto yang dibayarkan atau terutang kepada tenaga ahli. Besarnya
perkiraan penghasilan netto adalah 40% dari penghasilan bruto berupa
honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun.
Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, sutradara, kru
film, foto model, pelukis, pemahat, peragawan/wati, penari dan seniman lainnya.
Olahragawan
Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, dan moderator.
Pengarang, peneliti dan penerjemah
Pemberi jasa dalam bidang teknik, komputer dan system aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi dan pemasaran.
Kolportir iklan.
Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan, peserta sidang/rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang
kegiatan.
Pembawa pesan/yang menemukan langganan
Peserta perlombaan
Petugas penjaja barang dagangan
107
Petugas dinas luar asuransi
Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan
108
12 untuk disetahunkan. Dalam hal pegawai tetap, kewajiban subjektifnya sebagai
wajib pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetapi baru mulai bekerja
setelah bulan Januari, maka penghasilan netto yang disetahunkan tersebut dihitung
dengan mengalikan penghasilan sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai
yang bersangkutan mulai kerja sampai dengan bulan Desember. PKP (Penghasilan
Kena Pajak) dihitung dengan cara mengurangi penghasilan netto yang telah
disetahunkan dengan PTKP yang besarnya adalah sebagai berikut:
Rp. 2.880.000,00. untuk diri wajib pajak orang pribadi
Rp. 1.440.000,00. untuk tambahan wajib pajak yang kawin
Rp. 2.880.000,00. tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami, yang mempunyai penghasilan dari usaha/pekerjaan
yang tidak ada hubungannya dengan usaha suami/anggota keluarga lain.
Rp. 1.440.000,00. tambahan untuk setiap orang keluarga sedarah dan semenda
dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya (maksimum 3 orang).
Penghitungan PTKP dilakukan dengan melihat keadaan pada awal tahun takwin (1
Januari). Bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian
tahun takwin, besarnya PTKP tersebut berdasarkan keadaan pada awal bulan dari
bagian tahun takwin yang bersangkuatan. Bagi karyawati yang menikah, PTKP
yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri. Untuk karyawati yang tidak
menikah, pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri, juga PTKP untuk
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Untuk karyawati yang
menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat (serendah-
rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima/memperoleh penghasilan,
diberikan tambahan PTKP sebesar Rp. 1.440.000,00. setahun atau Rp. 120.000,00.
Sebulan, dan ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya.
Pajak penghasilan pasal 21 setahun dihitung dengan mengalikan PKP dengan tarif
pajak sebagaimana disebutkan UU pajak penghasilan pasal 17. Untuk keperluan
penerapan tarif PKP dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh. Pajak penghasilan
109
pasal 21 sebulan diperoleh dengan cara membagi PPH pasal 21 setahun dengan 12.
Bagi pegawai tetap yang mempunyai kewajiban subjektif sebagai wajib pajak dalam
negeri yang sudah ada sejak awal tahun tetapi baru mulai bekerja setelah bulan
Januari, maka PPh sebulan diperoleh dengan cara membagi PPh pasal 21 setahun
dengan banyaknya bulan pegawai yang bersangkutan bekerja.
2) Gaji Mingguan
Pegawai dengan status tetap dan memperoleh gaji/upah secara mingguan, gaji/upah
tersebut harus dikalikan dengan empat agar menjadi gaji/upah bulanan. Dengan
demikian besarnya pajak datar seminggu dihitung dengan membagi empat pajak
sebulan.
Contoh:
Sebagai karyawan PT. Bengawan, Badu menerima gaji mingguan sebesar Rp.
150.000,00. Badu telah berkeluarga dengan tanggungan satu anak. Ia membayar
iuran pensiun sebesar Rp. 10.000,00.
Diminta: Hitunglah PPh pasal 21 atas penghasilan Badu tersebut ?
Jawab:
Penghasilan gaji sebulan 4 x Rp. 150.000,00. Rp. 600.000,00.
Pengurangan:
Biaya jabatan: 5% x Rp. 600.000,00. = Rp 30.000,00.
Iuran pensiun = Rp. 10.000,00.+
RP. 40.000,00.-
Penghasilan netto sebulan Rp. 560.000,00.
Penghasilan netto setahun = 12 x Rp. 560.000,00. Rp. 6.720.000,00.
PTKP K/1
Wajib Pajak = Rp. 2.880.000,00.
WP Kawin = Rp. 1.440.000,00.
Tanggungan 1 anak = Rp. 1.440.000,00.+
Rp. 5.760.000,00.-
Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun Rp. 960.000,00.
PPh pasal 21 setahun = 10% x Rp. 960.000,00.
110
PPh pasal 21 sebulan = Rp. 96.000,00. : 12 = Rp. 8.000,00.
PPh pasal 21 seminggu = Rp. 8.000,00. : 4 = Rp. 2.000,00.
Apabila kepada pegawai disamping dibayar gaji dengan masa gaji kurang dari
satu bulan juga dibayar gaji lain dengan hasil yang lebih lama dari satu bulan
(rapel) seperti tersebut pada butir di atas, maka PPh pasal 21 dihitung sesuai
dengan cara yang dinyatakan pada butir di atas.
Pemotongan PPh pasal 21 atas uang lembur dan penghasilan lain sejenis yang
diterima/diperoleh pegawai bersama dengan gaji bulanannya.
4) Perhitungan PPh pasal 21 terhadap penghasilan pegawai harian, tenaga harian lepas,
penerimaan uang satuan, penerimaan uang borongan dan yang lainnya.
Pegawai yang menerima upah sebagai tenaga lepas adalah orang pribadi yang
hanya menerima upah kalau dia bekerja. Besarnya upah pegawai lepas dapat
didasarkan pada upah harian, upah satuan, upah borongan, atau berdasarkan
prestasi kerja. Pajak yang dikenakan hanya untuk pegawai yang upahnya di atas
Rp. 24.000,00. sehari dan tidak melebihi Rp. 240.000,00. sebulan, untuk ini
dikenakan tarif 10%.
111
Upah Harian
Contoh:
Herman merupakan tenaga kerja lepas yang bekerja pada PT Gemilang. Upah
harian yang dibayarkan kepada Herman setiap harinya adalah Rp. 27.500,00.
Upah tersebut akan dibayarkan kepada Herman setiap hari untuk waktu 6 hari
kerja. Hitunglah PPh pasal 21 untuk Herman ?
Jawab: 10% x (Rp. 27.500,00. – Rp. 24.000,00.) = Rp. 350,00.
Upah Borongan
Contoh:
Darwin memiliki keahlian menata ruang kerja. Ia menerima borongan
mendekorasi sebuah ruang kantor dengan upah borongan sebesar Rp.
120.000,00. Pekerjaan dapat diselesaikan dalam 3 hari. Hitung PPh pasal 21 atas
penghasilan Darwin ?
Jawab: 10% x (Rp. 120.000,00. – (3 x Rp. 24.000,00.) = Rp 4.800,00.
Honorarium Penceramah
Contoh:
Drs. Sudin sebagai penceramah memberikan ceramah pada suatu seminar pajak
di Jakarta yang diadakan oleh suatu pusat pelatihan pajak, dan menetrima
honorarium sebesar Rp. 800.000,00. Hitunglah PPh pasal 21 untuk Drs. Sudin ?
Jawab: 10% x Rp. 800.000,00. = Rp. 80.000,00.
112
Persentase dari
No Jenis tenaga ahli Tarif Efektif (%)
penghasilan bruto (%)
1 Pengacara/advokat/penasihat 60 9
hukum lainnya
2 Akuntan 60 9
3 Arsitek 50 7,5
4 Dokter 40 6
5 Konsultan 60 9
6 Notaris 60 9
7 Tenaga ahli pemberi jasa 50 7,5
profesi lainnya
6) Pada karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri.
Pada karyawati tidak kawin, pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri juga
PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Bagi keryawati yang
menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat (serendah-
rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima/memperoleh penghasilan,
diberikan tambahan PTKP sebesar Rp. 1.440.000,00. setahun atau Rp. 120.000,00.
sebulan ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.
7) Untuk menghitung PPh pasal 21 atas bonus, gratifikasi, tantiem, THR yang bersifat
tidak tetap dan biasanya dibayarkan setahun sekali, ikutilah petunjuk berikut:
Dihitung PPh pasal 21 dari penghasilan teratur dalam setahun ditambah
penghasilan berupa bonus/gratifikasi/tantiem/THR.
Dihitung PPh pasal 21 atas penghasilan tanpa bonus/gratifikasi/tantiem/THR.
Selisih perhitungan pasal 21 menurut perhitungan ke-1 dan ke-2 adalah PPh
pasal 21 atas bonus/gratifikasi/tantiem/THR.
113
2. Pajak Penghasilan Pasal 22
Pajak penghasilan pasal 22 merupakan pembayaran pajak penghasilan dalam tahun
berjalan yang dipungut sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.
114
1) Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk yang dilakukan ke dalam
Kawasan Berikat dan Entrepot Produksi untuk Tujuan Ekspor (EPTE)
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-uandangan yang berlaku.
2) Impor barang-barang untuk pameran atau keperluan lainnya yang dipergunakan
di Indonesia dan bersifat sementara, sehingga setelah keperluan selesai barang
tersebut diekspor kembali. Misal: impor mobil untuk pameran atau relly. Setelah
pameran atau relly selesai, mobil tersebut di ekspor kembali.
3) Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang dipecah-
pecah) yang jumlahnya kurang dari Rp. 500.000,00.
4) Pembayaran untuk setiap pembelian bahan minyak, listrik, gas, air minum
(PDAM), benda-benda pos dan telepon.
5) Impor barang-barang dan atau penyerahan yang berdasarkan peraturan
perundang-unadangan tidak terutang pajak penghasilan, pengecualian ini harus
dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas Pajak PPh pasal 22 yang diterbitkan
oleh Dirjen Pajak.
e. Tarif Pemungutan
1) Atas impor:
Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API), tarif pemungutan
sebesar 2,5% dari nilai impor.
Yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API), tarif pemungutannya
sebesar 7,5% dari nilai impor.
Yang tidak dikuasi, tarif pemungutannya sebesar 7,5% dari harga jual lelang.
2) Atas pembelian barang yang dibiayai dengan APBN atau APBD, tarif
pemungutannya sebesar 1,5% dari harga pembelian.
3) Atas hasil penjualan produksi atau penyerahan barang yang dilakukan oleh:
Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, baja, kertas dan
otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
Pertamina dan badan usaha selain pertamina, yang bergerak di bidang bahan
bakar minyak jenis premiks dan gas.
115
Badan urusan Logistik (BULOG), tarif pemungutannya ditentukan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.
Pemungutan PPh pasal 22 atas penyerahan barang atau penjualan hasil produksi
dari pertamina dan badan usaha selain pertamina yang bergerak di bidang bahan
bakar minyak jenis premix dan gas, serta bulog bersifat final. Yang dimaksud
dengan nilai impor adalah nilai berupa uang yang digunakan sebagai dasar
perhitungan bea masuk. Nilai impor dihitung sebagai berikut:
Nilai Impor = Cost Insurance and Freigh (CIF) + bea masuk + pungutan pabean
lainnya (kalau ada).
116
Orang pribadi yang menjalankan usaha penyelenggaraan pembukuan.
117
5) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
Merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang ditetapkan menteri keuangan
Sahamnya tidak terdaftar di bursa efek di Indonesia
6) Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
7) Bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan oleh menteri keuangan
yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
e. Dasar Pemotongan
Pemotongan PPh pasal 23 didasarkan pada jumlah brutto dan perkiraan penghasilan
netto.
1) Dari jumlah brutto untuk penghasilan berupa:
Deviden
Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian hutang
Royalty
Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 21
2) Dari perkiraan penghasilan netto untuk penghasilan berupa:
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa
konsultan dan jasa lain selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 21
f. Tarif Pemotongn
1) 15% dari jumlah bruto atas penghasilan berupa:
Deviden
Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian hutang
118
Royalty
Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 21
2) 15% dari perkiraan penghasilan netto atas penghasilan berupa:
Sewa dan penghasilan lainsehubungan dengan penggunaan harta
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa
konsultan dan jasa lain selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 21
D. Soal Latihan
1. Sebagai karyawan PT. Gemilang, Bondan menerima gaji mingguan sebesar Rp.
150.000,00. Bondan telah berkeluarga dengan tanggungan satu anak. Ia membayar
iuran pensiun Rp. 10.000,00.
2. Munawar bekerja sebagai penjahit pada perusahaan garmen yang upahnya dibayar
berdasarkan jumlah satuan yang hasilnya yaitu Rp. 2.250,00. per satuan. Upah tersebut
dibayarkan secara mingguan. Dalam satu minggu (enam hari kerja) dihasilkan
sebanyak 84 satuan dengan jumlah upah Rp. 189.000,00.
Diminta: Hitunglah PPh pasal 21 atas penghasilan Munawar tersebut untuk masa
seminggu.
3. Rudi seorang karyawan tetap PT. Kahayan menerima gaji sebesar Rp. 1.000.000,00.
setiap bulan, tunjangan keluarga Rp. 200.000,00. serta tunjangan pajak Rp. 25.000,00.
Setiap bulan Rudi membayar iuran pensiun sebesar Rp. 10.000,00. Ia menanggung
isteri dan dua orang anak.
4. Sepanjang tahun 1999, Nita (karyawati PT. Diantarakita) memperoleh gaji sebesar Rp.
450.000,00. per bulan. Nita berstatus belum menikah. PT. Diantarakita masuk program
119
ASTEK, asuransi kecelakaan kerja dan asuransi kematian yang dibayar oleh pemberi
kerja sebesar Rp. 15.000,00. dan Rp. 5.000,00. setiap bulan. PT. Diantarakita
menanggung iuran THT setiap bulan sebesar Rp. 4.500,00. Nita membayar iuran
pensiun sebesar Rp. 10.000,00. setiap bulan. Dalam tahun 1999, Nita memperoleh
bonus sebesar Rp. 3.000.000,00.
5. Haryadi merupakan merupakan tenaga kerja lepas yang bekerja pada PT. Adijaya.
Upah harian yang dibayarkan kepada Haryadi setiap harinya adalah Rp. 27.500,00.
Upah tersebut akan dibayarkan kepada Haryadi setiap hari untuk waktu 6 hari kerja.
Diminta: Hitung pajak penghasilan pasal 21 yang dipotong oleh PT. Adijaya atas
penghasilan Haryadi setiap harinya.
120
Daftar Pustaka
Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.
Ikatan Akuntansi Indonesia. (1994). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT. Salemba
Empat.
Myer, John. (1978). Financial Statement Analysis. Prentice Hall: Inc. Englewood Cliffs.
Rollin Niswonger, C., Philip E Fess, Caris Warren. (1981). Accounting Principles.
Sixteenth Edition. South Western Publishing Co.
Simangunsong, M.P. (1987). Pelajaran Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. Karya Utama.
Soemarso SR. (1990). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Rinneka
Cipta.
Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.
Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.
121