Anda di halaman 1dari 121

BAB I

PENDAHULUAN

Di tengah berlimpahnya buku-buku teks Akuntansi Keuangan baik terbitan luar


negeri maupun dalam negeri, masih sering terdengar keluhan dari mahasiswa mengenai
langkanya bacaan yang memuat bauran akademik yang seimbang dan mudah dipahami,
terutama yang bercirikan praktik bisnis masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu kami menyambut gembira dengan adanya penulisan rancangan
modul dalam rangka hibah kompetisi bahan ajar yang diselenggarakan oleh LP3MPT
Universitas Muhammadiyah Palangka Raya ini. Kami mencoba ikut berpartisipasi dan
berusaha mengembangkan kemampuan yang kami miliki dalam hal penulisan bahan ajar
dengan ikut kopetisi dan menulis modul yang berjudul Akuntansi Keuangan. Judul ini
sesuai dengan mata kuliah yang kami ajarkan pada semester genap tahun ajaran
2013/2014. Kami berusaha meramu dan merangkum dari berbagai referensi dan
pengetahuan yang kami peroleh selama dibangku kuliah dan pengalaman mengajar
selama kurang lebih 30 tahun baik di bangku Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
maupun di bangku Perguruan Tinggi (PT). Selain itu modul ini diperkaya dengan contoh-
contoh soal, pencapaian standar, dan dikemas dalam bahasa yang mudah dipahami oleh
siapa saja yang ingin membaca. Dengan demikian modul ini dapat dijadikan buku acuan
bagi para pengajar bidang studi akuntansi, dosen dan para mahasiswa yang menggeluti
bidang studi akuntansi.
Kiranya modul ini dapat memberikan sumbangsih bagi pengembangan akademik
dan kemajuan dunia pendidikan dan dunia bisnis di Indonesia, serta dapat memicu para
akademisi dan praktisi professional lainnya dalam penerbitan modul-modul ilmiah
sebagai wujud peran serta peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia.
Amin.

1
BAB II
AKUNTANSI KAS

Latar Belakang Masalah


Kas merupakan aktiva yang paling lancar dalam perusahaan karena sangat
berkaitan dengan semua transaksi. Hampir semua transaksi bermuara pada penerimaan
dan pengeluaran kas, sehingga kas menjadi sangat diperlukan untuk menjalankan aktivitas
usaha perusahaan. Kas menjadi tidak produktif bila tidak dikelola dengan baik, oleh
karena itu kemampuan mendayagunakan kas menjadi sangat penting dalam rangka
mendapatkan keuntungan bagi suatu kegiatan.

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mengerjakan akuntansi pos neraca baik secara manual maupun komputer

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


-Mengerjakan Akuntansi Kas
- Mengerjakan Akuntansi Kas Kecil
- Mengerjakan Rekonsiliasi Bank

C. Uraian Materi
1. Kas
a. Pengertian dan Ciri-ciri Kas
Dalam masyarakat kas merupakan alat pertukaran yang telah diakui secara
umum. Kas juga digunakan sebagai dasar alat pengukur terhadap kegiatan ekonomi
moneter. Sesuai dengan prinsip Akuntansi Indonesia 1984 yang dimaksud dengan kas
adalah alat pembayaran yang siap dan bebas dipergunakan untuk membiayai kegiatan
umum perusahaan. Dengan demikian kas meliputi: uang tunai, uang di bank atau alat
pembayar lainnya yang dapat disamakan dengan kas serta dapat digunakan secara
bebas. Ditinjau dari segi akuntansinya kas diperlakukan sebagai aktiva paling lancar
(likuid), karena mudah untuk dikonversikan atau ditukarkan. Selain itu kas juga
digunakan sebagai dasar pengukuran nilai pos-pos akuntansi. Kriteria yang harus
dipenuhi agar suatu alat pembayaran dapat digolongkan sebagai kas adalah sebagai
berikut:

2
1) Dapat dikonversikan ke dalam pemilikan aktiva lainnya baik sebagai media tukar
maupun sebagai dasar pengukuran akuntansi.
2) Secara umum dapat diterima sebagai alat pembayaran resmi.
3) Dapat diterima sebagai simpanan oleh bank sebesar nilai nominal serta dapat
diambil sewaktu-waktu.

Dengan demikian yang dapat digolongkan sebagai kas adalah:


1) Uang tunai atau alat pembayaran lainnya yang dikeluarkan oleh pemerintah atau
lembaga keuangan.
2) Simpanan atau deposito di bank yang dapat diambil sewaktu-waktu.
3) Cek atau alat bayar lainnya yang tidak dibatasi penggunaannya.

Berdasarkan penggolongan tersebut maka yang tidak termasuk dalam golongan kas
adalah sebagai berikut:
1) Deposito, giro, atau tabungan berjangka yang memiliki tanggal jatuh tempo
sehingga tidak dapat diambil setiap waktu.
2) Uang tunai yang telah dibatasi penggunaannya untuk tujuan tertentu.
3) Cek mundur atau cek tunda lainnya yang diperlakukan sebagai piutang sampai cek
tersebut dapat diuangkan.
4) Surat berharga, perangko, wesel tagih dan benda pos lainnya.

b. Sistem Pengawasan Kas


Kas memiliki sifat mudah untuk dipindahkan dan ditukarkan tetapi tidak
memiliki identitas kepemilikan, sehingga mudah untuk diselewengkan. Bentuk
penyelewengan kas yang sering dijumpai antara lain adalah sebagai berikut:
1) Cek Kitting
Penyelewengan ini dapat terjadi pada perusahaan yang memiliki perkiraan pada
beberapa bank. Kecurangan terjadi dengan cara melakukan transfer antar bank
dengan menggunakan cek untuk menutupi kekurangan saldo kas pada bank tertentu.

3
2) Lapping
Penyelewengan yang terjadi berkaitan dengan penundaan waktu karena suatu
penerimaan kas tidak dibukukan atau dilaporkan sampai ada penerimaan kas
berikutnya
3) Melakukan pencatatan ganda atas sebuah bukti transaksi pembayaran sehingga kas
yang dikeluarkan menjadi lebih besar.
4) Tidak melapor adanya potongan tunai atas suatu pembayaran.

Adanya bentuk-bentuk penyelewengan tersebut membuat perusahaan perlu melakukan


tindakan pengamanan. Tindakan pengamanan tersebut dapat dilakukan antara lain
dengan membuat sitem pengawasan yang efektif berupa pengawasan intern berikut:
1) Mengadakan pemisahan pemegang fisik kas (Kassa) dengan fungsi pencatatan
akuntansi.
2) Transaksi penerimaan atau pengeluaran kas tidak boleh dilaksanakan sendiri oleh
kasir sejak awal hingga akhir, tanpa campur tangan dari unit lainnya.
3) Diadakan pemeriksaan secara mendadak atas jumlah kas yang ada kemudian
dicocokan dengan catatan pembukuan kas.
4) Setiap penerimaan kas harus disetorkan ke bank, sebaliknya setiap pengeluaran kas
harus dilengkapi dengan bukti transaksi yang lebih diotorisasi pihak berwenang
serta menerapkan sistem voucher.

c. Perhitungan Kas
Perhitungan fisik kas dapat dilakukan dengan menghitung banyaknya rincian
uang kas yang ada, kemudian membuat laporan jumlah lembar dan nominalnya.
Perhitungan saldo kas menurut catatan kas dilakukan dengan rumusan sebagai berikut:

Saldo Kas, awal periode Rp xxxx


Total penerimaan selama periode Rp xxxx +

Rp xxxx
Total Pengeluaran selama periode Rp xxxx _
Saldo kas, akhir periode Rp xxxx

4
d. Pencatatan Selisih Kas
Ada kalanya jumlah kas secara fisik tidak sama dengan saldo catatan buku kas.
Perbedaan pencatatan tersebut mengakibatkan adanya selisih kas. Jika jumlah kas
secara fisik lebih besar dari catatan kas disebut selisih kas lebih. Sebaliknya jika
jumlah kas secara fisik lebih kecil dari catatan kas disebut selisih kas kurang. Selisih
kas tersebut tidak boleh dibiarkan berkelanjutan baik selisih lebih maupun selisih
kurang. Oleh karena itu penyebab adanya selisih kas tersebut perlu dicari kemudian
dibuat ayat penyesuaian yang diperlukan. Ada beberapa kemungkinan yang
menyebabkan terjadinya selisih kas, antara lain adalah sebagai berikut:
1) Adanya kekeliruan dalam pencatatan pembayaran atau penerimaan kas, yaitu terlalu
kecil atau terlalu besar dari yang seharusnya.
2) Adanya kekeliruan sewaktu menghitung kas secara fisik.
3) Adanya pembayaran atau penerimaan kas yang tidak sesuai dengan nilai yang
tercantum dalam bukti transaksi (dikarenakan tidak ada uang pas atau recehan).

Pencatatan kas dari segi akuntansi akan diperlakukan sebagai berikut:


1) Apabila selisih kas terjadi karena adnya kesalahan pencatatan pembukuan, maka
perbaikan dilakukan dengan mengoreksi perkiraan bersangkutan.
2) Apabila selisih kas terjadi bukan karena kesalahan serta dapat diantisipasi sebelum
terjadi transaksi, maka dicatat dalam selisih kas dan diimbangi dengan perkiraan
yang terkait.
3) Apabila penyebab selisih kas tersebut tidak dapat ditemukan, maka dicatat dalam
perkiraan selisih kas lebih atau selisih kas kurang dengan mengoreksi perkiraan kas.
4) Pada akhir periode penutupan buku, perkiraan selisih kas ditutup ke perkiraan
ikhtisar laba/rugi.
5) Dalam laporan keuangan selisih kas dicantumkan sebagai kejadian di luar usaha.
Selisih kas kurang diperlakukan sebagai rugi di luar usaha.

2. Kas Kecil
Kas kecil merupakan sejumlah kas atau uang tunai yang disediakan di dalam unit
perusahaan untuk membayar pengeluaran biaya yang bersifat rutin dalam jumlah relative
kecil. Pembentukan dana kas kecil dimulai dengan adanya keputusan dari manajer

5
keuangan mengenai jumlah dana kas yang disisihkan ke dalam dana kas kecil.
Pengeluaran dana kas kecil dilakukan berdasarkan adanya permintaan oleh unit pemakai.
Jika jumlahnya dianggap kurang atau tinggal sedikit pemegang dana kas kecil
mengajukan permintaan penggantian kembali dengan melampirkan bukti transaksi
pengeluaran kas kecil. Penyelenggaraan akuntansi untuk kas kecil dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu:
a. Sistem Dana Tetap (Imprest Fund System)
b. Sistem Dana Tidak Tetap (Fluctuating Fund System)

a. Kas Kecil Sistem Dana Tetap (Imprest Fund System)


Kas kecil sistem dana tetap hanya mendebet perkiraan kas kecil pada saat
pembentukan dana. Dengan demikian perkiraan kas kecil tidak akan berubah saldonya,
kecuali jumlah dana kas kecil diperbesar atau diperkecil. Penggantian dana yang telah
terpakai dilakukan dengan cara mengisinya kembali sebesar jumlah yang telah terpakai.
Adanya pengisian tersebut membuat jumlah dana kas kecil akan sama dengan saat
pembentukannya. Ciri-ciri dari penerapan dana kas kecil tersebut adalah sebagai berikut:
1) Tanggung jawab pemegang kas kecil hanya sebatas pada penggunaan dana, sedangkan
penyelenggaraan akuntansi sepenuhnya dilakukan oleh pengelola kas besar.
2) Pencatatan transaksi atas penggunaan kas kecil dilakukan pada saat terjadinya
pengisian kembali, dengan konsekuensi pembayaran dianggap melalui kas besar.

Jika kas kecil dilakukan dengan sistem dana tetap, maka penyelenggaraan akuntansinya
adalah sebagai berikut:
1) Pembentukan dana kas kecil dicatat dengan mendebet perkiraan kas kecil dan
mengkredit kas.
2) Pada saat terjadi transaksi pembayaran biaya tidak langsung dicatat dijurnal tetapi
ditunda hingga saat pengisian dana kas kecil kembali.
3) Pada waktu pengisian kembali dana kas kecil pencatatan ayat jurnal dilakukan untuk
transaksi pembayaran yang disertai dengan bukti pembayaran. Pencatatan dilakukan
dengan cara mendebet perkiraan biaya yang sesuai dan mengkredit kas.
4) Jika pada akhir periode penutupan buku belum dilakukan pengisian kembali dana kas
kecil yang telah terpakai, berarti masih terdapat bukti pembayaran yang belum dicatat.

6
Agar saldo kas kecil sesuai dengan keadaan sebenarnya perlu dibuat pencatatan ayat
penyesuaian. Pencatatan dilakukan dengan cara mendebet perkiraan biaya yang sesuai
dan mengkredit kas kecil.

b. Kas Kecil Sistem Dana Tidak Tetap


Buku kas kecil digunakan untuk mencatat setiap transaksi yang mempengaruhi
dana kas kecil yaitu pembentukan dana pengeluaran dana kas kecil. Dengan demikian
saldo kas kecil pada sistem dana tidak tetap akan menunjukkan jumlah yang tidak
tetap/berfluktuasi karena disesuaikan dengan kesibukan transaksi yang terjadi. Jika kas
kecil diselenggarakan dengan sistem dana tidak tetap prosedur pencatatan akuntansinya
adalah sebagai berikut:
1) Pada saat pembentukan dana pencatatannya adalah mendebet perkiraan kas kecil dan
mengkredit perkiraan kas.
2) Pada saat terjadi transaksi pembayaran pencatatannya adalah langsung mendebet
perkiraan biaya dan mengkredit perkiraan kas kecil pada saat transaksi terjadi.
3) Pada saat pengisian kembali dana kas kecil pencatatannya adalah mendebet perkiraan
kas kecil dan mengkredit perkiraan kas sebesar yang diisi.
4) Pada akhir periode dan pada saat pengisian kembali dana kas kecil tersebut tidak
diperlukan ayat penyesuaian.
Agar rincian tentang pengeluaran/penggunaan kas kecil terlihat dengan jelas,
pencatatannya dapat dibuat dalam buku kas kecil. Buku tersebut digunakan untuk
mencatat secara rinci semua transaksi melalui kas kecil dengan menginformasikan jumlah
penerimaan, pengeluaran maupun saldonya. Buku kas kecil dibuat dalam bentuk tabelaris
dengan lajur penerimaan dan pengeluaran sebagai kolom induk. Kemudian untuk kolom
pengeluaran dibuatkan beberapa kolom khusus untuk distribusi dan untuk menampung
perkiraan sejenis.

3. Rekonsiliasi Bank
Ada kemungkinan bahwa saldo kas menurut pembukuan yang di susun oleh
perusahaan berbeda dengan saldo pada rekening Koran. Berhubung laporan keuangan
memerlukan data kas yang sebenarnya, maka kedua saldo tersebut harus disesuaikan.
Penyusutan tersebut dikenal dengan istilah rekonsiliasi bank.

7
a. Faktor Penyebab Perlunya Rekonsiliasi Bank
Faktor penyebab perbedaan angka saldo kas antara pembukuan perusahaan dan saldo
rekening Koran antara lain adalah sebagai berikut:
1) Deposit in transit, yaitu adanya penyetoran atau transfer dari perusahaan ke bank
yang karena sesuatu hal belum tercantum dalam rekening Koran, sedangkan oleh
perusahaan hal tersebut telah tercatat sebagaimana mestinya.
2) Outstanding Cek, yaitu adanya penarikan cek oleh perusahaan untuk suatu
pembayaran, tetapi hingga penyusunan rekening Koran belum dicairkan oleh
pemegangnya. Penarikan tersebut belum dicatat bank ke dalam rekening Koran.
3) Dalam rekening Koran tercatat adnya penerimaan piutang perusahaan oleh bank,
tetapi belum dicatat oleh perusahaan.
4) Jasa giro (bunga) dan beban administrasi yang telah dicantumkan dalam rekening
Koran belum dicatat oleh perusahaan.
5) Adanya kesalahan teknis pencatatan oleh perusahaan atau bank, baik kesalahan dari
segi angka maupun pencatatan rekening perkiraan.
6) Cek tidak cukup dana (cek kosong) yaitu adanya cek yang diterima perusahaan dari
pihak lain dan langsung disetor ke bank tetapi oleh bank ditolak, karena pada saat
kliring ternyata tidak cukup dana atau dananya tidak ada.

b. Penyususnan Rekonsiliasi Bank


Adanya kemungkinan perbedaan tersebut mengakibatkan perlu dilaksanakan
pengoreksian antara saldo akhir menurut perusahaan dengan saldo akhir rekening Koran.
Hal-hal yang perlu dilakukan untuk penyususnan rekonsiliasi bank dalam jangka waktu
periode yang sama adalah sebagai berikut:
1) Untuk deposit in transit rekonsiliasi dengan menambahkan selisih kas pada saldo kas
perusahaan.
2) Untuk outstanding cek rekonsiliasi dengan mengurangkan pada saldo rekening Koran.
3) Untuk penerimaan piutang oleh bank karena belum dicatat oleh perusahaan
rekonsiliasi dengan menambahkan pada saldo kas perusahaan.

8
4) Untuk jasa giro rekonsiliasi dengan menambahkan pada saldo kas perusahaan,
sedangkan untuk biaya administrasi bank direkonsiliasikan dengan mengurangkan
pada saldo kas perusahaan.
5) Untuk kesalahan rekening Koran yang disusun oleh bank dengan pencatatan kesalahan
teknis perkiraan yang merugikan perushaan direkonsiliasikan dengan menambahkan
pada saldo rekening Koran. Untuk kesalahan pembukuan yang menguntungkan
perusahaan direkonsiliasikan dengan mengurangkan pada rekening Koran.

c. Bentuk Rekonsiliasi Bank


Rekonsiliasi bank dapat dibuat dalam dua bentuk yaitu bentuk skontro dan
bentuk vertikal. Bentuk skontro disebut juga dengan account form. Rekonsiliasi bentuk
ini disusun secara sebelah menyebelah, sebelah kiri untuk rekonsiliasi saldo kas dan
sebelah kanan untuk rekonsiliasi saldo rekening Koran. Bentuk vertikal disebut juga
dengan staffel form (report form). Rekonsiliasi bentuk ini disusun secara bertingkat,
bagian atas untuk rekonsiliasi saldo kas dan bagian bawah untuk rekonsiliasi saldo
rekening Koran.

d. Ayat Penyesuaian Setelah Rekonsiliasi


Setelah direkonsiliasikan maka saldo kas perusahaan dan saldo rekening Koran
dapat disesuaikan sebagaimana mestinya. Untuk koreksi dan penyesuaian atas buku besar
umum dibuatlah ayat jurnal penyesuaian setelah rekonsiliasi sebagai berikut:
1) Ayat penyesuaian hanya ditarik dari rekonsiliasi atas saldo kas menurut perusahaan.
2) Untuk transaksi yang ditambahkan dalam saldo kas ayat penyesuaiannya adalah
mendebet perkiraan kas dan mengkredit perkiraan yang menambah kecuali untuk
penyetoran tunai.
3) Untuk transaksi yang dikurangkan dalam rekonsiliasi saldo kas ayat penyesuaiannya
adalah mendebet perkiraan yang mengurangi dan mengkredit perkiraan kas, kecuali
kesalahan mencatat penyetoran tunai tidak dijurnal.

e. Rekonsiliasi Empat Kolom


Susunan rekonsiliasi empat kolom adalah saldo awal, penerimaan, pengeluaran
dan saldo akhir. Rekonsiliasi seperti ini biasanya dilakukan untuk pemeriksaan oleh para

9
auditor, sehingga dapat diketahui besarnya penerimaan dan pengeluaran serta saldo akhir
dan saldo awal. Untuk mengerjakan diperlukan pengetahuan mengenai prosedur
penerimaan dan pengeluaran yang digunakan oleh perusahaan dan bank karena prosedur
yang digunakan akan mempengaruhi jumlah dan bagian yang akan direkonsiliasi. Kolom
pertama dalam rekonsiliasi empat digunakan untuk merekonsiliasi data menurut perkiraan
rekening Koran. Bagian kedua digunakan untuk merekonsiliasi data yang sama menurut
catatan perusahaan sehingga diperoleh jumlah yang benar dari tiap elemen yang
direkonsiliasi.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh dari rekonsiliasi penerimaan dan pengeluaran
bank berikut ini:

PT. SUMBER MAKMUR


Rekonsiliasi Penerimaan dan Pengeluaran Bank
31 Januari 2000
Saldo Awal Penerimaan Pengeluaran Saldo Akhir
Keterangan
31 - 12 - 1999 Januari 2000 Januari 2000 31 - 12 - 2000
Pelaporan Rekening
Koran 19.055.000,00. 70.435.000,00. 62.155.000,00. 27.335.000,00.
Kas yang tidak
disetor 31-12-1999 - 2.000.000,00. - 2.000.000,00.
Cek Tidak cukup
dana 31- 12 -1999 600.000,00. - 600.000,00. -
31 - 12 - 2000 - 700.000,00. - 700.000,00.
Setoran dlm proses
31 - 12 - 1999 8.000.000,00. (8.000.000,00.) - -
31 - 12 - 2000 - 9.000.000,00. - 9.000.000,00.
Cek dlm Peredaran
31 - 12 - 1999 (8.620.000,00.) - (8.620.000,00.) -
31 - 12 - 2000 - - 8.060.000,00. (8.060.000,00.)
Jasa Giro Bunga
31- 12 - 1999 (300.000,00.) 300.000,00. - -
31 - 12 - 2000 - (400.000,00.) - (400.000,00.)
Biaya Bank
31- 12 - 1999 60.000,00. - 60.000,00. -
31 - 12 - 2000 - - (80.000,00.) 80.000,00.
Koreksi Penerimaan
31 - 12 - 2000 45.000,00. - - 45.000,00.
Saldo Kas
18.840.000,00. 74.035.000,00. 62.175.000,00. 30.700.000,00.

10
4. Pengelolaan Kas Sistem Voucher
Setiap pengeluaran kas dalam system voucher harus didukung bukti pembayaran
voucher. Dengan demikian voucher merupakan bukti pengesahan atau kewenangan untuk
pengeluaran kas. Sistem voucher meliputi catatan, metode dan prosedur yang digunakan
untuk membayar dan mencatat pembayaran kas atas kewajiban yang ada. Sistem voucher
ini menggunakan voucher, register voucher, file voucher yang belum dibayar, register
cek, dan file untuk voucher yang telah dibayar. Voucher merupakan formulir khusus
untuk mencatat data penting tentang kewajiban dan rincian pembayarannya. Register
voucher merupakan buku harian untuk mencatat setiap voucher yang telah disetujui
pejabat berwenang. Register cek mencatat setiap cek yang dikeluarkan untuk membayar
voucher. Sistem voucher ini dimaksudkan utnuk mengkoordinasikan system akuntansi
yang digunakan bagian yang terkait. Di samping pembayarannya dapat dijamin
kebenarannya juga mencegah terjadinya penyalahgunaan kas. Langkah-langkah
penggunaan pengeluaran kas dengan system voucher adalah sebagai berikut:
a. Voucher pengeluaran kas dibuat jika transaksi telah diakui keabsahannya dan
didukung oleh dokumen yang diperlukan sesuai prosedur yang berlaku.
b. Setiap pengeluaran bukti voucher dicatat dalam daftar buku voucher.
c. Voucher yang telah siap digunakan dilampiri cek kemudian diserahkan kepada
pihak/pejabat yang berwenang untuk ditandatangani.
d. Cek yang telah ditandatangani dicatat dengan membuat daftar cek atau cek register.
Cek itu kemudian diserahkan kepada pihak yang berhak dengan membuat berita acara
tanda terima atau bukti penerimaan.

D. Soal Latihan
1. Jelaskan pengertian kas ?
2. Pada tgl 1 agustus 2000, PT Julia menerima salinan rekening Koran dari Bank BDN
yang menunjukkan saldo kredit Rp 15.720.000.00, sedangkan saldo kas PT Julia per
tahun tersebut menunjukkan saldo debet sebesar Rp 14.370.000.00, setelah diteliti
perbedaan tersebut disebabkan hal-hal berikut:
a. Uang yang disetorkan PT Julia pada tgl 30 Desember 2000 sebesar Rp
3.500.000.00, ternyata belum dicatat ke dalam rekening Koran oleh bank.

11
b. Selembar wesel atas Tn. Toni bernominal Rp 4.000.000.00, yang diserahkan ke
bank untuk ditagih menurut rekening Koran telah berhasil ditagih. Untuk
keberhasilan penagihan tersebut bank membebankan biaya lagi sebesar Rp
150.000.00,
c. Sebuah pengambilan uang dengan penarikan cek oleh perusahaan PT Julia ternyata
dibebankan bank pada perkiraan PT. Julia. Nilai penarikan cek tersebut adalah Rp
1.500.000.00,
d. Selembar cek atas nama dan diterima dari PT. Agung senilai Rp 2.000.000.00, telah
disetor kepada bank, cek tersebut ternyata ditolak penyelesaiannya dengan alasan
cek tersebut tidak cukup dana.
e. Cek-cek yang telah dikeluarkan tetapi hingga 31 Desember 2000 belum diuangkan
oleh pemegangnya terdiri dari: Cek No. 151………………Rp 750.000.00,
Cek No. 152………………Rp 1.500.000.00,
Cek No. 153………………Rp 2.500.000.00,

Diminta: 1. Buatlah rekonsiliasi bank per 31 Desember 2000, empat kolom.


2. Buatlah ayat penyesuaian setelah rekonsiliasi.

3. PT. Kahayan Indah menyelenggarakan kas kecil dengan sistem dana tetap. Selama
bulan Desember 2000 diperoleh keterangan sehubungan dengan kas kecil sebagai
berikut:
a. 1 Desember 2000, Diserahkan uang tunai kepada kasir sebagai pembentukan dana
kas kecil Rp. 100.000,00.
b. 1-19 Desember 2000, Pengeluaran kas kecil dengan rincian sebagai berikut:
Biaya angkut pembelian Rp. 100.000,00.
Biaya listrik Rp. 170.000,00.
Biaya administrasi Rp. 530.000,00.
c. 20 Desember 2000, Pengisian kembali dana kas kecil sebesar yang terpakai
d. 21-16 Desember 2000, Pengeluaran kas kecil dengan rincian berikut:
Biaya pemeliharaan Rp. 240.000,00.
Biaya telepon Rp. 360.000,00.
e. 27 Desember 2000, Pengisian kembali dana kas kecil sebesar yang dipakai

12
f. 28-31 desember 2000, Pengeluaran kas kecil dengan rincian sebagai berikut:
Biaya iklan Rp. 450.000,00.
Biaya administrasi Rp. 150.000,00.

Diminta: 1. Buatlah ayat jurnal umum untuk mencatat transaksi yang berhubungan
dengan kas kecil (1-28 Desember 2000).
2. Buatlah ayat jurnal penyesuaian, jika ternyata kejadian tanggal 28-31
Desember 2000 belum dilaksanakan pengisian kembali dana kas kecil.

4. Saldo kas menurut buku besar umum PT. Alam Raya, pada tanggal 31 Desember 2013
menunjukkan saldo debit sebesar Rp. 46.950.000,00. (termasuk dalam kas kecil Rp.
200.000,00.). Saldo pada rekening koran yang diterima dari Bank Mandiri per tanggal
yang sama menunjukkan saldo kredit sebesar Rp. 52.500.000,00.
Setelah dilaksanakan inventarisasi, penyebab dari adanya selisih tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Dalam rekening koran tercantum adanya inkaso piutang oleh Bank Mandiri Rp.
6.200.000,00. dari CV. Berdikari dengan biaya inkaso Rp. 20.000,00. Inkaso
piutang ini belum ada pencatatannya pada buku kas PT. Alam Raya.
b. Cek sebesar Rp. 7.250.000,00. untuk membayar utang ternyata dicatat PT. Alam
Raya dalam buku kas Rp. 7.520.000,00. dan penarikan cek Rp. 3.280.000,00.
untuk pembayaran pembelian komputer, dicatat dalam buku kas Rp. 3.120.000,00.
Kesalahan tersebut belum pernah dikoreksi oleh PT. Alam Raya.
c. Setoran tunai PT. Alam Raya Rp. 4.200.000,00. Hingga 31 Desember 2013 belum
tercantum dalam rekening Koran karena masih dalam proses.
d. Pengambilan tunai dari Bank Mandiri Rp. 4.450.000,00. dicantumkan dalam
rekening Koran Rp. 4.600.000,00. Pencairan cek yang ditarik PT. Alam Raya Rp.
5.600.000,00. dicatat dalam rekening Koran Rp. 5.300.000,00. Pihak bank
mengaku kekliruan ini dan bersedia memperbaikinya.
e. Sebuah cek senilai Rp. 2.600.000,00. diterima dari PT. Angkasa sebagai
pembayaran utang PT. Alam Raya langsung menyetorkan cek tersebut ke bank.

13
Cek tersebut ternyata ditolak penyelesaiannya oleh Bank Mandiri karena tidak
cukup dana.
f. Penyetoran tunai hasil penjualan bulan Desember 2013 sebesar Rp. 15.400.000,00.
terbukukan dalam buku kas Rp. 14.900.000,00. Sedangkan penyetoran Rp.
12.100.000,00. terbukukan dalam buku kas Rp. 12.700.000,00.
g. Dalam rekening Koran PT. Alam Raya telah didebet Rp. 15.000,00. untuk biaya
administrasi dan Rp. 11.250,00. untuk pajak penghasilan/PPh, serta dikredit Rp.
126.250,00. sebagai jasa giro.
h. Cek yang dikeluarkan PT. Alam Raya bulan Desember 2013 belum dicatat dalam
rekening Koran karena masih dalam peredaran adalah:
Cek No. 32602 Rp. 346.875,00.
32605 Rp. 1.231.725,00.
32608 Rp. 1.107.190,00.
32609 Rp. 1.240.050,00.
i. Penyetoran oleh PT. Alam Raya ke Bank Mandiri RP. 2.350.000,00. tercatat dalam
rekening Koran sebesar RP. 2.125.000,00. dan penyetoran Rp. 3.700.000,00.
dicatat Rp. 3.825.000,00. Bank akan mengakui akan kekeliruan tersebut.
j. Bank Mandiri telah mendebet Rp. 1.500.000,00. sebagai beban pembayaran
angsuran pembelian sebuah mobil, sedangkan PT. Alam Raya meras tidak
memiliki kewajiban tersebut. Bank Mandiri mengakui akan kekeliruan tersebut.
k. PT. Bina Raya menyetorkan uang tunai ke Bank Mandiri sebesar Rp. 3.784.160,00.
Mank Mandiri melakukan kekeliruan pencatuman dengan mengkredit jumlah
tersebut kedalam rekening Koran sebagai keuntungan PT. Alam Raya.

Diminta: a. Rekonsiliasi bank per 31 - 12 – 2013 dalam bentuk stafel dan skontro
b. Ayat penyesuaian setelah rekonsiliasi

14
Daftar Pustaka

Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.

Depdiknas. (1988). Akuntansi Keuangan. Jakarta: Proyek Pelita.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1984). Prinsip Akuntansi Indonesia. Jakarta: Ikatan


Akuntansi Indonesia (IAI).

Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.

Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.

Zaki Baridwan. (1990). Akuntansi Inermediate Accounting. Edisi 6. Yogyakarta: BPFE.

15
BAB III
AKUNTANSI SURAT BERHARGA (EFEK)

Latar Belakang Masalah


Surat berharga atau investasi jangka pendek adalah penanaman modal yang jangka
waktunya satu tahun atau kurang dari satu tahun. Investasi jangka pendek bertujuan untuk
memanfaatkan uang kas yang menganggur (idle cash). Di samping itu investasi ini juga
mempunyai keuntungan lain yaitu dapat diperjual belikan setiap saat jika memerlukan
uang tunai. Jenis investasi jangka pendek ada bermacam-macam, namun yang akan
dibahas dalam bab ini adalah investasi jangka pendek dalam bentuk saham dan obligasi.
Syarat-syarat saham dan obligasi yang termasuk dalam surat berharga adalah:
-Saham atau obligasi yang sudah tercatat dalam bursa efek
-Saham atau obligasi yang mudah diperjualbelikan

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mengerjakan Akuntansi Surat Berharga

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


-Mengerjakan Akuntansi Saham
- Mengerjakan Akuntansi Obligasi
- Mengerjakan Akuntansi Persediaan Surat Berharga

C. Uraian Materi
1. Saham
Saham adalah surat tanda buktu bahwa si pemegang saham ikut memiliki
perseroan terbatas yang mengeluarkan saham tersebut. Untuk keikutsertaan atas
kepemilikan tersebut, si pemegang saham akan mendapatkan laba atau keuntungan
yang disebut deviden.
a. Pencatatan Transaksi Pembelian Saham
Setiap transaksi pembelian saham dicatat di debet dalam rekening Surat Berharga
Saham sebesar harga perolehan (cost). Harga perolehan adalah harga beli atau harga

16
kurs ditambah dengan biaya-biaya pembelian saham yaitu provisi dan biaya
materai.
Contoh: Pada tanggal 15 Juli 2013, PT. Dady membeli 100 lembar saham biasa PT.
Neny dengan nilai nominal Rp. 25.000,00. per lembar. Kurs 105%, biaya
provisi dan materai RP. 30.000,00.
Diminta: a. Hitung harga perolehan 100 lembar saham
b. Hitung harga perolehan satu lembar saham
c. Buat jurnal pembelian saham
Jawab:
a) Harga perolehan 100 lembar saham
Harga kurs beli: 105% x (100 x Rp. 25.000,00.) Rp. 2.625.000,00.
Biaya provisi dan materai Rp. 30.000,00. +
Harga perolehan 100 lembar saham Rp. 2.655.000,00.

b) Harga perolehan satu lembar saham = Rp. 2.655.000,00. : 100


= Rp. 26.550,00.

c) Jurnal pembelian saham:


Surat berharga saham PT Neny Rp. 26.550,00.
Kas Rp. 26.550,00.

d. Pencatatan Transaksi Penjualan Saham


Setiap transaksi penjualan saham dicatat dengan cara mendebet Kas sebesar harga
jual bersih saham yang dijual serta mengkredit Surat Berharga Saham sebesar harga
perolehan saham yang terjual. Harga jual bersih adalah harga kurs jual dikurangi
biaya-biaya seperti biaya provisi dan materai. Selisih antara harga jual bersih
dengan harga perolehan saham yang terjual disebut laba/rugi penjualan saham. Jika
harga jual bersih lebih besar daripada harga perolehan, selisihnya disebut laba
penjualan saham. Jika harga jual bersih lebih kecil daripada harga perolehan,
selisihnya disebut rugi penjualan saham. Laba selalu dicatat di kredit dan rugi selalu
dicatat di debet.

17
Contoh: Pada tanggal 20 April 2013, PT. Andre menjual 100 lembar saham biasa
nominal Rp. 20.000,00. per lembar. Kurs 110%, biaya provisi dan materai
RP. 20.500,00. per lembar.
Diminta: a. Hitung harga jual bersih 100 lembar saham
b. Hitung laba/rugi penjualan saham
c. Buat jurnal penjualan sahamnya
Jawab:
a. Harga jual bersih 100 lembar saham
Harga kurs jual: 110% x (100 x Rp. 20.000,00.) Rp. 2.200.000,00.
Biaya provisi dan materai Rp. 25.000,00. +
Harga jual bersih100 lembar saham Rp. 2.175.000,00.

b. Laba/rugi penjualan saham


Harga jual bersih = Rp. 2.175.000,00.
Harga perolehan = Rp. 2.050.000,00. +
Laba penjualan saham = Rp. 125.000,00.

c. Jurnal penjualan saham:


Kas Rp. 2.175.000,00.
Surat berharga saham PT. Andre Rp. 2.050.000,00.
Kas Rp. 125.000,00.

2. Obligasi
Obligasi adalah surat bukti bahwa si pemegang obligasi telah meminjamkan sejumlah
uang kepada badan yang mengeluarkan obligasi tersebut. Pemegang obligasi akan
mendapat bunga yang disebut kupon yang biasanya dibayarkan satu tahu sekali atau
enam bulan sekali.
a. Pencatatan Transaksi Pembelian Obligasi
Pencatatan transaksi pembelian obligasi sedikit berbeda dengan pencatatan pembelian
saham. Perbedaan terletak pada bunga berjalan. Jika transaksi pembelian terjadi di luar
hari bunga/kupon maka bunga berjalan tidak ada.
Ada dua metode pencatatan sistem bunga berjalan:

18
1) Metode hasil, artinya bunga berjalan dicatat di debet pada rekening Pendapatan
Bunga.
2) Metode harta, artinya bunga berjalan dicatat disebelah debet pada rekening Piutang
Bunga.

Contoh:
Pada tanggal 1 Mei 2013, PT. Adijaya membeli 200 lembar obligasi BI 24% per tahun,
dengan nilai nominal Rp. 50.000,00. per lembar, kurs 90%, hari bunga 1/3 – 1/9. Biaya
provisi dan meterai Rp. 40.000,00.

Diminta: Berdasarkan soal tersebut hitunglah:


a. Harga perolehan 200 lembar obligasi
b. Bunga berjalan
c. Jumlah uang yang dibayar per kas
d. Jurnal pembelian obligasi dan penerimaan bunga

Jawab:
a. Harga perolehan
Harga kurs beli: 90% x (200 x Rp. 50.000,00.) Rp. 9.000.000,00.
Biaya provisi dan materai Rp. 40.000,00.+
Harga perolehan 200 lembar saham Rp. 9.040.000,00.

b. Bunga berjalan
200 x Rp. 50.000,00. X 24% x 2
Besarnya bunga berjalan = = Rp. 400.000,00.
12
Keterangan: 1/3 – 1/5 = 2 bulan

c. Jumlah uang yang dibayar per kas


Harga perolehan Rp. 9.040.000,00.
Bunga berjalan Rp. 400.000,00.+
Jumlah uang yang dibayar Rp. 9.440.000,00.

19
d. Jurnal pembelian Obligasi

Surat Berharga Obligasi Rp. 9.040.000,00.


Pendapatan bunga Rp. 400.000,00.
Kas Rp. 9.440.000,00.

e. Bunga Obligasi yang diterima

Rp. 10.000.000,00. x 6 x 24%


Bunga yang diterima 1-9- 2013 = = Rp. 1.200.000,00.
12
Keterangan = 1/3 – 1/9 = 6 bulan

f. Jurnal penerimaan bunga

Kas Rp. 1.200.000,00.


Pendapatan bunga Rp. 1.200.000,00.

e. Pencatatan Transaksi Penjualan Obligasi


Obligasi yang dijual dicatat pada sisi kredit rekening Surat Berharga Obligasi sebesar
harga perolehan obligasi yang terjual. Dalam menghitung laba/rugi penjualan obligasi
yang dibandingkan adalah harga jual bersih dan harga perolehan obligasi yang terjual.
Dengan demikian bunga berjalan yang diterima pada saat menjual obligasi tidak ikut
diperhitungkan dalam menghitung laba/rugi penjualan obligasi tersebut.

3. Persediaan Surat Berharga


Persediaan surat berharga yang dimiliki oleh perusahaan pada akhir periode dapat
dilaporkan dalam neraca sebesar:
a. Harga perolehan
b. Harga pasar
c. Harga terendah antara harga perolehan dengan harga pasar
Jika harga perolehan sama dengan atau lebih kecil dari harga pasar, surat berharga
yang dimiliki dapat dilaporkan dalam neraca sebesar harga perolehannya. Jika harga
pasar lebih rendah dari harga perolehan, surat berharga yang dimiliki dapat dilaporkan

20
dalam neraca sebesar harga pasar. Jika surat berharga yang dimiliki sebagian harga
perolehannya lebih kecil, dan sebagian lagi lebih tinggi dari harga pasar, surat berharga
yang dimiliki dapat dilaporkan dalam neraca berdasarkan harga terendah antara harga
perolehan dan harga pasar. Jika cara kedua atau ketiga yang digunakan diperlukan
jurnal penyesuaian sebagai berikut:

Penurunan Nilai surat Berharga Rp. xxx


Cadangan Penurunan Nilai Surat Berharga Rp. xxx

Menghitung nilai persediaan surat berharga pada akhir periode dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu cara dari ketiga metode berikut:
a. Metode Fist In Fist Out (FIFO)
b. Metode Last In Fest Out (LIFO)
c. Metode Average (Rata-rata)

D. Soal Latihan
1. Berikut ini adalah transaksi-transaksi yang terjadi pada PT. Samodra selama bulan
Agustus 2000:
2-8-2000, Dibeli 150 lembar saham PT. Mawar, nilai nominalnya Rp.
10.000,00/lembar Kurs 110%, biaya provisi dan materai Rp. 30.000,00.
3-8-2000, Dibeli 100 lembar saham PT. Kenari dengan nominal Rp.
15.000,00/lembar. Kurs 100%, biaya provisi dan materai Rp. 25.000,00.
6-8-2000, Dibeli 100 lembar saham PT. Mawar dengan nilai nominal Rp.
10.000,00/lembar. Kurs 105%, biaya provisi dan meterai Rp. 15.000,00.
15-8-2000, Dijual 120 lembar saham PT. Mawar dengan kurs 120%, biaya provisi dan
materai Rp. 45.000,00.
20-8-2000, Dibeli 200 lembar saham PT. Kenari dengan nilai nominal Rp.
15.000,00/lembar. Kurs 95%, biaya provisi dan materai Rp. 30.000,00.
30-8-2000, Dijual 150 lembar saham PT. Kenari dengan kurs 115%, biaya provisi dan
materai Rp. 50.000,00.

21
Diminta:
a. Buatlah perhitungan setiap transaksi pembelian dan penjulan saham tersebut
berdasarkan metode FIFO, LIFO dan Average.
b. Catatlah transaksi-transaksi tersebut ke dalam jurnal umum, bila persediaan surat
berharga dihitung dengan metode FIFO.
c. Hitunglah nilai persediaan surat berharga pada tanggal 31-8-2000 berdasarkan
metode FIFO, LIFO dan Average.

2. Pada tanggal 1 Agustus 2000, dijual 50 lembar obligasi 12% per tahun, nominal Rp.
50.000,00/lembar. Kurs 105%, hari kupon ¼ - 1/10. Biaya provisi dan materai Rp.
40.000,00. Harga perolehan Rp. 56.000,00/lembar.

Diminta:
a. Hitung harga jual bersih obligasi
b. Hitung rugi /laba penjualan obligasi
c. Hitung bunga berjalan
d. Buat jurnal penjualan obligasi

22
Daftar Pustaka

Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.

Depdiknas. (1988). Akuntansi Keuangan. Jakarta: Proyek Pelita.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1994). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT. Salemba
Empat.

Munandar, M. (1981). Pokok-pokok Intermediate Accounting. Yogyakarta: Penerbit FE


UGM.

Munawir, S. (1989). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Myer, John. (1978). Financial Statement Analysis. Prentice Hall: Inc. Englewood Cliffs.

Soemarso SR. (1990). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Rinneka
Cipta.

Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.

Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.

23
BAB IV
AKUNTANSI PIUTANG WESEL

Latar Belakang Masalah


Wesel terbagi menjadi dua macam, yaitu wesel tagih (Notes Receivable) dan
wesel bayar (Notes Receivable). Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar dalam
jumlah dan jangka waktu tertentu, sedangkan wesel bayar kebalikan dari wesel tagih.
Badan atau perseroan yang mengeluarkan wesel disebut penarik wesel, sedangkan yang
menerima pembayaran disebut penerima wesel.

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mengerjakan Akuntansi Piutang Wesel

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


-Mengerjakan Akuntansi Wesel Tagih
- Mengerjakan Akuntansi Wesel Bayar

C. Uraian Materi
1. Wesel Tagih
a. Pengertian
Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar dalam jumlah dan jangka waktu
tertentu, sedangkan wesel bayar kebalikan dari wesel tagih. Badan atau perseroan yang
mengeluarkan wesel disebut penarik wesel, sedangkan menerima pembayaran disebut
penerima wesel. Wesel yang jatuh tempo pembayarannya lebih dari 60 hari disebut
dengan promes. Wesel atau promes dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Wesel yang memberikan bunga sejak dikeluarkan sampai tanggal jatuh tempo
(wesel berbunga)
2) Wesel yang tidak memberikan bunga sejak dikeluarkan sampai tanggal jatuh tempo
(wesel tanpa bunga)
Para kreditur lebih menyukai piutang dengan bukti wesel daripada piutang biasa,
karena wesel merupakan surat pengakuan secara resmi berutang serta lebih kuat dari

24
segi hukum dibanding piutang biasa. Di samping itu wesel juga lebih mudah dicairkan
menjadi uang tunai dengan cara didiskontokan atau dijual.

b. Akuntansi Wesel Tagih


Oleh karena termasuk perkiraan tetap, maka wesel tagih dilaporkan di neraca. Wesel
tagih yang kurang dari satu tahun dilaporkan di aktiva lancar. Wesel tagih yang lebih
dari satu tahun dilaporkan di piutang jangka panjang. Wesel tagih ada yang berbunga
dan ada yang tidak berbunga, untuk menghitung bunga wesel tagih digunakan rumus
sebagai berikut:

JK WAKTU WESEL
BUNGA= NILAI NOMINAL X TNGKT BUNGA THNAN X
JK WAKTU 1 TAHUN

Keterangan: Satu tahun bagi pemerintah 365 hari


Satu tahun bagi dunia usaha 360 hari

Dalam wesel tagih terdapat istilah nilai maturitas, istilah ini untuk hasil penjumlahan
nilai nominal dan bunga selama jangka waktu wesel.
1) Prinsip Pencatatan Akuntansi Wesel Tagih
Wesel tagih merupakan aktiva lancar, perkiraan wesel tagih di debet dan di kredit
sebesar nilai nominalnya. Perkiraan wesel tagih di debet apabila:
a) Menerima wesel/promes dari debitur
b) Mendiskonto/membeli wesel
c) Menarik wesel kepada debitur

Perkiraan wesel tagih di kredit apabila:


a) Menerima pelunasan dari debitur pada tanggal jatuh tempo
b) Mendiskontokan wesel/menjual wesel sebelum jatuh tempo

Pada saat menerima pelunasan wesel berbunga maka perkiraan pendapatan bunga di
kredit sebesar bunga yang diterima.

25
2) Penentuan Tanggal Jatuh Tempo
Tanggal jatuh tempo suatu wesel dapat ditentukan dengan tiga langkah berikut:
a) Kurangkan tanggal dikeluarkannya wesel dari jumlah hari yang ada dalam bulan
bersangkutan
b) Tambahkan hari-hari penuh dalam bulan berikutnya, tetapi jangan melebihi jumlah
hari hari yang tercantum dalam wesel tersebut
c) Kurangkan jumlah hari yang diperoleh dari butir 1) dan 2) dengan jangka waktu
wesel tersebut.

Penentuan jatuh tempo untuk wesel tagih harian dan wesel tagih bulanan adalah
sebagai berikut:
a) Wesel Tagih Harian, jatuh tempo wesel tagih harian ditentukan dengan cara harian,
yaitu dihitung dari tanggal wesel hingga tanggal jatuh tempo. Dengan demikian
tanggal wesel tidak ikut dihitung tetapi tanggal jatuh tempo ikut dihitung.
Contoh: Pada tanggal 5 Juni 2000 diterima wesel 60 hari. Jatuh temponya adalah ?
Jangka waktu wesel 60 hari
Jumlah hari bulan Juni 30
Tanggal wesel 5 -
25 -
35
Jumlah hari bulan Juli 31 -
4
Jadi tanggal jatuh tempo wesel adalah tanggal 4 Agustus 2000.

b) Wesel Tagih Bulanan/Wesel yang dinyatakan bulanan, jatuh temponya sesuai


dengan tanggal wesel untuk beberapa bulan kemudian sesuai dengan umurnya.
Contoh: Jika pada tanggal 11 Agustus 2000 diterima wesel bulanan. Pada tanggal
berapakah jatuh tempo wesel tersebut ?
Tanggal jatuh tempo wesel adalah tanggal 11 November 2000.

3) Penarikan Wesel
Alasan perusahaan melakukan penarikan wesel adalah sebagai berikut:

26
a) Mengganti piutang yang telah jatuh tempo
b) Penjualan piutang yang telah jatuh tempo
c) Pemberian pinjaman kepada pihak lain

4) Pencatatan Pada Saat Penguangan Wesel


Wesel yang diterima akan diuangkan ke bank sebesar nilai yang tercantum pada saat
jatuh tempo. Pencatatan pada saat penguangan wesel tersebut adalah sebagai berikut:
 Wesel berbunga
Kas Rp. xxx
Wesel Tagih Berbunga Rp. xxx
Pendapatan Bunga Rp. xxx
 Wesel Tak Berbunga
Kas Rp. xxx
Wesel Tagih Rp. xxx

5) Pendiskontoan Wesel
Pemegang wesel kadangkala memerlukan uang tunai sebelum jatuh tempo. Untuk
memenuhi hal tersebut, maka wesel tagih yang dimiliki dapat dijual/didiskontokan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mendiskontokan wesel adalah sebagai berikut:
a) Diskonto/potongan, untuk wesel yang tidak berbunga diskonto dihitung dari nilai
nominal. Untuk wesel berbunga diskonto dihitung dari nilai nominal ditambah
bunga.
b) Lama/hari diskonto, lama/hari diskonto dihitung mulai tanggal pendiskontoan
hingga tanggal jatuh tempo, dengan demikian tanggal pendiskontoan tidak dihitung
sedangkan tanggal jatuh tempo ikut dihitung.
c) Pecatatan diskonto/potongan, diskonto wesel yang tidak berbunga akan dicatat di
debet pada perkiraan “Beban Bunga” sebesar diskonto. Untuk wesel tagih
berbunga jika diskonto lebih besar dari pada bunga akan dicatat sebesar selisih
antara bunga dengan diskonto. Sebaliknya jika bunga lebih besar dari pada
diskonto akan dicatat pada perkiraan “Pendapatan Bunga” sebesar selisih antara
diskonto dan bunga.

27
6) Pencatatan Pendiskontoan Wesel
Pendiskontoan wesel tagih dicatat di kredit pada perkiraan wesel tagih didiskontokan
sebesar nilai nominal. Wesel yang didiskontokan tetapi tidak dilunasi/dibayar oleh
yang kena tarik/pembayar, akan dicatat dengan cara mendebet perkiraan piutang, wesel
tagih yang didiskontokan, serta mengkredit perkiraan wesel tagih dan kas. Untuk
membalik wesel tagih yang tidak berlaku lagi dan dijadikan piutang dagang,
pencatatan dilakukan dengan cara mendebet perkiraan piutang, dan mengkredit
perkiraan wesel tagih. Untuk pembayaran kembali sebesar nilai nominal wesel, bunga
untuk wesel yang berbunga serta denda kepada pihak yang memegang wesel akan
dicatat di sisi kredit pada perkiraan kas. Pencatatan wesel yang didiskontokan dan
dilunasi oleh yang kena tarik adalah dengan cara mendebet perkiraan wesel tagih
didiskontokan, dan mengkredit perkiraan wesel tagih.

Contoh:
Pada tanggal 15 Desember 1999, wesel tak berbunga dan berjangka waktu 60 hari
senilai Rp. 5.000.000,00. dikeluarkan oleh PT. Restu Jaya pada tanggal 7 November
2000. Wesel tersebut didiskontokan ke bank dengan tingkat diskonto 27%. Berapakah
jumlah uang yang diterima dari pendiskontoan tersebut ?

Jawab:
Nilai nominal wesel Rp. 5.000.000,00.
Perhitungan diskonto 27% x 22/360 x 5.000.000,00. Rp. 82.500,00.-
Jumlah uang yang diterima dari pendiskontoan Rp. 4.917.500,00.

Ayat jurnal untuk mencatat jumlah uang yang diterima dari pendiskintoan tersebut
adalah:

Kas Rp. xxx


Biaya bunga Rp. xxx
Wesel Tagih Rp. xxx

28
2. Wesel Bayar
Wesel bayar merupakan kebalikan dari wesel tagih. Jika wesel bayar berjangka waktu
kurang dari satu tahun, maka akan dilaporkan di neraca pada pos utang/kewajiban lancar.
Sebaliknya jika berjangka waktu lebih dari satu tahun akan dilaporkan di neraca pada pos
utang/kewajiban jangka panjang. Wesel bayar ada yang berbunga dan ada yang tidak
berbunga. Cara menentukan tanggal jatuh temponya sama dengan cara penentuan pada
wesel tagih.
a. Pencatatan Saat Penarikan wesel
Suatu wesel akan ditarik oleh pemberi perintah membayar. Bagi pihak yang
membayar, wesel tersebut merupakan wesel bayar. Penarikan wesel bayar dapat
disebabkan beberapa hal berikut ini:
1) Utang dagang yang telah jatuh tempo, jurnalnya adalah:
Utang dagang Rp. xxx
Wesel bayar Rp. xxx

2) Utang dagang pembelian yang telah jatuh tempo, jurnalnya adalah:


Pembelian Rp. xxx
Wesel bayar Rp. xxx

b. Pencatatan Saat Wesel Jatuh Tempo


Saat wesel bayar jatuh tempo adakalanya perusahaan yang menarik tidak dapat
membayar. Jika terjadi hal demikian wesel tersebut harus dipindahkan ke perkiraan
utang dagang dan penerima wesel dapat membebankan biaya administrasi.

D. Soal Latihan
1. PT. Andalas memegang sebuah promes 60 hari dengan nominal Rp. 3.600.000,00.
Promes tersebut berbunga 7% per tahun, tertanggal 18 Oktober 1999 yang diterima
dari seorang debitur. Pada tanggal 27 November promes tersebut didiskontokan pada
PT. Andalas dengan diskonto 8% per tahun.
Diminta:
a. Hitunglah nilai promes tersebut pada hari tunainya
b. Hitunglah hari dan besar diskonto promes tersebut

29
c. Hitunglah jumlah yang diterima PT. Andalas saat diskonto
d. Buatlah jurnal pendiskontoan tanggal 27 November
e. Buatlah jurnal jika promes tersebut dilunasi oleh pembuatnya

2. Saldo piutang dagang pada tanggal 1 Januari 2000 adalah Rp. 120.000.000,00. dan
saldo pada tanggal 31 Desember 2000 adalah Rp. 100.000.000,00. Penjualan bersih
selama tahun 2000 berjumlah Rp. 2.000.000,00. Perkiraan penyisihan piutang tak
tertagih pada tanggal 1 Januari 2000 bersaldo Rp. 1.500.000,00. dan selama tahun
2000 total ayat jurnal di debet Rp. 5000.000,00.
Diminta:
a. Apabila penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan 3% dari saldo piutang
rata-rata. Hitunglah besarnya piutang tak tertagih yang harus dibebankan dalam
tahun bersangkutan.
b. Hitunglah biaya yang harus dibebankan apabila penyisihan piutang tak tertagih
didasarkan 0,25% dari penjualan
c. Hitunglah saldo perkiraan piutang tak tertagih pada akhir tahun

30
Daftar Pustaka

Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.

Depdiknas. (1988). Akuntansi Keuangan. Jakarta: Proyek Pelita.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1984). Prinsip Akuntansi Indonesia. Jakarta: Ikatan


Akuntansi Indonesia (IAI).

Munandar, M. (1981). Pokok-pokok Intermediate Accounting. Yogyakarta: Penerbit FE


UGM.

Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.

Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.

31
BAB V
AKUNTANSI PIUTANG DAGANG

Latar Belakang Masalah


Perusahaan jasa perusahaan dagang maupun industri pada umumnya melakukan
penjualan barang atau jasa secara kredit. Hasil penjualan tersebut merupakan hasil usaha
dan sekaligus menimbulkan piutang bagi perusahaan yang bersangkutan. Piutang adalah
hak perusahaan untuk menagih sejumlah uang kepada pihak lain pada suatu saat tertentu.

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mengerjakan Akuntansi Piutang Dagang

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


-Mengerjakan Akuntansi Piutang Dagang
- Mengerjakan Akuntansi Piutang tak Tertagih

C. Uraian Materi
1. Pengertian dan Jenis Piutang Dagang
Piutang adalah hak perusahaan untuk menagihsejumlah uang kepada pihak lain apa suatu
saat tertentu. Piutang yang berasal dari penjualan barang/jasa disebut piutang
dagang/usaha. Piutang yang timbul bukan dari penjualan barang/jasa disebut piutang non
dagang. Termasuk piutang non dagang antara lain:
a. Uang muka pembelian
b. Pinjaman karyawan
c. Piutang bunga
d. Klaim asuransi
e. Beban dibayar dimuka
f. Utang saldo debet

2. Akuntansi Piutang Dagang


Piutang dagang merupakan harta yang mudah ditukar/dicairkan menjadi uang tunai, oleh
karena itu perubahan-perubahan dialaminya harus selalu dicatat dan dilaporkan.

32
a. Pencatatan Terjadinya Piutang Dagang, pencatatan terhadap adanya piutang
dagang/usaha dapat dilakukan sebagai berikut:
1) Penjualan barang dagangan secara kredit, penjulan barang dagangan secara kredit
akan dicatat dalam jurnal penjualan, jika memakai jurnal khusus. Jika
pencatatannya memakai jurnal umum, ayat jurnalnya adalah:
Piutang Dagang Rp. xxx
Penjualan Rp. xxx
2) Penjulan jasa secara kredit (telah menyelesaikan pekerjaan tetapi upahnya diterima
kemudian) dicatat dengan jurnal:
Piutang Dagang Rp. xxx
Pendpatan Jasa Rp. xxx

b. Pencatatan Pada Kartu Piutang


Transaksi-transaksi yang berkaitan dengan piutang dagang juga dicatat dalam kartu
piutang. Bentuk kartu piutang tidak jauh berbeda dengan perkiraan empat kolom,
perbedaanya kolom saldo hany terdiri dari satu kolom karena saldo normal piutang
terletak pada sisi debit. Contoh bentuk kartu piutang adalah:
NAMA : TOKO ABC FILE :D
ALAMAT : JL. A YANI NO. 12 PALANGKA RAYA NOMOR: 01

TANGGAL NO. BUKTI KETERANGAN DEBET KREDIT SALDO

1/10/2012 SALDO AWAL - - -

10/10/2012 619 PENJUALAN KREDIT 750.000 - 750.000

15/10/2012 32 RETUR PENJUALAN - 50.000 700.000

25/10/2012 412 PENAGIHAN PIUTANG - 700.000 -

26/10/2012 650 PENJUALAN KREDIT 500.000 - 500.000

30/10/2012 345 PENAGIHAN PIUTANG 550.000 50.000

33
Pencatatan dalam kartu piutang biasanya berasal dari transaksi-transaksi berikut:
1) Penjualan tunai
2) Penerimaan uang dari penagihan piutang
3) Penjualan retur atau pengurangan harga

Jadi pelanggan membayar lebih besar dari saldo piutang sehingga kartu piutang bersaldo
kredit, saldo kredit dicatat dalam tanda kurang atau dengan tinta merah.

c. Pencatatan Pada Buku Piutang


Kumpulan kartu piutang yang digunakan dalam sebuah perusahaan disebut buku piutang.
Total saldo-saldo kartu piutang harus sama dengan perkiraan induknya, yaitu pitang
dagang.

d. Umur Piutang
Umur piutang adalah jangka waktu sejak dicatatnya transaksi penjualan sampai dibuatnya
daftar piutang.

Contoh:
Toko Deli sejak 26 Oktober 2000 tidak ada lagi transaksi yang dicatat. Oleh karena itu
pada daftar piutang per 31 Desember 2000 terdapat saldo Rp. 500.000,00.
Umur piutang berdasarkan data pada soal tersebut adalah:
Desember 31
November 30
Oktober 5 +
Umur piutang 66

Ada kalanya umur piutang dikelompokkan menurut jumlah hari tetentu misalnya 1- 30
hari, 31- 60 hari, 61 – 90 hari, 91 – 120 hari di atas 120 hari dan seterusnya.

e. Daftar Umur Piutang


Daftar umur piutang yang dikelompokkan menurut umur terlihat seperti contoh berikut
ini:

34
No Nama Total Umur Piutang

Langganan (Rp)
1-30 31-60 61-90 91-120 >120

1 Toko DEF 650.000 250.000 - - 400.000 -

3. Piutang Tak Tertagih


Piutang dagang timbul apabila perusahaan menjual barang dagangannya secara kredit.
Penjualan secara kredit tersebut akan menimbulkan suatu kemungkinan adanya sebagian
dari piutang yang tidak dapat ditagih. Penyebab dari adanya piutang tidak tertagih
tersebut bermacam-macam misalnya langganan yang bersangkutan bangkrut sehingga
tidak mampu lagi membayar utangnya. Piutang yang tidak dapat ditagih perlu
diperhitungkan dalam laporan keuangan dengan cara membuat penyisihan untuk piutang-
piutang yang tidak dapat ditagih tersebut.
a. Penyisihan Piutang Tak Tertagih
Bagian dari saldo piutang dagang yang kemungkinan tidak bisa ditagih dialokasikan
sebagai biaya. Untuk menaksir jumlah piutang tak tertagih tersebut dapat dilakukan:
1) Menaksir jumlah dengan mendasarkan pada saldo piutang, penyisihan piutang tak
tertagih yang didasarkan atas saldo piutang ditaksir dengan menetapkan suatu
prosentase tertentu terhadap saldo yang bersangkutan. Saldo piutang yang digunakan
dapat berupa saldo rata-rata atau saldo akhir. Disamping berdasarkan rata-rata saldo
piutang penyisihan piutang tak tertagih juga dapat didasarkan atas suatu persentase
terhadap saldo golongan (kelompok) piutang tertentu pada akhir tahun dan
dikelompokkan menurut golongan umur piutang.
2) Menaksir jumlah dengan mendasarkan pada penjulan, penyisihan piutang tak tertagih
berdasarkan penjualan dilakukan dengan cara mengalikan suatu persentase tertentu
dalam jumlah penjulan kredit tahun bersangkutan atau total penjualan. Dalam metode

35
persentase penjualan beban piutang tak tertagih tidak dipengaruhi oleh saldo perkiraan
penyisihan sebelum adanya jurnal penyesuaian.

b. Penghapusan Piutang Tak Tertagih


Apabila telah dapat dipastikan bahwa piutang tidak dapat ditagih maka piutang tersebut
dapat dihapuskan. Dengan demikian saldo piutang yang dihapuskan tersebut dikeluarkan
dari catatan (pembukuan) perusahaan.

c. Metode Langsung Pada Penghapusan Piutang Tak Tertagih


Metode ini beranggapan bahwa perusahaan mencatat kerugian karena tidak tertagihnya
piutang pada saat piutang tersebut diputuskan untuk dihapuskan. Pencatatan piutang yang
telah dihapus dapat diterima kembali apabila piutang yang telah dihapus diterima
pembayarannya, maka pencatatannya adalah:
1) Penerimaan tersebut pada periode yang sama dengan periode penghapusan, maka baik
metode langsung maupun metode penyisihan pencatatannya sama-sama mengadakan
jurnal koreksi pada saat penghapusan dengan jurnal:
-Metode Langsung
Kas Rp. xxx
Beban Piutang tak Tertagih Rp. xxx

-Metode Cadangan/Penyisihan
Kas Rp. xxx
Penyisihan Piutang tak Tertagih Rp. xxx

2) Penerimaan tersebut pada periode setelah periode penghapusan, maka baik metode
langsung maupun metode penyisihan pencatatannya sama, dengan jurnal:
Piutang Rp. xxx
Piutang Hapus Kembali Rp. xxx

Kas Rp. xxx


Piutang Rp. xxx

36
Perkiraan piutang hapus kembali tersebut dalam laporan Laba/Rugi disajikan sebagai
pendapatan di luar usaha. Penyajian piutang dalam neraca menurut Prinsip Akuntansi
Indonesia 3.1 pasal 9 disebutkan bahwa jumlah brutto piutang harus tetap disajikan di
neraca. Oleh karena itu dalam neraca disajikan jumlah brutto piutang dikurangi jumlah
penyisihan piutang tak tertagih.
Contoh:
Piutang Rp. 15.000.000,00.
Penyisihan piutang tak tertagih Rp. 750.000,00. -
Rp. 14. 250.000,00.

D. Soal Latihan
1. Pada tanggal 31 Desember 2000 dalam pembukuan Toko “ABG” antara lain terdapat
perkiraan berikut ini:
Piutang Rp. 3.500.000,00.
Penjualan Rp. 12.500.000,00.
Selama tahun 2000 transaksi yang berhubungan dengan piutang adalah :
5-1-2000, Penjualan kredit Rp. 3.000.000,00.
10-1-2000, Penerimaan dari debitur Rp. 1.500.000,00.
10-2-2000, Piutang kepada seorang debitur dihapuskan Rp. 750.000,00.
30-3-2000, Penjulan tunai Rp. 6.000.000,00.
1-4-2000, Piutang yang dihapuskan tahun 10-2-2000 lalu diterima per kas
30-4-2000, Piutang yang dihapuskan tahun 1999 lalu diterima per kas Rp. 200.000,00.
13-5-2000, Piutang kepada beberapa debitur dihapuskan Rp. 450.000,00.
20-5-2000, Seorang debitur menyatakan akan membayar utangnya yang telah
dihapuskan 13-5-2000 lalu sebesar Rp. 300.000,00.
26-5-2000, Diterima pembayaran dari debitur yang telah berjanji akan membayar
tanggal 20-5-2000 yang lalu.
Diminta:
a. Buatlah jurnal atas transaksi di atas dengan memakai metode langsung dan metode
tak langsung

37
b. Buat jurnal penyesuaian dan jurnal penutup per 31 Desember 1999 dan 31
Desember 2000 apabila cadangan kerugian piutang ditambah 4% dari saldo
piutang
c. Buatlah jurnal penyesuaian dan jurnal penutup 31 Desember 1999 dan 31
Desember 2000 berdasarkan analisis umur piutang, besarnya kerugian piutang tak
tertagih masing-masing yaitu tahun 1999 Rp. 15.000,00. dan tahun 2000 Rp.
17.500,00.

2. Saldo piutang dagang pada tanggal 1 Januari 2000 adalah Rp. 120.000.000,00. dan
saldo pada tanggal 31 Desember 2000 adalah Rp. 100.000.000,00. Penjualan bersih
selama tahun 2000 berjumlah Rp. 2.000.000,00. Perkiraan penyisihan piutang tak
tertagih pada tanggal 1 Januari 2000 bersaldo Rp. 1.500.000,00. dan selama tahun
2000 total ayat jurnal di debet Rp. 5000.000,00.
Diminta:
a. Apabila penyisihan piutang tak tertagih dihitung berdasarkan 3% dari saldo piutang
rata-rata. Hitunglah besarnya piutang tak tertagih yang harus dibebankan dalam
tahun bersangkutan
b. Hitunglah biaya yang harus dibebankan apabila penyisihan piutang tak tertagih
didasarkan 0,25% dari penjualan
c. Hitunglah saldo perkiraan piutang tak tertagih pada akhir tahun

38
Daftar Pustaka

Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.

Depdiknas. (1988). Akuntansi Keuangan. Jakarta: Proyek Pelita.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1984). Prinsip Akuntansi Indonesia. Jakarta: Ikatan


Akuntansi Indonesia (IAI).

Munawir, S. (1989). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Soemarso SR. (1990). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Rinneka
Cipta.

Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.

Sukrisno Agoes. (1996). Auditing. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.

39
BAB VI
AKUNTANSI PERSEDIAAN

Latar Belakang Masalah


Persediaan adalah salah satu jenis aktiva lancar yang merupakan faktor penting
dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Oleh karena jumlahnya yang cukup
besar dalam suatu perusahaan, maka kesalahan dalam menentukan nilai persediaan akan
berpengaruh pada neraca dan perhitungan laba/rugi tahun sebelumnya, tahun sedang
berjalan, maupun tahun yang akan datang.

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mengerjakan Akuntansi Persediaan

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


-Mengerjakan Akuntansi Persediaan dengan Metode Fisik
- Mengerjakan Akuntansi Persediaan dengan Metode Permanen

C. Uraian Materi
1. Arti dan Pentingnya Persediaan
a. Pengertian Persediaan
Persediaan pada perusahaan dagang adalah barang dagangan yang belum terjual
sampai dengan penutupan buku. Bagi perusahaan industri yang termasuk dalam
kategori persediaan terdiri dari:
1) Persediaan bahan baku yaitu bahan baku atau bahan mentah yang belum dipakai
atau diolah didalam proses produksi sampai dengan penutupan buku atau akhir
periode.
2) Persediaan barang dalam proses, yaitu bahan baku/bahan mentah yang sudah diolah
di dalam proses produksi tetapi belum siap sampai penutupan buku atau akhir
periode.
3) Persediaan barang jadi atau persediaan barang dagangan, yaitu barang yang sudah
siap diproduksi tetapi sampai akhir penutupan buku atau akhir periode belum
terjual.
40
b. Pentingnya Persediaan
Pada setiap akhir periode atau pada waktu penyusunan laporan keuangan, persediaan
harus dihitung unit maupun nilainnya. Kesalahan pencatatan persediaan awal dan akhir
akan mempunyai dampak sebagai berikut:
1) Jika persediaan awal dicatat terlalu tinggi dari yang seharusnya, maka laba bersih
periode yang bersangkutan menjadi lebih rendah.
2) Jika persediaan awal dicatat terlalu rendah dari yang seharusnya, maka leba bersih
periode yang bersangkutan menjadi lebih tinggi.
3) Jika persediaan akhir dicatat terlalu tinggi dari yang sebenarnya, maka laba bersih
periode yang bersangkutan menjadi lebih tinggi.
4) Jika persediaan akhir dicatat terlalu rendah dari yang sebenarnya laba bersih periode
yang bersangkutan menjadi lebih rendah.
Dengan demikian perhitungan persediaan akhir harus dilakukan secara teliti dan tepat,
agar perhitungan pada neraca dan laporan Rugi/Laba dapat ditentukan dengan tepat
dan benar. Besarnya pengaruh persediaan terhadap laporan keuangan membuat
perhitungan atau penilaian persediaan pada waktu penutupan buku harus dilakukan
dengan teliti, dan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi.
Besarnya pengaruh persediaan di dalam laporan keuangan baik neraca maupun
perhitungan laba/rugi dapat digambarkan dengan contoh sebagai berikut:

Keterangan Benar Salah

Penjualan Rp. 500.000.000,00. Rp. 500.000.000,00.

Persediaan awal Rp. 20.000.000,00. Rp. 20.000.000,00.

Pembelian Rp. 400.000.000,00. + Rp. 400.000.000,00. +

Barang Tersedia dijual Rp. 420.000.000,00. Rp. 420.000.000,00.

Persediaan akhir Rp. 10.500.000,00. - Rp. 105.000.000,00. -

Harga Pokok Penjualan Rp. 409.500.000,00.- Rp. 315.000.000,00.-

Laba Kotor 90.500.000,00. Rp. 185.000.000,00.

41
Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa kesalahan menilai persediaan akhir akan
membawa akibat kesalahan terhadap pencatatan laba yang cukup besar, yaitu:
Laba yang benar Rp. 95.500.000,00.
Laba yang salah Rp. 185.000.000,00. -
Selisih laba Rp. 94.500.000,00.

Disamping perhitungan laporan laba/rugi, pengaruh lain karena kesalahan pencatatan


persediaan terhadap neraca yaitu:
-Adanya kesalahan dalam pencatatan harta
-Kesalahan dalam jumlah laba dan modal, karena laba yang tidak dibagi akan
menambah modal
Besarnya pengaruh persediaan terhadap laporan keuangan membuat perhitungan atau
penilaian persediaan pada waktu penutupan buku harus dilakukan dengan teliti dan
sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi.

2. Metode Pencatatan Persediaan


Persediaan bertambah dengan adanya pembelian atau telah selesainya produksi.
Pengurangan dalam persediaan terjadi akibat adanya penjualan atau keluarnya barang.
Pada saat penjualan, terjadi dua peristiiwa sekaligus yaitu bertambahnya pendapatan
berupa penjualan dan bertambahnya biaya berupa harga pokok penjualan. Ada dua
metode yang dapat digunakan untuk melakukan pencatatan atas persediaan yaitu:
a. Metode Fisik/Periodik (Physical/Periodic Inventory System)
Dalam metode ini perhitungan barang yang ada dilakukan pada akhir periode
akuntansi. Perhitungan tersebut meliputi pengukuran dan penimbangan barang-barang
yang ada pada akhir suatu periode untuk kemudian dikalikan dengan suatu tingkat
harga/biaya yang disebut persediaan akhir. Setiap terjadi transaksi-transaksi yang
mempengaruhi persediaan, baik pada saat pembelian maupun penjualan dicatat ke
masing-masing perkiraan tersebut yaitu:
-Pada saat pembelian: D = Pembelian
K = Kas/Utang Dagang
-Pada saat penjualan: D = Kas/Piutang Dagang
K = Penjualan

42
b. Metode Permanen/Perpetual (Permanent/Perpetual Inventory System)
Dalam metode ini persdiaan akhir dapat diketahui setiap terjadi perubahan, baik pada
saat pembelian maupun pada saat penjualan. Pembukuan atas persediaan dilakukan
secara kontinu, yaitu membukukan setiap transaksi persediaan dengan pencatatan
berikut:
-Pada saat pembelian: D = Persediaan Barang
K = Kas/Utang Dagang
-Pada saat penjualan: D = Kas/Piutang Dagang
K = Penjualan/Persediaan

3. Metode Penilaian Persediaan


Penilaian persediaan sangat berpengaruh terhadap penentuan hasil usaha atau laba/rugi
selama satu periode akuntansi. Hal ini disebabkan karena harga pokok barang
dagangan yang dibeli selama satu periode itu berbeda-beda. Yang dimaksud harga
pokok dalam persediaan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk memperoleh
persediaan yang siap dijual. Pengeluaran tersebut misalnya harga beli, biaya-biaya
pembelian, ongkos angkut pembelian, pajak, asuransi dan sewa gudang. Untuk
mempermudah perhitungan harga pokok barang yang dijual biasanya hanya terdiri dari
harga beli ditambah ongkos angkut pembelian. Sedangkan biaya-biaya lainnya dicatat
sebagai beban dalam perkiraan tersendiri, sesuai dengan penggolongannya. Penilaian
persediaan biasa dilakukan dengan cara-cara atau metode-metode berikut: metode
fisik, metode permanen, metode taksiran dan metode nilai pengganti.
a. Metode Fisik/Periodik
Penilaian persediaan dalam metode fisi dihitung berdasarkan hasil stock opname, yaitu
mengalikan jumlah kuantitas dengan harga satuan per unit. Penilaian ini dilakukan
pada akhir periode pembukuan. Metode fisik yang biasa dipakai dalam menghitung
persediaan akhir adalah sebagai berikut:
1) Metode Tanda Pengenalan Khusus (Specific Identification methods), dalam metode
ini tiap elemen barang yang dibeli diberi tanda dan dikelompokkan pada harga yang
sama. Dengan demikian pada saat inventarisasi persediaan akhir dinilai berdasarkan
jumlah barang yang ada dikalikan dengan harga per satuan.

43
2) Metode Rata-rata Sederhana (Simple Average Methods), dalam metode ini terlebih
dahulu dihitung rata-rata harga per unit baru menghitung nilai persediaan akhirnya.
Rata-rata harga per unit dapat dihitung dengan rumus:
Jumlah harga (Harga persediaan + Harga pembelian)
Banyak Kelompok
3) Metode Rata-rata Tertimbang (Weighted Average Methods), dalam metode rata-rata
tertimbang nilai persediaan akhir dihitung dengan terlebih dahulu mencari harga
rata-rata per unit. Harga rata-rata per unit dapat diketahui dengan cara membagi
jumlah barang yang tersedia untuk dijual dengan jumlah kuantitasnya. Bila
dirumuskan maka harga rata-rata per unit dapat dicari dengan rumus:
Jumlah harga x Jumlah barang (Persediaan dan Pembelian)
Jumlah barang (Persediaan + Pembelian)
Nilai persediaan akhir (NPA) dapat dihitung dengan mengalikan jumlah barang
yang masih ada dengan harga rata-rata per unit.
4) Metode First In First Out (FIFO/MPKP), metode ini didasarkan pada anggapan
arus biaya, dimana harga pokok dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya
transaksi. Barang dagangan yang pertama kali dibeli terlebih dahulu dijual atau
dikeluarkan dari gudang. Dengan demikian persediaan pada akhir periode adalah
barang dagangan yang paling akhir dibeli.
5) Metode Last In First Out (LIFO), sesuai dengan metode ini barang yang palingakhir
dibeli atau masuk itulah yang pertama kali dijual atau dikeluarkan dari gudang.
Dengan demikian persediaan pada akhir periode adalah yang paling awal dibeli.
6) Metode Penjualan Relatif, metode ini hanya digunakan apabila ada satu perusahaan
industri dengan bahan mentah yang sama mengasilkan bermacam-macam barang
yang berbeda. Tukang perabot dengan 20 lembar papan dapat membuat meja, kursi,
lemari dan lain sebagainya. Metode penilaian persediaan yang tepat untuk tukang
perabot tersebut adalah metode nilai penjualan (sales value). Menurut metode ini
barang dagangan yang paling tinggi harga jualnya dibebankan harga yang lebih
tinggi.
7) Persediaan Besi, metode ini dipakai dengan anggapan bahwa diperlukan suatu
jumlah persediaan besi/normal/minimum dengan tujuan untuk menjaga kontinuitas

44
perusahaan. Pada akhir periode jumlah barang-barang yang ada dalam gudang
dihitung jumlah persediaan besinya dan dicatat dengan harga pokok yang tetap.
Selisih antara jumlah barang yang ada dengan jumlah persediaan besi dinilai dengan
harga barang sekarang, bisa dengan MPKP, rata-rata dan lain sebagainya.

b. Metode Permanen/Terus-Menerus/Perpetual
Metode ini disebut juga metode perpetual karena aliran barang diikuti secara terus
menerus dalam pembukuan perusahaan sehingga setiap saat dapat diketahui Harga
Pokok Penjualan dan Persediaan akhir. Sistem ini sering disebut Continous Inventory
atau Book Inventory System. Metode penilaian persediaan dengan metode perpetual
pada umumnya dapat dilakukan dengan:
1) Metode masuk pertama keluar pertama (MPKP)
2) Metode masuk terakhir keluar pertama (MTKP)
3) Metode rata-rata bergerak

c. Metode Taksiran
Metode ini dipakai untuk memperkirakan jumlah persediaan barang pada saat-saat
tertentu, apabila tidak mungkin mengadakan perhitungan fisik atau karena sebagian
data yang diperlukan tidak ada. Bagi perusahaan yang menggunakan metode taksiran
ada dua alternatife metode yang dapat digunakan, yaitu metode laba kotor dan metode
harga eceran.
1) Metode Laba Kotor, metode laba kotor biasanya digunakan untuk:
a) Menaksir jumlah persediaan barang untuk penyusunan laporan jangka pendek
dimana perhitungan fisik tidak mungkin dijalankan
b) Menaksir jumlah persediaan barang yang rusak karena terbakar atau terjadi
musibah
c) Mengatasi jumlah persediaan yang dihitung dengan cara lain
d) Menyusun taksiran harga pokok penjualan, persediaan akhir dan laba bruto

Untuk menghitung persediaan dengan metode laba kotor perlu diketahui persentase
laba kotor terlebih dahulu. Persentase laba kotor tersebut dapat dihitung dari harga
jual dan juga harga pokok.

45
 Persentase laba kotor dari harga jual, untuk menghitung persediaan akhir dari
persentase harga jual, terlebih dahulu dihitung jumlah barang yang siap dujual.
Setelah itu barulah menghitung harga pokok barang yang dijual dengan cara:
jumlah penjualan dikurangi persentase laba kotor dikali jumlah penjualan. Nilai
persediaan akhir diperoleh dengan cara mengurangi jumlah barang yang tersedia
untuk dijual dengan harga pokok barang yang dijual.
 Persentase laba kotor dari harga pokok, besarnya harga jual menurut metode ini
adalah harga pokok ditambah dengan laba, sehingga harga jual menjadi lebih
dari 100%

2) Metode Harga Eceran, metode harga eceran dipakai oleh perusahaan-perusahaan


yang menjual secara eceran. Penentuan jumlah persediaan akhir diketahui dengan
cara mencatat harga jual atas setiap pembelian.

d. Metode Nilai Pengganti


Metode nilai pengganti sering disebut metode terendah antara harga pasar dan harga
pokok (Lower of Cost or Market/LCOM). Persediaan akhir periode menurut metode
ini didasarkan atas harga beli dibandingkan dengan harga pasar yang paling rendah.
Jika perusahaan memiliki lebih dari satu macam persediaan yang masing-masing jenis
terdiri atas berbagai ukuran maupun model, maka pemakaian metode ini dapat
ditetapkan dengan tiga cara yaitu secara individual, kelompok, dan keseluruhan.

D. Soal Latihan
1. Data-data pembukuan tentang persediaan barang selama bulan Maret 2000 adalah
sebagai berikut:
Tanggal 1-3-2000 Persediaan 6000 unit @ Rp. 500,00.
Tanggal 5-3-2000 Pembelian 5000 unit @ Rp. 600,00.
Tanggal 10-3-2000 Penjualan 4000 unit
Tanggal 15-3-2000 Pembelian 3000 unit @ Rp. 400,00.
Tanggal 20-3-2000 Penjualan 2000 unit
Tanggal 25-3-2000 Penjualan 1000 unit
Tanggal 30-3-2000 Pembelian 4000 unit @ Rp. 200,00.

46
Diminta: Hitunglah nilai persediaan akhir dengan memakai metode Fisik
1. Tanda pengenal khusus, jika persediaan akhir berasal dari pembelian tanggal 15
Januari 2000 = 60%, sisanya dari pembelian tanggal 30 Maret = 40%.
2. Metode rata-rata sederhana
3. Metode rata-rata tertimbang
4. MPKP
5. MTKP

2. Soal sama dengan soal No. 1


Diminta: Hitunglah nilai persediaan akhir dengan memakai metode perpetual

3. Toko Gemilang Jaya mempunyai data persediaan sebagai berikut:

Keterangan Harga Eceran (RP) Harga Pokok (RP)


Persediaan awal 3.200.000,00. 2.400.000,00.
Pembelian 16.800.000,00. 12.600.000,00.
Ongkos angkut - 400.000,00.
Kenaikan harga 2.400.000,00. -
Pembatalan keanikan harga 400.000,00. -
Penurunan harga 1.800.000,00. -
Pembatalan penurunan harga 333.400,00. -
Penjualan 16.533.400,00. -

Diminta: Berdasarkan data tersebut hitunglah persediaan akhir dengan metode taksiran
harga eceran.

4. PD. Panca Dewi selama tahun 2013 mempunyai catatan yang berhubungan dengan
persediaan barang dagangan sebagai berikut:
-Persediaan awal Rp. 18.500.000,00.
-Pembelian Rp. 38.500.000,00.
-Retur Pembelian Rp. 3.400.000,00.
-Potongan Pembelian Rp. 800.000,00.
-Beban Angkut Pembelian Rp. 2.000.000,00.
-Penjualan Rp. 60.000.000,00.
-Retur Penjualan Rp. 3.750.000,00.
-Potongan Penjualan Rp. 1.050.000,00.

47
Diminta: Jika laba bruto ditaksir 15% tentukan nilai persediaan barang dagangan pada
tanggal 31 Desember 2013.

Daftar Pustaka

Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.

Depdiknas. (1988). Akuntansi Keuangan. Jakarta: Proyek Pelita.

Manullang, M. (1988). Pengantar ekonomi Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Munandar, M. (1981). Pokok-pokok Intermediate Accounting. Yogyakarta: Penerbit FE


UGM.

Munawir, S. (1989). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Rollin Niswonger, C., Philip E Fess, Caris Warren. (1981). Accounting Principles.
Sixteenth Edition. South Western Publishing Co.

Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.

Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.

Zaki Baridwan. (1990). Akuntansi Inermediate Accounting. Edisi 6. Yogyakarta: BPFE.

48
BAB VII
AKUNTANSI INVESTASI JANGKA PANJANG

Latar Belakang Masalah


Investasi jangka panjang adalah penanaman dana oleh perusahaan dalam jangka
waktu lebih dari satu tahun. Tujuan dilakukannya investasi jangka panjang anatara lain:
1. Memanfaatkan aktiva yang masih menganggur
2. Mmemperoleh tambahan pendapatan
3. Mmenjalin kerja sama dengan perusahaan lain (misalnya pemasok) demi kelancaran
produksi/usaha.

Investasi jangka panjang dapat dilakukan dalam bentuk saham, obligasi, asuransi, tanah
dan lain-lain. Dalam bab ini yang dibahas adalah investasi dalam bentuk saham dan
obligasi.

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mengerjakan Akuntansi Investasi Jangka Panjang

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


-Mengerjakan Akuntansi Investasi Jangka Panjang
- Mengerjakan Akuntansi Investasi Obligasi

C. Uraian Materi
1. Investasi Dalam Saham
Investasi dalam saham adalah investasi yang dilakukan dengan membeli saham
perusahaan lain yang kepemilikannya bersifat permanen. Tujuan pembelian saham
perusahaan lain oleh suatu perusahaan antara lain:
-Memperoleh pendapatan permanen berupa deviden
-Mengendalikan operasi perusahaan lain
-Membentuk hubungan usaha antar perusahaan

49
a. Akuntansi Pembelian Saham
Prinsip pencatatan investasi jangka panjang untuk pembelian saham adalah mendebet
perkiraan “Investasi Dalam Saham” yang bersangkutan sebesar harga perolehannya.
Apabila saham yang dibeli lebih dari satu jenis saham, penentuan harga perolehan
masing-masing jenis saham dilakukan dengan
1) Menentukan harga pasar masing-masing jenis saham
2) Menjumlahkan harga pasar seluruh saham
3) Menentukankan harga perolehan tiap-tiap jenis saham dengan rasio perbandingan
harga tiap jenis saham berbanding total keseluruhan dikalikan dengan harga
perolehan

b. Akuntansi Penerimaan Deviden


Deviden adalah hak para pemegang saham untuk memperoleh bagian keuntungan dari
perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Prinsip pencatatan penerimaan dviden
adalah:
1) Deviden yang diterima dalam bentuk tunai, dicatat dengan mendebet perkiraan kas
dan mengkredit perkiraan pendapatan deviden
2) Deviden yang diterima dalam bentuk asset, dicatat dengan mendebet jenis aktiva
yang diterima sebesar harga pasarnya kemudian mengkredit perkiraan pendapatan
deviden

Adakalanya deviden yang diterima tidak dibayar tunai atau dengan aktiva melainkan
diberi dalam bentuk deviden saham yaitu dividen yang akan diterima berupa saham
dari perusahaan yang telah dimiliki. Pencatatan hal tersebut dilakukan sebagai berikut:
1) Jika deviden saham itu sejenis dengan saham yang dimiliki hal itu dianggap tidak
membawa perubahan atas saham sehingga dicatat dengan memorial
2) Jika deviden saham itu berbeda dengan saham yang dimiliki, harga pokok saham
yang dimiliki dibagikan kepada tipa jenis saham atas nilai relatif

c. Metode Pencatatan Investasi Dalam Saham


1) Metode Harga Perolehan

50
Dengan metode harga perolehan, pencatatan nilai investasi dalam neraca dilakukan
secara tetap dari periode ke periode sebesar harga perolehan saat pembelian
investasi. Pendapatan deviden dicatat sejak saat pengumuman deviden akan
dibagikan.
2) Metode Pemilikan
Dengan metode ini pencatatan nilai investasi dalam neraca dari satu periode ke
periode berikutnya selalu berubah-ubah. Pendapatan deviden dicatat sejak laba
bersih perusahaan tempat menanamkan modal dilaporkan. Bentuk jurnal pencatatan
deviden saham tersebut adalah sebagai berikut:
 Saat laba bersih dilaporkan
Investasi dalam saham Rp. xxx
Bagian laba PT Rp. xxx

 Saat pengumuman deviden akan dibagikan


Piutang deviden Rp. xxx
Investasi dalam saham Rp. xxx

 Saat pembagian deviden


Kas Rp. xxx
Piutang deviden Rp. xxx

d. Akuntansi Penjualan Saham


Adakalanya saham yang dimiliki sebagai investasi jangka panjang dijual kepada
pihak lain atau mungkin juga dijual kembali kepada perusahaan yang menerbitkan
saham tersebut. Transaksi penjualan saham kepada pihak lain diperlakukan seperti
penjualan surat berharga, yaitu mendebet hasil penjualan dan mengkredit investasi
dalam saham sebesar harga pokok (perolehan). Selisih antara harga jual dengan
harga perolehan merupakan laba/rugi penjualan saham. Ayat jurnal yang dibuat
untuk mencatat transaksi penjualan saham adalah sebagai berikut:
Kas Rp. xxx
Investasi dalam saham Rp. xxx
Laba penjualan saham Rp. xxx

51
Adakalanya pihak yang mengeluarkan saham menarik kembali sahamnya.
Transaksi penjualan tersebut akan memperhitungkan harga perolehan saham waktu
dibeli dibeli dengan harga yang diterima dari pihak perusahaan pemilik saham.
Pehitungan tersebut dinyatakan sebagai laba/rugi pelunasan kembali saham.

2. Investasi Dalam Obligasi


Investasi dalam obligasi adalah pembelian obligasi perusahaan lain yang
kepemilikannya untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Tujuan investasi dalam obligasi
ini adalah untuk memperoleh pendapatan yang bersifat permanen berupa bunga/kupon.
a. Akuntansi Pembelian Obligasi
Obligasi memperhitungkan unsur harga kurs, biaya perolehan dan bunga/kupon
berjalan saat terjadinya pembelian. Prosedur pencatatan transaksi pembelian obligasi
adalah sebagai berikut:
1) Mendebet perkiraan investasi dalam obligasi sebesar harga perolehan, yaitu harga
kurs pembelian ditambah biaya perolehan.
2) Mendebet perkiraan pendapatan bunga sebesar bunga/kupon berjalan. Besarnya
dihitung dari nilai nominal obligasi dengan jangka waktu terhitung mulai dari jatuh
tempo kupon terakhir sampai tanggal pembelian.
3) Mengkredit perkiraan kas sebesar jumlah yang dibayarkan yaitu harga kurs
ditambah bunga/kupon.

b. Akuntansi Amortisasi Agio/Disagio Obligasi


1) Pengertian Agio/Disagio Obligasi
Investasi dalam obligasi dicatat di debet pada rekening investasi dalam obligasi
sebesar harga perolehannya. Jika harga perolehan obligasi lebih rendah daripada
nilai nominalnya disebut disagio obligasi. Disagio tersebut pada prinsipnya
diperlakukan sebagai keuntungan. Jika harga perolehan obligasi tersebut lebih
tinggi daripada nilai nominalnya disebut agio (premium). Agio tersebut pada
prinsipnya diperlakukan sebagai kerugian.

52
2) Amortisasi Agio/Disagio Obligasi
Agio/Disagio obligasi harus diamortisasi secara bertahap selama jangka waktu
obligasi yang bersangkutan. Amortisasi agio/disagio obligasi dilakukan setiap akhir
tahun buku atau setiap terima bunga obligasi. Tujuan diadakan amortisasi
agio/disagio obligasi adalah agar pada saat obligasi tersebut jatuh tempo, nilai
nominalnya sama dengan nilai obligasi yang dicatat dalam buku besar.

3) Pencatatan Amortisasi Agio/Disagio Obligasi


Amortisasi agio obligasi dicatat dengan cara mendebet rekening pendapatan bunga
dan mengkredit rekening investasi dalam obligasi. Dengan demikian amortisasi agio
obligasi selalu mengurangi pendapatan bunga obligasi yang dilaporkan dalam
laporan laba/rugi. Amortisasi disagio obligasi dicatat dengan cara mendebet
rekening investasi dalam obligasi dan mengkredit rekening pendapatan bunga.
Dengan demikian amortisasi disagio obligasi menambah pendapatan bunga obligasi
yang dilaporkan dalam laporan rugi/laba.

c. Akuntansi Penjualan Obligasi


Pada saat penjualan obligasi, perkiraan investasi dalam obligasi dikredit sebesar
nilai buku, yaitu sebesar harga perolehan ditambah akumulasi disagionya atau
dikurangi amortisasi agio (premium). Jika harga perolehan obligasi lebih rendah dari
nilai nominalnya yang pada prinsipnya dianggap sebagai keuntungan disebut disagio
obligasi. Sebaliknya apabila harga perolehan obligasi lebih tinggi dari nilai
nominalnya, yang pada prinsipnya diperlakukan sebagai kerugian disebut agio
(premium). Jika harga jual lebih besar daripada nilai bukunya, selisihnya dicatat
sebagai laba penjualan obligasi. Sebaliknya apabila harga jual lebih kecil daripada nilai
bukunya selisihnya dicatat sebagai rugi penjualan obligasi.

d. Perhitungan dan Pencatatan Bunga Obligasi


Bunga obligasi dihitung dari jumlah nilai nominal obligasi dan jangka waktu
pembungaan yang dihitung berdasarkan tanggal jatuh tempo kupon terakhir sampai
tanggal transaksi. Bunga yang timbul dari obligasi dicatat dalam perkiraan pendapatan
bunga dengan prosedur sebagai berikut:

53
1) Transaksi pembelian obligasi didebit sebesar bunga berjalan yaitu dari tanggal
jatuh tempo kupon terakhir sampai tanggal pembelian.
2) Penerimaan bunga kupon obligasi dikredit sebesar enam bulan
3) Pada akhir periode akuntansi dibuat ayat penyesuaian dengan mengkredit sebesar
bunga berjalan dari tanggal jatuh tempo kupon terakhir ke tanggal akhir periode.
4) Transaksi penjualan obligasi dikredit sebesar bunga berjalan dari tanggal jatuh
tempo kupon terakhir sampai tanggal penjualan.

D. Soal Latihan
1. Pada tanggal 15 Maret 1998, PT. Cempaka membeli 6000 lembar saham PT. Pertiwi
dari 30.000 lembar saham yang beredar, dengan nilai nominal Rp. 10.000,00
perlembar. Harga perolehan Rp. 10.750,00 perlembar. Pada tanggal 10 Januari 1999,
PT. Pertiwi mengumumkan pembagian deviden sejumlah Rp. 90.000.000,00 kepada
para pemegang saham. Tanggal 5 Februari 1999, PT.Pertiwi membagikan deviden
tunai kepada pemegang saham PT. Cempaka mencatat investasi dengan metode harga
perolehan.

Diminta:
a. Hitung deviden yang diterima PT. Cempaka pda tanggal 5 Februari 1999.
b. Catat transaksi-transaksi tersebut di atas dalam jurnal untuk PT. Cempaka.

2. Tanggal 30 September 1998, PT. Sejahtera membeli obligasi 18% per tahun, dengan
nilai nominal Rp. 100.000.000,00. Hari kupon setiap 31 Desember dan jatuh tempo 31
Desember 2001.
Diminta:
a. Hitung agio/disagio obligasi
b. Hitung bunga berjalan
c. Hitung amortisasi agio/disagio per bulan, dan amortisasi agio/disagio tahun 1998
d. Hitung pendapatan bunga yang dilaporkan dalam laporan rugi/laba tahun 1998
e. Hitung nilai investasi per 1 Januari 2000
f. Buat jurnal pembelian investasi, penerimaan bunga dan jurnal penyesuaian 31
Desember 1998.

54
3. Di beli sebuah mesin dengan harga Rp. 45.000.000,00. Pembayaran atas jumlah
tersebut dapat dilakukan dalam jangka waktu 60 hari. Apabila pembayaran dilakukan
tunai pada hari pembelian, diberikan diskount 2 %. Ongkos balik nama, asuransi dan
lain-lain berjumlah Rp. 1.500.000,00.

Diminta: Jurnal untuk transaksi di atas.

4. Suatu perusahaan membeli gedung beserta tanah dan tempat gedung tersebut berdiri
dengan harga Rp. 100.000.000,00. Jumlah tersebut sudah termasuk biaya notaris, bea
balik nama, komisi dan lain-lain. Dengan demikian harga sebesar Rp. 100.000.000,00.
harus dialokasikan antara harga perolehan gedung dan harga perolehan tanah. Jika
pada tahun tersebut nilai tanah ditaksir Rp. 30.000.000,00., dan nilai gedung ditaksir
Rp. 90.000.000,00.
Diminta: a. Harga yang harus diperhitungkan adalah
b. Ayat jurnal untuk harga taksiran dan harga perolehan

Daftar Pustaka

Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.

Depdiknas. (1988). Akuntansi Keuangan. Jakarta: Proyek Pelita.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1984). Prinsip Akuntansi Indonesia. Jakarta: Ikatan


Akuntansi Indonesia (IAI).

Munawir, S. (1989). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Myer, John. (1978). Financial Statement Analysis. Prentice Hall: Inc. Englewood Cliffs.

Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.

55
BAB VIII
AKUNTANSI AKTIVA TETAP

Latar Belakang Masalah


Aktiva tetap adalah aktiva yang dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dalam
jangka waktu yang cukup lama, mempunyai nilai material yang cukup serta tidak untuk
dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan. Aktiva tetap bersifat permanen,
sehingga dapat digunakan secara berulang-ulang selama bertahun-tahun dalam kegiatan
normal perusahaan. Berdasarkan pengertian aktiva tetap tersebut, dapat disimpulkan
bahwa ciri-ciri aktiva tetap adalah sebagai berikut:
1. Digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, artinya pemilikan aktiva tersebut tidak
untuk dijual kembali
2. Dapat digunakan berulang-ulang
3. Usia manfaatnya lebih dari satu siklus operasi normal perusahaan
4. Mempunyai nilai materiil yang cukup/besar

Aktiva yang masa manfaatnya lebih dari satu siklus operasi normal perusahaan tetapi
bernilai kecil tidak dapat digolongkan sebagai aktiva tetap. Contoh aktiva yang tidak
termasuk dalam aktiva tetap antara lain sendok, gunting, pulpen dan lain sebagainya.
Berdasarkan sifatnya aktiva tetap dapat dibagi menjadi:
1. Aktiva tetap berwujud (tangible fixed assets)
2. Aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets)

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mengerjakan Akuntansi Aktiva Tetap

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


-Mengerjakan Akuntansi Aktiva Tetap
- Mengerjakan Penyusutan Akuntansi Aktiva Tetap
- Mengerjakan Kartu Akuntansi Aktiva Tetap

56
C. Uraian Materi
Berdasarkan sifatnya aktiva tetap dapat dibagi menjadi:
1. Aktiva Tetap Berwujud
Aktiva tetap berwujud adalah aktiva tetap yang secara fisik dapat dipergunakan dalam
operasi perusahaan (aktiva tersebut memiliki bentuk fisik yang nyata). Ada tiga jenis
aktiva tetap berwujud yaitu:
 Aktiva yang merupakan subjek penyusutan, seperti: bangunan, peralatan, kendaraan
 Aktiva yang merupakan subjek deplesi, seperti: tambang mineral atau sumber-
sumber alam (mineral deposit)
 Aktiva yang tidak mengalami penyusutan atau deplesi, seperti: tanah untuk
bangunan perusahaan

a. Harga Perolehan dari Aktiva Tetap Berwujud


Harga perolehan suatu aktiva tetap berwujud meliputi seluruh pengeluaran-
pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aktiva tersebut hingga siap untuk
dipakai dalam kegiatan normal perusahaan. Dengan demikian harga perolehan
mencakup harga beli aktiva ditambah pajak penjualan, biaya pengangkutan, asuransi
atas aktiva tersebutselama dalam perjalanan, biaya pemasangan, biaya percobaan,
biaya balik nama, komisi makelar dll. Dalam pembelian altiva bekas harga perolehan
meliputi semua pengeluaran hingga aktiva bekas siap untuk dipergunakan. Harga
perolehan aktiva bekas meliputi: pengeluaran untuk suku cadang, reparasi dan
pengecatat yang harus dibebankan ke dalam perkiraan aktiva. Contoh:
Mesin : Harga perolehan mesin meliputi harga beli mesin ditambah biaya angkut
mesin, PPN, biaya bongkar dan agkut ke dalam pabrik, bea masuk, biya
pemasangan dan biaya percobaan mesin.
Kendaraan : Harga perolehan kedaraan meliputi harga kendaraan menurut faktur
pembelian, bea balik nama dan PPN.
Gedung (membangun sendiri) : Harga perolehan gedung meliputi biaya pembangunan
biaya perencanaan dari arsitek, IMB, asuransi selama pembangunan
dan bunga atas uang pinjman untuk membangun selama pembangunan
gedung.

57
Tanah : Harga perolehan tanah meliputi harga beli tanah, biaya survey, komisi
mekelar, biaya balik nama dan agrarian dan biaya pematangan tanah.

b. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan


Pengeluaran atau kewajiban yang timbul sehubungan dengan pemilikan dan
penggunaan aktiva tetap diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu pengeluaran modal
dan pengeluaran pendapatan.
1) Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), adalah semua pengeluaran yang harus
dikapitalisasikan pada aktiva tetap apabila pengeluaran biaya tersebut dapat
memberikan manfaat kegiatan lebih dari satu periode akuntansi di luar periode
yang sedang berjalan. Pengeluaran semacam ini menambah aktiva tetap yang
bersangkutan. Pengeluaran ini dicatat di kolom debet dalam perkiraan aktiva atau
perkiraan akumulasi penyusutan aktiva yang bersangkutan. Hal semacam ini dapat
dilakukan apabila pengeluaran biaya relatif besar dan memenuhi salah satu atau
lebih dari kriteria berikuta;
 Pengeluaran memperpanjang umur ekonomis aktiva tetap
 Pengeluaran meningkatkan kapasitas produksi
 Pengeluaran meningkatkan mutu jasa yang diberikan aktiva tetap yang
bersangkutan

2) Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure), adalah pengeluaran biaya


sehubungan dengan penggunaan aktiva tetap yang hanya bermanfaat untuk periode
akuntansi yang sedang berjalan saja.

c. Cara Memperoleh Aktiva Tetap Berwujud


Aktiva tetap berwujud dapat diperoleh dengan berbagai cara, masing-masing cara akan
menimbulkan perlakuan akuntansi tersendiri, berikut cara memperoleh aktiva tetap:
1) Pembelian Tunai, nilai aktiva tetap berwujud yang diperoleh melalui pembelian
tunai adalah sebesar semua pengeluaran sampai aktiva tetap tersebut siap untuk
dipergunakan. Dengan demikian nilai aktiva tetap mencakup harga faktur, ongkos
angkut biaya asuransi selama perjalanan, biaya pemasangan, biaya percobaan dan
bea balik nama dikurangi potongan (jika ada). Apabila di dalam transaksi pembelian

58
terdapat discount, discount tersebut baik diambil atau tidak diambil harus
dikurangkan dari harga faktur. Discount yang tidak diambil harus dicatat sebagai
kerugian discount.

2) Pembelian Secara Kredit/Angsuran, nilai aktiva tetap yang diperoleh dengan cara
pembelian kredit dicatat sebesar nilai tunainya. Selisih antara harga pembelian
kredit dan nilai tunainya dicatat sebagai beban bunga. Bunga tersebut dialokasikan
secara proporsional sebagai bahan bunga setiap periode selama masa kontrak
pembelian.

3) Pertukaran (Trade In/ Acquisition by Exchange), suatu aktiva tetap dapat diperoleh
melalui pertukaran dengan aktiva tetap lainnya. Pertukaran dapat berupa pertukaran
penuh (tidak terdapat pihak-pihak yang harus membayar) dan dapat pula berupa
tukar tambah. Tukar tambah terjadi bila salah satu pihak disamping menyerahkan
aktivanya yang lama juga harus membayar sejumlah uang tertentu.

4) Diperoleh Dengan Membuat Sendiri, adakalanya perusahaan membuat sendiri


aktiva tetap yang diperlukan dengan pertimbangan untuk menghemat biaya,
memperoleh kualitas bangunan yang baik, dan memanfaatkan fasilitas yang
menganggur. Hal tersebut biasa dilakukan dalam membangun gedung dan membuat
peralatan atau mesin-mesinuntuk dipakai sendiri. Dengan demikian harga perolehan
aktiva yang bersangkutan adalah semua biaya yang dikeluarkan hingga aktiva
tersebut siap dipakai.

5) Diperoleh Sebagai Hadiah, aktiva tetap yang diperoleh melalui pemberian, hibah
atau sebagai hadiah akan dicatat sebesar harga pasar (harga yang wajar). Meskipun
untuk memperoleh aktiva tersebut mungkin dikeluarkan biaya tertentu, namun
pengeluaran tersebut jauh lebih kecil daripada nilai aktiva yang diterima.

d. Penyusutan Aktiva Tetap dan Faktor-faktor yang Menentukan Besarnya


Penyusutan
Meskipun aktiva tetap bersifat permanen, namun masa manfaatnya terbatas.
Bersamaan dengan berlalunya waktu, kemampuan untuk memberikan jasa akan

59
makin berkurang. Pada akhirnya untuk memberikan jasa akan makin berkurang.
Pada akhirnya aktiva tersebut akan kehilangan nilai produksinya dan hanya
memiliki nilai sisa saja. Berkurangnya kemampuan aktiva tetap untuk memberikan
jasa dipengaruhi oleh faktor fisik dan faktor fungsional. Faktor fisik berkaitan
dengan keausan atau kerusakan karena pemakaian. Faktor fungsional berkaitan
dengan kemajuan teknologi, misalnya ketinggalan model, ketidak seimbangan
kapasitas yang tersedia dan yang diminta sehingga menjadi tidak ekonomis.
Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya pula nilai aktiva. Pengakuan akan
adanya penurunan nilai aktiva tetap berwujud disebut penyusutan/depreciation.
1) Faktor-faktor yang Menentukan Besarnya Penyusutan
Penyusutan atau depresiasi merupakan alokasi harga perolehan aktiva tetap menjadi
beban atau biaya karena terbatasnya manfaat aktiva tersebut. Pengalokasian
penyusutan aktiva tetap tersebut dilakukan secara berkala atau periodik, yaitu setiap
bulan atau ditunda sampai dengan akhir tahun. Penyusutan tersebut dibebankan
pada pendapatan yang diperoleh dalam periode yang sama. Untuk menetapkan
besarnya beban penyusutan aktiva tetap setiap periode akuntansi perlu
memperhatikan faktor-faktor berikut:
 Harga perolehan aktiva tetap, yaitu semua pengeluaran yang diperlukan untuk
memperoleh aktiva tetap tersebut hingga siap pakai atau siap untuk dipergunakan
di lapangan.
 Taksiran umur ekonomis atau lama masa manfaat aktiva tetap, yaitu umur aktiva
sejak aktiva diperguanakan hingga tidak dapat dipergunakan secara ekonomis
(jika dipakai biayanya akan lebih besar disbanding dengan penghasilan). Dengan
demikian umur ekonomis merupakan umur aktiva tetap tersebut selama dapat
memberikan jasa/manfaat yang menguntungkan. Oleh karena umur ekonomis
tersebut merupakan hasil taksiran manajemen, satuan hasil produksi dapat
dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi atau satuan jam
kerjanya.
 Nilai Sisa/nilai residu, yaitu nilai aktiva setelah habis umur ekonomisnya. Nilai
residu ini merupakan bagian harga perolehan aktiva tetap yang tidak ikut
disusutkan.

60
2) Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva tetap adalah harga perolehan
dikurangi nilai sisanya. Jumlah yang dapat disusutkan itu akan dialokasikan sebagai
beban/biaya ke dalam periode yang bersangkutan. Besarnya jumlah yang dapat
disusutkan tersebut tergantung pada metode penyusutan yang diterapkan dalam
masing-masing perusahaan. Ada beberapa cara/metode penyusutan aktiva tetap
yang dapat dipergunakan yaitu:
 Metode Garis Lurus (Straight Line Method), metode ini membebani setiap
periode dengan beban penyusutan yang sama besarnya. Besarnya penyusutan
tiap periode akuntansi ditetapkan dengan rumus:
HP - NS
Beban Penyusutan = n atau

Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x (HP-NS)


Keterangan: HP = Harga perolehan aktiva tetap
NS = Taksiran nilai sisa
n = Taksiran umur ekonomis
Menurut metode garis lurus, tarif penyusutan selama umur ekonomis adalah
100%. Bila umur ekinomis aktiva tetap dinyatakan dalam n tahun, besarnya
penyusutan tiap tahun adalah:
100% atau 100%
N Taksiran Umur Ekonomis

 Metode Saldo Menurun (Double Declining Balance Method), metode ini


membebani setiap periode dengan penyusutan yang makin lama makin menurun.
Pendapat ini didasarkan ada anggapan bahwa semakin tua, kapasitas aktiva tetap
untuk memberikan jasa juga akan semakin menurun. Besarnya beban penyusutan
tiap periode dapat dihitung dengan rumus:
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Nilai Buku awal periode
Tarif penyusutan yang digunakan adalah dua kali besarnya tarif penyusutan
menurut metode garis lurus

61
 Metode Jumlah Angka Tahun (Sum Of The Years Digits Method), metode ini
akan mengahsilkan beban penyusutan yang semakin menurun dari tahun ke
tahun. Cara perhitungan berbeda dengan saldo menurun, dalam metode ini beban
penyusutan dihitung dengan rumus:
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x (Harga perolehan – Nilai sisa)
Pembilang
Tarif Penyusutan =
Penyebut

Pembilang adalah angka-angka tahun yang ada selama umur ekonomis.


Pembilang pecahan ini semakin lama akan semakin kecil. Pembilang untuk tahun
pertama adalah angka tahun terakhir. Pembilang untuk tahun kedua adalah angka
tahun terakhir dikurangi satu. Pembilang tahun ketiga adalah angka tahun
terakhir dikurangi dua, dan seterusnya. Pembilang untuk tahun terakhir adalah
satu (angka tahun pertama).

Penyebut adalah jumlah angka tahun yang ada atau dapat dihitung dengan
rumus:
½ n (n + 1)

Contoh: Jika sebuah aktiva mempunyai umur ekonomis 5 tahun, penyebutnya


adalah:
1 + 2 + 3 + 4 + 5 = 15, atau
½ n (n + 1) = 1/2 .5 (5 + 1)
= 2.1/2.6
= 15.

 Metode Satuan Produksi (Unit Of Production Method), metode ini menaksir


manfaat/umur ekonomis dengan kapasitas produksi yang dapat dihasilkan dalam
bentuk unit produksi, jam kerja atau unit-unit kegiatan lainnya.
 Metode hasil produksi (Production output method), dalam metode ini umur
ekonomis suatu aktiva ditaksir dalam jumlah unit produksi, sedangkan beban

62
penyusutan dihitung dengan dasar satuan hasil produksi, rumus penyusutan
per unit produksi adalah:

Harga Perolehan – Nilai Sisa


Taksiran Produksi Selama Umur Ekonomis
 Metode Jam Kerja, metode ini menghitung beban penyusutan dengan
banyaknya jam pelayanan/jam kerja yang terpakai dalam periode yang
bersangkutan. Besarnya beban penyusutan per jam pelayanan dapat dihitung
dengan rumus:
Harga Perolehan – Nilai Sisa
Taksiran Jam Pelayanan Selama Umur Ekonomis

 Metode Tarif Kelompok/Gabungan (Composite Rate Depreciation Method),


metode ini adalah metode garis lurus yang ditetapkan kepada sekelompok aktiva
tetap. Dasar penyusutan dinyatakan dalam tariff. Prosedur untuk memperoleh
tariff rata-rata adalah:
 Menghitung penyusutan tahunan dari setiap aktiva berdasarkan garis lurus
 Menghitung jumlah penyusutan kelompok aktiva setahun
 Membagi jumlah penyusutan dengan jumlah perolehan

e. Kartu Aktiva Tetap


Perkiraan aktiva tetap perlu dibuatkan buku tambahan yang akan merinci aktiva di
buku besar menurut jenisnya. Setiap aktiva tetap akan dibuatkan kartu tersendiri
seperti halnya daftar saldo piutang dan daftar saldo utang.

f. Penilaian Kembali Aktiva Tetap


Selama masa pemakaian aktiva tetap tersebut, kerapkali terjadi perubahan-
perubahan yang mengakibatkan harga perolehan manjadi berubah pula. Perubahan
tersebut antara lain dalam hal taksiran umur kegunaan atau adanya biaya yang perlu
dikapitalisasikan dalam perkiraan aktiva yang bersangkutan. Terjadinya perubahan
tersebut berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung kepada besarnya beban
penyusutan aktiva tersebut. Dengan demikian perlu dilakukan pengoreksian terhadap

63
adanya perubahan tersebut. Koreksi tersebut dapat dilakukan dengan dua cara sebagai
berikut:
1) Nilai Buku aktiva Tetap Tidak Berubah, nilai buku aktiva tetap pada saat diketahui
adanya keslahan tidak berubah. Perubahan hanya dilakukan terhadap perhitungan
penyusutan umur aktiva untuk mengimbangi kesalahan-kesalahan yang telah
terjadi.
2) Nilai Buku Aktiva Tetap Direvisi/diubah, adanya perubahan masa manfaat suatu
aktiva tetap mengakibatkan perlu dilakukan pengoreksian terhadap penyusutan
masa lalu.

g. Penghentian Pemakaian Aktiva Tetap


Aktiva tetap yang manfaatnya sudah berkurang harus dihentikan pemakainnya,
penghentian tersebut karena:
1) Umur Ekonomisnya sudah habis, aktiva tetap yang sudah habis umur ekonomisnya
harus dihentikan pemakainnya untuk digantikan dengan yang baru. Aktiva tersebut
dianggap sudah tidak bisa berfungsi dengan baik dan apabila terus dipakai akan
menyebabkan kerugian karena adanya perbaikan yang terus menerus.

2) Sudah Ketinggalan Jaman, munculnya mesin-mesin baru yang lebih baik akan
membuat mesin yang lama menjadi ketinggalan jaman. Perusahaan tentunya akan
lebih diuntungkan dengan adanya mesin baru. Penggantian tersebut mengakibatkan
mutu produk menjadi lebih baik, biaya produksi menjadi lebih hemat dan kapasitas
produksi menjadi lebih tinggi. Cara menghentikan pemakaian suatu aktiva tetap
dapat dilakukan antara lain:
 Dibuang Sebagai Barang Bekas/Rongsokan
- Apabila suatu aktiva sudah habis disusutkan atau sudah habis umur
ekonomisnya akan dijurnal:
Akumulasi Penyusutan Aktiva Rp. xxx
Aktiva Rp. xxx

- Apabila suatu aktiva sudah habis umur ekonomisnya, nilai buku dicatat
sebagai kerugian akan dijurnal:

64
Akumulasi Penyusutan Aktiva Rp. xxx
Rugi Karena Pembuangan Rp. xxx
Aktiva Rp. xxx

 Dijual Sebagai Barang Bekas, apabila suatu aktiva tetap dijual nilai bukunya
dihitung sampai dengan tanggal penjualan. Selisih yang diperoleh merupakan
keuntungan atau kerugian karena penjulan kativa tetap.
 Ditukar Dengan Aktiva Baru, ada kemungkinan aktiva lama dapat ditukar
tambah dengan aktiva baru. Nilai tukar yang diberikan terhadap aktiva lama
dikurangkan dari harga aktiva yang baru sehingga selisihnya merupakan jumlah
yang harus dibayar sesuai dengan persetujuan.

2. Aktiva Tetap Tidak Berwujud


Aktiva tetap tidak berwujud adalah aktiva yang dapat member manfaat bagi
perusahaan melalui hak-hak istimewa, meskipun tidak memiliki wujud fisik, misal:
hak paten, hak cipta, biaya riset dan pengembangan, franchise, goodwill, merk dagang
dan lain-lain.
a. Pengertian dan Macam-macam Aktiva Tak Berwujud
1) Hak Paten: Suatu hak mutlak yang diberikan pemerintah (Direktorat Paten)
kepada perusahaan atau seseorang atas penemuan baru. Hak ini diberikan dalam
jangka waktu 17 tahun. Harga perolehan meliputi biaya penelitian, percobaan,
biaya pengembangan, biaya pendaftaran dll.
2) Hak Cipta: hak yang diberikan oleh pemerintah kepada perusahaan atau
seseorang atas karya-karya tulis dan seni yang dihasilkan. Hak ini diberikan
selama penciptanya masih hidup ditambah 50 tahun setelah ia meninggal dunia.
3) Merk Dagang: hak tunggal yang diberikan kepada orang atau suatu badan usaha
untuk menggunakan cap, nama atau lambang usaha. Apabila biaya untuk
memperoleh merk dagang tidak material, biaya tersebut diperlukan sebagai
beban pada periode yang dipilihnya. Jika biayanya cukup besar di
kapitalisasikan sebagai aktiva tetap tak berwujud dan di amortisasikan setiap
tahun (UU No. 21 tahun 1961)

65
4) Franchise: hak tunggal yang diperoleh suatu perusahaan dari perusahaan lain
untuk mengkomersilkan produk, proses/tehnik atau resep tertentu. Hak ini
diberikan dalam jangka waktu tertentu atau ikatan tertentu dan setiap tahun
harus di amortisasikan, misal: Mc. Donald, KFC dll.
5) Goodwill: hak lebih yang dimiliki suatu perusahaan sebagai akibat adanya nama
baik, letak yang strategis, manajer yang baik dll. Goodwill diakui atau dicatat
bila berpindah dari perusahaan lain melalui pembelian dengan harga yang lebih
tinggi dari nilai wajar aktiva nettonya. Kelebihan narga atas wajar tersebut
diakui sebagai perolehan goodwill.
Pencatatan biaya pendirian, biaya riset, dan pengembangan tidak berbeda dengan
pencatatan perolehan dan amortisasi hak cipta. Biasanya riset dan pengembangan
dilakukan untuk suatu produk tertentu yang dapat diidentifikasikan secara fisik.

b. Hak Penguasaan Sumber Alam


Suatu perusahaan mungkin saja memperoleh hak untuk melakukan eksplorasi dan
eksploitasi sumber alam tertentu. Biasanya perusahaan harus mengeluarkan
sejumlah uang untuk memperoleh hak penguasaan tersebut. Biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh penguasaan sumber alam tersebut dicatat sebagai
aktiva tetap. Aktiva tersebut harus diamortisasikan, karena adanya penambangan
dapat mengakibatkan sumber alam yang ada nilainya dari tahun ke tahun akan
makin berkurang.

D. Soal Latihan
1. Jelaskan pengertian Aktiva
2. Sebutkan macam-macam Aktiva
3. PT. Mega pada tanggal 1-4-1990 membeli mobil dengan harga Rp. 10.000.000,00.
yang dibayar tunai sebagai uang muka Rp. 2.500.000,00. dan sisanya diangsur. PT.
Mega akan mengangsur selam tiga kali angsuran tiga bulanan sebesar Rp.
2.500.000,00. ditambah bunga atas saldo pokok hutang yang belum terbayar sebesar
25% per tahun.
Diminta: Buat jurnal yang diperlukan untuk mencatat pembayaran cicilan.

66
4. Pada tanggal 1-1- 1992 dibeli sebuah mesin dengan harga faktur Rp. 12.500.000,00.
Biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mesin tersebut adalah:
-Biaya Angkut Rp. 250.000,00.
-Biaya Pajak Rp. 1.250.000,00.
-Biaya Pembongkaran Rp. 150.000,00.
-Biaya Pemasangan Rp. 100.000,00.
Mesin tersebut ditaksir mempunyai masa manfaat selama 5 tahun, dengan nilai sisa
Rp. 3.000.000,00.
Diminta: Buatlah perhitungan beban penyusutan sampai dengan tahun 1994, jika
menggunakan metode:
a. Penyusutan Garis Lurus
b. Jumlah Angka Tahun
c. Saldo Menurun (dua kali tarif penyusutan gairs lurus dari nilai buku).

67
Daftar Pustaka

Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.

Depdiknas. (1988). Akuntansi Keuangan. Jakarta: Proyek Pelita.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1984). Prinsip Akuntansi Indonesia. Jakarta: Ikatan


Akuntansi Indonesia (IAI).

Munawir, S. (1989). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Myer, John. (1978). Financial Statement Analysis. Prentice Hall: Inc. Englewood Cliffs.

Rollin Niswonger, C., Philip E Fess, Caris Warren. (1981). Accounting Principles.
Sixteenth Edition. South Western Publishing Co.

Simangunsong, M.P. (1987). Pelajaran Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. Karya Utama.

Soemarso SR. (1990). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Rinneka
Cipta.

Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.

Sukrisno Agoes. (1996). Auditing. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

68
BAB IX
AKUNTANSI UTANG

Latar Belakang Masalah


Utang atau kewajiban (liabilities) adalah suatu kewajiban badan usaha/perusahaan
kepada pihak ketiga yang harus dibayar dalam jangka waktu tertentu, sebagai akibat dari
transaksi-transaksi di masa lalu. Utang dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu utang
jangka pendek dan utang jangka panjang. Timbulnya utang disebabkan adanya tindakan
yang dilakukan perusahaan berupa:
1. Diterimanya suatu barang, misal pembelian secara kredit
2. Diterimanya suatu jasa, misalnya jasa angkutan barang yang belum dibayar
3. Diakuinya suatu biaya atau beban, misalnya beban upah yang belum dibayar
Menurut jangka waktunya utang (kewajiban) dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
1. Utang jangka pendek (current liabilities)
2. Utang jangka panjang (long-term liabilities)

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mengerjakan Akuntansi Utang

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


-Mengerjakan Akuntansi Hipotik
-Mengerjakan Akuntansi Obligasi

C. Uraian Materi
1. Utang Jangka Pendek
Utang jangka pendek adalah utang yang harus dibayar dalam jangka waktu kurang dari
satu tahun. Utang jangka pendek dibiayai oleh aktiva lancar. Dengan demikian
kemampuan suatu perushaan dapat dilihat dari current rationya, yaitu membandingkan
antara aktiva lancar dengan utang lancar.
a. Macam-macam Utang Jangka Pendek
Utang jangka pendek dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Utang jangka pendek yang jumlahnya dapat diketahui, antara lain:
69
 Utang dagang, adalah utang yang terjadi karena pembelian barang atau jasa
secara kredit.
 Utang wesel/wesel bayar, adalah utang berupa janji tertulis yang dibuat oleh
debitur untuk membayar sejumlah uang pada suatu jangka waktu tertentu. Janji
tertulis tersebut harus sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku serta tanggal
pembayarannya sudah ditetapkan.
 Utang deviden, adalah bagian laba dari suatu perseroan terbatas untuk para
pemegang saham, tetapi pembayarannya belum dilakukan. Dengan demikian
utang deviden oleh rapat umum pemegang saham.
 Biaya-biaya yang masih harus dibayar, adalah biaya/beban yang telah dirjadi
tetapi belum dilakukan pembayarannya karena adanya peralihan waktu.
 Pendapatan yang diterima dimuka, adalah pendapatan yang sudah diterima tetapi
belum diakui sebagai pendapatan. Selama belum diakui sebagai pendapatan,
selam itu masih dianggap sebagai utang.
 Pajak yang masih harus disetor ke kas Negara
 Utang angsuran yang jangka pembayarannya kurang dari satu tahun
 Utang jangka panjang yang akan jatuh tempo pada periode berikutnya.

2) Utang jangka pendek yang jumlahnya merupakan taksiran, yaitu:


 Taksiran pajak penghasilan
 Utang garansi
 Taksiran utang hadiah, adalah utang yang karena sifatnya belum dapat
ditentukan dengan pasti jumlahnya.

3) Utang jangka pendek yang kewajiban pembayarannya masih tergantung pada


kejadian di masa yang akan dating, yaitu:
 Endosement bersyarat, adalah utang yang kewajiban melunasinya timbul apabila
terpenuhinya keadaan tertentu, dimana sampai dengan tanggal neraca masih
belum dapat dipastikan apakah akan menjadi kewajiban (utang) atau tidak.
 Jaminan terhadap anak perusahaan atau pihak lain
 Utang karena sengketa hukum

70
Agar istilah di atas dapat dipahami, berikut ini penjelasan dari beberapa istilah
tersebut:
 Utang dagang (accounts payable), adalah utang yang terjadi karena pembelian
barang atau jasa secara kredit.
 Utang wesel/wesel bayar (notes payable), adalah utang berupa janji tertulis yang
dibuat oleh debitur untuk membayar sejumlah uang pada suatu jangka waktu
tertentu. Janji tertulis tersebut harus sesuai dengan peraturan hukum yang
berlaku serta tanggal pembayarannya sudah ditetapkan.
 Utang deviden, adalah bagian laba dari suatu perseroan terbatas untuk para
pemegang saham, tetapi pembayarannya belum dilakukan. Dengan demikian
utang deviden timbul pada saat diumumkan pembagian deviden oleh Rapat
Umum Pemegang Saham.
 Biaya-biaya yang masih harus dibayar (Acrrued Expenses), atau biaya beban
yang masih harus dibayar adalah biaya yang telah terjadi tetapi belum dilakukan
pembayarannya karena adanya peralihan waktu.
 Pendapatan diterima dimuka (Unearned Income), adalah pendapatan yang sudah
diterima tetapi belum diakui sebagai pendapatan. Selama belum diakui sebagai
pendapatan, selama itu masih dianggap sebagai utang.
 Taksiran utang, adalah utang yang karena sifatnya belum dapat ditentukan
dengan pasti jumlahnya. Misal, hadiah-hadiah yang dibagikan sebagai akibat
penjualan yang lampau, promosi-promosi penjualan, kewajiban yang ditaksir
dari karcis-karcis, kupon pembelian dalam bentuk barang atau jasa sebagai
akibat dari penerimaan yang lampau.
 Utang bersyarat (Contingent Liabilities), adalah utang yang kewajiban
melunasinya timbul apabila terpenuhinya keadaan tertentu, dimana sampai
dengan tanggal neraca masih belum dapat dipastikan apakah akan menjadi
kewajiban (utang) atau tidak. Itulah sebabnya utang ini disebut utang yang belum
pasti.

71
b. Penyajian Utang Jangka Pendek dalam Neraca
Utang jangka pendek dalam neraca disajikan secara terpisah dari utang jangka
panjang. Dengan demikian utang pendek disajikan lebih dahulu baru kemudian utang
jangka panjang. Jensi-jenis utang jangka pendek dalam laporan neraca disajikan
berdasarkan pertimbangan urutan jatuh temponya. Dengan demikian utang yang
karena jatuh tempo harus dibayar terlebih dahulu oleh perusahaan disajkan paling atas
dan seterusnya.

2. Utang Jangka Panjang


Utang jangka panjang adalah utang yang pelunasannya akan dilaksanakan dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun, jenis-jenis utang jangka panjang antara lain:
a. Pinjaman Hipotik, adalah pinjaman jangka panjang dengan jumlah barang-barang
yang tidak bergerak, misal tanah dan bangunan. Apabila diinginkan agar bunga
hipotik dicatat tersendiri/terpisah dari bunga pinjaman lainnya, maka untuk bunga
yang berhubungan dengan hipotik diberi tambahan hipotik, misalnya: biaya bunga
hipotik dan bunga hipotik yang masih harus dibayar.

b. Pinjaman Obligasi
Obligasi merupakan surat tanda berutang sejumlah yang tercantum dalam surat
utang tersebut dari pihak yang mengeluarkan surat pinjaman itu dengan disertai
jangka waktu pelunasan, besar bunga yang dibayar per tahun, dan tanggal
pembayaran bunga. Pembayaran bunga biasanya dilakukan setiap enam bulan
sekali. Oleh karena jangka waktu pelunasan pinjaman relatif panjang (biasanya
lebih dari satu tahun), maka pinjaman ini termasuk dalam kategori utang jangka
panjang.
1) Akuntansi Pinjaman Obligasi
Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pencatatan akuntansi
pinajaman obligasi.
 Metode pencatatan, ada dua metode pencatatan untuk pinjaman obligasi:
-Metode sejak penerbitan
-Metode sejak penempatan

72
 Penempatan dalam perkiraan, pinjaman obligasi ditempatkan pada perkiraan
pinjaman Obligasi pada sisi debet dan kredit sejumlah nilai nominal. Jika
penempatan di atas 100% akan timbul perkiraan Agio Pinjaman Obligasi yang di
kredit sejumlah selisih nilai kurs dengan nilai nominal. Sebaliknya jika
penempatan di bawah 100% timbul perkiraan Disagio Pinjaman Obligasi yang di
debet sejumlah selisih nilai nominal dikurangi nilai kurs.
 Penempatan berkaitan dengan bunga berjalan, jika penempatan pinjaman
obligasi tepat pada tanggal kupon, bunga berjalan tidak dihitung. Sebaliknya jika
penempatan pinjaman obligasi tidak tepat pada tanggal jatuh tempo kupon,
bunga berjalan dihitung dan selalu ditambahkan dengan nilai kurs. Besarnya
bunga dihitung dari nilai nominal pinjaman obligasi yang ditempatkan, dengan
asumsi setiap bulan dihitung 30 hari.
 Pelunasan/pembelian kembali, pada waktu pelunasan/pembelian kembali
pinjaman obligasi dari peredaran, bunga berjalan dihitung mulai tanggal kupon
hingga tanggal pembelian dan dibukukan pada perkiraan Biaya Bunga sebelah
debet. Apabila terjadi selisih pembelian/pelunasan pinjaman obligasi dengan
nilai buku pinjaman, akan menghasilkan selisih laba/rugi dengan ketentuan:
-Selisih Laba, apabila harga beli lebih kecil daripada nilai buku
-Selisih Rugi, apabila harga beli lebih besar daripada nilai buku
 Amortisasi Agio/Disagio Pinjaman Obligasi, setiap akhir periode, agio/disagio
pinjaman obligasi dihitung amortisasinya. Amortisasi tersebut dibebankan ke
perkiraan Biaya Bunga dengan jurnal penyesuaian sebagai berikut:
-Amortisasi agio
Agio Pinjaman Obligasi Rp. xxx
Biaya Bunga Rp. xxx

-Amortisasi Disagio
Biaya Bunga Rp. xxx
Disagio Pinjaman Agio Rp. xxx

 Pencatatan bila pinjaman diterima dengan tidak lunas, dalam penempatan


pinjaman obligasi ada kemungkinan pinjaman diterima dengan tidak lunas

73
(sebagian diterima). Pencatatan penempatan pinjaman obligasi baik dengan
metode sejak penerbitan maupun metode sejak penempatan adalah sama.
 Kompensasi perkiraan agio/disagio jika ada saldo, jika ada saldo perkiraan
agio/disagio pada akhir periode akuntansi harus dikompensasikan sehingga
tinggal satu perkiraan yang jumlahnya lebih besar, ayat jurnalnya sebagai
berikut:
Agio Pinjaman Obligasi Rp. xxx
Disagio Pinjaman Obligasi Rp. xxx

2) Pencatatan Amortisasi Agio/Disagio Pinjaman Obligasi


Agio/disagio pinjaman obligasi harus diamortisasi dan dibebankan pada perkiraan
Biaya Bunga dengan metode garis lurus pada setiap periode akuntansi.

3) Pembelian Kembali Pinjaman Obligasi yang Beredar Sebelum Tanggal


Pelunasannya
Apabila sebelum tanggal pelunasan pinjaman obligasi, perusahaan yang
mengeluarkan membeli sebagian dari pinjaman obligasi yang beredar, maka untuk
akuntansinya perlu diperhitungkan hal-hal berikut:
 Perkiraan pinjaman obligasi didebet sebesar nilai nominal yang dibeli
 Adakan jurnal amortisasi agio/disagio pinjaman oligasi yang dibeli, dihitung
mulai dari awal tahun periode sampai dengan tanggal pembelian kembali
 Saldo disagio pinjaman obligasi yang dibeli kembali dari perusahaan dikeluarkan
di sebelah kredit, sedangkan saldo agio dikeluarkan di sebelah debet
 Bunga berjalan dihitung atas pinjaman obligasi yang dibeli kembali mulai dari
awal tanggal kupon sampai dengan tanggal pembelian
 Selisih nilai buku pinjaman obligasi dengan harga beli akan menyebabkan
terjadinya laba/rugi akibat pembelian kembali pinjaman-pinjaman obligasi.
Adapun pencatatan laba/rugi akibat pembelian kembali tersebut adalah sebagai
berikut:
-Nilai buku lebih besar dari harga beli = laba.
Laba tersebut dibukukan sebelah kredit perkiraan Laba Pembelian Kembali
Pinjaman Obligasi (Profit Bond Requisition)

74
-Nilai buku lebih kecil dari harga beli = rugi.
Kerugian tersebut dibukukan sebelah debet perkiraan Rugi Pembelian Kembali
Pinjaman Obligasi (Loss on Bond Requisition).

4) Obligasi Berseri (Serial Bond)


Obligasi yang pelunasannya dilakukan dalam satu seri disebut obligasi berseri.
Meskipun jatuh tempo pelunasannya tidak bersamaan, obligasi tersebut urut dalam
jumlah-jumlah tertentu. Hal yang perlu diperhatikan dalam obligasi berseri ini
adalah penentuan besarnya amortisasi agio atau disagionya, pada waktu penempatan
mungkin di atas nilai nominal atau mungkin pula dibawah nilai nominal. Untuk itu
amortisasi agio/disagio tersebut dihitung berdasarkan jumlah obligasi yang beredar
setiap periode, atau yang disebut dengan metode obligasi beredar (bond out
standing bond).

5) Serial Bond Payable Dengan Tanggal Pelunasan Tidak Pada Awal/Akhir Periode
Akuntansi
Jika tanggal jatuh tempo serial bond payable tidak pada akhir atau awal periode
akuntansi, berarti dalam satu periode akuntansi terjadi perubahan jumlah pinjaman
obligasi yang beredar. Perubahan tersebut harus diperhitungkan dalam menentukan
besarnya amortisasi agio/disagio untuk setiap periode. Metode yang digunakan
dalam penentuan amortisasi agio/disagio sama dengan metode amortisasi dalam
serial bond yang pelunasannya pada awal/akhir periode akuntansi, yaitu metode
obligasi beredar. Metode tersebut mengalikan nominal obligasi yang beredar
dengan lama peredaran (dalam bulan).

D. Soal Latihan
1.a. Pada tanggal 1-8-1998, PT. Soraya menerbitkan 100 lembar pinjaman obligasi
dengan nilai nominal @ Rp. 100.000,00. per lembar, bunga 12%, kupon ¼ - 1/10.
Jangka waktu pelunasan 5 tahun sejak penempatan pertama.
b. Pada tanggal 1-10-1998 ditempatkan 600 lembar pinjaman obligasi. Nilai nominal
obligasi tersebut Rp. 100.000,00. per lembar dengan kurs 105%. Provisi dan materi
Rp. 100.000,00. pembayaran diterima per kas.

75
c. Pada tanggal 1-11-1998, ditempatkan lagi 250 lembar pinjaman obligasi dengan nilai
nominal Rp. 100.000,00. per lembar dengan kurs 110% dan provisi dan materai Rp.
50.000,00. Pembayaran diterima 60% dan sisanya diterima 1-12-1998.
d. Pada tanggal 1-12-1998 ditempatkan lagi sisa pinjaman obligasi yang belum
ditempatkan dengan kurs 95%. Provisi dan meterai Rp. 50.000,00. Pembayaran
diterima per kas.
e. Pada tanggal 1-12-1998 diterima pelunasan atas penempatan tanggal 1-11-1998 dan
pinjaman obligasi diserahkan kepada pembeli.

Diminta: Buatlah jurnal transaksi tersebut dengan memakai metode sejak penerbitan
dan sejak penempatan.

3. Pada tanggal 1-5-1998 ditempatkan 500 lembar pinjaman obligasi bernilai nominal Rp.
100.000,00. per lembar dengan bunga 12% dan kupon ½ - 1/8 serta kurs 120%. Jangka
waktu pelunasan pinjaman obligasi tersebut adalah 5 tahun dengan tanggal pelunasan
1-5-2003.

Diminta: Buatlah jurnal transaksi tersebut mulai tanggal penempatan 1-5-1998 s/d 31-
12-2000.

4. a. Pada tanggal 1 Agustus 1998, PT. Soraya menerbitkan 100 lembar pinjaman
obligasi dengan nilai nominal @ Rp. 100.000,00. per lembar, bunga 12%, kupon ¼
- 1/10. Jangka waktu pelunasan 5 tahun sejak penempatan pertama.
c. Pada tanggal 1 Oktober 1998 ditempatkan 600 lembar pinjaman obligasi. Nilai
nominal obligasi tersebut Rp. 100.000,00. per lembar dengan kurs 105%. Provisi
dan materai Rp. 100.000,00. Pembayaran diterima per kas.
d. Pada tanggal 1 November 1998 ditempatkan lagi 250 lembar pinjamam obligasi
dengan nilai nominal Rp. 100.000,00. per lembar dengan kurs 110% dan provisi
dan provisi dan materai Rp. 50.000,00. Pembayaran diterima 60% dan sisanya
diterima 1 Desember 1998.

76
e. Pada tanggal 1 Oktober 1999, ditempatkan 300 lembar pinjaman obligasi dengan
kurs 105% serta biaya provisi dan materai Rp. 75.000,00. Untuk penempatan ini
diterima tunai 40% dan sisanya pada 1 Desember 1999.
f. Pada tanggal 1 Juli 1999, ditempatkan 100 lembar obligasi yang tersisa dengan kurs
110%, serta biaya provisi dan materai Rp. 50.000,00.

Diminta: Buatlah jurnal yang berhubungan dengan transaksi tersebut diatas, lengkap
dengan perhitungannya.

Daftar Pustaka

Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.

Depdiknas. (1988). Akuntansi Keuangan. Jakarta: Proyek Pelita.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1984). Prinsip Akuntansi Indonesia. Jakarta: Ikatan


Akuntansi Indonesia (IAI).

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1994). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT. Salemba
Empat.

Munawir, S. (1989). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Simangunsong, M.P. (1987). Pelajaran Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. Karya Utama.

77
BAB X
AKUNTANSI PERSEKUTUAN FIRMA

Latar Belakang Masalah


Modal merupakan unsur penting dalam suatu organisasi usaha, baik yang berskala
kecil, sedang maupun besar. Skala perusahaan tersebut dapat diidentifikasikan melalui
besar modal pembentukannya, jumlah anggota yang terlibat dalam permodalan dan
sebagainya. Organisasi yang ada bisa berbentuk Persekutuan Firma. Firma adalah
persekutuan yang didirikan untuk menjalankan perushaan dengan nama bersama.

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mengerjakan Akuntansi Persekutuan Firma (Fa)

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


-Mengerjakan Akuntansi Pendirian Persekutuan Firma
- Mengerjakan Akuntansi Laba/Rugi Persekutuan Firma
- Mengerjakan Akuntansi Masuknya Sekutu baru Persekutuan Firma

C. Uraian Materi
1. Pengertian Firma
Firma adalah persekutuan yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama
bersama. Persekutuan menurut KUHD pasal 1618, adalah suatu perjanjian dimana dua
orang atau lebih mengikatkan diri untuk memasukan sesuatu ke dalam perskutuan
dengan maksud untuk membagi keuntungan atau manfaat yang diperoleh karenanya.
Bedasarkan pengertian tersebut, firma mempunyai ciri-ciri atau karakteristik sebagai
berikut:
a. Didirikan atas kesepakatan dua orang atau lebih
b. Usahanya dimaksudkan untuk mencari keuntungan
c. Kerugian yang ditimbulkan oleh salah seorang anggota ditanggung bersama
d. Tanggung jawab anggota/sekutu tidak terbatas

78
2. Pendirian Firma
Pendirian firma harus dilakukan dengan membuat akte pendirian di depan notaris.
Akte tersebut kemudian didaftarkan ke pengadilan negeri setempat untuk selanjutnya
diumumkan dalam lembaran berita Negara. Akte pendirian firma tersebut secara
umum memuat:
-Nama lengkap dan tempat tinggal semua sekutu
-Nama firma
-Tujuan pendirian firma (bidang usaha yang akan dijalankan)
-Pembagian tugas diantara para sekutu
-Saat mulai dan berakhirnya persekutuan
-Setoran modal tiap-tiap sekutu dan perubahannya
-Pembagian laba
-Hal-hal lain mengenai hak pihak ketiga terhadap para sekutu

a. Akuntansi Modal Pendirian Firma


Kekhususan pencatatan modal dalam firma adalah bahwa untuk tiap anggota (sekutu)
dibuka perkiraan modal masing-masing dengan identitas nama pemiliknya. Di sisi lain
untuk pengambilan dan penyetoran di luar modal anggota dibuka perkiraan pribadi
(prive) yang juga diberi identitas pemiliknya. Dengan adanya perkiraan modal dan
perkiraan pribadi, maka modal bersih masing-masing sekutu adalah nilai modal yang
tercantum dalam neraca dikompensasi dengan pengambilan prive dan penyetoran
prive. Akuntansi pendirian firma untuk investasi sebagai penyertaan masing-masing
sekutu didebet dalam perkiraan aktiva yang bersangkutan dan bila timbul utang firma
kepada anggota dicatat dengan mengkredit perkiraan utang. Pendirian firma dapatb
terjadi pada keadaan-keadaan berikut:
 Penggabungan modal yang berupa uang tunai/aktiva dua orang atau lebih
 Penggabungan perusahaan perorangan dengan individu
 Penggabungan dua perusahaan perorangan

1) Penggabungan Modal, setoran modal oleh masing-masing sekutu dapat berupa uang
tunai atau aktiva

79
2) Penggabungan perusahaan perseorangan dengan individu, terkadang firma
dibentuk oleh seseorang yang sudah mempunyai perusahaan dan ingin
mengembangkan usahanya dengan melibatkan orang lain untuk memperbesar
modal.

3) Penggabungan dua perusahaan perseorangan, apabila dua orang yang masing-


masing mempunyai perusahaan ingin menggabungkan perusahaan mereka menjadi
firma, maka untuk mencatat pendirian firma dapat dilakukan sebagai berikut:
-Diadakan penilaian kembali atas aktiva masing-masing
-Mencatat setoran modal masing-masing sesuai kesepakatan (misal: memakai buku
baru atau meneruskan buku salah satu sekutu)

b. Pembagian Laba/Rugi
Ketentuan mengenai pembagian laba atau rugi ditetapkan sendiri oleh para sekutu atau
anggota firma. Aturan pembagian ini biasa dicantumkan dalam akte pendirian. Jika
akte pendirian tidak mencantumkan aturan pembagian laba/rugi, aturan yang dipakai
adalah ketentuan pasal 1633 KUHD, yaitu dibagi sesuai dengan perbandingan modal
yang disetor. Ketentuan-ketentuan yang lazim dipakai dalam pembagian laba/rugi
firma adalah:
 Laba/rugi dibagi berdasarkan perbandingan tertentu
 Laba/rugi dibagi berdasarkan perbandingan modal, jika dasar ketentuan yang
dipakai adalah perbandingan modal, ada tiga kemungkinan yang bisa dipakai yaitu
modal awal, modal akhir dan modal rata-rata dalam setahun.
 Laba/rugi dibagi berdasarkan perbandingan tertentu/perbandingan modal setelah
terlebih dahulu dikurangi tunjangan berupa gaji, bonus atau bunga modal.
 Bunga modal, perbedaan modal yang ditanam para sekutu mengakibatkan perlunya
imbalan atas modal. Untuk itu pembagian laba/rugi terlebih dahulu harus
memperhitungkan bunga modal pada masing-masing sekutu sebelum sisanya dibagi
antar mereka. Bunga modal tertanam dalam perusahaan.
 Gaji, perbedaan waktu dan tenaga yang disediakan tiap-tiap anggota firma kadang
dicerminkan dalam pembagian laba. Gaji yang diberikan kepada para sekutu

80
disesuaikan dengan kondisi tersebut. Hal itulah yang menyebabkan gaji para
anggota firma jarang dibuat sama besarnya setiap bulan.
 Bonus, para anggota firma terkadang perlu diberikan perangsang untuk memotivasi
semangat kerjanya. Pemberian bonus adalah salah satu bentuk pemberian
penghargaan kepada anggota atas jasa-jasanya dalam memajukan perusahaan.

3. Akuntansi Modal Firma Bila Terjadi Perubahan Anggota


Catatan akuntansi akan mengalami perubahan apabila keanggotaan firma mengalami
perubahan. Perubahan tersebut dapat terjadi karena masuknya sekutu baru,
pengunduran diri seorang anggota atau salah seorang anggota sekutu firma meninggal
dunia.
a. Pencatatan Akuntansi Akibat Masuknya Sekutu Baru, seorang anggota baru dapat
diterima dalam suatu firma yang telah beroperasi, dengan persetujuan para sekutu
yang ada. Penyertaan modal dapat dilakukan dengan cara membeli sebagian hak
kepemilikan sekutu lama atau menanamkan modalnya dalam firma sehingga untuk
itu diberikan sebagian hak kepemilikan.
1) Pembelian Sebagai Modal, apabila salah seorang sekutu menjual sebagian atau
seluruh hak kepemilikan kepada orang lain, transaksi tersebut merupakan
transaksi pribadi yang tidak akan mengubah/mempengaruhi catatan akuntansi
firma. Yang perlu dicatat adalah apabila pemindahtanganan sebagian atau
seluruhnya itu mengakibatkan munculnya nama pemilik baru.
2) Penyetoran/Penanaman Modal dalam Firma, disamping membeli hak
kepemilikan yang dipunyai sekutu lama seseorang dapat pula diterima menjadi
anggota/sekutu baru dengan jalan memasukkan modalnya dalam firma. Setoran
yang terjadi ada kemungkinan bukan berupa uang tunai, tetapi berupa aktiva dan
kewajibannya (jika anggota baru tersebut pemilik perusahaan perseorangan).
Oleh karena itu perlu dilakukan penilaian kembali seperti yang dilakukan pada
saat pendirian firma dimuka. Dalam penilaian kembali aktiva yang hendak
dijadikan setoran modal, pasti terjadi adanya penilaian yang lebih rendah atau
lebih tinggi dari harga sebenarnya. Untuk itu perlu diadakan pencatatan terlebih
dahulu sebelum dilakukan pencatatan modal sekutu baru. Kenaikan atau

81
penurunan bersih penilaian kembali aktiva dialokasikan ke perkiraan modal
sekutu lama berdasarkan perbandingan pembagian laba/rugi.
3) Goodwill dan Bonus, apabila masuknya sekutu baru disertai pengakuan
kelebihan salah satu pihak, akan timbul goodwill atau bonus. Meskipun
keduanya menunjuk pada hal yang sama, yaitu pengakuan adanya kelebihan
terhadap salah satu pihak dalam firma, namun cara pencatatannya berbeda.

b. Pencatatan Akuntansi Akibat Pengunduran Diri Salah Seorang Anggota Firma,


pengunduran diri salah seorang anggota firma tidak harus menyebebkan
berhentinya kegiatan firma. Anggota yang masih ada bisa melanjutkan kegiatan
dengan kewajiban membayar bagian hak pemilikan anggota yang mengundurkan
diri. Penghitungan bagian hak pemilikan yang harus dibayarkan dapat
diperhitungkan adanya goodwill. Pembayaran hak kepemilikan anggota yang
mengundurkan diri dapat dilakukan oleh anggota-anggota lain dengan jalan
membeli hak kepemilikan tersebut. Dengan demikian transaksi tersebut merupakan
transaksi pembelian yang yang penyelesaiannya sama seperti pembelian hak milik
yang sudah diterangkan sebelumnya. Saldo modal anggota yang mengundurkan diri
dipindahkan ke saldo modal anggota-anggota yang membeli menurut perbandingan
yang disepakati. Uang yang dibayarkan kepada anggota yang mengundurkan diri
merupakan uang pribadi anggota yang membeli dan tidak ada pengaruhnya terhadap
firma. Pada waktu dilakukan pembayaran, perkiraan modal anggota yang
mengundurkan diri didebet dan perkiraan kas dikredit sejumlah saldo modal yang
terdapat di dalamnya.

c. Pencatatan Akuntansi Bila Ada Sekutu yang Meninggal Dunia, dalam akte
pendirian biasanya disebutkan, bila salah satu anggota firma meninggal dunia, hak
kepemilikannya dapat diteruskan oleh ahli warisnya. Dengan demikian saldo modal
anggota yang meninggal dipindahkan ke perkiraan modal baru atas nama ahli
warisnya. Apabila ahli waris tidak bersedia melanjutkan, pembukuan firma harus
ditutup pada saat meninggalnya anggota yang bersangkutan. Laba/rugi sampai
tanggal tersebut dipindahkan ke perkiraan modal tiap anggota, kemudian hak

82
anggota yang meninggal dibayarkan kepada ahli warisnya. Prosedur
pembayarannya sama dengan bila seorang anggota mengundurkan diri.

4. Likuidasi
Penghentian kegiatan perusahaan atau penutupan perusahaan dari segala macam
kegiatannya disebut likuidasi. Proses likuidasi tersebut dalam suatu perusahaan
biasanya meliputi kegiatan:
a. Merealisasikan semua aktiva bukan kas menjadi uang tunai
b. Membayar semua utang perusahaan
c. Membagikan sisa kas yang tersedia kepada para anggota yang masih berhak

Pada waktu proses realisasi aktiva bukan kas, setiap keuntungan/kegiatan dialokasikan
kepada para sekutu, berdasarkan perbandingan modal maupun perbandingan yang
sudah ditentukan.

D. Soal Latihan
1. Bagaimana syarat-syarat pendirian Firma ?
2. Firma ABC selama tahun 1999 memperoleh laba Rp. 15.000.000,00. Susunan
permodalan anggota adalah: A. Rp. 40.000.000,00.; B. Rp. 30.000.000,00.; C. Rp.
30.000.000,00. Anggaran dasar menetapkan pembagian laba sbb:
a. Masing-masing anggota menerima sebesar 12% bunga atas modal
b. Masing-masing anggota menerima gaji: A. Rp. 120.000,00.; B. Rp. 100.000,00.; C.
Rp. 100.000,00. per bulan.
c. A dan B mendapat bonus masing-masing Rp. 200.000,00.
d. Sisanya dibagi menurut perbandingan modal
Diminta:
a. Buat bagian laba yang diterima masing-masing anggota
b. Buat ayat jurnal yang diperlukan

3. Saldo modal Fa. Kusuma pada tanggal 30-4-2000 adalah:


Modal Widodo Rp. 50.000.000,00.
Modal Hendratmo Rp. 25.000.000,00.

83
Pada tanggal 1-5-2000, Maya Mustika masuk dengan membeli ¼ hak kepemilikan
sekutu lama dengan harga Rp. 20.000.000,00
Diminta:
a. Buat ayat jurnal untuk mencatat transaksi tersebut
b. Buat susunan permodalan sebelum dan sesudah Maya Mustika masuk menjadi
anggota.

Daftar Pustaka

Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.

Depdiknas. (1988). Akuntansi Keuangan. Jakarta: Proyek Pelita.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1984). Prinsip Akuntansi Indonesia. Jakarta: Ikatan


Akuntansi Indonesia (IAI).

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1994). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT. Salemba
Empat.

Munawir, S. (1989). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Soemarso SR. (1990). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Rinneka
Cipta.

Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.

Zaki Baridwan. (1990). Akuntansi Inermediate Accounting. Edisi 6. Yogyakarta: BPFE.

84
BAB XI
AKUNTANSI PERSEROAN TERBATAS

Latar Belakang Masalah


Modal merupakan unsur penting dalam suatu organisasi usaha, baik yang berskala
kecil, sedang maupun besar. Skala perusahaan tersebut dapat diidentifikasikan melalui
besar modal pembentukannya, jumlah anggota yang terlibat dalam permodalan dan
sebagainya. Organisasi yang ada bisa berbentuk Perseroan Terbatas. Perseroan Terbatas
adalah perusahaan berbadan hukum yang modalnya terbagi atas saham-saham. Setiap
pemegang saham turut memiliki perusahaan, tanggung jawab pemegang saham ini
terbatas sebesar jumlah saham yang dimiliki.

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mengerjakan Akuntansi Perseroan Terbatas

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


-Mengerjakan Akuntansi Perseroan Terbatas
- Mengerjakan Akuntansi Pendirian Perseroan Terbatas
- Mengerjakan Akuntansi Pembagian Deviden Perseroan Terbatas

C. Uraian Materi
1. Pengertian Perseroan Terbatas
Perseroan Terbatas adalah perusahaan berbadan hukum yang modalnya terbagi atas
saham-saham. Setiap pemegang saham turut memiliki perusahaan. Tanggung jawab
pemegang saham ini terbatas sebesar jumlah saham yang dimilikinya. Perseroan
terbatas dapat digolongkan menjadi dua yaitu:
a. PT tertutup, yang saham perusahaannya hanya dimiliki oleh orang-orang atau badan
tertentu saja
b. PT terbuka, yang saham perusahaannya boleh dimiliki oleh masyarakat luas.
Saham-saham PT terbuka diperdagangkan di bursa efek. Agar dapat

85
memperdagangkan sahamnya, PT yang bersangkutan harus mendapat izin dari
Badan Pelaksana Pasar Modal (Bapepam).

2. Syarat Pendirian PT
Perseroan Terbatas merupakan perusahaan yang berbadan hukum sehingga
pendiriannya harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, persyaratan tersebut
antara lain:
a. Syarat yuridis, perseroan terbatas harus didirikan dengan akte notaris, akte
pendirian tersebut harus memuat:
1) Nama
2) Tempat kedudukan
3) Maksud dan tujuan
4) Jangka waktu pendirian
5) Jumlah modal dasar
6) Jumlah lembar saham dan nilai nominal tiap lembar
7) Jumlah lembar saham yang telah ditempatkan
8) Jumlah modal disetor
Akte pendirian tersebut selanjutnya dikirim ke Menteri Kehakiman dan Hak Asasi
Manusia (dulu Menteri Kehakiman) untuk dimintakan pengesahan. Setelah
mendapat pengesahan pesero pendiri harus mendaftarkan pendirian PT yang
bersangkutan ke pengadilan negeri setempat. Para pesero pendiri juga
berkewajiban mengumumkan pendirian PT melalui lembaran Berita Negara
sekurang-kurangnya selama 30 hari.

b. Syarat Administratif, menurut kitab UU Hukum Dagang (KUHD), pengesahan dari


menteri kehakiman dan hak asasi manusia baru dapat diberikan jika sekurang-
kurangnya 20% dari modal dasar sudah ditempatkan dan sekurang-kurangnya 50%
dari modal yang ditempatkan sudah disetor.

3. Perolehan Modal Pada Perseroan Terbatas


Modal yang tercantum dalam akte pendirian merupakan modal dasar yang merupakan
jumlah maksimum sampai surat-surat saham dapat dibagikan Penerbitan saham dengan

86
nilai tertentu oleh suatu perseroan terbatas merupakan suatu upaya perusahaan untuk
menarik minat berbagai pihak supaya menginvestasikan uangnya pada perusahaan.
Investor yang tertarik akan membeli saham yang diterbitkan. Sebagai bukti penyetoran
dana, akan diberikan hak sebagai berikut:
- Hak untuk berpartisipasi melalui hak suara dalam rapat pemegang saham
- Hak untuk memperoleh bagian keuntungan perusahaan berupa deviden yang
dibagikan perusahaan
- Hak untuk memperoleh pembagian asset perusahaan jika perusahaan tersebut
dilikuidasi

Saham yang dikeluarkan oleh suatu perseroan terbatas dapat dibagi dalam dua jenis:
- Saham biasa, yaitu saham yang para pemegangnya tidak mempunyai hak istimewa,
dan jika perusahaan dilikuidasi pemegang saham biasa mendapat pembayaran
terakhir.
- Saham preferen (saham prioritas), yaitu saham yang pemegangnya diberi hak
istimewa seperti hak untuk mendapatkan deviden terlebih dahulu atau pembagian
asset saat perusahaan dilikuidasi.

Saham preferen dapat dibedakan menjadi liam jenis yaitu:


- Sahm preferen kumulatif, yaitu saham prioritas yang devidennya harus dibayarkan
oleh perusahaan kepada pemegang sahamnya. Apabila pada tahun tertentu ternyata
tidak dibayarkan, pada tahun berikutnya deviden yang belum dibayarkan itu harus
lebih dahulu dilunasi sebelum mengadakan pembagian deviden untuk saham
lainnya.
- Saham preferen tidak kumulatif, yaitu saham yang pada tahun tertentu deviden tidak
dapat dibayarkan oleh perusahaa. Pada tahun berikutnya bagian ini tidak harus
dilunasi. Jadi hak atas pembagian deviden hanya untuk tahun berjalan.
- Saham preferen partisipasi penuh, yaitu saham preferen yang berhak atas deviden
dengan jumlah yang sama besar dengan saham biasa, setelah pemegang saham biasa
mendapat deviden sebesar presentase tertentu dari dari deviden saham preferen.
- Saham preferen partisipasi terbatas, yaitu saham preferen yang akan mendapat
deviden terbatas sampai dengan presentase tertentu yang berlaku untuk saham

87
preferen. Dalam hal ini diperlakukan setelah saham biasa mendapat deviden dengan
tariff yang sama.
- Saham preferen tidak berpertisipasi, pemegang saham ini hanya akan menerima
deviden sesuai dengan tariff persentase yang telah ditetapkan untuk devidennya.
Jadi saham ini setiap tahun akan menerima deviden terbatas sebesar tarif
devidennya.

a. Akuntansi Pencatatan Setoran Modal PT


Pencatatan penyetoran modal ke dalam perseroan hampir tidak berbeda dengan
pencatatan penyetoran saham biasa dan saham preferen, meskipun masing-masing
jenis saham disediakan perkiraan tersendiri.

b. Akuntansi Pencatatan Penempatan Modal


Seseorang mungkin telah menyatakan akan membeli saham suatu perseroan tetapi
penyetoran uangnya baru akan dilakukan kemudian. Dengan demikian saham
tersebut baru berupa pemesanan meskipun bagi perusahaan saham sudah
ditempatkan.

c. Akuntansi Pencatatan Pembagian Deviden


Dalam perseroan terbatas, pembagian keuntungan kepada pemegang saham
dilakukan dengan pemberian deviden. Pembagian deviden diputuskan dalam rapat
umum pemegang saham. Deviden hanya bisa dibagikan jika saldo laba ditahan
bernilai positif. Disamping saldo laba ditahan, uang kas yang tersedia juga
mempengaruhi pembagian deviden. Deviden dapat dibayarkan dalam bentuk tunai
dan tidak tunai, yaitu dengan aktiva bukan kas atau saham. Deviden hanya
dibayarkan pada saham yang beredar. Saham yang belum ditempatkan atau yang
telah beredar tapi ditarik kembali (treasury stock) tidak berhak atas deviden.
1) Pecatatan Deviden Tunai, biasanya pembayaran deviden tunai akan dikenai
pemotongan pajak penghasilan, tetapi dalam bab ini pemotongan pajak tersebut
sementara diabaikan. Pencatatan pembagian deviden dilakukan pada saat
pengumuman dan pembayaran.

88
2) Pencatatan Deviden Saham, dengan dikeluarkannya deviden saham para
pemegang saham akan menerima tamgahan saham tanpa melakukan setoran
apapun.
d. Akuntansi Pencatatan Transaksi Treasury stock
Perusahaan terkadang membeli kembali saham yang telah beredar, dengan tujuan
untuk dijual kembali atau dibagian kepada karyawanperusahaan sebagai bonusatau
deviden saham. Saham yang ditarik kembali dari peredaran tersebut dinamakan
saham diperoleh kembali (treasury stock). Pembelian kembali saham yang beredar
sebagai treasury stock dilakukan oleh perusahaan antara lain untuk:
-Menaikkan harga saham pasar
-Mengurangi jumlah saham yang beredar
-Digunakan sebagai alat pembayar deviden saham
Secara umum ada dua metode yang digunakan untuk mencatat saham treasury stock
saat pembelian, yaitu metode nilai nominal dan metode harga perolehan.
1) Metode Nilai Nominal, dengan metode ini pembelian treasury stock dilakukan
sebagai penarikan kembali saham yang beredar sebesar nilai nominalnya.
Akuntansi atas treasury stock dilakukan dengan mendebet perkiraan Modal
Saham atau perkiraan Treasury Stock sebesar nilai nominal, kemudian selisih
antara harga beli dan nilai nominal diperlakukan sebagai agio modal saham.
Pencatatannya dilakukan dengan mengkredit perkiraan Modal Saham atau
Treasury Stock sebesar nilai nominal dan selisih dengan harga jualnya dicatat
sebagai agio atau disagio saham.

2) Metode Harga Perolehan, dengan metode ini pembelian kembali saham treasury
stock diperlakukan sebagai tambahan terhadap bagian modal yang belum
diselesaikan. Akuntansi pembelian saham beredar dicatat dengan mendebet
perkiraan Saham Perbendaharaan (treasury stock) sebesar harga beli. Apabila
saham perbendaharaan ini dijual atau ditempatkan kembali, dicatat dengan
mengkredit Saham Perbendaharaan (treasury stock) sebesar harga beli/perolehan.
Selisih antara harga beli dan harga jual dicatat dalam perkiraan Saldo Laba/Rugi
Dibagi, jika harga beli lebih tinggi daripada harga jualnya. Sebaliknya, selisih

89
dicatat dalam perkiraan Modal Disetor Kembali jika harga beli lebih rendah
daripada harga jual.

4. Pencatatan Laba Ditahan


Laba ditahan disebut juga laba tidak dibagi, yaitu elemen modal perusahaan perseroan
terbatas (PT) yang berasal dari pengumpulan laba yang tidak dibagikan pada tahun
sebelumnya. Perkiraan laba ditahan bersaldo normal kredit. Jika ternyata bersaldo
debet berarti deficit. Prinsip pencatatan laba ditahan untuk pembagian deviden adalah
sebagai berikut:
a. Pada saat perusahaan mengumumkan adanya pembagian deviden, hal ini dicatat
dengan mendebet perkiraan Laba Ditahan dan mengkredit perkiraan Utang
Deviden.
b. Pada saat diadakan pendaftaran tentang pemegang saham yang berhak untuk
mendapatkan deviden tersebut, hal ini tidak perlu dijurnal.
c. Pembayaran deviden atau pelunasan utang deviden dicatat dengan mendebet
perkiraan Utang Deviden dan mengkredit perkiraan Aktiva yang digunakan
sebagai alat bayar.

5. Penyajian Modal Perseroan Terbatas di Neraca


Laporan keuangan yang berhubungan dengan permodalan dari perusahaan berbentuk
PT terdiri atas dua bagian, yaitu penyajian modal saham di neraca dan penyajian daftar
laba ditahan
a. Penyajian modal saham di neraca, modal saham di neraca disajikan dengan
menunjukkan jumlah saham yang beredar sebagai modal disetor untuk tiap jenis
saham. Jika terdapat perkiraan agio modal saham, akan ditambahkan, sedangkan
perkiraan disagio saham akan dikurangkan.
b. Penyajian daftar perubahan laba ditahan, laporan perubahan modal PT disajikan
dalam laporan laba ditahan. Prinsip penyusunannya adalah laba ditahan awal
periode ditambah laba ditahan periode berjalan kemudian dikurangi deviden yang
diumumkan akan dibayar pada periode berjalan.

90
D. Soal Latihan
1. Berikut ini adalah transaksi yang terjadi pada PT. Jaya Abadi:
2-9-2000. Dijual per kas 1000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp.
10.000,00. dengan harga Rp. 11.000,00. per lembar.
10-9-2000. Diterima pesanan 500 lembar saham biasa, untuk itu diterima uang muka
40%. Harga pasar pada saat pemesanan Rp. 10.500,00. per lembar
1-10-2000. Dibeli kembali 100 lembar saham-saham sendiri yang ada dibursa efek
dengan harga Rp. 12.500,00. per lembar
10-10-2000. Diterima pelunasan pemesanan saham tanggal 10-9-2000, dan untuk itu
sertifikat diserahkan
1-12-2000. Dijual kembali 40 lembar saham yang diperoleh kembali tanggal 1-10-
2000 dengan harga Rp. 12.000,00. per lembar
Diminta: Catatlah masing-masing transaksi tersebut dalam jurnal

2. Permodalan dari neraca PT. Sembrani pada tanggal 31-12-2000 adalah sebagai berikut:
-Saham biasa (nilai nominal Rp. 10.000,00. per lembar, modal dasar 1000 lembar,
disetor penuh) Rp. 10.000.000,00.
-Agio saham biasa Rp. 800.000,00
-Laba ditahan Rp. 4.000.000,00 +
Total modal Rp. 14.800.000,00
Pada tanggal 10-1-2001, Dewan Komisaris memutuskan untuk mengeluarkan deviden
saham sebesar 6% bagi pemegang saham yang tercatat pada tanggal 31-12-2000.
Saham akan dikeluarkan tanggal 30-1-2001. Padas saat pengumuman harga saham per
lembar saham Rp. 12.800,00.
Diminta: Catatlah transaksi tersebut dalam jurnal

3. Pada tanggal 5 Januari 2000, para sekutu Fa. Andiraya yang beranggotakan Andi dan
Jaya, sepakat menerima Rani menjadi sekutu baru. Aktiva yang diserahkan adalah
berupa barang dagangan (persediaan) yang berharga Rp. 12.000.000,00. dan tanah
yang berharga Rp. 12.000.000,00. Menurut kesepakatan untuk kedua aktiva tersebut
dinilai kembali, yaitu persediaan Rp. 35.000.000,00. Andi dan Jaya membagi rugi/laba
Firma dengan perbandingan 2 : 3.

91
Diminta: a. Jurnal sebelum Rani masuk menjadi anggota ?
b. Jurnal penyertaan Rani

4. Firma Cempaka selama tahun 2000 memperoleh laba sebesar Rp. 14.000.000,00.
Posisi permodalan pada akhir tahun 2000 adalah:
-Cery Rp. 30.000.000,00.
-Popy Rp. 25.000.000,00.
-Keny Rp. 20.000.000,00.
Anggaran dasar menyebutkan ketentuan pembagian laba/rugi kepada anggota sebagai
berikut:
a. Kepada Cery, Popy dan Keny masing-masing diberikan bunga modal 10% setahun.
b. Kepada Cery, Popy dan Keny masing-masing diberikan gaji sebesar Rp.
100.000,00., Rp. 120.000,00., Rp. 150.000,00. per bulan.
c. Untuk Keny diberikan bonus atas jasanya pada perusahaan sebesar Rp. 400.000,00.
d. Sisanya dibagi menurut perbandingan 4 : 3 : 3.
Diminta: Hitunglah pembagian laba untuk masing-masing sekutu ?

92
Daftar Pustaka

Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.

Depdiknas. (1988). Akuntansi Keuangan. Jakarta: Proyek Pelita.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1984). Prinsip Akuntansi Indonesia. Jakarta: Ikatan


Akuntansi Indonesia (IAI).

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1994). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT. Salemba
Empat.

Manullang, M. (1988). Pengantar ekonomi Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Munandar, M. (1981). Pokok-pokok Intermediate Accounting. Yogyakarta: Penerbit FE


UGM.

Munawir, S. (1989). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Myer, John. (1978). Financial Statement Analysis. Prentice Hall: Inc. Englewood Cliffs.

Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.

Sukrisno Agoes. (1996). Auditing. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.

93
BAB XII
AKUNTANSI KOPERASI

Latar Belakang Masalah


Modal merupakan unsur penting dalam suatu organisasi usaha, baik yang berskala
kecil, sedang maupun besar. Skala perusahaan tersebut dapat diidentifikasikan melalui
besar modal pembentukannya, jumlah anggota yang terlibat dalam permodalan dan
sebagainya. Organisasi yang ada bisa berbentuk Koperasi. Koperasi adalah badan usaha
yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan.

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mengerjakan Akuntansi Koperasi

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


-Mengerjakan Akuntansi Koperasi
-Mengerjakan Akuntansi Pendirian Koperasi
-Mengerjakan Akuntansi Pembagian SHU

C. Uraian Materi
1. Pengertian Koperasi
Koperasi (Co-operation) menurut UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian adalah
badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan. Tujuan koperasi dalam pasal
3 UU No. 25 tahun 1992 adalah memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya
dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil makmur berlandaskan
Pancasila dan UUd 1945. Peningkatan kesejahteraan tersebut ditandai dengan
terjadinya peningkatan pendapatan nominal para anggotanya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa salah satu tolok ukur keberhasilan koperasi adalah terjadinya
peningkatan pendapatan para anggotanya.

94
2. Tata Cara Pendirian Koperasi
Koperasi merupakan badan usaha yang memiliki badan hukum. Untuk memperoleh
badan hukum tersebut, prosedur yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Sekurang-kurangnya 20 orang mengadakan rapat pertama dan menentukan
AD/ART secara garis besar. Peserta rapat awal tersebut sekaligus merupakan
pendiri koperasi.
b. Meyusun akte pendirian koperasi (rangkap dua) yang di dalamnya tercantum:
-Nama dan tempat kedudukan
-Tujuan didirian koperasi
-Syarat-syarat keanggotaan beserta hak dan tanggung jawabnya
-Susunan pengurus beserta hak dan tanggung jawabnya
-Permodalan
-Tata cara pembagian SHU
-Syarat-syarat pembubaran koperasi
c. Akte pendirian tersebut selanjutnya diajukan kepada Ditjen Koperasi setempat
untuk disahkan
d. Apabila Ditjen Koperasi menganggap koperasi tersebut layak untuk mendapatkan
badan hukum, pejabat yang berwenang akan mengesahkan pendirian koperasi
tersebut. Koperasi tersebut selanjutnya akan dicatat dalam buku daftar umum serta
mengumumkannya dalam berita Negara. Setelah diumumkan dalam berita Negara,
maka koperasi tersebut telah sah menjadi badan hukum.

3. Akuntansi Permodalan Koperasi


Dalam koperasi anggota terikat secara langsung dalam kegiatan usaha dan permodalan
koperasi. Anggota juga turut menentukan peruntukan sisa hasil usaha. Anggota
koperasi selain memberikan kontribusi permodalan koperasi secara adil juga
melakukan pengawasan secara demokratis terhadap modal tersebut, karena sebagian
besar permodalan dalam koperasi merupakan milik anggota. Oleh karena sebagian
besar permodalan koperasi merupakan milik anggota, maka semakin banyak jumlah
anggota dan semakin tinggi kemampuan anggota untuk mengadakan simpanan akan

95
semakin besar pula modal yang dimiliki koperasi. Sesuai dengan jenis simpanan dan
sumbernya modal koperasi dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Simpanan pokok, yaitu simpanan yang berupa uang pangkal yang harus dibayar
pada saat seseorang akan masuk menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok
tersebut tidak dapat ditarik kembali oleh yang bersangkuatan selama masih
menjadi anggota.
b. Simpanan wajib, yaitu simpanan iuran rutin yang harus disetor oleh anggota
selama menjadi anggota koperasi. Setiap anggota wajib menyetorkan simapanan
wajib yang sama, baik dalam jumlah maupun waktu penyetoran. Anggota koperasi
yang ingin keluar atau mengundurkan diri dari keanggotaan dapat mengambil
kembali simpanan wajibnya.
c. Simpanan sukarela, yaitu simpanan yang bersifat incidental. Penyetoran simpanan
sukarela dapat dilakukan sewaktu-waktu dan besarnya tergantung kepada
kemampuan anggota. Simpanan sukarela ini akan mendapatkan bunga
sebagaimana tabungan biasa. Tingkat bunga telah ditentukan. Simpanan sukarela
dapat juga berasal dari para donator, penyandang dana, atau orang yang bukan
anggota koperasi. Simpanan yang berasal dari bukan anggota akan disebut
simpanan titipan. Penerimaan modal koperasi dari anggota akan dicatat dengan
mendebet perkiraan kas sebesar jumlah yang disetor dan mengkredit perkiraan
simpanan yang bersangkutan. Penyetoran modal oleh anggota koperasi dicatat
sebagai berikut:
Kas Rp. xxx
Simpanan pokok Rp. xxx
Simpanan Wajib Rp. xxx
Simpanan sukarela Rp. xxx

4. Pencatatan Transaksi pada Koperasi


Selain simpan pinjam, kegiatan koperasi adalah konsumsi dan produksi. Untuk
transaksi koperasi konsumsi pencatatan yang biasa dilakukan adalah:
-Pembelian dari anggota
-Penjulan kepada anggota
-Pembelian dan penjualan dari dan kepada anggota

96
Contoh:
Pada tanggal 2 Januari 1999 Abidin seorang anggota Koperasi Suka Maju membeli
bibit dan pupuk seharga Rp. 40.000,00. Buatlah jurnalnya untuk mencatat transaksi
pembelian anggota koperasi tersebut ?

Jawab:
Kas Rp. 40.000,00.
Penjualan kepada anggota Rp. 40.000,00.

5. Sisa Hasil Usaha (SHU)


a. Pembagian Sisa Hasil Usaha Koperasi
Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi adalah pendapatan koperasi yang diperoleh dalam
satu tahun buku setelah dikurangi biaya-biaya operasi, pajak dan penyusutan dari
tahun buku yang bersangkutan. Dengan demikian SHU merupakan keuntungan
bersih yang diperoleh koperasi dalam satu tahun buku. Sisa hasil usaha tersebut
harus dirinci menjadi dua, yaitu SHU yang diperoleh melalui transaksi dengan
anggota dan SHU yang berasal dari pihak luar tidak boleh dibagikan kepada
anggota. Pembagian SHU biasanya diperuntukkan bagi:
-Anggota (untuk jasa modal dan jasa anggota)
-Cadangan koperasi
-Dana pengurus
-Dana pegawai
-Dana pendidikan koperasi
-Dana pembangunan daerah
-Dana sosial
Pembagian SHU tersebut dicatat dengan mendebet perkiraan sisa hasil usaha dan
mengkredit perkiraan dana yang bersangkutan.

Contoh:
Koperasi Suka Maju dalam tahun 2000 memperoleh SHU sebesar Rp. 4.200.000,00.
Berdasarkan ketentuan SHUtersebut dibagi untuk:
-Jasa modal 30%

97
-Jasa anggota 40%
-Cadangan 5%
-Dana pengurus 5%
-Dana pegawai 5%
-Dana pendidikan 5%
-Dana pembangunan 5%
-Dana sosial 5%
Diminta: a. Buatlah pembagian SHU tersebut ?
b. Buatlah jurnal pembagian SHU tersebut ?

Jawab:
a. Pembagian SHU
-Jasa modal 30% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 1.260.000,00.
-Jasa anggota 40% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 1.680.000,00.
-Cadangan 5% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 210.000,00.
-Dana pengurus 5% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 210.000,00.
-Dana pegawai 5% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 210.000,00.
-Dana pendidikan 5% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 210.000,00.
-Dana pembangunan 5% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 210.000,00.
-Dana sosial 5% x Rp. 4.2000.000,00. = Rp. 210.000,00.+
Total = Rp. 4.200.000,00.

b. Ayat Jurnal

SHU Rp. 4.200.000,00.


Utang SHU anggota Rp. 2.940.000,00.
Cadangan Rp. 210.000,00.
Dana pengurus Rp. 210.000,00.
Dana pegawai Rp. 210.000,00.
Dana pendidikan Rp. 210.000,00.
Dana pembangunan Rp. 210.000,00.
Dana sosial Rp. 210.000,00.

98
c. Bagian SHU Anggota
Pembagian SHU untuk masing-masing anggota harus didasarkan pada jasa yang
dibebankan. Untuk menghitung bagian SHU tersebut digunakan rumus:
Jumlah simpanan anggota
Jasa modal simpanan = x Jasa simpanan
Total simpanan

Aplikasi rumus tersebut untuk jasa masing-masing anggota atas kegiatan /transaksi
dengan koperasi (pinjaman, pembelian, dan penjualan) adalah:

Jumlah pinjaman anggota


Jasa pinjaman = x Jasa anggota
Total pinjaman
Jumlah pembelian anggota
Jasa pembelian = x Jasa anggota
Total pembelian

Jumlah penjualan anggota


Jasa penjualan = x Jasa anggota
Total penjualan

Khusus untuk simpanan sukarela anggota, diberikan bunga sebesar persentase yang
ditentukan dalam anggaran dasar koperasi. Perhitungan bunga simpanan sukarela
dapat dihitung dengan rumus sbagi berikut:
Jumlah simpanan anggota x % bunga x waktu tersimpan
12 x 100
Ayat jurnal atas pembayaran bunga simpanan sukarela adalah:
Beban Bunga Rp. xxx
Kas Rp. xxx
Jika bunga langsung ditambahkan ke simpanan sukarela adalah:
Beban Bunga Rp. xxx
Simpanan sukarela Rp. xxx

99
6. Pembubaran Koperasi
a. Pengunduran Diri Anggota
Keanggotaan koperasi bersifat sukarela, sehingga seseorang dapat masuk atau
keluar dari keanggotaan koperasi setiap waktu. Keanggotaan koperasi tersebut tidak
dapat dipindahteruskan. Bila seseorang anggota keluar atau meninggal dunia, maka
semua saldo simpanannya akan dikembalikan setelah dikurangi dengan utang-utang
yang harus dibayar. Pencatatan anggota yang keluar atau meninggal dunia tersebut
adalah cukup dengan mendebet semua simpanan anggota dan mengkredit perkiraan
kas. Ayat jurnal yang perlu dibuat adalah:

Simpanan pokok Rp. xxx


Simpanan wajib Rp. xxx
Simpanan sukarela Rp. xxx
Kas Rp. xxx

b. Pembubaran Koperasi
Koperasi dapat dibubarkan jika para anggotanya menghendaki. Hal ini harus
diputuskan dalam rapat anggota. Pembubaran koperasi juga dapat dilakukan oleh
pejabat yang berwenang dengan alasan yang tepat. Prosedur pembubaran atau
likuidasi koperasi hampir sama dengan pembubaran firma, yaitu:
1) Merealisasikan semua aktiva nonkas menjadi uang tunai. Kerugian yang diderita
pada waktu realisasi dibebankan kepada koperasi (dari dana cadangan)
2) Membayar semua kewajiban
3) Menetapkan jumlah bagian tanggungan yang harus dibayar atau diterima oleh
masing-masing anggota

7. Penyajian Laporan Keuangan Koperasi


Laporan keuangan koperasi pada dasarnya tidak berbeda dengan laporan keuangan
perusahaan bentuk lain. Perbedaannya hanya terletak pada penyajian modal di neraca
dan cara penyajian pos-pos dalam perhitungan laba/rugi. Perhitungan laba/rugi
koperasi tersebut laporan sisa hasil usaha

100
D. Soal Latihan
1. Berikut ini adalah beberapa transaksi yang terjadi dalam KUD Sejahtera, sebuah KUD
yang menghimpun para petani. Koperasi membeli semua hasil panen petani dan
menjual barang baku, bibit dan perlengakapan yang diperlukan petani.
a. Koperasi menerima 5 orang anggota baru, masing-masing menyetor simpanan
pokok Rp. 50.000,00. dan simpanan wajib Rp. 10.000,00.
b. Membeli hasil panen anggota (Rahayu) Rp. 200.000,00.
c. Menerima simpanan sukarela dari Suparjo (anggota) Rp. 50.000,00.
d. Menjual bibit dan pupuk pada salah seorang anggota Rp. 80.000,00.
e. Menutup saldo kredit perkiraan Ihktisar Rugi/laba sebesar Rp. 40.000.000,00.
f. Sisa hasil usaha dialokasikan untuk anggota 50%, cadangan 15%, dana pengurus
10%, dana pendidikan 5%, dana pembangunan 10% dan dana sosial 10%.
g. Membayar bagian SHU salah seorang anggota sebesar Rp. 1.200.000,00.
h. Membayar biaya penyelenggaraan kursus tentang koperasi Rp. 1.000.000,00.

Diminta: Buatlah ayat jurnal untuk transaksi di atas

2. Achmad adalah seorang anggota koprasi Sejahtera sampai dengan akhir periode 1999
mempunyai total simpanan pokok dan wajib Rp. 2.150.000,00. Selama setahun
Achmad meminjam dari koperasi sebesar Rp. 4.000.000,00. Data koperasi
menyebutkan:
-Total simpanana anggota Rp. 64.000.000,00.
-Total pinjaman anggota Rp. 120.000.000,00.
-SHU untuk jasa simpanan Rp. 6.000.000,00.
-SHU untuk jasa pinjaman Rp. 5.000.000,00.

Diminta: Hitunglah berapa besarnya bagian SHU Achmad ?

3. Koperasi Serba Usaha mempunyai SHU sebesar Rp. 18.000.000,00. Dibagikan untuk
jasa simpanan 29%. Jasa anggota 25%. Simpanan Wanto berjumlah Rp. 500.000,00.
Jumlah seluruh simpanan anggota Rp. 45.000.000,00.

101
Diminta: Hitunglah jasa simpanan Wanto tersebut

4. Koperasi Serba Usaha mempunyai data akhir tahun 2002 sebagai berikut:
Untuk jasa anggota 20%
Untuk jasa simpanan 20%
Total penjualan Rp. 100.000.000,00.
Total simpanan Rp. 20.000.000,00.
Andilao memiliki simpanan sebesar Rp. 3.000.000,00. berbelanja di koperasi sebanyak
Rp. 500.000,00.

Diminta: Berapa bagian Andilao.

5. Berapakah bagian SHU Rahayu jika pada tahun 1999 Koperasi Suka Maju
memperoleh SHU Rp. 8.000.000,00. Dari jumlah SHU tersebut diketahui bahwa
bagian untuk:
-Jasa modal adalah 30%
-Jasa pembelian 10%
-Jasa penjualan 10%, data lain juga menyebutkan
-Total simpanan koperasi Rp. 15.000.000,00.
-Total pembelian Rp. 10.000.000,00.
-Total penjualan koperasi Rp. 25.000.000,00.
-Bunga simpanan sukarela untuk Rahayu Rp. 25.000,00.

Diminta: a. Bagian SHU yang diterima Rahayu


b. Jurnal bagian SHU yang diterima Rahayu

102
Daftar Pustaka

Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.

Depdiknas. (1988). Akuntansi Keuangan. Jakarta: Proyek Pelita.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1984). Prinsip Akuntansi Indonesia. Jakarta: Ikatan


Akuntansi Indonesia (IAI).

Manullang, M. (1988). Pengantar ekonomi Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Munawir, S. (1989). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Myer, John. (1978). Financial Statement Analysis. Prentice Hall: Inc. Englewood Cliffs.

Simangunsong, M.P. (1987). Pelajaran Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. Karya Utama.

Soemarso SR. (1990). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Rinneka
Cipta.

Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.

103
BAB XIII
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21, 22, 23

Latar Belakang Masalah


Pemerintah hendak meningkatkan pendapatan Negara dari sektor pajak, oleh
karena itu berbagai jenis transaksi dan pendapatan dikenai pajak, salah satunya yang
dikenakan oleh pemerintah adalah pejak penghasilan.

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Mengerjakan Pajak Penghasilan Pasal 21, 22, 23

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


-Mengerjakan dan mencatat PPh Pasal 21
-Mengerjakan dan mencatat PPh Pasal 22
-Mengerjakan dan mencatat PPh Pasal 23

C. Uraian Materi
1. Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan wajib
pajak orang pribadi dalam negeriyang berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan
pembayaran lain dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa
dan kegiatan seperti yang dinyatakan dalam pasal 21 UU PPh.
a. Wajib Pajak PPh Pasal 21
Berikut ini adalah yang termasuk wajib pajak PPh pasal 21:
1) Pegawai/karyawan tetap, yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja yang
menerima/memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala. Termasuk
didalamnya adalah anggota Dewan Komisaris dan anggota Dewan Pengawas yang
secara teratur ikut serta melaksanakan kegiatan perusahaan.
2) Pegawai/karyawan lepas, yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja
namun hanya menerima upah apabila orang yang yang bersangkutan bekerja saja.
3) Pegawai/karyawan dengan status wajib pajak luar negeri, yaitu orang
pribadi/persekutuan orang-orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari
183 hari dalam jangka waktu 12 bulan/tidak bertempat tinggal di Indonesia namun

104
memperoleh gaji, honorarium dan atau imbalan lain sehubungan dengan jasa yang
dilakukan di masa lalu.
4) Penerima pension, yaitu orang pribadi/ahli waris yang menerima/memperoleh
imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan di masa lalu.
5) Penerima honorarium, yaitu orang pribadi/persekutuan orang-orang pribadi yang
memberikan jasa dengan menerima/memperoleh imbalan tertentu sesuai dengan
jasa tersebut.
6) Penerima upah harian, yaitu orang pribadi yang menerima/memperoleh upah yang
dibayarkan atas dasar jumlah jam kerja.
7) Penerima upah borongan, yaitu orang pribadi yang menerima/memperoleh upah
yang dibayarkan atas dasar penyelesaian pekerjaan tertetntu.
8) Penerima upah satuan, yaitu orang pribadi yang menerima/memperoleh upah yang
dibayarkan atas dasar banyaknya satuan yang dihasilkan.

b. Pemotongan Pajak PPh Pasal 21


Pemotong pajak PPh pasal 21 adalah orang atau badan yang memungut dan
melaporkan serta menyetorkan PPh yang dipungutnya ke kas Negara. Yang termasuk
sebagai pemotong pajak PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:
1) Pemberi kerja, baik orang pribadi maupun badan yang membayar gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama apapun sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai. Pemberi kerja yang dimaksud adalah badan usaha tetap, baik merupakan
induk maupun cabang, perwakilan atau unit, serta termasuk di dalamnya badan dan
organisasi internasional yang tidak dikecualikan sebagai pemotong pajak
berdasarkan keputusan Meneteri Keuangan.
2) Bendaharawan pemerintah, yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan/jabatan, jasa dan kegiatan. Termasuk bendaharawan pemerintah adalah
bendaharawan pada pemerintah pusat, pemda, instansi/lembaga pemerintah,
lembaga-lembaga lainnya dan kedutaan besar RI di luar negeri.

105
3) Lembaga dana pensiun, yaitu PT Taspen, PT Astek, badan Jamsostek lainnya, serta
badan-badan lain yang membayar uang pensiun/THT.
4) Perusahaan/badan berbentuk usaha tetap, yang membayar honorarium atau
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa, termasuk
jasa tenaga ahli dengan status wajib pajak dalam negeri yang melakukan pekerjaan
bebas.
5) Perusahaan dan badan, termasuk juga BUMN/BUMD, perusahaan swasta dengan
nama dan dalam bentuk apapun, dan badan atau organisasi internasional yang tidak
dikecualikan sebagai pemotong pajak berdasarkan keputusan meneteri keuangan.
6) Yayasan/termasuk yayasan yang bergerak di bidang kesejahteraan, rumah sakit,
pendidikan, kesenian, olah raga, kebudayaan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi,
perkumpulan, dan organisasi dalam bentuk apapun dalam segala kegiatan sebagai
pembayar gaji, upah, honorarium, atau imbalan dengan nama apapun sehubungan
pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan orang pribadi.
7) Perusahaan dan badan, termasuk BUT, yang membayarkan honorarium atau
imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan. Badan yang
dimaksud meliputi juga badan dan organisasi internasional yang tidak dikecualikan
sebagai pemotong pajak berdasarkan keputusan menteri keuangan.

c. Objek Pajak PPh Pasal 21


Objek pajak PPh pasal 21 adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak tersebut dengan nama dan dalam
bentuk apapun. Yang termasuk jenis penghasilan yang menjadi objek pajak PPh pasal
21 adalah sebagai berikut:
1) Penghasilan yang diterima/diperoleh secara teratur berupa gaji, uang pensiun
bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium dewan komisaris/anggota dewan
pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti
rugi, tunjangan isteri/anak, tunjangan kemahalan, tunjangan jabatan, tunjangan
khusus, tunjangan transportasi, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun,
tunjangan pendidikan anak, beasiswa, hadiah, premi asuransi yang dibayarkan oleh
pemberi kerja, dan penghasilan teratur lainnya dengan nama apapun.

106
2) Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara teratur berupa jasa produksi,
tantiem, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru,
bonus, premi tahunan, dan penghasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap
dan biasanya dibayarkan sekali dalam setahun
3) Upah harian, upah mingguan, upah satuan dan upah borongan.
4) Uang tebusan pensiun, uang THT, uang pesangon, dan pembayaran lain sejenis.
5) Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, komisi, beasiswa dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan wajib pajak dalam negeri,
yang terdiri dari:
 Tenaga ahli sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Dirjen Pajak No. KEP-
02/PJ/1995, yaitu tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaries penilai dan aktuaris. Tarif
pemotongan PPh pasal 21 yang ditetapkan adalah 15% atas perkiraan
penghasilan netto yang dibayarkan atau terutang kepada tenaga ahli. Besarnya
perkiraan penghasilan netto adalah 40% dari penghasilan bruto berupa
honorarium atau imbalan lain dengan nama apapun.
 Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, sutradara, kru
film, foto model, pelukis, pemahat, peragawan/wati, penari dan seniman lainnya.
 Olahragawan
 Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, dan moderator.
 Pengarang, peneliti dan penerjemah
 Pemberi jasa dalam bidang teknik, komputer dan system aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi dan pemasaran.
 Kolportir iklan.
 Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan, peserta sidang/rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang
kegiatan.
 Pembawa pesan/yang menemukan langganan
 Peserta perlombaan
 Petugas penjaja barang dagangan

107
 Petugas dinas luar asuransi
 Peserta pendidikan, pelatihan dan pemagangan

d. Pengurangan yang Diperbolehkan


1) Biaya jabatan, adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, yang besarnya 5% dari penghasilan
bruto (penghasilan yang diterima/diperoleh secara teratur oleh wajib pajak) dengan
maksimum Rp. 1.296.000,00. setahun atau Rp. 108.000,00. sebulan, yang mulai
berlaku sejak 1 Januari 1999.
2) Iuran pensiun, berupa iuran yang terikat pada gaji kepada dana pensiun yang
disetujui oleh menteri keuangan.
3) Iuran THT, berupa iuran THT kepada penyelenggara Taspen dan Astek yang
dibayar oleh karyawan yang bersangkutan.
4) Penghasilan tidak kena pajak, adalah besarnya pengurangan yang boleh dilakukan
terhadap penghasilan netto. Besarnya penghasilan Tidak Kena Pajak sesuai dengan
Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 361/KMK 04/1998 tanggal 27 Juli 1998,
yang berlaku sejak tanggal 1 Januari 1999, adalah sebagai berikut:
Keterangan Setahun (RP.) Sebulan (RP.)
a. Untuk diri wajib pajak 2.880.000,00. 240.000,00.
b. Tambahan untuk wajib pajak yang kawin 1.440.000,00. 120.000,00.
c. Tambahan untuk setiap orang keluarga
sedarah dan semenda dalam garis
keturunan lurus, serta anak angkat yang
menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 orang untuk setiap keluarga. 1.440.000,00. 120.000,00.

e. Perhitungan Pemotongan PPh Pasal 21 terhadap Penghasilan Pegawai Tetap


1) Gaji Bulanan
Untuk menghitung PPh pasal 21 atas penghasilan pegawai tetap, terlebih dahulu
dicari penghasilan netto sebulan. Penghasilan netto sebulan diperoleh dengan cara
mengurangi penghasilan bruto dengan biaya jabatan, iuran pension, dan iuran THT
yang dibayar oleh pegawai. Penghasilan netto sebulan kemudian dikalikan dengan

108
12 untuk disetahunkan. Dalam hal pegawai tetap, kewajiban subjektifnya sebagai
wajib pajak dalam negeri sudah ada sejak awal tahun, tetapi baru mulai bekerja
setelah bulan Januari, maka penghasilan netto yang disetahunkan tersebut dihitung
dengan mengalikan penghasilan sebulan dengan banyaknya bulan sejak pegawai
yang bersangkutan mulai kerja sampai dengan bulan Desember. PKP (Penghasilan
Kena Pajak) dihitung dengan cara mengurangi penghasilan netto yang telah
disetahunkan dengan PTKP yang besarnya adalah sebagai berikut:
 Rp. 2.880.000,00. untuk diri wajib pajak orang pribadi
 Rp. 1.440.000,00. untuk tambahan wajib pajak yang kawin
 Rp. 2.880.000,00. tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung
dengan penghasilan suami, yang mempunyai penghasilan dari usaha/pekerjaan
yang tidak ada hubungannya dengan usaha suami/anggota keluarga lain.
 Rp. 1.440.000,00. tambahan untuk setiap orang keluarga sedarah dan semenda
dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan
sepenuhnya (maksimum 3 orang).

Penghitungan PTKP dilakukan dengan melihat keadaan pada awal tahun takwin (1
Januari). Bagi pegawai yang baru datang dan menetap di Indonesia dalam bagian
tahun takwin, besarnya PTKP tersebut berdasarkan keadaan pada awal bulan dari
bagian tahun takwin yang bersangkuatan. Bagi karyawati yang menikah, PTKP
yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri. Untuk karyawati yang tidak
menikah, pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri, juga PTKP untuk
keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Untuk karyawati yang
menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat (serendah-
rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima/memperoleh penghasilan,
diberikan tambahan PTKP sebesar Rp. 1.440.000,00. setahun atau Rp. 120.000,00.
Sebulan, dan ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan
sepenuhnya.

Pajak penghasilan pasal 21 setahun dihitung dengan mengalikan PKP dengan tarif
pajak sebagaimana disebutkan UU pajak penghasilan pasal 17. Untuk keperluan
penerapan tarif PKP dibulatkan ke bawah hingga ribuan penuh. Pajak penghasilan

109
pasal 21 sebulan diperoleh dengan cara membagi PPH pasal 21 setahun dengan 12.
Bagi pegawai tetap yang mempunyai kewajiban subjektif sebagai wajib pajak dalam
negeri yang sudah ada sejak awal tahun tetapi baru mulai bekerja setelah bulan
Januari, maka PPh sebulan diperoleh dengan cara membagi PPh pasal 21 setahun
dengan banyaknya bulan pegawai yang bersangkutan bekerja.

2) Gaji Mingguan
Pegawai dengan status tetap dan memperoleh gaji/upah secara mingguan, gaji/upah
tersebut harus dikalikan dengan empat agar menjadi gaji/upah bulanan. Dengan
demikian besarnya pajak datar seminggu dihitung dengan membagi empat pajak
sebulan.
Contoh:
Sebagai karyawan PT. Bengawan, Badu menerima gaji mingguan sebesar Rp.
150.000,00. Badu telah berkeluarga dengan tanggungan satu anak. Ia membayar
iuran pensiun sebesar Rp. 10.000,00.
Diminta: Hitunglah PPh pasal 21 atas penghasilan Badu tersebut ?
Jawab:
Penghasilan gaji sebulan 4 x Rp. 150.000,00. Rp. 600.000,00.
Pengurangan:
Biaya jabatan: 5% x Rp. 600.000,00. = Rp 30.000,00.
Iuran pensiun = Rp. 10.000,00.+
RP. 40.000,00.-
Penghasilan netto sebulan Rp. 560.000,00.
Penghasilan netto setahun = 12 x Rp. 560.000,00. Rp. 6.720.000,00.
PTKP K/1
Wajib Pajak = Rp. 2.880.000,00.
WP Kawin = Rp. 1.440.000,00.
Tanggungan 1 anak = Rp. 1.440.000,00.+
Rp. 5.760.000,00.-
Penghasilan Kena Pajak (PKP) setahun Rp. 960.000,00.
PPh pasal 21 setahun = 10% x Rp. 960.000,00.

110
PPh pasal 21 sebulan = Rp. 96.000,00. : 12 = Rp. 8.000,00.
PPh pasal 21 seminggu = Rp. 8.000,00. : 4 = Rp. 2.000,00.

3) Gaji uapah rapel


 Jika kepada pegawai tetap juga dibayar kenaikan gaji bulanan yang berlaku surut
(rapel), misalnya 4 bulan perhitungan PPH pasal 21 atas rapel tersebut adalah:
- Rapel dibagi dengan banyaknya bulan perolehan rapel tersebut (4 bulan).
- Hasil pembagian rapel tersebut ditambahkan pada gaji setiap bulan sebelum
adanya kenaikan gaji yang dikenakan PPh pasal 21.
- PPh pasal 21 atas gaji untuk bulan-bulan setelah ada kenaikan, dihitung
kembali berdasarkan gaji baru setelah ada kenaikan.
- PPh pasal 21 terutang atas tambahan gaji untuk bulan-bulan dimaksud adalah
selisih antara jumlah pajak yang dihitung berdasarkan butir di atas dikurangi
dengan jumlah pajak yang telah dipotong berdasarkan butir ini.

 Apabila kepada pegawai disamping dibayar gaji dengan masa gaji kurang dari
satu bulan juga dibayar gaji lain dengan hasil yang lebih lama dari satu bulan
(rapel) seperti tersebut pada butir di atas, maka PPh pasal 21 dihitung sesuai
dengan cara yang dinyatakan pada butir di atas.

 Pemotongan PPh pasal 21 atas uang lembur dan penghasilan lain sejenis yang
diterima/diperoleh pegawai bersama dengan gaji bulanannya.

4) Perhitungan PPh pasal 21 terhadap penghasilan pegawai harian, tenaga harian lepas,
penerimaan uang satuan, penerimaan uang borongan dan yang lainnya.
Pegawai yang menerima upah sebagai tenaga lepas adalah orang pribadi yang
hanya menerima upah kalau dia bekerja. Besarnya upah pegawai lepas dapat
didasarkan pada upah harian, upah satuan, upah borongan, atau berdasarkan
prestasi kerja. Pajak yang dikenakan hanya untuk pegawai yang upahnya di atas
Rp. 24.000,00. sehari dan tidak melebihi Rp. 240.000,00. sebulan, untuk ini
dikenakan tarif 10%.

111
 Upah Harian
Contoh:
Herman merupakan tenaga kerja lepas yang bekerja pada PT Gemilang. Upah
harian yang dibayarkan kepada Herman setiap harinya adalah Rp. 27.500,00.
Upah tersebut akan dibayarkan kepada Herman setiap hari untuk waktu 6 hari
kerja. Hitunglah PPh pasal 21 untuk Herman ?
Jawab: 10% x (Rp. 27.500,00. – Rp. 24.000,00.) = Rp. 350,00.

 Upah Borongan
Contoh:
Darwin memiliki keahlian menata ruang kerja. Ia menerima borongan
mendekorasi sebuah ruang kantor dengan upah borongan sebesar Rp.
120.000,00. Pekerjaan dapat diselesaikan dalam 3 hari. Hitung PPh pasal 21 atas
penghasilan Darwin ?
Jawab: 10% x (Rp. 120.000,00. – (3 x Rp. 24.000,00.) = Rp 4.800,00.

 Honorarium Penceramah
Contoh:
Drs. Sudin sebagai penceramah memberikan ceramah pada suatu seminar pajak
di Jakarta yang diadakan oleh suatu pusat pelatihan pajak, dan menetrima
honorarium sebesar Rp. 800.000,00. Hitunglah PPh pasal 21 untuk Drs. Sudin ?
Jawab: 10% x Rp. 800.000,00. = Rp. 80.000,00.

5) Honorarium Tenaga Ahli, pemotongan PPh pasal 21 atas penghasilan sehubungan


dengan pekerjaan tenaga ahli/persatuan tenaga ahli sebagai imbalan atas jasa
profesinya. Pekerjaan tenaga ahli/persatuan tenaga ahli yang dimaksudkan antara
lain: pengacara, advokat, penasihat hukum, akuntan, arsitek, dokter, konsultan
notaris dan tenaga ahli lain pemberi jasa profesi. Tarif pemotongan PPh terendah
adalah sebesar 15% atas perkiraan penghasilan netto yang diterima dari masing-
masing tenaga ahli, yaitu:

112
Persentase dari
No Jenis tenaga ahli Tarif Efektif (%)
penghasilan bruto (%)
1 Pengacara/advokat/penasihat 60 9
hukum lainnya
2 Akuntan 60 9
3 Arsitek 50 7,5
4 Dokter 40 6
5 Konsultan 60 9
6 Notaris 60 9
7 Tenaga ahli pemberi jasa 50 7,5
profesi lainnya

Dengan demikian badan/perseorangan yang membayar imbalan kepada tenaga ahli


tersebut diwajibkan memotong imbalan tersebut sesuai dengan ketentuan PPh pasal
21.

6) Pada karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri.
Pada karyawati tidak kawin, pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri juga
PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Bagi keryawati yang
menunjukkan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat (serendah-
rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima/memperoleh penghasilan,
diberikan tambahan PTKP sebesar Rp. 1.440.000,00. setahun atau Rp. 120.000,00.
sebulan ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

7) Untuk menghitung PPh pasal 21 atas bonus, gratifikasi, tantiem, THR yang bersifat
tidak tetap dan biasanya dibayarkan setahun sekali, ikutilah petunjuk berikut:
 Dihitung PPh pasal 21 dari penghasilan teratur dalam setahun ditambah
penghasilan berupa bonus/gratifikasi/tantiem/THR.
 Dihitung PPh pasal 21 atas penghasilan tanpa bonus/gratifikasi/tantiem/THR.
 Selisih perhitungan pasal 21 menurut perhitungan ke-1 dan ke-2 adalah PPh
pasal 21 atas bonus/gratifikasi/tantiem/THR.

113
2. Pajak Penghasilan Pasal 22
Pajak penghasilan pasal 22 merupakan pembayaran pajak penghasilan dalam tahun
berjalan yang dipungut sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan
kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain.

a. Pemungut PPh Pasal 22


Berikut ini adalah pemungutan PPh pasal 22:
1) Bank Devisa dan Dirjen Bea dan Cukai, atas impor barang
2) Dirjen anggaran, bendaharawan pemerintah baik di tingkat pusat maupun
daerah. BUMN yang melakukan pembayaran atas pembelian barang yang
dananya dari belanja Negara atau pemerintah
3) Badan usaha yang bergerak di bidang industri yang ditunjuk oleh kepala kantor
pelayanan pajak, atas penjualan hasil produksinya di dalam negeri.

b. Dasar Penghitungan PPh Pasal 22


Dasar perhitungan PPh pasal 22 adalah:
1) Atas impor dengan menggunakan angka pengenal impor (API), sebesar 10% dari
nilai impor.
2) Atas impor yang tidak menggunakan API, sebesar nilai impor
3) Atas barang impor yang tidak dikuasai, sebesar 30% dari harga jual lelang
4) Atas penyerahan barang dan jasa yang dibiayai dengan APBN/APBD sebesar
6% dari harga penyerahan.

c. Objek Pemungutan PPh pasal 22


Yang merupakan objek pemungutan pajak adalah:
1) Impor barang
2) Penjualan hasil produksi atau penyerahan barang

d. Pengecualian PPh pasal 22


Berikut ini adalah yang dikecualikan dari pemungutan PPh pasal 22:

114
1) Impor barang-barang yang dibebaskan dari bea masuk yang dilakukan ke dalam
Kawasan Berikat dan Entrepot Produksi untuk Tujuan Ekspor (EPTE)
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-uandangan yang berlaku.
2) Impor barang-barang untuk pameran atau keperluan lainnya yang dipergunakan
di Indonesia dan bersifat sementara, sehingga setelah keperluan selesai barang
tersebut diekspor kembali. Misal: impor mobil untuk pameran atau relly. Setelah
pameran atau relly selesai, mobil tersebut di ekspor kembali.
3) Pembayaran atas penyerahan barang (bukan merupakan jumlah yang dipecah-
pecah) yang jumlahnya kurang dari Rp. 500.000,00.
4) Pembayaran untuk setiap pembelian bahan minyak, listrik, gas, air minum
(PDAM), benda-benda pos dan telepon.
5) Impor barang-barang dan atau penyerahan yang berdasarkan peraturan
perundang-unadangan tidak terutang pajak penghasilan, pengecualian ini harus
dinyatakan dengan Surat Keterangan Bebas Pajak PPh pasal 22 yang diterbitkan
oleh Dirjen Pajak.

e. Tarif Pemungutan
1) Atas impor:
 Yang menggunakan Angka Pengenal Importir (API), tarif pemungutan
sebesar 2,5% dari nilai impor.
 Yang tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API), tarif pemungutannya
sebesar 7,5% dari nilai impor.
 Yang tidak dikuasi, tarif pemungutannya sebesar 7,5% dari harga jual lelang.
2) Atas pembelian barang yang dibiayai dengan APBN atau APBD, tarif
pemungutannya sebesar 1,5% dari harga pembelian.
3) Atas hasil penjualan produksi atau penyerahan barang yang dilakukan oleh:
 Badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, baja, kertas dan
otomotif, yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
 Pertamina dan badan usaha selain pertamina, yang bergerak di bidang bahan
bakar minyak jenis premiks dan gas.

115
 Badan urusan Logistik (BULOG), tarif pemungutannya ditentukan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Dirjen Pajak.
Pemungutan PPh pasal 22 atas penyerahan barang atau penjualan hasil produksi
dari pertamina dan badan usaha selain pertamina yang bergerak di bidang bahan
bakar minyak jenis premix dan gas, serta bulog bersifat final. Yang dimaksud
dengan nilai impor adalah nilai berupa uang yang digunakan sebagai dasar
perhitungan bea masuk. Nilai impor dihitung sebagai berikut:
Nilai Impor = Cost Insurance and Freigh (CIF) + bea masuk + pungutan pabean
lainnya (kalau ada).

3. Pajak Penghasilan Pasal 23


Pajak penghasilan pasal 23 merupakan pembayaran pajak penghasilan dalam tahun
berjalan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak
dalam negeri dan BUT yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana pasal 21,
yang dibayarkan atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak badan dalam
negeri, penyelenggara kegiatan, BUT atau perwakilan perusahaan luar negeri.
a. Pemungut atau Pemotong Pajak
Pemotong PPh pasal 23 adalah pihak-pihak yang membayarkan penghasilan yaitu:
1) Badan Pemerintah
2) Subjek pajak badan dalam negeri
3) Penyelenggara kegiatan
4) BUT
5) Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya
6) Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri yang telah mendapat penunjukkan
dari Dirjen Pajak untuk memotong PPh pasal 23. Sesuai keputusan DJP No. KEP-
05/PJ/1994, wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang menjadi pemotong pajak
PPh pasal 23 meliputi:
 Akuntan, arsitek, dokter, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), kecuali
PPAT tersebut adalah camat, pengacara dan konsultan yang melakukan
pekerjaan bebas.

116
 Orang pribadi yang menjalankan usaha penyelenggaraan pembukuan.

b. Subjek yang Dikenai Pemungutan/Pemotongan


Yang dikenai pemungutan atau pemotongan adalah wajib pajak dalam negeri atau
BUT yang memperoleh penghasilan yang berasal dari modal, penyerahan jasa, atau
penyelenggaraan kegiatan selama yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 21.

c. Objek Pemungutan Pajak


Objek pemungutan pajak adalah:
1) Deviden
2) Bunga, termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang
3) Royalti
4) Hadiah dan penghargaan selain yang dipotong sebagaimana dimaksud dalam pasal
21
5) Bunga simpanan yang dibayarkan koperasi
6) Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan dan jasa selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud dalam
pasal 21
7) Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

d. Pengecualian PPh pasal 23


Berikut ini adalah pengecualian atas PPh pasal 23:
1) Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank
2) Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan dengan sewa guna usaha dengan
hak opsi
3) Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai
wajib pajak dalam negeri, koperasi, yayasan atau organisasi sejenis,
BUMN/BUMD dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan
berkedudukan di Indonesia
4) Bunga obligasi yang diterima perusahaan reksa dana

117
5) Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa laba
dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di
Indonesia, dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
 Merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang ditetapkan menteri keuangan
 Sahamnya tidak terdaftar di bursa efek di Indonesia
6) Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya
7) Bunga simpanan yang tidak melebihi batas yang ditetapkan oleh menteri keuangan
yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya

e. Dasar Pemotongan
Pemotongan PPh pasal 23 didasarkan pada jumlah brutto dan perkiraan penghasilan
netto.
1) Dari jumlah brutto untuk penghasilan berupa:
 Deviden
 Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian hutang
 Royalty
 Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 21
2) Dari perkiraan penghasilan netto untuk penghasilan berupa:
 Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
 Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa
konsultan dan jasa lain selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 21

f. Tarif Pemotongn
1) 15% dari jumlah bruto atas penghasilan berupa:
 Deviden
 Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian hutang

118
 Royalty
 Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong pajak sebagaimana
dimaksud dalam pasal 21
2) 15% dari perkiraan penghasilan netto atas penghasilan berupa:
 Sewa dan penghasilan lainsehubungan dengan penggunaan harta
 Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa kontruksi, jasa
konsultan dan jasa lain selain yang telah dipotong pajak sebagaimana dimaksud
dalam pasal 21

D. Soal Latihan
1. Sebagai karyawan PT. Gemilang, Bondan menerima gaji mingguan sebesar Rp.
150.000,00. Bondan telah berkeluarga dengan tanggungan satu anak. Ia membayar
iuran pensiun Rp. 10.000,00.

Diminta: Hitunglah PPh pasal 21 atas penghasilan Bondan tersebut.

2. Munawar bekerja sebagai penjahit pada perusahaan garmen yang upahnya dibayar
berdasarkan jumlah satuan yang hasilnya yaitu Rp. 2.250,00. per satuan. Upah tersebut
dibayarkan secara mingguan. Dalam satu minggu (enam hari kerja) dihasilkan
sebanyak 84 satuan dengan jumlah upah Rp. 189.000,00.

Diminta: Hitunglah PPh pasal 21 atas penghasilan Munawar tersebut untuk masa
seminggu.

3. Rudi seorang karyawan tetap PT. Kahayan menerima gaji sebesar Rp. 1.000.000,00.
setiap bulan, tunjangan keluarga Rp. 200.000,00. serta tunjangan pajak Rp. 25.000,00.
Setiap bulan Rudi membayar iuran pensiun sebesar Rp. 10.000,00. Ia menanggung
isteri dan dua orang anak.

Diminta: Berapakah PPh pasal 21 yang masih harus ditanggung Rudi.

4. Sepanjang tahun 1999, Nita (karyawati PT. Diantarakita) memperoleh gaji sebesar Rp.
450.000,00. per bulan. Nita berstatus belum menikah. PT. Diantarakita masuk program

119
ASTEK, asuransi kecelakaan kerja dan asuransi kematian yang dibayar oleh pemberi
kerja sebesar Rp. 15.000,00. dan Rp. 5.000,00. setiap bulan. PT. Diantarakita
menanggung iuran THT setiap bulan sebesar Rp. 4.500,00. Nita membayar iuran
pensiun sebesar Rp. 10.000,00. setiap bulan. Dalam tahun 1999, Nita memperoleh
bonus sebesar Rp. 3.000.000,00.

Diminta: Hitunglah PPh pasal 21 untuk bonus yang diterima Nita.

5. Haryadi merupakan merupakan tenaga kerja lepas yang bekerja pada PT. Adijaya.
Upah harian yang dibayarkan kepada Haryadi setiap harinya adalah Rp. 27.500,00.
Upah tersebut akan dibayarkan kepada Haryadi setiap hari untuk waktu 6 hari kerja.

Diminta: Hitung pajak penghasilan pasal 21 yang dipotong oleh PT. Adijaya atas
penghasilan Haryadi setiap harinya.

120
Daftar Pustaka

Depdikbud. (1982). Akuntansi II Bagian II. Jakarta: Bagian Proyek Pengadaan Buku
Kejuruan Non Teknik.

Depdiknas. (1988). Akuntansi Keuangan. Jakarta: Proyek Pelita.

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1984). Prinsip Akuntansi Indonesia. Jakarta: Ikatan


Akuntansi Indonesia (IAI).

Ikatan Akuntansi Indonesia. (1994). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: PT. Salemba
Empat.

Manullang, M. (1988). Pengantar ekonomi Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Munandar, M. (1981). Pokok-pokok Intermediate Accounting. Yogyakarta: Penerbit FE


UGM.

Munawir, S. (1989). Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.

Myer, John. (1978). Financial Statement Analysis. Prentice Hall: Inc. Englewood Cliffs.

Rollin Niswonger, C., Philip E Fess, Caris Warren. (1981). Accounting Principles.
Sixteenth Edition. South Western Publishing Co.

Simangunsong, M.P. (1987). Pelajaran Akuntansi Biaya. Jakarta: PT. Karya Utama.

Soemarso SR. (1990). Akuntansi Suatu Pengantar. Edisi Keempat. Jakarta: Rinneka
Cipta.

Suyoto, Moelyati & Sumardi. (1999). Akuntansi Keuangan. Bandung: Titian Ilmu.

Sukrisno Agoes. (1996). Auditing. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi


Universitas Indonesia.

Tim Akuntansi Keuangan SMK. (2003). Akuntansi Keuangan Untuk SMK Kelas 2
Berdasarkan Kurikulum SMK Edisi 1999. Jakarta: PT Galaxy Puspa Mega.

Zaki Baridwan. (1990). Akuntansi Inermediate Accounting. Edisi 6. Yogyakarta: BPFE.

121

Anda mungkin juga menyukai