Anda di halaman 1dari 65

TIM PENYUSUN

Athaya Calista Kalila Adara Shaka


120110190097 120110190054
Ignatia Inez Mahendra Najla Azzahra Chairunissa
120110190004 120110190008

Bersama:
CATs 2020

Muthia Khansa Nurfitra Elisabeth Tesalonika


(Muya) (Tesa)
120110200025 120110200023

Cut Aprilia Darra Syifa Muthia Raka Syifa


(Syifa) (Muti)
120110200041 120110200029

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan Modul Tugas Praktika
Akuntansi Biaya dan Manajemen I ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan modul ini. Modul
ini merupakan modul tugas yang berisi soal-soal latihan untuk dikerjakan oleh
praktikan sebagai syarat mengikuti praktikum.

Modul ini dibuat dengan tujuan agar praktikan dapat memahami simulasi kasus
dalam suatu usaha manufaktur skala kecil agar dapat memudahkan praktikan dalam
mengerjakan modul praktikum yang merupakan kasus dari suatu perusahaan.

Diharapkan modul ini dapat membantu praktikan dalam proses pembelajaran untuk
memahami setiap materi Akuntansi Biaya dan Manajemen I karena telah disertai
dengan tinjauan teori secara singkat untuk masing-masing lab. Dengan membaca
tinjauan teori tersebut diharapkan praktikan dapat menyiapkan diri untuk menjawab
pre-quiz pada setiap minggunya dan dapat menambah komponen nilai praktikum
dengan mengerjakan setiap tugas dengan maksimal.

Demikianlah modul ini kami susun, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi
Civitas Akademika Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Padjadjaran.

Jatinangor, Januari 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN.....................................................................................................i

KATA PENGANTAR .............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

TINJAUAN UMUM...............................................................................................iv

LAB I: INTRODUCTION TO MANAGEMENT ACCOUNTING............1

LAB II: COST ACCOUNTING TERM & PURPOSES...............................7

LAB III: COSTING SYSTEM – JOB ORDER COSTING..........................15

LAB IV: ACTIVITY-BASED COSTING....................................................21

LAB V: COSTING SYSTEM – PROCESS COSTING..............................26

LAB VI: SPOILAGE, REWORK, & SCRAP..............................................32

LAB VII: JOINT PRODUCT & BYPRODUCT............................................38

LAB VIII: DEPARTEMENTALISASI...........................................................44

LAB IX: INVENTORY COSTING: VARIABLE AND ABSORPTION


COSTING......................................................................................50

LAB X: INVENTORY MANAGEMENT...................................................55

iii
TINJAUAN UMUM
diagram
ChocoCATs adalah sebuah UMKM yang cost dan
expense
didirikan pada tahun 2019 oleh sekelompok
mahasiswa di Jatinangor. Jenis usaha dari
ChocoCATs ini adalah usaha manufaktur
pembuatan kue brownies dan muffin
berbahan dasar cokelat. Produk yang
menjadi produksi utama ChocoCATs adalah
brownies. Harga jual brownies sebesar
Rp65.000 per kotak, di mana satu kotak
berisi 10 potong brownies. ChocoCATs
dalam satu bulannya melaksanakan
produksi dalam 20 hari, dengan kapasitas yang dimiliki untuk memproduksi
brownies dalam satu bulannya adalah 400 kotak.

Untuk kegiatan produksinya pada tahun 2021, ChocoCATs membeli bahan baku
langsung yang terdiri dari cokelat dengan total anggaran biaya Rp2.400.000 per
bulan, tepung dengan total anggaran biaya Rp510.000 per bulan, dan telur dengan
total anggaran biaya Rp1.600.000 per bulan. Selain itu, ChocoCATs juga membeli
bahan baku tidak langsung dengan total anggaran biaya Rp2.850.000. Rata-rata
yang dapat dihasilkan dari 1 kg cokelat adalah 10 kotak brownies.

ChocoCATs memiliki beberapa tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses
produksi, yaitu sebanyak 4 orang dengan upah Rp6.500 per jam selama 7 jam
kerja dan ada juga yang tidak terlibat secara langsung yaitu bagian administrasi
sebanyak 2 orang dengan upah Rp5.000 per jam selama 7 jam kerja. Jadi total
biaya yang dianggarkan setiap bulannya dengan masa 20 hari kerja adalah untuk
tenaga kerja langsung sebesar Rp3.640.000 dan untuk tenaga kerja tidak langsung
sebesar Rp1.400.000

iv
LAB I

INTRODUCTION TO MANAGEMENT ACCOUNTING

REFERENSI
Charles T. Horngren. Cost Accounting. 16th Edition. Chapter 1: The
Manager and Management Accounting.
Charles T. Horngren. Cost Accounting. 16th Edition. Chapter 2: An
Introduction to Cost Term and Purposes.
Charles T. Horngren. Cost Accounting. 16th Edition. Chapter 10:
Determining How Costs Behave.

PETA KONSEP

BEBAN VS BIAYA

• Pengertian
KALKULASI COGS • Faktor-Faktor DEFINISI DAN
KONSEP

VALUE CHAIN Introduction to KOMPONEN BIAYA


ANALYSIS Management PRODUKSI

• Pengertian Accounting • Direct Material


• 6 Fungsi Bisnis • Direct Labor
Utama • Factory Overhead

KLASIFIKASI BIAYA

• Volume Produksi
• Penelusuran Biaya
• Periode Akuntansi
• Pengendalian Biaya
• Hubungan dengan Produk

1
TINJAUAN TEORI
Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya adalah proses mengukur, menganalisis, dan melaporkan
informasi keuangan dan nonkeuangan yang terkait dengan biaya perolehan
atau penggunaan sumber daya dalam suatu organisasi.

Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen adalah proses mengukur, menganalisis, dan
melaporkan informasi keuangan dan nonkeuangan yang membantu manajer
membuat keputusan untuk memenuhi tujuan perusahaan.

Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan adalah serangkaian proses yang berujung pada
penyusunan laporan keuangan yang berkaitan dengan perusahaan secara
keseluruhan untuk digunakan oleh pihak internal maupun eksternal
perusahaan.

Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Manajemen dan


Akuntansi Keuangan
Akuntansi biaya dapat digunakan dalam akuntansi manajemen dan
akuntansi keuangan. Dalam akuntansi manajemen, akuntansi biaya
digunakan untuk mengambil keputusan, sedangkan dalam akuntansi
keuangan, akuntansi biaya digunakan untuk melakukan perhitungan atas
inventory.

Value Chain Analysis


Value chain analysis merupakan analisis terkait urutan fungsi bisnis dimana
nilai suatu produk akan semakin bertambah. Umumnya value chain terdiri
atas 6 fungsi bisnis utama yaitu:
a. Research and Development (R&D)
b. Design of Product and Process

2
c. Production
d. Marketing
e. Distribution
f. Customer Service

Expense (Beban)
Expense adalah penggunaan sumber daya perusahaan untuk memperoleh
manfaat saat ini yang akan mengurangi laba pada periode yang
bersangkutan. Contoh: beban administrasi penjualan brownies.

Cost (Biaya)
Cost adalah perolehan barang atau jasa dengan mengeluarkan sumber daya
perusahaan yang diharapkan akan memberikan keuntungan di masa depan.
Contoh: biaya bahan baku pembuatan brownies.

Istilah-istilah dalam Cost


1. Cost Subject (Subjek Biaya)
Cost subject adalah pihak yang mengeluarkan biaya untuk memperoleh
suatu produk. Contoh: konsumen ChocoCATs.
2. Cost Object (Objek Biaya)
Cost object adalah suatu barang atau aktivitas yang ingin
diakumulasikan, diukur, atau dihitung biayanya. Contoh: biaya sewa
mesin ChocoCATs.
3. Cost Driver (Pemicu Biaya)
Cost driver adalah variabel yang dipengaruhi oleh tingkat aktivitas atau
volume sehingga menyebabkan timbulnya suatu biaya atau
mempengaruhi total biaya selama rentang waktu tertentu (hubungan
sebab-akibat). Contoh: cost driver pada sewa mesin adalah lamanya
pemakaian.

3
Terdapat tiga cara dalam menentukan cost driver, yaitu:
1. Economic plausibility
2. Goodness of fit
3. Significance of the independent variable

Klasifikasi Biaya
1. Berdasarkan Volume Produksi
a. Biaya variabel (variable cost)
b. Biaya tetap (fixed cost)
c. Biaya semi-variabel (semi-variable cost)
2. Berdasarkan Penelusuran Biaya (Tracing)
a. Biaya langsung (direct cost)
b. Biaya tidak langsung (indirect cost)
3. Berdasarkan Periode Akuntansi
a. Pengeluaran pendapatan (revenue expenditure)
b. Pengeluaran modal (capital expenditure)
4. Berdasarkan Pengendalian Biaya
a. Biaya terkendali (controllable cost)
b. Biaya tak terkendali (uncontrollable cost)
5. Berdasarkan Hubungan dengan Produk
a. Manufacturing cost/inventoriable cost
b. Non-manufacturing cost/period cost

Komponen Biaya Produksi


1. Direct Material (DM) cost, merupakan biaya yang timbul dari
penggunaan bahan baku dalam proses produksi dan dapat ditelusuri
langsung ke objek biayanya.
2. Direct Labor (DL) cost, merupakan kompensasi yang diberikan kepada
seluruh tenaga kerja produksi.

4
3. Factory Overhead (FOH) cost, merupakan biaya-biaya tidak langsung
yang berdampak pada proses produksi, terdiri atas:
- Indirect Material (IDM) cost
- Indirect Labor (IDL) cost
- Various Expense (VE) cost

Konsep umum Cost of Good Manufactured (COGM) dan Cost of Good


Sold (COGS)

Manufacturing cost = DM + DL + FOH

COGM = Beginning WIP + Manufacturing cost – Ending WIP

COGAS = COGM + Beginning FG

COGS = COGAS – Ending FG

5
SOAL TEORI
1. Sebutkan 2 perbedaan antara cost (biaya) dan expense (beban)!
2. Jelaskan 6 fungsi bisnis utama pada value chain analysis!
3. Jelaskan klasifikasi biaya berdasarkan volume produksi dan berikan 1
contoh beserta grafiknya!

SOAL HITUNGAN
Berikut merupakan informasi yang dimiliki oleh ChocoCATs pada
tahun 2021:
Work-in-process inventory, 1/1/2021 Rp250.000
Work-in-process inventory, 31/12/2021 Rp200.000
Cost of Goods Manufactured (COGM) in 2021 Rp1.700.000
Finished goods inventory, 1/1/2021 Rp290.000
Finished goods inventory, 31/12/2021 Rp335.000

Instruksi:
1. Hitunglah Total Manufacturing Cost ChocoCATs tahun 2021!
2. Hitunglah Cost of Goods Sold (COGS) ChocoCATs tahun 2021!

6
LAB II

COST ACCOUNTING TERM & PURPOSES

REFERENSI
Charles T. Horngren. Cost Accounting. 16th Edition. Chapter 2: An
Introduction to Cost Term and Purposes.
William Carter. Cost Accounting. 15th Edition. Chapter 2: Cost Concepts
and The Cost Accounting Information System.
William Carter. Cost Accounting. 15th Edition. Chapter 12: Factory
Overhead: Planned, Actual, and Applied.

PETA KONSEP

PROSES PRODUKSI
MANUFAKTUR COST FLOW
• Input • Gross Margin
• Process • Gross Margin Percentage
• Output • Operating Income



• Cost Pool

Cost Accounting
Terms & Purposes

BIAYA PRODUKSI GENERAL JOURNAL


• Direct Material Cost • Proses Produksi Manufaktur
• Direct Labor Cost • Biaya Overhead
• Factory Overhead

7
TINJAUAN TEORI
Proses Produksi Manufaktur
Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang mengolah barang
mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang memiliki nilai
jual. Contoh perusahaan manufaktur adalah perusahaan tekstil, kertas, kayu,
dll. Secara umum, proses produksi manufaktur terbagi menjadi 3, yaitu
input, process, dan output.

Input Process Output

Direct Material Work in Process Finished Good

- Tahap input merupakan tahap pemberian manufacturing cost kedalam


proses produksi yang nantinya akan diolah menjadi suatu unit output.
Pada tahap ini perusahaan mencatatnya pada akun raw materials.
- Tahap process merupakan tahap yang terdapat aktivitas untuk
mengubah input yang telah diberikan menjadi suatu output. Pada tahap
ini perusahaan mencatatnya pada akun work in process.
- Tahap output merupakan tahap terakhir dimana terdapat hasil akhir dari
proses produksi yaitu barang yang sudah siap dijual. Pada tahap ini
perusahaan mencatatnya pada akun finished good.

Biaya Produksi
Biaya produksi atau biasa disebut manufacturing cost adalah biaya yang
timbul dari suatu proses produksi perusahaan manufaktur dalam membuat
barang atau jasa yang akan dijual. Biaya produksi terbagi menjadi 3, yaitu:
1. Direct Material Cost
Direct material cost adalah biaya semua bahan baku yang digunakan
dalam proses produksi yang dapat ditelusuri langsung ke dalam objek
biaya atau cost object. Contohnya adalah biaya bahan baku cokelat
dalam produksi brownies.

8
2. Direct Labor Cost
Direct labor cost adalah kompensasi atas seluruh tenaga kerja langsung
yang terlibat dalam proses produksi dan dapat ditelusuri langsung ke
cost object. Contohnya adalah upah untuk pegawai produksi brownies.
3. Factory Overhead
Factory overhead (FOH) secara umum mencakup seluruh biaya
manufaktur yang tidak termasuk ke dalam biaya bahan baku langsung
(direct material cost) dan biaya tenaga kerja langsung (direct labor
cost). FOH merupakan biaya yang tidak dapat ditelusuri langsung ke
dalam objek biaya, meliputi biaya bahan baku tidak langsung (indirect
material cost), biaya tenaga kerja tidak langsung (indirect labor cost),
dan beban-beban lain (various expense). Contohnya adalah biaya bahan
baku tidak langsung seperti gula pada produksi brownies.

FOH tidak dapat ditelusuri secara langsung ke cost object karena FOH
biasanya dinyatakan dalam jumlah yang besar serta terdapat banyak item
biaya dan sifat biaya, maka biaya overhead ini harus dialokasikan agar biaya
yang ditimbulkan menjadi efektif dan efisien, serta dapat menghasilkan
perhitungan COGS yang akurat.

❖ Karakteristik FOH
1. Berkaitan dengan hubungan antara overhead pabrik dengan produk
atau volume produksi.
2. Berkaitan dengan bagaimana item-item yang berbeda dalam overhead
berubah terhadap perubahan dalam volume produksi.

9
❖ Perhitungan FOH
Dalam FOH terdapat beberapa kondisi, yaitu :
Istilah Pengertian
FOH Budget FOH yang dianggarkan Pb x Qb

FOH Applied FOH yang dibebankan


Pb x Qa
berdasarkan budget
FOH Control / Actual FOH yang nyata terjadi
pada proses produksi

Perhitungan FOH dapat dilakukan dengan cara mencari tarif FOH yang
bersangkutan kemudian dikalikan dengan jumlah aktual. Berikut adalah
rumus tarif FOH:

Tarif multiplier/kelipatan FOH


Total FOH 𝐵𝑢𝑑𝑔𝑒𝑡
Dasar Alokasi FOH 𝐵𝑢𝑑𝑔𝑒𝑡 = FOH Actual / FOH Budget

Selisih perhitungan FOH Applied dengan FOH Control dapat


menyebabkan munculnya dua keadaan, yaitu overapplied dan
underapplied.
1. Overapplied = FOH Applied > FOH Control
2. Underapplied = FOH Applied < FOH Control

❖ Enam Dasar Alokasi FOH


1. Direct Material Cost
2. Direct Labor Cost
3. Direct Labor Hours
4. Machine Hours
5. Physical Output
6. Activity

10
Dua istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan klasifikasi biaya
dalam sistem penetapan biaya produksi:
1. Prime Cost DM + DL
2. Conversion Cost DL + FOH

Cost Flow

Cost flow merupakan arus biaya yang terjadi pada proses produksi
manufaktur yang merepresentasikan COGM dan COGS dalam income
statement. Berikut adalah rumus yang digunakan dalam komponen income
statement:

𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 (𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑃𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡) = 𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 − 𝐶𝑂𝐺𝑆


𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒 − 𝐶𝑂𝐺𝑆
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑐𝑒𝑛𝑡𝑎𝑔𝑒 % = 𝑥 100%
𝑅𝑒𝑣𝑒𝑛𝑢𝑒
𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑖𝑛𝑔 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 = 𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 − 𝑃𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 𝐶𝑜𝑠𝑡

Jurnal
1. Input
o Pembelian Direct Material dan Indirect Materials
| Direct Material xxx
Cash / Account Payable xxx
| Indirect Material xxx
Cash / Account Payable xxx
o Pengakuan Beban Gaji
| Payroll Direct Labor xxx
Payroll Payable xxx
| Payroll Indirect Labor xxx
Payroll Payable xxx
o Pengakuan Beban Lain-lain
| Various Expense xxx
Cash / Account Payable xxx

11
2. Proses
o Pembebanan Direct Material
| Work in Process xxx
Direct Material xxx
o Pembebanan Direct Labor
| Work in Process xxx
Direct Labor xxx
o Perjurnalan FOH
1. FOH Applied / FOH Actual tidak diketahui
 Pengakuan FOH
| Factory Overhead xxx
Indirect Material xxx
Indirect Labor xxx
Various Expense xxx
 Pembebanan FOH ke Work in Process
| Work in Process xxx
Factory Overhead xxx
2. FOH Applied / FOH Actual diketahui
 Pembebanan FOH ke Work in Process
| Work in Process xxx
FOH Applied xxx
 Pencatatan FOH Control
| FOH Control xxx
Indirect Material xxx
Indirect Labor xxx
Various Expense xxx
 Pencatatan Transfer dari FOH Applied ke FOH Control
| FOH Applied xxx
FOH Control xxx

12
 Pencatatan Selisih antara FOH Applied dan FOH Control
Underapplied
Tidak Signifikan
| Income Summary xxx
FOH Control xxx
Signifikan
| COGS xxx
FOH Control xxx
Overapplied
Tidak Signifikan
| FOH Control xxx
Income Summary xxx
Signifikan
| FOH Control xxx
COGS xxx
3. Output
o Pengakuan Finished Good
| Finished Good xxx
Work in Process xxx
o Penjualan
| Cash / Account Receivable xxx
Sales Revenue xxx
| COGS xxx
Finished Good xxx

13
SOAL TEORI
1. Jelaskan 3 tahap proses produksi manufaktur!
2. Sebutkan 3 alasan mengapa FOH perlu dialokasikan!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan prime cost dan conversion cost
serta biaya apa saja yang termasuk kedalamnya?

SOAL HITUNGAN
ChocoCATs membuat anggaran untuk memproduksi 375 kotak brownies
selama bulan Februari 2021. Biaya yang dianggarkan antara lain adalah
direct material cost per kotak sebesar Rp11.275, direct labor cost per kotak
sebesar Rp9.100, indirect material cost sebesar Rp2.850.000, indirect labor
cost sebesar Rp1.400.000 dan various expense sebesar Rp250.000

Pada bulan Juni, ChocoCATs memproduksi 350 kotak brownies dengan


total biaya overhead aktual Rp4.000.000 dan biaya lainnya tetap. Dasar
alokasi yang ditetapkan untuk menghitung biaya overhead adalah output
produksi. ChocoCATs menetapkan bahwa selisih overhead yang terjadi
signifikan.

Instruksi: (pembulatan empat angka di belakang koma)


1. Hitunglah tarif overhead dan FOH Applied!
2. Buatlah jurnal mengenai:
a) Pembelian direct materials secara kredit dan pengakuan utang gaji
direct labor.
b) Perubahan input direct materials dan direct labor menjadi WIP.
c) Perjurnalan FOH.

3. Tentukan apakah FOH Underapplied atau Overapplied beserta


alasannya!

14
LAB III

COSTING SYSTEM – JOB ORDER COSTING

REFERENSI
Charles T. Horngren. Cost Accounting. 16th Edition. Chapter 4: Job
Costing.

PETA KONSEP

KEY TERMS
• Cost Object
• Direct Cost
• Indirect Cost
• Cost Pool JOC VS Process
• Cost Allocation Base Costing


• Cost Pool

METODE
LANGKAH-LANGKAH Job Order PERHITUNGAN
• Standard Costing
• Tentukan Cost Object Costing
• Normal Costing
• Indentifikasi Direct
Cost dan Indirect Cost • Actual Costing
• Tentukan Dasar •
Alokasi FOH •
• Tentukan Tarif •
• Cost Pool
• Hitung Total Cost
KARAKTERISTIK JOB
COSTING
• Memproduksi sesuai
spesifikasi pelanggan
• Produk unik dan heterogen
• Menghasilkan COGS yang
berbeda
• Tidak ada WIP

15
TINJAUAN TEORI
Definisi
Costing System adalah proses yang menerjemahkan proses produksi dengan
cara menghitung biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi tersebut
untuk mendapatkan nilai Cost of Goods Sold (COGS) yang akurat.

Key Terms
1. Cost Object adalah objek yang perlu diukur biayanya.
2. Direct Cost adalah biaya yang dapat ditelusuri langsung ke cost object.
3. Indirect Cost adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri langsung ke cost
object.
4. Cost Pool adalah pengelompokan dari setiap indirect cost.
5. Cost Allocation Base adalah cara sistematis untuk menghubungkan
sekelompok indirect cost dengan cost object.

Tipe-Tipe Costing system


1. Job Order Costing
Pada job order costing perhitungan biaya produksi untuk suatu produk
berdasarkan pesanannya, contohnya seperti perusahaan perakit pesawat
terbang.
2. Process Costing
Pada process costing produk yang diproduksi biasanya bersifat
homogen, contohnya seperti perusahaan air mineral.
3. Hybrid Costing
Hybrid costing merupakan kombinasi antara job order costing dan
process costing, contohnya seperti perusahaan yang memproduksi
pakaian dengan jenis kain yang berbeda namun dengan proses
penjahitan yang sama.

16
Karakteristik Job Order Costing
- Perusahaan memproduksi barang sesuai dengan permintaan dan
spesifikasi khusus dari pelanggan (single order).
- Produk yang dihasilkan bersifat heterogen dan unik.
- Karena setiap produk yang diproduksi memiliki spesifikasi yang
berbeda-beda, maka setiap produk menggunakan sumber daya yang
berbeda dan menghasilkan COGS yang berbeda. Untuk menghasilkan
perhitungan Cost of Goods Sold (COGS) yang akurat, perusahaan harus
dapat mengidentifikasi biaya (direct material, direct labor, dan FOH)
untuk setiap produknya.
- Perusahaan memproduksi berdasarkan single order dimana perusahaan
akan langsung memproduksi jika ada pesanan dari pelanggan sehingga
tidak akan ada Work in Process (WIP).

Metode Perhitungan FOH


Untuk melakukan perhitungan FOH, harus diketahui dasar alokasi yang
sesuai untuk digunakan oleh perusahaan.
Perhitungan FOH dapat dilakukan dengan tiga metode, yaitu:
1. Standard costing (Pb x Qb)
2. Normal costing
- Direct cost (Pax Qa) cara pembebanan biaya tdk langsung dengan dasar yang
sudah ada, biasanya berdasar tahun lalu/sebelumnya
- Indirect cost (Pb x Qa)
3. Actual costing (Pa x Qa) costing yang nyata terjadi, hanya bisa dilakukan pada akhir
periode akuntansi

Keterangan:
Pa = Price actual
Pb = Price budgeted
Qa = Quantity actual
Qb = Quantity budgeted

17
Langkah penyelesaian dalam Job Order Costing
Terdapat lima langkah dalam menghitung job order costing, yaitu:
1. Tentukan cost object.
2. Identifikasi direct cost dan indirect cost.
3. Tentukan allocation base FOH.
4. Tentukan tarif untuk setiap allocation base yang digunakan dalam
mengalokasikan indirect cost.
5. Hitung total cost dengan menjumlahkan seluruh biaya.

Langkah-langkah mengerjakan job cost record


1. Hitung dulu secara matematis bahan baku, FOH, Labor, dll yang dibutuhkan
2. buat job cost record seperti di buku horngren

18
SOAL TEORI
1. Jelaskan secara singkat minimal tiga karakteristik dari job order costing
dan berikan contoh perusahaan yang menggunakan job order costing!
2. Jelaskan apa kegunaan dari job cost sheet!
3. Jelaskan perbedaan actual costing dan normal costing!

SOAL HITUNGAN
ChocoCATs mendapatkan tiga pesanan berbeda dari beberapa pelanggan,
yaitu: Ibu Sarah, Ibu Cici, dan Ibu Ajeng.

Ibu Sarah memesan brownies dengan topping keju, dengan kode pemesanan
AB115 pada tanggal 15 Desember 2021 untuk acara ulang tahun anaknya.
Ibu Cici memesan brownies dengan topping almond, dengan kode
pemesanan AB116 pada tanggal 23 Desember 2021 untuk acara natal. Ibu
Ajeng memesan brownies dengan topping lotus, dengan kode pemesanan
AB117 pada tanggal 27 Desember 2021 untuk acara malam tahun baru.

Untuk setiap pembuatan brownies diperlukan cokelat, tepung, telur dan


topping sesuai pesanan. Untuk pesanan Ibu Sarah akan selesai dalam waktu
dua hari, sedangkan pesanan Ibu Cici akan selesai dalam waktu satu hari,
dan pesanan Ibu Ajeng akan selesai dalam waktu tiga hari. Satu potong
brownies membutuhkan 0,1 kg cokelat, 0,09 kg tepung, 2 butir telur, dan 13
gram topping.

Dalam mengalokasikan FOH, ChocoCATs menggunakan unit output


sebagai allocation base. Tenaga kerja langsung terdiri dari empat orang

19
Anggaran Produksi ChocoCATs 2021
AB115 AB116 AB117
Bahan baku - Cokelat Rp60.000/kg Rp60.000/kg Rp60.000/kg
Bahan baku - Tepung Rp15.000/kg Rp15.000/kg Rp15.000/kg
Bahan baku - Telur Rp2.000/butir Rp2.000/butir Rp2.000/butir
Bahan baku penolong Rp120/gr Rp135/gr Rp140/gr
Jumlah produksi 35 box 41 box 48 box

total jam tenaga kerja


2,5 3 3,5
langsung (per orang)
Tarif upah tenaga kerja (per
Rp6.500 Rp6.500 Rp6.500
jam)
Biaya FOH per bulan Rp4.460.000
Kapasitas produksi per bulan 400 box

Realisasi Anggaran Produksi ChocoCATs 2021

AB115 AB116 AB117


Bahan baku - Cokelat Rp60.000/kg Rp60.000/kg Rp60.000/kg
Bahan baku - Tepung Rp15.000/kg Rp15.000/kg Rp15.000/kg
Bahan baku - Telur Rp2.000/butir Rp2.000/butir Rp2.000/butir
Bahan baku penolong Rp125/gr Rp137/gr Rp145/gr
Jumlah produksi 40 box 43 box 50 box
Total jam tenaga kerja
2,8 3,2 3,9
langsung (per orang)
Tarif upah tenaga kerja (per
Rp6.500 Rp6.500 Rp6.500
jam)
Biaya FOH per bulan Rp4.460.000
Kapasitas produksi per bulan 400 box
Instruksi:
Berdasarkan data di atas, buatlah job cost record bagi tiap pesanan dengan
actual costing! Hitunglah FOH dengan normal costing!

20
LAB IV

ACTIVITY-BASED COSTING

REFERENSI
Charles T. Horngren. Cost Accounting. 16th Edition. Chapter 5: Activity
Based Costing and Activity Based Management.

PETA KONSEP

KEY TERMS
• Cost Object
• Cost Driver ABC VS SIMPLE
COSTING
• Cost Pool

TUJUAN
Activity-Based ACTIVITY-
• Efektif
Costing BASED
• Efisien
MANAGEMENT
• COGS Akurat

HIERARKI BIAYA
• Output Unit-level Cost
• Batch-level Cost
• Product-sustaining Cost
• Facility-sustaining Cost

21
TINJAUAN TEORI
Activity-Based Costing (ABC)
Activity-Based Costing (ABC) adalah metode untuk menentukan harga
pokok produk dengan cara menelusuri biaya ke aktivitas dan kemudian ke
produk. ABC berfokus pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan
aktivitas untuk memproduksi, mendistribusikan, atau menunjang produk
yang bersangkutan. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi yang
merupakan pemicu biaya (cost driver) dan bertindak sebagai faktor
penyebab terjadinya biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini menjadi
titik perhimpunan biaya.

ABC merupakan salah satu cara terbaik untuk menyempurnakan sistem


penetapan biaya (costing system) dengan mengidentifikasi setiap aktivitas
sebagai dasar untuk perhitungan biaya. Berbeda halnya dengan
simple/traditional costing di mana dalam metode perhitungan biaya
konvensional ini, harga pokok ditetapkan dengan mengakumulasikan
seluruh biaya yang timbul untuk menghasilkan suatu produk kemudian
dibagikan dengan unit produk yang dihasilkan.

Sistem ABC timbul sebagai akibat dari kebutuhan menajemen akan


informasi akuntansi yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya
perusahaan dalam berbagai aktivitas sehingga menghasilkan biaya pokok
produksi yang lebih akurat. Hal ini didorong oleh:
1. Persaingan global yang ketat memaksa perusahaan cost effective. Cost
effective merupakan biaya yang efektif dikeluarkan perusahaan untuk
menghasilkan output tertentu.
2. Advanced manufacturing technology yang menyebabkan proporsi
Factory Overhead (FOH) cost dalam biaya produk menjadi lebih tinggi
dari biaya primer (prime cost). Advanced manufacturing technology
digunakan perusahaan manufaktur untuk bersaing secara efektif dengan
menghasilkan produk berkualitas tinggi dengan biaya yang rendah.

22
3. Adanya strategi perusahaan yang menerapkan market driven strategy
dimana setiap keputusan yang dibuat dimulai dengan pemahaman yang
baik tentang pasar.

Activity-Based Management (ABM)


Activity-Based Management (ABM) merupakan sebuah metode
pengambilan keputusan manajemen yang menggunakan informasi biaya
berdasarkan aktivitas untuk meningkatkan kepuasan dan profitabilitas
pelanggan. ABM mencakup keputusan terkait penetapan harga dan bauran
produk, pengurangan biaya, perbaikan proses, serta desain produk dan
proses. Untuk mempermudah dalam membuat keputusan strategis, sistem
ABC mengidentifikasi semua aktivitas perusahaan yang termasuk dalam
value chain, menghitung biaya masing-masing aktivitas, kemudian
mengalokasikan biaya tersebut ke objek biaya, seperti produk atau jasa
berdasarkan aktivitas yang diperlukan untuk memproduksi masing-masing
produk atau jasa.

Hierarki Biaya
Hierarki Biaya mengklasifikasikan berbagai cost pool berdasarkan pemicu
biaya (cost driver) atau dasar alokasi biaya yang berbeda dalam menentukan
hubungan sebab-akibat.
1. Unit level capacity, adalah biaya atas aktivitas yang dilakukan atas
setiap unit untuk setiap barang/jasa. Contohnya, ketika ChocoCATs
ingin menambah satu produksi barang, maka biayanya akan bertambah
sejumlah produk yang akan diproduksi lagi.
2. Batch level capacity, adalah biaya atas aktivitas yang terkait dengan
kelompok unit produk atau jasa. Biaya ini akan bertambah seiring
dengan pertambahan batch yang diproduksi. Contohnya, ChocoCATs
yang hanya memproduksi dalam satu batch, sehingga tidak bisa dibuat
satuan. Oleh karena itu, apabila perusahaan ingin menambah satu
produk saja, maka biaya yang dibebankan sebesar dengan memproduksi
satu batch.

23
3. Product sustaining activity, adalah biaya atas aktivitas yang dilakukan
untuk mendukung produk atau jasa individual tanpa memperhatikan
jumlah unit atau batch yang diproduksi (tidak tergantung dari volume,
melainkan dari varians produknya). Biaya ini biasanya bertambah akibat
adanya produk berbeda yang diproduksi perusahaan. Contohnya, desain
produk yang tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang diproduksi.
4. Facility sustaining activity, adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri ke
setiap produk atau jasa individu tetapi mendukung organisasi secara
keseluruhan. Pemicu dalam level ini tidak berkaitan dengan produk/jasa
yang diproduksi. Contohnya, biaya kebersihan dan keamanan pada
suatu perusahaan.

Pembebanan Biaya Overhead


Prosedur pembebanan biaya overhead dengan sistem ABC melalui dua
tahap kegiatan:
1. Tahap Pertama
a. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan biaya ke dalam berbagai
aktivitas.
b. Mengidentifikasi cost driver untuk setiap aktivitas.
c. Menentukan tarif per unit cost driver (jumlah biaya per aktivitas
dibagi dengan jumlah cost driver yang dianggarkan).
2. Tahap Kedua
Perhitungan alokasi FOH:

Alokasi FOH = Tarif per unit cost driver x cost driver actual

Keunggulan Sistem ABC


1. ABC mereorganisasi proses, memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya.
2. Manajemen akan melakukan penawaran kompetitif yang wajar.
3. Analisis lebih akurat mengenai volume dan posisi break even.

24
SOAL TEORI
1. Jelaskan yang dimaksud dengan simple/traditional costing dan sebutkan
minimal tiga perbedaan antara simple/traditional costing dengan
activity-based costing!
2. Jelaskan minimal tiga kelemahan dari penggunaan activity-based
costing!
3. Apakah activity-based costing hanya dapat diterapkan pada perusahaan
manufaktur? Jelaskan perbedaan penerapan activity-based costing pada
perusahaan manufaktur dan jasa!

SOAL HITUNGAN
Berikut adalah data terkait produksi ChocoCATs per harinya.
Aktivitas Cost Driver Aktual Anggaran
Pengadonan Labor-hour (jam) 10 8
Pengovenan Machine-hour (jam) 7 6
Pengemasan Unit yang diproduksi 6 5
Biaya Overhead Pabrik
Pengadonan Rp122.000
Pengukusan Rp107.500
Pengemasan Rp89.000
Total Rp318.500
Biaya Produksi
Bahan Baku Langsung Rp880.000
Tenaga Kerja Langsung Rp1.620.000

Instruksi:
Hitunglah biaya produksi dengan menggunakan:
a. Simple Costing (dasar alokasi adalah labor hour)
b. Activity-Based Costing
(Pembulatan 4 angka dibelakang koma)

25
LAB V

COSTING SYSTEM – PROCESS COSTING

REFERENSI
Charles T. Horngren. Cost Accounting. 16th Edition. Chapter 17: Process
Costing.
William Carter. Cost Accounting. 14th Edition. Chapter 6: Process Costing

PETA KONSEP

TUJUAN
• Mengetahui jumlah unit
produk
• Mengevaluasi tingkat
penyelesaian produk
UNIT • Membebankan biaya
EKUIVALEN pada unit produksi

LANGKAH PROCESS
KARAKTERISTIK
COSTING
PROCESS COSTING
• Flow of Physical Unit
Output
Costing System- • Memproduksi
Process Costing secara masal
• Equivalent Unit
• Produk homogen
• Total Cost
• Melalui proses
• Cost per Equivalent
produksi yang
Unit
sama
• Total Assignment
• COGS setiap
Cost
produk sama
SIMULASI KASUS • Terdapat WIP
• Zero beginning and zero
ending inventory
• Zero beginning and some
ending inventory
• Some beginning and some
ending inventory

26
TINJAUAN TEORI
Definisi
Process costing merupakan proses penentuan Cost of Goods Sold (COGS)
di mana biaya produksi diakumulasikan berdasarkan proses atau
departemen produksi yang dialami suatu produk. Contoh perusahaan yang
menggunakan process costing adalah perusahaan air mineral, perusahaan
obat-obatan, dan perusahaan sabun.

Karakteristik Process Costing


- Perusahaan memproduksi secara massal.
- Produk yang di produksi bersifat homogen.
- Setiap produk diproduksi melalui proses yang sama.
- Karena memproduksi barang yang sama COGS yang dihasilkan setiap
produk akan sama.
- Perusahaan memproduksi berdasarkan continuous order, yaitu
perusahan akan terus memproduksi secara massal, sehingga akan ada
Work in Process (WIP) yang disimpan oleh perusahaan.

Tujuan Process Costing


1. Mengetahui jumlah unit produk yang dihasilkan perusahaan pada
periode akuntansi tertentu.
2. Mengevaluasi tingkat penyelesaian produk.
3. Membebankan biaya pada unit produksi.

Asumsi dalam Process Costing


1. Direct materials diberikan pada awal proses produksi.
2. Conversion costs (direct labor & factory overhead) diberikan selama
berjalannya proses produksi.

27
Kasus pada Process Costing
1. Zero beginning and zero ending inventory
Biasa terjadi pada perusahaan yang memproduksi barang tidak tahan
lama, sehingga semua unit dimulai dan diselesaikan sepenuhnya dalam
satu periode, contohnya seperti sebuah UMKM yang memproduksi
salad buah tidak mempunyai beginning ataupun ending inventory
dikarenakan barang yang diproduksi tidak tahan lama.
2. Zero beginning and some ending inventory
Biasa terjadi pada perusahaan yang baru saja berdiri, contohnya seperti
pada perusahaan ChocoCATs yang baru mulai memproduksi brownies
sehingga tidak mempunyai beginning inventory.
3. Some beginning and some ending inventory
Biasa terjadi pada perusahaan yang sudah berdiri dan usahanya terus
berlanjut, contohnya seperti perusahaan pengolahan biji kelapa sawit
menjadi minyak sawit yang terus berproduksi sehingga memilki
beginning dan ending inventory.

Unit Ekuivalen (Equivalent Units)


Unit ekuivalen atau equivalent units adalah jumlah unit yang menyatakan
tingkat penyelesaian suatu produk. Unit ekuivalen untuk tiap input produksi
dihitung secara terpisah tergantung pada besarnya tingkat penyelesaian
yang telah dicapai produk tersebut dalam kegiatan produksi.

Metode Perhitungan Process Costing


1. FIFO Method
FIFO Method membedakan biaya dari output yang berasal dari proses
produksi periode sebelumnya dengan biaya dari output yang berasal dari
proses produksi periode sekarang.
2. Weighted-average Method
Weighted-average Method menggabungkan biaya dari output yang
berasal dari proses produksi periode sebelumnya dengan biaya dari

28
output yang berasal dari proses produksi periode sekarang dan merata-
ratakannya tanpa pembedaan.

Langkah-langkah menyusun Process Costing


1. Rangkum flow of physical units of output.
2. Hitung jumlah unit ekuivalen.
3. Hitung total cost.
4. Hitung cost per equivalent unit.
5. Bebankan biaya kepada completed units dan units in ending work in
process inventory

29
SOAL TEORI
1. Jelaskan apa itu equivalent unit dan mengapa perhitungan equivalent
unit penting dilakukan dalam process costing!
2. Jelaskan perbedaan perhitungan process costing dengan menggunakan
metode FIFO dan metode weighted average, apakah kedua metode
tersebut mungkin menghasilkan tingkat operating income yang berbeda,
jika iya dalam kondisi apakah hal itu terjadi?
3. Jelaskan secara singkat karakteristik process costing dan berikan contoh
minimal 3 perusahaan yang menggunakan sistem process costing!

SOAL HITUNGAN
Pada awal pembukaanya ChocoCATs tidak memiliki persediaan awal untuk
memproduksi brownies. Berikut ini adalah data pada bulan pertama untuk
memproduksi brownies:
Physical Direct Coversion
Flow of Production
Unit Materials Cost
WIP beginning 0
Started during period 270
Completed and transferred out 195
WIP ending 75
Degree of completion of WIP
100% 60%
ending
Total cost added during period Rp2.160.000 Rp4.560.000

Dari proses produksi tersebut ChocoCATs menghasilkan persediaan akhir


yang akan menjadi persediaan awal pada periode produksi selanjutnya.
Berikut merupakan data proses produksi pada bulan kedua:

30
Physical Direct Coversion
Flow of Production
Unit Materials Cost
WIP beginning 75 Rp600.000 Rp855.000
Started during period 225
Completed and transferred out 195
WIP ending 105
Degree of completion of WIP
100% 60%
beginning
Degree of completion of WIP 100% 45%
ending
Total cost added during period Rp3.465.000 Rp2.688.000

Instruksi!
1. Hitunglah COGS dengan metode weighted average untuk produksi
pada bulan pertama!
2. Hitunglah COGS dengan metode FIFO untuk produksi pada bulan
kedua!

31
LAB VI

SPOILAGE, REWORK, & SCRAP

REFERENSI
Charles T. Horngren. Cost Accounting. 16th Edition. Chapter 18: Spoilage,
Rework, and Scrap.

PETA KONSEP

PENGERTIAN
• Spoilage JENIS
• Rework • Normal
• Scrap • Abnormal

Spoilage, Rework,
& Scrap

LANGKAH PENYELESAIAN
INSPECTION POINT • Flow of Physical of Unit Output
• Equivalent Units
• Total Cost
• Cost per Equivalent Unit
• Total Cost Assignment

32
TINJAUAN TEORI
Spoilage
Spoilage (barang rusak) merupakan unit produksi yang tidak memenuhi
spesifikasi (baik yang telah selesai seluruhnya atau selesai sebagian) yang
diminta pelanggan dan akan dibuang atau dijual dengan harga yang lebih
rendah. Spoilage dibedakan menjadi:

1. Normal Spoilage
Normal spoilage adalah kerusakan yang melekat dan tidak bisa dihindari
pada suatu unit produksi meskipun operasi telah berlangsung secara
efektif. Biaya dari normal spoilage biasanya termasuk dari bagian cost
of good manufactured. Manajemen memutuskan bahwa tingkat
kerusakan yang dianggap normal bergantung pada proses produksi.
Contoh normal spoilage adalah brownies yang gosong sebagian pada
proses produksi brownies meskipun suhu sudah sesuai.

2. Abnormal Spoilage
Abnormal spoilage adalah kerusakan yang tidak melekat dan seharusnya
bisa dihindari pada suatu unit produksi, sehingga tidak akan muncul
dalam kondisi operasi yang efektif. Manajemen dapat mengeliminasi
abnormal spoilage dengan mencari penyebab kerusakan. Biaya dari
abnormal spoilage diakui sebagai loss. Contoh dari abnormal spoilage
adalah brownies yang gosong karena pegawai lupa mengatur waktu
pemanggangan.

Konsep normal dan abnormal spoilage dapat diterapkan pada job order
costing dan process costing. Ketika membebankan biaya pada sistem job
order costing, normal spoilage dibedakan menjadi dua, yaitu terjadi spesifik
pada pekerjaan tertentu dan terjadi pada semua pekerjaan. Adapun
abnormal spoilage diidentifikasi secara terpisah sehingga perusahaan dapat
berusaha mengeliminasinya.

33
Accounting for Spoilage

1. Normal Spoilage
o Attributable to a Specific Job:
Materials Control xxx
WIP Control xxx
o Common to All Jobs:
Materials Control xxx
Manufacturing Overhead Control xxx
WIP Control xxx

2. Abnormal Spoilage
Materials Control xxx
Loss From Abnormal Spoilage xxx
WIP Control xxx

Rework
Rework (pengolahan kembali) adalah unit produksi yang tidak memenuhi
spesifikasi yang diminta oleh pelanggan namun diperbaiki dan dijual
sebagai unit barang jadi yang bagus. Rework terbagi menjadi dua, yaitu:

1. Normal Rework
Biaya yang dikeluarkan atas normal rework akan diakui sebagai
penambah COGS karena ada biaya tenaga kerja tambahan yang harus
dikeluarkan.
2. Abnormal Rework
Abnormal rework dapat terjadi akibat kesalahan perusahaan atau karena
adanya perubahan permintaan dari pelanggan. Jika karena kesalahan
perusahaan maka akan diakui sebagai loss, namun jika karena
permintaan pelanggan maka akan diakui sebagai penambah COGS.

34
Scrap
Scrap (barang sisa) merupakan bahan residu yang dihasilkan dari proses
produksi suatu produk. Scrap memiliki total nilai jual yang lebih rendah
dibandingkan dengan total nilai jual produk. Scrap dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1. Material
2. Immaterial
Pencatatan scrap pada perusahaan dapat membantu perusahaan untuk
mengukur efisiensi dan melacak scrap untuk mengurangi kemungkinan
terjadi pencurian.

Accounting for Scarp

1. Recognizing Scrap at the Time of Its Sale


o Sale of Immaterial Scrap:
Cash or Account Receivable xxx
Scrap Revenues xxx
o Sale of Material Scrap Related to Specific Job:
Cash or Account Receivable xxx
WIP Control xxx
o Sale of Material Scrap Common to All Jobs:
Cash or Account Receivable xxx
Manufacturing Overhead Control xxx

2. Recognizing Scrap at the Time of Its Production


o Scrap Attributable to a Specific Job Returned to Storeroom:
Materials Control xxx
WIP Control xxx
o Scrap Common to All Jobs Returned to Storeroom:
Materials Control xxx
Manufacturing Overhead Control xxx

35
Inspection Point
Inspection point adalah bagian atau tahap dalam proses produksi di mana
produk diperiksa atau diseleksi untuk menentukan apakah produk tersebut
dapat diterima untuk dijual atau tidak. Inspection point dilakukan pada
beberapa tahap proses produksi. Banyak perusahaan melakukan ini untuk
meminimalisasi kemungkinan unit rusak yang tidak terdeteksi pada inspeksi
pertama sehingga kerusakan bisa diidentifikasi dan diatasi secara tepat
waktu.

Langkah Penyelesaian untuk Process Costing dengan Spoilage


1. Merangkum flow of physical unit output serta mengidentifikasi normal
spoilage dan abnormal spoilage.
2. Menghitung equivalent units. Spoilage dimasukkan ke dalam
perhitungan unit output.
3. Menghitung total cost.
4. Menghitung cost per unit equivalent.
5. Menghitung total cost assignment:
a. Units completed
b. Spoilage units
c. Units in ending work in process

Rumus Spoilage

Total spoilage = (WIP beginning + Started during period) - (WIP ending +


Good unit completed & transferred out)

36
SOAL TEORI
1. Jelaskan manfaat dari pencatatan scrap pada perusahaan!
2. Mengapa banyak perusahaan sering melakukan multiple inspections
(inspeksi ganda) pada spoilage units?

SOAL HITUNGAN
ChocoCATs memproduksi brownies dengan direct material diberikan
selama proses produksi. Berikut ini merupakan data proses produksi yang
dilakukan ChocoCATs:

Physical Direct Conversion


Unit Materials Costs
WIP, Beginning 375 Rp377.625 Rp551.625
Degree of completion of
100% 80%
beginning WIP
Started during period 500
Goods units completed and
620
transferred out
WIP, Ending 130
Degree of completion of
100% 30%
ending WIP
Total cost added during period Rp820.125 Rp979.875
Normal spoilage percentage 15%
Degree of completion of
100% 100%
normal spoilage
Degree of completion of
100% 100%
abnormal spoilage

Berdasarkan data diatas, buatlah schedule of process costing dengan metode


average dan FIFO yang disertai dengan spoilage! (Jangan dibulatkan)

37
LAB VII

JOINT PRODUCT & BYPRODUCT

REFERENSI
Charles T. Horngren. Cost Accounting. 16th Edition. Chapter 16: Cost
Allocation – Joint Products and Byproduct.

PETA KONSEP

OUTPUT
• Byproduct
PENGERTIAN • Main Product

METODE
TERMINOLOGI
PENGALOKASIAN
Byproduct
Joint Cost • Split Off Point
• Separable Cost
• Sales Method
• Joint Process
• Production Method
Main Product
• Physical Measure
• Market Based
CIRI-CIRI
• COGS per produk berbeda
• Unik
• Single order
• Berdasarkan pesanan

38
TINJAUAN TEORI
Joint process adalah suatu proses produksi yang dilakukan oleh perusahaan
dalam waktu tertentu yang menghasilkan lebih dari satu produk (output)
pada saat yang bersamaan.

Joint cost (biaya gabungan) adalah biaya dari proses produksi yang
menghasilkan lebih dari satu produk (output) pada saat yang bersamaan,
atau dapat dikatakan sebagai biaya yang timbul akibat dari joint process.
Joint cost terbatas sampai dengan titik pemisahan (split off point). Biaya ini
terdiri dari biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi, yaitu biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

Joint cost dialokasikan pada produk individu untuk menghitung harga


pokok penjualan, inventaris, dan reimbursement berdasarkan cost-plus
contracts dan jenis claim lainnya.

Joint product (produk gabungan) adalah dua macam produk atau lebih yang
dihasilkan secara bersama-sama dengan menggunakan bahan baku, tenaga
kerja, dan fasilitas pabrik yang sama. Joint product merupakan produk
dengan nilai jual tinggi (high sales values) dibandingkan dengan total nilai
penjualan produk lain dari joint process.

Ilustrasi:

39
Terms
1. Split off point adalah suatu titik dalam proses produksi bersama (joint
process) ketika dua atau lebih produk dapat diidentifikasi secara
terpisah.
2. Separable cost adalah semua biaya (manufaktur, pemasaran, distribusi,
dsb) yang terjadi di luar split off point yang dapat dialihkan ke masing-
masing produk spesifik yang diidentifikasi pada split off point.
3. Main product adalah produk dengan total nilai penjualan yang tinggi
(high sales value) dibandingkan dengan total nilai penjualan produk lain
dari joint process.
4. Byproduct adalah produk dengan total nilai penjualan yang lebih rendah
(low sales value) dibandingkan produk lain dari joint process.

Metode Alokasi Biaya Bersama (joint cost):


1. Market-based (revenue)
a. Sales value at split off point method.
Sales value at split off point method mengalokasikan joint cost pada
joint product yang diproduksi selama periode akuntansi berdasarkan
total nilai penjualan relatif pada split off point.
b. Net Realizable Value (NRV) method.
NRV method mengalokasikan joint cost pada joint product yang
diproduksi selama periode akuntansi berdasarkan NRV relatifnya
(final sales value – separable cost).
c. Constant gross-margin percentage NRV method.
Constant gross-margin percentage NRV method mengalokasikan
joint cost pada joint product yang diproduksi selama periode
akuntansi dengan sedemikian rupa sehingga setiap produk individu
mencapai gross-margin percentage yang identik.

40
2. Physical measure (weight, quantity (physical units), or volume)
Physical measure mengalokasikan joint cost pada joint product yang
diproduksi selama periode akuntansi atas dasar ukuran yang sebanding,
seperti berat relatif, kuantitas, atau volume pada split off point.

Metode Pengakuan Produk Sampingan (Byproduct)


1. Production Method: byproduct diakui saat produk selesai diproduksi,
sehingga estimasi revenue dari byproduct akan mengurangi COGS dari
main product.
2. Sales Method: byproduct diakui saat produk telah dijual, sehingga
revenue dari byproduct akan menambah revenue dari main product.

41
SOAL TEORI
1. Jelaskan perbedaan antara produk bersama (joint product) dan produk
sampingan (byproduct)!
2. Berikan minimal tiga contoh produksi gabungan yang menghasilkan
main product dan byproduct!
3. Jelaskan metode-metode pengakuan produk sampingan (byproduct)!

SOAL HITUNGAN
Perhatikan ilustrasi berikut!

ChocoCATs melakukan proses produksi bersama yang dapat menghasilkan


beberapa produk. Setelah diidentifikasi, pada saat titik pisah muncul cokelat
dan mentega. Cokelat dapat diolah lebih lanjut menjadi brownies,
sedangkan mentega merupakan byproduct dari proses produksi bersama
tersebut.
Joint cost untuk biji kakao: Rp7.100.000
Separable cost untuk brownies: Rp5.200.000
Cokelat Mentega Brownies
Beginning Inventory 0 0 0
Production 900 550 400
Transfer 600 - -
Sales - 525 380
Ending Inventory 300 25 20
Selling Price per Unit - Rp25.000 Rp65.000

42
Instruksi:
1. Hitunglah alokasi joint cost menggunakan NRV method!
2. Buatlah laporan profitabilitas untuk produk brownies menggunakan
metode pengakuan sales method untuk byproduct!

Tambahan:
Jika terdapat hasil yang tidak bulat, maka harus dilakukan pembulatan dua
angka dibelakang koma, kecuali untuk persentase dibulatkan tanpa koma.

43
LAB VIII

DEPARTEMENTALISASI

REFERENSI
Charles T. Horngren. Cost Accounting. 16th Edition. Chapter 15: Allocation
of Support-Department Cost, Common Cost, and Revenues.
William Carter. Cost Accounting. 14th Edition. Chapter 13: Factory
Overhead: Departementalization

PETA KONSEP

TUJUAN
PENGERTIAN • Perhitungan biaya
• Main Department yang lebih akurat
• Support • Meningkatkan
Department pengendalian FOH

Departementalisasi

METODE PENGALOKASIAN
Satu Support Department
• Single Rate Method
• Dual Rate Method
Lebih dari Satu Support Department
• Direct Method
• Step-down Method
• Reciprocal Method

44
TINJAUAN TEORI
Definisi
Departementalisasi merupakan pembagian struktur perusahaan ke dalam
segmen-segmen yang disebut departemen. Perusahaan memerlukan lebih
dari satu departemen untuk menyelesaikan proses produksinya dalam
membuat suatu produk dimana setiap departemen membutuhkan biaya yang
berbeda-beda. Setiap departemen akan mengalokasikan dan menghitung
FOH secara terpisah dengan dasar alokasi yang sesuai untuk pembebanan
FOH tersebut.

Tujuan Departementalisasi
1. Menghasilkan biaya yang lebih akurat, karena memungkinkan
departemen yang berbeda untuk memiliki tarif FOH yang berbeda.
2. Meningkatkan pengendalian dan pertanggungjawaban atas FOH karena
dapat memicu setiap manajer departemen untuk bertanggung jawab atas
masing-masing biaya tersebut.

Jenis Departemen
1. Main/Primary/Producing/Operating Department
Departemen ini memberikan value added pada produk/jasa secara
langsung dengan mengubah bentuk atau sifat dari bahan baku, atau
dengan merakit komponen. Departemen ini biasanya disebut dengan
departemen produksi.
2. Service/Support Department
Departemen ini memberikan kontribusi secara tidak langsung terhadap
produksi, karena tidak mengubah bentuk dari produk/jasa tersebut.
Departemen ini memberikan pelayanan kepada departemen lainnya
(main department maupun support department lainnya) untuk
menunjang proses produksi.

45
Metode Pengalokasian
• Satu Support Department
- Single rate method
a) Fixed cost dan variable cost tidak dipisahkan.
b) Menggunakan dasar alokasi yang sama.
c) Menghasilkan satu tarif.

𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐹𝑂𝐻 + 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐹𝑂𝐻


𝐴𝑙𝑙𝑜𝑐𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐵𝑎𝑠𝑒

- Dual rate method


a) Fixed cost dan variable cost dipisahkan.
b) Menggunakan dasar alokasi yang berbeda.
c) Menghasilkan dua tarif.

𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝐹𝑂𝐻 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑙𝑒 𝐹𝑂𝐻


+
𝐴𝑙𝑙𝑜𝑐𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐵𝑎𝑠𝑒 𝐴𝑙𝑙𝑜𝑐𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐵𝑎𝑠𝑒

• Lebih Dari Satu Support Departement


- Direct Method
Metode ini hanya mengalokasikan FOH dari support department ke
main department.

S1 dan S2 merupakan support department,


S1 M1
sementara M1 dan M2 merupakan main
department. Masing-masing support
S2 M2 department hanya mengalokasikan FOH
ke main department.

46
- Step-down/Elimination/Sequential Method
Metode ini mengalokasikan FOH dari satu support department ke
main department dan ke support department lainnya. Metode ini
mendistribusikan biaya dari support department berdasarkan urutan
dari kontribusi (proporsi jasa) terbesar. Apabila FOH pada suatu
support department sudah seluruhnya dialokasikan maka tidak ada
alokasi FOH dari support department lain yang dialokasikan
kembali ke support department tersebut.

S1 M1
($40) S1 dan S2 merupakan support
department, sementara M1 dan M2
merupakan main department.
S2
($20+S1’)
M2

Proporsi kontribusi Departemen S1 kepada Departemen S2 bernilai


lebih besar ($40) daripada biaya kontribusi Departemen S2 kepada
Departemen S1 ($20), sehingga pengalokasian FOH dari
Departemen S1 ke Departemen S2 dilakukan terlebih dahulu.
Departemen S1 mengalokasikan FOH ke Departemen M1 dan M2,
serta ke Departemen S2. Hasil alokasi (S1’) dari Departemen S1 ke
Departemen S2 nantinya akan menambah dasar alokasi FOH dari
Departemen S2 ke Departemen M1 dan M2.

- Reciprocal Method
Metode ini mengalokasikan FOH dari support department sesuai
proporsi jasa yang diberikan kepada seluruh departemen. Untuk
menghitung total FOH dari setiap support departement-nya
menggunakan persamaan aljabar, kemudian mengalokasikan tiap
FOH tersebut kepada departemen penggunanya berdasarkan
proporsi jasa yang diterima.

47
S1
($40+S2’)
M1 S1 dan S2 merupakan support
department, sementara M1 dan M2
merupakan main department.
S2 M2
($20+S1’)

S1’ merupakan alokasi FOH dari Departemen S1, sementara S2’


merupakan alokasi FOH dari Departemen S2. Selain
mengalokasikan ke main department, Departemen S1 dan S2 juga
saling mengalokasikan FOH satu sama lain sehingga dasar alokasi
akan berubah setelah mendapat alokasi dari support department
yang lain.

48
SOAL TEORI
1. Jelaskan 3 perbedaan antara single rate method dan dual rate method!
2. Jelaskan metode pengalokasian menggunakan direct method, step
down method, dan reciprocal method!

SOAL HITUNGAN
ChocoCATs memiliki beberapa departemen dalam memproduksi brownies
yang terbagi menjadi main departement dan service department. Pada main
department terdapat departemen pengadonan dan departemen
pemanggangan, sedangkan pada service departement terdapat departemen
pemeliharaan dan departemen inspeksi.
Berikut adalah data pemakaian FOH pada bulan Desember 2021:
Service Department Main Department
Total
Pemeliharaan Inspeksi Pengadonan Pemanggangan
Biaya overhead
Rp780.000 Rp560.000 Rp1.320.000 Rp1.450.000 Rp4.110.000
sebelum alokasi
Distribusi
Pemeliharaan
(jam tenaga 20 45 30 95
kerja)
Inspeksi (jam
15 40 25 80
ltenaga kerja)

Berdasarkan data di atas, tentukan alokasi biaya FOH dari service


department ke main department pada ChocoCATs dengan menggunakan:
a. Direct Method
b. Step-down Method
(Pembulatan dua angka di belakang koma!)

49
LAB IX

INVENTORY COSTING: VARIABLE AND ABSORPTION

COSTING

REFERENSI
Charles T. Horngren. Cost Accounting. 16th Edition. Chapter 9: Inventory
Costing and Capacity Analysis.

PETA KONSEP

DEFINISI TUJUAN

Inventory
Costing

METODE PERHITUNGAN
• Variable Costing
• Absorption Costing
• Throughput Costing

50
TINJAUAN TEORI
Definisi
Inventory costing merupakan proses penentuan biaya manufaktur yang
dapat diklasifikasikan sebagai biaya persediaan (inventoriable cost) yang
akan menjadi cost of goods sold.

Tujuan
Secara umum, inventory costing bertujuan untuk memudahkan manajemen
dalam mengambil keputusan, seperti menetapkan harga, membandingkan
profitibilitas dari produk yang jenisnya berbeda, atau mempertimbangkan
untuk menerima tawaran special order atau tidak.

Metode Penentuan COGS melalui Inventory Costing


1. Variable Costing
Variable costing merupakan proses pengklasifikasian biaya manufaktur
di mana hanya variable manufacturing cost (baik direct ataupun
indirect) yang diklasifikasikan sebagai biaya persediaan. Adapun fixed
manufacturing cost diklasifikasikan sebagai period cost dan diakui
sebagai expense pada laporan laba rugi.

2. Absorption Costing
Absorption costing merupakan proses pengklasifikasian biaya
manufaktur di mana seluruh variable dan fixed manufacturing costs
(baik direct maupun indirect) diklasifikasikan sebagai biaya persediaan.
Pada metode ini membutuhkan adjustment for production-volume
variance ketika terdapat perbedaan pada jumlah unit yang diproduksi
dengan jumlah kapasitas unit produksi yang dianggarkan.

Rumus PVV:

Budgeted Fixed Manufacturing Cost - Fixed Manufacturing Cost


Allocated

51
Banyak perusahaan menggunakan banyak perusahaan menggunakan
absorption costing untuk akuntansi internal karena hemat biaya dan
lebih mudah diterapkan oleh manager. Absorption costing juga
membantu mencegah manager memanipulasi data pendapatan, dan
membantu menyediakan informasi biaya persediaan untuk keputusan
jangka panjang bagi perusahaan karena metode ini mengukur semua
biaya baik variabel maupun tetap.

3. Throughput Costing
Throughput costing atau super-variable costing adalah proses
pengklasifikasian biaya manufaktur di mana hanya direct material yang
diklasifikasikan sebagai biaya persediaan. Adapun biaya manufaktur
lainnya seperti direct labor cost dan factory overhead cost,
diklasifikasikan sebagai period cost dan diakui sebagai expense pada
periode akuntansi bersangkutan.

Pada ketiga metode tersebut, semua biaya nonmanufaktur, baik variable


atau fixed, seperti biaya pemasaran, biaya air-listrik-telepon (ALT), atau
biaya administrasi tetap diklasifikasikan sebagai period cost dan diakui
sebagai expense pada laporan laba rugi.

Denominator - Level Capacity


Denominator- Level Capacity berfokus pada dasar alokasi yang digunakan
untuk menetapkan tingkat fixed manufacturing costs.
Rumusnya adalah :

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐹𝑖𝑥𝑒𝑑 𝑀𝑎𝑛𝑢𝑓𝑎𝑐𝑡𝑢𝑟𝑖𝑛𝑔 𝐶𝑜𝑠𝑡


𝐴𝑙𝑙𝑜𝑐𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝐵𝑎𝑠𝑒

Capacity levels yang dapat digunakan sebagai denominator:


1. Theoretical capacity
Theoretical capacity adalah tingkat kapasitas yang didasarkan pada
produksi dengan efisiensi penuh sepanjang waktu.

52
2. Practical capacity
Practical capacity adalah tingkat kapasitas yang mengurangi theoretical
capacity dengan mempertimbangkan gangguan operasi yang tidak dapat
dihindari waktu produksi.
3. Normal capacity utilization
Normal capacity utilization adalah tingkat utilisasi kapasitas yang
memenuhi rata-rata permintaan pelanggan selama beberapa periode.
4. Master -budget capacity utilization
Master-budget capacity utilization adalah tingkat pemanfaatan
kapasitas yang diharapkan oleh manajer untuk periode anggaran saat ini,
biasanya dalam kurun waktu satu tahun.

Variable Costing vs Absorption Costing

Operating Income
Inventory Condition
Variable Costing Absorption Costing
Production = Sales Equal Equal
Production > Sales Lower Higher
Production < Sales Higher Lower

Persamaan Dasar

Beginning Cost of Goods Cost of Ending


+ = +
Inventory Manufactured Goods Sold Inventory

53
SOAL TEORI
1. Sebutkan 3 alasan mengapa banyak perusahaan menggunakan absorption
costing untuk akuntansi internal!
2. Sebutkan 4 capacity levels (tingkat kapasitas) yang digunakan sebagai
denominator untuk menghitung budgeted fixed manufacturing cost rate!

SOAL HITUNGAN
ChocoCATs merupakan perusahaan manufaktur pembuatan kue brownies.
Sebagai analis keuangan kamu diminta untuk merekomendasikan sebuah
metode untuk perhitungan biaya persediaan. CFO ChocoCATs juga
meminta kamu menyusun laporan laba rugi komparatif bulan Februari dan
Maret 2021.
Berikut ini adalah ChocoCATs :
Februari Maret
Beginning inventory 0 22 kotak
Production 400 kotak 385 kotak
Sales 378 kotak 392 kotak
Ending inventory 22 kotak 15 kotak
Selling price Rp65.000
Variable manufacturing cost per unit Rp16.300
Variable marketing cost per unit sold Rp4.000
Fixed manufacturing cost per unit Rp14.375
Fixed marketing cost per month Rp600.000
Budgeted production capacity per month 400 kotak

Instruksi :
Buatlah laporan laba rugi komparatif ChocoCATs untuk bulan Februari dan
Maret 2021 dengan variable costing dan absorption costing! Dan simpulkan
metode mana yang lebih baik digunakan oleh ChocoCATs!

54
LAB X

INVENTORY MANAGEMENT

REFERENSI
Charles T. Horngren. Cost Accounting. 16th Edition. Chapter 20: Inventory
Management, Just-in-Time, and Simplified Costing Methods.

PETA KONSEP

JUST IN TIME
• JIT Purchasing
KONSEP • JIT Producing

Inventory
Management

PERHITUNGAN EOQ METODE PENETAPAN


• EOQ BIAYA PADA JIT
• Deliveries • Backflush Costing
• Reorder Point • Lean Accounting
• Safety Stock
• Relevant Total Cost

55
TINJAUAN TEORI
Inventory management adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk
menganalisis, menghitung, dan mengendalikan biaya bahan baku dan bahan
baku penolong dengan tujuan agar dapat mencapai penggunaan bahan baku
yang efektif, efisien, dan ekonomis dalam proses produksi. Biaya yang
dikendalikan diantaranya ialah direct cost, indirect cost, inventoriable cost,
period cost, prime cost, dan conversion cost di mana disesuaikan dengan
kebijakan pengklasifikasian biaya oleh perusahaan.

Inventory management dalam pembelian inventory sendiri memiliki dua


metode, yaitu:
1. Economic Order Quantity (EOQ)
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan metode inventory
management yang sering digunakan oleh perusahaan. Dengan EOQ,
perusahaan dapat mencapai efisiensi dan efektifitas operasional karena
mengetahui berapa banyaknya barang yang harus dibeli, berapa kali
terjadi pemesanan dalam satu periode produksi, kapan harus dilakukan
pemesanan kembali, berapa cadangan unit yang harus tersedia, dan lain-
lain. Oleh karena itu, EOQ mengecilkan kemungkinan terjadinya
stockout karena adanya asumsi bahwa biaya stockout sangat besar
sehingga manajer berusaha untuk mempertahankan persediaan yang
memadai untuk mencegahnya.

2𝑥𝐷𝑥𝑃 2𝑥𝐷𝑥𝑃
o EOQ = √ = √ 𝐶𝑈 𝑥 𝐶𝐶
𝐶

Banyaknya unit persediaan yang dipesan dalam setiap kali


pemesanan.

𝐷
o Deliveries = 𝐸𝑂𝑄

Berapa kali terjadi pemesanan persediaan dalam satu periode


produksi.

56
o Reorder Point = D x L
Titik di mana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali.

o Safety Stock = (M – D) x L
Banyaknya unit cadangan persediaan agar tidak terjadi stockout.

o Relevance Total Cost


RTC = annual ordering cost + annual relevant carrying cost
𝐷𝑥𝑃 𝐸𝑂𝑄 𝑥 𝐶
RTC = +
𝐸𝑂𝑄 2

o Keterangan:
D = Demand (permintaan rata-rata bahan baku dalam satu
periode)
P = Relevant ordering cost (biaya per pemesanan)
C = Relevant carrying cost (biaya penyimpanan per unit)
CU = Cost per unit (biaya per unit)
CC = Carrying cost percentage
M = Maximum demand
L = Lead time (waktu antara pemesanan dan pengiriman)

2. Just in Time (JIT)


Just in Time (JIT) merupakan metode inventory management di mana
perusahaan melakukan pembelian persediaan dalam jumlah kecil sesuai
dengan kebutuhan produksi atau penjualan yang bertujuan untuk
meminimalisasi kelebihan jumlah produksi, jumlah persediaan, serta
lead time. Sistem JIT mengoptimalkan biaya yang dikeluarkan
perusahaan seperti carrying cost dan relevant cost.

57
JIT dapat digunakan dalam 2 hal, yaitu:
- JIT Purchasing, melakukan pembelian persediaan sesuai kebutuhan
produksi atau penjualan.
- JIT Producing (Lean Production), melakukan produksi sesuai
permintaan.

Metode Penetapan Biaya Pada JIT


1. Backflush Costing
Backflush costing adalah sistem penetapan biaya yang mengurangi dan
menghilangkan pencatatan beberapa entri jurnal yang berkaitan dengan
tahapan dari pembelian raw materials hingga penjualan finished goods.
Sistem ini digunakan oleh perusahan yang menerapkan JIT di mana
produksinya berlangsung cepat dan penggunaan traditional costing
sudah tidak memadai.

Traditional costing disebut juga normal atau standard costing,


merupakan sistem yang menggunakan sequential tracking. Pada
sequential tracking, pencatatan jurnal terjadi pada 4 trigger point.
Keempat trigger point tersebut adalah:

Dalam backflush costing penyederhanaan atas 4 trigger point di atas


dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu:
a. 3 Trigger Point
Purchase of Direct Materials, Completion of Goods Finished Units
of Product, dan Sale of Finished Goods.

58
b. 2 Trigger Point
- Purchase of Direct Materials dan Sale of Finished Goods
- Completion of Goods Finished Units of Product dan Sale of
Finished Goods.

2. Lean Accounting
Lean accounting merupakan metode penyederhanaan lain yang
dirancang untuk penerapan lean manufacturing dan juga dapat
digunakan pada sistem JIT di mana penetapan biaya difokuskan pada
aliran nilainya. Dengan begitu, perusahaan dapat tetap fokus pada aliran
nilai dan membatasi alokasi yang tidak diperlukan.

59
SOAL TEORI
1. Jelaskan mengapa perusahaan menggunakan JIT purchasing!
2. Apa yang dimaksud traditional costing dan bagaimana backflush
costing dapat menyederhanakannya!

SOAL HITUNGAN
Berdasarkan tinjauan umum dari ChocoCATs, hitung dan jelaskanlah
makna hasil penghitungan yang telah dibuat untuk setiap poin di bawah ini!
(sertakan rumusnya):
1. Jumlah cokelat, tepung, dan telur dalam satu kali pemesanan jika
diketahui rata-rata permintaan bahan baku per tahun untuk cokelat
sebanyak 480 kg, tepung sebanyak 408 kg, dan telur sebanyak 9600
butir. Harga beli cokelat adalah Rp60.000/kg, tepung Rp15.000/kg, dan
telur Rp2.000/butir. Biaya per pemesanan untuk cokelat adalah sebesar
Rp32.000, tepung sebesar Rp30.000, dan telur sebesar Rp18.000.
Carrying cost masing-masing adalah 27% untuk cokelat, 20% untuk
tepung, dan 32% untuk telur.
2. Frekuensi pemesanan (deliveries) untuk bahan baku cokelat, tepung,
dan telur berdasarkan penghitungan EOQ di atas.
3. Titik pemesanan kembali (reorder point) jika waktu tunggu (lead time)
cokelat 5 hari, tepung 2 hari, dan telur 6 hari. (1 bulan = 30 hari kerja)
4. Safety stock jika dibutuhkan pada titik permintaan maksimum untuk
cokelat adalah 4 kg/hari, tepung 6 kg/hari, dan telur 30 butir/hari.
(Bulatkan ke atas tanpa koma!)

60

Anda mungkin juga menyukai