Anda di halaman 1dari 88

SIMULASI PENERAPAN TIME-DRIVEN ACTIVITY BASED

COSTING PADA PERHITUNGAN HARGA POKOK


PRODUK REMAJA TAILOR

Oleh
Steffi Octaviany
2012-012-316

SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Sebagian Syarat-Syarat
dalam Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS KATOLIK INDONESIA ATMA JAYA
JAKARTA
2018
DAFTAR ISI

Daftar Isi i

Daftar Tabel iii

Daftar Gambar iv

Kata Pengantar v

Abstrak vii

Bab 1 Pendahuluan 1
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………………... 1
1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah…………………………..... 5
1.2.1 Rumusan Masalah…………………………………………. 5
1.2.2 Pembatasan Masalah……...……………………………… 5
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………………... 5
1.4 Manfaat Penelitian……………..…………………………………...5
1.5 Sistematika Penulisan………….…………………………………..6

Bab 2 Landasan Teoretis 8


2.1 Kerangka Teoretis…………………………………………………. 8
2.1.1 Pengertian Biaya…………………………………………… 8
2.1.2 Biaya Produksi dan Non Produksi……………………….. 8
2.1.3 Pengertian Jasa……………………………………………10
2.1.4 Harga Pokok Jasa………………………………………… 10
2.1.5 Metode Biaya Tradisional…………………………………11
2.1.6 Metode Activity Based Costing ……...…………………..14
2.1.7 Metode Time-Driven Activity Based Costing ………….. 17
2.2 Tinjauan Pustaka…………………………………………………. 19
2.3 Skema Penelitian…………………………………………………. 22

Bab 3 Metode Penelitian 23


3.1 Waktu dan Tempat Penelitian…………………………………… 23
3.2 Definisi Operasional Variabel…….………………………………23
3.3 Metode Pengumpulan Data...…….…………………………….. 25
3.4 Metode Analisis Data………..…….…………………………….. 26

i
Bab 4 Analisis Data dan Pembahasan 29
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian…………………………….. 29
4.1.1 Sejarah Perusahaan……………………………………… 29
4.1.2 Struktur Organisasi……………………………………….. 30
4.1.3 Fasilitas dan Peralatan Perusahaan……………………. 33
4.1.4 Jenis Produk Remaja Tailor……………………………... 34
4.2 Analisis Data………………………………………………………. 35
4.2.1 Unsur-unsur Harga Pokok Produk……………………… 35
4.2.2 Perhitungan Harga Pokok Produk dengan TDABC…... 42
4.3 Pembahasan………………………………………………........... 63

Bab 5 Simpulan dan Saran 72


5.1 Simpulan……………………………………………………………72
5.2 Saran………………………………………………………………. 73

Daftar Rujukan 75

ii
DAFTAR TABEL

4.1 Jenis-jenis Produk Remaja Tailor……………………………………...34


4.2 Biaya Bahan Langsung per Unit Produk Tahun 2017……..……….. 38
4.3 Biaya Bahan Tidak Langsung Tahun 2017…………..……..……….. 39
4.4 Biaya Gaji dan Tunjangan Tahun 2017…..…………..……..……….. 40
4.5 Biaya Perlengkapan Produksi Tahun 2017…………..……..……….. 40
4.6 Ketentuan Penyusutan Harta Berwujud…..…………..……..………..40
4.7 Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Tahun 2017………………..………. 41
4.8 Biaya Tidak Langsung Tahun 2017…………………………………… 42
4.9 Aktivitas-aktivitas dalam Penyediaan Produk Remaja Tailor………. 43
4.10 Distribusi Biaya Tidak Langsung ke Aktivitas………………………... 47
4.11 Rasio Konsumsi Biaya Tidak Langsung oleh Aktivitas……………... 48
4.12 Pembebanan Biaya Tidak Langsung ke Aktivitas…………………… 49
4.13 Distribusi Waktu ke Setiap Aktivitas…………………………………...54
4.14 Konsumsi Waktu Setiap Aktivitas……………………………………... 56
4.15 Tarif per Aktivitas………………………………………………………...56
4.16 Konsumsi Waktu Produk Seragam…………………………………….58
4.17 Perhitungan Harga Pokok Produk dengan TDABC…………………. 59
4.18 Perhitungan Harga Pokok Produk Seragam dengan TDABC………62
4.19 Rata-rata Harga Jual Setiap Jenis Produk…………………………… 63
4.20 Perhitungan Laba (Rugi) dari Penjualan Produk……………………..64
4.21 Perbandingan Kapasitas Waktu Tersedia dengan
Waktu Terpakai…………………………………………………………..69
4.22 Perbandingan BTL yang Dibebankan dengan BTL Sebenarnya...... 70

iii
DAFTAR GAMBAR

2.1 Unit-Based Product-Costing Model…………………………………… 11


2.2 Activity-Based Costing Model…………………………………………. 15
2.3 Skema Penelitian……………………………………………………….. 22
4.1 Struktur Organisasi Remaja Tailor……………………………………. 30

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas

berkat, kasih, dan karuniaNya selama proses penyusunan skripsi ini. Skripsi

ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi

program studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Katolik Indonesia Atma Jaya.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penulisan skripsi ini,

khususnya kepada:

1. Dr. L. Jade Faliany, sebagai dosen pembimbing yang selalu membimbing,

memotivasi, dan memberikan waktu serta masukan hingga penulisan

skripsi ini selesai.

2. Ir. Josef Tjahjo Baskoro, M.SE., sebagai dosen pembimbing akademik

penulis.

3. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Katolik Indonesia Atma Jaya yang telah memberikan ilmu dan membantu

penulis selama masa kuliah.

4. Pemilik dan seluruh karyawan Remaja Tailor yang telah memberikan

bantuan kepada penulis berupa data-data yang diperlukan untuk

kepentingan penyusunan skripsi ini.

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pertumbuhan perekonomian global di masa kini menyebabkan persaingan

antar perusahaan semakin ketat baik di bidang manufaktur, perdagangan,

maupun jasa. Perusahaan harus dapat meningkatkan kinerjanya dengan

memperoleh laba untuk menjaga kelangsungan usahanya (going concern).

Oleh karena itu perusahaan perlu menentukan strategi yang tepat, seperti

memproduksi produk yang berkualitas, meningkatkan layanan pelanggan,

memperhatikan daya tarik masyarakat terhadap produk, menganalisis

perubahan lingkungan internal dan eksternal bisnis, menghemat biaya

produksi dan distribusi, dan menetapkan harga pokok produksi secara akurat

yang berguna untuk menentukan harga jual yang kompetitif.

Harga pokok produksi terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya produksi tidak langsung (BPTL). Harga pokok

produksi sangat penting karena berfungsi untuk menetapkan harga jual

produk dan laba yang dihasilkan oleh perusahaan, mengukur efisiensi

pelaksanaan proses produksi perusahaan, menilai persediaan akhir, dan

mengambil keputusan khusus bagi perusahaan.

Hingga saat ini masih banyak perusahaan yang menggunakan

metode biaya tradisional pada perhitungan harga pokok produksinya. Pada

metode biaya tradisional, pembebanan biaya bahan langsung dan biaya

1
2

tenaga kerja langsung pada produk yang dihasilkan dapat dilakukan dengan

tepat dan mudah karena biaya ini dapat ditelusuri secara langsung dan

memiliki hubungan kausal dengan produk yang dihasilkan, sedangkan

pembebanan BPTL pada produk yang dihasilkan perlu dilakukan dengan

cermat karena biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung sehingga

memerlukan penelusuran pemicu atau metode alokasi tertentu.

Dalam metode biaya tradisional, pengalokasian BPTL pada produk

yang dihasilkan menggunakan pemicu tingkat unit. Pengalokasian BPTL

dengan menggunakan pemicu tingkat unit dapat menyebabkan adanya

distorsi dalam perhitungan harga pokok produksi. Khususnya pada

perusahaan yang menghasilkan keberagaman produk yang memiliki

kompleksitas yang berbeda dan BPTL yang jumlahnya besar. Hal ini

disebabkan tidak semua BPTL berkaitan dengan tingkat unit (unit level) dan

tidak semua BPTL dikonsumsi secara proporsional oleh produk atau rasio

konsumsi (consumption ratio) masing-masing produk atas BPTL berbeda-

beda. Oleh karena itu, diperkenalkanlah metode perhitungan harga pokok

produksi yang lebih akurat yang dikenal dengan metode Activity Based

Costing (ABC).

Pembebanan biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung

terhadap produk yang dihasilkan pada metode ABC adalah sama seperti

pada metode biaya tradisional. Perbedaan terletak pada pembebanan BPTL

terhadap produk yang dihasilkan. Metode ABC berfokus pada pembebanan

biaya berdasarkan pola konsumsi sumber daya terhadap produk yang


3

dihasilkan. Metode ABC mengasumsikan bahwa aktivitas mengonsumsi

sumber daya dan produk yang dihasilkan mengonsumsi aktivitas. Dengan

demikian pada metode ABC, tahap pertama adalah membebankan biaya

(sumber daya) ke aktivitas, tahap kedua adalah membebankan biaya

aktivitas ke produk atau objek biaya lain (jasa/departemen). Aktivitas pada

metode ABC diklasifikasikan menjadi empat kategori yaitu, unit-level

activities, batch-level activities, product-level activities, dan facility-level

activities. Pembebanan BPTL dilakukan berdasarkan proporsi dari setiap

aktivitas yang dikonsumsi oleh produk yang dihasilkan disebut juga sebagai

rasio konsumsi.

Penerapan metode ABC memiliki beberapa kendala, antara lain

membutuhkan biaya yang besar dalam proses wawancara dan survei,

menghasilkan data yang mahal untuk disimpan, diproses, dan dilaporkan,

dan membaharui metode sesuai dengan perubahan keadaan yang sulit

dilakukan. (Kaplan dan Anderson, 2007, p. 7)

Kaplan dan Anderson (2007, p. 7) memperkenalkan pendekatan baru

yang dikenal dengan Time-Driven Activity Based Costing (TDABC) sebagai

solusi dari berbagai kendala dalam penerapan metode ABC yang

konvensional. Metode TDABC mengeliminasi proses wawancara dan survei

untuk mengalokasikan biaya sumber daya ke aktivitas lalu ke produk yang

dihasilkan sehingga menghasilkan perhitungan yang lebih mudah, murah,

dan lebih akurat dibandingkan dengan ABC konvensional.


4

Dalam TDABC, pembebanan biaya ke aktivitas dilakukan secara

langsung dengan estimasi waktu. Hal ini memudahkan perusahaan untuk

menentukan rasio konsumsi aktivitas selama proses produksi, yang dapat

diukur dan diestimasi dalam jumlah waktu. Kelebihan yang dimiliki oleh

TDABC antara lain membangun model yang akurat dengan mudah dan

cepat, mengintegrasi dengan data yang tersedia dari Enterprise Resource

Planning (ERP) dan Customer Relationship Management (CRM),

menyediakan informasi untuk efisiensi proses dan pemanfaatan kapasitas,

membantu dalam memprediksi permintaan sumber daya, menyediakan

pemeliharaan model yang cepat dan murah, membantu perusahaan atau

industri dengan kompleksitas yang tinggi, dan menyediakan informasi untuk

mengidentifikasi masalah sehingga metode TDABC sangat potensial untuk

diterapkan pada perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis akan menganalisis mengenai

penerapan metode TDABC pada perhitungan harga pokok produk Remaja

Tailor yang bergerak di bidang usaha penyediaan jasa penjahitan pakaian.


5

1.2 Rumusan dan Pembatasan Masalah

1.2.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

Bagaimana perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan

TDABC?

1.2.2. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi perhitungan harga pokok

produk menggunakan data tahun 2017 yang dimiliki oleh Remaja Tailor

sebagai penyedia jasa penjahitan pakaian.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah:

Menghitung harga pokok produk Remaja Tailor dengan TDABC.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah:

1. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi perusahaan

dalam perhitungan harga pokok produk yang lebih akurat dengan

menggunakan metode TDABC.


6

2. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan pembaca mengenai perhitungan harga pokok produk dengan

metode TDABC terutama pada perusahaan yang bergerak di bidang

penjahitan pakaian.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini terbagi dalam lima bab yang disusun dengan sistematika

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan dan

pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II LANDASAN TEORETIS

Bab ini menjelaskan mengenai landasan teori yang relevan dengan

penelitian yang meliputi pengertian biaya, biaya produksi dan non produksi,

pengertian jasa, harga pokok jasa, metode biaya tradisional, metode ABC

dan metode TDABC, tinjauan pustaka, dan skema penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan mengenai waktu dan tempat penelitian, metode

pengumpulan data, dan metode analisis data.


7

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum objek penelitian, analisis

data, pembahasan mengenai perhitungan harga pokok produk yang

dilakukan perusahaan saat ini, dan perhitungan harga pokok produk dengan

menggunakan TDABC.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi simpulan dari permasalahan yang telah dibahas pada bab

sebelumnya dan saran-saran yang diharapkan akan berguna bagi

perusahaan.
BAB II

LANDASAN TEORETIS

2.1 Kerangka Teoretis

2.1.1 Pengertian Biaya

Hansen dan Mowen (2015, p. 32) mendefinisikan “Cost is cash or cash

equivalent value sacrificed for goods and services that are expected to bring

a current or future benefit to the organization.” Sedangkan Horngren, Datar,

dan Rajan (2015, p. 51) mendefinisikan “A cost is a resource sacrificed or

forgone to achieve a specific objective. A cost (such as the cost of labor or

advertising) is usually measured as the monetary amount that must be paid

to acquire goods or services.”

2.1.2 Biaya Produksi dan Non Produksi

Berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan, biaya dapat diklasifikasikan

menjadi biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya produksi adalah biaya

yang berkaitan dengan kegiatan memproduksi barang atau menyediakan

jasa. Biaya produksi terdiri dari: (1) biaya bahan langsung adalah biaya

bahan yang dapat ditelusuri ke produk atau jasa yang diproduksi. Biaya ini

dapat dibebankan atau diidentifikasi secara langsung ke produk melalui

observasi fisik untuk menentukan kuantitas yang digunakan oleh masing-

masing produk. Contoh: biaya kain, biaya kancing, dan biaya resleting untuk

membuat pakaian; (2) biaya tenaga kerja langsung adalah balas jasa yang

8
9

dibayarkan kepada tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam

pengerjaan suatu produk atau jasa. Biaya ini dapat ditelusuri secara

langsung pada produk atau jasa yang sedang dihasilkan. Contoh: upah

penjahit yang menjahit pakaian; (3) BPTL adalah seluruh biaya produksi

selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya ini tidak

dapat ditelusuri secara langsung pada produk atau jasa. Contoh: biaya

bahan tidak langsung, upah tidak langsung, beban penyusutan bangunan

dan peralatan pabrik, dan beban pemeliharaan pabrik. Jumlah biaya bahan

langsung dan biaya tenaga kerja langsung disebut biaya utama (prime cost).

Sedangkan jumlah biaya tenaga kerja langsung dan biaya produksi tidak

langsung disebut biaya konversi (conversion cost).

Biaya non produksi adalah biaya yang berkaitan dengan fungsi

penjualan dan administrasi perusahaan. Biaya non produksi dibagi menjadi

biaya pemasaran (penjualan) dan biaya umum administrasi. Biaya

pemasaran terkait dengan biaya yang diperlukan untuk memperoleh

pesanan dan memenuhi pesanan. Contoh: beban iklan, beban gaji bagian

penjualan, dan beban pengiriman. Sedangkan biaya umum administrasi

merupakan seluruh biaya yang terjadi dalam hubungannya dengan kegiatan

penyusunan kebijakan dan kegiatan umum administrasi perusahaan.

Contoh: beban listrik kantor, beban gaji bagian akuntansi, dan beban gaji

direksi.
10

2.1.3 Pengertian Jasa

Hansen dan Mowen (2015, p. 35) mendefinisikan “Service are task or

activities performed for a customer or an activity performed by a customer

using an organization’s products or facilities. Service are also produced using

materials, labor, and capital inputs.”

Berdasarkan definisi di atas, jasa memiliki tiga ciri utama, yaitu:

1. Tidak berwujud, jasa tidak dapat dilihat, diraba, didengar, atau dirasakan

hasilnya sebelum dilakukan pembelian jasa.

2. Tidak dapat bertahan lama, jasa tidak dapat disimpan di masa depan.

3. Tidak terpisahkan, jasa tidak dapat dipisahkan antara perusahaan jasa

dan pembeli jasa karena jasa membutuhkan kontak secara langsung

untuk proses penyediaan jasa.

2.1.4 Harga Pokok Jasa

Pada perusahaan jasa, tidak terdapat produk untuk dibeli (perusahaan

dagang) atau diproduksi (perusahaan manufaktur). Perusahaan jasa juga

tidak memiliki persediaan barang awal dan akhir karena salah satu ciri utama

jasa adalah tidak dapat bertahan lama atau tidak dapat disimpan. Oleh

karena itu, terdapat perbedaan dalam perhitungan harga pokok produk pada

perusahaan jasa. Harga pokok jasa adalah seluruh biaya yang dikeluarkan

perusahaan dalam proses penyediaan jasa dan biaya operasional

sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan perusahaan, yaitu biaya bahan

langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya tidak langsung.


11

2.1.5 Metode Biaya Tradisional

Hansen dan Mowen (2015, p. 47) mendefinisikan “A cost accounting system

that uses only unit-based activity drivers to assign cost to cost objects is

called a traditional cost system.” Pada metode biaya tradisional, biaya bahan

langsung dan biaya tenaga kerja langsung dapat dengan mudah dibebankan

ke produk atau jasa yang dihasilkan. Kedua jenis biaya ini dapat dibebankan

(diidentifikasi) secara langsung pada produk jadi, karena biaya ini memiliki

hubungan kausal dengan produk atau jasa (departemen). Sedangkan BPTL

tidak dapat ditelusuri secara langsung pada produk atau jasa yang

dihasilkan. Pembebanan BPTL menggunakan penelusuran pemicu atau

metode alokasi tertentu.

Direct Direct
Overhead
Materials Labor

Direct Tracing
Driver Tracing
Allocation

Direct Direct
Tracing Tracing Plant/Departemental
Cost Pools

Unit-Based
Drivers

PRODUCTS

Gambar 2.1: Unit-Based Product-Costing Model


Sumber: Hansen, Mowen, & Guan, 2009, p. 86.
12

Dalam metode biaya tradisional, BPTL dibebankan menggunakan tarif

BPTL yang ditetapkan dimuka (predetermined overhead rate) berdasarkan

pemicu tingkat unit. Pemicu tingkat unit dapat berupa: unit yang diproduksi,

jam kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya

bahan langsung.

Predetermined overhead rate dapat dihitung dengan rumus: (Hansen dan

Mowen, 2015, p. 141)

Budgeted annual overhead


Overhead rate 
Budgeted annual driver level

Selanjutnya predetermined overhead rate digunakan untuk menghitung

 BPTL yang dibebankan (applied overhead) ke produk dengan rumus:

Applied overhead  Overhead rate  Actual driver usage

Setelah mendapatkan total applied overhead, perusahaan dapat melakukan


 perhitungan harga pokok produksi (Cost of Goods Manufactured/COGM)

dengan rumus sebagai berikut:

COGM  Total direct materials Total direct labor  Total applied overhead

COGM /unit unit cost  


 Total direct materials  Total direct labor  Total applied overhead
Volume produced

Metode biaya tradisional dapat menyebabkan distorsi dalam


 perhitungan harga pokok produksi, karena pembebanan BPTL terhadap

produk atau jasa yang tidak akurat.


13

Terdapat dua faktor utama yang menjadi kendala dalam penerapan

metode biaya tradisional dalam perhitungan harga pokok produksi (Hansen

dan Mowen, 2015, p. 148), yaitu:

1. BPTL yang berkaitan dengan non unit-level

BPTL ada yang berkaitan dengan unit-level (jumlah unit yang diproduksi)

dan non unit-level. Metode biaya tradisional mengasumsikan bahwa

konsumsi BPTL pada produk berkaitan dengan jumlah unit yang

diproduksi dan menggunakan pemicu tingkat unit untuk membebankan

BPTL pada produk atau jasa yang dihasilkan. Maka penggunaan pemicu

tingkat unit untuk membebankan BPTL ke produk atau jasa yang

dihasilkan menjadi kurang tepat. Hal ini menyebabkan terjadinya distorsi

biaya pada perhitungan harga pokok produksi. Besarnya distorsi biaya

tergantung pada proporsi total BPTL yang berkaitan dengan non unit-

level.

2. Keberagaman dan kompleksitas produk

Keberagaman produk disebabkan oleh perbedaan dalam hal ukuran

produk, kompleksitas produk, setup time, dan ukuran dari batch.

Keberagaman produk dengan kompleksitas yang berbeda-beda dapat

menyebabkan distorsi biaya produk. Semakin kompleks pengerjaan suatu

produk maka semakin besar perbedaan rasio konsumsi BPTL yang harus

dibebankan pada masing-masing produk.


14

2.1.6 Metode Activity Based Costing (ABC)

Kelemahan dalam metode biaya tradisional mendasari penggunaan metode

Activity Based Costing (ABC) untuk memperoleh perhitungan harga pokok

produksi yang lebih akurat. Hansen dan Mowen (2015, p. 48) mendefinisikan

“A cost accouting system that uses both unit- and non-unit-based activity

drivers to assign activity costs to cost object is called an activity-based cost

(ABC) system.” Sedangkan Horngren, Datar, dan Rajan (2015, p. 180)

mendefinisikan “Activity-based costing (ABC) refines a costing system by

identifying individual activities as the fundamental cost objects.”

Metode ABC mengasumsikan bahwa aktivitas mengkonsumsi sumber

daya (biaya) dan produk yang dihasilkan mengkonsumsi aktivitas. Dalam

metode ABC, tahap pertama adalah membebankan biaya ke aktivitas, dan

tahap kedua adalah biaya aktivitas dibebankan ke produk atau objek biaya

lainnya (jasa/departemen). Sama halnya dengan metode biaya tradisional,

maka metode ABC dapat dengan mudah membebankan biaya bahan

langsung dan biaya tenaga kerja langsung ke produk atau jasa yang

dihasilkan melalui penelusuran langsung, sedangkan dalam pembebanan

BPTL menggunakan pemicu aktivitas.


15

Direct Direct
Material Labor Overhead

Resource
Driver

Activity Cost
Direct Direct Pools
Tracing Tracing

Activity Cost
Drivers

PRODUCTS
Gambar 2.2: Activity-Based Costing Model
Sumber: Hansen, Mowen, & Guan, 2009, p. 97.

Untuk membantu dalam mengidentifikasi pemicu aktivitas, maka

aktivitas diklasifikasikan menjadi empat kategori, yaitu:

1. Unit-level activities merupakan aktivitas yang terjadi setiap kali sebuah

unit diproduksi. Semakin banyak jumlah unit yang diproduksi, maka

semakin banyak aktivitas yang dilakukan. Contohnya penggilingan,

pemolesan, dll.

2. Batch-level activities merupakan aktivitas yang tidak berkaitan dengan

jumlah unit yang diproduksi, namun tergantung dari jumlah batch aktivitas

tersebut dilakukan. Contohnya adalah penyetelan, inspeksi

(menggunakan unit sampling dari batch), pembelian, dan penanganan

bahan baku.
16

3. Product-level activities merupakan aktivitas yang terjadi setiap kali

berbagai macam jenis produk dari perusahaan diproduksi. Semakin

banyak aktivitas dilakukan, maka semakin banyak jenis produk yang

dihasilkan oleh perusahaan. Contohnya aktivitas riset dan

pengembangan, perubahan teknik mesin, pengembangan prosedur

percobaan produk, perkenalan produk baru, dan percepatan produk.

4. Facility-level activities merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh

perusahaan, namun tidak berkaitan secara langsung dengan produk.

Aktivitas ini dilakukan untuk perusahaan secara keseluruhan. Contohnya

penyediaan fasilitas, pemeliharaan dasar, dan penyediaan keamanan

gedung.

Kaplan dan Anderson (2007, p.7) mengemukakan kelemahan dari

implementasi metode ABC sebagai berikut:

1. Proses wawancara dan survei menghabiskan banyak waktu dan biaya.

2. Data bersifat subjektif dan sulit divalidasi.

3. Data yang mahal untuk disimpan, diproses, dan dilaporkan.

4. Bersifat lokal dan tidak terintegrasi dengan kesempatan keuntungan yang

lebih luas.

5. Tidak mudah diperbaharui untuk mengakomodasi perubahan dalam

proses produksi.

6. Teori ABC tidak tepat karena mengabaikan potensi kapasitas yang tidak

terpakai.
17

2.1.7 Metode Time-Driven Activity Based Costing (TDABC)

Dengan kesulitan yang dialami perusahaan dalam penerapan metode ABC,

metode TDABC hadir memberikan solusi dalam menghindari proses

wawancara dan survei yang membutuhkan waktu dan biaya yang besar

dalam menentukan pemicu aktivitas. Pengertian metode TDABC adalah:

“TDABC is a before-the-fact simplification method that simplifies Stage 1 by

eliminating the need for detailed interviewing and surveying to determine

resource drivers. Activities still must be identified, However, TDABC assigns

resource cost to activities in a very simple and straightforward way.” (Hansen

dan Mowen 2015, p. 165). Metode TDABC juga menghemat waktu yang

dibutuhkan untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas lalu ke

produk dengan cara yang sederhana dan mudah. Menurut Kaplan dan

Anderson (2007, p.7), metode TDABC merupakan metode yang lebih

sederhana, murah, dan cepat untuk diterapkan pada perhitungan biaya

perusahaan yang terletak pada estimasi waktu yang digunakan untuk

aktivitas tertentu dibandingkan dengan metode ABC konvensional.

Langkah-langkah pada metode TDABC dalam membebankan biaya

ke aktivitas (Hansen dan Mowen, 2015, p.165), yaitu:

1. Menghitung total biaya operasi dari departemen atau proses dari

kapasitas sumber daya yang tersedia (biaya dari seluruh sumber daya

seperti peralatan, tenaga kerja, bahan baku, dll).


18

2. Menghitung tarif biaya kapasitas (capacity cost rate) dengan membagi

total biaya sumber daya dengan kapasitas praktikal dari sumber daya

yang tersedia dengan rumus sebagai berikut:

Cost of resources sup plied


Capacity cost rate 
Pr actical capacity of resources sup plied

3. Menentukan waktu yang diperlukan untuk melakukan satu unit aktivitas

 (time to perform one unit of activity) dan menghitung tarif aktivitas (activity

rate). Satu unit aktivitas merupakan satu unit dari pemicu aktivitas.

Dengan mengkalikan tarif biaya kapasitas yang sebelumnya telah

dihitung dengan waktu yang diperlukan untuk melakukan satu unit

aktivitas diperoleh tarif aktivitas dengan rumus sebagai berikut:

Activity rate  Capacity cost rate  Time to perform one unit of activity

4. Menghitung biaya aktivitas (activity cost) dengan mengkalikan tarif



aktivitas yang sebelumnya telah dihitung dengan total output aktivitas

(total activity output) maka akan didapatkan biaya aktivitas dengan rumus

sebagai berikut:

Activity cost  Activity rate  Total activity output

Kelebihan dari metode TDABC (Kaplan dan Anderson, 2007, p.18)


 adalah:

1. Mudah dan cepat untuk dikembangkan menjadi model yang akurat.

2. Terintegrasi dengan data yang tersedia dari Enterprise Resource

Planning (ERP) dan sistem manajemen hubungan pelanggan.


19

3. Pemicu biaya atas transaksi dan pesanan menggunakan karakteristik

spesifik dari pesanan tertentu, proses, pemasok dan pelanggan.

4. Dapat dijalankan setiap bulan untuk menentukan operasi ekonomi yang

terbaru.

5. Menyediakan visibilitas untuk efisiensi proses dan pemanfaatan

kapasitas.

6. Mengestimasi permintaan sumber daya.

7. Dengan mudah mengukur model perusahaan yang luas.

8. Cepat dan murah dalam pemeliharaannya.

9. Menyediakan informasi untuk membantu mengidentifikasi penyebab

masalah.

10. Dapat digunakan diindustri atau perusahaan dengan kompleksitas

pelanggan, produk, jaringan, kelas, proses dll.

2.2 Tinjauan Pustaka

Ievtushenko dan Hodge (2012) melakukan penelitian mengenai pentingnya

metode estimasi biaya pada proses pengembangan produk tekstil. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa metode TDABC lebih akurat dalam

mengestimasi biaya ketika perusahaan memiliki produk yang kompleks dan

informasi yang rinci mengenai produk tersebut. Penelitian ini juga

menyatakan banyaknya perusahaan tekstil yang tidak menyadari bahwa

perkiraan biaya produk dapat menyebabkan kerugian finasial yang signifikan

ditengah lingkungan industry tekstil yang sangat kompetitif. Oleh karena itu,
20

metode TDABC dapat diterapkan pada perusahaan tekstil untuk membangun

proses manajemen biaya yang lebih efektif. Keuntungan utama dari metode

TDABC di bidang tekstil adalah memungkinkan desainer untuk melihat

korelasi yang jelas antara fitur built-in dan total biaya produk. Hal ini

memungkinkan untuk mengoptimalkan desain produk agar dapat mencapai

target biaya. Selain itu, metode TDABC lebih mudah penerapannya karena

mengeliminasi proses pengumpulan informasi untuk produk yang berbeda.

Tidak seperti metode ABC konvensional yang hanya dapat digunakan untuk

mengestimasi biaya pada tahap akhir proses pengembangan produk,

metode TDABC dapat digunakan pada tahap perancangan produk baru.

Giannetti, Venneri, dan Vitali (2011) melakukan penelitian mengenai

penerapan model TDABC pada bandara di Italia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa metode TDABC dapat berguna untuk mendukung

pengelolaan kapasitas, mendorong hubungan antara sistem penetapan

biaya, strategi, dan operasi. Keakuratan data yang didapat, baik dari segi

waktu maupun biaya dapat berbeda antara waktu yang tercatat dengan

realisasinya, salah satunya disebabkan oleh kondisi cuaca. Oleh karena itu,

dalam proses TDABC, penting juga untuk mengevaluasi sifat aktivitas yang

diukur dan keakuratan data yang dikumpulkan.

Dalci, Veyis, dan Kosan (2010) melakukan penelitian mengenai

penerapan model TDABC pada hotel di Turki. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa beberapa segmen pelanggan yang tidak menguntungkan

berdasarkan metode ABC konvensional menjadi menguntungkan setelah


21

dilakukan penerapan TDABC. Studi kasus ini juga mengungkapkan bahwa

terdapat biaya sumber daya yang belum digunakan secara maksimal yaitu

bagian kantor depan, rumah tangga, persiapan makanan, dan kegiatan

pemasaran. TDABC dapat digunakan untuk menganalisis masalah yang

dihadapi perusahaan agar seluruh sumber daya yang dimiliki dapat berguna

untuk meningkatkan kinerja hotel secara keseluruhan.

Clark dan Sopariwala (2017) melakukan penelitian mengenai

penerapan metode TDABC pada Metro Health selaku penyedia jasa

kesehatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode TDABC

memperbaiki pemanfaatan sumber daya dan meningkatkan pemahaman

biaya yang penting dalam memberikan pelayanan kesehatan. Biaya per

kunjungan dapat ditentukan dengan lebih akurat setelah mempertimbangkan

berbagai kompleksitas setiap kunjungan. TDABC dapat mengembangkan

sistem basis data yang menyediakan informasi secara lebih rinci sehingga

memungkinkan analisis dan tren. Data ini dapat digunakan untuk

membandingkan kelompok atau departemen sumber daya yang kurang

efisien untuk upaya perbaikan proses. Dengan demikian, organisasi dapat

lebih memahami hubungan antara biaya yang terjadi dan pengaruhnya

terhadap perawatan pasien.

Everaert, Cleuren, dan Hoozee (2012) melakukan penelitian

mengenai penerapan TDABC pada restoran kampus. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa persamaan waktu dalam TDABC dapat mendorong

pemahaman mengenai aktivitas kerja secara lebih rinci sehingga perbaikan


22

operasional dapat dilakukan. TDABC dapat memberikan informasi yang

berguna pada restoran universitas. Karena harga jual tetap dan permintaan

tidak terdistribusi secara merata selama seminggu, makanan yang paling

menguntungkan harus ditawarkan pada hari-hari tersibuk. TDABC telah

memperbaiki penawaran makanan dari restoran universitas. Setelah

dilakukan analisis terperinci mengenai berbagai aktivitas, beberapa

perbaikan operasional dapat diidentifikasi.

2.3 Skema Penelitian

Penulis akan menerapkan metode TDABC dalam perhitungan harga pokok

produk pada Remaja Tailor untuk mendapatkan harga pokok produk yang

lebih akurat. Skema dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Identifikasi Aktivitas
Jasa

Rasio Konsumsi Pembebanan Biaya


Biaya Tidak Tidak Langsung ke
Langsung Aktivitas

Pemicu
Kapasitas Waktu Waktu Menghitung Tarif per
(JKL) Aktivitas

Penelusuran
Langsung Menghitung Harga
Biaya Bahan Pokok Produk
Langsung dengan TDABC

Gambar 2.3: Skema Penelitian


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan survei pada Remaja Tailor yang beralamat di Jl. Raya

Ragunan No. 44, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Survei ini dilakukan selama

bulan Februari 2018. Selama melakukan survei ini, penulis mengamati

berbagai aktivitas yang dilakukan Remaja Tailor dalam proses penyediaan

jasa. Selain itu penulis juga melakukan pengumpulan data yang berkaitan

dengan penelitian ini, yaitu data tentang biaya-biaya yang timbul dalam

proses penyediaan jasa pada tahun 2017 yang merupakan komponen

penting dalam menganalisis perhitungan harga pokok produk dengan

TDABC. Survei kemudian berlanjut dengan wawancara yang dilakukan

dengan pemilik, kasir, dan karyawan Remaja Tailor.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Biaya langsung

Biaya langsung adalah biaya yang dapat secara langsung ditelusuri ke

produk yang dihasilkan. Dalam penelitian ini, biaya langsung yang

digunakan perusahaan adalah biaya bahan langsung. Satuan ukuran

biaya langsung adalah Rupiah.

23
24

2. Biaya tidak langsung

Biaya tidak langsung adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk menyediakan kapasitas sumber daya selain biaya

bahan langsung. Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung ke

produk yang dihasilkan karena digunakan secara bersama-sama. Biaya

ini meliputi biaya tenaga kerja, bahan tidak langsung, penyusutan

bangunan dan peralatan, pemeliharaan, persediaan, listrik, air, asuransi,

dan pajak. Satuan ukuran biaya tidak langsung adalah Rupiah dan skala

pengukuran yang digunakan adalah rasio konsumsi biaya tidak langsung

oleh setiap aktivitas.

3. Kapasitas waktu

Kapasitas waktu adalah waktu yang tersedia untuk setiap aktivitas

dalam proses penyediaan jasa. Kapasitas waktu dihitung berdasarkan

total waktu jam kerja langsung (JKL) yang tersedia dari seluruh

karyawan selama satu tahun (setelah dikurangi waktu untuk istirahat dan

waktu lainnya saat pekerjaan terhenti) dan estimasi waktu yang

dibutuhkan oleh karyawan dalam melakukan setiap aktivitas. Satuan

ukuran kapasitas waktu adalah menit dan skala pengukuran yang

digunakan adalah rasio konsumsi waktu oleh setiap aktivitas.

4. Tarif per aktivitas

Tarif per aktivitas adalah total biaya tidak langsung dari setiap aktivitas

dibagi dengan kapasitas waktu yang tersedia untuk setiap aktivitas.

Satuan ukuran tarif per aktivitas adalah Rupiah per menit dan skala
25

pengukuran yang digunakan adalah rasio konsumsi biaya tidak langsung

dan waktu oleh setiap aktivitas.

5. Harga pokok produk

Harga pokok produk terdiri dari biaya bahan langsung dan biaya tidak

langsung. Biaya bahan langsung dibebankan secara langsung ke produk

yang dihasilkan, sedangkan biaya tidak langsung dihitung dengan

mengalikan tarif per aktivitas dengan konsumsi waktu yang dibutuhkan

untuk menghasilkan setiap unit produk. Satuan ukuran harga pokok

produksi adalah Rupiah dan skala pengukuran yang digunakan adalah

rasio konsumsi biaya bahan langsung dan biaya tidak langsung oleh

produk yang dihasilkan berdasarkan TDABC.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

diperoleh dari Remaja Tailor. Data tersebut diperoleh dengan menggunakan

beberapa cara, yaitu:

1. Observasi langsung

Penulis mengamati aktivitas utama dan aktivitas pendukung yang terjadi

selama proses penyediaan jasa. Penulis juga mengumpulkan informasi

mengenai estimasi waktu yang dibutuhkan untuk melakukan setiap

aktivitas penyediaan jasa.


26

2. Wawancara mendalam

Penulis melakukan wawancara dengan narasumber untuk

mengumpulkan informasi mengenai data yang diperlukan dalam

penelitian ini seperti, sejarah perusahaan, struktur organisasi, waktu

operasional, jenis produk yang ditawarkan, proses penyediaan jasa, dan

biaya-biaya yang terjadi dalam proses tersebut. Narasumber yang

diwawancarai penulis meliputi pemilik, kasir, dan karyawan.

3. Studi kepustakaan

Penulis mempelajari jurnal, literatur, dan sumber tertulis lainnya yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti dalam penulisan skripsi ini.

3.4 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yang akan

memberikan penjelasan mengenai variabel utama penelitian ini yaitu harga

pokok produk Remaja Tailor. Untuk melakukan perhitungan harga pokok

produk, penulis mengunakan TDABC yang menekankan pada konsumsi

waktu yang dibutuhkan setap aktivitas dalam proses penyediaan jasa. Data

berupa biaya-biaya yang telah diperoleh akan diolah secara sistematis dalam

bentuk tabel.

Berikut ini lima tahapan dalam perhitungan harga pokok produk

dengan menggunakan TDABC:


27

1. Mengidentifikasi aktivitas

Langkah pertama adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas utama dan

pendukung dalam proses penyediaan jasa.

2. Mengidentifikasi biaya yang dikonsumsi aktivitas

Setelah mengidentifikasi aktivitas, langkah kedua adalah mengidentifikasi

biaya-biaya yang berhubungan dengan proses penyediaan jasa yaitu,

biaya bahan langsung dan biaya tidak langsung.

3. Membebankan biaya-biaya

Dalam tahap ini, dilakukan dua langkah sebagai berikut:

a. Membebankan biaya bahan langsung melalui penelusuran langsung

ke produk yang dihasilkan

b. Membebankan biaya tidak langsung berdasarkan rasio konsumsi

biaya tidak langsung oleh setiap aktivitas.

4. Menghitung tarif per aktivitas

Dalam menghitung tarif per aktivitas, diperlukan dua langkah sebagai

berikut:

a. Menghitung kapasitas waktu berdasarkan rasio konsumsi waktu oleh

setiap aktivitas

b. Menghitung tarif per aktivitas dengan membagi total biaya tidak

langsung dari masing-masing aktivitas dengan konsumsi waktu yang

digunakan setiap aktivitas.


28

5. Menghitung harga pokok produk

Dalam menghitung harga pokok produk, diperlukan dua langkah sebagai

berikut:

a. Menelusuri biaya tidak langsung ke produk yang dihasilkan dengan

cara mengalikan tarif per aktivitas dengan konsumsi waktu yang

dibutuhkan setiap unit produk

b. Menjumlahkan biaya bahan langsung dan biaya tidak langsung

sehingga diperoleh harga pokok produk per unit.


BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Perusahaan

Remaja Tailor merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan

jasa penjahitan pakaian yang beralamat di Jl. Raya Ragunan No. 44, Pasar

Minggu, Jakarta Selatan. Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Herman

Sasongko pada tahun 1996. Sebelumnya, pemilik telah memiliki perusahaan

yang bergerak di bidang penjualan tekstil. Namun seiring dengan banyaknya

permintaan pelanggan atas jasa penjahitan pakaian, pemilik memutuskan

untuk mengembangkan bisnisnya, dengan merambah ke bidang penjahitan

pakaian. Pada awal berdirinya, Remaja Tailor memiliki empat orang penjahit

yang melakukan seluruh kegiatan operasional perusahaan. Kegiatan ini

dilakukan di tempat yang sama dengan toko tekstil.

Saat ini perusahaan memiliki bangunan milik sendiri tepat di sebelah

toko tekstil yang terdiri dari ruangan kasir dan ruangan produksi. Remaja

Tailor memiliki 17 orang karyawan yang terdiri dari satu orang koordinator

produksi, dua orang bagian ukur dan potong, delapan orang penjahit, satu

orang penjahit jas, tiga orang bagian penyelesaian, satu orang bagian

penyetrikaan, dan satu orang bagian kasir. Waktu operasional perusahaan

adalah hari Senin hingga Sabtu pukul 09.00-17.00 dan libur setiap tanggal

merah.

29
30

Remaja Tailor memiliki tujuan untuk menjadi usaha yang lebih besar

dan lebih maju serta berdampak bagi pekerja dan masyarakat. Untuk

mencapai tujuannya, perusahaan melakukannya dengan cara memproduksi

produk yang berkualitas, melayani pelanggan lama maupun baru dengan

baik dan sepenuh hati, menyelesaikan pesanan pelanggan tepat waktu, dan

mengurangi pengangguran dengan memberikan kesempatan bekerja bagi

orang yang berpendidikan rendah.

4.2.2 Struktur Organisasi

Pemilik

Koordinator Bagian
Produksi Kasir

Bagian ukur & potong

Bagian penyelesaian

Bagian penyetrikaan

Penjahit

Penjahit jas

Gambar 4.1: Struktur Organisasi Remaja Tailor


Sumber: Diolah peneliti (2018).
31

Struktur organisasi di atas menggambarkan hubungan antara tiap bagian

serta posisi yang ada pada Remaja Tailor dalam menjalankan kegiatan

operasional penyediaan jasa penjahitan pakaian. Uraian singkat mengenai

tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam

struktur organisasi Remaja Tailor adalah sebagai berikut:

1. Pemilik

a. Menetapkan strategi untuk mencapai tujuan perusahaan

b. Membuat kebijakan yang diperlukan agar kegiatan perusahaan

sesuai dengan prosedur dan standar yang diinginkan

c. Mengawasi kegiatan perusahaan secara keseluruhan

d. Mengambil keputusan dan tindakan yang harus dilakukan untuk

menyelesaikan masalah-masalah perusahaan

e. Mengevaluasi kinerja perusahaan dan karyawan.

2. Koordinator produksi

a. Melakukan koordinasi dengan karyawan produksi dan memberikan

pengarahan dalam hal produksi

b. Menghitung keperluan bahan dan perlengkapan yang diperlukan

dalam kegiatan produksi

c. Mengawasi seluruh kegiatan produksi dan bertanggung jawab

langsung terhadap pemilik

d. Melakukan pengecekan terhadap kualitas produk yang dihasilkan

e. Mengatur pemeliharaan dan perawatan peralatan produksi agar

dapat berfungsi dengan baik.


32

3. Bagian kasir

a. Menerima pesanan pelanggan dan meneruskan ke bagian produksi

b. Menentukan waktu penyelesaian pesanan pelanggan

c. Membeli bahan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk kegiatan

produksi

d. Menyerahkan pesanan yang telah selesai kepada pelanggan dan

menerima pembayaran

e. Melakukan pencatatan atas seluruh transaksi yang terjadi pada

perusahaan.

4. Bagian ukur dan potong

a. Mengunjungi tempat pelanggan yang memesan dalam jumlah besar

b. Membuat desain pakaian sesuai dengan keinginan pelanggan dan

merekomendasikan pilihan kain kepada pelanggan

c. Melakukan proses pengukuran sesuai dengan fitting yang diinginkan

pelanggan

d. Melakukan proses pembuatan pola sesuai dengan desain dan

ukuran yang telah ditentukan

e. Melakukan proses pemotongan sesuai pola.

5. Bagian penyelesaian

a. Melakukan proses pengobrasan pada pinggiran kain yang telah

dipotong

b. Melakukan proses penyelesaian pada pakaian yang sudah dijahit


33

c. Melakukan proses pengecekan jahitan dan pembuangan benang

sisa.

6. Penjahit

a. Melakukan proses penjahitan sesuai dengan desain yang telah

ditentukan.

7. Penjahit jas

a. Melakukan proses penjahitan jas sesuai dengan desain yang telah

ditentukan.

8. Bagian penyetrikaan

a. Melakukan proses penyetrikaan pada pakaian

b. Menggantung pakaian yang telah disetrika di lemari pesanan yang

telah selesai

c. Mengemas pakaian jas menggunakan sarung khusus jas.

4.1.3 Fasilitas dan Peralatan Perusahaan

Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh Remaja Tailor adalah sebagai berikut:

1. Ruang kasir

Ruangan ini merupakan tempat berlangsungnya kegiatan interaksi

dengan pelanggan, seperti penerimaan pesanan, pembuatan desain

pakaian, pengukuran, pengambilan pesanan dan pembayaran.

2. Ruang produksi

Ruang produksi merupakan tempat berlangsungnya kegiatan produksi

perusahaan, meliputi proses penyiapan bahan dan perlengkapan,


34

pembuatan pola, pemotongan, pengobrasan, penjahitan, penyelesaian,

penyetrikaan, dan pengemasan produk pakaian jadi.

Peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh Remaja Tailor

dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:

1. Peralatan mekanis, yaitu peralatan yang menggunakan tenaga listrik,

yaitu mesin obras, mesin jahit, mesin lubang kancing, setrika, kipas

angin, dispenser, telepon, dan televisi.

2. Peralatan manual, yaitu meja potong, meja mesin obras, meja mesin

jahit, meja mesin lubang kancing, meja setrika, kursi, meja kasir, kaca,

gunting jahit, gantungan baju, lemari penyimpanan, dan sofa.

3. Perlengkapan produksi, yaitu gunting kain, gunting kecil, meteran,

penggaris, jarum jahit, pendedel, pinset, kapur, hanger, dan semprotan.

4.1.4 Jenis Produk Remaja Tailor

Tersedia beragam jenis produk yang ditawarkan Remaja Tailor dan disajikan

pada tabel 4.1.

Tabel 4.1
Jenis-jenis Produk Remaja Tailor
No. Nama Produk
1 Jas
2 Blazer
3 Seragam PDH
4 Safari
5 Kemeja
6 Blus
7 Celana panjang
8 Rok
9 Terusan
10 Kebaya
35

4.2 Analisis Data

4.2.1 Unsur-Unsur Harga Pokok Produk

Unsur-unsur biaya yang terkait dengan harga pokok produk Remaja Tailor

adalah sebagai berikut:

1. Biaya langsung

Biaya ini dapat ditelusuri secara langsung ke produk yang dihasilkan.

Biaya langsung yang digunakan untuk setiap jenis produk berbeda-beda.

Bahan langsung yang digunakan seperti, kain furing, ring, padding jas,

kancing, bordir, label, kapas, ritsleting, sarung dan gantungan jas. Di

dalam biaya langsung, kain tidak termasuk sebagai bahan langsung

karena pelanggan menyiapkan sendiri kain yang akan dijahit. Jenis-jenis

biaya bahan langsung disajikan pada tabel 4.2.

2. Biaya tidak langsung

Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung ke produk yang

dihasilkan karena digunakan secara bersama-sama. Biaya-biaya yang

termasuk ke dalam biaya tidak langsung adalah:

a. Biaya bahan tidak langsung

Bahan tidak langsung yang digunakan terdiri dari benang jahit,

benang obras, kain visilline, kain keras staplek, kain keras pinggang,

kain keras kufner, kain APL, dan antislip. Biaya bahan tidak langsung

disajikan pada tabel 4.3.


36

b. Biaya gaji dan tunjangan

Biaya ini merupakan biaya gaji seluruh karyawan yang bekerja di

Remaja Tailor. Biaya ini terdiri dari gaji pokok dan tunjangan makan

yang diberikan setiap bulan. Selain itu karyawan juga mendapatkan

tunjangan hari raya (THR) setiap tahun. Besarnya gaji dan tunjangan

yang dibayarkan kepada setiap karyawan tergantung dari jenis

pekerjaan masing-masing karyawan. Biaya gaji dan tunjangan

disajikan pada tabel 4.4.

c. Biaya perlengkapan produksi

Biaya ini merupakan biaya perlengkapan yang dibutuhkan dalam

memproduksi produk pakaian. Biaya perlengkapan produksi

disajikan pada tabel 4.5.

d. Biaya perlengkapan operasional

Biaya ini merupakan biaya perlengkapan yang dibutuhkan dalam

kegiatan operasional perusahaan seperti, buku bon, buku tulis, alat

tulis, kartu nama, dll.

e. Biaya listrik

Biaya ini merupakan biaya tagihan atas penggunaan listrik pada

kegiatan produksi termasuk penggunaan mesin-mesin dan

operasional perusahaan.

f. Biaya telepon

Biaya ini merupakan biaya tagihan telepon yang digunakan sebagai

sarana komunikasi dengan pelanggan dan pemasok.


37

g. Biaya penyusutan aktiva tetap

Biaya ini merupakan biaya penyusutan mesin, perabotan, dan

bangunan milik perusahaan. Penulis mengacu pada ketentuan

mengenai pajak penghasilan untuk menghitung penyusutan,

kelompok harta berwujud, masa manfaat, dan tarif penyusutan yang

ditetapkan oleh UU Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 11 dan disajikan

pada tabel 4.6. Penjelasan mengenai pengelompokan harta

berwujud tercantum dalam UU No. 96/PMK.03/2009. Untuk mesin

disusutkan menggunakan metode saldo menurun ganda, sedangkan

perabotan dan bangunan disusutkan menggunakan metode garis

lurus. Biaya penyusutan aktiva tetap disajikan pada tabel 4.7.

h. Biaya pemeliharaan mesin

Biaya ini merupakan biaya pemeliharaan mesin termasuk pemberian

minyak pelumas pada mesin, perbaikan mesin, dan penggantian

suku cadang mesin.

i. Biaya pemeliharaan bangunan

Biaya ini merupakan biaya pemeliharaan bangunan, seperti

pembelian cat, asbes, fiber, dan jasa tukang bangunan.

j. Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Biaya ini merupakan biaya pembayaran pajak atas bumi dan

bangunan.
38

k. Biaya lain-lain

Biaya ini merupakan biaya keperluan sehari-hari seperti galon, kabel,

sabun, dan alat pembersih sebesar Rp2.193.500,00 serta keperluan

pengemasan seperti kantong belanja, plastik bening, dan karet

sebesar Rp4.215.000,00. Biaya ini juga termasuk biaya transportasi

untuk keperluan ongkos ke tempat pelanggan dan melakukan

aktivitas pembuatan desain seragam serta pengukuran.

Biaya tidak langsung yang disajikan pada tabel 4.8 merupakan biaya

untuk seluruh jenis produk yang dihasilkan oleh Remaja Tailor pada

tahun 2017.

Tabel-tabel yang berkaitan dengan data yang diperoleh dari Remaja

Tailor disajikan sebagai berikut:

Tabel 4.2
Biaya Bahan Langsung per Unit Produk Tahun 2017
Jumlah
Jenis Jenis Bahan Kebutuhan Biaya
No. Satuan Biaya BL
Produk Langsung (BL) BL BL (Rp)
per Unit (Rp)
1 Jas Kain furing 1,5 meter 24.000
Ring 2 psc 2.500
Padding 2 psc 1.500
Kancing 8 psc 3.000
Bordir 1 psc 5.000
Sarung jas 1 psc 11.000
Gantungan jas 1 psc 5.000
Label 1 psc 70 52.070
2 Blazer Kain furing 1,5 meter 24.000
Ring 2 psc 2.500
Kapas 2 psc 1.500
Kancing 8 psc 3.000
Sarung jas 1 psc 11.000
Gantungan jas 1 psc 5.000
Label 1 psc 70 47.070
39

Tabel 4.2
Biaya Bahan Langsung per Unit Produk Tahun 2017 (Lanjutan)
3 Seragam Kain furing 1,3 meter 15.600
PDH Kancing 10 psc 1.600
Ritsleting 1 psc 1.500
Label 1 psc 70 18.770
4 Safari Kain furing 1,5 meter 18.000
Kancing 10 pcs 1.600
Padding 2 psc 4.500
Ritsleting 1 psc 1.500
Label 1 psc 70 25.670
5 Kemeja Kain furing 1,4 meter 15.400
Kancing 1 lusin 2.500
Label 1 psc 70 17.970
6 Blus Kain furing 1,4 meter 15.400
Ritsleting 1 psc 7.500
Label 1 psc 70 22.970
7 Celana Ritsleting 1 psc 1.500
panjang Label 1 psc 70 1.570
8 Rok Ritsleting 1 psc 1.500
Kain furing 1,5 meter 16.500
Label 1 psc 70 18.070
9 Terusan Restleting 1 psc 7.500
Label 1 psc 70 7.570
10 Kebaya Bordir 1 psc 25.000
Kancing 2 lusin 12.000
bungkus
Label 1 psc 70 37.070

Tabel 4.3
Biaya Bahan Tidak Langsung Tahun 2017
Total
No. Jenis Bahan
(Rp)
1 Benang jahit 10.908.000
2 Benang obras 1.260.000
3 Kain visilline 11.196.000
4 Kain keras staplek 20.190.000
5 Kain keras pinggang 28.504.800
6 Kain keras kufner 720.000
7 Kain APL 2.160.000
8 Antislip 2.084.000
Total 77.022.800
40

Tabel 4.4
Biaya Gaji dan Tunjangan Tahun 2017
Gaji Tunjangan THR per Total Biaya
Jumlah Pokok Makan Tahun Gaji per
No Karyawan Karyawan (Rp) (Rp) (Rp) Tahun
(orang)
Per Orang (Rp)
1 Kasir 1 1.500.000 500.000 2.000.000 26.000.000
2 Koordinator 1 3.500.000 500.000 4.000.000 52.000.000
produksi
3 Bagian ukur 2 3.000.000 500.000 3.500.000 91.000.000
dan potong
4 Penjahit 8 2.000.000 500.000 2.500.000 260.000.000
5 Penjahit jas 1 2.000.000 500.000 2.500.000 32.500.000
6 Bagian 3 1.500.000 500.000 2.000.000 78.000.000
penyelesaian
7 Bagian 1 1.500.000 500.000 2.000.000 26.000.000
penyetrikaan
Total 565.500.000

Tabel 4.5
Biaya Perlengkapan Produksi Tahun 2017
Jenis Kebutuhan Harga Total
No. Satuan
Perlengkapan Perlengkapan Satuan (Rp) (Rp)
1 Gunting kain 4 psc 30.000 120.000
2 Gunting kecil 12 lusin 84.000 1.008.000
3 Meteran 12 lusin 24.000 288.000
4 Penggaris 2 psc 28.000 56.000
5 Jarum jahit 48 lusin 13.000 624.000
6 Pendedel 1 lusin 60.000 60.000
7 Pinset 3 lusin 96.000 288.000
8 Hanger 3 lusin 18.000 54.000
9 Kapur 24 box 110.000 2.640.000
10 Semprotan 3 psc 25.000 75.000
Total 5.213.000

Tabel 4.6
Ketentuan Penyusutan Harta Berwujud
Kelompok Harta Masa Manfaat Tarif Penyusutan (%)
Berwujud (tahun) Garis Lurus Saldo Menurun
I. Bukan Bangunan
Kelompok 1 4 25 50
Kelompok 2 8 12,5 25
Kelompok 3 16 6,25 12,5
Kelompok 4 20 5 10
II. Bangunan
Permanen 20 5 -
Tidak Permanen 10 10 -
Sumber: www.ketentuan.pajak.go.id, diakses tanggal Februari 24, 2018
41

Tabel 4.7
Biaya Penyusutan Aktiva Tetap Tahun 2017 (*menggunakan metode penyusutan saldo menurun ganda)
Kelompok Jumlah Aktiva Harga Perolehan Tarif Penyusutan Penyusutan
No. Jenis Aktiva Tetap
Aktiva Tetap (unit) (Rp) (%) Tahun 2017 (Rp)
Peralatan Mekanis
1 Mesin obras* 2 2 5.000.000 25 395.508
2 Mesin jahit* 2 12 30.000.000 25 2.373.047
3 Mesin lubang kancing* 2 1 1.000.000 25 79.102
4 Setrika 1 2 750.000 25 187.500
5 Kipas angin 1 2 250.000 25 62.500
6 Televisi 1 1 1.500.000 25 375.000
7 Dispenser 1 1 200.000 25 50.000
8 Telepon 1 1 200.000 25 50.000
Total Penyusutan untuk Peralatan Mekanis 3.572.657
Peralatan Manual
1 Meja potong 2 2 2.000.000 12,5 250.000
2 Meja mesin obras 2 2 1.000.000 12,5 125.000
3 Meja mesin jahit 2 12 6.000.000 12,5 750.000
Meja mesin lubang
4 2 1 500.000 12,5 62.500
kancing
6 Meja setrika 2 2 600.000 12,5 75.000
7 Kursi kerja 1 25 875.000 25 218.750
8 Gunting jahit 1 12 2.250.000 25 562.500
9 Gantungan baju 2 2 1.500.000 12,5 187.500
10 Rak penyimpanan 2 2 1.200.000 12,5 150.000
11 Meja kasir 1 1 500.000 25 62.500
12 Kaca 1 2 200.000 25 25.000
13 Sofa 2 1 2.000.000 12,5 250.000
Total Penyusutan untuk Peralatan Manual 2.718.750
Bangunan Bangunan 1 450.000.000 5 22.500.000
Total 28.791.407

41
42

Tabel 4.8
Biaya Tidak Langsung Tahun 2017
No. Jenis Biaya Tidak Langsung Total Biaya (Rp)
1 Bahan tidak langsung 77.022.800
2 Gaji dan tunjangan
Kasir 26.000.000
Koordinator produksi 52.000.000
Bagian ukur dan potong 91.000.000
Penjahit 260.000.000
Penjahit jas 32.500.000
Bagian penyelesaian 78.000.000
Bagian penyetrikaan 26.000.000
3 Perlengkapan produksi 5.213.000
4 Perlengkapan operasional 1.354.000
5 Listrik 9.600.000
6 Telepon 1.800.000
7 Penyusutan aktiva tetap
Peralatan mekanis 3.572.657
Peralatan manual 2.718.750
Bangunan 22.500.000
8 Pemeliharaan mesin 1.697.000
9 Pemeliharaan bangunan 5.000.000
10 PBB 450.000
11 Lain-lain 7.128.500
Total 703.556.707

4.2.2 Perhitungan Harga Pokok Produk dengan TDABC

Berikut ini adalah lima tahap untuk menghitung harga pokok produk Remaja

Tailor dengan menggunakan TDABC:

1. Mengidentifikasi aktivitas

Langkah pertama adalah mengidentifikasi aktivitas-aktivitas utama dan

pendukung dalam proses penyediaan jasa penjahitan pakaian. Aktivitas-

aktivitas yang dilakukan Remaja Tailor disajikan pada tabel 4.9.


43

Tabel 4.9
Aktivitas-aktivitas dalam Penyediaan Produk Remaja Tailor
No Jenis Aktivitas Deskripsi Aktivitas
1 Penerimaan pesanan Pesanan diterima oleh bagian kasir melalui telepon atau
pelanggan dapat datang secara langsung ke toko.
Pelanggan memesan pakaian yang ingin dijahit beserta
jumlahnya sehingga bagian kasir dapat menentukan
estimasi waktu penyelesaian pesanan yang juga disetujui
oleh pelanggan. Bagian kasir akan menyerahkan salinan
nota pemesanan kepada pelanggan. Pesanan baru yang
masuk akan dicatat dalam daftar antre pesanan dan
dikerjakan sesuai dengan urutan pesanan yang paling
awal. Untuk pesanan dalam jumlah besar seperti
pembuatan seragam, memerlukan uang muka pembelian,
sehingga sisa pembayaran akan dilunasi setelah pesanan
selesai dan siap untuk diterima pelanggan.
2 Pembuatan desain Pelanggan melakukan konsultasi mengenai desain pakaian
pakaian yang dibuat sesuai dengan keinginan pelanggan (custom
made). Bagian ukur menggambar desain pakaian, seperti
konsep pola jahitan, variasi jahitan, model kerah, bentuk
dan penempatan kantong, penempatan jenis dan warna
kancing, serta penambahan bahan lainnya seperti lapisan,
aksesoris dll. Bagian ukur juga memberikan rekomendasi
mengenai merk serta nomor warna kain untuk pelanggan
yang belum menyiapkan kain sehingga pelanggan dapat
membeli sendiri kain yang akan dijahit.
3 Pembuatan desain Pembuatan desain seragam akan dilakukan di tempat
seragam pelanggan. Aktivitas ini termasuk waktu perjalanan dari dan
ke tempat pelanggan. Bagian ukur akan menggambar
desain seragam sesuai dengan keinginan pelanggan.
Penambahan pada detail seragam akan dilakukan sesuai
dengan perjanjian dengan pelanggan.
4 Proses pengukuran Bagian ukur akan melakukan pengukuran agar fitting
pakaian dapat disesuaikan dengan ukuran yang pelanggan
inginkan. Pengukuran ini terdiri dari panjang badan bagian
atas, tangan, bahu, lingkar dada, perut, dan pinggang untuk
atasan. Sedangkan lingkar pinggang, pinggul, paha, pisak,
dan panjang kaki untuk bawahan.
5 Proses pengukuran Untuk pesanan dalam jumlah besar seperti seragam maka
seragam bagian ukur akan melakukan pengukuran di tempat
pelanggan.
6 Persiapan bahan dan Setelah pelanggan menyerahkan kain, koordinator produksi
perlengkapan akan menghitung kebutuhan bahan dan perlengkapan jahit
sehingga koordinator dapat membeli bahan dan
perlengkapan jahit yang dibutuhkan agar proses menjahit
dapat dimulai.
7 Pembuatan pola Sebelum melakukan proses pemotongan, bagian pola akan
menggambar pola di atas kain menggunakan kapur sesuai
dengan desain dan ukuran yang telah ditentukan
sebelumnya.
44

Tabel 4.9
Aktivitas-aktivitas dalam Penyediaan Produk Remaja Tailor (Lanjutan)
8 Proses pemotongan Bagian potong akan memotong kain satu-persatu mengikuti
pola yang telah dibuat menggunakan gunting kain. Kain
yang telah dipotong akan diserahkan ke bagian obras
beserta nomor pesanan dan desain pakaian agar tidak
terjadi kesalahan dalam pengerjaan pesanan pelanggan.
9 Proses pengobrasan Sebelum dilakukan proses penjahitan, kain akan diobras
menggunakan mesin obras agar pinggiran kain tetap rapi
setelah kain dipotong. Warna dari benang obras akan
disesuaikan dengan warna kain yang digunakan.
10 Proses penjahitan Kain yang telah diobras akan siap untuk dijahit sesuai
dengan desain yang telah ditentukan. Proses penjahitan
dilakukan untuk menyatukan bagian-bagian dari kain dan
bahan tambahan menjadi satu dengan melakukan
penjahitan menggunakan mesin jahit hingga menjadi
pakaian jadi.
11 Proses penyelesaian Bagian penyelesaian akan memasang kancing pada
pakaian, memasang aksesoris, dan som jahitan.
Selanjutnya akan dilakukan pengecekan jahitan dan
pembuangan benang yang tersisa dijahitan pakaian.
12 Proses penyetrikaan Penyetrikaan dilakukan pada bagian dalam dan luar
pakaian menggunakan setrika uap dengan tujuan mengunci
lipatan pada pakaian, mengaplikasikan kain keras, dan
membuat pakaian terlihat rapi serta tidak kusut sebelum
digantung.
13 Pengemasan Untuk produk jas akan dikemas menggunakan sarung
khusus jas. Selanjutnya semua pakaian yang sudah jadi
akan digantung dirak pesanan yang dapat diambil beserta
keterangan mengenai nomor pesanan dan informasi
pelanggan.
14 Pengambilan pesanan Bagian kasir akan menghubungi pelanggan jika
pesanannya telah selesai. Pelanggan dapat mengambil
pesanannya dengan menyerahkan salinan nota
pemesanan.
15 Proses permak Pelanggan yang memiliki keluhan mengenai hasil jahitan
setelah mencobanya dapat melakukan permintaan permak
sebagai pilihan opsional yang bertujuan untuk memastikan
kualitas jahitan dan fitting pakaian sesuai dengan keinginan
pelanggan.
16 Pembayaran Pelanggan yang sudah mengambil pesanannya dan tidak
memiliki keluhan akan melunasi total pembayaran atau sisa
pembayaran uang muka dan mendapatkan nota
pembayaran atau tanda terima.
17 Aktivitas pendukung Karyawan secara berkala akan melakukan aktivitas
pendukung seperti, melakukan pemeliharaan mesin
prosuksi, membersihan kain sisa potong, merapikan
peralatan dan perlengkapan yang digunakan, dan
membersihkan ruang produksi.
45

2. Mengidentifikasi biaya yang dikonsumsi aktivitas

Setelah mengidentifikasi aktivitas, langkah kedua adalah mengidentifikasi

biaya-biaya yang berhubungan dengan proses penyediaan jasa yaitu,

biaya bahan langsung dan biaya tidak langsung. Seluruh biaya dalam

proses penyediaan jasa selain biaya bahan langsung dikelompokkan ke

dalam biaya tidak langsung. Biaya-biaya tersebut telah disajikan pada

tabel 4.2 dan 4.8.

3. Membebankan biaya-biaya

Dalam tahap ini, dilakukan dua langkah sebagai berikut:

a. Membebankan biaya bahan langsung melalui penelusuran langsung

ke produk yang dihasilkan. Pembebanan biaya bahan langsung

untuk masing-masing jenis produk Remaja Tailor disajikan dari tabel

4.2.

b. Membebankan biaya tidak langsung berdasarkan rasio konsumsi

biaya tidak langsung oleh setiap aktivitas. Biaya tidak langsung

merupakan komponen biaya yang tidak dapat ditelusuri secara

langsung ke setiap jenis produk, sehingga biaya ini harus

dibebankan sebesar rasio konsumsi biaya tidak langsung oleh setiap

aktivitas. Setelah biaya tidak langsung diidentifikasi, maka biaya

tidak langsung akan didistribusikan ke setiap aktivitas dan disajikan

pada tabel 4.10. Langkah selanjutnya adalah menentukan rasio

konsumsi biaya tidak langsung oleh setiap aktivitas yang disajikan

pada tabel 4.11. Dasar penetapan rasio konsumsi diperoleh penulis


46

dengan melakukan pengamatan secara langsung saat proses

penyediaan produk, dan wawancara dengan pemilik dan karyawan

Remaja Tailor. Pembebanan biaya tidak langsung ke setiap aktivitas

disajikan pada tabel 4.12.


47

Tabel 4.10
Distribusi Biaya Tidak Langsung ke Aktivitas
Jenis Biaya Tidak Jenis Aktivitas
No.
Langsung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Bahan tidak langsung    
2 Gaji dan tunjangan
Kasir     
Koordinator produksi            
Bagian ukur dan potong      
Penjahit   
Penjahit jas   
Bagian penyelesaian   
Bagian penyetrikaan   
3 Perlengkapan produksi         
4 Perlengkapan operasional  
5 Listrik               
6 Telepon   
7 Penyusutan aktiva tetap
Peralatan mekanis         
Peralatan manual             
Bangunan               
8 Pemeliharaan mesin    
9 Pemeliharaan bangunan               
10 PBB               
11 Lain-lain    

47
48

Tabel 4.11
Rasio Konsumsi Biaya Tidak Langsung oleh Aktivitas
Jenis Biaya Tidak Jenis Aktivitas (%)
No.
Langsung 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 Bahan tidak langsung 2 90 4 4
2 Gaji dan tunjangan
Kasir 25 20 25 25 5
Koordinator produksi 5 5 5 5 20 5 5 5 25 5 5 10
Bagian ukur dan potong 15 10 15 10 25 25
Penjahit 80 15 5
Penjahit jas 80 15 5
Bagian penyelesaian 35 60 5
Bagian penyetrikaan 75 20 5
3 Perlengkapan produksi 2 2 40 4 10 12 16 4 10
4 Perlengkapan operasional 50 50
5 Listrik 5 5 5 5 5 5 10 15 10 5 5 5 10 5 5
6 Telepon 40 20 40
7 Penyusutan aktiva tetap
Peralatan mekanis 2 2 10 65 2 5 2 10 2
Peralatan manual 5 5 5 5 10 5 30 5 5 10 5 5 5
Bangunan 5 5 5 5 5 10 10 20 5 5 5 5 5 5 5
8 Pemeliharaan mesin 5 85 5 5
9 Pemeliharaan bangunan 5 5 5 5 5 10 10 20 5 5 5 5 5 5 5
10 PBB 5 5 5 5 5 10 10 20 5 5 5 5 5 5 5
11 Lain-lain 5 5 60 30

48
49

Tabel 4.12
Pembebanan Biaya Tidak Langsung ke Aktivitas
Jenis Biaya Tidak Jenis Aktivitas (Rp)
No.
Langsung 1 2 3 4 5 6 7
1 Bahan tidak langsung - - - - - - -
2 Gaji dan tunjangan - - - - - - -
Kasir 6.500.000 - - - - 5.200.000 -
Koordinator produksi - 2.600.000 2.600.000 2.600.000 2.600.000 10.400.000 2.600.000
Bagian ukur dan potong - 13.650.000 9.100.000 13.650.000 9.100.000 - 22.750.000
Penjahit - - - - - - -
Penjahit jas - - - - - - -
Bagian penyelesaian - - - - - - -
Bagian penyetrikaan - - - - - - -
3 Perlengkapan produksi - - - 104.260 104.260 - 2.085.200
4 Perlengkapan operasional 677.000 - - - - - -
5 Listrik 480.000 480.000 - 480.000 - 480.000 480.000
6 Telepon 720.000 - - - - 360.000 -
7 Penyusutan aktiva tetap - - - - - - -
Peralatan mekanis 71.453 - - - - 71.453 -
Peralatan manual 135.938 135.938 - 135.938 - - 135.938
Bangunan 1.125.000 1.125.000 - 1.125.000 - 1.125.000 1.125.000
8 Pemeliharaan mesin - - - - - - -
9 Pemeliharaan bangunan 250.000 250.000 - 250.000 - 250.000 250.000
10 PBB 22.500 22.500 - 22.500 - 22.500 22.500
11 Lain-lain - - 356.425 - 356.425 - -
Total Biaya (Rp) 9.981.891 18.263.438 12.056.425 18.367.698 12.160.685 17.908.953 29.448.638

49
50

Tabel 4.12
Pembebanan Biaya Tidak Langsung ke Aktivitas (Lanjutan)
Jenis Biaya Tidak Jenis Aktivitas (Rp)
No.
Langsung 8 9 10 11 12 13 14
1 Bahan tidak langsung - 1.540.456 69.320.520 3.080.912 - - -
2 Gaji dan tunjangan - - - - - - -
Kasir - - - - - - 6.500.000
Koordinator produksi 2.600.000 2.600.000 13.000.000 2.600.000 2.600.000 - -
Bagian ukur dan potong 22.750.000 - - - - - -
Penjahit - - 208.000.000 - - - -
Penjahit jas - - 26.000.000 - - - -
Bagian penyelesaian - 27.300.000 - 46.800.000 - - -
Bagian penyetrikaan - - - - 19.500.000 5.200.000 -
3 Perlengkapan produksi 208.520 521.300 625.560 834.080 208.520 - -
4 Perlengkapan operasional - - - - - - -
5 Listrik 480.000 960.000 1.440.000 960.000 480.000 480.000 480.000
6 Telepon - - - - - - 720.000
7 Penyusutan aktiva tetap - - - - - - -
Peralatan mekanis - 357.266 2.322.227 71.453 178.633 - 71.453
Peralatan manual 271.875 135.938 815.625 135.938 135.938 271.875 135.938
Bangunan 2.250.000 2.250.000 4.500.000 1.125.000 1.125.000 1.125.000 1.125.000
8 Pemeliharaan mesin - 84.850 1.442.450 84.850 - - -
9 Pemeliharaan bangunan 500.000 500.000 1.000.000 250.000 250.000 250.000 250.000
10 PBB 45.000 45.000 90.000 22.500 22.500 22.500 22.500
11 Lain-lain - - - - - 4.277.100 -
Total Biaya (Rp) 29.105.395 36.294.809 328.556.382 55.964.733 24.500.590 11.626.475 9.304.891

50
51

Tabel 4.12
Pembebanan Biaya Tidak Langsung ke Aktivitas (Lanjutan)
Jenis Biaya Tidak Jenis Aktivitas (Rp) Total Biaya
No.
Langsung 15 16 17 (Rp)
1 Bahan tidak langsung 3.080.912 - - 77.022.800
2 Gaji dan tunjangan - - - -
Kasir - 6.500.000 1.300.000 26.000.000
Koordinator produksi 5.200.000 - - 52.000.000
Bagian ukur dan potong - - - 91.000.000
Penjahit 39.000.000 - 13.000.000 260.000.000
Penjahit jas 4.875.000 - 1.625.000 32.500.000
Bagian penyelesaian - - 3.900.000 78.000.000
Bagian penyetrikaan - - 1.300.000 26.000.000
3 Perlengkapan produksi 521.300 - - 5.213.000
4 Perlengkapan operasional - 677.000 - 1.354.000
5 Listrik 960.000 480.000 480.000 9.600.000
6 Telepon - - - 1.800.000
7 Penyusutan aktiva tetap - - - -
Peralatan mekanis 357.266 - 71.453 3.572.657
Peralatan manual 135.938 135.938 - 2.718.750
Bangunan 1.125.000 1.125.000 1.125.000 22.500.000
8 Pemeliharaan mesin 84.850 - - 1.697.000
9 Pemeliharaan bangunan 250.000 250.000 250.000 5.000.000
10 PBB 22.500 22.500 22.500 450.000
11 Lain-lain - - 2.138.550 7.128.500
Total Biaya (Rp) 55.612.765 9.190.438 25.212.503 703.556.707

51
52

4. Menghitung tarif per aktivitas

Dalam menghitung tarif per aktivitas, diperlukan dua langkah sebagai

berikut:

a. Menghitung kapasitas waktu berdasarkan rasio konsumsi waktu oleh

setiap aktivitas. Kapasitas waktu dihitung berdasarkan total waktu

kerja efektif seluruh karyawan selama satu tahun dan estimasi waktu

yang dibutuhkan oleh karyawan dalam melakukan setiap aktivitas.

Penulis mengacu pada ketentuan pemerintah dalam Keputusan

Menteri No. KEP-102/MEN/IV/2004 Pasal 8 ayat (2) tentang waktu

kerja lembur dan upah kerja lembur yaitu sebesar 173 jam selama

satu bulan.

Setelah dilakukan pengamatan oleh penulis dan wawancara

dengan pihak terkait, waktu kerja yang digunakan secara efektif

dalam proses penyediaan jasa penjahitan sebesar 60% dari total

waktu kerja karyawan selama satu tahun. Sedangkan 40% waktu

kerja sisanya digunakan untuk waktu istirahat, waktu menganggur

saat tidak terdapat pesanan, serta waktu menunggu persiapan

bahan dan perlengkapan. Untuk mendapatkan total waktu kerja

efektif maka total waktu kerja karyawan selama satu tahun dikalikan

dengan 60%.

Waktu kerja efektif satu karyawan = 173 jam x 12 bulan x 60%

= 1.245 jam

 1.200 jam/karyawan/tahun
53

Pembulatan 1.245 jam menjadi 1.200 jam dengan

pertimbangan adanya karyawan yang mengambil cuti tambahan dan

tidak masuk karena alasan sakit atau tanpa keterangan. Total waktu

kerja efektif seluruh karyawan selama satu tahun adalah:

Waktu kerja efektif seluruh karyawan = 1.200 jam x 17 karyawan

= 20.400 jam

Kapasitas waktu seluruh karyawan selama satu tahun sebesar

20.400 jam didistribusikan ke setiap aktivitas berdasarkan estimasi

waktu yang dibutuhkan oleh karyawan dalam melakukan setiap

aktivitas (rasio konsumsi waktu oleh setiap aktivitas) yang disajikan

pada tabel 4.13. Perhitungan konsumsi waktu oleh setiap aktivitas

yang dikonversikan ke satuan menit disajikan pada tabel 4.14.

b. Menghitung tarif per aktivitas dengan membagi total biaya tidak

langsung dari masing-masing aktivitas dengan konsumsi waktu yang

digunakan setiap aktivitas. Perhitungan tarif per aktivitas disajikan

pada tabel 4.15.


54

Tabel 4.13
Distribusi Waktu ke Setiap Aktivitas
Jenis Aktivitas (jam)
No. Karyawan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Kasir 300 - - - - 240 - - -
2 Koordinator produksi - 60 60 60 60 240 60 60 60
3 Bagian ukur dan potong - 180 120 180 120 - 300 300 -
4 Bagian ukur dan potong - 180 120 180 120 - 300 300 -
5 Penjahit - - - - - - - - -
6 Penjahit - - - - - - - - -
7 Penjahit - - - - - - - - -
8 Penjahit - - - - - - - - -
9 Penjahit - - - - - - - - -
10 Penjahit - - - - - - - - -
11 Penjahit - - - - - - - - -
12 Penjahit - - - - - - - - -
13 Penjahit jas - - - - - - - - -
14 Bagian penyelesaian - - - - - - - - 420
15 Bagian penyelesaian - - - - - - - - 420
16 Bagian penyelesaian - - - - - - - - 420
17 Bagian penyetrikaan - - - - - - - - -
Total 300 420 300 420 300 480 660 660 1.320

54
55

Tabel 4.13
Distribusi Waktu ke Setiap Aktivitas (Lanjutan)
Jenis Aktivitas (jam) Total
No. Karyawan
10 11 12 13 14 15 16 17 (jam)
1 Kasir - - - - 300 - 300 60 1.200
2 Koordinator produksi 300 60 60 - - 120 - - 1.200
3 Bagian ukur dan potong - - - - - - - - 1.200
4 Bagian ukur dan potong - - - - - - - - 1.200
5 Penjahit 960 - - - - 180 - 60 1.200
6 Penjahit 960 - - - - 180 - 60 1.200
7 Penjahit 960 - - - - 180 - 60 1.200
8 Penjahit 960 - - - - 180 - 60 1.200
9 Penjahit 960 - - - - 180 - 60 1.200
10 Penjahit 960 - - - - 180 - 60 1.200
11 Penjahit 960 - - - - 180 - 60 1.200
12 Penjahit 960 - - - - 180 - 60 1.200
13 Penjahit jas 960 - - - - 180 - 60 1.200
14 Bagian penyelesaian - 720 - - - - - 60 1.200
15 Bagian penyelesaian - 720 - - - - - 60 1.200
16 Bagian penyelesaian - 720 - - - - - 60 1.200
17 Bagian penyetrikaan - - 900 240 - - - 60 1.200
Total 8.940 2.220 960 240 300 1.740 300 840 20.400

55
56

Tabel 4.14
Konsumsi Waktu Setiap Aktivitas
Konsumsi Waktu
No. Jenis Aktivitas
Jam Menit
1 Penerimaan pesanan 300 18.000
2 Pembuatan desain pakaian 420 25.200
3 Pembuatan desain seragam 300 18.000
4 Proses pengukuran 420 25.200
5 Proses pengukuran seragam 300 18.000
6 Persiapan bahan dan perlengkapan 480 28.800
7 Pembuatan pola 660 39.600
8 Proses pemotongan 660 39.600
9 Proses pengobrasan 1.320 79.200
10 Proses penjahitan 8.940 536.400
11 Proses penyelesaian 2.220 133.200
12 Proses penyetrikaan 960 57.600
13 Pengemasan 240 14.400
14 Pengambilan pesanan 300 18.000
15 Proses permak 1.740 104.400
16 Pembayaran 300 18.000
17 Aktivitas pendukung 840 50.400
Total 20.400 1.224.000

Tabel 4.15
Tarif per Aktivitas
Biaya Tidak Konsumsi Tarif per
No. Jenis Aktivitas Langsung Waktu Aktivitas
(Rp) (Menit) (Rp/Menit)
1 Penerimaan pesanan 9.981.891 18.000 555
2 Pembuatan desain pakaian 18.263.438 25.200 725
3 Pembuatan desain seragam 12.056.425 18.000 670
4 Proses pengukuran 18.367.698 25.200 729
5 Proses pengukuran seragam 12.160.685 18.000 676
Persiapan bahan dan
6 17.908.953 28.800 622
perlengkapan
7 Pembuatan pola 29.448.638 39.600 744
8 Proses pemotongan 29.105.395 39.600 735
9 Proses pengobrasan 36.294.809 79.200 458
10 Proses penjahitan 328.556.382 536.400 613
11 Proses penyelesaian 55.964.733 133.200 420
12 Proses penyetrikaan 24.500.590 57.600 425
13 Pengemasan 11.626.475 14.400 807
14 Pengambilan pesanan 9.304.891 18.000 517
15 Proses permak 55.612.765 104.400 533
16 Pembayaran 9.190.438 18.000 511
17 Aktivitas pendukung 25.212.503 50.400 500
Total 703.556.707 1.224.000
57

5. Menghitung harga pokok produk

Dalam menghitung harga pokok produk, diperlukan dua langkah sebagai

berikut:

a. Menelusuri biaya tidak langsung ke produk yang dihasilkan dengan

cara mengalikan tarif per aktivitas dengan konsumsi waktu yang

dibutuhkan setiap unit produk. Sedangkan untuk konsumsi waktu

produk seragam disajikan pada tabel 4.16

b. Menjumlahkan biaya bahan langsung dan biaya tidak langsung

sehingga diperoleh harga pokok produk per unit untuk produk biasa

yang disajikan pada tabel 4.17. Sedangkan perhitungan harga pokok

produk per unit untuk produk seragam disajikan pada tabel 4.18.
58

Tabel 4.16
Konsumsi Waktu Produk Seragam
Jenis Produk Seragam
Seragam PDH Safari Kemeja Celana Panjang
No. Jenis Aktivitas
Waktu Waktu Waktu Waktu
Unit Unit Unit Unit
(menit) (menit) (menit) (menit)
1 Batch :
Penerimaan pesanan 10 50 10 50 10 50 10 50
Pembuatan desain 40 50 40 50 40 50 40 50
seragam
Pengambilan pesanan 10 50 10 50 10 50 10 50
Pembayaran 10 50 10 50 10 50 10 50
Aktivitas pendukung 30 50 30 50 30 50 30 50
Total Waktu Batch (menit) 100 100 100 100
2 Unit :
Proses pengukuran 5 1 5 1 5 1 5 1
seragam
Persiapan bahan dan 10 1 10 1 10 1 5 1
perlengkapan
Pembuatan pola 15 1 15 1 15 1 10 1
Proses pemotongan 10 1 10 1 10 1 5 1
Proses pengobrasan 5 1 5 1 5 1 5 1
Proses penjahitan 60 1 60 1 50 1 25 1
Proses penyelesaian 5 1 5 1 5 1 2 1
Proses penyetrikaan 15 1 15 1 15 1 10 1
Pengemasan 1 1 1 1 1 1 1 1
Proses permak 25 1 25 1 20 1 10 1
Total Waktu Unit (menit) 151 151 136 78

58
59

Tabel 4.17
Perhitungan Harga Pokok Produk dengan TDABC
Jenis Produk
Tarif per
Jas Blazer Seragam PDH Safari
No. Jenis Biaya Aktivitas
Waktu Jumlah Waktu Jumlah Waktu Jumlah Waktu Jumlah
(Rp/Menit)
(Menit) (Rp) (Menit) (Rp) (Menit) (Rp) (Menit) (Rp)
1 Biaya Langsung (Rp) 52.070 47.070 18.770 25.670
2 Aktivitas :
Penerimaan pesanan 555 5 2.775 5 2.775 5 2.775 5 2.775
Pembuatan desain pakaian 725 15 10.875 10 7.250 5 3.625 5 3.625
Pembuatan desain
670 - - - - - - - -
seragam
Proses pengukuran 729 10 7.290 5 3.645 5 3.645 5 3.645
Proses pengukuran
676 - - - - - - - -
seragam
Persiapan bahan dan
622 15 9.330 15 9.330 10 6.220 10 6.220
perlengkapan
Pembuatan pola 744 20 14.880 20 14.880 15 11.160 15 11.160
Proses pemotongan 735 15 11.025 15 11.025 10 7.350 10 7.350
Proses pengobrasan 458 5 2.290 5 2.290 5 2.290 5 2.290
Proses penjahitan 613 150 91.950 90 55.170 60 36.780 60 36.780
Proses penyelesaian 420 5 2.100 5 2.100 5 2.100 5 2.100
Proses penyetrikaan 425 25 10.625 25 10.625 15 6.375 15 6.375
Pengemasan 807 1 807 1 807 1 807 1 807
Pengambilan pesanan 517 5 2.585 5 2.585 5 2.585 5 2.585
Proses permak 533 60 31.980 35 18.655 25 13.325 25 13.325
Pembayaran 511 5 2.555 5 2.555 5 2.555 5 2.555
Aktivitas pendukung 500 5 2.500 5 2.500 5 2.500 5 2.500
Total Biaya Tidak Langsung (Rp) 203.567 146.192 104.092 104.092
Harga Pokok Produk per Unit (Rp) 255.637 193.262 122.862 129.762

59
60

Tabel 4.17
Perhitungan Harga Pokok Produk dengan TDABC (Lanjutan)
Jenis Produk
Tarif per
Kemeja Blus Celana Panjang Rok
No. Jenis Biaya Aktivitas
Waktu Jumlah Waktu Jumlah Waktu Jumlah Waktu Jumlah
(Rp/Menit)
(Menit) (Rp) (Menit) (Rp) (Menit) (Rp) (Menit) (Rp)
1 Biaya Langsung (Rp) 17.970 22.970 1.570 18.070
2 Aktivitas :
Penerimaan pesanan 555 5 2.775 5 2.775 5 2.775 5 2.775
Pembuatan desain pakaian 725 5 3.625 10 7.250 5 3.625 5 3.625
Pembuatan desain
670 - - - - - - - -
seragam
Proses pengukuran 729 5 3.645 10 7.290 5 3.645 5 3.645
Proses pengukuran
676 - - - - - - - -
seragam
Persiapan bahan dan
622 10 6.220 10 6.220 5 3.110 5 3.110
perlengkapan
Pembuatan pola 744 15 11.160 15 11.160 10 7.440 10 7.440
Proses pemotongan 735 10 7.350 10 7.350 5 3.675 5 3.675
Proses pengobrasan 458 5 2.290 5 2.290 5 2.290 5 2.290
Proses penjahitan 613 50 30.650 60 36.780 25 15.325 25 15.325
Proses penyelesaian 420 5 2.100 5 2.100 2 840 - -
Proses penyetrikaan 425 15 6.375 15 6.375 10 4.250 10 4.250
Pengemasan 807 1 807 1 807 1 807 1 807
Pengambilan pesanan 517 5 2.585 5 2.585 5 2.585 5 2.585
Proses permak 533 20 10.660 25 13.325 10 5.330 10 5.330
Pembayaran 511 5 2.555 5 2.555 5 2.555 5 2.555
Aktivitas pendukung 500 5 2.500 5 2.500 5 2.500 5 2.500
Total Biaya Tidak Langsung (Rp) 95.297 111.362 60.752 59.912
Harga Pokok Produk per Unit (Rp) 113.267 134.332 62.322 77.982

60
61

Tabel 4.17
Perhitungan Harga Pokok Produk dengan TDABC (Lanjutan)
Jenis Produk
Tarif per
Terusan Kebaya
No. Jenis Biaya Aktivitas
Waktu Jumlah Waktu Jumlah
(Rp/Menit)
(Menit) (Rp) (Menit) (Rp)
1 Biaya Langsung (Rp) 7.570 37.070
2 Aktivitas :
Penerimaan pesanan 555 5 2.775 5 2.775
Pembuatan desain pakaian 725 10 7.250 15 10.875
Pembuatan desain
670 - - - -
seragam
Proses pengukuran 729 5 3.645 10 7.290
Proses pengukuran
676 - - - -
seragam
Persiapan bahan dan
622 10 6.220 15 9.330
perlengkapan
Pembuatan pola 744 15 11.160 20 14.880
Proses pemotongan 735 10 7.350 15 11.025
Proses pengobrasan 458 5 2.290 5 2.290
Proses penjahitan 613 50 30.650 120 73.560
Proses penyelesaian 420 - - 15 6.300
Proses penyetrikaan 425 15 6.375 15 6.375
Pengemasan 807 1 807 1 807
Pengambilan pesanan 517 5 2.585 5 2.585
Proses permak 533 20 10.660 50 26.650
Pembayaran 511 5 2.555 5 2.555
Aktivitas pendukung 500 5 2.500 5 2.500
Total Biaya Tidak Langsung (Rp) 96.822 179.797
Harga Pokok Produk per Unit (Rp) 104.392 216.867

61
62

Tabel 4.18
Perhitungan Harga Pokok Produk Seragam dengan TDABC
Jenis Produk Seragam
Tarif per
Seragam PDH Safari Kemeja Celana Panjang
No. Jenis Biaya Aktivitas
Waktu Jumlah Waktu Jumlah Waktu Jumlah Waktu Jumlah
(Rp/Menit)
(Menit) (Rp) (Menit) (Rp) (Menit) (Rp) (Menit) (Rp)
1 Biaya Langsung (Rp) 18.770 25.670 17.970 1.570
2 Biaya Tidak Langsung
a. Batch :
Penerimaan pesanan 555 10 5.550 10 5.550 10 5.550 10 5.550
Pembuatan desain
670 40 26.800 40 26.800 40 26.800 40 26.800
seragam
Pengambilan pesanan 517 10 5.170 10 5.170 10 5.170 10 5.170
Pembayaran 511 10 5.110 10 5.110 10 5.110 10 5.110
Aktivitas pendukung 500 30 15.000 30 15.000 30 15.000 30 15.000
Total BTL per Batch (Rp) 57.630 57.630 57.630 57.630
Total BTL per Unit (Rp) 1.153 1.153 1.153 1.153
b. Unit :
Proses pengukuran
676 5 3.380 5 3.380 5 3.380 5 3.380
seragam
Persiapan bahan dan
622 10 6.220 10 6.220 10 6.220 5 3.110
perlengkapan
Pembuatan pola 744 15 11.160 15 11.160 15 11.160 10 7.440
Proses pemotongan 735 10 7.350 10 7.350 10 7.350 5 3.675
Proses pengobrasan 458 5 2.290 5 2.290 5 2.290 5 2.290
Proses penjahitan 613 60 36.780 60 36.780 50 30.650 25 15.325
Proses penyelesaian 420 5 2.100 5 2.100 5 2.100 2 840
Proses penyetrikaan 425 15 6.375 15 6.375 15 6.375 10 4.250
Pengemasan 807 1 807 1 807 1 807 1 807
Proses permak 533 25 13.325 25 13.325 20 10.660 10 5.330
Total Biaya Tidak Langsung (Rp) 89.787 89.787 80.992 46.447
Harga Pokok Produk per Unit (Rp) 109.710 116.610 100.115 49.170

62
63

4.3 Pembahasan

Setelah melakukan perhitungan harga pokok produk (cost to make and sell)

dengan menggunakan TDABC, penulis akan membandingkan harga pokok

tersebut dengan harga jual yang ditetapkan Remaja Tailor. Rata-rata harga

jual untuk masing-masing produk pakaian disajikan pada tabel 4.19.

Sedangkan laba atau rugi dan persentase laba atau rugi yang dihasilkan

oleh perusahaan disajikan pada tabel 4.20.

Tabel 4.19
Rata-rata Harga Jual Setiap Jenis Produk
Harga Jual Rata-Rata
No. Jenis Produk
(Rp) Harga Jual (Rp)
1 Jas 700.000 – 750.000 725.000
2 Blazer 550.000 – 600.000 575.000
3 Seragam PDH 210.000 – 250.000 230.000
4 Safari 220.000 – 280.000 250.000
5 Kemeja 120.000 – 160.000 140.000
6 Blus 150.000 – 180.000 165.000
7 Celana panjang 100.000 – 130.000 115.000
8 Rok 120.000 – 150.000 135.000
9 Terusan 180.000 – 250.000 215.000
10 Kebaya 200.000 – 300.000 250.000
11 Seragam PDH borongan 190.000 190.000
12 Safari borongan 190.000 190.000
13 Kemeja borongan 100.000 100.000
14 Celana panjang borongan 70.000 70.000

Harga jual ditetapkan dengan mempertimbangkan penggunaan bahan

tambahan dan tingkat kerumitan dalam proses penjahitan pakaian. Harga

jual untuk jenis produk yang sama dapat bervariasi tergantung pada desain

pakaian yang pelanggan inginkan (custom made). Semakin banyak bahan

tambahan yang dibutuhkan dan semakin rumit teknik penjahitan, semakin

tinggi harga jual yang ditetapkan oleh Remaja Tailor pada produk pakaian

tersebut.
64

Tabel 4.20
Perhitungan Laba (Rugi) dari Penjualan Produk
Harga Harga Persentase
Laba / Rugi
No. Jenis Produk Jual Pokok Laba / Rugi
(Rp)
(Rp) Produk (Rp) (%)
1 Jas 725.000 255.637 469.363 64,74
2 Blazer 575.000 193.262 381.738 66,39
3 Seragam PDH 230.000 122.862 107.138 46,58
4 Safari 250.000 129.762 120.238 48,10
5 Kemeja 140.000 113.267 26.733 19,10
6 Blus 165.000 134.332 30.668 18,59
7 Celana panjang 115.000 62.322 52.678 45,81
8 Rok 135.000 77.982 57.018 42,24
9 Terusan 215.000 104.392 110.608 51,45
10 Kebaya 250.000 216.867 33.133 13,25
Seragam PDH
11 190.000 109.710 80.290 42,26
borongan
12 Safari borongan 190.000 116.610 73.390 38,63
13 Kemeja borongan 100.000 100.115 -115 -0,11
Celana panjang
14 70.000 49.170 20.830 29,76
borongan

Dari perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak semua jenis

produk yang dihasilkan oleh Remaja Tailor memberikan keuntungan.

Keuntungan atas produk jas dan blazer memiliki persentase tertinggi yaitu

64,74 % dan 66,39 %. Walaupun kedua produk ini memberikan kontribusi

keuntungan yang besar bagi perusahaan, namun jumlah permintaan atas

kedua produk tersebut tergolong rendah. Selain itu, harga yang ditawarkan

untuk kedua produk ini relatif tinggi dikarenakan proses penjahitan yang

membutuhkan waktu yang lebih lama dan tingkat kerumitan yang tinggi. Oleh

karena itu tidak semua penjahit memiliki kemampuan untuk melakukan

proses penjahitan pada kedua produk ini kecuali penjahit jas.

Produk celana panjang memiliki persentase keuntungan sebesar

45,81 % dan merupakan produk dengan jumlah permintaan tertinggi.


65

Walaupun produk ini bukan merupakan produk dengan persentase

keuntungan terbesar jika dibandingkan dengan produk jas dan blazer,

namun produk celana panjang merupakan produk yang paling

menguntungkan bagi perusahaan. Dalam hal penggunaan waktu, produk ini

memiliki tingkat efektifitas waktu yang terbaik dibandingkan produk lainnya.

Untuk jenis produk dengan persentase keuntungan paling rendah

yaitu produk kemeja, blus, dan kebaya masing-masing sebesar 19,10 %,

18,59 %, dan 13,25 %. Ketiga produk ini cenderung kurang diminati oleh

pelanggan atau hanya dipesan pada saat tertentu. Contohnya produk

kebaya yang lebih banyak dipesan pada musim wisuda. Namun dengan

rendahnya jumlah permintaan pada produk tersebut, perusahaan dapat

mengimbangi kondisi ini dengan tingginya jumlah permintaan produk yang

lebih menguntungkan.

Untuk jenis produk lainnya seperti, seragam PDH, safari, rok, dan

terusan memiliki persentase keuntungan di atas 40 % dan juga memberikan

kontribusi keuntungan bagi perusahaan.

Produk seragam atau borongan yaitu seragam PDH dan safari

masing-masing mencapai keuntungan sebesar 42,26 % dan 38,63 %. Kedua

produk tersebut merupakan produk dengan jumlah permintaan yang relatif

rendah jika dibandingkan dengan produk kemeja dan celana panjang.

Produk celana panjang dengan persentase keuntungan sebesar 29,76 %

namun memiliki jumlah permintaan yang paling tinggi dibandingkan produk

seragam atau borongan lainnya. Produk tersebut berkontribusi paling besar


66

terhadap keuntungan perusahaan. Produk kemeja borongan mengalami

kerugian sebesar 0,11 % disebabkan penentuan harga jual yang terlalu

rendah jika dibandingkan dengan tingkat kerumitan dan biaya langsung

maupun tidak langsung yang digunakan untuk produk tersebut.

Perusahaan sebaiknya berkonsentrasi pada produk celana panjang

yang memang merupakan spesialisasi dari Remaja Tailor. Produk celana

panjang juga paling diminati oleh pelanggan sehingga memiliki jumlah

permintaan yang tertinggi. Selain merupakan produk dengan kontribusi

terbesar bagi penjualan perusahaan, produk ini juga memiliki harga pokok

yang paling rendah jika dibandingkan dengan produk lainnya yaitu sebesar

Rp62.322 untuk produk celana panjang biasa dan Rp49.170 untuk produk

celana panjang borongan. Selain itu, produk ini juga memiliki efektifitas

waktu yang terbaik dibandingkan produk lainnya dengan waktu pengerjaan

per unit yang relatif paling cepat.

Setelah menganalisis persentase laba atau rugi masing-masing jenis

produk yang dihasilkan dari perhitungan harga pokok produk dengan TDABC

dan dibandingkan dengan rata-rata harga jual, dapat disimpulkan bahwa

TDABC dapat diterapkan pada perusahaan yang bergerak di bidang

penjahitan pakaian seperti Remaja Tailor. Perusahaan memiliki produk yang

beragam dan konsumsi aktivitas yang berbeda-beda untuk setiap jenis

produk. Hal ini dipengaruhi oleh tingkat kerumitan dan lamanya waktu

pengerjaan dalam proses penyediaan produk yang berbeda satu dengan

lainnya.
67

Selama ini perusahaan belum pernah melakukan perhitungan harga

pokok produk untuk setiap jenis produk yang dihasilkan, sehingga harga jual

ditetapkan berdasarkan perkiraan adanya bahan tambahan yang digunakan,

tingkat kerumitan, dan lamanya waktu pengerjaan dalam proses penjahitan

pakaian. Penetapan harga jual berdasarkan perkiraan ini tidak akurat dan

menyebabkan perhitungan laba atau rugi yang tidak akurat pula. Perusahaan

juga tidak mengetahui apakah produk menghasilkan keuntungan atau

kerugian.

Dengan menggunakan TDABC, seluruh biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan dapat dibebankan secara lebih akurat ke produk yang

dihasilkan. Biaya bahan langsung dibebankan secara langsung ke masing-

masing produk yang dihasilkan, sedangkan biaya tidak langsung dibebankan

ke produk yang dihasilkan dengan cara menghitung tarif per aktivitas

berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing produk, lalu

mengalikannya dengan konsumsi waktu yang dibutuhkan setiap unit produk.

Setelah melakukan perhitungan harga pokok produk dengan TDABC,

perusahaan dapat mengetahui produk apa saja yang memberikan

keuntungan ataupun kerugian, sehingga perusahaan dapat menentukan

harga jual yang lebih kompetitif dan juga untuk menghindari overprice atau

underprice untuk setiap jenis produk yang dihasilkan. Dengan harga jual

yang lebih tepat, perusahaan juga dapat melakukan pengukuran besarnya

laba yang diinginkan pada setiap jenis produk.


68

Selain menghasilkan harga pokok produk yang lebih akurat dan

penerapannya yang cukup mudah, harga pokok yang dihitung dengan

TDABC merupakan total biaya (cost to make and sell) sehingga laba yang

diperoleh perusahaan merupakan laba operasional dari setiap produk.

TDABC menghasilkan cost to make and sell yang sudah menggambarkan

atau menghitung semua sumber daya baik biaya langsung maupun tidak

langsung yang dikorbankan untuk penyediaan produk. TDABC dapat

memperhitungkan seluruh biaya tidak langsung ke dalam setiap aktivitas

yang dilakukan berdasarkan rasio konsumsi biaya oleh setiap aktivitas untuk

setiap jenis produk sesuai dengan lamanya waktu pengerjaan dalam proses

penyediaan produk, sehingga harga pokok per jenis produk dapat diketahui.

TDABC juga dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi

setiap aktivitas yang dikonsumsi oleh masing-masing jenis produk yang

dihasilkan, sehingga perusahaan dapat mengetahui pemanfaatan waktu

kerja karyawan yang belum maksimal. TDABC dapat menunjukkan efisiensi

proses penyediaan produk dan pemanfaatan waktu kerja. Hal ini diperoleh

dengan cara membandingkan kapasitas waktu yang tersedia dengan waktu

yang terpakai dan disajikan pada tabel 4.21.


69

Tabel 4.21
Perbandingan Kapasitas Waktu Tersedia dengan Waktu Terpakai
Jumlah
Waktu Total
Penjualan
No. Jenis Produk Pengerjaan per Waktu
Produk
Unit (menit) (menit)
(unit)
1 Jas 96 341 32.736
2 Blazer 24 246 5.904
3 Seragam PDH 720 176 126.720
4 Safari 300 176 52.800
5 Kemeja 1.248 161 200.928
6 Blus 480 186 89.280
7 Celana panjang 4.524 103 465.972
8 Rok 288 101 29.088
9 Terusan 96 161 15.456
10 Kebaya 84 301 25.284
11 Seragam PDH
99 153 15.147
borongan
12 Safari borongan 54 153 8.262
13 Kemeja borongan 468 138 64.584
14 Celana panjang
621 80 49.680
borongan
Total waktu terpakai 1.181.841
Kapasitas waktu tersedia (menit) 1.224.000
Kelebihan (kekurangan) waktu (menit) 42.159
Kelebihan (kekurangan) waktu (jam) 703
Persentase kelebihan waktu (%) 3,44

Setelah dilakukan perhitungan, ternyata kapasitas waktu tersedia

yang menjadi dasar untuk menghitung tarif per aktivitas lebih besar dari

waktu yang terpakai atau digunakan untuk memproduksi seluruh produk

yang dihasilkan selama tahun 2017 di Remaja Tailor. Kapasitas waktu yang

tersedia adalah sebesar 1.224.000 menit atau 20.400 jam, sedangkan waktu

yang terpakai adalah sebesar 1.181.841 menit atau 19.697 jam. Selisih dari

kapasitas waktu yang tersedia dengan waktu yang terpakai sebesar 42.159

menit atau 703 jam (41 jam kerja per orang) dalam satu tahun. Padahal

kapasitas waktu yang tersedia telah mempertimbangkan adanya waktu yang

tidak efektif sebesar 40 %. Terjadinya penyimpangan waktu efektif dapat


70

disebabkan oleh estimasi waktu pengerjaan produk yang belum sesuai untuk

setiap aktivitas. Namun penyimpangan ini memiliki persentase yang relatif

kecil yaitu sebesar 3,44 %. Penyimpangan ini akan dibebankan sebagai

penyimpangan yang merugikan dan mengurangi laba operasional yaitu

sebesar Rp3.535.567 (tabel 4.22).

Tabel 4.22
Perbandingan BTL yang Dibebankan dengan BTL Sebenarnya
Jumlah
Penjualan BTL Produk Total BTL
No. Jenis Produk
Produk (Rp) (Rp)
(unit)
1 Jas 96 203.567 19.542.432
2 Blazer 24 146.192 3.508.608
3 Seragam PDH 720 104.092 74.946.240
4 Safari 300 104.092 31.227.600
5 Kemeja 1.248 95.297 118.930.656
6 Blus 480 111.362 53.453.760
7 Celana panjang 4.524 60.752 274.842.048
8 Rok 288 59.912 17.254.656
9 Terusan 96 96.822 9.294.912
10 Kebaya 84 179.797 15.102.948
11 Seragam PDH
99 90.940 9.003.060
borongan
12 Safari borongan 54 90.940 4.910.760
13 Kemeja borongan 468 82.145 38.443.860
14 Celana panjang
621 47.600 29.559.600
borongan
Total BTL yang dibebankan (Rp) 700.021.140
Total BTL yang sebenarnya (Rp) 703.556.707
Kelebihan (kekurangan) BTL (Rp) (3.535.567)
Persentase kekurangan BTL (%) 0,50

Walaupun telah lama beroperasi, sistem pencatatan yang digunakan

perusahaan masih tradisional sehingga menyulitkan penulis dalam

mengumpulkan data yang dibutuhkan. Pencatatan yang dilakukan Remaja

Tailor hanya berupa pencatatan pengeluaran dan pemasukan uang harian.


71

Perusahaan juga tidak memperhitungkan biaya penyusutan peralatan dan

bangunan yang dimiliki.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

disimpulkan bahwa TDABC dapat diterapkan di Remaja Tailor. Hasil

perhitungan dengan TDABC menunjukkan perusahaan dapat menghitung

harga pokok produknya secara akurat sehingga berguna untuk penentuan

harga jual dan penentuan besarnya laba yang lebih akurat.

Selama ini perusahaan belum pernah melakukan perhitungan harga

pokok untuk setiap jenis produk yang dihasilkan. Harga jual ditetapkan

berdasarkan adanya bahan tambahan yang digunakan, tingkat kerumitan, dan

lamanya waktu pengerjaan dalam proses penjahitan pakaian. Penetapan

harga jual berdasarkan perkiraan ini tidak akurat dan menyebabkan

perhitungan laba atau rugi yang tidak akurat pula. Perusahaan juga tidak

mengetahui apakah harga jual yang ditetapkan terlalu tinggi atau terlalu

rendah. Demikian pula dengan besarnya laba atau rugi yang diperoleh dari

setiap jenis produk.

Penerapan TDABC dapat membantu perusahaan untuk menghitung

besarnya total biaya (cost to make and sell) yang dikorbankan untuk setiap

produk sehingga dapat diketahui besarnya laba atau rugi dari setiap jenis

produk atas harga jual yang telah ditetapkan.

72
73

Bedasarkan data tahun 2017, penerapan TDABC di Remaja Tailor

menghasilkan perhitungan harga pokok produk untuk produk jas sebesar

Rp225.637, blazer sebesar Rp193.262, seragam PDH sebesar Rp122.862,

safari sebesar Rp129.762, kemeja sebesar Rp113.267, blus sebesar

Rp134.332, celana panjang sebesar Rp62.322, rok sebesar Rp77.982,

terusan sebesar Rp104.392, kebaya sebesar Rp216.867, seragam PDH

borongan sebesar Rp109.710, safari borongan sebesar Rp116.610, kemeja

borongan sebesar Rp100.115, dan celana panjang borongan sebesar

Rp49.170.

5.2 Saran

Sebaiknya Remaja Tailor mulai menerapkan TDABC dalam perhitungan harga

pokok produknya. Untuk menerapkan TDABC, ada beberapa langkah yang

perlu dilakukan oleh perusahaan. Pertama, menggunakan data tahun 2017

untuk melakukan identifikasi aktivitas. Kedua, menggunakan data biaya tahun

2017, lalu melakukan penyesuaian terhadap biaya tahun 2018 karena terdapat

kenaikan harga dll. Ketiga, mengevaluasi aktivitas secara berkala misalnya

setiap tahun untuk mengetahui apakah ada aktivitas yang bertambah ataupun

berkurang pada proses penyediaan produk.

Perusahaan sebaiknya membenahi sistem pencatatan perusahaan,

memperhitungkan biaya penyusutan peralatan dan bangunan sehingga harga

pokok produk yang dihasilkan lebih akurat.


74

Perusahaan dapat memanfaatkan waktu yang tidak efektif dengan

melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Kegiatan

yang sangat penting bagi perusahaan yang bergerak di bidang jasa penjahitan

pakaian yaitu pelatihan karyawan untuk meningkatkan kemampuannya dan

memperluas pengetahuan mengenai tren pakaian saat ini.

Selain pelatihan, perusahaan juga harus dapat meningkatkan jumlah

permintaan pelanggan terhadap produk-produk yang dihasilkan oleh Remaja

Tailor terutama produk yang kurang diminati, yaitu dengan melakukan

kegiatan pemasaran. Hal ini penting karena karyawan yang menganggur

untuk menunggu pesanan pelanggan merupakan pemborosan biaya, waktu,

dan tenaga kerja. Kegiatan pemasaran yang dapat dilakukan seperti,

memberikan harga khusus untuk penyediaan jasa penjahitan pakaian atasan

dan bawahan, memberikan potongan harga bagi penyediaan jasa penjahitan

borongan, menyediakan jasa jahit kilat, dll.


DAFTAR RUJUKAN

Clark, J., & Sopariwala, P.R. (2017). Applying time-driven activity-based


costing to Metro Health’s outpatient clinic. Cost Management, 31,
16-29.

Dalci, I., Tanis, V., & Kosan, L. (2010). Customer profitability analysis with
time-driven activity-based costing: a case study in a hotel.
International Journal of Contemporary Hospitality Management, 22 (5),
609-637.

Everaert, P., Cleuren, G., & Hoozee, S. (2012). Using time-driven ABC to
identify operational improvements: a case study in a university
restaurant. Cost Management, 26, 41-48.

Giannetti, R., Venneri, C., & Vitali, P.M. (2011). Time-driven activity based
costing and capacity cost management: the case of a service firm.
Cost Management, 25, 6-16.

Hansen, D.R., & Mowen, M.M. (2015). Cornerstones of Cost Management


(3rd ed.). Boston, MA: South-Western Cengage Learning.

Horngren, C.T., Datar, S.M., & Rajan, M.V. (2015). Cost Accounting: A
Managerial Emphasis (15th ed.). Essex, England: Pearson Education
Limited.

Hansen, D.R., Mowen, M.M., & Guan, L. (2009). Cost Management:


Accounting & Control (6th ed.). Mason, OH: South-Western Cengage
Learning.

Ievtushenko, O., & Hodge, G.L. (2012). Review techniques and their strategic
importance in the new product development process of textile product.
Research Journal of Textile and Apparel, 16, 103-124.

Kaplan, R.S., & Anderson, S.R. (2007). Time Driven Activity Based Costing:
A Simpler and More Powerful Path to Higher Profits. Boston,
Massachusetts: Harvard Business School Press.

KEPMEN Nomor 102 Tahun 2004 (2004). Keputusan Menteri Tenaga Kerja
Dan Transmigrasi No. 102/MEN/VI/2004 Tahun 2004 tentang Waktu
Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur. Jakarta: Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.

75
76

PERMENKEU Nomor 96 Tahun 2009 (2009). Peraturan Menteri Keuangan


No. 96/PMK.03/2009 Tahun 2009 tentang Jenis-jenis Harta yang
Termasuk dalam Kelompok Harta Berwujud bukan Bangunan untuk
Keperluan Penyusutan. Jakarta: Departemen Keuangan Republik
Indonesia.

UU Nomor 36 Tahun 2008 (2008). Undang-Undang No. 36 Tahun 2008


tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun
1983 tentang Pajak Penghasilan. Jakarta: Departemen Keuangan
Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai