Anda di halaman 1dari 92

DIKLAT TEKNIS SUBSTANTIF SPESIALISASI

POST CLEARANCE AUDIT

MODUL

AKUNTANSI BIAYA

OLEH :

HARIYANTO, SE

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI


BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA
2008
KATA PENGANTAR DAN PENGESAHAN
KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BEA DAN CUKAI

Menunjuk Surat Keputusan Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea dan Cukai

Nomor : KEP-46/PP.5/2008 Tanggal 1 Agustus 2008 tentang Pembentukan Tim

Penyusunan Modul Pendidikan dan Pelatihan pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bea

dan Cukai Tahun Anggaran 2008, maka kepada Saudara Hariyanto, SE telah ditugaskan

menyusun Modul Cost Accounting untuk Diklat Teknis Substantif Spesialisasi (DTSS)

Post Clearance Audit (PCA) di Pusdiklat Bea dan Cukai.

Oleh karena modul Cost Accounting, DTSS PCA sebagaimana terlampir telah

diseminarkan, maka dengan ini kami nyatakan bahwa Modul dimaksud sah dan layak

untuk menjadi modul DTSS PCA.

Terima kasih kami ucapkan kepada penyusun dan semua pihak yang telah

membantu penyelesaian materi modul tersebut.

Demikian kata pengantar dan pengesahan ini dibuat untuk dipergunakan

sebagaimana mestinya.

Jakarta, Desember 2008


Kepala Pusdiklat Bea dan Cukai

Endang Tata
NIP. 060044462

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar Kepala Pusdiklat Bea dan Cukai ……………………………… i


Daftar Isi ………………………………………………………………………… ii
AKUNTANSI BIAYA
1. Pendahuluan ………………………………………………………………... 1
1.1 Deskripsi Singkat ……………………………………………………... 1
1.2 Tujuan Instruksioal Umum …………………………………………... 2
1.3 Tujuan Instruksional Khusus ………………………………………… 2
2. Kegiatan Belajar (KB) 1
AKUNTANSI BIAYA
2.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ……………………………………... 3
a. Konsep Biaya ….…………………………………………………. 3
b. Analisis Perilaku Biaya …..………………………………………. 4
c. Klasifikasi Biaya ………………….……………………………… 5
d. Akuntansi Biaya …………...……………………………………... 7
2.2 Latihan 1 ……………………………………………………………… 13
2.3 Rangkuman …………………………………………………………… 20
3. Kegiatan Belajar (KB) 2

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI


3.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh ……………………………………. 21
a. Job Order Costing System ………………………………………. 21
b. Process Costing System .………………………………………... 30
3.2 Latihan 2 ……………………………………………………………… 41
3.3 Rangkuman …………………………………………………………… 55
4. Kegiatan Belajar (KB) 3

KALKULASI BIAYA PROSES METODE BIAYA RATA-RATA DAN

METODE FIFO
4.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh …………………………………… 56
4.2 Latihan 3 ……………………………………………………………… 64
4.3 Rangkuman …………………………………………………………… 70

3
5. Kegiatan Belajar (KB) 4

SISTEM BIAYA STANDAR


5.1 Uraian, Contoh dan Non Contoh …………………………………… 71
a. Analisis penyimpangan Biaya Standar …………………………. 72
b. Akuntansi Biaya Standar ………………………………………… 77
5.2 Latihan 4 ……………………………………………………………… 82
5.3 Rangkuman …………………………………………………………… 84
6. Test Formatif ……………………………………………………………….. 85
7. Kunci Jawaban Test Formatif ……………………………………………… 88
8. Umpan Balik dan Tindak Lanjut …………………………………………… 88
9. Daftar Pustaka ……………………………………………………………… 89

4
MODUL

AKUNTANSI BIAYA

1. PENDAHULUAN

1.1 Deskripsi Singkat

Akuntansi biaya secara garis besar memiliki dua tujuan pokok, yang pertama adalah
untuk penetapan harga pokok produksi dan yang kedua adalah untuk pengendalian biaya
produksi. Penetapan harga pokok produksi dilakukan melalui akumulasi biaya produksi
berdasarkan dua sistem produksi, yaitu Job Order Cost System dan Process Cost System.
Untuk Process Cost System, terdapat beberapa variasi model perhitungan biaya produksi
tergantung dengan kondisi yang ada. Yang lazim digunakan adalah Pendekatan Biaya
Rata-rata dan FIFO.
Pengendalian biaya produksi dilakukan melalui biaya yang ditetapkan terlebih dulu
(predetermined cost), yang kemudian dikenal dan dikembangkan sebagai sistem biaya
standar. Terjadinya penyimpangan terhadap biaya standar, akan dianalisis untuk
kemudian ditindak lanjuti dengan langkah pengendalian biaya produksi yang diperlukan
oleh manajemen. Selain Laporan Harga Pokok Produksi, disajikan pula pencatatan
(akuntansi) yang diperlukan untuk perusahaan manufaktur, khususnya kegiatan produksi.
Dari sisi pencatatan ini, akuntansi biaya akan menghasilkan informasi tentang harga
pokok penjualan untuk perusahaan manufaktur.

Materi yang akan disajikan dalam modul ini fokus pada pemahaman tentang konsep
biaya, perilaku biaya, serta tujuan pokok akuntansi biaya yaitu untuk penghitungan harga
pokok produksi dan pengendalian biaya produksi. Pada materi yang pertama, disajikan
pola akumulasi biaya produksi berdasarkan sistem produksi, yaitu Job Order Cost System
dan Process Cost System. Untuk sistem biaya proses, diperkenalkan berbagai variasi
model perhitungan dengan berbagai kondisi, yaitu pendekatan Rata-rata dan FIFO.

Dari sisi pengendalian disampaikan penggunaan biaya standar, yang lebih


ditekankan pada analisis atas varians biaya produksi serta langkah pengendalian yang
diperlukan oleh manajemen. Selain Laporan Harga Pokok Produksi, disajikan pula
pencatatan (akuntansi) yang diperlukan untuk kegiatan produksi.

5
1.2 Tujuan Instruksional Umum

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta diklat dapat menjelaskan


perilaku biaya dalam perhitungan harga pokok produksi, serta dapat melakukan
pengalokasian biaya produksi berdasarkan sistem biaya proses (process cost system) dan
sistem biaya pesanan (job order cost system). Selain itu, peserta diklat dapat melakukan
pengendalian biaya terhadap biaya produksi melalui sistem biaya standar serta dengan
pencatatannya.

1.3 Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta diklat dapat melakukan


perhitungan harga pokok produksi berdasarkan sistem biaya pesanan dan sistem biaya
proses. Khusus untuk sistem biaya proses dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu
metode Rata-rata dan metode FIFO. Selain itu, peserta diklat diharapkan dapat melakukan
pencatatan serta menerapkan pengendalian biaya produksi melalui sistem biaya standar.

6
2. KEGIATAN BELAJAR (KB) 1

AKUNTANSI BIAYA

2.1 Uraian dan Contoh

Budiman, manajer penjualan PT. Primafood, menerima pesanan seratus ribu


kardus mie instan dari Indomart dengan harga Rp 15.000,- per kardus. Budiman menolak
pesanan tersebut karena harga normal kepada para penyalurnya adalah Rp 19.000,-.
Benarkah keputusan manajer tersebut?

Kondisi perusahaan pada saat ini menunjukkan bahwa kapasitas produksi PT.
Primafood belum sepenuhnya terpakai dan sisa kapasitas produksi masih mampu untuk
memenuhi pesanan Indomart. Biaya produksi untuk setiap kardus yang dihitung
berdasarkan kapasitas terpakai adalah sebagai berikut: Bahan Baku Rp 4.000,-; Upah
Langsung Rp 3.000,-; Biaya Overhead - Variabel Rp 3.000,-; dan Biaya Overhead -
Tetap Rp 3.000,-. Apabila Budiman memahami perilaku biaya produksi dan mau mencari
informasi tentang biaya tersebut, maka biaya yang relevan untuk setiap kardus mie instan
yang dipesan hanya sebesar Rp 10.000,- karena dengan adanya tambahan produk tersebut
maka Biaya Overvead – Tetap tidak diperhitungkan lagi. Dengan demikian, masih
terdapat keuntungan deferensial sebesar Rp 5.000,- untuk setiap kardus.

Uraian di atas menunjukkan pentingnya seorang manajer penjualan memahami


perilaku biaya produksi sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Akuntansi biaya
akan membuka wawasan kita tentang konsep biaya, klasifikasi biaya, serta perilaku biaya
dalam kaitannya dengan harga pokok produksi.

A. Konsep Biaya

Pengertian biaya (Cost) dalam akuntansi biaya adalah pengorbanan sumber daya
untuk mendapatkan (menghasilkan) sesuatu. Pengorbanan sumber daya dapat dilakukan
melalui:
1). Pengeluaran kas;
2). Janji akan membayar tunai dimasa mendatang;
3) Ekspirasi nilai aktiva ( pemakaian bahan baku dalam produksi, beban penyusutan).

7
Dalam akuntansi biaya, terdapat istilah yang keduanya berkaitan dengan konsep
biaya yaitu Cost dan Expense. Seperti telah diuraikan sebelumnya, Cost merupakan
pengorbanan sumber daya untuk memperoleh sesuatu item. Misal, suatu perusahaan
melakukan pembelian barang, maka yang dapat dikategorikan sebagai Cost adalah harga
perolehan barang tersebut, yaitu pengorbanan yang dikeluarkan untuk memperoleh
barang tersebut hingga siap dijual, seperti harga beli, ongkos angkut, asuransi
pengangkutan, pungutan bea masuk, biaya inklaring dan sebagainya.

Expense adalah bagian dari Cost yang telah dibebankan sebagai biaya. Apabila
sebagian barang diatas dijual maka harga perolehan bagian yang terjual tersebut
dibebankan sebagai biaya (expense) dengan sebutan Harga Pokok Penjualan.

B. Analisis Perilaku Biaya

Beberapa biaya dapat berubah secara langsung dengan adanya perubahan kegiatan
poroduksi, sedangkan biaya lainnya relatif tidak terpengaruh. Agar manajemen dapat
merencanakan kegiatan perusahaannya dengan baik serta dapat mengendalikan biaya
dengan efektif, maka manajemen harus mengerti hubungan antara biaya dengan berbagai
perubahan kegiatan. Perilaku biaya yang dikaitkan dengan kegiatannya tersebut
memerlukan pemahaman tentang konsep biaya tetap, biaya variabel, dan biaya semi
variabel.
Biaya Tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak akan berubah meskipun volume
kegiatan meningkat atau menurun, dalam rentang yang relevan (misalnya kapasitas
produksi, masa asuransi). Contoh biaya tetap antara lain adalah beban penyusutan mesin,
gaji karyawan tetap, beban asuransi.
Biaya Variabel adalah biaya yang jumlahnya akan meningkat secara proporsional
dengan peningkatan volume kegiatan dan menurun secara proporsional dengan
penurunan volume kegiatan. Contoh biaya variabel antara lain adalah biaya bahan baku
dan upah langsung. Biasanya biaya variabel dapat diidentifikasi secara langsung dengan
kegiatan yang mengakibatkan adanya biaya tersebut.
Biaya Semi Variabel adalah biaya yang memiliki sifat biaya tetap dan biaya
variabel. Oleh karena itu, dalam perencanaan biaya seperti penentuan tarif biaya produksi,
maka biaya semi variabel harus dipisahkan ke dalam unsur-unsur biaya tetap dan
variabel. Keberhasilan dalam perencanaan dan pengendalian biaya akan tergantung
pada hasil analisis dan penelaahan yang cermat mengenai hubungan antara biaya dan

8
perubahan kegiatan operasi perusahaan, dan hal itu membutuhkan penggolongan yang
relevan.

Obyek biaya dalam akuntansi biaya adalah unit dan aktivitas atau fenomena yang
dapat dijadikan dasar untuk mengakumulasi (membebankan) dan mengukur biaya.
Termasuk dalam kategori unit dan aktivitas atau fenomena adalah unit produksi,
sekumpulan produk, job order process, departemen, kontrak, fungsi dan sebagainya.
Pemilihan obiayaek biaya tergantung pada biaya apa yang ingin diketahui. Misalnya
seorang manajer ingin mengetahui besarnya biaya per unit produk, maka yang dapat
dijadikan sebagai obiayaek biaya adalah unit produksi.

C. Klasifikasi Biaya

Biaya diklasifikasikan berdasarkan hubungan biaya tersebut dengan:


1). Produk
Berdasarkan produk, biaya diklasifikasikan menjadi biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya langsung adalah biaya yang secara langsung mengubah bahan
menjadi barang jadi, terdiri dari Biaya Bahan Baku Langsung dan Upah Langsung.
Sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak secara langsung mengubah
bahan menjadi barang jadi.
2). Volume kegiatan.
Berdasarkan volume kegiatan, biaya diklasifikasikan menjadi biaya variabel, biaya
tetap dan biaya semi variabel.
3). Departemen
Berdasarkan departemen, pengklasifikasian biaya ditujukan untuk kepentingan
administratif maupun pengendalian pada departemen yang menjadi pusat-pusat biaya.
Kinerja para manajer diukur berdasarkan kemampuannya mengendalikan biaya, yaitu
dengan membandingkan antara biaya aktual dengan anggarannya. Pengklasifikasi
biaya ini juga dikaitkan dengan alokasi beban suatu departemen (misal departemen A)
kepada departemen lain (misal departemen B) yang menikmati kontribusi manfaat
dari kegiatan departemen A. Oleh karena itu, akan dikenal pengelompokan
“Departemen Produksi dan Jasa”. Dalam pengklasifikasian ini, departemen produksi
akan dibebani oleh biaya yang terjadi di departemen jasa karena departemen ini telah
memberikan kontribusi berupa jasa kepada kegiatan produksi.

9
4). Periode akuntansi
Berdasarkan periode akuntansi, biaya diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal
(Capital Expenditure) dan pengeluaran pendapatan (Revenue Expenditure).
Pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk perolehan aktiva yang memberikan
manfaat lebih dari satu periode akuntansi, sedangkan pengeluaran pendapatan adalah
pengeluaran yang akan memberikan manfaat dalam periode berjalan dan akan dicatat
sebagai beban.
5). Alternatif Keputusan
Manajemen sering berhadapan dengan situasi dimana mereka harus mengambil
keputusan yang dikaitkan dengan alternatif atau pilihan, misalnya membeli atau
membuat sendiri suatu barang yang dibutuhkan, menghentikan atau melanjutkan salah
satu bagian usahanya, menerima atau menolak suatu pesanan khusus dengan harga
dibawah harga jual normal. Dalam kondisi ini, sangat dibutuhkan pemahaman
manajemen tentang biaya yang relevan dan yang tidak relevan dengan berbagai
alternatif pilihan tersebut beserta dengan pertimbangannya. Contoh biaya yang
berhubungan dengan alternatif keputusan antara lain Defferential Cost, Opportunity
Cost, dan Sunk Cost.

Dalam modul ini, fokus yang dibicarakan adalah pengklasifikasi biaya


berdasarkan produk. Berikut ini adalah biaya produksi yang terdapat pada perusahaan
manufaktur yaitu:
• Bahan Baku Langsung (Direct Material), meliputi material (bahan baku) yang
secara fisik menjadi bagian dari produk jadi dan secara terpisah dapat dengan
mudah ditelusuri ke produk jadi.
• Upah Langsung (Direct Labor), adalah biaya gaji dan upah yang dikeluarkan
dalam rangka mengubah bahan baku menjadi produk jadi (Finished Goods).
• Biaya Produksi Tidak Langsung (Factory Overhead), mencakup pemakaian bahan
pembantu, upah tidak langsung, dan biaya lain yang tidak dapat dibebankan secara
langsung ke produk.

10
D. Akuntansi Biaya

Sebagai bagian dari akuntansi keuangan (akuntansi umum), akuntansi biaya


dimaksudkan untuk menghasilkan ketepatan dalam pencatatan dan pengukuran berbagai
unsur biaya (produk) pada saat terjadi, saat ditransfer ke bagian lain serta saat
dialokasikan ke produk yang bersangkutan. Sebagaimana telah dijelaskan, tujuan sistem
akuntansi biaya adalah untuk pengendalian biaya (produk) dan perhitungan Harga Pokok
Produksi. Pengendalian biaya dimaksudkan untuk menghasilkan output (produk) secara
maksimal dengan biaya yang minimal, sedangkan penentuan harga pokok produk
dimaksudkan untuk mengukur nilai persediaan dan harga pokok penjualan.

Tujuan akuntansi biaya tidak terlepas dari pengukuran harga pokok penjualan
karena harga pokok produksi merupakan dasar penentuan harga pokok penjualan. Namun
demikian, penentuan harga pokok penjualan merupakan bidang dari akuntansi keuangan.
Berikut ini gambaran secara umum penghitungan harga pokok penjualan:

Saldo awal Barang Dalam Proses


Saldo awal bahan Baku
Pemakaian Bahan Baku (+) Pembelian bahan baku
(+) Biaya Produksi Biaya Upah Langsung (─) Saldo akhir bahan baku
Factory Overhead
(─) Saldo akhir Barang dalam Proses

Harga Pokok Produksi Rp.


(+) Saldo awal Barang Jadi Rp.
(─) Saldo akhir Barang Jadi (Rp. )

Harga Pokok Penjualan Rp.

Ilustrasi berikut ini menunjukkan hubungan keduanya secara komprehensif .

11
Neraca awal tahun 2006 PT. Bhatara Indah serta transaksi yang terjadi selama bulan
Januari 2006 disajikan berikut ini:
PT Bhatara Indah
Neraca
Per 1 Januari 2006
(dalam ribuan rupiah)

Aktiva Lancar Kewajiban Lancar


Kas 183.000 Hutang Usaha 553.000
Surat Berharga 76.000 Hutang Pajak Penghasilan 35.700
Piutang Usaha 313.100 Bagian Hutang jangka pan
jang yang akan jatuh tempo 20.000
Persediaan : 608.700
Barang Jadi 68.700 Kewajiban jangka Panjang 204.400
813.100
Brng. Dlm Proses 234.300
Bahan Baku 135.300 438.300
Biaya Dibayar Dimuka 15.800 Modal
Total Aktiva Lancar 1.026.200 Saham Biasa 528.000
Aktiva Tetap Laba yang Ditahan 939.500
Tanah 41.500 1.467.500
Bangunan 580.600
Mesin/Perltn. 1.643.000
2.223.600
Ak Penyusutan (1.010.700) 1.212.900
1.254.400
Total Aktiva 2.280.600 Total Kewajiban & Modal 2.280.600

Transaksi selama bulan Januari 2006 adalah sebagai berikut: (dalam rupiah)
a Pembelian bahan secara kredit 100.000.000
b Pemakaian bahan dalam bulan Januari:
Untuk produksi 80.000.000
Untuk bahan pembantu 12.000.000 92.000.000
c Pembayaran Gaji bulan Januari sebesar 160.000.000,-
dikurangi Pajak Penghasilan 30.400.000,- 129.600.000
d Alokasi Biaya Gaji adalah :
Untuk Upah langsung 65% 104.000.000
Untuk Upah pabrik tidak langsung (mandor) 15% 24.000.000
Untuk Bagian Pemasaran 13% 20.800.000
Untuk Bagian Administrasi 7% 11.200.000
e Pencatatan tambahan Pajak Penghasilan sebesar 16.000.000,- yang dialokasikan:
Untuk Upah pabrik tidak langsung (mandor) 80%

12
Untuk Bagian Pemasaran 13%
Untuk Bagian Administrasi 7%
f Biaya Overhead Pabrik terdiri dari:
Penyusutan Bangunan, Mesin dan Peralatan 8.500.000
Asuransi (dibayar dimuka) 1.200.000
g Biaya Overhead pabrik lainnya sebesar 26.340.000
70% dibayar tunai, sisanya masih terhutang (hutang usaha)
h Penerimaan dari penagihan pada pelanggan 205.000.000
i Pembayaran : Hutang Usaha 227.000.000
Pajak yang terhutang 35.700.000
j Pembebanan Biaya Overhead pabrik ke Barang Dalam Proses 84.840.000
k Transfer barang yang telah selesaikan ke gudang barang jadi 320.000.000
l Penjualan senilai 384.000.000,- 40% diterima tunai, dan sisanya masih berupa
tagihan. Harga Pokok Penjualan adalah 75% dari penjualan
m Penyisihan untuk Pajak Penghasilan 26.000.000
Sajikan pencatatan transaksi selama bulan Januari 2006 dan susun laporan Keuangan
untuk akhir Januari 2006.
Pencatatan melalui jurnal disajikan sebagai berikut:

a Bahan 100.000.000
Hutang Usaha 100.000.00
b Barang dalam Proses 80.000.000
Pengendali Overhead Pabrik 12.000.000
Bahan 92.000.000
c Biaya Gaji 160.000.000
Hutang Pajak Penghasilan 30.400.000
Kas 129.600.000
d Barang dalam Proses 104.000.000
Pengendali Overhead Pabrik 24.000.000
Biaya Pemasaran 20.800.000
Biaya Administrasi 11.200.000
Biaya gaji 160.000.000

e Pengendali Overhead Pabrik 12.800.000


Biaya Pemasaran 2.080.000
Biaya Administrasi 1.120.000
Hutang Pajak Penghasilan 16.000.000
f Pengendali Overhead Pabrik 9.700.000

13
Akm. Penyusutan Bangunan, Mesin, Perlt. 8.500.000
Asuransi Dibayar Dimuka 1.200.000
g Pengendali Overhead Pabrik 26.340.000
Kas 18.438.000
Hutang usaha 7.902.000
h Kas 205.000.000
Piutang Usaha 205.000.000
i Hutang usaha 227.000.000
Hutang Pajak Penghasilan 35.700.000
Kas 262.700.000
j Barang Dalam Proses 84.840.000
Pengendali Overhead Pabrik 84.840.000
k Barang Jadi 320.000.000
Barang Dalam Proses 320.000.000
l Kas 153.600.000
Piutang Usaha 230.000.400
Penjualan 384.000.000
--------------------------------------------------
Harga Pokok penjualan 288.000.000
Barang Jadi 288.000.000
m Penyisihan untuk Pajak Penghasilan 26.000.000
Hutang Pajak Penghasilan 26.000.000

Dari pencatatan bulan Januari 2006 tersebut, mutasi (perubahan) yang terjadi
menghasilkan laporan – laporan sebagai berikut:

PT Bhatara Indah
Perhitungan Rugi-Laba
Untuk bulan Januari 2006
(dalam ribuan rupiah)
Penjualan 384.000
(-) Harga Pokok Penjualan (288.000)
Laba Kotor 96.000
(-) Biaya Operasional : Biaya Pemasaran 22.880
Biaya Administrasi 12.320 (25.200)
Laba Operasi 60.800
(-) Penyisihan untuk Pajak Penghasilan (26.000)
Laba Bersih 34.800

14
PT Bhatara Indah
Perhitungan Harga Pokok Penjualan
Untuk bulan Januari 2006
(dalam ribuan rupiah)
Bahan langsung
Persediaan Bahan, 1 Januari 2006 135.300
Pembelian 100.000
Bahan yang tersedia untuk dipakai 235.300
(-) Pemakaian bahan pembantu 12.000
Persediaan Bahan, 31 Jan. 2006 143.300 (155.300)
Bahan langsung yang digunakan 80.000
Upah langsung 104.000
Overhead Pabrik: Bahan Tidak langsung 12.000
Upah tidak langsung 24.000
Pajak Penghasilan 12.800
Penyusutan Pabrik 8.500
Asuransi 1.200
Overhead Pabrik lainnya 26.340 84.840
Biaya Produksi bulan Januari 268.840
(+) Persediaan Barang Dalam Proses, 1 Jan 234.300
Total Biaya produksi 503.140
(-) Persediaan Barang Dalam Proses, 31 Jan (183.140)
Harga Pokok Produksi 320.000
(+) Persediaan Barang Jadi, 1 Jan 68.700
Barang yang tersedia untuk dijual 388.700
(-) Persediaan Barang Jadi, 31 Jan (100.700)
Harga Pokok Penjualan 288.000

PT Bhatara Indah
Neraca
Per 31 Januari 2006
(dalam ribuan rupiah)
Aktiva Lancar Kewajiban Lancar
Kas 130.862 Hutang Usaha 433.902
Surat Berharga 76.000 Hutang Pajak Penghasilan 72.400
Piutang Usaha 338.500 Bagian Hutang jangka pan jang
yang akan jatuh tempo 20.000
Persediaan : Total Kewajiban lancar 526.302
Barang Jadi 100.700 Kewajiban jangka Panjang 204.400
Brng. Dlm Proses 183.140 Total Kewajiban 730.702
Bahan Baku 143.300 427.140
Biaya Dibayar Dimuka 14.600 Modal
Total Aktiva Lancar 987.102 Saham Biasa 528.000
Aktiva Tetap Laba yang Ditahan
Tanah 41.500 Saldo per 1 Januari 939.500
Bangunan 580.600 Laba Bersih bulan Januari 24.800
Mesin/Perltn. 1.643.000 Total Laba yang Ditahan 974.300
2.223.600 ----------
Ak Penyusutan (1.019.200) 1.204.400 Total Modal 1.502.300
1.245.900
Total Aktiva 2.233.002 Total Kewajiban & Modal 2.233.002

15
2.2 Latihan 1
Soal 1 (Perhitungan )
Neraca Saldo PT. Menara Gading per 31 Desember 2006 menunjukkan saldo sebagai
berikut (dalam ribuan rupiah):
Penjualan 14.500.500 Retur dan Potongan
Pembelian (netto) 2.400.000 Harga Penjualan 25.200
Ongkos angkut – masuk 32.000 Biaya Overhead Pabrik 1.885.600
Biaya Upah Langsung 3.204.000 Biaya Iklan 155.000
Biaya Gaji - Penjualan 200.000 Beban Pengiriman 65.000

Persediaan 31 Des. 2006 31 Des. 2005


Baran Jadi 567.400 620.000
Barang Dalam Proses 136.800 129.800
Bahan 196.000 176.000
Diminta menghitung:
1. Total Biaya Produksi
2. Harga Pokok Produksi
3. Harga Pokok Penjualan

Soal 2
PT. Busana Indah Garment memproduksi pakaian berdasarkan model yang dipesan.
Informasi berikut ini tersedia di awal bulan Mei 2006
Persediaan Bahan Rp 16.200.000,-
Persediaan Barang Dalam Proses Rp 3.600.000,-
Selama bulan Mei 2006, bahan seharga Rp 20.000.000,- telah dibeli. Jumlah Upah
Langsung yang dibayarkan Rp 16.500.000,- dan Biaya Overhead Pabrik sejumlah Rp
8.580.000,-. Persediaan pada akhir Mei 2006 diketahui sebagai berikut :
Persediaan Bahan Rp 17.000.000,-
Persediaan Barang Dalam Proses Rp 7.120.000,-
Siapkan perhitungan Harga Pokok Produksi untuk bulan Mei 2006!

16
Soal 3.
Berikut ini data akuntansi PT. Elang Perdana untuk tahun 2006 (dalam rupiah):
Kas 240.000.000
Piutang Usaha 248.000.000
Persediaan 1 Jan. 2006 31 Des. 006
Barang Jadi 54.000.000 66.000.000
Barang Dalam Proses 29.800.000 38.800.000
Bahan 88.000.000 64.000.000
Pembelian Bahan 366.000.000
Potongan Penjualan 8.000.000
Biaya Overhead pabrik yang dibebankan 468.400.000
Biaya Pemasaran dan Administrasi 344.200.000
Beban Penyusutan 116.000.000
(90% untuk pabrik, 10% untuk Pemasaran & Administrasi)
Penjualan 1.844.000.000
Biaya Upah Langsung 523.600.000
Ongkos angkut bahan yang dibeli 6.600.000
Pendapatan Sewa 64.000.000
Bunga hutang obligas 16.000.000
Diminta : Siapkan perhitungan Harga Pokok Penjualan!

Soal 4.
PT, Kubota Industry memproduksi mesin-mesin khusus yang dibuat sesuai dengan
spesifikasi pelanggan. Informasi berikut ini tersedia pada awal bulan Agustus 2006.
Persediaan Bahan Rp 16.200.000,-
Persediaan Barang Dalam Proses 3.600.000,-
Selama bulan Agustus pembelian bahan (langsung) sebesar Rp. 20.000.000,- sedangkan
Upah langsung dibebankan 16.500.000,- dan biaya Overhead Pabrik sebesar 8.580.000,-
Persediaan akhir Agustus 2006 diketahui:
Bahan Rp. 17.000.000,-
Barang Dalam Proses 7.120.000,-
Sajikanlan perhitungan harga pokok produksi!

17
Soal 5
PT. Permata membeli bahan senilai Rp 110.000.000,- selama bulan Juni 2006. Harga
Pokok Penjualan dalam bulan tersebut adalah Rp 345.000.000,-. Biaya Overhead Pabrik
dibebankan 50% dari biaya Upah Langung. Informasi lain sehubungan dengan persediaan
dan produksi perusahaan adalah sebagai berikut (dalam rupiah):
Persediaan Awal Akhir
Barang Jadi 102.000.000 105.000.000
Barang Dalam Proses 40.000.000 36.000.000
Bahan baku 20.000.000 26.000.000

(1). Susunlah perhitungan Harga Pokok Produksi.


(2). Hitung biaya utama yang dibebankan ke Barang Dalam Proses selama bulan tersebut.
(3). Hitung biaya konversi yang dibebankan ke Barang Dalam Proses.

Soal. 6
Informasi berikut ini tersedia untuk tiga perusahaan pada akhir tahun (dalam rupiah):
PT. Intan Mulia Barang Jadi, 1 Januari 600.000.000,-
Harga Pokok Produksi 3.800.000.000,-
Penjualan 4.000.000.000,-
Laba Kotor dari penjualan 20%
Persediaan Barang Jadi, 31 Desember ?

PT. Lautan Intan Ongkos angkut masuk 20.000.000,-


Retur Pembelian 80.000.000,-
Beban Pemasaran 200.000.000,-
Persediaan Barang Jadi, 31 Desember 190.000.000,-
Harga Pokok Penjualan 1.300.000.000,-
Barang yang tersedia untuk dijual ?

PT. Berlian Laba Kotor 96.600.000,-


Harga Pokok Produksi 340.000.000,-
Persediaan Barang Jadi, 1 Januari 45.000.000,-
Persediaan Barang Jadi, 31 Desember 52.000.000,-

18
Barang Dalam Proses 1 Januari 28.000.000,-
Barang Dalam Proses 31 Desember 38.000.000,-
Penjualan ?

Hitunglah jumlah-jumlah yang ditunjukkan oleh tanda tanya untuk perusahaan tersebut.

Soal 7
Berikut ini data akuntansi yang disajikan PT. Permata untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2006 (dalam rupiah):
Penjualan 56.000.000,-

Persediaan Per 31 Desember 2006 Per 1 Januari 2006


Barang jadi 5.100.000,- 3.500.000,-
Barang Dalam Proses 7.500.000,- 4.000.000,-
Bahan 4.250.000,- 4.000.000,-

Pembelian Bahan 18.000.000,-


Biaya Upah Langsung 7.500.000,-
Overhead pabrik yang dibebankan ke poduksi 5.000.000,-
Beban Pemasaran 5% dari penjualan
Beban Administrasi 2% dari penjualan
Beban lainnya 1% dari penjualan

Diminta: 1. Susunlah perhitungan Harga Pokok Penjualan tahun 2006.


2. Susunlah perhitungan Laba – Rugi tahun 2006.

19
Soal 8 (Pencatatan )
Transaksi-transaksi berikut ini berkaitan dengan transaksi kegiatan pabrik pada PT.
Semesta Alam selama bulan Juli 2006:
a. Pemakaian Bahan Baku sebesar Rp 24.500.000,- dan Bahan Tidak Langsung
Rp 4.500.000,-.
b. Biaya Gaji sebesar Rp 44.000.000,- dipotong PPh. 21 sebesar 5%.
c. Daftar gaji terdiri dari: Upah Langsung Rp. 30.000.000,-
Upah Tidak Langsung Rp 6.000.000,-
Gaji Bagian Penjualan Rp 8.000.000,-
d. Biaya produksi lainnya sebesar Rp 7.500.000,-.
e. Biaya Overhead Pabrik yang dibebankan ke produksi sebesar Rp 22.932.000,-.
f. Biaya produksi yang telah selesai bulan Juli berjumlah Rp 60.000.000,-.
g. Pembelian bahan sejumlah Rp 50.000.000,-.
h. Pengiriman barang ke pelanggan senilai Rp 26.000.000,- dengan harga pokok
sebesar Rp 20.000.000,-.
Sajikan ayat jurnal yang diperlukan atas transaksi di atas.

Soal 9 (Pencatatan )
Berikut ini transaksi selama bulan Mei 2006 yang dilakukan oleh PT. Bumi Sentosa:
a. Pembelian bahan baku senilai Rp 120.000.000,- dengan syarat n/30.
b. Biaya gaji bulan ini sebesar Rp 90.000.000,- dipotong PPh. 21 sebesar 5%.
Gaji tersebut untuk : Upah Langsung Rp. 45.000.000,-
Upah tidak langsung Rp 9.000.000,-
Gaji bagian Penjualan Rp 15.000.000,-
Gaji bagian Administrasi Rp 21.000.000,-
c. Pembelian bahan tidak langsung dan perbekalan lainnya secara kredit
Rp26.250.000,-.
d. Permintaan bahan selama bulan ini:
Untuk produksi Rp 60.000.000,-
Bahan tidak langsung 15.000.000,-
Perbekalan pengiriman (ekspedisi) 4.000.000,-
e. Pengiriman perbekalan yang rusak senilai Rp 900.000,- di-retur ke penjual.
f. Hutang sejumlah Rp 142.500.000,- dilunasi, termasuk hutang gaji.

20
g. Penyusutan mesin pabrik sebesar Rp 1.000.000,-.
h. Beban pabrik lainnya, sejumlah Rp 6.900.000,- dicatat sebagai kewajiban.
i. Biaya Overhead Pabrik - Aktual sebesar Rp 38.056.000,- dibebankan ke produksi.
j. Barang Jadi dengan total biaya total sebesar Rp 126.000.000,- ditransfer ke gudang.
k. Penjualan sejumlah Rp150.000.000,- dengan harga pokok produksi Rp96.000.000,-.

Sajikan ayat jurnal yang diperlukan atas transaksi di atas.

Soal 10 (Pencatatan )
Berikut ini transaksi selama bulan Juni 2006 yang dilakukan oleh PT. Cemara Tujuh:
a. Pemakaian untuk produksi: Bahan langsung Rp 18.500.000,-
Bahan tidak langsung 2.800.000,-
b. Barang Dalam Proses yang diselesaikan/ditransfer ke gudang senilai 51.800.000,-.
c. Pembelian bahan sejumlah Rp 32.000.000,- secara kredit.
d. Gaji setelah dikurangi PPh. 21 adalah sebesar Rp 38.000.000,- dan telah dibayar.
e. Gaji tersebut untuk : Upah Langsung 55 %
Upah tidak langsung 18 %
Gaji bagian Penjualan 17 %
Gaji bagian Administrasi 10 %
f. Biaya Overhead pabrik lannya adalah:
Penyusutan bangunan dan peralatan pabrik sebesar Rp 9.450.000,-
Beban asuransi pabrik 600.000,-
Beban lainnya yang masih terhutang 1.250.000,-
g. Biaya Overhead pabrik sebesar Rp 28.100.500,- dibebankan ke produksi.
h. Penjualan kredit sejumlah Rp 92.120.000,- dengan laba sebesar 40% dari harga
pokok penjualan.
i. Hasil penagihan piutang sebesar Rp 76.000.000,-.
Sajikan ayat jurnal yang diperlukan atas transaksi di atas.

21
Soal 11 (Pencatatan )
PT. Bulan Bintang telah membayar Upah Langsung sebesar Rp 50.000.000,- selama
bulan Januari 2006. Berikut ini disajikan data akuntansi untuk biaya produksi (dalam
rupiah):
Per 1 Jan. 2006 Per 31 jan. 2006
Persediaan barang jadi 28.000.000 45.000.000
Persd. Barang Dalam Proses 12.000.000 14.000.000
Persediaan bahan baku 17.000.000 24.000.000
Harga Pokok Penjualan -- 140.000.000
Pengendali Overhead pabrik -- 25.000.000
Susunlah kembali ayat-ayat jurnal untuk mencatat informasi diatas!

Soal 12 (Pencatatan )
Saldo perkiraan dalam data akuntansi PT. Bunga Lestari per 1 Januari 2006 disajikan
sebagai berikut (dalam rupiah):
Debit Kredit
Kas 20.000.000 Hutang Usaha 15.500.000
Piutang Usaha 25.000.000 Hutang gaji 2.250.000
Persd. Barang jadi 9.500.000 Akumulasi penyusutan 10.000.000
Barang Dlm. Proses 4.500.000 Saham Biasa 60.000.000
Bahan 10.000.000 Laba yang Ditahan 21.250.000
Mesin - mesin 40.000.000
Berikut ini transaksi yang dilakukan selama bulan Januari 2006:
a. Pembelian bahan sejumlah Rp 92.000.000,- secara kredit.
b. Biaya Overhead Pabrik lainnya yang diperhitungkan sebesar Rp 18.500.000,-.
c. Biaya Gaji dan Upah dialokasikan untuk:
Upah Langsung Rp 60.500.000,-
Upah tidak langsung 12.500.000,-
Gaji bagian Penjualan 8.000.000,-
Gaji bagian Administrasi 5.000.000,-

Pembayaran gaji/Upah sudah dilakukan dengan potongan PPh 21 sebesar 5%

d. Pemakaian untuk produksi: Bahan langsung Rp 82.500.000,-

22
Bahan tidak langsung 8.300.000,-
e. Biaya Overhead pabrik sebesar Rp 47.330.000,- dibebankan ke produksi.
f. Barang dalam proses yang diselesaikan/ditransfer ke gudang senilai 188.000.000,-
g. Barang jadi senilai Rp 12.000.000,- belum terjual. Penjualan akan dilakukan dengan
syarat 2/10, n/60, mark up 30% diatas harga pokok produksi.
h. Dari seluruh piutang usaha, 80% telah ditagih, dikurangi 2% potongan penjualan.
i. Berbagai beban sejumlah Rp 30.000.000,- belum dibayar, dan dialokasikan sebagai
beban pemasaran 60% dan sisanya beban administrasi.
j. Daftar cek menunjukkan adanya pembayaran sebesar Rp104.000.000,- untuk
kewajiban selain gaji:
1. Sajikan ayat jurnal yang diperlukan atas transaksi di atas dan lakukan posting ke
buku besar
2. Susunlah Neraca Saldo akhir Januari 2006

2.3 Rangkuman
Pengertian biaya dapat dilihat dari dua sisi yakni Cost dan Expense. Cost (biaya
perolehan) merupakan pengorbanan sumber daya untuk memperoleh suatu barang,
sedangkan expense adalah bagian dari Cost yang telah dibebankan sebagai biaya, pada
suatu periode.
Pemahaman manajemen terhadap perilaku biaya (biaya tetap, biaya variabel, dan
biaya semi variabel) sangat berkaitan erat dengan kegiatannya sebagai pengambil
keputusan dalam perusahaan. Selain itu, pengetahuan pihak manajemen tentang
pengklasifikasian biaya akan dapat memberikan informasi pendukung, yang diperlukan
untuk pembebanan biaya ke harga produksi serta biaya non produksi.

23
3. KEGIATAN BELAJAR (KB) 2

PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI

3.1 Uraian dan Contoh

Sumanto tersenyum simpul menghitung keuntungan penjualan tahu hari ini karena
produksi tahu kemarin siang yang telah menghabiskan satu kwintal kedelai, telah habis
terjual pagi ini dengan keuntungan sebesar Rp 125.000,-. Benarkah Sumanto memperoleh
keuntungan sejumlah itu?
Kondisi sebenarnya menunjukkan bahwa perhitungan keuntungan tersebut tidak
didasarkan pada harga pokok produksi yang tepat karena formula yang digunakan adalah
jumlah kedelai yang digunakan ditambah dengan upah untuk dua pegawai yang dibayar
harian. Ia tidak memperhitungkan pemakaian kayu bakar, upahnya sendiri dan upah
istrinya yang ikut bekerja, serta pemakaian fasilitas di rumahnya yang seharusnya
dibebankan ke harga pokok produksi.
Apa yang terjadi dengan pengusaha tahu tersebut telah menggambarkan bahwa
kesalahan dalam persepsi tentang harga pokok produksi telah menyebabkan informasi
tentang keuntungan menjadi bias.

Dalam penentuan harga pokok produksi, berbagai biaya yang relevan dengan
proses produksi harus dialokasikan atau diakumulasikan ke produk yang bersangkutan.
Akumulasi biaya ini merupakan sistem perhitungan harga pokok produksi (production
costing system) dengan cara membebankan unsur-unsur biaya produksi ke dalam harga
pokok produksi. Terdapat dua metode pokok dalam akumulasi biaya produksi yaitu Job
Oder Costing dan Process Costing. Kedua metode tersebut merupakan fokus
pembahasan kegiatan belajar ini.

A. JOB ORDER COSTING SYSTEM


Dalam sistem ini, biaya produksi diperoleh dengan cara mengalokasikan berbagai
biaya ke masing-masing unit atau sekumpulan produk sejenis (batch) melalui proses
produksi dengan langkah yang berbeda satu sama lain. Metode ini biasa dipergunakan
pada perusahaan garment, percetakan, furniture, industri pesawat terbang, konstruksi dan
sebagainya.

24
Untuk setiap order (pesanan) atau job (batch atau lot) akan disiapkan sebuah kartu
yang disebut “Job Order Cost Sheet” atau “Cost Sheet”. Semua biaya yang dibebankan
pada suatu order akan dicatat ke dalam kartu tersebut. Jadi fungsi dari Cost Sheet adalah
untuk mencatat/mengumpulkan biaya langsung dan biaya tidak langsung yang
dibebankan pada suatu pekerjaan (order). Oleh karena itu, pada setiap Cost Sheet harus
dicantumkan nomor ordernya, sehingga akan mempermudah proses pengumpulan dan
pembebanan biaya terhadap order yang dikerjakan.
Contoh: PT Busana Garment menjalankan kegiatannya dengan menerima pesanan
garment. Data persediaan pada tanggal 1 Mei 2007 disajikan sebagai berikut (dalam
rupiah):
Barang Jadi 1.500.000,-
Barang Dalam Proses 1.907.000,-
Barang Dalam Proses:
Job 021 Job 022 Job 023
No. Job/Pesanan PT. Pelangi PT. Mutiara PT. Matahari

Bahan Baku 280.000,- 340.000,- 180.000,-


Upah Langsung 210.000,- 270.000,- 135.000,-
Overhead (applied) 168.000,- 216.000,- 108.000,-
Jumlah 658.000,- 826.000,- 423.000,-
======= ======= =======

Transaksi selama bulan Mei 2007 adalah sebagai berikut (dalam rupiah):
Mei 5 Pembelian bahan baku (kredit) sejumlah 2.200.000,-
7 Pemakaian: Bahan Penolong 240.000,-
Bahan baku untuk Job 021: 530.000,-
Job 022: 740.000,-
Job 023: 590.000,-
8 Pengembalian dari pabrik ke gudang
Bahan Baku Langsung Job 022: 20.000,-
Bahan Tidak Langsung 40.000,-
10 Pembayaran Gaji setelah dikurangi (PPh 21) sebesar 72.200,- 307.800,-
10 Biaya Gaji dialokasikan untuk:
55% ke Upah Langsung
15% ke Biaya Penjualan

25
20% ke Upah tak langsung
10% Biaya Administrasi
Alokasi Upah Langsung untuk: Job 021: 64.200,-
Job 022: 81.600,-
Job 023: 63.200,-
11 Biaya Overhead lainnya terdiri dari:
Biaya Penyusutan Bangunan dan Peralatan Pabrik 20.000,-
Biaya Asuransi Pabrik yang jatuh tempo 2.500,-
Biaya yang terutang (belum dibayar) 32.500,-
11 Biaya Overhead pabrik yang diterapkan dan dibebankan terhadap ketiga
produk pesanan tersebut adalah 80% dari Upah Langsung untuk bulan yang
bersangkutan.
12 Pekerjaan 021, 022, dan 023 telah selesai dan dikirim ke gudang barang
jadi
14 Pesanan 021, 022, dan 023 dikirim dan ditagih dengan tambahan laba
sebesar 40% dari harga pokok. Alokasi biaya operasional sebagai berikut:
Pesanan No. 021: Rp 65.178,-
022: 84.644,-
023: 56.388,-
Sajikanlah : 1. Kartu Biaya Produksi Pesanan untuk ketiga pesanan yang diterima.
2. Jurnal yang diperlukan bulan Mei 2006.

Kartu Biaya Produksi Pesanan disajikan di halaman berikutnya

26
PT. Busana Garment
Bogor

KARTU BIAYA PRODUKSI PESANAN


(Job Order Cost Sheet)
No. Pesanan: 021
Pemesan : PT. Pelangi
Tgl. Penyerahan : 14 Mei 2007

BIAYA BAHAN BAKU


Tanggal Jumlah
7 Mei 2007 530.000,-

BIAYA UPAH LANGSUNG


Tanggal Tarif/jam Jam Jumlah
10 Mei 2007 8.025,- 8 64.200,-

OVERHEAD PABRIK YANG DITERAPKAN


Tanggal Tarif/jam Upah Langsung Jumlah
11Mei 2007 80% 64.200,- 51.360,-

============================================================
WIP Awal 658.000,- Penjualan 1.824.984,-
Biaya Produksi : Harga Pokok Penjualan 1.303.560,-
Bahan baku 530.000,- Laba Kotor 521.424,-
Upah Langsung 64.200,- Biaya Operasional (65.178,-)
Overhead yang Laba Bersih 456.246,-
diterapkan 51.360,- ========
Harga Pokok Produksi 1.303.560,-
========

27
PT. Busana Garment
Bogor

KARTU BIAYA PRODUKSI PESANAN


(Job Order Cost Sheet)
No. Pesanan: 022
Pemesan : PT. Mutiara
Tgl. Penyerahan : 14 Mei 2007

BIAYA BAHAN BAKU


Tanggal Jumlah
7 Mei 2007 740000,-
8 Mei 2007 ( 20.000,-)
720.000,-

BIAYA UPAH LANGSUNG


Tanggal Tarif/jam Jam Jumlah
10 Mei 2007 8.025,- 81.600,-

OVERHEAD PABRIK YANG DITERAPKAN


Tanggal Tarif/jam Upah Langsung Jumlah
11Mei 2007 80% 81.600,- 65.280,-

============================================================
WIP Awal 826.000,- Penjualan 2.370.032,-
Biaya Produksi : Harga Pokok Penjualan 1.692.880,-
Bahan baku 720.000,- Laba Kotor 677.152,-
Upah Langsung 81.600,- Biaya Operasional (84.644,-)
Overhead yang Laba Bersih 592.508,-
diterapkan 65.280,- ========
Harga Pokok Produksi 1.692.880,-
========

28
PT. Busana Garment
Bogor

KARTU BIAYA PRODUKSI PESANAN


(Job Order Cost Sheet)
No. Pesanan: 023
Pemesan : PT Matahari
Tgl. Penyerahan : 14 Mei 2007

BAHAN BAKU
Tanggal Jumlah
7 Mei 2007 590.000,-

UPAH LANGSUNG
Tanggal Tarif/jam Jam Jumlah
10 Mei 2007 63.200,-

OVERHEAD PABRIK YANG DITERAPKAN


Tanggal Tarif/jam Upah Langsung Jumlah
11Mei 2007 80% 63.200,- 50.560,-

============================================================
WIP Awal 432.000,- Penjualan 1.577.464,-
Biaya Produksi : Harga Pokok Penjualan 1.126.760,-
Bahan baku 590.000,- Laba Kotor 450.704,-
Upah Langsung 63.200,- Biaya Operasional (56.338,-)
Overhead yang Laba Bersih 394.366,-
diterapkan 50.560,- ========
Harga Pokok Produksi 1.126.760,-
========

Aspek Akuntansi ( Pencatatan)


Pencatatan berbagai biaya yang dialokasikan ke dalam harga pokok produk pesanan
akan ditampung ke dalam perkiraan (akun) Barang Dalam Proses (Work in Process).
Apabila proses produksi telah selesai, maka seluruh nilai yang tercantum dalam perkiraan
tersebut dipindahkan ke perkiraan Barang Jadi (Finished Goods). Untuk pembebanan
biaya langsung (Bahan Baku dan Upah Langsung) dilakukan berdasar pengeluaran aktual
(sesungguhnya), sedangkan untuk biaya tidak langsung digunakan tarif yang telah
ditentukan. Tarif tersebut dapat ditentukan berdasarkan jumlah jam kerja atau upah

29
langsung. Pembebanan Biaya Tidak Langsung (Overhead Pabrik) ini dicatat ke
dalam perkiraan Overhead Pabrik yang Diterapkan (Applied Overhead), sedangkan
Biaya Tidak Langsung yang Sesungguhnya dibukukan ke dalam perkiraan Pengendali
Biaya Overhead Pabrik. Selisih antara kedua Biaya Overhead tersebut akan dianalisis
dan dialokasikan sesuai dengan kebijakan manajemen perusahaan. Bagan mekanisme
pencatatan Job Order Costing System dapat dilihat pada halaman berikutnya.

30
AKUNTANSI BIAYA PRODUKSI
Pengendali Overhead Pabrik

Akumulasi Penyusutan Pabrik Barang Dalam Proses

Overhead Pabrik Yang Diterapkan


Asuransi Dibayar Dimuka

Barang Jadi

Kas
Biaya Upah Langsung

Harga Pokok Penjualan


Biaya Gaji dan Upah
Persediaan Bahan

Hutang Overhead Lainnya

31
2. Jurnal Transaksi selama bulan Mei:
Mei 5 Persediaan – Bahan 2.200.000
Hutang dagang 2.200.000
7 Barang Dalam Proses – Job 021 530.000
Job 022 740.000
Job 023 590.000
Pengendali Biaya Overhead Pabrik 240.000
Persediaan - Bahan 2.100.000
8 Persediaan – Bahan 60.000
Barang Dalam Proses- Job 022 20.000
Pengendali Biaya Overhead Pabrik 40.000
10 Biaya Gaji 380.000
Hutang PPh 21 72.200
Kas 307.800
10 Upah Langsung 209.000
Pengendali Biaya Overhead Pabrik 76.000
Biaya Penjualan 57.000
Biaya Administrasi 38.000
Biaya Gaji 380.000
-------------------------------------------
Barang Dalam Proses – Job 021 64.200
Job 022 81.600
Job 023 63.200
Upah langsung 209.000

11 Pengendali Biaya Overhead Pabrik 55.000


Biaya Penyusutan Bangunan & Perlt. 20.000
Biaya Asuransi Pabrik 2.500
Hutang Biaya 32.500
11 Barang Dalam Proses – Job 021 51.360
Job 022 65.280
Job 023 50.560
Overhead Pabrik yang Diterapkan 167.200

12 Barang Jadi – Job 021 1.303.560


Job 022 1692.880
Job 023 1.126.760
Barang Dalam Proses – Job 021 1.303.560
Job 022 1692.880
Job 023 1.126.760

32
14 Piutang Dagang 5.772.480
Penjualan 5.772.480
Harga jual Job 021 Rp 1.824.984,-
Job 022 2.370.032,-
Job 023 1.577.464,-
---------------------------------------------------
Harga Pokok Penjualan 4.123.200
Barang Jadi – Job 021 1.303.560
Job 022 1692.880
Job 023 1.126.760

B. PROCESS COSTING SYSTEM

Pendekatan ini digunakan untuk proses produksi yang dilakukan secara massa atau
tidak didasarkan pada pesanan, yang berlangsung secara kontinyu melalui proses yang
seragam. Perusahaan yang menggunakan sistem ini antara lain adalah perusahaan plastik,
minuman, pipa, bahan kimia, tekstil, dan perusahaan sejenis lainnya. Berbagai biaya produk
diakumulasikan selama satu periode (bulan, triwulan, semester atau tahun), kemudian
dialokasikan ke setiap unit produk dengan cara jumlah biaya produksi selama satu periode
dibagi dengan jumlah produk yang dihasilkan.

Proses produksi massa ini melibatkan beberapa departemen produksi, dimana setiap
departemen melakukan perhitungan biaya produksi serta menggunakan perkiraan “Barang
Dalam Proses” (pada job order costing hanya disediakan satu perkiraan untuk setiap pesanan
dan didukung dengan kartu biaya pesanan).

Karakteristik Process Costing System antara lain adalah:


1. Biaya dibebankan pada perkiraan ” Barang Dalam Proses” pada suatu departemen.
2. Dibuat Laporan Biaya Produksi masing-masing departemen. Hal ini untuk
mengumpulkan, mengikhtisarkan serta menghitung biaya satuan dan total biaya yang
terjadi.
3. Barang Dalam Proses diakhir periode dihitung/dinyatakan dalam unit ekuivalen. Unit
ekuivalen adalah kuantum unit sempurna yang sekiranya dapat diproduksi dengan
menggunakan biaya-biaya (bahan , upah, dan overhead pabrik) yang benar-benar terjadi
(terserap) dalam satu periode.

33
4. Nilai produk yang sudah selesai pada suatu departemen ditransfer ke departemen
berikutnya, sedangkan nilai (cost) barang dalam proses tetap tinggal dalam departemen
yang bersangkutan. Pemindahan tersebut dimaksudkan untuk menentukan total biaya
“produk jadi” dalam satu periode.

Materi yang akan dibahas dalam process costing system meliputi:


1. Laporan Biaya Produksi pada departemen yang bersangkutan.
2. Perhitungan biaya satuan pada masing-masing departemen.
3. Perhitungan biaya yang dipindahkan ke departemen berikutnya atau ke gudang.
4. Pengaruh unit yang hilang selama proses produksi.
5. Pengaruh penambahan material oleh departemen lanjutan.

Berikut ini adalah berbagai jenis arus produksi yang dapat terjadi pada process costing
system:
1. Berurutan (sequential flow), yaitu setiap produk diproses dengan urutan langkah yang
sama, dari departemen 1 ke departemen 2 dan seterusnya
2. Sejajar (parallel flow), yaitu suatu bagian dari pekerjaan tertentu dikerjakan secara
bersama-sama oleh beberapa departemen yang berbeda, dan selanjutnya dipindahkan ke
departemen yang sama untuk proses penyelesaian.
3. Selektif (selective flow), yaitu produk bergerak ke departemen-departemen yang berbeda,
tergantung pada produk akhir yang akan dihasilkan.

Laporan Biaya Produksi

Semua biaya yang dibebankan pada suatu departemen akan diikhtisarkan dalam suatu
laporan biaya produksi. Laporan ini dapat menunjukkan biaya yang terakumulasi dan
disposisinya selama satu periode. Fungsi laporan ini adalah sebagai sumber informasi untuk
membukukan aktivitas biaya ke dalam berbagai perkiraan di buku besar. Berikut ini adalah
isi dari Laporan Biaya Produksi:
a. Biaya total dan biaya satuan yang diterima dari departemen sebelumnya.
b. Biaya bahan, upah langsung dan biaya tidak langsung (total/satuan) yang
ditambahkan di departemen yang bersangkutan.

34
c. Akumulasi biaya total dan satuan, sampai dengan departemen yang bersangkutan.
d. Nilai yang ditransfer ke departemen berikutnya.

Penyusunan Laporan Biaya Produksi juga dipengaruhi oleh beberapa kondisi seperti
adanya unit hilang dalam proses produksi atau adanya tambahan bahan dalam proses
produksi berikutnya. Apabila terdapat unit hilang dalam proses produksi maka diperlakukan
sebagai berikut:
a. Apabila terjadi pada tahap pembuatan (proses), maka dilakukan penyesuaian terhadap
biaya per unit pada departemen sebelumnya.
b. Apabila terjadi pada tahap lanjutan (supervisi), maka unit yang hilang diperhitungkan ke
dalam produksi, dengan catatan:
- ekuivalen sebagai 100% barang jadi;
- tidak terdapat penyesuaian biaya departemen sebelumnya;
- merupakan barang jadi yang ditransfer ke departemen berikutnya.
c. Apabila unit yang hilang bersifat normal, maka biaya yang diserap dibebankan ke unit
yang tersisa.
d. Apabila unit yang hilang sifatnya tidak normal, maka dihitung berdasarkan biaya per unit
dan diperlakukan sebagai kerugian, sehingga dapat dialihkan ke:
- Harga Pokok Produksi (jika dipakai Overhead Aktual);
- Factory Overhead Control (jika dipergunakan Applied Overhead);
- Biaya tahun berjalan.

Berikut ini disajikan beberapa contoh penyusunan laporan produksi dengan berbagai kondisi
tersebut di atas.

Contoh : 1 ( Tidak terdapat tambahan biaya bahan pada departemen lanjutan)


PT. Toyota Astra memproduksi kendaraan melalui tiga tahap yaitu perakitan, pengujian, dan
perampungan. Data berikut ini menunjukkan penyerapan biaya serta kinerja masing-masing
departemen selama bulan Mei 2006.

35
Departemen Perakitan Pengujian Perampungan

Biaya yang diserap: (dalam jutaan rupiah)


- Bahan langsung 24.500 -- --
- Upah Langsung 29.140 37.310 32.400
- Biaya tak langsung 28.200 32.800 19.800

Kuantitas ( dalam unit )


Unit baru 50.000 -- --
Transfer dari departemen sebelumnya -- 45.000 40.000
Transfer ke departemen selanjutnya 45.000 40.000 35.000
Unit dalam proses 4.000 3.000 4.000
Penyerapan biaya dalam WIP ½ Upah/ 1/3 Upah/ 1/4 Upah/
Overhead Overhead Overhead
Unit hilang 1.000 2.000 1.000
===============================================================
Saudara diminta menyajikan Laporan Biaya Produksi PT Toyota Astra untuk setiap
departemen dengan asumsi:
a. Terjadi unit hilang pada tahap pembuatan.
b. Terjadi unit hilang di Departemen Pengujian pada tahap supervisi.

36
Contoh 1a. ( Unit hilang dalam proses )
PT Toyota Astra
Departemen Perakitan
Laporan Biaya Produksi
Bulan Mei 2006
Skedul Kuantitas : (dalam unit ) 50.000
Unit baru dalam proses --
Unit yang ditransfer ke departemen berikutnya 45.000
Unit masih Dalam Proses ( semua bahan, ½ upah /FOH) 4.000
Unit hilang Dalam Proses 1.000 50.000

Biaya yang dibebankan ke departemen ini (jutaan rupiah) Biaya Total Biaya Per
unit
Transfer dari departemen sebelumnya -- --
Tambahan Biaya : Bahan 24.500 0,50
Upah langsung 29.140 0,62
Overhead pabrik 28.200 0,60
Jumlah Biaya yang harus dipertanggungjawabkan 81.840 1,72

Pertanggungjawaban Biaya (jutaan rupiah)


Ditransfer ke departemen berikutnya (45.000 x 1,70 jt) 77.400
Barang Dalam Proses – akhir Mei 2006
Bahan : 4.000 x 0,5 jt,- 2.000
Upah : 4.000 x ½ x 0,62 jt,- 1.240
Ovh. Pabrik : 4.000 x ½ x 0,60 jt,- 1.200 4.440
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan 81.840
Perhitungan tambahan:
Produksi Ekuivalen:
Bahan = 45.000 + 4.000 = 49.000
Upah dan FOH = 45.000 + 4.000/2 = 47.000
Biaya per unit bahan = 24.500jt / 49.000 = 0,50 jt/unit
Upah = 29.140 jt / 47.000 = 0,62 jt / unit
FOH = 28.200 jt / 47.000 = 0,60 jt / unit

37
Contoh 1a. ( Unit hilang dalam proses )
PT Toyota Astra
Departemen Pengujian
Laporan Biaya Produksi
Bulan Mei 2006
Skedul Kuantitas : (dalam unit )
Unit yang diterima dari departemen sebelumnya ( Perakitan ) 45.000
Unit yang ditransfer ke departemen berikutnya 40.000
Unit masih Dalam Proses ( semua bahan, 1/3 Upah /FOH) 3.000
Unit hilang Dalam Proses 2.000 45.000

Biaya yang dibebankan ke departemen ini (jutaan rupiah) Biaya Total Biaya Per
unit
Transfer dari departemen Perakitan - 45.000 unit 77.400 1,72
Penyesuaian dari departemen Perakitan atas unit hilang
77.400 jt / (45.000 – 2.000) unit 1,80
Tambahan Biaya : Upah langsung 37.310 0,91
Overhead pabrik 32.800 0,80
Jumlah biaya yang ditambahkan 70.110 1,71
Jumlah Biaya yang harus dipertanggungjawabkan 147.510 3,51

Pertanggungjawaban Biaya (jutaan rupiah)


Ditransfer ke departemen berikutnya ( 40.000 x 3,51 jt ) 140.400
Barang Dalam Proses – akhir Mei 2006
Biaya dari departemen Perakitan-penyesuaian ( 3.000 5.400
x1,80)
Upah : 3.000 x 1/3 x 0,91 910
Ovh. Pabrik : 3.000 x 1/3 x 0,80 800 7.110
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan 147.510
Perhitungan tambahan:
Produksi Ekuivalen:
Upah dan FOH = 40.000 + 3.000/3 = 41.000 unit
Biaya per unit
Upah = 37.310 / 41.000 = 0,91 / unit
FOH = 32.800 / 41.000 = 0,80 / unit

38
Contoh 1a. ( Unit hilang dalam proses )
PT Toyota Astra
Departemen Perampungan
Laporan Biaya Produksi
Bulan Mei 2006
Skedul Kuantitas: (dalam unit)
Unit yang diterima dari department Pengujian 40.000
Unit yang ditransfer ke gudang Barang Jadi 35.000
Unit masih Dalam Proses ( semua bahan, ¼ upah /FOH) 4.000
Unit hilang Dalam Proses 1.000 40.000

Biaya yang dibebankan ke departemen ini (jutaan rupiah) Biaya Total Biaya Per
unit
Transfer dari departemen Pengujian ( 40.000 unit) 140.400 3,51
Penyesuaian dari departemen Perakitan atas unit hilang
140.400 jt / (40.000 – 1.000) unit 3,60
Tambahan Biaya : Upah langsung 32.400 0,90
Overhead pabrik 19.800 0,55
Jumlah biaya yang ditambahkan 52.200 1,45
Jumlah Biaya yang harus dipertanggungjawabkan 192.600 5,05

Pertanggungjawaban Biaya
Ditransfer ke gudang Barang Jadi ( 35.000 x 5,05 jt) 176.750
Barang Dalam Proses – akhir
Dari Departemen Pengujian - penyesuaian : 4.000 x 3,60 jt 14.400
Upah : 4.000 x ¼ x 0,90 9.00
Ovh. Pabrik : 4.000 x ¼ x 0,55 550 15.850
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan 192.600
Perhitungan tambahan:
Produksi Ekuivalen:
Upah dan FOH = 35.000 + 4.000/4 = 36.000 unit

Biaya per unit Upah = 32.400 jt / 36.000 = 0,90 jt/unit


FOH = 19.800 jt / 36.000 = 0,55 jt/unit

39
Contoh 1b. ( Unit hilang dalam proses supervisi di Departemen Pengujian )
PT Toyota Astra
Departemen Pengujian
Laporan Biaya Produksi
Bulan Mei 2006
Skedul Kuantitas (dalam unit ):
Unit yang diterima dari departemen sebelumnya ( Perakitan ) 45.000
Unit yang ditransfer ke departemen berikutnya 40.000
Unit masih Dalam Proses ( semua bahan, 1/3 Upah /FOH) 3.000
Unit hilang Dalam Proses 2.000 45.000

Biaya yang dibebankan ke departemen ini (jutaan rupiah) Biaya Total Biaya Per
unit
Transfer dari departemen Perakitan - 45.000 unit 77.400 1,72

Tambahan Biaya : Upah langsung 37.310 0,87


Overhead pabrik 32.800 0,76
Jumlah biaya yang ditambahkan 70.110 1,63
Jumlah Biaya yang harus dipertanggungjawabkan 147.510 3,35

Pertanggungjawaban Biaya (jutaan rupiah)


Ditransfer ke Departemen perampungan ( 40.000) 3,518 jt 140.720
Barang Dalam Proses – akhir Mei 2006
Biaya dari departemen Perakitan-penyesuaian ( 3.000 x 5.160
1,72)
Upah : 3.000 x 1/3 x 0,87 870
Ovh. Pabrik : 3.000 x 1/3 x 0,76 760 6.790
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan 147.510
Perhitungan tambahan:
Produksi Ekuivalen: dianggap barang jadi
Upah dan FOH = 40.000 + 3.000/3 + 2.000 unit hilang
= 43.000 unit
Biaya per unit Upah = 37.310 / 43.000 = 0,87 jt / unit
FOH = 32.800 / 43.000 = 0,76 jt / unit
Biaya kehilangan per unit adalah 3,35 jt x 2.000 = 6.700 jt
6.700jt / 40.000 unit = 0,168 jt / unit
Harga transter ke departemen Perampungan menjadi = (3,35 + 0,168) jt per unit atau 3,518 jt

Contoh 2: Terdapat tambahan/penyerapan biaya bahan langsung pada Departemen


Perampungan sebesar Rp 17.020.000.000,-.
PT. Toyota Astra memproduksi kendaraan roda dua melalui tiga tahap yaitu perakitan,
pengujian, dan perampungan. Data berikut ini menunjukkan penyerapan biaya serta kinerja
masing-masing departemen selama bulan Mei 2006.

40
Departemen Perakitan Pengujian Perampungan

Biaya yang diserap: (dalam jutaan rupiah)


- Bahan langsung 24.500 -- 17.020
- Upah Langsung 29.140 37.310 32.400
- Biaya tak langsung 28.200 32.800 19.800

Kuantitas ( dalam unit )


Unit baru 50.000 -- --
Transfer dari departemen sebelumnya -- 45.000 40.000
Transfer ke departemen selanjutnya 45.000 40.000 35.000
Unit dalam proses 4.000 3.000 4.000
Penyerapan biaya dalam WIP ½ Upah/ ½ Upah/ ¼ Upah/
Overhead Overhead Overhead
½ Bahan
Unit hilang 1.000 2.000 1.000
===============================================================
Saudara diminta menyajikan Laporan Biaya Produksi untuk Deptartemen Perampungan!

41
Contoh 2. ( Pada Departemen Perampungan terdapat tambahan biaya bahan )
PT Toyota Astra
Departemen Perampungan
Laporan Biaya Produksi
Bulan Mei 2006
Skedul Kuantitas: (dalam unit)
Unit yang diterima dari department Pengujian 40.000
Unit yang ditransfer ke gudang Barang Jadi 35.000
Unit masih Dalam Proses ( ½ bahan, ¼ upah /FOH) 4.000
Unit hilang Dalam Proses 1.000 40.000

Biaya yang dibebankan ke departemen ini (jutaan rupiah) Biaya Total Biaya Per
unit
Transfer dari departemen Pengujian ( 40.000 unit) 140.400 3,51
Penyesuaian dari departemen PePengujian atas unit hilang 3,60
140.400 jt / (40.000 – 1.000) unit
Tambahan Biaya : Bahan 17.020 0,46
Upah langsung 32.400 0,90
Overhead pabrik 19.800 0,55
Jumlah biaya yang ditambahkan 69.220 1,91
Jumlah Biaya yang harus dipertanggungjawabkan 209.620 5,51
Pertanggungjawaban Biaya
Ditransfer ke gudang Barang Jadi ( 35.000 x 5,51 jt) 192.850
Barang Dalam Proses – akhir
Dari Departemen Pengujian – penyesuaian : 4.000 x 3,60 jt 14.400
Bahan : 4.000 x ½ x 0,46 920
Upah : 4.000 x ¼ x 0,90 9.00
Ovh. Pabrik : 4.000 x ¼ x 0,55 550 16.770
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan 209.620
Prod. kuivalen: Bahan = 35.000 + 4.000/2 = 37.000 unit
Upah dan FOH = 35.000 + 4.000/4 = 36.000 unit
Biaya per unit Bahan = 17.020 jt / 37.000 = 0,46 jt/unit
Upah = 32.400 jt / 36.000 = 0,90 jt/unit
FOH = 19.800 jt / 36.000 = 0,55 jt/unit

Contoh 3: Terdapat tambahan/penyerapan biaya bahan langsung pada departemen


Perampungan sebesar Rp17.020.000.000,- dan unit baru sejumlah 8.000 unit.
PT. Toyota Astra memproduksi kendaraan roda dua melalui tiga tahap yaitu perakitan,
pengujian, dan perampungan. Data berikut ini menunjukkan penyerapan biaya serta kinerja
masing-masing departemen selama bulan Mei 2006.

42
Departemen Perakitan Pengujian Perampungan

Biaya yang diserap: (dalam jutaan rupiah)


- Bahan Langsung 24.500 -- 17.020
- Upah Langsung 29.140 37.310 32.400
- Biaya tak langsung 28.200 32.800 19.800
Kuantitas ( dalam unit )
Unit baru 50.000 -- 8.000
Transfer dari departemen sebelumnya -- 45.000 40.000
Transfer ke departemen selanjutnya 45.000 40.000 44.000
Unit dalam proses 4.000 3.000 4.000
Penyerapan biaya dalam WIP ½ Upah/ ½ Upah/½ Bahan
Overhead Overhead
¼ Upah/
Overhead
Unit hilang 1.000 2.000 0
===============================================================
Saudara diminta menyajikan Laporan Biaya Produksi untuk Departemen Perampungan.

Solusi Contoh 3:
PT Toyota Astra
Departemen Perampungan
Laporan Biaya Produksi
Bulan Mei 2006

Skedul Kuantitas: (dalam unit)


Unit yang diterima dari department Pengujian 40.000
Unit tambahan yang dimasukkan 8.000 48.000
Unit yang ditransfer ke gudang Barang Jadi 44.000
Unit masih Dalam Proses ( ½ bahan, ¼ upah /FOH) 4.000 44.000
Biaya yang dibebankan ke departemen ini (jutaan rupiah) Biaya Total Biaya Per
unit
Transfer dari departemen Pengujian ( 40.000 unit) 140.400 3,510
Penyesuaian dari departemen Pengujian : 2,925
140.400 jt / (40.000 + 8.000 unit tambahan)
Tambahan Biaya : Bahan 17.020
Upah langsung 32.400 0,720
Overhead pabrik 19.800 0,440
Jumlah biaya yang ditambahkan 69.220 1,530
Jumlah Biaya yang harus dipertanggungjawabkan 209.620 4,455

Pertanggungjawaban Biaya
Ditransfer ke gudang Barang Jadi ( 44.000 x 4,455 jt) 196.020
Barang Dalam Proses – akhir
Dari Departemen Pengujian - penyesuaian : 4.000 x 2,925 jt 11.700

43
Bahan : 4.000 x ½ x 0,370 jt 740
Upah : 4.000 x ¼ x 0,720 jt 720
Ovh. Pabrik : 4.000 x ¼ x 0,440 jt 440 13.600
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan 209.620
Prod. Ekuivalen: Bahan = 44.000 + 4.000/2 = 46.000 unit
Upah dan FOH = 44.000 + 4.000/4 = 45.000 unit
Biaya per unit: Bahan = 17.020 jt / 46.000 = 0,370 jt/unit
Upah = 32.400 jt / 45.000 = 0,720 jt/unit
FOH = 19.800 jt / 45.000 = 0,440 jt/unit
Unit tambahan menjadi bagian penyesuaian

3.2 Latihan 3

Job Order Costing

Soal 1
PT. Wujud Nawang Wulan menerima pesanan sejumlah pakaian wanita yang dicatat ke
dalam pesanan nomor 99. Selama mengerjakan pesanan tersebut, bagian pencatatan
menyajikan data sebagai berikut:
Bahan Langsung Upah langsung
14/9 dikeluarkan 600.000,- 20/9 diperhitungkan 90 jam 6.200,-/ jam
20/9 dikeluarkan 331.000,- 26/9 diperhitungkan 70 jam 7.300,-/ jam
22/9 dikeluarkan 200.000,-
Sajikan kartu Biaya Produk Pesanan tersebut, dengan catatan:
- Overhead pabrik yang diterapkan dalam pembebanan adalah Rp 5.000,- per jam kerja
langsung;
- Biaya operasional yang dialokasikan untuk pesanan ini sebesar Rp 75.000,-;
- Mark up diperhitungkan sebesar 40%.

Soal 2
PT. Wahana Toys menerima pesanan boneka dalam tiga model yang dicatat ke dalam
pesanan nomor 45, 46, dan 47. Selama mengerjakan pesanan tersebut, bagian pencatatan
menyajikan data sebagai berikut (dalam ribuan rupiah):
Pesanan No. 45 No. 46 No. 47
Biaya yang dibebankan dari periode sebelumnya 3.600 18.000 --

44
Biaya selama bulan Juli 2006:
Bahan langsung 44.000 34.000 32.000
Upah langsung 40.000 48.000 42.000
Overhead pabrik (60% dari Upah Langsung) 24.000 28.800 25.200

Sajikan ayat jurnal untuk mencatat transaksi berikut:


(1). Bahan langsung yang dikeluarkan dari gudang untuk digunakan.
(2). Biaya gaji /upah yang didistribusikan ke Barang Dalam Proses tersebut.
(3). Pembebanan Overhead pabrik ke produk.
(4). Pesanan no. 45 dan 46 diselesaikan dan ditransfer ke gudang barang jadi

Soal 3
Kartu biaya pesanan berikut ini dipersiapkan untuk tiga pekerjaan yang dilaksanakan di bulan
Pebruari 2006 (dalam ribuan rupiah):
Pesanan No. 15 No. 16 No. 17
Bahan 60.000 30.000 40.000
Upah langsung 120.000 70.000 80.000
Overhead pabrik-dibebankan 60.000 35.000 40.000
Marjin Laba kotor 60.000

Pada awal Pebruari pesanan no. 15 selesai dan menyerap 40% biaya bahan, upah maupun
overhead pabrik, dan kemudian dijual secara kredit. Pesanan no. 16 dimulai diproduksi dan
selesai dalam bulan Pebruari tetapi belum dijual, sedangkan itu pekerjaan No. 17 dimulai dan
belum diselesaikan. Biaya operasional yang dialokasikan ke pesanan no. 15 sebesar
Rp750.000,- Sajikan ayat jurnal bulan tersebut. untuk mencatat Barang Dalam Proses dan
Barang Jadi, serta siapkan Kartu Biaya untuk masing-masing pesanan.

Soal 4
Pembukuan PT. Buana Textil per 1 Mei 2006 menunjukkan data sebagai berikut:
Persediaan barang jadi Rp. 10.000.000,-
Persd. Barang Dalam Proses 16.400.000,-

45
Persediaan bahan baku 8.000.000,-
Perkiraan Dalam Proses memerinci adanya:
Pesanan No. 300 Rp 10.000.000,-
Pesanan No. 301 6.400.000,-
Rp 16.400.000,-

Selama bulan Mei 2006 kegiatan perusahaan adalah sebagai berikut:


a. Pembelian bahan sejumlah Rp 6.000.000,- dengan syarat n/30.
b. Pemakaian bahan untuk Pesanan No. 300: Rp 2.500.000,-
301: 1.400.000,-
c. Pesanan No. 302 dimulai dengan permintaan bahan sejumlah Rp 1.800.000,-.
d. Bahan penolong dipakai sebesar Rp 1.700.000,-.
e. Dikembalikan ke gudang dari pekerjaan (pesanan) No. 300, berupa bahan langsung
Rp 400.000,- dan bahan penolong Rp 100.000,-.
f. Bahan yang dikembalikan ke pemasok sebesar Rp 600.000,-.
g. Beban Gaji bulan Mei sebesar Rp 10.000.000,- dikurangi PPh. 21 sebesar 5%.
h. Gaji dibayarkan ke karyawan.
i. Gaji tersebut dialokasikan untuk: Upah Langsung 60 %
Upah tidak langsung 20 %
Gaji bagian Penjualan 12 %
Gaji bagian Administrasi 8%
Upah langsung dialokasikan, untuk pesanan No. 300: 50%
301: 30%
302: 20%
j. Biaya Overhead pabrik lainnya sebesar Rp 1.504.000,- dibayar pada bulan ini.
k. Biaya Overhead pabrik yang dibebankan ke produksi adalah 100% dari upah
langsung bulan Mei.
l. Pesanan No. 300 diselesaikan dan dikirim langsung ke pemesan dengan harga
kontrak sebesar Rp 22.500.000,-.
m. Barang dengan harga pokok sebesar Rp 8.000.000,- dijual secara kredit dengan
harga Rp 10.000.000,-.

46
n. Penagihan atas piutang usaha sebesar Rp 26.000.000,-.
o. Selisih penerapan overhead dipindahkan ke perkiraan harga pokok penjualan.
p. Biaya operasional yang dibebankan ke pesanan no. 300 sebesar Rp 450.000,-
Sajikan : - Ayat jurnal yang diperlukan atas transaksi di atas.
- Kartu Biaya Pesanan untuk pesanan No. 300.

Soal 5
PT. Sun Tyos per 1 Maret 2006 menyajikan data persediaan sebagai berikut:
Persediaan barang jadi Rp. 15.000.000,-
Persediaan Barang Dalam Proses 19.070.000,-
Persediaan bahan baku 14.000.000,-
Perkiraan Barang Dalam Proses memerinci adanya (dalam rupiah):
Pesanan No. 05 No. 06 No. 07
Bahan 2.800.000 3.400.000 1.800.000
Upah langsung 2.100.000 2.700.000 1.350.000
Overhead pabrik-dibebankan 1.680.000 2.160.000 1.080.000
6.580.000 8.260.000 4.230.000

Berkenaan dengan kegiatan bulan Maret 2006, tersedia informasi berikut ini:
a. Pembelian bahan sejumlah Rp 22.000.000,- dengan syarat n/30.
b. Pemakaian bahan untuk produksi sejumlah Rp 21.000.000,-, dari jumlah ini untuk
bahan tidak langsung sejumlah Rp 2.400.000,- Sisanya dialokasikan ke:
Pesanan No. 05 Rp 5.300.000,-
06 7.400.000,-
07 5.900.000,-
c. Bahan dikembalikan ke gudang sejumlah Rp 600.000,- Dari jumlah tersebut
terdapat bahan tidak langsung sebesar Rp 200.000,-, sisanya dari pekerjaan
(pesanan) No. 06.
d. Bahan yang dikembalikan ke pemasok sebesar Rp 600.000,-.
e. Pembayaran Gaji bulan Maret setelah dikurangi PPh. 21 sebesar 5%, sebesar
Rp 38.000.000,-.

47
f. Gaji tersebut dialokasikan untuk : Upah Langsung 55 %
Upah tidak langsung 20 %
Gaji bagian Penjualan 15 %
Gaji bagian Administrasi 10 %
Upah langsung dialokasikan, untuk pesanan No. 05: 6.420.000,-
No. 06: 8.160.000,-
No. 07: 7.420.000,-
g. Biaya Overhead pabrik lainnya sebesar Rp 5.500.000,- didalamnya termasuk
penyusutan bangunan dan peralatan pabrik sebesar Rp 2.000.000,- dan asuransi
pabrik sejumlah Rp 250.000,- yang jatuh tempo, dan sisanya belum dibayar sebesar
Rp 3.250.000,-.
h. Biaya Overhead pabrik yang dibebankan ke produksi adalah 80% dari upah
langsung, yang harus dibebankan ke tiga pesanan.
i. Pesanan No. 05 dan 06 diselesaikan dan ditransfer ke gudang barang jadi.
j. Pesanan No. 05 dan 06 dikirim ke pemesan, dengan marjin laba sebesar 40% dari
harga pokok.
k. Penagihan piutang usaha selama bulan Maret sebesar Rp 69.450.000,-
l. Biaya operasional yang dibebankan ke pesanan no. 05 dan 06 masing-masing
sebesar Rp 450.000,-
Sajikan : - Ayat jurnal yang diperlukan atas transaksi di atas, dan posting ke buku besar.
- Kartu Biaya Pesanan.
- Daftar persediaan akhir Maret.

Soal 6
Pembukuan PT. Beach Eq memperlihatkan saldo perkiraan per 1 Maret 2006 sebagai
berikut:
Persediaan barang jadi Rp. 78.830.000,-
Persd. Barang Dalam Proses 292.621.000,-
Persediaan bahan baku 65.000.000,-
Selisih Overhead pabrik (Cr.) 12.300.000,-

48
Perkiraan Barang Dalam Proses memerinci adanya (dalam ribuan rupiah):
Job Upah Overhead
No. Produk Bahan langsung pabrik Total
204 80.000 ban pelampung 15.230 21.430 13.800 50.460
205 5.000 sekoci 40.450 55.240 22.370 118.060
206 10.000 rompi pelampung 60.875 43.860 19.366 124.101
116.555 120.530 55.536 292.621

Selama bulan Maret 2006, tersedia informasi berikut ini:


a. Pembelian ( kredit) bahan sejumlah Rp 42.300.000,-.
b. Pembelian bahan khusus sejumlah Rp 5.800.000,- untuk pekerjaan baru (Pesanan
No. 207), yaitu 4.000 baju pelampung.
c. Data Gaji / Upah bulan Maret disajikan berikut ini:
Pesanan Jumlah Jam Kerja
204 26.844.000,- 3.355,5
205 22.750.000,- 3.250
206 28.920.000,- 3.615
207 20.370.000,- 2.910
Upah tak langsung sebesar Rp 9.480.000,- dan pengawas pabrik Rp 3.000.000,-
Potongan atas gaji, untuk PPh. 21 sebesar 5%.
d. Pemakaian bahan untuk produksi:
Pesanan No. 204 Rp 9.480.000,-
205 11.320.000,-
206 10.490.000,-
207 16.640.000,- ( tidak termasuk bahan khusus yang
juga telah dikeluarkan dari gudang)

49
e. Overhead pabrik lainnya yang terjadi atau terutang (dicatat dalam perkiraan
“ Kredit Rupa-rupa”) adalah:
Asuransi pabrik 830.000,- Beban batu bara 1.810.000,-
Pajak Bumi & Bangunan 845.000,- Sumber tenaga 3.390.000,-
Penyusutan Mesin 780.000,- Reparasi& Pemeliharaan 2.240.000,-
Penyusutan Pabrik 840.000,- Perbekalan tak langsung 1.910.000,-
Penerangan 560.000,-
f. Biaya Overhead pabrik diterapkan ke produk dengan tarif Rp 2.300,- per jam kerja
langsung. Diselenggarakan perkiraan “ Overhead Pabrik yang diterapkan” serta
“ Pengendali Overhead pabrik”.
g. Pesanan No. 204 selesai dan dikirimkan dengan harga kontrak Rp 117.500.000,-
Sajikan : - Ayat jurnal yang diperlukan atas transaksi di atas, dan posting ke buku besar.
- Kartu Biaya Pesanan
- Selisih Overhead pabrik (aktual dengan pembebanan )

Soal 7
PT. Bunga Tulip mempersiapkan Kartu biaya pesanan berikut ini untuk tiga pekerjaan yang
dilaksanakan di bulan Mei 2006. Data biaya ketiga pesanan adalah sebagai berikut:
(dalam rupiah)
Pesanan No. 05 No. 06 No. 07
Bahan 16.000.000 13.000.000 12.000.000
Upah langsung 12.000.000 10.000.000 8.000.000
Overhead pabrik-dibebankan 9.000.000 7.500000 6.000.000

Pesanan no. 05 :
Pada awal Mei, pesanan belum selesai namun sudah menyerap 30% biaya bahan, 25% biaya
upah dan overhead pabrik. Pesanan ini kemudian diselesaikan dan dijual dengan mark up
30% dari harga pokok.
Pesanan no. 06 :

50
Awal Mei, pesanan belum selesai, namun sudah menyerap 40% biaya bahan, 30% biaya upah
dan overhead pabrik. Pesanan ini diselesaikan dan dijual dengan mark up 30% dari harga
pokok.

Pesanan No. 07:


Awal Mei, pesanan belum selesai, namun sudah menyerap 25% biaya bahan, 25% biaya upah
dan overhead pabrik. Pesanan ini diselesaikan dan dijual dengan mark up 30% dari harga
pokok.

Biaya Operasional yang dialokasikan ke masing-masing pesanan sebesar Rp 600.000,-.


Sajikan ayat jurnal bulan tersebut untuk mencatat Barang Dalam Proses dan Barang Jadi,
serta tunjukkan Kartu Biaya untuk masing-masing pesanan.

Soal 8
PT. Bunga Melati menerima tiga pesanan barang yang berbeda dari PT. Menara Gading,
yang harus diserahkan pada tanggal 25 April 2007. Sejak minggu terakhir bulan Pebruari
2007 telah dilakukan pengerjaan atas ketiga pesanan tersebut. Berikut ini adalah data biaya
produk pesanan pada PT. Bunga Melati, pada tanggal 31 Maret 2007:
(dalam rupiah)
Pesanan PT. Menara Gading No. 025 No. 026 No. 027
Barang dalam Proses, awal Maret 2.500.000 2.000.000 1.500.000
Biaya bulan Maret 2007:
Bahan 4.000.000 3.000.000 2.500.000
Upah Langsung 3.000.000 2.500.000 2.000.000
Overhead Pabrik 2.250.000 2.000.000 1.600.000
Total Biaya Produksi 11.750.000 9.500.000 7.600.000

51
Catatan tentang Bahan selama bulan April 2007 adalah sebagai berikut:
Unit/Kg Harga/unit
Saldo 1 April 2007 100 30.000,-
4 April Pembelian 100 31.000,-
8 April Pembelian 600 32.000,-
20 April Pembelian 400 33.000,-
Saldo akhir April 2007 600

Sajikanlah ketiga Kartu Biaya Pesanan di atas, dengan catatan:


- Pemakaian bahan adalah untuk job No. 025 (20%), No. 026 (30%) dan No. 027 (50%).
- Perusahaan menggunakan metode FIFO dan sistem periodik dalam arus persediaan.
- Pembayaran Gaji bulan tersebut setelah dikurang PPh 21 5%, sebesar Rp 9.500.000,-.
- Alokasi biaya gaji/upah adalah untuk Upah Langsung 60%, Upah tidak langsung 25%,
Biaya Administrasi 10%, dan Biaya Pemasaran 15%.
- Upah langsung dialokasikan ke pesanan sebagai berikut: Pesanan No. 025 Rp 2.500.000
No. 026 Rp 2.000.000,- dan No. 027 Rp1.500.000,-.
- Tarif upah per jam kerja langsung adalah Rp 12.500,-.
- Biaya Overhead pabrik dibebankan sesuai dengan jam kerja langsung, dengan tarif per
jam Rp. 10.000,-
- Ketiga pesanan tersebut diselesaikan dan diserahkan kepada pemesan, dengan mark-up
30% dan kepada masing-masing pesanan dibebani biaya operasional sebesar Rp
500.000,-.

Soal 9
Perusahaan menerima pesanan suatu produk yang dikerjakan selama dua minggu dengan data
biaya sebagai berikut:
Minggu I Minggu II
Bahan baku yang dipakai 2.500.000,- 1.500.000,-
Jam kerja Departemen I 200 150
Tarif Upah Departemen I 3.000,-/ jam 3.000,-/ jam
Jam kerja Departemen II 100 70

52
Jam kerja mesin Departemen II 90 80
Tarif Upah Departemen II 3.200,-/ jam 3.200,-/ jam
Overhead pabrik yang diterapkan:
Jam kerja Departemen I 2.500,-/ jam 2.500,-/ jam
Jam mesin Departemen II 4.000,-/ jam 4.000,-/ jam

Pesanan dengan No. 333 tersebut dijual dengan mark up 30% dari harga pokok produksi dan
biaya operasional diperhitungkan 5% dari harga pokok produksi.
Sajikanlah Kartu Biaya Pesanan untuk produk di atas!

Process Costing System

Soal 1 (unit yang hilang)


PT. Tiga Berlian melakukan proses produksi baru pada bulan Oktober 2006, yang diawali
dengan produksi 10.000 unit di Departemen A. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.000 unit
telah hilang selama pemrosesan dan merupakan suatu jumlah yang normal. Sebanyak 7.000
unit ditransfer ke Departemen B. Sisa sebanyak 2.000 unit masih dalam persediaan Barang
Dalam Proses pada akhir bulan, dengan tingkat penyelesaian 100% untuk bahan dan 50%
untuk biaya konversi. Biaya Bahan sejumlah Rp 27.000.000,- dan Biaya Konversi sejumlah
Rp 40.000.000,- dibebankan ke Departemen A selama bulan Oktober.
Sajikan Laporan Biaya Produksi untuk Departemen A !

Soal 2 ( tidak ada unit yang hilang)


Biaya Departemen 2 pada sebuah perusahaan selama bulan Juni 2006 adalah:
Transfer biaya dari departemen 1: Rp. 16.320.000,-
Biaya yang ditambahkan di departemen 2:
Bahan baku 43.415.000,-
Upah Langsung 56.100.000,-
Overhead Pabrik 58.575.000,-

53
Data produksi menunjukkan 12.000 unit telah diterima selama bulan itu dari Departemen 1.
Sebanyak 7.000 unit telah ditransfer ke barang jadi dan 5.000 unit berada dalam proses pada
akhir bulan Juni dengan tingkat penyelesaian 50% untuk biaya bahan dan 25% untuk biaya
konversi. Siapkan Laporan Biaya Produksi untuk Departemen 2!

Soal 3 (kerusakan normal)


Sebuah perusahaan menggunakan kalkulasi biaya proses pada waktu produksi. Semua bahan
ditambahkan pada awal proses dan produk diperiksa ketika berada pada tahap konversi 80%,
dimana kerusakan yang terjadi hanya diidentifikasi pada titik tersebut. Kerusakan normal
diperkirakan sebesar 5% dari produk yang baik. Selama bulan Maret 2006, sebanyak 10.500
unit telah dimasukkan ke dalam proses. Biaya untuk periode tersebut adalah Rp 52.500.000,-
untuk bahan, Upah Langsung sebesar Rp 39.770.000,- dan Overhead Pabrik sebesar Rp
31.525.000,-. Unit dalam proses pada akhir bulan sejumlah 3.000 unit, dengan tingkat
penyelesaian 90% untuk biaya konversi. Sebanyak 7.000 unit ditransfer ke gudang barang
jadi. Siapkan Laporan Biaya Produksi untuk bulan Maret 2006!

Soal 4 (unit yang hilang - normal)


Pada bulan Desember 2006, Departemen Pengendali Produksi PT. Bintang Timur
melaporkan data produksi alkohol untuk Departemen 2 sebagai berikut:
Ditransfer dari Departemen 1 55.000 liter
Ditransfer ke Departemen 3 39.500 liter
Dalam proses akhir Desember (1/3 biaya konversi) 10.500 liter
Semua bahan dimasukkan ke dalam proses di Departemen 1. Departemen Biaya
mengumpulkan angka-angka di bawah ini dari Departemen 2:
Biaya per liter dari Departemen 1 Rp 1.800,-
Biaya Upah Langsung Deptartemen 2 27.520.000,-
Overhead Pabrik yang dibebankan (diterapkan) 15.480.000,-
 Siapkan Laporan Biaya Produksi untuk Departemen 2 pada bulan Desember 2006!

54
Soal 5 (unit yang hilang bersifat normal)
PT.Rajawali memproduksi sebuah barang melalui tiga departemen. Bulan Mei 2006
sebanyak 110.000 unit telah selesai di Departemen 1 dengan biaya Rp 176.000.000,- dan
kemudian ditransfer ke Dertemen 2. Dari jumlah ini, Depertemen 2 telah menyelesaikan dan
mentransfer sebanyak 85.000 unit ke departemen berikutnya. Persediaan dalam proses akhir
Mei sebanyak 22.000 unit dengan tingkat penyelesaian 50% untuk biaya konversi. Biaya
Upah Langsung dan Overhead Pabrik selama bulan Mei 2006 di Departemen 2 adalah
Rp26.245.000,- dan Rp12.670.000,-. Kerusakan di departemen ini dianggap normal dan
terjadi selama pemrosesan.
 Susunlah Laporan Biaya Produksi untuk Departemen 2 dan hitung penyesuaiannya untuk
unit yang hilang.

Soal 6 (unit yang hilang bersifat abnormal)


Selama bulan Pebruari 2006, Departemen Perakitan menerima 60.000 unit dari Departemen
Pemotongan dengan biaya Rp 3.540,- per unit. Biaya yang ditambahkan di Departemen
Perakitan antara lain: Bahan sebesar Rp 41.650.000, Upah Langsung sebesar
Rp101.700.000,- dan Overhead pabrik Rp 56.500.000,-. Tidak ada persediaan awal. Dari
60.000 unit yang diterima, 50.000 unit ditransfer ke departemen berikutnya, 9.000 unit dalam
proses dengan tingkat penyelesaian 2/3 biaya konversi. Unit yang hilang dengan tingkat
penyelesaian 50% untuk bahan dan biaya konversi. Seluruh unit yang hilang dianggap tidak
normal dan dibebankan ke Overhead pabrik.
• Susunlah Laporan Biaya Produksi untuk Departemen Perakitan!

Soal 7 (penambahan bahan)


PT. Mandom memproduksi cologne melalui proses di tiga departemen. Di Departemen
ketiga (Finishing), ditambahkan bahan-bahan yang menghasilkan penggandaan jumlah
produk. Data berikut berkaitan dengan kegiatan departemen tersebut di bulan Maret 2006:
Unit (kg) yang diterima dari departemen kedua (Mixing) 20.000
Unit (kg) yang ditransfer ke gudang barang jadi 32.000
Unit dalam proses ( 100% bahan, 50% Upah dan Overhead pabrik) 8.000
Biaya yang dibebankan dari Departemen Mixing 30.000.000,-

55
Biaya yang ditambahkan di Departemen Finishing:
Bahan baku 8.800.000,-
Upah Langsung 9.000.000,-
Overhead Pabrik 7.200.000,- 25.000.000,-
Tidak ada persediaan awal dalam proses
• Susunlah Laporan Biaya Produksi untuk Departemen Finishing untuk bulan Maret!

Soal 8 (penambahan bahan)


PT. Sari Ayu MT memproduksi “hand cream” melalui proses di tiga departemen. Bahan
ditambahkan pada awal proses di Departemen kedua (Mixing). Data berikut berkaitan dengan
kegiatan departemen tersebut di bulan Mei 2006:
Unit (kg) yang diterima dari departemen pertama 20.000
Unit yang ditambahkan di Departemen kedua (Mixing) 10.000
Unit yang ditransfer ke Departemen Finishing 24.000
Unit dalam proses (50% Upah dan Overhead pabrik) 6.000
Biaya yang dibebankan dari departemen pertama 60.000.000,-
Biaya bahan yang ditambahkan di departemen kedua 30.000.000,-
Biaya konversi yang ditambahkan di departemen kedua 54.000.000

• Susunlah Laporan Biaya Produksi untuk Departemen Mixing untuk bulan Mei 2006!

Soal 9 ( unit yang hilang)


PT. Dankos Laboratories memproduksi sejenis anti biotik melalui proses di tiga departemen.
Data kuantitas dan biaya berikut berkaitan dengan kegiatan di bulan Juli 2006
Departemen
Peracikan Pengujian Perampungan
Data Produksi: (dalam kg.)
Unit baru dalam proses 8.000 5.400 3.200
Ditransfer ke departemen berikutnya 5.400 3.200 -
Ditransfer ke gudang barang jadi 2.100
Unit dalam proses (1/3 biaya konversi) 2.400 1.800

56
(2/3 biaya konversi) 900
Biaya yang dibebankan di departemen
Bahan 20.670.000,- 7.980.000 14.400.000
Upah Langsung 11.160.000 5.016.000 11.20.000
Overhead Pabrik 5.580.000 2.280.000 5.040.000
Total 37.410.000 15.276.000 30.960.000
Kehilangan unit dianggap normal dan diterapkan untuk semua produksi.
• Susunlah Laporan Biaya Produksi untuk tiap Departemen!

Soal 10 (kerusakan di akhir proses)


Kalkulasi biaya proses dilakukan di departemen I PT. Intan Nusantara. Bahan ditambahkan
pada awal proses sedangkan pemeriksaan (supervisi) dilakukan di akhir proses. Kerusakan
diharapkan berkisar 5% dari unit yang baik.. Kerusakan normal dibebankan ke perkiraan
beban periode berjalan.
Catatan Departemen I untuk bulan Juli 2006 memperlihatkan:
Unit baru dalam proses 10.000
Unit yang ditransfer ke departemen berikutnya 8.000
Unit dalam proses ( 100% bahan, 25% Upah dan Overhead pabrik) 1.200
Biaya bahan 50.000.000,-
Biaya konversi 45.500.000,-
• Susunlah Laporan Biaya Produksi untuk Departemen I dalam bulan Juli 2006!

Soal 11 ( unit yang hilang bersifat normal)


PT. Cemara Tujuh menggunakan kalkulasi biaya proses pada dua depertemen produksinya.
Informasi berikut berkaitan dengan kegiatan Departemen II di bulan Mei 2006:
- Kerusakan normal sebanyak 5% dari produk yang baik.
- Pemeriksaan dan identifikasi kerusakan dilakukan pada tahap penyelesaian 90% dan
bahan ditambahkan sesudah pemeriksaan.
- Departemen II telah menerima 14.000 unit dari departemen sebelumnya dengan biaya Rp
140.000.000,-.

57
- Biaya-biaya di Departemen II meliputi 12.000.000,- untuk bahan dan Rp 89.250.000,-
untuk biaya konversi.
- Sejumlah 8.000 unit telah diselesaikan dan ditransfer ke barang jadi dan pada akhir bulan
terdapat brang dalam proses 5.000 unit dengan tingkat penyelesaian 60% untuk biaya
konversi.
• Susunlah Laporan Biaya Produksi untuk Departemen II!

Soal 12 ( unit yang hilang bersifat normal)


PT. Berlian Utama menggunakan kalkulasi biaya proses pada dua depertemen produksinya.
Pada Departemen II, pemeriksaan dilakukan pada tahap penyelesaian 96%, sesudah itu bahan
ditambahkan pada unit-unit yang baik. Tingkat kerusakan sebesar 3% dari produk yang baik
masih dianggap normal. Catatan di Departemen II bulan April 2006 menunjukkan:
Diterima dari Departemen I 30.000 unit
Biaya yang dibebankan 135.000.000,-
Bahan 12.500.000,-
Biaya konversi 139.340.000,-
Ditransfer ke Barang jadi 25.000 unit
Barang dalam proses akhir bulan ( selesai 50%) 4.200 unit

• Susunlah Laporan Biaya Produksi untuk Departemen II!

3.3 Rangkuman
Pembebanan biaya ke dalam produk dikenal sebagai akumulasi biaya produk, yang
merupakan sistem perhitungan harga pokok produksi. Terdapat dua metode yang digunakan
dalam akumulasi biaya produksi, yaitu job order costing dan process costing. Pada job order
costing, biaya produk dialokasikan ke unit-unit produk pesanan, dan dicatat melalui kartu
biaya produksi pesanan. Sedangkan pada process costing, biaya produk selama satu periode,
dialokasikan ke dalam setiap unit produk dengan cara dibagi kuantum produk yang
dihasilkan selama periode tersebut. Perhitungan biaya produksi tersebut diikhtisarkan dalam
Laporan Biaya Produksi.

58
4. KEGIATAN BELAJAR (KB) 3

KALKULASI BIAYA PROSES


METODE BIAYA RATA-RATA DAN METODE FIFO

4.1 Uraian dan Contoh

Pendekatan lain dalam akumulasi biaya produksi ke dalam harga pokok produksi massa
adalah dengan metode Biaya Rata-rata dan metode First In First Out (FIFO). Dengan metode
biaya rata-rata maka nilai Barang Dalam Proses pada awal periode akan dibebankan pada
periode berjalan. Selain itu, bersama dengan biaya produksi periode yang bersangkutan,
dihitung biaya rata-rata per unit produk. Sedangkan dengan metode FIFO, Barang Dalam
Proses pada awal periode dihitung harga per unitnya. Selain itu unit baru dan biaya tambahan
baru akan dihitung nilainya. Berikut ini disajikan contoh penghitungan harga pokok produksi
massa dengan kedua metode tersebut.

PT. Toyota Astra Motor memproduksi kendaraan melalui tiga tahap yaitu perakitan,
pengujian dan perampungan. Data berikut menunjukkan penyerapan biaya serta kinerja
masing-masing departemen selama bulan Mei 2006.

59
Departemen Perakitan Pengujian Perampungan

Barang Dalam Proses, awal Mei 2006 ½ Upah/FOH 1/3Upah/FOH ¼ Upah/FOH


Unit 4.000 3.000 4.000
Biaya yang diserap: (dalam jutaan rupiah)
Dari departemen sebelumnya -- 5.400 14.400
Departemen yang bersangkutan. : - 2.000 -- --
Bahan
- Upah Langsung 1.240 910 900
- Biaya tak langsung 1.200 80 550

Departemen Perakitan Pengujian Perampungan


Biaya bulan Mei 2006
: - Bahan 19.840 -- --
- Upah Langsung 24.180 34.050 33.140
- Biaya tak langsung 22.580 30.018 19.430
Kuantitas ( dalam unit )
- Barang Dalam Proses, awal Mei 4.000 3.000 4.000
- Transfer dari departemen sebelumnya 40.000 38.000 36.000
- Transfer ke departemen selanjutnya 38.000 36.000 36.000
- Unit selesai yang ditahan 1.000 -- --
Unit dalam proses, akhir Mei 2006 3.000 4.000 3.000
Penyerapan biaya dalam WIP akhir 2/3 Upah/ 1/2 Upah/ 1/3 Upah/
Overhead Overhead Overhead
Unit hilang 2.000 1.000 1.000

Saudara diminta menyajikan Laporan Biaya Produksi dengan metode biaya rata-rata dan
FIFO untuk setiap departemen.

60
Kalkulasi Biaya Rata-rata Departemen Perakitan.
PT Toyota Astra Motor
Departemen Perakitan
Laporan Biaya Produksi-Kalkulasi Biaya Rata-rata
Bulan Mei 2006

Skedul Kuantitas : (dalam unit )


Unit awal Barang Dalam Proses ( ½ Upah/ FOH) 4.000
Unit baru dalam proses 40.000 44.000
Unit yang ditransfer ke departemen berikutnya 38.000
Unit selesai, masih ditahan 1.000
Unit masih Dalam Proses ( semua bahan, 2/3 upah /FOH) 3.000
Unit hilang Dalam Proses 2.000 44.000

Biaya yang dibebankan ke departemen ini (jutaan rupiah) Biaya Total Biaya Per
unit
WIP, awal : Bahan 2.000
Upah 1.240
Overhead Pabrik 1.200
Tambahan Biaya : Bahan 19.840 0,52
Upah langsung 24.180 0,62
Overhead pabrik 22.580 0,58
Jumlah Biaya yang harus dipertanggungjawabkan 71.040 1,72

Pertanggungjawaban Biaya (jutaan rupiah)


Ditransfer ke departemen berikutnya (38.000 x 1,72 jt) 65.360
Unit selesai – ditahan : 1.000 x 1,72 jt 1.720
Barang Dalam Proses – akhir Mei 2006
Bahan : 3.000 x 0,52 jt,- 1.560
Upah : 3.000 x 2/3 x 0,62 jt,- 1.240
Ovh. Pabrik : 3.000 x 2/3 x 0,58 jt,- 1.160 5.680
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan 71.040

Perhitungan tambahan:

Produksi Ekuivalen:
Bahan = 38.000 + 1.000 + 3.000 = 42.000 unit
Upah dan FOH =38.00 + 1.000 + (2/3 x 3.000) = 41.000
Biaya per unit
Bahan = (2.000 + 19.840) jt/ 42.000 = 0,52 jt / unit
Upah = ( 1.240 + 24.180 ) jt / 41.000 = 0,62 jt / unit
FOH = (1.200 + 22.580) jt / 41.000 = 0,58 jt /unit

61
Kalkulasi Biaya Rata-rata Departemen Pengujian.
PT Toyota Astra Motor
Departemen Pengujian
Laporan Biaya Produksi-Kalkulasi Biaya Rata-rata
Bulan Mei 2006

Skedul Kuantitas : (dalam unit )


Unit awal Barang Dalam Proses ( 1/3 Upah/ FOH) 3.000
Unit yang diterima dari dept Perakitan 38.000 41.000
Unit yang ditransfer ke departemen berikutnya 36.000
Unit masih Dalam Proses ( semua bahan, 1/2 upah /FOH) 4.000
Unit hilang Dalam Proses 1.000 41.000

Biaya yang dibebankan ke departemen ini (jutaan rupiah) Biaya Total Biaya Per
unit
Biaya dari departemen Perakitan
Barang Dalam proses ( 3.000 unit ) 5.400 1,800
Transfer bulan ini ( 38.000 unit) 65.360 1,720
Jumlah 41.000 unit 70.760
Penyesuaian dari departemen Perakitan atas unit hilang
70.760 / ( 41.000 – 1.000 unit hilang) 1,769
Biaya tambahan departemen ini
WIP, awal : Upah 910
Overhead Pabrik 800
Tambahan Biaya : Upah Langsung 34.050 0,920
Overhead Pabrik 30.018 0,811
Jumlah biaya tambahan 65.778 1,731
Jumlah Biaya yang harus dipertanggungjawabkan 136.538 3,500

Pertanggungjawaban Biaya (jutaan rupiah)


Ditransfer ke departemen berikutnya (36.000 x 3,5 jt) 126.000
Barang Dalam Proses – akhir Mei 2006
Biaya departemen Perakitan – disesuaikan ( 4.000 x 1,769 7.076
jt,-)
Upah : 4.000 x ½ x 0,920jt,- 1.840
Ovh. Pabrik : 4.000 x ½ x 0,811 jt,- 1.622 10.538
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan 136.538
Perhitungan tambahan:
Produksi Ekuivalen:
Upah dan FOH =36.000 + 4.000/2 = 38.000 unit
Biaya per unit
Dari departemen Perakitan = 70.760 / 40.000 = 1,726 jt / unit
Upah = (910 + 34.050) jt / 38.000 = 0,920 jt / unit
FOH = (800 + 30.018) jt / 38.000 = 0,811 jt /unit

62
Kalkulasi Biaya Rata-rata Departemen Perampungan
PT Toyota Astra MOtor
Departemen Perampungan
Laporan Biaya Produksi-Kalkulasi Biaya Rata-rata
Bulan Mei 2006
Skedul Kuantitas : (dalam unit )
Unit awal Barang Dalam Proses ( ¼ Upah/ FOH) 4.000
Unit yang diterima dari dept Pengujian 36.000 40.000
Unit yang ditransfer ke gudang barang jadi 36.000
Unit masih Dalam Proses ( semua bahan, 1/3 upah /FOH) 3.000
Unit hilang Dalam Proses 1.000 40.000

Biaya yang dibebankan ke departemen ini (jutaan rupiah) Biaya Total Biaya Per
unit
Biaya dari departemen Pengujian
Barang Dalam proses ( 4.000 unit ) 14.400 3,60
Transfer bulan ini ( 36.000 unit) 126.000 3,50
Jumlah 40.000 unit 140.400
Penyesuaian dari departemen Pengujian atas unit hilang
140.400 / ( 40.000 – 1.000 unit hilang) 3,60
Biaya tambahan departemen ini
WIP, awal : Upah 900
Overhead Pabrik 550
Tambahan Biaya : Upah Langsung 33.140 0,92
Overhead Pabrik 19.430 0,54
Jumlah biaya tambahan 54.020 1,46
Jumlah Biaya yang harus dipertanggungjawabkan 194.420 5,06

Pertanggungjawaban Biaya (jutaan rupiah)


Ditransfer ke departemen berikutnya (36.000 x 5,06jt) 182.160
Barang Dalam Proses – akhir Mei 2006
Biaya departemen Pengujian – disesuaikan ( 3.000 x 3,60 jt) 10.800
Upah : 3.000 x 1/3 x 0,92 jt,- 920
Ovh. Pabrik : 3.000 x 1/3 x 0,54 jt,- 540 12.260
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan 194.420
Perhitungan tambahan:
Produksi Ekuivalen:
Upah dan FOH =36.000 + 3.000/3 = 37.000 unit
Biaya per unit
Dari departemen Pengujian = 140.400 / 40.000 = 3,51 jt / unit
Upah = (900 + 33.140) jt / 37.000 = 0,92 jt / unit
FOH = (550 + 19.430) jt / 37.000 = 0,54jt /unit

63
Kalkulasi Biaya FIFO Departemen Perakitan
PT Toyota Astra Motor
Departemen Perakitan
Laporan Biaya Produksi-Kalkulasi Biaya FIFO
Bulan Mei 2006
Skedul Kuantitas : (dalam unit )
Unit awal Barang Dalam Proses ( ½ Upah/ FOH) 4.000
Unit baru dalam proses 40.000 44.000
Unit yang ditransfer ke departemen berikutnya 38.000
Unit selesai, masih ditahan 1.000
Unit masih Dalam Proses ( semua bahan, 2/3 upah /FOH) 3.000
Unit hilang Dalam Proses 2.000 44.000
Biaya yang dibebankan ke dept ini (jutaan rupiah) Biaya Total Biaya Per unit
Barang Dalam Proses (WIP) , awal 4.440
Tambahan Biaya : Bahan 19.840 0,522
Upah langsung 24.180 0,620
Overhead pabrik 22.580 0,579
Jumlah biaya tambahan 66.600 1,721
Jumlah Biaya yang harus dipertanggungjawabkan 71.040

Pertanggungjawaban Biaya (jutaan rupiah)


Ditransfer ke departemen berikutnya :
1). Dari persediaan awal
Nilai persediaan : 4.440
Biaya Upah : 4.000 x ½ x 0,620 : 1.240
Biaya FOH : 4.000 x ½ x 0,579 : 1.158 6.838
2). Dari produksi periode berjalan =
71.040jt - ( 6.838 + 5.685 ) jt 58.517 65.355
Barang Dalam Proses – akhir Mei 2006
Bahan : 3.000 x 0,522 jt,- 1.566
Upah : 3.000 x 2/3 x 0,620 jt,- 1.240
Ovh. Pabrik : 3.000 x 2/3 x 0,579 jt,- 1.158
Unit selesai- masih ditahan 1.000 x 1,721 jt 1.721 5.685
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan 71.040
Perhitungan tambahan:
(dalam unit)
Produksi Ekuivalen: Bahan Upah/FOH
Ditransfer ke departemen Pengujian 38.000 38.000
(-) Persediaan awal ( semua unit) (4.000) (4.000)
Dimulai dan diselesaikan bulan ini 34.000 34.000
(+) Persediaan awal ( dikerjakan bulan ini ) 0 2.000
(+) Persediaan akhir : yang diselesaikan – ditahan 1.000 1.000
yang masih dalam proses 3.000 2.000
38.000 39.000
Biaya per unit:
Bahan : 19.840 jt,- / 38.000 = 0,522 jt,-
Upah langsung : 24.180 jt,- / 39.000 = 0,620 jt,-
Overhead pabrik : 22.580 jt,- / 39.000 = 0,579 jt,-

64
Kalkulasi Biaya FIFO Departemen Pengujian
PT Toyota Astra Motor
Departemen Pengujian
Laporan Biaya Produksi-Kalkulasi Biaya FIFO
Bulan Mei 2006
Skedul Kuantitas : (dalam unit )
Unit awal Barang Dalam Proses ( 1/3 Upah/ FOH) 3.000
Unit yang diterima dari departemen Perakitan 38.000 41.000
Unit yang ditransfer ke departemen berikutnya 36.000
Unit masih Dalam Proses ( semua bahan, ½ upah /FOH) 4.000
Unit hilang Dalam Proses 1.000 41.000

Biaya yang dibebankan ke departemen ini (jutaan rupiah) Biaya Total Biaya Per unit
Barang Dalam Proses (WIP) , awal 7.110
Biaya dari departemen Perakitan 65.355 1,721
Biaya departemen Perakitan yang disesuaikan
65.355 / ( 38.000 - 1.000 unit hilang) 1,766
Tambahan Biaya: Upah langsung 34.050 0,920
Overhead pabrik 30.018 0,811
Jumlah biaya tambahan 64.068 1,731
Jumlah Biaya yang harus dipertanggungjawabkan 136.533 3,497

Pertanggungjawaban Biaya (jutaan rupiah)


Ditransfer ke departemen berikutnya :
1).Dari persediaan awal
Nilai persediaan : 7.110 jt
Tambahan biaya:
Biaya Upah : 3.000 x 2/3 x 0,920 jt 1.840 jt
Biaya FOH : 3.000 x 2/3 x 0,811 jt : 1.622 jt 10.572
2). Dari produksi periode berjalan , unit yang dimulai dan
diselesaikan = 136.533 jt – ( 10.572 + 10.526) jt 115.435 126.007

Barang Dalam Proses – akhir Mei 2006


Biaya dari departemen Perakitan – disesuaikan 4.000 x 1,766 jt 7.064
Upah : 4.000 x ½ x 0,920 jt,- 1.840
Ovh. Pabrik : 4.000 x ½ x 0,579 jt,- 1.622 10.526
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan 136.533
Perhitungan tambahan:

(dalam unit)
Produksi Ekuivalen: Bahan Upah/FOH
Ditransfer ke gudang Departemen Perampungan 36.000
(-) Persediaan awal ( semua unit) (3.000)
Dimulai dan diselesaikan bulan ini 33.000
(+) Persediaan awal ( dikerjakan bulan ini) 2.000
(+) Persediaan akhir : yang dikerjakan bulan ini) 2.000
37.000
Biaya per unit:
Upah langsung : 34.050 jt,- / 37.000 = 0,920 jt,-
Overhead pabrik : 30.018 jt,- / 37.000 = 0,811 jt,-

65
Kalkulasi Biaya FIFO Departemen Perampungan
PT Toyota Astra
Departemen Perampungan
Laporan Biaya Produksi-Kalkulasi Biaya FIFO
Bulan Mei 2006
Skedul Kuantitas : (dalam unit )
Unit awal Barang Dalam Proses ( ¼ Upah/ FOH) 4.000
Unit yang diterima dari departemen Pengujian 36.000 40.000
Unit yang ditransfer ke gudang Barang Jadi 36.000
Unit masih Dalam Proses ( semua bahan, 1/3 Upah /FOH) 3.000
Unit hilang Dalam Proses 1.000 4.000

Biaya yang dibebankan ke departemen ini (jutaan rupiah) Biaya Total Biaya Per unit
Barang Dalam Proses (WIP) , awal 15.850
Biaya dari departemen Pengujian 126.007 3,500
Biaya departemen Perakitan yang disesuaikan
126.007 / ( 36.000 - 1.000 unit hilang) 3,600
Tambahan Biaya: Upah langsung 33.140 0,921
Overhead pabrik 19.430 0,540
Jumlah biaya tambahan 52.570 1,461
Jumlah Biaya yang harus dipertanggungjawabkan 194.427 5,061

Pertanggungjawaban Biaya (jutaan rupiah)


Ditransfer ke departemen berikutnya :
1).Dari persediaan awal
Nilai persediaan : 15.850 jt
Tambahan biaya:
Biaya Upah : 4.000 x ¾ x 0,921 jt 2.763 jt
Biaya FOH : 4.000 x ¾ x 0,540 jt : 1.620 jt 20.233
2). Dari produksi periode berjalan , unit yang dimulai dan
diselesaikan = 194.427 jt – ( 20.233 + 12.261) jt 161.933 182.166

Barang Dalam Proses – akhir Mei 2006:


Barang Dalam Proses – akhir Mei 2006
Biaya dari departemen Pengujian – disesuaikan
3.000 x 3,600 jt 10.800
Upah : 3.000 x 1/3 x 0,921 jt,- 921
Ovh. Pabrik : 3.000 x 1/3 x 0,540 jt,- 540 12.261
Jumlah Biaya yang dipertanggungjawabkan 194.427
Perhitungan tambahan:
(dalam unit)
Produksi Ekuivalen: Bahan Upah/FOH
Ditransfer ke gudang Barang Jadi 36.000
(-) Persediaan awal ( semua unit) (4.000)
Dimulai dan diselesaikan bulan ini 32.000
(+) Persediaan awal ( dikerjakan bulan ini) 3.000
(+) Persediaan akhir : yang dikerjakan bulan ini) 1.000
36.000
Biaya per unit:
Upah langsung : 33.140 jt,- / 36.000 = 0,921 jt,-
Overhead pabrik : 19.430 jt,- / 36.000 = 0,540 jt,-

66
4.2 Latihan 3
Soal 1. ( metode rata-rata)
Pada waktu melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran kalkulasi biaya persediaan barang
dalam proses dan barang jadi yang terdapat dalam pembukuan PT. Cemani, auditor DJBC
menemukan data sebagai berikut:
Barang jadi, 200.000 unit Rp 1.009.800.000,-
Barang dalam proses, 300.000 unit
Rp 660.980.000,-
(50% biaya upah dan over-head pabrik)
Perusahaan tersebut menggunakan kalkulasi biaya metode rata-rata. Bahan dimasukkan ke
dalam produksi pada awal proses dan Overhead pabrik diterapkan pada tarif 60% dari biaya
upah langsung. Catatan nilai persediaan PT. Cemani pada awal 2006 menunjukkan tidak
terdapat barang jadi. Berikut ini tambahan informasi untuk tahun 2006.
Biaya (ribuan rupiah)
Unit Bahan Upah
Barang dalam proses, 1 Januari 2006 200.000 200.000,- 315.000,-
( 80% upah dan overhead pabrik)
Unit baru dalam proses: 1.000.000
Biaya Bahan 1.300.000,-
Upah Langsung 1.995.000,-
Unit selesai 900.000
• Sajikanlah Laporan Biaya Produksi PT. Cemani untuk tahun 2006

Soal 2. (metode rata-rata)


Berikut ini informasi yang berkaitan dengan Departemen B PT. Angkasa:
Unit dalam proses persediaan awal 5.000
Unit yang diterima dari departemen A 35.000
Unit yang diselesaikan 37.000
Unit dalam proses persediaan akhir 3.000

67
Biaya (dalam rupiah)
Diterima Bahan Konversi Total
Persediaan awal 2.900.000 -- 3.400.000 6.300.000
Unit yang diterima 17.500.000 25.500.000 15.000.000 58.000.000
20.400.000 25.500.000 18.400.000 64.300.000

Tingkat penyelesaian WIP awal 20% biaya konversi dan persediaan akhir 40% biaya
konversi. Semua bahan ditambahkan pada akhir proses. Perusahaan menggunakan kalkulasi
dengan metode rata-rata.
• Sajikanlah Laporan Biaya Produksi Departemen B!

Soal 3. (metode rata-rata)


PT. Indah Kiat menggunakan metode kalkulasi biaya rata-rata untuk menghitung biaya
produksinya. Perusahaan memproduksi barangnya melalui tiga depeartemen, yaitu
Pencetakan, Perakitan, dan Perampungan. Berikut ini informasi tentang kegiatan produksi
Departemen Perakitan:
Barang dalam proses 1 Juni 2006 : 2.000 unit, terdiri dari:
Jumlah Penyelesaian
Diterima dari Departemen Pencetakan 32.000.000,-
Biaya tambahan di Departemen Perakitan:
Bahan Langsung 20.000.000,- 100%
Upah Langsung 7.200.000,- 60%
Overhead Pabrik 5.500.000,- 50%

Selama bulan Juni 2006, berlangsung kegiatan sebagai berikut:


a Sebanyak 10.000 unit diterima dari Departemen Pencetakan, dengan nilai
Rp 160.000.000,-.
b Biaya sebesar Rp 150.000.000,- di Departemen Perakitan, terdiri dari:
Bahan Langsung Rp 96.000.000,-; Upah langsung Rp 36.000.000,-; dan
Overhead pabrik sebesar 18.000.000,-.
c Sebanyak 8.000 unit telah diselesaikan dan ditransfer ke Departemen

68
Perampungan.
Pada tanggal 30 Juni terdapat 4.000 unit masih dalam proses dengan tingkat penyelesaian:
Bahan Langsung 90%, Upah langsung 70% dan Overhead pabrik 35%.
• Sajikan Laporan Biaya Produksi Departemen Perakitan untuk bulan Juni 2006!

Soal 4 (metode rata-rata)


PT. Anggada menggunakan metode kalkulasi biaya rata-rata untuk menghitung biaya
produksinya. Semua kerusakan yang terjadi di Departemen II adalah normal dan dapat
diterapkan di semua departemen produksi. Berikut ini informasi yang berkaitan dengan
Departemen II selama bulan Agustus 2007:
Persd. Awal Realisasi Biaya
Biaya yang ditransfer dari departemen I 12.000.000,- 89.200.000,-
Biaya konversi 6.000.000,- 60.400.000,-
Persediaan awal di Departemen II (2/3 biaya konversi) adalah 1.200 unit dan sebanyak 8.000
unit ditransfer dari Departemen I. Persediaan akhir adalah 1.000 unit (50% biaya konversi)
dan sebanyak 7.800 unit ditransfer ke Departemen III.
• Sajikanlah Laporan Biaya Produksi Departemen II untuk bulan Agustus 2007!

Soal 5 (metode rata-rata)


Sebuah produk diolah di sebuah departemen produksi pada PT. Cahaya Logam. Bahan di
tambahkan pada awal proses. Penyusutan sebanyak 10% s/d 14% semua terjadi di awal
proses dan dianggap normal, sedangkan biaya konversi terus menerus ditambahkan
sepanjang proses. Informasi berikut ini berkaitan dengan kegiatan produksi selama bulan
Agustus 2007:
Barang dalam proses, awal Agustus 2007 : 4.000 kg ( 75% selesai):
Bahan baku 22.800.000,-
Upah langsung 24.650.000,-
Overhead Pabrik 21.860.000,-
Biaya tambahan bulan Agustus 2007
Bahan baku (arus FIFO):
Persediaan, 1 Agustus 2007, 2.000 kg 10.000.000,-

69
Pembelian 10 Agustus 2007, 10.000 kg 51.000.000,-
Pembelian 19 Agustus 2007, 10.000 kg 51.500.000,-
Pengeluaran untuk produksi bulan Agustus, 16.000 kg
Upah langsung 103.350.000,-
Overhead Pabrik 93.340.000,-
Ditransfer ke luar 15.000 kg
Barang dalam proses akhir Agustus 3.000 kg (33,33% selesai)
• Sajikanlah Laporan Biaya Produksi untuk bulan Agustus 2007!

Soal 6
PT. Agni memproduksi bahan peledak melalui tiga departemen. Pada awal Agustus 2007
persediaan Barang Dalam Proses di Departemen II adalah sebagai berikut:
Biaya dari Departemen I Rp 13.130.000,-
Bahan baku Departemen II 0
Upah langsung Departemen II 500.000,-
Biaya Overhad pabrik Departemen II 50.000,-
Unit dalam proses 5.000 unit
Biaya di Departemen II selama bulan Agustus 2007:
Upah langsung 14.200.000,-
Biaya Overhad pabrik 3.450.000,-
Transaksi selama bulan Agustus 2007 sebagai berikut:
- Diterima 75.000 unit dari departemen I, dengan biaya per unit Rp2.641,- per unit.
- Pada Departemen II diselesaikan 80.000 unit, sebanyak 60.000 unit dipindahkan ke
Departemen III, dan 8.000 unit masih ditahan. Sebanyak 4.000 unit masih dalam
proses, dengan menyerap biaya konversi 50%, selebihnya hilang dalam proses.
- Sajikan Laporan Biaya Produksi Departemen II untuk bulan Agustus 2007, dengan
menggunakan metode rata-rata.

70
Soal 7. (metode FIFO)
PT. Inovasi Motor menggeluti pembuatan motor listrik bertipe standar. Biaya pabrikasi untuk
bulan Mei 2007 berjumlah Rp 66.000.000,-. Berikut ini data persediaan PT. Inovasi Motor
pada awal bulan Mei:
Motor yang sedang diproduksi 2.500 unit ( 80% selesai ) 32.000.000,-
Motor yang dimiliki dalam bentuk barang jadi ( 1.200 unit) 19.200.000,-
Selama bulan ini, sebanyak 5.500 unit motor selesai dan ditransfer ke gudang barang jadi.
Pada akhir bulan Mei, data persediaan sebagai berikut:
Motor yang sedang diproduksi ( 50% selesai ) 1.000 unit
Motor yang dimiliki dalam bentuk barang jadi 1.400 unit
Perusahaan menggunakan metode kalkulasi biaya FIFO untuk produksi dan penjualan
barang. Dalam menetapkan nilai barang jadi, biaya per unit untuk motor yang sudah selesai
diselesaikan dari persediaan awal, dipisahkan dari biaya per unit untuk motor yang dimulai
dan diselesaikan selama bulan tersebut.
Sajikan Laporan Biaya Produksi dan Harga Pokok Penjualan untuk bulan Mei 2007!
Soal 8. (metode FIFO)
PT. Dunia Plastic memproduksi kemasan anti pecah untuk kosmetik melalui tiga departemen
yaitu Pencampuran, Pencetakan, dan Penyelesaian. Data pada Departemen Pencetakan
disajikan sebagai berikut:
Persediaan WIP: 1 Juli 2007 ( 50% Bahan, Biaya konversi) 1.000 buah
31 Juli 2007(75 % Bahan, Biaya konversi) 2.800 buah
Juli 2007, transfer ke Departemen Penyelesaian 20.000 buah
Unit hilang dalam proses 800 buah
Perusahaan menggunakan metode kalkulasi biaya FIFO. Data biaya yang tersedia sebagai
berikut:
Persediaan WIP: 1 Juli 2007 6.000.000,-
Biaya bulan Juli 2007: Dari Departemen Pencampuran 97.632.000,-
Bahan baku 16.200.000,-
Upah Langsung 26.568.000,-
Overhead pabrik 19.872.000,-
• Sajikan Laporan Biaya Produksi untuk Departemen Perakitan!

71
Soal 9. (metode FIFO)
PT. Cemara menggunakan kalkulasi biaya proses dengan metode FIFO. Semua kerusakan
yang terjadi di Departemen II selama bulan Juni adalah normal dan dianggap berasal dari
depertemen sebelumnya. Data biaya Departemen II untuk bulan Juni 2007 adalah sebagai
berikut:
Persediaan Tambahan
awal Biaya
Biaya yang ditransfer dari Dept I 19.200.000,- 91.200.000,-
Biaya konversi 6.000.000,- 60.000.000,-
Persediaan awal WIP, ( 2/3 biaya konversi ) 1.200 unit
Persediaan akhir WIP, ( ½ biaya konversi ) 1.000 unit
Transfer dari Departemen I 8.000 unit
Ditransfer ke Departemen III 7.800 unit
Sajikan Laporan Biaya Produksi Departemen II untuk bulan Juni 2007!

Soal 10. ( metode FIFO)


PT. Jamu Sido Muncul memproduksi Jamu Sehat Lelaki dengan proses produksi melalui
departemen yaitu Peramuan, Penggandaan, dan Pengepakan. Kalkulasi biaya rata-rata
digunakan pada dua departemen pertama, sedangkan untuk departemen Pengepakan dipakai
kalkulasi biaya FIFO. Berikut ini data pada bulan September 2007:
Departemen Peramuan Penggandaan Pengepakan
Data produksi: (dalam kg)
Unit awal dalam proses 1.000 500 500
(1/2 bahan/
biaya
konvrs)
Unit baru dalam proses 15.000
Unit diterima dari departemen - 12.500 11.500
sebelumnya
Unit ditransfer ke departemen 12.500 11.500
berikutnya
Unit ditransfer ke barang jadi 10.400
Unit hilang 500 - 1.000

72
Unit dalam proses ( akhir bulan ) 3.000 1.500 600
100% bahan 2/3 biaya 1/6 biaya
½ biaya konv konv
konv
Data Biaya:
WIP : Biaya dari departemen sebelumnya -- 650.000,- 1.500.000,-
Bahan baku 980.000,- -- 30.000,-
Upah Langsung 230.000,- 175.000,- 65.000,-
Overhead Pabrik 400.000,- 100.000,- 50.000,-
Biaya tambahan bulan September 2007:
Bahan baku 15.020.000.- -- 615.000,-
Upah Langsung 5.570.000,- 6.700.000,- 1.435.00,-
Overhead Pabrik 8.300.000,- 4.275.000,- 1.230.000,-
Sajikanlah Laporan Biaya Produksi, tanpa skedul kuantitas!

4.3 Rangkuman

Terdapat dua pendekatan dalam akumulasi biaya produksi massa (process costing)
yaitu Metode Biaya Rata-rata dan Metode First in First Out (FIFO). Pada metode biaya rata-
rata, nilai barang dalam proses awal periode dibebankan pada periode berjalan dan bersama
biaya yang terjadi pada periode tersebut, dihitung rata-rata biaya per unit produk. Pada
metode FIFO, barang dalam proses awal periode dihitung biaya per unitnya, sedangkan unit
baru serta biaya tambahan untuk unit baru tersebut akan dihitung biaya produk per unit
secara terpisah. Keduanya dijumlahkan sebagai nilai yang akan dilimpahkan ke departemen
selanjutnya atau ke gudang barang jadi.

73
5. KEGIATAN BELAJAR (KB) 4

SISTEM BIAYA STANDAR

5.1 Uraian dan Contoh dan Non Contoh

Anton, manajer produksi PT. Dunia Garment memperhatikan Laporan Biaya


Produksi pada bulan April 2009. Ia tidak mengerti mengapa biaya produksi selama tiga bulan
sebelumnya terus meningkat padahal jumlah produksi relatif sama. Sampai bulan keempat,
ia belum tahu faktor apa yang menyebabkan kejadian tersebut dan bagaimana ia harus
mengatasinya. Anton mengetahui bahwa biaya bahan baku, upah langsung, dan overhead
pabrik telah terjadi peningkatan, namun ia belum menemukan penyebabnya. Kondisi tersebut
telah menyebabkan Anton tidak tahu dari mana ia akan mengendalikannya.

Apabila kita amati kejadian di atas, maka kekurangan Anton adalah dia tidak
mempunyai tolok ukur untuk biaya produksi. Tolok ukur sebagai alat pengendali yang ia
perlukan adalah biaya standar. Dengan biaya standar, Anton dapat mengukur jumlah biaya
produksi yang seharusnya. Apabila terjadi perbedaan dengan biaya produksi sesungguhnya,
Anton dapat menguraikan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya (misalnya harga bahan,
pemakaian bahan, tarif upah, jam kerja atau kapasitas). Dengan demikian, ia dapat segera
melakukan langkah atau tindakan pengendalian terhadap penyebab tersebut.

Selain untuk memperoleh perhitungan harga pokok produksi yang akurat dan benar,
tujuan akuntansi biaya adalah untuk pengendalian terhadap biaya produksi. Dalam
pembicaraan job order costing, sudah dibicarakan adanya biaya overhead pabrik yang
diterapkan (applied overhead), yaitu jumlah biaya overhead pabrik yang dibebankan ke
dalam harga pokok produksi, selain biaya overhead pabrik yang sesungguhnya. Cara ini
merupakan usaha manajemen mengestimasikan jumlah yang ideal (efisien) untuk
pembebanan biaya overhead pabrik ke dalam biaya produksi. Timbulnya selisih antara biaya
yang dibebankan dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya (Pengendali Overhead Pabrik)
dijadikan sebagai dasar analisis kinerja manajemen.

74
Sistem biaya standar menerapkan konsep tersebut di atas secara lebih luas, dimana
jumlah biaya (beban) untuk tiap unit produksi (yang meliputi bahan, upah langsung, maupun
overhead pabrik) ditetapkan terlebih dulu. Penyimpangan (variance) yang timbul antara
biaya yang telah distandarkan dengan biaya sesungguhnya akan dianalisis secara lebih terinci
dengan penyebabnya. Manajemen akan melakukan tindakan pencegahan atau pengendalian
terhadap berbagai penyebab terjadinya penyimpangan yang bersifat negatif. Berikut ini
beberapa aspek yang dapat menyebabkan penyimpangan pada setiap unsur biaya produksi.
• Biaya Bahan, penyimpangan yang timbul antara lain karena:
- Perbedaan harga bahan antara yang ditetapkan dengan harga bahan sesungguhnya;
- Perbedaan antara kuantitas pemakaian bahan yang ditetapkan dengan kuantitas
pemakaian sesungguhnya;
- Perbedaan harga pemakaian bahan, yaitu antara harga yang ditetapkan dengan harga
sesungguhnya, atas penggunaan bahan sesungguhnya.
• Biaya Upah Langsung, penyimpangan yang timbul antara lain karena:
- Perbedaan tarif upah yang ditetapkan dengan tarif upah sesungguhnya;
- Perbedaan jam kerja yang ditetapkan dengan jam kerja sesungguhnya.
• Biaya Overhead Pabrik, penyimpangan yang timbul antara lain karena :
- Perbedaan antara jam kerja mesin yang ditetapkan dengan jam kerja mesin
sesungguhnya (varians efisiensi);
- Perbedaan antara kapasitas normal mesin dengan jam kerja mesin sesungguhnya
(varians kapasitas);
- Perbedaan antara tarif standar overhead pabrik dengan tarif sesungguhnya, atas
kegiatan aktual.

A. Analisis Penyimpangan Biaya Standar

Pengendalian manajemen melalui penetapan biaya standar memerlukan suatu analisis


lebih lanjut. Analisis lebih lanjut perlu dilakukan karena adanya kemungkinan penyimpangan
diakibatkan oleh perbedaan antara biaya yang dibebankan dengan biaya yang benar-benar
terjadi cukup material. Perbedaan tersebut akan diidentifikasi dan dianalisis sebagai varians
biaya standar. Penyimpangan dikatakan menguntungkan apabila biaya standar lebih besar

75
daripada aktualnya, dan dikatakan tidak menguntungkan apabila terjadi sebaliknya.
Pengendalian manajemen dikatakan berhasil apabila penyimpangan tersebut dapat diketahui
sedini mungkin. Lebih jauh, analisis yang dilakukan bukan hanya berorientasi pada angka
varians, tetapi manajemen juga harus mampu menentukan sebab-sebab terjadinya
penyimpangan tersebut.

Penyimpangan pada harga bahan dilakukan dengan mengukur naik turunnya harga
bahan dan pengaruhnya terhadap laba perusahaan. Kemudian, standar kuantitas bahan dapat
dikembangkan dari spesifikasi bahan yang analisis secara cermat atas barang yang akan
dihasilkan, dan kemudian dikaitkan dengan pemakaian bahan. Penyimpangan harga bahan
ini, dilihat dari aspek pengendalian dapat menunjukkan kinerja Bagian Pembelian.

Berkaitan dengan Upah Langsung, terdapat dua standar yang biasa digunakan yaitu
Standar Tarif upah dan Standar Efisiensi. Standar Tarif Upah dapat ditentukan melalui
kesepakatan antara pegawai dengan Bagian Personalia atau peraturan yang berlaku,
sedangkan Standar Efisiensi dapat dikembangkan melalui suatu kajian yang dikenal dengan
time and motion study.

Berkaitan Overhead Pabrik, dasar penggunaan tarif standar mirip dengan tarif yang
diterapkan lebih dulu (applied overhead) atau dapat juga melalui penyusunan anggaran di
Departemen Produksi. Guna menentukan biaya standar, jumlah biaya overhead pabrik yang
dianggarkan dalam suatu departemen akan dibagi dengan dasar alokasi. Dasar alokasi yang
dipakai antara lain adalah jam kerja langsung, jam pemakaian mesin, biaya bahan, atau
jumlah unit produk.

Berikut ini ilustrasi penggunaan sistem biaya standar yang diaplikasikan pada PT
Rajawali. Selama bulan Agustus 2008, departemen produksi menyajikan informasi sebagai
berikut:
• Bahan Baku:
- setiap unit produk memerlukan 6,5 kg bahan A dengan harga standar Rp. 25.000,- per
kg.
- selama bulan ini telah dilakukan pembelian bahan A sejumlah 5.000 kg dengan harga
Rp. 24.700,- per kg.

76
• Upah Langsung:
- jam kerja standar yang diperlukan untuk memproduksi satu unit barang A adalah 6
jam dengan tarif per jam Rp. 9.000,-.
• Overhead Pabrik:
- berdasarkan anggaran fleksibel departemen ini, pada kapasitas normal 4.000 jam
diketahui:
- tarif Overhead pabrik – variabel Rp. 1.200,- per jam kerja langsung
- tarif Overhead pabrik – tetap Rp. 800,- per jam kerja langsung
- tarif overhead pabrik Rp. 2.000,- per jam kerja langsung
Data akhir bulan menunjukkan bahwa produksi selama bulan Agustus 2008 adalah 530 unit
barang, dengan pemakaian bahan baku A sebanyak 3.500 kg. Untuk memproduksi barang
tersebut telah dilakukan kegiatan selama 3.475 jam kerja dengan tarif upah Rp 9.500,.
Overhead sesungguhnya (aktual) sejumlah Rp.7.384.000,-, sedangkan jam kerja
sesungguhnya adalah 3.475 jam dan jam kerja standar tiap unit barang adalah 6,5 jam.
 Saudara diminta melakukan analisis varians biaya produksi tersebut.

Analisis Varians Biaya Produksi disajikan sebagai berikut:


A. Varians Biaya Bahan
1. Varian Harga Beli Bahan
Kuantitas pembelian (harga standar ─ harga sesungguhnya)
5.000 x Rp (25.000 ─ 24.700) 1.500.000,- M
M = Menguntungkan ( favourable)
2. Varians Harga Pemakaian
Kuantitas pemakaian (harga standar ─ harga sesunggunhnya)
3.500 x Rp (25.000 ─ 24.700) 1.050.000,- M
3. Varians Kuantitas Bahan
Harga standar x kuantitas (standar ─ pemakaian )
25.000,- x (3.445 ─ 3.500) (1.375.000,-) TM
TM = Tidak Menguntungkan (unfavourable )
B. Varians Biaya Upah Langsung
1. Varians Tarif Upah

77
Jam Kerja aktual (tarif standar ─ tarif sesungguhnya)
3.475 x Rp (9.000 ─ 9.500) (1.737.500,-) TM
2. Varians Efisiensi Upah
Tarif Standar x (jam standar ─ jam aktual)
9.000,- x (3.180 ─ 3.475) (2.655.000,-) TM
Jumlah (4.392.500,-)
C. Varians Biaya Overhead Pabrik
Biaya Overhead pabrik standar : 530 x 6,5 x 2.000,- 6.890.000,-
Total Biaya Overhead Pabrik Aktual (7.384.000,-)
Jumlah (494.000,-) TM
Selain menggunakan cara di atas, analisis varians biaya overhead pabrik dapat juga
dilakukan dengan beberapa model berikut ini:
Model 1: Analisis Dua Varians
a. Varians Terkendali:
Biaya Overhead Pabrik – Aktual 7.384.000,-
Produksi aktual – berdasar Biaya Standar :
OVH Variabel : 530 x 6,5 x 1.200,- = 4.134.000,-
OVH Tetap : 4.000 x 800 = 3.200.000,- 7.334.000,-
Varians ini menjadi tanggung jawab manajer departemen, ( 50.000,-) TM
sejauh mereka memegang kendali atas biaya diatas

b. Varians Volume:
Tarif OVH tetap x (kapasitas normal – jam kerja standar )
800, x (4.000 – 3.445) ( 444.000,-) TM
Total Varians ( 494.000,-) TM
Varians ini menunjukkan adanya kapasitas yang tersedia
tidak dimanfaatkan sepenuhnya. Kondisi ini menjadi
tanggung jawab manajer departemen produksi, sejauh hal
tersebut diakibatkan oleh inefisiensi produksi, tetapi juga
bisa menjadi tanggung jawab manajemen eksekutif apabila
diakibatkan oleh perubahan permintaan penjualan yang sulit
dikendalikan.

78
Model 2: Analisis Tiga Varians – A
a. Varians Pengeluaran:
Biaya Overhead Pabrik – Aktual 7.384.000,-
Produksi Aktual – berdasar jam aktual:
OVH Variabel : 3.475 x 1.200,- = 4.170.000,-
OVH Tetap : 4.000 x 800 = 3.200.000,- 7.370.000,-
( 14.000,-) TM
b. Varians Kapasitas Menganggur:
Tarif OVH tetap x (kapasitas normal – jam kerja aktual )
800,- x (4.000 – 3.475) ( 420.000,-) TM
Varians ini mengukur kapasitas produksi yang ada belum
dimanfaatkan sepenuhnya.

c. Varians Efisiensi:
Tarif OVH Pabrik x (jam kerja aktual – jam standar untuk
produksi aktual)
2.000,- x (3.475 – 3.445) ( 60.000,-) TM
Jumlah ( 494.000,-) TM
Analisis ini menunjukkan bahwa manajemen departemen
produksi memanfaatkan tenaga kerja atau mesin cukup
efisien.

Model 3: Analisis Tiga Varians – B


a. Varians Efisiensi Variabel:
Tarif OVH Variabel x (jam kerja aktual – jam standar
untuk produksi aktual)
1.200,- x (3.475 – 3.445) ( 36.000,-) TM
b. Varians Pengeluaran:
Biaya Overhead Pabrik – Aktual 7.384.000,-
Produksi Aktual – berdasar jam aktual:
OVH Variabel : 3.475 x 1.200,- = 4.170.000,-
OVH Tetap : 4.000 x 800 = 3.200.000,- 7.370.000,-

79
( 14.000,-) TM
c. Varian Volume: ( 444.000,-) TM
Jumlah ( 494.000,-) TM
Model 4: Analisis Empat Varians
a. Varians Efisiensi Tetap:
800,- x (3.475 – 3.445) ( 24.000,-) TM
b. Varian Pengeluaran: ( 14.000,-) TM
c. Varians Kapasitas Menganggur: ( 420.000,-) TM
d. Varians Efisiensi Variabel: ( 36.000,-0 TM
Jumlah ( 494.000,-) TM

B. Akuntansi Biaya Standar


Pencatatan terhadap biaya standar menggunakan salah satu dari dua sistem yaitu
sistem Partial Plan atau sistem Single Plan. Bagan akuntansi kedua sistem tersebut disajikan
pada berikut.

80
AKUNTANSI DALAM SISTEM BIAYA STANDAR

Bahan Baku

Barang Dalam Proses

Upah Langsung Biaya Standar


Biaya Aktual

Saldo Akhir Barang Jadi

Overhead Pabrik

Nilai WIP dengan biaya standar + varians biaya

81
AKUNTANSI DALAM SISTEM BIAYA STANDAR

Bahan Dalam Proses


Barang Jadi
Biaya Standar Biaya standar
Bahan - Transfer Biaya Standar
Upah langsung
Ovh. Pabrik

* Varians dicatat dalam Perkiraan terpisah


* Varians dapat dialokasikan dengan berbagai alternative
1. ke Ikhtisar laba/Rugi
2. ke Harga Pokok Penjualan
3. ke Persediaan akhir

82
Berdasarkan ilusrasi pada halaman sebelumnya, pencatatan akuntansi berdasarkan sistem
Single Plan dapat disajikan sebagai berikut:
Debit Credit
1 Pembelian Bahan:
Bahan (5.000 x 25.000,-) 125.000.000,-
Hutang Dagang (5.000 x 24.700,-) 123.500.000,-
Varians Harga Beli Bahan 1.500.000,-
2 Pemakaian Bahan:
Barang dalam Proses (530 x 6,5 x 25.000,-) 86.125.000,-
Varians Kuantitas Bahan 1.375.000,-
Bahan (3.500 x 25.000,-) 87.500.000
3 Saat pembebanan Upah Langsung:
Biaya Upah Langsung 33.012.500,-
Hutang Upah 33.012.500,-
4 Alokasi Biaya Upah ke Produk:
Barang Dalam Proses (530 x 6 x 9.000,-) 28.620.000,-
Varians Tarif Upah 1.737.500,-
Varians Efisiensi Upah 2.655.000,-
Biaya Upah Langsung 33.012.500,-
5 Saat Pembebanan biaya Overhead Pabrik:
Barang Dalam Proses 6.890.000,-
Biaya Overhead Pabrik yang Ditetapkan 6.890.000,-
(530 x 6,5 x 2.000,-)
6 Pencatatan Biaya Overhead Pabrik Aktual:
Pengendali Biaya Overhead Pabrik 7.384.000,-
Sewa dibayar Dimuka
Akumulasi Penyusutan-Pabrik & Peralatan 7.384.000,-
Hutang Biaya (tak langsung)
Dll..................

Jurnal Penyesuaian/penutup akhir periode :


1 Menutup Biaya Overhead Pabrik yang diterapkan:
Biaya Overhead Pabrik Yang diterapkan 6.890.000,-

83
Pengendali Biaya Overhead Pabrik 6.890.000,-
2 Mencatat Varians Biaya Overhead (2 varians):
Varians Terkendali 444.000,-
Varians Volume 50.000,-
Pengendali biaya Overhead Pabrik 494.000,-

Pencatatan dalam Buku besar dapat ditampilkan sebagai berikut :

Barang dalam Proses


Saldo awal - Transfer Barang Jadi
Bahan 86.215.000
Upah 28.625.000
Ovh Pabrik 6.890.000 Saldo Akhir ................
121.730.000 121.730.000

Biaya Overhead Pabrik yang Diterapkan


Ditutup 6.890.000 WIP 6.890.000

Pengendali Biaya Overhead Pabrik


ajp 6.890.000
Beban Aktual 7.384.000
ajp 494.000
------------- -------------
7.384.000 7.384.000
======== ========

84
5.2 Latihan 4
Soal 1. (analisis dua varian)
Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke departemen Mixing berdasarkan jam mesin.
Data berikut ini berkaitan dengan kegiatan bulan Juni 2008.
Kapasitas normal dalam pemakaian mesin 15.000 jam
Jam pemakaian mesin – standar, untuk produksi sesungguhnya 12.000 jam
Jam pemakaian mesin – sesungguhnya. 13.000 jam

Tarif overhead pabrik berdasarkan jam pemakaian mesin pada kapasitas normal adalah
sebagai berikut:
Overhead – variabel Rp 375.000,- : 15.000 jam Rp 2.500,-
Overhead - tetap 675.000,- : 15.000 jam 4.500,-
Total Overhead pabrik 105.000,- : 15.000 jam 7.000,-
Overhead pabrik aktual selama bulan Juni 2008 berjumlah Rp 900.000,-

Saudara diminta menyajikan ayat jurnal untuk mencatat :


1). Overhead pabrik aktual.
2). Pembebanan overhead pabrik ke produksi.
3). Penutupan perkiraan overhead pabrik yang diterapkan.
4). Penutupan perkiraan pengendali overhead pabrik ke perkiraan varian yang
bersangkutan.

Soal 2. (analisis tiga varian)


Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke departemen Perakitan pada PT. Hyundai
berdasarkan jam kerja langsung. Data berikut ini berkaitan dengan kegiatan bulan Juli
2008.
Kapasitas normal jam kerja langsung 10.000 jam
Jam kerja – standar, untuk produksi sesungguhnya 11.000 jam
Jam kerja langsung - sesungguhnya 10.500 jam
Tarif overhead pabrik berdasarkan jam kerja langsung pada kapasitas normal adalah
sebagai berikut:

85
Overhead – variabel Rp 30.000.000,- : 10.000 jam Rp 3.000,-
Overhead - tetap 20.000.000,- : 10.000 jam 2.000,-
Total Overhead pabrik 50.000.000,- : 10.000 jam 5.000,-
Overhead pabrik aktual selama bulan Juli 2008 berjumlah Rp 56.000.000,-
Saudara diminta menyajikan ayat jurnal untuk mencatat :
1). Overhead pabrik aktual.
2). Pembebanan overhead pabrik ke produksi.
3). Penutupan perkiraan overhead pabrik yang diterapkan.
4). Penutupan perkiraan pengendali overhead pabrik ke perkiraan varian overhead dengan
metode A.

Soal 3. (analisis tiga varian)


Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke departemen Finishing pada PT Astra
berdasarkan jam mesin. Data berikut ini berkaitan dengan kegiatan bulan Agustus 2008.
Kapasitas normal dalam pemakaian mesin 5.000 jam
Jam pemakaian mesin – standar, untuk produksi sesungguhnya 4.800 jam
Jam pemakaian mesin - sesungguhnya 5.200 jam

Tarif overhead pabrik berdasarkan jam pemakaian mesin pada kapasitas normal adalah
sebagai berikut:
Overhead – variabel Rp 20.000.000,- : 5.000 jam Rp 4.000,-
Overhead - tetap 60.000.000,- : 5.000 jam 12.000,-
Total Overhead pabrik 80.000.000,- : 5.000 jam 16.000,-
Overhead pabrik aktual selama bulan Agustus 2008 berjumlah Rp 78.000.000,-

Saudara diminta menyajikan ayat jurnal untuk mencatat :


1). Overhead pabrik aktual.
2). Pembebanan overhead pabrik ke produksi.
3). Penutupan perkiraan overhead pabrik yang diterapkan.
4). Penutupan perkiraan pengendali overhead pabrik ke perkiraan varian overhead dengan
metode B.

86
Soal 4. (analisis empat varian)
Biaya overhead pabrik yang dibebankan ke departemen Penjahitan (Sewing) pada PT.
Indah Garment berdasarkan jam kerja langsung. Data berikut ini berkaitan dengan
kegiatan bulan Maret 2008.
Kapasitas normal jam kerja langsung 8.000 jam
Jam kerja – standar, untuk produksi sesungguhnya 7.000 jam
Jam kerja langsung - sesungguhnya 7.600 jam

Tarif overhead pabrik berdasarkan jam kerja langsung pada kapasitas normal adalah
sebagai berikut:
Overhead – variabel Rp 64.000.000,- : 8.000 jam Rp 8.000,-
Overhead - tetap 24.000.000,- : 8.000 jam 3.000,-
Total Overhead pabrik 88.000.000,- : 8.000 jam 11.000,-
Overhead pabrik aktual selama bulan Maret 2008 berjumlah Rp 86.000.000,-

Saudara diminta menyajikan ayat jurnal untuk mencatat :


1). Overhead pabrik aktual.
2). Pembebanan overhead pabrik ke produksi.
3). Penutupan perkiraan overhead pabrik yang diterapkan.
4). Penutupan perkiraan pengendali overhead pabrik ke empat perkiraan varian overhead.

5.3 Rangkuman
Sistem biaya standar merupakan pengembangan dari penerapan sistem biaya,
dimana bukan hanya biaya overhead pabrik yang ditetapkan terlebih dulu, tetapi juga
mencakup biaya bahan serta upah langsung. Sistem biaya standar dapat menyajikan
informasi yang berguna bagi manajemen dalam pengendalian biaya produksi.
Penyimpangan (varians) yang disajikan dalam analisis biaya produksi, menunjukkan
dengan jelas letak penyebab penyimpangan (inefisiensi) serta tindakan pencegahan yang
seharusnya dilakukan.

87
6. Test Formatif
 Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi lingkaran pada beberapa pertanyaan
berikut:
Bulan Maret 2008 PT. Meranti memproduksi 1.000 unit barang A. Untuk setiap unit
produk, dikeluarkan biaya bahan baku Rp 6.000,- , biaya upah langsung Rp 3.000,- dan
biaya overhead pabrik variabel Rp 1.000,- . Biaya overhead pabrik - tetap per bulan
diketahui sebesar Rp 1.000.000,-. Berdasarkan data tersebut, tentukan:
1. Besarnya biaya utama (prime cost) adalah:
a. Rp 9.000,-
b. Rp 4.000,-
c. Rp 7.000,-
d. Rp 2.000,-

2. Besarnya biaya konversi per unit adalah:


a. Rp 9.000,-
b. Rp 5.000,-
c. Rp 4.000,-
d. Rp 7.000,-

3. Biaya produk per unit adalah;


a. Rp 9.000,-
b. Rp 5.000,-
c. Rp 11.000,-
d. Rp 7.000,-

4. Apabila dalam bulan tersebut diproduksi 500 unit barang A, maka biaya konversi per
unit adalah:
a. Rp 7.000,-
b. Rp 4.000,-
c. Rp 9.000,-
d. Rp 6.000,-

5. Apabila dalam bulan tersebut diproduksi 500 unit barang A, maka biaya produk per
unit adalah:
a. Rp 12.000,-
b. Rp 9.000,-

88
c. Rp 7.000,-
d. Rp 11.000,-

6. Apabila dalam bulan tersebut diproduksi 500 unit barang A, maka biaya utama per
unit adalah:
a. Rp 11.000,-
b. Rp 9.000,-
c. Rp 6.000,-
d. Rp 7.000,-

7. PT. Adhishoes memproduksi sepatu “Nike” dengan biaya produksi per pasang sepatu
sebesar Rp 100.000,-, dengan biaya konversi Rp 40.000,-. Diketahui biaya upah
langsung adalah seperenam biaya utama. Besarnya biaya upah langsung per pasang
sepatu adalah
a. Rp 15.000,-
b. Rp 12.000,-
c. Rp 16.000,-
d. Rp 10.000,-

8. Untuk memproduksi sebuah blender seri BM-012, PT Maspion mengeluarkan biaya


konversi sebesar Rp 40.000,- dengan total biaya per produk adalah Rp 100.000,-.
Diketahui biaya upah langsung adalah seperlima biaya utama. Besarnya biaya bahan
baku per unit blender:
a. Rp 60.000,-
b. Rp 55.000,-
c. Rp 70.000,-
d. Rp 65.000,-

PT Jamu Sidomuncul mengeluarkan biaya sebagai berikut selama bulan Agustus 2007:
Biaya upah langsung Rp 120.000.000,- Biaya overhead pabrik Rp 108.000.000,- dan
pembelian bahan baku langsung Rp 160.000.000,- Akuntansi persediaan menyediakan
data sebagai berikut:
1 Agustus 2007 31 Agustus 2007
Barang Jadi 27.000.000,- 26.000.000,-
Barang dalam proses 61.500.000,- 57.500.000,-

89
Bahan baku langsung 37.500.000,- 43.500.000,-
9. Berdasarkan informasi di atas, besarnya biaya produksi bulan Agustus adalah:
a. Rp 340.000.000,-
b. Rp 386.000.000,-
c. Rp 387.500.000,-
d. Rp 389.400.000,-

10. Berdasarkan informasi di atas, Harga Pokok Penjualan bulan Agustus adalah:
a. Rp 340.000.000,-
b. Rp 387.000.000,-
c. Rp 387.500.000,-
d. Rp 389.400.000,-

90
7. Kunci Jawaban Test Formatif
No. No.
1 a. 6 b
2 b. 7 b.
3 c. 8 a.
4 d. 9 b.
5 a. 10 b.

8. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang modul ini.
Hitung jawaban Anda dengan benar. Kemudian gunakan rumus untuk mengetahui tingkat
pemahaman terhadap materi.
Jumlah Jawaban Yang Benar
TP = X 100%
Jumlah keseluruhan Soal

Apabila tingkat pemahaman Anda dalam memahami materi yang sudah dipelajari
mencapai :
91% s.d. 100% : Amat baik
81% s.d. 90,99% : Baik
71% s.d. 80,99% : Cukup
61% s.d. 70,99% : Kurang
Apabila tingkat pemahaman belum mencapai 81% ke atas (kategori “baik”), maka
disarankan mengulangi materi. Semoga berhasil!

91
9. Daftar Pustaka
- Matz, Usry & Hammer,Akuntansi Biaya, Perencanaan dan Pengendalian, Edisi
9, Penerbit Erlangga - Jakarta.
- Carter & Usry, Cost Accounting, 13rd edition, 2002. Thomson Liang, Singapore.
- Cost Accounting, Modul Pelatihan PCA – Tahun 1993.

92

Anda mungkin juga menyukai