Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANALISIS PEMBEBANAN BIAYA OVERHEAD PABRIK


BERDASARKAN
METODE ACTIVITY BASED COSTING
PADA PERUSAHAAN BULUKUMBA JAYA KENDARI

Disusun Oleh:

FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAR ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah hirabbil ‘aalamiin Penulis panjatkan kehadirat


Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata Kuliah
dan membahas tentang proses pembebanan dan prilaku biaya. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh
karena itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhirnya penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfat
bagi kemajuan pendidikan, aamiin.

Semarang, 14 November 2018


Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i


KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3 Tujuan Pembahasan ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Pembebanan Biaya ............................................................................. 3
2.2 Biaya Overhead Pabrik ...................................................................... 3
2.3 Metode Akuntansi Biaya Tradisional (Metode Konvensional) ......... 4
2.4 Metode Activity Based Costing .......................................................... 5
2.5 Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Berdasarkan Akuntansi
Biaya Tradisional (Metode Konvensional) Pada Perusahaan
Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013 ............................................... 6
2.6 Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Berdasarkan Metode Activity
Based Costing Pada Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun
2013.................................................................................................... 7
2.7 Mengalokasikan Aktivitas-Aktivitas Membentuk Kelompok Biaya
Homogen .......................................................................................... 13
2.8 Membebankan Biaya Aktivitas ke Setiap Cost Object .................... 14
2.9 Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional (Metode
Konvensional) dengan Metode Activity Based Costing .................. 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................... 17
3.1 Kesimpulan ......................................................................................... 17
3.2 Saran ................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Persaingan global yang tajam yang dihadapi oleh perusahaan memaksa
manajemen perusahaan untuk mencari berbagai alternatif pembuatan produk
dengan biaya yang efisien. Untuk itu manajemen memerlukan informasi biaya
yang mencerminkan konsumsi sumber daya dalam berbagai aktivitas, dengan
tujuan agar manajemen dapat mengendalikan biaya dalam menghasilkan
produk yang berkualitas baik.
Pembebanan biaya overhead pabrik terkadang perusahaan masih
menggunakan metode akuntansi biaya tradisional (metode konvensional).
Dimana metode ini tidak sesuai dengan lingkungan pemanufakturan yang
maju. Biaya produk yang dihasilkan oleh metode akuntansi biaya tradisional
memberikan informasi biaya yang terdistorsi. Distorsi timbul karena adanya
ketidakakuratan dalam pembebanan biaya, sehingga mengakibatkan kesalahan
penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan dan pengendalian.
Distorsi tersebut juga mengakibatkan undercost/overcost terhadap produk
(Hansen & Mowen,2005:29).
Berkembangnya ilmu pengetahuan, kemudian pada tahun 1800-an dan
awal 1900-an lahirlah suatu metode yang berbasis aktivitas yang dirancang
untuk mengatasi distorsi pada metode konvensional. Metode akuntansi ini
disebut Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem kalkulasi biaya
yang pertama kali menelusuri biaya keaktivitas dan kemudian keproduk.
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari merupakan perusahaan manufaktur
yang bergerak dibidang produksi bahan bangunan berupa Batako dan pavin
blok. Dalam melaksanakan produksi, perusahaan telah mengklasifikasikan
biaya secara profesional dengan menggunakan sistem akuntansi biaya
tradisional. Biaya produksi yang berhubungan dengan produk dibagi menjadi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Pembebanan biaya overhead pabrik pada Perusahaan Bulukumba Jaya
Kendari didasarkan pada volume produksi (jumlah produk yang dihasilkan),
padahal tidak semua biaya berhubungan dengan jumlah produk yang
diproduksi sehingga pembebanan biaya tersebut ke produk dengan
1
menggunakan cost driver (pemicu biaya) berdasarkan jumlah produk dapat
menimbulkan distorsi dalam perhitungan biaya, karena biaya overhead pabrik
dibebankan pada produk bukan berdasarkan penggunaan sumber daya oleh
aktivitas untuk menghasilkan produk, tetapi berdasarkan jumlah produk yang
dihasilkan. Oleh karena itu diperlukan pembebanan biaya secara tepat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pembebanan biaya ?
2. Apa yang dimaksud dengan Biaya Overhead Pabrik?
3. Apa yang dimaksud dengan metode Akuntansi Biaya Tradisional (Metode
Konvensional)?
4. Apa yang dimaksud dengan metode Activity Based Costing?
5. Bagaimana pembebanan biaya overhead pabrik berdasarkan metode
activity based costing pada perusahaan Bulukumba Jaya Kendari?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Untuk menjelaskan tentang Pembebanan Biaya.
2. Untuk menjelaskan tentang Biaya Overhead Pabrik.
3. Untuk menjelaskan tentang metode Akuntansi Biaya Tradisional (Metode
Konvensional).
4. Untuk menjelaskan tentang metode Activity Based Costing.
5. Untuk menganalisis pembebanan biaya overhead pabrik berdasarkan
metode activity based costing pada perusahaan Bulukumba Jaya Kendari.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembebanan Biaya
Pembebanan biaya (cost assigment) merupakan proses pembebanan
elemen biaya-biaya ke dalam tempat penampungan biaya ke objek biaya. Ada
dua jenis pembebanan, yaitu penelusuran langsung untuk membebankan biaya
langsung dan alokasi untuk membebankan biaya tidak langsung. Biaya
langsung (direct cost) dapat dengan mudah dan ekonomis ditelusuri secara
langsung ke tempat penampungan biaya atau objek biaya. Sebaliknya, tidak
ada cara yang mudah dan ekonomis untuk menelusuri biaya tidak langsung
(indirect cost) dari biaya ke tempat penampungan biaya atau dari tempat
penampungan biaya ke objek biaya. Pembebanan biaya tidak langsung ke
tempat penampungan biaya dan objek biaya disebut alokasi biaya (cost
allocation), yaitu suatu bentuk pembebanan di mana penelusuran langsung
tidak mungkin dilakukan sehingga digunakan penggerak biaya. Penggerak
biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya disebut dasar alokasi
(allocation base).
2.2 Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya produksi selain bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik didefinisikan sebagai
bahan tidak langsung, buruh tidak langsung, dan biaya-biaya lainnya yang
tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung pada suatu
pekerjaan, hasil produksi, atau tujuan akhir biaya tertentu seperti kontrak-
kontrak pemerintah. Penggolongan biaya overhead pabrik dapat digolongkan
dengan tiga cara, yaitu (Mulyadi, 2000 : 207):
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik
dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut ini:
a. Biaya Bahan Penolong.
b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan.
c. Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.

3
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai.
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam
hubungan dengan perubahan volume produksi
a. Biaya Overhead Pabrik Tetap
b. Biaya Overhead Pabrik Variabel
c. Biaya Overhead Pabrik Semivariabel
d. Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk
pengendalian biaya.
3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan
departemen
a. Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departemental
overhead expenses)
b. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect
departemental overhead expenses)
2.3 Metode Akuntansi Biaya Tradisional (Metode Konvensional)
Perhitungan biaya produk dalam metode biaya tradisional menggunakan
penggerak aktivitas tingkat unit (unit activity cost drivers). “Penggerak
aktivitas tingkat unit adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya
seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi” (Hansen dan Mowen,
2009:162). Contoh penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya
digunakan untuk membebankan overhead meliputi: unit yang diproduksi, jam
tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya
bahan baku langsung. Unit activity drivers ini membebankan biaya overhead
melalui tarif keseluruhan pabrik dan tarif departemen.
Tarif keseluruhan pabrik adalah tarif biaya overhead yang berlaku di
seluruh pabrik menggunakan satu tarif untuk seluruh operasi untuk
membebankan biaya dari sumber daya tidak langsung pada produk atau jasa.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk tarif keseluruhan pabrik adalah
dengan mengakumulasikan biaya overhead pada satu kesatuan untuk
keseluruhan pabrik yang besar. Setelah biaya- biaya diakumulasikan ke dalam
satu kesatuan untuk keseluruhan pabrik kemudian tarif keseluruhan pabrik
dihitung dengan menggunakan driver tunggal yang biasanya adalah jam kerja

4
langsung. Hasil produksi dianggap menggunakan biaya overhead sesuai
dengan jam kerja langsung yang digunakan.
2.4 Metode Activity Based Costing
Blocher (2007) mendefinisikan Activity Based Costing System (ABC
System) adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya
sumber daya ke objek biaya seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan
aktivitas yang dilakukan untuk obyek biaya tersebut.
Untuk dapat menerapkan activity based costing diperlukan langkah-
langkah. Menurut Supriyono (2007 : 231-234) metode activity based costing
terdiri dari dua tahap.
1. Prosedur tahap pertama
Pada tahap ini penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat
langkah sebagai berikut :
1) Penggolongan berbagai aktivitas
2) Pembebanan sumber daya ke aktivitas, dapat dilakukan dengan tiga
cara:
a) Direct tracing
b) Alokasi,
c) Driver Tracing. Untuk membebankan sumber daya tersebut dengan
driver tracing perlu ditempuh langkah berikut ini:
(1) Pengidentifikasian resource driver sumber daya sebagai
basis pembebanan sumber daya ke aktivitas.
(2) Perhitungan resource driver rate dengan rumus :
Resource driver rate = Total resource ÷ Resource driver
quantity
(3) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pool) yang
homogen
(4) Penentuan tarif kelompok (pool rate)
Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead
untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukur
aktivitas kelompok tersebut.

5
2. Prosedur tahap kedua
Ukuran ini merupakan penyederhanaan kualitas cost driver yang digunakan
oleh setiap produk. Jadi overhead ditentukan dari setiap kelompok biaya
ditiap produk dengan perhitungan sebagai berikut :
Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Unit-unit cost driver yang
digunakan

2.5 Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Berdasarkan Akuntansi Biaya


Tradisional (Metode Konvensional) Pada Perusahaan Bulukumba Jaya
Kendari Tahun 2013
1. Biaya Bahan Baku
Tabel 1
Biaya Bahan Baku Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung


Tabel 2
Biaya Tenaga Kerja Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013

3. Biaya Overhead Pabrik

6
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari menggunakan volume produksi
sebagai dasar penghitungan tarif biaya overhead pabrik. Tarif tersebut akan
digunakan untuk menentukan berapa biaya overhead pabrik yang
dibebankan ke produk. Jumlah Volume produksi selama proses produksi
tahun 2006 sebesar 133.725.
Perhitungan tarif biaya overhead pabrik yang dilakukan Perusahaan
Bulukumba Jaya Kendari adalah sebagai berikut:

Jadi perhitungan biaya produksi yang dilakukan oleh perusahan untuk


kedua jenis produk dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Akuntansi Biaya Tradisional
(Metode Konvensional)

Berdasarkan data dalam tabel diatas, dapat dilihat bahwa biaya produksi
pada tahun 2013 untuk masing-masing produk yakni batako Rp 245.506.950
dan pavin blok Rp 259.412.975

2.6 Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Berdasarkan Metode Activity


Based Costing Pada Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
Langkah-langkah dalam menerapkan perhitungan biaya produksi dengan
menggunakan Activity Based Costing adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi Berbagai Aktivitas Dan Sumber Daya

7
Aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan proses produksi pada
pembuatan batako dan pavin blok pada Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Daftar Rincian Aktivitas dan Cost Driver
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013

2. Pembebanan Sumber Daya Ke Aktivitas


- Pembebanan dengan direct tracing
Biaya langsung produk dibebankan secara langsung kepada cost
object (batako dan pavin blok) dengan cara direct tracing yang dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 6
Pembebanan Sumber Daya Secara Direct tracing

- Pembebanan dengan cara alokasi


Biaya tenaga kerja tidak langsung = Rp 13.200.000 ÷ 7 = Rp 1.885.714
- Pembebanan dengan cara driver tracing

8
Tabel 7
Hubungan Antara Biaya Overhead dengan Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013

- Pengidentifikasian resource driver


Tabel 8
Resource Driver Untuk Tiap Elemen BOP
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013

- Perhitungan resource driver quantity dapat dilihat pada tabel berikut ini:

9
Tabel 9
Perhitungan Resource driver quantity Untuk Setiap Aktivitas Produksi

Perhitungan resource driver rate dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Resource driver rate = Total resource ÷ Resource driver quantity

Sehingga diperoleh :
1. Biaya listrik
Rp 8.400.000 ÷ 7488 KWh = Rp 1.121,79/KWh
2. Biaya bahan pelumas
Rp 2.040.000 ÷ 120 liter = Rp 17.000/liter
3. Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
Rp. 4.800.000 ÷ 51.000.000 = Rp 0,09412/nilai mesin

10
4. Biaya penyusutan
- Bangunan Rp 3.500.000 ÷ 1000m2 = Rp 3.500/m2
- Mesin cetak Rp 1.100.000 ÷ 22.000.000 = Rp 0,05/nilai mesin
- Mesin pompa air Rp 100.000 ÷ 1.000.000 = Rp 0,1/nilai mesin
- Mixer campuran Rp 1.500.000 ÷ 15.000.000 = Rp 0,1/nilai mesin
- Mesin ayakan Rp 1.300.000 ÷ 13.000.000 = Rp 0,1/nilai mesin
- Peralatan Rp 555.000 ÷ 1.860.000 =Rp0,29839/nilai peralatan

Maka selanjutnya biaya overhead pabrik akan dibebankan ke setiap aktivitas yang
terlihat dalam proses produksi sebagai berikut :
1. Biaya listrik
Tabel 10
Pembebanan Biaya Listrik Untuk Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013

2. Biaya bahan pelumas


Tabel 11
Pembebanan Biaya Bahan Pelumas Untuk Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013

11
3. Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
Tabel 12
Pembebanan Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Mesin Untuk Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013

4. Biaya penyusutan aktiva tetap


a. Bangunan
Biaya penyusutan bangunan sebesar Rp 3.500.000 dibebankan untuk tiap
aktivitas berdasarkan luas (m2) yang digunakan. Luas pabrik adalah1000m2.
Dengan demikian biaya per m2 sebesar Rp 3.500
b. Mesin cetak
Biaya penyusutan mesin cetak yang digunakan dalam proses produksi
sebesar Rp 1.100.000 dibebankan untuk aktivitas pencetakan berdasarkan
nilai penggunaan mesin cetak. Dengan demikian biaya penyusutan mesin
adalah Rp 0,05/nilai mesin.
c. Mesin pompa air
Biaya penyusutan mesin pompa air yang digunakan dalam proses
produksi sebesar Rp 100.000 dibebankan untuk aktivitas penyiraman
berdasarkan nilai penggunaan mesin pompa air. Dengan demikian biaya
penyusutan adalah Rp 0,1/nilai mesin.
d. Mixer campuran
Biaya penyusutan mixer campuran yang digunakan dalam proses
produksi sebesar Rp 1.500.000 dibebankan untuk aktivitas pengadukan
berdasarkan nilai penggunaan mixer campuran. Dengan demikian biaya
penyusutannya adalah Rp 0,01/nilai mesin.
e. Mesin ayakan

12
Biaya penyusutan mesin ayakan yang digunakan dalam proses produksi
sebesar Rp 1.300.000 dibebankan untuk aktivitas pembersihan dan
pencampuran berdasarkan nilai penggunaan mesin cetak. Dengan
demikian biaya penyusutan mesin adalah Rp 0,01/nilai mesin.\
f. Peralatan
Biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam proses produksi
sebesar Rp 1.100.000 dibebankan untuk aktivitas pembersihan dan
penyiraman berdasarkan nilai penggunaan peralatan pada masing-masing
aktivitas. Dengan demikian biaya penyusutan mesin adalah Rp
0,29839/nilai peralatan.

2.7 Mengalokasikan Aktivitas-Aktivitas Membentuk Kelompok Biaya


Homogen
Biaya-biaya dalam kelompok tersebut kemudian dijumlahkan sebagai berikut :
Tabel 13
Biaya Overhead Untuk Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013

13
2.8 Membebankan Biaya Aktivitas ke Setiap Cost Object
a. Perhitungan biaya overhead pabrik untuk produk batako.
Tabel 15
Pembebanan Biaya Overhead Batako dengan Menggunakan Metode Activity Based
Costing

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan biaya overhead yang dibebankan untuk


tiap aktivitas berdasarkan jumlah unit cost driver untuk produk batako dengan cara
mengalikan tarif biaya overhead dengan jumlah unit cost driver. Sehingga di
peroleh total biaya overhead sebesar Rp 15.313.250.

b. Perhitungan biaya overhead pabrik untuk produk pavin blok


Tabel 16
Pembebanan Biaya Overhead Pavin Blok dengan Menggunakan Metode Activity
Based Costing

Jadi, berdasarkan hasil perhitungan biaya overhead dengan menggunakan


activity based costing maka biaya produksi yang digunakan untuk batako dan pavin
blok dapat dilihat pada tabel berikut:

14
Tabel 17
Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Metode Activity Based Costing
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa perhitungan biaya produksi setelah


dilakukan penelusuran keberbagai aktivitas, menghasilkan jumlah biaya untuk
produk batako sebesar Rp 246.446.750 dan untuk produk pavin blok sebesar
Rp 252.066.051.

2.9 Perbandingan Metode Akuntansi Biaya Tradisional (Metode


Konvensional) dengan Metode Activity Based Costing
Berdasarkan perhitungan biaya produksi batako dan pavin blok yang dilakukan
oleh Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari, tampak bahwa hasil menurut perusahaan
dengan menggunakan metode akuntansi biaya tradisional dan metode activity based
costing (ABC) berbeda. Perhitungan biaya produksi yang dilakukan yang telah
dilakukan Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari untuk tahun 2013 adalah masing
masing untuk produk batako dan pavin blok sebesar Rp 245.506.950 dan Rp
259.412.975 ternyata tidak menampakkan hasil yang akurat, dimana harga
pokok per unit yang dihasilkan adalah masing-masing untuk produk batako Rp 4.663
dan produk pavin blok Rp 3.199. Hal ini disebabkan karena dasar pembebanan
biayatidak langsung dalam metode konvensional mempunyai tingkat korelasi
yang rendah, akibatnya pembebanan biaya ke produk tidak menggambarkan
konsumsi biaya oleh produk yang sebenarnya sehingga informasi biaya yang
dihasilkan tidak akurat dan terdistorsi. Perhitungan biaya produksi pada
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari dengan metode activity based costing
diperoleh hasil untuk produk batako Rp 246.446.750 dan produk pavin blok Rp
252.066.051, dimana harga pokok per unit yang dihasilkan adalah masing-masing
untuk produk batako Rp 4.680 dan produk pavin blok Rp 3.109.

15
Tabel 18
Perbandingan Biaya Produksi Berdasarkan Metode Konvensional
dan Metode Activity Based Costing

Berdasarkan tabel diatas terlihat adanya perbedaan biaya produksi antara


metode konvensional dengan metode activity based costing. Perbedaan ini
disebabkan dasar alokasi biaya overhead yang berbeda. Metode konvensional
menggunakan volume produksi sebagai satu-satunya dasar pengalokasian biaya
overhead pabrik, sedangkan activity based costing menggunakan banyak cost driver
sebagai dasar pengalokasian BOP.

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan bahwa menurut penelitian pembebanan biaya overhead pabrik
dengan metode activity based costing menunjukkan angka yang lebih akurat
karena seluruh elemen biaya produksi dibebankan melalui setiap aktivitas
produk. Perhitungan biaya produksi yang dilakukan oleh perusahaan dan
menurut ABC menyebakan terjadinya distorsi biaya untuk tiap jenis produk.
Biaya produksi menurut perusahaan untuk produk batako Rp 245.506.950
dan pavin blok Rp 259.412.975, dimana harga pokok produksi per unit untuk
produk batako Rp 4.663 dan produk pavin blok Rp 3.199. Sedangkan menurut
ABC biaya produksi untuk produk batako Rp 246.446.750 dan produk pavin
blok Rp 252.066.051 dimana harga pokok per unit yang dihasilkan adalah
masing-masing untuk produk batako Rp 4.680 dan produk pavin blok
Rp3.109.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan, maka dapat disarankan bahwa
dalam pembebanan biaya overhead pabrik sebaiknya perusahaan
menggunakan metode activity based costing karena perusahaan dapat
mengendalikan biaya dengan baik melalui pengidentifikasian aktivitas-
aktivitas yang bernilai tambah bagi produk. Aktivitas-aktivitas yang tidak
mempunyai nilai tambah bagi produk dapat dihilangkan atau dikurangi
sehingga membantu perusahaan dalam menentukan kebijakan harga guna
memperoleh laba perusahaan yang maksimal.

17
DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, Anthony A. 2009. Management Accounting, Fifth Edition.


Diterjemahkan oleh Miranti Kartika Dewi dengan judul Akuntansi
Manajemen, Edisi 5. Jilid I. Jakarta: PT.Indeks.
Blocher,dkk. 2007. Manajemen Biaya. Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat.
Carter.K William. 2009. Akuntansi Biaya. Buku 1. Edisi Keempat Belas, Jakarta:
Salemba Empat.
Dina Khairuna. 2007. Analisis Penerapan Activity Based Costing Dalam
Pembebanan Biaya Overhead Pabrik pada PT. TirtasibayakindoBerastagi.
Medan: Universitas Sumatera Utara.
Gorrison, Ray H. dan Noreen, Eric. 2000. Akuntansi Manajerial. Jakarta: Salemba
Empat.
Hansen, Don R. Maryanne M Mowen. 2005. Management Accounting, 7th.
Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba dengan judul
Akuntansi Manajemen, Edisi 7. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Heriyanti. 2007. Analisis perbandingan perhitungan biaya produksi berdasarkan
metode akuntansi biaya tradisional dan metode activity based costing
pada UD. Ubindo Kendari. Kendari: Universitas Haluoleo.
Horngren, dkk. 2008. Akuntansi Biaya. Jakarta: Erlangga.
Marismiati. 2011. Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan
Harga. Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi, Vol I, No. 1.

18

Anda mungkin juga menyukai