Disusun Oleh:
FAKULTAS EKONOMI
JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAR ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pembebanan Biaya
Pembebanan biaya (cost assigment) merupakan proses pembebanan
elemen biaya-biaya ke dalam tempat penampungan biaya ke objek biaya. Ada
dua jenis pembebanan, yaitu penelusuran langsung untuk membebankan biaya
langsung dan alokasi untuk membebankan biaya tidak langsung. Biaya
langsung (direct cost) dapat dengan mudah dan ekonomis ditelusuri secara
langsung ke tempat penampungan biaya atau objek biaya. Sebaliknya, tidak
ada cara yang mudah dan ekonomis untuk menelusuri biaya tidak langsung
(indirect cost) dari biaya ke tempat penampungan biaya atau dari tempat
penampungan biaya ke objek biaya. Pembebanan biaya tidak langsung ke
tempat penampungan biaya dan objek biaya disebut alokasi biaya (cost
allocation), yaitu suatu bentuk pembebanan di mana penelusuran langsung
tidak mungkin dilakukan sehingga digunakan penggerak biaya. Penggerak
biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya disebut dasar alokasi
(allocation base).
2.2 Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik (BOP) adalah biaya produksi selain bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik didefinisikan sebagai
bahan tidak langsung, buruh tidak langsung, dan biaya-biaya lainnya yang
tidak secara mudah diidentifikasikan atau dibebankan langsung pada suatu
pekerjaan, hasil produksi, atau tujuan akhir biaya tertentu seperti kontrak-
kontrak pemerintah. Penggolongan biaya overhead pabrik dapat digolongkan
dengan tiga cara, yaitu (Mulyadi, 2000 : 207):
1. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut sifatnya
Biaya-biaya produksi yang termasuk dalam biaya overhead pabrik
dikelompokkan menjadi beberapa golongan berikut ini:
a. Biaya Bahan Penolong.
b. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan.
c. Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung.
d. Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva
e. Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu.
3
f. Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan
pengeluaran uang tunai.
2. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut perilakunya dalam
hubungan dengan perubahan volume produksi
a. Biaya Overhead Pabrik Tetap
b. Biaya Overhead Pabrik Variabel
c. Biaya Overhead Pabrik Semivariabel
d. Untuk keperluan penentuan tarif biaya overhead pabrik dan untuk
pengendalian biaya.
3. Penggolongan biaya overhead pabrik menurut hubungannya dengan
departemen
a. Biaya overhead pabrik langsung departemen (direct departemental
overhead expenses)
b. Biaya overhead pabrik tidak langsung departemen (indirect
departemental overhead expenses)
2.3 Metode Akuntansi Biaya Tradisional (Metode Konvensional)
Perhitungan biaya produk dalam metode biaya tradisional menggunakan
penggerak aktivitas tingkat unit (unit activity cost drivers). “Penggerak
aktivitas tingkat unit adalah faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya
seiring dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi” (Hansen dan Mowen,
2009:162). Contoh penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya
digunakan untuk membebankan overhead meliputi: unit yang diproduksi, jam
tenaga kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya
bahan baku langsung. Unit activity drivers ini membebankan biaya overhead
melalui tarif keseluruhan pabrik dan tarif departemen.
Tarif keseluruhan pabrik adalah tarif biaya overhead yang berlaku di
seluruh pabrik menggunakan satu tarif untuk seluruh operasi untuk
membebankan biaya dari sumber daya tidak langsung pada produk atau jasa.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk tarif keseluruhan pabrik adalah
dengan mengakumulasikan biaya overhead pada satu kesatuan untuk
keseluruhan pabrik yang besar. Setelah biaya- biaya diakumulasikan ke dalam
satu kesatuan untuk keseluruhan pabrik kemudian tarif keseluruhan pabrik
dihitung dengan menggunakan driver tunggal yang biasanya adalah jam kerja
4
langsung. Hasil produksi dianggap menggunakan biaya overhead sesuai
dengan jam kerja langsung yang digunakan.
2.4 Metode Activity Based Costing
Blocher (2007) mendefinisikan Activity Based Costing System (ABC
System) adalah pendekatan perhitungan biaya yang membebankan biaya
sumber daya ke objek biaya seperti produk, jasa, atau pelanggan berdasarkan
aktivitas yang dilakukan untuk obyek biaya tersebut.
Untuk dapat menerapkan activity based costing diperlukan langkah-
langkah. Menurut Supriyono (2007 : 231-234) metode activity based costing
terdiri dari dua tahap.
1. Prosedur tahap pertama
Pada tahap ini penentuan harga pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat
langkah sebagai berikut :
1) Penggolongan berbagai aktivitas
2) Pembebanan sumber daya ke aktivitas, dapat dilakukan dengan tiga
cara:
a) Direct tracing
b) Alokasi,
c) Driver Tracing. Untuk membebankan sumber daya tersebut dengan
driver tracing perlu ditempuh langkah berikut ini:
(1) Pengidentifikasian resource driver sumber daya sebagai
basis pembebanan sumber daya ke aktivitas.
(2) Perhitungan resource driver rate dengan rumus :
Resource driver rate = Total resource ÷ Resource driver
quantity
(3) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pool) yang
homogen
(4) Penentuan tarif kelompok (pool rate)
Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead
untuk kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukur
aktivitas kelompok tersebut.
5
2. Prosedur tahap kedua
Ukuran ini merupakan penyederhanaan kualitas cost driver yang digunakan
oleh setiap produk. Jadi overhead ditentukan dari setiap kelompok biaya
ditiap produk dengan perhitungan sebagai berikut :
Overhead yang dibebankan = Tarif kelompok x Unit-unit cost driver yang
digunakan
6
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari menggunakan volume produksi
sebagai dasar penghitungan tarif biaya overhead pabrik. Tarif tersebut akan
digunakan untuk menentukan berapa biaya overhead pabrik yang
dibebankan ke produk. Jumlah Volume produksi selama proses produksi
tahun 2006 sebesar 133.725.
Perhitungan tarif biaya overhead pabrik yang dilakukan Perusahaan
Bulukumba Jaya Kendari adalah sebagai berikut:
Berdasarkan data dalam tabel diatas, dapat dilihat bahwa biaya produksi
pada tahun 2013 untuk masing-masing produk yakni batako Rp 245.506.950
dan pavin blok Rp 259.412.975
7
Aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan proses produksi pada
pembuatan batako dan pavin blok pada Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5
Daftar Rincian Aktivitas dan Cost Driver
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
8
Tabel 7
Hubungan Antara Biaya Overhead dengan Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013
- Perhitungan resource driver quantity dapat dilihat pada tabel berikut ini:
9
Tabel 9
Perhitungan Resource driver quantity Untuk Setiap Aktivitas Produksi
Perhitungan resource driver rate dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Resource driver rate = Total resource ÷ Resource driver quantity
Sehingga diperoleh :
1. Biaya listrik
Rp 8.400.000 ÷ 7488 KWh = Rp 1.121,79/KWh
2. Biaya bahan pelumas
Rp 2.040.000 ÷ 120 liter = Rp 17.000/liter
3. Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
Rp. 4.800.000 ÷ 51.000.000 = Rp 0,09412/nilai mesin
10
4. Biaya penyusutan
- Bangunan Rp 3.500.000 ÷ 1000m2 = Rp 3.500/m2
- Mesin cetak Rp 1.100.000 ÷ 22.000.000 = Rp 0,05/nilai mesin
- Mesin pompa air Rp 100.000 ÷ 1.000.000 = Rp 0,1/nilai mesin
- Mixer campuran Rp 1.500.000 ÷ 15.000.000 = Rp 0,1/nilai mesin
- Mesin ayakan Rp 1.300.000 ÷ 13.000.000 = Rp 0,1/nilai mesin
- Peralatan Rp 555.000 ÷ 1.860.000 =Rp0,29839/nilai peralatan
Maka selanjutnya biaya overhead pabrik akan dibebankan ke setiap aktivitas yang
terlihat dalam proses produksi sebagai berikut :
1. Biaya listrik
Tabel 10
Pembebanan Biaya Listrik Untuk Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013
11
3. Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
Tabel 12
Pembebanan Biaya Reparasi dan Pemeliharaan Mesin Untuk Tiap Aktivitas
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari tahun 2013
12
Biaya penyusutan mesin ayakan yang digunakan dalam proses produksi
sebesar Rp 1.300.000 dibebankan untuk aktivitas pembersihan dan
pencampuran berdasarkan nilai penggunaan mesin cetak. Dengan
demikian biaya penyusutan mesin adalah Rp 0,01/nilai mesin.\
f. Peralatan
Biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam proses produksi
sebesar Rp 1.100.000 dibebankan untuk aktivitas pembersihan dan
penyiraman berdasarkan nilai penggunaan peralatan pada masing-masing
aktivitas. Dengan demikian biaya penyusutan mesin adalah Rp
0,29839/nilai peralatan.
13
2.8 Membebankan Biaya Aktivitas ke Setiap Cost Object
a. Perhitungan biaya overhead pabrik untuk produk batako.
Tabel 15
Pembebanan Biaya Overhead Batako dengan Menggunakan Metode Activity Based
Costing
14
Tabel 17
Perhitungan Biaya Produksi Berdasarkan Metode Activity Based Costing
Perusahaan Bulukumba Jaya Kendari Tahun 2013
15
Tabel 18
Perbandingan Biaya Produksi Berdasarkan Metode Konvensional
dan Metode Activity Based Costing
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat
disimpulkan bahwa menurut penelitian pembebanan biaya overhead pabrik
dengan metode activity based costing menunjukkan angka yang lebih akurat
karena seluruh elemen biaya produksi dibebankan melalui setiap aktivitas
produk. Perhitungan biaya produksi yang dilakukan oleh perusahaan dan
menurut ABC menyebakan terjadinya distorsi biaya untuk tiap jenis produk.
Biaya produksi menurut perusahaan untuk produk batako Rp 245.506.950
dan pavin blok Rp 259.412.975, dimana harga pokok produksi per unit untuk
produk batako Rp 4.663 dan produk pavin blok Rp 3.199. Sedangkan menurut
ABC biaya produksi untuk produk batako Rp 246.446.750 dan produk pavin
blok Rp 252.066.051 dimana harga pokok per unit yang dihasilkan adalah
masing-masing untuk produk batako Rp 4.680 dan produk pavin blok
Rp3.109.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang dikemukakan, maka dapat disarankan bahwa
dalam pembebanan biaya overhead pabrik sebaiknya perusahaan
menggunakan metode activity based costing karena perusahaan dapat
mengendalikan biaya dengan baik melalui pengidentifikasian aktivitas-
aktivitas yang bernilai tambah bagi produk. Aktivitas-aktivitas yang tidak
mempunyai nilai tambah bagi produk dapat dihilangkan atau dikurangi
sehingga membantu perusahaan dalam menentukan kebijakan harga guna
memperoleh laba perusahaan yang maksimal.
17
DAFTAR PUSTAKA
18