Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

BREAK EVEN POINT (BEP)


disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Operasional

Dosen Pengampu:
Indra Santosa, SH, MM, MBA.

Disusun Oleh Kelompok 7:


1. Kiki Nur Kharisma H. (G02217014)
2. Tri Rahmatul Khusna (G72217053)
3. Meidi Atika Suri (G72217067)
4. Raquel Threyas O.P. (G72217072)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2018
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Break Event Point (BEP)” tepat pada waktunya. Adapun maksud dari penyusunan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Operasional”. Tak
lupa pula kita ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
proses pengerjaan terutama kepada kedua orang tua, dosen pengampu Manajemen
Operasional bapak Indra Santosa, SH, MM, MBA yang telah memberikan petunjuk
dalam pengerjaan makalah dan juga terima kasih kepada teman-teman yang sudah
terlibat dalam proses pengerjaan. Kami selaku penyusun, memohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila banyak kesalahan dalam penulisan kata maupun kalimat
dalam makalah ini.

Surabaya, 13 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................................2
1.4 Manfaat ..............................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar BEP Peran Strategis Analisis BEP dalam Seleksi
Proses Produksi .................................................................................3
2.1.1 Pengertian BEP ............................................................................. 3
2.1.2 Jenis Biaya Berdasarkan BEP ..................................................... 3
2.1.3 Analisi Break Even Poin (BEP) ................................................. 5
2.1.4 Manfaat dan Kegunaan Analisis BEP........................................ 6
2.1.5 Keterbatasan Analisis Break Even Point ................................... 7
2.2 Penentuan Nilai BEP .........................................................................9
2.2.1 Penentuan Tingkat BEP ............................................................... 9
2.2.2 Margin of Safety (MoS) ............................................................ 12
2.2.3 BEP dengan Perubahan ............................................................. 13
2.2 Manajemen dengan BEP .................................................................17
2.3.1 Tingkat Keamanan Margin ....................................................... 17
2.3.2 Titik Penutupan Usaha............................................................... 18
2.3.3 Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point) ............................. 18
2.3.4 Margin Kontribusi Unit ............................................................. 19
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................20
3.1 Saran ................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perusahaan pada umumnya adalah mencari laba, besar kecil laba yang
dicapai akan menjadi ukuran kesuksesan dalam pengelolaan perusahaan,
untuk itu dibutuhkan suatu perencanaan (planning). Perencanan dilakukan
oleh manajer, oleh sebab itu manajer harus mampu membuat rencana
kegiatan dimasa yang akan datang, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Perencanaan untuk menentukan laba yang maksimal diperlukan
rencana yang matang, untuk memperhitungkan resiko yang akan
mempengaruhi kelancaran aktivitas produksi, harga jual produk, maupun biaya
yang berkaitan dengan aktivitas perusahaan. Adanya perencanaan yang baik
maka akan menunjang tugas manajemen untuk membantu tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan itu sendiri. Salah satu yang dapat digunakan dalam
membantu perencanaan ialah BEP (Break Even Point).
Analisis break even adalah suatu teknik analisa untuk mempelajari
hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan.
Kajian hubungan variabel-variabel tersebut dapat memberikan informasi
kepada manajemen untuk biaya-biaya yang terjadi serta volume produk yang
dihasilkan untuk mencapai laba. Oleh sebab itu analisis ini, dapat digunakan
oleh manajer sebagai informasi besarnya penjualan yang harus dicapai oleh
koperasi produksi untuk mencapai titik di mana tidak rugi dan tidak
mendapatkan laba agar koperasi produksi dapat meningkatkan daya saing.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat diketahui rumusan masalah pada
makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan BEP?
2. Apakah BEP dapat dipengaruhi oleh berbagai macam biaya?

1
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah dan latar belakang makalah ini bertujuan untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis BEP dan kegunaannya dalam
pengambilan keputusan manajer untuk tetap melangsungkan jalannya operasi
perusahaan.

1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca agar bisa
mengetahui apa itu BEP dan dapat membedakan antara break event point
dengan teknik perencanaan yang lain dan mengetahui pengertian BEP itu
sendiri.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Dasar BEP


2.1.1 Pengertian BEP
Break Even Point (BEP) dapat di artikan sebagai suatu titik atau keadaan
dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan
tidak menderita kerugian. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau
kerugian sama dengan nol. Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam
operasinya menggunakan biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup
untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel.
2.1.2 Jenis Biaya Berdasarkan BEP
Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh barang atau
jasa yang berguna dimasa datang. Dapat juga diartikan sebagai pengorbanan
sumber ekonomis yang berupa satuan uang yang telah terjadi atau akan terjadi
untuk mencapai tujuan tertentu yang dikeluarkan perusahaan dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Variabel Cost (biaya Variabel)
Variabel cost merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai
dengan perubahan volume penjualan, dimana perubahannya
tercermin dalam biaya variabel total. Dalam pengertian ini biaya
variabel dapat dihitung berdasarkan persentase tertentu dari
penjualan, atau variabel cost per unit dikalikan dengan penjualan
dalam unit. Contoh: biaya bahan baku, upah buruh langsung.
2. Fixed Cost (biaya tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak
terpengaruh oleh volume penjualan melainkan dihubungkan dengan
waktu (function of time) sehingga jenis biaya ini akan konstan
selama periode tertentu. Contoh biaya sewa, depresiasi, bunga.
Berproduksi atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.

3
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel
dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed
cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau
komisi bagi salesman dimana komisi bagi.
Dalam menentukan BEP biaya semivariabel harus dibedakan terlebih
dahulu dengan berbagai teknik sebagai berikut:
1. Metode Titik Tertinggi dan Terendah (High and Low Point)
Dalam periode ini suatu biaya pada tingkat kegiatan yang paling
tinggi dibandingkan dengan biaya yang sama pada tingkat kegiatan
terendah di masa lalu. Selisih biaya yang di hitung merupakan unsur
biaya variabel dalam biaya tersebut.
2. Metode Biaya Berjaga (Standby Cost Method)
Metode ini mencoba menghitung berapa biaya yang harus tetap
dikeluarkan, seandainya perusahaan di tutup untuk sementara, jadi
produknya sama dengan nol. Biaya ini disebut biaya berjaga, dan
biaya berjaga ini merupakan bagian yang tetap. Perbedaan antara
yang dikeluarkan selama produksi berjalan dengan berjaga
merupakan biaya variabel.
3. Metode Kuadrat Terkecil (Least-Square Method)
Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan
volume kegiatan berbentuk hubungan lurus dengan persamaan garis
regresi y = a + bx, di mana y merupakan variabel tidak bebas
(dependent variable) yaitu variabel yang perubahannya ditentukan
oleh perubahan pada variabel x yang merupakan variabel bebas
(independent variable). Variabel y menunjukkan biaya, sedangkan
variabel x menunjukkan volume kegiatan. Rumus perhitungan a dan
b tersebut adalah sebagai berikut:
𝑛 ∑𝑥𝑦 − 𝑥𝑦 ∑𝑦 − 𝑏𝑥
b = 𝑛 ∑𝑥 2 − (∑𝑥)2 a= 𝑛

4
2.1.3 Analisis Break Event Point (BEP)
Menurut Sigit (1993), analisa Break Even Point adalah suatu cara atau
suatu teknik yang digunakan oleh seorang petugas atau manajer perusahaan
untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi
berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak
pula memperoleh laba. Jadi Analisa Break Even Point (BEP) adalah suatu
teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara Baiaya Tetap, Biaya
Variabel, Keuntungan dan Volume aktivitas. Analisis BEP Sering pula disebut
“Cost - Profit - Volume analysis (C.P.V. analysis).
Analisis break even dapat membantu pimpinan dalam mengambil
keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
3. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar
dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
1. Bahwa biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapat diperkirakan
jumlahnya secara tepat. Dengan demikian perubahan tingkat
produksi dapat dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya.
2. Biaya yang dapat diperkirakan itu dapat dipisahkan mana yang
bersifat fariabel dan mana yang merupakan beban tetap (fixed cost).
Analisa Break even hanya dapat dihitung bilamana sebagian biaya
merupakan bebean tetap.
3. Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi, artinya apa yang
diproduksi dianggap terjual habis. Dengan demikian tingkat

5
persediaan barang jadi tidak mengalami perubahan, atau perusahaan
sma sekali tidak menyediakan stoc barang jadi.
4. Harga jual produk perusahaan pada berbagai tingkat penjualan tidak
mengalami perubahan. Ini berarti pasarnya demikian sempurna atau
bahwa share pasaran perusahaan sedemikian kecilnyasehingga tidak
akan mampu merubah harga pasar yang terjadi.
5. Efesiensi perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan juga tidak
berubah, sehingga biaya variable setiap unit produk sama untuk
berbagai volume produksi.
6. Tidak terdapat perubahan pada berbagai kebijakan pimpinan yang
secara langsung berpengaruh terhadap beban tetap keseluruhan.
Dengan demikian biaya tetap keseluruhan juga tidak berubah.
7. Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satu macam
produk akhir. Bilamana dalam kenyataannya produk yang dibuat
lebih dari satu macam, maka sales mix dipertahankan tetap sama.
2.1.4 Manfaat dan Kegunaan Analisis BEP
Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada
pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan
tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis
break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenai
hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
3. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Analisis break even point selain digunakan untuk menganalisis pada unit
berapa atau pada omzet penjualan berapa perusahaan tidak menderita rugi dan

6
tidak menerima keuntungan, menurut Susan Irawati dalam bukunya
“Manajemen Keuangan” memaparkan kegunaan break even point adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menunjukkan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai,
jika perusahaan ingin mendapatkan laba.
2. Untuk membantu menganalisis rencana untuk modernisasi atau
otomatisasi untuk mengganti biaya variabel menjadi biaya tetap.
3. Untuk membantu menganalisis pengaruh-pengaruh dari ekspansi
terhadap tingkat operasi atau kegiatan.
4. Untuk membantu dalam keputusan mengenai produk baru dalam hal
biaya dan hasil penjualan.
2.1.5 Keterbatasan Analisis Break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even
dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dipertahankan
apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga
jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis
ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab itu, bagi analis perlu diketahui
bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
1. Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put
tertentu.
2. Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
3. Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
4. Sales mix adalah konstan
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP)
akan bergeser atau berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas
produksi, dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis
FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi
kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau
sebaliknya.

7
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana
perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total
cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau
sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit .Perubahan ini akan
mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga
jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya
adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan
memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau
perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix)
haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan
20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan
berubah.
Perhitungan BEP ini juga memiliki kelemahan seperti pada bagian
asumsi biaya dan yang lainnya, adapun kelemahan BEP yaitu:
1. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataan
harga ini kadang-kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan
permintaan dan penawaran di pasar. Untuk menutuapi kelemahan
itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga jual yang
berbeda.
2. Asumsi terhadap cost, penggolongan biaya tetap dan biaya variabel
juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk
memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa tidak harus
berubah karena pembelian mesin-mesin atau peralatan lainnya.
Dengan demikian juga perhitungannya biaya variabel perunit juga
akan dapat dipengaruhi perubahan ini.
3. Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis.
4. Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.
5. Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan
volume.

8
2.2 Penentuan Nilai BEP
Setiap pengusaha atau pemilik modal sebelum menanamkan uang atau
modal pada sebuah usaha pasti akan menghitung untung rugi usaha yang akan
digeluti terlebih dahulu. Lebih jauh lagi, hitungan tentang berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk balik modal alias titik impas mutlak perlu dilakukan.
Secara sederhana salah satunya menggunakan perhitungan BEP.
2.2.1 Penentuan Tingkat BEP
1. Metode Matematik
Perhitungan BEP melalui rumus matematis digunakan untuk
satu produk dalam satuan unit dan rupiah, sebagaimana dirumuskan
sebagai berikut:
FC FC
BEP (unit) = atau BEP =
P – VC CM Per unit
Dalam rupiah dilakukan dengan cara mengalikan rumus BEP unit
dengan hargs jual, maka persamaan baru menjadi:
FC
XBE =
(P – VC) (P)
FC
P (XBE) =
(P – VC)
FC
=
(P – VC)∶𝑃
FC
= P , Jadi
(P – VC)
𝑃

FC
BEP (rupiah) = VC
1–
S

Rumus penjualan dalam unit pada laba yang direncanakan, yaitu:


𝐹𝐶 𝐹𝐶 + 1
XBE = atau XBE =
𝑃 – 𝑉𝐶 𝐶𝑀 𝑃𝑒𝑟 𝑢𝑛𝑖𝑡
Sedangkan rumus penjualan dalam rupiah pada laba yang
direncanakan adalah:
𝐹𝐶 + 1 𝐹𝐶 + 1
(P) XBE = 𝑃 atau (P) XBE =
1− 𝐶𝑀 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
𝑉𝐶

9
Keterangan:
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya Variabel/unit
CM = Contribution Margin
S = Jumlah penjualan
P = Harga Jual/unit
Q = Jumlah quantitas/unit produk yang dihasilkan
Contoh:
PT Sinar memiliki usaha dibidang alat perkakas gergaji
dengan kapasitas produksi 100.000 unit mesin gergaji, dengan
harga jual Rp 5.000/unit, total biaya tetap Rp 150.000.000 dan total
biaya variabel Rp 250.000.000, berapakah titik impas dalam unit
maupun rupiah yang harus dicapai oleh PT Sinar?.
• Total Penjualan = 100.000 x 5.000 = 500.000.000
𝑅𝑝 150.000.000
Biaya Tetap unit = = Rp 1.500/unit
100.000
𝑅𝑝 250.000.000
Biaya Variabel unit = = Rp 2500/unit
100.000
𝐹𝐶 𝑅𝑝 150.000.000
• BEP (unit) = 𝑃 – 𝑉𝐶 = = 60.000 unit
𝑅𝑝 5.000 – 𝑅𝑝 2.500
𝐹𝐶 𝑅𝑝 150.000.000
BEP (rupiah) = 𝑉𝐶 = 𝑅𝑝 250.000.000 = Rp 300.000.000
1– 1–
𝑆 𝑅𝑝 500.000.000

2. Metode Grafik
Dalam menentukan BEP dapat menggunakan grafik dengan
langkah-langkah berikut:
• Biaya tetap pada sumbu vertical untuk jumlah biaya tetap yang
terjadi selama periode yang dianalisis yang kemudian ditarik
secara horizontal, sebagai berikut:

10
• Total biaya dengan menambahkan biaya variabel pada biaya
tetap diatas, dilakukan dengan menarik dari ujung kiri sampai
sampai dengan biaya variabel total, sebagai berikut:

.
• Jumlah penjualan yang dimulai dari titik 0, yang merupakan
perpotongan sumbu vertikal dengan horizontal dimana titik
perpotongan antara total penjualan dengan total biaya
merupakan titik pulang pokok. Titik pokok dalam rupiah ada
disumbu vertikal sedangkan unit produk ada pada sumbu
horizontal, sebagai berikut:

11
Contoh:
Dari contoh soal PT sinar dapat digambar sebuah grafik
sebagai berikut:

Keterangan:
Sumbu X menggambarkan volume produksi/penjualan
Sumbu Y menggambarkan biaya/penghasilan penjualan
2.2.2 Margin of Safety (MoS)
Margin of safety merupakan hubungan atau selisih antara penjualan agar
tidak mengalami kerugian, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Penjualan yang direncanakan
penjualan per bujet
MoS = (100%)
penjualan per titik impas

12
2. Penjualan MoS
penjualan per bujet−penjualan per titik impas
MoS = (%)
penjualan per bujet

Batas aman digunakan untuk mengetahui berapa besar penjualan yang


dianggarkan untuk mencari tingkat MoS.
Contoh:
Dari data PT SInar, MoS dapat diketahui sebagi berikut:
Rp 500.000.000
1. (100%) = 166,66% dibulatkan 167%
Rp 300.000.000
Rp 500.000.000 − Rp 300.000
2. (100%) = 40%
Rp 500.000.000

Jadi, tingkat penjualan tidak boleh kurang dari 40% dan tingkat penjualan yang
direncanakan 67% dari tingkat penjualan titik impas yang ditetapkan. Jika MoS
ditentukan dari hasil penjualan, maka:
1. 67% x Rp 300.000.000 = Rp 201.000.000
2. 40% x Rp 500.000.000 = Rp 200.000.000
2.2.3 BEP dengan perubahan
Penurunan dan kenaikan BEP dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek
perubahan yaitu:
1. Pengaruh perubahan Harga Jual per unit (P), jika harga jual naik
maka BEP mengalami penurunan, jika harga jual turun maka BEP
mengalami kenaikan.
Contoh:
Dari data PT Sinar, terjadi kenaikan harga jual dari Rp 5000/unit
menjadi Rp 6.000 (naik 20%) sehingga BEPnya berubah menjadi:
𝑅𝑝 150.000.000
• BEP (rupiah) = 𝑅𝑝 250.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000 (120%)

𝑅𝑝 150.000.000
= 𝑅𝑝 250.000.000 = Rp 257.142.857
1–
𝑅𝑝 600.000.000

𝐹𝐶 𝑅𝑝 150.000.000
• BEP (unit) = 𝑃 – 𝑉𝐶 = = 42.857 unit
𝑅𝑝 6.000 – 𝑅𝑝 2.500

atau

13
𝑅𝑝 257.142.857
BEP (unit) = = 42.857 unit
𝑅𝑝 6.000

Dari BEP rupiah mengalami penurunan, dimana BEP awal


Rp 300.000.000 menjadi Rp 257.142.857 dan BEP unit juga
mengalami penurunan dari 60.000 menjadi 42.857 unit.
Apabila terjadi penurunan harga jual Rp 1,000/unit dari Rp
5.000 menjadi 4.000 maka perhitungan BEPnya menjadi:
𝑅𝑝 150.000.000
• BEP (rupiah) = 𝑅𝑝 250.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000 (80%)

𝑅𝑝 150.000.000
= 𝑅𝑝 250.000.000 = Rp 400.000.000
1–
𝑅𝑝 400.000.000

𝑅𝑝 400.000.000
• BEP (unit) = = 66.667 unit
𝑅𝑝 6.000

Dari BEP rupiah mengalami kenaikan, dimana BEP awal Rp


300.000.000 menjadi Rp 400.000.000 dan BEP unit juga
mengalami kenaikan dari 60.000 menjadi 66.667 unit.
2. Pengaruh perubahan Jumlah Biaya Tetap (FC), Biaya tetap secara
total dinyatakan tetap (konstan), apabila biaya tetap bertambah
maka BEP akan naik, sebaliknya jika biaya tetap turun maka BEP
ikut turun.
Contoh:
Apabila PT Sinar mengalami kenaikan biaya tetap sebesar
Rp 30.000.000 (20%), biaya tetap menjadi Rp 180.000.000, maka
dapat dihitung sebagai berikut:
𝑅𝑝 150.000.000 + 30.000.000
• BEP (rupiah) = 𝑅𝑝 250.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000

𝑅𝑝 180.000.000
= 𝑅𝑝 250.000.000 = Rp 360.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000

𝑅𝑝 360.000.000
• BEP (unit) = = 72.000 unit
𝑅𝑝 5.000

14
Dari BEP rupiah mengalami kenaikan, dimana BEP awal Rp
300.000.000 menjadi Rp 360.000.000 dan BEP unit juga
mengalami kenaikan dari 60.000 menjadi 72.000 unit.
Apabila terjadi penurunan biaya tetap sebesar 10% maka
perhitungan BEPnya menjadi:
𝑅𝑝 150.000.000 (90%)
• BEP (rupiah) = 𝑅𝑝 250.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000

𝑅𝑝 135.000.000
= 𝑅𝑝 250.000.000 = Rp 270.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000

𝑅𝑝 270.000.000
• BEP (unit) = = 54.000 unit
𝑅𝑝 5.000

Dari BEP rupiah mengalami penurunan, dimana BEP awal


Rp 300.000.000 menjadi Rp 270.000.000 dan BEP unit juga
mengalami penurunan dari 60.000 menjadi 54.000 unit.
3. Pengaruh perubahan Jumlah Biaya Variabel (VC), BEP juga
terpengaruh oleh biaya variabel. Jika VC naik BEP akan naik, jika
VC turun maka BEP ikut turun.
Apabila PT Sinar mengalami kenaikan biaya variabel
sebesar 20%, maka BEP dapat dihitung sebagai berikut:
𝑅𝑝 150.000.000
• BEP (rupiah) = 𝑅𝑝 250.000.000 (120%)
1–
𝑅𝑝 500.000.000

𝑅𝑝 150.000.000
= 𝑅𝑝 300.000.000 = Rp 375.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000

𝑅𝑝 375.000.000
• BEP (unit) = = 75.000 unit
𝑅𝑝 5.000

Dari BEP rupiah mengalami kenaikan, dimana BEP awal Rp


300.000.000 menjadi Rp 375.000.000 dan BEP unit juga
mengalami kenaikan dari 60.000 menjadi 75.000 unit.
Apabila terjadi penurunan biaya variabel sebesar 20% maka
perhitungan BEPnya menjadi:

15
𝑅𝑝 150.000.000
• BEP (rupiah) = 𝑅𝑝 250.000.000 (80%)
1–
𝑅𝑝 500.000.000

𝑅𝑝 150.000.000
= 𝑅𝑝 200.000.000 = Rp 250.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000

𝑅𝑝 250.000.000
• BEP (unit) = = 50.000 unit
𝑅𝑝 5.000

Dari BEP rupiah mengalami penurunan, dimana BEP awal


Rp 300.000.000 menjadi Rp 270.000.000 dan BEP unit juga
mengalami penurunan dari 60.000 menjadi 54.000 unit.
4. Pengaruh perubahan Penjualan Campuran (sales mix)
Perubahan ini merupakan gambaran perimbangan penjualan antara
beberapa macam produk yang dihasilkan suatu perusahaan. Dalam
asumsi dinyatakan tidak ada perubahan dalam penjualan campuran
(sales-mix).
Contoh:
Perusahaan “IndoJaya” bergerak dalam bidang produksi
“kain batik” dan “stagen” merencanakan perluasan daerah
pemasarannya, diketahui penjualan kain batik direncanakan sebesar
25.000 unit @ Rp 3.500 dan stagen sebesar 15.000 unit @ Rp 1.000.
Variable cost untuk setiap jenis produk adalah Rp 2.000 per unit
kain batik, dan Rp 600 per unit stagen. Fixed cost untuk kedua jenis
produk tersebut adalah Rp 28.275.000. maka BEP dapat dihitung
𝑟
sebagai berikut: BEP = 𝑇𝑉
1−
𝑆

28.275.000
= 59.000.000
1−
102.500.000

28.275.000
= = Rp. 66.625.000,-
0,4243902

Keterangan Kain Batik Stagen Total


Penjualan 87.500.000 15.000.000 102.500.000
Fixed Operation Cost - - 28.275.000
Variabel Operating Cash 50.000.000 9.000.000 59.000.000

16
5. Penentuan harga jual minimal
Besarnya keuntungan (profit margin), memerlukan penentuan
berapa besar penjualan minimal yang harus dicapai untuk
memungkinkan diperolehnya keuntungan, penentuan ini dapat
dihitung menggunakan rumus sebagi berikut:
FC + keuntungan
Penjualan minimal (rp) = VC
1−
S

FC + keuntungan
Penjualan minimal (unit) =
P –V
Contoh:
Kegiatan PT Sejahtera tahun 2007 mengalami BEP
penjualan sebesar Rp 300.000, dengan biaya tetap sebesar Rp
120.000. Diperkirakan penjualan harus ditetapkan untuk
memperoleh keuntungan pertahun. Pada tahun 2008 perusahaan
menetapkan keuntungan sebesar Rp 50.000. maka penjualan
minimal yang ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut:
• VC = Sales – FC = 300.000 – 120.000 = 180.000
• Mencari RVC (Rasio Variabel Cost)
Rp 180.000
RVC = (100%) = 60%
Rp 300.000

• Sales Minimal
FC + keuntungan
Sales Minimal = VC
1−
S

120.000 + 50.000
= 180.000 = Rp 425.000
1−
300.000

• Jika perusahaan menetapkan dalam profit margin sebesar


20%, maka sales mnimal dimisalkan ‘x’ dan dapat dicari
sebagai berikut:
120.000 + 0,2x
X = 180.000
1−
300.000

120.000 + 0,2𝑥
=
0,4

17
0,4x – 0,2x = 120.000
0,2x = 120.000
X = 600.000

2.3 Manajemen dengan BEP


Disamping BEP manajemen juga ingin mengetahu hal sebagai berikut:
2.3.1 Tingkat Keamanan Margin
Margin disini merupakan informasi tentang jumlah maksimum
penurunan nilai penjualan sampai titik impas. Dengan rumus:
Aktual sale − BEP sales
MoS =
Aktual sales
Contoh:
Dibawah ini merupakan tabel perhitungan Rugi Laba PT Harapan
Keterangan Rp Persen (%)
Penjualan 100 unit @Rp 5 500 100
Biaya Variabel @Rp 3 (300) 60
Marjin Kontribusi 200 40
Biaya Tetap (100) 20
Laba Operasi 100 20

100 Aktual sale − BEP sales 500 −250


BEP = 300 = Rp 250, MoS = = = 50%
1− Aktual sales 500
500

Semakin besar margin keamanan maka perusahaan semakin besar untuk


memperoleh laba. Jika penjualan turun dengan persentase diatas 50% maka
perusahaan rugi.
2.3.2 Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point)
Titik ini mengenai jumlah nilai penjualan minimum perusahaan sampai
dianggap tidak layak untuk dilanjutkan, untuk itu pembagian biaya harus
diklasifikasikan menjadi 2 yaitu biaya per kas dan non kas.
Dibawah ini merupakan tabel perhitungan Laba operasi tunai dan
penyusutan (non-kas) PT Pelangi

18
Keterangan Rp Persen (%)
Penjualan 100 unit @Rp 5 500 100
Biaya Variabel @Rp 3 (300) 60
Marjin Kontribusi 200 40
Biaya Tetap Tunai (80) 16
Laba Operasi Tunai 120 24
Penyusutan (20) 4
Laba Operasi 100 20

Perusahaan PT pelangi masih bisa dijalankan karena kontribusi margin


dapat menutup biaya tetap tunai dan penyusutan. Jika margin kontribusi hanya
bisa membayar biaya tetap tunai maka perusahaan diharuskan untuk tutup.

2.3.3 Tingkat Leverage Operasi (Degree of Operating Leverage)


Informasi mengenai perubahan laba sebagai dampak perubahan sekian
persen nilai penjualan. Misalnya pada PT pelangi mengalami kenaikan
penjualan sebesar 100% maka laba operasi menjadi 200% dengan perhitungan
sebagai berikut:
Keterangan Rp Persen (%)
Penjualan 100 unit @Rp 5 1.000 100
Biaya Variabel @Rp 3 (600) 60
Marjin Kontribusi 400 40
Biaya Tetap Tunai (100) 10
Laba Operasi Tunai 300 20
Penyusutan (100)
Laba Operasi 200

2.3.4 Margin Kontribusi per unit


1. Informasi mengenai selisih harga per unit dengan biaya variabel per
unit.

19
2. Margin kontribusi merupakan jumlah laba yntuk menutup biaya
tetap dan sebagai laba.
3. Informasi mengenai kemampuan berbagai produk untuk
menghasilkan laba, sehingga manajemen akan memilih produk yang
menghasilkan laba tertinggi.

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Break Even Point (BEP) dapat di artikan sebagai suatu titik atau keadaan
dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan
tidak menderita kerugian. Kegunaan break even point adalah sebagai berikut:
1. Untuk menunjukkan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai,
jika perusahaan ingin mendapatkan laba.
2. Untuk membantu menganalisis rencana untuk modernisasi atau
otomatisasi untuk mengganti biaya variabel menjadi biaya tetap.
3. Untuk membantu menganalisis pengaruh-pengaruh dari ekspansi
terhadap tingkat operasi atau kegiatan.
4. Untuk membantu dalam keputusan mengenai produk baru dalam hal
biaya dan hasil penjualan.
Adapun yang mempengaruhi besar kecilnya perubahan BEP adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh perubahan harga Jual per unit (P)
2. Pengaruh perubahan jumlah Biaya Tetap (FC)
3. Pengaruh perubahan jumlah Biaya Variabel (VC)
4. Pengaruh perubahan Penjualan campuran (sales mix)
5. Penentuan harga jual minimum

3.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah sekiranya pembaca
bersedia memberikan saran dan kritik terhadap kesalahan dalam penulisan atau
maksud dari makalah yang kurang jelas, sehingga kedepannya bisa lebih baik
lagi. Diharapkan pembaca memahami masalah BEP baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Dimisyqiyani, Jaaluddin, Darminto, Topowijino. 2014. Analisis Break Even Point


Sebagai Alat untuk Merencanakan Laba Perusahaan (Studi Pada Koperasi
Sari Apel Brosem Periode 2011-2013). Jurnal Administrasi Bisnis.
(JAB)|Vol. 13 No. 1 Agustus 2014.
Kasmir. 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Komarudin dan Djoko Suprijatmono. 2012. Analisis Biaya dengan
Menggunakan Metode Break Even Point dalam Mencari Volume-Laba
Pada PT X. Jurnal Analisis Biaya. (BEP) (Sainstech, Volume 22, nomor
1, Januari 2012).
Purwanti, ari, Darsono Prawironegoro. 2013. Akuntansi Manajemen. Edisi 3 revisi.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Kelima.
Yogyakarta: BPFE.
Wiyasha, IBM. 2014. Akuntansi Manajemen untuk Hotel dan Restoran. Edisi 2.
Yogyakarta: AND

22

Anda mungkin juga menyukai