Dosen Pengampu:
Indra Santosa, SH, MM, MBA.
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Break Event Point (BEP)” tepat pada waktunya. Adapun maksud dari penyusunan
makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manajemen Operasional”. Tak
lupa pula kita ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
proses pengerjaan terutama kepada kedua orang tua, dosen pengampu Manajemen
Operasional bapak Indra Santosa, SH, MM, MBA yang telah memberikan petunjuk
dalam pengerjaan makalah dan juga terima kasih kepada teman-teman yang sudah
terlibat dalam proses pengerjaan. Kami selaku penyusun, memohon maaf yang
sebesar-besarnya apabila banyak kesalahan dalam penulisan kata maupun kalimat
dalam makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................1
1.3 Tujuan ................................................................................................2
1.4 Manfaat ..............................................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar BEP Peran Strategis Analisis BEP dalam Seleksi
Proses Produksi .................................................................................3
2.1.1 Pengertian BEP ............................................................................. 3
2.1.2 Jenis Biaya Berdasarkan BEP ..................................................... 3
2.1.3 Analisi Break Even Poin (BEP) ................................................. 5
2.1.4 Manfaat dan Kegunaan Analisis BEP........................................ 6
2.1.5 Keterbatasan Analisis Break Even Point ................................... 7
2.2 Penentuan Nilai BEP .........................................................................9
2.2.1 Penentuan Tingkat BEP ............................................................... 9
2.2.2 Margin of Safety (MoS) ............................................................ 12
2.2.3 BEP dengan Perubahan ............................................................. 13
2.2 Manajemen dengan BEP .................................................................17
2.3.1 Tingkat Keamanan Margin ....................................................... 17
2.3.2 Titik Penutupan Usaha............................................................... 18
2.3.3 Titik Penutupan Usaha (Shut-down Point) ............................. 18
2.3.4 Margin Kontribusi Unit ............................................................. 19
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan ......................................................................................20
3.1 Saran ................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah dan latar belakang makalah ini bertujuan untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis BEP dan kegunaannya dalam
pengambilan keputusan manajer untuk tetap melangsungkan jalannya operasi
perusahaan.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan bermanfaat bagi para pembaca agar bisa
mengetahui apa itu BEP dan dapat membedakan antara break event point
dengan teknik perencanaan yang lain dan mengetahui pengertian BEP itu
sendiri.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3. Semi Varibel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel
dan sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed
cost. Biaya yang tergolong jenis ini misalnya: Sales expense atau
komisi bagi salesman dimana komisi bagi.
Dalam menentukan BEP biaya semivariabel harus dibedakan terlebih
dahulu dengan berbagai teknik sebagai berikut:
1. Metode Titik Tertinggi dan Terendah (High and Low Point)
Dalam periode ini suatu biaya pada tingkat kegiatan yang paling
tinggi dibandingkan dengan biaya yang sama pada tingkat kegiatan
terendah di masa lalu. Selisih biaya yang di hitung merupakan unsur
biaya variabel dalam biaya tersebut.
2. Metode Biaya Berjaga (Standby Cost Method)
Metode ini mencoba menghitung berapa biaya yang harus tetap
dikeluarkan, seandainya perusahaan di tutup untuk sementara, jadi
produknya sama dengan nol. Biaya ini disebut biaya berjaga, dan
biaya berjaga ini merupakan bagian yang tetap. Perbedaan antara
yang dikeluarkan selama produksi berjalan dengan berjaga
merupakan biaya variabel.
3. Metode Kuadrat Terkecil (Least-Square Method)
Metode ini menganggap bahwa hubungan antara biaya dengan
volume kegiatan berbentuk hubungan lurus dengan persamaan garis
regresi y = a + bx, di mana y merupakan variabel tidak bebas
(dependent variable) yaitu variabel yang perubahannya ditentukan
oleh perubahan pada variabel x yang merupakan variabel bebas
(independent variable). Variabel y menunjukkan biaya, sedangkan
variabel x menunjukkan volume kegiatan. Rumus perhitungan a dan
b tersebut adalah sebagai berikut:
𝑛 ∑𝑥𝑦 − 𝑥𝑦 ∑𝑦 − 𝑏𝑥
b = 𝑛 ∑𝑥 2 − (∑𝑥)2 a= 𝑛
4
2.1.3 Analisis Break Event Point (BEP)
Menurut Sigit (1993), analisa Break Even Point adalah suatu cara atau
suatu teknik yang digunakan oleh seorang petugas atau manajer perusahaan
untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume produksi
berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak menderita kerugian dan tidak
pula memperoleh laba. Jadi Analisa Break Even Point (BEP) adalah suatu
teknik analisa untuk mempelajari hubungan antara Baiaya Tetap, Biaya
Variabel, Keuntungan dan Volume aktivitas. Analisis BEP Sering pula disebut
“Cost - Profit - Volume analysis (C.P.V. analysis).
Analisis break even dapat membantu pimpinan dalam mengambil
keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
3. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar
dipenuhi. Asumsi-asumsi tersebut adalah:
1. Bahwa biaya pada berbagai tingkat kegiatan dapat diperkirakan
jumlahnya secara tepat. Dengan demikian perubahan tingkat
produksi dapat dijabarkan menjadi perubahan tingkat biaya.
2. Biaya yang dapat diperkirakan itu dapat dipisahkan mana yang
bersifat fariabel dan mana yang merupakan beban tetap (fixed cost).
Analisa Break even hanya dapat dihitung bilamana sebagian biaya
merupakan bebean tetap.
3. Tingkat penjualan sama dengan tingkat produksi, artinya apa yang
diproduksi dianggap terjual habis. Dengan demikian tingkat
5
persediaan barang jadi tidak mengalami perubahan, atau perusahaan
sma sekali tidak menyediakan stoc barang jadi.
4. Harga jual produk perusahaan pada berbagai tingkat penjualan tidak
mengalami perubahan. Ini berarti pasarnya demikian sempurna atau
bahwa share pasaran perusahaan sedemikian kecilnyasehingga tidak
akan mampu merubah harga pasar yang terjadi.
5. Efesiensi perusahaan pada berbagai tingkat kegiatan juga tidak
berubah, sehingga biaya variable setiap unit produk sama untuk
berbagai volume produksi.
6. Tidak terdapat perubahan pada berbagai kebijakan pimpinan yang
secara langsung berpengaruh terhadap beban tetap keseluruhan.
Dengan demikian biaya tetap keseluruhan juga tidak berubah.
7. Perusahaan dianggap seakan-akan hanya menjual satu macam
produk akhir. Bilamana dalam kenyataannya produk yang dibuat
lebih dari satu macam, maka sales mix dipertahankan tetap sama.
2.1.4 Manfaat dan Kegunaan Analisis BEP
Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada
pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya, dan
tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis
break even dapat membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenai
hal-hal sebagai berikut:
1. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan
tertentu.
3. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menderita rugi.
4. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
Analisis break even point selain digunakan untuk menganalisis pada unit
berapa atau pada omzet penjualan berapa perusahaan tidak menderita rugi dan
6
tidak menerima keuntungan, menurut Susan Irawati dalam bukunya
“Manajemen Keuangan” memaparkan kegunaan break even point adalah
sebagai berikut:
1. Untuk menunjukkan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai,
jika perusahaan ingin mendapatkan laba.
2. Untuk membantu menganalisis rencana untuk modernisasi atau
otomatisasi untuk mengganti biaya variabel menjadi biaya tetap.
3. Untuk membantu menganalisis pengaruh-pengaruh dari ekspansi
terhadap tingkat operasi atau kegiatan.
4. Untuk membantu dalam keputusan mengenai produk baru dalam hal
biaya dan hasil penjualan.
2.1.5 Keterbatasan Analisis Break Even Point
Analisis break even dapat dirasakan manfaatnya apabila titik break even
dapat dipertahankan selama periode tertentu. Keadaan ini dipertahankan
apabila biaya-biaya dan harga jual dalah konstan, karena naik turunnya harga
jual dan biaya akan mempengaruhi titik break even. Dalam kenyataan analisis
ini agak sukar untuk diterapkan. Oleh sebab itu, bagi analis perlu diketahui
bahwa analisis break even mempunyai limitasi-limitasi tertentu, yaitu:
1. Fixed cost haruslah konstan selama periode atau range of out put
tertentu.
2. Variabel cost dalam hubungannya dengan sales haruslah konstan
3. Sales price perunit tidak berubah dalam periode tertentu
4. Sales mix adalah konstan
Berdasarkan limitasi-limitasi tersebut, BREAK EVEN POINT (BEP)
akan bergeser atau berubah apabila:
1. Perubahan FC, terjadi sebagai akibat bertambahnya kapasitas
produksi, dimana perubahan ini di tandai dengan naik turunnya garis
FC dan TC-nya, meskipun perubahannya tidak mempengaruhi
kemiringan garis TC. Bila FC naik BEP akan bergeser keatas atau
sebaliknya.
7
2. Perubahan pada variabel cost ratio atau VC per unit, dimana
perubahan ini akan menentukan bagaimana miringnya garis total
cost. Naiknya biayaVC per unit akan menggeser BEP keatas atau
sebaliknya.
3. Perubahan dalam sales price per unit .Perubahan ini akan
mempengaruhi miringnya garis total revenue (TR). Naiknya harga
jual per unit pada level penjualan yang sama walaupun semua biaya
adalah tetap, akan menggeser kebawah atau sebaliknya.
4. Terjadinya perubahan dalam sales mix. Apabila suatu perusahaan
memproduksi lebih dari satu macam produk maka komposisi atau
perbandingan antara satu produk dengan produk lain (sales mix)
haruslah tetap. Apabila terjadi perubahan misalnya terjadi kenaikan
20% pada produk A sedangkan produk B tetap maka BEP pun akan
berubah.
Perhitungan BEP ini juga memiliki kelemahan seperti pada bagian
asumsi biaya dan yang lainnya, adapun kelemahan BEP yaitu:
1. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataan
harga ini kadang-kadang harus berubah sesuai dengan kekuatan
permintaan dan penawaran di pasar. Untuk menutuapi kelemahan
itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga jual yang
berbeda.
2. Asumsi terhadap cost, penggolongan biaya tetap dan biaya variabel
juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk
memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa tidak harus
berubah karena pembelian mesin-mesin atau peralatan lainnya.
Dengan demikian juga perhitungannya biaya variabel perunit juga
akan dapat dipengaruhi perubahan ini.
3. Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis.
4. Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.
5. Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan
volume.
8
2.2 Penentuan Nilai BEP
Setiap pengusaha atau pemilik modal sebelum menanamkan uang atau
modal pada sebuah usaha pasti akan menghitung untung rugi usaha yang akan
digeluti terlebih dahulu. Lebih jauh lagi, hitungan tentang berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk balik modal alias titik impas mutlak perlu dilakukan.
Secara sederhana salah satunya menggunakan perhitungan BEP.
2.2.1 Penentuan Tingkat BEP
1. Metode Matematik
Perhitungan BEP melalui rumus matematis digunakan untuk
satu produk dalam satuan unit dan rupiah, sebagaimana dirumuskan
sebagai berikut:
FC FC
BEP (unit) = atau BEP =
P – VC CM Per unit
Dalam rupiah dilakukan dengan cara mengalikan rumus BEP unit
dengan hargs jual, maka persamaan baru menjadi:
FC
XBE =
(P – VC) (P)
FC
P (XBE) =
(P – VC)
FC
=
(P – VC)∶𝑃
FC
= P , Jadi
(P – VC)
𝑃
FC
BEP (rupiah) = VC
1–
S
9
Keterangan:
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya Variabel/unit
CM = Contribution Margin
S = Jumlah penjualan
P = Harga Jual/unit
Q = Jumlah quantitas/unit produk yang dihasilkan
Contoh:
PT Sinar memiliki usaha dibidang alat perkakas gergaji
dengan kapasitas produksi 100.000 unit mesin gergaji, dengan
harga jual Rp 5.000/unit, total biaya tetap Rp 150.000.000 dan total
biaya variabel Rp 250.000.000, berapakah titik impas dalam unit
maupun rupiah yang harus dicapai oleh PT Sinar?.
• Total Penjualan = 100.000 x 5.000 = 500.000.000
𝑅𝑝 150.000.000
Biaya Tetap unit = = Rp 1.500/unit
100.000
𝑅𝑝 250.000.000
Biaya Variabel unit = = Rp 2500/unit
100.000
𝐹𝐶 𝑅𝑝 150.000.000
• BEP (unit) = 𝑃 – 𝑉𝐶 = = 60.000 unit
𝑅𝑝 5.000 – 𝑅𝑝 2.500
𝐹𝐶 𝑅𝑝 150.000.000
BEP (rupiah) = 𝑉𝐶 = 𝑅𝑝 250.000.000 = Rp 300.000.000
1– 1–
𝑆 𝑅𝑝 500.000.000
2. Metode Grafik
Dalam menentukan BEP dapat menggunakan grafik dengan
langkah-langkah berikut:
• Biaya tetap pada sumbu vertical untuk jumlah biaya tetap yang
terjadi selama periode yang dianalisis yang kemudian ditarik
secara horizontal, sebagai berikut:
10
• Total biaya dengan menambahkan biaya variabel pada biaya
tetap diatas, dilakukan dengan menarik dari ujung kiri sampai
sampai dengan biaya variabel total, sebagai berikut:
.
• Jumlah penjualan yang dimulai dari titik 0, yang merupakan
perpotongan sumbu vertikal dengan horizontal dimana titik
perpotongan antara total penjualan dengan total biaya
merupakan titik pulang pokok. Titik pokok dalam rupiah ada
disumbu vertikal sedangkan unit produk ada pada sumbu
horizontal, sebagai berikut:
11
Contoh:
Dari contoh soal PT sinar dapat digambar sebuah grafik
sebagai berikut:
Keterangan:
Sumbu X menggambarkan volume produksi/penjualan
Sumbu Y menggambarkan biaya/penghasilan penjualan
2.2.2 Margin of Safety (MoS)
Margin of safety merupakan hubungan atau selisih antara penjualan agar
tidak mengalami kerugian, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
1. Penjualan yang direncanakan
penjualan per bujet
MoS = (100%)
penjualan per titik impas
12
2. Penjualan MoS
penjualan per bujet−penjualan per titik impas
MoS = (%)
penjualan per bujet
Jadi, tingkat penjualan tidak boleh kurang dari 40% dan tingkat penjualan yang
direncanakan 67% dari tingkat penjualan titik impas yang ditetapkan. Jika MoS
ditentukan dari hasil penjualan, maka:
1. 67% x Rp 300.000.000 = Rp 201.000.000
2. 40% x Rp 500.000.000 = Rp 200.000.000
2.2.3 BEP dengan perubahan
Penurunan dan kenaikan BEP dapat dipengaruhi oleh beberapa aspek
perubahan yaitu:
1. Pengaruh perubahan Harga Jual per unit (P), jika harga jual naik
maka BEP mengalami penurunan, jika harga jual turun maka BEP
mengalami kenaikan.
Contoh:
Dari data PT Sinar, terjadi kenaikan harga jual dari Rp 5000/unit
menjadi Rp 6.000 (naik 20%) sehingga BEPnya berubah menjadi:
𝑅𝑝 150.000.000
• BEP (rupiah) = 𝑅𝑝 250.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000 (120%)
𝑅𝑝 150.000.000
= 𝑅𝑝 250.000.000 = Rp 257.142.857
1–
𝑅𝑝 600.000.000
𝐹𝐶 𝑅𝑝 150.000.000
• BEP (unit) = 𝑃 – 𝑉𝐶 = = 42.857 unit
𝑅𝑝 6.000 – 𝑅𝑝 2.500
atau
13
𝑅𝑝 257.142.857
BEP (unit) = = 42.857 unit
𝑅𝑝 6.000
𝑅𝑝 150.000.000
= 𝑅𝑝 250.000.000 = Rp 400.000.000
1–
𝑅𝑝 400.000.000
𝑅𝑝 400.000.000
• BEP (unit) = = 66.667 unit
𝑅𝑝 6.000
𝑅𝑝 180.000.000
= 𝑅𝑝 250.000.000 = Rp 360.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000
𝑅𝑝 360.000.000
• BEP (unit) = = 72.000 unit
𝑅𝑝 5.000
14
Dari BEP rupiah mengalami kenaikan, dimana BEP awal Rp
300.000.000 menjadi Rp 360.000.000 dan BEP unit juga
mengalami kenaikan dari 60.000 menjadi 72.000 unit.
Apabila terjadi penurunan biaya tetap sebesar 10% maka
perhitungan BEPnya menjadi:
𝑅𝑝 150.000.000 (90%)
• BEP (rupiah) = 𝑅𝑝 250.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000
𝑅𝑝 135.000.000
= 𝑅𝑝 250.000.000 = Rp 270.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000
𝑅𝑝 270.000.000
• BEP (unit) = = 54.000 unit
𝑅𝑝 5.000
𝑅𝑝 150.000.000
= 𝑅𝑝 300.000.000 = Rp 375.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000
𝑅𝑝 375.000.000
• BEP (unit) = = 75.000 unit
𝑅𝑝 5.000
15
𝑅𝑝 150.000.000
• BEP (rupiah) = 𝑅𝑝 250.000.000 (80%)
1–
𝑅𝑝 500.000.000
𝑅𝑝 150.000.000
= 𝑅𝑝 200.000.000 = Rp 250.000.000
1–
𝑅𝑝 500.000.000
𝑅𝑝 250.000.000
• BEP (unit) = = 50.000 unit
𝑅𝑝 5.000
28.275.000
= 59.000.000
1−
102.500.000
28.275.000
= = Rp. 66.625.000,-
0,4243902
16
5. Penentuan harga jual minimal
Besarnya keuntungan (profit margin), memerlukan penentuan
berapa besar penjualan minimal yang harus dicapai untuk
memungkinkan diperolehnya keuntungan, penentuan ini dapat
dihitung menggunakan rumus sebagi berikut:
FC + keuntungan
Penjualan minimal (rp) = VC
1−
S
FC + keuntungan
Penjualan minimal (unit) =
P –V
Contoh:
Kegiatan PT Sejahtera tahun 2007 mengalami BEP
penjualan sebesar Rp 300.000, dengan biaya tetap sebesar Rp
120.000. Diperkirakan penjualan harus ditetapkan untuk
memperoleh keuntungan pertahun. Pada tahun 2008 perusahaan
menetapkan keuntungan sebesar Rp 50.000. maka penjualan
minimal yang ditetapkan dapat dihitung sebagai berikut:
• VC = Sales – FC = 300.000 – 120.000 = 180.000
• Mencari RVC (Rasio Variabel Cost)
Rp 180.000
RVC = (100%) = 60%
Rp 300.000
• Sales Minimal
FC + keuntungan
Sales Minimal = VC
1−
S
120.000 + 50.000
= 180.000 = Rp 425.000
1−
300.000
120.000 + 0,2𝑥
=
0,4
17
0,4x – 0,2x = 120.000
0,2x = 120.000
X = 600.000
18
Keterangan Rp Persen (%)
Penjualan 100 unit @Rp 5 500 100
Biaya Variabel @Rp 3 (300) 60
Marjin Kontribusi 200 40
Biaya Tetap Tunai (80) 16
Laba Operasi Tunai 120 24
Penyusutan (20) 4
Laba Operasi 100 20
19
2. Margin kontribusi merupakan jumlah laba yntuk menutup biaya
tetap dan sebagai laba.
3. Informasi mengenai kemampuan berbagai produk untuk
menghasilkan laba, sehingga manajemen akan memilih produk yang
menghasilkan laba tertinggi.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Break Even Point (BEP) dapat di artikan sebagai suatu titik atau keadaan
dimana perusahaan di dalam operasinya tidak memperoleh keuntungan dan
tidak menderita kerugian. Kegunaan break even point adalah sebagai berikut:
1. Untuk menunjukkan berapa tingkat penjualan yang harus dicapai,
jika perusahaan ingin mendapatkan laba.
2. Untuk membantu menganalisis rencana untuk modernisasi atau
otomatisasi untuk mengganti biaya variabel menjadi biaya tetap.
3. Untuk membantu menganalisis pengaruh-pengaruh dari ekspansi
terhadap tingkat operasi atau kegiatan.
4. Untuk membantu dalam keputusan mengenai produk baru dalam hal
biaya dan hasil penjualan.
Adapun yang mempengaruhi besar kecilnya perubahan BEP adalah
sebagai berikut:
1. Pengaruh perubahan harga Jual per unit (P)
2. Pengaruh perubahan jumlah Biaya Tetap (FC)
3. Pengaruh perubahan jumlah Biaya Variabel (VC)
4. Pengaruh perubahan Penjualan campuran (sales mix)
5. Penentuan harga jual minimum
3.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah sekiranya pembaca
bersedia memberikan saran dan kritik terhadap kesalahan dalam penulisan atau
maksud dari makalah yang kurang jelas, sehingga kedepannya bisa lebih baik
lagi. Diharapkan pembaca memahami masalah BEP baik.
21
DAFTAR PUSTAKA
22