Anda di halaman 1dari 21

AKUNTASNI PERUAHAAN MANUFAKTUR

Dosen Pembimbing : Ivan Gumilar Sambas Putra, S.E., M.M.

Oleh :

Furqon Abdurrohman 0217103103


M. Shidiq Amiruddin 0217103096
Renanda Intan Narulita 0217103071
Rizal Permadhi Putra 0217103100
Suci Melawati 0217103090

FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN


JURUSAN MANAJEMEN
UNIVERSITAS WIDYATAMA
2019

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kekuatan dan kesehatan kepada penulis, sehingga dapat
menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Akuntansi Perusahaan
Manufaktur” tepat pada waktunya. Salah satu tujuan penulisan makalah ini yaitu
untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Biaya
Makalah ini berisi informasi mengenai bagaimana akuntansi berjalan
diperushaan manufaktur. Penjelasan mengenai biaya bahan baku, biaya produksi,
harga pokok produk, harga pokok penjualan serta masalah yang dihadapi
perusahaan manufaktur.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, salah penulisan kata maupun kalimat. Penulis mengharapkan adanya
kritik atau pun saran yang akan sangat membantu penulis sehingga dapat
menyusun makalah yang lebih baik lagi di lain waktu.
Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat menjadi sumber
ilmu bagi siapa saja yang membacanya.

Bandung, Maret 2019

Penulis

2
3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1


B. Rumusan Masalah.............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................2

A. Akuntansi Biaya Perusahaan Manufaktur.........................................................2


B. Akuntansi Biaya Bahan Baku...........................................................................2
C. Biaya Produksi..................................................................................................6
D. Harga Pokok Biaya Produksi........................................................................9
E. Harga Pokok Penjualan| (intan)......................................................................11
F. Permasalahan dalam perusahaan manufactur.................................................13

BAB IV KESIMPULAN...........................................................................................16

A. Kesimpulan.....................................................................................................16
B. Saran...............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pencatatan perhitungan kekayaan mulai dibutuhkan sejak manusia mengenali arti nilai
suatu barang dan alat tukar, semenjak mengenal nilai arti suatu barang, manusia melakukan
tukar-menukar barang dengan memperhatikan nilai barang dan memerlukan pencatatan
perhitungan harta kekayaan (Akuntansi), pencatatan terus berkembang dari waktu ke waktu
sampai dengan kemajuan peradaban manusia.

Pencatatan yang lebih lengkap sejalan dengan perkembangan dunia usaha muncul
dikota Venesia, Italia. Seorang biarawan pakar Matematika yang bernama Lucas Paciolo
pada tahun 1494. Sistem akuntansi yang dikemukakan Lucas Paciolo yang berkembang dan
mendasari sistem akuntansi yang dipakai dalam dunia usaha sekarang ini.

Akuntansi Biaya Adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian


biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu serta penafsiran
terhadapnya. Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu.Dalam arti sempit biaya merupakan bagian daripada harga pokok yang dikorbankan
di dalam usaha untuk memperoleh penghasilan.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang penulis ambil adalah :
1. Bagaimana Manajemen Akuntansi Biaya Pada Perusahaan Manufaktur ?
2. Bagaimana Akuntansi Biaya Bahan Baku ?
3. Apa Yang Dimaksud Biaya Produksi ?
4. Bagaimana Cara Mengetahui Harga Pokok Produksi ?
5. Bagaimana Cara Mengetahui Harga Pokok Penjualan
6. Masalah Apa Ayng Sering Dihadapi Perusahaan Manufaktur Dalam Bidang Kuntansi
Biaya ?

1.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Akuntansi Biaya Perusahaan Manufaktur


Perusahaan manufaktur (manufacturing firm) adalah perusahaan yang kegiatannya
mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang jadi tersebut. Kegiatan
khusus dalam perusahaan manufaktur adalah pengolahan bahan baku menjadi barang
jadi. Kegiatan ini sering disebut proses produksi. Bidang akuntansi yang menangani masalah
produksi disebut akuntansi biaya (cost accounting). Tujuannya, menetapkan beban
pokok produksi barang jadi. Titik berat pembahasan masih diletakkan pada pengenalan
terhadap proses akuntansi dan laporan khusus untuk perusahaan manufaktur.
Perbedaan yang terdapat dalam akuntasi untuk perusahaan manufaktur dengan
perusahaan dagang,disebabkan oleh adanya perbedaan dalam sifat operasinya.ciri pokok
operasi perusahaan dagang adalah menjual barang dagangan tanpa mengolah lebih dahulu
barang yang dibelinnya.dengan perkataan lain perusaahaan dagang tidak melakukan proses
produksi,sehingga barang yang dibeli langsung dijual.dengan demikian penentuan harga
pokok barang yang dibeli maupun dijual dalam perusahaan dagang relative mudah.operasi
perusahaan manufaktur tidak sesederhana perusahaan dagang,karena perusahaan manufaktur
membuat sendiri barang yang akan dijualnya.Dalam perusahaan manufaktur,penentuan
harga pokok barang yang diproduksi dan harga pokok penjualan harus melalui beberapa
tahapan yang lebih rumit.perusahaan manufaktur harus menggabungkan harga bahan yang
dipakai,dengan biaya tenaga kerja dan biaya produksi lain untuk dapat menentukan harga
pokok barang yang siap untuk dijual.

B. Akuntansi Biaya Bahan Baku


Pengertian Bahan baku menurut para ahli adalah  
Hanggana (2006 : 11)
Definisi bahan baku menurut Hanggana menyatakan bahwa bahan baku adalah sesuatu yang
digunakan untuk membuat barang jadi, bahan pasti menempel menjadi satu dengan barang
jadi.

Baroto (2002 : 52)


Definisi bahan baku menurut Baroto menyatakan bahwa bahan baku adalah barang-barang
yang terwujud seperti tembakau, kertas, plastik ataupun bahan-bahan lainya yang diperoleh
dari sumber-sumber alam atau dibeli dari pemasok, atau diolah sendiri oleh perusahaan
untuk digunakan perusahaan dalam proses produksinya sendiri.

2
Unsur Biaya Bahan Baku
Unsur-unsur yang melekat pada biaya bahan baku yaitu :

1. Permintaan Pembelian Bahan Baku


Jika persediaan bahan baku yang ada di gudang sudah mencapai tingkat miniminum
pemesanan kembali (reorder point), bagian gudang bagian gudang kemudian akan
membuat surat permintaan pembelian (purchase requisition) untuk di kirim ke bagian
pembelian.

2. Order Pembelian
Bagian pembelian melaksanakan pembelian atas dasar surat permintaan pembelian
daribagian gudang, untuk pemilihan pemasok, bagian pembelian mengirimkan surat
penawaran harga (purchase price quotation) kepada masing masing pemasok tersebut.
Dan bagian pembelian memilih pemasok dan membuat surat order pembelian.

3
3. Penerimaan Bahan Baku
Pemasok mengirimkan bahan baku kepada prusahaan sesuai dengan order. Bagian
peneriamaan akan mencocokan kualiatas, kuantitas, jenis serta spesifikasi bahanbaku
dengan tembusan surat order pembelian.

4. Pencatatan Perimaan Bahan Baku di Gudang


Bagian gudang akan menyimpan bahan baku dan mencatat bahan baku yang di terima
dalam kartu gudang (stock card). Kartu gudang digunakan oleh bagian gudang untuk

4
mencatat tiap tiap mutasi jenis barang gudang. Kartu gudang hanya berisi informasi
kuantitas barng yang di simpan di gudang tanpa informasi harganya.

5. Pencatatan Utang yang Timbul dari Pembelian Bahan Baku


Bgian pembelian menerima faktur atas atas pembelian dari pemasok. Beian pembelian
menandatangin faktur tersebut, sbagai tanda persetujuan bahwa akan di bayar apabila
pemasok sudah memenuhi syarat syarat pembelian yang di tentukan oleh prusahaan.

Metode Bengumpulan Biaya Bahan

1. Metode Perpetual (metode buku)


Stiap mutasi yang terjadi selalu di catat dalam kartu persediaan. Metode ini di gunakan
untuk bahan yang nilai satuan nya cukup besar dan jenisnya relatif sedikit. Metode ini
lebih baik dari metode lainnya.
2. Metode Fisik (periodik )
Mutasi persediaan baik saat terjadi pembelian atau pemakaiantidak di lakukan
pencatatan di kartu persediaan maupun akun persediaan. Metode ini diguakan untuk
bahan yang jenisnya relatif banyak dengan nilai satuan nya relatif kecil. Nilai Persedian
yang tercantum dalam neraca hanya berdasarkan keaadaan persedian yang ada.

5
Cara menghitung biaya bahan dalam metode Fisik
persediaan awal
(hasil inventerisasi pada perode sebelumnya) Rp 10.000,00
pembelian bahan Rp 250.000,00 (+)
bahan siap digunakan Rp 260.000,00
persediaan bahan akhir ( hasil inventarisasi Fisik) Rp 80.000,00 (-)
biaya bahan (bahan yang digunakan) Rp. 180.000,00

B. Biaya Produksi
Biaya dalam pengertian Produksi ialah semua “beban” yang harus ditanggung oleh
produsen untuk menghasilkan suatu produksi. Biaya produksi adalah semua pengeluaran
yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-
bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan
perusahaan tersebut.Untuk menghasilkan barang atau jasa diperlukan faktor-faktor
produksi seperti bahan baku, tenaga kerja, modal, dan keahlian pengusaha. Semua faktor-
faktor produksi yang dipakai adalah merupakan pengorbanan dari proses produksi dan juga
berfungsi sebagai ukuran untuk menentukan harga pokok barang. Input yang digunakan
untuk memproduksi output tersebut sering disebut biaya oportunis. Biaya oportunis sendiri
merupakan biaya suatu faktor produksi yang memiliki nilai maksimum yang menghasilkan
output dalam suatu penggunaan alternatif.
Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
1. Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi
2. Bahan-bahan pembantu atau penolong
3. Upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur.
4. Penyusutan peralatan produksi
5. Uang modal, sewa
6. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik,
biaya keamanan dan asuransi
7. Biaya pemasaran seperti biaya iklan
8. Pajak

Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:


1. Biaya Eksplisit

6
Biaya Eksplisit ialah biaya yang nyata-nyata dikeluarkan dalam memperoleh faktor
produksi (nilai dan semua input yang dibeli untuk produksi). Pembayarannya berupa
uang untuk mendapatkan faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan
perusahaan.
Contoh: biaya tenaga kerja, sewa gedung, dll.
2. Biaya Implisit
Biaya implisit disebut juga imputed cost (ongkos tersembunyi), ialah taksiran biaya atas
faktor produksi yang dimiliki sendiri oleh perusahaan dan ikut digunakan dalam proses
produksi yang dimiliki oleh perusahaan.
Contoh: Penggunaan gedung milik perusahaan sendiri.

Biaya Overhead Pabrik


Biaya overhead pabrik adalah biaya yang tidak termasuk ke dalam biaya tenaga
kerja langsung dan biaya bahan baku. Biaya Overhead dibedakan menjadi dua yaitu
biaya overhead variable dan tetap.

 Biaya Overhead Pabrik Variabel


Yang termasuk biaya overhead pabrik variable adalah :
 Supplies (Perlengakapan)
 Bahan Bakar
 Biaya Penerimaan Barang
 Royalty
 Biaya Lembur
 Biaya Telepon

 Biaya Overhead Pabrik Tetap


Yang termasuk biaya overhead pabrik tetap yaitu :
 Gaji Manager Produksi
 Penyusutan Aktiva tetap
 Pajak Bumi dan Bangunan
 Asuransi Pabrik
 Gaji Mandor dan Administrasi Pabrik
 Sewa
7
 Pemeliharaan dan Perbaikan Gedung

Sistem Biaya
Sistem Biaya yang dimaksud disini adalah serangkaian kegiatan dalam rangka
menentukan biaya produksi dan harga pokok produk dalam suatu proses produksi. Sistem
biaya dikenal ada dua macam yaitu sistem biaya sesungguhnya (Actual Costing) dan sistem
biaya standar (Standard Costing).
Dalam sistem biaya sesungguhnya disebut sistem historis, dimana biaya dikumpulkan
dan diperhitungkan terhadap harga pokok produk berdasarkan biaya yang telah terjadi atau
biaya yang telah dikeluarkan dalam suatu proses produksi. Sedangkan dalam sistem standar,
harga produk dan operasi produk dihitung berdasarkan biaya yang telah ditentukan diawal
baik dari segi kualitas maupun dalam jumlah uangnya.
Dalam situasi tertentu harga pokok diperhitungkan dengan biaya sesungguhnya untuk
biaya utama dan dengan biaya yang telah ditentukan dimuka untuk biaya overhead pabrik.
Hal ini dapat dikatakan bahwa sistem yang dianut adalah sistem hybrid/normal cost sistem.
Berikut perbedaan dari ketiga sistem diatas

Jenis Biaya Actual Costing Standard Costing Normal Costing


Biaya Bahan Aktual Standar Aktual
Biaya Tenaga Kerja
Aktual Standar Aktual
Langsung
Tarif standar x
Biaya Overhead Aktual Standar
kapasitas aktual

Contoh Soal
PT. Anggaraksa Jaya dalam membuat 1 unit produksi menetapkan biaya sebagai berikut :
a. Bahan baku 2 kilo gram Rp. 1000 = Rp. 2000
b. Tenaga Kerja ½ jam Rp. 3000 = Rp. 1500
c. Biaya Overhead pabrik 50% dari biaya bahan baku = Rp. 1000
Total Biaya per unit (standar) = Rp. 4500

Produk yang dihasilkan 100 unit, dengan rincian sebagai berikut :


a. Bahan Baku 205 Rp. 1100 = Rp. 225.500
b. Tenaga Kerja 45 jam Rp. 3200 = Rp. 144.000
c. Biaya overhead pabrik sesungguhnya = Rp. 140.000
Total biaya = Rp. 509.500
8
Perhitungan biaya sebagai berikut :

Jenis Biaya Actual Costing Standard Costing Normal Costing


Biaya Bahan 225.500 200.000 1) 225.500
Biaya Tenaga Kerja
144.000 150.000 2) 144.000
Langsung
Biaya Overhead 140.000 100.000 3) 112.750 4)
Total Biaya Produksi 509.500 450.000 482.250
1
) 100 unit x 2 Kg x Rp. 1000
2
) 100 unit x ½ x Rp. 3000
3
) 50% x Rp. 200000
4
) 50% x Rp. 225.500

D. Harga Pokok Biaya Produksi


Penentuan harga pokok adalah pembebanan unsur biaya produksi terhadap produk yang
dihasilkan dari suatu proses produksi, artinya penentuan biaya yang melekat pada produk
jadi dan persediaan barang dalam proses. Cara penentuan harga pokok produksi sendiri ada
dua yaitu full costing dan variable costing.

 Full Costing
Full costing atau absorption costing adalah penentuan harga pokok produk yang
memperhitungkan semua unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku,
bgiaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang bersifat variabel ataupun
tetap.
Dengan kata lain biaya yang melekat pada full costing yaitu :
 Biaya bahan baku langsung
 Biaya tenaga kerja langsung
 Biaya overhead pabrik tetap
 Biaya overhead pabrik variable

 Variable Costing
Variable costing adalah penentuan harga pokok produk yang hanya memasukanunsur-
unsur biaya produksi bersifat variable, yaitu :
 Biaya bahan baku langsung
 Biaya tenaga kerja langsung
 Biaya overhead pabrik variable

9
Biaya produksi yang bersifat tetap pada variable costing diperlakukan sebagai biaya
periodic, artinya dibebankan sepenuhnya sebagai biaya periode akuntansi dimana
biaya tersebut terjadi.

Penggunaan Metode Harga Pokok Produksi


Penentuan harga pokok menggunakan full costing biasanya dipakai oleh pihak
manajemen daalam menyusun laporan keuangan untuk pihak eksternal. Sedangkan metode
variable costing dipakai oleh pihak manajemen dalam rangka pengambilan kebijakan
harga. Kedua motede ini akan menghasilkan informasi umum yang sama apabila semua
produk laku terjual pada satu periode akuntansi. Perbedaan akan terjadi apabila masih ada
persediaan produk pada awal dan akhir periode akuntansi.
Ketika menggunakan metode variable costing untuk menentukan HPP, maka total tadi
akan ditambahkan dengan barang dalam proses awal dan dikurangi barang dalam proses
akhir.

Perhitungan Harga Pokok Produksi


Untuk lebih memperjelas perhitungan full costing dan variable costing, perhatikan table
dibawah ini.

Metode Penentuan Harga Pokok


Produksi
Jenis Biaya
Variabble
Full Costing
Costing
Bahan Baku Rp 400.000 Rp. 400.000 Rp. 400.000
Tenaga Kerja Langsung Rp 650.000 Rp. 650.000 Rp. 650.000
Biaya Overhead Pabrik :
- Variabel Rp. 250.000 Rp. 250.000 Rp. 250.000
- Tetap Rp. 300.000 Rp. 300.000
Total Harga Pokok Produk Rp. 1.600.000 Rp. 1.300.000

E. Harga Pokok Penjualan| (intan)


Harga Pokok Penjualan (HPP) atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Cost of Goods
Sold (COGS) adalah perhitungan manajerial yang mengukur biaya langsung yang

10
dikeluarkan dalam meproduksi produk yang dijual selama suatu periode. Dengan kata lain,
Harga Pokok Penjualan atau HPP adalah jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan
untuk tenaga kerja, bahan dan overhead dalam proses pembuatan produk atau jasa yang
dijual ke pelanggan sepanjang suatu periode.
Perlu ditekankan bahwa biaya yang dimasukan ke dalam Harga Pokok Penjualan (HPP)
adalah biaya yang berkaitan langsung dengan produk yang dijual. Sedangkan biaya-biaya
tidak langsung tidak dapat dimasukan ke dalam perhitungan HPP ini. Tujuan perhitungan
HPP ini adalah untuk mengukur biaya sebenarnya dalam meproduksi barang dagangan yang
dibeli pelanggan untuk periode tertentu.
Perhitungan Harga Pokok Penjualan atau HPP sangat penting bagi manajemen karena
dapat membantu manajemen menganalisa seberapa baik mereka mengendalikan biaya
pembelian dan biaya tenaga kerja (upah/gaji). Para Kreditor atau Investor juga dapat
menggunakan Harga Pokok Penjualan (HPP) untuk menghitung margin kotor bisnis (gross
margin) dan menganalisis berapa persentase pendapatan yang masih tersedia untuk
menutupi biaya operasionalnya. Produsen maupun retailer (pengecer) pasti akan mencatat
Harga Pokok Penjualan ke dalam Laporan Laba Rugi mereka sebagai beban langsung
setelah pendapatan pada periode tertentu. Harga Pokok Penjualan atau HPP kemudian
dikurangi dari Total Pendapatan untuk mengetahui Margin Kotornya.

Perhitungan HPP (Harga Pokok Penjualan)


Sedikit berbeda dengan Harga Pokok Penjualan perusahaan dagang, Harga Pokok
Perusahaan Manufaktur memerlukan perhitungan yang lebih rumit dengan beberapa tahapan
agar hasil perhitungannya lebih akurat dan tepat. Berikut ini adalah beberapa tahapan yang
diperlukan untuk menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) perusahaan manufaktur.

1. Menghitung Bahan Baku yang Digunakan 


Bahan Baku yang Digunakan = Saldo Awal Bahan Baku + Pembelian Bahan Baku –
Saldo Akhir Bahan Baku 
2. Menghitung Biaya Produksi
Total biaya produksi = Bahan baku yang digunakan + biaya tenaga kerja langsung +
biaya overhead produksi 

3. Menghitung Harga Pokok Produksi 

Harga Pokok Produksi = Total biaya produksi + saldo awal persediaan barang dalam
proses produksi – saldo akhir persediaan barang dalam proses produksi
11
4. Menghitung Harga Pokok Penjualan
HPP = Harga pokok produksi + Persediaan barang awal – persediaan barang akhir

Contoh Soal
PT Bumi Raya Autoparts merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur
pembuatan suku cadang motor. Di awal bulan Juli, diketahui: 

Persediaan bahan baku mentah : Rp 50.000.000 


Bahan setengah jadi : Rp 100.000.000 
Persediaan spare part : Rp 150.000.000 
Untuk proses produksi bulan Juli, PT Bumi Raya Autoparts membeli bahan baku Rp
750.000.000 plus biaya pengiriman Rp 20.000.000. Sedangkan selama proses produksi
timbul biaya pemeliharaan biaya mesin sebesar Rp 10.000.000. 
Di akhir bulan Juli diketahui : 
Sisa penggunaan bahan baku mentah : Rp 80.000.000 
Sisa bahan setengah jadi : Rp 10.000.000 
Sisa sparepart siap jual : Rp 25.000.000 
Berapa Harga Pokok Penjualan (HPP) PT Bumi Raya Autoparts? 

1. Menghitung Bahan Baku yang Digunakan 


Bahan Baku yang Digunakan = 50.000.000 + (750.000.000 + 20.000.000) – 80.000.000 =
Rp 740.000.000 
2. Menghitung Biaya Produksi
Total Biaya Produksi = 740.000.000 + 10.000.000 = Rp 750.000.000 
3. Menghitung Harga Pokok Produksi 
Harga Pokok Produksi = 750.000.000 + 100.000.000 – 10.000.000 = Rp 840.000.000 
4. Menghitung Harga Pokok Penjualan
HPP = 840.000.000 + 150.000.000 – 25.000.000 = Rp 965.000.000 

Maka Harga Pokok Produksi PT Bumi Raya Autoparts pada bulan Juli adalah Rp


965.000.000. 

12
C. Permasalahan dalam perusahaan manufactur
Bagi perusahaan manufaktur yang besar, proses produksi yang mereka miliki bisa jauh
lebih kompleks atau lebih rumit. Hal ini menyebabkan setiap perusahaan manufaktur
membutuhkan sebuah sistem yang dapat membantu mereka mengorganisir serta
memudahkan proses bisnis dan juga proses produksi mereka sehingga dapat
mengembangkan potensi atau peluang yang mereka miliki.

Masalah Yang Sering Dihadapi Oleh Perusahaan Manufaktur


Dengan banyaknya proses bisnis serta proses produksi yang dimiliki oleh tiap
perusahaan manufaktur pastinya akan memberikan berbagai macam masalah yang mau
tidak mau harus dihadapi seperti

1. Kesulitan dalam memperkirakan ketersediaan barang dagangan sesuai dengan permintaan


customer
2. Kesulitan untuk memastikan ketersediaan material untuk melakukan produksi
3. Kesulitan untuk menentukan jadwal produksi yang sangat padat
4. Kesulitan untuk memaintain atau mengelola kapasitas produksi
5. Kesulitan untuk mendapatkan informasi mengenai biaya dan waktu untuk proses
produksi yang lebih real time
6. Kesulitan untuk melakukan audit secara cepat atas inventory berdasarkan batch / serial
number\

Contoh Masalah yang Menimpah Perusahaan Manufaktur


PD Taru Martani merupakan perusahaan yang bergerak dalam pembuatan cerutu dan shag
dengan bahan baku utama tembakau, PD. Taru Martani merupakan perusahaan daerah yang
berada di wilayah Yogyakarta.
PD. Taru Martani merupakan perusahaan yang bersifat padat karya, yaitu lebih banyak
menggunakan tenaga kerja manusia daripada tenaga mesin. Tenaga kerja mempunyai peran
penting dalam melakukan kegiatan utama produksi cerutu, yaitu berperan dalam melakukan
peracikan tembakau, pelintingan cerutu yang terdiri dari pembungkus luar (deckblad), untuk
pembungkus dalam (omblad) dan untuk pengisi cerutu (filler), serta pengemasan cerutu.
Persediaan bahan baku merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam perusahaan,
persediaan bahan baku (tembakau) harus tersedia dalam jumlah tertentu dan selama periode
tertentu sesuai dengan standar yang telah ditetapkan perusahaan. Menurut Bhayangkara
(2008 : 184) secara umum persediaan pada industri manufaktur terdiri atas persediaan bahan
baku, barang dalam proses, dan persediaan perlengkapan. Ketersediaan atau kuantitas bahan
13
baku sangat berpengaruh selama proses produksi berlangsung, harga biaya bahan baku juga
dapat mempengaruhi proses produksi. Oleh sebab itu harga yang sesuai serta kuantitas
bahan baku yang memadai harus dapat terpenuhi, akan tetapi persediaan bahan baku baik
dari kualitas maupun kuantitas pada musim hujan kurang terpenuhi, hal ini dikarenakan
kualitas dan kuantitas bahan baku dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Selain itu fluktuasi harga
pasar tembakau juga mempengaruhi harga bahan baku (tembakau) sehingga terjadi kenaikan
maupun penurunan harga bahan baku yang mengakibatkan harga menjadi tidak stabil.
Perbedaaan harga dan kuantitas bahan baku pada kapasitas standar dengan harga dan
kuantitas bahan baku pada kapasitas sesungguhnya mengakibatkan terjadinya selisih
(penyimpangan) biaya bahan baku. Ketersediaan tenaga kerja dalam suatu perusahaan
manufaktur, merupakan faktor utama dalam menjalankan kegiatan produksi.
Tenaga kerjadalam perusahaan sangat berpengaruh terhadap proses produksi, karena tenaga
kerja merupakan pelaku utama dalam proses produksi. Tenaga kerja memiliki peran penting
dalam menjalankan kegiatan produksi, tenaga kerja juga harus memiliki keterampilan dan
kemampuan dibidangnya, oleh karena itu perusahaan perlu melakukan pelatihan terhadap
karyawannya agar dapat bekerja secara maksimal. Menurut Bhayangkara (2008 : 83)
pelatihan dan pengembangan karyawan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Namun dalam kegiatan produksi
PD. Taru Martani masih terdapat beberapa penyimpangan biaya tenaga kerja akibat
kesalahan (human error) sehingga terjadi selisih pada anggaran biaya standar tenaga kerja
dengan biaya sesungguhnya. Berbagai kesalahan yang sering terjadi dapat menyebabkan
terjadinya penyimpangan biaya tenaga kerja langsung sehingga dapat menjadi selisih yang
tidak menguntungkan bagi perusahaan.
Biaya-biaya lain selain biaya bahan baku dan tenaga kerja adalah biaya overhead pabrik.
Menurut Abdul Halim (2010 : 276 ) biaya overhead meliputi biaya pembantu, tenaga kerja
tidak langsung, penyusutan dan lainlain. Masing-masing jenis biaya overhead pabrik
tersebut berbeda-beda pengaruhnya jika dihubungkan dengan naik turunnya biaya produksi.
Dalam suatu perusahaan manufaktur kemungkinan terjadinya biaya overhead pabrik (BOP)
cukup tinggi. Kebutuhan untuk biaya perawatan, perbaikan alat, biaya bahan penolong,
biaya bahan bakar dan biaya lain-lain dalam BOP sangat mudah berubah. Penetapan biaya
overhead pabrik pada kapasitas normal yang terlalu tinggi juga dapat menimbulkan
penyimpangan biaya overhead pabrik sehingga menimbulkan selisih antara biaya overhead
pabrik standar dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya. Faktor lain yang memerlukan
biaya cukup besar yaitu biaya pemasaran, karena pangsa pasar perusahaan sudah

14
mencapai luar negri. Dalam memaksimalkan laba perusahaan perlu dilakukan efisiensi
terhadap berbagai biaya produksi. Dalam penentuan biaya produksi sangat
diperlukan adanya estimasi-estimasi yang baik dengan memperhatikan factor-faktor yang
mempengaruhi, yaitu kenaikan harga bahan baku, kenaikan tarif upah dan biaya-biaya
dimasa yang akan datang. Berbagai macam penyimpangan dalam biaya produksi dapat
menimbulkan selisih biaya, maka pihak manajemen perlu melakukan analisis terhadap
selisih biaya yang terjadi untuk mengetahui apakah selisih tersebut menguntungkan atau
tidak menguntungkan dan perlu diketahui apa yang menyebabkannya. Berdasarkan analisis
tersebut maka diketahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya selisih tersebut.

15
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi,
yang dinyatakan dengan satuan uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah
terjadi maupun yang akan terjadi.
Biaya bahan baku merupakan komponen biaya yang terbesar dalam pembuatan produk
jadi. Dalam perusahaan manufaktur, bahan baku diolah menjadi produk jadi dengan
mengeluarkan biaya konversi.
Berdasarkan pengamatan kita selama menyusun dan mencari sumber referensi makalah
ini bahwa:

1. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang memproduksi barang dari bahan baku,
bahan setengah jadi ssampai dengan barang jadi yang siap untuk di jual.
2. Setiap perusahaan manufaktur harus menghitung biaya produksi, harga pokok produksi
untuk bias menghitung biaya HPP (Harga Pokok Penjualan)
3. Setiap data laporan keungan perusahaan manufaktur harus valid, akurat, dapat dipercaya
dan ada buktinya.

A. Saran

Dalam perusahaan manufaktur, penentuan harga pokok barang yang diproduksi dan


harga pokok penjualan harus melalui beberapa tahapan yang lebih rumit. perusahaan
manufaktur harus menggabungkan harga bahan yang dipakai,dengan biaya tenaga kerja dan
biaya produksi lain untuk dapat menentukan harga pokok barang yang siap untuk dijual.

16
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Mursyidi, SE., M.Si.2008. Akuntansi Biaya – Conventional Costing, Just In Time and
Activity-Based Costing. Penerbit PT. Refika Aditama. Bandung
H.M Alan Jayaatmaja, S.E.,M.M.Ak, 2013. Akutansi Biaya
Drs. Mulyadi. M.Sc. 2015. Akuntansi Biaya. Penerbit Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah
Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

Baroto, Teguh. 2002. Perencanaan dan pengendalian produksi. Ghalia Indonesia. Jakarta.


Hanggana, Sri. 2006. Prinsip Dasar Akuntansi Biaya. Mediatama. Surakarta.

Analisis Selisih Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, Dan Biaya Overhead
Pabrik Sebagai Alat Pengendalian Biaya Produksi Pada Pd. Taru Martani Yogyakarta. Oleh
Universitas Negri Yogyakarta

https://www.jurnal.id/id/blog/2018-4-langkah-menghitung-harga-pokok-penjualan-hpp-
perusahaan-manufaktur/

17

Anda mungkin juga menyukai