Anda di halaman 1dari 24

HUBUNGAN VOLUME BIAYA DAN LABA

AKUNTANSI MANAJEMEN

Nugi Mohammad Nugraha, H., S. T., S. E., M. M.

Disusun Oleh :

Widya Rahmawati (0217101258)

Alviandri Indra D (0217101262)

Grace Angel S N (0217101267)

M Marcel Aulia Fikar (0217101276)

Sintia Meilinda (0217101281)

Aprilia Dwui A (0217101287)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS BISNIS DAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS WIDYATAMA

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis bisa selesaikan makalah yang
berjudul “Hubungan Volume Biaya dan Laba” ini.

Makalah ini sudah selesai Penulis susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu Penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut
berkontribusi didalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, Penulis
terbuka untuk menerima segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari Pembaca
sehingga Penulis bisa melakukan perbaikan makalah sehingga menjadi makalah yang baik
dan benar.

Besar harapan Penulis makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat dalam
memahami perihal ketenagakerjaan dan kemiskinan di Indonesia saat ini.

Demikian yang bisa Penulis sampaikan, semoga Pembaca dapat mengambil manfaat
dari makalah ini.

Bandung, Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI....................................................................................................3

2.1 Pengertian Break Even Point.......................................................................................3

2.2 Asumsi Break Even Point............................................................................................3

2.3 Pendekatan Break Even Point.....................................................................................3

a. Pendekatan Persamaan................................................................................................3

b. Pendekatan Margin Kontribusi....................................................................................4

2.4 Laba yang dikenakan pajak penghasilan.....................................................................7

2.5 Margin of safety..........................................................................................................9

2.6 Operating Leverage...................................................................................................10

2.7 Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point)...............................................................11

2.8 Perubahan Dalam Variable-variabel CVP.................................................................12

2.9 Analisis BEP Multi Produk.......................................................................................14

2.10 Hubungan Komposisi Produk dengan Contribution Margin Ratio...........................16

BAB III PENUTUP..................................................................................................................19

3.1 Kesimpulan................................................................................................................19

3.2 Saran..........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dengan perkembangan dunia usaha dewasa ini, sejalan dengan kebijakan Pemerintah
untuk mendorong pertumbuhan sektor riil, maka persaingan antar perusahaan khususnya
yang sejenis saat ini semakin meningkat. Untuk menjaga kesinambungan hidup perusahaan
dalam menghadapi persaingan yang ketat saat ini diperlukan penanganan dan pengelolaan
yang baik. Penanganan dan pengelolaan yang baik hanya dapat dilakukan oleh manajemen
yang baik pula. Manajemen selain dituntut untuk dapat mengkoordinasikan seluruh sumber
daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien, juga dituntut untuk menghasilkan
keputusan-keputusan yang menunjang terhadap pencapaian tujuan perusahaan dan
mempercepat perkembangan perusahaan. Manajemen hendaknya dapat berfikir kritis dalam
mengambil setiap keputusan, agar setiap keputusan yang diambil tersebut membawa dampak
yang baik bagi perkembangan perusahaan ke depannya.

Manajer memerlukan suatu pedoman berupa perencanaan yang memuat langkah-


langkah yang harus ditempuh divisinya dalam mencapai tujuanya. Perencanaan dapat pula
berupa alat ukur dan evaluasi atas hasil sesungguhnya yang telah dilaksanakan sebagai
bentuk realisasi dari sebuah perencanaan yang telah ditetapkan. Apabila hasil sesungguhnya
tidak sesuai dengan apa yang direncanakan, maka manajer harus mengevaluasi
ketidaksesuaian tersebut dan mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
mengatasinya. Dengan demikian, perencanaan memegang peranan sangat penting dalam
menunjang kegiatan-kegiatan satuan unit bisnis dalam perusahaan.

Salah satu tujuan dari perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang optimal
sehingga salah satu perencanaan yang dibuat oleh manajemer adalah perencanaan laba.
Perencanaan laba tersebut memuat langkah-langkah yang harus ditempuh perusahaan untuk
mencapai besarnya target laba yang diinginkan. Karena laba merupakan selisih antara
pendapatan yang diterima (hasil penjualan) dengan biaya yang dikeluarkan. Dengan demikian
perencanaan laba dipengaruhi oleh perencanaan penjualan (estimasi penjual) dan

1
perencanaan biaya (estimasi biaya). Untuk membuat perencanaan laba yang baik, maka
diperlukan alat bantu berupa analisis biaya, volume, dan laba (cost-volume-profit/CVP).

Analisis volume, biaya, dan laba merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan. Karena analisis volume, biaya, dan laba (CVP)
menekankan keterkaitan antara biaya, kuantitas yang terjual, dan harga, semua informasi
keuangan perusahaan terkandung di dalamnya. Analisis hubungan volume, baiaya, dan laba
tidak hanya bermanfaat untuk organisasi yang berorientasi pada laba, tetapi juga dapat
digunakan untuk organisasi yang tidak berorientasi pada laba. Organisasi tersebut perlu
memahami bagaimana biaya dapat dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan untuk
membantu organisasi dalam mengendalikan biaya.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan volume, biaya, dan laba
2. Untuk megetahui bagaimana perhitungan hubungan volume, biaya, dan laba
3.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Break Even Point

Break Even Point adalah suatu keadaan dalam kondisi yang tidak mendapatkan laba
atau menderita rugi. Kondisi ini dapat dinyatakan sebagai:

 Total penjualan perusahaan sama besar dengan total biaya atas penjualan tersebut
 Laba atau profit perusahaan sama dengan nol.

2.2 Asumsi Break Even Point

Analisis Break Even Point dapat digunakan dengan asumsi-asumsi yang membatasi,
diantaranya adalah :

a. Dapat dipisahkannya biaya tetap dan biaya variable


b. Biaya tetap konstan untuk suatu produksi
c. Biaya variable perunit dan harga jual per unit tidak berubah
d. Persediaan awal & persediaan akhir diabaikan

2.3 Pendekatan Break Even Point

Break Even Point dapat dihitung dengan menggunakan berbagai pendekatan yaitu:

 Pendekatan persamaan
 Pendekatan margin kontribusi
 Pendekatan table
 Pendekatan grafik

a. Pendekatan Persamaan

Atas dasar pengertian titik impas tersebut dapat disusun ruus perhitungan sebagai
berikut:

3
penjualan=total biaya

Dalam persamaan ini, total biaya adalah penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variable
dengan demikian persamaan yang lengkap adalah sebagai berikut:

penjualan=baya tetap+ biayavariab el

Bila diuraikan lagi menjadi:

- Unit yang dijual = x


- Harga jual per unit = p
- Biaya tetap = a
- Biaya variable per unit = b jadi rumus impas= px=a+ bx

Penjualan impas dalam unit =

Biaya Tetap
Harga jual per unit −Biaya variabel per unit

Penjuala impas dalam rupiah =

Biaya Tetap
Biaya variabel per unit
1−
Harga jual per unit

b. Pendekatan Margin Kontribusi

Margin kontribusi adalah jumlah yang tersisa untuk menutup biaya tetap dan
mencetak laba.

Contribution margin = Penjualan – Biaya variablel

Bila Contribution Margin > Fix Cost berarti (perusahaan laba)

Bila Contribution Margin < Fix Cost berarti (perusahaan rugi)

Bila Contribution Margin = Fix Cost berarti (perusahaan impas)

4
Contribution margin ratio dapat digunakan untuk mengitung BEP lebih praktis dan
bermanfaat untuk melihat hubungan penjualan terhadap perubahan laba

Penjualan impas dalam unit =

Biaya Teta p
Cobtribution Margin

Penjualan impas dalam rupiah =

Biaya Tetap
Contibution Margin Ratio

Kenaikan laba = kenaikan penjualan x CMR

Contoh 1 :

Data soal 1 ini digunakan untuk kasus –kasus selanjutnya

Diketahui :

Harga jual per unit Rp 100

Biaya Variabel per unit Rp 60

Biaya tetap total Rp 6.000.000

1. Tingkat penjualan impas dalam unit

6.000.000
Pendekatan persamaan = =150.000unit
100−60

6.000.000
Pendekatan margin kontribusi = =150.000unit
40

2. Tingkat penjualan impas dalam rupiah

6.000.000
Pendekatan persamaan = 60 = Rp15.000.000
1−
100

6.000.000
Pendekatan margin kontribusi = =Rp 15.000 .000
40 %

5
3. Contribution margin per unit = Rp 100 – Rp 60 = Rp 40
100−60
4. Contribution margin ratio = x 100 %=40 %
100

CMR = 40% bila terjadi kenaikan penjualan dari 200.000 unit menjadi 250.000
unit maka laba akan naik sebesar 40% x (250.000 – 200.000) x 100 = 2.000.000

5. Contribution margin bila dijual 200.000 unit

Sales = 200.000 x Rp100 = Rp 20.000.000

Variabel cost = 200.000 x Rp60 = Rp 12.000.000

Contribution margin = Rp 8.000.000

Atau 200.000 unit x Rp 40 = Rp 8.000.000

Laba yang diinginkan perusahaan

Ada beberapa manfaat penentuan titik impas, diantaranya perusahaan dapat


memperkitakan penjualan yang dilakukan agar memperolehh sejumlah laba
sebelum pajak.Dengan pendekatan persamaan maupun pendekatan margin
kontribusi, jumlah penjualan untuk mendapat laba yang diinginkan dapat dicari
dengan menambahkan laba sebelum pajak pada unsur biaya tetap.Sehingga
rumusnya akan menjadi sbb :

Biaya tetap+ Laba sebelum pajak


X = Harga jual per unit −biaya variabel per unit
¿

Berdasarkan data soal contoh 1

6. Laba atau rugi bila dijual 80.000 unit

Contribution margin = 80.000 x Rp40 = Rp 3.200.000

Fixed cost = Rp 6.000.000

Rugi = Rp 2.800.000

7. Unit yang harus dijual bila ingin laba Rp 500.000

6
Tingkat penjualan dalam unit pada laba Rp 500.000

6.000.000+ 500.000
Pendekatan persamaan = −162.500unit
100−60

8. Unit yang harus dijual bila ingin laba 30%

Tingkat penjualan dalam unit pada laba 30%

Umpama unit penjualan = x sehingga penjualan = 100x

6.000.000+ 30 X
= =x
40

40x = 6.000.000 + 30x

10x = 6.000.000

X = 600.000

Jadi unit penjualan sebanyak = 600.000 unit

Bukti :

CM = 600.000 x 40 = 24.000.000
FC = 6.000.000
Profit = 18.000.000
Sales = 600.000 x Rp100 = Rp 60.000.000
% laba = 18.000.000/60.000.000 x 100% = 30%

2.4 Laba yang dikenakan pajak penghasilan

Rumus perencanaan laba yang telah dibahas adalah rumus yang belum
memperhitungkan pajak penghasilan atas laba suatu perusahaan.

Laba sebelum pajak = iBT

Pajak %T = (% t) x iBT

Laba sesudah pajak = iAT

7
Bila dalam soal diketahui laba sesudah pajak, maka untuk menghitung penjualan yang
diinginkan harus pada tingkat laba sebelum pajak. Untuk menghitung laba sebelum pajak
sebagai berikut:

IAT
iBT =
(1−%T )

Bersadarkan data contoh 1:

9. Unit yang harus dijual bila ingin laba Rp.800.000 setelah pajak 20%

Laba sebelum pajak = 800.000 : (1-20%) = Rp.1.000.000

6.000.000 + 1.000.000

Unit Penjualan = ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ = 175.000

40

10. Nilai Penjualan bila ingin laba Rp.800.000 setelah pajak 20%

6.000.000 + 1.000.000

penjualan = ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ ⋯ = 17.500.000

40%

11. Unit yang harus dijual bila ingin laba 12,5 % setelah pajak 37,5%

Laba sebelum pajak = 12,5% : (1-37,5%) = 20%

Umpama unit penjualan = x sehingga penjualan = 100x

6.000.000+ 20 x
= =x
40

40x = 6.000.000+20x

20x = 6.000.000

x = 300.000

Bukti :

8
CM = 300.000 × 40 = 12.000.000

FC = 6.000.000

Profit = 6.000.000

Sales = 300.000 ×Rp 100 = Rp.30.000.000

% laba = 6.000.000/30.000.000 ×100% = 20%

2.5 Margin of safety

Margin of safety adalah selisih antara jumlah penjualan budget atau yang
sesungguhnya dengan jumlah penjualan pada keadaan impas. Angka Margin of Safety dapat
digunakan sebagai alat untuk mengukur risiko yaitu memberi petunjuk tentang sampai
seberapa banyak penjualan boleh turun sebelum perusahaan mengalami kerugian,

Rumus :
M/S = Sales Budget/actual – Sales

M/S Ratio =
M /S
× 100 %
Sales Budget /actual
Berdasarkan data contoh 1

12. Margin of Safety dan margin of safety ratio bila penjualan Rp.20.000.000

Margin of safety = Rp.20.000.000 – Rp.15.000.000 = Rp.5.000.000

Margin of safety ratio = (5.000.000/20.000.000) × 100% = 25%

13. Penjualan bila MSR 20%

0,20 sales = sales – 15.000.000

0.80 sales = 15.000.000

Sales = 15.000.000/0,80

Jadi penjualan = Rp 18.750.000

9
14. Penjualan bila MS Rp.3.750.000

= Rp.15.000.000 + Rp.3.750.000 = Rp.18.750.000

2.6 Operating Leverage

Operating Leverage adalah bauran relative biaya tetap dan biaya variable yang ada
dalam sebuah organisasi.Bauran yaitu apakah perusahaan dominan di biaya tetap atau dibiaya
variable.

Semakin besar derajat operating leverage semakin besar pengaruh perubahan tingkat
penjualan terhadapa laba,artinya bila operating leverage besar maka setiap kenaikan
penjualan akan meningkatkan laba yang besar tapi sebaliknya bila penjualan turun laba akan
cepat turun.Derajat operating leverage dapat diukur untuk berbagai tingkat penjualan dengan
menggunakan data margin kontribusi dan net income sebagai berikut :

DOL = Contribution Margin

Net Income

Contoh 2 : Operating Leverage

Berikut adalah data perusahaan yang mempertimbangkan apakah berproduksi


berdasarkan padat modal atau padat karya

Padat Karya Padat Modal


Sales 100.000.000 100.000.000
Variable Cost 60.000.000 30.000.000
Contributuion Margin 40.000.000 70.000.000
Fixed Cost 30.000.000 60.000.000
Income before Tax 10.000.000 10.000.000

Dari data tersebut dapat dihitung DOL, sebagai berikut :

Padat Karya Padat Modal


DOL 4 7
Jika Sales Naik 40% 40%

10
Kenaikan Laba 160% 280%
Keterangan : dengan laba yang sama tetapi angka DOL yang berbeda, hal ini terjadi
karena komposisi antara biaya variable dan biaya tetap yang berbeda
dominasi.

Bukti perubahan laba akibat perubahan penualan untuk masing-masing struktur biaya

Padat Karya Pada Modal


Sales 140.000.000 140.000.000
Variable Cost 84.000.000 42.000.000
Contribution Margin 56.000.000 98.000.000
Fixed Cost 30.000.000 60.000.000
Income Before Tax 26.000.000 38.000.000

Laba pada karya semula Rp. 10.000.000 menjadi Rp.26.000.000 maka naik sebesar
Rp.16.000.000 yaitu sebesar = 16.000.000/10.000.000 x 100% = 160%
Laba pada modal semula Rp. 10.000.000 menjadi Rp. 38.000.000 maka naik sebesar Rp.
20.000.000 yaitu sebesar = 28.000.000/10.000.000 x 100% = 280%

2.7 Titik Penutupan Usaha (Shut Down Point)

Penutupan usaha dengan mempertimbangkan penjualan dengan biaya tunai. Biaya


tunai adalah biaya yang memerlukan pembayaran segera dengan kas. Suatu usaha harus
dihentikan bila pendapatan yang diperoleh tidak dapat menutup biaya tunai.

Rumus :

Biaya tetap−biayatetap nonCash


Titik penutupan usaha =
CMR

Contoh 3 : Shut Down Point

Berdasarkan contoh 1 bila biaya tetap Rp. 6.000.000 terdiri dari Rp. 4.000.000 biaya
non Cash maka titik penutupan usaha adalah: Dalam rupiah penjualan = (Rp 6.000.000 – Rp
4.000.000) : 40% = 5.000.000

Bukti :

11
Penjualan = 50.000 x Rp. 100 = Rp. 5.000.000
Biaya variable = 50.000 x Rp 60 = Rp. 3.000.000
Contribution margin = Rp. 2.000.000
Biaya tetap tunai = Rp. 2.000.000
Laba = 0

Artinya pada saat penjualan sebesar Rp. 5.000.000 perusahaan harus menutup
usahanya, berbeda dengan BEP, dimana masih dapat berusaha hanya tidak memperoleh laba

2.8 Perubahan Dalam Variable-variabel CVP

Bila salah satu asumsi dari perhitungan titik impas berubah maka titik impas akan
berubah. Hal ini tidak dapat dihindari karena perusahaan beroprasi dalam dunia yang
dinamis. Perubahan hanya terjadi salah satu diantaranya misalnya biaya variable per unit atau
secara simultan antara perubahan harga jual, biaya variable maupun total biaya tetap serta
perubahan volume.

Contoh 4

Berikut data Pt Carita yang sedang berusaha meningkatkan laba, sehingga manajer
melakukan alternative-alternatif perubahan unsur-unsur harga jual, biaya variable, dan
volume dalam rangka meningkatkan laba tersebut, berikut data yang dimiliki dan saat ini
perusahaan dapat menjual 200.000 unit

Harga Jual Per unit Rp 100


Biaya Variabel Per unit Rp 60
Biaya Tetap total Rp 6.000.000

Alternative 1 menurunkan harga jual Rp 10 per unit agar volume penjualan naik 20%

Alternative 2 menaikan Biaya Tetap sebesar Rp 30.000.000 agar volume penjualan naik 20%.

Alternative 3 menaikan Biaya Variabel sebesar Rp 2,5 agar volume penjualan naik 0%.

Alternative 4 menurunkan Biaya tetap sebesar Rp 30.000 tetapi menaikan Biaya Variabel
sebesar Rp 2,5 agar volume penjualan naik 20%.

12
Diminta : Tentukan alternative yang menguntungkan perusahaan dengan melihat perubahan
laba dan BEP dari masing-masing alternative.

Rekapitulasi Perubahan Cost, Volume dan Harga Jual

Asal Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3 Kasus 4


Harga Jual Per unit 100 90 100 100 100
Biaya Variabel per unit 60 60 60 62.5 62.5
Biaya Tetap Total 6.000.000 6.000.000 6.030.000 6.000.000 5.970.000
Volume 200.000 240.000 240.000 240.000 240.000

Perhitungan pengaruh Perubahan Cost, Volume dan Harga Jual terhadap laba dan
BEP

CM Per unit 40 30 40 37.5 37.5


Contribution 8.000.000 7.200.000 9.600.000 9.000.000 9.000.000
Margin
Laba 2.000.000 11.200.000 3.570.000 3.000.000 3.030.000
BEP (unit) 150.000 200.000 150.750 160.000 159.200

1. Akibat perubahan harga jual dan volume (Alternative 1)


maka Laba usaha turun dari Rp 2.000.000 menjadi Rp 1.200.000 = Rp 800.000
BEP naik dari 150.000 unit menjadi 200.000 unit = 50.000 unit.
2. Akibat perubahan biaya Tetap dan volume (Alternative 2)
maka maka Laba usaha naik dari Rp. 2.000.000 menjadi Rp. 3 .570.000 = Rp.
1.570.000
BEP naik dari 150.000 unit menjadi 150.750 unit = 750 unit.
3. Akibat perubahan biaya Variable dan volume (Alternative 3)
maka maka maka Laba usaha naik dari Rp. 2.000.000 menjadi Rp.3.000.000 = Rp.
1.000.000
BEP naik dari 150.000 unit menjadi 160.000 unit = 10.000 unit.
4. Akibat perubahan biaya Variabel biaya Tetap dan volume (Alternative 4)
maka Laba usaha Naik dari Rp. 2.000.000 menjadi Rp. 3.030.000 = Rp. 1.030.000
BEP naik dari 150.000 unit menjadi 159.200 unit= 9.200 Unit

13
Keputusan: Dipilih alternatif 2, karena kenaikan labanya lebih besar tapi kenaikan
BEP kecil.

2.9 Analisis BEP Multi Produk

Perusahaan berproduksi dapat menghasilkan beberapa jenis produk, dimana


Komposisi penjualan produk tersebut harus ditentukan. Komposisi produk dapat berupa
bauran unit penjualan atau tortal penjualan. Sesuai asumsi bila biaya tetap dan biaya variable
untuk setiap jenis produk dapat dipisahkan makan titik impas dan jumlah laba setiap jenis
produk dapat dihitung. Didalam perencanaan laba dan penentuan impas pada perusahaan
yang menjual berbagai jenis produk dapat digunakan dua macam teknik perencanaan laba
yaitu:

a. Contribution margin rata-rata per unit


Biaya Tetap
BEP dalam unit=
CM rata−rata per unit
CM CM
(
CM/ unit rata-rata= unit Produk x ×Unit Produk x ) +(
unit Produk y × unit produk y )
Unit Produyk x +Unit Produk y
b. Contribution margin ratio rata-rata
Biaya tetap
BEP dalam rupiah=
CMR rata−rata
CM CM

CM rata-rata=
( unit Produk x ×Unit Produk x ) +(
unit Produk y × unit produk y )

( unit Produk Sales


x ×Unit Produk x ) +(
Sales
unit Produk y × unit produk y )
Atau CMR Rata-rata= Total CM: Total Sales x 100%

Contoh 5: multi produk


PT Nisrina menjualn dua jenis produk yaitu produk A dan produk B
Total biaya tetap untuk ke dua jenis produk tersebut Rp 70.000.
Harga jual, biaya variabel, dan contribution margin per unit dari masing-masing
produk sbb:
Produk A Produk B

14
Harga jual Rp 15 Rp 10
Biaya Variabel Rp 9 Rp 8
Contribution Margin Rp 6 Rp 2
Contribution margin ratio 40% 20%
Berdasarkan data PT Nisrina dilakukan perhitungan kombinasi dari berbagai
komposisi produk sebagai berikut:
Penjualan pada titik impas masing-masing produk dengan komposisi 1:1 (dalam
Rupiah dan Unit)
( 6 x 1 ) +(2 x 1)
CMR rata-rata = x 100 %=32 %
( 15 x 1 )+(10 x 1)
( 6 x 1 ) +(2 x 1)
CM rata-rata per unit = =4
(1+1)
Jumlah BEP Total dalam Rp = Rp 70.000 : 32% = Rp 218.750

Menghitung BEP masing-masing produk dilakukan dengan perbandingan total


penjualan setiap produk yaitu:
Produk A = Rp 15 x 1= Rp 15
Produk B = Rp 10 x 1 = Rp 10 (bukan harga jual per unit)
Sehingga alokasi masing-masing produk sebagai berikut:
BEP Produk A = 15/25 x Rp 218.750 = Rp 131.250
BEP Produk B = 10/25 x Rp 218.750 = Rp 87.500
Jumlah BOP tetap dalam unit= Rp 70.000 : 4 = 17.500 Unit
Menghitung BEP masing-masing produk dilakukan dengan perbandingan unit
penjualan sbb:
BEP Produk A = ½ x 17.500 unit = 8.750 unit
BEP Produk B = ½ x 17.500 unit = 8.750 unit
Menghitung penjualan pada laba Rp 20.000 untuk masing-masing produk pada
komposisi 1:1 baik dalam Rupiah dan dalam Unit maka:
Penjualan total (Rp) (Rp 70.000+ Rp 20.000) : 32%= Rp 281.250 dan jumlah
penjualan masing-masing produk sbb (masih menggunakan perbandingan total penjualan
semula):
Penjualan produk A: 15/25 x Rp 281.250 = Rp 168.750

15
Penjualan produk B: 10/25 x Rp 281.750 = Rp 112.500
Sedangkan Penjualan Total (Rp) = Rp 70.000 + Rp 20.000) : 4 = 22.500 unit dan unit
penjualan masing-masing produk sbb:
Penjualan produk A: ½ x 22.500 unit = 11.250 unit
Penjualan produk B: ½ x 22.500 unit = 11.250 unit

2.10 Hubungan Komposisi Produk dengan Contribution Margin Ratio


Perubahan komposisi saat realisasi unit dijual akan mempengaruhi laba yang
diperoleh perusahaan, karena hal ini dipengaruhi oleh CMR dari setiap produk, sehingga
perusahaan harus mempertahankan jumlah unit yang lebih besar untuk CMR yang besar.

Contoh 6: Realiasai komposisi tidak sama dengan rencana

Berdasarkan kondisi contoh 5 pada saat perusahaan merencanakan laba Rp 20.000


unit penjualan masing-masing 11250 unit sehingga total 22.500 unit. Berikut bila realisasi
penjualan komposisi sebagai berikut:

Rencana Realisasi 1 Realisasi 2

Produk A 11.250 unit 8.000 unit 14.500 unit

Produk B 11.250 unit 14.500 unit 8.000 unit

22.500 unit 22.500 unit 22.500 unit

Laba Rp 20.000 ? ?

Hitunglah Laba Realisasi 1 dan realisasi 2, jelaskan kenapa berubah besar dari Rp
20.000

Tabel perhitungan laba yang dicapai pada komposisi produk 8.000: 14.500

Contribution Margin Produk A 8.000 unit Rp 6 Rp 48.000

Contribution Margin Produk B 15.500 unit Rp 2 Rp 29.000

16
Total CM Rp 77.000

Total Fixed Cost Rp 70.000

Laba Rp 7.000

Laba terjadi penurunan karena CMR yang besar, tetapi komposisinya kecil sehingga
total CM turun.

Tabel perhitungan laba yang dicapai pada komposisi produk 14.500 : 8.000

Contribution Margin Produk A 14.500 unit Rp 6 Rp 87.000

Contributin Margin Produk B 8.000 unit Rp 2 Rp 16.000

Total CM Rp 103.000

Total Fixed Cost Rp 70.000

Laba Rp 33.000

Laba terjadi kenaikan karena CMR yang besar, komposisinya besar sehingga total
CM naik.

Menghitung penjualan pada laba 20% untuk masing-masing produk pada komposisi
1:1 baik dalam Rupiah dan dalam Unit, maka :

0,20 Sales = 0,32 sales – Rp 70.000

0,12 Sales = Rp 70.000

Sales = Rp 583.333

Maka penjualan masing-masing produk :

17
15
Produk A : x Rp 583.333 = Rp 350.000
25

10
Produk B : x Rp 583.333 = Rp 233.333
25

Bukti :

Total Contribution Margin = Rp 186.667

Total Fixed Cost = Rp 70.000

Laba = Rp 116.667

% laba = (116.667 : 583.333) x 100% = 20%

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hubungan volume, biaya, dan laba ini dapat menjadi suatu alat yang bermanfaat untuk
mengidentifikasi cakupan dan besarnya kesulitan ekonomi yang dihadapi divisi dan
membantu mencari pemecahannya. Hubungan volume, biaya, dan laba atau analisi CVP ini
dapat memungkinkan para manajer untuk melakukan analisis sensitivitas dengan menguji
dampak dari berbagai tingkat harga atau biaya terhadap laba. Karena analis CVP ini
membantu manajer untuk memahami hubungan antara biaya, volume dan laba, analisis CVP
ini sangat berguna dalam proses pembuatan keputusan yang akan dibuat oleh para manajer.

3.2 Saran
1. Manajer harus menghitung secara pasti sebelum mengambil keputusan.
2. Volume penjualan atau produksi tidak stabil maka manajer harus menentukan pada
level unit berapa perusahaan tidak menderita rugi tetapi tidak memperoleh laba.
3. Manajer harus menentukan batas aman, sehingga bias mengetahui berapa penjualan
dapat turun.
4. Manajer harus mengukur besarnya perubahan tingkat penjualan terhadap laba
perusahaan.
5. Manajer dapat menghitung komposisi produk yang dijual dengan laba maksimum.

19
DAFTAR PUSTAKA

Daftar Buku:

Jayaatmaja, Muhammad Alan. 2019. Akuntansi Manajemen Edisi 2. Bandung.

Kurniaji, Patuh. 2009. ANALISIS HUBUNGAN BIAYA, VOLUME PENJUALAN DAN LABA
SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA (Survey pada Apotik di Sukoharjo). Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta: Surakarta.

Daftar Jurnal:

Budiwibowo, Sartijo. 2012. ANALISIS ESTIMASI COST-VOLUME-PROFIT (CVP) DALAM


HUBUNGANNYA DENGAN PERENCANAAN LABA PADA HOTEL TLOGO MAS
SARANGAN. E-Jurnal Universitas PGRI Madiun Vol. 1 No. 1

20

Anda mungkin juga menyukai