Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN SYARIAH


“ANALISIS BREAK EVEN POINT”

Dosen Pengampu : Erwin Saputra Siregar, M. E

DI SUSUN OLEH (KELOMPOK 2) :


1. Pradita Sari Putri 502171909
2. Risma 502171925
3. Siti Mawarni 502171941

6C PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

1
TAHUN 2020

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt yang telah mempermudah dalam
pembuatan makalah ini. Shalawat beserta salam kita junjungan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah memberikan kesempatan dan kemampuan sehingga makalah dapat
terselesaikan dengan judul “Analisis Break Even Point” dibuat untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Syariah.

Makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis membutuhkan saran dan kritik
yang sifatnya membangun guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain
diwaktu yang akan datang. Makalah ini disusun dengan usaha semaksimal mungkin. Penulis
mengucapkan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini dan penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan lebih luas bagi kita semua khususnya
pada pelajaran ini.

Jambi, 25 Februari 2020

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Arti Penting dan Kegunaan Analisis BEP...................................................... 3
2.2 Hubungan Volume, Biaya dan Laba.............................................................. 4
2.3 Analisis Break Even Point.............................................................................. 5
2.4 Shut Down Point............................................................................................ 10

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan..................................................................................................... 12
3.2 Saran............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... iv

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu teknik analisis laporan keuangan adalah Break even Point. Sebelum
memproduksi suatu produk, perusahaan terlebih dulu merencanakan seberapa besar laba
yang diinginkan. Ketika menjalankan usaha maka tentunya akan mengeluarkan biaya
produksi, maka dengan analisis titik impas dapat diketahui pada waktu dan tingkat harga
berapa penjualan yang dilakukan tidak menjadikan usaha tersebut rugi dan mampu
menetapkan penjualan dengan harga yang bersaing pula tanpa melupakan laba yang
diinginkan.
Ukuran yang sering dipakai menilai sukses tidaknya suatu manajemen perusahaan
adalah tercapainya target penjualan dalan arti laba yang maksimal. Untuk mencapai
penilaian tersebut di pengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : biaya produksi, harga jual, dan
volume penjualan. Biaya akan menentukan harga jual, harga jual akan mempengaruhi
volume penjualan, volume penjualan akan mempengaruhi volume produksi dan volume
produksi akan mempengaruhi biaya.
Tujuan dari suatu perusahaan adalah untuk memperoleh laba yang maksimal
agar kelangsungan hidup perusahaan terus berjalan dari waktu ke waktu, manajemen
yang baik dan efisien adalah manajemen yang dapat mengelola dan mengambil
keputusan yang berguna bagi kelangsungan hidup perusahaan guna untuk mencapai
tujuan tersebut. Salah satu fungsi manajemen adalah sebagai alat dalam membantu
perencanaan (planning). Salah satu pendekatan yang digunakan manajemen dalam
perencanaan laba adalah analisis titik impas (Break Even Point).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang makalah, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa arti penting dan kegunaan analisis BEP?
2. Bagaimana hubungan volume, biaya dan laba?
3. Bagaimana analisis Break Even Point?
4. Apa yang dimaksud dengan Shut Down Point?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui penting dan kegunaan analisis BEP?

1
2. Untuk mengetahui hubungan volume, biaya dan laba?
3. Untuk mengetahui analisis Break Even Point?
4. Untuk mengetahui dengan Shut Down Point?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Arti Penting Dan Kegunaan Analisis BEP


Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan perusahaan dimana dengan
keadaan tersebut perusahaan tidak mengalami kerugian juga perusahaan tidak
mendapatkan laba sehingga terjadi keseimbangan atau impas.1 Titik impas (Break Even
Point) adalah titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya, titik dimana laba
sama dengan nol. Dengan kata lain, pada keadaan itu keuntungan atau kerugian sama
dengan nol.2 Hal tersebut dapat terjadi bila perusahaan dalam operasinya menggunakan
biaya tetap, dan volume penjualan hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya
variabel. Apabila penjualan hanya cukup untuk menutup biaya variabel dan sebagian
biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian. Dan sebaliknya akan memperoleh
memperoleh keuntungan, bila penjualan melebihi biaya variabel dan biaya tetap yang
harus di keluarkan.
Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada
pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya dan tingkat
keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu. Analisis Break even dapat
membantu pimpinan dalm mengambil keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut :
1. Jumlah minimal produk yang harus terjual agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
2. Jumlah penjualan yang harus dipertahankan agar perusahaan tidak mengalami
kerugian.
3. Besarnya penyimpanan penjualan berupa penurunan volume yang terjual agar
perusahaan tidak menderita kerugian.
4. Untuk mengetahui efek perubahan harga jual, biaya maupun volume penjualan
terhadap laba yang diperoleh.3

Menurut Kasmir (2010:334-335), terdapat beberapa manfaat di dalam analisis


break even point (BEP) bagi manajemen perusahaan, diantaranya yaitu :

1
Agustina Pradita Marhaen, “Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada
Industri Kecil Tegel Di Kecamatan Pedurungan Periode 2004 – 2008 (Studi Kasus Usaha Manufaktur)”, Skripsi
Univesitas Diponegoro Semarang, (2011), hlm. 12.
2
V. Wiratna Sujarweni, Manajemen Keuangan Teori, Aplikasi dan Hasil Penelitian, (Yogyakarta :
Pustaka Baru Press), hlm. 139.
3
M. Yusuf, “Analisa Break Even Point (BEP) Terhadap Laba Perusahaan”. Jurnal Bisnis dan
Manajemen Universitas Pamulang Vol. 4 No. 1, April 2014. hlm. 51.

3
1. Mendesain spesifikasi produk.
2. Menentukan harga jual persatuan.
3. Menentukan target penjualan dan penjualan minimal.
4. Memaksimalkan jumlah produksi dan penjualan.
5. Merencanakan laba yang diinginkan.4

2.2 Hubungan Volume, Biaya dan Laba


Analisis biaya, volume dan laba (analisis titik impas) merupakan salah satu alat
analisis yang dapat digunakan untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume
penjualan dan biaya terhadap laba untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba
jangka pendek. Dengan analisis biaya, volume laba perusahaan dapat mengambil
kebijakan atau langkah-langkah yang harus diambil dalam rangka untuk mencapai
perolehan laba yang diharapkan.
Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi laba :
1. Volume produk yang dijual, berpengaruh terhadap volume produksi produk atau
jasa tersebut.
2. Harga jual produk,atau jasa akan mempengaruhi besarnya volume penjualan
produk atau jasa yang bersangkutan.
3. Biaya produksi, adalah biaya yang timbul dari perolehan atau untuk pengolahan
suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang bersangkutan.
Hubungan antara biaya, volume dan laba dipengaruhi oleh 5 faktor atau suatu
kombinasi faktor-faktor berikut ini :
1. Harga jual persatuan
2. Volume penjualan
3. Komposisi produk yang dijual
4. Biaya variabel pertahun
5. Total biaya tetap
Agar perencanaan laba perusahaan dapat efektif, manajemen harus dapat
memperkirakan dampak perubahan masing-masing faktor tersebut terhadap laba bersih,
impas dan return of investment perusahaan. Pembuatan anggaran pendapatan dan biaya
dan penyajian informasi tersebut dalam grafik laba dan volume merupakan alat yang
efektif dalam menyajikan informasi bagi manajemen untuk keperluan perencanaan laba

Vivin Ulfathu Choiriyah, dkk, “Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Penjualan
4

Pada Tingkat Laba Yang Diharapkan (Studi Kasus Pada Perhutani Plywood Industri Kediri Tahun 2013-2014)”.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB) Universitas Brawijaya Malang Vol. 35 No. 1 Juni 2016. hlm. 199.

4
jangka pendek. Hal ini memungkinkan manajemen memperkirakan pengaruh kegiatan
atau usaha-usaha yangakan dilaksanakan dan pengaruh perubahan kondisi pasar terhadap
laba, sehingga manajemen dapat memilih berbagai macam usul kegiatan yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap pencapaian laba di masa yang akan datang.
Suatu perusahaan dikatakan break even point apabila setelah dibuat perhitungan
rugi laba dari suatu periode kerja atau dari suatu kegiatan usaha tertentu, perusahaan
tidak memperoleh laba tetapi juga tidak mengalami kerugian. Break even point
merupakan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan
kata lain suatu usaha dikatakan break even jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah
biaya atau apabila laba konstribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap
saja. Break even point adalah volume (V) yang jumlah total pendapatan dengan total
biaya dan keuntungan adalah nol. Analisis break even adalah suatu cara atau suatu teknik
yang digunakan untuk mengetahui pada volume (jumlah) penjualan dan volume
produksi, apakah perusahaan yang bersaing ketat tidak menderita kerugian dan tidak pula
memperoleh laba.

2.3 Analisis Break Even Point


Rumus untuk menghitung Break Even Point, yaitu :
¿
1. BEP-Rupiah = Total ¿ Cost Harga Jual Per Unit −Variabel cost × Harga Jual /Unit

¿ Cost
2. BEP-Unit =
Harga Jual−Variabel Cost

Keterangan :

 Biaya Tetap (FC) adalah biaya yang jumlahnya tetap walaupun usaha anda tidak
sedang berproduksi seperti biaya gaji karyawan, biaya penyusutan peratalan usaha,
biaya asuransi. Dll.
 Biaya Variable (VC) adalah biaya yang jumlahnya akan meningkat seiring dengan
peningkatan jumlah produksi. Misalnya bahan baku, bahan bakar, biaya listrik dll.
 Harga per unit adalah harga jual barang atau jasa yang dihasilkan.
 Biaya Variable per unit adalah total biaya variable dibagi dengan jumlah unit yang di
produksi atau dengan kata lain biaya rata-rata per unit.

5
Contoh kasus BEP

Contoh 1 :
Fixed Cost suatu toko sepatu : Rp.500.000,-
Variable cost    Rp.10.000 / unit
Harga jual   Rp. 20.000 / unit

¿ Cost
Maka BEP per unitnya adalah BEP =
Harga Jual−Variabel Cost

500.000
=
20.000−10.000

= 50 unit
Artinya :

Perusahaan perlu menjual 50 unit sepasang sepatu agar terjadi break even point. Pada
penjualan unit ke 51, maka toko itu mulai memperoleh keuntungan.

Contoh BEP untuk menghitung berapa uang penjualan yang perlu diterima agar terjadi
BEP :

Total ¿ Cost ¿ × Harga Jual /Unit


Harga Jual Per Unit−Variabel Cost

Dengan menggunakan contoh soal sama seperti diatas maka uang penjualan yang harus
diterima agar terjadi BEP adalah

500.000
× 20.000=1.000 .000
20.000−10.000

Contoh 2 :
Sebuah perusahaan yang diberi nama “Usaha Maju” memiliki data-data biaya dan
rencana produksi seperti berikut ini :
a. Biaya Tetap sebulan adalah sebesar Rp 140 juta yaitu terdiri dari :
Biaya gaji pegawai + pemilik = Rp.75,000,000
Biaya penyusutan mobil kijang = Rp. 1,500,000
Biaya asuransi kesehatan = Rp.15,000,000
Biaya sewa gedung kantor = Rp.18,500,000
Biaya sewa pabrik = Rp.30,000,000

6
b. Biaya variable per unit Rp. 75,000.00 yaitu terdiri dari :
Biaya bahan baku = Rp.35,000
Biaya tenaga kerja langsung = Rp.25,000
Biaya lain = Rp.15,000
c. Harga Jual per Unit Rp. 95,000.

Sekarang mari kita hitung berapa tingkat BEP usaha tersebut baik dalam unit maupun
dalam rupiah :
BEP unit adalah
= Biaya Tetap / (harga per unit – biaya variable per unit)
= Rp. 140juta / (Rp. 95,000 – Rp. 75,000)
= Rp. 140juta / Rp.20,000
= 7,000 unit

BEP Rupiah adalah


¿
= Total ¿ Cost Harga Jual Per Unit −Variabel Cost × Harga Jual /Unit

Rp 140 Juta
= × Rp . 95.000
Rp . 95.000−Rp .75 .000
Rp . 140 Juta
= × Rp . 95.000
Rp . 20.000
= Rp 665.000.000

Penjelasan perhitungan BEP :


Untuk dapat beroperasi dalam kondisi BEP yaitu laba nol, perusahaan Usaha
Maju harus dapat menghasilkan produk sebanyak 7,000 unit dengan harga Rp.95,000
unit, maka jumlah penjualannya akan menjadi Rp.665.000.000.

Aplikasi BEP untuk penghitungan target laba :


Dengan mengetahui kapan perusahaan melewati tingkat BEP, maka anda sebagai
manager atau pemilik Usaha Maju Terus akan dapat menghitung berapa minimal
penjualan untuk mendapatkan laba yang anda targetkan, yaitu dengan cara
menambahkan laba yang ditargetkan tersebut dengan biaya tetap yang anda miliki.

Misalkan target laba anda sebulan adalah Rp.75 juta, maka minimal penjualan yang anda
harus capai adalah sebagai berikut :
BEP – Laba = (Biaya Tetap + Target Laba) / (Harga per unit – Biaya Variable/ unit)
7
= (Rp. 140juta + Rp. 75juta) / (Rp. 95,000 – Rp. 75,000)
= Rp. 215juta / Rp. 20,000
= 10,750 unit
Mari kita buktikan perhitungan tersebut diatas, apakah benar dengan menjual
sebanyak 10,750 unit Usaha Maju Terus akan mendapatkan laba sebesar Rp. 75,000,000.

A Penjualan Rp. 1.021.250.000


B Dikurangi:
1. Biaya tetap Rp. 140.000.000
2. Biaya variabel
Rp. 806.250.000
(10.750xRp.75.000)
Total biaya Rp. 946.250.000
C Laba/Rugi Rp. 75.000.000

Kesimpulan : Terbukti

Contoh 3 :
Nasi Gem Mini dengan modal Rp. 350.000 membuka usaha makanan. Harga jual
perbungkus ditetapkan sebesar Rp. 7000 dengan biaya produksi untuk usaha tersebut
adalah Rp. 5000. Berapa jumlah unit yang diproduksi dan harga per unit agar mencapai
BEP?

Penyelesaian :
FC FC
BEP unit = BEP rupiah = ×p
(P−VC ) (P−VC )
350.000 350.000
= = × 7000
(7000−5000) (7000−5000)
= 175 bungkus = Rp. 1.225.000
Maka usaha harus memperoleh omset sebesar Rp. 1.225.000 untuk mencapai BEP
BEP= BEP X harga jual
= 175 x 7000
= Rp. 1.225.000 (pembuktian)
2.4 Shut Down Point
Titik penutupan usaha (shut down point) merupakan suatu keadaan yang
menunjukkan contribution margin perusahaan hanya bisa digunakan untuk menutup
biaya tetap yang bersifat tunai (Kusuma et al., 2013). Perusahaan dapat dipertimbangkan

8
untuk ditutup apabila hasil penjualan tidak lagi dapat menutupi biaya tetap tunai. Hal itu
disebabkan kelanjutan usaha harus dibiayai dari sumber lain yang berasal dari luar
perusahaan. Sumber dana seperti ini umumnya menimbulkan tambahan biaya tunai.
Tingkat penjualan shut down point baik dalam unit maupun rupiah dapat ditentukan
dengan formula sebagai berikut :5

Biaya Tetap Tunai


𝑆ℎ𝑢𝑡 𝐷𝑜𝑤𝑛 𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡 (Unit) =
Margin Kontribusi Per Unit
Biaya Tetap Tunai
𝑆ℎ𝑢𝑡 𝐷𝑜𝑤𝑛 𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡 (Rupiah) =
Rasio Margin Kontribusi

Contoh Kasus Shut Down Point

Contoh 1 :
PT. Mitra Jaya menjual sebuah produknya dengan harga Rp 40.000 per unit dengan
biaya variabel Rp 25.000 per unit dan biaya tetap sebesar Rp 300.000.000 dimana biaya
tetap ini 60% nya merupakan biaya tetap tunai perusahaan menetapkan tingkat penjualan
yang direncanakan sebesar Rp 1.000.000.000 dari data tersebut maka dapat dihitung
margin of safety dan shut down point sebagai berikut :

Diketahui :

P (Price) : Rp 40.000

VC (Variabel Cost) : Rp 25.000

TFC (Total Fix Cost) : Rp 300.000.000

Anggaran Penjualan : Rp 1.000.000.000

TFC
BEP = VC
1−
P
300.000.000
= 25.000
1−
40.000
= 800.000.000

5
Novan Yudi Cahyadi, “Analisis Biaya Volume Laba Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada Cv
Waringin Putih Semarang”. Jurnal Akuntansi Keuangan Bisnis Terapan / Vol. 1, No 1, Mei 2018, hlm. 16.

9
anggaran penjualan−BEP
Margin of safety = × 100
anggaran penjualan
1.000.000 .000−800.000.000
= ×100
1.000 .000 .000
= 20
Artinya :
Apabila penjualan perusahaan turun sebesar 20% dari jumlah yang di budgetkan, maka
perusahaan dalam keadaan break even. Apabila penurunan itu lebih besar 20% maka
perusahaan akan mengalami kerugian.

biaya tetap tunai


Shut down point = ×100
rasio kontribusi margin
60× 300.000 .000
×100
= 25.000
1−
40.000
= 480.000.000
Artinya :
Perusahaan akan menutup usahanya, apabila hasil penjualan mencapai Rp 480.000.000,
karena perusahaan tidak memperoleh kelebihan penerimaan kas, sehingga tidak
memungkinkan untuk melanjutkan kegiatan operasionalnya.6

6
https://www.coursehero.com/file/p32gsri/28-Shut-Down-Point-Merupakan-suatu-titik-pada-
break-even-chart-yang-menunjukkan/ Akses pada 27 Februari 2020 Pada 13.00 WIB

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan perusahaan dimana dengan
keadaan tersebut perusahaan tidak mengalami kerugian juga perusahaan tidak
mendapatkan laba sehingga terjadi keseimbangan atau impas. Analisis biaya, volume dan
laba (analisis titik impas) merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan untuk
menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan, dan biaya terhadap laba
untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek. Analisis Break
Even Point dapat dihitung dengan BEP-Unit dan BEP-Rupiah. Titik penutupan usaha
(shut down point) merupakan suatu keadaan yang menunjukkan contribution margin
perusahaan hanya bisa digunakan untuk menutup biaya tetap yang bersifat tunai
(Kusuma et al., 2013).

3.2 Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis
perlukan dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini yang jauh dari kata sempurna.

11
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, Novan Yudi. “Analisis Biaya Volume Laba Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada
Cv Waringin Putih Semarang”. Jurnal Akuntansi Keuangan Bisnis Terapan / Vol. 1,
No 1, Mei 2018.
Choiriyah, Vivin Ulfathu, dkk. “Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan
Penjualan Pada Tingkat Laba Yang Diharapkan (Studi Kasus Pada Perhutani
Plywood Industri Kediri Tahun 2013-2014)”. Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)
Universitas Brawijaya Malang Vol. 35 No. 1 Juni 2016.
Marhaen, Agustina Pradita. “Analisis Break Even Point Sebagai Alat Perencanaan Laba Pada
Industri Kecil Tegel Di Kecamatan Pedurungan Periode 2004 – 2008 (Studi Kasus
Usaha Manufaktur)”. Skripsi Univesitas Diponegoro Semarang. 2011.
Sujarweni, V. Wiratna Sujarweni. Manajemen Keuangan Teori, Aplikasi dan Hasil
Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Yusuf, M. “Analisa Break Even Point (BEP) Terhadap Laba Perusahaan”. Jurnal Bisnis dan
Manajemen Universitas Pamulang Vol. 4 No. 1, April 2014.
https://www.academia.edu/31591971/Tugas_1_Makalah_Contoh_Kasus_Break_Even_Point_
BEP_SEKOLAH_TINGGI_ILMU_EKONOMI_PENGEMBANGAN_BISNIS_DAN
_MANAGEMENT_TAHUN_2013_Contoh_Kasus_BEP_break_event_point. Akses
pada 25 Februari Pukul 13.00 WIB.
https://www.coursehero.com/file/p32gsri/28-Shut-Down-Point-Merupakan-suatu-titik-pada-
break-even-chart-yang-menunjukkan/ Akses pada 27 Februari 2020 Pukul 13.00 WIB.

iv

Anda mungkin juga menyukai