Anda di halaman 1dari 39

Tugas Kelompok

MAKALAH MANAJEMEN STRATEGI

“IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEGI DI INDONESIA DAN DI SEKTOR


PUBLIK”

Disusun Oleh :

Kelompok 2

KELAS B

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nyalah, kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Implementasi Manajemen Strategi Di Indonesia Dan Di Sektor Publik” dengan sebaik-
baiknya.

Adapun maksud dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Internal Audit yang diampu oleh Ibu Nitri Miroesa, SE., M. Si,M.AAC,CFE.,P.HD

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberi bantuan,
dorongan, serta bimbingan sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat
waktu. Kami juga menyadari dalam peyusunan makalah ini, masih terdapat kekurangan baik
segi penulisan maupun materi. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga pembuatan makalah ini
dapat menambah pengetahuan dan dapat diterapkan dalam penyelesaian masalah yang
berhubungan dengan judul makalah ini.

Kendari, Juni 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pentingnya implementasi manajemen strategi di Indonesia dan disektor publik dapat


diterapkan pada organisasi atau perusahaan dalam pengambilan keputusan manajerial dan
kegiatan-kegiatan yang mengarah pada penetapan kinerja jangka panjang organisasi atau
perusahaan tersebut. Kinerja jangka panjang yang dimaksud meliputi analisa lingkungan internal
dan eksternal ,disertai perumusan visi dan misi serta tujuan organisasi guna menghadapi
lingkungan tersebut.

Setiawan,Zulkieflimansyah ( 2007 : 85 ) mengatakan bahwa implementasi manajemen


strategi penting disadari, mengingat sebaik apapun formulasi strategi yang didasarkan pada
analisis lingkungan untuk mencapai tujuan yang di inginkan akan menjadi sekadar retorika
belaka jika ia tidak mampu memformulasikan dan mengimplementasikan strateginya secara
efektif .

Manajemen strategi berhubungan dengan bagaimana memperkuat viabilitas dan


efektivitas organisasi sektor publik baik dari segi kebijakan substantif dan kapasitas pengelolaan
jangka panjang. Banyak dari organisasi di indonesia maupun di sektor publik hanya melakukan
formulasi strategi namun tidak dibarengi dengan implementasi manajemen strategi yang baik.
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Implementasi Manajemen Strategi Di Indonesia


Upaya untuk menghadirkan manajemen strategi yang terintegrasi mulai dari
proses perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi, dimulai ketika mulai ditetapkannya
TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998, disusul dengan UU Nomor 28 Tahun 1999,
Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 serta Keputusan Kepala LAN Nomor
589/IX/6/YY/99 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah yang telah diperbaiki dengan Keputusan Kepala LAN Nomor
239/1X/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dan saat ini sudah disempurnakan lagi dengan adanya peraturanan lainnya.

Semua peraturan perundang-undangan menjadi payung kebijakan untuk


membangun sistem akuntabilitas di Indonesia yang mengakomodasikan konsep
manajemen strategi yang terdiri dari formulasi strategi, implementasi strategi dan
evaluasi strategi. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) pada
pokoknya adalah instrumen yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi
kewajiban untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
misi organisasi. Sebagai suatu sistem, SAKIP terdiri dari komponen yang merupakan satu
kesatuan, yakni perencanaan strategi, perencanaan kinerja, pengukuran dan evaluasi
kinerja, serta pelaporan kinerja (LAN-RI, 2004, hal. 63). Komponen dalam SAKIP
mencerminkan semua proses yang ada dalam manajemen strategi. Selain SAKIP yang
mengadopsi aspek manajemen strategi, di Indonesia saat ini terdapat berbagai aplikasi
manajemen strategi dengan label yang berbeda meskipun konsep dan aspek di dalamnya
adalah tetap manajemen strategi.

Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistern Perencanaan


Pembangunan Nasional juga diadopsi manajemen strategi, karena Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional terdiri atas perencanaan pembangunan yang secara terpadu oleh
Kementerian/Lembaga dan juga perencanaan pembangunan oleh Pemerintah Daerah
sesuai kewenangannya. Tahapan Perencanaan Pembangunan Nasional meliputi: (1)
Penyusunan Rencana, (2) Penetapan Rencana, (3) Pengendalian Pelaksanaan Rencana,
dan (4) Evaluasi Pelaksanaan Rencana.

Hasil dan perencanaan pembangunan adalah:

1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang


2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (Jangka 5 tahun)
3. Rencana Strategi (Jangka 5 Tahun)
4. Rencana Kerja Pemerintah (RKP) - Tahunan
5. Rencana Kerja dan Anggaran (1 tahun)

Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional berisi visi, misi dan arah
pembangunan nasional. Sedangkan RPJP Daerah memuat visi, misi dan arah
pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional. RPJP Nasional disusun untuk
periode 20 (dua puluh) tahun.

 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional merupakan penjabaran


visi, misi dan program Presiden, penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional,
memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program
Kemeterian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi
makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah
kebijakan fiskal dalam rencana kerja, berupa kerangka regulasi dan kerangka
pendanaan bersifat indikatif.

 RPJM Daerah merupakan penjabaran visi, misi dan program Kepala Daerah yang
penyusunannya berpedoman pada RPJP daerah dengan memerhatikan RPJM
Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah,
kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja
Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai rencana kerja dalam kerangka
regulasi dan kerangka pendanaan bersifat edukatif.
 Rencana Kerja Pemerintah (RKP) merupakan penjabaran dari RPJM Nasional,
memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro mencakup
gambaran perekonomian secara menyeluruh, termasuk arah kebijakan fiskal, serta
program Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Rencana Kerja Pemerintah Daerah
(RKPD) merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu RKP, memuat
rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana
kinerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah
maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.
 Dengan berpedoman pada RPJM Nasional maupun RPJM Daerah, disusun Rencana
Strategi Kementerian/Lembaga dan Rencana Strategi Satuan Kerja Perangkat
Daerah, berisi: visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan sesuai tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga dan Satuan Kerja
Perangkat Daerah.

Rencana Strategi Kementerian/Lembaga ini digunakan sebagai pedoman


penyusunan Rencana Kinerja Kementerian/Lembaga dengan mengacu pada prioritas
pembangunan nasional dan pagu indikatif. Demikian juga dengan penyusunan Rencana
Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang berpedoman pada Rencana Strategi Satuan
Kerja Perangkat Daerah. Berbagai aplikasi manajemen strategi dalam berbagai peraturan
perundangan di Indonesia tersebut mewarnai penyelenggaraan pemerintahan di
Indonesia.

A. Manajemen Strategi Di Sektor Publik


Manajemen Strategi di sektor publik mulai dilaksanakan pada tahun 1993 dengan
ditetapkannya Goverments Performance and Result Act (GPRA) yang merupakan awal
penggunaan Manajemen Strategi di Amerika Serikat pada sektor publik. Penerapan
manajemen strategi di sektor publik didasari pertimbangan pentingnya monitoring
(pemantauan) terhadap efisiensi dan efektivitas sektor publik (termasuk pelayanan
publik). Dalam manajemen strategi, alokasi sumber daya, delegasi manajemen,
monitoring dan pengukuran kinerja dapat diamati sehingga masyarakat dapat memastikan
bahwa kinerja sektor publik adalah akuntabel.

Manajemen strategis berhubungan dengan bagaimana memperkuat viabilitas dan


efektivitas organisasi sektor publik baik dari segi kebijakan substantif dan kapasitas
pengelolaan jangka panjang. Manajemen strategis ini mengintegrasikan semua proses
manajemen lainnya untuk menyediakan pendekatan yang sistematis, koheren, dan efektif
untuk membangun, mencapai, memantau, dan memperbarui tujuan strategis sebuah
instansi.

Manajemen strategis terintegrasi dengan tindakan:

1. Memusatkan perhatian di seluruh divisi fungsional dan seluruh berbagai tingkatan


organisasi pada tujuan bersama,tema dan masalah

2. Proses manajemen internal mengikat dan pembuatan program untuk hasil yang
diinginkan di lingkungan eksternal

3. Menghubungkan operasional, taktis, pengambilan keputusan untuk tujuan jangka


panjang yang strategis (Poister&Streib, 1999)

Lebih jauh Poister & Streib menjelaskan, manajemen strategik adalah proses
perencanaan, implementasi, dan evaluasi namun lebih dari itu manajemen strategik
adalah proses pengelolaan organisasi, dalam hal ini sektor publik, melalui perspektif
strategis dan berkelanjutan untuk memastikan rencana strategis selalu diperbarui dan
mampu menggerakan proses manajemen lainnya. Manajemen strategis adalah suatu
sarana dalam menyediakan kepemimpinan yang maju terkait masalah fundamental
organisasi dan lingkungannya dengan cara-cara sistematis, efektif dan berorientasi pada
tujuan.

Ketika berhasil, manajemen strategis menjadi suatu jalan dalam menghadapi


orang, mendapatkan komitmen, menyetir organisasi menuju masa depan, memberi
kerangka kerja dalam reorganisasi dan redesain untuk efisiensi dan kualitas yang lebih
baik, dan membentuk partnership dan joint venture dengan organisasi lain.

Manajemen strategik telah muncul sebagai alat serbaguna dimana manajemen


sektor publik harus mempunyainya agar organisasi dapt bertahan secara jangka pendek
dan jangka menengah serta pembangunan jangka panjang.

Empat prinsip penerapan manajemen strategi pada sektor publik:

1. Perhatian pada jangka panjang.


2. Pengintegrasian tujuan dan sasaran dalam hierarki yang jelas.
3. Kesadaran bahwa manajemen strategi dan perencanaan strategi membutuhkan
kedisiplinan dan komitmen untuk dapat dilaksanakan, dan bukan self-
implementing.
4. Perspektif eksternal tidak diartikan sebagai adaptasi total terhadap lingkungan,
tetapi merupakan antisipasi terhadap perubahan lingkungan (Bozemen dan
Straussman, dalam Hughes, 1998, hlm. 159-160)

Selain keempat prinsip tersebut, Bozemen dan Straussman juga menambahkan


bahwa penerapan keempat prinsip tersebut harus diimbangi dengan pemikiran strategi
(strategic thinking) yang mengakomodasikan kewenangan politik. Hal ini disebabkan
karena sektor publik tidaklah immune (kebal/bebas) dari dinamika politik. Pertimbangan
pilitik inilah yang menimbulkan berbagai kendala penerapan manajemen strategi dalam
sektor publik. Masalah lain adalah kesulitan dalam menentukan tujuan (goals) dan
sasaran (objectives). Sektor publik mengemban tugas dan pelayanan sangat kompleks,
luas, dan bervariasi, menyebabkan penerapan manajemen strategi pada sektor publik juga
meliputi isu sangat luas dan kompleks.

Permasalahan lain yang berkaitan dengan penerapan manajemen strategi pada


sektor publik adalah dalam hal pengukuran kinerja yang merupakan tahapan
dilakukannya penilaian terhadap capaian/kinerja organisasi publik yang merupakan
subjek penilaian masyarakat, kepentingan politik dan kelompok lainnya.

Penerapan manajemen strategi di sektor publik juga menghadapi masalah


berkaitan keberadaan informasi karena perencanaan dan pengukuran kinerja yang baik
membutuhkar keakuratan data dan informasi. Selain tantangan penerapan manajemen
strategi di sektor publik, kita juga harus mengakui kemanfaatan manajemen strategi ini
untuk memantau penggunaan sumber daya yang terbatas dalam pencapaian hasil.
Manajemen strategi berharga ketika keberadaannya mampu membantu pembuat
keputusan untuk dapat berpikir dan bertindak strategi. Manajemen strategi adalah konsep
untuk membantu pimpinan dalam membuat keputusan dan tindakan penting.
1. Konteks Manajemen Strategis dalam Sektor Publik
Ring dan Perry memberikan konteks pada manajemen strategis sektor
pemerintah sebagai berikut:

1) Policy Ambiguity - Struktur organisasi sektor publik yang kompleks


menyebabkan ketidakjelasan arah strategi

2) The Openness of Government - Media memiliki peranan besar dalam


mengekspose pengambilan keputusan dan penerapannya dalam
pemerintahan

3) Attentive Publics - Pemerintahan dipengaruhi oleh banyak kelompok


kepentingan yang mempunyai agenda-agenda tertentu

4) The Time Problem - Masa jabatan dan peraturan yang memberikan


batasan waktu menjadi perhatian dalam manajemen strategis

5) Shaky Coalitions - Aliansi politis saat perencanaan dan pelaksanaan belum


tentu sama komposisinya

Untuk mengantisipasi berbagai kendala terkait konteks di atas maka


diusulkan beberapa solusi (Ring dan Perry, 1985) sebagai berikut :

1) Maintaining Flexibility - Proses implementasi manajemen strategi


diharapkan mampu beradaptasi terhadap perubahan internal dan eksternal

2) Bridging Competing Worlds - Sektor publik yang bersifat terbuka


memiliki keterikatan dengan berbagai pihak atau kelompok kepentingan.
Pemerintah harus memperlakukan semua pihak dengan adil

3) Wielding Influence, Not Authority - Kemampuan politik diperlukan dalam


manajemen strategis guna membangun hubungan dan memunculkan nilai
positif dalam konfrontasi pihak-pihak tertentu

4) Minimizing Discontinuity - Ketidakstabilan koalisi politis harus dicegah


dengan pengelolaan sumberdaya yang terkait pembentukan koalisi tersebut
Dimensi Manajemen Strategis menurut Untoro dan Halim, 2007 antara lain :
1. Parctipative Planning - Perencanaan strategis selayaknya melibatkan para
bawahan yang terlibat langsung dalam aktivitas organisasi sektor publik
2. Planning Flexiblility - Perencanaan yang fleksible diharapkan mampu
membuat organisasi lebih cepat dalam merespon perubahan baik internal
maupun eksternal

1) Pentingnya Manajemen Strategik bagi Sektor Publik


Mengapa sektor publik membutuhkan manajemen strategis dalam
melaksanakan kegiatannya? Karena sebagai suatu organisasi yang ingin mencapai
suatu tujuan, organisasi sektor publik memerlukan rencana strategis untuk
mencapai tujuan tersebut yang dirinci dalam program-program dan kegiatan-
kegiatan yang dapat bersinergi untuk mewujudkan tujuan tersebut (Joyce, 1999).
Terlebih dengan struktur organisasinya yang sangat besar dan kompleks, dengan
menggunakan manajemen strategik, para pemangku kebijakan dapat memotivasi
dan mengarahkan pegawainya lebih baik yang selanjutnya dapat meningkatkan
performa kinerja organisasi.
Sektor publik juga dapat merumuskan strategi ke depannya dan melihat
ancaman peluang yang ada sertamenetapkan sasaran dan arah yang jelas untuk
masa depan.
Dengan menerapkan apa yang ada di dalam manajemen strategis, maka
diharapkan sektor publik dapat :
1) Menjadi instansi reaktif dalam menghadapi perubahan situasi yang
dinamis dan kompleks.
2) Mengelola sumber daya yang dimiliki untuk hasil yang maksimal
(managing for result)
3) Mengubah orientasi instansi menjadi instansi berorientasi masa depan
4) Mejadikan instansi adaftif dan fleksibel, mengurangi birokrasi yang rumit
dan lebih transparan
5) Menjadikan instansi mampu memenuhi harapan masyarakat (pengguna
layanan)
Adapun tujuan dari manajemen strategik untuk sektor publik adalah :
1) Melaksanakan dan mengevaluasi strategi yang dipilih secara efektif dan
efisien
2) Mengevaluasi kinerja, meninjau dan mengkaji ulang situasi serta
melakukan berbagai penyesuaian dan koreksi jika terdapat penyimpangan
di dalam pelaksanaan strategi
3) Senantiasa memperbarui strategi yang dirumuskan agar sesuai dengan
perkembangan lingkungan eksternal
4) Senantiasa meninjau kembali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
bisnis yang ada
5) Senantiasa melakukan inovasi atas produk agar selalu sesuai dengan selera
konsumen

2) Model Manajemen Strategis


Untuk menetapkan strategik suatu sektor publik, pertama-tama kita perlu
mengetahui apa saja model manajemen strategi yang ada, dan biasanya digunakan
di sektor publik. Setidaknya ada sekitar 4 model strategi yang biasa dikenal,
(Joyce, 1999) yaitu:
1) Model perencanaan klasik
Model perencanaan klasik menitikberatkan pada formalitas organisasi
pemerintah untuk menyusun suatu rencana strategis yang akan diturunkan
kepada unit-unit bisnis di bawahnya. Jenis model ini umumnya tidak
berjalan dengan maksimal karena selain paradigma birokrat dan
formalitas, unit organisasi di bawah belum tentu memiliki komitmen yang
sama dengan unit induk
2) Model bisnis
Model bisnis menitik beratkan pada hubungan transaksi antara organisasi
induk dan organisasi dibawahnya (purchase provider). Model lebih
memberikan insentif bagi organisasi untuk melaksanakan strateginya
dikarenakan adanya sifat transaksional yang biasanya berbentuk bonus.
3) Model perencanaan strategi visioner
Model perencanaan strategis visioner berorientasi pada pola pikir jangka
panjang dimana manajer akan mencari aktivitas yang akan dilakukan
dalam membawa organisasi dari kondisinya saat ini menuju masa depan
yang diharapkan.
4) Model manajemen strategi peramalan.. Model perencanaan strategi
peramalan berfokus pada pengembangan area spesialisasi atau kapabilitas
organisasi dan pengembangan relasi dan aliansi dengan organisasi lain
dalam rangka memastikan pencapaian visi organisasi.

3) Mencapai Penerapan Manajemen Strategik yang Baik


Bernard Marr (2008) mengajukan 11 prinsip penerapan manajemen
strategis yang baik yaitu:
1) Kejelasan strategi
2) Pengumpulan indikator kinerja yang tepat
3) Pelaksanaan analisis manajemen kinerja
4) Penciptaan budaya belajar yang positif
5) Perolehan kepercayaan internal
6) Penjajaran/pengarahan organisasi
7) Perbaruan sistem terus-menerus
8) Komunikasi dan pelaporan yang baik
9) Implementasi software pendukung
10) Dedikasi sumber daya dan waktu
11) Pengukuran
Bernard Marr (2008) juga mengajukan 2 cara dalam mengukur
manajemen kinerja dalam organisasi pemerintah yaitu strategy map dan value
creation map. 
4) Peran Kepemimpinan dalam Penerapan Manajemen Strategik
Leadership merupakan satu elemen kunci yang efektif dalam manajemen
strategik. Pemimpin memfokuskan organisasi mereka pada arah strategik. Mereka
menciptakan suatu agenda untuk perubahan strategik. Pemimpin organisasi
menjaga kemajuan organisasi menuju visi strategik. Terlebih di sektor publik, di
mana pemimpin (Presiden) sangat mengambil peran penting.
Pemimpin memperoleh kepercayaan dari konstituen dari visi dan misi
(RPJM, selama 5 tahun) yang ia usung, lalu kemudian visi misi tersebut diolah di
seluruh kementerian untuk dijadikan acuan program yang akan dilaksanakan.
Pemimpinpemimpin strategik dalam sektor publik memberdayakan para atasan
dan parapegawainya untuk membuat keputusan yang berkaitan dengan
peningkatan kinerja pelayanan publik. Berkaitan dengan hal ini, para pemimpin
dalam sektor publik membutuhkan desain sistem perencanaan strategik yang
tepat.
Agar mencapai hasil-hasil yang diharapkan, maka pemimpin dan
karyawan harus memiliki komitmen terhadap perencanaan strategik yang telah
dibuat dan memberikan perhatian penuh pada implementasi dari sasaran-sasaran
dan tujuantujuan. Selain itu, dalam pelaksanaannya, dibutuhkan komunikasi yang
baik antara pemimpin dan pegawainya agar terjadi harmonisasi dan menghidari
miskomunikasi dalam bekerja.
5) Kendala Manajemen Strategik
Kendala dalam melaksanakan manajemen strategis di sektor publik, terjadi
karena karakteristik sektor publik berbeda dengan sektor swasta, sebagaimana
yang disebutkan di paragraf sebelumnya. Kendala tersebut didefinisikan sebagai
kondisi tetap (struktural atau prosedural) yang cenderung ada untuk beberapa
periode waktu yang suatu organisasi dan manajemen harus beradaptasi dan
mengatasi masalah atas kendala tersebut. Adapun kendala yang terjadi di sektor
publik dalam penerapan manajemen strategis ialah:
1) Karena adanya perbedaan mendasar dalam undang-undang dasarnya,
dimana sektor publik menggunakan konstitusi negara tersebut, sedangkan
sektor publik sangat fleksibel dengan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga perusahaan tersebut, menjadikan sektor publik lebih kaku dan
ketika membuat suatu program kegiatan, harus melakukan cross check
dengan undang-undang yang telah ada sehingga program tersebut tidak
melanggar undang-undang dan sesuai prosedur instansi tersebut.
2) Karena organisasi publik merupakan perpanjangan tangan dari konstituen
parlemen yang mengusung aspirasi rakyatnya, maka organisasi publik
lebih terbuka untuk lingkungan eksternal dibanding swasta. Hal ini
menjadikan setiap kinerja organisasi tersebut akan menjadi sorotan rakyat
apabila visi dan misi maupun program yang diusung jauh dari harapan
rakyat (pengguna layanan) yang ke depannya secara tidak langsung, dapat
mengakibatkan ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah dan
mengganggu stabilitas keamanan negara (misal dengan para rakyat
berdemonstrasi maupun membuat kerusuhan).
3) Adanya budaya yang sangat melekat dan menjadi karakteristik umum
organisasi publik yaitu birokrasi. Yaitu prosedur pemerintah yang kadang
rumit, berjenjang dan kaku, sehingga memerlukan waktu lama dalam
menyelesaikan suatu tugas/masalah. Pegawai dalam bekerja pun kurang
profesional dan masih terjadi KKn di beberapa lini, membuat pemerintah
membentuk pengendalian internal dan external dalam rangka menertibkan
dan mendisiplinkan para pegawai tersebut.
4) Proses pengukuran kinerja di instansi pemerintah lebih sulit apabila
dibandingkan dengan pengukuran kinerja pada sektor swasta. Output dan
tujuan sektor swasta jelas yaitu produk atau jasa dijual sehingga
memperoleh keuntungan sedangkan pemerintah memiliki cakupan kerja
yang lebih luas dan rumit dalam mengukur tujuannya dan mengukur
hasilnya (outcome danimpact).
5) Keterbatasan informasi bahkan asimetri informasi juga menjadi kendala
bagi organisasi untuk dapat menghasilkan pengambilan keputusan yang
berkualitas. Hal ini biasanya muncul karena adanya pembelokan tujuan
insentif terkait penerapan manajemen strategi. Para manajer pelaksana
dapat memberikan informasi yang salah dengan harapan memberikan
kesan positif terhadap kinerja mereka yang sebenarnya menurut kondisi
nyata tidak cukup baik.
Siagian [2004] mengemukakan, anajemen Strategi Sektor Publik  sebagai
suatu rangkaian rangkaian keputusan serta tindakan yang disusun oleh manajemen
puncak dan kemudian diimplementasi oleh semua jajaran entitas atau organisasi
dalam kerangka pencapaian tujuan yang ditetapkan organisasi tersebut.
Manajemen strategi tidak hanya dipergunakan pada sektor swasta namun
juga telah diterapkan pada sektor publik. Penerapan manajemen strategi pada ke-2
jenis entitas tersebut sebenarnya tidaklah terlampau jauh berbeda, hanya saja pada
institusi sektor publik tidak menekankan pada tujuan organisasi dalam mencari
laba namun lebih kepada pelayanan untuk masyarakat.
Sementara itu, Anthony dan Young [2003] menyatakan penekanan
organisasi sektor publik dapat diklasifikasikan ke dalam 7 hal yaitu :
1) Tidak memiliki motif untuk mencari laba atau keuntungan
2) Ada pertimbangan yang khusus didalam pembebanan pajak
3) Adanya kecenderungan orientasi hanya pada pelayanan semata
4) Banyak menghadapi permasalahan yang lumayan besar pada tujuan dan
juga strategi
5) Kurang menggantungkan diri kepada klien dalam memperoleh bantuan
keuangan
6) Dominasi professional
7) Pengaruh politik umumnya memainkan peran yang begitu penting
Manajemen Strategik juga telah diterapkan di Indonesia, di antaranya
berada di bidang pendidikan. Nawawi [2003] menyatakan Departemen Pendidikan
Nasional menjalankan proses manajemen strategi dengan cara mengendalikan
strategi serta pelaksanaan pendidikan nasional yang diwujudkan di dalam Sistem
Pendidikan Nasional baik itu pendidikan secara formal ataupun pendidikan yang
non formal. Proses manajemen strategi dijalankan secara efisien dan efektif guna
mencapai tujuan organisasi pendidikan yaitu warganegara yang kompetitif dan
berkualitas. Nutt dan Backoff [1992] pada Salusu [2006: 496 - 498] menyatakan
ada beberapa alasan perlunya perubahan strategi yang juga sekaligus memberi
petunjuk mengenai bagaimana manfaat manajemen strategi untuk organisasi
sektor publik ataupun organisasi nirlaba sebagai berikut :
1) Organisasi sektor publik yang baru ataupun yang berkembang harus
memikirkan sasaran dan tujuan yang diprioritaskan
2) Kebutuhan dalam mempertahankan stabilitas pembiayaan yang
membutuhkan strategi baru dalam mencari sumber dana baru
3) Keinginan dalam mengembangkan pelayanan, dengan seiring semakin
tersedianya sumber daya, mendorong manajemen untuk melakukan
perubahan atas kebijakan, prosedur, bahkan hingga prioritas kepada klien
yang dilayani
4) Perluasan peranan karena desakan oleh publik, guna memenuhi kebutuhan
mereka. Perubahan kepemimpinan umumnya diikuti dengan visi yang baru
yang menuntut para pemangku memahami kebijakan yang baru
5) Tuntutan yuridis didalam planning yang memungkinkan perubahan suatu
prosedur jika ada desakan dari pemerintah untuk mendapatkan bantuan
yang dibutuhkan
6) Tuntutan akan integrasi antar-departement, biro, bagian, seksi dan yang
lainnya seringkali terjadi didalam organisasi sektor publik yang akan
menuntut suatu penyesuaian misi, visi tujuan, dan berbagai prosedur
lainnya
7) Koordinasi tindakan yang menuntut adanya perubahan dalam
kebijaksanaan internal
8) Ancaman politik yang menuntut para pemangku untuk menyesuaikan
kebijakan organisasi-nya dengan ancaman tuntutan tersebut
Mengapa organisasi sektor publik memerlukan manajemen strategis dalam
melakukan aktivitasnya? Karena instansi atau organisasi sektor publik
membutuhkan rencana yang strategis untuk menggapai tujuan yang dirinci
program dan aktivitas yang bisa bersinergi. Terlebih lagi dengan struktur
organisasi yang besar serta sangat kompleks, dengan menerapkan manajemen
strategi, para pemangku kepentingan bisa memotivasi serta mengarahkan para
pegawai yang kemudian bisa meningkatkan kinerja organisasi. Sektor publik pun
bisa merumuskan strategi ke masa mendatang dan melihat ancaman dan peluang
yang ada serta menetapkan tujuan yang jelas pada masa mendatang.
Dengan penerapan manajemen strategi, diharapkan instansi sektor publik
dapat :
1) Menjadi instansi yang reaktif didalam menghadapi suatu perubahan situasi
yang tidak terduga
2) Mengelola sumber daya untuk hasil yang optimal
3) Mengubah orientasinya menjadi instansi yang berorientasi pada masa
mendatang
4) Menjadikan instansi adaftif serta fleksibel, mengurangi alur birokrasi yang
rumit dan lebih terbuka atau transparan
5) Menjadikan instansi sektor publik mampu memenuhi ekspentasi para
pengguna layanan

6) Kendala Manajemen Strategi Sektor Publik


Kendala terjadi dikarenakan karakteristik dari sektor publik berbeda
dengan karakter sektor swasta, kendala tersebut diartikan sebagai kondisi yang
tetap [struktural atau prosedural] yang kecenderungannya ada dalam beberapa
periode dan manajemen harusnya beradaptasi serta mengatasi kendala tersebut.
Kendala kendala yang sering terjadi pada sektor publik di antaranya :
1) Ada perbedaan yang mendasar dalam undang-undang, di mana sektor
publik mempergunakan konstitusi dari negara, hal ini bisa membuat sektor
publik lebih kaku dan ketika menyusun suatu program aktivitas harus
mengeceknya dulu dengan undang- undang apakah program tersebut tidak
melanggar undang-undang
2) Karena merupakan perpanjangan tangan pemerintahan, maka organisasi
publik bersifat lebih terbuka kepada lingkungan eksternal dibandingkan
dengan swasta. Hal ini mengakibatkan kinerjanya menjadi sorotan jika visi
maupun misi dan program yang dijalankan jauh dari para pengguna
layanan. secara tak langsung bisa mempengaruhi kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah
3) Prosedur pemerintahan yang sering kali rumit, kaku dan berjenjang
sehingga membutuhkan waktu yang lama dalam menyelesaikan suatu
masalah
4) Proses pengukuran kinerja pada instansi pemerintahan lebih sulit jika
dibanding dengan sektor swasta. Output maupun tujuan dalam sektor
swasta sangat jelas yaitu produk ataupun jasa yang dijual dan mencari
laba, sedangkan pemerintah mempunyai wilayah kerja yang jauh lebih luas
dan rumit didalam mengukur tujuan maupun hasilnya
5) Keterbatasan akan informasi menjadi kendala dalam menghasilkan
keputusan yang tepat. Hal ini terjadi karena adanya pembelokan dari
tujuan insentif yang berhubungan dengan penerapan manajemen strategi.
Para manajer pelaksana bisa memberi informasi yang keliru dengan
harapan memberi kesan yang positif terhadap kinerjanya yang sebenarnya
kurang baik.

7) Fungsi Manajemen Strategik Bersifat Kompetensi


Manajemen Strategik - Pengambilan keputusan dan perencanaan adalah
fungsi dari manajemen, maka juallah suatu peranan pengambilan keputusan
strategis dan perencanaan strategis kepada manajemen strategi. Pertama,
manajemen strategi bertugas untuk membuat keputusan strategis yang
meng”goal”kan ketetapan atas tujuan dan sasaran. Lalu kemudian manajemen
strategi akan menetapkan apa saja yang sebaiknya dijalankan pada masa
mendatang.
Manajemen strategik lantas menentukan siapa saja yang melaksanakannya
dan bagaimana tindakannya. Lalu setelah itu manajemen strategi akan meninjau,
menggerakkan kegiatan operasional total semua yang bertanggung jawab, yang
terlibat langsung didalam usaha pencapaian tujuan serta sasaran. Singkat kata,
manajemen strategi berfungsi untuk membuat sebuah keputusan strategis,
membuat perencanaan strategis, dan juga berfungsi meninjau atau
mengeveluasi strategik.
Manajemen Strategik seringkali dipandang sebagai suatu game plan atau
skenario dalam pengembangan usaha, mempertahankan ataupun memperbaiki
posisi didalam pasar, menarik dan memuaskan para konsumen, sukses dalam
berkompetisi dengan para pesaing, menjalankan operasional bisnis serta mencapai
sasaran yang strategis. Para manajer dalam perusahaan menjalankan manajemen
strategi sebagai suatu proses dalam merumuskan dan megimplementasikan
strategi didalam usaha menyediakan suatu nilai bagi customer untuk mewujudkan
visi dan misi perusahaan.
Sehingga pada akhir akhir ini manajemen strategi sudah mengalami
sebuah peralihan dari perencanaan menjadi keunggulan dalam bersaing.
Penyusunan sebuah strategi lebih berdasarkan pada konsep keunggulan bersaing
yang mempunyai 5 (lima) karakteristik, sebagai berikut :
1) Kompetensi Khusus - Keunggulan dalam bersaing adalah suatu hal khusus
yang dimiliki atau dilakukan oleh suatu perusahaan yang memberi
kekuatan dalam menghadapi pesaing. Kompetensi ini bisa berupa opini
ataupun merek yang memiliki persepsi kualitas yang tinggi. semisal
pengelolaan dalam administrasi yang brilian rapi, terkenal bebas KKN dan
bersih serta tepat waktu. ataupun Merk dagang layaknya Coca Cola, Nike,
Adidas, BMW, Mercy, dan yang lainnya.
2) Menciptakan Persaingan Tidak Sempurna - Di dalam persaingan yang
sempurna, seluruh perusahaan menghasilkan produk yang sama/serupa
sehingga bebas keluar-masuk kedalam pasar. Suatu perusahaan bisa
mendapatkan keunggulan bersaing dengan menciptakan suatu persaingan
yang tidak sempurna yaitu bisa dengan cara memberi kwalitas yang tinggi
pada aspek tertentu.
3) Berkesinambungan - Keunggulan bersaing seharus bersifat
berkesinambungan dan bukan hanya sementara waktu serta tidak mudah
untuk ditiru oleh para kompetitor.
4) Kesesuaian dengan Lingkungan Internal - Keunggulan bersaing bisa
didapat dengan cara menyesuaikan permintaan pasar. Karena didalam
lingkungan eksternal bisa merupakan ancaman serta peluang, sehingga
perubahan pada pasar bisa meningkatkan keunggulan ataupun kelemahan
perusahaan.
5) Keuntungan yang Tinggi daripada Keuntungan Rata Rata - Sasaran yang
utama keunggulan dalam bersaing adalah memperoleh keuntungan yang
lebih besar daripada keuntungan rata rata perusahaan dalam industri

8) Manfaat Manajemen Strategi yang Bisa Diperoleh


Manajemen Strategi  adalah suatu cara dalam mengatur seluruh sumber
daya yang dimiliki perusahaan baik itu  sumber daya manusia  ataupun sumber
daya yang lain untuk bisa melaksanakan semua aktivitas-aktivitas perusahaan
yang pada akhirnya mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Manajemen strategik memungkinkan sebuah perusahaan untuk lebih proaktif
daripada reaktif dalam upayanya membentuk masa depan perusahaan itu sendiri,
hal tersebut memungkinkan suatu perusahaan untuk memulai dan mempengaruhi
kegiatan sehingga bisa mengendalikan tujuannya perusahaan itu sendiri.
Melihat dari  definisi manajemen strategik serta pembahasan sebelumnya,
manajemen strategik memiliki beberapa manfaat, di ataranya adalah :
1) Manajemen Strategik setidaknya bisa mencegah terjadinya berbagai
macam masalah di dalam maupun diluar perusahaan serta meningkatkan
kemampuan perusahaan didalam menghadapi sebuah masalah
2) Manajemen Strategik bisa membuat kondisi atas penolakan terhadap suatu
perubahan dapat berkurang
3) Manajemen Strategik membuat perusahaan akan bisa melaksanakan
seluruh aktivitas operasionalnya secara lebih efisien serta efektif 
4) Keterlibatan tenaga kerja atau karyawan perusahaan terhadap perumusuan
strategi bisa memperbaiki pengertian karyawan atas penghargaan sebuah
produktivitas dalam tiap perencanaan strategi sehingga ujungnya bisa
meningkatkan motivasi kerja dan rasa kebersamaan antar-karyawan
5) Seluruh keputusan yang dijalankan oleh para manajer didalam perusahaan
cenderung lebih tepat, hal ini dikarenakan seluruhnya didasarkan pada
perencanaan yang sudah matang dan sudah memperhitungkan seluruh
aspek yang terkait
6) Manajemen Strategik akan membuat pihak manajemen perusahaan akan
menjadi bertambah peka terhadap ancaman yang bisa datang dari luar
lingkungan perusahaan
7) Berdasarkan hasil penelitian, dapat ditunjukkan bahwa perusahaan yang
mempergunakan konsep manajemen strategi lebih profitable dari pada
perusahaan yang tidak menerapkan manajemen strategik
8) Kegiatan kegiatan yang saling tumpang tindih akan berkurang
9) Manajemen Strategik dapat membantu perusahaan bisa dengan mudah
beradaptasi pada perubahan perubahan yang terjadi, dan keengganan dari
karyawan lama untuk berubah bisa dikurangi
10) Manajemen Strategik dapat mengidentifikasi keungulan komparatif
perusahaan didalam lingkungan yang makin beresiko
11) Manajemen Strategik memberikan arah perusahaan jangka panjang yang
jelas yang nanti akan dituju
12) Bisa membantu perusahaan dalam menyusun strategi perusahaan yang
lebih baik dengan mempergunakan pendekatan yang jauh lebih sistematis,
rasional, logis, rasional pada pilihan strategis, David [2002:15].
13) Manajemen Strategi adalah sebuah proses dan bukanlah keputusan ataupun
dokumen.
14) Tujuan utama dari sebuah proses adalah untuk mencapai pengertian serta
komitmen dari semua pihak manajer dan karyawan
15) Suatu proses menyediakan pemberdayaan individual.
16) Pemberdayaan merupakan kegiatan dalam memperkuat pengertian dari
karyawan tentang efektivitas dengan cara mendorong serta menghargai
mereka para karyawan untuk bisa berpartisipasi didalam pengambilan
suatu keputusan dan latihan yang inisiatif serta imajinasi.
17) Mendatangkan laba
18) Meningkatkan kesadaran terhadap ancaman eksternal
19) Manajemen Strategi bisa memberikan pemahaman yang lebih baik tentang
strategi dari pesaing
20) Manajemen Strategi dapat meningkatkan produktivitas para karyawan
21) Manajemen Strategi bisa membuat berkurangnya penolakan terhadap suatu
perubahan dalam perusahaan
22) Manajemen Strategi bisa memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang
hubungan prestasi dan penghargaan
Sedangkan menurut Greenley, manfaat manajemen strategis akan
dirasakan perusahaan seperti berikut :
1) Manajemen Strategi memungkinkan untuk mengidentifikasi, menentukan
prioritas, serta eksploitasi peluang yang ada
2) Dapat memberikan suatu pandangan yang objektif terhadap masalah
manajemen
3) Mencerminkan kerangka kerja (frame work) dalam aktivitas kontrol serta
koordinasi yang jauh lebih baik
4) Manajemen strategi bisa meminimalisir akibat dari suatu kondisi dan
perubahan yang tidak bagus.
5) Manajemen strategik memungkinkan supaya keputusan yang besar bisa
mendukung dengan lebih baik terhadap tujuan yang sudah ditetapkan
6) Manajemen strategik membuat alokasi waktu dan sumber daya yang ada
lebih efektif untuk memaksimalkan peluang yang sudah terindentifikasi
7) Memungkinkan alokasi sumber daya yang ada dan waktu yang relatif lebih
sedikit dalam mengoreksi suatu keputusan yang keliru atau tidak terencana
8) Bisa menciptakan frame work (kerangka kerja) untuk komunikasi internal
di antara para staff
9) Dapat membantu dalam mengintegrasikan perilaku tiap individu kedalam
usaha bersama
10) Manajemen strategi bisa memberik dasar untuk mengklarifikasi suatu
tanggungjawab individu
11) Manajemen strategik bisa mendorong suatu pemikiran ke masa yang akan
datang.
12) Manajemen strategik mampu menyediakan pendekatan yang kooperatif,
terintegrasi, serta antusias dalam menghadapi suatu masalah dan peluang
13) Dapat mendorong terciptanya suatu sikap positif terhadap suatu perubahan
14) Manajemen strategi bisa memberi tingkat kedisiplinan dan moralitas
kepada manajemen perusahaan.

Contoh Kasus : Implementasi Manajemen Strategi Dalam Mewujudkan Akuntabilitas


Kinerja Tenaga Kependidikan di Kawasan Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten Bengkalis

1. Struktur Organisasi UPTD Pendidikan Kawasan Perkotaan dan Pedesaan


Kabupaten Bengkalis
Struktur Organisasi Kantor UPTD Pendidikan Kabupaten Bengkalis didasarkan
pada Peraturan Bupati Bengkalis Nomor 543 Tahun 2002, kemudian
disempurnakan lagi dengan Keputusan Bupati Nomor 16 Tahun 2005, tentang
Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) Unit Pelaksana Teknis
Dinas Pendidikan Kabupaten Bengkalis. Dengan adanya struktur organisasi di
lingkungan Kantor UPTD Pendidikan di Kabupaten Bangkalis, dapat dikatakan
bahwa UPTD Pendidikan Kabupaten Bengkalis adalah organisasi yang memenuhi
persyaratan secara organisatoris. Dengan adanya struktur tersebut, tentu saja akan
mempermudah UPTD Pendidikan Kabupaten Bengkalis dalam melaksanakan
tugas pokoknya dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Sumber Daya UPTD Pendidikan Kabupaten Bengkalis

SDM adalah potensi yang berfungsi mewujudkan eksistensi suatu


organisasi. Oleh karena itu, SDM dalam organisasi UPTD Pendidikan Kabupaten
Bengkalis hendaknya didukung oleh berbagai SDM seperti Pemimpin UPTD,
petugas urusan administrasi, petugas pelaksana urusan kurikulum, petugas
pelaksana urusan pendidikan dan ketenagaan, petugas pelaksana urusan sarana
pendidikan, petugas pelaksana urusan pemuda dan olah raga, serta kelompok
fungsional. SDM tersebut merupakan personil dan faktor penentu
terselenggaranya tugas UPTD yang efektif. Untuk itu setiap personil hendaknya
memiliki sikap produktif.

Pemimpin UPTD Pendidikan sebagai pemimpin organisasi, hendaknya


mampu memainkan perannya sebagai pemimpin yang kreatif dan inovatif agar
dapat menjaga nilai-nilai dominan yang berlaku, dan nilai-nilai baru yang
berkembang di lingkungan masyarakat. Pemahaman terhadap visi, misi, dan
tujuan UPTD Pendidikan merupakan syarat penting bagi kepala UPTD
Pendidikan sehingga dapat mengembangkan ide-ide dan merealisasikannya dalam
berbagai kegiatan UPTD Pendidikan. Pelaksanaan kegiatan disuatu lembaga
sudah barang tentu membutuhkan sejumlah dana. Demikian juga halnya Kantor
Unit Pelayanan Teknis Dinas Pendidikan di Kabupaten Bengkalis, untuk
membiayai pelaksanaan semua kegiatan yang telah diprogramkan oleh Pemimpin
dan disepakati bersama dengan staf. Dana yang dibutuhkan tersebut diperoleh dari
anggaran yang telah dialokasikan oleh Dinas Pendidikan, Pemudan dan Olahraga
Kabupaten untuk setiap kantor UPTD Pendidikan sebesar Rp 4.300.000,- (empat
juta tiga ratus ribu rupiah) per-tahun. Namun menurut Pemimpin UPTD
pendidikan, dana yang dialokasikan tersebut jelas tidak mencukupi guna
memenuhi semua keperluan setiap bulannya. Untuk mengatasi kekurangan dana
tersebut, Pemimpin UPTD mengusahakannya dengan berbagai upaya.

Dalam suatu organisasi, sumber daya memiliki peran strategis karena


berkaitan dengan upaya organisasi melaksanakan seluruh program-programnya.
Sumber daya dalam organisasi biasanya dikategorikan sebagai sumber daya
manusia dan sumber daya fasilitas. Sumber daya manusia adalah sumber daya
yang terdiri dari orang-orang yang berada dalam organisasi maupun yang tidak
berada dalam organisasi tetapi memberikan dukungan dalam kinerja organisasi .
Sedangkan sumber daya fasilitas, dalam hal ini sumber daya keuangan adalah
dana yang dibutuhkan organisasi untuk melaksanakan kegiatannya. Selain kedua
istilah sumber daya di atas (manusia dan fasilitas), masih ditemukan istilah lain
dalam hal sumber daya, yaitu sumber daya berwujud dan sumber daya tidak
berwujud.
3. Perumusan Strategi dalam Mewujudkan Akuntabiltas Kinerja Pemimpin
UPTD Pendidikan Kawasan Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten Bengkalis
UPTD

Pendidikan sebagai sub sistem dari sistem organisasi membutuhkan


strategi dalam menjawab kebutuhan masa depan. Karena itu, setiap pemimpin
organisasi harus mampu merumuskan keputusan dan tindakan yang dapat
direalisasikan oleh seluruh personil organisasi dalam menjawab tuntutan
organisasi dan tuntutan lingkungan masyarakat. Perumusan strategi yang
dilakukan dalam penetapan kebijakan organisasi akan dapat merumuskan visi,
misi, dan tujuan organisasi. Dengan visi, akan diketahui orientasi masa depan,
dengan misi akan tergambar strategi yang dilakukan dalam realisasi yang ingin
dicapai, sedangkan tujuan organisasi merupakan hasil atau kualitas yang ingin
diberikan dalam berbagai sasaran.

Perumusan strategi yang dilakukan Pemimpin UPTD Pendidikan dalam


penentuan prosedur dan sistem yang menjamin terlaksananya tugas di UPTD
kawasan Perkotaan, yaitu: (1) Pemimpin memberikan kesempatan kepada setiap
pelaksana urusan dan personil lainnya untuk menyampaikan ide-ide atau saran-
saran; (2) menghimpun usulan-usulan dari berbagai pelaksana urusan, dan
personil lainnya; (3) melakukan musyawarah tentang usulan-usulan yang
diusulkan dari berbagai pihak tersebut untuk menentukan prosedur dan sistem
penyelenggaraan yang sesuai dengan tujuan UPTD kawasan perkotaan; (4)
Penetapan prosedur dan sistem penyelenggaraan program didasarkan kepada
input-input yang diberikan oleh petugas pelaksana urusan sesuai keahlian; (5)
Penentuan personil yang bertanggung jawab terhadap realisasi prosedur dan
sistem penyelenggaraan yang telah diputuskan; (6) penentuan program yang
diberikan kepada petugas pelaksana diserahkan kepada urusan masing-masing.

Di lingkungan UPTD Pendidikan Daerah Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten


Bengkalis, perumusan strategi yang dilakukan kepala UPTD Pendidikan dalam
penentuan personil-personil organisasi dilakukan dengan pendekatan permintaan
dan penerimaan saran dari beberapa tenaga fungsional (pengawas) dan dengan
cara Pemimpin memberikan kesempatan kepada para staf setiap bidang keahlian
untuk menentukan dan mengusulkan personil-personil yang cocok menduduki
posisi dan bidang tertentu. Strategi ini dilakukan kepala UPTD Pendidikan dengan
pendekatan top down dan buttom up. Pendekatan yang dilakukan kepala UPTD
Pendidikan dalam penetapan kebijakan penentuan personil merupakan pendekatan
variatif.

Dengan memperhatikan uraian diatas, perumusan strategi UPTD Pendidikan


daerah Perkotaan dan Pedesaan di Kabupaten Bengkalis dilakukan dengan
penerapan manajemen stratejik. Perumusan manajemen stratejik di atas dilakukan
untuk mengantisipasi berbagai masalah yang dihadapi. Faktor-faktor eksternal
yang mempengaruhi strategi dalam menghadapi peluang dan ancaman itu jika
dirinci, dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

4. Implementasi Manajemen Strategik dalam Mewujudkan Akuntabilitas


Kinerja Pemimpin UPTD Pendidikan Kawasan Perkotaan dan Pedesaan
Kabupaten Bengkalis
Implementasi strategi yang dilakukan Pemimpin UPTD Pendidikan baik
kawasan perkotaan maupun pedesaan dalam peningkatan dan penciptaan kondisi
kerja yang mendukung terhadap personil dilakukan dengan berbagai strategi,
yaitu: (1) memberikan kesempatan kepada setiap personil untuk melakukan
berbagai usulan kegiatan; (2) mengupayakan pendapatan yang memadai bagi
setiap personil; (3) memberikan kesempatan kepada personil untuk melakukan
berbagai kegiatan; (4) memberikan arahan dan peraturan yang jelas pada setiap
kegiatan agar personil dapat menjalankan peran dan fungsinya dengan baik; (5);
memberikan arahan dan peraturan yang jelas agar setiap personil dapat
menjalankan fungsi dan perannya dengan baik; (6) memberikan kesempatan
kepada para Pemimpin petugas pelaksana untuk merancang kegiatan-kegiatan
peningkatan hubungan kerjasama dengan pihak lain, kegiatan-kegiatan pelatihan
atau life skill sesuai dengan bidang keahlian masing-masing.
a. Upaya Mewujudkan Pelaksanaan Implementasi Strategi Kawasan
Perkotaan dan Pedesaan
1) Mengembangkan unit-unit urusan yang melaksanakan tugas sesuai
dengan bidangnya, sehingga dapat lebih profesional.
2) Untuk memenuhi kebutuhan pihak terkait sesuai dengan kegiatan
life skill, melakukan dan merancang kegiatan-kegiatan pelatihan.
3) Pengembangan sumber daya manusia. Para personil memiliki
peluang sangat besar untuk meningkatkan dan mengembangkan
kemampuannya. Seiring dengan program peningkatan mutu
pelayanan yang selama ini dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan
Kabupaten, kesempatan-kesempatan mengikuti penataran/diklat di
dalam maupun luar negeri terbuka lebar. Adapun penataran yang
sudah pernah diikuti oleh personil UPTD antara lain: rakor,
kepemimpinan (manajemen), teknologi, program magang, program
pengembangan, pengembangan kurikulum, pameran pembangunan,
diklat, lokakarya evaluasi, pelatihan olahraga, pendidikan
kependudukan, bahasa.
4) Pengembangan dan sosialisasi program melalui hubungan
kerjasama dengan berbagai pihak, rapat koordinasi dengan para
kepala sekolah, dinas pendidikan/pemda, observasi dan studi
banding ke UPTD luar Kabupaten, dalam rangka pengembangan
program pendidikan yang berorientasi kepada kecakapan hidup,
dan pengembangan sarana pendidikan.
5) Mensosialisasikan program-program yang telah dan akan dilakukan
oleh UPTD Pendidikan kepada masyarakat melalui brosur,
pameran, informasi, dan media.
Selain upaya-upaya yang dikemukakan di atas, di UPTD Kawasan
Perkotaan dan Pedesaan menurut Pemimpin dalam penyelenggaraan
program masih menemukan beberapa hambatan
b. Hambatan secara umum pelaksanaan implementasi strategi Kawasan
Perkotaan dan Pedesaan
1) Belum terlaksananya secara optimal seluruh bidang keahlian yang
ada di UPTD kawasan pedesaan
2) Dalam pelaksanaan teori dan kebijakan masih ditemui kekurangan
tentang pemahamannya, sehingga dalam pelaksanaan program
selalu ragu-ragu.
3) Belum terlaksananya pemberian keterampilan secara terprogram.
4) Belum terlaksananya kegiatan secara optimal, karena keterbatasan
waktu dan imej.
5) Perlunya peremajaan fasilitas dan perhatian pemerintah daerah.
Dari berbagai uraian diatas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa pada
dasarnya Pemimpin UPTD, baik itu yang terletak dikawasan perkotaan maupun
dipedesaan, mempunyai tugas pokok memimpin, merencanakan, melaksanakan,
mengevaluasi, dan melaporkan pengelolaan sebagian fungsi dinas di bidang
pelayanan pendidikan pada semua jenjang pendidikan. Disamping itu, para
Pemimpin UPTD juga memiliki beberapa fungsi penting dalam kaitannya dengan
implementasi manajemen stratejik pada UPTD yang dipimpinnya, yaitu:
 Penetapan rencana operasional kegiatan pelayanan pendidikan mulai dari
tingkat TK sampai SMU
 Pelaksanaan kegiatan operasional pelayanan pendidikan diwilayah
kerjanya
 Pelaksanaan fasilitasi dan dukungan administrasi pelaksanaan tugas tenaga
fungsional pelayanan pendidikan
 Pelaksanaan pemberian bahan rumusan kebijakan pengelolaan
administrasi kepegawaian pelayanan pendidikan
 Pengkoordinasian pemberian dan penyampaian bantuan pelayanan
pendidikan
 Penetapan rumusan kebijakan usulan pembangunan dan pemeliharaan
sarana dan prasarana pelayanan pendidikan
 Pemantauan dan pengendalian pelaksanaan pembangunan sarana dan
prasarana pelayanan pendidikan
 Pelaksanaan fasilitasi pengelolaan ketatausahaan pada setiap jenjang
satuan pendidikan
 Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas
 Pelaksanaan koordinasi pelayanan pendidikan dengan sub unit kerja
dilingkungan dinas.
Implementasi manajemen stratejik dapat dilaksanakan berdasarkan
perencanaan stratejik, perencanaan itu didasarkan atas dua dasar, adalah: (1)
Perencanaan intuitif antisipatif: adalah suatu perencanaan yang didasarkan pada
pengalaman-pengalaman, naluri, pertimbangan dan reflektif seorang manajer,
dengan perkataan lain perencanaan strategi intuitif antisipatif adalah perencanaan
berdasarkan pengalaman masa lalu, pertimbangan dan cara berpikir reflektif, (2)
Perencanaan Jangka Panjang Formal: adalah perencanaan berdasarkan prosedur,
penelitian, melibatkan banyak orang dan menghasilkan seperangkat rencana
tertulis.
Berikut ini dikemukakan isu penting dalam implementasi manajemen
stratejik dalam Mewujudkan Akuntabilitas Kinerja Pemimpin UPTD Pendidikan
Kawasan Peerkotaan dan Kawasan Pedesaan Kabupaten Bengkalis, dari tahap
implmentasi manajemen pada tabel 3 berikut:
5. Pengukuran Manajemen Stratejik dalam Pemberdayaan Pemimpin UPTD
Pendidikan Kawasan Perkotaan dan Pedesan Kabupaten Bengkalis

Untuk melihat bagaimana implementasi manajemen stratejik dalam


Mewujudkan Akuntabilitas Kinerja Pemimpin UPTD Pendidikan Kawasan
Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten Bengkalis, beberapa data dan informasi
berikut ini dapat dijadikan sebagai ukuran dalam penyelenggaraannya.

 Pertama, dari sudut organisasi menunjukkan bahwa telah terumuskannya


struktur organisasi dan perincian tugas anggota organisasi sebagai unsur-
unsur pelaksana UPTD Pendidikan. Struktur organisasi dan perincian
tugas berdampak terhadap keterlibatan personil dalam melaksanakan
wewenang, tanggung jawab dan menumbuhkan kesadaran, motivasi, garis
komando, serta koordinasi dalam pelaksanaan tugas yang diemban. Hal ini
merupakan salah satu bentuk sistem penyelenggaraan manajemen
pendidikan yang handal.

 Kedua, dari sudut pengembangan sumber daya menunjukkan bahwa: (1)


UPTD Pendidikan telah memiliki personil yang dapat melaksanakan
proses kegiatan organisasi; (2) pengembangan sumber daya manusia telah
dilakukan melalui penataran, pendidikan dan pelatihan; (3) adanya
kesempatan dan kepercayaan yang diberikan kepala UPTD Pendidikan
kepada para pelaksana urusan untuk melakukan kegiatan inovatif dalam
pengembangan dan pelaksanaan kegiatan UPTD; (4) terdapatnya fasilitas
yang mendukung kegiatan UPTD.

 Ketiga, dari sudut perumusan stratejik, kepemimpinan UPTD Pendidikan


tampak pada penentuan: (1) visi, misi, dan tujuan organisasi; (2) posisi
pelaksana urusan ; (3) program-program kegiatan UPTD dituangkan dalam
rencana induk pengembangan UPTD. Strategi yang dilakukan kepala
UPTD Pendidikan dalam penentuan ketiga aspek tersebut didasarkan pada
hasil musyawarah dengan pegawai fungsional dan para personil UPTD,
sehingga menampilkan adanya penentuan kebijakan yang
mempertimbangkan aspirasi bersama dengan memberikan kesempatan
kepada seluruh personil organisasi untuk mengusulkan ide-ide dalam
perumusan visi, misi, dan tujuan organisasi. Hal ini menggambarkan
adanya kepemimpinan inovatif dari kepala UPTD Pendidikan untuk
mengembangkan komitmen dan pemahaman yang tinggi dari personil
UPTD Pendidikan terhadap orientasi masa depan dan strategi yang
dilakukan dalam pencapaian tujuan UPTD Pendidikan.

 Keempat, dilihat dari sudut implementasi stratejik dalam penyelenggaraan:


UPTD Pendidikan, (1) UPTD Pendidikan telah melaksanakan kegiatan
sesuai dengan rencana induk pengembangan organisasi, (2) pengembangan
UPTD Pendidikan dilakukan sesuai dengan kebijakan yang berlaku,
kondisi UPTD Pendidikan, kebutuhan dunia pendidikan, dan kebutuhan
masyarakat; (3) program UPTD Pendidikan dilakukan secara bersama
sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing personil; (4) setiap
kegiatan diberikan pelimpahan wewenang sesuai dengan tugas dan fungsi
dalam struktur organisasi; (5) pengembangan hubungan kerjasama
dilakukan secara formal dan informal terhadap anggota internal dan
eksternal UPTD Pendidikan dengan melibatkan seluruh personil UPTD
Pendidikan sesuai dengan fungsi dan perannya masing-masing; (6)
pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan pemberian
wewenang, pemberian informasi atau ide-ide baru, penataran, magang, dan
penularan; (7) pengadaan dan pemeliharaan fasilitas UPTD Pendidikan
dari pemerintah (8) penetapan prosedur dilakukan berdasarkan struktur
dan pembagian tugas sesuai dengan bidang urusan, tujuan pendidikan
nasional, kebutuhan UPTD Pendidikan, kebutuhan dunia pendidikan dan
kebutuhan masyarakat.

Hanya saja ditemukan beberapa hal yang masih kurang memuaskan dalam
implementasi manajemen stratejik tersebut, yaitu: (1) terbatasnya fasilitas UPTD;
(2) terbatasnya biaya atau sumber dana; (3) belum terlaksananya secara optimal
seluruh bidang keahlian yang ada di UPTD; (4) dalam pelaksanaan kebijakan
masih ditemui Akademika: Vol. 15 No. 2 Desember 2019 117 kekurangan tentang
pemahamannya, sehingga dalam pelaksanaan program selalu raguragu; (5) belum
terlaksananya pemberian keterampilan secara terprogram; (6) Belum
terlaksananya kegiatan secara optimal, karena keterbatasan waktu.

Suatu program pengelolaan UPTD Pendidikan selayaknya


mengikutsertakan pihak-pihak terkait dalam proses penyelenggaraan pendidikan.
Keterlibatan berbagai pihak dalam mengawasi proses dan program UPTD
Pendidikan merupakan kebutuhan bagi UPTD Pendidikan dan pengguna jasa
organisasi. Keterlibatan berbagai pihak sebagai stakeholders pendidikan inilah
yang akan menjamin terlaksananya tugas UPTD Pendidikan dan secara luas akan
menjamin mutu pendidikan. Tanpa adanya pengawasan dari stakeholders
pendidikan maka tugas UPTD Pendidikan dan mutu pendidikan tidak akan
berjalan sebagai mana yang diharapkan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen strategi harus diimplementasikan oleh organisasi atau perusahaan dalam


pencapaian tujuan organisasi dalam jangka panjang.

Di Indonesia ketika mulai ditetapkannya TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998, disusul


dengan UU Nomor 28 Tahun 1999, Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 serta Keputusan
Kepala LAN Nomor 589/IX/6/YY/99 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah yang telah diperbaiki dengan Keputusan Kepala LAN Nomor
3239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah menjadi payung kebijakan untuk membangun sistem akuntabilitas di Indonesia yang
mengakomodasi konsep manajemen manajemen strategi yang terdiri dari formulasi strategi,
implementasi strategi dan evaluasi konsep.

Manajemen strategi diimplementasikan di sektor publik karena adanya pertimbangan


mengenai pentingnya memonitoring (pemantauan) terhadap efisiensi dan evektifitas sektor
publik (termasuk pelayanan publik).
DAFTAR PUSTAKA

Sedarmayanti. 2014. Manajemen Strategi. Bandung: PT Refika Aditama

Taufiqurokhman. 2016. Manajemen Strategik. Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama

Nasir, Muhammad. 2019. IMPLEMENTASI MANAJEMEN STRATEJIK DALAM


MEWUJUDKAN AKUNTABILITAS KINERJA TENAGA KEPENDIDIKAN (Studi Kasus
terhadap Akuntabilitas Kinerja Pemimpin UPTD Pendidikan Dalam Mengimplementasikan
Manajemen Stratejik di Kawasan Perkotaan dan Pedesaan Kabupaten Bengkalis).

https://ejournal.kampusmelayu.ac.id/index.php/akademika/article/view/88. Diakses
pada 6 Juni 2022

Anda mungkin juga menyukai