Anda di halaman 1dari 57

SISTEM

PENGANGGARAN
KEUANGAN NEGARA
Dr. Audia Junita, S.Sos., M.Si.
Dosen Pengampu Mata Kuliah Keuangan Negara
Ilmu Administrasi Publik Universitas Medan Area
Pengertian
• Anggaran adalah alat akuntabilitas, manajemen, dan
kebijakan ekonomi. Sebagai instrumen kebijakan
ekonomi anggaran berfungsi untuk mewujudkan
pertumbuhan dan stabilitas perekonomian serta
pemerataan pendapatan dalam rangka mencapai tujuan
bernegara.
• Penganggaran pada prinsipnya adalah bagaimana
menyediakan anggaran yang cukup bagi sebuah rencana
secara efektif dan efisien sehingga rencana dapat
terwujud.
• Instrumen Kebijakan Fiskal
Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang
meliputi seluruh kegiatan lembaga, yang dinyatakan dalam unit
moneter dan berlaku untuk jangka waktu yang akan datang
(Suharyanto, 2005).

Era Global adalah suatu era yang menggambarkan hubungan/interaksi


antar negara bangsa tidak ada batas lagi secara nasional.

Era Otonomi adalah : suatu era yang menggambarkan telah terjadi


distribusi kewenangan dari pusat ke daerah, untuk mengurus,
mengelola daerahnya sendiri berdasarkan UU.
Peta Konsep Manajemen
Anggaran
KONSEP KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN
PENGANGGARAN

• Reformasi Perencanaan di Indonesia ditandai dengan disahkannya


UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional sebagai turunan dan implementasi amanat UUD 1945.
• Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata
cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-
rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka menengah,
dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara
dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.
• Perencanaan merupakan tahapan yang sangat penting bagi
jalannya sebuah organisasi termasuk organisasi negara.
• Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
• Dalam proses Perencanaan ditentukan arah dan tujuan organisasi
serta bagaimana cara dan langkah-langkah untuk mencapai tujuan
organisasi tersebut.
Dokumen Dalam Perencanaan
1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat RPJP, adalah
dokumen perencanaan untuk periode 20 (dua puluh) tahun;
2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disingkat RPJM, adalah
dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun;
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya
disebut Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra-KL), adalah dokumen
perencanaan Kementerian/ Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun;
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang
selanjutnya disebut Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat
Daerah untuk periode 5 (lima) tahun;
5. Rencana Pembangunan Tahunan Nasional, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah (RKP), adalah dokumen perencanaan Nasional untuk periode 1 (satu) tahun;
6. Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD), adalah dokumen perencanaan Daerah untuk periode 1 (satu)
tahun;
7. Rencana Pembangunan Tahunan Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut
Rencana Kerja Kementerian/Lembaga (Renja-KL), adalah dokumen perencanaan
Kementerian/Lembaga untuk periode 1 (satu) tahun;
8. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya
disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD), adalah dokumen
perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu) tahun.
Elemen-Elemen Penganggaran

1. Visi dan Misi yang hendak dicapai


2. Tujuan
3. Sasaran
4. Program
5. Kegiatan.

10

10
PENJABARAN VISI MISI MENJADI SUB KEGIATAN
RENCANA KERJA
VISI

MISI

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROGRAM

KEGIATAN

SUB KEGIATAN
Keterkaitan Perencanaan dan
Penganggaran
Sebuah rencana yang baik membutuhkan
dukungan pendanaan yang cukup agar
dapat diimplementasikan dengan baik
sehingga tujuan tercapai.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 90 Tahun 2010 Tentang
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga
Siklus Perencanaan dan
Penganggaran Pemerintah
Latar Belakang Restrukturisasi di Bidang
Perencanaan dan Penganggaran
1. Belum digunakannya resource envelope (ketersediaan pendanaan)
sebagai landasan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) dan rencana strategis Kementerian
Negara/Lembaga (Renstra K/L);
2. Program dan kegiatan serta indikator kinerjanya belum
sepenuhnya dapat digunakan sebagai alat ukur efektivitas
pencapaian sasaran pembangunan, efisiensi belanja, dan
akuntabilitas kinerja;
3. Program masih disusun dengan pendekatan input base (rincian
belanja) berdasarkan line item dan bukan berdasarkan kegiatan
yang berorientasi pada keluaran (output) sehingga kurang terlihat
keterkaitan dengan hasil (outcome) yang diharapkan;
4. Program yang digunakan oleh beberapa K/L dilaksanakan tanpa
pembagian kerja dan indikator yang jelas sehingga tidak dapat
diukur pencapaian dan akuntabilitas kinerja program;
5. Pendefinisian program tidak tepat. Ada program yang memiliki
tingkatan yang sama atau lebih rendah dibanding kegiatan.
Program yang terlalu sempit mengakibatkan kinerja program sama
atau lebih rendah dari kinerja kegiatan;
6. Program yang terlalu luas mengakibatkan kinerja program tidak
dapat dijelaskan dengan tepat oleh pencapaian kinerja kegiatan
(output). Kondisi tersebut mengakibatkan banyak program yang
tidak terkait langsung dengan kegiatan.
7. Program untuk menampung biaya pengelolaan administrasi
(overhead cost) masih beragam. Kondisi ini mengakibatkan
besaran biaya organisasi K/L menjadi tidak dapat diukur dengan
baik dan dibandingkan antar K/L. Selain itu juga masih banyak
program-program yang bersifat generik digunakan juga
menampung kegiatan yang bersifat teknis.
8. Program belanja pusat dan daerah saat ini tidak sinkron sehingga
capaian kinerjanya tidak optimal;
9. Program yang digunakan dalam dokumen perencanaan dan
dokumen penganggaran berbeda, sehingga sulit dikonsolidasikan;
10. Rumusan nomenklatur program dan outcome dari sebuah
program tidak terlihat secara langsung (bersifat normatif);
11. Informasi kinerja pembangunan yang tertuang dalam dokumen
perencanaan penganggaran sulit dipahami oleh public.
Pendekatan Penganggaran
(UU No. 17 tahun 2003)
1. Anggaran Terpadu Terpadu (Unified Budgeting)
 Anggaran terpadu terutama ditujukan agar tidak terdapat duplikasi
penganggaran dalam berbagai level organisasi di Indonesia baik di
level pusat maupun satker di daerah sehingga penggunaan dana
akan lebih mudah untuk diukur ketercapaiannya dan
pertanggungjawabannya.
 Dilakukan dengan mengintegrasikan seluruh proses perencanaan
dan penganggaran di lingkungan K/L untuk menghasilkan dokumen
RKA-KL dengan klasifikasi anggaran menurut organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja.
 Penyatuan anggaran rutin dengan anggaran pembangunan.
 Restrukturisasi program dan kegiatan dengan memperjelas
penanggung jawab dan pengalokasian dananya sehingga tidak
terjadi tumpang tindih pekerjaan.
2. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (KPJM)
Pada Prinsipnya KPJM adalah untuk memastikan sebuah
kebijakan yang telah dipilih akan disediakan pendanaannya
sampai kebijakan tersebut terwujud ,termasuk dana
maintenance-nya.
Didasarkan perkiraan atas parameter ekonomi dan non-
ekonomi.
Usulan anggaran bagi kebijakan baru dimungkinkan setelah
diketahui terdapat sisa ruang fiskal (fiscal space) berdasarkan
penghitungan terhadap proyeksi sumber daya anggaran yang
tersedia (resources availability) dikurangi dengan angka dasar
(baseline) anggaran bagi implementasi kebutuhan dasar,
pelayanan birokrasi/publik dalam kerangka pelaksanaan tugas
dan fungsinya dan hasil evaluasi yang menetapkan sebuah
kebijakan tetap dilanjutkan pada tahun anggaran berikutnya.
3. Penganggaran Berbasis Kinerja (PBK)
Pendekatan PBK berusaha untuk menghubungkan antara
keluaran (outputs) dengan hasil (outcomes) yang disertai
dengan penekanan terhadap efektivitas dan efisiensi terhadap
anggaran yang dialokasikan.
Penyusunan anggaran tersebut, mengacu kepada indikator
kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja.
Disusun berdasarkan prioritas sasaran tertentu yang hendak
dicapai dalam satu tahun anggaran sesuai dengan Renstra
dan/atau tugas dan fungsi K/L.
Komponen Penyusunan
Anggaran berbasis kinerja
1. Indikator Kinerja
Key Performance Indicator (KPI) diterjemahkan sebagai
indikator Kinerja Utama Program (IKU Program) untuk menilai
kinerja program, Indikator Kinerja Kegiatan (IKU kegiatan)
untuk menilai kinerja kegiatan, dan indikator keluaran untuk
menilai kinerja sub kegiatan (tingkatan bawah kegiatan).
2. Standar Biaya
Standar biaya yang digunakan merupakan standar biaya
masukan (Standar Biaya Umum) pada awal tahap
perencanaan anggaran berbasis kinerja, dan nantinya menjadi
standar biaya keluaran (SBK).
Standar biaya dikaitkan dengan pelayanan yang diberikan oleh
K/L (standar pelayanan minimal).
3. Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja merupakan proses penilaian dan
pengungkapan masalah implementasi kebijakan untuk
memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja,
baik dari sisi efisiensi dan efektivitas dari suatu program atau
kegiatan.
Cara evaluasi dapat dilakukan dengan cara membandingkan
hasil terhadap target (dari sisi efektivitas) dan realisasi
terhadap rencana pemanfaatan sumber daya (dilihat dari sisi
efisiensi).
Prinsip Kunci PBK
1. Alokasi anggaran berorientasi pada
kinerja (output and outcome oriented).
2. Fleksibilitas pengelolaan anggaran (lets
the manager manages)
3. Money follow function/program,
function followed by Structure
(klasifikasi anggaran terdiri dari:
Fungsi/Sub Fungsi/Program )
Sebelum ini kita menerapkan sistem
penganggaran yang bersifat line-item
(tradisional) yaitu suatu sistem penganggaran
yang disusun dengan penekanan terhadap
pengendalian atas pengeluaran.

Penggantinya penganggaran berbasis kinerja,


bertujuan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan publik dan memperkuat dampak
dari peningkatan pelayanan kepada publik
Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran berbasis kinerja adalah
• anggaran yang menghubungkan anggaran negara
(pengeluaran negara) dengan hasil yang diinginkan
(output dan outcome) sehingga setiap rupiah yang
dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan
kemanfaatannya.

• Performance based budgeting dirancang untuk


menciptakan efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas
dalam pemanfaatan anggaran belanja publik dengan
output dan outcome yang jelas sehingga semua
anggaran yang dikeluarkan dapat
dipertangungjawabkan secara transparan kepada
masyarakat luas. 38

38
Anggaran Berbasis Kinerja adalah penyusunan penganggaran yang
didasarkan atas perencanaan kinerja, yang terdiri dari program dan
kegiatan yang akan dilaksanakan dan indikator kinerja yang ingin
dicapai oleh suatu entitas anggaran (Indrawati, 2007)

Anggaran Yang Berorientasi Pada Kinerja adalah suatu sistem


penganggaran yang berorientasi output organisasi dan
berkaitan sangat erat terhadap visi-misi dan rencana strategis
organisasi

Anggaran kinerja mengalokasikan sumberdaya pada program bukan


pada unit organisasi semata dan memakai ukuran output
sebagai indikator kinerja organisasi
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
adalah penyusunan anggaran dengan memperhatikan
keterkaitan antara pendanaan dengan keluaran dan
hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam
pencapaian hasil dan keluaran tersebut”.
(mengacu pada Pasal 7 ayat (1) PP No.21/2004)

Dalam penganggaran berbasis kinerja diperlukan


indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja
dari setiap program dan jenis kegiatan”
(mengacu pada Pasal 7 ayat (2) PP No.21/2004)
40

40
Keuntungan Penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja
1. Anggaran Berbasis Kinerja memungkinkan pengalokasian
sumber daya yang terbatas untuk membiayai kegiatan
prioritas pemerintah sehingga tujuan pemerintah dapat
tercapai dengan efisien dan efektif.
2. pelaksanaan kegiatan pemerintah yang transparan. Dengan
anggaran yang jelas,
dan juga output yang jelas, serta adanya hubungan yang
jelas antara pengeluaran
dan output yang hendak dicapai maka akan tercipta
transparansi
3. Anggaran memungkinkan untuk peningkatan efisiensi
administrasi. Dengan adanya fokus anggaran pada output
dan outcome maka diharapkan tercipta efisiensi dan
efektivitas dalam pelaksanaan pekerjaan 41
Prinsip-prinsip Pengelolaan Anggaran Berbasis Kinerja Yang Baik

Suatu Sistem Pengelolaan Anggaran yang baik harus mencakup prinsip-prinsip seperti di
bawah ini :
• Realistis , artinya perencanaan anggaran dilakukan dengan memperhitungkan
kebutuhan yang sesungguhnya (real) sehingga pada waktu pelaksanaan tidak jauh
menyimpang dari rencana;
• Transparan, terbuka bagi masyarakat baik dalam penerimaan maupun pengeluaran.
Hal ini memperkecil kemungkinan kesempatan penyalahgunaan anggaran;
• Sesuai dengan otorisasi, artinya dana publik dibelanjakan sesuai dengan otorisasi yang
telah ditetapkan ;
• Laporan yang benar dan baik; artinya laporan pengeluaran sesuai dengan pengeluaran
aktual atau sesungguhnya, dilaporkan tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan.
• Adanya pengawasan dan audit , artinya pengawasan dan audit baik oleh pihak luar
(eksternal) maupun internal dilaksanakan dengan benar dan dapat diandalkan;
• Kepastian tersedianya dana; artinya unit pengguna anggaran harus mempunyai
kepastian mengenai ketersediaan dananya.
• Taat peraturan; artinya ada suatu budaya pengelolaan keuangan yang mampu
meningkatkan ketaatan terhadap peraturan.
• Adanya output dan outcome yang harus dicapai baik dalam jangka waktu satu tahun
(mengacu pada RKA_KL)maupun lima tahun (sesuai dengan Rencana Strategis)
• Adanya ukuran atas output dan outcome yang menunjukkan kinerja
INDIKATOR KINERJA :
1. Inputs:
Segala sesuatu yg dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan
untuk menghasilkan keluaran
2. Proses:
sesuatu yg menunjukkan cara/nuansa pencapaian sasaran dan tujuan, atau
hasil yg akan diperoleh dlm waktu harian, mingguan,bulanan.
3. Outputs:
sesuatu yg diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yg dpt berupa
fisik & atau non fisik
4. Outcomes:
segala sesuatu yg mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada
jangka menengah (efek langsung)
5. Benefit:
sesuatu yg terkait dg tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan
6. Impact:
pengaruh yg ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan
indikator berdasarkan asumsi yg telah ditetapkan
43

43
Pengadaan O.Generik
INPUT /MASUKAN
Sumberdaya (anggaran/dana, sumberdaya manusia, peralatan/teknologi, material) Jumlah Dana
Yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan Rp

1.Ketaatan pd Hk
PROSES /Aturan
Upaya yang dilakukan dalam rangka mengolah masukan menjadi keluaran 2.Rata-rata Waktu
Pengadaan

OUTPUT/KELUARAN
Sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan baik berupa fisik /non Jumlah Obat Generik
Yang tersedia
fisik

OUTCOMES/HASIL
Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya output/keluaran. Kualitas pengobatan
Hasil nyata yang diperoleh setelah adanya output/keluaran

BENEFIT/MANFAAT
Tingkat Kesembuhan
Manfaat yang diperoleh dari adanya indikator hasil

IMPACT/DAMPAK 44
Pengaruh yang ditimbulkan dari adanya manfaat yang diperoleh dari hasil dari suatu Tingkat Kesehatan Masy
Kegiatan. Sifatnya makro, regional 44
44
Kriteria dasar kinerja dan hierarki kinerja
yang diperhatikan dalam penganggaran

1) Efektivitas kebijakan (target outcome)

2) Kinerja operasional (target output), meliputi: a)


efisiensi operasional, b) output dan kualitas
manajemen, dan c) manajemen sumber daya manusia.
SIKLUS
ANGGARAN
PENETAPAN SASARAN:
KINERJA PENETAPAN
OUTPUT & OUTCOME
KEGIATAN/ SUB
KEG.

PENETAPAN JENIS
& BESARAN INPUT
PENETAPAN
PROGRAM

MENGHITUNG
ANGGARAN DNG
PENGUKURAN STANDAR BIAYA
KINERJA

1 s/d 5 dimuat PERTANG- PELAKSANAAN


didalam dokumen GUNG KEGIATAN &
46
anggaran JAWABAN PEMBELANJAAN
46
5 KOMPONEN POKOK
DALAM PENGANGGARAN
BERBASIS KINERJA SATUAN KERJA MEMPUNYAI
KELUARAN YANG JELAS &
TERUKUR SEBAGAI AKIBAT DARI
PELAKSANAAN KEGIATAN

SATUAN KERJA SEBAGAI


PENANGUNGJAWAB
PERHITUNGAN ANGGARAN
PENCAPAIAN
DIDASARKAN PADA STANDAR
KELUARAN/OUTPUT
BIAYA (BERISFAT UMUM DAN
KEGIATAN/ SUBKEGIATAN
BERSIFAT KHUSUS

RANGKAIAN TINDAKAN YG
DILAKSANAKAN SATUAN KERJA PEMBEBANAN
SESUAI DENGAN TUGAS POKOKNYA ANGGARAN PADA 47
UNTUK MENGHASILKAN JENIS BELANJA YANG
KELUARANAN YANG DITENTUKAN SESUAI 47
Penerapan penganggaran berbasis kinerja yang baik dapat memberikan
landasan yang kuat untuk :

Menghitung biaya yang dibutuhkan, mengkaitkan biaya dengan aktivitas


(a) dan hasil-hasil yang diharapkan

Pengambilan keputusan kebijakan dan penentuan prioritas anggaran, guna


(b)
menajamkan informasi tentang aktivitas, satuan biaya, dan outcomes.

Pengendalian pengeluaran, guna memastikan keabsahan, validasi,


(c) kewajaran, keakuratan, dan kejujurand alam pengelolaan anggaran;

Pengelolaan terhadap aktivitas yang sedang berjalan, guna mengevaluasi


(d)
sejauhmana keberhasilan pelaksanaan program/ kegiatan.

Pelaporan pelaksanaan anggaran dan akuntabilitas kinerja, agar tidak hanya


(e)
berfokus pada input dan output, tetapi juga pada outcomes.
PELAKSANAAN APBN DAN APBD
a. Setelah APBN ditetapkan secara rinci dengan undang-undang,
pelaksanaannya dituangkan lebih lanjut dengan keputusan Presiden
sebagai pedoman bagi kementerian negara/lembaga dalam
pelaksanaan anggaran. Penuangan dalam keputusan Presiden tersebut
terutama menyangkut hal-hal yang belum dirinci di dalam undang-
undang APBN, seperti alokasi anggaran untuk kantor pusat dan kantor
daerah kementerian negara/lembaga, pembayaran gaji dalam belanja
pegawai.
b. Untuk memberikan informasi mengenai perkembangan pelaksanaan
APBN/APBD, pemerintah pusat/pemerintah daerah perlu
menyampaikan laporan realisasi semester pertama kepada DPR/DPRD
pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan. Informasi yang
disampaikan dalam laporan tersebut menjadi bahan evaluasi
pelaksanaan APBN/APBD semester pertama dan
penyesuaian/perubahan APBN/APBD pada semester berikutnya.
Term of Reference (TOR) atau
Kerangka Acuan Kerja (KAK)
• TOR (Term of Reference) atau Kerangka Acuan Kerja adalah Dokumen
yg memberikan gambaran umum dan penjelasan mengenai output
yang akan dicapai sesuai dengan tugas dan fungsi satuan kerja yg
memuat latar belakang, penerima manfaat, strategi pencapaian,
waktu pencapaian, dan biaya yang diperlukan.
• What: Menjelaskan deskripsi kegiatan, nama kegiatan, output yang
dihasilkan oleh kegiatan tersebut.
• Why: Menjelaskan mengapa kegiatan tersebut dilaksanakan hubungan
dengan tusi dan program sehingga kegiatan tersebut layak
dilaksanakan;
• When: Menjelaskan kapan kegiatan akan dilaksanakan;
• Who: Menjelaskan siapa yang bertanggung jawab atas kegiatan
tersebut;
• Where: Di mana lokasi kegiatan tersebut dilaksanakan;
• How: Menjelaskan bagaimana kegiatan tersebut dilaksanakan
sehingga output dapat terwujud;
• How Much: Menjelaskan berapa dana yang dibutuhkan untuk
menghasilkan output yang ditetapkan.
Rincian Anggaran Biaya (RAB)
• RAB adalah suatu dokumen yang berisi tahapan pelaksanaan,
rincian komponen-komponen masukan dan besaran biaya dari
setiap komponen suatu kegiatan.
• Fungsi RAB adalah: Informasi rincian perkiraan komponen
biaya yang dibutuhkan dalam TOR, Mengidentifikasi
komponen biaya utama dan pendukung suatu output dalam
TOR dan Alat untuk menghitung total biaya yang diperlukan
atas suatu output dalam TOR.
Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran (DIPA)
• Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya
disingkat DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran
yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna
Anggaran.
• Dalam rangka pelaksanaan APBN, Pengguna Anggaran
menyusun DIPA menurut bagian anggaran yang
dikuasainya.
• DIPA disusun berdasarkan Keputusan Presiden
mengenai Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat.
• DIPA berfungsi sebagai dasar pelaksanaan anggaran
setelah mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan.
SIKLUS APBN
Revisi APBN
1. Adanya perubahan asumsi dasar penyusunan APBN
yang terjadi selama tahun anggaran berjalan,
2. Perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal,
3. Adanya kebutuhan pengeluaran yang tidak dapat
diperkirakan sebelumnya dan tidak dapat dihindari
yang menyebabkan terjadinya pergeseran anggaran
antar unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis
belanja, serta
4. Adanya target penerimaan yang tidak tercapai,
sehingga perlu penyesuaian pengeluaran atau
pembiayaan APBN yang mengakibatkan harus
digunakannya saldo anggaran lebih tahun
sebelumnya.
Kasus 1
Program Swasembada Pangan Dari Masa Orde
Baru Hingga Sekarang
• Salah satu program unggulan pemerintah sejak orde baru hingga kini
adalah terkait “Swasembada Pangan”. Pemerintah Presiden Soeharto
mencanangkan program swasembada pangan sejak awal
pemerintahan orde baru sekitar tahun 1970-an. Pada tanggal 10
November 1984, kita didaulat mampu menjadi negara yang telah
swasembada pangan dan kondisi ini diakui FAO (Food Agricultural
Organization), bahkan pemerintah masih mampu menyumbang
100.000 ton beras untuk rakyat Afrika.
• Seiring berjalan waktu Presiden Jokowi juga mencanangkan program
serupa. Program ini telah berjalan begitu lama, telah triliunan dana
dianggarkan dan dihabiskan namun masih terus menjadi program dari
Presiden ke Presiden entah akan sampai Presiden yang keberapa.
• Analisis:
1. Bagaimana menurut anda perencanaan program swasembada
pangan? Jelaskan sisi positip dan negatipnya.
2. Apa permasalahan yang terjadi sehingga program ini berlangsung
begitu lama?
3. Identifikasi permasalahan dalam program ini dan berikan
solusinya?
Kasus 2
Kisah Bandara Yang Merana
• Menhub Beberkan Alasan Bandara Kertajati Sepi Peminat Tempo.Co, Jakarta -
Menjelang akhir masa jabatan di Kabinet Indonesia Kerja Jilid I, Menteri
Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan sejumlah evaluasi. Salah satunya
pengoperasian Bandara Kertajati yang belakangan mengalami penurunan
frekuensi penerbangan.
• Dalam wawancara khusus bersama Tempo, Budi Karya mengatakan persoalan
utama pengoperasian bandara adalah belum tersedianya akses langsung yang
menghubungkan antara Kota Bandung dan Kertajati. “Saat ini akses yang
menghubungkan Bandung dengan Kertajati, yaitu Jalan Tol Cisumdawu (Cileunyi-
Sumedang-Dawuan), belum selesai,” ujar Budi Karya di kantornya, Selasa, 14
Oktober 2019 dst. Sumber berita:
https://bisnis.tempo.co/read/1260760/menhub-beberkan-alasan-bandara-
kertajati-sepi-peminat. Silahkan googling lebih lanjut terkait kisah Bandara ini.
• Analisis:
1. Apa yang terjadi sehingga Bandara yang sedemikian megah dan telah
menghabiskan anggaran sekian banyak ini menjadi tidak optimal?
2. Dari sisi perencanaan dan penganggaran apa yang dapat dipetik dari kasus ini?
3. Apa efek bagi negara dari sisi penganggaran dengan adanya kasus ini?
Referensi
• Holley H Ulbrich. (2011). Publich Finance In Theory and Pranctice. Taylor and
Francis Routledge.
• Frank, Howard A. (2006) Public Financial Management. Taylor & Francis Group.
• Richard A Musgrave, Peggy. (1989). Public Finance In Theory and Practice. McGraw
Hill HigherEducation

Anda mungkin juga menyukai