Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

NURUL WAZILAH
10220160010
H1C6

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena hanya dengan
limpahan rahmat-NYA, penulis dapat menyelesaikan makalah Manajemen Berbasis
Sekolah.
Dalam penyelesaian makalah ini banyak pihak yang ikut memberikan
bantuan baik material maupun spiritual. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak
terima kasih atas doa dan kerja samanya sehinnga makalah ini dapat terselesaikan
meskipun jauh dari kata sempurna.
Harapan kami , semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami sendiri
maupun mahasiswa yang lain.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Makassar, 24 Maret 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah
2.2 Keuntungan Manajemen Berbasis Sekolah
2.3 Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah
2.4 Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah
2.5 Prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah
2.6 Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah
2.7 Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah
2.8 Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah
2.9 Urusan-urusan yang Menjadi Kewenangan dan Tanggung Jawab Sekolah
BAB III PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem manajemen pendidikan yang sentralistis tidak membawa kemajuan
yang berarti bagi peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya. Dalam kasus-
kasus tertentu, manajemen sentralistis telah menyebabkan terjadinya pemandulan
kreativitas pada satuan pendidikan dan berbagai jenis dan jenjang pendidikan. Untuk
mengatasi terjadinya stagnasi dibidang pendidikan ini diperlukan adanya paradigma
baru dibidang pendidikan.
Fakta yang ada sekarang ini menyatakan bahwa mutu pendidikan di Indonesia
masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Hal ini
mempunyai dampak yang sangat besar bagi majunya kehidupan masyarakat dalam
segala aspek bidang kehidupan. Sehingga pemerintah berinisiatif untuk mencari
solusi dalam menangani masalah ini. Untuk menciptakan masyarakat yang maju
maka hal perlu diperhatikan terlebih dahulu adalah bagaimana mewujudkan
pendidikan yang bermutu yang pada akhirnya mencapai tujuan pendidikan nasional
yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa
untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia
yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah. Hal ini sejalan dengan Visi Pendidikan Nasional bahwa Depdiknas
berhasrat untuk pada tahun 2025 menghasilkan insan Indonesia yang cerdas dan
kompetitif atau insan paripurna.
Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan adalah
melalui penerapan Manajemen Berbasis Sekolah atau MBS. Hal ini didasarkan pada
suatu asumsi bahwa MBS merupakan pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan
yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan
berbagai kebijakan secara luas. Dengan demikian, mahasiswa calon guru SD
semestinya dapat memahami penerapan MBS sebagai bekal ketika berada di sekolah
nantinya.
1.2 Rumusan Masalah

a. Apa pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?


b. Apa saja keuntungan diberlakukannya Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
c. Apa tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
d. Apa manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
e. Apa prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
f. Apa faktor-faktor pendukung keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS)?
g. Bagaimana tahap-tahap pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
h. Bagaimana karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)?
i. Urusan-urusan apa saja yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab sekolah?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Profesi Pendidik dan Kependidikan.
b. Untuk mengetahui pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
c. Untuk mengetahui keuntungan diberlakukannya Manajemen Berbasis Sekolah
(MBS).
d. Untuk mengetahui tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
e. Untuk mengetahui manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
f. Untuk mengetahui prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
g. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung keberhasilan Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS).
h. Untuk mengetahui karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).
i. Untuk mengetahui urusan-urusan yang menjadi kewenangan dan tanggung
jawab sekolah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah


Manajemen Berbasis Sekolah merupakan suatu manajemen sekolah yang disebut
juga dengan otonomi sekolah (school autonomy) atau site-based management (Beck
& Murphy, 1996). Sejalan dengan berlakunya otonomi daerah dalam dunia
pendidikan, MBS atau school-based management (SBM) menuntut terjadinya
perubahan dalam manajemen sekolah. Karena itu, pengelolaan suatu sekolah
diserahkan kepada sekolah tersebut, atau sekolah diberikan kewenangan besar untuk
mengelola sekolahnya sendiri dengan menggunakan Manajemen Berbasis Sekolah
ini.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu model pengelolaan yang memberikan
otonomi atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan
partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah sesuai dengan
standar pelayanan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, provinsi, kabupaten
dan kota.
Pada prinsipnya, Manajemen Berbasis Sekolah bertujuan untuk memberdayakan
sekolah dalam menetapkan berbagai kebijakan internal sekolah yang mengarah pada
peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara keseluruhan.
Manajemen Berbasis Sekolah merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
mencapai keunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi,
yang dinyatakan dalam GBHN.
Manajemen Berbasis Sekolah yang ditandai dengan otonomi sekolah dan
pelibatan masyarakat merupakan respon pemerintah terhadap gejala-gejala yang
muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu, dan
pemerataan pendidikan. Peningkatan efisiensi antara lain diperoleh melalui
keleluasaan mengelola sumber daya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan
birokrasi. Peningkatan mutu antara lain diperoleh melalui partisipasi orang tua
terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan
profesionalisme guru dan kepala sekolah. Sementara peningkatan pemerataan antara
lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan
pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.

2.2 Keuntungan Manajemen Berbasis Sekolah

a. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada


peserta didik, orang tua, dan guru.
b. Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya lokal.
c. Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil
belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim
sekolah.
d. Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru,
manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.

2.3 Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah

a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam


mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia.
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama.
c. Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat, dan
pemerintah tentang mutu sekolahnya.
d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu
pendidikan yang diharapkan.

2.4 Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah


MBS memberikan beberapa manfaat, diantaranya:
a. Dengan kondisi setempat, sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru
sehingga dapat lebih berkonsentrasi pada tugasnya.
b. Keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan dalam menyertakan masyarakat
untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme kepala sekolah, dalam
peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah.
c. Guru didorong untuk berinovasi.
d. Rasa tanggap sekolah terhadap kebutuhan setempat meningkat dan menjamin
layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat sekolah dan peserta
didik.

2.5 Prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah


Dalam mengimplementasikan MBS terdapat 4 (empat) prinsip yang harus
dipahami, yaitu:
1. Kekuasaan
Kepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil
keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sekolah. Kekuasaan ini
dimaksudkan untuk memungkinkan sekolah berjalan dengan efektif dan efisien.
Kekuasaan yang dimiliki kepala sekolah akan efektif apabila mendapat dukungan
partisipasi dari berbagai pihak, terutama guru dan orang tua siswa.
Kekuasaan yang lebih besar yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam
pengambilan keputusan perlu dilaksanakan dengan demokratis, antara lain dengan:
a. Melibatkan semua pihak, khususnya guru dan orang tua siswa.
b. Membentuk tim-tim kecil di level sekolah yang diberi kewenangan untuk
mengambil keputusan yang relevan dengan tugasnya.
c. Menjalin kerjasama dengan organisasi di luar sekolah.
2. Pengetahuan
Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah harus menjadi seseorang yang
berusaha secara terus menerus menambah pengetahuan dan keterampilan dalam
rangka meningkatkan mutu sekolah. Untuk itu, sekolah harus memiliki sistem
pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui berbagai pelatihan atau
workshop guna membekali guru dengan berbagai kemampuan yang berkaitan dengan
proses belajar mengajar.
Pengetahuan penting yang harus dimiliki oleh seluruh staf adalah:
a. Pengetahuan untuk meningkatkan kinerja sekolah.
b. Memahami dan dapat melaksanakan berbagai aspek yang berkaitan dengan
pelaksanaan kegiatan quality assurance, quality control, self assessment, school
review, bencmarking, SWOT, dan lain-lain.
3. Sistem Informasi
Sekolah yang melakukan MBS perlu memiliki informasi yang jelas berkaitan
dengan program sekolah. Informasi ini diperlukan agar semua warga sekolah serta
masyarakat sekitar bisa dengan mudah memperoleh gambaran kondisi sekolah.
Dengan informasi tersebut, warga sekolah dapat mengambil peran dan partisipasi. Di
samping itu ketersediaan informasi sekolah akan memudahkan pelaksanaan
monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas sekolah. Informasi yang amat penting untuk
dimiliki sekolah antara lain yang berkaitan dengan kemampuan guru dan prestasi
siswa.
4. Sistem Penghargaan
Sekolah yang melaksanakan MBS perlu menyusun sistem penghargaan untuk
memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang berprestasi. Sistem
penghargaan ini diperlukan untuk mendorong karier warga sekolah, yaitu guru,
karyawan dan siswa.
2.6 Faktor Pendukung Keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah
1. Kepemimpinan dan Manajemen Sekolah yang Baik
MBS akan berhasil jika ditopang oleh kemampuan profesional kepala sekolah
dalam memimpin dan mengelola sekolah secara efektif dan efisien, serta mampu
menciptakan iklim organisasi yang kondusif untuk proses belajar mengajar.
2. Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Apresiasi Masyarakat Terhadap Pendidikan
Faktor eksternal yang akan turut menentukan keberhasilan MBS adalah kondisi
tingkat pendidikan orangbtua siswa dan masyarakat, kemampuan dalam membiayai
pendidikan, serta tingkat apresiasi dalam mendorong anak untuk terus belajar.
3. Dukungan Pemerintah
Faktor ini sangat membantu efektifitas implementasi MBS terutama bagi sekolah
yang kemampuan orang tua/masyarakatnya relatif belum siap memberikan kontribusi
terhadap penyelenggaraan pendidikan. Alokasi dana pemerintah dan pemberian
kewenangan dalam pengelolaan sekolah menjadi penentu keberhasilan.
4. Profesionalisme
Faktor ini sangat strategis dalam upaya menentukan mutu dan kinerja sekolah.
Tanpa profesionalisme kepala sekolah, guru, dan pengawas, akan sulit dicapai
program MBS yang bermutu tinggi serta prestasi siswa.

2.7 Tahap-tahap Pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah


1. Melakukan sosialisasi MBS
Secara umum, garis-garis besar kegiatan sosialisasi/pembudayaan MBS dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Baca dan pahamilah sistem, budaya, dan sumber daya yang ada di sekolah
secara cermat dan refleksikan kecocokannya dengan sistem, budaya, dan
sumber daya baru yang diharapkan dapat mendukung penyelenggaraan
MBS.
b. Identifikasikan sistem, budaya, dan sumber daya yang perlu diperkuat dan
yang perlu diubah, dan kenalkan sistem, budaya, dan sumber daya baru
yang diperlukan untuk menyelenggarakan MBS.
c. Buatlah komitmen secara rinci yang diketahui oleh semua unsur yang
bertanggung jawab, jika terjadi perubahan sistem, budaya, dan sumber daya
yang cukup mendasar.
d. Bekerjalah dengan semua unsur sekolah untuk mengklarifikasikan visi,
misi, tujuan, sasaran, rencana, dan program-program penyelenggaraan
MBS.
e. Hadapilah status quo (resistensi) terhadap perubahan, jangan menghindar
dan jangan menarik darinya serta jelaskan mengapa diperlukan perubahan
dari manajemen berbasis pusat menjadi MBS.
f. Garis bawahi sistem, budaya, dan sumber daya yang belum ada sekarang,
akan tetapi sangat diperlukan untuk mendukung visi, misi, tujuan, sasaran,
rencana, dan program-program penyelenggaraan MBS dan doronglah sistem
, budaya, dan sumber daya manusia yang mendukung penerapan MBS serta
hargailah mereka (unsur-unsur) yang telah memberi contoh dalam
penerapan MBS.
g. Pantaulah dan arahkan proses perubahan agar sesuai dengan visi, misi,
tujuan, sasaran, rencana, dan program-program MBS yang telah disepakati.
2. Memperbanyak mitra sekolah
3. Merumuskan kembali aturan sekolah, peran unsur-unsur sekolah, kebiasaan dan
hubungan antar unsur-unsur sekolah.
4. Menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik
5. Mengklarifikasi fungsi dan aspek manajemen sekolah
6. Meningkatkan kapasitas sekolah
7. Meredistribusi kewenangan dan tanggung jawab
8. Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS/RKAS), melaksanakan, dan
memonitor serta mengevaluasinya.

2.8 Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah

Manajemen Berbasis Sekolah memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh


sekolah yang akan menerapkannya. Dengan kata lain, jika sekolah ingin sukses
dalam menerapkan MBS, maka sejumlah karakteristik MBS berikut perlu dimiliki.
Berbicara karakteristik MBS tidak dapat dipisahkan dengan karakteristik sekolah
efektif. Jika MBS merupakan wadah/kerangkanya, maka sekolah efektif merupakan
isinya. Oleh karena itu, karakteristik MBS berikut memuat secara inklusif elemen-
elemen sekolah efektif, yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output.
Dalam menguraikan karakteristik MBS, pendekatan sistem yaitu input-proses-
output digunakan untuk memandunya. Hal ini didasari oleh pengertian bahwa
sekolah merupakan sistem sehingga penguraian karakteristik MBS (yang juga
karakteristik sekolah efektif) mendasarkan pada input, proses, dan output.
Selanjutnya, uraian berikut dimulai dari output dan diakhiri dengan input,
mengingat output memiliki tingkat kepentingan tertinggi, sedangkan proses memiliki
tingkat kepentingan satu tingkat lebih rendah dari output, dan input memiliki tingkat
kepentingan dua tingkat lebih rendah dari output.
a. Output yang Diharapkan
Sekolah memiliki output yang diharapkan. Output sekolah adalah prestasi
sekolah yang dihasilkan oleh proses pembelajaran dan manajemen di sekolah. Pada
umumnya, output dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu output berupa prestasi
akademik (academic achievement) dan output berupa prestasi non-akademik (non-
academic achievement). Output prestasi akademik misalnya lomba karya ilmiah
remaja, lomba (bahasa inggris, matematika, fisika), cara-cara berpikir (kritis,
kreatif/divergen, nalar, rasional, induktif, deduktif, dan ilmiah). Output prestasi non-
akademik misalnya keingintahuan yang tinggi, harga diri, akhlak/budi pekerti,
perilaku sosial yang baik seperti misalnya bebas narkoba, kejujuran, kerjasama yang
baik, rasa kasih sayang yang tinggi terhadap sesama, solidaritas yang tinggi,
toleransi, kedisiplinan, kerajinan, prestasi olahraga, kesenian, dan kepramukaan.
b. Proses
Sekolah yang efektif pada umumnya memiliki sejumlah karakteristik proses
sebagai berikut:
1. Proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi
2. Kepemimpinan sekolah yang kuat
3. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib
4. Pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif
5. Sekolah memiliki budaya mutu
6. Sekolah memiliki teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis
7. Sekolah memiliki kewenangan
8. Partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat
9. Sekolah memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen
10. Sekolah memiliki kemauan untuk berubah (psikologis dan fisik)
11. Sekolah melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan
12. Sekolah responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan
13. Memiliki komunikasi yang baik
14. Sekolah memiliki akuntabilitas
15. Manajemen lingkungan hidup sekolah bagus
16. Sekolah memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas
c. Input Pendidikan
1. Memiliki kebijakan, tujuan, dan sasaran mutu yang jelas.
2. Sumber daya tersedia dan siap.
3. Staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi.
4. Memiliki harapan prestasi yang tinggi.
5. Fokus pada pelanggan (khususnya siswa).
6. Input manajemen.
2.9 Urusan-urusan yang Menjadi Kewenangan dan Tanggung Jawab Sekolah

Pada dasarnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007


tentang Pembagian Urutan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota harus digunakan sebagai acuan
dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan demikian, desentralisasi urusan-urusan
pendidikan harus dalam koridor peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perlu
dicatat bahwa desentralisasi bukan berarti semua urusan dilimpahkan ke sekolah.
Artinya, tidak semua urusan didesentralisasikan sepenuhnya ke sekolah, sebagian
urusan masih merupakan kewenangan dan tanggung jawab pemerintah, pemerintah
propinsi, pemerintah kabupaten/kota, dan sebagian urusan lainnya diserahkan ke
sekolah. Urusan-urusan pendidikan yang sebagian menjadi kewenangan dan
tanggung jawab sekolah, yaitu:
1. Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama sekolah. Sekolah diberi
kebebasan memilih strategi, metode, dan teknik-teknik pembelajaran dan pengajaran
yang paling efektif, sesuai dengan karakteristik mata pelajaran, karakteristik siswa,
karakteristik guru, dan kondisi nyata sumber daya yang tersedia di sekolah. Secara
umum, strategi/metode/teknik pembelajaran dan pengajaran yang dipilih harus pro-
perubahan yaitu yang mampu menumbuhkan dan mengembangkan daya kreasi,
inovasi, dan eksperimentasi peserta didik untuk menemukan kemungkinan-
kemungkinan baru. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual, pembelajaran
kuantum, pembelajaran kooperatif, adalah contoh-contoh yang dimaksud dengan
pembelajaran yang pro-perubahan.
2. Perencanaan dan Evaluasi Program Sekolah
Sekolah diberi kewenangan untuk menyusun Rencana Pengembangan Sekolah
(RPS) atau school-based plan sesuai dengan kebutuhannya. Kebutuhan yang
dimaksud misalnya kebutuhan untuk meningkatkan pemerataan, mutu, relevansi, dan
efisiensi sekolah. Oleh karena itu, sekolah harus melakukan analisis kebutuhan
pemerataan, mutu, relevansi dan efisiensi sekolah. Berdasarkan hasil analisis
kebutuhan tersebut, kemudian sekolah membuat rencana peningkatan pemerataan,
mutu, relevansi dan efisiensi sekolah.
Untuk itu, sekolah harus melakukan evaluasi, khususnya evaluasi yang dilakukan
secara internal. Evaluasi internal dilakukan oleh warga sekolah untuk memantau
proses pelaksanaan dan untuk mengevaluasi hasil program-program yang telah
dilaksanakan. Evaluasi semacam ini sering disebut evaluasi diri. Evaluasi diri harus
jujur dan transparan agar benar-benar dapat mengungkap informasi yang sebenarnya.
3. Pengelolaan Kurikulum
Saat ini telah terjadi desentralisasi sebagian pengelolaan kurikulum dari
pemerintah pusat ke sekolah melalui Permendiknas 22/2006, 23/2006, dan 24/2006.
Pengelolaan kurikulum yang dimaksud dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Pemerintah pusat hanya menetapkan standar dan sekolah
diharapkan mengoperasionalkan standar yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Padahal kondisi sekolah pada umumnya sangat beragam. Dalam kondisi seperti ini,
sekolah dipersilahkan memilih cara-cara yang paling sesuai dengan kondisi masing-
masing. Sekolah dapat mengembangkan (memperdalam, memperkaya, memperkuat,
memperluas, mendiversifikasi) kurikulum, namun tidak boleh mengurangi standar isi
yang telah tertuang dalam Permendiknas 22/2006. Selanjutnya, sekolah berhak
mengembangkan KTSP ke dalam silabus, materi pokok pembelajaran, proses
pembelajaran, indikator kunci kinerja, sistem penilaian, dan rencana pelaksanaan
pembelajaran.
Sekolah dibolehkan memperkaya mata pelajaran yang diajarkan. Artinya, apa
yang diajarkan boleh diperluas dari yang harus, yang seharusnya, dan yang dapat
diajarkan. Sekolah juga dibolehkan mendiversifikasi kurikulum. Artinya, apa yang
diajarkan boleh dikembangkan agar lebih kontekstual dan selaras dengan
karakteristik peserta didik. Selain itu, sekolah juga diberi kebebasan untuk
mengembangkan muatan lokal dan pengembangan diri.
4. Pengelolaan Ketenagaan (Tenaga Pendidik dan Kependidikan)
Pengelolaan ketenagaan, mulai dari analisis kebutuhan, perencanaan, rekrutmen,
pengembangan, hadiah dan sangsi (reward and punishment), hubungan kerja, sampai
evaluasi kinerja tenaga kerja sekolah (guru, tenaga administrasi, laboran, dan
sebagainya) dapat dilakukan oleh sekolah, kecuali yang menyangkut
pengupahan/imbal jasa dan rekrutmen guru pegawai negeri, yang sampai saat ini
masih ditangani oleh birokrasi diatasnya.
5. Pengelolaan Peralatan dan Perlengkapan (Fasilitas)
Pengelolaan fasilitas sudah seharusnya dilakukan oleh sekolah, mulai dari
pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, hingga pengembangan. Hal ini didasari oleh
kenyataan bahwa sekolahlah yang paling mengetahui kebutuhan fasilitas, baik
kecukupan, kesesuaian, maupun kemutakhirannya, terutama fasilitas yang sangat erat
kaitannya secara langsung dengan proses belajar mengajar.
6. Pengelolaan Keuangan
Pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian/penggunaan uang sudah
sepantasnya dilakukan oleh sekolah. Hal ini juga didasari oleh kenyataan bahwa
sekolahlah yang paling memahami kebutuhannya, sehingga desentralisasi
pengalokasian/penggunaan uang sudah seharusnya dilimpahkan ke sekolah. Sekolah
juga harus diberi kebebasan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang
mendatangkan penghasilan (income generating activities), sehingga sumber
keuangan tidak semata-mata tergantung pada pemerintah.
7. Pelayanan Siswa
Pelayanan siswa, mulai dari penerimaan siswa baru,
pengembangan/pembinaan/pembimbingan, penempatan untuk melanjutkan sekolah
atau untuk memasuki dunia kerja, hingga sampai pada pengurusan alumni,
sebenarnya dari dahulu memang sudah didesentralisasikan. Karena itu, yang
diperlukan adalah peningkatan intensitas dan ekstensitasnya.
8. Hubungan Sekolah-Masyarakat
Esensi hubungan sekolah-masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan,
kepedulian, kepemilikan, dan dukungan dari masyarakat terutama dukungan moral
dan finansial. Dalam arti yang sebenarnya, hubungan sekolah-masyarakat dari dahulu
sudah didesentralisasikan. Oleh karena itu, sekali lagi, yang dibutuhkan adalah
peningkatan intensitas dan ekstensitas hubungan sekolah-masyarakat.
9. Pengelolaan Kultur Sekolah
Kultur sekolah (pisik dan nir-pisik) yang kondusif-akademik merupakan
prasyarat bagi terselenggaranya proses belajar mengajar yang aktif, kreatif, inovatif,
efektif, dan menyenangkan. Lingkungan sekolah yang aman dan tertib, optimisme
dan harapan/ekspektasi yang tinggi dari warga sekolah, kesehatan sekolah, dan
kegiatan-kegiatan yang terpusat pada siswa (student-centered activities) adalah
contoh-contoh kultur sekolah yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa.
Kultur sekolah sudah merupakan kewenangan dan tanggung jawab sekolah sehingga
yang diperlukan adalah upaya-upaya yang lebih intensif dan ekstentif.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu model pengelolaan yang memberikan
otonomi atau kemandirian kepada sekolah dan mendorong pengambilan
keputusan partisipatif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah
sesuai dengan standar pelayanan mutu yang ditetapkan oleh pemerintah pusat,
provinsi, kabupaten dan kota.
2. Keuntungan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu: a) kebijaksanaan dan
kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang
tua, dan guru; b) bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya local; c)
efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran, hasil belajar,
tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah; dan d)
adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru,
manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah, dan perubahan perencanaan.
3. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu: a) meningkatkan mutu
pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia; b) meningkatkan kepedulian warga
sekolah dan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan
keputusan bersama; c) meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua,
masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya; dan d) meningkatkan
kompetisi yang sehat antar sekolah untuk pencapaian mutu pendidikan yang
diharapkan.
4. Manfaat Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu: a) dengan kondisi setempat,
sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru sehingga dapat lebih
berkonsentrasi pada tugasnya; b) keleluasaan dalam mengelola sumber daya dan
dalam menyertakan masyarakat untuk berpartisipasi, mendorong profesionalisme
kepala sekolah, dalam peranannya sebagai manajer maupun pemimpin sekolah;
c) guru didorong untuk berinovasi; dan d) rasa tanggap sekolah terhadap
kebutuhan setempat meningkat dan menjamin layanan pendidikan sesuai dengan
tuntutan masyarakat sekolah dan peserta didik.
5. Prinsip-prinsip Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu: 1) Kekuasaan, 2)
Pengetahuan, 3) Sistem Informasi, dan 4) Sistem Penghargaan.
6. Faktor pendukung keberhasilan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu: a)
kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik; b) kondisi sosial, ekonomi,
dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan; c) dukungan pemerintah; dan d)
profesionalisme.
7. Tahap-tahap pelaksanaan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu: 1)
Melakukan sosialisasi MBS; 2) Memperbanyak mitra sekolah; 3) Merumuskan
kembali aturan sekolah, peran unsur-unsur sekolah, kebiasaan dan hubungan
antar unsur-unsur sekolah; 4) Menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik;
5) Mengklarifikasi fungsi dan aspek manajemen sekolah; 6) Meningkatkan
kapasitas sekolah; 7) Meredistribusi kewenangan dan tanggung jawab; dan 8)
Menyusun Rencana Pengembangan Sekolah (RPS/RKAS), melaksanakan, dan
memonitor serta mengevaluasinya.
8. Karakteristik Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) yaitu: 1) output, 2) proses,
dan 3) input.
9. Urusan-urusan yang menjadi kewenangan dan tanggung jawab sekolah yaitu: 1)
Proses Belajar Mengajar, 2) Perencanaan dan Evaluasi Program Sekolah, 3)
Pengelolaan Kurikulum, 4) Pengelolaan Ketenagaan (Tenaga Pendidik dan
Kependidikan), 5) Pengelolaan Peralatan dan Perlengkapan (Fasilitas), 6)
Pengelolaan Keuangan, 7) Pelayanan Siswa, 8) Hubungan Sekolah-Masyarakat,
dan 9) Pengelolaan Kultur Sekolah.

DAFTAR PUSTAKA
https://amcreative.wordpress.com/manajemen-berbasis-sekolah/ (di Akses pada
tanggal 21 Maret 2017 pukul 21.15 WITA)
http://www.m-edukasi.web.id/2013/02/pengertian-manajemen-berbasis-sekolah.html
(di Akses pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 21.20 WITA)
http://ainamulyana.blogspot.co.id/2015/03/manajemen-berbasis-sekolah-mbs.html
(di Akses pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 21.122 WITA)
http://langitjinggadipelupukmatarumahmakalah.blogspot.co.id/2014/10/makalah-
manajemen-berbasis-sekolah.html (di Akses pada tanggal 21 Maret 2017 pukul
21.26 WITA)
http://ellinhandayani.blogspot.co.id/2016/01/makalah-manajemen-berbasis-
sekolah.html (di Akses pada tanggal 21 Maret 2017 pukul 21.38 WITA)

Anda mungkin juga menyukai