Anda di halaman 1dari 18

Pendekatan Pembelajaran

Blended Learning

2020
i
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

Modul
PENDAMPINGAN SEKOLAH BINAAN
LPMP BENGKULU 2020

Materi - .
Pendekatan Pembelajaran Blended Learning

Penulis:
Edi Jatmiko
Sony Kusuma Marta

Penyunting:
Dwi Kusuma Yuniarti

Desainer Grafis dan Ilustrator:


Komarudin

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL


PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH (DIRJEN PAUD-DIKDASMEN)
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN BENGKULU
TAHUN 2020

ii
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan YME, karena atas izin dan karunia-
Nya Modul Pembelajaran Program Pendampingan Sekolah Binaan Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan Bengkulu ini dapat diselesaikan.
Program Pendampingan Sekolah Binaan merupakan salah satu upaya Lembaga Penjaminan
Mutu Pendidikan(LPMP) Bengkulu untuk meningkatkan kualitas Pendidikan dan
meningkatkan kualitas Pengelolaan Sekolah. Program ini dikembangkan mengikuti arah
kebijakan Kemendikbud tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang tertuang dalam
Permendikbud No. 28 tahun 2016 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar Dan
Menengah. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Dasar dan Menengah berfungsi untuk
mengendalikan penyelenggaraan pendidikan oleh satuan pendidikan pada pendidikan dasar
dan pendidikan menengah sehingga terwujud pendidikan yang bermutu. Sistem penjaminan
mutu internal yang dilaksanakan dalam satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh
komponen satuan pendidikan.
LPMP mempunyai tugas dan wewenang antara lain melakukan pembinaan, pembimbingan,
pendampingan, supervisi, dan evaluasi terhadap satuan pendidikan dalam pengembangan
SPMI Dikdasmen. Melalui Program pendampingan sekolah binaan ini LPMP Memfasilitasi
satuan pendidikan yang tergabung dalam sekolah binaan LPMP Bengkulu dalam
melaksanakan Sistem penjaminan mutu pendidikan Internaal(SPMI).
Semoga Allah SWT senantiasa meridai upaya yang kita lakukan.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bengkulu , September 2020


Kepala LPMP Bengkulu

Dr. Djohan Achmadi, M.Ed.


NIP. 1966110719951210011

iii
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ iii


DAFTAR ISI .................................................................................................................. iv
I. PENJELASAN UMUM ................................................................................................ 5
A Pengantar Bahan Pembelajaran ....................................................................... 5
B Hasil Pembelajaran Yang Diharapkan ............................................................... 5
C Ruang Lingkup Materi ...................................................................................... 6
D Materi ............................................................................................................. 6
II. KEGIATAN PEMBELAJARAN ..................................................................................... 7
1. KB 1: Konsep pendekatan Blended Learning ..................................................... 7
2. KB 2: Praktik penyusunan model Blended Learning ...........................................11
LAMPIRAN ...................................................................................................................15
Lampiran 1. Model-Model Blended Learning ............................................................15

iv
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

I. PENJELASAN UMUM

A Pengantar Bahan Pembelajaran


Guru sebagai pendidik memiliki tugas keprofesionalan untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Undang-undang Republik Indonesia
No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen); dengan demikian para guru dituntut untuk selalu
mengembangkan kompetensi mengajarnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi terkini yang akan berpengaruh dalam menerapkan strategi pembelajaran di
kelasnya.
Penerapan strategi pembelajaran yang tepat melalui kombinasi metode atau model
pembelajaran yang menarik, media pembelajaran maupun sumber belajar yang tepat, serta
melibatkan siswa untuk belajar aktif bisa mempermudah guru untuk mencapai tujuan belajar
siswa. Guru dituntut untuk bisa mendesain strategi pembelajaran agar siswa bisa fokus untuk
melaksanakan pembelajaran di sekolah sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Masalah-
masalah belajar dalam kelas seperti bosan, tidak paham dengan materi yang diberikan,
ataupun siswa asyik main sendiri bisa diantisipasi jika guru kreatif dalam mengembangkan
strategi pembelajarannya.
Salah satu strategi pembelajaran yang membutuhkan penguasaan terhadap kemajuan
teknologi adalah penerapan model pembelajaran dengan pendekatan Blended Learning. Di
Indonesia model pembelajaran dengan pendekatan Blended Learning sudah mulai marak
diterapkan.
Model pembelajaran dengan pendekatan Blended Learning yang menggabungkan
pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran on-line learning, atau tatap muka dengan off-
line learning, dapat menjadi salah satu solusi mengurangi kejenuhan belajar pada masa
darurat belajar (covid-19); apalagi sekarang siswa sudah terbiasa untuk mengakses sumber
belajar melalui internet sehingga perlu pendekatan pembelajaran yang mengakomodasi
kebiasaan siswa-siswa tersebut.
Untuk wilayah Provinsi Bengkulu, pendekatan Blended Learning belum tersosialisai dengan
masif, baik di jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Dengan disusunnya
modul ini diharapkan pendekatan Blended Learning lebih cepat tersosialisasi kepada para
pendidik di Provinsi Bengkulu.
B Hasil Pembelajaran yang Diharapkan
Kegiatan Belajar (KB) 1: Konsep pendekatan Blended Learning
1. Melalui pengkajian bahan bacaan, pembelajar dapat menjelaskan pengertian pendekatan
Blended Learning;
2. Melalui diskusi kelompok, pembelajar dapat menjelaskan beberapa model Blended
Learning;
3. Melalui diskusi kelompok, pembelajar dapat menyusun desain sederhana salah satu
model Blended Learning;
4. Pembelajar dapat mempresentasikan desain Blended Learning yang telah dibuatnya.

Kegiatan Belajar 2 : Praktik penyusunan model Blended Learning.


1. Melalui penugasan mandiri, pembelajar dapat menyusun rancangan salah satu
penerapan model Blended Learning sesuai kelas/mata pelajaran yang diampunya.

5
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

2. Pembelajar dapat menjelaskan rancangan model Blended Learning yang disusunnya


melalaui tayangan..
3. Pembelajar dapat memperbaiki rancangan model blended yang disusunnya.

C Ruang Lingkup Materi


Dalam Modul ini dibahas dua kegiatan belajar yaitu:
KB 1 : Konsep pendekatan Blended Learning.
KB 2 : Praktik penyusunan model Blended Learning

D Materi
Materi dalam modul ini berisi konsep pendekatan Blended Learning dan praktik penyusunan
model Blended Learning.
Dalam pembelajaran konsep Blended Learning, akan dipelajari beberapa pendapat tentang
Blended Learning, kemudian pembelajar akan diminta menjelaskan konsep tersebut dengan
susunan kalimatnya sendiri. Setelah mempelajari konsep Blended Learning, pembelajar harus
membuat desain sederhana dengan menggunakan salah satu model.
Selanjutnya pada pembelajaran praktik penyusunan model Bended Learning, pembelajar
diminta menyusun rancangan pembelajaran dengan salah satu model Blended Learning.
Pembelajar juga diminta menyajikan rancangan yang disusunnya kepada teman sejawat serta
fasilitator kegiatan pembelajaran. Setelah rancangan yang disusun disajikan dan diberi
tanggapan oleh teman sejawat maupun fasilitator pembelajaran, pembelajar memperbaiki
rancangannya berdasarkan tanggapan pada saat penayangan rancangn.

6
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

II. KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. KB 1: Konsep pendekatan Blended Learning

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan, menurut Peraturan Pemerintah nomor 19


tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Untuk mendukung keterlaksanan proses pembelajaran sesuai Peraturan Pemerintah
tersebut, pada saat pelatihan tentang Kurikulum tahun 2013, kita telah dikenalkan dengan
model-model pembelajaran yang disarankan untuk proses pembelajaran di kelas.
Diantaranya ada model pembelajaran Saintifik, model pembelajaran langsung (Direct
Instruction), model pembelajaran Kooperatif, model pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning), dan model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning).
Model pembelajaran yang dilatihkan pada diklat Kurikulum tahun 2013, diperuntukan pada
pembelaaran tatap muka, yaitu bertemu langsung antara pendidik dan peserta didik pada
waktu dan tempat yang sama. Pembelajaran yang terjadi pada masa Pandemi Covid-19 tidak
membolehkan tatap muka seperti pada masa normal. Kalau terjadi tatap muka, harus dibatasi
oleh waktu, yaitu pertemuannya lebih singkat. Tatap muda masa pandemi, juga harus
menjada social distancing (menjaga jarak antarsiswa, antar-guru-siswa). Dengan terbatasnya
waktu tatap muka dan terbatasnya interaksi antar siswa dan siswa-guru, maka daya serap
siswa terhadap materi yang dipelajari diduga lebih kecil dibanding pembelajaran masa normal.
Untuk memberi solusi rendahnya daya serap tersebut, juga dapat memenuhi harapan
Peraturan Pemerintah tentang proses pembelajaran, maka diperlukan model pembelajaran
yang dapat memenuhi ketentuan pembelajaran masa Pandemi, tetapi dapat meningkatkan
daya serap siswa.
Salah satu model pembelajaran dimaksud adalah pendekatan Blended Learning. Pada
kegiatan pembelajaran berikut kita akan belajar tentang pembelajaran Blended Learning.
Selanjutnya:

Baca dan cermati bahan bacaan 1 tentang Konsep pembelajaran BL.

Bahan Bacaan 1. Konsep Blended Learning

Blended Learning berasal dari kata blended (perpaduan) dan learning (pembelajaran).
Dengan kata lain Blended Learning dapat dimaknai sebagai pembelajaran kombinasi, yaitu
kombinasi pembelajaran secara tatap muka di kelas dan pembelajaran secara online dengan
menggunakan aplikasi komputer yang tersambung dengan internet. Beberapa ahli
mendefinisikan Blended Learning dengan redaksi yang berbeda-beda, tetapi dalam konsep
yang sama atau hampir sama. Harding, Kaczynski dan Wood (Charman, 2005) menjelaskan
bahwa Blended Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menggabungkan
pembelajaran konsensional (tatap muka) dan pembelajaran jarak jauh dengan sumber belajar
online dengan berbagai pilihan media (teks, gambar, diagran, suara, video) yang dapat
diakses oleh guru dan siswa dari internet.

7
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

Harriman (2004) dan Williams, (2003) memaknai Blended Learning sebagai penggabungan
pembelajaran dengan beberapa cara penyampaian untuk memberikan pengalaman yang
efektikefektif dan efisien kepada siswa. Hal-hal yang digabungkan dapat berupa teknologi
pengajaran, seperti pengajaran pembelajaran tatap muka, pengajaran dengan video, dengan
CD-Room, dengan film, yang sumbernya diunduh dari internet. Penyajiannya di kelas dapat
secara on-line atau secara off-line. Semler (2005) mengatakan bahwa: blended learning
merupakan penggabungan pembelajaran online dan tatap muka. Penyelesaian tugas-tugas
pembelajaran oleh siswa dapat dilakukan di kelas dan di luar kelas secara mandiri. Dengan
demikian pengalaman belajar siswa semakin luas karena siswa menggunakan berbagai
sumber atau berbagai media atau baik media yang ada di kelas maupun media yang diakses
dari media online. Dengan demikian pembelajaran menjadi semakin bermakna bagi siswa.
Dengan Blended Learning kualitas atau mutu pembelajaran dapat ditingkatkan. Hooper,
(1992); Saunders & Klemming, (2003), mengungkapkan bahwa Blended Learning dapat
meningkatkan kompetensi siswa di bidang sosial dan meningkatakan percaya diri. (Byers,
2001) dalam (Kendall, 2001), menyebutkan bahwa Blended Learning dapat meningkatkan
keterampilan menggali informasi, dampaknya prestasi siswa akan meningkat. Dengan
Blended Learning guru dapat semakin bijak, yaitu dapat menghargai perbedaan-perbedaan
di antara siswa. Guru dapat memahami siswa yang dapat belajar dengan cepat dan dapat
menerima siswa yang memerlukan waktu lama dalam belajar. Blended Learning memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berkomunikasi dengan siswa dan guru baik dalam dalam
satu sekolah maupun dengan siswa dan guru dari sekolah lain ketika sedang mempelajari
materi pembelajaran yang sama.
Pembelajaran dengan Blended Learning memungkinkan terjadinya pertemuan virtual antara
guru dan siswa pada waktu dan tempat yang berbeda, tetapi mereka dapat saling memberikan
balikan atas hasil kerjanya. Siswa dapat bertanya, atau menjawab suatu isue pembelajaran
seperti dalam tatap muka. Aktivitas ini disebut dengan istilah virtual instructor led training,
training atau aktivitas pembelajaran virtual dengan guru yang sebenarnya tetapi berhubungan
secara maya karena antara guru dan siswa berada di tempat yang berbeda. Blended Learning
dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan berbagai media seperti tele-conference,
telephone, WA, Facebook, dan bog dalam chatting secara online.

Unsur-unsur Blended Learning


Blended Learning mengombinasikan antara tatap muka dan e-learning. Dengan demikian
unsur-unsur yang ada dalam pembelajaran Blended Learning meliputi kedua ranah
pembelajaran tersebut. Unsur-unsur dimaksud adalah (a) tatap muka di kelas (b) belajar
mandiri di luar kelas, (c) pemanfaatan aplikasi (web), (d) tutorial, (e) kerjasama, dan (f)
evaluasi. Peran guru dalam pembelajaran dalam pendekatan Blended Learning adalah
sebagai fasilitator dan mediator dalam mengelola unsur-unsur tersebut. Guru bekerja dengan
memberikan penjelasan kepada siswa dalam belajar mandiri. Guru memberikan penjelasan
cara memanfaatkan aplikasi yang berisi sumber belajar yang ada dalam internet. Dengan kata
lain bahwa pembelajaran dengan Blended Learning sama dengan pembelajaeran tatap muka
ditambah dengan pemanfaatan web sebagai sarana komunikasi pembelajaran mandiri di luar
kelas. (diambil dari makalah Suhartono suhartono@ecampus.ut.ac.id UPBJJ-UT Semarang,
yang Berjudul Menggagas Penerapan Pendekatan Blended Learning di Sekolah Dasar)

Setelah membaca bacaan 1 di atas, kerjakan pertanyaan berikut:

8
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

1. Tuliskan beberapa pendapat tentang konsep BL dari bahan bacaan tersebut.

Pendapat 1.

Pendapat 2.

Pendapat 3.

2. Buatlah kesimpulan tentang konsep pembelajaran BL setelah mempelajari beberapa


pendapat para ahli yang anda peroleh dari bahan bacaan.
Kesimpulan Pembelajaran Blended Learning.

3. Buatlah rancangan ringkas alur pembelajaran yang menggunakan konsep Blended


Learning, pilih salah satu materi (tema) sesuai dengan mata pelajaran/kelas yang Anda
ampu. Untuk sementara tidak usah memperhatikan model-model Blended Learning, yang
penting rancangan tersebut menurut anda sudah dapat dikategorikan pembelajaran BL.

Rancangan/alur pembelajaran Blended Learning.

4. Presentasikan hasil rancangan pembelajaran BL anda kepada teman sesama pendidik


di sekolah Anda, secara bergantian.

9
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

5. Setelah mempelajari konsep Pendekatan Blended Learning, dengan mengkaji beberapa


pendapat, mendiskusikan dengan teman sesama guru, menurut Anda apa kelebihan
pendekatan pembelajaran ini dibanding dengan pembelajaran tatap muka biasa?

Kelebihan pembelajaran Blended Learning dibanding tatap muka.

10
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

2. KB 2: Praktik penyusunan model Blended Learning


Kegiatan Pembelajaran berikut bertujuan untuk menguatkan konsep pembelajaran Blended
Learning yang sudah anda pelajari. Anda akan diminta membuat rancangan pembelajaran
yang lebih detail atau lebih rinci dari alur yang sudah anda buat pada kegiatan pembelajaran
1, pertanyaan ke 4.
Bacalah dengan seksama Bahan Bacaan 2 berikut.
(bacaan berikut meskipun diperuntukkan bagi guru SD, tetapi sebenarnya dapat digunakan
untuk jenjang SMP, SMA, juga SMK)
Bahan Bacaan 2. Pengembangan Blended Learning
Ada dua model pengembangan Blended Learning. Oleh Semler (2005) disebutkan bahwa
Blended Learning dapat diaplikasikan ke dalam dua model pembelajaran, yaitu:
a. Model off-line kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka dengan
peningkatan atau penambahan media pembelajaran yang telah diunduh sebelumnya dari
internet seperti video, gambar, dan informasi lain yang sesuai dengan materi yang sedang
dipelajari (offline). Guru melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan media online
yang telah diunduh sebelumnya.
b. model campuran (hybrid learning) model ini langsung tersambung dengan internet secara
“online” Model ini memadukan pembelajaran tatap muka di kelas dengan pembelajaran
secara online atau terlambung langsung internet (online)
Dari kedua model di atas memberikan gambaran kepada semua guru sekolah dasar bahwa
Blended Learning dapat digunaken di sekolah dasar. Jika para siswanya sudah terbiasa
mengakses internet maka dapat digunakan model kedua, yaitu model online (hybrid learning).
Sebaliknya jika para siswanya belum terbiasa mengakses internet, maka guru dapat
menggunakan model pertama, yaitu model offline.
Penyajian Pembelajaran dengan Blended Learning
Joliffe, Ritter, & Stevens (2001) menjelaskan bahwa penyajian blended e-learning dapat
dilakukan dengan pada awalnya guru melaksanakan pembelajaran tatap muka (face to face),
dilanjutkan penugasan online untuk dikerjakan di rumah secara mingguan disertai dengan
komunikasi atau konsultasi secara online jika siswa mmemerlukan, dan diakhiri dengan
evaluasi tatap muka atau ujian tulis di kelas. Dengan penyajian seperti ini, siswa mempunyai
kesempatan untuk mengembangkan diri serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri. Sajian
ini tentu bukan harga mati. Guru SD dapat memodifikasi model penyajian ini sesuai dengan
kondisi siswa, lingkungan, belajar, dan sarana dan prasarana yang ada. Dalam hal penyajian
ini guru sekolah dasar juga masih perlu mempertimbangkan model apa yang digunakan, yaitu
model on-line (hybrid e- learning) atau model offline. Kedua model ini tentu menghendaki
model penyajian yang berbeda. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyajian
pembelajaran dengan “Blended Learning” adalah dalam hal perencanaan. Kerres and De Witt
(2003) menyarankan agar dalam menyususn perencanaan dengan Blended Learning, guru
perlu mempeperhatikan 3 hal, yaitu isi (conten), interaksi antara siswa dan guru
(communication), dan penciptaan kondisi mental dalam rangka membantu memetakan posisi
siswa dalam kelas (construction). Dengan demikian, dalam merencanakan pembelajaran guru
perlu memikirkan tentang isi atau materi apa yang akan diajarkan sesuai dengan kurikulum,
komunikasi seperti apa yang akan dibangun dalam pembelajaran, dan penciptaan kondisi

11
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

mental seperti apa agar masing-masing pihak (guru-siswa) dapat berinteraksi dalam
pembelajaran.
Jared M. Carman (2005), menyebutkan lima kunci sukses dalam mengembangkan Blended
Learning. Lima kunci tersebut memberikan gambaran bagaimana guru dapat sukses
menggunakan Blended Learning dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran. Adapun
ke-5 kunci tersebut tersebut adalah:
(1) Live Event, yaitu bahwa guru akan sukses dalam meningkatkan pembelajaran dengan
Blended Learning jika guru dapat melakukan sinkronisasi antara pembelajaran tatap muka
dan pembelajaran virtual dalam waktu dan tempat yang sama secara langsung di kelas (live
classroom) ataupun dalam waktu sama tetapi tempat berbeda (virtual classroom) yang
dirancang dengan baik untuk untuk mencapai tujuan pembelajaran.
(2) Self-Paced Learning, yaitu bahwa guru akan sukses dalam meningkatkan pembelajaran
dengan Blended Learning jika guru dapat melakukan pengkombinasian pembelajaran tatap
muka dan pembelajaran mandiri (self-paced learning) baik dalam bentuk text-based maupun
multimedia-based (video, animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari media
tersebut) yang dapat diakses secara online (via web atau via mobile device dalam aplikasi:
streaming audio, streaming video, e-book, yang dapat diakses oleh siswa kapan saja dan di
mana saja, untuk diakses secara offline dalam bentuk CD, dan cetak.
(3) Collaboration, yaitu bahwa guru akan sukses dalam meningkatkan pembelajaran dengan
Blended Learning jika guru dapat membangun kaloborasi yang baik antara guru dan siswa
dalam satu sekolah atau antara guru dan siswa dari berbagai sekolah lain melalui tool-tool
(perangkat) komunikasi yang dibangun dalam bentuk chatroom, forum diskusi, email, website/
webblog, mobile phone, atau WA, untuk pendalaman materi, pemecahan masalah atau tugas
projek. Dengan kolaborasi ini, wawasan keilmuan siswa akan semakin luas karena melibatkan
berbagai pihak dengan beragam sumber belajar.
(4) Assessment, yaitu bahwa guru akan sukses dalam meningkatkan pembelajaran dengan
Blended Learning jika guru dapat mengngombinasikan beberapa jenis assessment bersifat
tes atau non-tes, atau tes otentik (authentic assessment) dalam bentuk projek ataupun produk
yang dapat dilaksanakan baik secara online atau offline sehingga assessment yang diikuti
siswa menjadi lebih fleksibel.
(5) Performance Support Materials, yaitu bahwa guru akan sukses dalam meningkatkan
pembelajaran dengan Blended Learning jika guru dapat menyususn pembelajaran secara
digital, baik model offline (dalam bentuk CD, MP3, dan DVD) maupun online melalui website
dan semua perangkat pembelajaran telah terinstal dengan baik.
Implementasi Blended-Learning di Sekolah Dasar
Uraian terdahulu mengisyaratkan kepada kita bahwa Blended Learning dapat diterapkan
dalam pembelajaran di sekolah dasar, baik sekolah tersebut sudah tersambung atau belum
jaringan internet. Syarat mutlak yang harus ada adalah bahwa di SD tersebut harus sudah ada
komputer, guru dan siswa dapat mengoperasikan dan dapat mengakses internet. Untuk
sekolah yang telah memiliki jaringan internet, guru dapat menggunakan model hybrid e-
learning, yaitu guru dapat menyelenggarakan pembelajaran tatap muka yang dikombinasikan
dengan media online. Sedangkan untuk sekolah yang belum tersambung dengan jaringan
internet, guru dapat melakukannya secara “off-line”, yaitu dengan guru telah mengunduh
terlebih dahulu media pembelajaran yang akan digunakan. Baik model on-line maupun off-line

12
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

dalam pelaksanaannya perlu didesain secara baik. Ada beberapa model yang dapat
digunakan sebagai media pengembangan Blended Learning, salah satunya adalah model
ADDIE (analysis design development implementation and evaluation) yang dikemukakan Dick,
Carey, and Carey (2001). Pelaksanaannya terdiri dari tujuh fase: Masing-masing fase dapat
dijelaskan sebagai berikut:
(1) Fase Analisis: pada awal kegiatan guru perlu melakukan kegiatan anlisis, dengan
mengidentifikasi karakteristik belajar dan kebutuhan siswa, lingkungan tempat pembelajaran,
serta mengecek sumber daya yang tersedia. Analisis ini juga digunakan untuk mengetahui
karakteristik siswa terkait dengan informasi demografis dan kemampuan siswa dalam
memanfaatkan komputer, kondisi sekolah dan media pembelajaran yang tersedia, serta
mempelajari isi kurikulum untuk menentukan materi yang akan diajarkan. Dengan analisis
ini, guru juga dapat menetapkan tujuan dan aktivitas belajar apa yang akan dikembangkan.
(2) Fase desaign (Perancangan): Setelah analisis selesai dilakukan, aktivitas guru selanjutnya
adalah membuat perencanaan tentang bagaimana materi akan diajarkan, dimana proses
pembelajaran akan dilakukan (dalam/luar kelas), pendekatan pembelajaran apa yang akan
digunakan, struktur materi apa yang akan disajikan, bagaimana pelaksanaannya, dan produk
apa yang diharapkan dapat dihasilkan siswa. Dalam fase ini langkah-langkah kegiatan
pembelajaran harus sudah disusun secara jelas. Media yang digunakan serta prosedur
penggunaannya juga harus jelas. Bagaimana evaluasi akan dilakukan juga juga harus siap.
Media online seperti web, blog atau lainnya juga sudah harus sudah terinstal dengan baik dan
siap digunakan.
(3) Fase Penyusunan dan Pengembangan. Pada fase ini guru menyiapkan segala media yang
telah dirancang pada perancangan yang telah disusun sebelumnya.
(4) Fase uji coba. Perencanaan yang sudah disusun perlu diujicobakan. Hal ini dimaksudkan
agar pembelajaran dengan “Blended Learning” yang sudah dirancang dapat diketahui
kelayakannya untuk digunakan di kelas.
(5) Fase Implementation: Pada fase ini guru melaksanakan Blended Learning di kelas dengan
menggunakan berbagai perangkat on-line atau off-line yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Ada beberapa hal yang dapat digunakan dalam fase ini, misalnya aplikasi yang sudah terinstal
dengan baik. Software pendukung lain, seperti Front Page untuk menampilkan teks, gambar,
dan penggalan video, serta software lainnya yang mendukung kegiatan evaluasi.
(6) Fase Evaluation: Pada fase ini berisi aktivitas mengumpulkan semua informasi yang ada
selama proses pelaksanaan pembelajaran, termasuk hasil tes serta hambatan-hambatan
selama pelaksanaan pembelajaran. Dengan evaluasi ini guru dapat menilai apakah program
blended learning sudah baik ataukah belum. Guru dapat menilai hambatan-hambatan apa
yang ada dan bagaimana hambatan itu dapat diatasi.
(7) Fase Feedback: Feedback merupakan kegiatan memberikan balikan atas hasil
pembelajaran, baik hasil tes, performence/kinerja, product, projek, dan autentic test. Balikan
ini didasarkan pada hasil tes formatif, hasil pretest, dan masukan dan saran dari teman sejawat
atau dari para ahli. Feedback digunakan sebagai bahan perbaikan sebelum blended learning
benar-benar diterapkan.

Semua fase di atas dapat dilakukan oleh guru-guru untuk pemebelajaran di sekolah dasar.
Tentu dengan modifikasi-modifikasi seperlunya agar dapat sesuai dengan situasi dan kondisi

13
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

sekolah. Guru yang berpengalaman akan mudah melakukan penyesuaian-penyesuaian


tersebut. Guru tidak perlu membuat web sendiri karena web telah tersedia di internet.
Setelah membaca bahan bacaan 2 di atas, diharapkan anda sudah mempunyai gambaran
yang lebih jelas tentang Blended Learning sampai pada penerapannya di kelas Anda. Jika
Anda masih merasa bingung, silahkan baca sekali lagi, tetapi pilih saja uraian dari salah satu
ahli, sampai anda benar-benar memahaminya. Selanjutnya buatlah rancangan pembelajaran
Blended Learning untuk satu Kompetensi Dasar atau satu materi pembelajaran atau satu
kegiatan pembelajaran sesuai tugas yang anda ampu saat ini.
Untuk melengkapi pengetahuan anda tentang Blended Learning, silakan dibaca lampiran 1
Model-model Blended Learning.
Tugas
Buatlah rancangan pembelajaran Blended Learning, dengan memilih salah satu model yang
sesuai dengan materi yang akan anda sampaikan dan ketersedian sarana penunjang di
sekolah Anda.
Sebagai bantuan bagi Anda untuk membuat rancangan, Anda dapat mengidentifikasi bakal
rancangan dengan mengisi tabel berikut,
Materi ( KD/ Kegiatan Pembelajran):
No Uraian Pilihan
1. Sistem belajar 1. Tatap muka, dilanjutkan mandiri
2. Mandiri, dilanjutkan tatap muka
2. Bahan untuk mandiri 1. Buku paket/bahan bacaan cetak
2. Video dilihat secara luring
3. Video dilihat secara daring
4. Web/ link sumber belajar
3. Durasi Pembelajaran 1. Mandiri beberapa kali dilanjutkan tatap muka sekali
2. Mandiri satu kali dilanjutkan tatap muka satu kali
3. Tatap muka satu kali dilanjutkan mandiri beberapa
kali
4. Tatap muka satu kali dilanjutkan mandiri satu kali

Seteleh rancangan Anda selesai, kirimkan kepada fasilitator untuk diberi saran perbaikan,
atau dilakukan perbaikan.
Refleksi
1. Seteleh melakukan Kegiatan Pembelajaran 1 dan 2, apakah pendekatan pembelajaran
Blended Learning dapat diterapkan di sekolah anda pada masa pembelajaran darurat
(Covid-19) saat ini?

2. Model Blended Learning mana yang paling cocok/sesuai untuk kondisi sekolah dan
peserta didik di tempat Anda bekerja.

14
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

LAMPIRAN

Lampiran 1. Model-Model Blended Learning


Setelah mengetahui apa itu Blended Learning pada tulisan sebelumnya kita perlu membahas
bagaimana penerapannya dalam pembelajaran. Untuk menerapkan Blended Learning, kita
bisa menggunakan kerangka CoI (Community of Inquiry). Kerangka ini mempunyai tiga
elemen yaitu: elemen sosial, elemen kognitif, dan elemen pengajaran.
Elemen sosial menjamin bahwa siswa dalam komunitas inkuiri merasa bebas untuk
mengekspresikan diri secara terbuka dengan cara yang mereka suka. Mereka harus dapat
mengembangkan hubungan pribadi agar mempunyai komitmen dan dapat mengejar tujuan
akademis yang dimaksudkan, serta mendapatkan rasa saling memiliki.
Elemen kognitif adalah dasar dalam proses inkuiri. Inkuiri mencakup integrasi proses reflektif
dan interaktif. Elemen kognitif memetakan pola inkuiri dalam siklus belajar dari pengalaman
melalui refleksi dan konseptualisasi ke tindakan dan ke pengalaman lebih lanjut.
Dalam konteks pendidikan, elemen pengajaran sangat penting untuk menyatukan elemen
sosial dan kognitif serta memastikan bahwa komunitas pembelajaran berjalan produktif.
Elemen pengajaran menghadirkan desain, fasilitas, dan arahan agar tercipta pengalaman
pembelajaran yang berharga.
Ketiga elemen ini harus ada dalam setiap desain Blended Learning. Perkembangan
model Blended Learning yang akhir-akhir ini semakin pesat tidak hanya meningkatkan
fleksibilitas dan individualisasi pengalaman belajar siswa, tetapi juga memungkinkan guru
untuk mengefektifkan waktu yang mereka habiskan sebagai fasilitator pembelajaran.
Ada banyak model Blended Learning yang telah dikembangkan. Berikut beberapa
model Blended Learning yang sudah diterapkan oleh berbagai lembaga pendidikan di
berbagai belahan dunia:
1. Station Rotation Blended Learning
Station-Rotation Blended Learning merupakan model yang memungkinkan siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan cara memutari stasiun-stasiun pembelajaran melalui
jadwal tertentu, di mana setidaknya salah satu stasiun adalah stasiun pembelajaran online.
Model ini paling umum digunakan di sekolah dasar karena guru sudah terbiasa berputar di
“pusat” atau “stasiun”.
2. Lab Rotation Blended Learning
Model Lab Rotation Blended Learning mirip dengan Station Rotation, siswa mempunyai
kesempatan siswa untuk memutar stasiun melalui jadwal yang telah ditetapkan namun
dilakukan menggunakan laboratorium komputer khusus yang memungkinkan dilakukan
pengaturan jadwal yang fleksibel dengan guru. Dengan demikian diperlukan laboratorium
komputer.
3. Remote Blended Learning atau Enriched Virtual
Dalam pembelajaran Remote Blended Learning, fokus siswa adalah menyelesaikan
pembelajaran online, mereka melakukan pembelajaran tatap muka dengan guru hanya
sesekali sesuai kebutuhan.

15
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

Pendekatan ini berbeda dari model Flipped Classroom dalam keseimbangan waktu
pengajaran tatap muka online. Dalam model pembelajaran Remote Blended Learning, siswa
tidak akan belajar secara tatap muka dengan guru setiap hari, tetapi dalam
pengaturan flipped. Siswa menyelesaikan tujuan pembelajaran secara individu.
4. Flex Blended Learning
Flex termasuk dalam jenis model Blended Learning di mana pembelajaran online adalah inti
atau tulang punggung pembelajaran siswa, namun masih didukung oleh aktivitas
pembelajaran offline. Siswa melanjutkan pembelajaran yang dimulai dalam kelas nyata
dengan jadwal yang fleksibel yang disesuaikan secara individual dalam berbagai modalitas
pembelajaran.
Sebagian besar siswa masih belajar di sekolah, kecuali untuk pekerjaan rumah. Guru
memberikan dukungan pembelajaran tatap muka secara fleksibel dan adaptif sesuai
kebutuhan melalui kegiatan seperti pengajaran kelompok kecil, proyek kelompok, dan
bimbingan pribadi.
5. The ‘Flipped Classroom’ Blended Learning
Blended Learning versi Flipped Classroom ini merupakan versi yang paling banyak
dikenal, Flipped Classroom dimulai dari pembelajaran siswa yang dilakukan secara online di
luar kelas atau di rumah dengan konten-konten yang sudah disediakan sebelumnya. Setelah
melakukan proses pembelajaran online di luar sekolah siswa kemudian memperdalam dan
berlatih memecahkan soal-soal di sekolah bersama guru dan/atau teman sebaya. Dengan
demikian bisa dianggap peran pembelajaran tradisional di kelas menjadi “terbalik”.
Pada dasarnya pembelajaran ini masih mempertahankan format pembelajaran tardisional
namun dijalankan dengan konteks yang baru.
6. Individual Rotation Blended Learning
Model Individual Rotation memungkinkan siswa untuk memutar melalui stasiun-stasiun, tetapi
sesuai jadwal individu yang ditetapkan oleh guru atau oleh algoritma perangkat lunak. Tidak
seperti model rotasi lainnya, siswa tidak perlu berputar ke setiap stasiun; mereka hanya
berputar ke aktivitas yang dijadwalkan pada daftar putar mereka.

Model Blended Leaning yang Lain


Selain keenam model tersebut masih ada model lain, walaupun belum umum untuk digunakan
tidak ada salahnya untuk kita bahas di sini. Model-model Blended Learning kemungkinan
masih akan terus berkembang dan memiliki banyak varian. Setidaknya ada beberapa model
yang sudah mulai banyak digunakan di beberapa lembaga pendidikan, di antaranya adalah :
Project-Based Blended Learning
Project-Based Blended Learning merupakan model pembelajaran di mana siswa
menggunakan pembelajaran online maupun pengajaran tatap muka dan kolaborasi untuk
merancang, mengulang, dan menyelasiakn tugas pembelajaran berbasis proyek atau produk
tertentu. Pembelajaran online bisa berbentuk pembelajaran online dengan bentuk atau materi
yang sudah disiapkan atau akses mandiri pada sumber-sumber belajar yang dibutuhkan.
Karakteristik utama dalam pembelajaran ini ada penggunaan sumberdaya online untuk
mendukung pembelajaran berbasis proyek.

16
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

Self-Directed Blended Learning


Dalam Self-Directed Blended Learning, siswa menjalankan kombinasi pembelajaran online
dan tatap muka dalam pembelajaran inkuiri dan pencapaian tujuan pembelajaran formal.
Mereka terhubung dengan guru secara fisik dan digital. Karena pembelajaran diarahkan
sendiri, maka peran pembelajaran online dan guru berubah, dan tidak ada
pertemuan/pembelajaran online formal yang harus diselesaikan.
Salah satu hal yang menjadi tantangan guru dalam pembelajaran ini adalah bagaimana ia
menilai pembelajaran dan keberhasilan pengalaman belajar siswa tanpa menghilangkan
autentifikasi. Sedangkan tantangan bagi siswa adalah magaimana mencari model produk,
proses, dan potensi yang dapat mendorong mereka untuk konsisen dalam belajar. Selain itu
siswa harus memahami apa yang berhasil dan mengapa, dan untuk membuat penyesuaian
yang sesuai atas kondisi yang tidak sesuai dengan harapan atau kondisi ideal. Beberapa
siswa tidak membutuhkan bimbingan, sementara yang lain membutuhkan dukungan melalui
jalur yang sangat jelas sehingga mereka dapat menjalankan pembelajaran mereka mereka
sendiri secara otonom.
Blended Learning Inside-Out
Dalam Blended Learning Inside-Out, pembelajaran dirancang akan selesai atau berakhir di
luar kelas, dengan memadukan kelebihan-kelebihan tatap muka fisik dan digital. Namun
dalam model Luar-Dalam dan Dalam-Luar, masih menonjolkan pembelajaran di kelas,
sedangkan pembelajaran online berfungsi sebagai penguat. Komponen pembelajaran online
dapat berupa inkuiri mandiri atau e-Learning formal.
Bila dilihat dari pola pembelajarannya maka Blended Learning berbasis proyek merupakan
salah satu contoh yang sangat baik dari model Inside-Out. Sama halnya dengan Outside-In,
model ini masih membutuhan untuk bimbingan ahli, umpan balik pembelajaran, pengajaran
konten, dan dukungan psikologis dan moral dari interaksi tatap muka setiap hari.
Outside-In Blended Learning
Dalam pembelajaran Outside-In Blended Learning, pembelajaran diawali dari lingkungan fisik
dan digital non-akademik yang biasa digunakan siswa setiap hari yang kemudian diakhiri di
dalam ruang kelas. Dengan demikian pembelajaran di dalam kelas akan lebih dalam dan
kaya. Kelas tatap muka berpeluang menjadi ajang berbagi, berkreasi, berkolaborasi, dan
saling memberi umpan balik yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran siswa.
Bila dirancang dengan baik, masing-masing “area” pembelajaran dapat memainkan peran
penting dari kekuatannya masing-masing yang saling melengkapi. Polanya pembelajaran ini
tetap masih kebutuhan bimbingan, pengajaran, dan dukungan dari interaksi tatap muka setiap
hari.
Supplemental Blended Learning
Dalam model ini, siswa menyelesaikan pembelajaran online sepenuhnya untuk melengkapi
pembelajaran tatap muka mereka, atau pembelajaran tatap muka sepenuhnya untuk
melengkapi pembelajaran yang diperoleh secara online.
Gagasan besar di sini adalah “pelengkap”. Pencapaian tujuan pembelajaran pada intinya
dipenuhi sepenuhnya dalam satu “ruang” (tatap muka atau online) sementara “ruang” lainnya
memberikan pengalaman tambahan yang spesifik bagi siswa. Pengalaman tambahan ini tidak
akan mereka dapatkan bila hanya menggunakan satu “ruang” saja.

17
Materi - 3
Modul Pendekatan Pembelajaran Blended Learning
Jatmiko_LPMP_2020

Mastery-Based Blended Learning


Pada model Mastery-Based Blended Learning siswa melakuakan pembelajaran online dan
pembelajaran tatap muka secara bergiliran. Penyelesaian tujuan pembelajaran berbasis
penguasaan. Desain dan proporsi pembelajaran online dan tatap muka dibangun atas dasar
penguasaan kompetensi tertentu. (3 Februari, 2019, muhammad abdul ghofur)

18

Anda mungkin juga menyukai