Anda di halaman 1dari 19

Pengumpulan Data dan Analisis data.

Pelaporan dan Penggunaan Maklumat Penilaian Program

Matriks Integrasi Soalan Penilaian

Laporan Impak Penilaian Program

Garispanduan menyediakan Laporan

Menerangkan konsep asas.

Membincang kaedah alternatif dalam Pelaporan.

Pengumpulan Data Dan Analisis Data

A.    Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data, yang biasa digunakan dalam sebuah penelitian baik penelitian
kualitatif maupun kuantitatif yaitu:
1.  Observasi/Pengamatan
Pengamatan merupakan salah satu cara penelitian ilmiah pada ilmu-ilmu sosial.
Observasi (pengamatan) sebagaimana diartikan oleh Karl Wick (dikutip dari Wrigtsman
dan Cook, 1976:253) mendefinisikan observasi sebagai pemilihan, pengubahan,
pencatatan, dan pengkodean serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan
organisme sesuai dengan tujuan-tujuan empiris.
Pemilihan menunjukkan bahwa pengamat ilmiah mengedit dan menfokuskan
pengamatannya secara sengaja atau tidak sengaja. Pemilihan mempengaruhi apa yang
diamati, apa yang dicatat, dan kesimpulan apa yang diambil. Pengubahan berarti
observasi tidak hanya dilakukan dengan secara pasif. Peneliti boleh mengubah perilaku
atau suasana tanpa mengganggu kewajarannya ( naturalness). Pencatatan adalah upaya
merekam kejadian-kejadian dengan menggunakan catatan lapangan, sistem kategori, dan
metode-metode lainnya. Pengodean proses penyederhanaan catatan-catatan melalui
metode reduksi data, misalnya menghitung frekuensi bermacam perilaku.
Dengan demikian pengamatan adalah kegiatan mengumpulkan fakta, yaitu
mengumpulkan pernyataan-pernyataan yang merupakan deskripsi, penggambaran dari
kenyataan yang menjadi perhatiannya.
2. Beberapa alasan pentingnya pengamatan/observasi
Tedapat beberapa alasan penting kenapa observasi/pengamatan memiliki urgensi
dalam penelitian, sebagaimana dijelaskan Prof. Lexi J. Moloeng (2004:175).[1]
a)      Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung.
b)      Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri,
kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
yang sebenarnya.
c)      Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang
berkaitan dengan proporsional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari
data.
d)     Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, jangan-jangan pada data yang
dijaringnya ada yang keliru atau biasa.
e)      Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi-situasi
rumit.
f)       Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak
dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Jika diikhtisarkan, alasan secara metodologis bagi penggunaan pengamatan ialah
mengoptimalkan kemampuan peneliti daris segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku
tak sadar, kebiasaan dan sebagainya.

3. Fungsi observasi/pengamatan
Ada tiga macam fungsi observasi (pengamatan) dalam sebuah penelitian yakni:
a)      Observasi dengan fungsi deskripsi
b)      Observasi dengan fungsi mencari data
c)      Menjadikan data lebih dapat digeneralisasikan

4. Metode-metode observasi (pengamatan)


Berdasarkan keterlibatan peneliti pada sasaran penelitian, teknik observasi dapat
dibagi ke dalam dua bagian yaitu:
a)      Observasi partisipan, pengamat terlibat penuh dalam kegiatan subjek yang diamati.
b)      Observasi non partisipan, pengamat mengamati subjek dengan berada di luar
aktivitas subjek. Pengamat tidak terlibat dengan kegiatan subjek yang diamati.[2]
Pada sisi yang lain, peneliti menentukan leibih dahulu perilaku apa yang akan
diobservasinya. Ia berusaha membuat sistem pencatatan dalam bentuk koding atau
kategorisasi, karena itu observasi dapat dibagi ke dalam:
a.      Observasi tak berstruktur
Tak berstruktur berarti tidaklah sepenuhnya melaporkan peristiwa, sebab
prinsip utama observasi ialah merangkumkan, mensistemkan, dan
menyederhanakan representasikan peristiwa. Dalam observasi tetap merupakan
penyuting(editor) berbagai peristiwa. Perbedaan berstruktur dan tak berstruktur
terletak pada kenyataan bahwa dalam metode tak berstruktur, peneliti lebih bebas
dan lebih lentur (plexible) mengamati peristiwa. Salah satu teknik observasi tak
berstruktur ini adalah catatan lapangan.
b.      Observasi berstruktur
Observasi berstruktur dipusatkan pada aspek perilaku tertentu yang mungkin
terjadi dalam situasi lapangan atau dalam situasi eksperimental. Dengan obeservasi
peneliti menjabarkan secara sistematis perilaku tertentu yang menjadi fokus
perhatiannya. Ini dilakukan dengan apa yang disebut daftar cek (checklist). Peneliti
hanya mencatat apakah perilaku yang ditelitinya itu terjadi atau tidak.  Brandt
menyebutkan ada dua macam daftar cek, yaitu statis dan tindakan. Daftar statis
mencatat informasi seperti jenis kelamin, suku bangsa, dan usia. Daftar cek tindakan
mencatat perilaku yang terjadi. Ada dua macam cara untuk melakukan pencatatan ini
yaitu sistem tanda dan sistem kategori.
c.   Wawancara/interview
Teknik wawancara/interview merupakan teknik yang termasuk banyak
digunakan di samping observasi. Maksud mengadakan wawancara seperti
ditegaskan oelh Lincon dan Guba, antara lain: mengkontruksi mengenai orang,
kejadian, organisasi, perasaan. Motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.
Wawancara dikalisifikasikan ke dalam dua bentuk, yaitu wawancara terstruktur dan
wawancara tidak terstruktur.
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Peneliti
yang menggunakan jenis wawancara inibertujuan mencari jawaban terhadap
hipnotesis kerja. Untuk itu pertanyaan-pertanyaan disusun rapi dan ketat.jenis
dilakukan pada situasi jika sejumlah sampel yang representatif ditanyai dengan
pertanyaan yang samadan hal ini penting sekali. Semua aspek dipandang
mempunyai kesempatan yang sama untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
Wawancara tak berstruktur ini sangat berbeda dari wawancara terstruktur
dalam hal waktu bertanya dan cara memberikan respons, yaitu jenis ini jauh lebih
bebas iramanya. Responden biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja karena
sifat-sifatnya yang khas. Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan mendalami
situasi dan mereka mengetahui informasi yang diperlukan.

d.      Angket (questionnaire)
Angket adalah salah satu teknik pengumpulan data yang berbentuk kumpulan
pertanyaan. Angket disusun dengan berbagai cara, yaitu sebagai berikut:
1)      Bagian pengantar
Dengan menggunakan angket, bisa terjadi antara peneliti dengan informan
tidak saling bertemu atau tidak saling kenal. Oleh sebab itu, pada bagian awal
sebuah angket biasanya dimulai dengan pengantaryang menjelaskan kepada
responden antara lain; maksud atau tujuan penelitian, guna penelitian, dan yang
tidak kalah pentingnya adlah jaminan kerahasiaan (confidentiality) data yang
akan diberikan serta akan digunakan hanya untuk penelitian semata.
2)      Tata urut pertanyaan
Tata urut dalam angket bisa bermacam-macam. Misalnya, tata urut
berdasarkan sub pokok permasalahan. Tata urut lain yang harus diperhatikan
adalah tingkat kesukaran pertanyaan. Dengan pertimabangan atau alasan
psikologis, biasanya pertanyaan dimulai dari yang mudah berangsur ketingkat
yang sulit. Pertanyaan yang mudah adalah pertanyaan yang bersifat konkrit
mengenai diri pribadi responden, seperti usia, jumlah anak, pendidikan dan lain
sebagainya. Selanjutnya, pertanyaan yang agak sulit, berturut-turut sampai ke
tingkat yang paling sulit adalah pertanyaan mengenai sikap, pendapat dan
perasaan responden terhadap sesuatu, pertanyaan mengenai informasi gejaladan
keadaan yang nyata, dan pertanyaan-pertanyaan yang mencoba mengukur
persepsi dari si responden mengenai diri sendiri dalam hubungannya dengan
orang lain.
3)      Bentuk pertanyaan
Bentuk pertanyaan dalam angket dapat dibedakan atas dua jenis , yaitu
pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup. Pertanyaan terbuka adalah suatu
bentuk pertanyaan dimana responden diberi kebebasan seluas-luasnya untuk
menjawab pertanyaan tersebut sesuai dengan bahasa dan logika mereka.
Sedangkan, pertanyaan tertutup adalah kebalikan dari pertanyaan terbuka, di
mana pertanyaan tertutup responden hanya memilih “option” atau pilihan
jawaban yang telah disediakan.

B.     Analisis Data
Menurut Patton, analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Ia
membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil
analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan di antara dimensi-dimensi uraian.
Pekerjaan dari analisis data ialah mengatur,  mengurutkan, mengelompokkkan,
memberi kode, dan mengkategorisasikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut
bertujuan menguji hipnotesis ayng akhirnya dapat disimpulkan. Analisis data dilakukan
dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah dimulai dilakukan sejak
pengumpulan data dilakukan dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan
penelitian. Dalam hal ini, dianjurkan agar analisis data dan penafsirannya secepatnya
dilakukan oleh penulis, jangan menunggu sampai data menjadi dingin atau malah menjadi
kadaluwarsa. Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan
pengerahan tenaga fisik dan pikiran peneliti.
Kegiatan analisis data dalam suatu penelitian dapat dilakukan menjadi dua kegiatan,
yaitu analisis deskripsi dan analisis statistik, penjelasannya sebagai berikut:
1. Analisis Deskripsi ( mendeskripsikan data)
Analisis deskripsi adalah menggambarkan data yang ada guna memperoleh
bentuk nyata dari responden, sehingga lebih mudah dimengerti peneliti atau orang lain
yang tertarik dengan hasil penelitian yang dilakukan. Mendeskripsikan informasi dari
responden ini ada dua macam. Jika data yang ada adalah data kualitatif, maka deskripsi
data ini dilakukan dengan cara menyusun dan mengelompokkan data yang ada, sehinnga
memberikan gambaran nyata terhadap responden.
Langkah pertama dalam analisis kualitatif adalah mengembangkan deskripsi yang
komprehensif dan teliti dari hasil penelitian. Peneliti lainnya menamakan “uraian tebal”.
Menjadi uraian tebal karena hal itu memasukkan informasi tentang konteks suatu
tindakan, intensitas dan maknanya yang mengorganisasikan tindakan itu, dan
perkembangannya secara evolusi.
Langkah kedua adalah klasifikasi. Tanpa klasifikasi data, tidak ada jalan untuk
mengetahui apa yang kita analisis. Selain itu, kita tidak bisa membuat perbandingan
yang bermakna antara setiap bagian dari data. Jadi, kalisifikasi data merupakan bagian
integral dari analisis. Selanjutnya, landasan konseptual di dalam interpretasi dan
penjelasa didasarkan pada hal itu.
Setelah mendeskripsikan dan menkalisifikasikan data, maka dilanjutkan dengan
mengkaitkan antara satu dengan yang lain, atau antara saty klasifikasi dengan kategori
yang lain, sehingga dengan kegiatan akan diperoleh hubungan-hubungan atau kaitan
antara satu dengan data yang lain. Dan pada akhirnya berdasarkan anlisa yang dilakukan
terhadap kategori-kategori data penelitian, akan dapat diambil ramuan penelitian tentang
masalah yang dikaji. 
2. Uji Statistika
Analisis dapat juga dilakukan dengan uji statistik. Uji statistik atau teknik analisis
data yang dilakukannya pada umumnya menggunakan analisis komparasi dan analisis
korelasi dan analisis untuk melihat pengaruih sesuatu treatmen (regresi).
1.      Analisis komparasi
Penelitian komparasi biasanya dilakukan untuk membandingkan  dua variabel
benda-benda, orang, tentang prosedur, tentang kerja, produk, dan lain-lain.atau lebih,
sehingga akan diperoleh persamaan atau perbedaan-perbedaan tentang
Analisis data komparatif yang menggunakan hipotesis dapat dilakukan . dengan
berbagai pendekatan. Teknik analisis yang digunakan antara lain, test “t”, chi
kaudrat, analisis varian dan lain-lain. Terdapat dua model komparasi, yaitu
komparasi antara dua sampel (bivariat) dan komparasi antara lebih dari dua sampel
atau yang dikenal dengan k sampel (multi variat). Setiap model komparasi,
sampel/variat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampel yang berkorelasi dan sampel
yang tidak berkorelasi (independent). Sampel yang berkorelasi biasanya terdapat
dalam penelitian  eksperiment. Contohnya dalam membuat perbandingan kerja
pegawai sebelum dilatih dengan yang sudah dilatih, membandingkan pengamalan
agama pada kelompok yang diberi ceramah terus menerus dengan yang tidak diberi
ceramah. Dalam hal ini membandingkan kelompok eksperiment dengan kelompok
control ( kelompok yang diberi ceramah dan tidak diberi ceramah).
Dalam pengujian hipotesis komparatif dua sampel atau lebih (membuat
generalisasi) terdapat berbagai teknik statistik yang dapat digunakan, dan pilihannya
tergantung pada bentuk komparasi dan maccam data. Teknik statistik yang dapat
digunakan dalam analisis komparasi antara lain, t-test, chi-kuadrat, one way anova,
dll.  
2.      Analisis korelasi
Penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidak adanya hubungan antara dua atau lebih, dan jika ada seberapa besar intensitas
hubungannya. Untuk menyatakan hubungan digunakan koefisien korelasi yang
besarnya antara 0 sampai 1.
Hubungan antara dua variabel disebut dengan korelasi bivariat, sedangkan
hubungan antara tiga variabel atau lebih disebut multivariate. Contoth penelitian
yang menyatakan hubungan antara dua variabel adalah, korelasi antara siaran
televisi dengan perilaku remaja dalam beragama, atau korelasi antara aktivitas
dakwah dengan tingkat pelaksanaan ibadah puasa, dll. Korelasi yang menunjukkan
tiga variabel misalnya hubungan antara siaran agama di televisi dengan tingkat
pemahaman dan motivasi membayar zakat.  Siaran agama di televisi (X1), tingkat
pemahaman (X2), dan motivasi membayar (Y).
Ada beberapa macam teknik analisis korelasi antara lain:
a)      Teknik korelasi product moment.
Teknik ini digunakan bila varibel yang akan dikorelasikan datanya bersifat
kontinu, homogen atau mendekati homogen dan regresi linier.
b)      Teknik korelasi tata jenjang.
Teknik ini digunakan bila subjeknya sebagai sampel (N) antara 10-29 subjek.
Data  yang dikorelasikan adalah data ordinal atau data jenjang.
c)      Teknik korelasi Phi.
Teknik ini digunakan bila data yang akan dikorelasikan adalah data yang benr-
benar dikotomik (terpisah secara tajam) atau variabel diskret murni. Misalnya
pria-wanita, lulus-tidak lulus, dan lain sebagainya.
d)     Teknik korelasi koefisien kontingensi.
Teknik ini digunakan bila dua variabel yang akan dikorelasikan berbentuk
kategori atau gejala  ordinal. Misalnya tingkat pendidikan terdiri dari rendah,
menengah, dan tinggi.
e)      Teknik korelasi point biserial.
Teknik ini digunakan bila dua variabel yang akan dikorelasikan variabel
pertama berbentuk variabel kontinu, misalnya skor hasil test. Sedangkan
variabel kedua berbentuk variabel deskrit murni.
f)       Teknik korelasi serial
Teknik ini digunakan bila dua variabel yang akan dikorelasikan, variabel
pertama berbentuk variabel berskala ordinal, sedangkan variabel kedua
berbentuk interval. Misalnya korelasi antara prestasi belajar keaktifan dalam
berdiskusi ( aktif, sedang, pasif).

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Saifuddin. 1998. Metode Penelitian, Edisi I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Hurman, H. 2008. Metodologi Penelitian Untuk Bimbingan Skripsi. Jl. H.R. Soebrantas Km
15 No 155, Simpang Panam-Pekanbarau: Suska Riau.
Yazid, Yasril. Dkk. 2009. Metodologi Penelitian.  Pekanbaru: UNRI Press

[1] DR. Yasril Yazid, dkk. 2009. Metodologi penelitian. Hal 86-88


[2] Ibid, hal 89-91
Konsep Evaluasi
A. Pengertian Evaluasi

Suharsimi Arikunto (2004 : 3) mengemukakan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk


mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi
utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi yang berguna bagi
pihak decision maker untuk menentukan kebijakan yang akan diambil berdasarkan evaluasi
yang telah dilakukan.

Worthen dan Sanders (1987 : 1) mengemukakan bahwa evaluasi adalah mencari sesuatu yang
berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat berupa informasi tentang suatu
program, produksi serta alternatif prosedur tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan
hal baru dalam kehidupan manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan
seseorang. Seorang manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah
yang dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.

Stufflebeam (Worthen dan Sanders, 1987 : 129) mengemukakan bahwa evaluasi adalah :
process of delineating, obtaining and providing useful information for judging decision
alternatives. Ada beberapa unsur yang terdapat dalam evaluasi yaitu : adanya sebuah proses
(process) perolehan (obtaining), penggambaran (delineating), penyediaan (providing)
informasi yang berguna (useful information) dan alternatif keputusan (decision alternatives).

Berdasarkan pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah dikemukakan beberapa para


ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses yang
dilakukan oleh seseorang untuk melihat sejauh mana keberhasilan sebuah program.
Keberhasilan program itu sendiri dapat dilihat dari dampak atau hasil yang dicapai oleh
program tersebut. Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat didalamnya
yaitu efektifitas dan efisiensi. Efektifitas merupakan perbandingan antara output dan inputnya
sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk menghasilkan output melalui
suatu proses.

B. Pengertian Evaluasi Program

John L Herman (Tayibnapis, 2008 : 9) mengemukakan bahwa program adalah segala sesuatu
yang anda lakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau manfaat. Dari pengertian
ini dapat ditarik benang merah bahwa semua perbuatan manusia yang darinya diharapkan
akan memperoleh hasil dan manfaat dapat disebut program.
Suharsimi Arikunto (2009 : 290) mengemukakan bahwa program dapat dipahami dalam dua
pengertian yaitu secara umum dan khusus. Secara umum, program dapat diartikan dengan
rencana atau rancangan kegiatan yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari.
Sedangkan pengertian khusus dari program biasanya jika dikaitkan dengan evaluasi yang
bermakna suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan ralisasi atau implementasi dari
suatu kebijakan, berlangsung dalam proses berkesinambungan dan terjadi dalam satu
organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Berdasarkan pengertian tersebut, maka sebuah program adalah rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan secara waktu pelaksanaannya biasanya panjang.
Selain itu, sebuah program juga tidak hanya terdiri dari satu kegiatan melainkan rangkaian
kegiatan yang membentuk satu sistem yang saling terkait satu dengan lainnya dengan
melibatkan lebih dari satu orang untuk melaksanakannya.

Selanjutnya Isaac dan Michael (1981 : 6) mengemukakan bahwa sebuah program harus
diakhiri dengan evaluasi. Hal ini dilaksanakan untuk melihat apakah program tersebut
berhasil menjalankan fungsi sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada tiga tahap
rangkaian evaluasi program yaitu:

Menyatakan pertanyaan serta menspesifikasikan informasi yang hendak diperoleh,


Mencari data yang relevan dengan penelitian dan
Menyediakan informasi yang dibutuhkan pihak pengambil keputusan untuk melanjutkan,
memperbaiki atau menghentikan program tersebut.
Dengan demikian, maka evaluasi program dapat dimaknai sebagai sebuah proses untuk
mengetahui apakah sebuah program dapat direalisasikan atau tidak dengan cara mengetahui
efektifitas masing-masing komponennya melalui rangkain informasi yang diperoleh
evaluator.

C. Tujuan Evaluasi

Evaluasi memegang peranan penting dalam suatu program Worthen dan Sanders, 1987
(Tayibnapis, 2008 : 2) antara lain memberikan informasi yang dipakai sebagai dasar untuk:

Membuat kebijaksanaan dan keputusan,


Menilai hasil yang dicapai,
Menilai kurikulum,
Memberi kepercayaan
Memonitor dana yang telah diberikan,
Memperbaiki materi dan program.
Suharsimi Arikunto (2004 : 13), mengemukakan bahwa ada dua tujuan evaluasi yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan kepada program secara keseluruhan
sedangkan tujuan khusus lebih difokuskan pada masing-masing komponen. Beberapa tujuan
evaluasi diantaranya adalah;

Untuk memperoleh dasar bagi pertimbangan akhir suatu periode kerja, apa yang telah
dicapai, apa yang belum dicapai, dan apa yang perlu mendapat perhatian khusus.
Untuk menjamin cara kerja yang efektif dan efisien yang membawa organisasi pada
penggunaan sumber daya yang dimiliki secara efesien dan ekonomis.
Untuk memperoleh fakta tentang kesulitan, hambatan, penyimpangan dilihat dari aspek-aspek
tertentu.
D. Fungsi Evaluasi Program

Fungsi evaluasi menurut Scriven, 1967 (Tayibnapis, 2008: 4) adalah sebagai berikut:

Fungsi Formatif yaitu evaluasi dipakai untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang
sedang berjalan (program, orang, produk, dsb).
Fungsi sumatif yaitu evaluasi dipakai untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau
lanjutan. Jadi evaluasi hendaknya membantu pengembangan, implementasi, kebutuhan suatu
program, perbaikan program, pertanggungjawaban, seleksi, motivasi, menambah
pengetahuan dan dukungan dari mereka yang terlibat.
Fungsi diagnostik yaitu untuk mendiagnostik sebuah program.
Selanjutnya Stuffebeam (Tayibnapis, 2008: 4) juga mengemukakan fungsi evaluasi, yaitu
sebagai berikut:

Proactive Evaluation yaitu evaluasi program yang dilakukan untuk melayani pemegang
keputusan.
Retroactive Evaluation yaitu evaluasi program yang dilakukan untuk keperluan pertanggung
jawaban.
Konsep Pelatihan
A. Pengertian Pelatihan
Pelatihan (training) merupakan proses pembelajaran yang melibatkan perolehan keahlian,
konsep, peraturan, atau sikap untuk meningkatkan kinerja tenga kera (Simamora:2006:273).
Menurut pasal I ayat 9 Undang-Undang No.13 Tahun 2003.

”Pelatihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memberi, memperoleh, meningkatkan,


serta mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap, dan etos kerja pada
tingkat ketrampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan dan
pekerjaan.”

Oemar Hamalik (2007:10-11) mengemukakan bahwa pelatihan adalah suatu proses yang
meliputi serangkaian tindakan (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk
pemberian bantuan kapada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga profesional kepelatihan
dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam
bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas dalam suatu
organisasi. Dengan demikian dapat diuraikan bahwa:

Pelatihan adalah suatu proses,


Pelatihan dilaksanakan dengan sengaja,
Pelatihan diberikan dalam bentuk pemberian bantuan,
Sasaran pelatihan adalah unsur ketenagakerjaan,
Pelatihan dilaksanakan oleh tenaga professional,
Pelatihan berlangsung dalam satuan waktu tertentu,
Pelatihan meningkatkan kemampuan kerja peserta, dan
Pelatihan harus berkenaan dengan pekerjaan tertentu.
B. Tujuan pelatihan

Tujuan diselenggarakan pelatihan (Simamora, 2006 : 276) diarahkan untuk membekali,


meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,
produktivitas dan kesejahteraan. Adapun tujuan-tujuannya sebagai berikut:

Memperbaiki kinerja karyawan-karyawannya yang bekerja karena kekurangan keterampilan.


Memuktahirkan keahlian para karyawan sejalan dengan kemajuan teknologi. Melalui
pelatihan, pelatih memastikan bahwa karyawan dapat megaplikasikan teknologi baru secara
efektif.
Mengurangi waktu pembelajaran bagi karyawan baru agar kompeten dalam pekerjaan.
Membantu memecahkan masalah orperasional. Para manejer harus mencapai tujuan mereka
dengan kelangkaan dan kelimpahan sumber daya.
Mempersiapkan karyawan untuk promosi/ satu cara untuk menarik, menahan, dan
memotivasi karyawan.
Mengorientasikan karyawan terhadap organisasi,
Memenuhi kebutuhan pertumbuhan.
C. Manfaat pelatihan

Pelatihan mempunyai andil besar dalam menentukan efektifitas dan efisiensi organisasi.
Beberapa manfaat program pelatihan (Simamora, 2006:278) adalah:

Meningkatkan kuantitas dan kualitas produktivitas.


Mengurangi waktu belajar yang diperlukan karyawan untuk mencapai standar kinerja yang
dapat diterima.
Membentuk sikap, loyalitas, dan kerjasama yang lebih menguntungkan.
Memenuhi kebutuhan perencanaan semberdaya manusia
Mengurangi frekuensi dan biaya kecelakaan kerja.
Membantu karyawan dalam peningkatan dan pengembangan pribadi mereka.
Manfaat di atas membantu individu maupun organisasi. Program pelatihan yang efektif
adalah memberikan bantuan yang berharga dalam perencanaan karir dan sering dianggap
sebagai penyembuh penyakit organisasional. Apabila produktivitas tenaga kerja menurun
banyak manejer berfikir bahwa solusinya adalah pelatihan. Meskipun program pelatihan tidak
mengobati semua masalah organisasional, namun tentu saja program pelatihan itu berpotensi
untuk memperbaiki situasi tertentu sekiranya program dijalankan secara benar.

Evaluasi Program dan Penyelenggaraan Pelatihan


Evaluasi program pelatihan adalah usaha pengumpulan informasi dan penjajagan informasi
untuk mengetahui dan memutuskan cara yang efektif dalam menggunakan sumber-sumber
latihan yang tersedia guna mencapai tujuan pelatihan secara keseluruhan. Evaluasi pelatihan
mencoba mendapatkan informasi-informasi mengenai hasil-hasil program pelatihan,
kemudian menggunakan informasi itu dalam penilaian. Evaluasi pelatihan juga memasukkan
umpan balik dari peserta yang sangat membantu dalam memutuskan kebijakan mana yang
akan diambil untuk memperbaiki pelatihan tersebut. Dengan demikian maka evaluasi
program pelatihan harus dirancang bersamaan dengan “perancangan pelatihan” berdasarkan
pada perumusan tujuan.
Dalam “forum evaluasi program pelatihan” M. Nasrul (2009:39) mengemukakan tujuan
evaluasi pelatihan, diantaranya adalah:

Menemukan bagian-bagian mana saja dari suatu pelatihan yang berhasil mencapai tujuan,
serta bagian-bagian yang tidak mencapai tujuan atau kurang berhasil sehingga dapat dibuat
langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.
Memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pemikiran dan saran saran serta
penilaian terhadap efektifitas program pelatihan yang dilaksanakan.
Mengetahui sejauh mana dampak kegiatan pelatihan terutama yang berkaitan dengan
terjadinya perilaku di kemudian hari.
Identifikasi kebutuhan pelatihan untuk merancang dan merencanakan kegiatan pelatihan
selanjutnya.
Evaluasi pelatihan merupakan bagian dari setiap proses atau tahapan pelatihan mulai dari
perencanaan, pelakasanaan dan tindak lanjut dari suatu pelatihan. Evaluasi pelatihan
menghendaki adanya umpan balik secara terus menerus, sehingga kegiatan evaluasi pelatihan
tidak hanya dapat dilakukan sekali pada akhir program. Setiap tahap pencapaian sasaran
merupakan tindakan evaluasi terhadap program pelatihan.

Selanjutnya M. Nasrul (2009:42) mengemukakan bahwa komponen-komponen yang perlu


dievaluasi dalam evaluasi pelatihan antara lain meliputi:

1. Pencapaian Tujuan dan Ketepatan Tujuan

Dalam evaluasi hendaknya dilakukan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan


pencapaian tujuan dan ketepatan tujuan. Artinya yaitu bahwa apakah pelatihan tersebut telah
mencapai tujuan yang diharapkan dan apakah tujuan tersebut tepat sesuai dengan kebutuhan
pelatihan.

2. Isi atau Materi Pelatihan

Dalam evaluasi akhir hendaknya dilakukan pengumpulan informasi yang berkaitan dengan isi
atau materi pelatihan yang dibahas selama pelatihan berlangsung; yaitu antara lain apakah
materi yang dibahas sesuai dengan tujuan, apakah materi pelatihan terlalu sederhana, terlalu
sulit, terlalu teoritis dan lain sebagainya.

3. Fasilitator Pelatihan
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pengumpulan informasi tentang ‘fasilitator” yang
membantu proses terjadinya kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini perlu dilakukan
pengumpulan informasi yang menyangkut tentang keterampilan fasilitator, kemampuan
fasilitator dalam memfasilitasi pelatihan. Hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain meliputi:

Penguasaan dan kemampuan menggunakan metoda partisipatif,


Penguasaan dan pemahaman terhadap materi pelatihan,
Kemampuan melakukan komunikasi dan interakasi dengan peserta secara efektif,
Kerjasama team fasilitator,
Kemampuan penggunaan media dan sarana pelatihan secara efektif
Peserta pelatihan
Pengumpulan informasi tentang peserta perlu juga dilakukan dalam evaluasi akhir untuk
mengetahui tingkat partisipasi peserta, perasaan peserta, kerjasama peserta dengan peserta
yang lain, kerjasama dengan fasilitator. Disamping itu, hal yang tidak kalah pentingnya
adalah kriteria peserta, apakah peserta yang terlibat dalam pelatihan sesuai dengan yang
diharapkan sebagaimana ditetapkan dalam kerangka acuan pelatihan, dan lain-lain.

4. Metodologi Pelatihan/ Efektifitas Pelatihan

Evaluasi pelatihan juga perlu mengumpulkan informasi tentang penggunaan dan pemanfaat
metoda dan efektifitasnya. Apakah metoda yang dipergunakan mampu mendorong
keterlibatan peserta, apakah metoda yang dipergunakan cocok dengan tujuan yang
diharapkan, apakah metoda yang dipergunakan sesuai dengan sifat isi materi pelatihan.

5. Penyelenggaraan Pelatihan

Penyelenggaraan pelatihan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pelatihan yang


seringkali diabaikan. Pada umumnya, evaluasi penyelenggaraan lebih berfokus pada aspek
logistik. Hal-hal yang perlu dievaluasi antara lain meliputi:

Komunikasi, yaitu bagaimana pemberitahuan atau undangan dipersiapkan oleh pihak Ujian,
merupakan salah satu jenis evaluasi penyelenggara, apakah undangan jelas dan disertai
dengan informasi yang dibutuhkan, biasanya dilengkapi dengan Kerangka Acuan Pelatihan.
Sarana dan Prasarana Pendukung pelatihan yang meliputi tempat pelatihan, baik untuk
diskusi pleno maupun untuk diskusi kelompok, konsumsi, akomodasi, ketersediaan dan
kesiapan bahan bahan yang diperlukan untuk peserta dan fasilitator, kepanitiaan dan lain-lain.
Oemar Hamalik (2007:78) mengemukakan bahwa prosedur penyelenggaraan pelatihan terdiri
dari empat tahap, yaitu:

1. Tahap pendahuluan, merupakan tahap persiapan sebelum peserta melaksanakan


keseluruhan kegiatan. Pada tahap ini peserta melakukan kegiatan orientasi.

2. Tahap pengembangan, merupakan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana yang telah
disusun oleh pelatih. Pada tahap ini peserta melakukan kegiatan-kegiatan diantaranya:
Kegiatan tatap muka dengan tim pelatih yaitu melaksanakan kegiatan pelatihan sesuai dengan
yang telah direncanakan.
Kegiatan berstruktur, sebagai tindak lanjut kegiatan tatap muka seperti: berdiskusi,
demonstrasi, eksperimen, dan lainnya.
Kegiatan mandiri, mendalami dan memperluas penguasaan materi/ proyek, baik yang
bersumber dari bacaan atau pun kegiatan pelatihan.
Seminar, sebagai media pertukaran informasi.
Kunjungan instansional, sebagai studi perbandingan untuk perbaikan dan peningkatan kerja.
Laporan harian, sebagai monitoring.
Karyawisata, sebagai penunjang kegian pelatihan.dll
3. Tahap kulminasi, merupakan tahap puncak kegiatan pelatihan yang dilaksanakan dalam
bentuk:

Pameran, dimaksudkan untuk mempertunjukkan secara menyeluruh semua produk yang


dihasilkan oleh peserta.
Seminar akhir, dalam seminar akhir ini dibahas secara menyeluruh semua pengalaman, kesan,
dan berbagai masalah yang ditemui oleh peserta dan pembimbing selama pelaksanaan
program. Pada seminar akhir ini, berbagai teori yang menunjang ditinjau dan dilihat
relevansinya.
Laporan individual, memuat semua pengalaman yang telah dilaksanakan peserta.
4. Tahap tindak lanjut, merupakan suatu tahap transisi, di mana berlangsungnya proses
penempatan dan pembinaan terhadap para lulusan pelatihan. Kesulitan mulai lebih terasa,
khususnya untuk menempatkan lulusan pelatihan sedangkan kesempatan kerja belum
tersedia. Dalam kondisi ini, dituntut keberanian dari pihak pengambil keputusan, misalnya
menyediakan suatu proyek cipta kerja dengan bantuan modal dan pembinaan manajemen
yang teratur dan terencana.
Suharsimi Arikunto (2004 : 23) mengemukakan bahwa evaluasi program mempunyai ukuran
keberhasilan, yang dikenal dengan istilah kriteria. Istilah kriteria dalam penilaian dikenal
dengan kata “tolak ukur” atau ”standar”. Kriteria adalah sesuatu yang digunakan sebagai
patokan atau batas minimal untuk sesuatu yang diukur. Kriteria atau tolak ukur bersifat jamak
karena menunjukan batas atas dan batas bawah, sekaligus batas-batas di antaranya. Dengan
demikian, kriteria menunjukkan gradasi atau tingkatan, dan ditunjukan dalam bentuk kata
keadaan atau predikat.

Dasar dalam pembuatan standar atau kriteria adalah sumber pengambilan kriteria secara
keseluruhan. Dengan pengertian bahwa kriteria adalah suatu ukuran yang menjadi patokan
yang harus dicapai. Suharsimi Arikunto (2004 : 24) mengemukakan bahwa ada beberapa
sumber pembuatan kriteria, diantaranya yaitu:

Peraturan atau ketentuan yang sudah dikeluarkan berkenaan dengan kebijakan yang
bersangkutan atau ketentuan yang berlaku umum.
Buku pedoman atau petunjuk pelaksanaan (juklak).
Konsep atau teori-teori yang terdapat dalam buku-buku ilmiah.
Hasil penelitian yang sudah dipublikasikan atau diseminarkan.
Pertimbangan orang yang memiliki kelebihan dalam bidang yang sedang dievaluasi (expert
judgment).
Hasil kesepakatan kelompok/ tim atau beberapa orang yang mempunyai wawasan tentang
program yang dievaluasi.
Pemikiran sendiri (akal atau nalar sendiri).
Oemar Hamalik (2007:127) mengemukakan bahwa kriteria penilaian/ evaluasi program
pelatihan meliputi:

1. Kriteria penilaian masukan, kriteria ini bertalian dengan perencanaan program. Perangkat
kriteria yang dapat digunakan adalah:

Tujuan perilaku yang dirumuskan secara operasional, rinci, mengacu pada perubahan tingkah
laku yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap, berdasarkan atas data
masyarakat, posisi perkembangan peserta, disiplin ilmu manajemen, tujuan itu layak untuk
dicapai, berdaya guna bagi fungsi-fungsi pendidikan dan pelatihan, serta memperhatikan segi
prioritas dan keseimbangan.
Seleksi peserta, merupakan syarat untuk mempersiapkan tenaga lulusan, dilaksanakan oleh
lembaga Diklat, sesuai dengan kemampuan kelembagaan, dilaksanakan oleh tenaga
kepelatihan yang berpengalaman, berguna untuk rekrutmen, mencakup berbagai aspek
seperti: kemampuan akademik, tingkat kecerdasan, kematangan, kesehatan, social,
keterampilan berkomunikasi, dan minat serta motivasi belajar, dan lain sebagainya.
Isi program pelatihan, sesua dengan perkembangan IPTEK, memberi kemudahan untuk
menguasai unsur-unsur dalam peta pengetahuan, peta keterampilan, dan peta sikap serta
moral, bermakna bagi peserta untuk melaksanakan pekerjaan, perkembangan pribadi yang
seimbang, dan untuk kehidupan sehari-hari. Isi/ bahan pelajaran mencakup pendidikan umum
(kelompok dasar), pengajaran pokok/ kejuruan (kelompok inti), dan pengajaran penunjang
(pelengkap).
Pemilihan dan penggunaan metode dan media, harus konsisten dengan tujuan yang hendak
dicapai, bahan pelajaran, kemampuan pelatih, dan kondisi lingkungan.
Pembinaan, dilaksanakan terus-menerus dalam jangka panjang, membantu peserta untuk
memahami dirinya, bersifat luwes, menggunakan berbagai instrument pengumpulan data, dan
teknik langsung atau tidak langsung dengan prosedur individual dan kelompok.
Organisasi program pelatihan, meupakan program pelatihan professional, disusun seimbang
yang memadukan teori dan praktek, berdasarkan disiplin ilmu, berurutan, berdasarkan
sistematika tertentu.
2. Kriteria penilaian proses,

a. Kriteria internal

Koherensi, adalah keterkaitan antara unsur-unsur dalam suatu program pelatihan.


Sumber manusia, adalah kesesuaian antara kemampuan tenaga pelaksanaan dalam suatu
program pelatihan.
Persepsi pemakaian program, adalah reaksi dari pihak pemakai terhadap suatu program
pelatihan yang telah dilaksanakan.
Persepsi penyediaan program, adalah sikap dan penilaian penyedia program terhadap semua
aspek program pelatihan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Efisiensi penggunaan biaya, adalah perbandingan antara biaya yang telah dianggarkan dan
dikeluarkan bagi produk yang diharapkan dengan tercapainya hasil yang nyata setelah suatu
program pelatihan dilaksanakan
Kemampuan, adalah kemampuan suatu program pelatihan untuk menghasilkan produk yang
telah dirancang sebelumnya dengan makna tertentu.
Dampak (impact), adalah efek lebih yang dicapai oleh suatu program dibandingkan dengan
tanpa pelaksanaan program tersebut atau dibandingkan dengan program-program lainnya.
b. Kriteria eksternal
Pengaruh kebijaksanaan, suatu program dikembangkan berdasarkan arahan kebijaksanaan
tertentu.
Analisis keuntungan, berdasarkan biaya yang dikeluarkan (cost benefit analysis); seberapa
besar ketercapaian hasil program dibandingkan dengan pengeluaran biaya untuk
melaksanakan program tersebut.
Efek pelipat ganda, yaitu efek suatu program tidak hanya terjadi pada satu kelompok sasaran,
tetapi juga dapat terjadi pada kelompok-kelompok sasaran lainnya.
3. Kriteria penilaian produk, penilaian terhadap produk suatu program pelatihan dilakukan
berdasarkan kriteria, sebagai berikut:

Keinginan dan harapan, yaitu rasional tentang perlunya sumber-sumber untuk memenuhi
kebutuhan pemakai sehingga perlunya pengembangan produk tertentu.
Kelayakan, adalah ukuran yang berkenaan dengan efisiensi administrastif (pengelolaan) dan
alokasi sumber-sumber (biaya).
Efektivitas produk, adalah ukuran yang berkenaan dengan hakikat produk dan penilaian
pengaruh produk yang digunakan.
Kedayagunaan, adalah ukuran yang berkenaan dengan kualitas produk berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam produk dan kemungkinan pelaksanaannya dalam bidang-bidang
lainnya.
Instrumen Evaluasi
Istilah evaluasi, pengukuran dan tes sering diartikan sama atau saling tertukar, namun
beberapa pemakai member arti yang berbeda bagi masing-masing istilah tersebut oleh
Worthen & Sanders (Tayibnapis, 2008: 189) sebagai berikut:

Tes ialah sejumlah pertanyaan yang diberikan untuk dijawab.


Pengukuran, lebih luas dari tes. Pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa cara di
samping dengan tes, antara lain dengan observasi, skala rating, cek list yang dapat
memberikan informasi dalam bentuk kuanitatif.
Evaluasi mencakup tes dan pengukuran, yaitu proses pengumpulan informasi untuk membuat
penilaian yang mana kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat
keputusan.
Observasi (pengamatan), yang dilakukan untuk melengkapi inormasi.
Anedotal Record (AR), catatan pelatih hasil pengamatan perilaku peserta yang dianggap
penting untuk dipertimbangkan, melengkapi hasil evaluasi dengan instrument lainnya.
Rating Scale (RS), berbeda dengan AR yang tidak terstruktur. RS dapat memberikan
prosedur yang sistematik dalam mencatat dan melaporkan hasil evaluasi, hasil observasi yang
terstruktur, dan ada tingkatan yang dipilih.
Cecklist (CL) hampir sama dengan RS, perbedaannya adalah macam pilihan yang diberikan
untuk pertimbangan. Pada RS ada tingkatan yang harus dipilih, sedangkan pada CL yang
dipilih adalah “ya” atau “tidak” karakteristik yang disebutkan dalam pilihan.

Kesimpulan
Program adalah realisasi dari suatu kebijakan. Evaluasi program adalah upaya untuk
mengetahui tingkat keterlaksanaan program, atau untuk mengetahui implementasi dari suatu
kebijakan. Dengan demikian kegiatan evaluasi program mengacu pada tujuan sebagai ukuran
keberhasilan.

Implementasi program harus senantiasa di evaluasi untuk melihat sejauh mana program
tersebut telah berhasil mencapai maksud pelaksanaan program yang telah ditetapkan
sebelumnya. Tanpa adanya evaluasi, program-program yang berjalan tidak akan dapat dilihat
efektifitasnya. Dengan demikian, kebijakan-kebijakan baru sehubungan dengan program itu
tidak akan didukung oleh data. Oleh karena itu, evaluasi program bertujuan untuk
menyediakan data dan informasi serta rekomendasi bagi pengambil kebijakan (decision
maker) untuk memutuskan apakah akan melanjutkan, memperbaiki atau menghentikan
sebuah program.

Referensi:

Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi dan Safruddin, Cepi. (2004). Evaluasi Program Pendidikan Pedoman
Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamalik, Oemar. (2007). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu


Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Isaac, S & Michael, W. B. (1981). Handbook in Research and Evaluation. San Diego, C. A.:
Edits.

Nasrul, M. (2009). Evaluasi Program Pelatihan. [Online]. Tersedia:


http://www.google.com[forum evaluasi program pelatihan]. [2 April 2012].
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Agribisnis Perdesaan (PNPMAP). (2009).
Petunjuk Operasional Monitoring & Evaluasi Kegiatan Pelatihan BDS Lembaga/ Individu.
[Online]. Tersedia: www.google.com.[1-po-monev-bdsp-08-jan-09-2.pdf]. [2 April 2012].

Sirnamora, Henry. (2006). Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN.

Tayibnapis, Farida Yusuf. (2008). Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi Untuk Program
Pendidikan dan Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Worthen, O. & James, R. Sanders. (1987). Educational Evaluation: Alternative Approaches


and Guidelines. New York: Longman Inc.

Anda mungkin juga menyukai