Anda di halaman 1dari 12

PROSTITUSI DI LINGKUNGAN KAMPUS “AYAM KAMPUS”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kuliah


Pendidikan Kewarganegaraan - Offering B
Dosen Pengampu: Rani Prita Prabawangi

Oleh:
Muhammad Shaifi Aminulloh (180522529508)
Nathanael Joe Farell (180522529535)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
PRODI D3 TEKNIK SIPIL DAN BANGUNAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
MEI 2019

i
KATA PENGANTAR

Sukacita dan ucapan syukur kepada Allah atas segala berkat dan kasih
karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pemikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengalaman maupun pengetahuan kami, kami yakin


masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Malang, 4 Mei 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................. 1
1.2 Tujuan .......................................................................... 2
1.3 Rumusan Masalah ....................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Spiritualitas .................................................................. 3
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Spiritualitas ........ 5
2.3 Perkembangan Spiritualitas Generasi Muda................. 7
2.4 Upaya Menjaga Spiritualitas Generasi Muda ............... 11

BAB II PENUTUP
3.1 Kesimpulan .................................................................. 13
3.2 Saran ............................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14


Lampiran ....................................................................................................... 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Adi (2010), kampus merupakan lingkungan dimana mahasiswa
menjalani proses belajar dan melakukan aktivitasKampus merupakan salah satu
tempat berlangsungnya pendidikan. Tak salah, jika kampus dianggap sebagai
tempat belajar karena mahasiswa bisa menggantungkan impian, cita-cita dan masa
depan. Di dalam kampus mahasiswa tak sekedar datang untuk kuliah, ujian, dan
kumpul tetapi kampus menjadi sarana pengembangan bakat dan penanaman nilai-
nilai, sehingga dari ruang kuliah dan berbagai kegiatan kampus itu diharapkan akan
lahir mahasiswa yang kreatif, kritis, bertanggung jawab dan bermoral. Namun,
sungguh sayang, Pada kenyataannya, tidak semua kalangan terpelajar itu bisa
mengikuti transformasi ilmu yang ditanamkan secara positif.
Kenyataannya, banyak di antara mereka yang justru terjebak pada perilaku tak
bertanggung jawab, hal itu tercermin dari banyaknya kalangan mahasiswa yang
terjebak pada obat-obatan terlarang atau narkoba hingga perilaku seks bebas.
Bahkan sekarang ini bukan hanya seks bebas saja yang dilakukan para mahasiswa
ini. Tetapi, ada banyak dari mereka yang terjebak dalam prostitusi. Menurut
Kurnaiev (2018), Prostitusion adalah fenomena sosial yang ditandai oleh hubungan
seksual yang sistematis dan di luar nikah yang bisa bersifat rahasia atau terbuka
menjadi rahasia atau terbuka dan memiliki karakter yang teralienasi secara
emosional. Sedangkan menurut Wicaksono (2012), memberikan definisi yang tidak
berbeda untuk prostitusi yaitu, Menyatakan bahwa prostitusi adalah sebuah
penjualan dari sebuah jasa seks uang dilakukan oleh personal maupun kolektif, dan
pekerja utama bisnis ini disebut pelacur.
Kampus sebagai tempat penting untuk mendidik para mahasiswanya menjadi
seseorang yang berguna tetapi ada para mahasiswanya yang bekerja menjual diri
yang dikenal juga sebagai ’ayam kampus’ Mereka membawa nama mahasiswa
untuk menambah ”nilai jual”nya. Pekerja Seks Komersial (PSK) ataupun “Ayam
kampus” sama-sama melakukan komunikasi untuk menarik perhatian laki-laki agar
bersedia menggunakan jasanya sehingga komunikasi yang dilakukan lebih bersifat
persuasif. Berbeda dengan PSK, “ayam kampus” dalam melakukan komunikasi

1
persuasif lebih sering dalam bentuk nonverbal. Komunikasi nonverbal adalah setiap
informasi atau emosi yang dikomunikasikan tanpa menggunakan kata-kata atau
nonlinguistik (Budyatna,2011:110). Sehingga para ’ayam kampus’ ini
mendapatkan bayaran yang lebih tinggi daripada kelompok lainnya. Memang,
untuk mendapatkan pendidikan di Indonesia ini dapat dibilang mahal. Sehingga
hanya golongan tertentu saja yang dapat mendapatkan pendidikan yang tinggi dan
berkualitas. Bahkan setelah para mahasiswa ini lulus dan mendapatkan gelar pun
banyak dari mereka yang tidak mendapatkan pekerjaan karena ketatnya persaingan
dan banyaknya tenaga kerja di Indonesia.Terbatasnya lapangan pekerjaan dan
persaingan ketat di Indonesia menyebabkan harga tenaga kerja di Indonesia
menjadi lebih murah dan dibutuhkan latar belakang dan keterampilan yang baik
pula untuk bersaing. Karena itu para mahasiswa yang memiliki tingkat pendidikan
rendah dan tidak memiliki keterampilan memiliki kesempatan kerja yang rendah.
Penghasilan yang mereka terimapun relatif rendah sehingga ada yang memilih
untuk menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Salah satunya adalah
prostistusi karena upah yang diterima bisa berkali-kali lipat. Jadi tak heran jika
prostitusipun masuk ke dalam kampus.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa penyebab adanya Prostitusi ?
1.2.2 Sebutkan pihak yang terkait dalam Prostitusi ?
1.2.3 Bagaimana alasan dan manajemen kerja menjadi “Ayam Kampus”?
1.2.4 Bagaimana dampak yang ditimbulkan ketika menjadi “Ayam
Kampus” ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui penyebab Prostitusi.
1.3.2 Mengetahui pihak yang terlibat dalam prostitusi.
1.3.3 Mengetahui alasan dan manajemen kerja seseorang menjadi “Ayam
Kampus”
1.3.4 Mengetahui dampak yang ditimbulkan ketika menjadi “Ayam
Kampus”

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penyebab Prostitusi


Adanya peristiwa penjualan diri sebagai profesi atau mata pencaharian
sehari-hari dengan jalan melakukan relasi-relasi seksual.Prostitusi adalah bentuk
penyimpangan seksual, dengan pola-pola organisasi impuls/dorongan seks yang
tidak wajar dan tidak terintegrasi dalam bentuk pelampiasan nafsu-nafsu seks tanpa
kendali dengan banyak orang (promiskuitas), disertai eksploitas dan komersialisasi
seks yang impersonal tanpa afeksi sifatnya. Prostitusi merupakan peristiwa
penjualan diri (persundalan) dengan jalan menjualbelikan badan, kehormatan, dan
kepribadian kepada banyak orang untuk memuaskan nafsu-nafsu seks dengan
imbalan pembayaran.
Dalam bukunya Reno Bachtiar dan Edy Purnomo menjelaskan beberapa alasan
dasar seseorang perempuan menjadi pelacur :
1. Faktor Ekonomi
Permasalahan ekonomi yang sangat menyesakkan bagi masyarakat yang tidak
memiliki akses ekonomi mapan. Jalan pintas mereka tempuh sehingga lebih mudah
untuk kemudahan mencari uang. Faktor ini bukan faktor utama seorang perempuan
memilih profesi pelacur. Hal ini merupakan tuntutan hidup praktis mencari uang
sebanyak-banyaknya bermodal tubuh/fisik. Mereka melakukannya bukan hanya
demi dirinya sendiri, tapi orang tua, keluarga dan anak. Kemiskinan memang tidak
mengenakkan, sehingga untuk keluar dari belitan ekonomi, mereka rela “berjualan
diri” agar hidup lebih layak.
2. Faktor Kemalasan
Mereka malas untuk berusaha lebih keras dan berfikir lebih inovatif dan kreatif
untuk keluar dari kemiskinan. Persaingan hidup membutuhkan banyak modal baik
uang, kepandaian, pendidikan, dan keuletan. Kemalasan ini diakibatkan oleh faktor
psikis dan mental rendah, tidak memiliki norma agama, dan susila menghadapi
persaingan hidup. Tanpa memikirkan semua itu, hanya modal fisik, kecantikan,
kemolekan tubuh, sehingga dengan mudah mengumpulkan uang.

3
3. Faktor Pendidikan
Mereka yang tidak bersekolah, mudah sekali untuk terjerumus ke lembah
pelacuran. Daya pemikiran yang lemah menyebabkan mereka melacurkan diri
tanpa rasa malu. Mungkin kebodohkan telah menuntun mereka untuk menekuni
profesi pelacur. Hal ini terbukti ketika ditemukan pelacur belia berusia belasan
tahun di lokalisasi. Bukan berarti yang berpendidikan tinggi tidak ada yang menjadi
pelacur.
4. Niat Lahir Batin
Hal ini dilakukan karena niat lahir batin telah muncul di benaknya untuk menjadi
pelacur yang merupakan jalan keluar “terbaik”. Tidak perlu banyak modal untuk
menekuninya, mungkin hanya perlu perhiasan palsu, parfum wangi, penampilan
menarik, keberanian merayu, keberanian diajak tidur oleh orang yang baru dikenal,
hanya beberapa menit, tidur lalu mereka langsung dapat uang. Niat lahir batin
diakibatkan oleh lingkungan keluarga yang berantakan, tidak ada didikan dari orang
tua yang baik, tuntutan untuk menikmati kemewahan tanpa perlu usaha keras, atau
pengaruh dari diri sendiri terhadap kenikmatan duniawi. Niat ini muncul di semua
kalangan, dari kelas bawah sampai kelas atas. Profesi ini tidak di dominasi oleh
kelas bawahan saja, tetapi juga merata di semua kalangan. Buktinya ada mahasiswa
yang berprofesi pelacur.
5. Faktor persaingan
Kompetisi yang keras di perkotaan, membuat kebimbangan untuk bekerja di
jalan yang “benar”. Kemiskinan, kebodohan, dan kurangnya kesempatan bekerja di
sektor formal, membuat mereka bertindak criminal, kejahatan, mengemis di jalan-
jalan, dan jadi gelandangan. Bagi perempuan muda yang tidak kuat menahan hasrat
terhadap godaan hidup, lebih baik memilih jalur “aman” menjadi pelacur karena
cepat mendapatkan uang dan bisa bersenang-senang. Maka, menjadi seorang
pelacur dianggap sebagai solusi.
6. Faktor sakit hati
Maksudnya seperti gagalnya perkawinan, perceraian, akibat pemerkosaan,
melahirkan seorang bayi tanpa laki-laki yang bertanggung jawab, atau gagal
pacaran karena sang pacar selingkuh. Lalu mereka marah terhadap laki-laki,
menjadi pelacur merupakan obat untuk mengobati luka yang paling dalam. Cinta

4
mereka gagal total sehingga timbul rasa sakit hati, pelampiasan bermain seks
dengan laki-laki dianggap sebagai jalan keluar.
7. Tuntutan keluarga
Seorang pelacur mempunyai tanggung jawab terhadap orang tuanya di desa, atau
anak-anak yang masih membutuhkan uang SPP. Setiap bulan harus mengirimkan
uang belanja kepada orang tua. Jika mempunyai anak, maka uang kiriman harus
ditambah untuk merawatnya, membeli susu, atau pakaian. Mereka rela melakukan
ini tanpa ada paksaan dari orang tuanya. Kadang-kadang ada orang tua yang
mengantarkan mereka ke germo untuk bekerja sebagai pelacur. Pelacur sendiri
tidak ingin anaknya seperti dirinya.

Menurut jumlahnya prostitusi dibagi menjadi 2 yaitu:


Prostitusi yang beroperasi secara individual merupakan single operator.
Prostitusi yang bekerja sama dengan bantuan organisasi dan sindikat yang teratur
dan rapi. Jadi mereka itu tidak bekerja sendirian, akan tetapi diatur melalui satu
sistem kerja suatu organisasi.
Menurut tempat penggolongan atau lokalisasi Prostitusi, antara lain:
Segregasi atau lokalisasi yang terisolasi atau terpisah dari kompleks
penduduk lainnya. Kompleks ini dikenal sebagai daerah lampu merah atau petak-
petak daerah tertutup. Rumah-rumah panggilan [call houses, tempat rendezvous,
parlour] Di balik front organisasi atau di balik bisnis-bisnis terhormat [apotek,
salon kecantikan, rumah makan, tempat mandi uap dan pijat, anak wayang, sirkus,
dan lainnya].

2.2 Pihak Yang Terkait


1. Mucikari
Mucikari atau dalam kamus besar bahasa Indonesia merujuk kepada kata
Muncikari adalah induk semang bagi perempuan lacur atau germo. Namun
pemahaman masyarakat secara luas adalah orang yang berperan sebagai pengasuh,
perantara, dan "pemilik" pek Banyak PSK yang diangkat dari kemiskinan oleh
mucikari, walaupun dapat terjadi eksploitasi oleh mucikari kepada "anak asuh" nya.

5
Seperti ini pula mucikari dalam dunia prostitusi, mereka hanya sebagai penghubung
antara Pekerja Seks Komersial dengan mereka lelaki hidung belang.
2. Pekerja Seks Komersial (PSK)
Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah seseorang yang menjual jasanya untuk
melakukan hubungan seksual untuk uang atau disebut pelacur. Pekerja Seks
Komersial sebutan yang di perhalus dari sebutan pelacur selain itu ada pula sebutan
wanita tunasusila yang juga mengacu kepada layanan seks komersial. Praktek
prostitusi dimanapun Pekerja Seks Komersial inilah yang menjadi objek eksploitasi
utama dari mata rantai praktek prostitusi.
3. Pengguna jasa PSK
Dari semua pihak yang telah disebutkan, pihak pengguna inilah yang menjadi titik
bagaimana bisa transaksi prostitusi ini bisa terjadi. Walaupun tentu pihak lain itu
juga memberikan dorongan hingga terjadinya praktek prostitusi ini

2.3 Alasan dan Manajemen Kerja “Ayam Kampus”


Menurut Rinawati (2010) , ada beberapa alasan seseorang menjadi ayam
kampus :
• Salah pergaulan.
• Terdesak kebutuhan hidup.
• Masalah ekonomi.
• Pengaruh teman dekat.
• Tuntutan biologis.
• Alkohol, dan Narkoba
• Sex untuk pelarian
• Untuk mencari nilai plus dari dosen jika pelangannya ialah dosen sendiri.

Manajemen kerja ayam kampus :


o Ayam kampus prakteknya sembunyi-sembunyi bahkan dikalangan
mahasiswi pun berlangsung dengan rapi. Di kampus, mereka menjalankan
aktivitas kuliahnya seperti biasa “bahkan pakaiannya terkesan alim, tetapi
ada juga yang tidak sungkan menunjukkan jati diri.

6
o Keamanan dan kerahasiaan, itu yang mereka utamakan agar kedok mereka
tetap terjaga, dan mereka tidak melakukan aksi dan transaksinya di kampus.
o Mereka bertransaksi lewat sosial media maupun telepon , Selain itu mereka
juga memiliki teman di salah satu diskotik dan karaoke untuk meminta
pelanggan atau pun konsumen.
o Selain dengan cara-cara diatas ada juga yang memanfaatkan kecanggihan
teknologi. Pasar merekapun lebih modern dengan memanfaatkan dunia
online dalam menjajakan kenikmatan seks mereka.
o Tarif yang biasa mereka pasang, sangat berfariasi mulai dari Rp. 300 ribu
hingga Rp. 700 ribu untuk short time, lain biaya sewa hotel dan
makan.Untuk long time mereka memasang tarif Rp.1.500.000,- sampai Rp.
3.000.000,- itu pun tergantung negoisasi.Terkadang banyak ayam kampus
sering menolak untuk di ajak kencan dengan alasan lagi sibuk kuliah atau
banyak tugas dari dosen ataupun mau ujian, penolakan yang dilakukannya
tak lebih untuk menaikkan tariff. Ada ayam kampus ada juga Germonya /
joki atau istilahnya. Sekarang Anjelo sebagai penghubung untuk
mendapatkan Ayam kampus.

2.3 Dampak Menjadi “Ayam Kampus”


Menurut Fikriyah (2013), ada beberapa dampak yang ditibulkan kerika
menjadi ayam kampus :
1. Hilangnya mahkota hidup yang sebenarnya tidak ternilai harganya
karena mereka hanya mempunyai satu kali kesempatan untuk
memilikinya. Yaitu adalah keperawanan
2. Hamil diluar nikah.
3. Tertular penyakit kelamin dan kulit, yang bisa menularkan virus
HIV dan penyakit AIDS
4. Tubuh yang tidak lagi seksi, memiliki tubuh yang seksi merupakan
dambaan setiap wanita
5. Dampak psikologis.
6. Berteman dengan kriminalitas dan kecanduan bahan-bahan
narkotika.
7. Merusak sendi-sendi moral, susila, hukum, agama dan keluarga.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ayam kampus yaitu mahasiswa/mahasiswi yang bekerja dibidang
prostitusi. Meskipun kebanyakan yang telihat saat ini ayam kampus
identik dengan para mahasiswi. Alasan yang melatar belakangi untuk
terjun kedunia lembah hitam bisa dari dua faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal bisa berasal dari keadaan mahasiswa itu sendiri dan
faktor eksternal bisa datang dari luar, seperti keluarga, lingkungan, maupun
teman dekat dan lain-lain. Sistem kerja kerja dari ayam kampus sangat rapi dan
terorganisir secara bagus. Mereka biasa menggunakan jasa perantara atau
memanfaatkan kecanggihan dari teknologi. Banyak sekali dampak yang
ditimbulkan dari pekerjaan sebagai ayam kampus ini, karena selain berdampak
pada tubuh, kesehatan maupun psikologi. Solusi yang dapat mengurangi
eksistensi ayam kampus salah satu dengan jangan menjauhi mereka tetapi
dengan memberi perhatian penuh.

3.2 Saran
Apa pun bentuknya, dalam prostitusi, perempuan yang dilacurkan adalah
korban yang berhak atas perlakuan manusiawi karena mereka sama seperti kita.
Keberpihakan itu tidak berarti kita menyetujui prostitusi, tetapi mencoba
memberi nuansa pendekatan yang berperikemanusiaan. Janganlah kita melihat,
menilai, apalagi menghakimi hitam-putih, baik-buruknya seseorang dari apa
yang ia lakukan. Urusan benar-salah, dosa-tidak dosa, adalah urusan manusia
dengan Tuhan-nya. Bagaimanapun, niat bertobat dalam hati para perempuan
yang dilacurkan lebih patut

8
DAFTAR PUSTAKA

Adi F, Naibaho H, Sugirto, dan Veryco. 2010. Pengaruh Lingkungan Kampus


Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa. Surabaya: Jurnal Manajemen
Pemasaran.
Bachtiar R,dan Edy P. 2007. Bisnis prostitusi : profesi yang menguntungkan.
Karangasem, Yogyakarta : Pinus
Budyatna, Muhammad. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi. Jakarta:
Kharisma.
Fikriyah I, Gani HA, dan Rokmah D. 2013. Gaya Hidup Seksual “Ayam
Kampus” dan Dampaknya Terhadap Risiko Penularan Infeksi
Menular Seksual (IMS). Jember: Jurnal UNEJ.
Kurnaiev P. 2018. Prostitution: The Essence and Motives. Cherkasy: SSRN
Electronic Journal.
Rimawati E. 2010. Fenomena Perilaku Seksual “Ayam Kampus” di Kota
Semarang. Semarang: Jurnal UNDIP.
Wicaksono Adityo G. 2012. Deligitimasi Kebijakan Penataan Ulang Wisata
Prostitusi Dolly: Studi Deskriptif Perlawanan Komunitas Dolly. 2012.
Surabaya: Jurnal Unair.

Anda mungkin juga menyukai