Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Konsep Dasar Asuhan
Keperawatan pada Pasien Sifilis . Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
sistem Integumen .
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 25 November 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 3
A. LATAR BELAKANG ................................................................................................................ 3
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................................ 4
C. TUJUAN ..................................................................................................................................... 4
BAB II..................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 5
A. KONSEP DASAR PENYAKIT...................................................................................................... 5
1. Definisi........................................................................................................................................ 5
2. Epidemiologi ............................................................................................................................... 5
3. Etiologi........................................................................................................................................ 5
4. Faktor Predisposisi ...................................................................................................................... 6
5. Patofisologi ................................................................................................................................. 6
6. Klasifikasi ................................................................................................................................... 7
7. Gejala Klinis ............................................................................................................................... 8
8. Pemeriksaan Fisik ..................................................................................................................... 10
9. Pemeriksaan penunjang............................................................................................................. 10
10. Komplikasi ............................................................................................................................ 12
11. Penatalaksanaan .................................................................................................................... 13
12. Program Diet ......................................................................................................................... 15
13. Pencegahan ........................................................................................................................... 15
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................................... 16
1. Pengkajian ................................................................................................................................. 16
2. Diagnosa Keperawatan ......................................................................................................... 18
3. Intervensi............................................................................................................................... 18
4. Implementasi ......................................................................................................................... 23
5. Evaluasi ................................................................................................................................. 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang
banyak terjadi pada laki-laki yang sering berganti - ganti pasangan. Sifilis atau yang
disebut dengan raja singa disebabkan oleh sejenis bakteri yang bernama Treponema
pallidum. Bakteri yang berasal dari famili spirochaetaceae ini, memiliki ukuran yang
sangatkecil dan dapat hidup hampir di seluruh bagian tubuh. Spirochaeta penyebab sifilis
dapat ditularkan dari satu orang ke orang yang lain melalui hubungan genito-genital
(kelamin-kelamin) maupun oro-genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh
seorang ibu kepada bayinya selama masa kehamilan namun tidak dapat ditularkan
melalui handuk, pegangan pintu atau tempat duduk WC.
Peningkatan insidens sifilis dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan
demografik, fasilitas kesehatan yang tersedia kurang memadai, pendidikan kesehatan dan
pendidikan seksual kurang tersebar luas, kontrol sifilis belum dapat berjalan baik serta
adanya perubahan sikap dan perilaku (Daili, 2003). Insiden sifilis telah menurun dalam
beberapa tahun terakhir, dilaporkan 53.000 kasus pada tahun 1996, sedangkan pada tahun
1992 113.000 kasus. Namun, jumlah kasus sifilis primer dan sekunder meningkat pada
tahun 2000-2007.Pada tahun 2007, 11.466 kasus dilaporkan kepada US Centers for
Disease Control and Prevention.Sebagian besar dari peningkatan ini terjadi pada pria,
terutama pada pria yang berhubungan seks dengan pria lain. Keseluruhan kasus yang
dilaporkan pada wanita menurun. Lebih dari 80% kasus yang dilaporkan di selatan
Amerika Serikat. Kecenderungan untuk kasus sifilis kongenital terjadi penurunan selama
sepuluh tahun terakhir. Di Indonesia kasus sifilis pada kelompok resiko tinggi cenderung
mengalami peningkatan 10% sedangkan kelompok resiko rendah meningkat 2% sifilis
juga merupakan faktor terjadinya infeksi HIV, sehingga peningkatan kasus sifilis dapat
memungkinkan terjadinya peningkatan kasus infeksi HIV/AIDS (Farida, 2002).
Sifilis dan HIV/AIDS merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
organisme. Namun ternyata dalam penyebarannya sangat dipengaruhi oleh pola perilaku.
Jadi bisa dikatakan bahwa sifilis dan HIV/AIDS juga merupakan penyakit perilaku
(Komisi Penanggulangan AIDS, 2002). Menurut Soekidjo (2003) model Perilaku
Kesehatan berdasarkan Lawrence Green (1980), menyatakan bahwa kesehatan itu
3
dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor yaitu faktor perilaku dan faktor non perilaku. Faktor
perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh 3 (tiga) faktor, yaitu: 1) faktor presdisposisi
(predisposing factors), 2) faktor pendukung (enabling factors), 3) faktor pendorong
(reinforcing factors). Faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya sifilis cukup
banyak.
Namun pada abad modern seperti sekarang ini sudah ditemukan obat dari sifilis
sehingga penderita sifilis dapat berkurang secara signifikan, namun tidak hilang. Selama
penderita melakukan kontak langsung (seks) dengan pasangan-pasangannya sifilis tidak
dapat dikatakan sudah tertangani sepenuhnya. Dari pembahasan diatas maka penulis
mencoba memberikan pemahaman lebih mengenai penyakit sifilis mulai dari definisi,
tanda terkena penyakit sifilis (gejala), diagnosis, dan khususnya cara penularannya yaitu
dengan kontak langsung.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Konsep Dasar Penyakit Sifilis?
2. Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Sifilis?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit pada pasien sifilis
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatn pada pasien sifilis

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual. Penyakit tersebut ditularkan
melalui hubungan seksual, penyakit ini bersifat Laten atau dapat kambuh lagi sewaktu-
waktu selain itu bisa bersifat akut dan kronis. Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah
dapat dideteksi sejak dini. Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat
memasuki tubuh dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus
plasenta sehingga dapat menginfeksi janin. ( Soedarto, 1990 ).
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
pallidum. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Penyakit ini sangat kronik, bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat
tubuh (Hidayat, 2009)

2. Epidemiologi
Asal penyakit sifilis ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Pada
tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan
sifilis melelui hubungan seksual. Pada abad ke-15 terjadi wabah di Eropa. Sesudah tahun
1860, morbilitas sifilis menurun cepat. Selama perang dunia II, kejadian sifilis meningkat
dan puncaknya pada tahun 1946, kemudian menurun setelah tahun 1946.Kasus sifilis di
Indonesia adalah 0,61%. Penderita yang terbanyak adalah stadium laten, disusul sifilis
stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.

3. Etiologi
Etiologi dari Penyakit Sifilis, antara lain: Penyebab sifilis ditemukan oleh SCHAUDINN
dan HOFMAN ialah Treponema palidum yang termasuk ordo Spirochaetaceae dan genus
Treponema bentuknya spiral panjang antara 6-15 um dan lebar 0,15 um terdiri atas 8-24
lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka
5
botol membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam.
Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan diluar badan. Diluar badan kuman
tersebut mudah mati sedangkan dalam darah untuk transfusi dapat hidup sampai 72 jam.

4. Faktor Predisposisi
a. Hubungan seksual yang bebas (Genitogenital, Orogenital maupun Anogenital).
b. Sering berganti pasangan.
c. Melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat kontrasepsi yang aman.
d. Melakukan hubungan seksual dengan orang yang mengidap sifilis.
e. Janin yang orang tuanya menderita sifilis.
f. Kurangnya kebersihan diri .
g. Virulensi kuman yang tinggi.
h. Kontak langsung dengan lesi yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.

5. Patofisologi
Bakteri Treponema masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak, organisme
dengan cepat menembus selaput lendir normal atau suatu lesi kulit kecil dalam beberapa
jam. Kuman akan memasuki limfatik dan darah dengan memberikan manifestasi infeksi
sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi, pada pemeriksaan
menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari pasien memiliki temuan abnormal dalam cairan
cerebrospinal (CSF).
Selama 5-10 tahun pertama setelah terjadinya infeksi primer tidak diobati, penyakit ini
akan menginvasi meninges dan pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan neurosifilis
meningovaskuler. Kemudian parenkim otak dan sumsum tulang belakang mengalami
kerusakan sehingga terjadi kondiri parenchymatous neurosifilis. Terlepas dari tahap
penyakit dan lokasi lesi, hispatologi dari sifilis menunjukkan tanda- tanda
endotelialarteritis. Endotelialarteritis disebabkan oleh pengikatan spirochaeta dengan sel
endotel yang dapat sembuh dengan jaringan parut.

6
6. Klasifikasi
Klasifikasi dari Penyakit Sifilis secara khusus, antara lain:
a. Sifilis Stadium I : Terjadi efek primer berupa papul, tidak nyeri (indolen). Sekitar 3
minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar inguinal medial.Timbul lesi pada alat
kelamin, ekstragenital seperti bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus, misalnya
pada penularan ekstrakoital.
b. Sifilis Stadium II : Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, subfebris, anoreksia, nyeri
pada tulang, leher, timbul macula, papula, pustul, dan rupia. Kelainan selaput lendir, dan
limfadenitis yang generalisata.
c. Sifilis Stadium III : Terjadi guma setelah 3 7 tahun setelah infeksi. Guma dapat timbul
pada semua jaringan dan organ, membentuk nekrosis sentral juga ditemukan di organ
dalam, yaitu lambung, paru-paru, dll. Nodus di bawah kulit (dapat berskuma), tidak
nyeri.
d. Sifilis Kongenital :
1) Sifilis Kongenital Dini : Dapat muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi
dilahirkan. Kelainan berupa vesikel, bula, pemfigus sifilitika, papul, skuma, secret
hidung yang sering bercampur darah, adanya osteokondritis pada foto roentgen.
2) Sifilis Kongenital Lanjut : Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia 7 9 tahun
dengan adanya keratitis intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian, gigi Hutchinson,
paresis, perforasi palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan frontalis.
3) Sifilis Stigmata : Terdapat garis-garis pada sudut mulut yang jalannya radier, gigi
Hutchinson, gigi molar pertama berbentuk murbai dan penonjolan tulang frontal
kepala (frontal bossing).
e. Sifilis Kardiovaskular : Umumnya bermanifestasi selama 10 20 tahun setelah infeksi.
Biasanya disebabkan oleh nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katup dan ditandai oleh
insufisiensi aorta atau aneureksma, berbentuk kantong pada aorta torakal.
f. Neurosifilis :
1) Neurosifilis asimtomatik. : Pada sifilis ini tidak ada tanda dan gejala kerusakan
susunan saraf pusat. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukan kenaikan sel,
protein total dan tes serologis reaktif.

7
2) Neurosifilis meningovaskuler : Adanya tanda kerusakan susunan saraf pusat yakni
kerusakan pembuluh darah serebru, infark dan ensefalomalasia. Pemeriksaan sumsum
tulang belakang menunjukan kenaikan sel, protein total dan tes serologis reaktif.
3) Neurosifilis parekimatosa yang terdiri dari paresis dan tabes dorsalis : Gejala dan
tanda paresis sangatlah banyak dan menunjukan penyebaran kerusakan
parenkimatosa. Gejala tabes dorsalis, yaitu parestesia, ataksia, arefleksia, gangguan
kandungan kemih, impotensi dan perasaan nyeri.

7. Gejala Klinis
a. Sifilis primer: Berlangsung selama 10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre
sifilis dan adenitis regional. Papula tidak nyeri tampak pada tempat sesudah masuknya
Treponema pallidum. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri
dengan tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan terlihat
ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama terdapat di daerah
genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang tidak nyeri. Chancre
biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang hidup dan sangat menular,
chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada tempat masuknya sifilis primer.
Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya dalam 4 6 minggu dan setelah
sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang tidak diobati infeksinya
berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
b. Sifilis Sekunder : Terjadi sifilis sekunder, 210 minggu setelah chancre sembuh.
Manifestasi sifilis sekunder terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler
non pruritus, yang dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan
telapak kaki; Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab di sekitar
anus dan vagina, terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abuabu putih sampai
eritematosa). Dan plak putih disebut (Mukous patkes) dapat ditemukan pada membran
mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit seperti flu seperti
demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan berat badan, nyeri
tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati menyeluruh sering ada.
Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga, meningitis terjadi 30%
penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan oleh pleositosis dan kenaikan cairan
8
protein serebrospinal (CSS), tetapi penderita tidak dapat menunjukkan gejala
neurologis sifilis laten.
c. Relapsing sifilis : Kekambuhan penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak
tepat dosis dan jenisnya. Pada waktu terjadi kekambuhan gejala gejala klinik dapat
timbul kembali, tetapi mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu
dari reaksi STS (Serologis Test for Syfilis) yang negatif menjadi positif. Gejala yang
timbul kembali sama dengan gejala klinik pada stadium sifilis sekunder. Relapsing
sifilis yang ada terdiri dari :
a) Sifilis laten :Fase tenang yang terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunder
dan tersier, ini berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten awal). Tidak
terjadi kekambuhan sesudah tahun pertama disertai sifilis lambat yang tidak mungkin
bergejala. Sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun pertama sedang
sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis laten
selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif.
b) Sifilis tersier : Sifilis lanjut ini dapat terjadi bertahun tahun sejak sesudah gejala
sekunder menghilang. Pada stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan
manifestasi penyakit tersier yang meliputi neurologis, kardiovaskuler dan lesi
gummatosa, pada kulit dapat terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma.
Gumma selain mengenai kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat
terjadi aneurisma aorta, insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf
pusat (neurosifilis).
c) Sifilis kongenital : Sifilis kongenital yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang
menderita sifilis kepada anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan
pengobatan tidak tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan sifilis kongenital pada
bayinya. Infeksi intrauterin dengan sifilis mengakibatkan anak lahir mati, infantille
congenital sifilis atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan sesudah
dewasa. Pada infantil kongenital sifilis bayi mempunyai lesi lesi mukokutan.
Kondiloma, pelunakan tulang tulang panjang, paralisis dan rinitis yang persisten.
Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau dewasa maka kelainan
yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat misalnya parasis atau
tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan syaraf nervous kedelapan, juga
9
interstitial keratitis, stig mata tulang dan gigi, saddel nose, saber shin ( tulang
kering terbentuk seperti pedang ) dan kadang kadang gigi Hutchinson dapat
dijumpai. Prognosis sifilis kongenital tergantung beratnya infeksi tetapi kelainan yang
sudah terjadi akibat neurosifilis biasanya sudah bisa disembuhkan. (Soedarto, 1990).

8. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan fisik : Keadaan umum, Kesadaran, status gizi, TB, BB, suhu, TD, nadi,
respirasi.
b. Pemeriksaan sistemik : Kepala (mata, hidung, telinga, gigi&mulut), leher (terdapat
perbesaran tyroid atau tidak), tengkuk, dada (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi),
genitalia, ekstremitas atas dan bawah.

9. Pemeriksaan penunjang
Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemeriksaan klinik, serologi atau
pemeriksaan dengan mengunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope). Pada
kasus tidak bergejala diagnosis didasarkan pada uji serologis treponema dan non
protonema. Uji non protonema seperti Venereal Disease Research Laboratory ( VDRL ).
Untuk mengetahui antibodi dalam tubuh terhadap masuknya Treponema pallidum. Hasil uji
kuantitatif uji VDRL cenderung berkorelasi dengan aktifitas penyakit sehingga amat
membantu dalam skrining, titer naik bila penyakit aktif (gagal pengobatan atau reinfeksi)
dan turun bila pengobatan cukup. Kelainan sifilis primer yaitu chancre harus dibedakan dari
berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granuloma
inguinale, limfogranuloma venerium, verrucae acuminata, skabies, dan keganasan
(kanker).
a. Pemeriksaan laboratorium (kimia darah, ureum, kreatinin, GDS, analisa urin, darah
rutin)
1) pemeriksaan T Palidum
Cara pemeriksaannya adalah : mengambil serum dari lesi kulit dan dilihat bentuk dan
pergerakannya dengan microskop lapangan gelap. Pemeriksaan dilakukan 3 hari
berturut-turut jika pada hasil pada hari 1 dan 2 negatif sementara itu lesi dikompres

10
dengan larutan garam saal bila negative bukan selalu berarti diagnosisnya bukan sifilis
, mungkin kumannya terlalu sedikit.
2) pemeriksaan TSS
TSS atau serologic test for sifilis . TSS dibagi menjadi 2 :
a) Test non treponemal : pada test ini digunakan antigen tidak spesifik yaitu
kardiolopin yang dikombinasikan dengan lesitin dan kolesterol, karena itu test ini
dsdapat memberi Reaksi Biologik Semu (RBS) atau Biologic Fase Positif (BFP).
Contoh test non treponemal :

(1) Test fiksasi komplemen : Wasseman (WR) kolmer


(2) Test flokulasi : VDRL (Venereal Disease Research Laboratories). Kahn, RPR
(Rapid Plasma Reagin), ART (Automated Reagin Test), dan RST (Reagin
Screen Test).
b) Tes treponemal
Test ini bersifat spesifik karena antigennya ialah treponema atau ekstratnya dan
dapat digolongkan menjadi 4 kelompok :
(1) Tes immobilisasi : TPI (Treponemal Pallidium Immbolization Test)
(2) Test Fiksasi Komplemen : RPCF (Reiter Protein Complement Fixation Test)
(3) Tes Imunofluoresen : FTA-Abs (Fluorecent treponemal Antibody Absorption
Test), ada dua : IgM, IgG; FTA-Abs DS (Fluorecent treponemal Antibody
Absorption Double Staining)
(4) Tes hemoglutisasi : TPHA (Treponemal pallidum Haemoglutination
Assay),19S IgM SPHA (Solid-phase Hemabsorption Assay), HATTS
(Hemagglutination Treponemal Test for Syphilis), MHA-TP
(Microhemagglutination Assay for Antibodies to Treponema pallidum).
b. Pemeriksaan Yang Lain
Sinar Rontgen dipakai untuk melihat kelainan khas pada tulang, yang dapat terjadi pada
sifilis kongenital. Juga pada sifilis kardiovaskuler, misalnya untuk melihat aneurisma
aorta. Pada neurosifilis,test koloidal emas sudah tidak dipakai lagi karena tidak khas.
Pemeriksaan jumlah sel dan protein total pada likuor serebrospinalis hanya menunjukan
adanya tanda inflamasi pada susunan saraf pusat dan tidak selalu berarti terdapat

11
neurosifilis. Harga normal iyalah 0-3 sel/mm3, Jika limfosit melebihi 5/mm3 berarti ada
peradangan. Harga normal protein total ialah 20-40 mg/100 mm3, jika melebihi 40
mg/mm3 berarti terdapat peradangan:

1) Histopatologi
Kelainan yang utama pada sifilis ialah proliferasi sel-sel endotel terutama terdiri atas
infiltrate perivaskular tersusun oleh sel-sel limpoid dan sel-sel plasma.
2) Imunologi
Pada percobaan kelinci yang disuntik dengan T.Pallidium secara intradermal, yang
sebelumnya telah diberi serum penderita sifilis menunjukan adanya antibody.
Terdapat dua antibody yang khas yaitu terhadap T. Pallidum dan yang tidak khas yaitu
yang ditujukan pada golongan antigen protein Spirochaetales yang pathogen

10. Komplikasi
Tanpa pengobatan, sifilis dapat membawa kerusakan pada seluruh tubuh. Sifilis
juga meningkatkan resiko infeksi HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan
gangguan selama hamil. Pengobatan dapat membantu mencegah kerusakan di masa
mendatang tapi tidak dapat memperbaiki kerusakan yang telah terjadi.
a. Benjolan kecil atau tumor: Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat
berkembang dari kulit, tulang, hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten.
Jika pada tahap ini dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang.
b. Masalah Neurologi: Pada stadium laten, sifilis dapat menyebabkan beberapa
masalah pada nervous sistem, seperti:
1) Stroke
2) Infeksi dan inflamasi membran dan cairan di sekitar otak dan spinal cord
(meningitis)
3) Koordinasi otot yang buruk
4) Numbness (mati rasa)
5) Paralysis
6) Deafness or visual problems
7) Personality changes

12
8) Dementia
c. Masalah kardiovaskular: Ini semua dapat meliputi bulging (aneurysm) dan
inflamasi aorta, arteri mayor, dan pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat
menyebabkan valvular heart desease, seperti aortic valve stenonis.
d. Infeksi HIV
Orang dewasa dengan penyakit menular seksual sifilis atau borok genital lainnya
mempunyai perkiraan dua sampai lima kali lipat peningkatan resiko mengidap
HIV. Lesi sifilis dapat dengan mudah perdarahan, ini menyediakan jalan yang
sangat mudah untuk masuknya HIV ke aliran darah selama aktivitas seksual.
e. Komplikasi kehamilan dan bayi baru lahir
Sekitar 40% bayi yang mengidap sifilis dari ibunya akan mati, salah satunya
melalui keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur beberapa hari saja.
Resiko untuk lahir premature juga menjadi lebih tinggi.

11. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis : Penderita sifilis diberi antibiotik penisilin (paling efektif).
Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin 4500 mg/hr, atau eritromisin
4500 mg/hr, atau doksisiklin 2100 mg/hr. Lama pengobatan 15 hari bagi S I & S
II dan 30 hari untuk stadium laten. Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas
meragukan. Doksisiklin memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu
90-100%, sedangkan tetrasiklin hanya 60-80%. Obat lain adalah golongan
sefalosporin, misalnya sefaleksin 4500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin memberi
hasil baik pada sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk S I dan S II.
1) Sifilis primer dan sekunder
a) Penisilin benzatin G dosis 4,8 juta unit IM (2,4juta unit/kali) dan diberikan 1
x seminggu
b) Penisilin prokain dalam aqua dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari
selama 10 hari.
c) Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 4,8 juta unit,
diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak dua kali seminggu.
2) Sifilis laten
13
a) Penisilin benzatin G dosis total 7,2 juta unit

b) Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 12 juta unit (600.000 unit
sehari).

c) Penisilin prokain +2% alumunium monostearat, dosis total 7,2 juta unit
(diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu).

3) Sifilis III

a) Penisilin benzatin G dosis total 9,6 juta unit

b) Penisilin G prokain dalam aqua dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit)

c) Penisilin prokain + 2% alumunium monostearat, dosis total 9,6 juta unit


(diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali seminggu)

4) Untuk pasien sifilis I dan II yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan:

a) Tertrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.

b) Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 15 hari.

5) Untuk pasien sifilis laten lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin, dapat
diberikan:

a) Tetrasiklin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari

b) Eritromisin 500mg/oral, 4x sehari selama 30 hari.

*Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1) Bahaya PMS dan komplikain
2) Pentingnya mamatuhi pengobatan yang diberikan
3) Cara penularan PMS dan pengobatan untuk pasangan seks tetapnya

14
4) Hindari hubungan seks sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindarkan lagi.
5) Pentingnya personal hygiene khususnya pada alat kelamin
6) Cara-cara menghindari PMS di masa mendatang.

12. Program Diet


a. Kebutuhan zat gizi ditambah 10-25% dari kebutuhan minimum.
b. Ps diberikan porsi makanan kecil tetapi sering.
c. Konsumsi protein berkualitas tinggi dan mudah dicerna.
d. Sayuran dan buah-buah untuk jus.
e. Susu rendah lemak dan sudah dipasteurisasi setiap hari (susu sapi atau kedelai).
f. Hindari makanan di awetkan atau beragi.
g. Makanan bebas dari pestisida atau zat kimia.
h. Rendah serat, makanan lunak atau cair, jika ada gangguan saluran pencernaan.
i. Rendah laktosa dan lemak jika ps diare.
j. Hindari rokok, kafein dan alcohol.
13. Pencegahan
a. Menjauhkan diri dari kontak seksual yang diketahui terinfeksi.
b. Menghindari alcohol dan penggunaan narkoba juga dapat membantu mencegah,
penularan sifilis karena kegiatan tersebut dapat mengakibatkan perilaku seksual
beresiko.
c. Menggunakan kondomsaat berhubungan, mencegah penularan IMS.
d. Disarakan Sebelum melakukan hubungan seksual, komunikasikan dengan
pasangan, anda tentang seks yang aman.
e. Terbukalah pada pasangan dan pastikan mereka tidak melakukan seks dengan
orang lain.
f. Batasi pasangan seks anda.
g. Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfuse darah yang
sudah terinfeksi.
h. Melakukan dan pengecekann tes penyakit menular seksual secara berkala

15
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Keluhan utama
(keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian).
Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna
tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam.
Riwayat kesehatan sekarang
(riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit).
Apakah ada gejala: keputihan tidak biasa jumlah banyak atau terus keluar warna
tidak biasa, rasa gatal, bau busuk amis atau asam. Apakah nyeri saat BAK,
apakah ada pembengkakan kelenjar lipat paha, nyeri perut bagian bawah (nyeri
berkepanjangan, hanya saat haid, hanya saat hubungan seksual), apakah ada
daging atau kutil pada alat kelamin, gangguan menstruasi, kapan terjadi haid
terakhir (sedang haid sekarang atau sedang hamil)
Riwayat kesehatan yang lalu
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh
pasien). Apakah klien ada riwayat terkena penyakit menular seksual.
Faktor resiko (pasien sendiri bukan pasangannya) lebih dari satu pasangan
seksual dalam satu bulan terakhir, hubungan seksual dengan pekerja seks dalam
1 bulan terakhir, mengalami 1 atau lebih episode PMS dalam 1 tahun terakhir,
pekerjaan suami beresiko tinggi.
Riwayat kesehatan keluarga
(adakah riwayat penyakit yang sama diderita oleh anggota keluarga yang lain
atau riwayat penyakit lain baik bersifat genetis maupun tidak). Apakah ada
anggota keluarga yang juga pernah terkena penyakit tumor mata, tumor lain, atau
penyakit degeneratif lainnya

16
Aktivitas/istirahat

Gejala : Keterbatasan gerak


Kesulitan tidur karena terganggu rasa nyeri

Tanda : kelemahan, perubahan tanda- tanda vital


Integritas ego
Gejala : Adanya faktor stress yang lama
Perasaan berdosa karena perilakunya
Perasaan tak berdaya akibat cacat yang tertinggal
Tanda : Menolak, terutama pada saat diketahui penyakitnya
Malu, takut, mudah tersinggung.

Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri pada lesi, sendi, dan dada
Tanda : Berhati-hati dalam bergerak
Membatasi gerak
Eliminasi
Gejala: penurunan berkemih, nyeri pada saat kencing, kencing keluar
Nanah.
Tanda: kencing bercampur nanah,nyeri pada saat kencing.

Hygiene
Gejala: kurang kebersihan genitalia
Keamanan
Gejala : Adanya ancaman penyebaran penyerangan kuman dan proses yang
akan meninggalkan bekas.
Tanda : Lesi tidak segera membaik, muncul dibanyak tempat.
Interaksi sosial
Gejala : Perasaan terasing/penolakan karena penyakit memalukan.
Perubahan pola tanggungjawab/peran sebagai ibu rumah tangga.
Pengetahuan tentang penyakit
17
Gejala : Riwayat keluarga dengan kasus sifilis
Ketidak mampuan merawat diri/kurang informasi

2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan infasi kuman
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses peradangan
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan substansi kimia (T. pallidum)
d. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan fungsi tybuh (impotensi ),anomaly
proses penyakit (ulkus pada genital)
e. Ikterik neonates berhubungan dengan bilirubin tidak terkonjukasi pada sifilis congenital
(transplasenta ibu ke janin)
f. Resiko infeksi berhubungan dengan pemajanan kulit terhadapat kuman , respon
inflamasi terhadap kuman treponema palidum (ulkus lidah ,tonsil, anaus dan genital
eksterna)
3. Intervensi

No Tujuan dan KH NIC NOC


Dx
1 setelah dilakukan a. Monitor suhu sesering Thermoregulation
tindakan keperawatan mungkin
....x... diharapakan b. Kompres pasien pada
suhu tubuh kembali lipatan paha dan aksila
normal, dengan c. Monitor tanda-tanda
Kriteria hasil: hipertermi dan hipotermi
a. Suhu 3637 C d. Kolaborasi pemberian
b. Pasien tidak cairan intravena
menggigil
c. Pasien dapat
istirahat dengan
tenang

18
d. Turgor kulit elastis
2 Setelah dilakukan a. Lakukan pengkajian nyeri a. Paint level
tindakan keperawatan secara komprehensif b. Paint control
selama x.. termasuk lokasi, c. Comfort level
diharapkan nyeri karakteristik, durasi,
berkurang/terkontrol frekuensi, kualitas
danfaktor presipitasi
Kriteria hasil:
b. Kaji tipe dan sumber nyeri
a. Mampu mengontrol untuk menentukan
nyeri (tahu intervensi
penyebab nyeri, c. Ajarkan tentang teknik non
mampu farmakologi
menggunakan d. Kolaborasikan dengan
tekhnik dokter jika ada keluhan dan
nonfarmakologi tindakan nyeri tidak
untuk mengurangi berhasil
nyeri, mencari
bantuan )
b. Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan
menggunakan
manajemen nyeri
c. Mampu mengenali
nyeri
( skala, intensitas,
frekuensi, dan tanda
nyeri )
d. Menyatakan rasa
aman setelah nyeri
berkurang
19
3 Setelah dilakukan a. Anjurkan pasien untuk a. Tissue integrity : skin and
tindakan keperawatan menggunakan pakaian mucous
selama x. yang longgar b. Membranes
diharapkan integritas b. Jaga kebersihan kulit agar c. Hemodyalis akses
kulit pasien tetap bersih dan kering.
normal,dengan c. Monitor kulit akan adanya
Kriteria hasil: kemerahan
d. Monitor aktivitas dan
a. Integritas kulit
mobilisasi pasien
yang baik bisa
dipertahankan
(sensasi, elastisitas
, temperature,
hidrasi,
pigmentasi)
b. Tidak ada luka/lesi
pada kulit
c. Perfusi jaringan
baik
d. Menunjukkan
pemahaman dalam
proses perbaikan
kulit dan
mencegah
terjadinya cedera
berulang
e. Mampu
melindungi kulit
dan
mempertahankan

20
kelembaban kulit
dan perawatan
alami

4 setelah dilakukan a. Menginformasikan


tindakan keperawatan pasien diawal hubungan A. Seksuality
selama bahwa seksualitas patter,ineffective
....x....,disfungsi bagian penting dari B. Self-ekteem situasional
seksual pasien normal kehidupan dan bahwa low
.dengan Kriteria hasil: penyakit , obat-obatan C. Rape trauma sindrom
a. Pemulihan dan dan stress (atau silent
penganiayaan seksual masalah lain/pasien D. Reaction
b. Perubahan fisik mengalami peristiwa) E. Knowledge : seksual
dengan penuaan sering mengubah fungsi functioning
c. Mengetahui seksual
masalah reproduksi b. Diskusikan efek dari
d. Control resiko situasi
penyakit menular penyakit/kesehatan
( PMS ) pada seksualitas
e. Menunjukkan c. Diskusikan efek obat
dapat beradaptasi terhadap seksualitas
dengan d. Diskusikan efek dari
ketidakmampuan perubahan seksualitas
isik pada orang lain yang
f. signifikan

5 setelah dilakukan d. Amati tanda-tanda virus a. Breasfeeding inefektif


tindakan keperawatan e. Agar serum bilirubin b. Breasfeeding
selama tingkat sebagai protokol interrupted

21
....x...diharapkan peryang sesuai atau c. Liver fungsion risk of
ikterik neunatus permintaan praktisi imfaired
pasien yang normal primer d. Blood glucose, risk for
dengan Kriteria hasil: f. Tempat fototerafi anstable
a. Ibu mampu lampu diatas bayi pada
mengumpulkan ketinggian yang sesuai
dan g. Dorong keluarga untuk
menyimpan asi berfatisifasi dalam
secara aman terafi cahaya
b. Tanda- tanda
vital bayi
dalam batas
normal
c. Dapat
mengontrol
kadar glukosa
darah

6 setelah dilakukan a. Insfeksi kulit dan a. Immune status


tindakan keperawatan membrane mukosa b. Knowledge : infection
selama terhadap kemerahan, control
....x...diharapkan panas, drenase c. Risk kontrol
Resiko infeksi pasien b. infeksi kondisi luka
yang normal dengan c. Ajarkan pasien dan
Kriteria hasil: keluarga tanda dan
a. Pasien bebas dari gejala infeksi
tanda dan gejala d. Laporkan kecurigaan
infeksi infeksi
b. Mendeskripsikan
proses penularan

22
penyakit
c. Menunjukkan
perilaku hidup
sehat

4. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang di buat

5. Evaluasi
DX 1 : suhu tubuh kembali normal
Suhu 3637 C
Pasien tidak menggigil
Pasien dapat istirahat dengan tenang
Turgor kulit elastis

DX2 : nyeri berkurang/terkontrol

Pasien menyatakan nyei berkurang

Skala nyeri (3-0)

Tampak rileks,

DX3 : integritas kulit pasien normal,

Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas , temperature,


hidrasi, pigmentasi)
Tidak ada luka/lesi pada kulit
Perfusi jaringan baik

23
DX4 : masalah reproduksi

beradaptasi dengan ketidakmampuan fisik


resiko penyakit menular ( PMS )

DX5: ikterik neunatus pasien yang normal

mampu mengumpulkan dan menyimpan asi secara aman


Tanda- tanda vital bayi dalam batas normal
Dapat mengontrol kadar glukosa darah

DX6 : Resiko infeksi pasien yang normal dengan

bebas dari tanda dan gejala infeksi


Mendeskripsikan proses penularan penyakit
Menunjukkan perilaku hidup sehat

24
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Sifilis adalah salah satu penyakit menular seksual.Penyakit tersebut ditularkan
melalui hubungan seksual,penyakit ini bersifat laten atau dapat kambuh lagi sewaktu waktu
selain itu bisa bersifat akut dan kronis.Penyakit ini dapat cepat diobati bila sudah dapat
dideteksi sejak dini.Kuman yang dapat menyebabkan penyakit sifilis dapat memasuki tubuh
dengan menembus selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga
dapat menginfeksi janin.(Soedarto,1990)
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Treponema
pallidum.Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual. penyakit ini sangat kronik,bersifat sistemik dan menyerang hampir semua alat
tubuh dapat menyerupai banyak penyakit.mempunyai masa laten dan dapat ditularkan dari
ibu ke janin.
Untuk menentukan diagnosis sifilis maka dilakukan pemerikrsaan klinik, serologi
atau pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop lapangan gelap (darkfield microscope).
Pada kasus tidak bergejala dianosis di dasarkan pada uji serologis treponema dan non
protonema, uji protonema seperti Veneral desease Research Laboratory (VDRL). Untuk
mengetahui anti bodi dalam tubuh terhadap masuknya treponema pallidum. Hasil uji
kuantitatif uji VDRL cebderung berkolerasi dengan aktifitas penyakitsehingga sangat
membantu dalam skrening, titer naik bila penyakit aktif (gagal pengobatan atau reinfeksi)
dan turun bila pengobatan cukup.kelainan sifilis primer yaitu chanere harus dibedakan dari
berbagai penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin yaitu chancroid, granuloma
inguinale, limgranuloma venerium, verrucae acuminata, skabies, dan keganasan (kanker).
B.Saran
a. Memberikan edukasi yang jelas kepada pasien tentang penyakitnya untuk mencegah
penularan dan mempercepat penyembuhan.

25
b. Penatalaksanaan yang efektif dan efisien pada pasien untuk mendapatkan hasil yang
maksimal dan mencegah terjadinya komplikasi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda,Adhi.2007.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Jakarta:FKUI

Doenges,Marilyin E.1999. Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC

Mansjoer,Arif.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:Medis Aesculapius

NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.


Jakarta:EGC.

Nurarif,A.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC
NOC.Yogyakarta:Mediaction Jogja.
Price,Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi.Jakarta:EGC
Siregar, R.S. 2004. Saripati Penyakit Kulit. Jakarta: EGC

Smeltzer,Suzzanne C 2001.Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta:EGC

27
xxviii

Anda mungkin juga menyukai