Anda di halaman 1dari 276

Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

PROSIDING SEMINAR NASIONAL


BIOLOGI/IPA DAN PEMBELAJARANNYA

Peran Biologi dan Pendidikan Biologi/IPA Dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan
Kompetitif di Abad 21

Sabtu, 1 November 2014


FMIPA Universitas Negeri Malang

Reviewer:
Prof. Dr. A.D. Corebima, M.Pd
Prof. Dra. Herawati Susilo, M.Sc. Ph.D
Prof. Dr. Hj. Mimien Henie Irawati Al Muhdhar, M.S
Prof. Dr. Siti Zubaidah, M.Pd
Prof. Dr. Dra. Utami Sri Hastuti, M.Pd
Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.S
Prof. Dr. agr. M. Amin, M.Si
Dr. Umie Lestari, M.Si
Dr. Murni Saptasari, M.Si
Dr. Hadi Suwono, M.Si
Dr. Ibrohim, M.Si
Dr. Sueb, M.Kes
Dr. Betty Lukiati, M.S
Dr. Endang Suarsini, M.Ked
Dr. Susriyati Mahanal, M.Pd
Dr. Fatchur Rohman, M.Si
Dr. Sri Endah Indriwati, M.Pd
Dr. Abdul Gofur, M.Si
Dr. Dahlia, MS

Diterbitkan oleh :
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang

ISBN : 978-602-72185-0-5
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Hak Cipta 2014


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang

Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang | i


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

PROSIDING SEMINAR NASIONAL


BIOLOGI/IPA DAN PEMBELAJARANNYA

Peran Biologi dan Pendidikan Biologi/IPA Dalam Menyiapkan Generasi Unggul dan
Kompetitif di Abad 21

ISBN :
2014 Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang

Proseding ini berisi artikel hasil penelitian dan kajian terhadap temuan-temuan, oleh
sebab itu proseding ini merupakan hak cipta. Tidak diperkenankan mereproduksi
seluruhnya atau sebagian dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari editor. Permintaan
dan pertanyaan tentang reproduksi dan hak-hak ditujukan kepada Dr. Hadi Suwono,
MSi, Jurusan Biologi FMIPA atau Email ke hadi.suwono.fmipa@um.ac.id

Hak intelektual pada masing-masing artikel tetap merupakan hak penulis seperti yang
tercantum pada prosiding ini.

Dipublikasikan oleh:
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jl. Semarang 5
Malang, Jawa Timur, INDONESIA
Telp : (0341) 588077
Fax : (0341) 588077
Email : semnasbio@um.ac.id
Website: semnas.biologi.um.ac.id

ii | Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur alhamdulillah, Seminar dan Workshop Nasional 2014


dalam rangka memperingati Lustrum XII Universitas Negeri Malang dan Jurusan
Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang, dapat terlaksana. Seminar dan Workshop
Nasional dengan tema Peran Biologi dan Pendidikan Biologi/IPA dalam
Menyiapkan Generasi Unggul dan Kompetitif di Abad 21 membahas peran biologi
dan pendidikanbiologi/IPA dalam menunjang peningkatan kualitas Bangsa Indonesia
dalam menghadapi tantangan abad 21.
Abad 21 disebut pula abad pengetahuan yang ditandai dengan kemajuan teknologi
informasi yang diterapkan dalam berbagai bidang. Kehidupan generasi abad 21
bertumpu pada kemajuan biologi. Riset dan temuan di bidang biologi diperlukan untuk
memecahkan berbagai permasalahan dan tantangan yang dihadapi oleh manusia saat ini,
yaitu kesehatan, pangan, lingkungan dan energi.
Bersamaan dengan tumbuhnya biologi, berkembang pula pendidikan biologi.
Kemajuan pendidikan biologi memiliki peran penting untuk menyiapkan generasi
unggul yang siap memecahkan permasalahan yang muncul di abad 21 ini.Oleh sebab itu
Seminardan Workshop Nasional yang diselenggarakan ini memiliki makna penting
untuk mewadahi, menyebarluaskan, dan menyosialisasikan hasil-hasil penelitian dan
praktik-praktik yang baik, dalam bidang biologi maupun pendidikan biologi/IPA yang
memiliki prospek dalam menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, bermartabat,
kompetitif, dan maju.
Penyelenggaraan seminar dan workshop ini dapat terwujud karena dukungan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah mendukung terlaksananya kegiatan ini baik secara langsung maupun tidak
langsung, terutama kepada seluruh peserta seminar dan workshop yang datang dari
berbagai daerah di Indonesia, seluruh narasumber, segenap panitia, dan jajaran pimpinan
di Universitas Negeri Malang.
Akhirnya, semoga seminar ini dapat mencapai tujuan dan memberi manfaat bagi
kemajuan pendidikan di Indonesia.

Malang, 1 November 2014


Panitia

Dr. Hadi Suwono, M.Si


NIP. 19670515 199103 1 007

Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang | iii


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................................. i


Daftar Isi ...................................................................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................................................. iii

Makalah Utama
Sutiman B.Sumitro
Pandangan Nano Biologi dalam Bahasan Pemanfaatan Jamoe (Sebuah upaya
memahami kearifan lokal) ................................................................................................... 1
Stuart Weston
Refleksi Tentang Pendidikan Dasar Di Indonesia ................................................................ 3
Herawati Susilo
Pembelajaran Biologi/IPA untuk Generasi Abad 21 ............................................................ 12
Endang Kartini Ariati Murwanti
Dinamika Pembelajaran dan Penelitian Botani di Universitas Negeri Malang (UM)............. 23
Istamar Syamsuri
Pembelajaran Biologi Di Masa Depan ................................................................................. 27

Makalah Pendidikan Biologi


1. Abdul Basith, Aloysius Duran Corebima, Siti Zubaidah Pengaruh Strategi
Pembelajaran Problem-Based Learning dan Reciprocal Teaching, Potensi
Akademik, dan Interaksinya Terhadap Pemahaman Konsep Biologi dan Retensi
Siswa Kelas X SMA Kota Malang ............................................................................... 38
2. Agus Kusnandi Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Mahasiswa Pendidikan
Biologi Universitas Negeri Malang Pada Mata Kuliah Biologi Umum Melalui
Model Inkuiri Berbasis Lesson Study 2014/2015 ......................................................... 46
3. Agus Ramdani, A. Wahab Jufri, Afriana Azizah
Implementasi Perangkat Pembelajaran Sains Biologi Berbasis Inkuiri Untuk
Mengembangkan Karakter Positif Siswa SMPN se Kota Mataram ............................... 53
4. Alif Yanuar Zukmadini Problem Based Learning Melalui Lesson Study untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Mahasiswa Biologi .................................. 60
5. Alifa Robitah, Herawati Susilo, Hadi Suwono Pengaruh Inkuiri dan Creative
Problem Solving (CPS) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif, Hasil Belajar dan
Keterampilan Proses Ilmiah ......................................................................................... 67
6. Amin Agus Pugiharto Studi Komunitas Amorphophallus spp Di KPH Saradan
Untuk Pengembangan Buku Pengayaan Keanekaragaman Hayati Kelas X SMA
Negeri 1 Saradan ......................................................................................................... 77
7. Anis Samrotul Lathifah, Sri Rahayu Lestari, Hadi Suwono Pengembangan
Website Berbasis Moodle untuk Membelajarkan Biologi Melalui Blended Learning
6Di SMA Negeri 5 Malang .......................................................................................... 87
8. Anwari Adi Nugroho, Sajidan, Mohammad Masykuri Active Learning in
Higher Education (Alihe) pada Pembelajaran Biokimia Melalui Model Problem
Based Cycle-Learning (PBC-L) ................................................................................... 95

iv | Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

9. Ardian Anjar Pangestuti, Herawati Susilo, Siti Zubaidah Penerapan Model


Pembelajaran Biologi Berbasis Reading-Concept Map-Teams Games Tournaments
untuk Meningkatkan Minat Baca dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X IPA 4
SMA Laboratorium UM .............................................................................................. 103
10. Avia Riza Dwi Kurnia Pengembangan Model Pembelajaran Think Scaffolding
Share untuk Meningkatkan Kompetensi IPA Terpadu Bagi Mahasiswa Calon Guru
Bidang Tunggal ........................................................................................................... 110
11. Bea Hana Siswati, AD. Corebima Mencari Faktor yang Berpengaruh Terhadap
110Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Pemahaman Konsep Biologi dengan
Bantuan Analisis Slope dan Intercept Regresi .............................................................. 117
12. Calvin Talakua, Hadi Suwono, Harmoko, dan Hendrikus Julung Penerapan
Pembelajaran Berbasis Proyek Dipadu PQ4R Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif
Limnologi di Jurusan Biologi....................................................................................... 132
13. CikAni Penerapan Model Pembelajaran STAD dan Media Kartu Genetika pada
Materi Penurunan Sifat untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa di
Kelas IX A SMP Negeri 2 Sukorejo Tahun Pelajaran 2012/2013.................................. 139
14. Dede Cahyati Sahrir Analisis Pola Wacana Pedagogis Guru Biologi di SMA
Negeri 7 Cirebon ......................................................................................................... 143
15. Dede Nuraida Analisis Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan untuk Mengukur
Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa ....................................................................... 150
16. Deden Ismail, Pita Listyorini Pengaruh Model Pembelajaran Siklus Belajar
(Learning Cycle) 5E Berbasis Lanskap Budaya Subak terhadap Perilaku
Berkelompok dan Hasil Media Presentasi Power Point Siswa Kelas X SMAN 1
Penebel........................................................................................................................ 154
17. Deny Setiawan, Aloysius Duran Corebima, dan Sulisetijono Pengembangan
Instrumen Penulisan Jurnal Belajar Berbasis ICT pada Pelajaran Biologi Siswa
Sekolah Menengah Atas .............................................................................................. 160
18. Desy Yanuarita Wulandari, Sri Endah Indriwati, dan Susilowati
Pengembangan Media Pembelajaran E-Learning Inkuiri Berbasis Web pada Materi
Sistem Imun di SMAN 3 Malang ................................................................................. 169
19. Desy Fajar Priyayi, Sajidan, Baskoro Adi Prayitno Active Learning school
(Alis) Pada Pembelajaran Biologi Melalui Model Accelerated Learning Encluded
by discovery learning (ADI) ........................................................................................ 178
20. Didimus Tanah Boleng Fenomena Penggunaan Pembelajaran Konvensional oleh
Guru-Guru Biologi SMA Samarinda pada Kelas dengan Siswa Multietnis ................... 186
21. Dwi Martha Nur Aditya Pengaruh Etnis Terhadap Keterampilan Metakognitif,
Hasil Belajar, dan Retensi Siswa Pada Pembelajaran Pemberdayaan Berpikir
Melalui Pertanyaan (PBMP) Dipadu Think Pair Share (TPS) Kelas X SMAN 1
Gondanglegi ................................................................................................................ 194
22. Dyah Afiat Mardikaningtyas, Ibrohim, Dahlia Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Pencemaran Berbasis Discovery-Inquiry dengan Sumber Belajar
Limbah Cair Pabrik dan Rumah Tangga untuk Mengembangkan Pemahaman
Konsep, Sikap dan Keterampilan Ilmiah Siswa SMP Kelas VII .................................... 203
23. Elfis, Nurkhairo Hidayati Kompetensi Profesional Guru Biologi SMAN
Kecamatan Tangkerang Raya Kota Pekanbaru TA 2013/2014 ..................................... 210

Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang | v


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

24. En Alamin Pengaruh Perkembangan Sikap Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa
Beserta Permasalahannya dalam Pembelajaran IPA di SMP Negeri 1 Kejayan ............. 218
25. Endik Deni Nugroho, Moh. Amin, Umie Lestari Pengembangan Buku
Pengayaan Identifikasi Ikan Secara Morfologi dan Molekuler Berbasis Penelitian
dan Potensi Lokal ........................................................................................................ 225
26. Erfitra Rezqi Prasmala, Siti Zubaidah, Susriyati Mahanal Penerapan Model
Reading Map Group Investigation (GI) untuk Meningkatkan Minat Baca dan
Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Surya Buana Malang ....................... 232
27. Ericka Darmawan Penyempurnaan Integrasi Strategi Pembelajaran Simas Eri dan
Blended Learning terhadap Hasil Belajar ..................................................................... 237
28. Fendy Hardian Permana Peran Pembelajaran Blended Learning dalam
Meningkatkan Kemampuan Digital Literacy dan Communication Mahasiswa
Pendidikan Biologi FMIPA UM Sebagai Bekal Hidup Di Abad 21 .............................. 246
29. Ferawati, Susilowati, Mimien Henie Irawati Al Muhdhar, Fathur Rochman,
Endang Budiasih Strategi Project Based Learning Meningkatkan Pengetahuan
Siswa dalam Pengelolaan Sampah Berbasis 6M ........................................................... 257
30. Fitri Rahmawati, Susilowati, Mimien Henie Irawati Al Muhdhar, Fathur
Rochman, Endang Budiasih Strategi Project Based Learning Meningkatkan
Pengetahuan Siswa dalam Pengelolaan Sampah Berbasis 6M ...................................... 267
31. Fuji Astutik, Hadi Suwono, Nuning Wulandari Pengembangan Media CD
Interaktif Pembelajaran Biologi Materi Indera Penglihatan untuk Kelas XI IPA
SMA ........................................................................................................................... 278
32. Hadi Suwono, Herawati Susilo, Ibrohim Kecakapan Hidup Abad 21 dalam
Pembelajaran IPA/Biologi ........................................................................................... 287
33. Hadi Suwono, Munzil, Sentot Kusairi, Anis Samrotul Latifah, Rifqi Hardiana
Pragaswari Pengembangan Blended Learning Biologi SMA Berbasis MOODLE ....... 300
34. Harlis Purwaningsih Peningkatan ketuntasan belajar peserta didik pada pokok
bahasan Hukum Mendel melalui Model Pembelajaran Buying and Selling Quiz di
Kelas XII-IPA1 SMA Negeri 2 Lumajang ................................................................... 313
35. Hanum Isfaeni, Khaerudin Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Web (E-
Learning) dengan Program Atutor pada Mata Pelajaran Biologi untuk Membangun
Kemampuan Metakognitif Siswa ................................................................................. 324
36. Husamah E-Learning Ekologi Tumbuhan untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Dalam Menyiapkan Generasi Unggul Abad 21 ....................................... 334
37. Husnul Chotimah Refleksi Implementasi Kurikulum 2013 dan Analisis
Kebutuhan Bahan Ajar Biologi SMK se Kota Malang.................................................. 346
38. Imas Cintamulya Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa yang Bergaya Kognitif
Impulsif dan Mahasiswa Bergaya Kognitif Reflektif dalam Genetika Dasar ................. 354
39. Isma Aziz Fakhrudin, Puguh Karyanto, Baskoro Adi Prayitno Implementasi
Education for Sustainable Development: Peningkatan Literasi Sains Melalui
Pengembangan E-Module Ekosistem Berbasis Problem Based-Learning ..................... 362
40. Izzatul Laela Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMPN 2 Wonorejo
Kabupaten Pasuruan Menggunakan Kooperatif STAD Melalui Media Kartu
Domino ....................................................................................................................... 371
41. Lely Krisnawati, dan Diah Harmawati Implementasi PBL (Problem Based
Learning) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis pada

vi | Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Mata Pelajaran Biologi Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam
di SMAN Senduro Lumajang....................................................................................... 380
42. Liliek Triani Belajar Sepanjang Hayat dengan Lesson Study? ..................................... 387
43. Lilis Suryani, Ibrohim Penerapan Metode Discovery-Inquiry dalam Pembelajaran
Klasifikasi Tumbuhan untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep, Ketrampilan dan
Sikap Ilmiah Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Gempol Kabupaten Pasuruan ................. 396
44. Lina Listiana Realitas Pengembangan Keterampilan Berpikir dalam Pembelajaran
Biologi: Studi Pendahuluan di SMA Muhammadiyah Surabaya ................................... 404
45. Lutfin Andyana Rehusisma, Sri Endah Indriwati Implementasi Penilaian
Autentik Website Portofolio Melalui PBL untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa .... 412
46. M. Khoirul Anwar, Anastya Eka Kharisma, Nur Hayati, Hadi Suwono
Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Cooperative Inquiry Learning
(PBCIL) Untuk Meningkatkan Keterampilan Bertanya, Keterampilan
Mengidentifikasi dan Memecahkan Masalah, dan Menulis Jurnal Belajar
Mahasiswa Matakuliah Biologi Umum Semester Gasal Tahun Pelajaran 2014/2015 .... 418
47. Marhamah, Mimien Henie Irawati Al Muhdhar, Herawati Susilo, Ibrohim
Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran pada Mata Kuliah Pengetahuan
Lingkungan Melalui Kegiatan Lesson Study................................................................. 425
48. Marheny Lukitasari, Nasrul Rofiah Hidayati, Junita Tri Susanti Penggunaan
Portofolio sebagai Sarana Meningkatkan Motivasi Belajar Mahasiswa: Kajian
Perkuliahan Biologi Sel di IKIP PGRI Madiun ............................................................ 432
49. Mohammad Amirudin L., Rifqi Hardiana P., Monica Hetharia Penerapan
Pembelajaran Berbasis Riset untuk Meningkatkan Kemampuan Merancang
Penelitian pada Mahasiswa Pendidikan Biologi............................................................ 439
50. Murni Sapta Sari Implementasi Lesson Study Sebagai Sarana Meningkatkan
Aktifitas Kolaboratif Bagi Dosen Matakuliah Struktur Perkembangan Tumbuhan di
Universitas Negeri Malang .......................................................................................... 446
51. Murni Ramli, Suciati, Umi Fatmawati, Restu Yudha Sari, Amytia Putri,
Ariska Yanuar Sari Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA Melalui
Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah dan Proyek .................................................... 453
52. Muslihasari, A., Susilo, H., Lestari, S. R. Penerapan Penilaian Portofolio dalam
Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Siswa
Kelas X-4 SMAN 8 Malang......................................................................................... 461
53. Ndzani Latifatur Rofiah, Nuning Wulandari, Endang Suarsini Pengembangan
CD Interaktif pada Pembelajaran Biologi Materi Indera Pendengar untuk Siswa
Kelas XI SMA............................................................................................................. 469
54. Ni Wayan Ekayanti Kohesi Sosial dan Persepsi Ekoliterasi Ketahanan Hayati
Mahasiswa Pendidikan Biologi dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigation ................................................................................................................ 477
55. Novy Kurnia Rikardo Pembenihan Ikan di Balai Benih Ikan (BBI) Dinas
Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Trenggalek ................................................ 485
56. Pt Yulyana G. Artha, Herawati Susilo, dan Eko Sri Sulasmi Upaya
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Biologi Melalui Model Pembelajaran
Quantum Teaching Dipadu STAD Berbasis Lesson Study pada Siswa Kelas X
SMA Negeri 1 Malang................................................................................................. 491

Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang | vii


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

57. Purwaning Budi Lestari Isolasi Mikroorganisme Indigen dari Limbah Cair Tahu
sebagai Bahan Ajar Mikrobiologi Lingkungan ............................................................ 496
58. Purwaningsih Peningkatan Ketuntasan Belajar Peserta Didik pada Bahasan
Hukum Mendel Melalui Pembelajaran Buying And Selling Quiz di SMA Negeri 2
Lumajang .................................................................................................................... 505
59. Ratna Djuniwati Lisminingsih Meningkatkan Karakter Siswa Sekolah Dasar di
dalam Pengelolaan Energi Melalui Pembelajaran Berbasis Projek Berbantuan
Komputer .................................................................................................................... 511
60. Rifqi Hardiana Pragaswati, Hadi Suwono, Umie Lestari Penelitian
Pengembangan Website Berbahasa Inggris Pada Pembelajaran Biologi Berbasis
Blended Learning di SMA Negeri 5 Malang ................................................................ 519
61. Rimbi Paulina Dewi, Herawati Susilo, dan Masjhudi Penerapan Model
Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E Berbasis Lesson Study untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA 2 SMA Brawijaya
Smart School Malang .................................................................................................. 531
62. Riski Fitriyani, Sawitri Komarayanti, Kukuh Munandar Menuntaskan Hasil
Belajar Biologi Siswa Kelas VII C Melalui Pembelajaran Kontekstual
Menggunakan Kooperatif Jigsaw di SMPN 2 Tempurejo Tahun Ajaran 2011/2012...... 538
63. Sentot Irianto Analisis Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1 Bangil............................... 548
64. Siti Rokhmatika, Harlita, Baskoro Adi Prayitno Pengaruh Model Inkuiri
Terbimbing Dipadu Kooperatif Jigsaw Terhadap Keterampilan Proses Sains
Ditinjau dari Kemampuan Akademik ........................................................................... 553
65. Siti Sunariyati Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Berbasis Etnobotani
untuk Meningkatkan Karakter Peduli Terhadap Lingkungan ........................................ 562
66. Sonja V.T Lumowa, Herlan Perdana Putra Pengaruh Penggunaan Media
Pembelajaran E-Learning Berbasis Web dan Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD)
Berbasis Lingkungan Pada Pelajaran IPA Biologi Terhadap Hasil Belajar Siswa
Kelas VII SMP di Kota Samarinda Tahun Pembelajaran 2013/ 2014 ............................ 569
67. Sri Rahayu Penerapan Model Pembelajaran Numbered Heads Together untuk
Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X5 SMA Negeri 5
Malang ........................................................................................................................ 575
68. Suci Ferdiana Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Berbahasa
Inggris Tipe Integrated dengan Tema Mengamati Jasad Renik dalam Setetes Air
untuk Kelas VII SMP .................................................................................................. 592
69. Suciati Sudarisman Identifikasi Pemahaman Mahasiswa Tentang Sains Dikaitkan
dengan Kemampuan Pembuatan Instrumen pada Mata Kuliah Kapita Selekta di
Program Magister Pendidikan Sains UNS .................................................................... 598
70. Suharlik Penerapan Pembelajaran Kooperatif Quis-Rt Siswa Kelas IX SMP Negeri
01 Batu........................................................................................................................ 604
71. Sundari Persepsi Guru Biologi di Kota Ternate terhadap Pendekatan Scientific dan
Implikasinya pada Pengembangan Perangkat Pembelajaran (RPP) Kurikulum 2013 ..... 613
72. Supiana Dian Nurtjahyani Profil Hasil Belajar dan Ketrampilan Kerja Ilmiah
Mahasiswa Biologi dengan Pembelajaran Berbasis Inkuiri pada Mata Kuliah
Mikrobiologi ............................................................................................................... 619

viii | Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

73. Susilowati, Novida Pratiwi, dan Sitoresmi Prabaningtyas Penerapan Media


Flash Card untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Mahasiswa Prodi IPA
FMIPA UM Pada Matakuliah Biologi Dasar I.............................................................. 624
74. Susilowati, Nuning Wulandari, Sri Rahayu Lestari Lesson Study Sebagai Upaya
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran pada Mata Kuliah Anatomi Dan Fisiologi
Manusia ...................................................................................................................... 632
75. Susriyati Mahanal, Sugeng Utaya Pengembangan Buku Ajar Pendidikan
Lingkungan Hidup (PLH) sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal pada Jenjang
Pendidikan Sekolah Dasar ........................................................................................... 638
76. Tanti Rahayu, Endik Deni Nugroho Implementasi Lessson Study Berbasis
Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Guru SMPN 1 Gondang Wetan .................. 646
77. Tengku Idris, Siti Sriyati, Adi Rahmat Penerapan Asesmen Portofolio untuk
Meningkatkan Habits Of Mind dan Penguasaan Konsep Siswa Kelas XI ...................... 652
78. Tri Asih Wahyu Hartati, A. D. Corebima, Hadi Suwono Pengaruh Model
Pembelajaran Siklus Belajar 5E dan Inkuiri Terstruktur Terhadap Keterampilan
Proses Sains dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VIII SMPN di Kota Malang
Matapelajaran IPA-Biologi .......................................................................................... 658
79. Trikinasih Handayani, Hendro Kusumo EPM, Septi Asri Lestari Upaya
Peningkatan Motivasi Belajar IPA melalui Media Pembelajaran Lectoradi Siswa
Kelas 7 SMP Muhammadiyah 2 Kalibawang ............................................................... 665
80. Tutut Indria Permana, Susilowati, dan Triastono Imam Prasetyo Implementasi
Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis
dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas X IPA 3 MAN 3 Malang ................................ 672
81. Wahyu Fitri Lestari, Sri Widoretno, Nurmiyati Pengembangan Modul Berbasis
Research untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Kemampuan Metakognisi
Siswa Kelas X pada Topik Ekosistem di SMA Negeri 1 Karanganyar .......................... 680
82. Yahmi Ira Setyaningrum Gambaran Pengetahuan Santri di Pondok Pesantren
Kota Malang dan Batu Tentang Skabies Terkait dengan Literasi Sains dan Literasi
Kesehatan .................................................................................................................... 687
83. Yuni Krisnawati, Susilowati, Mimien Henie Irawati Al Muhdhar, Fathur
Rochman, Endang Budiasih Penerapan Strategi PBL Berbantuan Modul 6M
untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Siswa SMP ............................................. 693
84. Eko Sri Sulasmi Mengembangkan Desain Pembelajaran Matakuliah Botani
Berpembuluh Melalui Lesson Study di Jurusan Biologi ................................................ 705
85. H. Mokhammad Firdaus Efendi Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS) sebagai
Eksperimen dan Eksperien Di SMPN 2 Grati dan Dampaknya Bagi
Profesionalisme Guru .................................................................................................. 712
86. Yula Miranda, Saritha Kittie Uda The Efficient Use Of Questions, Discussions,
And Practical Works At Environmental Knowledge Subject For Increasing The
Students Critical Thinking Abilities In Preservation Effort Of Medicine Plants ............ 721

Makalah Biologi
87. Agus Dharmawan Uji Efektivitas Isolasi Kering Hewan Tanah Dengan Metode
Modifikasi Barless Eco 12 ........................................................................................... 737

Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang | ix


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

88. Ajeng Wijarprasidya, Istamaya Ariani, Lilik H. Mukminin, Arif B. Setiawan,


Eko Sri Sulasmi Studi Morfologi Spora Tumbuhan Paku Pada Famili
Dennstaedtiaeceae....................................................................................................... 743
89. Anisa Purnamasari, Eliska Purnamasari, Suparti Produktivitas Jamur Tiram
Putih (Pleurotus ostreatus) Pada Media Tambahan Serabut Kelapa (Cocos
nucifera)...................................................................................................................... 748
90. Badrud Tamam, Apri Arisandi Kondisi dan Keragaman Terumbu Karang Di
Pulau Mamburit Kepulauan Kangean ........................................................................... 753
91. Bevo Wahono Analisis Anatomi dan Histologi Umbai Cacing
(Vermiformappendix) Pada Kelinci Sebagai Anggota Hewan Herbivora ....................... 761
92. Chandra Kirana, Utami Sri Hastuti, Endang Suarsini Pengaruh Variasi Macam
Gula dalam Beberapa Konsentrasi Terhadap Kualitas Nata De Nira Siwalan
(Borassus flabellifer L.) dari Pamekasan ...................................................................... 765
93. Cicilia Novi Primiani, Umie Lestari, Mohammad Amin, Sutiman B. Sumitro
Fitoestrogen Umbi Bengkuang (Pachyrhizus erosus): Sebuah Kajian Hasil
Penelitian dalam Perspektif Holistik ............................................................................ 770
94. Dian Puspita Dewi, Nursasi Handayani, Umie Lestari Analisis Protein
Membran Spermatozoa Sapi Madura, Sapi Simental dan Sapi Limousin Sebagai
Pendekatan Hubungan Kekerabatan Sapi ..................................................................... 780
95. Dwi Anggorowati Rahayu, Endik Deni Nugroho, Haryono, Nia Kurniawan,
Rodiyati Azrianingzih Distribusi Haplogrup Ikan Genus Tor di Indonesia
Berdasarkan DNA Barcode Cytrocome oxydase I ......................................................... 786
96. Endah Handayani , Bima Diwanata, Eko Sri Sulasmi Skrining Fitokimia
Ekstrak Etanol Pteris linearis Poir. dan Pteris vitatta L................................................ 794
97. Fatchur Rochman Preferensi Kumbang Kubah Predator pada Beberapa
Tumbuhan Gulma Berpotensi sebagai Tumbuhan Refugia ........................................ 800
98. Gito Hadiprayitno Kelimpahan dan Status Konservasi Burung Air di Danau
Meno, Lombok ............................................................................................................ 807
99. Khoirul Anwar Ekstraksi Agar dari Rumput Laut Gracillaria verucosa verucosa
dan Euchema cottoni cottoni ........................................................................................ 814
100. Lalu Irfan Arisaputra, Firda Asmaul Husna, Syifa Sundari, Eko Sri Sulasmi
Variasi Bentuk dan Ornamentasi Spora pada Marga Cheilanthes .................................. 817
101. Lelly Dwi Arrummaisha, Sofia Ery Rahayu, Sulisetijono Preferensi Kupu-Kupu
Familia Nymphalidae dan Lycaenidae pada Tumbuhan di Wisata Air Terjun Coban
Rais Kota Batu, Jawa Timur ........................................................................................ 822
102. Mochammad Ichsan, Didik Huswo Utomo, Jayarani Fatimah, Widodo
Identifikasi Senyawa Kandidat Inhibitor Protein Rock2 Menggunakan Metode
Penapisan Senyawa Secara Virtual Berlapis Ganda ...................................................... 829
103. M. Wildan Zul Auzan, M. Zufikar, Sodri, Hendro Kusumo Epm
Biokomunikasi Tumbuhan Putri Malu (Mimosa pudica) .............................................. 838
104. Naim Mustikawati, Poppy Rahmatika Primandiri, Sulistiono Keanekaragaman
Serangga di Taman Wisata Bendungan Waru Turi Kecamatan Gampengrejo
Kabupaten Kediri ........................................................................................................ 843
105. Novia Fahmi Ayu W, Suhadi, Hawa Tuarita Komposisi dan Distribusi
Gastropoda di Kawasan Mangrove Desa Pagagan Kecamatan Pademawu
Kabupaten Pamekasan-Madura .................................................................................... 850

x | Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

106. Pintar Tri Wahyuni Studi Keragaman Kupu-Kupu Pieridae di Kawasan Wisata
Air Terjun Coban Rais Kota Batu ................................................................................ 856
107. Poedji Hastutiek, Agus Sunarso Identifikasi Komponen Kimia Ekstrak Daun
Permot (Passiflora foetida Linn.) dengan TLC dan GC-MS sebagai Kandidat
Bioinsektisida terhadap Nyamuk.................................................................................. 861
108. Putri Eka Maharani, Putri Moortiyani Al Asna, Lenny Yunia Nurwega, Dwi
Rahmawati, Eko Sri Sulasmi Studi Karakterisasi Morfologi Spora Tumbuhan
Paku pada Famili Adiantaceae ..................................................................................... 868
109. Ratna Dwi Ramadani, Sofia Ery Rahayu, Umie Lestari Analisis Protein
Membran Spermatozoa Sapi Aberdeen-Angus, Sapi Bali, dan Sapi Ongole Sebagai
891Pendekatan Kekerabatan Sapi ................................................................................ 874
110. Rony Irawanto Perbanyakan dan Pertumbuhan Acanthus Ilicifolius L. sebagai
Fitoteknologi Lingkungan............................................................................................ 881
111. Rony Irawanto, R. Hendrian Koleksi dan Sebaran Coix lacryma-jobi di Kebun
Raya Purwodadi .......................................................................................................... 891
112. Siti Imroatul Maslikah Potensi Aktivitas Antioksidan dari Ekstrak Etanol Umbi
Gendola (Basella rubra linn) Sebagai Kandidat Obat Herbal dan Antioksidan
Alternatif ..................................................................................................................... 900
113. Sitoresmi Prabaningtyas Isolasi Mikroalga Langkah Awal Bioeksplorasi
Mikroalga Potensial ..................................................................................................... 907
114. Slamet Santosa Pengaruh Sekam Padi, Kompos dan Pupuk Kandang Sapi
terhadap Beberapa Sifat Kimia, Fisika, dan Biologi Endapan Lumpur Sidoarjo ............ 915
115. Sofia Ery Rahayu Perilaku Pemangsaan Coccinella transversalis terhadap Kutu
Daun (Aphids) ............................................................................................................. 922
116. Sueb Mengembangakan Wawasan Lingkungan dengan Menggunakan Paradigma
Ekologis Baru sebagai Upaya Mengurangi Pencemaran Lingkungan ............................ 926
117. Tri Nova Anggraini, Fatchur Rohman, Abdul Gofur, Pengaruh Tumbuhan Akar
Wangi (Chrysopogon zizanioides, L) Terhadap Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit
dan Pengembangannya untuk Bahan Ajar pada Matakuliah Pengetahuan
Lingkungan di Perguruan Tinggi ................................................................................. 932
118. Widodo Temuan Asterostemma repandum Decne. (Asclepiadoideae) di Gunung
Ijo Pegunungan Batur Agung Yogyakarta .................................................................... 942
119. Wiwik Hariyatik, Mohamad Amin, Endang Suarsini Eksplorasi dan Identifikasi
Bakteri Termofilik Lokal Penghasil Amilase, Lipase, dan Protease Termostabil
dari Sumber Air Panas Kawah Ijen .............................................................................. 949
120. Yousep Anitasari, Sulistiono, Poppy Rahmatika Primandiri Keragaman
Morfologi Talus Lumut Kerak di Kabupaten Tulungagung .......................................... 958
121. Amy Tenzer Pengaruh Pemberian Suplemen Kalsium Terhadap Penampilan
Reproduksi Dan Perkembangan Rangka Mencit (Mus Musculus) Balb C ..................... 965
122. Liswara Neneng, Yusintha Tanduh, Soleh Mochtar Pengaruh Jenis dan
Komposisi Mikroorganisme dalam Bioorganik Fertiliser terhadap Kesuburan
Tanaman pada Lahan Pasca Penambangan Emas di Kalimantan Tengah ...................... 973
123. Muchammad Yunus Atenuasi Patogenitas Beberapa Spesies Eimeria Melalui
Pasase Berseri Precocious Line Pada Nave Chicken .................................................... 980
124. Mufasirin, Lucia Tri Suwanti, Suwarno, Hani Plumeriastuti, Dewa Ketut
Meles, Zainul Muttaqin Efektifitas Penggunaan Protein Ekskretori-Sekretori

Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang | xi


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Antigen Toxoplasma gondii Hasil Pembiakan In Vivo pada Mencit sebagai Bahan
Pembuatan Immunocrhomatography Test untuk Diagnosis Toksoplasmosis ............... 989
125. Tintrim Rahayu, Umu Sholikhah Respon Kalogenesis dalam Optimasi Medium
B5 dan MS Pada Kultur In Vitro Tanaman Koro Pedang (Canavalia ensiformis, L) ..... 995

xii | Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Uji Efektivitas Isolasi Kering Hewan Tanah dengan Metode Modifikasi


Barless Eco 12
Agus Dharmawan
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang,
e-mail: agus.rhizo@yahoo.co.id

Abstrak
Isolasi kering merupakan salah satu metode yang digunakan dalam pengambilan sampel
hewan tanah khususnya hewan infauna salah satunya adalah barless tullgren. Penggunaan alat ini
belum banyak digunakan oleh kalangan akademis dikarenakan harganya yang mahal. Oleh
karena itu, diperlukan suatu alternatif alat barless tullgren yang lebih praktis dan ekonomis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas modifikasi Barless Eco 12 pada isolasi
kering dibandingkan dengan metode isolasi basah menggunakan penyaring bertingkat. Untuk
mengetahui efektifitas alat modifikasi Barless Eco 12, dilakukan komparasi dengan hasil isolasi
basah terhadap tanah yang terdedah selama 5 jam. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan lama penyinaran yaitu, 3 jam, 4 jam dan 5 jam dan setiap
pelakuan dilakukan 10 kali ulangan. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui
perbedaan hasil antar variasi perlakuan waktu pendedahan adalah analisis varian dan uji BNT,
sedangkan untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara isolasi basah dan isolasi kering
menggunakan analisis uji T. Hasil uji t menunjukkan adanya perbedaan perolehan hewan tanah
barless tullgren dengan isolasi basah. Penggunaan modifikasi Barless Eco 12 pada isolasi kering
memberikan hasil sampel hewan tanah yang lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan
isolasi basah. Berdasarkan uji BNT, variasi waktu yang paling efektif adalah perlakuan 4 jam.

Kata kunci: Berless tullgreen, Isolasi kering, Barless Eco 12

Pendahuluan menyaring tanah yang sudah dicampur dengan


Hewan tanah adalah hewan yang habitat air. Metode ini memiliki kekurangan, yaitu
hidupnya di tanah. Kelompok hewan ini terdiri hewan tanah yang diperoleh sebagian struktur
dari Protozoa, Rotifera, Nematoda, Anelida, tubuhnya tidak utuh sehingga proses
Mollusca, Arthropoda, hingga Vertebrata identifikasi sulit dilakukan. Metode isolasi
(Suin, 1989). Hewan tanah merupakan kering salah satunya adalah Barlese Tullgreen.
orgnisme decomposer yang berperan dalam Barless tullgreen merupakan metode isolasi
menentukan laju komposisi botan (Sugiyarto, kering dinamik. Alat ekstraktor ini
2000). Hewan tanah secara umum dapat memanfaatkan cahaya lampu sebagai sumber
dikelompokkan berdasarkan beberapa hal, panas untuk merangsang hewan tanah untuk
antara lain berdasarkan ukuran tubuh, masuk dalam tempat pengumpul (Suin, 1989).
kehadirannya di tanah, habitat yang di Metode ini memiliki kelebihan pada
pilihnya, dan kegiatan makannya (Isnan, kesederhanaan pengoperasiannya. Selain itu,
Tuarita, Dharmawan, Tanpa tahun). hewan tanah yang diperoleh memiliki struktur
Ada dua metode yang sering digunakan tubuh yang utuh, sehingga identifikasi lebih
untuk memperoleh hewan tanah yaitu metode mudah dilakukan. Metode isolasi kering lebih
isolasi basah dan metode isolasi kering. mudah dan tidak rumit seperti metode isolasi
Metode isolasi basah dilakukan dengan basah. Metode ini hanya menunggu waktu

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 737


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

yang sudah ditentukan serta tidak perlu perolehan hewan tanah antara metode isolasi
menyaring dengan air beberapa kali seperti basah dan metode isolasi kering.
isolasi basah. Namun, metode isolasi kering
ini memiliki kelemahan pada efisiensi waktu Metode
dan energi. Proses pengambilan sampel Penelitian ini dilakukan di Laboratorium
menggunakan Berlesse tullgren membutuhkan Ekologi Universitas Negeri Malang. Penelitian
waktu selama 4 hari dengan lampu yang dilaksanakan dari 23 September hingga 3
digunakan sebagai perangsang hewan tanah Oktober 2014.
harus selalu menyala selama pengambilan Penelitian ini dilakukan menggunakan
sampel. Hal tersebut memungkinkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
terjadinya pemborosan energi. perlakuan dan masing-masing perlakuan 10
Barless tullgren merupakan metode yang ulangan. Untuk mengetahui efektifitas alat
sudah ada sejak dahulu, namun belum banyak modifikasi barless dilakukan komparasi
modifikasi untuk meningkatkan efisiensi dengan hasil isolasi basah terhadap tanah yang
waktu dan energi, sehingga dalam penelitian terdedah sinar matahari selama 5 jam. Analisis
ini digunakan metode baru yang dinamakan statistik yang digunakan untuk mengetahui
Modifikasi Barless Eco 12. Prinsip utama perbedaan hasil antar variasi perlakuan waktu
dalam metode Modifikasi Barless Eco 12 pendedahan menggunakan analisis varian dan
adalah adanya respon positif dan negatif uji BNT. Untuk mengetahui perbedaan hasil
hewan tanah terhadap sinar matahari. antara isolasi kering dan isolasi basah
Intensitas cahaya matahari meyebabkan menggunakan uji T.
perubahan suhu lingkungan, sehingga Bahan dan Alat Penelitian
merangsang hewan tanah untuk bergerak Isolasi Kering
menjauhi cahaya. Metode Barless Eco 12 ini Alat: Seperangkat Alat Isolasi Kering
digunakan untuk membandingkan hasil (Modifikasi Barless Eco 12)
Bahan: Tanah humus dan alkohol (70 %)

738 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Keterangan : C: Botol Selai


A : Kasa nyamuk
B : Corong Plastik diameter 14 cm
Gambar 1. Seperangkat alat Barless Eco 12

Isolasi Basah menunjukkan bahwa terdapat perbedaan


Alat: Saringan bertingkat, sprayer, dan 10 jumlah hewan tanah yang tersaring antara
plakon metode Modifikasi Barless Eco 12 dengan
Bahan: Air dan tanah humus (setelah metode Isolasi Basah. Barless Eco 12 lebih
digunakan dalam dekantasi) efektif digunakan karena hewan tanah yang
Barless diletakkan pada tempat terbuka diperoleh dengan metode ini lebih banyak
dan tidak ternaungi agar terkena cahaya dibandingkan dengan dekantasi basah.
selama proses isolasi. Proses isolasi dimulai Metode Barless-Tullgren memiliki
pukul 08.00 WIB. Tanah humus (100 cc) kelebihan yang terletak pada kesederhanaan
diletakkan di atas kasa corong. Didiamkan pengoperasian dan struktur tubuh hewan tanah
dengan variasi waktu perlakuan 3 jam, 4 jam yang diperoleh masih utuh, sehingga mudah
dan 5 jam. Hasil isolasi kemudian untuk diidentifikasi. Pada metode ini tanah
diidentifikasi di laborarorium. Tanah yang langsung disaring dalam keadaan kering dan
telah terdedah cahaya matahari selama langsung diletakkan di tempat yang terpapar
perlakuan (5 jam) dilakukan isolasi basah sinar matahari sehingga mesofauna yang ada
untuk mendapatkan sisa infauna yang masih pada sampel terisolasi. Dibandingkan dengan
tertinggal saat isolasi kering (Modifikasi metode isolasi basah, metode isolasi kering
Barless Eco 12). lebih mudah dan tidak rumit, metode ini
tinggal menunggu waktu yang sudah
Hasil dan Pembahasan ditentukan serta tidak perlu menyaring dengan
Metode Barless-Tullgren adalah metode air beberapa kali seperti isolasi basah.
untuk mengekstraksi atau mengisolasi Namun, metode isolasi kering ini memiliki
Arthropoda tanah dari tanah atau serasah. kelemahan pada efisiensi waktu dan energi.
Penggunaan dibantu dengan cahaya. Cahaya Sedangkan metode isolasi basah dalam hal ini
pada metode ini memaksa organisme tanah adalah dengan metode penyaringan. Tanah
yang fotofobik untuk menjauh dari sumber sampel direndam air lalu diaduk kemudian
cahaya sehingga hewan tanah tersebut akan disaring dengan ayakan yang ukuran
menghindari cahaya dan jatuh dalam botol lubangnya bervariasi dari besar ke kecil.
pengumpul sampel (Arias, dkk, 2003). Cahaya Penyaring mula-mula dilakukan dengan
yang digunakan berasal dari cahaya matahari ayakan yang ukuran lubangnya paling besar
langsung (Edwards dan Fletcher, 1972) dalam sehingga infauna berukuran besar bersama
Bremner, 1990). material organik akan tertinggal dalam
Untuk mengetahui perbedaan hasil dua ayakan. Selanjutnya ditampung pula
metode dan mencari metode yang paling dibawahnya dengan ayakan yang semakin
efektif dengan menggunakan uji t. Data yang lama semakin kecil lubangnya sehingga pada
ada dianalisis untuk mencari nilai t hitung dan akhirnya semua hewan-hewan tanah akan
t tabel sehingga diperoleh kesimpulan apakah terkumpul (Suin, 1997). Metode Barless
hipotesis diterima atau ditolak. Berdasarkan Tulgren ini merupakan salah satu metode yang
hasil analisis dengan menggunakan uji-t sangat sedserhana. Pada metode ini hewan
diketahui bahwa F hitung (16.32376356) > F akan terisolasi dari sampel tanah dan terjatuh
tabel (2.100922037). Hal tersebut dari saringan. Hal itu dipengaruhi oleh

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 739


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

perilaku hewan tanah. Keakuratan metode ini ini hemat biaya dan mudah dilakukan. Metode
dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal ini memiliki kekurangan, yaitu hewan tanah
yang meliputi jenis tanah, spesies hewan tanah yang diperoleh kebanyakan tidak utuh struktur
dan usia hewan tanah. tubuhnya sehingga mempersulit saat
Keefektifitasan metode modifikasi mengidentifikasi. Metode ini kurang efektif
Barless Eco 12 ini terletak pada penggunaan digunakan pada musim penghujan.
waktu yang cukup singkat. Selain itu metode

Gambar 2. Perolehan Hewan Tanah Antara Modifikasi Barles Tullgren dengan


Metode Isolasi Basah

.
Hasil hewan tanah yang didapatkan Metode Isolasi Basah sebagai berikut:
antara modifikasi Barless Eco 12 dengan

Gambar 3. Hewan Hasil Barless Eco 12 Gambar 4. Hewan Hasil Isolasi Basah

740 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Berdasarkan hasil sidik ragam pada taraf jam menghasilkan pengaruh yang signifikan
= 5% terungkap bahwa hasil penyaringan terhadap jumlah hewan tanah. Perlakuan
hewan tanah dengan metode modifikasi dengan penyinaran 5 jam mengahasilkan
Barless Eco 12 pada perlakuan 3 jam, 4 jam, 5 jumlah hewan tanah paling banyak.

Tabel 1: Rata-Rata Perolehan Serangga Dengan Penyinaran yang Berbeda


Perlakuan Rata-rata Notasi
3 jam 8.4 A
4 jam 13.2 b
5 jam 14.7 bc

Isolasi kering atau Barless Tulgreen Daftar Rujukan


menggunakan cahaya sebagai sumber panas Arias, Barberena, M. F., Gonzlez, G., &
yang akan mempengaruhi hewan tanah Cuevas, E.. 2003. Quantifying
begerak ke bawah. Barless Tulgreen Variation of Soil Arthropods Using
menggunakan cahaya lampu sebagai sumber Different Sampling Protocols: Is
panas dan interval panas dapat diatur Diversity Affected?. Tropical Forest:
dengan menurunkan atau menaikkan lampu 51-70.
tersebut. Metode Barles Eco 12 Bremne, Graeme. 1990. A Berlese funnel
memanfaatkan cahaya matahari sebagai for the rapid extraction of grassland
sumber panas. surface macro-arthropods. New
Cahaya matahari merupakan salah satu Zealand Entomologist, 13:76-80
faktor yang dapat mempengaruhi sifat-sifat Isnan, W. F., Tuarita, H., Dharmawan, A..
tumbuhan dan hewan (Soetjipta, 1992 Tanpa Tahun. Studi Keanekaragaman
dalam Sugiarto,dkk. 2007). Tumbuhan dan Hewan Tanah (Epifauna) di
hewan yang berbeda memiliki kebutuhan Perkebunan Kubis (Brassica Oleracea
akan cahaya, air, suhu, dan kelembapan L) dengan Sistem Terasering di
yang berbeda (Reinjtjes et al.,1999 dalam Cangar Kecamatan Bumiaji Kota Batu,
Sugiarto, et.al., 2007). Sugiarto, et.al. (Online), (http://jurnal
(2007) menyebutkan berdasarkan responnya online.um.ac.id/data/artikel/
terhadap cahaya, hewan tanah ada yang artikel6DB4594912BA954F4E846FFB
aktif pada pagi, siang, sore, dan malam hari. 36BC2E21.doc), diakses 24 April
2014.
Simpulan Sugiyarto, E., M., Mahajoeno, E., Sugito,
Berdasarkan hasil dari penelitian yang Y., Handayanto, E., Agustina, L.. 2007.
dilakukan dapat disimpulkan bahwa metode Preferensi Berbagai Jenis Makrofauna
isolasi kering menggunakan modifikasi Tanah Terhadap Sisa Bahan Organik
Barless Eco 12 lebih efektif dibandingkan Tanaman pada Intensitas Cahaya
dengan isolasi basah. Lama penyinaran Berbeda. Biodiversitas. (Online), 7 (4):
paling efektif untuk isolasi hewan tanah 96-100,
menggunakan metode ini adalah 4 jam. (http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D
0802/D080204.pdf), diakses pada 28
September 2014.
Sugiyarto. 2000. Aplikasi Bahan Organik
Tanaman terhadap Komunitas Fauna
Tanah dan Pertumbuhan Kacang Hijau

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 741


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

(Vigna radiata). Biodiversitas.


(Online), 1 (1): 25:29.
(http://biodiversitas.mipa.uns.ac.id/D/D
0101/D010105.pdf), diakses pada 27
Oktober 2014.
Suin, N. N.. 1989. Ekologi Hewan Tanah.
Bandung: Bumi Aksara. ITB
Suin, N. M.. 1997. Ekologi Hewan Tanah.
Bandung: Bumi Aksara. IT

742 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

STUDI MORFOLOGI SPORA TUMBUHAN PAKU PADA FAMILI


Dennstaedtiaeceae

Ajeng Wijarprasidya, Istamaya Ariani, Lilik H. Mukminin, Arif B. Setiawan dan Eko Sri Sulasmi
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Email: ajengwijar94@gmail.com

Abstrak
Tumbuhan paku family Dennstaedtiaeceaememiliki ciri morfologi yang berbeda-beda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri morfologi spora tumbuhan paku family
Dennstaedtiaeceae. Spesimen yang diamati dalam penelitian meliputi Davallia divaricata Bl.
Davallia trichomanoides Bl., Microlepia strigosa (Thb.) Pr., dan Odontosoria chinensis (L.) J.
Smithyang diperoleh dari Herbarium Malangensis Universitas Negeri Malang. Penelitian
dilakukan pada bulan September 2014 di Laboratorium Botani Jurusan Biologi dan
Laboratorium Bersama Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Malang. Metode yang digunakan yaitu (1) preparasi spora, (2) pengamatan spora menggunakan
Scanning Electron Microscope (SEM), (3) analisis deskriptifyang ditinjau dari bentuk, ukuran,
ornamentasi, apertura dan lampang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ciri morfologi spora
tumbuhan paku family Dennstaedtiaeceaememiliki bentuk spora bevariai yaitu bulat bercekung
(concave-convex), segitiga tumpul (triangular concave), dan bulat (circular). Ukuran spora
panjangnya berkisar 34.6843,80 m dan lebar berkisar 27,9534,68 m. Ornamentasi
meliputi verrucate, regulate, psilate. Spora pada tumbuhan paku family Dennstaedtiaeceae
tidak berapertura dan tidak berlampang.

Kata Kunci: Dennstaedtiaeceae, Morfologi Spora.

Pendahuluan Ornamentasi yang detail dan berbeda-beda


Tumbuhan paku (Pteridophyta) memiliki dapat digunakan untuk menganalisis spora.
morfologi generatif yang unik pada setiap Ornamentasi pada spora, terutama spora paku
spesies. Morfologi generatif tumbuhan paku, belum banyak dipelajari (Moore & Webb,
terutama morfologi spora belum banyak 1978).
diteliti. Penelitian ciri morfologi spora paku Beberapa karakter spora tumbuhan paku
penting dilakukan untuk mengetahui ciri yang umum digunakan dalam deskripsi yaitu
morfologi dari setiap spesies anggota dari aggregation atau conglobation, simetri,
suatu famili tumbuhan paku. apertures, ukuran, bentuk, dan karakter
Spora merupakan alat perkembangbiakan dinding (Harris, 1955). Secara umum bentuk
dari tumbuhan paku. Spora umumya terdapat spora dapat dibedakan atas spora monolete
pada permukaan bawah daun. Spora pada yaitu spora yang hanya mempunyai satu garis
tumbuhan paku berfungsi pada proses pembuka atau pembagi, dan spora trilete yang
pemencaran tumbuhan pada habitat yang mempunyai 3 garis pembuka atau pembagi
lembab sehingga gametofit dapat tumbuh. (Harris, 1955). Nair (1991) menyebutkan
Spora memiliki dinding yang memiliki bahwa karakter morfologi spora yang
kemampuan untuk bertahan pada kondisi umumnya dianalisis berkaitan dengan dinding
kering. Dinding spora pada paku umumnya atau lapisan terluar dari polen dan spora yang
juga memiliki ornamentasi yang detail. resisten. Karakter morfologi polen dan spora

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 743


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

terdiri atas apertura, tingkat eksin, Microscopy (SEM). Berdasarkan hasil SEM
ornamentasi eksin, ukuran, dan bentuk. ciri morfologi masing-masing spora tumbuhan
Sudut pandangyang berlainan (distal, paku famili Denstaedtiaceae dianalisis secara
polar, dan equatorial) spora memiliki bentuk deskriptif. Ciri yang diamati meliputi bentuk
yang berbeda. Hal ini terjadi karena pada spora, ukuran, ornamaentasi, aperture,
pandangan polar yang terlihat merupakan lampang. Morfologi spora yang diperoleh dari
bagian spora yang menghadap ke arah pusat specimen dikaji menggunakan Flora Of
tetrad, pada bagian distal yang terlihat Malaya karangan Holtum(1968).
merupakan sisi yang paling jauh dari tetrad,
sedangkan pada pandangan equatorial dapat Hasil dan Pembahasan
dilihat pandangan samping yang menunjukkan Berdasarkan hasil pengamatan deskripsi
ujung polar dan distal secara bersamaan. morfologi tumbuhan paku famili
Dennstaedtiaceae merupakan famili yang Denstaedtiaceae didapat hasil sebagai berikut:
termasuk paku modern dengan 203 spesies spesies Davallia divaricate Bl.memiliki
yang telah diketahui di Malaya dari total bentuk spora bulat bercekung atau concave-
keseluruhan 389 spesies paku modern convex (Moore & Webb, 1978), sedangkan
(Holttum, 1968). Beberapa sub-family dari bentuk simetrikal spora dilihat dari sudut
Dennstaedtiaceae yang banyak ditemukan di pandang kutub bentuknya bulat, dan dari sudut
beberapa daerah Indonesia antara lain pandang ekuatorial berbentuk bulat. Ukuran
Dennstaedtia, Davallia, dan Dryopteris. spora panjang 43,80 m dan lebar 27,95 m.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ciri Spora spesies ini tidak memiliki apertura
morfologi spora tumbuhan paku dari beberapa (allate). Apertura merupakan bagian tipis atau
spesies family Dennstaedtiaceae. bagian yang hilang dari eksin yang
membentuk pola bebas dari eksin.
Metode Penelitian Terbentuknya aperture disebabkan oleh
Penelitian dilaksanakan pada bulan perubahan ketebalan lapisan sexine atau
Oktober tahun 2014. Pengambilan spesimen nexine atau keduanya (Moore & Webb, 1978).
dilakukan di Herbarium Malangensis Jurusan Ornamentasi spora ini memiliki tipe verrucate,
Biologi Universitas Negeri Malang. yakni terdapat tonjolan-tonjolan seperti kutil
Pengambilan data spora tumbuhan paku pada seluruh permukaan luar spora (Moore &
dilaksanakan di Laboratorium Bersama Webb, 1978).
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Spesies kedua yakni Davallia
Alam. trichomanoides Bl. memiliki bentuk spora
Bahan yang digunakan dalam penelitian bulat bercekung atau concave-convex (Moore
berupa spora herbarium tumbuhan paku & Webb, 1978), sedangkan bentuk simetrikal
family Denstaedtiaceae. Spesies yang spora dilihat dari sudut pandang kutub
digunakan yaitu Davallia divaricata Bl., bentuknya bulat, dan dari sudut pandang
Davallia trichomanoides Bl.,Microlepia ekuatorial berbentuk bulat. Ukuran spora
strigosa (Thb.) Pr.dan Odontosoria chinensis panjang 41,8 m dan lebar 31,19 m.
(L.) J. Smith. Alat yang digunakan yaitu Spora spesies ini tidak memiliki apertura
mikroskop stereo, jarum pentul, kaca benda, (allate). Ornamentasi spora ini memiliki tipe
dan Scaning Electron Microscopy (SEM). verrucate yang sama dengan ornamentasi pada
Spora spesimen tumbuhan paku spora spesies Davallia divaricata. Seperti
diambil dengan menggunakan bantuan halnya spesies pertama, spora pada Davallia
mikroskop stereo. Kemudian spora diamati trichomanoides memiliki tipe allate.
dengan menggunakan Scanning Electron

744 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 745


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

746 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 747


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Produktivitas Jamur Tiram Putih (Pleurotusostreatus) Pada Media


Tambahan Serabut Kelapa (Cocosnucifera)

Anisa Purnamasari, Eliska Purnamasari, Suparti


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. Jenderal Ahmad Yani Pabelan Kartasura, Solo 57102 Jawa Tengah, Email:
anisapurnamasari86@yahoo.co.id

Abstrak
Jamur Tiram putih merupakan jenis jamur yang tidak dapat menyediakan makanan
sendiri, sehingga membutuhkan nutrisi seperti selulosa, lignin, zat hara seperti N, P, K dan
C. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui produktivitas jamur tiram putih
(Pleurotusostreatus) pada media tambahan serabut kelapa (Cocosnucifera). Penelitian ini
menggunakan desain penelitian satu faktorial rancangan acak lengkap dengan empat
perlakuan dan tiga kali ulangan yaitu penambahan serabut kelapa ( 0 %, ( 22 %, ( )
44 % dan( 66 % baglog.Hasil penelitian menyatakan pengaruh paling nyata media
serabutkelapaialahterhadap : lama penyebaran miselium dengan rerata 16,30, jumlah badan
buah panen pertama dengan rerata 14,73, jumlah badan buah panen kedua dengan rerata
11,30, berat basah panen pertama dengan rerata 118,92dan berat basah panen kedua dengan
rerata 33,33 pada perlakuan yaitu media standar 228 gram dengan penambahan media
serabut kelapa 66%.Selanjutnya analisis data dalam penelitian ini menggunakan ANOVA
satu jalur yang menghasilkan lama penyebaran miselium= 28,467> = 4,066,
jumlah tubuh buah panen pertama= 4,337> = 4,066, jumlah tubuh buah
panen kedua= 4,88> = 4,066, berat basah panen pertama = 9,542> =
4,066 dan berat basah panen kedua= 9,174> = 4,066. Kesimpulan yang dapat
diambil dari penelitian ini adalah produktivitas jamur tiram putih meningkat pada
penambahan media serabut kelapa 66%.

Kata kunci: Jamur tiram putih (Pleurotusostreatus),serabut kelapa (Cocosnucifera)

Pendahuluan jamur tiram putih pada media serbuk kayu.


Jamur adalah organisme pendegradasi Penelitian tersebut menggunakan rancangan
kayu, tumbuhan dan daun-daun sisa. Jamur satu faktorial dengan empat taraf perlakuan
tiram putih adalah golongan fungi saprobik, yaitu ) media serbuk kayu tanpa
karena jenis ini mengambil makanan dengan penambahan pupuk NPK, media serbuk
mendegradasi sampah organik atau bangkai kayu dengan penambahan NPK antara lain
hewan di sekitar hidupnya (Campbell, 2003 adalah ) NPK 1%, ) NPK 2% dan
hal: 185-186). Fungi dapat hidup pada media
) NPK 3%. Hasilnya adalah jamur tiram
tumbuh yang sesuai, artinya media tumbuh
harus mengandung selulosa, hemiselulosa putih dapat tumbuh dengan baik pada
dan lignin. Ketiga jenis ini akan digunakan perlakuan media serbuk kayu dengan
sebagai sumber makanan melalui degradasi penambahan NPK adalah pada perlakuan
enzim hidrolitik (Djarijah dan Djarijah, ) NPK 1%.
2001, hal: 15-16). Kandungan lignin dan selulosa serabut
Pada penelitian sebelumnya Semiatun kelapa yaitu lignin (35%-455) dan selulosa
(2007) meneliti tentang Pengaruh (23%-43%) (Carijo, et al, 2002).Adapun
penambahan NPK terhadap pertumbuhan kayu sengon memiliki kandungan selulosa,

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 748


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

yaituHolo-selulosa 74,9% dan Alfa-selulosa Metode


46,0% dan kandungan lignin yaitu 25,7% Lokasi penelitian di Desa Garen RT 03
(Atmosuseno, 1996). Jumlah hara dalam RW 04, Pandean, Kecamatan Ngemplak,
serabut kelapa antara lain unsur N 0,975%, P kabupaten Boyolali dengan waktu penelitian
0,095%, K 0,29% dan C 54,89% berlangsung mulai bulan September 2012
(Laboratorium tanah fakultas pertanian IPB, hingga April 2013. Penelitian ini
2002). menggunakan variabel bebas (Independent
Selain unsur-unsur tersebut, Variable) media tambahan serabut kelapa
pembentukan badan buah juga memerlukan dan variabel terikat (Dependent Variable)
unsur tambahan seperti vitamin dan kalsium. produktivitas jamur tiram putih
Vitamin dapat diperoleh dari bekatul. (Pleurotusostreatus).
Kalsium dapat diperoleh dari bekatul dan Alat dan bahan penelitian
kapur kawur. Kandungan vitamin pada dikelompokkan berdasarkan tahap-tahap
bekatul niacin 303 miligram per kilogram, pelaksaan (menurut dermawan, 2012)
biotin 4200 mcg/kg, riboflanvin 3 miligram meliputi tahap fermentasi (plastik besar 1
per kilogram, vitamin e 60,8 miligram per buah, timbangan 1 buah dan pengaduk 1
kilogram, thiamine 22,8 miligram per buah), tahap log (plastik log
kilogram, asam phantotenat 22 miligram per (polipropropilen) ukuran 1/2kg, cincin jamur
kilogram dan choline 303 miligram per 12 buah dan kapas 12 buah), tahapan
kilogram (Allen, 1982 dalam Rasyaf, 1990 sterilisasi (elpigi 1 kg 1 buah, autoklaf
hal: 32). 1buah, selang kaburator 1 buah dan
Subyek penelitian adalah media thermometer 1 buah), tahapan inokulasi
tambahan serabut kelapa, obyek penelitian (tongkat inokulasi 1 buah, lampu 1 buah,
yaitu produktivitas jamur Tiram putih sarung tangan 2 buah dan api spirtus) dan
(Pleurotus ostreatus) dan parameter tahapan perawatan adalah spray. Bahan
penelitian adalah lama penyebaran utama dalam praktikum ini adalah bibit
miselium, jumlah tubuh buah dan berat Jamur Tiram putih (Pleurotusostreatus) F3,
basah. Tujuan penelitian ini adalah untuk bahan yang digunakan untuk media antara
mengetahui pengaruh penambahan media lain serbuk kayu sengon 2,4 kg, plastik 12
serabut kelapa terhadap produktivitas jamur buah, kapur kawur 0,0096 kg, bekatul 0,24
tiram putih panen pertama dan kedua. kg, serabut kelapa0,9 kg dan kapas
Manfaat dari penelitian ini mencakup secukupnya, Bahan yang digunakan untuk
manfaat teoritis antara lain menambah tahapan sterilisasi adalah air dan bahan
alternatif ilmu bagi peneliti dan memberikan untuk tahapan inokulasi adalah alkohol 70%.
pengetahuan tentang manfaat media Pelaksanaan Penelitian meliputi
tambahan serabut kelapa sebagai media beberapa tahapan.Tahap pencampuran bahan
pembuatan jamur serta manfaat praktis yaitu mencampur rata serbuk kayu sengon
yaitu:member informasi kepada masyarakat 100% (200g), bekatul 10% (20g), Calcit
terutama masyarakat bahwa limbah serabut ( ) 4% (8g), dan air 70% terhadap
kelapa ternyata bermanfaat bagi masing-masing perlakuan pada 1 baglog
pertumbuhan jamur tiram putih. sehingga media standar adalah 228g sebagai
Berdasarkan uraian di atas maka media kontrol, menambahkan serabut kelapa
perumusan masalah adalah bagaimanakah pada log sesuai perlakuan /0 gram,
pengaruh penggunaan media tambahan
/50 gram, /100 gram,
serabut kelapa pada produktivitas jamur
tiram putih (Pleurotusostreatus). (66%)/150 gram, kemudian ditutup dengan
plastik besar dan difermentasi selama tiga
hari. Tahap pembuatan log yaitu
memasukkan bahan yang sesuai perlakuan
sampai padat per-log dan mengunci log
jamur dengan cincin log dan kapas. Tahap

749 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

sterilisasi log yaitu mensterilisasi log ke kelembaban 90-100%. Tahapan


dalam autoklaf selama 6 jam dengan suhu pemeliharaan yaitu menjaga kelembaban
C dengan tekanan 1,5 atm, menaruh dengan menyemprot air 2 sampai 3 kali
dalam ruangan 24 jam. Tahapan inokulasi sehari, namun apabila musim hujan cukup 1
bibit jamur ke dalam log yaitu kali sehari. Tahapan penumbuhan yaitu
membersihkan alat-alat inokulasi dan kedua melakukan penyobekan 2 sampai 3 tempat
telapak tangan dengan alkohol 70% dengan di bagian bawah dan membuka kapas
api spirtus kemudian mengambil 5g bibit penutup apabila miselium sudah penuh.
jamur tiram putih dalam log sampai Rancangan percobaan yang digunakan
dengan menggunakan Rancangan Acak
bagian tinggi log dan memasang kapas Lengkap (RAL) dengan desain penelitian
penutup kembali. Tahapan inkubasi antara satu faktorial 4 taraf konsentrasi
lain menaruh log-log jamur yang sudah penambahan serabut kelapa 3 kali ulangan
diinokulasi ke dalam ruang inokulasi selama sebagai berikut:
1 bulan dengan suhu c- c dan

Tabel 2.1: Rancangan penelitian


G Dosis (%)
N 0 22 44 66 X

Keterangan:
G = Dosis media standar
N = Ulangan

Dalam pelaksanaam penelitian ini, membuat penebalan dan kepadatan pada


metode yang digunakan dalam pengumpulan miselium. Fosforberfungsi dalam
data meliputi metode eksperimen, metode pembentukan miselium (Silvero (1981)
observasi, metode kepustakaan dan metode dalamSuhati, 1988), jamur harus
dokumentasi.Analisis yang digunakan mendapatkan karbon dari organisme yang
adalah kuantitatif ANOVA satu jalur dengan sudah mati (Darnetty, 2006).Kalium
uji normalitas, uji homogenitas dan uji berfungsi sebagai aktivator enzim. Thiamin
hipotesis. pada bekatul berfungsi dalam pertumbuhan
dan perkembangan jamur tiram putih
Hasil dan Pembahasan (Silvero (1981) dalamSuhati, 1988). Vitamin
Lama penyebaran miselium pada bekatul berfungsi sebagai pemercepat
Pada hasil pengamatan pemenuhan reaksi enzimatis (Djarijah dan Djarijah,
miselium perlakuan yang memberikan 2001, hal: 16). Kalsium pada bekatul dan
pengaruh paling cepat penambahan calcit berfungsi untuk merekatkan antar sel
serabut kelapa 66% baglog dengan rerata dan pengelola pasokan nutrisi lain dalam
16,30 hari. Pada awal perkembangan, jaringan tanaman (Hendaryono, 1998 hal:
miselium melakukan penetrasi pada sel kayu 55-57). Suhu pada kubung harus berkisar
pada lignin danselulosaserabutkelapadan - . Kelembaban pertumbuhan
kayu sengon dengan enzim pendegradasi, miselium yaitu 65%-70% dan PH 5,5-6,5
hemiselulosa dan lignin selanjutnya (Djarijah dan Djarijah, 2001, hal: 15-16).
memanfaatkannya sebagai sumber nutrisi
bagi jamur (Djarijah dan Djarijah, 2001, hal:
15-16). Adanya penambahn Nitrogen

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 750


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Jumlah tubuh buah tiram putih (Silvero (1981) dalamSuhati,


Pada hasil penghitungan jumlah tubuh 1988). Vitamin pada bekatul berfungsi
buah perlakuan yang memberikan pengaruh sebagai pemercepat reaksi enzimatis
paling cepat penambahan serabut kelapa (Djarijah dan Djarijah, 2001, hal: 16).
66%baglog dengan rerata panen pertama Kalsium berfungsi untuk merekatkan antar
14,73 buah dan panen kedua 11,30 buah. sel dan pengelola pasokan nutrisi
Jumlah tubuh buah pada panen kedua relatif (Hendaryono, 1998 hal: 55-57). syarat
lebih sedikit dari pada panen pertama. tumbuh utama antara lain faktor penyiraman
Dikarenakan unsur hara yang berkurang. (Adiyuwono, 2001), oksigen dan
Unsur hara yang terkandung dalam media kelembaban 70% (induksi primordia)
optimum akan dapat menghasilkan hasil kelembaban 80% (tubuh buah) (Soenanto,
yang optimum (Sarief, 1989). Hardi 2000 hal: 15).
Nitrogen berfungsi dalam pembentukan Berat basah
badan buah (Silvero (1981) dalamSuhati, Pada hasil pengamatan berat basah
1988), sintesa protein dan sintesa molekul perlakuan yang memberikan pengaruh
rantai panjang yang tersusun atas nukleotida paling cepat penambahan serabut
(Gunawan, 1989 hal: 29-30). Tanaman yang kelapa 66% baglog dengan rerata panen
kekurangan phospor akan menghasilkan pertama 118,92g dan panen kedua diperoleh
buah yang tidak sempurna. (Redaksi trubus, rerata 33,33g. Nutrisi pada media tanam
1992 hal: 10). Kalium berfungsi sebagai jamur yang dapat diabsorbsi oleh jamur
aktivator enzim dan perkembangan dapat meningkatkan berat basah jamur
primordia (Silvero (1981). Vitamin dapat (Suriawiria (2002) dalam Tutik (2004)).
diperoleh dari bekatul. Kalsium dapat Berat basah pada panen kedua relatif sedikit
diperoleh dari bekatul dan kapur kawur. karena unsur hara yang tersedia dalam log
Thiamin pada bekatul berfungsi dalam kecil, sehingga tidak otimum dalam
pertumbuhan dan perkembangan jamur menyerap (Sarief, 1989).

Tabel 3.1: Data rerata hasil pengamatan jamur tiram putih


Parameter Penelitian
Perlakuan Pemenuhan Jumlah tubuh buah Berat buah jamur (g)
miselium jamur (buah)
(hari) 1 2 1 2
G0
G1 18,30 8,30 4,70 36,77 15,83
G2 17 11,70 5 57,84 22,75
G3

Simpulan perlakuan media standar dengan


Dari hasil penelitian rerata penambahan serabut kelapa 22% dan
produktivitas jamur tiram putih. perlakuan media standar dengan
(Pleurotusostreatus) dengan media penambahan serabut kelapa 44%.
tambahan serabut kelapa paling tinggi pada
perlakuan penambahan serabut kelapa 66% Daftar Rujukan
berpengaruh paling tinggi lama penyebaran Campbell. 2003. Biologi Edisi Kelima Jilid
miselium dengan rerata 16,30 hari, jumlah Kedua. Jakarta: Erlangga.
tubuh buah panen pertama 14,73 buah, Carijo, O. A., Liz, R. S., Makishima, N.
jumlah tubuh buah panen kedua 11,30 buah, 2002. Biosorpsi Cr (III) pada
berat basah panen pertama 108,92g dan Biosorben Serat Sabut Kelapa
berat basah panen kedua 33,33g Teraktivitasi Sodium Hidroksida
dibandingkan dengan perlakuan kontrol,

751 | Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

(NaOh).http://ojs.unud.ac.id/ Sudiarta/ Tim Redaksi Trubus. 1992. Mengapur


tanggal 26 september 2012. Tanah Asam. Jakarta: PenebarSwadaya.
Dermawan, Apririzky. 2012. Petunjuk Tutik.2004. Pengaruh penambahan bekatul
Praktikum Mata Kuliah Kewirausahaan dan ampas tahu pada media terhadap
Budidaya Jamur. Surakarta: UMS pertumbuhan dan produksi jamur tiram
Press. putih(Pleorotusostreatus). http://ib.uin-
DjarijahdanDjariah. 2001. Jamur Tiram malang.ac.id/diakses 26 desember 201
Pembibitan, Pemeliharaan dan
Pengendalian Hama-Penyakit.
Yogyakarta: Kanisius.
Gunawan, Winata L. 1986. Budidaya
Anggrek. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hendaryono, Sriyanti P. D. 1998. Budidaya
Anggrek. Yogyakarta: Kanisius.
Laboratorium tanah fakultas pertanian IPB
(2002).Pengaruh Tarafampas Tahun
Dalam Media Serbuk Sabut Kelapa
Terhadap Panjang, Diameter Tubuh,
Produksidan Kualitas Kascing Cacing
Tanah (Lumbricus
rubellus).http://repository.ipb.ac.id/dia
kses30september 2012.
Rasyaf, Muhammad. 1992. Bahan Makanan
Unggas di Indonesia. Yogyakarta:
Kanisius.
Sarief. 1989. Jurnal: Pemanfaatan Limbah
Media Jamur Tiram Putih (Pleurotus
Florida) Sebagai Tambahan Pupuk
Organik Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Tanaman Kacang Tanah
(Arachishypogaea L.).
http://jurnal.ump.ac.id/diakses 22
september 2012.
Semiatun. 2007. Jurnal Pengaruh
Penambahan Pupuk NPK Terhadap
Pertumbuhan Jamur Tiram Putih
(Pleurotusostreatus) Pada Media
Serbuk Kayu. http://www. etd-eprints-
ums-ac-id/30 september 2012.
Suhati, S. 1998. Jurnal Skripsi: Pengaruh
penambahan bekatul dan ampas tahu
pada media terhadap pertumbuhan dan
produksi jamur tiram putih
(Pleorotusostreatus).http://ib.uin-
malang.ac.id/diakses tanggal 26
desember 2012.
Soenanto, Hardi. 2000. Jamur Tiram Budi
Daya dan Peluang Usaha. Semarang:
Aneka Ilmu.

Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang | 752


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Kondisi dan Keragaman Terumbu Karang Di Pulau Mamburit Kepulauan


Kangean
Badrud Tamam1, Apri Arisandi2
1
Jurusan Pendidikan IPA FKIP Universitas Trunojoyo Madura
2
Jurusan IKL FP Universitas Trunojoyo Madura
JL. Raya Telang PO.BOX 2 Kamal-Bangkalan 69162
Email:badrudtamam21@yahoo.com

Abstrak
Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap hewan karang bisa menjadi ancaman
terhadap terumbu karang, sedangkan pengelolaan terumbu karang harus memiliki data dasar
status terumbu karang dan pemantauan secara terus menerus.Tujuan penelitian untuk
mengetahui bentuk pertumbuhan terumbu karang yang terdapat di Pulau Mamburit
kepulauan Kangean, indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi
lifeform. Penelitian menggunakan metode Line Intercept Transect (LIT).Perhitungan nilai
Indeks keragaman dan indeks dominasi berdasarkan pada perhitungan persentase
pertumbuhan karang yangdijumpai pada titik pengamatan dengan metoda lifeform. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat 11 lifeform di Pulau Mamburit Kepulauan kangean yaitu;
Acropora branching, Acropora digitate, Acropora submassive, Acropora tabulate, Coral
branching, Coral foliosi, Heleopora, Coral massive, Coral submassive, Mellepora dan
Mushroo. Stasiun I dan II termasuk kategori baik sedangkan pada stasiun III dan IV
termasuk kategori sedang. Nilai indeks keanekaragaman pada stasiun I, II, dan IV berkisar
antara 1,1-1,70 termasuk kategori sedang. Sedangkan pada stasiun III memiliki indeks
keanekaragaman rendah yaitu 0,70. Nilai indeks keseragaman pada stasiun I, II, III dan IV
berkisar 0,630,99 dengan nilai rata-rata 0,77 dengan kategori tingkat keseragaman tinggi.
Nilai indeks dominansi stasiun I, II, II dan IV berkisar 0,20-0,50 dengan rata-rata 0,35
termasuk dalam kategori rendah. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada lifeform yang
mendominasi di pulau Mamburit kepulauan Kangean.

Kata Kunci: Kondisi, Keanekaragaman, Keseragaman, Dominansi, Terumbu Karang.

Pendahuluan Berbagai biota laut yang hidup dan


Spesies terumbu karang Indonesia membangun ekosistem atau memiliki nilai
merupakan 17% dari terumbu karang ekologis serta memiliki nilai ekonomis
dunia, yaitu 70 genera dan 450 spesies seperti ikan, udang-udangan, algae,
karang dengan luasan sekitar 42.000 km. teripang, dan jenis kerang-kerangan. Disisi
Hasil Penelitian Pusat Pengembangan lain, perpaduan antara berbagai biota yang
Oceanologi (2000) menunjukkan bahwa hidup di dalam ekosisitem itu sendiri
41,78% kondisi kondisi terumbu karang dengan karang batu menciptakan nilai
rusak, 28,30% kondisi sedang, 23,72% estetika yang indah sebagai daya tarik
kondisi baik, dan hanya 6,20% dalam pariwisata.
kondisi sangat baik. (Setiawan, Kebutuhan masyarakat yang
2010).Terumbu karang memiliki fungsi meningkat terhadap hewan karang bisa
sebagai pelindung pantai, habitat bagi ikan menjadi ancaman terhadap terumbu
karang, mencari makan, memijah dan karang.Oleh karena itu, untuk pengelolaan
pembesaran bagi biota laut terumbu karang yang baik harus memiliki
(Souhoka,2007). Ekosistem terumbu data dasar status terumbu karang,
karang merupakan salah satu ekosistem pemantauan yang terus menerus,
laut dangkal yang sangat produktif. perencanaan strategis dan pengelolaan

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 753


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

yang berbasis masyarakat yang dan distribusi jenis karang di Pulau


mengutamakan konservasi dibandingkan Mamburit.
pertumbuhan ekonomi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk
Kepulauan Kangean merupakan salah mengetahui kondisi kesehatan karang,
satu Pulau di Kabupaten Sumenep, secara keanekaragaman terumbu karang..
geografis Kepulauaan Kangean terletak
diantara 6050`LS-115025`BT. Kepulauan Metode Penelitian
Kangean terdiri dari beberapa pulau Penelitian dilaksanakan di Pulau
diantaranya Pulau Sadulang Besar, Mamburit Desa Kalisangka Kecamatan
Pagerungan Besar, Pagerungan Kecil, Arjasa Kabupaten Sumenep pada tanggal
Sapeken, Saubi, Paliat, Sepapan, 07 29 September 2013 (Gambar 1).
Saseil,Sepangkur, Sabuntan, Saebus, Saor, Pengambilan data karang menggunakan
danMamburit (Djojoprajitno 2005).Pulau metode Line Intercept Transect (LIT),
Mamburit secara geografis berada di yaitu transek garis dibentangkan sepanjang
sebelah barat pulau Kangean memiliki luas 100 meter tegak lurus garis pantai.
206,83 Ha, penduduknya sebagian besar Pengamatan dilakukan dengan menentukan
berprofesi nelayan, pulau Mamburit bentuk Lifeform di perairan Pulau
memiliki jenis pantai yang landai dan pasir Mamburit serta dilakukan penghitungan
putih dan tergolong baik dibuktikan persentase pertumbuhan karang. Menurut
dengan tumbuhnya ekosistem mangrove, Suhartati (2010) pengambilan data searah
lamun dan terumbu karang. Terumbu jarum jam dan empat stasiun yaitu pada
karang adalah salah satu ekosistem laut bagian timur, utara, barat dan selatan suatu
yang paling terancam mengalami pulau sehingga diasumsikan dapat
kerusakan, padahal ekosistem ini memiliki mewakili keadaan terumbu karang di suatu
keunikan tersendiri untuk dijadikan pulau.
sebagai objek pariwisata bahari (Riyan, Untuk menentukan persentase tutupan
2007). Kerusakan ekosistem terumbu karang digunakan rumus :
karang di pulau Mamburit berjalan cepat L = Li x 100%
akibat pengeboman dan penggunaan racun N
sianida serta pemanfaatan sebagai bahan Keterangan :
material rumah dan jalan. L = Persentase penutupan karang (%)
Mengingat pentingnya ekosistem Li = Panjang kategori Lifeform ke-i
terumbu karang di lokasi ini baik fungsi N = Panjang transek
ekologis dan ekonomis, maka perlu
dilakukan studi dasar dan monitoring
untuk mengetahui perkembangannya dari
waktu ke waktu. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi eksploitasi dan
pemanfaatan yang tidak tepat. dominansi

754 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Pulau Mamburit dan Penentuan Stasiun

Kisaran untuk penilaian ekosistem tingkat persentase penutupan karang


terumbu karang berdasarkan kisaran berdasarkan Gomez dan Yap (1988).

Tabel 1: Kriteria Penilaian Ekosistem Terumbu Karang Berdasarkan Kisaran Tingkat


Persentase Penutupan Karang
Persentase Penutupan Kriteria Penilaian
0 24,9 Buruk
25 49,9 Sedang
50 74,9 Baik
75 100 Sangat Baik
H>3 : Keragaman tinggi, penyebaran
Untuk menghitung indeks keragaman tiap spesies tinggi dan kestabilan
bentuk pertumbuhan terumbu karang dapat komunias tinggi.
digunakan metode Shannon Weiner
(Odum 1971) berikut ini : Untuk menghitung digunakan rumus
indeks keseragaman (Krebs, 1972):
H= - pi.ln pi Dimana Pi = ni/N E= H maks = ln s

Keterangan: Keterangan:
H = Indeks keragaman bentuk E : Indeks kemerataan
pertumbuhan H : Indeks keanekaragaman
ni = Jumlah individu dalam bentuk ke I S : jumlah spesies
N = Total jumlah individu Kisaran nilai indeks keseragaman
Kriteria; adalah:
H<1 : Keragaman rendah, penyebaran E < 0.4 = keseragaman rendah
tiap spesies rendah dan 0,4 E < 0,6 = keseragaman sedang
kestabilan komunitas rendah E 0,6 = Keseragaman tinggi
1 <H< 3 : Keragaman sedang, penyebaran Indeks dominasi terumbu karang
tiap spesies sedang dan dapat di hitung dengan menggunakan
kestabilan komunitas sedang rumus:
C = (Pi) Dimana Pi = ni/N
Keterangan:
C = Indeks dominasi.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 755


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

ni = Jumlah individu bentuk kecepatan arus dan kecerahan tidak begitu


pertumbuhan ke i berbeda jauh pada masing-masing stasiun.
Fluktuasi suhu tidak ekstrem berkisar
N = Jumlah total individu tiap bentuk antara 28-30 C, tingkat keasaman (pH)
pertumbuhan 7,3-7,5, Dissolved Oxygen (DO) 7,2-7,9,
Nilai C berkisar antara 0 hingga 1, Salinitas 35,9-36,9, kecepatan arus
jika nilai mendekati nilai 1 berarti terdapat mencapai 14 cm/s. Dan berdasarkan hasil
bentuk pertumbuhan yang mendominasi pengukuran kecerahan perairan laut pada
pada stasiun tesebut, dan jika nilai C masingmasing stasiun penelitian
mendekati 0 berarti tidak ada bentuk diketahui bahwa, secara umum kecerahan
pertumbuhan yang mendominasi. perairan laut pulau Mamburit sangat tinggi
sampai dasar laut.
Hasil dan Pembahasan Secara umum, kualitas perairan
Parameter Kualitas Perairan mendukung dan bagus untuk pertumbuhan
Data kualitas perairan sangat penting terumbu karang. Menurut Chou and Tun
diketahui untuk dapat melihat seberapa (2004), suhu optimal untuk pertumbuhan
jauh pengaruh kondisi perairan terhadap terumbu karang berkisar antara 2232C.
keberadaan dan pertumbuhan lifeform. suhu dapat memberikan efek pada aktifitas
Berdasarkan hasil observasi parameter fisiologi terumbu karang (Bengen, 2002).
kualitas perairan di lokasi penelitian dapat
dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan data pada Tabel 2,
diketahui bahwa suhu, pH, DO, salinitas,

Tabel 2: Hasil Pengukuran Parameter Perairan


Parameter kualitasPerairan
NO Stasiun Kordinat
Suhu pH DO Salinitas Arus Kecerahan
S 605030.96 28,6 C 7,4 7,2 36,8 12,1m/s
1 I
E 15013'17.25 Sampai ke
S 0605017.91 29,5 C 7,5 6,9 36,9 12,9m/s dasar
2 II
E 115013'10.88 perairan
3 III S 0605027.24 29,8 C 7,3 7,9 36,2 15,4m/s
0
E 115 13'01.74
S 0605040.64 29,4 C 7,3 7,8 35,9 15,3m/s
4 IV
E 115012'59.37
kecerahan adalah kondisi yang
pH bisa berpengaruh negatif terhadap menunjukkan kemampuan cahaya matahari
proses metabolisme dan respirasi apabila untuk menembus lapisan air hingga
pH terlalu basa. DO sangat berperan kedalaman tertentu. Menurut Suhartati
penting untuk proses respirasi sehingga (2010) kecerahan yang optimal untuk
berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan karang yaitu berkisar antara
pertumbuhan karang. Menurut Effendi 6-10 m. Hasil pengukuran kecerahan
(2003) perubahan DO dipengaruhi oleh perairan laut pada masingmasing stasiun
intensitas cahaya matahari, biota laut dan penelitian diketahui bahwa, secara umum
arus. kecerahan perairan laut pulau Mamburit
Cahaya matahari merupakan sumber sangat tinggi sampai dasar laut.
energi yang berperan penting dalam proses Hasil pengukuran salinitas air
pertumbuhan karang, menunjukkan kisaran antara 35,9
36,9. Menurut Riyan (2007) bahwa
umumnya terumbu karang tumbuh dengan

756 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

baik di wilayah dekat pesisir pada salinitas salinitas normal (Vaughan,1999; Wells,
30-35. Meskipun terumbu karang 1932 dalam Supriharyono, 2007).
mampu bertahan pada salinitas di luar Kondisi Tutupan Karang
kisaran tersebut, pertumbuhannya menjadi Data hasil pengamatan untuk tutupan
kurang baik bila dibandingkan pada karang di empat stasiun dapat dilihat pada
Tabel 3.

Tabel 3: Kondisi Tutupan Karang di Pulau Mamburit


NO Lokasi Kordinat Rata-rata (%) Kriteria
1 Stasiun I S 0605030.96 76,92% Sangat Baik
E 115013'17.25
2 Stasiun II S 0605017.91 73,18% Baik
E 115013'10.88
3 Stasiun III S 0605027.24 32,83% Sedang
E 115013'01.74
4 Stasiun IV S 0605040.64 35,34% Sedang
E 115012'59.37.

Berdasarkan Tabel 3 di atas diketahui Kangean, yaitu; Acropora branching,


bahwa tutupan karang tertinggi terdapat di Acropora digitate, Acropora submassive,
stasiun 1 dengan persentase tutupan karang Acropora tabulate, Coral branching, Coral
mencapai 76,92% termasuk kategori foliosi, Heleopora, Coral massive, Coral
sangat baik. Stasiun II termasuk kriteria submassive, Mellepora dan Mushroo.
baik. Stasiun III dan IV termasuk kriteria
sedang. Nilai Indeks Keanekaragaman
Bentuk pertumbuhan karang Keseragaman Dan Dominansi
berdasarkan hasil pengamatan yang Perhitungan nilai Indeks keragaman,
dilakukan pada empat stasiun keseragaman dan dominansi berdasarkan
menunjukkan terdapat 11 bentuk pada perhitungan persentase pertumbuhan
pertumbuhan terumbu karang yang karang yang dijumpai pada titik
ditemukan di Pulau Mamburit Kepulauan pengamatan dengan metoda lifeform.
Kangean. Bentuk pertumbuhan terumbu Untuk nilai indeks keanekaragaman dapat
karang di Pulau Mamburit Kepulauan dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4: Indeks Keanekaragaman Lifeform


Stasiun Kordinat H Kategori Rata-rata
S 0605030.96 1,5 SEDANG
I
E 115013'17.25
S 0605017.91 1,7 SEDANG
II
E 115013'10.88
1,25
S 0605027.24 0,7 RENDAH
III
E 115013'01.74
S 0605040.64 1,1 SEDANG
IV 0
E 115 12'59.37
lifeform berkisar antara 0,71,7 dengan
Berdasarkan Table 4 diketahui rata-rata sebesar 1,25, nilai ini termasuk
bahwa masing-masing stasiun, mempunyai kategori sedang. Stasiun I, nilai indeks
nilai indeks keanekaragaman keanekaragaman sebesar 1,5 dengan
kategori sedang, pada stasiun II 1,7
termasuk kategori sedang, pada stasiun IV
1,1 termasuk kategori sedang. Nilai

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 757


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

tersebut menunjukkan bahwa penyebaran termasuk kategori rendah. Hal ini


tiap spesies sedang dan kestabilan menunjukkan bahwa penyebaran tiap
komunitas sedang. Menurut Krebs (1972) spesies rendah dan kestabilan komunitas
kategori sedang menunjukkan bahwa rendah. Nilai indeks keseragaman lifeform
jumlah bentuk pertumbuhan karang pada masing-masing stasiun di pulau Mamburit
daerah tersebut berada dalam kondisi dapat dilihat pada Tabel 6.
relatif baik. Sedangkan pada stasiun III 0,7

Tabel 6: Nilai Indeks keseragaman Lifeform


Stasiun Lokasi E Kategori Rata-rata
0
S 06 5030.96 0,63 TINGGI
I
E 115013'17.25
S 0605017.91 0,68 TINGGI
II
E 115013'10.88
0,77
S 0605027.24 0,99 TINGGI
III
E 115013'01.74
S 0605040.64 0,79 TINGGI
IV
E 115012'59.37
kategori keseragaman tinggi dan di stasiun
Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa IV diperoleh nilai indeks keseragaman
nilai rata-rata indeks keseragaman yang dengan nilai 0,79 nilai ini termasuk
diperoleh pada setiap stasiun adalah kategori keseragaman tinggi.
0,77. Pada Stasiun I diperoleh nilai indeks Hasil analisis indeks keseragaman
keseragaman antara 0,63 nilai ini termasuk diatas, di setiap stasiun memiliki nilai
keseragaman tinggi. Di Stasiun II indeks keseragaman yang mendekati 1,
diperoleh nilai indeks keseragaman antara maka hal ini menunjukkan bahwa
0,68 nilai ini termasuk kategori ekosistem terumbu karang dalam kondisi
keseragaman tinggi, sama halnya di relatif baik (Krebs, 1972). Nilai indeks
Stasiun III diperoleh nilai keseragaman dominansi bentuk pertumbuhan karang di
tinggi dengan nilai 0,99 nilai ini termasuk pulau Mamburit dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Nilai Indeks Dominansi Lifeform


Stasiun Lokasi C Kategori Rata-rata
0
S 06 5030.96 0,28 Tidak ada yang mendominasi
I
E 115013'17.25
S 0605017.91 0,20 Tidak ada yang mendominasi
II
E 115013'10.88
0,35
S 0605027.24 0,50 Tidak ada yang mendominasi
III 0
E 115 13'01.74
S 0605040.64 0,40 Tidak ada yang mendominasi
IV
E 115012'59.37

Berdasarkan nilai indeks dominansi 0,20 yang masuk dalam kategori rendah,
pada Tabel 7. Diketahui bahwa nilai yang sedangkan di Stasiun III diperoleh nilai
diperoleh di setiap stasiun yang berkisar indeks dominansi 0,50 yang masuk dalam
antara 0,20 -0,50 dengan rata-rata 0,35 kategori rendah dan pada stasiun IV juga
nilai ini termasuk dalam kategori rendah. termasuk dalam kategori rendah dengan
Stasiun I diperoleh nilai indeks dominansi nilai indeks dominansi antara 0,40.
0,28 yang termasuk kategori rendah. Nilai indeks dominansi berkisar antara
Stasiun II diperoleh nilai indeks dominansi 0 - 1. Jika indeks dominansi mendekati 0

758 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

berarti hampir tidak ada individu yang lingkungan perairan. Kanisius.


mendominasi dan biasanya diikuti indeks Yogyakarta.
keragaman yang tinggi. Apabila indeks Gomez ED dan HT Yap. 1998. Monitoring
dominansi mendekati 1 berarti ada salah Reef Condition. Page: 187-195 in R. A.
satu jenis yang mendominasi dan nilai Kenchington dan B. E. T. Hudson
indeks keragaman semakin kecil (Krebs, (eds.), Coral Reef Management Hand
1972). Book. UNESCO Regional Office for
Science and Technology for South East
Simpulan Asia. Jakarta.
Terdapat 11 tipe lifeform yang MichaelJ.P. 2008. Laboratory methods for
ditemukan di Pulau Mamburit Kepulauan the identification of soft corals
Kangean yaitu; Acropora brancing, (Octocorallia: Alcyonacea). Advances
Acropora digitate, Acropora submassive, in Coral Husbandry in Public
Acropora tabulate, Coral branching, Coral Aquariums. Public Aquarium
foliosi, Heleopora, Coral massive, Coral Husbandry Series, vol. 2. R.J. Leewis
submassive, Mellepora dan Mushroo. and M. Janse (eds.), pp. 413-426
Kondisi terumbu karang pada stasiun I Johan Ofri. 2003. Metode survei terumbu
termasuk kategori sangat baik, stasiun II karang indonisia. PSK-UI dan Yayasan
termasuk kategori baik, sedangkan pada Terangi.
stasiun III dan IV temasuk kategori Kenchington R.A. 1988. Issues and
sedang. Nilai indeks keanekaragaman pada Achievement in Marine Resources
stasiun I, II, II dan IV diketahui sebesar Management. In Kenchington RA dan
1,25 (kategori sedang). Menunjukkan Brydget ETH (ed) : Coral Reef
bahwa penyebaran tiap spesies dan Management Hand Book. UNESCO
kestabilan komunitas sedang, sedangkan Regional Office for Science and
kondisi pertumbuhan karang relatif baik. Technology for South-East Asia.
Nilai indeks keseragaman pada Jakarta, Indonisia. Pp. 29 36.
stasiun I, II, II dan IV berkisar antara 0,63 Suhartati M.N. 2010. Foraminifera Bentik
0,99 dengan nilai rata-rata sebesar 0,77 Sebagai Indikator Kondisi Lingkungan
(kategori keseragaman tinggi). Nilai indeks Terumbu Karang Perairan Pulau Kotok
dominansi stasiun I, II, II dan IV berkisar Besar Dan Pulau Nirwana, Kepulauan
0,20-0,50 dengan rata-rata 0,35 (kategori Seribu. Pusat Penelitian Oseanografi
rendah) menunjukkan bahwa tidak ada LIPI.
lifeform yang mendominasi di pulau Nababan T.M. 2009. Persen tutupan
Mamburit kepulauan Kangean. (Percent Cover) terumbu karang hidup
di bagian timur Pulau Rubiah Nanggro
Daftar Rujukan Aceh Darussalam. SKRIPSI.
Dadang Setiawan. 2010. Laporan Universitas Sumatra Utara. Medan.
Perkembangan & Pencapaian Riyan, N. 2007. Kondisi terumbu karang
Komponen Penguatan Kelembagaan di perairan Kabupaten Sumenep,
Dan Pengelolaan Proyek. Coral Reef Madura Jawa timur. SKRIPSI. Prodi
Rehabilitation And Management ilmu dan teknologi kelautan. Fakultas
Program (coremap) Phase II ADB. perikanan dan Ilmu Kelautan Institut
Djojoprajitno, S. 2005. Kangean dari Pertanian Bogor.
zaman wilwatikta sampai Republik Richmond, R.H. 2001. Reproduction and
Indonisia (1350 1950 ). Buletin Recruitment in Corals: Critical Link in
Kangean Nyiur Melambai (KNM). the Perssistence of Reefs. Chapman &
Pamekasan Hall, New York:175 197.
Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air bagi Souhoka, J. 2007. Sebaran dan kondisi
pengelolaan sumber daya dan karang batu (Hard coral) di perairan

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 759


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

tanjung merah bitung, Sulawesi Utara.


UPT Loka Konservasi Biota Laut
Bitung-LIPI.Sulawesi Utara
Soekarno. 2006. Modul Transplantasi
Karang Secara Sederhana. COREMAP
Fase II Kabupaten Selayar Yayasan
Lanra Link Makassar. Benteng,
Selayar.
Yusapri, 2009. Kondisi Terumbu Karang
Di Pesisir Kelurahan Sungai Pisang
Sumatera Barat. Jurnal of
Environmental science. Universitas
Riau.

760 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

ANALISIS ANATOMI DAN HISTOLOGI UMBAI CACING


(Vermiformappendix) PADA KELINCI SEBAGAI ANGGOTA HEWAN
HERBIVORA

Bevo Wahono
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jember
E-mail: dankbioma@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis anatomi dan histologi umbai cacing
(Vermiform Apependix) pada kelinci sebagai salah satu anggota hewan herbivora. Jenis
makanan yang berbeda memungkinkan adanya struktur pencernaan yang berbeda pada
masing-masing jenis hewan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Teknik
pengumpulan data yaitu dengan cara mengukur, menghitung, dan mengamati anatomi umbai
cacing dari kelinci serta pengamatan preparat permanen umbai cacing kelinci yang telah
dibuat dibawah mikroskop. Hasil penelitian yang didapat yaitu; umbai cacing pada kelinci
berbentuk silinder dengan panjang rata-rata 5,6 cm;diameter rata-rata 0,8 cm; berat rata-rata
1,5 gram;berwarna putih kemerahan; dan terletak pada ujung dari sekum; mempunyai
lapisan dari dalam keluar yang terdiri dari lumen, mukosa, submukosa,muskularis dan
serosa.

Kata Kunci: Anatomi, Histologi, Umbai Cacing, Kelinci, Herbivora

Pendahuluan
Umbai cacing (VermiformAppendix) Metode
sebagai organ pertahanan tubuh Jenis penelitian ini adalah deskriptif
(immunoglobulin). Martin (2012), eksploratif. Penelitian yang dilakukan
menyebutkan bahwa fungsi umbai cacing berupa analisis anatomi dan histologi umbai
tersebut adalah sebagai salah satu organ cacing (vermiform appendix) pada
tempat produksinya pertahanan tubuh sama kelinci.Teknik pengumpulan data yaitu
halnya seperti fungsi limpa. Dari ilmu dengan cara mengukur, menghitung,
evolusi, Umbai cacing (VermiformAppendix) mengamati anatomi umbai cacing dari
dianggap sebagai struktur vestigial (sisihan) kelinci serta pengamatan preparat permanen
yang tidak memiliki fungsi apapun bagi umbai cacing kelinci yang telah dibuat
tubuh. Appendiks dulunya berguna dalam dibawah mikroskop.
mencerna dedaunan seperti halnya pada Adapun analisis data yang digunakan
primata. dalam penelitian ini adalah analisis data
Penelitian mengenai stuktur anatomi deskriptif. Analisis deskriptif untuk
dan histologi penting dilakukan terhadap mendeskripsikan struktur anatomi dan
suatu organ yang belum banyak diketahui histologi umbai cacing kelinci.
fungsinya maupun strukturnya secara pasti.
Hal ini cukup beralasan karena dalam ilmu Hasil dan Pembahasan
biologi terutama fisiologi hewan struktur Pengamatan terhadap anatomi dan
tubuh berkaitan erat dengan fungsinya. histologi umbai cacing pada 3 ekor kelinci
Diharapkan, dengan mengetahui secara didapatkan hasil bahwa posisi umbai cacing
detail struktur anatomi dan histologi umbai pada kelinci terletak diujung sekum. Pada
cacing tersebut dapat mengetahui fakta yang penelitian ini ditemukan warna yang berbeda
belum banyak terungkap dan dapat yang menjadi batas antara sekum dan umbai
membantu dalam pembelajaran di kelas. cacing. Umbai cacing pada kelinci

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 761


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

berbentuk silinder dengan panjang rata-rata terdiri dari lumen, mukosa, submukosa,
5,6 cm; diameter rata-rata 0,8 cm; berat rata- muskularis dan serosa.
rata 1,5 gr; berwarna putih kemerahan;; Anatomi dan histologi umbai cacing
mempunyai lapisan dari dalam keluar yang disajikan pada Gambar 1, 2, dan 3.

Gambar 1. Anatomi Umbai Cacing Gambar 2. Struktur Histologi Umbai


Cacing (Perbesaran Mikroskop 10x10)

Pembahasan Pengamatan lebih jauh umbai cacing


Ada atau tidaknya umbai cacing pada dilihat dari histologisnya. Umbai cacing
salah satu jenis kelompok hewan dari pada kelinci mempunyai lapisan dari dalam
pandangan evolusi salah satunya disebabkan keluar yang terdiri dari lumen, mukosa,
oleh jenis makanan. Hewan karnivora submukosa, muskularis dan serosa. Lumen
mayoritas tidak ditemukan adanya umbai umbai cacing berdiameter rata-rata 0,3 cm.
cacing. Hewan omnivora beberapa memiliki Lumen ini tidak berisi makanan yang
umbai cacing. Sedangkan pada hewan difermentasi seperti pada sekum. Namun
herbivora mayoritas ditemukan umbai merupakan ruang kosong yang tidak berisi
cacing walaupun berbeda bentuk dan apapun. Lapisan mukosa pada umbai cacing
ukurannya. ini berbentuk seperti jonjot-jonjot pada usus
Pada penelitian ini difokuskan terhadap halus, yang terdiri dari dalam ke luar yaitu
analisis umbai cacing di kelompok hewan lapisan epitelium, lamina propria dan
herbivora terutama pada kelinci. Umbai mukosa muskularis. Lapisan epitelium
cacing pada kelinci terletak di ujung sekum. mukosa berfungsi dalam sekresi dan
Hal yang membedakan antara umbai cacing absorbsi cairan-cairan tertentu yang
dengan sekum pada kelinci yaitu perbedaan berhubungan dengan pencernaan dan imun.
warna dan ukurannya. Umbai cacing pada Lamina propria merupakan jaringan
kelinci berwarna putih kemerahan. Warna penghubung areolar yang mengandung
yang berbeda antara sekum dan umbai pembuluh darah dan pembuluh limfatik.
cacing ini disebabkan oleh isi maupun Sedangkan mukosa muskularis merupakan
histologisnya. Sekum berisi makanan yang lapisan tipis dari otot polos yang kadang-
dicerna secara fermentasi oleh hewan kadang membentuk lipatan-lipatan tipis
tersebut sehingga ukurannya lebih besar dan (Tortora & Bryan, 2009).
berwarna hitam kehijauan, sedangkan pada Lapisan submukosa mirip seperti
umbai cacing berwarna putih kemerahan dan lamina propria yaitu jaringan pengubung
berukuran lebih kecil dari sekum yaitu areolar yang mengikat mukosa ke jaringan
panjang rata-rata 5,6 cm, diameter rata-rata otot polos. Pada lapisan ini ditemukan juga
0,8 cm dan berat rata-rata 1,5 gram. pembuluh darah dan pembuluh limfatik.Pada

762 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

usus, lapisan ini berfungsi juga sebagai berkembang sebagai daerah penyerapan zat-
tempat penyerapan zat-zat makanan, namun zat makanan.
pada umbai cacing kelinci ini tidak

Gambar 2. Struktur Histologi Umbai Cacing


(Perbesaran Mikroskop 40x10)

Gambar 3. Struktur Histologi Umbai Cacing


(Perbesaran Mikroskop 40x10)

Umbai cacing pada kelinci juga berbentuk memberan serosa yang tersusun
memiliki lapisan muskularis seperti pada atas jaringan penghubung areolar dan
saluran pencernaan lainnya. Kehadiran epitelium sekumosa sederhana. Lapisa
lapisan muskularis pada saluran pencernaan epitelium ini menjadi pembatas organ umbai
yang lain menyebabkan saluran tersebut bisa cacing dengan lingkungan luarnya.
berkontraksi (Rastogi, 2007). Kontraksi
tersebut bisa berasal dari otot lurik maupun Simpulan
dari otot polos. Pada umbai cacing ini, Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian
kontraksi menyebabkan gerakan peristaltik, ini yaitu:
yang merupakan kelanjutan dari gerakan 1. Secara anatomi sumbai cacing pada
pristaltis pada sekum. Lapisan muskularis kelinci berbentuk silinder dengan
pada umbai cacing menyebabkan organ ini panjang rata-rata 5,6 cm; diameter rata-
sebagai organ yang kelihatannya berfungsi rata 0,8 cm; berat rata-rata 1,5 gr;
layaknya pada sistem pencernaan. Namun, berwarna putih kemerahan; dan terletak
fungsi umbai cacing ini tidak signifikan pada ujung dari sekum;
terhadap pencernaan hewan tersebut. 2. Secara Histologis umbai cacing pada
Menurut Martin (2012), umbai cacing kelinci mempunyai lapisan dari dalam
merupakan organ yang berfungsi hanya keluar yang terdiri dari lumen, mukosa,
sebagai tempat sel-sel darah putih submukosa, muskularis dan serosa.
berkembang. Hal ini juga tentunya ada Secara histologist lapisan ini
kaitannya dengan ditemukannya lapisan mempunyai banyak kesamaan dengan
submukosa yang mengandung pembuluh histology lapisan saluran pencernaan
limfatik di dalamnya. pada umumnya.
Lapisan terakhir yang menyusun umbai
cacing pada kelinci yaitu lapisan serosa. Daftar Rujukan
Lapisan ini tidak hanya ditemukan di umbai Ahmed, Irfan; Kristjan S; Asgeirsson; Ian J;
cacing kelinci tetapi sebaliknya, banyak Beckingham; Dileep N. 2007. The
ditemukan di semua bagian saluran Position of The Vermiform Appendix
pencernaan. Serosa merupakan lapisan At Laparoscopy. Surgiol Radiology
terluar dari saluran pencernaan yang Anatomy Journal. 29: 165-168.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 763


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Martin, Loren G. 2012.For years, the


appendix was credited with very little
physiological function. USA:
Oklahoma State University
(physiology).
Rastogi, S.C. 2007. Essentials of Animal
Physiologi. New Delhi. New Age
Internasional Publishers.
Tortora, G.J & Bryan D. 2009. Principles Of
Anatomy And Physiologi, Twelfth
Edition. United States Of America:
John Wiley & Sons Inc.

764 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Pengaruh Variasi Macam Gula Dalam Beberapa Konsentrasi Terhadap


Kualitas Nata De Nira Siwalan (Borassus Flabellifer L.) dari Pamekasan

Chandra Kirana, Utami Sri Hastuti, Endang Suarsini


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang
e-mail: qirana_0344@yahoo.com

Abstrak
Siwalan (Borassus flabellifer L.) tersebar luas di Kabupaten Pamekasan salah
satudiantaradesaialah desa Kertagenah Laok Kecamatan Kadur. Potensi siwalan yang
melimpah dapat dikembangkan menjadi produk yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomi
tinggi salah satudiantaranyaadalah diolahmenjadinata de nira siwalan. Kualitas nata dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah macam gula dan konsentrasi.
Penelitian eksperimen ini bertujuan menguji pengaruh variasi macam dan konsentrasi gula
terhadap kualitas nata ditinjau dari berat nata. Hasil penelitian eksperimen menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh macam dan konsentrasi gula terhadap kualitas nata de nira siwalan
berdasarkanberatnata.

Kata Kunci: nata de nira siwalan, macam gula

Pendahuluan tersebut masih dapat dikembangkan menjadi


Salah satu potensi lokal Kabupaten produk yang memiliki nilai guna dan nilai
Pamekasan adalah siwalan. Pohon siwalan manfaat yang tinggi. Pengembangan produk
(Borassus flabellifer L.) merupakan dan pengolahan siwalan memerlukan
tanaman multiguna yang banyak tumbuh teknologi yang tepat guna. Salah satu
dan tersebar hampir di seluruh wilayah produk yang dapat dikembangkan dari nira
Indonesia antara lain Jawa, Madura, Bali, siwalan adalah nata de nira siwalan.
dan Nusa Tenggara (Nuroniah, 2010). Nata berasal dari bahasa Spanyol yang
Tanaman siwalan dikenal karena dalam bahasa Inggris berarti cream,
menghasilkan sari gula atau lebih dikenal sehingga nata de coco kemudian diartikan
dengan nira, yaitu cairan yang disadap dari sebagai krim dari air kelapa (Sutarminingsih,
tongkol bunga siwalan. Nira yang telah 2004). Nata dibentuk oleh bakteri asam
disadap bisa diminum dalam keadaan segar asetat Acetobacter xylinum dari substrat air
dan bisa dimasak agar lebih awet. Nira kelapa, santan kelapa, tetes tebu, limbah cair
mentah harus segera dimasak karena apabila tahu atau sari buah. Bakteri nata merupakan
tidak segera dimasak maka nira akan bakteri Gram negatif, aerob, berbentuk
berubah menjadi minuman tuak atau batang pendek atau kokus (Nainggolan,
menjadi asam cuka. Upaya lain untuk 2009).
mengawetkan nira siwalan adalah dimasak Bakteri Acetobacter xylinum akan
menjadi gula siwalan. dapat membentuk nata jika ditumbuhkan
Pohon siwalan tersebar luas di dalam air kelapa yang sudah diperkaya
Kabupaten Pamekasan, salah satunya di dengan karbon (C) dan nitrogen (N) melalui
desa Kertagenah Laok Kecamatan Kadur. proses yang terkontrol. Bakteri ini akan
Hasil observasi menunjukkan bahwa menghasilkan enzim ekstraseluler yang
masyarakat sekitar memanfaatkan nira dapat menyusun zat gula menjadi ribuan
untuk dijual sebagai minuman segar dan rantai serat atau selulosa, dari jutaan jasad
bahan baku pembuatan gula siwalan. renik yang tumbuh dalam air kelapa tersebut
Potensi nira siwalan yang cukup besar akan dihasilkan jutaan lembar benang-

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 765


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

benang selulosa yang akhirnya terlihat padat (RAL). Desain faktorial yang digunakan
berwarna putih hingga transparan yang adalah desain dua faktor yang terdiri dari
disebut nata (Wahyudi, 2007; Budiarti, faktor pertama ialah faktor A meliputi
2008). macam gula (A1: gula pasir dan A2: gula
Adanya gula dalam air kelapa atau siwalan) sedangkan faktor kedua adalah
bahan lain akan dimanfaatkan oleh konsentrasi gula atau faktor B (B1: 5%, B2:
Acetobacter xylinum sebagai sumber energi, 10%, dan B3: 15%). Penelitian eksperimen
maupun sumber karbon untuk membentuk menggunakan lima kali ulangan. Variabel
senyawa metabolit diantaranya adalah terikat yang diukur adalah kualitas nata
selulosa yang nantinya membentuk lapisan berdasarkan berat lapisan nata de nira
nata. Adanya senyawa peningkat siwalan setelah pemeraman 14 hari.
pertumbuhan mikroba (growth promoting Penelitian eksperimen inidilakukan dalam
factor) akan meningkatkan aktifitas enzim dua tahap yaitu perbanyakan starter dan
dalam metabolisme sel bakteri Acetobacter pembuatan nata de nira siwalan. Pembuatan
xylinum untuk menghasilkan selulosa. Salah nata de nira siwalan dilaksanakan dengan
satu faktor pendukung pertumbuhan dan langkah-langkah sebagai berikut.
aktifitas bakteri Acetobacter xylinum adalah 1. 3000 ml nira siwalan dibagi menjadi 3
sumber nitrogen. Sumber Nitrogen yang kelompok perlakuan masing-masing
digunakan untuk mendukung pertumbuhan 1000 ml. Kelompok I ditambah gula
aktifitas bakteri nata dapat berasal dari siwalan dengan konsentrasi 5%,
nitrogen organik, seperti misalnya protein kelompok II ditambah gula siwalan
dari ragi roti, maupun nitrogen anorganik dengan konsentrasi 10% dan kelompok
seperti misalnya ammonium fosfat, urea, III ditambah gula siwalan dengan
dan ammonium sulfat (Nainggolan, 2009). konsentrasi 15%. Masing-masing
Tujuan penelitian ini antara lain: (1) ditambah dengan 0,25 gram ragi roti
menganalisis pengaruhmacam gula terhadap dan 250 ml air rebusan kecambah
kualitas nata de nira siwalan berdasarkan kacang hijau.
berat nata; (2)menganalisis pengaruh 2. Langkah pertama dilakukan dengan
konsentrasi macam gula terhadap kualitas menambahkan gula pasir.
nata de nira siwalan berdasarkan berat nata; 3. Campuran larutan direbus sampai
(3) menganalisis pengaruh interaksi macam mendidih selama 15 menit kemudian
dan konsentrasi gula terhadap kualitas nata api kompor dimatikan, ditambah 15 ml
de nira siwalan berdasarkan berat nata. asam cuka glasial agar pH mencapai 3-4.
Hipotesis penelitian eksperimen yang 4. 200 ml campuran dimasukkan ke dalam
diajukan yaitu (1) ada pengaruh macam gula botol yang telah disterilisasi kemudian
terhadap kualitas nata berdasarkan berat ditutup kertas sampul coklat.
lapisan nata,(2) ada pengaruh konsentrasi 5. Campuran dibiarkan hingga dingin
gula terhadap kualitas nata berdasarkan kemudian ditambahkan starter dengan
berat lapisan nata, dan (3) ada pengaruh perbandingan 1:5, 1 bagian starter dan 5
interaksi macam dan konsentrasi gula bagian nira siwalan.
terhadap kualitas nata de nira siwalan 6. Larutan disimpan dalam lemari
berdasarkan berat. penyimpanan selama 14 hari dan tidak
boleh terguncang.
Metode 7. Setelah 14 hari lapisan nata dari
Penelitian eksperimen bertujuan beberapa perlakuan terbentuk, maka
menguji pengaruh variasi berat nata dapat diukur.
macamdankonsentrasi gula terhadap 8. Masing-masing lapisan nata dari
kualitas nata de nira siwalan berdasarkan beberapa perlakuan tersebut dikeluarkan
berat nata. Penelitian eksperimen dari botol dengan menggunakan pinset.
menggunakan Rancangan Acak Lengkap

766 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Kemudian diukur beratnya mengenai kajian pembuatan nata de nira


menggunakan tim bangan tepung. siwalan dan uji lanjut DMRT.
Ringkasan langkah-
langkahpembuatannata de nirasiwalan dapat Hasil dan Pembahasan
disajikan pada Gambar 1. Berat lapisan nata de nira siwalan
Analisis data hasil penelitian dengan variasi gula pasir dan gula siwalan
eksperimen adalah Analisis Varian dengan 3 konsentrasi yang berbeda yaitu
(ANAVA) untuk menguji hipotesis 5%, 10%, dan 15% disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1: Rerata Hasil Pengukuran Berat Lapisan Nata de Nira Siwalan dengan Variasi
Macam dan Konsentrasi Gula
Perlakuan BeratLapisanNatadariNiraSiw (g) Rerata
alan (g) padaUlanganke- (g)
Macamgula Konsentrasi 1 2 3 4 5
Gulapasir 5% 27,9 28,0 29,2 29,7 30,3 145,1 29,02
10% 9,4 31,8 32,6 36,5 45,5 175,8 35,16
15% 5,8 28,7 30,6 35,6 36,5 157,2 31,44
Gulasiwalan 5% 8,9 29,3 35,8 36,9 37,8 168,7 33,74
10% 7,6 39,2 41,7 44,2 45,1 207,8 41,56
15% 2,3 34,8 35,9 41,9 47,1 192,0 38,40
Data pada Tabel 1 dapat disajikan pada Glukosa merupakan sumber karbon yang
diagram balok Gambar 1. Hasil uji ANAVA dibutuhkan dalam proses fermentasi nata de
menunjukkan bahwa dari sumber macam nira siwalan sebagai sumber nutrisi bakteri
gula, diperoleh nilai p-level lebih kecil dari Acetobacter xylinum..
0,05 (p<0,05) dengan sig 0,01. Hasil Bakteri Acetobacter xylinum menurut
tersebut menunjukkan bahwa hipotesis Suparti, dkk (2007) dapat hidup dan
penelitian diterima, artinya terdapat membentuk nata dengan memanfaatkan
pengaruh yang signifikan macam gula glukosa dalam kondisi asam. Pembentukan
terhadap kualitas nata de nira siwalan nata dapat terjadi karena proses
berdasarkan berat lapisan nata. Hasil uji pengambilan glukosa dari larutan gula yang
lanjut DMRT0,05 menunjukkan bahwa terdapat dalam substrat atau bahan dasar
perlakuan dengan gula siwalan memberikan oleh sel-sel bakteri. Glukosa kemudian
pengaruh lebih tinggi terhadap rerata berat digabungkan dengan asam lemak
nata yang dihasilkan dibandingkan dengan membentuk prekursor (penciri nata) pada
gula pasir. membran sel, dan keluar bersama-sama
Hasil penelitian menunjukkan bahwa enzim yang mempolimerisasikan glukosa
terdapat perbedaan berat lapisan nata yang menjadi polisakarida yang disebut selulosa
dibuat dengan penambahan gula pasir dan di luar sel (Nainggolan, 2009). Selulosa
gula siwalan. Nata de nira siwalan dengan tersebut yang kemudian membentuk lapisan
penambahan gula siwalan memiliki berat nata.
yang lebih tinggi daripada yang diberikan Dari sumber konsentrasi gula, diperoleh
tambahan gula pasir. Perbedaan ini nilai p-level lebih kecil dari 0,05 (p<0,05)
disebabkan perbedaan kandungan glukosa dengan sig 0,01. Hasil tersebut
pada kedua jenis gula tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis penelitian
didukung hasil penelitian Burhanuddin diterima artinya ada pengaruh yang
(2005) yang menyatakan bahwa kandungan signifikan konsentrasi gula terhadap kualitas
glukosa pada gula siwalan lebih tinggi nata de nira siwalan berdasarkan berat
daripada gula pasir. Gula siwalan memiliki lapisan nata. Uji lanjut DMRT
kandungan glukosa 76,85% sedangkan gula menunjukkan bahwa perlakuan dengan
pasir memiliki kandungan glukosa 71,89%. konsentrasi gula 10% memberikan pengaruh

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 767


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

lebih tinggi terhadap berat lapisan nata. tinggi. Dari sumber interaksi, hasil analisis
Hasil ini didukung penelitian Arviyanti dan menunjukkan tidak ada pengaruh yang
Yulimartani (2010) yang menyatakan signifikan interaksi macam dan konsentrasi
bahwa penambahan gula dengan konsentrasi gula terhadap berat lapisan nata.
10% menghasilkan berat nata yang paling

1000 ml nirasiwalan

Tambahkan 100 gr gula, 0,25ragi roti, 250 ml air


rebusankecambahkacanghijau

Didihkanselama 15 menit, kemudiankompordimatikan

Ukur pH, apabila pH>4, makaditambahkanlagiasamcuka glacial


sampai pH berkisar 3-4 (+15 ml asamcukaglasial

Masukkannirasiwalankedalambotolselaisteril, lalututupdengankertassampulcoklat,
diikatdengankaretgelang, danbiarkansampaimendingin

Tambahkan starter kedalamnirasiwalandenganperbandinganantara volume


starter : volume nirasiwalan = 1:5 secaraaseptik

Botolditutupkembalidengankertassampu; lalusimpan di
dalamalmaripenyimpananselama 14 hari, janganterguncang

Amati lapisannata yang


terbentukdaribeberapaperlakuan, ukurlahberatnya

Gambar 1. PembuatanNata De NiraSiwalan


. Materi tentang pembuatan nata de nata sebagai salah satu usaha untuk
nira siwalan dapat digunakan sebagai meningkatkan nilai guna nira siwalan yang
sumber informasi tentang potensi selama ini belum dimanfaatkan secara
pemanfaatan nira siwalan dalam pembuatan maksimal.

768 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

50

Berat Lapisan Nata (g)


40 Gula
30 Pasir

20 Gula
Siwal
10 an

0
5% 10% 15%
Konsentrasi
Gambar 1. Diagram Balok tentang Berat Lapisan Nata dengan Variasi
Perlakuan Macam dan Konsentrasi Gula
Simpulan Budiarti, R.S. 2008. Pengaruh Konsentrasi
Hasil penelitian menunjukkan Starter Acetobacter xylinum terhadap
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan Ketebalan dan Rendemen Selulosa
macam dan konsentrasi gula terhadap Nata de Soya. Biospecies. 1(1): 19-24,
kualitas nata de nira siwalan berdasarkan (http://online-journal.unja.ac.id)
berat lapisan nata. [diakses pada 28 April 2013].
Saran yang dapat diajukan Budiharta. 2006. Menyadap Lontar
berdasarkan hasil penelitian ini antara lain: Menenggak Rupi-ah. UPT BKTKR
(1) bagi guru, terutama pengajar materi Purwodadi. (http://www.kr-
Bioteknologi, perlu mengimplementasikan purwodadi.lipi.go.id) [diakses pada 2
hasil penelitian ini dengan Februari 2012].
mempertimbangkan potensi lokal untuk Burhanuddin. 2005. Prospek
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di Pengembangan Usaha Koperasi dalam
sekolah; (2) bagi siswa, perlu Produksi Gula Aren. (www.
mengembangkan keterampilan dalam smecda.com/kajian/files.hslkajian/kajia
membuat nata dengan bahan dari berbagai n_gula_aren.pdf) [diakses 20 Februari
macam buah-buahan dari lingkungan sekitar 2012].
siswa secara mandiri; serta (3) bagi Nainggolan. 2009. Kajian Pertumbuhan
masyarakat di Kabupaten Pamekasan, hasil Bakteri Ace-tobacter sp dalam
penelitian ini dapat digunakan sebagai Kombucha-Rosela Merah (Hibiscus
informasi untuk usaha meningkatkan sabdariffa) pada Kadar Gula dan
pemberdayaan potensi daerah dan Lama Fermentasi yang Berbeda.
pendapatan daerah. Disertasi. Medan: Universitas
Sumatera Utara. (reposi-tory.usu.ac.id)
Daftar Rujukan [diakses 2 Desember 2011).
Admin. 2009. Image of Acetobacter xylinum. Nuroniah, S.H., Rostiwati, T., dan Bustomi,
http://somphyto.trustpast.alibaba.com/v S.2010. Sintesa Hasil Penelitian
iewing Lontar (Borassus flabellifer) sebagai
photo/107232348/ACETOBACTER_X Sumber Energi Bioetanol Potensial.
YLI-NUM.jpg.html) [diakses 8 Bogor: Kementerian Kehutanan.
Desember 2011]. Sutarminingsih. 2004. Peluang Usaha Nata
Arviyanti, E. dan N., Yulimartani. 2010. de Coco. Yogyakarta: Kanisius.
Pengaruh Penambahan Air Limbah Wahyudi. 2003. Memproduksi Nata de
Tapioka pada Pro-ses Pembuatan Nata. Coco. Jakarta: Direktorat Pendidikan
(eprints.undip.ac.id/34-68) [diakses 25 Menengah dan Kejuru-an Dirjen
Mei 2013]. Pendidikan Dasar dan Menengah
Depdiknas.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 769


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

FITOESTROGEN UMBI BENGKUANG (Pachyrhizus erosus):


SEBUAH KAJIAN HASIL PENELITIAN DALAM PERSPEKTIF HOLISTIK

Cicilia Novi Primiani, Umie Lestari, Mohammad Amin, Sutiman B. Sumitro


Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP PGRI Madiun
Jl. Setia Budi 85 Madiun
E-mail: primianibiomipa@yahoo.co.id

Abstrak
Penggunaan bahan alam dalam bidang kesehatan selalu dilakukan dengan proses isolasi
komponen aktifnya, dilanjutkan pembahasan mekanismenya pada organ target. Pembahasan
hanya bersifat parsial pada salah satu komponen aktifnya, tanpa melihat mekanisme sinergis
antar senyawa. Konsep kembali ke alam tidak dipandang sebagai sebuah konsep secara holistik.
Umbi bengkuang merupakan salah satu tumbuhan yang sering disebut fitoestrogen, karena
adanya kandungan senyawa kimia mirip 17 estradiol, serta mempunyai aktivitas mirip hormon
estrogen. Tujuan penelitian adalah melakukan pengujian keterlibatan kompleksitas senyawa
umbi bengkuang dalam sistem biologi tubuh melalui uji preklinis terhadap hewan coba.
Penelitian menggunakan pendekatan eksperimen, perlakuan pemberian air perasan umbi
bengkuang dan senyawa daidzein murni pada 24 ekor tikus putih jenis Sprague Dawley umur 5
bulan selama 24 hari. Pengambilan darah dilakukan pada hari pertama (jam ke-8, 16, dan 24
setelah perlakuan). Pengujian kadar daidzein darah dianalisis dengan metode HPLC. Hasil
penelitian menunjukkan retensi daidzein umbi bengkuang dalam serum darah pada 3 fraksi
masing-masing adalah 1459,747 pg, 2120,353 pg, dan 2802,746 pg. Kesimpulan menunjukkan
retensi daidzein di darah lebih rendah pada pemberian air perasan umbi bengkuang, tetapi retensi
di organ sama. Umbi bengkuang diduga berpotensi sebagai estrogen alami.

Kata kunci: bengkuang, fitoestrogen, holistik

Pendahuluan mudah dan sederhana, misalnya dengan


Keanekaragaman hayati tumbuhan yang direbus, ditumbuk kemudian diperas, diparut,
tumbuh di Indonesia sangat berpotensi sebagai dan diiris-iris. Cara-cara penggunaan
tumbuhan obat. Tradisi pengobatan dengan tumbuhan sebagai obat merupakan suatu cara
memanfaatkan tumbuhan obat yang diambil untuk memperoleh ekstrak kasar, sehingga
dari alam, lebih dikenal dengan istilah jamu. keseluruhan bagian itulah yang dikonsumsi
Penggunaan jamu telah dilakukan oleh dengan cara yang sangat mudah.
masyarakat di seluruh wilayah Nusantara sejak Tumbuhan obat terdiri dari senyawa-
jaman dulu, penggunaannya semula dilakukan senyawa yang sangat kompleks, yang bekerja
berdasarkan informasi secara turun temurun, saling berinteraksi dan bersinergi, memberikan
dan terbukti dapat memberikan kasiat yang efek fisiologis yang sangat efektif (Fugh-
efektif. Berman, 2000; Spinella, 2002 dan Xiang, et
Pemanfaatan tumbuhan obat yang al., 2011), kemanfaatannya bagi tubuh dapat
dilakukan oleh masyarakat dengan memberikan efek optimal (Lan dan Jia, 2010).
menggunakan salah satu atau keseluruhan Kompleksitas senyawa tumbuhan obat serta
bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, mekanisme kerjanya yang saling bersinergi,
dan buah) atau memadukan antar bagian memberikan nilai potensi sangat baik bagi
tumbuhan satu dengan yang lain. Penggunaan sistem tubuh, oleh karena itu penggunaan
tumbuhan obat dilakukan dengan sangat

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 770


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

tumbuhan obat lebih aman dan efektif obat. Penyebarluasan hasil-hasil penelitian
daripada obat sintetis. tumbuhan obat telah mengalami pergeseran
Perkembangan pengobatan modern dan dari konsep utama terhadap tumbuhan obat itu
industri farmasi saat ini telah merubah konsep sendiri. Pemikiran reduksionistik menjadi
berpikir masyarakat terhadap tumbuhan obat. bagian pokok dalam pembahasan kasiat
Masyarakat beranggapan bahwa penggunaan tumbuhan obat.
tumbuhan obat merupakan pengobatan kuno, Pengembangan konsep pemikiran secara
tidak memberikan respons yang cepat, tidak holistik terhadap tumbuhan obat memerlukan
terstandar serta tidak ilmiah. Perkembangan keterpaduan berbagai aktivitas senyawa yang
teknologi pengobatan modern menjadi pilihan menyebabkan tumbuhan obat mempunyai
utama masyarakat, sehingga penggunaan potensi. Umbi bengkuang (Pachyrhizus
tumbuhan obat sampai saat ini semakin erosus) merupakan salah satu tumbuhan yang
ditinggalkan. Penelitian terhadap bahan kimia sampai saat ini dimanfaatkan oleh masyarakat
sintetis untuk pengobatan semakin sebagai bahan pangan, sebagai salah satu
berkembang pesat. Pengobatan menggunakan contoh yang dapat dikembangkan dalam
bahan kimia sintetis menjadi pilihan pembahasan potensinya dalam perspektif
masyarakat modern, karena bahan kimia holistik. Pemanfaatan umbi bengkuang masih
sintetis mempercepat penyembuhan serta sebatas konsumsi buah segar sebagai rujak,
mempunyai takaran jelas. salad, dan asinan. Industri kosmetika telah
Eksplorasi terhadap berbagai tumbuhan memanfaatkan tepung bengkuang sebagai
obat dilakukan untuk menjadikan tumbuhan pemutih kulit, pelembab, dan bedak.
obat mempunyai nilai ilmiah. Berbagai Pemanfaatan bengkuang sebagai hormon
penelitian diarahkan terhadap tumbuhan obat alami berdasarkan uji preklinis telah dilakukan
dengan fokus pada komponen senyawa aktif penelitian, tetapi masih perlu dikembangkan
yang terdapat di dalamnya. Industri obat sehingga dapat digunakan oleh masyarakat
tradisional yang bahan bakunya dengan khususnya wanita sebagai salah satu estrogen
memanfaatkan tumbuhan obat telah beralih alami.
menjadi industri obat tradisional yang Bengkuang merupakan salah satu
terstandar. Penelitian tumbuhan obat telah tumbuhan famili Fabaceae, seperti halnya
beralih dan diarahkan dengan melakukan beberapa tumbuhan kacang-kacangan (kedelai,
proses isolasi dan identifikasi senyawa aktif, buncis, kacang tanah, kacang koro), yang
memisahkannya, serta menganalisisnya mempunyai senyawa metabolit sekunder
berdasarkan standar kefarmasian. Orientasi isoflavon, lignan, stilbens, dan koumestans
bisnis menjadi tolok ukur yang pada akhirnya (Umland et al., 2000; Pilsakova et al., 2010),
dijadikan sebagai standar keilmiahan. dengan adanya struktur cincin aromatik mirip
Para peneliti tumbuhan obat menyajikan hormon estrogen. Hasil penelitian Primiani
berbagai data senyawa aktif tumbuhan obat (2013a) kandungan daidzein dan genistein
serta menjelaskan mekanisme kerjanya dalam umbi bengkuang dengan analisis metode high
tubuh. Hasil-hasil penelitian dengan performance liquid chromatography (HPLC)
melakukan fraksi dan isolasi sampai akhirnya menunjukkan kadar masing-masing sebesar
ditetapkan dosis yang tepat telah berhasil 108,831 mg/100 dan 163,079 mg/100.
dipublikasikan kepada masyarakat secara terus Daidzein dan genistein merupakan senyawa
menerus. Masyarakat sangat mempercayai kelompok isoflavon yang sering disebut
nilai keilmiahan tumbuhan obat dan sebagai fitoestrogen karena mempunyai
meyakininya serta menerapkannya sebagai struktur kimia mirip 17 estradiol.
suatu bentuk apresiasi terhadap tumbuhan

771 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Senyawa kimia kelompok fitoestrogen disposable needle ukuran 3 ml (G23),


merupakan komponen kimia alam dengan inkubator.
struktur kimia mirip 17 estradiol sebagai Bahan yang digunakan: tikus putih betina
hormon estrogen (Setchell, 1998; Wanibuchi, Sprague Dawley umur 5 bulan, umbi
et al., 2003; Milligan dan Kalita, 2010). bengkuang diperoleh dari Kecamatan Takeran
Fitoestrogen mempunyai afinitas ikatan Kabupaten Madiun, daidzein 25 mg dibeli dari
dengan reseptor estrogen serta memiliki Sigma Jepang, serum, pakan mencit jenis
aktivitas mirip estrogen (Setchell, 1998; pelled susu A, sekam, sebagai alas,
Fujioka et al., 2004; Jagla, 2010; Milligan dan aquadestilata, politetrafluoroetilen, asetonitril,
Kalita, 2010; Orhan, 2011) yang terdapat di HCl, metanol, asam asetat glasial, sodium
beberapa organ tubuh yaitu uterus, ovarium, asetat 0,1 mol/L dan kertas saring.
kelenjar mamae, tulang, hipotalamus, kelenjar Hewan percobaan
pituitaria, timus, kolon, sel Leydig, prostat, Hewan coba tikus putih betina Sprague
dan epididimis (Kuiper, 1998). Dawley umur 5 bulan diperoleh dari UPHP
Fitoestrogen walaupun bukan hormon Universitas Gadjah Mada kondisi sehat,
namun karena strukturnya mirip dengan berjumlah 24 ekor, bobot badan awal
estradiol dapat pula menduduki reseptor perlakuan berkisar 160-200 gram, dipelihara
estrogen dan mampu menimbulkan efek di laboratorium Biosains Universitas
layaknya estrogen endogenous sendiri Brawijaya.
(Harrison, et al., 1999; Glazier dan Bowman, Pemeliharan hewan coba dan pembuatan
2001). Pemberian parutan umbi bengkuang bahan uji
dosis 0,3 g/kg, 0,6 g/kg, dan 0,9 g/kg mencit Aklimatisasi terhadap hewan coba
premenopause menyebabkan proliferasi dilakukan selama 14 hari sebelum perlakuan.
lapisan endometrium dan miometrium uterus Hewan coba ditempatkan dalam kandang
(Primiani, 2013b) Tujuan penelitian adalah metabolit selama 24 jam pertama, selanjutnya
untuk melakukan pengujian keterlibatan dipindahkan pada kandang pemeliharaan
kompleksitas senyawa umbi bengkuang dalam selama 23 hari. Pemberian pakan dan minum
sistem biologi tubuh melalui uji preklinis secara ad libitum. Penempatan hewan coba
terhadap hewan coba. dalam kandang pemeliharaan dengan easy
flow pada suhu ruang ( 27o C) dan
Metode Penelitian kelembaban relatif antara 50-60%, siklus
Alat dan Bahan pencahayaan 12 jam. Pembuatan bahan uji
Peralatan yang digunakan: seperangkat serbuk daidzein berdasarkan kadar daidzein
kandang metabolik untuk tikus, seperangkat pada 1,5 ml perasan umbi bengkuang (20,188
kandang pemeliharaan tikus dengan easy flow mg/100 g) dan bobot hewan coba.
tipe Boxunef, timbangan analitik, labu takar, Perlakuan hewan coba dan pengambilan
penumbuk porselen, spatula, pipet ukur, oven, spesimen
erlenmeyer, corong, stirer, sentrifuse, Perlakuan terhadap hewan coba dengan
seperangkat alat HPLC Shimadzu spesifikasi cara induksi langsung ke dalam lambung
C18 detektor DAD, evaporator, filter 0,45m, dengan menggunakan sonde (gavage tube)
Disposible Bond Elut C8 cartridges (100 mg/1 satu kali dalam sehari selama 24 hari. Hewan
ml), sentrifugation tubegrading system 1,5 ml, coba ditempatkan dalam kandang metabolit
parut kelapa, alat sonde (gavage tube), beker pada hari pertama perlakuan, pada jam ke-8,
glas, pipet ependorf, timbangan digital HM- 16, dan 24 dilakukan pengambilan darah
200, alat suntik/syringe 1 ml dengan melalui vena ekor. Hewan coba dipindahkan

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 772


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

pada kandang pemeliharaan pada hari ke-2 asetat glasial 0,1% dalam air dan 0,1% asam
sampai dengan hari ke-24. asetat glasial dalam asetonitril. Sebanyak 20
Preparasi sampel serum l sampel diinjeksi. Kecepatan alir larutan 1
Sampel serum diambil sebanyak 50 l ml/menit. Detektor menggunakan photodiode
ditempatkan dalam erlenmeyer tertutup, pada 255-300 mm,temperatur kolom 250C,
ditambahkan 10 ml asetonitril, 2 ml HCl 0,1 flow rate 0,8 ml/menit, wavelength 255 nm,
M dan 5 ml aquades, diaduk menggunnakan running time 40 menit, post running time 15
stirer selama 2 jam pada suhu ruang. Larutan menit.
kemudian disaring dengan kertas saring untuk Analisis Data
diambil filtratnya. Filtrat dievaporasi Pengujian kadar daidzein serum darah
menggunakan rotari evaporator suhu kurang tiap fraksi (jam ke-8, 16, dan 24) setelah
dari 30o C. Residu hasil evaporasi dilarutkan perlakuan dengan metode HPLC serta profil
dengan 10 ml metanol grade HPLC 85% serum darah dengan metode GC-MS
dalam air, kemudian disaring dengan filter penghitungan retensi daidzein dalam serum
0,45 m politetrafluoroetilen untuk dianalisis dan organ dianalisis secara diskriptif.
dengan HPLC.
Penentuan kadar daidzein serum Hasil dan Pembahasan
Penentuan kadar daidzein umbi Analisis data retensi daidzein pada serum
bengkuang dan serum darah menggunakan dan organ tikus putih betina setelah perlakuan
HPLC Shimadzu dengan spesifikasi C18. daidzein dan air perasan umbi bengkuang
Larutan fase gerak dengan menggunakan asam fraksi 1,2, dan 3 terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis retensi daidzein dalam serum dan organ perlakuan senyawa daidzein dan air
perasan umbi bengkuang fraksi 1, 2, dan 3
Bahan Fraksi Retensi daidzein Retensi total Retensi daidzein Retensi daidzein di
ke total (pg/ekor) (%) di serum organ (pg/ekor)
(pg/ekor)
D 1 302820821,3 99,9999911 1988,717 302818832,5
2 302820819,8 99,9999966 3015,919 302817803,6
3 302820819,1 99,9999964 3839,392 302816979,9
Rata-rata 302820820,1 99,9999947 2948,009 302817872,0

B 1 302820824,4 99,9999981 1459,747 302819364,7


2 302820822,7 99,9999975 2120,353 302818702,3
3 302820822,0 99,9999973 2802,746 302818019,3
Rata-rata 302820823,0 99,9999976 2127,615 302818695,4
Ket: D: Daidzein; B: Air perasan umbi bengkuang

Genistein dan daidzein merupakan daidzein murni memberikan hasil hampir sama
senyawa kelompok isoflavon dengan struktur (Tabel 1).
kimia mirip hormon estrogen, sehingga Daidzein mampu berikatan dengan
aktivitas biologisnya mirip estrogen. Retensi reseptor esrogen dengan afinitas sekitar 1/500
daidzein dalam serum tikus putih perlakuan air sampai 1/1000 yang dapat berkompetisi
perasan umbi bengkuang lebih rendah pada dengan estrogen endogen (Verdeal et al.,
perlakuan air perasan umbi bengkuang 1980) meskipun ikatannya dengan reseptor
daripada daidzein murni (Tabel 1). Retensi estrogen lemah tetapi aktivitasnya cukup besar
daidzein pada organ tikus putih perlakuan air dalam menimbulkan respon (Knight, dan
perasan umbi bengkuang dan perlakuan Eden, 1995).

773 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Proses pencernaan atau konjugasi intensif kompetisi terjadi pada senyawa-senyawa


daidzein dalam hati dan bentuk sirkulasi isoflavon yang mempunyai struktur kimia
enterohepatik dalam bentuk konjugat oleh mirip estrogen dengan saling menduduki
glukoronidase dan/atau sulfatase bakteri dalam reseptor estrogen dalam sistem biologis tubuh,
usus sehingga menghasilkan daidzein dalam sehingga dapat bekerja optimal dalam
feses (Bayer et al., 2001) oleh karena itu memberikan efek biologis.
kemungkinan terjadi biotransformasi, ekskresi Proses analisis senyawa kimia bahan
cepat, dan absorbsi tidak efisien meskipun alam sebagai obat herbal tidak mudah
sejumlah kecil daidzein dapat digunakan untuk dilakukan karena sangat banyaknya senyawa
ikatan reseptor. Tabel 1 menunjukkan bahwa kompleks, oleh karena itu pembahasan
retensi daidzein total 99%, retensi daidzein dilakukan dengan pendekatan terhadap
dalam organ memberikan hasil hampir sama senyawa multikomponen (Zeng et al., 2008).
dengan retensi daidzein total tiap ekor tikus Bahan alam sebagai obat herbal tidak seperti
perlakuan daidzein murni maupun air perasan bahan sintetik, karena biasanya bahan alam
umbi bengkuang, meskipun potensi daidzein merupakan campuran beberapa komponen,
murni dan air perasan umbi bengkuang pada oleh karena itu kajian dititikberatkan pada
organ target memberikan hasil berbeda. kompleksitas konstituen aktif (Na et al.,
Metabolisme daidzein lambat diabsorbsi tetapi 2011).
lebih efisien dari saluran pencernaan (Xu, et Strategi analisis bahan alam sebagai obat
al., 1994; Lu, et al., 1996b). herbal sebaiknya dilakukan dengan
Pemberian parutan umbi bengkuang pendekatan holistik, meskipun tidak menutup
menyebabkan terjadinya proliferasi lapisan kemungkinan menggunakan teknik-teknik
endometrium, kelenjar uterina dan modern. Teknologi komputasi dapat dilakukan
miometrium mencit premenopause (Primiani, dengan mengemas menggunakan metode
2013b). Pemberian ekstrak umbi bengkuang evaluasi secara integral menggunakan
dosis 400 mg/kg dan 800 mg/kg selama 4 teknologi aplikasi misalnya HPLC, GCMS,
minggu pada tikus ovariektomi dapat dan HAIEMS (Li et al., 2008).
mencegah terjadinya kerapuhan tulang
(Nurrochmad et al., 2010). Pemberian Simpulan
isoflavon dapat meningkatkan kadar estradiol Bengkuang mengandung kadar daidzein
tikus ovariektomi (Kawakita, et al., 2009). dengan struktur kimia mirip estrogen sehingga
Pemberian isoflavon dari susu kedelai 76 dapat digunakan sebagai estrogen alami.
mg/hari dapat mencegah kerapuhan tulang Retensi daidzein dalam tubuh cukup tinggi
wanita premanopause (Ishimi, 2010). dan memberikan retensi dalam organ secara
Beberapa hasil penelitian tersebut optimal, sehingga mempunyai potensi baik
menunjukkan bahwa daidzein sebagai salah pada organ. Adanya berbagai senyawa yang
satu senyawa isoflavon yang terdapat dalam terdapat dalam umbi bengkuang
umbi bengkuang sebagai bahan alam memungkinkan terjadinya interaksi secara
mempunyai potensi sebagai estrogen alami. harmoni sehingga memberikan potensi
Senyawa kimia serum darah tikus putih optimal pada organ.
dengan perlakuan air perasan umbi bengkuang
yang terdeteksi menunjukkan kadar lebih Daftar Pustaka
rendah daripada pemberian daidzein murni. Bayer, T., Colnot,T., & Dekant, W. 2001.
Diduga senyawa-senyawa yang terdapat dalam Disposition and Biotransformation of the
air perasan umbi bengkuang saling Estrogenic Isoflavone Daidzein in Rats.
berinteraksi dan berkompetisi. Interaksi dan Toxicological Sciences. 62:205-211.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 774


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Fujioka, M., Uehara, M., Wu, J., Adlercreutz, Lan, K., & Jia, W. 2010. An Integrated
H., Suzuki, K., Kanazawa, K., Takeda, Metabolomics and Pharmacokinetics
K., Yamada, K., & Ishimi, Y. 2004. Strategy for Multicomponent Drugs
Equol, a Metabolite of Daidzein, Inhibits Evaluation. Current Drug Metabolism.
Bone Loss in Ovariectomized Mice. 11:105-114
J.Nutr. 134: 2623-2627. Li, P., Qi, L.W., Liu, E.H., Zhou, J.L., & Wen,
Fugh-Berman, A. 2000. Herb-drug Interaction. X.D. 2008. Analysis of Chineses Herbal
Lancet. 355:134-138. Medicines with Holistic Approaches and
Glazier, M.G., & M.A. Bowman, 2001. A Integrated Evaluation Models. Trends in
Review of the Evidence for the Use of Analitical Chemistr. 27(1):66-77.
Phytoestrogens as Replacement for Lu, L.J., Lin, S.N., Grady, J.J., Nagamani,
Traditional Estrogen Replacement M., & Anderson, K.E. 1996. Altered
Therapy. Arch Intern Med. 161:1161- Kinetics and Extent of Urinary Daidzein
1172. and Genistein Excretion in Women
Harrison, R.M., Phillippi, P.P., Swan, K.F., & During Chronic Soya Exposure.
Henson, M.C. 1999. Effect of genistein Nutr.Cancer. 26:289-302.
on steroid hormon production in the Milligan, S.R. & Kalita, J.C. 2010. In Vitro
pregnant rhesus monkey, Society for Estrogenic Potency of Phytoestrogen-
Experimental Biology and Medicine, vol. Glycosides and Some Plant Flavanoids.
222. Indian J.Sci.Technol, 3(12):1142-1147.
Ishimi, Y. 2010. Dietary Equol and Bone Na, D.H., Ji, H.Y., Park, E.J., Kim, M.S., Liu,
Metabolism in Postmenopausal Japanese K.H., & Lee, H.S. 2011. Evaluation of
Women and Osteoporotic Mice. J.Nutr, Metabolism of Mediated Herb Drug
1373S-1376S. Interactives. Arch. Pharm. Res.
Jagla, F., Riecansky, L., & Pilsakova, L. 2010. 34(11):1829-1842.
The Physiological Actions of Isoflavone Nurrochmad, A., F. Leviana, F., Wulancarsari,
Phytoestrogens. Physiol.Res. 59:651- C.G., & Lukitaningsih, Phytoestrogens
664. of Pachyrhizus erosus Prevent Bone Loss
Kawakita, S., Marotta, F., Naito, Y., Gumaste, in An Ovariectomized Rat Model of
U., Jain, S., Tsuchiya, J., & Minelli, E. Osteoporosis. J. Phytomed. 2:363-372.
2009. Effect of An Isoflavones Orhan, L.E., Tosun, F., Tamer, U., Duran, A.,
Containing Red Clover Preparation and Alan, B., & Kok, A.F. 2011.
Alkaline Supplementation on Bone Quantification of Genistein and Daidzein
Metabolism in Ovariectomized Rats. Clin in Two Endemic Genista Species and
Interv Aging, 4:91-100. Their Antioxidant Activity. J.
Knight, D.C., & Eden, J.A. 1995. Serb.Chem. Soc. 76(1):35-42.
Phytoestrogens A Short Review. Pilsakova, L., Riecansky, I., & Jagla, F. 2010.
Maturitas, 22:167-175 The Physiological Actions of Isoflavone
Kuiper, G.G.J.M., Lemmen, J.G., Carlsson, Phytoestrogens. Physiol.Res. (Online),
B., Corton, J.C., Safe, S.H., Van der 59:651-664, www.biomed,cas.cz, diakses
Saag, P., Van der Burg, B., & Gustafsson, 16 Juli 2013.
B.J. 1998. Interaction of Estrogenic Primiani, C.N. 2013a. Dinamika Senyawa
Chemicals and Phytoestrogens with Daidzein Umbi Bengkuang (Pachyrhizus
Estrogen Receptor . erosus) dalam Darah Serta Potensinya
Endocrinology.139(10):4252-4263. pada Tikus Betina. Prosiding Seminar
Nasional Biologi, Lingkungan dan

775 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Pembelajarannya X. Pendidikan Biologi Terhadap Histologi Ovarium dan Uterus


FKIP Universitas Sebelas Maret Mencit (Mus musculus) Premenopause.
Surakarta. 6 Juli 2013. ISBN 978-602- dalam Prosiding Seminar Nasional IPA
8580-94-6. Vol 1. Hal. 502-510. IV. Universitas Negeri Semarang. 27
Primiani, C.N., 2013b. Potensi Umbi April 3013. ISBN 978-602-99075-3. Vol.
Bengkuang (Pachyrhizus erosus) 2. Hal. 579-584.
Umland, E.M., Cauffield, J., Kirk, J., & Wanibuchi, H., Kang, J.S., & Fukushima, S.
Thomason, T.E. 2000. Phytoestrogens as 2003. Toxicity vs Benefecial Effects of
Therapeutic Alternatives to Traditional Phytoestrogens. Pure Appl.Chem,.
Hormone Replacement in 75(11-12):2047-2053.
Postmenopausal Women. Xiang, C., Qiao, X., Wang, Q., Li, R., Miao,
Pharmacotherapy.20(8):981-990. W., Guo, D., & Ye, M. 2011. From
Setchell, K. 1998. Phytoestrogens: The Single Compounds to Herbal Extract: A
Biochemistry, Physiology, and Synergy to Systematically Characterize
Implications for Human Health of Soy the Metabolites of Licorice in Rats. Drug.
Isoflavones. Am.J.Clin.Nutr, Met.and Deposition. (Online),
68(s):1333s-13346s. 39(9):1597-1608,
Spinella, M. 2002. The Importance of (http://dmd.aspetjournals.org), diakses 17
Pharmacological Synergy in Psychoactive November 2012.
Herbal Medicines. Altern Med. Rev. Xu, X., Wang, H.J., Murphy, P.A., Cook, L.,
(Online) 7(2):130-137. & Hendrich, S. 1994. Daidzein is a More
(http://www.herbal.synergy.pdf), diakses Bioavailable Soymilk Isoflavone Than is
4 November 2012. Genistein in Adult Women. J.Nutr,
Verdeal, K., Brown, R.R., Richardson, T. & 124:825-832.
Ryan, D.S. 1980. Affinity of Zeng, Z., Chau, F., Chan, H., Cheung, C., Lau,
Phytoestrogens for Estradiol Binding T., Wei, S., Mok, D.K., Chan, C &
Proteins and Effect of Coumestrol on Liang, Y. 2008. Recent Advances in the
Growth of 7.12-Dimethylbenz (alpha) Compound Oriented and Pattern Oriented
Anthracene Induced Rat Mammary Approaches to the Quality Control of
Tumors. J. Natl. Cancer Inst. 64:285-290. Herbal Medicine. Chinese Med. 3(9):1-7
2008.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 776


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Analisis Protein Membran Spermatozoa Sapi Madura, Sapi Simental dan Sapi
Limousin Sebagai Pendekatan Hubungan Kekerabatan Sapi

Dian Puspita Dewi, Nursasi Handayani2, Umie Lestari1


Jurusan Biologi
Universitas Negeri Malang
Email: Ddian_puspita@yahoo.com

Abstract
Research about Madura, Simental and Limousin bulls sperm protein membrane aimed to
estimate the bulls genetic relationship by compared the sperm membrane protein with the
protein specific testis. The results of this research has known that Madura and Simental bulls
has Doppel Protein with molecule mass around 34-38 kDa, While Simental bull had tyrosine
phosphorylation SPACA1 protein with molecule mass around 33 kDa, Doppel Protein and PH-
20 hyaluronidase protein with molecule mass around 75 kDa. Based on the dendogram analysis
MVSP 3.22, we know that Madura bull and Simental bull have a close genetic relationship with
similiarity index 1, while Limousin has distant genetic relationship with Madura and Simental
bulls with similiarity index around 0,6. The suitable breeding system for the three bulls are
breeding between Madura and Simental bulls and also Simental and Limousin bulls Both of
these breeding animals estimated had far distant relationship so they could being cross-breeded.

Keywords: protein analysis, spermatozoa membrane, bulls genetic relationship, bulls


breeding systems.

Pendahuluan inseminasi buatan bertujuan untuk


Indonesia dikenal sebagai salah satu menghasilkan ternak dengan kualitas unggul.
negara yang mempunyai keanekaragaman Salah satu caranya adalah dengan melakukan
plasma nutfah. Salah satu plasma nutfah yang perkawinan silang (cross breeding).
dimiliki Indonesia dalam bidang peternakan Caraviello (2004) berpendapat bahwa
adalah sapi, yang mempunyai arti yang sangat hasil dari cross breeding berupa peningkatan
penting dalam pembangunan dibidang kualitas hewan ternak. Selain itu, perkawinan
peternakan, karena merupakan bahan dasar cross breeding dapat mengakibatkan
genetik yang keragamannya sangat dibutuhkan penurunan sifat hewan ternak seperti yang
untuk membentuk bibit unggul guna dilaporkan oleh Kutsiyah (2012) pada
meningkatkan produktivitas (Diwyanto, persilangan antara Sapi Madura dengan Sapi
2005). Upaya untuk meningkatkan Limousin. Menurut Kutsiyah (2012),
produktivitas hewan ternak, salah satunya performans reproduksi dan produksi filial2 (F2)
dengan perkawinan silang dengan sapi Impor. dan filial3 (F3) sapi cenderung lebih rendah
Salah satu instansi yang berperan dalam dibandingkan dengan Filial1 (F1) karena
menghasilkan bibit unggul sapi adalah Balai adanya faktor pembatas atau batas-batas
Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari kisaran toleransi genetik dengan lingkungan.
Malang. Spermatozoa sapi pejantan dari BBIB Performans F2 dan F3 tidak lebih baik dari F1
didistribusikan ke berbagai daerah seluruh dikarenakan F2 dan F3 kurang mampu
Indonesia untuk dilakukan sistem perkawinan. beradaptasi terhadap keadaan lingkungan.
Spermatozoa dari BIBB diinseminasikan Beberapa penelitian telah dilakukan
dengan sapi betina yang dengan teknik untuk menyelidiki asal-usul dan silsilah

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 780


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

(genealogical) pada beberapa tipe sapi asal Metode Penelitian


Asia Timur, termasuk beberapa sapi asli Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
Indonesia berdasarkan ukuran berbagai bagian Biologi Molekular Gedung O5 Universitas
tubuh (Otsuka et al., 1980; Otsuka et al., Negeri Malang. Materi yang digunakan dalam
1982). Menurut Ciampolini et al., (1995) penelitian ini berupa semen sapi Madura, sapi
penanda molekuler banyak digunakan dalam Simental dan sapi Limousin dalam bentuk
bidang pemuliaan ternak, antara lain untuk straw.
mengidentifikasi ternak, penentuan garis Isolasi protein membran spermatozoa
keturunan, atau mengevaluasi sumber daya sapi. Isolasi merupakan suatu cara yang
genetik. Salah satu cara untuk menentukan dilakukan untuk mengoleksi protein
hubungan kekerabatan antar organisme saat spermatozoa sapi dalam bentuk straw dengan
ini, menggunakan polimorfisme protein pada bahan Semen sapi dalam straw, Larutan PBS
darah. Maeda et al., (1972) berpendapat (Phosphate Buffer Saline), BO Cafein,
bahwa, beberapa polimorfisme protein dapat Larutan PBS-T (Phosphate Buffer Saline
dipelajari dalam darah, telur dan organ tubuh Tween), dan RSB (Reducing Sample Buffer).
burung puyuh. Beberapa penelitian yang lain, Larutan PBS-T sebagai detergen yang
telah membuktikan bahwa terdapat protein digunakan untuk memisahkan ikatan protein
spesifik yang terdapat pada membran dan fosfolipid pada membran spermatozoa.
spermatozoa sapi. Hasil dari isolasi protein membran
Rondena et al., (2004) mengemukakan spermatozoa sapi ini berupa isolat protein.
bahwa Dopel protein merupakan protein Selanjutnya melakukan perhitungan
membran sperma yang dikode oleh gen prnd konsentrasi isolat protein dengan
(34-38). Harayama et al., (2010), berpendapat menggunakan nano drop, kemudian
bahwa protein tyrosine phosphorylation melakukan elektroforesis SDS PAGE isolat
SPACA1 merupakan protein membran sperma protein membran spermatozoa dengan bahan
pada bagian anterior akrosom (33) kDa. Protein marker Spectra TM Multicolor Broad
Protein perlekatan kalsium (calcium-binding Range Protein Ladder #SM1841, Akrilamid-
protein) yang merupakan protein integral Bis, Tris 1M pH 8,8, Tris 1M pH 6,8, SDS
akrosomal membran spermatozoa sapi (64) (Sodium Dedocyl Sulphate) 10%, APS
kDa (Nadgas et al., 2013), protein perlekatan (Amonium Per Sulphate) 10%, RSB (Reducing
sel telur (ovum binding protein) atau Sample Buffer), Temed (N, N, N,N,-
Phospholipase A2 (16) kDa (Marques et al., tetramethyl-ethylenediamine), Larutan RSB
2000), serta protein hyaluronidase PH-20 pada Non-reducing, larutan staining, larutan de-
jaringan testis sapi yang diperjualbelikan (75) staining.
kDa (Lalancette et al., 2001). protein spesifik Dari program SPSS 16, 0 for windows
yang ditemukan pada membran spermatozoa diketahui berat molekul protein dari masing-
sapi dan protein spesifik testis (testicular masing pita yang terbentuk. Selanjutnya data
spermatozoa). Protein spesifik tersebut berat molekul tersebut dibandingkan dengan
digunakan sebagai pembanding protein yang protein pembanding , selanjutnya dianalisis
diisolasi dari spermatozoa sapi. Tujuan dari dengan program cluster analysis MVSP 3.22
penelitian ini adalah untuk mengetahui profil dengan cara membuka program MVSP 3.22.
protein membran spermatozoa sapi Madura, Kemudian memasukkan angka 3 pada case
sapi Simental dan sapi Limousin yang dan angka 5 pada variabel. Input data berat
digunakan dalam kajian hubungan molekul protein yang di isolasi dan protein
kekerabatan sapi. pembanding, selanjutnya dilakukan analisis.
Hasil analisa yang didapatkan berupa

781 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

dendogram, dengan dendogram tersebut akan sapi Limousin dengan penyetaraan konsentrasi
dapat diketahui indeks similaritas antar sapi yang sama yaitu sebesar 2,747 mg/mL. Secara
Madura, sapi Simental dan sapi Limousin umum memperlihatkan adanya perbedaan.
yang kemudian dianalisa secara deskriptif Perbedaan tersebut terlihat dari tebal tipisnya
untuk penentuan sistem perkawinan pada sapi. pita protein serta adanya perbedaan pola
separasi pita protein yang muncul dari hasil
elektroforesis SDS PAGE (Sodium Dedocyl
Hasil dan Pembahasan Sulphate Polyacrilamide Gel Electrophoresis).
Hasil penelitian profil pita protein Gambar gel elektroforesis dapat dilihat pada
menggunakan isolat protein membran Gambar.1 di bawah ini.
spermatozoa sapi Madura, sapi Simental dan

kDa

260
135
95
72
52
42
34
26

17
10

Gambar 1: Hasil elektroforesis isolat protein membran spermatozoa sapi Madura, sapi
Simental dan sapi Limousin. (A) pola separasi pita protein membran
spermatozoa sapi Madura (M1-M3), sapi Simental (S1-S3) dan sapi Limousin
(L1-L3) pada gel akrilamid. Gambar (B) zimogram profil pita protein
membran spermatozoa sapi madura, sapi simental dan sapi limousin.

Data berat molekul protein kemudian Protein yang dijadikan pembanding yaitu
dibandingkan dengan protein pembanding protein dengan berat molekul16 kDa, 33 kDa,
yaitu, protein spesifik pada membran 34-38 kDa, 64 kDa dan 75 kDa disajikan pada
spermatozoa dan protein spesifik pada tabel 1.
jaringan testis (testicular spermatozoa).

Tabel 1: Analisa Protein Membran Spermatozoa Sapi Dalam Hubungan Kekerabatan


Sebagai Manajemen Perkawinan Sapi
Protein Spesifik
No Spesies Sapi
16 kDa 33 kDa 34-38 kDa 64 kDa 75 kDa
1 Sapi Madura ~ ~ ~ ~

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 782


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

2 Sapi Simental ~ ~ ~ ~
3 Sapi Limousin ~ ~
Keterangan : (~) Menunjukkan tidak adanya pita protein
( ) Menunjukkan adanya pita protein

Berdasarkan data Tabel.1 dianalisis lebih Package) untuk membuat dendogram yang
lanjut untuk mengetahui jarak hubungan menggambarkan kedekatan hubungan antara
kekerabatan antara sapi Madura, sapi Simental Sapi Madura, Sapi Simental dan Sapi
dan sapi Limousin. Proses analisis dilakukan Limousin. Dendogram tersebut dapat di lihat
dengan menggunakan program cluster pada gambar di bawah ini.
analysis MVSP 3.22 (Multivariate Statistical

Gambar 2: Dendogram Hubungan Kekerabatan Sapi Madura, Sapi Simental Dan Sapi
Limousin Berdasarkan Profil pita Protein spesifik Membran Spermatozoa.

Pendekatan kekerabatan ke tiga macam Berdasarkan hasil analisis data isolat


sapi tersebut, menggunakan protein spesifik protein sapi dengan protein pembandingan
membran spermatozoa BM 16 kDa, 33 kda, yang dilanjutkan dengan analisis kluster
34-38 kDa, 64 kDa dan 75 kDa. Protein dengan menggunakan program MVSP 3.22,
tersebut merupakan hasil ekspresi gen, antara diketahui bahwa Sapi Madura dan Sapi
lain protein perlekatan sel telur/phospholipase Simental diestimasikan memiliki hubungan
A2 (16 kDa) (Marques et al., 2000), protein kekerabatan yang dekat dengan nilai indeks
tirosin terfosforilasi/tyrosine phosphorilated similiaritas 1. Sementara itu, Sapi Madura dan
protein (33 kDa) (Harayama et al., (2010), Sapi Simental memiliki estimasi hubungan
protein doppel (34-38 kDa) (Rondena et al., kekerabatan yang lebih jauh dengan Sapi
(2004)), protein perlekatan kalsium / calcium Limousin dengan nilai indeks similiaritas 0,6.
binding protein (64 kDa) (Nadgas et al., Menurut Benson (2002), nilai similaritas
2013), dan protein PH-20 Hyaluronidase (75 berkisar antara 0 sampai 1 dan hubungan
kDa) (Lalancette et al., 2001). Dopel protein kekerabatan makin dekat bila nilai similaritas
dengan berat (34-38 kDa) dimiliki oleh sapi makin dekat dengan 1.
Madura, sapi Simental dan sapi Limousin. Berdasarkan nilai indeks similaritas dapat
Protein tyrosine phosphorylation SPACA1 diestimasikan hubungan kekerabatan antara
dengan berat molekul (33 kDa) dan protein sapi Madura, sapi Simental dan sapi Limousin,
PH-20 (75 kDa) hanya dimiliki oleh sapi sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam
Limousin. sistem perkawinan (breeding) pada sapi.
Sistem perkawinan yang tepat untuk ketiga

783 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

sapi tersebut adalah sapi Madura dikawinkan Daftar Rujukan


dengan sapi Limousin dan sapi Simental Caraviello, D. Z. 2004. Cross breeding dairy
dikawinkan dengan sapi Limousin. Sapi Cattle. Reproduction and Genetics 610:
Madura dikawinkan dengan sapi Limousin 1-5
karena keduanya memiliki hubungan Ciampolini, R. 1995. Individual multilocus
kekerabatan jauh begitu pula sapi Simental genotypes using microsatelit
dengan sapi Limousin yang juga berkerabat polymorphisms to permit the analysis of
jauh dapat dikawin silangkan, karena menurut the genetic variability within and between
Caraviello (2004) bahwa hasil dari cross Italian beef cattle breeds. J. Anim. Sci. 73:
breeding berupa peningkatan kualitas hewan 3259-3268.
ternak. Selanjutnya dikatakan Taylor dalam Diwyanto, K. 2005. Pokok-Pokok Pemikiran
Kutsiyah (2012) dua alasan utama cross Pengelolaan berkelanjutan Plasma
breeding (perkawinan silang) yaitu (1) Nutfah Peternakan. Makalah dalam
menghasilkan bangsa baru dan (2) Lokakarya Plasma Nutfah Peternakan.
mendapatkan efek heterosis/hibrid vigor Puslitbangnak dan Balitnak. Bogor, 29
(suatu kondisi menyatunya keunggulan dari Desember 2005.
kedua bangsa ternak yang digunakan dalam Harayama H, Nishijima K, Murase T, Sakase
persilangan pada keturunannya). M, Fukushima M. 2010. Relationship of
Menurut Noor dalam Wulandari, (2008) Protein Tyrosine Phosphorylation State
makin jauh hubungan kekerabatannya antara with Tolerance to Frozen Storage and the
kedua ternak, maka makin sedikit kesamaan Potential to Undergo Cyclic AMP-
gen-gennya dan makin besar pula tingkat Dependent hyperactivation in the
heterosigozitasnya. Akan tetapi upaya spermatozoa of Japanesse Black Bull.
perkawinan silang (cross breeding) perlu Mol Reprod Dev. 2010 Oct;77(10):910-
ditindak lanjuti dengan strategi pemuliabiakan 21. doi: 10.1002/mrd.21233.
yang terkendali dan berkelanjutan dalam Herliantien, Herwiyanti, E., Parlindungan, O.,
upaya menekan efek samping cross breeding Sarastina, Pujianto, J. 2012. Semen Beku
yang mengarah pada perubahan mutu ternak dan Inseminasi Buatan. Malang: Balai
kearah perkembangan negatif (Wijono et al., Besar Inseminasi Buatan Singosari.
2004). Kutsiyah, F. 2012. Analisis Pembibitan Sapi
Potong Di Pulau Madura. Wartazoa 22
Simpulan (3): 113-126
Dopel protein dengan berat (34-38 kDa) Lalancette, C., Dorval, V., Leblanc, V. and
dimiliki oleh sapi Madura, sapi Simental dan Leders, P. 2001. Characterization of an
sapi Limousin. Protein tyrosine 80-kilodalton Bull Sperm Protein
phosphorylation SPACA1 dengan berat Identified as PH-20. Biology of
molekul (33 kDa) dan protein PH-20 (75 kDa) Reproduction 65(2): 628-636.
hanya dimiliki oleh sapi Limousin. Maeda, Y., T. Hashiguchi & M. Taketomi.
Berdasarkan analisis MVSP 3.22 dendogram 1972. Genetical studies on serum alkaline
dapat diestimasikan bahwa sapi Madura phosphatase isozyme in the Japanese
memiliki hubungan kekerabatan yang lebih quail. Japan. J. Genet. 47: 165-170.
dekat dengan sapi Simental dengan indeks Marques, V. A., Goulart, L.R. and Silva, A. E.
similaritas 1, sedangkan sapi Limousin D. F. 2000. Variation of Protein Profiles
memiliki hubungan kekerabatan yang lebih and Calcium and Phospholipase A2
jauh dengan sapi Madura dan sapi Simental Concentration in Thawed Bovine Semen
dengan indeks similaritas 0,6. and Their Relation to Acrosome

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 784


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Reaction. Genetics and molecular biology


23(4): 825-829.
Nadgas, S.K., Buchanan, T. and MCCashill,
S., Mackey, J., Alvarez, G. E. and
Raychoudhury, S. 2013. Isolation of a
Calcium Binding Protein of Acrosomal
Membrane of Bovine Spermatozoa. Int J
Biochem Cell Biol 45(4): 876-884
Otsuka, J.,Kondo, K., Simamora, S.,
Mansjoer, S., And Martojo, H. 1980.
Body measurement of the Indonesian
native cattle. In the origin and Phylogeny
of Indonesian native livestock. The
Research Group of Overseas Scientific
Survey.
Rondena, M., Ceciliani, F., Comazzi, S.,
Pocacqua, V., Bazocchi, C., Luvoni, C.,
Chigioni, S. and Paltrinieri, S. 2006.
Identification of Bovine Doppel Protein
in Testis, Ovary and Ejaculated
Spermatozoa. Theriogenology (63): 1195-
1206.

785 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

DISTRIBUSI HAPLOGRUP IKAN GENUS TOR DI INDONESIA


BERDASARKAN DNA BARCODE cytrocome oxydase I

DwiAnggorowati Rahayu1), Endik Deni Nugroho2), Haryono3),Nia


Kurniawan4), Rodiyati Azrianingzih4)
1
Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang, email: doewira_89@yahoo.com
2
Jurusan Biologi Universitas Borneo Tarakan
3
Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Gd. Widyasatwaloka, Jl. Raya Bogor Km. 46
Cibinong 16911
4
JurusanBiologiUniversitasBrawijaya

Abstrak
Ikan Tor merupakan ikan lokal Indonesia yang terancam punah akibat penangkapan
manusia yang tak terkendali. Distribusi clade ikan genus Tor akan membantu upaya
pemantauan, pijakan konservasi, pengembangan, dan data base ikan lokal Indonesia yang akan
terekam dalam Barcoding of Life Data System. Sampel genus Tor berasal dari Jawa Timur,
Sumatra Barat, Kalimantan Barat,dan Sumatra Utara. Amplifikasi gen COI dilakukan dengan
menggunakan primer universal. Berdasarkan sekuen gen COI, ditemukan 5 basa automorfi
penentu spesies diantara genus Tor. Jarak genetik Tor duoronensis < 3%, sedangkan Tor
tambraides dan Tor soro memiliki rentangan jarak genetic antara 4,43%-5,82%. Median joining
network membuat deskripsi variasi ikan Tor menjadi 8 haplotypedengan 3 haplogrup. Haplotype
1 (SKRG-1 dan SKRG-2), 2 (TABR-1), 3 (TABR-2), 4 (TORD-1), 5 (TORD-2) merupakan
spesies Tor duoronensis(Clade 1), haplotype 6 dan 7 merupakan spesies Tor soro(Clade 2), dan
haplotype 8 merupakan spesies Tor tambraides (Clade 3).Tor duoronensis Pasuruan masih
berada satu cluster dengan Tor duoronensisdariPadang, namun tidak tumpang tindih. Hal ini
juga diperkuat dari hasil analisis Median Joining haplotype yang menunjukkan haplotype yang
berbeda antara Tor duoronensis, meskipun berada dalam satu haplogrup yang dihubungkan
dengan sejarah biogeografi Indonesia pada Era Pleistocene.

Kata Kunci: Distribusi haplogrup, Genus Tor, DNA Barcode COI

Pendahuluan Tambra(C.V.) dan Tor soro (C.V.). Weber &


Ikan genus Tor merupakan ikan lokal Beaufort (1916) sebelumnya memberi nama
Indonesia. Berdasarkan daftar Merah Jenis Labeobarbus, dan membedakan jenisnya
Terancam Punah yang diterbitkan oleh IUCN berdasarkan ukuran cuping pada bibir bawah.
tahun 1990 tercantum 29 jenis ikan dari Selanjutnya Kottelat dkk. (1993) menyatakan
Indonesia, diantaranya semua Genus Tor bahwa secara taksonomi dan sistematik jenis
(Kottelat dkk., 1993). Terbitan IUCN tahun ikan dari Genus Tor belum jelas.
2012 tercantum 12 jenis dari ikan Genus Tor Identifikasi spesies dapat dilakukan
yang terancam punah, diantaranya Tor secara cepat, tepat dan akurat dengan
tambraides dan Tor tambra dari Indonesia. menggunakan marka molekular yang telah
Kottelat dkk.(1993) dan Haryono (2006) terstandarisasi yaitu DNA Barcoding yang
menyatakan bahwa di Indonesia terdapat dapat dihubungkan secara komprehensif
empat jenis ikan genus Tor yaitu Tor dengan analisis morfologi (Hebert dkk., 2004;
tambroides Blkr, Tor douronensis(C.V.), Tor Ward dkk., 2005; Meyer dan Paulay 2005;

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 786


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Hebert dan Gregory, 2005; Hajibabei dkk., ikan dan dipersevasi dalam etanol 96%. Isolasi
2007; Hubert dkk., 2008). Teknologi DNA total dilakukan dengan menggunakan
Barcoding dengan menggunakan penanda gen protocol manual isolasi jaringan
mitokondria dapat digunakan untuk dengan modifikasi (Sambrook, 1999).
mengidentifikasi hampir semua spesies hewan Amplifikasi PCR dengan menggunakan
(Ward dkk., 2005; Garcia dkk., 2010), baik rancangan primer yang didesain
interspesifik maupun intraspesifik (Hebert oleh Palumbi dkk., 1991 yaitu COIf
dkk., 2003). Gen yang banyak digunakan (5-CCTGCAGGAGGAGGAGAYCC-3) dan
sebagai penanda barcoding yaitu gen COIe(5-CAGAATTAGAGGGAATCAGTG-
pengkode proteincytochrome-c oxidase I 3). Selanjutnya dilakukan elektroforesis
(COI) dengan panjang sekitar 648 bp (Folmer menggunakan agarosa1% dan dilanjutkan
dkk., 1994; Zhang & Hewitt, 1997). Gen COI dengan sekuensing di Macrogen, Korea dan
berpeluang yang sangat cepat dan akurat analisis genetik.
sebagai marker yang akurat untuk identifikasi Tahapan analisis genetik yang dilakukan
berbagai variasi taksa dan mengungkapkan adalah pengecekan kromatogram dengan
beberapa kelompok hewan yang belum software sequencer selanjutnya dianalisis
diketahui tingkat taksonominya (Popa dkk., dengan menggunakan DNASTAR untuk
2007; Rock dkk., 2008; Arief dkk., 2009;). melihat kromatogram sekuen dan membuat
Hebert dkk.(2003) menyatakan dengan consensus (menggabungkan primer foward
menggunakan gen COI suatu spesies dan reverse). Setelah membuat consensus,
menunjukkan intraspesiesjika memiliki variasi hasil consensus dicocokan di BLAST secara
sekuenintraspesies < 3% dan masuk dalam online. Sebelum tahap alignment, setiap
satu genus jika memiliki sekuen divergence sampel harus ditranslasi menjadi protein
antara 3% - 6% (Freitas dkk., 2011). (tanpa adanya stop kodon di bagian tengah)
Distribusi haplogrup ikan genus Tor yang dengan menggunakan SeqMan (DNASTAR).
ditemukan di perairan Indonesia belum ada Perhitungan jarak genetik menggunakan
rekaman data basenya baik di Gene Bank model filogenetik Kimura 2 Parameter dan
maupun Barcoding of Life Data System. Maximum Likelihood dengan nilai repetisi
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah boostrap 1000 kali ulangan. Analisis variasi
dapat ditentukan haplotype network ikan sekuen basa nukleotida dan haplotype antara
Genus Tor yang ditemukan di perairan ikan Sengkaring dan Tambra dilakukan
Indonesia dan dapat dilakukan sebagai dengan menggunakan program komputer
langkah awal upaya pemetaan ikan genus Tor DnaSP V.5.0, serta membuat haplogroup
Indonesia. Novel Barcode ikan genus Tor berdasarkan analisis median joining
akan membantu upaya pemantauan, networkikan Sengkaring dan Tambra dengan
konservasi, dan data base ikan lokal Indonesia spesies acuan dan gen referensi berdasarkan
yang akan terekam dalam Barcoding of Life sekuen gen COI menggunakan program
Data System. komputer Network 4.1.0.8 (Bandelts dkk.,
1999).
Metode Penelitian
Penangkapan ikan genus Tor dari Jawa Hasil dan Pembahasan
Timur (Telaga Banyu Biru Kabupaten Komposisi basa nukleotida dari
Pasuruan), Sumatra Barat, Kalimantan Sengkaring, Tambra (ikan Tor dari Pasuruan
Barat,dan Sumatra Utara. Analisis genetik Jawa Timur) dengan spesies acuan ( ikan Tor
diambil dari bagian sirip pectoral masing- dari Sumatra Barat, Kalimantan Barat,dan
masing 2 individu untuk masing-masing jenis Sumatra Utara) adalah A=26.79%, C=23.16%,

787 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

G=19.17% serta T=30.93%. Total basa yang terdiri atas 24 transisi, 5 transversi, dan
nukleotida A+T sebesar 57.73%, sedangkan tidak ditemukan adanya indel (insersi dan
G+C sebesar 42.33%, nilai GC < AT relatif delesi). Salah satu contoh basa nukleotida
seimbang dan umumnya kandungan GC pada yang menunjukkan transisi adalah basa nomer
vertebrata sebesar 40-45%. Translasi protein 27, dimana Tambra 1 memiliki basa A
yang dihasilkan dari 408 bp adalah 136 asam (Adenin) yang dimiliki juga oleh Tambra 2;
amino. Hasil translasi tersebut Sengkaring 1 dan 2; Tor Tambraides 1 dan 2;
mengindikasikan tidak ditemukan pseudogen serta Tor duoronensis 1 dan 2 , sedangkan Tor
pada sekuen asam amino, sehingga sekuen gen soro menunjukkan basa nukleotida G
COI ini sangat kuat digunakan sebagai (Guanin). Contoh basa nukleotida yang
standart barcode identifikasi ikan Tor di mengalami transversi adalah basa nukleotida
Indonesia. nomer 108, dimana Tambra menunjukkan
Hasil alignment 10 sekuen gen COI dari basa T (Timin), sedangkan Tor Tambraides
Sengkaring dan Tambra dengan spesies acuan menunjukkan basa nukleotida A (Adenin).
menunjukkan 29 subtitusi basa nukleotida

Tabel 1. Subtitusi basa nukleotida sekuen gen COI Sengkaring dan Tambra

Lima dari 22 basa nukleotida yang 2012). Perubahan asam amino ditunjukkan
mengalami subtitusi diduga dapat digunakan pada posisi basa nomer 55,63,111 dan 134.
sebagai penanda untuk membedakan spesies. Konstruksi pohon filogenetik dibuat
Tor soro memiliki automorfi pada basa berdasarkan hasil alignment gen COI antara
nukleotida nomer 39 (Guanin); 102 (Timin) sampel dengan spesies acuan serta antara
yang tidak dimiliki oleh jenis lainnya. Tor sampel, spesies acuan dengan referensi (Esa et
Tambraides menunjukkan automorfi pada al., 2008 dan Biun & Sade, 2012). Topologi
basa nukleotida nomer 51 (Sitosin); 108 pohon filogenetik antara sampel dengan
(Adenin); 334 (Sitosin); 378 (Guanin) serta spesies acuan menunjukkan dua cluster besar
nomer 400 (Timin). Tambra memiliki yang didukung dengan nilai boostrap 100/99.
automorfi pada basa nomer 164 dan 187 yaitu Sengkaring (SKRG-1 dan SKRG-2) dan
Tambra 1 (Guanin), sedangkan Tambra 2 Tambra (TABR-1 dan TABR-2) berada satu
(Sitosin). Karakter automorfi merupakan cluster dengan Tor duoronensis (TORD-1 dan
karakter unik yang hanya dimiliki oleh satu TORD-2) yang didukung dengan nilai
spesies saja, yang dapat membedakan dengan bootstrap 100%. Tor Tambraides (TORT-1
spesies lainnya (Ubaidillah dan Sutrisno, dan TORT-2) dan Tor soro membentuk
cluster yang terpisah (TORS-1 dan TORS-2)

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 788


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

(Gambar 34). Hrbek dkk.(2003) menyatakan dibuat berdasarkan metode ML dengan (model
bahwa persentase bootstrap 1000 kali ulangan perhitungan Kimura-2 Parameter), MP dan NJ
dengan nilai diatas 80% pada percabangan dengan (model perhitungan Kimura-2
menunjukkan hasil yang sangat baik karena Parameter). Model perhitungan kimura-2
nilai tersebut mendukung secara kuat bahwa parameter tersebut digunakan karena efektif
sampel yang berada dalam satu cabang adalah untuk analisis DNA Barcoding
benar atau berada dalam satu spesies. (mempertimbangkan titik substitusi transisi
Konstruksi topologi pohon filogenetik tersebut dan transversi) (Hebert dkk., 2003).

Gambar 1. Topologi Filogenetik Sengkaring dan Tambradengan spesies acuan dan


referensi gen berdasarkan sekuen gen COI. Keterangan: A. Tor duoronensis di
Sarawak, Malaysia; B. Tor Tambraides di LIPI, Cibinong, Bogor; C. Tor Tambraides
dari Sarawak, Malaysia; D. Sengkaring di Banyu Biru, Kabupaten Pasuruan.
Keterangan SKRG-1=Sengkaring 1; SKRG-2=Sengkaring-2; TABR-1=Tambra-1;
TABR-2= Tambra-2; TORS-1=Tor soro-1; TORS-2=Tor soro-2; TORT-1=Tor
tambraides 1; dan TORT-2= Tor tambraides-2; TDUL1,
TDSK1,BWN10,SB1,TTBKS1=Tor duoronensis; YE8TT,PK13,Tthap18=Tor
tambraides dari Sarawak, Malaysia

789 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Perbandingan konstruksi topologi menghasilkan pohon filogeni yang konsisten


filogenetik dilakukan antara Sengkaring, dan identik, hanya berbeda pada nilai
Tambra, spesies acuan dengan Esa dkk. bootstrap, sehingga dapat disimpulkan bahwa
(2008), diketahui bahwa Sengkaring dan ikan Sengkaring dan Tambra adalah Tor
Tambraberada satu cluster dengan kelompok duoronensis.
Tor Tambraides, sedangkan Tor soro dan Tor Median joining network membuat
Tambraides dari BPPBAT, Cijeruk, Bogor deskripsi variasi ikan Sengkaring, Tambra
satu cluster dengan kelompok Tor dengan Spesies acuan menjadi 8
duoronensis (Gambar 1).Topologi tersebut haplotypedengan 3 haplogroup. Haplotype
ditunjang dengan nilai bootstrap yang tinggi network tersebut menunjukkan bahwa ikan
yaitu 100/90 dengan menggunakan model Sengkaring dan Tambra berada satu kelompok
perhitungan algoritmik Kimura-2 Parameter. dengan Tor duoronensis dari Padang, Sumatra
Pengelompokkan ini menjadi tanda tanya Barat. Masing-masing ikan tersebut memiliki
besar karena terdapat perbedaan pendapat haplotype yang berbeda, tidak homolog. Ikan
dalam membedakan karakter morfologi ikan Sengkaring memiliki haplotype homolog
Sengkaring dan Tambra dengan Tor sendiri (haplotype 1); Tambra 1 (haplotype 2);
duoronensis dan Tor Tambraides dari Tambra 2 (haplotype 3) dan Tor duoronensis
penelitian Esa dkk. tersebut. memiliki haplotype yang berbeda (haplotype 4
Esa dkk. (2008) berhasil mengidentifikasi dan 5). Hal ini mengindikasikan bahwa
ikan Tor duoronensis dan Tor Tambraides Sengkaring dan Tambra di Telaga Banyu Biru
yang berada di Sarawak, Malaysia. Sampel berkerabat dekat denganTor duoronensis dari
yang diidentifikasi adalah sampel jaringan Padang (Gambar 2). Belum ada
sirip yang tidak diketahui karakter morfologi penggelompokan ikan genus Tor di Indonesia,
penentu spesies ikan genus Tor tersebut. Tor sehingga penelitian awal ini dapat digunakan
Tambraides memiliki ukuran cuping yang sebagai kajian referensi untuk memetakan
pendek atau sedang yang memiliki karakter ikan Tor khususnya di Jawa, dan Indonesia
pola warna silver dan kemerahan (Komunikasi pada umumnya.
Pribadi). Hal ini yang menjadi kehati-hatian Kedekatan ikan Sengkaring, Tambra dari
dalam menentukan status taksonomi ikan Telaga Banyu Biru, Pasuruan dengan Tor
Sengkaring dan Tambra. Weber dan Beufort duoronensis dari Padang (Sumatra Utara)
(1916) menyebutkan bahwa Tor Tambraides dapat dihubungkan dengan adanya sungai
memiliki ukuran cuping yang panjang dan purba sekitar 17.000 sampai 20.000 tahun lalu
mencapai sudut mulut, sedangkan Tor pada Era Pleistocene. (Gambar 3). Aliran
duoronensis memiliki cuping yang pendek dan sungai purba ini menghubungkan antara
tidak mencapai sudut mulut. Sumatra Barat dan Jawa Timur. Adanya aliran
Topologi filogenetik yang dihasilkan dari sungai purba ini memungkinkan ikan dapat
perbandingan data sekuender dengan Esa dkk. berenang menuju aliran sungai yang
(2008) menunjukkan hasil yang serupa dengan terhubung dengan sungai purba menuju ke
topologi yang dihasilkan dan mendukung lokasi lain. Hal ini dapat ditelusuri dari sejarah
bahwa Tor duoronensis dan Tor Tambraides Jawa, Sumatra dan Kalimantan yang
merupakan dua spesies yang berbeda. Namun, dahulunya merupakan daerah Paparan Sunda
kesalahan dalam determinasi karakter Besar. Pemisahan.
morfologi berdampak besar pada kesalahan Jawa dan Sumatra terjadi sekitar zaman
dalam penentuan status taksonomi ikan pertengahan Miosen (Gambar 3) saat es
Sengkaring dan Tambra. Topologi sampel dikutub mencair, sehingga menyebabkan
dengan spesies acuan dan gen referensi sungai purba didaerah paparan sunda tertutupi

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 790


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

dan kondisi air laut yang meningkat ini menunjukkan bahwa terdapat variasi
menyebabkan terbentuknya daratan (Voris spesies Tor duoronenesis antara Sengkaring,
dkk., 2000). Pemisahan ini diyakini adalah Tambra dan Tor duoronensis dari Padang
akibat gerakan lempeng Bumi, letusan (Sumatra Barat), dikarenakan terisolasi di dua
Gunung Krakatau serta fluktuasi air laut (Hall, tempat yang berbeda yang telah berlangsung
1996). Faktor sejarah sungai purba di Jawa bertahun-tahun.
serta Sumatera memungkinkan Sengkaring,
Tambra dan Tor duoronensis merupakan satu
spesies dan berkerabat dekat. Hasil penelitian

Gambar 2. Haplotype network dan Distribusi geografis haplotype ikan Tor A.


Haplotype network dari 8 haplotype berdasarkan sekuen gen COI. Haplotype
ditunjukkan dengan bentuk lingkaran dan pola yang berbeda, jumlah
individu ditunjukkan dengan bentuk lingkaran yang berbeda (besar=2
individu; kecil=1 individu). Percabangan antar haplotype ditunjukkan dengan
subtitusi berdasarkan posisi alignment sekuen gen COI. B. Distribusi geografis
haplotype ikan Tor di Indonesia.

791 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Gambar 3. Peta daerah Paparan Sunda. A. Paparan Sunda Era Pleistocene, B. Paparan
Sunda Era Meiosin. Peta ini diilustrasikan berdasarkan kedalaman air laut (120 m dan
10 m) (Voris dkk., 2000). Keterangan: panah kuning (percabangan garis) menunjukkan
aliran sungai purba, bulatan hijau merupakan daerah Padang, Sumatra Barat dan
bulatan merah merupakan Telaga Banyu Biru, Pasuruan

Simpulan Valenciennes (Cyprinidae) from Five


Distribusi haplogrup ikan genus Tor Natural Populations in Malaysia.
membagi ikan Sengkaring dan Tambra (ikan Zoological Studies. 47(3): 360-367.
Tor dari Pasuruan Jawa Timur) berada satu Folmer, O., Hoeh, B. W., Lutz, R. &
kelompok dengan Tor duoronensis dari Vrijenhoeicatk, R. 1994. DNA Primers
Padang, Sumatra Barat. Masing-masing ikan For Amplification of Mitochondrial
Tor tersebut memiliki haplotype yang berbeda, Cytochrome-c OxidaseSubunit I From
tidak homolog. Kedekatan ikan Sengkaring, Diverse Metazoan
Tambra dari Telaga Banyu Biru, Pasuruan Invertebrates.Molecular Marine Biology
dengan Tor duoronensis dari Padang (Sumatra And Biotechnology. 3(5): 294-299.
Barat) dapat dihubungkan dengan adanya Freitas, P.D., Machado,C.B., Ishizuka,T.K.,
sungai purba sekitar 17.000 sampai 20.000 Galetti, J.P.M. 2011. Molecular
tahun lalu pada Era Pleistocene Identification of Species From Genus
Salminus (Characidae) through DNA
Daftar Rujukan Barcoding. Poster in Barcoding Fish in
Arief, I. A. & Khan, H. A. 2009. Molecular The Fourth International Barcode of
Markers for Biodiversity Analysis of Life Conference.
Wildlife Animals: a brief review. Hajibabei, M., Siregar,G., Hebert, P and
Animal Biodiversity and Conservation. Hickey, D.A. 2007. DNA Barcoding:
32: 9-17. Hoe it completets taxonomy,
Esa, B, Y., Siti, Shapor, S., Siti, Khalijah, D., molecular phylogenetic, and
Khairul, Adha, A, R., Jeffrine, R, R. & population genetics. TRENDS in
Soon, G. T. 2008. Mitochondrial DNA Genetics Vol.xxx No.x.
Diversity of Tor Tambraides

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 792


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Hebert, P. D. N, Cywinska, A., Ball, S. L. & Resource Conservation2012 Meeting,


deWaard, J. R. 2003. Biological Malang. Indonesia.
Identifications though DNA Rock, J., Costa, F. O., Walker, J. D, North, W.
Barcodes.The Royal Society. 270: 313- A., Hutchinson, F. W. & Carvalho, R.
321. G. 2008. DNA Barcodes of Fish of The
Hebert, P.D.N. 2004. Identification of Birds Scotia Sea, Antarctica Indicates Priorty
through DNA Barcodes. Plos Biology. Groups For Taxonomic and Systematics
2:e312. Focus. Antartic Science. 20(3): 253-
Hebert, P.D.N., Gregory, T.N. 2005. The 262.
Promise of DNA Barcoding for Voris, H.K. 2000. Maps of Pleistocene Sea
Taxonomy. Systematic Levels in Southest Asia: Shorelines,
Biology.54(5):852859. River Systems and Time Durations.
Hrbek, T., Seckinger, J. & Meyer, A. 2006. A Journal of Biogeography, 27 (1157-
Phylogenetic and Biogeographic 1167).
Prespective on the Evolution of Ward, R. D., Zemlak, T. S., Innes, B. H., Last,
Poeciliid Fishes. Molecular P. R., & Hebert, P. D. N. 2005. DNA
Phylogenetics And Evolution. 43:986- Barcoding Australias Fish
998. Species.Philosophical Transactions of
Hubert, N., Hanner, R., Holm, E. M., The Royal Society. 360: 1847-1857.
Nicholas.E. 2008. Identifying Canadian Weber, M. & L. F. de Beaufort, 1916. The
Freshwater Fishes though DNA fishes of the Indo-Australian
Barcodes. PLos One. 3(6):e2490. Archipelago. III. Ostariophysi: II
IUCN 2012. IUCN Red List of Threatened Cyprinoidea, Apodes, Synbranchi. E. J.
Species. Version 2012.2. Brill, Leiden. xv+455 pp.
<www.iucnredlist.org>. Downloaded on Zhang, D. X. & Hewitt, G. M. 1997.
15 March 2013. Assesment of the Universality and
Kottelat,M., Whitten, A. J., Kartikasari, S. N. Utility of a set of Conserved
& Wirjoatmodjo, S. 1993. Ikan Air Mitochondrial Primers in Insect.Insect
Tawar Indonesia Bagian Barat dan Molecular Biology. 6: 143-154.
Sulawesi. Jakarta: Periplus Edition.
Meyer CP, Paulay G (2005) DNA Barcoding:
Error Rates Based on Comprehensive
Sampling. PLoS Bio. 3(12): e422.
Popa, L. O., Popa, O. P., Gargarea, P. &
Murariu, D. 2007. Sequence Analysis of
the 5 COI Gene Region from Dama
dama (Linnaeus, 1758) (Mammalia:
Cervidae).Travaux du Museum National
d Historie Naturelle. L: 537-542.
Rahayu, D. A., Nugroho, E. D.,
Azriyaningsih, R. 2012. Community
Perceptions around Banyu Biru Lake on
Sengkaring Fish Existence and Its
Implications in Conservation
Strategy.Proceedings of the
3rdInternational Conferenceon Global

793 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

SKRINING FITOKIMIA EKSTRAK ETANOL Pteris linearis Poir. DAN Pteris vitatta
L.

Endah Handayani, Bima Diwanata, Eko Sri Sulasmi


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang
e-mail: endah.bejoselalu@yahoo.co.id.

Abstrak
Jumlah tumbuhan paku di dunia banyak, namun penelitian tentang kandungan senyawa
kimia tumbuhan paku terutama pada Pteris linearis Poir. dan Pteris vitatta L. belum banyak
dilaporkan. Skrining fitokimia pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa aktif
yang termasuk dalam golongan metabolit sekunder dari Pteris linearis Poir. dan Pteris vitatta
L. Penelitian ini dilakukan dengan metode uji kualitatif mengggunakan reagen tertentu pada
ekstrak etanol dari kedua Pteris. Hasil skrining fitokimia pada Pteris linearis Poir dan Pteris
vitatta L menunjukkan adanya kandungan alkaloid, flavonoid, polifenol, dan triterpenoid
dalam ekstrak etanol Pteris linearis Poir. dan Pteris vitatta L

Kata kunci: Pteris linearis Poir, Pteris vitatta L., skrining fitokimia

Pendahuluan terkandung dalam tanaman yang sedang


Tumbuhan paku termasuk dalam divisi diteliti (Kristianti dkk, 2008). Pada
Pteridophyta merupakan tumbuhan yang penelitian ini senyawa aktif yang diuji
kosmopolitan. Menurut Pooja (2010), merupakan metabolit sekunder. Metabolit
spesies tumbuhan paku hidup pada sekunder merupakan metabolit antara atau
lingkungan yang bervariasi. Polypodiopsida produk metabolisme yang ditemukan secara
adalah tumbuhan paku yang memiliki unik pada suatu kelompok taksonomi
anggota terbanyak (Smith et al., 2006 dan organisme tertentu, bukan merupakan
Cristenhusz et al., 2011 dalam Effendi dkk, senyawa yang esensial untuk hidup dan
2013). Penyebaran dan keanekaragaman tumbuh, dan dibiosintesis dari satu atau
tumbuhan paku sangat besar, begitu pula lebih metabolit primer dengan jalur
dengan potensi dan manfaatnya yang cukup biosintesis yang berbeda dibanding jalur
penting, tetapi banyak jenis yang akan metabolisme pada umumnya. Beberapa
hilang sebelum diketahui keberadaan dan golongan metabolit sekunder utama adalah
potensinya bagi pertanian maupun terpena dan terpenoid, poliketida,
kedokteran (Jhamtani, 1993 dalam Sunarmi fenilpropanoid, flavonoid dan stilbenoid,
dan Sarwono, 2004). Data dasar tumbuhan serta alkaloid. Metabolit sekunder memiliki
paku berkenaan dengan komposisi, fungsi yang berbeda dan spesifik spesies.
keanekaragaman dan distribusi belum Salah satu metabolit sekunder, yaitu
banyak terungkap (Suryana, 2009). Uji flavonoid memiliki peranan sebagai
skrining fitokimia dilakukan untuk antioksidan, antiinflamasi, antihepatotoksik,
mengungkap komposisi atau kandungan antitumor, antimikrobial, antiviral, dan
senyawa yang dimiliki tumbuhan paku, pengaruh terhadap saraf pusat. Tanaman
utamanya pada Pteris linearis Poir. dan merupakan sumber utama metabolit
Pteris vitatta L. sekunder (Raharjo, 2013). Menurut data dari
Skrining fitokimia merupakan tahap database Napralert (natural product alert)
identifikasi atau pemeriksaan kandungan jumlah spesies tanaman yang telah
senyawa aktif suatu tanaman yang bertujuan dilaporkan menghasilkan senyawa metabolit
untuk mengetahui golongan senyawa yang sekunder dapat dilihat pada Tabel 1.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 794


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Tabel 1: Jumlah Spesies Tanaman yang Dilaporkan Mempunyai Metabolit Sekunder


Golongan Jumlah Spesies
Monokotil 3.721
Dikotil 31.126
Gimnospermae 638
Tumbuhan Paku 961
Bryophyta 457
Lumut kerak (lichen) 625
(Raharjo, 2013)
Pada Tabel 1. menunjukkan bahwa kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan
terdapat 961 spesies tumbuhan paku yang melakukan skrining fitokimia ekstrak etanol
dilaporkan memiliki metabolit sekunder, pada Pteris linearis Poir. dan Pteris vitatta
tetapi belum dijelaskan kepastian spesies L. dengan uji kualitatif. Uji alkaloid
dan senyawa metabolit sekunder yang menggunakan reagen mayer, wagner, dan
terkandung. Skrining fitokimia ekstrak dragendorff. Uji flavonoid menggunakan
etanol terhadap Pteris linearis Poir. dan metode Wilstater dengan reagen HCl dan
Pteris vitatta L. diharapkan dapat logam Mg. Uji triterpenoid menggunakan
memberikan informasi tentang senyawa reagen H2SO4 pekat daan anhidrad asam
aktif atau metabolit sekunder yang asetat. Uji polifenol menggunakan larutan
terkandung dalam kedua Pteris. FeCl3 1%

Metode Hasil dan pembahasan


Penelitian ini merupakan penelitian Berdasarkan uji yang penulis lakukan,
analisis deskriptif dengan pendekatan didapatkan hasil pada gambar 1 dan 2.

a. b. c. d. e. f.
Gambar 1. Hasil Uji Skrining Fitokimia pada Pteris linearis Poir. (a) Uji Alkaloid
menggunakan reagen Mayer, tidak terbentuk endapan putih (-); (b) Uji
Alkaloid menggunakan reagen Wagner, terbentuk endapan berwarna
lebih gelap dari warna larutan (+); (c) Uji Alkaloid menggunakan reagen
Dragendorff, terbentuk butiran endapan berwarna jingga (+); (d) Uji
Flavonoid, terjadi perubahan warna dari hijau menjadi hijau tua (+); (e)
Uji Polifenol, terjadi perubahan dari hijau menjadi hitam kehijauan (+);
(f) Uji Terpenoid, Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna hijau tua

795 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang |


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

dan lapisan bawah tidak berwarna. Diantara 2 lapisan terdapat cincin


berwarna kecoklatan (+)

a. b. c. d. e. f.
Gambar 2. Hasil Uji Skrining Fitokimia pada Pteris vitatta L. (a) Uji Alkaloid
menggunakan reagen Mayer, tidak terbentuk endapan putih (-); (b) Uji
Alkaloid menggunakan reagen Wagner, terbentuk butiran endapan
berwarna coklat (+); (c) Uji Alkaloid menggunakan reagen Dragendorff,
terbentuk butiran endapan berwarna jingga (+); (d) Uji Flavonoid, terjadi
perubahan warna dari hijau menjadi hijau tua (+); (e) Uji Polifenol,
terjadi perubahan dari hijau menjadi hitam kehijauan (+); (f) Uji
Terpenoid, Terbentuk 2 lapisan, lapisan atas berwarna hitam kehijauan,
dan lapisan bawah tidak berwarna. Diantara 2 lapisan terdapat cincin
berwarna kecoklatan (+)
Keterangan:
+ : sampel mengandung senyawa yang diuji
- : sampel tidak mengandung senyawa yang diuji

Bahan yang penulis uji untuk skrining Mayer pada Pteris linearis Poir dan Pteris
fitokomia adalah Pteris linearis Poir. dan vitatta L. tidak menunjukkan adanya
Pteris vitatta L. Kedua bahan tersebut endapan putih. Hasil tersebut diperkirakan
merupakan tumbuhan paku dari kelas nitrogen pada alkaloid Pteris linearis Poir.
Filicopsida (=Polypodiopsida) yang banyak dan Pteris vitatta L. tidak bereaksi dengan
ditemukan di tempat yang lembab, terutama ion K+ dari kalium tetraidomerkurat (II),
di daerah kampus Universitas Negeri sehingga tidak dapat membentuk endapan
Malang. dari kompleks kalium-alkaloid. Apabila
Uji Alkaloid terbentuk endapan putih kekuningan pada
Uji Alkaloid menggunakan 3 reagen penambahan reagen Mayer diperkirakan
berbeda, yaitu reagen Mayer, Wagner, dan karena nitrogen pada alkaloid akan bereaksi
Dragendorff. Hasil positif dengan dengan ion logam K+ dari kalium
penambahan reagen Mayer adalah terbentuk tetraiodomerkurat (II) membentuk kompleks
endapan berwarna putih (Aini, 2014). kalium-alkaloid yang mengendap (Marliana
Berdasarkan hasil uji menggunakan reagen dkk, 2005)

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 796


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Gambar 3. Perkiraan Reaksi Uji Mayer (Sumber: Marliana dkk, 2005)

Berdasarkan hasil uji alkaloid menunjukkan bahwa Pteris linearis Poir.


menggunakan reagen Wagner pada Pteris dan Pteris vitatta L. mengandung senyawa
linearis Poir. terbentuk endapan berwarna alkaloid.
lebih gelap dari warna larutan (hijau), warna Hasil uji alkaloid menggunakan reagen
endapan tersebut antara hijua tua/pekat, Dragendorff menunjukkan pada Pteris
cokelat, dan hitam, dan pada Pteris vitatta L. linearis Poir. dan Pteris vitatta L. terbentuk
menunjukkan adanya butiran endapan endapan berwarna jingga. Terbentuknya
berwarna cokelat. Terbentuknya endapan endapan jingga merupakan hasil positif dari
berwarna cokelat muda-kuning disebabkan uji reagen Dragendorff. Endapan tersebut
dengan uji Wagner, ion logam K+ akan merupakan kalium-alkaloid yang merupakan
membentuk ikatan kovalen koordinat hasil reaksi dari nitrogen membentuk ikatan
dengan nitrogen pada alkaloid membentuk kovalen koordinat dengan K+ yang
kompleks kalium-alkaloid yang mengendap merupakan ion logam.
(Marliana dkk, 2005). Hasil uji

Gambar 4. Reaksi Uji Dragendorff (Sumber: Marliana dkk, 2005)


kedua Pteris mengandung aglikon atau
Uji Flavonoid glikosida. Gugus hidroksi pada flavonoid
Uji Flavonoid menggunakan metode juga menjadi gugus fungsi yang salah
Wilstater. Hasil positif ditunjukkan dengan satunya membentuk ikatan dengan gula
warna merah sampai jingga diberikan oleh membentuk flavonoid
senyawa flavon, warna merah tua diberikan
oleh flavonol atau flavonon, warna hijau glikosida. Sebagian besar flavonoid berada
sampai biru diberikan oleh aglikon atau dalam bentuk glikosida (Raharjo, 2013).
glikosida (Marliana dkk, 2005). Hasil uji Uji Triterpenoid
flavonoid pada Pteris linearis Poir. dan Senyawa triterpenoid yang berstruktur
Pteris vitatta L. menunjukkan perubahan siklik berupa alkohol, aldehid atau asam
warna dari hijau menjadi berwarna hijau karboksilat dengan gugus OH
tua. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mengakibatkan senyawa ini bersifat

797 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang |


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

semipolar (Harborne, 2006). Analisis mengandung senyawa alkaloid, flavonoid,


senyawa triterpenoid didasarkan pada polifenol, dan triterpenoid.
kemampuan senyawa tersebut membentuk
warna dengan H2SO4 pekat dalam pelarut Daftar Rujukan
anhidrad asam asetat (Sangi dkk, 2008). Aini, K. 2014. Skrining Fitokimia dan
Hasil positif uji ini adalah adanya cincin Penentuan Aktivitas Antioksida serta
berwarna kecoklatan. Berdasarkan hasil uji Kandungan Total Fenol Ekstrak Buah
triterpenoid menunjukkan bahwa Pteris Labu Siam (Sechium edule (Jacq.)
linearis Poir. dan Pteris vitatta L. positif Sw.). Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
mengandung triterpenoid, dibuktikan Jurusan Biologi FMIPA UM
dengan adanya cincin kecoklatan diantara 2 Effendi, W. W., Hapsari, F. N.P., Nuraini,
lapisan yang terbentuk: lapisan atas Z. 2013. Studi Inventarisasi
berwarna hijau tua dan lapisan bawah tidak Keanekaragaman Tumbuhan Paku di
berwarna/bening. Warna hijau tua yang Kawasan Wisata Coban Rondo
terbentuk dapat disebabkan pembentukan Kabupaten Malang. Cogito Ergo Sum.
ikatan rangkap terkonjugasi yang terbentuk 2 (3). (Online),
akibat polimerasi hidrokarbon tak jenuh (http://www.academia.edu/3036421/St
(Aini, 2014). Sebagian besar ciri khas udi_Inventarisasi_Keanekaragaman_Tu
bahwa senyawa komplek merupakan hasil mbuhan_Paku_di_Kawasan_Wisata_C
biosintesis dengan melibatkan terpenoid oban_Rondo_Kabupaten_Malang),
adalah adanya struktur C dengan ikatan diakses 28 Oktober 2014
rangkap yang mengikat dua atom C yang Harborne, J.B. 2006. Metode Fitokimia:
lain. Triterpenoid salah satu macam Penuntun Cara Modern Menganalisis
terpenoid tersusun atas 6 unit isoprena (C30) Tumbuhan. Edisi Kedua. Bandung:
(Raharjo, 2013). Penerbit ITB
Uji Polifenol Kristianti, A. N, N.S., Aminah, Tanjung, M,
Hasil uji polifenol pada Pteris linearis dan Kurniadi, B. 2008. Buku Ajar
Poir. dan Pteris vitatta L. terjadi perubahan Fitokimia. Surabaya: Universitas
warna dari hijau menjadi hijau kecoklatan. Airlangga
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua Marliana, S. D, Suryanti, V., Suyono. 2005.
Pteris yang di uji mengandung senyawa Skrining Fitokimia dan Analisis
polifenol. Pembentukan warna dengan Kromatografi Lapis Tipis Komponen
larutan besi (III) klorida (FeCl3) 1% Kimia Buah Labu Siam (Sechium edule
merupakan ciri khas banyak fenol Jacq. Swartz.) dalam Ekstrak Etanol.
(Robinson, 1995). Hasil positif dari uji Biofarmasi. 3 (1): 26-31.
polifenol menggunakan larutan FeCl3 1% Pooja. 2010. Text Book of Pteridology. New
ditunjukkan dengan terjadinya perubahan Delhi: Discovery Publishing House
warna menjadi warna hijau, merah, ungu, Pvt. Ltd
biru tua, biru kehitaman, atau hitam Raharjo, T. J. 2013. Kimia Hasil Alam.
kehijauan (Aini, 2014). Perubahan warna Yogyakarta: Pustaka Pelajar
terjadi ketika penambahan FeCl3 yang Robinson, T. 1995. Kandungan Organik
bereaksi dengan salah satu gugus hidroksil Tumbuhan Tinggi. Terjemahan Koasih
yang ada pada senyawa polifenol (Marliana Padmawinata. Bandung: Penerbit ITB
dkk, 2005). Sangi, M. S., Runtuwene, M.R.J., Simbala,
H.E.I. and Makang, V.M.A. 2008.
Simpulan Analisis Fitokimia Tumbuhan Obat di
Berdasarkan hasil penelitian yang Kabupaten Minahasa Utara. Chemistry
diperoleh, dapat disimpulkan bahwa Pteris Program 1 (1): 47-53.
linearis Poir. dan Pteris vitatta L. Sunarmi dan Sarwono. 2004. Inventarisasi
Tumbuhan Paku di Daerah Malang.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 798


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Berkah Penelitian Hayati. 10: 71.


(Online),
(http://www.berkalahayati.org/index.ph
p/bph/article/viewFile/484/383),
diakses 28 Oktober 2014
Suryana. 2009. Keanekaragaman Jenis
Tumbuhan Paku Terestrial dan Epifit di
Kawasan PLTP Kamojang Kab. Garut
Jawabarat. Jurnal Biotika. 7 (1)

799 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang |


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

PREFERENSI KUMBANG KUBAH PREDATOR PADA BEBERAPA


TUMBUHAN GULMA BERPOTENSI SEBAGAI TUMBUHAN REFUGIA

Fatchur Rohman
Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Malang
fatroh_ongs@yahoo.com

Abstrak
Preferensi Kumbang Kubah Predator pada beberapa tumbuhan gulma berpotensi
sebagai tumbuhan Refugia telah dilakukan, dengan tujuan menguji ketertarikan dua
spesies Kumbang Kubah Predator yaitu Menochillus sexmaculata dan Coccinella
trnasversalia terhadap empat jenis tumbuhan gulma dari area tanaman Kubis di Sentra
Perkebunan sayur Sumberbrantas Batu dalam skala laboratorium. Penelitian dilakukan di
Laboratorium Diversitas dan Konservasi Ekologi Universitas Brawijaya. Uji ketertarikan
tersebut menggunakan alat olfaktometer. Kecenderungan ketertarikan kumbang kubah
predator terhadap tumbuhan uji diamati dengan menghitung persentase dari dua puluh hewan
uji tersebut yang tertarik pada empat jenis tumbuhan uji. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa Menochilus sexmaculata secara berurutan paling tertarik pada tumbuhan Eleusin
indica sebanyak 50%, sedang ketertarikan pada jenis tumbuhan gulma yang lain kurang dari
50%, yakni tertarik ke jenis Spilanthes sp sebanyak 28%, ke Amaranthus sp 13% dan ke
Capsella bursa-pastoris sebanyak 8%. Predator Coccinella transversalis secara berurutan
paling tertarik pada tumbuhan Amaranthus sp sebanyak 53%, sedang ketertarikan pada jenis
tumbuhan gulma yang lain kurang dari 53%, yakni tertarik ke jenis Spilanthes sp sebanyak
25,8%, ke Eleusin indica 17% dan ke Capsella bursa-pastoris sebanyak 5%.

Kata Kunci: preferensi, kumbang kuah, predator, tumbuhan gulma, refugia

Pendahuluan tersebut dapat dijadikan dasar pertimbangan


Tumbuhan liar berbunga terbukti dapat dalam pembangunan pertanian yang
meningkatkan keragaman fauna di berkelajutan dan berbasis keseimbangan
ekosistem pertanian (Knauer, 1993). ekosistem. Pembangunan pertanian selaras
Tanaman bunga pada lajur di agroekosistem dengan alam sudah menjadi kebutuhan
terbukti meningkatkan kepadatan populasi bukan lagi suatu kemauan. Pembangunan
predator dan mampu memberikan efek pertanian berbasis ekologi dapat didekati
pengendalian pada hama (Bosch, 1987; dengan mengembalikan peningkatan dan
Weiss & Stettmer, 1991). Penanaman variasi pengelolaan keanekaragaman hayati pada
jenis tanaman berbunga dalam suatu lajur di suatu hamparan agroekosistem. Upaya
areal pertanian mendatangkan musuh alami peningkatan dan pengelolaan
(Perrins, 1975; Alteiri & Whitcomb, 1979; keanekaragaman hayati dapat memanfaatkan
Weiss & Stettmer, 1991). Pada setiap jenis berbagai tanaman pagar (hedgerows),
tanaman (sebagai habitat) dapat menyokong tanaman penghasil polen atau nektar yang
12 phytophagus sebagai cadangan dapat menarik serangga (insectory plants),
makanan predator hama (Wingeier, 1992). cover crops dalam suatu hamparan tanaman
Dengan demikian penelitian tentang budidaya (Singh, tanpa tahun). Oleh karena
pemanfaatan tumbuhan liar atau gulma itu penelitian yang akan dilakukan adalah
menjadi mikrohabitat yang meningkatkan Pengembangan Mikrohabitat untuk
biodiversitas dan kelimpahan musuh alami Meningkatkan Biodiversitas dan
perlu perhatian lebih luas. Informasi atau Kelimpahan Arthropoda Predator Hama
data-data teknis berasal dari penelitian

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 800


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Tanaman Kubis di Sentra Perkebunan Sayur gulma yang diuji berasal dari hasil analisis
Sumberbrantas Batu Jawa Timur. komunitas tumbuhan gulma sekitar tanaman
Penelitian sebelumnya menemukan kubis di sentra perkebunan sayur
komposisi Arthropoda pada tumbuhan sumberbrantas Batu Jawa Timur. Beberapa
liar/gulma di kebun teh Wonosari tumbuhan uji terpilih tersebut dikatakan
Kabupaten Malang meliputi 47 taksa sebagai tumbuhan indigeneus, karena asli
Artropoda yang terbagi atas 40 taksa insekta atau berasal dari sekitar tanaman kubis
terdiri 22 famili dan 7 taksa Arachnida daerah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian
terdiri 3 famili. Diantara Arthropoda yang ini maka akan dapat diperoleh beberapa
ditemukan berstatus sebagai musuh alami tumbuhan uji yang potensial dikembangkan
seperti anggota kelompok famili menjadi tumbuhan Refugia .
Coccinelidae, Gryllidae, Lycosidae, dan
Oxyopidae. (Rohman, dkk., 2007a). Metode
Penelitian sebelumnya yang lain Uji preferensi Artropoda predator pada
menunjukkan bahwa beberapa predator beberapa tanaman gulma sebagai tumbuhan
(famili Coccinellidae, Mantidae, Lycosidae, uji dengan menggunakan Olfaktometer.
dan Oxyopidae) cenderung tertarik pada Kecenderungan ketertarikan kumbang kubah
beberapa tumbuhan liar/gulma di sekitar predator terhadap tumbuhan uji diamati
kebun teh seperti Borreria repen DC., dengan menghitung persentase dari dua
Bidens pilosa L., Centella asiatica (L.) Urb. puluh hewan uji tersebut yang tertarik pada
(Rohman, dkk., 2007b). Interaksi antara empat jenis tumbuhan uji. Olfaktometer
tumbuhan dan insekta saling merupakan alat untuk menguji ketertarikan
menguntungkan. Insekta dapat hewan uji (kumbang Predator Menochillus
melangsungkan proses penyerbukan pada sexmaculata dan Coccinella trnasversalia)
tumbuhan, insekta Syrphid flies kepada tumbuhan uji (Eleusin indica,
memperoleh nektar (Nentwig, 1998), Spilanthes sp., Amaranthus sp., Capsella
tumbuhan inang bagi beberapa aphid dan bursa-pastoris) karena adanya bau yang
tumbuhan juga menyediakan makanan dapat dikeluarkan oleh tumbuhan uji. Bau
tambahan Coccinellid beetless (Stary & yang dikeluarkan setiap tumbuhan uji
Gonzales 1991), atau bentuk arsitektur disalurkan melalui mulut lubang
tumbuhan mempermudah laba-laba penghubung menuju suatu ruang hampa
membuat sarang (Jennings 1971; Nentwig, udara. Di dalam ruang hampa tersebut
1998). dimasukkan satu persatu kumbang predator
Tumbuhan liar ada yang berpotensi uji hingga sejumlah 20 ekor, setelah 20 (dua
sebagai refugia bagi predator serangga puluh) menit diamati kumbang tersebut
hama. Tumbuhan refugia adalah jenis cenderung mendekat atau menuju ke mulut
tumbuh-tumbuhan disekitar pertanaman lubang yang terhubung dengan selang pada
yang dapat menyediakan tempat setiap ruang tumbuhan uji.
perlindungan, sumber pakan tambahan,
tempat istirahat, dan tempat bereproduksi Hasil dan Pembahasan
(Nentwig, 1998; Wratten et al., 1998; Ketertarikan atau preferensi Arthropoda
Sosromarsono dan Untung, 2000 dalam predator (Monochillus sexmaculata dan
Rohman, 2010). Coccinella trnasversalia yang ditemukan di
Berdasarkan uraian diatas maka penulis sekitar area kebun Kubis di Sumberbrantas
melalukan penelitian dengan judul Batu disajikan dalam Gambar 4.1-4.2.
preferensi kumbang kubah predator pada Beberapa jenis tumbuhan Gulma setelah
beberapa tumbuhan gulma berpotensi diuji didapatkan 4 jenis tumbuhan Gulma,
sebagai tumbuhan refugia. Uji preferensi yaitu Spilanthes sp, Eleusin indica, Capsella
dilakukan dalam skala laboratorium dengan bursa-pastoris, dan Amaranthus sp.
menggunakan alat olfaktometer. Tumbuhan

801 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Gambar 1. Ketertarikan Menochilussexmaculata pada Beberapa Tumbuhan


Gulma

Gambar 2. Ketertarikan Coccinella transversalis pada Beberapa Tumbuhan Gulma


ke Capsella bursa-pastoris sebanyak 8%.
Berdasarkan Gambar 1 dan 2 dapat Predator Coccinella transversalissecara
dijelaskan bahwa Menochilus berurutan paling tertarik pada tumbuhan
sexmaculatasecara berurutan paling tertarik Amaranthus sp sebanyak 53%, sedang
pada tumbuhan Eleusin indicasebanyak ketertarikan pada jenis tumbuhan gulma
50%, sedang ketertarikan pada jenis yang lain kurang dari 53%, yakni tertarik ke
tumbuhan gulma yang lain kurang dari 50%, jenis Spilanthes sp sebanyak 25,8%, ke
yakni tertarik ke jenis Spilanthes sp. Eleusin indica 17% dan ke Capsella bursa-
sebanyak 28%, ke Amaranthus sp 13% dan pastoris sebanyak 5%. Hal ini menunjukkan

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 802


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

kecendeungan ketertarikan setiap serangga berbasis ekologi yang diarahkan pada


predator terhadap jenis tumbuhan adalah kondisi yang baik bagi musuh alami dalam
berbeda, dan bersifat spesifik. Predator agroekosistem (Landis et al., 2000).
Menochilus sexmaculata lebih cenderung Tumbuhan gulma/liar berpotensi
tertarik pada tumbuhan Eleusin indica dan sebagai mikrohabitat bagi predator serangga
Coccinella transversalislebih cenderung hama. Tumbuhan gulma/liar yang dapat
tertarik pada tumbuhan Amaranthus sp. menyediakan habitat bagi musuh alami
Salah satu tantangan yang dihadapi di dikenal juga sebagai refugia. Tumbuhan
sektor pertanian atau perkebunan dewasa ini refugia adalah beberapa jenis tumbuhan di
adalah sustainability (keberlanjutan), yaitu sekitar pertanaman yang dapat menyediakan
keinginan untuk menggunakan sumber daya tempat perlindungan, sumber pakan atau
alam tanpa merusak lingkungannya. Salah sumberdaya yang lain (Nentwig, 1998;
satu upaya untuk mewujudkan sistem Wratten et al., 1998, Sosromarsono dan
pertanian berkelanjutan adalah bagaimana Untung, 2000). Tumbuhan refugia yang
mengkondisikan sistem pertanian yang berfungsi sebagai mikrohabitat dalam
mantap secara ekologi (Siti Rasminah bidang pertanian umumnya mengacu pada
Chailani, 2005). Suatu konsep pemecahan jenis tumbuhan penyerta tanaman budidaya
masalah yang dapat diterapkan adalah yang berperan sebagai habitat kelompok
pemberdayaan peran faktor biotik biota tingkat tropik tiga (Murphy et al.,
agroekosistem dan pengelolaan habitat. 1998; Wratten et al., 1998). Odum (1993)
Pemberdayaan peran faktor biotik dapat menjelaskan habitat adalah tempat suatu
melalui konservasi dan pemberdayaan organisme hidup atau dapat juga
musuh alami melaui pemanfaatan tumbuhan menunjukkan tempat yang diduduki oleh
liar sebagai tumbuhan refugia. Keberadaan seluruh komunitas. Begon et al. (1986)
tumbuhan refugia diharapkan dapat mengemukakan suatu area merupakan
meningkatkan populasi musuh alami sebagai habitat (habitable area) adalah area bagi
agen hayati yang dapat mengendalikan masing-masing jenis yang ada di dalamnya,
terjadinya peledakan hama. dapat mempertahankan keberadaan
Tumbuhan refugia dapat dijadikan populasinya karena (1) memiliki kesempatan
sebagai habitat predator hama. Tumbuhan untuk berkoloni, dan (2) tidak dikalahkan
refugia adalah jenis tumbuhan yang dapat oleh kompetitor.
menyediakan tempat perlindungan, sumber Interaksi antara tumbuhan dan insekta
pakan tambahan atau mikroklimat yang saling menguntungkan. Insekta dapat
menguntungkan bagi musuh alami, seperti melangsungkan proses penyerbukan pada
predator dan parasitoid. Nurindah et al. tumbuhan, insekta Syrphid flies
(2002) menyatakan kondisi yang memperoleh nektar (Nentwig, 1998),
menguntungkan tersebut adalah tersedianya tumbuhan inang bagi beberapa aphid dan
tempat berlindung (shelter), inang atau tumbuhan juga menyediakan makanan
mangsa alternatif atau makanan yang berupa tambahan Coccinellid beetless (Stary &
nektar atau polen. Peran tumbuhan refugia Gonzales 1991), atau bentuk arsitektur
sebagai habitat musuh alami mulai mendapat tumbuhan mempermudah Laba-laba bermata
perhatian. Salah satu bentuk perhatian tajam membuat sarang (Jennings 1971;
tersebut diwujudkan dalam kegiatan Nentwig, 1998). Nentwig (1998)
penelitian. Beberapa penelitian yang berpendapat bahwa keberadaan tumbuhan
berkaitan dengan hal tersebut menerapkan telah dikenal sebagai sumberdaya penting
strategi pengelolaan habitat (habitat bagi hewan Arthropoda. Keberadaan
management) dalam kerangka implementasi beberapa gulma di area tanaman budidaya
pengelolaan hama terpadu (PHT). merupakan sumberdaya penting yang
Pengelolaan habitat adalah bentuk menyediakan sumber makanan tambahan
konservasi pengendalian hayati, pendekatan dan sebagai tumbuhan refugia yang

803 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

bermanfaat bagi beberapa hewan Daftar Rujukan


Arthropoda (van Emden 1965; Perrin, 1975; Altieri, M.A. & W. H. Whitcomb. 1979.
Curry 1976; Altieri & Whitcomb 1979; The potential use of weeds in the
Bosch 1987; Frei & Manhart 1992). Tidak manipulation of beneficial insects.
adanya tumbuhan selain tanaman budidaya HortScience 14: 12-18.
utama menyebabkan hilangnya tempat Begon, M., J.L. Harper, and C.R. Townsed.
hidup, makanan alternatif, tempat hinggap 1986. Ecology: Individuals, Populations
sementara, bertemunya organisme jantan and Communities, Blackwell
dan betina, dan tempat hidup mangsa Scientifics Publications. Oxford,
alternatif (Knauer, 1993). Pengendalian London, Edinburgh, Boston, Palo Alto,
hayati dengan serangga predator merupakan Melbourne. p. 583.
pengendali alami populasi serangga hama Bosch, J. 1987. Der Einfuss einiger dominter
yang menjadi alternatif efektif untuk Ackerunkrauter auf Nutzund
pengendalian hama (Huffaker & Messenger, Schadarthropoden in einem
1989). Peningkatan keragaman tanaman Zuckerrubenfeld.Zeitschift fur
pada pola polikultur telah dilaporkan dapat Pfanzenkrankheiten und Pflanzenschutz
menekan perkembangan populasi serangga 94: 398-408.
hama pada tanaman utama (Liang & Huang, Curry, J.P. 1976. The arthropod fauna of
1994; Hickman & Wratten, 1997, Nurindah some common grass and weed species
et al., 2002). Keragaman musuh alami hama of pasture. Proc. R. Irish Acad. B. 76:
meningkat bila diciptakan habitat yang 1-35.
disukai sehingga kualitas ruang hidup musuh Frei, G. & C. Manhart. 1992. Ntzlinge
alami juga meningkat. und Schadlinge an kunstlich angelegten
Ackerkrauststreifen in Getreidefeldern.
Simpulan Agrarkologie 4: 1-140.
Kumbang Predator Menochilus Helenius, J. 1998. Enhanchement of
sexmaculatasecara berurutan paling tertarik Predation Through Within-field
pada tumbuhan Eleusin indicasebanyak Diversivicatio, In. C.H. Pickett and
50%, sedang ketertarikan pada jenis R.L. Bugg (ed.). Enhanching biological
tumbuhan gulma yang lain kurang dari 50%, control, habitat management to promote
yakni tertarik ke jenis Spilanthes sp natural enemies of agricultural
sebanyak 28%, ke Amaranthus sp 13% dan pests.University of California Press.
ke Capsella bursa-pastoris sebanyak 8%. Berkeley, Los Angeles, London. pp.
Predator Coccinella transversalissecara 121- 160.
berurutan paling tertarik pada tumbuhan Hickman, J. M. & S. D. Wratten. 1977. Use
Amaranthus sp sebanyak 53%, sedang of Phacelia tanacetitolia
ketertarikan pada jenis tumbuhan gulma (Hydrophyllaceae) as a plooen source
yang lain kurang dari 53%, yakni tertarik ke to enhance hoverly (Diptera:
jenis Spilanthes sp sebanyak 25,8%, ke Syrphidae) population in cereal fields.
Eleusin indica 17% dan ke Capsella bursa- Journal of Economic Entomology89:
pastoris sebanyak 5%. Hal ini menunjukkan 832 840.
kecendeungan ketertarikan setiap serangga Huffaker & Messenger, 1989.Theory and
predator terhadap jenis tumbuhan adalah Practice of Biological
berbeda, dan bersifat spesifik. Predator Control.Academic Press, Inc. (London)
Menochilus sexmaculata lebih cenderung Ltd., 1976. Soeprapto Mangoendihardjo
tertarik pada tumbuhan Eleusin indica dan (penterjemah). 1989. Teori dan Praktek
Coccinella transversalislebih cenderung Pengendalian Biologis. Penerbit
tertarik pada tumbuhan Amaranthus sp. Universitas Indonesia (UI-Press).
Jakarta. pp. 3 20.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 804


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Jennings, D.T. 1971. Pant associations of reservoir of beneficial natural enemies.


Misuminops coloradensis Gertsch Ann. Appl. Biol. 81: 289-297.
(Araneae: Thomisidae) in central New Rohman, F., Fathurrachman, I.D. Maulina,
Mexico. Southw. Nat.16: 201 207. 2007a.Keanekaragaman dan
Knauer. 1993. kologie und landwirschaft, Kelimpahan Artropoda pada Komunitas
situatiom konflikte. Losungen. Stutgart Tumbuhan Liar di Kebun Teh
Landis, D.A., S.D. Wratten, and G.M. Gurr. Wonosari Singosari Kabupaten Malang.
2000. Habitat Management to Conserve Laporan Penelitian.
Natural Enemies of Arthropoda Pests in Rohman, F., B. Yanuwiadi, M. Mukti,
Agriculture. In. M.R. Berenbaum, R.T. 2007b. Preferensi Kumbang Kubah
Carde, and G.E. Robinson (ed.). Annual (Coccinellidae), Belalang Sembah
Review of Entomology.Volume 45, (Mantidae), dan Laba-laba Srigala
2000.Annual Reviews Palo Alto (Lycosidae) Terhadap Tumbuhan Liar
California USA. pp. 175-201. Borreria repens D.C., Biden pilaosa L.,
Liang, W. & M. Huang. 1994. Influence of dan Centella asiatica (L.) Urb. Laporan
citrus orchad ground cover plant on Penelitian.
arthropods communities in China: E. Rohman, F. 2008. Kajian Struktur
review .Agricultur Ecosystem and Komunitas Tumbuhan Liar dan
Enviromental 50: 29 37. Arthropoda sebagai Evaluasi
Murphy, B.C., J.A. Resenheim, J. Granet, Agroekosistem Kebun Teh di Wonosari
C.H. Pickett, and R.V. Dowell. 1998. Singosari Kabupaten Malang Jawa
Measuring the Impact of a Natural Timur, Disertasi. Universitas Brawijaya
Enemy Refuge: The Prune Malang
Tree/Vineyard Exmple. In. C.H. Pickett Sosromarsono, S. & K. Untung. 2000.
and R.L. Bugg (ed.). Enhanching Keanekaragaman Hayati Arthropoda
biological control, habitat management Predator dan Parasit di Indonesia dan
to promote natural enemies of Pemanfaatannya, Makalah Simposium
agricultural pests.University of Keanekaragaman Hayati Arthropoda
California Press. Berkeley, Los pada Sistem Produksi Pertanian PEI.
Angeles, London. pp. 297-309. Bogor. 8 p.
Nentwig, W. 1998. Weedy plant species and Stary, P.& D. Gonzales. 1991. The
their benefecial arthropods: potential chenopodium aphid Hayhurstia
for manipulation in field crops. In. C.H. atriplicis (L). (Homoptera: Aphididae),
Pickett and R.L. Bugg (ed.). a parasitoid reservoir and a source of
Enhanching biological control, habitat biocontrol agents in pest
management to promote natural management.J. Appl. Entomol.111:
enemies of agricultural pests.University 243-248.
of California Press. Berkeley, Los Takafuji, A & H. Amano. 2001. Biological
Angeles, London. pp. 49-71. Control of Insect Pest in Japan: A
Nurindah, D.A. Sunarto, Subiyakto, Sujak, Control of Multiple Pests of Tea, and
dan Suhadi. 2002. Upaya Peningkatan Spider Mites in Greenhouses,
Populasi Musuh Alami Hama Utama www.agnet.org/library/article/eb499a.ht
Kapas Melalui Manipulasi Habitat pada ml. April, 17 2006.
Pertanaman Kapas, Laporan Kegiatan van Emden, H.F. 1965. The role of
Penelitian Balai Penelitian Tanaman uncultivated land in the biology of crop
tembakau dan Serat. Karangploso pests and beneficial insects. Sci.
Malang. 70 p. Hortic.17: 121-136.
Perrin, R.M. 1975. The role of perennial Weiss, E. & C. Stettmer, 1991. Unkruter in
stinging nettle Urtica dioica as a der Agrarlandschaft locken blten

805 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

besuchende Ntzlinge an. Refugia for the Enhanchement of


Agrarkologie1: 1 104. Natural Enemies. In. C.H. Pickett and
Wingeier, T. 1992. Agraokonomische R.L. Bugg (ed.). Enhanching biological
Auswirkungen von in Ackerflachen control, habitat management to promote
angesaten Grunsteifen. natural enemies of agricultural
Agrarkologie2: 1 -97. pests.University of California Press.
Wratten, S.D., H.F. van Emden, and M.B. Berkeley, Los Angeles, London. pp.
Thomas. 1998. Whitin-field and Bordr 375-403.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 806


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

KELIMPAHAN DAN STATUS KONSERVASI BURUNG AIR DI DANAU


MENO, LOMBOK

Gito Hadiprayitno
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram
Jl. Majapahit 62 Mataram,
e-mail: gitohadiprayitno@unram.ac.id

Abstrak
Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis kelimpahan dan menentukan
status konservasi burung air yang ada di Danau Meno, Lombok. Pengambilan data yang terkait
dengan kelimpahan dilakukan melalui titik hitung, sedangkan penentuan status konservasi
burung air yang ditemukan ditentukan berdasarkan status kehadiran dan status perlindungannya
mengacu pada ketentuan undang-undang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis burung
yang ditemukan dengan kelimpahan tertinggi ialah Nycticorax nycticorax (45.93%), kemudian
diikuti secara berturut-turut oleh Butorides striatus (25.32%), Egretta garzetta (9.46%), Tringa
nebularia (5.29%), Ardea purpurea (5.02%), Egretta sacra (3.38%), Anas gibberifrons (2.33%),
Actitis hypoleucos (1.69%), Chlidonias hybridus (0.95%), Himantopus himantopus (0.37%),
Nycticorax caledonicus (0.21%), dan Ardeola speciosa (0.05%). Hasil analisis lebih lanjut
menunjukkan bahwa status konservasi burung air yang ditemukan dapat dikategorikan ke dalam
prioritas konservasi 1 (Nycticorax caledonicus dan Himantopus himantopus), prioritas
konservasi 2 (Chlidonias hybridus), dan prioritas konservasi 3 (Egretta garzetta dan Egretta
sacra), sedangkan jenis burung yang lain dikategorikan ke dalam prioritas konservasi 4.

Kata kunci: kelimpahan, burung air, status konservasi, Danau Meno

Pendahuluan Kepunahan jenis burung air secara


Hasil penelitian burung di Danau Meno lokal ini akan memberikan dampak terhadap
yang dilakukan selama ini dilakukan oleh keseimbangan ekosistem yang ada di Danau
Hadiprayitno, dkk. (2009) dan Atmanegara meno. Dalam jangka panjang keseimbangan
(2010) menunjukkan bahwa telah terjadi ekosistem akan terganggu sehingga dapat
penurunan jumlah jenis dan kelimpahanrelatif menggangu terjadinya siklus biogeoenergi dan
burung air yang ada di Danau Meno. akan menimbulkan dampak yang kurang
Penurunan tersebut diduga diakibatkan oleh menguntungkan terhadap ekosistem secara
adanya perubahan habitat yang dilakukan oleh keseluruhan. Sebagaimana telah dijelaskan
masyarakat. Perubahan-perubahan habitat ini sebelumnya bahwa keberadaan burung air di
dapat mengakibatkan terjadinya perubahan Danau Meno dapat dijadikan sebagai indikator
komposisi dan struktur komunitas burung yang sangat penting dalam pengkajian mutu
yang ada di Danau Meno. Perubahan pada dan produktivitas lahan basah yang ada di
habitat ini apabila tidak dilakukan pengelolaan Danau Meno. Lebih lanjut Gunawan dan
dengan baik, tidak tertutup kemungkinan Anwar (2004) menyatakan bahwa berbagai
dapat menimbulkan terjadinya kepunahan jenis burung air yang biasa ditemukan di
beberapa jenis burung secara lokal. daerah lahan basah memiliki peranan ekologis
yang sangat penting yaitu sebagai media

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 807


pertukaran energi antara kehidupan yang ada partisipatif. Pelibatan masyarakat dalam
di daratan dengan kehidupan yang ada di melakukan kegiatan pengelolaan ini harus bisa
daerah perairan. Disamping itu, keberadaan dilakukan secara efektif dan efisien. Hal ini
Danau Meno dengan keunikan yang perlu dilakukan karena adanya keterbatasan
ditemukan di dalamnya telah memberikan dana, tenaga, dan waktu. Karena itu
kontribusi secara ekonomi pada masyarakat diperlukan skala prioritas dalam melakukan
terutama yang terkait dengan kunjungan para kegiatan pengelolaan. Sehubungan hal
wisatawan. tersebut diperlukan penentuan status
Hasil penelitian yang dilakukan oleh konservasi burung yang yang ditemukan di
Hadiprayitno, dkk. (2009) menunjukkan Danau Meno.
bahwa nilai ekonomi total dari ekosistem
Danau Meno sebesar Rp 159.140.668 per Metode Penelitian
tahun. Manfaat secara tidak langsung Inventarisasi jenis burung dilakukan
memberikan kontribusi tertinggi sebesar 50%, melalui pengamatan langsung dengan
kemudian diikuti secara berturut-turut oleh menggunakan jalan kaki mengelilingi danau..
manfaat langsung sebesar 46%, manfaat Jenis burung dan jumlah individu tiap jenis
keberadaan sebesar 3%, dan manfaat pilihan yang ditemukan dicatat dan dimasukkan ke
sebesar 1%. Keberadaan jenis burung air dan dalam tabulasi data untuk dianalisis nilai
habitatnya yang ada di Danau Meno telah kelimpahannya. Untuk memudahkan proses
memberikan manfaat secara tidak langsung identifikasi jenis burung yang ditemukan, pada
dan manfaat langsung dengan persentase total saat pengamatan dilakukan dengan bantuan
sebesar 96%. Fakta ini menunjukkan bahwa teropong binokuler dan kamera digital. Jenis-
apabila keberadaan burung air dan habitatnya jenis burung yang ditemukan diidentifikasi
yang ada di Danau Meno tidak bisa dengan mengacu pada Coates dan Bishop
dipertahankan, akan memberikan dampak (2000). Selanjutnya analisis frekeunsi
secara ekonomi karena nilai ekonomi total dari kehadirannya menggunakan persentase.
ekosistem danau akan berkurang sekitar 96%. Penentuan status konservasi burung air
Berdasarkan kenyataan seperti ini yang ditemukan di Danau Meno dilakukan
mempertahankan keberadaan jenis burung air dengan mengacu kepada (1) Frekuensi
dan habitatnya memiliki peran dan fungsi Kehadiran, Nilai frekuensi kehadiran
yang sangat strategis bukan hanya dilihat dari dikonversi ke dalam skor. Fauna yang
sudut pandang secara ekologi semata akan memiliki frakuensi kehadiran 100% diberikan
tetapi juga dilihat dari kepentingan secara skor 10, frekuensi kehadiran 10% diberikan
ekonomi. skor 1, dan tidak hadir diberikan skor 0; (2)
Terkait dengan hal tersebut, upaya Status Perlindungan, Perlindungan fauna
pengelolaan jenis burung air yang berada di diberikan skor 1 jika dilindungi undang-
Danau meno harus dilakukan bersama dengan undang dan 0 jika tidak dilindungi undang-
upaya mengelola habitatnya. Upaya seperti ini undang. dan (3) Kelimpahan Relatif,
akan berhasil dilakukan apabila dalam Kelimpahan relatif diberikan skor 3 jika
kegiatan pengelolaannya masyarkat kelimpahan relatif 75 100% (tinggi), skor 2
diikutsertakan (dilibatkan) secara aktif. Upaya jika kelimpahan relatif 50 75% (sedang) dan
mengikutsertakan masyarakat dalam kegiatan skor 1 jika < 50% (rendah).
pengelolaan burung air dan habitatnya yang
ada di Danau Meno harus dilakukan secara
partisipatif dengan mendasarkan kepada
beberapa prinsip dasar pengelolaan

808 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

HASIL DAN PEMBAHASAN Selama penelitian telah ditemukan


Kelimpahan Jenis Burung Air sebanyak 1892 individu jenis burung. Jenis
Pengamatan yang terkait dengan burung yang memiliki kelimpahan tertinggi
kelimpahan jenis burung dilakukan pada pagi ialah Nycticorax nycticorax, kemudian diikuti
hari (jam 06.00 sampai dengan 09.00 wita) secara berturut-turut oleh Butorides striatus,
dan sore hari (jam 16.00 sampai dengan 18.00 Egretta garzetta, Tringa nebularia, Ardea
wita). Hasil analisis tentang kelimpahan jenis purpurea, Egretta sacra, Anas gibberifrons,
burung air yang ditemukan di Danau Meno Actitis hypoleucos, Chlidonias hybridus,
selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Himantopus himantopus, Nycticorax
caledonicus, dan Ardeola speciosa.
Tabel 1. Kelimpahan Jenis Burung Air yang Ditemukan di Danau Meno
Pagi Hari Sore Hari Total
Jenis Burung
Jumlah KR Jumlah KR Jumlah KR
Ardea purpurea 49 5,17 46 4,87 95 5,02
Ardeola speciosa 1 0,11 0 0,00 1 0,05
Butorides striatus 250 26,37 229 24,26 479 25,32
Egretta garzetta 90 9,49 89 9,43 179 9,46
Egretta sacra 32 3,38 32 3,39 64 3,38
Nycticorax nycticorax 395 41,67 474 50,21 869 45,93
Nycticorax caledonicus 3 0,32 1 0,11 4 0,21
Anas gibberifrons 31 3,27 13 1,38 44 2,33
Actitis hypoleucos 21 2,22 11 1,17 32 1,69
Tringa nebularia 59 6,22 41 4,34 100 5,29
Himantopus himantopus 5 0,53 2 0,21 7 0,37
Chlidonias hybridus 12 1,27 6 0,64 18 0,95
Keterangan: KR = Kelimpahan relatif

Hasil kelimpahan jenis burung air yang Hasil penelitian pada Tabel 1 apabila
ditemukan di Danau Meno pada Tabel 1 ditelusuri lebih lanjut menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa selama penelitian (20 telah terjadi variasi kelimpahan jenis burung
kali pengamatan) ditemukan sebanyak 1892 air di Danau Meno secara mewaktu.
individu burung. Apabila dirata-ratakan pada Kelimpahan jenis burung air yang ditemukan
setiap kali pengamatan ditemukan individu pada pagi hari menunjukkan jumlah yang
burung air sebanyak 95 individu/hari. Jenis berbeda jika dibandingkan dengan kelimpahan
burung air yang memiliki kelimpahan tertinggi jenis burung air yang ditemukan pada sore
ialah Nycticorax nycticorax (869 indvidu) hari. Kelimpahan jenis burung air pada pagi
kemudian diikuti secara berturut-turut oleh hari lebih tinggi (948 individu) jika
Butorides striatus (479 individu), Egretta dibandingkan dengan kelimpahan jenis burung
garzetta (179 individu), Tringa nebularia (100 air yang ditemukan pada sore hari (943
individu), Ardea purpurea (95 individu), individu). Semua jenis burung air yang
Egretta sacra (64 individu), Anas gibberifrons ditemukan di Danau Meno menunjukkan
(44 individu), Actitis hypoleucos (32 kelimpahan yang tinggi pada pagi hari kecuali
individu), Chlidonias hybridus (18 individu), Nycticorax nycticoras yang menunjukkan
Himantopus himantopus (7 individu), kelimpahan yang tinggi pada sore hari.
Nycticorax caledonicus (4 individu), dan Berbeda dengan hasil penelitian
Ardeola speciosa (1 individu). sebelumnya, kelimpahan individu jenis burung

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 809


air yang ditemukan dalam penelitian ini (Ardea purpurea 4,87% dan Tringa nebularia
menunjukkan peningkatan. Penelitian 4,34%). Hal ini mungkin saja terjadi terutama
sebelumnya yang dilakukan oleh Virgota & jika dikaitkan dengan aktivitas kedua burung
Tresnani (2006) menemukan kelmpahan jenis tersebut yang mengalami penurunan (banyak
burung air 36 individu/hari. Penelitian yang istirahat maupun preening) pada saat sore hari.
dilakukan oleh Hadiprayitno, dkk., (2009) Jenis-jenis burung air yang lain seperti
menemukan kelimpahan jenis burung air 26 Egretta sacra dan Anas gibberifrons dengan
individu/hari. Sementara itu penelitian yang kelimpahan relatif sebesar 3,38% dan 2,33%
dilakukan oleh Atmanegara (2010) diklasifikasikan sebagai burung yang sub
menemukan kelimpahan jenis burung air 13 dominan. Akan tetapi, Anas gibberifrons pada
individu/hari. Perbedaan hasil penelitian ini pengamatan sore hari statusnya berubah
diduga disebabkan oleh melimpahnya jenis menjadi tidak dominan dengan kelimpahan
burung Nycticorac nycticorax yang tidak relatif sebesar 1,38%, sedangkan Egretta
terjadi pada penelitian-penelitian yang sacra. Sementara itu, Ardeoala speciosa,
dilakukan sebelumnya. Kelimpahan Nycticorax caledonicus, Actitis hypoleucos,
Nycticorac nycticorax pada penelitian yang Himantopus himantopus, dan Chlidonias
dilakukan oleh Hadiprayitno (2009) ialah 4 hybridus diklasifikasikan sebagai burung yang
individu/hari, sedangkan dalam penelitian tidak dominan baik pada pengamatan pagi hari
yang dilakukan oleh Atmanegara (2010) maupun pengamatan pada sore hari dengan
sebanyak 2 individu/hari. Sementara itu dalam kelimpahan relatif masing-masing sebesar
penelitian ini, kelimpahan Nycticorac 0,05%, 0,21%, 1,69%, 0,37%, dan 0,95%.
nycticorax sebnayak 43 individu/hari. Hasil penelitian ini apabila dibandingkan
Berdasarkan kelimpahan jenis burung air dengan penelitian sebelumnya menunjukkan
pada Tabel 1 dominansi burung air yang hasil yang berbeda. Pada penelitian yang
ditemukan di Danau Meno dapat diklasifikan dilakukan oleh Hadiprayitno, dkk. (2009)
ke dalam 3 kategori. Ketiga kategori tersebut Butorides striatus, Egretta garzetta, Egretta
ialah dominan (apabila kelimpahan jenisnya > sacra, Actitis hypoleucos, dan Charadrius
5%), sub dominan (apabila kelimpahan alexandrinus dikategorikan sebagai burung
jenisnya 2 5%), dan tidak dominan (apabila dominan dengan kelimpahan relatif sebesar
kelimpahan jenisnya < 2%). Atas dasar 22,29%, 20,43%, 5,57%, 21,98%, dan
pengklasifikasian tersebut, secara umum dapat 15,79%. Sementara itu, jenis burung
dikatakan bahwa jenis burung air yang Nycticorax nycticorax, Anas gibberifrons,
termasuk dalam kategori dominan ialah Phalacrocorax sulcirostris, dan Ardea
Nycticorax nycticorax (45,93%), Butorides purpurea diklasifikasikan sebagai burung sub
striatus (25,32%), Egretta garzetta (9,46%), dominan dengan kelimpahan relatif sebesar
Tringa nebularia (5,29%) dan Ardea purpurea 2,79%, 3,09%, 2,48%, dan 4,64%, sedangkan
(5,02%). Apabila ditelusuri lebih lanjut, Ardea cinerea dengan kelimpahan relatif
dominansi dari Tringa nebularia dan Ardea sebesar 0,31% diklasifikasikan sebagai burung
purpurea dapat mengalami perubahan menjadi yang tidak dominan. Jenis burung Ardea
sub dominan terutama jika dikaitkan dengan cinerea dan Phalacrocorax sulcirostris tidak
aktivitas burung tersebut pada pagi dan sore ditemukan dalam penelitian ini.
hari. Kedua jenis burung tersebut pada saat Hasil penelitian yang berbeda juga
pagi hari dominansinya masih tinggi (Ardea diperlihatkan pada penelitian yang dilakukan
purpurea 5,17% dan Tringa nebularia 6,22%) oleh Atmanegara (2010). Pada penelitian yang
akan tetapi pada saat sore hari dominansinya dilakukan oleh Atmanegara (2010)
mengalami perubahan menjadi sub dominan kelimpahan relatif total dari jenis burung

810 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Butorides striatus (44,31%), Egretta garzetta jenis burung dalam menggunakan habitatnya.
(7,34%), Anas gibberifrons (7,81%), Actitis Secara umum dapat dikatakan bahwa
hypoleucos (26,48%), dan Ardea purpurea kelimpahan jenis burung yang tinggi didukung
(7,37%) diklasifikasikan sebagai burung yang oleh kemampuan habitat dalam menyediakan
dominan. Jenis burung air yang lain seperti makanan dan kebutuhan hidup yang lainnya.
Nycticorax nycticorax (2,18%) dan Tidak mudah mencari penyebab dari
Phalacrocorax sulcirostris (2,13%) tinggi rendahnya kelimpahan populasi suatu
diklasifikasikan sebagai burung sub dominan, jenis burung di suatu tempat tertentu, pada
sedangkan Egretta sacra (1,22%), Charadrius waktu tertentu. Hal ini disebabkan oleh
alexandrinus (0,99%), dan Himantopus banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi
himantopus (0,16%) diklasifikasikan sebagai dalam menentukan tinggi/rendahnya
burung yang tidak dominan. kelimpahan suatu jenis dalam suatu populasi
Jenis burung Butorides striatus dan (Loiselle & Blake, 1992). Banyaknya faktor
Egretta garzetta pada penelitian yang ekologi yang berperan dan adanya berbagai
dilakukan oleh Hadiprayitno, dkk. (2009), model interaksi spesies yang terjadi dapat
Atmanegara (2010), dan pada penelitian ini mengakibatkan terjadinya perubahan
status dominansinya tidak mengalami komposisi jenis dan kemungkinan-
perubahan, masih diklasifikasikan sebagai kemungkinan ini sulit diprediksi (Poespita,
burung yang dominan. Sementara itu jenis 1996). Tinggi rendahnya kelimpahan suatu
burung yang lain dominansinya mengalami jenis dalam waktu tertentu merupakan
perubahan dalam setiap kali pengamatannya. sebagian dari dinamika fluktuasi jumlah
Khusus untuk jenis burung Nycticorax individu spesies. Tingginya kelimpahan jenis-
nycticorax status dominansinya mengalami jenis tertentu di suatu tempat menunjukkan
perubahan yang cukup drastis. Pada penelitian bahwa jenis-jenis yang bersangkutan ada
yang dilakukan oleh Hadiprayitno, dkk. kecenderungan lebih mendominasi
(2009) dan Atmanegara (2010) jenis burung dibandingkan dengan jenis-jenis lain, serta
ini status dominansinya tidak pernah menjadi mengindikasikan adanya kesesuaian jenis-
dominan, akan tetapi dalam penelitian ini jenis tersebut dengan potensi habitat di dalam
apabila dilihat dari kelimpahan realtifnya menyediakan sumber makanan, perlindungan
status dominansinya bisa menggantikan posisi dan tempat melakukan aktivitas yang lain
Butorides striatus dan Egretta garzetta. (Nurwatha, 1995). Sejalan dengan pemikiran
Secara ekologi dapat dikatakan bahwa tersebut, Elfidasari & Januardi (2005)
jenis burung yang memiliki kelimpahan relatif menyatakan bahwa salah satu penyebab
< 5% dapat digolongkan sebagai jenis burung melimpahnya burung pada suatu habitat
yang memiliki peran tidak dominan (penting) tertentu ialah ketersediaan sumberdaya pakan.
dalam ekosistem yang ditempatinya. Namun Berbagai jenis burung yang dapat ditemukan
demikian, kelimpahan jenis burung yang < 5% pada suatu habitat tertentu sampai dengan saat
bukan berarti burung tersebut harus ini menandakan bahwa burung-burung
dihilangkan dari habitatnya karena memiliki tersebut telah berhasil menciptakan relung
pengaruh yang kecil. Dominansi jenis burung yang khusus bagi dirinya untuk mengurangi
ini mengindikasikan pemanfaatan burung- kompetisi atas kebutuhan sumberdaya dengan
burung tersebut terhadap berbagai sumberdaya jenis burung yang lain dan sebagai bentuk
yang ada di Danau Meno. Rahayuningsih adaptasi terhadap perubahan kondisi
(2007) mengatakan bahwa adanya variasi lingkungan yang ada.
kelimpahan jenis burung dalam suatu habitat
menunjukkan perbedaan kemampuan setiap

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 811


Status Konservasi Burung Air Apabila status perlindungan tersebut dikaitkan
Berdasarkan ketentuan peraturan dengan frekuensi kehadiran burung yang ada
perundang-undangan, status perlindungan di Danau Meno, maka dapat dibuatkan matrik
jenis burung air yang ditemukan di Danau prioritas konservasi burung seperti tertera
Meno terdiri dari 5 jenis burung dilindungi pada Tabel 2.
UU dan jenis sisanya tidak dilindungi UU.

Tabel 2. Matrik Prioritas Konservasi Burung Air yang ada di Danau Meno
Status Perlindungan
Status Kehadiran
Tidak Dilindungi UU Dilindungi UU
Sangat Umum Ardea purpurea (7) Egretta garzetta (3)
Butorides striatus (7) Egretta sacra (3)
Nycticorax nycticorax (7)
Anas gibberifrons (7)
Umum Tringa nebularia (6) Chlidonias hybridus (2)
Tidak Umum Actitis hypoleucos (5) -
Jarang Ardeola spesiosa (4) Nycticorax caledonicus (1)
Himantopus himantopus (1)
Keterangan: angka di dalam kurung menunjukkan prioritas konservasi (jenis burung yang perlu
segera dilindungi supaya tidak mengalami kepunahan secara lokal)

Mengacu pada hasil analisis pada Tabel 2 Hal lain yang dapat dijadikan sebagai
terlihat bahwa prioritas konservasi burung air alasan untuk melakukan konservasi burung air
yang ada di Danau Meno dapat dikategorikan di Danau Meno ialah terkait dengan aktivitas
ke dalam prioritas 1 (Nycticorax caledonicus harian yang dilakukan oleh burung tersebut di
dan Himantopus himantopus), prioritas 2 Danau Meno. Hasil penelitian pada Lampiran
(Chlidonias hybridus), prioritas 3 (Egretta 28 menunjukkan bahwa secara umum aktivitas
sacra dan Egretta garzetta), prioritas 4 harian burung air di Danau Meno sebagian
(Ardeola spesiosa), prioritas 5 (Actitis besar (58%) melakukan aktivitas istirahat,
hypoleucos), prioritas 6 (Tringa nebularia), mencari makan (25%), dan lokomosi (17%).
dan prioritas 7 (Anas gibberifrons, Nycticorax Berdasarkan urutan prioritas aktivitas harian
nycticorax, Butorides striatus, dan Ardea burung tersebut dapat dikatakan bahwa
purpurea). Apabila dicermati lebih lanjut, kepentingan burung air terhadap keberadaan
prioritas konservasi burung air di Danau Meno Danau Meno ialah untuk melakukan aktivitas
dapat dikelompokkan ke dalam prioritas istirahat, mencari makan, dan lokomosi.
utama dan prioritas bukan utama. Prioritas Aktivitas mencari makan sangat terkait
utama konservasi burung air di Danau Meno dengan aktivitas lokomosi karena sebagian
terdiri dari semua jenis burung air yang besar burung air dalam melakukan aktivitas
dilindungi undang-undang, sedangkan mencari makan terlebih dahulu melakukan
prioritas bukan utamanya terdiri dari jenis aktivitas lokomosi. Jenis aktivitas yang lain
burung air yang tidak dilindungi undang- seperti preening dan vokalisasi merupakan
undang. Atas dasar hal tersebut rasionalisasi jenis aktivitas yang dilakukan setelah
untuk melakukan konservasi burung air di melakukan aktivitas istirahat, mencari makan,
Danau Meno merupakan hal yang harus dan lokomosi.
dijadikan sebagai fokus utamanya. Konservasi burung air di Danau Meno ini
kemungkinan akan berhasil dengan baik

812 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

apabila kegiatan rehabilitasi mangrove sebagai dipublikasikan. Mataram:


habitat burungnya berhasil dilakukan. Hasil- Universitas Mataram.
hasil penelitian yang dilakukan di Aceh pasca Coates, B.J. & Bishop, K.D. 1997. Burung-
tsunami telah menunjukkan bahwa burung di Kawasan Wallacea.
keberhasilan dalam melakukan rehabilitasi Terjemahan S.N. Kartikasari,
mangrove telah mengembalikan keberadaan Meiske D. Tapilatu & Dwiatinovita
Egretta garzetta untuk membuat sarang dan R. 2000. Bogor: BirdLife
berkembangbiak yang sempat menghilang International Indonesia Programme.
karena kejadian tsunami. Pada kasus Elfidasari, D. & Junardi. 2006. Keragaman
rehabilitasi mangrove di Danau Meno Burung Air di Kawasan Hutan
diharapkan apabila kegiatan rehabilitasinya Mangrove Peniti, Kabupaten
berhasil dilakukan maka keberadaan berbagai Pontianak. Biodiversitas (7): 6366.
jenis burung airnya dapat dipertahankan Hadiprayitno, G. 2009. Komunitas Burung di
sehingga fungsi ekologi maupun fungsi Danau Meno Lombok NTB.
ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat, Makalah disampaikan pada Seminar
bukan hanya pada saat sekarang akan tetapi Nasional dan Kongres Biologi di
dapat dirasakan juga oleh generasi-generasi UIN Malang, 23 24 Juli 2009.
yang akan datang. Hadiprayitno, G., Husni, S., & Santoso, D.
2009. Desain Model Pengelolaan
Simpulan Danau Meno. Mataram: Universitas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mataram.
jenis burung yang ditemukan dengan Loiselle, B.A. & Blake, J.G. 1992. Population
kelimpahan tertinggi ialah Nycticorax Variation in a Tropical Bird
nycticorax (45.93%), kemudian diikuti secara Community. Bioscience, 42 (11):
berturut-turut oleh Butorides striatus 838 845.
(25.32%), Egretta garzetta (9.46%), Tringa Nurwatha, P.F. 1995. Penggunaan Habitat
nebularia (5.29%), Ardea purpurea (5.02%), secara Vertikal Burung di Taman
Egretta sacra (3.38%), Anas gibberifrons Kota Bandung. Skripsi tidak
(2.33%), Actitis hypoleucos (1.69%), diterbitkan. Bandung: FMIPA
Chlidonias hybridus (0.95%), Himantopus UNPAD.
himantopus (0.37%), Nycticorax caledonicus Rahayuningsih. 2007. Bird Community in
(0.21%), dan Ardeola speciosa (0.05%). Hasil Burung Island, Karimunjawa
analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa National Park, Central Jawa.
status konservasi burung air yang ditemukan Biodiversitas Vol 8: 183-187.
dapat dikategorikan ke dalam prioritas Sudarmadji. 2002. Pentingnya Pemberdayaan
konservasi 1 (Nycticorax caledonicus dan Masyarakat dalam Upaya
Himantopus himantopus), prioritas konservasi Konservasi Sumber Daya Alam
2 (Chlidonias hybridus), dan prioritas Hayati di Era Pelaksanaan Otonomi
konservasi 3 (Egretta garzetta dan Egretta Daerah. Jurnal ILMU DASAR, 3 (
sacra), sedangkan jenis burung yang lain 1): 50-55.
dikategorikan ke dalam prioritas konservasi 4. Virgota, A. & Tresnani, G. 2006. Bioekologi
Burung di Desa Gili Indah
Daftar Rujukan Kecamatan Pemenang Kabupaten
Atmanegara, F. 2010. Keanekaragaman Jenis Lombok Barat serta Prospeknya
Burung Air di Sekitar Danau Gili sebagai Ekoturisme. Mataram:
Meno, Lombok Utara. Skripsi tidak Universitas Mataram.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 813


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

EKSTRAKSI AGAR DARI RUMPUT LAUT Gracillaria verucosa verucosa DAN


Euchema cottoni cottoni
Khoirul Anwar
Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang
Email: cak_ilun@live.com

Abstrak
Dibutuhkan kualitas agar yang baik supaya dihasilkan produk olahan dari agar yang berkualitas
baik. Rumput laut Gracillaria verucosa verucosa dan Euchema cottoni cottoni mengandung agar
dan banyak dibudidayakan oleh masyarakat. Untuk menentukan rumput laut yang paling
berpotensi memiliki kandungan agar yang berkualitas baik perlu dilakukan penelitian tentang
kualitas kandungan agar dari kedua rumput laut tersebut. Bahan yang diteliti adalah rumput laut
jenis Gracilaria verrucosa (dari tambak Pulokerto-Pasuruan) dan Euchema cottoni cottoni.
Masing-masing bahan direndam dalam larutan H2SO4 0,1% selama 30 menit, kemudian
direndam dalam aquades selama 30 menit dalam kondisi pH 7. Rendaman rumput laut
diekstraksi dalam aquades menggunakan waterbath selama 4 jam pada suhu 90o C, kemudian
disaring. Hasil saringan didinginkan semalam dan dikeringkan dalam oven selama 24 jam pada
suhu 50o C. Kandungan serat diuji pada masing-masing hasil ektraksi Euchema cottoni cottoni
dan Gracillaria verucosa verucosa. Data dianalisi secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa agar Euchema cottoni cottoni memiliki agar lebih banyak daripada
Gracillaria verucosa verucosa, yaitu ditandai dengan ciri-ciri terbentuknya endapan agar pada
hasil ekstraksi. Sedangkan kandungan agar dari rumput laut Gracillaria verucosa sedikit, yaitu
ditandai dengan adanya sedikit endapan pada hasil ekstraksi serta kondisi ekstrak tidak
menjendal membentuk gel. Kandungan agar yang kurang dari 10% tidak dapat membentuk gel.
Hasil pengujian kadar serat agar dari Euchema cottoni cottoni dan Gracillaria verucosa verucosa
menunjukkan bahwa Gracillaria verucosa verucosa memiliki kandungan serat 11,84% dan
Euchema cottoni cottoni 7,95%.

Kata kunci : ekstraksi agar, gracillaria verucosa verucosa dan euchema cottoni cottoni

Pendahuluan agar yang berkualitas baik. Rumput laut


Rumput laut Eucheuma cottonii di Gracillaria verucosa verucosa dan Euchema
budidayakan di laut dan merupakan penghasil cottoni cottoni mengandung agar dan banyak
karaginan, sedangkan Gracilaria sp di dibudidayakan oleh masyarakat. Untuk
budidayakan di Tambak dan merupakan menentukan rumput laut yang paling
penghasil agar-agar (Mappiratu, 2010). berpotensi memiliki kandungan agar yang
Rumput laut telah banyak dikenal oleh berkualitas baik perlu dilakukan penelitian
masyarakat untuk dikonsumsi. Salah satu tentang kualitas kandungan agar dari kedua
olahan makanan dari rumput laut yang banyak rumput laut tersebut. Penelitian ini bertujuan
beredar adalah agar-agar. untuk membandingkan kualitas agar dari
Agar dapat dimanfaatkan sebagai Euchema cottoni cottoni dan Gracillaria
pengemulsi, pengental, dan penyeimbang verucosa verucosa.
(stabilizer). Dibutuhkan kualitas agar yang
baik supaya dihasilkan produk olahan dari

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 814


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Metode Penelitian penelitian menunjukkan bahwa agar Euchema


Bahan yang digunakan adalah rumput cottoni cottoni memiliki agar yang lebih
laut jenis Gracilaria verrucosa (dari tambak banyak daripada Gracillaria verucosa
Pulokerto-Pasuruan) dan Euchema cottoni sp. verucosa, yaitu ditandai dengan ciri-ciri
yang akan direndam dalam larutan H2SO4 terbentuknya endapan agar pada hasil
0,1% selama 30 menit. Kemudian direndam ekstraksi. Sedangkan agar dari rumput laut
dalam aquades slama 30 menit dalam kondisi Gracillaria verucosa kurang baik atau hanya
pH 7. Rendaman rumput laut diekstraksi sedikit, yaitu ditandai dengan adanya sedikit
dalam aquades menggunakan waterbath endapan agar pada hasil ekstraksi dan kondisi
selama 4 jam pada suhu 90o C. disaring ekstrak tidak menggumpal (lihat gambar 1).
kemudian hasil saringan didinginkan semalam Kandungan agar yang kurang dari 10% tidak
dan dikeringkan dalam oven selama 24 jam dapat membentuk gel (Rasyid, 2004).
pada suhu 50o C. Kandungan serat diuji pada Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan
masing-masing hasil ektraksi Euchema cottoni bahwa kandungan agar pada Gracillaria
cottoni dan Gracillaria verucosa verucosa. verucosa kurang dari 10% atau tidak sebanyak
Data dianalisi secara deskriptif kualitatif. Euchema cottoni cottoni. Dari hasil penelitian
ini masih perlu dilakukan uji kuantitatif
Hasil dan Pembahasan terhadap kadungan agar dari masing-masing
Ekstraksi agar dilakukan pada dua jenis rumput laut untuk mengetahui kuantitas
alga yaitu Euchema cottoni cottoni dan kandungan agar pada rumput laut Gracillaria
Gracillaria verucosa verucosa. Hasil verucosa dan Euchema cottoni.

Tabel 1. Hasil uji kadar serat yang terkandung pada hasil ekstraksi agar Euchema cottoni
cottoni dan Gracillaria verucosa verucosa.
Sampel ul m krts m sampel m akhir Serat (%)
E1 1 1,145 2,02 1,302 7,772
2 1,144 2,011 1,304 7,956
E2 1 1,146 2,009 1,307 8,014
2 1,145 2,017 1,308 8,081
G1 1 1,144 2,009 1,377 11,598
2 1,146 2,006 1,374 11,366
G2 1 1,145 2,004 1,389 12,176
2 1,145 2,011 1,391 12,233

815 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

1
2

Gambar 1. Hasil Ektraksi Agar, 1. Euchema cottoni, 2.


Gracillaria verucosa

Hasil pengujian kadar serat agar dari Daftar Rujukan


Euchema cottoni cottoni dan Gracillaria Rasyid, A. 2004. Beberapa Catatan tentang
verucosa verucosa menunjukkan bahwa Agar. Jurnal Oseana, 29 (2): 1-7
Gracillaria verucosa memiliki kandungan Mappiratu. 2010. Strategi Riset Rumput Laut
serat 11,84% dan Euchema cottoni 7,95% untuk Produksi Produk Spesifik
(lihat Tabel 1). Dari data tersebut dapat Daerah Sulawesi Tengah. Media
disimpulkan bahwa kadar serat Euchema Litbang Sulteng 3 (2): 91-95
cottoni cottoni lebih rendah dari pada kadar Distantina, S., Anggraeni, DR., dan Fitri, LE.
serat Gracillaria verucosa verucosa. 2008. Pengaruh Konsentrasi dan
Kandungan serat ini dioengaruhi oleh kadar Jenis Larutan Perendaman terhadap
biomassa dari masing-masing alga. Alga Kecepatan Ekstraksi dan Sifat Gel
Euchema cottoni cottoni memiliki biomassa Agar-agar dari Rumput Laut
yang lebih tinggi daripada Gracillaria Gracilaria verrucosa. Jurnal
verucosa verucosa per satuan beratnya. Rekayasa Proses, 2 (1): 11-16.
Artinya satu gram alga Euchema cottoni hanya
satu thallus sedangkan satu gram Gracillaria
verucosa lebih dari satu thallus.

Simpulan
Euchema cottoni cottoni memiliki
kandungan agar lebih banyak daripada
Gracillaria verucosa verucosa. Kandungan
serat Euchema cottoni cottoni lebih rendah
daripada Gracillaria verucosa verucosa.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 816


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

VARIASI BENTUK DAN ORNAMENTASI SPORA


PADA MARGA Cheilanthes

Lalu Irfan Arisaputra, Firda Asmaul Husna, Syifa Sundari , Eko Sri Sulasmi
Mahasiswa S1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang
Dosen Pembina Matakuliah Biosistematik Tumbuhan Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Negeri Malang, Malang, Jawa Timur, Indonesia
Email : syifasundari01@yahoo.com

Abstrak
Tumbuhan paku memiliki spora yang beranekaragam dalam hal bentuk, ukuran, dan
ornamentasi. Keanekaragaman tersebut dapat terjadi dalam satu marga. Cheilanthes merupakan
salah satu marga dari suku Adiantaceae menurut Holttum (1968). Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan variasi bentuk spora pada marga Cheilanthes yakni Cheilanthes
bullosa, Cheilanthes farinosa, Cheilanthes mysurensis, dan Cheilanthes tenuifolia. Penelitian
dilakukan pada bulan Agustus sampai Oktober 2014 di Laboratorium Biologi Universitas
Negeri Malang. Spesimen penelitian diambil dari koleksi Herbarium Malangensis dengan
metode asetolisis dan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk pengambilan
data yang akan dideskripsikan. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, dapat dijelaskan
mengenai variasi morfologi pada spora marga Chelianthes, diantaranya: 1) Cheilantes farinosa
memiliki bentuk: non angular- circular, ornamentasi: reticulate colpus dengan margo, lumina
semakin kecil kearah tepi corpus dan menghilang di tepi bertectate margin, sexine bertahap
menjadi lebih tipis kearah tepi colpus. 2) Cheilantes mysurensis memiliki bentuk: non angular-
eliptic, ornamentasi: reticulate yang pada bagian nexine berpori (pantoporate). 3) Cheilantes
tenuifolia memiliki bentuk: tetrahedral, ornamentasi: reticulate di dalamnya ada pilate. 4)
Cheilantes bullosa memiliki bentuk eliptic, dan ornamen: verrucate semitectate. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa marga Cheilantes memiliki bentuk dan ornamentasi spora yang
bervariasi.

Kata kunci: Tanaman paku, Cheilantes, spora, ornamen, bentuk.

Pendahuluan menentukan hubungan kekerabatan antara


Tumbuhan paku mempunyai karakter dan kelompok-kelompok besar Pteridophyta.
penampilan yang sangat khas. Tumbuhanpaku Spora merupakan sel-sel yang tersebar
merupakan tumbuhan berpembuluh yang pada Cryptogam (lumut, liverwort, paku dll.)
paling primitive daripada tanaman yang mengandung genom dan secara asexual
berpembuluh lain. Tumbuhan paku telah akan berkembang menjadi gametofit baru
melalui berbagai tingkat evolusi sejak zaman (Cynthia, 2012). Spora tumbuhan paku
Devonian sampai sekarang. Namun demikian memiliki bentuk yang beragam.
penelitian tentang klasifikasi dan hubungan Keanekaragaman tersebut dapat berupa bentuk
kekerabatan pada Pteridophyta masih belum dasar, ukuran, dan tipe pahatan dinding yang
banyak dilakukan. Pichi-sermoli (1973) dalam dapt digunakan untuk melakukan identifikasi.
Nurchayati (2010) telah menyatakan bahwa Spora yang masak pada tumbuhan paku ini
tumbuhan paku telah melaluibanyak sering memperlihatkan berbagai tipe pahatan
perubahan dalam taksonomi dan tata nama. dinding yang mempunyai makna dalam
Hal ini dikarenakan adanya kesulitan dalam kegiatan taksonomi.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 817


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Sebagian dari butir polen memiliki dua Moore dan Webb (1978) menambahkan
lapisan, lapisan luar exin dan lapisan bagian bahwa butir polen dan spora dapat dibagi
dalam intine (Fritzsche 1837 dalam Erdtman kedalam kelompok yang didasarkan pada
(1954)). Permukaan dinding luar atau eksin jumlah, posisi, dan karakter dari apertura.
mempunyai ornamen (sculpture). Ornamen Jumlah dari apertura diindikasikan dengan
tersebut dapat berupa spinula atau duri kecil, memasang awalan mono-, di-, tri-, tetra-,
dapat pula berupa pila atau batang kecil penta-, dan hexa- sebelum istilah colpate,
dengan ujung berupa bola. Permukaan eksin porate atau colporate. Lebih dari tujuh
ada yang mempunyai lubang atau lekuk (pits), apertura diindikasikan dengan penggunaan
eksin scrobilatus; ada yang berparit (streaks) awalan poly-. Dalam banyak kasus pori dan/
atau parit yang membentuk jala, eksin atau colpi diatur sama jauhnya sekeliling
reticulatus. Namun, ada juga spora yang equator dari butir. Situasi ini diindikasikan
permukaan eksinnya tidak mempunya tojolan, dengan awalan zono-. Jika apertura semua
duri atau apapun juga sebagai ornamen, pola berserak diatas permukaan butir digunakan
semacam ini dinamai psilatum (psilate; licin, awalan panto-.
halus). Ornamen eksin tersebut dapat Morfologi polen merupakan ekspresi dari
dipertahankan pada preparat awetan yang gen seperti ciri baik itu tidak begitu nampak
dibuat dengan metoda asetolisis. (samar) atau morfologi yang terlihat jelas,
Hal harus diamati dalam melakukan berguna dalam beberapa kelompok untuk
identifikasi spora adalah tipe apertura yang studi taksonomi dan kurang berguna bagi
dimiliki spora tersebut. Moore dan Webb studi lainnya. (Ferguson, I.K., 1985)
(1978) menjelaskan bahwa apertura Morfologi yang ada menyebabkan terjadinya
merupakan bagian yang tipis atau bagian yang keanekaragaman, dan keanekaragaman
hilang dari eksin yang berdiri sendiri dari pola tersebut dapat terjadi dalam satu marga.
pada exine. Ada dua macam dari apertura Cheilanthes merupakan salah satu marga dari
dinamakan pori (pores) dan colpi (furrows). suku Adiantaceae menurut Holttum (1968).
Colpi merupakan bagian yang lebih primitive Beberapa spesies yang menjadi objek kajian
dibanding pori. Pori biasanya merupakan memiliki variasi morfologi khususnya dalam
rongga isodiametris, tetapi dapat sedikit morfologi spora walaupun masih dalam satu
panjang dengan membulat dibagian akhir. marga. Dalam artikel ini akan dibahas variasi
Butir spora dengan pori dinamakan porate, morfologi spora pada setiap spesies yang
dengan colpi, colpate, dan dengan keduanya menjadi objek penelitian.
(colpus dan porus) jika terdapat bersamaan
pada apertura yang sama, colporate. Pada Metode Penelitian
apertura (colpus atau porus) membuat garis Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
demarkasi dengan garis yang seringkali Agustus-Oktober 2014. Pengambilan sampel
menyebabkan perubahan dalam ketebalan dari spora bertempat di Herbarium Malangengsis.
sexine atau nexine atau keduaya. Pada analisis Pengamatan spora dengan menggunakan
memerinci dari struktur butir polen pada mikroskop cahaya dilaksanakan di
apertura yang keistimewaan dari nexine Laboratorium Struktur Perkembangan
dinamakan ectoapertura (ectocalpus, Tumbuhan dan Taksonomi Tumbuhan,
endocarpus). Pada beberapa kasus ecto- dan Jurusan Biologi FMIPA UM. Adapun
endoapertura dapat memiliki tipe yang sama pengamatan spora dengan SEM dilakukan di
dan terjadi dalam tempat yang sama, dan pada Gedung Labolatorium Bersama FMIPA UM.
kasus yang lain mungkin berbeda tipe yang Alat yang digunakan meliputi: Mikroskop
terjadi dalam sedikit perbedaan posisi. cahaya, botol vial, centrifuge manual,

818 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

penangas air, batang kaca pengaduk, pipet, ukuran diameter 51,64 m. Bentuk spora ini
kaca benda dan kaca penutup. non angular- circular, membulat. Pada
Bahan yang digunakan meliputi: Sporofil apertura menunjukkan adanya colpus yang
tumbuhan paku, spora, asam cuka glasial, berkombinasi dengan porus yang disebut
asam cuka anhidrat, asam sulfat pekat, colporate seperti pada gambar 1.2. dan 1.3.
akuades, natrium cholat, HCl, safranin, Ornamentasi yang terlihat Reticulate, yakni
alkohol 70%, xylol. penonjolan yang membentuk pola jaring,
membentuk kerutan (Colpus) dengan margo
Hasil dan Pembahasan yakni penipisan sekeliling sexine pada
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan ektokolpus. Lembaran Lumina semakin kecil
pada spora marga Cheliantes, diperoleh hasil kearah tepi corpus dan menghilang di tepi
sebagai berikut: memberi tectate margin. Sexine bertahap
menjadi lebih tipis kearah tepi colpus.
1. Cheilantes farinose
Spora dari paku C. farinose, memiliki

1.1 1.2 1.3

Gambar. 1.1 Spora Cheliantes farinose dari mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000;.
Gambar. 1.2 & 1.3 Spora hasil SEM, dengan ukuran 51,64 m

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 819


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

2. Cheilantes mysurensis Apertura menunjukkan adanya colpus yang


Bentuk spora pada C. mysurensis terlihat berkombinasi dengan porus yang disebut
oval pada pengamatan dengan mikroskop colporate seperti pada gambar 2.2. dan
cahaya seperti gambar 2.1. Memiliki ukuran 2.3.Ornamen (sculpture): Reticulate yang pada
panjang: 42.98 m dan lebar: 33.69 m. bagian nexine/foot layer-nya berpori
Pada gambar 2.2 dan 2.3 hasil SEM (pantoporet)
nampak memiliki bentuk non angular- eliptic.

2.1 2.2 2.3

Gambar. 2.1 Spora Cheliantes mysurensis dari mikroskop cahaya dengan


perbesaran 1000. ;
Gambar. 2.2 & 2.3 Spora hasil SEM, dengan ukuran P: 42.98 m L: 33.69 m

3. Cheilantes tenuifolia Lebar: 33.14 m (gambar 3.3). Memiliki


Bentuk spora pada C. mysurensis terlihat bentuk: tetrahedral. Apertura colpus dengan
oval pada pengamatan dengan mikroskop porus sehingga colporate. Ornamentasi:
cahaya seperti gambar 3.1 . Spora ini sepertii membentuk jaringan (reticulate) di
memiliki ukuran panjang: 47.14 m dan dalamnya ada pilate.

3.1 3.2 3.3

Gambar. 3.1 Spora Cheliantes tenuifolia dari mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000;
Gambar 3.2 & 3.3 Spora hasil SEM, dengan ukuran P: 47.14 m, L: 33.14 m P: 42.98 m
L: 33.69 m

820 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

4. Cheilantes bullosa spora memiliki ukuran Panjang: 61.08 m dan


Bentuk spora pada C. bullosa terlihat Lebar: 39.03 m. bentuknya menjadi non
seperti ginjal pada pengamatan dengan angular- eliptic. Apertura mebenetul kerutan
mikroskop cahaya seperti gambar 4.1. saja tanpa porus (colpus). Ornamentasi
pengamatan menggunkan SEM menunjukan (sculpture): Verrucate semitectote.

4.1 4.2 4.3

Gambar. 4.1 Spora Cheliantes bullosa dari mikroskop cahaya dengan perbesaran 1000;
Gambar. 4.2 & 4.3 Spora hasil SEM, dengan ukuran P: 61.08 m L: 39.03 m

Simpulan Wiksell.
Berdasarkan pengamatan yang telah Ferguson, I.K., 1985. The Role Of Pollen
dilakukan, dapat disimpulkan bahwa marga Morphology in Plant Systematics. An.
Cheilantes memiliki bentuk dan ornamentasi Asoc. Palinology. Leng. Esp. 2:5-18
spora yang bervariasi. Keanekaragaman (1985).
bentuk dan ornamentasi spora pada marga
Cheilantes dapat dijadikan sebagai pembeda Holttum R.E. 1968. Flora of Malaya:
antar spesies dan menjadi salah satu kriteria Volume II Fern of Malaya. Singapura:
yang dipertimbangkan dalam identifikasi Authority Government Printing Office
tumbuhan paku dalam bidang taksonomi. Singapore.
Moore, P.D. dan Webb, J.A. 1978. An
Daftar Rujukan Illustrated Guide to Pollen Analysis.
Cynthia Fernandes Pinto da Luz (2012). New York: Division of John Wiley &
Palynology as a Tool in Bathymetry, Sons Inc.
Bathymetry and Its Applications, Dr. Nurchayati, Nunuk. 2010. Hubungan
Philippe Blondel (Ed.), ISBN: 978-953- Kekerabatan Beberapa Spesies
307-959-2, InTech, DOI: Tumbuhan Paku Familia
10.5772/32400. Available from: Polypodiaceae dari Karakter
http://www.intechopen.com/books/bath Morfologi Sporofit dan Gametofit.
ymetry-and-its- Jurnal Ilmiah PROGRESSIF, Vol.7
applications/palynology-as-a-tool-in- No.19, April 2010.
bathymetry.
Erdtman, G., 1954. An Introduction of Pollen
Analysis. Stockholm: Almquist and

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 821


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

PREFERENSI KUPU-KUPU FAMILIANymphalidaeDANLycaenidae


PADA TUMBUHAN DI WISATA AIR TERJUN COBAN RAIS
KOTA BATU JAWA TIMUR
Lelly Dwi Arrummaisha, Sofia Ery Rahayu, Sulisetijono
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang No.5, Malang, Indonesia
arrummaisha_4131@yahoo.com

Abstrak
Informasi mengenai preferensi kupu-kupu familia Nymphalidae dan Lycaenidae di Wisata
Air Terjun Coban Rais yang masih kurang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui spesies
kupu-kupu familia Nymphalidae dan Lycaenidae beserta preferensinya pada tumbuhan di
Wisata Air Terjun Coban Rais. Penelitian bersifat deskriptif eksploratif, dilaksanakan pada
bulan Pebruari 2014 dengan metode transek titik (Bismark, 2011). Kupu-kupu ditangkap
menggunakan jaring serangga, sedangkan pengamatan preferensi menggunakan binokuler. Hasil
penelitian diperoleh 12 spesies yang terdiri dari familia Nymphalidae (10 spesies) dan
Lycaenidae (2 spesies). Tumbuhan yang dijadikan preferensi oleh kupu-kupu familia
Nymphalidae dan Lycaenidae di Wisata Air Terjun Coban Rais berjumlah 13 spesies. Kupu-
kupu familia Nymphalidae dan Lycaenidae banyak hinggap pada tumbuhan Chromolaena
odorata, Eupatorium riparium, dan Imperata cylindrica dan menggunakan Ageratum
conyzoides, Bidens pilosa, Eupatorium inulifolium, Melastoma malabathricum, dan
Stachytarpeta indica sebagai tumbuhan pakan.

Kata kunci: Preferensi, Kupu-kupu, Air Terjun Coban Rais

Pendahuluan dilindungi sebagai satwa langka, termasuk


Kupu-kupu merupakan salah satu jenis kupu-kupu paling besar dan langka di
kekayaan hayati yang dimiliki Indonesia. Dari dunia.Di Jawa dan Bali saja tercatat 600
perkiraan 17.500 jenis kupu-kupu di dunia, tak spesies kupu-kupu (Soekardi, 2007), namun
kurang dari 1.600 jenis diantaranya tersebar di belum ada data yang lengkap mengenai
Indonesia. Kekayaan jumlah jenis ini hanya jumlah spesies kupu-kupu khususnya wilayah
tertandingi oleh Negara-negara tropis di Jawa Timur.
Amerika Selatan, seperti Peru dan Brazil yang Keberadaan kupu-kupu sangat tergantung
mempunyai sekitar 3.000 jenis (Peggie, kepada daya dukung habitatnya, yaitu habitat
2008).Keadaan alam Indonesia dengan iklim yang memiliki komponen hostplant dan
tropik menjadi habitat yang cocok bagi foodplant. Hostplant adalah tumbuhan inang
perkembangan berbagai spesies kupu-kupu, yang menjadi makanan larva dan foodplant
yang diperkirakan sekitar 4.000-5.000 spesies, adalah tumbuhan yang menjadi makanan
namun, sampai saat ini baru sekitar kupu-kupu dewasa. Apabila salah satu, atau
setengahnya yang sudah diketahui spesiesnya bahkan kedua komponen tersebut tidak ada,
(Tsukada & Nishiyama, 1982). maka kupu-kupu jelas tidak bisa
Indonesia memiliki jumlah jenis kupu- melangsungkan kehidupannya (Shalihah dkk.,
kupu yang cukup banyak dan diperkirakan 2012).
berjumlah 2500 jenis.Beberapa spesies di Coban Rais merupakan salah satu wisata
antaranya telah punah.Beberapa lagi air terjun yang terdapat di Desa Oro-Oro

822 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

Ombo Kota Batu Jawa Timur. Secara pada bulan Januari-Juni 2014, sedangkan
pengelolaan hutan terletak di petak 221 & 225, penangkapan kupu-kupu familia Nymphalidae
Resort Polisi Hutan (RPH) Oro-oro ombo, dan Lycaenidae dilakukan pada bulan Pebruari
Bagian Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) 2014 di Wisata Air Terjun Coban Rais.
Pujon, Kesatuan Pemangku Hutan Identifikasi dan analisis data dilakukan di
(KPH)Malang dengan luas baku 4,5 ha. Laboratorium Biologi, Universitas Negeri
Terletak pada ketinggian 850 mdpl dengan Malang. Lokasi penelitian yaitu di sepanjang
suhu 18 230C dengan topografi berbukit dan jalan menuju Wisata Air Terjun Coban Rais
curah hujan rata-rata 1.500 mm/tahun dan dengan menggunakan metode transek titik
termasuk kelas hutan lindung pinus dan rimba (Bismark, 2011).
campur. Jarak terdekat dari kota Batu 6 km Pengambilan sampel kupu-kupu dan
(Perhutani, 2012).Wisata air terjun tersebut pengamatan preferensi kupu-kupu familia
tergolong masih alami dan masih belum Nymphalidae dan Lycaenidae dilakukan di
banyak terjamah manusia.Kondisi dan setiap titik transek. Kelima titik pengamatan
vegetasi yang alami tersebut memungkinkan ini dipilih di daerah yang banyak terdapat
dilakukanya penelitian mengenai preferensi kupu-kupu. Batas radius pengamatan sekitar
kupu-kupu terhadap tumbuhan. 10 meter dari titik pengamat berdiri.
Penelitian yang dilakukan Eka dkk. Sedangkan jarak antar transek titik sekitar 500
(2012) mengenai komunitas kupu-kupu di UI meter. Preferensi diamati pada pukul 08.00-
Depok menyebutkan bahwa spesies Ypthima 12.00 yang tersebar di 5 titik dengan cara
philomela pada tumbuhan familia Poaceae dan mengamati dan mencatat semua kupu-kupu
Zizinia otis pada tumbuhan polong yang terlihat sedang hinggap pada tumbuhan
(Fabaceae). Penelitian mengenai identifikasi yang berada di titik lokasi tersebut dengan
dan keanekaragaman jenis kupu-kupu banyak kisaran waktu 10-20 menit. Tumbuhan
dilakukan, namun penelitian yang preferensi yang diamati meliputi tumbuhan
mengkhususkan pada preferensi spesies pakan dan tumbuhan inang. Pengamatan
tumbuhan kupu-kupu familia Nymphalidae dilakukan sebanyak tiga kali ulangan dengan
dan Lycaenidae di Wisata Air Terjun Coban interval ulangan setiap satu minggu
Rais belum dilakukan. Kupu-kupu familia sekali.Sebelum melakukan pengamatan,
Nymphalidae dan Lycaenidae ini memiliki ciri dilakukan pengukuran faktor abiotik di setiap
khas yang berbeda. Familia Nymphalidae titik pengamatan. Pengukuran faktor abiotik
memiliki ukuran sedang hingga besar dengan meliputi suhu, intensitas cahaya, dan
corak warna yang tidak terlalu mencolok yang kelembapan udara.
didominasi warna abu-abu, hitam, coklat, Penangkapan kupu-kupu dilakukan
dengan corak putih.Selain itu ada beberapa dengan menggunakan jaring serangga. Kupu-
spesies berukuran besar yang memiliki warna kupu yang telah ditangkap akan dilakukan
terang contohnya Danainae. Familia pengawetan dan dilanjutkan dengan proses
Lycaenidae berukuran kecil dengan corak identifikasi. Pengamatan kupu-kupu dibatasi
metalik, biru, atau ungu. Diketahuinya pada morfologi luar kupu-kupu. Kupu-kupu
tumbuhan yang menjadi preferensi bagi kupu- yang telah diamati kemudian diidentifikasi
kupu ini akan menunjang kajian konservasi dengan cara mencocokkan bentuk serta corak
terhadap keberadaan kupu-kupu. sayap kupu-kupu dan dibandingkan dengan
buku Practical Guide to the Butterflies of
Metode Penelitian Bogor Botanic Garden (Peggie & Amir,
Jenis penelitian ini merupakan penelitian 2006)The Butterfly of Australia (Orr &
deskriptif eksploratif. Penelitian dilakukan Kitching, 2010), dan The Complete Field

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 823


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

Guide to Butterflies of Australia (Braby, dan Lycaenidae pada tumbuhan kemudian


2004). Identifikasi tumbuhan dilakukan dianalisis secara deskriptif.
dengan mengamati ciri-ciri morfologi yang
meliputi habitus, perakaran, batang, daun, Hasil dan Pembahasan
bunga, buah dan biji. Buku yang digunakan Pengukuran faktor abiotik juga dilakukan
untuk identifikasi tumbuhan adalah Flora untuk mengetahui kondisi lingkungan yang
untuk Sekolah di Indonesia (Steenis, 1975) sesuai untuk habitat kupu-kupu. Kondisi
dan The Mountain Flora of Java (Steenis, lingkungan di Wisata Air Terjun Coban Rais
1972).Data mengenai spesies kupu-kupu dan disajikan pada Tabel 1seperti berikut.
preferensi kupu-kupu familia Nymphalidae

Tabel 1: Faktor Abiotik Lokasi Penelitian di Coban Rais


No Faktor Abiotik Rerata Nilai
1 Suhu Udara 26,2C
2 Intensitas Cahaya 418,2 x 100 lux
3 Kelembapan Udara 61,6 %

Dari hasil pengamatan pada 5 sektor Ageratum conyzoides, Bidens pilosa,


lokasipengamatan, ditemukan 12 spesies Chromolaena odorata, Tithonia diversifolia,
kupu-kupu yang terdiri atas 10 spesies dari dan Eupatorium riparium. Suku Verbenacea
familia Nymphalidae yaitu Lethe confusa, meliputi Stachytarpeta indica. Suku
Neptis hylas, Ypthima philomela, Ypthima Athyriceae, Urticaceae, Araceae, Mimosaceae,
pandacus, Mycalesis horsfieldi, Ariadne Poaceae, Melastomataceae, dan Solanaceae
ariadne, Polyura hebe, Mycalesis sudra, berturut-turut meliputi Athyrium sp., Laportea
Hypolimnas Bolina, dan Acraea issoria, dan 2 canadensis, Colocasia giganteum, Mimosa
spesies Lycaenidae yaitu Zizinia otis, dan pudica, Imperata cylindrica, Melastoma
Heliophorus epicles, serta 13 jenis tumbuhan malabathricum, dan Brugmansia suaveolens.
yang menjadi preferensi kupu-kupu familia Tumbuhan yang banyak didatangi oleh
Nymphalidae dan Lycaenidae. Keberadaan kupu-kupu familia Nymphalidae dan
kupu-kupu familia Nymphalidae dan Lycaenidae sebagai tempat hinggap antara lain
Lycaenidae di Wisata air Terjun Coban Rais Imperata cylindrica, Chromolaena odorata
ini selain dikarenakan habitat yang masih dan Eupatorium riparium, sedangkan
alami juga karena faktor abiotik yang tumbuhan yang banyak didatangi oleh kupu-
mendukung. Kisaran faktor abiotik yang kupu familia Nymphalidae dan Lycaenidae
diperoleh dari hasil pengukuran dilapangan sebagai tempat pakan antara lain Ageratum
adalah 46-80% untuk kelembaban, 220 C - 290 conyzoides, Bidens pilosa, Chromolaena
C untuk suhu, dan 32-1735 x 100 untuk odorata, Melastoma malabathricum, dan
intensitas cahaya. Stachytarpeta indica.
Dari data dapat diketahui bahwa Preferensi kupu-kupu terhadap tumbuhan
tumbuhan pakan yang menjadi preferensi kupu adalah kecenderungan atau ketertarikan kupu-
kupu familia Nymphalidae di Wisata Air kupu terhadap tumbuhan. Kupu-kupu
Terjun Coban Rais adalah tumbuhan dari suku menggunakan tumbuhan sebagai tempat
Asteraceae, Verbenaceae, Athyriceae, hinggap, tumbuhan pakan, (foodplant), atau
Urticaceae, Araceae, Mimosaceae, tumbuhan inang (hostplant). Dari hasil
Melastomataceae, Solanaceae dan Poaceae. penelitian di Wana Wisata Coban Rais
Dari suku Asteraceae meliputi spesies ditemukan 10 spesies familia Nymphalidae

824 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

dan dua spesies familia Lycaenidae yang Panduan Praktis Kupu-Kupu Di Kebun Raya
tumbuhan preferensinya berhasil teramati. Bogor spesies Zizinia otis Fabricus memiliki
Untuk tumbuhan preferensi sendiri sebanyak foodplant tumbuhan dari familia Papilionaceae
13 spesies tumbuhan. Kupu-kupu dengan dan Mimocaseae namun di Wisata Air Terjun
jenis yang berbeda memiliki tumbuhan tempat Coban Rais ini Zizinia otis Fabricus diketahui
hinggap atau tumbuhan pakan yang berbeda mengunjungi tumbuhan dari familia
walaupun masih dalam satu familia. Asteraceae (Eupatorium riparium Regel),
Hasil penelitian dilapangan diketahui Verbenaceae (Brugmansia suaveolens (Humb.
bahwa kupu-kupu familia Nymphalidae dan & Bonpl. Ex Willd) Bercht & J. Presl) dan
Lycaenidaebanyak mengunjungi tumbuhan Poaceae (Imperata cylindrical L.). Perbedaan
Eupatorium inulifolium Kunth, Eupatorium ini dapat diakibatkan vegetasi dan kondisi
riparium Regel, dan Imperata cylindrica L. alam yang berbeda.
Ketiga tumbuhan ini berasal dari familia yang Kupu-kupu memilih tumbuhan sebagai
berbeda, yaitu Asteraceae dan Poaceae. Ketiga pakan, hinggap maupun inang berdasarkan
tumbuhan ini banyak digunakan kupu-kupu interaksi antara kupu-kupu pada tumbuhan
untuk hinggap. Kupu-kupu familia begitu pula sebaliknya. Menurut Gombert dkk
Nymphalidae dan Lycaenidaemenggunakan (2005) kupu-kupu akan tertarik mendatangi
tumbuhan Stachytarpeta indica(L) Vahl, bunga sebagai sumber nektar atau makananya
Bidens pilosa L, Ageratum conyzoidesL, berdasarkan tiga karakteristik yaitu bentuk
Eupatorium inulifolium Kunth dan Melastoma bunga, warna, dan aroma. Sedangkan menurut
malabathricum L. sebagai tumbuhan pakan. Sodiq (2005) tiga karakteristik visual
Tumbuhan ini berasal dari familia Asteracea, tumbuhan yang menyebabkan suatu tumbuhan
Verbenaceae, dan Melastomaceae. dipilih oleh serangga untuk meletakkan telur
Kupu-kupu familia Nymphalidae maupun makan adalah ukuran, bentuk dan
mendatangi tumbuhan Imperata cylindrica L. kualitas warna. Pemilihan inang oleh serangga
dengan frekuensi yang tinggi. Menurut Peggie dilakukan dengan beberapa cara seperti
(2004) kupu-kupu familia Nymphalidae yang melalui penglihatan (visual), penciuman
memiliki tumbuhan preferensi dari familia (olfaktori), pencicipan (gustatory), dan
Poaceae antara lain Junonia atlites, Lethe perabaan (taktil) (Shodiq, 2005).
manthara, Melanitis leda, Melanitis zitenius, Kupu-kupu dalam proses menemukan
Melanitis phedima, Mycalesis horsfieldi, tumbuhan yang akan digunakan sabagai pakan
Mycalesis janardana, Mycalesis mineus, atau inang dibantu oleh indra yang bernama
Ypthima horsfieldii, dan Ypthima phylomela. kemoreseptor. Shodiq (2005) menjelaskan
Imperata cylindrica L. adalah salah satu bahwa kemoreseptor adalah indra yang
tumbuhan dari familia Poaceae yang terdapat berfungsi untuk menerima energy yang berupa
di Wisata Air Terjun Coban Rais. molekul kimia. Indra peraba dan penciuman
Kehadiran kupu-kupu Nymphalidae termasuk dalam golongan ini. Kemoreseptor
dengan frekuensi yang tinggi pada umumnya terpusat pada antenna, alat mulut,
Eupatorium inulifolium Kunth, Eupatorium dan tarsi (Wigglesworth, 1972). Olfakto
riparium L., Bidens pilosa L., Ageratum reseptor yang termasuk dalam golongan ini
conyzoides L. sesuai dengan penelitian yang merupakan indra yang salah satunya berfungsi
dilakukan oleh Dendang (2009), yang sebagai tanggap terhadap makanan. Organ ini
menjelaskan tumbuhan inang dari famili berupa Olfakto Reseptor Neuron (ORN). ORN
Nymphalidae yaitu Annonaceae, Asteraceae, ini pada kebanyakan serangga termasuk kupu-
Moraceae, Rubiaceae dan Anacardiaceae. kupu ditemukan pada dua pasang bilateral
Menurut Peggie (2004) dalam bukunya simetris organ penciuman, antenna dan palpus

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 825


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

rahang atas. (Hallem dkk.,, 2006). Permukaan serangga hanya mampu menerima dan
organ penciuman ditutupi dengan rambut merespon cahaya dengan panjang gelombang
sensorik disebut sensilla, yang berisi dendrit antara 300-400 m (warna mendekati
ORN (Hallem dkk., 2006). Serangga ultraviolet) sampai 600-650 m (warna
mempunyai indra penciuman dan indra perasa, jingga). Diantara beberapa warna spectrum
tetapi untuk mendeteksi suatu senyawa kimia cahaya tersebut, ada dua yang menghasilkan
dengan dendrit organ-organ penerima respon paling tinggi pada serangga yaitu
(Dethier, 1963 dalam Atkins, 1980). cahaya mendekati ultraviolet (350 m).
Indra perasa maupun penciuman pada Serangga walaupun memiliki indera berupa
serangga termasuk kupu-kupu bekerja secara mata namun tidak dapat membedakan bentuk
spesifik. Indra penciuman bekerja secara secara sempurna. Meskipun tidak dapat
spesifik menangkap dan menerima senyawa- membedakan bentuk segitiga, persegi, atau
senyawa dalam bentuk gas, sedangkan indra lingkaran dengan baik namun serangga dapat
perasa spesifik menangkap dan menerima membedakan bentuk berupa pecahan atau
senyawa dalam bentuk cairan atau padat. kepingan. Bunga yang terdiri dari beberapa
Wingglessworth (1972) menyebutkan bahwa bagian bunga seperti sepal dan petal, tidak lain
kemoreseptor dicirikan oleh ujung-ujung berupa bayangan yang berkelip dan hal itu
syaraf yang halus sekali yang berhubungan dapat menjadi isyarat bahwa terdapat nektar
dengan udara luar melalui pori-pori pada pada lokasi tersebut.
kutikula. Kutikula ini tipis halus dan Ketertarikan kupu-kupu pada tumbuhan
mempunyai struktur seperti saringan. selain karena kemampuanya untuk mengenali
Tiap indra penciuman terdiri dari satu tumbuhan dengan beberapa indra juga
atau lebih saraf-saraf penerima. Saraf-saraf ini dikarenakan adanya interaksi yang dilakukan
memiliki dendrit yang berhubungan dengan tumbuhan itu sendiri. Hal ini dilakukan
struktur kutikula dan benang-benang saraf tumbuhan untuk menarik serangga agar
yang meneruskan rangsang ke sistem saraf mendekat. Tumbuhan dapat menarik
pusat. Serangga dapat menerima rangsang bila kehadiran serangga termasuk juga kupu-kupu
terjadi kontak antara saraf pusat. Serangga dengan warna pada bunga, aroma dan betuk
dapat menerima rangsang bila terjadi kontak bunga. Warna-warna yang cerah dapat
antara molekul-molekul gas dengan dengan menarik perhatian kupu-kupu agar mendekat,
dendrit. Rangsangan dari dendrit kemudian selain itu aroma khas pada bunga maupun
diteruskan ke tubuh sel, lalu ke sistem saraf tumbuhan serta bentuknya. Hubungan antara
pusat melalui benang saraf (Atkins, 1980). bunga dengan kupu-kupu ini antara lain
Tanggapan dapat berupa ketertarikan serangga disebabkan oleh atraktan. Atraktan berupa
pada sumber-sumber bau-bauan tersebut. serbuk sari dan bakal madu atau nektar
Sistem saraf penciuman terdiri dari neuron merupakan sumber nutrisi yang digunakan
penerima rangsang, neuron penyalur, dan kupu-kupu untuk makanannya sehingga kupu-
neuron perantara (Atkins,1980). kupu dapat melangsungkan kehidupanya.Lethe
Indra lain pada kupu-kupu yang berfungsi confuse Aurivillius memiliki lebih dari satu
untuk mengenali tumbuhan adalah tumbuhan pakan dan dapat hinggap pada
fotoreseptor. Fotoreseptor ini adalah indera banyak tumbuhan. Beberapa spesies kupu-
yang berfungsi untuk menerima cahaya. Mata kupu merupakan polifagus dimana dapat
majemuk, mata tunggal dan stema adalah makan lebih dari satu jenis nectar pada
indra yang digunakan serangga untuk tumbuhan, namun Lethe confuse Aurivillius
berkomunikasi secara visual dengan belum diketahui secara pasti merupakan
tumbuhan. Shodiq (2005) menjelaskan bahwa

826 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

spesies kupu-kupu polifagus, sehingga perlu (alang-alang), dan Cyperus rotundus (teki)
dilakukan penelitian lebih lanjut. mengandung senyawa kimia seperti minyak
Beberapa bunga yang ditemukan di atsiri, sineol, dan alkaloid, sehingga
Wisata Air Terjun Coban Rais menjadi berdasarkan aroma warna bunga dan bentuk
preferensi bagi beberapa spesies kupu-kupu yang sesuai dengan proboscis yang dimiliki
dari familia Nymphalidae dan Lycaenidae. kupu-kupu juga berpengaruh terhadap
Ageratum conyzoides L., Bidens pilosa L, ketertarikan kupu-kupu terhadap tumbuhan.
Eupatorium inulifolium Kunth, dan Bunga-bunga berwarna cerah (putih, violet,
Stachytarpeta indica (L). merupakan dan kuning) mampu ditangkap dan direspon
tumbuhan preferensi yang digunakan sebagai oleh indra kupu-kupu.
pakan bagi kupu-kupu familia Nymphalidae Keberadaan kupu-kupu familia
dan Lycaenidae. Keempat tumbuhan ini Nymphalidae dan Lycaenidae pada Wisata Air
memiliki bau yang khas yang dapat menarik Terjun selain dipengaruhi oleh tumbuhan juga
perhatian kupu-kupu. Stachytarpeta indica dipengaruhi oleh faktor abiotik. Faktor abiotik
(L) Vahl. mengandung senyawa aktif dalam yang sesuai dengan habitat hidup kupu-kupu
bentuk metabolit sekunder seperti alkaloid, akan menunjang keberadaan kupu. Hasil
flavonoid, steroid, tanin, saponin, triterpenoid, pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata
akirantin, dan lain-lain. suhu pada Wisata Air Terjun Coban Rais
Terpenoid dalam tumbuhan antara lain sebesar 26,20 C dengan rentangan 220 C - 290
berupa minyak atsiri yang menyebabkan bau C, intensitas cahaya 418,2 x 100, dan
yang khas pada tumbuhan (Utami,2012). kelembaban sebesar 61,6 %. Menurut Amir
Ageratum conyzoides L., Bidens pilosa L., dkk., (2002) kupu-kupu beraktifitas pada
dan Eupatorium inulifolium Kunth. juga kelembaban udara sedang sekitar 60% dan
mengandung minyak atsiri yang memberikan suhu udara yang hangat sekitar 300 C serta
aroma yang khas yang mampu menarik cukup sinar matahari.
perhatian kupu-kupu. Miyak atsiri yang
memberikan aroma dalam tumbuhan terletak Simpulan
pada lokasi yang berbeda-beda pada Macam spesies kupu-kupu dari familia
tumbuhan.Menurut Gunawan & Mulyani Nymphalidae dan Lycaenidae di Wisata Air
(2004) minyak atsiri terkandung dalam Terjun Coban Rais antara lain Lethe confuse,
berbagai organ, seperti didalam rambut Neptis hylas, Ypthima philomela, Ypthima
kelenjar (pada famili Labiatae), di dalam sel- pandacus, Mycalesis horsfieldi, Zizinia otis,
sel parenkim (misalnya famili Piperaceae), di Ariadne ariadne, Heliophorus epicles,
dalam rongga-rongga skizogen dan lisigen Polyura hebe, Mycalesis sudra, Hypolimnas
(pada famili Pinaceae dan Rutaceae). Minyak bolina, dan Acraea issoria. Tumbuhan yang
atsiri dapat terbentuk secara langsung oleh menjadi preferensi kupu-kupu dari familia
protoplasma akibat adanya peruraian lapisan Nymphalidaedan Lycaenidae di Wisata Air
resin dari dinding sel atau oleh hidrolisis dari Terjun Coban Rais antara lain Ageratum
glikosida tertentu. conyzoides, Bidens pilosa, Chromolaena
Tumbuhan yang digunakan untuk tempat odorata, Athyrium sp, Laportea canadensis,
hinggap antara lain Eupatorium inulifolium Stachytarpeta indica, Ageratina riparia,
Kunth, Eupatorium riparium Regel, dan Colocasia giganteum, Mimosa pudica,
Imperata cylindrica L. Mirin (1997) Imperata cylindrica, Tithiolia difersifolia,
mengemukakan bahwa Ageratum conyzoides Brugmansia suaveolens, dan Melastoma
L (babadotan), Eupatorium inulifolium Kunth malabathricum. Dari beberapa tumbuhan
(tumbuhan siam), Imperata cylindrica L. tersebut yang sering digunakan sebagai tempat

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 827


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

hinggap adalah Chromolaena odorata, Perhutani, 2012.Wana Wisata Sumber Darmi.


Ageratina riparia, dan Imperata cylindrica. (http://www.perumperhutani.com/)
Tumbuhan yang digunakan sebagai pakan (Online), diakses tanggal 2 Januari 2014.
Ageratum conyzoides, Bidens pilosa, Shalihah, A., Pamula, G.,Cindy, R.,
Chromolaena odorata, Melastoma Rizkawati, W., Anwar, Z.I. 2012. Kupu-
malabathricum, dan Stachytarpeta indica. Kupu Di Kampus Universitas Padjajaran
Jatinangor. HMDP Unpad.
Daftar Rujukan Sodiq, M. 2009. Ketahanan Tanaman
Atkins, M.D. 1980. Introduction to Insect Terhadap Hama.Universitas
Behavior. Macmillan Publishing Co. Pembangunan Nasional Veteran Jawa
London 273.pp Timur Fakultas Pertanian.
Bismark, M. 2011. Prosedur Operasi Standar Soekardi, H. 2007. Kupu-Kupu Di Kampus
(SOP) untuk Survei Keragaman Jenis Unila. Lampung: Penerbit Universitas
pada Kawasan Konservasi. Bogor: Pusat Lampung.
Penelitian dan Pengembangan Perubahan Tsukada, E. 1982.Butterfly of The South East
Iklim dan Kebijakan, Badan Penelitian Asian Islands, part 4: Nymphalidae (I).
dan Pengembangan Kehutanan. Plapac Co.,Ltd. Japan. __________.
Dendang, Benyamin. 2009. Keragaman Kupu- 1991. Butterflies of The South East Asian
Kupu di Resort Selabintana Taman Islands, part 5: Nymphalidae (II).
Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Azumino Butterflies Research Institute.
Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Japan.
Konservasi Alam, Vol. VI (1): 25-36. Utami, E. N. 2012. Komunitas Kupu-Kupu
Gombert, L.L., Hamilton, H.L., & Coe, Mindi. (Bangsa Lepidoptera: PapilionoIdea) Di
2005. Butterfly Gardening. Tenessee: kampus Universitas Indonesia Depok,
University of Tenessee Extension. Jawa Barat. Skripsi tidak diterbitkan.
Orr, Albert & Kitching, Roger. 2010. The Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu
Butterflies of Australia. Australia: Jacana Pengetahuan Alam, Departemen Biologi-
Book. Universitas Indonesia.
Peggie D & Amier M. 2006.Panduan Praktis Van Stenis, C.EG. J. 1972. Flora Untuk
Kupu-Kupu di Kebun Raya Bogor. Bogor Sekolah di Indonesia. Diterjemahkan oleh
: Puslitbang Biologi LIPI Moeso Surjowinoto. Pradnya Paramitha.
Peggie, Djunijanti. 2008. Kupu-Kupu, Jakarta.
Keunikan Tiada Tara, (Online), Wigglesworth, V.R. 1972. The Principle of
(http://biologi.lipi.go.id/bio_indonesia/m Insect Physiology.English Language
Template.php?h=3&id_berita=32, Book Society and Chapman and Hall.
diakses 28 April 2014 London. 872 pp.

828 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

IDENTIFIKASI SENYAWA KANDIDAT INHIBITOR PROTEIN ROCK2


MENGGUNAKAN METODE PENAPISAN SENYAWA SECARA VIRTUAL
BERLAPIS GANDA

Mochammad Ichsan1,2,3*, Didik Huswo Utomo2, Jayarani Fatimah2, Widodo2,3


1
Program Magister Ilmu Biomedik, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya, Malang
2
Indonesian Institute of Bioinformatics, Malang
3
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya, Malang Jl.
Veteran Malang,
E-mail: ichsan@inbioinformatics.com; zidan_al_ichsani@yahoo.com.

Abstrak
Jalur persinyalan seluler yang melibatkan protein ROCK2 diyakini sebagai salah satu
intrumen penting dalam regulasi homeostasis antara subset sel T regulator dan subset sel T
proinflamasi pada manusia1.Ilmuwan meyakini bahwa hambatan yang diberikan terhadap
aktivitas protein ROCK2dapat menyembuhkan penyakit autoimun yang disebabkan oleh
gangguan homeostasis sistem imun1. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk menemukan
senyawa kandidat inhibitoraktivitas ROCK2 yang memiliki domain dan pola pengikatan yang
sama dengan senyawa KD025yang telah diketahui memiliki aktivitas inhibisi terhadap ROCK2.
Struktur 3D protein ROCK2 didapatkan protein data bank (PDB ID:4L6Q)2 dan kemudian
strukturnya diperbaiki sebanyak 11 kali menggunakan KOBAMIN3hingga jumlah residu asam
amino yang terletak pada most favoured region-nyamencapai 98,4% berdasarkan Ramachandran
plot yang terintegrasi dalam web server RAMPAGE4. Selanjutnya, struktur 3D ROCK2
digunakan sebagai reseptor dalamstructure-based virtual screening (SBVS) pertama
menggunakan web server FINDSITECOMB5. 9 senyawa tertinggi dari proses ini digunakan
sebagai ligan pada SBVS kedua menggunakan software PyRx 0,86 dengan senyawa KD-025
sebagai kontrol1. Interaksi antara senyawa inhibitor dengan reseptor ROCK2 divisualisasikan
serta dianalisis menggunakan PyMol7 dan LigPlus8. Berdasarkan afinitas pengikatan serta hasil
analisis interaksi menggunakan LigPlus disimpulkan bahwa senyawa Rapamycin (-10,1
kcal/mol) memiliki potensi untuk digunakan sebagai kandidat inhibitor aktivitas protein ROCK2
karena relatif memiliki kemiripanpola interaksi terhadap protein ROCK2 dengan senyawa KD-
0251,6,8, fasudil9, dan benzoxaborole10, khususnya dalam hal pengikatan terhadap 5 residu asam
amino terpenting, yaitu Ile98, Val106, Leu221, Asp232, dan Phe384.

Kata kunci: Benzoxaborole, fasudil, Rapamycin, inhibitor ROCK2, penapisan senyawa


secara virtual berlapis ganda

Pendahuluan menyembuhkan penyakit autoimun yang


Jalur persinyalan seluler yang melibatkan disebabkan oleh gangguan homeostasis sistem
protein ROCK2 diyakini sebagai salah satu imun1. Hingga saat ini, peneliti telah berhasil
intrumen penting dalam regulasi homeostasis mengidentifikasi tiga senyawa inhibitor
antara subset sel T regulator dan subset sel T protein ROCK2, yaitu: KD-025, fasudil9, dan
proinflamasi pada manusia1. Ilmuwan benzoxaborole10.
meyakini bahwa hambatan yang diberikan Menurut Zanin-Zhorov et al., (2014),
terhadap aktivitas protein ROCK2 dapat hambatan yang diberikan kepada protein

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 829


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

ROCK2 tidak akan berdampak pada protein maka struktur 3D protein ROCK2 diperbaiki
ROCK1. Di sisi lain, hambatan terhadap strukturnya menggunakan web server
ROCK2 oleh senyawa KD-025 akan KOBAMIN. Kualitas struktur 3D protein
menurunkan laju fosforilasi pada protein ROCK2 pasca mengalami perbaikan (web
STAT3, level interferon regulatory factor 4 server KOBAMIN) dianalisis kembali
(IRF4), dan level steroid receptor-type menggunakan Ramachandran plotyang
nuclear receptor RORgt pada sel T yang terintegrasi pada web server
berasal dari pasien rheumatoid arthritis (RA) RAMPAGE.Proses perbaikan struktur
maupun dari non-pasien (sehat). Selain itu, semacam ini dilakukan beberapa kali hingga
hambatan yang diberikan terhadap protein target >98% pada number of residues in
ROCK2 secara simultan akan menginduksi favoured region tercapai. Selanjutnya, struktur
fosforilasi pada protein STAT5 dan protein 3D protein ROCK2 (pasca protein structure
SMAD2/3. Mekanisme ini selanjutnya akan refinement) digunakan sebagai reseptor dalam
menyebabkan terjadinya peningkatan first layer of structure-based virtual screening
persentase sel T Foxp3+. Oleh karena itulah, terhadap database NCI (The National Cancer
hambatan terhadap protein ROCK2 Institute) menggunakan web server
sebagaimana yang dapat dilakukan dengan FINDSITECOMB.9 senyawa dengan effective
menggunakan senyawa KD-025 diaggap TC score tertinggi dari proses ini kemudian
memiliki potensi untuk digunakan sebagai digunakan kembali sebagai ligan dalam
alternatif pengobatan untuk penyakit autoimun second layer of structure-based virtual
yang disertai dengan gangguan homeostasis screening menggunakan software PyRx 0,8
sistem imun1. Selain untuk beberapa tujuan di dengan koordinat grid maximize(x=-0,3263
atas, protein ROCK2 juga dapat digunakan y=0,0412 z=-26,8851). Komplek docking
sebagai salah satu target pengobatan yang antara tiap-tiap senyawa dengan protein
spesifik pada beberapa penyakit ROCK2 (sebagai reseptor) kemudian
neurodegeneratif. Selain itu, hambatan yang dianalisis dan divisualisasi menggunakan
diberikan pada protein ROCK2 dapat software PyMol (for education only) dan
menyebabkan terjadinya degenerasi akson, software LigPlus.
apoptosis, dan autofagi12.
Penelitian ini ditujukan untuk Hasil dan Pembahasan
menemukan senyawa kandidat inhibitor Koleksi struktur 3D protein ROCK2 dari
aktivitas ROCK2 yang memiliki pola interaksi Protein Data Bank
yang sama dengan ketiga senyawa inhibitor Berdasarkan informasi tentang struktur
protein ROCK2 yang telah diketahui (KD- 3D protein ROCK2 (human) yang telah
025, fasudil, dan benzoxaborole). disimpan dan disajikan di dalam protein data
bank, maka 3L6Q adalah satu-satunya struktur
Metode Penelitian 3D protein ROCK2 yang juga disajikan di
Struktur 3D protein ROCK2 didapatkan dalam database UniProt. 4L6Q merupakan
dari protein data bank (PDB ID 4L6Q). struktur 3D komplek protein ROCK2 dalam
Kualitas struktur 3 dimensi yang diperoleh bentuk dimer (chain A dan B) yang berikatan
dari database protein data bank kemudian dengan senyawa inhibitor ROCK,
dianalisis menggunakan Ramachandran plot benzoxaborole, yang diperoleh melalui
yang terintegrasi di dalam web server metode X-ray dengan resolusi sebesar 2,79 .
RAMPAGE. Apabila number of residues in Pada hakikatnya, 4L6Q hanya
favoured regions dari struktur 3D yang merepresentasikan residu asam amino nomor
bersangkutan masih berada di bawah 98%, 19-417 dari total 1388 residu asam amino

830 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

yang dimiliki oleh protein ROCK2. Meskipun asam amino dari urutan ke-357 hingga ke-425
4L6Q hanya mampu merepresentasikan (69 residu asam amino)(UniProt, 2014).
sebagian kecil area pada protein ROCK2,
namun 4L6Q telah merepresentasikan Protein structure refinement menggunakan
beberapa domain dan region penting yang web server KOBAMIN
diperlukan oleh protein ROCK2 dalam Berdasarkan analisis kualitas struktur 3D
menjalankan fungsinya, diantaranya: (1) protein ROCK2 yang dilakukan dengan
domain protein kinase yang terdiri atas menggunakan web server RAMPAGE
beberapa residu asam amino dari urutan ke-92 sebelum dan sesudah dilakukan 12 kali proses
hingga ke-354 (263 residu asam amino) perbaikan struktur menggunakan web server
berdasarkan anotasi PROSITE-ProRule, dan KOBAMIN didapatkan hasil sebagaimana
(2) sebagian besar dari domain AGC-kinase disajikan pada tabel 1 berikut ini.
C-terminal yang terdiri atas beberapa residu

Tabel 1. Hasil analisis kualitas struktur 3D protein ROCK2 menggunakan web server
RAMPAGE

Number of residues
Refinement in favoured
in allowed regions in outlier regions
regions
4L6Q 0 ref 357 (93,0%) 23 (6%) 4 (1%)
4L6Q1 ref 377 (97,7%) 7 (1,8%) 2 (0,5%)
4L6Q2 ref 377 (97,7%) 5 (1,3%) 4 (1%)
4L6Q3 ref 378 (97,9%) 4 (1%) 4 (1%)
4L6Q4 ref 377 (97,7%) 5 (1,3%) 4 (1%)
4L6Q5 ref 376 (97,4%) 6 (1,6%) 4 (1%)
4L6Q6 ref 377 (97,7%) 5 (1,3%) 4 (1%)
4L6Q7 ref 379 (98,2%) 3 (0,8%) 4 (1%)
4L6Q8 ref 379 (98,2%) 3 (0,8%) 4 (1%)
4L6Q9 ref 379 (98,2%) 3 (0,8%) 4 (1%)
4L6Q10 ref 380 (98,4%) 2 (0,5%) 4 (1%)
4L6Q11* ref 380 (98,4%) 2 (0,5%) 4 (1%)
4L6Q12 ref 378 (97,8%) 5 (1,3%) 3 (0,8%)
Keterangan:struktur 3D protein ROCK2 dengan tanda (*) digunakan sebagai
reseptor dalam analisis selanjutnya (first dan second layer of structure-based
virtual screening)

First layer of Structure-based virtual terhadap database senyawa kimia NCI dengan
screening reseptor protein ROCK2 (4L6Q 11*ref) maka
Berdasarkan proses structure-based hasil yang didapatkan adalah sebagaimana
virtual screening pertama yang dilakukan disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil First layer structure-based virtual screening menggunakan web server
FINDSITECOMB

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 831


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

No. ID Senyawa dari database NCI Nama Senyawa Effective TC score


- Rock inhibitor/kontrol KD-025 -
1 NSC_407285 Harmaline 0.923764
2 NSC_705701 Alsterpaullone 0.925221
3 NSC_697286 LY294002 0.919677
4 NSC_226080 Rapamycin 0.915191
5 NSC_622947 Emodin 0.915005
6 NSC_627609 Wortmannin 0.913024
7 NSC_344022 Caterarin 0.908406
8 NSC_257450 Dermocybin 0.901990
9 NSC_673433 SID515252 0.901692

Second layer of Structure-based virtual


screening hydrochloride, imanitib mesylate,
Berdasarkan proses structure-based staurosporine, NSC_702827, kenpaullone,
virtual screening keduayang dilakukan NSC_029844, NSC_091546, NSC_075890,
terhadap 9 senyawa yang didapatkan dari dan NSC_072293) dengan reseptor protein
database NCI dengan effective TC score ROCK2 (4L6Q 11*ref) didapatkan hasil
tertinggi (tabel 2; selain hamalol sebagaimana disajikan pada tabel 3 berikut ini.

Tabel 3. Hasil Second layer structure-based virtual screening menggunakan software PyRx
0,8
No. ID Senyawa dari database NCI Nama Senyawa Binding afinity
0 ROCK2 inhibitor/kontrol KD-025 -10,4
1 NSC_226080 Rapamycin (904,24) -10,1
2 NSC_673433 SID515252 (458,14) -8,9
3 NSC_705701 Alsterpaullone (494,54) -8,6
4 NSC_697286 LY294002 (350,06) -8,8
5 NSC_627609 Wortmannin (627,18) -8,4
6 NSC_622947 Emodin (145,56) -8,1
7 NSC_344022 Caterarin (160,50) -8,1
8 NSC_257450 Dermocybin (191,87) -7,9
9 NSC_407285 Harmaline (361,28) -7,1

832 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

(a) (d)

(b) (e)

(c) (f)
Gambar 1. Visualisasi dan analisis interaksi antara protein ROCK2 dengan senyawa
inhibitor dan kandidat senyawa inhibitor

Pada Gambar 1 menunjukkan visualisasi dalam tampilan cartoon menggunakan


dan analisis interkais antar protein ROCK2 software PyMol antara protein ROCK2 (hijau)
dengan senyawa inhibitor dan kandidiat dengan senyawa inhibitor ROCK2 (KD-025;
senyawa inhibitor dengan keterangan sebagai merah), (b) visualisasiinteraksi dalam
berikut (a)Visualisasiinteraksi software PyMol tampilan surface menggunakan software

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 833


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

PyMol antara protein ROCK2 (hijau) dengan Sebelumnya, rapamycin dikenal sebagai
senyawa inhibitor ROCK2 (KD-025; merah), senyawa inhibitor yang secara selektif mampu
(c) visualisasiinteraksi dalam bentuk menghambat jalur persinyalan mTORC11.
2Dmenggunakan software LigPlus antara Rapamycin mampu mengikat secara langsung
protein ROCK2 (hijau) dengan senyawa pada domain tertentu pada enzim mammalian
inhibitor ROCK2 (KD-025; merah), (d) target of rapamycin (mTOR)yang mana posisi
visualisasiinteraksi software PyMol dalam domain ini terpisah dari sisi katalitiknya
tampilan cartoon menggunakan software sehingga dengan terikatnya rapamycin pada
PyMol antara protein ROCK2 (hijau) dengan salah satu domain mTOR akan berakibat
senyawa kandidat inhibitor ROCK2 pada terhambatnya beberapa fungsi
(rapamycin; merah), (e) visualisasiinteraksi downstreamenzim mTOR (Ballou dan Lin,
dalam tampilan surface menggunakan 2008). Namun, berdasarkan hasil yang
software PyMol antara protein ROCK2 (hijau) diperoleh dari penelitian ini diketahui bahwa
dengan senyawa kandidat inhibitor ROCK2 rapamycin terlibat dalam mekanisme lain,
(rapamycin; merah), (f) visualisasiinteraksi selain dengan mengikat secara langsung pada
dalam bentuk 2Dmenggunakansoftware salah satu domain protein mTOR, yaitu
LigPlus antara protein ROCK2 (hijau) dengan dengan mengikat protein ROCK2.
senyawa kandidat inhibitor ROCK2
(rapamycin; merah).

(a) (b)
Gambar 2. Struktur 2D (a) senyawa inhibitor protein ROCK2 (KD-025), dan senyawa
kandidat inhibitor protein ROCK2 (rapamycin)(PubMed, 2014).

Berdasarkan hasil analisis menggunakan asam amino penting, diantaranya: Ile98,


software LigPlus diketahui bahwa interaksi Val106, Asp176, Leu221, Asp232, dan
intermolekuler yang terjadi antara protein Phe384 (gambar 1a, b, dan c). Beberapa residu
ROCK2 dengan senyawa Rock inhibitor (KD- asam amino tersebut terlibat aktif dalam
025; gambar 2.a) melibatkan beberapa residu interaksi intermolekuler khususnya pada lima

834 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

komplek protein-ligan (mode 0, 1, 2, 3, dan 4) senyawa inhibitor protein ROCK2 lainnya,


hasil docking antara protein ROCK2 dengan yaitu KD-025 (mode 0, 2, 3, dan 4),
senyawa KD-025 (lampiran 1) meskipun di Benzoxaborole, dan Fasudil(lampiran 1). Pola
antara kelima komplek tersebut terdapat yang sama juga dapat ditemukan pada
variasi terkait detail interaksi yang terbentuk interaksi antara residu asam amino Met169
khususnya pada residu asam amino Asp176. dengan ketiga senyawa inhibitor protein
Pada komplek interaksi antara protein ROCK2 ROCK2 tersebut. Secara lebih spesifik,
dengan senyawa KD-025 mode 0 (binding interaksi antara residu asam amino Met169
affinity = -10,4 kcal/mol), dan mode 4 dengan KD-025 dapat ditemukan pada
(binding affinity = -9,8 kcal/mol), residu asam komplek interaksi antara protein ROCK2
amino berinteraksi dengan senyawa KD-025 dengan KD-025, khususnya mode 0, 1, 2, dan
melalui ikatan hidrogen serta interaksi 4 (lampiran 1). Berbeda dengan dua residu
hidrofobik sedangkan pada mode 1 (binding asam amino lainnya, interaksi antar residu
affinity = -10,2 kcal/mol), 2 (binding affinity = asam amino Gly175 relatif tidak terbentuk
-10,2 kcal/mol), dan 3 (binding affinity = -10,1 pada komplek interaksi antara rapamycin
kcal/mol), residu asam amino Asp176 hanya dengan protein ROCK2. Dalam hal ini,
berinteraksi dengan senyawa KD-025 melalui interaksi yang sama juga tidak ditemukan pada
interaksi hidrofobik (lampiran 1). Berkaitan komplek interaksi antara protein ROCK2
dengan fakta di atas, pola interaksi antara dengan Benzoxaborole maupun dengan
rapamycin (gambar 2.b) dengan protein Fasudil(lampiran 1).
ROCK2 relatif telah sesuai dengan pola Beberapa residu lain seperti Gly99,
interaksi yang ada pada komplek interaksi Gly101, Lys121, Met172, Asp218, dan
antara senyawa KD-025 dengan protein Asn219 juga memiliki peran dalam interaksi
ROCK2 (mode 0, 1, 2, 3, dan 4), khususnya antara protein ROCK2 dengan senyawa KD-
berkaitan dengan keterlibatan enam residu 0256,8. Interaksi hidrofobik antara senyawa
asam amino di atas (Ile98, Val106, Asp176, rapamycin, KD-025 (mode 2,3, dan 4) dengan
Leu221, Asp232, dan Phe384; lampiran 1). residu asam amino Gly99 juga terbentuk pada
Hasil prediksi ini semakin diperkuat dengan komplek interaksi antara senyawa fasudil
fakta terkait pola interaksi antara senyawa dengan residu asam amino yang sama. Pola
inhibitor protein ROCK2 lainnya seperti sama (interaksi hidrofobik) juga dibentuk oleh
Benzoxaborole (PDB ID = 4L6Q) dan Fasudil senyawa fasudil, rapamycin, dan KD-025
(PDB ID = 2F2U)yang juga mengikat protein (mode 0, 1, dan 3) terhadap residu asam
ROCK2 melalui residu asam amino Ile98, amino Gly101. Berbeda dengan dua senyawa
Leu221, Asp232, dan Phe384 (lampiran 1). inhibitor protein ROCK2 di atas (KD-025 dan
Selain 6 residu asam amino di atas, tiga fasudil), benzoxaborole relatif tidak
residu asam amino lain juga diketahui melakukan interaksi dengan residu asam
keterlibatannya di dalam 4 komplek protein amino Gly99 dan Gly101 (lampiran 1).
ROCK2 dengan senyawa KD-025 berdasarkan Terkait residu asam amino Lys121, senyawa
hasil virtual screening menggunakan software inhibitor yang membentuk interaksi hidrofobik
PyRx 0,8, yaitu: Ala119, Met169, dan Gly175 hanya senyawa KD-025 (mode 0, 1, dan 3)
(mode 0, 1, 2, 3, dan 4) (lampiran 1). serta rapamycin. Selanjutnya, senyawa KD-
Berkaitan dengan fakta tentang tiga residu di 025 (mode 2, 3, dan 4), benzoxaborole,
atas, pola interaksi yang dimiliki oleh senyawa fasudil, dan rapamycin sama-sama memiliki
rapamycin terhadap protein ROCK2, interaksi dengan residu asam amino Met172,
khususnya melalui residu asam amino Ala119 khsusnya melalui interaksi hidrofobik. Khusus
relatif sama dengan pola interaksi tiga untuk senyawa inhibitor protein ROCK2, yaitu

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 835


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

benzoxaborole dan fasudil, keduanya tidak mirip dengan pola interaksi antara protein
hanya menggunakan interaksi hidrofobik ROCK2 dengan beberapa senyawa
terhadap residu asam amino Met172 tetapi inhibitornya, yaitu senyawa KD-0251, fasudil9,
juga melibatkan ikatan hidrogen (lampiran 1). dan benzoxaborole10, khususnya pada 6 residu
Dua residu asam amino, yaitu Asp218 dan asam amino yang telah disebutkan di atas
Asn219, juga berinteraksi dengan senyawa (Ile98, Val106, Asp176, Leu221, Asp232, dan
fasudil dan rapamycin melalui interaksi Phe384)6,8.
hidrofobik. Selain itu, senyawa benzoxaborole
dan KD-025 (mode 1, 2, dan 4) juga Daftar Rujukan
berinteraksi dengan residu asam amino Zanin-Zhorov, A., Mo, R, Scher, J.,
Asp218 dan Asn219 melalui interaksi Nyuydzefe, M., Weiss, J., Schueller,
hidrofobik dan ikatan hidrogen dengan residu O., Weiss, S., Poyurovsky, M.,
asam amino Asn219 (KD-025 mode 2 dan 4). Dustin, M., Abramson, S., and
Pada penelitian ini, selain 9 senyawa Waksa, S. 2014. Selective ROCK2
dengan effective TC score tertinggi inhibitor down-regulates pro-
sebagaimana yang telah disajikan pada tabel 2, inflammatory T cell responses via
ada beberapa senyawa lain yang juga memiliki shifting Th17/Treg balance
effective TC score berdasarkan hasil structure- (IRM6P.711). J Immuno. 192:63.3.
based virtual screening pertama Biasini, M., Bienert, S., Waterhouse, A.,
(menggunakan web server FINDSITECOMB) Arnold, K., Studer, G., Schmidt, T.,
namun tidak digunakan sebagai ligan pada Kiefer, F., Cassarino, T. Z., Bertoni,
analisis selanjutnya (second of SBVS) M., Bordoli, M., Schwede, T. 2014.
dikarenakan permasalahan yang sifatnya SWISS-MODEL: modelling protein
teknis. Sehingga, kedepannya nanti, senyawa- tertiary and quaternary structure
senyawa semacam ini harus dianalisis juga using evolutionary
potensinya sebagai kandidat inhibitor protein information. Nucleic Acids
ROCK2 mengikat senyawa-senyawa ini telah Research; doi: 10.1093/nar/gku340
terbukti memiliki effective TC score Rodrigues J, Levitt M, Chopra G. KoBaMIN:
berdasarkan hasil SBVS yang pertama. A Knowledge Based MINimization
Senyawa-senyawa yang termasuk dalam Web Server for Protein Structure
golongan ini seperti: hamalol hydrochloride, Refinement. NAR (2012) vol. 40
imanitib mesylate, staurosporine, kenpaullone, W323-8
NSC_702827, NSC_029844, NSC_091546, Lovell, S. C., Davis, I. W., Arendall III, W.
NSC_075890, dan NSC_072293). Beberapa B., de Bakker, P. I. W., Word, J. M.,
senyawa di atas tidak dianalisis lebih lanjut Prisant, M. G., Richardson, J. S., dan
pada penelitian ini dikarenakan beberapa Richardson, D. C.2002. Structure
faktor teknis seperti adanya missing atom, dan validation by Ca geometry: f/y and
beberapa lainnya tidak dapat ditemukan Cb deviation. Proteins: Structure,
keberadaan struktur 3 dimensinya pada Function & Genetics. 50: 437-450.
database NCI karena saat ini database NCI Zhou, H., dan Skolnick, J. FINDSITECOMB:
sedang mengalami perbaikan. A threading/structure-based,
proteomic-scale virtual ligand
Simpulan screening approach. Journal of
Berkaitan dengan beberapa fakta di atas, Chemical Information and
rapamycin merupakan senyawa dengan pola Modeling, in press.
interaksi terhadap protein ROCK2 yang relatif

836 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Wolf, L. K. 2009. New software and Websites


for the Chemical Enterprise,
Chemical & Engineering News 87,
31.
The PyMOL Molecular Graphics System,
Version 1.5.0.4 Schrdinger, LLC.
Laskowski, R. A., Swindells, M. B. 2011.
LigPlot+: multiple ligand-protein
interaction diagrams for drug
discovery. J. Chem. Inf. Model., 51,
2778-2786.
Yamaguchi, H., Kasa, M., Amano, M.,
Kaibuchi, K., dan Hakoshima, T.
2006. Molecular mechanism for the
regulation of Rho-kinase by
dimerization and its inhibition by
fasudil. Structure, Volume 14, Issue
3, 589600.
DOI: http://dx.doi.org/10.1016/j.str
.2005.11.024.
Akama, T., Dong, C., Virtucio, C., Sullivan,
D., Zhou, Y., Zhang, Y. K., Rock,
F., Freund, Y., Liu, L., Bu, W., Wu,
A., Fan, X. Q., dan Jarnagin, K.
2013. Linking phenotype to kinase:
identification of a novel
benzoxaborole hinge-binidng motif
for kinase inhibition and
development of high-potencyrho
kinase inhibitors.
JPET. Decembervol. 347no.3. 615-
625.DOI:10.1124/jpet.113.207662.
Shu, J., dan Houghton, P. J. 2009. The
mTORC2 Complex Regulates
Terminal Differentiation of C2C12
Myoblasts. Mol Cell Biol. Sep 2009;
29(17): 4691
4700.doi: 10.1128/MCB.00764-09.
Koch, J. C., Tonges, L., Barski, E., Michel,
U., Bahr, M., dan Lingor, P. 2013.
ROCK2 is a major regulator of
axonal degeneration, neuronal death
and axonal regeneration in the CNS.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 837


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

BIOKOMUNIKASI TUMBUHAN PUTRI MALU (Mimosa pudica)

M. Wildan Zul Auzan, M. Zufikar, Sodri, Hendro Kusumo EPM

Abstrak
Biokomunikasi merupakan salah satu bentuk persepsi mahluk hidup terhadap stimulus
dengan memberikan respon seperti perubahan tegangan, suara atau biokimia.Salah satu makhluk
hidup yang mempunyai kemampuan biokomunikasi yang unik adalah tumbuhan seperti putri
malu (Mimosa pudica).Secara umum, respon tumbuhan terbagi menjadi menjadi dua yaitu yang
dapat diamati seperti gerakan dan yang tidak dapat diamati seperti tegangan atau suara.Respon
yang menarik dan unik tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) tidak dapat diamati seperti respon
suara tumbuhan ketika mendapatkan rangsang.Tujuan penelitian ingin mengetahui respon suara
tumbuhan putri malu sebagai bentuk biokomunikasi. Penelitian dilakukan dengan
memperbandingkan respon suara tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) yang diberikan stimulus
dan tidak. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat ukur
Voltage Frequence Converter (VFC) sedangkan analisis data menggunakan multimeter dan
bantuan software Sound Forge 6.0. Hasil penelitian menunjukkan biokomunikasi tumbuhan putri
malu (Mimosa pudica) melalui respon frekuensimengalami perubahan ketika diberikan stimulus
berupa sentuhan.Respon paling aktif terjadi pada bagian petiolus.

Kata kunci: Biokomunikasi, Mimosa pudica

Pendahuluan tumbuhan dengan tumbuhan, makhluk hidup


Makhluk hidup merupakan organisme lain bahkan lingkungan. Baecker (1968)
yang mempunyai kompleksitas dalam memberikan penjelasan mengenai
memberikan respon ketika menerima suatu biokomunikasi sebagai relasi respon antara
rangsang. Secara umum, respon makhluk yang dapat diamati seperti gerakan dengan
hidup dapat terbagi menjadi dua jenis yaitu yang tidak dapat diamati seperti perubahan
respon bersifat partikel yaitu yang dapat biokimia ataupun tegangan.
diamati dan respon bersifat gelombang yaitu Salah satu tumbuhan yang mempunyai
respon tidak dapat diamati yang berfungsi relasi respon yang dapat diamati dengan yang
untuk adaptasi, perlindungan diri dan bertahan tidak dapat diamati sebagai kompleksitas
hidup. Salah satu mahkluk hidup yang biokomunikasi adalah tumbuhan putri malu
mempunyai kompleksitas respon ketika (Mimosa pudica). Respon yang dapat diamati
menerima rangsang adalah tumbuhan. adalah gerakan elastis daun, pulvinus ketika
Berbicara tentang respon tumbuhan terkena stimulus berupa sentuhan.Adanya
ketika menerima suatu rangsan maka tidak respon berupa gerakan berarti
lepas dari kajian mengenai biokomunikasi. mengindikasikan adanya perubahan respon
Biokomunikasi merupakan sebuah elektrisitas atau bunyi tumbuhan yang tidak
kompleksitas respon tumbuhan ketika dapat diamati pada tumbuhan putri malu.
menerima sebuah stimulus atau rangsang Volkov (2010) bahwa putri malu
sebagai bentuk komunikasi, interaksi mempunyai tiga macam respon yaitu gerakan,

838 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

elektisitas dan biokimia ketika mendapatkan Lausanne Swiss.Farmer menemukan


sebuah stimulus.Adanya perubahan elektrisitas tumbuhan mengirimkan informasi melalui
dan biokimia suatu tumbuhan berkaitan sinyal listrik dan system sinyal berbasis
dengan perubahan frekuensi atau tegangan untuk menakuti dan memperingati
bunyi.Penelitian yang dilakukan oleh volkov system saraf pada hewan.
pada respon yang tidak dapat diamati terbatas Pemilihan tumbuhan puteri malu
pada tegangan (elektrisitas).Keterbatasan (Mimosa pudica) sebagai objek penelitian
pemahaman masyarakat terhadap respon merupakan salah satu faktor yang
tumbuhan secara partikel dan penelitian mempermudah penelitian karena tumbuhan ini
Volkov (2010) membuka peluang untuk bersifat responsif ketika diberikan
meneliti jenis respon yang tidak dapat diamati stimuli.Sedangkan respon bunyi tumbuhan
yaitu respon bunyi tumbuhan putri malu. putri malu dipilih karena selama ini belum
Tumbuhan mengeluarkan respon dengan dikaji dan untuk memberikan gagasan bahwa
sinyal-sinyal kimia atau sinyal listrik sebagai tanaman mampu berkomunikasi menggunakan
mekanisme pertahanan, hanya saja tidak bunyi sebagai bentuk respon terhadap
mudah diketahui karena sifat pasif dari stimulus.
tumbuhan tersebut mudah karena tumbuhan Kontribusi penelitian ini terhadap ilmu
mempunyai keunikan sifat adaptasi untuk pengetahuan adalah kita dapat
bertahan hidup dan stasioner atau tidak mengimplementasi-kan salah satu ciri dari
dapat berpindah atas kehendak sendiri. Istilah makhuk hidup yaitu berkomunikasi yang
stasioner membelenggu pemahaman selama ini memiliki kendala karena
mengenai respon tanaman sehingga keterbatasan panca indera, penelitian ini juga
masyarakat mengetahui bahwa respon dapat mempermudah dalam memahami
tanaman ketika mendapat rangsang terbatas bagaimana respon bunyi pada tumbuhan puteri
pada sistem indra visual, seperti tanaman layu malu (Mimosa pudica) sebagai bentuk
yang menandakan respon mati, tanaman komunikasi tumbuhan ketika diberi stimuli,
bertambah tinggi sebagai respon pertumbuhan. selain itu respon bunyi dapat dijadikan sebagai
Penelitian sebelum Volkov, kajian penandatingkat kesuburan dan kesetresan dari
pertama mengenai respon atau komunikasi tumbuhan, pemanfaatan bagi masyarakat
tumbuhan telah dilakukan pada tahun 1983, adalah dengan mengimplementasikan pada
mendemonstrasikan bahwa pohon willow, tanaman yang lebih produktif untuk mencari
poplar, dan sugar maple saling memperingati perlakuan yang harus dipenuhi dan dihindari
satu sama lain tentang serangan serangga dalam bercocok tanam, sehingga dapat
melalui sinyal-sinyal kimiawi, dan pohon- mengurangi penggunaan peptisida untuk
pohon sekitar yang belum rusak akan mulai menyuburkan tumbuhan yang dapat
mengeluarkan kimia penangkal serangga merugikan petani ataupun tumbuhan itu
untuk menangkis serangan itu (How Plants sendiri.
Secretly Talk to Each Other, Wired, 20 Des. Penelitian ini difokuskan pada respon
2013). Hal ini disetujui oleh Martin Heil pakar bunyi tumbuhan puteri malu (Mimosa pudica)
ekologi Lembaga Riset Meksiko Cinvestav ketika diberikan stimuli, berdasarkan
Irapuato, tumbuhan tomat mengeluarkan pernyataan dari penelitian sebelumnya dimana
volatile saat dirusak oleh herbivora adalah tumbuhan dapat mengirimkan sinyal berbasis
suatu yang pasti dalam sains.Pengeksploran tegangan maka dapat diketahui frekuensi
komunikasi dari tumbuhan juga dilakukan tumbuhan puteri malu (Mimosa pudica)
oleh Ted Farmer, salah satu peneliti pelopor dengan menggunakan alat pengubah tegangan
studi sinyal tumbuhan dari University of menjadi frekuensi yaitu Volt Frequence

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 839


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Converter (VFC). hipotesa yang dirumuskan (Sugiyono,


Berdasarkan latar belakang penelitian, 2011:66).Kriteria yang ditetapkan peneliti
maka didapatkan permasalahan sebagai bahwa respon putrid malu ketika mendapatkan
berikut apakah ada interaksi biokumunikasi rangsang dapat diamati secara langsung
antara tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) dengan mengatupnya daun.
ketika salah satu dari tumbuhan diberikan Alat dalam penelitian ini meliputi: Alat
perlakuan sentuhan ukur VFC (Voltage to Frequency Converter),
Penelitian ini bertujuan untuk Software Sound Forge 6.0 , Elektroda,
menjelaskan perbandingan reaksi tumbuhan Pinset, Pisau, Laptop. Bahan dalam penelitian
putri malu (Mimosa pudica) sebelum dan ini meliputi:Tumbuhan putri malu, Pot atau
sesudah diberikan perlakuan. Kedua, untuk polybag, Media tanam
mengetahui bagaimana biokomunikasi melalui Disiapkan media tanam untuk
respon bunyi tumbuhan putri malu (Mimosa menyimpan tumbuhan putri malu (Mimosa
pudica) ketika diberikan perlakuan, dan pudica) dan diberi tanah untuk tempat
ketiga, untuk mengetahui adanya interaksi penanaman.Tanam tumbuhan putri malu
antara tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) (Mimosa pudica) sebanyak 2 batang dan
ketika salah satu dari tumbuhan diberikan ditunggu beberapa hari sampai tumbuhan
perlakuan. dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Dengan diketahuinya reaksi yang terjadi Diukur kedua tumbuhan putri malu (Mimosa
pada tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) pudica) sebelum diberi perlakuan
diharapkan dapat dimanfaatkan dan menggunakan alat VFC dan dicatat hasilnya.
diimplementasikan pada tumbuhan lain yang Diuji salah satu tumbuhan putri malu
lebih produktif untuk mengetahui tingkat (Mimosa pudica) dengan diberi perlakuan
kesuburan dan kesetresan tumbuhan sehingga /stimuli dan diukur frekuensinya serta
dapat dilakukan pencegahan ataupun bandingkan dengan frekuensi sebelum diberi
perawatan untuk meningkatkan kualitas dari perlakuan. Dilakukan pengujian kembali dan
tumbuhan tersebut melalui biokomunikasi pengukuran juga dilakukan pada individu
yaitu respon bunyi. lainnya untuk membuktikan apakah ada
Secara akademis manfaat penelitian dapat interaksi yang terjadi
diuraikan berdasarkan ilmu pengetahuan.
Untuk ilmu biologi memberikan penjelasan Hasil dan Pembahasan
mengenai biokomunikasi tumbuhan sebagai Setelah dilakuakan penelitian
sebuah bentuk relasi respon yang dapat Biokomunikasi pada tumbuhan putri malu
diamati dengan yang tidak dapat diamati (Mimosa pudica) diperoleh hasil yang dapat
dilihat pada Gambar 1, Gambar 2, Gambar 3,
Metode Penelitian Gambar 4 , dan Gambar 5.
Penelitian ini dilakukan dari bulan Biokomunikasi merupakan salah satu
November Desember 2014 yang di bagi bentuk persepsi mahkluk hidup terhadap
menjadi tiga tahap yaitu persiapan, stimulus dengan memberikan respon seperti
pelaksanaan penelitian dan penyusunan perubahan tegangan, bunyi atau
laporan hasil penelitian.Penelitian biokimia.Salah satu makhluk hidup yang
menggunakan metode eksperiman yaitu mempunyai kemampuan biokomunikasi yang
mengukur respon bunyi sebagai bentuk unik adalah tumbuhan seperti putri
biokomunikasi tumbuhan putri malu yang malu.Secara umum, respon tumbuhan terbagi
diberikan stimulus dengan yang tidak.Respon menjadi menjadi dua yaitu yang dapat diamati
bunyi putri malu dianalisa sesuai dengan seperti gerakan dan yang tidak dapat diamati

840 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

seperti tegangan atau bunyi.Respon yang sehingga fokus penelitian adalah respon bunyi
menarik dan unik tumbuhan putri malu adalah tumbuhan putri malu sebagai bentuk
yang tidak dapat diamati seperti respon bunyi biokomunikasi.
tumbuhan ketika mendapatkan rangsang

Gambar 1. Grafik VFC sebelum dihubungkan dengan tumbuahan putri malu (Mimosa
pudica)

Gambar 2. Grafik VFC setelah dihubungkan dengan tumbuahan putri malu (Mimosa
pudica) sebelum diberi rangsangan.

Gambar 3.Grafik VFC setelah tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) diberi rangsangan
dengan sentuhan.

Gambar 4.Grafik VFC setelah tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) kembali normal.

Gambar 5.Grafik VFC tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) pada malam hari.

Sebelum VFC dihubungkan dengan perubahan frekuensi yaitu frekuensi masih


tumbuahan putri malu (Mimosa pudica) grafik terletak 0 Hz, dan setelah VFC dihubungkan
pada VFC menunjukan tidak adanya dengan tumbuhan putri malu (Mimosa

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 841


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

pudica)grafik menunjukan adanya perubanhan Daftar Rujukan


frekuensi. Arikunto, Suharsimi, 1998. Prosedur
Pada saat tumbuhan putri (Mimosa Penelitian: Suatu Pendekatan
pudica) diberi ransangan berupa sentuhan, Praktek,Jakarta: PT Rineka Cipta.
grafik pada VFC menunjukan adanya Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur
perubahan frekuensi yang drastis, dan pada Penelitian : Suatu Pendekatan
saat malam hari grafik menunjukan adanya Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
perubahan frekuensi yang konstan. Dengan Backster, Cleve. 1968. Evidence of a Primary
adanya perubahan-perubahan frekueni pada Perception in Plant Life: International
grafik VFC dianggap sebagai bentuk Journal of Parapsychocology volume
Biokomunikasi dari tumbuhan putri malu 4: Parapsychology foundation inc
(Mimosa pudica). New York.
Beckster, Proswe. 2006. Exploring A sentinet
Simpulan World. Artikel Jurnal Frontier of
Berdasarkan penelitan biokomunikasi Uncounsious.
tumbuhan putri malu (Mimosa pudica) dapat Gabriel, J. F. 1996. Fisika kedokteran.
disimpulkan bahwa yang pertama adalah Universitas Udayana. Penerbit buku
mengenai perbandingan reaksi tumbuhan putri Kedokteran. Bab Bioakustik.
malu (Mimosa pudica) sebelum diberi Oneal et al. 2013. Morphing structures and
pelakukan,grafik tidak menunjukan adanya signal transduction in Mimosa pudica
perubahan frekuensi dan sesudah diberikan L. induced by localized thermal stress.
perlakuan, grafik menunjukan adanya Journal of plant Psysiology.
perubanhan dengan adanya peningkatan Sugiyono.2011. Metode Penelitian Kuantitatif
frakuaensi. Simpulan yang kedua adalah kualitatif dan R&D. Bandung;
respon bunyi tumbuhan putri malu (Mimosa Alfabeta.
pudica) ketika diberikan perlakuan adanya Volkov, Alexander (ed). 2000. Plant of
peningkatan frekuensi secara drastis. Setelah electropsyology signaling and
diberi perlakuan berupa sentuhan adanya response. new York: Springer.
perubahan frekuensi sebagai bentuk Volkov et al. 2010. Signal transduction in
Biokumunikasi tumbuhan putri malu (Mimosa mimosa pudica: biological closed
pudica). electrical circuit. Blacwell Publishing
Ltd

842 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

KEANEKARAGAMAN SERANGGA DI TAMAN WISATA BENDUNGAN WARU TURI


KECAMATAN GAMPENGREJO KABUPATEN KEDIRI

Naim Mustikawati, Poppy Rahmatika Primandiri, Sulistiono


Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Nusantara PGRI Kediri
E-mail : nhaycha@rocketmail.com

Abstrak
Taman Wisata Bendungan Waru Turi adalah daerah wisata yang memiliki luas 32 hektar
dan 80 % masih berupa tanah dan kaya pohon serta rerumputan. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui komposisi dan keanekaragaman serangga di Taman Wisata Bendungan Waru
Turi Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri. Penelitian ini menggunakan metode transek
dengan perangkap serangga berupa sweepnet, pitfall, dan light trap. Data yang diperoleh
dianalisis menggunakan indeks Shannon Weinner. Sampel serangga yang diambil dilengkapi
data sekunder yang meliputi suhu tanah, suhu udara, pH, kelembapan, kecepatan angin, dan
intensitas cahaya. Hasil penelitian didapatkan 10 ordo, 33 famili, dan 4353 individu. Jumlah
individu terbesar adalah pada ordo Hymenoptera dan Orthoptera, sedangkan terendah ordo
Blattaria. Nilai indeks keanekaragaman pada zona 1, 2, 3, dan 4 secara berturut 1,709, 1,293,
1,413, dan 1,453. Nilai indeks keanekaragaman keempat zona tergolong sedang.

Kata kunci : serangga, Taman Wisata Bendungan Waru Turi , keanekaragaman

Pendahuluan organik dan biomassa hidup yang semuanya


Bendungan Waru Turi merupakan berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam
bendungan yang dibangun untuk menambah tanah (Ruslan, 2009).
suplai air pada daerah Kediri dan sekitarnya Sebagian besar penelitian mengenai
serta dikembangkan sebagai kawasan Taman keanekaragaman serangga yang telah
Wisata oleh Perum Jasa Tirta I selaku dipublikasikan mengambil lokasi di daerah
pengelola bendungan. Taman Wisata perhutanan (Ruslan, 2009), perkebunan
Bendungan Waru Turi memiliki luas32 hektar (Pelawi, 2009) dan pertanian (Fajarwati, 2009)
dan terletak di kecamatan Gampengrejo sedangkan penelitian tentang serangga darat
kabupaten Kediri, kurang lebih 7 km di utara dan serangga terbang di taman wisata berupa
kota Kediri. bendungan masih sangat jarang sekali
Pada tahun 2000 telah diketahui sebanyak dilakukan. Oleh karena itu penelitian ini
kurang lebih 950.000 spesies serangga di dilakukan di taman wisata Bendungan Waru
dunia, atau sekitar 59,5% dari total organisme Turi.
yang telah dideskripsi (Sosromartono, 2000
dalam Fajri, 2011). Keberadaan serangga Metode Penelitian
dalam sebuah ekosistem memegang peran Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21
vital, karena dapat mencerminkankondisi Mei - 20 Juni 2014 bertempat di Taman
lingkungan yang kompleks dan kesehatan Wisata Bendungan Waru Turi Gampengrejo
lingkungan (Jana dkk., 2006 dalam Shalbaf, Kediri. Alat dan bahan yang digunakan adalah
2012).Sebagai contoh adalahkeberadaan perangkap sweepnet (kain kasa berbentuk
serangga permukaan tanah sangat tergantung kerucut dengan jari 10 cm dan tinggi 15 cm,
pada ketersediaan energi dan sumber makanan pegangan kayu 1 meter), perangkap pitfall
untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan (gelas plastik, gliserin, sekop), perangkap

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 843


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

lampu (lampu LED, baskom, air), pH meter, dan di dasar lampu diberi baskom berisi air.
termohigrometer, lux meter, anemometer, Perangkap ini dipasang mulai pukul 20.00-
alkohol 70%, mikroskop stereo, pinset, 05.00 WIB.Suhu udara, kelembaban udara, pH
meteran, kertas label, plastik atau botol, rafia, tanah, intensitas cahaya, dan kecepatan angin
formalin, FAA, kamera, dan buku kunci diukur pada setiap zona dan setiap jenis
determinasi yaitu Borror (1996). perangkap sebagai data sekunder.
Pengambilan data menggunakan metode Identifikasi dilakukan dengan cara
transek dengan plot 20 m x 20 m pada 4 zona mengumpulkan serangga yang diperoleh
di Taman Wisata Bendungan Waru Turi. kemudian diawetkan menggunakan formalin
Pemilihan zona didasarkan oleh kondisi untuk awetan kering dan FAA untuk awetan
daerah yang masih banyak pepohonan dan basah. Serangga diidentifikasi menggunakan
rumput serta wilayahnya yang luas. Jumlah buku Borror (1996) sampai tingkat famili.
plot disesuaikan dengan 20 % luas zona. Untuk mempermudah indentifikasi digunakan
Pengumpulan serangga menggunakan mikroskop stereo. Data yang diperoleh
Sweepnet, pitfall, dan lihgt trap. Pada dianalisis menggunakan indeks kemelimpahan
sweepnet, setiap plot dilakukan proses dan keanekaragaman Shannon Weinner
penjaringan selama 30 menit yaitu, pada pagi (Magurran, 1988).
hari mulai 08.00 - 10.00 WIB dan sore hari
mulai 15.30 - 17.30 WIB. Pada pitfall, tanah Hasil dan Pembahasan
digali dan dibuat lubang dengan sekop, Berdasarkan hasil identifikasi serangga di
kemudian gelas plastik yang telah diberi Taman Wisata Bendungan Waru Turi secara
gliserin ditaruh di dalamnya. Pada setiap plot keseluruhan didapatkan 10 ordo, 33 famili,
diberi 4 pitfall yang dipasang di ujung-ujung dan 4353 jumlah individu. Serangga yang
plot dan dibiarkan selama 24 jam. Pada light representatif mewakili 10 ordo yang
trap,lampu dipasang pada tengah-tengah plot ditemukan ditampilkan pada gambar 1.

a. b. Mantodea c. Blattaria d. Lepidoptera e. Hemiptera


Orthoptera

f. g. Odonata h. Diptera i. Homoptera j.Hymenoptera


Coleoptera
Gambar 1. Serangga yang representatif mewaliki 10 ordo yang ditemukan di Taman
Wisata Bendungan Waru Turi.

844 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Pada 4 zona diperoleh jumlah ordo (O), nilai 786.Berdasarkan indeks nilai Shannon
famili (F), individu (N), dan keanekaragaman Wienner, kenekaragaman tertinggi yaitu 1,708
(H) pada Tabel 1. terdapat pada zona 1, sedangkan yang
Jumlah ordo terbesar terdapat pada zona terendah terdapat pada zona 2 dengan nilai
1 dan 3 dengan jumlah 9, sedangkan jumlah 1,293. Zona 3 dan zona 4 memiliki indeks
ordo terkecil berjumlah 7 terdapat pada zona nilai keanekaragaman 1,413 dan 1,453.
4. Jumlah famili terbesar terdapat pada zona
1, sedangkan jumlah famili terkecil terdapat
pada zona 4. Jumlah individu pada zona 2
menempati urutan terbesar dibanding yang
lain dengan nilai 1569 dan berturut-turut 1195
pada zona 1, 803 pada zona 4 dan jumlah
individu terkecil terdapat pada zona 3 dengan

Zona
Keterangan
1 2 3 4
O 9 8 9 7
F 24 23 18 17
N 1195 1569 786 803
H 1,709 1,293 1,413 1,453

Tabel 1: Komposisi dan keanekaragaman serangga di taman wisata bendungan waru turi

Zona
Ordo Total
1 2 3 4
Orthoptera 193 812 383 325 1713
Mantiidae 2 0 1 0 3
Blattaria 0 1 1 0 2
Odonata 6 8 19 12 45
Hemiptera 2 2 0 4 8
Coleoptera 2 7 4 3 16
Lepidoptera 139 23 41 12 215
Hymenoptera 621 660 290 375 1946
Diptera 228 56 46 72 402
Homoptera 2 0 1 0 3
Total 4353

Tabel 2: Komposisi Ordo Serangga yang Ditangkap di Taman Wisata Bendungan Waru
Turi (jumlah individu)

Ordo Hymenoptera ditemukan di seluruh ini memiliki jumlah individu terbesar


zona dengan jumlah total individu 1946. Ordo dibanding yang lain. Hasil ini juga sama

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 845


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

dengan penelitian Rizali (2002), Ruslan famili Acrididae berwarna kelabu atau
(2009), dan Patang (2010) yang menyatakan kecoklatan dan beberapa mempunyai warna
bahwa ordo Hymenoptera lebih banyak yang cemerlang pada sayap belakang (Borror,
diperoleh daripada ordo lainnya. Pada 1996). Famili ini melimpah karena banyak
penelitian ini, famili dari ordo Hymenoptera rumput dan dedaunan yang ada di dalam zona.
yang banyak ditemukan adalah Formicidae. Rumput ini yang merupakan sumber makanan
Famili ini merupakan golongan semut-semut bagi famili Acrididae sehingga famili ini
umum yang banyak ditemukan dalam tergolong sebagai herbivor (Hadi, 2009).
perangkap pitfall trap. Keberadaan semut Ordo terendah adalah Blattaria dengan
melimpah pada perangkap karena serangga ini jumlah 2 individu. Ordo Blattaria adalah ordo
merupakan serangga yang umum dan banyak yang terdiri dari serangga yang tergolong
yang beraktivitas di permukaan tanah (Borror, dalam jenis kecoa (Borror, 1996). Ordo ini
1996). Hal ini menjadikan semut tergolong memiliki ciri-ciri tubuh pipih dan berbentuk
dalam serangga tanah. Selain itu, kondisi oval, kepala tersembunyi di bawah pronotum
tanah pada bendungan yang liat sampai liat (Hadi, 2009). Famili ordo Blattaria yang
berdebu mendukung keberadaannya untuk ditemukan pada penelitian ini adalah
membuat sarang dan berkembang (Patang, Blattellidae. Famili ini adalah golongan kecoa
2010). Semut pada tanah akan memakan sisa- yang berukuran kecil (panjangnya 12 mm atau
sisa sampah organik dan hewan maupun kurang) dan sebagian termasuk kecoa kayu.
tumbuhan dalam keadaan hidup atau mati. Pada penelitian Patang (2010) yang
Kisaran suhu optimal pada famili Formicidae dilaksanakan pada areal hutan bekas tambang
pada suhu tropis antara 250-320 C (Riyanto, batubara, ordo Blattarria juga memiliki jumlah
2007). Kisaran suhu optimal ini sama dengan individu terkecil dibanding ordo yang lain.
kisaran suhu yang ada di taman wisata Menurut pendapat Borror (1996) pada
sehingga famili ini dapat tumbuh dan umumnya ordo Blattaria terdapat dalam
berkembang dengan baik. rumah-rumah dan di pemukiman manusia.
Data pendukung berupa pH tanah yang Habitat pada rumah-rumah atau pemukiman
berkisar antara 4,2-5,8 juga berpengaruh pada lebih sesuai bagi pertumbuhan dan
kelimpahan famili ini. PH tanah perkembangan kecoa dibanding di alam bebas
mempengaruhi reaksi kimia termasuk aktvitas seperti areal hutan atau taman wisata. Hal ini
enzimatik dalam tanah (Gullan, 2005). PH karena di pemukiman lebih banyak tersedia
tanah yang sesuai membuat serangga tanah makanan yang sesuai bagi ordo Blattaria yaitu
dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah dan bongkahan-bongkahan kayu dan sampah-
menambahkan kandungan bahan organiknya sampah makanan.
(Borror, 1996). Faktor yang mempengaruhi perbedaan
Ordo terbesar kedua adalah Orthoptera kelimpahan serangga dari 4 zona penelitian
dengan jumlah individu 1713. Ordo ini banyak antara lain adalah sifat serangga itu sendiri dan
ditemukan pada perangkap sweepnet. Jumlah faktor lingkungan dari masing-masing zona.
famili yang ditemukan pada ordo ini ada 3 dan Sifat serangga meliputi cara hidup, makan,
didominasi oleh famili Acrididae, sedangkan dan berkembang biak (Haneda, 2013). Selain
penelitian sebelumnya yang dilakukan Erawati itu, jumlah individu pada suatu daerah
(2010) menemukan 9 famili dan 414 individu. dipengaruhi oleh faktor penunjang
Perbedaan ini terjadi karena letak geografis kehidupannya diantaranya suhu, kelembaban,
dan kondisi lokasi penelitian yang berbeda. pH tanah, intensitas cahaya, dan kecepatan
Famili ini terdiri dari 4 subfamili dan memiliki angin. Faktor lain yang juga mempengaruhi
ciri utama sungut yang pendek. Kebanyakan jumlah individu adalah vegetasi yang terdapat

846 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

pada setiap zona. Hal ini terutama terjadi pada pertanian dan Pelawi (2009) pada perkebunan
serangga permukaan tanah, karena faktor kelapa sawit. Adanya kegiatan manusia di
vegetasi mempengaruhi penyediaan habitat lokasi penelitian juga mempengaruhi
yaitu berupa bahan-bahan organik sebagai keanekaragaman serangga. Pada Taman
sumber energi (Ruslan, 2009). Wisata Bendungan Waru Turi ada banyak
Serangga terbang sangat dipengaruhi oleh kegiatan manusia meliputi berwisata,
kecepatan angin, intensitas cahaya, suhu, dan berjualan, dan mencari rumput. Selain itu,
kelembaban. Cahaya akan memberikan energi, taman ini juga digunakan sebagai akses jalan
sehingga dapat menaikkan suhu tubuh dan alternatif sehingga pertumbuhan dan
metabolisme menjadi lebih cepat sehingga perkembangan serangga cukup terganggu,
mempercepat perkembangan larva (Akutsu et tetapi beberapa faktor yang menunjang
al., 2007 dalam Subekti, tanpa tahun). Suhu pertumbuhan dan perkembangan serangga
akan mempengaruhi aktivitas serangga, masih dipertahankan pada taman ini yaitu
penyebaran, pertumbuhan, dan jenis vegetasinya. Vegetasi merupakan salah
perkembangbiakan serangga. Intentitas cahaya satu sumber ketersediaan energi bagi serangga
dan suhu di bendungan berkisar antara 760- (Ruslan, 2009). Vegetasi pada taman wisata
3420 lux dan 25-320C. Pada umumnya kisaran ini terdiri dari 40 lebih jenis pohon dan
suhu efektif adalah suhu minimum 150C, suhu berbagai jenis rumput yang tumbuh subur
optimum 250C, dan suhu maksimum 450C sehingga serangga bisa mendapatkan makanan
(Abdurrahman, 2008). Kelembaban efektif dari sini. Sebagai contoh vegetasi pohon yang
umumnya kisaran kelembaban minimun 0, ada pada taman wisata adalah Glodok Tiang
kelembaban maksimum 100%, dan (Polyalthia longifolia), Mahoni (Switenia
kelembaban optimum 75%. Sedangkan di maccophyla), Trembesi (Samanea saman),
bendungan memiliki kelembaban antara 61%- Flamboyan (Delonix regia), dan Cemara
86%. Gunung (Cassuarina equisetifolia) (Perum
Keanekaragaman serangga di 4 zona yang Jasa Tirta, tanpa tahun). Hal ini didukung
ada di Taman Wisata Bendungan Waru Turi dengan pendapat Subekti (tanpa tahun) yang
digolongkan dalam kriteria sedang (berada menyatakan bahwa keanekaragaman vegetasi
antara 1-3). Semakin tinggi nilai indeks H sangat diperlukan oleh serangga sebagai
maka semakin tinggi pula keanekaragaman sumber makanan atau sebagai sarang.
spesies produktivitas ekosistem, tekanan pada Berbeda dengan penelitian Rizali (2002)
ekosistem, dan kestabilan ekosistem. Menurut yang dilakukan pada lahan persawahan yang
Riyanto (2007) daerah yang lebih kompleks malah memiliki nilai keanekaragaman tinggi.
(iklim, vegetasi, fauna, ekosistem, dan Hal ini karena lokasi penelitiannya masih
landscape) cenderung memiliki nilai alami karena dipengaruhi oleh kondisi hutan
keanekaragaman yang tinggi. hujan primer di sekitar lahan persawahan
Keanekaragaman yang sedang menandakan (Rizali, 2002). Pada penelitian Haneda (2013)
wilayah tersebut memiliki produktivitas yang dilakukan di hutan mangrove yang
cukup, kondisi ekosistem cukup seimbang, lokasinya tergolong masih alami tetapi
dan tekanan ekologi sedang. keanekaragamannya tergolong sedang karena
Nilai indeks keanekaragaman penelitian vegetasi cenderung homogen hanya terdiri dari
ini tergolong sedang karena lokasi sudah 3 jenis vegetasi yaitu A. Mucronata, A.
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia Marina, dan S. Alba sehingga hanya beberapa
sehingga beberapa vegetasi yang ada sudah serangga yang sesuai makanannya yang dapat
disesuaikan dengan kepentingan seperti pada bertahan hidup.
penelitian Fajarwati (2009) pada lahan

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 847


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Simpulan Gullan, PJ dan Cranston PS, 2005. The Insects


1. Total serangga yang diperoleh terdiri dari An Outline of Entomology. California:
10 ordo, 36 famili, dan 4353 individu. Pada Blackwell.
zona 1 terdiri dari 9 ordo, 24 famili, dan Hadi, M. 2009. Biologi Insekta Entomologi.
1195 individu. pada zona 2 terdiri dari 8 Yogyakarta: Graha Ilmu.
ordo, 23 famili, dan 1569 individu. Pada Haneda, NF, Kusmana C, dan Kusuma FD.
zona 3 terdiri dari 9 ordo, 18 famili, dan 2013. Keanekaragaman Serangga di
786 individu. Pada zona 4 terdiri dari 7 Ekosistem Mangrove. Jurnal Silvikultur
ordo, 17 famili, dan 803 individu. Tropika. 4 (1): 42 46.
2. Keanekaragaman serangga di Taman Magurran, Anne E. 1988. Ecological Diversity
Wisata Bendungan Waru Turi secara and Its Measurement. New Jersey:
berturut zona 1,2,3, dan 4 yaitu 1,709, Princeton University Press.
1,293, 1,413, dan 1,453. Patang, F. 2010. Keanekaragaman Takson
Serangga dalam Tanah pada Areal Hutan
Daftar Rujukan Bekas Tambang Batubara PT. Makam
Abdurrahman. 2008. Studi Keanekaragaman Sumber Jaya Desa Separi Kutai
Serangga Polinator pada Kartanegara Kalimantan Timur .
Perkebunan Apel Organik dan Bioprospek. 7(1): 80-89.
Anorganik. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Pelawi, A. 2009. Indeks Keanekaragaman
Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim. Jenis Serangga pada Beberapa Ekosistem
Borror DJ, Charles AT, Norman FJ. di Area Perkebunan PT Umbul Mas
1996.Pengenalan Pelajaran Serangga. Wisesa Labuhanbatu. Skripsi. Medan:
Terjemahan Soetiono Partosoedjono. USU. Tersedia pada :
1996. Yogyakarta: Gajah mada repository.usu.ac.id/bitstream/123456789
University Press. /7731/1/10E00324.pdf. Diunduh 17 Juli
Erawati, MV dan Kahono S. 2010. 2013.
Keanekaragaman dan Kelimpahan Perum Jasa Tirta. Tanpa tahun. Daftar Nama
Belalang dan Kerabatnya (Orthoptera) Pohon di Tepian Jalan dan Sungai
pada Dua Ekosistem Pegunungan di Taman Wisata Bendungan Waru Turi.
Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Tidak dipublikasikan. Kediri: Jasa Tirta.
Entomol Indonesia, 7(2): 100-115. Riyanto. 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan
Fajarwati, MR, Atmowidi T, dan Dorly. 2009.. Peranan Semut pada Tanaman di Sekitar
Keanekaragaman Serangga pada Bunga Lingkungan Tempat Tinggal. Jurnal
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) di Penelitian Sains, 10(2): 241-253.
Lahan Pertanian Organik. J. Entomol. Rizali, A, Buchori D, dan Triwidodo H. 2002.
Indon., 6 (2): 77-85. 2002. Keanekaragaman Serangga pada
Fajri, Z. 2011. Komparasi Keanekaragaman Lahan Persawahan-Tepian Hutan:
Serangga Herbivora Antara Kebun Indikator untuk Kesehatan Lingkungan.
Kelapa Sawit Dan Areal Konservasi. Jurnal Hayati, 9(2): 41-48.
Skripsi. Banda Aceh: Pertanian Ruslan, H. 2009. Komposisi dan
Universitas Syiah Kuala Darussalam. Keanekaragaman Serangga Permukaan
Tersedia pada Tanah pada Habitat Hutan Homogen dan
http://komparasikeanekaragamanserangga Heterogen di Pusat Pendidikan
her.blogspot.com/2011/07/komparasi- Konservasi Alam (Ppka) Bodogol,
keanekaragaman-serangga.html. Diunduh Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Vis Vitalis,
21 Juni 2013. 2(1):43-53.

848 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Shalbaf, Sheraj, Esfandiari, dan Ramazani. Subekti, N. Tanpa tahun. Keanekaragaman


2012. Insect Biodiversity in Karkheh Jenis Serangga Di Hutan Tinjomoyo Kota
Wild Life Refuge, SW Iran. Journal of Semarang, Jawa Tengah. Tersedia pada :
Entomology, 9 (3): 178-182. jurnal.untan.ac.id./index.php/.../1594.pdf.
Diunduh 17 Juli 2013.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 849


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

KOMPOSISI DAN DISTRIBUSI GASTROPODA DI KAWASAN MANGROVE


DESA PAGAGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN-
MADURA

Novia Fahmi Ayu W, Suhadi, dan Hawa Tuarita


Universitas Negeri Malang
E-mail: novia_ayuyu@yahoo.com

Abstrak
Fauna Gastropoda merupakan salah satu komponen biota laut yang berperan penting dalam
rantai makanan di ekosistem hutan mangrove. Penelitian terkait aspek ekologis Gastropoda yang
telah dilakukan di kawasan mangrove Desa Pagagan, Kecamatan Pademawu, kabupaten
Pamekasan bertujuan untuk mengungkapkan komposisi dan distribusi gastropoda. Pengambilan
total sampel dilakukan pada bulan Maret 2014 melalui metode transek kuadrat. Kawasan
mangrove di Desa Pagagan dapat dibagi menjadi 2 stasiun berdasarkan formasi substratnya.
Berdasarkan proses identifikasi, diperoleh 574 individu yang termasuk ke dalam 4 ordo; 5
famili; 6 genus; dan 7 jenis. Nilai H pada tiap stasiun berkisar antara 1,0954-1,0978 dan
tergolong keanekaragaman sedang. Pola distribusi gastropoda pada kedua stasiun menunjukkan
pola sebaran mengelompok. Komponen abiotik yang berpengaruh signifikan terhadap komposisi
gastropoda adalah pH. Selain itu kerapatan, basal area dan indeks nilai penting mangrove juga
dapat mempengaruhi keanekaragamnan gastropoda. Hasil analisis menunjukkan pada stasiun I
nilai penting berbanding lurus terhadap keanekaragaman gastropoda terutama kerapatan
mangrove. Sebaliknya pada stasiun II menunjukkan hubungan yang berbanding terbalik.

Kata kunci: Gastropoda, komposisi komunitas, distribusi

Pendahuluan pemangsaan dan kompetisi. Tekanan dan


Pantai Pagagan adalah kawasan pantai perubahan lingkungan dapat mempengaruhi
terletak di Kabupaten Pamekasan Jawa Timur jumlah jenis dan perbedaan struktur dari
di bagian pesisir selatan. Luas pantai di Jawa gastropoda (Suwondo, dkk. 2006).
Timur adalah sekitar 28.437 ha yang terdiri Saat ini kondisi mangrove di Desa
dari 21.529 ha kawasan hutan dan 6.908 ha Pagagan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten
bukan kawasan hutan. Salah satu potensi yang Pamekasan telah mengalami kerusakan.
menyimpan kekayaan ekosistem mangrove Kerusakan hutan mangrove di pantai Pegagan
adalah Kabupaten Pamekasan. Luas hutan mencapai 40% dari luas 12 ha. Hal ini telah
mangrove keseluruhan yang ada di dilakukan perhitungan luas lahan mangrove
Pamekasan adalah 600 ha. Secara geografis yang mengalami kerusakan oleh Dinas
Kabupaten Pamekasan terletak antara 112019 Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten
BT 113058 BT serta 6051 LS 7031 LS Pamekasan ternyata lahan yang tumbuh subur
(BPS, 2005). Keberadaan dan kelimpahan cuma tersisa 400 hektar pada daerah selatan
gastropoda sangat ditentukan oleh adanya termasuk pantai pegagan. Lahan yang lainnya
vegetasi mangrove yang ada di pesisir. dalam kondisi kritis. Kondisi ini akan
Kelimpahan dan distribusi gastropoda mengakibatkan turunnya produktivitas
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti: perairan dan secara tidak langsung
kondisi lingkungan, ketersediaan makanan, mempengaruhi kondisi biota-biota yang hidup

850 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

di kawasan hutan mangrove seperti ikan dan Metode Penelitian


makrobenthos. Gastropoda sebagai salah satu Pengambilan sampel dilakukan dengan
makrobenthos dalam ekosistem mangrove di metode sampling dengan teknik transek
kawasan mangrove pantai Pagagan ini yang kuadran. Transek terdiri dari 10 transek
diperkirakan akan terpengaruh oleh kondisi dengan jarak antara garis 40 m. Pengambilan
tersebut sehingga perlu dilakukan penelitian transek dibagi menjadi 2 stasiun dimana
terkait komposisi dan distribusi gastropoda di stasiun 1 merupakan stasiun substrat dominan
kawasan mangrove desa pagagan kecamatan pasir dan stasiun 2 merupakan stasiun subsrat
pademawu kabupaten pamekasan-madura. dominan lumpur. Pada setiap transek
dibuatkan 3 plot dengan ukuran 2mx2m
dengan jarak antara plot satu dengan yang
lainnya adalah seragam yaitu 8 m seperti pada
Gambar 1.

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Gastropoda

Sedangkan untuk menghitung diameter Point Centered Quarter untuk lebih


mangrove dilakukan dengan metode memudahkan menghitung jumlah semua
tegakan pohon setiap transek.

Gambar 2. Point Centered Quarter method


yang digunakan dalam Penelitian (Micthell K, 2001)

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 851


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Mangrove yang diukur adalah mangrove E : Indeks kemerataan Evennes


yang berada di titik Point Centered Quarter, H : Indeks Keanekaragaman Shannon-
dimana dipilih pohon yang paling dekat di Winner
setiap Quarter (Micthell K, 2001) kemudian S : jumlah spesies (n1, n2, n3, ..... )
dihitung semua mangrove yang termasuk (Ludwig dan Raynolds, 1998)
didalam transek sesuai ukuran plot yaitu Indeks Kekayaan Spesies (R)
2mx2m. Jarak yang diukur untuk pemetaan Indeks Kekayaan spesies (R) untuk
kerapatan mangrove hanya yang masuk dalam setiap stasiun dihitung menggunakan
kriteria pohon, yaitu tumbuhan dengan ukuran formulasi sebagai berikut:
tinggi > 1m dan diameter batang 10 cm R = S-1/ln n
(Fachrul, 2006). Keterangan:
R : Indeks Kekayaan Richeness
Indeks Keanekaragaman S : Jumlah spesies (n1, n2, n3, .....)
Untuk menganalisi keanekaragaman jenis N : Total individu dalam pengambilan
pada setiap stasiun mengikuti formulasi sampel (Ludwig dan
Shanon-Winner: Raynolds, 1998)
H= - pi ln pi Hubungan Antara Faktor Lingkungan
Keterangan: Dengan Komposisi Komunitas
Pi = Informasi mengenai hubungan faktor
lingkungan (suhu, salinitas, dan pH) dengan
H : Indeks Keanekaragaman Shannon-
komposisi komunitas pada tiap stasiun akan
Winner
dianalisis menggunakan SPSS 16 Uji statistik
n : Jumlah masing-masing spesies
regresi ganda.
N : Jumlah total spesies dalam sampel
(Ludwig dan Raynolds, 1998)
Hasil dan Pembahasan
Indeks Kemerataan (E) Jenis-jenis Gastropoda
Indeks kemerataan Pielou (Evenness Berdasarkan proses identifikasi, secara
index = E) untuk setiap stasiun dihitung keseluruhan diperoleh 574 individu yang termasuk
menggunakan formulasi sebagai berikut: ke dalam 7 jenis.
E = H/ln S

Keterangan:
Tabel 1: Komposisi Jenis dan Jumlah Individu Fauna Gastropodaa yang Ditemukan di Kawasan
Mangrove Desa Pagagan, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan
Stasiun
No. Nama Jenis Kode Jumlah
I II
1. Cerithidea sp Sp1 33 37 70
2. Cassidula sp Sp2 25 34 59
3. Telescopium telescopium Sp3 62 74 136
4. Nerita costata Sp4 40 53 93
5. Littorina sp Sp5 77 80 157
6. Strombus labiatus Sp6 28 21 49
7. Nerita sp Sp7 10 0 10
Individuals 275 299 574

852 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Komposisi Komunitas substratnya sehingga diperoleh nilai H, E, dan


Pada penelitian ini, kawasan mangrove di R pada tiap stasiun. Berikut adalah tabulasi
Desa Pagagan, Kecamatan Pademawu, nilai H, E, dan R pada masing masing stasiun
Kabupaten Pamekasan dibagi menjadi 2 (Gambar 3).
stasiun atas dasar perbedaan formasi

Gambar 3. Diagram Nilai Komposisi Gastropoda pada Tiap Stasiun

Pola Distribusi jenis gastropoda. Hasil analisis indeks dispersi


Indeks dispersi Morisita (Id) digunakan Morisita pada substrat dominan pasir dan
untuk mengetahui pola sebaran substrat dominan lumpur akan disajikan pada
gambar histogram berikut:

Gambar 4. Indeks dispersi Morisita pada Substrat Dominan Pasir

Gambar 5. Indeks dispersi Morisita pada Substrat Dominan Lumpur

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 853


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Stasiun I kawasan mangrove yang produktivitasnya cukup tinggi dan kondisi


merupakan substrat dominan pasir. Pada ekosistem seimbang.
stasiun I berhasil ditemukan 275 individu Tingkat keanekaragaman gastropoda
yang termasuk ke dalam 7 jenis. Stasiun II pada kedua stasiun berhubungan dengan
merupakan kawasan mangrove substrat indeks kemerataan dan indeks kekayaan.
dominan lumpur. Pada stasiun II berhasil Secara keseluruhan kemerataan pada kedua
ditemukan 299 individu yang termasuk ke stasiun menunjukkan bahwa komunitas
dalam 6 jenis. Jenis-jenis gastropoda yang kurang baik dengan penyebaran tidak merata
ditemukan pada stasiun I maupun stasiun II dengan kisaran 0,2792-0,2773. Sedangkan
yang paling banyak yaitu Littorina sp. Hal Indeks kekayaan (R) jenis gastropoda pada
tersebut sesuai dengan pernyataan Mujiono substrat dominan pasir di kawasan mangrove
(2008) beberapa gastropoda yang dominan Desa Pagagan, Kecamatan Pademawu,
terdapat pada ekosistem mangove terdiri dari Kabupaten Pamekasan-Madura lebih tinggi
famili Littorinidae (seperti Littorina scabra), dibandingkan indeks kekayaan pada substrat
Muricidae, Onchinidae, Certhiidae, dan dominan lumpur dengan niali kekayaan
Ellobidae. Jenis berikutnya yang banyak masing-masing 1,06754 dan 0,877125.
ditemukan yaitu spesies Telescopium Menurut Kreb dan Leksono dalam Rumahlatu
telescopium, Cerithidea sp dan Casidula sp. (2007) menjelaskan bahwa suatu komunitas
Hal tersebut dikarenakan spesies Telescopium dikatakan memiliki kekayaan yang tinggi
telescopium dan Cerithidea sp tersebut apabila pada komunitas tersebut terdapat
merupakan gasropoda asli mangrove sehingga jumlah jenis yang banyak.
dapat dijumpai di hampir semua pelosok Keanekaragaman gastropoda yang
hutan mangrove serta tidak terpengaruh ditemukan pada substrat dominan pasir dan
dengan jenis-jenis mangrove tertentu substrat dominan lumpur dipengaruhi oleh
(Soemodiharjo & Kastoro, 1977). faktor abiotik diantaranya pH, suhu dan
Selain itu jenis Cerithidea biasanya di salinitas. Dimana ketiga faktor abiotik
temukan pada ekosistem mangrove jenis tersebut memberikan pengaruh yang kecil
Rhizophora spp karena Rhizophora spp dapat terhadap komposisi gastropoda. Faktor abiotik
menyediakan substrat lumpur, yang yang paling berpengaruh terhadap komposisi
merupakan habitat dari Cerithidea. Casidula gastropoda yaitu pH. Selain itu vegetasi
sp juga banyak ditemukan pada vegetasi mangrove yang meliputi kerapatan, basal area
mangrove tingkat pohon jenis Rhizophora serta indeks nilai penting juga mempengaruhi
spp. dibandingkan jenis pohon lainnya. Pada komposisi gastropoda. Pada stasiun I
umumnya ditemukan menempel pada batang hubungan indeks nilai penting mangrove dan
dan akar mangrove, ranting-ranting dan juga komposisi gastropoda berbanding lurus
merayap pada permukaan tanah saat air surut. terhadap kompoisis gastropoda sedangkan
Berdasarkan jenis-jenis yang telah ditemukan padatstasiun II berbanding terbalik dimana
pada kedua stasiun diketahui bahwa Indeks indeks nilai penting tidak berpengaruh
keanekaragaman gastropoda pada substrat terhadap komposisi gastropoda. Hal ini
dominan pasir dan substrat dominan lumpur menunjukkan bahwa semakin tinggi indeks
menunjukkan kategori sedang dengan nilai nilai penting mangrove maka komposisi
indeks keanekaragaman lebih dari 1,00. gastropoda semakin rendah. Budiman (1991)
Menurut Rahma (2006) indeks menyatakan bahwa kehadiran jenis-jenis
keanekaragaman (H) yang termasuk dalam gastropoda mangrove sangat dipengaruhi dan
kategori sedang menunjukkan bahwa ditentukan oleh kondisi setempat bukan
kondisi hutan mangrove secara umum.

854 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Jenis-jenis gastropoda yang ditemukan Kantor Kehutanan dan Perkebunan, 2009.


mempunyai pola ditribusi. Pola distribusi Laporan Tahunan 2006. Kabupaten
gastropoda pada stasiun I maupun stasiun II Pamekasan Jawa Timur.
acak dan mengelompok. Dharmawan, dkk Kastawi, dkk. 2005. Zoologi Avertebrata.
(2005) menyatakan pola sebaran Malang: UM Press.
mengelompok dapat disebabkan oleh sifat Ludwig, J.A. & Reynolds, J.F. 1998.
agregarius, karena adanya keragaman kondisi Statistical Ecology: A Primer Methods
lingkungan, ketersediaan makanan, and Computing. A Willey InterScience
perkawinan, pertahanan, perilaku sosial, serta Publication.
faktor persaingan. Pola sebaran secara Mitchell K. 2001. Quantitative analysis by the
berkelompok sangat ditentukan oleh beberapa Point-centered Quarter method.
faktor antara lain gerak hewan, cara hidup http://people.hws.edu/mitchell/PCQM.p
hewan (misalnya melekat pada batu, sekitar df.
rumput laut atau di rongga batu karang). Mujiono, N. 2008. Mudwhekks (Gastropoda:
Selain itu dapat juga disebabkan oleh keadaan Potamididae) from mangroves of Ujung
substratnya (pasir berlumpur, pasir berbatu, Kulon National Park, Banten. Jurnal
atau berbatu karang) (Kastawi, dkk. 2005). Biologi.
Rahma, P. 2006. Keanekaragaman dan Pola
Simpulan Distribusi Gastropoda di Kawasan
Kawasan mangrove Desa Pagagan, Hutan Manrove Pantai Paciran Tuban,
Kecamatan Pademawu, Kabupaten Jawa Timur. Skripsi tidak diterbitkan.
Pamekasan terdapat 2 stasiun berdasarkan Malang: Universitas Brawijaya.
formasi substratnya. Stasiun I ditemukan 7 Rumahlatu, D. 2007. Hubungan antara
jenis gastropoda dan stasiun II ditemukan 6 Faktor Fisik-Kimia Lingkungan dengan
jenis gastropoda. Stasiun I maupun stasiun II keanekaragaman dan Pola Distribusi
keanekaragaman gastropoda termasuk ke Echinodermata pada Daerah Pasang
dalam kategori sedang. Faktor abiotik yang Surut Kabupaten Seram Bagian Barat
berpengaruh signifikan terhadap kompoisisi sebagai Sumber Pembelajaran Ekologi
gastropoda yaitu pH. Indeks nilai penting Kelautan. Tesis tidak diterbitkan.
mangrove bukan faktor yang paling utama Malang: Universitas Negeri Malang.
terhadap kompoisisi gastropoda. Pola sebaran Soemodihardjo, S. & W. Kastoro. 1997.
gastropoda pada kedua stasiun adalah Beberapa Segi Biologi Hutan Payau
mengelompok. Dan Tinjauan Singkat Komunitas
Mangrove Di Gugus Pulau Pari.
Oseana.
Daftar Rujukan Suwondo, dkk. 2006. Struktur Komunitas
BPS, 2005. Kabupaten Pamekasan Dalam Gastropoda Pada Hutan Mangrove Di
Angka. Pulau Sipora Kabupaten Kepulauan
Budiman, A. 1991. Penelaahan beberapa Mentawi Sumatera Barat : Jurnal
gatra ekologi moluska bakau Indonesia. Biogenesis 2(1): 25-29.
Journal of Animal Ecology.
Dharmawan, dkk. 2005. Ekologi Hewan.
Malang: UM Press.
Fachrul, F. 2006. Metode Sampling
Bioekologi. Bumi Aksara. Jakarta

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 855


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

STUDI KERAGAMAN KUPU-KUPU Pieridae DI KAWASAN WISATA AIR


TERJUN COBAN RAIS KOTA BATU

Pintar Tri Wahyuni


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang,
E-mail: pintar.nyuk@gmail.com

Abstrak
Kupu-kupu adalah salah satu bioindikator perubahan lingkungan, salah satunya dari familia
Pieridae. Familia Pieridae terbang tidak terlalu cepat dan terbang cukup rendah, serta sebagian
besar hinggap di tanaman semak. Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui jenis kupu-kupu
Pieridae dan tumbuhan yang dihinggapi kupu-kupu Pieridae dewasa, serta mengetahui status
perlindungannya. Pengambilan sampel kupu-kupu dilakukan mulai bulan Februari hingga Maret
2014 yang dilakukan di kawasan wisata air terjun Coban Rais. Pengambilan kupu-kupu
dilakukan dengan metode walking transect. Hasil penelitian menemukan 10 jenis familia
Pieridae yang diklasifikasikan menjadi 7 genus. Jenis yang ditemukan meliputi Catopsilia
pomona, Eurema simulatrix, Eurema blanda, Eurema tilaha, Cepora iudith, Appias pandione,
Delias belisama, Delias hyparete, Leptosia nina dan Hebomoia glaucipe. Tumbuhan yang
dihinggapi kupu-kupu meliputi Crhomolaena laevigata, Bambusa oldhamii, Acmella ulliginosa,
Moraceae, Crhysopogon aciculatus dan Cassia alata. Semua jenis kupu-kupu yang ditemukan
memiliki status yang tidak dilindungi.

Kata Kunci : Keragaman, kupu-kupu, familia Pieridae.

Pendahuluan komponen yang penting dalam membantu


Indonesia memiliki keunikan dalam hal penyerbukan tumbuhan (Subahar dan Yuliana,
sebaran fauna, yang dikenal sebagai 2010). Peran kupu-kupu yang tidak kalah
endemisitas. Tingkat endemisitas yang tinggi penting dalam ekosistem yaitu sebagai
terlihat jelas sekali pada kupu-kupu Indonesia, indikator perubahan lingkungan karena jika
yaitu mencapai lebih dari 35 persen dari total terjadi sedikit perubahan dalam lingkungan
jumlah jenis kupu-kupu yang ada di dunia maka dapat berpengaruh terhadap keberadaan
(Peggie dan Amir, 2006). Kupu-kupu kupu-kupu (Davies & Butler, 2008 dalam
merupakan komponen biotik yang mudah Rahayu, 2012). Semakin banyaknya lahan
dikenali dalam ekosistem. Kupu-kupu kosong atau hutan yang dijadikan bangunan-
merupakan bagian dari keanekaragaman bangunan kota maka dapat mengancam
hayati yang harus dijaga kelestariannya dari keberadaan kupu-kupu.
kepunahan maupun penurunan Lokasi yang dilindungi dan memiliki
keanekaragaman jenisnya (Achmad 2002 komponen biotik yang masih alami salah
dalam Rahayu, 2012). satunya yaitu wisata air terjun Coban Rais.
Kupu-kupu merupakan komponen biotik Lokasi Coban Rais berada di ketinggian 1025
yang mudah dikenali dalam ekosistem karena meter di atas permukaan laut (Anonim, 2013).
keindahannya. Peran ekologi kupu-kupu Daerah sekitar lokasi air terjun Coban Rais
dalam ekosistem tidak hanya sebagai lambat laun juga mengalami pengalihan fungsi
herbivora semata, tetapi juga sebagai lahan misalnya bangunan pemancar stasiun

856 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

televisi, tempat rekreasi, dan juga kebun pengukuran faktor abiotik meliputi suhu,
binatang buatan. Lokasi Air terjun Coban Rais kelembapan udara, dan intensitas cahaya.
dipilih sebagai lokasi penelitian untuk Pengukuran dilakukan pada setiap sektor,
mengetahui keberadaan jenis kupu-kupu masing-masing sektor dilakukan pengukuran
Pieridae yang ditemukan di kawasan Air 1 titik dan pengamatan faktor biotik berupa
terjun Coban Rais dan tumbuhan yang tumbuhan yang dihinggapi oleh kupu-kupu
dihinggapi oleh kupu-kupu Pieridae dewasa, Pieridae dewasa. Spesimen kupu-kupu
serta untuk mengetahui status perlindungan Pieridae diidentifikasi berdasarkan buku
kupu-kupu Pieridae yang ditemukan. Practical Guide to the Butterflies of Bogor
Botanic Garden (Peggie dan Amir, 2006) dan
Metode Penelitian Fauna Serangga Gunung Ciremai (Peggie,
Jenis penelitian yang digunakan adalah dkk., 2011) dan untuk identifikasi tumbuhan
deskriptif eksploratif dengan metode swing adalah buku The Mountain Flora of Java
net. Populasi dalam penelitian adalah semua (Steenis, 1972).
kupu-kupu yang ada di kawasan wisata air
terjun Coban Rais Kota Batu. Sampel yang Hasil dan Pembahasan
diambil dalam penelitian ini adalah jenis Berdasarkan hasil dari pengamatan kupu-
kupu-kupu familia Pieridae yang tertangkap kupu pada saat pengambilan data, didapatkan
di jalur pengambilan data Penelitian 10 spesimen dari familia Pieridae yang
dilakukan di sekitar hutan tropis di kawasan ditemukan sepanjang jalur pengamatan di
wisata air terjun Coban Rais Kota Batu, wisata air terjun Coban Rais kota Batu.
dimulai pada bulan Maret hingga April 2014. sepuluh spesimen diidentifikasi berdasarkan
Lokasi pengambilan data sebanyak lima warna tubuh, ukuran sayap, dan bentuk antena.
sektor pengamatan, masing-masing sektor Pengamatan pola warna pada sayap didasarkan
berjarak 500 meter. Perjalanan dimulai dari pada bentuk venasi sayap yang merujuk pada
area Ground Camp atau bumi perkemahan buku Practical Guide to the Butterflies of
sampai mendekati area air terjun Coban Rais. Bogor Botanic Garden (Peggie dan Amir,
Lebar sisi kanan dan kiri pada jalur 2006) dan Fauna Serangga Gunung Ciremai
pengamatan adalah 5 meter (dengan jarak (Peggie, dkk., 2011). Hasil identifikasi 10
jangkauan masing-masing sisi 2,5 meter). spesimen diklasifikasikan hingga tingkat jenis,
Penangkapan kupu-kupu dilakukan pada meliputi Catopsilia pomona, Eurema
pukul 08.00-12.00 WIB. Pengambilan sampel simulatrix, Eurema blanda,Eurema tilaha,
pada waktu tersebut berdasarkan waktu aktif Appias pandione, Cepora iudith, Delias
terbang kupu-kupu (Anwar dkk., 2012). belisama, Delias hyparete, Leptosia nina dan
Penangkapan dilakukan dengan menggunakan Hebomoia glaucipe. Jenis tersebut
jaring serangga. Kupu-kupu yang tertangkap dikelompokkan dalam 7 genus yang berbeda.
dimasukkan kedalam kertas papilot untuk Masing-masing genus ditunjukkan pada
selanjutnya digunakan untuk pembuatan Gambar 1.
insektarium. Selain itu juga dilakukan

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 857


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Gambar 1. (A) Catopsilia pomona,(B) Eurema simulatrix,


(C) Eurema blanda, (D) Eurema tilaha, (E) Appias pandione,
(F) Cepora iudith, (G) Delias belisama, (H) Delias hyparete,
(I) Leptosia nina, (J) Hebomoia glaucipe

Berdasarkan hasil penelitian tercatat jenis familia Pieridae dalam penelitian


hanya 6 jenis kupu-kupu familia Pieridae Rahayu, dkk., (2013) sebanyak 15 jenis.
hinggap pada tumbuhan. Tumbuhan yang Perbedaan jumlah jenis kupu- kupu yang
dihinggapi kupu-kupu Pieridae dewasa diperoleh dipengaruhi oleh faktor abiotik
meliputi Bambusa oldamii, Crhomolaena maupun faktor biotik. Data faktor abiotik
laevigata, Moraceae, Crysopogon aciculatus yang diperoleh pada saat penelitian suhu
dan Cassia alata, sedangkan tumbuhan berkisar antara 22-290 C dan kelembapan
Acmella uliginosa (Sw.) Cass.merupakan udara berkisar antara 40-80%, suhu dan
foodplant bagi jenis Eurema blanda dan kelembapan udara tersebut masih dalam batas
Eurema tilaha. normal untuk kupu-kupu dapat bertahan
Berdasarkan hasil penelitian ciri-ciri hidup karena kupu-kupu dapat bertahan hidup
umum familia Pieridae yaitu memiliki sayap pada suhu 18-380 C dengan kelembapan
berwarna kuning, putih terkadang terdapat udara kurang dari 85% (Sihombing, 2002).
bercak coklat, bentuk sayap bulat, Ciri-ciri Faktor yang berpengaruh dalam pengambilan
morfologi kupu-kupu yang ditemukan sesuai data spesimen kupu-kupu meliputi faktor
dengan ciri-ciri kupu-kupu Pieridae pada abiotik maupun faktor abiotik, faktor abiotik
umumnya, yaitu kupu-kupu familia Pieridae yang mempengaruhi perbedaan jumlah
umumnya memiliki warna kuning dan putih, spesimen dalam pengambilan data yaitu saat
sebagian kecil berwarna oranye dengan penelitian dilakukan pada saat musim
sedikit terdapat bercak hitam atau merah penghujan sedangkan pada penelitian Rahayu,
(Peggie dan Amir, 2006). Familia Pieridae dkk., (2013) pengambilan data dilakukan
berukuran sedang. Radius pada sayap depan pada saat musim kemarau, sehingga
biasanya bercabang 3 atau 4. Tungkai depan meskipun faktor suhu dan kelembapan tidak
berkembang dan kaku, tarsus terbelah dua berpengaruh terhadap keberadaan kupu-kupu
(Trimurti, 2010). pada lokasi penelitian tetapi adanya curah
Berdasarkan penelitian jumlah jenis hujan pada saat penelitian menyebabkan
Pieridae yang ditemukan sebanyak 10 jenis aktifitas kupu-kupu untuk terbang menjadi
lebih kecil bila dibandingkan dengan jumlah terhambat, hal ini yang menyebabkan sedikit

858 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

ditemui adanya kupu-kupu yang terbang pada mahkota bunga berbentuk tabung karena
saat pengambilan data. bunga berbentuk tabung mempunyai nektar
Faktor abiotik lain yang berpengaruh yang cukup banyak (Gombert, dkk., 2005).
terhadap jumlah jenis yang ditemukan yaitu Berdasarkan hasil pengamatan semua
intensitas cahaya dan ketinggian tempat. jenis kupu-kupu familia Pieridae yang
Intensitas cahaya berhubungan dengan tertangkap memiliki status perlindungan yang
adanya hujan, karena apabila kondisi cuaca tidak dilindungi sehingga untuk keberadaan
dalam keadaan hujan maka intensitas cahaya kupu-kupu familia Pieridae masih belum
akan menurun, intensitas cahaya akan dapat mengalami ancaman kepunahan atau
menarik kupu-kupu, karena kupu-kupu ancaman bagi habitat hidupnya, tetapi
membutuhkan cahaya untuk menjaga keberadaan kupu-kupu tetap harus dijaga,
keseimbangan suhu tubuhnya (Saroyo dan terutama habitat hidupnya yang merupakan
Koneril, 2012). Faktor abiotik berupa tumbuhan karena tumbuhan digunakan kupu-
ketinggian tempat juga dapat mempengaruhi kupu sebagai tempat inang bagi larvanya dan
variasi jenis dan keberadaan kupu-kupu yang tempat untuk mencari sumber makanan bagi
ditemukan, tetapi pada saat pengamatan tidak kupu-kupu dewasa.
dilakukan adanya pengukuran ketinggian
tempat. Simpulan
Faktor biotik yang mempengaruhi Kupu-kupu familia Pieridae yang
jumlah spesimen kupu-kupu pada saat ditemukan sebanyak 10 jenis meliputi
penelitian yaitu adanya tumbuhan. Catopsilia pomona, Eurema simulatrix,
Berdasarkan hasil pengamatan faktor biotik Eurema blanda,Eurema tilaha, Appias
diketahui hanya 6 jenis yang hinggap pada pandione, Cepora iudith, Delias belisama,
tumbuhan. Tumbuhan yang dihinggapi oleh Delias hyparete, Leptosia nina dan Hebomoia
kupu-kupu familia Pieridae merupakan glaucipe. Tidak semua kupu-kupu terlihat
tempat hinggap, meliputi Bambusa oldhamii hinggap pada tumbuhan, hanya 6 jenis yang
yang dihinggapi Eurema blanda, tumbuhan diketahui hinggap pada tumbuhan, tetapi
Chromolaena laevigata yang dihinggapi oleh untuk tumbuhan Acmella uliginosa (Sw.)
Eurema tilaha dan Cepora iudith, tumbuhan Cass.untuk mencari nektar bagi Eurema
Moraceae yang dihinggapi oleh Delias tilaha dan Eurema blanda, sedangkan
belisama,rumput-rumputan jenis Crysopogon tumbuhan lain hanya sebagai tempat hinggap
aciculatus sering dihinggapi jenis Leptosia bagi kupu-kupu dan kupu-kupu yang
nina dan tumbuhan perdu Cassia alata ditemukan memiliki status yang tidak
dihinggapi oleh Catopsilia pomona. terevaluasi berdasarkan IUCN dan belum
Tumbuhan yang bukan merupakan dilindungi berdasarkan CITES. Berdasarkan
tempat hinggap yaitu Acmella uliginosa (Sw.) simpulan tersebut disarankan untuk
Cass. yang merupakan foodplant bagi jenis mendapatkan hasil yang lebih maksimal perlu
Eurema blanda dan Eurema tilaha. dilakukan pengukuran faktor abiotik dalam
Tumbuhan Acmella uliginosa (Sw.) Cass penelitian berupa ketinggian tempat, karena
termasuk dalam familia Asteraceae, warna dapat digunakan sebagai acuan bahwa
bunga dari Asteraceae dapat menarik perbedaan ketinggian mempengaruhi jenis
perhatian bagi kupu-kupu karena bentuk, kupu-kupu yang ditemukan.
warna, dan aroma bunga dipergunakan
sebagai petunjuk adanya nektar bunga yang Daftar Rujukan
dipilih sebagai makanannya (Dendang, 2009). Anonim, 2013. Coban Rais Batu. (Online)
Selain itu tumbuhan Asteraceae memiliki (http://www.eastjava.com/ tourism/batu/

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 859


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

coban_rais.html). Diakses Pada Tanggal Steenis, C.G.G.J.V. 1972. The Mountain Flora
23 September 2013. of Java. Leiden: E.J. Brill & Co.
Anwar, Rizkawati, Pamula, Cindy dan Subahar, S.S. & Yuliana, A. 2010. Butterfly
Shalihah, 2012. Kupu- kupu di Kampus diversity as a data base for the
Universitas Padjajaran Jatinangor. Development plant of Butterfly Garden at
Bogor: Departemen Keilmuan Devisi Bosscha Observatory, Lembang, West
Entomologi. (Online). (http:// Java. Jurnal Biodiversitas. 11 (1): 24-28.
www.himbiounpad.wordpress.com). Trimurti, 2010. Jenis Kupu- kupu di Kebun
Diakses Pada Tanggal 23 September Bunga Kebun Raya UNMUL
2013. Samarinda.Jurnal Bioprospek Vol. 7,
Dendang, 2009. Keragaman Kupu-Kupu Di No. 1.
Resort Selabintana Taman Nasional
Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat.
Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam. Vol. VI No. 1 : 25-36, 2009.
Gombert, L.L., Hamilton, H.L., & Coe, Mindi.
2005. Butterfly Gardening. Tenessee:
University of Tenessee Extension.
Peggie, D & Amir, M. 2006. Practical Guide
to the Butterflies of Bogor Botanic
Garden. Cibinong: Bidang Zoologi, Pusat
Penelitian Biologi, LIPI.
Peggie, D., Noerdjito, W.A., & Aswari, P.
2011. Fauna Serangga Gunung Ciremai.
Cibinong: Bidang Zoologi, Pusat
Penelitian Biologi, LIPI.
Rahayu, 2012. Keanekaragam Jenis Dan
Distribusi Kupu-Kupu (Lepidoptera;
Rhopalocera) di Beberapa Tipe Habitat
Di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota
Jambi. Tesis tidak diterbitkan. Depok:
Universitas Indonesia.
Rahayu, S.E., Tuarita, H dan Sulisetijono.
2013. Biodiversitas Kupu-kupu Coban
Rondo dan Coban Rais Batu Sebagai
Data Dasar Usaha Konservasi. Laporan
Penelitian. Malang : LP2M.
Saroyo dan Koneril, 2012. Distribusi dan
Keanekaragaman Kupu-Kupu
(Lepidoptera) di Gunung Manado Tua,
Kawasan Taman Nasional Laut Bunaken,
Sulawesi Utara. Manado. Jurnal Bumi
Lestari,Volume 12 No. 2: 357 - 365.
Sihombing, 2002. Satwa Harapan I Pengantar
Teknologi Budidaya. Bogor: Pustaka
Wirausaha Muda.

860 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA EKSTRAK DAUN PERMOT (Passiflora


foetida Linn.) DENGAN TLC DAN GC-MS SEBAGAI KANDIDAT
BIOINSEKTISIDA TERHADAP NYAMUK

Poedji Hastutiek, Agus Sunarso


Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya

Abstract
The aim study was to investigate the effectivity of P. foetida Linn. Extracted by diverse
organic solvent such as n-hexana, etil acetat and etanol. The component of n-hexana fraction
using Thin Layer Chromatography (TLC) identified ware alkaloid and terpenoid, the component
of etil acetat fraction identified was terpenoid and the component of etanol fraction identified
was phenol. The Gas Chromatography-Mass Spektrometry analysis showed, components
identification were : 13-Octadecenal, Neophytadiene, Isophytol, 9,12,15-Octadecatrienoic acid
and Phytol. The GC-MS analysis showed that isophytol and phytol were the major component
of the n-hexana fraction. Result suggest that extract of P. foetida Linn., leaves showed the
highest insecticidal effect on Ae. aegypti larvae instar IV. The extract of P. foetida Linn., leaves
was good candidate to be developed as sources of natural insecticide (Bioinsecticide).

Key word: Passiflora foetida, TLC, GC-MS, Bioinsecticide.

Pendahuluan kondisi masyarakat serta kepeduliannya masih


Kota Surabaya terdiri dari 31 kecamatan, belum memadai dalam menanggulangi
terdapat beberapa daerah endemis Demam penyakit DBD (Arsin dan Wahiduddin, 2004).
Berdarah Dengue (DBD). Kurun waktu sejak Cara yang paling tepat untuk menanggulangi
awal ditemukan kasus DBD pada tahun 1968 penyakit ini secara tuntas adalah
di Surabaya dan Jakarta, angka kejadian mengendalikan vektor yaitu Ae. Aegypti dan
penyakit cenderung meningkat. Insiden Ae. albopictus. Pengendalian larva merupakan
(jumlah kasus) dalam 100.000 penduduk kunci strategis program pengendalian vektor
tertinggi di Surabaya sebesar 58, 89 dengan di seluruh dunia (Okumo, et al., 2007).
kematian 41 %, sejak saat itu penyakit ini Penggunaan insektisida yang ditujukan
menyebar ke berbagai kota dan hampir seluruh pada stadium larva nyamuk yang disebut
propinsi di Indonesia terjangkit penyakit ini sebagai larvisida merupakan cara yang paling
(Soegianto dkk, 2004). Kasus DBD terus umum digunakan oleh masyarakat untuk
meningkat terjadi sepanjang tahun dan mengendalian nyamuk. Penggunaan Abate SG
fluktuatif, sedang angka kematiannya sudah (Temephos 1 %) di Indonesia sudah dilakukan
dapat ditekan serendah mungkin dengan rata- sejak tahun 1976, empat tahun kemudian
rata dibawah 1 % (Dinas Kesehatan Kota ditetapkan sebagai bagian dari program
Surabaya, 2005). pemberantasan massal Ae. aegypti (Daniel,
Penyakit infeksi DBD disebabkan oleh 2008). Tetapi bahaya resistensi dan efek
virus dengue yang ditularkan melalui vektor samping yang ditimbulkan oleh insektisida
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus tersebut tidak dapat dihindarkan, resistensi Ae.
(Sumarmo, 1994). Peningkatan infeksi virus aegypti terhadap Abate SG sudah ditemukan
dengue setiap tahun berkaitan erat dengan di Surabaya (Rahardjo, 2006). Mengingat
sanitasi lingkungan. Faktor lingkungan ikut resistensi vektor nyamuk yang begitu cepat,
berperan dan tidak kalah pentingnya adalah maka pengembangan insektisida yang berasal

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 861


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

dari tanaman (bioinsektisida) sangat kali. Residu diekstraksi kembali menggunakan


dibutuhkan untuk mengatasi penyakit tersebut. pelarut etilasetat (semi polar) dilakukan
Penggantian insektisida kimia dengan dengan cara yang sama. Residu diesktraksi
bioinsektisida yang bersifat ramah lingkungan kembali menggunakan pelarut etanol (polar)
diperlukan untuk mengantisipasi dampak dengan cara yang sama. Filtrat dari masing-
negatif yang ditimbulkan. Salah satu tanaman masing pelarut dikumpulkan dan diuapkan
obat yang diduga mengandung bahan aktif menggunakan rotary evaporator dengan
yang dapat digunakan sebagai bioinsektisida penurunan tekanan sampai diperoleh ekstrak
terhadap nyamuk Ae. aegypti adalah tanaman kental. Fraksi n-hexana, fraksi etil asetat dan
Permot (Passiflora foetida Linn.). Tanaman fraksi etanol yang diperoleh kemudian
ini merupakan sumber daya alam hayati yang ditimbang.
tumbuh liar dan banyak diperoleh di Penentuan kandungan kimia terhadap
Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa fraksi n-hexana, fraksi etil asetat dan fraksi
tanaman Permot mempunyai prospek yang etanol daun permot meliputi golongan
baik untuk dikembangkan. senyawa alkaloid, flavonoid, fenol, dan
Tujuan penelitian ini adalah untuk 1) terpenoid diuji dengan Kromatografi Lapis
Mengekstraksi, mengisolasi dan menganalisis Tipis (KLT). Fraksi yang memiliki harga LC50
komponen kimia senyawa daun Permot (P. paling kecil dipilih sebagai fraksi paling aktif.
foetida). 2. Mengetahui potensi ekstrak daun Komponen kimia dalam ekstrak daun permot
Permot (P. foetida) sebagai bioinsektida dianalisis menggunakan GC-MS. Metode ini
terhadap larva nyamuk. digunakan untuk mengidentifikasi suatu
senyawa, baik satu komponen maupun
Metode Penelitian campuran (Sastrohamidjojo dan Pranowo,
Daun Permot (P. foetida) sebanyak 5 1985). Spektrometri massa tepat dalam
(lima) kg berat basah, diperoleh dibeberapa menentukan fragmentasi dan molekul-molekul
tempat di Surabaya. Diidentifikasi dilakukan serta dapat mengidentifikasi komponen-
di LIPI Kebun Raya Purwodadi Pasuruan, komponen yang terdapat dalam jumlah kecil
Jawa Timur. Daun Permot diambil secara (Harborne, 1987).
purposif dari beberapa lokasi di Surabaya,
kemudian dibersihkan dan diangin-anginkan Hasil dan Pembahasan
selama 5-7 hari dengan meletakkan di tempat Koleksi daun permot diperoleh 7,5 kg
yang terlindung dari sinar matahari kemudian daun Permot basah. Daun Permot kemudian
dihaluskan hingga berbentuk serbuk digiling dan diperoleh simplisia sebanyak
(simplisia) dipersiapkan untuk ekstraksi. 1.190 gram. Sebanyak 1 kg simplisia daun
Simplisia daun permot sebanyak 1 (satu) permot dilakukan maserasi, diperoleh ekstrak
kg dimaserasi terlebih dahulu dengan pelarut n-heksana, ekstrak etil acetat dan ekstrak
n-hexana (non polar) sebanyak 5 liter selama etanol. Hasil ekstraksi yang telah dilakukan
24 jam kemudian dilakukan penyaringan dan terlihat pada Tabel 1 di bawah ini.
filtratnya ditampung, diulangi sebanyak tiga
Tabel 1: Hasil Ekstraksi Simplisia dengan Berbagai Pelarut
Tumbuhan Bagian Pelarut Berat ekstrak (g)
P. foetida Simplisia n-hexana 34
Daun (1 kg) Etil acetat 27
Etanol 126

862 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Analisis fitokimia dengan KLT pada hexana mengandung alkaloid yang


fraksi n-hexana, etil acetat dan etanol daun ditunjukkan dengan noda berwarna merah
permot dilakukan menggunakan fase diam jingga dianggap bereaksi positif terhadap
silika gel 60F254 dan pereaksi Dragendorf. pereaksi Dragendorf, ditampilkan pada
Hasil KLT menunjukkan bahwa fraksi n- Gambar 1.
EA H EOH

Gambar 1. Hasil analisis Kromatografi lapis Tipis (KLT)


identifikasi alkaloid dalam fraksi n-Hexana, etil acetat
dan etanol Daun Permot setelah divisualisasi dengan
pereaksi Dragendorf.
Keterangan : EA = Etil acetat; H = n-hexana; EOH = etanol.

Hasil identifikasi kualitatif kandungan ungu menunjukkan adanya terpenoid dalam


kimia fraksi n-hexana daun permot adalah fraksi n-hexana dan fraksi etil acetat,
senyawa alkaloid, hal ini sesuai pendapat ditampilkan dalam Gambar 2.
Wijayakusuma dkk., (1995). Senyawa alkaloid Berdasarkan hasil KLT, identifikasi
tersebut banyak terdapat di daun dibandingkan flavonoid dengan fase diam silika gel 60F254
di bagian lain dari tanaman. Metabolit dengan fase gerak campuran butanol : asam
sekunder daun permot antara lain alkaloid asetat glasial : air (4 : 1 : 5) kloroform : aseton
yang memiliki kemampuan bekerja sebagai : asam formiat (6 : 6 : 1) penampak noda uap
racun pada larva baik sebagai racun kontak amoniak, dari ke tiga fraksi tidak timbul
maupun racun perut. warna kuning, ketiganya tidak mengandung
Berdasarkan hasil KLT, identifikasi flavonoid.
terpenoid dengan fase diam silika gel 60F254 Berdasarkan hasil KLT, identifikasi fenol
dengan fase gerak campuran n-hexana : etil dengan fase diam silika gel 60F254 dengan fase
acetat (4:1), penampak noda anisaldehida gerak campuran kloroform : etil acetat : asam
asam sulfat, timbul warna merah ungu atau formiat (0,5:9:0,5), penampak FeCl3, timbul

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 863


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

warna hitam dalam fraksi etanol menunjukkan adanya fenol, ditampilkan dalam Gambar 3.
EA H Et

Gambar 2. Hasil analisis Kromatografi lapis Tipis (KLT)


identifikasi terpenoid dalam fraksi n-Hexana, etil
acetat dan etanol setelah divisualisasi dengan
pereaksi Anisaldehid asam sulfat.
Keterangan : EA = Etil acetat; H = n-hexana; Et = etanol.

EA Et H

Gambar 3. Hasil analisis Kromatografi lapis Tipis (KLT)


identifikasi fenol dalam fraksi n-Hexana, etil
acetat dan etanol setelah divisualisasi dengan
FeCl3.
Keterangan : EA = Etil acetat; H = n-hexana; Et = etanol.

864 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Komponen kimia dalam fraksi n-hexana puncak diantaranya kemudian dianalisis lebih
daun permot, selanjutnya dianalisis dengan lanjut untuk mengetahui struktur senyawanya.
menggunakan metode GC-MS. Data Lima puncak tertinggi diduga mengandung
kromatogram pada Gambar 5. diketahui 13-Octadecenal, Neopytadiene, Isophytol,
terdapat 28 senyawa (puncak) yang 9,12,15-octadecatri- noic acid dan Phytol.
terkandung dalam fraksi n-hexana. Lima
Intensitas

Gambar 4. Kromatogram fraksi n-hexana Daun Permot

Hasil analisis GC-MS menunjukkan Salvia splendens memiliki aktifitas sebagai


bahwa fraksi n-hexana mengandung senyawa larvisidal terhadap larva Ae. albopictus dengan
isophytol (tr = time retensi 10,27 menit) dan LC50 sebesar 59,2 ppm.
phytol (tr = 12,14 menit), keduanya Kematian larva instar IV nyamuk Ae. aegypti
merupakan bagian dari terpenoid yang bersifatpasca pencelupan dalam larutan uji selama 24 jam
sebagai bioinsektisida terhadap larva instar IVkarena pengaruh senyawa aktif dalam fraksi n-
nyamuk Ae. aegypti, hal ini sesuai denganhexana yang mengandung alkaloid dan terpenoid.
penelitian yang telah dilakukan oleh Estrada etBanyak alkaloid bersifat terpenoid dan beberapa
al., (2013) bahwa senyawa phytol (tr = 12,09diantaranya dari segi biosintesis merupakan
menit ) sebagai komponen utama dari daun P.terpenoid termodifikasi alkaloid lain.
alliaceae. Metabolit sekunder tersebut juga Alkaloid memiliki kemampuan bekerja
dilaporkan oleh Mathew dan Thoppil (2011),sebagai racun kontak yang baik karena
bahwa komponen penting dalam essential oilkemampuannya untuk menembus kutikula

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 865


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

serangga. Alkaloid ini sangat efektif terhadap of plant extracts on immature


berbagai serangga, khususnya serangga bertubuh whitefly Bemisia tabaci Genn.
lunak. Pada larva alkaloid bekerja baik sebagai (Hemiptera:
racun kontak maupun racun perut, pada sistem Aleyroideae). E. J. Biotechnol. Plant
saraf senyawa aktif ini bekerja pada ganglia Biotechnol. Vol 16 No. 1.
sistem syaraf pusat. Alkaloid juga dapat Dinas Kesehatan Kota Surabaya.2005.
menyebabkan gangguan sistem pencernaan Incidence Rate dan Case Fatality Rate
karena alkaloid bertindak sebagai racun perut Demam
yang masuk melalui mulut larva (Soparat, 2010). Berdarah Dengue di Kota Surabaya
Alkaloid sebagai racun kontak dan perut yang dalam lima tahun terakhir.
membunuh serangga secara perlahan yang diikuti Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia.
dengan aktifitas makan yang terhenti (stop Penuntun cara modern
feeding action). menganalisis
Berdasarkan hasil-hasil tersebut di atas Tumbuhan 2. ITB Bandung 354 halaman.
membuktikan bahwa ekstrak daun permot dengan Mathew, J and J.E. Thoppil. 2011. Chemical
pelarut n-hexana yang mengandung alkaloid dan composition and mosquito larvicidal
terpenoid (isophytol dan phyto) mempunyai efek activities of Salvia essential oils.
sebagai racun kontak dan racun perut terhadap Pharmaceutical Biology, vol. 49, no. 5, P.
larva instar IV nyamuk Ae. aegypti dan 456-
berpotensi untuk dikembangkan menjadi 463.
bioinsektisida yang ramah lingkungan. Okumu, F.O., B.G.J. Knols and U.
Fillinger. 2007. Larvasidal effect of
Simpulan neem
Ekstrak daun Permot (Passiflora foetida (Azadirachta indica) oil formulation on
Linn.) mengandung alkaloid, terpenoid dan fenol. the malaria vector Anopheles gambiae.
Fraksi n-hexana daun permot mengandung Malaria J. 6: 63.
alkaloid dan terpenoid (isophytol dan phytol), Raharjo, B. 2006. Uji kerentanan
fraksi etil acetat mengandung terpenoid dan fraksi (susceptibility test) Aedes aegypti
etanol mengandung fenol. Terpenoid bersifat (Linnaeus) dari
sebagai larvisida (bioinsektisida). Hasil analisis Surabaya, Palembang dan beberapa
fraksi n-hexana daun permot dengan GC-MS wilayah di Bandung terhadap larvasida
mengandung 28 senyawa puncak. Lima puncak Temephos (Abate 1 SG). Skripsi sarjana.
tertinggi diduga mengandung 13-Octadecenal, Sekolah Ilmu Teknologi Hayati ITB.
Neopytadiene, Isophytol, 9,12,15- Sastrohamidjojo, H dan H.D. Pranowo.
octadecatrienoic acid dan Phytol. 1985. Kromatografi. Edisi kesatu.
Penerbit
Liberti, Yokyakarta. Halaman 6-8, 23, 26,
27, 46, 53-55, 92 dan 97.
Daftar Rujukan Soegianto, S., F. Sustini dan A. Wirahjanto.
Arsin, A.A., Wahiddudin. 2004. Faktor-faktor 2004. Epidemiologi Demam Berdarah
yang berpengaruh terhadap kejadian Dengue dalam Demam berdarah
Demam Berdarah Dengue di kota dengue, tinjauan dan temuan baru di era
Makassar. J. Kedokteran Yarsi. 12(2): 23- 2003.
33. Cetakan I. Airlangga University Press
Estrada, A.C., M. G. Angulo, R. B.Argez, Surabaya: 1-10.
E. R. Snchez. 2013. Insecticidal effects

866 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Soparat, S. 2010. Chemical ecology and


function of alkaloids.
http://pirun.ku.ac.th/g4686045/media/alka
loid.pdf. (dikutip: 10 September 2011)
Sumarmo, P.S. 2004. Masalah Demam
Berdarah Dengue di Indonesia.
Demam
Berdarah Dengue. Naskah Lengkap Balai
Penerbit FHUI, Jakarta: 1-13.
Wijayakusuma, H., S. Dalimarta dan A.S.
Wirian. 1995. Tanaman berkhasiat obat di
Indonesia. Pustaka Jakarta: 106-107.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 867


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

STUDI KARAKTERISASI MORFOLOGI SPORA TUMBUHAN PAKU PADA


FAMILI Adiantaceae
Putri Eka Maharani, Putri Moortiyani Al Asna, Lenny Yunia Nurwega,
Dwi Rahmawati, Eko Sri Sulasmi
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Malang
Email: putriasna23@gmail.com

Abstrak
Tumbuhan paku memiliki karakteristik morfologi spora yang khas yang dapat digunakan
sebagai penanda takson. Morfologi spora terdiri atas ada tidaknya lampang, apertura, bentuk
spora, dan ornamentasi. Spora yang digunakan dalam uji karakteristik Morfologi termasuk
dalam Famili Adiantaceae dari marga Cheilantes yang terdiri dari Cheilantes farinosa,
Cheilantes mysurensis, Cheilantes tenuifolia, Cheilantes bullos dan marga Anthrophyum,
spesies Anthrophyum reticulatum. Tujuan penelitian adalah (1) mengetahui karakteristik
morfologi spora tumbuhan paku dalam Famili Adiantaceae, (2) mendeskripsikan perbedaan
karakter morfologi spora tumbuhan paku antara marga Cheilantes dan Anthrophyum. Metode
penelitian ini meliputi preparasi spora tumbuhan paku, pengamatan spora tumbuhan paku
menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM), dan pendeskripsian morfologi spora
tumbuhan paku mengacu pada literatur. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan
morfologi spora yang spesifik antara marga Cheilantes dengan Anthrophyum yaitu ada tidaknya
lampang pada spora sedangkan perbedaan morfologi spora antar spesies dalam marga Cheilantes
mencakup apertura, bentuk spora, dan ornamentasi.

Kata Kunci: Spora, Famili Adiantaceae, Morfologi Spora

Pendahuluan Karakteristik morfologi spora tumbuhan paku


Tumbuhan paku (Pteridophyta) memiliki yang khas yang dapat digunakan sebagai
morfologi generatif yang unik pada setiap penanda takson. Ornamentasi spora, terutama
spesies. Morfologi generatif tumbuhan paku, spora paku belum banyak dipelajari (Moore &
terutama morfologi spora belum banyak Webb, 1978).
diteliti. Penelitian ciri morfologi spora paku Beberapa karakter spora tumbuhan paku
penting dilakukan untuk mengetahui ciri yang umum digunakan dalam deskripsi yaitu
morfologi dari suatu famili tumbuhan paku. aggregation atau conglobation, simetri,
Spora merupakan alat perkembang- apertures, ukuran, bentuk, dan karakter
biakan dari tumbuhan paku. Spora umumya dinding (Harris, 1955). Secara umum bentuk
terdapat pada permukaan bawah daun. Spora spora dapat dibedakan atas spora monolete
tumbuhan paku berfungsi dalam proses yaitu spora yang hanya mempunyai satu garis
pemencaran tumbuhan pada habitat yang pembuka atau pembagi, dan spora trilete yang
lembab sehingga gametofit dapat tumbuh. mempunyai 3 garis pembuka atau pembagi
Spora memiliki dinding yang berkemampuan (Harris, 1955). Nair (1991) menyebutkan
untuk bertahan pada kondisi kering. Spora bahwa karakter morfologi spora umumnya
memiliki bentuk ornamentasi, lampang, dianalisis berkaitan dengan dinding atau
apertura, dan rentang ukuran yang berbeda. lapisan terluar dari polen dan spora yang

868 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

resisten. Karakter morfologi polen dan spora Malangenensis Jurusan Biologi Fakultas
meliputi apertura, tingkat eksin, ornamentasi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
eksin, ukuran, dan bentuk. (FMIPA) Universitas Negeri Malang
Sudut pandang yang berlainan dilihat dari Penelitian ini merupakan penelitian
distal, polar, dan equatorial spora memiliki kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan
bentuk yang berbeda. Hal ini terjadi karena mengamati dan mendeskripsikan morfologi
pada pandangan polar yang terlihat merupakan dan karakteristik spora tumbuhan Paku pada
bagian spora yang menghadap ke arah pusat Famili Adiantaceae meliputi ada tidaknya
tetrad, pada bagian distal yang terlihat lampang, apertura, bentuk spora, dan
merupakan sisi yang paling jauh dari tetrad, ornamentasi.
sedangkan pada pandangan equatorial dapat Pengamatan spora tumbuhan paku pada
dilihat dari samping yang menunjukkan ujung Famili Adiantaceae meliputi preparasi spora
polar dan distal secara bersamaan. tumbuhan paku, pengamatan spora tumbuhan
Adiantaceae merupakan tumbuhan paku paku menggunakan Scanning Electron
yang tumbuh pada daerah lembab hingga Microscope (SEM) Universitas Negeri
kering. Batang bawah pendek, merayap dan Malang. Spora tanaman paku Famili
memanjat. Pelindung sorusnya tidak ada atau Adiantaceae dari marga Cheilantes yang
merupakan pelekukan tepi daun yang terdiri dari Cheilantes farinosa, Cheilantes
termodifikasi menjadi indusium palsu. mysurensis, Cheilantes tenuifolia, Cheilantes
Sporanya hampir selalu tetrahedral. bullos dan marga Anthrophyum, spesies
Adiantaceae terdiri dari kurang lebih 62 Anthrophyum reticulatum didapatkan dari
marga. Beberapa sub-Famili dari Adiantaceae Laboratorium Herbarium Malangenensis
yang banyak ditemukan di beberapa daerah berupa herbarium kering.
Indonesia antara lain dari marga Cheilantes Analisis data yang digunakan
meliputi Cheilantes farinosa, Cheilantes menggunakan pendekatan Deskriptif Kualitatif
mysurensis, Cheilantes tenuifolia, Cheilantes dan mengacu pada literatur.
bullos dan marga Anthrophyum, spesies
Anthrophyum reticulatum. Penelitian ini Hasil dan Pembahasan
bertujuan untuk mengetahui ciri morfologi Hasil pengamatan deskripsi morfologi
spora tumbuhan paku dari beberapa spesies spora tumbuhan Paku pada Famili
Famili Adiantaceae. (Becking, 1982) Adiantaceae dari marga Cheilantes yang
terdiri dari Cheilantes farinosa, Cheilantes
Metode Penelitian mysurensis, Cheilantes tenuifolia, Cheilantes
Penelitian dilakukan mulai bulan Agustus bullos dan marga Anthrophyum, spesies
2014 hingga bulan Oktober 2014. Tempat Anthrophyum reticulatum menunjukkan hasil
penelitian dilakukan di Laboratorium Anatomi sebagai berikut:
Tumbuhan dan Laboratorium Herbarium

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 869


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

a. Cheilantes farinosa

Gambar 1. Spora Cheilantes farinosa dilihat dari depan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2014)

Spora tumbuhan paku dari Cheilantes berkombinasi dengan porus yang disebut
farinosa berbentuk membulat non angular colporate. Colpus dengan margo, lembaran
sirkuler dengan diameter 51,64 m, dengan lumina semakin kecil ke arah tepi colpus dan
ornamentasi Reticulate berupa penonjolan menghilang di tepi memberi tectate margin.
yang membentuk pola jaring. Spora apertura Sexine bertahap menjadi lebih tipis kearah tepi
menunjukkan adanya colpus yang colpus. (Moore & Webb, 1978).

b. Cheilantes mysurensis

Gambar 2. Spora Cheilantes mysurensis dilihat dari depan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2014)

Spora tumbuhan paku dari Cheilantes disebut colporate. Ornamentasi Reticulate


mysurensis berbentuk bulat non angular yang terdapat pada bagian nexine/foot layer-
eliptik dengan panjang 42.98 m dan Lebar nya yang berpori disebut pantoporet. (Moore
33.69 m. Apertura menunjukkan adanya & Webb, 1978).
colpus yang berkombinasi dengan porus yang

870 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

c. Cheilantes tenuifolia

Gambar 3. Spora Cheilantes tenuifolia tampak dari polar


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2014)

Spora tumbuhan paku dari Cheilantes yang berkombinasi dengan porus yang disebut
tenuifolia berbentuk tetrahedral dengan colporate. Ornamentasi reticulate dan di
panjang 47.14 m dan lebar 33.14 m. dalamnya terdapat pilate. (Moore & Webb,
Apertura juga menunjukkan adanya colpus 1978)

d. Cheilantes bullosa
a b

Gambar 4. Spora Cheilantes bullosa a. Spora tanpa eksin


b. Spora dengan eksin yang terkelupas
(Sumber : Dokumen Pribadi, 2014)

Spora tumbuhan paku dari Cheilantes Apertura membentuk kerutan saja tanpa porus
bullosa berbentuk non-angular eliptic dengan (colpus). Ornamentasi Verrucate semitectote.
panjang 61.08 m dan lebar 39.03 m. (Moore & Webb, 1978).

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 871


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

e. Anthrophyum reticulatum

Gambar 5. Spora Anthrophyum reticulatum dilihat dari depan


(Sumber : Dokumen Pribadi, 2014)

Spora tumbuhan paku dari karateristik morfologi lainnya, bukan dari


Anthrophyum reticulatum berbentuk angular karateristik morfologi spora (Holtum, 1968)
triangular obfuse concave dengan panjang Beberapa karakter morfologi
dengan tinggi 44.21 m. Lampang Trilete dan tumbuhan paku pada Adiantaceae di atas juga
ornamentasi Scabrate. (Moore & Webb, merujuk pada buku identifikasi yang berjudul
1978). FLORA OF MALAY tulisan R.E Holtum
Hasil penelitian yang telah dilakukan tahun 1968 yang menyatakan bahwa
menunjukkan bahwa pada setiap spesies dari keanekaragaman bentuk dan ornamentasi
Famili Adiantaceae memiliki karakterisasi spora pada Famili Adiantaceae dapat dijadikan
yang khas yaitu pada spesies Cheilantes sebagai pembeda antar marga dan antar
farinosa, Cheilantes mysurensis, dan spesies. Penjabaran tersebut kemudian
Cheilantes tenuifolia memiliki ornamentasi menjadi salah satu kriteria yang
yang sama yaitu Reticulate. Pada spesies dipertimbangkan dalam identifikasi tumbuhan
Cheilantes bullosa memiliki ornamentasi paku dalam bidang taksonomi. Pada hasil
Verrucate semitectote, tetapi Cheilantes penelitian terdapat beberapa variasi baik dari
bullosa memiliki bentuk yang sama seperti marga Cheilantes dan marga Anthrophyum.
pada spesies Cheilantes farinosa dan Kedua marga tersebut memiliki persamaan
Cheilantes mysurensis yaitu Non Angular. sehingga dijadikan dalam satu famili
Persamaan karateristik dari marga Cheilantes Adiantaceae. Persamaan pada kedua marga
adalah tidak memiliki lampang sesuai dengan tentang karateristik morfologi sporofil yakni
pernyataan Moore & Webb (1978). adanya indusium palsu dan karateristik
Marga Anthrophyum memiliki morfologi lainnya, bukan dari karateristik
perbedaan yang signifikan dengan marga morfologi sporanya.
Cheilantes. Anthrophyum memiliki .
ornamentasi Scabrate, berbentuk Angular Simpulan
Triangular Obfuse Concave dan memiliki Hasil penelitian menunjukkan terdapat
lampang trilete menurut Moore & Webb perbedaan morfologi spora yang spesifik
(1978). Persamaan yang dimiliki kedua marga antara marga Cheilantes dengan Anthrophyum
tersebut dijadikan dalam satu famili ditinjau dari keberadaan lampang pada spora
Adiantaceae adalah karateristik morfologi dan perbedaan morfologi spora antar spesies
sporofil yakni adanya indusium palsu dan

872 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

dalam marga Cheilantes yang mencakup Holttum R.E. 1968. Flora of Malaya: Volume
apertura, bentuk spora, dan ornamentasi. II Fern of Malaya. Singapura:
Daftar Rujukan Authority Government Printing Office
Becking, R.W. 1982. Pocket Flora of Singapore.
Redwood Forest. California: Island Moore, P.D. dan Webb, J.A. 1978. An
Press Illustrated Guide to Pollen Analysis.
Harris, W.F. 1955. A manual of the Spores of New York: Division of John Wiley &
New Zealand Pteridophyta. New Sons Inc.
Zealand. Department of Scientific and Nair, P.K.K. (1991). Pollen Morphologi, Plant
Industrial Research. Taxonomy and Evolution. 1 (1&2):78-
83.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 873


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

ANALISIS PROTEIN MEMBRAN SPERMATOZOA SAPI Aberdeen-Angus,


SAPI BALI, DAN SAPI ONGOLE SEBAGAI PENDEKATAN KEKERABATAN
SAPI

Ratna Dwi Ramadani, Sofia Ery Rahayu, Umie Lestari


Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang Jl.
Semarang No. 5 Malang
Email: ratnadwiramadani@gmail.com

Abstract
Generally, livestocks breeding could make both possitive and negative effects if done
without pay few attention on its genetic relationship. Therefore, livestocks genetic relationship
characterization, especially in bull is crucial to be observed so that we could manage the
appropriate breeding system. The purposes of this research are to describe the Aberdeen-Angus,
Bali, and Ongole bulls sperm membrane protein profile and observe its polymorphismic protein
to determine the compared bulls genetic relationship. Data analysis of the bulls sperm protein
membrane had been done by comparing the testicular spermatozoa protein with molecule mass
around 16 kDa, 33 kDa, 34-38 kDa, 64 kDa and 75 kDa, that are the results of sperm nuclear
DNA expression. Based on the result of electrophoresis SDS-PAGE, it have been known that
Aberdeen-angus bull has the expression of doppel protein (34-38 kDa) and PH-20
Hyaluronidase protein (75 kDa), besides Bali bull just has the expression of doppel protein. In
the other hand, Ongole bull has the expression of doppel protein and phospholipase A2 protein
(16 kDa). Genetic relationship estimation among Aberdeen-Angus, Bali and Ongole bulls
conducted by doing cluster analysis using MVSP 3.22 program to obtain a dendogram as the
result. Based on the dendogram, could be estimated that Bali bull has a close genetic
relationship with Aberdeen-angus bull, in the other hand, both of them estimated to have such as
a distant genetic relationship with Ongole bull.

Keywords: Protein Analysis, Bulls Membrane Spermatozoa, Genetic Relationship, Bulls


Breeding Systems.

Pendahuluan pengamatan terhadap variasi genetik pada


Salah satu upaya peningkatan potensi hewan ternak, khususnya pada sapi, seringkali
produksi ternak sapi lokal Indonesia adalah dilakukan dengan mengamati polimorfisme
dengan memperhatikan sistem perkawinan protein (Johari, dkk. (2007); Lisnawati (2011);
sapi. Sistem perkawinan hewan ternak dapat Noviani, dkk. (2013); Riztyan (2000)).
menimbulkan dampak positif dan negatif Polimorfisme protein merupakan studi
apabila dilakukan tanpa memperhatikan mengenai karakteristik dari berbagai protein,
kekerabatan hewan ternak. Studi hubungan yang dapat dipelajari dari struktur protein atau
kekerabatan antara suatu makhluk hidup dapat enzim yang dihasilkan karena perbedaan basa
diketahui melalui pengamatan morfologi dan nukleotida dalam DNA.
anatomi serta melalui pengamatan molekular Polimorfisme protein sangat berguna
dalam kajian filogenetik (Hidayat, dkk. 2006). untuk membantu penentuan asal-usul serta
Pengamatan hubungan kekerabatan menyusun hubungan filogenetis makhluk
berdasarkan kajian filogenetik melalui hidup intraspesies maupun interspesies. Pada

874| Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

penelitian ini diamati polimorfisme protein Metode Penelitian


membran spermatozoa sapi dalam estimasi Materi penelitian ini adalah semen beku
hubungan kekerabatan. Protein membran Sapi Aberdeen-Angus, Sapi Bali, dan Sapi
spesifik spermatozoa digunakan sebagai dasar Ongole yang diperoleh dari Balai Besar
dalam estimasi hubungan kekerabatan, Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Malang.
protein-protein tersebut diantaranya protein Semen beku yang diperoleh disimpan dalam
membran spermatozoa yang terekspresi di nitrogen cair sebelum diisolasi untuk
testis selama spermatogenesis, bukan protein- menghindari kerusakan semen selama
protein yang terbentuk ketika spermatozoa transportasi. Semen sapi diencerkan (thawing)
berada pada saluran reproduksi jantan dengan direndam pada air suhu 36-380 C (15-
(epididimis, vesikula seminalis, kelenjar 30 menit).
prostat, dan kelenjar cowper) (Johnson and Isolasi Protein Membran Spermatozoa Sapi
Everitt, 2007). Pengamatan protein spesifik Isolasi protein membran spermatozoa
didasarkan pada karakter spermatozoa yang dilakukan berdasarkan petunjuk dalam Lestari
DNA stabil akibat ikatan disulfida yang kuat (2008), dimana: 2 ml semen spermatozoa sapi
DNA dengan protamin sehingga spermatozoa diperoleh dari 9 straw semen sapi, semen
tidak akan mengalami sintesis protein hingga dicuci dengan menggunakan PBS hingga dua
spermatozoa membuahi sel telur. Oleh karena kali pencucian dengan sentrifugasi 3000 rpm
itu, susunan protein struktural membran (10 menit). Pellet hasil sentrifugasi di rendam
spermatozoa tidak mengalami perubahan dalam BO cafein dan diinkubasi 36,5 37o C
hingga spermatozoa membuahi ovum (Yu, (20 menit). Isolasi protein membran
2008). spermatozoa sapi, menggunakan Tuenn dan
Protein spesifik spermatozoa yang PMSF, selajutnya proses homogenasi larutan
digunakan sebagai protein pembanding pada dengan menggunakan vortex (10 menit) dan
penelitian kali ini diantaranya adalah protein sonikasi (2x10 menit) untuk membantu lysis
doppel yang dikode oleh gen prnd dengan protein membrannya. Sentrifugasi dingin
berat protein 34-38 kDa (Rondena et al., dilakukan pada suhu 4oC dengan kecepatan
2006), protein perlekatan kalsium (calcium- 12.000 rpm selama 2x10 menit. Presipitasi
binding protein) yang merupakan protein protein membran spermatozoa dilakukan
integral akrosomal membran spermatozoa dengan menambahkan etanol absolut dingin,
bovine dengan berat molekul 64 kDa (Nadgas selanjutnya ditambah etanol dan
et al., 2013), protein perlekatan sel telur dikeringanginkan. Endapan di dasar tabung
(ovum binding protein) atau Phospholipase A2 eppendorf 2 ml ditambahkan buffer Tris-Cl
dengan berat molekul 16 kDa (Marques et al., dan disimpan pada suhu -20oC.
2000), protein tirosin terfosforilasi (tyrosin Elektroforesis SDS-PAGE Crude Protein
phosphorylated protein) yang memiliki berat Membran Spermatozoa Sapi
molekul 33 kDa (Harayama et al., 2010) serta Pada penelitian ini elektroforesis SDS-
protein PH-20 hyaluronidase dengan berat PAGE dilakukan dengan konsentrasi
molekul 75 kDa (Lalancette et al., 2001). separating gel 12,5% dan stacking gel 3%
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui menurut Lestari (2008). Separating gel 12,5%
profil protein membran spermatozoa sapi mengandung 30% acrylamide-bis; 1,5 M Tris
Aberdeen-Angus, Sapi Bali, dan Sapi Ongole pH 8,8; demineralized water; SDS 10%; APS
serta mengamati polimorfisme proteinnya 10%; serta TEMED. Sementara stacking gel
untuk mengkaji hubungan kekerabatan antara 3% mengandung 30% acrylamide-bis; 0,5 M
sapi yang dibandingkan. Tris pH 6,8; demineralized water; SDS 10%;
APS 10%; serta TEMED. Sebelum

Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang I 875


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

dielektroforesis, crude protein membran dengan destaining water dilakukan selama 3


spermatozoa sapi diukur konsentrasi dengan hari 3 malam.
menggunakan NANODROP spektrofotometer Dilakukan perbandingan polimorfisme
dan disamakan konsentrasinya melalui protein membran spesifik spermatozoa sapi
pengenceran. Selanjutnya, crude protein dengan berat molekul 16 kDa, 33 kDa, 34-38
ditambah RSB dengan perbandingan 1:1 dan kDa, 64 kDa, dan 75 kDa pada ketiga jenis
dipanaskan selama 5 menit pada suhu 95oC. sapi. Selanjutnya berdasarkan profil protein
Protein marker yang digunakan dalam spesifik spermatozoa dilakuakan analisis
penelitian ini adalah marker protein SpectraTM kluster (cluster analysis) dengan
Multicolor Broad Range Protein Ladder menggunakan program Multivariate Statistical
SM1841. Proses elektroforesis dilakukan Package (MVSP) 3.22. Hasil analisis kluster
dengan tegangan 130 V dan kuat arus 60 mA menggunakan MVSP 3.22 adalah dendogram
(running elektroforesis per-2 gel). Gel hasil yang menggambarkan estimasi hubungan
elektroforesis diwarna dengan commasie kekerabatan sapi.
brilliant blue, methanol absolut, asam asetat
glasial, dan demineralized water selama 20-30 Hasil dan Pembahasan
menit. Proses penghilangan warna dilakukan Hasil elektroforesis SDS-PAGE crude
menggunakan destaining buffer yang protein membran spermatozoa Sapi Aberdeen-
mengandung methanol absolut, asam asetat Angus, Sapi Bali, dan Sapi Ongole dapat
glasial, dan demineralized water. Pencucian dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. (a)Gambar Hasil Elektroforesis SDS-PAGE (b) Zimogram Hasil Elektro-


foresis SDS PAGE, (AA) Crude Protein Sapi Aberdeen-Angus, (B) Crude
Protein Sapi Bali, (M) Protein Marker SpectraTM Multicolor Broad Range
Protein Ladder SM184, (O) Crude Protein Sapi Ongole.

876| Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Hasil elektroforesis crude protein Sapi Pada penelitian ini, estimasi hubungan
Aberdeen-Angus menunjukkan bahwa protein kekerabatan antara Sapi Aberdeen-Angus,
yang terbentuk pada separating gel sejumlah Sapi Bali dan Sapi Ongole dilakukan dengan
11 band protein dengan berat molekul membandingkan profil protein membran
diantaranya: 179,6 kDa; 82,4 kDa; 75 kDa; spesifik spermatozoa sapi sebagai protein
37,8 kDa; 15,01 kDa; 14,3 kDa; 13,6 kDa; pembanding. Protein spesifik spermatozoa
12,36 kDa; 11,29 kDa; 10,7 kDa dan 9,7 kDa. sapi yang diamati diantaranya: (1) protein
Hasil elektroforesis crude protein Sapi Bali doppel (34-38 kDa), (2) calcium-binding
terbentuk 9 band protein pada separating gel protein (64 kDa), (3) Phospholipase A2
dengan berat molekul 199,2 kDa; 82,2 kDa; protein (16 kDa), tyrosin phosphorylated
71,5 kDa; 37,2 kDa; 15,4 kDa; 14,7 kDa; 12,2 protein (33 kDa), serta (4) protein PH-20
kDa; 11,1 kDa dan 10,6 kDa. Sementara itu, hyaluronidase (75 kDa). Protein spesifik
Hasil elektroforesis SDS-PAGE pada crude membran spermatozoa merupakan hasil
protein Sapi Ongole menggambarkan sintesis protein yang terjadi selama tahapan
terbentuknya 11 band protein. Berdasarkan mitosis dan meiosis selama spermatogenesis,
hasil penghitungan berat molekul protein yang selanjutnya dipergunakan untuk
diketahui bahwa protein-protein tersebut pembentukan protein struktural, enzim, dan
memiliki berat molekul 198,4 kDa; 83,7 kDa; hormon. Sintesis protein pada spermatozoa
72,5 kDa; 37,0 kDa; 15,6 kDa; 14,9 kDa; 12,3 terhenti pada tahap akhir spermiogenesis.
kDa; 11,7 kDa; 11,2 kDa dan 10,6 kDa. Analisa profil protein penanda dapat dilihat
Berikut di bawah ini merupakan gambar hasil pada tabel 1.
elektroforesis SDS-PAGE.

Tabel 1: Tabel Analisa Profil Protein Spesific Spermatozoa antara Sapi Aberdeen-Angus,
Sapi Bali, dan Sapi Ongole Dalam Pendekatan Kekerabatan Sapi
Protein
No Jenis Sapi 16 kDa 33 kDa 34-38 kDa 64 kDa 75 kDa
(A2) (TPP) (Dop) (CBP) (PH-20)
1 Sapi Aberdeen-angus ~ ~ ~
2 Sapi Bali ~ ~ ~ ~
3 Sapi Ongole ~ ~ ~
Keterangan:
A2 : Protein perlekatan sel telur
TPP : Tyrosine Phosphorilated Protein
Dop : Protein Doppel
CBP : Calcium Binding Protein
PH-20 : Protein PH-20 Hyaluronidase
= Terdapat protein
~ = Tidak terdapat protein

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa Selain itu, phospholipase A2 protein (16 kDa)
Protein Doppel terekspresi pada spermatozoa hanya terekspresi pada spermatozoa Sapi
ketiga sapi, yakni Sapi Aberdeen-Angus, Sapi Ongole. Berdasarkan keberadaan protein
Bali, dan Sapi Ongole. Protein PH-20 pembanding, dilakukan analisa kluster (cluster
Hyaluronidase (75 kDa) hanya terekspresi analysis) untuk mengestimasi kedekatan
pada spermatozoa Sapi Aberdeen-Angus. hubungan antara sapi yang dibandingkan

Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang I 877


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

dengan memanfaatkan program MVSP 3.22 protein spesifik spermatozoa antara Sapi
yang akan menghasilkan dendogram (Gambar Aberdeen-Angus dan Sapi Bali memiliki 80%
2), dari gambaran dendogram dapat diketahui kemiripan. Sementara itu Sapi Bali dan Sapi
estimasi kedekatan hubungan antara Sapi Aberdeen-Angus dengan Sapi Ongole
Aberdeen-Angus, Sapi Bali, dan Sapi Ongole. memiliki indeks similiaritas 0,7 yang
Berdasarkan dendogram dapat diketahui menandakan kemiripan ekspresi protein antara
bahwa Sapi Bali diestimasikan memiliki ketiganya mencapai 70%, sehingga Sapi Bali
hubungan kekerabatan yang lebih dekat dan Aberden-angus diestimasikan memiliki
dengan Sapi Aberdeen-Angus, indeks hubungan kekerabatan yang jauh dengan Sapi
similiaritas antara kedua jenis sapi ini adalah Ongole.
0,8. Hal tersebut menggambarkan ekspresi

Gambar 2. Gambar Dendogram Hubungan Kekerabatan Sapi Berdasarkan Analisis


Protein Membran Spermatozoa Sapi Aberdeen-Angus, Sapi Bali dan Sapi Ongole.

Kedekatan hubungan antar hewan, cross breeding atau perkawinan silang.


merupakan salah satu hal yang penting untuk Peningkatan kualitas sapi akibat cross
diperhatikan dalam upaya pemuliabiakan breeding dapat terjadi akibat adanya gabungan
ternak, untuk dapat menentukan teknik sifat unggul dari induknya yang biasa disebut
perkawinan (breeding) yang tepat bagi hewan heterosis atau hybrid vigour.
ternak. Berdasarkan profil protein membran Perkawinan cross breeding memiliki
spermatozoa diketahui bahwa sistem dampak positif berupa peningkatan kualitas
perkawinan sapi yang tepat bagi ketiga jenis hewan ternak hasil perkawinan serta
sapi tersebut diatas berdasarkan profil protein peningkatan variasi genetik hewan ternak hasil
membran spermatozoanya adalah perkawinan perkawinan. Hasil persilangan antara Sapi
antara sapi Bali dengan Sapi Ongole dan Sapi Aberdeen-angus dan Sapi Bali yang
Aberdeen-angus dengan Sapi Ongole yang diperkirakan memiliki hubungan kekerabatan
memiliki hubungan kekerabatan yang lebih relatif lebih dekat didasarkan pada
jauh. Perkawinan antara hewan yang memiliki polimorfisme protein membran
hubungan kekerabatan jauh dikenal sebagai spermatozoanya dikawinkan, maka besar

878 I Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

kemungkinan akan terjadi perkawinan Perangkat Lunak PAUP dan MrBayers


inbreeding. Perkawinan inbreeding akan Untuk Penelitian Filogenetika Molekuler
menyebabkan penurunan keragaman genetik SITH-ITB, Bandung, 14-16 Desember
dalam populasi. Selain itu, filial pertama hasil 2006.
perkawinan inbreeding kemungkinan Johari, S., Kurnianto, E., Sutopo, Aminah, S.
memiliki kondisi fisik yang lemah (viabilitas 2007. Keragaman Protein Darah Sebagai
rendah) serta sulit memperoleh keturunan Parameter Biogenetik Pada Sapi Jawa. J.
(mandul) (Christine et al., 1983). Indon. Trop. Anim. Agric 32(2): 112-118
Johnson, M. H. and Everitt, B. J. 2007.
Simpulan Essential Reproduction. Sixth Edition.
Hasil elektroforesis SDS-PAGE pada crude Garshington Road UK: Blackwell
protein membran spermatozoa Sapi Aberdeen- Publishing.
angus, Sapi Bali dan Sapi Ongole Lalancette, C., Dorval, V., Leblanc, V. and
menunjukkan bahwa Sapi Aberdeen-Angus Leders, P. 2001. Characterization of an
memiliki ekspresi Protein Doppel dengan 80-kilodalton Bull Sperm Protein
berat molekul 34-38 kDa dan Protein PH-20 Identified as PH-20. Biology of
Hyaluronidase dengan berat molekul 75 kDa. Reproduction 65(2): 628-636.
Sapi Bali hanya memiliki ekpresi Protein Lestari, Umie. 2008. Karakterisasi Dan
Doppel (34-38 kDa). Sementara Sapi Ongole Spesifikasi Protein Membran
memiliki ekpresi Protein Phospholipase A2 Spermatozoa Manusia Dan Antibodi
dengan berat molekul 16 kDa dan Protein Hasil Induksinya Untuk Pengembangan
Doppel (34-38 kDa). Berdasarkan profil Kandidat Bahan Imunokontrasepsi.
protein membran spermatozoa diketahui Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang:
bahwa Sapi Bali diestimasikan berkerabat Pasca Sarjana Universitas Brawijaya
dekat dengan Sapi Aberdeen-angus, sementara Malang.
kedua sapi tersebut diestimasikan memiliki Lisnawati, Priskila. 2011. Analisis Keragaman
kekerabatan yang lebih jauh jika dibandingkan Genetik Protein Darah Kuda Lokal
dengan Sapi Ongole. Sulawesi Utara Dengan Menggunakan
Polyacrilamide Gel Electrophoresis
Daftar Rujukan (PAGE). Skripsi Tidak Diterbitkan.
Balhorn, Rod. 2007. Protein Family Review: Bogor: Institut Pertanian Bogor.
The Protamine Family of Sperm Nuclear Marques, V. A., Goulart, L.R. and Silva, A. E.
Proteins. Genome Biology (8) : 227. D. F. 2000. Variation of Protein Profiles
Christine M. S., Cox S. M., Chambers B., and Calcium and Phospholipase A2
Macbryde L., Thomas. 1983. Genetics Concentration in Thawed Bovine Semen
and Conservation. California: Benjamin/ and Their Relation to Acrosome
cummings publishing. Reaction. Genetics and Molecular
Hecht, N., Cavalcanti, M. C. O., Nayudu, P., Biology 23(4): 825-829
Behr, R., Reichenbach, M., Weidner, W. Nadgas, S.K., Buchanan, T. and MCCashill,
and Steger, K. 2010. Protamine-1 S., Mackey, J., Alvarez, G. E. and
Represents a Sperm Spesific Gene Raychoudhury, S. 2013. Isolation of a
Transcript: a Study in Callithrix jacchus Calcium Binding Protein of Acrosomal
and Bos taurus. Andrologia (41) : 1-7 Membrane of Bovine Spermatozoa. Int J
Hidayat, T. dan Pancoro, A. 2006. Sistematika Biochem Cell Biol 45(4): 876-884
dan Filogenetika Molekuler. Makalah Noviani, F., Sutopo dan Kurnianto, E. 2013.
Disajikan Pada Kursus Singkat Aplikasi Hubungan Genetik Antara Domba

Jurnal Biologi Universitas Negeri Malang I 879


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Wonosobo (Dombos), Domba Ekor Tipis


(DET) dan Domba Batur (Dombat)
Melalui Analisis Polimorfisme Protein
Darah. Sains Peternakan 11(1): 1-9
Riztyan. 2005. Konstitusi Gen Pada Protein
Putih Telur Burung Puyuh Sebagai Dasar
Dalam Klasifikasi. J. Indon. Trop. Anim.
Agric. 30(1): 53-61
Rondena, M., Ceciliani, F., Comazzi, S.,
Pocacqua, V., Bazocchi, C., Luvoni, C.,
Chigioni, S. and Paltrinieri, S. 2006.
Identification of Bovine Doppel Protein
in Testis, Ovary and Ejaculated
Spermatozoa. Theriogenology (63): 1195-
1206.
Shaman, J. A. and Ward, W. S. 2006. Sperm
Chromatin Stability And Susceptibility
To Damage In Relation To Its Structure.
The Sperm Cell (Production, Maturation,
Fertilization, Regeneration) : 31- 48
Warwick, E. J., Astuti, J. M. dan
Hardjosubroto, W. 1990. Pemuliaan
Ternak. Yogyakarta: Gajahmada
University Press.
Yu, Yang. 2008. The Identification and
Characterization of an Inner Acrosomal
Membrane Associated Protein, IAM38,
Responsible for Secondary Sperm-Zona
Binding During Fertilization. Thesis
tidak diterbitkan. Canada: Queens
University Press

880 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

PERBANYAKAN DAN PERTUMBUHAN Acanthus Ilicifolius L. SEBAGAI


FITOTEKNOLOGI LINGKUNGAN

Rony Irawanto
Kebun Raya Purwodadi LIPI
Jl. Surabaya Malang Km 65 Pasuruan,
Email: rony001@lipi.go.id

Abstrak
Jenis tumbuhan Acanthus ilicifolius L. (jeruju) secara alami ditemukan pada daerah lahan
basah (wetland) di muara sungai, sebagai vegetasi mangrove sejati. Jeruju ditemukan sampai
ketinggian 500 m dpl. Kawasan mangrove berada di perairan estuari yang merupakan hilir
sungai dan muara dari berbagai limbah, baik limbah pertanian, domestik, perkotaan bahkan
industri. Limbah cair dapat mencemari lingkungan, mengganggu ekosistem perairan, gangguan
kesehatan pada manusia dan bahkan menyebabkan kematian terhadap makhluk hidup. Konsep
yang memusatkan peran tumbuhan sebagai teknologi alami untuk menyelesaikan permasalahan
lingkungan disebut Fitoteknologi. Jeruju yang dominan pada kawasan mangrove, merupakan
indikator kerusakan kawasan dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu upaya perbanyakan
dan pertumbuhan A. ilicifolius untuk penelitian fitoteknologi perlu dilakukan. Penelitian secara
deskriptif dilakukan selama April 2014. Informasi yang diperoleh diharapkan dapat digunakan
sebagai dasar dalam penelitian dan konservasi jenis A. ilicifolius lebih lanjut. Perbanyakan A.
ilicifolius dilakukan secara vegetatif dengan stek batang, karena keterbatasan biji dan lebih cepat
dalam perbanyakannya. Stek batang jeruju yang optimal pertumbuhannya diambil pada batang
bagian tengah, dengan diameter 0,7-1,2 cm dan panjang 12-15 cm. Jeruju termasuk tumbuhan
perineal sehingga bibit dewasa berumur 6 bulan keatas, memiliki tinggi 35-65 cm dan jumlah
daun 6-12 helai. Pertumbuhan batang bertambah 1 cm/hari dengan panjang akar dua kalinya,
sebaliknya diameter akar setengah dari diameter batang. Minimal perubahan jumlah daun terjadi
dalam waktu 5 hari dan pengukuran biomassa diketahui 81,84 % berupa kandungan air.

Kata kunci: Acanthus ilicifolius, Fitoteknologi.

Pendahuluan Kebun raya didefinisikan sebagai


Indonesia memiliki keanekaragaman kawasan konservasi tumbuhan secara ex-situ
ekosistem, kekayaan jenis dan endemisme yang memiliki koleksi tumbuhan
yang tinggi, Namun acaman terhadap terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola
kelestarian alam dan kerusakan lingkungan klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik atau
berakibat hilangnya keanekaragaman hayati. kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan
Sehingga upaya pelestarian melalui konservasi kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan,
tumbuhan dan pemanfaatan potensinya perlu wisata, dan jasa lingkungan (Perpres, 2011).
dilakukan. Salah satu lembaga yang terkait Kebun Raya Purwodadi sebagai salah satu
dengan konservasi tumbuhan adalah kebun Kebun Raya Indonesia, memiliki tugas
raya. Kebun Raya Indonesia sebagai lembaga melakukan konservasi tumbuhan Indonesia,
konservasi ex-situ tumbuhan di Indonesia, terutama di daerah dataran rendah kering.
tidak diragukan lagi merupakan pilar Tumbuhan yang sudah ditanam dan menjadi
penyelamatan jenis-jenis tumbuhan dari koleksi akan dikelola, didata dan
kepunahan (Sari, dkk., 2004). dimanfaatkan untuk tujuan konservasi,

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 881


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

penelitian, pendidikan lingkungan dan cair dapat mencemari lingkungan,


pariwisata (Happyanto, 2002). Tumbuhan mengganggu ekosistem perairan, gangguan
yang sudah ditanam dan menjadi koleksi di kesehatan pada manusia dan bahkan
Kebun Raya Purwodadi saat ini sejumlah menyebabkan kematian terhadap makhluk
11.748 spesimen, 1.925 jenis, 928 marga dan hidup. Konsep yang memusatkan peran
175 suku (Lestarini dkk., 2012). Salah satu tumbuhan sebagai teknologi alami untuk
koleksi Kebun Raya Purwodadi yang menarik menyelesaikan permasalahan lingkungan
adalah koleksi tanaman air / aquatic plants / disebut Fitoteknologi. Jeruju yang dominan
tumbuhan akuatik. pada kawasan mangrove, merupakan indikator
Tumbuhan akuatik saat ini sangat kerusakan kawasan dan pencemaran
digemari masyarakat sebagai tanaman hias lingkungan. Oleh karena itu upaya
taman, karena keindahan bentuk dan warna, perbanyakan dan pertumbuhan Acanthus
baik pada daun maupun bunga (Hidayat, dkk., ilicifolius untuk penelitian fitoteknologi perlu
2004). Tumbuhan akuatik sebagai ornamental dilakukan. Informasi yang dihasilkan
berfungsi ekologi dalam menciptakan diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
keseimbangan ekosistem yang baik, sumber pengetahuan dan menjadi dasar penelitian
makanan organik, media bertelur dan tempat fitoforensik.
berlindung anakan ikan ataupun binatang air
lainnya. Peran lain dalam ekosistem perairan Metode Penelitian
adalah sebagai indikator kualitas air, Penelitian dilakukan pada rumah kaca
akumulator dalam menyaring / menyerap (green house) Jurusan Teknik Lingkungan
kotoran dalam air yang dipergunakan sebagai ITS Surabaya. Penelitian bersifat deskriptif
pertumbuhannya. Sehingga tumbuhan akuatik dilaksanakan pengamatan selama bulan April
dapat berfungsi sebagai pengolah air limbah, 2014, dimana untuk siklus pertumbuhan dari
bahkan dalam tantanan taman yang estetika mulai bibit ditanam pada tanggal 10
(Kusumawardani dan Irawanto, 2013). November 2013 sampai muncul bunga
Menurut Irawanto (2009) tercatat 34 jenis pertama pada tanggal 20 Oktober 2014,
tumbuhan akuatik yang ditemukan di Kebun melalui tiga tahap berupa: perbanyakan,
Raya Purwodadi. Potensi tumbuhan akuatik aklimatisasi dan pertumbuhan.
ini umumnya sebagai tanaman hias, selain Tumbuhan Acanthus ilicifolius diambil
sebagai sumber pangan, obat dan kerajinan. dari kawasan mangrove Pamurbaya (Pantai
Berdasarkan kriteria jenis setempat, banyak Timur Surabaya), kemudian dilakukan
ditemukan di alam dan melihat kondisi perbanyakan secara vegetatif dengan stek
lingkungannya, jenis Acanthus ilicifolius batang. Material tumbuhan diambil pada
masih kurang digali potensinya dan tanggal 10 November 2013, kemudian stek
berpeluang terpilih dalam fitoteknologi batang ditanam pada bak semai. Bak semai
(Irawanto, 2014). berupa bak plastik persegi panjang dengan
Jenis tumbuhan Acanthus ilicifolius L. kapasitas 10 Liter, berdimensi panjang 30 cm,
(jeruju) secara alami ditemukan pada daerah lebar 25 cm dan tinggi 10 cm. Bibit yang telah
lahan basah (wetland) di muara sungai, tumbuh dilakukan pemindahan (transplanting)
sebagai vegetasi mangrove sejati. Jeruju ke bak tanam pada tanggal 28 Januari 2014.
ditemukan sampai ketinggian 500 m dpl. Bak tanam berisi media pasir seberat 5 kg,
Kawasan mangrove berada di perairan estuari dengan air sebanyak 2 Liter. Pemberian nutrisi
yang merupakan hilir sungai dan muara dari dengan pupuk NPK dilakukan setiap bulan
berbagai limbah, baik limbah pertanian, sekali, sejumlah 10 gram/Liter.
domestik, perkotaan bahkan industri. Limbah

882 |Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Proses aklimatisasi, dilakukan agar bibit pengaris/meteran untuk mengukur tinggi


tumbuhan uji dapat menyesuaikan diri dengan tumbuhan, jangka sorong/kaliper untuk
kondisi lingkungan tempat percobaan. mengukur diameter tumbuhan, termohigro
Aklimatisasi dilakukan selama pertumbuhan untuk mengukur suhu dan kelembaban udara,
bibit sampai berumur sekitar 6 bulan, timbangan untuk mengukur berat media tanam
pengamatan yang dilakukan berupa pencatatan yang digunakan, skop/cetok untuk mencampur
suhu dan kelembaban udara. Sedangkan dan mengambil media tanam, gunting stek
pengamatan pertumbuhannya dilakukan pada untuk melakukan perbanyakan tumbuhan.
tanggal 5-28 April 2014, dimana hal yang Sedangkan cara kerja yang dilakukan dengan
dicatat berupa tinggi tumbuhan dan jumlah mengamati langsung tumbuhan yang ditanam
daun. kemudian dilakukan destruksi untuk dengan jumlah tiga dan lima tumbuhan pada
mengetahui berat kering setiap bagian pada setiap media tanam dengan dua ulangan,
tumbuhan tersebut, berupa akar, batang dan skema dapat dilihat pada Gambar 1. Data yang
daun. diperoleh, kemudian dianalisis dan disajikan
Persiapan alat dan bahan dalam dalam uraian maupun dalam bentuk Gambar
melakukan penelitian ini, antara lain: dan Tabel.

A: B: 5T C: 3T D:
3T 5T

Gambar 1. Skema penelitian pembibitan Acanthus ilicifolius

terbuka pada waktu yang sama, buah panjang


Hasil Dan Pembahasan 2,0-2,5 cm, kapsul, coklat kacang, kotak
Deskripsi Acanthus ilicifolius lonjong dan pipih, panjang 0,5-1,0 cm,
Perdu perennial (Jayaweera dan keputihan, datar, biji terlempar ketika matang
Senaratna, 2006), semak kecil (Anonim, 1995; hingga 2 m dari kapsul, kapsul berbentuk oval
Yudhoyono dan Sukarya, 2013), semak yang mendorong biji menggunakan
pendek atau perdu tinggi (Kovendan dan mekanisme lontaran pegas (Yudhoyono dan
Murugan, 2011). Semak tegak, tidak melilit, Sukarya, 2013; Valkenberg dan
berumpun banyak, tinggi hingga 1,5 m, 2,5 m Bunyapraphatsara, 2002; Backer dan
atau 0,5-3 m, bercabang, 2 duri tajam di Bekhaizen. 1963; Brown, 2006; Kovendan
samping masing-masing daun, daun lonjong dan Murugan, 2011; Xie, dkk., 2005). Habitas
atau lanset, duri marjinal, perbungaan koleksi tumbuhan A. ilicifolius dan gambar
terminal, bunga biseksual, biji reniform botani dapat dilihat pada Gambar 2.
panjang 6-30 cm, tidak padat, beberapa bunga

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 883


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Gambar 2. Tumbuhan Acanthus ilicifolius (koleksi hidup dan ilustrasi).

Habitat Acanthus ilicifolius tumbuh Tahap Perbanyakan


berkelompok dan sangat umum ditemukan di Tahap perbanyakan ini dilakukan pada
sepanjang tepi muara dan laguna, di tanah awal penelitian, berfungsi untuk menyediakan
berawa, dan hutan mangrove dekat dengan material bibit tumbuhan sesuai dengan jumlah
pantai (Valkenberg dan Bunyapraphatsara, kebutuhan dan kondisi yang diinginkan secara
2002). Tumbuhan semak bawah (undershrub) seragam. Perbanyakan Acanthus ilicifolius
di mangrove sepanjang tepi pantai (Jayaweera dapat diperbanyak dari stek batang (vegetatif)
dan Senaratna, 2006). Umumnya tumbuh di dan biji (generatif) (Yudhoyono dan Sukarya,
tepi sungai, daerah pasang surut, lahan basah 2013). Secara alami reproduksi secara
rendah dan hutan mangrove. Tumbuhan vegetatif dan juga biji. Sehingga panjang
mangrove sejati, ditemukan juga di sepanjang generasi / umur hidupnya sulit untuk
air tawar (Backer dan Bakhaizen, 1963). ditentukan (Kovendan dan Murugan, 2011).
Tumbuhan ini jarang ditemukan di pedalaman. Pada penelitian ini perbanyakan dilakukan
Ketinggian hingga 450 m dpl (Anonim, 1995). dengan cara vegetatif (stek batang), karena
Jenis ini ditemukan dari zona menengah ke keterbatasan jumlah biji dan waktu penelitian.
hulu muara di pertengahan hingga daerah Selain lebih cepat dalam pertumbuhan
intertidal (Kovendan dan Murugan, 2011). bibitnya. Material bibit Acanthus ilicifolius
Acanthus ilicifolius lebih memilih daerah untuk perbanyakan yang disediakan sejumlah
dengan masukan air tawar yang tinggi, dan 340 stek batang, ditanam dalam 12 bak semai,
jarang terendam air pasang, tersebar luas dan namun 35% tidak dapat bertahan hidup dan
umum. Ditemukan pada semua jenis tanah, hanya 51% yang tumbuh dengan baik, untuk
terutama daerah berlumpur sepanjang tepi kemudian dilakukan pemindahan pada bak
sungai (Kovendan dan Murugan, 2011). tanam, dengan 4 bak tanam yang dilakukan
Tumbuh pada substrat berlumpur dan berpasir pengamatan dalam penelitian ini. Hasil
di tepi daratan hutan bakau (Ardli, dkk., perbanyakan Acanthus ilicifolius pada bak
2011). Pertumbuhan ternaungi, hingga tanam di rumah kaca dapat dilihat pada
sepenuhnya terbuka (Yudhoyono dan Sukarya, Gambar 3.
2013), toleran terhadap naungan (Kovendan
dan Murufan, 2011).

884 |Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Gambar 3. Hasil perbanyakan tumbuhan Acanthus ilicifolius (stek batang).

Stek batang tumbuhan Acanthus transplanting, dimana bibit tumbuhan


ilicifolius yang optimal pertumbuhannya dipindahkan dari tempat persemaian ke tempat
diambil pada batang tengah, dengan diameter perlakuan. Aklimatisasi berakhir apabila
0,7 1,2 cm dan sepanjang 12-15 cm. tumbuhan dapat beradaptasi dengan
Tumbuhan Acanthus ilicifolius termasuk lingkungan yang ada (rumah kaca) dengan
tumbuhan perineal, memiliki siklus hidup 2 daun yang tidak mengering, berwarna hijau
dan segar.
tahun atau lebih. Sehingga bibit dewasa yang Faktor lingkungan yang mempengaruhi
akan dipergunakan dalam penelitian berumur pertumbuhan dan aklimatisasi tumbuhan
6 bulan keatas. Sedangkan awal mulai adalah suhu dan kelembaban. Pengamatan
berbunganya pada umur 11 bulan keatas. suhu selama penelitian berfluktuatif, dimana
suhu udara tinggi pada siang hari antara pukul
Tahap Aklimatisasi 10.30 13.30 WIB. Rata-rata suhu dan
Tahap aklimatisasi adalah tahap kedua kelembaban di rumah kaca selama 4 bulan
yang dilakukan dalam penelitian. Tahap ini (Desember 2013 s/d Maret 2014) dapat dilihat
dilakukan agar tumbuhan dapat menyesuaikan pada Tabel 1. Suhu siang hari tertinggi pernah
diri dengan tempat penelitian dalam rumah mencapai 56,3oC. Hal ini karena kondisi
kaca (greenhouse). Proses aklimatisasi ini rumah kaca dan sekitarnya yang kurang
tergantung dari material tumbuhannya, apabila sesuai, serta cuaca di Surabaya yang cukup
tumbuhan diperbanyak pada kondisi panas dan sedikit hujan. Sehingga waktu
lingkungan yang hampir sama dengan tempat pengamatan dilakukan pada sore hari sekitar
penelitian maka memerlukan waktu lebih pukul 17.00 WIB, dengan kisaran suhu media
cepat daripada dengan kodisi yang berbeda. antara 29oC - 30oC.
Tahap ini diperlukan apabila melakukan

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 885


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Tabel 1: Suhu udara (rata-rata) di rumah kaca selama Desember 2013 s/d Maret 2014
Pukul 05.00 06.00 07.00 08.00 09.00 10.00 11.00
Suhu 27,60 27,40 28,00 30,12 32,67 34,92 37,74
Kelembaban 82,00 84,00 87,00 78,5 73,27 70,19 60,24

Pukul 12.00 13.00 14.00 15.00 16.00 17.00 18.00


Suhu 35,87 36,24 35,92 31,79 30,88 29,77 28,36
Kelembaban 63,83 64,89 60,11 68,44 72,13 75,22 81,08

Suhu yang terlampau tinggi akan digunakan jumlah mulai dari tiga tumbuhan
menyebabkan kerugian terhadap pertumbuhan dalam satu tempat untuk mengetahui efek
tumbuhan. Suhu yang tinggi dapat tumbuhan dari tanah tercemar (Ogbo dkk.,
menghambat kinerja enzim, terganggunya 2009).
proses pengangkutan dan penyebaran assimilat Pengamatan secara morfologi tumbuhan
(hasil fotosintesis) dari sumber fotosintesis ke berupa tinggi tumbuhan dan jumlah daun,
bagian tumbuhan yang menggunakan atau serta ada atau tidaknya tunas daun baru.
menyimpan makanan, dan tumbuhan menjadi Pengukuran tinggi tumbuhan dilakukan
layu akibat suhu yang tinggi karena tingginya dengan mengukur di atas permukaan tanah
evapotransipirasi. (pada level air) sampai ujung daun paling
tinggi. Hasil pengamatan dapat dilihat pada
Tahap Pertumbuhan Tabel 2. Dapat dilihat bahwa tinggi awal
Tahap pertumbuhan merupakan tahap berkisar 22-49 cm, sedangkan pada akhir 22-
akhir dalam penelitian ini. Bibit Acanthus 69 cm. Dengan diameter batang antara 0,57-
ilicifolius yang memenuhi kriteria diamati 0,8 cm, panjang akar 45-95 cm, dan diameter
dalam bak tanam, masing masing ditanam akar berkisar 0,2-0,5 cm. Sehingga secara
sejumlah tiga dan lima individu. Pemilihan umum tumbuhan berumur 6 bulan keatas,
jumlah tiga dan lima tumbuhan berdasarkan memiliki tinggi 35-65 cm dan mengalami
pada metode phytotoxicity yaitu metode pertumbuhan batang 1 cm/hari dengan panjang
OECD 208 dengan minimum jumlah akar dua kalinya, sebaliknya diameter akar
tumbuhan lima (Baumgarten dan Heide, 2004) setengah dari diameter batang.
dan untuk meremediasi tanah tercemar

886 |Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Tabel 2: Tinggi dan diameter tumbuhan Acanthus ilicifolius


Tinggi Tinggi Diameter Panjang Diameter
Bak Individu Awal Akhir Tumbuhan Akar Akar
Tanam Tumbuhan (cm) (cm) (mm) (cm) (mm)
A:3 individu T1 29 22 6,3 70 3,5
T2 32 40 8 75 4
T3 23 34 6,3 72 4
B:5 individu T1 27 33 6 74 3
T2 27 38 5,7 84 4
T3 22 39 6,7 72 4
T4 25 36 7 62 4
T5 25 35 7 75 3
C:3 individu T1 49 69 7,3 95 5
T2 31 47 6 60 3
T3 23 43 5,7 62 2
D:5 individu T1 35 40 8 82 5
T2 34 42 6 86 5
T3 31 42 6,3 45 4
T4 31 43 5,7 63 4
T5 23 45 6 54 4
untuk pengamatan perubahan dapat dilakukan
Selain tinggi tumbuhan, pengamatan minimal lima hari sekali.
jumlah daun juga dilakukan selama 20 hari Pengukuran biomassa diperoleh
yang dilakukan secara rutin setiap hari, seperti dengan menimbang berat basah dan berat
dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil pengamatan kering tumbuhan. Hasil pengamatan berat
secara umum tumbuhan mengalami perubahan basah dan berat kering dapat dilihat
jumlah daun, pada umur 6 bulan keatas, selengkapnya pada Tabel 4. Bila dilihat
memiliki jumlah daun sekitar 6-12 helai.
biomassa tumbuhan sekitar 60,84 % -
Perubahan daun, berupa berkurang karena
daun mengering dan gugur maupun bertambah 91,19 % adalah kandungan air, sehingga
dengan tunas daun baru yang tumbuh. Untuk rata-ratanya adalah 81,84 %. Biomassa
daun yang mengalami kematian / gugur daun tumbuhan merupakan ukuran paling sering
terjadi perhelai, namun untuk tunas daun yang digunakan untuk menggambarkan dan
muncul terjadi sepasang / dua tunas daun. Dari mempelajari pertumbuhan. Parameter ini
daun kuning, kering sampai gugur daun sangat representatif sebagai indikator
diperlukan 2-3 hari, sedangkan dari kuncul pertumbuhan, dimana taksiran biomassa
tunas daun sampai muncul daun muda (berat) mudah diukur dan merupakan
diperlukan 3-5 hari. Perubahan jumlah daun integrasi dari hampir semua peristiwa
terjadi dalam durasi waktu 5-10 hari, sehingga yang dialami tumbuhan sebelumnya
(Sitompul dan Guritno, 1995).

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 887


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Tabel 3: Jumlah daun tumbuhan Acanthus ilicifolius pada bak tanam


Bak tanam Tumbuhan 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
A:3 individu T1 15 13 13 13 12 12 10 10 10 10 10
T2 8 8 8 6 6 6 6 6 4 3 3
T3 10 10 10 8 7 7 7 7 10 10 9
B: 5 individu T1 13 13 13 13 13 13 12 12 11 11 11
T2 13 13 13 13 13 13 12 12 11 11 11
T3 13 13 13 13 13 15 15 15 15 15 14
T4 8 8 8 8 8 8 9 9 9 7 7
T5 12 12 12 12 12 12 11 11 11 9 9
C: 3 individu T1 16 16 16 16 18 18 18 18 20 20 20
T2 7 6 6 6 6 6 8 8 8 8 8
T3 13 13 13 13 12 16 13 12 14 13 12
D: 5 individu T1 15 15 15 15 15 15 15 14 16 16 16
T2 16 16 16 16 16 16 15 15 14 14 14
T3 18 18 18 18 17 17 15 15 14 15 15
T4 14 14 14 14 14 14 14 14 15 15 15
T5 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14 14

Tabel 4: Berat Basah dan Berat Kering tumbuhan Acanthus ilicifolius


Bak Individu Berat Berat Kering
Tanam Tumbuhan Basah Akar Batang Daun Total
A:3 individu T1 36,00 3,12 2,10 0,76 5,98
T2 40,00 4,26 3,08 0,37 7,71
T3 34,00 3,27 2,24 0,41 5,91
B:5 individu T1 40,00 4,39 3,93 0,90 9,23
T2 26,00 4,64 4,23 1,31 10,18
T3 54,00 3,59 3,49 1,02 8,10
T4 58,00 2,62 2,06 0,43 5,11
T5 48,00 3,75 2,85 0,58 7,18
C:3 individu T1 158,00 16,32 7,40 3,63 27,35
T2 46,00 3,91 3,44 1,09 8,45
T3 38,00 2,59 1,99 0,76 5,34
D:5 individu T1 68,00 7,05 3,98 1,62 12,65
T2 76,00 7,81 4,18 1,51 13,51
T3 54,00 4,18 4,58 1,04 9,79
T4 52,00 5,38 3,07 1,34 9,79
T5 40,00 3,62 2,97 1,02 7,61

888 |Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Simpulan Bogor. Vol.1 No.5. Kebun Raya Bogor.


Secara vegetatif dengan stek batang, bibit Bogor.
Acanthus ilicifolius diambil dari batang bagian Irawanto, R. 2009. Inventarisasi Koleksi
tengah, dengan diameter 0,7-1,2 cm dan Tanaman Air Berpotensi WWG di Kebun
panjang 12-15 cm. Acanthus ilicifolius Raya Purwodadi. Prosiding Seminar
termasuk tumbuhan perineal, memiliki siklus Nasional Teknologi Lingkungan IV
hidup 2 tahun atau lebih, dengan bibit dewasa ITS. Surabaya.
yang dipergunakan dalam penelitian berumur Irawanto, R. 2014. Seleksi Tumbuhan
6 bulan keatas dan awal mulai berbunganya Akuatik Koleksi Kebun Raya Purwodadi
pada umur 11 bulan keatas. Bibit dianggap Dalam Fitoteknologi Lingkungan.
dewasa bila telah berumur 6 bulan keatas, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
dengan tinggi 35-65 cm, jumlah daun 6-12 Sains UNESA. Surabaya.
helai. Dimana pertumbuhan batang bertambah Jayaweera, D.M.A dan L.K. Senaratna. 2006.
1 cm/hari dengan panjang akar dua kalinya, Medicinal Plants (Indigenous and Exotic)
sebaliknya diameter akar setengah dari Used in Ceylon. The National Science
diameter batang. Perubahan jumlah daun Foundation. Colombo.
terjadi dalam waktu 5-10 hari dan pengukuran Kovendan, K. dan K. Murugan. 2011. Effect
biomassa diketahui rata-rata 81,84 % berupa of Medicinal Plants on the Mosquito
kandungan air. Vectors from the Different Agroclimatic
Regions of Tamil Nadu, India. Advances
Daftar Rujukan in Environmental Biology. Vol 5 (2). Hal
Anonim, 1995. Medical Herb Index in 335-344.
Indonesia, PT. Eisai Indonesia Kusumawardani, Y., dan R. Irawanto. 2013.
Ardli, E.R., E. Yani dan A. Widyastuti. 2011. Study of Plants Selection in Wastewater
Density and Spatial Distribution of Garden for Domestic Wastewater
Derris trifoliata and Acanthus ilicifolius Treatment. Prosiding International
as a Biomonitoring Agent of Mangrove Conference of Basic Science -
Damages at the Segara Anakan lagoon Universitas Brawijaya. Malang.
(Cilacap, Indonesia). 2nd International Lestarini, W., Matrani, Sulasmi, Trimanto,
Workshop for Conservation Genetics of Fauziah, dan Fiqa, A.P., 2012. An
Mangroves. Hal 1-10. Alphabetical List of Plant Species
Backer, C.A. dan R.C. Bakhaizen 1963. Flora Cultivated in Purwodadi Botanic Garden.
of Java. The Rijksherbarium. Purwodadi Botanic Garden. Pasuruan.
Netherlands. Ogbo, E. M., Mary Z., Gloria O. 2009. The
Baumgarten, A dan S. Heide. 2004. Effect of Crude Oil on Growth of The
Phytotoxicity (Plant Tolerance).Agency Weed (Paspalum scrobiculatum L.)
for Health and Food Safety, Vienna. Phytoremediation Potential of The Plant.
Brown, B. 2006. Cooking with Mangrove: 25 African Journal of Environmental
Indonesian Mangrove Recipes. MAP Science and Technology Vol. 3 (9), pp.
(Mangrove Action Project). Jakarta. 229-233.
Happyanto, A. 2002. Rencana Induk Perpres / Peraturan Presiden Republik
Pengembangan Kebun Raya Purwodadi, Indonesia Nomor 93 Tahun 2011 tentang
Pasuruan. Kebun Raya.
Hidayat, Yuzammi, S., Hartini, S., dan Astuti, Sari, R., Sutrisno, Hendrian, Puspitaningtyas,
I.P. 2004. Tanaman Air Kebun Raya D.M., Darwndi, Hidayat, S., Yuzammi,
dan Suhendar. 2004. Rencana Strategis

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 889


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

2005-2009, Kebun Raya Bogor LIPI. Xie, LS., Y.K. Liao, Q.F. Huang, dan M.C.
Bogor. Huang. 2005. Pharmacognostic Studies
Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1995. Analisis on Mangrove Acanthus ilicifolius.
Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Zhongguo Zhong Yao Za Zhi, 30. Hal
University Press. Yokyakarta. 1501-1503.
Valkenberg, J.L.C.H.V., dan Yudhoyono, A. dan D.G. Sukarya. 2013. 3500
Bunyapraphatsara. 2002. Plant Resources Plant Species of The Botanic Gardens of
of South-East Asia No. 20 (2): Medical Indonesia. PT. Sukarya dan
and Poisoning Plant 2. PROSEA Sukarya Pendetama. Jakarta.
Foundation. Bogor.

890 |Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

KOLEKSI DAN SEBARAN Coix lacryma-jobi DI KEBUN RAYA PURWODADI

Rony Irawanto dan R. Hendrian


Kebun Raya Purwodadi LIPI
Jl. Surabaya Malang Km 65 Pasuruan
Email: rony001@lipi.go.id

Abstrak
Jenis tumbuhan Coix lacryma-jobi (jali) secara alami berada pada daerah lahan basah
(wetland) di tepian sungai. Jali ditemukan sampai ketinggian 2000 m dpl, pada daerah hilir. Jali
termasuk dalam suku Poaceae, dan merupakan salah satu koleksi Kebun Raya Purwodadi (KRP).
KRP merupakan lembaga konservasi tumbuhan ex-situ yang bertujuan melakukan kegiatan
konservasi, penelitian, pendidikan, wisata, dan jasa lingkungan. Jenis C. lacryma-jobi
merupakan tumbuhan sensitif terhadap perubahan habitat dan direkomendasikan sebagai
pengolah limbah dalam fitoteknologi lingkungan. Fitoteknologi merupakan konsep yang
memusatkan peran tumbuhan sebagai teknologi alami untuk menyelesaikan permasalahan
lingkungan. Pencemaran sungai oleh limbah cair, baik limbah pertanian, domestik, perkotaan
bahkan industri, dapat mengganggu ekosistem perairan, gangguan kesehatan pada manusia dan
menyebabkan kematian terhadap makhluk hidup. Sedangkan lingkungan perairan seperti sungai
dengan daerah ripariannya merupakan habitat C. lacryma-jobi seringkali terkena dampak
pencemar limbah. Oleh karena itu penelitian koleksi dan sebaran C. lacryma-jobi perlu
dilakukan. Penelitian secara eksploratif deskriptif dilakukan selama Febuari 2014. Informasi
yang diperoleh diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam penelitian dan konservasi jenis
C. lacryma-jobi lebih lanjut. Koleksi C. lacryma-jobi di KRP berada pada vak II.A.I.16, namun
sebaran jali secara alami juga ditemukan pada saluran air (drainase) terutama pada lingkungan II
dan IV di KRP.

Kata kunci: Persebaran, Coix lacryma-jobi, Kebun Raya Purwodadi.

Pendahuluan yang memiliki koleksi tumbuhan


Indonesia memiliki keanekaragaman terdokumentasi dan ditata berdasarkan pola
ekosistem, kekayaan jenis dan endemisme klasifikasi taksonomi, bioregion, tematik atau
yang tinggi, namun acaman terhadap kombinasi dari pola-pola tersebut untuk tujuan
kelestarian alam dan kerusakan lingkungan kegiatan konservasi, penelitian, pendidikan,
berakibat hilangnya keanekaragaman hayati. wisata, dan jasa lingkungan (Perpres 93/2011).
Upaya pelestarian melalui konservasi Kebun Raya Purwodadi sebagai salah satu
tumbuhan dan pemanfaatan potensinya perlu Kebun Raya Indonesia, memiliki tugas
dilakukan. Salah satu lembaga yang terkait melakukan konservasi tumbuhan Indonesia,
dengan konservasi tumbuhan adalah kebun terutama di daerah dataran rendah kering.
raya. Kebun Raya Indonesia sebagai lembaga Tumbuhan yang sudah ditanam dan menjadi
konservasi ex-situ tumbuhan di Indonesia, koleksi akan dikelola, didata dan
tidak diragukan lagi merupakan pilar dimanfaatkan untuk tujuan konservasi,
penyelamatan jenis-jenis tumbuhan dari penelitian, pendidikan lingkungan dan
kepunahan (Sari, dkk., 2004). pariwisata (Happyanto, 2002). Tumbuhan
Kebun raya didefinisikan sebagai yang sudah ditanam dan menjadi koleksi di
kawasan konservasi tumbuhan secara ex-situ Kebun Raya Purwodadi saat ini sejumlah

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 891


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

11.748 spesimen, 1.925 jenis, 928 marga dan menyelesaikan permasalahan lingkungan.
175 suku (Lestarini dkk., 2012). Salah satu Pencemaran sungai oleh limbah cair, baik
koleksi Kebun Raya Purwodadi yang menarik limbah pertanian, domestik, perkotaan bahkan
adalah koleksi tanaman air/aquatic industri, dapat mengganggu ekosistem
plants/tumbuhan akuatik. perairan, kesehatan pada manusia dan
Tumbuhan akuatik saat ini sangat menyebabkan kematian terhadap makhluk
digemari masyarakat sebagai tanaman hias hidup. Lingkungan perairan seperti sungai
taman, karena keindahan bentuk dan warna, dengan daerah riparian sebagai habitat Coix
baik pada daun maupun bunga (Hidayat, dkk., lacryma-jobi seringkali terkena dampak
2004). Tumbuhan akuatik selain sebagai pencemar limbah. Oleh karena itu penelitian
ornamental, juga berfungsi ekologi dalam koleksi dan sebaran C. lacryma-jobi perlu
menciptakan keseimbangan ekosistem yang dilakukan. Informasi yang dihasilkan
baik, sumber makanan organik, media bertelur diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
dan tempat berlindung anakan ikan ataupun pengetahuan dan menjadi dasar penelitian
binatang air lainnya. Peran lain dalam selanjutnya.
ekosistem perairan adalah sebagai indikator
kualitas air, akumulator dalam Metode Penelitian
menyaring/menyerap kotoran dalam air yang Penelitian secara eksploratif deskriptif
dipergunakan sebagai pertumbuhannya. dilakukan di Kebun Raya Purwodadi - LIPI
Tumbuhan akuatik dapat berfungsi sebagai selama Febuari 2014. Studi pustaka dilakukan
pengolah air limbah, bahkan dalam tantanan terkait deskripsi dan potensinya. Koleksi dan
taman yang estetika (Kusumawardani dan sebarannya Coix lacryma-jobi di Kebun Raya
Irawanto, 2013). Purwodadi dilakukan berdasarkan data
Irawanto (2009) menyebutkan bahwa registrasi dan hasil pengamatan langsung di
tercatat 34 jenis tumbuhan akuatik yang lapangan (kebun). Alat dan bahan yang
ditemukan di Kebun Raya Purwodadi. Potensi digunakan berupa alat tulis, peta kebun, GPS
tumbuhan akuatik ini umumnya sebagai dan komputer. Data yang diperoleh kemudian
tanaman hias, selain sebagai sumber pangan, ditampilkan dalam bentuk tabel maupun
obat dan kerajinan. Jenis Coix lacryma-jobi gambar, terutama habitus koleksi dan
masih kurang digali potensinya dan sebarannya di Kebun Raya Purwodadi. Peta
berpeluang terpilih dalam fitoteknologi jika Kebun Raya Purwodadi dapat dilihat pada
ditinjau dari kriteria jenis setempat, banyak Gambar 1.
ditemukan di alam dan melihat kondisi Jali merupakan tanaman serealia yang
lingkungannya (Irawanto, 2014). dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan
Coix lacryma-jobi (jali) secara alami (Nurmala, 1998). Jali tidak dipertimbangkan
berada pada daerah lahan basah (wetland) di sebagai tanaman utama sereal berbiji, dan
tepian sungai. Jali ditemukan sampai sering dilewati, bahkan diabaikan diantara
ketinggian 2000 m dpl, pada daerah hilir. Jali padi-padian, seperti dalam publikasi FAO
termasuk dalam suku Poaceae, dan merupakan disebut bahwa jali adalah kurang penting.
salah satu koleksi Kebun Raya Purwodadi. Namun jali adalah bijian bernutrisi, yang
Coix lacryma-jobi merupakan tumbuhan mengandung protein, lemak, kalsium dan
sensitif terhadap perubahan habitat dan vitamin B1 lebih tinggi dibandingkan tanaman
direkomendasikan sebagai pengolah limbah serealia lainnya. Jali juga difermentasi untuk
dalam fitoteknologi lingkungan. Fitoteknologi membuat bir, makanan ringan dan minum teh
merupakan konsep yang memusatkan peran (Burnette, 2012). Dahulu jali dimanfaatkan
tumbuhan sebagai teknologi alami untuk sebagai sumber energi dan cadangan makanan

892 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

untuk mengatasi kelangkaan pangan bagi dan kuda. Hampir disemua tempat dimana jali
penduduk di negara-negara miskin (Grubben tumbuh, jenis liar dengan buah berkulit keras
dan Partohardjono, 1996). digunakan sebagai hiasan dekoratif
Daun jali digunakan sebagai pakan / (Yudhoyono dan Sukarya, 2013). Jali
makanan ternak. Biji dan tepungnya untuk dimanfaatkan untuk bahan baku membuat
makanan unggas. Di luar Asia, jali terutama kalung, gelang, tasbih dan tirai yang sangat
ditanam sebagai pakan ternak untuk lembu memikat dan menarik (Sholikhah, dkk. 2010).

Gambar 1. Peta Kebun Raya Puwodadi

Disamping sebagai makanan dan pakan, maltotriosa, maltotetraose, dan maltopentaose


jali juga digunakan dalam pengobatan. (Bao, dkk., 2005; Chang, dkk., 2003; Chang,
Seluruh bagian tumbuhan jali dipergunakan dkk., 2006; Check dan K'Ombut, 1995;
baik akar, batang dan daun sebagai obat. Jali Chung, dkk., 2010; Dalimartha, 2008; Hsia,
memiliki nilai obat dengan aktivitas diuretik, dkk. 2007; Hsia, dkk., 2006; Kim, dkk., 2004;
depurative, anti-inflamasi, antiproliferatif, Koh, dkk., 2009; Kuo, dkk., 2002; Lee, dkk.,
antitumor, antiobesitas, antiosteoporosis, 2008; Otsuka, dkk., 1988; Shih, dkk. 2004;
antipiretik, antiseptik, hipoglisemik, dan Sugimoto, dkk., 2001; Yang, dkk., 2008).
immunomodulasi. Secara fitokimia jali,
mengandung: 4-ketopinoresinol; alpha-coixin; Hasil dan Pembahasan
alpha-sitosterol; beta-sitosterol; coicin; coixan Tumbuhan Akuatik
A; coixan B; coixan C; coixenolide; Tumbuhan akuatik dikelompokan
coixlactam; coixol; coixspirolactam A; menjadi tiga kategori: a. Emerged dimana
coixspirolactam B; coixspirolactam C; tumbuhan muncul di atas permukaan air
palmitic acid; stearic acid; oleic acid; linoleic namun akarnya berada dalam sedimen, b.
acid; alkohol coniferyl; ferulic acid; gamma- Submerged, seluruh tumbuhan berada di
sitosterol; glukosa; metil dioxindole-3-asetat; dalam air, dan c. Floating dimana seluruh
myuenolide; palmatate; phytin; kalium bagian tumbuhan atau sebagian (daun)
klorida, stearat, stigmasterol; asam syringic; mengapung pada permukaan air (Tanaka dkk.,
syringaresinol; vitamin B1; dan peracetylated 2011), seperti pada Gambar 2.
yang terbentuk dari glukosa, maltosa,

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 893


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Gambar 2. Pengelompokan tumbuhan akuatik


a. Emerged, b. Submerged dan c. Floating
Tumbuhan akuatik umumnya terdapat mengatasi berbagai masalah lingkungan
pada habitat wetland (lahan basah). Lahan (Mangkoedihardjo dan Samudro, 2010).
basah ini merupakan area yang tergenang air Fitoteknologi didasari pada kajian
sebagian atau sepanjang tahun disebabkan transformasi efek zat dalam ekotoksikologi.
lokasinya dalam bentang alam (Kadlec dan Ekotoksikologi mempunyai kesamaan dengan
Wallace, 2009). Prasad dan Freitas (2003) toksikologi lingkungan dalam produk kajian
menyebutkan terdapat 400 jenis tumbuhan berupa efek negatif zat terhadap makhluk
dalam fitoremediasi. Mengingat kekayaan hidup dan perlakuan hasilnya untuk
keanekaragaman hayati, dengan daerah lahan pembatasan zat. Sehingga perlu disikapi efek
basah (wetland) alami yang spesifik dan negatif zat sebagai penjagaan kesehatan dan
beragam di Indonesia. Sehingga tidak keberlanjutan kehidupan (Mangkoedihardjo
menutup kemungkinan terdapat jenis dan Samudro, 2009).
tumbuhan akuatik yang perlu dikonservasi dan Deskripsi Coix lacryma-jobi
dapat digunakan dalam fitoteknologi Rumput, siklus hidup singkat, annual,
lingkungan. merumpun banyak, tegak, bercabang kuat,
Fitoteknologi tinggi 1,5 m hingga mencapai 3 m. Batang
Fitoteknologi adalah penerapan ilmu dan besar padat, buluh terisi dengan empulur,
teknologi untuk mengkaji dan menyiapkan bercabang pada bagian atasnya. Batang bulat,
solusi masalah lingkungan dengan lunak, bergabus, beruas-ruas, licin, hijau
mengunakan tumbuhan. Fitoteknologi kekuningan. Daun tunggal, besar, lebar dan
digunakan untuk memperluas pengertian berpelepah, tepi berbulu halus, helaian daun
mengenai pentingnya tumbuhan dan memita sampai membundar telur-melanset,
peranannya dalam kehidupan dan lingkungan. tepi daun kasar, halus atau kasap permukaan
Konsep fitoteknologi memusatkan tumbuhan atasnya. Daun panjang 30-45 cm / 10-50 cm
sebagai teknologi lingkungan hidup yang dan lebar 2-5 cm / 3-5 cm, ujung runcing,
mampu menyelesaikan masalah lingkungan. pangkal tumpul, tepi rata, kasap, hijau.
Tinjauan teknologi dan proses memperjelas Perbungaan dengan bunga betina bertumpuk,
fitoteknologi sebagai cara pendekatan berbasis bunga jantan seakan tumbuh dari bunga betina
alam dalam penyelesaian masalah lingkungan. yang teratas, bunga betina dikelilingi sebuah
Keseimbangan teknologi antara proses buatan daun pelindung.
manusia dan proses alam tumbuhan, menjadi Perbungaan di ketiak daun paling atas,
representasi bagaimana kedua proses soliter atau terdiri dari 2-7-berkas, putih atau
kebiruan, mengandung 2 tandan; tandan betina

894 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

mengandung buliran yang duduk, buliran biasanya berwarna abu-abu, kuning-merah tua
dengan 1 floret, tandan jantan dengan kira-kira atau keunguan, masih muda hijau kekuningan
10 buliran yang menyirap dan muncul setelah tua ungu keputih-putihan. Buah
berpasangan atau tiga-tiga, satu mempunyai berbentuk air mata 8 mm sebesar 1,1 cm,
gantilan lainnya duduk; buliran melanset halus, mengkilap, seperti manik (5-15 mm x
sampai menjorong, mengandung 1-2 floret 6-10 mm) biasanya menjadi keras dan berubah
jantan. Biji terkelompok dalam daun hitam saat matang. Buah berwarna putih, abu-
mengarpu pada tangkai batang sepanjang 3-6 abu kebiruan, coklat keabu-abuan, kuning,
cm, dan berisi bagian jantan dan betina yang oranye, kemerahan atau kehitaman. Buah
terpisah. Bunga betina berbentuk bulat atau lunak atau keras, berisi jali. Jali berwarna
bulat telur, kehijauan, dengan lubang kecil di merah tua untuk yang berkulit keras, atau
bagian atas, dengan dua stigma. Bunga jantan merah muda untuk yang berkulit lunak. Sistem
dalam kelompok kecil memanjang (1,5-5 cm), perakaran serabut, putih kecoklatan (Koh,
yang muncul dari pembukaan yang sama. dkk., 2009; Mansfelds, 2001; Dalimartha,
Setiap bunga jantan panjang 6-10 mm dan 2008; Backer dan Bakhaizen, 1963; Grubben
memiliki tiga benang sari, kuning. Bunga dan Partohardjono, 1996; Anonim, 1995).
majemuk, bentuk bulir, kelopak bersegi tiga, Habitas koleksi tumbuhan Coix lacryma-jobi
hijau kekuningan, benang sari coklat, pangkal dan gambar botani dapat dilihat pada Gambar
putik putih, ujung putih kecoklatan, hijau. 3.
Buah bervariasi dalam ukuran, bentuk,
warna dan kekerasannya, diameter 1 cm,

Gambar 3. Tumbuhan Coix lacryma-jobi (koleksi hidup dan ilustrasi).

Asal usul jali tidak diketahui dengan bijian minor, terutama di India, China,
pasti, tetapi asli Asia tropis, diduga dari Asia Filipina, Thailand, Malaysia dan daerah
bagian selatan dan bagian timur. Buah yang Mediterranea. Jenis liar dengan buah yang
berkulit lunak (var. ma-yuen) telah berkulit keras kadang-kadang juga
dibudidayakan sejak zaman purba, 3000-4000 dibudidayakan. Jali telah lama dibudidaya-
tahun yang lalu di India, 2000 tahun yang lalu kan, sehingga tersebar luas dan ternaturali-sasi
di China dan merupakan tanaman penting di seluruh daerah tropis dan sub-tropis di
sebelum jagung dan beras tersebar secara luas dunia (Koh, dkk., 2009; Backer dan
sebagai makanan pokok. Saat ini Bakhaizen, 1963; Grubben dan Partohardjono,
dibudidayakan sebagai tanaman pertanian biji- 1996).

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 895


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Jali merupakan tumbuhan berhari pendek Surabaya Malang pada Km 65. Kebun Raya
dan membutuhkan suhu tinggi, curah hujan Purwodadi memiliki areal seluas 845.148 m2
yang melimpah, tanah yang cukup subur, dan yang terbagi menjadi 25 vak dan dua wilayah
lebih menyukai sinar matahari harian yang kebun dengan jalan utama sebagai batas
pendek. Di daerah tropis jenis ini dapat pembagi, masing-masing wilayah dibagi
tumbuh dari permukaan laut sampai pada menjadi tiga lingkungan (Sugiarto, 2001).
ketinggian 2000 m dpl. Jali dapat tumbuh di Sesuai perkembangan, area Kebun Raya
dataran tinggi maupun dataran rendah Purwodadi yang terbagi dalam dua wilayah
(Nurmala, 1998), dan toleran terhadap suhu dan enam lingkungan, dari 25 vak menjadi
dingin, tanah asam ataupun basa (Rahmawati, 183 vak. Dalam satu vak bisa terdiri dari
2003). Jali beradaptasi pada daerah tropis beberapa suku, namun satu suku juga bisa
kering dengan suhu sekitar 25-35oC Jali menempati beberapa vak. Hal ini tergantung
beradaptasi pada daerah tropis kering dengan dari jumlah spesimen / individu dalam satu
suhu sekitar 25-35oC (Grubben dan suku tersebut. Pengaturan penanaman dalam
Partohardjono, 1996). Penyebaran di Jawa, 1- vak didasarkan atas kekerabatan suku
1000 m dpl. Seringkali juga ditemukan (Laksono, 2008).
tumbuh meliar di daerah-daerah payau, rawa, Koleksi tumbuhan Coix lacryma-jobi
sepanjang sungai, daerah lahan basah dan berada pada Vak II.A.I. 16. Namun jenis ini
saluran air pinggir jalan. Di Afrika sering juga dijumpai pada lahan bekas kolam di
dijumpai pada daerah pedesaan dan tegalan belakang pembibitan timur, lingkungan II dan
yang ditinggalkan (Grubben dan sepanjang saluran / drainase di sekitar koleksi
Partohardjono, 1996; Anonim, 1995). bambu, lingkungan IV yang tumbuh secara
liar, serta pada lokasi ditepi sungai welang
Koleksi dan Sebaran di Kebun Raya yang membatasi kebun dengan TWA Baung.
Purwodadi Sebaran jali yang ditemukan di dalam Kebun
Kebun Raya Purwodadi terletak di kaki Raya Purwodadi, dapat dilihat pada Gambar 4.
Gunung Baung, dengan titik koordinat Oleh karena jenis ini masih dijumpai secara
7o4754,9588 dan 112o4418,2782. Secara liar di sungai, besar kemungkinan di
administratif lokasinya berada di Desa sepanjang sungai maupun di saluran air pada
Purwodadi, Kec. Purwodadi, Kab. Pasuruan, wilayah Purwodadi dan sekitarnya masih
dan berada di tepi jalan utama penghubung dapat ditemukan.

896 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Gambar 4. Sebaran Coix lacryma-jobi di Kebun Raya Purwodadi

Simpulan Burnette, R. 2012. Tiga Kelebihan Jali:


Koleksi Coix lacryma-jobi di Kebun Padian Asli Asia Satu Lagi. ECHO
Raya Purwodadi berada pada Vak II.A.I. 16., Asia Impact Center.
namun sebaran jali secara alami juga Chang HC, Huang YC, dan Hung WC. 2003.
ditemukan enam titik yang dijumpai pada Antiproliferative and chemopreventive
lahan bekas kolam belakang pembibitan timur effects of adlay seed on lung cancer in
(lingkungan II), saluran / drainase di sekitar vitro and in vivo. J Agric Food Chem.;
koleksi bambu (lingkungan IV) dan pada tepi 51(12): Hal. 3656-3660.
sungai welang (TWA Baung) yang tumbuh Chang LL, Wun AW, Hung CT, Hsia SM,
secara liar. Chiang W, da Wang PS. 2006. Effects
of crude adlay hull acetone extract on
Daftar Rujukan corticosterone release from rat zona
Anonim. 1995. Medical Herb Index in fasciculata-reticularis cells. Naunyn
Indonesia, PT. Eisai Indonesia. No Schmiedebergs Arch Pharmacol.;
2329. 374(2): Hal. 141-152.
Backer, C.A. dan R.C. Bakhaizen. 1963. Flora Check JB, dan K'Ombut FO. 1995. The effect
of Java. The Rijksherbarium. on fibrinolytic system of blood plasma
Netherlands. Hal..143-146 of Wister rats after feeding them with
Bao Y, Yuan Y, Xia L, Jiang H, Wu W, dan Coix mixed diet. East Afr Med J.;
Zhang X. 2005. Neutral lipid isolated 72(1): Hal. 51-55.
from endosperm of Job's tears inhibits Chung CP, Hsu HY, Huang DW, Hsu HH,
the growth of pancreatic cancer cells Lin JT, Shih CK, dan Chiang W. 2010.
via apoptosis, G2/M arrest, and Ethyl acetate fraction of adlay bran
regulation of gene expression. J ethanolic extract inhibits oncogene
Gastroenterol Hepatol.; 20(7): Hal. expression and suppresses DMH-
1046-1053. induced preneoplastic lesions of the
colon in F344 rats through an anti-

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 897


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

inflammatory pathway. J Agric Food of adlay seed (Coix lachryma-jobi var.


Chem;58(13): Hal. 7616-7623. mayuen) in obesity rat fed high fat diet:
Dalimartha, S., 2008. Atlas Tumbuhan Obat relations of TNF-alpha and leptin
Indonesia. Vol. 5. Pustaka Bunda. mRNA expressions and serum lipid
Jakarta Hal. 41 44 levels. Life Sci.; 75(11): Hal. 1391-
Grubben, G.J.H. dan S. Partohardjono. 1996. 1404.
Plant Resources of South-East Asia No. Koh, H.L., C.T. Kian, dan C.H. Tan. 2009. A
10: Cereal. PROSEA Foundation, Guide to Medicinal Plants: An
Bogor. Hal. 84-87 Illutrated, Scientific and Medicinal
Happyanto, A. 2002. Rencana Induk Approach. World Scientific Publishing.
Pengembangan Kebun Raya Singapore. Hal. 5354.
Purwodadi, Pasuruan. Kuo CC, Chiang W, Liu GP, Chien YL,
Hidayat, Yuzammi, S., Hartini, S., dan Astuti, Chang JY, Lee CK, Lo JM, Huang SL,
I.P. 2004. Tanaman Air Kebun Raya Shih MC, dan Kuo YH. 2002. 2,2'-
Bogor. Vol.1 No.5. Kebun Raya Bogor. Diphenyl-1-picrylhydrazyl radical-
Bogor. scavenging active components from
Hsia SM, Chiang W, Kuo YH, dan Wang PS. adlay (Coix lachryma-jobi L. var. ma-
2006. Downregulation of progesterone yuen Stapf) hulls. J Agric Food Chem.;
biosynthesis in rat granulosa cells by 50(21) Hal. 5850-5855.
adlay (Coix lachryma-jobi L. var. ma- Kusumawardani, Y., dan Irawanto, R. 2013
yuen Stapf.) bran extracts. Int J Impot Study of Plants Selection in Wastewater
Res.; 18(3): Hal. 264-274. Garden for Domestic Wastewater
Hsia SM, Yeh CL, Kuo YH, Wang PS, dan Treatment. Prosiding International
Chiang W. 2007. Effects of adlay (Coix Conference of Basic Science -
lachryma-jobi L. var. ma-yuen Stapf.) Universitas Brawijaya. Malang.
hull extracts on the secretion of Laksono, R.A. 2008. Analisis Spasial
progesterone and estradiol in vivo and Kerapatan Koleksi di Kebun Raya
in vitro. Exp Biol Med (Maywood); Purwodadi. Prosiding Seminar Nasional
232(9): Hal. 1181-1194. Biodiversitas II Biologi Universitas
Irawanto, R. 2009. Inventarisasi Koleksi Airlangga. Surabaya.
Tanaman Air Berpotensi WWG di Lee MY, Lin HY, Cheng F, Chiang W, dan
Kebun Raya Purwodadi. Prosiding Kuo YH. 2008. Isolation and
Seminar Nasional Teknologi characterization of new lactam
Lingkungan IV ITS. Surabaya. compounds that inhibit lung and colon
Irawanto, R. 2014. Seleksi Tumbuhan cancer cells from adlay (Coix
Akuatik Koleksi Kebun Raya lachryma-jobi L. var. ma-yuen Stapf)
Purwodadi Dalam Fitoteknologi bran. Food Chem Toxicol.; 46(6): Hal.
Lingkungan. Prosiding Seminar 1933-1939.
Nasional Pendidikan Sains UNESA. Lestarini, W., Matrani, Sulasmi, Trimanto,
Surabaya. Fauziah, dan Fiqa, A.P., 2012. An
Kadlec, R.H. dan S. Wallace. 2009. Alphabetical List of Plant Species
Treatment Wetland. CRC Press. New Cultivated in Purwodadi Botanic
York. Garden. Purwodadi Botanic Garden.
Kim SO, Yun SJ, Jung B, Lee EH, Hahm DH, Pasuruan.
Shim I, dan Lee HJ. 2004.
Hypolipidemic effects of crude extract

898 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Mangkoedihardjo, S. dan G. Samudro. 2009. Sebagai Bahan Pangan Alternatif


Ekotoksikologi Teknosfer. Guna Dalam Upaya Menanggulangi Krisis
Widya. Surabaya Pangan Masyarakat Bondowoso Jawa
Mangkoedihardjo, S. dan G. Samudro. 2010. Timur. PKM-AI. Universitas Negeri
Fitoteknologi Terapan. Graha Ilmu. Malang. Malang.
Yogyakarta Soegiarto, K.A. 2001. Kebun Raya Purwodadi
Mansfelds, P.H. 2001. Encyclopedia of : 30 Januari 1941 - 30 Januari 2001,
Agricultural and Horticultural Crops. Kebun Raya Purwodadi. Pasuruan.
Vol. 5. Springer-Verlag. Berlin. Hal. Sugimoto N, Fukuda J, Takatori K, Yamada
2748 T, dan Maitani T. 2001. Identification
Nurmala, T. 1998. Serealia Sumber of principal constituents in
karbohidrat Utama. Rineka Cipta. enzymatically hydrolyzed coix extract.
Jakarta Shokuhin Eiseigaku Zasshi;42(5): Hal.
Otsuka H, Hirai Y, Nagao T, dan Yamasaki 309-315.
K. 1988. Anti-inflammatory activity of Tanaka, N., W.J. Ng dan K.B.S.N. Jinadasa.
benzoxazinoids from roots of Coix 2011. Wetlands For Tropical
lachryma-jobi var. ma-yuen. J Nat Applications: Wastewater Treatment by
Prod.; 51(1): Hal. 74-79. Constructed Wetlands. Imperial
Perpres / Peraturan Presiden Republik College Press. London
Indonesia Nomor 93 Tahun 2011 Yang RS, Chiang W, Lu YH, dan Liu SH.
tentang Kebun Raya. 2008. Evaluation of osteoporosis
Prasad, M.N.V dan H.M.O. Freitas. 2003. prevention by adlay using a tissue
Metal Hyperacumulation in Plants culture model. Asia Pac J Clin Nutr.;17
Biodiversity Prospecting for Suppl 1: Hal. 143-146.
Phytoremediation Technology. Jurnal Yudhoyono, A. dan D.G. Sukarya. 2013. 3500
Biotechnology Vol. 6 No. 3 Plant Species of The Botanic Gardens
Rahmawati, D.E. 2003. Estimasi Heritabilitas of Indonesia. PT. Sukarya dan Sukarya
Dengan Metode Regresi Tetua-Turunan Pendetama. Jakarta. Hal. 1090.
(ParentsOffspring Regression) dan
Kemajuan Genetik Beberapa Karakter
Penting Hanjeli (Coix lacrymajobi L.)
di Arjasari. Skripsi tidak diterbitkan.
Fakultas Pertanian. Universitas
Padjadjaran. Bandung
Sari, R., Sutrisno, Hendrian, Puspitaningtyas,
D.M., Darwandi, Hidayat, S.,
Yuzammi, dan Suhendar. 2004.
Rencana Strategis 2005-2009, Kebun
Raya Bogor LIPI. Bogor.
Shih CK, Chiang W, dan Kuo ML. 2004.
Effects of adlay on azoxymethane-
induced colon carcinogenesis in rats.
Food Chem Toxicol.; 42(8): Hal. 1339-
1347.
Sholikhah, W.F., L.T. Yuswanto, A. Widianto
dan M. Shofi. 2010. Pemanfaatan Jepen

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 899


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

POTENSI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DARI EKSTRAK ETANOL UMBI GENDOLA


(Basella rubra linn) SEBAGAI KANDIDAT OBAT HERBAL DAN ANTIOKSIDAN
ALTERNATIF

Siti Imroatul Maslikah


Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Email: ika_biorep03@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas antioksidan ekstrak
etanol umbi gendola (Basella rubra Linn). Penelitian ini dilakukan pada Bulan Maret 2014 di
Laboratorium Fisiologi Tumbuhan Universitas Negeri Malang dengan rancangan deskripsi
observasional. Ekstraksi umbi gendola didapatkan dari Materia Medica Batu dengan
menggunakan alkohol 70%, selanjutya ekstrak tersebut dilakukan pengukuran aktivitas
antioksidan secara spektrofotometri menggunakan radikal bebas 1,1-difenil-2-pikril hidrazil
hidrat (DPPH). Aktivitas antioksidan ditentukan berdasarkan persentase peredaman radikal
bebas DPPH oleh senyawa antioksidan. Peluruhan warna dari ungu ke kuning terjadi karena
adanya peredaman, yang diukur dengan menggunanakan spektro UV-vis pada panjang
gelombang 517 nm. Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol umbi gendola menunjukkan
nilai IC50 = 503,44 ppm (>150 ppm) termasuk antioksidan lemah.

Kata kunci: aktivitas antioksidan, ekstrak etanol umbi binahong, uji DPPH

Pendahuluan menyehatkan. Selain berasal dari buah dan


Perkembangan zaman dan teknologi sayur antioksidan juga terdapat di berbagai
turut serta membawa perubahan pada perilaku jenis tumbuhan seperti gendola dan binahong.
manusianya. Seperti pada zaman sekarang ini Menurut hasil penelitian Lukiati (2014) daun
terjadi pergeseran pola hidup atau gaya hidup gendola memiliki antioksidan IC50 = 84,70
manusia yang lebih menyukai produk-produk ppm (<100ppm) termasuk antioksidan kuat.
makanan cepat saji atau instan, sehingga Menggunakan antioksidan alami lebih baik
banyak dijumpai orang pada usia produktif daripada antioksidan sintetik.
banyak yang terkena berbagai macam Sumber-sumber antioksidan dapat berupa
penyakit bahkan anak-anak yang masih antioksidan alami maupun antioksidan buatan
tergolong remaja yang terkena diabet, hal ini atau sintetik.antioksidan sintetik memiliki
menunjukkan bahwa salah satu faktor efektivitas yang tinggi namun juga memiliki
penyebab adalah faktor makanan. efek samping dan kurang aman terhadap
Makanan yang instant atau cepat saji kesehatan sehingga peggunaannya diawasi
sebaiknya dihindari untuk mencegah secara ketat oleh berbagai negara.adanya
munculnya penyakit degeneratif seperti diabet, kekhawatiran dari penggunaan antioksidan
jantung, dan sebagainya, sehingga untuk hidup sintetik menyebabkan orang lebih menyukai
sehat harus memperhatikan asupan gizi yang antioksidan alami sebagai alternatif karena
seimbang disertai dengan olahraga. Selain itu tidak memiliki efek samping dan lebih aman
konsumsi antioksidan alami juga sangat (Katrin dan Ali, 2012). Bahan- bahan alami
penting diperhatikan, yaitu dengan jarang atau sedikit memiliki efek samping,
mengkonsumsi buah-buahan dan sayur yang tingkat bahayanya jauh lebih rendah
mengandung antioksidan alami dan dibandingkan dengan antioksidan sintetik atau

900 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

obat kimia. Gendola (Basella rubra Linn) lingkungan, asap rokok, dan sinar ultraviolet
adalah tanaman obat potensial yang dapat (UV-vis), sehingga dengan bertambahnya usia
mengatasi berbagai penyakit. Di berbagai juga semakin meningkatnya pembentukan
negara, tanaman ini sudah banyak radikal bebas di dalam tubuh manusia. Secara
dimanfaatkan dan digunakan untuk berbagai endogenus, hal ini berkaitan dengan laju
jenis pengobatan. Gendola mempunyai metabolisme seiring dengan bertambahnya
kandungan kimia karotenoid, saponin, pigmen usia. Bertambahnya glikolisis juga akan
antosianin, flavonoid dan polifenol (Materia menyebabkan oksidasi glukosa pada siklus
medika, dalam Lukiati (2014). Bagian dari asam sitrat sehingga radikal bebas akan
tanaman gendola hampir semuanya dapat terbentuk lebih banyak. Secara eksogenus
dimanfaatkan mulai dari batang, akar, bunga, kemungkinan tubuh seseorang juga akan
dan daun, tetapi yang paling sering terpapar polutan lebih banyak atau tinggi,
dimanfaatkan untuk kesehatan atau sebagai seiring dengan bertambahnya usia, kedua
obat herbal adalah bagian daun untuk faktor tersebut secara sinergis meningkatkan
menangkal radikal bebas. radikal bebas dalam tubuh (Winarsi, 2007).
Radikal bebas adalah suatu senyawa yang Antioksidan didefinisikan sebagai
mempunyai reaktivitas tinggi terhadap senyawa yang mampu menunda,
molekul sebagai target utama radikal bebas memperlambat atau menghambat reaksi
yaitu protein, asam lemak tak jenuh dan oksidasi. Antioksidan memegang peranan
lipoprotein, serta unsur Deoxyribonucleid penting terhadap pengaruh buruk radikal
Acid (DNA) termasuk karbohidrat. Dari ketiga bebas. Antioksidan dapat melindungi tubuh
molekul tersebut yang paling rentan terhadap dari serangan radikal bebas. Senyawa
radikal bebas adalah asam lemak tak jenuh antioksidan berfungsi untuk menstabilkan
(Winarsi, 2007). Berbagai kemungkinan radikal bebas dengan melengkapi kekurangan
dapat terjadi sebagai akibat kerja radikal elektron dari radikal bebas sehingga
bebas, seperti kerusakan struktur sel, menghambat terjadinya reaksi berantai karena
gangguan fungsi sel, molekul termodifikasi senyawa radikal menjadi tidak bersifat reaktif
yang tidak dapat dikenali oleh sistem imun . Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
dan bahkan mutasi. Semua bentuk kerusakan tentang potensi antioksidan dari umbi
itu dapat meyebabkan munculnya berbagai binahong. Penelitian ini bertujuan untuk
macam penyakit. Radikal bebas yang mengetahui seberapa besar aktifitas
diproduksi oleh sel di dalam tubuh normal, antioksidan umbi gendola jika dibandingkan
akan dinetralisir oleh antioksidan yang ada di dengan vitamin C.
dalam tubuh, sehingga kalau jumlah radikal
bebas yang dihasilkan jauh lebih banyak maka Metode Penelitian
kemampuan antioksidan endogen tidak Penelitian ini dilakukan pada bulan Bulan
memadai untuk menetralisir radikal bebas Maret 2014 di Laboratorium Fisiologi
akibatnya tidak terjadi keseimbangan di dalam Tumbuhan Jurusan Biologi Universitas Negeri
tubuh antara radikal bebas dan antioksidan, Malang. Rancangan penelitian adalah
ketidakseimbangan ini akan memunculkan deskriptif observasional. Bahan penelitian
berbagai penyakit degeneratif, sehingga berupa ekstrak etanol umbi gendola yang
diperlukan antioksidan dari luar (eksogen). diperoleh dari Balai Materia Medika (BMM)
Tanpa disadari tubuh manusia terus kota Batu, definil pikril hidrasil hidrat (DPPH)
menerus memproduksi radikal bebas akibat ex Sigma, etanol absolut, asam sulfanilat,
peradangan, kekurangan gizi, dan respons NaNO3, dan H2SO4 ex Merk. Penentuan
akibat pengaruh dari luar tubuh seperti polusi aktivitas antioksidan ekstrak etanol gendola

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 901


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

dengan metoda Spektrofotometri


menggunakan Spektrofotometer UV-Vis. Setelah didapatkan persentase peredaman
Uji DPPH (1,1-difenil-2pikril hidrazil selanjutnya dilakukan perhitungan secara
hidrat) dilakukan untuk pengukuran daya regresi linier dengan menggunakan
antioksidan ekstrak etanol umbi gendola. persamaan:
Larutan pereaksi DPPH dibuat dengan y= A + Bx
melarutkan 4 mg DPPH dalam etanol pro Keterangan: x= konsentrasi (g/l), dan y =
analisis sampai 100 mL ( konsentrasi 40 ppm persentase inhibisi (peredaman) (%)
yang dibuat baru dan dijaga pada suhu 25C Aktifitas antioksidan dinyatakan dengan
serta terlindung dari cahaya). Sampel ekstrak Inhibition Concentration 50% (IC50) yaitu
umbi gondola dibuat dengan konsentrasi 60, konsentrasi efektif senyawa antioksidan
120, 180, 240, 300 ppm, masing-masing (sampel) yang dapat meredam radikal bebas
sebanyak 300 L dilarutkan dalam DPPH 40 sebanyak 50%. Nilai IC50 didapat dari nilai x
ppm sampai dengan 3 mL. Sampel diinkubasi setelah mengganti nilai y dengan 50.
selama 30 menit pada suhu 25C dalam
keadaan gelap, selanjutnya diukur Hasil dan Pembahasan
absorbansinya pada panjang gelombang 517 Penentuan aktivitas antioksidan
nm. Etanol pro analisis yang direaksikan Penentuan aktivitas antioksidan ekstrak
dengan 3 ml DPPH sebagai blanko. Aktivitas etanol umbi gendola dengan cara menghitung
antioksidan dihitung berdasarkan persentase persentase peredaman radikal dari sampel
peredaman radikal bebas DPPH oleh senyawa yang dilakukan secara duplo. Nilai IC50
antioksidan dengan rumus: ekstrak umbi gendola dapat ditentukan secara
regresi linier dengan menghubungkan antara
% Peredaman DPPH = konsentrasi sampel dan % peredaman seperti
(Absorbansi standar Absorbansi sampel) x 100% pada Gambar 1.
Absorbansi standar

Gambar 1. Hubungan konsentrasi ekstrak umbi gendola dengan % peredaman

902 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Hasil penentuan aktivitas antioksidan gondola. Hasil penelitian Lukiati (2014)


dengan DPPH menunjukkan bahwa ekstrak menunjukkan bahwa ekstrak daun gendola
etanol umbi gendola mempunyai daya mampu meredam radikal bebas dengan
aktivitas antioksidan lebih rendah konsentrasi sebesar 84,70 ppm sebesar 50%.
dibandingkan dengan ekstrak etanol daun Hal ini menujukkan bahwa pengobatan
gendola (Lukiati, 2014) berdasarkan nilai IC50 dengan menggunakan daun gendola lebih baik
masing-masing sampel. Ekstrak umbi gendola daripada menggunakan umbi, walaupun secara
mampu meredam radikal bebas sebesar 503,44 keseluruhan antioksidan terdapat diberbagai
ppm memerlukan konsentrasi jauh lebih tempat seperti akar, batang, daun dan
banyak dibandingkan dengan ekstrak daun termasuk umbi.

Gambar 3. Perubahan warna larutan pada reaksi radikal DPPH dengan antioksidan
(Witt, et al., 2010)

DPPH merupakan radikal bebas yang digunakan secara luas untuk menguji
dapat bereaksi dengan senyawa yang dapat kemampuan beberapa molekul sebagai
mendonorkan atom hidrogen, dapat berguna penangkap radikal bebas. Intensitas warna
untuk pengujian aktivitas antioksidan DPPH akan berubah dari ungu menjadi kuning
komponen tertentu dalam suatu ekstrak. oleh elektron yang berasal dari senyawa
Karena adanya elektron yang tidak antioksidan. Konsentrasi DPPH pada akhir
berpasangan, DPPH memberikan serapan kuat reaksi tergantung pada konsentrasi awal dan
pada 517 nm. Ketika elektronnya menjadi struktur komponen senyawa penangkap
berpasangan oleh keberadaan penangkap radikal.
radikal bebas, maka absorbansinya menurun Hasil uji aktivitas antioksidan dengan
secara stokiometri sesuai jumlah elektron yang DPPH menunjukkan bahwa ekstrak etanol
diambil. Keberadaan senyawa antioksidan umbi gendola mempunyai aktivitas sebagai
dapat mengubah warna larutan DPPH dari antioksidan lebih rendah dari pada vitamin C.
ungu menjadi kuning (Dehpour, et al., 2009). Berdasar nilai IC50 ekstrak etanol umbi
Perubahan absorbansi akibat reaksi ini telah gendola menunjukkan bahwa umbi gendola

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 903


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

mempunyai aktivitas antioksidan yang lemah antioksidan dengan cara mendonasikan atom
karena nilai IC50 lebih dari dari 150 ppm. hidrogennya atau melalui kemampuannya
Menurut Armala (2009) tingkat kekuatan mengkelat logam, berada dalam bentuk
antioksidan senyawa uji menggunakan metode glukosida (mengandung rantai samping
DPPH dapat digolongkan menurut nilai IC50, < glukosa) atau dalam bentuk bebas yang
50 g/mL termasuk sangat kuat, 50-100 disebut aglikon (Cuppett et al.,1954).
g/mL kuat, 101-150 g/mL sedang, dan > Aktivitas antioksidan umbi gendola
150 g/mL termasuk antioksidan yang lemah. dipengaruhi oleh jumlah komponen bioaktif
Berbagai jenis senyawa yang terkandung terutama flavonoid dan senyawa fenolik yang
dalam umbi gendola diantaranya flavonoid. terkandung di dalam ekstrak umbi gendola.
Flavonoid sebagai salah satu kelompok Struktur dasar senyawa golongan flavonoid
antioksidan alami yang terdapat pada sereal, dapat dilihat pada Gambar 2.
sayur-sayuran dan buah, telah banyak
dipublikasikan. Flavonoid berperan sebagai

Gambar 2. Struktur dasar senyawa flavonoid (Erdman et al., 2005)

Flavonoid merupakan kelompok senyawa radikal DPPH sehingga tereduksi menjadi


fenolik yang dapat ditemukan pada buah dan DPPH-H (1,1- Difenil-2-Prikrilhidrazil).
sayur. Flavonoid merupakan salah satu jenis Gambar 3 menunjukkan struktur kimia
antioksidan primer, dimana sebagai senyawa flavonoid sebagai antioksidan adalah
antioksidan primer dapat memutus rantai karena adanya: (a). gugus hidroksil 3,4
propagasi dengan menyumbangkan elektron (orto-dihidroksi) pada cincin B flavonoid, (b).
pada peroksi radikal dalam asam lemak. Pada ikatan rangkap 2,3 yang terkonjugasi dengan
pengujian aktivitas antioksidan ekstrak umbi gugus 4-okso (gugus 1,4-piron) pada cincin C
gendola dengan metode DPPH (2,2-Difenil-1- dan (c). gugus hidroksil pada posisi 3 dan 5
Prikrilhidril) terjadi peredaman warna DPPH (Lukiati, 2014).
dengan adanya flvonoid dan senyawa fenolik
yang dapat memberikan radikal bebas kepada

Gambar 3. Stuktur kimia senyawa flavonoid sebagai Antioksidan


(Zhang, 2005 dalam Lukiati, 2014)

904 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Pada senyawa polifenol, aktivitas untuk menghambat pendarahan. Aktivitas


antioksidan berkaitan erat dengan struktur antioksidasinya mungkin dapat menjelaskan
rantai samping dan juga substitusi pada cincin mengapa flavonoid tertentu merupakan
aromatiknya. Kemampuannya untuk bereaksi komponen aktif tumbuhan yang digunakan
dengan radikal bebas DPPH dapat secara tradisional untuk mengobati gangguan
mempengaruhi urutan kekuatan fungsi hati (Robinson, 1995 dalam Marlianan,
antioksidannya. Aktivitas peredaman radikal 2012). Flavonoid memiliki kemampuan
bebas senyawa polifenol diyakini dipengaruhi sebagai antioksidan karena mampu
oleh jumlah dan posisi hidrogen fenolik dalam mentransfer sebuah elektron ke senyawa
molekulnya. Dengan demikian aktivitas radikal bebas, dimana R merupakan senyawa
antioksidan yang lebih tinggi akan dihasilkan radikal bebas, Fl-OH merupakan senyawa
pada senyawa fenolik yang mempunyai flavonoid sedangkan Fl-OH merupakan
jumlah gugus hidroksil yang lebih banyak radikal flavonoid (Kandaswami dan Midelton,
pada inti flavonoidnya. Senyawa fenolik ini 1997).
mempunyai kemampuan untuk
menyumbangkan hidrogen, maka aktivitas Simpulan
antioksidan senyawa fenolik dapat dihasilkan Dari hasil penelitian dapat diambil
pada reaksi netralisasi radikal bebas yang simpulan bahwa hasil uji aktivitas antioksidan
mengawali proses oksidasi atau pada ekstrak etanol umbi gondolaengan DPPH
penghentian reaksi radikal berantai yang menunjukkan nilai IC50 = 503,44 ppm (>150
terjadi . Sifat antioksidan dari flavonoid ppm) termasuk antioksidan yang lemah karena
berasal dari kemampuan untuk mentransfer nilai IC50 lebih dari dari 150 ppm. Aktivitas
sebuah elektron ke senyawa radikal dan juga antioksidan ini disebabkan adanya kandungan
membentuk kompleks dengan logam. Kedua alkaloid dan polifenol yang dapat meredam
mekanisme itu membuat flavonoid memiliki radikal DPPH dengan cara mentransfer
beberapa efek, diantaranya menghambat elektron ke senyawa radikal bebas DPPH.
peroksidasi lipid, menekan kerusakan
jaringan oleh radikal bebas dan menghambat Daftar Rujukan
aktivitas beberapa enzim. Senyawa alkaloid, Armala, M. M. 2009. Daya Antioksidan
terutama indol, memiliki kemampuan untuk Fraksi Air Ekstrak Herba Kenikir
menghentikan reaksi rantai radikal bebas (Cosmos caudatus H. B. K.) dan Profil
secara efisien (Yuhernita dan Juniarti, 2011). KLT. Skrips.39. Fakultas Farmasi
Adanya gugus hidroksil menyebabkan Universitas Islam Indonesia.
senyawa fenolik mampu menangkap radikal Yogyakarta.
bebas. Fenolik mengamankan sel dari Lukiati, Bety. 2014. Penentuan Aktivitas
serangan senyawa oksigen reaktif seperti Antioksidan Dan Kandungan Fenol
oksigen singlet, superoksida, radikal peroksil, Total Ekstrak Daun Gendola (Basella
radikal hidroksil dan peroksinitrit (Sirait, 2007 Rubra Linn) dan Daun Binahong
dalam Marlianan, 2012). Flavonoid (Anredera Cordifolia Stennis) sebagai
merupakan senyawa pereduksi yang baik, Kandidat Obat Herbal. Prosiding:
menghambat banyak reaksi oksidasi, baik Seminar Nasional UNS. Solo.
secara enzim maupun non enzim. Senyawa Cuppett, S., M. Schrepf and C. Hall III. 1954.
flavonoid dapat bertindak sebagai antioksidan Natural Antioxidant Are They
dan merupakan donor hidrogen. Aktivitas Reality. dalam Foreidoon Shahidi:
antioksidasi yang juga dimiliki oleh Natural Antioxidants, Chemistry,
komponen aktif flavonoid tertentu digunakan

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 905


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Health Effect and Applications, AOCS Winarsi, Heri. 2007. Antioksidan Alami dan
Press, Champaign, Illinois: 12-24 Radikal Bebas: Potensi dan Aplikasinya
Erdman Jr, John W, Douglas Balentine, dalam Kesehatan. Kanisius.Yogyakarta.
Lenore Arab, Gary Beecher, Johanna T. Witt, S., Lalk, M., Hager, C., dan Voigt, B.,
Dwyer, John Folts, James Harnly, Peter 2010, DPPH-Test: Determination of
Hollman, Carl L. Keen, G. Mazza, Scavenger Properties, http : / / www.
Mark Messina, Augustin Scalbert, baltic - analytics. de/ index.
Joseph Vita, Gary, Williamson, php?id=7&L=1.
and Jerrilynn Burrowes. Flavonoids and Yuhernita dan Juniarti. 2011. Analisis
Heart Health: Proceedings of the ILSI Senyawa Metabolit Sekunder Dari
North America Flavonoids Workshop, Ekstrak Metanol Daun Surian Yang
May 31June 1, 2005, Washington, DC. Berpotensi Sebagai Antioksidan.
Dehpour, A.A., Ebrahimzadeh, M.A., Fazel, MAKARA, SAINS, VOL. 15, NO. 1,
N.S., dan Mohammad, N.S. 2009. APRIL 2011: 48-52.
Antioxidant Activity of Methanol
Extract of Ferula Assafoetida and Its
Essential Oil Composition. Grasas
Aceites. 60(4). 405-412.
Katrin, Berna Elya, Ali Mohammad Sodiq.
Aktivitas Antioksidan Dan Fraksi Daun
Cincau Hijau Rambat Cyclea barbata
Miers serta Identifikasi Senyawa dari
Fraksi yang Paling Aktif. Jurnal Bahan
Alam. Vol 8. No.2 Mei 2012.
Kandaswami, C and Middleton, E. 1997.
Flavonoids as antioxidant, In F. Shahidi
(Ed). Natural Antioxidant Chemistry,
Health Effects and Applications.
Champaign Illions : AOCS Press.
Marliana, Eva. 2012. Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Etanol Daun Andong
(Cordyline fruticosa [L] A. Cheval).
Mulawarman Scientific. Volume 11,
Nomor 1, April 2012.
Nihlati A., I.,Abdul Rohman dan Triana
Hertiani. Tanpa tahun. Daya
Antioksidan Ekstrak Etanol Rimpang
Temu Kunci (Boesenbergia Pandurata
(Roxb.) Schlecth) dengan Metode
Penangkapan Radikal DPPH (1,1-
difenil-2-pikrilhidrazil). Fakultas
Farmasi Universitas Gadjah Mad.
Yogyakarta.

906 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

ISOLASIMIKROALGA: LANGKAH AWAL BIOEKSPLORASI MIKROALGA


POTENSIAL

Sitoresmi Prabaningtyas
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang

Abstrak
Mikroalga merupakan salah satu sumber daya hayati di Indonesia yang mempunyai
keanekaragaman sangat tinggi.Masih sedikit species mikroalga di Indonesia yang dimanfaatkan.
Penelitian yang akan dilaksanakan ini bertujuan untuk mendapatkanisolasat mikroalga; sehingga
mikroalga yang terisolasi dapat dibudidayakan dalam skala laboratorium;dan selanjutnya dapat
di uji potensialnya serta dapat di manfaatkan untuk kebutuhan manusia. Penelitian yang telah
dilaksanakan di laboratorium Mikrobiologi, jurusan Biologi FMIPA UM adalah isolasi
mikroalga dari berbagai sumber yang terdapat di Jawa Timur yaitu, rawa Senggreng, waduk
Selorejo dan waduk Lahor di kabupaten Malang; ranu Grati dan muara sungai Gembong di
Pasuruan; tambak tambak ikan di Gresik dan kolam kolam di kota Malang. Penelitian
dilakukan pada bulan Juli sampai Agustus 2014, diawali denganmengisolasi semua isolat
mikroalga yang belum murni dengan menggunakan 3 metode isolasi ( metode sreak plate,
metode tuang dan metode pengenceran berseri) Jumlah isolat yang didapat di catat sebagai data.
Penelitian ini menghasilkan 9 isolat murni dan 17 isolat yang masih belum murni. Kesimpulan
dari penelitian yang telah dilaksanakan bahwa didapatkan 13 genus mikroalga yang terisolasi
yaitu : Chloroccocum, Closterium, Pediastrum, Oedogonium, Chlorella, Scenedesmus,Ulotrich,
Clamydomonas, Euglena, Navicula, Oscillatoria, Anabaena dan Spirulina.

Kata Kunci :isolasi, mikroalga, bioeksplorasi

Pendahuluan laboratorium, uji potensi dan penerapan


Penelitian tentang mikroalga sangat mikroalga potensial. Koleksi bertujuan untuk
penting di lakukan. Hal ini mengingat mendapatkan satu atau beberapa jenis
keanekaragaman mikroalga di Indonesia mikroalga di alam untuk dikultur secara murni
sangat tinggi. Keanekaragaman yang tinggi ini (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995:63). Isolasi
merupakan sumber daya hayati yang tidak merupakan kegiatan memisahkan beberapa
ternilai harganya. Masih banyak sekali spesies spesies mikroalga yang telah dikultur untuk
mikroalga yang belum diteliti potensinya, mendapatkan satu spesies murni mikroalga.
sehingga perlu dilakukan penelitian lebih Kultur mikroalga skala laboratorium adalah
lanjut mengenai mikroalga. Penelitian tentang membiakkan mikroalga dengan volume 10
potensi mikroalga tentu harus di dahului 20 L di laboratorium. Setelah biomassa
dengan penelitian tahapawal yaituisolasi dan mikroalga cukup kemudian dilakukan uji
identifikasi.Penelitian tahap awal ini sudah potensi sehingga didapatkan mikroalga
banyak di lakukan di laboratorium potensial untuk memenuhi kebutuhan
Mikrobiologi, jurusan Biologi, UM. Meskipun manusia.
demikian perlu ditambah lagi memurnikan Potensi mikroalga tidak hanya sebagai
isolate mikroalga yang masih belum murni. bagian dari produsen dalam rantai makanan di
Tahapanuntuk mendapatkan mikroalga dalam ekosistem perairan. Manfaat mikroalga
potensial meliputi koleksi, isolasi, kultur skala sangat banyak dan bervariasi tergantung pada

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 907


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

spesiesnya, diantaranya beberapa mikroalga Beberapa temuan akan di dapatkan dari


dapat digunakan sebagai pakan ikan,kosmetik penelitian ini, yaitu :Isolat mikroalga dari
,agar,toksin, pupuk(Barsanti, 2006). Yenni berbagai sumber di Jawa Timur. Metode
(2010:1) menyebutkan beberapa jenis isolasi yang efektif untuk mengisolasi
mikroalga mengandung karotenoid dalam mikroalga.Nilai penting dari penelitian ini
jumlah tinggi yang bisa diaplikasikan secara adalah : Pencarian sumber sumber daya
luas sebagai pewarna dan antioksidan alami. hayati sangat diperlukan, karena sumber
Kultur Mikroalga sangat penting untuk sumber ini merupakan sumber yang dapat di
mendapatkan biomassamikroalga yang cukup perbaharui. Mikroalga merupakan sumber
untuk uji potensi. Pertumbuhan mikroalga daya hayati yang mempunyai keanekaragaman
sangat erat kaitannya dengan keberadaan tinggi; sehingga penemuan mikroalga yang
nutrisi atau unsur hara. Setiap unsur hara potensial menjadi sangat penting untuk
memiliki fungsi-fungsi khusus yang tercermin menunjang pembangunan negeri ini. Langkah
pada pertumbuhan dan kepadatan mikroalga awal untuk mendapatkan mikroalga potensial
yang dicapai. Unsur hara makro berperan adalah dengan mengisolasi mikroalga
dalam sistem enzim, proses oksidasi dan tersebut,sehingga perlu diteliti metode isolasi
reduksi dalam metabolisme mikroalga dan yang paling efektif untuk mengisolasi
memproduksi klorofil. Unsur hara mikro mikroalga yang ditemukan.
dibutuhkan untuk menjalankan berbagai
fungsi dalam pertumbuhan mikroalga Metode Penelitian
(Reynold 1990 dalam IPB, 2010:6). Setelah Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
dapat dikultur skala lab maka dapat eksploratif, di lakukan melalui dua tahap
digunakanuntuk uji potensi sehingga dapat yaitu: pemilihan isolat mikroalga yang belum
diketahui spesiesmikroalga yang berpotensi murni di laboratorium dan isolasi mikroalga
dan bisa diterapkan untuk memenuhi dengan berbagai metode.
kebutuhan manusia. Studi Pendahuluan dan Penelitian Tahap
Penelitian yang telah dilaksanakan di Awal
laboratorium Biologi FMIPA UM adalah Beberapa penelitian tentang identifikasi
isolasi mikroalga dari berbagai sumber yang dan isolasi mikroalga telah dilaksanakan.
terdapat di Jawa Timur yaitu, rawa Senggreng, Hasilnya berupa isolat murni dan tidak murni.
waduk Selorejo dan waduk Lahor di Pada tahap awal ini seluruh isolat yang ada di
kabupaten Malang; ranu Grati dan muara laboratorium diamati kembali untuk
sungai Gembong di Pasuruan; tambak menentukan isolat yang belum murni.
tambak ikan di Gresik dan kolam kolam di Isolasi
kota Malang. Penelitian ini menghasilkan 9 Isolasi dilakukan denganmetode tuang ,
isolat murni dan 17 isolat yang masih belum metode pengenceran berseri dan metode streak
murni. Banyaknya isolat yang belum murni ini plate. Masing masing metode diulang 3 kali
mendorong peneliti untuk dilakukan untuk tiap isolat yang belum murni.
pemurnian terhadap isolasat mikroalga 1. Metode Tuang
tersebut. Metode isolasi yang digunakan Sampel mikroalga di tuang ke cawan petri
adalah metode tuang, metode streakplate dan sebanyak 0,1 mL . Setelah 2 minggu di amati.
metode pengenceran berseri. Diharapkan Diambil dengan jarum inokulasi, diamati di
dengan penelitian ini akan diperoleh isolat bawah mikroskop. Koloni yang terisolasi di
mikroalga sehingga semakin banyak koleksi pindah ke media miring di tabung reaksi.
isolat mikroalga di lab. Mikrobiologi. 2. Metode pengenceran berseri

908 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

Metode isolasi ini digunakan bila jumlah


jenis organisme yang terkumpul sangat
banyak dan ada salah satu spesies yang Identifikasi
dominan. Cara ini dilakukan dengan Hasil isolasi mikroalga (tahap b)
memindahkan beberapa sampel ke dalam kemudian di amati dengan mikroskop dan di
beberapa dengan menggunakan tabung reaksi cocokkan dengan buku /Literatur mengenai
tabung reaksi dengan komposisi hara, kondisi klasifikasi mikroalga air tawar, seperti buku
suhu dan cahaya yang cocok untuk The Freshwater Algae of The United States
pertumbuhan mikroalga yang akan diisolasi. karangan Gilbert M. Smith tahun 1950, buku
Biasanyaspesies yang dominan pada sampel How To Know The Freshwater Algae
tersebut akan terisolasi. Jika belum terisolasi karangan G.W. Prescott (tahun 1978) dan
maka diulang kembali. buku Freshwater Algae Identification and Use
3. Metode streak plate atau isolasi goresan as Bioindicators karangan Edward G.
Metode ini sangat baik digunakan untuk Bellinger & David C. Sigee (2010).
mengisolasi mikroalga sel tunggalseperti AnalisisData
Chlorella. Metode ini menggunakan media Data yang diperoleh di analisa secara
lempeng agar dan tabung miring. Agar miring diskriptif untuk memperoleh hasil
pada tabung digunakan untuk menyimpan berupaisolati mikroalga.
isolat. Langkah isolasi dengan metode ini
adalah sebagai berikut : mikroalga dari alam Hasil dan Pembahasan
diambil menggunakan jarum ose kemudian 1.Metode Streak Plate
distreakdengan arah goresan zig-zag pada Isolasi mikroalga dengan metode
permukaan medium agar plate. Hasilnya di inidilakukan dengan cara mengambil biakan
amati setelah 2 minggu. Koloni yang menggunakan jarum inokulasi berkolong,
terbentuk diisolasi dengan menggoreskan pada kemudian digoreskan di medium Walne padat
medium miring. Kemudian setelah 2 minggu di cawan petri. Hasil pengamatan
diamati kembali menunjukkan 1 cawantumbuh.mikroalga.

Gambar 1.Hasil pengamatan mikroalga dengan mikroskop yang di ambil dari salah satu
cawan dengan metode streak plate

Setelah di amati dengan mikroskop menunjuk-kan bahwamikroalga tersebut masih


terlihatmikroalga yang berwarna hijau,ini hidup dan perlu di isolasi lebih lanjut.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 909


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

2.MetodePengenceran Berseri 10 -2terjadi pertumbuhan mikroalga seperti


Hasil pengamatan setelah dilakukan tampak pada Gambar 2
isolasi mikroalga dengan metode ini,
menunjukkanbahwa pada pengenceran 10 1dan

Gambar 2.Padatingkat pengenceran 10 -1 tampak pertumbuhan mikroalga di dasar


tabung.Pengamatan dilakukan setelahsetelah 2 minggu penanaman.

Adapun hasil pengamatan mikroskop dalamnya, seperti tampak pada Gambar 3


menunjukkan isolate masih belum murni, berikut ini.
karena masih terdapat beberapa spesies di

ab
Gambar 3. Pengamatan dengan mikroskop hasil isolasi dengan metode pengenceranberseri dengan
tingkat pengenceran 10 -1 (a) dan tingkapengenceran 10 -2 (b)

3.Metode Tuang sebanyak 5mL.Pengamatan berikutnya


Setelah 2 minggu penanaman, hasil menunjukkan tumbuh koloni mikroalga, tetapi
pengamatanmenunjukkan mikroalga yang di setelah diamati dibawah mikroskop, tampak
tuang ke cawan petri sebanyak 0,1 mL sampel warna mikroalga menjadi kecoklatan,
tidak tumbuh. Kemudian volume sampel yang menandakan mikroalga tersebut mati.Hal ini
dituang ke cawan petri ditambah yaitu dapat dilihat pada Gambar 4.4.berikut ini :

910 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

Tuang Spyrogira
ab
Gambar4. (a) mikroalga yang dituang di medium padat, (b) mikroalga dari cawan pada
gambar a, di amati dengan mikroskop, tampak mikroalga berwarna coklat.

Spesies Mikroalga yang berhasil di isolasi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.Mikroalga yang Berhasil Di isolasi


No Divisi Famili Genus
1 Chlorophyta Chlorococcaceae Chloroccocum
Desmidiaceae Closterium
Hydrodictyaceae Pediastrum
Oedogoniaceae Oedogonium
Oocystaceae Chlorella
Scenedesmaceae Scenedesmus
Clamydomonadaceae Clamydomonas
Ulotrichaceae Ulotrich
2 Euglenophyta Euglenophyceae Euglena
3 Chrysophyta Naviculaceae Navicula
4 Chyanophyta Oscillatoriaceae Oscillatoria
Anabaena
Spirullina

Metode streak plate. ada spesies yang dominan maka langkah


Dilihat dari mikroalga yang tumbuh, berikutnya adalah di isolasi ke medium miring
maka metode ini kurang efisien karena hanya di tabung reaksi. Metode ini membutuhkan
ada satu cawan yang tumbuh. Namun medium lempeng(dicawan petri) dan medium
demikian jika dilihat dari tingkat kemurnian miring (di tabung reaksi). Jika dibandingkan
isolate maka metode ini lebih efektif dan dengan medium cair, maka medium padat ini
efisien, karena ada spesies yang dominan lebih cepat kering, sehingga dalam waktu 2
terlihat dari hasil streak plate yang di amati minggu hasil streak plate harus segera di
dengan mikroskop. Adapun jika ditinjau dari pindah ke medium miring yang lebih tahan
waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan lamaatau medium cair yang paling tahan
isolat mikroalga, metode ini membutuhkan terhadap kekeringan.Mikroalga yang berhasil
waktu yang relatife lebih singkat di isolasi dengan metode ini adalah mikroalga
dibandingkan dengan metode yang lain. Hal dari genus Chloroccocum, Closterium,
ini karena pengamatan dilakukan setelah 2 Pediastrum, Oedogonium, Chlorella,
minggu.Jika hasil pengamatan ternyata sudah

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 911


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

Scenedesmus,Ulotrich, Clamydomonas, padat.Mikroalga yang berhasil di isolasi


Euglena dan Navicula. dengan metode ini adalah mikroalga dari
Metode Pengenceran Berseri. genus Chloroccocum dan Navicula.
Hasil pengamatan dengan metode ini Metode Tuang.
menunjukkan setelah 2 minggu penanaman Perlakuan dengan metode ini
mikroalga tumbuh padatingkat pengenceran menunjukkan tidak ada mikroalga yang
10 -1 dan 10 -2, sedangkantingkat pengenceran tumbuh. Setelah volume sampel ditambah
10 -3, 10 -4 dan 10 -5 tidak tampak adanya terlihat mikroalga tumbuh, Tetapi pada waktu
pertumbuhan mikroalga. Pada hasil di amati (2 minggu setelah penanaman)
pengamatan terlihat pada tingkat pengenceran mikroalga mulai menguningJika dilihat dari
10 -1 (Gambar 4.3, a) masih terlihat mikroalga kemurnian, metode ini lebih cepat
dari beberapa genus, yaitu : Chlorella, menghasilkan isolate murni, karena mikroalga
Scenedesmus, Chlorococcum , Navicula, dan yang tumbuh di medium tersebar merata, dan
Fragillaria. Sedangkan pada tingkat untuk langkah selanjutnya tinggal di pindah ke
pengenceran 10 -2 terlihat jumlah macam medium miring di tabung reaksi. Media yang
spesies lebih sedikit, yaitu : Fragilaria , digunakan adalah media lempeng dalam
Chlorococcum dan Navicula. Jika pengamatan cawan, dan jika sudah tumbuh dipindah ke
di lakukan pada waktu yang lebih lama lagi medium miring dalam tabung
maka tidak menutup kemungkinan bahwa reaksi.Dibandingkan media yang digunakan
tingkat pengenceran 10 -3, 10 -4 dan 10 -5 akan untuk pengenceran berseri,metode ini
terlihatpertumbuhan mikroalga dengan jumlah memerlukan lebih banyak bahan karena harus
macam spesies yang lebih sedikit. Karena menggunakan agar.Mikroalga yang berhasil di
masih terdapat beberapa spesies maka perlu isolasi dengan metode ini adalah mikroalga
dilakukan pengenceran lebih lanjut, hingga di dari genus Oscillatoria, Anabaena dan
dapatkan 1 macam spesies dalam tabung Spirulina.
pengenceran. Metode ini membutuhkan waktu Hasil penelitian menunjukan kekurangan
yang lebih lama untuk mendapatkan isolate metode mempunyai kelebihan masing-
mikroalga yang murni. Sedangkan ditinjau masing.Sehingga untuk melakukan isolasi
dari media yang dibutuhkan metode ini perlu di tentukan metode isolasi yang paling
menbutuhkan media cair yang relative lebih tepat.
tahan lama di bandingkan media

kultur
Isolat
(a) (b)
Gambar 5.Isolat dan Kultur Mikroalga. Keterangan: (a) Isolat mikroalga,
(b)kultur mikroalga di erlemeyer

912 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

Simpulan Prabaningtyas, Suarsini,Saptasari, 2009,


Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan Identifikasi Mikroalga dari Malang
genus mikroalga yang terisolasi adalah : sebagai Langkah Awal Pembuatan
Chloroccocum, Closterium, Pediastrum, Biodiesel,Malang: Lemlit
Oedogonium, Chlorella, Scenedesmus, Prabaningtyas, Suarsini, Prasetyo,
Ulotrich, Clamydomonas, Euglena, Navicula, 2002,Identifikasi dan Isolasi
Oscillatoria, Anabaena dan Spirulina. Mikroalga dari Rawa Senggreng
Kabupaten Malang, Malang : Lemlit
Daftar Rujukan Prescott, G.W. 1978. How To Know The
Barsanti, Laura & Gualtieri, Paolo. 2006. Freshwater Algae. United States of
Algae (Anatomy, Biochemistry, and America: Wm.C. Brown Publisers.
Biotechnology). New York: CRC Round. 1965. The Biology of The Algae.
Press London: Edward Arnold.
Bellinger, Edward G. & Sigee, David C. Saptasari, Murni; Martono, Achmad.1999.
2010.Freshwater Algae Petunjuk Praktikum Botani
Identification and Use as Tumbuhan Rendah I (Ganggang).
Bioindicators. USA: Wiley- Jurusan Biologi, Universitas Negeri
Blackwell. Malang: Malang
Bold, Harold C. & Claire II, John W. Saptasari, Murni; Prasetyo, Triastono I. &
1987.The Plant Kingdom 5th Susriyati. 2007. Buku Ajar Botani
Edition. New Jersey: Prentice-Hall, Tumbuhan Bertalus Alga. Malang:
Inc. FMIPA UM.
Fauzia, nanda. 2011. Manfaat Mikroalga. Smith. R. L. 1950. Fresh-Water Algae of The
(Online), United States. Second Edition. New
(http://www.scribd.com/doc/498213 York: Mc-GRAW Hill Book
56/MANFAAT-MIKROALGA, Company Inc
diakses pada tanggal 10 Maret Suarsini, Prabaningtyas, Saptasari,2009,
2011) Pemanfaatan Ultrasonik untuk
Femi.2011. Pemanfaatan Karbondioksida Peningkatan Efisiensi Minyak dari
(CO2) untuk Kultivasi Mikroalga Mikroalga, Malang: Lemlit ,UM
Nannochloropsis sp. sebagai Bahan Sulasmi, Saptasari, Prabaningtyas, 2006,
Baku Biofuel. (Online), Identifikasi dan Isolasi Mikroalga
(http://repository.ipb.ac.id/bitstream sebagai Pakan Ikan Alami dari
/handle/123456789/47148/C11fzu.p Tambak Muara Sungai Gembong
df?sequence=1, diakses pada Pasuruan Jawa Timur, Malang:
tanggal 25 Juli 2011) Lemlit, UM
IPB.2010. Peran Substrat Zeolit dalam Suwono, Hadi. 2010. Dasar-Dasar
Mendukung Kelimpahan Limnologi. Surabaya: Putra Media
Mikroalga.Online,(www.repository.i Nusantara
pb.ac.id/bitstream/handle/Bab%202 Wetzel, Robert. G. 1983. Limnology.Second
%202010dar1.pdf?3,diakses pada Edition. America: United States of
tanggal 4 Juni 2011) America
Isnansetyo, A dan Kurniastuty. 1995. Teknik Wulandari, Dewi. 2009. Keterikatan antara
Kultur Mikroalga dan Zooplankton. Kelimpahan Fitoplankton dengan
Yogyakarta: Kanisius Parameter Fisika Kimia di Estuari

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 913


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

Sungai Brantas (Porong), Jawa (http://www.kendarinews.com/beta/i


timur. Skripsi tidak diterbitkan. ndex2.php?option=com_content&do
Bogor: Institut Pertanian Bogor _pdf=&id=13183, diakses pada
Yenni. 2010. Prospek Pengembangan tanggal 25 Juli 2011)
Mikroalga. (Online),

914 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

PENGARUH SEKAM PADI, KOMPOS DAN PUPUK KANDANG SAPI


TERHADAP BEBERAPA SIFAT KIMIA, FISIKA, DAN BIOLOGI ENDAPAN
LUMPUR SIDOARJO

Slamet Santosa
Laboratorium Lingkungan dan Kelautan, Jurusan Biologi, Fmipa, Universitas Hasanuddin
Jl. Sunu, Komplek Unhas Baraya blok KX.8, Makassar 90214
Email: slametsantosa62@gmail.com

Abstrak
Endapan lumpur Sidoarjo terbentuk dari lumpur yang keluar dari bekas pengeboran minyak
PT. Lapindo Brantas. Endapan lumpur Sidoarjo mengandung unsur hara, liat yangtinggi dan
beberapa populasi mikroba. Sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi diketahui dapat
meningkatkan hara, memperbaiki porositas dan menambah keragaman mikroba. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi terhadap
beberapa sifat kimia, fisika dan biologi endapan lumpur Sidoarjo. Endapan lumpur diambil di
desa Siring, kecamatan Porong, kabupaten Sidoarjo, lalu dikeringkan, dihancurkan (tumbuk)
dan disaring dengan saringan ukuran 2 mm. Endapan lumpur halus dicampur sekam padi,
kompos dan pupuk kandang sapi, dan diinkubasikan selama 5 minggu. Selanjutnya campuran
tersebut dianalisis kandungan bahan organic; C organic; N, P dan K; bobot isi dan jenis;
porositas; agregat dan total mikroba. Hasil analisis kimiamenunjukkan bahwa penambahan
sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi pada endapan lumpur menyebabkankandungan
bahan organik meningkat dari 1,63% menjadi antara 2,67-15,87%; C organic meningkat dari
0,94% menjadi 1,54-9,53%; N total meningkat dari 0,12% menjadi 0,17-0,46%;P Bray
1meningkat dari 4,86 mgkg-1menjadi 32,50-98,18 mgkg-1,; K meningkat dari 0,09 me/100g
menjadi 1,02-2,39 me/100g. Hasil analisis fisik menunjukkan penurunanbobot isi dari 1,07
gcm-3menjadi antara 0,34-1,03 gcm-3; penurunan bobot jenis dari 2,49gcm-3 menjadi 0,77-2,43
gcm-3; peningkatan porositas dari 57,24% menjadi 57,54-71,44%; peningkatan agregat dari 0,09
mm menjadi 0,21-1,37 mm. Hasil analisis mikrobiologi pada endapan lumpur Sidoarjo
ditemukan total bakteri 5,1x104 CFU/g dan total jamur 1,0x102 propagul/g; sekam padi total
bakteri 1,56x106 CFU/g dan total jamur 3,15x104 propagul/g; kompos total bakteri
2,53x106CFU/g dan total jamur 7,95x104 propagul/g ; pupuk kandang sapi total bakteri
5,85x104 CFU/g dan total jamur 5,3x106 propagul/g. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
penambahan sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi dapat meningkatkan hara,
memperbaiki sifat fisik dan menambah keragaman mikroba endapan lumpur Sidoarjo..

Kata kunci : Sifat Kimia, Fisika dan Biologi, Endapan lumpur Sidoarjo

Pendahuluan dan Tanggul angin,kabupaten Sidoarjo. Saat


Lumpur Sidoarjo merupakan bencana ini semburan lumpur sudah berkurang dengan
nasional yang terjadi pada tahun 2006 dengan volume semakin kecil dan lumpur dialirkan ke
volume awal semburan mencapai 120.000 sungai Porong namun sebagian mengendap di
m3/hari. Semburan lumpur tersebut penampungan membentuk hamparan endapan
menenggelamkan sarana dan prasarana yang yang semakin banyak dan meluas. Volume
ada pada8 desa,di kecamatan Porong, Besuki endapan lumpur yang terbentuk di

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 915


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

penampungan mencapai ketinggian lebih dari tersebut sangat penting yang dapat
10 m. Endapan lumpurjuga merupakan menyebabkan akar bibit tanaman akanmudah
sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan tumbuh dan berkembang lebih baik. Sutedjo
untuk kebutuhan manusia. Hasil analisis kimia dan Kartasaputra, (2005), bahan organik
dan fisik diketahui mempunyai kapasitas tukar bertindak sebagai perekat antara zarah mineral
kation (KTK) 42,58 me/100g dan pratama. Bahan organik meningkatkan
mengandung liat 62%,termasuk kategori kemantapan agregat. Djayadi, dkk. (2010),
tinggi. Hanafiah (2007),menyatakan bahwa penambahan bahan organik dapat
KTK tanah tinggi merupakan indikator pada meningkatkan porositas tanah, yang
kemampuan tanah dalam menahan kation dan diindikasikan dengan meningkatnya proporsi
mempertukarkan kation-kation termasuk makroagregat tanah. Menurut Karama dalam
kation pada tumbuhan. Kapasitas tukar kation Wigati dkk. (2006), bahwa bagian serat dari
merupakan indikator penting untuk kesuburan bahan organik meningkatkan pembentukan
tanah. Syukur dan Indah (2006), tanah dengan agregat dan granulasi tanah. Perbaikan
fraksi lempung tinggi (55%) menyebabkan agregasi tanah akan memperbaiki
tanah mempunyai daya menahan air tinggi. permeabilitas dan peredaran udara tanah
Sekam padi, kompos dan pupuk kandang lempungan. Granulasi butir-butir tanah
sapi merupakan bahan organik yang memperbaiki daya pegang hara dan air tanah.
jumlahnya berlimpah dan diketahui dapat Berdasarkan kajian bahan organik tersebut
memperbaiki sifat-sifat tanah. Gusmailina dan maka dilakukan penelitian ini dengan tujuan
Komarayati (2003), menyatakan bahwa sekam yaitu mengetahui pengaruh sekam padi,
padi dapat memperbaiki struktur dan tekstur kompos dan pupuk kandang sapi terhadap
tanah. Penggunaan sekam padi mengurangi beberapa sifat kimia, fisika dan biologi
pemadatan tanah karena semakin banyak pori- endapan lumpur Sidoarjo.
pori. Struktur fisik tanah yang baik dapat
merangsang akar tumbuh lebih baik sehingga Metode Penelitian
tingkat pengambilan hara semakin tinggi Penelitian dilakukan di Laboratorium
sesuai kebutuhan tanaman. Wahyono (2010), Kimia dan Fisika Tanah, Jurusan Tanah,
kompos dapat menambah kesuburan tanah dan Fakultas Pertanian dan Laboratorium
merangsang pertumbuhan akar yang sehat Mikrobiologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
serta menjadikan struktur tanah lebih baik Pengetahuan Alam, Universitas Brawijaya,
dengan meningkatkan kadar bahan organik Malang. Penelitian inidilaksanakanpada bulan
tanah. Penggunaan kompos di tanah berpasir Maret sampai Agustus 2012. Bahan penelitian
dapat meningkatkan ketersediaan air untuk yang digunakan yaitu endapan lumpur
tanaman. Sedangkan pada tanah berlempung Sidoarjo, sekam padi, kompos, pupuk
bisa meningkatkan permeabilitas air dan udara kandang sapi, dan zat kimia yaitu selen, asam
serta meningkatkan penyerapan air sehingga sulfat, tartrat, na-fenat, natrium klorida,
mengurangi pergerakan aliran air di pengektrak, kalium kromat dan sebagainya.
permukaan tanah. Hasil penelitian Syukur Sedangkan alat penelitian yaitu shaker, tabung
(2005), penggunaan pupuk kandang sapi 20 reaksi, labu ukur, tabung kuningan, pressure
tonha-1 dapat memperbaiki kualitas atau mutu plate/sand box, oven, gelas piala,
tanah dengan meningkatkan kapasitas spektrofotometer, satu set ayakan, polybag,
menahan air. kantong plastik, sendok tanah, timbangan,
Putri (2008), bahan organik mempunyai timbangan digital, saringan 2 mm, gembor,
sifat remah yaitu udara, air dan akar tumbuhan alat tulis dan seperangkat komputer dengan
lebih mudah masuk kedalam fraksi. Sifat software SPSS versi 12,0 untuk analisis data.

916 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

Endapan lumpur Sidoarjo kering diambil Range Test = DMRT) pada taraf signifikasi
ditepi (2 m) dari tanggul penampungan 95%
lumpur,didesa Siring, kecamatan Porong,
kabupaten Sidoarjo. Endapan lumpur tersebut Hasil dan Pembahasan
dihancurkan (tumbuk), lalu disaring dengan Hasil analisis sifat endapan lumpur
saringan berukuran diameter 2 mm. Endapan Sidoarjo, sekam padi, kompos dan pupuk
lumpur halus dengan kadar air 11% dicampur kandang sapi disajikan pada Tabel 1. Hasil
sekam padi dengan kadar air 4%, kompos analisis kimia endapan lumpur Sidoarjo
kadar air 6% dan pupuk kandang sapi kadar menunjukkan bahwa ketersediaan hara N, P
air 6%, yang masing-masing bahan dan K sangat rendah tetapi mempunyaiKTK
berbanding sebagai berikut. tinggi. Ketersediaan hara N, P dan K sangat
1. Endapan lumpur Sidoarjo 20%, sekam rendah disebabkan diantaranya kandungan
padi 40%, kompos 20%, dan pupuk bahan organik endapan lumpur Sidoarjo hanya
kandang sapi 20% (M1) 1,63%, termasuk kategori rendah. Bahan
2. Endapan lumpur Sidoarjo 50%, sekam organic yangrendah karena endapan tersebut
padi 20%, kompos 10%, dan pupuk berasal dari lumpur yang keluar pada
kandang sapi 20% (M2) kedalaman yang sangat dalam. Wiguna, dkk.
3. Endapan lumpur Sidoarjo 50%, sekam (2009), endapan lumpur Sidoarjo keluar dari
padi 20%, kompos 20%, dan pupuk kedalaman 100 m. Menurut Prasetyo (2007),
kandang sapi 10% (M3) semakin kedalam tanah semakin menurun
4. Endapan lumpur Sidoarjo 50%, sekam kandungan bahan organik. Bahan organik
padi 40% dan kompos 10% (M4) dalam tanah merupakan salah satu sumber
5. Endapan lumpur Sidoarjo 50%, sekam hara. Madjid (2007), bahan organik dapat
padi 40% dan pupuk kandang sapi 10% menyebabkan sifat kimia tanah berubah
(M5) melalui proses dekomposisi oleh mikroba.
6. Endapan lumpur Sidoarjo 80%, kompos Dekomposisi bahan organik akan melepaskan
10% dan pupuk k andang sapi 10% (M6) unsur hara kedalam larutan tanah dan juga
7. Endapan lumpur Sidoarjo 80% dan sekam menjadikan bahan organik ke bentuk lebih
padi 20% (M7) sederhana dan bersifat koloid. Keadaan ini
8. Endapan lumpur Sidoarjo 80% dan menyebabkan peningkatan kemampuan
kompos 20% (M8) absorbsi tanah dan berhubungan juga dengan
9. Endapan lumpur Sidoarjo 80% dan pupuk KTK tanah karena bertambahnya luas
kandang sapi 20% (M9) permukaan partikel tanah. Hal tersebut
10. Endapan lumpur Sidoarjo 100% ( M10) menyebabkan tanah mempunyai kemampuan
Parameter penelitian yang diamati yaitu menyimpan hara yang semakin baik,
kandungan bahan organic; C organic; kadar N, mengurangi penguapan hara nitrogen, maupun
P, K; bobot jenis dan isi; porositas; agregat pencucian hara-hara kation lain. Pada akhirnya
dan total mikroba. Untuk mengetahui faktor menyebabkan peningkatan kapasitas tanah
yang nyata dilakukan analisis sidikragam untuk melepas hara kation bagi kebutuhan
(ANOVA) pada taraf signifikasi 95%.Untuk pertumbuhan tanaman, baik melalui
mengetahui dosis yang nyata dilakukanuji mekanisme pertukaran secara langsung
jarak berganda Duncan (Duncan Multiple maupun mekanisme pasif yaitu proses difusi.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 917


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

Tabel 1. Sifat endapan lumpur Sidoarjo, sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi

No Parameter Endapan lumpur Sekam Kompos Pupuk kandang sapi


______________
Nilai Harkat
_______________________________________________________________________
1. pH (H2O) 7,0 6,8 7,7 7,8
2. Bahan organic (%) 1,63 40,89 17,69 2,74
3. C organik (%) 0,94 23,63 10,22 1,58
4. N total (%) 0,12 SR* 0,62 0,93 0,40
5. P Bray 1 (mgkg-1)4,86 SR*
6. Ktersedia (me/100g) 0,09 SR*
7. KTK (me/100g) 42,58 Tinggi*
8. C/N 8,0 38 11 4
9. P total (%) 0,01 0,16 0,14
10. K Total (%) 0,35 0,45 0,25
11. Pasir (%) 3
12. Debu (%) 35
13. Liat (%) 62
14. Tekstur Liat
15. Bobot Isi (gcm-3) 1,07
16. Bobot Jenis (gcm-3) 2,49
17. Porositas (%) 57,26
_______________________________________________________________________
SR = sangat rendah ; * = pengharkatan menurut Balai Penelitian Tanah (2005).

Penambahan sekam padi, kompos dan Warsiti .(2009), menyatakan bahwa


pupuk kandang sapi pada endapan lumpur penambahan bahan organik meningkatkan
Sidoarjo meningkatkan kandungan bahan kandungan bahan organik tanah sehingga
organik, C organik dan hara N,P dan K. Bahan mengakibatkan mengecilnya erodibilitas
organik yang ditambahkan kedalam tanah tanah.Syukur dan Indah (2006), penambahan
akan terdekomposisi menghasilkan senyawa bahan organik kedalam tanah, baik itu berupa
organik yang terurai menjadi mineral dan kompos maupun pupuk kandang
terakumulasi dalam larutan tanah. Bahan mengakibatkan peningkatan C organik tanah.
organik mempunyai kandungan hara rendah, Semakin banyak bahan organik yang
agar efektif penggunaannya harus ditambahkan kedalam tanah semakin banyak
ditambahkan dalam jumlah banyak. Hasil pula C organik yang dilepaskan kedalam
analisis kimia menunjukkan bahwa tanah. Nursyamsi dkk. (1995),pemberian
penambahan sekam padi, kompos dan pupuk bahan organik berupa pupuk kandang 10
kandang sapi 50% (M1,M2,M3,M4 dan M5) tonha-1dan pupuk hijau 5 tonha-1
pada endapan lumpur menyebabkan meningkatkan kandungan C dan N organik
peningkatan kandungan bahan organik, C serta KTK tanah. Menurut Brady (1990)
organik dan hara N,P dan K relatif lebih tinggi dalam Syukur dan Harsono (2008), kotoran
dibandingkan 50% (M6, M7, M8, M9 dan sapi yang diberikan kedalam tanah mengalami
M10 (Tabel 2). dekomposisi yang berakhir dengan
mineralisasi dan terbentuknya bahan yang

918 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

relatif resisten yaitu humus. Humus yang jumlah humus juga berarti meningkatkan
tersusun dari selulosa, lignin dan protein Corganik tanah. Peningkatan Corganik dalam
mempunyai kandungan Corganik umumnya tanah juga meningkatkan bahan organik tanah.
sebesar 58% sehingga dapat dipahami bahwa
pemberian kotoran sapi akan meningkatkan

Tabel 2. Sifat kimia endapan lumpur Sidoarjo setelah ditambah sekam padi, kompos dan
pupuk kandang sapi
________________________________________________________________________
Parameter
Perlakuan______________________________________________________________
__
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10*
________________________________________________________________________
Bahan Organik (%) 15,87 12,39 12,70 16,49 13,99 8,04 14,12 2,67 3,35 1,63
C. Organik (%) 9,17 7,16 7,34 9,53 8,09 4,65 8,16 1,54 1,93 0,94
N Total (%) 0,46 0,34 0,38 0,43 0,29 0,23 0,35 0,17 0,19 0,12
P Bray 1 (mgkg-1) 65,00 52,56 43,81 81,44 32,50 98,18 55,80 59,68 35,72 4,86
K (me/100g) 1,33 2,39 2,54 1,78 1,02 1,84 1,26 1,69 1,71 0,09

* Hanya endapan lumpur Sidoarjo

Hasil analisis fisik juga menunjukkan memperbaiki ketersediaan unsur hara. Hal ini
bahwa M1 menyebabkan penurunan bobot isi karena agregasi tanah yang baik akan
(BI) dan jenis (BJ) relatif lebih tinggi. menjamin tata udara dan air tanah yang baik
Perlakuan bahan organik menurunkan BI dan pula, sehingga aktivitas mikroorganisme dapat
BJ (Gambar 1) danmeningkatkan porositas berlangsung dengan baik dan meningkatkan
dan agregat (Gambar 2).Hasil ini sesuai ketersediaan unsur hara. Djajadi et al., (2010),
dengan penelitian Sunantara et.al., (2005) penambahan bahan organik dapat
bahwa penambahan pupuk kandang, sekam meningkatkan porositas tanah, yang
maupun serbuk gergaji dapat menurunkan diindikasikan dengan meningkatnya proporsi
bobot jenis isi dan bobot jenis partikel, tetapi makroagregat tanah.
meningkatkan porositas, air tersedia, pori Hasil analisis mikroba pada campuran
draenase cepat dan lambat. Menurut Soetedjo endapan lumpur Sidoarjo dengan bahan
dan Kartasaputra (2005), bahan organik organik sekam padi, kompos dan pupuk
bertindak sebagai perekat antara zarah mineral kandang sapi ditemukan bakteri dan jamur.
pratama. Bahan organik meningkatkan Pada sekam padi ditemukan bakteri dengan
kemantapan agregat.Agregat yang mantap total 1,56x106 CFU/g. Bakteri tersebut
dengan ruang pori yang cukup akan menjamin dikelompokkan menjadi 3 isolat dengan
penyebaran udara dan air dalam tubuh tanah morfologi koloni yaitu isolat A: rhizoid,
secara optimal, keadaan yang sangat lobate, transparan, krem dan flat; isolat B:
diperlukan bagi pertumbuhan dan curied,undulate, tidak tembus cahaya, putih
perkembangan tanaman. Syukur (2005), dan flat; dan isolat C: curied, undulate, tidak
agregasi tanah yang baik secara tidak langsung tembus cahaya, putih, umbonate

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 919


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

Bobot isi (gcm-3) Bobot jenis (gcm-3)

2.53 2.37 2.43 2.49


2.19
1.72
1.31 1.03 1.07
0.96 0.97 0.77 0.96 0.97
0.4 0.58 0.48 0.35 0.34 0.62

M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10

Gambar 1. Pengaruh sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi terhadap
bobot isi dan jenis endapan lumpur Sidoarjo

Porositas (%) Kemantapan Agregat (mm)

66 63.26 63.98 61.86 71.44


58.89 55 58.98 57.54 57.24

0.51 0.41 0.51 0.94 0.59 0.24 0.68 1.37 0.21 0.09
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10

Gambar 2. Pengaruh sekam padi, kompos dan pupuk kandang sapi terhadap porositas
Dan kemantapan agregat endapan lumpur Sidoarjo

Selain bakteri, pada sekam padi juga propagul/g. Menurut Tian et al. 1997dalam
ditemukan 2 isolat jamur yaitu Penicillium sp Atmojo, 2003), bahan organik merupakan
dan Rhizopus sp. dengan total 3.15x104 sumber energi bagi makro dan mikro-fauna
propagul/g. Pada kompos diperoleh total tanah. Penambahan bahan organik dalam
bakteri2,53x106 CFU/g dengan 3 isolat dengan tanah akan menyebabkan aktivitas dan
morfologi koloni yaitu isolat A :circulair, populasi mikroba dalam tanah meningkat,
tidak tembus cahaya, putih kehijauan, terutama yang berkaitan dengan aktivitas
cembung; isolat B: irregulair, bergerigi, dekomposisi dan mineralisasi bahan organik.
transparan, krem, flat; dan isolat C: circulair, Beberapa mikroorganisme yang beperan
entire, transparan, putih. Pada kompos dalam dekomposisi bahan organik adalah
ditemukan 2 isolat jamur yaitu Aspergillus sp fungi, bakteri dan aktinomisetes. Sugiarto
dan Aspergilus niger , dengan total jamur (2000), bahwa kelimpahan dan
7,95x104 propagul/g. Pupuk kandang sapi keanekaragaman mikroba dan fauna tanah
ditemukan total bakteri 5,85x104 CFU/g pada media tumbuh kacang hijau cenderung
dengan 3 isolat dengan morfologi koloni yaitu meningkat oleh adanya aplikasi bahan
isolat A: circulair, entire, transparan, putih; organik.
isolat B: circulair, entire, tidak tembus cahaya,
putih susu, flat; dan isolat C: circulair, entire, Simpulan
Berdasarkan hasil analisis kimia, fisika
transparan, putih, cembung. Pupuk kandang
dan biologi penelitian ini menyimpulkan
sapi juga ditemukan 1 isolat jamur yaitu
bahwapenambahan sekam padi, kompos dan
Aspergillus niger, dengan total 5,3x106

920 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

pupuk kandang sapi pada endapan lumpur Ilmu Tanah dan Lingkungan, Vol. 7(1),h :
Sidoarjo berpengaruh nyata terhadap 8-12
peningkatan bahan organik tanah, C organik, Sugiarto. 2000. Aplikasi Bahan Organik
hara N, P dan K; penurunan bobot isi dan Tanaman Terhadap Komunitas Fauna
jenis; peningkatan porositas dan agregat serta Tanah dan Pertumbuhan Kacang Hijau
keragaman mikroorganisme. Perlakuan M1 (Vignaradiate) Jurnal Biodiversitas, Vol.1
memberikan pengaruh yang terbaik (1), h: 25-29
dibandingkan perlakuan lainnya.. Sunantara, M., I.B. Aribawa dan I.K. Kariada.
2005. Pengaruh Berbagai Media Tumbuh
Daftar Pustaka Terhadap Pertumbuhan Bibit Jeruk Bali
Djajadi, Bambang Helianto dan Nurul (Citrusmaxima Merr). BPPT. Bali
Hidayah. 2010. Pengaruh Media Tanam Sutedjo, M.M dan A.G. Kartasapoetra. 2005.
dan Frekuensi Pemberian Air Terhadap Pengantar Ilmu Tanah. Rinneke Cipta.
Sifat Fisik, Kimia dan Biologi Tanah Serta Jakarta
Pertumbuhan Jarak Pagar. Jurnal Littri, Syukur, A. 2005. Pengaruh Pemberian Bahan
Vol..16 (2), h:64-69 Organik Terhadap Sifat-Sifat Tanah dan
Gusmailina, G. P. dan S. Komarayati. 2003. Pertumbuhan Caisim di Tanah Pasir Pantai.
Pengembangan Penggunaan Arang untuk Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan,Vol. 5
Rehabilitasi Lahan. Bulletin Penelitian dan (1), h:30-38
Pengembangan Kehutanan, Vol. 4 (1), h: Syukur, A. dan N. M. Indah. 2006. Kajian
21-30. Pengaruh Pemberian Macam Pupuk
Hanafiah, A.K. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Tanah. Rajawali Press. Jakarta Tanaman Jahe di Inceptisol, Karanganyar.
Madjid, A. R. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Vol. 6
Tanah.http://dasar2ilmutanah.Blogspot.co (2), h:124-131
m. Diakses 5 Desember 2010 Syukur, A. dan E.S. Harsono. 2008.
Nursyamsi, D.O. Supandi, D. Erfandi, Sholeh Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan
dan I.P.G. WijayaAdhi. 1995. Penggunaan NPK Terhadap Beberapa Sifat Kimia dan
Bahan Organik, Pupuk P dan K untuk Fisika Tanah Pasir Pantai Samas Bantul.
Meningkatkan Produktivitas Tanah Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, Vol . 8
Podsolik (Typic Kandiudult). Pusat (2), h:138-145
Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor Warsiti. 2009. Kajian Pemakaian Pupuk
Prasetyo, B.H. 2007. Perbedaan Sifat-Sifat Kandang Sapi Pada Tanah Regosol Kelabu
Tanah Vertisol Dari Berbagai Bahan Terhadap Erosi. Jurnal Orbith, Vol. 5 (1),
Induk. Jurnal Ilmu ilmu Pertanian h:52-59
indonesia, Vol. 9 (1), h: 20-31 Wigati, E.S.,S. Abdul, dan D.K. Bambang.
Putri, A.I. 2008. Pengaruh Media Organik 2006. Pengaruh Takaran Bahan Organik
Terhadap Indek Mutu Cendana . Jurnal dan Tingkat Kelengasan Tanah Terhadap
Pemulian Tanaman Hutan, Vol.21 (1), h:1- Serapan Fosfor Oleh Kacang Tunggak di
8 Tanah Pasir Pantai. Jurnal Ilmu Tanah dan
Stevenson, F.J. 1994. Humus Chemistry, Lingkungan Vol. 6 (1), h:53-58
Genesis, Composition and Reaction. A. Wiguna, I.P.A., Wahyudi C., dan Amien
Willey Interscience Pub Singapore. 496 p Widodo. 2009. Penanggulangan
Sudadi, N.H. Yuni dan Sumani. 2007. Semburan Lumpur Lapindo. PSKB.,
Ketersediaan K dan Hasil Kedelai Glycine LPPM., ITS. Surabaya
max L.. Merril Pada Tanah Vertisol Yang
Diberi Mulsa dan Pupuk Kandang. Jurnal

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 921


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

PERILAKU PEMANGSAAN Coccinella transversalis TERHADAP


KUTU DAUN (APHIDS)

Sofia Ery Rahayu


Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Negeri Malang
E-mail: sofiaery@yahoo.com

Abstrak
Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan perilaku makan Coccinelidae predator yaitu
Coccinella transversalis terhadap kutu daun (aphids). Penelitian yang dilakukan tergolong
deskriptif. Hewan C. transversalis diletakkan pada daun kubis yang sudah diberi kutu daun,
selanjutnya diamati perilaku makannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa serangga C.
transversalis akan mencari kutu daun, selanjutnya langsung menggigit dan mengunyahnya. Kutu
daun dimakan mulai dari sisi posterior tubuh. Kutu daun melakukan penolakan dengan
menggerak-nggerakan antena, tubuh dan kakinya. Apabila kaki kutu daun masih aktif bergerak,
maka salah satu kaki pertama C. transversalis akan membantu memeganginya. Lama waktu
memakan seekor kutu daun sekitar 3-4 menit. Setelah kutu daun habis dimakan, selanjutnya
salah satu kaki pertama serangga C. transversalis akan membawa antenanya diarahkan ke mulut.

Kata kunci: perilaku makan, Coccinella transversalis, aphid

Pendahuluan (Rhopalusicum maidis) menunjukkan bahwa


Pengendalian hama yang ramah serangga M. sexmaculata dapat dikategorikan
lingkungan menggunakan serangga predator sebagai agen kontrol biologis yang baik.
pada saat ini terus dikembangkan. Hal ini Peneliti lain yaitu Nelly, dkk. (2012)
karena dapat mengurangi dampak penggunaan menyatakan bahwa M. sexmaculata
pestisida dalam memberantas hama. Hasil merupakan predator yang efektif bagi kutu
penelitian Rahayu,dkk. (2012) di lahan sayur daun karena sangat rakus dalam memakan
di daerah Batu ditemukan anggota kutu daun. Lebih lanjut dikatakan bahwa
Coccinellidae yang berperanan sebagai sepasang serangga M. sexmaculata mampu
predator dan umum banyak ditemukan yaitu memakan 50-200 ekor dalam sehari.
Coccinella transversalis dan Menochilus Sementara itu Agus, dkk. (2011) menyatakan
sexmaculata. Kedua hewan tersebut bahwa serangga Coccinella sp. merupakan
merupakan predator bagi kutu daun. Kutu agen hayati potensial dalam menekan berbagai
daun merupakan hama yang banyak populasi kutu daun. Adapun hasil penelitian
menyerang tanaman budidaya. Bagian Rahayu, dkk. (2012) menunjukkan bahwa
tanaman yang diserang biasanya bagian pucuk kemampuan predasi Coccinella transversalis
dan daun muda. Serangga ini akan dan Menochilus sexmaculata terhadap kutu
bergerombol sehingga menutupi bagian daun tidak berbeda nyata, sehingga dapat
tanaman. Satu individu dewasa kutu daun dikatakan bahwa kedua serangga tersebut juga
dapat menghasilkan 50 individu keturunan merupakan predator yang potensial bagi kutu
dalam waktu satu minggu. (Arifin dan Lubis , daun.
2003 dalam Nelly, dkk, 2012). Riyanto dan Sudrajat, (2008)
Hasil penelitian Radiyanto, dkk., (2011) menyatakan bahwa pengamatan tingkah laku
tentang potensi M. sexmaculata terhadap dan biologi predator merupakan kunci yang
pemangsaan hama kutu daun jagung penting dalam memahami cara hidup predator

922 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

dan pengaruh predator terhadap dinamika makan sampai berhenti makan kutu daun.
populasi inang atau mangsanya. Menurut Data yang diperoleh dianalisis secara
Tanudimadja dan Kusumamiharja (1985) deskriptif.
dalam Sawitri, dkk. (2012) bahwa perilaku
merupakan suatu aktivitas yang perlu Hasil dan Pembahasan
melibatkan fungsi fisiologis dan setiap Hasil penelitian berupa etogram
perilaku melibatkan penerimaan rangsangan perilaku makan serangga C. transversalis
melalui panca indera dan diubah menjadi dalam memakan kutu daun sebagai berikut.
aktivitas nneural, aksi itegrasi susunan syaraf, Serangga C. transversalis bergerak mencari
dan akhirnya aktivitas berbagai organ motorik. kutu daun menemukan kutu daun
Rangsangan tersebut terdiri atas dua macam menggigit dan memakannya dimulai dari
yaitu rangsangan dalam dan luar. Salah satu bagian posterior tubuh kutu daun setelah
tingkah laku yang berkaitan erat dengan selesai makan, kemudian membersihkan mulut
potensi serangga C. transversalis sebagai dengan mengunakan kaki atau maxila.
predator yang potensial bagi kutu daun adalah Respon kutu daun saat proses pemangsaan
tingkah laku makan. Oleh karena itu tujuan tersebut dengan menggerakkan antena, kaki,
dari penelitian ini adalah untuk dan tubuhnya. Kutu daun dimakan sampai
mendeskripsikan perilaku makan C. habis sehingga tidak ada sisa tubuh kutu daun
transversalis dalam memakan hama kutu yang tertinggal. Lama waktu yang dibutuhkan
daun. seekor serangga C. transversalis dalam
memakan seekor kutu daun sekitar 3-4 menit.
Metode Penelitian Pada saat serangga C. transversalis
Penelitian yang dilakukan tergolong mencari kutu daun terlihat serangga tersebut
deskriptif yang akan mengungkap perilaku langsung menuju ke lokasi kutu daun.
makan Coccinella transversalis terhadap kutu Menurut Nakamuta (1984) dalam Hodek dan
daun. Obyek penelitian berupa serangga Honek (1996) bahwa pencarian mangsa oleh
Coccinella transversalis dan kutu daun yang C. septempunctata dilakukan secara visual
diperoleh dari tanaman kubis digunakan dari jarak yang sangat dekat hanya jika dalam
sebagai makanannya. Penelitian dilakukan kondisi ada cahaya, namun jika kondisi gelap,
dalam bulan Januari 2013. maka menangkap mangsanya dengan
Kutu daun (aphid) diletakkan di dalam didahului adanya kontak terlebih dahulu.
botol yang sebelumnya diletakkan sepotong Kondisi saat dilakukan pengamatan perilaku
daun kubis yang digunakan sebagai makanan makan serangga C. transversalis yaitu terang
aphid. Serangga Coccinella transversalis yang atau ada cahaya lampu, sehingga serangga
diperoleh dari lahan kebun sayur dari daerah tersebut dalam menemukan kutu daun dengan
Cangar Batu dilaparkan selama sehari. bantuan indera matanya. Selain itu juga
Keesokan harinya serangga tersebut dibantu oleh antena yang memiliki fungsi
dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi sebagai indera pembau.
dengan sepotong daun kubis dan diberi kutu Hasil penelitian memperlihatkan bahwa
daun. Pengamatan perilaku makan serangga kutu daun berhasil dimakan oleh serangga C.
Coccinella transversalis dilakukan dengan transversalis, dan memperlihatkan respon
cara merekam semua aktivitasnya meliputi penolakan yaitu adanya pergerakan antena,
mendekati kutu daun lalu mengkonsumsinya kaki, dan tubuh. Tahapan perilaku makan yang
serta lama waktu makan dengan bantuan alat ditunjukkan dari hasil penelitian tersebut
perekam gambar Handycam. Lama waktu seperti yang dijelaskan oleh Hodek dan Honek
makan dihitung mulai dari serangga mulai (1996) yaitu saat serangga Coccinelidae

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 923


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

mendekati kutu daun dan terjadi kontak maka Lama waktu yang dibutuhkan bagi
ada terjadi respon dari kutu daun. Respon seekor serangga C. transversalis dalam
tersebut berupa antena digerak-gerakkan atau memakan seekor kutu daun berkisar 3-4
pergerakan tendangan, pergerakan tubuh, menit. Dalam penelitian ini tidak membedakan
menggulung apendik saat ditangkap oleh lama waktu memakan antara serangga betina
serangga Coccinelidae, dan meminyaki dan jantan. Sementara itu menurut Hodek dan
serangga Coccinelidae dengan cairan minyak Honek,( 2012) bahwa serangga Coccinellidae
yang dikeluarkan dari ujung siphunculinya. betina akan segera bertelur saat menemukan
Selain itu kutu daun akan menghindar dengan kutu daun dalam jumlah melimpah dan
cara berjalan menjauh dari predatornya. meletakkan telurnya di dekat lokasi tersebut.
Akibat dari respon yang dimunculkan oleh Adapun hasil penelitian oleh Agus, dkk.
kutu daun tersebut maka perilaku yang tampak (2011) menunjukkan bahwa imago betina
dari serangga Coccinelidae yaitu memakan serangga Coccinella sp. cenderung lebih kuat
kutu daun, melepaskan kutu daun, menjauh makan dibandingkan antara imago jantan atau
dari kutu daun, atau melepaskan kutu daun larva. Sementara itu hasil penelitian
dan membersihkan tubuhnya dari cairan Radiyanto, dkk. (2011) menujukkan bahwa
minyak yang dihasilkan oleh kutu daun. estimasi imago betina M. sexmaculata mampu
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat memakan 300 ekor berbagai stadia R. maidis
dikatakan bahwa keberhasilan serangga C. dalam waktu 24 jam. Berdasarkan beberapa
tansversalis dalam mendapatkan kutu daun hasil penelitian tersebut dapat dimungkinkan
pada penelitian karena serangga tersebut bahwa perbedaan jenis kelamin fase imago
menangkap kutu daun dari arah posterior, dari serangga Coccinellidae khususnya C.
sehingga kutu daun tidak bisa transversalis berkorelasi dengan lama waktu
menghindarinya. Dalam proses memakan kutu yang dibutuhkan dalam memangsa seekor
daun, terlihat bahwa tidak ada sisa tubuh kutu kutu daun. Sehubungan dengan hal tersebut
daun yang tertinggal. Serangga C. maka perlu dikaji lebih lanjut.
transversalis akan memakan tubuh kutu daun
sedikit demi sedikit sampai habis semua Simpulan
bagian tubuh kutu daun. Kondisi ini sesuai Perilaku memangsa serangga C.
dengan yang dijelaskan oleh Agus, dkk. transversalis diawali dengan mencari kutu
(2011) bahwa perilaku imago Coccinella sp daun, selanjutnya langsung menggigit dan
dalam memangsa yaitu diawali dengan mengunyahnya. Kutu daun dimakan mulai
adaptasi untuk mengenali lingkungannya, dari sisi posterior tubuh. Kutu daun
kemudian mendekati, dan memakannya melakukan penolakan dengan menggerak-
sampai habis. Setelah selesai memakan kutu nggerakan antena, tubuh, dan kakinya. Jika
daun, dilanjutkan mengarahkan antenanya ke kaki kutu daun masih aktif bergerak, maka
arah mulut dengan salah satu kaki pertamanya. salah satu kaki C. transversalis akan
Munculnya perilaku makan pada C. membantu memeganginya. Lama waktu
transversalis pada penelitian ini akibat memakan seekor kutu daun sekitar 3-4 menit.
stimulus yang berasal dari dalam dan luar. Setelah kutu daun habis dimakan, selanjutnya
Stimulus dari dalam berupa kebutuhan akan salah satu kaki pertama serangga C.
energi untuk aktivitasnya, apalagi sehari transversalis akan membawa antenanya
sebelum perlakuan serangga dilaparkan diarahkan ke mulut. Perlu dikaji lebih lajut
terlebih dahulu. Sedangkan stimulus dari luar korelasi antara jenis kelamin imago dengan
berupa keberadaan kutu daun. lama waktu memangsa seekor kutu daun.

924 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Daftar Pustaka. Batu Jawa Timur Terhadap Serangga


Agus, N., Abdullah, T., dan Ngatimin, S.N.A. Hama. Laporan Penelitian. Malang:
2011. Kemampuan Makan Predator Universitas Negeri Malang.
Coccinella sp. (Coleopter: Riyanto, A.T. dan Sudrajat. 2008. Lama
Coccinellidae) pada Makanan Buatan. Hidup, Keperidian, dan Kemampuan
Jurnal Fitomedika: 7 (3): 191-194. Memangsa Curinus coereleus Mulsant
Hodek,I. dan Honek, A. 1996. Ecology of (Coleoptera: Coccinellidae) Terhadap
Coccinelllidae. Netherlands: Kluwer Bemisia tabaci gennadius (Homoptera:
Academic Publishers. Aleyrodidae). Jurnal Agrikultura, Vol.
Hodek, I. dan Honek, A. 2012. Ecology and 19. No.3: 167-172
Behaviour of The Ladybirds Beetles Radiyanto, I., Rahayuningtiyas, S., dan
(Coccinellidae). Oxford: Blackwell Widhiningtyas, E. 2011. Kemampuan
Publishing Ltd. Pemangsaan Menochillus sexmaculatus
Nelly, N., Trizelia, dan Syuhaddah, Q. 2012. terhadap Rhopalosiphum maidis Fitch
Tanggap Fungsional Menchilus (Homoptera: Aphididae). Jurnal
sexmaculatus Fabricius (Coleoptera: Entomologi Indonesia, Vol. 8, No.1: 1-
Coccinellidae) terhadap Aphis gossypii 7.
(Glover) (Homoptera: Aphididae) pada Sawitri, R., Bismark, M., dan Takandjandji,
Umur Tanaman Cabai Berbeda. Jurnal M. 2012. Perilaku Trenggiling (Manis
Entomologi Indonesia, Vol 9. No. 1: 23- javanica Desmarest, 1822) di
31. Penangkaran Purwodadi, Deli Serdang,
Rahayu, S.E., Rohman, F., dan Tuarita, H. Sumatera Utara. Jurnal Penelitian
2012. Kemampuan Predasi Hutan dan Konservasi Alam. Vol. 9,
Coccinellidae yang Ditemukan pada No. 3: 285-297.
Sentra Perkebunan Tanaman Sayur di

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 925


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Mengembangkan Wawasan Lingkungan dengan Menggunakan Paradigma


Ekologis Baru Sebagai Upaya Mengurangi Pencemaran Lingkungan

Sueb
Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
e-mail: msueb_2000@yahoo.com

Abstrak
Masalah lingkungan telah menjadi perhatian ilmuwan semenjak beberapa puluh tahun
terakhir. Akan tetapi sesungguhnya masalah itu muncul semenjak manusia menghuni muka
bumi ini. Tujuan tulisan ini untuk mengetahui penyebab pencemaran lingkungan, dan
mengembangkan paradigma ekologis baru sebagai upaya mengukur wawasan lingkungan di
Indonesia. Pencemaran lingkungan dimulai sejak manusia mengenal api dan berbagai peralatan
teknologi lainnya. Api digunakan untuk memasak makanan. Alat teknologi digunakan untuk
memenuhi segala kebutuhannya. Sampai pada suatu saat manusia mengenal berbagai teknologi
untuk mengeksploitasi dan mengeksplorasi berbagai sumber daya alam. Pengenalan berbagai
teknologi ini sebagai penyebab terjadinya pencemaran lingkungan. Untuk mengurangi
terjadinya pencemaran diperlukan orientasi baru wawasan lingkungan yaitu dengan menerapkan
paradigma ekologis baru. Simpulannya bahwa manusia merupakan penyebab utama terjadinya
pencemaran lingkungan karena wawasan lingkungan yang keliru. Oleh karenanya diperlukan
wawasan lingkungan yang mengarah pada paradigma ekologis baru.

Kata kunci: wawasan lingkungan, pencemaran lingkungan, paradigma ekologis baru (PEB)

Pendahuluan
Berbagai pencemaran lingkungan telah sekarang cenderung menggunakan
terjadi dan akan senantiasa terjadi di bumi ini. antroposentrisme.
Salah satu penyebab tersebut diakibatkan oleh Antroposentrisme memandang bahwa
cara pandang dan cara meninjau dan cara segala sesuatu di muka bumi meliputi segala
menggunakan segala potensi sumber daya sumber daya alam yang terbentang luas di
alam yang ada di muka bumi. Cara pandang segala sudut digunakan sepenuhnya untuk
manusia terhadap lingkungannya dinamakan kepentingan manusia. Organisme lain kurang
sebagai wawasan lingkungan yang di negeri diperhitungkan manusia untuk memanfaatkan
barat disebut sebagai environmental sumber daya alam yang ada di muka bumi.
worldview. Miller dan Spoolman (2010:18) Organisme lain tersebut termasuk di dalamnya
mendefinisikan environmental worldview tumbuhan, hewan, berbagai protista, jamur,
sebagai seperangkat asumsi dan kepercayaan eubakteri dan arkeabakteri seolah tidak punya
tentang bagaimana orang berfikir cara kerja hak yang sama dengan manusia. Padahal
dunia, apa yang seharusnya mereka pikirkan organisme lain ini berhak hidup dan
tentang peranannya di dunia, dan apa yang melangsun gkan kehidupannya. Memang
mereka percaya merupakan perilaku organisme lain ada yang sangat mengganggu
lingkungan yang baik dan salah (etika dan menyebabkan penyakit pada manusia.
lingkungan). Wawasan lingkungan yang Manusia berupaya terus membasmi berbagai
digunakan manusia berabad lalu sampai organisme pengganggu ini. Sementara
terdapat berbagai makroorganisme yang

926 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

terpaksa mengalah dan terdesak oleh berbagai (Dunlap & Van Liere, 1978; Dunlap et al.,
kepentingan manusia akhirnya mati dan 2000 dalam Van Petegen dan Blick, 2006).
musnah. Makroorganisme ini sekarang ini Untuk itu perlu dicari upaya untuk
hanya tersisa beberapa spesies dan bahkan menggunakan skala tersebut di Indonesia.
populasinya hanya dalam jumlah sedikit dan Untuk itulah dalam makalah ini akan
dalam kondisi terancam. Akibanya manusia dibahas dengan beberapa tujuan. Tujuan
menjadi terlalu dominan di alam bumi ini. tersebut antara lain: mengetahui penyebab
Dominansi manusia terhadap bumi telah pencemaran lingkungan, dan mengembangkan
menjadi semakin tak terkalahkan oleh paradigma ekologis baru sebagai upaya
makhluk berukuran besar apapun di muka mengukur wawasan lingkungan di Indonesia.
bumi. Pada saat ini terdapat lebih dari 7
milyar manusia yang menghuni bumi. Bumi Memahami Pencemaran Lingkungan
yang hanya satu biji ini telah menjadi tempat Undang-Undang No.32 (2009) tentang
manusia beranak pinak yang sepertinya tak perlindungan dan pengelolaan lingkungan
terbatas lagi berapa jumlah yang akan mampu menyatakan bahwa pencemaran lingkungan
didukung. Padahal bumi memiliki daya adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
dukung (carrying capacity) yang terbatas. hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke
Akankah bumi terus dihuni oleh manusia dalam lingkungan hidup oleh kegiatan
sampai 10 milyar? Atau mungkin 25 milyar? manusia sehingga melampaui baku mutu
Apakah mungkin bumi mampu menampung lingkungan hidup yang telah ditetapkan.
50 milyar atau bahkan 100 milyar yang Sementara itu, pencemaran lingkungan
merupakan angka 13 kali lipat dari jumlah bermakna pencemaran lingkungan karena
manusia yang sekarang ada yang ada di lepasnya substansi dari proses apapun yang
dalamnya? dapat menyebabkan bahaya pada manusia dan
Tentu bumi ini tidak akan sanggup organisme hidup yang ditopang oleh
menopang manusia sebanyak 100 milyar yang lingkungan (Hussain, 1998 dalam Roman,
akan dicapai selama beberapa puluh atau 2013) dan pencemaran lingkungan adalah
beberapa ratus tahun lagi. Pertambahan kontaminasi komponen fisik dan biologis
populasi manusia yang semakin meningkat bumi/sistem atmosfer pada jumlah yang
disertai dengan meningkatnya penggunaan sedemikian rupa sehingga proses lingkungan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni lingkungan terpengaruh berat (Kemp, 1998
(IPTEKS) yang juga semakin meningkat akan dalam Roman, 2013).
menyebabkan peningkatan berbagai Pencemaran lingkungan telah terjadi di
kerusakan dan pencemaran. Untuk itu perlu seluruh dunia. Pencemaran lingkungan telah
dicari wawasan lingkungan yang cenderung menjadi masalah dunia dan berpotensi besar
dapat menyelamatkan kehidupan. Sebab, memengaruhi kesehatan populasi manusia
selama ratusan tahun bahkan sampai saat ini (Fereidoun et al., 2007; Progressive
manusia terlalu mementingkan dirinya sendiri. Insurance, 2005 dalam Khan dan Ghouri,
Manusia terlalu mengacu pada dirinya sendiri. 2011). Selanjutnya Khan dan Ghouri (2011)
Wawasan lingkungan ini perlu menggunakan menyatakan bahwa beraneka jenis
instrumen untuk meningkatkan kesadaran pencemaran lingkungan (pencemaran udara,
manusia sebagai anggota ekosistem atau tanah, air) tidak hanya berpengaruh pada
biosfer. Selama lebih dari 30 tahun skala manusia dengan penyakit dan masalah juga
paradigma ekologis baru (New Ecological pada hewan dan tumbuhan. Akan tetapi
Paradigm) telah berhasil digunakan untuk mereka berdua menyatakan bahwa masih ada
menyelidiki wawasan ekologis kaum dewasa waktu tersisa melalui tangan lembaga global,

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 927


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

badan pemerintah dan lokal untuk Sementara itu, Kimani (tanpa tahun) di
menggunakan sumber daya maju dan untuk Kenya pencemaran lingkungan berkaitan
menyeimbangkan lingkungan bagi kehidupan dengan kesehatan masyarakat. Sampel tanah
dan memulai hidup ramah dengan lingkungan. yang diambil dari lokasi dan dekat
Bhattacharjee (2010) menyatakan pembuangan sampah (dumpsite) menunjukkan
pencemaran lingkungan di alam sangat tinggi kadar logam berat yang tinggi terutama
terjadi di sekitar daerah industri seperti merkuri, kadmium, tembaga dan krom. Pada
pemurnian minyak, petrokimia, industri kimia saat yang sama, evaluasi medis pada anak dan
dan industri berat dan lainnya. Sepanjang remaja yang tinggal dan bersekolah sekitar
waktu residu industri tersebut umumnya dumpsite menunjukan insidensi penyakit yang
tersusun atas beraneka materi beracun dalam tinggi yang berkaitan dengan pajanan tinggi
bentuk gas, dibuang atau dibakar di udara pencemar logam tersebut.
terbuka setelah dibakar melalui lubang Sementara itu, Savei (2012)
cerobong yang dipasang tinggi. Materi menyimpulkan peningkatan konsumsi pupuk
beracun inilah yang menyebabkan berbagai di seluruh dunia menyebabkan masalah yang
ketimpangan dan pencemaran. serius pada lingkungan. Pupuk dapat
memengaruhi akumulasi logam berat pada
Penyebab Pencemaran Lingkungan tanah dan sistem tumbuhan. Tumbuhan
Penyebab nyata pencemaran lingkungan menyerap pupuk melalui tanah, dan kemudian
disebabkan banyak hal. Beberapa di antaranya memasuki rantai makanan. Dia menambahkan
berubahnya perilaku manusia terhadap jika pupuk ini digunakan tidak tepat dan
lingkungan, dan berubahnya wawasan terlalu banyak akan menyebabkan
lingkungan manusia terhadap alam di pencemaran udara oleh emisi nitrogen oksida
sekitarnya. Hayati dan Sayadi (2012) (NO, N2O dan NO2). Ndwiga et al., (2014)
menyatakan bahwa bangunan tinggi menyimpulkan memasak dengan bahan bakar
menyebabkan peningkatan pencemaran udara biomassa memajan wanita pada efek
di daerah kota besar karena perubahan arah kesehatan pencemaran udara indoor yang
angin dan juga kemacetan (congestion) berbahaya. Dampak kesehatan lainnya yang
bangunan tinggi sebagai sumber pencemar. dialami selama tahapan rantai bahan bakar
Oleh karena itu, mereka berdua berpendapat biomassa meliputi pengumpulan (gathering),
bahwa diperlukan teknik tertentu untuk pemrosesan, trasnportasi dan memasak.
merancang bangunan tinggi untuk mengurangi
dampak negatif bangunan tinggi terhadap Paradigma Ekologis Baru Sebagai Upaya
pencemaran lingkungan. Mengurangi Pencemaran Lingkungan di
Zucchetti (2005) melalui penelitian Indonesia
asesmen statistik untuk menguji jika Quirra Telah banyak upaya ilmuwan untuk
syndrome ada, simulasi dengan dispersi menanggulangi dan mencegah semakin
atmosfer dan kode dosis (HOTSPOT) untuk meningkatnya pencemaran lingkungan. Ada
mengevaluasi dampak kesehatan dispersi yang menggunakan berbagai peralatan
udara Depleted Uranium. Dari penelitian ini teknologi , penerapan berbagai undang-
disimpulkan bahwa the Quirra Syndrome undang dan penerapan pendidikan berbasis
ada, tetapi kemungkinan ini tidak seluruhnya lingkungan. Upaya yang digalakkan melalui
disebabkan oleh Depleted Uranium (DU). pendidikan lingkungan bertujuan agar tercipta
Penyebab lainnya kemungkinan yang generasi yang memiliki wawasan lingkungan
menyebabkan pencemaran udara. yang lebih baik daripada generasi
sebelumnya.

928 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Generasi kita pada saat ini lebih banyak terjadinya banyak kerusakan dan pencemaran
menggunakan wawasan lingkungan yang di muka bumi ini diakibatkan salah satunya
cenderung mementingkan dirinya sendiri. oleh wawasan lingkungan antroposentris yang
Dalam arti lingkungan tampaknya hanya telah digunakan berabad dan ditiru oleh
diperuntukkan bagi manusia. Paham yang bangsa lain yang kurang maju.
demikian dikenal sebagai antroposentrisme Penelitian Henning et al., (tanpa tahun)
(antropos=manusia, sentris=pusat). Paham tentang wawasan lingkungan atau wawasan
inilah yang semenjak revolusi industri masih ekologis menyajikan hasil skala Paradigma
banyak digunakan oleh manusia modern. Ekologis Baru (The New Ecological
Paham antroposentrisme atau dikenal Paradigm/NEP) merupakan pendekatan yang
wawasan antroposentris yang pada mulanya diterima untuk mengukur perilaku ke arah
mewakili budaya masyarakat barat yang lingkungan. Produser tebu yang merespons
kemudian disebarkan ke bagian lain dunia ini. penelitian tersebut memiliki kepercayaan kuat
Wawasan antroposentris (Sokram, 2013) ini bahwa manusia memiliki kemampuan untuk
memiliki perpektif: (1) manusia itu superior mengatasi alam melalui intelektual dan talenta
dan di atas alam, (2) sumber daya alam lainnya. Henning et al., (tanpa tahun)
terdapat berlimpah sehingga tak perlu menambahkan bahwa produser percaya bahwa
konservasi, (3) manusia, karena memiliki dia dapat meningkatkan produktivitas sumber
budaya dan teknologi, dapat beradaptasi pada daya alam tanpa membahayakan
alam sampai akhir manusia daripada keseimbangan alam.
beradaptasi pada lingkungan alam, dan (4) Rider (2005) menyimpulkan tesisnya
ilmu sosial menganggap manusia sebagai antara lain profesional perancang gedung
terbebas dari hambatan ekologis. Karena hijau menerima skor tinggi pada skala
wawasan antroposentris inilah berbagai paradigma ekologis baru (PEB). Ini mengarah
sumber daya alam dieksploitasi dan pada simpulan bahwa perancang memiliki
dieksplorasi demi kepuasan dan kebutuhan kemampuan untuk memedulikan lingkungan
manusia. Akibatnya jelas semakin lama yang berkaitan dengan profesinya; ini
semakin banyak kerusakan lingkungan dan mengislustrasikan bahwa rancangan dan
pencemaran lingkungan. lingkungan tidak perlu ekslusif bila berkaitan
Oleh karena itu, perlu dicari wawasan dengan praktisi.
lingkungan baru yang lebih cenderung tidak De Pauw, J.B. dan Van Petegem (2012)
terlalu mementingkan manusia. Sebab, menyimpulkan bahwa paradigma ekologis
ternyata sumber daya alam ini terbatas dan baru (PEB) selain populer untuk mengukur
pada suatu saat akan habis. Wawasan kepedulian dan orientasi prolingkungan orang
lingkungan yang lebih memberdayakan dewasa yang dengan modifikasi dapat
lingkungan dan lebih menjaga keberlanjutan digunakan pada anak. Hasil penelitian mereka
hidup itulah yang perlu diwujudkan dan menunjukkan bahwa ada pengaruh budaya
diejawantahkan dalam kehidupan seseharian yang sangat signifikan dan jelas pada
kita. wawasan lingkungan anak, bila negara
Wawasan lingkungan yang dimaksud berkembang dan negara maju dibandingkan.
berupa biosentrisme. Biosentrisme Untuk itu perlu dikenal lebih jauh apa
memandang bahwa segala kehidupan ini sebenarnya skala paradigma ekologis baru
penting bukan hanya bagi keberlanjutan hidup (PEB) yang akan dapat digunakan untuk
manusia tetapi juga keberlanjutan segala mengukur apakah manusia tersebut
komponen yang ada di lingkungan. Sebab, berwawasan lingkungan apa tidak. Skala
manusia telah menyadari saat ini bahwa paradigma ekologis baru terdiri atas 15

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 929


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

pernyataan. Kelima belas pernyataan dijawab tangan. Tetapi pada masanya kita harus
dengan pilihan jawaban sangat setuju, setuju, optimis bahwa manusia yang memiliki skor
netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. paradigma ekologis baru tinggi akan dapat
Kelimabelas pernyataan tersebut (Rider, 2005 minimal mengurangi pencemaran lingkungan.
dan Sokram, 2013) sebagai berikut. (1). Simpulan
Manusia mendekati batas jumlah yang dapat Dapat disimpulkan bahwa penyebab
disokong bumi. (2). Manusia memiliki hak terjadinya pencemaran lingkungan antara lain
mengubah lingkungan alam untuk terjadinya perubahan perilaku dan wawasan
menyesesuaikan dengan kebutuhannya.(3). lingkungan manusia terhadap alam.
Ketika manusia berinteraski dengan alam Perubahan tersebut ditengarai dengan adanya
sering menghasilkan akibat yang bangunan tinggi menyebabkan peningkatan
membayakan.(4). Kecerdikan manusia akan pencemaran udara di kota. Selain itu,
terasuransikan jika kita tidak membuat bumi penyebab pencemaran lingkungan juga
tak dapat ditinggali.(5). Manusia disebabkan oleh penggunaan pupuk yang
menyalahgunakan lingkungan.(6). Bumi tidak sesuai dengan peruntukannya. Pupuk
memiliki sumber daya alam berlimpah akhirnya mengalir ke perairan dan
sehingga kita belajar untuk menimbulkan masalah di air. Paradigma
mengembangkannya.(7). Tumbuhan dan ekologis baru dapat digunakan untuk
hewan memiliki hak yang sama dengan mengukur wawasan lingkungan. Paradigma
manusia.(8). Keseimbangan alam cukup kuat ekologis baru terbentuk dari 15 pernyataan.
untuk menangani dampak industri modern.
(9). Meskipun memiliki kemampuan yang Daftar Rujukan
istimewa manusia masih tunduk pada hukum Bhattacharjee, P.K. 2010. Environmental
alam.(10). Krisis ekologis terkenal yang Pollution Free System in All Over The
menghadang manusia telah terlalu World. International Journal of
dibesarkan.(11). Bumi seperti kapal ruang Environmental Science and Development,
angkasa dengan kamar dan sumber daya yang Vol. 1, No. 1, April. ISSN:2010-0264.
terbatas. (12). Manusia merupakan pengatur De Pauw, J.B. dan Van Petegem, P. 2012.
alam. (13). Keseimbangan alam sangat lembut Cultural Differences In The Environmental
dan mudah terganggu. (14). Manusia akhirnya Worldview Of Children. International
akan belajar cukup tentang bagaimana alam Electronic Journal Of Environmental
bekerja untuk dapat mengendalikannya. (15). Education Vol.2, Issue 1, ISSN: 2146-
Jika segala sesuatu berlanjut pada perjalanan 0329. International Electronic Journal
sekarang, kita akan segera mengalami Of Environmental Education,
bencana ekologis yang besar. 2012.www.Iejeegreen.Com.
Kelimabelas indikator paradigma Hayati, H. dan Sayadi, M.H.2012. Impact of
ekologis baru inilah yang dapat digunakan tall buildings in environmental pollution.
untuk mendeteksi apakah seseorang Environmental Skeptics and Critics,
berwawasan ekologis atau berwawasan 1(1):8-11.
lingkungan. Diharapkan dengan skor yang Henning, S.A, Zhong,Y. dan Cardona, H.
tinggi wawasan ekologis seseorang akan dapat Tanpa tahun. Ecological Attitudes of
meningkatkan kepeduliannya pada lingkungan Farmers and Adoption of Best
dan pada gilirannya akan dapat mengurangi Management Practices. Southwestern
berbagai kerusakan serta yang paling utama Economic Proceedings.
berkurangnya pencemaran lingkungan. Khan, M.A. dan Ghouri, A.M. 2011.
Memang hal tersebut tidak seperti membalik Environmental Pollution: Its Effects On

930 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Life And Its Remedies. International Van Petegem, P. dan Blieck, A. 2006. The
Refereed Research Journal .Vol. II, Issue environmental worldview of children: a
2,April, www..researchersworlld..com. cross-cultural perspective. Environmental
Kimani, N.G..Tanpa tahun. Environmental Education Research, Vol. 12, No. 5,
Pollution and Impacts on Public Health: November pp. 625635, ISSN 1350-4622
Implications of Dandora Municipal (print)/ISSN 1469-5871
Dumping Site in Nairobi, Kenya. Summary (online)/06/05062511.
Report. Urban Environment Unit, United Zucchetti, M. 2005. Environmental Pollution
Nations Environment Programme, Nairobi And Health Effects In The Quirra Area,
Kenya.o Sardinia Island (Italy) And The Depleted
Miller, G. T. Jr. dan Spoolman, S.E. 2010. Uranium Case. Journal of Environmental
Environmental Science. Thirteenth Edition. Protection and Ecology.
Australia: Brooks/Cole Cengage Learning.
Ndwiga, T, Kei,R.T., Jepngetich,H. dan
Korrir, K. 2014. Assessment of Health
Effects Related to the Use of Biomass Fuel
and Indoor Air Pollution in Kapkokwon
Sub-Location, Bomet Country,Kenya.
Open Journal of Air Pollution, 3, 61-69.
http://dx.doi.org/10.4236/ojap.2014.33007.
Rider, T.R.2005. Education, Environmental
Attitudes And The Design Professions: A
Masters Thesis. A Thesis. Presented to the
Faculty of the Graduate School of Cornell
University In Partial Fulfillment of the
Requirements for the Degree of Master of
Science.
Roman, M., Idrees, M., dan Ullah,S. 2013. A
Sociological Study of Environmental
Pollution and Its Effects on the Public
Health Faisalabad City. International
Journal of Education and ResearchVol. 1
No. 6 June.
Savei, S. 2012. An Agricultural Pollutant:
Chemical Fertilizer. International Journal
of Environmental Science and
Development, Vol. 3, No. 1, February.
Sookram, R. 2013. Environmental Attitudes
and Environmental Stewardship:
Implications for Sustainability. The
Journal of Values-Based
Leadership.Volume 6, Issue 2
Summer/Fall 2013 Article 5.
Undang-Undang No.32. 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 931


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Pengaruh Tumbuhan Akar Wangi (Chrysopogon Zizanioides, L)


Terhadap Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dan Pengembangannya untuk Bahan
Ajar Pada Matakuliah Pengetahuan Lingkungan di Perguruan Tinggi

Tri Nova Anggraini, M,Pd Dr. H. Fatchur Rohman, M.Si Dr. H. Abdul Gofur, M.Si
Dosen Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Islam Riau
trinovaanggraini@yahoo.co.id
Dosen Biologi Universitas Negeri Malang
fatroh_ongs@yahoo.com; biologi_gofur@yahoo.com

Abstrak
Pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah cair pabrik kelapa sawit memerlukan penanganan
yang murah dan mudah seperti melalui proses fitoremediasi, yaitu memanfaatkan tumbuhan
untuk menanggulangi jumlah pencemaran. Metode ini kemudian dijadikan materi bahan ajar
pada Matakuliah Pengetahuan Lingkungan sebagai upaya memberikan pengetahuan dan
menumbuhkan rasa kepedulian dalam menjaga lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh lama penanaman dan berat basah tumbuhan Akar Wangi (Chrysopogon
zizanioides,L) terhadap kadar pencemar pada limbah cair kelapa sawit, serta pengembangannya
untuk bahan ajar pada Matakuliah Pengetahuan Lingkungan di perguruan tinggi. Penelitian ini
merupakan penelitian pengembangan yang didahului dengan penelitian eksperimen yang
hasilnya dikembangkan untuk materi bahan ajar. Penelitian eksperimen dilakukan dengan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Data didapatkan dengan melakukan
pengukuran kandungan BOD, COD, Minyak/ Lemak, dan NH3-N dan dianalisis dengan Anava
ganda dengan taraf signifikansi 0,05. Penelitian pengembangan menggunakan four-D-models
yang dimodifikasi. Hasil penelitian dengan Analisis Varians (ANAVA) menunjukan, bahwa
terdapat perbedaan yang nyata untuk variabel terikat lama tanam dan berat basah pada Akar
Wangi 50gr, 100gr, dan 150gr pada hari ke-15 dan ke-30. Limbah cair kelapa sawit pada hari ke-
15 dan ke-30 dengan berat basah 50gr mengalami penurunan kadar COD sebasar 13,21%, 100gr
sebesar 23,81%, dan 150gr sebesar 26,19%. Kadar BOD pada Akar Wangi 50 gr mengalami
penurunan sebasar 2,40%, 100gr sebasar 6,61%, dan 150gr sebasar 7,43%. Kadar NH3-N pada
Akar Wangi dengan berat basah 50gr mengalami penurunan sebasar 7,67%, 100gr sebesar
11,85% dan 150gr terjadi sebesar 12,91%. Kadar minyak/ lemak dengan berat basah 50 gr pada
mengalami penurunan sebasar 1,64%, 100gr sebasar 3,30%, namun tidak berbeda untuk Akar
Wangi dengan berat basah 150gr mengalami penurunan sebasar 3,30%. Uji validasi dan uji
kelompok kecil menunjukkan bahwa bahan ajar telah layak digunakan dalam pembelajaran di
perguruan tinggi.

Kata kunci: Fitoremediasi, Akar Wangi (Chrysopogon zizanioides, L), Limbah Cair Kelapa
Sawit, Bahan Ajar

Pendahuluan
Peningkatan permintaan dunia terhadap Riau. Seiring pertumbuhan industri tersebut
minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil disatu sisi dapat meningkatkan kualitas hidup
(CPO) mendorong peningkatan jumlah lahan manusia, yaitu dengan pening-katan
kelapa sawit di Indonesia, terutama di Provinsi pendapatan masyarakat, namun disisi lain

932 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

hasil pengolahan CPO dapat mengakibatkan baru yang akan menjawab per-masalahan
pencemaran lingkungan terutama di perairan. lingkungan serta melin-dungi komponen-
Pada tahun 2012 produksi CPO komponen di dalam-nya dari kepunahan
diprediksikan volumenya mencapai 12,3 juta akibat serangkaian intervensi manusia yang
ton. Setiap ton minyak sawit yang dihasilkan bersifat negatif. Mahasiswa juga harus mampu
akan mengeluarkan limbah cair sebanyak 2,5 menganalisis dan memberikan solusi pada
m3 berarti untuk men-capai produksi minyak permasalahan lingkungan yang terjadi di
sawit sebesar 12,3 juta ton menghasilkan 30,7 sekitarnya. Dosen juga ber-peran dalam
juta m3 limbah cair, (Silaholo, 2009). Data ini menentukan proses pem-belajaran tersebut
menunjukkan besarnya pencemaran yang agar harapan dari dibelajarkannya Matakuliah
diakibatkan oleh limbah cair pabrik kelapa Pengeta-huan Lingkungan dapat tercapai.
sawit, oleh sebab itu perlu adanya upaya Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
pengendalian terhadap pencemaran tersebut. dosen adalah dengan mengembangkan bahan
Banyak metode yang dapat digunakan ajar.
untuk penanggulangan pen-cemaran, yaitu Bahan ajar merupakan bagian penting
secara fisika, kimia dan biologi. Pada metode dalam pelaksanaan pendidikan. Melalui bahan
biologi, fitoreme-diasi dapat dijadikan sebagai ajar pendidik akan lebih mudah dalam
alternatif metode penangulangan pencemaran. melaksanakan pembela-jaran serta mahasiswa
Metode ini telah terbukti lebih mudah akan lebih ter-bantu dalam belajar. Salah satu
diaplikasikan disamping menawarkan biaya manfaat dari bahan ajar adalah memperkaya
lebih rendah dibandingkan me-tode kimiawi informasi yang diperlukan mahasiswa dalam
ataupun pengerukan. Salah satu strategi belajar dan memudahkan maha-siswa untuk
fitoremediasi yang sudah digunakan secara mempelajari suatu kom-petensi tertentu.
komersial mau-pun masih dalam taraf riset,
yakni yang berlandaskan pada kemampuan Metode
tum-buhan dalam mengakumulasi konta- Penelitian ini merupakan peneli-tian
minan (fitoekstraksi), (Chen et al., dalam eksperimen yang dilakukan dengan
Juhaeti,. dkk, 2009). menggunakan Rancangan Acak Lengkap
Metode fitoremediasi masih terus (RAL). Jumlah perlakuan ada 4, dengan 2
dikembangkan dengan cara men-cari berbagai macam lama penanaman dan setiap perlakuan
jenis tanaman dari ber-bagai kompartemen diulang sebanyak 5 kali, sehingga secara
lingkungan. Salah satu tumbuhan yang dapat keseluruhan diper-oleh 40 unit analisis.
digunakan adalah akar wangi (Chrysopogon Percobaan dilakukan dengan mengikuti
zizanioides, L) atau Vetiver (Inggris) atau langkah-langkah sebagai ber-ikut. (1)
Vetiveria zizanioides (sinonim). Akar Wangi Dilakukan pengukuran faktor fisika kimia dari
adalah sejenis rumput-rumputan berukuran limbah cair kelapa sawit (BOD,COD, minyak/
besar. Akar Wangi banyak dimanfaatkan lemak, dan NH3-N). (2) Limbah cair kelapa
untuk berbagai keperluan ekologis dan sawit diletakkan di wadah yang berukuran
fitoremediasi tanah serta air, (Dafforn, 2002). 10cm x 10cm x 40cm. (3) Tiap-tiap wadah
Berdasarkan pemaparan di atas, maka diberi perlakuan dengan mele-takan tumbuhan
perlu dilakukan penelitian bagai-mana Akar Wangi (Chrysopogon zizanioides, L)
pengaruh Akar Wangi terhadap limbah cair yang di-variasikan jumlah rumpun dan
pabrik kelapa sawit. Hasil penelitian tersebut lamanya penanaman yang dimana, tiap
dapat dijadikan materi bahan ajar pada perlakuan akan diulang sebanyak 5 kali. (4)
Matakuliah Pengetahuan Lingkungan. Hal ini, Sete-lah perlakuann (waktu yang telah diten-
diharapkan mampu menimbulkan pe-mikiran tukan), dilakukan kembali pengukuran faktor

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 933


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

fisika kimia dari limbah cair kelapa sawit dari hasil validasi ahli materi bioremediasi dan
(BOD,COD, minyak/ lemak, dan NH3-N). ahli pembelajaran, serta angket yang
Data yang di-peroleh dianalisis dengan digunakan dalam uji kelompok kecil. Data
menggunakan analisis statistik dibantu dengan kemudian dianalisis dengan teknik persentase.
soft-ware SPSS 16 for Windows (analisis
Anava ganda dan normalitas) dengan taraf Hasil dan Pembahasan
signifikansi 0,05. Data yang diperoleh dianalisis varian
Produk yang dikembangkan adalah bahan (ANAVA), dan apabila terdapat perbedaan,
ajar pada Matakuliah Pengetahuan maka dianalisis lebih lanjut dengan uji
Lingkungan. Bahan ajar ini dikembangkan DMRT0,05 untuk mengetahui secara detail
dengan menggunakan four-D-models letak perbedaan, apakah berbeda nyata atau
(Thiagarajan, 1974) yang dimodifikasi, yaitu tidak. Ringkasan uji ANAVA sebagai berikut
melalui tahap define, design, dan develop (Tabel 1).
tanpa tahap-an disseminate. Data diperoleh

Tabel 1: Hasil Analisis Varians dari data hasil penelitian pengukuran COD
Type III Sum of
Source df Mean Square F Sig.
Squares
Corrected Model 230697.500a 7 32956.786 22.807 .000
Intercept 6847562.500 1 6847562.500 4.739E3 .000
Waktu 44222.500 1 44222.500 30.604 .000
Berat_Basah 167607.500 3 55869.167 38.664 .000
Waktu * Berat_Basah 18867.500 3 6289.167 4.352 .011
Error 46240.000 32 1445.000
Total 7124500.000 40
Corrected Total 276937.500 39
a. R Squared = ,833 (Adjusted R Squared = ,797)

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai p-level lama tanam dan berat basah Akar Wangi
lebih kecil dari alpha 0,05 (p<0,05) dengan sig terhadap kadar COD pada limbah cair pabrik
0,000. Berdasarkan hasil analisis tersebut, kelapa sawit. Analisis dilanjut-kan ke uji
maka hipotesis penelitian diterima. Terdapat lanjut DMRT0,05 (Tabel 2).
perbedaan yang nyata untuk variabel terikat

Tabel 2: Ringkasan uji DMRT0,05 tentang pengaruh lama tanam dan berat basah Akar Wangi
terhadap kadar COD pada limbah cair pabrik kelapa sawit
Variabel Terikat Kadar COD Notasi
Waktu 30 hari 380.500 a
(Lama Tanam) 15 hari 447.000 b

150 gr 365.000 a
Berat Basah 100 gr 370.000 b
Akar Wangi 50 gr 396.000 c
Kontrol 524.000 d

Ket. Satuan Kadar COD = mg/l

934 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Hasil uji lanjut DMRT 0,05 menunjukkan basah Akar Wangi terhadap kadar COD pada
bahwa untuk pengaruh lama tanam Akar limbah cair pabrik kelapa sawit menunjukkan
Wangi terhadap kadar COD pada limbah cair bahwa perlakuan dengan berat basah akar
pabrik kelapa sawit menunjukkan bahwa wangi 150 gr (notasi a) memberikan pengaruh
perlakuan dengan lama tanam Akar Wangi 30 paling tinggi terhadap penurunan kadar COD
hari (notasi a) memberikan pengaruh paling pada limbah cair pabrik kelapa sawit dan
tinggi terhadap penurunan kadar COD pada berbeda nyata dengan perlakuan berat basah
limbah cair pabrik kelapa sawit dan berbeda Akar Wangi kontrol (notasi d), 50 gr (notasi
nyata dengan perlakuan lama tanam akar c), 100 gr (notasi b).
Wangi 15 hari (notasi b). Ringkasan uji ANAVA untuk kadar
Hasil uji lanjut DMRT0,05 juga pencemar BOD sebagai berikut (Tabel 3).
menunjukkan bahwa untuk pengaruh berat

Tabel 3: Hasil Analisis Varians dari data hasil penelitian pengukuran BOD
Type III Sum of
Source df Mean Square F Sig.
Squares
Corrected Model 5732.832a 7 818.976 11.844 .000
Intercept 2773280.978 1 2773280.978 4.011E4 .000
Waktu 1184.723 1 1184.723 17.133 .000
Berat_Basah 3900.354 3 1300.118 18.802 .000
Waktu * Berat_Basah 647.754 3 215.918 3.123 .039
Error 2212.693 32 69.147
Total 2781226.503 40
Corrected Total 7945.525 39
a. R Squared = ,722 (Adjusted R Squared = ,661)

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai p-level lama tanam dan berat basah Akar Wangi
lebih kecil dari alpha 0,05 (p<0,05) dengan sig terhadap kadar BOD pada limbah cair pabrik
0,000. Berdasarkan hasil analisis tersebut, kelapa sawit. Analisis dilan-jutkan ke uji
maka hipotesis penelitian diterima. Terdapat lanjut DMRT0,05 sebagai berikut (Tabel 4).
perbedaan yang nyata untuk variabel terikat

Tabel 4: Ringkasan uji DMRT0,05 tentang pengaruh lama tanam dan berat basah Akar Wangi
terhadap kadar BOD pada limbah cair pabrik kelapa sawit
Variabel Terikat Kadar BOD Notasi
Waktu 30 hari 257.868 a
(Lama Tanam) 15 hari 268.752 b

150 gr 255.034 a
Berat Basah 100 gr 255.535 b
Akar Wangi 50 gr 263.202 c
Kontrol 279.468 d

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 935


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Ket. Satuan Kadar BOD = mg/l

Hasil uji lanjut DMRT0,05 me-nunjukkan basah Akar Wangi terhadap kadar BOD pada
bahwa untuk pengaruh lama tanam Akar limbah cair pabrik kelapa sawit menunjukkan
Wangi terhadap kadar BOD pada limbah cair bahwa perlakuan dengan berat basah Akar
pabrik kelapa sawit menunjukkan bahwa Wangi 150 gr (notasi a) memberikan pengaruh
perlakuan dengan lama tanam akar wangi 30 paling tinggi terhadap penurunan kadar BOD
hari (notasi a) memberikan pengaruh paling pada limbah cair pabrik kelapa sawit dan
tinggi terhadap penurunan kadar BOD pada berbeda nyata dengan perlakuan berat basah
limbah cair pabrik kelapa sawit dan berbeda Akar Wangi kontrol (notasi d), 50 gr (notasi
nyata dengan perlakuan lama tanam Akar c), 100 gr (notasi b).
Wangi 15 hari (notasi b). Ringkasan uji ANAVA untuk kadar
Hasil uji lanjut DMRT0,05 juga pencemar NH3-N sebagai berikut (Tabel 5).
menunjukkan bahwa untuk pengaruh berat

Tabel 5: Hasil Analisis Varians dari data hasil penelitian pengukuran NH 3-N
Type III Sum of
Source df Mean Square F Sig.
Squares
Corrected Model 179.565a 7 25.652 19.921 .000
Intercept 9584.287 1 9584.287 7.443E3 .000
Waktu 15.092 1 15.092 11.720 .002
Berat_Basah 158.612 3 52.871 41.058 .000
Waktu * Berat_Basah 5.861 3 1.954 1.517 .229
Error 41.206 32 1.288
Total 9805.059 40
Corrected Total 220.771 39
a. R Squared = ,813 (Adjusted R Squared = ,773)

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai p-level terikat lama tanam dan berat basah Akar
lebih kecil dari alpha 0,05 (p<0,05) dengan sig Wangi terhadap kadar NH3-N pada limbah
0,002 dan sig 0,000. Berdasarkan hasil analisis cair pabrik kelapa sawit. Analisis dilanjutkan
tersebut, maka hipotesis penelitian diterima. ke uji lanjut DMRT0,05 sebagai berikut (Tabel
Terdapat perbedaan yang nyata untuk variabel 6).

Tabel 6. Ringkasan uji DMRT0,05 tentang pengaruh lama tanam dan berat basah Akar Wangi
terhadap kadar NH3-N pada limbah cair pabrik kelapa sawit
Variabel Terikat Kadar NH3-N Notasi
Waktu 30 hari 14.865 a
(Lama Tanam) 15 hari 16.094 b

150 gr 14.125 a
Berat Basah 100 gr 14.216 b
Akar Wangi 50 gr 14.666 c
Kontrol 18.910 d

Ket. Satuan Kadar NH3-N = mg/l

936 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Hasil uji lanjut DMRT 0,05 me-nunjukkan basah Akar Wangi terhadap kadar NH3-N
bahwa untuk pengaruh lama tanam Akar pada limbah cair pabrik kelapa sawit
Wangi terhadap kadar NH3-N pada limbah menunjukkan bahwa perlakuan dengan berat
cair pabrik kelapa sawit menunjukkan bahwa basah Akar Wangi 150 gr (notasi a)
perlakuan dengan lama tanam Akar Wangi 30 memberikan pengaruh paling tinggi terhadap
hari (notasi a) memberikan pengaruh paling penurunan kadar NH3-N pada limbah cair
tinggi terhadap penurunan kadar NH3-N pada pabrik kelapa sawit dan berbeda nyata dengan
limbah cair pabrik kelapa sawit dan berbeda perlakuan berat basah Akar Wangi kontrol
nyata dengan perlakuan lama tanam Akar (notasi d), 50 gr (notasi c), 100 gr (notasi b).
Wangi 15 hari (notasi b). Ringkasan uji ANAVA untuk kadar
Hasil uji lanjut DMRT 0,05 juga pencemar minyak/lemak sebagai berikut
menunjukkan bahwa untuk pengaruh berat Tabel 7.

Tabel 7. Hasil Analisis Varians dari data hasil penelitian pengukuran minyak/lemak
Type III Sum of
Source Df Mean Square F Sig.
Squares

Corrected Model 31.754a 7 4.536 22.816 .000


Intercept 34331.982 1 34331.982 1.727E5 .000
Waktu 3.654 1 3.654 18.380 .000
Berat_Basah 26.497 3 8.832 44.425 .000
Waktu *
1.602 3 .534 2.687 .063
Berat_Basah
Error 6.362 32 .199
Total 34370.098 40
Corrected Total 38.116 39
a. R Squared = ,833 (Adjusted R Squared = ,797)

Tabel 7. menunjukkan bahwa nilai p-level lama tanam dan berat basah Akar Wangi
lebih kecil dari alpha 0,05 (p<0,05) dengan sig terhadap kadar lemak pada limbah cair pabrik
0,000. Berdasarkan hasil analisis tersebut, kelapa sawit. Analisis dilanjutkan ke uji lanjut
maka hipotesis penelitian diterima. Terdapat DMRT0,05 sebagai berikut (Tabel 8).
perbedaan yang nyata untuk variabel terikat

Tabel 8. Ringkasan Uji DMRT0,05 tentang pengaruh lama tanam dan berat basah Akar Wangi
terhadap kadar minyak/lemak pada limbah cair pabrik kelapa sawit
Variabel Terikat Kadar Lemak Notasi
Waktu 30 hari 28.994 a
(Lama Tanam) 15 hari 29.599 b
150 gr 28.611 a
Berat Basah 100 gr 28.827 b
Akar Wangi 50 gr 29.071 c
Kontrol 30.678 d
Ket. Satuan Kadar Lemak = mg/l

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 937


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Hasil uji lanjut DMRT 0,05 menunjukkan pendorong dan fasilitator membantu
bahwa untuk pengaruh lama tanam Akar mikroorganisme tanah dan air dalam
Wangi terhadap kadar lemak pada limbah cair meningkatkan efesiensi biodegradasi polutan,
pabrik kelapa sawit menunjukkan bahwa seperti proses transpirasi yang dilakukan oleh
perlakuan dengan lama tanam Akar Wangi 30 tanaman dimana terjadi penyerapan air dan
hari (notasi a) memberikan pengaruh paling kemudian diuapkan ke udara melewati stomata
tinggi terhadap penurunan kadar lemak pada pada daun. Proses transpirasi ini mengunakan
limbah cair pabrik kelapa sawit dan berbeda matahari sebagai sistem yang membantu
nyata dengan perlakuan lama tanam Akar transpirasi. Pada saat transpirasi terjadi, akar
Wangi 15 hari (notasi b). tanaman menghisap zat cair dan larutan yang
Hasil uji lanjut DMRT0,05 juga berada di sekitar akar tertarik ke daerah
menunjukkan, bahwa untuk pengaruh berat rhizospher sehingga kontaminan lebih
basah Akar Wangi terhadap kadar lemak pada terkonsentrasi di daerah rhizospher dan
limbah cair pabrik kelapa sawit menunjukkan mempermudah bakteri untuk mengambil
bahwa perlakuan dengan berat basah Akar sebagai sumber nutrisi. Tanaman juga dapat
Wangi 150 gr (notasi a) memberikan pengaruh mengadsorpsi dan biodegradasi konta-minan
paling tinggi terhadap penurunan kadar lemak yang berada di udara, tanah, dan air. Proses
pada limbah cair pabrik kelapa sawit dan adsorpsi tersebut bersifat menyaring/ filter
berbeda nyata dengan perlakuan berat basah untuk kontaminan.
Akar Wangi kontrol (notasi d), 50 gr (notasi Penurunan parameter pencemar menurut
c), 100 gr (notasi b). Zhang, et.al dalam Suhendrayatna dkk, (2012)
Hasil penelitian ini me-nunjukkan bahwa dipengaruhi oleh lama waktu fitoremediasi.
limbah cair pabrik kelapa sawit mengandung Lama-nya waktu tanam dalam proses fito-
senyawa protein, karbohidrat, dan lemak. remediasi akan memberikan kesem-patan bagi
Ketiga jenis pencemar tersebut terutama di- mikroorganisme untuk men-degradasi zat
susun unsur karbon, hidrogen, oksigen, dan kontaminan. Deny dalam Kansiime dan
nitrogen. Brahmana dan Hidayat (2008), Nalubega (1999) juga menjelaskan, bahwa
menjelaskan bahwa bahan-bahan pencemar penyerapan unsur hara (bahan pencemar)
tersebut akan diserap oleh akar tanaman berhubungan langsung dengan laju
setelah didegradasi oleh mikroorganisme pertumbuhan tanaman, di mana unsur hara
menjadi senyawa yang lebih sederhana. akan diubah dan digunakan dalam produksi
Apriadi (2008), menguatkan, bahwa bakteri sel-sel baru selama pertumbuhan. Unsur hara
akan meng-ubah bahan organik menjadi lebih diserap tanaman sebagai nutrisi untuk
se-derhana serta menghasilkan energi untuk membantu pertumbuhannya.
sintesis sel bakteri itu sendiri. Hasil validasi ahli pengem-bangan bahan
Menurut Anderson et al., dalam Erickson ajar dan analisis terhadap bahan ajar secara
et al., (1999) beberapa tanaman tidak secara ringkas disajikan pada Tabel 9.
aktif berperan langsung dalam remediasi tanah
dan air tetapi tanaman berfungsi sebagai faktor

Tabel 9: Ringkasan hasil dan analisis validasi ahli pengembangan bahan ajar
Aspek P (%) Kategori Keputusan Uji
Format Handout 85 S.L T.R
Kebahasaan 80 L T.R
Penyajian 90 S.L T.R
Tampilan 70 L T.R
Manfaat 100 S.L T.R

938 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Ket:
S.L = Sangat Layak T.R = Tidak Revisi
L = Layak R = Revisi

Berdasarkan Tabel 9. diketahui bahwa aspek keputusan uji tidak perlu direvisi. Aspek
format bahan ajar di-dapatkan nilai presentase tampilan didapat-kan nilai presentase 70%,
85%. Peroleh-an presentase tersebut menunjukkan kategori layak dengan
menunjukkan kategori sangat layak, sehingga keputusan uji tidak perlu direvisi, sedangkan
bahan ajar tidak perlu direvisi. Aspek ke- untuk aspek manfaat didapatkan nilai
bahasaan didapatkan nilai presentase 80%, pesentase 100%, menunjukkan kategori sangat
menunjukkan kategori layak dengan layak dengan keputusan uji tidak perlu
keputusan uji tidak perlu di-revisi. Aspek direvisi.
penyajian didapatkan nilai presentase 90%, Hasil validasi ahli materi dan analisis terhadap
menunjukkan kategori sangat layak dengan bahan ajar secara ringkas disajikan
pada Tabel 10.

Tabel 10: Ringkasan hasil dan analisis validasi ahli materi


Aspek P (%) Kategori Keputusan Uji
Kesesuaian dengan
prinsip pengembangan 90.00 S.L T.R
bahan ajar
Kelayakan Isi 90.56 S.L T.R
Keterbacaan 91.67 S.L T.R
Ket:
S.L = Sangat Layak T.R = Tidak Revisi
L = Layak R = Revisi

Berdasarkan Tabel 11, juga diketahui bahwa untuk aspek keterbacaan didapatkan nilai
aspek kesesuaian dengan prinsip presentase 91,67%, menunjukkan kategori
pengembangan bahan ajar didapatkan nilai sangat layak dengan keputusan uji tidak perlu
presentase 90%. Perolehan presentase tersebut direvisi.
menun-jukkan kategori sangat layak, sehingga Uji pengembangan dilakukan dalam kelompok
handout tidak perlu direvisi. Aspek kelayakan kecil dengan jumlah responden sebanyak 15
isi didapatkan nilai pre-sentase 90,56%, mahasiswa. Hasil uji pengembangan dan
menunjukkan kategori sangat layak dengan analisis secara ringkas disajikan pada Tabel 12
keputusan uji tidak perlu direvisi, sedangkan

Tabel 11: Ringkasan hasil dan analisis uji pengembangan


Aspek P (%) Kategori Keputusan Uji
Format bahan ajar 84,27 S.L T.R
Kebahasaan 84,00 S.L T.R
Penyajian 82,00 S.L T.R
Tampilan 89,33 S.L T.R
Manfaat 89,33 S.L T.R
Ket:
S.L = Sangat Layak T.R = Tidak Revisi
L = Layak R = Revisi

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 939


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Berdasarkan Tabel 12. diketahui bahwa uji kelompok kecil menunjukkan, bahwa
aspek format bahan ajar didapatkan nilai bahan ajar telah layak digunakan dalam
presentase 84.27%. Perolehan presentase pembelajaran di perguruan tinggi.
tersebut menunjukkan kategori sangat layak, Penelitian lebih lanjut juga diperlukan
sehingga bahan ajar tidak perlu direvisi. untuk mengetahui mikro-organisme yang
Aspek kebahasaan didapatkan nilai presentase bersimbiosis dengan akar tumbuhan (Akar
84%, menunjukkan kategori sangat layak Wangi), serta mengembangkan penelitian ini
dengan keputusan uji tidak perlu direvisi. menjadi buku refrensi dengan informasi-
Aspek penyajian didapatkan nilai presentase informasi berdasarkan hasil penelitian yang
82%, menunjukkan kategori sangat layak lebih lengkap.
dengan keputusan uji tidak perlu direvisi.
Aspek tampilan didapatkan nilai presentase Daftar Rujukan
89.33%, menunjukkan kategori sangat layak Amir, S. 2012. Pengembangan Bahan Ajar
dengan keputusan uji tidak perlu direvisi, Berbasis Kontekstual untuk
sedangkan untuk aspek manfaat didapatkan Pembelajaran Kimia Materi Unsur
nilai presentase 89.33%, menunjukkan Transisi sebagai Sumber Belajar Mandiri
kategori sangat layak dengan keputusan uji Peserta Didik Kelas XII SMA. (Online),
tidak perlu direvisi. (eprints.uny.ac.id), diakses pada 25 April
Penelitian pengembangan dila-kukan 2013.
untuk menjembatani antara pene-litian dan Apriadi, T. 2008. Kombinasi Bakteri dan
praktek pendidikan (Ardhana, 2002). Materi Tumbuhan Air sebagai Bioremediator
yang terdapat dalam bahan ajar ini diharapkan dalam Mereduksi Kandungan Bahan
mampu melahirkan pemikiran-pemikiran baru Organik Limbah Kantin. IPB Repository.
yang akan menjawab permasalahan Ardhana, I.W., 2002. Konsep Penelitian
lingkungan akibat serangkaian inter-vensi Pengembangan dalam Bidang
manusia yang bersifat negatif. Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran. Makalah
bahan ajar berdasarkan permasalahan disajikan dalam Lokakarya Nasional
kontekstual, menurut Amir (2012) pada Angkatan II Metodologi Penelitian
dasarnya sama dengan pengembangan materi Bidang Pendidikan dan Pembelajaran.
untuk bahan ajar pada umumnya. Perbeda- Malang, 22-24 Maret
annya adalah pada bentuk penyajian Dafforn, MR. 2002. Hedge Vetiver: A Genetic
materinya. Penyajian materi untuk bahan ajar and Intellectual Heritage. Proceedings of
yang kontekstual mengguna-kan pendekatan the Second International Conference on
kontekstual artinya, penyajian materi untuk Vetiver: Vetiver and the Environment. Pp.
bahan ajar yang kontekstual dikaitkan dengan 361-371. Bangkok
situasi dunia nyata mahasiswa, sehingga di- Erickson L.E, M.K. Banks, L.C.Davis,
harapkan dapat memberikan banyak informasi A.P.Schwab, N. Muralidharan, and K.
tentang pengolahan limbah cair dari pabrik Reilley. 1999. Using Vegetaion To
kelapa sawit. Enhance In Situ Bioremediation.
(Online). http ://www .engg.ksu.edu
Simpulan /HSRC/phytorem /vegenhance.html,
Hasil penelitian ini menun-jukkan bahwa diakses 06 Juni 2013
Akar Wangi (Chrysopogon zizanioides,L) Hidayat, E.N., dan W. Aditya. 2008. Potensi
mampu menurunkan kadar COD, BOD, NH3- dan Pengaruh Tanaman pada
N, dan minyak/ lemak, serta uji validasi dan Pengolahan Air Limbah Domestik

940 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

dengan Sistem Constructed Wetland. Silaholo W.S. 2009. Analisa Kandungan


Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, vol 2 Ammonia dari Limbah Cair Inlet dan
(2), 11-18. (Online). Outlet dari Beberapa Industri Kelapa
eprints.upnjatim.ac.id/1257/2/2- Sawit. Tesis tidak diterbitkan. USU.
._Jurnal_Euis.pdf. Diakses 06 Juni 2013 Medan
Juhaeti, Titi., N. Hidayati., F. Syarif., dan S. Suhendrayatna., Marwan., R. Andriyani., Y.
Hidayat. 2009. Uji Potensi Tumbuhan Fajriana., dan Elvitriana. 2012. Removal
Akumulator Merkuri untuk Fitoremediasi of Municipal Wastewater BOD, COD,
Lingkungan Tercemar Akibat Kegiatan and TSS by Phyto-Reduction: A
Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Laboratory Scale Comparison of Aquatic
Kampung Leuwi Bolang, Desa Bantar Plants at Different Species Typha
Karet, Kecamatan Nanggung, Bogor. latifolia and Saccharum spontaneum.
Jurnal Biologi Indonesia 6 (1):1-11 International Journal of Engineering and
Kansiime, F., dan Nalubega, M. 1999. Innovative Technology (IJEIT), vol 2(6),
Wastewater Treatment by Natural 333-337. (Online),
Wetland; The Nakubivo Swamp, Uganda http://www.idconline.com-
[pdf]. Disertation defense, Board of /technical_references/pdfs/civil_engi-
Deans of Wageningen Agricultural neering. Diakses 06 Juni 2013.
University and the Academic Board of Tjahaja, P. I. 2007. Penyerapan 134Cs dari
the International Institute for Tanah oleh Tanaman Bunga Matahari
Infrastructural, Hydraulic and (Helianthus anuus, Less). Jurnal Pusat
Enviromental Engineering). (Online). Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri.
http://edepot.wur.nl/192727. Diakses 06 BATAN. Bandung.
Juni 2013

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 941


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

TEMUAN Asterostemma repandum Decne. (Asclepiadoideae) DI GUNUNG IJO


PEGUNUNGAN BATUR AGUNG YOGYAKARTA

Widodo
Fakultas Saintek UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Jl. Marsda Adisucipto No. 1 Yogyakarta 55281, e-mail: wwidodo594@gmail.com

Abstrak
Ditemukan populasi terbatas Asterostemma repandum Decne. di semak-semak tepi jalan
pada lokasi S 07o 04 04.1; E 110o 30 47.9 Gunung Ijo Pegunungan Batur Agung Yogyakarta.
Identifikasi didasarkan pada deskripsi Backer dan Bakhuizen (1963), specimen tipe Herbarium
MNHN-P-P032565 berasal dari Jawa (Musum national dHistoire naturelle Paris Perancis,
2014), gambar Delessert dan Candolle (1838). Informasi tentang Asterostemma repandum di
Indonesia maupun global sangat terbatas. Artikel ini memaparkan foto karakteristik morfologi
penting seperti perawakan (habitus), batang, daun, bunga, dan pollinia.

Kata kunci: Asterostemma repandum, Asclepiadoideae, Gunung Ijo, Batur Agung

Pendahuluan tanpa keterangan tahun. Herbarium tipe


Pada eksplorasi, pengamatan dan disimpan di Museum National DHirtoire
pengkajian tumbuhan liar di Gunung Ijo Naturelle Paris (MNHN) No.P032565 ( http://
Pegunungan Batur Agung Yogyakarta, penulis coldb. mnhn. fr/ catalog number /
mengkoleksi tumbuhan merambat (Widodo, mnhn/p/p032565). Asterostemma merupakan
415 m, 31 Desember 2012) diantara semak- genus sub famili Asclepiadoideae (dahulu
semak liar disisi timur Candi Ijo (S. famili Ascledpiadaceae). Asterostemma
07,47,04.4; E. 110, 30, 47.9) yang berada merupakan anggota tribus Marsdenieae dari
di Gunung Ijo. Setelah proses koleksi dan famili Asclepiadaceae (Takhtajan, 2009).
pengamatan ulang pada musim perbungan Informasi tentang Asterostemma di Indonesia
tahun 2013, pembentukan buah 2014 serta maupun global sangat sedikit. Tercatat record
proses identifikasi melalui penelusuran tentang Asterostemma hanya terdiri dari satu
literatur maupun herbarium diperoleh bahwa spesies yaitu Asterostemma repandum (IPNI,
species tumbuhan tersebut adalah 2005). Backer dan Bakhuizen (1963)
Asterostemma repandum. menuliskan bahwa genus Asterostemma di
Penelusuran literatur lebih lanjut Jawa meliputi satu spesies yaitu Asterostemma
diperoleh bahwa Asterostema repandum repandum Decne. Species ini ada di Jawa
dikemukakan pertama kali oleh Joseph bagian timur dan sangat lokal. Masa
Decaisne (1838). Species ini dimuat dalam perbungaan berkisar bulan Juli, November,
atlas gambar tumbuhan dalam buku Icons Desember (Backer dan Bakhuizen, 1963).
Selectae Plantarum (Dellesert dan Candole, Sangat sedikit informasi tentang
1846). Karakteristik bunga Asterostemma Asterostemma repandum dalam literatur
repandum dideskripsikan dan digambarkan maupun gambar-gambar di internet. Tulisan
oleh Lindley (1853). ini mempresentasikan deskripsi tumbuhan,
Herbarium tipe Asterostemma repandum foto specimen dibandingkan dengan
dikoleksi oleh Leschenault berasal dari Jawa herbarium tipe dan gambar atlas kuno untuk

942 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

memperjelas identifikasi. Penemuan spesies Alat-alat untuk pengamatan dan koleksi


Asterostemma repandum di pegunungan Batur terdiri: kamera digital Sony Nex F3, kamera
Agung Yogyakarta perlu disebarluaskan untuk digital Sony Cyber-Shot DSC-W180, kamera
mempresentasikan kekayaan flora di Jawa. digital Canon DSLR, mistar, mikrometer,
Kekayaan flora di Jawa khususnya tumbuhan jangka sorong, roll meter kecil, plastik
non budidaya saat ini mendekati tidak dikenali koleksi, gunting, cutter, kertas label, GPS
lagi baik nama maupun specimennya (Global Positioning System), perlengkapan
walaupun telah didokumentasikan pada buku- koleksi herbarium kering, botol flakon,
buku flora dan herbarium ratusan tahun masa mikroskop stereo Nikon SMZ 1500 dilengkapi
lalu oleh penjelajah Eropa. kamera, mikroskop cahaya Nikon Eclipse 50
Publikasi penemuan kehidupan species- dilengkapi kamera Nikon DSF1. Bahan untuk
species tumbuhan di alam diperlukan untuk pengamatan dan koleksi terdiri: Aquadest,
melengkapi data flora dunia, re-check dan Alkohol 70 %, larutan FAA (Formalin Acetic
rediscovery flora lama, memperbaiki dan Alchohol).
memudahkan deskripsi ciri yang telah ada Cara Kerja
untuk data base penelitian lebih lanjut tentang 1. Pemotretan specimen dalam kondisi
biodiversitas tumbuhan, struktur tumbuhan, alamiah di lokasi
sistematika tumbuhan dan pembelajaran 2. Pemotretan specimen dalam kondisi
bidang tersebut dalam kajian biologi. Kajian persiapan proses herbarium kering
biologi menjadi dasar dukungan untuk 3. Pemotretan detail bunga
kegiatan-kegiatan pelestarian (konservasi) dan 4. Pembuatan herbarium kering
penggalian manfaat tumbuhan bumi yang
5. Pemotretan herbarium kering specimen
berkelanjutan.
6. Koleksi awetan dan pengamatan struktur
Tujuan penelitian ini mempresentasikan
deskripsi visual karakteristik morfologi daun, bunga
batang, bunga, pollinia, buah Asterostemma 7. Pengamatan dan pemotretan pollinia
repandum untuk verifikasi identifikasi. 8. Deskripsi dan determinasi specimen
untuk anggota Asclepiadaceae
berdasarkan buku Flora of Java (Backer
Metodologi dan Bakhuizen, 1963)
Metode penelitian dengan eksplorasi dan
9. Checking dan pencocokan dengan
kunjungan dengan koleksi (exploration and
herbarium tipe
collection trip, (Singh, 1999). Eksplorasi awal
dilakukan pada Desember 2012 bersamaan
kegiatan eksplorasi tumbuh-tumbuhan liar. Hasil dan Pembahasan
Pemotretan dilakukan untuk langkah awal Koleksi specimen Asterostemma
identifikasi. Pengambilan sampel specimen repandum dilakukan penulis pada 31
untuk herbarium juga dilakukan dengan tetap Desember 2012 di jalur pungung Gunung Ijo
memperhatikan kelestarian populasi. Pegunungan Batur Agung pada lokasi lokasi S
Bersamaan dengan proses identifikasi 07o 04 04.1; E 110o 30 47.9 populasi
dilakukan pemantauan dan kunjungan terbatas. Populasi ditempat lain belum
berdasarkan prediksi masa perbungaan dan ditemukan penulis. Pada 19 Januari 2013, 4
pembentukan buah, yaitu Desember 2012, Desember 2013, 3 Januari 2014 dan 20
Januari 2013, Desember 2013, Januari 2014, Oktober 2014 dilakukan koleksi kembali
Oktober 2014. Koleksi bunga dengan teknik (Gambar 1, 2, 3, 4, dan 5). Teknik koleksi
awetan basah dilakukan untuk identifikasi herbarium basah dilakukan terhadap sebagian
lebih lanjut. bunga.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 943


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Informasi taksonomi. Asterostemma bulat telur-oblong atau bulat telur hingga


repandum Decne. Decaisne, J. Sci. Nat., Bot. lanset, tidak sangat tumpul; korona berbulu
Sr. 2, 9: 271. 1838; Delessert, B., Candolle, halus; ujung lobus korona bidentatus, setinggi
A.P. de, Icones Selectae Plantarum, Vol. 5: ujung stigma atau sedikit lebih tinggi; buah
83. 1846; Backer, C. A & Bakhuizen, R. C. follikulus panjang 6-8 cm. Daun bulat telur
Flora of Java, Vol. 2: 274. 1965. Tipe: memanjang, pangkal cordatus, ujung
Leschenault P032565 (MNHN, tipe). mendekati meruncing, sangat tumpul, kadang
Bunga majemuk malai sangat pendek, oval dengan ujung pendek meruncing, berbulu
tangkai pendek berbulu, terdiri 3-5 bunga, dikedua sisi, 4-5 anak tulang daun, 3-9,5 cm
berbulu halus; lobus daun kelopak ketika lebar 2-4 cm; tangkai pendek berbulu, 0,5-
kering panjang 2,5 mm; oblong, obtusus, 1cm. Perbungaan, Desember, Januari; Gunung
berambut, sisi luar berbulu halus; korola Ijo dekat Candi Ijo Peg. Baturagung
kuning atau pink salmon, dengan satu titik Yogyakarta: S 07o 04 04.1; E 110o 30
merah gelap, sisi luar berbulu halus, berbulu 47.9, 415 m diatas permukaan laut; sangat
pendek di sisi dalam, panjang mahkota ketika sedikit; semak merambat-liana kecil.
kering 8 mm; tabung pendek; segmen mahkota

Gambar 1. A. Foto Perawakan (Habitus) Asterostemma repandum di Habitat Alami Temuan


Penulis. B, C, D. Letak Bunga. E. Koleksi Specimen Basah. F. Herbarium Kering
Penulis. G Foto Herbarium Tipe (MNHN, Paris). H. Ilustrasi (DeCandolle dan
DeLessert (1846).

944 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Gambar 2. A. Susunan Bunga Asterostemma repandum Temuan Penulis (1, 2. Kuncup Bunga
Majemuk, 3,4. Susunan Bunga Mekar, 5. Satuan Bunga mekar. B. Susunan Bunga
Asterostemma repandum Herbarium Tipe dan Ilustrasi dari DeCandolle dan deLessert
(1846) (1,2. Kuncup Bunga Majemuk pada Herbarium Tipe, 3,4. Ilustrasi Bunga
Mekar, 5. Ilustrasi Satuan Bunga Mekar).

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 945


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

A B C
1. Gynostegium dengan korona 1. Gynostegium dengan korona 1. Gynostegium dengan korona

2. Susunan gynostegium 2. Susunan gynostegium 3. Susunan gynostegium

Gambar 3. Gabungan Alat Kelamin Betina dengan Jantan (Gynostegium) Asterostemma


repandum. A. Foto Specimen Temuan Penulis. B. Ilustrasi DeCandolle dan DeLessert
(1846). C. Ilustrasi Pada Herbarium Tipe (MNHN, Paris). Keterangan Pada Ilustrasi
Merupakan Tambahan Penulis.

946 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

A B
1 2

3 C

Gambar 4. Bentuk dan Susunan Pollinia Asterostemma repandum. A. Temuan Penulis (1,2.
Keadaan Terlepas atau Bebas dari Gynostegium, 3. Orientasi dan Kedudukan Bagian-
Bagian Pollinia pada Gynostegium dengan Korpuskulum dan Lobus Pollinia Yang
Tegak). B. Ilustrasi DeCandolle dan DeLessert (1846). C. Ilustrasi dalam Herbarium
Tipe (MNHN, Paris)

A B

Gambar 5. Buah Asterostemma repandum. Biji Telah Lepas. A. Tampak Dinding Bagian Dalam.
B. Tampak Dinding Luar.

Tumbuhan ini melilit pada Meyna grisea tumbuhan ini mirip dengan daun Argyera
bersamaan tumbuhan melilit lainnya: Argyreia mollis. Eksplorasi dan pengamatan di sekitar
mollis, Centrosema pubescens berdekatan lokasi belum ditemukan tumbuhan tersebut
dengan Mardenia tenacissima, Telosma sampai laporan ini ditulis.
accedens, Eupatorium palescens sehingga Specimen ditemukan penulis ketika
sulit dikenali. Ukuran dan struktur daun sedang kunjungan periodik untuk mengamati

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 947


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

dan proses identifikasi Marsdenia Daftar Rujukan


tenacissima, Telosma accedens, Gymnema Backer, C. A. & Bakhuizen. 1963. Flora of
sylvestris, Marsdenia brunoniana. Jawa (Spermatophytes Only). Vol I,
Terbatasnya keberadaan tumbuhan ini di II, III. Groningen: N. V. P. Noordhoff.
lokasi penemuan maka diperlukan eksplorasi DeLessert, B., Candole, A. P. 1846. Icon
dikawasan pegunungan sekitarnya untuk Selectae Plantarum Vol. 5. Paris:
memastikan status persebarannya. Bersamaan Apud Fortin Masson et Sociorum.
proses eksplorasi perlu dilakukan pengawetan (www.illustratedgarden.org/mobot/.../
specimen dari biji. Sampai saat ini koleksi biji page.asp?.., diakses 30 Oktober
belum berhasil karena pengamatan buah pada 2014).
kunjungan terakhir telah mengalami pecah Herbarium Museum National d Histoire
buah (kehilangan biji-bijinya). Naturelle Paris (MNHN). 2014.
Asterostemma repandum.
Simpulan (http://colb.mnhn.fr., diakses 30
Berdasarkah pembahasan diperoleh Oktober 2014).
kesimpulan yang pertama adalah Singh, G. 1999. Plant Systematics. New
Asterostemma repandum Decne. ditemukan di Hampshire: Science Publisher.
Gunung Ijo Pegunungan Baturagung DI Takhtajan, A. 2009. Flowering Plant. St
Yogyakarta. Kemudian kesimpula yang kedua Petersburg: Springer.
yaitu ciri-ciri morfologi perawakan (habitus), IPNI (International Plant Name Index). 2014.
daun, bunga specimen Asterostemma Asterostemma repandum
repandum di Gunung Ijo menunjukkan (http://www.plantsystematics.org,
kesesuaian dengan Herbarium Type di diakses 30 Oktober 2014).
MNHN dan ilustrasi Dellesert & Decandolle Decaisne, J. 1838. Annales des Sciences
(1838). Kesimpulan yang ketiga adalah ciri Naturelles : Botanique, ser. 2. Paris:
gynostegium, korona, pollinia merupakan Paris and Archives de botanique. (http
bagian penting untuk checking dan verifikasi : // www.tropicos.org /
identifikasi Name/2603118, diakses 30 Oktober
2014)

948 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

EKSPLORASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI TERMOFILIK LOKAL


PENGHASIL AMILASE, LIPASE, DAN PROTEASE TERMOSTABIL DARI
SUMBER AIR PANAS KAWAH IJEN

Wiwik Hariyatik, Mohamad Amin, Endang Suarsini


SMA Negeri 1 Tenggarang
Jl. Raya Situbondo No. 96, e-mail: hariyatikwiwik@yahoo.com

Abstrak
Kawah Ijen merupakan salah satu kawasan yang memiliki keanekaragamanan
mikroorganisme penghasil enzim termostabil. Pengeksplorasian bakteri termofilik
penghasil amilase, lipase, dan protease di kawah Ijen merupakan langkah untuk
penyediaan enzim termostabil khas wilayah Indonesia yang dapat digunakan untuk
industri, bioteknologi dan bioremidiasi. Tujuan dalam penelitian ini, antara lain 1)
Mengidentifikasi keragaman bakteri termofilik dari sumber air panas kawah Ijen
Kabupaten Bondowoso Jawa Timur; 2) Menganalisis aktivitas amilase oleh isolat
bakteri termofilik dari sumber air panas kawah Ijen Kabupaten Bondowoso Jawa Timur;
3) Menganalisis aktivitas lipase oleh isolat bakteri termofilik dari sumber air panas
kawah Ijen Kabupaten Bondowoso Jawa Timur; dan 4) Menganalisis aktivitas protease
oleh isolat bakteri termofilik dari sumber air panas kawah Ijen Kabupaten Bondowoso
Jawa Timur. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif laboratorik. Data yang
diperoleh dianalisis dengan menggunakan ANAVA (uji F) satu jalur dengan taraf
signifikant 5% yang dilanjutkan dengan uji BNT 5%. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa: ditemukan 12 isolat bakteri termofilik, masing-masing terdapat 3
isolat bakteri termofilik amilolitik, lipolitik dan proteolitik unggul. Bakteri termofilik
amilolitik unggul adalah Pseudomonas stutzeri, Bacillus firmus, dan Pseudomonas
flurescens. Bakteri termofilik lipolitik unggul adalah Pseudomonas aeruginosa,
Pseudomonas flurescens, dan Pseudomonas stutzeri sedangkan bakteri termofilik
proteolitik unggul adalah Bacillus firmus, Pseudomonas aeruginosa, dan Staphylococcus
aureus. Setiap isolat memiliki karakteristik makroskopis, mikroskopis, dan fisiologis
yang berbeda satu dengan yang lain. Aktivitas amilase, lipase, dan protease termostabil
secara kuantitatif dari ketiga isolat bakteri termofilik amilolitik, lipolitik, dan proteolitik
unggul berbeda. Bakteri termofilik amilolitik yang potensial menghidrolisis amilum
adalah Bacillus firmus dan Pseudomonas flurescens. Bakteri termofilik lipolitik yang
paling potensial menghidrolisis lemak adalah Pseudomonas stutzeri sedangkan bakteri
termofilik proteolitik yang paling potensial menghidrolisis protein adalah Pseudomonas
aeruginosa.

Kata kunci:eksplorasi, identifikasi, bakteri termofilik, termostabil

Pendahuluan Enzim ini memiliki keunggulan yaitu


Bakteri termofilik merupakan resisten terhadap panas, cepat bereaksi,
organisme penghasil enzim termostabil. meningkatkan kelarutan reaktan,

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 949


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

menurunkan viskositas substrat, Metode Penelitian


mengurangi resiko kontaminasi (Burg, Desain penelitian ini adalah
2003), memungkinkan biostransformasi eksploratif laboratorik. Penelitian
pada pH yang sama, dan mencegah eksploratif laboratorik dilakukan dengan
penambahan garam (Di lerni dkk., (1998) metode observasi untuk mengidentifikasi
dalam Khalil, 2011). Enzim termostabil keanekaragaman karakter atau ciri-ciri
yang dibutuhkan oleh industri antara lain morfologi, sitologi, fisiologi, dan
amilase, lipase, dan protease. Amilase menganalisis aktivitas amilase, lipase, dan
dibutuhkan (25-30)% dari total protease termostabil secara kualitatif dan
penggunaan enzim di dunia (Maarel kuantitatif oleh spesies-spesies bakteri
2002). Setiap tahun dibutuhkan 1.000.000 termofilik dari sumber air panas kawah
ton asam lemak, dengan demikian Ijen.
dibutuhkan lipase yang menghidrolisis Peralatan yang digunakan pada
lemak menjadi asam lemak (Natalia dkk., penelitan ini adalah cawan petri, gelas
2004) sedangkan protease dibutuhkan kimia, gelas ukur, labu takar, labu
sebanyak 60% dari total penggunaan Erlenmeyer, tabung reaksi, corong kaca,
enzim di dunia (Kamelia dkk., 2005). pengaduk, pipet volume, mikroburet, botol
Indonesia merupakan negara dengan Reagent, dan thermometer, termos, gloves,
biodeversitas tinggi serta memiliki banyak sikat, container gabus, mikropipet
aktivitas geotermal. Pasar yang luas dan Eppendorf beserta tip pipet mikro ukuran
sumber daya alam yang mendukung 100 L dan 1000 L, tabung mikro
merupakan peluang yang sangat berharga (Eppendorf) ukuran 2000 L, botol
bagi pengembangan industri enzim di semprot, dan kawat ose berkolong, kawat
Indonesia sehingga eksplorasi bakteri ose tidak berkolong, hot plate, kompor
termofilik penghasil amilase, lipase, dan gas, rak tabung reaksi, gunting,
protease dari sumber air panas kawah Ijen alumunium foil, vortex, spatula, kuvet,
merupakan langkah untuk mengatasi label, kapas, tissue, pH meter dan bunsen,
kelangkaan enzim termostabil di neraca analitis, laminar air flow (LAF),
Indonesia. Tujuan dari penelitian ini yaitu, Autoclave,incubator shaker, magnetic
1) Mengidentifikasi keragaman bakteri stirrer,lemaries, inkubator,
termofilik dari sumber air panas kawah spektrofotometer (spektronik 20 D), dan
Ijen Kabupaten Bondowoso Jawa Timur. kamera.
2) Menganalisis aktivitas amilase oleh Bahan-bahan yang digunakan dalam
isolat bakteri termofilik dari sumber air penelitian ini adalah bakteri termofilik
panas kawah Ijen Kabupaten Bondowoso yang menempel pada batu yang
Jawa Timur. 3) Menganalisis aktivitas berasaldari sumber air panas kawah Ijen
lipase oleh isolat bakteri termofilik dari Jawa Timur. Bahan kimia lain yang
sumber air panas kawah Ijen Kabupaten digunakan dalam penelitian ini antara lain:
Bondowoso Jawa Timur. 4) Menganalisis medium Luria Bertani (LB) cair, medium
aktivitas protease oleh isolat bakteri Luria Bertani (LB) padat, medium
termofilik dari sumber air panas kawah pengenceran, medium spesifik yang terdiri
Ijen Kabupaten Bondowoso Jawa Timur. dari Amilum Agar (AA); Nutrient Agar
Lemak (NAL); dan Skim Milk Agar

950 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

(SMA), medium Nutrient Agar, larutan uji yang terisolasi ada dua belas isolat yang
aktivitas amilase, larutan uji aktivitas diberi kode A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K ,
lipase, dan larutan uji aktivitas protease. dan L. Selanjutnya dua belas isolat bakteri
Untuk mendapatkan data dalam termofilik ditumbuhkan di dalam medium
penelitian ini dilakukan prosedur kerja spesifik yaitu amilum agar (AA), nutrient
yaitu 1) isolasi bakteri termofilik dari agar lemak (NAL), dan skim milk agar
sumber air panas kawah Ijen. Kegiatan ini (SMA). Bakteri termofilik yang mampu
meliputi: sterilisasi alat dan bahan, menghidrolis amilum, lemak, dan protein
pembuatan medium yang terdiri atas akan memperlihatkan zona bening pada
medium LB cair; medium LB padat; bagian dasar medium spesifik sedangkan
medium NA miring; medium selektif (AA, yang tidak mampu membentuk zona
NAL, dan SMA); medium produksi bening berarti tidak mampu
amilase, lipase dan protease yang berupa menghidrolisis amilum, lemak, dan protein
Reagent untuk mengetahui aktivitas enzim yang ada di dalam masing-masing medium
dari isolat bakteri termofilik yang unggul, spesifik. Data isolat bakteri termofilik
pengambilan sampel, propagasi bakteri berdasarkan kemampuan dalam
termofilik, pengenceran sampel, inokulasi menghidrolisis amilum, lemak, dan protein
bakteri, dan karakterisasi. 2) seleksi dapat dilihat pada Tabel 1.
bakteri termofilik amilolitik, lipolitik, dan Dari data di atas terdapat 5 jenis isolat
proteolitik unggul berdasarkan nilai indeks bakteri termofilik amilolitik, 9 jenis isolat
hidrolisis dalam medium spesifik. 3) bakteri termofilik lipolitik, dan7 jenis
penentuan aktivitas amilase, lipase, dan isolat bakteri termofilik proteolitik.
protease secara kuantitatif. 4) identifikasi Kemudian dilakukan pengukuran indeks
jenis-jenis bakteri termofilik amilolitik, hidrolisis untuk mengukur aktivitas
lipolitik, dan proteolitik.Data yang amilase, lipase, dan protease termostabil
diperoleh berupa aktivitas amilase, lipase, secara kualitatifdan seleksi 3 isolat bakteri
dan protease termostabil, dianalisis dengan termofilik amilolitik, lipolitik, dan
sidik ragam ANAVA tunggal yang proteolitik yang unggul. Selanjutnya
dihitung dengan software Windows SPSS masing-masing 3 isolat bakteri termofilik
18 kemudian diuji lanjut dengan uji LSD amilolitik, lipolitik, dan proteolitik unggul
5%. diamati aktivitas amilase, lipase, dan
protease termostabil secara kuantitatif.
Hasil dan Pembahasan Data indeks hidrolisis dan aktivitas
Eksplorasi bakteri termofilik amilase, lipase, dan protease termostabil
dilakukan pada sepuluh sumber air panas dapat dilihat pada Tabel 2, Tabel 3, dan
yang ada di kawah Ijen tepatnya di daerah Tabel 4 yang diperjelas pada Gambar 1,
Belawan. Bakteri termofilik dari Gambar 2, dan Gambar 3.
kesepuluh sumber air panas kawah Ijen

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 951


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Tabel 1. Hasil Pengujian Kemampuan Isolat Bakteri Termofilik dalam Menghidrolisis


Amilum, Lemak, dan Protein Secara Kualitatif
Kemampuan Hidrolisis
Kode Isolat Bakteri
Amilum Lemak Protein
A + + +
B - + +
C + + -
D - - +
E - + +
F - + -
G + + -
H - + -
I + + +
J + + -
K - - +
L - - +

Tabel 2. Hasil Pengukuran Indeks Hidrolisis Amilum dan Aktivitas Amilase Pada Bakteri
Termofilik Amilolitik Unggul
Kode Isolat Bakteri Rata-rata (mm) Rata-rata (U/g)
G 3.43 23,01
I 3,43 26,73
J 3,24 26,67

Gambar 1. Perbedaan Aktivitas Amilase antar Spesies Bakteri Termofilik Amilolitik dari Sumber
Air Panas Kawah Ijen

Berdasarkan Tabel2 dan Gambar 1 amilum 3,43 mm. Tiap isolat bakteri
isolat bakteri termofilik amilolitik unggul termofilik amilolitik memiliki aktivitas
yaitu G, I, dan J. Isolat bakteri termofilik amilase yang berbeda-beda. Aktivitas
amilolitik yang memiliki indeks hidrolisis amilase yang tertinggi ialah isolat bakteri
tertinggi ialah bakteri dengan kode G dan I termofilik amilolitik dengan kode I
dengan rata-rata nilai indeks hidrolisis sebesar 26,73 U/g dan yang terendah

952 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

adalah isolat bakteri termofilik amilolitik dengan kode G yaitu 23,01 U/g.

Tabel 3. Hasil Pengukuran Indeks Hidrolisis Lipida dan Aktivitas Lipase Pada Bakteri Termofilik
Lipolitik Unggul
Kode Isolat Bakteri Rata-rata (mm) Rata-rata (U/g)
E 1,44 45,94
G 1,01 55,76
J 1,55 53,36

Gambar 2. Perbedaan aktivitas Lipase antar Spesies Bakteri Termofilik Lipolitik dari Sumber Air
Panas Kawah Ijen

Berdasarkan Tabel3dan Gambar 2 di bakteri termofilik lipolitik dengan kode


atas diketahui isolat bakteri termofilik isolat G memiliki aktivitas enzim lipase
lipolitik unggulyaitu E, G, dan J dengan tertinggi yaitu 55,76 U/g dan bakteri
nilai indeks hidrolisis lemak tertinggi termofilik lipolitik dengan kode isolat E
adalah isolat dengan kode J sebesar 1,55 memiliki aktivitas enzim lipase terendah
mm sedangkan secara kuantitatif isolat yaitu 45,94 U/g.

Tabel 4.Hasil Pengukuran Indeks Hidrolisis Protein dan Aktivitas Protease Pada Bakteri
Termofilik Proteolitik Unggul
Kode Isolat Bakteri Rata-rata (mm) Rata-rata (U/g)
D 0,94 39,27
E 1,45 41,77
I 0,94 37,40

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 953


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Gambar 3. Perbedaan aktivitas Lipase antar Spesies Bakteri Termofilik Proteolitik dari Sumber
Air Panas Kawah Ijen

Berdasarkan Tabel4dan Gambar 3 antar spsies bakteri termofilik amilolitik,


diketahui isolat bakteri termofilik lipolitik, dan proteolitikunggul yang
proteolitik unggulyaitu D, E, dan I dengan ditemukan dianalisis dengan ANAVA
indeks hidrolisis protein tertinggi adalah tunggal dengan taraf signifikan 5% yang
isolatE dengan nilai indeks hidrolisis dilanjutkan dengan uji LSD dengan taraf
protein 1,45 mm. Aktivitas enzim protease signifikan 5%. Adapun hasilnya yaitu
secara kuantitatif yang tertinggi yaitu ketiga bakteri termofilik amilolitik
41,77 U/g (isolat E) dan isolat I memiliki memiliki kemampuan menghidrolis yang
aktivitas enzim protease terendah yaitu sedikit berbeda. Bacillusfirmus memiliki
37,40 U/g. kemampuan aktivitas amilase dalam
Setelah diketahui nilai indeks menghidrolis amilum tertinggi namun
hidrolisis bakteri unggul yang terpilih tidak berbeda nyata dengan kemampuan
pada medium spesifik, bakteri-bakteri aktivitas amilase Pseudomonas flurescens
tersebut kemudian diidentifikasi untuk dalam menghidrolisis amilum karena
menentukan spesiesnya. Identifikasi kedua spesies ini memiliki notasi yang
dilakukan berdasarkan hasil deskripsi sama yaitu b. Pseudomonas stutzeri
terhadap ciri-ciri secara makroskopis, memiliki kemampuan aktivitas amilase
mikroskopis maupun fisiologis dalam menghidrolisis amilum lebih rendah
TM
menggunakan Microbact 12A/B/E, 24E dibandingkan kedua spesies yang lain
Identification Kids. Isolat D adalah sehingga berbeda nyata karena itu diberi
Staphylococcus aureus, isolat E adalah notasi a. Untuk bakteri termofilik lipolitik
Pseudomonas aeruginosa, isolat G adalah memiliki kemampuan aktivitas lipase
Pseudomonas stutzeri, I adalah Bacillus dalam menghidrolis lemak yang berbeda
firmus, dan F adalah Pseudomonas juga. Pseudomonas stutzeri memiliki
flurescens. kemampuan aktivitas lipase dalam
Data hasil penelitian perbedaan menghidrolis lemak tertinggi dan berbeda
aktivitas amilase, lipase, dan protease nyata dengan kemampuan aktivitas

954 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

lipasePseudomonas flurescens dalam sedangkan isolat bakteri termofilik


menghidrolisis lemak karena karena itu proteolitik unggul adalah isolat D, E, dan
Pseudomonas stutzeridiberi notasi c. I. Isolat yang potensial menghidrolisis
Pseudomonas flurescens memiliki protein adalah isolat E.
kemampuan aktivitas lipase dalam Pseudomonas stutzeri, Bacillus
menghidrolisis lemak lebih rendah firmus, Pseudomonas flurescens,
dibandingkan Pseudomonas stutzeri Pseudomonas aeruginosa, dan
namun lebih tinggi dibandingkan Staphylococcus aureus yang berhasil
Pseudomonas aerugenosa sehingga dapat diisolasi dalam penelitian ini termasuk
disimpulkan berbeda nyata untuk itu bakteri termofilik karena dapat adaptif
diberi notasi b sedangkan Pseudomonas hidup di atas suhu 500 C walaupun bakteri
aeruginosa memiliki aktivitas lipase yang tersebut juga dapat ditemukan dalam
terendah dan berbeda nyata dibandingkan kondisi mesofilik. Ini berarti kelima
spesies lainnya karena itu diberi notasi a. bakteri yang diisolasi dari sumber air
Bakteri termofilik proteolitik memiliki panas kawah Ijen memiliki rentang hidup
kemampuan menghidrolis yang berbeda. yang lebih lebar berdasarkan suhu. Bakteri
Pseudomonas aeruginosa memiliki termofilik dibedakan menjadi tiga
kemampuan aktivitas proteasae dalam kelompok berdasarkan temperatur
menghidrolis protein tertinggi dan berbeda pertumbuhan optimal yaitu moderat
nyata dengan kemampuan Staphylococcus termofilik (35-70)0 C, ekstrim termofilik
aureusdan Bacillus firmusdalam (55-85)0 C, dan hipertermofilik (75-113)0
menghidrolisis protein karena itu bakteri C (Baker dkk., 2001).
ini memiliki notasi c. Staphylococcus Berdasarkan perlakuan dalam
aureus memiliki kemampuan aktivitas penelitian ini, bakteri-bakteri termofilik
protease dalam menghidrolisis protein tersebut termasuk bakteri moderat
lebih rendah dibandingkan Pseudomonas termofilik karena mampu hidup pada suhu
aeruginosa namun lebih tinggi (52-57)0 C. Pada umumnya bakteri
dibandingkan Bacillus firmus sehingga termofilik termasuk domain
dapat disimpulkan berbeda nyata untuk Archaebacteria, namun kelima bakteri
itu diberi notasi b sedangkan Bacillus tersebut termasuk domain Eubacteria. Hal
firmus memiliki aktivitas protease yang ini dikarenakan sampel dari sumber air
terendah dan berbeda nyata dibandingkan panas kawah Ijen yang mengandung
spesies lainnya karena itu diberi notasi a. bakteri termofilik diperlakukan secara
Berdasarkan hasil penelitian dapat aerobik, sedangkan bakteri termofilik yang
dijelaskan bakteri termofilik amilolitik tergolong Archaebacteria umumnya
yang unggul adalah isolat G, I, dan J. anaerobik sehingga bakteri yang berhasil
Ketiga isolat memiliki perbedaan aktivitas diisolasi dalam penelitian ini adalah
amilase, isolat yang potensial bakteri termofilik yang tergolong
menghidrolisis amilum adalah isolat I dan Eubacteria.
J. Isolat bakteri lipolitik unggul yaitu E, G, Bakteri menghasilkan enzim
dan J. Aktivitas lipase dari ketiga isolat intraseluler dan ekstraseluler. Faktor yang
menunjukkan adanya perbedaan, lemak mempengaruhi kemampuan bakteri dalam
potensial dihidrolisis oleh isolat G menghidrolisis medium spesifik, adalah

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 955


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

jenis enzim ekstraseluler yang dihasilkan. pengurangan substrat, kepadatan populasi


Jumlah enzim ekstraseluler yang sel sangat tinggi, tekanan parsial oksigen
dihasilkan oleh suatu bakteri yang yang rendah, dan adanya akumulasi
ditumbuhkan dalam medium padat akan produk metabolisme berupa enzim
sebanding dengan besarnya kadar ekstraseluler maupun senyawa lain yang
penurunan substrat dalam medium cair bersifat toksik (Schlegel dan Schmidt,
(Fogarti, 1983). Berdasarkan hasil 1994).
penelitian ini nilai indeks hidrolisis yang
menunjukkan aktivitas amilase secara Simpulan
kualitatif tidak berbanding lurus dengan Berdasarkan hasil analisis data dan
nilai aktivitas amilase secara kuantitatif, pembahasan yang telah diuraikan dalam
begitu pula dengan nilai aktivitas lipase penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1)
secara kualitatif tidak berbanding lurus Isolat bakteri termofilik dari sumber air
dengan nilai aktivitas lipase secara panas kawah Ijen yang berhasil diisolasi
kuantitatif. Hal ini disebabkan pengukuran sebanyak 12 isolat yaitu isolat A, B, C, D,
indeks hidrolisis secara kualitatif E, F, G, H, I, J, K, dan L. 2) Ada
dilakukan setelah isolat bakteri termofilik perbedaan kemampuan aktivitas amilase
amilolitik terpapar di dalam medium AA secara kuantitatif pada spesies
selama 24 jam dan isolat bakteri termofilik Pseudomonas stutzeri 23,01U/g lebih
lipolitik terpapar dalam medium NAL rendah dibandingkan Pseudomonas
selama 24 jam, sedangkan pengukuran flurescents (26,67 U/g) dan Bacillus
aktivitas amilase dan lipase secara firmus sebesar 26,73 U/g. Bakteri yang
kuantitatif dilakukan pada saat isolat paling potensial menghidrolisis amilum
bakteri termofilik amilolitik dan lipolitik adalah Bacillus firmusdan Pseudomonas
terpapar di dalam medium cair dan reagen fluorescents. 3) Ada perbedan kemampuan
30 menit. Pada saat itu, berdasarkan fase aktivitas enzim lipase secara kuantitatif
pertumbuhan bakteri, bakteri termofilik pada spesies Pseudomonas aeruginosa
amilolitik dan lipolitik masih dalam tahap 45,94 U/g lebih rendah jika dibandingkan
pertumbuhan awal (lag). Bakteri masih Pseudomonas flurescens (53,39 U/g) dan
beradaptasi dengan lingkungannya pada Psedomonas stutzeri sebesar 55,76 U/g.
fase lag, sehingga jumlah sel bakteri Bakteri yang paling potensial
belum banyak karena belum menghidrolisis lemak adalah Psedomonas
berkembangbiak. Hal ini menyebabkan stutzeri. 4) Ada perbedaan kemampuan
enzim ekstraselulur atau eksoenzim yang aktivitas enzim protease pada spesies
digunakan untuk menghidrolisis substrat Bacillus firmus 37,40 U/g lebih rendah
amilum dan lemak masih diproduksi jika dibandingkan Staphylococcus aureus
dalam jumlah sedikit, bahkan bisa jadi 39,27 U/g dan Pseudomonas
enzim ekstraseluler belum diproduksi, aeruginosasebesar 41,77 U/g. Bakteri
yang diproduksi masih berupa enzim yang paling potensial menghidrolisis
endoseluler. Enzim ekstraseluler akan protein adalah Pseudomonas aeruginosa.
diproduksi dalam jumlah banyak pada saat
bakteri memasuki tahap pertumbuhan
stasioner. Pada tahap ini terjadi

956 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Daftar Pustaka Saudi Arabia. African Journal of


Baker, G. C., S. Gaffar, D. A. Cowan, and Biotecnology, 10(44):8834-8839,
A. R. Suharto. 2001. Bacterial (Online),
community analysis of Indonesian www.academicjournals.org/ajb/...
hot springs. Fems Microbiology /Khalil.pdf, diakses 10 Oktober
Letters 200 (1):103-109. (Online), 2011.
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/11 Maarel V. D, Veen B. V. D, Uitdehaag,
410357, diakses 2 Nopember 2011. Leemhuis, Dikjhuizen. 2002.
Burg V. A. 2003. Extremophiles as a Properties and Aplication os
Source for Novel Enzymes. Curr Strachconverting Enzymes of The
Opinion in Mcrobiol. 6. (Online), Alpha Amilase Family. 94.
linkinghub.elsevier.com/.../S1369 (Online), http: // www. ajol. info/
527403000, diakses 16 Nopember index. php/ ajb/ article/ view/
2011. 14896/ 58640, diakses 16
Fogarty, M. W. 1983. Microbial Enzymes Nopember 2011.
and Biotechnology. London: Natalia, D., Widiasa, I.N., Wanten, I. G.
Applied Science. 2004. Studi Awal Konversi
Kamelia R, M. Sindumarta dan D. Natalia. Enzimatik Secara In-Situ untuk
2005. Isolasi dan Karakterisasi Hidrolisis CPO dari Buah Segar
Protease Intraseluler Termostabil Kelapa Sawit. Makalah disajikan
dari bakteri Bacillus dalam seminar nasional rekayasa
steaarothemophilus. (Online), kimia danproses di Semarang.
http://indoplasma.or.id/publikasi/ (Online),
buletin-pn/pdf/buletin _pn _9 _2 www.lppm.itb.ac.id/bp/august/20
_2003 _38 _44 _deasy.pdf, 05/Suplemen-August%2005.pdf,
diakses 23 September 2011. diakses 2 Oktober 2011.
Khalil. 2011. Isolation and Schlegel, H.G & Schmidt, K. 1994.
Characterization of Three Mikrobiologi Umum. Penterjemah
Thermofilic Bacterial Stain Tedja Baskoro. Yogyakarta: UGM
(lipase, Cellulose, and Amylase Pers
Producer) from Hot Spring in

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 957


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

KERAGAMAN MORFOLOGI TALUS LUMUT KERAK DI KABUPATEN


TULUNGAGUNG

Yousep Anitasari, Sulistiono, Poppy Rahmatika Primandiri


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusantara PGRI Kediri
Jl. K.H. Ahmad Dahlan No. 76 Kota Kediri
email: yousep.ya@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman morfologi talus lumut kerak di
kawasan industri pabrik gula Mojopanggung dan wisata waduk Wonorejo kabupaten
Tulungagung. Penelitian dilakukan dengan desain transek dalam plot yang dimodifikasi. Sampel
diambil dengan cara dikerik dari permukaan kulit pohon pada sisi pohon yang menghadap ke
jalan dengan ketinggian sampai 200 cm dari permukaan tanah. Pengamatan keragaman
morfologi talus dilakukan secara makroskopik yaitu dengan melihat warna dan bentuk, serta
pengamatan secara mikroskopik untuk melihat jaringan yang menyusun talus lumut kerak. Hasil
pengamatan keragaman morfologi talus lumut kerak yang ditemukan di kawasan pabrik gula
Mojopanggung dan waduk Wonorejo yaitu tipe talus foliose dan crustose dengan berbagai
bentuk dan warna. Bentuk dan warna talus yang berbeda menunjukkan kondisi talus lumut kerak
dalam menyesuaikan dengan kondisi lingkungan.

Kata Kunci : Keragaman lumut kerak, daerah wisata, pabrik gula

Pendahuluan industri Pulo Gadung ditemukan 3 jenis


Lumut kerak adalah organisme hasil (Phaeographis sp., Strigula sp. dan D. Cf
simbiosis mutualisme antara jamur dengan picta), di arboretum Cibubur ditemukan 6
ganggang hijau, yang mampu hidup subur jenis (Strigula sp., Verrucaria sp.,
pada suhu dan kelembaban yang ekstrim Graphidaceae, Heterodermia sp dan P. cf
seperti gurun dan kutub. Populasinya tersebar austrosinensis), dan pada tegakan mahoni
luas di seluruh dunia dan tumbuh di Indonesia Cikabayan ditemukan 10 jenis lumut kerak
lebih dari 1000 species yang diketahui dari (Graphidaceae, Strigula sp. dan Verrucaria
2500 spesies yang ada. Lumut kerak sp., Phaeographis sp., Parmelia sp. dan
merupakan tumbuhan epifit pada pohon, Heterodermia sp.). Hardini (2010), lumut
bebatuan dan tanah mulai dari daerah tropis kerak yang ditemukan di Kampus Unud
sampai dengan kutub. Tergolong tumbuhan Denpasar yaitu Lecidea, Parmelia dan
perintis yang berperan dalam pembentukan Lecanora, sedangkan di Kampus Bukit
tanah dan dapat ditemukan pada kondisi Jimbaran ditemukan delapan genus lumut
lingkungan yang ekstrim (Sudrajat dkk, 2013). kerak yaitu Lecidea, Parmelia, Lecanora,
Beberapa penelitian telah dilakukan Ramalina, Graphis, Loxospora, Trentepholia,
antara lain adalah hasil penelitian Istam (2007) dan Arthonia. Namun demikian informasi
yang menemukan 2 jenis tipe talus lumut tentang lumut kerak di daerah Tulungagung
kerak, di Kebun Raya Bogor berupa tipe belum pernah dilakukan.
crustose dan di Hutan Kota Manggala Wana Penelitian keragaman lumut kerak masih
Bhakti berupa tipe foliose. Menurut Pratiwi sedikit dilakukan, karena belum banyak
(2006), pada lokasi pengamatan di kawasan kalangan pelajar maupun masyarakat yang

958 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

mengetahui manfaat lumut kerak. Berdasarkan yang digunakan minimal 31,4 cm) pada
penelitian terdahulu diketahui bahwa lumut batang pohon bagian tengah ( 150 cm dari
kerak sangat beragam berdasarkan morfologi permukaan tanah). Setelah itu, dilakukan
talus. Selain itu, masing-masing tipe lumut pengamatan secara makroskopis untuk melihat
kerak memiliki tingkat ketahanan yang bentuk dan warna talus lumut kerak. Sampel
berbeda terhadap pencemaran udara, sehingga lumut kerak dikerik utuk dilanjutkan dengan
informasi tentang keragaman lumut kerak pengamatan mikroskopik menggunakan
penting untuk diketahui oleh para pelajar dan mikroskop cahaya elektrik dengan perbesaran
masyarakat sekarang ini. Penelitian ini 100x untuk melihat bagian-bagian dari lumut
bertujuan untuk mengetahui keragaman kerak yang ditemukan. Pengamatan
morfologi talus lumut kerak di kawasan mikroskopik dilakukan dengan cara membuat
industri pabrik gula Mojopanggung dan wisata preparat segar.
waduk Wonorejo kabupaten Tulungagung. Sampel lumut kerak yang diperoleh
selanjutnya dianalisis struktur morfologinya
Metode Penelitian secara makroskopis dan mikrokoskopis.
Alat yang yang digunakan dalam Pengamatan makroskopis meliputi bentuk dan
penelitian ini adalah: peta lokasi, pita meteran, warna, sedangkan pengamatan mikroskopis
tally sheet, kamera, silet dan meliputi struktur lapisan yang menyusun talus
termohygrometer. Bahan yang digunakan lumut kerak.
dalam penelitian ini adalah: plastik transparan,
alat tulis dan tali rafia. Hasil dan Pembahasan
Data sampel talus lumut kerak diambil Lumut kerak yang diamati merupakan
pada masing-masing lokasi penelitian dengan lumut kerak yang ditemukan pada pohon di
metode transek dalam plot pengamatan sepanjang jalan yang masuk plot dalam
menurut Mueller et al. (1974) dalam transek. Keragaman morfologi talus lumut
Tjitrosoepomo (2010) yang dimodifikasi, kerak dibedakan berdasarkan ciri makroskopis
yaitu dengan membuat plot berukuran 10x10 dan mikroskopis. Lumut kerak yang banyak
meter dengan jarak antar plot sepanjang 5 ditemukan di kedua lokasi penelitian yaitu
meter. Vegetasi yang ada dalam plot diamati lumut kerak tipe crustose dan foliose (gambar
jenis pohon dan dilakukan pengukuran 1).
keliling pohon (dengan catatan keliling pohon

a b

Gambar 1 Jenis lumut kerak yang ditemukan di kedua lokasi, a) tipe crustose, b) tipe
foliose

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 959


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Bentuk talus lumut kerak cukup beragam, memanjang horizontal dan tidak beraturan
yaitu cenderung bulat, memanjang vertikal, (tabel 1).

Tabel 1. Bentuk Talus Lumut Kerak


Tipe Lumut Kerak
Bentuk Talus Lokasi Pengamatan
Foliose Crustose
A -
Cenderung Bulat
B
A -
Memanjang Vertikal
B -
A - -
Memanjang Horizontal
B -
A
Tidak Beraturan
B
Keterangan : = Ditemui, A = pabrik gula Mojopanggung, B = bendungan Wonorejo

Lumut kerak tipe foliose yang ditemukan mahagoni) karena pohon-pohon tersebut
di pabrik gula Mojopanggung memiliki dua memiliki kulit pohon yang pecah-pecah,
bentuk, yaitu cenderung bulat dan tidak sehingga lumut kerak yang ditemukan
beraturan. Bentuk cenderung bulat lebih cenderung pecah-pecah, tipis, berkoloni dan
banyak ditemukan pada pohon angsana permukaan talus kasar.
(Pterocarpus indicus), glodok tiang (Polyathia Lumut kerak tipe foliose yang ditemukan
longifolia), trermbesi (Samanea saman) dan di waduk Wonorejo memiliki empat bentuk,
randu (Ceiba petandra) karena pohon-pohon yaitu cenderung bulat, memanjang vertikal
tersebut memiliki kulit pohon yang licin dan dan horizontal serta tidak beraturan. Bentuk
rata, sehingga talus lumut kerak yang cenderung bulat lebih banyak ditemukan pada
ditemukan cenderung tipis, tidak bekoloni dan pohon palem (Chamaedorea sp.), angsana
tidak bertumpuk. Bentuk tidak beraturan lebih (Pterocarpus indicus), glodok tiang (Polyathia
banyak ditemukan pada pohon angsana longifolia), jati (Tectona grandis) dan kersen
(Pterocarpus indicus), mangga (Mangifera (Muntingia calabora) karena pohon-pohon
indica), dan mahoni (Swietenia mahagoni) tersebut memiliki kulit pohon yang licin dan
karena pohon-pohon tersebut memiliki kulit rata, sehingga talus lumut kerak yang
pohon yang pecah-pecah, sehingga talus lumut ditemukan cenderung lebih tebal, bekoloni dan
kerak yang ditemukan cenderung tipis, tidak bertumpuk pada beberapa jenis pohon. Bentuk
berkoloni dan tidak bertumpuk. Tipe crustose memanjang vertikal dan horizontal lebih
memiliki dua bentuk, yaitu memanjang banyak ditemukan pada pohon palem
vertikal dan tidak beraturan. Bentuk (Chamaedorea sp.) karena pohon tersebut
memanjang vertikal lebih banyak ditemukan memiliki kulit pohon yang licin dan rata,
pada pohon trembesi (Samanea saman) karena sehingga talus lumut kerak yang ditemukan
pohon ini memiliki kulit pohon yang licin dan cenderung tebal dan bekoloni. Bentuk tidak
rata, sehingga talus lumut kerak yang beraturan lebih banyak ditemukan pada pohon
ditemukan cenderung utuh, tipis, permukaan angsana (Pterocarpus indicus), glodok tiang
talus kasar dan berkoloni. Bentuk tidak (Polyathia longifolia) dan kersen (Muntingia
beraturan lebih banyak ditemukan pada pohon calabora) karena pohon-pohon tersebut
angsana (Pterocarpus indicus), mangga memiliki kulit pohon yang pecah-pecah,
(Mangifera indica), dan mahoni (Swietenia sehingga talus lumut kerak yang ditemukan

960 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

cenderung tipis, tidak berkoloni dan tidak beraturan lebih banyak ditemukan pada pohon
bertumpuk. Tipe crustose memiliki dua angsana (Pterocarpus indicus), glodok tiang
bentuk, yaitu bentuk cenderung bulat dan (Polyathia longifolia) dan kersen (Muntingia
tidak beraturan. Bentuk cenderung bulat lebih calabora) karena pohon-pohon tersebut
banyak ditemukan pada pohon palem memiliki kulit pohon yang pecah-pecah,
(Chamaedorea sp.), angsana (Pterocarpus sehingga lumut kerak yang ditemukan
indicus), glodok tiang (Polyathia longifolia), cenderung pecah-pecah, tipis, tidak berkoloni
jati (Tectona grandis) dan kersen (Muntingia dan permukaan talus kasar.
calabora) karena pohon-pohon tersebut Warna talus lumut kerak cukup beragam,
memiliki kulit pohon yang licin dan rata, yaitu hijau tua, hijau keabu-abuan/kusam,
sehingga talus lumut kerak yang ditemukan putih dan putih keabu-abuan (tabel 2).
cenderung utuh, lebih tebal, tidak berkoloni
dan permukaan talus kasar. Bentuk tidak

Tabel 2. Warna Talus Lumut Kerak


Tipe Morfologi Talus
Warna Talus Lokasi Pengamatan
Foliose Crustose
A - -
Hijau Tua
B
A
Hijau Keabuan/Kusam
B
A
Putih
B
A
Putih Keabuan
B
Keterangan : = Ditemui, A = pabrik gula Mojopanggung, B = bendungan Wonorejo

Lumut kerak yang ditemukan di pabrik Lumut kerak yang ditemukan di waduk
gula Mojopanggung memiliki warna yang Wonorejo memiliki warna yang beragam,
cukup beragam, yaitu hijau keabuan/kusam, yaitu hijau tua, hijau keabuan/kusam, putih,
putih, dan putih keabuan. Warna talus hijau dan putih keabuan. Warna talus hijau tua pada
keabuan/kusam pada tipe foliose memiliki tipe foliose memiliki pinggiran berwarna hijau
pinggiran berwarna putih dan tidak berkoloni, pucat dan berkoloni, sedangkan pada tipe
sedangkan pada tipe crustose memiliki crustose memiliki pinggiran berwarna hijau
pinggiran berwarna putih dengan bagian pucat dengan bagian tengah berwarna hijau
tengah berwarna hijau pucat dan berkoloni. tua dan berkoloni. Warna talus hijau
Warna talus putih pada tipe foliose memiliki keabuan/kusam pada tipe foliose memiliki
pinggiran dan tengah berwarna putih terang, pinggiran berwarna putih dan berkoloni,
sedangkan pada tipe crustose memiliki sedangkan pada tipe crustose memiliki
pinggiran berwarna putih terang dengan pinggiran berwarna putih dengan bagian
bagian tengah tidak terdapat talus. Bagian tengah berwarna hijau pucat dan berkoloni.
pinggir dan tengah talus berwarna putih gelap, Warna talus putih pada tipe foliose memiliki
baik pada lumut kerak tipe foliose dan pinggiran putih terang dan bagian tengah
crustose, namun pada tipe foliose warna talus berwarna hijau kusam, sedangkan pada tipe
lebih tebal daripada tipe crustose. crustose memiliki pinggiran dan bagian
tengah berwarna putih terang. Warna talus

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 961


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

putih keabuan pada tipe foliose memiliki waduk Wonorejo cukup sejuk. Berbeda
pinggiran putih kusam dan bagian tengah dengan kondisi di pabrik gula Mojopanggung
berwarna abu-abu kusam, sedangkan pada tipe yang memiliki suasana panas karena suhu
crustose memiliki pinggiran dan bagian udara yang tinggi sekitar 31C dengan tingkat
tengah berwarna putih kusam. kelembaban udara yang rendah sekitar
Warna talus lumut kerak lebih beragam di 59,75%.
waduk Wonorejo daripada di pabrik gula Ciri mikroskopis lumut kerak yang
Mojopanggung karena waduk Wonorejo ditemukan di kedua lokasi penelitian diamati
memiliki suhu udara yang rendah yaitu 26,5C dengan cara membuat preparat segar yang
dan tingkat kelembaban udara yang cukup diamati di bawah mikroskop dengan
tinggi yaitu 61,75% sehingga suasana di perbesaran 100x (gambar 2).

1
2
3
4
5
a b

Gambar 2. Penampang melintang lumut kerak tipe crustose (a) dan foliose (b) dengan
perbesaran 100x, 1) lapisan korteks bagian atas, 2) lapisan alga, 3) lapisan medula, 4)
lapisan korteks bagian bawah dan 5) substrat.

Berdasarkan gambar di atas tampak Bentuk kedua tipe lumut kerak


adanya perbedaan pada jaringan yang dipengaruhi oleh bentuk permukaan kulit
menyusun talus lumut kerak antara tipe pohon yang menjadi substrat. Menurut Pratiwi
crustose dengan foliose. (2006) bentuk talus lumut kerak dipengaruhi
Pengamatan keragaman lumut kerak oleh faktor subsrat yaitu umur dan jenis
berdasarkan ciri makroskopis dilihat dari tanaman. Pertumbuhan talus lumut kerak yang
morfologi talus yang meliputi bentuk dan utuh dengan batas antar koloni terlihat jelas
warna, karena kedua ciri tersebut yang paling terdapat pada kulit pohon yang tidak pecah-
mudah untuk diamati dan dibedakan pecah. Secara umum, perkembangan talus
(Januardania, 1995), sehingga memudahkan lumut kerak akan cenderung membulat.
talus lumut kerak untuk dianalisis secara Pekembangan bentuk talus lumut kerak
deskriptif. Lumut kerak tipe crustose memiliki cenderung akan mengikuti pola pecahan pada
lapisan yang tipis atau sangat tipis dan hampir permukaan kulit pohon yang pecah-pecah.
menutupi permukaan substrat. Talus sangat Fink (1961), menyatakan bahwa bentuk talus
halus dan tumbuh berkesinambungan atau khususnya untuk tipe crustose ditemukan
tampak retak tidak beraturan. Berbeda dengan dalam bentuk yang tidak tetap, serta beberapa
tipe foliose yang berbentuk seperti daun dan jenis lumut kerak lainnya memiliki bentuk
memiliki lapisan yang lebih tebal. talus yang cenderung berbentuk menyerupai

962 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA danPembelajarannya

lingkaran tetapi juga dapat ditemukan pada yang tidak terlalu terlihat jelas. Hal tersebut
keadaan tidak beraturan. didukung oleh pernyataan Fink (1961), yang
Warna talus lumut kerak yang ditemukan menyatakan bahwa lapisan dermis pada
di lokasi penelitian mengalami perubahan kebanyakan tipe talus foliose tidak dapat
warna yang tidak konsisten. Lumut kerak di dibedakan dengan lapisan atasnya.
daerah yang tercemar, pertumbuhannya akan Pengamatan mikroskopis lumut kerak
kurang baik yang ditandai dengan warna tipe crustose sulit dilakukan karena talusnya
menjadi pucat atau berubah (Noer, 2004). sangat tipis dan melekat pada substrat,
Menurut Istam (2007), penampakan warna sedangkan pada tipe foliose sulit dilakukan
talus dari suatu jenis lumut kerak tidak selalu karena talusnya tipis, bertumpuk-tumpuk dan
memperlihatkan warna yang tetap, hal ini mudah terpisah dengan substrat saat
tergantung pada kondisi tempat tumbuh talus pengirisan sampel. Namun, pada kedua
lumut kerak. Hal ini diakibatkan oleh adanya preparat dapat terlihat adanya alga yang
aktivitas industri dan lalu lintas kendaraan bersimbiosis meskipun tidak dapat
bermotor yang melewati lokasi penelitian. mengidentifikasi jenis alga tersebut.
Selain itu menurut Wijaya (2004), perubahan
warna juga dapat terjadi karena adanya Simpulan
perubahan kadar klorofil pada talus lumut Talus lumut kerak yang ditemukan di
kerak akibat terkontaminasi gas-gas yang kedua lokasi yaitu di pabrik gula
bersifat racun atau pencemar. Mojopanggung dan bendungan Wonorejo
Pengamatan mikroskopik ini dilakukan Kabupaten Tulungagung memiliki perbedaan
bertujuan untuk mengetahui lapisan-lapisan dari segi tipe morfologi, keadaan talus dan
yang menyusun talus lumut kerak (Pratiwi, jaringan penyusun talus. Berdasarkan tipe
2006). Lumut kerak tipe crustose memiliki morfologi lumut kerak yang ditemukan yaitu
tiga lapisan, yaitu lapisan korteks bagian atas, tipe talus foliose dan tipe talus crustose
lapisan alga dan lapisan medula, yang batas dengan bentuk dan warna yang berbeda.
antar lapisannya tidak terlalu jelas. Hal ini
seperti yang dikemukakan oleh Ahmadjian & Daftar Rujukan
Hale (1973) bahwa pada umumnya tipe talus Ahmadjian, V. & Hale, M.E. 1973. The
crustose hanya terbagi ke dalam lapisan Lichens. Academic Press, A Subsidiary
korteks atas, lapisan alga, dan medula. Lumut of Harcourt Brace Javanovich. New
kerak tipe crustose tidak pernah memiliki York.
lapisan korteks bawah sehingga pelekatan Fink, B. 1961. The Lichen Flora of United
dengan substratnya langsung menggunakan States. Ann Arbor: The University of
medula, memiliki sifat homoiomerous artinya Michigan Pr.
tidak memiliki stratifikasi pada lapisan-lapisan Hardani, Y. 2010. Keanekaragaman Lichen di
tersebut, miselium menyebar di atas substrat Denpasar sebagai Bioindikator
berupa filamen tipis kusut yang menyelubungi Pencemar Udara. Seminar Nasional
alga. Biologi 2010.
Lumut kerak tipe foliose memiliki empat Istam, Y.C. 2007. Respon lumut Kerak Pada
lapisan, yaitu lapisan korteks bagian atas, Vegetasi Pohon Sebagai Indikator
lapisan alga, lapisan medula dan lapisan Pencemaran Udara di Kebun Raya
korteks bawah. Tipe talus foliose secara Bogor Dan Hutan Kota Mangalawana
makroskopis memiliki bentuk seperti Bhakti. Bogor: IPB.
lembaran daun, sedangkan secara mikroskopis Januardania, D. 1995. Jenis-jenis Lumut Kerak
tipe talus ini memiliki batasan antar lapisan yang Berkembang pada Tegakan Pinus

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 963


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

dan Karet di Kampus IPB Darmaga scorticolous pada 3 jalur hijau di


Bogor. Skripsi. Bogor: Jurusan Kabupaten Kubu Raya. Protobiont 2
Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan (2): 75-79
Institut Pertanian Bogor. Tjitrosoepomo G. 2010. Taksonomi Tumbuhan
Noer, IS. 2004. Bioindikator Sebagai Alat Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta,
Untuk Menengarai Adanya Pencemaran Pteridopyta. Jakarta: Bhantara Karya
Udara. Bandung: Forum Komunikasi Aksara.
Lingkungan III, Kamojang. Wijaya, L.F. 2004. Biomonitoring Beberapa
Pratiwi, M.E. 2006. Kajian Lumut Kerak Kandungan Logam Mempergunakan
Sebagai Bioindikator Kualitas Udara Parmelia wallichiana Tayl di Wilayah
(Studi Kasus: Kawasan Industri Pulo Muntakul Buruz Bandung. Skripsi.
Gadung, Arboretum Cibubur dan Bandung: Jurusan Biologi Fakultas
Tegakan Mahoni Cikabayan). Skripsi. Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Bogor: Institut Pertanian Bogor. Alam Universitas Padjajaran.
Sudrajat, W., T. R. Setyawati dan Mukarlina.
2013. Keanekaragaman Lichen

964 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA dan Pembelajarannya

Pengaruh Pemberian Suplemen Kalsium Terhadap Penampilan Reproduksi Dan


Perkembangan Rangka Mencit (Mus Musculus) Balb C

Amy Tenzer dan Nursasi Handayani


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang
Jl. Semarang 5 Malang, e-mail: amy.tenzer954@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menjajagi pengaruh pemberian suplemen CaCO3
terhadap penampilan reproduksi dan perkembangan rangka fetus mencit. CaCO3 yang
dilarutkan dalam akuades diberikan pada mencit secara oral dengan alat gavage selama
hari kebuntingan ke 6-15, dengan dosis 0 (kontrol), 195; 390; dan 585 mg/ kg berat
badan/ hari.Mencit dibedah pada hari kebuntingan ke 18, dan dilakukan pengamatan
terhadap jumlah fetus hidup, fetus mati, fetus resorpsi, berat fetus, dan panjang fetus,
dan kelainan morfologi fetus. Di samping itu dilakukan pengukuran panjang tulang-
tulang panjang penyusun anggota gerak depan dan belakang dari fetus yang telah
diwarnai dengan Alizarin Red S.Hasil pengamatan menunjukkan tidak ada hubungan
dose-response antara besarnya dosis yang diberikan dengan penampilan reproduksi
mencit dalam hal jumlah fetus hidup, fetus mati, fetus resorpsi, berat fetus, dan panjang
fetus, serta perkembangan rangka fetus yang meliputi panjang tulang humerus, radius
dan ulna pada anggota gerak depan; dan femur, tibia dan fibula pada angota gerak
belakang.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian sulemen kalsium
sampai dengan dosis 585 mg/kg berat badan selama masa organogenesis tidak
berpengaruh terhadap penampilan reproduksi dan perkembangan rangka fetus mencit.

Kata kunci: suplemen kalsium, penampilan reproduksi, perkembangan rangka, fetus


mencit.

Pendahuluan telah difortifikasi dengan kalsium, seperti:


Kalsium merupakan mineral makro untuk susu, produk dari kedelai, sereal dan jus buah
pembentukan dan pemeliharaan tulang dan dalam kemasan.
gigi serta dalam pengaturan proses-proses Kebutuhan tubuh manusia untuk dapat
biologis. Kalsium berperan sangat penting tetap menjaga viabilitasnya dapat diperoleh
dalam mineralisasi tulang, pembekuan darah, dari pasokan gizi seimbang dari makanan
aktivasi komplemen dan transmisi sehari-hari. Ada beberapa kondisi yang
neuromuskuler. Tubuh tidak memproduksi menyebabkan gizi yang diperoleh dari
kalsium, sehingga kalsium harus didapatkan makanan tidak dapat mencukupi kebutuhan
dari luar tubuh, seperti misalnya dari makanan tubuh seseorang. Misalnya wanita yang telah
yang dikonsumsi. Makanan yang mengandung mengalami menopausedimana absorbsi
sumber kalsium antara lain produk dari susu kalsium menurun secara bertahap,
dan olahannya seperti keju, yoghurt; sayuran membutuhkan 1200-1500 mg kalsium setiap
yang berwarna hijau gelap, seperti: brokoli, hari (Olson et al., 1994). Kebutuhan tersebut
bayam; ikan dengan tulang yang bisa tidak dapat dipenuhi oleh makanan harian
dimakan, seperti ikan sarden dan ikan salmon yang dikonsumsi, sehingga wanita
dalam kaleng; makanan dan minuman yang pascamenopause memerlukan suplemen

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 965


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

kalsium untuk mengurangi laju hilangnya wanita postmenopause (Reid et al.1993).


tulang dengan menurunkan laju pengubahan Firmansyah (2005) melaporkan bahwa
tulang secara keseluruhan, baik resorpsi pemberian suplemen kalsium karbonat dosis
maupun pembentukannya. Pemberian tinggi (450 mg per hari) mempengaruhi proses
suplemen kalsium 1000 mg per hari terbukti perbaikan gambaran histopatologik tulang
secara signifikan menghambat kehilangan femur pada tikus putih yang
tulang pada angka aksial dan apendikular diovariohisterektomi. Pemberian suplemen
wanita pascamenopause (Reid et al.1993). kalsium karbonat mulai dosis 100
Demikian juga dengan wanita hamil, mg/ekor/hari menyebabkan terjadinya
kebutuhan zat gizinya akan bertambah, karena hemorragi dan perubahan histopatologi ginjal
segala kebutuhan yang diperlukan untuk tikus putih yang berupa degenerasi tubuler,
perkembangan janin yang dikandungnya nekrosis tubuler, dan glomerulonefritis
berasal dari ibu. Banyak wanita hamil yang (Mufidah, 2006). Selanjutnya hasil penelitian
mengkonsumsi suplemen kalsium untuk Yuniarti dkk (2008) menunjukkan bahwa
memenuhi kebutuhan pembentukan tulang asupan kalsium yang tinggi tanpa disertai
janin yang dikandungnya. dengan peningkatan asupan fosfor akan
Pengkonsumsian suplemen kalsium dan menyebabkan ketidakseimbangan rasio
juga makanan yang telah difortifikasi dengan kalsium-fosfor dalam darah. Absorpsi kalsium
kalsium, dapat menyebabkan tubuh menyerap yang berlebihan akan diekskresikan melalui
lebih banyak kalsium dari yang dibutuhkan urin, sehingga terjadi hiperkalsiuria. Sebagai
tanpa disadari. Oleh karena itu, perlu selalu akibatnya kadar kalsium dalam ginjal
diperiksa label yang tertera pada kemasan menurun yang dapat memicu tubulus
makanan dan suplemen untuk mengetahui kontortus proksimal mereabsorpsi fosfat. Hal
berapa banyak kalsium yang diasup setiap ini menyebabkan retensi fosfat dalam ginjal,
hari, sehingga sesuai dengan jumlah yang yang bila berlangsung lama akan
direkomendasikan tanpa melewati batas menyebabkan terganggunya fungsi ginjal.
maksimalnya. Jumlah elemen kalsium yang terkandung
Kalsium yang berasal dari makanan dalam suplemen kalsium merupakan hal yang
secara umum, aman untuk dikonsumsi. Tetapi penting karena merupakan jumlah kalsium
bukan berarti dengan mengkonsumsi lebih yang sesungguhnya, dan yang akan diserap
banyak kalsium akan memberikan manfaat oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang dan
yang lebih juga terhadap kesehatan tulang. manfaat kesehatan lainnya. Label yang tertera
Bahkan, bila asupan kalsium baik yang berasal dalam kemasan dapat membantu kita
dari makanan atau yang berasal dari suplemen mengetahui berapa banyak kalsium yang
kalsium melebihi batas maksimal asupannya, terkandung dalam setiap 1 x konsumsinya.
akan dapat meningkatkan resiko dari berbagai Sebagai contoh, kalsium karbonat
masalah kesehatan, seperti batu ginjal, kanker mengandung 40% elemen kalsium, sehingga
prostat, konstipasi, penumpukan kalsium di dari 1250 mg kalsium karbonat yang
pembuluh darah, gangguan penyerapan zat dikonsumsi, akan diperoleh 500 mg elemen
besi dan zinc (Mayus, 2013). kalsium (40/100 x 1250 mg = 500 mg).
Beberapa penelitian menunjukkan adanya Telah banyak penelitian mengenai efek
pengaruh pemberian suplemen kalsium pada pemberian suplemen kalsium terhadap
hewan coba maupun manusia. Pemberian penggunanya, namun belum banyak yang
suplemen kalsium 1000 mg per hari terbukti mengungkap efek kelebihan kalsium terhadap
secara signifikan menghambat kehilangan fetus yang berkembang dalam kandungan.
tulang pada rangka aksial dan apendikular Taylor (1986) menyatakan bahwa untuk

966 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA dan Pembelajarannya

mengevaluasi batas aman penggunaan zat manusia. Dalam 1 tablet suplemen kalsium
kimia oleh wanita hamil sangat diperlukan mengandung 1500 mg CaCO3, berarti
adanya keteratogenikan. Pada uji tersebut mengandung 600 mg kalsium. Kebutuhan
dilakukan pengamatan terhadap penampilan kalsium wanita hamil adalah 1000 mg per
reproduksi, kelainan morfologi dan skeleton,
hari (Mayus, 2013), dan dosis kalsium
serta histopatologi. Penampilan reproduksi
harian manusia tidak boleh melebihi 2500
meliputi jumlah fetus hidup,jumlah embrio
yang diresorpsi, jumlah fetus mati, berat mg. Kisaran dosis kalsium yang digunakan
badan, dan panjang fetus. Kelainan morfologi dalam penelitian ini adalah dosis 600-2500
meliputi cacat morfologi pada tubuh fetus, mg/orang/hari, atau untuk CaCO3 sebesar
sedangkan kelainan rangka meliputi kelainan 1500-6250 mg. Dosis tersebut
struktur dan jumlah tulang, serta dikonversikan pada mencit menurut cara
keterlambatan ossifikasi yang dapat diketahui Laurence dan Bacharach, sehingga
dari pengukuran panjang tulang. diperoleh dosis perlakuan 0 (kontrol); 195;
Metode Penelitian 390; dan 585 mg/ kg berat badan/ hari.
Penelitian ini merupakan penelitian Mencit betina yang berada dalam
pendahuluan dengan perlakuan berupa tahap estrus (diketahui dari pemeriksaan
empat taraf dosis CaCO3, masing-masing lavage vagina) dikawinkan. Adanya
perlakuan diulang dua kali. Variabel bebas sumbat vagina pada keesokan harinya
dalam penelitian ini adalah dosis dianggap hari kebuntingan ke-0. Mencit
CaCO3 yang diperlakukan pada mencit, bunting dibagi menjadi 5 kelompok
yaitu 0 (kontrol); 195; 390; dan 585 mg/ berdasarkan dosis perlakuan suplemen
kg berat badan/ hari. Variabel terikat kalsium yaitu kelompok I (kontrol: 0
dalam penelitian ini adalah jumlah fetus mg/kg bb), kelompok II (195 mg/kg bb),
hidup, fetus mati, fetus resorpsi, berat kelompok III (390 mg/kg bb), dan
fetus, panjang fetus, persentase kelainan kelompok IV (585 mg/kg bb). Selama
morfologi fetus, dan perkembangan penelitian hewan uji diberi pakan berupa
rangka fetus yang meliputi panjang tulang pellet susu A dan minum berupa air PAM
humerus, radius dan ulna pada anggota secara ad libitum.
gerak depan; dan femur, tibia dan fibula Pada hari kebuntingan ke 6-15 (masa
pada angota gerak belakang. organogenesis) mencit perlakuan diberi
Bahan uji yang digunakan dalam CaCO3 secara oral dengan alat gavage
penelitian ini adalah kalsium karbonat sebanyak 0,5 ml/20 g berat badan. Mencit
(CaCO3), dengan bahan pelarut akuades. kontrol diberi akuades dengan cara yang
Hewan yang digunakan dalam penelitian sama.
ini adalah 8 ekor mencit ( Mus musculus) Pada hari kebuntingan ke-18 mencit
galur Balb C dara berumur 8-10 minggu dimatikan dengan cara dibius dengan eter,
dengan berat badan 20-25 gram. kemudian dibedah untuk mengeluarkan
Suplemen kasium yang digunakan fetus dari uterus. Data yang diambil
dalam penelitian ini merupakan kalsium meliputi jumlah fetus hidup dari uterus
karbonat (CaCO3) yang mengandung 40% kanan dan kiri, jumlah fetus mati dan
kalsium. Penentuan dosis kalsium jumlah fetus yang diresorpsi serta berat
perlakuan berdasarkan atas besarnya dosis fetus. Diamati pula morfologi fetus
suplemen kalsium yang digunakan meliputi kelengkapan dan kelainan yang

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 967


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

tampak pada tungkai depan dan belakang, pengaruh suplemen kalsium terhadap
ekor, mata, bibir, langit-langit mulut, dan penampilan reproduksi dan perkembangan
perdarahan bawah kulit. Selanjutnya rangka fetus mencit.
dilakukan proses pewarnaan rangka fetus
dengan Alizarin Red S untuk mengamati Hasildan Pembahasan
perkembangan rangka mencit. Pengamatan Data penampilan reproduksi mencit
perkembangan rangka meliputi: yang diperlakukan dengan suplemen
pengukuran panjang tulang humerus, kalsium meliputi jumlah fetus hidup, fetus
radius dan ulna pada anggota gerak depan; mati, fetus resorpsi, berat fetus, panjang
dan panjang tulang femur, tibia dan fibula fetus dapat dilihat pada Tabel 1, Gambar
pada anggota gerak belakang. 1, Gambar 2, dan Gambar 3.
Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif untuk memprediksi ada tidaknya

Tabel 1: Penampilan Reproduksi Mencit yang Diperlakukan dengan Suplemen Kalsium Selama
Masa Organogenesis.
Rerata Jumlah Fetus Rerata Rerata
Dosis CaCO3 Jumlah
Berat Panjang
(mg/kg b.b) Induk Hidup Mati Resorpsi Fetus (cm)
Fetus (g)
0 (Kontrol) 2 8 - - 1,090,18 2,080,17
195 2 9 - - 0,890,13 1,740,14
390 2 7 - - 1,080,24 1,800,19
585 2 5,5 - - 1,270,27 2,110,08

Dari Tabel 1 terlihat bahwa dari Rerata panjang fetus terendah terdapat
seluruh mencit perlakuan maupun kontrol pada induk yang diperlakukan dengan
tidak ditemukan fetus yang mati maupun suplemen CaCO3 dengan dosis 195 mg/kg
yang diresorpsi. Rerata jumlah fetus hidup berat badan, tetapi tidak terlihat hubungan
terendah terdapat pada induk yang dose-response antara besarnya dosis
diperlakukan dengan suplemen CaCO3 dengan panjang fetus dari mencit
dengan dosis yang tertinggi, yaitu 585 perlakuan.
mg/kg berat badan, tetapi tidak terlihat Hasil pengamatan morfologi fetus
hubungan dose-response antara besarnya tidak menunjukkan adanya kelainan pada
dosis dengan jumlah fetus hidup dari tungkai depan dan belakang, ekor, mata,
mencit perlakuan. bibir, langit-langit mulut, dan tidak
Rerata berat fetus terendah terdapat ditemukan terjadinya perdarahan bawah
pada induk yang diperlakukan dengan kulit. Dengan demikian dapat dikatakan
suplemen CaCO3 dengan dosis 195 mg/kg bahwa suplemen kalsium yang diberikan
berat badan, tetapi tidak terlihat hubungan pada induk mencit selama masa
dose-response antara besarnya dosis organogenesis tidak bersifat teratogenik.
dengan berat fetus dari mencit perlakuan.

968 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA dan Pembelajarannya

Pengamatan rangka dilakukan pada kalsium meliputi panjang tulang panjang


fetus yang telah diproses pewarnaan penyusun kaki depan (humerus, radius dan
rangka dengan Alizarin Red S. Data ulna) dan tulang penyusun kaki belakang
perkembangan rangka fetus mencit dari (femur, tibia dan fibula) dapat dilihat pada
induk yang diperlakukan dengan suplemen Tabel 2, Gambar 4, dan 5.

Tabel 2: Rerata Panjang Tulang Panjang Penyusun Kaki Fetus dari Mencit yang Diperlakukan
dengan Suplemen Kalsium Selama Masa Organogenesis.
Dosis Kaki Depan (mm) Kaki Belakang (mm)
CaCO3
Humerus Radius Ulna Femur Tibia Fibula
(mg/kg b.b)
0 (Kontrol) 2,530,15 2,620,18 2,250,05 2,390,24 2,800,14 2,670,19
195 2.080,14 2.250,13 1,960,17 2,100,15 2,410,12 2,170,14
390 2,320,19 2.560,07 2.060,17 2,320,17 2,730,23 2,400,10
585 2,820,210 2.930,17 2,450,09 2.540,14 2,960,15 2,770,18

Gambar 1. Perbandingan fetus (hasil proses pewarnaan rangka) dari Mencit yang Diperlakukan
dengan Suplemen Kalsium Selama Masa Organogenesis.
a. 0 (kontrol), b. 195 mg/kg b.b., c. 390 mg/kg b.b., d. 585 mg/kg b.b.

Gambar 2. Rangka Fetus Mencit Umur 18 Hari, Hasil Proses Pewarnaan Rangka dengan Alizarin
Red S. 1. Humerus, 2. Radius, 3. Ulna, 4. Femur, 5. Fibula, 6. Tibia.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 969


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Hasil pewarnaan rangka fetus mencit adanya abnormalitas pertumbuhan baik


dengan Alizarin Red S menunjukkan pada hewan percobaan maupun pada
bahwa pada umur 18 hari rangka penyusun manusia. Di samping itu, penurunan berat
kaki depan dan kaki belakang fetus dari badan dan panjang fetus merupakan
induk kontrol maupun perlakuan telah bentuk paling ringan efek agensia
mengalami ossifikasi (terlihat berwarna teratogenik dan merupakan parameter
merah). Data pengukuran tulang-tulang yang sensitif (Wilson, 1973). Penurunan
panjang penyusun kaki depan dan kaki berat badan dan panjang fetus terjadi pada
belakang fetus seperti yang ditunjukkan induk perlakuan suplemen CaCO3 dengan
pada Tabel 2 tidak memperlihatkan dosis 195 mg/kg berat badan. Hal ini tidak
adanya hubungan dose-response antara dapat dikatakan sebagai efek CaCO3 yang
besarnya dosis suplemen CaCO3 yang diberikan, karena berat badan dan panjang
diberikan dengan panjang tulang-tulang fetus dari induk perlakuan dosis tertinggi
panjang penyusun kaki depan dan kaki dalam penelitian ini (585 mg/kg berat
belakang fetus dari mencit perlakuan. badan) justru melebihi kelompok kontrol.
Jumlah fetus hidup ditentukan oleh Wujud gangguan perkembangan
jumlah sel telur yang diovulasikan, jumlah embrio dapat dikelompokkan menjadi
implantasi yang terjadi di dalam uterus, empat, yaitu kematuan, kecacatan,
dan kelangsungan hidup embrio yang hambatan pertumbuhan, dan gangguan
berkembang di dalam uterus (Rugh, 1968). fungsi (Hutahean, 2001). Jika suatu
Adanya agensia pengganggu yang agensia toksik menimpa embrio pada masa
diberikan pada induk selama masa organogenesis, yaitu ketika pembentukan
organogenesis dapat menyebabkan organ-organ sedang giat berlangsung,
terganggunya perkembangan embrio di maka perkembangan organ dapat
dalam uterus, yang akan berdampak pada terganggu dan mungkin terwujud menjadi
terjadinya resorpsi embrio maupun kecacatan yang dapat teramati pada waktu
kematian fetus. Hasil penelitian ini lahir.
menunjukkan tidak adanya resorpsi Kalsium karbonat yang diberikan
embrio maupun kematian fetus dari induk pada mencit bunting secara oral dikonversi
mencit yang diberi suplemen CaCO3. Hal menjadi kalsium klorida oleh asam
ini memberi petunjuk bahwa CaCO3 lambung. Sebagian kalsium diabsorpsi di
merupakan agensia yang tidak bersifat usus halus dan sisanya yang tidak
embriotoksik maupun fetotoksik. diabsorpsi, dieliminasi bersama feses.
Rendahnya jumlah fetus hidup dari induk Kalsium dapat menembus plasenta dan
mencit yang diperlakukan dengan didistribusikan kepada fetus untuk
suplemen CaCO3 dosis 585 mg/kg berat keperluan perkembangan tulangnya. Hasil
badan dalam penelitian ini tampaknya penelitian ini menunjukkan bahwa
bukan merupakan efek dari suplemen kelebihan asupan kalsium pada induk
CaCO3 yang diberikan. mencit tampaknya tidak mempengaruhi
Pada penelitian ini dilakukan perkembangan tulang-tulang panjang
pengukuran berat dan panjang fetus, penyusun kaki depan maupun kaki
karena adanya penurunan berat dan belakang fetusnya.
panjang badan merupakan perwujudan

970 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA dan Pembelajarannya

Dosis CaCO3 yang digunakan dalam Kalsium Karbonat Dosis Tinggi.


penelitian ini masih dalam kisaran dosis Surabaya: Fakultas Kedokteran
normal yang diperbolehkan untuk Hewan Universitas Airlangga.
manusia. Dosis tertinggi dalam penelitian Hutahean, S. 2002. Prinsip-prinsip Uji
ini (585 mg/kg berat badan/hari) identik Toksikologi Perkembangan. Medan:
dengan 4500 mg/orang/hari untuk Digital Library Universitas Sumatra
manusia, masih lebih rendah dari ambang Utara.
batas atas dosis manusia (6250 Lugito, M. 1995. Evaluasi Proses
mg/orang/hari). Secara keseluruhan hasil Kondrifikasi Dan Osifikasi Kaitannya
penelitian ini menunjukkan bahwa Dengan Umur Kehamilan Pada
pemberian suplemen kalsium (dalam hal Mencit (Mus Musculus) Galur A/J.
ini CaCO3) pada mencit bunting yang Lembaga Penelitian Universitas
masih dalam kisaran dosis normal, Airlangga.
ternyata tidak berpengaruh terhadap Mayus, S. 2013. Kebutuhan Kalsium
penampilan reproduksi dan perkembangan Wanita Hamil.
rangka, serta tidak menimbulkan http://jaringnews.com/hidup-
kecacatan morfologi pada fetus. sehat/umum/32411/jumlah-
kebutuhan-kalsium-ibu-hamil-
Simpulan sebesar-mg-hari. Diakses 15
Kesimpulan penelitian ini ialah bahwa September 2013.
pemberian suplemen kalsium (CaCO3) Mufidah, A.V. 2006. Pengaruh Pemberian
sampai dengan dosis 585 mg/kg berat Kalsium Karbonat pada Gambaran
badan/ hari pada mencit selama masa Histopatologis Ginjal Tikus Putih
organogenesis tidak berpengaruh terhadap (Rattus vorvegicus). Skripsi Tidak
penampilan reproduksi mencit dalam hal Diterbitkan. Surabaya: Fakultas
jumlah fetus hidup, fetus mati, fetus Kedokteran Hewan Universitas
resorpsi, berat fetus, dan panjang fetus, Airlangga.
juga tidak berpengaruh terhadap Olson, R.E., Broquist, H.P., Chichester,
perkembangan rangka fetus yang meliputi C.O., Darby, W.J., Kolbye, A.C.,
panjang tulang humerus, radius dan ulna Stalvey, R.M. 1998. Mineral. Jakarta:
pada anggota gerak depan; dan femur, Gramedia.
tibia dan fibula pada angota gerak Reid, I.R., Ames, R.W., Evans, M.C.,
belakang. Gamble, G.D., Sharpe, S.J., 1993.
Effect of Calcium Supplementation on
Daftar Rujukan Bone Loss in Postmenopausal
Dettlaff, T.A. dan Vassetzky, S.G. 1991. Woman. N Engl J Med 1993;
Animal Species for Developmental 328:460-464.
Study. New York: A Division of Rugh, R. 1968. The Mouse Its
Plenum Reproduction and Development.
Firmansyah, I. 2005. Gambaran Mineapolis: Burgess.
Histopatologik Tulang Femur Tikus Smith, J.B. and Mangkoewidjojo, S. 1988.
Putih (Rattus norvegicus) Pasca The Care, Breeding and Management
Ovariohisterektomi dengan Suplemen

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 971


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

of Experimental Animals for Research


in The Tropics. Canberra, IDP.
Subowo. 1992. Histologi Umum. Jakarta:
Bumi Aksara.
Surjono, T.W. 2001. Perkembangan
Hewan.Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka
Wilson. J.G. 1973. Environment & Birth
Defects. London: Academic Press Inc.
Winarno, F.G. 1994. Kimia Pangan dan
Gizi. Jakarta: Gramedia.
Yuniarti, W.M., Yudaniayanti, I.S.,
Triakoso, N. 2008. Pengaruh
pemberian Suplemen Kalsium
Karbonat Dosis Tinggi pada Tikus
Putih Ovariohisterektomi terhadap
Mineralisasi Ginjal. J. Veteriner Vol 9
No 2: 73-78.

972 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA dan Pembelajarannya

PENGARUH JENIS DAN KOMPOSISI MIKROORGANISME DALAM


BIOORGANIK FERTILISER TERHADAP KESUBURAN TANAMAN PADA
LAHAN PASCA PENAMBANGAN EMAS DI KALIMANTAN TENGAH

Liswara Neneng*), Yusintha Tanduh, Soleh Mochtar


Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Palangka Raya
e-mail: liswara.neneng@yahoo.com

Abstrak
Lahan pasca penambangan emas di Kalimantan Tengah tidak subur akibat hilangnya
lapisan top soil, minim unsur hara tanah, dan berpotensi tercemar merkuri. Perbaikan kondisi
lahan membutuhkan upaya peningkatan kesuburan tanah dan eliminasi merkuri dari tanah.
Penelitian ini bertujuan menguji efektivitas bioorganik fertiliser yang diperkaya dengan
mikrooganisme untuk bioremediasi merkuri, dalam mendukung pertumbuhan tanaman pada
lahan pasca penambangan emas. Penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental pada salah
satu lahan pasca penambangan emas di Kalimantan Tengah, yakni di daerah Hampalit,
Kabupaten Katingan. Mikroorganisme yang digunakan sebagai bahan aktif untuk bioorganik
fertiliser, terdiri dari kelompok bakteri EM4, kelompok bakteri IBT (Isolat Barito Timur), dan
konsorsium Klebsiella sp. dan Pseudomonas sp (KP). Kelompok mikroorganisme ini diketahui
berperan dalam kesuburan tanah maupun untuk proses bioremediasi. Parameter penelitian
berupa pertumbuhan 4 jenis tanaman (karet, nenas, jambu mete, jarak) pada lahan pasca
penambangan emas. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian
memperlihatkan bahwa komposisi mikroorganisme dalam bioorganik fertiliser berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan tanaman. Kelompok mikroorganisme IBT berpengaruh
signifikan dalam menunjang pertumbuhan jenis tanaman uji. Pada tanaman karet, perlakuan
terbaik adalah M2 (IBT tanpa EM4), dan M3 (KP+EM4). Perlakuan terbaik pada tanaman jarak
dan jambu mete adalah M4 (terdiri dari komposisi IBT+EM4), sedangkan perlakuan terbaik
pada tanaman nenas adalah M2, yakni komposisi IBT tanpa EM4.
Kata kunci: Mikroorganisme, Bioorganik Fertiliser, Lahan Pasca Penambangan Emas

Pendahuluan tumbuhan yang dapat tumbuh dan


Lahan pasca penambangan emas di berkembang biak dengan baik di dalamnya.
Kalimantan Tengah, didominasi pasir sekitar Tumbuhan budidaya sangat sulit
97%, pH tanah kurang dari 6, kandungan dikembangbiakkan pada lahan seperti ini.
bahan organik tanah kurang dari 2%, secara Perbaikan kondisi lahan membutuhkan
umum minim unsur hara tanah dan masih upaya peningkatan kesuburan tanah dan
terpolusi oleh senyawa merkuri (Hg). Hingga eliminasi merkuri dari tanah. Hasil penelitian
saat ini, lahan pasca penambangan emas sebelumnya memperlihatkan bahwa eliminasi
banyak yang masih menjadi lahan tidur, merkuri dari lingkungan dapat dilakukan
walaupun sudah ditinggalkan selama hampir dengan bantuan kelompok bakteri Klebsiella
sepuluh tahun. Hasil penelitian Neneng, dkk. sp. dan Pseudomonas sp. (Neneng, 2007).
(2012) memperlihatkan bahwa lahan pasca er Pendidikan Sains UNS, dkk. (2012-2013),
penambangan emas miskin komponen biotik menemukan adanya satu kelompok isolat
tanah, dan hanya ditemukan 8 species bakteri IBT (Isolat Barito Timur), yang

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 973


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

memiliki resistensi tinggi terhadap merkuri, bakteri IBT (Isolat Barito Timur), dan
dan sekaligus berpotensi sebagai penyubur konsorsium Klebsiella sp. dan Pseudomonas
tanah. Kedua kelompok isolat di atas sp., limbah ternak sapi, bahan pengaya
diujicoba dalam penelitian ini, dan organik berupa arang dan serat sawit, serasah
dikombinasikan dengan kelompok Colopogonium, dan tandan kosong kelapa
mikroorganisme yang sudah dikenal luas di sawit (TKKS), tanaman nenas, karet, jarak,
pasaran sebagai mikroorganisme penyubur dan jambu mete. Alat-alat penelitian berupa
tanah, yakni EM4. EM4 terdiri dari 95% alat-alat gelas, autoklaf, laminar air flow,
lactobacillus yang berfungsi menguraikan penggaris, cangkul, dan gembor.
bahan organik tanpa menimbulkan panas Percobaan menggunakan Rancangan
tinggi karena mikroorganisme anaerob bekerja Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal.
dengan kekuatan enzim. Kandungan Perlakuan terdiri dari jenis dan komposisi
mikroorganisme utama dalam EM-4 yaitu: mikroorganisme dalam bioorganik fertiliser,
bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas yang terdiri dari: M1 (KP: Klebsiella sp. dan
spp.), bakteri asam laktat (Lactobacillus spp.), Pseudomonas, sp.), M2 (IBT: Isolat Barito
ragi / yeast (Saccharomyces spp), Timur), M3 (KP+EM4), M4 (IBT+EM4).
actinomycetes dan jamur fermentasi Parameter penelitian berupa pertumbuhan
(Aspergillus dan Penicilium). tanaman nenas, karet, jarak, dan jambu mete,
Tanaman budidaya yang diujicoba dalam pada lahan pasca penambangan emas, yang
penelitian ini adalah jenis karet, nenas, jarak, diukur dari indikator: tinggi batang (cm),
dan jambu mete. Pemilihan jenis tanaman ini lingkar batang (cm), dan jumlah
didasarkan pada nilai ekonomis tanaman, dan helaian/daun/ranting. Jumlah perlakuan 5
karakter tanaman yang diharapkan dapat termasuk kontrol, dan 5 kali ulangan. Analisis
bertahan pada kondisi lahan tambang yang data dilakukan secara kuantitatif
panas. Penelitian ini bertujuan menguji menggunakan uji F, dan secara deskriptif.
efektivitas bioorganik fertiliser yang
diperkaya dengan mikrooganisme untuk Hasil dan Pembahasan
bioremediasi merkuri, dalam mendukung Pengaruh Perlakuan Terhadap Tingkat
pertumbuhan tanaman pada lahan pasca Kesuburan Tanaman
penambangan emas. Hasil uji F memperlihatkan bahwa
perlakuan M1, M2, M3, dan M4 berpengaruh
Metode Penelitian signifikan terhadap pertumbuhan semua jenis
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret tanaman uji, ditinjau dari parameter
2013 Nopember 2013, pada salah satu lahan pertumbuhan berupa tinggi batang (TB),
pasca penambangan emas di Kalimantan lingkar batang (LB), maupun jumlah
Tengah, yakni di daerah Hampalit, Kabupaten daun/ranting (JD). Hasil uji lanjut
Katingan. Bahan-bahan yang digunakan: menggunakan uji BNJ 5%, memperlihatkan
mikroorganisme yang digunakan sebagai hampir semua perlakuan berbeda signifikan
bahan aktif untuk bioorganik fertiliser, terdiri dengan kontrol (Tabel 1).
dari kelompok bakteri EM4, kelompok

974 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA dan Pembelajarannya

Tabel 1: Pengaruh Perlakuan Jenis dan Komposisi Mikroorganisme dalam Bioorganik


Fertiliser terhadap Pertumbuhan 4 Jenis Tanaman

Keterangan: M1= Kelompok Mikroorganisme KP; M2= Kelompok Mikroorganisme IBT;


M3= Kelompok Mikroorganisme KP+EM4; M4= Kelompok Mikroorganisme IBT+EM4;
TB = Tinggi Batang; LB= Lingkar Batang; JD= Jumlah Daun; JR= Jumlah Ranting; JH=
Jumlah Helaian (Rerata perlakuan yang diikuti dengan huruf yang sama pada setiap lajur
pertumbuhan tanaman menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada Uji BNJ 5%).

Pengaruh Perlakuan terhadap organik menghasilkan pertumbuhan nenas


Pertumbuhan Tanaman Nenas yang lebih baik, khususnya dari aspek tinggi
Berdasarkan grafik pada Gambar 1 yang batang. Pada parameter lingkar batang dan
ditunjang dengan hasil Uji BNJ 5%, terlihat jumlah helaian, tidak menunjukkan perbedaan
bahwa penambahan kelompok yang signifikan dibandingkan dengan
mikroorganisme M2 dalam biofertiliser perlakuan lainnya.

Keterangan: M1= Kelompok Mikroorganisme KP; M2= Kelompok Mikroorganisme IBT; M3=
Kelompok Mikroorganisme KP+EM4; M4= Kelompok Mikroorganisme IBT+EM4; TB =
Tinggi Batang; LB= Lingkar Batang; JD= Jumlah
Daun; JR= Jumlah Ranting; JH= Jumlah Helaian (Rerata perlakuan yang ditulis dengan huruf
yang sama pada setiap variabel pengamatan pertumbuhan tanaman menunjukkan hasil yang
tidak berbeda nyata pada Uji BNJ 5%).
Gambar 1. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman Nenas

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 975


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Komposisi Mikroorganisme M2 hanya terlihat bahwa pengaruh kelompok


terdiri dari kelompok bakteri IBT (Isolat mikroorganisme M2 (terdiri dari kelompok
Barito Timur). Isolat potensial ini diperoleh mikroorganisme IBT) dengan M3 (terdiri dari
dari lahan penambangan barubara di daerah kelompok mikroorganisme KP+EM4) dalam
Barito Timur. Habitat asal kelompok biofertiliser organik sama baiknya dalam
mikroorganisme ini adalah perairan yang menunjang pertumbuhan tanaman karet.
tercemar asam tambang, dengan pH air hingga Kedua kelompok mikroorganisme ini
mencapai kisaran 2 hingga 4. Kelompok berpengaruh menyebabkan ranting untuk
mikroorganisme ini juga memperlihatkan percabangan daun yang berbeda signifikan
kemampuan resistensi yang tinggi terhadap jumlahnya dibandingkan dengan kelompok
kadar merkuri di media cair. Potensi mikroorganisme lainnya. Perlakuan IBT
kelompok isolat ini untuk meningkatkan tanpa EM4 memberikan dampak pertumbuhan
kesuburan tanah, terutama di lahan pasca karet yang lebih baik dibandingkan dengan
penambangan emas, belum pernah diuji IBT+EM4. Pada kelompok isolat KP,
sebelumnya. perlakuan KP+EM4 lebih baik dalam
Pengaruh Perlakuan terhadap mendukung pertumbuhan tanaman karet,
Pertumbuhan Tanaman Karet dibandingkan dengan KP tanpa EM4
Berdasarkan grafik pada Gambar 2 (Perlakuan M1).
yang ditunjang dengan hasil Uji BNJ 5%,

Keterangan: M1= Kelompok Mikroorganisme KP; M2= Kelompok Mikroorganisme IBT; M3=
Kelompok Mikroorganisme KP+EM4; M4= Kelompok Mikroorganisme IBT+EM4; TB =
Tinggi Batang; LB= Lingkar Batang; JD= Jumlah Daun; JR= Jumlah Ranting; JH= Jumlah
Helaian (Rerata perlakuan yang ditulis dengan huruf yang sama pada setiap variabel pengamatan
pertumbuhan tanaman menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada Uji BNJ 5%).
Gambar 2. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman Karet

Pengaruh Perlakuan terhadap menunjang pertumbuhan tanaman jarak. Hal


Pertumbuhan Tanaman Jarak sebaliknya yang terjadi, jika kelompok
Berdasarkan grafik pada Gambar 3, mikroorganisme berupa IBT saja tanpa EM4
dan ditunjang dengan hasil Uji BNJ 5%, (Perlakuan M2) yang diberikan pada
terlihat bahwa perlakuan M4 yang terdiri dari bioorganik fertiliser, maka hasilnya tidak
kelompok mikroorganisme IBT+EM4, berbeda signifikan dengan kontrol.
berbeda signifikan pengaruhnya dalam

976 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA dan Pembelajarannya

Keterangan: M1= Kelompok Mikroorganisme KP; M2= Kelompok Mikroorganisme IBT; M3=
Kelompok Mikroorganisme KP+EM4; M4= Kelompok Mikroorganisme IBT+EM4; TB =
Tinggi Batang; LB= Lingkar Batang; JD= Jumlah Daun; JR= Jumlah Ranting; JH= Jumlah
Helaian (Rerata perlakuan yang ditulis dengan huruf yang sama pada setiap variabel pengamatan
pertumbuhan tanaman menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada Uji BNJ 5%).
Gambar 3. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman Jarak

Pengaruh Perlakuan terhadap pertumbuhan, baik tinggi batang, lingkar


Pertumbuhan Tanaman Jambu Mete batang, maupun jumlah daun pada jambu
Sebagaimana halnya pada mete, berbeda signifikan akibat perlakuan M4
pertumbuhan tanaman jarak, perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya
yang menunjang pertumbuhan tanaman jambu (Gambar 4).
mete, juga perlakuan M4. Semua parameter

Keterangan: M1= Kelompok Mikroorganisme KP; M2= Kelompok Mikroorganisme IBT; M3=
Kelompok Mikroorganisme KP+EM4; M4= Kelompok Mikroorganisme IBT+EM4; TB =
Tinggi Batang; LB= Lingkar Batang; JD= Jumlah Daun; JR= Jumlah Ranting; JH= Jumlah
Helaian (Rerata perlakuan yang ditulis dengan huruf yang sama pada setiap variabel pengamatan
pertumbuhan tanaman menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada Uji BNJ 5%).
Gambar 4. Pengaruh Perlakuan terhadap Pertumbuhan Tanaman Jambu Mete

Upaya perbaikan lahan kritis pasca dibutuhkan karena lahan pasca tambang emas
tambang emas di Kalimantan Tengah sangat masih menyimpan potensi untuk menjadi

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 977


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

sumber pencemaran logam berat berbahaya energi dan senyawa prekursor. Senyawa
(Hg). Reklamasi secara alami tidak dapat prekursor ini dapat dimanfaatkan oleh
terjadi secara mudah, karena tingkat mikroorganisme dan tanaman. Oleh karena
kerusakan akibat kegiatan penambangan itu, keberadaan mikroorganisme menjadi
emas, menyebabkan hilang dan berkurangnya salah satu parameter produktivitas tanah.
lapisan topsoil tanah. Lahan tidak produktif Tanah yang berada dalam kondisi normal
yang terbentuk pasca penambangan emas, mengandung berbagai jenis mikroorganisme
sangat merugikan bagi lingkungan dan (Kartasapoetra, 1991).
masyarakat setempat. Jika perbaikan kondisi Berdasarkan hasil analisis data, diketahui
lahan pasca tambang emas berhasil dilakukan, bahwa kelompok mikroorganisme IBT
maka akan ada ribuan hektar lahan di memberikan pengaruh signifikan dalam
Kalimantan Tengah yang dapat dipulihkan menunjang pertumbuhan semua jenis tanaman
menjadi lahan yang lebih produktif. uji. Pada tanaman karet, perlakuan terbaik
Berdasarkan hasil penelitian pada 6 adalah M2 (IBT tanpa EM4), dan M3
lokasi pasca penambangan emas yang terdapat (KP+EM4). Perlakuan terbaik pada tanaman
pada 3 kabupaten di Kalimantan Tengah, jarak dan jambu mete adalah M4 yang terdiri
diketahui bahwa lahan tersebut memiliki dari komposisi IBT+EM4, sedangkan
karakteristik yang kurang lebih sama. Lahan perlakuan terbaik pada tanaman nenas adalah
didominasi pasir sekitar 97%, pH tanah M2, yakni komposisi IBT saja tanpa EM4.
kurang dari 6, kandungan bahan organik tanah Kelompok mikroorganisme jenis IBT
kurang dari 2%, secara umum minim unsur (singkatan dari Isolat Barito Timur),
hara tanah dan masih terpolusi oleh senyawa merupakan sekelompok isolat bakteri yang
merkuri (Hg) (Neneng, dkk., 2012). Kondisi diisolasi dari lahan pasca penambangan batu
ini yang menyebabkan penanaman jenis bara di daerah Barito Timur (Kalimantan
tanaman budidaya di areal lahan pasca Tengah). Habitat asal kelompok
penambangan emas, tidak mampu tumbuh mikroorganisme ini adalah perairan yang
dengan baik. Perlakuan bioremediasi Hg, tercemar asam tambang, dengan pH air hingga
yang dipadukan dengan pengayaan unsur hara mencapai kisaran 2 hingga 4. Kelompok
tanah menggunakan bahan bioorganik mikroorganisme ini juga memperlihatkan
fertiliser, terbukti telah mampu menunjang kemampuan resistensi yang tinggi terhadap
pertumbuhan tanaman pada lahan kritis. kadar merkuri di media cair. Potensi
Bioorganik fertiliser merupakan pupuk kelompok isolat ini untuk meningkatkan
organik yang diperkaya dengan kesuburan tanah, terutama di lahan pasca
mikroorganisme (Khudori, 2006). penambangan emas, belum pernah diuji
Mikroorganisme meliputi bakteri, yeast, sebelumnya.
kapang, jamur, prokariota, protista dan alga Hasil analisis kompos memperlihatkan
uniseluler. Salah satu habitat mikroorganisme bahwa komposisi biofertiliser yang
adalah akar tanaman (rhizosfer) (Madigan, mengandung mikroorganisme dari kelompok
et.al., 2012). Rhizosfer kaya akan eksudat IBT, memiliki kandungan C organik, kalium,
yang dikeluarkan oleh tanaman melalui proses dan magnesium, yang relatif lebih tinggi
sekresi akar. Kandungan eksudat antara lain dibandingkan dengan komposisi unsur hara
adalah karbohidrat, asam amino, asam yang sama pada jenis kompos lainnya
organik, enzim dan senyawa-senyawa lain. (Neneng, dkk. 2013). Diduga kuat, kelompok
Mikroorganisme memanfaatkan eksudat mikroorganisme ini memiliki potensi untuk
melalui proses dekomposisi. Dekomposisi menghasilan enzim ekstraseluler yang mampu
eksudat oleh mikroorganisme menghasilkan

978 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

untuk mendegradasi senyawa-senyawa yang Daftar Rujukan


dibutuhkan untuk kesuburan tanah. Choirina, Y., Sudadi, Dan Hery Widijanto.
Menurut Phua, et.al. (2012), isolat 2013. Pengaruh Pupuk Alami Bermikroba
mikroorganisme indigenus mampu (Bio-Natural Fertilizer) Terhadap Serapan
meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui Fosfor Dan Pertumbuhan Kacang Tanah
proses fiksasi N, melarutkan posfat anorganik, Pada Tanah Alfisol, Entisol, Dan Vertisol.
atau menstimulasi pertumbuhan tanaman Jurnal Sains Tanah- Jurnal Ilmu Tanah
dengan cara menghasilkan hormon-hormon dan Agroklimatologi 10(2).
pertumbuhan tertentu. Kombinasi dari Kartasapoetra, 1991. Inokulasi Mikro-
beberapa strain mikroorganisme, dapat organisme Rhizobium. Jakarta: Penebar
menjadi biofertilizer multifungsi untuk Swadaya
pertanian yang berkelanjutan. Khudori. 2006. Teknologi Pemupukan Hayati.
Republika. Jakarta.
Simpulan Michael T. Madigan, John M. Marinko, David
1. Perlakuan jenis dan komposisi Stahl, David P. Clark (2012) Brock
mikroorganisme berpengaruh signifikan Biology Of Microorganisms (13th Edition).
terhadap pertumbuhan tanaman pada lahan Boston: Benjamin Cummings
pasca penambangan emas di Kalimantan Neneng, L., Yusintha Tanduh, Soleh Mochtar.
Tengah. 2012-2014. Aplikasi Metode Reklamasi
2. Kelompok mikroorganisme IBT Terpadu Untuk Aplikasi Tanaman
memberikan pengaruh signifikan dalam Perkebunan Pada Lahan Pasca
menunjang pertumbuhan semua jenis Penambangan Emas Di Kalimantan
tanaman uji. Pada tanaman karet, Tengah. Hibah Insinas Ristek. Kemen-
perlakuan terbaik adalah M2 (IBT tanpa terian Riset dan Teknologi Republik
EM4), dan M3 (KP+EM4). Perlakuan Indonesia. Jakarta.
terbaik pada tanaman jarak dan jambu Phua, C. K. H., Abdul Wahid, A. N. and
mete adalah M4 yang terdiri dari Abdul Rahim, K.(2012). Development of
komposisi IBT+EM4, sedangkan Multifunctional Biofertilizer Formulation
perlakuan terbaik pada tanaman nenas from Indigenous Microorganisms and
adalah M2, yakni komposisi IBT saja Evaluation of Their N2 -Fixing
tanpa EM4. Capabilities on Chinese Cabbage Using
15N Tracer Technique Pertanika, J. Trop.
Agric. Sci. 35(3):673-679.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 979


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Atenuasi Patogenitas Beberapa Spesies Eimeria Melalui Pasase Berseri Precocious


Line Pada Nave Chicken

Muchammad Yunus
Departemen Parasitologi Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga
Kampus C Unair, Jl Mulyorejo Surabaya 60115
Phone: 031-5992785, 5993016, Fax: 031-5993015
Email: muhyunus_99@yahoo.com

Abstrak
Pengembangan dan penggunaan live vaccine untuk koksidiosis ayam selama ini
belum berhasil dengan baik dikarenakan pengembangan vaksin tersebut biasanya
terbatas pada satu isolat (spesies) Eimeria saja. Kenyataan menunjukkan banyak kasus
koksidiosis yang terjadi di beberapa farm ayam adalah infeksi campuran beberapa
spesies Eimeria. Disamping itu, respon kekebalan yang terjadi akibat infeksi Eimeria
bersifat spesies spesifik artinya vaksinasi dengan satu atau beberapa spesies Eimeria saja
hanya dapat melindungi induk semang dari satu atau beberapa isolat tersebut. Penelitian
ini bertujuan mengatenuasi patogenitas beberapa spesies Eimeria penyebab koksidiosis
ayam sebagai kandidat polyvalent live vaccine melalui pasase berseri precocious line
pada naive chicken. Patogenitas dalam penelitian ini direpresentasikan dalam lama
periode prepaten, daya perkembangbiakan secara endogen dan produksi ookista. Tiga
spesies Eimeria (E. tenella, E. acervulina dan E. maxima) yang diisolasi dari non
commercial farm, atenuasi strain Eimeria dilakukan dengan metode serial pasase pada
ayam sehat untuk seleksi pengembangan precocious lines Eimeria sp. Untuk masing-
masing pasase, 12 ayam diinokulasi dengan ookista dengan dosis 5 x 103. Sampel feses
diuji untuk produksi ookista dengan menggunakan metode saturated sugar flotation.
Ookista pertama yang didapat dari infeksi digunakan untuk pasase berikutnya, dan
proses tersebut dilakukan berulang sampai periode prepaten masing-masing spesies
Eimeria menjadi lebih pendek. Hasil penelitian menunjukkan ketiga spesies Eimeria
mengalami pemendekan periode prepaten, penurunan multiplikasi, perkembangan dan
produksi ookista. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode
pasase berseri precocious line Eimeria sp pada naive chicken dapat digunakan untuk
menurunkan patogenitas spesies secara alamiah.

Kata Kunci: Eimeria sp ayam, pasase berseri, patogenitas.

Pendahuluan Perkembangan parasit menyebabkan


Koksidiosis pada ayam adalah kerusakan epitel intestine, diare dan
penyakit yang disebabkan oleh protozoa malabsorpsi nutrisi. Penyakit ini
intraseluler. Parasit ini menginfeksi dan menimbulkan kerugian ekonomi yang
berkembang dalam sel epitel lapisan cukup besar bagi peternak ayam, antara
mukosa intestine atau sekum. lain karena angka kematian yang cukup

980 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

tinggi, terhambatnya pertumbuhan, resistensi beberapa spesies Eimeria


penurunan produksi telur dan efisiensi terhadap koksidiostat adalah lambatnya
pakan serta tingginya biaya pengobatan perkembangan dan penemuan obat baru
dan upah tenaga kerja (Jangi et al, 2006). serta registrasi yang mahal terutama
Dalam beberapa tahun terakhir, penyakit insentif yang harus diberikan pada pabrik
ini menyebabkan kerugian lebih dari 2 obat untuk investigasi obat baru (Shirley,
milyar dolar Amerika di seluruh dunia per 1992).
tahun (Williams, 2002). Peningkatan kasus Untuk mengatasi kondisi tersebut
koksidiosis di Indonesia antara 20-25% pilihan untuk melakukan pendekatan
pada tahun 2006, dimana hampir penggunaan vaksin dalam mengontrol
setengahnya terjadi di Propinsi Jawa Barat penyakit yang lebih intensif dan terencana
dan Jawa Timur (Wiryawan, 2006). sangat diperlukan. Penggunaan vaksin
Berdasarkan fakta yang ada di lapangan untuk pengendalian koksidiosis lebih
menunjukkan bahwa koksidiosis adalah memberikan harapan dalam menghindari
infeksi yang hampir selalu ditemukan atau menurunkan ketergantungan terhadap
peternakan ayam baik di farm komersial penggunaan koksidiostat dan bahan kimia
maupun breeder (Anonimus, 2005). lain, disamping itu penggunaan vaksin
Penularan penyakit mudah dan infeksi lebih alami, aman, efektif dan efisien
terjadi akibat tertelannya stadium ookista dalam meningkatkan resistensi dan
yang infektif yang mengkontaminasi menghambat perkembangan agen infeksi.
pakan atau air minum ayam yang sehat Penggunaan beberapa macam vaksin
yang dikeluarkan oleh ayam yang sakit. dalam mengontrol koksidiosis (infeksi
Sistem pemeliharaan yang kurang Eimeria) telah dikembangkan diantaranya
memperhatikan kebersihan merupakan dengan menggunakan organisme hidup
predesposisi dan kondisi yang stadium ookista yang virulen dari Eimeria
menyebabkan penyakit berjangkit. yang dilemahkan (Jenkins et al., 1991;
Fakta yang ada pada industri Shirley, 1989), derivative parasit non
perunggasan, kontrol terhadap koksidiosis infektif (Rose, 1987), dan rekayasa
sebagian besar berhubungan dengan genetik vaksin subunit (Bhogal et al.,
penggunaan secara rutin anti koksidiosis 1992; Danforth et al., 1989; Jenkins et al.,
(koksidiostat). Hal ini dapat dibuktikan 1991) semua telah digunakan untuk
adanya active ingredient koksidiostat pada imunisasi. Pada kenyataannya,
setiap produk pakan yang diproduksi oleh pengembangan dan penggunaan live
produsen pakan ternak. Disamping adanya vaccine stadium ookista untuk koksidiosis
resistensi parasit yang ditimbulkan akibat ayam selama ini kurang berhasil dengan
penggunaan koksidiostat yang terus baik dikarenakan pengembangan vaksin
menerus (Chapman and Shirley, 1989; tersebut biasanya terbatas pada satu isolat
Stephan et al., 1997), kekhawatiran (spesies) Eimeria saja. Kenyataan
adanya residu dalam produk-produk asal menunjukkan bahwa banyak kasus
unggas (daging dan telur), juga koksidiosis yang terjadi di banyak farm
menyebabkan strategi menejemen industri ayam adalah infeksi campuran dari
perunggasan menjadi lebih komplek dan beberapa spesies Eimeria, sementara di
mahal. Implikasi lain yang timbul dari farm yang lain oleh spesies Eimeria yang

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 981


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

lain, sehingga program pencegahan atau kandang percobaan Fakultas Kedokteran


proteksi terhadap koksidiosis ayam tidak Hewan, Universitas Airlangga, mulai
sesuai harapan, dengan kata lain program bulan Juni sampai Agustus 2014 dengan
vaksinasi kurang berhasil dikarenakan tahapan awal biosafety dan karantina yang
agen atau isolat untuk proteksi terbatas meliputi rearing ayam bebas koksidia,
pada satu spesies saja. Disamping itu, housing ayam penelitian, prosedur
respon kekebalan yang terjadi akibat laboratorium, disposal dan
infeksi Eimeria bersifat spesies spesifik decontamination. Tahapan karakterisasi
artinya vaksinasi dengan satu spesies meliputi: pengamatan durasi periode
Eimeria saja hanya dapat melindungi prepaten, kemampuan perkembangbiakan
induk semang dari satu isolat tersebut, parasit secara endogen (histologis), uji
padahal macam spesies Eimeria yang potensial reproduksi (produksi ookista),
sering menginfeksi ayam seperti E. pada ayam yang dipasase berseri dengan
tenella, E. maxima, E. acervulina. Kondisi precocious line dari ketiga spesies Eimeria
tersebut sangat tidak menguntungkan baik (E. tenella, E. acervulina, E. maxima)
dari segi proteksi yang dihasilkan maupun sebagai kandidat coccidiosis polyvalent
secara ekonomi apabila program vaksinasi seed vaccine (attenuated oocyst).
dilakukan beberapa kali yang akan Beberapa tahapan tersebut dilakukan
memberikan stress yang lebih sering pada secara bersamaan dan simultan dalam satu
ayam dan mempengaruhi produksi, tidak periode penelitian.
efektif dalam tenaga, waktu dan biaya. Pengamatan durasi periode prepaten
Dari uraian dan informasi diatas, dilakukan untuk mengetahui peluang atau
pengembangan live vaccine menggunakan lama parasit untuk berkembangbiak dalam
low-virulence precocious lines tiga spesies tempat predileksi di usus ayam sehingga
Eimeria pada ayam dapat dijadikan menghasilkan generasi baru (sexual
alternatif untuk lebih efisien dan efektif generation) yang siap dipasasekan melalui
dalam potensi dan biaya, karena akan feses. Uji kemampuan perkembangbiakan
memberikan proteksi yang lebih baik parasit secara endogen pada induk semang
terhadap beberapa spesies Eimeria yang untuk menandai apakah parasit mengalami
menginfeksi ayam dengan hanya satu kali penurunan kemampuan berkembangbiak
vaksinasi, meningkatkan performan dan dan tidak menimbulkan kerusakan pada
kualitas unggas dalam rangka mendukung tempat predileksi dan
keberlangsungan dan produktifitas industri perkembangbiakannya pada induk
perunggasan yang pada akhirnya mampu semang pada induk semang dengan
menjadi industri yang lebih efisien dan melihat gambaran histologis usus. Uji
efektif sehingga dapat bersaing dalam potensial reproduksi digunakan untuk
persaingan global dan dapat membangun menandai apakah precocious line
image industri dan produk yang baik. (attenuated live vaccine, low virulence)
telah tereduksi kemampuan produksi
Metode Penelitian ookistanya dibandingkan dengan strain
Penelitian ini dilaksanakan di yang belum teratenuasi (strain induk). dan
Departemen Parasitologi Veteriner, tidak menimbulkan kerusakan pada tempat
Departemen Patologi Anatomi dan

982 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

predileksi dan perkembangbiakannya pada durasi atau lama periode prepaten dan
induk semang yang dipasase. untuk membandingkan orientasi
Sebanyak seratus delapan belas ekor gambaran histopatologis usus
ayam pedaging umur 3 minggu dibagi menggunakan analisis komparasi dan
menjadi tiga kelompok sesuai dengan deskriptif. Penggunaan Statistical Product
spesies Eimeria yang diatenuasi, dimana and Service Solution (SPSS) versi 17.0
kelompok pertama, kedua dan ketiga dilakukan untuk memudahkan perhitungan
masing-masing terdiri dari 36 ekor. statistik.
Kelompok pertama adalah kelompok ayam
yang dipasase berseri sebanyak tiga kali Hasil dan Pembahasan
dengan precocious line E. tenella dosis 5 x Pola produksi ookista harian
103. Kelompok kedua adalah kelompok Pola produksi ookista harian pada
ayam yang dipasase berseri sebanyak tiga ketiga kelompok ayam pada masing-
kali dengan precocious line E. acervulina masing tingkatan pasase dan spesies
dengan dosis yang sama dengan Eimeria selama infeksi berlangsung
kelompok pertama. Kelompok ketiga diilustrasikan secara berturut-turut pada
adalah kelompok ayam yang dipasase Gambar 1, 2 dan 3. Pada pasase pertama,
berseri sebanyak tiga kali dengan ookista E. tenella pertama kali
precocious line E. maxima dengan dosis dipasasekan bersama feses terlihat 168
yang sama dengan kelompok pertama dan jam setelah infeksi kemudian mencapai
kelompok kedua. puncak 240 jam setelah infeksi dan
Pengamatan durasi atau lama periode menurun secara drastis 288 jam setelah
prepaten dan produksi ookista dilakukan infeksi dan 312 jam setelah infeksi ookista
pada ketiga kelompok ayam mulai pasase sudah tidak terdeteksi dalam feses.
pertama sampai pasase ketiga, sedangkan Sedangkan pada pasase kedua, ookista
pengamatan kemampuan terlihat pertama kali dalam feses 144 jam
perkembangbiakan parasit secara endogen setelah infeksi kemudian mencapai puncak
pada induk semang untuk menandai 216 jam setelah infeksi dan turun drastis
apakah parasit mengalami penurunan 264 jam setelah infeksi dan tidak lagi
kemampuan berkembangbiak dan tidak terdeteksi 288 jam setelah infeksi. Pada
menimbulkan kerusakan pada tempat pasase ketiga, ookista terlihat pertama kali
predileksi dan perkembangbiakannya dalam feses 120 jam setelah infeksi
dilakukan pada hari keempat setelah kemudian mencapai puncak 192 jam
infeksi yaitu setengah dari jumlah masing- setelah infeksi dan turun drastis 240 jam
masing kelompok ayam dikorbankan dari setelah infeksi dan tidak lagi terdeteksi
masing-masing pasase dan spesies Eimeria 264 jam setelah infeksi. Pada tiga pasase
dan pengamatan dilakukan secara berseri dari precocious line E. tenella
histologis. menunjukkan pemendekan durasi atau
Penelitian menggunakan rancangan lama periode prepaten dari 168 jam (7
acak lengkap, data produksi ookista hari) menjadi 120 jam (5 hari) yang dapat
dianalisis menggunakan uji one way anova merepresentasikan waktu yang pendek
(uji F ) dilanjutkan uji beda nyata terkecil parasit untuk berkembangbiak dalam
(BNT) (Steel and Torrie, 1995), sedang induk semang dan konseksuensinya

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 983


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

jumlah parasit yang berkembangbiak akibat perkembangbiakan dan juga


menurun dibandingkan strain induknya. berdampak penurunan gejala klinis yang
Penurunan jumlah parasit yang terlihat pada ayam bahkan tidak sampai
berkembangbiak akan menurunkan menimbulkan gejala klinis, tetapi sudah
kerusakan sel epitel yang ditimbulkan mampu menginduksi respon kekebalan.

Gambar 1. Pengembangan precocious lines E. tenella. Penurunan patogenitas (produksi ookista)


dan periode prepaten semakin singkat (dari 7 hari menjadi 5 hari)

Study yang dilakukan oleh Myung-Jo naive chicken. Pada penelitian


You (2014) pada E. tenella isolat Korea sebelumnya peneliti telah melakukan
menunjukkan pola dan periode prepaten pasase berseri terhadap strain induk E.
yang hampir sama. Sedangkan pada tenella sebanyak 3 kali pada naive chicken
ookista E. tenella hasil atenuasi terhadap generasi precocious line
memperlihatkan pola yang hampir sama menghasilkan generasi atenuasi E. tenella
akan tetapi pola peningkatan tidak tajam dengan periode prepaten lebih pendek.
dengan periode prepaten 48 jam lebih Hasil penelitian McDonald and Shirley
pendek (120 jam). Penelitian yang (1987) menyatakan bahwa terjadi
dilakukan oleh Anderson and Jorgensen penurunan siklus reproduksi aseksual yaitu
(2003) menunjukkan hasil bahwa E. mitis stadium skizogoni yang menyebabkan
dan E. brunetti mempunyai periode proses gametogoni lebih dini, sehingga
prepaten 20 jam lebih pendek dari strain berpengaruh terhadap periode prepaten
induk setelah generasi precocious line yang lebih pendek.
mengalami pasase berseri 9 kali pada

984 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

Pada pasase pertama, ookista E. rendah dari puncak pasase pertama dan
acervulina pertama kali dipasasekan turun drastis 216 jam setelah infeksi dan
bersama feses terlihat 96 jam setelah tidak lagi terdeteksi 240 jam setelah
infeksi kemudian mencapai puncak 168 infeksi. Pada pasase ketiga, ookista terlihat
jam setelah infeksi dan menurun secara pertama kali dalam feses 72 jam setelah
drastis 216 jam setelah infeksi dan 240 infeksi kemudian mencapai puncak 144
jam setelah infeksi ookista sudah tidak jam setelah infeksi dan turun drastis 192
terdeteksi dalam feses. Sedangkan pada jam setelah infeksi dan tidak lagi
pasase kedua, pola produksi ookista harian terdeteksi 216 jam setelah infeksi. Pada
sama dengan pasase pertama dimana tiga pasase berseri dari precocious line E.
ookista terlihat pertama kali dalam feses acervulina menunjukkan pemendekan
96 jam setelah infeksi kemudian mencapai durasi atau lama periode prepaten dari 96
puncak 168 jam setelah infeksi tetapi lebih jam (4 hari) menjadi 72 jam (3 hari).

Gambar 2. Pengembangan precocious lines E. acervulina. Penurunan patogenitas (produksi ookista)


dan periode prepaten semakin singkat (dari 4 hari menjadi 3 hari)

Pada pasase pertama, ookista E. setelah infeksi kemudian mencapai puncak


maxima pertama kali dipasasekan bersama 168 jam setelah infeksi dan turun drastis
feses terlihat 120 jam setelah infeksi 216 jam setelah infeksi dan tidak lagi
kemudian mencapai puncak 192 jam terdeteksi 240 jam setelah infeksi. Pada
setelah infeksi dan menurun secara drastis pasase ketiga, ookista terlihat pertama kali
240 jam setelah infeksi dan 264 jam dalam feses 72 jam setelah infeksi
setelah infeksi ookista sudah tidak kemudian mencapai puncak 144 jam
terdeteksi dalam feses. Sedangkan pada setelah infeksi dan turun drastis 192 jam
pasase kedua, pola produksi ookista setelah infeksi dan tidak lagi terdeteksi
terlihat pertama kali dalam feses 96 jam 216 jam setelah infeksi. Pada tiga pasase

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 985


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

berseri dari precocious line E. maxima lama periode prepaten dari 120 jam (5hari)
menunjukkan pemendekan durasi atau menjadi 72 jam (3 hari).

Gambar 3. Pengembangan precocious lines E. maxima. Penurunan patogenitas (produksi ookista)


dan periode prepaten semakin singkat (dari 5 hari menjadi 3 hari)

Seluruh atenuasi strain Eimeria ayam induk semang antara lain sifat alamiah
melalui seleksi untuk pengembangan potensial dari spesies Eimeria itu sendiri,
precocious lines menunjukkan penurunan status imunitas dari induk semang, strain
periode prepaten, E. tenella (7 hari line yang menginfeksi (Arabkhazaeli et
menjadi 5 hari), E. acervulina (4 hari al., 2011). Strain line dari E. tenella, E.
menjadi 3 hari) dan E. maxima (5 hari acervulina dan E. maxima yang
menjadi 3 hari) setelah melalui rata-rata 3 digunakan dalam penelitian ini merupakan
kali pasase. strain keturunan dari strain induk yang
Total produksi ookista mengalami pasase berseri pada naive
Rerata total produksi ookista pada chicken sehingga menghasilkan generasi
ketiga kelompok ayam yang masing- precocious line yang mempunyai virulensi
masing dipasase berseri precocious line E. yang rendah. Generasi precocious lines
tenella, E. acervulina dan E. maxima dari E. mitis, E. brunetti dan E. praecox
selama infeksi berlangsung diilustrasikan (Anderson and Jorgensen, 2003) dan E.
pada Gambar 4. Total produksi ookista acervulina (Kawazoe et al., 2005)
pasase ketiga dari masing-masing spesies mengalami penurunan virulensi setelah
Eimeria sangat signifikan lebih rendah dilakukan pasase berseri pada naive
dibandingkan dengan pasase ketiga chicken.
(p<0,01). Beberapa faktor yang Hasil penelitian Shirley and Bedrnik
mempengaruhi daya reproduksi Eimeria (1997) menyatakan bahwa pada tahap
sp dalam menghasilkan ookista (generasi skizon dari strain Eimeria sp yang
seksual) selama proses infeksi terjadi pada dipasase berseri dari precocious lines pada

986 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

naive chicken terjadi pengurangan jumlah Simpulan


maupun ukuran dari skizon. Pada Karakterisasi ookista infektif yang
penelitian sebelumnya, kualitas ookista teratenuasi dari hasil pasase berseri
yang dihasilkan dari pasase berseri dari precocious line E. tenella, E. acervulina
precocious lines pada naive chicken dan E. maxima pada naive chicken
mengalami penurunan dengan semakin melalui pengamatan durasi atau lama
kecil ukuran morfometri dari ookista periode prepaten, kemampuan
infektif, semakin cepat waktu yang berkembangbiak parasit secara endogen
dibutuhkan untuk bersporulasi dan dan reproduksi (produksi ookista)
semakin sedikit ookista yang dikeluarkan menunjukkan penurunan pada ayam yang
(data tidak dipublikasi). diinokulasi.

Gambar 4. Komparasi total produksi ookista pada kelompok ayam yang diinfeksi E. tenella (A), E
acervulina (B) dan E. maxima (C) strain induk dan precocious line masing-masing spesies Eimeria
tersebut sebagai hasil atenuasi pasase berseri pada naive chicken. **, p<0,01.

Daftar Pustaka Bhogal, B. S., Miller, G. A., Anderson, A.


Anderson, G. and Jorgensen, W. 2003. C., Jessee, E. J., Strausberg, S.,
Live vaccines for three species of McCandliss, R., Nagle, J. and
Eimeria. A report for the Rural Strausberg, R. L. 1992. Potential of a
Industries Research and recombinant antigen as a
Development Corporation. prophylactic vaccine for day-old
Anonimus, 2005. Koksidiosis semakin broiler chickens against Eimeria
merajalela. Poultry Indonesia, acervulina and Eimeria tenella
Jakarta infections Vet. Immunol.
Arabkhazaeli, F., Nabian, S., Modirsaneii, Immunopathol. 31: 323 335.
M., Mansoori, V., and Rahbari, S. Chapman, H. D. and Shirley, M. W. 1989.
2011 Biopathologic The sensitivity of isolate of Eimeria
characterization of three mixed species to monensin and lasalocid
poultry Eimeria spp. Isolates. Iran J. acid in the chicken. Res. Vet. Sci.
Parasitol. 6 (4): 2332. 46: 114 117.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 987


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Danforth, H. D., Augustine, P. C., Ruff, maxima and E. acervulina in young


M. D., McCandliss, R., Strausberg, broiler chicken. Veterinary World
R. L. and Likel, M. 1989. 7(7): 542-547.
Genetically engineered antigen Rose, M. E. 1987. Immunity to Eimeria
confers partial protection against infections. Vet. Immunol.
avian coccidial parasites. Poult. Sci. Immunopathol. 17: 333 343.
68: 1643 1652. Shirley, M. W. 1989. Development of a
Jangi S, Puay-Eng Soon., Kiew-Lian live attenuated vaccine against
Wang. 2006. Pengenalpastian protein coccidiosis of poultry. Parasite
membran putatif dalam sporozoit Immunol. 11: 117 124.
Eimeria tenella melalui penyaringan. Shirley, M. W. and P. Bedrnik. 1997. Live
Imuno. J. Parasitol. Malaysian 35(2): Attenuated Vaccines Against Avian
23 - 28. Coccidiosis: Succes with Precocious
Jenkins, M. C., Castle, M. D. and and Egg-adapted Lines of Eimeria.
Danforth, H. D. 1991a. Protective Parasitology Today 13: 481-484.
immunization against the intestinal Shirley, M. W. 1992. Research on avian
parasite Eimeria acervulina with coccidia: an update. Br. Vet. J. 148:
recombinant coccidial antigen. Poult. 479 498.
Sci. 539 547. Steel, R. G. D. and Torrie. 1995. Prinsip
Kawazoe, U., Bordinb, E. L., Alves de dan Prosedur Statistika. Penerbit P.T.
Lima, C. and Dias, L. A. V., 2005. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Characterisation and Hal. 168-181.
histopathological observations of a Stephan, B., Rommel, M., Daugschies, A.
selected Brazilian precocious line of and Haberkorn, A. 1997. Studies of
Eimeria acervulina. Vet. Parasitol. resistance to anticoccidials in
131: 514 Eimeria field isolates and pure
McDonald, V. and Shirley, M. W. 1987. Eimeria strains. Vet. Parasitol. 69:
The endogenous development of 19 29.
virulent strains and attenuated Williams, R. B. 2002. Fifty years of
precocious lines of Eimeria tenella anticoccidial vaccines for poultry
and E. necatrix. J. Parasitol. 73: 993 (1952 2002). Avian Dis. 46: 775
997. 802.
Myung-Jo You. 2014. The comparative Wiryawan, 2006. Pengendalian Penyakit
analysis of infection pattern and Berak Darah, Sebuah dilema dan
oocyst output in E. tenella, E. harapan. Buletin Sanbe, Bandung

988 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN PROTEIN EKSKRETORI-SEKRETORI


ANTIGEN Toxoplasma gondii HASIL PEMBIAKAN IN VIVO PADA MENCIT
SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN IMMUNOCRHOMATOGRAPHY TEST
UNTUK DIAGNOSIS TOKSOPLASMOSIS
Mufasirin1, Lucia Tri Suwanti1, Suwarno2, Hani Plumeriastuti3, Dewa Ketut Meles4 ,
Zainul Muttaqin5
1. Departemen Parasitologi Veteriner FKH Unair, 2. Departemen Mikrobiologi Veteriner
2. FKH Unair,
3.
Departemen Patologi Veteriner FKH Unair, 4. Departemen Ilmu Kedokteran Dasar Veteriner
FKH Unair, . 5Unit Riset Biomedik Rumah Sakit Umum, Provinsi NTB
1,2,3,4.
Kampus C Unair, Jl. Mulyorejo, SURABAYA, Telp. 031-5992785 (Psw. 203).
5.
Jl. Pejanggik No. 6 Mataram, NTB.
Email: mufasirinfkhunair@gmail.com

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektifitas penggunaan protein ekskretori-sekretori
antigen (ESA) Toxoplasma gondii hasil pembiakan in vivo pada mencit sebagai bahan
pembuatan alat immunochromatography test (ICT) untuk diagnosis toksoplasmosis. Sejumlah 82
sampel serum darah manusia digunakan sebagai sampel uji ICT. Serum darah sampel diteteskan
pada alat ICT, dibiarkan beberapa menit sampai pita kontrol terlihat. Hasil pemeriksaan
kemudian dibandingkan dengan uji ELISA sebagai gold standard. Sensitivitas dan spesifitas alat
dihitung untuk menentukan tingkat efektifitas alat. Hasil penelitian didapatkan bahwa alat ICT
yang dibuat untuk diagnosis toksoplasmosis dengan menggunakan protein ESA T. gondii hasil
pembiakan in vivo pada mencit dengan spesifikasi kadar antigen 2,5 ng dan pengenceran serum
sampel 10-2 mempunyai sensitivitas 63% dan spesifisitas 83%.

Kata kunci: Toxoplasma gondii, ekskretori-sekretori antigen, immunochromatography

Pendahuluan hewan coba (Montoya et al., 2008), indirect


Toxoplasma gondii adalah parasit obligat fluorecence, enzyme linked immunosorbent
intraseluler yang menyerang semua hewan assay (ELISA) (De Craeye et al., 2008; Liu et
berdarah panas, termasuk manusia. Kucing al., 2008), Sabin Fieldman dye test (Karaca et
sebagai inang utama merupakan kunci al., 2007), indirect haemaglutination (IHA),
penularan toksoplasmosis pada hewan dan direct agglutination test (Dubey et al., 2008),
manusia. Diagnosis toksoplasmosis dapat indirect agglutination test (IAT) ( Liu et al.,
ditegakkan berdasarkan ditemukan parasit 2008), latex aglutination, modified
atau antibodi dalam spesimen. Beberapa aglutination (Da Silva et al., 2008),
teknik untuk diagnosis toksoplasmosis antara complement fixation test (CFT), uji kulit
lain dengan teknik imunohistokimia (Szeredi (Center for Food Security and Public Health,
dan Bacsadi, 2002) dan polymerase chain 2005), radio immuno assay (RIA) (Sukthana,
reaction (PCR) (Kijlstra et al., 2008; Montoya 1999), immunosorbent aglutination assay
et al., 2008). Uji lain adalah dengan uji (ISAGA) (Sukthana, 1999) dan
biologis dengan menginokulasikan pada immunoblotting (Wongkamchai et al., 1999).

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 989


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Isolasi T. gondii dapat berasal dari tinja lain biaya yang tidak sedikit dan protein yang
kucing, jaringan otak, otot dan darah kucing dihasilkan mempunyai potensi yang lebih
dan ternak. Isolasi T. gondii dapat dilakukan rendah dibandingkan dengan protein yang
dengan mempasasekan material yang diduga diekskresi dan disekresikan secara alami.
ke hewan coba atau telur ayam bertunas Kekurangan lain protein ESA T. gondii hasil
(Soulsby, 1986). Diagnosa cepat pemecahan takizoit dibanding dengan protein
toksoplasmosis menggunakan perangkat ESA T. gondii yang disekresikan secara alami
diagnostik seperti test imunokromatografi adalah sering terkontaminasi dengan material
(ICT) sampai sekarang belum banyak sel induk semang. Protein ESA T. gondii juga
dilaporkan. membangkitkan respons imun pada inang
Di lapangan, diagnosis toksoplasmosis yang terinfeksi T. gondii, sehingga protein
pada umumnya didasarkan atas ditemukan ESA dapat digunakan sebagai bahan untuk
antibodi terhadap T. gondii dalam darah pembuatan kit diagnostik.
(dalam serum). Uji serologis yang sering Tujuan penelitian ini adalah menguji
digunakan adalah ELISA sebagai gold prototipe ICT yang dibuat menggunakan ESA
standard. Uji ini memiki sensitivitas dan T. gondii dari pembiakan in vivo sebagai
spesifitas tinggi, tetapi dibutuhkan waktu yang antigen untuk diagnosis toksoplasmosis pada
lama, peralatan dan teknisi khusus serta biaya manusia. Diharapkan dengan adanya alat ICT,
yang mahal. Di lain pihak, beberapa uji diagnosis toksoplasmosis pada manusia dapat
imunologis yang memanfaatkan teknologi dilakukan dengan cepat, mudah dan murah
kromatografi (imunokromatografi) sudah sehingga penanganan pasien dapat segera
banyak dilakukan seperti test kehamilan, dilakukan.
diagnosis HIV (Beristain et al., 2005),
penyakit demam berdarah (Adnin, 2002) dan Metode Penelitian
malaria (Arum dkk, 2006). Keuntungan uji Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
serologis menggunakan teknik Protozoologi Departemen Parasitologi
immunokromatografi adalah waktu cepat Veteriner, Laboratorium Biologi Molekuler
(beberapa menit), biaya murah dan mudah Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan
(praktis) digunakan. Salah satu model teknik Universitas Arlangga, Institut Tropical
imunokromatografi adalah ICT, merupakan Disease, Unit Riset Biomedik, Rumah Sakit
model deteksi antigen atau antibodi yang Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat. Alat
penggunaannya dengan diteteskan atau penelitian yang digunakan adalah perangkat
dicelupkan pada material sampel (analit) dan kit diagnostik cepat ICT menggunakan antigen
hasil deteksi berupa warna yang dapat dilihat ESA T. gondii. Sebagai pembanding
dengan mata telanjang. digunakan uji ELISA sebagai uji gold
Salah satu protein yang dikembangkan standard. Bahan penelitian adalah serum
sebagai antigen yang digunakan untuk bahan darah manusia.
diagnostik toksoplasmosis adalah protein Pembuatan ICT diadopsi dari teknik gold
Ekskresi-Sekresi Antigen (ESA) T. gondii, immunochromatographic assay (Dewi, 2010).
adalah protein yang dikeluarkan pada saat Sebelum pembuatan ICT, dilakukan optimasi
parasit menginfeksi inang. Beberapa peneliti jumlah antigen dan volume sampel yang akan
telah melaporkan bahwa protein ESA T. digunakan. Optimasi jumlah antigen dilakukan
gondii hasil isolasi dengan pemecahan dengan cara pengenceran antigen. Optimasi
takizoit mampu membangkitkan respons juga dilakukan pada volume sampel serum
kekebalan inang tetapi untuk pengembangan yang dapat digunakan. Antigen ditempelkan
produksi menemui beberapa kendala antara pada membran nitroselulose menggunakan

990 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

mesin dispenser BioJet XY Platform (Biodot, Data hasil uji alat ICT dibandingkan
USA) yang akan membentuk garis tes, dengan uji ELISA dan dihitung sensitivitas
sedangkan garis kontrol berisi goat-anti-mouse dan spesifitas alat menggunakan tabel 2x2.
IgG 1 ng/ L. Membran nitroselulose
kemudian dikeringkan, kemudian dipotong Hasil dan Pembahasan
menjadi bentuk strip. Optimasi volume serum Hasil Sebelum antigen digunakan dalam
menggunakan serum manusia sebagai kontrol alat ICT dilakukan optimasi antigen ESA dan
Sebanyak 20 mikroliter sampel serum sampel. Hasil optimasi antigen ESA dan
diteteskan pada bantalan di dekat zona sampel serum didapatkan dapat antigen
kontrol, 1 tetes buffer. Sebanyak 2 tetes buffer optimum yang dapat digunakan adalah 2,5
juga diteteskan pada bantalan gold colloidal. ng/ L. Kadar antigen di bawah tidak
Lembaran foto (kartu test) segera ditutup dan menunjukkan reaksi sedangkan di atas 2,5
hasil reaksi dilihat 15-20 menit kemudian. ng/ L menunjukkan artefak yang
Hasil positif apabila muncul 2 garis berwarna menunjukkan positif palsu. Demikian juga
merah pada garis kontrol dan garis test dan penggunaan volume sampel serum yang
negatif apabila hanya muncul 1 garis merah optimum untuk digunakan uji adalah 10-20
pada garis kontrol dan invalid apabila tidak L. Di bawah nilai tersebut tidak bereaksi
muncul garis sama sekali atau hanya muncul dengan antigen dan timbul artefak.
garis tes. Hasil uji toksoplasmosis sampel darah
Sejumlah 82 sampel serum darah manusia manusia menggunakan alat ICT dibandingkan
digunakan sebagai sampel uji alat ICT. Serum dengan uji ELISA dan hasil analisis
darah sampel diteteskan pada alat ICT, perbandingan kedua uji tersebut dapat dilihat
dibiarkan beberapa menit sampai pita kontrol pada Tabel 1.
terlihat. Hasil pemeriksaan kemudian
dibandingkan dengan uji ELISA sebagai gold
standard.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan dipstick (ICT) dan uji ELISA sebagai uji gold standard
Elisa

Positif Negatif Jumlah


Positif 10 11 21
ICT
Negatif 6 55 61
Jumlah 16 66 82

Dari Tabel 1. didapatkan bahwa alat ICT spesifisitas GICA bila menggunakan hasil
mempunyai sensitivitas 63% dan spesifisitas ELISA sebagai referensi adalah 100% dan
83%. Dari hasil tersebut kemampuan alat 94.5% dengan menggunakan antigen
tersebut untuk mendiagnosa secara benar rekombinan SAG2. Sensitivitas yang rendah
manusia yang menderita toksoplasmosis hanya dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara
sebesar 63% dan tidak menderita lain kemurnian antigen dan jumlah antigen
toksoplasmosis sebesar 83%. Angka tersebut yang digunakan. Kedua faktor tersebut sangat
masih di bawah angka sensitivitas dan berhubungan, yang dibuktikan dengan pada
spesifisitas uji yang sama menggunakan optimasi jumlah antigen. Antigen ESA T.
antigen berbeda yang dilakukan oleh Huang et gondii yang dapat digunakan maksimal 2,5
al. (2004) yang melaporkan sensitivitas dan ng/ L dan apabila lebih dari kadar tersebut

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 991


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

terjadi reaksi/artefak yang merupakan reaksi pada ICT bersifat kualitatif sampai
di luar reaksi yang dikehendaki. Reaksi semikuantitatif. Uji imunokromatografi
artefak tersebut dimungkinkan antigen ESA merupakan uji pengembangan kromatografi
masih mengandung protein A pada saat dengan imunologi. Prinsip imunokromatografi
isolasi. Di lain pihak, penggunaan antigen adalah reaksi antara antigen dan antibodi yang
yang rendah dimungkinkan tidak mampu dikonjugasikan ke partikel warna, kompleks
menimbulkan reaksi yang dikehendaki karena imun yang terbentuk kemudian mengalir
jumlah antigen yang terbatas tidak mampu melalui daerah reaksi membran. Hasil positif
menangkap imunoglobulin yang tersedia terjadi apabila terlihat warna. Keunggulan
sehingga tidak terjadi reaksi positif (negatif utama metode imunokromatografi adalah
palsu). Demikian juga spesifisitas yang rendah praktis dan membutuhkan waktu tidak lama
diakibatkan karena protein A yang (Sacher dan Pherson, 2004).
mengkontaminasi antigen sehingga Salah satu metode imunokromatografi
menimbulkan positif palsu, sehingga banyak baru adalah Gold Immunocromatographyc
sampel yang negatif toksoplasmosis Assay (GICA), yaitu imunokromatografi yang
didiagnosis positif terinfeksi T. gondii. menggunakan menggunakan membran
Untuk meningkatkan sensitifitas dan selulose sebagai pembawa dan koloidal emas
spesifisitas alat yang menggunakan protein sebagai pelacak (tracer). Metode ini banyak
ESA T. gondii yang didapatkan dari kultivasi digunakan untuk mendeteksi molekul bioaktif
in vivo diperlukan pemurnian lebih lanjut termasuk hormon dan haptens. Keuntungan
antara lain dengan kromatografi afinitas metode ini adalah sederhana, cepat, murah dan
protein A. Protein A kontaminan akan diikat tidak membutuhkan teknisi peralatan khusus
oleh matrik sehingga didapatkan sampel untuk mendeteksi antigen atau antibodi (Peng
protein ESA T. gondii yang murni yang tidak et al., 2007).
tercemar dengan protein A. Dengan Metode imunokromatografi sudah banyak
peningkatan kadar antigen ESA optimal yang digunakan untuk diagnosis penyakit. Graham
diikuti dengan kemurnian protein yang bebas dan Reddy (2001) mendeteksi antibodi
protein A maka sensitivitas dan spesifisitas terhadap Helicobacter pylori dalam air
alat akan naik mendekati metode pemeriksaan kencing. Adnin (2002) membandingkan uji
standard (ELISA). serologi demam berdarah menggunakan
Deteksi antibodi yang ada dalam serum ELISA dan imunokromatografi. Dalam
darah akibat respons sistem kebal untuk penelitian tersebut digunakan dua macam kit
eliminasi T. gondii dapat dideteksi dengan yang saat ini banyak dipasarkan yaitu kit
mereaksikan dengan antigen pemicu. Adanya dengue duo IgM capture and IgG capture
antigen T. gondii yang dapat dikenali oleh ELISA dan kit dengue fever IgM and IgG
inang dan respons antibodi baik IgM dan IgG rapid immunochromatographic test. Prinsip
dapat divisualisasikan dengan beberapa cara dari kedua uji ini didasarkan atas adanya
antara lain imunobloting maupun antibodi IgM dan IgG terhadap virus dengue
kombinasinya seperti imunokromatografi. di dalam serum penderita. Waktu yang
Adanya protein ESA T. gondii yang bersifat diperlukan untuk uji ini cukup singkat, dengan
antigenik dapat digunakan untuk coating baik menggunakan ELISA memerlukan waktu
pada ELISA maupun imunokromatografi sekitar 2,5 jam, sedangkan tes
(ICT). Hasil penggunaan metode tersebut imunokromatografi hanya memerlukan waktu
adalah sama dapat mendeteksi adanya antibodi lebih kurang 7 menit. Sampel penelitian ini
pada induk semang yang terinfeksi, hanya adalah 60 orang penderita demam berdarah
pada ELISA bersifat kuantitaif sedangkan dengue dewasa dengan tes HI positif,

992 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

sedangkan untuk kelompok kontrol digunakan mencit dengan spesifikasi kadar antigen 2,5 ng
25 orang penderita demam tifoid dengan tes yang dilekatkan dan penggunaan sampel
HI negatif yang dirawat di RSCM Jakarta. serum manusia dengan pengenceran 10-2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa deteksi mempunyai sensitivitas 63% dan spesifisitas
terhadap IgM dan IgG dengan ELISA dan 83%.
imunokromatografi, baik menggunakan serum
akut maupun ganda tidak menunjukkan Daftar Rujukan
perbedaan yang bermakna (p>0,05). Hasil Adnin, M. 2002. Evaluasi Tes Serologi Elisa
ELISA terhadap IgM dan IgG menggunakan dan Imunokromatografi untuk
serum akut memberikan sensitivitas sebesar Mendekteksi Antibodi IgM dan IgG
68,3%, sedangkan uji Imunokromatografi terhadap Virus Dengue pada Penderita
terhadap IgM dan IgG memberikan Demam Berdarah Dengue. Litbangkes
sensitivitas 65% dengan spesifisitas masing- Abstrak Penelitian Kesehatan Seri 19.
masing 96%. Dibandingkan dengan uji HI Arum L.I, A.P. Purwanto, S. Arfi, H.
menggunakan serum akut, sensitivitas dari Tetrawindu, M. Octora, Mulyanto, K.
kedua uji ini sedikit lebih tinggi (sensitivitas Surayah dan Amanukarti. 2006. Uji
tes HI 51,7%). Bila pada ELISA dan diagnostik Plasmodium malaria
imunokromatografi digunakan serum ganda menggunakan metode
maka sensitivitas meningkat menjadi 98,3% imunokromatografi diperbandingkan
dengan spesifisitas 96%. Secara tersendiri dengan pemeriksaan mikroskopis..
sensitivitas IgM serum akut dan ganda pada Indonesian Journal of Clinical
uji imunokromatografi lebih tinggi dari Pathology and Medical Laboratory.
ELISA dan menunjukkan perbedaan yang 12 (3): 118-122.
bermakna (p<0,05). Beristain, C.N., L. F. Rojkin, and L.E.
Protein ESA adalah protein yang Lorenzo. 2005. Evaluation of a
diekskresi dan disekresikan T. gondii saat dipstick method for the detection of
berkembang biak, termasuk saat penempelan, human immunodeficiency virus
penembusan dan perkembangan di dalam infection. J.Clin. Lab. Anal. 9
vakuola parasitoforus. Segera setelah T. gondii (6):347 350.
masuk ke induk semang, beberapa protein Center for Food Security and Public Health.
diekskresikan dan disekresikan oleh organel 2005. http://www.cfsph.iastate.edu/
roptri (ROP), micronema (MIC) dan granula Factsheets/pdfs/toxoplasmosis.pdf.
(GRA). Protein ESA T. gondii hasil isolasi Da Silva, R.C, C.B. Zetun, S.M.G. Bosco,
dari pembiakan in vivo pada mencit dapat E.Bagagli, P.S.Rosa and H.Langoni.
digunakan untuk pengembangan teknik 2008. Toxoplasma gondii and
diagnosis imunokromatografi setelah melalui Leptospira spp. Infection in free-
beberapa proses pemurnian (kromatografi ranging armadillos Veterinary
afinitas). Alat ICT merupakan metode yang Parasitology. 157. 291293.
mudah, cepat dan murah dapat dikembangkan De Craeye, S., A. Francart, J. Chabauty, V. De
lebih lanjut untuk alat diagnosis Vriendt, S. Van Gucht, I. Leroux , and
toksoplasmosis. E. Jongert. 2008. Prevalence of
Toxoplasma gondii infection in
Simpulan Belgian house cats. Veterinary
Alat ICT yang dibuat untuk diagnosis Parasitology. 157: 128132.
toksoplasmosis dengan menggunakan protein Dewi L.B.K. 2010. Rapid test gold
ESA T. gondii hasil pembiakan in vivo pada immunochromatograpgic assay

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 993


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

menggunakan crude ESA untuk Liu, J., J.Z. Cai., W. Zhang, Q. Liu, D. Chen,
mendeteksi immunoglobulin G J.P. Han, and Q.R. Liu. 2008.
terhadap Toxoplasma gondii. Tesis, Seroepidemiology of Neospora
Program Studi Kimia, Pascasarjana caninum and Toxoplasma gondii
Universitas Airlangga. Surabaya. infection in yaks (Bos grunniens) in
Dubey, J.P., K. Mansfield, B. Hall, O.C.H. Qinghai, China. Veterinary
Kwok, and P. Thulliez. 2008. Parasitology. 152: 330332.
Seroprevalence of Neospora caninum Montoya, A., G. Mir, M. Mateo, C. Ramrez,
and Toxoplasma gondii in black-tailed and I. Fuentes. 2008. Detection of
deer (Odocoileus hemionus Toxoplasma gondii in cats by
columbianus) and mule deer comparing bioassay in mice and
(Odocoileus hemionus hemionus). polymerase chain reaction (PCR).
Veterinary Parasitology. 156.310 Veterinary Parasitology. 1-11.
313. Peng, D.P., S. Hu, Y. Hua, Y. Xiao, Z. Li, X.
Graham, D.Y. and S. Reddy. 2001. Rapid Wang and D. Bi. 2007. Comparison
detection of anti Helicobacter pylori of new gold-immunocromatographic
IgG in urin using assay for the detection of antibodies
immunocromatographyc. Aliment against avian influenza virus with
Pharmacol. Ther. 15: 699-702. hemaglutinin inhibition and agar gel
Huang, Xuan, Xuenan., Hirata, Haruyuki., immunodiffusion assays. Vet Immun
Yokoyama, Naoaki., Xu, Longshan., and Immunopath. 117. 17-25.
Suzuki, Naoyoshi., and Igarashi, Sacher and Pherson, Mc., 2004, Tinjauan
Ikuo.2004, Rapid Klinis Hasil Pemeriksaan
Immunochromatographic Test Using Laboratorium, Edisi 11, Penerbit
Recombinant SAG2 for Detection of Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Antibodies against Toxoplasma gondii Soulsby, E.J.L. 1986. Helminths, Artropods
in cats, Journal of Clinical and Protozoa of Domesticated
Microbiology, 42 (1): 351-353. Animals. 7th ed. Bailliere Tindall.
Karaca, M., C. Balber, B. Celebi, H.A. London.
Akkan,, M, Tutuncu, I. Keles, B.A. Sukthana, Y. 1999. Difference of Toxoplasma
Uslu and S.A. Islic. 2007. gondii antibodies between Thai and
Investigation on the seroprevalence of Australian pregnant women. Southeast
toxoplasmosis, listeriosis and Asian J. Trop. Med. Public Health.
brucellosis in goats living in the 30(1): 38-41.
region of Van, Turkey. Yyu Vet Fak Wongkamchai, S., V. Mahakittikun, P.
Derg. 18:45-49. Dekumyoy and J. Onrotchanakun.
Kijlstra, A., B.Meerburg, J. Cornelissen, S. De 1999. Immunoblotting and enzym
Craeye, P.Vereijken, and E. Jongert. linked immunosorbent assay for
2008. The role of rodents and shrews diagnosis of Toxoplasma gondii in HIV
in the transmission of Toxoplasma Thai patient. Southeast Asian J. Trop.
gondii to pigs. Veterinary Med. Public Health. 30: 580-583.
Parasitology.156:183190.

994 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

RESPON KALOGENESIS DALAM OPTIMASI MEDIUM B5 DAN MS


PADA KULTUR IN VITRO TANAMAN KORO PEDANG
(Canavalia ensiformis, L)

Tintrim Rahayu; Umu Sholikhah


Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Malang
tintrimr@gmail.com

Abstrak
Koro pedang (Canavalia ensiformis) merupakan sumber senyawa fenolik dan
flavonoid yang keduanya memiliki aktifitas anti oksidan sebagai penangkal radikal bebas
yang sangat efektif, dapat digunakan sebagai pengganti tempe dan berpotesi sebagai
antioksidan alami karena aktifitas antioksidannya lebih tinggi. Permintaan dalam bidang
farmasi dapat terpenuhi, bila dilakukan perbanyakan melalui teknik kultur jaringan
tumbuhan, khususnya kalogenesis, yang dapat diinduksi dari berbagai jaringan tanaman
dan organ. Pertumbuhan kalus atau kalogenesis merupakan hasil interaksi yang sangat
komplek antara eksplan, komposisi medium dan kondisi lingkungan selama periode
inkubasi. kalus kedelai dari eksplan kotiledon tumbuh dengan baik pada penambahan
2,4-D 4 ppm pada medium dasar B5(Gamborg). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui respon kalogenesis dalam optimasi medium B5 dan MS pada kultur in vitro
tanaman koro pedang pada berbagai eksplan. Metode yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) 2 faktorial, faktor pertama adalah medium MS dan B5, faktor
kedua adalah eksplan hipokotil, epikotil dan kotiledon dengan tiga kali ulangan.
Berdasarkan pengamatan secara kualitatif morfologi kalus, eksplan hipokotil terlihat
paling responsif dibanding dengan epikotil dan kotiledon. Media MS dan B5 tidak
tampak perbedaannya respon kalogenesisnya pada eksplan hipokotil dan epikotil,
namunwaktu kemunculan kalus pada media B5 terlihat lebih cepat. Pada pengamatan
kuantitatif berat dan volume kalus menunjukkan media B5 dan eksplan kotiledon paling
responsif dengan berat 1,136 gr dan volume kalus tertinggi 3,25cm2 dibanding media MS
dengan eksplan katiledon berat hanya 0,78 gr dengan volum 1,5 cm2 .

Kata kunci : koro pedang, kultur in vitro, kalus

Pendahuluan karena aktifitas antioksidannya lebih


Koro pedang (Canavalia ensiformis) tinggi. Bila dibandingkan dengan tempe
merupakan sumber senyawa fenolik dan kedelai -karoten , vitamin C dan -
flavonoid yang keduanya memiliki tokoferol tidak berbeda nyata pada =5%
aktifitas anti oksidan sebagai penangkal (Istiani , 2010). Tempe koro pedang
radikal bebas yang sangat efektif, dapat memiliki kandungan protein sebesar
digunakan sebagai pengganti tempe 15,23%, lemak 3,62%, dan karbohidrat
yang berpotesi sebagai antioksidan alami 19,88% (Kalaminasi dan Pangesthi 2013).

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 995


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Permintaan dalam bidang farmasi tanaman dan organ yang tidak umum
dapat terpenuhi melalui kultur jaringan berkembang menjadi kalus dari repons
tumbuhan, khusunya kalogenesis. perlukaan yang diberikan (Dodds JH, dan
Penelitian yang telah dilakukan oleh Robert L.W, 1995).
Rahayu dan Sajidah (2008) menunjukkan Pertumbuhan kalus atau kalogenesis
bahwa kultur kalus kedelai telah berhasil merupakan hasil interaksi yang sangat
meningkatkan metabolit sekunder berupa komplek antara eksplan, komposisi
isoflafon dengan perlakuan elisitor logam. medium dan kondisi lingkungan selama
Parti (2004) juga menyatakan, kultur periode inkubasi. Induksi kalus dan
jaringan dapat digunakan sebagai pertumbuhan kalus yang terus berlangsung
penghasil metabolit sekunder karena melalui subkultur, memerlukan gula dan
metabolit sekunder merupakan hasil dari garam-garam mineral pada medium, selain
proses-proses biokimia yang terjadi di itu juga memerlukan zat pengatur tumbuh
dalam tubuh tanaman, dan proses tersebut atau hormon. Hormon yang umum dan
juga terjadi pada kultur jaringan yang efektif digunakan untuk induksi kalus
terdapat pada kalus. Rahayu T (2006) juga (dediferensiasi) adalah 2,4-D (Indrianto A,
menyatakan bahwa melalui kultur kalus 2014).
kedelai (Glycine max merr) dapat Berdasarkan hasil penelitian
diproduksi estrogen nabati berupa Anggraini (2004), kalus kedelai dari
isoflavon genistein dan daidzein eksplan kotiledon tumbuh dengan baik
Pada dasarnya kutur jaringan pada penambahan 2,4-D 4 ppm pada
tumbuhan adalah suatu teknik propagasi medium dasar B5.Medium B5 (Gamborg)
mikro yang dilakukan secara in vitro (1968) digunakan untuk kultur suspensi
dengan cara membudidayakan jaringan sel kedelai, alfalfa dan legume lain.
tanaman yang steril pada suatu media, Namun belum diketahui bagaimana respon
sehingga mampu berkembang menjadi kalogenesis tanaman legume khususnya
kalus dan seterusnya menjadi tanaman tanaman koro pedang pada medium MS
(Abidin Z, 1991). Mikropopagasi atau (Murashinge dan Skoog) yang paling
perbanyakan secara in vitro dapat banyak digunakan untuk kultur kalus dan
dilakukan dengan perbanyakan tunas dari tunas (Indrianto, 2014). Oleh karena itu,
eksplan berupa mata tunas atau meristem, dalam penelitian ini bertujuan untuk
namun dapat pula terjadi secara tidak mengetahui respon kalogenesis dalam
langsung melalui pembentukan kalus dari optimasi medium B5 dan MS pada kultur
jaringan vegetatif, misalnya hipokotil. in vitro tanaman koro pedang pada
Selanjutnya kalusterbentuk dapat berbagai eksplan.
dirangsang untuk berdeferensiasi menjadi
planlet (Pratiwi E dan Rahayu T, 2013). . Metode Penelitian
Kalus merupakan kumpulan sel Penelitian dilaksanakan di
amorphous tidak mempunyai dinding sel laboratorium kultur jaringan tumbuhan
parenkim, yang terbentuk dari poliferasi FMIPA Unisma pada bulan Desember
sel eksplan yang dikultur. Dengan metode 2013- April 2014 menggunakan
kultur jaringan tumbuhan, bentuk kalus Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2
dapat diinduksi dari berbagai jaringan faktorial, faktor pertama jenis media dan

996 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

faktor kedua adalah jenis eksplan. Media pembengkakan di daerah tepi. Jaringan
yang digunakan adalah MS dan B5, yang membentuk kalus pembelahan sel
eksplan yang digunakan adalah epikotil, tidak terjadi pada semua sel dalam
hipokotil dan kotiledon yang diperoleh jaringan asal, tetapi hanya sel di lapisan
dari kecambah koro pedang aseptis. periphery yang membelah terus-menerus,
Parameter yang diamati meliputi sedangkan sel yang ditengah tetap
pengamatan kualitatif yaitu morfologi quiescent(Gunawan, 1988).
kalus dan pengamatan kuantitatif yaitu
berat dan volume kalus setelah kalus Respon kalogenesis Tanaman Koro
berumur 14 hari. Data di analisis Pedang (Canavalia ensiformis, L.)
menggunakan analisis sidik ragam. Pengamatan pertumbuhan kalus
dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
Hasil Dan Pembahasan pengamatan secara kualitatif yang meliputi
Inisiasi Kalus Tanaman Koro Pedang morfologi kalus yaitu kondisi eksplan dan
(Canavalia ensiformis, L.) pengamatan secara kuantitatif meliputi
Inisiasi kalus koro pedang berat dan volume kalus.
dilakukan pada medium dasar MS dan
medium B5 dengan penambahan hormon Pengamatan kualitatif (morfologi kalus)
2,4 D 4 ppm. Eksplan yang digunakan Berdasarkan pengamatan yang telah
adalah hipokotil, epikotil, dan kotiledon dilaksanakan, kalogenesis koro pedang
kecambah koro pedang yang ditanam mulai telihat pada hari ke 2 HST (Hari
secara aseptis. Inisiasi pembentukan kalus Setelah Tanam). Pada media B5, kalus
merupakan salah satu langkah penting dari eksplan kotiledon dan hipokotil mulai
yang menentukan keberhasilan teknik mengalami pembengkakan pada bagian
kulturin vitro. Kalus merupakan massa sel tepi (bekas perlukaan) menurut
yang tidak terorganisir, pada mulanya Suryowinoto (1996) dalam Lizawati, dkk,
sebagai respon terhadap perlukaan (2010) proses terjadinya kalus disebabkan
(wounding). Pembelahan selnya menjadi adanya rangsangan luka, rangsangan
tidak terkendali, sel-selnya mengalami tersebut menyebabkan kesetimbangan
proliferasi yaitu membelah terus menerus pada dinding sel berubah arah,
dengan sangat cepat (Indrianto A, 2014). sebagian protoplas mengalir keluar
Krisnamoorthy (1981) menyatakan sehingga mulai terbentuk kalus.
jaringan yang tumbuh membentuk kalus Terbentuknya kalus juga disebabkan sel-
adalah jaringan epidermis bagian atas. sel kontak dengan media terdorong
Pembentukan kalus diawali dengan menjadi meristematik dan selanjutnya
membesarnya sel-sel epidermis kemudian aktif mengadakan pembelahan seperti
sel-sel tersebut membelah menjadi dua. jaringan penutup luka. Suatu sifat yang
Menurut Indrianto, (2004) pertumbuhan diamati dalam jaringan yang
yang tercepat terjadi didaerah tepi (bekas membentuk kalus adalah bahwa
perlukaan) karena pada dasarnya kalus pembelahan sel tidak terjadi pada semua
merupakan kumpulan sel yang menutupi sel dalam jaringan asal, tetapi hanya sel di
luka, hal tersebut terlihat pada pengamatan lapisan perisfer yang membelah terus
pertumbuhan kalus yang diawali dengan menerus sedangkan sel-sel di tengah

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 997


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

tetap quiscent. Faktor-faktor yang tersebut (Mentari, 2006). Selain itu


menyebabkan inisiasi pembelahan sel kegagalan pembentukan kalus pada
hanya terbatas di lapisan luar dari jaringan eksplan epikotil, kemungkinan disebabkan
kalus, adalah: 1. Ketersediaan oksigen oleh rusaknya jaringanketika diinisiasi.
yang lebih tinggi, 2. Keluarnya gas CO2, Pada media MSpertumbuhan
3.Kesediaan hara yang lebih banyak, 4. eksplan tidak begitu berbeda dengan
Penghambat yang bersifat folatik lebih media B5 hanya saja pada awal
cepat menguap, 5. Cahaya (Sjahril R, pertumbuhan kalus dari eksplan hipokotil
2011). terlihat lebih lambat pertumbuhannya di
Pada kalus yang bersumber dari banding eksplan dari media B5. Adanya
eksplan hipokotil, pada hari ke-2 HST perbedaan pertumbuhan ini disebabkan
selain mengalami pembengkakan, eksplan perbedaan komposisi media dasar B5
juga terlihat berwarna putih, dan sampai dengan MS. Medium dasar B5 yang
hari ke-7 HST eksplan hipokotil terlihat dikembangkan di Praire Regional
paling responsif dibandingkan kalus yang Laboratory untuk menumbuhkan jaringan
bersumber dari kotiledon maupun epikotil, kedelai berhasil digunakan menumbuhkan
dengan warna putih yang menutupi sel dari bermacam-macam varietas
seluruh eksplan. Sedangkan eksplan yang tumbuhan khususnya tanaman famili
bersumber dari kotiledon pada hari ke-7 leguminaceae (Constabel dan Wetter,
HST pada bagian tepi berwarna coklat, 1991).
Mentary(2006) menyatakan bahwa, Hal ini juga terlihat saat uji
banyaknya kalus yang berwarna coklat pendahuluan menggunakan media dasar
disebabkan oleh oksidasi senyawa fenolik. MS dengan penambahan 2,4 D 4 ppm.
Hal ini menunjukkan bahwa kalus Dari berbagai eksplan yang digunakan,
berwarna coklat mengandung senyawa eksplan hipokotil pada media MS + 4 ppm
fenolik dalam jumlah tertentu. Pada kalus 2,4 D paling responsif dengan
yang bersumber dari epikotil, sampai hari terbentuknya warna putih yang menutupi
ke-7 eksplan hanya menunjukkan repon eksplan. Hanya saja kalus yang terbentuk
pembengkakan , tanpa disertai adanya memiliki terkstur kompak dan masif.
warna putih. Kegagalan eksplan Dibandingkan dengan kalus kedelai yang
membentuk kalus diduga adanya sturktur kalusnya bersifat friable (gambar
perbedaan kemampuan jaringan 2) kalus koro Pedang memperlihatkan
menyerap unsur hara dan zat pengatur adanya perbedaan. Terlihat hasil kultur
tumbuh dalam media induksi kalus kalus terlihat masif.

998 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

A B

Gambar 1 : Kalus kedelai pada media B5 (A) dan kalus kedelai pada media MS (B)

Gambar 2 merupakan kalus kedelai kalus koro pedang yang terbentuk. Berikut
pada media B5 dan MS dengan gambar kalus Koro Pedang yang terbentuk
konsentrasi hormon 2,4 D 4 ppm, yang pada msing-masing media.
dapat digunakan sebagai pembanding pada

Gambar 2: Kalus Koro Pedang pada media B5 dari berbagai sumber eksplan. ( A.
Hipokotil B. Kotiledon C. Epikotil)

Gambar 3: Kalus Koro Pedang (Canavalia ensiformis, L.)


pada media MS dari berbagai sumber eksplan.
(A.Hipokotil, B. Kotiledon, C. Epikotil)

b. Pengamatan Kuantitatif (Berat dan cukupmenonjol antara kalus dari media B5


Volume Kalus) dengan kalus dari media Ms. adapun berat
Berdasarkan hasil pengamatan dan volume kalus dapat dilihat pada Tabel
kuantitatif yaitu pertambahan volume dan 1.
berat kalus, terlihat perbedaan yang

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 999


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

Tabel 1. Volume dan Berat Kalus


Media Eksplan Volume Kalus Berat Kalus (gr)
(cm3)
B5 Hipokotil 1,5 0,48
Kotiledon 3,25 1,136
Epikotil 0,55 0,51
MS Hipokotil 1 0,38
Kotiledon 1,5 0,78
Epikotil 0,375 0,45

Dari tabel 1 terlihat dalam medium B5 ditambahkan ke dalam media. Menurut


dengan eksplan kotiledon menunjukkan Gunawan (1998) hormon 2,4-D akan
respon yang lebih baik dengan volume merangsang terjadinya pembelahan sel
3,25 cm3 ,berat 1,136 gr dibandingkan pada kalus sehingga mampu meningkatkan
dalam media Ms dengan eksplan yang jumlah dan ukuran sel. Hendaryono (1994)
sama volumenya 1,5 cm3 dengan berat menyatakan auksin dapat meningkatkan
0,78 gr.. Peningkatan volume dan berat tekanan osmotik, sintesa protein, dan
kalus menunjukkan adanya proses permeabilitas sel terhadap air. Hal itu
pertumbuhan. Hal itu disebabkan karena menyebabkan air dapat masuk ke dalam
sel-sel kalus mengalami pembelahan sel sel sehingga volume kalus meningkat.
sehingga menyebabkan terjadinya Dengan adanya peningkatan sintesis
peningkatan massa sel. Pembelahan sel protein, maka dapat digunakan sebagai
kalus disebabkan oleh adanya 2,4-D yang sumber tenaga dalam pertumbuhan.

Gambar 5: Grafik volume Kalus Gambar 6: Grafik berat kalus

1000 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

Dari Grafik 5 dan 6diatas terlihat dari Merr). Skripsi. Jurusan Biologi
perlakuan antara media B5 dan media Ms Fmipa Unisma
dengan eksplan hipokotil, kotiledon Azariati, 2009. Respon Regenerasi
maupun epikotil, baik volume kalus Eksplan Kalus Kedelai (Glycine
maupun berat kalus terlihat respon max (L.) Merrill) Terhadap
pertumbuhan kalus paling bagus adalah Pemberian Naa Secara In Vitro.
eksplan kotiledon dengan media B5, berat PKMP Universitas Negeri
paling tinggi 1,136 gr dengan volume 3,25 Padang: Padang
cm3 lebih tinggi dari pada media Ms. Dodds JH, dan Robert L.W, 1995.
Eksperiments In Plant Tissue
Simpulan Culture. Cambrrige University
Berdasarkan penelitian yang telah Press: USA
dilakasanakan dapat disimpulkan Medium Indrianto A, 2014. Kultur jaringan
dan eksplan dapat berpengaruh terhadap tunbuhan.
pertumbuhan kalus koro http://elisa.ugm.ac.id/communit
pedang(Canavalia ensiformis, L.). Respon y/show/kulturjaringantumbuhan
kalogenesis tanaman koro pedang olehariindrianto/. Diakses
(Canavalia ensiformis, L.) pada medium tanggal 27 februari 2014.
B5 dan Ms dengan penambahan hormon Istiyani Y (2010). Karakterisasi Senyawa
2,4 D 4 ppm cukup baik dengan adanya Bioaktif Isoflavon Dan Uji
warna putih yang menutupi eksplan Aktivitas Antioksidan Dari
kotiledon dan hipokotil, namun kurang Ekstrak Etanol Tempe Berbahan
responsif pada eksplan yang bersumber Bakukoro Pedang (Canavalia
dari epikotil. Respon kalogenesis dari ensiformis).Program Pasca
tanaman koro pedang (Canavalia Sarjana Universitas Sebelas
ensiformis, L.) pada media B5 dengan Maret: Surakarta
eksplan kotiledon nampak lebih baik dari Kalaminasi D dan Pangesthi Lc (2013).
pada media Ms. Pada media Ms dengan Pengaruh Proporsi Kacang Koro
eksplan kotiledon berat kalus 0,78 dengan Sayur (Phaseolus lunatus) dan
volume 1,5 cm3, sedangkan pada media Kacang Koro Pedang
B5 dengan eksplan kotiledon (Canavalia ensiformis L)
menunjukkan berat kalus lebih tinggi yaitu Terhadap Mutu Organoleptik
1,136 dengan volume 3,25 cm3. Tempe Koro. e-journal
Boga.Volume 02. Nomor 03.
Yudisium Oktober. Tahun 2013.
Daftar Rujukan Hal. 104 113.
Abidin Z, 1991. Dasar Pengetahuan Ilmu Krishnamoorthy, H.N.1981. Plant Growth
Tanaman. Angkasa: Bandung Substances. Tata
Anggraini, Y.D, 2004. Uji Konsentrasi McGrawhillPublishing
Hormon 2,4 D Pada Company Limited. New Delhi
Pertumbuhan Kalus Dari Lizawati, dkk, 2010. Induksi Kalus
Eksplan Kotiledon Dan Eksplan Daun Durian (Durio
Hipokotil Kedelai (Glycine Max Zibethinus Murr. Cv.

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 1001


Prosiding Seminar Nasional Biologi / IPA dan Pembelajarannya

SelatJambi) Pada Beberapa Daidzein Melalui Kultur Kalus


Kombinasi 2,4-D Dan BAP. Kedelai (Glycine Max Merr) :
Agriculture Faculty, Jambi Laporan Penelitian. Fmipa
University. Vol 1 No.1 Januari Unisma. Indonesian Science
Maret 2012 ISSN: 2302-6472. And Technology Digital Library
Mentary, M. 2006. Induksi kalus dan .http: //elib. pdii. lipi. go. id
tunas secara In Vitro tanaman /katalog/index.php/searchkatalo
mahkota dewa dengan g/byId/50824.di akses tanggal 7
manipulasi zat pengatur tumbuh Februari 2014.
dan eksplan. Thesis. Sekolah Rahayu T dan Sajidah A, 2008. Deteksi
Pascasarjana. Institut Pertanian Senyawa Isoflafon pada Kalus
Bogor. 104 p Kdelai (Glycine max (L) Merr)
Paramitha DS, 2008. Pengaruh Teknik varietas Kaba Setelah Dielisitasi
pemanasan Terhadap Kadar dengan Elisitor Logam Mg+,
Asam Fitat Dan Aktivitas Cu2+, dan Co2-. Skripsi Jurusan
antioksidan Koro Benguk Biologi FMIPA Unisma
(Mucuna pruriens), Koro Malang.
Glinding (Phaseolus lunatus), Sjahril R, dkk, 2011. Pembiakan In Vitro.
Dan Koro Pedang (Canavalia Program studi Agroteknologi
ensiformis) Universitas Sebelas Jurusan Budidaya Pertanian
Maret : Surakarta Fakultas Pertanian Universitas
Parti, 2004. Identifikasi Senyawa Isoflafon Hasanuddin: Makassar
pada Kalus yang Berasal dari Suciati A, 2012. Pengaruh lama
Dua Macam Eksplan Kedelai perendaman dan fermentasi
(Glycine max Merr). Skripsi. Terhadap kandungan HCN pada
Jurusan Biologi Lingkungan tempe Kacang koro (Canavalia
FMIPA UNISMA: Malang ensiformis L). Skripsi Program
Pawiroharsono, S. 2001. Prospek dan Studi Ilmu dan Teknologi
Manfaat Isoflavon untuk Pangan Jurusan Teknologi
Kesehatan. Direktorat Pertanian Fakultas Pertanian
Teknologi Bioindustri, Badan Universitas Hasanuddin:
Pengkajian dan Penerapan Makassar
Teknologi. Suharyanto.2008. Ketahanan Pakan untuk
Pratiwi E dan Rahayu T, 2013. Uji Ketahanan Pangan. http://unib.
Hormon NAA dan BAP dalam ac.id/blog/suharyanto/ 2008/03/
Medium MS untuk 13/ketahanan - pakan untuk
Pertumbuhan Eksplan alfalfa ketahanan - pangan /. Di Akses
(Medicago sativa L) dari tanggal 20 Maret 2014.
Berbagai Sumber Eksplan. Wiendi NMA, GA Wattimena, LW
Jurnal Ilmiah Biosaintropis. Gunawan. 1991. Bioteknologi
Volume: 1 No. 1 (Januari 2013). Tanaman.Pusat Antar
Rahayu T, 2006. Produksi Estrogen Nabati Universitas (PAU)
Berupa Isoflavon Genistein Dan Bioteknologi. IPB: Bogor

1002 | Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang


Prosiding Seminar NasionalBiologi / IPA danPembelajarannya

Windarti, dkk, 2010. Sifat Nutrisional II (Terjemahan). Penerbit IPB :


Protein Rich Flour (PRF) Koro Bandung
Pedang (Canavalia
ensiformis).Agrotek. Vol4. No.
1,2010 :18-26
Wetter dan Constabel, 1991. Metode
Kultur Jaringan Tanaman , Edisi

Jurusan Biologi Universitas Negeri Malang | 1003

Anda mungkin juga menyukai