2016
PROSIDING
SEMINAR NASIONAL IV HAYATI
2016
Prof. Dr. agr. Mohamad Amin, M.Si (UM) Poppy Rahmatika Primandiri, M.Pd
Dr. Sulistiono, M.Si (UNP)
Dr. Sulfahri, M.Si (UNHAS Makasar)
Dr. Akhmad Sukri, M.Pd (IKIP MATARAM)
Tutut Indah Sulistiyowati, S.Pd., M.Si(UNP)
Agus Muji Santoso, S.Pd., M.Si(UNP)
Farida Nurlaila Zunaidah, M.Pd(UNP)
Tisa Rizkika Nur Amelia, S.Pd., M.Sc(UNP)
Elysabet Herawati, S.Pd., M.Si(UNP)
Ida Rahmawati, S.Pd., M.Sc(UNP)
ISSN 2406-8659
Cetakan ke 1 (on line)
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga penyusunan
prosiding Seminar Nasional IV Hayati Biologi, Sains, dan Pembelajarannya dengan Tema
Biologi Modern dan Aplikasinya untuk Penguatan Mutu Pembelajaran bagi Calon Guru Masa
Depan dapat terselesaikan dengan baik. Tujuan seminar ini diselenggarakan untuk 1)
mengakomodasi temuan tentang biologi modern dan aplikasinya untuk penguatan mutu
pembelajaran bagi guru masa depan, 2) mengakonodasi the best practice upaya yang telah
dilakukan oleh para pendidik dan praktisi selama menemukan problematika Biologi dan
pembelajarannya, 3) mengimbaskan hasil kajian empiris para praktisi dan pendidik tentang
Biologi dan pembelajarannya yang telah diperoleh untuk meningkatkan ketercapaian tujuan
pendidikan global.
Prosiding ini berisi kumpulan makalah yang sudah dipresentasikan dari berbagai bidang
baik ilmu biologi, pendidikan biologi, dan ilmu sains lainnya. Dalam kesempatan ini kami
mengucapkan terimaksih kepada Bapak/Ibu pimpinan Universitas Nusantara PGRI Kediri
sehingga seminar ini dapat terselenggara dengan baik dan kepada pemakalah yang telah
berkontribusi dalam seminar ini. Semoga prosiding ini dapat memberikan manfaat untuk
kemajuan ilmu biologi, pendidikan biologi, dan ilmu sains lainnya.
Terimakasih
KEYNOTE SPEAKER
Biologi Modern dan Pembelajarannya di Abad 21
Mohamad Amin ....................................................................................... 1
Komposisi Amfibi Ordo Anura di Kawasan Wisata Air Terjun Ironggolo Kediri
Sebagai Bio Indikator Alami Pencemaran Lingkungan
Nadya Ismi Putri Triesita, Mochammad Yordan Adi Pratama, Mohammad Ilham Pahlevi,
Mohammad Anwar Jamaluddin, Berry Fakhry Hanifa .......................................... 46
Efektivitas Ekstrak Air Daun Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) Terhadap
Larva Aedes aegypti L.
Tisa Rizkika Nur Amelia ............................................................................. 59
Pengendalian Hama Kutu Loncat (Diaphorina citri) dan Kutu Daun (Toxoptera
citricidus) Menggunakan Bahan Aktif Imidakloprid pada Tanaman Jeruk
Rudi Cahyo Wicaksono .............................................................................. 64
Uji Ekstrak Etanol Daun Jati (Tectona grandis) sebagai Bahan Pengawet
Alami Daging Sapi
Musri Fatul Alfiyah, Dwi Ari Budiretnani, Nur Solikin .......................................... 94
Isolasi dan Karakterisasi Kapang Endofit pada batang Gingseng Jawa (Talinum
paniculatum)
Wahyu Sugiharti, Mumun Nurmilawati, Agus Muji Santoso ................................... 104
Isolasi dan Identifikasi Jenis Kapang Endofit pada Daun Tanaman Binahong
(Anredera cordifolia. Steenis)
Krisnawati, Mumun Nurmilawati, Sulistiono, Agus Muji Santoso ............................ 109
Uji Ketahanan terhadap pH Asam dan Garam Empedu pada Bakteri Indigenous Buah
Kawista (Feronia limonia) sebagai Kandidat Bakteri Probiotik
Elysabet Herawati ................................................................................... 114
Mengungkap Potensi Senyawa Alami dari Cabai (Capsicum annuum L) Sebagai Agen
Anti-Autism Melalui Teknik Reverse Docking
Ardini Pangastuti, Ayu Mei Wulandari, Ahya Zhilalikbar Amin, Mohamad Amin ........... 124
Pengaruh Berbagai Dosis dan Waktu Aplikasi Azolla pinnata Kering Terhadap
Pertumbuhan Kacang Hijau (Vigna radiata (L.))
Lilik Hermawati, Mumun Nurmilawati, Sulistiono .............................................. 143
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi Dan Media Tanam Terhadap
Struktur Anatomi Akar Dan Batang Tanaman Cabai (Capsicum frutescens L.)
Sebagai Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Anatomi Tumbuhan
Pujiati, Joko Widiyanto, Febriana Adytia Wardani ............................................ 159
Hubungan Suhu dengan Aktivitas Stomata Pada Daun Lidah Mertua (Sansevieria
trifasciata)
Muhidatul Liumah, Lilik S. Rahayu, Binti Miftahul J. .......................................... 167
Pengaruh Penambahan Media Tanam Organik (Sekam Bakar, Ampas Tebu dan
Serbuk Gergaji) pada Tanah Kapur Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kacang
Panjang (Vigna Sinensis L.) Sebagian Hasil Penelitian Sebagai Petunjuk Praktikum
Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan
Achmad Rijal Anwar, Nasrul Rofiah Hidayati, Nurul Kusuma Dewi .......................... 178
Antioksidan Memperlambat Penuaan Dini Sel Manusia
Siti Aizah ............................................................................................. 183
Efektivitas Model Problem Based Learning Terhadap Metakognisi Siswa Kelas VII
SMPN 1 Semen Kediri
Shilvi Nur Azizah, Sulistiono, Mumun Nurmilawati ............................................. 219
Profil Pengetahuan dan Sikap Sadar Sehat Reproduksi Santri Remaja di Pondok
Pesantren Mambaul Hisan Isyhar Nganjuk
Muhidatul Liumah, Sulistiono, Agus Muji Santoso .............................................. 253
Pembentukan Karakter dan Hasil Belajar Afektif Siswa SMK Negeri 13 Kota Malang
John Rafafy Batlolona dan Marleny Leasa ....................................................... 273
Penerapan Model Pembelajaran PjBL dengan Tugas Analisis Kritis Artikel (AKAR)
Berbasis Lesson Studi untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil
Belajar Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Muhammadiyah Malang
Dwi Setyawan ........................................................................................ 280
Mohamad Amin
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Univerisitas Negeri Malang
Email: mohamad.amin.fmipa@um.ac.id
Seminar Nasional IV HAYATI
Biologi, Sains dan Pembelajarannya
Prodi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Nusantara PGRI Kediri
Sabtu, 20 Agustus 2016
Isi paparan:
Apa itu Biologi?
Perkembangan Biologi
Kewajiban mempelajari Biologi
Bagaimana membelajarakannya
di abad 21
1
1. BIOLOGY ?
Study for living thing
MEMPELAJARI
KEHIDUPAN
ORGANISME
EKOSISTEM
KOMUNITAS
POPULASI
ORGANISME
SISTEM ORGAN
ORGAN
JARINGAN
SEL
MOLEKUL
2
2. Perkembangan Biologi
Na ma Kontribusi Tahun
K. Landstainer Organisasi sistim saraf, khususnya struktur sel-sel 1906
S. Ramon Y. saraf
E. Metchnikoff Fagositosis selama infeksi oleh bakteri, prosedur 1908
P. Ehrlick pewarnaan bakteri dan studi mengenai imunitas
R. Wilstatter Menemukan klorofil dan pigmen-pigmen lain pada 1915
tumbuhan
A.V. Hill Mekanisme mtabolisme jaringan otot, hubungan 1922
O. Mayerhoff antara metabolisme otot dengan asam laktat
T. Svedberg Sifat-sifat koloid, khususnya protein 1926
K. Landstainer Pengelompokan darah pada ma- nusia dan 1930
mempelajari aglutinin seluler
T.H. Morgan Peranan kromosom dalam pewa-risan sifat-sifat 1933
menurun
H. Dale Mempelajari transmisi (penghantaran) impuls- 1936
O. Loewi impuls saraf
3
H.J. Miller Mutasi gen yang dihasilkan melalui 1946
penyinaran sinar X
A. Tisellius Sifat-sifat kimia protein dan prinsip 1948
elektroporesis
A. Morten Prosedur kromatografi untuk pemisahan 1952
R. Synge substansi-substansi biologis
4
M. Delbruch virus seba-gai vector penyakit 1969
H.D. Herskey
S.E. Luria
L.F. Leloir peranan gula nukleotida dalam sintesis karbohidrat 1970
J. Axelrot mekanisme penyimpanan dan pelepasan neurohu- 1971
U. von Euler mor/neurotransmitter dalam transmisi impuls saraf
B. Katz
E.A. Sutherland Mekanisme aksi hormon; peranan Camp 1971
M. Edelman Prinsip dan reaksi immunoglobulin 1972
R.R. Porter
A. Claude isolasi dan karakterisasi dari organel-organel sub 1974
C. de Duve seluler dan partikel-partikel lain.
G. Palade
5
Tonggak sejarah keilmuwan dengan teknik molekular
6
PERKEMBANGAN SAINS DARI
MASA KE MASA
Kimia
? Biologi
LOW RISK
HIGH PRODUCT SPECIFICITY
ENVIRONMENTAL FRIENDLY
7
BIOLOGI DAN KEWAJIBAN MEMPELAJARINYA
Dan tidak ada seekor binatang pun yang ada di bumi dan burung-burung
yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan semuanya merupakan
umat-umat (juga) seperti kamu. Tidak ada sesuatu pun yang Kami
Luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka dikumpulkan.
(Al Anam: 38)
Sumber ilmu
ayat-ayat kauliyah yaitu firman Tuhan dalam
kitab suci yang menuntun kita mempelajari
alam dhohir (alam nyata/hal yang tercipta)
ayat-ayat kauniyah adalah alam semesta
dengan segala isinya, petunjuk manusia
berupa hal nyata dikaji lebih dalam dapat
memandu kita untuk menuju Sang Pencipta
8
Kebenaran ayat-ayat kauliyah dan
relevansinya dengan biologi
modern pada contoh berikut
9
2. HARAMNYA DAGING BABI
10
HARAMNYA DAGING BABI
Virus flu babi, virus-viru flu burung itu baru bisa berkembang
setelah singgah dulu pertumbuhan dan perkembangannya di sel
babi
11
3. SOLUSI KONTROVERSI EVOLUSI MAHLUK HIDUP
evolusi
Agama adalah berhubungan
menyangkut
dengan sains,
kepercayaan yang
sesuatu yang
dapat dipercayai
atau tidak dan dapat diterima
diyakini atau tidak dengan akal
atau tidak
12
4. Bagaimana belajar dan
membelajarkan Biologi?
Membangun kesadaran:
1. untuk apa belajar
2. perlunya konten keilmuan
3. bagaimana belajar atau mengajar dengan
cara/teknik yang benar (how teach/learn
the true techique).
13
1. Untuk apa belajar
14
Dampak dari peningkatan kebutuhan maka
beban alam semakin meningkat.
Peningkatan beban kepada alam serta merta
akan mempengaruhi reaksi alam kepada
manusia sebagai pengelolanya
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Century Worker: The Link Between Computer-
Based Technology and Future Skill Set. Educational Technology (November-December
1999).
15
Technology Agriculture Manufacturing Info/Knowledge
Galbreath
(1999)
16
Perkembangan ilmu Aktivitas
dan keilmuan Biologi keilmuan
masa kini dan
perkiraan masa
depan Konservasi potensi
lokal (fauna, flora,
mikroba)
Pendekatan: teknik
molekular
Pelajaran Berharga
untuk penyiapan
generasi melalui
Biologi BUKAN: latah, ikut-ikutan,
gagah-gagahan
Efisiensi kerja dan fokus,
Bagaimana belajar ketersediaan informasi
dan
membelajarkan
Biologi
KONSERVASI
Pentingnya Konservasi
Keanekaragaman
hayati
1. Investasi
2. Unit cost
17
JUMLAH BIOTIK INDONESIA
Kelompok
Indonesia Dunia
Spesies Persen (%) (Spesies)
Bakteri, Alga 300 6,4 4.700
Hijau-Biru
Jamur 12.000 25,5 47.000
Alga 1.800 8,6 21.000
Lumut 1.500 9,4 16.000
Paku-pakuan 1.250 9,6 13.000
Tanaman 25.000 10,0 250.000
Berbunga
Serangga 250.000 33,3 750.000
Mollusca 20.000 40,0 50.000
Ikan 8.500 44,7 19.000
Amfibi 1.000 23,8 4.200
Reptil 2.000 31,8 6.300
Burung 1.500 16,3 9.200
Mamalia 500 12,0 4.170
Total 325.350 27,2 1.194.570
TUJUAN
MENDUKUNG PELESTARIAN
18
INTELECTUAL CAPITAL
Core activity:
BIOENGINEERING Molecular Bio
International
Cyt B
publication
Transnational
Filogenetik
research Filogenetik
Coura
kerbau lokal
ambonensis
19
HASIL RISET
WASPADA PUNAH
HASIL RISET
MENURUN
20
KONSTAN
79
Buba lus buba lis T ora ja (F20)
menggunakan Metode Minimum
Buba lus buba lis JAT EN G2(KW 15)
Bison bison
21
KURA-KURA_AMBON_D
KURA-KURA_AMBON_J
43
KURA-KURA_AMBON_B
KURA-KURA_LUWU_6
30
66 KURA-KURA_LUWU_3
KURA-KURA_GORONTALO_5
28
KURA-KURA_SANGIR_A
69
36 KURA-KURA_GORONTALO_13
KURA-KURA_TOLI-TOLI_4
43
KURA-KURA_AMBON_G
91
KURA-KURA_AMBON_I
50
KURA-KURA_KENDARI_11
79
KURA-KURA_TOLI-TOLI_1
KURA-KURA_KENDARI_1
KURA-KURA_KENDARI_8
KURA-KURA_AMBON_A
KURA-KURA_AMBON_C
85
KURA-KURA_AMBON_F
KURA-KURA_AMBON_H
92
KURA-KURA_KENDARI_3
KURA-KURA_KENDARI_10
KURA-KURA_SANGIR_B
3
8 KURA-KURA_KENDARI_7
58 KURA-KURA_GORONTALO_10
KURA-KURA_EMAS_CINA
22
HASIL PENELITIAN SKIM II
23
c a
Bawang putih
Mengkudu
24
Perspektif inovasi energi
terbarukan
Bioethanol production from algae Spirogyra
hyalina using Zymomonas mobilis
25
Tidak mengikuti perkembangan ilmu tidak
masuk dalam sistem pertumbuhan masyarakat
ilmu pengetahuan
Di sinilah letak pentingnya hasil-hasil
penelitian kekinian dalam memberikan
wawasan dan titik tumpu pengembangan
pendidikan
Reasoning
Applying
Knowing
Hanya 5% siswa Indonesia yang dapat mengerjakan soal-soal dalam katagori tinggi dan advance
[memerlukan reasoning], sedangkan 71% siswa Korea sanggup. Dalam perspektif lain, 78%
siswa Indonesia hanya dapat mengerjakan soal-soal dalam katagori rendah [hanya memerlukan
knowing, atau hafalan], Perlunya mengembangkan kurikulum yang menuntut penguatan
reasoning
26
Refleksi dari Hasil PISA 2009
100% 100%
90% 90%
80% 80%
70% 70%
60% 60% Level 6
50% 50% Level 5
40% 40%
30% 30% Level 4
20% 20%
10% Matematika IPA
Level 3
10%
0% 0% Level 2
Level 1
Below Level 1
100% Level 6
90%
80% Hampir semua siswa Indonesia hanya
70%
60% Level 5
50% menguasai pelajaran sampai level 3
40%
30%
20% Level 4 saja, sementara negara lain banyak yang
10% sampai level 4, 5, bahkan 6. Dengan
0% Bahasa Level 3
keyakinan bahwa semua manusia diciptakan
Japan
Singapore
Korea
Thailand
Chinese Taipei
Shanghai-China
Hong Kong-China
Indonesia
Modal
Kompeten
SDM Pembangunan -Kurikulum
- PTK
Usia Produktif Transformasi Melalui Pendidikan
-Sarpras
Melimpah Beban -Manajemen
Tidak Kompeten
Pembangunan 54
27
DREAM: INDONESIA 2025
INSAN INDONESIA
CERDAS DAN KOMPETITIF
INSAN KAMIL/INSAN
PARIPURNA
28
Beraktualisasi diri melalui olah rasa
untuk meningkatkan sensitivitas dan
apresiasivitas akan kehalusan dan
keindahan seni dan budaya, serta
kompetensi untuk mengekspresikannya.
Beraktualisasi diri melalui interaksi
sosial yang:
Cerdas membina dan memupuk hubungan
emosional & timbal balik;
sosial demokratis;
empatik dan simpatik;
(Olah Rasa) menjunjung tinggi hak asasi manusia;
ceria dan percaya diri;
menghargai kebhinekaan dalam
bermasyarakat dan bernegara; serta
berwawasan kebangsaan dengan
kesadaran akan hak dan kewajiban
warga negara.
29
Beraktualisasi diri melalui
olah raga untuk mewujudkan
Cerdas insan yang
sehat, bugar, berdaya-
kinestetis
tahan, sigap, terampil, dan
(Olah Raga) trengginas;
Aktualisasi insan adiraga.
30
LOGIKA ~ olah pikir
KINESTIKA ~ olah badan
ETIKA ~ olah rasa (santun)
ESTETIKA ~ olah rasa (indah)
61
62
31
Nature Smart, Pandai dan peka dalam
mengamati alam
63
32
Calon Guru Masa Depan yang Reflektif, Cerdas, dan
Profesional
GURU yang mengembangkan keprofesionalannya
memungkinkan untuk :
(a) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan
pembelajaran, materi pokok, dan pembelajaran bidang
studi,
(b) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran yang
terbaik yang dapat dikembangkan,
(c) memperdalam pengetahuan mengenai materi pokok
yang diajarkan,
(d) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang
yang akan dicapai yang berkaitan dengan mahasiswa,
(e) merancang pembelajaran secara kolaboratif,
(f) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta
tingkah laku mahasiswa,
(g) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang sesuai
untuk membelajarkan mahasiswa, dan
(h) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata
mahasiswa dan kolega
Menguasai keilmuan bidang studi; (1) Paham materi, struktur, konsep, metode Keilmuan
yang menaungi, menerapkan dlm kehidupan sehari-hari;
Profesional dan langkah kajian kritis pendalam-
dan (2) metode pengembangan ilmu, telaah kritis,
an isi bidang studi kreatif dan inovatif terhadap bidang studi
Sosial Komunikasi & bergaul dgn peserta Menarik, empati, kolaboratif, suka menolong,
menjadi panutan, komunikatif, kooperatif
didik, kolega, dan masyarakat
33
Tugas Pendidikan Tinggi Tenaga
Kependidikan
Menyiapkan kurikulum
PBM
Evaluasi
PR untuk MASYARAKAT
PENDIDIKAN
a. Pengkajian visi dan misi pendidikan
b. Mengkaji apakah strategi pendidikan yang diterapkan
sudah benar?
c. Mengkaji apakah tujuan dan strategi yang telah
tertuang dalam kurikulum sudah relevan dengan
tuntutan perkembangan jaman?
d. Mempersiapkan guru yang memiliki kecakapan
pendidik (kecapakan materi dan metode)
34
Pendidikan yang komplit:
Membangun
qolbu
35
Sesungguhnya dari air kita belajar ketenangan
Dari batu kita belajar ketegaran
Dari tanah kita belajar kehidupan
Dari kupu-
kupu-kupu kita belajar merubah diri
Dari padi kita belajar rendah hati
Dari Allah kita belajar kasih sayang yang sempurna
Melihat ke atas, memperoleh semangat untuk maju
Melihat ke bawah, bersyukur atas semua yang ada
Melihat ke belakang, sebagai pengalaman berharga
Melihat ke dalam, untuk introspeksi
Melihat ke depan, untuk menjadi lebih baik
TERIMA KASIH
36
IJCCS ISSN: 1978-1520 159
Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Cair Urin Sapi Dan Media Tanam Terhadap
Struktur Anatomi Akar Dan Batang Tanaman Cabai (Capsicum frutescens L.)
Sebagai Petunjuk Praktikum Mata Kuliah Anatomi Tumbuhan
Abstrak
Cabai rawit merupakan tanaman sayuran yang memiliki nilai gizi tinggi dan ekonomis
sehingga perlu dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penggunaan pupuk
organik cair urin sapi dan media tanam selain tanah seperti sekam dan serbuk gergaji
dibutuhkan untuk meningkatkan produksi tanaman tersebut. Penggunaan pupuk organik cair
urin sapi ditujukan untuk mengetahui unsur hara didalam tanaman tersebut. Penelitian
bertujuan untuk mengetahui pengaruh POC urin sapi dan media tanam terhadap pertumbuhan
dan struktur anatomi pada tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L). Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap,
dengan 3 kali ulangan. Variabel bebas dalam penelitian adalah POC urin sapi dengan
konsentrasi (15%, 30%, 45%), sedangkan media tanam dengan perbandingan tanah dengan
serbuk gergaji dan sekam (1:1), (1:1) dan (1:1:1). Variabel terikat dalam penelitian adalah
pertumbuhan dan struktur anatomi tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L) dengan
parameter yang diukur adalah tinggi tanaman, panjang akar, berkas pengangkut pada akar dan
batang tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L). Hasil penelitian menunjukkan adanya
pengaruh pupuk organik cair urin sapi dan media tanam terhadap tinggi tanaman dengan
probabilitas 0,00, pada perlakuan P3M3 merupakan perlakuan yang paling baik dengan rata-
rata tinggi tanaman 44,7 cm dan juga pada panjang akar yang memiliki probabilitas 0,00
dengan rata-rata panjang akar14,6 cm. Sedangkan struktur anatomi pada akar mempunyai tipe
silinder pembuluh radial, mempunyai ukuran xilem terbesar 5967,88 m, floem 506,37 m serta
pada batang mempunyai tipe berkas pengangkut eustele, mempunyai ukuran xilem terbesar
2899,55 m, floem 391,83 m, pada perlakuan P3M3 (POC urin sapi konsentrasi 45% dan
media tanam kombinasi tanah+serbuk gergaji+sekam).
Kata kunciTanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.), Pupuk Organik Cair Urin Sapi,
Media Tanam.
PENDAHULUAN
Cabai merupakan salah satu jenis sayuran yang cukup penting di Indonesia, baik sebagai
komoditas yang dikonsumsi di dalam negeri maupun sebagai komoditas ekspor. Sebagai
sayuran, cabai selain memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, juga mempunyai nilai ekonomi
tinggi. Pemanfaatannya sebagai bumbu masak atau sebagai bahan baku berbagai industri
makanan, minuman dan obat-obatan membuat cabai semakin menarik untuk diusahakan.
Produktivitas cabai rawit di Indonesia rata-rata masih rendah. Pada tahun 2009 produksi cabai
rawit 5,07 ton/ha, pada tahun 2010 turun menjadi 4,56 ton/ha, dan pada tahun 2013 produksi
menjadi 5,01 ton/ha [1]. Berdasarkan data dari BPS tersebut maka perlu adanya peningkatan
produksivitas terhadap tanaman cabai rawit di Indonesia.
Penurunan produktivitas cabai rawit disebabkan oleh kondisi tanah Indonesia yang
sebelumnya sangat subur telah mengalami berbagai macam penurunan kualitas yang disebabkan
oleh pemakaian pupuk anorganik yang terbuat dari bahan kimia. Pupuk anorganik menyebabkan
tanah menjadi miskin unsur hara, struktur dan tekstur yang rusak serta berkurangnya aktivitas
mikroorganisme yang ada di dalam tanah. Satu cara yang mampu mengatasi berbagai macam
masalah pada tanah tersebut adalah pemberian pupuk organik.
Pupuk organik dapat menjadi salah satu alternatif yang tepat dalam mengatasi
permasalahan tersebut karena fungsinya yang dapat memberikan tambahan bahan organik, hara,
memperbaiki sifat fisik tanah, serta mengembalikan hara yang terangkut oleh hasil panen,
penggunaan pupuk organik diharapkan dapat memperbaiki kesuburan tanah. Pupuk organik cair
mengandung unsur hara makro dan mikro yang cukup tinggi sebagai hasil senyawa organik
bahan alami yang mengandung sel-sel hidup aktif dan aman terhadap lingkungan serta pemakai
[2]. Bentuk pupuk organik cair yang berupa cairan dapat mempermudah tanaman dalam
menyerap unsur-unsur hara yang terkandung di dalamnya dibandingkan dengan pupuk lainnya
yang berbentuk padat.
Penelitian tentang pupuk organik cair yang telah dilakukan adalah terhadap urine sapi,
diantaranya ialah Anty (dalam Mardalena) melaporkan bahwa urine sapi mengandung zat
perangsang tumbuh yang dapat digunakan sebagai pengatur tumbuh diantaranya adalah IAA [3].
Penelitian Ariesandy menunjukkan bahwa pemberian urin sapi konsentrasi 37,5% mampu
menyediakan unsur hara yang dibutuhkan bibit kopi arabika sehingga mendukung pertumbuhan
vegetatif tanaman seperti pertambahan diameter batang. Semakin tinggi konsentrasi urin sapi
yang diberikan maka semakin menunjukkan hasil yang lebih baik terhadap pertambahan tinggi
batang bibit kopi arabika kultivar [4].
Peningkatan pertumbuhan tanaman cabai selain dengan pemberian pupuk organik juga
dapat dilakukan dengan kombinasi media tanam untuk tanaman cabai. Sutiyoso (dalam Anas)
mengemukakan bahwa penambahan berbagai komponen media tanam seperti pasir, arang kayu,
serbuk gergaji dan arang sekam padi juga berpengaruh dalam memperbaiki struktur tanah [5].
Penelitian Anas dkk menunjukkan bahwa perlakuan komposisi media tanam tanah aluvial +
pukan sapi + arang sekam padi merupakan perlakuan yang terbaik [5].
Hasil penelitian anatomi cabai rawit yang dilakukan bisa diaplikasikan di dunia pendidikan
yaitu sebagai petunjuk pratikum pada mata kuliah anatomi tumbuhan. Konsep pembelajaran
biologi yang diajarkan pada mahasiswa dipeguruan tinggi khususnya pokok bahasan pada organ
tumbuhan terdapat pada Standar Kompetensi, mahasiswa mampu mengkaji berbagai organ
tumbuhan, baik bagian-bagian bentuk maupun fungsi. Kompetensi Dasar menjelaskan
bagaimana mahasiswa mampu untuk mencandra (mendiskripsikan) tumbuhan. Setelah proses
belajar dan pembelajaran selesai, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tujuan,
menjelaskan definisi anatomi tumbuhan, menjelaskan bagian-bagian tumbuhan, menjelaskan
kormus dan bagian-bagiannya.
METODE PENELITIAN
Peneliti dilaksanakan dipekarangan rumah bapak Hariyanto yang beralamat Jl. Citandui
No 4, RT : 17, RW : 05, Kecamatan : Mejayan dan di Laboratorium IKIP PGRI Madiun.Waktu
yang dimulai pada bulan April sampai Juli 2015.Alat yang digunakan dalam penelitan ini adalah
tanah, serbuk gergaji, sekam, nampan kecil, polybag, pipet tetes, kaca, mikroskop dan
kamera.Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalahbiji cabai rawit (Capsicum frutescens
L.), air biasa, EM-4, gula merah, kunyit, jahe, pupuk organik cair urin sapi dan media tanam
dengan menggunakan tanah, serbuk gergaji, sekam.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pola Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu komposisi media tanam dengan 3 taraf
perlakuan dan konsenterasi pemberian pupuk organik cair ursa dengan 3 taraf perlakuan. Terdiri
dari 3 ulangan tanaman, sehingga terdapat 27 unit percobaan. Perlakuan yang dimaksud adalah:
Faktor komposisi media tanam. M1 = tanah+serbuk gergaji (1:1) ; M2 = tanah+sekam (1:1);
M3= tanah+serbuk gergaji+sekam (1:1:1). Faktor konsentrasi pemberian pupuk organik cair urin
sapi. P1 = 15%; P2 = 30%; P3 = 45%. Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah tinggi
Prosiding Semnas Hayati IV
Universitas Nusantara PGRI Kediri
IJCCS ISSN: 1978-1520 161
tanaman (cm), panjang akar tanaman (cm), dan struktur anatomi tanaman cabai rawit (Capsicum
frutescens L.).
Tabel 1. Uji DMRT Pengaruh POC Urin Sapi dan Komposisi Media Tanam terhadap Tinggi
Tanaman (cm)
Perlakuan Rerata
P1M1 24a
P1M2 25.7ab
P1M3 32.7b
P2M1 23.3a
P2M2 24.3a
P2M3 40.7c
P3M1 32b
P3M2 35.7bc
P3M3 44.7d
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom berbeda tidak nyata pada Uji
DMRT taraf 5 %
Hasil Uji DMRT pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tinggi tanaman cabai rawit dengan
perlakuan P1M3 dan P3M3 berbeda nyata dibandingkan dengan tinggi tanaman cabai rawit
dengan P2M3. Tinggi tanaman cabai rawit yang tertinggi dihasilkan oleh tanaman cabai rawit
dengan P3M3 (POC urin sapi 45% + tanah+ serbuk gergaji + sekam) sebesar 44,7cm. Tanaman
cabai rawit yang tertinggi dihasilkan oleh tanaman cabai rawit dengan P3M3 (POC urin sapi
45% + tanah+ serbuk gergaji + sekam) sebesar 44,7cm.
Berdasarkan Tabel 1 menunjukan bahwa POC urin sapi dan kombinasi media tanam
signifikan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabai rawit. P3M3 (POC 45%+tanah+serbuk
gergaji+sekam) memiliki rata-rata tertinggi yaitu 44,7 cm (umur 4 MST), sedangkan rata-rata
terendah yaitu 23,3 cm (umur 4 MST) perlakuan P2M1 (POC 30%+tanah+serbuk gergaji). Hal
ini sesuai dengan pernyataan Lingga dalam Agustina bahwa POC juga mengandung asam
humat, fulfat dan hormon yang dihasilkan oleh bakteri Lactobacillus Sp, Rhodopseudomonas
sp, Actinomycetes sp, R. bassillus, Azotobacter chroococcum yang bersifat memacu
pertumbuhan tanaman [6]. Bahan organik yang terkandung dalam POC dapat membantu
meningkatkan kapasitas pegang air sehingga tanaman tidak mengalami kekurangan air karena
kekeringan. Penggunaan pupuk organik cair urin sapi dapat memperbaiki kesuburan tanah
sekaligus menyediakan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman cabai rawit.
Hal ini didukung karena pupuk organik cair mengandung unsur hara makro dan mikro
yang cukup tinggi sebagai hasil senyawa organik bahan alami yang mengandung sel-sel hidup
aktif dan aman terhadap lingkungan. Hal ini didukung dari hasil penelitian Ariesandy didapat
bahwa urine sapi yang telah difermentasikan dapat digunakan sebagai nutrisi tanaman sebagai
alternatif pengganti pupuk buatan [4]. Urin sapi memiliki kandungan yang berbeda sebelum dan
setelah difermentasi, ditunjukkan pada Tabel 2.
Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa urin sapi mengalami peningkatan
kandungan unsur N, P, K setelah melalui proses fermentasi dan memiliki warna coklat
kehitaman serta bau yang kurang menyengat.
Penggunaan tanah+serbuk gergaji+ sekam sebagai media tanam yang baik untuk
pertumbuhan tanaman cabai rawit. Menurut Harsono dalam Riyanti media tanam yang baik
memiliki porositas yaitu kemampuan media dalam menyerap air dan steril [7]. Hal ini sesuai
dengan pernyataan [8] serbuk gergaji memiliki porositas yang cukup tinggi namun bisa diatur
kepadatannya hingga mencapai tingkat porositas dengan mengatur rasio pemberian air serta
sama halnya dengan Septiyar di dalam Anisa menyatakan bahwa sekam padi juga memiliki
banyak pori yang dapat meningkatkan aerasi, serta porositas yang tinggi [9]. Tanah memiliki
sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar lengas tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman. Penambahan berbagai komponen media tanam seperti serbuk gergaji dan
sekam padi berpengaruh dalam memperbaiki struktur tanah, sehingga dapat menjadi media
tanam alternatif yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai rawit.
Tabel 3. Uji DMRT Pengaruh POC Urin Sapi dan Komposisi Media Tanam terhadap Panjang
Akar Tanaman Minggu ke-4 setelah tanam (cm)
Perlakuan Rerata
P1M1 7.1ab
P1M2 7.6ab
P1M3 4.4a
P2M1 8.8bc
P2M2 9.5bc
P2M3 9.1bc
P3M1 13.2c
P3M2 13.1c
P3M3 14.6c
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom berbeda tidak nyata pada Uji
DMRT taraf 5 %
Hasil Uji DMRT pada Tabel 3 menunjukkan bahwa panjang akar tanaman cabai rawit
minggu ke-4 dengan perlakuan P3M3 berbeda nyata dibandingkan dengan panjang akar
tanaman cabai rawit dengan perlakuan P1M3, tetapi berbeda tidak nyata jika dibandingkan
dengan tinggi tanaman cabai rawit pada umur 4 minggu setelah tanam dengan perlakuanPOC
Ursa 45% + Tanah+ sekam.
Berdasarkan Tabel 3 menunjukan bahwa POC urin sapi dan kombinasi media tanam
signifikan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman cabai rawit. P3M3 (POC 45%+tanah+serbuk
gergaji+sekam) memi-liki rata-rata tertinggi yaitu 14,6 cm, sedangkan rata-rata terendah yaitu
4,5 cm perlakuan P1M3 (POC 15%+tanah+serbuk gergaji+sekam). POC urin sapi pada
konsentrasi 45% menunjukkan hasil terbaik yang berarti terjadi penyerapan sempurna pada akar
sehingga mengakibatkan pemanjangan akar. Menurut Sutanto dalam Mardalena urine sapi
mengandung unsur hara N, P, K dan bahan organik, yang berperan memperbaiki struktur tanah,
kandungan zat nitrogen dan zat pengatur tumbuh (auksin) pada urine sapi mempengaruhi dua
arah pertumbuhan tanaman yaitu vegetatif dan generatif [3].
Hal ini sesuai dengan pernyataan Suprijadi dalam Carolina bahwa dalam urin sapi juga
mengandung sejumlah auksin yang berasal dari makanannya berupa tumbuhan, terutama dari
ujung tanaman seperti tunas, kuncup daun, kuncup bunga dan lain-lain, dimana tumbuhan
tersebut di dalam sistem pencernaannya diolah sedemikian rupa sehingga auksin diserap
bersama dengan zat-zat yang ada pada tumbuhan tersebut, karena auksin tidak terurai dalam
tubuh, maka auksin dikeluarkan sebagai filtrat bersama-sama dengan urin, sehingga dapat
memicu pembelahan sel pada akar [10].
Menurut Dewi sekam yang memiliki banyak pori serta porositas yang tinggi, sifat inilah
yang diduga memudahkan akar dapat menembus media dan daerah pemanjangan akar akan
semakin besar serta dapat mempercepat perkembangan akar [11]. Sebaliknya jika bibit ditanam
dalam media yang terlalu padat, aerasi dan porositas kecil, maka media akan sulit ditembus
akar, dan daerah pemanjangan akar semakin pendek selain itu juga didukung dengan
penambahan serbuk gergaji yang memiliki porositas baik. Supriyanto dkk dalam Dwi
keseimbangan antara udara dengan kelembaban berpengaruh penting terhadap pertumbuhan
akar [12]. Kelembaban udara berpengaruh terhadap absorbsi air dan unsur hara pada
pertumbuhan bibit serta suhu yang baik di daerah sekitar perakaran akan membantu proses
pembelahan sel di daerah perakaran secara aktif.
Anatomi adalah merupakan ilmu yang mempelajari tentang memahami fungsi struktur.
Pada penelitian anatomi tanaman cabai rawit ini membahas tentang silinder pembuluh pada akar
dan batang.
Berdasarkan Gambar 1 silinder pembuluh akar terdiri xilem floem. Menurut Hartanto
ada 3 tipe berkas pengakut yaitu kolateral terbuka, kolateral tertutup dan bikolateral terbuka
[13]. Pada tipe berkas pengakut bikolateral terdapat kambium yang kurang jelas dan terletak
diantara floem dalam dan xilem. Menurut Hidayat jumlah berkas tidak banyak karena xilem
bersatu di bagian tengah akar sehingga akar tidak mempunyai empulur [14]. Tipe berkas
pengakut pada akar tanaman cabai rawit adalah radial yaitu bila xilem letaknya berganti-ganti
dengan floem menurut arah jari-jari.
Berdasarkan hasil pengamatan anatomi berkas pengangkut pada akar tanaman cabai
rawit mempunyai ukuran sel xilem dan floem yang berbeda-beda. Perlakuan P3M3 (POC
45%+tanah+serbuk gergaji+sekam) mempunyai ukuran terbesar xilem 5967,88 mdan floem
506,37 m, sedangkan ukuran terkecil xilem 1373,29 mdanfloem 406,90 m pada perlakuan
P1M1 (POC 15%+tanah+serbuk gergaji) (lihat Gambar 1). Perbedaan ukuran sel xilem dan
floem terjadi karena penyerapan unsur hara pada tiap tanaman berbeda. Menurut Wattimena
dalam Carolina hormon auksin (IAA) menyebabkan terjadinya pembesaran sel dan
pertumbuhan akar, auksin pada konsentrasi yang tidak terlalu tinggi akan merangsang
pembentukan akar [10]. Auksin sebagai salah satu hormon tumbuhan bagi tanaman mempunyai
peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Ljung et al., dalam Riyanti menyatakan bahwa dalam media tanam juga terdapat
hormon pertumbuhan yang berpengaruh terhadap akar [7]. Awal terbentuknya akar dimulai oleh
adanya metabolisme cadangan nutrisi berupa karbohidrat yang akan menghasilkan energi
selanjutnya mendorong pembelahan sel dan membentuk sel-sel baru dalam jaringan. Perlakuan
P3M3 (POC 45%+tanah+serbuk gergaji+sekam) mempunyai ukuran yang besar, hal ini terjadi
karena unsur hara yang terdapat pada pupuk organik cair urin sapi dan kombinasi media tanam
terserap sempurna sehingga proses metabolisme tumbuhan lebih cepat dan mempercepat proses
pemanjangan pada akar tanaman cabai rawit.
Berdasarkan Gambar 2 berkas pengakut batang terdiri xilem floem. Berkas pengakut
terdapat stele yaitu daerah sebelah dalam epidermis. Fahn dalam Hartanto menyebutkan bahwa
tipe stele berdasarkan berkas pengakut pada batang tanaman ada tidaknya empulur dan jendelah
daun dibagi menjadi 8 jenis yaitu happlostele, aktinostele, plektostele, sifonostele amfiflois,
diktiostele, sifonostele ektoflois, eustele, ataktostele [13]. Pada tanaman cabai rawit mempunyai
tipe eustele karena bagian tengahnya terdapat empulur dan jari-jari empulur.
Berdasarkan hasil pengamatan anatomi berkas pengangkut pada batang tanaman cabai
rawit mempunyai ukuran sel xilem dan floem yang berbeda-beda. Perlakuan P3M3 (POC
45%+tanah+serbuk gergaji+sekam) mempunyai ukuran terbesar xilem 2899,55 m dan floem
391,83 m, sedangkan ukuran terkecil xilem 1329,21 m dan floem 542,53 m pada perlakuan
P1M1(POC 15%+tanah+serbuk gergaji) (lihat Gambar 2). Perbedaan ukuran sel xilem dan
floem terjadi karena penyerapan unsur hara pada tiap tanaman berbeda. Menurut Wattimena
dalam Carolina hormon auksin (IAA) menyebabkan terjadinya pembesaran sel dan aktifitas
kambium, pembentukan jaringan xilem dan floem dipengaruhi oleh IAA dan pembelahan sel-sel
di daerah kambium juga dirangsang IAA [10]. Pada perlakuan konsentrasi 45% mempunyai sel
yang besar karena unsur K pada konsentrasi ini berperan sempurna memacu pertumbuhan
dijaringan meristem lebih banyak, sehingga proses pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat.
Perlakuan P3M3 (POC 45%+tanah+serbuk gergaji+sekam) hal ini terjadi karena unsur hara
yang terdapat pada pupuk organik cair urin sapi dan kombinasi media tanam terserap sempurna
sehingga proses metabolisme tumbuhan lebih cepat dan mempercepat proses pertumbuhan
tanaman cabai rawit.
Pemberian pupuk organik cair dengan konsentrasi yang sesuai serta penambahan media
tanam alternatif memiliki interaksi yang baik maka akan menghasilkan zat-zat dan unsur hara
yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses pertumbuhan dan perkembangan optimal.
SIMPULAN
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan pupuk organik cair urin sapi
dan kombinasi media tanam menunjukkan adanya pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
cabai rawit. Pertumbuhan tanaman cabai rawit paling optimum yaitu pemberian POC ursa
45%+tanah+serbuk gergaji+sekam. Pemberian Pupuk organik cair ursa 45%+tanah+serbuk
gergaji+sekam mempunyai pengaruh paling optimum terhadap ukuran sel berkas pengangkut
pada akar dan batang cabai rawit, hal ini terjadi karena unsur hara terserap sempurna. Pemberian
pupuk organik cair dengan konsentrasi yang sesuai serta penambahan media tanam alternatif
menunjukkan adanya interaksi yang baik antara keduanya maka akan menghasilkan zat-zat dan
unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Hasil penelitian berupa pengaruh pemberian POC urin
sapi dan media tanam dapat digunakan sebagai bahan penyusun petunjuk praktikum anatomi
tumbuhan, dimana mahasiswa diharapkan dapat mampu menggunakan media alternatif selain
tanah untuk bertanam dengan baik.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA