BIODIVERSITAS UNTUK
PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN
Keanekaragaman Hayati Indonesia
dan Perannya dalam Menunjang
Kemandirian Bangsa
Editor:
Dr. Alfiah Hayati
Dr. Dwi Winarni, M.Si
Prof. H. Hery Purnobasuki, M.Si., Ph.D
Dr. Nimatuzahroh
Dra. Thin Soedarti, CESA
Dr. Eko Prasetyo Kuncoro, ST, DEA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Proceeding
Seminar Nasional Biodiversitas VI
Editor:
Dr. Alfiah Hayati
Dr. Dwi Winarni, M.Si
Prof. H. Hery Purnobasuki, M.Si., Ph.D
Dr. Nimatuzahroh
Dra. Thin Soedarti, CESA
Dr. Eko Prasetyo Kuncoro, ST, DEA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA Surabaya
i
PROCEEDING SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS VI
Keanekaragaman Hayati Indonesia dan Perannya dalam
Menunjang Kemandirian Bangsa
ISBN: 978-979-98109-5-3
Editor:
Dr. Alfiah Hayati
Dr. Dwi Winarni, M.Si
Prof. Hery Purnobasuki, M.Si., Ph.D
Dr. Nimatuzahroh
Dra. Thin Soedarti, CESA
Dr. Eko Prasetyo Kuncoro, ST, DEA
Tim Penyusun
Dr. Alfiah Hayati Binti Maratus Solikha
Dr. Fatimah, M.Kes. Antien Rekyan Seta
Dr. Dwi Winarni, M.Si. Moh. Maulana Abdi Zen
Imam Dary Supriyadi Putra
Desain Sampul
Yusuf Bilfaqih, ST., MT.
Diterbitkan oleh :
Departemen Biologi
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga
Kampus C Unair, Jln. Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur, INDONESIA
Telp & fax : (031) 5926804
Email : biologi@fst.unair.ac.id
Website : biologi.fst.unair.ac.id
ii
KATA PENGANTAR
iii
SAMBUTAN KETUA PANITIA
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS VI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
vi
BPTP), Jawa Timur (IAIN tulung Agung, IKIP PGRI Madiun, Universitas PGRI
Ronggolawe Tuban, Universitas Islam Lamongan, Universitas Negeri Malang,
Universitas Brawijaya, Balitjestro, Universitas Muhammadiyah Malang, UPT BKT Kebun
Raya Purwodadi, Universitas Negeri Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Universitas Airlangga, Universitas Surabaya, Universitas PGRI Adi Buana, Universitas
Tujuh Belas Agustus, Universitas Wijaya Kusuma, UPN Veteran, Universitas Negeri
Jember), Bali (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian), NTT (Universitas Muhammadiyah Kupang, Balai
Taman Nasional Kelimutu), NTB (Universitas Mataram), Kalimantan Tengah (Universitas
Palangka Raya), Kalimantan Selatan (Universitas Universitas lambung Mangkurat),
Sulawesi Utara (Balitbang Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manado), Sulawesi
Selatan (Universitas Hasanudin), Sulawesi Tenggara (Universitas Halu Oleo), Maluku
(Universitas Pattimura), Maluku Utara (Universitas Khairun Ternate), Papua (Universitas
Sains dan Teknologi Jayapura), Papua Barat (Universitas Negeri Papua, Balitbang
Lingkungan Hidup dan Kehutanan Manokwari, Balai Penelitian Kehutanan Manokwari).
Panitia menyampaikan penghargaan atas karya ilmiah yang akan disajikan oleh
pemakalah dalam forum ini.
Ketua Panitia
vii
SAMBUTAN KETUA DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
Para peserta seminar yang saya hormati, pertama-tama marilah kita panjatkan
puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberi limpahan berbagai
kenikmatan kepada kita sekalian, sehingga kita dapat berkumpul di forum ini. Karena
kita diberikan nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kita dapat
menyelenggarakan seminar ini. Selamat datang para peserta Seminar Nasional
Biodiversitas VI di kampus Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.
viii
Harapan saya dengan seminar ini paling tidak dapat sedikit demi sedikit
memberikan pemahaman bagi kita, pejabat pemerintah, pengusaha, para wakil rakyat,
maupun masyarakat awam untuk mengetahui apa itu kekayaan alam hayati, mengapa
keanekaragamannya penting, apa kedudukan Indonesia dalam perangkat dunia dalam
keunggulan keanekaragaman hayati, dan manfaatnya bagi Negara kita di masa depan.
ix
SAMBUTAN DEKAN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
x
karena itu, setiap orang yang terlibat dalam aktivitas yang menggunakan
pendekatan biologi dituntut memahami konsep-konsep dasar keilmuan itu secara
seksama. Hanya dengan memahami konsep tersebut, maka manusia akan dapat
menerapkan ilmu pengetahuan yang dikuasainya untuk kemaslahatan umat
dalam berbagai sektor kehidupan, termasuk industri dan kedokteran.
Dalam bidang pendidikan, peserta didik perlu diberi kesempatan untuk
berlatih memecahkan berbagai persoalan sebagai cara yang paling tepat untuk
mempelajari konsep keilmuan. Melalui pendekatan seperti itu, maka Insya Allah
generasi muda akan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi karena potensi
yang mereka miliki sebagai bekal membangun bangsa yang mandiri dan unggul.
Oleh karena itu saya berharap agar seminar nasional yang kita
laksanakan pada hari ini mampu menghantarkan bangsa ini mencapai
kemandirian bangsa melalui pembangunan berkelanjutan, dengan
memanfaatkan keanekaragaman hayati di tanah air Indonesia tercinta ini.
Pada akhir sambutan ini sekali lagi kami ucapkan terimakasih sebesar-
besarnya kepada semua yang telah ikut partisipasi dalam mensukseskan
kegiatan ini, panitia, peserta, sponsor, dan semua pihak yang terkait.Semoga
sukses dan lancar.
Win Darmanto
xi
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI ISBN: 978-979-98109-5-3
Departemen Biologi, Universitas Airlangga
Surabaya, 3 September 2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................................... iii
Sambutan Ketua Panitia ....................................................................................................... vi
Ketua Panitia ........................................................................................................................ vii
Sambutan Ketua Departemen Biologi .................................................................................. viii
Sambutan Dekan .................................................................................................................... x
Daftar Isi............................................................................................................................... xii
I. MAKALAH UTAMA
Tribowo Buwono 1
EKSPLORASI DAN PEMANFAATAN BIODIVERSITAS MIKROBIA
INDONESIA UNTUK PENGEMBANGAN BIOTEKNOLOGI
Tini Surtiningsih 11
KEANEKARAGAMAN MIKROBA SEBAGAI PENYUSUN
BIOFERTILIZER DAN PERANANNYA DALAM MENUNJANG
PRODUKTIFITASTANAMAN PANGAN NASIONAL
Apriyono Rahadiantoro 23
KERAGAMAN JENIS-JENIS POHON FAMILIA MORACEAE DI
HUTAN SEKITAR WARU-WARU-TELOGO DOWO, PULAU SEMPU
Budi Waluyo 31
KERAGAMAN KARAKTER AGROMORFOLOGI DAN KANDUNGAN
NUTRISIPADA KENTANG HITAM (Solenostemon rotundifolius (Poir)
J. K. Mort)
Darmawan Saptadi 39
POTENSI KERAGAMAN TANAMAN KECIPIR UNTUK KETAHANAN
PANGAN DAN PANGAN FUNGSIONAL
Dyah Irawati Dwi Arini 49
KEANEKARAGAMAN MAKROFUNGI DI CAGAR ALAM GUNUNG
AMBANG SULAWESI UTARA DAN PELUANG POTENSINYA
Fatmawaty B 60
ORGANOGENESIS EKSPLAN MAHKOTA BUAH NANAS (Ananas
comosus (LINN.) MERR.) PADA MEDIA MURASHIGE AND SKOOG
(MS) DENGAN PENAMBAHAN BERBAGAI KONSENTRASI ZAT
PENGATUR TUMBUH THIDIAZURON
Ida Bagus M Artadana 67
INDUKSI KALUS DARI EMBRIO PADI MERAH (Oryza sativacv Barak
Cenana) MENGGUNAKAN ZAT PENGATUR TUMBUH 2,4 D
Jajuk Herawati 74
UJI APLIKASI PUPUK ORGANIK CAIR DAN PUPUK ANORGANIK
TERHADAP PRODUKSI KEDELAI
Junairiah 83
ISOLASI SENYAWA BIOAKTIF EKSTRAK HEKSAN, ETIL ASETAT,
DAN METANOL Hypnodendron diversifolium Broth. & Geh.
xii
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI ISBN: 978-979-98109-5-3
Departemen Biologi, Universitas Airlangga
Surabaya, 3 September 2016
xiii
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI ISBN: 978-979-98109-5-3
Departemen Biologi, Universitas Airlangga
Surabaya, 3 September 2016
xiv
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI ISBN: 978-979-98109-5-3
Departemen Biologi, Universitas Airlangga
Surabaya, 3 September 2016
xv
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI ISBN: 978-979-98109-5-3
Departemen Biologi, Universitas Airlangga
Surabaya, 3 September 2016
xvi
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI ISBN: 978-979-98109-5-3
Departemen Biologi, Universitas Airlangga
Surabaya, 3 September 2016
xvii
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI ISBN: 978-979-98109-5-3
Departemen Biologi, Universitas Airlangga
Surabaya, 3 September 2016
V. BIDANG ZOOLOGI
xviii
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI ISBN: 978-979-98109-5-3
Departemen Biologi, Universitas Airlangga
Surabaya, 3 September 2016
VI. POSTER
xix
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI ISBN: 978-979-98109-5-3
Departemen Biologi, Universitas Airlangga
Surabaya, 3 September 2016
Sahromi 984
UPAYA KONSERVASI Lycopodium squarrosum G. Forst.DI
KEBUN RAYA BOGOR
Sahromi 990
JENIS-JENIS ANGGREK DI CAGAR ALAM RIMBO PANTI,
SUMATERA BARAT
Elika Joenarti 998
PEMANFAATAN KURKUMIN DARI EKSTRAK KUNYIT UNTUK
MENINGKATKAN FOTOSTABILITAS INSEKTISIDA NABATI
EKSTRAK DAUN MIMBA
Fitri Kurniawati 1006
PEMERIKSAAN POHON BERISIKO TUMBANG DI KEBUN RAYA
CIBODAS DENGAN MENGGUNAKAN METODE TREE RISK
ASSESSMENT DARI ISA(INTERNATIONAL SOCIETY OF
(ARBORICULTURE)
Imroatushoolikhah 1015
STRUKTUR KOMUNITAS BENTIK MAKROINVER-TEBRATA
PADA TUMBUHAN AIR DI DANAU TEMPE, SULAWESI
SELATAN
Rahmi Dina 1025
THE FISH OF SITU GUNUNG, GUNUNG GEDE PANGRANGO
NATIONAL PARK, WEST JAVA
Setyawan Agung Danarto 1033
POTENSI RUANG TERBUKA HIJAU DALAM SEKUESTRASI
KARBON PADA PERUMAHAN HIJAU: STUDI KASUS DI
PERUMAHAN GRAHA NATURA INTILAND SURABAYA
Setyawan Agung Danarto 1042
POLA SISTEM AGROFORESTRI DI KAWASAN SUB DAS GUBRI
DAS SAMPEAN SEBAGAI DASAR DALAM REHABILITASI
KAWASAN DAS SAMPEAN
Tutie Djarwatiningsih 1051
PENGARUH PEMANGKASAN DAUN PADA TANAMAN CABE
BESAR (Capsicum annuum) TERHADAP PRODUKSI
Uslan 1056
ANALISIS KERAGAMAN TUMBUHAN FALOAK (Sterculia
quadrifida R.Br) YANG TUMBUH DI KOTA KUPANG
BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI
Siti Fatimah Hanum 1065
EXPLORATION AND INVENTORY OF ARACEAE IN MERBUK
FOREST, JEMBRANA REGENCY, BALI
Agung Astuti 1072
OPTIMASI PCR FRAGMEN 16s-DNA DARI ISOLAT
RHIZOBACTERIA INDIGENOUS MERAPI YANG BERPOTENSI
SEBAGAI PUPUK HAYATI PADA TANAMAN PADI YANG
MENGALAMI CEKAMAN KEKERINGAN
Eris Septiana 1078
ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN POLIMERISASI
HEMDARI KAPANG ENDOFIT TANAMAN KUNYIT ASAL
SUKABUMI
xx
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI ISBN: 978-979-98109-5-3
Departemen Biologi, Universitas Airlangga
Surabaya, 3 September 2016
Ernawati 1086
AKTIVITAS ANTIJAMUR EKSTRAK KULIT BUAH ALPUKAT
(Persea americana P. Mill) TERHADAP PERTUMBUHAN
JAMUR Candida albicans.
Suryani dan Sainudin 1092
PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK GERGAJI, SEKAM
PADI DAN TONGKOL JAGUNG SEBAGAI MEDIA TANAM
TERHADAP PRODUKSI JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus
ostreatus)
Yati Sudaryati Soeka 1098
OPTIMASI AKTIVITAS ENZIM LIPASE DARI Pseudomonas
fluorescens
Amalia Paramitha 1113
STUDI KEANEKARAGAMAN KUMBANG (ORDO
COLEOPTERA)DI HUTAN DATARAN RENDAH SEKUNDER
TUA BLOK KEPUH, CAGAR ALAM BOJONGLARANG
JAYANTI, JAWA BARAT
Daniar Kusumawati 1132
PROFIL PROTEIN PADA TULANG KERAPU HYBRID CANTIK
(Epinephelus fuscoguttatus X Epinephelus polyphekadion)
YANG MENGALAMI MALFORMASI TULANG BELAKANG
David Romulus P.Silaban 1142
PENGGUNAAN GULMA AIR KIAMBANG (Salvinia molesta)
SEBAGAI BAHAN PAKAN ALTERNATIF DENGAN
MENAMBAHKAN MULTIENZIM DALAM RANSUM TERHADAP
KUALITAS TELUR ITIK LOKAL
Dhian Dwibadra 1153
TUNGAU MACROCHELIDAE YANG BERASOSIASI DENGAN
KUMBANG KOTORAN SCARABAEIDAE DI PULAU MADURA
Gadhing Alfiil Rolyno 1165
PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH RUMPUT LAUT
(Gracilaria sp.) DENGAN PENAMBAHAN MULTIENZIM DALAM
RANSUM TERHADAP KUALITAS TELUR ITIK LOKAL
SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN PAKAN UNGGAS
Irwan Setyadi 1175
PENGAMATAN PEMBESARAN CALON INDUK UNGGUL
BANDENG Chanos chanos HASIL SELEKSI DI TAMBAK
Sri Hartini 1184
TUNGAU MACROCHELIDAE: MESOSTIGMATA: ACARI DI
KAWASAN TAMAN NASIONAL UJUNG KULON, BANTEN
xxi
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
______________________________________________________________________________________
ABSTRACT
Exploration of natural materials which have multi potential continued as one solution of diseases
caused by infectious factor and the others. One type of natural material that have multiple
potential to human health is pigeon pea (Cajanus cajan). But using this plant as subject for
research was not optimal. Pigeon pea (Cajanus cajan) is one of leguminoceae which have a
potency as phytoestrogens and also producing antibiotics. This study aimed to test the pigeon
pea extract to antibacterial activity with Staphylococcus aureus and Escerichia coli as a
pathogenic agent. Antibacterial activity test was done by solid dilution method tested to S. aureus
and E. coli. Pigeon pea extract concentration used was 100% b / v, 75% b / v, 50% b / v and 25%
b / v. The results showed that the pigeon pea extracts have antibacterial activity to S. aureus and
E. coli. The best inhibition was shown in S. aureus. The 100% b / v of concentration produced the
highest inhibition zone with 13.1 mm and the inhibition index was 4.95. The concentration 25%
b/v have lowest inhibition zone (3.1 mm) with 0.41 of inhibition index.
PENDAHULUAN
Keragaman tanaman yang tersebar di seluruh wilayah Nusantara merupakan sumber daya alam
yang mempunyai potensi untuk dapat dikembangkan. Keanekaragaman sumber daya alam
khususnya tanaman obat merupakan potensi kearifan lokal yang memberikan kontribusi sangat
besar dalam bidang kesehatan. Pengetahuan tentang pemanfaatan tanaman berkasiat obat
merupakan warisan budaya bangsa yang telah dilakukan secara turun temurun.
Cajanus cajan sering disebut pigeon peas dengan nama Indonesia kacang gude merupakan
salah satu spesies tanaman famili Leguminoceae. Pemanfaatan kacang gude oleh masyarakat
saat masih kurang optimal, meskipun produksinya cukup banyak. Masyarakat memanfaatkan
kacang gude (Cajanus cajan) sebagai sayur lodeh dan sayur bongko, sehingga membuat kacang
gude tidak begitu diminati.
Kacang gude merupakan salah satu tanaman Leguminoceae seperti pada tanaman
Leguminoceae lainnya, kacang gude diduga mengandung senyawa isoflavon. Struktur kimia
isoflavon menyerupai 17-estradiol (Gruber et al., 2002; Delmonte dan Rader, 2006; Barlow et
al,. 2007), sehingga tanaman famili Leguminoceae sering disebut sebagai kelompok tanaman
fitoestrogen (Urasopon et al., 2008 dan USPA, 2006). Komponen terbesar isoflavon adalah
senyawa daidzein dan genistein, diduga dapat ditemukan pada famili Leguminoceae termasuk
659
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
kacang gude yang terdistribusi dalam tanaman serta produknya (Kang et al., 2006; Cavaliere et
al., 2007).
Senyawa flavonoid disintesis oleh tanaman sebagai sistem pertahanan dan dalam responsnya
terhadap infeksi oleh mikroorganisme, sehingga tidak mengherankan apabila senyawa ini efektif
sebagai senyawa antimikroba terhadap sejumlah mikroorganisma. Flavonoid merupakan salah
satu senyawa polifenol yang memiliki bermacam-macam efek antara lain efek antioksidan, anti
tumor, anti radang, antibakteri dan anti virus (Parubak, 2013).
Bakteri merupakan salah satu mikroorganisme yang banyak peranannya dalam kehidupan
manusia, ada yang menguntungkan dan ada pula yang merugikan. Bakteri yang merugikan dapat
menyebabkan bahaya, yaitu menginfeksi manusia, hewan, serta tanaman, menimbulkan penyakit
yang berkisar dari infeksi ringan sampai kepada kematian. Penanganan penyakit yang
disebabkan oleh bakteri dapat dilakukan dengan pengobatan. Pengobatan ini bertujuan untuk
menghambat/membunuh bakteri penyebab penyakit.
Pengendalian secara kimia, diperlukan suatu zat anti bakteri, sehingga jumlah bakteri dapat
dikendalikan dengan cara menghambat pertumbuhannya. Secara umum zat antibakteri dapat
menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang mengarah pada kematian sel bakteri. Zat
antibakteri sangat banyak jenisnya, dapat berasal dari alam atau bisa dibuat oleh manusia. Zat
antibakteri yang sering digunakan masyarakat kebanyakan berasal dari bahan-bahan kimia
berupa obat dibandingkan antimikroba alami. Penggunaan bahan-bahan kimia tersebut dapat
menyebabkan residu pada ginjal. Obat/senyawa antibakteri baru tersebut dapat diperoleh dari
bahan alam (tumbuh-tumbuhan).Peluang untuk mendapatkan senyawa/obat antibakteri dari
bahan alam lebih besar (memungkinkan), karena mengingat Indonesia adalah negara yang
memiliki beranekaragam jenis tanaman, terutama yang dapat digunakan/dimanfaatkan sebagai
bahan obat.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji kemampuan antibakteri larutan kacang gude dalam
menekan pertumbuhan bakteri pathogen E.Coli dan S. aureus
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di laboratorium Biologi IKIP PGRI Madiun dan laboratorium Kimia
Universitas Muhammadiyah Malang pada bulan april-Juni 2016.Data merupakan keterangan -
keterangan tentang suatu hal yang diperoleh melalui suatu penelitian atau pengamatan. Adapun
teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah :
1. Sterilisasi Alat dan Bahan
Pada sterilisasi alat, semua alat yang mudah pecah atau yang berbahan gelas Dan kaca
dibungkus kertas. Pada aquadest dimasukan di dalam tabung reaksi dan Nutrien Agar di dalam
o
gelas beker, kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 C selama 15
menit.
660
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
661
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
Tabel 1. Besar zona hambat dan indeks zona hambat larutan kacang gude pada bakteri uji
Staphylococcus aureus dan E.Coli
Apabila dilihat dari ukuran Diameter Daya Hambat (DDH) yang muncul tampaknya aktivitas anti
bakteri larutan kacang gude (Cajanus cajan) berkekuatan sedang sampai kuat. Menurut
Elgayyar (2001), menyatakan bahwa aktivitas antibakteri dikatakan kuat jika DDH yang muncul
disekitar cakram berukuran lebih dari 8 mm, sedang bila DDH 7-8 mm dan bila daerah hambatan
kurang dari 7 mm dianggap lemah. Penghambatan pertumbuhan Eschericia Coli (gram negatif)
dan Staphylococcus aureus sangat terpengaruh oleh konsentarasi zat aktif yang terlarut dalam
larutan kacang gude. Dengan demikian dapat dibuktikan bahwa larutan kacang gude mempunyai
daya hambat terhadap bakteri uji sehingga dapat dikembangkan untuk fungsi bioaktivitas yang
lainnya.
Aktivitas antibakteri larutan kacang gude dapat menghambat pertumbuhan bakteri S.Aureus
E.Coli. Aktivitas antibakteri larutan kacang gude pada konsentrasi terluas yaitu 100% dapat
menghasilkan zona hambat terluas dibandingkan konsentrasi 75%, 50%, 25% dan kontrol. Data
zona hambat yang dihasilkan oleh aktivitas antibakteri larutan kacang gude (Cajanus cajan)
terluas yaitu pada perlakuan dengan konsentrasi larutan kacang gude (Cajanus cajan) sebesar
100% yaitu 13.1 mm (S. Aureus). 8.3 mm (E.Coli). sedangkan zona hambat terkecil pada
perlakuan konsentrasi larutan kacang gude (Cajanus cajan) sebesar 25% yaitu 3.1 mm (S.
Aureus). 3.8 mm (E.Coli) dan pada kontrol tidak terdapat zona hambat. Hal ini menunjukan
bahwa aktivitas antibakteri larutan kacang gude (Cajanus cajan) terbaik pada perlakuan
konsentrasi 100%.
Aktivitas antibakteri larutan kacang gude (Cajanus cajan) dapat lebih baik dalam menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus dibandingkan dengan bakteri Escherichia coli. hal ini
ditunjukan pada Gambar 1.
662
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
Gambar 1. Grafik rata rata zona hambatpada pertumbuhan bakteri E.coli dan
Staphylococcus aureus
Aktivitas antibakteri tepung ikan gabus pada pertumbuhan bakteri E.coli dan Staphylococcus
aureus tertinggi sama sama pada konsentrasi 1% namun. rata rata zona hambat yang
dihasilkan berbeda.
Berdasarkan hasil tersebut konsentrasi 100% larutan kacang gude (Cajanus cajan) adalah
konsentrasi larutan kacang gude (Cajanus cajan) yang efektif sebagai antibakteri E.coli. Hal ini
dikarenakan konsentrasi 100% tepung ikan memiliki kandungan senyawa flavonoid yang lebih
tinggi sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen lebih optimal dibandingkan
dengan konsentrasi larutan kacang gude (Cajanus cajan) 75%, 50%, 25% dan perlakuan kontrol.
Senyawa flavonoid disintesis oleh tanaman sebagai sistem pertahanan dan dalam responsnya
terhadap infeksi oleh mikroorganisme, sehingga tidak mengherankan apabila senyawa ini efektif
sebagai senyawa antimikroba terhadap sejumlah mikroorganisma. Flavonoid merupakan salah
satu senyawa polifenol yang memiliki bermacam-macam efek antara lain efek antioksidan, anti
tumor, anti radang, antibakteri dan anti virus (Parubak, 2013).Berdasarkan Hasil dari GC
diketahui bahwa larutan kacang gude ini memiliki kandungan senyawa isoflavon (Genistein dan
daidzein). Struktur kimia isoflavon (genistein dan daidzein) mirip dengan 17 estradiol (Tabel 2,
Gambar 1)
Tabel 2. Hasil GC kromatografi uji 17 estradiol pada larutan biji kacang gude P2 dan P3
Sampel Berat RT Luas kurva Hasil (g/kg) Komponen
sampel (menit) sampel
(g)
Larutan biji kacang 5 12,469 5,08273 0,55963 17 estradiol
gude 100%
Larutan biji kacang 5 12,469 3,83283 0,20395 17 estradiol
gude 25%
663
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
A B
Gambar 2. Analisis GC-MS 17 Estradiol Biji Kacang Gude Penggunaan GCMS dengan spesifikasi:
Shimadzu GC-8AIF, FID Detector, colum 30 m x 0,25 mm), inlet temperature
25 (A).Detector temperature 300 , Oven temperature 25 Carier gas nitrogen, Flow
rate 2 ml/min, Injection volume 2 l, Run time 25 min
Kacang gude ini di duga memiliki senyawa flavonoid. Senyawa ini merupakan turunan senyawa
fenol yang mana dapat menyebabkan kerusakan pada membrane sel, mengendapkan protein
dan menonaktifkan enzim-enzim yang berperan dalam proses metabolism seluler (Konate et
al.,2012). Adapun proses yang terjadi adalah gugus OH berikatan dengan H pada ikatan
hydrogen yang terdapat pada protein dinding sel bakteri. Dinding sel ini kemudian mengalami
kerusakan dan membrane sel mengalami penurunan semipermeabilitas. Nutrisi dan enzim-enzim
akan keluar dari sel sehingga mengakibatkan hambatan dalam metabolism dan produksi ATP
menurun. Selanjutnya pertumbuhan sel bakteri akan terhambat dan sel nya akan mati.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa larutan biji kacang gude dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Penghambatan
terbesar adalah pada bakteri uji Staphylococcus aureus pada konsentrasi larutan 100% dengan
zona hambat tertinggi sebesar 13,1mm dan zona hambat terendah pada konsentrasi 25%
sebesar 3,1 mm. Berdasarkan uji GC MSdiketahui bahwa larutan biji kacang gude ini memiliki
kandungan isoflavon (genistein dan diadzein) yang diketahui memiliki fungsi sebagai antibakteri.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kemenristek Dikti yang telah memberikan dana dalam
mendukung penelitian ini melalui hibah penelitian fundamental tahun 2016 dan semua pihak yang
telah membantu terselesaikannya penelitian ini.
664
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
DAFTAR PUSTAKA
Barlow. J.. Johnson. J.A.. dan Scofield. L. 2007. Fact Sheet on The Phytoestrogen Genistein.
NIEHS/NCI Environment Research Centers. (Online).
(http://cerhr.niehs.nih.gov/chemicals/genistein). diakses 8 Agustus 2016.
Cavaliere. C.. Cucci. F.. Foglia. P.. Guarino. C.. Samperi. R.. Lagana. A.2007. Flavonoid Profile
in Soybeans by High Performance Liquid Chromatography/Tandem Mass Spectrometry. Rapid
Commun. Mass Spectrom. 21:2177-2187.
Delmonte. P.. & Rader. J. 2006. Analysis of Isoflavones in Foods and Dietary Supplements.
Journal of AOAC International. 89(4):1138-1146.
Fatisa. Y. (2013). Daya Antibakteri Estrak Kulit Dan Biji Buah Pulasan (Nephelium Mutabile)
Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Escherichia Coli Secara In Vitro. Jurnal Peternakan Vol
10 No 1 Februari 2013 (31 - 38). Program Studi Pendidikan Kimia. Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan. Universitas Islam Negeri sultan Syarif Kasim Riau. Riau. Diunduh melalui
http://ejournal.uin-suska.ac.id/index.php/peternakan/article/view/156 pada tanggal 12 April 2016.
Gruber. C.J.. Tschugguel. W.. Schneeberger. C.. Huber. J.C. 2002. Production and Actions of
Estrogens. The New England Journal of Medicine. 346(5):340-352.
Kang. J.. Hick. L.A.. Price. W.E. 2007. A Fragmentation Study of Isoflavones in Negative
Electrospray Ionization by MSn Ion Trap Mass Spectrometry and Triple Quadrupole Mass
Spectrometry. Rapid Commun. Mass Spectrum. 21:857-868.
Konate. K., Hilou, A., Mavoungou, J.F., Lepengue, A.N., Souza A., Barro N., Datte, J.Y.,
MBatchi, B., Nacoulma O.G. 2012. Antimicrrobial activity of Polyphenol-Rich Fractions From Sida
Alba L. (Malvaceae) Against Co-Trimoxazol-Resistant Bacteria Strains. Journal Annals of Clinical
Microbiology and Antimicrobials. BioMed Central Ltd. 11:5.
Novi. P dan Pujiati. 2016. Characteristics Of Pigeon Pea (Cajanus Cajan) Isoflavones Daidzein In
Blood On Ovarian And Mammary Tissue Structure Rat Female. Prosiding. Seminar Nasional
Biologi XIII. Pendidikan Biologi. FKIP UNS.
Parubak. A. S.. 2013. Senyawa flavonoid yang bersifat antibakteri dari akway (Drimys beccariana
Gibbs). Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri
Papua.
Urasopon. N.. Hamada. Y.. Asaoka. K.. Poungmali. U.. Malavijitnond. S. 2008. Isoflavone
Content of Rodent Diets and Its Estrogenic Effect on Vaginal Cornification in Pueraria mirifica
Treated Rats. Science Asia. 34:371-376.
USPA. 2006. Phytoestrogen Selected from Genistein. Daidzein for Promoting Health in Cases of
Cancer. Pre-Menstrual Syndrome. Menopause or Hypercholestrolemia. U$. 7045155B2.
665
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
________________________________________________________________
ABSTRACT
Biodiversity of local plants that grow in Indonesia has not been optimally utilized in the health
field. Pigeon pea (Cajanus cajan) is Leguminoceae that has not been used optimally, especially
as estrogenic plants. The purpose of this study was to identify the potential of potential of pigeon
pea (Cajanus cajan) on the structure of the uterus and bone tissue in preclinical. The research
method is experimental approach. Testing levels of compound of isoflavones (genistein and
daidzein) using HPLC method. Animals female Sprague-Dawley rats aged 6-7 months some 24,
grouped three treatment groups, control group, the treatment group pigeon pea solution of 1:1,
and the treatment group pigeon pea solution of 1:3. Giving solution to rats 1 ml for 36 days.
Surgery and organ harvesting bone and uterus, followed by hematoxylin eosin staining (HE).
Analysis of descriptive data. The results showed levels of genistein and daidzein respectively
pigeon pea 247.898 pg/ml and 188.61309 pg/ml. Pigeon pea solution of 1:3, the uterustissue
structure of endometrial cell proliferation, myometrium and uterine glands. The structure of the
bone tissue osteoblast proliferation.Conclusion of the study is the pigeon pea (Cajanus cajan) in
preclinical trials can be used as a natural estrogen.
PENDAHULUAN
Bahan kimia sintetis lebih banyak digunakan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhannya
khususnya di bidang kesehatan. Masyarakat kurang memahami bahwa bahan sintetis
memberikan efek toksik terhadap struktur jaringan. Hati dan ginjal tikus putih mengalami nekrosis
setelah pemberian bahan sintetis daidzein dan niasin selama 28 hari, tetapi struktur jaringan hati
dan ginjal tikus putih tetap baik dengan pemberian umbi bengkuang dan buah alpukat (Primiani,
2015).
743
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
Berdasarkan hasil penelitian Yoo et al., (2005) Leguminoceae merupakan tumbuhan yang
dikelompokkan sebagai fitoestrogen, karena mempunyai komponen isoflavon dengan kadar
tinggi. Isoflavon sebagai salah satu senyawa dengan struktur kimia mirip 17 estradiol dapat
berikatan dengan reseptor estrogen. Komponen terbesar isoflavon adalah senyawa daidzein,
genistein, glycitein, dan coumestrol diduga dapat ditemukan pada Leguminoceae yang
terdistribusi dalam tanaman serta produknya (Cavaliere et al., 2007).Fitoestrogen sebagai
estrogen alami mempunyai afinitas terhadap reseptor dan reseptor (Kurzer dan Xu, 1997;
Mazur dan Adlercreutz, 2000; An et al., 2001; Anupongsanugool, et al., 2005).
Pemanfaatan Leguminoceae sebagai salah satu tanaman berkasiat estrogenik belum optimal,
salah satunya adalah kacang gude (Cajanus cajan). Masyarakat memanfaatkan kacang gude
sebagai sayuran dan makanan olahan, yang sampai saat ini kurang populer dibandingakan
kacang kedelai. Kekurangpopuleran kacang gude dibandingkan kacang kedelai menyebabkan
budidaya dan produktivitas kacang gude sangat kurang dikembangkan oleh masyarakat. Kacang
gude dapat tumbuh di dataran rendah pada ketinggian sekitar 1.800 2.000 mdpl, saat ini
banyak dijumpai di Jawa timur bagian barat (Magetan, Madiun), Ponorogo, Sunda, Bali, Medan,
Makasar, Halmahera, Sulawesi Tenggara, dan Ternate. Hasil penelitian potensi kacang gude
sebagai fitoestrogen yang potensial belum dilakukan. Tumbuhan kacang gude tidak sepopuler
kacang kedelai, bahkan masyarakat masih belum mengenal tumbuhan kacang gude.
Kacang gude sebagai salah satu Leguminoceae yang diduga mengandung senyawa isoflavon
perlu dilakukan sebuah analisis yang mendalam, sehingga kacang gude sebagai kacang lokal di
Indonesia dapat dikembangkan sebagai salah satu bahan alam estrogenik. Penelitian ini
dilakukan bertujuan untuk menguji potensi estrogenik kacang gude (Cajanus cajan) secara
preklinis, sehingga kacang gude dapat dikembangkan sebagai salah satu bahan alam yang
mampu menggantikan estrogen sintetis.
METODE PENELITIAN
Biji kacang gude jenis hitam diperoleh dari perkebunan kacang gude di wilayah Kabupaten
Ponorogo dan Kabupaten Madiun Jawa Timur yang telah dikeringkan. Biji kacang gude dikoleksi
dan dihaluskan dengan cara diblender di Laboratorium Biologi IKIP PGRI Madiun.
Biji kacang gude dihaluskan dengan blender, kemudian dianalisis Analisis Isoflavon genistein dan
daidzein dilakukan dengan metode HPLC dengan spesifikasi: Shimadzu, system controller: SCL
10 AVP, solvent delivering unit LC 20 AT, Column oven CTO 10 ASVP, Detector SPD 20-A UV
744
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
injection Column temperature 25 C, column C 185 m, Shimadzu 120 x 4,6 mm, Mobile phase
acetonitrile 20% in acetic acid 3%, Mobile phase method: Isocratic method, Flow rate: 0,8
ml/menit, volume 20 , running time 60 menit, wavelenght detector 261 nm. Metode penentuan
isoflavon genistein dan daidzein diadopsi dan dikembangkan dari Murphy (1980) dan Idridge
(1982).
Tikus putih betina Sprague Dawley umur 6-7 bulan diperoleh dari Animal Breeding Unit Blitar 24
ekor, bobot badan awal perlakuan 150-180 gram, dipelihara dalam laboratorium Biosains
o
Universitas Brawijaya. Pemeliharaan pada kandang kelompok dalam suhu ruang ( 27 C) dan
kelembaban relatif antara 50-60%, siklus pencahayaan 12 jam, perawatan rutin dengan
penggantian sekam dan pemberian pakan pelled susu A dengan komposisi terdiri dari air 12%,
protein kasar 16%, lemak kasar 3-7%, serat kasar 8%, abu 10%, kalsium 0,9%-1,2%, fosfor
0,6%-1% dengan bahan baku jagung kuning, wheat bran, SBM, tetes, palm olein, asam amino
esensial, mineral esensial, premix, dan vitamin. Hewan coba dikelompokkan dalam 3 kelompok
perlakuan. Kelompok I kontrol sejumlah 8 ekor; Kelompok II pemberian larutan biji kacang gude
1:1 sejumlah 8 ekor; Kelompok III pemberian larutan biji kacang gude 1:3 sejumlah 8 ekor.
Perlakuan hewan coba secara induksi langsung ke dalam lambung dengan menggunakan sonde
(gavage tube) larutan kacang gude satu kali sehari selama 36 hari. Pada hari ke-37 hewan coba
didislokasi, dibedah, selanjutnya diambil organ uterus dan tulang.
Meliputi tahap fiksasi, dehidrasi, cleaning, infiltrasi, embedding, pengirisan dan pewarnaan
berdasarkan prosedur pembuatan preparat histology (Spitalnik, 2015-2016) diamati dengan
mikroskop cahaya yang dihubungkan dengan dyno-eye dan komputer.
Analisis Data
Data yang diperoleh, yaitu data kadar genistein dan daidzein hasil uji HPLC dianalisis
berdasarkan hasil kromatogram, luas kurva sampel, dan waktu retensi. Data preparat jaringan
uterus dan tulang dianalisis terjadinya perubahan struktur jaringan berdasarkan hasil
pengamatan menggunakan mikroskop cahaya dan lensa optilab..
Biji kacang gude (Cajanus cajan) merupakan bahan alam dengan kandungan senyawa sangat
kompleks. Penelitian dilakukan untuk menganalisis (mengarakterisasi) senyawa estrogenik biji
745
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
kacang gude pada hewan coba tikus putih dengan memberikan perlakuan larutan biji kacang
gude.
Kandungan senyawa isoflavon (genistein dan daidzein) kacang gude yang telah dianalisis high
performance liquid chromatography (HPLC) menunjukkan kadar genistein dan daidzein masing-
masing sebesar 247,89828 dan 188,61309 . Hasil analisis HPLC terdapat pada Gambar
1.
Gambar 1. Analisis HPLC kacang gude dihasilkan kadar genistein 247,898 dan daidzein
188,613 . Penggunaan HPLC dengan spesifikasi: Shimadzu, injection volume
20 , running time 60 menit, wavelenght detector 261 nm, column temperature
25 C, column C 185 mobile phase acetonitrile 20% in
acetic acid 3%, Flow rate: 0,8 ml/menit
Hasil HPLC kromatografi dari Gambar 1 dapat dijelaskan seperti pada Tabel 1, berdasarkan
berat sampel, waktu retensi, dan luas kurva sampel.
Analisis HPLC menunjukkan bahwa kacang gude mengandung genistein 247,89828 g/g dan
daidzein 188,61309 g/g (Gambar 1). Genistein dan daidzein merupakan senyawa kelompok
isoflavon terdapat dalam kacang gude. Isoflavon, lignan, stilbens, koumestans sering disebut
sebagai fitoestrogen (Umland et al., 2000; Pilsakova et al., 2010) karena adanya struktur cincin
aromatik mirip hormon estrogen.Fitoestrogen mempunyai struktur kimia mirip 17 -estradiol
746
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
sering disebut sebagai estrogen like molecules. Beberapa senyawa mirip estrogen adalah: 1)
isoflavonoid (genistein, daidzein, biochanin A, formononetin), 2) flavonoid (chrysin, apigenin,
naringenin, kaempferol, quercetin), 3) coumestans (coumestrol, 4-methoxycoumestrol), dan 4)
lignan (enterolactone, enterodiol, matairesinol, secoisolariciresinol-diglucoside), (Nilsson et al.,
2001; Pilsakova et al., 2010).
Senyawa isoflavon genistein dan daidzein diduga mampu berpotensi estrogenik, karena
mempunyai struktur kimia yang mirip dengan hormon estrogen serta dapat berikatan dengan
reseptor estrogen pada ER dan ER dalam sistem tubuh (Setchell dan Cassidy, 1999; Mense
et al., 2008). Senyawa fitoestrogen genistein dan daidzein mempunyai mekanisme menyerupai
estradiol sehingga mampu memberikan potensi pada sistem organ. Banyak penelitian telah
membuktikan bahwa senyawa-senyawa kelompok fitoestrogen mempunyai aktivitas estrogenik
(Bayer et al., 2001; Kalita dan Milligan, 2010; Pilsakova et al., 2010; Orhan et al., 2011; Kim dan
Park, 2012; Gaete et al., 2012).
Adanya kandungan senyawa isoflavon genistein dan daidzein biji kacang gude yang diberikan
kepada tikus putih dalam waktu 36 hari, maka kedua senyawa tersebut mampu memberikan
potensi pada organ uterus dan tulang mirip dengan potensi hormon estrogen. Uterus dan tulang
tikus putih mengalami perubahan struktur jaringan setelah diberi perlakuan larutan kacang gude
selama 36 hari (Gambar 2 dan 3).
A B C
(A) Kontrol; (B) Perlakuan larutan biji kacang gude 1:1; (C) Perlakuan larutan biji kacang
gude 1:3 (A) Lapisan endometrium dengan kelenjar uterina, miometrium; (B) Lumen uterus
menyempit karenaproliferasi sel epitel, kelenjar uterina mengalami perkembangan,lapisan
endometrium dan miometrium terjadi proliferasi dan kornifikasi sel epitel sehingga tampak
memadat; (C) Lumen uterus lebar karena tidak terjadinya proliferasi sel epitel, kelenjar
uterina tidak banyak mengalami proliferasi, lapisan endometrium serta miometrium tidak
ekstensif
747
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
A B C
748
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
Larutan biji kacang gude yang diberikan pada masing-masing tikus putih memberikan perubahan
terhadap struktur jaringan uterus dan tulang. Uterus tikus putih mengalami proliferasi kelenjar
uterina, proliferasi lapisan endometrium, dan proliferasi lapisan miometrium. Terjadinya proliferasi
pada masing-masing lapisan menyebabkan menyempitnya lumen uteri. Struktur jaringan tulang
tikus putih yang diberi larutan biji kacang gude menyebabkan proliferasi osteoblast. Osteoblast
merupakan bagian sel mesenkimal yang bertanggung jawab untuk pembentukan dan
perkembangan tulang. Adanya isoflavon larutan biji kacang gude dapat meningkatkan pengikatan
reseptor estrogen sehingga mampu meningkatkan densitas mineral (bone mineral density/BMD).
Pemberian equol 0,5 mg/hr secara sub kutan dapat menghambat kerapuhan tulang mencit
ovariektomi (Ishimi, 2010).
Isoflavon larutan biji kacang gude (genistein dan daidzein) yang diberikan pada tikus putih akan
mengalami absorbsi dan distribusi, tetapi ada juga yang mengalami retensi dalam jaringan.
Isoflavon yang terdapat dalam jaringan akan berikatan dengan reseptor estrogen (uterus dan
tulang), sehingga memberikan pengaruh mirip hormon estrogen. Hipotalamus akan
menyekresikan GnRH, yang akan merangsang pelepasan FSH dan LH. Adanya sekresi kedua
hormon estrogenik ini akan mempengaruhi proliferasi sel-sel epitel uterus. Fitoestrogen dalam
dosis tertentu menyebabkan peningkatan berat basah uterus (Owens et al., 2003). Isoflavon
dapat menghambat aktivitas enzim 5 reduktase dengan mengkatalisis pengubahan testosteron
menjadi 5 dihidrotestosteron dan aromatase P450yang memediasi pengubahan testosteron
menjadi estradiol (Adlercreutz et al., 1993; Brooks dan Thompson, 2005).
KESIMPULAN
Kandungan senyawa isoflavon (genistein dan daidzein) kacang gude masing-masing sebesar
247,89828 dan 188,61309 , yang dapat menimbulkan perubahan terhadap sruktur
jaringan uterus dan tulang dalam uji preklinis. Kacang gude berpotensi untuk dapat
dikembangkan sebagai estrogen alami.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kemenristek Dikti yang telah memberikan dana dalam
mendukung penelitian ini melalui hibah penelitian fundamental tahun 2016. Ucapan terima kasih
disampaikan kepada bapak Mohammad Ariesandi dan bapak Johar Wahyudi yang telah
membantu pelaksanaan penelitian.
749
Proceeding Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
DAFTAR PUSTAKA
Adlercreutz, H., Bannwart C., Wahala, K., Makela, T., Brunow G., Hase, T., Arosemena, P.J.,
Kellis, J.T., Vickery, L.E. 1993. Inhibition of Human Aromatase by Mammalian Lignans and
Isoflavonoid Phytoestrogens. J. Steroid Biochem Mol Biol. 44:147-153.
An, J., Foster, T.C., Scharschmidt, T.C., Lomri, N., and Leitman, D.C. 2001. Estrogen Receptor
Beta Selective Transcriptional Activity and Recruitment of Regulators by Phytoestrogens. J
Biol Chem. 276:17808-17814.
Anupongsanugool, E., Teekachunhatean, S., Rojanasthien, N., Pongsatha, S., and Sangdee, C.
2005. Pharmacokinetics of Isoflavones, Daidzein and Genistein, After Ingestion of Soy
Beverage Compared with Soy Extract Capsules in Postmenopausal Thai women. BMC Clin
Pharmacol.5(2):1-10.
Bayer, T., Colnot, T., and Dekant, W. 2001. Deposition and Biotransformation of the Estrogenic
Isoflavone Daidzein in Rats. Toxicological Sciences. 62:205-211.
Brooks, J.D., and Thompson, L.U. 2005. Mammalian Lignans and Genistein Decrease the
Activities of Aromatase and 17 Betahydroxysteroid dehydrogenase in MCF-7 Cells. J.
Steroid Biochem Mol Biol. 94:461-467
Cavaliere, C., Cucci, F., Foglia, P., Guarino, C., Samperi, R., Lagana, A. 2007. Flavonoid Profile
in Soybeans by High Performance Liquid Chromatography/Tandem Mass Spectrometry.
Rapid Commun. Mass Spectrom, 21:2177-2187.
Gaete, L., Tchernitchin, A.N., Bustamante, R., Villena, J., Lemus, I., Gidekel, M., Cabrera, G.,
and Astorga, P. 2012. Daidzein-Estrogen Interaction in the Rat Uterus and Its Effect on
Human Breast Cancer Cell Growth. J. Med. Food. 15 (12):1081-1090.
Idridge, A.C. 1982. High Performance Liquid Chromatography Separation of Soybean Isoflavones
and Their Glucosides. J Chromatogr. 234:494-496.
Ishimi, Y. 2010. Dietary Equol and Bone Metabolism in Postmenopausal Japanese Women and
Osteoporotic Mice. J Nutr. 140:1373S-1376S.
Kalita, J. C., and Milligan, S.R. 2010. In Vitro Estrogenic Potency of Phytoestrogen Glycosides
and Some Plant Flavanoids. Indian J Sci Technol. 3(12):1142-1147.
Kim, S. H., and Park, M. J. 2012. Effects Phytoestrogen on Sexual Development. Korean J
Pediatr. 55(8):265-271.
Kurzer, M.S., and Xu, X. 1997. Dietary Phytoestrogen. Annu Rev Nutr. 17:353-381.
Mazur, W., and Adlercreutz, H. 2000. Overview of Naturaly Occuring Endocrineactive Substances
in the Human Diet in Ralation to Human Health. Nutrition. 16:654-658.
Mense, S.M., Hei, T.K., Ganju, R.K., and Bhat, H.K. 2008. Phytoestrogens and Breast Cancer
Prevention: Possible Mechanism of Action. J. Environ. Health. Perspect. 116:426-433.
Murphy, P.A. 1980. Separation of Genistin, Daidzin, and Their Aglycones and Coumestrol by
Gradient High Performance Liquid Chromatography. J Chromatogr. 211:166-169
Nilsson, S., Makela, S., Treuter, E., Tujague, M., Thomsen, J., Andersson, G., Enmark, E.,
Pettersson, K., Warner, M., and Gustafsson, J. 2001. Mechanism of Estrogen Action.
750
Seminar Nasional Biodiversitas VI, Surabaya 3 September 2016
Setchell, K.D.R., and Cassidy, A. 1999. Dietary Isoflavones: Biological Effects and Relevance to
Human Health. J Nutr. 129.758S-767S.
Spitalnik, P.F. 2015-2016. Histology Laboratory Manual 2015-2016. College of Physicians and
Surgeons Columbia University.
Orhan, I, E.,Tosun, F., Tamer, U., Duran, A., Alan, B., and Kok, A.F. 2011. Quantification of
Genistein and Daidzein in Two Endemic Genista species and Their Antioxidant Activity. J
Serb Chem Soc. 76(1):35-42.
Owens, William, Ashby, J., Odum, J., and Onyon, L. 2003. The OECD Program to Validate the
Rat Uterotrophic Bioassay. Phase 2: Dietary Phytoestrogen Analyses. Enviromental
Health Perspectives. 111(12):1559-1567.
Pilsakova, L., Riecansky, I., and Jagla, F. 2010. The Physiological Actions of Isoflavone
Phytoestrogens. Physiol.Res. (Online), 59:651-664, www.biomed,cas.cz, diakses 16 Juli
2013.
Primiani, C.N. 2015. Pemanfaatan Bahan Alam Lokal Bengkuang (Pachyrhizus erosus) dan
Alpukat (Persea Americana mill) Terhadap Struktur Jaringan Hati dan Ginjal Tikus Putih.
Prosiding Seminar Nasional Biologi Magister Biologi, Fakultas Sains dan Matematika,
Universitas Diponegoro, 6 Agustus 2015. ISBN 9786021480816
Umland, E.M., Cauffield, J., Kirk, J., and Thomason, T.E. 2000. Phytoestrogens as Therapeutic
Alternatives to Traditional Hormone Replacement in Postmenopausal Women.
Pharmacotherapy.20(8):981-990.
Yoo, H.H., Kim, T., Ahn, S., Kim, Y.J., Kim, H.Y., Piao, X.L., and Park, J.H. 2005. Evaluation of
the Estrogenic Activity of Leguminosae Plants. Biol. Pharm. Bull. 28(3):538-540.
751