PROSIDING
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS
i
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS Mei 2015
REVIEWER:
Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. (Universitas Sebelas Maret)
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. (Universitas Sebelas Maret)
Prof. Dr. Okid Parama Astirin, M.S. (Universitas Sebelas Maret)
Dr. Agung Budiharjo, M.Si. (Universitas Sebelas Maret)
Dr. Ratna Setyaningsih, M.Si. (Universitas Sebelas Maret)
Dr. Tetri Widiyani, M.Si. (Universitas Sebelas Maret)
Suratman, M.Si. (Universitas Sebelas Maret)
Dr. Widodo, M.Pd. (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga)
Dra. Susiana Purwantisari, M.Si. (Universitas Diponegoro)
Rony Irawanto, S.Si., M.T. (LIPI – Kebun Raya Purwodadi)
EDITOR
Ahmad Dwi Setyawan, S.Si, M.Si
Muhammad Ridwan
Diagal Wisnu Pamungkas
Euis Citra Ayu Ruspendi
Krisanty Kharismamurti
Nafsul Muthmainnah
Nor Liza
Rizma Dera Anggraini Putri
ISSN: 2337-506X
Dilarang keras menjiplak, mengutip, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku serta
memperjual belikan tanpa ijin tertulis
SUSUNAN KEPANITIAAN
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS 2014
iv
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS Mei 2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya sehingga Prosiding
Seminar Nasional Biodiversitas Universitas Sebelas Maret UNS 2014 yang mengambil tema “Strategi
Pengelolaan Sumber Daya Hayati Nusantara untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Secara Berkelanjutan”
dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.
Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas merupakan kumpulan makalah ilmiah yang dipresentasikan
dalam Seminar Nasional Biodiversitas yang diselenggarakan secara rutin oleh Kelompok Studi Biodiversitas,
Jurusan Biologi FMIPA UNS dan Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI). Prosiding kali ini merupakan
volume keempat yang berisi sebanyak 170 makalah yang terbagi dalam tiga nomor. Nomor pertama berisi
makalah dengan tema ketahanan pangan (Konservasi keanekaragaman pangan lokal nusantara, Diversifikasi
dan peningkatan produksi pangan), nomor kedua berisi makalah dengan tema zoology, mikrobiologi dan
ekologi, sedangkan nomor ketiga berisi makalah dengan tema botani dan kesehatan. Makalah yang terbit
dalam prosiding ini merupakan makalah yang telah dipresentasikan, didiskusikan, ditelaah, diedit dan
dinyatakan layak oleh tim reviewer Seminar Nasional Biodiversitas UNS 2014 yang terdiri dari:
1. Prof. Dr. Sugiyarto, M.Si. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
2. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
3. Prof. Dr. Okid Parama Astirin, M.S. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
4. Dr. Agung Budiharjo, M.Si. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
5. Dr. Ratna Setyaningsih, M.Si. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
6. Dr. Tetri Widiyani, M.Si. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
7. Suratman, M.Si. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
8. Dr. Widodo, M.Pd. (Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga – Yogyakarta)
9. Dra. Susiana Purwantisari, M.Si. (Universitas Diponegoro – Semarang)
10. Rony Irawanto, S.Si., M.T. (LIPI – Kebun Raya Purwodadi)
Penghargaan yang setinggi-tingginya kami haturkan kepada segenap peserta Seminar Nasional
Biodiversitas karena prosiding ini tidak akan terwujud tanpa partisipasi dan kerjasama dari peserta. Ucapan
terimakasih juga kami haturkan kepada berbagai pihak terutama para sponsor yang telah memberikan
dukungan dan kerjasama yang baik. Semoga prosiding ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan
sumbangsih pada ilmu pengetahuan. Kritik dan saran yang membangun kami harapkan untuk kesempurnaan
di kemudian hari.
Panitia
v
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS Mei 2015
SUSUNAN ACARA
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS UNS 2014
vi
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS Mei 2015
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAM JUDUL i
TIM REVIEWER DAN EDITOR PROSIDING ii
SUSUNAN KEPANITIAAN iii
KATA PENGANTAR v
SUSUNAN ACARA vi
DAFTAR ISI vii
2 Perkembangan Riset dan Teknologi Dalam Prof. Drs. Suranto, M.Sc., Ph.D. 8
Mendukung Pengelolaan Biodiversitas sebagai
Solusi Masalah Pangan
Makalah Penunjang
KESEHATAN
1 Observasi Klinik Pengaruh Formula Jamu Agus Triyono, Widhi Astana, Dan 24
Penurun Berat Badan Terhadap Fungsi Hati Danang Ardianto
2 Analisis Break Event Point Agroindustri Tanaman Femi Hadidjah Elly, V.V.J. 28
Obat Oleh Rumahtangga Di Malalayang Ii Kota Panelewen, Arie Dp. Mirah Dan
Manado Olivia Kawulusan
vii
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS Mei 2015
7 Studi Klinik Efek Ramuan Jamu Untuk Insomnia Widhi Astana, Fajar Novianto, 48
Terhadap Fungsi Ginjal Pasien Klinik Hortus Agus Triyono
Medicus
BOTANI
8 Policy Analysis To Support The Role Of Citrus Adhitya Marendra Kiloes, 51
Biodiversity Custodian Farmers In Bibis, East Nurmalinda dan Putu Bagus
Java, Indonesia Daroini
9 Keanekaragaman Tanaman Buah Pada Lahan Afrizon, Dedi Sugandi, Dan Siti 58
Pekarangan Di Provinsi Bengkulu Rosmanah
12 Karakter Bunga Dan Buah Pada Empat Aksesi Fanshuri, BA., Yenni, Dan 77
Lengkeng (Dimocarpus Longan Lour) Budiyati, E.
13 Suksesi Gulma Pada Tanaman Bawang Merah Charisnalia Listyowati Dan Riefna 82
Varietas Katumi Dan Pancasona Di Kabupaten Afriani
Bantul D.I Yogyakarta
14 Perkecambahan Pinang Yaki Areca vestiaria Dewi Lestari & Ni Putu Sri Asih 87
Giseke Di Kebun Raya Eka Karya Bali
15 Garu (Dysoxylum densiflorum (Bl.) Miq.) : Dewi Maharani Dan Aris Sudomo 91
Jenis Penghasil Kayu Pertukangan Unggulan
Lokal Provinsi Bali Dan Nusa Tenggara Barat
16 Formulasi Dari Ekstrak Alkohol Kulit Batang Djadjat Tisnadjaja, Ai Hertati Dan 94
Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Herman Irawan
viii
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS Mei 2015
17 Induksi Tunas In Vitro Sengon (Paraserianthes Dody Priadi Dan N. Sri Hartati 99
falcataria (L.) Nielsen) Unggul Serta Induksi
Mutan Melalui Radiasi Sinar Gamma
18 Peningkatan Daya Hasil Genotip Ubi Kayu N. Sri Hartati, Dody Priadi, Hani 103
(Manihot esculenta L. Crantz) Genotip Iding Fitriani, Enny Sudarmonowati
Melalui Teknik Sambung dan Irradiasi Sinar
Gamma
19 Struktur Anatomi Biji Teratai (Nymphaea Evi Mintowati Kuntorini Dan 108
pubescens Willd) Pada Waktu Pemanenan Buah Rahmah
Yang Berbeda Asal Daerah Banjar
21 Karakteristik Dan Daya Kecambah Anchomanes Fitri Fatma Wardani, Reza 117
difformis (Blume) Engl. Ramdan Rivai, Rizmoon Nurul
Zulkarnaen
22 Menggali Potensi Piper Spp. Sebagai Pestisida Fitri Fatma Wardani 122
Nabati
23 Lumut Di Cagar Alam Pulau Sempu Kabupaten Florentina Indah Windadri 126
Malang, Jawa Timur
25 Analisis Komponen Hasil Dan Fisiko Kimia Handi Supriadi Dan Noor Roufiq 134
Minyak Kemiri (Aleurites moluccana Willd) Di Ahmadi
Daerah Iklim Kering Kabupaten Alor, Nusa
Tenggara Timur
26 Evaluasi Delapan Aksesi Lada (Piper nigrum L) Handi Supriadi Dan Nana Heryana 139
Terhadap Kekeringan
27 Pengaruh Umur Panen Terhadap Hasil Bunga Heru Sudrajad, Suharto 142
Kamilen (Matricaria chamomilla L.)
28 Pemanfaatan Tiga Sumber Daya Genetik I Gusti Komang Dana Arsana 145
Tanaman Buah Sebagai Tanaman Budidaya Di-
Bali
ix
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS Mei 2015
29 Pengujian Beberapa Genotipe Padi Beras Merah Indra Dwipa, Auzar Syarif, Irfan 150
Sumatera Barat Terhadap Cekaman Biotik Suliasyah Dan Etty Suwasti
30 Karakteristik Mutu Tanak Dan Pola Amilografi Jumali , Widyantoro Dan Bram 157
Tepung Beras Beberapa Varietas Padi Gogo Kusbiantoro
33 Eksplorasi Keragaman Araceae Di Taman Ni Putu Sri Asih, Tri warseno dan 169
Nasional Kayan Mentarang Kalimantan Utara Agung Kurniawan
35 Karakterisasi Ketahanan Sumber Daya Genetik Novita Nugrahaeni Dan Mudji 178
Kacang Tanah Introduksi Terhadap Penyakit Layu Rahaju
Bakteri Ralstonia
36 Epikatekin Sebagai Komponen Kimia Utama Pada Praptiwi, Yuliasri Jamal, Ary P. 185
Daun Kayu Sina (Phyllocladus hypophyllus Hook. Keim dan Andria Agusta
F.: Podocarpaceae)
38 Mengenal Lasia spinosa (L.) Thwaites dan Reza Ramdan Rivai dan Yuzammi 193
Cyrtosperma johnstonii (Bull) N. E. Br. Tumbuhan
Air Berpotensi Hias
39 Perkecambahan dan Stek Buku Tunggal Tanaman Reza Ramdan Rivai 197
Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) secara In
Vitro
x
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS Mei 2015
51 Potensi Tumbuhan Famili Clusiaceae, Emma Sri Kuncari Dan Tri 255
Combretaceae Dan Lecythidaceae Sebagai Murningsih
Sumber Antioksidan
53 Keanekaragaman Alga Di Situs Trowulan Wisanti Dan Novita Kartika Indah 266
Mojokerto Jawa Timur
54 Studi Morfologi Perkembangan Buah Dan Biji Yenni, Buyung Al Fanshuri, Dan 270
Pada Lengkeng Diamond River (Dimocarpus Emi Budiyati
Longan Lour.)
xi
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS Mei 2015
55 Karakterisasi Plasma Nutfah Stroberi (Fragaria X Zainuri Hanif Dan Titis Dwi Jayanti 274
Ananassa) Di Balai Penelitian Tanaman Jeruk Dan
Buah Subtropika Dengan Deskriptor Stroberi
UPOV
xii
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMNAS BIODIVERSITAS Mei 2015
Vol.4 No.3 Hal: 169-174
Abstrak - Suku Araceae terdiri dari 105–110 marga, 2500-3700 jenis, umumnya terkonsentrasi di kawasan tropik serta memiliki
potensi tinggi baik sebagai tanaman hias, makanan, obat dll. Borneo termasuk Kalimantan sendiri merupakan habitat Araceae dengan
endemisitas yang cukup tinggi dan kemungkinan masih banyak Araceae yang belum diketahui jenisnya, mengingat kondisi geologi
yang unik dan masih banyak daerah yang belum tersentuh tangan manusia. Kebun Raya ”Eka Karya” Bali, sebagai lembaga konservasi
ex-situ berupaya melakukan konservasi jenis-jenis Araceae yang terdapat di Indonesia yang diperoleh dari kegiatan eksplorasi.
Kegiatan eksplorasi dilakukan di Taman Nasional Kayan Mentarang. Metode yang digunakan adalah metode jelajah. Pengambilan data
berupa jenis yang ditemukan, jumlah dan kondisi lingkungannya Dari kegiatan ini diperoleh 68 nomor 220 spesimen Araceae yang
terdiri 11 genus yaitu Aglaonema, Alocasia, Amorphophallus, Aridarum, Bucephalandra, Epipremnum, Homalomena, Piptospatha,
Rhaphidophora, Schismatoglottis dan Scindapsus. Genus yang paling banyak ditemukan adalah Schismatoglottis dan Homalomena.
Tenggara, yang memiliki keragaman biodiversitas yang ini merupakan daerah yang lembab terutama di pinggir
tinggi (Anonymous, 1996). Penelitian pada Taman sungai dengan kondisi vegetasi tertutup dan daerah-
Nasional tersebut bertujuan untuk menggali data ataupun daerah yang teraliri sungai kecil dan agak kering pada
informasi tentang keanekaragaman, ekologi, koleksi dan daerah yang semakin tinggi. Ketinggian lokasi yang dilalui
pemanfaatan jenis-jenis Araceae di Indonesia, khususnya berada pada kisaran 68 – 380 m d.p.l. dengan kondisi
di Kalimantan sekaligus mengkonservasi jenis – jenis tanah ada yang berbatu, berhumus dan berserasah.
Araceae spesies yang ada. Daerah penelitian Pusat Bina Cinta Alam dan Konservasi
Km 8, Malinau merupakan kawasan hutan seluas 2 ha yang
METODE PENELITIAN merupakan kantor lama Balai Taman Nasional Kayan
Mentarang. Kawasan ini memiliki ketinggian 44 m d.p.l.
Kegiatan eksplorasi pada tahun ini dilakukan di Pulau dan agak kering dibanding Daerah Tubu. Akan tetapi
Kalimantan yaitu di Taman Nasional Kayan Mentarang dan memiliki keragaman yang cukup tinggi pula.
disekitarnya, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara Berdasarkan hasil ekplorasi diperoleh tanaman
selama 16 hari, pada tanggal 28 April – 13 Mei 2014. sejumlah 68 nomor 220 spesimen Araceae (Gambar 2).
Daerah ini merupakan hulu sungai-sungai besar di Borneo Dari 68 nomor koleksi Araceae tersebut terdiri dari 11
dengan anak sungai yang masih bersih dan jumlahnya genus yaitu Aglaonema, Alocasia, Amorphophallus,
banyak, sehingga diharapkan akan banyak ditemukan Aridarum, Bucephalandra, Epipremnum, Homalomena,
Araceae di daerah tersebut. Metode yang digunakan Piptospatha, Rhaphidophora, Schismatoglottis dan
adalah metode jelajah. Pengambilan data berupa jenis Scindapsus (Gambar 2.B). Genus yang paling banyak
yang ditemukan, jumlah dan kondisi lingkungannya. ditemukan adalah Schismatoglottis (20 nomor),
Identifikasi berdasarkan pengamatan morfologi Homalomena (17 nomor) dan Alocasia (9 nomor),
tumbuhan, penelusuran pustaka dan determinasi dengan sedangkan yang paling sedikit ditemukan adalah
spesimen yang telah ada. Epipremnum, (1 nomor), Aglaonema (2 nomor), Aridarum
(2 nomor), Piptospatha (2 nomor), Rhaphidophora (2
HASIL DAN PEMBAHASAN nomor).
Schismatoglottis merupakan genus yang besar dan yang hanya terdiri dari zona betina dan jantan, terkadang
diperkirakan ada sekitar 200 jenis, tetapi kurang dari ada bunga steril diantara bunga jantan dan betina ataupun
setengahnya yang baru dideskripsikan Genus ini sangat disela-sela bunga betina (Gambar 4.A dan B)
bervariasi dari berukuran sangat besar hingga berukuran Alocasia diperkirakan ada 113 jenis di dunia, yang
beberapa sentimeter, bersifat terrestrial, litofitik, reofit mana Borneo ada 23 jenis yang sudah dideskripsikan dan
pada hutan primer atau sekunder dari ketinggian laut 22 jenis merupakan spesies endemik. Penyebarannya
hingga 1700 mdpl, tersebar di kawasan Malesia, terutama dimulai dari India, Srilanka, IndoChina, China, Jepang
Borneo dengan tingkat keragaman dan endemisitas yang selatan, Kepulauan Malaya dan Oceania serta satu jenis
tinggi. Schismatoglottis baik yang reofit maupun tidak native Australia. Borneo merupakan pusat keragaman,
biasanya berasosiasi dengan air yang mengalir. (Hay and kekayaan jumlah jenis dan endemisitas yang tertinggi.
Yuzammi, 2000; Boyce and Wong, 2013). Pada lokasi (Hay, 1998; Kurniawan and P.C. Boyce, 2011; Nauheimer,
penelitian, genus ini paling banyak ditemukan baik di dkk., 2012). Genus ini bisa ditemukan di hutan primer dan
daerah adat Tubu maupun Pusat Bina Cinta Alam dan sekunder, daerah rawa terbuka, dataran rendah tropis
Konservasi, terutama di tanah curam, pinggir sungai atau hingga zone pegunungan sedang, terutama di kondisi yang
lantai hutan. Hal ini disebabkan karena lokasi penelitian basah, kadang bersifat litofik, kadang reofit, kadang
yang sebagian besar adalah pinggir sungai dan daerah terbatas pada daerah limestone, ultramafic, pasir berbatu
curam yang merupakan area favorit bagi genus ini. dan hutan rawa gambut. Beberapa dari genus ini ada yang
Schismatoglottis corneri A. Hay merupakan salan satu bersifat kompleks (Hay, 1998).
spesies yang banyak terdapat di daerah pinggir sungai Pada lokasi penelitian Alocasia ditemukan sebanyak 9
yang terbuka ataupun di area yang curam (Gambar 3.A). nomor yang terdiri dari Alocasia longiloba Miq var
Spesies ini merupakan spesies satu – satunya dari genus watsoniana, Alocasia princeps W.Bull, Alocasia robusta
ini yang berukuran sangat besar, tingginya bisa mencapai 3 M.Hotta, Alocasia sp yang termasuk princeps kompleks
m. Spesies ini juga memiliki pembungaan yang besar dan dan Alocasia sp. Alocasia longiloba Miq var watsoniana
unik terutama pada bagian bunga betina yaitu adanya yang diperoleh bersifat terrestrial, daun soliter, tangkai
interpistilar staminodes yang berwarna oranye (Gambar daun agak berpola, bagian posterior daun bersatu
3.B). Perawakan yang besar dan cantik mirip dengan melebihi setengah panjangnya dengan daun bagian atas
Alocasia macrorhizos memiliki potensi yang besar sebagai yang berwarna hijau gelap dan tulang daun yang kontras
tanaman hias. berwarna putih. Daun bagian bawah berwarna ungu dan
Homalomena merupakan genus yang sangat banyak tulang daun sekunder yang nampak zigzag. Jenis ini masuk
jenisnya, diperkirakan lebih dari 500 jenis yang ada di dalam longiloba kompleks dan berpotensi sebagai
dunia. Hal ini menjadikan genus ini sebagai genus terbesar tanaman hias. Alocasia princeps W.Bull merupakan jenis
nomor tiga dalam suku Araceae setelah Anthurium dan yang penyebarannya sangat luas berdasarkan ketinggian
Philodendron. Genus ini merupakan genus yang komplek dan substratnya serta tumbuh pada daerah yang
dan masih sangat kurang dipelajari. Penyebarannya ada di drainasenya bagus. Jenis ini ditemukan di Pusat Bina Cinta
kawasan Neotropis dan Asia tropis dengan keberagaman Alam dan Konservasi dan masuk dalam Princeps kompleks
paling tinggi berada di hutan tropis Asia Tenggara yang yang merupakan salah satu kompleks yang sangat
berpusat pada tiga wilayah yaitu Borneo, Sumatera dan bervariasi di Borneo.
New Guinea. Wilayah Borneo sendiri saat ini baru 30 jenis Selain itu diperolah juga jenis yang masuk ke dalam
yang berstatus Acceptep name, yang mana 17 jenis baru Princeps kompleks ini yang belum diketahui jenisnya,
saja dipublikasikan sebagai jenis baru. Genus ini tumbuh di karena pada saat ditemukan tidak ada bunganya. Jenis ini
dataran rendah hingga dataran sedang, sebagian besar di berbeda dari A. princeps W.Bull dilihat dari corak tangkai
lantai hutan, pinggir sungai, area curam dengan drainase daunnya yang berbentuk garis-garis ungu panjang yang
yang baik dan kadang ada yang bersifat reofit. Genus ini cukup padat, sedangkan A. princeps W.Bull yang
biasanya bersifat aromatic baik seluruh bagian ditemukan memiliki corak tangkai daun yang berbintik
tumbuhannya atau hanya batang dan rhizomnya serta bulat ungu. Jenis ini cukup banyak ditemukan di daerah
beberapa jenis dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat adat Tubu dan bersifat terrestrial.
(Mayo dkk., 1997; Yuzammi, 2000; Wong dkk., 2013). Pada Alocasia robusta M.Hotta ditemukan dikedua lokasi
penelitian ini diperoleh 18 nomor Araceae dan belum penelitian, daerah adat Tubu ditemukan di pinggir sungai
semuanya teridentifikasi ke tingkat spesiesnya. Hal ini yang terbuka dan kadang di daerah kemiringan.
karena perawakannya yang hampir sama ketika fase Sedangkan di daerah Pusat Bina Cinta Alam dan konservasi
vegetatif dan herbarium yang ada sangat jarang ditemukan didaerah terbuka. A. robusta ini memiliki
menyertakan adanya bunga sehingga sangat sulit untuk perawakan yang besar serta daun bagian bawah yang
diidentifikasi. Pada lokasi penelitian genus ini hanya di berwarna hijau keabuan atau hijau pucat berlilin dengan
temukan di daerah adat Tubu pada lantai hutan, didaerah kelenjar yang nampak jelas.
yang curam dan dipinggir sungai, sedangkan di Pusat Bina Alocasia sp yang terakhir masih muda dengan daun
Cinta Alam dan Konservasi tidak ditemukan, kemungkinan bagian bawah dan tangkai daunnya berbulu dan tulang
karena daerahnya yang lebih kering sehingga tidak ada daun bawahnya nampak mencolok. Jenis ini hanya
Homalomena yang tumbuh. Homalomena memiliki bunga ditemukan di daerah adat Tubu dengan kondisi lingkungan
172 | Pros Sem Nas Biodiv Hal. 169-174
yang berbatu dan dialiri sungai kecil, sehingga sangat pada daerah yang lembab dan basah di kawasan tropis
basah. Karena usianya yang masih muda dan tidak dan subtropik (Boyce dkk., 2010). Genus ini ditemukan di
ditemukan bentuk dewasanya yang berbunga, sehingga dua lokasi penelitian, dua nomor di daerah adat Tubu dan
jenis ini belum bisa diidentifikasikan. Jenis ini ada yang satu nomor di Pusat Bina Cinta Alam dan Konservasi.
ditemukan tumbuh bersama Bucephalandra di bebatuan Semuanya ditemukan di daerah dengan serasah daun
pinggir sungai. cukup tebal atau yang basah di pinggir sungai. Di daerah
Selain genus seperti diatas yang perolehannya cukup adat Tubu genus ini ditemukan dengan corak tangkai daun
banyak, adapula genus lain yang hanya didapat sebanyak yang berbeda, satu nomor bercorak sedangkan satu
lima nomor ke bawah, yaitu Scindapsus, Bucephalandra, nomor lainnya tidak bercorak. Jenis yang ditemukan di
Amorphophallus, Aglaonema, Aridarum, Piptospatha, Pusat Bina Cinta Alam dan Konservasi memiliki corak
Rhaphidophora dan Epipremnum. Scindapsus, tangkai daun yang berbeda dengan didaerah Tubu.
Rhaphidophora dan Epipremnum merupakan Araceae Bucephalandra, Aridarum, dan Piptospatha
yang sifatnya merambat. Scindapsus diperkirakan ada 60 merupakan genus yang bersifat reofit. Reofit adalah suatu
jenis didunia, setengahnya belum dideskripsikan. habitat tumbuhan yang hidup didaerah antara batas air
Penyebarannya terdapat di Asia tropis, New Guinea dan tertinggi dan terendah, yang mana tumbuhan tersebut
Australia Timur, sedangkan di Borneo sendiri diperkirakan diterjang air berulang kali dan jenuh akibat banjir setelah
ada 30 spesies dengan 10 jenis belum dideskripsikan. hujan deras dan diikuti kondisi yang kering selama kondisi
Genus ini hidup didaerah lembab dan selalu basah di tingkat air rendah. Tumbuhan reofit biasanya ditandai
daerah tropis hingga subtropis dan dari dataran rendah dengan daun yang seperti kulit, sempit dan batang
hingga sedang (Boyce dkk., 2010). Pada kebanyakan menempel pada batu (van Steenis 1981, 1987 in Wong,
Araceae merambat, baik genus ini maupun lainnya 2013).
ditemukan ada perubahan morfologi daun dari bentuk Bucephalandra merupakan genus kecil yang bersifat
juvenile menjadi dewasa. Selain itu bentuknya yang reofit sejati dan endemik Borneo. Saat ini baru ada lima
hampir serupa dan jarangnya bunga yang ditemukan, jenis yang telah dideskripsikan, dan beberapa jenis akan
menyebabkan identifikasi susah dilakukan. Pada lokasi ditransfer dari genus Microsia serta beberapa jenis baru
penelitian genus ini ditemukan di daerah adat Tubu dan sedang dideskripsikan oleh pakar araceae, Peter C. Boyce.
Pusat Bina Cinta Alam dan Konservasi sebanyak 5 nomor, Genus ini memiliki ciri unik yaitu memiliki staminoides
biasanya terdapat pada daerah berhumus, agak terbuka putih yang menyerupai sisik/perisai yang dapat bergerak
dan menempel pada pepohonan. yang memisahkan antara zona bunga betina dan bunga
Rhaphidophora di dunia diperkirakan ada 100 jenis jantan. Sisik/perisai ini memegang peranan penting dalam
yang tersebar dari daerah tropis Afrika, daerah tropis Asia peristiwa polinasi dan melindungi perkembangan buah.
Selatan dan Tenggara, kawasan sangat lembab dan selalu Genus ini memiliki habitat reofit sejati dan hidup
basah subtropics dan tropis Australia, pasifik tropis, menempel pada bebatuan yang lembab dan basah di
subtropical Himalaya, China selatan dan pulau selatan daerah tropis dengan ketinggian dari dataran rendah
Jepang yang berlumut. Genus ini hidup pada daerah hingga sedang (Boyce dkk., 2010; Wong dan Boyce, 2013).
dengan drainase yang bagus di daerah sbtropis, daerah Pada lokasi penelitian, ditemukan 3 nomor Bucephalandra
sangat lembab tropis pada dataran rendah hingga sp. dan hanya ditemukan di daerah adat Tubu. Genus
pegunungan sedang. Di Borneo diperkirakan ada 16 jenis, tersebut ditemukan menempel pada bebatuan di pinggir
dengan 6 jenis merupakan endemik (Boyce dkk., 2010). sungai atau pada aliran sungai kecil, baik tertutup maupun
Pada lokasi penelitian genus ini hanya ditemukan dua terbuka.
nomor di daerah adat Tubu, satu nomor di daerah pinggir Aridarum merupakan salah satu genus endemik
sungai dan tertutup, sedangkan satu nomor lainnya Borneo, diperkirakan jumlahnya 14 jenis dan masih ada
menempel pada bebatuan pinggir sungai yang lembab. beberapa yang belum dideskripsikan. Aridarum dapat
Epipremnum diperkirakan jumlahnya ada 15 jenis dibedakan dari genus lainnya dalam tribe
terdapat di Asia hingga selatan Australia dan Ocenia. Di Schismatoglottideae dari adanya cula pada anther dan
Borneo diperkirakan ada dua jenis dan satu jenis endemik. tidak ada zona steril antara zona bunga jantan dan betina.
Genus ini ditemukan pada dataran rendah hingga sedang Secara umum genus ini memiliki habitat reofit sejati,
pada daerah sangat lembab, terkadang pada daerah tetapi ada juga yang fakultatif reofit atau terestrial pada
terganggu dan litofotik pada daerah terbuka (Boyce dkk., lantai hutan dari dataran rendah hingga pegunungan
2010). Pada lokasi penelitian hanya ditemukan di daerah rendah yang lembab dan basah (Boyce dkk., 2010; Boyce
adat Tubu dan hanya satu nomor saja. Spesies ini ketika and Wong, 2013). Pada lokasi penelitian genus ini hanya
muda daunnya elips dan asimetri dan perlahan bercangap ditemukan didaerah Tubu di daerah pinggir sungai dan
ketika dewasa. Tumbuhan ini ditemukan di pinggir sungai. hanya ditemukan dua nomor.
Amorphophallus didunia diperkirakan ada 200 jenis Piptospatha diperkirakan didunia ada delapan jenis,
yang tersebar dari Afrika tropis dan Madagaskar, Asia enam jenis endemik Borneo. Habitatnya reofit sejati di
tropis dan subtropik hingga barat Pasifik dan timur laut sepanjang aliran sungai pada dataran rendah hingga
Australia. Di Borneo diperkirakan minimal 18 jenis, Genus pegunungan rendah (Boyce dkk., 2010). Pada lokasi
ini ditemukan di dataran rendah hingga perbukitan tinggi penelitian ditemukan dua nomor Piptospatha. Keduanya
Asih dkk. - BOTANI| 173
A B
Gambar 7. A. Alocasia sp. yang masuk dalam Princeps kompleks.
B. Tangkai daun dengan corak garis ungu yang padat
A B
A B
Gambar 3. A. S. corneri tumbuh pada daerah yang curam. B. Gambar 8. A. Penampakan daun A.robusta. B. Bagian bawah
Bunga betina yang diselingi interpistilar staminodes yang daun, nampak daun berwarna hijau pucat berlilin
berwarna oranye
A B
A B
A B
Gambar 5. A. Penampakan daun A. longiloba var watsoniana
dengan posterior daunnya bersatu melebihi setengah
panjangnya B. Bagian bawah daun yang berwarna ungu dan
tangkai daunnya yang agak bercorak
174 | Pros Sem Nas Biodiv Hal. 169-174
DAFTAR PUSTAKA