PROSIDING
Seminar Nasional Biodiversitas
Pengelolaan Keanekaragaman
Hayati Melalui Penerapan Bioteknologi
Diselenggarakan oleh:
Program Studi Biologi FMIPA UNS
Kelompok Studi Biodiversitas
Didukung oleh:
Program Studi Biosains Pascasarjana UNS
Masyarakat Biodiversitas Indonesia
ISSN 2337-506X
Kelompok Studi Biodiversitas
Program Studi Biologi FMIPA UNS
Jl. Ir. Sutami 36A Kentingan Surakarta
Email: biodiversitasuns@gmail.com
9 772337 506005
VOL. 6/JULI/2017 PROSIDING ISSN 2337-506X
Seminar Nasional Biodiversitas
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMNAS BIODIVERSITAS Juli 2017
PROSIDING
Program Studi Biologi Kelompok Studi Biodiversitas Program Studi Biosains Masyarakat
FMIPA UNS Program Studi Biologi FMIPA Pasca Sarjana UNS Biodiversitas Indonesia
UNS
i
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMNAS BIODIVERSITAS Juli 2017
REVIEWER:
1. Dr. Ratna Setyaningsih, M. Si. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
2. Nita Etikawati, S. Si., M. Si. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
3. Dr. Shanti Listyawati, S. Si., M. Si. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
4. Dr. Tetri Widiyani, M.Si. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
5. Dr. Roni Koneri, M.Si (Universitas Sam Ratulangi – Manado)
6. Rony Irawanto, S.Si., M. T. (LIPI – Kebun Raya Purwodadi)
7. Dr. Solichatun, S. Si., M. Si. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
8. Siti Lusi Arum Sari, S. Si., M. Biotech. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
9. Dr. Ari Susilowati, S. Si., M. Si. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
10. Suratman, S. Si., M. Si. (Universitas Sebelas Maret – Surakarta)
EDITOR
Anisa Septiasari
Ayu Astuti
Ivon Nanda Berlian
Krisanty Kharismamurti
Nur Choiriyah Merdekawati
Yoshe Rahmad Alkarim
PENERBIT
Kelompok Studi Biodiversitas Program Studi Biologi FMIPA UNS
ISSN: 2337-506X
Dilarang keras menjiplak, mengutip, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku serta memperjual belikan
tanpa ijin tertulis
ii
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMNAS BIODIVERSITAS Juli 2017
SUSUNAN KEPANITIAAN
SEMINAR NASIONAL BIODIVERSITAS 2016
Kesekretariatan Asri
Nafsul Muthmainnah
Ayu Astuti
iii
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMNAS BIODIVERSITAS Juli 2017
iv
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMNAS BIODIVERSITAS Juli 2017
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya
sehingga Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas Universitas Sebelas Maret 2016 yang
mengambil tema “Pengelolaan Keanekaragaman Hayati melalui Penerapan Bioteknologi” dapat
tersusun dan terselesaikan dengan baik. Prosiding Seminar Nasional Biodiversitas merupakan
kumpulan makalah ilmiah yang telah dipresentasikan pada Seminar Nasional Biodiversitas yang
diselenggarakan secara rutin oleh Kelompok Studi Biodiversitas, Program Studi Biologi FMIPA
UNS dan Masyarakat Biodiversitas Indonesia (MBI). Prosiding kali ini merupakan volume ke
enam yang berisi lebih dari 100 makalah yang terbagi dalam tiga nomor.
Penghargaan yang setinggi-tingginya kami haturkan kepada segenap peserta Seminar
Nasional Biodiversitas, karena prosiding ini tidak akan terwujud tanpa partisipasi dan kerjasama
dari peserta. Ucapan terimakasih juga kami haturkan kepada berbagai pihak terutama para
sponsor yang telah memberikan dukungan dan kerjasama yang baik. Semoga prosiding ini dapat
memberikan informasi yang bermanfaat dan sumbangsih pada ilmu pengetahuan. Kritik dan
saran yang membangun kami harapkan untuk kesempurnaan di kemudian hari.
Panitia
v
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMNAS BIODIVERSITAS Juli 2017
SUSUNAN ACARA
Waktu Agenda
vi
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMNAS BIODIVERSITAS Juli 2017
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL i
TIM REVIEWER DAN EDITOR PROSIDING ii
SUSUNAN KEPANITIAAN iii
KATA PENGANTAR v
SUSUNAN ACARA vi
DAFTAR ISI vii
Makalah Penunjang
Oral
1
ANALISIS TITIK KENDALI KRITIS KONTAMINASI Staphylococcus Grace Elna Sale, Tri
3 aureus PADA PROSES PRODUKSI BAKSO TUSUK DI Yahya Budiarso
YOGYAKARTA
RAGAM JENIS CEMARAN Staphylococcus PADA SALAD BUAH Nugraha Taruna Saputra 6
4 DAN SAYUR , Charis Amarantini
PENGUJIAN SPESIFITAS MEDIA DFI AGAR UNTUK ISOLASI Tri Yahya Budiarso, Hutri 10
DAN IDENTIFIKASI BAKTERI POSITIP Α-GLUKOSIDASE DARI Catur Sad Winarni
5
SAMPEL SUSU
7 JENIS KUPU PENGUNJUNG BUNGA MUSSAENDA DAN ASOKA Abdu Mas’ud, A.D
DI KAWASAN CAGAR ALAM GUNUNG SIBELA PULAU BACAN Corebima 22
vii
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMNAS BIODIVERSITAS Juli 2017
viii
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMNAS BIODIVERSITAS Juli 2017
28 124
ix
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMNAS BIODIVERSITAS Juli 2017
SEBARAN ALAMI KAYU MERAH (Pterocarpus indicus Willd) DI Vivi Yuskianti, Burhan
PULAU FLORES NUSA TENGGARA TIMUR Ismail, Tri Pamungkas
30 KERAGAMAN JENIS POHON HUTAN SEKUNDER DI HUTAN Wuri Handayani, Aji 135
LINDUNG RINJANI BARAT Winara
Poster
DINAMIKA POPULASI Rafflesia zollingeriana Koord DI BUKIT Dewi Lestari, Nanang 141
31 TIMUNAN SPTN AMBULU, TAMAN NASIONAL MERU BETIRI, Joko Rianto
JAWA TIMUR
33 KELIMPAHAN SERANGGA DAN POTENSI HAMA PADA Endah Suhaendah, Aji 153
AGROFORESTRI SENGON (Falcataria mollucana) Winara
38 KONSERVASI Zanthoxylum spp. DI KEBUN RAYA BALI SERTA I Putu Agus Hendra
178
POTENSI PEMANFAATANNYA Wibawa, Putri Sri Andila,
I Gede Tirta
x
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMNAS BIODIVERSITAS Juli 2017
POTENSI JAMUR ENDOFIT DARI Smilax Spp. SEBAGAI Dewi Wulansari, 206
43 SUMBER SENYAWA ANTIOKSIDAN DAN ANTIBAKTERI Praptiwi, Kartika Dyah
Palupi, Ahmad Fathoni,
Andria Agusta
44 KERAGAMAN PRODUKSI BUNGA Ixora coccinea Linn. PADA R.S. Purwantoro, 210
AREA KONSERVASI EKS SITU Sahromi, Sumanto
xi
PROSIDING ISSN: 2337-506X
SEMNAS BIODIVERSITAS Juli 2017
Vol.6 No.3 Hal: 198-205
Abstrak - Saat ini Borneo diperkirakan terdiri dari 670 spesies Araceae dan 40%nya belum dideskripsikan. Kalimantan yang meliputi
70% luas Borneo belum banyak diketahui keragaman Araceaenya, sehingga diperkirakan memiliki banyak jenis baru Araceae. Oleh
karena itu berbagai penelitian dan eksplorasi untuk menginventarisasi jenis ini masih perlu dilakukan. Salah satunya eksplorasi dan
penelitian yang dilakukan Kebun Raya Eka Raya Karya Bali di Gunung Sidi, Kalimantan Utara tahun 2005. Dari hasil yang diperoleh
diketahui ada 12 nomor dan 11 jenis Araceae yang diperoleh. Hingga tahun 2016, berdasarkan data registrasi tanaman yang hidup
tinggal 6 nomor (50%) dan 6 jenis yaitu Alocasia sp 1, Alocasia sp. 2, Alocasia sp 3, Homalomena agens, Homalomena tirtae dan
Galantharum kishii. Kematian yang cukup tinggi kemungkinan karena rentang waktu pengambilan sampel yang cukup lama dari
tempat eksplorasi ke tempat aklimatisai, iklim yang tidak sesuai serta metode aklimatisasi yang kurang tepat. Selain aklimatisasi,
dilakukan pula perubahan nama untuk hampir semua nomor. H. agens, H. tirtae dan Galantharum kishii merupakan jenis baru yang
telah dipublikasikan. Alocasia sp 1 masuk dalam kompleks Princeps sedangkan, Alocasia sp. 2, Alocasia sp 4 masuk dalam Scrabiuscula
grup yang hingga saat ini belum bisa diidentifikasikan jenisnya.
perkembangannya selama 11 tahun di Kebun Raya Eka dengan menggunakan litelatur serta konsultasi dengan
Karya Bali-LIPI. ahli Araceae.
METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan dengan dua kegiatan yaitu
Hasil eksplorasi
eksplorasi dan pengamatan perkembangan. Eksplorasi
Saat dilakukan eksplorasi, kondisi hutan di Gunung
dilakukan di kawasan Hutan Gunung Sidi, Kecamatan
Sidi secara umum masih bagus, terutama di daerah
Loreh, Kabupaten Malinau, Kalimantan Utara pada tanggal
pedalaman, sedangkan pada daerah pinggiran jalan kurang
22 November – 12 Desember 2005. Eksplorasi dilakukan
lebih 1 km sebagian besar hutannya telah dimanfaatkan
dengan metode jelajah dan mencatat parameter
oleh masyarakat sebagai lahan pertanian. Berdasarkan
lingkungan seperti ketinggian tempat dan habitat.
data dari Registrasi Kebun Raya Bali (2016), diperoleh data
Identifikasi tanaman dilakukan dengan penelusuran
bahwa dari eksplorasi yang dilakukan di Gunung Sidi ada
litelatur dan mencocokkan tanaman yang ada di Kebun
12 nomor Araceae yang dikoleksi, dan satu nomor
Raya Eka Karya Bali.
diantaranya tidak diketahui marga dan jenisnya (Tabel 1).
Penelitian perkembangan koleksi dilakukan di
Koleksi Araceae tersebut hampir semuanya ditemukan
Kebun Raya Eka Karya Bali dari tahun 2005 hingga 2016.
pada habitat yang agak terlidung dan tanah liat berbatu,
Selama sebelas tahun ini, diamati karakteristik
kecuali Rhaphidophora sp yang ditemukan pada daerah
morfologinya untuk melakukan validasi nama serta
terbuka dengan substrat tanah liat. Jenis ini merupakan
perkembangan koleksi yang hidup dan mati. Validasi nama
tanaman merambat pada pepohonan. Jenis – jenis
dilakukan dengan pengamatan morfologi baik vegetatif
Araceae tersebut ditemukan pada ketinggian antara 150 –
maupun generatifnya. Penampakan vegetatif dan
900 mdpl.
pembungaannya didokumentasikan untuk determinasi
2 3.5
3
1.5 2.5
Jumlah
2
jumlah
1 1.5
mati mati
1
hidup hidup
0.5 0.5
0
0
150 200 250 350 650 900
Ketinggian
Genus
Berdasarkan aspek ketinggian, perbandingan Sementara itu Genus Galantharum masih bertahan dari
tingkat kematian tanaman tidak menunjukkan perbedaan awal aklimatisasi tahun 2005 sampai dengan 2016. Pada
yang cukup signifikan. Antara jumlah tanaman yang umumnya jenis – jenis tumbuhan dari genus
bertahan hidup dengan yang mati persentasenya Amorphophallus tidak dapat bertahan hidup dikarenakan
cenderung seimbang, hanya pada tanaman yang diperoleh busuk umbi, dikarenakan lingkungan tempat aklimatisasi
pada ketinggian 150 dan 350 mdpl saja yang mengalami yang lembab dan curah hujan yang cukup tinggi,
sedikit perbedaan. Padahal Kebun Raya Eka Karya Bali sedangkan tidak bertahannya Rhaphidophora yang
terletak pada ketinggian 1200 mdpl, tetapi Araceae yang merupakan tumbuhan climber (pemanjat) dikarenakan
ditemukan pada ketinggian rendah masih bisa hidup. Hal cara aklimatisasi yang tidak tepat.
ini karena beberapa jenis Araceae memang memiliki Dari hasil pengamatan diketahui bahwa tingkat
ketahanan hidup yang cukup kuat. Kematian pada kematian koleksi Araceae dari hasil eksplorasi di Gunung
tanaman hasil eksplorasi sangat mungkin disebabkan Sidi masih cukup tinggi (lebih dari 50 %). Pengambilan
karena rentang waktu yang cukup lama dari waktu sampel koleksi tumbuhan Araceae dilapang benar-benar
pengambilan sampel ke tempat aklimatisasi. harus mempertimbangkan metode yang tepat. Selain itu
Berdasarkan hasil pengamatan perkembangan proses aklimatisasi Araceae memegang peranan penting.
koleksi Araceae per Genus dari Gunung Sidi diketahui Proses aklimatisasi akan menentukan seberapa banyak
bahwa tumbuhan dari Genus Alocasia yang paling banyak tanaman Araceae dapat bertahan hidup, mengingat
bertahan hidup sampai dengan tahun 2016, sedangkan kondisi lingkungan Kebun Raya pada umumnya berbeda
genus Amorphophallus dan Rhaphidophora tidak dengan kondisi aslinya. Aklimatisasi yang baik dibutuhkan
menyisakan satu spesimen yang hidup (mati total). sebagai upaya pengadaptasian tanaman hingga siap untuk
Asih dkk. - POSTER| 201
dijadikan koleksi di Kebun Raya Bali. Proses aklimatisasi deskripsi awal monograph membuat kompleks ini
pada umumnya dilakukan dengan penananaman material memerlukan penelitian yang tidak hanya tentang
pada media di unit seleksi dan pembibitan, penyungkupan pengkoleksian dan deskripsi saja. Akan tetapi memerlukan
material tanaman, perawatan yang meliputi pemupukan penelitian tentang molecular, ekologi populasi serta
dan penyiraman, dan monitoring terhadap tanaman polinasinya.
hingga siap menjadi koleksi kebun. Secara umum kompleks ini memiliki ciri yaitu
Pada tahap aklimatisasi tumbuhan masih tangkai daun yang kokoh dan panjang serta memiliki pola
diperlukan analisa dan usaha – usaha yang dapat berbentuk garis longitudinal dan bulatan yang besar
dilakukan untuk meningkatkan persentase hidup maupun kecil atau padat dan jarang yang berwarna coklat
tumbuhan Araceae dari hasil eksplorasi seperti perlakuan keunguan, begitu pula pada seludangnya. Daun berbentuk
media maupun parameter lingkungan hidup yang cocok triangular, sagitate-hastate, agak berkulit hingga berkulit,
pada saat aklimatisasi. etapi tidak subsukulen (Hay, 1998). Jenis Alocasia sp. 1 ini
memiliki warna petiole hijau tua kecoklatan dan memucat
ketika semakin dekat dengan daun dengan pola garis
Deskripsi Jenis longitudinal tipis dan noktah berwarna ungu tua. Daun
1. Alocasia sp. 1 triangular, hastate dan peltate ketika juvenile.
Tanaman ini belum teridentifikasi hingga jenisnya, Pembungaan bisa mencapai 8 bunga dengan tangkai
tetapi masuk dalam kompleks princeps. Kompleks ini bunga lebih pendek dari tangkai daun dan berwarna
masih memerlukan perbaikan dan penelitian lebih lanjut, merah maroon-coklat. Seludang bunga kehijauan-ivory
terutama dalam hal konsep Princeps. Hal ini dikarenakan dan pola noktah atau garis longitudinal pendek berwarna
sangat sulitnya dalam menentukan batasan jenis-jenis merah maroon kecoklatan dengan pinggiran merah
yang ada dalam kompleks ini. Penampakannya yang maroon-coklat.
sangat mirip dan kurangnya lengkapnya herbarium dan
A B C
Gambar 1. Alocasia sp. 1 A. Penampakan vegetative. B. Pembungaan. C. Bunga yang dibuka seludangnya. A-B :
Ni Putu Sri Asih, C : Agung Kurniawan
A B
Gambar 2. Alocasia sp. 2. A. Penampakan vegetative. B. Pembungaan. A-B : Ni Putu Sri Asih
3. Alocasia sp 4
Tanaman ini belum bisa diidentifikasikan dan corak titiknya lebih kecil dan jarang. Untuk pembungaan
sama dengan Alocasia sp. 2 merupakan jenis yang masuk belum bisa diamati karena belum berbunga.
dalam Scrabiuscula grup. Grup ini ditandai dengan
daunnya yang coriaceous, leathery hingga subsukulen, 4. Homalomena agens Kurniawan & P.C.Boyce,
tangkai daun yang halus hingga kasar, kadang agak Herba setinggi 20 cm, aromatik, daun berbentuk
berbulu halus, sering bercorak garis, titik atau lingkaran elips, tegak dan kaku, sub-sukulen atau coriaceous, daun
berwarna ungu dan tulang daun sekunder yang menyatu bagian atas hijau-hijau tua mengkilat dengan midrib
dengan helain daun. Grup ini memiliki kemiripan dengan tenggelam, daun bagian bawah merah keunguan-merah
Puber grup dalam hal pembungaan yang terdiri dari kecoklatan mengkilat dengan midrib menonjol,
banyak bunga, seludang putih dan bercorak ungu pada Pembungaan terdiri dari 3 bunga, seludang panjangnya
kontriksi di zona bunga jantan. Akan tetapi kedua grup ini 1.8–2.8 cm dan lebar 4 mm, tidak berkontriksi, bagian luar
berbeda dari segi ekologinya. Puber grup berasosiasi pada hijau kemerahan agak mengkilat dan bagian dalam hijau
kondisi lingkungan yang terbuka, terganggu dan fase gap muda berkilau. Tongkol panjangnya 1.4–2.2 cm dan
hutan, sedangkan Scrabiuscula grup berasosiasi pada diameter 3 mm. Bunga betina putih kehijauan, interpistilar
lingkungan yang terlindungi/ternaungi (Hay, 1998). Hal ini staminodes berwarna putih, bunga jantan putih-hijau
terbukti dari kedua jenis Alocasia yang memang sangat pucat. Penyebaran jenis ini diketahui hanya
ditemukan pada kondisi yang ternaungi. Jenis ini secara ditemukan pada Gunung Sidi bagian Barat (Kurniawan
morfologi hampir sama dengan Alocasia sp. 2 hanya saja et.al., 2011). Hal ini dikarenakan baru sebagian kecil
Kalimantan yang dieksplorasi wilayahnya, sehingga belum
Asih dkk. - POSTER| 203
banyak data yang menyebutkan keberadaan jenis ini. yang indah sehingga berpotensi sebagai tanaman hias.
Dilihat dari morfologinya, jenis ini memiliki penampakan
A B C
Gambar 4. Homalomena agens. A. Penampakan daun bagian atas yang berwarna hijau mengkilat. B. Penampakan daun
bagian bawah yang berwarna merah mengkilat. C. Tongkol bunga yang dibuka seludangnya. Foto :
P.C..Boyce
5. Homalomena tirtae Asih, Kurniawan & P.C. Boyce dan dasar bunga bagian luar dan berwarna hijau berkilap
Herba setinggi 30 cm, tidak aromatic, tangkai atau putih krem pada bagian dalam. Tongkol memanjang
daun 18-21 cm, beralur pada bagian atas dan membulat dan menjulur sedikit ketika bunga jantan antesis,
bagian bawah, semakin mendekati daun semakin merah panjangnya 4,5 cm. Jenis ini merupakan jenis pertama
kecoklatan. Seludang membuka, 1/3-1/2 panjang tangkai dalam kompleks Borneensis yang dideskripsikan dari
daun, persisten. Daun cordate hampir berbentuk delta, Borneo timur. Jenis ini dapat dibedakan dengan jenis lain
agak coriaceous, bagian atas hijau matte, bagian bawah dalam kompleks Borneensis dari seludangnya yang
hijau muda agak keabuan, midrib dan tulang daun primer berwarna hijau dan bunga betina yang lebih tinggi dari
pada bagian bawah daun menonjol membulat dan bagian interpistilar staminodes. H. tirtae sementara hanya baru
atas tenggelam. Pembungaan terdiri dari 4 bunga. ditemukan di Gunng Sidi (Asih et. al., 2012). Dilihat dari
Seludang kaku dan berdaging serta panjang 6,2 cm. penampakan daunnya yang cukup menarik, jenis ini
Seludang hijau muda dan hijau pucat pada bagian kontriksi berpotensi sebagai tanaman hias.
A B
204 | Pros Sem Nas Biodiv Hal. 198-205
Gambar 5. Homalonema tirtae. A. Penampakan vegetative. B. Bunganya yang telah antesis bunga jantannya, nampak
serbuk sari pada tongkol. Foto : Ni Putu Sri Asih
A B
Gambar 6. Galantharum kishii. A. Penampakan vegetatifnya dan bunga dengan seludang berwarna pink pucat, B. Tongkol
yang telah dibuka seludangnya. Foto : Ni Putu Sri Asih
Jenis ini merupakan genus baru yang terbentuk penelitian lebih banyak dilakukan di daerah Serawak,
dari studi molecular dan membentuk klade baru Sabah dan Brunei. Eksplorasi tanaman di Gunung Sidi
berdampingan dengan genus Fenestratum, Bakoa, memperoleh 12 nomor Araceae. Dalam perkembangannya
Hottarum, Aridarum (dua klade) dan Piptospatha. Genus mengalami perubahan nama dan 3 nomor diantaranya
ini unik dan berbeda dengan genus lain dalam subfamily merupakan jenis baru yaitu H. agens dan H. tirtae serta
Schismatoglottidaeae karena tangkai bunga yang genus baru yaitu Galantharum kishii. Selama 11 tahun
0
menunduk hampir 180 dan aroma bunga seperti vanilla berada di Kebun Raya Bali sebesar 50% tanaman mati dan
yang kuat saat antesis. Genus ini baru memiliki satu jenis 50% hidup. Kematian ini disebabkan karena rentang waktu
yaitu Galantharum kishii yang memiliki ciri yaitu reofit yang jauh antara tempat eksplorasi dan tempat
yang tumbuh berkelompok dan berukuran kecil, tinggi aklimatisasi, perbedaan iklim serta metode aklimatisasi
hingga 20 cm. Akarnya kuat dan berpegangan pada batu yang kurang tepat. Untuk selanjutnya diperlukan
yang basah, batang pendek, daun banyak, melengkung penelitian tentang metode aklimatisasi yang tepat, karena
dan membentuk roset yang padat. Tangkai daun hijau habitus dan kondisi lingkungan dari suku ini sangat
pucat dengan semburat coklat kemerahan dan bersayap beragam.
berwarna merah. Daun lanset memanjang, hijau agak
glossy pada bagian atas dan lebih pucat pada bagian UCAPAN TERIMA KASIH
bawah. Tulang daun primer bagian atas tenggelam dan
bagian bawah menonjol dan berwarna merah pada daun Ucapan terima kasih diberikan kepada Dinas
yang baru muncul. Pembungaan tunggal, dan wangi vanilla Kehutanan Malianau yang telah memberikan izin
yang kuat saat antesis. Seludang tidak berkontriksi, dasar pengambilan koleksi. Terima kasih juga diucapkan kepada
kuning-hijau, limb pink pucat dan ujung merah hijau Center for International Forestry Research, staf
terasir kehijauan. Tongkol hingga 20 mm panjangnya dan kehutanatan Malinau, I Made Suja, I Ptu Suparta dan
fertile hingga ujung. Jenis ini tumbuh pada batu pinggir Hanafi Effendi yang telah membantu proses pengambilan
sungai yang berlumpur, terbuka pada hutan dataran koleksi dan pemeliharaannya. Penelitian ini didanai oleh
rendah yang lembab pada ketinggian 90 dan 300 mdpl. DIPA Balai Kebun Raya Eka Karya Bali tahun anggaran
Jenis ini ditemukan di daerah Sekatak, Kabupaten 2005.
Bulungan selain Gunung Sidi (Boyce and Wong, 2015).
DAFTAR PUSTAKA
notes on the Homalomena Borneensis Complex. Willdenowia Kurniawan, A., N.P.S. Asih, B. Adjie and P.C.Boyce. 2011. Studies on
42 : 241-246 Homalomeneae (Araceae) of Borneo IX: A New Species of
Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Daerah Kabupaten Malinau 2016. Homalomena Supergroup Chamaecladon from Kalimantan
Badan Pusat Statistik Kabupaten Malinau. Malinau. Timur, Indonesian Borneo. Aroideana 34 : 30-36
Boyce, P.C. and S.Y. Wong. 2012. The Araceae of Malesia I: Introduction. Limberg, G., R. Iwan, M. Sudana, A. Hartono, M. Henry, D. Hernawan,
Malayan Nature Journal 2012, 64(1), 33-67. Sole, D.Mamung, E. Wollenberg dan M. Moeliono. 2005. Profil
Boyce, P. C., S. Y. Wong, S. L. Low, A. P. J. Ting, S. E. Low, I. H. Ooi, and K. Desa-Desa di Kabupaten Malinau : Kondisi Sosial Ekonomi
K. Ng. 2010. Araceae of Borneo. Aroideana 33: 3–74 Desa-desa. Center for International Forestry Research. Jakarta.
Boyce, P.C. and S.Y. Wong. 2015. Studies on Schismatoglottideae Tirta, I.G., I.N.Lugrayasa, I.M.Suja, I.P.Suparta. H. Effendi. 2005. Eksplorasi
(Araceae) of Borneo XXXVIII – Galantharum, a new genus for dan Penelitian Anggrek di Gunung Sidi, Malinau, Kalimantan
the Hottarum Clade. Aroideana VOL 38E NO 2 : 23-30 Timur. Laporan Teknik Program Perlindungan dan Konservasi
Hay, A. 1998. The genus Alocasia (Araceae-Colocasieae)in West Malesia Sumber Daya Alam Kebun Raya Eka Karya Bali-LIPI.
and Sulawesi. Gard. Bull. Singapore 50: 221–334 Wong, S.Y.. 2016. Keladi Hutan Borneo. Dewan Bahasa dan Pustaka.
Kuala Lumpur.