DISERTASI
Retno Kusumastuti
NPM. 0706312664
DISERTASI
Retno Kusumastuti
0706312664
NPM : 0706312664
Tim Penguji
Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, M.Sc
Ditetapkan di : Depok
Tanggal
IV Universitas Indonesia
Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia yang telah diberikan, khususnya kepada penulis sehingga akhirnya dapat
menyelesaikan disertasi ini. Penulisan disertasi ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Doktor Ilmu Administrasi pAda Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Disertasi ini merupakan bagian dari perjalanan intelektual yang penuh
warna. Penyusunan disertasi ini tidak lepas dari berbagai tantangan dan kendala
sepanjang masa studi yang sudah ditempuh. Berkat bantuan, bimbingan dan dorongan
orang-orang terdekat yang telah memberikan arahan serta saran yang membangun
maka disertasi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis
menyatakan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Azhar Kasim, MPA., selaku Promotor dan Dr. Ir. Sudarsono
Hardjosoekarto, SH, MA., selaku Kopromotor karena melalui bimbingan
intensifnya telah membawa penulis pada perjalanan intelektual yang
menginspirasi dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan disertasi ini.
2. Dr. Roy V. Salomo, M.Soc, Sc., selaku Ketua Dewan Penguji, beserta para
anggota yang terdiri dari Prof. Dr. Martani Huseini, PhD., Prof. Dr. Ir. Utomo
Sarjono Putro, Prof. Dr. Agus Soehadi, , Dr. dr. Budi Susilo, Sari Wahyuni M.Sc,
PhD, yang telah memberikan masukan-masukan penting yang berharga bagi
penyempurnaan disertasi ini.
3. Dr. Mochtar Riady, Dr. Ketut Budi Wijaya, Dr. Tanri Abeng, Theo Sambuaga,
Rianti, Astri Elravita yang telah membantu penulis untuk menjadi rujukan
penelitian dan nara sumber penting dalam proses penelitian yang dilakukan.
4. Prof. Bhenyamin Hoessein, Dr. Tafsir Nurchamid, Prof. Eko Prasojo,
Mag.rer.publ., Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, Edy Prasetyono, PhD, yang
telah sangat membantu baik dari sisi motivasi maupun intelektualitas peneliti.
v Universitas Indonesia
5. Dr. Muhammad Hikam, Drs. M. Riduansyah, M.Si, Dra. Sri Susilih, MSi., Drs.
Kusnar Budi, M.Buss., Adang Hendrawan, M.Si., Ir. Fia Fridayanti M.Si.,
Kuncoro Haryo Pribadi S.Sos., MSi., Pak Iwan, Pak Kimin, Budi dari Program
Vokasi yang sudah banyak membantu penulis menunaikan tugas di Program
Vokasi Universitas Indonesia.
6. Milla Sepliana Setyowati MAkSi, Drs. Ayi Mulyadi M.Si., Drs. Tridjoko, CFP.,
Agus Medya, MM. CFP., Rini Apriyanti CFP., David, CFP., Musadad, yang
sudah membantu menunaikan tugas di Insurance Center Departemen Ilmu
Administrasi. Muhammad Ikhsan, S.Sos., yang sudah membantu dalam
pengambilan data. Susatyo, M.Si yang membantu teknis dalam mengolah data
untuk penyelesaian disertasi ini.
7. Prof. Dr. Haula Rosdiana, M.Si., Muh. Azis Muslim, S.Sos.,M.Si., Dr. Lina
Miftahuljannah M.Si., Dean Yulindra Affandi M.Soc, Sc., Eko Sakapurnama
S.Psi.,M.Sc., Nidaan Khafian, S.Sos, M.A., Elly dan tim Jurnal Bisnis dan
Birokrasi yang sangat membantu dalam menyelesaikan tugas di Jurnal Bisnis dan
Birokrasi.
8. Prof. Dr. Irfan R. Maksum, Prof. Chandra Wijaya, Prof. Dr. Ferdinand Saragih, Ir.
B. Yuliarto Nugroho, PhD, Drs. Asrori, FLMI., Fibria Indriati, S.Sos, M.Si.,
Maria Eurelia Wayan, S.Sos., MAk, Dra. Novita Ikasari, M.Comm., Erwin
Harinurdin, SE., MAk, Hendro Hartono, SE., Kuswati SE., Titin F. Nur, SE,
MM., yang sudah banyak membantu penulis dalam menunaikan tugasnya sebagai
Staf Pengajar Departemen Ilmu Administrasi.
9. Teman-temen padepokan yaitu Dr. Rachma Fitriati, Dr. Makhdum Priyatno, Dr
Djatnika, Dr. Heri Fathurrahman, Cak Wil, Dianta Sebayang, Aqil Irkham, Riris,
Iis Mariam, Irfan, Bang Tom, sebagai teman diskusi dalam menempuh perjalanan
intelektual di kampus Depok dan Salemba.
10. Tak lupa disertasi ini sekaligus sebagai upaya pemenuhan janji penulis kepada
kedua orang tua tercinta yang sudah tiada yaitu (Alm) T. Hardjono dan (Alm)
Asmarawati Subratadiningrat untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya selama
hayat di kandung badan.
11. Segenap keluarga, suami Khairul Anwar, ibu Tati Nurhayati, adik-adikku Willy
Brillianto, Tonny Pribadi, Nurul Respati, Satrio Ramadhan dan Tiara Maharani
dan juga yang mana pendidikan ini penulis dedikasikan untuk menjadi contoh
bagi anak-anak tercinta Shabrina Alyani dan Firdaus Alghifari.
12. Rekan seperjuangan di dalam menempuh pendidikan doktor di Bidang Ilmu
Administrasi yaitu Febrina Rosinta, Pantius D. Soeling, Inayati, Umanto dan lain-
lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga menjadi semangat
dalam menyelesaikan studinya.
Akhir kata, sekali lagi tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih
disertai doa semoga Allah SWT memberikan ganjaran kebaikan yang berlipat ganda
atas berbagai dukungan dan bantuan yang penulis terima. Disertasi ini sekaligus
membuka ruang bagi kemungkinan penelitian lanjutan dapat mengisi kelemahan yang
belum dibahas secara tuntas. Mohon maaf atas segala kekurangan yang ada dan
semoga disertasi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu dan bagi kita
semua, amin.
Retno Kusumastuti
=============================================================
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah
im:
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
( Retno Kusumastuti )
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang... ........................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah…................................................................... 14
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................... 17
1.4 Batasan Masalah ........................................................................... 18
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................ 19
xi Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
xii
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
xiii
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
xv
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
xvi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
xvii
Gambar 6.6 Hasil Simulasi Model System Dynamics dan Nilai Aktual
untuk Keuggulan Bersaing Perusahaan ..................................... 257
Gambar 6.7 Beberapa Rumah Sakit dan Layanan Kesehatan yang
Termasuk Portofolio Siloam ..................................................... 262
Gambar 6.8 Rantai Nilai Bisnis Lippo Karawaci .......................................... 266
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
xix
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
BAB I
PENDAHULUAN
1 Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
2
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
3
majalan High End dan High End Teen (Maulana, dkk. 2009). Tahun 2005, Hari Tan
dinobatkan sebagai Tokoh Bisnis Paling Berpengaruh di Indonesia oleh majalah
Warta Ekonomi. Kunci suksesnya adalah ketajaman untuk membangun visi misi
perusahaan, konsep yang kuat dan applicable dan diikuti oleh kemampuan eksekusi
yang andal serta karakter yang berani mengambil keputusan, disiplin, fokus dan think
big.
Penciptaan nilai melalui inovasi menjadi ujung tombak bagi kelompok
usaha yang dikenal masyarakat luas dengan nama Martha Tilaar Grup. Dengan
berbekal innovation center yang berfokus pada pengembangan produk kecantikan
melalui pemberdayaan para ahli dengan latar belakang yang beragam sehingga
menghasilkan produk yang inovatif (Maulana, dkk. 2009). Martha Tilaar mampu
menciptakan produknya yang terkenal dengan nama Biokos, Sariayu, Caring, Belia,
Colours dan Professional Artist Cosmetic dan mendapatkan penghargaan sebagai The
Best and Innovation Product of the Year (1998). Produk inovatifnya adalah satu
lipstick dengan dua warna sebagai produk yang mengantisipasi menurunnya daya beli
saat terjadinya krisis ekonomi di Indonesia saat itu sehingga mampu meningkatkan
penjualan hingga 400%.
Pada dasarnya, perusahaan merupakan badan usaha organik yang
dioperasikan oleh manusia sebagai unsur utama penentu sukses atau gagalnya usaha
tersebut. Perusahaan mengalami proses kelahiran, penuaan, sakit, dan kematian yang
tercermin melalui tiga tahap (Riady, 2004). Tahap pertama adalah tahap kelahiran,
ditandai dengan semangat kerja keras pendirinya, hidup sederhana, rajin dan
berhemat mengumpulkan modal guna perluasan usaha. Tahap kedua, yaitu tahap
pengembangan melalui upaya pendiri dengan pengalamannya berkonsentrasi
membuat rencana dan strategi kerja serta menentukan visi dan misi demi
pengembangan usaha menjadi lebih aktif dan ofensif. Sedangkan Tahap ketiga,
merupakan tahap penyesuaian dengan kebijakan bertahan dan penyesuaian secara
fleksibel, kesehatan perusahaan juga perlu dirawat agar selalu sehat dan stabil.
Lippo Karawaci adalah salah satu anak perusahaan dari kelompok usaha
Lippo, satu dari sekian banyak group bisnis berbasis etnis Tionghoa-Indonesia, yang
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
4
berhasil tumbuh dan berkembang bahkan survive melalui generasi ketiga. Seperti
dicatat Wall Street Journal (1994), Lippo Group menjadi group bisnis dengan
ekspansi bisnis sangat pesat dengan wilayah penyebaran dari Hongkong, China
(Provinsi Fujian, Shanghai), Singapura, Thailand, Filipina, Taiwan, Malaysia serta
Indonesia yang menjadi basis domestik group bisnis yang memulai usaha pada 1976
(Sato, 1994). Sebagai chairman Lippo Group, telah lama dikenal sebagai pengusaha
yang andal. dilahirkan pada Mei 1929 di Malang, Jawa Timur. lulus dari South East
University pada tahun 1949 dan memegang Doctor of Law dari Golden Gate
University, San Fransisco, Amerika Serikat. Menurut Usman, “ adalah salah seorang
dari manajer yang selalu preplan”. Ia mengetahui timing harus berekspansi dan
timing harus berhemat. Pengalaman pribadi mengenal sejak tahun 1980
membuktikan keyakinan akan kapabilitas pendiri Lippo Group ini membawa
perusahaan yang ia pimpin selalu dapat keluar dari krisis (Riady, 1999).
Pada era digitalisasi, globalisasi dan futurisasi disadari oleh pendiri
perusahaan sebagai proses dinamis yang menggeser persaingan antar negara menjadi
persaingan kemampuan ilmu, teknologi, dan kekuatan ekonomi terpadu. Ciri khas
pengelolaan perusahaan saat ini tentunya harus memiliki responsivitas yang tinggi
dalam menghadapi siklus hidup yang pendek, fleksibel, mudah direvisi, diubah dan
diganti per bagian tetapi tidak mengubah satu kesatuan yang utuh (Riady, 2004).
Bukti kemampuan dalam beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang terjadi
adalah bagaimana pendiri sekaligus pemilik cikal bakal kelompok perusahaan
keluarga yang kecil kemudian dapat menumbuhkembangkan perusahaannya menjadi
bentuk konglomerasi yang mengelola berbagai bidang bisnis mencakup properti,
kesehatan, teknologi, keuangan, pendidikan, dan bahkan retail. Kesuksesan
pengelolaan perusahaan ini tidak terlepas dari karakteristik pribadi yang kuat dalam
hal menerapkan filosofi bisnis Chinese tetapi juga kemauan untuk mengadopsi
pemikiran gaya manajemen modern.
Pentingnya aset perusahaan sebagai sumber keunggulan bersaing banyak
dituangkan dalam berbagai karyanya. Berbagai sumber daya yang ada di dalam
perusahaan dapat dikembangkan untuk menciptakan inovasi yang bersifat eksploitatif
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
5
tetapi dapat juga dengan melihat berbagai kemungkinan peluang baru melalui
eksplorasi. Salah satu sumber daya yang dianggap strategis adalah sumber daya
manusiayang disebut sebagai harta paling berharga. Oleh sebab itu, setiap macam
upaya peningkatan kapabalitas sumber daya manusia menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari setiap inovasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran untuk
menghasilkan perusahaan yang mampu bersaing dalam era globalisasi.
Untuk mengantisipasi perubahan lingkungan terkait dengan kemajuan
teknologi informasi maka dilakukan rekayasa gaya manajemen perusahaan.
Pengadopsian Nanotechnology dalam bidang manajemen, melalui Nanotechnology
Management Style, adalah inovasi yang diterapkan untuk menghasilkan outcome
yang lebih baik dari gaya manajemen yang sebelumnya. Taufiqu Rohman, seorang
pakar Nanotechnology dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan
bahwa pada kurun periode 2010-2020 akan terjadi percepatan luar biasa dalam
penerapan Nanotechnology di dunia industri (Rohman, 2012). Upaya yang telah
dilakukan pendiri perusahaan ini sejalan dengan kecenderungan penerapan
Nanotechnology di berbagai negara. Terkait dengan Nanotechnology Management
Style (NTMS), pendiri perusahaan menjelaskan secara filosofis bahwa sesuatu yang
mendasar dari alam semesta ini sebenarnya adalah partikel penyusun terkecilnya.
Misalnya pohon yang besar selalu mulai tumbuh dari bibit yang kecil, perjalanan
yang jauh selalu dimulai dengan langkah pertama, serta betapa canggihnya tubuh
manusia, namun terbentuk dari DNA yang tidak terlihat. Berikut adalah bagaimana
Nanotechnology diterapkan dalam manajemen perusahaan (Riady, 2004):
“... Mengatur usaha, seperti Nanotechnology, yaitu mulai dari yang terkecil
yaitu manusia sehingga harus ada cara kerja yang jelas. Setiap manusia
melaksanakan satu pekerjaan yang terdiri dari empat unsur, yaitu workflow,
job description, cara kerja, dan materi kerjaan. Jadi, bila satu orang dididik
macam-macam maka akan kacau, lebih baik diatur bahwa setiap orang ahli
di bidangnya masing-masing ....” (Wawancara Riady, 1 Juli 2010).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
6
perusahaan. Bidang usaha Lippo Karawaci kian merambah ke bidang properti, retail,
pendidikan, kesehatan, teknologi informasi hingga pusat penelitian (Mochtar
Nanotechnology Institute). Jiwa entrepreneur beliau tercermin dalam petikan
wawancara sebagai berikut:
“... Filosofi yang saya terapkan, yaitu Lao Tse yang berarti semua yang ada
berasal dari tidak ada dan pohon yang besar mulai dari yang kecil. Harus
bermula dari yang kecil agar dapat bertahan dan berkembang....”
(Wawancara Riady, 1 Juli 2010).
“... Pada tahun 1950, saya sudah mulai bisnis keluarga dan terus
berkembang sampai tahun 1980 dan saat itu saya sudah langsung dapat
menangkap maksud globalisasi, yaitu globalisasi dalam tenaga kerja,
globalisasi dalam permodalan dan globalisasi dalam berbisnis....”
(Wawancara Riady, 1 Juli 2010).
Oleh sebab itu, tidaklah heran jika pendiri perusahaan telah berhasil
mengembangkan perusahaannya dari perusahaan keluarga menjadi perusahaan besar
berbentuk konglomerasi yang saat ini. Pelajaran penting tentang mengapa
perusahaan ini menjadi semakin tumbuh dan berkembang adalah kesadaran akan
pentingnya penciptaan nilai melalui inovasi dan adaptasi terhadap lingkungan yang
selalu berubah melalui aktivitas inovasi baik yang bersifat eksploratif maupun
eksploitatif. Hal ini tercermin dalam pandangan Riady tentang komitmen akan
adaptasi dan perubahan cara berpikir dalam memandang perusahaan. Seperti
diungkapkan dalam pernyataannya sebagai berikut:
“... Konsep bisnis keluarga itu menurut saya sangat tawar. Saya hanya
melihat sisi negatifnya. Bagi saya, bisnis harus dibesarkan. Namun, setelah
besar, jadikan milik masyarakat. Kalau diserahkan kepada keluarga maka
akan terjadi keributan yang berakhir pada hancurnya bisnis….Pengelolaan
perusahaan harus berdasarkan pada spesialisasi dan kompetensi bahkan
terobosan. Oleh sebab itu manajemen yang profesional menjadi
keharusan….Kalau perusahaan ingin berkembang maka harus diserahkan ke
publik....” (Riady, hasil wawancara pada Juli 2010, Lippo Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
7
1984–2004 dengan temuan bahwa hanya sedikit yang sukses secara keuangan selama
periode tersebut (Tushman dan O’Reilly, 2007). Hal ini disebabkan karena umumnya
perusahaan tersebut semakin besar dalam hal ukuran tetapi menjadi semakin resisten
untuk berubah. Tushman dan O’Reilly menyebutkan kondisi ini sebagai cultural
inertia (1997). Yang menarik adalah bahwa kenyataan adanya perusahaan dengan
umur mencapai ratusan tahun (rata-rata 105 tahun) yang dapat bertahan karena
mampu beradaptasi dengan lingkungan. Umumnya berawal dari suatu jenis industri
tetapi kemudian saat ini berkompetisi dengan teknologi yang lain, seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 1.1.
Makin luas jenjang hirarki dan span of control maka masalah koordinasi
dan motivasi yang dihadapi oleh pendiri perusahaan semakin nyata. The entrepreneur
as a business leader atau cognitive leaderhip membantu dalam mengelola perusahaan
dan menangani konflik yang terjadi. Dalam teori cognitive leaderhip peran pendiri
perusahaan dan entrepreneur menjadi kunci pembahasan (Scheer, 2009). Hal ini juga
terjadi di dalam konteks perusahaan konglomerasi Lippo Karwaci di mana isu
utamanya adalah bagaimana menyamakan pandangan dan kesamaan visi dari semakin
banyak kelompok kepentingan perusahaan seiring dengan semakin berkembangnya
perusahaan. Hal ini merupakan perhatian utama dari teori cognitive leadership yang
menekankan pentingnya penyampaian konsepsi bisnis pendiri perusahaan kepada
pengelola perusahaan.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
8
Data pada Tabel 1.1 menunjukkan bahwa organisasi yang dapat bertahan
dan berkembang hingga mencapai di atas 60 tahun bahkan ratusan tahun adalah
organisasi yang dapat menjadi ambidextrous. Hal menarik lainnya adalah kajian yang
dilakukan oleh Han dan Celly (2008), kajian ini merupakan kajian teoritis dan
empiris pertama kali yang menguji hubungan antara ambidexterity dan kinerja
perusahaan dengan mengambil sampel 70 international new venture (INV). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan ini mengaplikasi kapabilitas
dinamis dari strategic ambidexterity sehingga berhasil mewujudkan kinerja yang
superior.
Selain itu proses adaptasi secara evolusioner dalam periode yang panjang
juga dapat terlihat pada kasus perusahaan jam di Jepang dengan data perbandingan
dengan Switzerland (Tabel 1.2).
Tabel 1.2. Number of Firms and Workers in the Swiss Watch Industry
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
9
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
10
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
11
panjang maupun jangka pendek (Smith dan Tushman 2005, Raisch dan Birkinshaw
2008; Raisch et al. 2009).
Ruang lingkup kajian tentang ambidexterity di dalam organisasi memiliki
empat jenis penekanan, yaitu diferensiasi dan integrasi, tingkat individual atau tingkat
organisasional, pendekatan statis versus dinamis, dan pandangan internal versus
eksternal. Raisht et al (2009) melihat diferensiasi merujuk kepada pemisahan dari
kegiatan eksploitasi dan explorasi ke dalam unit-unit organisasi yang berbeda,
sementara integrasi merujuk kepada mekanisme yang memungkinkan organisasi
untuk menggunakan aktivitas eksploitasi dan eksplorasi pada unit organisasi yang
sama. Sementara itu untuk penekanan di tingkat individual atau organisasional,
memperlihatkan bahwa ambidexterity biasanya digunakan untuk mendeskripsikan
mekanisme organisasional yang dapat memungkinkan terjadinya penggabungan
tersebut. Sementara beberapa studi lainnya mengindikasikan bahwa ambidexterity
berakar pada kemampuan individual untuk melakukan inovasi yang bersifat
eksplorasi dan eksploitasi. Penekanan dari aspek statis dan dinamis,Raisht et al
(2009) dalam kajian ambidextrous organization juga memperlihatkan jangkauan
solusi yang memungkinkan organisasi untuk secara simultan mengejar kedua
aktivitas tersebut, baik eksplorasi dan juga eksploitasi. Kedua hal ini yang kemudian
membuat organisasi menjadi lebih dinamis. Terakhir adalah penekanan pada
pandangan internal dan eksternal organisasi, dimana penelitian ambidexterity
organization berfokus pada bagaimana organisasi menggunakan aktivitas eksplorasi
dan eksploitasi secara internal, yang kemudian diperkuat oleh adanya studi mengenai
kapabilitas dinamis yang memperlihatkan inter relasi antara proses pengetahuan
internal dan eksternal yang memainkan peranan penting dalam pembaharuan suatu
perusahaan.
Kajian empiris lainnya yang membuktikan adanya kaitan antara
ambidexterity dengan firm performance ditunjukkan dalam gambar 1.1. di bawah ini.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
12
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
13
merupakan penggunaan internal mental (mental internal use) pada mode (kondisi)
pemikiran. Mode 2 dimulai dari bagian dalam perubahan (flux) yang digunakan
untuk membangun pengertian (sense) akan suatu pengalaman (Scholes, 1987). Lebih
lanjut lagi, Mode 2 dianggap tidak “mengoperasikan tahapan” dari SSM, tetapi
digunakan untuk menyediakan cara-cara yang koheren dalam keterlibatan pemecahan
masalah (problem solving involvement) pada perubahan (flux). Secara singkat,
Checkland dan Scholes (1990) menamakan Mode 1 sebagai “intervensi” dan Mode 2
sebagai “interaksi”.
Dalam konseptualisasinya, tipe ideal Mode 1 menggunakan kerangka kerja
dari suatu gagasan sistem (systems ideas) yang diwujudkan dalam SSM (the seven
stages model). Mode 1 juga menggunakan urutan (streams) logika dan budaya pada
investigasinya untuk menyelidiki dan meningkatkan beberapa bagian pada dunia
nyata (real world). Selain itu, tipe ideal Mode 2 menggunakan SSM itu sendiri
sebagai kerangka kerja gagasan (framework of ideas). Mode 2 menggunakan SSM
sebagai metodologi dan refleksi yang disadari pada perubahan gagasan dan peristiwa.
Fokus Mode 2, yaitu menyelidiki proses pembelajaran sebagai peningkatan pada
situasi problematik (problem situations).
Penelitian ini berada pada area kontinum antara kedua mode tersebut seperti
di ilustrasikan dalam Gambar 1.3 (Lampiran). Hal ini ditunjukkan dengan pertanyaan
penelitian yang mengekspresikan bahwa proses pembelajaran yang terjadi itu
melibatkan tidak hanya peneliti tetapi juga kesepakatan dengan pemangku
kepentingan yang terlibat.
Sedangkan yang dimaksud dengan multi metode dalam penelitian ini adalah
bahwa hasil dari cognitive mapping akan dipergunakan untuk memperkaya analisis
debating di tahap ke-5 dari SSM Based A/R. Penggunaan kedua metode ini terlihat
dalam debating yang menggunakan baik refleksi atas teori, cognitive mapping
maupun refleksi individual understanding peneliti sekaligus pemahaman dari
problem owner.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
14
1. 2. Perumusan Masalah
Seiring dengan semakin tumbuh dan berkembangnya perusahaan maka
semakin meningkat pula potensi structural inertia dan cultural inertia yang dapat
menjadi potensi kendala dalam mengantisipasi perubahan lingkungan (Tushman dan
O’Reilly, 1997). Seperti yang dinyatakan oleh Smith (2005), perkembangan suatu
perusahaan dipengaruhi oleh kapabilitas seorang pemimpin atau pimpinan dalam
menghadapi perubahan lingkungan yang turbulen. Oleh sebab itu, peran peneliti
memandang pentingnya pemahaman pendiri perusahaan mengenai bagaimana
merumuskan keunggulan bersaing perusahaan. Pimpinan bisnis memiliki pengaruh
dalam membentuk kapabilitas dinamis pimpinan pada tataran strategis.
Peran sebagai entrepreneur as a business leader menjadi penting manakala
perusahaan sudah mencapai tahapan pertumbuhan dan semakin besar baik dalam
jumlah maupun ukuran kekayaan. (Scheer, 2009). Pemahaman pendiri dan pemilik
perusahaan untuk menciptakan keunggulan bersaing berperan penting dalam
perkembangan perusahaan selama ini. Pemahaman pendiri dan pemilik perusahaan
tentang perumusan keunggulan bersaing akan digambarkan dalam peta kognitif.
Penelitian ini tidak bermaksud memberikan pijakan empiris variabel-variabel tertentu
yang berperan dalam menciptakan keunggulan bersaing perusahaan dan juga mampu
memberikan jalan dalam membangun ambidexterity. Mengutip pendapat Alvarez dan
Busenitz (2001), entrepreneurship memiliki unit analisis sumber daya (resources)
dan sekaligus memiliki empat elemen yang menjadi karakteristik unik seorang
wirausahawan, yaitu: kognisi (Entrepreneur Cognition), penemuan (Entrepreneurial
Discovery), peluang pasar (Market Opportunities), dan koordinasi pengetahuan
(Coordinating Knowledge). Hal ini berbeda dengan Penrose dalam Barney (2007)
yang menyatakan bahwa entrepreneurship adalah bagian dari intangible assets
sumber daya tidak berwujud.
Seperti halnya Alvares dan Busenitz, maka Chandler & Hanks (1994)
maupun Brush et al (2001) mengeksplorasi bagaimana individu entrepreneur dapat
memisahkan serangkaian sumberdaya yang beragam (heterogen) sehingga secara
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
15
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
16
peluang yang ada untuk melakukan inovasi. Inovasi yang terjadi ini kemudian harus
diinternalisasi di dalam perseroan melalui proses pembelajaran yang
berkesinambungan pada semua tataran di lingkungan perseroan.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
17
2. Bagaimana dinamika implikasi cognitive map (CM) dari pendiri kelompok usaha
Lippo Karawaci dapat memperkaya praktek ambidexterity sehingga pembelajaran
yang terjadi memenuhi kriteria logis secara sistemik, dapat disepakati di antara
peneliti dan pemangku kepentingan pada Lippo Karawaci untuk mencapai
keunggulan bersaing perusahaan?
1. 3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan pertanyaan penelitian tersebut di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah:
1. Untuk menganalisis proses pembelajaran pada;
a. strategic ambidexterity melalui dynamic capability yang dapat
menghasilkan penyeimbangan antara integrasi dengan diferensiasi.
b. strategic ambidexterity melalui top management team cognition yang
dapat menghasilkan rekombinasi dan rekonfigurasi aset.
c. contextual ambidexterity melalui struktur formal sehingga dapat
menghasilkan performance based culture yang kuat yang didorong oleh
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
18
penegakan peraturan.
d. contextual ambidexterity melalui sistem nilai dan budaya sehingga dapat
menghasilkan integrasi nilai budaya dan norma organisasi sebagai
referensi bersama.
2. Untuk menjelaskan tentang implikasi cognitive map (CM) dari pendiri kelompok
usaha Lippo Karawaci di dalam memperkaya praktek ambidexterity sehingga dapat
memenuhi kriteria logis secara sistemik, dapat disepakati di antara peneliti dan
pemangku kepentingan pada Lippo Karawaci untuk mencapai keunggulan bersaing
perusahaan.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
19
pertimbangan di antara para peneliti dan juga pada pemilik masalah (problem
owner). Peneliti terdiri dari practitioner SSM sebagai first person, bersama
academic advisors dan academic reviewers yang melakukan pemetaan
masalah dan melakukan dialog untuk menghasilkan perbaikan melalui
partisipasi pemangku kepentingan sebagai wujud serba sistem aktivitas
manusia dengan pengalaman berbasis pengetahuan (experience based
knowledge) yang bergerak antara reality dan actuality (Uchiyama, 2009).
Oleh karena itu, SSM practitioner terlibat langsung bersama objek penelitian
untuk mendapatkan some feeling dari lapangan, bukan sekedar menjadi
observer (Uchiyama, 2009).
3. Sedangkan metode yang kedua yaitu menggunakan metode peta kognitif
(cognitive map) panduan dari Ackerman (2002) yang dikonversikan menjadi
system dynamics melalui simulasi abstrak dengan metode NUMBER.
Pemahaman Riady dalam merumuskan keunggulan bersaing perusahaan
dibatasi pada keunggulan bersaing Lippo Karawaci. Hal ini berdasarkan
pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan perusahaan terbesar
dalam kelompok usaha terbesar yang dimiliki Riady. Lippo Grup merujuk
kelompok perusahaan yang dimiliki dan dikendalikan oleh keluarga Riady.
Keterkaitan Lippo Karawaci dengan Riady sebagai wirausahawan terletak
pada perilaku entrepreneur yang relevan dalam memberikan panduan dan
arahan kepada manajemen Lippo Karawaci.
4. Periode penelitian ini adalah sejak Juli 2010 sampai November 2012.
1. 5. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang akan dicapai, maka penelitian ini
diharapkan dapat memberikan dua manfaat sebagai berikut:
1. Teoritis: Penelitian ini memberikan kontribusi keilmuan dalam bidang
kebijakan dan administrasi bisnis, khususnya terkait dengan membangun
ambidexterity strategis dan kontekstual di dalam perusahaan untuk
menciptakan keunggulan bersaing. Kajian tentang ambidexterity dan
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
20
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
BAB II
KERANGKA TEORI
ENTREPRENEURSHIP AMBIDEXTERITY
(Ireland, 2001; Alvarez & (Duncan, 1976; Tushman &
Busenits, 2001) O’Reilly, 1997)
Wealth
Strategic Creation
Entrepreneurial Ambidexterity
Mindset Smith, 2005;
Teece, 2009)
Managing
Resource
Strategically Competitive
(Ireland, 2001; Barney Applying Advantage
and Clark, 2007) Creativity and
Developing
Entrepreneurial Innovation
Culture
Entrepreneurial
Leadership
(Scheer, 2009) Contextual
Ambidexterity
(Guttel & Konlechner,
2009)
Sumber: Ireland (2001), Smith (2005), Barney dan Clark (2007), Teece (2009), Scheer (2009), Guttel
dan Konlechner (2009), telah diolah kembali (2012)
21 Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
22
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
23
Seperti sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya bahwa tujuan utama dari
setiap perusahaan adalah menciptakan nilai. Penciptaan nilai dapat dilihat dari
berbagai dimensi, salah satunya adalah bagaimana menciptakan nilai dari sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan. Perbedaan jenis sumber daya yang ada dalam
perusahaan sebenarnya dapat digambarkan dan akan sangat membantu untuk
menjelaskan luasnya cakupan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Dalam berbagai kajian manajemen stratejik, sayangnya usaha ini
seringkali menimbulkan “efek samping” misalnya cara pandang baru dalam hal
menganalisis sumber daya dianggap sebagai teori baru dalam persistensi kinerja
superior. Dalam berbagai kajian manajemen stratejik terdapat terminologi seperti
resource based theory of superior performance, capability theories of superior firm
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
24
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
25
Gambar 2.2. Hubungan antara Firm Resources, Organisasi, dan Keunggulan Bersaing
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
26
Tangible Resources
Firm’s cash and cash equivalents
a.
Financial Firm’s capacity to raise equity
b.
Firm’s borrowing capacity
c.
Modern plant and facilities
a.
Physical Favorable manufacturing locations
b.
State-of-the-art machinery and equipment
c.
Trade secrets
a.
Technological Innovative production processesatents, copyrights,
b.
trademarks
a. Effective strategic planning process
Organizational
b. Excellent evaluation and control systems
Intangible Resources
a. Experience and capabilities of employees
b. Trust
Human
c. Managerial skills
d. Firm-specific practices and procedures
Innovation and a. Technical and scientific skills
Creativity b. Innovation capacities
a. Brand name
b. Reputation with customers for quality and reliability
Reputation
c. Reputation with suppliers for fairness, non-zero-sum
relationships
Organizational Capabilities
a. Firm competences or skills the firm employs to transfer inputs to outputs
b. Capacity to combine tangible and intangible resources, using firm processes to
attain desired end.
Examples
a. Outstanding customer service a. Innovativeness or products and
b. Excellent product development services
capabilities b. Ability to hire, motivate, and retain
human capital
Sumber: Jay Barney and Delwyn Clark (2007).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
27
lain. Kondisi ini dapat membawa perusahaan untuk menguasai pasar di area yang
dimasukinya. Penguasaan tidak perlu bersifat monopoli tetapi kemampuan
perusahaan sulit ditemui di perusahaan pesaing lainnya. Hal ini akan menyebabkan
perusahaan ini menjadi perusahaan yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Satu hal penting lainnya bahwa karakteristik kemampuan perusahaan tidak
dapat ditiru dengan sempurna oleh perusahaan lain. Hal ini berarti bahwa perusahaan
lain akan sangat sulit melakukan replikasi kecuali dengan biaya dan usaha yang extra
ordinary dan mengeluarkan biaya yang sangat besar sehingga dapat mengganggu
jalannya perusahaan. Jika kemampuan yang tidak tergantikan ini dimiliki oleh
perusahaan maka keberadaan perusahaan dalam area yang dimasukinya menjadi
sangat penting karena tidak ada yang dapat menggantikan perannya. Kondisi ini
sekaligus menjadi penghalang bagi perusahaan pesaing untuk memasuki area yang
sudah dikuasai tersebut.
Setelah karakteristik kemampuan perusahaan sudah dapat diidentifikasi
maka dimensi yang keempat yaitu organisasi berbicara tentang karakteristik
organisasi yang dilihat dari apalah insentif, struktur serta budaya organisasi bersifat
konvergen sehingga mampu memberikan dukungan bagi orang-orang yang ada untuk
mengeksploitasi sumber daya yang ada. Hal yang menarik adalah bisa saja terjadi
bahwa yang menjadi keunggulan komparatif dari suatu perusahaan adalah
karakteristik organisasinya yang diisi oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
28
Karakteristik kompetensi inti menurut Hamel dan Prahalad (1990) beririsan dekat
dengan adanya aspek imitabilitas atau tingkat kesulitan pesaing dalam melakukan
duplikasi produk akhir, proses bisnis maupun model bisnis yang unik sehingga
pesaing tidak mampu mengimitasi sumber keunggulan bersaing perusahaan tersebut.
Hamel dan Prahalad (1990) juga mengenalkan konsep kunci lainnya di antaranya
strategic intent, strategi sebagai bentangan (strech) dan pengungkit (leverage) yang
membangun teori dinamika kapabilitas, dimana Mintzberg et al (1998)
mengklasifikan Hamel dan Prahalad dalam mazhab pembelajar (learning school).
Strategi dalam perspektif learning school adalah proses pembelajaran kolektif yang
bertujuan untuk membangun dan memaksimalkan kompetensi distinktif yang tidak
mudah untuk ditiru.
Setiap organisasi bisnis tentunya memiliki visi yang hendak diraih melalui
misi yang implementatif sehingga mampu meraih visi yang dibuat oleh pendirinya.
Dalam konteks pencapaian visi perusahaan, strategic intent menjabarkan posisi
kepemimpinan perusahaan dalam kancah persaingan industri. Selain menjabarkan
posisi kepemimpinan perusahaan, strategic intent juga merefleksikan gambaran masa
depan perusahaan yang ingin diwujudkan di masa mendatang. Terakhir, strategic
intent memberikan panduan bagi perseroan dalam rangka menciptakan adanya suatu
kesatuan dan koheren antar unit organisasinya, sehingga sense of direction muncul di
dalam setiap anggota organisasi tentang kemana organisasi akan dibawa.
Konsep terakhir yang dikonsepsikan kedua guru manajemen tersebut adalah
bentangan (strech), yaitu kecocokan antara sumber daya yang dimiliki perusahaan
(resources) dengan aspirasi yang berkembang di tengah-tengah lingkungan internal
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
29
perusahaan. Hamel dan Prahalad mencatat banyak perusahaan ingin menjadi nomor
wahid di antara para pesaingnya diberkahi oleh warisan berharga (endowment) namun
kekurangan bentangan (strech) di dalam aspirasi yang berkembang di internal
perusahaan. Adapun leverage atau pengungkit, dalam terminologi keuangan
perusahaan, dinisbahkan ke dalam konsep hutang. Namun leverage yang dimaksud
kedua penulis ini adalah upaya perusahaan mengungkit sumber daya perusahaan ke
posisi yang lebih tinggi daripada posisi yang dapat dicapai tanpa pengungkit.
Kompetensi inti yang dimiliki individu maupun organisasi, di banyak
organisasi telah memiliki kerangka kerja kompetensi yang memberikan tingkat
kemampuan individu terhadap performa (kinerja) karyawan yang dapat diukur.
Muara dari kompetensi inti adalah kapabilitas organisasional yang dinamis. Menurut
mazhab pembelajar ini, kapabilitas adalah sekumpulan keterampilan, kemampuan,
dan keahlian yang dimiliki berwujud dalam aset intangible, yang bila mana well
managed akan menjadi sumber daya berharga pembeda dari para pesaing (Stanford,
2007).
Kritik paling dominan bagi teori dinamika kapabilitas bermuara pada dua
isu diantaranya: pertama, mazhab pembelajaran ini dianggap tidak mempunyai
strategi spesifik yang membedakan perusahaan dari pesaingnya, tidak seperti strategi
generik Porter yang mempreskripsikan tiga strategi generik. Kedua, orientasi internal
melalui jargon kompetensi inti, kapabilitas dinamik, strategic intent, strategi sebagai
bentangan dan ungkitan tidak menjamin perusahaan memiliki segala jawaban
terhadap dinamika lingkungan eksternal yang berubah dengan cepat.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
30
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
31
bisnis. Dengan demikian, terkadang organisasi dipaksa untuk berada dalam aktivitas
bisnis yang dapat memodifikasi budayanya, termasuk atribut budaya organisasi yang
bernilai ekonomis.
Modifikasi suatu budaya organisasi dapat menjadi sumber keunggulan
bersaing yang berkelanjutan. Barney dan Clark (2007) memberikan dua alasan
mengapa suatu modifikasi budaya dapat memberikan keunggulan bersaing. Pertama,
jika organisasi mengimitasi budaya yang bernilai dari pesaingnya dan kedua, jika
suatu organisasi dapat mengelola modifikasi budaya untuk meningkatkan nilai
organisasi dan organisasi-organisasi juga melakukan modifikasi dengan cara yang
sama. Dengan demikian, untuk mendapatkan keunggulan bersaing dari modifikasi
budaya organisasi, suatu organsisasi harus memiliki ketiga karakteristik budaya
bernilai (valuable), langka (rare), dan kemampuan mengelola budaya yang sulit ditiru
(imperfectly imitable culture management skill) (Barney dan Clark 2007).
Kedua, kepercayaan (trust) juga memberikan kontribusi untuk menciptakan
keunggulan bersaing suatu perusahaan. Kepercayaan adalah saling berkeyakinan
bahwa dalam suatu transaksi atau pertukaran tidak ada pihak yang mengeksploitasi
kelemahan pihak lain (Sabel dalam Barney dan Clark, 2007). Kepercayaan (trust)
dapat muncul dalam bentuk yang berbeda. Barney dan Clark (2007) menjelaskan
jenis kepercayaan menjadi tiga bentuk, yaitu:
1. Bentuk kepercayaan lemah (weak form).
Kepercayaan lemah muncul karena eksistensinya tidak bergantung
pada pembentukan kontrak atau bentuk-bentuk lain dari tata kelola
pertukaran. Umumnya bentuk kepercayaan yang lemah tidak dapat menjadi
sumber keunggulan bersaing (Barney dan Clark, 2007). Hal ini terkait dengan
kemunculan bentuk kepercayaan lemah yang umumnya ditemukan pada pasar
komoditas dengan persaingan yang tinggi. Dalam pasar ini umumnya
pertukaran yang terjadi mengharapkan penerimaan dan nilai keunggulan
bersaing yang kecil (Porter, 1980).
2. Bentuk kepercayaan semi-kuat (semi strong form).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
32
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
33
atau berkelanjutan bagi keunggulan bersaing. Panduan bagi eksekutif SDM tentang
bagaimana menciptakan nilai dari fungsi SDM dan bertindak sebagai mitra untuk
strategi perusahaan dapat menggunakan kerangka VRIO seperti di bawah ini (Barney
dan Clark, 2007):
1. Nilai ekonomi SDM (Terkait dengan fungsi SDM yang dapat menurunkan
biaya atau meningkatkan pendapatan).
2. Kelangkaan SDM (Perseroan melakukan pengembangan dan eksploitasi SDM
untuk mendapatkan SDM dengan karakteristik unik dan langka).
3. SDM yang tidak mudah ditiru (Pengembangan SDM melalui sejarah perseroan
yang membentuk dan mendefinisikan situasi sekarang).
4. Pengorganisasian SDM
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
34
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
35
produk dan jasa yang diberikan) tapi belum tentu merupakan sumber keunggulan
bersaing yang berkelanjutan. Terdapat 5 (lima) atribut teknologi informasi yang
dapat dikelola agar menjadi sumber keunggulan bersaing yaitu biaya perpindahan
pelanggan, akses terhadap permodalan, kepemilikan teknologi, keahlian
menggunakan teknologi informasi dan keahlian manajerial di bidang teknologi
informasi.
Terkait dengan aset yang dimilik oleh perusahaan, kajian yang dilakukan
oleh Marr, Schiuma dan Neely (2004) melengkapi apa yang sudah dilakukan
sebelumnya. Marr et al memberikan taksonomi dari organizational assets untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang sumber daya yang dimiliki
oleh perusahaan.
a. Sumber daya keuangan (financial resource)
b. Sumber daya berwujud (physical resource)
c. Sumber daya hubungan (relationship resource)
d. Sumber daya manusia organisasi (human resource)
e. Sumber daya budaya organisasi (culture resource)
f. Sumber daya praktik dan rutinitas organisasi (practices and routines
resource).
g. Sumber daya hak intelektual organisasi (property rights resource).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
36
2.4. Entrepreneurship
Artikel Nikolina Fuduric (2008), diberikan tiga definisi entrepreneurship
dari definisi statis, definisi struktural, dan definisi prosedural. Definisi statis dari
entrepreneur melahirkan pertanyaan karakteristik kondisi perseorangan apakah yang
membuat seseorang menjadi seorang entrepreneur. Definisi struktural memberikan
implikasi penting pada konteks apakah yang dapat mendorong entrepreneurship
berkembang. Definisi prosedural menghasilkan pertanyaan turunan bagaimana
entrepreneurship sebagai proses terbentuk. Fuduric (2008) selanjutnya memaparkan
penelitian-penelitian arus utama entrepreneurship, yang penulis kutipkan penulis
terpenting melalui Tabel 2.3 berikut ini.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
37
Sudut
Definisi konseptual Entrepreneur dan atau Konsep yang
Peneliti Pandang
Entrepreneurship dikenalkan
Studi
2. Metode produksi baru
3. Pasar baru
4. Suplai baru bahan mentah atau komponen
5. Reorganisasi industri
Wirausahawan mengidentifikasi peluang
keuntungan dan inisiasi tindakan untuk
Kirzner Entrepreneur as
memenuhi permintaan yang belum terpenuhi Individual
(1997) market equalizer
atau memperbaiki inefisiensi dan koreksi
pasar membawa keseimbangan baru.
North Aspek institusional mempengaruhi
Institusi Institusi
(1990) kewirausahawan.
Entrepreneurship thinking (identifikasi dan
eksploitasi peluang) dan strategic thinking
Hitt, Terminologi bersama
(berfokus pada keputusan dan tindakan
Ireland & et Strategic Individual
terencana dan berhasil eksekusi guna
al (2001) Entrepreneurship
mempertahankan keunggulan
kompetitif/keunggulan bersaing).
Kewirausahawan menunjukkan level tindakan
Individu, Perusahaan,
Alvarez dan individu dalam penciptaan perusahaan, level Individu,
Market-Level action
Busenitz tindakan perusahaan dalam mencapai inovasi, Institusi, dan
eksploitasi peluang
(2001) level tindakan berbasis pasar untuk Proses
(kesempatan)
mengeksploitasi kesempatan yang hadir
Sumber: Nikolina Fuduric (2008).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
38
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
39
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
40
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
41
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
42
Sumber: Calori, Johnson, Sarnin (1994), Greene (1997), Birkinshaw, Hood & Jonsson (1998), Shekar
dan Li (1999), Wiklund & Shepherd (2003), De-Olivera Wilk & Fensterseifer (2003), hasil olahan
penulis (2012).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
43
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
44
Jenis
No Kategori Aset Variabel Deskripsi Variabel Isi Variabel
Aset
Barney (2004). Kemampuan
perusahaan dalam
Firm Cash and
Tangible Financial mengumpulkan uang kas
11. Cash Angka Mutlak
Resource Capital (Nilai uang kas dan setara
Equivalent
kas yang ada dalam
perusahaan).
Lee & Miller (1999). Jumlah
anggaran yang dikeluarkan
Intangible Organizational Total oleh perusahaan untuk total
12. Angka Mutlak
Resources Capabilities Compensation kompensasi termasuk
benefit, berbagai tunjangan
dan liburan per tahun.
Carnelli & Tisler (2004).
Intangible Human Human
13. Jumlah karyawan yang ada Angka Mutlak
Resources Resources Resources
dalam perusahaan per tahun.
Organizational
Delaney & Huselid (1996).
Capabilities –
Penerimaan yang
Intangible Human Recruitment
14. ditunjukkan dengan jumlah
Resource Resources Program Angka Mutlak
karyawan yang direkrut oleh
Management
perusahaan per tahun.
Practices
Ray, Barney, Muhanna
(2004). Jumlah dana per
bulan yang dialokasikan
Intangible Organizational Training and untuk pengembangan
15. Angka Mutlak
Resource Capabilities Development karyawan untuk kegiatan
pendidikan dan pelatihan
karyawan baik di dalam
maupun di luar negeri
Ray, Barney & Muhanna
(2004). Lingkungan kerja
Intangible yang kondusif dalam
Conducive
16. Resource Routines mendukung pelaksanaan Angka Mutlak
Work Climate
kerja.
Tidak kondusif = 0
Kondusif = 1
Tidak ada
keterbukaan
dalam
Ray, Barney & Muhanna berkomunikasi
Intangible (2004). Keterbukaan dalam =0
Opennes in
17. Resource Routine berkomunikasi baik antar
Communication
akaryawan maupun antara Ada
pimpinan dan bawahan. keterbukaan
dalam
berkomunikasi
=1
Tidak ada
kerjasama
Intangible Ray, Barney & Muhanna
kelompok = 0
18. Resource Routines Teamwork (2004). Kerjasama kelompok
(teamwork).
Ada kerjasama
kelompok = 1
Intangible Remuneration Total Remunerasi untuk
Organizational
19. Resource for BOC and Dewan Komisaris dan Angka Mutlak
Capabilty
BOD Dewan Direksi
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
45
Jenis
No Kategori Aset Variabel Deskripsi Variabel Isi Variabel
Aset
Combs & Ketchen (1999).
Pengalaman dari Top
Intangible Top
Human Management yang
20. Resource Management Angka Mutlak
Capital ditunjukkan dari jumlah
Experience
tahun pengalaman kerja
sebagai Presiden Direktur.
Intangible Nothnagel (2008). Umur
21. Other Resource Age of the Firm Angka Mutlak
Resource Perusahaan
Telah bekerja
kurang dari 10
tahun = belum
memiliki
karakter unik
Karyawan yang memiliki perusahaan = 0
karakter yang unik (Loyalis,
Employee True Believer, Value Driven, Telah bekerja
Intangible Human
22. Competence Spiritual enriched, Creative). di Lippo
Resource Resource
and Skills Menurut Hatch & Dyer Karawaci
(2004) ditunjukkan oleh selama lebih
lama bekerja di perusahaan. dari 10 tahun
(sudah
memiliki
karater unik
perusahaan) =
1
Silke Scheer (2009) Lemah = 1
Entrepreneur
Intangible Human Pendiri perusahaan sebagai Tidak Kuat = 2
23. as a bisnis
Resource Resource pemimpin kognitif (cognitive Kuat= 3
leader
leadership). Sangat Kuat= 4
Jumlah
anggota Dewan
Komisaris
setiap tahun,
persentase
Morten Huse (2007).
Komisaris
Kompetensi Dewan
Independen
Komisaris yang dinilai
dibandingkan
Intangible Boards melalui jumlah, komposisi
24. Other Resource jumlah
Resource Competence keterwakilan semua pemilik
seluruhnya
saham dan proses yang
serta kehadiran
terjadi dalam Dewan
para anggota
Komisaris.
Dewan
Komisaris
dalam setiap
pertemuan per
setahun.
Peran pemegang saham
perusahaan dalam proses
pengambilan keputusan yang
General tercermin dalam jumlah
Intangible
25. Other Resource Meeting of keputusan yang diambil Rasio
Resource
Shareholder dalam Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS)
baik RUPS Tahunan maupun
RUPS Luar Biasa.
Intangible Reputational Nama baik dan citra
26. Other Resource Rasio
Resource Resource perusahaan yang dinilai oleh
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
46
Jenis
No Kategori Aset Variabel Deskripsi Variabel Isi Variabel
Aset
lembaga eksternal
perusahaan yang ditunjukkan
dengan banyaknya
penghargaan yang diterima
oleh perusahaan per tahun.
Tobins Q, yaitu
rasio antara
dari
Kapitalisasi
Pasar dibagi
total harta.
Keunggulan perusahaan = Kapitalisasi
Leading and Perusahaan memiliki aset pasar
Intangible
27. Other Resource impacting lives yang memenuhi kriteris merupakan
Resource
corporation VRIA = dinilai perkalian
menggunakan Tobins Q. antara harga
pasar saham
per lembar
dikalikan
dengan jumlah
saham yang
beredar.
Sumber: Delaney & Huselid (1996), Miller & Shamsie (1997), Combs & Ketchen (1999), Helfat
(1999), Ray, Barney & Muhanna (2004), Morten Huse (2007), Menurut Hatch & Dyer (2004), dalam
Nothnagel (2009), Scheer (2009) dan hasil olahan penulis (2012)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
47
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
48
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
49
Fontana (2009) dan juga Schendel dan Hitt (2007) mengatakan bahwa
strategic enterpereurship adalah deal with imagination, ideas, invention, and
innovation. Focuses on the discovery on creation of new things with advance from
which society benefits through new value proposition that better serve needs of some
segment or the whole, of society.
Pengertian lain menyebutkan bahwa kewirausahaan adalah kemampuan
melihat dan menilai kesempatan-kesempatan (peluang) bisnis serta kemampuan
mengoptimalisasikan sumber daya dan mengambil tindakan serta bermotivasi tinggi
dalam mengambil resiko dalam rangka mensukseskan bisnisnya. Manajemen
kewirausahaan bersifat holistik, termasuk menyangkut lingkungan internal
perusahaan. Salah satu implementasi dari hal tersebut adalah strategi kewirausahaan
yang menyangkut kesesuaian kemampuan internal dan aktivitas perusahaan dengan
lingkungan eksternal dimana perusahaan harus bersaing dengan menggunakan
keputusan-keputusan strategis. Dalam implementasi strategi usahanya, wirausaha
biasanya menggunakan dalam satu strategi dari empat strategi, sebagai yang
dijelaskan berikut ini.
Pertama, berada pertama di pasar dengan produk dan jasa baru. Strategi ini
sering dipilih oleh wirausahawan meskipun paling berisiko. Setelah strategi pertama
sukses, maka selanjutnya mempertahankan kepemimpinan pasar (market leader).
Kedua, Posisi produk dan jasa baru tersebut pada relung pasar (niche market) yang
tidak terlayani. Strategi ini menyangkut pengembangan ketrampilan untuk
menganggapi peluang yang diciptakan oleh perusahaan yang berada di pasar pertama.
Yang sering terjadi adalah banyak peniru yang kemudian memperbaiki atau
memodifikasi barang dan jasa untuk menciptakan nilai yang lebih tinggi bagi
pembeli. Untuk itu wirausaha perlu memindahkan daya saingnya ke segmen pasar
lain dengan menominasi segmen pasar kecil yang dipandangi perusahaan besar tidak
memiliki peluang. Ketiga, fokus barang dan jasa pada relung yang kecil tetapi bisa
bertahan, yaitu perusahaan karakteristik prosuk, pasar, atau industri yang berbasis
pada inovasi. Strategi ini dilakukan dengan mengubah produk dan jasa yang sudah
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
50
ada, misalnya mengubah manfaat, nilai and karakteristik ekonomi lainnya. Keempat,
mengubah karakteristik produk-produk pasar atau industri.
2.8. Ambidexterity
Kesuksesan jangka panjang sebuah organisasi tergantung dari kemampuan
organisasi untuk melakukan eksploitasi kapabilitas yang ada dan secara simultan
melakukan eksplorasi secara fundamental kompetensi yang baru (Levinthal & March,
1993; March, 1991 dalam Raisch, 2009). Aktivitas pembelajaran eksploitasi terkait
dengan mengatur hal yang sudah ada (produk, karyawan, nilai-nilai) yang mengarah
kepada efisiensi, berubah dengan lambat dan berpikir konvergen untuk kinerja jangka
pendek. Sementara aktivitas pembelajaran eksplorasi menitikberatkan kepada
kebutuhan untuk melibatkan usaha erksperimen, pembelajaran secara cepat, dan
berpikir divergen untuk mencapai sukses jangka panjang (Gibson dan Birkinshaw,
2004; March, 1991; Tushman dan O'Reilly, 1996).
Untuk mengatur kedua hal yang saling bertentangan ini, pimpinan
organisasi harus mampu secara simultan mengatur logika-logika dominan yang saling
bersaing tersebut (Prahalad dan Bettis, 1986), melihat kedepan sekaligus melihat
kebelakang (Gavetti dan Levinthal 2000), sekaligus menciptakan kesempatan, dan
juga kerangka yang mengancam (Gilbert, 2006). Oleh sebab itu, diperlukan adanya
kemampuan organisasi untuk bisa mengatur aktivitas eksplorasi dan eksploitasi
secara bersamaan. Kemampuan ini kemudian dikenal dengan nama ambidexterity.
Ambidexterity sendiri berasal dari kata latin ambi yang berarti ‘dua’ dan dexter yang
berarti ‘tepat’ atau ‘baik’, sehingga ambidexterity secara literatur berarti ‘tepat pada
kedua sisi’. Dalam ilmu biologi, orang ambidextrous adalah yang memiliki
kemampuan yang seimbang dalam menggunakan tangan kanan dan kirinya atau otak
kanan dan otak. Dalam ilmu organisasi, organisasi ambidextrous diartikan sebagai
organisasi yang memiliki kemampuan yang sangat baik dalam mengeksplorasi dan
mengeksploitasi secara simultan. Adapun orang yang pertama kali memperkenalkan
terminologi ambidextrous organization atau ambidexterity dalam organisasi adalah
R.B Duncan pada tahun 1976.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
51
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
52
mendorong kepatuhan baik untuk standar kerja yang telah ditetapkan dan penggunaan
kreativitas sebagai pengingat situasi. Mereka menemukan bahwa tim dengan standar
lebih serta lingkungan kerja kreatif memiliki tingkatan kinerja tim yang lebih tinggi
dan memiliki dampak kepada kepuasan pelanggan. Ambidextrous Organization
adalah bentuk organisasi yang kompleks yang terdiri atas arsitektur internal yang
tidak konsisten, beberapa bersifat kolektif, mampu beroperasi secara bersamaan untuk
efisiensi jangka pendek serta inovasi jangka panjang (Bradach, 1997; O'Reilly &
Tushman, 2004; Tushman & O'Reilly, 1996). Hal ini dianalogikan oleh Tushman
seperti seorang akrobatik yang perlu untuk menangani beberapa bola pada saat yang
sama, maka organisasi harus bersaing di pasar secara bersamaan (Tushman &
O'Reilly, 1996).
Karakteristik organisasi dari beberapa organisasi ambidextrous yang
memungkinkan mereka untuk mengejar eksplorasi dan eksploitasi secara bersamaan
tanpa meningkatkan biaya koordinasi secara ekstensif, O'Reilly dan Tushman (2004).
Mereka mendefinisikan organisasi ambidextrous sebagai:
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
53
2004; Tushman & O'Reilly, 1996). Membangun organisasi ambidextrous tidak berarti
mudah, mengingat adanya keharusan untuk dapat menyeimbangkan sifat paradoks,
serta melakukan sinkronisasi antara eksplorasi dan eksploitasi.
Ambidekteritas sendiri dapat terjadi di setiap tingkat dalam organisasi.
Misalnya, pada level strategik, masalah ambidexteritas muncul ketika terjadi dilema
antara manajer senior yang harus memutuskan apakah akan menggunakan
kesempatan untuk melakukan inovasi ataukah pengembangan (Smith dan Tushman,
2005), sementara, pada tingkat proyek, ambidexterity melibatkan penyusunan
karakteristik struktural seperti insentif, kepemimpinan dari tim proyek, dan struktur
tim yang memperbolehkan proyek yang terkait dengan inovasi dan pengembangan
muncul pada tempat yang sama (Cole dan Matsumiya, 2007; Carillo dan Gaimon,
2004). Ambidexterity kemudian membutuhkan adanya hubungan antara level strategik
dengan level proyek untuk mensinkronisasikan dan menyambungkan kedua tingkatan
tersebut (Gibson dan Birkinshaw, 2004).
Terdapat dua bentuk ambidexterity, yaitu structural ambidexterity dan
contextual ambidexterity. Dalam structural ambidexterity, terdapat dua bentuk
struktural yang dikemukakan oleh Duncan (1976). Argumentasi yang dikemukakan
oleh Duncan ketika itu adalah bahwa organisasi harus menempatkan kedua struktur
pada tempatnya karena menginisiasi dan mengimplementasikan inovasi memiliki
kebutuhan yang berbeda. Struktur ini dapat ditempatkan baik dalam unit bisnis yang
berbeda atau dalam grup yang berbeda di dalam satu unit bisnis. Tushman dan
O’Reilly (1996) kemudian merumuskan hal yang sama, tetapi lebih komprehensif
untuk melakukan ambidexterity. Mereka berteori bahwa organisasi dapat mengatur
tekanan antara eksplorasi dan eksploitasi melalui unit bisnis yang terpisah secara
struktural. Dalam structural ambidextrity, sub unit yang berbeda memiliki
kompetensi, sistem, insentif, proses, dan budaya yang berbeda pula yang kemudian
secara internal diselaraskan dan diatur untuk ekplorasi dan eksploitasi. Secara lebih
lanjut, mereka juga memiliki teori bahwa kemampuan manajemen senior untuk
mengintegrasikan sub unit yang melakukan eksplorasi dan eksploitasi pada tingkatan
organisasi sangat penting untuk menhasilkan ambidexterity.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
54
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
55
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
56
yang tepat antara inovasi dan pengembangan. Cara yang biasa digunakan untuk
menyediakan cognitive ambidexterity antara lain adalah pendekatan perencanaan
berkelanjutan, penggunaan tim perencanaan multi level, analisis infomasi, serta fokus
kepada pelanggan dan pasar.
Penelitian mengenai kognisi secara lebih lanjut menyediakan ide mengenai
pengolahan informasi yang berkaitan dengan kemampuan organisasi dalam
mengeksplorasi dan mengeksploitasi. Dua arus dari penelitian yang ada
mengidentifikasi adanya proses kognitif yang berlawanan yang berhubungan dengan
pendekatan inkonsistensi atau pilihan paradoksial, yakni diferensiasi dan integrasi
(Langer 1989; Suedfeld et al. 1992). Diferensiasi sendiri mengarah kepada
pemecahan masalah yang berhubungan dengan pilihan yang lebih banyak, solusi yang
lebih kreatif, dan pemikiran yang lebih integratif (Weick dan Sutcliffe 2001). Pada
sisi yang lain, Suedfeld dan kolega (1992) menemukan bahwa kebanyakan
pendekatan yang ada menjadi inkonsisten karena mengetahui perbedaan tersebut dan
dengan melakukan hal tersebut, telah mempolarisasi perbedaan antara kedua pilihan.
Hasilnya adalah adanya kemungkinan untuk terjadinya integrasi antara produk yang
sudah ada (eksploitasi/pengembangan) dengan inovasi (eksplorasi). Argumen yang
dikemukakan adalah bagaimanapun juga lebih banyak kompleksitas berhubungan
dengan cara berpikir yang lebih integratif. Sebagaimana yang diungkapkan oleh
Suedfeld et al sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
57
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
58
demands for alignment and adaptability (seperangkat sistem atau proses (kombinasi
dari disiplin, dukungan, kepercayaan, dan kekuatan) yang memungkinkan dan
mendukung individu-individu dalam organisasi untuk membuat penilaian mereka
sendiri mengenai bagaimana mereka membagi waktu mereka dalam menghadapi
permintaan yang bertentangan dari penyelarasan dan adaptabilitas). Beckman (2006)
berargumen bahwa tim pendiri yang berbeda dapat menjadi ambidextrous dalam
strategi mereka untuk mengembangkan kinerja perusahaan. Organisasi dapat
mengembangkan ambidexterity melalui konteks interorganisasional seperti fungsi
(pemasaran atau pengembangan riset), struktur (rekanan yang ada saat ini atau
rekanan baru) dan atribusi (rekanan yang serupa atau tidak serupa) (Lavie dan
Rosenkopf, 2006). Organisasi juga dapat membangun ambidexterity intra organisasi
melalui partisipasi dari manajer dalam menghadapi lintas fungsional dan hubungan
dari manajer dengan anggota organisasi lainnya (Mom et al., 2009).
Dalam contextual ambidexterity, terdapat beberapa antesenden yang
memiliki pengaruh terhadap ambidexteritas dari organisasi. Beberapa antesenden
tersebut diantaranya adalah budaya, kepemimpinan, dan kompetensi.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
59
“A pattern of shared basic assumptions that the group learned as it solved its
problems of external adaptation and integration, that has worked well enough
to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the
correct way to perceive, think and feel in relation to these problems”
Kebudayaan merupakan sebagai produk dari masa lalu yang berhasil, Earley
dan Soon Ang (2003). Pada saat sebuah organisasi berkembang dan berevolusi,
asumsi budaya menjadi terikat ke dalamnya secara psikis yang kemudian diterima
begitu saja oleh anggotanya. Asumsi yang berdasarkan pengalaman masa lalu ini
kemudian bekerja sebagai filter dalam hal organisasi berpersepsi dan berpikir,
menentukan caranya untuk memandang dunia yang kemudian akan mempengaruhi
strategi dan pilihan yang diambil. Budaya juga berisi pola cara berpikir, merasakan,
dan bereaksi terhadap berbagai situasi dan tindakan.
Ada beberapa manifestasi dari budaya yakni misi dan nilai yang dimiliki
oleh suatu organisasi yang menyediakan inidikasi dari adanya budaya ditingkat
pertama, yang kemudian mendefinisikan alasan dari keberadaan organisasi tersebut
dan perilaku yang dibutuhkan untuk mencapai misi tersebut, Neo (2007). Penurunan
dari nilai-nilai tersebut adalah filosofi formal, yakni perluasan nilai-nilai dan prinsip-
prinsip yang memandu tindakan untuk mencapai misi. Budaya juga terdapat dalam
peraturan dan norma berperilaku dari suatu kelompok, yakni peraturan-peraturan
yang secara implisit mengatur interaksi diantara anggota yang berbeda dalam suatu
organisasi yang bertujuan untuk memperkuat integrasi internal. Schein (1992)
kemudian berpendapat bahwa:
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
60
high level of self confidence and determination but they typically have strong
assumptions about the nature of the world, the role that the organizations
play in the world, human nature and relationships, how truth is arrived at,
and how to manage time and space. Organizational culture is created when
leaders externalize their own assumptions and embed them gradually and
consistently into the mission, goals, structures and decision processes of the
organization”.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
61
memiliki kinerja yang lebih baik karena adanya norma-norma dan tekanan sosial
yang memfasilitasi mereka. Terlebih lagi, mereka menemukan bahwa bekerja dalam
tim dengan proyek yang berkaitan dengan pelayanan dan riset memicu adanya
kerangka referensi yang terintegrasi yang memungkinkan terjadinya “ambidextrous
mindset atau pola pikir ambidextrous” yang tidak memilih antara eksplorasi dengan
eksploitasi, melainkan memperlakukan kedua hal tersebut secara sama dan seimbang.
Bierly dan Daly (2007) turut mengajukan sistem organisasi tertentu yang
turut mendukung ekplorasi dan eksploitasi secara simultan. Namun, sayangnya
mereka tidak menyelidiki secara empiris mengenai proposisi yang mereka ajukan.
Sistem ini termasuk team-based structures, an organizational culture that values and
promotes change, open communication channels, and human resource practices that
promote creativity and innovation (struktur berbasis tim, sebuah budaya organisasi
yang menghargai dan mendukung perubahan, saluran komunikasi yang terbuka, serta
praktek sumber daya manusia yang mendukung kreativitas dan inovasi).
Konteks seperti apa yang dapat memfasilitasi ambidexterity dalam sebuah
tim yang baru saja digabungkan karena adanya akuisisi sebagai aksi korporasi, telah
diteliti oleh Nemanich dan Vera (2009). Para penulis ini kemudian mengemukakan
teori bahwa budaya pembelajaran terdiri atas keamanan secara psikologis,
keterbukaan pada opini yang berbeda, dan partisipasi dalam pembuatan keputusan
untuk mendukung ambidexterity kelompok dan secara empiris telah menunjukkan
dampaknya pada konteks akuisisi. Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa
budaya dan konteks kerja memiliki peranan penting untuk mendukung contextual
ambidexterity, dimana tipe kontekstual memberikan kondisi konteks tertentu yang
dapat memberdayakan dan mendukung pegawai untuk melaksanakan baik aktivitas
yang bertujuan eksplorasi dan eksploitasi serta memutuskan bagaimana cara terbaik
bagi mereka untuk membagi waktunya diantara aktivitas-aktivitas tersebut.
b. Kepemimpinan
Pada tipe contextual ambidexterity, dinamika antara kegiatan yang
berorientasi pada penyelarasan dan adaptasi tidak hanya dihadapi oleh pemimpin
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
62
puncak, tetapi juga pada tingkat pegawai. penelitian pada contextual ambidexterity
sebelumnya mengemukakan teori bahwa konteks dari organisasi akan memungkinkan
pegawai untuk bertindak untuk melakukan penyelarasan dan adaptabilitas. Dalam hal
ini, pemimpinlah yang mendapatkan tantangan untuk menciptakan sebuah konteks
yang dapat mendukung pegawai untuk menyeimbangkan ketegangan tersebut. Gibson
dan Birkinshaw (2004) melihat bahwa manajemen puncak merupakan kunci untuk
menerapkan sistem dan proses yang dapat mendukung konteks tersebut. Manajemen
puncak yang memiliki peranan disini lebih kepada pemimpin senior yang bertugas
untuk menerapkan sebuah konteks yang dapat memberdayakan setiap pegawai untuk
menggabungkan eksplorasi dan eksploitasi di tingkatannya.
c. Kompetensi
Penelitian tentang ambidexterity menekankan bahwa eksplorasi, eksploitasi
dan kombinasi diantara keduanya membutuhkan adanya pengetahuan, keterampilan,
kemampuan dan kompetensi tertentu dari setiap anggota organisasi. Pada organisasi
yang bertujuan untuk mencapai ambidexteritas melalui unit-unit eksplorasi dan
eksploitasi yang terpisah, manajer senior harus melakukan penciptaan makna dari
konteks adanya kontradiksi dan untuk mengekstraksi keuntungan yang didapatkan
yang berhubungan dengan agenda strategis yang bertentangan (Smith dan Tushman,
2005).
Sumber daya manusia seperti apa, yang kemudian didefinisikan sebagai
pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan kompetensi lainnya dari anggota
organisasi yang dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan
pembelajaran ekplorasi dan eksploitasi telah didiskusikan oleh Kang dan Snell
(2009). Mereka kemudian membaginya dalam modal SDM spesialis dan generalis.
Modal SDM secara spesialis tampak lebih sukses untuk melakukan eksploitasi
dibandingkan eksplorasi karena spesialis biasanya memiliki tingkat pengetahuan yang
lebih dalam pada suatu area spesifik tertentu, yang tentunya akan menjadi lebih
efektif dalam mendapatkan dan mengasimiliasikan pengetahuan baru pada jangkauan
yang lebih sempit (eksploitasi). Secara berlawanan, mereka menyarankan bahwa
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
63
Nama
No Peneliti Judul Jurnal Hasil
(Tahun)
Dalam kontekstual ambidexterity
terdapat beberapa karakteristik
yang istimewa yakni struktur
formal, model operasional bisnis
dan persetujuan target,
semistruktur, fluid project based
Continuously
structures, sistem SDM, nilai
Wolfgang H. Hanging by a Schmalenbach
budaya dan norma sosial, orientasi
Güttel/ Thread: Business Review,
pada kinerja dan norma-norma
1 Stefan W. Managing Vol. 61, pp. 150-
kelompok, dan kerangka kerja
Konlechner Contextually 171, April 2009
yang terintegrasi. Dalam mencapai
(2009) Ambidextrous
kontekstual ambidexterity sendiri
Organizations
terdapat beberapa hal yang harus
dicapai, yaitu kepemerintahan yang
strategis dan pengawasan,
pengaturan konflik dan kohesi,
serta menghubungkan antara
eksplorasi dan eksploitasi.
Hasil penelitian menunjukkan
adanya faktor-faktor yang bersifat
Contextual
sebagai variabel antesenden untuk
Ambidexterity in
Christian Disertasi mencapai organisasi yang
Organizations:
2 A.J. Schudy University of ambidextrous, yaitu norma dan
Antecedents and
(2010) Saint Gallen budaya, kompetensi,
Performance
kepemimpinan, serta mekanisme
Consequences
pertukaran pengetahuan. Norma
budaya, kompetensi dan
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
64
Nama
No Peneliti Judul Jurnal Hasil
(Tahun)
kepemimpinan merupakan faktor
penting untuk mendapatkan
contextual ambidexterity.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa suatu organisasi dapat
menyeimbangkan eksplorasi dan
Managing eksploitasi melalui proses kognitif
Strategic dengan melakukan pengadopsian
Ambidexterity: kerangka kerja yang lebih luas
Wendy K Research Paper
Top Teams and sebagai tujuan organisasi mereka,
3 Smith – University of
Cognitive Process melakukan diferensiasi produk
(2005) Delaware
to Explore and yakni mengenali perbedaan antara
Exploit produk yang sudah ada dengan
Simultaneously produk yang baru, serta melakukan
integrasi yakni mengidentifikasi
sinergis dan sumber daya yang
dapat dibagi bersama.
Di tengah lingkungan berubah
cepat yang ditandai dengan
hiperkompetisi dan berskala
global, keunggulan bersaing
semakin bergantung dari
kemampuan kombinasi strategi
paradoksal. Strategi paradoks
mencakup dimensi kontradiksi
Wendy K namun tetap integratif. Pengelolaan
Complex Business
Smith, Andy model bisnis yang kompleks
Models:
Binns and Long Range tergantung dari faktor
4 Managing
Michael L Planning (2010) kepemimpinan, yang dapat
Paradox
Tushman membuat keputusan dinamis,
Strategically
(2010) membangun komitmen baik
visioner maupun tujuan yang
spesifik, pembelajar aktif dari
berbagai lini/sumber, dan
mengelola konflik. Kepemimpinan
yang berfokus pada tim dan
berfokus pada sang pemimpin
menjadi kata kunci sukses
mengelola strategi paradoks
Paradigma riset organisasi yang
Sebastian muncul dewasa ini yaitu
Raisch, Organizational Organizational Ambidexterity.
Julian Ambidexterity: Orgamization Keempat penulis makalah ini
Birkinshaw, Balancing Science Vol.20, sepakat bahwa pentingnya
5 Gilbert Exploitation and No.4, July – Organizational Ambidextry bagi
Probst, dan Exploration for August 2009, kinerja jangka panjang perusahaan.
Michael L Sustained pp.685-695 Akan tetapi, masih muncul empat
Tushman Performance tekanan kunci (four fundamental
(2009) tentions) bagi Organizational
Ambidexterity: Soal diferensiasi vs
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
65
Nama
No Peneliti Judul Jurnal Hasil
(Tahun)
integrasi, inidvidu vs organisasi,
statis vs dinamis, dan internal vs
eksternal. Riset-riset tentang
Organizational Ambidexterity
menunjukkan beberapa individu,
grup maupun organisasi sukses
dalam jangka panjang. Untuk itu,
perlu dipahami tentang strategi,
struktur dan proses yang
membangun keseimbangan dan
harmonisasi syarat-syarat yang
terlihat kontradiktif.
Disertasi Heavey (2009) berpijak
dari peran penting Top
Manajement Team (TMT) bagi
orientasi organisasi ambidexter.
Lebih jauh, studi ini berupaya
mengetahui atribut-atribut khusus
A dynamic
Dissertation dari TMT yang mendorong usaha-
Ciaran managerial
University of usaha membangun Ambidextrous
6 Heavey capabilities model
Connecticut, Organization. Berdasarkan
(2009) of organizational
2009 kerangka pemikiran dinamika
ambidexterity
manajerial terdapat tiga atribut
utama: intensitas sumber daya
manusia, intensitas jejaring sosial
dan transactive memory yang
menggarisbawahi kontribusi TMT
bagi orientasi Ambidexter.
Dalam penelitian yang dilakukan
ketiga peneliti ini, peneliti
mengeksplorasi bagaimana
perusahaan-perusahaan mampu
membangun unit-unit organisasi
ambidexter sebagai respon
Exploratory kebutuhan lingkungan. Peneliti
Justin J.P innovation, menguji faktor lingkungan dan
Jansen, exploitative Schmalenbach anteseden organisasi yang
Frans AJ innovation, and Business Review, mempengaruhi suatu unit dalam
Van den ambidexterity: Vol. 57, pp. 351- organisasi ambidexter. Penelitian
7
Bosch, and The impact of 363, October memperoleh bukti bahwa
Henk environmental 2005 perusahaan multi unit dapat
W.Volberda and membangun unit-unit organisasi
(2005) organizational ambidexter guna menghadapi
antecedents kompetisi dalam lingkungan
kompetitif yang dinamis. Lebih
jauh, peneliti menunjukkan bahwa
unit organisasi dengan
desentralisasi wewenang dan
hubungan sosial yang saling
berkait dapat berlaku sebagai
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
66
Nama
No Peneliti Judul Jurnal Hasil
(Tahun)
ambidexter dan mengejar inovasi
yang eksploratif dan eksploitatif
sekaligus. Studi ini memberikan
pandangan baru tentang bagaimana
perusahaan multi unit dapat
mengatasi tekanan kontradiktif
bagi kesinambungan inovasi
Studi Datta bermaksud
menjelaskan kemampuan
An integrative
komersialiasi inovasi sebagai isu
model to explain
sentral bagi bertahan dan
the ability to
suksesnya suatu perusahaan. Datta
commercialize Journal of
mengeksplorasi literatur yang
innovations: Management and
Avimanyu membangun model integratif bagi
8 Linking networks, Strategy, Vol 2
Datta (2011) anteseden, mediator dan moderator
absorptive No.2, pp 2-22,
dari komersialisasi. Peneliti
capacity, June 2011
mendapatkan jejaring di dalam
ambidexterity and
maupun antar perusahaan serta
environmental
sumber daya yang mereka miliki
factors
sebagai pendorong utama
kemampuan komersialisasi.
Sumber: Justin J.P Jansen, Frans AJ Van den Bosch, and Henk W.Volberda (2005), Wendy K Smith (2005),
Ciaran Heavey (2009), Sebastian Raisch, Julian Birkinshaw, Gilbert Probst, dan Michael L Tushman (2009),
Wolfgang H. Güttel/ Stefan W. Konlechner (2009), Wendy K Smith, Andy Binns and Michael L Tushman (2010),
Christian A.J. Schudy (2010), Avimanyu Datta (2011), hasil olahan penulis (2012).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
67
Sumber: March (1991), O’Reilly (1996), Bradach (1997), Adler (1999), Gaventi dan Levinthal (2000), Smith dan
Tushman (2002), Benneth dan Tushman (2003), Margolis dan Walsh (2003), Gibson dan Birkinshaw (2004),
Smith (2005), Lubatkin et all (2006), Gilbert (2006), Gibson dan Birkinshaw (2007), hasil olahan penulis (2012)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
68
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
BAB III
METODE PENELITIAN
69 Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
70
model tersebut, yaitu seperti Prevost (1976), Naughton (1979), Mingers (1980, 1984),
Checkland (1981), Jakcson (2001), dan Flood (1999). Untuk lebih memahami
perbedaan perspektif dan kerangka kerja paradigma dari SSM, Gambar 3.1
(Lampiran) menampilkan pemetaan SSM yang dilakukan oleh Burrel & Morgan
(1979). Pada gambar pertama merepresentasikan pandangan Checkland (1981).
Dalam kaitannya dengan penelitian yang menggunakan SSM, menurut
Houghton dan Ledington (2002), perspektif kontemporer terdiri atas tiga aturan
konstitutif. Pertama, harus menerima dan bertindak berdasarkan asumsi bahwa
realitas sosial dikonstruksikan secara sosial dan berkesinambungan. Kedua, harus
menggunakan intelectual device secara eksplisit untuk mengeksplorasi, mengerti, dan
mengambil tindakan dalam situasi yang penuh tanya. Ketiga, harus melibatkan
intelectual device berupa holons dalam bentuk model sistem dari tindakan bertujuan
pada basis worldviews yang digambarkan (Checkland 1999). Hal ini menyebabkan
fokus dari SSM dari humanisme menjadi paradigma interpretatif.
Selain kesamaan dengan interpretivisme, epistemologi dari SSM juga
memiliki kesamaan dengan realisme. Hal tersebut dikemukakan oleh Blaikie (1993)
dalam Rose dengan pernyataan sebagai berikut:
“Pembuatan model dari mekanisme, jika model tersebut eksis dan bertindak
dalam jalur yang diterima sebagai dalil, model tersebut akan memberikan
catatan bagi fenomena yang diperiksa. Model ini merupakan deskripsi
hipotetis, yang diharapkan dapat mengungkap mekanisme realitas, yang
hanya dapat diketahui melalui konstruksi gagasan-gagasan mengenai realitas
tersebut.”
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
71
asumsi yang sama mendefinisikan interpretive thinking dan soft thinking sebagai
rekomendasi dua hal yang sama. Soft sytems thinking merupakan sebuah thinking
yang mengenali adanya subjektivitas (Gammack, 1995).
Berdasarkan berbagai kesamaan yang dikemukakan para ahli di atas, maka
pendekatan penelitian ini adalah post positivism berdasarkan komponen pokok teori
dan metodologisnya (Karl Popper dan Kuhn, 1970) yaitu metode penelitian:
kualitatif, sifat metode post-positive: subyektif, penalaran: induktif dan
interpretative.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
72
pemerhati dari dunia luar kita yang ingin menjelaskan sistem secara holistik, dalam
arti keseluruhan entitas terkait dalam sebuah hirarki dengan keseluruhan yang lain”.
Yang dimaksud dengan holistik disini adalah pemerhati memperhatikan tujuan,
sistem atau beberapa sistem yang dipilih, beragam properti serba sistem seperti batas,
input dan output, komponen, struktur, cara tentang bagaimana sistem tersebut
memelihara keadaannya dan juga prinsip koherensi yang dapat menjadikan sistem itu
bertahan sehingga dapat digambarkan bahwa sebuah sistem dapat dikatakan sebagai
sebuah sistem.
Adapun polarisasi dalam metodologi berpikir serba sistem terbagi atas dua
yaitu metodologi berpikir serba sistem keras (hard thinking) dan berpikir serba
sistem lunak (soft thinking). Tabel 3.1 menunjukkan dengan jelas perbedaan antara
hard dan soft methodology walaupun keduanya berbasis berpikir serba sistem dan
konsep serba sistem.
Tabel 3.2. Perbedaan Umum Dua Kategori Berpikir Serba Sistem (Khisty, 1995)
Attribute HSM SSM
Orientation Systematic-goal setting Systemic learning
Roots Simplicity paradigm Complexity paradigm
Believe can be engineered can be explored
Model are intellectual construct
Believe Model are of the world (ontologis)
(epistemologis)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
73
Untuk memahami posisi jenis penelitian ini maka akan disajikan tentang
pengelompokkan metode sistem dan metodologi yang disusun berdasarkan perbedaan
asumsi yang mendasarinya. Perbedaan ini meliputi perbedaan cara pandang terhadap
realitas, keterkaitannya dan kondisi yang memungkinkan intervensi perubahan
dilakukan. Pengelompokkan ini merupakan pengelompokkan tipe ideal yang
memberikan karakteristik kunci (key feature) dari berbagai konteks masalah.
Pengelompokkan konteks masalah (problem context) terdiri dari dua dimensi yaitu
(Robert L. Flood and Michael C. Jackson, Creative Problem Solving, Total System
Intervention, John Wiley and Sons Ltd., 1991): sistem () dan partisipan (partisipants).
Dimensi sistem mengacu kepada kompleksitas relatif dalam suatu sistem
yang menghasilkan situasi masalah di mana masalah yang kompleks itu terjadi.
Sedangkan partisipan adalah suatu hubungan (baik kesepakatan maupun tidak
kesepakatan) antara individu dan pihak terkait yang dapat mendapatkan manfaat atau
kerugian dari suatu intervensi yang dilakukan. Secara umum sebuah sistem dapat
dikategorikan dalam sebuah kontinuum tipe sistem yang akan memudahkan
pemahaman, yaitu di satu sisinya adalah sistem yang relatif sederhana (simple)
sedangkan di sisi lain yang berlawanan adalah sistem yang relatif sangat kompleks
(complex). Menurut Flood dan Jackson, sistem yang sederhana memiliki karakteristik
sebagai berikut: a small number of element, few interaction between element,
attributes of the element are predetermined, interaction between elements is highly
organized, well-defined laws govern behavior, the doesn’t evolve over time,sub do
not pursue their own goals, the is unaffected by behavioral influences, the is
largely closed to the environment.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
74
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
75
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
76
Tidak ada bagian dari cultural stream of SSM yang digantikan oleh CM.
Bahkan penggunaan CM ini memperkaya kontekstual rujukan penelitian dari
sisi pendiri, pemilik modal dan sekaligus pengelola perusahaan. Analisis CM
menjadi penting karena hanya dengan teknik ini dapat digali tentang
pemahaman seorang Riady sebagai entrepreneur sekaligus business leader.
Pemikiran Riady sebagai entrepreneur dan business leader menjadi penting
untuk dipotret karena dari hasil analisis sosial dan analisis politik pada tahap
pertama SSM ditengarai adanya pengaruh yang signifikan dari pendiri
perusahaan dalam setiap proses pengambilan keputusan di tataran strategis
terkait dengan bagaimana membangun keunggulan bersaing perusahaan.
2. Teknik penggabungan dilakukan dengan pertimbangan tidak akan
mengganggu nature dari masing-masing metode yang memiliki karakteristik
berbeda. Model konseptual dibangun berdasarkan logic based sedangkan
model CM dibangun berdasarkan cultural based maka penggabungan terjadi
pada tahap ke-5 dari SSM yaitu pada saat melakukan debating yang
merupakan perbandingan antara intellectual device dengan bukti empiris.
Situasi
Penjelasan
Problematik
Ambidexterity dalam perusahaan yang mengintegrasikan antara
F
eksploitasi dan eksplorasi untuk mewujudkan keunggulan bersaing
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
77
Situasi
Penjelasan
Problematik
perusahaan.
MR Soft Methodology – Based Action Research
MPS Soft Methodology – Based Action Research
A1 Upaya pembelajaran untuk membangun strategic ambidexterity
A2 Upaya pembelajaran untuk membangun contextual ambidexterity
Membangun strategic ambidexterity dalam kapabilitas dinamis dan
P1 Top Management Team cognition di Lippo Karawaci untuk
menciptakan keunggulan bersaing perusahaan.
Membangun contextual ambidexterity dalam struktur formal dan
P2 norma serta nilai-nilai di Lippo Karawaci untuk menciptakan
keunggulan bersaing perusahaan.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
78
Elemen Pihak
tindakan (take action) Academic Advisors:
Prof. Dr. Azhar Kasim, MPA.
Dr. Sudarsono Hardjosoekarto
SSM Practitioner: Retno Kusumastuti
Academic Reviewers: Tim Penguji
Pihak yang terkena dampak
Pendiri Perusahaan, Top Management Team, Karyawan.
dari tindakan
Tempat dimana tindakan
Lippo Karawaci
dilakukan
Kendala terkait dengan
tempat dan lingkungan dari Peraturan Perusahaan, masa studi praktisioner.
tempat ini
Pihak yang dapat
Pemilik perusahaan, Lippo Karawaci, Universitas
menghentikan dilakukannya
Indonesia.
tindakan itu
Sumber: Hardjosokarto (2012) (telah diolah kembali)
Adapun karakteristik praktik penelitian dalam SSM based AR kontinuum ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6. Karakteristik Praktik Penelitian
Penelitian membangun Keunggulan Bersaing
SSM Based AR
Perusahaan melalui Ambidexterity (Aplikasi
Continuum Research
CM dan SSM based AR pada Lippo
Practice
Karawaci)
Universitas Indonesia
1. Academic Advisors:
Academia, sometimes
Assigner Prof. Dr. Azhar Kasim, MPA
external assigners
Dr. Sudarsono Hardjosoekarto
2. SSM Practitioner: Retno Kusumastuti
Membangun keseimbangan antara aktivitas
Develop new knowledge, eksploitasi dan eksplorasi perusahaan dalam
Assignment Research application/ tataran strategic ambidexterity dan contextual
Research agreement ambidexterity untuk menghasilkan keuggulan
bersaing perusahaan.
Membangun keseimbangan antara aktivitas
Established and eksploitasi dan eksplorasi perusahaan dalam
Base hypothesized research tataran strategic ambidexterity dan contextual
knowledge ambidexterity untuk menghasilkan keuggulan
bersaing perusahaan.
Financial Universities, external
Peneliti dan Universitas Indonesia
Provider funding
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
79
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
80
the root definitions; (5) comparison of models and real world; (6) changes
systematically desirable, culturally feasible; dan (7) action to improve the situation.
Ketujuh tahapan SSM tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 3.1 berikut:
Secara lebih rinci, tahapan dalam SSM dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Finding Out
Sebelum melakukan tahapan SSM, praktisi SSM melakukan tinjauan
literatur terkait dengan yang menjadi interestnya. Tinjauan literatur melalui studi
kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari dan menelaah berbagai bahan
bacaan dan sumber-sumber tertulis lainnya, seperti buku, jurnal, artikel, dan literatur
lainnya yang terkait strategic management, innovation, thinking, soft system
methodologies, resource based view, entrepreneurship, strategis entrepreneurship,
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
81
ambidexterity, cognitive map & metode NUMBER for abtract simulation. Langkah
ini dilakukan karena peneliti harus memiliki theoritical framework yang kokoh untuk
menjalani two mades of though yang diperlukan dalam SSM. Dalam finding out ini,
terdiri atas dua tahap yang merupakan siklus baku SSM, yaitu:
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
82
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
83
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
84
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
85
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
86
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
87
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
88
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
89
beberapa aktivitas yang memiliki maksud dan root definitions. Jika root
definitions berkenaan dengan apa sistem yang dimaksud, maka model konseptual
berkenaan dengan apa yang harus dilakukan oleh sistem tersebut supaya menjadi
seperti apa yang dinyatakan dalam root definitions (RD). Berkenaan dengan
model dalam SSM, maka Wilson (2001) dalam Hardjosoekarto (2012)
menegaskan bahwa:
a. Model bukan mewakili situasi tetapi model relevan dengan situasi.
b. Substansi RD berkaitan dengan apa sistemnya itu (what the system is),
sedangkan model konseptual berkaitan dengan apa yang harus dilakukan
oleh sistem itu (what the system must do to be the one defined)
(Hardjosoekarto, 2012)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
90
c. Discussing/Debating
Setelah melalui proses finding out dan membuat model building (model
yang relevan), selanjutnya memasuki proses diskusi dalam tahap kelima.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
91
munculnya berbagai sudut pandang yang selama ini tersembunyi agar muncul
perumusan suatu langkah tindakan untuk perbaikan, penyempurnaan, dan
perubahan situasi dunia nyata (Hardjosoekarto, 2012).
Dalam melakukan komparasai terdapat 4 (empat) cara yang dilakukan
yaitu informal discussion; formal questioning; scenario writing based on
operating the models; and trying to model the real world in the same structure as
the conceptual models (Checkland dan Scholes, 1990).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
92
problematis dan proses SSM tersebut mencari format dan versi situasi baru di
mana mereka dapat hidup bersama-sama (Hardjosoekarto, 2012).
Tiga aspek yang disarankan oleh Checkland dan Poulter (2006) yang
harus dipertimbangkan untuk melakukan perbaikan, penyempurnaan, atau
perubahan adalah perubahan yang terkait struktur (making changes to structures);
perubahan yang berkaitan dengan proses atau prosedur (changing processes or
procedures); dan perubahan yang terkait dengan perilaku (changing attitudes)
(Checkland dan Poulter, 2006).
Secara ringkas, berikut ini adalah tahapan SSM, deskripsi dan teknik
pengumpulan data yang dilakukan di dalam penelitian ini.
Teknik
Tahap SSM Deskripsi
Pengumpulan Data
Identifikasi masalah Mengumpulkan berbagai macam Diskusi formal dan
tidak terstruktur informasi yang berkaitan dengan situasi informal, wawancara
(unstructured problem) problematik melalui data primer dan mendalam, kajian
sekunder. Hasil dari pengumpulan ini akan literatur.
memberikan gambaran mengenai situasi
problematis pada rujukan penelitian.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
93
Teknik
Tahap SSM Deskripsi
Pengumpulan Data
Strukturisasi Menyusun gagasan mengenai situasi Diskusi formal dan
permasalahan problematis secara sistematis berdasarkan informal, wawancara
informasi yang sudah diperoleh di tahap mendalam, kajian
pertama. Peneliti kemudian akan membuat literatur.
strukturisasi permasalahan dari kondisi
unstructured menjadi structured dengan
bantuan Rich Picture.
3.5. Peta Kognitif dan Peta Kausal (Cognitive & Causal Map) – System Dynamics
sebagai Unitary-Simple
Cognitive map mental model berbentuk grafik yang mengekspresikan
pemahaman dan keyakinan seseorang untuk menyusun subyek yang analisis.
Menurut Alesandro Pena, cognitive map merupakan pandangan individu yang bersifat
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
94
parsial dan monoton (Pena, 2007). Hal yang sama dinyatakan oleh Tversky bahwa
cognitive map merupakan representasi mental seseorang terhadap lingkungannya
(Tversky, 1993). Dengan perkataan lain, cognitive map merupakan representasi
seseorang terhadap lingkungan yang bersifat sangat personal. Setiap individu
memungkinkan untuk melakukan pengumpulan, mengorganisasikan, menyimpan
dalam ingatan, dan mengolah informasi sehingga pada saatnya dapat mengungkapkan
dan menguraikan kembali suatu obyek dalam suatu konteksnya (concept). Artinya,
setiap individu dapat memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu lingkungan
yang sama, karena hal ini dipengaruhi oleh keyakinan, pengetahuan serta pemahaman
yang dimilikinya.
Cognitive map berperan tidak hanya sebagai mental mirror yang merupakan
bagian realitas dari otak manusia tetapi juga sebagai alat yang dalam hal
memodifikasi perasaan dan gagasan tentang dunia nyata (Mls Karel, 2009).
Cognitive map berasal dari ilmu psikologi kognitif yang mempertimbangkan sisi
dinamis di dalam pikiran manusia. Pikiran manusia ini merupakan refleksi dari dunia
nyata dan akan mempengaruhi motivasi seseorang dalam pengambilan keputusan dan
berikutnya akan menciptakan atau bahkan mengubah perilaku seseorang. Selanjutnya
Karel berpendapat bahwa cognitive map sesungguhnya merupakan suatu sistem yang
terdiri atas seperangkat konsep yang memiliki hubungan sebab akibat. Setiap konsep
dapat mempengaruhi konsep yang lain baik dalam hubungan yang negatif maupun
positif dan tidak ada interaksi antara konsep yang berdiri sendiri (independent).
Cognitive map biasanya berbentuk gambar yang memiliki tanda dengan arah tertentu
dimana sebuah konsep itu ditandai dengan gambar tertentu sedangkan hubungan
sebab akibat ditandai dengan anak panah yang menghubungkan antara konsep sebab
dengan konsep akibat.
Dalam kajian lain, cognitive map seringkali juga disebut sebagai influence
diagram (ID) dan digunakan untuk simulasi dampak dari kemungkinan suatu
tindakan dilakukan terhadap elemen-elemen yang membangun dalam sistem
(Giordano, et al 2007). Hal yang sama disebutkan oleh Kim (2000) dengan istilah
peta kausal (causal map) ketika menggambarkan mental model dari seorang
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
95
pengambil kebijakan. Kim berpendapat, ada kesulitan ketika peneliti hanya sebatas
memetakan pikiran (cognitive map), sebab hasil pemetaan akan bersifat statis dan
sulit untuk menggambarkan dinamika mental model pengambil kebijakan. Maka
digunakanlah causal map, yaitu sebuah skema yang menggambarkan interaksi antar
faktor-faktor yang diperhitungkan dalam membedah permasalahan sosial. Hal ini
dilakukan dengan menggambarkan relasi-relasi antara berbagai variabel sistem sosial
yang diyakini memiliki kaitan dengan permasalahan yang hendak dibedah (Hokky,
2004). Causal map dapat digunakan untuk dua tujuan, yaitu merumuskan keputusan
(decision assessment) dan diagnosis (Perusich, 2010).
Causal map memungkinkan penggunanya untuk menstrukturisasi tema-
tema tertentu sehingga dapat memberikan petunjuk berharga dalam memetakan
persepsi klien terhadap isu-isu kunci (nub) dalam tema tertentu. Tujuan dan sasaran
dapat diidentifikasi dan dieksplorasi, serta pilihan-pilihan kebijakan yang ada dapat di
periksa ulang manakah yang paling menguntungkan dan mana yang perlu dirinci
secara detail (Ackerman et al 2004). Lebih lanjut dijelaskan bahwa causal map terdiri
atas satu set rangkaian pilihan-dampak (options-outcome) yang saling terkait.
Tuntutan lingkungan sekitar dapat berimplikasi pada strategi yang dipilih untuk
organisasi. Seringkali rangkaian ini akan menghubungkan keseluruhan tujuan yang
ditetapkan oleh organisasi dan perumus kebijakan. Untuk menyusun sebuah peta
(map), sangat penting untuk menanyakan letak suatu konsep dalam tahapan-tahapan
yang membentuk peta (map) tersebut.
3.5.1 Tahapan Penyusunan Peta Kognitif dan Peta Kausal (Cognitive & Causal
Map)
Tidak ada definisi khusus tentang bentuk peta (map) yang benar karena
masing-masing peneliti atau analis dapat membuahkan interpretasi yang berbeda-
beda terhadap data yang sama. Transkrip wawancara, dokumen pidato, dan sumber-
sumber data sekunder lainnya terdiri atas kalimat-kalimat panjang, terkadang
membuat peneliti sulit untuk menangkap ide pokok dari setiap kalimat.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
96
Data penelitian yang digunakan untuk menyusun cognitive map terdiri atas
dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui
kegiatan wawancara mendalam yang dilakukan terhadap narasumber yang sudah
dipilih. Terdapat 3 (tiga) teknik mendasar yang dapat digunakan untuk membangun
cognitive map, yaitu (Ulengin, Topcu, 1997): melalui wawancara mendalam, koding
dari dokumen dan survei kuesioner.
Dalam penelitian ini cognitive map dibangun berdasarkan data primer dan
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara mendalam dan koding
dokumen yang dilakukan terhadap Mochtar Riady (selanjutnya disebut MR) sebagai
pendiri, pengelola, dan pemilik kelompok perusahaan ini. Selain itu, wawancara juga
dilakukan kepada orang-orang yang relevan yaitu:
a. Presiden direktur dan anggota direksi sebagai pihak yang merupakan organ
eksekutif yang penting dalam perusahaan.
b. Pemilik perusahaan untuk mengetahui pemahamanannya dalam mewujudkan
keunggulan perusahaan serta sisi entrepreneurship-nya.
c. Dewan Komisaris sebagai supervisory board yang berperan mengawasi
jalannya perusahaan.
d. Corporate secretary yang mengetahui agenda rapat, laporan perusahaan baik
berupa laporan tata kelola perusahaan maupun laporan keuangan dan laporan
lainnya.
e. Anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan perusahaan.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
97
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
98
dihasilkan oleh seorang peneliti dalam melakukan penelitian terhadap suatu unit
analisis memiliki interpretasi yang berbeda, hal ini tergantung dengan worldview dari
peneliti dan kerangka teori yang mendasarinya. Hal seperti ini terkadang membuat
peneliti mengalami kesulitan dalam menangkap ide pokok dari tahapan penyusunan
cognitive map atau causal map. Pada disertasi ini, penulis menggunakan panduan
yang dirumuskan oleh Ackermann, dkk (1992), yaitu sebagai berikut.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
99
Goal
Strategic Direction 1
Strategic Direction 2
Potential Option 1
Potential Option 2
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
100
Cara yang dapat dilakukan adalah dengan menambahkan anak panah yang
menghubungkan konsep satu dengan lainnya. Tetapkan konsep yang termasuk “alat”
(means) dan konsep yang termasuk “akhir yang diinginkan”. Setiap konsep dapat
dilihat sebagai pilihan yang mengarah pada konsep atasannya (superordinat) yang
pada gilirannya merupakan tujuan dari konsep bawahannya (subordinat).
h. Tahap 8: Pemastian konsep yang lebih umum berada pada posisi superordinat
terhadap konsep-konsep yang membentuknya.
Konsep yang lebih umum ditandai dengan adanya lebih dari satu cara untuk
mencapainya.
i. Tahap 9: Penandaan ide utama dari obyek penelitian.
Hal ini dilakukan dengan memperhatikan titik awal kalimat awal dari obyek.
Titik ini dapat menjadi titik awal untuk membaca keseluruhan peta (map). Sebagai
akibatnya, bisa saja hubungan yang terbentuk dengan konsep lain menjadi positif,
meskipun dimungkinkan untuk mengubahnya menjadi negatif.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
101
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
102
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
103
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
104
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
105
LV INTEGIR DR … (3.1)
dengan
IR 1 LV * CR … (3.2)
DR LV * CR … (3.3)
dimana LV adalah variabel level (Level Variable), IR adalah laju kenaikan
(Increasing Rate), DR adalah laju penurunan (Decreasing Rate), INTEG adalah
INTEGRAL, dan CR adalah rasio yang nilainya berubah-ubah (Changing Ratio).
Untuk memastikan nilai variabel level berada dalam interval tertutup 0, 1 ,
laju kenaikan, yaitu IR, didefinisikan konvergen menuju 0 untuk nilai level variabel
dekat 1. Hal ini dapat dilakukan dengan mengalikan 1 LV ke persamaan variabel
laju, yaitu CR. Di sisi lain, laju penurunan, yaitu DR, didefinisikan konvergen menuju
0 untuk nilai level variabel menuju 0. Hal ini dapat dilakukan dengan mengalikan LV
ke persamaan variabel penurun, yaitu CR. Jadi, nilai variabel level berhenti naik
ketika sampai di 1 dan berhenti turun ketika bergerak ke 0. Dengan cara ini, nilai
variabel level akan tetap berada dalam interval tertutup 0, 1 .
Gambar Perilaku Waktu Hubungan Dasar (Lampiran Bab III) merupakan
contoh yang memperlihatkan hubungan antara variabel level dengan periode waktu
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
106
Penerapan
Metode NUMBER
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
107
Secara ringkas, tahapan analisis data pada penelitian ini dapat dilihat pada
diagram alir seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.3 berikut. Pada tahap awal,
dibutuhkan informasi-informasi terkait variabel-variabel yang akan digunakan untuk
pembuatan cognitive map. Informasi-informasi tersebut dapat berupa tinjauan
literatur, wawancara mendalam, buku tulisan narasumber, prasaran, circular
perusahaan, majalah perusahaan, dan buletin perusahaan. Cognitive map disusun
berdasarkan panduan yang dirumuskan oleh Ackermann et al, (1992). Hubungan
sebab-akibat yang ditimbulkan oleh antar variabel di cognitive map dinyatakan
dengan panah, lalu diberi tanda “+” atau “–” sehingga terbentuk causal map. Dengan
metode NUMBER dari Kim (2000), causal map dikonversikan ke dalam model
system dynamics berdasarkan analisis. Data untuk nilai semua variabel diperoleh dari
data primer (laporan dari divisi perusahaan) dan data sekunder (data perusahaan,
laporan corporate governance, laporan keuangan perusahaan, website perusahan, dan
hasil rapat). Sebelum dilakukan simulasi abstrak, terlebih dahulu dilakukan
normalisasi nilai variabel. Rumus transformasi variabel dapat dilihat seperti Tabel
3.4. Selanjutnya perhitungan simulasi abstrak dilakukan menggunakan nilai variabel
dari data. Rumus simulasi abstrak dapat dilihat seperti pada Tabel 3.5. Kemudian
hasil simulasi abstrak dilakukan analisa untuk keperluan penelitian.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
108
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
109
masing metode memiliki alur yang berbeda untuk kemudian beririsan di tahap ke-5.
Cara penggabungan seperti ini adalah dengan maksud agar tidak akan mengganggu
nature dari masing-masing metodologi yang digunakan. Bahkan justru akan
memperdalam analisis model konseptual yang berdasarkan logic based dengan
penambahan CM secara cultural based.
Gambar-gambar di bawah ini menunjukkan visualisasi dari berbagai
kombinasi yang sudah ada sehingga menunjukkan dinamika yang terjadi dalam
perkembangan aplikasi SSM.
7
1 6
2 5
Real World
7
1 6
2 5
Real World
Other
Thinking
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
110
1
3
Real World
7
1 6
2 5
Real World
4*
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
111
7
1 6
2a 5
2 4a
3 4
Sumber : hasil olahan peneliti (2013)
Gambar 3.8. Simulasi CM dan SSM di dalam penelitian ini
Gambar 3.8 memperlihatkan irisannya antara SSM dengan CM terjadi pada
bagian 4a atau yang menuju tahap 5. Hasil CM pada tahap 4a yang merupakan
tahapan antara tahap 4 dan tahap 5 dalam siklus tahapan SSM. Yang menarik adalah
mengenai mengapa irisannya dilakukan di bagian atas garis pemisah antara cultural
stream of analysis dan logical stream of analysis. Alasannya adalah sesuai dengan
metodologi dalam pembuatan CM sendiri yang merupakan penggambaran dari
persepsi tentang dunia nyata sang entrepreneur maka hasil dari CM tetaplah
merupakan output di ranah empiris atau cultural based . Sehingga analisis CM ini
melengkapi cultural based dari SSM.
Mengapa CM menjadi penting? Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang
ingin membangun ambidexterity dalam mencapai keunggulan bersaing perusahaan
maka CM digunakan terlebih dahulu untuk mendapatkan pemahaman pendiri dan
pemilik perusahaan yang memiliki peran yang sangat powerful dan penting dalam
pengambilan keputusan perusahaan. Pengambilan keputusan yang dimaksud adalah
yang terkait dengan bagaimana menentukan arah strategis dalam pengelolaan sumber
daya yang dimiliki untuk menciptakan keunggulan bersaing perusahaan. Dari hasil
CM diketahui sumber daya mana saja yang strategis dan menjadi prioritas dalam
melakukan aktivitas exploratory innovation dan exploitative innovation.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
112
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
113
perusahaan. Pertimbangan lain adalah bahwa aktivitas yang terjadi dalam sistem ini
sangat kompleks dan partisipan yang terlibat bersifat plural.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
114
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
115
maka triangulasi yang diperlukan sudah embedded terjadi dalam proses atau tahapan
untuk melakukan SSM based AR itu sendiri. Hal ini memungkinkan karena proses
penelitian dalam SSM based AR bersifat cyclical sehingga jika terjadi ketidakpuasan
pada tahap berikutnya, maka peneliti dapat kembali lagi ke tahap sebelumnya untuk
mengulang dan memperbaiki apa yang sudah dilakukan.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
BAB IV
GAMBARAN UMUM LIPPO KARAWACI DAN
PENGUNGKAPAN SITUASI MASALAH
peminjaman dana, perbankan dan jasa keuangan terkait. Di Indonesia, Lippo Group
memiliki 5 (lima) area bisnis utama, yaitu:
1. Jasa keuangan yang merupakan bisnis utama dari Lippo Group yang meliputi
perbankan, investasi, asuransi, sekuritas, manajemen aset dan reksadana.
2. Property dan Urban Development yang meliputi pembangunan kota satelit
terpadu, perumahan, kondominium, pusat hiburan, dan perbelanjaan,
perkantoran, dan kawasan industri.
3. Pembangunan infrastruktur seperti pembangkit tenaga listrik, produksi gas,
distribusi, pembangunan jalan raya, pembangunan sarana air bersih, dan
prasarana komunikasi
4. Bidang industri yang meliputi industri komponen elektronik, komponen
otomotif, industri semen, porselen, batubara, dan gas bumi.
5. Bidang jasa meliputi teknologi informasi, bisnis ritel, rekreasi, hiburan, hotel,
rumah sakit Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) Siloam
Hospital dan pendidikan, yaitu Sekolah Pelita Harapan.
Salah seorang tokoh penting, Billy Sindoro (mantan CEO PT Siloam Health
Care, Tbk.dan memiliki berpengalaman menduduki posisi puncak di kelompok Lippo
sejak tahun 1988) yang disebut Lippo Group secara formal sebagai institusi atau
organisasi bisnis sesungguhnya tidak ada, yang ada adalah perusahaan-perusahaan
dengan nama Lippo dalam kelompok bisnis Lippo Group. Lippo Group lebih
merupakan organisasi informal keluarga yang dipimpin oleh Riady.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
118
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
119
Nilai-nilai yang secara umum ada di Lippo Karawaci adalah sebagai berikut:
fokus pada pelanggan, komitmen pada pencapaian tujuan dan prestasi terbaik,
integritas, kerjasama, inovasi, dan semangat belajar.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
120
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
121
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
122
15 Oktober 1990 oleh Grup Lippo. Lippo Karawaci yang berkedudukan di Karawaci,
Tangerang Selatan, mendapatkan ketetapan hukum melalui Surat Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia No. C2.6774.HT.01.01-Th'91 tanggal 22 Nopember
1991. Visi dari perusahaan ini adalah
“Menjadi perusahaan properti terkemuka dengan tekad untuk menyentuh kehidupan
masyarakat luas di semua lini bisnis yang senantiasa menciptakan nilai tambah bagi
para pemegang saham”. Sedangkan Misi perusahaan adalah:
a. Memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia kelas menengah dan atas di
bidang perumahan, pusat perbelanjaan dan komersial, layanan kesehatan
hiburan, infrastruktur dan jasa perhotelan.
b. Memelihara kelangsungan pertumbuhan usaha melalui pengembangan sumber
pendapatan berkesinambungan (Recurring Income) dan kegiatan
pengembangan yang berkelanjutan.
c. Memberikan lingkungan hidup berkualitas yang meningkatkan pengalaman
sosial dan spiritual bagi para pelanggan, serta menyediakan suasana ramah
lingkungan terbaik pada setiap proyek pengembangannya.
Lippo Karawaci didirikan dengan visi untuk menyentuh kehidupan
masyarakat luas melalui pengembangan kawasan kota mandiri yang terencana dengan
matang dan berkesinambungan, dengan upaya untuk menciptakan lingkungan yang
asri dan bebas banjir serta didukung oleh infrastruktur yang memadai. Melalui
penggabungan usaha dari 8 (delapan) perusahaan properti terkait pada tahun 2004,
perseroan telah mengembangkan portofolio usahanya dengan merambah ke
pengembangan kawasan kota mandiri, pengembangan terpadu berskala besar, retail
mall, rumah sakit, hotel dan sarana rekreasi, serta manajemen properti dan portofolio.
Reputasi Lippo Karawaci sebagai perusahaan properti terkemuka di
Indonesia didasari oleh beberapa kekuatan besar yang selalu memastikan terwujudnya
sukses yang berkesinambungan. Dengan cadangan lahan yang sangat terdiversifikasi
di lokasi-lokasi strategis di seluruh Indonesia, perseroan memiliki model bisnis yang
terintegrasi di sektor properti yang dikelola oleh para profesional yang cakap dan
memiliki pengalaman luas.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
123
Sejak pendiriannya, Lippo Karawaci sudah menorehkan sejarah yang penting dalam
perkembangan perusahaan yang menjadi baseline perkembangan selanjutnya. Tabel
Transaksi Terkait dengan Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa (Lampiran Bab IV)
adalah deskripsi Milestones Lippo Karawaci.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
124
Deskripsi
Okt 1990 Didirikan dengan nama PT Tunggal Reksakencana.
Dimulainya Pembangunan kota mandiri Lippo Village, berlokasi di Tangerang, sekitar
Jan 1993
30 kilometer sebelah barat Jakarta.
Dimulainya Pembangunan kota mandiri Lippo Cikarang, sebuah pengembangan real
Okt 1993 estat dan kawasan industri terpadu di Cikarang, sekitar 40 kilometer sebelah timur
Jakarta.
Penawaran Saham Perdana sejumlah 30.800.000 saham dan tercatat di Bursa Efek
Jun 1996
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia).
Dimulainya pembangunan kota mandiri Tanjung Bunga, sebuah pengembangan real
Jun 1997
estat terpadu dan terbesar di kawasan Indonesia Timur.
Penawaran Saham Terbatas Pertama sejumlah 607.796.000 saham dengan harga 500,00
Jan 1998
rupiah per saham.
Peluncuran proyek ritel dengan konsep strata-titled, WTC Matahari yang berlokasi di
barat Jakarta. Sejak itu (2002-2007), LPKR telah mengembangkan properti ritel dan
komersial Metropolis Town Square di Tangerang, GTC Makassar di Sulawesi Selatan,
Sep 2002
Depok Town Square di Depok, selatan Jakarta, Malang Town Square di Malang, Jawa
Timur, Grand Palladium Medan di Sumatera Utara, Bellanova Country Mall di Bogor
dan Mal City of Tomorrow di Surabaya
Penggabungan 8 (delapan) perusahaan properti terkait melahirkan LPKR, perusahaan
Jul 2004 properti terbesar dengan tiga pilar bisnis: Housing & Land Development, Healthcare,
dan Hospitality & Infrastructure.
Penawaran Terbatas Kedua atas 881.905.813 saham dengan harga 1.050,00 rupiah per
Jan 2005
saham.
Okt 1990 Didirikan dengan nama PT Tunggal Reksakencana.
Dimulainya Pembangunan kota mandiri Lippo Village, berlokasi di Tangerang, sekitar
Jan 1993
30 kilometer sebelah barat Jakarta.
Dimulainya Pembangunan kota mandiri Lippo Cikarang, sebuah pengembangan real
Okt 1993 estat dan kawasan industri terpadu di Cikarang, sekitar 40 kilometer sebelah timur
Jakarta.
Penawaran Saham Perdana sejumlah 30.800.000 saham dan tercatat di Bursa Efek
Jun 1996
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (sekarang Bursa Efek Indonesia).
Dimulainya pembangunan kota mandiri Tanjung Bunga, sebuah pengembangan real
Jun 1997
estat terpadu dan terbesar di kawasan Indonesia Timur.
Penawaran Saham Terbatas Pertama sejumlah 607.796.000 saham dengan harga 500,00
Jan 1998
rupiah per saham.
Peluncuran proyek ritel dengan konsep strata-titled, WTC Matahari yang berlokasi di
barat Jakarta. Sejak itu (2002-2007), LPKR telah mengembangkan properti ritel dan
komersial Metropolis Town Square di Tangerang, GTC Makassar di Sulawesi Selatan,
Sep 2002
Depok Town Square di Depok, selatan Jakarta, Malang Town Square di Malang, Jawa
Timur, Grand Palladium Medan di Sumatera Utara, Bellanova Country Mall di Bogor
dan Mal City of Tomorrow di Surabaya
Penggabungan 8 (delapan) perusahaan properti terkait melahirkan LPKR, perusahaan
Jul 2004 properti terbesar dengan tiga pilar bisnis: Housing & Land Development, Healthcare,
dan Hospitality & Infrastructure.
Penawaran Terbatas Kedua atas 881.905.813 saham dengan harga 1.050,00 rupiah per
Jan 2005
saham.
Sumber: Laporan Tata Kelola Perusahaan (2010)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
125
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
126
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
127
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
128
sebagai pusat bisnis baru, yang dilengkapi dengan fasilitas kesehatan, pendidikan,
dan hiburan. Dikembangkan sebagai jawaban atas trend baru dimana perusahaan-
perusahaan memindahkan lokasinya dari zona 3-in-1, lokasi strategis The St.
Moritz dapat secara mudah diakses dari berbagai arah melalui jalan tol.
The St. Moritz akan terdiri atas menara kondominium, hotel,
perkantoran, mal, clubhouse, pusat konvensi, rumah sakit, sekolah berskala
internasional, kapel untuk pernikahan, dan Sea World. Tiga menara kondominium
(The Presidential, The Ambassador, dan The Royal) telah diluncurkan pada tahap
pertama. Pada saat keseluruhan pembangunan selesai pada tahun 2017.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
129
yang dominan di pasar retail mall tetapi juga telah berhasil mencapai tingkat rata-
rata hunian yang mengesankan melebihi 80%, dengan lebih dari 200 juta
pengunjung di tahun 2009.
Melanjutkan kesuksesan pembukaan Pejaten Village di bulan Desember
2008, perusahaan meluncurkan PX Pavilion @ The St. Moritz yang merupakan
tahap pertama dari pengembangan mal perseroan di lokasi tersebut pada bulan
Agustus 2009. Hal ini tentunya memerlukan dukungan di berbagai lini misalnya
para tenant. Untuk mendukung para penyewa, perseroan menjalin kerjasama yang
erat melalui pemberian edukasi dan saran-saran kepada penyewa untuk
meningkatkan kinerja penjualan mereka. Beberapa aktivitas seperti kampanye
midnight sale dan 24-hour sale diadakan untuk menarik lebih banyak pengunjung.
Divisi Retail Malls mencatat pendapatan sebesar 85 miliar rupiah untuk tahun ini,
yang merupakan 3% dari total pendapatan perseroan.
i. Proyek Healthcare
Kelangkaan akan rumah sakit berkualitas tinggi di Indonesia serta
peningkatan kebutuhan masyarakat Indonesia akan perawatan kesehatan yang
prima telah mendorong Lippo Karawaci untuk memasuki bisnis kesehatan dengan
membentuk jaringan rumah sakit swasta Siloam Hospitals yang memiliki layanan
standar dan fasilitas-fasilitas kelas dunia untuk masyarakat kelas menengah-atas
di Indonesia. Saat ini terdapat 4 (empat) rumah sakit di bawah pengelolaan grup
Siloam Hospitals, yaitu Siloam Hospitals Lippo Village, Siloam Hospitals Kebon
Jeruk, Siloam Hospitals Surabaya, dan Siloam Hospitals Lippo Cikarang, yang
menjadikan perseroan sebagai grup rumah sakit dan layanan kesehatan terdepan
di Indonesia.
Siloam Hospitals Lippo Village menawarkan layanan rumah sakit umum
dan dianggap sebagai sebuah center of excellence bagi neuroscience dan pusat
kesehatan jantung terkemuka. Rumah sakit tersebut memberikan pelayanan
kardiologi yang komprehensif mulai dari tindakan preventif hingga operasi rumit.
Siloam Hospitals Lippo Village merupakan satusatunya rumah sakit di Indonesia
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
130
j. Proyek Hospitality
Unit bisnis hospitality mengelola kegiatan hotel-hotel perseroan di
bawah bendera Aryaduta dan mengoperasikan sejumlah restoran, lapangan golf,
dan fasilitas-fasilitas lainnya. Saat ini, perseroan memiliki dan mengelola 7
(tujuh) hotel berstandar internasional di seluruh Indonesia. Portofolio perseroan
mencakup Hotel Aryaduta Jakarta, Hotel Aryaduta Lippo Village, Hotel Aryaduta
Pekanbaru, Hotel Aryaduta Medan, Hotel Aryaduta Semanggi, Hotel Aryaduta
Makassar, dan Hotel Aryaduta Palembang, dengan total 1.444 kamar.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
131
Program CSR yang dilakukan sesuai dengan nilai yang dipegang oleh
perusahaan, yaitu building communities, impacting lives. Melalui jargon tersebut,
mencerminkan kerangka umum perusahaan untuk menciptakan citra yang baik bagi
masyarakat sekitar, terkhusus dengan menekanknan komitmennya terhadap
pelesatarian lingkungan dalam master plan perusahaan. Beberapa program CSR
perusahaan yang dimaksud antara lain:
a. Kampanye Zero Carbon
b. Water Supply
c. Micro Climate Improvements Sewage Treatment (Penanaman sejumlah besar
tanaman untuk area resapan air).
d. E-billing of Township Management Division
Sementara itu beberapa penghargaan yang telah berhasil diraih oleh Lippo
Karawaci antara lain:
a. Tahun 2005: Euromoney Real Estate Award: Best Developer in Indonesia & 9
in Asia Pacific Region
b. Tahun 2006: IMAC Award: Best Developer, Investor Award: Best Indonesia
Listed Property Co., Indonesia Property Watch Award: Golden Project
Achievement “Developer with the most Complete facility”.
c. Tahun 2007: LIQUID Real Estate Award: Best Developer in Indonesia.
d. Tahun 2008: Euromoney Real Estate Award: Best Developer in Indonesia.
e. Tahun 2009: SWA100 - Indonesia Property Watch Award: 1st among The Best
Public Companies Based on RWATM (Relative Wealth Added, SWA100 - The
Wealth Creator Award: One of The Best Public Companies Based on WAITM
(Wealth Added Index, Euromoney Real Estate Award: Best Developer in
Indonesia.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
132
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
133
melakukan investigasi, yaitu peneliti terkait dengan problem solver dalam penelitian
ini. Sedangkan Problem Owner adalah aktor-aktor yang concerned dan merasakan
situasi yang ada dan perubahan yang akan dirasakan nanti terkait dengan dengan isu
yang diangkat. Dengan perkataan lain, O adalah semua pihak yang langsung terkait
dengan permasalahan di dunia nyata. Analisis intervensi mengharuskan peneliti
mengidentifkasi 3 (tiga) peran kunci tersebut.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
134
sosial lebih jauh maka diperlukan analisis sosial dengan mengidentifikasi bagaimana
peran, nilai, dan norma perusahaan. Pada saat membahas tentang peran (roles), maka
praktisi SSM harus dapat mengidentifikasi posisi sosial yang menandai perbedaan di
antara anggota kelompok dan organisasi. Jika berbicara tentang norma, maka hal ini
terkait dengan perilaku yang diharapkan terkait dengan peran. Yang tidak kalah
pentingnya adalah terkait dengan nilai-nilai yang merupakan standar atau kriteria ke
dalam mana perilaku yang sesuai dengan peran dinilai. Ketiga hal ini berkaitan erat
dan saling mempengaruhi satu sama lain, dinamis dan selalu berubah dari waktu ke
waktu seiring dengan perubahan dunia nyata. Oleh sebab itu peneliti melakukan
semua analisis tersebut pada sistem yang ada di Lippo Karawaci.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
135
terlihat ada sebanyak 5 (lima) orang Komisaris Independen dari 7 (tujuh) orang
anggota Dewan komisaris secara keseluruhan. Dewan Komisaris dapat dipilih
terlebih dahulu melalui RUPS sebelum pencatatan dan mulai efektif bertindak
sebagai Komisaris Independen setelah perusahaan tersebut tercatat. Yang
dimaksud dengan Komisaris Independen adalah sebagaimana dimaksud dalam
butir 1c Peraturan Bapepam nomor IX.I.5 adalah anggota Komisaris yang:
1. berasal dari luar emiten atau Perusahaan Publik;
2. tidak mempunyai saham baik langsung maupun tidak langsung pada
emiten atau Perusahaan Publik;
3. tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan emiten atau Perusahaan
Publik, Komisaris, Direksi, atau Pemegang Saham emiten, atau
Perusahaan Publik;
4. tidak memiliki hubungan usaha baik langsung maupun tidak langsung
yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau Perusahaan Publik.
Keberadaan Komisaris Independen ini diharapkan dapat menjaga independensi
Dewan Komisaris.
c) Dewan Direksi
Dewan ini merupakan organ vital perusahaan yang memiliki peran dan
tanggung jawab dalam memimpin perusahaan untuk mengalokasikan semua
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
136
sumber daya yang ada agar mencapai profitabilitas yang maksimum, memberikan
pertumbuhan yang berkelanjutan dan meningkatkan nilai perusahaan. Untuk
mendukung pelaksanaan tugasnya tersebut maka Dewan Direksi diperkenankan
untuk membentuk struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
“... Filosofi Lao Tse “semua ada berasal dari tidak ada” dan pohon yang
besar mulai dari yang kecil. Harus bermula dari yang kecil agar dapat
bertahan dan berkembang.... Harus bertahap dan jangan langsung mau
loncat tapi mulai dari kecil, hemat dan harus tahan banting, Ayah saya
sangat keras, pada usia 13 tahun saya beli lotre, begitu ayah saya liat maka
langsung dirobek dan dipukul, menurutnya tidak boleh cari uang tanpa
keringat. Kalo saya menerima makanan dari orang lain juga tidak boleh”.
(Kumpulan Pidato, Industri Perbankan: Bankir sukses ala Mochtar Riady, 9
Oktober 2010, http://keuangan.kontan.co.id/news/bankir-baik-dan-sukses-ala-
mochtar-riady-1).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
137
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
138
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
139
“... Sebenarnya sudah sebulan lalu saya dipilih sebagai Presdir. Lagipula
setelah 7 tahun berkarir di Lippo, awal tahun ini saya sudah ditunjuk sebagai
Presiden Komisaris Lippo....” (Sambuaga, hasil wawancara pada 22
September 2010)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
140
“... Saya diangkat jadi Presdir sudah 3 atau 4 tahun yang lalu, tapi dulu saya
juga pernah menjadi direktur keuangan, CFO…biasanya sih saya megang
keuangan…kan latar belakang saya akunting…tapi saya juga engineering....”
(Hasil wawancara dengan Wijaya, pada 29 Agustus 2012, Karawaci).
Catatan penting yang dapat diambil dari struktur governance dalam semua
anak perusahaan dalam kelompok Lippo Grup adalah tidak ada satupun anggota
keluarga Riady yang menempati jabatan atau posisi di dalam organ penting
governance perusahaan baik itu di posisi sebagai anggota Dewan Komisaris
maupun Dewan Direksi. Padahal sebagai pendiri, kelompok keluarga ini masih
memiliki saham yang cukup dominan di semua anak perusahaannya. Nilai-nilai
perusahaan yang tersirat dalam Laporan Perusahaan adalah:
a. berfokus pada pelanggan;
b. berkomitmen pada pencapaian tujuan dan prestasi terbaik;
c. integritas;
d. kerjasama; dan
e. inovasi.
Terkait dengan nilai-nilai yang ada di dalam Lippo Karawaci, maka
beberapa nilai penting yang menjadi acuan dalam bekerja untuk semua karyawan
adalah kepeloporan, kejujuran, loyalitas, kerja keras, dan mau belajar (Hasil
wawancara pada Juli 2012, Sambuaga). Proses internalisasi nilai-nilai yang
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
141
menjadi panduan dalam berperilaku ini disampaikan baik secara formal maupun
informal.
“... Manajemen puncak harus punya kejujuran. Pak Riady itu paling anti
dengan korupsi, itu menjadi modal utama, orang itu harus jujur. Setiap kita
selalu diajaki bicara tentang pentingnya kejujuran, itu indikator utama, kalo
tidak jujur.. wahhh rusak semuanya. Satu hal lagi, belajar itu seumur hidup
dan setiap saat. Beliau walaupun sudah tua tetap belajar. James pernah
bertanya kepada saya, apa resepnya awet muda… yah belajar itu.. jadi kita
juga malu kalo kita tidak mau belajar....” (Hasil wawancara pada 29 Agustus
2012, pukul 10.00 – 12.30 WIB, Lippo Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
142
1. Transparansi
Dalam lingkungan bisnis yang penuh tantangan, dimana persaingan
antar perusahaan semakin ketat, mempertahankan kebijakan yang terbuka kepada
publik dan pemegang saham merupakan hal yang harus diutamakan demi
kepentingan jangka panjang perseroan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah
dengan mengusahakan agar situs perseroan, www.lippokarawaci.co.id, ter-update
sebagai gerbang informasi bagi karyawan, masyarakat umum, investor maupun
pemegang saham. Sebagai sarana komunikasi paling terjangkau dan juga terbuka,
situs perseroan ditujukan untuk menyediakan informasi terkini, tepat waktu dan
akurat sehubungan dengan kepentingan publik dan pemegang saham.
Komitmen keterbukaan perseroan juga terbukti melalui penerbitan dan
pengumuman Laporan Keuangan Konsolidasi berkala, Laporan Tahunan, dan
Laporan Keterbukaan informasi atau Siaran Pers. Perseroan juga mengadakan
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
143
2. Akuntabilitas
Sebagai perusahaan properti terbuka terbesar di Indonesia berdasarkan
aset, pendapatan dan laba bersih, perseroan selama bertahun-tahun telah
mengedepankan prinsip akuntabilitas yang pada dasarnya menunjukkan
kepedulian terhadap setiap prestasi maupun hambatan yang dialami perseroan.
Perseroan menggambarkan dirinya sebagai suatu entitas yang menghargai nilai-
nilai akuntabilitas, tidak hanya sebagai kewajiban semata melainkan sebagai
bagian dari integritas yang merupakan kunci utama untuk memperoleh
kepercayaan investor, kreditur, dan pemegang saham yang mendukung
pencapaian usaha yang terus berkembang dan sukses. Prinsip ini diterapkan dan
didukung oleh sebuah struktur yang integral dan kerangka perusahaan, yang
terdiri atas Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan Komisaris, dan
Direksi. Peran dan tanggung jawab masing-masing bagian akan diuraikan pada
bagian selanjutnya dari laporan ini.
3. Tanggung Jawab
Perseroan senantiasa mengedepankan prinsip Tata Kelola Perusahaan
untuk menjalankan usahanya. Sebagai perusahaan yang sudah maju dan selalu
berorientasi ke masa depan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang diatur
oleh pemerintah seperti Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan
(BAPEPAM-LK) serta Bursa Efek Indonesia (BEI) juga peraturan daerah atau
peraturan internasional dimana perseroan beroperasi atau memiliki kepentingan,
wajib dipenuhi demi menjaga citra perseroan dan untuk kepentingan jangka
panjang bagi para pemegang saham.
Di tahun 2010, Lippo Karawaci mendapatkan peringkat B+, baik untuk
kredit korporasi jangka panjang maupun untuk senior unsecured notes, dari
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
144
Standard & Poor’s, B1 dari Moody’s dan B+ dari Fitch. Sebagai bagian dari
tanggung jawab dan sebagai ungkapan apresiasi terhadap masyarakat dan
lingkungan sekitar yang telah mendukung keberhasilan perseroan, secara aktif
dan berkala perseroan ikut terlibat dalam berbagai kegiatan Corporate Social
Responsibility (CSR).
4. Kemandirian
Perseroan mempertahankan manajemen yang independen dan
profesional. Perseroan bertanggung jawab untuk memastikan bahwa kegiatan
usaha telah dilakukan dengan mengantisipasi kebutuhan dan harapan pasar global,
regional maupun domestik serta memperhatikan prinsip-prinsip Tata Kelola
Perusahaan. Pengambilan keputusan dibuat secara independen dan obyektif untuk
kepentingan terbaik perseroan beserta para pemangku kepentingan.
5. Keadilan
Kesetaraan bagi Semua Pemegang Saham Perlakuan yang adil dan
setara bagi semua pemegang saham adalah bagian dari prinsip perseroan untuk
memastikan bahwa kepentingan pemegang saham telah terpenuhi. Setiap
pemegang saham memiliki hak yang sama untuk memperoleh informasi terkini
dalam waktu yang tepat. Selain itu, semua pemegang saham diharapkan kehadiran
dan kontribusinya di dalam RUPS. Komitmen perseroan terhadap perlakuan yang
adil dan setara bagi semua pemegang saham dapat dibuktikan melalui
pengumuman laporan-laporan dan pengungkapan informasi dalam rangka
transparansi, diumumkan secara merata melalui Bursa Efek Indonesia maupun
surat kabar nasional.
Perlakuan yang adil bagi Semua Anggota Perseroan Perlakuan yang
setara bagi semua karyawan merupakan salah satu prinsip yang dijunjung tinggi
perseroan. Perseroan menempatkan sumber daya manusia pada posisi yang
penting dalam semua unit usaha perseroan dan sebagai sumber daya pendukung
menuju kesuksesan. Sebagai elemen penting, para karyawan dipastikan
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
145
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
146
Perseroan Terbatas, peraturan dan Udang-undang lainnya, dan dalam Anggaran Dasar
Perseroan, dimana keputusan-keputusan strategis antara lain:
1. perubahan Anggaran Dasar,
2. pengangkatan atau pemberhentian Dewan Komisaris atau Direksi,
3. laporan tahunan,
4. laporan keuangan yang diaudit,
5. laporan tugas pengawasan Dewan Komisaris dan penggunaan laba,
6. keputusan investasi atau divestasi yang material dari portofolio perseroan,
7. struktur penentuan permodalan perseroan.
b. Dewan Komisaris
Dewan Komisaris Perseroan mempunyai fungsi dan tanggung jawab secara
bersama-sama sebagai suatu Dewan untuk melakukan pengawasan atas pengelolaan
perseroan yang dijalankan oleh direksi. Fungsi lain Dewan Komisaris Perseroan
adalah memberikan nasihat kepada direksi dan untuk memastikan bahwa pelaksanaan
GCG diimplementasikan secara efektif dalam semua tatanan perseroan. Untuk dapat
menjalankan fungsinya dengan baik, Dewan Komisaris berhak membentuk Komite
Audit dan Komite Remunerasi yang diangkat dan diberhentikan oleh Dewan
Komisaris. Kriteria, Keanggotaan, dan Masa Jabatan Anggota Dewan Komisaris
Perseroan harus memenuhi persyaratan sebagaimana ditentukan dalam Pasal 18
Anggaran Dasar perseroan, yaitu:
1. Mempunyai akhlak dan moral yang baik.
2. Mampu melaksanakan perbuatan hukum.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
147
3. Tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau anggota
Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan
dinyatakan pailit.
4. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
148
yang ditunjukkan pada Tabel 4.2, tidak ada satupun anggota keluarga Riady
menempati jabatan atau posisi di organ penting governance perusahaan, padahal
sebagai pendiri, kelompok keluarga ini masih memiliki pengaruh tidak langsung
dalam hal kepemilikan.
Struktur governance pada Tabel 4.2 mengikuti model Continental Europe
dimana struktur governance terdiri dari RUPS, Dewan Komisaris, Dewan Direktur,
dan Manajer Eksekutif (manajemen). Struktur semacam ini disebut Two-board
systems, yaitu struktur CG yang dengan tegas memisahkan keanggotaan dewan, yaitu
antara keanggotaan Dewan Komisaris sebagai pengawas dan Dewan Direksi sebagai
eksekutif perusahaan. Pemisahan ini secara normatif dapat mengoptimalkan fungsi
yang melekat dari padanya.
Penelitian yang dilakukan di Australia oleh Kiel dan Nicholson (2003)
menunjukkan bahwa semakin besar ukuran perusahaan maka memiliki
kecenderungan untuk memiliki jumlah Dewan Komisaris yang lebih banyak, lebih
besar porsi komisaris independen dan bahkan cenderung untuk memisahkan antara
Ketua Dewan Komisaris dan Presiden Direktur. Perusahaan ini juga memiliki
karakteristik yang sama seperti dikemukakan oleh Kiel. Jumlah komisaris independen
cukup signifikan, yaitu 60% yang terdiri atas lima orang komisaris, tiga diantaranya
adalah komisaris independen. Selain itu, untuk memperkuat peran dan fungsinya,
perusahaan juga melakukan pemisahan antara jabatan Dewan Komisaris dengan
Presiden Direktur. Dalam kasus di atas Ketua Dewan Komisaris tidak merangkap
sebagai Presiden Direktur, pemisahan ini diasumsikan akan lebih memperkuat
independensi dan peran Dewan Komisaris sebagai badan pengawas pelaksana
perusahaan.
Secara umum, tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris perseroan
sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar perseroan adalah:
1. Melakukan pengawasan atas jalannya pengurusan perseroan oleh direksi
pada umumnya, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan dan
memberikan nasihat kepada direksi.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
149
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
150
yang mengikat apabila lebih dari ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Dewan
Komisaris hadir atau diwakili dalam rapat.
Terkait dengan proses pengambilan keputusan dalam setiap rapat di Dewan
Komisaris, Keputusan Rapat Dewan Komisaris harus diambil berdasarkan
musyawarah untuk mufakat. Apabila mufakat tidak tercapai, maka keputusan diambil
dengan cara pemungutan suara berdasarkan suara setuju lebih dari ½ (satu per dua)
jumlah suara yang dikeluarkan dengan sah dalam rapat. Apabila terjadi jumlah suara
setuju dan tidak setuju berimbang, Ketua Rapat Dewan Komisaris yang akan
menentukan.
Pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dibantu oleh Komite yang
beranggotakan tenaga ahli yang diangkat dan bekerja untuk mendukung pelaksanaan
tugas Dewan Komisaris. Saat ini perseroan memiliki Komite Audit dan Komite
Remunerasi, yang masing-masing memiliki fungsi dan tugas khusus yang telah
ditentukan oleh Dewan Komisaris. Komite Audit yang berfungsi mengawasi
pelaksanaan audit dan mencermati hasil-hasilnya maupun menindaklanjutinya.
Komite Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris menyusun sistem
penggajian dan pemberian tunjangan lainnya.
c. Dewan Direksi
Direksi merupakan organ perseroan yang memiliki fungsi dan tanggung
jawab untuk mengurus dan memimpin perseroan agar semua sumber daya berfungsi
secara maksimal sehingga mampu meningkatkan profitabilitas operasional dan
memberikan hasil akhir berupa peningkatan nilai perseroan secara
berkesinambungan. Tanggung jawab dan wewenang direksi diatur dalam Anggaran
Dasar perseroan untuk pengelolaan perseroan hingga manajemen risiko dan
implementasi GCG. Namun kewenangan ini dibatasi karena direksi wajib
memperoleh persetujuan Dewan Komisaris perseroan untuk hal-hal terkait
peminjaman ataupun meminjamkan uang atas nama perseroan, disposal harta tetap
milik perseroan, mengagunkan atau menjaminkan barang-barang tidak bergerak milik
perseroan, melakukan penyertaan modal atau melepaskan penyertaan modal dalam
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
151
perusahaan lain dan bahkan untuk mengalihkan, melepaskan hak atau menjadikan
jaminan utang dengan nilai sampai dengan lebih dari 50% jumlah kekayaan bersih
perseroan dalam satu tahun buku. Selain itu, semua keputusan Dewan Direksi harus
mendapatkan persetujuan dalam hal: melakukan Transaksi Material atau Transaksi
Benturan Kepentingan sebagaimana dimaksud dalam peraturan di bidang Pasar
Modal, mengalihkan atau menjadikan jaminan utang semua atau lebih dari 50% dari
semua jumlah kekayaan bersih perseroan; melakukan perubahan anggaran dasar
perseroan; melakukan penggabungan, peleburan, pengambilalihan, pembubaran atau
likuidasi perseroan.
Anggota direksi melaksanakan tugasnya mewakili perseroan dan mengambil
keputusan sesuai dengan pembagian tugas dan wewenangnya, namun pelaksanaan
tugas oleh masing-masing anggota direksi tetap merupakan tanggung jawab bersama.
Seperti halnya Dewan Komisaris, persyaratan bagi pencalonan anggota Dewan
Direksi meliputi syarat-syarat yang tercantum dalam Pasal 15 Anggaran Dasar
tentang Keanggotaan dan Masa Jabatan, yaitu: mempunyai akhlak dan moral yang
baik; mampu melaksanakan perbuatan hukum; tidak pernah dinyatakan pailit atau
menjadi anggota direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah
menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit dan tidak pernah dihukum karena
melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dalam waktu lima tahun
sebelum pengangkatan.
Berdasarkan RUPST 23 Februari 2011, terpilih anggota Dewan Direksi
dengan komposisi sebagai berikut:
Tabel 4.3. Komposisi Anggota Dewan Direksi Perseroan
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
152
d. Internal Audit
Sebagai bagian dari tanggung jawab direksi untuk memastikan bahwa
semua prosedur standar operasional (SOP), keputusan-keputusan direksi, peraturan
perusahaan, serta peraturan dan perundang-undangan terkait dijalankan dan dipatuhi
oleh setiap divisi dan semua level, perseroan memberdayakan divisi Internal Audit.
Internal Audit semakin aktif membantu Komite Audit dalam memantau, melakukan
evaluasi dan memberikan rekomendasi untuk pengendalian internal dan
mengidentifikasi serta mencegah atau mengurangi exposure risiko yang dihadapi
perseroan.
Peran utama divisi ini adalah menilai apakah sistem pengendalian internal
telah berfungsi dengan baik, namun tidak terbatas pada penilaian kepatuhan terhadap
semua peraturan, kebijakan, serta pedoman yang telah ditetapkan. Misalnya, Internal
Audit memeriksa ketepatan waktu penyampaian laporan; menilai sistem pelaporan
dan mengidentifikasi tantangan yang ada serta ruang untuk perbaikan sistem; menguji
apakah praktik akuntansi yang berjalan telah mematuhi kebijakan dan pedoman
akuntansi yang berlaku. Pelaksanaan tugas Internal Audit perseroan dilakukan
berdasarkan rencana kerja tahunan yang telah mendapat persetujuan Presiden
Direktur dan Komite Audit perseroan. Internal Audit juga melakukan pemeriksaan
khusus jika dianggap perlu oleh Presiden Direktur.
Untuk melaksanakan tugasnya, Internal Audit mengacu pada Piagam
Internal Audit yang telah disetujui oleh Komite Audit perseroan dengan
mempertimbangkan Kode Etik Internal Audit dan Standar Praktik Profesional
Internal Audit maupun peraturan-peraturan yang berlaku. Internal Audit
menyampaikan laporan kegiatannya kepada Presiden Direktur dan Komite Audit
yang secara berkala mengadakan pertemuan untuk membahas dan meninjau laporan
Internal Audit. Komite Audit melaporkan pertemuan dan pembahasan laporan ini
kepada Dewan komisaris sebagai masukan bagi Dewan Komisaris dalam rangka
menjalankan tugas pengawasannya.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
153
e. Sekretaris Perusahaan
Sekretaris Perusahaan memegang peranan yang penting untuk membantu
memastikan transparansi, serta bertindak di garis depan untuk mewakili Perusahaan.
Sekretaris Perusahaan bertanggung jawab dalam rangka membina hubungan baik dan
kemitraan strategis dengan para pemegang saham, otoritas pasar modal, media masa
dan masyarakat. Selain itu, Sekretaris Perusahaan juga bertugas mengawasi ketaatan
Perusahaan terhadap Undang-undang, peraturan di bidang pasar modal, dan Anggaran
Dasar perseroan. Sekretaris Perusahaan juga memberikan bantuan kepada Dewan
Komisaris dan Direksi di dalam memastikan praktik GCG dalam semua kegiatan
perseroan. Sejak tahun 2004, posisi Sekretaris Perusahaan dipegang oleh Jenny
Kuistono.
f. Rich Picture
Mundurnya pendiri perusahaan dari puncak eksektutif perusahaan tidak
menghentikan proses pembelajaran yang terjadi. Hal ini ditandai dengan berdirinya
Mochtar Riady Research Institute Nanotechnology (MRIN) di tahun 2010. Kemudian
berkonsentrasi mengembangkan teknologi dalam berbagai bidang, yaitu bidang
kedokteran, pendidikan, dan manajemen. Pengembangan teknologi nano di bidang
kedokteran ditandai dengan berdirinya Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center
(MRCCC) pada 11 Juli 2011, di bidang pendidikan dengan pendirian Universitas
Pelita Harapan pada bulan Mei 1994.
Filosofi entrepreneurship pendiri perusahaan yang disemaikan di dalam
perseroan tercermin dalam dinyatakan dalam beberapa wawancara sebagai berikut:
“... Semua dimulai dari tidak ada menjadi ada… perusahaan yang berhasil
adalah yang dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat dan
menyentuh kehidupan masyarakat....” (Hasil wawancara Riady, Juli 2010).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
154
Yang pasti, dalam konteks globalisasi saat ini, jiwa entrepreneur dalam
setiap pemimpin perusahaan menjadi sangat diperlukan. Apalagi untuk jenis
perusahaan sebesar Lippo Karawaci yang merupakan kelompok perusahaan dengan
kumpulan aset konsolidasi yang sangat besar maka penekanan kemampuan
manajemen puncak harus dapat menyeimbangkan antara antara kemampuan inovasi
sekaligus pengembangan adalah suatu keharusan. Konteks saat ini sudah berbeda,
beberapa puluh tahun yang lalu kata kunci dari pemimpin adalah confidence, single-
mind purpose, dan strategic planning. Tetapi saat ini, dengan kompleksitas yang
tinggi, globalisasi dan dunia yang tumbuh secara pesat membutuhkan pemimpin
yang berbeda. Perkembangan dan perubahan di lingkungan bisnis saat ini yang
memiliki karakteristik perubahan yang sangat dinamis. Seperti pendekatan dalam
buku Entrepreneurial Leadership dikembangkan oleh Babson College. Seorang
pemimpin bisnis tidak hanya dapat mengelola dan mengeksploitasi aset tangible dan
intangible yang dimiliki dan dikendalikan perusahaan tetapi juga harus mampu
melakukan eksplorasi dan eksploitasi peluang yang tertangkap di lingkungan luar
perusahaan. Usaha yang dilakukan pendiri perusahaan agar manajemen memiliki
kemampuan dan feeling tentang entrepreneur yang sama dengannya adalah dengan
memberikan pembelajaran melalui pengalaman pribadinya.
Kemampuan tim manajemen puncak untuk berinovasi dan mengekploitasi
aset ini tentunya harus berdasarkan visi dan misi perseroan, sehingga terdapat
koherensi dalam pemahaman tim manajemen puncak yang pada gilirannya dapat
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
155
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
156
prediksi dan aksi secara back and forth. Dimana yang dimaksud dengan pendekatan
prediksi adalah suatu pendekatan yang menggunakan dasar analisis dari berbagai
informasi relevan yang memungkinkan keberhasilannya. Sedangkan yang dimaksud
dengan kreasi yang logis diartikan sebagai kemampuan mengambil tindakan untuk
menghasilkan sesuatu yang belum ada sebelumnya atau yang tidak dapat diperoleh.
Dalam konteks keorganisasian, konsep serupa dikemukakan oleh Michael
Tushman dan O’Reilly (2007), dimana setiap organisasi harus dapat
menyeimbangkan antara kemampuan eksplorasi dan eksploitasi untuk menghadapi
perubahan yang dinamis dari lingkungan luar. Lingkungan yang sangat turbulen
mengharuskan perseroan untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui
kapabilitas organisasi. Dalam menyikapi perubahan eksternal yang terjadi karena arus
globalisasi dan kemajuan teknologi informasi maka kemampuan manajerial dan
organisasi seperti yang disebutkan tadi merupakan suatu keharusan. Kemampuan
manajerial dan organisasi ini dikaji oleh Teece dan Pisano dalam Teece (2009)
sebagai dynamic capability. Dalam praktiknya, manajemen Lippo Karawaci harus
dapat meningkatkan kemampuan koordinasi/integrasi semua aktivitas bisnis yang
dilakukan, melakukan pembelajaran secara berkesinambungan dan melakukan
rekonfigurasi secara optimal.
Proses koordinasi, pembelajaran dan bahkan rekonfigurasi yang harus
dilakukan oleh Lippo Karawaci merupakan tugas yang tidak ringan. Fungsi strategis
yang utama adalah menemukan kombinasi yang memberikan nilai tambah dari dalam
perusahaan, inter perusahaan dan bahkan dari kelembagaan di luar perusahaan yang
mendukung perusahaan. Tantangan yang dihadapi ini harus diperkuat dengan
kompetensi dari manajemen puncak untuk dapat merasakan, mengukur kesempatan
dan melakukan rekonfigurasi ketika ada perubahan yang terjadi, dalam bentuk
realokasi, kombinasi bahkan rekomendasi semua sumber daya dan harta perusahaan.
Oleh sebab itu Presiden Direktur Lippo Karawaci berulangkali menekankan
pentingnya jiwa kepeloporan, pembelajaran, loyalitas bahkan pembelajaran yang
harus dimiliki oleh semua tim manajemen puncak di Lippo Karawaci, seperti
diungkapkan dalam petikan wawancara di bawah ini:
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
157
“... Seorang karyawan Lippo Karawaci harus dapat menjadi model bagi
karyawan lainnya....” (Hasil wawancara Wijaya, pada 29 Agustus 2012,
pukul 10.00 – 12.30 WIB).
”..... kalo karyawan siy hanya sebagai pelaksana saja, yang mikir kan
pimpinannya...” (Hasil wawancara Wijaya, 29 Agustus 2012, Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
158
karyawan baik dalam melakukan ide inovasi ataupun program pengembangan yang
dibebankan kepadanya.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
159
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
160
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
160
BAB V
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
161
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
162
transformasi (T). Alat pengukuran kinerja ini sangat bermanfaat dalam pengawasan
kinerja sehingga dapat dilakukan kontrol.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
163
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
165
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
166
7. Langkah ketujuh. Membuat penyesuaian antara model bisnis yang ada dengan
strategi.
Setelah adanya keputusan maka dibutuhkan adanya penyesuaian antara
model bisnis yang sudah ada dengan strategi untuk melakukan inovasi. Disinilah
terletak adanya keseimbangan antara eksplorasi dengan eksploitasi. Tanpa adanya
kapabilitas ini, perusahaan mungkin dapat merasakan kesempatan dan ancaman yang
muncul, akan tetapi akan sulit untuk mengambil tindakan untuk menghadapi hal
tersebut. Nobeoka dan Cusumano (1998) dalam penelitiannya mengenai industri
otomotif, menemukan bahwa kunci untuk kesuksesan jangka panjang adalah
kemampuan dari beberapa perakit untuk secara cepat melakukan penggabungan
teknologi dalam berbagai bentuk.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
167
Pada model kedua ini terdapat 2 (dua) tahap utama, yaitu framing
organizational vision (membuat kerangka visi organisasi) dan information processing
(memproses informasi). CATWOE yang digunakan adalah sebuah sistem yang
dimiliki oleh Lippo Karawaci dalam rangka membangun Strategic Ambidexterity (P)
melalui Top Management Team Cognition (framing organizational vision dan
information processing) yang dapat menyeimbangkan antara aktivitas ekplorasi dan
eksploitasi (Q) untuk menghasilkan keunggulan bersaing perusahaan (R). Customer
di dalam ambidexterity jenis ini adalah Pendiri dan Pemilik Perusahaan, Dewan Direksi,
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
168
Dewan Komisaris, Manajer, Karyawan. Actor adalah Presiden Direktur, Direksi. Worldviews
yang ada adalah Top Management Team Cognition antara aktivitas eksplorasi dan eskploirasi
sangat penting untuk menghasilkan keunggulan bersaing perusahaan. Worldview untuk
proses transformasi ini adalah Top Management Team Cognition dalam hal framing
organizational vision dan information processing yang dapat menyeimbangkan antara
aktivitas eksplorasi dan eskploirasi sangat penting untuk menghasilkan keunggulan bersaing
perusahaan. Transfomrasi yang diharapkan terjadi adalah Terwujudnya Lippo Karawaci
menjadi perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing melalui Top Management Team
Cognition dalam hal framing organizational vision dan information processing yang
menyeimbangkan antara aktivitas ekplorasi dan eksploitasi.Sedangkan owner dan hambatan
adalah Direksi dan Karyawan serta kendala dalam menemukan keseimbangan yang tepat
antara aktivitas eksplorasi dan eksploitasi.Untuk menindaklanjuti worldview yang ada,
maka models of purposeful activity digunakan untuk menggali situasi problematis di
dalam perusahaan yang menjadi rujukan penelitian. Oleh sebab itu maka Root
definition dan CATWOE merupakan sumber dari penciptaan aktivitas-aktivitas pada
purposeful activity model yang digunakan. (Lampiran Bab V Tabel 5.2)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
169
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
170
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
171
5. Langkah kelima: Menemukan cara untuk membagi sumber daya dan sinergi.
Pada langkah kelima disini tim manajemen puncak juga membahas cara-
cara meningkatkan sinergi antara produk dan inovasi yang ada, seperti bundling
produk yang sudah ada dan inovasi untuk menjual bersama-sama atau
mengidentifikasi bagaimana sumber daya dapat dibagi di semua produk.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
172
keseluruhan, serta diferensiasi, yaitu kebutuhan dari tiap produk dan perbedaan di
antara kedua produk tersebut. Tim manajemen puncak juga akhirnya dapat
mengambil keputusan yang seimbang antara mendukung produk yang sudah ada dan
mendukung inovasi.
Model konseptual yang ketiga merupakan model dari struktur formal dalam
contextual ambidexterity, dimana menurut Prahalad dan Doz (1981), context memiliki
arti “...blending of organizational structure, information systems, measurement and
reward systems and career planning and a fostering of common organizational
culture.” Adapun Root Definition dari model konseptual yang ketiga adalah Sebuah
sistem yang dimiliki oleh Lippo Karawaci dalam rangka membangun Contextual
Ambidexterity (P) melalui struktur formal yang dapat membuat karyawan melakukan
aktivitas ekplorasi dan eksploitasi baik secara organisasional, tim dan individual (Q) untuk
menghasilkan keunggulan bersaing perusahaan (R).
Adapun nsure-unsur CATWOE yan dipergunakan untuk menganalisis proses
transformasi yang diinginkan adalah Customer yaitu Pendiri dan Pemilik Perusahaan,
Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Manajer, Karyawan.Actor adalah Pendiri dan Pemilik
Perusahaan, Presiden Direktur, Direksi. Proses transformasi yang diinginkan adalah
Terwujudnya Lippo Karawaci menjadi perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing
melalui penyempurnakan struktur formal yang dapat memberikan konteks bagi semua
anggota organisasi agar dapat menyeimbangkan antara aktivitas ekplorasi dan eksploitasi.
Worldview meliputi Struktur formal yang dapat membuat karyawan menyeimbangkan antara
aktivitas eksplorasi dan eskploirasi baik secara organisasional, tim dan individual sangat
penting untuk menghasilkan keunggulan bersaing perusahaan. Owner adalah Direksi dan
Karyawan sedangkan environmental constraint Kendala dalam menemukan keseimbangan
yang tepat antara aktivitas eksplorasi dan eksploitasi.. (Lampiran Bab V tabel 5.3)
Dengan demikian, pada model ini terdiri atas 6 (enam) langkah, yaitu:
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
173
2. Langkah kedua: Memberikan kendali dalam hal stratejik dan keuangan kepada
pusat.
Divisi operasional telah diberikan otonomi, namun untuk menjaga agar
mekanisme integratif tetap berjalan untuk menghindari interdependensi, maka
permasalahan strategik dan finansial kendalinya tetap dipegang oleh pusat. Proposisi
ini merupakan bentuk dari semangat penyelesaian “transnasional” yang dapat
memfasilitasi adanya keseimbangan antara pembagian otonomi disatu sisi dan kendali
pusat di sisi yang lain.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
174
8. Langkah kedelapan. Membuat sistem pemindahan manajer antar fungsi dan divisi
secara berkala.
Sistem rotasi manajer dinilai dapat membawa kesegaran baru dan cara
pandang baru di unit kerja. Selain itu, rotasi manajer juga dibutuhkan untuk
mengembangkan pola pikir dari tiap manajer yang dapat membantu menyeimbangkan
kemampuan manajer untuk bereksplorasi dan juga melakukan eksploitasi.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
175
10. Langkah kesepuluh: Mengembangkan performance based culture yang kuat yang
didorong oleh penegakan peraturan.
Budaya merupakan hal yang sangat penting dalam menghadapi perubahan.
Oleh karena itu, dalam organisasi ambidextrous, diperlukan adanya budaya organisasi
yang kuat yang dapat mendukung proses penyeimbangan antara eksplorasi dan
eksploitasi.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
176
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
177
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
178
dalam Neo dan Chen (2007:146) menegaskan budaya terdiri atas pola-pola
pemikiran, perasaan dan reaksi atas beragam variasi situasi maupun tindakan.
Root Defition yang keempat adalah Sebuah sistem yang dimiliki oleh Lippo
Karawaci dalam rangka membangun Contextual Ambidexterity (P) melalui norma dan nilai-
nilai budaya yang dapat menyeimbangkan karyawan melakukan aktivitas ekplorasi dan
eksploitasi baik secara organisasional, tim dan individual (Q) untuk menghasilkan
keunggulan bersaing perusahaan (R).Untuk mendukung model yang keempat maka
konponen analisis CATWOEnya adalah sebagai berikut: Customer adalah Pendiri dan
Pemilik Perusahaan, Dewan Direksi, Dewan Komisaris, Manajer, Karyawan. Actor adalah
Pendiri dan Pemilik Perusahaan, Presiden Direktur, Direksi. Transformation proses yang
diharapkan terjadi adalah Terwujudnya Lippo Karawaci menjadi perusahaan yang memiliki
keunggulan bersaing melalui norma dan nilai-nilai budaya yang dapat memberikan konteks
bagi semua anggota organisasi terkait agar dapat menyeimbangkan antara aktivitas ekplorasi
dan eksploitasi. Worldview yang ada adalah Norma dan nilai-nilai budaya yang dapat
membuat karyawan menyeimbangkan antara aktivitas eksplorasi dan eskploirasi baik secara
organisasional, tim dan individual sangat penting untuk menghasilkan keunggulan bersaing
perusahaan. Owner adalah Direksi dan Karyawan. Sedangkan environmental constraint
adalah Kendala dalam menemukan keseimbangan yang tepat antara aktivitas eksplorasi dan
eksploitasi. (Lampiran Bab V Tabel 5.4),
Model keempat yang berfokus pada norma dan nilai budaya yang dapat
membuat karyawan giat melakukan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi, baik
individu, tim maupun organisasi sebagai aplikasi contextual ambidexterous
organization yang terdiri dari tujuh langkah sebagai berikut (Neo dan Chen 2007,
Guttel dan Konlechner 2009) sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
179
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
180
senantiasa diingatkan akan budaya dan norma organisasi yang berkembang, melalui
proses interaksi sehari-hari, gathering (informal) dan pelatihan-pelatihan formal.
7. Langkah ketujuh: Melakukan integrasi nilai budaya dan norma organsiasi sebagai
referensi bersama.
Proses sosialisasi budaya dan norma organisasi diteruskan dengan transmisi
budaya dan norma kepada anggota organisasi secara terus menerus. Maka proses
puncak dari keduanya (sosialisasi dan transmisi) adalah integrasi budaya dan norma
sebagai kerangka kesepakatan bersama dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Guttel
dan Konlechner (2009) menyebutnya dengan integrative frame of reference, proses
integrasi ini sungguh tidak mudah dan tidak dapat dibatasi waktu tertentu. Dalam
perjalanan organisasi dapat saja ada anggota organisasi yang referensinya bertindak
tidak sejalan dengan budaya dan norma bersama, maka ia akan keluar dari organisasi
tersebut.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
181
Take Control
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
182
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
183
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
184
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
185
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
186
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
187
Tabel 5.1 (Sambungan 1)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
188
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
189
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
190
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
191
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
192
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
193
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
194
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
195
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
196
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
197
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
198
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
199
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
200
Mengefektifkan kerja
sekretaris perusahaan ke dalam
organisasi maupun luar
(humas) dan investor relation.
Merancang sistem Perputaran karyawan yang
pengukuran kinerja dan rendah di level manajerial.
mekanisme penghargaan Terdapat contoh kasus
Membuat sistem
sehingga dapat mengukur karyawan yang telah keluar Pengukuran kinerja karyawan digunakan
pengukuran kinerja
kreativitas dan juga dari Lippo, kembali ke sebagai dasar untuk mengestimasi nilai
dan penghargaan
Dewan Direksi, Senior efisiensi kerja dari perusahaan (wawancara total kompensasi yang diberikan, termasuk
yang dapat
7 Eksekutif, Manajer pegawai. Untuk itu dengan PresDir Lippo). gaji, tunjangan, biaya liburan, cuti, dan
mengukur
SDM, Staf-Manajer. diperlukan adanya alat sebagainya (kajian cognitive & causal map
kreativitas dan juga
ukur kinerja agar kedua Memperoleh penghargaa dan Mochtar Riady (MR), 2012). Terdapat 4
efisiensi kerja dari
hal tersebut dapat reputasi Lippo sebagai pilihan struktur formal dalam ambideksterity.
pegawai.
diketahui seberapa jauh karyawan (employer of choice)
hal tersebut dapat bekerja
atau dapat dikerjakan Terbangunnya kultur kerja
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
201
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
202
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
203
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
204
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
205
Nilai budaya maupun norma sosial yang berlaku dalam suatu organisasi
menjadi aspek penting dari contextual ambidexterous organization (Guttel dan
Konlechner, 2009). Penelitian sebelumnya (Gupta et.al, 2006) bahwa modus
pembelajaran memerlukan prasyarat perubahan paradigma dan proses rutin dalam
yang terkait dengan nilai dan norma yang ada di dalam suatu organisasi. Neo dan
Chen (2007) mendefinisikan budaya sebagai keyakinan (beliefs) dan nilai (values)
yang berlaku dan dimiliki bersama, sehingga budaya dapat diajarkan sebagai
akumulasi pembelajaran bersama bagi komunitas/organisasi tertentu, berdasarkan
sejarah dari pengalaman bersama. Sedangkan norma merupakan seperangkat
kesepakatan umum yang tertulis maupun tidak tertulis berlaku dalam organisasi guna
mengikat anggota-anggotanya. Lebih jauh, Early dan Ang (2003) dalam Neo dan
Chen (2007:146) menegaskan budaya terdiri atas pola-pola pemikiran, perasaan dan
reaksi atas beragam variasi situasi maupun tindakan.
Dari aspek organisasi, budaya organisasi termasuk piranti lunak (software)
yang memiliki peran vital dengan jangka waktu keberlakuan lama. Sehingga
perubahan budaya juga memerlukan waktu yang tidak singkat. Guttel dan Konlechner
(2009) menempatkan nilai budaya setara dengan norma sosial, di mana faktor budaya
dan faktor norma saling berinteraksi seiring pertumbuhan perusahaan dan lini
usahanya. Pertumbuhan bisnis mengharuskan perusahaan merekrut tenaga-tenaga
profesional dengan latar belakang pendidikan dan nilai budaya perseorangan yang
berbeda-beda. Di dalam konteks Lippo Karawaci bahkan terjadi rekrutmen ekspatriat
guna memimpin proyek bisnis baru yang memerlukan keterampilan dan know-how
langka. Tantangan dari sisi internalisasi budaya perusahaan memerlukan mekanisme
pengikat nilai bersama, nilai budaya dan norma sosial berperan urgen.
Budaya Lippo Karawaci berkembang tidak lepas dari sentuhan pendiri
perusahaan dan keluarga inti yang terlibat aktif dalam pengembangan bisnis.
Walaupun saat ini Riady sendiri tidak terlibat secara langsung dan lebih mencurahkan
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
206
waktunya untuk aktivitas sosial (kesehatan dan pendidikan), namun sebagai pendiri
perusahaan perannya masih sangat terasa dan tidak tergantikan. Visi perusahaan yang
berikhtiar menjadi pemimpin bisnis Indonesia yang bertumbuh dalam Stewardship
dan berdampak bagi kehidupan tercermin dalam empat nilai utama, yaitu Loyalitas,
Kepeloporan, Pembelajar, dan Kejujuran.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
207
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
208
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
209
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
210
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
211
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
212
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
BAB VI
PETA KOGNITIF DAN SIMULASI MODEL SYSTEM DYNAMICS RIADY
DALAM MERUMUSKAN KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN
“... Salah satu tujuan transformasi di Lippo Group adalah untuk menghadapi
persaingan. Sekarang, banyak investor asing atau perusahaan lain yang ingin
sekali berbisnis di Indonesia. Tren ekonomi Indonesia ke depan terus
membaik. Di masa mendatang, pertumbuhan ekonomi akan berpindah, dari
Barat ke Timur. Asia menjadi tempat yang cocok untuk berinvestasi, termasuk
Indonesia.” (Sambuaga, hasil wawancara pada 12 November 2010, pukul
17.00 – 18.00 WIB)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
214
dan perkembangan ide-ide mengenai demokratisasi, hak asasi manusia (HAM) dan
lingkungan hidup, kapitalisme, melintasi batas-batas lokalitas dan nasional sehingga
merupakan fenomena umum yang berlangsung bahkan ke tingkat komunitas paling
lokal sekalipun. Dalam kondisi ini, maka lingkungan bisnis dihadapkan pada suatu
kondisi yang terbuka dan semakin luas sehingga harus mampu bersaing bukan saja
dengan perusahaan lokal tetapi juga perusahaan-perusahaan asing. Perusahaan
mengalami tingkat kompetisi yang sangat ketat sehingga hanya perusahaan yang
dapat meningkatkan kualitas barang dan jasa yang dihasilkan yang mampu bersaing.
Untuk mengatasi perubahan paradigma ini maka perusahaan harus dapat menciptakan
nilai lebih agar dapat mengungguli pesaing-pesaing yang ada. Tidak ada satu
negarapun yang dapat melakukan monopoli untuk menguasai perdagangan global.
Hal ini dinyatakan oleh Kenichi Ohmae dengan menyebutnya sebagai the invisible
continent, yaitu suatu kontinen yang memiliki karakteristik dimana informasinya
bergerak sangat liquid melintasi batas-batas negara sehingga memudahkan pertukaran
barang/jasa, pengetahuan dan modal; kontinen yang dapat dimasuki oleh siapapun
yang mau melepaskan cara berpikir yang lama; kontinen yang masih mencari bentuk
tata kelola dan infrastrukturnya (Ohmae, 2000).
Hal ini dipahami dengan seksama oleh Riady sebagai pendiri dan pemilik
usaha dengan wilayah operasional perusahaan yang melintasi batas negara (meliputi
Hongkong, Singapura, China, dan Indonesia) baik dalam hal pertukaran barang dan
jasa maupun permodalannya. Sebagian besar operasionalisasi perusahaan
menggunakan teknologi komputer terutama untuk administrasi jasa perbankan dan
usaha bidang retail yang merupakan industri yang paling kompleks di antara segala
jenis industri (Riady, 2008).
Futurisasi adalah suatu kondisi perusahaan dengan nilai tertentu di masa
yang akan datang dibandingkan dengan perusahaan lain sebagai hasil dari penerapan
teknologi informasi beserta sumber daya yang kompeten. Oleh sebab itu untuk
mendapatkan nilai perusahaan yang maksimal maka diperlukan juga sumber daya
yang dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi. Sumber daya yang dapat
memberikan nilai tambah bagi organisasi pada gilirannya akan memberikan
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
215
kompetensi yang unik bagi perusahaan yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan
lainnya. Dari sinilah maka keunggulan perusahaan dapat dibangun.
Menurut Riady, fenomena digitalisasi, globalisasi dan futurisasi merupakan
paradigma baru dalam berbisnis yang mengharuskan setiap pemimpin berpikir
strategis untuk memanfaatkan tantangan yang ada menjadi peluang bagi perusahaan
dalam rangka mencapai visinya. Visi Lippo Group adalah Impacting lives. Visi ini
dielaborasikan ke dalam kelompok bisnis sesuai dengan strateginya. Makna dari visi
impacting lives ini adalah bahwa “suatu usaha itu harus memberikan dampak positif
dan menyentuh bagi kehidupan orang banyak”. Misi Lippo Group adalah
mengembangkan ekonomi nasional di segala arah, dimana perusahaan tidak hanya
membidik skala menengah ke atas tetapi juga dengan kelas menengah ke bawah.
Berikut ini adalah petikan wawancara dengan Riady, di Lippo Karawaci yang
menuangkan dengan jelas tentang visinya dalam mengelola usaha.
“... Filosofi saya beda, projek saya waktu kecil, ibu saya selalu membawa
saya ke klenteng, kalo bawa uang kemudian diberikan orang miskin, jadi saya
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
216
merasa kurang bijaksana, karena orang peminta tersebut fisik masih kuat
kalau dibiarkan moral bisa rusak, dibina menjadi tukang pengemis. Kasih
uang bukan suatu solusi tapi harus cari upaya untuk membuka lapangan
pekerjaan....” (Riady, hasil wawancara pada 20 Agustus 2010, pukul 10.00 –
12.00 WIB, Lippo Karawaci).
“... Perusahaan saya sekarang saya pesankan bagi penerus saya agar tetap
memperhatikan pendapatan bagi pemerintah/masyarakat. Saya minta Theo L.
Sambuaga dan Tanri Abeng supaya dapat mengembangkan Indonesia timur
karena mereka orang sana, agar tidak hanya terpusat di Jakarta, daerah
timur mempunyai potensi yang luar biasa....” (Riady, hasil wawancara pada
20 Agustus 2010, pukul 10.00 – 12.00 WIB, Lippo Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
217
yang unggul dan memberikan nilai lebih kepada masyarakat dapat dikaji secara
empiris dengan mengambil aplikasi di salah satu kelompok perusahaan yaitu Lippo
Karawaci. Lippo Karawaci merupakan kelompok perusahaan bidang properti yang
memiliki harta terbesar dengan variasi bidang bisnis yang cukup beragam. Melalui
penggabungan delapan perusahaan properti terkait pada tahun 2004, Lippo Karawaci
mengembangkan portofolio usahanya mencakup Urban Development, Large Scale
Integrated Development, Retail Malls, Hospitals, Hotels & Leisure serta Fee-based
Income (lihat Gambaran Umum Perusahaan di Bab 4). Hingga tahun 2011, Lippo
Karawaci merupakan kelompok bisnis usaha dalam Lippo Group yang paling
signifikan dengan jumlah anak perusahaannya mencapai 200 perusahaan dengan Core
business di bidang properti dan pendukungnya. Adapun pengelompokkan usaha lebih
detail sebagai berikut:
1. Urban development,
2. Large Scale Integrated Development,
3. Retail Mall,
4. Healthcare,
5. Hospitality and Infrastructure,
6. Property and Portofolio Management.
“... Pergeseran usaha kelompok Lippo Grup sejak tahun 1998 ke arah
properti kemudian berkembang ke health care dan bahkan sampai ke media
lebih karena beliau mampu melihat peluang pasar...” (Abeng, hasil
wawancara pada Juli 2012, pukul 11.00 – 14.00 WIB, Jakarta).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
218
Setelah menyusun hirarki yang terdiri dari “tujuan” (goal), arah strategis
(strategic direction), dan pilihan-pilihan potensial (potensial options) melalui data
primer dan data sekunder, langkah berikutnya adalah membuat cognitive map.
Cognitive map yang telah dibuat kemudian dihubungkan dengan panah dan diberikan
tanda “+” yang berarti “menaikkan” (increase) dan “–” yang berarti “menurunkan”
(decrease) sehingga terbentuk peta kausal (causal map) RIADY untuk merumuskan
keunggulan bersaing perusahaan. Pada Tabel 5.1 disajikan 27 variabel yang terlibat
dalam pembuatan causal map.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
219
Tabel 6.1. Dua Puluh Tujuh Variabel yang Terlibat dalam Causal Map RIADY
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
220
Penerimaan
+ Karyawan
+ +
+
+ Iklim Kerja Keterbukaan
Umur Perusahaan SDM Pelatihan & Pengem- Komunikasi
bangan Karyawan
+
+ Kerjasama +
Team
Pengembangan +
Bisnis Kompetensi & +
Keahlian Karyawan +
+
+
+ Interaksi Antar Integrasi SIT
+ Karyawan
Modal Kerja Bersih Total Kompensasi +
Karyawan +
+ +
Keunggulan Bersaing Penerapan SIT +
+ Perusahaan +
+ +
Total Aset + Profitabilitas + Kapasitas
+ Peminjaman
+ Perusahaan
- Perusahaan
+ -
+ +
Properti yang Renumerasi +
Dimiliki + BOC & BOD Kas & Setara Kas
Perusahaan +
Perusahaan
+ Kapasitas
Permodalan
+ Pengalaman + Kompetensi
-
Reputasi RUPS Perusahaan
Manajemen Puncak Dewan Komisaris
Perusahaan +
+ + + +
+
Entrepreneur as a
Business Leader
Potential Option yang dilakukan pertama kali terkait dengan SDM adalah
melakukan pemetaan SDM yang ada dalam perusahaan. Untuk mempermudah
pemetaan atas karakteristik karakteristik karyawan, maka Lippo Karawaci membagi
bidang usahanya menjadi tiga besar, yaitu Perumahsakitan, Komersial, dan
Perumahan. Distribusi karyawan menyebar dengan perincian 54% di bagian
perumahsakitan, 25% di bagian komersial dan 21% di bagian perumahan dan
pengembangan kota (Annual Report Lippo Karawaci).
Karakteristik karyawan yang bekerja perusahaan selama tiga tahun terakhir,
yaitu tahun 2009, 2010, dan 2011, berdasarkan divisi dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
223
“... Kami memiliki komitmen untuk membangun rumah sakit, area yang tidak
banyak orang tertarik untuk invest di bidang ini karena tingkat pengembalian
yang lama dan sebagainya, padahal di sisi lain memerlukan investasi yang
besar....” (Wijaya, hasil wawancara pada 13 Juli 2012, pukul 10.00 – 12.30.
WIB).
Pembangunan rumah sakit ini terkait dengan adanya peluang di bisnis ini di
mana melihat bahwa sangat sedikit pemain di area bisnis health care. Bisnis rumah
sakit dianggap oleh pesaing sebagai bisnis dengan karakteristik permodalan yang
sangat besar dengan waktu pengembalian modal yang cukup lama, selain itu diikuti
dengan kebutuhan tenaga kerja yang spesifik, yaitu di bidang kesehatan dan
keahlian penunjang lainnya. Peningkatan jumlah SDM yang bekerja di Lippo
Karawaci ini merupakan indikator daya serap tenaga kerja yang dilakukan oleh Lippo
Karawaci sebagai perwujudan visi Riady dalam menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat luas.
Penyerapan tenaga kerja ini tentunya sesuai dengan kebutuhan perusahaan
yang tersebar dalam berbagai tataran manajemen di dalam perusahaan. Penyebaran
karyawan berdasarkan tingkat pendidikan dan jabatan untuk tiga tahun terakhir dapat
dilihat dalam Tabel 6.3 berikut:
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
224
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
225
“... Iya sebelum kita rekrut, harus dilakukan dulu pemetaan SDM yang ada,
kita ukur kebutuhan dan kompetensi yang dipersyaratkan, kalo cukup kita
biasanya rotasi saja, pake yang ada, makanya bisa pindah sana pindah sini...
jika masih kurang baru kita rekrut dari luar....” (Wijaya, hasil wawancara
pada 13 Juli 2012, pukul 10.00 – 12.30 WIB).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
226
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
227
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
228
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
229
inisiatif pelatihan yang sudah dilaksanakan oleh Lippo Karawaci (HRD Report and
Presentation Skill Activities 2011), yaitu:
a. Tingkat manajerial untuk menggali dan mengasah kemampuan
kepemimpinan dan manajerial disampaikan dengan materi
pelatihan/modul meliputi: Leadership Challenge, Performance
Management, Steping up – A Roadmap for Supervisor, Strategic Job
Profile, Management Trainee Program, Quarterly Leaders Develop
Leaders, managers Forum with CEO (leader forum), dan HR workshop.
Jumlah peserta yang mengikuti pelatihan ini berjumlah 450 orang.
b. Program Skill Enhancement yang meliputi: Journalism for Public
Relation, Open Tax Clinic, Priceless Gems of Innovation the Cutting edge
of Creativity, Design Procedure and KPI: Retail Delivery Basic Program,
Training for Trainer, Perspektif dan Penanganan Keamanan atas Risiko
Gedung, Bahaya Kebakaran pada Gedung Bertingkat, Behavior Based
Interview, Project Management – Retail Delivery Intermediate Program,
Leasing Management – Basic Program, Harrison Assesment Talent
Solution, Practical Management Skills, Measuring the ROI in Learning.
c. Individual Effectiveness yang meliputi Implement of Labor Law, Housing
Keeping Management, Induction (On Boarding Program), Be a
Superstars, CACS Coference, Aspek Perpajakan untuk Pengelolaan Pusat
Perbelanjaan, Basic Communication and Negotiation Skills, Seminar Mall
Operation Best Practice. Konferensi Nasional SDM dan Practical Skill
Modern.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
230
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
231
globalisasi. Bahkan tidak menutup kemungkinan untuk mengontrak tenaga asing jika
kebutuhan perusahaan tidak dapat terpenuhi oleh SDM lokal. Hal ini dipahami oleh
Riady sebagai konsekuensi logis dari globalisasi, seperti tertuang dalam petikan
wawancara berikut:
“... Tahun 1950 saya mulai bisnis keluarga sampai tahun 1980 mulai
berkembang, yaitu saat globalisasi, maka saya langsung dapat menangkap
maksud globalisasi yaitu: Globalisasi dalam tenaga kerja, sehingga saya meng-
hire 86 orang Amerika di perusahaan saya …. Tujuannya agar dapat dilakukan
transfer of knowledge....” (Riady, hasil wawancara 20 Agustus 2010, pukul
10.00-12.00 WIB, Lippo Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
232
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
233
yang kondusif ini dielaborasi oleh setiap anak perusahaan sesuai dengan strateginya
masing-masing. Lingkungan kerja yang kondusif di Lippo Karawaci merupakan iklim
organisasi yang ditunjukkan oleh anggota organisasi, dipengaruhi oleh sikap para
anggota organisasi dan tercermin dalam seperangkat karakteristik (sikap) dari
organisasi. Hal ini sejalan dengan Burton et all. bahwa iklim organisasi ini
merupakan kondisi psikologis dari organisasi terkait dengan semua anggota
organisasi baik pimpinan maupun bawahannya (Burton, De Sanctis, Obel: 2006, 140-
141).
Lippo Karawaci menunjukkan kondisi lingkungan kerja yang memiliki
tekanan psikologis yang rendah. Tetapi di lain pihak kesiapan para anggota organisasi
yang memiliki keinginan untuk berubah (menyesuaikan kebiasaan yang ada) untuk
menemukan sesuatu yang baru cukup tinggi. Dalam konsep yang dikemukakan oleh
Burton et all, kondisi ini termasuk dalam kategori iklim organisasi Developmental
Climate. Dalam lingkungan kerja seperti ini, umumnya setiap orang merasa nyaman
dalam bekerja, adanya kepercayaan di antara anggota organisasi, konflik sangat
jarang terjadi dan penghargaan dipandang sebagai sesuatu yang adil. Hal ini terbukti
dengan diterimanya penghargaan sebagai Perusahaan Pilihan Pekerja tahun 2011.
Selain itu, dalam hal keterbukaan komunikasi, sejak tahun 2009 Lippo
Karawaci sudah merintis pembinaan jalur komunikasi yang dilembagakan
berdasarkan tingkatan manajerial untuk mengurangi kesenjangan komunikasi yang
mungkin terjadi, yaitu:
a. Pada tingkat perusahaan dilakukan satu kali sebulan, sedangkan pada tingkat
divisi dilakukan secara mingguan.
b. Sosialisasi berbagai kebijakan perusahaan dilakukan melalui pertemuan
langsung, melalui buletin periodikal dan pengumuman.
c. Workshop dalam rangka pemantapan budaya kerja perusahaan melalui
sosialisasi nilai-nilai perusahaan kepada semua karyawan. Adapun nilai-nilai
perusahaan yang diseminasikan, yaitu fokus kepada pelanggan, komitmen
pada pencapaian tujuan dan prestasi terbaik, integritas, kerjasama, inovasi dan
semangat belajar.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
234
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
235
“... Waktu saya menjadi ketua di UI, saya bicara pada saat pertemuan
pertama adalah kebijakan UI sebaiknya short term saja. Maka saya
mengajukan 2 (dua) lembar kebijakan UI, yaitu administratif dan akademik.
Kalau cerita akademik kita berkewajiban meningkatkan produktivitas
nasional, artinya kita bicara teknologi, yaitu nanotechnology, science
technology, dan IT yang dapat meningkatkan produktifitas sehingga harus
diutamakan....” (Riady, hasil wawancara pada Juli 2010, pukul 10.00 – 12.30
WIB, Lippo Karawaci).
Teknologi Informasi (TI) telah menjadi elemen penting dalam strategi SDM
perusahaan. Sumber daya teknologi informasi ini mencakup semua sistem dan proses
yang mendukung manajemen karyawan sebagai unit kunci suatu organisasi. TI telah
mengubah proses SDM melalui peningkatan produktivitas SDM, meningkatkan daya
saing, memperluas pengalaman karyawan, dan memaksimalkan nilai karyawan
dengan menyelaraskan keterampilan, kegiatan, dan manfaat dengan tujuan bisnis dan
strategi perusahaan.
Sistem SDM terintegrasi Lippo Karawaci terfokus pada proses manajemen
SDM yang berjalan sesuai dengan praktik-praktik terbaik dan sesuai dengan
fungsinya seperti rekrutmen, pengelolaan kinerja/manajemen kompetensi,
pengembangan karyawan, dan pelayanan pelanggan. Sistem SDM ini akan
memungkinkan karyawan menjadi lebih mandiri di tempat kerja. Inisiatif ini juga
memungkinkan departemen SDM untuk lebih fokus pada kegiatan yang lebih
menguntungkan bagi perusahaan seperti rekrutmen dan pengembangan karyawan.
Sebagai hasil dari pelaksanaan strategi yang tepat sasaran seperti yang disebutkan di
atas, perusahaan dapat mengurangi turnover karyawan, mengurangi biaya
pengangkatan pegawai, dan meningkatkan kinerja individu. Selain itu, perusahaan
juga dapat memangkas biaya operasional dan menawarkan lebih banyak informasi
kepada karyawan dengan cara yang lebih cepat dan efisien. Melalui suatu sistem
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
236
terpadu, Divisi SDM dapat menghemat waktu yang digunakan untuk pekerjaan
administratif dan berakibat pada perampingan organisasi atau relokasi karyawan ke
bagian lainyang membutuhkan tanggung jawab lebih seperti pendukung keputusan
atau pengembangan karyawan.
Dalam hal ini, TI telah berperan dalam menjembatani antara strategi, proses,
dan teknologi SDM. Seiring upaya perusahaan untuk menjadi perusahaan ramah
lingkungan, sistem TI telah membantu perusahaan menjalankan proses operasional
secara ramah lingkungan, terutama melalui pengurangan penggunaan kertas untuk
kebutuhan Aplikasi Slip Gaji dan Aplikasi Perekrutan. Melalui pengurangan
penggunaan kertas dan proses yang tidak efisien, Lippo Karawaci berharap dapat
melakukan pengurangan biaya operasional sekaligus meningkatkan pelayanan
sehingga berdampak pada kinerja yang efisien. Salah satu contoh efisiensi
operasional dituturkan Presdir Lippo Karawaci tentang proses cuti karyawan:
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
237
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
238
Indonesia dalam hal pendapatan sejumlah 1,9 triliun rupiah (1H2011) dan memiliki
kapitalisasi pasar mencapai 1,7 miliar USD (28 September 2011) (Investor Summit &
Capital Market Expo 2011). Lippo Karawaci dikenal dengan pemimpin dalam
pengembangan perkotaan dan residensial, rumah sakit dan mal ritel, Lippo Karawaci
juga tercatat sebagai satu-satunya perusahaan properti nasional yang mendapat
peringkat dari lembaga rating internasional (Standard & Poor’s: B+, Moody’s: B1,
Fitch: B+). Dari sumber daya keuangan yang dimiliki Lippo Karawaci membentuk
bisnis model paling terintegrasi dengan kemampuan me-recycle modal. Kapitalisasi
Lippo Karawaci termasuk peringkat atas (dua besar) mencapai 2,094 miliar USD
hanya selisih dari peringkat satu Bumi Serpong Damai sebesar 2,178 miliar USD.
Berkaitan dengan arah strategis keuangan perusahaan, persediaan kas untuk
6 (enam) bulan ke depan diatur dalam manajemen kas. Terkait dengan arah strategis
ini, maka perusahaan harus memikirkan langkah bagaimana kemampuan perusahaan
dalam hal permodalan dan kemampuan perusahaan dalam peminjaman. Hal ini
tentunya terkait dengan struktur permodalan perusahaan. Berdasarkan hasil
wawancara dengan manajemen Lippo Karawaci, yaitu Wijaya, maka komposisi
struktur permodalan yang paling optimal berkisar antara rasio 60:40. Rasio (60/40),
menurut narasumber, adalah rasio stuktur permodalan yang optimal.
Selanjutnya menurut Presiden Direktur Lippo Karawaci ini, kapasitas
perbankan Indonesia masih agak lemah sehingga memerlukan pendanaan dari luar
negeri. Per 1 Desember 2006, Lippo Karawaci menjadi perusahaan pertama dari Asia
Tenggara yang menerbitkan Real Estate Investment Trust (REIT) dan tercatat Bursa
Efek Singapura. Penerbitan REIT tersebut dalam rangka restrukturisasi aset
perusahaan. Rencana restrukturisasi aset tersebut akan dilaksanakan dengan cara
memaksimalisasi pendapatan atas sejumlah aset milik perusahaan dengan
memanfaatkan momentum investasi para investor asing, yaitu dengan melalui
penerbitan REIT. Saat itu, Presiden Direktur Lippo Karawaci dijabat oleh Viven
Setiabudi dan diumumkan di Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada Rabu 16 Agustus 2006
(http://finance.detik.com).
Aktivitas ini memungkinkan para investor asing dapat membeli unit REIT
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
239
tersebut di Bursa Efek Singapura melalui mekanisme penawaran umum. Per Juni
2005 aset properti perusahaan mencapai 11,9 miliar rupiah yang terdiri dari properti
hunian, industri, rumah sakit dan hotel. Namun tidak disebutkan berapa nilai aset
yang disekuritisasi melalui REIT. Real Estate Investment Trust (REIT) atau property
trust adalah sekuritisasi aset properti yang dilakukan properti untuk mendapatkan
dana dari publik. Karena memerlukan dana untuk ekspansi bisnis maka kepemilikan
atas gedung perkantoran diubah menjadi REIT dengan mengalihkan kepemilikan
gedung perkantoran tersebut kepada sebuah trust yang selanjutnya menerbitkan surat
REIT. Investor yang berminat terhadap REIT ini, pembeliannya seperti membeli
saham dan obligasi pada pasar perdana. Hasil dari penjualan tersebut akan dibayarkan
kepada pemilik asal gedung perkantoran yang bersangkutan.
“... Dengan model pendanaan seperti ini ternyata lebih murah… juga tidak
berbelit-belit administrasinya, sehingga mempermudah perusahaan dalam
melakukan aktivitas pendanaan....” (Wijaya, hasil wawancara pada 29
Agustus 2012, Lippo Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
240
wawancara dengan pendiri perusahaan, terungkap bahwa Riady sangat keras terhadap
perilaku bisnis instan melalui spekulasi (perjudian) seperti money bubling-games
yang jamak terjadi di pasar keuangan. Sebagai contoh, hal ini tercermin dalam
ketegasan sikapnya terhadap perilaku spekulatif yang membahayakan kelangsungan
bisnis riil itu sendiri. Berikut petikan wawancara dengan Beliau:
“... Anak saya yang paling besar (Andrew) selesai dari Melbourne university
dan mengambil Ph.D (Doktoral) di Amerika, waktu kembali saya angkat
menjadi managing director BCA, dalam bank selalu saya ingatkan jangan
spekulatif sehingga jangan main valas. Andrew ini selalu main valas sehingga
saya berhentikan dari BCA. Berspekulatif sangat bahaya, kemudian saya
angkat Anthony salim, contoh bank duta bangkrut karena kalah main valas.
Andrew complain tetapi bagi saya hal itu sangat bahaya....” (Riady, Hasil
wawancara pada 20 Agustus 2010, pukul 10.00-12.00 WIB, Lippo Karawaci).
“... Bagi prinsip saya bagaimana seorang yang baru lulus sekolah dapat
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
241
menjadi entrepreneur itu lebih berguna bagi banyak orang, dibanding family
bisnis sehingga saya sangat sulit untuk memberikan konsepnya....” (Riady,
hasil wawancara pada September 2011, Lippo Karawaci).
“... Saya punya prinsip seseorang itu, bahkan anak saya… Dia harus melalui
proses yang nature, harus dari kecil untuk menjadi besar. Filosofi Lao Tse
“semua ada berasal dari tidak ada” dan pohon yang besar mulai dari yang
kecil. Harus bermula dari yang kecil agar bisa bertahan dan berkembang.
Mengatur usaha seperti nanotechnology, yaitu mulai dari yang terkecil, yaitu
manusia sehingga harus ada cara kerja yang jelas setiap manusia di
perusahan yang terdiri dari 4 unsur, yaitu workflow, job description, cara
kerja bila satu orang dididik macam mkacam maka akan kacau, lebih baik
diatur bahwa setiap orang ahli di bidangnya masing-masing. Harus bertahap
dan jangan langsung mau loncat tetapi mulai dari kecil...” (RIADY, hasil
wawancara pada Juli 2010, pukul 10.00 – 12.30 WIB, Lippo Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
242
Perjalanan dan perkembangan era pasca Bonanza Minyak Bumi (oil boom –
1974 sampai 1981) tepatnya pada tahun 1986, Lippo tercatat memiliki estimasi
penjualan total grup lebih dari 200 miliar rupiah, jumlah perusahaan telah
berkembang menjadi 35 unit bisnis. Adapun Lippo grup memiliki bisnis inti meliputi
sektor keuangan (BCA), elektronik dan elektrik, tekstil, serta komponen kendaraan
bermotor (Sato, 1994). Sebagaimana grup bisnis dari etnis Tionghoa kepemilikan
bisnis dengan perkembangannya berjalan seiring dengan bisnis extended-familiy
melalui jalur pernikahan putra-putri para Taipan tersebut. Ilustrasi di bawah ini
menggambarkan kepemilikan silang (cross-shareholdings) dan hubungan
kekerabatan (family linkage=family connection=F/C) berdasarkan survei Departemen
Luar Negeri dan Perdagangan Australia (1995).
Kalbe Group
(Bing Aryanto)
Sumber: East Asia Analytical Unit – Dept of Foreign Affair and Trade Australia (1995), Overseas
Chinese Business Network in Asia, Australia, 1995
Gambar 6.2. Ilustrasi Kepemilikan Silang dan Hubungan Kekerabatan Empat Grup Bisnis
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
243
melego saham-sahamnya di Bank Central Asia. Pasca krisis, dengan perlahan Lippo
mulai mereformasi tata kelola perusahaan yang semakin mencerminkan tata kelola
perusahaan yang baik. Tahun 2004 adalah tahun terpenting bagi Lippo Karawaci
karena pada tahun itulah, perusahaan melakukan merger 8 strategic business unit
terdiri dari perusahaan properti, sektor kesehatan, dan hotel ke dalam perusahaan
holding Lippo Karawaci.
Pasca merger itu, struktur pendapatan Lippo Karawaci menjadi lebih
sustainable dan semakin bertumbuh dengan cepat. Organisasi Lippo Karawaci juga
diarahkan oleh pendirinya dan para eksekutif puncak untuk dapat mempertahankan
pencapaian masa lalu dan mencari peluang-peluang bisnis masa medatang. Dalam
terminologi organisasi ambidextrous, perusahaan melakukan eksploitasi sumber daya
yang sudah ada seraya eksplorasi kesempatan yang dapat direngkuh perusahaan
dalam jangka panjang. Suatu organisasi bisnis dikatakan Ambidextrous Organization
setelah perusahaan mampu mengelola perubahan yang bersifat evolusi, bertahap dan
cenderung lambat serta pada saat yang bersamaan mengeksploarasi kesemapatan dan
perubahan yang cepat dan revolusioner (O’Reilly dan Tushman, 2004; 1996).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
244
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
245
mempekerjakan beragam ekspatriat terutaman para ekspatriat yang berasal dari New
Zeland terkait Siloam Hospital and Healtcare dan Australia untuk penyediaan dan
manajemen perawat (nursing).
Rumah sakit dan layanan kesehatan siloam merupakan rumah sakit swasta
besar di Indonesia yang telah memiliki tujuh cabang dan menyediakan layanan
kesehatan berkelas internasional bagi pasien lokal maupun mancanegara. Kapasitas
kamar tidur telah mencapai 1.227 buah dengan layanan kesehatan bagi Ibu-Anak,
Ruang Operasi, pediatric care dan outpatent facilities. Dalam dua tahun mendatang,
Lippo metargetkan memperluas jangkauan Siloam ke berbagai kota besar di
Indonesia hingga mencapai delapan belas buah (www.siloamhospital.com). Selain
investasi di proyek rumah sakit, Siloam juga berinvetasi pada riset, pendidikan
teknologi medis terkini, termasuk peralatan-peralatan canggihnya bagi
pengembangan standar pelayanan kesehatan di Indonesia. Siloam Hospital Lippo
Village memperoleh sertifikasi JCIA pengakuan internasional di bidang
perumahsakitan, hanya 5 (lima) RS di Indonesia yang memperoleh pengakuan ini.
Dua contoh kasus San Diego Hills Memorial Park dan Siloam Hospital,
pada hemat penulis, ada bukti nyata kepemimpinan pendiri Lippo Group
mengarahkan biduk konglomerat yang memiliki visi: Growing in Stewardship dan
Impacting Lives. Sekurangnya ada dua pelajaran yang dapat dipaparkan berdasarkan
wawancara dengan Presiden Direktur Lippo Karawaci tentang Strategic Direction
Riady sebagai pemimpin bisnis:
“... Apa yang saya kira menjadi arahan strategis Pak Mochtar bagi
kami pengelola (manajer) selalu one-step-ahead dalam bisnis kami,
dan komitment terus menerus perbaikan secara mikroskopik (mico-
managing)… Mangement is making things happens....” (Wijaya,
hasil wawancara pada 17 November 2012, pukul 15.00 – 17.00
WIB, Lippo Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
246
“... Karena bisnis ini harus sesuai dengan visinya, yaitu impacting lives,
maka bisnis apapun harus mengarah ke semua sendi kehidupan masyarakat,
misalnya bukan hanya membangun rumah saja, tetapi juga siapkan sarana
pendukungnya. Kemang jadi landmark, kuburan jadi tempat wisata....”
(Wijaya, hasil wawancara pada 29 Agustus 2012, Lippo Karawaci,
Tangerang).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
247
“... Dalam rangka membangun SDM yang unik, pendekatan yang dilakukan
oleh Lippo Karawaci adalah engage people…dimana di sana ada ruang
untuk kreatifitas dan intrapreneurial....” (Abeng, hasil wawancara pada Juli
2012, Setia Budi, Jakarta).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
248
Penerimaan
+ Karyawan
Renumerasi +
+ BOC & BOD
Pengalaman Kompetensi
Manajemen Puncak Dewan Komisaris
+ + +
+
Entrepreneur as a
Business Leader
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
249
penting dan termasuk di dalam 4 (empat) arah strategis berdasarkan data hasil
wawancara dan data sekunder lainnya.
Tabel 6.5. Sembilan Variabel Level
No Nama Variabel
1 Sumber Daya Manusia
2 Penerimaan Karyawan
3 Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
4 Kompetensi dan Keahlian Karyawan
5 Total Kompensasi Karyawan
6 Profitabilitas Perusahaan
7 Keunggulan Bersaing Perusahaan
8 Penerapan Sistem Informasi dan Teknologi
9 Entrepreneur as a Business Leader
Sumber: hasil olahan penulis (2012)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
250
+
Iklim Kerja
Keterbukaan
+ + Komunikasi
Penerimaan
-
SDM
Karyawan
inc SDM dec SDM inc Penerimaan dec Penerimaan +
Karyawan Karyawan Kerjasama +
+ - - Team
+
+ +
+
Umur Perusahaan Pelatihan & Pengem- - Interaksi Antar Integrasi SIT
+ - - bangan Karyawan Karyawan
+ inc Pelatihan & dec Pelatihan &
Kompetensi & Pengembangan Pengembangan +
Keahlian Karyawan Karyawan Karyawan
inc Kompetensi & dec Kompetensi &
-
+ Keahlian Karyawan Keahlian Karyawan +
- Penerapan SIT
Pengembangan + inc Penerapan SIT dec Penerapan SIT
Bisnis
-
+
+ -
+ Total Kompen-
sasi Karyawan
inc Total Kompensasi dec Total Kompensasi
Modal Kerja Bersih Karyawan Karyawan
+
Leading & Impacting +
+ Lives Corporation
-
inc Leading & dec Leading & + -
+ Impacting Lives Impacting Lives Profitabilitas
Total Asset Corporation + Corporation Perusahaan
- inc Profitabilitas dec Profitabilitas
Kapasitas
- Perusahaan Perusahaan
+ + + - Peminjaman
Pengalaman - + + + Perusahaan
Manajemen Puncak Renumerasi -
Properti yang Dimiliki
Perusahaan + BOC & BOD Kas & Setara Kas
+ + Perusahaan
+ RUPS
Kapasitas
Reputasi Perusahaan
+ Kompetensi + Permodalan
+ Dewan Perusahaan
- +
Komisaris
+
+ - +
Entrepreneur as a
Business Leader
inc Entrepreneur as dec Entrepreneur as
a Business Leader a Business Leader
Tabel 6.7. Dua Puluh Tujuh Variabel dengan Rumus Transformasi Variabel
yang Digunakan untuk Normalisasi Nilai Variabel
Maksimum
No Rumus
No Nama Variabel Nilai Konstanta (k)
Tansformasi
Variabel (n)
1 Sumber Daya Manusia 1 - 4.500
2 Penerimaan Karyawan 2 - 1.000
Pelatihan dan
3 1 - 1.500
Pengembangan Karyawan
Kompetensi dan Keahlian
4 1 - 15.000
Karyawan
Total Kompensasi
5 1 - 400.000.000.000
Karyawan
6 Profitabilitas Perusahaan 1 - 250.000.000.000
Keunggulan Bersaing
7 1 - 0,77
Perusahaan
Penerapan Sistem
8 4 2 -
Informasi dan Teknologi
Entrepreneur as a
9 5 5 1
Business Leader
Iklim Kerja yang
10 4 6 -
kondusif
11 Keterbukaan Informasi 4 2 -
Integrasi Sistem
12 4 2 -
Informasi danTeknologi
13 Interaksi Antar Karyawan 4 2 -
14 Kerjasama Tim 4 6 -
Rapat Umum Pemegang
15 1 - 2
Saham
Kapasitas Permodalan
16 1 - 2.000.000.000.000
Perusahaan
Kapasitas Peminjaman
17 1 - 1.500.000.000.000
Perusahaan
Kas dan Setara Kas
18 1 - 2.000.000.000.000
Perusahaan
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
253
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
254
n
DR c 1 LV * Vi … (5.2)
i 1
n
dengan n adalah banyaknya variabel yang terlibat dan V
i 1
i berasal dari semua
variabel (selain variabel levelnya sendiri) yang masuk ke IR atau DR. Jika tanda di
panah masuk ke IR atau DR adalah “+”, maka Vi sama dengan nilai variabelnya, jika
“-”, maka Vi sama dengan (1-nilai variabelnya). Nilai konstanta c digunakan untuk
mengontrol besarnya IR dan DR.
Rumus LV (Level Variable) adalah
LV INTEG IR DR . ... (5.3)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
255
b. Kasus 2: Jika variabel bukan berperan sebagai variabel level (level variable)
Jika tidak ada panah yang masuk ke variabel itu, maka nilainya diberikan
(diambil dari data aktual setelah dinormalisasi). Jika ada panah yang masuk ke
variabel itu, maka nilainya dihitung menggunakan rumus
n
V .
i 1
i … (5.5)
Jika tanda di panah masuk ke variabel itu adalah “+”, maka Vi sama dengan nilai
variabel yang masuk itu, jika “-”, (1-nilai variabel yang masuk itu). Jika sedang
dihitung nilai suatu variabel pada waktu t, maka nilai yang digunakan untuk semua
variabel yang masuk ke variabel itu adalah nilai pada waktu t.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
256
Aktual
Simulasi
(setelah
Tahun Simulasi Kenaikan atau penurunan
dilakukan
(dalam %)
transformasi)
2002 0,2215 0,2215
2003 0,2236 0,91 0,2198
2004 0,2351 5,16 0,2323
2005 0,3042 29,41 0,2855
2006 0,3853 26,64 0,4230
2007 0,4589 19,11 0,5315
2008 0,5346 16,50 0,4960
2009 0,6076 13,65 0,5395
2010 0,6803 11,96 0,6024
2011 0,7445 9,44 0,6319
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
257
K e u n g g u la n B e r s a in g P e r u s a h a a n
1.0 000
0.9 000
0.8 000
0.7 000
Kenaikan signifikan
29,41%
0.6 000
Nilai
0.5 000
0.4 000
0.3 000
0.2 000
0.1 000
0.0 000
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tahun
S im u la s i A k tual
Gambar 6.6. Hasil Simulasi Model System Dynamics dan Nilai Aktual
(setelah Dilakukan Transformasi) untuk Keunggulan Bersaing Perusahaan
Berdasarkan hasil simulasi pada Gambar 6.6, Keunggulan Bersaing
Perusahaan mengalami kenaikan sejak tahun 2003. Kenaikan Keunggulan Bersaing
Perusahaan tersebut secara signifikan terlihat dengan jelas di tahun 2005 (kenaikan
29,41%).
Pada keadaan aktual, secara umum Keunggulan Bersaing Perusahaan
mengalami kenaikan hingga tahun 2011. Tetapi terlihat bahwa di tahun 2008,
Keunggulan Bersaing Perusahaan turun secara signifikan, yaitu mengalami
penurunan sebesar 6,67%, yang diperoleh dari
0,4960 0,5315
100% 6,67%
0,5315 .
Sejak tahun 2009, Keunggulan Bersaing Perusahaan sudah kembali mengalami
kenaikan hingga tahun 2011.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
258
yaitu Value, Rarity, Imitability, dan Organizations. Pertanyaan yang diajukan Barney
dan Clark, berguna bagi operasionalisasi kerangka VRIO, yaitu:
a. Apakah sumber daya dan kapabilitas perusahaan membuatnya mampu
memberikan respon atas perubahan lingkungan baik ancaman maupun
kesempatan (Aspek Value).
b. Apakah sumber daya tersebut saat ini dikuasai oleh sejumlah perusahaan
pesaing dalam jumlah terbatas (Aspek Rarity).
c. Apakah perusahaan tanpa sumber daya tersebut menghadapi potensi biaya
kerugian akibat pemilikan atau pengembangan sumber daya (Aspek
Imitability).
d. Apakah terdapat kebijakan maupun prosedur perusahaan secara terorganisir
guna mendukung pemanfaatan sumber daya yang valuable, rare, dan berharga
untuk ditiru (costly to imitate) (Aspek Organizations).
Untuk dapat mengoperasionalisasi kerangka VRIO dari Barney dan Clark,
maka peneliti melakukan beberapa aktivitas sebagai berikut:
a. Melakukan evaluasi sumber daya perusahaan baik bersifat aset perusahaan
yang berwujud (tangible assets) maupun aset perusahaan yang nirwujud
(intangible assets) serta kapabilitas organisasional yang dimiliki perusahaan
(Organizational capabilities). Dari evaluasi sumber daya yang berwujud,
nirwujud, maupun kapabilitas organisasi penulis menentukan fokus kekuatan
dari sisi aset berwujud, aset nirwujud, serta kapabilitas organisasi.
b. Melakukan checklist terhadap fokus kekuatan yang berasal dari temuan
evaluasi sumber daya perusahaan dalam kerangka VRIO.
c. Membuat kesimpulan atas langkah pertama dan langkah kedua. Hasil dari
langkah pertama dan langkah kedua dapat diperoleh keunggulan bersaing
perusahaan yang berkesinambungan (sustainable competitive advantage).
Berikut adalah Evaluasi Sumber Daya dan Kapabilitas dari Lippo Karawaci.
1. Sumber daya perusahaan yang bersifat wujud (tangible assets) yang dibahas
dalam evaluasi ini, diantaranya:
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
259
Modal kerja Lippo Karawaci per 30 Juni 2012 meningkat dari posisi 31
Desember 2011 sebesar 2,916 triliun rupiah dari sebelumnya 2,175 triliun
rupiah. Sedangkan Rasio Hutang terhadap Modal (Debt to Equity Ratio)
meningkat dari 0,42 (per 31 Desember 2011) menjadi 0,54 (per 30 Juni 2012).
Sedangkan, kapasitas perusahaan memperoleh modal tambahan, perusahaan
memiliki fleksibilitas dan alternatif pembiayaan dana murah melalui pasar
modal dalam dan luar negeri. Real Estate Investment Trust (REIT) dan LMIR
Trust merupakan sekuritisasi aset yang menjamin ketersediaan dana bagi
pengembangan bisnis perusahaan.
b. Fisik: Kemampuan perusahaan menyediakan fasilitas pabrik yang modern,
lokasi yang favorable, dan mesin maupun perlengkapan terkini bagi
pengembangan bisnis. Fasilitas pabrik yang modern kurang relevan dengan
divisi bisnis Lippo Karawaci karena bukan perusahaan manufaktur. Namun,
masalah lokasi dan perlengkapan terkini bagi pengembangan bisnis adalah
sangat relevan dengan bisnis inti Lippo Karawaci.
Lokasi merupakan jargon Lippo Karawaci yang telah mengembangan
divisi komersial dan pengembangan kota melalui segmen unit bisnis di bawah
payung Large Scale Integrated Development. Dua proyek terkini di kawasan
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
260
Selatan dan Barat Jakarta adalah Kemang Village dan St Moritz Penthouses
and Residents. Uraian kedua proyek tersebut sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
261
satisfying our
customers' needs for
convenience and
easy access.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
262
pada Rumah Sakit dan Layanan Kesehatan Siloam. Siloam adalah salah satu
rumah sakit swasta terbesar di Indonesia yang telah memiliki tujuh cabang
dan menyediakan layanan kesehatan berkelas internasional bagi pasien lokal
maupun mancanegara. Kapasitas kamar tidur telah mencapai 1.227 buah
dengan layanan kesehatan bagi Ibu-Anak, Ruang Operasi, pediatric care, dan
outpatent facilities.
Perbedaan rumah sakit dan layanan kesehatan ini dibanding para
pesaing adalah keterkaitan rumah sakit dan layanan kesehatan dengan
pengembangan pemukiman yang sukar ditiru pesaing, selain pengakuan dari
Lembaga Sertifikasi Internasional di bidang Hospital. Ilustrasi grafis di bawah
ini menarasikan beberapa rumah sakit dan layanan kesehatan yang termasuk
portofolio Siloam.
Gambar 6.7. Beberapa Rumah Sakit dan Layanan Kesehatan yang Termasuk
Portofolio Siloam
c. Teknologi: Dua hal terkait teknologi yang dapat dipelajari dari Lippo
Karawaci adalah proses bisnis yang inovatif dan ciri khas model bisnis Lippo
Karawaci yang membedakan dari pesaingnya. Kedua aspek teknologi
bermuara pada konsep tentang Nanotechnology Management Style.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
263
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
264
2. Sumber daya perusahaan nirwujud (intangible assets) yang dibahas dalam evaluasi
ini adalah:
a. Sumber Daya Manusia (Human Resources)
Lippo Karawaci memilki komitmen dan pengalaman panjang yang
melibatkan para expert dengan pengalaman dan kapabilitasnya menjadi
bagian dari perusahaan. Pelibatan tenaga ahli ini terutama di bidang-bidang
yang baru digeluti perseroan. Misalnya Presiden Direktur Grup RS dan
Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh Dr. Gershu Paul. Ia adalah dokter medis
dari Universitas Bangalore India serta MBA dari Universitas Otago New
Zeland. Dokter Gershu telah berpengalaman lebih dari dua puluh lima tahun
di bidang layanan kesehatan dan pengembangan bisnis kesehatan. Tidak
cukup menyewa tenaga ahli asing, Lippo Karawaci juga menyiapkan sistem
twin-training dimana satu tenaga ahli asing didamping oleh tenaga lokal yang
potensial (kandidat pelapis tenaga ahli asing tersebut).
Keterampilan manajerial karyawan Lippo Karawaci juga terus
dikembangkan melalui program pengembangan kapasitas secara berkala agar
memilki kompetensi manajerial yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan
(Komposisi karyawan berdasarkan latar belakang pendidikan dan posisi
manajerial yang ditempatinya dapat dilihat kembali pada saat pembahasan di
bagian Strategic direction of human capital di bagian awal pada Bab ini.
b. Sumber Daya Inovasi dan Kreatifitas (Innovation and Creativity)
Selain komitmen pendiri terhadap peningkatan kualitas kerja melalui
Operation Line yang dapat diaplikasikan (applicable), sisi pengembangan
sumber daya perusahaan secara teknis dan ilmiah (technical and scientific
Skills) juga dikembangkan pada batas-batas yang bisa dilakukan. Kreativitas
dan inovasi sedapat mungkin sejalan dengan tuntutan sisi komersial dari
bisnis itu sendiri. Inovasi yang dilakukan berupa integrasi sistem informasi
perusahaan dalam sistem sumber daya manusia perusahaan. Dengan integrasi
ini maka divisi Human Resource dapat berfokus kepada persoalan rekrutmen
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
265
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
266
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
267
hotel dengan 1.644 kamar, rencana penambahan hotel 4 buah dengan 858
kamar.
Layanan Kesehatan yang berada di bawah naungan Divisi Rumah
Sakit sejumlah 10 buah dengan 2.065 kamar tidur dan menyusul 17 rumah
sakit di tahun mendatang, termasuk di dalamnya akreditas nasional dan
internasional sebagai pencapaian achievement. Layanan hospitality terdiri dari
jaringan Hotel Aryaduta yang tersebar di seluruh kawasan Indonesia Barat
dan Timur. Seperti banyak perusahaan properti terintegrasi sumber
pemasukan perusahaan berasal dari pendapatan tetap (recurring income) dan
pendapatan pengembang (development income). Lippo Karawaci berupaya
menyiapkan proyek maupun layanan yang dapat memberikan kepastian
pendapatan melalui recurring income serta development income.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
268
dan pelayanan yang diberikan oleh karyawan. Selain itu, terdapat pula
Performance Management System untuk memastikan bahwa kompensasi yang
diterapkan telah berdasarkan meritokrasi sehingga perusahaan dapat lebih
merampingkan struktur penggajian pegawai yang ditetapkan berdasarkan
evaluasi jabatan dan analisa jabatan.
Penerapan sistem manajemen berbasis kinerja telah dilakukan untuk
memastikan agar sistem manajemen berorientasi hasil berjalan dengan
konsisten. Sistem ini menerapkan penilaian kinerja terbuka yang
memungkinkan perusahaan mengidentifikasi dan memberikan penghargaan
yang sesuai kepada karyawan dengan kinerja yang baik dan di saat yang sama
memutuskan hubungan kerja, memberi sanksi, atau melakukan tindakan
perbaikan terhadap karyawan dengan kinerja jauh di bawah ekspektasi. Selain
itu, implementasi sistem ini memberikan imbalan yang adil dan pantas atas
dasar prinsip meritokrasi
Pada tahun 2010, seiring ekspansi bisnis, Lippo Karawaci menambah
jumlah karyawan 14% menjadi 5,683 orang, dengan status karyawan tetap
72% dan sisa 28% masih berstatus karyawan kontrak. Dari keseluruhan itu,
54% berasal dari Divisi Rumah Sakit dan Layanan Kesehatan, 25%
merupakan Divisi Komersial, dan 21% berasal dari Divisi Perumahan dan
Pengembangan Kota.
Dari evaluasi sumber daya perusahaan di atas, penulis memilih fokus
sumber daya yang akan dinilai dalam kerangka VRIO.
1. Sumber daya berwujud (tangible resources), terdiri atas:
a. Keuangan: Modal kerja (working capital), rasio utang terhadap modal
(debt to equity ratio) dan akses kepada sumber pendanaan non
konvensional (access to other financial services). Penulis memilih
akses kepada sumber pembiayaan non konvensional dengan
pertimbangan, REIT dan LMIR Trust telah memberikan hasil bagi
Lippo Karawaci sebagai sumber pembiayaan.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
269
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
270
VRIO Framework
Sumber Daya
Implikasi Ekonomi
(Resource)
Valuable Rare Imitablity Organization (Implication
Economic)
Tangible
Temporary
Access to other
Yes Yes No Yes Competitive
financial service
Advantage
Sustainable
Siloam Hospital Yes Yes Yes Yes Competitive
Advantage
Operation Line Yes No - Yes Competitive Parity
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
271
Implikasi
Ekonomi
Valuable Rare Imitablity Organization
(Implication
Economic)
Tangible
Effective planning
Sustainable
process and Excellent
Yes Yes Yes Yes Competitive
evaluation and control
Advantage
system
Intangible
Sustainable
Expatriate program
Yes Yes Yes Yes Competitive
and twin system
Advantage
Human Resource IT Competitive
Yes No - Yes
System Parity
Competitive
High quality and
Yes No - Yes Parity
reliable services
Organizational
Capabilities
Competitive
HR Support Yes No - Yes
Parity
Sustainable
Innovativeness of
Yes Yes Yes Yes Competitive
product and services
Advantage
Ability to hire, motivate Sustainable
and retain human Yes Yes Yes Yes Competitive
capital Advantage
Sumber: hasil olahan penulis (2012)
Berdasarkan evaluasi sumber daya perusahaan, LIPPO KARAWACI
mendiskusikan sumber daya berwujud, sumber daya nirwujud, dan kapabilitas
organisasi. Kemudian penulis melanjutkan evaluasi checklist menggunakan kerangka
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
272
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
BAB VII
IMPLIKASI COGNITIVE MAP PENDIRI PERUSAHAAN
DI DALAM PRAKTEK AMBIDEXTERITY
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
274
a. Unit bisnis Residential and Urban Development: Unit bisnis ini lebih dominan
dalam melakukan aktivtitas eksploitatifnya. Hal ini tercermin dari besarnya
persediaan landbank yang mencapai 1.489 hektar terletak di kota-kota mandiri
yang dikembangkan di daerah pertumbuhan strategis yaitu Lippo Village di
Tangerang, Lippo Karawaci di Bekasi, Tanjung Bunga di Makasar, dan San
Diego Hills di Cikarang. Perseroan melakukan optimalisasi pemanfaatan
tanah atas hak pengembangan tanah sebanyak 7.823 hektar dimana sekitar
62% telah dibebaskan. Persediaan landbank perseroan di kota-kota mandiri
tersebut memadai untuk pengembangan 10 tahun ke depan secara
berkesinambungan. Seiring dengan perkembangan kebutuhan masyarakat
akan gaya hidup modern, perseroan juga mengembangkan proyek terintegrasi
di lahan yang terletak tidak jauh dari pusat kota. Inovasi yang dilakukan
sebagai pilot project adalah pembangunan City of Tomorrow di Surabaya
yang merupakan proyek pertama perseoran di tahun 2011. Proyek tersebut
menggabungkan antara fasilitas hunian, rekreasi, sarana pendidikan, dan pusat
kesehatan. Setelah keberhasilan tersebut, dua perseroan meluncurkan dua
pengembangan terintegrasi berskala besar lainnya, yaitu Kemang Village di
Jakarta Selatan dan The St Moritz Penthouse and Residence di pusat bisnis
Jakarta Barat.
b. Unit bisnis Healthcare: Unit bisnis ini mewakili aktivitas inovasi yang
bersifat eksploratif pada awalnya tetapi secara simultan melakukan inovasi
eksploitatif. Diawali dengan proses pembelajaran dengan mitra asing dan
kemudian memisahkan diri beberapa tahun berselang. Untuk memberikan
dampak positif kepada kualitas kehidupan masyarakat luas memberikan
penyediaan layanan kesehatan berstandar internasional melalui rumah sakit
yang dioperasikan perusahaan, akuisisi beberapa rumah sakit, dan
pembangunan rumah sakit-rumah sakit baru. Masuknya Lippo Karawaci ke
dalam bidang kesehatan berawal dari kerjasama yang dilakukan dengan
Rumah Sakit Gleaneagles untuk rumah sakit di Lippo Village yang sekarang
menjadi Siloam Hospitals Lippo Village. Sejak saat itu, perseroan telah
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
275
melakukan ekspansi bisnis termasuk rumah sakit yang berdiri sendiri maupun
rumah sakit yang terletak di kota mandiri yang dikembangkan perseroan.
Sejalan dengan komitmen untuk melakukan transformasi sosial Indonesia
dalam mengangkat standar dan kualitas sektor kesehatan, perseroan telah
menambah portofolio rumah sakit dari 4 menjadi 7 rumah sakit dengan
mengakuisisi dua rumah sakit besar di Jambi, Sumatera dan Balikpapan di
Kalimantan Timur pada akhir tahun 2010. Siloam Hospitals Jambi dan Siloam
Balikpapan memperkuat komitmen Perseroan untuk meningkatkan standar
layanan kesehatan di masing-masing wilayah utama di Indonesia. Pada Juli
2011, perseroan meresmikan pembukaan pusat pengobatan kanker swasta
pertama di Indonesia yang dilengkapi dengan peralatan kesehatan yang
canggih. Keberadaan 7 rumah sakit dalam portofolio Siloam Hospitals
merupakan indikator penyedia layanan kesehatan yang progresif dan inovatif.
Rencana ke depan yang akan dilakukan perseroan adalah mengembangkan 20
rumah sakit baru dalam kurun waktu 4 tahun ke depan. Hal ini ditandai
dengan pembangunan 6 rumah sakit pada awal tahun 2011.
c. Unit bisnis Commercial: Aktivitas eksploitatif terjadi manakala perseroan
melakukan pengelolaan 25 mal yang tersebar di seluruh Indonesia dengan
total area yang dapat disewakan (Net Leasable Area) seluas 938.000 meter
persegi dengan 16 dari 25 mal terletak di wilayah Jabodetabek. Tingkat
hunian rata-rata mal ritel tersebut adalah sebesar 88% dengan perkiraan rata-
rata pengunjung 200 juta setiap tahunnya. Aktivitas inovasi eksploratif dengan
mengembangkan portofolio ini untuk mendapatkan alternatif pendanaan bagi
perseroan. Komposisi status mal dari 25 mal yang dimiliki tersebut terdiri atas
3 mal dimiliki penuh oleh Lippo Karawaci, 10 mal dalam portofolio Lippo
Malls Indonesia Retail Trust (LMIR Trust) yang tercatat di Bursa Efek
Singapura, 8 mal masih dalm proses pembangunan, dan 4 mal dimiliki oleh
pihak ketiga. Hasil penjualan LMIR Trust di Singapura ini mencapai angka
4,5 juta SGD. Sedangkan dari First REIT yang berbasis 3 rumah sakit dan 1
resort diperoleh dana sebesar 111 juta US$. Recurring Revenue dari unit
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
276
bisnis ini tercermin dari kenaikan dividen yang signifikan sejak penerbitannya
tahun 2006 dengan dividen sebesar 4.940.475.000 rupiah menjadi
17.830.009.169 rupiah pada tahun 2007 (Laporan Tahunan Lippo Karawaci,
2007).
d. Unit bisnis Asset Management: Berbagai aktivitas inovasi yang sifatnya
ekploratif dilakukan unit bisnis ini. Diawali dengan pendirian dua Real Estate
Investment Trust (REIT) yang tercatat di Bursa Efek Singapura dan
disponsori oleh Lippo Karawaci. First REIT didirikan Desember 2006 yang
merupakan REIT healthcare pertama di Asia Tenggara. Saat ini portofolio
nya terdiri atas 5 Siloam Hospital, 3 assets healthcare di Singapura, sebuah
rumah sakit di Korea Selatan dan Hotel Aryaduta Lippo Village. Perseroan
juga mensponsori berdirinya Lippo Malls Indonesia Retail Trust (LMIR
Trust) Juli 2007. LMIR merupakan satu-satunya REIT di Singapura dengan
aset ritel Indonesia. Saat ini LMIR Trust memiliki 10 mal ritel dan 7 ruang
ritel. Perseroan melalui anak perusahaan yang bernama PT Consulting &
Management Service Division (CSMD) mengelola properti mal tersebut di
bawah kontrak dengan LMIR Trust. Firts REIT dan LMIR Trust merupakan
instrumen derivatif yang tersebut memfasilitasi strategi perusahaan dalam hal
me-recycle modal melalui penjualan aset rumah sakit dan mall di luar negeri.
Kedua manajer dari REIT tersebut, Bowsprit Capital untuk First REIT dan
LMIR Trust Management Ltd. Untuk LMIR Trust, dimiliki oleh Lippo
Karawaci masing-masing sebesar 80% dan 100%. Untuk usaha asset
management ini dicanangkan akan tumbuh seiring dengan rencana
pengembangan 15 mal dan 20 rumah sakit baru. Total aset yang dikelolan
oleh dua REIT ini mencapai lebih dari 1,7 miliar dolar US.
Ekspansi bisnis rumah sakit melalui unit-unit usaha Lippo Karawaci
menyusun model bisnis yang teritegrasi untuk memenuhi kehidupan masyarakat
luas, yaitu melalui penyediaan produk perumahan terbaik yang berkualitas tinggi
dengan lingkungan yang asri, layanan kesehatan yang berkualitas internasional
dengan harga terjangkau, pusat perbelanjaan dan perhotelan (urban development,
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
277
large scale integrated development). Untuk menunjang hal tersebut, Lippo Karawaci
tidak segan untuk mengembangkan produk yang inovatif. Hal ini ditandai dengan
adanya upaya peningkatan kesinambungan pendapatan melalui sumber pendapatan
yang berkelanjutan (recurring income). Bercermin dari konsep aktivitas yang
berorientasi jangka pendek dan jangka panjang dari Tushman dan O’Reilly (2007),
penulis dapat menyatakan bahwa sumber pendapatan development dan recurring
adalah merupakan representasi dari adanya aktivitas yang berorientasi jangka pendek
dan jangka panjang.
Berdasarkan data sekunder, unit usaha yang menyumbang ke dalam
pendapatan berkelanjutan adalah hospitals, commercial dan assets management. Pada
tahun 2011 untuk Development Revenue terjadi peningkatan sebesar 59% menjadi 2
triliun rupiah sedangkan dari Recuring Revenue terjadi peningkatan sebesar 34%
(Laporan Keuangan Tahunan Lippo Karawaci, 2011). Terobosan yang dilakukan
adalah di bidang kesehatan dengan membuka rumah sakit modern dengan peralatan
tercanggih, yaitu MRCCC di Jakarta dan dua rumah sakit Siloam di Jambi dan
Balikpapan di tahun 2012. Merealisasikan 3 miliar dollar US nilai grup ritel,
transformasi grup hospital dengan meningkatkan skala menjadi 3,5 miliar dollar US
dalam 5 tahun. Meningkatkan recurring revenue lebih dari 50% melalui penyewaan
dan pengelolaan properti. (Laporan Keuangan Tahunan Lippo Karawaci, 2012).
Gambar 7.1 berikut menunjukkan komposisi dari Development Revenue dan
Recurring Revenue.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
278
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
279
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
280
“ ... Metode belajar merupakan proses yang soft (soft process) dimana
pengetahuan itu berada di seluruh dunia yang merupakan sumber global best
practices, oleh sebab itu kami berani mempekerjakan tenaga asing untuk
belajar tata cara asing....” (Hasil wawancara Wijaya, pada 19 Agustus 2012,
Lippo karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
281
pengembangan yang berdampak pada kinerja perusahaan (hasil cognitive map, 2012).
Total aset perseroan meningkat 13% menjadi 18,259 miliar rupiah pada tahun 2011.
Pada 31 Desember 2011, posisi kas dan setara kas mencapai 2,175 miliar rupiah.
Adapun tranksaksi yang terkait dengan ekuitas perseroan pada tahun 2011 adalah
sebagai berikut:
a. Pada bulan Pebruari 2011, Perseroan berhasil menerbitkan obligasi global
senilai 125 juta USD, yang ditawarkan pada harga 108%, dengan tingkat suku
bunga 9% per tahun yang akan jatuh tempo pada tahun 2015 (Laporan
Keuangan, 2011). Dana dari penerbitan obligasi ini diperuntukkan bagi
pendanaan kembali obligasi perseroan yang jatuh tempo pada bulan Maret
2011 serta hutang-hutang jangka pendek lainnya (Lihat Laporan Keuangan
Tahun 2011).
b. Pada pertengahan tahun 2011, perseroan menerbitkan 1.450 juta lembar saham
baru melalui skema direct placement yang menghasilkan dana 975 miliar
rupiah atau sekitar 112 juta USD. Dana yang diperoleh ini digunakan untuk
mendanai sebagian akuisisi 27,24% kepemilikan LMIRT yang tercatat di
Bursa Efek Singapura dan 40% kepemilikan pada manajerial LMIRT.
Transaksi ini mengakibatkan Lippo Karawaci sebagai pemilik mal terbesar di
Indonesia dan merupakan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Di tahun
2011, investasi pada unit-unit REIT meningkat menjadi 2.313 miliar rupiah
dari 406 miliar rupiah di tahun 2010 (Lihat Lampiran Laporan Keuangan
2011).
c. Ekuitas Perseroan tumbuh dari 7.710 miliar rupiah pada tahun 2010 menjadi
8.834 miliar rupiah pada tahun 2011, terutama sebagai hasil suksesnya
pelaksanaan penambahan modal tanpa HMETD (non pre-emptive right issue)
di bulan Juni 2011 yang meningkatkan modal sebesar 957 miliar rupiah.
Sementara itu, laba ditahan juga naik sebesari 29% menjadi 2.908 miliar rupiah
dari 2.254 miliar rupiah pada tahun 2010 (Lihat Lampiran Laporan Keuangan
Tahun 2010).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
282
“... Sebagai negara yang belum berkembang, masalah aktivitas riset dan
pengembangan umumnya dijadikan satu dengan pertimbangan
efisiensi.Karena jika kedua aktivitas ini digabungkan hanya akan
meningkatkan biaya (cost cemter) dan dianggap tidak feasible, tidak
komersiil.....” (Hasil wawancara Wijaya, pada 29 Agustus 2012, Lippo
Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
283
development, large scale integrated, retail mall, healthcare, hospitality, dan infra
structure and portofolio management). Aktivitas ini menonjol di bidang kesehatan
dengan diadopsinya sistem dual source “somatom” multi slice CTScan serta
penerapan manajemen Memorial Park dari Amerika untuk San Diego Hills.
“... Kami tidak segan belajar dari luar, misalnya manajemen pemakaman itu,
kami ambil dari Amerika tuh, di sini kan enggak kepikiran orang-orang bikin
pemakaman yang berfungsi sekaligus sebagai tempat wisata. Saya lihat tuh
bagaimana satu keluarga turun dari mobilnya, kemudian mengunjungi
makam anaknya, sambil berdarmawisata karena senang dengan konsep yang
kita tawarkan....” (Hasil wawancara Wijaya, pada Juni 2012, Lippo
Karawaci).
Sejak tahun 2010, aplikasi teknologi untuk manajemen SDM sudah mulai
diterapkan sehingga menunjang interaksi antar karyawan dan membangun kerjasama
tim (hasil cognitive map, 2012). Manfaat yang dirasakan dalam penggunaan teknologi
di bidang SDM ini terkait dengan metode pengukuran kinerja secara self assessment,
aplikasi cuti, print out gaji, komunikasi antar divisi, dan keterbukaan informasi.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
284
dikeluarkan dalam rapat. Dalam hal jumlah suara setuju dan tidak setuju berimbang,
maka Ketua Rapat Direksi yang dapat mengambil keputusan/menentukan.
Tabel 7.1. Daftar Hadir dan Agenda Pertemuan Dewan Direksi Tahun 2011
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
285
Peran pendiri perusahaan terlibat secara aktif dalam diskusi formal (rapat-
rapat) dan forum informal (pertemuan pribadi) baik tentang peluang inovasi maupun
pengembangan bisnis (hasil Cognitive Map, 2012). Secara kuantitatif, interaksi antara
manajemen puncak dengan pendiri perusahaan lebih banyak terjadi dalam ruang
diskusi informal baik acara minum teh, makan siang, makan malam ataupun acara
informal lainnya. Konten pembicaraan antara Presiden Direktur dengan pendiri
perusahaan biasanya terkait dengan transfer of knowledge dalam identifikasi peluang
serta pengalaman pekerjaan yang dapat dijadikan refleksi untuk merencanakan
aktivitas bisnis di masa yang akan datang. Berikut kutipan wawancara dengan
manajemen puncak dengan pendiri perusahaan:
“... Kepeloporan menjadi nilai dalam bekerja, setiap hari harus memperbaiki
diri…beliau adalah administratur yang baik dalam hal organisasi, bisnis
proses dan finansial…yang paling penting adalah belajar itu dituangkan
dalam kerja sehari-hari… hal yang simple tapi punya nilai bisnis yang
tinggi..tempat kerja menjadi tempat belajar....” (Manajemen Puncak, hasil
wawancara pada 13 Juli 2012, Lippo Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
286
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
287
KBW: Ketut Budi Wijaya, TL: Tjokro Libianto, JR: Jopy Rusli, EYS: E. Yudhistira
Susiloputro, DH: Djoko Harjono
* Mr. Djoko Harjono joined Lippo Karawaci in his capacity as a Director, with effect from 3 May
2010.
0 : Absent, 1 : Attend
Sumber: Laporan Tahunan Lippo Karawaci, 2010
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
288
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
289
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
290
7. Langkah ketujuh: Membuat penyesuaian antara model bisnis yang ada dengan
strategi. Model bisnis Lippo Karawaci ditunjukkan dalam Gambar 7.1.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
291
a. Mencapai target pendapatan dari 3 juta USD menjadi 5 juta USD dalam lima
tahun ke depan.
b. Mencapai kinerja market capitalization sebagai ukuran nilai pasar dalam
jangka pendek untuk menjadi leadership premium sebagai proksi keunggulan
bersaing perusahaan dibandingkan pesaing lainnya.
c. Memiliki investor dalam skala global di mana mulai melakukan go public
secara berkala yang dimulai dari bursa efek Singapura dan akan dilanjutkan
dengan bursa efek di negara lainnya.
d. Memperkuat kelompok usaha residential/township.
e. Merealisasikan pendapatan dari kelompok ritel senilai 3 juta USD untuk tahun
2013.
f. Mencapai target pendapatan dari unit bisnis kelompok rumah sakit menjadi
3,5 juta USD dalam lima tahun sejak tahun 2012.
g. Mengembangkan asset management/REIT dalam lima tahun untuk
mendukung pendanaan global.
h. Lebih fokus dalam mengembangkan kelompok perhotelan dengan
membangun recurring revenue yang luar biasa.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
292
2011 dan Best Award dari Asosiasi Rumah Sakit Indonesia 2012 karena berhasil
mengembangkan rumah sakit di daerah.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
293
struktur, proses, orang dan budaya yang dilakukan bersifat perlahan. Tetapi manakala
perubahan sangat turbulen maka perubahan yang dilakukan berlangsung secara
paralel.
“... Struktur kami tidak baku… tiap hari bisa kami mendiskusikan struktur di
rapat dewan direksi....” (Hasil wawancara pada 29 Agustus 2012, Lippo
Karawaci)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
294
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
295
Tabel 7.4 menunjukkan bahwa untuk menilai goals dari pemimpin, dapat
dilihat dari artikulasi leader’s goals dan bagaimana eksekutif mengartikulasikan
leader’s goals. Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, terlihat bagaimana
eksekutif memfokuskan goalsnya hanya pada existing product sehingga melakukan
inovasi yang bersifat eksploitatif. Kebalikannya bagaimana eksekutif juga dapat
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
296
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
297
menimbulkan efek kelembaman (inertia) baik dalam hal struktur maupun strategi
(Smith, 2005).
Kelembaman atau inertia yang terjadi harus dihilangkan agar dapat
memunculkan aktivitas inovasi dan tumbuh bersamaan dengan pengembangan
produk yang sudah ada. Untuk menghilangkan kelembanan (inertia) tersebut di atas,
maka pemimpin harus dapat memfasilitasi semua anggota tim untuk dapat sebanyak
mungkin mengemukakan pendapatnya tentang inovasi dan pengembangan produk
yang sudah ada. Diskusi yang terjadi meliputi identifikasi dan perbedaan kedua
aktivitas tersebut. Proses pembelajaran dilakukan melalui diskusi formal maupun
informal yang diikuti oleh pendiri perusahaan, eksekutif dan dewan komisaris.
Dewan komisaris selalu dilibatkan terutama karena fungsinya sebagai supervisory
boards yang mengawasi jalannya perusahaan.
“... Kami tidak mengerti soal rumah sakit, maka kami belajar ke Singapura,
alasannya karena punya township maka kami kerjasama berupa Joint
Venture dengan Mount Elizabeth…kemudian kami belajar dan akhirnya bisa
mengambil alih dan beroperasi sendiri... skrg sudah akreditasi dari USA....”
(Hasil wawancara Wijaya, pada 29 Agustus 2012, Lippo Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
298
produk. Tahap ini sangat baik karena sekaligus sebagai upaya untuk mendapatkan
keputusan yang tepat dan sinergis karena dapat melakukan eksplorasi perbedaan
antara aktivitas inovasi dan pengembangan. Evaluasi dan perbandingan dapat
dilakukan lebih rinci dan mengantisipasi berbagai kemungkinan ketidaksiapan
perseroan. Pada tahap ini, eksekutif sudah mulai berinteraksi melalui diskusi dengan
anggota tim yang lain tentang pentingnya efisiensi dalam pengembangan produk yang
ada.
Strategi kunci yang ditetapkan oleh Lippo Karawaci adalah transformasi
menjadi perusahaan properti terkemuka dengan orientasi pendapatan dan
pertumbuhan yang tinggi (Investor Presentation, Desember 2012). Oleh sebab itu,
dorongan untuk mengoptimalkan pendapatan dari sisi recurring menjadi sangat
krusial. Masing-masing bisnis unit memiliki kontribusi yang signifikan dalam
pendapatan perusahaan. Arahan pendiri perusahaan untuk menguatkan peran aktivitas
yang mengahsilkan recurring revenue merupakan pilihan yang memiliki implikasi
berbeda dengan aktivitas yang memberikan development revenue. Prospek dan
kondisi yang menjanjikan dari sisi recurring membuat manajemen puncak
menyepakati kenaikan target penerimaan dari aktivitas yang menyumbang recurring
revenue, yaitu dari bidang pelayanan kesehatan, ritel, aset manajemen.
Pada tahun 2011, penerimaan perseroan dari sisi recurring lebih dari 50%
(Laporan Keuangan Lippo Karawaci, 2011). Gambar 7.2 di bawah ini menunjukkan
kenaikan prosentasi penerimaan di sisi recurring untuk dua tahun sebelumnya yaitu
tahun 2009 dan 2010 dibandingkan dengan development revenue.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
299
LIPPO
Rapat
Dewan mingguan Dewan
Direksi dan Komisaris
bulanan
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
300
“... Manajemen selalu membuka diri, kadang Pak James juga memberikan
saran tentang pengembangan bisnis atau inovasi yang kadangkala tidak
terpikirkan, misalnya tentang San Diego Hills....” (Hasil wawancara Wijaya,
pada 13 Juli 2012, Lippo Karawaci).
“... Inovasi biasanya mengalir di level pimpinan… kami belajar dari pendiri
perusahaan, berbagi pengalaman… kalo karyawan sih melaksanakan saja....”
(Hasil wawancara Wijaya, pada 29 Agustus 2012, Lippo Karawaci).
Dari hasil Cognitive Map, interaksi antara manajemen, pendiri, dan dewan
komisaris perusahaan saling berkaitan. Interaksi antara pendiri perusahaan dengan
manajemen puncak menambah pengalaman manajemen puncak dalam mengelola
perusahaan, baik operasional maupun perencanaan ke depan. Kompetensi dewan
komisaris juga makin teruji karena semakin banyak diskusi yang terjadi melalui
rapat-rapat seperti yang ditunjukkan pada Tabel 7.6 dalam bentuk pelaporan business
update dari dewan direksi.
Sementara itu moda diferensiasi yang dilakukan memberikan pengalaman
belajar kepada masing-masing eksekutif, sehingga dapat mendorong terciptanya
keputusan yang unik dan khas antara produk inovasi dan pengembangan yang sudah
ada. Diferensiasi tersebut merupakan proses pembelajaran yang mana para eksekutif
memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan memberikan dukungan yang
lebih kepada masing-masing produk. Data terkait dengan diskusi yang melibatkan
dewan komisaris dan manajemen puncak ditunjukkan dalam Tabel 7.5 berikut.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
301
TLS: Theo L. Sambuaga, SS: Surjadi Soedirdja, TA: Tanri Abeng, AG: Agum Gumelar, FH:
Farid Harianto, JP: Jonathan L. Parapak, AM: Adrianus Mooy, VS: Viven G. Setiabudi
0: Absent, 1: Attend
Sumber: Laporan Keuangan Lippo Karawaci, 2010
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
302
“... Membangun rumah sakit, bagi banyak investor mungkin tidak menarik,
itu kan tidak semua berminat karena pengembalian modal jangka panjang,
tapi kami komit kesana....” (Hasil wawancara Wijaya, pada Mei 2012, Lippo
Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
303
5. Langkah kelima: Menemukan cara untuk membagi sumber daya dan sinergi.
Seperti halnya langkah keempat, maka langkah kelima ini merupakan
pemrosesan informasi dalam kaitannya dengan reinforcing integration. Diskusi yang
terjadi di kedua tahap ini adalah tentang resource sharing, saling belajar satu sama
lain, dan membagi sumber daya ke arah yang menguntungkan produk yang sudah ada
dan inovasi. Manajemen puncak dan pendiri perusahaan juga mendiskusikan tentang
sinergi yang dapat dilakukan atas produk yang sudah ada dan inovasi yang dilakukan
atau inovasi penjualan secara bersamaan atau bahkan pembagian sumber daya di
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
304
“ ... Kita memiliki karyawan yang multi tasking, sehingga terjadi efisiensi
yang luar biasa…, kita bisa pindahkan di bisnis unit mana saja karena kita
sudah memberikan pelatihan yang dibutuhkan....” (Hasil wawancara Wijaya,
pada 13 Juli 2012, Lippo Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
305
bidang pemasaran dalam konteks rujukan penelitian ini, yaitu di Lippo Karawaci
lebih mudah dilakukan mengingat banyaknya produk yang ditawarkan berada dalam
proyek yang terintegrasi. Produk yang terintegrasi misalnya adalah produk yang
ditawarkan di unit bisnis urban development and large scale integrated development.
Tim pemasaran yang dibentuk ini kemudian juga bergerak sejalan dengan proyek di
unit bisnis ritel mal.
“... Kita bikin inovasi pendanaan melalui pendirian dua Real Estate
Investment Trust (REIT) yang tercatat di Bursa Efek Singapura, REIT
healthcare pertama di Asia Tenggara dengan portofolio lima rumah sakit
Siloam, tiga asset healthcare di Singapura, sebuah rumah sakit di Korea
Selatan dan Hotel Aryaduta di Lippo Village…. Setahun kemudian Lippo
Malls Indonesia Retail Trust (LMIR Trust) satu-satunya retail di Singapura
dengan aset Indonesia. LMIR Trust memiliki 10 mal ritel dan 7 ruang ritel....”
(Hasil wawancara Wijaya, pada 29 Agustus 2012, Lippo Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
306
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
307
“... Kami tidak mengerti soal rumah sakit, maka kami belajar ke
Singapura, alasannya karena punya township maka kami
Legitimizing Differences
kerjasama berupa Joint Venture dengan Mount
Probing about each product
Elizabeth…kemudian kami belajar dan akhirnya bisa mengambil
alih dan beroperasi sendiri.. sekarang sudah akreditasi dari
USA....” (Hasil wawancara Wijaya, pada 29 Agustus 2012, Lippo
Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
308
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
309
Upaya untuk mencari leverage Upaya identifikasi dan Dual proses untuk kedua
dari sumber daya yang ada melaksanakan strategi produk dan mencari titik
untuk mendukung inovasi inovasi temu
Eksekutif mendiskusikan
Eksekutif mendiskusikan cara-
Eksekutif mendiskusikan tentang integrasi dari kedua
cara pengembangan produk
kebutuhan khusus dari produk dan mencari titik
yang baru dengan dengan
inovasi yang akan temu untuk melakukan
menggunakan sumber daya
dilakukan. integrasi dan mendapatkan
yang ada.
sinergi dari kedua aktivitas.
Sumber: hasil olahan penulis (2012)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
310
dilakukan hampir pada tiap pertemuan di tingkat strategis. Hal ini dimaksudkan agar
tercipta ruang gerak yang lebih leluasa khususnya di tataran operasional terutama
untuk mengantisipasi perubahan lingkungan yang cepat (Guttel dan Konlechner,
2009). Diferensiasi ini terlihat dari struktur yang ada di dalam perusahaan yang terdiri
atas 4 bisnis unit utama seperti terlihat di dalam Gambar 7.5 di bawah ini. Setiap
bisnis unit melakukan baik aktivitas inovasi maupun aktivitas pengembangan
(Laporan Tahunan 2011) (Hasil wawancara Wijaya, 2012).
Direksi
“... Saat ini di tahun 2012 kami menangani proyek sekitar 140 proyek...
diskusi tentang struktur hampir tiap hari… struktur mengikuti perusahaan
komersial... jadi hampir tiap hari kita menentukan struktur... struktur kami
tidak mengikuti model yang baku..karena sangat luas cakupan kerjanya…
(Hasil wawancara Wijaya, pada 29 Agustus 2012, Lippo Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
311
2. Langkah kedua: Memberikan kendali dalam hal strategik dan keuangan kepada
pusat.
Untuk permasalahan yang sifatnya strategis maka pusat memegang kendali
untuk memudahkan proses integrasi antara bisnis unit yang ada mengingat sangat
luas cakupan usaha dan jumlah anak perusahaan yang ada. Proposisi ini merupakan
bentuk dari semangat penyelesaian “transnasional” yang dapat memfasilitasi adanya
keseimbangan antara pembagian otonomi disatu sisi dan kendali pusat disisi yang lain
(Tushman dan O'Reilly, 1996; Guttel dan Konlechner, 2009). Luasnya cakupan 4
pilar bisnis Lippo Karawaci dapat terlihat dalam Gambar 7.6 (Lampiran Bab 7).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
312
pendanaan untuk aktivitas semua unit bisnis ini didanai oleh internal kas dan
penjualan aset yang ada. Dalam konteks Strategic Entrepreneurship, Lippo Karawaci
telah melakukan pengelolaan aset secara strategis dari bisnis unit asset management
untuk menghasilkan inovasi dalam bidang finansial (Luke, Kierin, et al., 2010).
Aktivitas strategis di bidang pendanaan merupakan inovasi yang terjadi pada level
korporasi. Aktivitas inovasi dapat dikategorikan sebagai aktivitas yang berada dalam
wilayah interseksi dari entrepreneurship dan manajemen stratejik (Ireland, 2001).
Sesuai dengan pernyataan Presiden Direktur terkait dengan komitmen manajemen
untuk melakukan terobosan di bidang pelayanan kesehatan (Hasil wawancara Wijaya,
pada 29 Agustus 2012). Penjualan aset yang sudah terjadi secara transnasional
sehingga memerlukan kendali pusat berbasis di Singapura yaitu LMIR Trust (retail
and retail related) dan First REIT (healthcare and healthcare related)..
Seperti dikemukakan oleh Ireland dan Barney, salah satu sumber daya yang
strategis adalah Financial Capital (Ireland, 2003 ; Barney 2007) yang mempengaruhi
pertumbuhan perusahaan yaitu pengembangan bisnis dan profitabilitas (hasil
Cognitive Map, 2012). Di bidang finansial ini termasuk juga penentuan arah strategis
untuk mendukung operasional keempat bisnis unit dan target pencapaian pendapatan
perusahaan di tahun 2012 terkait dengan pendanaan misalnya dalam hal penentuan
nilai capital expenditure perseroan yang ditargetkan meningkat dari 33% menjadi
50% dalam rangka perluasan rumah sakit, mal dan property
(http://www.thejakartaglobe.com/business/lippo-karawaci). Semakin tinggi capital
expenditure ini tentunya akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba.
Dalam konteks mekanisme integrasi ini tentunya Top Management Team
berfungsi sebagai integrator dari semua aktivitas di empat unit bisnis yang ada. Hal
ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Gilbert dalam Guttel dan Konlechner
(2009) yang menjelaskan tentang peran TMT yang krusial sebagai intermediary dari
kerangka acuan yang berbeda-beda. Demikian juga dengan Smith dan Tushman
(2005) dalam Gilbert dan Konlechner (2009) yang menekankan fungsi penting TMT
dalam mengintegrasikan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi. Lewin (2003) dalam
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
313
3. Langkah ketiga: Merumuskan tujuan antara dari masing-masing bisnis unit yang
diturunkan dari tujuan utama perseroan.
Tujuan dari masing-masing unit bisnis mengacu kepada tujuan utama
perusahaan induk. Semuanya tertera di dalam Laporan Tahunan perusahaan yang
diterbitkan secara konsisten tiap tahunnya. Setiap bisnis unit melakukan aktivitas
eksplorasi dan eksploitasi dengan mengacu kepada 4 arah strategis utama yaitu
pengembangan SDM, keuangan, governance dan teknologi informasi (hasil CM,
2012).
5. Langkah kelima: Memiliki struktur yang flexible atau semi structure dalam
menghadapi perubahan lingkungan.
Langkah ini sangat terkait dengan langkah pertama, di mana struktur
organisasi Lippo Karawaci bersifat tidak kaku, selalu melihat kebutuhan dan resource
sharing di antara anak-anak perusahaan. Biasanya pimpinan perusahaan akan
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
314
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
315
Lippo Karawaci. Komunikasi secara eksternal merupakan tugas utama dari Sekretaris
Perusahaan.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
316
“Efisiensi terjadi luar biasa besarnya karena semua karyawan kita multi
tasking....” (Hasil wawancara Wijaya, pada 29 Agustus 2012, Lippo
Karawaci).
8. Langkah kedelapan: Membuat sistem pemindahan manajer antar fungsi dan divisi
secara berkala.
Terkait dengan multi tasking dari para karyawannya maka fenomena di
Lippo Karawaci adalah dapat dengan mudahnya seorang karyawan dipindah tugaskan
ke bagian lain, bahkan untuk level manajerial sekalipun. Apalagi dengan strategi
ekspansi besar-besaran beberapa tahun terakhir ini, banyak karyawan yang mulai
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
317
mempelajari tentang pelayanan kesehatan baik di sisi manajerial maupun teknis. Hal
ini tercermin dalam berbagai sebaran dan jumlah peserta pelatihan yang meningkat
dari tahun ke tahun (Hasil Cognitive Map, 2012).
“... Saya sendiri baru 3 tahun menjabat Presdir, dulu adalah Chief of
Financial Officer, kemudian menjadi CFO yang sama di Matahari 4 tahun,
kemudian menjadi Direktur Keuangan Multi Polar 15 tahun, yang lama di
sini kan latar saya adalah teknik, totalnya pengalaman saya 25 tahun di
bidang keuangan.... ” (Hasil wawancara Wijaya, pada 29 Agustus 2012,
Lippo Karawaci).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
318
untuk keberhasilan rotasi antar fungsi dan divisi secara berkala (hasil wawancara,
2012).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
319
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
320
Detail upaya di atas ini merupakan bentuk integrasi demi pencapaian tujuan
organisasi sebagai dampak dari langkah 4 (Ireland, 2001). Sesuai dengan Xiong,
kontekstualitas bagi ambidexterity dapat dibagun melalui discipline, stretch, trust,
support (Jie Xiong, 2011). Kejelasan dan penegakkan aturan main tentang
pengelolaan SDM dan performace based culture menjadi iklim kondusif untuk
membangun inisiatif dan pengembangan kemampuan karyawan (Hasil CM, 2012).
Nilai budaya maupun norma sosial yang berlaku dalam suatu organisasi
menjadi aspek penting dari contextual ambidexterous organization (Guttel dan
Konlechner, 2009). Penelitian sebelumnya (Gupta et.al, 2006) terkait kompatabilitas
dari upaya eksplorasi dan eksploitasi berfokus pada modus-modus pembelajaran
memerlukan prasyarat perubahan paradigma dan proses rutin dalam suatu organisasi.
Fakta terkait nilai budaya dan norma sosial yang kita ketahui bahwa masing-masing
organisasi memiliki budaya dan normanya masing-masing.
Neo dan Chen (2007) mendefinisikan budaya sebagai keyakinan (beliefs)
dan nilai (values) yang berlaku dan dimiliki bersama, sehingga budaya dapat
diajarkan sebagai akumulasi pembelajaran bersama bagi komunitas/organisasi
tertentu, berdasarkan sejarah dari pengalaman bersama. Sedangkan norma merupakan
seperangkat kesepakatan umum yang tertulis maupun tidak tertulis berlaku dalam
organisasi guna mengikat anggota-anggotanya. Lebih jauh, Early dan Ang (2003)
dalam Neo dan Chen (2007:146) menegaskan budaya terdiri atas pola-pola
pemikiran, perasaan dan reaksi atas beragam variasi situasi maupun tindakan.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
321
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
322
berlaku dalam suatu organisasi. Menurut Neo dan Chen (2007), meritokrasi telah
diyakini sebagai metode paling efisien bagi alokasi sumber daya talenta-talenta dalam
organisasi. Penelitian Neo dan Chen menyoroti bagaimana Singapura dapat
memberikan global best practices dalam persoalan membudidayakan meritokrasi.
Negara tetangga ini mampu menarik putra-putri terbaiknya untuk bekerja dan
membangun negara melalui keterlibatan profesional-profesional menjabat posisi
jabatan publik.
Dalam soal meritokrasi ini, pendiri Lippo amat menekankan bahwa anggota
keluarganya yang diterima sebagai karyawan baru harus melalui tahapan dan
workload yang sama dengan karyawan baru lainnya, seperti penururan Presiden
Direktur Lippo Karawaci kepada peneliti:
“…. Anak dan cucu saya juga harus mulai dari bawah, belajar dulu…kalo
yang sekolah ke luar negeri maka sekembalinya ke tanah air harus mulai dari
bawah dulu…. ” (Hasil wawancara Riady, 2010, Lippo Karawaci).
“Ketika cucu beliau ingin terlibat dan belajar sambil kerja di perusahaan
Lippo Karawaci... Pak Mochtar berpesan agar cucunya diperlakukan sama,
dengan tanggung jawab yang sama dengan karyawan fresh graduate
lainnya.... ” (Hasil wawancara Wijaya, pada 21 Juni 2012).
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
323
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
324
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
325
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
326
6. Langkah keenam: Melakukan integrasi nilai budaya dan norma organsiasi sebagai
referensi bersama bagi organisasi.
Proses sosialisasi budaya dan norma organisasi diteruskan dengan transmisi
budaya dan norma kepada anggota organisasi secara terus menerus. Proses
selanjutnya adalah integrasi budaya dan norma sebagai kerangka kesepakatan
bersama dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Guttel dan Konlechner (2009)
menyebutnya dengan integrative frame of reference, proses integrasi ini sungguh
tidak mudah dan tidak dapat dibatasi waktu tertentu. Bagi narasumber penelitian ini,
integrasi nilai budaya dan norma organisasi bukan suatu proses mustahil, saat ini
integrasi nilai dan norma sebagai integrative frame of reference merupakan suatu
tantangan yang wajib untuk dicarikan solusi terbaik.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
BAB VIII
PENUTUP
8.1. Kesimpulan
Ambidexterity telah menjadi topik kajian yang menarik di berbagai
wacana ilmiah. Hal ini menjadi penting manakala ambidexterity dikaitkan dengan
kemampuan organisasi yang harus terus menerus beradaptasi dengan perubahan
lingkungan yang turbulence. Kajian ini menjadi penting karena pembahasan
tentang contextual ambidexterity masih sangat jarang ditemukan, begitu pula
halnya dengan strategic ambidexterity yang kurang mengeksplorasi tentang
bagaimana proses yang terjadi di dalamnya. Kajian ini memberikan perspektif
mikro tentang bagaimana membangun ambidexterity melalui norma dan nilai
budaya, struktur formal, pandangan, strategi, kapabilitas dinamis serta proses
kognitif yang terjadi di tataran strategis. Keberadaan kajian ini mengisi
kekosongan secara empiris tentang bagaimana upaya perusahaan dalam
membangun strategic ambidextrity dan contextual ambidexterity dalam rangka
mencapai keunggulan bersaing perusahaan.
Ambidexterity dapat dikatakan sebagai kemampuan organisasi di dalam
melakukan rekonsiliasi aktivitas eksplorasi dan eksploitasi. Berkembangnya
aktivitas inovasi baik yang bersifat eksploratif maupun eksploitatif tidak terlepas
dari kemampuan individu di dalam organisasi untuk belajar. Hasil penelitian ini
merupakan best practices tentang upaya pembelajaran organisasi secara
partisipatif yang culturally feasible dan systematically desirable di dalam
membangun ambidexterity dalam rangka mewujudkan keunggulan bersaing
perusahaan.
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
SDM dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Demikian pula halnya dengan
teknologi karena penguasaan teknologi dianggap dapat memberikan nilai lebih
dibanding pesaing terutama di era globalisasi ini. Sedangkan kemampuan
perusahaan di dalam menghasilkan laba merupakan indikator keberhasilan usaha
bisnis secara keseluruhan terutama untuk pendanaan berbagai aktivitas perusahaan
yang akan mengurangi ketergantungan dana dengan pihak ketiga. Satu hal yang
sangat menarik dan belum tentu dimiliki oleh perushaaan lain adalah adanya
aspek entrepreneur yang melekat pada diri Riady sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dari perkembangan perusahaan secara agregat.
Pola pengelolaan aset strategis yang terlihat di dalam peta kognisi Riady
dan penerapan kreativitas untuk mengembangkan inovasi merupakan dimensi inti
dari strategic entrepreneurship. Kinerja perusahaan yang superior tercipta melalui
aktivitas opportunity-seeking dan advantage-seeking behaviors secara simultan.
Kondisi ini mencerminkan organisasi yang disebut juga sebagai ambidextroux
organization. Penelitian ini menjadi penting karena merupakan best practice
contoh bagaimana perseroan yang besar dapat selalu menciptakan peluang baru
melalui inovasi. Hal ini tentunya sekaligus melemahkan pernyataan bahwa
umumnya perusahaan yang sudah mapan seringkali relatif efektif dalam mencapai
keunggulan bersaing tetapi kurang berhasil dalam mengidentifikasi peluang baru
(Tushman dan O’Reilly, 1997).
8.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dirumuskan beberapa butir
rekomendasi sebagai berikut:
1. Saran bagi pendiri Perseroan:
Profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan dilakukan dengan
menerapkan cognitive leadership melalui peran entrepreneur as a business
leader. Hal lain terkait dengan entrepreneurship di dalam perseroan yang
mempersiapkan generasi ketiga dari keluarga Riady melalui proses
pembelajaran agar dapat menjalankan peran sebagai pemimpin Perseroan
di masa yang akan datang.
2. Saran bagi manajemen Lippo Karawaci:
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Buku-Buku
Amalia E. Maulana; Firdaus A. Alamsyah; Irham A. Dilmy; Minaldi Loeis; 2009.
Indonesian Top CEO Wisdom: Precious Lessons, PT Gramedia Pustaka Utama
Andrews, K. R. 1987. The Concept of Corporate Strategy . Homewood, IL: Irwin.
Barney, Jay B., and Clark, Delwyn, 2007, Resource Based Theory. Creating and
Sustaining Competitive Advantage, Oxford University Press, New York.
Beccerra, Manuel, 2009, The Theory of The Firm for Strategic Management,
Economic Value Analysis, Cambridge University Press, UK.
Brown, S.L., & Eisenhardt, K.M. 1998. Competing on the edge - Strategy as
Structured Chaos. Harvard Business School Press: Boston, MA.
Burton, Richard M., Gerardine deSanctis, Berge Obel, Organizational Design, A Step
by Step Approach, Cambrigde, 2006, pg 140-141
Chandler, Alfred D. 1962. Strategy and Structure: Chapters in the History of the
Industrial Enterprise. Belknap Press: New York
Chandle, Alfred D. 1977. The Visible Hand: The Managerial Revolution in American
Business. Harvard Belknap : Cambridge, MA
Chen, Ming Jer, 2001, Inside Chinese Business, A Guide For Managers Worldwide,
Harvard Business School Press, Boston, Massachusetts.
Checkland, Peter. 1981. System Thinking, System Practice. Wiley: Chichester, UK.
Checkland, Peter. 1990. From Framework through Experience to Learning; the
Essential nature of action research, In Information System Research:
Contemporary Approach and Emergent Tradition (Nissen H-E Eds). Elseiver:
Amsterdam.
Checkland, Peter & John Poulter. 2006. Learning for Action: A Short Definitive
Account of Soft Systme Methodology and its use for Practitioners, Teachers,
and Students. John Wiley & Sons: England, UK.
Checkland, Peter, and Scholes, Jim, 1990, Soft System Methodology in Action, John
Wiley And Son, England.
Checkland, Peter, 1999, Systems Thinking, Systems Practice, John Wiley And Son,
England.
Earley, P. Christopher dan Soon Ang. 2003. Cultural Intelligence. Stanford University
Press: California
Farland, Keith R, 2008, The Breaktrough Company, Bagaimana Perusahaan Biasa
menjadi Pelaku Bisnis yang Luar Biasa, PT Serambi Ilmu Semesta, Jakarta.
Frank, R. H. 1988. Passions within reason: The strategic role of emotions. New
York: Norton.
Fuduric, Nikolina. 2008. Individuals and Opportunities: A resource-based and
institutional view of entrepreneurship. Luzern: Switzerland
Hardjosoekarto, Sudarsono. 2012. Soft System Methodology (Metodologi Serba
Sistem Lunak). UI Press dan Lab Sosio Pusat Kajian Sosiologi: Jakarta.
Hamel, G., and Prahalad, C. K. 1994. Competing for the Future .Boston: Harvard
Business School Press.
Hax, A.C, Majluf, N.S. (1984) “Strategic management: an integrative perspective”,
Prentice Hall, New Jersey.
Itami, H. .1987. Mobilizing Invisible Assets. Harvard University Press: Cambridge,
MA.
Langer, E. 1989. Mindfulness. Addison-Wesley, Boston.
Louis, M.R. 1983. ``Organizations as culture-bearing milieux'', in Pondy, L.R., Frost,
P.J., Morgan, G. and Dandridge, T.C. (Eds), Organisational Symbolism. JAI
Press: Greenwich, CT
Mintzberg, Henry, Bruce Ahlstrand, and Joseph Lampel. 1998. Strategy Safari: A
Guide Tour Through Strategic Management. The Free Press: New York.
Maulana, Amalia E., Alamsjah, Firdaus., Dilmy, Irham., Loeis, Minaldi., 2009,
Indonesia Top Wisdon CEO, Precious Lessons, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
334
Neo, Boon Siong and Geraldine Chen. 2007. Dynamic Governance: Embedding
Culture, Capabilities and Change in Singapore. World Scientific Publishing:
Singapore.
Negroponte, Nicholas.1999. Being Digital. Knopf: New York
Nothnagel, Katja. 2008. Empirical Reasearch Within Resource-Based Theory, A
Meta Analysis of The Central Proposition, Gabler (Part of the Springer
Group), Frankfurt, Germany.
Ohmae, Kenichi. 1991. The Borderless World: Power And Strategy In The
Interlinked Economy. Harper-Collins Publishing: New York
Penrose, E. T. 1959. The Theory of the Growth of the Firm. New York: Wiley.
Peters, Tom, and Robert Waterman. 1982. In Search of Excellence: Lessons from
America’s Best Run Companies. New York: Harper and Row.
Pfeffer, J., G.R. Salancik. 1978. The external control of organizations: A resource
dependence perspective. Harpers and Row, New York.
Porter, Michael E. 1980. Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries
and Competitors. The Free Press: New York.
Porter, Michael E. 1985. Competitive Advantage: Creating and Sustaining Superior
Performance. The Free Press: New York.
Power, D. J., Gannon, M. J., McGinnis, M. A., and Schweiger, D. M. 1986. Strategic
Management ShUs. Reading, MA: Addison-Wesley.
Riady, Mochtar, 2008, Filsafat Kuno dan Manajemen Modern, PT Bhuana Ilmu
Populer, Kelompok Gramedia, Jakarta, Indonesia.
Riady, Mochtar. 2004. Nanotechnology Management Style: Bagaimana Menyehatkan
Penyakit Ketuaan pada Perusahaan dan Menyelamatkan Perusahaan
Keluarga. Lembaga Penerbit FE-UI: Jakarta.
Riady, Mochtar, 1999, Mencari Peluang di Tengah Krisis, Cetakan Pertama,
niversitas Pelita Harapan Press, Jakarta, Indonesia.
Reynold, Martin and Holwell, Sue, 2010, Systems Approaches to Managing Changet
: A Practical Guide, Springer, London.
Robison, Richard.1986. Indonesia. The rise of capital. Allen & Unwin: Sydney
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
335
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
336
Ackermann, Frank, Colin Eden & Steve Copper. 2002. Getting Started With
Cognitive Mapping. Paper Presented at Decision Explorer Worskhop: 1-14.
Akerlof, George A. 1970. ‘The Market For “Lemons”: Quality Uncertainty and The
Market Mechanism’. Quarterly Journal of Economics 84: 488-500
Alvarez, S., Busenitz, L. 2001. The entrepreneurship of resource based theory.
Journal of Management, 27: 755-775.
Barney, Jay B. 1991. Firm Resources and sustained competitive advantage. Journal
of Management, 17: 99-10.
Barney JB, Wright M, Ketchen DJ Jr. 2001. The resource- based view of the firm: ten
years after 1991. Journal of Management 27: 625–641
Bakos, J. Y., and Treacy, M. E. “Information technology and corporate strategy: A
research perspective,” MIS Quarterly (10:2), 1986, pp. 107-119.
Bradach, J.L. 1997. Using the Plural Form in the Management of Restaurant Chains.
Administrative Science Quarterly, 42: 276-303
Beckman, C. M. 2006. The Influence of Founding Team Company Affiliations on
Firm Behavior. Academy of Management Journal, 49: 741-758.
Bierly, P. E., III, & Daly, P. S. 2007. Alternative Knowledge Strategies, Competitive
Environment, and Organizational Performance in Small Manufacturing Firms.
Entrepreneurship Theory and Practice, 31(4): 493-516.
Birkinshaw, J., Hood, N., & Jonsson, S. (1998). ‘Building Firm-specific Advantages
in Multinational Corporations: The Role of Subsidiary Initiative’, Strategic
Management Journal, 19(3): 221–41.
Calori, Roland, Gerry Johnson, & Philippe Sarnin (1994). ‘CEO’s Cognitive Maps
and The Scope of The Organization’. Strategic Management Journal, 15 (6):
437-457.
Carr, N. .2003. “IT Doesn’t Matter,” Harvard Business Review (81)5, pp.41 -49, May
2003
Carrillo, J. and C. Gaimon, 2004. “Managing Knowledge Based Resource
Capabilities Under Uncertainty,” Management Science. 50: 1504-1518.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
337
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
338
Gilson, L.L., Mathieu, J.E., Shalley, C.E., & Ruddy, T.M. 2005. Creativity and
Standardization: Complementary or Conflicting Drivers of Team
Effectiveness? Academy of Management Journal, forthcoming
Greene, P. G. (1997). ‘A resource-based approach to ethnic business sponsorship: A
consideration of Ismaili-Pakistani immigrants’. Journal of Small Business
Management, 35(4): 58-71.
Guttel, W. H., & Konlechner, S. W. 2009. Continuously Hanging by a Thread:
Managing Contextually Ambidextrous Organizations. Schmalenbach Business
Review (SBR), 61(2): 150-172.
Hardjosoekarto, Sudarsono, 2013, Dual Imperatives of Action Research: Lessons
from Theoretical Research Practice to Construct Social Development Index by
Using Soft Systems Methodology, Human Resource Management Research
2013, 3(1): 49-53 DOI: 10.5923/j.hrmr.20130301.10.
Hardjosoekarto, Sudarsono, & Yovani, N. , Santiar, L., 2013, Institutional
Strengthening for the Role of Mass Media in Disaster Risk Reduction in
Japan and Indonesia: An Application of SSM-Based Action Research,
Syst Pract Action Res, DOI 10.1007/s11213-013-9282-z.
Hardjosoekarto, Sudarsono, Construction of Social Index as a Theoritical
Research Practice in Action Research by Using Soft System
Methodology, Syst Pract Action Res, DOI 10.1007/s11213-013-9282-z.
Haksever, C., Chaganti, R., & Cook, R. G. 2004. A Model of Value Creation:
Strategic View. Journal of Business Ethics(49): 291-305.
He, Z.-L., & Wong, P.-K. 2004. Exploration vs. Exploitation: An Empirical Test of
the Ambidexterity Hypothesis. Organization Science, 15(4): 481-494.
Hill, S., & Birkinshaw, J. 2006. Ambidexterity in Corporate Venturing:
Simultaneously Using Existing and Building New Capabilities, Annual
Meeting of the Academy of Management Proceedings.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
339
Hitt, M., Ireland, R., & et.al. (2001). Guest editors' introduction to the special issue of
strategic entrepreneurship: Entrepreneurial strategies for wealth creation.
Strategic Management Journal, 22, 475-491.
Huseini, Martani. 2000. Mencermati misteri globalisasi : Menata ulang strategi
pemasaran internasional Indonesia melalui pendekatan resource-based,
Usahawan, No. 01, 29 Januari, 3 -17
Holmstrom, B. .1979. “Moral hazard and observability,” Bell Journal of Economics,
10(1), 74–91.
Ireland, R Duane; Hitt, Michael A; Camp, S Michael; Sexton, Donald L, 2001,
“Integrating entrepreneurship and strategic management action to create firm
wealth”, The Academy of Management executive, Februari 2001; Volume 15,
Number 1, pg. 49.
Ireland, Duane; Hitt, Michael A; Sirmon, David G. “A Model Strategic
Entrepreneurship: The Construct and Its Dimension”’ Journal of
Management, 2003, Volume 29, pg. 963, Sage Publication.
Johnston, H.R. 1976. A New Conceptualization of Source of Organizational Climate.
Administrative Science Quarterly, 21: 95-103
Kang, S. C., & Snell, S. A. 2009. Intellectual Capital Architectures and Ambidextrous
Learning: A Framework for Human Resource Management. Journal of
Management Studies, 46(1): 65-92.
Kaplan, R. and Norton, D. ‘Having Trouble with Your Strategy — Then Map It’, in
Harvard Business Review. September – October 2000, pp. 167-176.
Kirzner, I. (1997). ‘Entrepreneurial discovery and the competitive market process: An
Austrian Approach.’ Journal of Economic Literature, 35, 60–85.
Klein, Benjamin, Robert G. Crawford, and Armen A. Alchian .1978. Vertical
Integration, Appropriable Rents, and the Competitive Contracting Process. In:
The Journal of Law and Economics, Vol. 21, pp. 297-326.
Lavie, D., & Rosenkopf, L. 2006. Balancing Exploration and Exploitation in Alliance
Formation. Academy of Management Journal, 49: 797-818.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
340
Liou dan Tang. 2009. Competitive Advantage, Value Creation and Du Pont Identity”,
Business Review, Vol. 12, No. 2, Summer 2009, p. 129.
Luke, Belinda., Kearins, Kate., Verreyne, Martie-Louis., 2011, “Developing
conceptual framework of strategic entrepreneurship”, International Journal of
Entrepreneurial Behaviour abd Research, Vol. 17, No. 3, pp. 314-337,
Emerald Group Publishing Limited.
March, J. G. 1991. Exploration and Exploitation in Organizational Learning.
Organization Science, 2(1): 71-87.
Marr B., Schiuma G., Neely A, .2004. "Intellectual Capital – Defining Key
Performance Indicators for Organisational Knowledge Assets", in Business
Process Management Journal, Vol 10, n. 5, pp. 551-569.
McDonough, E., & Leifer, R. 1983. Using Simultaneous Structures to Cope with
Uncertainty. Academy of Management Journal, 26: 727-736
McFarlan, F.W. (1984). Information technology changes the way you compete.
Harvard Business Review, 62 (3), 98-103.
McKay, Judy & Peter Marshall. 2001. The dual imperative of action research.
Information Technology & People, Volume 14 Issue 1: 46-59.
Michel, J.G., D. Hambrick. 1992. Diversification posture and the characteristics of
top Management team. Acad. Management J. 35(1) 9-37.
Mom, T. J. M., van den Bosch, F. A. J., & Volberda, H. W. 2009. Understanding
Variation in Managers’ Ambidexterity: Investigating Direct and Interaction
Effects of Formal Structural and Personal Coordination Mechanisms.
Organization Science, 20(4).
Nemanich, L. A., & Vera, D. 2009. Transformational Leadership and Ambidexterity
in the Context of an Acquisition. Leadership Quarterly, 20(1): 19-33.
North, D. (1990). Institutions, Institutional Change and Economic Performance:
Cambridge University Press.
O’Riordan, Chris. 2006. “Using the VRIO Framework in Practicing Firms taking the
Resource –Based View (RBV)” , Accountancy Ireland; Juni 2006; 38, 3;
Proquest., pg. 42
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
341
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
342
Slee, Robert T. 2005. New Rules of Value Creation, Valuation Strategies, May/June
2005; 8, 5; ProQuest. Pg. 22
Smith, W. K., & Tushman, M. L. 2005. Managing Strategic Contradictions: A Top
Management Model for Managing Innovation Streams. Organization Science,
16(5): 522-536.
Smith, Wendy K. TT. Managing Strategic Ambidexterity: Top Teams and Cognitive
Process to Explore and Exploit Simultaneously. Research Paper – University
of Delaware; 1-31
Smircich, L. (1983): Concepts of Culture and Organizational Analysis.
Administrative Science Quarterly: 28(3). Pp. 339-358.
Schudy, Christian A.J. 2010. Contextual Ambidexterity in Organizations:
Antecendents and Performance Consequences. Dissertation. University of St.
Gallen
Tushman, M. L., & O’Reilly, C. A. 1996. Ambidextrous Organizations: Managing
Evolutionary and Revolutionary Change. California Management Review,
38(4): 8-30.
Volberda, H.W. 1996. Toward the Flexible Form: How to Remain Vital in
Hypercompetitive Environments. Organization Science, 7: 359-374
Walsh, J. 1995. Managerial and Organizational Cognition: Notes from a Trip Down
Memory Lane. Organization Science 6(3) 280-321.
Waterman, R.H. Jr, Waterman, J.A. and Collard, B.A. 1994. “Toward a career-
resilient workforce”, Harvard Business Review, Vol. 72 No. 4, pp. 87-95.
Wernerfelt, B. 1984. A resource-based view of the firm. Strategic Management
Journal, 20: 1087-1108.
Wiklund, J., & Shepard, D. (2003). ‘Knowledge-based resources, entrepreneurial
orientation, and the performance of small and medium-sized businesses’.
Strategic Management Journal, 24: 1307-1314.
Williamson, O. E. 1979. Transaction cost economics: the governance of contractual
relations. The Journal of Law and Economics, 12 (2): 233-62.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
343
Unpublished Journal
Klein, Peter G; Barney; Jay B., Foss, Nicolai J; 2012, “Strategic Entrepreneur”,
Encyclopedia of Management Theory, (New York, forthcoming).
Disertasi/Tesis
Fitriati, Rachma. 2012. Rekonstruksi Daya Saing UMKM Industri Kreatif Berbasis
Tiga Tingkat Kerangka Kelembagaan (Sebuah Aplikasi Riset Tindakan
Berbasis Soft System Methodology). Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UI. (Forthcoming).
Prihantika, Ita. 2011. Causal Map Kepemimpinan Kepala Daerah: Studi Kasus
Walikota Joko Widodo dalam Merumuskan Kebijakan Daya Saing Daerah di
Kota Solo. Jakarta: Program Ilmu Administrasi - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik UI. (Tesis Tidak Diterbitkan).
Uchiyama, Kenichi. 1999. Reinterpreting Soft System Methodology (SSM):
Introducing Actuality into the Field of Management and Information System
Studies. Submitted in fulfillment of the requirements for award of the degree of
Doctor of Philosophy, London School of Economics and Political Science.
Puradinata, Djatnika S. 2012. Pembelajaran Interorganisasional dan Penciptaan
Pengetahuan Dalam Pengembangan Bioethanol di Indonesia (Sebuah
Pendekatan Soft Sytem Methodology di PT Medco Ethanol Lampung). Jakarta:
Fakultas Ilmus Sosial dan Ilmu Politik UI. (Disertasi Tidak Diterbitkan).
Runge, Janet B, 1998, Understanding the performance differences in small amily
firms: Resource Based View, Louisiana State University and Agricultural and
Mechanical College.
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
344
Laporan Perusahaan
Laporan Tata Kelola Perusahaan dan Laporan Keuangan 2011 Lippo Karawaci
Laporan Tata Kelola Perusahaan dan Laporan Keuangan 2010 Lippo Karawaci
Laporan Tata Kelola Perusahaan dan Laporan Keuangan 2009 Lippo Karawaci
Laporan Tata Kelola Perusahaan dan Laporan Keuangan 2008 Lippo Karawaci
Laporan Tata Kelola Perusahaan dan Laporan Keuangan 2007 Lippo Karawaci
Laporan Tata Kelola Perusahaan dan Laporan Keuangan 2006 Lippo Karawaci
Laporan Tata Kelola Perusahaan dan Laporan Keuangan 2005 Lippo Karawaci
Laporan Tata Kelola Perusahaan dan Laporan Keuangan 2004 Lippo Karawaci
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
BIODATA SINGKAT
A. DATA PRIBADI
01 Nama Lengkap Retno Kusumastuti
02 NIP 197007292009122001
03 Tempat dan Tgl Lahir Bandung, 29 Juli 1970
04 Alamat Kantor Insurance Center
Departemen Ilmu Administrasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Indonesia
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
06 S1 Sarjana Ilmu Administrasi Fiskal
FISIP Universitas Indonesia
07 S2 Pascasarjana Ilmu Administrasi Bisnis
FISIP Universitas Indonesia
08 S3 Pascasarjana Ilmu Administrasi
Universitas Indonesia
345
1.1. Gambar SSM (p): Proses Menggunakan SSM untuk Melakukan Studi
SSM (c): Menangani Penyelesaian Isi Situasi yang Bermasalah
Sumber: http://publicpolicy.anu.edu.au/coombs/research/visualisation/2010_
Checkland_Soft_systems_methodology.pdf
1.3. The Use of SSM in Ten Studies Describes Here, Subjectively Assessed on a
Spectrum from “Ideal Type” Mode 1 to “Ideal Type” Mode 2
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
347
LAMPIRAN BAB II
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
348
2.3. Ilustrasi Input – Proses – Output Model Konseptual Makalah Alvarez dan
Busenits (AB, 2001)
Proses
Input Output
(entrepreneurial level)
1. Kognisi
Sumber Daya 2. Penemuan Produk
yang 3. Peluang Pasar Unggul yang
Heterogen 4. Koordinasi Homogen
Pengetahuan
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
349
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
350
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
351
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
352
2.11. Action Research Viewed as a Dual Cycle Process and ThinkingAbout Mp and
Mps
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
353
Sumber: Burrel & Morgan (1979) dan Houghton & Ledington (2002)
Sumber: Burrel & Morgan (1979) dan Houghton & Ledington (2002)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
354
Sumber: Burrel & Morgan (1979) dan Houghton & Ledington (2002)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
355
Tujuan
keseluruhan
Strategi organisasi
Pilihan kebijakan
Tuntutan lingkungan
Structure
Oriented Systems
Dynamics
Abstract
Simulation
Cognitive &
Causal Maps
Queuing
Multi Simulation
Agent
Simultaneous
Equation
Cellular
Automata Time Series
Mental
Parameter Simulation
Simulation
Oriented
Qualitative Quantitative
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
356
3.5. Rumus Transformasi Variabel yang Dapat Digunakan untuk Normalisasi Nilai
Variabel
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
357
3.6. Operasi-Operasi yang Aman yang Akan Membuat A Berada pada Interval
Tertutup [0, 1] Jika B dan C Berada pada Interval Tertutup [0, 1]
Kisaran
No Rumus Arti
Nilai A
1 A 1 B B mempengaruhi A secara berkebalikan [0, 1]
2 A 0 B B mempengaruhi A secara seiring [0, 1]
B
3 A 0,5 B mempengaruhi A seiring setelah 0,5 [0, 1]
5
BC
4 A B dan C mempengaruhi A secara seiring [0, 1]
2
B C B mempengaruhi A secara seiring dan C
5 A 0,5 [0, 1]
2 mempengaruhi A secara berkebalikan
6 A B *C B dan C menaikkan A [0, 1]
7 A B * 1 C B menaikkan A tetapi C menurunkan A [0, 1]
8 A 1 B * 1 C B dan C menurunkan A [0, 1]
3.7. Hubungan Dasar (elementary relationship) antara Variabel Level (level variable)
dan Variabel Laju (rate variable)
1 2
level variable
increasing decreasing
3
changing ratio
4 5
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
358
Variabel level
Waktu
Sumber: Kim (2000) (telah diolah kembali)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
359
LAMPIRAN BAB IV
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
360
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
361
LAMPIRAN BAB V
Root Definition 1
Sebuah sistem yang dimiliki oleh Lippo Karawaci dalam rangka membangun Strategic
Ambidexterity (P) melalui kapabilitas dinamis pada tingkatan strategis yang dapat
menyeimbangkan antara aktivitas ekplorasi dan eksploitasi (Q) untuk menghasilkan
keunggulan bersaing perusahaan (R).
Analisis CATWOE
Pendiri dan Pemilik Perusahaan, Dewan Direksi, Dewan Komisaris,
Customer (C)
Manajer, Karyawan.
Actors (A) Pendiri dan Pemilik Perusahaan, Presiden Direktur, Direksi
Terwujudnya Lippo Karawaci menjadi perusahaan yang memiliki
Transformation keunggulan bersaing melalui kapabilitas dinamis pada tingkatan
Process (T) strategis yang dapat menyeimbangkan antara aktivitas ekplorasi dan
eksploitasi.
Kapabilitas dinamis pada tingkatan strategis yang dapat
Worldview (W) menyeimbangkan antara aktivitas eksplorasi dan eskploirasi sangat
penting untuk menghasilkan keunggulan bersaing perusahaan.
Owners (O) Direksi, karyawan.
Environmental Kendala dalam menemukan keseimbangan yang tepat antara aktivitas
Constraint (E) eksplorasi dan eksploitasi.
3E
Keberadaan keputusan yang dapat menyeimbangkan antara aktivitas
E-Efikasi
eksplorasi dan eksploitasi.
E-Efisiensi Menggunakan sumber daya (finansial dan waktu) yang minimum.
Terciptanya keputusan yang dapat menyeimbangkan aktivitas
E-Efektif
eksplorasi dan eksploitasi.
Sumber: hasil olahan penulis (2012)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
362
Root Definition 2
Sebuah sistem yang dimiliki oleh Lippo Karawaci dalam rangka membangun Strategic
Ambidexterity (P) melalui Top Management Team Cognition (framing organizational
vision dan information processing) yang dapat menyeimbangkan antara aktivitas ekplorasi
dan eksploitasi (Q) untuk menghasilkan keunggulan bersaing perusahaan (R).
Analisis CATWOE
Pendiri dan Pemilik Perusahaan, Dewan Direksi, Dewan Komisaris,
Customer (C)
Manajer, Karyawan.
Actors (A) Presiden Direktur, Direksi.
Terwujudnya Lippo Karawaci menjadi perusahaan yang memiliki
Transformation keunggulan bersaing melalui Top Management Team Cognition
Process (T) dalam hal framing organizational vision dan information processing
yang menyeimbangkan antara aktivitas ekplorasi dan eksploitasi.
Top Management Team Cognition dalam hal framing organizational
vision dan information processing yang dapat menyeimbangkan
Worldview (W)
antara aktivitas eksplorasi dan eskploirasi sangat penting untuk
menghasilkan keunggulan bersaing perusahaan.
Owners (O) Direksi, karyawan.
Environmental Kendala dalam menemukan keseimbangan yang tepat antara
Constraint (E) aktivitas eksplorasi dan eksploitasi.
3E
Keberadaan Top Management Team Cognition dalam hal framing
E-Efikasi organizational vision dan information processing untuk
menyeimbangkan inovasi dan pengembangan.
E-Efisiensi Menggunakan sumber daya (finansial dan waktu) yang minimum.
Terciptanya Top Management Team Cognition dalam hal framing
E-Efektif organizational vision dan information processing untuk
menyeimbangkan inovasi dan pengembangan.
Sumber: hasil olahan penulis (2012)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
363
Root Definition 3
Sebuah sistem yang dimiliki oleh Lippo Karawaci dalam rangka membangun Contextual
Ambidexterity (P) melalui struktur formal yang dapat membuat karyawan melakukan
aktivitas ekplorasi dan eksploitasi baik secara organisasional, tim dan individual (Q) untuk
menghasilkan keunggulan bersaing perusahaan (R).
Analisis CATWOE
Pendiri dan Pemilik Perusahaan, Dewan Direksi, Dewan Komisaris,
Customer (C)
Manajer, Karyawan.
Actors (A) Pendiri dan Pemilik Perusahaan, Presiden Direktur, Direksi
Terwujudnya Lippo Karawaci menjadi perusahaan yang memiliki
keunggulan bersaing melalui penyempurnakan struktur formal yang
Transformation
dapat memberikan konteks bagi semua anggota organisasi
Process (T)
agar dapat menyeimbangkan antara aktivitas ekplorasi dan
eksploitasi.
Struktur formal yang dapat membuat karyawan menyeimbangkan
antara aktivitas eksplorasi dan eskploirasi baik secara
Worldview (W)
organisasional, tim dan individual sangat penting untuk
menghasilkan keunggulan bersaing perusahaan.
Owners (O) Direksi, karyawan.
Environmental Kendala dalam menemukan keseimbangan yang tepat antara
Constraint (E) aktivitas eksplorasi dan eksploitasi.
3E
Keberadaan struktur formal yang dapat membuat karyawan
E-Efikasi melakukan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi baik secara
organisasional, tim dan individual.
E-Efisiensi Menggunakan sumber daya (finansial dan waktu) yang minimum.
Terciptanya struktur formal yang dapat membuat karyawan
E-Efektif melakukan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi baik secara
organisasional, tim dan individual.
Sumber: hasil olahan penulis (2012)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
364
Root Definition 4
Sebuah sistem yang dimiliki oleh Lippo Karawaci dalam rangka membangun
Contextual Ambidexterity (P) melalui norma dan nilai-nilai budaya yang dapat
menyeimbangkan karyawan melakukan aktivitas ekplorasi dan eksploitasi baik
secara organisasional, tim dan individual (Q) untuk menghasilkan keunggulan
bersaing perusahaan (R).
Analisis CATWOE
Pendiri dan Pemilik Perusahaan, Dewan Direksi, Dewan
Customer (C)
Komisaris, Manajer, Karyawan.
Actors (A) Pendiri dan Pemilik Perusahaan, Presiden Direktur, Direksi
Terwujudnya Lippo Karawaci menjadi perusahaan yang
memiliki keunggulan bersaing melalui norma dan nilai-nilai
Transformation
budaya yang dapat memberikan konteks bagi semua anggota
Process (T)
organisasi terkait agar dapat menyeimbangkan antara aktivitas
ekplorasi dan eksploitasi.
Norma dan nilai-nilai budaya yang dapat membuat karyawan
menyeimbangkan antara aktivitas eksplorasi dan eskploirasi baik
Worldview (W)
secara organisasional, tim dan individual sangat penting untuk
menghasilkan keunggulan bersaing perusahaan.
Owners (O) Direksi, karyawan.
Environmental Kendala dalam menemukan keseimbangan yang tepat antara
Constraint (E) aktivitas eksplorasi dan eksploitasi.
3E
Keberadaan norma dan nilai-nilai budaya yang dapat membuat
E-Efikasi karyawan melakukan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi baik
secara organisasional, tim dan individual.
E-Efisiensi Menggunakan sumber daya (finansial dan waktu) yang minimum
Terciptanya norma dan nilai-nilai budaya yang dapat membuat
E-Efektif karyawan melakukan aktivitas eksplorasi dan eksploitasi baik
secara organisasional, tim dan individual
Sumber: hasil olahan penulis (2012)
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
LAMPIRAN BAB VI
6.1. Hasil Normalisasi Nilai Variabel (Nilai aktuak Variabel setelah Dilakukan Normalisasi)
Tahun
No Nama Variabel
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Sumber Daya Manusia 0.4402 0.4529 0.4657 0.4784 0.5138 0.5377 0.5399 0.5262 0.5581 0.5829
2 Penerimaan Karyawan 0.6814 0.6756 0.6638 0.6402 0.6964 0.6650 0.5226 0.3875 0.7068 0.6922
3 Pelatihan dan Pengembangan Karyawan 0.3523 0.3603 0.3655 0.3902 0.4320 0.4557 0.4318 0.4253 0.4501 0.4501
4 Kompetensi dan Keahlian Karyawan 0.1561 0.1668 0.1936 0.2334 0.2400 0.2688 0.2817 0.3063 0.3099 0.3680
5 Total Kompensasi Karyawan 0.3888 0.4033 0.4429 0.4120 0.4416 0.4909 0.5290 0.5214 0.5434 0.5795
6 Profitabilitas Perusahaan 0.5123 0.5770 0.6429 0.6819 0.6831 0.6807 0.6933 0.7069 0.7736 0.8125
7 Keunggulan Bersaing Perusahaan 0.2215 0.2198 0.2323 0.2855 0.4230 0.5315 0.4960 0.5395 0.6024 0.6319
Penerapan Sistem Informasi dan
8 0.2500 0.2500 0.2500 0.2500 0.7500 0.7500 0.7500 0.7500 0.7500 0.7500
Teknologi
9 Entrepreneur as a Business Leader 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.7000 0.7000 0.7000 0.9000 0.9000 0.9000
10 Iklim Kerja yang kondusif 0.0833 0.0833 0.0833 0.2500 0.2500 0.2500 0.4167 0.5833 0.7500 0.9167
11 Keterbukaan Informasi 0.2500 0.2500 0.2500 0.2500 0.7500 0.7500 0.7500 0.7500 0.7500 0.7500
12 Integrasi Sistem Informasi danTeknologi 0.2500 0.2500 0.2500 0.2500 0.7500 0.7500 0.7500 0.7500 0.7500 0.7500
13 Interaksi Antar Karyawan 0.2500 0.2500 0.2500 0.2500 0.7500 0.7500 0.7500 0.7500 0.7500 0.7500
14 Kerjasama Tim 0.0833 0.0833 0.0833 0.2500 0.2500 0.2500 0.4167 0.5833 0.7500 0.9167
15 Rapat Umum Pemegang Saham 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.6000
16 Kapasitas Permodalan Perusahaan 0.0262 0.0129 0.0172 0.5974 0.8222 0.6777 0.6924 0.7096 0.7940 0.8154
17 Kapasitas Peminjaman Perusahaan 0.4345 0.4879 0.6853 0.7199 0.6841 0.8000 0.8220 0.8201 0.8417 0.8551
18 Kas dan Setara Kas Perusahaan 0.1257 0.1257 0.1257 0.1257 0.4029 0.5036 0.4594 0.4340 0.6466 0.5209
19 Modal Kerja Bersih Perusahaan 0.2947 0.2947 0.3572 0.3983 0.3983 0.4662 0.5041 0.4913 0.5960 0.6489
20 Total Aset Perusahaan 0.1143 0.1410 0.2947 0.3572 0.3839 0.5130 0.5410 0.5481 0.6177 0.6495
21 Pengembangan Bisnis Perusahaan 0.5689 0.5814 0.5938 0.6061 0.6183 0.6711 0.6644 0.6774 0.6350 0.6914
22 Umur Perusahaan 0.5098 0.5146 0.5192 0.5238 0.5283 0.5327 0.5370 0.5413 0.5455 0.5495
23 Properti yang Dimiliki Perusahaan 0.2789 0.3021 0.6890 0.7603 0.6992 0.7012 0.6917 0.7238 0.7306 0.7544
24 Reputasi Perusahaan 0.0909 0.0909 0.2308 0.0909 0.2857 0.1667 0.1667 0.3333 0.3750 0.4444
25 Pengalaman Manajemen Puncak 0.4872 0.4872 0.4872 0.5000 0.5122 0.5238 0.5349 0.5455 0.5556 0.5652
26 Renumerasi Komisaris dan Direksi 0.5003 0.5003 0.5003 0.5003 0.5003 0.5003 0.5214 0.5559 0.5688 0.6129
27 Kompetensi Dewan Komisaris 0.5038 0.5038 0.5038 0.5038 0.5038 0.6427 0.6427 0.7102 0.7625 0.3612
Universitas Indonesia
Sumber: hasil olahan penulis (2012)
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
366
Tahun
No Nama Variabel
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
1 Sumber Daya Manusia 0.4402 0.4524 0.4641 0.4779 0.4941 0.5158 0.5450 0.5814 0.6242 0.6718
2 Penerimaan Karyawan 0.6814 0.6512 0.6389 0.6367 0.6412 0.6502 0.6640 0.6832 0.7079 0.7375
3 Pelatihan dan Pengembangan Karyawan 0.3523 0.4062 0.4230 0.4267 0.4277 0.4303 0.4361 0.4459 0.4606 0.4810
4 Kompetensi dan Keahlian Karyawan 0.1561 0.1570 0.1714 0.1885 0.2254 0.2784 0.3394 0.4080 0.4822 0.5619
5 Total Kompensasi Karyawan 0.3888 0.4069 0.4226 0.4406 0.4611 0.4897 0.5289 0.5774 0.6329 0.6919
6 Profitabilitas Perusahaan 0.5123 0.5762 0.6299 0.6752 0.7131 0.7444 0.7695 0.7889 0.8031 0.8129
7 Keunggulan Bersaing Perusahaan 0.2215 0.2236 0.2351 0.3042 0.3853 0.4589 0.5346 0.6076 0.6803 0.7445
8 Penerapan Sistem Informasi dan Teknologi 0.2500 0.2977 0.3516 0.4164 0.4931 0.5883 0.7031 0.8248 0.9269 0.9839
9 Entrepreneur as a business leader 0.5000 0.5167 0.5419 0.5750 0.6299 0.7010 0.7750 0.8430 0.8978 0.9377
10 Iklim Kerja yang kondusif 0.3523 0.4062 0.4230 0.4267 0.4277 0.4303 0.4361 0.4459 0.4606 0.4810
11 Keterbukaan Informasi 0.3523 0.4062 0.4230 0.4267 0.4277 0.4303 0.4361 0.4459 0.4606 0.4810
12 Integrasi Sistem Informasi danTeknologi 0.2500 0.2977 0.3516 0.4164 0.4931 0.5883 0.7031 0.8248 0.9269 0.9839
13 Interaksi Antar Karyawan 0.2500 0.2977 0.3516 0.4164 0.4931 0.5883 0.7031 0.8248 0.9269 0.9839
14 Kerjasama Tim 0.1241 0.1650 0.1789 0.1820 0.1829 0.1852 0.1902 0.1988 0.2121 0.2313
15 Rapat Umum Pemegang Saham 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.6000
16 Kapasitas Permodalan Perusahaan 0.0262 0.0129 0.0172 0.5974 0.8222 0.6777 0.6924 0.7096 0.7940 0.8154
17 Kapasitas Peminjaman Perusahaan 0.9738 0.9871 0.9828 0.4026 0.1778 0.3223 0.3076 0.2904 0.2060 0.1846
18 Kas dan Setara Kas Perusahaan 0.0255 0.0128 0.0169 0.2405 0.1462 0.2184 0.2130 0.2061 0.1635 0.1505
19 Modal Kerja Bersih Perusahaan 0.0130 0.0066 0.0088 0.1260 0.0772 0.1164 0.1144 0.1115 0.0892 0.0827
20 Total Aset Perusahaan 0.0009 0.0005 0.0016 0.0263 0.0151 0.0232 0.0228 0.0237 0.0194 0.0188
21 Pengembangan Bisnis Perusahaan 0.5098 0.5146 0.5192 0.5238 0.5283 0.5327 0.5370 0.5413 0.5455 0.5495
22 Umur Perusahaan 0.5098 0.5146 0.5192 0.5238 0.5283 0.5327 0.5370 0.5413 0.5455 0.5495
23 Properti yang Dimiliki Perusahaan 0.2789 0.3021 0.6890 0.7603 0.6992 0.7012 0.6917 0.7238 0.7306 0.7544
24 Reputasi Perusahaan 0.0002 0.0001 0.0004 0.0076 0.0047 0.0081 0.0088 0.0100 0.0087 0.0106
25 Pengalaman Manajemen Puncak 0.2500 0.2583 0.2709 0.2875 0.3149 0.3505 0.3875 0.4215 0.4489 0.5626
26 Renumerasi Komisaris dan Direksi 0.1250 0.1292 0.1355 0.1438 0.1575 0.1752 0.1938 0.2107 0.2245 0.3376
27 Kompetensi Dewan Komisaris 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.5000 0.6000
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
367
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
368
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
369
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
370
INDEXING
Ambidexterity 10,11,14,15,16,20,21,50,53,
Ambidexterity organization 16
Ambidextrous 2
Ambidextrous organization 11
Cognitive & causal map 42,43
cognitive map 212,272,278
Cognitive mapping 13,18
Complexity Pluralist 79
Contextual Ambidexterity 18,54,57,77,160
Disctinctive competence (resource) 1
Dynamic capability 183
Entrepreneur 36
Entrepreneurial 2
Entrepreneurial 38
Entrepreneurial cognition 38
Entrepreneurial Discovery 15
Entrepreneurship 14,36,37
Entrepreneurship, strategic management 21
Governance device 32
Hard Methodology (HSM) 72
Hard Thingking 72
Immobility 25
Intangible assets,22,36
intellectual device 76
Kerangka VRIO 25, 33
Learning outcome 10
Management strategic 48
Mutually exclusive 10
Nanotechnology Management Style 3,5
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
371
Operasional Konsep 42
problem situation 76
problem solving cycle 76
research interest cycle 76
Rich picture 81
Soft Dynamic Methodologis (SSDM) 75
Soft Methodology (SSM) 72
Soft System Metodologi based AR continuum 12
Soft systems methodology 18
Soft Thingking 72
Strategic Ambidexterity 18,55,160
Strategic entrepreneurship 9,15,46,47
Structural inertia 14
Sustainable competitive advantage 34
System Dynamics 103
Tangible assets 1,22
Teori Dinamika Kapabilitas 27
Thingking 71
Top Management Team Cognition 168
Universitas Indonesia
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.
Membangun keunggulan..., Retno Kusumastuti, FISIP UI, 2013.