Anda di halaman 1dari 462

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Peran Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan Kewirausahaan
Dan Karsacipta Melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat

31 Maret 2016

Pusat Studi Reka Rancang Visual dan Lingkungan


Fakultas Seni Rupa dan Desain
Universitas Trisakti
Jakarta
PROSIDING SEMINAR NASIONAL
PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
Peran Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan Kewirausahaan Dan Karsacipta
Melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat

Editor dan Reviewer : Dr. Ganal Rudiyanto, M.Hum


Dr. Krishna Hutama, M.Hum
Dr. Diah Asmarandani, M.Hum
Dr. Sangayu Ketut Laksemi Nilotama, M.Ds
Drs. Sumartono, MA, Ph.D
Dra. Tetty Sekaryati, M.Sn
Drs. Agus Nugroho U., M.Hum, M.Ds

ISBN : 978-602-70888-0-1

Desain Sampul
Agus Nugroho U.
Virginia S.S.

Penerbit :
PUSAT STUDI REKA RANCANG VISUAL DAN LINGKUNGAN
Fakultas Seni Rupa dan Desain
Universitas Trisakti

Redaksi :
Jl. Kyai Tapa No. 1 Grogol
Jakarta Barat 11440
Telp: 021-5663232 ext 850

Cetakan pertama, Maret 2016

Hak Cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa seijin penerbit dan
penulis

ii
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kegiatan seminar nasional PERAN
PERGURUAN TINGGI DALAM MENINGKATKAN KEWIRAUSAHAAN DAN
KARSACIPTA MELALUI PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT dapat
terwujud dengan lancar. Seminar ini tergagas ketika Fakultas Seni Rupa dan Desain
mencanangkan Pusat Studi Reka Rancang Visual dan Lingkungan sebagai unit yang terkait
dengan Dewan Riset dan Jurnal Dimensi FSRD Usakti.

Seminar ini merupakan upaya menyebarluaskan hasil Program Pengabdian Kepada Masyarakat
bidang Penelitian, Kewirausahaan, Karsacipta, dan Artikel Ilmiah, sehingga mulitidisiplin
bidang ilmu dapat berbagi temuan yang terkait dalam kegiatan seminar ini yang besar harapan
akan memunculkan konsep-konsep kekinian yang dapat dikembangkan oleh unit Pusat Studi
Reka Rancang Visual dan Lingkungan FSRD Usakti.

Tujuan dari kegiatan Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat adalah dalam rangka
mensosialisasikan, mendiskusikan, merumuskan berbagai pemikiran-gagasan/ide serta kerja
nyata dalam eningkatkan kualitas hidup, dan pemberdayaan masyarakat dari para akademisi,
mahasiswa, instansi, para pemilik kebijakan maupun masyarakat umum dalam bentuk Call For
Paper yang dipresentasikan dan dalam bentuk pameran hasil karya PKM.

Peserta pada seminar ini berasal dari berbagai perguruan tinggi dan bidang ilmu, sehingga sudut
pandang keilmuannya menjadi sangat lengkap, yang semoga dapat membuka wacana keilmuan
serta upaya untuk kerjasama dalam bidang Program Kepada Pengabdian Masyarakat. Semoga
kegiatan ini akan berlanjut kepada program-program terkait antar perguruan tinggi maupun unit-
unit usaha sejenis.

Terimakasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada pihak-pihak yang berkontribusi dalam
penerbitan prosiding dan pelaksanaan Seminar Peran Perguruan Tinggi Dalam Meningkatkan
Kewirausahaan dan Karsacipta Melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat : Dra Euis
Saedah MA Dirjen IKM (Industri Kecil Menengah) Kementrian Perindustrian RI sebagai
keynote speaker, Dr Ganal Rudiyanto M.Hum selaku Dekan FSRD dan Pelindung dalam
kegiatan seminar, Dr Sangayu Ketut Laksemi Nilotama MDs selaku Penanggung Jawab, juga
para staf akademik dan administrasi FSRD Usakti, para pemakalah dan peserta seminar, panitia
pelaksana seminar, para sponsor dan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu,
Semoga inisiatif ini bermanfaat bagi kita semua.

Jakarta, 22 Februari 2016


Panitia

Dr. Diah Asmarandani, M.Hum

iii
SAMBUTAN
Sebagaimana telah diketahui, perguruan tinggi memiliki peran yang sangat strategis di tengah
tengah masyarakatnya. Peran strategis tersebut sering dirumuskan kedalam tiga pilar besar,
yaitu Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat. Secara tradisional ketiga peran
tersebut tersirat dalam semangat Tridharma Perguruan Tinggi di Indonesia. Tiga pilar ini sangat
penting dalam upaya memajukan peradaban bangsa. Kehadiran perguruan tinggi bukan hanya
sebagai menara gading tapi harus menjadi menara air yang bisa memberikan kesejukan dan
pencerahan bagi masyarakat sekitar, bangsa dan Negara,

Penelitian hasil PKM di lingkungan perguruan tinggi mempunyai peran strategis dalam upaya
pembangunan bangsa sehingga diharapkan memiliki manfaat yang luas kepada masyarakat.
Tiap tahun terdapat ratusan bahkan ribuan penelitian dan program pengabdian pada masyarakat
yang telah dilakukan. Namun demikian tidak sedikit penelitian tersebut masih berupa laporan
hasil kegiatan yang tersimpan di Fakultas. Permasalahannya, sejauh mana hasil penelitian
tersebut berdampak kepada masyarakat luas.

Berdasarkan pemikiran tersebut FSRD Universitas Trisakti melalui Pusat Studi Reka Rancang
Visual sebagai ujung tombak program program penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
menggelar diseminasi hasil penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat yang disampaikan
dalam bentuk Seminar Nasional pada 31 Maret 2016 sekaligus mengadakan pameran hasil
hasil pelaksanaan Pengabdian pada Masyarakat.

Sesuai dengan topik yang diangkat tentang peranan perguruan tinggi khususnya FSRD dalam
meningkatkan kewirausahawan dan karsa cipta (mewujudkan hasil karya yang berdaya guna)
bagi masyarakat, topik ini merupakan program pengembangan ketrampilan bagi masyarakat
dalam berwirausaha yang berorientasi pada profit. Komoditas usaha yang dihasilkan dapat
berupa barang dan jasa yang selanjutnya merupakan salah satu modal dasar masyarakat
berwirausaha dan memasuki pasar. Jadi pemeran utama berwiraswasta dalam hal ini adalah
masyarakat yang dituju. Tujuannya menghasilkan: ide, jiwa intrepreneur, karya kreatif-inovatif
dalam membuka peluang usaha bagi masyarakat. Masyarakat diharapkan mampu menyerap dan
menghasilkan karya maupun jasa hasil penyuluhan melalui kegiatan workshop yang dilakukan
oleh perguruan tinggi.

Diharapkan seminar nasional ini dapat digunakan sebagai media sharing ilmu dan agar hasil
Penelitian dan Pengabdian Masyarakat lebih berkualitas sehingga dampaknya bisa dirasakan
masyarakat luas. Kami juga berharap seminar ini dapat memberikan kontribusi penelitian dan
PKM untuk membangun sumber daya manusia yang unggul, memiliki semangat jiwa maju,
sejahtera, adil dan makmur. Jika dikaitkan dengan kebijakan Direktorat Penelitian dan
Pengabdian kepada Masyarakat (Ditlitabmas) Kemenristek Dikti, maka seminar ini sangat
relevan, yaitu hilirisasi penelitian dan pengabdian untuk kesejahteraan masyarakat di Indonesia.

Akhirul kata kami sampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh panitia penyelenggara dan
pihak-pihak terkait sehingga seminar ini dapat terlaksana sesuai dengan apa yang kita harapkan.

Selamat malaksanakan seminar PKM, semoga sukses.

Dekan
Dr. Ganal Rudiyanto, M.Hum

iv
SUSUNAN DEWAN REDAKSI

Pelindung dan Penasehat : Dr. Ganal Rudiyanto, M.Hum (Dekan)


Dra. Tetty Sekaryati, M.Sn (Wadek I)

Penanggung Jawab : Dr. Sangayu Ketut Laksemi Nilotama, M.Ds


Ketua Pusat Studi Reka Rancang Visual
dan Lingkungan

Koordinator Pelaksanaan : Dr. Diah Asmarandani, M.Hum

Komite Pelaksana : Drs. Awang Eka Novi R., M.Ds


Elda Franzia J., S.Sn, M.Ds
Menul Teguh Riyanti, S.Sn, M.Pd
Dra. Hj. Eveline CS., M.Si
Pongky Adhi Purnama, BFA, M.Sn
Dra. F. Melani Yofatma, MM
Ariani, S.Sn, M.Ds
Susy Irma Adisurya, S.Sn, M.Ds
Dra. Hj. Woro Asty Werdina, M.Ds
Dra. Hj. Sri Anggarini, MA
Dra. Atridia W. M.Ds
Resky Annisa, S.Ds, M.Ds
Virginia Setiadi, S.Sn, M.Ds
Silviana Amanda AT, S.Sn, M.Sn
Erlina Novianti, S.Sn, M.Ds
Maria Lasakajaya, S.Sn, M.Ds
Dra. Rosalinda Wiemar, MT
Gihon Nugrahadi, S.Sn, MA
Dody Setianto, S.Sn, M.Ds

Tata letak : Dr. Krishna Hutama, M.Hum


Ariani, S.Sn, M.Ds
Jhon Paredes
M. Anjar

v
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR iii


SAMBUTAN iv
SUSUNAN DEWAN REDAKSI v
DAFTAR ISI vi

NO JUDUL NAMA HAL

Artefak Terakota Majapahit Sebagai Sumber


1 Setyawan 1 - 11
Ide Pengembangan Desain Batik Majapahit

Diversifikasi Produk Olahan Kupang Sebagai 1. Mochammad Farid


2 Rintisan Usaha Ibu PKK Desa Bluru Kidul 2. Putri Wulanditya 12 - 20
Sidoarjo 3. Titis Puspitaningrum D.K

Eksperimen Teknik Dan Media


3 D. Adikara Rahman 21 - 39
Konvensional Untuk Para Illustrator Amatir

Fotografi Produk Sebagai Sarana Promosi


4 Produk Lampu Untuk Perajin Lampu Di Silviana Amanda T. 40 - 49
Nitiprayan, Yogyakarta
Gerabah Melikan: Finishing Dan 1. Novita Wahyuningsih
5 50 - 62
Pengembangan Ornamen 2. Joko Lulut Amboro
1. Hartini
Ipteks Bagi Masyarakat Bintaro Melalui
6 2.Teddy Siswanto 63 - 68
Integrasi Multi Channel Selling
3. Agung Sediyono
7 Keindustrian Dalam Seni Kriya Yusuf Affendi Djalari 69 - 76
Kelompok Perajin Sangkar Burung Di 1. Agus Nur Setyawan
8 Kadipiro Sebagai Upaya Peningkatan 2. Yayan Suherlan 77 - 94
Ekonomi Kreatif 3. Desy Nurcahyanti
Kemasan Budaya Lokal Sebagai Inovasi
9 Asih Retno Dewanti 95 - 100
Ekonomi Kreatif
Menggambar Dan Mewarnai Gerabah Pada
10 Tunjung Atmadi SP 101 - 109
Anak Sekolah Dasar Di Depok
1. Tetty Sekaryati
Menggubah Kreativitas Anak Melalui
2. Cama Yuli Rianingrum
11 Pelatihan Pembentukan Produk Dekoratif 110 - 121
3. Asih Retno Dewanti
Dengan Bahan Kertas Bekas
4. Susy Irma Adisurya

Menumbuhkan Niat Berwirausaha Bagi


1. Yohana F. Cahya Palupi Meilani
12 Mahasiswa Melalui Metode Pembelajaran 122 - 131
2. Margaretha Pink Berlianto
Berbasis Kewirausahaan

vi
NO JUDUL NAMA HAL

Mewujudkan Kemandirian Pemuda Melalui


1. Raden Setyo Budi Suharto
Pelatihan Multimedia Dan Komputer
13 2. Folkes E. Laumal 132 - 137
Akuntansi (IbM Karang Taruna Bina Mandiri
3. Yohanis Suban Peli
Kelurahan Pasir Panjang)

Pelatihan Fotografi Dasar Untuk Siswa Dan


14 Erlina Novianti 138 - 148
Siswi SMU 6, Jakarta
Pelatihan Kain Perca/Patchwork Untuk
15 Florence Melani Jofatma 149 - 160
Elemen Interior Berdaya Jual Tinggi

Pelatihan Kemandirian Usaha Kerajinan


16 Daur Ulang Bagi Wanita Di Dusun Serut, Bertha Bintari Wahyujati 161 - 168
Palbapang, Bantul, Yogyakarta
Pelatihan Menggambar Dan Membuat Kartu
Ucapan Selamat Dengan Memanfaatkan
17 Ati Waliati 169 - 179
Majalah Lama Di TPA Yayasan Fadlulatul
Ichlas Jakarta Barat
Pelatihan Menggambar Untuk Anak Usia SD
18 Putra-Putri Karyawan & Dosen FSRD Ratih Candrastuti 180 - 189
Universitas Trisakti Jakarta
Pelatihan Pemanfaatan Limbah Kain Sebagai
19 Rosalinda Wiemar 190 - 200
Aksesoris
Pelatihan Pemanfaatan Limbah Keyboard
20 Awang E.N. Rizali 201 - 210
Komputer Untuk Produk Rumah Tangga
Pelatihan Pembuatan Lilin Hias Sebagai 1. Sangayu Ketut Laksemi Nilotama
21 211 - 225
Elemen Dekoratif Interior 2. Rezilia Noviyanda
Pelestarian Badak Bercula Satu Di Ujung 1. Usman Lubis
22 226 - 236
Kulon 2. Eveline C.S
Pemanfaatan Limbah Botol Plastik Untuk
23 Elda Franzia 237 - 246
Produk Rumah Tangga
Pemanfaatan Limbah Kain Perca Untuk
24 Hj. Sri Anggarini 247 - 252
Industri Rumah Tangga
Pemanfaatan Limbah Kaleng Bekas Berdaya
25 Menul Teguh Riyanti 253 - 265
Jual Tinggi Bagi Ibu-Ibu Rumah Tangga
Pemanfaatan Limbah Kayu Untuk Dijadikan
26 Woro Asty Werdina 266 - 275
Lampu
Pemanfaatan Limbah Kulit Kerang Hijau
1. Devanny Gumulya
27 Menjadi Lampu Dekoratif Dengan 276 - 288
2. Sophia Budiman
Pendekatan Green Design
Pemanfaatan Limbah Rumah Tangga
(Kardus, Kaleng, Koran Dan Majalah)
28 Susy Irma Adisurya 289 - 298
Menjadi Elemen Dekoratif Dengan Teknik
Melukis Cat Air Di Atas Koran Bekas
PKM Pelatihan Pemanfaatan Limbah Tutup
Botol Plastik Agar Dapat Berdaya Jual
29 Virginia S.S 299 - 304
Di TK RA An-Nur, Durikepa, Kec. Kebon
Jeruk, Jakarta

vii
NO JUDUL NAMA HAL
Pendampingan Usaha Bagi Ibu-Ibu Petani 1. Supriyati
Tambak Di Kecamatan Candi Sebagai 2. Meliza
30 305 - 312
Bentuk Kontribusi Mewujudkan Kawasan 3. Aniek
Minapolitan 4. Nuhman
Pengaplikasian Motif Tenun Baduy Luar 1. Nina Maftukha
31 313 - 322
Pada Batik Colet Untuk Kalangan Pelajar 2. Praqasta Kusuma
Peningkatan Mutu Gambar Dengan
1. Bambang M. Soewito
Memanfaatkan Peralatan Sederhana Pada
32 2. Hertina Susandari 323 - 335
On-Line Shop Makanan Produksi Rumah
3. Kartika K. Wardani
Tangga
Peran Desainer Tekstil Dalam Revitalitasi
33 Budaya Melalui Pengembangan Desain Batik Waridah Muthiah 336 - 344
Bekasi
Peran Perguruan Tinggi Dalam Memberikan
Pelatihan Ketrampilan Dari Bahan Flanel-
34 Untuk Menambah Penghasilan Masyarakat Aprilia Kartini Streit 345 - 353
Kampung Kobakan, Kragilan, Serang,
Banten
Potensi Kayu Mahoni Sebagai Material
Mebel Berbahan Kayu Dengan Finishing 1. Andereas Pandu Setiawan
35 354 - 364
Batik Dalam Industri Kreatif Bagi 2. Samuel Hartono
Masyarakat
Program Pendampingan Desainer
Dalam Pengembangan Desain Tas Wanita
36 Gihon Nugrahadi 365 - 372
UKM JF Bags Dan CV Palupi Craft Sebagai
Produk Ekspor

Sampah Plastik Sebagai Media Pelatihan


37 Diah Asmarandani 373 - 382
Ekspresi Estetis Dalam Karya Produk Guna

Sendok Plastik Bekas Pakai Sebagai Elemen


38 Ariani 383 - 394
Estetis Pada Produk
Workshop Dan Sosialisasi Pengembangan
Desain Batik Berbasis Potensi Unggulan
39 Desy Nurcahyanti 395 - 404
Sukoharjo Sebagai Upaya Perlindungan Aset
Budaya
Krupuk Ikan Gabus Sebagai Bisnis Unggulan
1. Supriyati
40 Masyarakat Desa Kedung Peluk Candi 405 - 411
2. Diyah Pujiati
Sidoarjo

Pameran Dan Workshop Desain Interior


41 Bagi Siswa SMA/SMK Sekitaran Tangerang Rr. Chandrarezky Permatasari 412 - 421
Di lingkungan Universitas Mercubuana
Pengembangan Desain Decorative Lighting
Dengan Memanfaatkan Limbah Metal Pada
1. Anung B Studyanto
42 Sentra Industri Kerajinan Tembaga/Kuningan 422 - 429
2. Rahmanu Widayat
Di Desa Tumang Kecamatan Cepogo
Kabupaten Boyolali
Boneka Jari Sebagai Sarana Komunikasi Dan
43 Indralaksmi 430 - 435
Pendidikan Balita

viii
NO JUDUL NAMA HAL
Pengolahan Limbah Ampas Tebu Menjadi 1. Rini Setiati
Surfaktan Lignosulfonat Sebagai Bahan 2. Deana Wahyuningrum
44 Baku Injeksi Surfaktan Dalam Industri 3. Septoratno Siregar 436 - 451
Perminyakan 4. Taufan Marhaendrajana

ix
ARTEFAK TERAKOTA MAJAPAHIT SEBAGAI SUMBER IDE
PENGEMBANGAN DESAIN BATIK MAJAPAHIT
Setyawan
FSRD UNS, Jl. Ir. Sutami 36 A, Surakarta
Telp. 08122640031, e-mail: setyawan3fsrd@gmail.com

ABSTRAK
Tulisan ini mendiskusikan proses kreatif pengembangan desain Batik Majapahit dengan sumber ide artefak
Terakota Majapahit. Proses kreatif tersebut melewati serangkaian analisis batik Majapahit lewat
penelusuran segi artistik dan nilai kesejarahan Batik Majapahit dan pengolahan visual yang melibatkan
kompleksitas desain batik dan proses tekniknya.

Kata kunci: batik Majapahit, pengembangan, desain, batik, terakota.

ABSTRACT
This paper discusses the creative process in the development of Majaphit Batik design by incorporating
Majapahit Terracotta artifacts as source of ideas. The creative process passes through series of analyzes
by way of observing artistic aspect and historical value of Majapahit Batik and processing the batik
visually involving batik design complexity and techniques used in the process.

Keywords: batik of Majapahit, development, design, batik, terracota

A. PENDAHULUAN
Majapahit adalah ikon peradaban Jawa yang banyak meninggalkan beragam artefak seni-budaya
termasuk jejak-jejak perkembangan tradisi batik (Holt, 2000; Wiyoso, 2008). Tradisi batik pada
masa Majapahit, meski masih samar, menjadi tonggak penting perjalanan batik di Jawa.
Perjalanan batik tersebut tidak berhenti meski Majapahit runtuh, namun tradisi batik tersebut
terus tumbuh dan hidup di pusat-pusat perdagangan kawasan pesisir utara hingga Jawa Tengah.
Bahkan, menurut Veldhuisen, Kerajaan Mataram yang terkenal dengan tradisi batik klasiknya
juga mewarisi tradisi batik Majapahit (1993).

Nilai kesejarahan batik Majapahit mendorong masyarakat Mojokerto sekarang, bekas wilayah
kerajaan Majaphit, mengembangkan kembali kekayaan Batik Majapahit. Dalam konteks
sekarang, Batik Majapahit dimaknai sebagai batik yang dibuat oleh para pengrajin batik di
daerah Mojokerto dan sekitarnya yang terinspirasi maupun mengolah kembali hasil peninggalan
seni budaya zaman Majapahit baik berujud visual, filosofi, maupun nilai-nilai budaya
(Setyawan, 2012).

Batik Majapahit menyimpan potensi yang luar biasa berupa kekayaan artistik dan kekayaan
historis-sosial-budaya di dalamnya. Potensi-potensi tersebut menawarkan nuansa berbeda dalam
estetis, ikonografis, simbolis, dan ke-khasan gaya visual Majapahit yang dapat diolah menjadi
motif batik. Kelebihan-kelebihan ini dipadukan dengan nilai sejarah Batik Majapahit akan
menjadi kekuatan desain yang bisa menjadi pembeda yang sangat kuat dalam batik. Produk
yang dihasilkannya pun tidak akan sekadar menjadi produk batik semata namun akan menjadi
fenomena kultural yang memperlihatkan berkelindannya tradisi, warna lokal, sejarah, dan
2
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
ARTEFAK TERAKOTA MAJAPAHIT SEBAGAI SUMBER IDE PENGEMBANGAN DESAIN BATIK MAJAPAHIT

kreativitas pengrajin batik. Jalinan struktur seperti ini pada gilirannya dapat diperluas dan
diperdalam dengan penciptaan-penciptaan baru. Potensi-potensi tersebut bisa menjadi modal
budaya dan menjadi genius loci atau keunggulan dari Batik Majapahit di era industri kreatif
sekarang ini.

Mempertimbangkan fakta-fakta di atas, penelitian Artefak Terakota Majapahit Sebagai Sumber


Ide Pengembangan Desain Batik Majapahit yang penulis lakukan selama 2 tahun (2012-2013)
dengan dibiyayai Dana BOPTN Universitas Sebelas Maret Surakarta menawarkan kerangka
pemikiran pengembangan desain Batik Majapahit dengan sumber ide artefak terakota
Majapahit. Pemilihan terakota Majapahit sebagai sumber ide karena melimpahnya jumlah
temuan terakota Majapahit dengan kwalitas estetis dan artistik yang mengagumkan. Kekayaan
artistik terakota Majapahit ini menjadi investasi modal intelektual. Hal tersebut jika dikelola
dengan baik akan menjadi basis penciptaan kreatif dimana ekspresi kreatif, demikian menurut
Smiers (2009), merupakan komoditas paling berharga di abad ke-21 ini. Dan, pengelolaan
eksprei artistik akan membuka ruang seluas-luasnya bagi perkembangan baru dan memelihara
apa yang telah diwariskan masa lalu. Perkembangan baru memiliki keindahan yang dapat
memberi inspirasi dan warisan masa lalu berkontribusi membentuk identitas perorangan dan
kolektif di masa sekarang (2009: 354).

Adapun tujuan penelitian sendiri adalah merealisasikan pengembangan desain Batik Majapahit
menjadi produk batik inovatif yang dapat menjembatani kekayaan artistik Majapahit dengan
konsep visualitas era sekarang. Tujuan khusus penelitian adalah: 1) Menawarkan dimensi baru
pengembangan desain Batik Majapahit dari segi visual, praktik-praktik estetik, dan proses
produksi. 2) Mengembangkan desain Batik Majapahit ke arah industri kreatif dengan
meningkatkan kualitas produk melalui pengembangan desain, material, fungsi, serta
perlindungan HKI yang berkait dengan Hak Cipta. 3) Menawarkan pengembangan sistem
produksi berbasis batik tradisi untuk lebih memberdayakan masyarakat agar mampu bersaing
dalam era global dan meningkatkan pendapatan pengrajin serta membentuk perluasan usaha.

B. METODOLOGI
Metodologi dalam penelitian ini metodologi penelitian kualitatif dalam bentuk riset aksi. Bentuk
aksi yang dilakukan adalah menciptakan model pengembangan desain Batik Majapahit. Untuk
sampai pada tahap pengembangan desain maka penelitian pada tahun pertama (2012)
memfokuskan pada kajian Batik Majapahit leawat pendekatan antropologi. Lewat kajian ini
berhasil merekam konteks sosio-kultural Batik Majapahit dan menelisik wacana di dalamnya.
Kajian ini berhasil menginventarisir potensi Batik Majapahit era sekarang dan rekaman
etnografis ini menjadi acuan mengembangkan desain Batik Majapahit yang sesuai dengan
konteks zaman sekarang.

Adapun di dalam pelaksanaannya menggunakan metode desain yang melewati tiga proses:
proses eksplorasi, proses ekstraksi, dan proses terminasi. Tiga proses tersebut dijabarkan dalam
empat langkah operasional: 1) proses analisis desain dan penetapan target perencanaan. 2)
proses analisis desain dan penyusunan konsep desain. 3) proses penjabaran konsep dan
visualisasi desain. 4) test produk. Lokasi penelitian di Trowulan dan di sentra Batik Majapahit
Mojokerto, Jawa Timur.

C. PEMBAHASAN
1. Terakota Majapahit
Kata terakota secara harafiah berarti cooked earth atau lebih tepat baked clay yang berarti
tanah liat bakar. Tanah liat bakar atau terakota merupakan bahan yang biasa dipakai untuk
3
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
ARTEFAK TERAKOTA MAJAPAHIT SEBAGAI SUMBER IDE PENGEMBANGAN DESAIN BATIK MAJAPAHIT

berbagai keperluan misalnya untuk bahan bangunan (genteng, bata), untuk wadah (kendi,
periuk), sebagai barang seni atau hiasan (arca, bandul kalung), dan untuk berbagai keperluan
lainnya seperti perlengkapan upacara, sebagai mainan dan lain-lain. Terakota merupakan suatu
kreasi manusia yang memadukan unsur-unsur alam: tanah, air, angin, dan api. Seperti yang
dikemukakan Nurhadi (2001) ide dan kreasi memadukan keempat unsur alam tersebut
merupakan sebuah inovasi yang bermula dari zaman neolitik dan mengalami perkembangan
setahap demi setahap dalam rentang waktu yang panjang.

Situs Trowulan yang dianggap sebagai kota Majapahit memiliki peninggalan ribuan terakota
dengan beragam jenis terakota yang tidak ditemukan pada situs-situs Hindu-Budha lainnya.
Jenis terakota yang terdapat di Trowulan terdiri atas unsur bangunan, alat-alat rumah tangga,
alat pertanian, alat produksi, celengan, dan anak timbangan. Unsur bangunan meliputi struktur
bangunan sakral dan profan, genteng, bubungan, ubin, selokan air, bata, umpak hiasan tiang,
dan hiasan atap. Alat-alat rumah tangga yang paling banyak ditemukan adalah tempayan,
buyung, jambangan, bak air, kendi, cepuk, buli-buli, periuk, tutup, tungku, kendil, kuali, anglo,
mangkuk, piring, lampu, pelita, hiasan rumah berbentuk miniatur, miniatur binatang, miniatur
manusia, vas bunga. Alat permainan meliputi gacuk dan kelereng, sedangkan alat produksi
berupa wadah pelebur logam dan cetakan (Nurhadi, 2001).

Terakota Trowulan yang kaya ragam tersebut dikaitkan dengan banyaknya bangsa asing yang
datang dan tinggal menetap di Majapahit seperti bangsa Cina, Arab, India, Kamboja, Annam,
Campa, dan Siam. Menurut Pojoh seperti yang dikutip Nurhadi (2001), telah terjadi kontak
antara orang-orang asing tersebut dengan masyarakat Majapahit. Terakota yang beragam dan
bervariasai itu merupakan suatu fenomena terjadinya difusi melalui proses akulturasi. Adanya
pengaruh asing terhadap terakota Trowulan dinyatakan pula oleh Muller (1978) bahwa
pengaruh Cina Utara banyak terlihat pada bentuk-bentuk wadah dan stempel, serta
pengekspresian arca bentuk manusia.

Terakota Majapahit dianggap sebagai puncak kreasi seni terakota nusantara. Pencapaian kreasi
dari terakota Majapahit terletak pada teknologi penggarapan dan penggarapan permukaan yang
menghasilkan variasi bentuk dan hiasan. Beragam kreasi memadukan ragam hias dengan
berbagai teknik penggarapan permukaan tersebut menghasilkan produk terakota yang kaya dan
rumit. Dalam hal ini terjadi perkembangan dengan memanipulasi bentuk dan menambahkan
sentuhan keindahan pada produk terakota. Bentuk dan langgam terakota yang awalnya
sederhana menjadi raya dan rumit desainnya. Hiasan-hiasan sederhana seperti meander, tumpal,
duri ikan, dan pola hias jala yang berasal dari masa prasejarah yang mempunyai makna simbolik
(semakin sederhana oranamennya, makin dalam arti kandungan simboliknya) digantikan ragam
ornamen rumit sehingga makna simboliknya menjadi kabur. Ornamentasi itu lebih mengarah
kepada pemuasan rasa keindahan semata.

Pengolahan ornamentasi ini memperlihatkan upaya intensifikasi produk terakota. Manipulasi


yang dilakukan pada saat pembubuhan hiasan pada tanah liat tidak hanya dilakukan dengan
teknik gores atau tera namun juga menggunakan teknik tempel (appliqu) yang membutuhkan
perlakuan lebih rumit seperti menyiapkan motif cetakan atau teknik tekan pada tepian. Terakota
akhirnya menjadi media untuk mengekspresikan seni baik ukir maupun patung.

Secara visual terakota Majapahit cenderung realistis, ekspresif, dan asimetris. Terakota
Majapahit juga bergaya sketsa yakni menjadi catatan artistik akan suatu peristiwa atau kejadian
dalam kehidupan sehari-hari, ekspresi suasana hati, mimpi, dan fantasi. Catatan itu kadang
berbentuk realis, kadang karikatural. Hal ini bisa dilihat pada terakota figur manusia yang
4
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
ARTEFAK TERAKOTA MAJAPAHIT SEBAGAI SUMBER IDE PENGEMBANGAN DESAIN BATIK MAJAPAHIT

memberi catatan bagaimana masyarakat Majapahit mencintai dan menikmati hidup. Hal tersebut
tampak dalam terakota figur laki- laki tampan atupun perempuan ramping dan cantik yang
secara keseluruhan tampil modis di mana terakota figur laki-laki digambarkan menggenakan
beragam topi, kalung, ikat pinggang, serta gelang tangan dan lengan. Sedangkan perempuannya
berdandan dengan berbagai selendang, sampur, stagen, beragam kalung dan anting, serta dengan
berbagai tata rambut.

Terakota Majapahit juga menggambarkan kehidupan masyarakat bawah, masyarakat


kebanyakan. Misalnya terakota yang menggambarkan sosok manusia duduk tertidur berselimut
sarung, petani memikul keranjang, dayang-dayang pembantu, perempuan sedang menggerus
jamu, dan figur perempuan atau ibu-ibu sedang menyusui, menggendong, atau memeluk
anaknya. Sisi hidup yang lain juga sering terekam dalam seni terakota adalah dunia hiburan
seperti terakota yang menggambarkan penari, sosok pesinden, dan para niaga yang sedang
memainkan alat-alat musik dari gambang hingga rabana. Gambaran-gambaran terakota tersebut
menunjukkan munculnya masyarakat kota yang mencintai kenikmatan hidup, makmur, dan
kosmopolitan pada masa Majapahit. Bagaimana kosmopolitannya masyarakat Majapahit
digambarkan lewat terakota yang tidak hanya mengabadikan manusia Jawa, melainkan juga
menggambarkan para pedagang asing seperti Arab (berdagang dupa), Cina (sutra dan keramik),
India (kain), dan Annam atau Vietnam (pring, mangkuk, cepuk). Terakota Majapahit juga
menampilkan bangsa asing lain seperti bangsa Portugis, tentara Tartar atau Mongol, dan budak
Koromandel.

Kendati lebih ke keduniawian, masyarakat Majapahit juga masih memperhatikan kedalaman


spiritual. Patung-patung figur pertapa dan gua-gua pertapaan juga muncul dalam terakota
Majapahit. Gua-gua pertapaan itu tampil dalam taferil lanskap yang realistis, sering pula hadir
dengan sangat imajinatif, misalnya gua dengan kepala gajah atau kala dengan badan singa, atau
gua yang dilingkupi lidah api.

Keistimewaan-keistimewaan terakota Majapahit di atas menjadi alasan utama memilih terakota


Majapahit sebagai sumber ide pengembangan desain batik Majapahit. Secara visual terakota
Majapahit mempunyai kekhasan yang tidak ditemui pada seni visual daerah lain. Kekhasan
tersebut muncul karena seni Majapahit lebih mengangkat unsur-unsur asli (lokal) dan profan,
sangat berbeda dengan seni Jawa Tengah yang masih kental aroma India-nya dan sakral.
Keberanian seni Majapahit mengangkat nilai lokal tampak gambaran figure-figur patung dewa
kepercayaan resmi kerajaan di mana sang dewa tidak lagi berwajah bangsa Arya, melainkan
berwajah manusia Jawa.

2. Konsep Pengembangan Desain Batik Majapahit


Konsep pengambangan desain batik Majapahit ini adalah bagaimana memanfaatkan warisan
budaya berupa artefak terakota Majapahit menjadi sumber pengembangan desain batik
Majapahit. Hasil dari pengembangan desain ini diarahkan menjadi produk baru yang inovatif
dengan mempertimbangkan kondisi aktual zaman sekarang. Arah pengembangan desain ini
diharapkan dapat menjembatani kekayaan artistik Majapahit masa lampau dengan konsep
maupun visualitas era sekarang. Konsep dasar tersebut akan melandasi proses kreatif agar
produk batik yang dihasilkan tidak sekedar lembaran kain yang diproduksi dengan teknik batik
dan dengan pertimbangan nilai estetis dan ekonomis semata. Namun, dibalik produk batik
tersebut, lewat tampilan motifnya, dapat mengkomunikasikan nilai-nilai sejarah dan budaya
warisan Majapahit. Nilai-nilai tersebut akan direpresentasikan lewat tampilan motif yang
berkarakter dan mempunyai ciri khas yang akan membedakan dengan motif batik dari daerah
lain (diferensiasi produk).
5
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
ARTEFAK TERAKOTA MAJAPAHIT SEBAGAI SUMBER IDE PENGEMBANGAN DESAIN BATIK MAJAPAHIT

Nilai sejarah dan kekhasan motif batik Majapahit menjadi poin penting di dalam arah
pengembangan produk batik. Pemikiran tersebut dilandasi fakta perkembangan arus arus
globalisasi yang telah mengancam norma-norma, aturan, kebiasaan, mendestabilisasi batas-
batas lama, serta merusak tradisi-tradisi yang telah mapan (Steger, 2002). Dalam konteks batik
tradisi, arus globalisasi telah mendorong batik menjadi komoditas, sebagai produk yang lebih
bernilai ekonomis. Yang berkembang kemudian adalah batik kehilangan makna asalinya karena
arus global dan kehidupan modern telah melunturkan unsur-unsur sakral-tradisi dalam tradisi
batik, batik menjadi sekadar ragam hias dengan teknik rintang warna.

Menyikapi perkembangan tersebut maka pengembangan desain batik Majapahit diarahkan atau
mempertimbangkan perkembangan industri kreatif. Langkah ini diambil mengingat tahun 2009
Kementrian Perindustrian dan Perdagangan mencanangkan Industri Kreatif sebagai bentuk
peningkatan daya saing bangsa Indonesia di kancah global. Batik menjadi salah satu bagian dari
industria kreatif yang memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan. Industria Kreatif
sendiri menempatkan kreativitas, inovasi, serta kekayaan budaya (nilai-nilai lokal) menjadi inti
peningkatan produktivitas ekonomi dan daya saing. Wujud dari industri kreatif mengembangkan
tiga pilar utama sebagai modal awal, yakni kreativitas sumber daya manusia, inovasi, dan
semangat kewirausahaan. Begitu pula di dalam output desain diarahkan terbuka dengan
perubahan dan mengikuti perkembangan selera masyarakat terhadap desain (tujuan akhir dari
pengembangan desain batik ini adalah bisa diterima publik atau pasar yang lebih luas). Desain
sekarang dituntut tidak hanya memenuhi nilai fungsional dan estetika, tetapi juga relevan
dengan gaya hidup masa kini (Dormer, 2008). Saat masyarakat sudah semakin terserap dalam
budaya global, produk-produk yang dibutuhkannya pun harus memenuhi semangat zaman.
Produk harus memenuhi beberapa nilai: simpel tapi artistik, fungsional tapi bermakna, dan
berkarakter atau mempunyai ciri khas yang kuat, unik, dan mempunyai relevansi dengan arus
budaya kontemporer.

3. Visualisasi Desain
Berdasarkan konsep pengembangan desain di atas, visualisasi desain akan mengadaptasi
bentuk-bantuk terakota figur bintang, detail-detail ornamen yang terdapat pada terakota
Majapahit, bentuk daun, dan detail-detail visual lainnya yang sesuai dengan desain dua
dimensional. Alasan mengadaptasi figure beinatang pada terakota Majapahit karena terakota
Majapahit kaya akan kreasi figur binatang. Figur binatang, baik binatang sehari-hari seperti
penyu, gajah, macan, kuda, kerbau, monyet, sapi, babi, kijang, kambing, anjing, ayam jago,
burung merpati, perkutut, dan merak maupun binatang mitologi seperti naga dan gajahmina
(kombinasi gajah dan ikan). Menurut Muller (1978) figur binatang pada terakota Majapahit
memperlihatkan tata ungkap rupa kelokalan yang kuat, tidak ada pengaruh dari luar dalam
bentuk maupun teknik.

Figur binatang yang diambil sebagai garapan motif adalah terakota Gajahmina dan terakota
Doro Parsi. Kedua figur binatang tersebut mempunyai karakter yang kuat, ciri khas tampilan
visual, dan mengandung cerita, folklore, dan mitos-mitos tertentu yang melatarbelakangi wujud
terakota tersebut. Seperti terakota Gajahmina yang wujudnya menggambarkan gabungan ikan
(badan) dengan gajah (kepala). Menilik wujud Gajahmina bisa dipastikan figur binatang ini
adalah binatang fantasi, makhluk laut yang sekilas mirip lumba-lumba. Di Jawa dan Bali
makhluk fantasi ini lebih dikenal sebagai ikan gajah. Penggambaran Gajahmina dengan mulut
terbuka dan dengan detail tubuh dihiasi ukiran ornamen berupa lung dan bunga sehingga
Gajahmina berhubungan dengan makara dalam ikonografi Hindu.
6
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
ARTEFAK TERAKOTA MAJAPAHIT SEBAGAI SUMBER IDE PENGEMBANGAN DESAIN BATIK MAJAPAHIT

Gambar 1. Terakota Gajahmina.


(Sumber: Soedarmadji J.H. Damais, 2012)

Gajahmina berhubungan dengan folklore atau cerita Sri Tanjung. Kisah ini berasal dari zaman
awal kerajaan Majapahit awal abad ke-13. Pendapat ini didasarkan atas bukti arkeologi, bahwa
selain dalam bentuk cerita, kisah Sri Tanjung juga diabadikan dalam bentuk relief yang terukir
di dinding Candi Panataran, Gapura Bajangratu, Candi Surawana, dan Candi Jabung. Cerita
tersebut mengisahkan perjalanan cinta Pangeran Sidapaksa dengan Sri Tanjung yang dihalang-
halangi oleh Sang Prabu Sulakrama yang juga menghendaki Sri Tanjung menjadi istrinya.
Untuk mencapai niatnya maka Sang Prabu memfitnah Sri Tanjung hingga Sri Tanjung dibunuh
oleh Sidapaksa. Dalam perjalanan ke alam roh (surga), Sri Tanjung menaiki ikan-gajah
menyeberangi sungai yang maha luas. Ikan-gajah inilah yang menjadi wujud terakota
Gajahmina. Seperti yang dicatat Damais (2012) beberapa versi terakota Gajahmina kadang
memperlihatkan Sri Tanjung duduk di punggung Gajahmina.

Sedang terakota Doro Parsi adalah terakota yang banyak dipakai sebagai hiasan bunbungan atap
enteng. Terakota untuk hiasan bunbungan atap enteng kebanyakan mengambil tema figur
burung. Hal ini dipercaya hiasan terakota burung tersebut akan menarik perhatian burung-
burung lain. Hiasan terakota ini kebanyakan menggambarkan burung merpati terutama merpati-
merak atau di Jawa lebih dikenal dengan nama Doro Parsi, yang terkenal dengan keindahan
bulu ekornya yang mengembang.

Gambar 2. Terakota Doro Parsi.


(Sumber: Soedarmadji J.H. Damais, 2012)
7
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
ARTEFAK TERAKOTA MAJAPAHIT SEBAGAI SUMBER IDE PENGEMBANGAN DESAIN BATIK MAJAPAHIT

Visual terakota yang lain yang diadaptasikan untuk pengembangan desain adalah cuplikan dari
detail-detail ragam hias yang terpampang pada terakota Majapahit. Ragam hias Majapahit
sendiri terkenal dengan lung-nya yang khas, ritmis, dan menampilkan kerumitan dalam
detailnya. Pengembangan desain ini juga mengadaptasi motif Surya Majapahit. Surya Majapahit
(Matahari Majapahit) merupakan simbol atau lambang yang banyak terdapat pada bangunan-
bangunan era Majapahit. Karena begitu banyaknya Surya Majapahit ini digunakan pada masa
Majapahit hingga para ahli arkeologi menduga bahwa Surya Majapahit berfungsi sebagai
lambang negara Majapahit. Bentuk paling umum dari Surya Majapahit terdiri dari gambar
sembilan dewa dan delapan berkas cahaya matahari. Lingkaran di tengah menampilkan
sembilan dewa Hindu Dewata Nawa Sanga. Dewa-dewa utama di bagian tengah ini diatur
dalam posisi delapan arah mata angin dan satu di tengah. Posisi Tengah adalah Siwa, Timur:
Iswara, Barat: Mahadewa, Utara: Wishnu, Selatan: Brahma, Timur laut: Sambhu, Barat laut:
Sangkara, Tenggara:Mahesora, Barat daya: Rudra.

Ide-ide visual dari terakota di atas akan divisualisasikan kedalam bentuk motif batik. Visualisasi
atau pembentukan rupa dalam proses desain ini menjadi proses yang penting karena dari proses
inilah akan terlihat bagaimana gambaran sesungguhnya wujud visual dari rencana
pengembangan desain yang dibuat (motif, corak, maupun ragam hias). Proses ini mengandalkan
kemampuan memindahkan (to transfer) proses pengolahan rupa yang semula masih berupa
gagasan menjadi sesuatu yang nyata, bisa dilihat. Merealisasikan rupa ke dalam bentuk yang
nyata dilakukan dengan cara menggambarkan dalam media dua dimensi, dalam sketsa awal.

Langkah pertama visualisasi adalah mereka sktesa karakter dari terakota. Sketsa karakter ini
untuk memecahkan persoalan bagaimana mengadaptasikan figur terakota (tiga dimensional)
menjadi gambar atau motif yang dua dimensional. Sketsa karakter dengan melakukan
penyederhanaan bentuk lewat wujud garis-garis (outline) yang dapat mewakili figur terakota.
Meski sederhana sketsa karakter masih mempertahankan gaya dekoratif yang telah memberi ciri
dalam seni nusantara di zaman silam, kaya akan rinci dan rumit. Sketsa karakter ini penting
karena nantinya akan digunakan untuk membentuk motif.

Gambar 3, 4. Sketsa awal mengolah karakter terakota Gajahmina (kiri) dan terakota
Doro Parsi (kanan) menjadi visual motif.
(Sumber: Setyawan, 2012)
8
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
ARTEFAK TERAKOTA MAJAPAHIT SEBAGAI SUMBER IDE PENGEMBANGAN DESAIN BATIK MAJAPAHIT

Langkah berikutnya adalah membuat sketsa desain yang memperlihatkan rencana, ide, gagasan,
dan eksplorasi visual yang akan dibuat. Sketsa desain ini (sebagai sarana rencana karya)
menjadi pembuka jalan untuk memasuki langkah-langkah proses kreatif berikutnya yakni
mengolah karakter motif ke dalam komposisi desain batik.

Pengembangan desain ini tidak meninggalkan konsep komposisi tradisi batik yang mengolah
keberaturan, pengulangan motif atau unsur motif, dan mengarahkan perhatian yang terpusat
pada gambar di permukaan kain. Komposisi tradisi dipertahankan agar desain yang tercipta
tidak terlalu jauh keluar dari karakter batik. Selain itu, komposisi tradisi dipilih untuk
mendapatkan irama tertentu agar tercipta kesan atau ilusi arah desain yang dibuat yakni kesan
gerak, dinamika, dan akan memberikan ilusi tentang adanya pandangan (view) dari arah dan
sudut tertentu. Komposisi tradisi juga menggambarkan keteraturan, stabilitas, kerapian, dan
ketenangan. Dengan komposisi tradisi, arah pengembangan desain batik tidak sekadar
menampilkan nuansa tradisi yang melandasi karya namun juga mengolah visual kekinian lewat
pengadaptasian figur terakota. Hasil dari pengembangan desain ini adalah terjalinnya gabungan
antara tradisi dengan modern, kemapanan tradisi dengan dinamika ide-ide individu yang lebih
personal, berbaurnya simbol-simbol masa silam dengan visual era sekarang.

Gambar 5. Sket Desain satu unit yang akan direpetisi


dalam pengulangan satu langkah.
(Sumber: Setyawan, 2012)

Teknik yang dipakai untuk mewujudkan karya adalah batik tulis. Secara teknik batik tulis
adalah salah satu teknik rintang warna dengan menggunakan media perintang berupa lilin atau
malam. Lilin atau malam ditorehkan atau digoreskan ke permukaan kain (dengan bantuan
canting) mengikuti pola, corak, maupun motif yang telah digambar sebelumnya. Goresan atau
garis-garis malam akan merintangi zat warna masuk atau meresap ke dalam kain sewaktu
pencelupan atau pencoletan warna. Pemalaman dengan menggunakan canting memiliki bentuk
goresan atau garis yang yang khas, ekspresif, dan lebih personal. Gambar atau motif yang
dihasilkanyapun lebih luwes karena dikerjakan secara manual dan setiap gambar atau motif
yang diulang (repeat) pada lembar kain yang sama tidak akan pernah sama bentuk dan
ukurannya. Inilah kekuatan dari batik tulis, setiap motif berbeda-beda kesannya sehingga
9
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
ARTEFAK TERAKOTA MAJAPAHIT SEBAGAI SUMBER IDE PENGEMBANGAN DESAIN BATIK MAJAPAHIT

menciptakan ilusi lebih kaya visual. Keunikan lain dari teknik batik tulis adalah motif bisa
dilihat atau dinikmati dari kedua sisi kain (warna tembus bolak-balik), lebih-lebih pada batik
tulis yang pencantingannya dilakukan pada kedua sisi permukaan kain.

Keunikan lain dari pengembangan desain batik ini adalah dasar atau latar pada desain digarap
dengan memanfaatkan efek batik remukan. Batik remukan ini akan membentuk pola-pola
remukan yang beragam berupa garis-garis ekspresif, bertabrakan, dan kadang menumpuk di
warna lain. Inilah keunikan dari teknik batik remukan, ketidakrapian garis dan efek remukan
menghasilkan kejutan visual (setelah proses pencelupan warna dan pelorodan) berupa grafisme
permukaan berujud pecahan-pecahan warna yang tidak teratur, bertabrakan, dan bercampur
dengan garis-garis ekspresif.

Untuk pewarnaan menggunakan zat warna sintetis (pewarna kimia) yakni zat warna jenis
Napthol, Indigosol, dan reaktif (Remazol). Ketiga zat warna ini sengaja digunakan untuk
membandingkan hasil yang paling sesuai dengan arah pengembangan desain. Ketiga zat warna
ini menghasilkan karakter warna yang berbeda dan membutuhkan proses pengerjaan yang
berbeda pula. Warna yang dipakai dalam pengembangan desain ini mengarah warna-warna
terakota dipadukan dengan warna-warna lain. Warna-warna tersebut selain digunakan untuk
mengisi bidang, membentuk gambar dan garis, juga memunculkan efek warna lain sebagai hasil
dari pencampuran warna dan efek dari goresan-goresan malam dan pecahan batik remukan.

Material kain yang digunakan dalam pengembangan desain menggunakan katun Primis. Kain
ini dipilih karena katun primis adalah jenis mori kualitas paling tinggi dengan nomer benang Ne
70 hingga 80s dan tetal pakan dan lungsi di atas 100 (119 x 107). Artinya benang lungsi (yang
membujur kearah panjang kain) jumlahnya 119 benang setiap inchi, sedang benang pakan (yang
melintang kearah lebar kain) jumlahnya 107 benang setiap inchi. Alasan lain menggunakan
katun primis adalah kain ini sudah disertai proses penyempurnaan sehingga sudah siap langsung
untuk proses pembatikan atau pencantingan.

4. Hasil Pengembangan Desain Batik Majapahit dengan Sumber Ide Artefak Terakota
Majapahit
Meskipun karya ini dipersiapkan untuk kerja manual (batik tulis), namun untuk eksekusi desain
viusal (artwork) membutuhkan campur tangan komputer. Penggunaan komputer untuk
mendesain disamping menghemat waktu serta tenaga, juga komputer dapat memberi gambaran
menyeluruh proses pengolahan desain. Sebab, sekali gambar-gambar yang akan diolah diindrai
secara elektronik menjadi data digital yang disimpan dalam memori komputer maka gambar
tersebut menjadi bagian dari sistem pengolahan gambar yang aktif dan berkelanjutan. Gambar
tersebut dapat dikoreksi kesalahannya, diputar, digeser, dirubah ukurannya, dan dipadukan
dengan gambar lain. Di dalam pengolahan desain, komputer berperan dari perencanaan
komposisi, warna, motif, alternatif-alternatif pengulangan motif, menampilkan outline motif
keseluruhan yang akan diblat di atas kain, sampai penghalusan artwork yang tidak bisa
dikerjakan secara manual.

Kerja komputer tidak saja mengubah materi desain dari permukaan gambar konkret menjadi
kode-kode digital, komputer juga menghasilkan rentetan proses yang akan dilakukan dalam
proses produksi menjadi lebih kelihatan, lebih nyata, dan dapat meminimalisir kesalahan dalam
proses produksi. Yang menjadi catatan, meski lewat pengolahan komputer namun
pengembangan desain batik ini tetap mempertahankan sensibilitas dan citarasa batik dalam
artwork-nya. Karakter batik dari garis, cecek, isen, efek warna, dan efek remukan ditampilkan
dalam desain visualnya. Hal ini untuk memberi gambaran awal rencana visual batik yang akan
10
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
ARTEFAK TERAKOTA MAJAPAHIT SEBAGAI SUMBER IDE PENGEMBANGAN DESAIN BATIK MAJAPAHIT

dikerjakan sehingga produk batik yang akan dibuat sesuai dengan gambaran desain ini.
Gambaran awal lewat desain ini juga untuk meminimalisir kesalahan dalam proses produksi.
Seperti diketahui proses produksi batik tulis memerlukan beberapa kali proses kerja, jika ada
kesalahan akan menganggu proses berikutnya.

Desain motif batik hasil dari pengembangan desain sebagai berikut:

Gambar 5, 6. Batik Gajahmina Doro Parsi dengan teknik Batik Tulis


(kiri) dan Batik Doro Parsi dengan teknik Batik Tulis (kanan).
(Sumber: Setyawan, 2012)

Gambar 7. Batik Gajahmina dengan teknik Batik Tulis.


(Sumber: Setyawan, 2012)
11
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
ARTEFAK TERAKOTA MAJAPAHIT SEBAGAI SUMBER IDE PENGEMBANGAN DESAIN BATIK MAJAPAHIT

D. SIMPULAN
Pertama, pemilihan terakota Majapahit sebagai sumber ide pengembangan desain karena
terakota Majapahit dianggap sebagai puncak kreasi seni terakota nusantara baik dari segi
teknologi penggarapan, wujud, artistik, dan terakota Majapahit menyiratkan ekspresi seni yang
tinggi. Potensi artistik dan keberadaannya sebagai warisan yang menghubungkan dengan
peradaban Majapahit inilah yang dimanfaatkan sebagai konsep pengembangan desain batik
Majapahit. Kedua, hasil pengembangan desain berupa artwok desain dan produk batik dengan
mengolah warna lokal dari terakota Majapahit, tradisi batik tulis, nilai kesejarahan Majapahit,
dan kreativitas. Perwujudan produk batik dibuat untuk menjembatani kekayaan artistik
Majapahit masa lampau dengan konsep dan visualitas era sekarang. Dan, produk yang
dihasilkan dari proyek pengembangan desain ini bisa menjadi pembuka jalan bagi inovasi
produk lain oleh para pengrajin Batik Majapahit.

UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
membiayai penelitian, Felix Ari Dartono dan Sujadi R. Hidayat (rekan peneliti), Aris Soviyani
(Arkeolog dan juga kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Timur), Mas
Pri (Budayawan dan penggiat seni Trowulan), dan para pengrajin Batik Majapahit di Trowulan
dan Mojokerto.

DAFTAR PUSTAKA
Damais, Soedarmadji J.H. (2012). Majapahit Terracotta. Jakarta: BAB Publishing Indonesia.
Dormer, Peter. (2008). Makna Desain Modern: Budaya Material, Konsumerisme, (Peng) Gaya
(an) (edisi terjemahan oleh Alfathri Adlin). Yogyakarta: Jalasutra.
Holt, Claire. (2000). Melacak Jejak Perkembangan Seni Di Indonesia (edisi terjemahan oleh
Prof. Dr. R.M. Soedarsono). Bandung: MSPI (Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia).
Muller, H.R.A. (1978). Javanese Terracottas. Lochem Netherlands: Uitgeversmaatschappij De
Tijdstroom B.V.
Nurhadi Rangkuti. (2001). Terakota Masa Sejarah Di Indonesia Fungsi dan Teknologinya
dalam Kajian Ilmiah: Wawasan Seni dan Teknologi Terakota Indonesia. Jakarta:
Museum Nasional.
Smiers, Joost. (2009). Arts Under Pressure: Memperjuangkan Keanekaragaman Budaya di Era
Globalisasi (edis terjemahan oleh Umi Haryati). Yogyakarta: Insist Press.
Steger, Manfred B. (2002). Globalisme: Bangkitnya Ideologi Pasar (edisi terjemahan oleh Heru
Prasetia). Jogjakarta: Lafadi Pustaka.
Veldhuisen, Harmen C. (1993). Batik Belanda 1840-1940; Pengaruh Belanda pada Batik dari
Jawa: Sejarah dan Kisah di sekitarnya (edisi terjemahan oleh Agus Setiadi). Jakarta:
Gaya Favorit Press.
Wiyoso Yudoseputro. (2008). Jejak-Jejak Tradisi Bahasa Rupa Indonesia Lama. Jakarta:
Yayasan Seni Visual Indonesia.
DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KUPANG SEBAGAI
RINTISAN USAHA IBU PKK DESA BLURU KIDUL SIDOARJO

Mochammad Farid, Putri Wulanditya, Titis Puspitaningrum D.K


STIE Perbanas Surabaya, Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya
E-mail: putri@perbanas.ac.id

ABSTRAK
Desa atau Kelurahan Bluru Kidul berada dalam wilayah Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Sidoarjo. Desa
Bluru Kidul terletak kurang lebih 3 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Sidoarjo, sedangkan jarak dari
Kabupaten ke Kecamatan kurang lebih 2 km. Kupang merupakan makanan khas Sidoarjo, tetapi
masyarakat hanya mengenal kupang sebagai makanan siap saji berupa lontong kupang. Sejak akhir tahun
2013, Ketua PKK Desa Bluru Kidul mencanangkan program kreasi makanan olahan kupang. Ibu PKK
Dasawisma 4 dari wilayah RT 4 dan ibu PKK dari RT 6 terpilih menjadi mitra dalam kegiatan
pengabdian ini. Program kegiatan masyarakat bertujuan membangkitkan kembali kupang sebagai salah
satu icon dari Kabupaten Sidoarjo. Kupang tidak hanya diolah saja, tetapi dapat menambah sumber
penghasilan keluarga. Sehingga ibu-ibu tertarik untuk menjadi wirausaha baru dengan variasi produk
berbahan dasar kupang yang beragam. Metode yang digunakan antara lain diskusi dengan nelayan
kupang, kunjungan ke tempat pengolahan kupang, pelatihan product knowledge tentang kupang, pelatihan
entrepreneurship, workshop dan pendampingan proses pembuatan hingga pengemasan produk, sampai
dengan pembuatan media pemasaran produk. Hasil dari kegiatan ini menghasilkan (1) peningkatan
product knowledge tentang jenis, kandungan gizi, daur hidup, hingga cara memilih kupang sebagai bahan
makanan, (2) diversifikasi produk olahan kupang, yaitu krupuk kupang, bakso kupang, siomay kupang,
dan nugget kupang dan (3) terbentuknya 3 wirausaha baru di sektor industri rumahan. Kesimpulan bahwa
kupang dapat dijadikan produk olahan makanan yang bervariasi, namun dalam pengolahannya harus
berhati-hati karena terdapat zat alergenik dan aroma yang khas dari kupang. Sehingga masih banyak
orang yang khawatir dalam mengkonsumsi kupang.

Kata kunci: Kupang, diversifikasi produk, makanan olahan.

ABSTRACT
Desa Bluru Kidul located in the subdistrict of Kabupaten Sidoarjo. Desa Bluru Kidul located
approximately 3 km from the center of Sidoarjo regency government, while the distance from the District
approximately 2 km. Kupang is a typical food Sidoarjo, but the public only know kupang as prepared
foods such as lontong kupang. Since the end of 2013, Head of PKK Desa Bluru Kidul launched a
program creation kupang processed foods. PKK dasawisma 4 of RT 4 and PKK from RT 6 chosen to be a
partner in these activities. Program of these activities aimed at reviving kupang as one of the icons of
Sidoarjo. Kupang is not only treated, but can add a source of family income. So that womans are
interested in becoming new entrepreneurs with variations based products kupang diverse. Methods used
include discussions with kupang fisherman, a visit to a mussel processing, training product knowledge
about mussel, entrepreneurship training, workshops and mentoring process to manufacture packaging
products, to make product marketing media. Results of these activities resulted in (1) increasing product
knowledge about the types, nutritional value, lifecycle, to how to choose the kupang as a food ingredient,
(2) the diversification of processed products kupang, namely krupuk kupang, bakso kupang, siomay
kupang, and nuggets kupang and (3) the formation of three new entrepreneurs in the cottage industry
sector. The conclusion that kupang can be used as processed food products are varied, but the processing
must be careful because there are allergenic substances and flavor of kupang. So many people still
worries in consuming kupang.

Keywords: Kupang, diversification of products, processed food.


13
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KUPANG SEBAGAI RINTISAN USAHA IBU PKK DESA BLURU KIDUL SIDOARJO

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desa atau Kelurahan Bluru Kidul berada dalam wilayah Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten
Sidoarjo. Desa Bluru Kidul terletak kurang lebih 3 km dari pusat pemerintahan Kabupaten
Sidoarjo, sedangkan jarak dari Kabupaten ke Kecamatan kurang lebih 2 km. mayoritas
penduduk Desa Bluru Kidul memiliki latar belakang pendidikan SMU dengan mata pencaharian
terbanyak di bidang swasta dan kecenderungan lebih menyukai untuk berwirausaha. Di
pinggiran pantai Sidoarjo, banyak ditemukan hewan laut sejenis kerang atau tiram yang biasa
disebut dengan kupang. Kupang dengan nama latin Corbula Faba memiliki cita rasa manis dan
gurih. Ukuran kupang 3-5 mm berwarna coklat agak pucat dan akan menghitam bagian
kepalanya setelah selesai dimasak (Sukim Prayitno dan Tri Susanto, 2008). Warga Desa Bluru
Kidul dapat memperoleh kupang dengan mudah, yaitu (1) di pasar ikan yang berjarak hanya 1
km atau (2) dapat ditemui di Desa Tenggulunan, Kecamatan Candi yang berjarak kurang lebih
5 km dengan waktu 10 menit. Pada tempat-tempat tersebut, menjual kupang yang siap diolah
dengan harga Rp5.000 perkilogramnya.

Kupang merupakan makanan khas Sidoarjo, tetapi masyarakat hanya mengenal kupang sebagai
makanan siap saji berupa lontong kupang. Sejak akhir tahun 2013, Ketua PKK Desa Bluru
Kidul mencanangkan program kreasi makanan olahan kupang. Program tersebut bertujuan
membangkitkan kembali kupang sebagai salah satu icon dari Kabupaten Sidoarjo. Peluang
usaha produk olahan kupang diidentifikasi sebagai berikut, Pertama, bahan baku kupang mudah
diperoleh dan harganya sangat terjangkau. Kedua, baru ada satu desa yang menghasilkan produk
olahan kupang yaitu Desa Tenggulunan, Kecamatan Candi. Ketiga, kreasi kupang yang ada saat
ini masih dominan pada lontong kupang, belum ada diversifikasi produk berbahan dasar
kupang. Keempat, banyak toko yang menjual makanan khas Sidoarjo yang dapat dijadikan
tempat pemasaran yang sangat menjanjikan.

Dalam rangka kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) tahun 2015 yang didanai oleh Kementrian
Pendidikan Nasional, dipilihlah 2 mitra yaitu ibu-ibu PKK Dasawisma 4 dari wilayah RT 4 dan
ibu-ibu PKK RT 6.

Tujuan
Berdasarkan diskusi dengan kedua kelompok masyarakat tersebut, maka program program
pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan product knowledge tentang kupang
2. Menciptakan kreatifitas menghasilkan produk olahan kupang
3. Menjadikan wirausaha di sektor industri rumahan

Tinjauan Pustaka
Kupang segar sebenarnya mengandung gizi yang cukup banyak, terutama protein. Sukim
Prayitno dan Tri Susanto (2008) mengungkapkan bahwa komponen gizi yang terkandung dalam
daging kupang meliputi kadar air 75,70%, kadar abu 3,09%, kadar protein 10,85%, kadar lemak
2,68%, dan kadar karbohidrat 1,02%. Kupang juga memiliki sumber asam amino esensial yang
baik. Banyak gizi yang terkandung dalam kupang, tetapi bagi sebagian orang, kupang juga dapat
menimbulkan reaksi alergi. Karena masakan kupang termasuk seafood yang memiliki
kandungan protein yang cukup tinggi. Reaksi alergi ini dapat dicegah dengan proses pemasakan
(pemanasan) yang dapat menghancurkan alergen utama yang ada dalam hidangan laut ini.
Faktor kebersihan selama pengolahan juga menjadi hal yang penting.
14
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KUPANG SEBAGAI RINTISAN USAHA IBU PKK DESA BLURU KIDUL SIDOARJO

Pengetahuan akan suatu produk menjadi sangat penting. Product knowledge adalah pengetahuan
menyangkut jenis, penggunaan, manfaat, content, segmen pasar yang ditargetkan dari produk
atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Peter (2010) mengatakan empat hal yang terkandung
dalam product knowledge yaitu: (1) Atribut produk adalah segala aspek fisik dari suatu produk/
jasa yang dapat dilihat atau dirasakan. (2) Manfaat fisik adalah dampak yang langsung dapat
dirasakan ketika berinteraksi dengan produk/ jasa yang digunakan. (3) Manfaat psikologis
adalah dampak sosial yang diperoleh konsumen ketika berinteraksi dengan suatu produk/ jasa.
(4) Nilai-nilai yang diperoleh setelah konsumen menggunakan produk/ jasa.

B. METODOLOGI
Pelaksanaan program ini melalui metode diskusi dengan ibu-ibu PKK RT 6 dan Dasawisma 4
dari RT 4, sharing knowledge dengan memberikan pelatihan-pelatihan tentang kupang dan
berbagai macam produk olahannya, juga pelatihan tentang entrepreneurship, mengajak ibu-ibu
kunjungan ke tempat penangkapan kupang, melakukan workshop kreatifitas menciptakan
makanan olahan seperti nugget, bakso, siomay, dan krupuk dengan bahan dasar kupang, dan
melakukan pendampingan kepada PKK tersebut hingga menghasilkan produk dari kupang dan
mampu dipasarkan di lingkungan sekitar.

Metode pelaksanaan kegiatan IbM disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Permasalahan, Target, Kegiatan dan Luaran


Aspek Permasalahan Target Rencana kegiatan Luaran
Kegiatan
Peningkatan
a. Diskusi dengan nelayan pengetahuan
Ibu-ibu PKK
Tidak memiliki kupang tentang jenis,
dapat memiliki
product b. Kunjungan ke tempat kandungan gizi,
Produksi product
knowledge tentang pengolahan kupang daur hidup, hingga
knowledge tentang
kupang c. Pelatihan product knowledge cara memilih
kupang
tentang kupang kupang sebagai
bahan makanan
Ibu-ibu PKK
Keterbatasan
dapat a. Workshop pembuatan
kreatifitas Diversifikasi
menghasilkan produk dari kupang
Produksi menghasilkan produk olahan
diversifikasi b. Workshop pengemasan
produk olahan kupang
produk olahan produk
kupang
kupang
a. Pelatihan enterpreneurship
Rendahnya Ibu-ibu PKK
b. Pendampingan pembuatan Terbentuknya
kemampuan dapat menjadi
sampai dengan pengemasan wirausaha baru di
Manajemen menjadi wirausaha wirausaha baru di
produk sektor industri
di sektor industri sektor industri
c. Pendampingan pemasaran rumahan
rumahan rumahan
produk

Seluruh rencana kegiatan ini tidak dapat berjalan lancar tanpa dukungan dan partisipasi
masyarakat, khususnya ibu-ibu di lingkungan RT 6 dan ibu-ibu di lingkungan Dasawisma 4 dari
RT 4 yang berada dalam wilayah Desa Bluru Kidul, Kabupaten Sidoarjo. Partisipasi aktif yang
diberikan antara lain berupa :
1. Kesediaan melakukan diskusi dengan baik bersama tim pelaksana IbM terkait dengan
pelatihan-pelatihan baik yang dilaksanakan di lingkungan tersebut ataupun yang
diselenggarakan diluar.
2. Menyediakan sarana dan prasarana (fasilitas) yang akan digunakan untuk diskusi,
pelatihan, dan pendampingan.
15
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KUPANG SEBAGAI RINTISAN USAHA IBU PKK DESA BLURU KIDUL SIDOARJO

3. Kesediaan mengikuti kegiatan hingga selesai dan bersedia menerapkan hasil program ini
sebagai kebermanfaatan dalam kehidupan bermasyarakat.

Guna mewujudkan ide alternatif permasalahan yang dihadapi oleh ibu-ibu PKK RT 6 dan
Dasawisma 4 dari RT 4, langkah-langkah yang akan dilakukan oleh tim tampak pada gambar
berikut ini :

a. Diskusi dengan
nelayan kupang Peningkatan
b. Kunjungan ke tempat pengetahuan
Ibu-ibu PKK dapat tentang jenis,
pengolahan kupang memiliki product
c. Pelatihan product kandungan
knowledge tentang gizi, daur
knowledge tentang kupang
kupang hidup, hingga
cara memilih
a. Workshop kupang
pembuatan frozen sebagai bahan
food dari kupang makanan
Ibu-ibu PKK dapat
b. Workshop
menghasilkan Diversifikasi
pengemasan frozen
diversifikasi produk produk olahan
food
olahan kupang kupang
a. Pelatihan
entrepreneurship
b. Pendampingan Ibu-ibu PKK dapat Terbentuknya
pembuatan sampai menjadi wirausaha baru wirausaha
dengan pengemasan di sektor industri baru di sektor
produk rumahan industri
c. Pendampingan rumahan
pemasaran produk

Gambar 1: Prosedur Kerja Program

Kualifikasi tim pelaksana pengabdian masyarakat, yaitu Ketua tim (Mochammad Farid
kepakaran dalam manajemen operasional dan pemasaran bertugas dalam mendampingi proses
produksi dan pemasaran, Anggota (Putri Wulanditya) berpengalaman dalam bidang
kewirausahaan sehingga bertugas dalam memberikan pelatihan atau moderator pada workshop-
workshop entrepreneurship, terutama memotivasi dalam pendampingan agar terbentuk
wirausaha baru, Anggota (Titis Puspitaningrum) memiliki pengalaman dalam pengabdian
masyarakat sehingga bertugas membagi pengalaman tentang pengetahuan produk, pengemasan,
hingga pemasaran produk.

C. PEMBAHASAN
Pelaksanaan kegiatan Ibu PKK Desa Bluru Kidul Sidoarjo diversifikasi produk olahan kupang,
ini dimulai pada bulan Maret dengan melakukan koordinasi awal tim secara internal maupun
dengan ibu-ibu PKK untuk merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan selama
program ini berlangsung. Beberapa kegiatan yang telah diselenggarakan mulai bulan April
sampai dengan akhir bulan Desember 2015 adalah sebagai berikut :

1. Diskusi dengan nelayan kupang


Daerah penangkapan kerang kupang yang terdekat dengan lokasi mitra adalah Desa
Balongdowo, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo. Hasil diskusi dengan Bapak Danu bahwa
terdapat 80 orang nelayan yang menangkap kerang kupang. Tempat penangkapan bervariasi
yaitu pinggiran laut Sidoarjo, pantai Kenjeran Surabaya, hingga ke perairan daerah Sedayu
16
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KUPANG SEBAGAI RINTISAN USAHA IBU PKK DESA BLURU KIDUL SIDOARJO

Gresik. Para nelayan tidak setiap hari melakukan pencarian kerang kupang, tetapi dilakukan
minimal seminggu sekali dengan membawa hasil yang banyak. Hasil penangkapan tersebut
yang dimanfaatkan oleh pengolah kupang untuk dibersihkan terlebih dahulu. Kelompok yang
memproses kerang kupang ada bagian masing-masing, terdiri dari penangkap (nelayan),
pembersih, dan pengolah. Kerang yang diperoleh nelayan Desa Balongdowo berjenis kupang
putih dan kupang merah. Penjualan kerang kupang dengan ukuran takar maupun sak (14 takar).
Harga kupang putih per takar Rp5.000 dan kupang merah Rp6.000 sedangkan harga per sak
untuk kupang putih Rp24.000 dan kupang merah Rp27.500. Kulitnya dapat dijual seharga
Rp3.000 sak. Tidak hanya kupangnya saja yang dapat dimanfaatkan, kulit kerang kupang dapat
digunakan untuk pakan ternak (bebek) serta kaldu kupang juga dapat diolah menjadi petis.

2. Kunjungan ke pengolahan kupang


Kegiatan kunjungan ke tempat penangkapan dan pengolahan kupang dilakukan oleh tim di
daerah pantai kenjeran Surabaya. Informasi yang diperoleh dari Ibu Marsiya sebagai nelayan
penangkap kupang sekaligus membersihkan hingga mengolah kupang sendiri menjadi kerupuk
kupang. Adapun tahapan atau proses pengolahan kupang disajikan berikut ini :

Gambar 2: Tahap Pengolahan Kupang

3. Workshop pembuatan bakso kupang


Workshop pengolahan kupang menjadi produk olahan makanan dilaksanakan pertama kali pada
hari minggu 31 Mei 2015. Dari workshop tersebut diperoleh hasil berupa bakso dan siomay
yang berbahan dasar kupang. Hasil uji coba beberapa adonan menunjukkan yang paling layak
untuk dikonsumsi adalah adonan bakso biasa dengan variasi kupang sebagai isinya. Alasannya
yaitu untuk resep kupang yang dihaluskan dan dicampurkan sebagai adonan, jika disimpan
dalam lemari es dalam jangka waktu lama akan berubah warna menjadi kehitaman. Untuk
siomay dengan isi adonan kupang tetap harus dicampur dengan sedikit daging sapi dan parutan
wortel.

4. Pelatihan product knowledge kupang


Pelatihan ini bertujuan agar ibu-ibu PKK dapat memiliki product knowledge tentang kupang.
Metode yang digunakan berupa information sharing yaitu hasil dari penelusuran informasi
lapangan dari kegiatan diskusi dengan nelayan kerang kupang maupun dengan pengolah kupang
yang telah dilakukan sebelumnya, serta hasil penelusuran informasi dari data-data tentang
kandungan gizi kupang di buku atau internet. Setelah information sharing, kemudian dilakukan
diskusi tentang beberapa persoalan yang ingin ditanyakan oleh peserta pelatihan seputar kupang.
Misalnya, bagaimana menghilangkan racun dari kupang, karena kerang termasuk dalam jenis
hewan yang hidup di laut dan dapat memicu alergi. Solusinya, sebelum diolah harus direbus
beberapa kali dengan air kelapa (degan) dan ketika mengkonsumsi makanan olahan kupang
sebaiknya juga diimbangi dengan minum air kelapa. Sehingga dari pelatihan ini luaran
pertama dapat tercapai, yaitu peningkatan pengetahuan tentang jenis, kandungan gizi,
daur hidup, hingga cara memilih kupang sebagai bahan makanan.
17
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KUPANG SEBAGAI RINTISAN USAHA IBU PKK DESA BLURU KIDUL SIDOARJO

Kupang putih Kupang putih Kupang putih


Gambar 3: Jenis Kerang Kupang di Sidoarjo-Surabaya

Pelatihan kewirausahaan
Pentingnya memupuk jiwa kewirausahaan dilakukan untuk membentuk minat para ibu-ibu PKK
dalam menciptakan lapangan pekerjaan sendiri di rumah. Narasumber didatangkan dari Bidang
Ekonomi dan Sumberdaya Alam BAPPEDA dan pengusaha muda dari UD. Rajabon. Dari
pelatihan kewirausahaan ini diharapkan ibu-ibu dapat mengetahui apa saja yang harus
dipersiapkan untuk memulai usaha, cara mengemas produk menjadi lebih menarik, cara
memasarkan produk, sampai dengan mempertahankan kelangsungan usaha.

Gambar 4: Pelatihan Kewirausahaan dan Workshop Pengolahan Kerupuk Kupang

5. Workshop pengolahan krupuk kupang


Salah satu diversifikasi produk olahan kupang yaitu dalam bentuk kerupuk. Hasil dari
penelusuran informasi di pantai kenjeran Surabaya, Ibu Marsiya diminta untuk menjadi
narasumber dalam workshop pengolahan kerupuk kupang. Ibu-ibu PKK dilatih mengolah mulai
dari mencampur bahan baku berupa tepung kanji, kaldu kupang, kupang dan bawang putih yang
telah dihaluskan, garam, serta penyedap rasa. Setelah itu, dioleni hingga membentuk adonan
kupang lontongan. Adonan tersebut dipotong dengan pisau dengan cara manual, sehingga
tingkat ketebalannya belum sama. Potongan kerupuk tadi dijemur, kemudian digoreng dengan
api sedang. Keunggulan kerupuk kupang jenis ini adalah kupangnya lebih terasa karena kupang
18
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KUPANG SEBAGAI RINTISAN USAHA IBU PKK DESA BLURU KIDUL SIDOARJO

dihaluskan dan dicampur kedalam adonan. Dibandingkan dengan kerupuk kupang yang selama
ini dikenal berwarna putih dan kupangnya hanya ditaburkan saja.

6. Pendampingan pembuatan produk berbahan kupang


Setelah terlaksananya beberapa kegiatan pelatihan kewirausahaan dan workshop pembuatan
produk berbahan dasar kupang, terdapat 3 orang Ibu PKK yang berminat untuk menjalankan
proses produksi yaitu Ibu Sri Astuti yang memproduksi nugget kupang, Ibu Wantini yang
memproduksi krupuk kupang, dan Ibu Ernik Erawati yang memproduksi bakso/siomay kupang.
Kegiatan proses produksi juga didampingi oleh Tim IbM secara bergantian dan dilakukan secara
rutin seminggu sekali. Pendampingan dilakukan dengan tujuan mengetahui serta membantu
proses produksi secara langsung, sekaligus memotivasi Ibu-ibu untuk memulai usaha tersebut
agar kedepannya benar-benar dapat menghasilkan income dan menjadikan produk olahan
kupang ini sebagai bisnis yang produktif.

Gambar 5: Pendampingan Tim IbM pada Ibu PKK

Berikut salah satu tahapan dalam pengolahan makanan berbahan dasar kupang yaitu nugget
kupang : (1) kupang yang sebelumnya sudah direbus dengan air degan/kelapa muda dicampur
dengan bawang putih halus, telur, tepung panir/roti, garam, gula, dan lada; (2) adonan yang
sudah dicampur, dicetak dalam baskom berbentuk kotak untuk dilakukan proses pengukusan
selama 15 menit; (3) setelah dikukus adonan dipotong-potong dalam bentuk kotak, masing-
masing adonan yang sudah dipotong, digulung pada telur yang sudah dikocok lalu digulung ke
tepung roti; (4) nugget kupang yang sudah jadi sebelum dikemas ditimbang berat bersihnya
terlebih dahulu; dan (5) nugget kupang dimasukkan dalam plastik tebal yang ditutup dengan
sealer manual maupun sealer vacuum, per kemasan dapat diisi 10-11 nugget dengan berat bersih
250 gram.

Gambar 6: Proses Pembuatan Nugget Kupang


19
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KUPANG SEBAGAI RINTISAN USAHA IBU PKK DESA BLURU KIDUL SIDOARJO

7. Penyerahan peralatan guna membantu mitra


Bantuan berupa alat produksi, pengemasan, maupun penyimpanan produk telah dilaksanakan
pada masing-masing mitra (Ibu PKK) yang berniat untuk menjalankan usaha. Ibu Sri Astuti
yang memproduksi nugget kupang memperoleh alat pengemasan yaitu household vacuum
sealer. Ibu Wantini yang memproduksi krupuk kupang memperoleh impulse (manual) sealer
untuk mengemas krupuk serta alat pemotong adonan krupuk lontongan, agar adonan krupuk
yang tadinya hasil potongan tidak beraturan menjadi lebih rapi. Ibu Ernik Erawati yang
memproduksi bakso/siomay kupang memperoleh cooler box untuk menyimpan hasil olahan
bakso/siomay kupang. Pembelian dan penyerahan alat sudah sesuai dengan kebutuhan masing-
masing mitra.

8. Workshop pengemasan produk


Pelatihan ini diberikan oleh Ibu Titis Puspitaningrum, karena beliau yang mencarikan alat
pengemasan sekaligus telah memperoleh instruksi dan uji coba alat dari tempat penjual alat
tersebut untuk ditularkan atau diajarkan kembali kepada Ibu-ibu PKK. Workshop ini dibutuhkan
oleh Ibu-ibu yang telah selesai menjalankan proses produksi untuk mulai mengemas dengan
benar hasil produksinya. Pengemasan merupakan hal yang sangat penting, karena kualitas
produk akan terjaga salah satunya melalui proses pengemasan.

Gambar 7: Hasil Pengemasan Produk Kupang

9. Pembuatan logo produk dan website pemasaran


Produk yang telah selesai diproduksi dan dikemas dengan baik, tanpa desain logo produk yang
menarik, akan menjadi produk yang kurang menjual atau tidak memiliki nilai tambah. Ibu-ibu
tidak memiliki kemampuan untuk mendesain logo produk. Maka tim IbM membantu
mendesainkan produk dengan bantuan mahasiswa, kemudian dicetak dalam bentuk stiker.
Karena produk yang dihasilkan akan disimpan dalam lemari es atau cooler box, maka
dibutuhkan stiker tahan air jenis glossy. Selain desain logo produk, tim IbM juga membantu
pemasaran produk melalui online-system dengan membuatkan website. Sehingga wilayah
pemasaran produk dapat meluas dan diversifikasi produk kupang dapat dikenal oleh masyarakat
umum. Berikut tampilan website pemasaran produk kupang yang beralamat pada situs
http://kupangblukid.perbanas.ac.id.
20
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
DIVERSIFIKASI PRODUK OLAHAN KUPANG SEBAGAI RINTISAN USAHA IBU PKK DESA BLURU KIDUL SIDOARJO

Gambar 8: Tampilan Website Pemasaran Produk Kupang

D. SIMPULAN
Berdasarkan beberapa kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dilakukan untuk ibu-ibu PKK
Desa Bluru Kidul Sidoarjo khususnya ibu-ibu PKK dari RT 6 dan Dasawisma 4, maka dapat
disimpulkan bahwa sepuluh kegiatan telah dilaksanakan, yaitu (1) diskusi dengan nelayan
kupang, (2) workshop pembuatan bakso kupang, (3) kunjungan ke tempat pengolahan kupang,
(4) pelatihan product knowledge tentang kupang, (5) pelatihan kewirausahaan, (6) workshop
pembuatan krupuk kupang, (7) pendampingan pembuatan produk berbahan kupang, (8)
penyerahan peralatan guna membantu mitra, (9) workshop pengemasan produk, dan (10)
pembuatan logo produk dan website pemasaran. Target luaran yang telah dicapai sepenuhnya
adalah peningkatan pengetahuan tentang jenis, kandungan gizi, daur hidup, hingga cara memilih
kupang sebagai bahan makanan. Luaran diversifikasi produk olahan kupang yaitu nugget
kupang, bakso/siomay kupang dan kerupuk kupang. Juga telah terbentuknya 3 wirausaha
(entrepreneur) di sektor industri rumahan.

Saran untuk kegiatan IbM secara keseluruhan maupun ditujukan kepada mitra dalam hal ini
adalah Ibu-ibu PKK adalah niat berwirausaha harus diimbangi dengan realisasi untuk terus
memproduksi hasil olahan kupang, serta berupaya maksimal dalam memasarkan produk. Tidak
hanya mengandalkan website pemasaran saja, tetapi juga dilakukan teknik pemasaran secara
langsung seperti penawaran pada warung-warung terdekat, Ibu-ibu yang mengantar anaknya
sekolah, dan lain-lain. Selain itu, perlu dilakukan perhitungan harga pokok produksi yang benar,
karena harga produk selama ini baru perkiraan serta belum dilakukan perhitungan keuntungan
yang diperoleh.

DAFTAR PUSTAKA
Peter, J. P. (2010). Consumer Behavior & Marketing Strategy. New York: Mc Graw Hill.
Sukim Prayitno dan Tri Susanto. (2008). Teknologi Tepat Guna: Kupang dan Produk
Olahannya. Penerbit: Kanisius.

Pemda Sidoarjo. (2013). Data Kependudukan Desa Bluru Kidul Sidoarjo.


http://blurukidulsidoarjo.wordpress.com/2013/01/13/kependudukkan/
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK
PARA ILLUSTRATOR AMATIR
D. Adikara Rachman
Program Studi Desain Komunikasi Visual, FSRD Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1 Jakarta
E-mail: adikara.rachman@sacredbridge.org

ABSTRAK
Saat ini teknik illustrasi mengalami perubahan konsepsi dari konvensional ke digital. Di banyak kalangan
illustrator amatir, paling tidak di Jakarta, beranggapan bahwa digital di pandang sebagai pencapaian
teknik yang mutakhir yang mampu menjawab tuntutan keartistikan. Perubahan itu telah meninggalkan
proses kerja manual karena software dalam metode digital memiliki fitur yang integrative. Sementara cara
konvensional memerlukan sejumlah prasyarat seperti skill, penguasaan teknis, penyiapan media, studio,
dan peralatan. Semuanya terpisah dalam unit berbeda yang harus di organisasi oleh illustratornya. Di
tengah kondisi ketergantungan kepada teknik digital, pelatihan teknik dan media konvensional dengan
metode eksperimental menjadi krusial untuk kembali dikenalkan kepada peserta pelatihan yang
dilaksanakan di Kampus A Universitas Trisakti, supaya peserta memiliki kemampuan multi teknik yang
proporsional, dan kelak dapat dijadikan suatu potensi estetik dan bernilai ekonomi.

Kata kunci: Eksperimen, Teknik dan Media, Konvensional.

ABSTRACT
Recently illustration technique is changing conceptions from conventional to digital. Many illustrators
amateur, at least at Jakarta, assume that digital viewed as the achievement of cutting edge technique
that is able to answer the demands of artistic. The change has left the work process manual for the
software in the digital method has integrative features. While the conventional way need a number of
prerequisites such as skill, technical mastery, preparing medium, studio, and tools. All of those are
separate units that must be organized by illustrator. Amid the reliance on digital technique, training
techniques and conventional medium with experimental method is a crucial to be acquainted to
participants that held at Campus A Trisakti University, so that they have ability to multi technique
proportionately, and can later be used as a potential aesthetic and economic value.

Keywords: Experiment, Technique and Media, Conventional.

A. PENDAHULUAN
Di Indonesia khususnya di Jakarta, aktifitas illustrasi yang basisnya studio telah mengalami
suatu perubahan yang signifikan. Salah satu perubahan yang diidentifikasi adalah teknik
illustrasi digital yang dimulai tahun 2000 yang menggunakan perangkat lunak Adobe. Di Barat
digital dikenalkan diberbagai perguruan tinggi seni rupa dan desain sebagai New Media,
Interactive Art dan sejumlah istilah lainnya (Tribe, Janna, 2007).

Hingga sekarang teknik digital menjadi pilihan mayoritas illustrator khususnya yang tersub-
ordinasi dengan dunia komersial. Ketergantungan pada perangkat lunak tersebut pada akhirnya
berdampak pada melemahnya kemampuan kerja manual yaitu berkurangnya kepekaan manual
untuk menggunakan teknik dan media konvensional. Penggunaan media digital apabila dilihat
dari sudut pandang teknologi sebagai suatu gratifikasi teknologi termasuk dalam dunia kerja
yang tidak dapat dihindari (Karman, 2013).
22
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Selama pengamatan yang dilakukan secara acak, penulis melihat porsi kesempatan para
illustrator yang berada di wilayah komersial untuk bermain dengan media konvensional sangat
kurang memungkinkan. Di sisi lain, illustrasi digital yang mereka hasilkan memberikan
keartistikan di tingkat sensasi, dan itu tidak salah. Dari pengamatan secara acak diperoleh suatu
simpulan yaitu teknik digital tidak sepenuhnya dapat mengakomodasi bahkan menyamai
keartistikan yang dihasilkan secara konvensional walaupun skill illustratornya sangat memadai.
Apa yang tidak terakomodasi oleh perangkat lunak adalah rekaman emosi. Dalam kerja
konvensional, rekaman emosi dapat dilihat pada efek artistik dari karakter media.

Berdasarkan kondisi itu, penulis meresponnya dengan suatu program pelatihan dengan
pendekatan akademik melalui salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian
Kepada Masyarakat (PKM) secara Mono. PKM Mono merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan masing masing program studi, dimana lokasi kegiatannya dapat ditentukan sendiri
oleh pelaksananya. Program pelatihan yang diberikan kepada para illustrator amatir berupa
eksperimen teknik dan media dengan pertimbangan bahwa muatan program adalah suatu hal
yang mendasar (basic).

Pelatihan eksperimen yang diberikan berupa bagaimana sejumlah karakter media konvensional
seperti yang berkatalis air, minyak, dan arang digarap bahkan media non-konvensional (media
yang tidak diperuntukan untuk menghasilkan keartistikan) seperti lilin, minyak goreng, tip-ex
digunakan dengan tepat. Kedua kategori media tersebut direkam di kertas yang melibatkan
emosi, tenaga dan kesadaran yang terkontrol selain improvisasi adalah cara bagaimana
mengoptimalkan karakter media. Dalam tradisi seni rupa dan desain di Indonesia, eksperimen
sangat kurang dikenal berbeda dengan di Barat yang tercatat dalam sejarah eksperimen seni dan
desain (The J. Paul Getty Trust, 1995).

B. METODE
Pelatihan ini menggunakan metode sensing understanding experimenting
- Resensing merupakan tahap pertama mengajak peserta mengenal kembali berbagai karakter
media yang dilakukan dengan cara rekam visual dalam beragam pendekatan dan dilengkapi
dengan catatan.
- Understanding adalah tahap peserta untuk mengerti dan memahami bagaimana karakter
suatu media dan apa kemungkinan yang bisa didapat dari kemungkinan itu.
- Experimenting adalah tahap peserta melakukan eksperimentasi untuk memperoleh sejumlah
kemungkinan baik dari single media maupun mix media.

Ketiga tahap tersebut merupakan suatu struktur kerja yang berurutan untuk mendapatkan
pengalaman dan memahami logika eksperimen.

C. PEMBAHASAN
Sesuai dengan tema Pelatihan Eksperimen Teknik dan Media Konvensional untuk para
Illustrator Amatir, tulisan ini menjelaskan kegiatan PKM Mono tahun 2015. Kegiatan ini
merupakan upaya meningkatkan kembali kemampuan artistik para illustrator amatir di Jakarta,
dan mereka adalah para alumni dan mahasiswa senior FSRD Usakti yang telah berkecimpung di
dunia illustrasi, sebagian dari mereka tengah bekerja di sejumlah perusahaan jasa yang
menggunakan illustrasi sebagai kekuatan bisnisnya.

Peserta pada umumnya telah mengenal dan pernah menggunakan media konvensional di
berbagai kesempatan dan yang paling sering menggunakannya yaitu saat menempuh kuliah.
23
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Namun pada saat menggunakan media tersebut, mereka kurang mendapat penjelasan lengkap
seperti karakter, katalis, sifat, kualitas pigmen, cara cara menggunakan media, kemudian jenis
kertas yang dipakai, dan gesture pada saat menggunakan media. Ketidak lengkapan proses itu
salah satunya disebabkan oleh atmosfir kerja yang kurang mendukung dimana ruangan aktifitas
adalah bukan studio. Oleh karena itu, pada saat pelatihan dilaksanakan ruangan kelas dirubah
menjadi studio.

Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, tahap pertama adalah membangun kembali kepekaan
(resensing). Peserta dikenalkan kembali kepada pengetahuan dasar beragam media. Berbagai
media yang mereka pilih disapukan, ditorehkan, dituangkan, di kertas tanpa suatu tema naratif.
Semua tindakan itu diteliti secara seksama untuk kemudian dicatat. Cara yang ditempuh itu
adalah langkah awal untuk membuka jalan bagi peserta dalam memahami sifat dasar karakter
media.

Gambar 1. Asisten instruktur memberi penjelasan Gambar 2. Sejumlah media konvensional


kepada peserta sebelum praktika dimulai. yang disiapkan untuk pelatihan eksperimen.
(Adikara, 2015) (Adikara, 2015)

Gambar 3. Salah satu contoh karya tahap resensing,


pada dasarnya semua peserta melakukan hal seperti itu.
(Adikara, 2015)
24
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Gambar 4. Salah satu contoh kumpulan karya tahap resensing.


(Adikara, 2015)

Selama peserta mengikuti resensing, sejumlah respon peserta teridentifikasi yaitu:


- Kodifikasi karakter media merupakan suatu pengalaman dan logika berkarya.
- Penggunaan alat kerja melahirkan kesadaran pentingnya mekanisme berkarya.
- Masih belum memperoleh daya kontrol yang konsisten dalam emosi, gesture dan tenaga
pada saat berkarya.

Identifikasi di atas merupakan gambaran masa lalu bagaimana peserta tidak difasilitasi dengan
baik pada saat membuat karya. Artinya metode pembelajaran di kuliah regular perlu diperbaiki,
tetapi ada kemudahan selama resensing dilangsungkan karena semua peserta memiliki modal
kerja yaitu kapasitas visual yang memadai.

Tahap understanding (mengerti/memahami) kerakter media, pada prinsipnya peserta mendapat


keleluasaan ruang yang besar untuk melihat secara sekasama apa yang dapat mereka
kembangkan di taraf pemahaman. Pendampingan secara verbal lebih dominan dibanding
memberi contoh. Proporsi itu untuk mendorong mahasiswa bekerja secara mandiri dan
menemukan caranya masing masing untuk melahirkan karakter dirinya. Hal itu penting untuk
disadari oleh peserta bahwa soal teknik tidak bisa mengacu pada teknik orang lain karena di
dalam teknik terdapat rekaman emosi, gesture dan permaian daya atau yang disebut sebagai
dialog. Dengan demikian, peserta diingatkan pada konsepsi kerja visual adalah kerja mental
individual.

Ditahap understanding, diidentifikasi 3 (tiga) hal yang mendasar yaitu:


- Keragu-raguan peserta untuk mulai mencoba merealisasikan dirinya sebagai individu yang
berbeda dengan orang lain dalam hal teknik. Kondisi psikologis itu suatu kendala yang
signifikan.
- Ketergantungan pada referensi teknik yang ada didalam ingatannya sangat besar. Artinya
referensi belum dijadikan suatu wawasan tetapi sebagai suatu jawaban.
- Kesulitan mengenali karya karya sendiri karena selama ini peserta tidak difasilitasi untuk
identifikasi hingga analisa karya secara sederhana.
25
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Solusi yang diberikan kepada peserta adalah mengenalkan sejumlah pernyataan yang
menempatkan setiap peserta sebagai individu yang khas dan seorang pengambil resiko (risk
taker). Pernyataan itu seperti:
- Tidak ada karya yang jelek dan salah.
- Hal yang terpenting dalam berkarya adalah keberanian.
- Bagaimana bisa menciptakan kebaruan bila dihinggapi rasa takut.
- Improvisasi adalah permainan individu untuk diwujudkan.

Pernyataan di atas ditunjukan melalui contoh contoh karya yang telah mereka hasilkan di tahap
resensing dengan bantuan kepala instruktur. Ketajaman tim instruktur di tahap ini sangat krusial
mengingat semua peserta kesulitan melihat suatu potensi dari hasil karya yang telah dibuatnya.

Gambar 5. Salah satu peserta tengah Gambar 6. Berbagai gesture peserta melakukan
bereksperimen. eksperimen.
(Adikara, 2015) (Adikara, 2015)

Tahap experimenting, peserta diberi kesempatan yang leluasa untuk membuat karya tanpa suatu
narasi atau merepresentasikan idenya secara figurative (menghadirkan objek objek dalam
keseharian). Apabila tuntutan eksperimen dipayungi oleh suatu narasi dan/atau figurative, maka
akan memagari keleluasaan bekarya karena konsepsi figurative akan mendominasi imajinasi,
sementara pengertian eksperimen sejak awal adalah bagaimana peserta mampu menguasai sifat
dan karakter media secara mendasar (basic).
Setelah peserta mendapat pengalaman di tahap resensing dan understanding, beberapa hal yang
teridentifikasi yaitu:
- Peserta mempunyai rasa percaya diri dan tidak dibebani ketakutan akan salah karena tidak
dibebani oleh penilaian akhir secara angka layaknya dalam kuliah reguler.
- Mempunyai tingkat kontrol yang baik dalam aspek emosi, gesture dan tenaga yang
digunakan pada saat bereksperimen karena pada dasarnya semua peserta memiliki kapasitas
visual baik dalam tataran berpikir maupun teknis.
- Konsentrasi yang tinggi karena didukung oleh atmosfir kerja yang representative dimana
ruangan kelas teori dirubah menjadi studio.

Di bawah ini terdapat beberapa foto para peserta bereksperimen, dimana setiap peserta
memfokuskan dirinya dengan baik.
26
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Gambar 7. Suasana kegiatan eksperimen. Gambar 8. Peserta dalam kegiatan eksperimen


(Adikara, 2015) mendapat ruang yang memadai.
(Adikara, 2015)

Gambar 9. Dokumenter turut hadir ditengah Gambar 10. Seorang peserta tetap mencoba
kegiatan eksperimen. menghadirkan figurative selama kegiatan
(Adikara, 2015) eksperimen.
(Adikara, 2015)

Selama 2 (dua) hari melaksanakan pelatihan eksperimen, telah menghasilkan sekitar 200 karya
eksperimen yang semuanya dapat dijadikan materi pameran di lingkup universitas bagi
kepentingan pendidikan khususnya lagi bagi para mahasiswa.

Semua karya diseleksi dan dikategorisasi yang dilakukan oleh tim asisten instruktur. Tujuan
seleksi yaitu:
- Untuk memperoleh hasil karya yang tidak memiliki kemiripan apabila kelak dipamerkan di
lingkungan FSRD Usakti.Sebagai materi penelitian selanjutnya apabila dipandang perlu bagi
kepentingan pendidikan di lingkungan FSRD Usakti.
- Mengukur pencapaian hasil kerja eksperimen yang dilakukan oleh peserta.
Batasan seleksi dan kategorisasi berdasarkan 2 (dua) hal yaitu:
- Eksperimen single media dan mix media.
- Cara eksperimen.
Teknik kategorisasi menggunakan:
- Kodifikasi secara kata (wording).
27
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Gambar 11. Pelaksanaan kegiatan seleksi dan kategorisasi hasil eksperimen.


(Adikara, 2015)

200 karya eksperimen telah dihasilkan oleh peserta. Daftar peserta yang mengikuti kegiatan
adalah:
1. Dicky Saputra Instruktur merangkap peserta
2. Dwie Judha Satria Instruktur merangkap peserta
3. Reydo Respati Instruktur merangkap peserta
4. Sanrego Najibullah R Peserta
5. Maria Junia Angelia L Peserta
6. Dhinov Rizkian Taqwa Peserta
7. Rizky Kumara Achiel Peserta
8. Muhammad Fahrizal Aryanto Peserta
9. Oktriani Marcelina Bambulu Peserta
10. Paulus C. Adam Hutabarat Peserta
11. Peter William Peserta
12. Riza Prawiro Peserta
Di halaman berikut terdapat beberapa wakil karya hasil eksperimen peserta.
28
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Sanrego Najibullah R
29
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Maria Junia Angelia L


30
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Dhinov Rizkian Taqwa


31
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Rizki Kumara Achiel


32
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

M. Fahrizal Ariyanto
33
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Oktriani Marcela Bambulu


34
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Paulus Adam C. Hutabarat


35
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Peter William
36
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Riza Prawiro
37
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Dicky Saputra
38
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

Dwie Judha Satria

Reydo Respati
39
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
EKSPERIMEN TEKNIK DAN MEDIA KONVENSIONAL UNTUK PARA ILLUSTRATOR AMATIR

D. SIMPULAN
Dari kegiatan eksperimen selama 2 (dua) hari, diperoleh sejumlah temuan yang terdiri dari:
Tahap resensing yaitu:
- Kodifikasi karakter media merupakan suatu pengalaman dan logika berkarya.
- Penggunaan alat kerja melahirkan kesadaran pentingnya mekanisme berkarya.
- Masih belum memperoleh daya kontrol yang konsisten dalam emosi, gesture dan tenaga
pada saat berkarya.

Tahap understanding yaitu:


- Keragu-raguan peserta untuk mulai mencoba merealisasikan dirinya sebagai individu yang
berbeda dengan orang lain dalam hal teknik. Kondisi psikologis itu suatu kendala yang
signifikan.
- Ketergantungan pada referensi teknik yang ada didalam ingatannya sangat besar. Artinya
referensi belum dijadikan suatu wawasan tetapi sebagai suatu jawaban.
- Kesulitan mengenali karya karya sendiri karena selama ini peserta tidak difasilitasi untuk
identifikasi hingga analisa karya secara sederhana.

Tahap experimenting yaitu:


- Peserta mempunyai rasa percaya diri dan tidak dibebani ketakutan akan salah karena tidak
dibebani oleh penilaian akhir secara angka layaknya dalam kuliah reguler.
- Mempunyai tingkat kontrol yang baik dalam aspek emosi, gesture dan tenaga yang
digunakan pada saat bereksperimen karena pada dasarnya semua peserta memiliki kapasitas
visual baik dalam tataran berpikir maupun teknis.
- Konsentrasi yang tinggi karena didukung oleh atmosfir kerja yang representative dimana
ruangan kelas teori dirubah menjadi studio.

Secara keseluruhan, terjadi suatu perubahan kemampuan peserta dari ketakutan menjadi suatu
keberanian dalam bereksperimen. Hal itu adalah suatu indicator positif bagi semua peserta.

SARAN
Diharapkan kegiatan ini dapat dilanjutkan dalam format yang mungkin sama di waktu yang
akan datang untuk menambah kapasitas peserta yang tidak hanya memadai di tingkat skill tetapi
termasuk aspek pemikiran supaya kelak mampu memberi peran besar dalam industry illustrasi
di Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Karman (2013). Riset Penggunaan Media dan Perkembangannya Kini. Jurnal Komunikasi dan
Media.Volume 17 No 1 (Januari Juni 2013). Hal. 103 121.
The J. Paul Getty Trust (1995). Historical Painting Techniques, Materials and Studio Practice.
University of Leiden, The Netherlands. The Getty Conservation Institute.
Tribe, M., Jana, R. (2007). New Media Art, Introduction. Rome: Taschen.
FOTOGRAFI PRODUK SEBAGAI SARANA PROMOSI PRODUK
LAMPU UNTUK PERAJIN LAMPU DI NITIPRAYAN,
YOGYAKARTA
Silviana Tahalea
Program Studi Fotografi, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa no. 1, Jakarta
E-mail: silvia.tahalea@gmail.com

ABSTRAK
Industri kreatif adalah bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Bangsa Indonesia menyadari bahwa
ekonomi kreatif, yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat dan
kreativitas sebagai kekayaan intelektual adalah harapan bagi ekonomi Indonesia untuk bangkit, bersaing
meraih keunggulan dalam ekonomi global. Salah satu industri kreatif yang berkembang pesat adalah
pengrajin lampu hias hand made di daerah Nitiprayan. Daerah nitiptayan memang sejah dahulu sudah dikenal
sebagai desa seniman, tetapi baru beberapa tahun belakangan masyarakat daerah Nitiprayan ini banyak yang
membuat kerajian lampu hias ini guna meningkatkan perekonomian mereka selain dari beternak dan
berkebun. Hasil kerajinan lampu hias mereka masuk dalam kategori sangat bagus mengingat mereka sudah
bereksperiman dengan berbagai macam bahan pembuatan seperti kayu, semen cor dan kuningan. Model yang
mereka hasilkan pun sudah terlihat sangat modern dan elegan, hanya saja mereka belum bisa memasarkan
hasil kerajinan mereka secara luas. Berdasarkan kebutuhan itu, maka PKM Pelatihan Foto Produk ini
dilakukan. Rantai proses penciptaan nilai terdiri dari banyak aspek, salah satunya adalah proses
komersialisasi. Proses komersialisasi yang paling mudah adalah dengan membuat foto produk yang baik agar
dapat di pasarkan melalui jejaring sosial. Untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang bagaimana
membuat foto produk yang baik sehingga dapat membantu meningkatkan pemasaran dan penjualan hasil
kerajinan mereka, maka kepada peserta pelatihan diberikan materi pengetahuan dan keterampilan dasar
tentang;
1. Membuat studio lighting untuk pemotretan produk secara sederhana.
2. Setting lampu untuk menghasilkan foto produk yang baik.
3. Pelatihan cara membuat foto produk aplikatif.
Bertempat di workshop pengrajin lampu hias di Nitiprayan, pada tanggal 23-24 Juni 2014. Metode yang
digunakan adalah metode ceramah, praktek, Tanya jawab, diskusi dan latihan. Pelatihan fotografi ini
menekankan pada dasar-dasar dari fotografi produk, sehingga dari penguasaan dasar foto produk ini, para
pengrajin bisa membuat foto produk yang dapat menampilkan keunggulan hasil kerajinan mereka. Foto-foto
yang sudah mereka hasilkan dapat di unggah ke jejaring sosial agar produk yang mereka ciptakan dapat
dijangkau oleh banyak orang.

Kata kunci : Fotografi produk, Pelatihan, Industri kreatif, lampu hias

ABSTRACT
Creative industry is an integral part of the creative economy. The Indonesian people realize that the creative
economy, which is focused on the creation of goods and services by relying on the expertise, talent and
creativity as intellectual property is the hope for the Indonesian economy to rise, compete to attain excellence
in the global economy. One of the fastest growing creative industry is the craftsmen lamp hand made in the
area of Nitiprayan. Indeed nitiptayan area since the first was known as the village artists, but some new years
of the regional society this Nitiprayan many make craft lamp is to improve their economy apart from the
livestock and gardening. The handicrafts lamp they produce are very good considering they already
experimenting with various materials such as wood, making casting cement, etc. The Model they produce has
been seen very modern and elegant, they only have not yet been able to market the handicraft widely.
41
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
FOTOGRAFI PRODUK SEBAGAI SARANA PROMOSI PRODUK LAMPU UNTUK PERAJIN LAMPU
DI NITIPRAYAN, YOGYAKARTA

Based on the needs of it, the community service team (PKM team) has inisiative to give "training" about
Product Photos. The process of the creation of the value chain consists of many aspects, one of them is the
process of commercialization. The easiest process of commercialization are creating a good produk photo in
order to be in the market through social networking. To increase their knowledge about how to make a good
produk photos so that can help increase sales and marketing their handicrafts, were giving the participants a
training material knowledge and basic skills about:
1. How to make a simple studio lighting.
2. The light settings to produce a good produk photos.
3. The training how to create a photo produk applicative.
Located in the workshop craftsmen lamp in Nitiprayan, on 23-24 June 2014. The method used is the method
of lecturing, practice, discussion and exercise. This photography training stressed on the basics of
photography produk, so that from the basic techinique of photos produk, the craftsmen can make photos
produk which can display the superiority of their handicrafts. The photos already they produce can be
uploaded to social networking to produk they create can be reached by many people.

Keywords : Photography product, Training Creative Industries, decorative lamp

A. PENDAHULUAN
Perkembangan Ekonomi Kreatif Indonesia kedepannya diharapkan dapat memberikan optimisme
baru agar terciptanya masa depan yang lebih baik dan dapat meningkatkan kebanggaan sebagai
bangsa Indonesia. Perkembangan industri kreatif di Indonesia memberikan kontribusi cukup besar
bagi pertumbuhan ekonomi nasional serta membuka lapangan kerja baru bagi para pengangguran di
negara kita. Mungkin usaha yang dijalankan kelihatannya kecil tapi jika banyak orang yang
terinspirasi untuk membuka usaha kecil maka dapat menyerap banyak tenaga.

Industri kreatif adalah bagian tak terpisahkan dari ekonomi kreatif. Bangsa Indonesia menyadari
bahwa ekonomi kreatif, yang berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan
keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual adalah harapan bagi ekonomi Indonesia
Untuk bangkit, bersaing meraih keunggulan dalam ekonomi global.

Indonesia memiliki kekayaan seni budaya yang tersebar ke seluruh daerah, dengan keunikan
masing-masing, hal ini dapat dijadikan dijadikan sumber acuan proses kreatif dalam membangun
identitas yang kompetitif. Kekayaan seni budaya Indonesia bukan sekedar estetika namun
mengandung nilai-nilai dan gagasan vital bagi masyarakat pendukungnya. Tetapi Rantai proses
penciptaan nilai pada umumnya tidak terjadi di sektor industri kreatif. Hal ini tentunya berbeda
dengan sektor manufaktur dan industri konvensional lainnya. Industri kreatif mengutamakan desain
dalam penciptaan produk. Industri kreatif membutuhkan kreativitas individu sebagai input utama
dalam proses penciptaan nilai.

Pemahaman mengenai rantai penciptaan nilai dalam industri kreatif akan membantu pemegang
kepentingan terkait untuk memahami posisi industri kreatif dalam rangkaian industri. Rantai nilai
yang menjadi pokok perhatian dalam menentukan strategi pengembangan memiliki urutan sebagai
berikut:

1. Kreasi, terdiri dari; Edukasi, Inovasi, Ekspresi, Kepercayaan Diri, Pengalaman dan Proyek,
Proteksi, Agen Talenta.
42
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
FOTOGRAFI PRODUK SEBAGAI SARANA PROMOSI PRODUK LAMPU UNTUK PERAJIN LAMPU
DI NITIPRAYAN, YOGYAKARTA

2. Produksi, terdiri dari; Teknologi, Jaringan Outsourcing Jasa, Skema Pembiayaan


3. Distribusi, terdiri dari; Negosiasi Hak Distribusi, Internasionalisasi, Infrastruktur
4. Komersialisasi, terdiri dari; Pemasaran, Penjualan, Layanan (Services), Promosi

Pada umumnya masyarakat di daerah kurang memahami proses distribusi dan komersialisasi yang
baik agar dapat membuat hasil karya mereka lebih mempunyai nilai jual yang tinggi.
Proses komersialisasi yang paling mudah adalah melalui visual (gambar/foto) dengan bantuan sosial
media, para pengrajin dapat dengan mudah mengkomersialisasikan hasil kerajinan mereka. Belajar
untuk membuat foto produk yang baik akan dapat membuat para konsumen mudah untuk
mengidentifikasi produk kerajian mereka tanpa harus datang langsung ke workshop. Foto produk
sub bidang foto still life. Foto still life adalah foto mengenai benda mati, misalnya patung,
makanan, minuman, sayuran, mainan, aneka benda-benda kecil dari hiasan sampai produk-produk .
Meskipun yang menjadi objek pemotretan adalah benda-benda mati, memotretnya untuk menjadi
sebuah foto yang baik dan mengandung seni tidaklah gampang. Karena kita harus menjadikan
benda mati tersebut menjadi hidup .

Dalam membuat foto still life/foto produk bukan sekadar menggambarkan objek ke dalam sebuah
gambar 2 dimensi dengan cara seadanya, yang kita perlukan adalah konsep, teknik pemotretan yang
baik, apakah mengenai sudut pemotretan, pencahayaan, penataan objek atau hal-hal lain yang
terkait dengan tujuan pencapaian hasil foto yang artistik dan mengandung seni. Karena itulah untuk
menghasilkan sebuah foto still life yang baik perlu adanya teknik pemotretan yang baik. Hal yang
sangat berperan dalan sebuah foto still life adalah tata pencahayaanya, yaitu jatuhnya sinar terhadap
objek yang kita foto. Pemotretan still life dilakukan dengan cahaya buatan, akan tetapi tentu tidak
bisa secara acak dalam menentukan cahaya buatanya, kita harus memilih posisi cahaya buatan atau
lampu tersebut pada posisi yang tepat serta jumlah cahayapun sangat berperan penting untuk
mendapat kan hasil yang memuaskan dan objek terlihat hidup.

Selain tata cahaya kita jg bisa menambahkan latar belakang untuk membantu agar objek terlihat
lebih menarik ataupun aksesori aksesori lainya. Setelah menguasai cara membuat foto produk yang
baik, hasilnya dapat kita unggah dalam jejaring sosial sehingga membuat proses komersialisasi
lebih mudah. Menurut lembaga riset ICD pertumbuhan e-commers di Indonesia mencapai 42% dari
tahun 2012-2015, dengan menggunakan aplikasi aplikasi belanja online kita dapat memasarkan
produk hasil karya kita sendiri secara mudah dan cepat.

B. METODOLOGI
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari para pengrajin lampu hias, masalah yang dihadapi dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Para perajin sama sekali tidak mempunyai pengetahuan tentang fotografi apalagi foto produk.
2. Para perajin hanya menunggu konsumen atau para turis datang ke workshop mereka jika ingin
melakukan transaksi jual beli.
3. Para perajin belum mempunyai alat yang memadai untuk membuat foto produk yang layak jual.

Oleh karena itu, dapat ditentukan bahwa jenis pelatihan yang dibutuhkan adalah pelatihan fotografi
produk yang sangat dasar, tetapi hal tersebut tidak sulit dilakukan mengingat yang akan diberi
pelatihan adalah para perajin yang juga sudah mempunyai dasar estetika seni yang cukup baik,
karena para perajin ini adalah sumber daya yang sudah terlatih dalam seni cukil.
43
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
FOTOGRAFI PRODUK SEBAGAI SARANA PROMOSI PRODUK LAMPU UNTUK PERAJIN LAMPU
DI NITIPRAYAN, YOGYAKARTA

Dalam PKM ini, pelatihan yang diberikan adalah cara motret sebuah produk, tetapi para pengerajin
belum mempunyai alat yang memadai untuk bisa menghasilkan sebuah foto produk yang baik.
Sebuah foto produk biasanya dipotret di dalam studio dengan menggunakan lighting, karena para
pengrajin ini belum mempunya peralatan yang memadai, maka kami berusaha untuk menyediakan
peralatan foto yang minimal tetapi dapat digunakan dengan maksimal. Tahapan yang kami lakukan
dalam memberikan pelatihan ini adalah :

1. Pelatihan dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab mengenai materi pelatihan, dimulai
dengan pengenalan terhadap alat, bahan, dan media yang digunakan serta membuat studio foto
sederhana dari bahan bahan yang mudah ditemukan di sekitar kita.
2. Penyuluhan tahapan kerja dalam pengaplikasian lighting fotografi produk.
3. Praktik pemotretan fotografi produk dengan obhek hasil kerajinan mereka.
4. Pengembangan proses pemotretan yang tadinya hanya dilakukan di dalam studio, dapat juga
diaplikasikan di ruangan sebagai foto interior.

C. PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Daerah Kegiatan
Nitipayan terletak sekitar 3 km kearah barat daya dari keraton Yogyakarta, tepatnya berada di desa
Ngestiharjo, kecamatan kasihan, Kabupaten Bantul. Kampung seni itulah julukan yang disandang
kampung Nitiprayan, walaupun jarak ke kota tidak terlampau jauh namun nilai nilai tradisional
dikampung ini masih dijunjung tinggi meskipun terhimpit oleh suasana modernitas serta nuansa
kota besar. Hal ini dapat dilihat dengan rumah rumah penduduk yang masih tradisional Jawa yang
paling banyak berjenis limasan dengan berbagai variasinya. Semangat gotong royong serta niali
nilai moral jawa yakni sopan santun dan saling menghormati masih sangat dijunjung tinggi.
Asal usul kampung Nitiprayan menurut Raden Pangeran Adipati (RPA) Suryanto Sastroadmojo
seorang pengamat budaya Jawa, nama Nitiprayan diambil dari salah satu nama abdi dalem Keraton
Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat yang bernama Ngabehi Nitipraya. Sebagai abdi dalem dan
sekaligus pimpinan pasukan kecil kemudian dipercaya sebagai lurah di desa yang sekarang bernama
Nitiprayan tersebut pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono VII pada tahun 1877
sampai dengan tahun 1921.

Kampung ini mulanya seperti desa pada umumnya namun sejak seorang perupa bernama Ong Hari
wahyu yang menganggap kampung ini layak dijadikan panggung seni. Karena dari dulu Kampung
ini sudah menjadi tempat pemukiman apa seniman kenamaan baik hanya indekost ataupun karena
memperistri penduduk setempat. Beberapa yang pernah tinggal di kampung ini adalah seniman
kethoprak Kartyo Togen, Ngadimin Hadi Prabowo alis Darso, Atmo Sanyoto dikenal dengan nama
Atmo Sipun, Pak Bendhot Srimulat, dan beberapa perupa Dadang Christianto, Entang Wiharso,
Budi Ubrux, Made Sukadana, Djoko pekik, Kuss Indarto, Yogie setiawan, Hedi Heriyanto, Gusti
Ngurah Udiantara, kemudian praktisi mutimedia Bambang J.P, juga teaterawan Bambang Kesawa
Murti, Whani Darmawan, Koreografer Lies Apriani, Komunitas rumah panggung, aktivis LSM
Toto ajharjo dan masih banyak nama nama lain.

2. Basis Program Kegiatan


Tahapan akhir dalam proses pengembangan produk adalah komersialisasi, yaitu keputusan untuk
memasarkan suatu produk. Memang ada banyak tahap komersialisasi mulai dari distribusi barang,
analisis pasar, tetapi untuk usaha kecil yang baru dirintis dan SDM yang mereka punya juga terbatas
44
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
FOTOGRAFI PRODUK SEBAGAI SARANA PROMOSI PRODUK LAMPU UNTUK PERAJIN LAMPU
DI NITIPRAYAN, YOGYAKARTA

maka proses komersialisasi yang paling mudah dilakukan adalah memperkenalkan hasil produk
mereka dengan cara menggungah gambar melalui akun media sosial. Akun media sosial sangat
mudah diakses dan menjangkau banyak pembeli, selain itu sifatnya tidak berbayar.

Untuk itu basis program kegiatan pada PKM ini adalah proses komersialisasi dengan cara pelatihan
foto produk yang sederhana yang dapat langsung diaplikasikan oleh para pengrajin untuk
memasarkan produk mereka tanpa harus pembeli datang ke workshop mereka dan proses jual beli
pun dapat dilakukan secara online.

Kegiatan awal yang dilakukan dalam pelatihan ini adalah :


1. Memperkenalkan jenis2 cahaya dalam kehidupan sehari hari yang dapat dimanfaatkan agar
dapat menghasilkan foto produk yang baik, seperti cahaya matahari (available light) dan
cahaya yang dihasilkan oleh lampu belajar maupun lampu neon (artificial light).
2. Memberikan pengetahuan warna background ( latar belakang) yang tepat agar produk yang
difoto terlihat jelas dan bersih.
3. Memberikan pengetahuan tentang angle yang dapat dipergunakan untuk pemotretan produk
yang baik.

3. Peserta dan Tim Pelaksana


Kegiatan pelatihan diikuti oleh para pengrajin lampu hias di daerah Nitiprayan, Yogyakarta. Peserta
program ini berjumlah 10 (sepuluh) orang, peserta pria dan wanita, dengan rentang usia 19-35
tahun. Tingkat pendidikan para peserta adalah SMA/SMK. Peserta yang meskipun dengan rentang
usia cukup besar tetapi dengan tingkat pendidikan relatif tinggi ini memudahkan pelaksanaan dalam
proses pelatihan, karena terdapat kesamaan basis pengetahuan dan pengalaman dari para peserta.

Tim pelaksana adalah staf pengajar di Program Studi Fotografi, Universitas Trisakti, berjumlah 1
(satu) orang hal ini dikarenakan daerah pelatihan yang cukup jauh dan keterbatasan budget yang
tersedia. Tetapi hal ini tidak menjadi persoalan karena jumlah peserta pelatihan juga jumlahnya
terbatas.
45
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
FOTOGRAFI PRODUK SEBAGAI SARANA PROMOSI PRODUK LAMPU UNTUK PERAJIN LAMPU
DI NITIPRAYAN, YOGYAKARTA

Gambar 1. Instruktur PKM sedang memberikan penjelasan kepada para peserta mengenai jenis-jenis
pencahayaan dalam ruangan untuk pembuatan foto produk
(Sumber: Silviana Tahalea, 2014)

4. Proses Pengerjaan
Kegiatan pelatihan foto produk untuk perajin lampu ini telah dilaksanakan pada tanggal 23 24
Juni 2014, dengan perincian jadwal dan materi sebagai berikut:

Tanggal Waktu Materi Penyaji


23 Juni 2014 09.00 - 12.00 Presentasi tentang Silviana Tahalea
basic foto produk.

Pelatihan pemotretan Silviana Tahalea


foto produk.

23 Juni 2014 13.00 15.00 Pembuatan portfolio Silviana Tahalea


hasil kerajinan lampu
hias.
24 Juni 201 10.00 15.00 Pelatihan pemotretan Silviana Tahalea
foto produk untuk
portfolio applied
produk.
46
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
FOTOGRAFI PRODUK SEBAGAI SARANA PROMOSI PRODUK LAMPU UNTUK PERAJIN LAMPU
DI NITIPRAYAN, YOGYAKARTA

Gambar 2. Instruktur PKM sedang menjelaskan


tentang pencahayaan dasar dalam ruangan
(Sumber: Silviana Tahalea, 2014)

Gambar 3. Peserta PKM langsung mempraktekkan hasil pelatihan di dalam workshop mereka
(Sumber: Silviana Tahalea, 2014)
47
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
FOTOGRAFI PRODUK SEBAGAI SARANA PROMOSI PRODUK LAMPU UNTUK PERAJIN LAMPU
DI NITIPRAYAN, YOGYAKARTA

Gambar 4. Peserta PKM memperharikan penjelasan yang sedang


diberikan oleh Instruktur dengan seksama
(Sumber: Silviana Tahalea, 2014)

5. Hasil yang Dicapai


Produk yang dihasilkan dari pelatihan ini adalah foto produk yang tampilan nya cukup baik, detail
dan jelas untuk kepentingan penjualan melalui jejaring sosial. Pelatihan ini tampaknya mudah
dimengerti oleh para perajin karena sebenrnya untuk memotret sebuah foto produk tidak hanya dapt
dilakukan dengan kamera SLR tetapi dengan kamera smartphone pun dapat dilakukan asal produk
yang akan di potret mempunyai pencahayaan yang cukup baik.
48
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
FOTOGRAFI PRODUK SEBAGAI SARANA PROMOSI PRODUK LAMPU UNTUK PERAJIN LAMPU
DI NITIPRAYAN, YOGYAKARTA

Gambar 5. Sebagian Hasil Karya Pelatihan Foto Produk


(Sumber: Silviana Tahalea, 2014)

Gambar 6. Sebagian Hasil Karya Pelatihan Foto Produk


(Sumber: Silviana Tahalea, 2014)

D. SIMPULAN
1. Simpulan
Secara keseluruhan program pelatihan ini berjalan dengan baik dan lancar setra memenuhi target
tujuan awal dari sasaran. Pelatihan lighting untuk untuk produk ini merupakan hal baru bagi para
pengrajin lampu di Nitiprayan, Yogyakarta.

Ketrampilan yang mereka peroleh ini menjadi salah satu modal mereka untuk lebih
mengembangkan usaha kecil mereka menjadi usaha yang lebig besar dengan jangkauan konsumen
yang lebih luas lagi. Kendala teknis merupakan hal yang wajar pada setiap keterampilan tahap awal
dan bukan menjadi kendala yang utama. Kendala teknis yang berakar pada masalah pengenalan
media dan pembiasaan teknik kerja akan dapat diatasi dengan kemauan untuk terus mencoba dan
mengembangkan kemampuan teknis pribadi.

2. Saran
Saran dari kegiatan Pelatihan Kepada Masyarakat ini adalah melihat manfaat dan antusiasme dari
peserta kegiatan PKM ini, kegiatan seperti ini dapat dilaksanakan kepada para perajin lainnya di
49
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
FOTOGRAFI PRODUK SEBAGAI SARANA PROMOSI PRODUK LAMPU UNTUK PERAJIN LAMPU
DI NITIPRAYAN, YOGYAKARTA

seluruh Indonesia agar mereka dapat dengan mudah memasarkan hasil karya mereka, sehingga
usaha kecil yang mereka jalankan dapat menjadi lebih besar.

UCAPAN TERIMA KASIH


Puji syukur kepada Tuhan Yesus atas kemudahan, kesempatan dan hikmad yang diberikan sehingga
pelaksanaan PKM ini dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Penulis juga
mengucapkan terimakasih kepada para pihak yang mendukung sehingga PKM ini dapat terealisasi,
kepada pimpinan FSRD Trisakti, kepada pimpinan Universitas dan Lemlit yang juga mendukung
program PKM ini, serta kepada para peserta PKM yang semangatnya begitu besar dalam pelatihan
ini. Akhirnya penulis bertetima kasih kepada para panitia SEMNAS PKM FSRD Trisakti yang telah
menerima tulisan ini untuk dipublikasikan.

DAFTAR PUSTAKA
Bavister, Steve. (2001). Lighting for Still Life. Switzerland. RotoVision SA.
Hahn, Fred. (1997). Do it Yourself Advertising & Promotion. New York: John Wiley & Sons Inc.
Perweiler. Gary. (1984). Secret of Studio Still Life Photography. New York: AMPHOTO American
Photographic Book.
GERABAH MELIKAN:
FINISHING DAN PENGEMBANGAN ORNAMEN
Novita Wahyuningsih, Joko Lulut Amboro
Prodi. Seni Rupa Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Email: wahyuningsih.novita@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kegiatan penelitian ini difokuskan pada pengembangan desa kerajinan gerabah Melikan sebagai upaya
pelestarian budaya lokal berbasis industri kreatif, sekaligus guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini selaras dengan Program Dinas Budaya dan Pariwisata serta Disperindagkop Kabupaten Klaten
yang ingin mengembangkan wilayah berbasis ekonomi kreatif di kawasan Klaten Selatan. Tujuan yang
ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah peningkatan kualitas produksi melalui finishing pada produk
gerabah dan pengembangan ornamen yang diterapkan pada mangkuk gerabah. Metode yang digunakan
dalam implementasi kegiatan ini, yaitu metode observasi, diskusi, operasional kerja, dan pendampingan
secara langsung. Hasil kegiatan yang berkaitan dengan obyek antara lain, pengenalan teknik finishing
toreh dan tempel serta pengenalan motif ornamen lokal yang sudah dikenal oleh masyarakat perajin
gerabah Melikan, seperti motif-motif ornamen batik. Motif batik yang biasa diterapkan adalah motif batik
gaya Jogja atau Solo. Motif yang diterapkan pada mangkuk gerabahadalah motif profan, bukan motif
sakral yang mengandung makna dan filosofi tertentu. Dengan kegiatan penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan nilai produk gerabah, sehingga kebudayaan gerabah di Melikan tetap lestari dan
kesejahteraan pengrajin dapat meningkat.

Kata kunci: gerabah, mangkuk, ornamen, batik, finishing.

ABSTRACT
This service activities are focused on the development of the village of pottery Melikan as the efforts to
preserve the local creative industry-based culture, as well as to increase the welfare of society. This is in
accordance with the Program of Culture and Tourism Department as well as Disperindagkop Klaten
district that wants to develop the creative economy-based region in South Klaten district. The aim of this
activity is to increase the quality of production through finishing the pottery products and the
development of ornaments applied to the earthenware bowls. The method used in the implementation of
this activity is the method of observation, discussion, operational work and direct assistance. The results
of the activities related to the object, among others, are the introduction of notch and paste finishing
techniques as well as the introduction of local ornamental motifs already known by the Melikan potters,
such as batik ornament motifs. The batik motif commonly applied is the motif style of Yogyakarta or Solo.
The motif applied to the pottery bowl is profane motif, not the sacred motif having a specific meaning and
philosophy. With these service activities, it is expected to be able to increase the value of products of
pottery, so the pottery culture in Melikan remains stable and the well-being of artisans can be increased.

Key words: pottery, bowl, ornament, batik, finishing.

A. PENDAHULUAN
Gerabah adalah peralatan sederhana dari tanah liat yang dibentuk dengan beberapa teknik
pembuatan, laluhasilnya dibakar pada suhu tertentu dan produknya dipergunakan untuk
kelengkapan dan peralatan yang menunjang kehidupan masyarakat sehari-hari, seperti gentong
tempat air, mangkuk, anglo, cobek, kendi, dan sebagainya. Permukaan gerabah pada umumnya
tidak diglasir dan berwarna merah atau hitam sesuai dengan warna asli tanah liat yang terkena
pembakaran.
51
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
GERABAH MELIKAN: FINISHING DAN PENGEMBANGAN ORNAMEN

Menurut Utomo (2007) tanah liat ialah komposisi tanah yang terbentuk dari hasil proses
perpindahan tempat oleh air, angin, gletser dan sebagainya, berbutir halus dan bersifat plastis,
serta tercampur dengan kotoran mineral (impurities). Pada umumnya tanah campuran ini
memiliki warna yang beragam dan tergantung dari bahan-bahan lain yang terkandung di
dalamnya seperti cobalt menjadi kebiruan, mangan menjadi violet, chrome menjadi kehijau-
hijauan, besi terlihat kemerahan, dan sebagainya. Disamping itu, tanah jenis ini terdapat aneka
proses geologis lainnya, seperti tanah endapan adalah tanah limpah sungai, tanah marin (laut),
tanah rawa, tanah danau, dan tanah sawah. Tanah liat yang dipergunakan oleh para pengrajin
gerabah Desa Melikan adalah tanah liat yang berasal dari sawah. Namun seiring dengan
berjalannya waktu, tanah liat yang berasal dari lingkungan sekitar tidak mampu lagi
mengakomodasi seluruh kebutuhan pengrajin untuk memproduksi gerabah, oleh karena itu
mereka juga mendatangkan tanah liat, pasir, dan bahan lain dari luar desa mereka.

Istilah gerabah juga dikenal dengan sebutan keramik tradisional sebagai hasil dari kegiatan
kerajinan masyarakat pedesaan dari bahan tanah liat yang ditekuni dan diteruskan secara turun-
temurun. Gerabah juga disebut keramik rakyat karena mempunyai ciri khas pengolahan tanah
liat dengan suhu bakaran rendah dan teknik pembakaran sederhana (Pandanwangi, 2011: 18).
Dalam ilmu arkeologi, istilah lain gerabah atau keramik tradisional tersebut adalah kereweng,
pottery, terracotta, dan tembikar. Istilah tersebut dipergunakan untuk menyebut pecahan-
pecahan periuk dan alat lainnya yang dibuat dari tanah liat dan ditemukan di tempat-tempat
pemakaman zaman prasejarah, khususnya di Indonesia.

Selain gerabah juga dikenal istilah keramik, dalam buku Wawasan dan Tinjauan Seni Keramik
(Utomo, 2007: 4-5) Myers menyatakan bahwa, kata keramik berasal dari bahasa Yunani
Kuno, yaitu keramos yang berarti tanah liat (Mayer, 1969: 429). Dictionary of Art tulisan
Mills J.F.M. (1965) menyebutkan bahwa kata keramik berasal dari bahasa Gerika, yaitu kata
keramikos yang berarti benda-benda yang terbuat dari tanah liat; yang merupakan suatu istilah
umum untuk studi seni dari pottery, termasuk segala macam bentuk benda yang terbuat dari
tanah liat dan dibakar serta mengeras oleh api (Pandanwangi, 2011: 18). Ruth Lee, dalam
bukunya yang berjudul Exploring The World of Pottery (1967) menjelaskan bahwa istilah
Yunani untuk kata keramik ialah keramos yang berasal dari kata keramikos suatu daerah
di Athena di sekitar pintu gerbang Dypilon tempat tinggal para kaum pengrajin tanah liat,
dimana mereka juga bekerja dan menjual keramik (Pandanwangi, 2011: 18). Sedangkan
menurut Balai Besar Keramik Bandung, dalam Utomo (2007: 5) keramik adalah produk yang
terbuat dari bahan galian anorganik non-logam yang telah mengalami proses panas yang tinggi.
Bahan jadinya mempunyai struktur kristalin dan non-kristalin atau campuran dari padanya
(Pandanwangi, 2011: 18).

Tradisi pembuatan gerabah merupakan tradisi tua dalam perkembangan kebudayaan di


Indonesia. Manusia mulai mengenal gerabah sejak dikenalnya tradisi bercocok tanam di daerah
pedalaman dan tradisi mencari hasil laut di daerah pesisir lebih dari 100.000 tahun yang lalu.
Secara garis besar fungsi gerabah dapat dibagi menjadi dua, yaitu fungsi wadah (utilitarian) dan
fungsi upacara (ceremonial). Tradisi gerabah di Indonesia terus berkembang melalui masa
sesudah zaman prasejarah, yaitu masa Hindu dan Budha, masuknya Islam, sampai pada era
modern sekarang ini (Soegondo, 1995: 6). Pada situs Trowulan banyak ditemukan gerabah yang
mendapat pengaruh tradisi Hindu Budha, misalnya mangkuk, kendi, periuk, piring, pasu,
tempayan dan lain-lain. Selain itu juga ditemukan jenis gerabah berupa clngan, miniatur
rumah zaman Majapahit, wadah pelebur logam, dan lampu minyak (cuplak/celupak) (Soegondo,
1995: 36). Masuknya Islam ke Hindia Belanda tidak membawa pengaruh yang signifikan
terhadap perkembangan gerabah, sehingga gerabah yang ditemukan tidak terlihat mengalami
52
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
GERABAH MELIKAN: FINISHING DAN PENGEMBANGAN ORNAMEN

perkembangan. Zaman Kesultanan Banten tahun 1552 M jenis-jenis gerabah yang ditemukan
masih sama pada zaman-zaman sebelumnya, yaitu periuk, kendi, pasu, wajan, kuali, pot bunga
dan tungku. Setelah memasuki abad ke-20, perkembangan gerabah terus mengalami kemajuan.
Ada beberapa tempat seperti Balongmulyo dan Narukan Jawa Tengah yang menjadi pusat
kerajinan gerabah. Pembentukan gerabah dilakukan di luar rumah sekaligus melakukan
penjemuran gerabah. Jenis gerabah yang dihasilkan sudah beraneka macam, misalnya kuali,
jembangan, kendil, dan pot. Kuantitas produk yang dihasilkan pun masih terbatas dan belum
bisa mencakup produksi massal.

Menurut sifatnya, gerabah pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu gerabah yang tidak
menyerap air dan gerabah yang menyerap air. Gerabah yang tidak menyerap air termasuk dalam
golongan gerabah keras (stoneware), gerabah tersebut dibuat dari tanah putih (kaolin) dicampur
dengan kuarsa, batu kapur (limestone) dan felspat kemudian dibakar sampai suhu 1400 C,
sedangkan gerabah yang tidak menyerap air termasuk dalam kategori gerabah lunak
(earthenware), gerabah lunak terdiri dari bahan kaolin, tanah liat, dan kuarsa kemudian dibakar
dengan suhu yang lebih rendah dari gerabah keras, yaitu dibawah 1200 C (Razak, 1981: 21).
Gerabah yang dibuat di Desa Melikan termasuk dalam kategori gerabah lunak, yaitu berkadar
resap air relatif tinggi karena dihasilkan dari pembakaran pada suhu yang rendah.

Gerabah yang dihasilkan oleh para perajin di Desa Melikan tergolong ke dalam jenis
earthenware atau jenis gerabah lunak. Pembakaran gerabah biasanya dengan suhu rendah,
dengan ciri khas yaitu warna api merah yang muncul ketika pembakaran berlangsung. Proses
pembakaran gerabah di Desa Melikan dilakukan dengan tungku bak dan tungku ladang yang
terbuka, sehingga panas yang dihasilkan kurang terkonsentrasi, dengan demikian panas dari
proses pembakaran hanya berada pada suhu 700 C (Wahyuningsih, 2013: 87). Jenis gerabah
yang dihasilkan oleh para pengrajin gerabah di Desa Melikan antara lain, gerabah kendi, kendil,
cobek, mangkuk, kuali, anglo, jembangan, dan gerabah hias lainnya.
Selain sebagai kelengkapan dan perabot rumah tangga, saat ini beberapa jenis gerabah mulai
dikembangkan menjadi benda yang dapat digunakan sebagai media untuk menuangkan ide-ide
kreatif dan gagasan seni, sehingga diharapkan dapat menjadi sarana peningkatan kreatifitas,
produksi, permintaan pasar, dan pendapatan perajin gerabah. Salah satu bentuk dan upaya
peningkatan tersebut, yaitu penerapan ornamen batik Bayat pada permukaan mangkuk gerabah
dengan teknik toreh dan tempel. Selain sebagai upaya peningkatan pasar, hal ini juga
dikembangkan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan nilai estetika pada gerabah
tradisional, khususnya mangkuk gerabah. Hal ini secara tidak langsung diharapkan juga
berdampak pada peningkatan perekonomian pengrajin gerabah pembuatnya. Dengan adanya
peningkatan nilai estetik mangkuk gerabah, maka secara otomatis juga dapat meningkatkan
harga jual dari mangkuk gerabah tersebut.

Gerabah tradisional mangkuk yang semula mempunyai bentuk yang sederhana dan polos,
kemudian diolah sedemikian rupa menjadi mangkuk gerabah yang unik dengan hiasan ornamen
batik pada permukaannya. Dengan demikian, diharapkan berdampak pada permintaan
konsumen terhadap gerabah estetik, khususnya mangkuk gerabah yang semakin tampak indah.
Melalui tahapan tersebut, sasaran penelitian yang ingin dicapai adalah peningkatan nilai estetik
gerabah mangkuk yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat pengrajin gerabah,
sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai indikator peningkatan ekonomi yang lebih baik pada
masyarakat perajin gerabah khususnya di Desa Melikan dan Kota Klaten pada umumnya.
53
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
GERABAH MELIKAN: FINISHING DAN PENGEMBANGAN ORNAMEN

B. METODOLOGI
Kegiatan ini mengambil tema mengenai gerabah di Desa Melikan dengan fokus bahasan tentang
upaya peningkatan nilai gerabah dengan finishing dan pengembangan hiasan ornamen.
Mangkuk gerabah yang menjadi perbandingan dan rujukan penelitian adalah karya mangkuk
gerabah yang diproduksi perajin gerabah Desa Melikan yang bisa dilihat di showroom yang ada
di pinggir jalan Desa Melikan. Selain itu, mangkuk gerabah dari luar Desa Melikan di antaranya
mangkuk dan gerabah dari Mayong Jepara, mangkuk dan gerabah yang ada di museum Sono
Budhoyo, mangkuk gerabah dari museum kompleks Candi Prambanan, serta gerabah-gerabah di
Pusat Informasi Majapahit (PIM) Trowulan.

Selanjutnya observasi dilakukan untuk melihat secara langsung bagaimana mangkuk gerabah
diproduksi di Desa Melikan, dan bagaimana proses penerapan ornamen batik Bayat pada
permukaan mangkuk gerabah sehingga dapat meningkatkan nilai estetik dan nilai jualnya.
Selain itu juga dilakukan pengamatan langsung tentang berbagai peristiwa dan aktivitas yang
berkaitan dengan perkembangan dan fungsi dari mangkuk gerabah Desa Melikan.

Tulisan yang mengambil judul Gerabah Melikan: Finishing dan Pengembangan Ornamen ini
mengambil lokasi kegiatan di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten.
Perkembangan kerajinan gerabah kususnya mangkuk gerabah di desa ini cukup banyak
dibanding dengan desa kerajinan gerabah lain di kawasan Kabupaten Klaten. Oleh sebab itu,
saat ini di Melikan banyak diproduksi mangkuk gerabah, baik itu mangkuk tradisional atau
mangkuk dengan varian desain baru yang menarik sebagai hasil penerapan karya seni baru.

C. PEMBAHASAN
1. Temuan Artefak Mangkuk Gerabah di Indonesia
Indonesia adalah negeri yang kaya akan kebudayaan dan benda-benda peninggalan bersejarah
yang tersebar di seluruh penjuru tanah airnya. Peninggalan bersejarah yang berupa artefak
gerabah dan pecahannya, banyak ditemukan di situs-situs purbakala ataupun di dalam perairan
(sungai dan laut). Selain di situs-situs arkeologi, peninggalan bersejarah yang ditemukan di
dalam air dapat dikategorikan menjadi beberapa kelompok, yaitu benda muatan (kargo), benda
pribadi, sarana transportasi, dan sisa permukiman (Listiyani, 2008: 20). Kelompok artefak di
dalam air yang paling banyak ditemukan adalah kategori benda muatan kargo yang kemudian
disebut dengan singkatan BMKT (Benda Muatan Kapal Tenggelam).

Berdasarkan pengelompokkan tersebut ternyata kategori benda muatan atau kargo adalah
artefak yang paling banyak ditemukan di perairan Indonesia. Contoh benda-benda muatan kapal
yang pernah dilakukan pengangkatan dari bawah air antara lain berupa keramik, barang-barang
logam, batangan emas dan sebagainya. Kapal-kapal yang karam di perairan Indonesia ini
sebagian besar merupakan kapal dagang yang memuat benda-benda dagangan dari negara-
negara produsen seperti negara Tiongkok, Thailand, Vietnam dan pada masa-masa berikutnya
negara-negara dari Eropa. Dari berbagai macam jenis BMKT yang ditemukan, benda muatan
yang paling banyak ditemukan dan diangkat adalah berupa keramik.

Banyaknya benda keramik yang dibawa di dalam kapal waktu itu dikarenakan bahwa para
pedagang asing membawa komoditi kerami kini untuk ditukar dengan hasil bumi berupa
rempah-rempah. Benda keramik merupakan barang komoditi yang paling banyak digemari oleh
masyarakat dunia pada masa lalu. Hampir disetiap muatan kapal yang karam (shipwreck)
memuat benda keramik dalam jumlah yang tidak sedikit. Keramik yang ditemukan pada
umunya dalam kondisi yang masih baik, walaupun ada sebagian yang sudah tidak utuh lagi. Hal
ini menunjukkan bahwa kualitas pembakaran keramik masa itu cukup baik sehingga artefak
54
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
GERABAH MELIKAN: FINISHING DAN PENGEMBANGAN ORNAMEN

mampu bertahan lama dan tidak mudah rusak atau luntur walaupun terendam didalam air laut
dengan kadar garam yang tinggi. Lapisan keramik berupa glasir yang mengilap seperti kaca
dengan konsentrat silika (SiO2) mampu membuat keramik kedap air sehingga bentuk dan
keindahan ragam hias pada keramik masih dapat bertahan.

Artefak keramik yang diangkat dari kapal tenggelam di perairan Indonesia, kebanyakkan berasal
dari negeri Tiongkok pada masa pemerintahan Dinasti Tang hingga Dinasti Qing. Selain itu
juga banyak ditemukan keramik asal dari Thailand, Vietnam, Jepang dan Eropa. Keramik yang
dibuat pada masa Dinasti Tang (abad ke-8 sampai 9 M) kebanyakan berupa mangkuk dan kendi.
Mangkuk keramik dari masa ini umumnya terbuat dari bahan batuan berwarna abu-abu dengan
glasir tiga warna atau sering disebut dengan istilah glasir sancai. Biasanya glasir ini dilakukan
dengan teknik celup dengan warna dominan abu-abu kehijauan dan pada permukaan tepian
diglasir lagi dengan menyelupkan pinggiran mangkuk dengan cara pengulangan beberapa kali
dengan glasir berwarna coklat pekat. Pada badan bawah hingga dasar luar mangkuk tidak
berglasir. Dasar mangkuk bagian dalam biasanya dihias dengan motif flora dengan berbagai
variasi. Mangkuk seperti ini dibuat di Tiongkok di Changsakiln (Listiyani, 2008: 22).

Mangkuk keramik dari masa Dinasti Song (abad ke-10 sampai 13 M) terbuat ari bahan batuan
berporselin. Istilah bahan seperti ini digunakan untuk keramik yang kandungan kaolinnya tidak
terlalu banyak, biasanya bahan berwarna putih keabuan bertekstur padat dan halus. Pada
permukaan mangkuk diberi glasir warna putih keabu-abuan hingga batas lingkar kaki,
sedangkan dasar luar rata tanpa glasir. Permukaan mangkuk ini biasanya polos dan tidak
memiliki hiasan, hanya terkadang ada motif berupa garis lingkar yang terdapat pada dasar
bagian dalam. Sedangkan mangkuk masa Dinasti Qingterbuat dari bahan porselin berwarna
putih, bertekstur halus dan rapat. Glasir berwarna putih-biru melapisi seluruh permukaannya.
Hiasan dengan teknik oles warna biru motif flora dan motif meander (garis-garis lengkung)
terdapat pada permukaan dinding mangkuk bagian luar. Mangkuk ini dibuat di Tiongkok sekitar
abad ke-19-an.

Selain dari Tiongkok, ada juga temuan mangkuk asal negeri Thailand yang terbuat dari bahan
batuan berwarna abu-abu kemerahan, berglasir warna abu-abu kehijauan seladon namun kondisi
glasir sudah mulai kusam. Pengglasiran dilakukan hingga batas badan bawah. Sedangkan dasar
luar dan lingkar kak itidak diberi glasir, berwarna kemerahan dan terdapat garis lingkar
berwarna kehitaman serta lengketan pasir laut. Hiasan terdapat pada permukaan dinding bagian
dalam dengan teknik gores dibawah glasir bermotif meander (garis-garis lengkung) dan pada
dinding bagian luar dihias teknik cetak berupa alur-alur vertikal. Mangkuk ini memiliki ukuran
tinggi 9,5 cm dan diameter 28 cm dan masa pembuatan abad ke-12 sampai ke-13 M. Bentuk
mangkuk asal Thailand lainnya yang ditemukan memiliki badan berbentuk bulat dan tepian
terbuka serta memiliki kaki berukuran tinggi. Bahan keramik terbuat dari batuan berwarna abu-
abu kemerahan. Permukaan diberi glasir warna abu-abu kehijauan seladon dan berhias teknik
gores dengan motif flora berupa sulur-sulur daun pada permukaan tepian bagian dalam.
Sedangkan dinding bagian luar dihias cetak berupa daun-daun teratai runcing, dan pada
permukaan kaki dihias garis-garis lingkaran. Mangkuk ini berukuran tinggi 15,5 cm dan
diameter 19,5 cm (Listiyani, 2008: 24).

2. Sekilas Perkembangan Pembuatan Gerabah di Melikan


Pembuatan gerabah di Desa Melikan telah menjadi suatu profesi umum selama beberapa
generasi hingga sekarang. Menurut cerita dari masyarakat sekitar lereng gunung Jabalkat, Sunan
Bayat adalah yang pertama memulai pembuatan gerabah dengan teknik putaran miring. Kondisi
alam di Desa Melikan dan sekitarnya, memberi peluang bagi penduduknya untuk menekuni
55
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
GERABAH MELIKAN: FINISHING DAN PENGEMBANGAN ORNAMEN

pekerjaan sebagai perajin gerabah. Hal tersebut dikarenakan tanah di Desa Melikan banyak
mengandung komposisi tanah liat. Tanah di sekitar Desa Melikan menyediakan bahan dasar
tanah liat yang melimpah. Pasir untuk mencampur tanah liat bisa diambil dari sungai Ujung
yang mengalir melewati Desa Melikan. Para perajin gerabah menggantungkan bahan baku
gerabah mereka dari tanah persawahan di lereng bukit Jabalkat. Ada dua macam tanah yang
digunakan oleh para perajin gerabah Desa Melikan, yaitu tanah coklat dan tanah merah. Tanah
yang mereka gunakan untuk membentuk badan keramik biasanya berwarna coklat, sedangkan
tanah yang berwarna merah biasanya mereka gunakan untuk melapisi badan luar keramik yang
masih basah atau biasa disebut dengan engobe.

Tradisi pembuatan gerabah di Desa Melikan bukan sebatas pada teknik pembuatan, melainkan
juga menyangkut apa saja yang berhubungan dengan proses pra-produksi, produksi, dan pasca
produksi. Proses pra-produksi dimulai saat mengambil bahan baku tanah dan mengolahnya
menjadi bahan baku gerabah siap pakai, kemudian proses produksi dimulai dengan
menempatkan tanah liat pada perbot lalu membentuknya menjadi gerabah yang dikehendaki
seperti kendi, kendil, mangkuk, kuali, anglo, dan sebagainya. Setelah gerabah setengah jadi
maka dilakukan penjemuran dan pembakaran dengan tungku. Setelah gerabah sudah matang,
maka siap didistribusikan atau mendapatkan finishing lebih lanjut.

Proses produksi gerabah di Desa Melikan tersebut sudah berjalan ratusan tahun dari generasi
satu ke generasi berikutnya, maka dari itu proses tersebut sudah menjadi semacam ilmu. Melalui
ilmu tersebut, masyarakat Melikan sangat mengerti akan pola kerja, musim, karakter tanah,
angin, air, dan api yang berkenaan dengan produksi gerabah. Pengalaman mereka telah
menuntun mereka agar kerugian yang mungkin muncul dapat ditekan serendah mungkin.
Mereka yakin dan menikmati hidup dengan gerabah, sehingga tidak pernah berpikir untuk
beralih profesi dan tetap hidup sebagai perajin gerabah (Wahyuningsih, 2013: 91).

3. Peningkatan Nilai Mangkuk Gerabah dengan Penerapan Ornamen Batik Profan


Istilah ornamen diartikan sebagai sesuatu yang dirancang untuk menambah keindahan pada
suatu benda. Arti lain dari ornamen adalah tindakan, kualitas, dan lain-lain untuk menambah
keindahan (Guntur, 2004:2). Mencermati arti dari istilah ornamen tersebut, maka dalam hal
pengembangan ornamen pada mangkuk gerabah di Melikan mempunyai tujuan yaitu untuk
memperindah penampilan mangkuk gerabah tersebut. Mangkuk gerabah yang sebelumnya polos
tanpa tambahan ornamen tentu mempunyai nilai estetik yang berbeda dengan mangkuk gerabah
yang sudah mendapat tambahan ornamen tertentu di permukaannya. Ornamen yang
dikembangkan dengan teknik toreh dan tempel bisa bermacam-macam bentuk, seperti ornamen
pola, tumbuhan, dan binatang. Ornamen jenis tumbuhan memiliki fungsi yang sakral atau
simbolik yang dilatari oleh konsepsi atau pandangan suatu masyarakat terhadap jenis tumbuhan
tertentu (Guntur, 2004: 68). Begitu juga dengan ornamen binatang seperti burung, karena dalam
masyarakat tradisional Jawa zaman Hindu Budha, burung erat kaitannya dengan Dewa Wisnu.
Pengembangan ornamen pada mangkuk gerabah di Melikan tersebut diarahkan pada ornamen
batik profan (yang tidak mengandung nilai kesakralan) sekaligus juga merupakan warisan nenek
moyang yang adiluhung.

Hamzuri (1989: 6) memberikan penjelasan bahwa batik adalah lukisan atau gambaran pada kain
mori yang dibuat dengan menggunakan alat yang bernama canting. Kegiatan melukis atau
menggambar pada permukaan kain mori dengan memakai alat canting itu disebut dengan
membatik. Hasil batik atau batikan dapat bermacam-macam motif dan mempunyai sifat-sifat
khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri. Sedangkan istilah motif secara etimologi berasal dari
kata motive yang dalam bahasa Inggris berarti ragam atau corak (Badudu, 1994: 909). Motif
56
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
GERABAH MELIKAN: FINISHING DAN PENGEMBANGAN ORNAMEN

merupakan susunan terkecil dari gambar atau kerangka gambar pada benda. Motif terdiri atas
dasar bentuk atau objek, skala atau proporsi, dan komposisi. Motif menjadi pokok dari sesuatu
pola setelah motif itu mengalami proses penyusunan dan diterapkan secara berulang-ulang
sehingga diperoleh sebuah pola. Jika pola itu diterapkan pada benda lain nantinya akan menjadi
suatu ornamen. Di balik kesatuan antara motif, pola, dan ornamen itu terdapat pesan dan
harapan yang ingin disampaikan oleh pencipta motif batik, seperti motif burung yang
melambangkan dunia atas, dan sebagainya.

Menurut Susanto (1980:212), motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik
secara keseluruhan. Motif batik terdiri dari dua bagian, yaitu ornamen motif batik dan isen-isen
(pengisi) motif batik. Motif-motif golongan non geometris tersusun dari ornamen-ornamen
tumbuhan, Pohon Hayat, binatang, burung, garuda, dalam susunan tidak teratur menurut bidang
geometris. Sedangkan pengisi atau isen-isen motif batik adalah berupa titik-titik, garis-garis,
gabungan titik dan garis yang berfungsi untuk mengisi ornamen-ornamen dari motif atau
pengisi bidang diantara ornamen-ornamen tersebut. Isen motif ada bermacam-macam seperti:
cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek sawut, cecek sawu daun, sisik gringsing, galaran,
rambutan, sirapan, cacah gori, dan sebagainya.

Pada perkembangan batik masa lalu, proses membatik hanya dilakukan pada permukaan kain
mori saja. Tetapi saat ini banyak ornamen batik yang diaplikasikan pada berbagai macam
permukaan benda, dan salah satunya adalah pada permukaan mangkuk gerabah. Pengembangan
ornamen pada mangkuk gerabah dengan motif batik merupakan inovasi baru yang mulai
diterapkan pada gerabah dalam upaya meningkatkan nilai jual dan nilai estetik gerabah tersebut.
Sedangkan motif batik yang dikaji dalam penelitian ini adalah motif batik Bayat yang profan,
dalam arti tidak mengandung nilai kesakralan motif. Beberapa motif batik Bayat, seperti motif
Kelengan, motif burung, dan motif buah mengkudu (pace) diterapkan pada permukaan
mangkuk gerabah dengan teknik toreh dan tempel. Penambahan ornamen batik ini dapat
diaplikasikan pada semua jenis mangkuk gerabah yang diproduksi di Melikan, namun juga
harus disesuaikan antara besar atau kecilnya bentuk permukaan mangkuk gerabah dengan motif
batik yang akan ditorehkan. Beberapa contoh motif batik Bayatyang digunakan sebagai
penambahan ornamen pada mangkuk gerabah, tampak pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Batik Bayat motif Kelengan. Gambar 2. Batik Bayat motif Kipas.
(Sumber: Dokumentasi Wahyuningsih, 2015) (Sumber: Dokumentasi Wahyuningsih, 2015)
57
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
GERABAH MELIKAN: FINISHING DAN PENGEMBANGAN ORNAMEN

Gambar 3. Batik Bayat motif pace. Gambar 4. Batik Bayat motif burung.
(Sumber: Dokumentasi Wahyuningsih, 2015) (Sumber: Dokumentasi Wahyuningsih, 2015)

4. Aplikasi Teknik Toreh dan Tempel pada Permukaan Mangkuk Gerabah


Penerapan motif batik Bayatsebagai ornamen tambahan pada permukaan mangkuk gerabah
dibuat dengan teknik toreh dan tempel. Teknik ini dilakukan pada saat mangkuk gerabah dalam
keadaan setengah jadi setelah selesai dibentuk, karena tanah liat masih cukup lunak dan mudah
untuk ditoreh menggunakan alat toreh. Teknik tempel juga dilakukan pada saat gerabah dalam
keadaan setengah jadi, karena pembentukan bagian-bagian penambah akan lebih mudah jika
tanah liat masih lunak, dan akan cukup kuat menempel saat tanah liat sudah kering nantinya.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengaplikasian ornamen batik Bayat pada permukaan
mangkuk gerabah antara lain:
- Pengrajin gerabah harus mampu menguasai teknik toreh dan tempel, karena hasil torehan
yang baik mempunyai kedalaman yang sama agar gambar motif batik dapat tampak jelas;
- Pengrajin harus menguasai perspektif gambar motif batik yang akan ditorehkan pada
permukaan mangkuk gerabah, karena proses ini sangat berbeda dengan menggambar
motif batik pada kain mori. Kain mori mempunyai permukaan yang datar sedangkan
permukaan mangkuk gerabah berbentuk cembung melingkar;
- Pengrajin atau seniman harus menggambar motif batik dengan waktu yang terbatas,
karena bahan tanah liat mangkuk itu semakin lama semakin keras dan jika sudah
mengeras akan sulit ditoreh atau ditempel;
- Pengrajin juga harus sangat berhati-hati dalam memberi tekanan torehan, karena jika
tekanan terlalu besar akan membuat badan mangkuk gerabah menjadi tidak simertis,
berlubang, atau penyok;
- Dibutuhkan kesabaran dan kreatifitas yang tinggi saat mengerjakan teknik toreh dan
tempel, karena dengan kesabaran dan kreatifitas akan dihasilkan gambar ornamen batik
yang bagus dan indah pada permukaan mangkuk gerabah.

Setelah permukaan badan mangkuk gerabah selesai mendapatkan teknik toreh, akan dihasilkan
gambar ornamen batik Bayat yang dikehendaki. Ornamen pada permukaan mangkuk gerabah
tersebut akhirnya mengubah tekstur permukaan mangkuk yang sebelumnya polos menjadi
permukaan mangkuk yang bertekstur kasar sesuai dengan gambar ornamen batik yang dibuat.
Tekstur inilah yang kemudian memberi kesan seni tersendiri pada permukaan mangkuk gerabah.
Istilah tekstur juga merupakan unsur bagian dari seni. Kata texture berasal dari bahasa Inggris,
sedangkan dalam bahasa Indonesia adalah tekstur atau barik. Menurut Kartika (2007: 75) yang
dimaksud dengan tekstur adalah unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan bahan yang
58
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
GERABAH MELIKAN: FINISHING DAN PENGEMBANGAN ORNAMEN

sengaja dibuat sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang secara
nyata atau semu. Tekstur dapat melukiskan sebuah permukaan obyek atau benda. Di samping
itu, tekstur juga memiliki kualitas plastis sehingga menimbulkan bayangan. Kualitas plastis
tersebut menjadikan sifat dan karakter ekspresi karya seni berbeda-beda. Dengan
pengembangan ornamen pada permukaan mangkuk gerabah dengan motif batik Bayat,
dihasilkan sebuah mangkuk gerabah yang seolah-olah mempunyai relief motif batik yang indah,
unik, dan memiliki cita rasa seni yang tinggi. Selain itu, mangkuk gerabah yang semula kurang
memiliki nilai estetik kemudian berubah menjadi mangkuk gerabah yang memiliki nilai estetika
yang tinggi. Dengan demikian, tidak hanya nilai estetikanya saja yang bertambah, tetapi juga
nilai jual yang dimilikinya pun akan terdongkrak.

Mangkuk gerabah dari mulai bentuk polos sampai hasil akhir dengan torehan batik Bayat
tampak dalam foto-foto di bawah ini.

Gambar 5. Mangkuk gerabah polos.


(Sumber: Dokumentasi Wahyuningsih, 2015)

Gambar 6. Mangkuk gerabah dengan toreh ornamen Gambar 7. Tutup mangkuk gerabah dengan
batik motif bunga. ornamen motif isen-isen batik.
(Sumber: Dokumentasi Wahyuningsih, 2015) (Sumber: Dokumentasi Wahyuningsih, 2015)
59
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
GERABAH MELIKAN: FINISHING DAN PENGEMBANGAN ORNAMEN

Gambar 8. Mangkuk gerabah dengan ornament Gambar 9. Mangkuk gerabah dengan ornamen
motif batik gambar kupu-kupu. motif batik gambar daun.
(Sumber: Dokumentasi Wahyuningsih, 2015) (Sumber: Dokumentasi Wahyuningsih, 2015)

5. Perubahan Nilai dan Harga Jual Mangkuk Gerabah Batik


Seni kerajinan atau kriya (craft) adalah salah satu nomenklatur dalam ekonomi kreatif, karena
dari semua nomenklatur ekonomi kreatif yang ada, seni kerajinan tidak tergantung pada
teknologi tinggi, baik perangkat lunak maupun perangkat keras yang berharga mahal, serta
sangat berpotensi untuk dikembangkan. Namun terdapat beberapa kendala yang menyangkut
daya saing seni kriya Indonesia, yakni: masalah desain, hak kekayaan intelektual (HKI), dan
pemasaran (Wibowo, 2007: 66-67).

Desain adalah kendala utama dan mendesak untuk dipecahkan, menyangkut daya saing,
spesifikasi, dan keunikannya. Tanpa desain dan spesifik yang unik tidak mungkin akan
mendapat HKI dan apresiasi pasar yang baik. Desain merupakan faktor kunci yang sangat
menentukan dalam pengembangan produk kriya tradisional seperti mangkuk gerabah untuk
menuju ke arah yang lebih modern guna menjawab tuntutan industri kreatif. Permasalahan
kurangnya desain-desain inovatif berkualitas yang spesifik, unik, dan memiliki daya saing
merupakan permasalahan yang menjadi kendala dalam pengembangan beragam jenis kerajinan
tradisional. Keberhasilan dalam pembuatan produk-produk gerabah baru yang unik, berkualitas,
dan prospektif, harus dibarengi dengan teknik penyajian atau kemasan yang tepat guna menarik
minat konsumen. Sebab konsumen sebelum membeli produknya akan terlebih dahulu tertarik
dari cara penyajian dan kemasannya. Ada indikasi bahwa salah satu kelemahan dan murahnya
produk kerajinan Indonesia untuk bersaing di pasar global adalah kurangnya perhatian perajin
terhadap kemasan produk-produknya (Sudana, 2010: 5).

Informasi tentang industri kreatif diperlukan dalam penelitian ini guna mendorong,
mengarahkan, dan menentukan karakteristik atau kriteria desain yang dibuat agar bisa diterima
masyarakat industri baru. Industri kreatif adalah suatu industri yang berasal dari pemanfaatan
kreatifitas, keterampilan, serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan dan lapangan
kerja dengan menghasilkan dan mengeksploitasi daya kreasi dan daya cipta individu. Industri
kreatif lahir dari usaha untuk mengekspresikan potensi kreatif yang dimiliki seseorang. Oleh
karena itu, pekerja industri kreatif cenderung memilih lokasi yang mendukung kemunculan ide-
ide dan kreatifitasnya untuk bekerja. Kelebihan industri kreatif adalah tidak dibutuhkan modal
besar dan bisa dilakukan di mana saja, tidak seperti industri umumnya yang harus dilakukan di
sebuah pabrik atau tempat usaha luas yang memerlukan investasi besar (Sudana, 2013: 13). Hal
60
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
GERABAH MELIKAN: FINISHING DAN PENGEMBANGAN ORNAMEN

ini tercermin pada industri kreatif gerabah yang ada di Melikan, Klaten dengan produk yang
dikembangkan adalah mangkuk gerabah dengan ornamen batik Bayat.
Mangkuk gerabah yang sudah mendapatkan teknik toreh dan tempel dengan ornamen motif
batik Bayat, akan mempunyai pangsa pasar yang berbeda dengan mangkuk gerabah polos yang
belum mendapatkan penambahan ornamen batik. Sebagai contoh, sebuah mangkuk gerabah
polos yang dibuat tanpa ornamen memiliki harga jual sekitar Rp. 5.000,- sampai Rp. 8.000,- per
buah. Tetapi setelah mendapatkan penambahan ornamen motif batik Bayatdi permukaannya,
harga jual yang semula hanya Rp. 8.000,- kini mencapai harga Rp. 30.000,- per buah. Hal ini
menjadi potensi tersendiri yang harus dimaksimalkan oleh pengrajin gerabah, karena
pengembangan ornamen motif batik Bayatpada permukaan mangkuk gerabah tidak memerlukan
tambahan bahan baku atau modal, melainkan hanya kreatifitas, kesabaran, dan ketekunan.

Konsumen dan pasar mangkuk gerabah dengan ornamen motif batik Bayat juga sudah berbeda
dengan pasar mangkuk gerabah polos. Mangkuk gerabah polos sebagian besar hanya
mempunyai pangsa pasar lokal saja, karena mangkuk gerabah polos hanya digunakan untuk
wadah makanan atau kelengkapan perabot rumah tangga saja. Sedangkan mangkuk gerabah
dengan ornamen motif batik Bayat, cenderung digunakan untuk perabot estetis atau hiasan
ruangan. Fungsi utama dari mangkuk gerabah polos atau mangkuk gerabah dengan ornamen
batik Bayat adalah sama dan tidak berubah, yaitu sebagai wadah makanan, tetapi dengan
pengembangan ornamen batik Bayat akan menjadikan mangkuk gerabah itu sebagai benda
estetik karena mempunyai selisih harga yang jauh.

Setelah mendapatkan pengembangan ornamen motif batik Bayat pada permukaannya, mangkuk
gerabah tersebut kini dapat bersaing dengan komoditi perdagangan lain di pasar global. Harga
yang ditawarkan juga bervariasi tergantung ornamen yang ditorehkan atau besar kecilnya
bentuk mangkuk. Dengan harga yang melambung cukup tinggi, diharapkan pengrajin mangkuk
gerabah dengan ornamen motif batik Bayat akan mendapatkan keuntungan yang berlipat juga.
Pengembangan ornamen mangkuk gerabah dengan motif batik Bayat juga merupakan sebuah
upaya yang konkrit untuk memperbaiki dan meningkatkan taraf perekonomian pengrajin
gerabah, khususnya pengrajin gerabah di daerah Melikan, Klaten. Upaya tersebut tidak akan
berhasil maksimal jika tidak ada faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah kemauan
pengrajin untuk meningkatkan nilai guna mangkuk gerabah dengan pengembangan ornamen
batik Bayat lewat teknik toreh dan tempel, sedangkan faktor eksternal adalah peningkatan
promosi pasar agar mangkuk gerabah dengan ornamen motif batik Bayat dapat menebus pasar
nasional bahkan internasional.

Melalui strategi tersebut di atas, diharapkan peningkatan perekonomian masyarakat pengrajin


gerabah di Kota Klaten dapat mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan ekonomi
tidak harus langsung tertuju pada pangsa pasar internasional, tetapi jika pengembangan ornamen
mangkuk gerabah dengan motif batik Bayat tersebut dapat diterima masyarakat, maka
peningkatan produk gerabah sedikit demi sedikit dapat dimaksimalkan, dan akhirnya hal itu
juga membawa dampak bagi kehidupan pengrajin. Melalui strategi pengolahan mangkuk
gerabah yang baik, maka peningkatan taraf perekonomian pengrajin gerabah juga dapat
diwujudkan secara berkesinambungan.

D. SIMPULAN
Gerabah merupakan kebudayaan masa lampau peninggalan leluhur yang harus dilestarikan dan
dikembangkan pada masa sekarang ini agar kebudayaan tersebut tidak punah. Kebudayaan
gerabah juga merupakan cerminan kekayaan kultural masyarakat lokal di Indonesia yang belum
tentu dimiliki oleh daerah lain. Mangkuk gerabah merupakan salah satu hasil dari kebudayaan
61
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
GERABAH MELIKAN: FINISHING DAN PENGEMBANGAN ORNAMEN

pembuatan gerabah di Melikan, Klaten. Dalam perkembangannya, mangkuk gerabah hanya


dibutuhkan oleh masyarakat kecil saja sebagai perlengkapan rumah tangga, sehingga pangsa
pasarnya juga sangat kecil dan hanya melingkupi area lokal saja. Untuk itu diperlukan strategi
tepat guna agar peningkatan produksi, nilai estetik, dan pendapatan pengrajin gerabah dapat
dicapai. Strategi itu dapat dilakukan dengan penerapan ornamen batik Bayat pada permukaan
mangkuk gerabah dengan teknik toreh dan tempel. Hasilnya, mangkuk gerabah yang sudah
mendapat tambahan finishing ini mampu menaikkan nilai estetik, nilai jual, jumlah produksi,
permintaan pasar, dan pendapatan pengrajin gerabah sehingga mangkuk gerabah batik bisa
menembus pasar yang lebih luas. Dengan sentuhan kreatifitas, kesabaran, dan ketekunan
ternyata dapat membuat peningkatan signifikan dari mangkuk gerabah di Melikan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Kepala Desa Melikan; pengusaha gerabah di
Desa Melikan, perajin gerabah dengan putaran miring, para peneliti, budayawan, serta
pengamat keramik di Bayat, dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga dengan tulisan ini banyak memberikan tambahan ilmu pengetahuan, literatur, sekaligus
juga bermanfaat bagi semua pihak.

DAFTAR PUSTAKA
Badudu, J. S dan Moh. Zain. Sutan. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Guntur. (2004). Studi Ornamen Sebuah Pengantar. Surakarta: P2AI dan STSI Press.
Hamzuri. (1989). Batik Klasik. Jakarta: Djambatan.
Kartika, Dharsono Sony. (2007). Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.
Listiyani. (2008). Keramik BMKT Hasil Survei Kepurbakalaan di Kabupaten Belitung. Relik,
No. 06/September 2008. Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jambi.
Mayer, Ralph, (1969). A Dictionary of Art Term & Techniques. London: Adan & Charler Black
Ltd.
Mills, JFM. (1965). Dictionary of Art. New York: Pergamon.
Myers, B. S. (1969). Dictionary of Art. New York: The City College.
Pandanwangi, Ariesa. (2011). Laporan Penelitian Potensi Pengembangan Gerabah Bali dan
Dampaknya pada Pemenuhan Kebutuhan Pariwisata di Bali (Studi Kasus Gerabah Desa
Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung-Bali). Program Studi Seni Rupa
Murni Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Kristen Maranatha, Bandung.
Razak, R.A. (1981). Industri Keramik. Semarang: Balai Pustaka.
Ruth Lee. (1967). Exploring the World of Pottery, Designed by Mary Gehr. Chicago: Publisher
Childrens Press.
Soegondo, Santoso. (1995). Tradisi Gerabah di Indonesia dari Masa Prasejarah Hingga Masa
Kini. Jakarta: Himpunan Keramik Indonesia PT. Dian Rakyat.
Sudana, I Wayan. (2013). Pengembangan Kerajinan Keramik Gerabah Tradisional Gorontalo
Melalui Kreasi Desain Baru dan Perbaikan Proses Produksi untuk Mendukung Industri
Kreatif. Laporan AkhirPenelitian Strategis Nasional. Universitas Negeri Gorontalo,
Nopember 2013.
_____. (2011). Potensi dan Permasalahan Kerajinan Keramik Gerabah di Desa Tenilo Kota
Gorontalo. Laporan Hasil Penelitian Dasar Keilmuan. Lembaga Penelitian Universitas
Negeri Gorontalo. Gorontalo.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: CV Alfabeta.
62
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
GERABAH MELIKAN: FINISHING DAN PENGEMBANGAN ORNAMEN

Susanto, Sewan. (1980). Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta: Dept. Perindustrian RI.
Utomo, Agus Mulyadi. (2007). Wawasan dan Tinjauan Seni Keramik. Bali: ISI Denpasar.
Wahyuningsih, Novita. (2013). Keberadaan Kendi Melikan. Tesis, Program Pascasarjana,
Institut Seni Indonesia, Surakarta.
Wibowo, Hastjarjo B. (2007). Sebuah Opini Mengenai Seni Kriya Indonesia, dalam Kriya
Indonesian Craft, Edisi 05-2007, Dekranas, Jakarta.
IPTEKS BAGI MASYARAKAT BINTARO MELALUI INTEGRASI
MULTI CHANNEL SELLING

Hartini
Universitas Trisakti-Manajemen
021-5663232, e-mail: hartini_kdr@yahoo.com
Teddy Siswanto
Universitas Trisakti-Sistem Informasi
021-5663232, e-mail: teddysiswanto@yahoo.com
Agung Sediyono
Universitas Trisakti-Teknik Informatika
021-5663232, e-mail: trisakti_agung06@yahoo.com

ABSTRAK
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini merupakan kegiatan lanjutan dari kegiatan sebelumnya yang
berjudul IbM Bintaro Melalui Toko Online. Kegiatan lanjutan dibuat berdasarkan hasil kajian
implementasi selama setahun, dimana ditemukan kesulitan dan kekurang-efisienan mitra kerja dalam
memutahirkan data. Untuk itu perlu dilakukan integrasi input data pada aplikasi di situs web, facebook,
dan blackberry message (bbm) nya. Kegiatan IbM ini bertujuan untuk melakukan pengembangan kualitas
integrasi data untuk memudahkan pengoperasian sistem melalui pembuatan suatu middleware untuk
mengintegrasikan perangkat software situs web dengan perangkat jejaring sosial lainnya sehingga mitra
kerja dapat bekerja lebih efektif dalam memutahirkan foto dan harga produk, dengan demikian pemasaran
dan penjualan dapat dilakukan menggunakan berbagai media dengan efektifitas pemasukan data. Metode
Pendampingan tetap digunakan sebagai pendekatan implementasi kegiatan sehingga selain dapat
memandirikan mitra kerja terhadap pemanfaatan teknologi informasi juga meningkatkan kepuasan
pelanggan dan mitra kerja terhadap penggunaan toko online. Untuk langkah-langkah kegiatan dalam
pengabdian masyarakat ini meliputi analisis teknologi software yang sesuai untuk mengintegrasikan
kedua jenis software yaitu toko online dot com dengan jejaring sosial Instagram. Setelah dilakukan uji
coba middleware tersebut, maka proses pendampinganpun dimulai. Luaran kegiatan ini berupa integrasi
aplikasi dan modul-modul pelatihan. Untuk karya ilmiah yang diajukan ke seminar nasional membahas
bagaimana pengaruh jejaring sosial dalam peningkatan pemasaran suatu produk.

Kata kunci: middleware, toko online, integrasi, pendampingan, jejaring sosial

ABSTRACT
Activity Community Service event is a continuation of previous activities entitled IbM Bintaro Through
Online Store. Advanced activities made based on the study of implementation for a year, which found
difficulties and lack of inefficiency partners in update data. It is necessary for the integration of data
input to the application on the website, facebook, and black berry message. Activity IbM aims to develop
the quality of data integration to facilitate the operation of the system through the creation of a
middleware to integrate the software website with the other social networking so that partners can work
more effectively to update the photograph and the price of products, thus the marketing and sales can be
done using a variety of media with the effectiveness of data entry. Assistance continued to be used as a
method of approach to implementation of the action so than business partners can be independent of the
use of information technology also improves customer satisfaction and partners to use online store. For
steps in community service activities include the analysis of software technology that is suitable for both
types of software that integrates online stores dot com with the social network of Instagram. After testing
the middleware, the mentoring process begins. Outcomes of these activities in the form of application
integration and training modules. For scientific papers submitted to a national seminar to discuss how
social networks influence in the improvement of the marketing of a product.

Keywords: middleware, shop online, integration, mentoring, social networking


64
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
IPTEKS BAGI MASYARAKAT BINTARO MELALUI INTEGRASI MULTI CHANNEL SELLING

A. PENDAHULUAN
Menurut data yang tercatat di Kelurahan Pondok Aren (Bintaro), terdapat 446 usaha kecil
menengah dengan beragam usaha seperti warung, konveksi, toko, mebel, bengkel, pangkas
rambut, service, apotik, foto copy, marmer, dan lain-lain. Dari survei yang dilakukan, ternyata
masih banyak pengusaha mikro yang belum mencatatkan usahanya di Kelurahan, seperti yang
dilakukan oleh kedua mitra yang berlokasi di Pondok Pucung dan Pondok Jaya. Lokasi kedua
mitra hanya berjarak 5,1 km karena berada di wilayah Bintaro. Nama Bintaro cukup terkenal
karena digunakan sebagai nama perumahan Bintaro Jaya yang menyediakan fasilitas lengkap
mulai dari mini market, supermarket, hingga hypermarket. Untuk memenuhi kebutuhan warga
Bintaro Jaya, PT Jaya Real Property membangun pasar tradisional dengan konsep yang lebih
modern, bersih, segar dan nyaman yang disebut dengan Pasar Modern. Pasar ini dihuni oleh 56
ruko, 230 kios, 200 lapak, ATM Center, dan Jajanan Malam. Bintaro juga sudah membuat
media online dengan nama KicauBintaro.co.id. yang menginformasikan segala hal yang
berkaitan dengan Bintaro Jaya.

Mitra pertama memulai usahanya pada tahun 2005 dengan mendesain dan menjahit pakaian
anak-anak. Seiring dengan pertumbuhan anaknya, Ibu Tutik membuat pakaian remaja dan
dewasa. Karena desain yang bagus, pesanan demi pesanan berdatangan sehingga berbagai
macam produk mulai dari kemeja, gaun maupun gamis dengan bahan batik maupun bahan yang
lain sesuai dengan pesanan. Pada tahun 2011 usaha tersebut dikembangkan dengan membuka
butik (boutique) Reyra di sebuah kios di Pasar Modern Bintaro. Ciri khas dari produk yang
dihasilkan oleh butik Reyra ini terletak pada desain produk yang berbeda untuk setiap helai baju
yang dihasilkannya. Cara ini dilakukan untuk memberikan kepuasan pada pelanggannya, karena
produk yang diterima sesuai dengan harga yang dibayarkan, bervariasi mulai dari Rp 300.000,-
sampai Rp 2.000.000,- per helai baju. Selain dengan menggunakan display produk yang siap
untuk dijual (ready stock), mitra mengandalkan pemasaran yang dilakukan dari mulut ke mulut
(word of mouth), melalui blackberry dan facebook yang hanya dikenal oleh orang-orang tertentu
(pelanggan tertentu). Pada tahun pertama, mitra pertama ini sudah dibuatkan domain situs web
www.reyraboutique.com.

Mitra kedua bernama ibu Tuti Handayani memulai usahanya sekitar tahun 2010 di sela-sela
kesibukannya sebagai seorang karyawati sebuah Bank di Bintaro. Bermula dari pesanan dari
rekan-rekan kerja di kantornya hingga meluas ke teman dari rekan-rekannya tersebut. Produk
yang dihasilkan banyak variasi mulai dari aneka snack, aneka pasta, bento dan frozen hingga
masakan catering. Kini sejak pensiun dari Bank, waktunya banyak tercurah untuk memajukan
usaha namun masih terbatas di areal pertemanan saja. Mitra kedua ini merupakan pengganti dari
mitra sebelumnya yaitu Nidya yang menjual berbagai produk celana jeans sejak September
2011 dengan nama 90s stitch jeans berupa celana jeans dengan kualitas yang bagus dan harga
terjangkau, berkisar Rp280.000,- s/d Rp400.000,-. Dan pada tahun pertama sudah dibuatkan
domain situs web www.90stitchjeans.com. Namun ditengah perjalanan ternyata pemilik bisnis
ini dikarenakan suatu hal tidak lagi melanjutkan bisnis bersama sehingga kami mencari mitra
kerja pengganti dan diputuskan usaha ibu Tuti Handayani sebagai mitra kedua.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh UprightDecision, terhadap 344 responden dengan
337 diantaranya adalah pengguna media sosial, dapat disimpulkan bahwa facebook (87%),
kaskus (47%), dan twitter (25%) mendominasi pemasaran produk. Artinya bahwa pengguna
sosial media facebook lebih berpotensi membeli suatu produk yang dibicarakan dalam facebook
itu sendiri. Namun demikian kalau dilihat dari besaran nilai transaksi KasKus lebih unggul
dibanding facebook maupun twitter. Hal ini sangat dimengerti karena facebook maupun twitter
tidak semata mata ditujukan untuk jual beli seperti halnya KasKus. Dengan kata lain,
65
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
IPTEKS BAGI MASYARAKAT BINTARO MELALUI INTEGRASI MULTI CHANNEL SELLING

berdasarkan survey tersebut dapat disimpulkan bahwa media sosial sangat berpotensi untuk
digunakan sebagai sarana pemasaran

Berdasarkan kajian yang telah disebutkan sebelumnya terdapat 2 (dua) type mitra yaitu mitra
lama dan mitra baru. Untuk mitra lama walaupun telah dilakukan pelatihan maupun
pendampingan, ternyata pemilik usaha masih harus terus dibantu pengoperasian sistemnya
sehingga harus dicarikan solusi bagaimana dapat dimudahkan kembali sistem pengoperasian
upload foto produk kedalam toko online melalui gadget yang terbiasa digunakannya. Untuk
mitra baru, permasalahannya adalah terbatasnya pemasaran produk yang hanya sebatas domain
pergaulan pemilik saja.

B. METODOLOGI
Metode pendekatan yang diajukan untuk menyelesaikan persoalan mitra yang telah
disepakati bersama yaitu Metode Pendampingan

Gambar 1. Metodologi Pendampingan

1. Tahap Analisis Kondisi:


Hasil kajian implementasi toko online pada kegiatan IbM sebelumnya ditemukan masih
adanya kesulitan dan kekurang efisienan mitra kerja dalam memutahirkan data produk
sehingga diperoleh data yang terintegrasi antara aplikasi di situs web, facebook, dan black
berry message (bbm) nya.
2. Tahap Pembelajaran
Pemahaman yang didapatkan oleh mitra kerja diharapkan memberikan bekal kesiapan
mereka dalam menjalankan bisnisnya dan menjadikan para mitra ini tahu apa yang
seharusnya mereka lakukan untuk memulai, menjalankan dan memajukan usahanya. Tahap
pembelajaran diuraikan dalam 3 modul yaitu :
1) Modul Manajemen Bisnis Online
2) Modul Teknologi Informasi : Pengaruh Jejaring Sosial Dalam Penyebaran Informasi
Promosi Penjualan di Internet
3) Modul Petunjuk Teknis Pengoperasian Aplikasi.
3. Tahap Pengembangan Aplikasi
1) Middleware
Setelah dilakukan analisis kebutuhan informasi keuangan, kemampuan SDM pengelola
dan kapabilitas software yang bisa berinteraksi dan berintegrasi dengan aplikasi situs web
dan jejaring sosial. Maka dibuat sebuah aplikasi middleware untuk memasukan data
produk dan harga kedalam situs web dan jejaring sosial. Situs web
www.reyraboutique.com diintegrasikan dengan Instagram untuk mengupdate konten-
konten atribut produknya.
66
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
IPTEKS BAGI MASYARAKAT BINTARO MELALUI INTEGRASI MULTI CHANNEL SELLING

2) Aplikasi Situs Web untuk mitra kedua


Dengan CMS Wordpress dibuat situs web dengan themes yang sesuai profil mitra, maka
jadilah domain www.defito.com
4. Tahap Pendampingan
Setelah aplikasi teknologi informasi selesai maka proses berikutnya adalah pelatihan/training
penggunaan peralatan ataupun software aplikasi yang dibuat dalam tahap pengembangan
aplikasi.
5. Tahap Evaluasi
Untuk menilai kemandirian mitra dilakukan melalui kemampuan dan kenyamanan mitra
dalam menggunakan perangkat aplikasi, efektifitas waktu dalam pengelolaan operasional,
tingkat kepuasan pengguna atau pelanggan dalam memanfaatkan toko online dan adanya
omzet penjualan melalui transaksi penjualan yang ada dalam aplikasi.
6. Tahap Konsultasi
Dengan panduan team dosen, proses alih pengetahuan berupa aspek ekonomi dan teknologi
informasi disampaikan dengan cara yang efektif dan efisien sehingga mudah dicerna oleh
mitra kerja seperti yang terlihat dalam tahap pembelajaran. Berikutnya perlu dilakukan tahap
konsultasi dikarenakan kondisi SDM yang bervariasi dalam penguasaan materinya. Kondisi
SDM mitra kerja perlu ada peningkatan pengetahuan dan keahlian untuk bisa menghasilkan
kinerja yang lebih baik, memerlukan proses waktu guna mencapai kwalifikasi yang
diharapkan oleh tim IbM. Untuk itu perlu dilakukan pendampingan dan perbaikan kwalitas
terhadap kelemahan maupun kekurangan sistem kerja.

C. PEMBAHASAN
Luaran kegiatan berupa (1) Aplikasi Middleware pada domain situs web
www.reyraboutique.com (2) Situs web www.defito.com dan (3). Modul Pelatihan dan
Pendampingan. Luaran kegiatan yang telah tercapai antara lain:
1. Domain situs www.reyraboutique.com
Pada halaman awal terlihat situs web mitra memiliki bebarapa foto slider

Gambar 2. Situs Toko Online Reyraboutique


(Sumber: www.reyraboutique.com)

Middleware - Upload produk dari instagram


Seperti yang diketahui Instagram adalah salah satu media yang tepat untuk mempromosikan
produk secara instan. Karena saat ini lebih dari 20 juta orang Indonesia menggunakan
instagram sebagai hiburan sehari-hari. Fitur upload produk dari Instagram dalam bentuk
67
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
IPTEKS BAGI MASYARAKAT BINTARO MELALUI INTEGRASI MULTI CHANNEL SELLING

foto, jadi buat pebisnis yang aktif dan hobi bersosial media di Instagram maka dengan
memanfaatkan fitur ini si pemilik toko online bisa lebih mudah dan leluasa mengupload
produk tanpa harus memasukannya sendiri ke web toko online karena setiap foto produk
yang diupload di Instagram secara otomatis akan terposting ke toko online, dengan begitu
maka konsumen yang didapat pun tidak hanya berasal dari toko online saja tapi juga dari
Instagram.

Gambar 3. Middleware

Mitra Reyra Butik dinilai masih perlu pembimbingan dan pendampingan berikutnya
sehingga perlu ada pembelajaran tentang Manajemen, dan Teknologi Informasi. Adapun
materi pembelajaran untuk kedua mitra saat itu meliputi :
a. Kemampuan manajemen dalam pelaksanaan fungsi operasi, keuangan dan pemasaran
yang optimal.
b. Kecukupan pengetahuan tentang fungsi manajemen SDM sehingga mitra bisa
mendelegasikan tugas dengan baik maka konsentrasi pada pengembangan produk
maupun pelayanan lebih optimal.
c. Kecukupan pengetahuan tentang fungsi manajemen keuangan sehingga pembukuan yang
dilakukan oleh mitra sudah termasuk cerminan laporan keuangan dari suatu UKM yang
sangat diperlukan untuk pengajuan penambahan modal usaha dari pihak lain.

2. Domain situs www.defito.com

Gambar 4. Situs web Defito Food


(Sumber: www.defito.com)

Mitra kedua defito.com, sudah memiliki pengetahuan mencukupi tentang dasar teknologi
informasi sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk pembelajaran aplikasi pada domain
68
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
IPTEKS BAGI MASYARAKAT BINTARO MELALUI INTEGRASI MULTI CHANNEL SELLING

www.defito.com. Namun yang belum dilakukan oleh mitra kedua ini adalah pembukuan
keuangan. Jadi target kegiatan adalah pembelajaran manajemen bisnis online.

D. SIMPULAN
Sering kali orang berpendapat bahwa penjualan online cukup dilakukan hanya melalui jejaring
sosial seperti facebook, bbm dan berbagai type jejaring sosial lainnya sudah cukup bisa
dikatakan sebagai E-Commerce. Ada juga yang hanya mengandalkan situs web toko online saja.
Kedua cara tersebut diatas ditemukan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini yang ternyata
menimbulkan kelemahan metode. Situs web bersifat pasif tanpa metode SEO dalam mesin
pencari internet nama situs web sulit untuk dapat muncul dalam halaman pertama search engine,
sehingga harus disertai dengan jejaring sosial untuk pemasaran yang proaktif sedangkan situs
web dijadikan basis data dalam transaksi penjualan. Jejaring sosial sangat membantu dalam
upaya mempromosikan informasi produk-produk baru kepada calon pembeli, namun proses
transaksi tetap dilakukan di sdomain situs web toko online. Dengan demikian sifat jejaring
sosial yang pro aktif dapat dimanfaatkan dengan maksimal dan situs web toko online akan
menjaga database transaksi penjualan yang dapat dimanfaatkan untuk olahan data intelijen
pelanggan.

Untuk mengukur tingkat keberhasilan kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan melalui
pengamatan kemudahan operasional oleh mitra kerja. Sekarang untuk mengupdate produk baru
tidak harus melalui operasional laptop saja tetapi dapat dilakukan melalui gadget yang telah
terinstall Instagram, sehingga mitra kerja dapat leluasa mengupdate dalam berbagai kondisi dan
situasi tertentu. Kemudahan penggunaan aplikasi menunjukkan kenyamanan operasional kerja
sehingga dapat meningkatkan nilai kepuasan dalam penggunaan sistem. Untuk melihat
peningkatan omzet penjualan telah tersedia dalam aplikasi toko online yang dibuat.

SARAN
Dalam melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat akan lebih tepat kalau dalam tim
terdapat multi disiplin keilmuan seperti yang dilakukan dalam kegiatan ini. Karena
permasalahan mitra tidak selesai hanya dengan membuat suatu teknologi bantu saja. Selain itu
analisis kondisi perlu dilakukan studi kelayakan kemampuan SDM, ketersediaan waktu dan
pemilihan solusi yang tepat.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat RISTEK DIKTI yang telah memberikan bantuan hibah dana untuk kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini. Juga kepada Bapak Dr. Ir. Ady R. Thahir, MA beserta staff
Lembaga Pengabdian Masyarakat (LEMDIMAS) Universitas Trisakti yang telah memfasilitasi
dan mendukung kegiatan PKM ini. Ucapan terima kasih sudah tentu kami sampaikan kepada
mitra-mitra kerja PKM kami yaitu ibu Tutik Abdullah selaku pemilik Reyraboutique, ibu Tuti
Handayani selaku pemilik Defito Food dan Nidya Amalia selaku pemilik bisnis 90 stitchjeans.

DAFTAR PUSTAKA
Satzinger, J. W., Jackson, R. B., & Burd, S. D. (2010). System Analysis and Design in a
Changing World. Course Technology, Cengage Learning.
Wijaya, Edy. Survei Penggunaan MediaSosial di Indonesia, Uprigth Decision, diakses 10 Okt
2015 dari http://www.uprightdecision.com/phocadownload/Indonesia/ UprightDecision_
Analisis_Penggunaan_Media_Sosial_di_Indonesia.pdf
KEINDUSTRIAN DALAM SENI KRIYA
Yusuf Affendi Jalari
Guru Besar Ilmu Seni Rupa dan Desain, Fakultas Seni Rupa dan Desain
Universitas Trisakti, Jakarta

ABSTRAK
Proses penggarapan produk kriya berbeda dengan proses industri yang modern. Proses produksi kriya
selain ditentukan oleh teknologi lokal juga ditentukan oleh sentuhan akhir dari kerja seni seorang
seniman. Makalah ini membicarakan tentang proses pembakaran keramik di kampung Kebagusan
Sitiwinangun Cirebon, proses pembuatan batik tulis tenun gedog Tuban, dan motif-motif batik Madura.
Proses pembakaran keramik di kampung Kebagusan Sitiwinangun Cirebon dilakukan secara gotong-
royong dan bergiliran. Proses pembakaran menghasilkan permukaan gerabah yang berbeda-beda,
misalnya apabila dibakar dengan daun jati, maka permukaan gerabah akan kemerah-merahan, selain
coklat kopi hangus. Sedang apabila dibakar dengan daun nangka, maka permukaan gerabah akan
kecoklatan dengan nuansa kehijauan tembaga disana sini. Kekhasan tenun gedog adalah bahannya yang
agak kasar dan warnanya cenderung kumal. Bintikan-bintikan kapas dari proses pemintalan tradisional
telah memunculkan tekstur yang khas tenun gedog. Kekhasan lainnya adalah bahwa proses pembuatan
tenun gedog seluruhnya dikerjakan secara tradisonal. Untuk sampai menjadi tenun gedog terdapat
beberapa proses dan setiap proses terdiri dari beberapa langkah. Kegiatan membatik di Pulau Madura
sudah berlangsung lama dan diprakarsai oleh seorang pedagang yang berasal dari daerah pesisir
Pekalongan, yang kemudian berkeluarga dan menetap di Madura. Pada awalnya kegiatan membatik di
pulau Madura hanya berfungsi sebagai kerja sambilan ibu-ibu rumah tangga yang sering ditinggal suami
pergi berlayar dalam rangka mencari nafkah. Kerinduan pada kedatangan suami dilepaskan oleh mereka
dengan membatik. Kondisi psikologis yang seperti itulah yang kemudian mempengaruhi dan
memunculkan motif-motif batik tulis yang khas Madura.

Kata kunci: proses keramik Desa Sitiwinangun, batik tulis gedog Tuan, motif-motif batik Madura

ABSTRACT
The making process of craft product is different from modern industrial processes. Beside determined by
local technology, the production process of craft is also determined by the finishing touch of an artist's
work of art. This paper talks about the ceramic firing process in the Village of Kebagusan Sitiwinangun
Cirebon, the making process of gedog batik weaving of Tuban, and batik motifs of Madura. The burning
process of ceramics in the village Kebagusan Sitiwinangun Cirebon is conducted in mutual cooperation.
and turns. The burning process results in different vessels surfaces; for example, when burned with teak
leaves, then the surface will be reddish in appearance, in addition to coffee brown one. When burned with
jackfruit leaves, then the surface will be earthenware copper in color with shades of green here and there.
The specificity of gedog batik weaving is that its material is rough and its color is dull. The portruding
appearance of the cotton resulted from traditional spinning process has created a distinctive texture of
the woven gedog. The other specificity is that the process of the gedog weaving is entirely done
traditionally. There are several processes to make woven gedog and each process consists of several
steps. Batik making activities in Madura have been going on for a long time and initiated by a trader who
came from a coastal area of Pekalongan, who later got married and settled in Madura. At the beginning
the activities of batik making on the Island of Madura serve only as a side activities of housewives whose
husbands often went sailing in order to earn a living. Longing for the arrival of their husbands, they spent
the time by making batik. Psychological condition like that later affected the batik of Madura and gave its
characteristic motifs.

Keywords: Sitiwinangun Village ceramic process, gedog batik weaving of Tuban, batik motifs of Madura
70
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KEINDUSTRIAN DALAM SENI KRIYA

A. PENDAHULUAN
Pada awalnya adalah sebuah kata yang mengandung makna. Kata itu kerajinan. Imbuhannya
beragam-ragam, seperti : kerajinan rakyat, industri kecil kerajinan, kerajinan tangan, usaha
kerajinan. Pemakaiannya dari sejak masa kolonial hingga kini kata kerajinan masih digunakan,
walaupun maknanya sudah menyimpang atau berbeda dengan asal mulanya. Kalau ada
kerajinan pasti ada kemalasan. Begitulah makna kerajinan pada masa terjajah supaya rajin
kerja, karena pemerintah kolonial tidak dapat lagi membiayai pemerintahan jajahannya.
Kejadiannya sekitar 1930-an, ketika masa Malaise melanda dunia.

Kini kata kerajinan sudah tidak pantas lagi digunakan, karena Indonesia sudah terbebas dari
penjajahan. Kata yang disebarkan, untuk menggantikannya adalah kriya, yang berakar dari
kata karya, kerja yang bermakna lebih luas serta lebih mendalam. Kriya lebih dekat pada
kreativitas, pada proses kerja yang runtut, pada pengaturan, pengelolaan pelaksanaan atau
managemen yang lebih jelas. Selain itu kriya berkaitan dengan teknologi proses dan bahan serta
seni, selain proses beradaptasi dengan lingkungan budaya dan pasar. Akhirnya kriya mendapat
imbuhan seni, menjadi seni kriya, yang hingga kini masih dalam perdebatan.

Tentang Keindustrian Kriya


Rekan-rekan dari Design Centre Jepang memberi sedikit batasan tentang craft atau kriya, yaitu
sebagai berikut :
Dikerjakan oleh lebih dari 20 pekriya, dalam proses yang sama, dengan bantuan peralatan
tertentu serta menghasilkan benda berdaya guna yang artistik.

Beberapa bukti menunjukkan seperti keramik Widayanto, batik seni Amri Yahya, batik sutra
Obin, mebel rotan Haji Ebon, tenun Reni Aqub, tenunan batik Jadin, mebel Farouk Kamal,
anyaman bambu Rini Joeda, perhiasan peak Runi Palar, ukiran Taqim, busana seni Harry
Darsono, tapestri Yusug - Anas, tenun seni Ridaka, batik Hasan dan masih banyak lagi.
Keadaan tersebut berjalan sejak tahun 1979 hingga kini. Pengambil inisiatif kreatif
kebanyakan akademisi, lulusan pendidikan tinggi seni rupa dan desain.

Kecenderungan perkembangan kriya itu sangat menarik, karena kelompok tradisional mendapat
imbas gagas-cipta atau desain dari kelompok kriya akademisi, sedang kelompok terakhir
mendapat bahan atau sumber gagas-cipta, teknologi dan hasilnya yaitu kriya yang diindustrikan
dalam skala kecil semacam studio atau bengkel (sekitar 1980 1985).

Proses penggarapan produk kriya berbeda dengan proses industri yang modern dan sudah
mapan. Proses produksi kriya selain ditentukan oleh teknologi lokal setempat, maka ditentukan
pula sentuhan akhir dari kerja seni seorang seniman atau suatu kelompok pekriya yang
nyeniman.

Di dunia seni rupa Barat kriya lebih banyak dicirikan oleh ekspresi inividu senimannya.
Sedangkan di Timur lebih banyak dicirikan oleh kelompok seniman atau pekriya. Seikat bukti
seperti batik Cirebon, gerabah Lombok, sulaman Kawalu, songket Pandai Sikat, pelangi
Palembang, pasar seni Sukawati, ukiran Jepara, gerabah Kasongan, batik Garutan, lampu gentur
Cianjur, sulam tangan Naras, dan sebagainya. Baru pada dekade tahun 1970-an, terjadi
perubahan dalam ungkapan ekspresi kriya, yaitu bergeser ke arah ungkapan senimannya.
Pergeseran itu disebabkan oleh kehadiran seniman akademisi dalam bidang kriya atau
cendekiawan yang berkiprah di bidang tertentu.
71
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KEINDUSTRIAN DALAM SENI KRIYA

B. METODOLOGI
Pada bagian selanjutnya dari tulisan singkat ini, digambarkan keadaan di lapangan hasil
pengamatan dari suatu kerja kekriyaan yang dapat dan sudah berkembang ke industri.
Gambaran dilapangan itu hanya untuk menggambarkan bahwa dasar-dasar keindustrian telah
dan sedang berjalan menuju tradisi baru seni atau desain kriya.

Seni kriya untuk pembangunan yang berkelanjutan.


Dua dekade terakhir kemajuan seni kriya Indonesia cukup berarti dalam menunjang
pembangunan ekonomi masyarakat. Salah satu penunjang terbesar adalah sektor pariwisata
yang secara saling menunjang meningkatkan produk seni kriya tradisional maupun kriya yang
baru. Pada saat ini industri kecil kerajinan atau dapat disebut juga dengan istilah seni kriya di
Indonesia, terbagi dua : pertama seni kriya yang dikerjakan secara tradisional dan kedua, seni
kriya yang dikerjakan secara modern.

Yang pertama jumlahnya lebih banyak dengan tenaga kerja sekitar sepuluh juta perajin yang
terlibat, tersebar diseluruh Indonesia. Dari Aceh sampai Asmat di Irian Jaya. Sedangkan yang
kedua, jumlah lebih terbatas dengan peralatan produksi dan manajemen yang lebih pasti dan
teratur, biasanya dipimpin oleh seorang atau beberapa orang lulusan akademisi atau seorang
seniman terdidik.

Lulusan akademi seni rupa dan desain dari institut di dalam negri maupun dari luar negeri telah
banyak menyumbangkan karyanya untuk seni kriya Indonesia. Selain itu pengaruh turis asing
yang datang di berbagai pusat seni kriya seperti di Bali, Yogyakarta dan Jepara telah
menyumbangkan kreasinya dengan cara kerjasama dalam bisnis kriya dengan pengusaha kriya
setempat. Pengaruh dari turis desainer itu terlihat nyata di Bali Selatan, yang ditunjang oleh
tradisi kuat dari budaya seni kriya perajin-perajin Bali. Selain kegiatan seni kriya dan industri
kecil yang telah maju serta mendapat keuntungan melimpah, masih terdapat usaha kriya yang
mentradisi di kampung dan di desa. Kegiatannya bersatu dengan alam dan manusianya, sedang
proses kerjanya masih sederhana, seperti yang terdapat dalam proses kerja pembakaran keramik
gerabah (earthware) di desa Sitiwinangun Cirebon serta pembatikan di Kampung Terusmi
Cirebon, di Indramayu dan di Tuban, semuanya di pantai Utara pulau Jawa.

C. PEMBAHASAN
1. Kerja Gotong Royong yang Mentradisi.
Pembakaran Keramik Gerabah (earthware) di Desa Sitiwinangun Cirebon.
Bagaimana suatu karya seni kriya tercipta? Prosesnya dari mulai bahan mentah hingga
terwujudnya suatu bentuk, memiliki cerita atau tahapan kerja yang cukup panjang. Sehelai jarit
Batik, sebentuk keris atau sebentuk Paso keramik tidak terwujud begitu saja, melainkan ada
tangan-tangan terampil yang mengerjakannya. Ada lingkungan yang menciptakannya. Ada
tradisi artistik yang mendukungnya. Pada umumnya karya kriya atau kerajinan tidak dikerjakan
sendiri, melainkan digarap melalui banyak tangan secara beraturan (collective artwork).

Di balik sebentuk kendi gerabah, terjalin suatu kisah proses gerabahnya, kiranya perlu
pendekatan secara sosiologis terhadap karya seni kriya. Selain pendekatan teknis ekonomis yang
selama ini diterapkan, disamping pendekatan desain estetis. Karena lingkungan desa atau
kampung perajin memiliki karakter atau perilaku budaya yang tersendiri, bahkan dari setiap
wilayah di Indonesia lingkungan budaya perajin lebih banyak menentukan hasil akhir dari suatu
desain kriya.
72
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KEINDUSTRIAN DALAM SENI KRIYA

Umpamanya, motif gambar kuda pada kain ikat Sumba, mengapa tidak tercipta motif kuda itu
di kain tenun Dayak Iban di Kalimantan? Alasan yang khusus, karena lingkungan budaya dan
alam yang berbeda masing-masing memiliki sifat tersendiri yang dicirikan oleh kehidupan
perajin, pekriya beserta lingkungannya.

Bagi seorang seniman, perajin dan desainer lingkungan kerja yang namanya studio, bengkel,
kampung atau laboratorium sangat menentukan proses garapan suatu karya. Demikian pula bagi
perajin yang tinggal di desa dan kampung, akan terikat oleh lingkungan kebiasaan atau adat
yang berlaku di seputar kampungnya.

Suatu gambaran yang dramatis terjadi setiap minggu di kampung Kebagusan Sitiwinangun
Cirebon, perajin keramik gerabah melakukan pembakaran secara gotong royong atau kolektif.
Caranya sederhana, setiap keluarga atau rumah perajin mendapat giliran untuk menjadi
koordinator pembakaran. Bilamana seseorang perajin mendapat giliran untuk membakar
gerabah mentahnya, biasanya ditentukan oleh kelompoknya. Sedang keluarga perajin lainnya,
berkewajiban untuk membantu kegiatan pembakaran itu. Seorang perajin yang cekatan dan
terampil biasanya ditunjuk oleh kelompoknya untuk menjalankan sebagai koordinator
pembakaran.

Aneka tugasnya antara lain : menentukan hari dan jam pembakaran. Tentang jam berapa tidak
pernah diberiitahukan secara pasti, cukup dengan perkiraan yang berkaitan dengan waktu sholat
atau bedug di Mesjid. Seperti : sebelum atau sesudah Dhuhur, Bada ashar dan sebagainya.
Tugas lainnya adalah menyediakan bahan bakar berupa jerami, daun-daun kering dan bahan
bakar lainnya yang cukup untuk satu kali pembakaran. Kemudian benda-benda gerabah mentah
dari mulai gentong yang berukuran besar sampai pada paso atau celengan yang kecil-kecil.
Menata gerabah mentah hingga menyerupai bukit bukan pekerjaan yang mudah, karena kalau
salah menyusunnya pada pembakaran bisa hancur. Apabila si pemilik gerabah mentah telah
menyusunnya dengan rapi, maka segera bukit gerabah ditimbuni oleh jerami diseling dedaunan
kering.

Pembakaran berlangsung api menyala dan dalam sekejap menjalar menghabiskan jerami dan
daun-daun, tanpa diperintah atau komando setiap orang yang tergabung dalam kelompok perajin
membawa galah bambu untuk menggeser jerami supaya api tetap menyala merata serta semakin
tinggi panasnya. Maka teater pembakaran sampai pada klimaksnya, setiap pemain perajin
sibuk mempertahankan api agar tetap di puncak panasnya, pada saatnya yaitu ketika gerabah
yang dibakar telah berubah menjadi pijar nyala api yang merah bening.
Pembakaran gerabah itu sangat alami, karena tidak pernah mempergunakan alat-alat ukuran
panas atau waktu untuk mengukur lama pembakaran. Walaupun demikian secara prinsip dasar-
dasar pembakaran gerabah atau biskuit telah memenuhi persyaratan yang mendasar. Seperti
ketika pijar-pijar api sedang berada di puncaknya, maka para perajin mempertahankan api itu
supaya tidak segera turun panasnya. Apabila terjadi penurunan panas yang drastis, seketika
maka barang-barang gerabah akan pecah-pecah.

Bagaimana caranya menurunkan panas secara beraturan? Dalam kelompok kerja gotong royong
tidak kehilangan akal yang logis tetapi mendtradisi, caranya : disiramkan air sedikir demi
sedikit di sekeliling lingkaran api, yaitu di seputr pembakaran agar mulai menurun panasnya.
Dalam waktu bersamaan pijar-pijar api dari jerami mulai berkurang. Maka proses kerja
pembakaran hampir selesai, dalam waktu singkat hanya sekitar 40 menit. Bukit api berubah
bentuk menjadi tumpukan bara api dari gerabah yang baru saja dibakar. Panasnya masih terasa
dari jarak 4 -5 meter. Proses pendinginan sedang berjalan, kira-kira memerlukan waktu sekitar
73
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KEINDUSTRIAN DALAM SENI KRIYA

satu jam. Dan secara perlahan-lahan benda gerabah yang asalnya putih menjadi merah keabu-
abuan, kemudian dikeluarkan dari tumpukan pembakaran dengan jepitan dari galah bambu.

Pengalaman dari proses pembakaran menyajikan permukaan gerabah yang berbeda-beda,


misalnya apabila bahan baku bakarnya dari daun-daun jati, maka gerabah yang terbakar akan
menjadi kemerah-merahan, selain coklat kopi hangus. Sedang apabila dibakar dengan daun-
daun nangka, maka menyebabkan permukaan gerabah jadi kecoklatan dan sedikit nada
kehijauan tembaga disana sini. Di kampung Kebagusan Cirebon, digunakan bahan bakar jerami
dicampur daun-daun jati, menghasilkan antara kemerahan terra cotta dan nada warna abu-abu
seperti hangus disana sini. Tidak merata seperti lukisan abstrak, menyajikan permukaaan yang
artistik. Ada permukaan yang hangus dan yang tidak.

Budaya gotong royong masih tetap hidup dalam masyarakat kampung dan desa, seperti di
kampung Kebagusan, kegiatan kreatif dan produktif dilandasi budaya gotong royong. Dalam
prinsip yang sederhana, seorang warga perajin bertanggung jawab pada warga kampungnya
secara keseluruhan. Sebaliknya dalam proses kerja gerabah, semua perajin bertanggung jawab
kepada seorang perajin yang lebih pintar atau terampil serta dianggap sebagai tetua. Untuk
keberhasilan bersama dari kampungnya.

Selain budaya gotong royong yang ramah menjadi nafas desa, maka budaya daur ulang telah
berjalan secara mentradisi. Seperti penggunaan jerami untuk bahan bakar gerabah yang
diperoleh sesudah panen sawah. Abu jerami sisa pembakaran dikumpulkan dan ditabur kembali
di pesawahan untuk menyuburkan tanah. Cara lain, abu itu disaring halus dan dicampur dengan
tanah gerabah ditambah pasir halus. Suatu budaya daur ulang yang melestarikan lingkungan
alam tanpa suara teriakan.

2. Tenun Gedog Tuban dan Batik Madura Tanjung Bumi.


a. Batik Tulis Tenun Gedog Tuban.
Tuban merupakan salah satu kota Kabupaten di pantai Utara Jawa Timur, yang mayoritas
penduduknya nelayan dan petani. Selain mempunyai potensi yang bagus sebagai salah satu kota
pemasok ikan asin dan terasi, Tuban juga berpotensi sebagai daerah kunjungan wisata. Potensi
wisata lain yang dimiliki Tuban adalah pantai dan Masjid Agung Tuban dimana terdapat
Makam Sunan Giri (salah satu dari sembilan Wali penyebar agama Islam di pulau Jawa). Selain
makam terdapat mitologi Ronggo Lawe, seorang panglima perang yang gagah berani, menjadi
kebanggaan masyarakat Tuban. Terdapat Kelenteng yang konon merupakan satu-satunya
Kelenteng di Asia yang menghadap ke laut. Selain tempat-tempat tersebut, Tuban juga dikenal
dengan batik tulis Tenun Gedog.

Desa Margorejo merupakan suatu desa yang berjarak sekitar 28 km ke arah Barat Daya kota
Tuban, yang merupakan desa penghasil batik tulis tenun Gedog. Bagi desa yang berjumlah
penduduk 3750 orang (pada tahun 1980) atau 917 kepala keluarga, membatik merupakan
kegiatan yang menghidupi di samping bertani sebagai lahan penghidupan utamanya. Selain desa
Margorejo yang termasuk kecamatan Kerek juga terdapat desa-desa lainnya di kecamatan yang
sama juga penghasil tenun Gedog, seperti : desa Gaji, desa Kedungrejo, desa Karanglo. Konon,
seperti yang dipercayai oleh masyarakat Margorejo, hingga saat ini bahwa nama Gedog berasal
dari suara yang dikeluarkan oleh pemintal : gedog..gedog..gedog.
Motif-motif yang terdapat dalam batik tenun Gedog adalah motif-motif tipikal pesisir. Motif
bunga laut dengan berbagai variasinya, selalu muncul dalam setiap olahannya. Selain motif
bunga, juga muncul motif-motif binatang. Munculnya motif-motif yang memakai desain dasar
bunga laut, sangatlah wajar jika kita melihat Tuban dari posisi geografisnya. Masyarakat Tuban
74
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KEINDUSTRIAN DALAM SENI KRIYA

yang akbrab dengan dunia bahari tentu saja akrab dengan bentuk-bentuk flora dan fauna laut.
Dari keakraban tersebut munculah imaji-imajimya yang kemudian diaktualisasikan ke batik
tulis tenun Gedog. Motif-motif guntingan, kapsaan, campursari, kembang waluh, ganggeng,
titik (baris) adalah motif-motif yang banyak dikenal sebagai motif hias tenun gedogan.

Kekhasan tenun gedog adalah bahannya yang agak kasar dan warnanya cenderung kumal.
Bintikan-bintikan kapas dari proses pemintalan yang tradisional, telah memunculkan tekstur
yang khas tenun Gedog. Kekhasan lainnya adalh bahwa proses pembuatan tenun gedog,
seluruhnya dikerjakan secara tradisonal yaitu gedogan.

Untuk sampai menjadi tenun gedog terdapat beberapa langkah proses.


Proses pertama :
1. Bahan baku kapas
2. Kapas dibibis/menghilangkan biji kapas
3. Usoni adalah menguraikan (disentangle) serat kapas agar mudah dipintal
4. Digulung (roll) untuk kemudian dibuat bulatan
5. Diantih (spin) dengan menggunakan jontro (alat pemintal, spinning wheel)
6. Dilikasi dengan alat likasan
7. Distreng/ukel jadi benang lawe

Proses kedua :
Proses pembuatan kain lawon putihan.
1. Benang lawe (lawe yarn)
2. Benang direbus untuk menghilangkan lemak
3. Dijemur hingga kering
4. Dikanji (starchel) dengan nasi jagung/ tepung kanji
5. Disikati dengan serabut kelapa
6. Dijemur hingga kering
7. Diulur (extented) dengan alat ingan
8. Dihani untuk menentukan panjang dan lebar kain
9. Memasukkan benang dalam sisir
10. Ditenun jadi kain lawon putih

Proses ketiga (membatik lawon)


Proses produksi batik tulis tenun gedog
1. Kain lawon
2. Diputihkan : dicuci dengan campuran thepol
3. Dijemur sampai kering
4. Dilengkreng atau di pola
5. Dilengkapi isen-isen
6. Ditembok
7. Dicelup warna dasar
8. Diangin-angin hingga kering
9. Isen-isen
10. Celup dengan warna yang dikehendaki
11. Diangin-anginkan
12. Dilorot atau diproses pemisahan dari lilin malam
13. Diangin-anginkan hingga kering
14. Jadi kain tenun gedog
75
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KEINDUSTRIAN DALAM SENI KRIYA

Tahap proses seperti tersebut di atas merupakan tahapan yang selalu dilalui oleh setiap perajin
batik tulis di Tuban dan justru pada proses seperti itulah kekhasan batik tulis tenun gedog.

Sementara itu tahapan dan waktu proses produksi sebuah batik tulis tenun gedog secara
sederhana dapat disusun sebagai berikut :
Tahap Awal pekerjaan pemintalan : untuk satu potong kain lawon dengan ukuran 90 x
250 cm, memerlukan waktu sekitar 7 hingga 9 hari dengan kebutuhan lawe sebanyak 5 ukel.
Tahap Kedua pekerjaan menenun : untuk menghasilkan satu potong lawon ukuran 90 x
250 cm memerlukan waktu 4 hingga 5 hari kerja.
Tahap Ketiga pekerjaan membatik : untuk menyelesaikan satu potong kain batik ukuran
90 x 250 cm membutuhkan waktu 3 hingga 4 hari kerja.

Jadi untuk menyelesaikan satu potong batik tulis tenun gedog memerlukan waktu kurang lebih
14 hingga 18 hari kerja.

b. Batik Madura punya Tradisi


kegiatan membatik di pulau Madura telah ada sejak 250 tahun yang lalu, dan diprakarsai oleh
seorang pedagang yang berasal dari daerah pesisir Pekalongan, yang kemudian berkeluarga dan
menetap di Madura.

Pada awalnya kegiatan membatik di pulau Madura hanya berfungsi sebagai kerja sambilan ibu
rumah tangga yang sering ditinggal suami pergi berlayar dalam rangka mencari nafkah.
Kehidupan semacam itu terdapat juga di kawasan Indramayu, Cirebon dan Pekalongan sebagai
kawasan pesisir Utara Jawa. Sebagai pedagang antar pulau, sebagian besar masyarakat Madura
saat itu, setiap bepergian memerlukan waktu antara 30 hingga 40 hari lamanya. Dalam suasana
menunggu suami kembali dari berniaga, para istri mengisi waktu luangnya dengan membatik.
Bahkan ketika kerinduan pada suami datang dilepaskannya dengan membatik. Dalam kondisi
psikologis yang seperti itulah yang kemudian mempengaruhi dan memunculkan motif-motif
batik tulis yang khas Madura. Suasan kerinduan, kesepian, menunggu dan lain-lain terkadang
diimplementasikan pada desain-desain yang serasi dengan situasi psikologis pengrajinnya.
Munculnya gambar-gambar burung, yang bisa muncul sebagai gambaran dari sang suami yang
sering pergi merantau banyak muncul dalam batik tulis Madura. Selain gambar burung, juga
banyak muncul pancing/ kail yang menggambarkan masyarakat Madura suka mencari ikan di
laut. Motif Tasekmalaya (gelombang laut) merupakan manifestasi dari kebiasaan masyarakat
Madura dalam mengarungi lautan. Begitu pula dengan motif-motif dari gambar-gambar
binatang dan sisik ikan dan masih banyak lagi yang menggambarkan dunia bahari.

Batik tulis Madura tersebar di beberapa kabupaten seperti Sumenep, Bangkalan, Pamekasan dan
Sampang. Motif-motif tradisional yang ada di dalam batik tulis Madura berjumlah kira-kira 96
motif yang didata lebih lanjut dan yang paling khas adalah motif Tasekmalaya yang
dilatarbelakangi oleh kehidupan masyarakat Madura pada umumnya. Selain motif Tasekmalaya,
juga ada motif Sekar Jagat, Sapu Jagat, Sesek Bei, Purik Ramo, Ji Panji, Adzan Sakera, Daun
Rnimba, Ceremai, Banglan, Seref dan masih banyak motif lainnya.

D. KATA AKHIR, SIMPULAN DAN SARAN


Tradisi Keindustrian Seni Kriya yang Berkelanjutan
Tiga sentra seni kriya yaitu Cirebon, Tuban dan Madura yang masih memegang tradisi artistik
telah digambarkan secara sekilas, data informasinya langsung dari lapangan serta belum terolah
dengan rapi. Berbagai pertanyaan timbul :
76
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KEINDUSTRIAN DALAM SENI KRIYA

Masih dapatkah seni kriya itu hidup untuk 10 atau 20 tahun lagi? Dalam lingkungan
kampung/desa yang kurang terjamin? Mungkin besok atau lusa kampung perajin itu sudah
digusur, karena digantikan oleh pabrik atau pertokoan atau jalan tol.
Masih memungkinkah dikembangkan desain atau seni kriya dalam lingkungan kerja seni
yang tidak mendapat perlindungan hukum, perlindungan hak cipta, perlindungan terhadap
alam lingkungan hidup perajin, perlindungan kemudahan untuk mendapatkan bahan mentah,
perlindungan untuk mendapatkan laba/nilai lebih secara ekonomis yang adil serta
perlindungan terhadap kebebasan berkarya seni?
Desain kriya dalam keseluruhan penggarapan seni menjadi satu dengan unsur-unsur seperti
lingkungan hidup, persediaan bahan mentah, kesempatan pemasaran, kreativitas dan latar
budaya (etnik).
Penggarapan seni kriya di Indonesia lebih bersifat komunal dari pada individual. Kekayaan
tradisi artistik masih melekat di setiap lingkungan kerja seni kriya yang tersebar dari Aceh
sampai ke Asmat di Irian Jaya.
Penggarapan seni kriya secara inividual dikerjakan oleh seniman/desainer lulusan akademi
yang jumlahnya tidak banyak. Karena di Indonesia terdapat beberapa perguruan tinggi seni
rupa dan desain, tetapi hanya dua perguruan perguruan tinggi yang memiliki jurusan kriya.
Dalam waktu duapuluh tahun terakhir telah terjadi kerjasama antara perajin desa yang
tradisional dengan seniman/desainer akademisi. Hasilnya terciptanya desain-desain baru
yang memberikan harapan untuk terus dikembangkan.
Keindustrian dalam seni kriya tidak hanya mengandung suatu proses kerja teknologi seni
kriya, melainkan melibatkan unsur-unsur sosiologi, budaya lokal, adat istiadat dan bisnis
yang telah melekat. Semuanya pada saat ini abad 21, berbenturan dasyat dengan arus budaya
baru, teknologi media informasi yang tidak sedikit menyebabkan masyarakat pengusaha dan
pekerja kriya menjadi kebingungan.
Bimbingan dan penyuluhan teknik dan desain yang langsung di bengkel/studio kriya akan
segera meningkatkan ketrampilan kriya, selain lebih banyak menanamkan kepercayaan diri.
Terutama kepercayaan akan pekerjaan kriya yang dapat menghidupi keluarga pekriya.
Bimbingan dan penyululan teknologi bersifat lebih menebalkan kepercayaan diri,
mengembalikan nilai-nilai kemanusiaan untuk mencapai gubahan seni kriya yang tinggi
mutunya. Barang seni kriya tidak dapat direndahkan, selama proses pengerjaan dilakukan
dengan kesungguhan, karena pengolahannya dilandasi kecintaan pada pekerjaan kriya
tersebut. Pada gilirannya, hasil kriya seni akan lebih mendapat penghargaan tinggi
dibandingkan dengan barang buatan mesin. Untuk mencapai hasil yang maksimal diperlukan
perangkat dasar berupa watak ulet dan kreativitas yang dinamis serta tanggap terhadap
perubahan zaman.

Catatan :
Karangan tentang seni kriya di atas merupakan satu bagian dari 60 (enam puluh) tulisan riset di
pedesaan. Sejak tahun 1984 2004, belum sempat disusun kembali.

DAFTAR PUSTAKA
Borgdorff, Henk. (2012). The Conflict of The Faculties, Perspective on Artistic Research and
Academia. Leiden University Press.
Polangi, Michael. (1966). The Tacit Dimension. New York: Doubleday.
Yanagi, Soetsu. (1972). The Unknown Craftsman : A Japanese Insight into Beauty. New York:
Kodausha.
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO
SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Agus Nur Setyawan


Program Studi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No. 36A, Kentingan, Jebres, Surakarta 57126
No. HP: 087835394780, e-mail: agusnur9@gmail.com
Yayan Suherlan
Program Studi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No. 36A, Kentingan, Jebres, Surakarta 57126
No. HP: 081567764578, e-mail: yayansuherlan@yahoo.co.id
Desy Nurcahyanti
Program Studi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No. 36A, Kentingan, Jebres, Surakarta 57126
No. HP: 081329440771, e-mail: desynurcahyanti@gmail.com

ABSTRAK
Kerajinan sangkar burung merupakan salah satu jenis kerajinan yang hampir tidak surut pembeli.
Permintaan pasar akan kebutuhan sangkar burung selalu meningkat pada setiap tahunnya, mengingat
penggemar dan peternak burung peliharaan semakin meningkat. Maka tidak mengherankan apabila UKM
kerajinan sangkar burung yang berkualitas sering kewalahan order. Kegiatan IbM Kelompok Perajin
Sangkar Burung, adalah sebuah wujud nyata upaya upaya peningkatan ekonomi kreatif masyarakat di
Kadipiro agar produktivitas usahanya mampu memenuhi permintaan pasar secara kualitas dan kuantitas.
Di samping itu kegiatan ini merupakan solusi bagi pemecahan masalah manajemen produksi dan usaha,
serta membantu perajin dalam perluasan pasar.Kasus di Kelompok kerajinan sangkar burung Sambirejo
dan Gebang menjadi fokus utama kegiatan melalui introduksi alat produksi, pelatihan, dan
pendampingan. Masalah-masalah yang dihadapi oleh kedua kelompok perajin adalah 1) peralatan masih
terbatas mengakibatkan belum mampu menerima pesanan dalam jumlah banyak, 2) keterampilan perajin
dalam inovasi desain dan teknis masih terbatas, 3) kualitas sangkar belum mampu bersaing di segmentasi
pasar menengah ke atas, dan, 4) manajemen usaha masih tradisional. Solusi yang dilakukan adalah 1)
introduksi alat produksi dan finishing, 2) pelatihan dan pendampingan desain dan teknis produksi, 3)
pelatihan finishing, 4) pelatihan dan pendampingan manajemen produksi dan usaha, dengan metoda
kegiatan, yakni a) forum diskusi terbatas tentang desain produk, prospek pasar, dan strategi
pengembangan usaha; b) kaji tindakberupa penambahan alat dan penataan tempat produksi, pelatihan dan
pendampingan pengembangan usaha berupa pengelolaan produksi dan usaha, inovasi desain, kualitas
produk, dan finishing.

Kata kunci: sangkar burung, industri kreatif, ekonomi kreatif, Kadipiro

ABSTRACT
Bird cagecraft is one type of craft that hardly subsided buyers. Market demand for the needs of the bird
cage is always increased in every year, considering fans and breeders of birds as a pethave increased to.
So it is not surprising that SMEs bird cage craft need a quality often overwhelmed order. Bird cage Craft
Group is a tangible manifestation of the creative efforts toimproving the economy in the society so that
productivity of their business in Kadipiro are able to meet market demand in terms of quality and
quantity. In addition, this activity is a problem-solving solution for productmanagement and operations,
and helps artisans to expant the market. Case in group of bird cage craft of Sambirejo and Gebang be
the main focus of activities, through the introduction of production equipment, training, and mentoring.
The problems faced by both groups of artisans are, 1) the equipment is still limited results in not being
able to accept orders in large quantities, 2) skills of artisans in the design and technical innovation is still
limited, 3) quality of the cage has not been able to compete in the upper middle market segment, and, 4)
management of the business is still traditional. Solutions that did by the team are, 1) introduction of the
78
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

means of production and finishing, 2) train and mentoring the design and technical production, 3) train
finishing, 4) train and assistance in the management of production and business, with the method of
activity, namely, a) limited discussion forum on the product design , market outlook, and business
development strategies, b) action research in the form of additional tools and structuring the place of
production, training and business development assistance in the form of production and business
management, design innovation, product quality, and finishing.

Keywords: bird cage, creative industries, creative economy, Kadipiro

A. PENDAHULUAN
Struktur usaha yang berkembang selama ini, khususnya di Surakarta, masih bertumpu pada
keberadaan industri kecil dan menengah, meskipun dengan kondisi yang memprihatinkan, baik
dari segi nilai tambah maupun dari keuntungan yang diperoleh. Keberadaan Usaha Mikro Kecil
Menengah (UMKM) sebagai lembaga perekonomian rakyat cukup signifikan perannya dalam
menumbuhkan lapangan kerja dan menggerakkan kegiatan perekonomian masyarakat. Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Surakarta juga sudah mampu menjadi penggerak
perekonomian rakyat. Hal ini selain dapat dilihat dari perkembangan jumlah UMKM di Kota
Surakarta dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yang menunjukkan peningkatan secara
pesat, juga pengaruh UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja. Dari RPJM Daerah Kota
Surakarta Tahun 2010-2015 disebutkan bahwa sisi penyerapan tenaga kerja pada Usaha Mikro,
Kecil Menengah, selama kurun waktu 5 (lima) tahun menunjukkan peningkatan, yaitu dari
sebanyak 15.230 orang pada tahun 2005, menjadi 19.857 orang pada tahun 2009. Dilihat dari
skala usahanya, penyerapan tenaga kerja paling banyak pada Usaha Menengah (UM),
selanjutnya Usaha Kecil (UK) dan Usaha Mikro (UM). Selama kurun waktu 5 tahun jumlah
Usaha Menengah (UM) meningkat dari sebanyak 8.300 orang (2005) menjadi 10.600 orang
(2009). Jumlah Usaha Kecil (UK) juga meningkat dari sebanyak 3.705 orang (2005) menjadi
4.845 orang (2009). Sementara itu tenaga kerja pada Usaha Menengah (UM) meningkat dari
sebanyak 3.225 orang (2005) menjadi 4.412 orang (2009). Keberadaan industri kecil dan
menengah sebagai bentuk industri kreatif di bidang kerajinan menjadi salah satu pemeran
kebangkitan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Surakarta. Dengan demikian
pengembangan industri kreatif menjadi langkah strategis yang dapat dilakukandalam usaha
meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian (ekonomi kreatif) masyarakat.
Salah satu bentuk industri kreatif yang berkembang di Surakarta adalah kerajinan sangkar
burung, yang tersebar di beberapa tempat.

Di Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari terdapat beberapa kelompok usaha kerajinan


sangkar burung, diantaranya adalah Kerajinan Sangkar Burung Sambirejo dan Kerajinan
Sangkar Burung Gebang. Kedua kelompok usaha ini menjadi penting karena banyak
menampung masyarakat yang tidak mendapatkan pekerjaan disektor formal sehingga dapat
membantu menekan tingkat pengangguran dan pemerataan pendapatan di Kelurahan Kadipiro.

Kelompok Usaha Bersama Sangkar Burung Sambirejo (mitra I) terbentuk pada tahun 2012.
Kelompok usaha ini dirintis oleh beberapa warga Kampung Sambirejo RT 02 RW IX,
Kelurahan Kadipiro, Kecamatan Banjarsari Surakarta. Jumlah orang yang terlibat dalam
kegiatan usaha ini sebanyak 10 orang, yang pada awalnya mereka adalah para pekerja
serabutan, dengan penghasilan yang tidak menentu. Selama kurun waktu dua tahun berjalan,
kelompok usaha sangkar burung Sambirejo memiliki alat produksi yang dibuat sendiri; meliputi
mesin potong, bor duduk, dan mesin amplas, masing-masing dua buah. Peralatan tersebut
digunakan oleh 10 perajin secara bergantian. Dengan peralatan seadanya, dapat menghasilkan
79
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

rata-rata 5 (lima) sangkar per hari. Selain di wilayah Jawa Tengah, pemasaran sangkar burung
Sambirejo sudah mampu menembus pasar di DKI dan Jawa Timur, melalui pengepul yang
datang mengambil barang. Produk sangkar burung Sambirejo sementara ini baru produk
setengah jadi (mentahan), dengan pendapatan rata-rata Rp 50.000,-/hari/perajin. Pendapatan
sangat minimum apabila dibandingkan dengan kebutuhan hidup sekarang.

Kerajinan Sangkar Burung Gebang (mitra II), berlokasi di Kampung Gebang RT 07 RW 17


Kelurahan Kadipiro, Solo. Memulai usaha pada tahun 2003, dikelola oleh Suratno. Spesialisasi
produk Kerajian Sangkar Burung Gebang, adalah pembuatan mahkota sangkar burung bulat.
Pada tahun tahun 2013 mengembangkan usahanya dengan membuat sangkar jadi, dengan cara
mengadakan sangkar mentah, kemudian di-finishing menjadi sangkar jadi.

Potensi industri kerajinan Sangkar Burung Sambirejo dan KUB Kerajinan Sangkar Burung
Gebang (mitra II) cukup potensial untuk dikembangkan dan diharapkan akan menjadi salah satu
sektor andalan dalam pengembangan potensi daerah di masa yang akan datang, mengingat
potensi pasar yang ada dan peran sektor industri cukup menjanjikan. Dalam kurun waktu dua
tahun berjalan, permintaan pasar sangkar burung dari kedua mitra ini sudah mampu menembus
pasar di beberapa kota di Jawa Tengah, DKI Jakarta dan wilayah Sumatra.

Untuk menciptakan daya saing yang kuat, produk kerajinan sangkar burung yang dihasilkan
harus memiliki kualitas yang baik. Peningkatan kualitas produk dapat dilakukan dengan
meningkatkan kompetensi perajin dengan memperluas pengetahuan, menambah wawasan dan
mengembangkan ketrampilan. Selain itu juga perlu didukung oleh ketersediaan peralatan yang
cukup dan memadai. Pengembangan usaha kerajinan sangkar burung diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian dan taraf hidup masyarakat. Di samping itu dengan pengembangan
usaha kerajinan sangkar burung diharapkan dapat menjadi titik awal menuju industri kreatif dan
mendukung pengembangan ekonomi kreatif masyarakat, yang dapat menciptakan manfaat yang
lebih luas bagi masyarakat.

Banyak faktor yang menyebabkan pola penyelenggaraan pengembangan kewirausahaan


(industri dan perdagangan) berbasis masyarakat belum optimal dan berkelanjutan. Salah satu
penyebabnya adalah belum adanya perencanaan pengembangan yang komprehensif, integratif
dan berkelanjutan. Agar dalam pemberdayaan pelaku usaha kerajinan sangkar burung menuju
industri kreatif untuk mendukung pengembangan ekonomi kreatif dapat direncanakan,
dilaksanakan dan dimanfaatkan secara optimal bagi masyarakat di wilayah Kelurahan Kadipiro
dan sekitarnya, maka diperlukan konsep perencanaan berupa rumusan kebijakan dan model
pemberdayaan yang jelas, terarah, tepat dan terpadu, dengan mendasarkannya pada pengkajian
yang komprehensif.

Kedua mitra sampai saat ini belum mampu memenuhi jumlah permintaan pasar, karena
keterbatasan alat dan proses produksi. Melihat potensi pasar sangkar burung yang masih
terbuka, perlu adanya program peningkatan teknologi alat produksi serta pendampingan baik
dari sisi produksi maupun manajemen usaha yang dapat mendorong produktivitas mereka ke
arah produk massa dan lebih berkualitas.

Kelompok usaha Kerajinan Sangkar Burung Sambirejo ini memiliki permasalahan yang sama
dengan Kelompok kerajinan Sangkar Burung Gebang. Permasalahan prioritas yang dihadapi
mitra yang perlu segera diatasi adalah permasalahan produksi dan manajemen. Secara umum
permasalahan dalam kaitannya peningkatan produksi dan manajemen kerajinan sangkar burung
yang akan diselesaikan antara lain adalah :
80
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

a. Belum memiliki mesin perajang bambu atau pembuat jeruji sangkar, sehingga harus beli
jeruji dari perajin di luar Kadipiro
b. Ketrampilan para pengrajin yang masih terbatas terutama pengembangan desain yang
diminati pasar dengan kualitas yang baik. Lambatnya pengembangan desain disebabkan
kurangnya pengetahuan dan ketrampilan pengrajin terhadap produk yang diinginkan atau
yang diminati pasar.
c. Terbatasnya ketersediaan alat produksi yang canggih yang dapat menunjang terciptanya
produk sangkar burung yang berkualitas tinggi. Belum ada kemandirian pengrajin khususnya
berkaitan dengan ketersediaan dana untuk pengadaan alat bantu produksi, sehingga mereka
seringkali harus menggantungkan diri pada bantuan/pemberian dana dari pemerintah untuk
membeli alat-alat tersebut.
d. Untuk memasarkan produk sangkar burung, pengrajin membutuhkan area pemasaran atau
showroom untuk memasarkan produk sangkar burung. Selama ini mereka (pengrajin) hanya
mengandalkan pengepul yang mengambil barang setiap saat.
e. Faktor lain yang menghambat pengembangan produk dan proses produksi adalah
keterbatasan dan kesulitan dalam memperoleh tambahan modal usaha. Tentu saja dari segi
finansial masyarakat pengrajin ini belum banyak mengerti bagaimana caranya untuk bisa
mendapatkan tambahan modal usaha, sehingga kreativitas untuk mengembangkan volume
produksi tidak sesuai dengan keinginan yang diharapkan, karena semua masih terbentur
dengan keterbatasan modal yang dimilikinya.

B. METODOLOGI
Metode pendekatan yang ditawarkan untuk menyelesaikan persoalan produksi dan manajemen
mitra yang telah disepakati bersama dalam kurun waktu realisasi program IbM, adalah
memberikan pelatihan dan pendampingan pengembangan produktivitas sangkar burung.
Berdasarkan hasil diskusi dengan kedua mitra dari beberapa permasalahan yang dihadapi,
diperoleh skala prioritas permasalahan yang harus segera diselasaikan. Skala prioritas
permasalahan untuk Kelompok Usaha Sangkar Burung adalah masih sederhananya alat
produksi sehingga tidak efektif dari sisi waktu produksi, serta terbatasnya kemampuan perajin
dalam mengelola produksi. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, tim pengabdian
menawarkan solusi pemecahan masalah dengan metode pelaksanaan sebagai berikut:

Tabel1. Permasalahan Produksi dan Solusi yang Ditawarkan

No. Keadaan Permasalahan yang Timbul Pemecahan Masalah


1. Desain dan varian Produk monoton kurang Pendampingan dan
produk bersaing. Menciptakan desain produk
sangkar burung yang
diminati pasar.

2. Finishing Mitra 1: produk belum sampai Pelatihan dan pendampingan


finishing. finishing.
Mitra 2 : Finishing hanya satu
jenis (melamine), belum ada
kraetivitas pengembangan
finishing.
2. Peralatan produksi Terbatasnya ketersediaan jumlah Pengadaan peralatan
alat produksi modern. modern.
81
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

3. Manajemen Proses produksi yang tidak Pelatihan proses produksi


produksi dan terintegrasi, serta kedudukan terintegrasi, dan
pemasaran alat dan posisi kerja yang tidak penempatan kedudukan
ergonomis. peralatan secara ergonomis.
Kontinyuitas produksi dan
pemasaran produksi terganggu. Pendampingan akses pasar.

1. Metode Kegiatan
a. Lokasi kegiatan
Kelompok Kerajinan Sangkar Burung Sambirejo, RT 02 RW 9 Kelurahan Kadipiro,
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta.
Kelompok Kerajinan Sangkar Burung Gebang, RT 07 RW 17 Kelurahan Kadipiro,
Kecamatan Banjarsari Kota Surakarta. Kegiatan direncanakan dilaksanakan pada
bulan ke 2, berakhir pada bulan ke 9
b. Metode Pelaksanaan
Secara garis besar metode yang digunakan dalam implementasi kegiatan IbM meliputi:
diskusi, kerja bengkel atau studio, operasional industri, pelatihan dan pendampingan
(kelompok dan individu). Langkah-langkah dalam implementasi ipteks disajikan pada
tabel 2.

Tabel 2. Permasalahan dan Metode implementasi IbM


Permasalahan Tahapan pelaksanaan
Pengembangan desain Diskusi Tim dengan UKM tentang desain dan varian
dan varian produk produk sangkar burung yang diminati pasar (konsumen)
sangkar burung dan belum tersedia di UKM.
Draf gambar desain produk sangkar burung.
Diskusi draf gambar desain produk sangkar burung
dengan UKM.
Perbaikan draf desain menjadi desain komprehensif.
Inovasi finishing Diskusi dengan UKM tentang alternatif finishing yang
sangkar burung kreatif.
Pengembangan wawasan finishing produk melalui
referensi .
Pelatihan finishing.
Pengembangan Pengadaan peralatan produksi.
peralatan Introduksi alat produksi.
Pengembangan proses Diskusi Tim dengan UKM tentang kondisi manajemen
produksi dan posisi produksi yang sudah ada (kelebihan atau kekurangan)
kerja serta promosi Tim melakukan analisis kebutuhan manajemen produksi
dan pemasaran dan pemasaran, termasuk kebutuhan teknologi
informatika.
Tim menata ulang prosedur dan mekanisme kerja
produksi serta membuat desain promosi.
Membuat dan menggiatkan jejaring sosial.
Merancang kerjasama dengan mitra (pasar, produsen,
modal) dengan Pemda (Deperindagkop), Dewan
Kerajinan daerah dan pusat, eksportir dan BDS.
82
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

2. Partisipasi Mitra
Dalam pelaksanaan program, mitra ikut berperan aktif. Adapun partisipasi dalam
pelaksanaan program atau penerapan Ipteks adalah
a. Tahap sosialisasi: Mitra ikut berpartisipasi dalam menyiapkan tempat, sarana dan
prsarana untuksosialisasi kegiatan.
b. Tahap pelaksanaan: Mitra ikut membantu dalam persiapan dan pelaksaan program,
mulaidari penyiapan tempat, alat, dan bahan yang akan digunakan dalam kegiatan
c. Tahap evaluasi: Dalam tahap ini mitra membantu memonitor pelaksanaan program
penerapan Ipteks, mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi saat persiapan atau
sosialisasi, pelaksanaan, serta evaluasi.

C. PEMBAHASAN
Kegiatan Iptek Bagi Masyarakt (IbM) ini telah mencapai 100 % dari seluruh rangkaian kegiatan.
Beberapa kegiatan yang telah terlaksana antara lain: a) introduksi alat produksi, antara lain
mesin jigsaw, airbrush, tablesaw, dan bor duduk, b) Pelatihan cetak resin pembuatan relief
untuk elemen estetis sangkar burung, dan pelatihan menejemen produksi terintegrasi serta
diskusi serta motivasi pemasaran. Dalam pelaksanaannya kegiatan IbM mengalami
perubahan.Perubahan dilakukan karena terdapat rentang waktu yang cukup lama antara waktu
pengajuan dengan pelaksanaan, sehingga kebutuhan riil mitra sedikit berbeda dengan pengajuan
sebelumnya. Beberapa perubahan yang terjadia antara lainbeberapa alat produksi mitra sudah
membeli sebelum kegiatan dilaksanakan, yakni circlesaw dialihkan ke tablesaw. Perubahan
yang ke dua yakni pelatihan teknik cetak resin pembuatan elemen estetis sangkar. Melihat
kondisi pasar sangkar burung saat ini yang mengalami penurunan, mitra diberi pelatihan
pengembangan alternatif produk elemen estetis interior berbasis sangkar burung.

1. Forum Diskusi Terbatas


Kegiatan forum diskusi terbatas dengan kedua mitra dampingan, juga melibatkan ketua RT
setempat, dilakukan untuk memastikan kembali kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan.
Dari hasil kegiatan diskusi diperoleh kepastian permasalahan yang dihadapi mitra sebagai
berikut:
a. Proses produksi.
1) Dari bahan mentah hingga menjadi sebuah sangkar burung, memerlukan proses
yang panjang dan rumit. Melibatkan berbagai komponen yang disatukan dengan
cara dirakit satu dengan yang lain, meliputi: bagian garengan ataukaki sangkar;
angsang; tebok; ring (empat susun); jeruji; motoran atau cakram; tatakan; dan pion
serta gantangan (pengait).
2) Untuk menghasilkan sebuah sangkar burung utuh, seorang perajian membutuhkan
waktu setidaknya sehari penuh. Karena, selain jeruji dan motoran serta gantangan
yang sudah jadi (disuplai oleh perajin lain), seorang perajin harus melakukan
pekerjaan memotong bahan bakal ring, kemudian membuat lubang jeruji dengan
cara mengebor sebanyak jumlah jeruji yang dibutuhkan, kemudian merakit
komponen-komponen tersebut.
3) Dalam proses pengerjaan, perajin dibantu dengan beberapa peralatan kerja, yaitu:
gergaji meja yang didesain khusus dengan tatakan miring; mesin profil rakitan;
mesin bor rakitan; mesin amplas rakitan. Disebut dengan mesin rakitan, karena
para perajin mendesain sendiri perlatan tersebut, dengan memanfaatkan mesin
bekas, seperti dinamo bekas yang dipasang pada sebuah konstruksi, dengan tatakan
dibuat miring untuk memudahkan kebutuhan sudut potong sesuai yang diperlukan.
83
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Dari proses pekerjaan sebagaimana diuraikan di atas, ditemukan beberapa persoalan


terkait dengan proses penyiapan komponen sangkar burung. Beberapa
permasalahan itu meliputi:
1. Meja kerja gergaji potong tidak permanen dudukannya, sehingga bergeser saat
dinyalakan, disebabkan karena getaran yang timbul.
2. Proses pemotongan bahan yang memerlukan sudut kemiringan tertentu tidak didukung
dudukan yang terukur, sedangkan untuk mencapai tingkat presisi yang dibutuhkan
hanya mengandalkan perasaan perajin dalam mengarahkan bahan yang dipotong.
3. Posisi perajin terhadap mesin potong tidak ergonomis. Mengakibatkan perajin mudah
terserang kelelahan.
4. Meja mesin profil dan mesin amplas sekedar dibuat agar dinamo dapat didudukkan,
sedangkan posisi perajin menduduki sebagian dari ujung meja mesin. Dalam posisi ini
sudah barang tentu perajin mudah terserang lelah.
5. Posisi duduk perajin menentang sumber cahaya, sehingga silau.
6. Dari populasi perajin yang berjumlah 10 orang, masing-masing perajin mengerjakan
seluruh komponen yang dibutuhkan secara keseluruhan.

Gambar 1: Forum diskusi terbatas, evaluasi produk sangkar burung sebelum pelatihan.
(Sumber: Dokumentasi Tim)

2. Pelatihan dan Pengembangan Skill


Pada dasarnya para perajin di kedua mitra, sudah memiliki kemampuan dasar membuat
sangkar burung, yang didapat secara autodidak. Hanya saja ada perbedaan keahlian di
antara kedua mitra tersebut, yakni; mitra sangkar burung Gebang khusus pada finishing
produk, sedangkan mitra perajin sangkar burung Sambirejo selama ini konsentrasi pada
produksi sangkar setengah jadi. Kualitas produk masih kasar, sehingga jangkauan pasar
hanya mampu menyentuh segmentasi menengah ke bawah.

Melihat kondisi demikian, pelatihan dilaksanakan dalam dua tahap, yakni tahap pertama
pelatihan produksi dari mulai perencanaan atau desain produk, teknis pemotongan bahan,
merangkai, sampai finishing. Pelatihan dilaksanakan selama 4 (empat) hari dengan target
menghasilkan 4 (empat) buah sangkar kualitas baik.

a. Pelatihan Pengembangan Desain


Pelatihan pengembangan desain produk mengarah kepada pengayaan wawasan perajin
terhadap perkembangan tren model sangkar burung. Pada pelatihan tersebut diberikan
contoh-contoh model sangkar yang banyak beredar di pasaran saat ini. Dari beberapa
referensi yang ada, peserta pelatihan mencoba membuat kreasi desain sebagai bahan
pembuatan pada pelatihan teknis produksi.
84
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Gambar 2: Latihan aplikasi pola potong dasar.


(Sumber: Dokumentasi Tim)

Mengingat rata-rata perajin kurang memiliki kemampuan skill menggambar dan membuat
sketsa, maka metoda pelatihan pembuatan sketsa disesuaikan dengan kemampuan yang
perajin miliki. Dari gambar rancangan dibuat pola sesuai dengan rancangan. Pada praktik
pengerjaannya kadang-kadang perajin melakukan sedikit perubahan guna penyesuaian
proporsi produk. Hal ini dimaklumi karena pola gambar tidak menggunakan bagan teknik
produk secara detail.

Sebagai hasil dari tahap kedua pelatihan dihasilkan desain sangkar burung dengan teknik
aplikasi relief cetak tuang sebagai elemen estetis sangkar.

b. Pelatihan Teknik Produksi


Target kegiatan pelatihan teknis produksi yakni mitra mampu membuat produk sangkar
burung setengah jadi, cetak resin, dan finishing. Pelatihan dilaksanakan selama tiga hari,
yakni dua hari pelatihan teknik produksi, dilaksanakan di kelompok perajin sangkar
burung Sambirejo. Sedangkan pelatihan cetak resin dan finishing dilaksanakan satu hari
di Kelompok perajin Gebang.
85
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Gambar3: Pelatihan dan praktik teknik produksi sangkar setengah jadi.


(Sumber: Dokumentasi Tim)

Guna melatih kerjasama tim produksi, maka pada pelatihan teknik pembuatan produk
setengah jadi peserta dibagi menjadi tiga tim, masing-masing tim tiga orang sehingga
selama dua hari ditargetkan dapat menghasilkan tiga buah sangkar burung setengah jadi
dengan kualitas baik. Pada pelatihan teknik cetak dan finishing tim dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama khusus pada pelatihan cetak, sedangkan kelompok ke dua
konsentrasi pada finishing.

Gambar 4: Pelatihan teknik cetak tuang.


(Sumber: Dokumentasi Tim)
86
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Gambar 5: Hasil cetakan untuk sangkar bulat.


(Sumber: Dokumentasi Tim)

Gambar 6: Hasil cetakan untuk diaplikasikan pada sangkar persegi empat.


(Sumber: Dokumentasi Tim)

Gambar 7. Aplikasi cetak resin dan finishing.


(Sumber: Dokumentasi Tim)
87
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Adapun hasil yang dicapai pada pelatihan yakni :


1) Pelatihan teknik produksi
a) Peserta mampu membuat potongan secara presisi.
b) Peserta mampu merangkai sangkar burung dengan rapi sesuai rancangan.
Dihasilkan 4 (empat) buah sangkar setengah jadi, siap finishing.
2) Pelatihan cetak resin dan finishing
a) Acuan cetak dari bahan rubber silicone.
b) Hasil cetakan bahan fibre glass sebagai elemen estetis sangkar burung.
c) Peserta mampu membuat acuan cetak, sekaligus membuat cetak tuang fibre
glass.
d) Peserta mampu membuat finishing dengan teknis airbrush.
e) Varian sangkar burung kualitas baik.

c. Pelatihan Manajemen dan Strategi Pemasaran


Permasalahan umum dari peserta pelatihan keterampilan (apapun), adalah bagaimana
cara membuka pasar seluas-luasnya. Keadaan seperti ini mengakibatkan lemahnya
semangat perajin untuk terus berproduksi. Meraka berproduksi hanya mengandalkan
pesanan yang datang. Melihat permasalahan tersebut, maka pada program kegiatan IbM
ini, pelatihan manajemen dan strategi pemasaran menjadi bagian penting.

Pelatihan manajemen dan strategi pemasaran dilaksanakan pada pertemuan ke empat.


Adapun materi pelatihan yakni :
1. Wawasan bisnis, strategi usaha, dan strategi perluasan pasar melalui promosi.
2. Pentingnya integrasi teamwork dalam sebuah kelompok usaha.
3. Strategi pengembangan produk kerajinan.

Gambar 8: Pelatihan Manajemen dan Strategi Pemasaran.


(Sumber: Dokumentasi Tim)
88
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Pelatihan manajemen dan strategi pemasaran telah direspon baik oleh mitra. Dua
minggu setelah selesai pelatihan, tepatnya tanggal 26 Agustus 2015 di kelompok perajin
sangkar burung Sambirejo telah dibentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) dengan
nama KUB GRIYA KUKILA. Sistem kerja pada KUB Griya Kukila dibuat
spesialisasi pekerjaan guna mempermudah alur pekerjaan dan mempermudah
mengontrol kualitas produk, sehingga produk yang dipasarkan sudah bukan lagi karya
perorangan, melaikan karya hasil kerja tim.

Gambar 9: Rapat Pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUB)


(Sumber: Dokumentasi Tim)

Adapun susunan pengurus dan pengelompokan KUB Griya Kukila adalah sebagai
berikut :
Ketua : Listyo Wijanarko
Sekretaris : Hari Wijayanto
Bendahara : Dukut
Koordinator Produksi : Suko Haryanto
Anggota :
1. Aryo Pudyanto
2. Sulomo
3. Kukuh
4. Tugiyono
5. Sulistyanto
6. Agus Hari Prawoto
7. Nizar Ali S.
Spesialisasi Pekerjaan
Pekerjaan Perajin
Suko Haryanto
Produksi sangkar setengah jadi
Listyo Wijanarko
Pengecatan dan finishing Hari Wijayanto
Kukuh
Tugiyono
Penyedia bahan Aryo Pudyanto
Sulistyanto
Cetak fiber Dukut
Agus Hari Prawoto
Nizar Ali S.
Pemasaran Sulomo
Suko Haryanto
89
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

3. Introduksi alat Produksi


Guna menunjang produktivitas dan keberlanjutan usaha sangkar burung, tim IbM UNS
memberikan bantuan alat produksi kepada kedua mitra. Bantuan alat produksi disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing mitra. Sesuai dengan rencana awal, tim memberikan
bantuan bantuan kepada kelompok perajin sangkar burung Sambirejo (KUB Griya Kukila
Solo) berupa; kompressor, spraygun, zigsaw, table saw, cuting machine, dan meja putar
untuk finishing, masing-masing satu unit. Sedangkan kelompok perajin Gebang, karena
pekerjaannya hanya finishing maka bantuan alat berupa kompressor, spraygun, dan meja
putar untuk finishing, masing-masing satu unit.
90
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Gambar 10: Penyerahan alat produksi.


(Sumber: Dokumentasi Tim)

4. Inovasi Produk
Strategi merupakan tindakan yang bersifat kontinyu dan terus menerus, serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa
depan. Sehingga dibutuhkan kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahaan pola
konsumsi para konsumen yang didukung oleh kompetensi inti (core competencies)
perusahaan tersebut.

Berdasarkan pada sudut pandang diatas bahwa perusahaan membutuhkan kecepatan


inovasi yang didukung oleh kompetensi inti, Kaplan dan Norton (1996) menyatakan bahwa
mengarahkan perusahaan pada saat ini melintasi lingkungan persaingan yang kompleks dan
rumit. Hal ini menggambarkan bahwa setiap perusahaan harus mempunyai pengetahuan
serta strategi usaha yang sesuai dengan jenis usaha yang dikelolanya agar perusahaan
tersebut dapat dikendalikan dengan baik sehingga mampu bersaing pada pasar yang
dimasukinya.

Demikian pula halnya dengan kelompok usaha sangkar burung KUB Griya Kukila
mempunyai potensi untuk dikembangkan, mengingat kondisi pasar serta persaingan pasar
produk sangkar burung saat ini yang semakin ketat. Strategi usaha yang diterapkan pada
kelompok usaha ini melalui inovasi produk yang tepat. Pembuatan produk cendera mata
berbasis sangkar burung salah satu alternatif pengembangan usaha dalam memperluas
segmentasi pasar.

Tim telah memberikan pelatihan pembuatan cendera mata berbasis potensi yang dimiliki
perajin, dengan membuat berbagai benda hias antara lain lampion, tempat tissue, sangkar
burung mini, dan lain-lain. Cendera mata yang dibuat semua berbentuk sangkar burung
berukuran kecil. Tujuan dari pelatihan ini adalah sebagai upaya membuka pasar lebih luas.
Target konsumen bukan hanya pedagang dan penggemar burung saja, tetapi secara
psikografi sasaran konsumen adalah mereka yang menyukai keindahan dari benda yang
unik-unik.

Pelatihan disambut baik oleh para perajin, karena bagi mereka membuat sangkar burung
dalam ukuran mini merupakan tantangan yang sebelumnya belum pernah mereka lakukan.
Berikut contoh cendera mata hasil pelatihan.
91
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Gambar 11: Cendera mata hasil pelatihan di KUB kerajinan sangkar burung
Griya Kukila Kadipiro.
(Sumber: Dokumentasi Tim)

5. Keberlajutan Usaha Kelompok Kerajinan Sangkar Burung Pasca Kegiatan


IbM
Manfaat kegiatan Ipteks bagi Masyarakat (IbM) telah dirasakan oleh kelompok perajin
sangkar burung. Kegiatan IbM telah membukakan wawasan dan menambah keahlian
perajin dalam persaingan pasar. Melalui pelatihan teknik produksi, finishing, manajemen
usaha, dan inovasi produk telah membentuk kepercayaan diri perajin di ajang peraihan
pasar.

Kelompok usaha kerajinan sangkar burung di Kadipiro saat ini menuju pada sebuah
keberhasilan dalam bisnis. Keberhasilan usaha adalah keberhasilan dari bisnis mencapai
tujuannya, dimana keberhasilan tersebut didapatkan dari wirausaha yang memiliki otak
yang cerdas, yaitu kreatif. Disamping itu juga kesadaran untuk mengikuti perkembangan
teknologi dan dapat menerapkan secara proaktif kompetensinya. Upaya untuk
meningkatkan diri terlihat dari usahanya menuju keadaan yang lebih baik dari periode
sebelumnya yang menggambarkan kelebihan dibandingkan dengan wirausaha lainnya yang
sederajat atau sekelasnya, dapat dilihat dari efisiensi proses produksi yang dikelompokkan
berdasarkan efisiensi secara teknis dan efisiensi secara ekonomis. Dimana target
perusahaan ditentukan oleh manajer-pemilik usaha, permodalan, skala usaha, hasil atau
laba, jenis usaha atau pengelolaan, kinerja keuangan, serta image perusahaan.

Indikator keberhasilan tersebut adalah dengan diproduksinya produk kerajinan sangkar


burung yang kreatif dan mampu mengikuti tren pasar saat ini. Di samping itu, inovasi
produk tidak sekadar perbaikan desain dan finishing saja, tetapi berkembang ke kerajinan
cendera mata berbasis sangkar burung.
92
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Gambar 12: Sangkar burung siap kirim.


(Sumber: Dokumentasi Tim)

Produksi sangkar burung karya perajin KUB Griya Kukila Kadipiro saat ini sudah
merambah ke pasar di Bali. Omset saat ini mencapai rata-rata produksi 10 set per minggu,
dengan harga Rp 180.000 per set (finishing). Apabila dirata-rata omset per bulan sudah
mencapai bruto Rp 7.200.000,- per bulan (untuk sangkar jadi/finishing), sedangkan sangkar
mentahan (setengah jadi/tanpa finishing) rata-rata produksi per minggu mencapai 20 set
dengan harga Rp 125.000,-. Rata-rata per bulan mencapai bruto Rp 10.000.000,-. Angka
tersebut baru dari pesanan sangkar burung, belum dari cendera mata.
93
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Gambar 13: Produk cenderamata tempat tissue siap kirim. Pesanan dari salah satu
rumah makan di Jakarta.
(Sumber: Dokumentasi Tim)

Produksi cenderamata memang belum dikerjakan secara serius, artinya belum menjalin
kerjasama dengan outlet-outlet atau showroom penjualan produk kerajinan dan
cenderamata. Kendala yang dihadapi kelompok perajin adalah tenaga kerja. Untuk
memenuhi pesanan sangkar saja sering kewalahan, dikerjakan sampai overtime.

Dalam upaya pengembangan usaha kerajinan sangkar burung telah diupayakan promosi
dan branding agar semakin dikenal oleh masyarakat lebih luas. Meskipun demikian
kegiatan promosi kedepannya harus diikuti oleh kesiapan sumber daya manusia agar
mampu melayani pasar dengan profesional.

D. SIMPULAN
Potensi skill masyarakat belum tentu dapat menjamin kesejahteraan hidup masyarakat apabila
tidak didukung oleh peran serta akademisi. Keadaan ini disebabkan karena wawasan dan
kepekaan enterpreneurship masyarakat masih rendah, sehingga banyak diantara pelaku UMKM
yang memiliki potensi tidak mampu mengembangkan dirinya.

Peran serta perguruan tinggi dalam memajukan kesejahteraan masyarakat yang diawali dengan
analisis objektif masyarakat ditemukan berbagai permasalahan di dalam upaya pengembangan
usahanya. Implementasi hasil penelitian yang diwujudkan dalam bentuk tindakan atau
pengabdian kepada masyarakat menjadikan pencerahan yang menjanjikan masa depan
masyarakat atau UMKM lebih baik.

Penerapan Ipteks bagi masyarakat dengan tema IbM Kelompok Perajin Sangkar Burung di
Kadipiro, sebagai Upaya Peningkatan Ekonomi Kreatif Masyarakat yang dilaksanakan pada
tahun 2015 ini sedikit banyak telah berhasil membangun kepercayaan diri perajin untuk
berkompetisi peraihan pasar sangkar burung yang persaingannya semakin ketat. Pelatihan
peningkatan keahlian produksi dan finishing serta pemahaman strategi menguasai pasar yang
diberikan oleh tim sudah mulai diterapkan. Hasilnya cukup signifikan, indikator keberhasilan
94
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

tersebut yaitu bertambahnya pasar atau pemesan yang tentu saja sangat mempengaruhi
pendapatan para perajin. Demikian pula pembentukan Kelompok Usaha Bersama (KUB)
dengan nama Griya Kukila di Kadipiro menjadi media pengembangan bisnis, yang mampu
menginspirasi para perajin untuk dapat meraih sukses dalam usaha yang mereka tekuni.

Dari beberapa temuan observasi tersebut di atas, guna pengembangan usaha yang lebih luas dan
profesional direkomendasikan beberapa masukan sebagai berikut:
1. Perlu pembekalan dan pendampingan secara berkala dari pihak pemerintah, terutama Dinas
Koperasi dan Perindustrian.
2. Perlu dilakukan kaji tindak produk industri kreatif sangkar burung berpeluang ekspor
3. Tempat kerja perlu diset ulang untuk memberikan kenyamanan dan optimalisasi kerja.
4. Seluruh peralatan kerja berbentuk konstruksi meja, dirancang ulang dengan
mempertimbangkan ukuran ketinggian dan posisi perajin dalam bekerja.Dalam pemasaran
perlu dipertimbangkan pemanfaatan media online, seperti media sosial maupun blog.

DAFTAR PUSTAKA
Dani, Irwan. (1999). Bagaimana Memperbaiki Pemasaran Usaha Anda. Grafika Desa Putera.
Jakarta.
Henry Faizal, Noor. ( 2007). Ekonomi Manajerial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ina Primiana. (2009). Menggerakkan Sektor Riil UKM dan Industri. Bandung: Alfabeta.
Kaplan, Robert S., Norton, David P. (1996). Balanced Scorecard, Translating strategy Into
Action. Boston-Massachussets: Harvard Bussiness SchoolPress.
Rustiani, Frida. (1996). Pengembangan Ekonomi Rakyat dalam Era Globalisasi: Masalah,
Peluang dan Strategi Praktis. AKTIGA Bandung dan YAPIKA Jakarta.
Sanim, B. (2000). Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi dalam Mewujudkan Sistem Ekonomi
Kerakyatan Menanggulangi Krisis Nasional. MMA-IPB. Bogor.
KEMASAN BUDAYA LOKAL SEBAGAI INOVASI EKONOMI
KREATIF
Asih Retno Dewanti
Program Studi Desain Interior, FSRD Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1 Jakarta
E-mail: yugaska@gmail.com

ABSTRAK
Budaya suatu Daerah tidak bisa dilepaskan dengan perjalanan sejarah yang mengirinya, termasuk tidak
terlepas campur tangan dari para pelaku di dalamnya. Kota Jakarta yang merupakan sebuah Daerah
Khusus Ibukota dengan kehidupan masyarakat urbannya. Letaknya yang di pesisir, memposisikan
masuknya pengaruh luar karena terjadinya perdagangan. Jakarta dan budayanya, bagi masyarakat
Indonesia pada umumnya lebih dikenal dengan sebutan budaya Betawi. Budaya Betawi merupakan
campuran dari beberapa kebudayaan lokal (Jawa, Bugis dan masyarakat di sekitar wilayah Pelabuhan
Sunda Kelapa) dan luar (China, Arab, Portugis dan Belanda). Dalam perkembangannya terjadi akulturasi
budaya yang akhirnya dikenal dengan kebudayaan Betawi. Perkembangan budaya Betawi sudah
bertransformasi seiring dengan perubahan perilaku dari pelaku-pelaku di dalamnya baik secara personal
maupun kelompok masyarakatnya. Semua itu juga tidak terlepas dari orientasi ekonomi sesuai dengan
perkembangan jaman. Dalam kemasannya, kebudayaan Betawi lebih dikenal identik dan banyak
mengadopsi dari kebudayaan China, Arab dan Jawa. Semua akulturasi tersebut diaplikasikan pada
bangunan, pakaian, kesenian bahkan kulinernya. Terkait dengan judul penulisan ini, mengangkat kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang mengusung kreativitas seni jahit dengan teknik quilting
pada Kelurahan Petojo Jakarta Pusat. Kemasan Budaya lokal ini diaplikasikan dalam bentuk produk
dekoratif yang memanfaatkan limbah (sisa konveksi) menjadi produk baru yang bernilai jual sebagai
inovasi ekonomi kreatif yang menunjang pariwisata kota Jakarta.

Kata Kunci: budaya Betawi, inovasi, PKM dan quilting.

ABSTRACT
The culture of a region can not be released with the history of the mengirinya, including interference can
not be separated from the actors in it. Jakarta city which is a Special Capital Region with its urban
community life. It lies on the coast, to position the entry of outside influences because of the occurrence of
trade. Jakarta and culture, for the people of Indonesia in general better known as Betawi culture. Betawi
culture is a mixture of some of the local culture (Javanese, Bugis and communities around the area
surrounding the port of Sunda Kelapa) and outside (Chinese, Arabic, Portuguese and Dutch). In
development occurs acculturation eventually known as Betawi culture. The development of Betawi culture
has been transformed in line with changes in the behavior of the actors in it both personal and community
groups. All of that can not be separated from economic orientation in accordance with the changing
times. In packaging, better known identical Betawi culture and adopt many of the Chinese culture, Arab
and Javanese. All acculturation is applied on buildings, clothing, and even culinary arts. Related to the
title of this writing, lifting activities Devotion To masyarat (PKM) that carries the artistic creativity of
sewing with the quilting technique Petojo Village - Central Jakarta. Packaging The local culture is
applied in the form of decorative products that use waste (waste convection) into a new product that is
worth selling as an innovative creative economy that support the city Tourism.

Keywords: Betawi culture, innovation, PKM and quilting.

A. PENDAHULUAN
Kemasan Budaya dalam Kemasan Ekonomi Kreatif dalam sebuah pendidikan tinggi dapat
disampakan dari salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah dalam kegiatan Pengabdian
96
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KEMASAN BUDAYA LOKAL SEBAGAI INOVASI EKONOMI KREATIF

Kepada Masyarakat (PKM). Seperti Universitas Trisakti (Usakti) yang mempunyai 2 (dua)
kegiatan PKM yaitu PKM Mono (yang dilakukan masing-masing setiap Prodi dari setiap
Fakultas, dimana lokasi kegiatannya dapat ditentukan sendiri oleh palaksananya) dan PKM
Multi (kegiatan yang dilakukan dari beberapa Prodi dan beberapa Fakultas, dimana lokasi
kegiatannya ditentukan oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat (Lemdimas) yang juga
merupakan Daerah binaan Usakti).

Setiap perguruan tinggi juga mengikuti PKM Hibah Dikti, dimana lokasi kegiatan dan
masyarakat sasaran yang diajukan melalui proses seleksi dan ketentuan Dikti. Program Hibah
Dikti untuk IbM ini merupakan kegiatan transfer ilmu dari perguruan tinggi untuk membantu
pemerintah atau dapat disebut perpanjangan tangan pemerintah untuk memajukan masyarakat di
lingkungan sekitar perguruan tinggi.

Adapun tujuan kegiatan dan program ini adalah memberdayakan masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada baik dari
segi pelaksananya maupun bahan yang dipergunakan. Program ini juga mengharuskan untuk
mengangkat kebudayaan lokal sesuai dengan lokasi pelaksanaan. Seperti PKM Hibah Dikti
yang kami peroleh dengan lokasi pelaksanaan di Kelurahan Petojo Jakarta Pusat. Wilayah ini
berada sekitar 3 km dari Universitas Trisakti dengan masyarakat sasaran adalah ibu-ibu rumah
tangga dan remaja putri.

Bentuk produk yang dihasilkan adalah dengan memanfaatkan limbah kain dari home industry
konveksi yang membuat seprei dan dekorasi rumah tangga lainnya. Dimana produk-produk
yang dihasilkan nantinya berupa produk baru yang berupa seperti: bantalan kursi, tas, taplak dan
sebagainya. Hasil produk ini juga diwajibkan untuk mengusung budaya lokal, yang dalam hal
ini kami aplikasikan dari bentuk : ondel-ondel, lisplang rumah Betawi dan topeng Betawi.

B. PEMBAHASAN
Sesuai dengan tema Kemasan Budaya Lokal sebagai Inovasi Ekonomi Kreatif, penulisan ini
mengangkat kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Hibah Dikti IbM (Ipteks bagi
Masyarakat) periode tahun 2012. Kegiatan ini merupakan pemberdayaan masyarakat di
Kelurahan Petojo Jakarta Pusat. Wilayah ini merupakan wilayah padat penduduk dengan
tingkat ekonomi rendah. Dimana sebagian besar dari kepala keluarga merupakan buruh pabrik
dan pekerja serabutan dengan tingkat pendidikan SMA atau sederajat.

Program Hibah Dikti IbM yang kami peroleh menggandeng mitra kerja sebagai prasyarat
perolehannya sesuai dengan proposal yang diajukan yaitu Kampung Jahit Kelurahan Petojo.
Program ini mengusung kebudayaan Betawi dengan kemasan yang berbeda dimana
memanfaatkan limbah kain dari home industry menjadi produk baru yang mempunyai nilai
jual. Program ini merupakan kegiatan yang memberdayaakan masyarakat dengan teknik yang
mudah serta tidak memerlukan modal yang besar.

Masyarakat sasaran program IbM ini adalah kelompok ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri
yang tergabung dalam kelompok PKK pada Kelurahan Petojo Jakarta Pusat. Dengan mitra
kerja dengan bidang usaha konveksi seprei. Program pelatihan IbM ini memanfaatkan limbah
kain yang ada menjadi produk baru yang bernilai jual.
Limbah kain yang ada kami ajarkan dengan menggunakan teknik quilting sederhana yang
dilakukan secara manual serta tidak memerlukan kemampuan pengetahuan tinggi. Hal ini
karena kendala yang ada adalah tingkat pendidikan dari masyarakat sasaran tersebut. Sehingga
bagaimana masyarakat dapat dengan mudah mau menerima dan mengerjakannya.
97
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KEMASAN BUDAYA LOKAL SEBAGAI INOVASI EKONOMI KREATIF

Untuk itu diperlukan kreativitas untuk dapat mentransfer ide atau gagasan dalam membuat
produk baru yang mempunyai nilai jual, dimana hal ini juga berupa transformasi budaya dalam
inovasi ekonomi kreatif. Bentuk budaya lokal atau budaya Betawi yang kami usung dalam
program PKM Hibah Dikti ini merupakan ikon dari kebudayaan Betawi seperti yang telah
disebutkan di atas. Adapun secara singkat dapat dideskripsikan di bawah ini :

1. Ondel-ondel, adalah berbentuk boneka raksasa yang bagi masyarakat betawi dipercaya
sebagai roh nenek moyangnya yang menitis di dalam boneka untuk menjaga keturunannya
dari pengaruh-pengaruh yang buruk.

Gambar 1.Ondel-ondel Betawi


(Sumber: rajaondel.ondel.com, dikutip 5 Januari 2016)

Boneka ini biasanya dibuat sepasang (Boneka Perempuan berwajah putih yang
melambangkan kekuatan baik dan boneka laki-laki berwajah merah yang melambangkan
kekuatan jahat. Sepasang boneka ini biasa diletakkan di depan bangunan yang juga
dipercaya sebagai penolak bala.

2. Ornamen pada lisplang Rumah Betawi, bentuknya didasari dari bentuk huruf Arab Alif
atau huruf awal Arab yang juga melambangkan keutamaan. Bentuk ini selain diaplikasikan
pada bagian lisplang dan langkan (pagar di beranda) rumah tradisional Betawi juga
diaplikasikan pada batik Betawi (tumpal).

lisplang

Gambar 2. Lisplang pada Rumah Tradisional Betawi


(Sumber: cintebetawi.com, dikutip pada 5 Januari 2016)
98
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KEMASAN BUDAYA LOKAL SEBAGAI INOVASI EKONOMI KREATIF

Langkan

Gambar 3. Langkan pada Rumah Tradisional Betawi


(Sumber: cnnindonesio.com, dikutip 5 Januari 2016)

Gambar 4. Tumpal pada Batik Betawi


(Sumber: tokopedia.com, dikutip 5 Januari 2016)

3. Topeng Betawi, digunakan pada tarian tradisional Betawi yang dilakukan pada sebuah acara
atau kegiatan sebagai ucapan selamat datang. Tarian ini juga bermakna sebagai tolak bala
atau dijauhkan dari mala petaka. Tarian ini diiringi musik tradisional.

Gambar 5. Topeng Betawi


(Sumber: kidnesia.com, dikutip 5 Januari 2016)
99
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KEMASAN BUDAYA LOKAL SEBAGAI INOVASI EKONOMI KREATIF

Dari ikon-ikon diatas inilah yang diaplikasikan sebagai dekorasi pada program PKM IbM Hibah
Dikti.

C. METODOLOGI
Program PKM hibah Dikti IbM ini berupa pelatihan yang melibatkan beberapa fakultas
dengan penulis sebagai ketua tim yaitu :
Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) dengan pelatihan jahit teknik quilting dengan
membuat produk baru yang mempunyai nilai jual.
Fakultas Ekonomi dengan pelatihan kemasan dan cara memasarkan produk yang dihasilkan.
Fakultas Hukum yang mengurus Haki dari hasil produk.
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan memberikan pelatihan pengolahan limbah rumah
tangga.

Langkah-langkah metode in adapun bentuk pelatihan jahit Quilting ini dibagi dalam 3 (tiga)
tahap, yaitu :
1. Melakukan koordinasi dengan Ketua PKK (dalam hal ini adalah Mitra) dan masyarakat
sasaran, menentukan waktu pelaksanaan, membagi kel. Peserta.
2. Pelaksanaan pelatihan yang dilakukan dalam 3 (tiga) kali pertemuan, yaitu:
Pertemuan I, penjelasan dasar-dasar materi seperti: Pembuatan Pola, Membuat modul,
memilih warna-warna kain sesuai dengan komposisi dari pola desain, teknik penjahitan
dan sebagainya.
Pertemuan II, membuat desain log Cabin
Pertemuan III, membuat desain yang mengusung ikon Betawi

Sesuai dengan tujuan program ini yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah, dalam hal
ini adalah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dalam mendukung Inovasi Ekonomi
Kreatif menyambut MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Adapun hasil-hasil dari program PKM
IbM Hibah Dikti yang mengusung Ikon Betawi adalah sebagai berikut :

Gambar 6. Pola Log Cabin Gambar 7. Pola Log Cabin


(Sumber: Asih Retno D, 2013) (Sumber: Asih Retno D, 2013)
100
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KEMASAN BUDAYA LOKAL SEBAGAI INOVASI EKONOMI KREATIF

Lisplang Gigi Balang

Ondel-ondel

Topeng Betawi

Gambar 8. Bantal Kursi (40 X 40) cm


(Sumber: Asih Retno D, 2013)

D. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil sesuai dengan judul tulisan ini, yaitu Kemasan Budaya Lokal
sebagai Inovasi Ekonomi Kreatif bahwa sebuah budaya dapat disampaikan atau diinformasikan
sesuai dengan kemasan atau bentuk dan media apapun. Seperti program PKM IbM Hibah Dikti
yang penulis peroleh dengan media kreatif berupa Teknik Jahit Qulting yang menggunakan
limbah kain dari konveksi menjadi produk yang baru dengan mengusung Ikon Betawi.
Program perpanjangan tangan pemerintah melalui perguruan tinggi dengan pemberdayaan
masyarakat untuk turut berperan aktif sebagai penggerak menciptakan lingkungan kreatif dan
komunitas kreatif untuk mampu berkreativitas dan berinovasi memanfaatkan limbah kain perca
menjadi produk estetis yang mempunyai nilai jual, mampu menciptakan lapangan kerja dan bisa
menjadi daya tarik wisatawan sehingga secara tidak langsung menjadikan kota yang kreatif.
Program ini juga secara tidak langsung dapat menambah penghasilan masyarakat dengan
mengisi waktu luang yang ada dengan memanfaatkan limbah kain dari konveksi menjadi produk
yang mempunyai nilai jual kembali. Sehingga bisa menambah penghasilan yang nantinya
diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Hatori, Sanae, (2004), Quilt Renaissance, Japan: Sanae Hatory Publisher.
Janet Haeght, (2004), Japanese Inspirations in Easy to Make Patchwaork.
Yoshiko, Jizenji, (1998), Patchwork and Quilting, Japan: Bunka Book Publisher.
Yoshiko, Jizenji, (2000), Quilt Quest, Japan: Bunka Book Publisher.
Yoshiko, Jizenji, (2002), Quilt Creation in Develop a New World of Quilted Texture, Japan:
Nohon Vogue sha Publisher.
Yunita, Eka, Patchwork & Quilting dalam Kreasi Kain Perca untuk Bayi, Jakarta: Demedia.

Cintebetawi.com
Cnnindonesia.com
Kidnesia.com
Radjaondel-ondel.com
Tokopedia.com
MENGGAMBAR DAN MEWARNAI GERABAH
PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DEPOK

Tunjung Atmadi SP
Universitas Mercu Buana
E-mail: tjgalery@yahoo.co.id

ABSTRAK
Kegiatan menggambar dan mewarnai merupakan kegiatan mengeksplorasi jiwa dalam mengembangkan
kreativitasnya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan karya visual dengan teknik
mewarnai, mengetahui alat dan bahan yang digunakan, dan memberikan keterampilan teknik mewarnai
mulai dari pembuatan sketsa desain, sampai mewarnai pada anak-anak tingkat sekolah dasar di daerah
Tanah Baru beji Depok. Upaya untuk memahami bahasa gambar menjadi penting, karena diharapkan
dapat sesuai dengan tahap perkembangannya. Upaya yang dilakukan adalah melakukan pengabdian
kepada masyarakat dengan memberikan pelatihan bahasa gambar dengan metode interaktif melalui
eksperimen kreatif. Peserta kegiatan ini adalah anak-anak ditingkat sekolah dasar. Tahapan yang
dilakukan adalah pemahaman bahasa gambar, eksperimen kreatif dan workshop pewarnaan. Hasil dari
pengabdian pada masyarakat ini adalah pendidikan di tingkat dasar melalui eksperimen kreatif dapat
memahami bahasa gambar anak serta dapat mengimplementasikan ke dalam mata pelajaran menggambar
dan mewarnai sehingga diharapkan dapat mengapresiasi gambar anak lebih baik lagi.

Kata Kunci : bahasa menggambar, mewarnai, gerabah, eksperimen kreatif

ABSTRACT
Drawing and coloring is an activity to explore life in developing creativity. This activity aims to
determine the process of making visual work with coloring techniques, know the tools and materials used,
and providing skills coloring techniques ranging from sketching the design, to the children coloring in
elementary schools in the area New Land beji Depok. Efforts to understand the language of the image is
important, because it is expected to be in accordance with the stages of development. Efforts is doing
community service by providing language training images with interactive methods through creative
experimentation. Participants of this event are the children of the primary school level. Steps being taken
is a picture language understanding, creative and experimental dyeing workshop. The results of this
community service is at the level of basic education through creative experimentation can understand the
language of images of children and can implement into a drawing and colouring subjects that are
expected to appreciate better the child image

Keywords: language of drawing, colouring, pottery, creative experimentation

A. PENDAHULUAN
Analisis situasi
Awal dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini sebenarnya merupakan rangkaian
kegiatan sukuran pembukaan usaha kami di daerah tersebut. Lokasi usaha kami ada di pinggir
jalan, dikiri kanan kami juga ada toko material, rumah makan padang, puskesmas dan lain-lain.
Lokasi usaha kami cukup besar ada kantor, toko, workshop dan halaman yang luas untuk parkir
kendaraan. Sedangkan rumah penduduk ada disekitar kami yaitu ada di belakang dan samping
kiri kanan belakang.
102
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGAMBAR DAN MEWARNAI GERABAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DEPOK

Kegiatan kami di kantor merupakan rutinitas yang selalu berkaitan dengan profesi kami yaitu
desain interior. Produksi mebel dan menggambar merupakan hal yang setiap hari kami lakukan
meskipun kami selalu terganggu dengan kedatangan beberapa anak-anak sepulang sekolah
hanya sekedar mampir mengambil rambutan yang pohonnya tumbuh di halaman dan melihat
tukang yang sedang bekerja membuat mebel. Bukan hanya itu saja kegiatan kami selalu
mendapat perhatian dari anak-anak dengan adanya keinginan dan pertanyaan dari anak-anak
tersebut bagaimana caranya menggambar seperti yang kami lakukan. Kebiasaan tersebut
akhirnya menjadi rutinitas bagi anak-anak sepulang sekolah untuk mampir di tempat kami yang
disebut sebagai studio gambar untuk belajar menggambar.

Hal inilah yang akhirnya membuat kami mencoba untuk berdiskusi dengan pengurus wilayah
setempat dengan maksud untuk menyelenggarakan kegiatan menggambar dan mewarnai
gerabah pada anak-anak tingkat sekolah dasar pada saat pembukaan usaha kami. Dan ternyata
rencana kami mendapat apresiasi dari pengurus wilayah setempat dengan banyaknya anak-anak
setingkat sekolah dasar yang mendaftar untuk belajar menggambar dan mewarnai gerabah
tersebut. Menggambar tentu saja menjadi kesenangan dimasa kanak-kanak, ketika pertama kali
diperkenalkan dengan alat tulis, anak-anak dengan bersuka ria akan melakukan coret-mencoret,
bahkan tidak hanya di sembarang buku tetapi tembok yang bersihpun bisa menjadi sasarannya.
Sebagai orang tua maka kita harus bisa mengarahkan hobi dengan baik dan memberinya sebuah
media khusus sehingga tidak merepotkan kita nantinya.

Menggambar dan mewarnai adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak. Lewat
menggambar, mereka bisa menuangkan beragam imajinasi yang ada di kepala mereka. Gambar-
gambar yang mereka hasilkan juga dapat menunjukkan tingkat kreativitas dan suasana hati
masing-masing anak. Kebanyakan dari orang tua yang peduli dengan perkembangan kreativitas
putra-putrinya biasanya akan mengikutsertakan anak-anak mereka untuk kursus menggambar
atau kursus melukis sejak dini, karena semakin muda usia anak, semakin mudah diarahkan
potensi dan bakatnya.

Rumusan Masalah
Untuk itulah program pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan kegiatan menggambar dan
mewarnai gerabah dengan ruang lingkup sebatas anak-anak setingkat sekolah dasar di wilayah
Tanah Baru, Beji, Depok. Aktivitas mewarnai juga sudah menjadi bagian dari kehidupan anak-
anak, bukan hanya sebagai kegiatan untuk mengisi waktu kosong anak-anak tapi juga sebagai
aktualisasi diri anak-anak dalam bidang seni. Terlepas dari itu semua, perlu diketahui bahwa
aktifitas mengambar dan mewarnai memiliki banyak manfaat bagi anak-anak.

Berdasar hal tersebut maka: Bagaimana kreativitas dan inovasi anak-anak setingkat sekolah
dasar dengan melalui kegiatan menggambar dan mewarnai gerabah?

Tinjauan Pustaka
Pokok-pokok kajian teori yang akan dijadikan landasan pelaksanaan kegatan ini sebagai berikut:
Alamsyah (2011). Belajar dalam Mewarnai Dengan Cat Air.
Munandar, Utami. 2009. Dalam Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.
Lea Lina. (2010). Belajar Seni dan Kerajinan Gerabah.
Wahyudin (2012). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini.
http://blog.lazada.co.id/tujuan-belajar-menggambar-mewarnai-bagi-anak/.
103
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGAMBAR DAN MEWARNAI GERABAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DEPOK

Tujuan Kegiatan
Tujuan umum program kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan dan keterampilan
menggambar dan mewarnai agar lebih baik lagi untuk anak-anak setingkat sekolah dasar. Secara
khusus tujuan dari program ini adalah memberikan pelatihan kepada anak-anak setingkat
sekolah dasar dengan baik. Disertai dengan memberikan contoh menggambar dan mewarnai
sehingga dapat dijadikan pegangan anak-anak tersebut dalam menggambar dan mewarnai.

Selain itu program ini juga bertujuan mengembangkan kreatifitas anak dalam menangkap objek
yang dilihat imajinasi anak-anak. Dengan menggambar dan mewarnai seorang anak bisa terlihat
bakat seninya yang kedepan bisa menjadikan anak lebih mendalami ilmu seni menggambar dan
mewarnai.

Manfaat Kegiatan
Manfaat kegiatan ini bagi peserta:
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang pentingnya menggambar dan
mewarnai dengan baik sehingga dapat mengetahui proses dan hasil yang baik.
Memperoleh wawasan dan pengetahuan baru tentang proses mewarnai.
Manfaat bagi pelaksana, pembimbing dan perguruan tinggi adalah :
Memperoleh manfaat sebagai bahan ilmu dengan melihat keterkaitan dan kesepadanan
antara ilmu yang berkembang di perguruan tinggi dengan kondisi pendidikan di tingkat
sekolah dasar.
Secara umum manfaat yang dapat diperoleh anak lewat aktivitas menggambar adalah sebagai
berikut :
1. Mengekpresikan bentuk-bentuk emosi yang dirasakan anak dan disalurkan dalam
bentuk gambar
2. Proses pembelajaran anak untuk mengungkapkan apa yang ada dipikirannya saat itu,
menuangkan idenya, memvisualisasikan dan merealisasikan imajinasinya dalam sebuah
karya seni
3. Membantu meningkatkan konsentrasi
4. Melatih daya ingat
5. Melatih kesabaran, ketelitian dan keuletan anak dalam menghasilkan sesuatu

B. MATERI DAN METODE PELAKSANAAN


Kerangka Pemecahan Masalah
Aktivitas mewarnai dan menggambar sama-sama merupakan buah dari pembelajaran dan
penghayatan seorang anak. Keduanya berfungsi untuk membantu mengembangkan kecerdasan
otak anak, khususnya untuk melatih otak kanan dalam bidang seni. Namun keduanya memiliki
hasil akhir (output) yang berbeda. Kalau mewarnai menghasilkan suatu kreasi warna sedangkan
menggambar menghasilkan suatu bentuk sesuai imajinasi anak. Mewarnai dan menggambar
sangat baik bila diperkenalkan sejak dini oleh anak usia pra sekolah dan sekolah dasar. Tetapi
yang harus kita ingat, jangan pernah melarang anak untuk mengkreasikan imajinasinya. Baik
dalam segi pewarnaan maupun dalam menggambarnya. Menurut Moeslichatoen (2004:197),
dalam menetapkan rancangan langkah-langkah pemberian tugas hendaknya dapat tercermin :
1. Tugas apa yang harus dilakukan anak
2. Hasil yang diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut
3. Bagaimana cara mengerjakan tugas tersebut
4. Bahan dan alat apa yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut.
Secara umum persiapan untuk merancang kegiatan adalah:
1. Menetapkan Tujuan dan Tema yang dipilih
104
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGAMBAR DAN MEWARNAI GERABAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DEPOK

Langkah yang pertama dalam membuat rancangan pemberian tugas adalah menentukan tujuan
dan tema. Dalam menetapkan tujuan kegiatan tersebut dikaitkan dengan tema yang cocok bagi
perkembangan anak-anak setingkat sekolah dasar. Tema itu harus ada kedekatan hubungan
dengan kehidupan sosial anak di rumah, di sekolah, maupun dalam masyarakat. Mengacu
kepada tujuan yang telah ditetapkan, dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan
peserta, serta sarana yang ada. Salah satu contoh rumusan tujuan adalah: peserta dapat
menggambar dan mewarnai dengan benar,

2. Menetapkan rancangan bahan dan alat


Alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan sesuai dengan rancangan tujuan dan tema yang
ditetapkan, maka dapat ditetapkan rancangan bahan dan alat yang harus disediakan. Adapun
bahan dan alat untuk kegiatan tersebut secara garis besar sebagai berikut: Kertas gambar, Gerabah,
kuas, gelas plastic, cat poster, cat acrylic/cat tembok, pensil, pensil warna dan krayon, spidol,
amplas, kain lap.

3. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan.


Tahap ini merupakan tahap yang sangat penting dilihat dari segi pemantapan penguasaan materi
dan kualitas menggambar. Keberhasilan dalam kegiatan tergantung pada bagaimana cara
menangani kegiatan secara teratur dan dapat memotivasi anak untuk belajar menggambar dan
mewarnai, menimbulkan kesiapan anak untuk menyelesaikan tugas dan memanfaatkan waktu
dengan sebaik-baiknya.
Tahap pengerjaan:
a. Untuk mewarnai gambar siapkan kertas yang sudah dipilih gambar sketsanya kemudian
diwarnai dengan pensil warna atau krayon.
b. Untuk mewarnai gerabah. Amplaslah gerabah yang akan dicat menggunakan amplas
halus agar permukaan gerabah menjadi lebih halus. Pengamplasan ini juga bertujuan
untuk membersihkan permukaan gerabah dari kotoran-kotoran yang menempel, agar cat
dapat melekat dengan baik.
c. Siapkan alat dan bahan.
d. Warnailah gerabah dengan menggunakan cat dasar
e. Gambarlah sketsa gambar di gerabah dengan menggunakan pensil.
f. Setelah cat dasar diaplikasikan, tunggu sampai kering. Kemudian aplikasikan cat warna
dengan menggunakan kuas lukis biasa sesuai gambar sketsanya, Namun sebelum kuas
ditutulkan ke gerabah, kuas yang dipenuhi cat harus ditutulkan lebih dahulu ke secarik
kain. Ini di lakukan supaya cat tidak meleleh secara tidak beraturan.
g. Setelah gambar sudah diwarnai maka dilanjutkan dengan memberikan penegasan
gambar dengan spidol.
h. Setelah kering maka dilapis dengan cat pelapis supaya tidak luntur.
4. Menetapkan rancangan penilaian
Sesuai dengan tujuan dan tema/topik yang dipilih, maka dapat dirancang penilaian kegiatan
dengan mengacu pada hasil karya selama melaksanakan kegiatan tersebut.
Indikator Keberhasilan dalam penerapan metode ini adalah:
Peserta mampu membuat rancangan gambar.
Peserta mampu menerapkan metode mewarnai.
Rancangan Persiapan

Realisasi Pemecahan Masalah


Penyusunan program kegiatan didasarkan atas program yang telah dijadwalkan oleh pihak P2M
Universitas Mercu Buana Jakarta. Persiapan kegiatan pelatihan dimulai sejak awal bulan sampai
akhir Juli 2014.
105
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGAMBAR DAN MEWARNAI GERABAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DEPOK

Adapun hal-hal yang dipersiapkan meliputi:


a. Survey/penjajakan di lapangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami situasi
dan kondisi setempat serta keadaan mengenai waktu penyelenggaraan kegiatan pelatihan dan
lomba.
b. Mempersiapkan materi/topik pelatihan, meliputi:
1. Memilih usia anak-anak yang mengikuti pelatihan
2. Langkah-langkah penyusunan program pelatihan
3. Tujuan pelatihan dan lomba
4. Metode dan teknik pelatihan
c. Surat izin Pelaksanaan dan penentuan jadual kegiatan pengabdian masyarakat.
Pelaksanaan Program Kegiatan Kegiatan pelatihan dan lomba dilaksanakan pada bulan Juli
2014, yang diikuti oleh anak-anak setingkat sekolah dasar dilingkungan Tanah Baru, Beji,
Depok

Khalayak Sasaran
Dalam kegiatan ini sebagai subjek sasaran kegiatan yaitu anak-anak setingkat sekolah dasar di
lingkungan Tanah Baru, Beji, Depok sebanyak lebih kurang 70 orang dengan durasi waktu
mulai dari pukul 09.00 15.00 dan dilaksanakan pada hari minggu.

Metode yang Digunakan


Pendekatan dan Metode yang Digunakan Dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan ini
pendekatan yang digunakan bersifat edukatif, dengan ini dimaksudkan untuk memberikan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajarann anak. Kegiatan pengabdian
pada masyarakat ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman teknik
menggambar dan mewarnai pada anak-anak tingkat sekolah dasar. Adapun metode yang
digunakan dalam kegiatan ini adalah metode ceramah, metode demonstrasi, metode latihan dan
metode praktek secara individu.
Adapun metodenya: ceramah, demonstrasi, dan praktek/latihan, melalui tahapan sebagai
berikut:
Metode ceramah disampaikan pada waktu menjelaskan konsep dasar dalam pelatihan
menggambar dan mewarnai
Metode demonstrasi dan praktek digunakan pada waktu pelatihan

C. HASIL PEMBAHASAN
Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Kegiatan PPM
Hasil Kegiatan
Kegiatan ini kami laksanakan bekerjasama dengan ketua RT, Ketua RW dan Tokoh masyarakat
setempat. Kegiatan ini dilaksanakan di workshop dan halaman parkir show room Palm di jalan
raya Tanah baru beji Depok dari pukul 09.00 15.00, rencana awal kegiatan ini diikuti oleh 25
peserta, namun akhirnya diikuti oleh hampir 70 orang peserta. Para peserta umumnya anak-
anak setingkat sekolah dasar dari lingkungan kelurahan Tanah Baru Beji Depok. Para peserta
terkesan begitu antusias dalam mengikuti kegiatan ini, hal ini ditandai dengan banyaknya
pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta. Adapun ilmu dan wawasan yang
diperoleh para peserta dalam kegiatan pelatihan ini yaitu mulai dari sketsa, pembuatan desain,
dan proses mewarnai.

Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM


Hasil dari pelaksanaan kegiatan pelatihan menggambar dan mewarnai gerabah ini adalah
meningkatnya pengetahuan anak-anak setingkat sekolah dasar di lingkungan Tanah Baru, Beji,
Depok. Walaupun sebagian besar peserta pelatihan dari anak-anak setingkat sekolah dasar,
106
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGAMBAR DAN MEWARNAI GERABAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DEPOK

namun para peserta tersebut belum begitu menguasai teknik menggambar dan mewarnai
gerabah. Hal ini disebabkan pada saat mereka sekolah saat ini, teknik menggambar dan
mewarnai gerabah belum terdapat dalam kurikulum di sekolahnya. Oleh karena itu, pada
umumnya para peserta sangat senang dan berharap pelatihan-pelatihan semacam ini dilakukan
secara rutin dan berkesinambungan kepada anak-anak mereka. Selain itu, para peserta begitu
antusias dalam mengikuti kegiatan pelatihan ini, hal tersebut ditandai dengan adanya beberapa
pertanyaan yang dilontarkan kepada tim pelaksana baik pada saat pemaparan konsep maupun
pada saat proses praktik, mulai dari pembuatan desain sampai pada proses menggambar atau
mewarnai.

Selama proses pelatihan berlangsung tim pelaksana mengamati proses kegiatan


dan dapat menyimpulkan bahwa kegiatan pelatihan ini sangat membantu anak-anak dalam
berkarya. Ada beberapa kompetensi yang dimiliki oleh peserta setelah mengikuti kegiatan ini
yaitu:
Pertama, para peserta pelatihan dapat mengetahui konsep menggambar dan
mewarnai gerabah dengan baik. Pada tahap ini, tim pelaksana memberikan contoh materi
pelatihan secara detail dan para peserta menyimak dengan baik.
Kedua, para peserta pelatihan dapat mengetahui alat dan bahan yang digunakan
dalam menggambar dan mewarnai gerabah ini. Alat dan bahan yang digunakan banyak dijual di
toko-toko dengan harga yang relatif terjangkau.
Ketiga, para peserta pelatihan dapat mengetahui proses pembuatan gambar/desain
yang baik untuk diterapkan dalam menggambar dan mewarnai gerabah. Pada tahap ini, tim
pelaksana memberikan penjelasan tentang gambar/desain yang baik untuk menggambar dan
mewarnai gerabah tersebut.

a. Faktor Pendukung
Kegiatan ini akan berhasil dengan baik karena didukung oleh sumber daya manusia yang sesuai
dengan program yang akan dilaksanakan serta melibatkan berbagai pihak antara lain:
Ketua RT dan Ketua RW
Tokoh masyarakat dan para orang tua pesera
Peserta anak-anak tingkat sekolah dasar

b. Faktor Penghambat
Ada beberapa faktor penghambat dalam kegiatan ini, yaitu:
1. Waktu pelaksanaan kegiatan dilakukan di hari sabtu tetapi banyak peserta yang tidak
dapat mengikuti kegiatan ini, kemudian dibicarakan dan disepekati dengan pihak
lingkungan setempat waktu pelaksanaan dirubah di hari minggu agar semua peserta bisa
mengikuti kegiatan ini.
2. Kurangnya koordinasi antara pihak lingkungan setempat dengan peserta dimana tempat
kegiatan pelatihan dilakukan, namun kami melakukan pendekatan dengan baik sehingga
pelaksanaan kegiatan ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana.

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Hasil kegiatan pelatihan menggambar dan mewarnai gerabah ini, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Bahwa proses pembuatan karya menggambar dan mewarnai gerabah ini dimulai dengan
pembersihan gerabah, dilanjutkan dengan membuat sketsa/gambar/desain, kemudian dilanjutkan
dengan proses pewarnaan pada gerabah, setelah kering dipertegas dengan spidol lalu di
finishing.
107
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGAMBAR DAN MEWARNAI GERABAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DEPOK

Alat yang digunakan berupa pensil, spidol, amplas, kuas dan kain. Sedang bahan yang dipakai
yaitu cat acrylic/tembok, cat poster.
Pemberian pelatihan menggambar dan mewarnai gerabah ini dengan metode ceramah,
demonstrasi, latihan dan praktek. Yaitu menyampaikan tentang cara menggambar dan mewarnai
gerabah, pengenalan alat dan bahan yang digunakan, praktek dan proses membuat karyanya.

Saran
Ada beberapa saran yang perlu disampaikan setelah kegiatan ini berlangsung, yaitu sebagai
berikut:
1. Pelatihan menggambar dan mewarnai gerabah ini sebaiknya ada tindak lanjutnya, untuk
mengetahui sejauh mana perkembangan hasil kegiatan pelatihan apakah para peserta
menerapkan dalam pembelajaran ilmu yang diperoleh selama pelatihan.
2. Sebaiknya tetap dijaga kerjasama yang baik antara lembaga dengan pihak-pihak yang terkait
dengan lembaga masyarakat untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat di
lapangan khususnya dalam pengembangan bidang pembelajaran seni budaya seni rupa.

DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Yenny Wijaya. (2011). Ayo Mewarnai Dengan Cat Air. Yogyakarta. CV. Andi
Offset.
Hurlock, B. Elizabet. (1999). Perkembangan Anak, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
RinekaCipta.
Lea Lina. (2010). Seni dan Kerajinan Gerabah, Jakarta: Perca Indonesia
Wahyudin, Uyu dan Mubiar Agustin. (2012). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini.
Bandung. PT Refika Aditama.

http://blog.lazada.co.id/tujuan-belajar-menggambar-mewarnai-bagi-anak/.
108
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGAMBAR DAN MEWARNAI GERABAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DEPOK

LAMPIRAN

Gambar Tahapan Kegiatan

Gambar 1. Pelatihan Gambar 1. Pelatihan

Gambar 3. Mewarnai Gambar Gambar 4. Mewarnai Gambar

Gambar 5. Mewarnai Gerabah Gambar 6. Mewarnai Gerabah


109
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGAMBAR DAN MEWARNAI GERABAH PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI DEPOK

Gambar 7. Mewarnai Gerabah Gambar 8. Mewarnai Gerabah

Gambar 9. Hasil Karya Mewarnai Gerabah


(Tunjung, 2015)
MENGGUGAH KREATIVITAS ANAK MELALUI
PELATIHAN PEMBUATAN PRODUK DEKORATIF DENGAN
BAHAN KERTAS BEKAS
(Studi kasus di SD Negri 01 Pagi Jatipulo, Kel. Jatipulo, Kec. Palmerah)

Tetty Sekaryati, Cama Yuli Rianingrum, Asih Retno Dewanti,


Susy Irma Adisurya.
Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti
Jalan Kyai Tapa no 1 Grogol, Jakarta Barat
Email: tetty.sekar@gmail.com

ABSTRAK
Kreativitas merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan. Kreativitas di
dalam berkarya dapat dijadikan dasar keberhasilan seseorang selain keberhasilan di dalam pendidikan
formal, oleh karena itu peningkatan kreativitas perlu diberikan sejak dini. Fakultas Seni Rupa dan Desain
melaksanakan program Pengabdian Kepada Masyarakat untuk siswa Sekolah Dasar Negri 01 Pagi di
Kelurahan Jatipulo, Kecamatan Palmerah dengan tujuan menambah wawasan, meningkatkan kreativitas
dan keterampilan anak. Permasalahan yang dihadapi adalah bagaimana meningkatkan kreativitas para
siswa yang berusia 1112 tahun serta memberikan pengetahuan desain sehingga dapat mengolah kertas
menjadi bentuk produk yang bernilai guna dan mengembangkannya. Untuk menjawab permasalahan ini,
maka diberikan pelatihan pembuatan produk bersifat dekoratif dengan memanfaatkan kertas bekas.
Bentuk produk dekoratif ini dapat digolongkan ke dalam desain kriya karena di dalamnya terdapat
komposisi bentuk, warna, proporsi, keseimbangan, kesatuan dan elemen desain lainnya.

Kata kunci: kreativitas, pelatihan

ABSTRACT
Creativity is an important part that can not be separated from education. Creativity can be the basis of a
person's success like success in formal education, thus enhancing creativity should be given early.
Faculty of Art and Design of Trisakti University implement Community Services program for elementary
school students at Sekolah Dasar Negri 01 Pagi, Kelurahan Jatipulo, Kecamatan Palmerah with the aim
of increasing knowledge, improving children's creativity and skills. The problem is how to increase the
creativity of students aged 11-12 years as well as providing design knowledge so that it can process
paper into valuable products in order to form and develop. To solve this problem, it is provided training
for creating decorative products by utilizing waste paper. This form of decorative products can be
classified into craft design because it constitutes a form of composition, color, proportion, balance, unity,
and other design elements.

Keywords: creativity, training

A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang.
Kreativitas merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dengan pendidikan baik
pendidikan formal maupun non formal. Kreativitas di dalam berkarya dapat dijadikan dasar
keberhasilan seseorang selain keberhasilan di dalam pendidikan formal.
Memberikan pelatihan sejak dini dapat membantu menumbuh kembangkan kreativitas anak
usia SD dan menekan kejenuhan belajar serta memberikan kesenangan dan kepuasan berkreasi
kepada anak sehingga dapat menimbulkan semangat belajar kembali.
111
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGUGAH KREATIVITAS ANAK MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PRODUK DEKORATIF DENGAN BAHAN
KERTAS BEKAS (Studi kasus di SD Negri 01 Pagi Jatipulo, Kel. Jatipulo, Kec. Palmerah)

Di dalam artikel tentang desain, yaitu Desain adalah wawasan plus kreatitivitas dikatakan
bahwa wujud karya dibangun dari 10% daya kreasi dan 90% kerja keras. Olah kreatif adalah
usaha mencoba lebih banyak, tak cepat puas untuk mencari kemungkinan baru dalam
memecahkan masalah.

Salah satu ciri manusia kreativ adalah rasa ingin tahu yang besar, terbukanya manusia terhadap
gagasan atau informasi, serta selalu mencari peluang untuk pengembangan gagasan tersebut dan
salah satu cara untuk menggugah dan menumbuhkan kreativitas anak, adalah dengan
memberikan pelatihan pembuatan produk yang selain fungsional juga mempunyai nilai
dekoratif. Di dalam pelatihan tersebut, anak diberikan pengenalan mengenai bahan kertas,
pengenalan warna dan bentukbentuk yang dapat diolah. Melalui program Pengabdian Kepada
Masyarakat, Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti berkesempatan turut
meningkatkan kreativitas para siswa dengan memberikan pelatihan pemanfaatan kertas bekas
kalender. Melihat usia peserta yang masih anak-anak, dan potensial untuk dikembangkan,
tidak menutup kemungkinan bagi peserta untuk dapat meningkatkan daya kreatifnya, karena
pada dasarnya setiap manusia memiliki kreativitas.

Pembuatan produk daur ulang atau pemanfaatan kertas bekas merupakan perpaduan antara
kerajinan (kriya) dan desain. Kriya atau kerajinan dan desain membutuhkan kreativitas,
keterampilan dan ketekunan dalam berproduksi, terutama dalam kaitannya dengan inovasi,
(pembaharuan) atau dalam mengimplementasikan gagasan.

Di dalam mewujudkan karya hasil pengolahan kertas bekas, para peserta perlu diberikan
motivasi untuk meningkatkan keterampilan dan kreativitas dan pengetahuan yang lebih luas
tentang manfaatnya. Walaupun latihan keterampilan membutuhkan kerja yang cukup serius
namun dapat dilakukan dengan cara bermain bagi anak-anak, dan perlu disikapi dengan santai
serta dianggap hiburan atau selingan untuk meredeam kejenuhan sehari-hari.

Peserta dengan usia kreatif dan produktif merupakan sumber daya yang dapat membantu
meningkatkan program lingkungan hijau melalui pengurangan limbah kertas. Untuk selanjutnya
diharapkan dapat menghasilkan karya yang lebih baik sehingga dapat memberikan inspirasi bagi
keluarga atau lingkungannya untuk menghasilkan produk yang bernilai jual
2. Identifikasi Masalah
- Banyaknya siswa kreatif yang belum mendapat pelatihan pengolahan kertas bekas
- Berlimpahnya kertas bekas, khususnya kalender bekas yang menjadi sampah rumah
tangga
- Kurangnya pengetahuan mengenai manfaat kertas bekas
- Kurangnya pengetahuan desain dan pengolahan limbah kertas umumnya dan kertas
kalender khususnya menjadi produk yang bermanfaat
- Perlunya kesadaran akan pentingnya pelatihan tentang pengolahan dan pemanfaatan
kertas bekas menjadi benda produk yang siap pakai.
3. Perumusan Masalah
Bagaimana memotivasi kreativitas para siswa yang berusia 1112 tahun serta memberikan
pengetahuan desain sehingga dapat mengolah kertas menjadi bentuk produk yang bernilai
guna dan mengembangkannya.
4. Tujuan Kegiatan
a. Menambah pengetahuan, wawasan, kreativitas dan ketrampilan mengenai pemanfaatan
dan pengolahan kertas bekas, khususnya kalender bekas
b. Memberikan jalan keluar dalam mengurangi kertas bekas yang kian hari kian bertambah,
hinga dapat membantu membangun lingkungan hijau
112
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGUGAH KREATIVITAS ANAK MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PRODUK DEKORATIF DENGAN BAHAN
(Studi kasus di SD Negri 01 Pagi Jatipulo, Kel. Jatipulo, Kec. Palmerah) KERTAS BEKAS

c. Memberikan kebanggaan bagi mereka apabila hasil karya mereka dapat bermanfaat bagi
masyarakat dan lingkungan sekitarnya

B. METODOLOGI
1. Lokasi Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan di Sekolah Dasar Negri 01 Pagi, Jatipulo, Jalan Turi no 32, Kelurahan
Jatipulo, Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat.

2. Peserta Kegiatan
Peserta kegiatan terdiri dari para siswa kelas 5 berusia sekitar 10-11 tahun sebanyak 42 siswa
dan para guru berjumlah 10 orang yang cukup berpotensi untuk dapat menerima dan mengikuti
pelatihan tersebut. Pada umumnya para siswa dan guru mempunyai minat untuk
mengembangkan dan meningkatkan kreativitas mereka.

3. Aspek Yang Menjadi Dasar Penerapan Metode


Produk dekoratif yang dibuat dengan memakai bahan kertas bekas merupakan hasil kerja yang
dapat disebut sebagai kerajinan atau kriya yang melibatkan keterampilan dan kreativitas
pembuatnya. Dilihat dari hasilnya, produk tersebut dapat digolongkan ke dalam desain kriya
karena mempunyai fungsi pakai.

Berbeda dengan desain, kriya merupakan hasil kegiatan yang menggunakan keterampilan dan
kreativitas pembuatnya dengan metode trial and error, sedangkan desain merupakan hasil
sebuah proses panjang yang melibatkan informasi, analisis dan konsep. namun demikian baik
desain maupun kriya membutuhkan kreativitas untuk mewujudkannya. Beberapa aspek yang
sama-sama dipertimbangkan, adalah aspek bahan, bentuk, warna, proporsi, keseimbangan,
irama, kesatuan, dan harmoni dan elemen visual lainnya. Penataan elemen visual di dalam
sebuah produk hasil kriya harus dapat menjadi komposisi yang terpadu.

Untuk memperkenalkan dan mendapatkan hasil kriya yang baik, maka dibutuhkan metode dan
metode yang diterapkan di dalam pembuatan produk ini adalah metode pelatihan yang
diharapkan dapat menarik minat peserta dan memotivasi memunculkan kreativitas siswa dan
dapat menjawab permasalahan. Di dalam metode pelatihan tersebut, diterapkan pula pengenalan
craft design dan pengenalan bahan dengan metode demonstrasi dan contoh dengan teknik
peragaan.

Pelatihan merupakan proses melatih dari yang tidak bisa menjadi bisa atau dari yang belum
lancar menjadi lancar. Proses melatih selalu dikaitkan dengan pembelajaran, baik pembelajaran
formal maupun non formal. Dalam konteks ini penerapan metode pelatihan melibatkan beberapa
aspek, yaitu sumber daya manusia, aspek kreativitas, aspek material dan desain maupun craft

Pelatihan ini diperuntukan bagi para siswa sekolah dasar yang berusia sekitar 10-12 tahun.
Selain mendapat pendidikan formal yang dilaksanakan sehari-hari di dalam proses
pembelajaran, anak-anak membutuhkan pembentukan kreativitas agar dapat menyeimbangkan
kemampuan otak kiri dan otak kanan. Usia 10-12 tahun adalah usia yang tepat dalam
membentuk permainan konstruktif dan kreativitas serta keterampilan fisik. Periode belajar pada
anak berupa pembentukan sikap positif dan mengembangkan pemikiran logis yang terbatas pada
objek yang konkrit, maka tepatlah apabila pengetahuan dan keterampilan di luar materi formal
sehari-hari diberikan kepada siswa usia SD dengan maksud meningkatkan kemampuan kreatif
mereka. Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang
113
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGUGAH KREATIVITAS ANAK MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PRODUK DEKORATIF DENGAN BAHAN
KERTAS BEKAS (Studi kasus di SD Negri 01 Pagi Jatipulo, Kel. Jatipulo, Kec. Palmerah)

baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
(Widayati 2009)

Menurut teori Piaget, pemikiran anak-anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional
Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek-
objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi
terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai
kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya.
(Widayati 2009)

Pelatihan yang diberikan kepada siswa SD ini tidak terlalu formal tetapi masih di dalam batas
belajar yang menyenangkan, mengingat siswa usia sd masih termasuk golongan anak-anak
yang: senang bermain, senang bergerak, senang bekerja di dalam kelompok, mudah bosan
dengan satu pekerjaan atau permainan. Pengolahan kertas bekas ini dapat dilakukan dengan cara
bermain yang terarah dan memberikan keleluasaan bergerak dan tidak membosankan, dengan
tujuan selain memberikan pengetahuan dan keterampilan bagi siswa, juga menggugah
kemampuan memadukan bentuk, bahan dan warna. Dengan demikian pelatihan ini dapat
menghasilkan karya para siswa yang fungsional, dekoratif dan estetis.

a. Aspek Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan produk, atau gagasan apa saja
yang pada dasarnya baru, dan sebelumnya tidak dikenal pembuatnya. Ia dapat berupa kegiatan
imajinatif atau sintesis pemikiran yang hasilnya bukan hanya perangkuman. Ia mungkin
mungkin mencakup pembentukan pola baru dan gabungan informasi yang diperoleh dari
pengalaman sebelumnya dan pencakokan hubunngan lama ke situasi baru dan mungkin
mencakup pembentukan korelasi baru (Hurlock n.d.)

Kreativitas di dalam pembuatan produk pengolahan kertas bekas sangat dibutuhkan, terutama
dalam kaitannya dengan inovasi, produksi dan mendesain karya yang baru (pembaharuan) atau
dalam mengimplementasikan gagasan.

Keterampilan dan kreativitas para peserta perlu ditumbuhkan, ditingkatkan dan dibina, perlu
dimotivasi untuk melatih diri, oleh karena itu dibutuhkan metode yang tepat. Metode yang
digunakan dalam menggugah kreativitas anak adalah pelatihan. Selain melatih dan
menumbuhkan keterampilan, metode pelatihan juga mengharuskan anak. Latihan keterampilan
untuk menumbuhkan kreativitas membutuhkan kerja yang cukup serius namun perlu disikapi
dengan santai dan dianggap hiburan atau selingan untuk meredam kejenuhan sehari-hari.

b. Aspek material
Kertas dikenal sebagai benda yang sangat berharga dan bermanfaat dalam membantu kegiatan
dengan berbagai jenis yang berbeda sesuai kebutuhan dan fungsinya. Banyak sekali jenis kertas
yang digunakan dalam berbagai kegiatan.

Berbagai jenis kertas yang dikenal dan fungsinya adalah sebagai berikut:
- Kertas kalkir yang kita kenal sebagai media gambar dan kerap kali dipakai untuk
undangan.
- Kertas dupleks dengan ukuran yang lebih tebal daripada kerta lainnya (250 gr, 270 gr,
310 gr, 360 gr dan 400gr) biasa digunakan sebagai bahan dasar pembuat box dan banyak
digunakan sebagai media gambar.
114
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGUGAH KREATIVITAS ANAK MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PRODUK DEKORATIF DENGAN BAHAN
(Studi kasus di SD Negri 01 Pagi Jatipulo, Kel. Jatipulo, Kec. Palmerah) KERTAS BEKAS

- Art paper (kertas art) atau matt paper mempunyai permukaaan yang licin. Biasanya kertas
ini digunakan sebagai bahan dasar untuk brosur, kalender karena kertas ini mempunyai
kualitas cetak yang baik. Ketebalan kertas dilihat dari beratnya, yaitu antara 100, 120 dan
150 gr.
- Kertas HVS merupakan kertas yang tidak asing lagi bagi kebutuhan sehari-hari yang
dipergunakan di kantor, sekolah dan tempat lainnya.
- Art Karton merupakan kertas/karton yang lebih tebal dari arti paper dengan berat di atas
200 gr yang banyak digunakan untuk produk cetak seperti brosur, kartu nama, company
profile.

Kertas merupakan kebutuhan sehari-hari yang sangat penting di dalam kehidupan manusia.
Dilihat dari fungsinya, kertas menjadi salah satu media untuk menyampaikan informasi,
komunikasi, menuangkan ide dan pemikiran, mencatat, mengungkapkan gagasan maupun
memvisualisakannya, menyalurkan ide kreatif seperti menggambar, dan membuat produk/kria.

Sangat disayangkan bahwa kertas tidak berumur panjang, banyak kertas yang sudah digunakan
dibuang begitu saja. Koran, majalah dan kalender menjadi salah satu sumber informasi yang
dapat berubah menjadi benda yang tidak berguna dan menjadi tumpukan kertas di sudut ruang,
menjadi pembungkus, alas lemari dan bahkan menjadi sampah yang kemudian dibakar. Orang
membuang begitu saja kertas atau koran serta majalah atau kelender bekas, padahal dibalik itu,
kertas mempunyai potensi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar yang dapat diolah
menjadi benda-benda yang salah satu kertas yang akan menjadi sampah adalah kertas kalender.

Pengenalan tentang elemen desain dilakukan sebelum pelatihan dimulai dengan cara peragaan
yang dimaksudkan untuk memperkenalkan jenis kertas, warna, bentuk, komposisi, dan elemen
visual lainnya.

4. Pelaksanaan Penerapan Metode


Materi yang disampaikan terdiri dari pengenalan bahan, bentuk, warna dan pengertian mengenai
desain kriya, maka metode pelatihan yang diterapkan didahului dengan ceramah dan peragaan
dengan metode demonstrasi dan contoh.

a. Metode Demonstrasi dan Contoh


Demonstrasi yang menunjukkan bagaimana benda itu dibuat atau bagaimana benda itu
dikerjakan. Metode ini melibatkan penguraian dan memperagakan sesuatu melalui contoh-
contoh. Metode ini sangat mudah dan efektif dengan menunjukkan kepada peserta cara
mengerjakan suatu tugas, karena dikombinasikan dengan alat bantu belajar seperti : gambar-
gambar, teks materi, ceramah, diskusi. (Manajemen Sumber Daya Manusia n.d.)
Kegiatan peragaan adalah salah satu cara dalam penyajian materi untuk memperjelas cara kerja,
bentuk atau konsep. Dalam pelatihan ini, peragaan dimaksudkan untuk pengenalan bahan,
bentuk dan warna, komposisi dan proporsi.
1) Pengenalan bahan.
Memperkenalkan dan memperlihatkan beberapa bahan kertas yang dapat dipakai di dalam
pembuatan produk dan memberikan pengetahuan mengenai karakteristik jenis kertas bekas
dengan cara melihat, meraba, menggunting untuk merasakan ketebalan kertas. Selain itu
diperagakan beberapa produk yang dapat dibuat, sehingga siswa mengetahui jenis bahan,
bentuk dan warna serta fungsi produk.
2) Pengenalan bentuk diberikan agar siswa mengenal bentuk-bentuk produk yang dapat dibuat
dan dikembangkan, lengkap dengan dekorasinya. Bentuk-bentuk produk diperlihatkan dan
115
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGUGAH KREATIVITAS ANAK MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PRODUK DEKORATIF DENGAN BAHAN
KERTAS BEKAS (Studi kasus di SD Negri 01 Pagi Jatipulo, Kel. Jatipulo, Kec. Palmerah)

diperagakan cara membuatnya sesuai dengan tahap pembuatannya, dari mulia bahan dasar
sampai kepada dekorasinya
3) Pengenalan warna dan teknik pewarnaan. Peragaan mewarnai diberikan selain untuk
memperkenalkan warna dan tekniknya, juga memberikan pengetahuan bahwa dengan alat
sederhana dan bahan sisa serta teknik pewarnaan sederhana dan cepat, dapat memberikan
hasil yang cukup baik. Siswa mencoba mewarnai bahan/material dengan teknik yang sudah
diperagakan dan diajarkan.
4). Penjelasan mengenai desain kriya melalui peragaan bentuk produk yang sudah ada dan
memberikan pengertian bahwa produk tersebut terdiri dari beberapa komponen yang ditata
menjadi sebuah kesatuan elemen desain.

Penyampaian materi tidak dalam bahasa desain namun merupakan bahasa sehari-hari yang
dikenal oleh masyarakat umum dan anak-anak

b. Metode Pelatihan:
Para peserta berjumlah 52 orang, terdiri dari 42 orang siswa murid kelas 5 SD, dan 10 orang
guru. Agar lebih efektif, maka perserta dibagi menjadi 10 kelompok dengan 4 orang anggota
dan 1 orang guru pembimbing dalam masing-masing kelompok. Pelatihan diberikan kepada
siswa dan pelatihan kepada guru (training for trainer) untuk dapat memberikan bimbingan
kepada siswa.

Setiap kelompok membuat produk yang berbeda sesuai dengan pilihan mereka. Dalam pelatihan
ini, demostrasi diberikan terlebih dahulu kepada para guru untuk memperlihatkan cara
pembuatan produk, sehingga guru-guru sebagai pembimbing kelompok dapat memberikan
pelatihan kepada siswanya. Bimbingan secara intensif juga diberikan oleh instruktur kepada
para peserta pelatihan selama pelatihan berlangsung. Pembuatan produk langsung dilakukan
oleh peserta dengan metode trial and error tanpa dibantu dengan gambar terlebih dahulu.

C. PEMBAHASAN
Pemilihan material kertas dalam pelatihan ini adalah kertas bekas kalender. Kertas kalender
mempunyai kualitas yang cukup baik dibandingkan dengan kertas lainnya, oleh karena itu
sangat berpotensi untuk diolah. Sebagian besar kalender dibuat dari art paper yang memiliki
kekuatan dan daya tahan yang cukup baik (tahan lama) dibandingkan dengan jenis kertas
lainnya dikombinasi dengan barang bekas lainnya, seperti kaleng bekas susu kental manis,
karton bekas undangan, dus aqua bekas dsb, kertas tersebut dapat menjadi produk yang bernilai
guna dan ekonomis, antara lain bingkai foto, tempat pensil, dus tempat aksesoris atau alat tulis
menulis bernilai guna dan ekonomis, antara lain menjadi elemen bersifat dekoratif.
Seiring dengan isu seputar go green, dan menyadari adanya manfaat yang didapat dari
pengolahan sampah kertas tersebut, pelatihan ini membantu antara lain:
- Berkurangnya limbah kertas yang terdapat di sekitar kita (terutama di dalam rumah)
- Terpicunya kreativitas kita untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai guna
- Terjaganya lingkungan kita dari sampah yang berlebihan, sehingga ini menjadi salah satu
upaya pelestarian lingkungan.
- Sebagai upaya penghematan dan peningkatkan ekonomi rumah tangga apabila pengolahan
limbah dikerjakan secara rutin dan berkesinambungan dengan peningkatan kreaivitas para
murid sekolah dasar yang potensial dan dengan bimbingan para guru, hasil pengolahan
limbah kertas, khususnya kertas bekas kalender dapat menjadi produk-produk yang
bermanfaat dan mempunyai nilai jual.
116
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGUGAH KREATIVITAS ANAK MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PRODUK DEKORATIF DENGAN BAHAN
(Studi kasus di SD Negri 01 Pagi Jatipulo, Kel. Jatipulo, Kec. Palmerah) KERTAS BEKAS

Pelatihan pemanfaatan kertas bekas kalender dan bahan bahan bekas lainnya sebagai bahan
penunjang, dapat menghasilkan produk yang cukup baik mengingat para siswa masih
tergolong anak-anak dan baru pertama kalinya mengikuti pelatihan pembentukan kertas bekas.

Walaupun para siswa SD masih tergolong anak-anak, tetapi para siswa sudah menunjukkan
minat dan perhatian yang cukup besar terhadap pemanfaatan kertas bekas ini. Potensi sumber
daya manusia di lingkungan daerah binaan tersebut dapat dibina dan dikembangkan dan lebih
jauh lagi menjadi industri rumah tangga yang dimulai dengan memberikan pengetahuan dan
keterampilan bagi anak.

Gambar 1. Siswa SD Negri 01 Pagi Jatipulo peserta pelatihan,


berusia sekitar 10-11 tahun
(Tetty Sekaryati, 2014)

Peserta mempunyai latar belakang pendidikan formal, sehingga tidak sulit untuk menerima
pengetahuan dan melatih keterampilan serta menggugah dan mengembangkan kreativitasnya
membuat karya yang baik. Hanya butuh motivasi dan dorongan yang intensif agar dapat
berkembang, menggali dan memanfaatkan potensi yang mereka miliki ke arah yang positif
agar dapat berkarya sehingga menjadi manusia yang kreatif dan produktif agar dapat
memberikan gagasan dalam memulai usaha untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi rumah
tangga mereka khususnya dan menjadi salah satu aspek dalam perkembangan industri kreatif.
Industri kreatif membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif dan juga berperan secara fisik

1. Penerapan metode demonstrasi dan contoh


Metoda ini diberikan kepada para guru dan siswa agar dapat melihat dengan jelas bagaimana
cara membuat, cara mewarnai dan bahan serta alat yang dipakai.

Gambar 2. Metode demonstrasi sedang disampaikan oleh instruktur untuk


penjelasan cara membuat produk
(Tetty Sekaryati, 2014)
117
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGUGAH KREATIVITAS ANAK MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PRODUK DEKORATIF DENGAN BAHAN
KERTAS BEKAS (Studi kasus di SD Negri 01 Pagi Jatipulo, Kel. Jatipulo, Kec. Palmerah)

Gambar 3. Demonstrasi diberikan kepada guru Gambar 4. Demonstrasi cara mengerjakan yang
dalam pelatihan agar guru dapat dilakukan oleh instruktur untuk siswa
membimbing siswa (Tetty Sekaryati, 2014)
(Tetty Sekaryati, 2014)

Demonstrasi diperagakan kepada guru agar dapat memberikan contoh kepada siswanya. Metode
demonstrasi sangat efektif dan lebih cepat dimengerti oleh guru dan siswa. Para siswa dapat
langsung menerapkan dan mencoba membuat produk sesuai dengan yang diminati dengan
melihat contoh..

2. Penerapan metode pelatihan


Kreativitas dan keterampilan menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, oleh karena itu
untuk membangun kreativitas siswa diberikan pelatihan keterampilan yang melibatkan bentuk,
bahan dan warna. Siswa diberikan pelatihan membentuk dari bahan kertas, dan juga diberikan
pelatihan untuk kepekaan dalam membuat komposisi bentuk dan warna, proporsi yang terkait
dengan bentuk, bahan dan ukuran. Dengan demikian, selain siswa memperoleh pengetahuan
mengenai sifat dan karakter bahan kertas, mereka mendapat pengertian bagaimana hubungan
sifar dan karakter bahan kertas dengan bentuk-bentuk dekoratif yang dapat mereka buat.

Pelatihan hanya diberikan 1 (satu) kali dengan durasi waktu 4 jam, namun para siswa dapat
menghasilkan bentuk-bentuk yang cukup unik, walaupun masih harus ditingkatkan lagi.durasi
waktu 4 jam merupakan waktu yang terlalu singkat, mengingat teknik yang harus diterapkan
membutuhkan waktu yang cukup panjang.
Pengelompokan dalam pelatihan ini menjadikan pembuatan produk lebih terfokus dan setiap
kelompok menghasilkan jenis produk yang berbeda sehingga pada akhir pelatihan dihasilkan
beberapa jenis dan fungsi produk yang beragam.

3. Proses pembuatan
Pembuatan produk dekoratif ini sangat mudah dikerjakan oleh para siswa yang masih berusia
10-11 tahun. Teknik yang harus dilalui hanya mengukur, menggunting, mewarnai, menggulung
dan melipat. Yang membutuhkan kepekaan bentuk dan kreativitas adalah pada saat membentuk
dan memasang dekorasi pada bentuk produk sehingga dapat memunculkan komposisi dan
proporsi yang sesuai.

a. Bahan dan peralatan


Bahan yang dibutuhkan adalah kertas bekas kalender dengan ketebalan 80100 gram, karton
bekas dus aqua, kaleng susu bekas, karton bekas undangan atau kalender duduk dan lem.
Peralatan yang dibutuhkan adalah penggaris, gunting, pensil, penggulung kertas, spidol.
118
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGUGAH KREATIVITAS ANAK MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PRODUK DEKORATIF DENGAN BAHAN
(Studi kasus di SD Negri 01 Pagi Jatipulo, Kel. Jatipulo, Kec. Palmerah) KERTAS BEKAS

Bahan dan peralatan.

Gambar 5. Kertas kalender bekas yang sudah Gambar 6. Kalender bekas dan undangan bekas yang
digunting dengan ukuran sesuai kebutuhan dapat digunakan sebagai bahan dasar produk
(Tetty Sekaryati, 2014) (Tetty Sekaryati, 2014)

Gambar 7. Spidol bermacam-masam warna Gambar 8. Alat penggulung kertas yang dibuat dari
yang digunakan untuk mewarnai kertas yang jarum kasur, dipotong dan diberi gagang
sudah digunting (Tetty Sekaryati, 2014)
(Tetty Sekaryati, 2014)

b. Proses pembuatan

Gambar 9. Proses menggulung kertas Gambar 10. Potongan kertas yang sudah diwarnai,
(Tetty Sekaryati, 2014) digulung dan dibentuk
(Tetty Sekaryati, 2014)
119
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGUGAH KREATIVITAS ANAK MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PRODUK DEKORATIF DENGAN BAHAN
KERTAS BEKAS (Studi kasus di SD Negri 01 Pagi Jatipulo, Kel. Jatipulo, Kec. Palmerah)

Gambar 11. Membuat pola frame foto dengan Gambar 12. Proses menempel bentuk dekoratif
memanfaatkan karton bekas dus aqua di atas frame foto
(Tetty Sekaryati, 2014) (Tetty Sekaryati, 2014)

Bahan dasar frame foto adalah karton bekas dus aqua yang dipotong sesuai bentuk pola yang
dikehendaki (sudah direncanakan), kertas kalender bekas dan lem, sedangkan peralatan yang
digunakan adalah spidol dan lem. Pembentukan kertas dekorasi dilakukan dengan teknik
gulung. Keuntungan menggunakan karton bekas aqua adalah: mudah didapat dan mudah
dibentuk karena sifat karton tersebut lunak.

Bahan dasar wadah ini adalah kaleng susu kental manis yang sudah tidak terpakai, kertas bekas
kalender atau majalah. Kaleng dilapisi kertas majalah/kalender bekas sebagai penutup dan
kemudian dilapisi dengan gulungan-gulungan kertas kecil, dengan diameter 0.75cm. Teknik
yang digunakan adalah teknik gulung.

Gambar 13. Proses menggulung dan Gambar 14. Proses membentuk dan menempel
Memasang dekorasi pada frame dekorasi pada frame foto
(Tetty Sekaryati, 2014) (Tetty Sekaryati, 2014)

Pembentukan kertas dengan teknik menggulung tidak hanya dalam bentuk yang terbatas,
melainkan dapat menghasilkan bentuk yang lebih variatif seperti bentuk daun, bunga sehingga
dapat lebih menggugah kreativitas. Kertas kalender bekas yang dibentuk sesuai desain yang
dikehendaki dan pewarnaan dengan teknik sederhana dapat memberikan nilai estetika yang
cukup tinggi.
120
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGUGAH KREATIVITAS ANAK MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PRODUK DEKORATIF DENGAN BAHAN
(Studi kasus di SD Negri 01 Pagi Jatipulo, Kel. Jatipulo, Kec. Palmerah) KERTAS BEKAS

4. Hasil Pekerjaan

Gambar 15. Wadah peralatan tulis menulis bekas aqus, kertas kalender dengan
teknik gulung, dipasang vertical dan horizontal
(Tetty Sekaryati, 2014)

Gambar 16. Frame foto dengan memanfaatkan karton bekas undangan dan karton bekas dus aqua
(Tetty Sekaryati, 2014)

D. SIMPULAN
Pada dasarnya, materi yang disampaikan merupakan upaya meningkatkan kreativitas anak
disamping untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lingkungan masyarakat saat ini.
Kertas yang kita kenal selain hanya sebagai pembungkus atau bahan dasar pembuatan pupuk,
kertas bekas atau limbah bisa digunakan sebagai benda yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-
hari seperti pelengkap dekorasi rumah, pelengkap kebutuhan alat tulis dan sebagainya.
Dengan digunakannya kertas bekas dalam kehidupan sehari-hari, lebih jauh manfaat yang dapat
dirasakan adalah:
- Berkurangnya limbah kertas yang terdapat di sekitar kita (terutama di dalam rumah)
- Terpicunya kreativitas anak untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai pakai
- Terjaganya lingkungan kita dari sampah yang berlebihan, sehingga ini menjadi salah satu
upaya pelestarian lingkungan.

Selain peningkatan kreativitas anak, pengolahan kertas bekas ini dapat menjadi pengetahuan
baru bagi para siswa dan guru dengan pengenalan bentuk, bahan, produk baru dan pemanfaatan
121
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENGGUGAH KREATIVITAS ANAK MELALUI PELATIHAN PEMBUATAN PRODUK DEKORATIF DENGAN BAHAN
KERTAS BEKAS (Studi kasus di SD Negri 01 Pagi Jatipulo, Kel. Jatipulo, Kec. Palmerah)

kertas bekas serta inovasi produk yang baru. Lebih jauh lagi dapat menjadi sumber mata
pencaharian baru bagi masyarakat dan dapat dikerjakan baik secara kelompok maupun
perorangan. Saat ini bisnis pengolahan kertas bekas sudah menjadi hal yang tidak asing lagi di
masyarakat. Banyak unit kegiatan masyarakat yang memberikan peluang bagi masyarakat untuk
mengolah kertas menjadi produk inovatif sebagai industri rumah tangga sehingga dapat
meningkatkan penghasilan rumah tangga, oleh karena itu diharapkan pelatihan ini dapat
memberikan dampak jangka panjang bagi peningkatan ekonomi di kalangan para siswa, karena
para siswa merupakan salah satu sumber daya manusia yang berpotensi tinggi untuk
peningkatan ekonomi melalui peningkatan kreativitasnya. Dengan peningkatan kreativitas para
murid sekolah dasar yang potensial dan dengan bimbingan para guru, hasil pengolahan limbah
kertas, khususnya kertas kalender bekas, dapat menjadi produk-produk yang bermanfaat dan
mempunyai nilai jual.

Pada dasarnya Program Pengabdian Kepada Masyarakat dapat berjalan dengan baik. Para
peserta yang terdiri dari anak-anak usia sekolah dasar dengan usia 10-11 tahun cukup berminat
dan tertarik untuk membuat produk kertas bekas. Semua peserta berupaya membuat karya
sesuai dengan arahan instruktur dan para guru pembimbing. Beberapa hal yang dapat
disimpulkan dari hasil analisis adalah:
- Pelatihan pemanfaatan limbah kertas dapat dikembangkan dan cukup potensial untuk
dilaksanakan karena material atau bahan dasar yang terdiri dari kerta kalender dan majalah
bekas sangat mudah di dapat, terutama dari limbah rumah tangga non organik.
- Peserta, yaitu siswa dan guru di SDN 01 Jatipulo menyadari perlunya peningkatan kualitas
melalui penningkatan kreativitas sumber daya manusianya sehingga mereka menerima
dengan baik masukan-masukan yang disampaikan oleh Universitas Trisakti umumnya dan
FSRD khususnya.
- Tim instruktur pada dasarnya siap membantu melaksanakan pembinaan dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia di daerah binaan
- Dilihat dari usia dan minat peserta, mereka cukup potensial untuk diberikan motivasi dan
arahan serta pengetahuan mengenai desain, craft dengan segala aspeknya, sehingga
mempunyai dasar pengertian yang menggugah kreativitas mereka untuk berproduksi dengan
hasil yang baik

DAFTAR PUSTAKA
Ayu, Irrene. (2015). "PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN SDM : Pengertian, Manfaat,
Metode." irreneayu.wordpress.com (irreneayu.wordpress.com).
Hurlock, Elisabeth b. (1980). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Hurlock, Elizabeth B. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : Erlangga, n.d.
Laksmi, Utami. (2015). Analisis Situasi Masyarakat. In Penataran Metodologi Pengabdian
Kepada Masyarakat. Jakarta: Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat.
"Manajemen Sumber Daya Manusia." Literatur Ekonomi, n.d.
Widayati, Sri. "Perkembangan Anak | Perkembangan Fisik, Motorik, Kognitif, Psikososial."
www.g-excess.com, 2009.
MENUMBUHKAN NIAT BERWIRAUSAHA BAGI MAHASISWA
MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
KEWIRAUSAHAAN
Yohana F. Cahya Palupi Meilani, Margaretha Pink Berlianto
Universitas Pelita Harapan, Jl. M.H. Thamrin Boulevard Tangerang, 15811 Banten,
(021)5460901/5460910, e-mail: yohana.meilani@uph.edu

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana menumbuhkan niat wirausaha bagi mahasiswa
melalui metode pembelajaran berbasis kewirausahaan.Kurikulum Operasional (KO) dan materi
pembelajaran yang tepat, dapat memotivasi dan menumbuhkan minat wirausaha mahasiswa. Sehingga
mahasiswa mampu belajar menerapkan teori dalam praktik sebagai pemula usaha. Narasumber dalam
penelitian adalah mahasiswakonsentrasi Kewirausahaan Universitas Pelita Harapan yang telah
mempraktekkan berwirausaha lebih dari satu tahun dan pengelola konsentrasi kewirausahaan. Penelitian
dilakukan secara kualitatif melalui studi literatur, wawancara mendalam, pengamatan. Pengumpulan data
menggunakan metode triangulasi. Kontribusi penelitian diharapkan memberikan masukan bagi pengelola
perguruan tinggi dalam merumuskan Kurikulum Operasional dan metode pembelajaran berbasis
kewirausahaan bagi mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kurikulum Operasional berbasis
praktik menimbulkan niat berwirausaha dan kompentensi sebagai pelaku usaha baru. Dan Niat
berwirausaha menimbulkan kompetensi sebagai pelaku usaha baru. Maka pengelola perguruan tinggi
seharusnya membuat Kurikulum Operasional yang memperbanyak proses praktik dalam pembelajaran.

Kata kunci: niat, wirausaha, mahasiswa

ABSTRACT
The research aims to find out how to cultivate intention in entrepreneurship to college students through a
learning method based entrepreneurship. Operational Curriculum and appropriate learning materials,
can motivate and foster student interest in entrepreneurship. So that students are able to learn to apply
theory in practice as a beginner business. Interviewees in the study were students of the Entrepreneurship
concentration Pelita Harapan University who have practiced self-employed more than one year and
management of entrepreneurship concentration. The study was conducted qualitatively through literature
studies, in-depth interviews, observation. Collecting data using triangulation methods. Research
contributions are expected to give insight for the management of universities in formulating operational
curriculum and learning methods based entrepreneurship for students.Result shownthat Operational
Curriculum based practice raises entrepreneurship intentions and competence as new businesman. And
the intention of entrepreneurship raises competence as new businesman. Then the Departement Head
should create Operational Curriculumthat emphasize practice in the learning process.

Keywords: intention, entrepreneurial, college student

A. PENDAHULUAN
Pembelajaran kewirausahaan penting untuk memotivasi dan menumbuhkan jiwa wirausaha pada
mahasiswa. Karena perguruan tinggi diharapkan mampu bukan sekedar transfer ilmu dalam
proses pembelajaran tetapi juga menghasilkan penelitian untuk mengembangkan kewirausahaan
dan mendorong munculnya para pemula usaha sebagai kampus wirausaha. Kewirausahaan
adalah usaha/kegiatan mengarah usaha mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja,
teknologi, produk baru melalui peningkatan efisiensi untuk memberi pelayanan lebih baik dan
memperoleh keuntungan lebih besar. Kewirausahaan juga merupakan upaya mencari peluang
123
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENUMBUHKAN NIAT BERWIRAUSAHA BAGI MAHASISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
KEWIRAUSAHAAN

baru dan keberanian mengambil resiko yang telah diperhitungkan (Sukidjo, 2011; Subijanto,
2012).

Beberapa Universitas di Indonesia juga sudah memasukkan materi kewirausahaan dalam


Kurikulum Operasional (KO) sebagai integrasi keilmuan dan praktik. Hal ini dilakukan untuk
mempersiapkan mahasiswa sebagai pelaku usaha. Karena makin baik kondisi suatu negara
makin tinggi orang berpendidikan, dan makin dirasakan perlu pelaku wirausaha (Alma, 2007).
Pada tahun 2015 jumlah pelaku usaha di Indonesia hanya sekitar 1,65 persen dari seluruh
jumlah penduduk. Angka ini terbilang kecil bahkan jika dibandingkan negara Singapura (7%);
Malaysia (5%); Thailand (4%). Sehingga dilancarkan Gerakan Kewirahausahaan Nasional demi
meningkatkan jumlah pelaku wirausaha Indonesia menjadi 2% (republika.co.id,2015). Oleh
karena itu sejalan studi Linan (2004) bahwa pendidikan kewirausahaan mendorong penguatan
minat mahasiswa untuk dapat menjadi pelaku usaha. Sayangnya metode pembelajaran
kewirausahaan yang tepat dan mampu menumbuhkan niat untuk berwirausaha melalui
Kurikulum Operasional (KO) merupakan tantangan bagi perguruan tinggi. Bahkan penelusuran
lulusan perguruan tinggi terhadap lulusannya oleh Tracer Study pada tahun 2004 nampak
bahwa jiwa kewirausahaan masih berada paling bawah (wordpress.com, 2013). Kurikulum
Operasional dapat diartikan sebagai pengalaman belajar, kegiatan dalam maupun luar sekolah,
sehingga Hendersen et al. (2000: 101) mendefinisikan KO merupakan sebuah konsep yang
komplek. Pendidikan tinggi dapat memberikan pembelajaran berupa tiga kompetensi berupa
menciptakan kesempatan; menciptakan ide-ide inovatif; berani mengambil resiko yang dapat
dikalkulasi.

Jadi perguruan tinggi dapat melakukan internalisasi nilai-nilai kewirausahaan; peningkatan


ketrampilandalam aspek pemasaran, keuangan dan teknologi; dukunganwirausaha melalui KO.
Demikian juga di jurusan Manajemen Universitas Pelita Harapan sejak 2007 dalam KO
terdapat konsentrasi kewirausahaan, lebih dari 30% mahasiswa di tiap angkatan memilih
konsentrasi tersebut dibandingkan empat konsentrasi lain (Pemasaran, Internasional Bisnis,
Manajemen Sumber Daya Manusia, Keuangan). Namun data Jurusan Manajemen mencatat
bahwa dari keseluruhan mahasiswa konsentrasi kewirausahaan hanya 45% yangberani memulai
usaha baru dan mampu bertahan lebih dari setahun. Dari studi eksplorasi terhadap 150
mahasiwa konsentrasi kewirausahaan diperoleh data alasan kurang berminat memulai usaha
baru:73% menyatakan lebih berminat meneruskan usaha keluarga; 55% menyatakan tidak harus
masuk konsentrasi kewirausahaan untuk memulai bisnis baru. Berdasarkan wawancara dengan
narasumber pengelola konsentrasi kewirausahaan, hanya 53,37% dari keseluruhan angkatan
2011-2012 melakukan aktual bisnis dan bertahan lebih dari setahun.Hal ini sejalan penelitian
Rosyadi (2013) bahwa hambatan mahasiswa yang menjalankan usaha adalah keahlian
wirausaha yang kurang sehingga usaha tidak berkembang optimal.

Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan: Bagaimana niat berwirausaha
mahasiswa setelah mengikuti metode pembelajaran kewirausahaan di Universitas Pelita
Harapan? Kontribusi penelitian diharapkan memberikan masukan bagi pengelola perguruan
tinggidan pengelola Jurusan dalam merumuskan KO dan metode pembelajaran berbasis
kewirausahaan bagi mahasiswa.

B. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk melihat makna atas niat berwirausaha
mahasiswa melalui metode pembelajaran kewirausahaan. Menitikberatkan pada ciri, sifat dan
kualitas obyek penelitian sebagai studi kasus, sesuai Yin (1996) merupakan penyelidikan
empiris menyelidiki fenomena kontemporer dalam konteks kehidupan nyata.Studi kasus
124
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENUMBUHKAN NIAT BERWIRAUSAHA BAGI MAHASISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
KEWIRAUSAHAAN

merupakan salah jenis penelitian kualitatif dimana peneliti melakukan eksplorasi secara
mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktifitas, terhadap satu atau lebih dari satu orang
(Moleong, 2010).

Pengumpulan data diterapkan melalui survei (kuesioner dan wawancara), observasi,


dokumentasi (Sanusi, 2011) dan triangulasi (Sugiyono, 2012). Narasumber digunakan yaitu dua
mahasiswa konsentrasi kewirausahaan pemula usaha yang telah menjalankannya lebih dari satu
tahun dan dua narasumber pengelola konsentrasi kewirausahaan. Pemilihan dua narasumber
mahasiswa dilakukan dengan menggunakan pertimbangan mahasiswa menjadi pelaku usaha
baru ketika menjadi mahasiswa di konsentrasi kerwirausahaan dan usahanya berjalan lebih dari
setahun, sehingga diharapkan dapat menjelaskan sesuai kebutuhan penelitian. Kemudian
wawancara kepada dua narasumber pengelola jurusan mewakili institusi dalam perancangan KO
sesuai kebutuhan kompetensi lulusan. Teknik lain yang digunakan adalah observasi. Kemudian
dilakukan analisis data dengan triangulasi, sebagai teknik pengumpulan data triangulasi
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu (Sugiyono, 2012). Penelitian ini menggunakan triangulasi sumber yang dilakukan dengan
cara mengambil intisari wawancara, membentuk kategori jawaban dan membentuk pola
jawaban.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN


Profil Narasumber
Narasumber penelitian terdiri: Narasumber pertama mahasiswa angkatan 2012 pemilik usaha
Tahu Crispy Bites danNarasumber kedua mahasiswa angkatan 2012 pemilik usaha tempat
bermain Pandora Experience.Narasumber berikutnya dua orang pengelola konsentrasi
kewirausahaan.

Tabel 1. Data Narasumber

Keterangan Narasumber Narasumber Narasumber Narasumber


Pertama Kedua Ketiga Keempat
Nama Jo, In, Bapak LH Ibu P
Posisi Pemilik Usaha Pemilik Usaha Pengelola Pengelola
Tahu Crispy Tempat Bermain Konsentrasi Konsentrasi
Bites, Tangerang Pandora Kewirausahaan Kewirausahaan
Experience, (2007-2012) (2012-2015)
Jakarta Barat

Pengumpulan data pada penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode wawancara dan
observasi. Wawancara dilakukan pada keempat narasumber dalam waktu berbeda. Kemudian
dilanjutkan pengamatan metode pembelajaran dan telusur KO konsentrasi kewirausahaan. Pada
KOjurusan Manajemen terdapat konsentrasi kewirausahaan dimana mata kuliah yang diberikan
di tingkat konsentrasi termasuk Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) merupakan kekhususan
bagi mahasiswa memilih konsentrasi tersebut, yaitu dimulai pada semester 5.

Pembahasan Masalah Penelitian


Berdasarkan pengamatan pada KO konsentrasi kewirausahaan mata kuliah yang ditawarkan
sebagai Mata Kuliah Keahlian Berkarya di konsentrasi mulai semester 5 antara lain:
Kewirausahaan 1; Inovasi; Keuangan Bisnis Kecil; Manajemen Stratejik; Manajemen
Penjualan; Manajemen Usaha Keluarga; Kewirausahaan 2; Hukum Bisnis, Penciptaan Usaha
Baru. Kemudian juga terdapat mata kuliah pilihan dari konsentrasi di luar kewirausahaan
bertujuan memperkaya pengetahuan atas keilmuan dari konsentrasi lain. MKB diberikan setelah
125
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENUMBUHKAN NIAT BERWIRAUSAHA BAGI MAHASISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
KEWIRAUSAHAAN

mahasiswa dari semester satu sampai empat mendapat Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
(MPK); Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB) dari Universitas atau sering disebut sebagai
mata kuliah umum(liberal art) yang kebanyakan dapat menjadi pembentuk soft skill karakter
bagi mahasiswa. Juga terdapat Mata kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MPK) dari jurusan
Manajemen yang harus dimiliki sebagai pengetahuan akademik tentang keilmuan manajemen
(hard skill) bagi mahasiswa.

Maka mata kuliah di konsentrasi kewirausahaan sudah merupakan spesifikasi khusus seperti
mata kuliah Kewirausahaan 1 yang menumbuhkan jiwa wirausaha mahasiswa dan melakukan
perencanaan bisnis.Kemudian dilanjutkan kewirausahaan 2 yang menumbuhkan kemampuan
untuk menjalankan dan mengelola bisnis yang diberikan pendampingan oleh dosen maupun
praktisi pelaku usaha. Selanjutnya lebih difokuskan pada mata kuliah Penciptaan Usaha Baru.
Pengelola konsentrasi kewirausahaan juga mengharapkan terbentuknya karakter wirausaha
berintegritas pada peserta didik, sehingga pembentukan karakter yang baik sesuai visi
Universitas menjadi hal yang penting dalam proses belajar mengajar.

Tabel 2. Hasil Wawancara Narasumber Mahasiswa Berkenaan Persoalan Penelitian

Masalah Narasumber Narasumber Kategori Pola dan variabel


Penelitian Pertama (Jo) Kedua
Pemilik Usaha Pemilik Usaha
Tahu Crispy Pandora
Bites Experience
1. Lama jadi 3 tahun. 2 tahun. 2-3 tahun. Para Narasumber
mahasiswa adalah mahasiswa
konsentrasi konsentrasi
kewirausahaan kewirausahaan
2. Mata kuliah Kewirausahaan, Penciptaan Usaha Kewirausahaan, masa studi 2- 3
yang Penciptaan Usaha Baru. Penciptaan Usaha tahun yang telah
ditawarkan Baru, Inovasi. Baru, Inovasi. melakukan
konsentrasi wirausaha lebih
kewirausahaan dari setahun dan
membuat tetap bertahan dan
tertarik telah menjadi
3. Semester jadi Sesudah semester Semester 5 usaha Semester 5 ke pelaku usaha. Wira
pelaku usaha 5. menjual juice, atas. usaha dilakukan
baru semester 7 mulai dari semester
berubah Pandora. 5 ke atas. Mata
Alasan berubah kuliah yang
melihat peluang dirasakan membuat
lebih baik. tertarik adalah
4. Mata kuliah Kewirausahaan. Aktual Bisnis, Kewirausahaan, Kewirausahaan,
yang mampu Kewirausahaan. Aktual Bisnis. Penciptaan Usaha
membuat Baru, Inovasi.
berminat jadi Semua mata kuliah
pelaku usaha dirasakan
baru memberikan
5. Mata kuliah Semua Mata Semua Mata Semua Mata masukan yang
yang memberi Kuliah. Kuliah. Kuliah. berguna memicu
masukan jiwa wirausaha
berguna bagi terutama yang
usaha sudah ada di
6. Mata kuliah Mata Kuliah Semua, karena Semua Mata konsentrasi.
yang Konsentrasi. lebih banyak Kuliah pada KO. Metode langsung
126
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENUMBUHKAN NIAT BERWIRAUSAHA BAGI MAHASISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
KEWIRAUSAHAAN

membantu kepada masalah praktik dirasakan


ketika analisa. sangat membantu
mengalami memberikan
masalah dalam gambaran tentang
usaha berwirausaha.
7. Respon atas Metode langsung Metode langsung Metode Praktek. Narasumber tetap
metode praktik wirausaha praktek. ingin berwirausaha
pembelajaran membantu meskipun bukan
mampu memberikan usaha yang dirintis
menumbuhkan gambaran riil. saat ini.
niat wirausaha Diharapkan lebih
8. Tetap Ya, namun Ya. Ya. banyak praktis di
wirausaha berubah bentuk mata kuliah dan
setelah lulus usaha. mengundang
9. Respon atas Sudah cukup baik Sudah cukup Sudah baik. praktisi usaha
atas kurikulum terutama banyak baik. terkenal sebagai
operasional mengundang pengajar tamu
digunakan praktisi. untuk memberikan
10. Kelemahan Membutuhkan Kurang banyak Butuh praktik dan wacana dalam
metode lebih banyak kesiapan realisasi perlu kesiapan mengatasi
pembelajaran praktis di tiap pendampingan pendampingan. hambatan dan
mata kuliah aktual bisnis. tantangan usaha.
konsentrasi
kewirausahaan. Dari pola-pola di
atas variabel-
variabel yang
muncul antaralain:
KO berbasis
praktik
Niat berwirausaha
Kompetensi pelaku
usaha baru

Sumber : Protokol Wawancara

Hasil wawancara terhadap narasumber mahasiswa pelaku wirausaha baru dan bertahan lebih
dari setahun nampak bahwa narasumber sudah menjadi mahasiswa di konsentrasi 3 tahun
sehingga telah mendapatkan pengalaman belajar dan pembentukan karakter wirausaha di
konsentrasi kewirausahaan. Dan narasumber mahasiswa telah menerima proses belajar dengan
metode tatap muka di kelas, diskusi, pemutaran video inspirasional ataupun kasus, seminar
interaktif dengan pembicara tamu wirausahawan yang berhasil, melibatkan dalam kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat pembinaan Usaha Kecil dan Menengah bersama Dinas KUKM
Tangerang dan praktik berupa simulasi bisnis yang dapat menumbuhkan niat berwirausaha. Hal
ini sesuai penelitian sebelumnya di Singapura yang menyatakan bahwa kewirausahaan dapat
diajarkan kepada mahasiswa dan efektif dalam meningkatkan niat wirausaha (Wang dan Wong,
2004).
127
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENUMBUHKAN NIAT BERWIRAUSAHA BAGI MAHASISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
KEWIRAUSAHAAN

Tabel 3. Hasil Wawancara Narasumber Pengelola Jurusan Berkenaan Persoalan Penelitian

Masalah Narasumber 1 Narasumber 2 Kategori Pola dan


Penelitian (LH)Pengelola (P)Pengelola variabel
Konsentrasi Konsentrasi
2008-2013 2013-2016
1. Semester 5 ke atas. 5 ke atas. 5 ke atas.
mahasiswa Para Narasumber
diharapkan jadi pengelola
pelaku usaha konsentrasi
baru kewirausahaan
2. Mata kuliah Kewirausahaan, Inovasi, Kewirausahaan, lebih dari 2 tahun
yang membantu Inovasi, Valuasi Bisnis, Inovasi, dan
memberi Valuasi Bisnis, Penciptaan Usaha Valuasi Bisnis, mengharapkan
masukan dalam Penciptaan Usaha Baru. Penciptaan mahasiswa di
berwirausaha Baru. Usaha Baru. semester 5 ke atas
3. Kompetensi Mampu melihat Mampu melakukan Mampu menjadi pelaku
umum dan menciptakan peluang baru mencipta bisnis baru.
diharapkan dari peluang baru berwirausaha peluang bukan Kompetensi
lulusan wirausaha dengan sesuai kebutuhan sekedar trend an diharapkan
konsentrasi resiko terukur. masyarakat bukan melakukan menciptakan
kewirausahan sekedar tren tapi usaha resiko peluang
ada nilai tambah terukur. wirausaha
dalam barang atau melalui mata
jasa yang kuliah
ditawarkan. Kewirausahaan,
4. Kompetensi Kompetensi Dapat membuat Dapat membuat Inovasi,Valuasi
khusus mewujudkan usaha proposal bisnis proposal bisnis Bisnis,
keterampilan aktual dimulai dari yang layak dan dan Penciptaan Usaha
kecakapan membuat proposal dapat diwujudkan, mewujudkan. Baru. Dimulai
hidup yang bisnis yang benar. membuat dari membuat
diharapkan dari mahasiswa berdaya proposal bisnis
lulusan melalui jejaring yang layak, dapat
konsentrasi atau teman, dan terwujud.Melalui
kewirausahan belajar mencari metode belajar
tahu dari mana menyeimbangkan
mendapatkan praktek dan kerja
sumberdaya. lapang serta
5. Metode belajar Dengan melakukan Metode Field Metode praktik, melihat dan
yang mampu praktik meskipun work melalui lihat mendengar mendengar dari
membuat ada kendala tapi dan dengar dari praktisi. praktisi bisnis
mahasiswa bisa belajar tentang praktisi bisnis yang sukses. Hal
berminat jadi kendala dan sukses, supaya ini dikarenakan
pelaku usaha mengatasinya. punya keberanian KO konsentrasi
wujudkan bisnis kewirausahaan
baru. lenih menyiapkan
6. Keunggulan Lebih menyiapkan Paling banyak Menyiapkan membuka usaha
KO konsentrasi untuk membuka mendatangkan penciptaan baru dengan
kewirausahaand usaha sendiri dosen atau usaha baru, dan memberikan
ibanding dengan banyak pembicara tamu mengundang inspirasi para
konsentrasi lain praktik dan dosen dengan tujuan dosen tamu dosen tamu atau
tamu dan sebagai mahasiswa belajar praktisi melalui pembicara. Sebab
pelaku usaha yang banyak dan ini seminar dan praktik harus
berkarakter baik. efektif untuk diskusi. mengimbangi
mahasiswa yang teori
128
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENUMBUHKAN NIAT BERWIRAUSAHA BAGI MAHASISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
KEWIRAUSAHAAN

benar serius mau Dari pola-pola di


menekuni bisnis. atas variabel-
7. Yang perlu Praktik untuk Secara holistik Praktik dari variabel yang
dikembangkan mengimbangi teori menghasilkan teori. muncul
dalam metode yang diberikan. lulusan yang antaralain:
pembelajaran berintegritas. 1. KO yang
berbasis Lebih banyak berbasis
kewirausahaan praktik dan turun praktik
ke lapangan untuk 2. Niat
melihat kesesuaian berwirausaha
teori, bahkan 3. Kompetensi
melakukan aplikasi pelaku usaha
seperti contohnya baru
melakukan proyek
dan per minggu
dipantau
kemajuannya.

Sumber : Protokol Wawancara

Wawancara terhadap pengelola konsentrasi menunjukkan bahwa diharapkan juga ada


kompetensi seperti mampu menciptakan kesempatan; menciptakan ide-ide inovatif pada usaha
baru; berani mengambil resiko yang dapat dikalkulasi.Dalam hal ini terlihat bahwa telah
dilakukan pembelajaran simulatif yang bersifat praktik, sebagai teknik pembelajaran berbasis
pengalaman. Teknik pembelajaran pada KO juga tertuang pada setiap Satuan Acara Pengajaran
(SAP) yang tidak hanya berbasis cara pembelajaran ceramah saja. Hal ini sejalan dengan studi
Darpujianto (2014) menyatakan bahwa cara pembentukan motivasi wirausaha mahasiswa
menjadi meningkat pada metode pembelajaran mengkombinasi ceramah teori, cerita tokoh
sukses, pemutaran video inspirasional, brainstorming, penugasan praktik.
Usulan Proposisi
Beberapa konsep penting dalam penelitian ini akan dirangkai menjadi suatu proposisi. Proposisi
adalah suatu pernyataan yang terdiri dari satu atau lebih konsep atau variabel (Sanusi, 2011).
Masing-masing proposisi menunjukkan keterhubungan antara dua konsep. Proposisi-proposisi
tersebut adalah sebagai berikut:
Proposisi 1: KO Berbasis Praktik memengaruhi Niat Berwirausaha
KO berbasis praktik dibutuhkan untuk memberikan gambaran riil atas bentuk lulusan
konsentrasi kewirausahaan yang diharapkan. Kewirausahaan sendiri masih menjadi perdebatan
tentang apakah wirausaha dapat diajarkan atau bawaan lahir, namun Drucker (1989 dalam
Kuratko et al., 2007) menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan bisa dipelajari, termasuk
melalui kurikulum. Terdapat empat tipe kurikulum menurut Sukmadinata (2008): Kurikulum
Subjek Akademis dirancang untuk penguasaan ilmu sebanyaknya; Kurikulum Humanistik
dirancang memaksimalkan potensi peserta didik; Kurikulum Rekonstruksi Sosial dirancang
mengatasi permasalahan sosial masyarakat; Kurikulum Teknologis menitikberatkan penguasaan
teknologi terbaru. Maka kurikulum konsentrasi kewirausahaan merupakan kombinasi
karenabertujuan menumbuhkan potensi kewirausahaan mahasiswa agar dapat mejadi pelaku
usaha dan demi memecahkan permasalahan di masyarakat.
129
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENUMBUHKAN NIAT BERWIRAUSAHA BAGI MAHASISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
KEWIRAUSAHAAN

KO Berbasis Niat
PraktiK Berwirausaha

Gambar 1. Proposisi pertama

Proposisi 2: KO Berbasis Praktik memengaruhi Kompetensi Berwirausaha


Selaras dengan Studi Balitbang (2010) Pendidikan Kewirausahaan dapat dirumuskan dalam KO
yang berorientasi kreatifitas dalam pembentukan karakter kewirausahaan yang perlu
ditumbuhkan. KO yang dimaksud: membentuk kompetensi lulusan yang dapat menerima
tantangan, peluang, mampu mengambil resiko; menjembatani ketrampilan dan kreativitas yang
dimiliki; mempunyai program yang seimbang kemampuan akademik (hard skill) dan
keterampilan kecakapan hidup (soft skill). Soft skill dapat diartikan pembentukan karakter
melalui mata kuliah seperti etika, pemikiran kritis, inovasi, komunikasi dan negosiasi dan yang
lain. Hard skill diberikan pada mata kuliah seperti Valuasi Bisnis, Keuangan Bisnis Kecil;
Manajemen Stratejik; Manajemen Penjualan; Manajemen Usaha Keluarga; Kewirausahaan 2;
Hukum Bisnis, Penciptaan Bisnis Baru.

Kompetensi
KO Berbasis
Pelaku Usaha
Praktik
Baru

Gambar 2. Proposisi kedua

Proposisi 3: Niat Berwirausaha memengaruhi Kompetensi Berwirausaha


Memahami niat berwirausaha perlu mengetahui tentang niat yang dapat didefinisikan sebagai
keadaaan yang terjadi jika seseorang melihat kondisi atau situasi yang sesuai keinginan atau
kebutuhannya (Sardiman, 1995). Niat merupakan usaha untuk mencapai tujuan atau sasaran,
dan merupakan prediktor terbaik atas perilaku (Fishbein dan Ajzen, 1975). Teori menjelaskan
hubungan sikap dengan perilaku adalah Theory of Planned Behavior (TPB) yang merupakan
pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA). Dalam TRA yang diterapkan pada
perilaku seseorang dipengaruhi niat, sikap atas perilaku, norma-norma subyektif (Dharmmesta,
2000). Selanjutnya niat wirausaha akan berpengaruh terhadap kompetensi yang merupakan
kemampuan utama mencapai keberhasilan usaha meliputi: (1) kompetensi teknis berkaitan
bentuk usaha yang dipilih; (2) kompetensi pemasaran yaitu menemukan pasar yang sesuai; (3)
kompetensi finansial termasuk perhitungan usaha yang layak; (4) kompetensi hubungan
interpersonal untuk menjalin relasi dan kemitraan (Suryana, 2006).

Kompetensi
Niat Pelaku Usaha
Berwirausaha Baru

Gambar 3. Proposisi ketiga


130
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENUMBUHKAN NIAT BERWIRAUSAHA BAGI MAHASISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
KEWIRAUSAHAAN

Pada bagian ini, proposisi-proposisi yang telah dibentuk kemudian dirangkai menjadi sebuah
teori atau model. Model tersebut dibentuk dengan cara mengaitkan sebuah proposisi dengan
proposisi yang lainnya. Maka model yang terbentuk pada penelitian adalah sebagai berikut.

KO Berbasis Niat
Praktik Berwirausah

Kompetensi
Pelaku Usaha
baru

Gambar 4. Model Penelitian

D. SIMPULAN, KETERBATASAN STUDI


Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil simpulan bahwa KO berbasis praktik pada konsentrasi
kewirausahaan diterjemahkan melalui mata kuliah-mata kuliahdan satuan acara pengajaran
membuat mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar dan pembentukan karakter dalam
wirausaha. Prosesnya dipadukan dengan experiential learningyang melengkapi metode ceramah
tatap muka di kelas. Dilakukan melalui diskusi kasus, pemutaran video inspirasional, seminar
interaktif dengan pembicara tamu wirausahawan yang berhasil, melibatkan dalam kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat pembinaan Usaha Kecil dan Menengah bersama Dinas KUKM
Tangerang dan praktikberupa simulasi bisnis. Pengelola Konsentrasi diharapkan dapat
mempertahankan metode pembelajaran tersebutdengan berusaha menyeimbangkan teori dan
praktik melalui field work.

Kurikulum konsentrasi kewirausahaan yang ada dirasakan narasumber telah mampu


menumbuhkan potensi kewirausahaan. KO yang ada merupakan kombinasi Kurikulum Subjek
Akademis; Humanistik Rekonstruksi Sosial; Teknologis diberikan melalui mata kuliah
penunjang soft skill dan hard skill. Potensi kewirauhaan diwujudkan mahasiswa dengan
membuat praktik usaha baru sejak semester 5 ke atas dan mampu bertahan lebih dari setahun.
Hal ini menunjukkan dapat diraihnya kompetensi kompetensi: teknis; pemasaran; finansial;
hubungan interpersonal.

Pengelola jurusan dan konsentrasi kewirausahaan dapat melakukan beberapa hal untuk terus
meningkatkan niat wirausaha bagi mahasiswa, seperti antara lain: (1) melakukan praktek
wirausaha dan memberikan informasi yang luas tentang tantangan dan hal yang menguntungkan
menjadi wirausahawan bisnis baru; (2) memacu kreativitas dan inovasi bentuk usaha yang dapat
dilakukan kelak melalui mata kuliah inovasi, kewirausahaan; penciptaan usaha baru; (3)
mengikutkan mahasiswa pada even lomba rencana bisnis, ketrampilan wirausaha atau kasus
kewirausahaan lebih sering untuk membuka wacana; (4) memberikan jejaring bagi mahasiswa
jika memerlukan pengembangan usaha.
131
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MENUMBUHKAN NIAT BERWIRAUSAHA BAGI MAHASISWA MELALUI METODE PEMBELAJARAN BERBASIS
KEWIRAUSAHAAN

Keterbatasan Studi
Dalam melakukan penelitian ini, terdapat keterbatasan dalam penelitian, yaitu: dilakukan
dengan metode kualitatif melalui wawancara terhadap responden yang terbatas sehingga tidak
dapat digeneralisir untuk semua mahasiswa kewirausahaan; tidak dapat melakukan observasi
langsung secara terus menerus terhadap usaha yang dijalankan narasumber; tidak mendapatkan
data-data seperti data penjualan, daftar produk dan data supplier. Penelitian ini hanya membahas
tentang niat wirausaha dikaitkan dengan kurikulum pembelajaran saja, belum membahas faktor
rinci secara internal, eskternal dan kontekstual yang dapat menumbuhkan niat wirausaha
mahasiswa. Kemudian saran teoritis perlu penelitian lanjutan dengan menggunakan metode
kuantitatif dan melakukan uji empirik terhadap model.

DAFTAR PUSTAKA
Alma, Buchari. (2007). Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.
Fishbein, M. & Ajzen, I. (1975). Belief, Attitude, Intention, and Behavior: An Introduction to
Theory and Research. Reading, MA: Addison-Wesley.
Henderson, James G. dan Richard D. Hawthrone. (2000). Transformative Curriculum
Leadership. New Jersey : Prentice Hall.
Kuratko, Donald and Hodgetts, Richard. (2007). Enterpreneurship theory, process and practise,
seven edition. Thomson South-Western. Canada
Linan, F. (2004). Intention-Based Models of Entrepreneurship Education. Napoly: 14th Annual
IntEnt Conference.
Moleong, Lexy J. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Rosyadi, I., (2013). Micro Small Enterprises Development Strategy Model Owned by Student
Strategic Role Based. Prosiding Unsoed SCA 3. Purwokerto
Sanusi, Anwar. (2011). Metodologi Peneltian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Sardiman. (1995). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sanusi, Anwar. (2011). Metodologi Peneltian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.
Subijanto.( 2012). Analisis Kebijakan Pendidikan Kewirausahaan di Sekolah Menengah
Kejuruan. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 18, No. 2 Edisi Juni 2012, Balitbang,
Kemdikbud.
Sukidjo. (2011). Membudayakan Kewirausahaan. WUNY Majalah Ilmiah Populer Tahun XII,
Nomor 1, Januari 2011. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Sukmadinata S., Nana. (2008). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Suryana. (2006). Kewirausahaan. Edisi Tiga Penerbit Salemba Empat : Jakarta.
Wang, C. K., & Wong, P.-K. (2004). Entrepreneurial interest of university students in
Singapore. Technovation, 24 (2).
Yin, Robert K. (1996). Studi Kasus Desain Dan Metode. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/03/12/nl3i58-jumlah-pengusaha-
indonesia-hanya-165-persen. Tanggal akses: 2 November 2015.
https://rzabdulaziz.wordpress.com/2013/05/23/kurikulum-kewirausahaan-entrepreneurship-di-
perguruan-tinggi/. Tanggal akses: 20 November 2015
MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PEMUDA MELALUI
PELATIHAN MULTIMEDIA DAN KOMPUTER AKUNTANSI
(IbM Karang Taruna Bina Mandiri Kelurahan Pasir Panjang)
Raden Setyo Budi Suharto, Folkes E. Laumal, Yohanis Suban Peli
Politeknik Negeri Kupang, Jl. Adisucipto Penfui, Kupang
Telp. (0380) 881245, e-mail: folkeslaumal76@gmail.com

ABSTRAK
Perkembangan usaha perhotelan, kampus, mall, kafe dan restoran di Kota Kupang semakin banyak,
sehingga memperngaruhi peningkatan populasi manusia. Keadaan ini menjadi tantangan bagi berbagai
ormas Kota Kupang untuk memperkuat sumber daya anggotanya, termasuk Karang Taruan Bina Mandiri
di Kelurahan Pasir Panjang. Karena itu sejak 2012 karang taruna ini banyak membuka wirausaha kecil
bagi anggotanya misalnya usaha tambal ban, kios pulsa, ojek dan cuci motor. Karang Taruna Bina
Mandiri terus berinovasi mencari peluang sesuai tujuan pendiriannya, namun ormas ini tidak bisa
berusaha sendiri tetapi membutuhkan pihak lain untuk memikirkan perkembangan pemuda sebagai
penerus bangsa dan calon pemimpin daerah. Ormas ini sedang mengusulkan bantuan komputer ke Dinas
Sosial dan Dinas Nakertrans Kota Kupang untuk wirausaha masyarakat. Sementara beberapa perusahaan
swasta juga telah bekerjasama untuk distribusi tenaga kerja, termasuk pendokumentasian acara Namun
ormas ini belum memiliki anggota yang ahli di bidang multimedia dan komputer. Jika usulan komputer
disetujui, tentunya akan mubasir karena tidak ada pengelola. Untuk itulah Dikti hadir melalui program
IbM dengan memanfaatkan keahlian pengajar Politeknik Negeri Kupang. Program ini melibatkan Karang
Taruna Bina Mandiri dan Yabes Komputer sebagai Lembaga Pelatihan dan Kursus Komputer. Program
IbM bertujuan untuk memberikan modal wirausaha sekaligus mempersiapkan SDM karang taruna.
Program dijalankan dengan metode pelatihan dan pendampingan dengan materi pengeditan video,
pembuatan logo, animasi, render, burning, aritmetika, acoounting, tabel dan grafik dengan model
pembelajaran teori dan praktek. Hasil dari program ini adalah peserta mampu membuat video-video iklan
dan mengetahui cara mengelola keuangan dengan komputer. Peserta juga memperoleh modul dan
sertifikat kompetensi yang dapat dimanfaatkan untuk berwirausaha.

Kata Kunci : wirausaha, multimedia, modul, sertifikat.

ABSTRACT
Business of hotel, campus, malls, cafes and restaurants are more development in Kupang city, thus
affecting increase of human population. This situation is a challenge for many human organizations at
Kupang to strengthen the members resources, including Karang Taruna Bina Mandiri in Pasir Panjang.
Therefore since 2012, many small entrepreneurs opened for its members there example are tires repair,
voucher sales, ojek and bike wash. Karang Taruna Bina Mandiri continues to seek opportunities to
innovate according to establishment purpose, but these organizations can not on their own but need
others to think of youth as successor to nation's development and future leaders of the region. These
organizations are proposing computers fasility to the Department Social and Manpower Department
Office of Kupang for the entrepreneur community. While some private companies have cooperate for
distribution of labor, including documentation of event, however these organizations do not yet have
members who are experts in field of multimedia and computer. If the computers proposal are approved, it
would be superfluous because there is no resource. For it, Higher Education comes through IbM
program by utilizing the expertise from Kupang State Polytechnic lecturer. This program involves
Karang Taruna Bina Mandiri and Yabes Komputer as Training and Computer agency. IbM program
aims to provide provision of entrepreneurial and prepare the human resource. The program is run by
training and assistance method with video editing material, logo creation, animation, rendering, burning,
arithmetic, acoounting, tables and graphs with theory and practice learning model. Results of this
program is participants capable to make videos and know how to manage finances with computer.
Participants also gain module and certificate of competence that can be used for entrepreneurship.

Keywords: entrepreneurship, multimedia, modules, certificate


133
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PEMUDA MELALUI PELATIHAN MULTIMEDIA DAN KOMPUTER AKUNTANSI
(IbM Karang Taruna Bina Mandiri Kelurahan Pasir Panjang)

A. PENDAHULUAN
Karang Taruna Bina Mandiri adalah salah satu kelompok organisasi masyarakat di Kelurahan
Pasir Panjang yang berada di bawah koordinasi Ketua Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM)
kelurahan yang beralamat di Kelurahan Pasir Panjang, Kota Kupang. Struktur dan keanggotaan
Karang Taruna Bina Mandiri ini terdiri dari para pemuda/i putus sekolah, pemuda/i dengan
tingkat pendidikan SMA, SMK dan sarjana, ada yang belum bekerja, ada yang sudah memiliki
usaha mandiri dan ada juga yang berstatus Pegawai Negeri Sipil.Tujuan pendirian karang taruna
ini adalah untuk menciptakan pemuda/i yang terampil dan mampu memanfaatkan bakat mereka
untuk menciptakan usaha-usaha mandiri yang positif, tanpa mengganggu ketentraman orang
lain.

Karang Taruna Bina Mandiri Kelurahan Pasir Panjang memiliki beberapa program kerja
diantaranya Diklat Keterampilan, Diklat Kepemimpinan dan pembentukan kelompok
pemberdayaan ekonomi. Beberapa usaha yang telah dilakukan oleh kelompok karang taruna ini
yaitu usaha bengkel, usaha cuci motor dan usaha penjualan pulsa elektrik. Dari usaha-usaha
tersebut, masih ada kekurangan yang mereka hadapi yaitu tentang pemanfaatan Teknologi
Komputer. Sejak tahun 2012 Karang Taruna Bina Mandiri memiliki beberapa target kegiatan,
diantaranya membuka rental komputer dan usaha multimedia. Untuk rental komputer, lewat
LPM sedang melobi bantuan fasilitas komputer ke beberapa instansi pemerintah di Kota
Kupang, diantaranya Dinas Sosial dan Dinas Nakertrans, karena teknisi dan operator komputer
sudah disiapkan. Akan tetapi ketersediaan SDM untuk multimedia masih belum ada, padahal
cukup banyak permintaan jasa dokumentasi video untuk acara-acara keluarga. Baik untuk acara
perkawinan, wisuda, ulang tahun dan acara keluarga lainnya. Masalah lain yang dihadapi oleh
Karang Taruna Bina Mandiri adalah banyak permintaan tenaga kerja dari perusahaan swasta di
Kota Kupang yang mensyaratkan keahlian menguasai Ms. Excel untuk ditempatkan di bagian
administrasi keuangan, namun ketika diinformasikan ke Karang Taruna Bina Mandiri,
peminatnya sangat kurang karena rata-rata anggota karang taruna hanya menguasai pekerjaan
operator (Ms. Word).

Sedangkan LPK Yabes Komputer adalah sentra komputer di Jalan Shoping Centre Kelurahan
Fatululi, Kota Kupang yang berdiri sejak tahun 2010 dan bergerak di bidang usaha rental dan
diklat keterampilan. Saat ini Yabes Komputer memiliki 10 unit komputer dengan seorang
pengelola, seorang operator dan 2 instruktur, namun bermasalah dalam pelayanan karena belum
memiliki instalasi jaringan intranet yang memudahkan dalam pekerjaan sharing data atau
printer. Posisi tempat usaha cukup strategis sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkan
Yabes Komputer sebagai tempat menyelesaikan tugas atau kursus. Yabes Komputer
memberikan solusi bagi masyarakat untuk mengakses keterampilan kecakapan hidup (life skill).

Berdasarkan kenyataan di atas maka salah satu cara efektif yang dilakukan adalah peningkatan
pendidikan kecakapan hidup dalam bentuk pelatihan untuk mengembangkan kemampuan dalam
bidang multimedia dan komputer. Anggota Karang Taruna Bina Mandiri akan memiliki
keterampilan yang cukup untuk menjawab permintaan dunia kerja dan untuk berwirausaha
dengan bekal yang diperoleh lewat pelatihan ini. Luaran yang diperoleh berupa pelatihan, modul
pelatihan dan sertifikat dengan harapan bahwa anggota Karang Taruna Bina Mandiri memiliki
bekal yang cukup untuk menghadapi tantangan pekerjaan. Modul juga dapat digunakan untuk
melatih kemampuan atau menyebarkan kepada teman lain. Sertifikat yang diperoleh dapat
digunakan sebagai syarat administrasi mencari pekerjaan.
Pelatihan yang dilaksanakan lewat kegiatan IbM ini tidak hanya terbatas pada bagaimana
melatih peserta menjadi pekerja yang secara teknis cakap dalam mengelola video dan aplikasi
134
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PEMUDA MELALUI PELATIHAN MULTIMEDIA DAN KOMPUTER AKUNTANSI
(IbM Karang Taruna Bina Mandiri Kelurahan Pasir Panjang)

komputer, tetapi potensi diri dan kecakapan kerja sama, juga diajarkan dalam kegiatan
pelatihan.

B. METODOLOGI
Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini dilaksanakan selama bulan Agustus s/d Oktober 2015
menggunakan metode pelatihan dan pendampingan. Pelaksanaan kegiatan berpusat LPK Yabes
Komputer, Jalan Shoping Centre Kelurahan Fatululi, Kota Kupang. Rincian pelatihan
berlangsung selama 12 kali pertemuan sedangkan pendampingan dilakukan setiap sekali
seminggu selama 1 bulan. Alur pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat seperti Gambar
4.1.

Observasi Lapangan

Pengambilan Data

Identifikasi Masalah

Pembuatan Rencana Pelatihan

Persiapan materi pelatihan, alat dan bahan

Pelatihan komputer dan jaringan

Pendampingan

Gambar 4.1 Rancangan kegiatan IbM.


(Sumber: Olahan R.S Budi Suharto, 2015)

C. PEMBAHASAN
Pelaksanaan IbM Karang Taruna Bina Mandiri Kelurahan Pasir Panjang telah
diimplementasikan melalui Pelatihan Multimedia dan Komputer Akuntansi kepada 8 pemuda
anggota karang taruna berlokasi di LPK Yabes Komputer dengan menerapkan metode
pembelajaran student centre. Pemilihan metode ini dimungkinkan karena modul praktek sudah
disediakan dan masing-masing peserta berhadapan dengan 1 unit komputer, sehingga peran
instruktur hanya sebagai motivator yang memberikan arahan dan gambaran umum materi serta
membangun diskusi, selanjutnya peserta mempraktekkan sesuai modul tersedia.

1. Editing video dengan Ulead Application


Pembelajaran editing video meliputi pengambilan file foto dan video menggunakan camera
recorder. Ada 2 teknik yang digunakan oleh peserta dalam mengambil gambar/video yaitu
Medim Long Shoot dan Close Up. Pemilihan metode ini dianggap tepat karena sesuai dengan
situasi pembelajaran dan lingkungan sekitar lokasi pembelajaran. Pada teknik Medium Long
Shoot, pengambilan gambar hanya menggunakan area yang cukup untuk mmeperlihatkan
seluruh tubuh obyek tanpa terpotong oleh frame dan memprioritaskan subyek utama. Sedangkan
135
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PEMUDA MELALUI PELATIHAN MULTIMEDIA DAN KOMPUTER AKUNTANSI
(IbM Karang Taruna Bina Mandiri Kelurahan Pasir Panjang)

metode Close Up mengambil area subyek yang lebih sempit dan menceritakan expresi/mimik
wajah seseorang. File foto dan video selanjutnya disimpan dalam direktori sehingga mudah
diambil saat editing.
Pekerjaan editing menggunakan aplikasi Ulead Video v10 yang terinstall pada masing-masing
komputer peserta, editing dimulai dengan upload gambar/video secara berurutan sesuai dengan
skenario cerita yang hendak dibangun oleh setiap peserta. Susunan gambar akan tersusun pada
timeline dan Ulead sesuai urutan yang diberikan, yang selanjutnya diberikan efek/animasi
tambahan dan audio pada setiap kemunculan gambar/video. Proses editing efek dan audio harus
memperhatikan unsur keindahan, waktu dan kejelasan tampilan sehingga keutuhan cerita dari
video yang dibangun benar-benar nampak. Disamping itu penambahan file gambar/video juga
memperhatikan durasi waktu yang diinginkan. Pada pelatihan ini, thema video yang dibangun
adalah Iklan, sehingga membutuhkan durasi yang sedikit pada kemunculan semua file
gambar/video.
Salam satu gambar yang dipakai pada pembuatan video iklan adalah foto bersama saat
pembukaan pelatihan oleh Ketua Karang Taruna Bina Mandiri pada Gambar 5.1.

Gambar 5.1 Peserta pelatihan foto bersama Pelaksana dan Ketua Karang Taruna
(Sumber: R.S Budi Suharto, 2015)

Pelajaran editing video diakhiri dengan proses render menjadi file video dan burning ke
perangkat penyimpan VCD R/W. Render adalah proses akhir dari keseluruhan proses
pemodelan atau animasi komputer, dimana semua data/file yang sudah dimasukkan kedalam
proses modeling, animasi, pencahayaan dengan parameter tertentu akan diterjemahkan dalam
suatu output. Pada pembelajaran ini semua peserta me-render video mereka dalam bentuk VCD
PAL.

2. Implementation Accounting dengan Microsoft Excel


Penerapan accounting menggunakan Ms. Excel menitikberatkan pada konsep cell. Tampilan
layar kerja Excel dalam bentuk cell (pertemuan baris dan kolom) sangat mempegaruhi
pemahaman peserta selanjutnya karena seluruh operasi aritmetika pada excel menggunakan cell.
Operasi aritmetika yang diajarkan meliputi penjumlahan, perkalian, penambahan, pembagian
dan extended aritmetika yaitu Vlookup, Hlookup, INT, label dan fungsi IF.
Peserta juga melatih mekanisme pembuatan tabel, pelebaran cell, format keuangan dalam
rupiah, operasi aritmetika antar cell yang berjauhan dan diakhiri dengan pengolahan grafik.
Pada pengembangan pembelajaran tentang accounting, peserta juga melatih tentang pengolahan
data antar sheet untuk pengolahan Rancangan Anggaran Biaya (RAB) sebuah kegiatan. Suasana
pelaksanaan pelatihan ditampilkan pada Gambar 5.2, 5.3 dan 5.4 berikut.
136
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PEMUDA MELALUI PELATIHAN MULTIMEDIA DAN KOMPUTER AKUNTANSI
(IbM Karang Taruna Bina Mandiri Kelurahan Pasir Panjang)

Gambar 5.2. Instruktur sedang mengarahkan peserta


untuk materi video editing
(Sumber: R.S Budi Suharto, 2015)

Gambar 5.3. Instruktur mendampingi pertanyaan


peserta dengan contoh.
(Sumber: R.S Budi Suharto, 2015)

Gambar 5.4. Instruktur memotivasi peserta


pelatihan yang sedang praktek
(Sumber: R.S Budi Suharto, 2015)

D. KESIMPULAN
1. Pelatihan multimedia dan komputer akuntansi merupakan salah satu program pengembangan
kemampuan dan keahlian yang dibutuhkan oleh masyarakat, khususnya pemuda-pemudi
karang taruna Bina Mandiri karena sesuai dengan program kerja Karang Taruna dalam
meningkatkan kemampuan SDM anggota.
2. Pelatihan editing video dimulai dengan pengambilan dokumen gambar dengan 2 teknik yaitu
medium long shoot dan close up, penyusunan file pada timeline, animasi, render dan burning
file.
3. Setelah mengikuti pelatihan multimedia dan komputer akuntansi, paserta dapat membuat,
meng-edit dan menghasilkan sebuah file video baik dari file tidak bergerak (foto) maupun
dari file bergerak (video) dan dapat di-burning kedalam sebuah kepingan CD/DVD.
137
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
MEWUJUDKAN KEMANDIRIAN PEMUDA MELALUI PELATIHAN MULTIMEDIA DAN KOMPUTER AKUNTANSI
(IbM Karang Taruna Bina Mandiri Kelurahan Pasir Panjang)

UCAPAN TERIMA KASIH


Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat melalui Pelatihan Multimedia dan Komputer Akuntansi
melibatkan mitra pendukung ini tidak terlepas dari peran serta banyak pihak. Untuk itu Kami
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi melalui Program Iptek bagi Masyarakat.
2. Direktur Politeknik Negeri Kupang sebagai institusi dimana Pelaksana melaksanakan tugas
sebagai Dosen.
3. Ketua Unit Penelitian dan PpM Politeknik Negeri Kupang yang mengkoordinir program
Dikti di Politeknik Negeri Kupang.
4. Ketua Karang Taruna Bina Mandiri Kupang dan LPK Yabes komputer yang bersedia
menjadi mitra dalam pelaksanaan Pelatihan dan Pendampingan bidang Multimedia dan
Komputer Akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA
______________, (2014), Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
di Perguruan Tinggi Edisi IX, Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Jurusan Teknik Elektro, (2013), Modul belajar Editing Video menggunakan ULEAD.

______________. (2014). https://www.google.com/maps/dir/Universitas+Nusa+


Cendana,+Jalan+Adisucipto,+Penfui-Kupang,+Indonesia/Fatululi,+Oebobo, +Kupang,
+Nusa+Tenggara+Timur,+Indonesia/Pasir+Panjang,+Kota+Lama,
+Kupang,+Nusa+TenggaraTimur,Indonesia.
PELATIHAN FOTOGRAFI DASAR UNTUK SISWA DAN SISWI
SMU 6 JAKARTA

Erlina Novianti
Program Studi Fotografi, Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa No. 1 Jakarta Barat
E-mail: pikpie@yahoo.com

ABSTRAK
Pada era sekarang ini perkembangan fotografi sangatlah pesat. Hal ini membuat fotografi menjadi suatu
kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia, sehingga dapat dikatakan fotografi sudah
menjadi bagian dari kehidupan kita. Kehadiran fotografi dirasakan hampir di seluruh lapisan masyarakat,
tidak terkecuali pada lapisan generasi muda. Fotografi pada saat sekarang ini tidak hanya digunakan
sebagai hobi semata, tetapi banyak peluang usaha yang dapat diciptakan melalui karya fotografi. Karena
adanya kebutuhan untuk lebih mendalami ilmu fotografi, SMU 6 Jakarta mengadakan ekstra kulikuler
fotografi yang melibatkan praktisi dan akademisi fotografi. Berdasarkan kebutuhan tersebut pengabdian
kepada masyarakat ini dilaksanakan untuk siswa dan siswi SMU 6 Jakarta. Metode yang digunakan pada
pengabdian kepada masyarakat ini adalah metode eksperimentatif, yaitu berupa pelatihan fotografi dasar
untuk siswa dan siswi di SMU 6 Jakarta. Pelatihan fotografi ini menekankan pada pengenalan,
penguasaan dan pengaplikasian teknik-teknik fotografi secara umum. Sehingga dengan penguasaan dan
pengaplikasian teknik-teknik fotografi yang dimiliki oleh siswa dan siswi SMU 6 Jakarta ini, mereka
dapat mengaplikasikan ilmu fotografi yang dimiliki dalam bentuk hobi ataupun sebagai peluang usaha.

Kata kunci: Fotografi, Pelatihan Fotografi, Teknik Fotografi Dasar

ABSTRACT
In the current era the development of photography is very rapidly. It makes photography become an
important need for human life so it can be said that photography has become part of our lives. The
presence of photography felt almost in all layers of the society is no exception in the upper layers of the
young generation. Nowaday photography at the moment is not only used as a mere hobby, but many
business opportunities that can be created through the paper photography. Because the need for more
exploring the science of photography, SMU 6 Jakarta make extra kulikuker photography involving
practitioners and academics photography. Based on the needs of the dedication to the community was
conducted for students and HIGH SCHOOL STUDENTS 6 Jakarta. The method used on devotion to this
community is eksperimentatif method, namely in the form of basic photography training for the students
and the students at SMA 6 Jakarta. This photography training emphasized on the recognition, self and
hardskill photography techniques in general. So with the self and hardskill photography techniques that
is owned by the students and the students of SMU 6 Jakarta, they can apply the knowledge of
photography owned in the form of hobby or as a business opportunity.

Keywords: photography, Training photography, Basic Photography Techniques

A. PENDAHULUAN
Perkembangan fotografi saat sekarang ini sangatlah pesat. Berawal dari hanya sekedar hobi,
fotografi saat sekarang ini dapat menjadi sebuah usaha yang menghasilkan. Oleh karena itu
peminat fotografi semakin meningkat untuk memperdalam ilmu fotografi. Kehadiran fotografi
sangat dirasakan oleh masyarakat secara umum, karena masyarakat sudah terbiasa
menggunakan kamera. Perkembangan kamera juga sangat pesat mengikuti kebutuhan zaman
yang serba canggih dan modern, sehingga pada saat ini memotret tidak hanya dapat
139
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN FOTOGRAFI DASAR UNTUK SISWA DAN SISWI SMU 6 JAKARTA

menggunakan kamera Single Lens Reflex (SLR) tetapi juga dapat menggunakan kamera hand
phone. Menggunakan kamera untuk mendapatkan sebuah objek yang baik dan menarik pastinya
harus ditunjang dengan teknik-teknik dalam fotografi. Banyak teknik-teknik dalam fotografi
yang dapat kita pelajari dan kita terapkan, seperti misalnya kondisi objek, pencahayaan
(expsure), fokus (ketajaman), komposisi, sudut pandang, speed (kecepatan) dan diafragma.
Kesemua teknik tersebut tidak dapat dipelajari hanya dengan teori saja, tetapi harus dengan
praktek dan latihan yang berulang-ulang sehingga kita dapat mengaplikasikan teknik fotografi
tersebut untuk dapat menghasilkan sebuah karya foto yang baik. Selain teknik fotografi kita
juga harus dapat menentukan moment yang tepat. Karena moment dalam fotografi memegang
peranan yang sangat penting sesuai dengan pernyataan dari fotografer asal perancis Cartier
Bresson yaitu sebagai berikut:

The decisive moment, it is the simultaneous recognition, in a fraction of a second, of the


significance of an event as wellas the precise organization of formswhich gives that eventits
proper expression.

Peminatan fotografi di SMU 6 juga demikian tinggi, hal terebut terbukti fotografi menjadi salah
satu ektra kurikuler yang diminati oleh siswa dan siswi SMU 6. Demi menambah keilmuan
fotografi, siswa dan siswi di SMU 6 mengikuti ekstra kurikuler di sekolah mereka. Berdasarkan
informasi yang didapat siswa dan siswi di SMU 6 yang mengikuti kegiatan ektrakurikuler
fotografi, keilmuan dan kemampuan siswa dan siswi di SMU 6 dalam ilmu fotografi dan
pengaplikasiannya masih perlu untuk ditingkatkan. Sebagai dosen fotografi di Universitas
Trisakti yang melaksanakan Pengabdian Kepada Mayarakat merasa perlu dan terpanggil untuk
membagi ilmu fotografi kepada siswa dan siswi SMU 6 Jakarta guna untuk meningkatkan
ketrampilan dalam fotografi sebagai kegiatan yang bermanfaat. Berdasarkan fakta tersebut,
maka penulis mencoba mengadakan pelatihan fotografi dasar untuk siswa dan siswi SMU 6
sebagai bentuk kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat.

Soeprapto Soedjono mengatakan kemana saja pun arah pandangan kita, selalu akan bertatapan
dengan karya fotografi. Mereka hadir dalam berbagai bentuk, format, jenis, subjek dan karakter
serta gaya penampilan yang beraneka ragam dalam menyemarakkan serta melingkupi kehidupan
kita. Kehadiran mereka semakin meluas dan kompleks karena perkembangan fotografi yang
berhasil membawa dirinya dalam memenuhi kebutuhan pribadi manusia maupun untuk
keperluan berinteraksi dengan kelompoknya. Berbagai jenis media dengan segala bentuk aspek
kebentukannya pun telah mendayagunakan karya dan teknik fotografi dalam menghadirkan
eksistensi kehadiran mereka. Karya fotografi telah berhasil melengkapi dan menyempurnakan
kehadiran media guna mendayagunakan fungsi dan tujuan yang diharapkan disamping sebagai
karya fotografi mandiri (Soeprapto Soedjono, 2006: 25).

B. METODOLOGI
Pada pengabdian kepada masyarakat ini, penulis menggunakan metode pelatihan karena dalam
fotografi kita tidak hanya dapat mempelajari secara teori saja tetapi ketrampilan dalam
penguasaan kamera dan teknik fotografi juga sangat mutlak siswa dan siswi SMU 6 Jakarta
untuk dikuasai. Sehingga pengaplikasian teori-teori fotografi mampu diterapkan pada hasil akhir
sebuah karya fotografi yang nyata. Berdasarkan survey yang dilakukan, kemampuan siswa dan
siswi SMU 6 dalam mengoprasionalkan kamera dan dalam penggunaan teknik-teknik fotografi
dapat dikatakan belum optimal. Sehingga dengan adanya pelaksanaan kegiatan pelatihan
fotografi dasar melalui Pengabdian Kepada Masyarakat kali ini siswa dan siswi SMU 6
diharapkan dapat lebih optimal dalam penggunaan kamera sehingga dapat mengaplikasikan
teknik-teknik fotografi tersebut ke dalam sebuah karya fotografi yang baik.
140
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN FOTOGRAFI DASAR UNTUK SISWA DAN SISWI SMU 6 JAKARTA

Berdasarkan survey yang sudah dilakukan, akhirnya dapat di buat tahapan kegiatan pada
pelaksanan Pengadian Kepada Masyarakat sebagai berikut:
a. Pengenalan ilmu dan teknik-teknik dasar fotografi dengan metode ceramah.
b. Tanya jawab mengenai materi pelatihan.
c. Materi tentang pengaplikasian teknik fotografi melalui pelatihan fotografi (hunting
foto).
d. Praktik fotografi dengan menggunakan teknik-teknik dasar fotografi, dengan bimbingan
langsung dari tim pengadian kepada masyarakat.

C. PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Daerah Kegiatan
Pelaksanaan program Pengabdian Kepada Masyarakat kali ini berlangsung di lingkungan SMU
6Jakarta. Di SMU 6 Jakarta banyak ekstra kurikuler yang diselenggarakan, salah satunya
adalah ekstra kurikuler fotografi. Siswa dan siswi SMU 6 yang berminat mengikuti ekstra
kurikuler fotografi sekitar 20 siswa. Bermula dari hanya sekedar hobi, siswa dan siswi SMU 6
ini mempunyai keinginan untuk memperdalam teknik-teknik dasar fotografi melalui ekstra
kurikuler yang diselenggarakan.

Ketertarikan siswa dan siswi SMU 6 Jakarta tersebut perlu medapat perhatian dan dukungan
agar ketertarikan dalam dunia fotografi dapat diwadahi secara benar, karena mealui kegiatan
yang positif tersebut siswa dan siswi SMU 6 Jakarat dapat lebih mengembangkan potensi non
formal yang dimiliki. Pengembangan teknik-teknik fotografi yang dimiliki oleh siswa dan siswi
SMU 6 Jakarta nantinya dapat digunakan sebagai bekal dalam pengaplikasian sebuah foto yang
tidak hanya sekedar hobi tetapi dapat dikembangkan lebih jauh lagi menjadi sebuah karya
fotografi yang baik bahkan dapat menciptakan sebuah peluang usaha yang dapat ditekuni oleh
siswa dan siswi SMU 6 Jakarta.

Program Pengabdian Kepada masyarakat dilaksanakan di ruang kelas SMU 6 Jakarta. Tim
pengabdian Kepada Masyarakat menyipakan sarana berupa beberapa kamera yang dapat
digunakan oleh peserta. Selain itu beberapa siswa menggunakan kamera pribadi untuk
digunakan pada pengaplikasian teknik fotografi kedalam sebuah karya fotografi (hunting foto).
Pelaksanan hunting foto dilakukan di lingkungan SMU 6 Jakarta.

Gambar 1. Ruang kelas pelaksanaan PKM


(Sumber: Erlina Novianti, 2015)
141
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN FOTOGRAFI DASAR UNTUK SISWA DAN SISWI SMU 6 JAKARTA

Gambar 2. Lokasi kegiatan pelaksanaan PKM


(Sumber: Erlina Novianti, 2015)

2. Basis Program Kegiatan


Pada saat sekarang ini fotografi sudah tidak lagi dimonopoli oleh fotografer professional. Dapat
dikatakan fotografi pada saat sekarang ini menjadi bagian dari kehidupan kita, sehingga
fotografi sudahlah tidak menjadi sesuatu yang asing dalam kehidupan kita. Banyak pilihan
kamera yang dapat kita gunakan sesuai dengan kebutuhan dan budget yang kita miliki. Pada
kenyataannya kehadiran jenis kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR) yang awalnya di
peruntukkan bagi fotografer professional, saat sekarang ini sudah bergeser. Jenis kamera Digital
Single Lens Refleks saat ini justru banyak dimiliki oleh orang yang awam fotografi bahkan
digunakan oleh anak-anak muda tidak terkecuali para siswa dan siswi di tingkat pendidikan.

Gambar 3. Kamera Digital Single Reflex


(Sumber: www.bangbiw.com, 2015)
142
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN FOTOGRAFI DASAR UNTUK SISWA DAN SISWI SMU 6 JAKARTA

Tidak dipungkuri fotografi sudah menjadi gaya hidup di kalangan anak muda saat ini. Banyak
yang menjadikan fotografi hanya sebagai hobi, ajang gengsi, kreatifitas bahkan profesi.
Fotografi mempunyai daya tarik tersendiri karena dunia fotografi sangatlah luas, banyak teknik
dan jenis-jenis fotografi yang popular yang dapat dipelajari seperti misalnya portrait fotografi,
wedding fotografi, wildlife fotografi, fashion fotografi, jurnalistik fotografi, still life fotografi
dan masih banyak jenis fotografi lainnya. Dengan adanya pelatihan ini diharapkan siswa dan
siswi SMU 6 dapat memperdalam ilmu fotografi dengan menguasai teknik-teknik fotografi yang
dapat diimplementasikan ke dalam sebuah karya nyata yang dapat meningkatkan kreatifitas para
siswa dan siswi sehingga fotografi tidak lagi hanya sebagai hobi saja tetapi dapat menjadi
sebuah peluang yang dapat menghasilkan dan dapat bermanfaat untuk lingkungan sekitar.

3. Peserta dan Tim Pelaksana


Pada pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini diikuti oleh siswa dan siswi
SMU 6 Jakarta yang mengikuti kegiatan ekstra kurikuler fotografi. Peserta pada pelatihan
fotografi ini berjumlah 11 orang (sebelas) laki-laki dan perempuan dengan kisaran usia antara
16-17 tahun. Peserta pelatihan ini sebagian mempunyai pengetahuan dasar fotografi tetapi
sebagian peserta belum memiliki pengetahuan tentang fotografi, tetapi keseluruhan peserta
mempunyai hobi yang sama yaitu fotografi. Dari pelatihan inilah siswa dan siswi SMU 6
Jakarta yang tergabung dalam ekstra kulikuler fotografi mempunyai keinginan untuk
memperdalam keilmuan tentang fotografi. Adapun tim pelaksana pada kegiatan ini adalah staf
pengajar Program Studi Fotografi, Universitas Trisakti yang berjumlah 2 (dua) orang yang
mempunyai latar belakang keilmuan Fotografi. Dengan latar belakang keilmuan fotografi yang
dimiliki oleh tim pelaksana diharapkan dapat mendukung pemahaman terhadap ilmu fotografi
secara umum, teknik-teknik dasar yang digunakan serta pengaplikasian teknik-teknik fotografi
dalam sebuah karaya foto yang nyata.

Gambar 4. Peserta dan tim pelaksana PKM


(Sumber: Erlina Novianti, 2015)
143
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN FOTOGRAFI DASAR UNTUK SISWA DAN SISWI SMU 6 JAKARTA

4. Proses Pengerjaan
Pada pelaksanaan program ini siswa dan siswi SMU 6 akan diberikan materi pendahuluan ilmu
fotografi secara umum, selanjutnya siswa dan siswi SMU 6 akan diberikan materi teori tentang
fotografi dasar yang meliputi teknik-teknik dasar fotografi seperti:
a. Diafragma
Diafragma adalah salah satu komponen yang dimiliki oleh kamera yang mempunyai fungsi
untuk mengatur besar kecilnya cahaya yang masuk melalui kamera. Dalam istilah fotografi
diafragma biasa disebut dengan bukaan, adapun symbol yang dipakai dalam diaframa adalah
f. Pada kamera angka diafragma terletak pada gelang pengatur yang melingkar pada lensa.
Adapun angka difragma yang terdapat pada kamera adalah: 1.4, 2, 2.8, 4, 5.6, 8, 11, 16, 22.
Angka-angka yang terdapat pada diafragma tersebut merupakan angka yang menunjukkan
bukaan pada diafragma, angka yang kecil menunjukkan bukaan difragma yang besar
sehingga cahaya yang masuk pada kamera banyak. Sedangkan angka yang besar
menunjukkan bukaan diafragma yang kecil sehingga cahaya yang masuk pada kamera
sedikit.

Gambar 5. Contoh gambar diafragma


(Sumber: www. frame-magz.com)

b. Kecepatan rana atau speed


Salah satu komponen pada kamera yang bisa kita gunakan adalah speed atau kecepatan.
Fungsi dari kecepatan ini adalah untuk mengatur cepat lambatnya rana terbuka sehingga
didapatkan seberkas cahaya yang sesuai dengan kebutuhan pada saat pemotretan
berlangsung. Angka-angka yang terdapat pada komponen speed adalah angka B 1 2 4 8 15
30 60 125 500 1000 2000. Penggunaan teknik speed yaitu apabila kita akan menagkap atau
membekukan obyek yang bergerak seperti misalnya mobil yang sedang melaju, maka kita
akan memilih kecepatan yang tinggi. Sedangkan apabila kita akan menghasilkan efek benda
yang bergerak maka kita dapat memilih speed yang lambat.

c. ISO atau Asa


ISO adalah satuan tingkat sensitifitas pada sensor kamera terhadap cahaya. Semakin besar
niali ISO maka semakin sensitif sensor kamera terhadap cahaya. Apabila semakin sensitif
sensor kamera terhadap cahaya, semakin cepat pula sensor kamera merekam obyek.
Penggunaan ISO yang sesuai akan membuat hasil foto yang kita hasilkan tidak over dan
under.
144
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN FOTOGRAFI DASAR UNTUK SISWA DAN SISWI SMU 6 JAKARTA

Gambar 6. Contoh angka pada speed


(Sumber: www. frame-magz.com)

d. Komposisi
Komposisi adalah penempatan berbagai benda yang akan difoto dengan mengatur angle
(sudut pengambilan) dan pilihan lensa untuk obyek pemotretan. Dengan komposisi yang
tepat maka foto yang dihasilkan akan terlihat lebih dinamis serta dapat dinikmati.

Setelah siswa dan siswi SMU 6 Jakarta mengetahui teori teknik-teknik dasar fotografi, pada
meteri terakhir yaitu pengaplikasian teknik-teknik dasar tersebut kedalam sebuah karya foto
dengan melakukan hunting di luar. Pelaksanaan hunting menggunakan kamera DSLR yang
beberapa sudah disediakan oleh tim pelaksana. Sedangkan sebagian siswa dan siswi SMU 6
Jakarta menggunakan kamera pribadi untuk pelaksanaan hunting. Proses awal pelaksanaan
huting foto dicontohkan terlebih dahulu oleh instruktur kemudian selanjutnya diikuti oleh
seluruh peserta. Peaksanaan hunting disertai dengan diskusi dan tanya jawab tentang kesulitan
yang dihadapi pada pelaksanaan hunting foto. Siswa dan siswi SMU 6 Jakarta dirasa memiliki
antusias yang tinggi terhadap pelaksanaan kegiatan ini walaupun masih dibutuhkan adaptasi
penguasaan kamera serta pengaplikasian teknik foto.
145
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN FOTOGRAFI DASAR UNTUK SISWA DAN SISWI SMU 6 JAKARTA
146
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN FOTOGRAFI DASAR UNTUK SISWA DAN SISWI SMU 6 JAKARTA

Gambar 7. Pelaksanaan hunting foto kegiatan PKM


(Sumber: Erlina Novianti, 2015)

5. Hasil Yang Dicapai


Pada pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ada beberapa hal-hal yang dicapai
yaitu bertambahnya keilmuan fotografi bagi siswa dan siswi SMU 6, serta meningkatnya
penguasaan penggunaan kamera. Hasil foto yang dihasilkan oleh peserta sangat beragam baik
dari segi pemilihan obyek yang dianggap menarik, angle dan teknik yang digunakan. Hal
tersebut menjadikan keragaman kreasi yang dihasilkan oleh peserta, dan menjadi nilai positif
sesuai dengan tujuan dari kegiatan ini.

Selain itu pelaksanaan program Pengabdian Kepada Masyarakat ini dapat menjadi bekal bagi
para siswa dan siswi SMU 6 untuk lebih dapat memperdalam hobi fotografi sehingga dapat
menghasilkan sebuah karya fotografi secara lebih baik lagi.
147
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN FOTOGRAFI DASAR UNTUK SISWA DAN SISWI SMU 6 JAKARTA

Gambar 8. Hasil hunting foto peserta kegiatan PKM


(Sumber: Erlina Novianti, 2015)

D. SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Setelah melaksanakan program kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini, penulis dapat
menarik kesimpulan, bahwa pelatihan yang sudah berlangsung dapat berjalan dengan baik
sesuai dengan tujuan dan sasaran kegiatan. Pelatihan tentang fotografi dasar untuk siswa dan
siswi SMU 6 Jakarta merupakan sebuah pelatihan yang diminati oleh peserta sehingga respon
yang dihasilkan dari pelatihan ini sangat positif. Pelatihan ini merupakan kegiatan yang
mendukung program ekstra kurikuler fotografi di SMU 6 Jakarta, sehingga dapat menambah
wawasan tentang dunia fotografi. Kegiatan ini merupakan bentuk kegiatan yang membuka
wawasan dan kreativitas peserta untuk lebih memperdalam dunia fotografi sehingga dapat
mengembangkan hobi fotografi bahkan dapat menjadi bekal untuk lebih dikembangkan kedalam
bentuk peluang usaha.

2. Saran
Adapun saran dari kegiatan Pelatihan Kepada Masyarakat ini adalah melihat antusiasme dari
peserta kegiatan seperti ini dapat menjadi kegiatan yang berkelanjutan yang akan berguna untuk
meningatkan kreatifitas dan dapat mengembangkan hobi yang positif dari para peserta. Kegiatan
yang berkelanjutan ini dapat ditindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan dengan memperdalam
148
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN FOTOGRAFI DASAR UNTUK SISWA DAN SISWI SMU 6 JAKARTA

dunia fotografi dengan lebih spesifik, sehingga keilmuan, kreatifitas dan antusiasme dari para
siswa dan siswi SMU 6 Jakarta dapat lebih meningkat.
Adapun saran untuk SMU 6 Jakarta adalah perlunya diselenggarakan kegiatan yang mendukung
ekstra kurikuler fotografi yang dapat diwadahi ke dalam sebuah wadah usaha. Sehingga ilmu
fotografi yang sudah didapat oleh siswa dan siswi SMU 6 dapat dikembangkan tidak hanya
sekedar untuk hobi saja tetapi dapat dikembangkan sebagai suatu usaha yang komersial.

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas semua berkah dan kemudahan yang diberikan sehingga pelaksanaan kegiatan
Pengabdian Kepada Masyarakat ini dapat berjalan dengan lancar dan memberikan manfaat yang
positif kepada para peserta kegiatan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak uang telah mendukung kegiatan ini, antara lain kepada pimpinan Fakultas Seni Rupa dan
Desain Universitas Trisakti Jakarta, Tim Pelaksana PKM, para peserta kegiatan dan kepada
seluruh panitia Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Trisakti Jakarta
selaku penyelenggara kegiatan.

DAFTAR PUSTAKA
Soedjono, Soeprapto. (2006). Pot-Pourri Fotografi. Jakarta: Universitas Trisakti.
Dharsito, Wahyu. (2015). Dasar Fotografi Digital 2. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kim, John. (2004). 40 Teknik Fotografi Digital. Penerbit: PT Elex Media Komputindo
Peterson, Bryan. (2005). Understanding Digital Photography. Published by: Amphoto Books

SUMBER LAIN
www. frame-magz.com diunduh pada tanggal 17 Februari 2016 pukul 13.30 WIB
www.bangbiw.com 2015 diunduh pada tanggal 17 Februari 2016 pukul 13.30 WIB
PELATIHAN KAIN PERCA/PATCHWORK UNTUK ELEMEN
INTERIOR BERDAYA JUAL TINGGI
Florence Melani Jofatma
Program Studi Desain Interior, Fakultas Senirupa dan Desain Universitas Trisakti
Jl.Kyai Tapa No 1 Jakarta Barat
081350054498, e-mail: melani_jofatma@yahoo.com.

ABSTRAK
Kerajinan kain perca yang dikenal dengan nama patchwork dewasa ini sangat inovatif, baik kombinasi
warna, tektur, ukuran maupun teknik penyelesaiannya serta ditunjang dengan desain yang menarik
sehingga berdaya jual tinggi. Pemanfaatan kain perca dapat dijadikan bahan material untuk produk
interior misalnya sebagai pembungkus bantal, penutup sofa atau bed cover, hiasan dinding, kap lampu,
penutup meja makan, tatakan gelas atau piring dan sebagainya. Berawal dari inilah maka penulis dan tim
pelatih dari Program Studi Desain Interior merancang Program Pengabdian Kepada Masyarakat di
Kelurahan Kota Bambu Utara yang padat penduduk serta memilih peserta dengan status perekonomian
lemah termasuk wilayah Kecamatan Palmerah Jakarta Barat. Pemilihan peserta dengan
mempertimbangkan beberapa kriteria khususnya ditujukan ibu-ibu rumah tangga usia produktif yang
mempunyai waktu cukup luang, tidak bermodal besar, tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi serta
dapat menambah penghasilan sampingan. Setelah pelatihan ini diharapkan dapat menjadikan mereka
sebagai wirausahawan di bidang kerajinan kain perca yang berkaitan dengan kebutuhan sarana penunjang
interior.

Kata kunci : pelatihan, kain perca, wirausaha.

ABSTRACT
Currently Patchwork knowns as a very innovative crafting, good combination of color, texture, size and
completion techniques, paired with an attractive design so highly selling. Utilization of patchwork can be
used as material for interior products, for example as a wrapper pillow, cover a sofa or bed covers, wall
hangings, lamp shades, table cover, coasters or plates and so on. Starting from this, the author and
coaching team from Interior Design Study Program designing Community Service Program in Kota
Bambu Utara urban village is densely populated and select the participant with weak economic status
including the District of West Jakarta Palmerah. Selection of participants taking into account several
criteria including targeted mothers of childbearing age households who have enough time to spare, do
not have big capital, do not require high educational and can add a side income. After the training is
expected to make them as entrepreneurs in the craft of patchwork associated with means of supporting
the needs of interior.

Keywords: training, patchwork, entrepreneur.

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pelatihan kain perca bersifat ketrampilan, sehingga penulis memilih peserta dengan
mempertimbangkan beberapa kriteria yaitu ditujukan ibu-ibu rumah tangga usia produktif
yang mempunyai waktu cukup luang, tidak bermodal besar, tidak membutuhkan pendidikan
yang tinggi serta dapat menambah penghasilan sampingan. Setelah pelatihan ini diharapkan
dapat menjadikan mereka sebagai wirausahawan di bidang kerajinan kain perca yang
berkaitan dengan kebutuhan sarana penunjang interior. Lokasi sudah ditentukan oleh
Universitas Trisakti yaitu Kelurahan Kota Bambu Utara termasuk wilayah Kecamatan
150
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KAIN PERCA/PATCHWORK UNTUK ELEMEN INTERIOR BERDAYA JUAL TINGGI

Palmerah Jakarta Barat yang padat penduduk, serta memilih peserta dengan status
perekonomian lemah. Pada wilayah tersebut banyaknya industri perumahan yang bergerak di
bidang penjahitan (garment) dimana limbah bahan berupa kain perca mudah diperoleh.

Sebagian besar peserta berusia produktif antara 30 hingga 46 tahun dari beberapa wilayah
RW yang berpendidikan rata-rata sekolah menengah pertama (SMP). Pekerjaan yang
membutuhkan ketrampilan sederhana ini tidak terlalu menuntut pendidikan formal tetapi
dapat menjadi suatu keahlian khusus bagi mereka, memberikan bekal kegiatan positif dalam
mengisi waktu luang mereka setelah selesai melakukan kegiatan mengurus rumah tangga.

Melalui pelatihan yang sumber dana berasal dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas
Trisakti ini diharapkan mereka dapat membuat suatu karya yang dapat dijadikan sumber
penghasilan yang akan sangat bermanfaat khususnya membantu kebutuhan rumah tangga
dan memberikan produk dengan variasi untuk penunjang desain interior termasuk pernak-
perniknya.

2. Tujuan
a. Setelah pelatihan ini para peserta memiliki ketrampilan dalam kerajinan kain perca.
b. Para kaum ibu rumah tangga diharapkan selalu berpikir kreatif dan produktif dalam
mengisi waktu luangnya.
c. Mengentaskan kemiskinan dengan menghasilkan produk-produk dari pemanfaatan limbah
kain dengan modal yang minim serta berdaya jual yang tinggi.
d. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini juga mengusung motto Reduce, Reuse and
Recyclingdalam upaya meningkatkan taraf penghasilan dan kesejahteraan masyarakat
khususnya di Kelurahan Kota Bambu Utara.
e. Bagi Universitas Trisakti khususnya Program Studi Desain Interior turut berperan serta
membantu Pemerintah Daerah dalam mensejahterakan masyarakat di bidang ekonomi.

3. Permasalahan
Ketika di lapangan tim pelatih membatasi pelatihan awal yang sederhana dengan membuat
pola dasar yang mudah dikerjakan dan berkaitan dengan produk penunjang interior
saja.Kondisi peserta belum pernah melihat buku tentang kain perca atau karya produk kain
perca apalagi mendesain atau membuatnya. Umumnya para peserta belum terbiasa dengan
ketrampilan jahit menjahit baik dengan mesin jahit maupun dengan tangan.

4. Rumusan Permasalahan
a. Bagaimana memotivasi mereka yang usia produktif dapat memanfaatkan waktu luang
mereka untuk melakukan hal yang positif dan kreatif.
b. Bagaimana membekalkan mereka memanfaatkan limbah industri penjahit berupa kain
perca menjadi produk penunjang interior yang bermanfaat dan berdaya jual yang tinggi
serta memungkinkan mereka kelak menjadi seorang wirausahawan di bidang kerajinan
kain perca.

5. Tinjauan Data
Wilayah Kelurahan Kota Bambu Utara merupakan daerah padat penduduk di mana para
kaum ibu rumah tangga umumnya mengurus rumah tangga dengan bekal pendidikan sekolah
menengah tanpa ketrampilan yang dapat menghasilkan produk yang bermanfaat. Kegiatan
lainnya mereka mengikuti pengajian pada sore hari.
151
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KAIN PERCA/PATCHWORK UNTUK ELEMEN INTERIOR BERDAYA JUAL TINGGI

Pemilihan peserta dilakukan oleh para petugas di Kelurahan dengan masing-masing RW


diwakili oleh 3 hingga 4 peserta dan pelatihan ini dibatasi dengan jumlah 20 peserta yang
nanti terbagi atas 5 kelompok.

B. METODOLOGI
Metode yang disampaikan berupa pengetahuan teori dalam bentuk slide tentang kombinasi
warna, pemilihan bahan materi kain, teknik memilih pola, menggunting dan menjahit oleh
Dra. Melani Jofatma.
Praktika oleh tim pelatih terdiri dari 3 orang dan dibantu seorang mahasiswa Desain Interior,
peserta dibagi dalam 5 kelompok masing-masing beranggota 4 orang yang di pimpin oleh
masing-masing pelatih.
Semua peralatan praktika disediakan oleh tim pelatih serta dapat menjadi milik peserta.
Peralatan berupa gunting, jarum jahit dan jarum pentol, benang, alat tulis terdiri dari
penggaris, pensil, dan karton untuk pola yang terpilih.
Pelaksanaan pada Ruang Serba Guna Kelurahan Kota Bambu Utara yang pelaksanaan terdiri
dari 2 tahap yaitu tanggal 17 dan 20 Nopember 2015 selama 2 hari kerja dari pk 09.30 WIB
hingga pk 12.30 WIB durasi 3 jam. Hari pertama berupa teori, dan praktika setengah jadi
yang akan dilanjutkan di rumah masing-masing. Selanjutnya setelah 3 hari kemudian pada
hari kedua adalah assistensi dan penyelesaian dengan sentuhan terakhir atas petunjuk para
pelatih.
Memilih dan mengapresiasi karya terbaik untuk dijadikan contoh bagi para peserta lainnya.
Pembukaan dilakukan oleh Bapak Wakil Lurah Kota Bambu Utara dan dihadiri oleh Ketua
Tim Kelompok Kerja PKM dari Universitas Trisakti.

Gambar 1. Upacara Pembukaan yang dengan para pejabat kelurahan


dan tim pelatih dan para peserta PKM dan Tim Ketua PKM USAKTI.
(M. Jofatma, 2015)

C. PEMBAHASAN
Kegiatan PKM ini dimulai dalam bentuk teori berupa slide dan pembagian foto-copy bagi
peserta. Kain perca memiliki sejarah yang panjang, bahkan telah ditemukan ribuan tahun yang
152
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KAIN PERCA/PATCHWORK UNTUK ELEMEN INTERIOR BERDAYA JUAL TINGGI

lalu dimana bangsa Cina dan Mesir Kuno melapisi baju perangnya yang terbuat dari besi
dilapisi dengan kain perca. Pada tahun 1100-1300 kain perca dijadikan selimut, mantel untuk
melindungi tubuh dari hawa dinginnya di Eropa. Setelah abad tersebut, kerajinan kain perca
mulai menyebar ke seluruh dunia.
Seni Kerajinan Perca atau Patchwork sejak abad ke-19 terdapat di USA, Mesir, China dan
Eropa. Saat ini hampir di seluruh dunia baik di Eropa, Amerika, dan khususnya Jepang para
kaum ibu membentuk kelompok kreatif dalam kerajinan kain perca. Kini di Indonesia
seni kerajinan perca berkembang menjadi kesenian modern. Paduan warna dari bahan katun dan
bahan bermotif batik yang nyaman dipakai ini sering dipamerkan pada saat pameran kerajinan
termasuk Inacraft bahkan kini marak menghiasi butik-butik mahal di kota besar di Indonesia.

Gambar 2. Berbagai macam hasil produk karya dari kain perca yang berdaya jual tinggi
(Sumber: dari kumpulan foto di google )

1. Pengertian Kain Perca.


Kerajinan Kain Perca atau Patchwork:
Patchwork or "pieced work" is a form of needlework that involves sewing together pieces
of fabric into a larger design. The larger design is usually based on repeat patterns built up
with different fabric shapes (which can be different colors). (Wikimedia Foundation ).

Patchwork adalah suatu potongan-potongan kain polos dan aneka motif yang digabung
membentuk suatu pola tertentu (Shimamura, Mieko, 1997).
Kain perca merupakan sisa kain potongan kecil atau limbah dari proses penjahitan, yang
sudah tidak bermanfaat, tetapi bagi yang kreatif dapat disambung dengan cara menjahit
menjadi produk yang berguna dan menarik. Cara menjahit dengan menyambung dan
sebagaian penyelesaian dengan teknik quiting.

Quilting merupakan seni atau keterampilan menjahit jelujur dengan tangan menggunakan
benang khusus seperti benang sulam yang tebal. Quilting adalah jahitan tindas mengikuti
garis quilting yang diinginkan. Garis quilting ini dibuat pada bagian atas dari bahan kain
153
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KAIN PERCA/PATCHWORK UNTUK ELEMEN INTERIOR BERDAYA JUAL TINGGI

perca yang sudah tersambung. Dengan menjelujur menembus ke bagian tengah berisi dakron
hingga ke kain pelapis bawah/dasar lalu kembali menembus ke atas. Alat bantu lain supaya
rapi dengan pembidangan. Seni menjahit kain perca membutuhkan kreativitas yang terbentuk
dari ketekunan dan kerapian. Dengan memotong berdasarkan pola dan kombinasi warna,
menyambungnya menjadi bentuk-bentuk yang khas, kemudian ditindas dengan jahitan yang
mengikuti pola tertentu, sehingga tercipta karya kain perca yang indah. Kain perca ini dapat
dimanfaatkan menjadi barang-barang (produk) kerajinan tangan penunjang perlengkapan
interior antara lain berupa sarung bantal, taplak meja, hiasan dinding, ataupun produk-
produk yang lain.

2. Bahan dan Peralatan.


Bahan dasar kain perca yang cocok dipergunakan dalam pembuatan produk
teknik patchwork, yaitu bahan utama berupa kain katun, karena kain katun merupakan salah
satu kain yang mudah dibentuk. Bahan tambahan yang dipergunakan berupa kain pelapis
(viseline).

Gambar 3. Bahan kain perca dan aplikasi dari patchwork


(Sumber: foto dari google)

Gambar 4. Hasil produk kain perca dengan kombinasi jahitan jelujur/quilting


(Document M. Jofatma, 2015)
154
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KAIN PERCA/PATCHWORK UNTUK ELEMEN INTERIOR BERDAYA JUAL TINGGI

Alat-alat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : gunting kain, jarum jahit mesin dan jahit
tangan, jarum pentul, peniti, mesin jahit atau manual, rotary cutter dan cutting mat (jika ada),
alat tulis berupa pensil, penghapus, kapur jahit lilin, penggaris, meteran, cukit/pendedel, setrika,
bidal/tudung jari tangan, benang jahit dan benang sulam berbagai warna, retsleting, kain alas
sebagai pelapis, dakron/kapas sintetis, bingkai pemedangan, pelengkap hiasan berupa kancing,
pita, mote-mote dan sebagainya.

3. Bentuk Pelatihan
Bentuk pelatihan dengan teknik menjahit manual dengan tingkat kesulitan dasar sehingga
tidak membutuhkan keahlian khusus. Dengan teknik Quiting yaitu teknik menjahit dengan
menyambung potongan-potongan kain dari berbagai warna dengan kombinasi dan komposisi
serta bentuk pola dasar dapat terdiri dari bentuk persegi empat, persegi panjang, lingkaran,
segi tiga sehingga menghasilkan karya kerajinan yang disebut patchwork. Sekarang dengan
perkembangan dan kemajuan seni kerajinan kain perca pola lebih bebas sesuai dengan
kreatifitas. Pelatihan dasar ini merupakan langkah awal bagi peserta yang diharapkan dapat
lebih ditingkatkan dengan pelatihan lanjutan bagi mereka yang berminat berwirausaha dalam
bidang jahit yaitu kerajinan kain perca atau patchwork.

Gambar 5. Salah satu pola dari kombinasi bentuk persegi dan segi tiga dan yang bebas
(M. Jofatma, 2015)

4. Pengetahuan Dasar Kombinasi Warna


Seni kain perca tidak lepas dari ketrampilan mengkombinasikan bentuk, motif dan warna
kain. Dengan memiliki pengetahuan kombinasi warnakan memudahkan kita membuat hasil
yang lebih baik dan menarik (Mieko, Shimamura, 1997).

Teori Warna:
Warna yang ada di alam terbagi atas 4 yaitu : warna primer, sekunder, tersier, dan warna
netral.
Warna Primer: warna primer terdiri dari warna merah, kuning dan biru.
Warna Sekunder: merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi
1:1, misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning,
hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.
Warna Tertier: merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan warna
sekunder proporsi 1:1 misalnya campuran warna jingga kekuningan didapat dari
pencampuran warna kuning dan jingga.
155
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KAIN PERCA/PATCHWORK UNTUK ELEMEN INTERIOR BERDAYA JUAL TINGGI

Warna Netral : merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1.
Warna ini sering muncul sebagai pengimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya
hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.
Warna Panas dan Dingin: lingkaran warna primer hingga tersier bisa dikelompokkan
menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok warna panas dan warna dingin. Warna
panas dimulai dari kuning kehijauan hingga merah. Sementara warna dingin dimulai
dari ungu kemerahan hingga hijau. Warna panas akan menghasilkan sensasi panas dan
dekat. Sementara warna dingin sebaliknya.
Warna Komplimenter: adalah dua warna yang saling berseberangan (memiliki sudut
180) di lingkaran warna. Dua warna dengan posisi kontras komplementer
menghasilkan hubungan kontras paling kuat, misalnya jingga dengan biru, merah dan
hijau dan kuning dan ungu.
Warna Monokromatik mengaplikasikan warna yang hanya menggunakan satu warna
utama dan gradasi dari warna tersebut. Biasanya membosankan sehingga dapat
menambah aksen supaya menarik dengan warna kontras. Dari sekian banyak warna,
dapat dibagi dalam beberapa bagian yang sering dinamakan dengan sistem warna Prang
System yang ditemukan oleh Louis Prang pada 1876 meliputi:
Hue : adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti
merah, biru, hijau dsb.
Value : adalah dimensi kedua atau mengenai terang gelapnya warna, contohnya adalah
tingkatan warna dari putih hingga hitam (gradasi dari terang ke gelap). Intensity :
seringkali disebut dengan chroma, adalah dimensi yang berhubungan dengan cerah atau
suramnya warna. (sumber: data dari berbagai kumpulan teori warna ).

Penuntun Pemilihan Warna:


Sebaiknya warna dengan latar belakang (background) gelap atau sebaliknya. Memilih warna
yang cerah untuk foreground (putih, hijau dan lain-lain). Hindari penggunaan warna coklat
dan hijau untuk background. Kecerahan dan kombinasi warna pada foreground dan
background kontras. Gunakan warna sesuai kebutuhan,desain dibuat dalam dan ditambahkan
warna lain sesuai kebutuhan. Pemilihanwarna penting untuk menarik perhatian calon
pemakai (user) dengan mengunakan warna dasar kain dengan komposisi yang menarik.

5. Teknik Penjahitan
Kami menggunakan teknik menjahit secara manual dengan perimbangan tidak perlu modal
yang besar serta mudah dilakukan asal tetap harus rapi, teliti, ukuran yang tepat dan berulang
dengan kerenggangan jahitan yang sama.Teknik jahit jelujur ini akan lebih rapi bila
dikerjakan secara teknik jahit stik balik. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
pembuatan produk kriya dari teknik patchwork yaitu:
a. Membuat desain estetis dengan perencanaan benda tersebut memiliki fungsi sebagai
benda hias atau sebagai benda pakai atau memiliki fungsi keduanya.
b. Bahan tekstil yang memiliki corak dan warna yang sesuai dengan desain yang akan
dibuat.
c. Kain yang bercorak yang digabungkan dengan kain polos atau bercorak dengan
komposisi yang harmonis. Untuk warna dapat dipilih warna yang monologis/gradasi
warna dari warna tua sampai warna muda.
d. Saat proses pembuatan potongan-potongan kain, sertakan kain pelapis (viseline)
kemudian diseterika supaya pola yang dibuat bentuknya terlihat rapi.
156
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KAIN PERCA/PATCHWORK UNTUK ELEMEN INTERIOR BERDAYA JUAL TINGGI

6. Aplikasi Jahitan
Teknik jahit quiting pada potongan kain perca yang sudah tersambung, pada bagian
bawahnya diberikan kain katun polos supaya rapi yang sesuai dengan lebar kain sambungan
perca tersebut, kadang untuk memberikan dimensi bagian tengah dapat diisi dengan busa
lapis atau dengan dakron (kapas sintetis).

Secara umum tahap-tahap pengerjaan patchwork adalah sebagai berikut : membuat pola
(template), mencetak pola ke kain, memotong dan menyambung potongan kain (piecing):
menjahit atau menyambung dengan tangan, mesin jahit, atau gabungan ke duanya (hybrid ).
Menyatukan (basting) 3 lapisan seperti sandwhich: bagian kain perca atas (top), bagian
dakron tengah (batting/wading), bagian kain dasar bawah (backing), untuk siap di quilting
dengan benang, peniti, micro stitch, spray, dan lain-lain. Quilting menjahit ke 3 lapisan
dengan tangan (hand quilting), quilting dengan mesin (machine quilting). Terakhir binding:
menyatukan semuanya sehingga menjadi produk yang direncanakan menjadi produk jadi.

Gambar 6. Beberapa contoh tehnik jahit secara jelujur (quilting)

Gambar 7. Menyatukan 3 lapisan seperti sandwhich untuk kemudian dijahit jelujur (quilting)

7. Kegiatan Pelatihan
Waktu pelaksanaan 2 kali pertemuan dilaksanakan pada hari kerja Selasa tanggal 17
Nopember dan Jumat 20 Nopember 15 masing-masing durasi 3 jam yaitu pk. 09.30 hingga
pk. 12.30.
Peserta dibatasi 20 orang, masing-masing terdiri dari 4 peserta dalam 5 kelompok kerja,
dibawah bimbingan 5 orang pelatih. Peserta mendengarkan teori awal selama 30 menit dan
diskusi. Kemudian pelatihan ketrampilan dalam menentukan produk yang akan menjadi hasil
karya mereka. Masing-masing peserta mendapatkan peralatan dasar sederhana secara gratis.
Beberapa contoh produk jadi yang sederhana seperti cempal / sarung tangan, alas piring,
sarung bantal di pamerkan di kelas pelatihan sehingga peserta dapat meneliti hasil kerja yang
akan dilaksanakan.
157
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KAIN PERCA/PATCHWORK UNTUK ELEMEN INTERIOR BERDAYA JUAL TINGGI

Gambar 8. Suasana hari pertama presentasi teori dan praktika memilih memotong
berdasarkan pola yang terpilih
(Document M. Jofatma, 2015)

Gambar 9. Hari pertama tim pelatih dan para peserta.


(Document M. Jofatma, 2015)
158
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KAIN PERCA/PATCHWORK UNTUK ELEMEN INTERIOR BERDAYA JUAL TINGGI

Gambar 10. Suasana di ruang kelas pada hari ke dua proses finishing
(Document M. Jofatma, 2015)

Proses cara pembuatan dengan salah satu contoh sederhana selama pelatihan di tempat,
tahap-tahapnya sebagai berikut :
a. Membuat pola dasar dari desain yang terpilih misalnya kain perca ukuran 10 x 10 cm,
yang akan dibuat menjadi sarung bantal ukuran 40 X 40 cm.
b. Menentukan motif, warna kain yang akan menjadi kombinasi karya tersebut.
c. Membuat pola dasar secara modul pada kertas.
d. Menjiplak pada bagian belakang kain secara rapid an diberi tanda dengan kapur jahit lilin,
dilebihkan sekelilingnya sebesar 1cm untuk bidang yang akan dijahit.
e. Memilih warna-warna yang harmonis sesuai dengan teori yang telah dipresentasikan
f. Mengambil selalu 2 lembar kain yang sudah digunting sesuai pola yang diinginkan.
g. Membalikkan kain yang saling berhadapan dalam posisi dalam (yang ditandai dengan
kapur jahit lilin).
h. Hubungkan keduanya dari ujung garis dengan jarum pentul.Kemudian jahit tepat pada
bagian garis tersebut.
i. Kemudian kain yang sudah tersambung disetrikas terbuka secara rapi.Pengulangan
dilakukan seperti sebelumnya lalu disambung dengan yang lain.
j. Selanjutnya setelah tersambung menjadi bahan 40 x 40 cm akan dijahit dengan alas dasar
kain putih dan bagian tengah dapat diberi dakron, penjahitan secara quilting.
k. Untuk membuat bantal dapat dengan 1 sisi atau 2 sisi yang sama atau bagian belakan
dengan bahan kain dasar polos dalam ukuran 40 x 40 dengan komposisi warna serasi.
l. Untuk pelengkap dan kerapian sarung bantal dalam perawatan dapat dikombinasi dengan
ruitsleting dan kancing.

D. KESIMPULAN
Kesimpulan kegiatan Pelatihan dalam Program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini
telah berlangsung dengan baik dan memenuhi target tujuan dari sasaran yaitu membekali
peserta yang terdiri dari para ibu rumah tangga usia produktif dalam pengenalan dan
pelatihan membuat hasil karya yang memungkinkan untuk memilih kerajinan kain perca
sebagai salah satu altenatif produk yang dapat berdaya jual tinggi, dengan memanfaatkan
waktu luangnya.
159
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KAIN PERCA/PATCHWORK UNTUK ELEMEN INTERIOR BERDAYA JUAL TINGGI

Saran: Program berkelanjutan dari pelatihan dengan memilih mereka yang komit untuk
menjadi calon wirausahawan kain perca perlu dibina, sehingga dalam penyusunan program
selanjutnya dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dan terencana, guna menunjang
dan mengembangkan program yang telah dilaksanakan.

Gambar 11. Karya-karya dari peserta selama pelatihan.


(Document M. Jofatma, 2015)

Gambar 12. Apresiasi bagi peserta dengan karya terbaiknya.


(Document M. Jofatma, 2015)

Gambar 13. Para tim pelatih bersama peserta PKM dengan masing-masing karyanya.
(Document M. Jofatma, 2015)
160
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KAIN PERCA/PATCHWORK UNTUK ELEMEN INTERIOR BERDAYA JUAL TINGGI

UCAPAN TERIMA KASIH


Makalah mengenai pelatihan membuat kain perca adalah limbah indutri perumahan merupakan
penelitian yang berdasarkan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dari FSRD Universitas
Trisakti. Meskipun kegiatan ini bersifat multi yang bergabungan dengan fakultas lain tetapi
karena materi kami pelatihan ketrampilan maka dapat dikatakan sebagai primadona di lapangan.
Pelaksanaan merupakan kerja sama dengan Kelurahan Kota Bambu Utara termasuk wilayah
Kecamatan Palmerah Jakarta Barat.

Pertama tulisan ini merupakan ucapan terima kasih kepada Tuhan yang Penuh Kasih sehingga
telah terlaksana PKM ini pada saaat yang tepat yaitu menyonsong Dies Nayalis ke 50 Usakti.
Terima kasih penulis sampaikan kepada para Pejabat Universitas Trisakti mulai dari Direktur
Lembaga Dimas, Dekan FSRD dan Kapromadi Desain Interior, serta rekan-rekan dosen , para
pelatih pada tim kami berikut para anggota administrasi dari FSRD khususnya yang terlibat
PKM ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih kepada Bapak Lurah Romeli SE, yang telah menyediakan
tempat yang nyaman. Terakhir bagi para peserta yang begitu antusias mengikuti pelatihan yang
diadakan oleh FSRD Universitas Trisakti.

DAFTAR PUSTAKA
A.Hamidin. (2012). Seni Berkarya dengan Kerajinan Kain Perca. Jakarta: Pustaka Widyatama.
Arthur, Linda PhD. (2005). At the cutting edge Contemporary Hawaian Quilting. Penerbit:
Island Heritage.
Aziz, Rifki Nurheti Yuliarti. (2014). Bisnis Menggiurkan dari Kain Perca. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Haryani, Lusia. (2010). 38 Desain Aplikasi dari Kain Perca, Yogyakarta: Tiara Aksara.
Shimamura, Mieko. (1997). Seni Patchwork & Quilting untuk Pelengkap Interior Rumah.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sue, Prichard. (2010). Patchwork for Beginers. Penerbit: Picks Homepage.
PELATIHAN KEMANDIRIAN USAHA KERAJINAN
DAUR ULANG BAGI WANITA DI DUSUN SERUT, PALBAPANG,
BANTUL, YOGYAKARTA
Bertha Bintari Wahyujati
Prodi Desain Produk Mekatronika
Politeknik Mekatronika Sanata Dharma Yogyakarta, Paingan, Maguwohardjo, Sleman, Yogyakarta,
Telp. 081804082434, e-mail: bertha@pmsd.ac.id

ABSTRAK
Dusun Serut, ini terletak di Bantul sebagai bagian dari wilayah desa Palbapang, Bantul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jumlah penduduk 400 KK. Jumlah penduduk wanita 230 orang tingkat pendidikan
rata-rata setingkat SD dan mata pencaharian rata-rata bertani. Pengelolaan limbah yang telah dilakukan
meliputi pengelolaan bank sampah, pengelolaan biogas, penanaman kebun obat dengan karung plastik
bekas dan pengolahan limbah menjadi kerajinan. Pengabdian masyarakat yang dilakukan adalah untuk
mendampingi pengelolaan bahan daur ulang sebagai produk kerajinan untuk dapat membuka peluang
wirausaha bagi wanita di dusun Serut. Pengetahuan dan ketrampilan mereka masih terbatas, terutama
tentang pengolahan limbah menjadi kerajinan yang mampu dan layak dijual. Pengetahuan tentang desain,
tentang kerapian dan penekanan tentang detil keindahan masih sangat kurang. Oleh karena itu
diselenggarakan pelatihan teknis. Pelatihan teknis memungkinkan untuk mengolah limbah plastik menjadi
material baru, yaitu material setengah jadi untuk pengolahan lebih lanjut. Metode dan Strategi Pelatihan
dilakukan secara bertahap, yaitu pelatihan tingkat dasar, yaitu pelatihan untuk mengolah material siap
digunakan. Pengolahan material ini menggunakan beberapa teknik yang akan diberikan perkelompok.
Tiap kelompok akan dilatih mengolah material dengan teknik yang masing-masing berbeda. Hasil yang
diperoleh dari pelatihan adalah kemampuan mengolah material dengan cara baru, dan memiliki wawasan
untuk mencoba mengolah bahan daur ulang menjadi barang fungsional yang lebih baik. Namun
pendampingan dari sisi desain kebaruan masih diperlukan untuk meningkatkan daya saing dan daya jual
hasil kerajinan dari bahan daur ulang tersebut. Sehingga kedepan mengarah kepada kemampuan
kemandirian sebagai usaha mandiri bagi masyarakat, terutama kaum wanita.

Kata kunci: bahan limbah, daur ulang, produk kerajinan, wirausaha

ABSTRACT
Dusun Serut, is located in Bantul as part of the territory Palbapang village, Bantul, Yogyakarta. The total
population is 400 families with population of 230 women who are having average education level at the
primary and the farming livelihood. Waste management has been conducted on the management of waste
bank, biogas management, cultivation of medicinal gardens with old plastic sacks and recycled
handicraft. Pengabdian Masyarakat does is to assist the management of recycled materials as handicraft
products to be able to open up opportunities for women entrepreneurs in the Dusun Serut. Their
knowledge and skills are still limited, particularly on the processing of waste into craft capable and
worthy sold. The knowledge about design, which is about neatness and emphasis on the beauty of the
details still lacking. Therefore organized technical training needed. Technical training allows to process
plastic waste into new materials, namely the semi-finished material for further processing. Methods and
Strategies Training is done in stages, ie basic level training, namely training to process the material is
ready for use. This material processing uses several techniques that will be given per group. Each group
will be trained to process material with techniques that for each are different. The results of the training
is the ability to process the material in a new way, and have the insight to try to process recycled
materials into functional items better. However, assistance from the design novelty is still needed to
improve competitiveness and sell handicrafts from recycled materials. So in the future lead to the ability
of self-reliance as an independent business for the community, especially women.

Keywords: waste materials, recycle, handicraft products, entrepreneurship


162
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KEMANDIRIAN USAHA KERAJINAN DAUR ULANG BAGI WANITA DI DUSUN SERUT, PALBAPANG,
BANTUL, YOGYAKARTA

PENDAHULUAN
Pencemaran lingkungan karena ketidakpedulian manusia terhadap pengelolaan sampah,
pengurangan konsumsi barang, dan sisa konsumsi manusia menyebabkan lingkungan kita
semakin rusak, semua segi kehidupan menjadi terganggu.
Kita bisa melihat betapa timbunan sampah tidak hanya mengganggu kesehatan manusia tetapi
juga kehidupan tanaman dan binatang. Pencemaran lingkungan tidak hanya mencampuri tanah,
melainkan juga air sebagai sumber kehidupan manusia. Timbunan sampah yang paling
mencemari adalah sampah plastik, dikarenakan plastik tidak dapat diuraikan oleh alam.
Kami melihat kesempatan untuk mengkampanyekan misi pengurangan sampah plastik,
menggunakan kembali, dan mendaur ulang sampah plastik di masyarakat adalah tugas kita
semua untuk peduli terhadap lingkungan.
Di sisi lain kami melihat masyarakat, terutama kelompok ibu-ibu PKK Dusun Serut, Palbapang,
Bantul sudah memulai peduli terhadap pengelolaan sampah. Diantaranya adalah pengelolaan
bank sampah, serta pengolahan sampah organik dan non organik. Para ibu ini mulai membentuk
kelompok pengrajin bahan bekas plastik menjadi produk yang berguna, misalnya tas, dompet
dan bunga dari plastik. Usaha kelompok ini selain sebagai bentuk kepedulian terhadap
lingkungan juga merupaka usaha untuk membantu ekonomi keluarga mereka.
Kendala yang mereka hadapi adalah ketiadaan pendampingan untuk meningkatkan ketrampilan
dan pengetahuan mengolah limbah dengan lebih terencana dan lebih baik. Produk yang mereka
hasilkan tidak berkembang dan tidak mampu bersaing secara kualitas, desain dan
pemasarannya.

KONDISI LOKAL
Dusun Serut, ini terletak di Bantul sebagai bagian dari wilayah desa Palbapang , Bantul,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah penduduk 400 KK. Jumlah penduduk wanita 230
orang tingkat pendidikan rata-rata setingkat SD dan mata pencaharian rata-rata bertani.

Penduduk di dusun ini sudah mencoba mengelola lingkungan dan mencoba mengelola limbah.
Pengelolaan limbah yang telah dilakukan meliputi pengelolaan bank sampah, pengelolaan
biogas, penanaman kebun obat dengan karung plastik bekas dan pengolahan limbah menjadi
kerajinan.

Pengetahuan dan ketrampilan warga masih terbatas, terutama tentang pengolahan limbah
menjadi kerajinan yang mampu dan layak dijual. Usaha pembuatan kerajinan dari limbah
sampah plastik yaitu kemasan makanan, minuman, cairan pewangi masih sebatas pembuatan tas
yang kurang menarik untuk dijual. Sedangkan pembuatan asesoris dari botol plastik bekas juga
tidak menarik untuk dijual. Pengetahuan tentang desain, tentang kerapian dan penekanan
tentang detil keindahan masih sangat kurang. Oleh karena itu untuk jenis pelatihan adalah
pelatihan teknis adalah yang lebih diperlukan. Pelatihan teknis yang memungkinkan mereka
mengolah limbah plastik menjadi material baru, yaitu material setengah jadi untuk pengolahan
lebih lanjut.Sedangkan pengolahan materialnya menjadi produk akan dilatihkan secara khusus
dengan peserta yang terpilih melalui seleksi.

Pengolahan material setengah jadi menjadi produk-produk yang layak dijual tentunya
memerlukan tidak hanya pengetahuan tetapi kreativitas, dan juga 'rasa' tentang seni dan
keindahan. Hal tersebut tidak dapat dengan mudah dilatihkan, karena memerlukan proses tidak
hanya latihan motorik tetapi juga olah rasa.

Strategi Pelatihan akan dilakukan secara bertahap, yaitu pelatihan tingkat dasar, yaitu pelatihan
untuk mengolah material siap digunakan. Pengolahan material ini menggunakan beberapa
163
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KEMANDIRIAN USAHA KERAJINAN DAUR ULANG BAGI WANITA DI DUSUN SERUT, PALBAPANG,
BANTUL, YOGYAKARTA

teknik yang akan diberikan perkelompok. Jadi peserta akan dibagi dalam beberapa kelompok.
Tiap kelompok akan dilatih mengolah material dengan teknik yang masing-masing berbeda. Hal
ini terutama untuk melihat tingkat ketekunan, tingkat kemauan dan motivasi peserta.

Dari setiap kelompok akan tersaring hanya yang memang memiliki ketekunan, kemauan dan
motivasi belajar yang tinggi. Penyaringan ini ditujukan supaya pelatihan akan lebih efektif dan
berguna. Selain itu maksud dari pembedaan jenis teknik yang dikuasai akan membuat
penguasaan lebih mendalam dibandingkan semua teknik diberikan tetapi tanpa pendalaman
keahlian.

Selanjutnya setelah peserta saringan lolos tahap pelatihan pertama, pelatihan tahap keduanya
yang lebih berat, yaitu pengetahuan mengolah material tersebut menjadi produk fungsional.
Namun tetap disadari bahwa kemampuan desain tidak cukup dapat diberikan dengan waktu
yang terbatas, selain itu juga diperlukan seseorang yang sangat bermotivasi untuk belajar dan
telah memiliki rasa tentang keindahan, memiliki ketekunan menyelesaikan detil, komitmen
tinggi dan kreativitas. Dalam hal ini solusi adalah Program pendampingan pasca Pelatihan.

Program Pendampingan ini terdiri dari tim kreatif yang akan dibantu para desainer dan ahli -
ahli dalam bidangnya untuk program pelatihan tingkat lanjut. Namun program Pendampingan
akan direncanakan setelah tahap pelatihan dasar teknis terlaksana.

TUJUAN PROGRAM
1. Meningkatkan ketrampilan masyarakat terutama kaum perempuan di dusun Serut, Palbapang,
Bantul
2. Meningkatkan kepedulian masyarakat tentang Reduce, Reuse dan Recycle demi pengurangan
pencemaran lingkungan karena sampah.
3. Mengembangkan Kemandirian usaha untuk perempuan
4. Meningkatkan taraf ekonomi keluarga di dusun Serut.

MANFAAT
1. Menambah ketrampilan dan pengetahuan olah bahan
2. Meningkatkan pemahaman wirausaha
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya menjaga lingkungan dari sampah.

JENIS PELATIHAN
1. Pelatihan Teknik Untuk Pengolahan Limbah Plastik
A. Limbah Tas kresek
1. teknik rajut
2. teknik tali pilin jahit
3. teknik anyam
4. teknik setrika
5. teknik ikat
6. teknik gulung
7. teknik ikat
8. teknik rigrag
9. teknik kepang
10. teknik macarame
11. teknik cetak
12. teknik kombinasi
164
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KEMANDIRIAN USAHA KERAJINAN DAUR ULANG BAGI WANITA DI DUSUN SERUT, PALBAPANG,
BANTUL, YOGYAKARTA

B. Limbah Botol Plastik


1. teknik potong,
2. teknik bakar
3. teknik rebus
4. teknik panggang
5. teknik angin panas /blower hairdryer
6. teknik soldir
7. teknik anyam

C. Limbah Bungkus (aluminium paper)


1. teknik anyam
2. teknik pilin
Pelatihan teknik adalah untuk mempersiapkan material pengolahan selanjutnya

2. Pelatihan Desain Benda dengan teknik-teknik olah material


Produk-produk yang dapat dihasilkan dari teknik teknik tersebut sangat bervariasi, terutama
lebih kepada produk fungsional dan hand made. Kreatifitas dan kemampuan desain sangat
diperlukan pada tahap ini. Sehingga SDM harus dipilih dengan pengujian dan pendampingan
yang lebih intensif.

Jenis Produk
Fashion : tas, jewelery, kotak perhiasan, topi dll
Interior: kap lampu, pigura,bantalan kursi, tempat duduk, tempat kartu, tempat stationery dan
lain-lain.
Benda fungsional: plate mat, alas teko dan cangkir, karpet, buku diary, sampul tablet dan
lain-lain.

3. Pelatihan Perancangan Grafis untuk Promosi


Pembuatan brosur, leaflet grafis , dan product nametag, dan pembuatan brand, mulai dari
brand image, branding concept. (Basic)
Pembuatan dan pelatihan men-display produk baik untuk pameran maupun penjualan di
pasar seni atau kesempatan kompetisi.

4. Pelatihan Konsep Pemasaran


Konsep penjualan yang tidak berorientasi pada produk, tetapi lebih kepada konsep
pengurangan, penggunaan kembali limbah sebagai sebuah karya seni, handycraft, yang
mengusung misi tentang pemberdayaan masyarakat/kaum wanita untuk berkarya, memiliki
kemandirian dan memiliki ketrampilan tambahan. Tambahan lain adalah bahwa karena karya
ini unik, tidak ada kembarannya, dan hanya tersedia tergantung dari bahan yang diolah, jadi
benar-benar bekas, bukan beli baru sengaja. Sehingga tidak akan menerima orderan untuk
tujuan komersial partai besar. Jenis kerajinan juga akan lebih beragam, bukan sebagai
produk komersial tetapi sebuah karya seni.

5. Pelatihan cara penjualan via Internet/online shop


(kerjasama dengan komunitas penjual online/komunitas yang peduli lingkungan/ CSR
perusahaan industri) Penjaringan komunitas, perluasan jaringan. Diajarkan juga tidak hanya
sisi positip tetapi juga negatif dari pemasaran online. Resiko dan perlunya kewaspadaan dan
itikad baik.
165
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KEMANDIRIAN USAHA KERAJINAN DAUR ULANG BAGI WANITA DI DUSUN SERUT, PALBAPANG,
BANTUL, YOGYAKARTA

Strategi Pelaksanaan Pelatihan


Produk-produk yang dihasilkan pada tahap pertama adalah material, untuk pembuatan tahap
selanjutnya. Material dapat berupa tali, lembaran, dan potongan-potongan siap rangkai.
Tahap pelatihan 2,3,4 akan lebih dikhususkan bagi SDM yang mampu karena sudah memiliki
dasar desain produk, desain grafis, kemampuan manajerial dan marketing. Tahap pelatihan 5
akan diberikan untuk yang memiliki tambahan dasar pengetahuan internet.
Tahap pelatihan 1 akan digunakan untuk menyaring peserta pelatihan tahapan selanjutnya.
Proses ini penting karena dibutuhkan ketekunan, keahlian, kemauan dan komitmen yang tinggi.
Pelatihan tahap-tahap selanjutnya merupakan tahapan yang materinya cukup berat dan hanya
orang-orang yang memiliki motivasi tinggi dan komitmen yang kuat. Hal ini akan lebih efektif
karena pelatihan tahap 1 yang digratiskan terkadang tidak membuat motivasi dan komitmen
untuk berkarya dengan hati.

Dengan demikian, pelatihan tersebut tidak hanya mengelola ketrampilan dasar teknis, melainkan
kedepan mengarah kepada kemampuan kemandirian sebagai usaha mandiri bagi masyarakat.

Pelatihan juga mengakomodasi tidak hanya yang memiliki kemampuan pengetahuan, tetapi juga
ketrampilan. Selain itu pelatihan diarahkan untuk melatih ibu-ibu, pemuda, dan juga
memungkinkan bagi untuk ikut bapak-bapak terlibat. Meski demikian program pelatihan ini
memang dimaksudkan untuk pemberdayaan perempuan.
Visi kedepan setelah program pelatihan ini berhasil, akan diusahakan untuk melakukan program
lanjutan dengan pelatihan yang sama untuk kawasan dusun berbeda atau dengan jenis pelatihan
yang berbeda tergantung dari perkembangan yang terjadi selanjutnya.

Skema Pembiayaan dan Rencana anggaran Biaya


Pembiayaan direncanakan melalui swa sembada dan sponsorship. Pencarian dana untuk biaya-
biaya pelatihan akan diusahakan melalui kerjasama dengan berbagai institusi. Institusi akademik
PMSD sebagai bentuk program pengabdian masyarakat, tetapi tidak menutup kemungkinan
untuk menjalin kerjasama dengan industri-industri melalui CSR perusahaan.

Pelaksanaan Program
Program yang telah dilaksanakan di dusun Serut adalah pelatihan olah material dan pengolahan
material menjadi produk.

Pelatihan pertama ini adalah mengolah material dari tas plastik/kresek. Tas plastik/kresek diolah
dengan cara pemotongan dengan teknik tertentu sehingga menjadi tali plastik yang panjang
yang akan digunakan untuk pembuatan produk selanjutnya. Produk yang akan dibuat dengan
tali plastik ini adalah produk rajutan dan produk anyaman.

Proses pelatihan perajutan dilakukan dengan mengundang rekan perajut, dan merajut produk
fungsional yaitu baju gelas dan tatakan gelas. Selanjutnya dari pelatihan tersebut terlihat
bakat-bakat ibu-ibu yang memudahkan kami untuk melatih ketrampilan lebih banyak dan lebih
sulit. Mereka ini kami pilih sebagai tim penggerak seksi perajut sehingga kami memfokuskan
mengasah ketrampilan mereka lebih lanjut secara tersendiri dalam kelompok. Maksud dari
pemisahan ini adalah setelah mereka mahir, diharapkan akan lebih menularkan ketrampilan
kelebih banyak wanita di dusun mereka kelak.
166
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KEMANDIRIAN USAHA KERAJINAN DAUR ULANG BAGI WANITA DI DUSUN SERUT, PALBAPANG,
BANTUL, YOGYAKARTA

Gambar 1. Suasana pelatihan PKM


(Wahyujati, 2015)

Pengolahan tali plastik untuk bahan anyaman, yaitu dengan menjalin dua atau tiga tali dalam
satu pilinan kemudian mempersiapkan alat bantu menganyam, misalnya menganyam keranjang.
Dari kelompok ini terlihat beberapa yang sudah memiliki ketrampilan menganyam kemudian
dikelompokkan tersendiri kemudian diajarkan membuat variasi anyam untuk produk-produk
yang berbeda.
167
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KEMANDIRIAN USAHA KERAJINAN DAUR ULANG BAGI WANITA DI DUSUN SERUT, PALBAPANG,
BANTUL, YOGYAKARTA

Pengolahan material tas plastik/kresek ini dilanjutkan dengan pelatihan dengan metode setrika.
Selama ini ibu-ibu telah melakukan teknik setrika ini namun pembuatan produk masih terbatas
pada pembuatan bunga-bungaan. Dalam pelatihan ini dengan teknik yang sama tetapi divariasi
menjadi bahan untuk membuat pelapis pigura foto, sampul buku/note,kap lampu, kotak tissu,
dompet bahkan tas wanita.

Program pelatihan selanjutnya adalah pelatihan mengolah bahan dari sachet/bungkus/ kemasan
minuman serbuk. Pada pelatihan kali ini kami bekerjasama dengan PT Marimas, sebagai
produsen minuman serbuk. PT Marimas selama ini sudah memiliki pengrajin binaan sehingga
kami mendapatkan narasumber dan pelatih yang merupakan pengrajin binaan PT. Marimas.

Pada pengolahan material bungkus/kemasan minuman ini diajarkan kepada semua peserta
tentang teknik pelipatan dan penganyaman menjadi berbagai produk. Produk- produk yang
dihasilkan dari bahan ini antara lain, tas, dompet, dan pembungkus kotak tissu.

Pengolahan botol plastik menjadi bahan hiasan. Pengolahan botol dengan teknik potong dan
dipanaskan menjadi bahan untuk membuat jewelery, seperti hiasan untuk jepit rambut, bando,
kalung, bros , hiasan stoples dan lain-lain.
Teknik pengolahan botol plastik yang lain adalah dengan penggunaan solder dan setrika.

Gambar 2. Suasana pelatihan PKM


(Wahyujati, 2015)

LANGKAH LANJUT
Setelah pelatihan dari dua bahan tersebut ternyata sudah mampu menghasilkan banyak produk
yang lebih bervariasi dari pengolahan bahan sebelumnya.
Langkah selanjutnya menuju pengembangannya adalah melatih tentang estetika dan style
sehingga produk yang dihasilkan tidak hanya berhasil secara fungsional namun memiliki nilai
jual yang baik. Pelatihan tentang estetika dan style ini tidak mudah, karena memerlukan
wawasan yang luas serta kreatifitas yang tinggi sehingga menghasilkan desain produk yang
bernilai tinggi. Dalam hal ini kami masih merasa belum berhasil, sehingga kami masih
168
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN KEMANDIRIAN USAHA KERAJINAN DAUR ULANG BAGI WANITA DI DUSUN SERUT, PALBAPANG,
BANTUL, YOGYAKARTA

memerlukan tenaga desainer yang akan membantu mereka mengasah dan memperluas
wawasan. Selama ini mereka juga diikutkan dalam pameran-pameran meskipun masih setingkat
lokal, namun semangat, motivasi dan antusias ibu-ibu tetap menyemangati proses penularan
ketrampilan di antara mereka.
Rencana program-program selanjutnya akan kami coba untuk melanjutkan, namun disamping
ada kendala kesibukan, dan jarak tempuh sampai saat ini terpaksa program terhenti.

PENUTUP
Pelatihan ini direncanakan sebagai program sosial pendampingan dan pengembangan
ketrampilan masyarakat, serta pemberdayaan perempuan untuk memiliki ketrampilan.
Diharapkan dengan program pelatihan-pelatihan ini selain menggalang kampanye Reuse,
Reduce dan Recycle, mampu memberikan peningkatan kualitas kehidupan masyarakat di bidang
pengetahuan, kesehatan dan kebersihan, dan tentu saja peningkatan ekonomi mereka.
PELATIHAN
MENGGAMBAR DAN MEMBUAT KARTU UCAPAN SELAMAT
DENGAN PEMANFAATAN MAJALAH LAMA
DI TPA FADLULATUL ICHLAS JAKARTA BARAT

Ati Waliati Sudradjat


Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Trisakti
Jl.Kyai Tapa No 1 Jakarta Barat
0811860543, e-mail: waliatiati@Yahoo.Co.Id

ABSTRAK
TPA adalah sebuah lembaga pendidikan masyarakat yang mengkhususkan pada keagamaan dan
pemahaman Al Quran bagi anak-anak. Anak-anak adalah asset yang sangat penting untuk diperhatikan,
dibina dan dikembangkan demi kemajuan suatu bangsa. Perhatian dan binaan akan berhasil apabila
dimulai dari lingkungan terdekat suatu komunitas, kemampuan menghayati dan melakukan kegiatan
berkesenian akan menjadi ekspresi kreatifitas seseorang. Kelurahan Sukabumi Selatan khususnya desa
Kampung Baru mayoritas penduduknya adalah orang Betawi Muslim dengan status sosial daerah tersebut
sebagian menengah ke bawah. Anak-anak di lingkungan ini perlu dibina kemampuannya dalam
menghadapi masa depan. Kemampuan berkreasi sangat penting dimiliki agar bisa mengembangkan
kemampuan dalam mencapai kesejahteraan dam kehidupan yang sesuai dengan harapan. Maka salah satu
usaha adalah membantu menumbuhkan kreatifitas dalam diri mereka, melalui pelatihan menggambar dan
membuat karya yang berfungsi ekonomis.

Kata kunci : Pelatihan, TPA

ABSTRACT
TPA is asocial educational organitation specially in religion and Al Quran understanding for children.
These training and development are necesaary to be concern in orderfor a nation improvement will lead
to succeed when we start fro smaller community which would developed art creativity.The majority of
Kampung baru village of Sukabumi selatan district are muslim Betawian with middle low economy
income. Due to deal with high competition in the future the capability of these children in this community
are need to be developed. We espect that this program would improve their capability due to achieve a
better and prosper life in the future. Therefore, as an effort to increase their creativity, drawing training
and economic art sector are needed to be perform.

Keyword : training, TPA

A. PENDAHULUAN
Latar belakang
Kelurahan Sukabumi Selatan khususnya desa Kampung Baru mayoritas penduduknya adalah
orang Betawi Muslim. Status sosial daerah tersebut sebagian menengah ke bawah. Penduduk di
sini sebagian besar berasal dari etnik Betawi dan sebagian lainnya kaum pendatang.

Sejumlah besar anak-anak tumbuh dalam keluarga tunggal karena salah satu atau kedua orang
tuanya meninggal dunia. Sebagian dibesarkan pula anggauta keluarga yang kurang mampu pula.
Anak-anak adalah asset yang sangat penting untuk diperharikan, dibina dan dikembangkan demi
kemajuan suatu bangsa. Perhatian dan binaan akan berhasil apabila dimulai dari lingkungan
170
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR DAN MEMBUAT KARTU UCAPAN SELAMAT DENGAN PEMANFAATAN MAJALAH
LAMA DI TPA FADLULATUL ICHLAS JAKARTA BARAT

terdekat suatu komunitas. kemampuan menghayati dan melakukan kesenian akan menjadi
ekspresi kreatifitas seseorang. Dengan adanya penyaluran imaginasi serta perasaannya anak-
anak akan memiliki semacam katup pengaman, yang akan menjaga terjadinya letupan secara
naluriah untuk secara spontan melawan, bertindak kekerasan atau memperlihatkan arogansinya
akan diredam oleh kegiatan tersebut.

Dengan adanya pembinaan tentang ketrampilan membuat suatu karya yang dapat dijadikan
sumber penghasilan tentu akan sangat bermanfaat untuk kelangsungan hidup yang masyarakat.
Salah satu cabang kesenian yang akan membina ketrampilan anak-anak adalah seni krya atau
kebih populer dengan istilah kerajinan tangan.

Maka pelatihan ketrampilan di Kampung Baru ini berupa pembuatan kartu ucapan dan kotak
hadiah diharapkan bisa membantu anak-anak tersebut menambah wawasan serta
ketrampilannya. Pada pelatihan awal ini anak-anak belajar bagaimana memotong dan
menggunting. Sebelumnya mereka belajar bagaimana mengukur Selain itu teori tentang
pengenalan warna secara sedehana juga disampaikan.

Tujuan
1. Diharapkan setelah memperoleh pelatihan anak-anak memiliki pengetahuan tentang cara
menggambar dan membuat kartu ucapan yang akan bisa dimanfatkan sebagai mata
pencaharian.
2. Anak-anak tersebut diharapkan bisa dan menyukai berkarya seni
3. Diharapkan kemampuan kreatifitas, rasio dan ketrampilan mereka bisa menjadi penyaluran
emosi serta keinginan-keinginan yang belum tersalurkan. Sehingga perilaku yang merugikan
lingkungan dapat dicegah.

Permasalahan
Kreatifitas anak-anak diperlukan untuk membina pribadi yang bertanggung jawab karena
mampu bertindak menggunakan akal, pikiran dan perasaan sehingga pelajaran yang banyak
menggunakan perasaan seperti kesenian sangat diperlukan. Salah satu cabang seni adalah
menggambar yang sangat kurang diperoleh pada system pendidikan di Indonesia. Kurangnya
kepekaan terhadap seni berdampak pada perilaku remaja yang kasar, bertindak spontan secara
naluriah dan logika. Pada masa dewasa dengan tidak adanya kreatifitas mengakibatkan mereka
tidak mudah memperoleh mata pencaharian yang sesuai.

Rumusan permasalahan
Bagimana membina kreatifitas anak agar memiliki kepekaan tyerhadap seni krya agar bisa
dimanfaatkan untuk menjadi sumber mata pencaharian sementarapengetahuan tentang cara
menggambar dan menggunakan warna dengan baik dan benar sangat kurang
Bagaimana memberikan pengetahuan tentang ketrampilan memanfaatkan baran-barang yang
dianggap sampah atau tidak dipakai lagi menjadi barang yang lain dan memiliki daya jual

Tinjauan data
TPA atau Tempat Pendidikan Al Quran adalah salah satu lembaga non formal yang
menangani kegiatan anak-anak di bidang pendidikan agama Islam. Dewasa ini keberadaan
lembaga Pengajian ini menjadi ujung tombak bagi pengenalan nilai-nilai Aqidah,
Ibadah dan Akhlaq sejak dini. Muatan atau pelajaran agama yang didapatkan anak-anak
dibangku sekolah dirasakan masih kurang, sehingga kini kegiatan lembaga non formal ini
semakin banyak, kompleks, variatif dan aspiratif, yang menjadikan sekolah kampung ini
semakin menjamur serta diminati dan dipercaya orang tua untuk menitipkan putra-putrinya.
171
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR DAN MEMBUAT KARTU UCAPAN SELAMAT DENGAN PEMANFAATAN MAJALAH
LAMA DI TPA FADLULATUL ICHLAS JAKARTA BARAT

Maksud dan tujuan dari TPA secara umum adalah mengembangkan seluruh potensi anak sejak
usia dini dalam rangka mewujudkan pendidikan anak seutuhnya sehingga nantinya terbangun
generasi ideal masa depan yang beriman, berakhlak mulia, cerdas dan mandiri.
Melaksanakan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan serta untuk
mengembangkan potensi yang berkaitan dengan: wadah pendidikan yang berbasis Islam,
khususnya pendidikan Al Quran untuk warga Kampun Baru dan sekitarnya. Mewujudkan
pendidikan yang berbasis masyarakat

TPA Fadlulatul Ichlas, pada mulanya hanyalah pengajian anak-anak dalam wilayah Kampung
Baru kelurahan Sukabumi selatan Kecamatan Kebon jeruk Jakarta Barat. Berawal dari rutinitas
yang dilandasi kesabaran dan ketekunan kelurga Bapak Drs. Fadlullah sebagai pengasuh
pengajian, kemudian membangkitkan minat belajar anak-anak yang pada akhirnya ditanggapi
positif dari para orang tua/wali yang kemudian tergerak umtuk menitipkan para putra-putrinya
belajar di TPA/Pengajian Anak-anak Fadlulatul Ichlas. Kemudian dibentjuklah Yayasan yang
mengatur administratif TPA ini.

Limas Chitra manusia, adalah kemampuan yang dimiliki manusia sejak lahir.
Anak manusia lahir dengan sejumlah anugerah Tuhan yang akan menjadi modal dasar untuk
tumbuh kembangnya dan sikap pada lingkungannya sejak awal jaman batu sampai masa kini
dan selanjutnya. Anugerah itu antara lain tiga kemampuan primair yaitu fisik, kreatif dan ratio,
kemudian adanya Dua hemisphere dan Empat Quadran Otak. Secara anatomis fisiologis limas
citra manusia tersebut terkait dengan hemisphere kiri otak yang bekerja lebih dalam kesadaran
dan lebih banyak menggunakan bahasa kata. Sedangkan sudut lainnya berkait dengan hemispere
kanan otak yang lebih pada ambang ketidak sadaran dan lebih banyak menggunakan bahasa
rupa.

Manusia memiliki 2 belahan hemisphere yang saling bekerja sama , dan manusia seyogyanya
menggunakan kedua hemisphere tersebut. Secara alamiah seorang anak memeiliki apa yang
disebut berfikir secara integral, berfikir dengan kerjasama seluruh unsur bentuk dan sumber
imaginasi yang keluar sebagai bahasa rupa sekaligus bahasa kata. Pada umumnya pendidikan
sekolah lebih banyak menggunakan bahasa kata daripada bahasa rupa. Anak-anak lebih percaya
pada semua yang datang dari luar, seperti ajaran guru, buku, sosial media, dan lain-lain dan
kurang percaya pada pendapat sendiri. Maka seharusnya anak-anak memanfaatkan seluruh
bentuk dan sumber dari semua indera sehingga memungkinkan terjadinya proses belajar yang
effektif dan menyenangkan yang akan menjadi pemicu tumbuhnya pribadi yang kreatif, aktif ,
cerdas dan mandiri.

Pengertian pelatihan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pengertian pelatihan adalah
proses melatih, kegiatan atau pekerjaan melatih. Berlatih adalah belajar dan membiasakan diri
agar mampu (dapat) melakukan sesuatu. Penyunting Penyelia : Anton M. Moeliono ( 1989 )

Mangkunegara (2005) menjelaskan bahwa tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan


meliputi :
Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan/need assesment;
Menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan;
Menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya;
Menetapkan metode pelatihan;
Mengadakan percobaan (try out) dan revisi; dan
Mengimplementasikan dan mengevaluasi.
172
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR DAN MEMBUAT KARTU UCAPAN SELAMAT DENGAN PEMANFAATAN MAJALAH
LAMA DI TPA FADLULATUL ICHLAS JAKARTA BARAT

B. METODOLOGI
Metode yang disampaikan berupa pelatihan dasar menggambar, dan memilih gambar dari
limbah kertas bekas majalah
Pengenalan media pelatihan seperti kertas gambar, gunting, penggaris, cat air dan kuas
Semua peralatan dititipkan di TPA karena ada kemungkinan pelatiahan akan berkelanjutan.
sehingga bias dipergunakan bersama-sama dibawah bimbingan .
Pelaksanaan ditempatkan di Ruang belajar Yayayasan Fadlulatil Ichlas.dilakukan selama 1
hari. Kegiatan sessi pertama dikordinasi bersama oleh Dra Ati Waliati Msi dan Dra. Melanie
Y.MM dibantu mahasiswa Desain In terior sem 8, Muchlis.
Pelaksanaan diselenggarakan pada hari Minggu, 13 mei 2014 jam 10 12.30 Karena anak-
anak pada hari biasa sekolah dari pagi sampai siang. Dilanjutkan pengajian di Musholla.
Pembukaan oleh wakil dari Pengurus Yayasan dan Ketua Tim PKM Trisakti
Data kondisi anak-anak di lingkungan pelatihan melalui wawancara dengan narasumber,
yaitu ketua TPA dan guru-guru
Peserta pelatihan terdiri dari siswa SD sebanyak 15 orang dan SMU10 orang

C. PEMBAHASAN
Anak manusia lahir dengan sejumlah anugerah Tuhan yang akan menjadi modal dasar untuk
tumbuh kembangnya dan sikap pada lingkungannya sejak awal jaman batu sampai masa kini
dan selanjutnya. Anugerah itu antara lain tiga kemampuan primair yaitu fisik, kreatif dan ratio,
yang mengejawantah dari Imaginasi, perasaan dan gerak. ( Primadi, 2005), dimana ketiga
kemampuan tersebut bergerak serentak secara integral.

Hal ini terjadi pada umumnya masa anak-anak di TK dan Sekolah Dasar, seharusnya
berkelanjutan pada pendidikan Sekolah menengah. Aspek bermain dan mementingkan proses
bagi anak akan melebur jadi eksperimen, ekspresi dan kreasi. Bermain dalam berkreasi boleh
salah dan bersifat mencoba. Seperti diketahui kurikulum di sekolah sekarang tidak
mengutamakan bahasa rupa, seperti menggambar, tetapi hanya mengutamakan memori dan
rasio.

Awal pelatihan siswa diberikan pengenalan tentang elemen desain yaitu garis dan warna dasar.
Mengingat kurikulum sekolah sekarang tidak ada menggambar. Juga sedikit tentang
menggambar sederhana. Penyuluhan berikutnya tentang prinsip-prinsip dalam desain, seperti
proporsi, komposisi secara sederhana dan penggunaan alat-alat.

Tahapan berikutnya pelatihan membuat garis-garis berupa arsir dengan pinsil pada kerta A3
dilanjutkan menggambar bentuk binatang, tumbuh-tumbuhanan dengan meniru dari kartun. Dan
dilanjutkan mewarnainya dengan menggunakan cat air.

Tampak minat anak-anak akan kegiatan pembuatan kartu dan ucapan selamat ini besar sekali,
karena pelatihan ketrrampilan semacam ini baru pertama kali dikerjakan. Sehingga adanya
snack disediakan juga tidak menarik perhatian mereka, yang dengan sangat tekun
mengerjakannya. Berdasarkan percakapan dengan peserta pelatihan antusiasme dan harapan
adanya kelanjutan dari pelatuhan sangat besar. Disamping itu pengurus TPA juga yang ternyata
menyukai seni, sangat membantu pelaksanaannya dan mengharapkan kelanjutannya.
173
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR DAN MEMBUAT KARTU UCAPAN SELAMAT DENGAN PEMANFAATAN MAJALAH
LAMA DI TPA FADLULATUL ICHLAS JAKARTA BARAT

Gambar 1. Papan Nama di gerbang TPA Fadlulatul Ichlas


(Dokumen Ati Waliati, 2014)

Gambar 2. Foto bersama tim pelatihan, pengurus TPA dan siswa


(Dokumen Ati Waliati, 2014)
174
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR DAN MEMBUAT KARTU UCAPAN SELAMAT DENGAN PEMANFAATAN MAJALAH
LAMA DI TPA FADLULATUL ICHLAS JAKARTA BARAT

Gambar 3. Keasyikan siswa tingkat SD


(Dokumen Ati Waliati, 2014)

Gambar 4. Dra Ati Waliati Msi dan Dra Melanie MM memberikan penyuluhan
tentang cara menggambar yang baik
(Dokumen Ati Waliati, 2014)
175
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR DAN MEMBUAT KARTU UCAPAN SELAMAT DENGAN PEMANFAATAN MAJALAH
LAMA DI TPA FADLULATUL ICHLAS JAKARTA BARAT

Gambar 5. Kegiatan peserta pelatihan


(Dokumen Ati Waliati, 2014)

Gambar 6. Kegiatan peserta pelatihan


(Dokumen Ati Waliati, 2014)
176
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR DAN MEMBUAT KARTU UCAPAN SELAMAT DENGAN PEMANFAATAN MAJALAH
LAMA DI TPA FADLULATUL ICHLAS JAKARTA BARAT

Gambar 7. Kegiatan peserta pelatihan


(Dokumen Ati Waliati, 2014)

Gambar 8. Kegiatan peserta pelatihan


(Dokumen Ati Waliati, 2014)
177
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR DAN MEMBUAT KARTU UCAPAN SELAMAT DENGAN PEMANFAATAN MAJALAH
LAMA DI TPA FADLULATUL ICHLAS JAKARTA BARAT

Gambar 9. Kegiatan peserta pelatihan


(Dokumen Ati Waliati, 2014)

Gambar 10. Kegiatan peserta pelatihan


(Dokumen Ati Waliati, 2014)
178
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR DAN MEMBUAT KARTU UCAPAN SELAMAT DENGAN PEMANFAATAN MAJALAH
LAMA DI TPA FADLULATUL ICHLAS JAKARTA BARAT

Gambar 11. Foto bersama


(Dokumen Ati Waliati, 2014)

D. KESIMPULAN
Sesungguhnya masa kanak-kanak merupakan fase yang paling penting bagi para pendidik untuk
menenamkan norma-norma yang mapan dan arahan yang tepat ke dalam jiwa serta perilaku
anak-anak didiknya. Saat ini seyogyanya bisa dimanfaatkan untuk menggali potensi yang
dimiliki yang masih polos, kelembutan kelenturan jasmaninya serta kalbu yang bersih dan jiwa
yang belum terkontaminasi.

Kinerja kreativitas, inovasi, hubungan antar-manusia, semakin dominan menentukan


keberhasilan dalam setiap profesi. Masyarakat pada umumnya masih meyakini dominasi
belahan otak kiri, yaitu terkait logika, data, dan fakta sebagai penentu kesuksesan walaupun
memang tidak bisa dihitung kinerja dan memprediksi ke depan, tanpa fakta dan data, namun,
kita pun bisa melihat betapa kerja otak kanan yang berhubungan dengan perasaan, yang sangat
berbeda satu sama lain. (Eileen Rachman, 2010).

Sejalan dengan istilah tabularasa bahwa anak-anak adalah seperti kertas putih. Apabila masa ini
pendidikan yang diberikan bisa maksimal dengan sebaik-baiknya antara lain dengan diberikan
pelatihan yang bisa menumbuhkan kreatifitas, rasio dan aktifitas yang terintegrasi, tentu akan
menumbuhkan harapan yang besar akan pertumbuhannya menjadi pemuda yang tahan dalam
berbagai tantangan, beriman, kuat, tegar dan mandiri. Maka pendidikan di TPA yang dilengkapi
pelatihan yang akan membina kreatifitasnya akan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan.

Bekerjanya belahan otak kanan dan kiri bekerja sama pada saat merancang karya seni. Pelatihan
memilih gambar yang tepat, dibantu ketrampilan mewarnai dan menggunting bahan akan
menumbuhkan perasaan cinta akan kesenian dan menambah ketrampilan menggunakan
berbagai peralatan. Aspek rasio digunakan saat mengukur, dan menggunakan alat denagn tepat.
179
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR DAN MEMBUAT KARTU UCAPAN SELAMAT DENGAN PEMANFAATAN MAJALAH
LAMA DI TPA FADLULATUL ICHLAS JAKARTA BARAT

Aspek kreatifitas tumbuh dengan mengatur komposisi warna yang tepat dipadu padankan
dengan bentuk yang sesuai dengan tujuan pembuatan kartu.

Sebagai pengembangan pada TPA Fadlulatul Ichlas ini disarankan agar pelatihan menggambar
dan pembuatan kriya ini dilanjutkan.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut.
Pertama, penulis menyarankan agar metode demonstrasi dikurangi sehingga anak dapat bebas
berkreasi tanpa sering meniru gambar yang dibuat pelatih. Kedua, penulis menyarankan agar
metode ekspresi bebas dan model lebih diperbanyak penggunaannya dalam latihan. Ketiga,
penulis menyarankan agar tes periodik diberikan dengan cara menggambar dan mewarnai
dengan bebas maupun bertema sehingga anak dapat mengembangkan kreativitasnya dengan
baik. Keempat, penulis menyarankan agar pelatihan menggambar lebih ditekankan pada aspek
psikologis dan bukan hanya keterampilan teknis menggambar semata.

UCAPAN TERIMA KASIH


Makalah mengenai pelatihan membuat kartu ucapan dan dengan menggunakan limbah majalah
carton ini merupakan penelitian yang berdasarkan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat di
FSRD universitas trisakti. Kegiatan yang bersifat mono ini dilaksanakan di Kecamatan Kebon
Jeruk Kelurahan Sukabumi Selatan. Tema yang dibawa adalah peningkatan wawasan dan
ketrampilan anak-anak dan remaja yang dibantu oleh ahli kerajinan ibu Dra Melani Yofatma
dan sebagai tenaga umum dibantu oleh Muchlis, mahasiswa tingkat akhir Desain Interior.

Pelaksanaan merupakan kerjasama dengan Yayasan Fadlulatul Ichlas yang dipimpin oleh
Fadlulloh SE. Yayasan tersebut bergerak di bidang pendidikan dan Pengasuhan anak
yatim/piatu/tidak mampu di lingkungan pemukiman Kampung Baru Kelurahan Sukabuimi
Selatan.

Terima kasih disampaikan kepada rekan-rekan dari FSRD yang telah memberi masukan dan
kerjasama di lapangan, sehingga semua telah berjalan dengan lancar. Juga kepada bpk Fadlullah

Terakhir dari tulisan ini adalah ungkapan rasa syukur kehadirat Illahi dengan telah
terlaksananya kegiatan PKM ini dengan baik disertai harapan semoga program ini dapat
berkelanjutan sesuai dengan harapan masyarakat di Kampung Baru dan Yayasan Fadulaltul
Ichlas

DAFTAR PUSTAKA
Anton M. Moeliono, Penyunting Penyelia. (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen
Pendidikan dan kebudayaan. Jakarta: Balai Pustaka.
Tabrani, Primadi, (1998). Proses Kreasi Apresiasi belajar. Bandung: ITB.
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2005). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama.
Tabrani, Primadi. (2000). Kreativitas dan Humanitas. Yogyakarta dan Bandung: Jalasutra
PELATIHAN MENGGAMBAR UNTUK ANAK USIA SD
PUTRA-PUTRI KARYAWAN & DOSEN FSRD
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA
Ratih Candrastuti
Program Studi Fotografi, FSRD - Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1 Jakarta
E-mail: ratihcandra1810@gmail.com

ABSTRAK
Secara umum tujuan pembelajaran seni ialah agar siswa memiliki pengetahuan dasar kepekaan artistik
(keindahan) dan kemampuan mengungkapkan ide/gagasan dan kemampuan mengungkapkan dirinya
secara kreatif sejak lahir. Namun, tidak setiap waktu seorang anak dapat mengungkapkan kreativitasnya,
oleh sebab itu guru harus memberi motivasi dengan jalan memberi stimulus tertentu. Kegiatan pelatihan
ini adalah program yang memberi manfaat agar supaya anak peserta didik, khususnya anak usia SD dapat
mengembangkan keterampilan dan gagasannya dalam bentuk gambar. Di sini peran pelatih sangat
dibutuhkan untuk memacu keberanian peserta untuk eksplorasi garis, bentuk dan warna agar dapat
menghasilkan gambar yang artistic dan menarik. Dari proses kegiatan ini pelatih mencermati usaha para
peserta dalam upayanya menciptakan bentuk-bentuk yang unik sesuai dengan karakter masing-masing
dan tingkat usia para peserta yang beragam (usia 4,5 9 tahun). Program pelatihan gambar ini merupakan
program lanjutan, dengan menggunakan alat/media gambar yang berbeda di mana program pertama
menggunakan media crayon, kemudian di program kedua adalah spidol warna. Dari hasil pelatihan
tersebut tentu saja menghasilkan gambar-gambar yang berbeda pula. Dengan didukung ilmu-ilmu seperti
ilmu pendidikan, psikologi anak dan teori dasar seni rupa diharapkan kegiatan pelatihan ini dapat
diterapkan dalam program yang sejenis bagi anak-anak usia SD.

Kata kunci : gambar, gagasan, keterampilan, kreativitas

ABSTRACT
In general, the art of learning objectives was to ensure that students have a basic knowledge of artistic
sensibility (beauty) and the ability to express ideas / ideas and the ability to express themselves creatively
since birth. However, not every time a child can express their creativity, therefore, teachers should
provide motivation to the road to give a specific stimulus. This training is a program that benefits
children in order that students, especially elementary school age children can develop their skills and
ideas in the form of images. Here the role of the coach is needed to spur the courage participants to
explore line, shape and color to produce images artistic and interesting. From the coach looking at the
business activity of the participants in its efforts to create unique shapes that correspond to each
character and level of the participants of various ages (ages 4.5 to 9 years). The training program this
image is an advanced program, using the tools / media different picture in which the first program using
crayons media, then in the second program is a color markers. From the results of the training course,
produce images differently. With the support of sciences such as science education, child psychology and
basic theory of art is expected that this training can be applied in a similar program for children of
elementary school age.

Keywords: drawings, ideas, skills, creativity

A. PENDAHULUAN
Kegiatan PKM yang dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2015, adalah program lanjutan dari
program PKM 2014 dengan peserta yang lebih beragam. Sebagian masih peserta lama dan ada
peserta yang baru. Sasaran utama masih anak usia SD dan difokuskan pada putra-putri
181
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR UNTUK ANAK USIA SD PUTRA-PUTRI KARYAWAN & DOSEN FSRD
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

karyawan FSRD USAKTI. Pendidikan dan pelatihan ini untuk meningkatkan kreativitas dan
daya imajinasi anak usia SD dalam bentuk gambar yang merupakan ekspresi paling nyata/riil.

Secara umum tujuan pelajaran seni ialah agar siswa memiliki pengetahuan dasar kepekaan
artistik (keindahan) dan kemampuan mengungkapkan ide/gagasan melalui kegiatan kreatif.
Yang dimaksud kreativitas dalam berkarya adalah kemampuan untuk mengungkapkan dirinya
secara kreatif sejak lahir. Namun, tidak setiap waktu seorang anak dapat mengungkapkan
kreativitasnya, oleh sebab itu guru harus memberi motivasi dengan jalan memberi stimulus
tertentu. Di sinilah peran pelatih dalam program ini agar supaya anak peserta didik dapat
mengembangkan keterampilan dan gagasannya dalam bentuk gambar.

Dari paparan di atas dapatlah diklasifikasi beberapa masalah sebagai berikut :


1. Kemampuan mengembangkan perasaan keindahan, misalnya: tema pemandangan alam
yang indah dengan cara mengamati dan merekam obyek atau peristiwa sehari-hari.
2. Kemampuan daya dan imajinasi, di mana gambar yang dibuat anak-anak merupakan
gambar yang bercerita.
3. Kemampuan keterampilan menguasai media gambar, di sini media spidol berwarna dapat
sebagai alternative media lainnya selain crayon, pensil warna dan sebagainya.

Program ini dilaksanakan 1 hari, dengan tahapan sebagai berikut :


1. Persiapan: para peserta dipersilakan untuk duduk di kursi masing-masing dengan kertas A3
dan alat gambar/media spidol tersedia di meja. Dengan demikian peserta telah siap untuk
menggambar.
2. Pelaksanaan: peserta menggambar di kertas masing-masing yang diawali dengan petunjuk
pelatih yaitu: kebebasan tema gambar yang dapat berupa tema apa saja seperti: alam benda,
pemandangan alam dan manusia atau makhluk hidup lainnya.

Yang difokuskan dalam kegiatan pelatihan ini adalah bagaimana agar anak-anak usia SD ini
dapat mengasah keterampilan menggunakan media/alat gambar, dalam hal ini adalah spidol 12
warna dan mengembangkan imajinasinya berupa hasil akhir gambar yang dapat dianalisa secara
keseluruhan.

Tujuan Kegiatan ini adalah :


1. Meningkatkan kreativitas anak, khususnya siswa SD, sesuai dengan usia, tingkat
pengetahuan dan keterampilannya.
2. Mengembangkan kemampuan berfikir melalui komunikasi bahasa visual berupa gambar.
3. Membangkitkan motivasi dan merubah pola pikir, dalam hal ini adalah kegiatan
menggambar adalah kegiatan yang menyenangkan, tanpa beban dan sebagai kegiatatan
seni yang layak diapresisiasi oleh masyarakat.

Manfaat dari kegiatan pelatihan ini adalah agar para peserta yaitu anak usia SD tersebut
mendapat pengetahuan di bidang seni rupa, terampil menggambar dan diharapkan dapat lebih
kreatif lagi dalam mengembangkan gagasan-gagasannya. Di sini media spidol berwarna dapat
menjadi alat mengekspresikan hal-hal tersebut.

B. METODOLOGI
Kegiatan PKM ini berlangsung 1 hari, diikuti sebagian besar peserta anak-anak SD usia yaitu,
selain ada 3 peserta berusia di bawah 6 tahun. Secara keseluruhan usia peserta dari 4,5 tahun
hingga 9 tahun.
Pelaksanaan program dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
182
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR UNTUK ANAK USIA SD PUTRA-PUTRI KARYAWAN & DOSEN FSRD
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

1. Survey: Pada program PKM sebelumnya, sasaran peserta adalah putra-putri para karyawan
FSRD USAKTI, sementara untuk program yang dilaksanakan pada 2015 ini adalah program
lanjutan dengan penambahan peserta dari putra-putri dari dosen. Jadi lebih beragam, oleh
sebab itu informasi diperluas lagi demi menjangkau kalangan lain yang masih dalam
lingkungan kampus.
2. Penjelasan dan petunjuk dari pelatih dibutuhkan untuk menuntun para peserta didik agar
tidak menyalahi rambu-rambu dari tema gambar yang telah diberikan dalam alternative
seperti tema alam benda, pemandangan alam dan lain-lain.
3. Pelatihan Menggambar: Pelatihan diadakan selama kurang lebih 3jam (9.00-12.00), praktek
menggambar dengan menggunakan media spidol berwarna (12 warna) dengan tahap awal:
peserta membuat sketsa awal, kemudian dilanjutkan dengan penggarapan gambar hingga
penyelesaian tahap akhir. Di tahap ini pada umumnya para peserta berusaha mengisi warna-
warna pilihan pada bentuk-bentuk yang sudah digambar. Meski pun tidak semuanya terisi,
akan tetapi rata-rata peserta dapat mengungkapkan warna-warna tersebut cukup variatif dan
menarik dalam gambar mereka.

Di sini peran pelatih sangat dibutuhkan untuk memacu keberanian peserta untuk eksplorasi
garis, bentuk dan warna agar dapat menghasilkan gambar yang artistic dan menarik. Untuk
penggarapan latar belakang gambar masih banyak yang belum maksimal, karena peserta merasa
sudah cukup puas dengan gambarnya dan tidak ingin menyelesaikan lagi lebih lanjut. Akan
tetapi pelatih menghargai usaha para peserta dalam upayanya menciptakan bentuk-bentuk yang
unik sesuai dengan karakter masing-masing.

Evaluasi Hasil dan Diskusi :


Dari hasil pelatihan ini, peserta dipilih menurut klasifikasi usia dan 3 yang terbaik. Ada
beberapa peserta yang mengalami kesulitan dalam memenentukan tema gambar, akan tetapi
pelatih selalu membantu agar supaya peserta tersebut termotivasi untuk mampu mengungkapkan
ide-idenya dalam sebuah gambar.

Dari hasil pelatihan ini, para peserta sudah cukup menguasai media spidol dalam gambar-
gambar mereka, baik dari segi warna, coretan garis dan bentuk. Tentu saja hal ini disesuaikan
dengan level usia para peserta yang beragam.

Prevalensi Pendidikan Usia Dini


Dalam buku Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-kanak: Pedoman Bagi
Orang Tua dan Guru, Dr. Marini Jamaris, M.Sc, Ed, menjekaskan sebagai berikut: Pendidikan
bagi anak usia dini atau anak usia 0-8 tahun, sejak lama telah menjadi perhatian para orang tua,
para ahli pendidikan, masyarakat, dan pemerintah. Walaupun sulit untuk mengetahui kapan
pendidikan usia dini dilaksanakan untuk pertama kalinya, namun diperkirakan sejak para ahli
filsafat seperti Plato (427-347 BC) dan Aristoteles (394-332 BC), pendidikan ini telah
dilaksanakan (Seefeldt dan Barbour, 1944: 2). Plato mengemukakan bahwa waktu yang paling
tepat untuk mendidik anak adalah sebelum usia 6 tahun. Sementara bagi John Amus Comenius
dalam bukunya The School of Infants menjelaskan : pendidikan anak berlangsung sejalan
dengan bermain adalah realisasi dari pengembangan diri dan kehidupan anak. Selanjutnya
Johann Pestolozzi (1746-1827), berpendapat bahwa pendidikan dimulai di rumah, melalui
berbagai pengalaman indera yang dialaminya. Oleh karena itu, kurikulum sekolah Peztolozzi
didasarkan pada perkembangan anak dan keyakinannya bahwa self-discovery merupakan
proses belajar yang terbaik bagi anak usia dini.
183
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR UNTUK ANAK USIA SD PUTRA-PUTRI KARYAWAN & DOSEN FSRD
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

Pada tahun 1837, Friedrich Frobel (1782-1852) mendirikan sekolah khusus untuk anak,
menyimpulkan bahwa pendidikan pada usia dini merupakan fondasi terpenting bagi
perkembangan anak selanjutnya. Menurut Frobel bermain adalah pendidikan, dan sebagai pusat
dari semua kegiatan tersebut adalah menyatukan anak dengan Tuhan. Ekspresi diri, kepekaan
persepsi, dan hidup secara harmonis antara satu dengan yang lainnya merupakan dasar
pendidikan di sekolah Frobel.

Berbagai Pandangan tentang Kreativitas


Kreativitas merupakan suatu konsep yang dapat dijelaskan dari berbagai sudut pandang. Sudut
pandang tersebut akan mempengaruhi arti kreativitas. Beberapa definisi kreativitas dirumuskan
berdasarkan sudut pandang yang ditekankan pada kepribadian, sementar pandangan lain
mendefinisikan kreativitas dari sudut pandang yang berkaitan dengan produk yang dihasilkan.
Sementara yang lainnya mendasarkan definisi kreativitas pada control yang dilakukan manusia
terhadap tekanan-tekanan yang dialaminya, seperti tekanan akan terjadinya suatu kemunduran
atau regresi (Kitano dan Kirby, 1986:193-202).

Kreativitas sebagai Kontrol Terhadap Regresi


Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan tekanan regresi yang
dialaminya, Definisi ini didasarkan pada pandangan atau teori psikoanalisis. Pandangan ini
sangat berpengaruh pada tahun 1920-1950. Dalam masa ini, tokoh-tokoh psikoaanalisis yang
terkemuka diantaranya adalah psikoanalisis tentang Sigmund Freud, Carl Gustav Jung, Ernest
Kris dan Lawrence Kubie (Kitano dan Kirby, 1986:36-56). Pandangan psikoanalisis tentang
pribadi manusia dapat dijelaskan berdasarkan 3 tingkat kesadaran manusia, yaitu sadar, ambang
sadar, ambang kesadaran dan tidak sadar.

Ambang kesadaran berisi berbagai aspek yang yang berkaitan dengan harapan, ide dan cita-cita
yang kehadirannya kadang-kadang tidak disadari. Harapan dan keinginan yang tidak disadari.
Harapan dan keinginan yang tidak sesuai keinginannya akan muncul dalam bentuk mimpi.

Selanjutnya psikoanalisis memandang kepribadian manusia terdiri dari rangkaian susunan yaitu
id, ego dan super ego. Id berkaitan dengan ketidaksadaran yang bersifat instingtif dan mencari
kesenangan. Misalnya keinginan untuk selalu makan makanan yang lezat. Ego berkaitan dengan
kesadaran dan tanggung jawab yang berfungsi mengontrol tekanan-tekanan yang dikeluarkan
oleh id. Misalnya membatasi diri untuk memakan makanan lezat dan berlemak. Ego mewakili
kesadaran akan sesuatu yang nyata dan masuk akal, sehingga membantu manusia terhadap nilai-
nilai ideal yang ada di masyarakat.

Pandangan tersebut di atas menjelaskan kreativitas sebagai proses pelepasan kontrol ego
sehingga memungkinkan ambang sadar manusia dapat diwujudkan dalam bentuk berbagai ide
dan karya lainnya. Misalnya karya seni seperti lukisan dan musik.

Kreativitas sebagai Aktualisasi Ke-giftted-an dan Keberbakatan


Clark (1983) mengemukakan bahwa kreativitas adalah ekspresi tertinggi dari kemampuan
individu yang dikelompokkan ke dalam gifted dan berbakat, yaitu individu yang memiliki
tingkat intelegensi 130-150. Pendapat Clark tentang kreativitas ini digambarkan dalam model
yang dikenal model integrative, seperi di bawah ini.
184
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR UNTUK ANAK USIA SD PUTRA-PUTRI KARYAWAN & DOSEN FSRD
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

Model Integratif

Aspek-aspek yang mempengaruhi Kreativitas


Bertitik tolak dari pengertian kreativitas yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya, maka
dapat diidentifikasi aspek-aspek yang mempengaruhi kreativitas, seperti di bawah ini.
1. Aspek Kemampuan Kognitif
Kemampuan kognitif (kemampuan berpikir) merupakan salah satu aspek yang berpengaruh
terhadap munculnya kreativitas seseorang. Kemampuan berpikir yang dapat
mengembangkan kreativitas adalah kemampuan berpikir secara divergen, yaitu kemampuan
untuk memikirkan berbagai alternative pemecahan suatu masalah.
2. Aspek Intuisi dan Imajinasi
Kreativitas berkaitan dengan aktivitas belahan otak kanan. Oleh sebab itu, intuitif dan
imajinatif merupakan aspek lain yang mempengaruhi munculnya kreativitas.
3. Aspek Penginderaan
Kreativitas dipengaruhi oleh aspek kemampuan melakukan penginderaan, yaitu kemampuan
menggunakan pancaindera secara peka. Kepekaan dalam penginderaan ini menyebabkan
seseorang dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dipikirkan oleh orang
lain.
4. Aspek Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi adalah aspek yang berkaitan dengan keuletan, kesabaran dan ketabahan
dalam menghadapi ketidakpastian dan berbagai masalah yang berkaitan dengan kreativitas.
185
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR UNTUK ANAK USIA SD PUTRA-PUTRI KARYAWAN & DOSEN FSRD
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

Karakter Kreativitas
1. Kelancaran
Kelancaran yaitu kemampuan untuk memberikan jawaban dan mengemukakan pendapat
atau ide-ide dengan lancar.
2. Kelenturan
Kelenturan yaitu kemampuan untuk mengemukakan berbagai alternative dalam pemecahan
masalah.
3. Keaslian
Keaslian yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai ide atau karya yang asli pemikiran
sendiri.
4. Elaborasi
Kemampuan untuk memperluas ide dan aspek-aspek yang mungkin tidak terpikirkan atau
terlihat oleh orang lain.
5. Keuletan dan Kesabaran
Keuletan dalam menghadapi rintangan dan kesabaran dalam menghadapi suatu situsi yang
tidak menentu merupakan aspek yang mempengaruhi kreativitas.

C. PEMBAHASAN
Kegiatan PKM ini dilaksanakan mundur dari jadwal yang telah ditentukan, akan tetapi tetap
berjalan sesuai dengan rencana program. Proses berjalan dari pengajuan proposal, survey,
sosialisasi program kepada para karyawan FSRD yang memiliki putra/putri usia SD untuk
berpartisipasi dalam kegiatan ini, karena memberikan manfaat bagi perkembangan kreativitas.
Selanjutnya dipilih hari Sabtu dan berlangsung selama 3 jam, dimulai dari pukul 10.00-13.00.
Para peserta dalam praktek menggambar ini cukup bersemangat, meskipun ada 2 peserta anak
yang tidak mengikuti proses pelatihan, disebabkan karena ketidak siapan personal dalam
menghadapi pelatihan.

Dari hasil pelatihan ini, pada umumnya peserta dapat menyelesaikan gambarnya masing-masing
dengan arahan pelatih seperti : bagaimana menggambar bentuk obyek yang benar, perbandingan
antara obyek yang digambar dan bidang kertas sebagai bidang olahan, sehingga komposisi
gambar lebih seimbang dan proposional.

Untuk tahap berikutnya, peserta hanya melengkapi gambarnya dengan imajinasi dan kreativitas
nya masing-masing. Hasil yang didapat, tiap peserta memiliki gaya/karakter yang berbeda,
meskipun memilih tema yang sama seperti tema pemandangan alam. Inti dari proses kegitan
pelatihan gambar ini adalah kebebasan berekspresi dalam bentuk gambar/drawing.
186
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR UNTUK ANAK USIA SD PUTRA-PUTRI KARYAWAN & DOSEN FSRD
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

Gambar 1. Kegiatan Pelatihan Menggambar


(R. Candrastuti, 2015)

Gambar 2. Para Peserta dan Tim Pelatihan


(R. Candrastuti, 2015)
187
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR UNTUK ANAK USIA SD PUTRA-PUTRI KARYAWAN & DOSEN FSRD
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

Gambar 3. Karya : Fikri, Usia 5 Tahun


(R. Candrastuti, 2015)

Gambar 4. Karya : Adam Rafie, Usia 7 Tahun


(R. Candrastuti, 2015)
188
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR UNTUK ANAK USIA SD PUTRA-PUTRI KARYAWAN & DOSEN FSRD
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

D. SIMPULAN
Pada dasarnya, kegiatan pelatihan menggambar ini merupakan kegiatan yang menyenangkan,
fun dan menghibur bagi para peserta. Sebagian para peserta adalah anak-anak karyawan yang
pernah mengikuti pelatihan tahun 2014, dengan menggunakan alat /media gambar crayon
berwarna. Dan pada PKM tahun 2015 ini, mereka mencoba praktek menggambar dengan media
spidol 12 warna.

Dengan adanya perubahan media gambar tersebut, tidaklah menjadi hambatan bagi peserta,
bahkan ada seorang peserta yang berusia 5 tahun dan pernah mengikuti pelatihan tahun lalu,
mengalami kemajuan yang signifikan jika dibandingkan hasil gambar sebelumnya. Hal ini dapat
dilihat dari hasil gambar yang terkini yaitu adanya beberapa criteria penilaian seperti:
penguasaan komposisi gambar yang maksimal, bentuk-bentuk variatif, garis-garis dan warna
yang kontras, ekspresif/berani. Tema pemandangan alam dengan obyek rumah dan
lingkungannya masih menjadi tema favorit dari peserta pelatihan. Akan tetapi ada yang
menonjol dari hasil gambar-gambar peserta yaitu ekspresi warna dan garis lebih berani. Hal ini
disebabkan karena media spidol berwarna memiliki warna lebih kontras dan cerah, dengan
ujung pena lebih runcing. Sangat berbeda dengan media crayon yang memiliki ujung tumpul,
pekat dan agak bertekstur.

Dari gambar-gambar yang dihasilkan tentu saja secara keseluruhan, lebih sederhana dari aspek
garis-garisnya selain warna-warna yang cerah.

Sebenarnya kegiatan pelatihan menggambar ini ditujukan pada anak usia SD, akan tetapi dari 11
peserta ada 2 peserta PAUD dan 1 orang kelas TK B. Dari 1 orang peserta PAUD, hasil
gambarnya berupa garis-garis warna ekspresif dan abstrak. Belum menunjukkan obyek tertentu,
tetapi cukup unik dan menarik.
Jadi usia anak-anak pada pelatihan ini dapat diperluas lagi, meskipun tetap usia SD adalah usia
yang tepat untuk mendapat pelatihan yang sesuai dengan kemampuan intelegensi maupun
kreativitas masing-masing.

Jika ditinjau dari program PKM ini, ada banyak hal yang dapat diterapkan di masyarakat selain
masyarakat kampus sendiri, karena manfaat dari kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat
meningkatkan kreativitas anak-anak dalam mengungkapkan gagasan-gagasannya melalui media
gambar. Dengan dicobanya alat gambar yang berbeda pada tiap pelatihan, hasil pelatihan
menggambarpun berbeda. Disinilah peran pelatih agar program ini berhasil dari tahap awal
hingga akhir pelaksanaan.

Ada beberapa kaitan ilmu-ilmu yang dapat mendukung dan melengkapi kegiatan pelatihan
menggambar tersebut, seperti ilmu pendidikan, psikologi anak dan lain-lain. Pada prakteknya
bisa digunakan sebagai dasar kegiatan pelatihan yang sejenis.

UCAPAN TERIMA KASIH


Program PKM adalah program mono yang dilaksanakan tahun 2015, merupakan lanjutan dari
program tahun lalu 2014 yang sasarannya adalah putra-putri karyawan FSRD yang masih usia
SD. Kegiatan berlangsung di Gedung P, Lantai 2, kampus Universitas Trisakti.

Sebelumnya kami sampaikan ucapan TERIMA KASIH kepada :


1. Karyawan FSRD sebagai orang tua anak-anak peserta pelatihan menggambar.
2. Anak-anak peserta pelatihan.
3. Anggota tim pelatihan.
189
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN MENGGAMBAR UNTUK ANAK USIA SD PUTRA-PUTRI KARYAWAN & DOSEN FSRD
UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

Yang telah membantu proses dan pelaksanaan program pelatihan menggambar ini dari awal
hingga akhir kegiatan, sesuai dengan perencanaan.

Khususnya bagi anak-anak peserta pelatihan yang telah berpartisipasi dan memberikan
kontribusinya akan kegiatan ini. Dengan demikian pelatih berharap mudah-mudahan program
ini dapat bermanfaat, baik bagi para peserta maupun untuk orang tua pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dargatz. (1999). 52 Cara Membangun Harga Diri dan Percaya Diri Anak. Jakarta: Pustaka
Tangga.
Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan Anak - Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Jamaris Martini, D. M. (2006). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-
Kanak : Pedoman Bagi Orang Tua dan Guru. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KAIN
SEBAGAI AKSESORIS

Rosalinda Wiemar
Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Trisakti, Jakarta
E-mail: rosalindawiemar@gmail.com

ABSTRAK
Sebagai satu kebutuhan pokok manusia, kebutuhan akan sandang meningkatkan tumbuhnya industri
sandang di sekitar perumahan masyarakat. Dari industri tersebut, banyak terdapat limbah yang dibuang
begitu saja. Agar limbah tersebut dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi,
dibutuhkan keterampilan yang dapat memanfaatkan limbah kain tersebut. Dengan memiliki keterampilan
membuat aksesoris dari limbah kain, produk yang dihasilkan dapat digunakan sendiri, sebagai pemberian
kepada orang lain, maupun dijual sehingga dapat meningkatkan taraf hidup pribadi, keluarga serta
masyarakat di sekitar. Agar manfaat pelatihan ini dapat dimanfaatkan dan dapat diterima dengan lebih
mudah, sasaran pelatihan yang dipilih berasal dari golongan menengah. Hal ini dilakukan agar peserta
dapat lebih leluasa dalam hal kemampuan ekonomi sehingga dapat menerapkan dan mengembangkan
informasi yang diperoleh, juga karena golongan tersebut pada umumnya lebih memiliki tingkat
intelektual yang cukup tinggi, sehingga lebih mudah menangkap informasi yang disampaikan. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, digunakan dalam
menghimpun, memilah, menganalisis dan mengevaluasi data serta informasi yang didapat. Dengan
metode eksperimentatif dalam pelatihan, dilakukan pembuatan berbagai alternatif produk yang berasal
dari limbah kain, faktor fungsi sebagai dasar pembuatan, aspek aspek desain secara sederhana juga
diterapkan dalam pelaksanaan. Dari hasil pelaksanaan diketahui bahwa peserta memperoleh tambahan
pengetahuan, keterampilan dan wawasan dalam mengolah limbah kain menjadi aksesoris, yang dapat
dimanfaatkan baik bagi rumah tangganya sendiri, masyarakat maupun lingkungan sekitarnya, sehingga
diharapkan dapat mengisi waktu luang dengan kegiatan yang lebih bermanfaat dan pada akhirnya mampu
meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Kata kunci : sandang, limbah, keterampilan, aksesoris

ABSTRACT
As a basic requirement of human beings, the demand for clothing, increase the growth of clothing
industry around the housing society. From the industry, there is a lot of waste is disposed of. In order that
such waste can be utilized and has a higher value, need a skill that can processing the waste fabric. By
having skills to make decorative elements from waste fabric, the resulting product can be used by
themeself, as a gift to others, or sold to improve the living of the family and the community around. In
order for the benefits of this training can be utilized and it can be accepted more easily, the chosen target
training comes from the middle class, so the participants can implement and develop the information
obtained, also because, in general they have higher intellectual level, to capture the information
submitted. Research methods used are descriptive qualitative research, to compile, sort, analyse and
evaluate the data and information obtained. With the eksperimentatif method in the training, carried out
the manufacture of various alternative products derived from waste fabric, basic functions as a making
factor, simple design aspects is also applied in implementation. The results of training , the participants
gain additional knowledge, skills and insights in processing waste fabrics into a decorative element,
which can be used both for its own, community or neighborhood, to fullfill their time with positive
activities that are more useful and ultimately able to improve the standart of living.

Keywords : clothing, waste, skills, accessories


191
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KAIN SEBAGAI AKSESORIS

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam hidup manusia terdapat tiga kebutuhan pokok yaitu : sandang, pangan dan papan.
Sebagai satu kebutuhan pokok manusia, kebutuhan akan sandang mengakibatkan tingginya
industri sandang guna memenuhi permintaan masyarakat. Dalam industri sandang tersebut,
banyak terdapat limbah tekstil/kain yang terbuang. Agar limbah tersebut dapat dimanfaatkan
dan memiliki nilai jual yang lebih tinggi, maka dibutuhkan keterampilan untuk dapat
memanfaatkan limbah tersebut.

Industri kain yang menghasilkan limbah, tidak hanya industri dalam skala besar, namun juga
industri kecil/rumahan. Beberapa contoh industri kecil yang banyak terdapat di sekitar
perumahan adalah penjahit pakaian pribadi, seragam, sprei, baju kaus, dan lainnya. Selain
banyaknya industri besar dan kecil di sekitar, banyak juga masyarakat yang seringkali membuat
sendiri pakaian ataupun jenis lainnya. Dengan demikian setiap masyarakat memiliki kesempatan
yang cukup mudah untuk memperoleh limbah kain.

Dengan memiliki keterampilan membuat aksesoris dari limbah kain, setidaknya peserta dapat
menggunakannya sendiri, ataupun sebagai pemberian kepada orang lain di lingkungan
terdekatnya, selanjutnya peserta dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas keterampilannya
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan pengguna produk.

Agar manfaat pelatihan ini dapat lebih dimanfaatkan dan dapat diterima dengan lebih mudah,
maka sasaran pelatihan tidak dari golongan bawah, namun berasal dari golongan menengah .
Hal ini dilakukan karena selain faktor keleluasaan kemampuan ekonomi sehingga dapat
menerapkan dan mengembangkan informasi, selain itu golongan tersebut pada umumnya cukup
memiliki tingkat intelektual yang lebih tinggi, sehingga lebih mudah dalam menangkap
informasi yang disampaikan.

Identifikasi Masalah
a. Kurangnya keinginan untuk mempelajari pengetahuan tentang pemanfaatan limbah kain,
karena menganggap bahwa memanfaatkan limbah bukanlah sesuatu hal yang penting. Untuk
itu pengolahan limbah kain lebih ditekankan pada bagaimana mengolah limbah kain agar
bernilai jual lebih tinggi, berkelas dan dapat dipasarkan dengan mudah.
b. Bagaimana pentingnya menyadarkan masyarakat akan pentingnya pengolahan limbah kain
sehingga dapat mengurangi jumlah sampah.
c. Bagaimana pentingnya pengertian bagi masyarakat, bahwa mengurangi jumlah sampah akan
menyelamatkan lingkungan, meningkatkan kesehatan, kenyamanan dan keindahan pada
lingkungan .

Rumusan Masalah
a. Bagaimana memperkenalkan dasar-dasar seni dan desain secara sederhana seperti : bentuk,
warna, komposisi, dan lain-lain, dalam bentuk bimbingan penyuluhan dan pelatihan
pemanfaatan limbah kain.
b. Bagaimana agar dapat memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada ibu-ibu rumah tangga
kelompok pengajian Yayasan Fadhilatul Ikhlas, sehingga dapat meningkatkan kreatifitas
peserta dalam mengolah limbah kain sesuai dengan dasar-dasar teori seni dan desain.

Tujuan Kegiatan
a. Menambah pengetahuan dan ketrampilan peserta dalam mengolah limbah kain menjadi
aksesoris rumah tangga dengan cara pelatihan.
192
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KAIN SEBAGAI AKSESORIS

b. Meningkatkan wawasan masyarakat umumnya, ibu-ibu rumah tangga khususnya di


kelompok pengajian Yayasan Fadhilatul Ikhlas, Jakarta tentang desain aksesoris.
c. Ibu-ibu rumah tangga memperoleh pengetahuan dan ketrampilan yang dapat dimanfaatkan
baik bagi rumah tangganya sendiri, masyarakat maupun lingkungan sekitarnya.

Manfaat Kegiatan
a. Hasil karya dapat dijual sehingga diharapkan mampu meningkatkan taraf hidup masyarakat.
b. Mengisi waktu luang dengan kegiatan yang lebih bermanfaat

B. METODOLOGI
Materi :
Pelaksanaan program PKM : Pemanfaatan Limbah Kain Sebagai Elemen Aksesoris terdapat
beberapa hal yang akan dipaparkan, yaitu :

a. Sumber daya Material (bahan baku) :


Lingkungan sekitar Jl. Kampung Baru, Sukabumi Selatan, Kebon jeruk, Jakarta barat,
merupakan daerah pemukiman yang cukup padat, dengan tingkat ekonomi menengah ke
atas. Kebutuhan utama manusia, selain pangan, papan adalah sandang. Di lingkungan yang
padat seperti ini banyak tumbuh industri sandang yang tumbuh akibat adanya kebutuhan
masyarakat. Mayoritas industri sandang yang ada adalah penjahit pakaian, baik besar
maupun kecil. Setiap pakaian yang dikerjakan selalu menyisakan limbah. Ukuran besar dan
kecil sangat relatif demikian pula dengan warna, motif dan jenis bahan. Variasi limbah ini
memiliki keuntungan dan kerugian, seperti :
1) Keuntungan : adanya keleluasaan pengembangan desain, khususnya dari aspek bentuk ,
ukuran dan jenis bahan, sehingga terbuka kesempatan yang luas untuk melakukan
improvisasi dalam desain.
2) Kerugian : tidak dapat membuat satu desain yang sama dalam jumlah banyak.

Ketersediaan material ini merupakan peluang bagi masyarakat sekitar untuk dimanfaatkan
menjadi aksesoris sederhana yang fungsional serta memiliki nilai estetika. Agar dapat
meningkatkan variasi bentuk, dibutuhkan elemen pelengkap lain selain bahan limbah itu
sendiri.

b. Sumber daya manusia :


Semakin tingginya standar hidup modern saat ini, serta sulitnya memperoleh pendidikan
yang berkualiatas dan keterampilan formal yang memadai, menjadikan keterampilan yang
diperoleh melalui pelatihan-pelatihan yang aplikatif, merupakan keharusan. Berkaitan
dengan hal tersebut, potensi yang dimiliki, baik sumber daya manusia, sumber daya alam,
buatan atau teknologi harus dikembangkan dengan optimal. Peran sumber daya manusia
sangat menentukan pengembangan suatu wilayah yang tentunya harus berbekal pendidikan
dan keterampilan yang memadai. (Soetomo, 2009 : 12)

Di wilayah Kampung Baru, Sukabumi Selatan sebagian besar merupakan ibu rumah tangga
yang tidak bekerja, dengan pendidikan terakhir bervariasi, namun sebagian besar adalah
SMP dan SMA. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dana untuk membiayai studi lanjut ke
Perguruan Tinggi. Mengingat latar belakang akademis peserta yang belum mempelajari ilmu
desain, maka pada awal pelatihan diberikan pengetahuan dasar tentang ilmu desain.
193
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KAIN SEBAGAI AKSESORIS

C. PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Daerah Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan diadakan pada ruang serba guna dalam lingkungan Pesantren Yayasan
Fadhilatul Ikhlas, Jl. Kampung Baru, Sukabumi Selatan, Kebon jeruk, Jakarta barat. Lokasi
dipilih karena adanya informasi bahwa di tempat ini terdapat Pesantren dengan kegiatan-
kegiatan yang dikuti oleh anak-anak, remaja dan ibu rumah tangga, dari berbagai latar
belakang dengan taraf kehidupan rata-rata menengah. Dengan peserta yang merupakan ibu-
ibu peserta pengajian ini, maka menentukan lokasi ini merupakan pilihan yang strategis dan
mudah dijangkau oleh peserta yang akan ikut, selain itu adanya sarana prasarana yang
tersedia, serta keterbukaan pemilik Pesantren untuk menerima pelaksanaan kegiatan ini,
maka akhirnya Tim memutuskan untuk melaksanakan kegiatan di tempat tersebut.

Pencapaian menuju lokasi dapat menggunakan beberapa alternatif moda transportasi. Selain
menggunakan mobil pribadi juga angkutan umum.

Lingkungan pemukiman masyarakat ini banyak dihuni oleh golongan menengah dengan
tingkat usia di bawah 50 tahun dengan latar belakang pendidikan umumnya, tingkat SD
sampai dengan Strata 1/S1. Kondisi ini yang menjadi sebagian pertimbangan, penghuni yang
masih aktif bekerja, memiliki keinginan/mimpi akan kondisi kehidupan yang lebih baik, dan
dapat meningkatkan taraf hidupnya. Dengan semangat kaum muda yang berpotensi,
pelatihan ini sangat diminati, sehingga cukup sulit juga bagi Tim untuk membatasi calon
peserta yang tertarik untuk mengikuti pelatihan ini.

Namun demikian jumlah peserta pelatihan tetap dibatasi, karena terbatasnya luas ruang yang
ada, waktu, serta sarana lainnya, selain itu, dalam pelaksanaan direncanakan agar peserta
yang ikut tidak terlalu banyak namun sangat serius dan mampu untuk mengikuti kegiatan
secara penuh.

2. Basis Program Kegiatan.


Pemanfaatan limbah kain sebagai elemen aksesories, menjadi basis dari program kegiatan
pelatihan ini. Untuk itu sejak awal penyeleksian calon peserta pelatihan diprioritaskan pada
calon peserta yang memiliki ketertarikan pada dunia kain dan jahit menjahit.

Pelatihan dilaksanakan selama 4 (empat) jam, yaitu pukul 10.00 sampai dengan pukul 15.00

Pelatihan diberikan secara sederhana agar mudah dipahami dalam waktu yang singkat.
Walaupun sederhana presentasi diusahakan disampaikan secara menarik dan tidak
membosankan, antara lain dengan memberikan banyak contoh-contoh aplikasi dari teori
yang diberikan, baik berupa foto, hasil scan, dan hasil akhir, yang dapat dijadikan contoh
maupun pembanding.

Dalam proses pelaksanaan juga dilakukan kegiatan tanya jawab antara para peserta dengan
tim pelaksana, sesuai dengan tahapan informasi yang diberikan.

Pendekatan secara personal telah dilakukan sejak awal pertemuan dan dimulainya kegiatan.
Kegiatan ice breaker diawali dengan saling memperkenalkan diri, baik dari tim pelaksana
maupun dari para peserta. Selanjutnya pelatihan dilaksanakan secara santai sehingga tidak
melelahkan namun tujuan kegiatan dapat tercapai secara maksimal dan efisien.
194
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KAIN SEBAGAI AKSESORIS

Diawali dengan penjelasan tentang tujuan dan serta manfaat pelatihan. Juga dijelaskan
tentang desain secara sederhana seperti : bentuk dasar, komposisi, estetika, dan warna.
Peserta juga diberi wawasan tentang alternatif bentuk, trend dan perkembangan pasar,
sehingga diharapkan peserta dapat membuat dan menjual produk sesuai dengan sasaran serta
kebutuhan masyarakat.

Perlengkapan yang diperlukan proses pembuatan disampaikan secara bertahap dan


dilengkapi dengan contoh pada setiap tahapnya.

Pada tahap pelaksanaan, setiap peserta mendapat satu set lengkap peralatan, sehingga
masing-masing dapat mencoba membuat. Tanya jawab dan pelaksanaan/praktek dibantu oleh
tim dosen pendamping, serta mahasiswa.

Selesai pelatihan, peserta diminta mengisi kuesioner kegiatan dan foto bersama

3. Peserta dan Tim Pelaksana


Pelaksanaan pelatihan ini diikuti oleh 50 peserta yang keseluruhannya adalah wanita ibu
rumah tangga dengan rentang usia 25 60 tahun. Awalnya jumlah yang direncanakan adalah
20 orang, namun karena tingginya minat peserta maka untuk menghargai antusiasme ini,
kapasitas peserta ditambah menjadi 50 orang. Tingkat pendidikan peserta cukup beragam,
namun cukup mampu dalam menangkap informasi yang disampaikan, terbukti antara lain
terlihat pada partisipasi pada kegiatan, keseriusan dalam memperhatikan presentasi materi
pelatihan, serta banyaknya interaksi serta pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh
masing-masing peserta, terkait dengan materi pelatihan.

Tim pelaksana program, terdiri dari 3 (tiga) dosen dan 1 (satu) mahasiswa dari Fakultas Seni
Rupa dan Desain, Universitas Trisakti dengan latar belakang keilmuan Desain Interior. Hal
ini dilakukan karena materi yang disampaikan sesuai dengan latar belakang keilmuan dan
kemampuan tim pelaksana.

4. Hasil Yang Dicapai.


Dari 50 orang peserta yang mengikuti kegiatan, sebagian besar mengajukan pertanyaan,
permasalahan yang dihadapi terkait permasalahan desain dan teknis pengerjaan , serta
tanggapan :
a. Pertanyaan yang diajukan :
- Bentuk elemen aksesoris yang sesuai dengan berbagai kegiatan,
- Bahan/material yang dapat digunakan,
- Bagaimana memadu padankan/memanfaatkan kain yang telah ada dengan yang baru

b. Permasalahan yang dihadapi :


- Material yang terbatas,
- Biaya terbatas,
- Ingin desain yang multi fungsi,

c. Tanggapan-tanggapan :
- Peserta menyadari pentingnya memanfaatkan limbah dengan baik, khususnya dalam
hal ini, limbah kain.
- Merasa kurang cukup waktu dan peserta antusias untuk mendapat pelatihan lanjutan.
195
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KAIN SEBAGAI AKSESORIS

5. Evaluasi Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan dievaluasi secara keseluruhan, meliputi tahap perencanaan, persiapan
dan pelaksanaan. Evaluasi dilakukan guna mendata kekurangan dan kelebihan yang
diperoleh dari program ini. Selanjutnya diharapkan akan menjadi masukan yang bermanfaat
bagi kemajuan dan keberlanjutan program-program selanjutnya, baik kepada dosen yang
telah melaksanakan maupun bagi dosen lain yang akan melaksanakan program sejenis.

Hasil dari pelatihan ini, antara lain dapat terlihat dari hasil kuesioner peserta, sebagian besar
dan merasakan manfaatnya dan memberikan nilai positif, selanjutnya berdasarkan saran dan
masukan peserta, perlu diadakan kegiatan lanjutan sejenis, agar peserta dapat mengevaluasi
hasil yang telah dijalankan dan meningkatkan kualitas karya dengan adanya kesempatan
untuk konsultasi dan mendapat pelatihan dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi

Gambar 1. Ketua Yayasan memberikan Gambar 2. Penjelasan pelatihan


sambutan (Sumber: Dokumen Wiemar, 2015)
(Sumber: Dokumen Wiemar, 2015)

Gambar 3. Instruktur dan Ketua Yayasan Gambar 4. Peserta dan instruktur


(Sumber: Dokumen Wiemar, 2015) (Sumber: Dokumen Wiemar, 2015)
196
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KAIN SEBAGAI AKSESORIS

Gambar 5. Penyampaian materi pelatihan Gambar 6. Tim Dosen/penyuluh saat presentasi


(Sumber: Dokumen Wiemar, 2015) (Sumber: Dokumen Wiemar, 2015)

Gambar 7. Sebagian peserta saat menyimak Gambar 8. Suasana saat pemaparan


pemaparan (Sumber: Dokumen Wiemar, 2015)
(Sumber: Dokumen Wiemar, 2015)

Gambar 9. Pengenalan bahan Gambar 8. Menggunting kain sesuai pola


(Sumber: Dokumen Wiemar, 2015) (Sumber: Dokumen Wiemar, 2015)
197
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KAIN SEBAGAI AKSESORIS

Gambar 9. Proses menggunting pola dan mulai menjahit


(Sumber: Dokumen Wiemar, 2015)

Gambar 10. Ketua Yayasan ( Drs. Fadhlulloh) turut Gambar 11. Instruktur memberi petunjuk cara
aktif memperhatikan kegiatan menjahit pola, kepada peserta
(Sumber: Dokumen Wiemar, 2015) (Sumber: Dokumen Wiemar, 2015)
198
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KAIN SEBAGAI AKSESORIS

Gambar 12. Kain yang telah digunting sesuai pola, Gambar 13. Beberapa pola kain yang telah dijahit
mulai dijahit dirangkai menjadi bentuk bunga
(Sumber: Dokumen Wiemar, 2015) (Sumber: Dokumen Wiemar, 2015)

Gambar 14. Pola yang telah dirangkai Gambar 115. Alternatif bentuk aksesoris yang
menjadi bentuk bunga, dijahitkan ke peniti dihasilkan
bros (Sumber: Dokumen Wiemar, 2015)
(Sumber: Dokumen Wiemar, 2015)
199
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KAIN SEBAGAI AKSESORIS

ALAT DAN BAHAN YANG DIBERIKAN KEPADA SETIAP PESERTA PELATIHAN :

Gambar 16. Jenis peralatan Gambar 17. Kain yang dibagikan


(Sumber: Dokumen Wiemar, 2015) (Sumber: Dokumen Wiemar, 2015)

Paket yang diberikan kepada setiap peserta, berisi :


1. Gunting kain 7. Kain katun motif
2. Jarum jahit 8. Kain katun polos
3. Jarum pentul 9. Lem
4. Benang 10. Pola
5. Peniti bros 11. Makalah, tentang proses pembuatan dan
6. Kancing hias contoh desain asesoris ( bros, jepit,
kalung, dan lainnya)
200
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KAIN SEBAGAI AKSESORIS

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan :
Setelah pelatihan, peserta menyadari akan pentingnya pengolahan limbah sehingga dapat
mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya limbah kain.

Dengan memiliki keterampilan mengolah limbah kain, meningkatkan keinginan peserta untuk
meningkatkan kemampuan mengolah limbah menjadi bentuk-bentuk lain yang lebih variatif,
misalnya menjadi elemen dekorasi desain interior.

Dengan pelatihan ini, peserta dapat menambah wawasan, meningkatkan pengetahuan dasar
tentang desain dan memiliki keterampilan baru dalam mengolah limbah kain sehingga menjadi
produk yang bernilai jual lebih tinggi serta meningkatkan keindahan lingkungan rumah tinggal.

Saran :
Peserta dapat diseleksi dan jumlah dibatasi, sehingga kegiatan pelatihan dapat lebih efektif,
setiap peserta akan memperoleh bimbingan lebih banyak dengan demikian hasil yang diperoleh
dapat lebih maksimal.

Melihat antusiasme peserta yang tinggi, dan terbatasnya waktu pelatihan serta guna
meningkatkan pemahaman peserta, sebaiknya diadakan program lanjutan sejenis seperti
pelatihan pembuatan elemen dekorasi desain interior, dengan tingkat estetika dan kesulitan
yang lebih tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Cuffaro, Daniel. (2006). Process, Materials, and Measurements. Massachusetts: Rockport
Publishers.
Ekuan, Kenji. (1984). Beberapa Pemikiran Tentang Desain Indonesia. Jakarta: CV. Rajawali.
Garratt, James. (1996). Design and Technology. Cambridge, United Kingdom: Cambridge
University Press.
Hardiana, Iva. (2012) Aksesori Cantik dari Kain batik. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Irawan, Bambang. (2013). Dasar-dasar Desain untuk Arsitektur, Interior-Arsitektur, Seni Rupa,
Desain Produk Industri dan Desain Komunikasi Visual. Depok: Griya Kreasi.
Jones, J C. (1992). Design Methods. New York: Van Nostrand Reibhold.
Purnawanti, Lina. (2013) Aksesoris Flower Fill Populer. Jakarta : Dunia Kreasi
Ratna, Biliq and Friend. (2008). Aksesori Cantik dari Batik.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama
Trubus, Rahardiansah. (2011). Perilaku Manusia Dalam Perspektif Struktural, Sosial, dan
Kultural. Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KEYBOARD KOMPUTER
UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

Awang E.N.R.
Program Studi Desain Produk, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa no. 1, Jakarta
E-mail: awangenr@gmail.com

ABSTRAK
Saat ini, plastik merupakan material utama yang banyak digunakan dalam berbagai jenis produk karena
material ini memiliki beberapa keunggulan dibandingkan material lain seperti; kuat, tahan lama, mudah
dibentuk, murah, dan keunggulan lainnya. Namun sayangnya, limbah plastik sebagai material non-
organik memerlukan waktu yang cukup lama untuk terurai secara alami. Di lingkungan kampus
Universitas Trisakti, banyak dijumpai limbah plastik khususnya limbah alat-alat tulis dan alat-alat kantor
yang tidak terpakai lagi. Salah satunya adalah keyboard komputer yang menumpuk di gudang karena
sudah rusak dan bentuknya sudah ketinggalan jaman. Dalam upaya mengurangi limbah plastik di
lingkungan kampus, maka tim PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) Program Studi Desain Produk
Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti berinisiatif memberikan pelatihan pemanfaatan
limbah plastik menjadi produk fungsional bernilai estetik, dengan cara mengolah limbah keyboard
komputer tersebut menjadi elemen astetis pada bingkai foto, tempat alat-alat tulis, gantungan kunci, dan
jepit rambut. Makalah berupa penelitian kecil ini merupakan luaran hasil pelaksanaan PKM yang telah
dilaksanakan kemudian disusun dengan metode penelitian kualitatif dengan pemaparan deskriptif sebagai
upaya untuk menghimpun, memilah, menganalisis dan mengevaluasi data dan informasi yang diperoleh.
Dari hasil pelaksanaaan PKM dapat diketahui bahwa limbah keyboard komputer ternyata bila
diaplikasikan pada produk dengan memperhatikan aspek-aspek desain dapat dimanfaatkan menjadi
produk fungsional bernilai jual. Kegiatan yang bersifat praktis dan nyata serta dilakukan secara
berkelanjutan melalui program PKM ini diharapkan dapat terus mempererat hubungan antara institusi
pendidikan dengan masyarakatnya, sehingga manfaat perguruan tinggi sebagai entitas intelektual akan
semakin besar dan penting peranannya salah satunya adalah dalam upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

Kata kunci: limbah keyboard komputer, pelatihan, produk fungsional, peningkatan kesejahteraan
masyarakat

ABSTRACT
Plastic is a main material in various products nowadays because it has several advantages compared to
other material, such as durability, long lasting, easy to form, unexpensive, and other advantage. But
unfortunately, plastic waste as non-organic material needs a long time to decompose naturaly. In Trisakti
University campus area, there are many plastic wasted available such as stationery and office waste. One
of office waste is computer keyboard piled up in depository because the condition is either broken or out
of date. In order to reduce plastic waste in campus area, the community service team (PKM team) of
Product Design Study Programme, Faculty of Art and Design Trisakti University has inisiative to give
training of using plastic waste into functional yet aesthetic product, such as changing computer keyboard
waste into aesthetic element in photo frame, stationery container, keychain, hair clip, and candle holder.
This small scale research paper is an outcome of community service activity that has been done before.
The outcome arranged in qualitative research method with descriptive exposure to gather, sort, analyze,
and evaluate the data and information collected. The result of this community service is knowledge that
computer keyboard waste can be transformed into valuable and functional product if considering design
aspects through the process. This practical and real activity performed in sustainability through
community service can and will increase the relation between educational institutions with the
community. For further result, the university as high educational institution and intellectual entity will
have more contribution in increasing the prosperity of community.

Keywords: computer keyboard waste, training, functional product, increase community prosperity
202
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KEYBOARD KOMPUTER UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

A. PENDAHULUAN
Sampah plastik sebagai material non-organik, jika tidak diolah dengan baik maka sangat
potensial dapat mencemari lingkungan karena merupakan bahan yang sulit terdegradasi secara
alami. Dalam upaya mengurangi limbah plastik inilah, maka tim PKM (Pengabdian Kepada
Masyarakat) Program Studi Desain Produk Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti
berinisiatif memberikan pelatihan pemanfaatan limbah plastik berupa limbah keyboard
komputer menjadi produk fungsional bernilai estetik. Karyawan dan office boy di lingkup
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Trisakti menjadi sasaran dalam Program
Pengabdian Masyarakat kali ini. Para peserta program yang bekerja di lingkungan FSRD,
Universitas Trisakti, dilatih untuk dapat berkarya secara langsung dengan memberi
keterampilan dan kreativitas. Kepedulian terhadap kerapihan dan keapikan lingkungan kampus
antara lain dapat ditumbuhkan melalui pengembangan keterampilan dan kreativitas yang
dibangkitkan secara berkelanjutan. Karyawan dan petugas kebersihan (office boy) sebagai
pelaku pemelihara kebersihan dan kerapihan lingkungan kampus mempunyai peran dalam
pengembangan kesadaran lingkungan. Untuk itu pelatihan yang diberikan kepada karyawan dan
office boy mempunyai manfaat jangka panjang sebagai pengembangan kesadaran akan perlunya
menjaga keseimbangan lingkungan tersebut.

PKM ini dilaksanakan dengan memberikan pelatihan membuat berbagai jenis produk dengan
memanfaatkan limbah keyboard komputer sebagai elemen estetis seperti: bingkai foto, tempat
alat-alat tulis, gantungan kunci, jepit rambut, dan tempat lilin. Limbah keyboard komputer
sebagai bahan baku utama pelaksanaan PKM ini merupakan material yang banyak dijumpai di
lingkungan kampus Universitas Trisakti, yaitu inventaris sarana perkuliahan dan administrasi
yang sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi. Peserta pelatihan diberi pemahaman mengenai
aspek-aspek desain seperti: bentuk, ukuran, fungsi, warna, finishing, pencahayaan, dan
sebagainya agar dapat menghasilkan produk-produk yang fungsional dan bernilai jual. Melalui
kegiatan ini diharapkan juga dapat meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan, dan
keterampilan yang didapat diharapkan dapat bermanfaat untuk membuka wawasan dalam
pemanfaatan limbah yang banyak tersedia di lokasi sasaran.

Dalam pelaksanaan PKM maupun penelitian sebagai luaran hasil pelaksanaan PKM ini, studi
pustaka dilakukan untuk memperoleh materi pelatihan dan data-data yang terkait dengan
masalah penelitian yaitu dari buku referensi, jurnal ilmiah, majalah, hasil penelitian, ataupun
tulisan-tulisan lainnya. Di samping buku-buku referensi dan tulisan ilmiah, data-data juga
diperoleh dari beberapa sumber di internet yang memberikan informasi mengenai limbah
keyboard komputer, perilaku manusia, dan dasar-dasar desain yang diaplikasikan pada produk
limbah plastik. Berdasarkan hasil referensi tersebut dapat diketahui bahwa limbah keyboard
komputer yang terbuat dari material ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene) tersebut merupakan
plastik yang memiliki karakter kuat, keras, memiliki kekuatan mekanik, dan banyak digunakan
untuk produk-produk industri seperti elektronik, otomotif, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan
ABS mempunyai kekuatan kejut dan kekenyalan yang tinggi dibanding polistiren, sehingga
sesuai untuk komponen-komponen yang bergerak. (Cuffaro, 2006:84).Walaupun plastik ABS
dikategorikan dalam jenis thermoplastics yang berarti dapat didaur ulang (recyclable) namun,
jenis plastik ini memerlukan waktu yang sangat lama untuk terurai secara alami (Garrat,
1996:242). Oleh karena itu salah upaya untuk mengurangi limbah plastik ini adalah dengan
memanfaatkannya kembali dalam wujud yang berbeda (re-use).

Sulitnya memperoleh kualitas pendidikan dan keterampilan formal yang memadai diakibatkan
oleh rendahnya taraf hidup masyarakat dan tingginya standar hidup modern yang berlaku saat
ini semakin menjadi faktor penting perlunya bekal keterampilan berupa pelatihan-pelatihan
203
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KEYBOARD KOMPUTER UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

yang bersifat aplikatif. Berkaitan dengan hal tersebut, segala potensi yang dimiliki, baik sumber
daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan atau teknologi harus dikembangkan
dengan optimal. Peran sumber daya manusia sangat menentukan dalam pengembangan suatu
wilayah yang tentunya harus dengan bekal pendidikan dan keterampilan yang memadai
(Soetomo, 2009: 12). Sebagai civitas akademika di Universitas Trisakti, tim PKM yang terdiri
dari tim dosen merasa terpanggil untuk membekali ketrampilan dan ilmu desain bagi karyawan
FSRD sebagai sesama civitas akademika yang notabene memiliki hubungan cukup erat
sehingga dapat mengembangkan sendiri ketrampilan tersebut menjadi kegiatan yang
bermanfaat.

Victor Papanek menyatakan bahwa definisi desain terutama sekali adalah aktivitas pemecahan
masalah. Menurut Papanek, semua manusia adalah desainer. Apa yang kita kerjakan hampir
sepanjang waktu adalah desain, sebab desain adalah sesuatu yang mendasar bagi semua
aktivitas manusia. Perencanaan dan pola setiap tindakan menuju tujuan yang diinginkan dan
terprediksi merupakan proses desain. Desain adalah usaha sadar untuk membentuk tatanan yang
bermakna (Papanek, 1985: 17). Dalam membuat suatu desain produk fungsional berbahan baku
limbah plastik perlu diketahui beberapa hal yang berkaitan dengan desain produk itu sendiri.
Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti elemen desain (titik, garis,
bidang, bentuk, ukuran, warna) dan prinsip-prinsip desain (kesatuan, keselarasan, kontras,
keseimbangan, irama, aksen). Prinsip-prinsip ini mutlak diperlukan sebagai panduan untuk
tercapainya nilai-nilai estetika yang memikat secara visual dan menjadi suatu kesatuan sehingga
menghasilkan karya yang indah, bermakna, dan komunikatif (Irawan, 2013: 4).

B. METODOLOGI
Dari hasil survey dan wawancara yang dilakukan tim PKM, belum dapat ditentukan jenis
pelatihan seperti apa yang sesuai dengan kemampuan dan latar belakang pendidikan peserta
pelatihan karena memerlukan pengujian lebih mendalam. Metode eksperimentatif perlu
dilaksanakan untuk mengetahui potensi masyarakat sasaran baik dalam menyerap ilmu/materi
yang diberikan maupun kemampuan dasar dalam mengolah limbah keyboard komputer
(craftmanship) agar memiliki nilai jual. PKM ini dilaksanakan dengan metode eksperimentatif
yaitu melalui eksperimen-eksperimen dengan membuat berbagai alternatif produk berbahan
limbah keyboard komputer yang mempertimbangkan aspek-aspek desain. Luaran hasil PKM
dalam bentuk penelitian kecil ini kemudian disusun secara deskriptif sebagai upaya untuk
menghimpun, memilah, menganalisis dan mengevaluasi data dan informasi yang diperoleh.

Setelah melakukan eksperimen, tim instruktur PKM akhirnya menyusun tahapan kerja dalam
melaksanankan program ini. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pelatihan dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab mengenai materi pelatihan,
dimulai dengan pengenalan terhadap alat, bahan, dan media yang digunakan.
b. Penyuluhan tahapan kerja dalam pengaplikasian hiasan dari tombol-tombol keyboard
komputer pada media bingkai melalui tahapan kerja secara praktika.
c. Praktik pembuatan hiasan pada media bingkai oleh para peserta pelatihan, dengan bimbingan
secara langsung dari para instruktur untuk mengarahkan peserta dalam setiap tahapan
pelaksanaan.
d. Pengembangan elemen estetis dan dekoratif pada benda bernilai guna untuk rumah tangga
dengan menggunakan tombol-tombol dari keyboard komputer dengan tema kreatif yang
dipilih oleh peserta pelatihan.
204
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KEYBOARD KOMPUTER UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

C. PEMBAHASAN
1. Gambaran Umum Daerah Kegiatan
Kegiatan PKM ini berlangsung di lingkungan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas
Trisakti yang berlokasi di Kampus A, Jakarta Barat. FSRD Universitas Trisakti merupakan
pusat keilmuan seni rupa dan desain di lingkungan urban kota Jakarta, dengan visi
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, untuk meningkatkan kualitas hidup dan
peradaban, sehingga menjadi lokasi pengembangan program pemanfaatan sumber daya yang
berasal dari limbah untuk mengurangi beban permasalahan lingkungan yang menjadi masalah
besar di kota Jakarta. Sesuai dengan visi di atas, maka program tersebut sejalan dengan misi
FSRD Universitas Trisakti untuk memajukan dan mengembangkan sumber daya manusia yang
berpengetahuan, berkarakter, mandiri, dan berjiwa wirausaha melalui peningkatan kualitas
kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Karyawan dan office boy di lingkungan FSRD Universitas Trisakti sebagai bagian dari
masyarakat kota Jakarta, merupakan sumber daya yang seyogyanya patut diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk pengembangan kemampuan personal terutama yang dapat bermanfaat bagi
lingkungan sekitar. Kepedulian terhadap lingkungan perlu dikembangkan di seluruh warga
Jakarta. Kepedulian ini dapat dilakukan antara lain melalui pemanfaatan limbah komponen
komputer yang banyak terdapat di lingkungan kampus. Limbah tombol-tombol keyboard
komputer yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal, dengan adanya pelatihan
keterampilan ini diharapkan dapat dibuat menjadi benda bernilai guna, yang dapat digunakan
baik sebagai benda sehari-hari seperti gantungan kunci, aksesoris, dan benda rumah tangga
seperti bingkai foto, tempat lilin, dan kotak perhiasan.

Pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilakukan di Ruang Kelas yang
menyediakan sarana prasarana yang dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan adanya
ketersediaan peralatan ini, diharapkan dapat memicu semangat para tenaga penunjang dan office
boy di lingkungan FSRD Universitas Trisakti untuk terus mengembangkan kreativitas dan
kepeduliannya terhadap lingkungan.

Gambar 1. Lokasi pelaksanaan PKM, ruang kuliah FSRD Usakti, dari tampak luar (gambar kiri) dan
bagian dalam ruang kelas (tampak kanan)
(Sumber: Awang E. N. R, 2015)

2. Basis Program Kegiatan


Kelestarian lingkungan dan kreativitas merupakan dua hal yang menjadi basis program kegiatan
ini. Sampah elektronik termasuk perangkat komputer, merupakan masalah besar bagi kelestarian
lingkungan di Indonesia. Studi yang dipublikasikan pada Jurnal Lingkungan menyebutkan
bahwa setiap tahunnya negara berkembang membuang 200 300 juta sampah perangkat
komputer. Angka ini diperkirakan akan meningkat hingga mencapai angka 400 700 juta
205
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KEYBOARD KOMPUTER UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

sampah komputer pada tahun 2030. Penyebabnya adalah meningkatnya kepemilikan komputer
dan perangkat elektronik lainnya. Pada saat yang sama, penemuan-penemuan baru di bidang
teknologi terus berkembang, sehingga masyarakat ingin memilikinya dan menyingkirkan barang
elektronik yang dianggap sudah tidak memenuhi kebutuhannya lagi
(http://green.kompasiana.com).

Angka daur ulang sampah elektronik masih sangat rendah, padahal sampah elektronik
merupakan limbah yang menggunakan material yang sulit didaur ulang dan banyak
mengandung bahan karsinogenik. Oleh karena itu untuk mengurangi dampak penumpukan dari
sampah elektronik ini, dilakukan langkah reuse dan recycle yang pada dasarnya masih dapat
dilakukan oleh pemilik dan pengguna perangkat elektronik tersebut, dalam hal ini adalah
keyboard komputer. Tujuannya untuk menghindari pencemaran dan kerusakan lingkungan,
mengurangi sampah anorganik yang sulit didaur ulang, dan menambah penghasilan dengan
menjual hasil daur ulang tersebut.

Gambar 2. Bahan baku keyboard komputer


(Sumber: Awang E. N. R, 2015)

Keyboard komputer pada dasarnya terdiri dari komponen papan plastik yang dilengkapi
dengan tombol dari masing-masing karakter atau perintah, yang digunakan untuk mengetik
rangkaian huruf dan angka. Tombol-tombol inilah yang dengan mengedepankan nilai artistik
dapat dimanfaatkan untuk membentuk benda-benda bernilai guna yang memiliki nilai artistik.
Keyboard komputer yang menjadi limbah adalah keyboard standar dengan tombol-tombol ada
yang berwarna hitam dan putih, untuk itu pada pelaksanaannya, dibutuhkan penguasaan aspek
teknik dan aspek seni dan kreativitas. Aspek teknik meliputi penggunaan sarana dan peralatan
pertukangan yang mendukung praktik pengolahan keyboard komputer, sedangkan aspek seni
dan kreativitas meliputi daya imajinasi dan kreasi untuk menghasilkan benda bernilai guna baru.
Aspek teknik akan menjadi tidak lengkap apabila tidak didukung oleh kedua aspek seni dan
kreativitas tersebut. Dengan menguasai keterampilan ini diharapkan para tenaga penunjang dan
office boy tersebut dapat bereksplorasi dan berkreasi dalam menghasilkan benda bernilai guna
baru. Keterampilan ini juga akan dapat dikembangkan menjadi sumber penghasilan baru.
206
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KEYBOARD KOMPUTER UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

3. Peserta dan Tim Pelaksana


Kegiatan pelatihan diikuti oleh para karyawan dan office boy di FSRD Universitas Trisakti.
Peserta program ini berjumlah 15 (lima belas) orang, peserta pria dan wanita, dengan rentang
usia 25-45 tahun.Tingkat pendidikan para peserta adalah SMP dan SMA/SMK. Peserta yang
meskipun dengan rentang usia cukup besar tetapi dengan tingkat pendidikan relatif sederajat ini
memudahkan pelaksanaan dalam proses pelatihan, karena terdapat kesamaan basis pengetahuan
dan pengalaman dari para peserta.Tim pelaksana adalah staf pengajar di Program Studi Desain
Produk, Universitas Trisakti, berjumlah 2 (dua) orang dengan latar belakang keilmuan Desain
Produk. Latar keilmuan Desain Produk mendukung pemahaman terhadap sifat dan karakteristik
material serta pengolahan yang tepat untuk menghasilkan produk bernilai guna baru yang
memiliki nilai estetis.

Gambar 3. Instruktur PKM sedang memberikan penjelasan kepada para peserta mengenai proses
pembuatan produk-produk yang akan menggunakan keyboard komputer sebagai material utama
(Sumber: Awang E. N. R, 2015)

4. Proses Pengerjaan
Produk yang dihasilkan oleh 15 orang peserta tersebut adalah produk rumah tangga yang
menggunakan tombol-tombol keyboard komputer sebagai bahan bakunya, yaitu bingkai foto,
gantungan kunci, dan jepit rambut. Setiap peserta disediakan 1 (satu) buah bingkai foto polos
berbentuk empat persegi panjang dan sejumlah gantungan kunci dan jepit rambut kosong untuk
praktika pada program pelatihan ini, serta berbagai jenis tombol-tombol keyboard komputer siap
olah. Keyboard komputer tersebut kemudian diolah dengan menghilangkan dudukan pada
bagian belakangnya ataupun tidak sehingga tetap menghasilkan ketinggian tertentu. Dari
berbagai huruf, angka, karakter, dan perintah yang terdapat pada tombol-tombol keyboard
komputer berwarna hitam dan putih tersebut, peserta dapat memilih huruf/angka/karakter/
perintah tertentu sesuai dengan keinginan dan kreativitas masing-masing. Peserta memiliki
kebebasan untuk menyusun huruf/angka/karakter/perintah tertentu sesuai dengan tema yang
dipilih oleh peserta, ataupun tidak menyusun dan menggunakan secara bebas tombol-tombol
keyboard komputer tersebut.
207
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KEYBOARD KOMPUTER UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

Gambar 4. Alat, bahan, dan material yang digunakan


(Sumber: Awang E. N. R, 2015)

Gambar 5. Proses pelepasan dasar tombol keyboard komputer dengan cara dipotong
menggunakan tang (kiri) dan dengan gergaji besi (kanan)
(Sumber: Awang E. N. R, 2015)

Gambar 6. Proses penempelan tombol keyboard komputer pada berbagai media


(Sumber: Awang E. N. R, 2015)

Perbedaan dapat dilihat dari individu yang mengerjakan, di mana target sasaran yang relatif
homogen tetap menghasilkan hasil yang berbeda dalam pemilihan tema, kualitas hasil, dan
tombol-tombol yang digunakan, yang mempengaruhi komposisi hasil akhirnya. Hasil akhir
208
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KEYBOARD KOMPUTER UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

dapat dikategorikan berhasil dan memuaskan, meskipun dengan latihan dan ketersediaan waktu
yang lebih banyak akan dapat dicapai hasil yang lebih maksimal. Proses pembuatan produk
rumah tangga yang telah dicontohkan oleh instruktur kemudian diikuti oleh seluruh peserta.
Tanya jawab berlangsung secara aktif sesuai dengan kesulitan yang dirasakan oleh para peserta
pada proses pengerjaan, dan dapat diatasi secara langsung dengan penjelasan dari para
instruktur. Antusiasme peserta dalam melaksanakan pelatihan menjadi kunci keberhasilan
program ini. Pada proses pengerjaan masih dibutuhkan adaptasi terhadap alat dan media, yang
disebabkan oleh jarangnya para peserta berinteraksi dengan alat dan media tersebut. Tetapi hal
tersebut dapat diatasi dengan bimbingan langsung dari para instruktur.

5. Hasil yang Dicapai


Produk yang dihasilkan dari pelatihan ini adalah bingkai foto, gantungan kunci, dan jepit
rambut, dan tempat alat tulis. Setiap peserta mampu mengerjakan pembuatan bingkai foto,
gantungan kunci, dan jepit, dengan proses penyiapan material tombol keyboard komputer dan
penempelan sesuai petunjuk pelaksanaan secara verbal dari instruktur. Keragaman hasil kreasi
para peserta merupakan hasil yang positif dan sesuai dengan ekspektasi program. Pemilihan dan
penentuan komposisi tombol menjadi hal yang menentukan dalam produk akhir, selain juga
penggunaan ragam elemen estetis dari alat-alat bantu yang dipilih.

Tidak ditemukan kegagalan hasil produksi, meskipun terdapat peserta pelatihan yang merasa
kurang puas akan hasil karya pribadi dengan membandingkan dengan hasil rekan peserta yang
lain, khususnya dalam hal komposisi huruf/angka/karakter/perintah yang terdapat pada tombol-
tombol keyboard komputer yang dipilih, kerapihan, keragaman kreasi, dan komposisi
keseluruhan. Sikap demikian bukanlah merupakan suatu kekurangan, melainkan menjadi
pemicu akan hasil yang lebih baik di masa mendatang.

Gambar 7. Sebagian peserta pelatihan dan hasil karyanya


(Sumber: Awang E. N. R, 2015)

Gambar 8. Jepit rambut dan gantungan kunci yang dibuat oleh para peserta pelatihan
(Sumber: Awang E.N.R, 2015)
209
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KEYBOARD KOMPUTER UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

Gambar 9. Produk akhir yang dihasilkan oleh peserta berupa tempat alat tulis (kiri) dan
bingkai foto (kanan)
(Sumber: Awang E. N. R, 2015)

D. SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Secara umum kegiatan pelatihan dalam program Pengabdian Kepada Masyarakat ini telah
berlangsung dengan baik dan memenuhi target tujuan dari sasaran. Pelatihan keterampilan
mendesain produk rumah tangga dengan memanfaatkan limbah elektronik berupa keyboard
komputer merupakan sebuah keterampilan baru bagi para tenaga penunjang dan office boy di
FSRD Universitas Trisakti, sehingga menjadi sebuah pengalaman baru yang mengesankan bagi
target sasaran.
Keterampilan baru menjadi pemicu terbukanya wawasan para peserta program, sehingga
menimbulkan keberanian dalam eksplorasi ide dan kreativitas yang terpendam. Setelah
pelatihan selesai, banyak ide dan keinginan yang bermunculan dari para peserta program, untuk
pengembangan media dan produk lain yang dapat menjadi media aplikasi limbah keyboard
komputer. Hal ini merupakan hal yang menggembirakan dari pihak kami selaku penyelenggara
dan instruktur pelatihan, karena pelatihan ini bermakna tidak hanya sampai saat pelatihan
selesai, tetapi menjadi pemicu pengembangan kreativitas secara berkelanjutan. Kendala teknis
merupakan hal yang wajar pada setiap keterampilan tahap awal dan bukan menjadi kendala
yang utama. Kendala teknis yang berakar pada masalah pengenalan media dan pembiasaan
teknik kerja akan dapat diatasi dengan kemauan untuk terus mencoba dan mengembangkan
kemampuan teknis pribadi.

2. Saran
Bagi pihak tenaga penunjang dan office boy sebagai peserta program:
Dengan keberhasilan pelatihan yang telah dilaksanakan, sebaiknya dijadikan landasan bagi
pengembangan kreativitas dan wujud kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Sebagai
tindak lanjut, pengembangan bisa dilakukan dengan mengembangkan berbagai produk lain
dengan memanfaatkan limbah elektronik yang ada di lingkungan FSRD Universitas
Trisakti.Pengembangan kreasi secara berkala diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk,
sehingga dapat menjadi sumber penghasilan baru dari peserta program. Hal ini dapat dicapai
dengan kesungguhan dan minat yang besar dari para peserta program untuk memanfaatkan
potensi diri dan potensi limbah elektronik yang tersedia di lingkungan kerjanya.
210
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH KEYBOARD KOMPUTER UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

Bagi pihak Universitas Trisakti:


Perlu ada pembinaan secara berkelanjutan terhadap sumber daya manusia yang ada dalam
lingkungan FSRD Universitas Trisakti, khususnya untuk mendukung program pembinaan
pemanfaatan limbah yang ada demi tebukanya sumber penghasilan tambahan bagi tenaga
penunjang dan office boy pada khususnya. Dukungan lain dapat berupa menyediakan tempat
dan sarana penjualan produk hasil pengolahan limbah di lingkungan FSRD Universitas Trisakti.

Pembinaan kelompok dalam target sasaran yang lebih besar akan memberi manfaat dan dampak
yang lebih besar terhadap kelestarian lingkungan. Pelatihan keterampilan yang dikuasai oleh
lebih banyak orang dan kesadaran serta wawasan kelestarian lingkungan perlu terus
dikembangkan. Untuk itu bagi pihak Lembaga Pengabdian Masyarakat, sangat dibutuhkan
dukungan bagi terlaksananya program pelatihan praktika sejenis, baik dalam bentuk fasilitas dan
dana maupun kebebasan pelaksanaan program. Program Pengabdian Masyarakat yang
dilaksanakan dalam bentuk pelatihan dan praktika keterampilan membutuhkan dana yang relatif
lebih besar, sehingga penempatan dana yang lebih berimbang mutlak diperlukan. Dengan dana
pelatihan yang lebih besar akan dapat menjangkau target sasaran yang lebih banyak dengan
produk akhir yang lebih besar pula. Selain itu perlu diadakan sosialisasi program-program yang
telah berhasil dilaksanakan dalam Pengabdian Kepada Masyarakat, sehingga dalam penyusunan
program selanjutnya dapat dilaksanakan secara berkesinambungan dan terencana, untuk
menunjang dan mengembangkan program yang telah lebih dahulu dilaksanakan. Program yang
dilaksanakan secara berkesinambungan seyogyanya akan memberikan manfaat lebih besar
kepada khalayak sasaran sebagai proses pengembangan sumber daya masyarakat dan
lingkungan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Pada kesempatan ini penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas semua
kemudahan yang diberikanNya sehingga pelaksanaan PKM maupun proses pengerjaan
penelitian kecil ini dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Penulis juga
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang mendukung
terlaksananya kegiatan PKM ini yaitu kepada pimpinan Fakultas Seni Rupa dan Desain, tim
instruktur, para peserta pelatihan, serta kepada panitia Seminar Nasional PKM FSRD
Universitas Trisakti yang telah menerima tulisan ini untuk dipublikasikan.

DAFTAR PUSTAKA
Cuffaro, Daniel. (2006). Process, Materials, and Measurements. Massachusetts: Rockport
Publishers.
Ekuan, Kenji. (1984). Beberapa Pemikiran Tentang Desain Indonesia. Jakarta: CV. Rajawali.
Garratt, James. (1996). Design and Technology. Cambridge, United Kingdom: Cambridge
University Press.
Heinz Frick, Heinz. (1999). Ilmu Bahan Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Irawan, Bambang. (2013). Dasar-Dasar Desain. Depok: Griya Kreasi.
Jones, J C., (1992). Design Methods. New York: Van Nostrand Reibhold.
Papanek, Victor. (1995). The Green Imperative. New York: Thames and Hudson.
Soetomo, Sugiono. (2009). Urbanisasi dan Morfologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

http://green.kompasiana.com
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS
SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR
Sangayu Ketut Laksemi Nilotama
Dosen Program Studi Desain Interior, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa no. 1 Grogol, Jakarta
0816-924966, e-mail: sangayu_laksemi@yahoo.com
Rezilia Noviyanda
Mahasiswa Program Studi Desain Interior, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa no.1 Grogol, Jakarta
E-mail: rezilianoviyanda@ymail.com

ABSTRAK
Lilin merupakan kebutuhan sekunder (pelengkap) dalam kehidupan manusia. Lilin akan sangat
dibutuhkan sebagai penerang bila listrik padam, bila perayaan ulang tahun, dan bila perayaan acara ritual.
Saat ini lilin memiliki fungsi dan bentuk lain, yaitu sebagai pembentuk suasana dalam ruang dan dapat
meniru berbagai macam bentuk, seperti bunga, buah, ice cream, es campur dan sebagainya. Penggunaan
lilin berkembang menjadi pelengkap dekorasi interior seperti: ruang tidur, ruang makan, spa, lobby hotel
dan sebagainya yang akan membentuk suasana ruang secara psikologis menjadi tenang, harum, romantis,
gembira, dan menyenangkan. Tujuan program pelatihan Pengabdian Kepada Masyarakat ini diharapkan
dengan mengikuti pelatihan ini peserta dapat mengasah kreatifitas, melatih kemampuan motorik, melatih
imajinasi dan menumbuhkan semangat berwirausaha serta menjadi masyarakat dengan kualitas hidup
yang baik dan sejahtera. Metode pelatihan dengan pendekatan ekperimental dan simulasi serta
pendampingan akan membuat program ini berjalan baik, tepat dan terarah, dapat memantau setiap proses
pembuatan lilin hias. Dari pelatihan ini dapat dilihat, bahwa para peserta memiliki ide dan kemampuan
imajinasi yang baik. Mereka mampu menerapkan ide dan imajinasi, mampu meniru bentuk-bentuk yang
diinginkan. Peran perguruan tinggi dalam hal ini FSRD Universitas Trisakti, diharapkan dapat
menindaklajuti ketingkat pengembangan desain dan membantu menjadi usaha industri kecil menengah,
sehingga kehidupan masyarakat kecil menjadi lebih baik dan sejahtera.

Kata kunci: lilin hias, elemen dekoratif, kreativitas, wirausaha.

ABSTRACT
Candles are secondary (i.e. supplementary) needs in human life. Candles are necessary as a source of
lighting when there is no electricity, for birthday celebrations, and for religious ceremonies. These days
candles can have various functions and forms, that is to create an atmosphere in a room and they can
take shape to be like a flower, ice cream, mixed shaved ice dessert, and others. Candle use evolved to be
complimentary to interior decoration in rooms such as the bedroom, dining room, spa, hotel lobby and
others that will make the atmosphere psychologically calmer, more fragrant, romantic, cheerful and fun.
The purpose of the training program Civil Service is for the participants to practice their creativity, train
their motoric capabilities, train their imagination, grow entrepreneurial spirit, as well as to have better
quality of life and welfare. Training method will be using experimental, simulation and accompaniment
approach, which will make the program run smooth, well targeted, appropriate and will follow all the
steps to the making of decorative candles. From this training it can be seen that every participants had
ideas and very good imaginations. They could apply their ideas and imagination to make candles in the
shapes that they wanted. The role of university, in this case the Art and Design Faculty of Trisakti
University, is envisioned to follow through the development of art and design, and to support small to
medium enterprises so that the life of the people will be better and more prosperous.

Key words: decorative candles, decorative elements, creativity, entrepreneurship.


212
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

A. PENDAHULUAN
Lilin dikenal bukan hanya sebagai sumber cahaya, tetapi lilin selama berabad-abad
dipergunakan untuk kegiatan yang bersifat simbolik dan ritual keagamaan. Lilin juga
dipergunakan sebagai sarana pelengkap peringatan perayaan suatu acara.
Berdasarkan sejarah sekitar 3000 SM, lilin pertama kali ditemukan oleh bangsa Mesir dan Kreta
dengan ditemukannya artefak tempat lilin di Mesir dan Pulau Kreta. Berdasarkan beberapa
sumber bahwa temuan adanya tempat lilin baru muncul pada abad ke-1. Politisi Romawi yang
hidup di sekitar abad I dan II, Pliny The Younger, menguraikan tentang benang rami berlapis ter
dan lilin alang-alang (batang alang-alang dikupas lalu dicelup lilin).

Bangsa Mesir membuat lilin dari bantuan lebah dikenal dengan sebutan lilin lebah. Lilin lebah
atau beeswax adalah lilin yang dihasilkan dari sarang lebah, sebagai bahan baku utama
pembuatan lilin. Kebutuhan lilin lebah saat itu hanya sebagai alat penerang buatan bila malam
telah tiba, mereka memerlukan cahaya di dalam gua, tenda dan rumah bahkan kerajaan. Cahaya
yang dihasilkan oleh obor berasal dari lilin sarang lebah dengan mempergunakan alang-alang
sebagai sumbunya. Lilin yang dihasilkan oleh lebah memiliki kualitas yang bagus, bertekstur
lembut, mempunyai bau yang khas/wangi, masa bakarnya lamadan sangat akrab dengan
lingkungan. Pada perkembangannya cahaya penerangan buatan tidak hanya bersumber dari
sarang lebah (lilin lebah), tetapi dari minyak lemak hewan. Minyak hewan yang dipergunakan
antara lain: lemak dari sapi, domba dan lemak ikan paus. Lilin dengan lemak ikan paus
(spermaceti) ditemukan pada masa Qui Shi Huang (259-210 SM) Kaisar pertama dari Dinasti
Qin (221-206 SM). Pada makamnya ditemukan lilin dibuat dari lemak ikan paus. Pencahayaan
lilin yang mempergunakan lemak binatang menghasilkan bau yang tidak enak, dan berasap
hitam. Bau yang tidak menyenangkan karena di dalam lemak lilin tersebut mengandung
gliserin. Lemak dari sapi dan domba menjadi bahan yang digunakan dalam standar lilin di
Eropa.

Di abad berikutnya, orang-orang Mesir Kuno mengganti batang alang-alang dengan sumbu serat
yang dicelupkan ke dalam lemak cair, didinginkan, dan kembali dicelupkan ke dalam lemak
cair, proses pencelupan berulang-ulang agar diperoleh ketebalan lilin yang diinginkan. Sehingga
diperkirakan bentuk awal lilin silinder langsing berwarna putih tersebut yang masih ada
bertahan sampai saat ini.

Gambar1: lilin silinder langsing berwarna putih


(Sumber: Chris Larkin, 1997)

Pada perkembangan selanjutnya lilin tidak hanya sebagai alat penerangan buatan, tetapi
memiliki fungsi dan bentuk lainnya. Di Eropa lemak binatang dipergunakan perusahaan
kosmetik sebagai bahan baku pembuatan sabun dan parfum. Pada masa kerajaan di Eropa, dan
masa penjajahan/perang dibeberapa belahan dunia, lilin dipergunakan sebagai perekat atau segel
213
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

untuk surat-surat rahasia. Bahkan lilin tersebut diberi tanda cap simbol dari kerajaan atau simbol
perorangan (bangsawan). Bahan baku lilin juga dipergunakan untuk menutup minuman
keras/arak. Sebagai penanda bahwa botol tersebut dalam kondisi tertutup rapat, kondisi alkohol
masih terjagadan memberi informasi cap logo perusahaan. Penggunaan lilin dibeberapa negara
penghasil keju, lilin juga dipergunakan untuk membungkus keju agar tahan lama dan tahan
cuaca pada saat penyimpanan.

Penggunaan lilin
sebagai segel,
kondisi alkohol
masih terjaga dan
sebagai cap logo
perusahaan

Gambar 2: Botol minuman dengan segel lilin.


(Sumber: Laksemi, 2014)

Lilin di Indonesia dikenali dalam beberapa fungsi, misalnya: lilin sebagai penerangan buatan,
lilin untuk mainan anak-anak, lilin/malam sebagai bahan dasar pembuatan batik.Lilin bukan
hanya memiliki fungsi tetapi juga memiliki makna/nilai dan menyampaikan simbol tertentu
misalnya dipergunakan pula untuk kegiatan ritual dan keagamaan seperti perayaan Imlek, Natal,
dan perayaan ulang tahun, bahkan lilin menjadi pelengkap suatu tarian dari Sumatra. Bentuk
lilin tidak lagi berbentuk silinder putih langsing dengan ukuran diameter 1-2 cm dan tinggi
10-15 cm, tetapi lilin sudah berbentuk silinder besar berwarna merah diameter mencapai 50 cm-
1 meter dan tinggi mencapai 2 meter. Untuk kebutuhan perayaan ulang tahun lilin sudah
memiliki bentuk-bentuk baru dan warna warni sesuai kebutuhan anak dan dewasa, seperti:
bentuk angka, bentuk silinder berulir, bentuk mobil, boneka, buah, bunga, tokoh Disney dan
sebagainya. Diyakini bahwa meniup semua lilin ulang tahun dalam satu tarikan napas disertai
doa permohonan berarti keinginan akan terkabul dan orang tersebut akan memperoleh nasib
yang baik di tahun mendatang.

Gambar 3: Berbagai macam bentuk dan warna lilin, dan berbeda fungsi.
(Sumber: Laksemi, 2015)
214
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

Gambar 4: Lilin dekoratif, lilin Imlek, tari Lilin.


(Sumber: http://diandracandle.wordpress.com/)

Walaupun saat ini lilin bukan hanya sebagai sumber cahaya disaat listrik padam, lilin tetap
dibutuhkan dan dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan lainnya, seperti: kegiatan relaksasi, yoga,
meditasi dan sebagai pelengkap dekorasi interior. Lilin jenis ini disebut lilin hias. Lilin hias
merupakan suatu hasil kreasi dari bahan lilin, yang berfungsi selain sebagai penerangan dan
dapat untuk membantu menciptakan suasana tertentu. Lilin sebagai elemen dekoratif interior
karenadapat dibentuk dan diberi warna sesuai keinginan, misalnya bentuk bunga, bintang,
matahari dan sebagainya. Lilin hias dapat mendatangkan ketenangan, suasana romantis, sahdu,
hening, khusyuk, bahagia, ceria dan sebagainya. Untuk menciptakan suasana dalam interior
tersebut lilin sudah dicampur dengan pewangi buatan yang mengeluarkan bau wangi
aromaterapi, bahkan wadah dan warna lilin juga mempengaruhi suasana ruang. Lilin hias
dipergunakan pada tempat ibadah seperti Kuil, Wihara, Gereja dan Pura; sedangkan lilin
dipergunakan sebagai pelengkap dekorasi interior ditempatkan di hotel, spa, bungalow, ruang
pernikahan, ruang keluarga, ruang makan dan dapur, ruang tidur, rumah makan, restoran dan
sebagainya.

Gambar 5: Pemakaian lilin pada meja makan dan spa


(Sumber: http://www.weddingku.com/blog/-alasan-memilih-tempat-resepsi-pernikahan-di-pullman-
jakarta-indonesia)

Berdasarkan perubahan fungsi lilin ini maka perkembangan bentuk lilin menjadi daya tarik
tersendiri dan kebutuhan akan lilin hias ternyata menjadi perhatian masyarakat sebagai
pelengkap dekoratif interior benda penghias interior. Atas dasar data-data tersebut maka usaha
untuk membuat lilin hias masih terbuka luas, dan akan terus diminati serta dicari oleh
masyarakat. Pembuatan lilin dari yang hanya mencelupkan sumbu ke dalam lilin, kini
pembuatan lilin dapat menggunakan mesin, alat pencetak lilin sederhana (silicon) dan alat
pencetak dari bahan bekas seperti gelas, botol, wadah dari seng, dan sebagainya.
215
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

Kreativitas menurut Primadi merupakan integrasi dari penghayatan, ia ada pada setiap proses
penghayatan. Dalam bidang pendidikan kreativitas tidak hanya dengan mempelajari seni,
tekonologi, humanitas, olahraga dan sebagainya. Dalam pendidikan melalui bermain proses
penghayatan tersebut akan tercapai secara utuh. Banyak ide kreatif yang bisa dilakukan
masyarakat untuk mengolah dan mengembangkan bahan baku lilin.
Untuk itu pendidikan tinggi Seni Rupa dan Desain khususnya program studi Desain Interior
diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat yang memerlukannya,
dengan cara memberikan pelatihan pembuatan lilin dekoratif.

Program kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini merupakan program pengembangan


ketrampilan masyarakat untuk berwirausaha dan dapat menghasilkan profit. Sumber pendanaan
untuk kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat bersumber dari dana Universitas Trisakti.
Kelompok sasaran yang akan diberikan pelatihan ini diutamakan adalah remaja putri, karang
taruna dan ibu-ibu. Pemilihan kelompok sasaran ini atas dasar jenis pelatihan lilin hias tentu
lebih diminati oleh para remaja putri dan putra (remaja putus sekolah) karena lilin mudah diolah
dengan berbagai cara, bentuk dan kreasi yang unik dan lucu.

Identifikasi Masalah
Pada umumnya masyarakat, belum menyadari bahwa lilin dapat diolah dan dibentuk dengan
mudah. Kurangnya pengetahuan mereka akan perkembangan desain kerajinan lilin dapat
menjadi salah satu ketrampilan yang dapat menambah penghasilan keluarga. Untuk itu pelatihan
ini akan memberikan informasi mengenai keunikan dan keungulan lilin. Memberikan pelatihan
ketrampilan cara membuat lilin dengan peralatan sederhana yang mudah diperoleh disekitar
rumah/lingkungan dan memberikan beberapa contoh-contoh pengembangan bentuk dan jenis
lilin hias yang diminati masyarakat.

Tujuan Kegiatan
Tujuan diadakannya kegiatan pelatihan ini adalah memberikan informasi, pengetahuan dan
ketrampilan cara membuat lilin hias bagi masyarakat kelompok sasaran. Dengan pelatihan ini
diharapkan masyarakat memperoleh manfaat bahwa ketrampilan membuat lilin hias dapat
dijadikan salah satu usaha yang mendatangkan profit. Bidang usaha pembuatan lilin hias akan
terus berkembang selama kebutuhan akan menciptakan suasana terentu dalam ruangan interior.
Dengan mengikuti pelatihan ini memberikan dan melahirkan ide-ide kreatif dalam
mengembangkan desain lilin hias, termotivasi untuk mengembangkan kearah wirausaha dan
mendatangkan profit.

B. METODOLOGI
1. Penentuan Kelompok Sasaran:
Pelatihan pembuatan lilin hias ini telah beberapa kali dilakukan, dengan kelompok sasaran
yang berbeda secara lokasi, tetapi terdapat kesamaan pada usia, status ekonomi menengah
kebawah, pendidikan SD-SMA, kelompok dan remaja putus sekolah yang tertarik untuk
mengenal lebih jauh tentang lilin.
Pada pelatihan tahun 2014, lokasi di TPA Yayasan Fadhilatul Ichlas, alamat: Kampung Baru,
Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Sumber daya manusia
karang taruna remaja putri dan putra ini sebagai kelompok sasaran berusia 12 sampai 18
tahun memiliki potensi untuk mengembangan ketrampilan dalam bidang kegiatan ini.
Kelompok sasaran yang terdiri dari usia muda ini sehari-hari disibukkan oleh kegiatan rutin
seperti: sekolah, bekerja (penjaga toko/warung), acara pengajian, dan kegiatan lain. Pelatihan
ketrampilan ini dapat mengisi waktu luang mereka agar lebih berkualitas dan bermanfaat
216
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

serta dapat membantu menambah penghasilan pribadi bahkan dapat membantu penghasilan
keluarga.
Pada pelatihan tahun 2015, berlokasi di Bengkel FSRD Usakti Jakarta. Sumber daya
kelompok sasaran adalah karyawan cleaning service, berusia 18 30 tahun. Sehari-hari
mereka bekerja dikampus, sehingga memerlukan pengetahuan tambahan untuk penghasilan
tambahan.
2. Pelaksanaan program Pengabdian Kepada Masyarakat ini mempergunakan metode pelatihan.
Di dalam metode ini instruktur memberikan penjelasan dalam bentuk ceramah dengan
mempergunakan bahasa yang sederhana agar mudah dipahami, mempergunakan media
power point agar peserta dapat membaca dan melihat gambar/contoh lilin hias yang akan
dibuat. Instruktur juga memberikan kesempatan peserta untuk bertanya, diskusi dengan cara
pendampingan. Pada pelatihan ini instruktur dibantu beberapa tenaga dosen dan beberapa
mahasiswa sehingga dapat mengurangi kesalahan penyampaian teknis pembuatan lilin.
Proses pendampingan diberikan pada saat proses pelatihan sedang dilaksanakan sehingga
proses pembuatan lilin tahap demi tahapdapat dimengerti dan dipahami oleh kelompok
sasaran. Instruktur juga memberikan beberapa contoh hasil karya lilin hias (alat peraga) yang
sudah dikerjakan, sehingga para peserta dapat tertarik untuk menghasilkan karya yang sama
atau bahkan lebih kreatif. Penjelasan mengenai teknik atau cara pembuatan lilin sangat
sederhana dan mudah dilakukan, seperti teknik celup, teknik cetak, teknik tuang. Agar
penyampaian pelatihan ini efektif, jumlah peserta pelatihan dibatasi 15-20 orang.
Lama pelatihan dirancang 3-4 jam, karena untuk melihat hasil pelatihan berpatokan pada
proses pembuatan lilin memerlukan waktu yang cukup lama.
Peserta akan melihat hasil karyanya setelah lilin mengeras, membekudan dingin (kira-kira 1-
2 jam). Setiap peserta disarankan untuk membuat 3 karya yang berbeda secara bentuk dan
tekniknya. Peserta diberikan 3 macam bentuk wadah/alat cetakan, untuk tahap pertama
peserta bersama-sama membuat lilin juice, tahap kedua membuat lilin ice cream dan tahap
ketiga membuat es campur. Untuk mencapai bentuk-bentuk tersebut, dipergunakan metode
simulasi.Peserta diminta untuk membuat tiruan/menyerupai dari minuman juice, ice cream
dan es campur. Peserta dapat melihat contoh-contoh gambar agar dapat membantu imajinasi
dan ide.
3. Pengenalan bahan baku dan peralatan.
Peserta kadang mengasumsikan pembuatan lilin memerlukan peralatan dan bahan yang
mahal serta sulit diperoleh. Padahal peralatan membuat lilin dapat mempergunakan barang-
barang bekas, seperti panci masak ganda (panci bekas), pengaduk, thermometer, gelas ukur,
cetakan dan sebagainya. Pada proses pengenalan ini, instruktur memberikan makalah yang
isinya mengenai peralatan dan bahan, cara membuat lilin dan informasi tempat membeli
bahan baku lilin. Tujuan memberikan makalah tersebut, dengan pertimbangan bahwa setiap
tahapan pembuatan lilin merupakan suatu yang penting dilaksanakan dipatuhi agar hasilnya
sesuai yang diharapkan. Walaupun sesungguhnya proses pembuatan lilin itu sangat mudah
dan sederhana. Lokasi pengerjaan dapat dilakukan di rumah sebagai wujud kegiatan industri
kecil rumah tangga.Pembuatan lilin dapat dilakukan dengan mudah oleh para kelompok
sasaran sebagai salah satu kegiatan yang bermanfaat dan berdaya guna. Persyaratan penting
untuk seseorang yang akan membuat lilin adalah harus mengerjakan dengan bersih, kreatif
dan membutuhkan kesabaran. Bahan baku lilin yang tumpah akan berdampak meja dan lantai
menjadi licin, dan diperlukan kesabaran karena proses mengeras dan menjadi beku lilin
menghabiskan waktu 30 menit sampai 1 jam. Pelatihan ini mempergunakan metode
eksperimentatif dan metode simulasi, karena untuk mengetahui potensi peserta, setiap karya
yang dibuat terdapat kemungkinan kesalahan dan kegagalan. Dibutuhkan kepekaan dan
kreatifitas, karena membuat lilin hias memerlukan imajinasi dan ide, ketrampilan memahami
bentuk, karakteristik wadah cetakan, dan memadukan warna.
217
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

Peserta bereksperimen dalam 3 bentuk wadah dan 3 jenis lilin (dengan bahan dasar, menjadi
suatu bentuk yang memiliki daya jual, tampilan bentuk lilin harus menarik dalam berbagai
variasi, seperti warna warni, transparan dan kenyal, bentuk padat, wangi/aromaterapi dan
kombinasi.
4. Monitoring dan Evaluasi.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan dalam upaya mengetahui dan memantau
ketertarikan peserta untuk mendalami ketrampilan ini. Instruktur wajib mengetahui bila
terjadi kendala atau masalah dalam keberlanjutan pelatihan ketrampilan ini. Kemungkinan
beberapa peserta ingin membuat usaha dari pelatihan ini, atau peserta tidak tertarik untuk
mendalami ketrampilan ini. Instruktur wajib untuk memberikan jalur-jalur penjualan karya,
dan memberikan pelatihan berkelanjutan bila diinginkan oleh peserta kelompok sasaran.
Pelatihan berkelanjutan meliputi pengembangan teknik/cara, seperti: lilin tumbuk, lilin pilin,
lilin gulung, dan lilin apung. Mendata kemungkinan terdapat kesalahan dalam teknik
penyampaian baik sarana dan prasarana saat pelaksanaan. Mendata dan mencatat hasil kreasi
para peserta, kemudian memberikan saran-saran untuk perbaikan dan pengembangan hasil
kreasi para peserta.

C. PEMBAHASAN
Kelompok sasaran pelatihan ini adalah para remaja putri dan putra, dan karyawan bagian
kebersihan kampus. Mayoritas dari para peserta ini belum memiliki ketrampilan lain, mereka
berkeinginan untuk mendapatkan pelatihan ketrampilan seperti ini, dari status ekonomi
menengah ke bawah. Dari sisi penghasilan yang rendah mereka tidak cukup untuk menghidupi
keluarga dan pendidikan rata-rata tamatan SD dan SMP.
Pelatihan untuk para remaja putri dan putra dilaksanakan di TPA Yayasan Fadhilatul Ichlas,
alamat: Kampung Baru, Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
Kelompok sasaran lainnya merupakan karyawan cleaning service FSRD, berusia 20-30
tahun.Jumlah peserta yang ikut pelatihan ini sebanyak 15-20 orang.
Tahap pertama Teori: instruktur menjelaskan dengan power point informasi perkembangan lilin.
Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan peralatan dan bahan untuk membuat lilin.Instruktur
memperlihatkan alat peraga macam-macam bentuk lilin dan perubahannya.Lama presentasi 15
20 menit.
Tahap kedua Peragaan: instruktur memberi peragaan tahapan cara pembuatan lilin, dalam situasi
ini para peserta diberikan kesempatan untuk melihat lebih dekat agar dapat memperhatikan
dengan jelas. Peserta juga diberikan kesempatan untuk bertanya. Lama presentasi 30 menit.
Tahap ketiga Praktek: setelah peserta melihat dan mendengarkan instruktur, peserta diminta
untuk langsung membuat 3 bentuk lilin: juice, ice cream dan es campur. Peserta diminta untuk
bekerja secara berkelompok, agar para instruktur dapat memantau proses pembuatan. Lama
proses pengerjaan ini kurang lebih 2-3 jam.

Peralatan dan Bahan:


1. Peralatan yang harus dipersiapkan untuk pembuatan lilin adalah :
Dua buah Panci aluminium yang berbeda ukuran. Dua panci ini akan dipergunakan bersamaan
(panci masak ganda). Pengaduk dari bahan kayu atau aluminium.Cetakan dari bahan gelas,
stainless, bahan silicon, aluminium; terutama bahan tahan panas dan tahan pecah. Alat cetakan
seperti cetakan es batu, cetakan bentuk bunga, cetakan bentuk buah dan sebagainya. Gelas dan
corong air untuk menuangkan lilin ke cetakan.Kompor, koranbekas untuk menutupi meja
praktek agar tidak terkena bahan lilin. Kain pembersih, gunting, cutter, tang, alat timbang,
parutan.Thermometer, merupakan alat penting dalam menentukan suhu ideal lilin cair,
dibutuhkan thermometer yang dapat mengukur suhu diatas 120 derajat celcius. Tabing, sebagai
struktur dasar pembuatan lilin, terbuat dari bahan logam atau aluminium. Fungsi tabing adalah
218
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

untuk menstabilkan posisi sumbu saat lilin dituang dalam cetakan. Tabing sangat penting dalam
kelangsungan nyala sumbu. Selain tabing aluminium, alat lain yang dapat dipergunakan yaitu
kancing baju, lilin mainan anak, payet, dan lem kaca dapat pula dipergunakan pengganti tabing.
Untuk membantu menstabilkan sumbu dipersiapkan pula alat bantu seperti lidi, supit.

Gambar 6: Panci masak ganda bahan aluminium


(Sumber: Laksemi 2015)

Gambar 7: Pengenalan peralatan cetakan dari bahan plastik, stainless, gelas,


silicon dan cetakan lainnya.
(Sumber: Laksemi 2015)

2. Bahan yang dipergunakan untuk membuat lilin.


Paraffin cair dan paraffin blok. Paraffin merupakan bahan dasar utama pembuatan lilin.
Terdapat dalam bentuk cair dan dalam bentuk blok/padat. Paraffin cair dipanaskan sampai
mencapai suhu 120 derajat celcius, berwarna bening seperti air. Paraffin blok akan
mencair/meleleh dalam suhu 40 - 70 C. Lilin Jeli, berbentuk granula (seperti serpihan
stereoform) berwarna putih. Paraffin cair akan mengental jika dicampur dengan lilin jeli. Proses
percampuran lilin jeli dan lilin cair terjadi dalam suhu 110 derajat celsius. Apabila percampuran
dilakukan dalam suhu rendah, paraffin tidak akan mengental. Semakin banyak lilin jeli, hasil
campuran akan mengental. Perbandingan umum, 9 (sembilan) paraffin cair: 1 (satu) lilin jeli.
Stearic Acid, merupakan bahan dasar utama lilin lainnya. Sebagai bahan dasar agar lilin dapat
menyala (tahan lama) dan lilin tidak hitam bila dibakar. Stearic Acid meleleh dalam suhu 60-70
derajat celcius. Stearic Acid merupakan bahan lilin berbentuk cair.
Sumbu, merupakan bahan dasar utama lilin. Lilin akan berfungsi bila terdapat sumbu. Diameter
sumbu sangat penting dalam ketahanan nyala lilin, sesuai dengan besar kecilnya bentuk lilin.
Sumbu dikenal dalam tiga macam bahan: katun, polyester dan campuran keduanya. Diantara
ketiga bahan ini, sumbu katun yang paling tepat untuk lilin. Ukuran sumbu disesuaikan dengan
bentuk dan ukuran lilin. Diameter sumbu yang ada: sangat kecil (0,1 inci), (1-2 inci, sedang (3-4
inci), besar (lebih dari 4 inci).Pewarna, dapat berupa cat akrilik, cat minyak atau bubuk pewarna
khusus.
Pewangi, pada umumnya semua bahan pewangi dapat dipergunakan, syaratnya terdapat pelarut
minyak. Pewangi dapat diberikan pada saat proses pencairan lilin atau diteteskan saat lilin siap
dinyalakan. Pewangi yang terdapat dipasar: rose (mawar), vanila, lavender, sandal wood, dan
219
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

melati. Vaselin atau minyak sayur, untuk memudahkan mengeluarkan lilin dari cetakan.Vaselin
dioleskan pada permukaan dalam cetakan, saat lilin telah keras/membeku akan lebih mudah
mengeluarkannya dari cetakan.

Gambar 8 : Paraffin blok, lilin lebah (beewax)


(Sumber: Laksemi, 2015)

Gambar 9: Stearic acid dan bubuk pewarna


(Sumber: Laksemi, 2015)

Cara pembuatan lilin secara umum:


Perlu dipastikan bahwa semua bahan dan peralatan dalam keadaan bersih dan kering. Membuat
lilin memerlukan aturan bekerja dengan rapi dan bersih, karena bila cairan lilin menetes dimana-
mana menempel dilantai atau meja akan lama membersihkannya. Tahapan pertama: siapkan
kompor, panci masak ganda. Panci diameter besar dan panci diameter lebih kecil. Panci besar
diisi air kurang lebih sepertiga/setengah panci, dipanaskan sampai air mendidih. Setelah
mendidih letakkan panci kecil di dalam panci besar. Panci kecil harus bersih tidak terkena air.
Sebelum panci kecil panas oleh uap air, masukkan stearic acid. Setelah stearid acid meleleh
masukkan pewangi, kemudian diaduk dengan pengaduk kayu/aluminium. Setelah tercampur
masukkan paraffin blok/paraffin cair kemudian diaduk hingga paraffin meleleh.

Tahapan ke dua, proses di atas akan menghasilkan lilin berwarna bening/putih. Warna asli
paraffin.Bila ingin menghasilkan lilin berwarna putih, cairan ini dapat langsung dituangkan
dalam cetakan.Untuk memberikan warna-warna lain seperti kuning, merah, biru coklat dan
sebagainya, cairan bening/putih ini dapat diberikan warna sesuai pilihan. Pemberian warna tidak
perlu banyak sesuaikan dengan keinginan yang diharapkan.
Tahapan ketiga, Pewangi.Setelah lilin bening meleleh, berikan beberapa tetes/sendok kecil
cairan pewangi, kemudian diaduk hingga cairan tersebut menyatu.Bila bau wangi dirasakan
kurang, dapat ditambahkan sesuai keinginan.
220
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

Tahapan keempat, untuk menghasilkan warna lilin yang berbeda-beda perlu disiapkan panci
kecil lainnya. Lilin cair pada dasarkan akan memerlukan waktu 20 - 30 menit untuk proses
membeku/padat tergantung besar kecilnya cetakan. Untuk mencairkan lilin dalam panci kecil
letakkan panci kecil didalam panci besar yang terdapat air panas. Uap panas akan membuat lilin
kembali mencair.

Tahapan kelima, proses tuang pada cetakan. Persiapkan cetakan (gelas, aluminium dll) yang
telah dipasang sumbu. Sebelum lilin cair dituang, alat cetakan dioleskan vaselin/minyak sayur
terlebih dahulu. Tuangkan lilin cair ke cetakan dengan perlahan-lahan mempergunakan corong
agar percikan lilin cair tidak mengotori dinding-dinding gelas. Percikan lilin cair yang
menempel di dinding cetakan akan merusak warna lainnya. Tuangkan lilin cair perlahan-lahan
dengan tujuan agar mengetahui kekuatan alat cetak yang dipergunakan, akan tahan panas/tidak
pecah, atau tidak bocor.

Tahapan keenam. Biarkan lilin mengeras dan dingin. Setelah dingin dapat dituang kembali
warna kedua sesuai kreasi, dan seterusnya sampai gelas tertutup cairan lilin.Gelas transparan
akan memperlihatkan lapisan warna warni lilin, tekstur warna yang dihasilkan. Gelas
transparan/cetakan yang diameternya sama dari atas sampai bawah (berbentuk silinder) tepat
dipergunakan sebagai cetakan, karena mudah dilepaskan. Permukaan lilin tidak akan rata,
sehingga untuk membuat rata dapat mengiris/memotong bagian-bagian tersebut dengan pisau
yang panas. Tahapan terakhir Gunting dan rapikan sumbu lilin.

Cara membuat Sumbu lilin:


Celupkan sumbu lilin kedalam cairan bening, buatlah sebanyak mungkin di awal persiapan
membuat lilin. Biarkan agar lilin membeku dan kering pada sumbu, setelah kering, uraikan
sumbu agar tidak saling menempel.

Gambar 10: Cara membuat sumbu lilin, tabing dan cara meletakkan sumbu lilin.
(Sumber: Laksemi 2014)

Beberapa bahan pendukung untuk menghasilkan kreasi lilin hias.


Untuk menghasilkan kesan es batu, tuangkan lilin cair bening ke cetakan es yang telah
dioleskan vaselin.Setelah lilin membeku, lepas lilin tersebut dari cetakan.Buatlah beberapa
warna lain dengan mempergunakan cetakan bunga, buah, binatang, bintang dan sebagainya.
Lilin-lilin beku berwarna-warni dapat dipergunakan sebagai serbuk gula, dan lainnya dengan
cara lilin warna tersebut diparut atau dipotong-potong menjadi bongkahan kecil tidak beraturan.
Lilin hias dapat mempergunakan hiasan lainnya seperti: daun/bunga kering, kerang, pasir laut,
kerikil, kayu manis, rempah-rempah dan sebagainya. Lilin hias berbentuk es campur, es lilin/ice
cream dapat dipersiapkan hiasan seperti sedotan, sendok kecil, payung kecil, dan stick ice
cream.
221
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

Gambar 11: Contoh bentuk-bentuk lilin hias: ice cream


(Sumber: Chris Larkin, 1997)

Dibawah ini merupakan dokumentasi kegiatan pelatihan pembuatan lilin hias:

Gambar 12: Suasana pelatihan peserta mendengarkan dan mengamati tahapan membuat
lilin (2014)
(Sumber: Laksemi 2014)

Gambar 13: Tim instuktur bersama hasil karya pelatihan (2014)


(Sumber: Laksemi 2014)
222
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

Gambar 14: Hasil karya pelatihan Lilin Hias di TPA Yayasan Fadhilatul Ichlas, Kampung Baru,
Kelurahan Sukabumi Selatan, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, 2014
(Sumber: Laksemi 2014)

Gambar 15: Hasil bentuk lilin juice, lilin ice cream dan lilin es campur
(Sumber: Laksemi 2014)

Gambar 16: Presentasi dengan mempergunakan power point, penjelasan mengenai peralatan dan
bahan baku serta peserta memperlihatkan beberapa alat peraga, 2015.
(Sumber: Laksemi 2015)
223
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

Gambar 17: Para instruktur pelatihan lilin hias, 2015


(Sumber: Laksemi 2015)

Gambar 18: hasil karya pelatihan lilin hias karyawan FSRD, 2015
(Sumber: Laksemi 2015)

Gambar 19: Hasil pelatihan lilin hias karyawan FRSD, 2015.


(Sumber: Laksemi 2015)
224
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

D. SIMPULAN DAN SARAN


Dahulu persepsi masyarakat mengenai lilin bahwa lilinakan berfungsi bila sudah dibakar, tetapi
ternyata lilin akan juga berfungsi bila tidak dibakar. Secara estetis bisa menjadi benda
hiasan/dekoratif yang sangat unik dan indah untuk dilihat, sehingga sayang untuk dibakar. Lilin
dapatdiolah dalam berbagai cara, bentuk dan sesuai kreasinya serta lilin dapat dibuat menjadi
lilin hias/dekoratif dan dapat menjadi industri rumah tangga. Pada pelatihan ini dihasilkan dua
macam lilin hias elemen dekoratif interior, yaitu lilin hias aromaterapi dan lilin hias untuk
pesanan khusus seperti souvenir pernikahan, pesanan toko kue, restoran, caf dan sebagainya.
Salah satu yang terpenting peran Lilin hias dan lilin aromaterapi dapat membangun/membentuk
suasana ruang, sehingga para pemakai ruang tersebut secara psikologis merasa nyaman, santai,
tenang, senang, gembira dan bergairah. Lilin hias untuk restoran akan membantu konsumen
mengetahui bentuk/jenis makanan yang dijual. Keunggulan lilin adalah mampu mengikuti
bentuk cetakan dan sangat mudah dibentuk sesuai keinginan. Lilin akan menyerupai bentuk
makanan sate, mie ayam, spaggeti, ice cream, es campur, es cendol, ice capucino dan
sebagainya. Lilin dapat menjadi elemen dekoratif benda pajang/etalase makanan untuk window
display suatu restoran atau caf.

Gambar 20: Kerajinan Lilin Hias sebagai elemen dekoratif interior window display restoran Jepang.
(Sumber: Laksemi 2015)

Kegiatan ketrampilan dalam rangka mengisi waktu luang, dan menambah penghasilan keluarga
ternyata sangat diperlukan oleh sebagian besar kelompok masyarakat ini, terutama para remaja
putus sekolah. Pengembangan ketrampilan dan kreativitas dapat diperoleh dari berbagai cara,
salah satunya dengan pelatihan. Kegiatan pelatihan dapat dilanjutkan ketahap pengembangan
ketrampilan agar masyarakat kelompok sasaran lebihdapat mengembangkan ide dan
kreativitasnya. Pelatihan ketrampilan dapat berguna untuk masyarakat dalam mempersiapkan
masa depan dan mempersiapkan masa pensiun, agar mereka dapat tetap beraktivitas dan tetap
dapat menghasilkan uang. Diharapkan masyarakat kelompok sasaran ini dapat terus berlatih
mengembangkan ketrampilan ini.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kami mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas
Trisakti dan Lemdimas yang telah memberikan kesempatan dan dana untuk pelaksanaan
program kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini. Terima kasih kami haturkan kepada
kelompok sasaran yang telah mengikuti pelatihan ini dengan semangat dan memberikan karya-
karya lilin hias yang baik dan menarik untuk dapat ditingkat kualitasnya. Semoga pelatihan ini
bermanfaat dan dapat ditindaklanjuti.
225
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELATIHAN PEMBUATAN LILIN HIAS SEBAGAI ELEMEN DEKORATIF INTERIOR

DAFTAR PUSTAKA
Chris Larkin. (1997). The Book of Candlemaking, Creating Scent, Beauty and Light. New York:
Sterling Publishing Co., Inc.
Murhananto, Ria Aryasatyani. (2002). Aneka Cetakan Lilin Hias. Jakarta: Puspa Swara.
Murhananto, Ria Aryasatyani. (2003). Membuat Lilin Apung. Jakarta: Puspa Swara.
Murhananto, Ria Aryasatyani. (2004). Membuat dan mendekorasi Lilin. Jakarta: Puspa Swara.
Murhananto, Ria Aryasatyani. (2004). Membuat Kreasi Lilin Jeli. Jakarta: Puspa Swara.
Primadi Tabrani. (2006). Kreativitas dan Humanitas: Sebuah Studi Tentang Peranan
Kreativitas dalam Perikehidupan Masyarakat. Yogyakarta. Jalasutra.
Very Apriyatno, Murhananto. (2003). Membuat lilin Motif, lilin berjuta keunikan. Jakarta:
Kawan Pustaka.

http://rekanbunda.blogspot.co.id/2013/02/bahan-baku-terbuatnya-lilin.html
http://berusaha-maju.blogspot.co.id/2010/03/asam-stearat-stearic-acid.html
http://www.amazine.co/25639/apa-itu-asam-stearat-ketahui-karakteristik-manfaatnya/
http://isidunia.blogspot.co.id/2012/01/asal-mula-kue-ulang-tahun-dan-tiup.html
PELESTARIAN BADAK BERCULA SATU DI UJUNG KULON
Usman Lubis
Program Studi Desain Interior FSRD Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa no. 1, Jakarta
Eveline C.S
Program Studi Desain Produk FSRD Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa no. 1, Jakarta
E-mail: eveline.cocotte@gmail.com

ABSTRAK
Indonesia kaya dengan beragam jenis satwa, yang tersebar diseluruh wilayah nusantara. Diantara
sekian banyak jenis satwa, ada beberapa yang akhir-akhir ini sangat memprihatinkan keberadaannya,
yaitu badak bercula satu atau badak Jawa (Rhinocerossondaicus). Badak bercula satu yang hingga
saat ini dapat dikatakan masih ada, namun hanya dalam jumlah yang sedikit sekali, dengan populasi
sekitar tidak lebih dari 60 ekor badak. Keberadaan badak bercula satu yg sudah terancam punah kini
makin mengkhawatirkan. Populasi badak yang saat ini hanya ada di Taman Nasional Ujung Kulon
(TNUK) di Banten itu terus berkurang. Di daerah kabupaten Pandeglang yang merupakan tempat
wisata berkunjung, banyak upaya telah dilakukan untuk membantu pelestarian badak bercula satu,
dengan menampilkan bentuk badak bercula satu menjadi bentuk cenderamata. Kreatifitas dari
beberapa perajin yang ada di daerah Pandeglang menampilkan karya karya ukiran badak bercula satu
yang cukup variatif, dengan memanfaatkan beberapa bahan yang didapatkan dari lingkungan
sekitarnya dan dipadukan menjadi satu kesatuan dalam bentuk cenderamata badak bercula satu yang
menarik. Selain dari bahan-bahan alam yang ada, juga muncul ide-ide kreatif dengan memanfaatkan
beberapa bahan limbah. Pemanfaatan limbah kulit telur diantaranya menjadi satu alternative bahan
pendukung untuk dekorasi pada badak bercula satu. Untuk menampilkan karya kreatif perajin agar
dapat memiliki nilai jual tinggi dan bersifat komersial, diperlukan penyuluhan dan pelatihan desain,
pemasaran dan hak cipta.

Kata kunci : cenderamata badak bercula satu, kreatifitas, pemasaran

ABSTRACT
Indonesia is rich in various types of animals, which are scattered throughout the archipelago. Among
the many types of animals, there are some that lately is very alarming existence, namely rhinoceros
or the Javanese rhinoceros (Rhinoceros sondaicus). Rhinoceros until now can be said to still exist,
but only in very small amounts once, with a population of no more than 60 rhinos The existence of
one-horned rhinos who have been threatened with extinction is now more worrying. Rhino
population which currently exist only in Ujung Kulon National Park (TNUK) in Banten was steadily
decreasing. In the area of Pandeglang district which is a tourist spot to visit, many attempts have
been made to help preserve the one-horned rhino, by showing the form of one-horned rhinos into the
form of souvenirs. Creativity of some of the crafters in the area Pandeglang displays works of carved
rhinoceros quite varied, by utilizing some of the material obtained from the surrounding environment
and combined into a single entity in the form of souvenirs rhinoceros interesting. Aside from natural
materials are there, also appeared creative ideas by utilizing some of the waste material. Eggshell
them became a supporter of alternative materials for decorating the one-horned rhino. To display the
creative work of craftsmen in order to have high sales value and is a commercial, needed counseling
and training design, marketing and copyright.

Keywords: rhinoceros souvenir, creativity, marketing.


227
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELESTARIAN BADAK BERCULA SATU DI UJUNG KULON

A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Desa Cibadak dan Desa Tangkilsari terletak di Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang,
masyarakatnya terkenal sebagai pembuat souvenir badak bercula satu. Desa ini memiliki potensi
pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan pariwisata. Salah satu kegiatan untuk
mendukung pariwisata adalah adalah adanya industri kerajinan tangan patung badak kayu,
berlokasi di Kecamatan Cimanggu dan Sumur. Potensi wilayah mendukung keberadaan
kerajinan kayu ini. Beberapa potensi untuk prospek pengembangan kerajinan adalah lahan
tersedia status kepemilikan tanah adalah milik rakyat, peluang investasi terbuka untuk
Penanaman Modal Dalam Negeri, sarana dan prasarana pendukung prasarana jalan baik,
jaringan listrik dan telpon tersedia begitu juga dengan tenaga kerja. Kerajinan patung badak asal
Kecamatan Cimanggu dan Sumur ini sudah mulai dikenal luas dan turut menghiasi pameran
pembangunan.

Souvenir ukiran badak bercula satu ini dibuat dari sisa kayu yang telah dimanfaatkan untuk
pembuatan kusen bangunan, lemari dan sebagainya. Sisa-sisa kayu ini belum dimanfaatkan
secara optimal. Selain souvenir badak, dari potongan kayu sisa tersebut juga dimanfaatkan
untuk kerajinan lain seperti tempat gula, kopi, teh, sendok garpu dan sumpit dengan ujung
kepala badak.

Badak bercula satu merupakan salah satu satwa yang dikonservasi dan merupakan lambang ciri
khas wilayah Banten. Daerah tersebut sangat subur dan banyak berbagai jenis vegetasi yang
dapat dijadikan sumber bahan baku. Potensi daerah tersebut dapat dikembangkan menjadi
daerah basis ukir kayu. Untuk mencapai maksud tersebut perlu dilakukan langkah-langkah
pengembangan masyarakat untuk menguasai teknik ukir kayu yang benar. Jenis ukiran yang
dipilih sebagai ukiran favorit dan spesifik yaitu badak bercula satu sesuai dengan karakteristik
daerah. Diharapkan masyarakat mampu memproduksi ukiran kayu dengan benar, baik dan
berdaya jual tinggi.

Gambar 1. Kerajinan patung badak


(Sumber: http:potensi-kabupaten-pandeglang.pdf)

Pembuatan kerajinan patung badak ini dilakukan bersama antara warga di Desa Cibadak dan
Desa Tangkilsari Kecamatan Cimanggu. Kelompok perajin pembuat patung badak berada di
Desa Cibadak sebanyak 7 orang yang mana harga patung badak bervariasi. Untuk patung badak
ukuran kecil (5 cm) harganya Rp 7.000,-/patung. Untuk ukuran patung yang besar (20 cm)
seharga Rp 20.000,-/patung. Dalam proses finishing dilakukan di Desa Tangkilsari, dimana
perjalanan dari desa Cibadak Ke Tangkilsari memakan waktu kurang lebih 30 menit dengan
228
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELESTARIAN BADAK BERCULA SATU DI UJUNG KULON

mengendarai sepeda motor. Proses finishing dilakukan oleh perajin batik untuk pakaian patung
badak 2 orang, sablon 2 orang, jahit 1 orang dan kerajinan 1 orang. Sampai dengan saat ini,
produksi tergantung dari pesanan yaitu jika ada pameran atau dari daerah wisata (resort di
Anyer). Sebagai contoh, pesanan sumpit dengan kepala badak mencapai jumlah pesanan lebih
dari 10.000 buah tapi karena kemampuan 1 bulan hanya mampu beberapa puluh patung, maka
pesanan tidak dapat dipenuhi. Harga jual kerajinan patung badak ini berkisar antara Rp 12.000 -
Rp 45.000 tergantung dari besar kecilnya ukuran patung badak.

Keberadaan perajin patung badak ini secara langsung maupun tidak langsung mengangkat
potensi daerah seperti meningkatnya perekonomian dan meningkatnya kunjungan wisata.
Prospek jual kerajinan patung ini dapat ditingkatkan jika kelompok perajin tersebut
mendapatkan bimbingan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sehingga dapat dikembangkan
produksinya dan dipasarkan ke daerah wisata di sekitarnya. Daerah wisata sasaran adalah Ujung
Kulon, Pulau Umang dan Carita.

memiliki sumber daya manusia (SDM) yang dapat dikembangkan sebagai perajin. Jumlah
perajin badak bercula satu pada kedua desa tersebut masih sedikit, padahal sumber tenaga kerja
usia produktif cukup banyak dengan tingkat pendidikan formal yang rendah. Penduduk yang
berpendidikan teknik perkayuan tidak ada. Kebanyakan penduduk yang dapat dikembangkan
menjadi produsen ukir kayu badak bercula satu berpengalaman secara tradisional sebagai
tukang kayu.

Tujuan :
Universitas Trisakti melalui Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat (Lemdimas) berencana
melaksanakan program pembinaan dan pendampingan bagi masyarakat pedesaan dan usaha
kecil perajin produk badak bercula di desa Tangkilsari dan desa Cibadak Kecamatan
Cimanggu Kabupaten Pandeglang Banten. Bahan baku yang digunakan untuk membuat produk
tersebut adalah kayu jinjing dan mahoni yang banyak tumbuh di desa tersebut. Dengan
demikian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan perkapita kelompok usaha kecil
khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Pemberdayaan masyarakat/ketrampilan dalam hal desain dan elemen estetis dalam souvenir
badak bercula satu sangat diperlukan dalam meningkatkan daya jual. Keberadaan kerajinan ini
akan meningkatkan potensi limbah sisa kayu. Bahan pendukung yang digunakan untuk
membuat patung badak bercula satu adalah limbah kulit telur ayam maupun telur itik. Seluruh
limbah ini berpotensi sebagai bahan baku jika dimanfaatkan dengan benar dan sangat
menunjang dalam program kelestarian lingkungan.

Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI), khususnya hak Cipta merupakan hak
eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak
ciptaannya atau memberikan ijin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan
menurut peraturan perundang-undangan. Ciptaan sendiri adalah hasil setiap karya pencipta yang
menunjukkan keasliannya dalam lapangan ilmu pengetahuan, seni dan sastra, yang salah
satunya adalah yang dilakukan oleh perajin di Desa Tangkilsari dan Desa Cibadak, Kecamatan
Cimanggu, Kabupaten Pandeglang Banten dalam pembuatan produk kerajinan berupa seni
pahat, ukir dan patung yang berupa badak bercula yang merupakan lambang ciri khas kota
Banten. Sudah sepantasnya hasil kreatifitas tersebut dilindungi, agar para mendapatkan hak
ekonomi/keuntungan dari komersialisasi hasil karya intelektualnya dalam wujud hak cipta.
229
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELESTARIAN BADAK BERCULA SATU DI UJUNG KULON

Sedangkan untuk menunjang usaha perekonomian perajin patung badak bercula satu perlu
dibentuk koperasi yang merupakan lembaga ekonomi rakyat dalam memacu kesejahteraan
sosial masyarakat, khususnya mayarakat pedesaan dimana pada umumnya kondisi ekonominya
masih lemah dengan latar belakang pendidikan yang rendah. Oleh karena itu sangat dibutuhkan
ketrampilan tehnik, ekonomis, sosial dan ketekunan serta disiplin tertentu sesuai dengan
keprofesionalan serta partisipasi anggota yang terlibat dalam koperasi.

B. PERMASALAHAN
Permasalahan yang dihadapi adalah belum dapat diproduksinya souvenir secara kontinu dan
dalam jumlah yang mencukupi karena adanya keterbatasan perajin yang mengerjakannya,
pengetahuan yang masih minim serta sarana pendukung yang masih kurang.
Universitas Trisakti dan mitra yaitu kelompok perajin patung badak bercula satu terdapat
beberapa hal yang menghambat perkembangan usaha produksi. Oleh karena itu diperlukan
implementasi ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk meminimalisasi keterbatasan yang
ada.
Permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat kelompok perajin di Kecamatan Cimanggu dibagi
menjadi masalah internal dan eksternal yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Masalah internal:
Dalam bidang seni rupa dan disain:
a. Belum mengetahui pentingnya arti perkembangan desain produk/kriya secara umum
dan pengembangan desain produk/kriya
b. Belum dimanfaatkannya kulit telur ayam atau itik yang terbuang sebagai bahan
pendukung
c. Belum dimanfaatkannya local volume added (tenaga materi dan teknologi) yang dapat
memberikan nilai tambah bagi sumber daya manusia di Kecamatan Cimanggu

Dalam bidang ekonomi:


a. Produksi: Penggunaan teknologi yang sederhana dan alat-alat produksi yang terbatas
jumlahnya, kapasitas produksi relatif rendah, kualitas produk yang relatif rendah (tidak
siap bersaing), jenis produk yang homogen belum memiliki kekhasan tersendiri
(competitive advantagenya rendah).
b. Pemasaran: Pangsa pasar yang masih terbatas dengan harga yang relatif rendah, target
pasar belum jelas, belum menggunakan konsep pemasaran yang modern (consumer
satisfaction, marketing mix), belum ada kerja sama dengan pihak ketiga (koperasi, sudin
industry kecil)
c. Keuangan: Permodalan terbatas, belum memanfaatkan sumber dana dari sektor
perbankan maupun lembaga keuangan lainnya, proses dan administrasi keuangan yang
belum memenuhi standar akuntansi, manajemen keuangan usaha kecil yang masih
campur aduk dengan keuangan keluarga
d. Sumber daya manusia: Tingkat kemampuan manajerial yang masih lemah, tingkat
ketrampilan dan keahlian yang masih rendah, jiwa kewirausahaan yang belum tumbuh,
usahanya belum berbadan hukum, struktur organisasi personil sangat sederhana

Dalam bidang hukum:


Belum adanya pelindungan terhadap hasil kreatifitasnya dalam bentuk perlindungan hak cipta
dan pembuatan kontrak kerjasama dengan mitra, sehingga dapat digunakan.
2. Masalah Eksternal:
a. Iklim usaha yang belum kondusif
b. Pola pembinaan yang dilakukan (pemerintah Banten dan Usakti) tidak terus menerus
berkelanjutan belum ada keterpaduan (sinergi)
230
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELESTARIAN BADAK BERCULA SATU DI UJUNG KULON

c. Infrastruktur pedesaan yang sudah tersedia namun belum memadai (terutama jalan,
listrik, dan prasarana usaha)
d. Pengelolaan mutu sumber daya alam belum optimal
e. Kebijakan pemerintah dalam mendukung pengusaha kecil dan koperasi masih kurang
f. Pengawasan terhadap hasil pembangunan masih relatif randah

C. PEMBAHASAN
Permasalahan yang terindentifikasi memerlukan solusi yang komprehensif. Oleh karena itu
penanganan masalah harus dilakukan secara multi disiplin. Berdasarkan hal tersebut,
Universitas Trisakti merasa perlu untuk bekerja sama dengan kelompok perajin ukiran badak
bercula satu untuk mengatasi permasalahannya melalui berbagai bidang ilmu yang terkait.
Secara rinci, beberapa solusi yang ditawarkan akan dijabarkan berdasarkan masing-masing
disiplin ilmu, dalam hal ini bidang seni rupa desain, bidang ekonomi dan bidang hukum.
Dalam bidang seni rupa dan disain:
Diharapkan dapat menjadikan masyarakat lebih kreatif dalam mengembangkan penerapan
unsur-unsur desain dan penempatan elemen estetis dalam suatu produk yang bernilai jual tinggi,
melalui
1. Pemberdayaan masyarakat dalam hal pemanfaatan kayu, bambu, kulit telur yang banyak
ditemukan, yang menjadi produk/kriya layak pakai.
2. Pemberdayaan masyarakat mengenai pengetahuan dasar-dasar elemen estetika bagi
kelompok sasaran.
3. Pemanfaatan macam-macam bahan limbah lainnya agar lebih variatif.

Dalam bidang ekonomi:


Proses yang akan dilakukan oleh usaha kecil perajin badak bercula satu adalah
1. Pembentukan organisasi Koperasi Produsen (baca: usaha kecil perajin) sebagai usaha
bersama yang mengolah input menjadi output untuk menghasilkan sejumlah laba dengan
memanfaatkan pasar yang ada.
Fungsi koperasi produsen usaha kecil yang dapat dikembangkan adalah:
a. Pembelian/pengadaan input yang lebih menguntungkan bagi anggota
b. Mengolah input dalam proses produksi
c. Memasarkan hasil kerajinan ke pasar konsumen
d. Meminimalkan resiko mulai dari pengadaan input sampai dengan memasarkan output
e. Mendapatkan keuntungan yang tinggi
f. Dilakukan pembinaan, penyuluhan dan pelatihan bagi anggota koperai usaha kecil perajin
tentang hal yang berhubungan dengan kewirausahaan dan perkoperasian

Dalam bidang hukum adalah


1. Dilakukan pemberdayaan tentang hukum
Perlunya pemberdayaan hukum terkait dengan hak Cipta dimana dengan adanya
ciptaan berupa seni pahat, ukir dan patung yang berupa badak bercula yang
merupakan lambang ciri khas kota Banten para pencipta yang berdasarkan inspirasi
dan kreatifitasnya melahirkan suatu ciptaan berdasarkan kemampuan pikiran, imajinasi,
kecepatan, ketrampilan, atau keahliannya yang dituangkan dalam bentuk yang khas
akan mendapatkan perlindungan hukum.
2. Pemberdayaan hukum kontrak/Perjanjian
Dalam melakukan perjanian dengan pihak mitra maka perlu diberikan contoh berupa
pelatihan membuat kontrak yang sesuai dengan aturan hukum yang berlaku sehingga
kontrak tersebut dapat digunakan sebagai alat bukti.
231
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELESTARIAN BADAK BERCULA SATU DI UJUNG KULON

Target Luaran Tujuan yang ingin dicapai


Iptek yang diterapkan ini merupakan hasil inovasi yang memiliki potensi komersial. Semua ini
mendasari pemilihan program Ipteks bagi Masyarakat dengan judul: Ipteks bagi Masyarakat
Perajin Souvenir Badak Bercula Satu Di Kecamatan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang,
Provinsi Banten. Dalam program tersebut Universitas Trisakti bermaksud mengadakan transfer
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni kepada mitra yaitu masyarakat perajin souvenir badak
bercula satu.

Mitra ini dipilih karena adanya prospek pengembangan souvenir badak bercula satu ditinjau dari
segi seni dan desain, ekonomi, hukum dan masyarakat dengan transfer ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni (Ipteks) ini diharapkan :
1. Kelompok ini dapat membuka diri serta dapat meningkatkan pengetahuan di bidang
desain dan elemen estetis dalam souvenir badak bercula satu
2. Meningkatnya ketrampilan tehnik, ekonomis, sosial
3. Pandangan masyarakat mengenai limbah akan berubah. Apabila semula menganggap
sampah sebagai barang yang tidak berguna dan harus dibuang menjadi suatu bahan
baku yang dapat menghasilkan suatu produk yang bernilai ekonomis From nothing to
something.
4. Didapatnya Perlindungan Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI)
5. Mutu kehidupan masyarakat baik dari segi sosial, kesehatan dan ekonomi serta keadaan
lingkungannya dapat diperbaiki dan ditingkatkan.

Dalam bidang seni rupa dan disain:


Dengan diselenggarakannya pemberdayaan masyarakat dalam membuat produk souvenir badak
bercula satu dari limbah kayu dan limbah kulit telur menjadi produk/kriya layak pakai dan
penyuluhan mengenai desain dan elemen estetis. Harapannya kelompok ini dapat membuka diri
serta dapat meningkatkan pengetahuan di bidang desain dan elemen estetis dalam souvenir
badak bercula satu, dan diharapkan dapat meneruskan keterampilannya kepada kelompok-
kelompok lainnya, dan diharapkan juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dalam
upaya meningkatkan taraf kehidupan lingkungannya

Dalam bidang ekonomi


1. Bagi anggota koperasi usaha kecil perajin/pengurus koperasi usaha kecil:
a. Memberdayakan anggota koperasi yaitu pengusaha kecil perajin dan pengurus koperasi
agar mampu mengembangkan usaha mereka baik dari sisi produksi, pemasaran dan
keuangan
b. Meningkatkan ketrampilan dalam bidang manajerial kepada pengusaha kecil perajin agar
hasil produknya mempunyai standarisasi tertentu dan mampu menerobos pasaran yang
lebih luas
c. Memberikan bantuan teknik dan konsultasi bisnis dalam hal keuangan, pemasaran,
produksi, sumber daya manusia, hukum dll serta ketrampilan di bidang kewirausahaan
bagi usaha kecil perajin dan pengurus koperasi
d. Membentuk jaringan kerja antara pengusaha kecil perajin, koperasi dengan pengusaha
menengah dan besar serta lembaga keuangan.
e. Meningkatkan keuntungan bagi anggota koperasi usaha kecil perajin

2. Bagi masyarakat:
a. Meningkatkan lapangan kerja
b. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat setempat
232
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELESTARIAN BADAK BERCULA SATU DI UJUNG KULON

Dalam bidang hukum:


1. Bagi Perajin kelompok usaha kecil :
a. Menumbuhkan kesadaran hukum masyarakat tentang perlunya perlindungan terhadap
hasil ciptaannya sehingga akan menambah nilai ekonomi.
b. Agar setiap perjanjian yang dibuat dengan mitra dituangkan dalam bentuk kontrak yang
jelas sehingga tidak merugikan bagi perajin kelompok usaha kecil dan dapat digunakan
sebagai alat bukti.
2. Bagi Masyarakat
a. Tersedianya produk-produk yang kreatif di pasaran, produk yang lebih kompetitif dari
berbagai inovasi dari perajin.
b. Agar kepastian hukum lebih terjamin dengan adanya kontrak yang jelas dalam pemasaran
(jual beli) produk yang dihasilkan.

Metodologi
Secara umum luaran dari ipteks bagi masyarakat perajin souvenir badak bercula satu ini
didapatkan metode, produk/barang dan paten berupa perlindungan hukum atas produk yang
dihasilkannya. Keseluruhan hasil ipteks ini akan didesiminasikan dalam bentuk tulisan dalam
jurnal ilmiah nasional.
Dalam kegiatan ini diterapkan teknologi tepat guna. Dengan demikian, dihasilkan produk
souvenir badak bercula satu dengan sentuhan kreatifitas, hak cipta masyarakat perajin
terlindungi, masyarakat perajin mengetahui bagaimana mengembangkan usaha mereka baik dari
sisi produksi, pemasaran dan keuangan. Dari segi ekonomi diharapkan akan menghasilkan nilai
tambah yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pada khususnya dan APBD
Kabupaten Pandeglang pada umumnya.

Sedangkan manfaat bagi Universitas Trisakti adalah:


a. Memberikan kontribusi dalam pemanfaatan ilmu dan teknologi
b. Meningkatkan citra lembaga
c. Memperoleh pengalaman praktis dalam berbisnis
d. Media pengabdian kepada masyarakat

Saran dan Kesimpulan


Keberlanjutan program kerjasama antara masyarakat perajin dengan Universitas Trisakti dapat
dilihat dari tahapan kerjasama yang telah dan akan dilakukan. Secara kelembagaan, Universitas
Trisakti telah memiliki berbagai program dengan Pemda Pandeglang yang merupakan daerah
binaan Program Pengabdian kepada Masyarakat untuk dosen maupun mahasiswa dalam
program Kuliah Kerja Nyata (KKN). Keberlanjutan program yang diharapkan terdiri dari
1. Dalam Program Ipteks bagi Masyarakat, Universitas Trisakti akan mengikut sertakan dosen
dan mahasiswa dalam pelaksanaannya, sehingga terus terjalin program kerjasama dalam
bidang Tridarma Perguruan Tinggi. Melakukan pengembangan inovasi teknologi yang
dapat terus diterapkan di Kabupaten Pandeglang untuk meningkatkan sosial ekonomi
masyarakat, aspek hukum, kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan yang pada
akhirnya dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
3. Pengembangan bahan ajar, inovasi teknologi bagi dosen dan mahasiswa serta tersedianya
daerah binaan untuk dapat diaplikasikan dalam program pengabdian kepada masyarakat bagi
perguruan tinggi pengusul.
4. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia maupun kelembagaan di masyarakat mitra
maupun Perguruan Tinggi pengusul.
233
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELESTARIAN BADAK BERCULA SATU DI UJUNG KULON

5. Keberlanjutan program bagi masyarakat perajin adalah pendampingan untuk tetap dapat
menjaga kualitas produksinya serta kelancaran pemasarannya dalam menciptakan
keberlangsungan usaha diikuti dengan monitoring dan evaluasi.

LAMPIRAN KERANGKA PEMIKIRAN


Beberapa Fakultas di lingkup Universitas Trisakti yang melakukan kerjasama pada tahap ini
adalah Fakultas Seni Rupa dan Disain (FSRD), Fakultas Ekonomi (FE) dan Fakultas Hukum
(FH) Sinergisme tim dapat dilihat dari kerangka pemikiran ipteks bagi masyarakat perajin
patung badak bercula satu dipandang dari beberapa bidang ilmu

Kerangka pemikiran

Seni Rupa dan Disain Bahan Baku:

- Limbah kayu
- Kulit telur ayam / itik

Hukum
Kreativitas dan
inovasi produk

Sistem Sosial
Hak Cipta dan Kontrak Souvenir Badak dan Ekonomi :
Kerja Bercula satu Koperasi

Ekonomi

Usaha Produksi,
Pemasaran dan
Keuangan

Kerangka pemikiran keterkaitan bidang ilmu dalam implementasi ipteks bagi perajin souvenir badak
bercula satu di Kecamatan Cimanggu
(Rekaan Eveline C.S, 2013)

UNIVERISTAS
TRISAKTI

120 KM

KOTA PANDEGLANG

150 KM

KECAMATAN 10 KM
DESA CIBADAK
CIMANGGU
7 KM

DESA TANGKILSARI

Peta Lokasi
(Rekaan Eveline C.S, 2013)
234
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELESTARIAN BADAK BERCULA SATU DI UJUNG KULON

Proses pembuatan badak patung badak bercula satu adalah sebagai berikut :

Perlengkapan bahan baku : Perlengkapan peralatan :


Lem kayu putih Karet sandal
Kayu Kwas
Cat Warna & Cat transparent Pernis transparan (bening)/coating
(coating)
Kulit telur Pinsil
Bambu Amplas kasar dan halus
Semen Putih Kain lap

Proses
Menyiapkan limbah kayu jinjing, dan mengerahkan perajin badak untuk memahat patung
badak yang lebih beragam dan menarik.
Mempersiapkan bahan-bahan yang akan digunakan untuk memodifikasi patung badak yang
telah selesai.
Limbah kulit telur yang digunakan pada patung badak bercula satu akan memperindah
penampilan bentuk patung badak bercula satu. Proses mengekspos kulit telur adalah sebagai
berikut :
Kulit telur yang selama ini terlihat tidak berguna, ternyata bisa dimanfaatkan untuk kerajinan
produk dengan kreativitas. Cara penerapan kulit telur pada patung badak sangat mudah, dapat
memanfaatkan kulit telur ayam, juga kulit telur bebek yang masing-masing punya karakter
sendiri.

Langkah pertama adalah mencuci bersih kulit telur dengan menghilangkan kulit arinya sampai
bersih, agar kulit telur dapat melekat dengan kuat. Keindahan kulit telur dapat diterapkan
keberbagai media misalnya bambu, kayu, gerabah dan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Burke, Edmund Feldman. (1976). Art As Image And Idea. London : Prentice Hall.
Darmaprawira W.A. Sulasmi. (2002). Warna-Teori Kreativitas Dan Penggunaannya. Penerbit:
Itb. Bandung. Indonesia.
Papanek, Victor. (1992). Design For The Real World. Human Ecologic And Social Change,
Second Edition, London, Thames And Hudson.
Snyder, Cynthia Busic. (1996). Basic Visual Concepts and Principles For Artist, Architect, and
Designer Wm C Brown Publisher. United States Of America.
Soedarso Sp. (Ed) (1992). Seni Patung Indonesia. Yogyakarta: BP. ISI.
Wong, Wucius. (1993). Principles Of Form And Design. New York: Van Nostrand Reinhold.
235
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELESTARIAN BADAK BERCULA SATU DI UJUNG KULON

Lampiran Foto

Peralatan untuk pelaksanaan kegiatan Bahan mentah yang belum di proses


(Usman, 2013) (Usman, 2013)

Penjelasan awal mengenai kegiatan PKM Hibah Contoh produk badak bercula satu yang akan di
(Usman, 2013) HAKI kan
(Usman, 2013)

Foto para peserta PKM Hibah badak bercula satu di Kab. Pandegelang Banten
(Usman, 2013)
236
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PELESTARIAN BADAK BERCULA SATU DI UJUNG KULON

Desain badak bercula satu dengan dekorasi kulit telur Proses pelapisan cat hitam pada badak
(Usman, 2013) (Usman, 2013)

Proses penyemprotan vernis pada badak Hasil akhir souvenir badak bercula satu yang diberi
(Usman, 2013) elemen dekorasi kulit telur
(Usman, 2013)
PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL PLASTIK
UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

Elda Franzia
Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa no. 1, Jakarta
E-mail: eldafranzia@gmail.com

ABSTRAK
Limbah plastik merupakan salah satu penyebab terjadinya kerusakan lingkungan yang berasal dari pola
hidup modern saat ini. Limbah ini dari waktu ke waktu mengalami pertambahan jumlah secara signifikan
sehingga perlu diupayakan cara pemanfaatannya melalui pengolahan limbah. Botol kemasan minuman
terbuat dari material plastik yang mempunyai ketahanan yang cukup tinggi, sehingga tidak mudah hancur.
Oleh karena itu pemanfaatannya sebagai benda bernilai guna juga akan menghasilkan produk yang tidak
mudah hancur dan menjadi lebih bermanfaat bagi lingkungan alam dan sosial. Upaya pemanfaatan limbah
plastik dari botol minuman membutuhkan kesadaran lingkungan, keterampilan, dan kreativitas sumber
daya manusia mulai dari lingkungan kecil seperti kampus. Untuk itu dilakukan Pelatihan Pemanfaatan
Limbah Botol Plastik Untuk Produk Rumah Tangga bagi office boy dan tenaga administrasi program studi
di lingkungan FSRD Universitas Trisakti oleh tim Pengabdian Kepada Masyarakat, Program Studi Desain
Komunikasi Visual. Kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan kreativitas manusia dalam berkreasi
merupakan basis kegiatan ini. Pelatihan dilaksanakan dengan metode pelatihan instruksional terbuka,
dengan memberikan modul dasar dan kebebasan dalam berkreasi untuk menghasilkan produk pengolahan
limbah botol plastik. Instruksi pelatihan diberikan secara verbal dengan contoh proses kerja tahap demi
tahap. Produk yang dihasilkan adalah produk wadah perlengkapan rumah tangga dengan memanfaatkan
limbah botol plastik berukuran besar. Pemilihan dan penentuan warna serta elemen visual tambahan
dengan karakter hewan tertentu menjadi hal yang menentukan kreasi produk akhir.

Kata kunci: limbah, botol plastik, kreativitas, produk rumah tangga

ABSTRACT
Plastic waste is one of the primary causes for the environment deterioration caused by modern lifestyle
nowadays. The number of waste is significantly increasing from time to time. Therefore, the utilization of
plastic waste should be pursued through waste treatment. Bottled drinks made of plastic material have
high durability. It cannot easily destroy. The utilization of plastic waste to be a valuable product will
produce durable products and have more benefit for social and environment. The utilization of plastic
bottle waste needs the environmental awareness, skills, and creativity of human resources from the little
area such as campus. Therefore, the Training of Plastic Bottle Waste Utilization for Household Product
for office boys and study program administrators in Faculty of Art and Design Trisakti University by the
community service team (PKM team) of Visual Communication Design Study Program is done.
Environment sustainability awareness and human creativity are the basis of this project. The training
method is open instructional method. The method starts from basic module and give the creative freedom
to create the plastic bottle waste product. Training instructions was given verbally with process phase by
phase. The final product is household container product by using big size plastic bottle waste. The choice
of color and added visual element for animal character are the main factor for the final product creation.

Keywords: waste, plastic bottle, creativity, household product

A. PENDAHULUAN
Banyaknya limbah kemasan minuman botol plastik yang semakin hari semakin bertumpuk di
lingkungan kampus dalam jumlah besar sebagai akibat pola hidup modern saat ini menjadi awal
keprihatinan terhadap kualitas lingkungan kampus. Selain itu, kurangnya pemanfaatan yang
238
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL PLASTIK UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

dibangun dari keterampilan dan kreativitas untuk mengurangi tumpukan limbah di sekitar kita,
menyebabkan tidak terkelolanya permasalahan sampah tersebut. Sampah merupakan salah satu
penyebab terjadinya kerusakan lingkungan yang berasal dari perilaku manusia. Kerusakan
lingkungan tersebut terjadi sebagai akibat dari kebutuhan meningkatkan kualitas dan
kenyamanan hidup. Sampah dari waktu ke waktu mengalami pertambahan jumlah secara
signifikan sehingga perlu diupayakan cara pemanfaatannya melalui pengolahan limbah.

Jakarta dengan kepadatan penduduk 13.667 jiwa per km2 memproduksi sampah sebanyak 7.896
ton setiap hari. Berdasarkan data dari PSTL FTUI, 17% dari jumlah tersebut atau sebanyak
1.342 ton merupakan sampah plastik yang sulit untuk terurai secara alami. Angka tersebut
berbanding terbalik dengan jumlah kegiatan daur ulang sampah yang dilakukan. Bila keadaan
tersebut terus terjadi bukan tidak mungkin pada 50 tahun mendatang wilayah Jakarta akan
dipenuhi oleh sampah plastik (http://www.ciputranews.com/). Sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan pada Pasal 5 UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 23 Tahun 1997, bahwa
masyarakat berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Untuk mendapatkan hak
tersebut, pada Pasal 6 dinyatakan bahwa masyarakat dan pengusaha berkewajiban untuk
berpartisipasi dalam memelihara kelestarian fungsi lingkungan, mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan kerusakan lingkungan. Terkait dengan ketentuan tersebut, dalam UU No. 18
Tahun 2008 secara eksplisit juga dinyatakan, bahwa setiap orang mempunyai hak dan
kewajiban dalam pengelolaan sampah. Dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum,
kejelasan tanggung jawab pemerintah, serta peran serta masyarakat dan dunia usaha sehingga
pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan efisien
(http://www.sanitasi.net/).

Botol kemasan minuman terbuat dari material plastik yang mempunyai ketahanan yang cukup
tinggi, sehingga tidak mudah hancur. Oleh karena itu pemanfaatannya sebagai benda bernilai
guna juga akan menghasilkan produk yang tidak mudah hancur dan menjadi lebih bermanfaat
bagi lingkungan alam dan sosial. Pada umumnya limbah botol plastik tersebut terbuang dalam
bentuk utuh dan menjadi limbah yang dapat dimanfaatkan untuk penggunaan yang lebih luas.
Dampak negatif yang dapat ditimbulkan oleh volume sampah yang tinggi dan tidak terkelola
dengan baik adalah gangguan kesehatan, menurunkan kualitas lingkungan, dan menurunkan
estetika lingkungan. Sampah plastik merupakan sampah anorganik yang tidak dapat diuraikan
oleh alam. Pengelolaan dari sampah anorganik yang dapat dilakukan adalah pencegahan dan
pengurangan sampah dari sumbernya serta pemanfaatan kembali sampah baik secara langsung
maupun tidak langsung.

Kampus merupakan lingkungan kecil dari wilayah kota Jakarta. Peran serta masyarakat kota
dalam menumbuhkan kesadaran lingkungan antara lain dapat dilakukan melalui peningkatan
kepedulian terhadap keberlangsungan lingkungan kampus. Pengembangan keterampilan dan
kreativitas yang dibangkitkan secara berkelanjutan merupakan peran serta masyarakat kampus
dalam pengembangan kesadaran lingkungan. Untuk itu pelatihan yang diberikan kepada office
boy dan tenaga administrasi program studi sebagai bagian dari masyarakat kampus mempunyai
manfaat jangka panjang sebagai pengembangan kesadaran lingkungan untuk mencapai kualitas
lingkungan yang lebih baik.

Pemanfaatan limbah plastik dari botol minuman membutuhkan kreativitas pelakunya.


Keterampilan mengolah limbah ini merupakan pelatihan dasar, yang dapat dikembangkan
menjadi aneka bentuk produk lain sesuai dengan kebutuhan pengguna dan kreativitas
pembuatnya. Kreativitas merupakan potensi yang terdapat dalam diri setiap orang yang sering
kali membutuhkan dukungan keterampilan khusus dalam penerapannya. Keterampilan ini dapat
239
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL PLASTIK UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

dikembangkan melalui pelatihan yang berbasis keilmuan seni rupa dan desain khususnya dalam
lingkup keilmuan desain komunikasi visual.

Program Pengabdian Kepada Masyarakat di lingkungan Universitas Trisakti yang dilakukan


secara berkala merupakan wujud nyata kepedulian terhadap lingkungan. Office boy dan tenaga
administrasi program studi di lingkungan Fakultas Seni Rupa dan Desain merupakan bagian dari
masyarakat kampus dan menjadi peserta dan sasaran dalam kegiatan ini. Para peserta program
yang bekerja di lingkungan FSRD, Universitas Trisakti, dilatih untuk dapat berkarya secara
langsung dengan meningkatkan keterampilan dan potensi kreativitas. Tim PKM dari Program
Studi Desain Komunikasi Visual FSRD Universitas Trisakti mengembangkan pemanfaatan
limbah botol plastik untuk produk rumah tangga dengan pendekatan karakteristik visual yang
menarik. Kegiatan ini bertujuan untuk mengajarkan keterampilan mengolah limbah botol
minuman plastik ukuran besar menjadi benda bernilai guna berupa tempat penyimpanan yang
dapat digunakan di rumah tangga melalui pengembangan keterampilan seni rupa dan desain
sehingga menghasilkan produk yang ramah lingkungan dan memiliki nilai estetik dan nilai
guna. Melalui kegiatan ini diharapkan juga dapat mengingkatkan kesadaran lingkungan dan
keterampilan yang didapat diharapkan dapat bermanfaat untuk membuka wawasan dalam
pemanfaatan limbah yang banyak tersedia di lokasi sasaran.

B. METODOLOGI
Program Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilaksanakan dengan metode pelatihan, yaitu
melalui pelatihan instruksional melalui tahapan-tahapan yang terencana. Meskipun demikian,
kombinasi dengan aspek kreativitas membuat pelatihan instruksional ini terbuka dalam hasil
akhir. Modul diberikan untuk memberikan pedoman dalam pembuatan pengolahan limbah botol
plastik ini. Peserta pelatihan mempunyai pilihan untuk mengikuti modul yang sudah diberikan,
atau mengikuti modul dasar dengan menambah elemen lain, ataupun dengan membuat bentuk
dasar lain selain modul.

Instruksi pada pelatihan diberikan secara verbal oleh tim instruktur kepada peserta pelatihan,
bersamaan dengan memberi contoh proses yang langsung diikuti oleh peserta pelatihan. Pada
proses kerja tersebut, pembagian waktu yang direncanakan dilakukan secara fleksibel sesuai
dengan kemampuan kerja peserta pelatihan. Proses pelatihan tersebut dipaparkan secara
deskriptif kualitatif pada makalah ini, untuk memberikan gambaran secara lengkap jalannya
proses pelatihan dan pembuatan produk pemanfaatan limbah botol plastik menjadi produk
rumah tanggal.

C. PEMBAHASAN
1. Tempat Kegiatan
Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti dipilih sebagai tempat pelaksanaan kegiatan
karena posisinya sebagai universitas urban yang berlokasi di ibukota menjadi pusat keilmuan
seni rupa dan desain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta untuk
meningkatkan kualitas hidup dan peradaban. Keilmuan seni rupa dan desain, berkaitan dengan
peran desainer dalam sektor pelestarian lingkungan, yaitu dalam perancangan produk
khususnya. Perancangan produk yang ramah lingkungan dipandang dari bagaimana produk
tersebut dibuat, dari apa produk tersebut diproduksi, dan keberlangsungan produk tersebut
setelah habis masa pakainya (Poole, 2006: 15).

Dengan posisi tersebut, Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti potensial menjadi
lokasi pengembangan program pemanfaatan sumber daya manusia yang kreatif dan sumber
daya alam yang berasal dari limbah untuk mengurangi beban permasalahan lingkungan yang
240
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL PLASTIK UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

menjadi masalah kota besar seperti Jakarta. Selain itu, program tersebut juga sejalan dengan
misi Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti yaitu untuk memajukan dan
mengembangkan sumber daya manusia yang berpengetahuan, berkarakter, mandiri, dan berjiwa
wirausaha melalui peningkatan kualitas kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Sebagai bagian dari masyarakat kota Jakarta, office boy dan tenaga administrasi program studi
di lingkungan Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti merupakan sumber daya
manusia yang memiliki potensi besar dalam pengembangan kemampuan. Kepedulian terhadap
lingkungan perlu dikembangkan dan dapat dilakukan antara lain melalui pemanfaatan limbah
kemasan minuman botol plastik yang banyak terdapat di lingkungan kampus. Pola konsumsi di
lingkungan kampus menyebabkan banyaknya limbah botol plastik yang dihasilkan setiap
harinya. Limbah botol plastik tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Dengan adanya
pelatihan keterampilan ini diharapkan dapat dibuat menjadi benda bernilai guna, yang dapat
digunakan sebagai wadah berbagai benda di rumah.

Pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dilakukan di laboratorium yang


menyediakan kelapangan ruang dan sarana untuk dapat dimanfaatkan secara optimal. Ruang
laboratorium Proses Cetak dipilih karena memiliki meja praktika yang luas, pencahayaan dan
sirkulasi udara yang baik, dan akses ke saluran air yang dekat dan memadai. Selain itu ruang
laboratorium Proses Cetak memiliki kelengkapan peralatan serta dapat diakses oleh peserta
kegiatan dengan mudah, sehingga potensial sebagai ruang pengembangan kreativitas dan
keterampilan dalam lingkup Program Studi Desain Komunikasi Visual.

Gambar 1: Lokasi Pelaksanaan PKM, Laboratorium Proses Cetak di FSRD Usakti


(Sumber: Elda Franzia, 2014)

2. Basis Program
Kepedulian terhadap keberlangsungan lingkungan dan kreativitas manusia dalam berkreasi
menjadi basis kegiatan ini. Pengelolaan lingkungan bersifat antroposentris, yaitu melihat
permasalahan lingkungan dari sudut kepentingan manusia. Manusia dalam kehidupannya tidak
hanya memperhatikan materi, energi dan informasi, tetapi dalam masyarakat modern faktor
ekonomi menjadi hal yang penting. Kerusakan lingkungan secara sosial dan budaya disebabkan
oleh migrasi penduduk dari desa ke kota yang umumnya mempunyai pendidikan yang rendah
dan tidak terampil (Soemarwoto, 2004: 22-23, 225).
241
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL PLASTIK UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

Pemanfaatan kembali secara langsung limbah yang berpotensi merusak lingkungan seperti botol
plastik dengan membuat produk baru yang berbahan baku limbah atau barang bekas, merupakan
bentuk tindak nyata masyarakat untuk mencapai lingkungan yang lebih baik. Pemanfaatan
tersebut menerapkan prinsip-prinsip Re-use (memakai kembali), yaitu sebisa mungkin memilih
barang-barang yang bisa dipakai kembali, dan Recycle (mendaur ulang), yaitu memaksimalkan
pemakaian kembali material dengan teknologi daur ulang melalui industri non-formal dan
industri rumah tangga yang memanfaatkan sampah menjadi barang lain yang dapat digunakan
lebih lanjut.

Botol plastik berasal dari kemasan minuman siap saji yang banyak dijual di mana-mana. Botol-
botol plastik tersebut memiliki beragam ukuran dan warna yang memiliki nilai artistik dapat
dimanfaatkan untuk membentuk benda-benda bernilai guna. Di antaranya yang memiliki bentuk
menarik dan ukuran yang cukup besar adalah kemasan minuman Coca Cola, Fanta, Pepsi, dan
Sprite ukuran 1.5 liter. Bentuk botol yang memiliki lekukan dan detail yang menarik dapat
dimanfaatkan untuk wadah alat rumah tangga yang cukup besar sehingga dapat menampung
berbagai perlengkapan rumah tangga. Botol yang tidak berwarna dapat dimanfaatkan dengan
memberi warna-warna yang menarik, sedangkan botol yang berwarna sudah tidak perlu diberi
pewarna tambahan lagi.

Gambar 2: Limbah Botol Plastik


(Sumber: Elda Franzia, 2014)

Untuk itu pada pelaksanaannya, dibutuhkan penguasaan aspek teknik dan aspek seni dan
kreativitas. Aspek teknik meliputi penggunaan sarana pendukung seperti gunting dan cutter,
juga peralatan menggambar seperti kuas dan cat poster, yang mendukung praktik pembuatan
wadah perlengkapan rumah tangga, sedangkan aspek seni dan kreativitas meliputi daya
imajinasi dan kreasi untuk menghasilkan komposisi estetis dari produk tersebut.

Aspek teknik akan menjadi tidak lengkap apabila tidak didukung oleh aspek seni dan kreativitas
tersebut. Kemampuan kreatif manusia adalah kemampuan yang membantunya untuk dapat
berbuat lebih dari kemungkinan rasional berdasarkan data dan pengetahuan yang dimilikinya.
Kemampuan kreatif tersebut berelasi dengan proses kreasi pada kehidupan manusia (Tabrani,
2006: 36). Dengan menguasai keterampilan ini diharapkan para office boy dan tenaga
administrasi program studi di lingkungan FSRD Universitas Trisakti dapat bereksplorasi dan
berkreasi dalam menghasilkan benda bernilai guna baru. Keterampilan ini juga akan dapat
dikembangkan menjadi sumber penghasilan baru.
242
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL PLASTIK UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

3. Peserta Kegiatan dan Tim Pelaksana


Kegiatan pelatihan diikuti oleh office boy dan para tenaga administrasi program studi di FSRD
Universitas Trisakti. Peserta program ini berjumlah 10 (sepuluh) orang, laki-laki dan
perempuan, dengan rentang usia 29-40 tahun. Tingkat pendidikan para peserta adalah SMP,
SMA/SMK, dan Strata 1. Peserta yang meskipun dengan rentang usia cukup besar dan dengan
tingkat pendidikan yang bervariasi ini tidak menyulitkan pelaksanaan dalam proses pelatihan,
karena terdapat kesamaan basis pengetahuan dan pengalaman dari para peserta. Jumlah peserta
yang terbatas disebabkan oleh pertimbangan kapasitas ruang dan efektivitas program pelatihan.

Tim pelaksana adalah tenaga pengajar di Jurusan Desain, Universitas Trisakti, berjumlah 3
(tiga) orang dengan latar belakang keilmuan Desain Komunikasi Visual. Latar keilmuan Desain
Komunikasi Visual mendukung pemahaman terhadap proses pembuatan karakter hewan dan
pewarnaan dalam aspek artistik, dengan didukung atas pemahaman terhadap material bidang
kerja dan sistem pewarnaannya. Perbandingan antara jumlah peserta dengan jumlah tim
pelaksana yang mencukupi menyebabkan proses pelatihan yang bersifat instruksional tersebut
dapat dilakukan secara optimal. Pertimbangan kesediaan alat dan bahan juga menjadi faktor
penentu dalam pelatihan ini.

4. Proses Kerja
Setiap peserta disediakan bahan baku berupa botol plastik Coca Cola ukuran 1.5 liter, dan
perlengkapan berupa gunting, cutter, cat poster, kuas, lem, mata boneka, karet foam, dan pylox
clear, serta modul contoh untuk karakter hewan. Proses persiapan dimulai dengan penjelasan
maksud dan tujuan penyelenggaraan program Pengabdian Kepada Masyarakat serta manfaat
yang diharapkan didapatkan oleh peserta pelatihan.

Gambar 3: Penjelasan Maksud, Tujuan, dan Pengenalan Alat dan Bahan


(Sumber: Elda Franzia, 2014)

Proses pengerjaan dimulai dengan penyediaan bahan, materi, alat, bagi para peserta. Alat dan
bahan yang akan dipakai disesuaikan dengan kebutuhan dan kemudahan pengadaan, sehingga
untuk selanjutnya akan dapat diperoleh dengan mudah oleh para peserta. Bahan yang digunakan
adalah (a) Botol minuman plastik yang telah dicuci, dilepaskan label mereknya, dan dipotong
sesuai kebutuhan, (b) Cat poster, (c) Karet foam, (d) Tissue, dan (e) Mata boneka ukuran kecil
dan besar. Sedangkan peralatan lain yang dibutuhkan adalah (a) Kuas, (b) Wadah cat poster dan
lem, (c) Lem, (d) Pita warna, (e) Lem, (f) Alat potong, (g) Spidol permanen, dan (h) Pylox clear
sebagai lapisan pelindung dan pengawet warna.
243
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL PLASTIK UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

Gambar 4: Alat, Bahan, dan Material yang Digunakan


(Sumber: Elda Franzia, 2014)

Proses pembuatan produk rumah tangga yang telah dibuat sebelumnya oleh instruktur menjadi
modul dasar yang kemudian diikuti oleh seluruh peserta. Setiap tahapan kerja dijelaskan secara
verbal oleh instruktur dengan contoh proses kerja yang langsung dilakukan secara bersamaan.
Proses pelatihan berlangsung secara aktif melalui kegiatan melihat, mencontoh, dan
mempraktikkan secara langsung. Tanya jawab berlangsung selama pelatihan untuk mengatasi
kesulitan yang dirasakan oleh para peserta pada proses pengerjaan, dan dapat diselesaikan
secara langsung dengan penjelasan dari para instruktur.

Tahapan pertama pengerjaan wadah peralatan rumah tangga ini adalah membuat outline bentuk
wadah sesuai dengan karakter hewan yang diinginkan dilanjutkan dengan pemotongan botol
plastik agar sesuai dengan bentuk tersebut. Modul bentuk-bentuk karakter hewan telah
disediakan sebagai pedoman pengerjaan dalam pelatihan ini. Botol plastik dapat dibentuk
menjadi wadah yang dapat digantung maupun wadah untuk diletakkan di atas meja di
lingkungan rumah tangga.

Gambar 5: Proses Pembentukan Botol Plastik Sesuai Karakter Hewan


(Sumber: Elda Franzia, 2014)

Botol plastik yang telah dilapisi dengan teknik papier mache yang masih dalam keadaan basah
kemudian dikeringkan dengan bantuan alat pengering. Papier mache adalah teknik pembuatan
patung kertas dengan menggunakan bubur kertas yang diletakkan dalam lapisan-lapisan
sehingga menjadi stuktur yang kokoh pada saat kering. Proses pelapisan kertas ini merupakan
proses yang mudah dilakukan, murah, dan dapat dibentuk menjadi berbagai bentuk sesuai
dengan kebutuhan (https://usahamart.wordpress.com/). Meskipun demikian, untuk
mempersingkat waktu pelapisan dilakukan dengan menggunakan kertas tissue yang juga banyak
244
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL PLASTIK UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

terdapat di lingkungan kampus. Lapisan kertas tersebut direkatkan dengan bantuan cairan
perekat. Setelah cukup kering botol plastik dapat diberi warna dengan menggunakan cat poster
dengan warna sesuai dengan keinginan peserta pelatihan.

Gambar 6: Proses Pelapisan Wadah dengan Teknik Papier Mache


(Sumber: Elda Franzia, 2014)

Pemberian warna pada produk yang sudah berlapis tersebut menggunakan warna pigmen yang
larut dalam air. Pengolahan warna pigmen memerlukan prosedur yang tepat dan bahan yang
baik agar memberikan hasil yang terbaik (Darmaprawira, 2002: 23). Kualitas pigmen dalam cat
poster yang digunakan dengan baik akan membantu meningkatkan mutu produk. Setelah diberi
pewarna, wadah kemudian kembali dikeringkan dengan bantuan alat pengering. Bila dikerjakan
dalam waktu dan kondisi yang memadai, pengeringan dapat dilakukan dengan diangin-angin
dan cahaya matahari tak langsung. Setelah wadah dalam keadaan cukup kering, wadah dapat
diberi elemen-elemen visual untuk karakter hewan yang dipilih. Elemen visual dapat
menggunakan permanent marker, mata boneka, pita, dan sebagainya.

Gambar 7: Proses Pewarnaan Wadah Sesuai Karakter yang Diinginkan


(Sumber: Elda Franzia, 2014)

Wadah yang telah diberi elemen visual karakter hewan yang dipilih kembali dikeringkan.
Pengeringan dapat dilakukan dengan alat pengering maupun dengan pengeringan secara alami
di bawah cahaya matahari tidak langsung. Apabila kondisi dan waktu yang memungkinkan
disarankan pengeringan dilakukan secara alami agar hasil pengeringan wadah dapat lebih
merata. Setelah kering wadah kemudian diberi lapisan penguat warna.
245
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL PLASTIK UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

5. Hasil Kegiatan
Produk yang dihasilkan oleh 10 (sepuluh) orang peserta tersebut adalah produk wadah
perlengkapan rumah tangga yang menggunakan botol plastik ukuran besar. Setiap peserta
mampu mengerjakan 1 (satu) buah wadah perlengkapan rumah tangga dengan karakter hewan
pilihan sesuai petunjuk pelaksanaan secara verbal dari instruktur dalam waktu pelatihan yang
tersedia. Terdapat keragaman dari hasil kreasi para peserta kegiatan. Peserta mampu
menampilkan produk yang menarik secara estetik dengan tetap memperhatikan fungsi produk
yang dihasilkan. Pemilihan dan penentuan warna dan elemen visual tambahan pada karakter
hewan sebagai elemen wadah perlengkapan rumah tangga menjadi hal yang menentukan dalam
produk akhir.

Gambar 8: Produk yang Dihasilkan oleh Peserta Pelatihan


(Sumber: Elda Franzia, 2014)

Dari bahan baku dan peralatan yang sama, para peserta memiliki kebebasan untuk memilih
karakter hewan yang akan digunakan, dan membentuk botol plastik sesuai bentuk wadah yang
diinginkan. Peserta tidak hanya berpedoman pada modul karakter hewan yang telah disediakan
melainkan juga mengembangkan kreativitas dan imajinasi dalam proses pembuatan produk,
terutama dalam proses pemberian elemen visual. Hasil akhir kegiatan ditinjau dari potensi
sumber daya dan proses kerja termasuk memuaskan. Pada proses pengerjaan tentu saja masih
dibutuhkan pembiasaan terhadap alat dan media, yang disebabkan oleh jarangnya para peserta
berinteraksi dengan alat dan media tersebut. Tetapi hal tersebut dapat diatasi dengan bimbingan
langsung dari para instruktur.

D. SIMPULAN
Kegiatan pemanfaatan botol plastik untuk menjadi produk rumah tangga yang bermanfaat dalam
lingkup program Pengabdian Kepada Masyarakat ini berlangsung dengan baik sesuai dengan
tujuan pelatihan. Kegiatan ini merupakan sebuah keterampilan tambahan bagi para office boy
dan tenaga administrasi program studi di lingkungan FSRD Universitas Trisakti, sehingga
menjadi sebuah pengalaman yang menarik dan memperluas wawasan peserta kegiatan.

Keterampilan baru menimbulkan keberanian untuk lebih lanjut melakukan eksplorasi ide dan
kreativitas. Dalam proses pelatihan, modul bersifat hanya sebagai titik tolak pengerjaan dan
pemicu kreativitas peserta. Banyaknya ide kreatif peserta pelatihan memunculkan bentuk-
bentuk wadah dengan aneka karakter hewan yang sangat menarik. Demikian pula setelah
pelatihan selesai, banyak ide dan keinginan yang bermunculan dari para peserta program, untuk
pengembangan media dan produk lain yang dapat menjadi media aplikasi limbah plastik. Hal ini
merupakan hal yang menggembirakan dari pihak kami selaku penyelenggara dan instruktur
pelatihan, karena pelatihan ini bermakna tidak hanya sampai saat pelatihan selesai, tetapi
menjadi pemicu pengembangan kreativitas secara berkelanjutan.
246
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH BOTOL PLASTIK UNTUK PRODUK RUMAH TANGGA

Kegiatan berpotensi untuk dilanjutkan oleh peserta, untuk dilakukan dalam lingkup lingkungan
yang lebih beragam dan dengan memanfaatkan keragaman limbah yang tersedia. Sebagai tindak
lanjut, pengembangan bisa dilakukan dengan mengembangkan berbagai produk lain dengan
memanfaatkan limbah kemasan makanan dan minuman yang ada di lingkungan FSRD
Universitas Trisakti. Pengembangan kreasi secara berkala diharapkan dapat meningkatkan
kualitas produk, sehingga dapat menjadi sumber penghasilan baru dari peserta program. Hal ini
dapat dicapai dengan kesungguhan dan minat yang besar dari para peserta program untuk
memanfaatkan potensi diri dan potensi limbah kemasan yang tersedia baik di lingkungan kerja
maupun di lingkungan tempat tinggalnya.

Keterampilan yang semakin berkembang dan wawasan estetik yang lebih luas menjadi pemicu
berkembangnya usaha mandiri dari peserta program, sehingga dapat menjadi sumber
penghasilan tambahan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar kampus. Untuk itu
dibutuhkan dukungan dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti untuk
menyediakan tempat dan sarana penjualan produk hasil pengolahan limbah di lingkungan FSRD
Universitas Trisakti.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih kami ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan
pelatihan ini. Kepada pihak Lemdimas Universitas Trisakti dan para pimpinan Fakultas Seni
Rupa dan Desain, terima kasih atas dukungan moril dan materil untuk terlaksananya program
ini. Juga kepada seluruh tim instruktur dari Program Studi Desain Komunikasi Visual, terima
kasih atas kerja sama dan dukungannya untuk keberlangsungan program pelatihan ini. Tidak
lupa kepada seluruh peserta pelatihan, terima kasih yang sebesar-besarnya atas atensi dan
semangatnya dalam program pelatihan.

DAFTAR PUSTAKA
Darmaprawira, Sulasmi. (2002). Warna, Teori dan Kreativitas Penggunanya. Edisi Ke-2.
Bandung: Penerbit ITB.
Soemarwoto, Otto. (2004). Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Cetakan Kesepuluh.
Jakarta: Penerbit Djambatan.
Tabrani, Primadi. (2006). Kreativitas dan Humanitas. Yogyakarta: Jalasutra.

Bn, (2013). Produksi Sampah Jakarta mencapai 7,8 Ton per Hari. Diakses 3 Februari 2016
dari http://www.ciputranews.com/diskusi-publik/produksi-sampah-jakarta-mencapai-7-8-
ton-per-hari
Irman, Joy. Pengelolaan Sampah. Diakses 3 Februari 2016 dari
http://www.sanitasi.net/undang-undang-no-18-tahun-2008-tentang-pengelolaan-
sampah.html
Usahamart, (2012). Usaha Membuat Kerajinan Paper Mache. Diakses 3 Februari 2016 dari
https://usahamart.wordpress.com/2012/01/05/ kerajinan-paper-mache/
PEMANFAATAN LIMBAH KAIN PERCA UNTUK INDUSTRI
RUMAH TANGGA
Sri Anggarini
Program Studi Desain Produk Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti
Jl.Kyai Tapa No 1 Jakarta Barat
E-mail : srianggarini@yahoo.com

ABSTRAK
Masyarakat (ibu-ibu PKK) merupakan lingkungan yang sumber daya manusianya memungkinkan untuk
diberi pelatihan dalam pemanfaatan kain perca, terutama yang berkaitan dengan kerajinan tangan,
sehingga dapat menunjang kebutuhan produk rumah tangga. Kerajinan tangan merupakan karya seni yang
diharapkan dapat memberikan keindahan tersendiri dalam suatu ruangan. Bermacam-macam warna dan
ornamen yang merupakan keindahan yang dapat memberikan nilai estetika dari suatu karya seni.
Kesadaran masyarakat terhadap perkembangan unsur-unsur estetis inilah, maka tercetus ide untuk
memanfaatkan kain perca kepada masyarakat (ibu-ibu PKK), dengan memberikan pengetahuan teknik
pola/desain diharapkan dapat menambah pengetahuan dan kreatifitas para perajin pemula. Proses maupun
pengadaan bahan-bahan pembuat kain perca tidak terlalu sulit, sehingga memudahkan teknik pembuatan
tersebut yang dikerjakan berkelompok atau sendiri oleh masyarakat, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan hidup. Sumber daya manusia yang saat ini banyak dimiliki oleh sebagian masyarakat
terutama ibu-ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) sudah saatnya lembaga-lembaga maupun
pendidik di bidang kerajinan khususnya desain produk lebih memperhatikan keberadaan mereka.

Kata Kunci : kain perca, ornamen, warna.

ABSTRACT
Communities (especially PKK women) is an environment which the human resources allow to provide
with training in the use of patchwork, especially relating to hand craft so that could support the need of
household products. Handicrafts is the work of art that expected to provide beauty of its own in a space.
Various color and ornaments which constitute beauty can give aesthetic value of a work of art. The
awareness of aesthetic element development is sparking an idea to utilize quilted fabric to the community,
by provide knowledge of pattern/design technique thus expected to increase knowledge and creativity for
the beginner. The process and procurement of materials to making patchwork is not so difficult, which
make it easier to practice applying either in groups or itself, thereby increasing well-being. Human
resources currently widely owned by some of society especially PKK women, and it is time being attentive
to the institutions and educator in the field of craft especially product design.

Keywords: patchwork, ornament, colour

A. PENDAHULUAN
Kain perca merupakan sisa potongan kain yang sudah tidak terpakai yang masih dapat
dimanfaatkan. Kain perca dapat dijadikan kerajinan yang bermanfaat. Membuat kain perca
menjadi kerajinan ternyata tidak sesulit yang kita bayangkan, hanya memerlukan kreatifitas dan
sedikit ketelitian. Kain perca merupakan sisa kain dari penjahitan dimana sisa kain ini dapat
dimanfaatkan menjadi suatu produk yang sangat berguna dan dapat dimanfaatkan menjadi
barang kerajinan atau produk-produk yang lain. Usaha kain perca bergerak dalam bidang
industri rumah tangga serta dapat memenuhi permintaan konsumen akan hasil produk yang
berkualitas dan sangat bermutu.
248
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KAIN PERCA UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA

Masyarakat ibu-ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) merupakan lingkungan yang


sumber daya manusianya memungkinkan untuk diberi pelatihan dalam pemanfaatan kain perca,
terutama yang berkaitan dengan kerajinan tangan, sehingga dapat menunjang kebutuhan produk
rumah tangga.
Kerajinan tangan merupakan karya seni yang diharapkan dapat memberikan keindahan
tersendiri dalam suatu ruangan. Bermacam-macam warna, ornamen yang merupakan keindahan
yang dapat memberikan nilai estetika dari suatu karya seni. Kesaradan masyarakat terhadap
perkembangan untuk unsur estetis inilah maka tercetus ide untuk memanfaatkan kain perca
kepada masyarakat dengan memberi pengetahuan teknik pola, desain, diharapkan dapat
menambah pengetahuan keratifitas para perajin pemula.
Proses maupun pengadaan bahan-bahan pembuat kain perca tidak terlalu sulit sehingga
memudahkan teknik pembuatan sersebut yang dikerjakan berkelompok atau sendiri oleh
masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidup. Sumber daya manusia yang saat
ini banyak dimiliki oleh masyarakat terutama ibu-ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan
Keluarga) sudah saatnya lembaga-lembaga maupun pendidik di bidang kerajinan khususnya
desain produk lebih meperhatikan keberadaan mereka.

Gambar 1. Lokasi Pelatihan


(Dokumen Sri Anggarini, 2015)

Kain perca merupakan suatu kerajinan yang paling tua. Teknik penggabungan dari bermacam
potongan kain perca untuk menciptakan motif yang indah dari suatu kain perca sudah tercipta
sejak ribuan tahun. Sejak jaman Mesir kuno dan Cina kuno sekitar 5000 tahun yang lalu sejarah
membuktikan bahwa kain perca sudah ada. Kerajinan teknik kain perca semakin berkembang
pada abad XI hingga XIII. Teknik kerajinan kain perca telah digunakan oleh orang-orang Eropa
untuk membuat berbagai kebutuhan industri rumah tangga, termasuk asesoris dan lain
sebagainya. Motif-motif baru dan kreasi dalam kerajinan kain perca juga semakin berkembang
sehingga menjadi suatu kesesuaian yang indah. Pembuatan kerajinan perca ini menjadi tradisi
dan kemudian berkembang ke seluruh dunia dibawa oleh musafir dan pengembara sehingga
semakin banyak pula motif dan kreasi penggabungan yang tercipta.
249
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KAIN PERCA UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA

Gambar 2. Limbah kain perca


(Sumber: Sri Anggarini, 2015)

Perumusan Masalah
1. Memberikan pengetahuan mengenai desain dan memperkenalkan karya desain yang diminati
oleh pasar.
2. Pemanfaatan kain perca sebagai bahan dasar pembuatan asesoris dan lain-lain.

Tujuan
Dengan diselenggarakan pendidikan dan memberikan pelatihan mengenai kain perca terutama
ditujukan untuk ibu-ibu PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan di bidang kreatifitas seni kerajinan kain perca serta dapat
menciptakan produktifitas lapangan pekerjaan baru dalam upaya meningkatkan taraf kehidupan
di lingkungan sendiri.

B. METODOLOGI
1. Pentingnya perkembangan dan pengenalan desain secara umum dan pengembangan motif
bentuk, warna pada produk sebagai sasaran Pengabdian Kepada Masyarakat kali ini yaitu
Pemanfaatan Kain Perca.
2. Komposisi pola hias dan warna merupakan tujuan utama keindahan yang dibuat dan harus
terus dikembangkan.
3. Pemanfaatan kain perca berupaya menggunakan berbagai tambahan sebagai bahan
pendukung.
4. Pendidikan Tinggi Desain dapat memberikan nilai tambah bagi sumber daya manusia di
wilayah Jelambar dan sekitarnya, sasaran juga dapat menghasilkan kemampuan dengan
memanfaatkan tenaga, materi dan teknologi.

C. PEMBAHASAN
Kerajinan kain perca sudah cukup lama terkenal di Indonesia dan merupakan seni kerajinan
tradisional. Pembuatan kerajinan kain perca yang berbahan dasar limbah perca, kerajinan ini
menjadi dipandang kurang diminati.
250
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KAIN PERCA UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA

Seiring dengan perkembangan jaman dan meningkatnya daya kreatifitas dan kualitas bahan
yang digunakan, maka kerajinan kain perca sangat populer. Untuk mempelajari kerajinan kain
perca diadakan pelatihan bagi ibu-ibu PKK dan masyarakat tersebut yang sukses menciptakan
hasil-hasil berkualitas dan bernilai seni tinggi hingga dapat menembus pasar internasional.
Kerajinan kain perca bisa menjadi peluang usaha yang menjanjikan bagi para ibu-ibu PKK atau
masyarakat yang memiliki bakat dalam bidang menjahit.

Gambar 3. Peralatan Pelatihan


(Sumber: Sri Anggarini, 2015)

Gambar 4. Penjelasan Instruktur kepada Ibu-ibu PKK


(Sumber: Sri Anggarini, 2015)
251
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KAIN PERCA UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA

Gambar 5. Penjelasan Instruktur kepada Ibu-ibu PKK


(Sumber: Sri Anggarini, 2015)

Gambar 6. Hasil kerya peserta pelatihan


(Sumber: Sri Anggarini, 2015)
252
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KAIN PERCA UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA

Gambar 7. Foto bersama


(Sumber: Sri Anggarini, 2015)

D. KESIMPULAN
Dengan diadakannya pelatihan pemanfaatan limbah kain perca ini diharapkan kepada ibu-ibu
PKK dapat menghasilkan produk yang memiliki nilai jual seni, serta memberikan keterampilan
kain perca.

DAFTAR PUSTAKA
Cantik dengan Aksesori dari Batik, Karya Pustaka

Website : www.puspaswara.com
PEMANFAATAN LIMBAH KALENG BEKAS BERDAYA
JUAL TINGGI BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA
Menul Teguh Riyanti
Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni Rupa dan Desain
Universitas Trisakti. Jalan Kyai Tapa no 1 Jakarta
E-mail: menulsukarno@yahoo.com

ABSTRAK
Sampah di Ibu Kota Jakarta menjadi masalah yang sangat pelik dan sangat susah untuk dipecahkan. Kami
sebagai warga negara ingin memberikan solusi serta menyumbangkan ide bagaimana mengatasi sampah,
dalam hal ini memanfaatkan limbah kaleng cat bekas, kaleng roti, dan segala macam kaleng yang
tentunya selama ini membuat suatu daerah atau suatu tempat menjadi tampak kumuh. Munculah ide
bagaimana limbah kelang bekas menjadi benda berdaya jual tinggi dan sangat mudah dikerjakan bagi
bapak-bapak dan ibu-ibu lansia laras senam jantung sehat. Percobaan dilakukan dengan merencanakan
beberapa pelatihan antara lain di kelurahan Jatipadang, Pasar Minggu, kemudian dilanjutkan di wilayah
sekitar Jakarta. Limbah kaleng bekas tersebut dibersihkan semaksimal mungkin kemudian dikeringkan.
Setelah kaleng dikeringkan kemudian diberi warna dasar dengan cat minyak. Setelah pengecatan selesai
kemudian kaleng dijemur di bawah sinar matahari kurang lebih lima jam, lalu diberi ilustrasi sesuai
dengan keinginan masing-masing pembuat dan kemudian dikeringkan lagi di bawah sinar matahari.
Setelah proses dan tahapan selesai barulah tampak hasil akhirnya yang memberikan nilai jual ekonomi.
Kaleng yang telah didesain dapat digunakan menjadi tempat payung, sementara yang ukurannya lebih
kecil menjadi tempat peralatan kantor.

Kata kunci : limbah kaleng bekas, lansia laras senam jantung sehat, nilai ekonomis.

ABSTRACT
The problem of trash in the capital city of Jakarta is very complicated and very difficult to solve. We as
citizens want to provide an alternative solution and contribute an idea how to solve it. In this case we
utilized waste paint cans, cans of bread, and all kinds of cans that would have been making a region or a
place dirty. That was the idea of how to transform waste cans to be highly selling objects and very easy to
do for elderly people belonging to healthy heart gymnastics group. Experiments were carried out by
planning some training, among others in the Village of Jatipadang, Pasar Minggu area, then continued in
the area around Jakarta. Waste cans were washed as clean as possible. After that the cans were dried
and then given a basic color with oil paint. After the painting was finished, then the cans were dried in
the sun more or less five hours, and then illustrated in accordance with the wishes of each maker and
then dried again in the sun. After the processes and stages completed, the end result could be perceived
along with its economic sale value. Bigger cans that have been designed could be used as an umbrella
stand, while the smaller ones could be used as a place of office equipment.

Keywords: waste cans, elderly people of heart gymnastics group, economic sale value

PENDAHULUAN
Uraian Singkat Kondisi
Kegiatan PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat) telah dilaksanakan sesuai dengan konsep kerja
yang tercantum dalam proposal dan dilangsungkan pada tanggal 12 April 2014 bertempat di
kediaman Bapak Kolonel (Purnawirawan Polisi) Muslich, sebagai koordinator kegiatan Lansia
Laras senam jantung sehat dan didukung oleh Bapak Ketua RW 01 Jatipadang Pasar Minggu.
254
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KALENG BEKAS BERDAYA JUAL TINGGI BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA

Dalam kegiatan ini, tim pelaksanan telah banyak dibantu secara moral baik dari baoak ibu
senam jantung sehat dengan didukung oleh Bapak Ketua Rukun Warga (Ketua RW)

Seperti yang pernah kami observasi sebelumnya dalam aspek demografis, audiens diidentifikasi
sebagai kalangan dewasa (sekitar usia 35-80 tahun) dengan pendidikan formal dari tinggal
Sekolah Menengah Pertama hingga Perguruan Tinggi. Pelatihan Pemanfaatan Limbah Barang
Bekas Menjadi Produk Bernilai Jual Tinggi bagi Lansia Laras Jantung Sehat diberikan dalam
rangka pembekalan kemampuan teknis yang diharapkan akan memiliki potensi nilai ekonomi.

Tentunya pada taraf berkelanjutan, pelatihan yang telah dilaksanakan belum dapat dijadikan
tolok ukur kesiapan produksi, tetapi harus dipahami sebagai proses menuju kemandirian usaha,
sehingga berbagai kendala teknis yang terjadi masih dalam batas toleransi. Namun demikian,
hasil praktek pelatihan secara keseluruahan dapat dikatakan cukup berhasil.

Identifikasi Masalah dan Realita


1. Target Sasaran : dewasa (Bapak-bapak dan Ibu-ibu Pensiunan Pegawai Negeri maupun
BUMN) berkeinginan mempunyai keterampilan yang sederhana yang tidak menuntut
tingkat pengetahuan tinggi, karena tingkat pendidikannya bervariasi dari SMU hingga
Perguruan Tinggi.
Realita :
Target sasaran merupakan dewasa dengan minat keterampilan yang memang sederhana,
tetapi tingkat pendidikan peserta dikategorikan sebagai mencukupi (SLTP, SMU/Aliyah,
lulusan SMU).
2. Target sasaran mempunyai rasa ingin tahu untuk pengembangan potensi keterampilan.
Realita :
Peserta pernah melakukan kegitan PKM dan keterampilan sejenis tetapi mempunyai minat
yang cukup baik.
3. Target sudah mempunyai wadah organisasi yang dikaitkan dengan kegiatan Bapak-bapak
dan Ibu-ibu Pensiunan Pegawai Negeri dan BUMN dari Kelurahan Jatipadang yang
didukung warga setempat, para sesepuh, tokoh pemuda dan lingkungan kelurahan
Jatipadang.
Realita :
Peserta pernah melakukan kegiatan PKM dan keterampilan sejenis dan mempunyai minat
yang cukup baik.
4. Produk fisik hasil pelatihan dapat diserap pendatang atau wisatawan, atau wilayah/daerah
lain yang dianggap potensial.
Realita :
Hasil dapat dipasarkan ke daerah lain, atau didistribusikan melalui koperasi. Secara
keseluruhan produk belum dapat dikategorikan sebagai produk layak jual, karena PKM yang
telah dilaksanakan lebih berupa pilot projek sehingga masih terdapat kendala teknis untuk
memperoleh kualitas pasar. Potensi produk menjadi layak jual sangat terbuka karena pasar
cukup menjanjikan.

Perumusan Masalah dan Implementasi


1. Melibatkan komponen penting masyarakat setempat diluar target sasaran sebagai langkah
untuk memperoleh dukungan moral.
Implementasi :
Dukungan moral dari komponen masyarakat ditingkat awal kegiatan dikategorikan sangat
antusias dan baik.
255
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KALENG BEKAS BERDAYA JUAL TINGGI BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA

2. Menempatkan posisi ketua kelompok pelatihan (Ketua lansia Laras senam jantung sehat
Pasar Minggu) dari kalangan target sasaran.
Implementasi :
Karena waktu yang sangat mendesak, sehingga koordinasi terhadap pihak koordinator lansia
laras di Pasar Minggu belum cukup sempurna. Tim sudah menyiapkan para dosen dan
mahasiswa sebagai pembimbing di lapangan sesuai dengan prediksi sebelumnya.
3. Partisipasi aktif semua peserta dalam kegiatan PKM
Implementasi :
Sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya. Seluruh peserta berjumlah 20 orang,
setelah diberikan pelatihan, peserta dibagi menjadi 5 kelompok yang masing-masing
dibimbing oleh para instruktur pendamping.
4. Memberikan bantuan peralatan, pengetahuan dan teknis pelatihan secara efisien dan efektif
sebagai jawaban atas kebutuhan target sasaran.
Implementasi :
Menyumbangkan material sebagai berikut: kaleng bekas yaitu berupa modul, kaleng bekas,
cat minyak atau oil painting untuk melukis. Evaluasi dalam proses pelatihan dilaksanakan
bersama-sama oleh Tim PKM dari Fakultas Seni Rupa dan Desain. Universitas Trisakti.
Implementasi :
Sesuai dengan yang telah dirumuskan, artinya setiap anggota kelompok melakukan evaluasi
atau kontrol mulai dari inventarisasi alat, pekerjaan, cara kerja dan pemanfaatan bahan
baku secara efisien.
5. Sosialisasi hasil program di tingkat Kecamatan untuk pelaksanaan program di tahun
berikutnya.
Implementasi:
Belum dapat dilaksanakan karena kegiatan ini direncanakan sebagai tahap proses
pengembangan dan pembinaan keterampilan dari rangkaian program yang sama dalam
jangka menengah atau panjang.
Sosialisasi hasil program yang telah dilakukan sementara yaitu pada tanggal 12 April 2014.

Tujuan Kegiatan
1. Memberikan bekal wawasan/pengetahuan dan keterampilan yang dapat dikembangkan
secara mandiri oleh target sasaran baik ditingkat individu maupun tingkat kelompok.
2. Mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia pada tingkat generasi muda hingga ibu
bapak senam jantung sehat.
3. Untuk dijadikan alternatif kegiatan usaha mandiri bagi bapak-bapak dan ibu-ibu Pensiunan
Pegawai Negeri atau BUMN maupun ibu rumah tangga di kelurahan Jatipadang Pasar
Minggu.

Manfaat Kegiatan
Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan ini :
1. Turut membantu Pemerintah Tingkat Kelurahan dan Kecamatan dalam memberdayakan
kemampuan masyarakatnya, khususnya Lansia Laras Senam jantung sehat dalam
membangun alternatif kegiatan yang dapat memberikan nilai tambah ekonomis bagi keluarga
mereka masing-masing.
2. Menambah pengetahuan dan kesadaran kelompok dewasa tentang kegiatan pelatihan
ketrampilan barang bekas bila dibuang terlalu memakan tempat dan tidak berguna begitu
dibuang sayang hanya menjadi sampah serta merusak lingkungan. Bagi Fakultas Seni Rupa
dan Desain Universitas Trisakti, Khususnya Program Studi Desain Komunikasi Visual,
merupakan realisasi kepedulian dalam rangka pendidikan seni dan desain bagi masyarakat
luas.
256
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KALENG BEKAS BERDAYA JUAL TINGGI BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA

Metode Pelaksanaan
1. Pelatihan dengan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab untuk memperdalam
pengetahuan dan pengenalan materi pelatihan.
2. Mengajukan sejumlah alternatif materi kepada peserta dengan kategori tingkat kesulitan, dari
tingkat yang mudah hingga yang sulit dipraktekkan.
3. Cara pendekatan praktis dilaksanakan dengan memberikan contoh secara manual, yang
dimulai dari awal hingga penyelesaian produk akhir. Cara pendekatan itu dilakukan dalam
beberapa langkah dan tahapan kerja yang diberikan sesuai kasus atau masalah teknis yang
dihadapi oleh tiap peserta.
4. Mengajak peserta untuk turut menilai hasil pekerjaan kelompok lain secara bergiliran.

BAHASAN KEGIATAN
Gambaran Umum Daerah Kegiatan
Program Pelatihan Pemanfaatan Limbah Barang Bekas Rumah Tangga dilaksanakan di
kediaman Bapak Muslich peserta Lansia Laras senam jantung sehat yang sangat mendukung
kegiatan tersebut.
Mengingat para peserta senam yang tergabung dalam organisasi senam jantung sehat yang
diprakasi oleh bapak Muslich beserta Ibu dan bapak ibu RW 01 untuk itu diperlukan
kesinambungan pelatihan secara terpadu supaya tetap berlanjut menuju kemandirian dan
ketahan hidup.

Alasan di atas dikaitkan pada mayoritas Lansia Laras peserta senam jantung sehat merupakan
bapak ibu pensiunan sebahagian besar walaupun masih ada juga yamg produktif.

Hasil Kegiatan
Untuk mengetahui hasil kegiatan Program Pengabdian Kepada Masyarakat tentang Pelatihan
Pemanfaatan Limbah Kaleng bekas, maka dapat dilihat dari hasil dokumentasi yang telah dibuat
(lampiran).

Para peserta begitu antusias dalam pelatihan sehingga, mereka secara mandiri juga
mengupayakan untuk mengumpulkan Kaleng susu maupun kaleng cat. Meski dari hasil yang
telah mereka buat secara mandiri masih belum memiliki standar kualitas kontrol kerja yang
baik. Tapi dari segi semangat dan dedikasi mereka selama pelatihan perlu diupayakan
kesinambungan yang lebih mendalam dimasa mendatang.

Basis Program Kegiatan


Program Pelatihan Pemanfaatan Limbah kaleng cat bekas Rumah Tangga ini merupakan
kegiatan pendidikan non formal yang diarahkan pada pengenalan mengolah materi kemasan
bekas menjadi produk yang berdaya jual. Materi yang diberikan adalah pengetahuan dasar yang
telah dikenal oleh kelompok sasaran yaitu limbah kaleng dari limbah rumah tangga sehari-hari.,
Dengan materi tersebut, sejumlah kendala teknis dapat direduksi secara signifikan sehingga
dapat mempersingkat langkah kerja. Secara praktikal, tahap pengenalan ragam produk kaleng.
Pada langkah berikutnya peserta langsung diarahkan pada pengenalan karakter bahan dasar
(material utama) dan cara mengolah pola desain (layout/tata letak) penempatan dasar
pengecatan secara teknis dan pemberian warna untuk desain ilustrasi agar bernilai seni dan
memiliki fungsi tersendiri.
Perubahan sikap positif peserta terhadap program dilatar belakangi oleh persoalan untuk
mencari solusi dari tingkat kesulitan menggarap material utama menjadi gagasan desain.
Tantangan ini direspon peserta dengan cara saling mengontrol dan membantu kerja peserta yang
lain, hal ini diluar intruksi tim pelaksana. Dengan demikian, kemandirian kerja telah dibuktikan
257
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KALENG BEKAS BERDAYA JUAL TINGGI BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA

secara nyata. Kemandirian gagasan tumbuh pada saat peserta dihadapkan pada situasi
penggarapan material yang tidak direncanakan sebelumnya. Artinya peserta dapat melakukan
tindakan improvisasi yang cukup baik terhadap modul yang dianggap kurang sesuai dengan
perencanaan, melalui pemecahan teknis dengan menggunakan peralatan kerja sederhana.

Dalam proses pelaksanaan, dilangsungkan kegiatan tanya jawab antar para peserta dengan tim
pelaksana secara acak sesuai dengan kasus tahapan kerja. Keuntungan pendekatan secara
personal itu menumbuhkan keterbukaan yang memotivasi peserta untuk bekerja secara optimal
dan konsisten.
Jadwal program pelatihan yang berlangsung setengah hari secara formal dapat dipenuhi oleh
peserta, baik secara pemahaman tema dan gagasan maupun secara teknis atau keterampilan.

Peserta dan Tim Pelaksana


Jumlah peserta yang direncanakan hadir 20 orang yang hadir pada acara pelatihan tersebut. Dari
jumlah peserta dapat diketahui bahwa minat keikutsertaan dalam program pelatihan dianggap
baik. Tolok ukur kemauan dan konsistensi peserta dapat dilihat pada minat dan hasil maksimum
yang telah dikerjakan.
Tim pelaksana adalah staf pengajar di jurusan Desain Universitas Trisakti, dibantu praktisi yang
memang sudah berkecimpung atau pengusaha limbah kertas Koran berjumlah (empat) orang
dosen bersama dengan mahasiswa dengan latar belakang spesialisasi profesi desain komunikasi
visual. Tahapan keja terbentuk secara komunikatif serta materi-materi dasar pengetahuan
desain, warna, layout/tata letak hingga produksi materi dapat melahirkan sinergi kerja yang baik
di lapangan. Interaksi direalisasikan pada semua langkah teknis pelatihan baik secara
berkelompok maupun menyeluruh dalam bentuk komunikasi 2 arah.

Hasil yang dicapai


Produk yang dihasilkan oleh 20 peserta yang dibagi menjadi 5 kelompok adalah sama, yaitu
memberikan pelatihan dari dasar pengecatan untuk dasar cat sehinnga limbah kaleng cat dapat
berubah dari yang terkesan kotor menjadi lebih menarik kemudian untuk tahap selanjutnya
memberikan warna didalam ilustrasi di kaleng tersebut. Perbedaan yang dapat dilihat dari
individu atau kelompok terletak pada eksekusi pengerjaan.

Secara proses, hasil akhir dapat dikategorikan berhasil dengan pertimbangan bahwa program
yang telah dilaksanakan merupakan pelatihan yang bersifat pilot project. Sebagai produk dalam
kategori yang layak jual masih diperlukan langkah dan orientasi pematangan dalam segi desain,
kerapihan, sentuhan akhir dan pemasaran.

Dari uraian dan gambaran di atas, diperlukan kesinambungan program pelatihan yang lebih
terarah dan terstruktur, baik dalam jangka menengah maupun panjang. Kesinambungan itu
dimaksudkan untuk pembinaan jenjang keterampilan denga pengawasan dari unsure desain dan
pemasaran sehingga hasilnya dimungkinkan dapat di ukur secara kualitatif maupun kuantitatif.

PROGRAM DAN EVALUASI KEGIATAN


Program Kegiatan
Pengabdian kepada Masyarakat tentang tema
PELATIHAN PEMANFAATAN LIMBAH BARANG BEKAS MENJADI PRODUK
BERNILAI JUAL TINGGI BAGI LANSIA LARAS SENAM JANTUNG SEHAT DI
PASAR MINGGU
258
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KALENG BEKAS BERDAYA JUAL TINGGI BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA

Pelatihan Pemanfaatan Limbah Barang Bekas Menjadi Produk Bernilai Jual Tinggi bagi Lansia
Laras Jantung Sehat
Dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 12 April 2014

Koordinator Pelaksana :
Menul Teguh Riyanti S.Sn.M.Pd.
Penanggungjawab dalam Konsep, Materi dan Aplikasi.
Anggota :
1. Menul Teguh Riyanti S.Sn.M.Pd
2. Asih Dewayanti SSn.MDs. MPd
3. Jentut Aviyanto Waluyohadi
4. Jessica
5. Jessica Amelia
6. Dwijayanto.S.Kom/Dokumentasi
7. Taswin (Tenaga Pendukung)

Bantuan teknis dan pengetahuan serta pengontrolan langkah kerja dilaksanakan oleh
instruktur/tim pelaksana baik para staf pengajar maupun staf penunjang.

Evaluasi Kegiatan
Pengertian evaluasi dihubungakan kepada pengukuran kuantitatif peserta diseluruh proses dan
tahapan hingga menghasilkan produk akhir. Pada evaluasi proses, kedudukan
individu/kelompok menjadi penting karena dalam pengertian pelatihan, setiap peserta adalah
subjek, dengan demikian proses yang telah mereka laksanakan merupakan suatu perkembangan
mental, skill dan pengetahuan. Sedangkan evaluasi terhadap produk adalah untuk melihat
kesesuaian antara tujuan program dengan hasil yang di capai.
Kedua evaluasi itu secara bersama-sama ditujukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
dicapai dan baagimana terjadinya kegagalan dalam realisasi program. Dengan cara tersebut
modifikasi program kerja dapat dilakukan di setiap tahapan kerja.

Evaluasi Proses
Setiap individu mampu menciptakan komposisi tataletak (layout) desain pada ilustrasi serta
warna yang menarik, sehingga mereka memang sudah mempunyai wacana desain yang menarik
seperti apa yang akan dihasilkan dari jumlah kaleng cat bekas yang telah disediakan oleh tim
pelaksana. Kemampuan psikologis yang mereka tunjukan telah membuktikan kesadaran
terhadap masalah yang akan dihadapi di tahap berikutnya.
Proses ini dilanjutkan pada tahap pengaturan layout/tata letak ilustrasi, pewarnaan dasar untuk
warna produk dari limbah barang/kaleng cat bekas keseluruhan bagian produk limbah koran
bekas tersebut hingga menjadi sebuah produk bernilai jual ekonomi untuk tempat pensil,
celengan, tempat payung diberi ilustrasi gambar yang menarik proses pertama adalah cat dasar
dengan warna-warna yang menarik dahulu sehinnga sudah tidak terlihat bahwa produk limbah
kaleng bekas menjadi produk yang berdaya guna dan bernilai jual tinggi sehingga mereka
improvisasi secara berkelompok. Secara prinsip tidak ada kendala teknis. Artinya keterampilan
peserta sudah cukup memadai. Pengetahuan dan langkah kerja dari tahap komposisi awal
hingga pemindahan media dan perekatan dinilai cukup berhasil.
Dari pemantauan hasil kerja yang dilakukan oleh para peserta, menunjukkan suatu gejala umum
bahwa keterampilan perlu diajarkan secara sistematis. Masalah memberikan contoh/bantuan
teknis per kasus di setiap tahapan kerja perlu dilakukan para instruktur sehingga diperoleh hasil
yang sesuai dengan yang diinginkan.
259
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KALENG BEKAS BERDAYA JUAL TINGGI BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA

Hampir seluruh peserta memperlihatkan kinerja yang baik yang dibuktikan pada pengulangan
pembuatan desain liustrasi secara mandiri di rumah dengan bahan kaleng bekas yang telah
mereka siapkan secara pribadi, walaupun memerlukan teknik yang teliti dan rapih.
Secara teknis, peserta mengalami hambatan dalam mengelola kaidah keseimbangan komposisi
pola desain, hal ini merupakan suatu kewajaran karena dilakukan secara berkelompok, serta
diperlukan kepekaan mengenai detail yang akan dihasilkan.
Jalan keluar dari masalah tersebut adalah dengan memberikan pengetahuan dasar sekaligus
dengan contoh-contoh dan waktu untuk mereka agar dapat sering berlatih membuat pola dasar
sehingga dengan keterbiasaan tersebut akan menghasilkan karya yang semakin baik tentunya.
Disisi lain perlu di garis bawahi bahwa keterampilan dan pengetahuan yang harus dibantu
secara rinci dengan tahapan yang cukup singkat. Keberhasilan dalam tahapan ini karena
didukung oleh kesiapan mental peserta untuk terus mengikuti seluruh langkah kerja yang
diinstruksikan. Secara prosedural semua peserta dapat mengikuti langkah kerja dengan tertib.
Selama bekerja para peserta memperlihatkan kemajuan mental kerja, perubahan skill, dan
pengetahuan yang baik yang ditunjukkan melalui produk akhir.

Evaluasi Produk
Penilaian produk didasarkan pada teknik garapan material. Dengan melihat pada sifat dan
bentuk bahan kemasan limbah koran bekas maupun botol bekas mineral, maka diperlukan
kemampuan peserta untuk lebih jeli serta telaten dan kesabaran yang tinggi kemudian
menempatkan atau menambahkan sesuatu sehingga menjadi komposisi desain sehingga
menjadi produk yang baik, hal ini dikarenakan tidak mudah penuh dengan ketelatenan dan sabar
(karena dalam melinting limbah koran bekas penuh dengan ketelatenan).
Tidak ditemukan kegagalan hasil produksi, yang umum terjadi adalah kendala dalam membuat
dasar linting kertas yang perlu ketetatenan karena ternyata pengerjaan terlihat simple dan
sederhana karena bial pengerjaan lintingan kertas kurang baik sangant berpengaruh kepada
produknya.. Karena setiap individu memiliki erta mempunyai tingkat kesabaran dan ketelatenan
berbda-beda antara para peserta senam jantung sehat itu sendiri, sehingga hasil produksi tentu
beda-beda tergantung dasar lintingan limbah koran bekas. Namun hal tersebut dapat diatasi
dengan ketelitian, atau penggunaan kuas serta pewarna yang telah diberikan tentunya akan
memperlancar teknik kerja mereka dimasa mendatang.
Secara keseluruhan, produk dari limbah koran, botol mineral maupun tempat kue kering bekas
yang dihasilkan cukup variatif dari pola dasar lintingan limbah koran bekas,namun untuk
dipasarkan masih memerlukan latihan dan pengasahan keterampilan yang lebih intensif.

KESIMPULAN, TINDAK LANJUT DAN SARAN


Kesimpulan
Secara umum Program ketrampilan limbah koran bekas Rumah Tangga yang telah dilaksanakan
berjalan dengan baik. Dalam kegiatan, peserta senam jantung sehat sangat bersemangat dengan
antusias yang tinggi selama mengikuti program dan dapat dengan antusias yang tinggi selama
mengikuti program dan dapat mengikuti instruksi secara langsung. Keberhasilan program di
kalangan peserta ditunjang oleh kesiapan mental, kemauan yang kuat dalam menambah skill
dan pengetahuan yang dapat dilihat langsung pada hasil karyanya.
Kendala teknis dapat diatasi secara praktis sehingga proses keseluruhan hasil kerja
dikategorikan sebagai berhasil. Dari segi produk sudah dapat dijadikan produk yang diinginkan,
tetapi masih belum dapat dipasarkan karena belum memenuhi kualitas standar produksi yang
sempurna. Hal itu masih dalam batas kewajaran karena program pelatihan yang telah
dilaksanakan adalah sebagi pilot projek
260
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KALENG BEKAS BERDAYA JUAL TINGGI BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA

Tindak Lanjut
Dengan keberhasilan dari program pelatihan itu, maka diperlukan program lanjutan. Atas
masukan masukan tersebut, kiranya perlu meneruskan program sejenis yang terstruktur dengan
kelompok binaan yang sama,sehingga keberhasilan dan kesinambungan dapat dijadikan model
Pengabdian Kepada Masyarakat secara utuh dan terukur.

Saran-Saran
Untuk Pihak Senam Jantung sehat jatipadang Pasar minggu.
Dengan keberhasilan program pelatihan yang telah dilaksanakan, sebaiknya dijadikan landasan
untuk mendorong bapak-bapak dan ibu-ibu senam jantung sehat dapat terlibat aktif dalam
mengikuti program lanjutan. Persiapan koordinasi dan sosialisasi tentang kegiatan PKM ini
perlu dihimbau jauh hari sebelumnya kepada pihak bapak-ibu peserta senam jantung sehat.
Karena dapat dijadikan kelompok sasaran, sehingga pemerataan pemberdayaan Sumber Daya
Manusia lebih mudah dilaksanakan secara teratur.
Sebaiknya,ada pihak dari aparatur setempat yang ikut serta memonitor perkembangan hasil
karya yang selanjutnya dapat diperbantukan dalam segi pemasaran dan penjualannya.
Tujuannya agar kegitan produksi tidak terhenti oleh kendala tidak adanya jalur distribusi
penjualan. Alternatif lain adalah kerjasama dengan lembaga-lembaga seperti koperasi sebagai
tempat penampungan hasil karya pelatihan.

Untuk Perguruan Tinggi :


Sebaiknya program PKM mulai difokuskan pada pembinaan kelompok sasaran yang tetap
dalam jangka waktu tertentu selama antara 1-2 tahun, sehingga hasil kemajuan dapat diikuti
secara kualitatif dan kuantitatif.
Dengan alasan diatas, setidaknya perencanaan manajemen pembinaan lebih mendalam serta
dapat membuka pola hubungan kemitraan yang lebih baik. Kemudian, pihak Lembaga
Pengabdian Kepada Masyarakat harus mulai mensosialisasikan hasil kegiatan PKM yang telah
dilaksanakan oleh Jurusan lain dalam tahun kalender yang sama, tujuannya untuk saling
melengkapi kekosongan materi program dan setidaknya akan menjadi suatu nilai tambah dari
keseluruhan program yang dikelola oleh Universitas.

DAFTAR PUSTAKA
Mangkuprawira,Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Perguruan Tinggi, Direktorat
Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Dikti Depdikbud.
Rizalsyah T, Aldy,Azas-azas Pelaksanaan Program Pengabdian Kepada Masyarakat Yang
Berkelanjutan, Materi Pendidikan dan Pelatihan Pra Jabatan Bagi Dosen Ikayan Khusus
Dan Calon Dosen Universitas Trisakti
Trenggono, Bambang S,Pelatihan Kader Pembangunan Masyarakat Materi Penataran
Metodologi Pengabdian Kepada Masyarakat bagi Dosen Universitas Trisakti.
261
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KALENG BEKAS BERDAYA JUAL TINGGI BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA

LAMPIRAN
FOTO-FOTO DOKUMENTASI PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Gambar 1. Instruktur presentasi mengenai tahapan dalam proses pemanfaatan


Limbah barang bekas kepada peserta Lansia Laras Senam Jantung Sehat
(Menul Teguh Riyanti, 2014)

Gambar 2. Instruktur presentasi mengenai tahapan dalam proses pemanfaatan


Limbah barang bekas kepada peserta Lansia Laras Senam Jantung Sehat
(Menul Teguh Riyanti, 2014)
262
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KALENG BEKAS BERDAYA JUAL TINGGI BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA

Gambar 3. peserta Lansia Laras Senam Jantung Sehat


(Menul Teguh Riyanti, 2014)

Gambar 4. peserta Lansia Laras Senam Jantung Sehat sangat antusias


memberikan warna pada kaleng bekas
(Menul Teguh Riyanti, 2014)
263
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KALENG BEKAS BERDAYA JUAL TINGGI BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA

Gambar 5. peserta Lansia Laras Senam Jantung Sehat sangat antusias


memberikan warna pada kaleng bekas
(Menul Teguh Riyanti, 2014)

Gambar 6. Mahasiswa sedang memberikan bagaimana cara memberikan


warna di atas kaleng kepada peserta Lansia Laras Senam
memberikan warna pada kaleng bekas
(Menul Teguh Riyanti, 2014)
264
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KALENG BEKAS BERDAYA JUAL TINGGI BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA

Gambar 6. peserta Lansia Laras Senam Jantung Sehat sangat antusias


memberikan warna pada kaleng bekas
(Menul Teguh Riyanti, 2014)

Gambar 7. Mahasiswa sedang memberikan bagaimana cara memberikan


warna di atas kaleng kepada peserta Lansia Laras Senam
memberikan warna pada kaleng bekas
(Menul Teguh Riyanti, 2014)
265
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KALENG BEKAS BERDAYA JUAL TINGGI BAGI IBU-IBU RUMAH TANGGA

Gambar 8. Instruktur dan mahasiswa presentasi mengenai tahapan


dalam proses pemanfaatan Limbah barang bekas kepada
peserta Lansia Laras Senam Jantung Sehat
(Menul Teguh Riyanti, 2014)

Gambar 9. Foto bersama dengan peserta lansia Laras Senam Jantung Sehat di Pasar Minggu
(Menul Teguh Riyanti, 2014)
PEMANFAATAN LIMBAH ATAU SISA KAYU UNTUK
DIJADIKAN LAMPU

Woro Asty Werdina


Program Studi Desain Produk, FSRD Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa no. 1, Grogol, Jakarta 11440
E-mail: dinawerdina@gmail.com

ABSTRAK
Banyaknya limbah kayu yang ada di lingkungan Universitas Trisakti di Jakarta, khususnya di kawasan
Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), menimbulkan ide untuk menjadikan limbah kayu tersebut
sebagai produk yang berguna, misalnya lampu gantung, lampu duduk, maupun lampu hias. Sasaran
utama dari kegiatan ini adalah para petugas kebersihan atau office boy yang ada di lingkungan FSRD,
agar mereka mempunyai ketrampilan, khususnya dalam membuat lampu. Dengan diberikannya pelatihan
pengerjaan produk lampu ini, maka diharapkan para staf cleaning service tersebut dapat memiliki
pengetahuan dalam mendesain sehingga mereka dapat mewujudkan kreatifitas yang dimilikinya.
Apabila mereka sudah dapat memanfaatkan dari limbah kayu tersebut maka mereka dapat
mengembangkan ide-idenya berdasarkan ketrampilan yang dimiliki dan dapat mengekspresikan
kemampuannya. Kegiatan ini juga dapat pula menjadi nilai tambah bagi para cleaning service dengan
mengefektifkan atau mengefisienkan kemampuan yang mereka miliki. Diharapkan dengan adanya
pelatihan ini para cleaning service dapat memiliki ketrampilan dan pengetahuan mendesain dan
memanfaatkan limbah kayu tersebut untuk dijadikan produk yang mempunyai nilai jual tinggi.

Kata kunci : sisa kayu, kreatifitas, nilai jual

ABSTRACT
The abundance of waste wood in the areas of Trisakti University in Jakarta, especially in the area of
Faculty of Art and Design, generated the idea of utilizing the waste wood to become useful products,
such as ceiling lamp, static lamp or decorative lamp. The main target of this activity are cleaning service
staff or office boy who work at the faculty, so that they will have skill, especially to make lamps. By giving
special training to make lamps, it is expected that the cleaning service staff can have a knowledge of
designing and finally the can develop their own creativity. Furthermore if they are able to utilize the
waste wood, they can develop their own ideas based on their own skill and express their capability.
This activity can also become an added value for the cleaning service staff and they can utilize their
ability effectively and efficiently. It is expected that by participating in this training, the claning service
staff can have skill and knowledge in designing and utilizing the waste wood to become products with
high selling price

Keyword : waste wood, creativity , selling value

A. PENDAHULUAN
Di lingkungan Universitas Trisakti yaitu Fakultas Seni Rupa dan Desain terdapat banyaknya
sisa-sisa kayu yang belum dibuang atau dibereskan setelah renovasi ruangan atau sejenisnya.
Oleh sebab itu guna pemanfaatkan sisa-sisa kayu tersebut maka timbullah ide untuk
mengadakan pelatihan pemanfaatan limbah atau sisa kayu bekas untuk dijadikan produk yang
berguna, misalnya dijadikan lampu. Timbulnya inisiatif atau ide tersebut juga dihubungkan
kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat yang merupakan salah satu Tri Dharma Perguruan
267
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH ATAU SISA KAYU UNTUK DIJADIKAN LAMPU

Tinggi, yaitu melalui kegiatan PKM yang bertujuan memberikan pelatihan yang bersifat
edukatif tentang penanganan pemanfaatan limbah atau sisa-sisa kayu untuk dijadikan produk
yang mempunyai daya jual. Kegiatan PKM ini dapat menimbulkan kreativitas atau bakat
masyarakat yang terpendam. Salah satu dipilihnya pemanfaatan sisa kayu untuk dijadikan
produk lampu agar bisa berfungsi untuk menerangi lingkungan. Direncanakan lampu gantung
yang akan dibuat dapat ditempatkan didalam atau diluar ruangan, misalnya dibuat lampuk
gantung, lampung dinding, lampu duduk atau meja meja, dan lampu berdiri atau disebut
standing lamp. Sasaran yang utama yaitu cleaning sevice di lingkungan FSRD agar mereka
mengetahui ilmu desain yaitu membuat desain lampu yang mempunyai nilai jual. Dengan
memanfaatkan limbah kayu tersebut dapat juga untuk menambah penghasilan ekonomi para
cleaning service tersebut yang dirasakan kurang sehingga dapat meningkatkan taraf hidup
mereka.

B. METODOLOGI
Apabila dihubungkan dengan disiplin ilmu yang ada yaitu ilmu desain, adanya permasalahan
yang ada yaitu adanya sisa-sisa kayu dapat dimanfaatkan untuk dibuat yang ada disesuaikan
dengan kemampuan dari masyarakatnya itu sendiri. Dengan dipilihnya pemanfaatan limbah atau
sisa kayu untuk dijadikan produk lampu, misalmya lampu gantung, lampu hias dan lain
sebagainya akan mempunyai nilai fungsi, nilai estetis dan nilai jual yang tinggi berdasarkan
kreativitas dari para cleaning service tersebut. Sedangkan dalam pelaksanaan PKM itu sendiri
yaitu melakukan pelatihan dengan mengamati data-data yang ada. Referensi buku jurnal, buku
penelitian, prosiding dan buku-buku sejenisnya, menunjang penyusunan tulisan pemanfaatan
limbah atau sisa kayu untuk dijadikan produk lampu ini.

Sedangkan pendekatan metode yang digunakan yaitu dengan observasi, pengumpulan data, dan
sejenisnya yaitu lebih bersifat kepada pendekatan kualitatif, dimana pelaksanaan pelatihan ini
dengan pendekatan mengembangkan ide-ide dari sasaran yaitu mencoba mengembangkan
kreatifitas para cleaning service tersebut sesuai dengan aspek desain yang mereka dapat selama
PKM tersebut, misalnya aspek-aspek; fungsi, bentuk, ukuran, warna dan lain sebagainya.

C. PEMBAHASAN
1. Sumber Daya
Apabila dihubungkan dengan disiplin ilmu desain, adanya masalah-masalah yang ada
disesuaikan dengan kemampuan dari masyarakatnya itu sendiri. Dengan dipilihnya
pemanfaatan limbah atau sisa kayu untuk dijadikan produk lampu akan mempunyai nilai
fungsi, nilai estetis dan nilai jual yang tinggi serta melatih kreatifitas para cleaning service.

Di lingkungan FSRD sangatlah berpeluang untuk mengembangkan kegiatan yang bersifat


produktif dan mengembangkan kreativitas, dimana adanya sisa-sisa kayu dimanfaatkan
untuk dijadikan lampu, dengan adanya pelatihan memanfaatkan limbah atau sisa kayu untuk
dijadikan lampu maka dapat ketrampilan untuk meningkatkan pendapatan. Salah satu
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
(PKM), yaitu pengamalkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya kepada
masyarakat. Sesuai dengan cara kelembagaan dengan menggunakan metodologi ilmiah
sebagai syarat pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta mengusahakan
pengembangan kemampuan masyarakat sekitar daerah sasaran, karena PKM maka Pelatihan
Limbah Kayu ini dapat terlaksana di lingkungan FSRD sehingga program PKM bisa juga
terlaksana karena sarasannya adalah cleaning service yang termasuk masyarakat di
lingkungan FSRD.
268
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH ATAU SISA KAYU UNTUK DIJADIKAN LAMPU

Sumber daya potensial untuk mengembangkan kegiatan PKM ini bersifat produktif dan
mengembangkan kreatifitas, yang menjadi salah satu kegiatan mendesain. Sebenarnya
kegiatan mendesain tidak selalu merupakan kegiatan yang dilakukan seorang desainer atau
para perancang, melainkan dapat dikerjakan oleh para perajin, tukang, remaja karang taruna
atau sejenisnya, karena semuanya dapat melatih kreatifitas seorang.
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat berupaya membantu masyarakat yang tujuannya
untuk meningkatkan kualitas hidupnya dengan cara memberikan pendidikan berupa
penyuluhan dan pelatihan sebagai contoh memanfaatkan sumber bahan yang ada di
lingkungan, misalnya sisa-sisa kayu di lingkungan FSRD dijadikan lampu sebagai produk
yang berguna, dengan sasarannya adalah para cleaning service yang berlatar pendidikan
SMP atau SMA.

2. Kegiatan dan Pelatihan


Tujuan diselenggarakan kegiatan ini adalah agar dapat pemanfaatkan limbah kayu yang ada
disekitar daerah sasaran untuk dijadikan suatu produk yang mempunyai nilai ekonomi, yaitu
memanfaatkan limbah kayu untuk dijadikan lampu.

Dalam kegiatan ini, pendekatan bagi masyarakat dapat dibagi tujuannya antara lain :
a. Jangka Pendek :
Memberikan manfaat pengetahuan teknik dalam pembuatan lampu gantung dari limbah
kayu. Menjelaskan juga kepada para remaja putus sekolah untuk dapat memanfaatkan
limbah kayu untuk dijadikan suatu produk yang mempunyai nilai fungsi dan nilai estetis
serta wawasan untuk dapat mengembangkannya produk tersebut dengan memiliki nilai
pakai dan nilai jual.

b. Jangka Panjang :
Sasaran dari kegiatan ini yaitu bagi pesertanya lebih diutamakan para cleaning service
atau remaja putus sekolah agar mereka dapat memanfaatkan ilmu yang didapat dari kami
(Fakultas Seni Rupa dan Desain USAKTI) untuk dikembangkan menjadi tambahan
ilmu yang berguna sehingga dengan bertambahnya ilmu Desain, mereka dapat
mengembangkan potensi kreativitas mereka ke daerah tempat tinggal mereka.

Sedangkan pelaksanaan pelatihan limbah kayu ini diperlukan persiapan sebulan lebih
lamanya untuk sebelum pelaksanaan berlangsung, meliputi kegiatan: pembuatan proposal,
persiapan anggaran, survey lapangan, menyiapkan materi pelatihan, jadwal pelaksanaan.
Sisa-sisa kayu yang akan dijadikan produk, dapat dibuat berbagai macam jenis lampu,
antara lain : lampu gantung, lampu duduk, lampu dinding, lampu berdiri, lampu hias dan
lain sebagainya.
Proses pelatihan yang dilaksanakan berawal dari instruktu yang menerangkan maksud dan
tujuan diadakannya pelatihan tersebut kemudian di jelaskan cara membuat lampu dari
limbah atau sisa kayu yang terdiri dari ; mengukur kayu yang digunakan, membuat pola,
memotong kayu sesuai ukuran atau pola yang ada, mengamplas, memaku atau mengelem
kayu sesuai dengan contoh desain, yang terakhir finishing yaitu bagian terakhir dapat
diberi cat transparan atau diplitur sesuai warna yang diinginkan.
269
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH ATAU SISA KAYU UNTUK DIJADIKAN LAMPU

Gambar 1. Bahan utama limbah atau sisa kayu untuk dijadikan lampu gantung
(Sumber: Dokumen Werdina, 2013)

Gambar 2. Instruktur sedang memberikan pengarahan kepada peserta PKM


(Sumber: Dokumen Werdina, 2013)
270
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH ATAU SISA KAYU UNTUK DIJADIKAN LAMPU

Gambar 3. Kegiatan Pembuatan Lampu Gantung oleh Peserta


(Sumber: Dokumen Werdina, 2013)

Gambar 4. Kegiatan Pembuatan Lampu Gantung oleh Peserta


(Sumber: Dokumen Werdina, 2013)
271
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH ATAU SISA KAYU UNTUK DIJADIKAN LAMPU

Gambar 5. Kegiatan Pembuatan Lampu Gantung oleh Peserta


(Sumber: Dokumen Werdina, 2013)

Gambar 6. Kegiatan Perakitan Lampu Gantung oleh Peserta


(Sumber: Dokumen Werdina, 2013)
272
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH ATAU SISA KAYU UNTUK DIJADIKAN LAMPU

Gambar 7. Peserta dengan hasil lampu gantung yang sudah jadi


(Sumber: Dokumen Werdina, 2013)

Gambar 8. Peserta dengan hasil lampu gantung yang sudah jadi


(Sumber: Dokumen Werdina, 2013)
273
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH ATAU SISA KAYU UNTUK DIJADIKAN LAMPU

Gambar 9. Hasil produk yang sudah jadi


(Sumber: Dokumen Werdina, 2013)

Gambar 10. Hasil produk yang sudah jadi


(Sumber: Dokumen Werdina, 2013)
274
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH ATAU SISA KAYU UNTUK DIJADIKAN LAMPU

Gambar 11. Hasil produk yang sudah jadi


(Sumber: Dokumen Werdina, 2013)

D. SIMPULAN
Hasil dari kegiatan ini tidak sesuai dengan rencana karena pada hari pelaksanaan yang
direncanakan para remaja putus sekolah yang ada di lingkungan Kembangan tidak ada
sehinggga pelaksanaan dikerjakan oleh para cleaning service yang ada di lingkungan FSRD dan
tempat atau lokasi di Laboratorium Bengkel FSRD, Universitas Trisakti.

Dari hasil pengamatan, peserta yang berjumlah 9 orang seluruhnya peserta pria, dengan latar
belakang yang berbeda-beda, yaitu dengan pendidikan Sekolah Menengah Pertama, Sekolah
Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan. Sedangkan usia para peserta sekitar 22 30
tahun, beberapa peserta mengikuti kegiatan ini yaitu antara lain :
- Untuk menambah pengetahuan ilmu
- Untuk mengembangkan bakat dan kemampuan
- Agar dapat bermanfaat bagi diri sendiri
- Ketertarikan dalam kegiatan ini

Alasan-alasan diatas merupakan motivasi peserta untuk melaksanakan kegiatan ini dengan
sungguh-sungguh, terlihat dari hasil dari lampu-lampu yang dibuat dari peserta. Bentuk dari
kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini merupakan pelatihan memanfaatkan limbah kayu
untuk dijadikan lampu.

Pelatihan ini diawali dengan memperkenalkan diri antara para instruktur dengan para peserta
dilanjutkan dengan penjelasan program ini diterapkan dan kemudian menjelaskan teori-teori,
yaitu menjelaskan bagaimana cara mengolah kayu menjadi bahan jadi atau cara pembuatan
limbah kayu untuk dijadikan lampu.
275
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH ATAU SISA KAYU UNTUK DIJADIKAN LAMPU

Teknologi pengolahan kayu menjadi bahan jadi antara lain dengan jenis kayu yang baik,
membuat pola desain, memotong kayu, menyusun atau menggabungkan komponen-komponen
yang ada finishing kayu, dan akhirnya memasang kabel dan lampu pada limbah kayu tersebut.

Manfaat bagi FSRD Universitas Trisakti


Bagi para instruktur dalam kegiatan pelatihan ini dapat mengambil manfaatnya yaitu berupa
menyebarluaskan pengetahuan dan informasi mengenai manfaat penerapan ilmu desain dan
dapat pula mensosialisasikan pengetahuan tentang desain yang bermanfaat dengan penerapan
teori-teori yang didapat pada perkuliahan.

Manfaat bagi Universitas Trisakti dan Lemdimas


Fakultas Seni Rupa dan Desain merupakan bagian dari fakultas-fakultas lain yang membentuk
suatu kegiatan pelatihan agar dapat mencerminkan image bagi masyarakat akan Universitas
Trisakti terhadap pemberdayaan masyarakat yang terkait dalam penanggulangan permasalahan
sosial ekonomi yaitu dengan membantu program pemerintah melalui realisasi kegiatan dalam
Tri Dharma Perguruan Tinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. (2002). Mesin Perkakas Bengkel. Jakarta: PT Rineka Cipta, cetakan keempat.
Love, George. (1979). Teori dan Praktek Kerja Kayu. Jakarta: Erlangga, edisi keempat.
Noll, Terrie. (2002) The Joint Book. America: Popular Woodworking Books.
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG HIJAU
MENJADI LAMPU DEKORATIF DENGAN PENDEKATAN
GREEN DESIGN
Devanny Gumulya
Dosen Program Studi Desain Produk, Universitas Pelita Harapan, Lippo Karawaci, Tangerang
E-mail: devanny.gumulya@uph.edu
Sophia Budiman
Mahasiswa Program Studi Desain Produk, Universitas Pelita Harapan, Lippo Karawaci, Tangerang
E-mail: sophia.budiman@gmail.com

ABSTRAK
Kulit kerang adalah salah satu limbah yang sulit terurai sehingga tergolong limbah yang mencemari
lingkungan, terutama bila tercampur dengan sampah lain. Untuk itu, kulit kerang banyak digunakan
dalam pembuatan produk, karena keindahan kulitnya dapat dimanfaatkan dan sekaligus untuk
mengurangi volume sampah kulit kerang. Namun, pengolahan limbah kulit kerang selama ini tidak ramah
lingkungan karena umumnya menggunakan resin ataupun lem langsung pada kulit kerang. Hal tersebut
justru memperlambat proses penguraian kulit kerang dan makin mencemari lingkungan. Terlebih lagi,
beberapa produk kulit kerang yang ada saat ini, banyak yang tidak menggunakan limbah kulit kerang,
melainkan menggunakan kulit kerang dari kerang yang memang dipanen untuk dijual kulitnya, sehingga
mengganggu ekosistem kerang dalam laut. Kulit kerang yang diteliti di paper ini adalah kulit kerang hijau
limbah dari restoran sea food. Tujuan dari paper ini mengolah limbah kulit kerang hijau yang jarang
didaur ulang dan masif volumenya dari restoran menjadi produk fungsional dengan cara yang lebih ramah
lingkungan. Perancangan ini memadukan kulit kerang dengan teknik anyam bambu, material alami khas
Indonesia yang sangat cepat regenerasinya. Selain itu, material lain dalam produk ini adalah material daur
ulang, seperti limbah besi yang berasal dari pabrik karoseri serta limbah kayu pinus yang berasal dari peti
kemas. Dengan interfensi ilmu desain, sampah tak bernilai, kulit kerang hijau diubah menjadi produk
fungsional tanpa menambah pencemaran lingkungan.

Kata kunci: perancangan desain produk, reuse, sustainable design

ABSTRACT
Although, seashells are natural source, they take a long time to be decomposed. They may pollute the
environment especially when mixed with other garbage. Thus, sea shells are often used as product
materials, exposing their beauty while reducing sea shell waste volume. However, so far the production
processes of sea shell products are not environment friendly. They often use resin or glue directly on the
shells. The processes will prolong the decomposition process of sea shells and worsen the environment
pollution. Moreover, sometimes the shells that are used in products nowadays were not obtained from the
wastes, but mostly came from seashells that are specially harvested for making products, this can
endanger sea shells ecosystem in the sea. In this paper, green-lipped mussel shells are explored. They are
waste taken from seafood restaurant. The green-lipped mussel shells are rarely used in production and
still massive in volume. The paper tries to develop the waste into a decorative lamp through a more
environmental friendly process than common seashells product making process. To avoid using resin for
assembling the shells the new design use bamboo weaving, because bamboo regenerates very quickly.
Other materials used are recycled materials: metal waste from car factory, and pinewood waste from
container boxes. By design intervention, worthless wastes are transformed into floor lamp, a functional
product without harming the environment.

Keywords: product design, sustainable design, reuse


277
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG HIJAU MENJADI LAMPU DEKORATIF
DENGAN PENDEKATAN GREEN DESIGN

PENDAHULUAN
Kerang adalah hewan molluska yang melimpah di alam, hidup di laut dan menutupi lebih dari
70% luas bumi. Terdapat lebih dari 600 jenis kerang dari seluruh dunia, termasuk di air tawar
dan di laut. Kerang dapat didapatkan dengan mudah, tersebar di pinggir pantai. Jumlah kerang
yang melimpah ini membuat manusia banyak memanfaatkannya. Daging kerang dapat dimasak
dan dikonsumsi. Kulit kerang juga dimanfaatkan untuk banyak hal. Pada zaman dahulu kala
kulit kerang digunakan sebagai mata uang. Kulit kerang yang besar juga digunakan sebagai
wadah. Kulit kerang juga digunakan sebagai campuran penguat beton bangunan. Selain itu,
karena keindahannya, kulit kerang juga digunakan dalam berbagai produk. Penduduk di daerah
pesisir banyak membuat kerajinan dari kulit kerang, baik berupa souvenir, aksesoris, jam,
cermin, lampu, dan lain-lain. Namun dalam produk-produk yang ada kini kulit kerang hanya
dimanfaatkan sebagai elemen dekoratif yang ditempel saja. Padahal kulit kerang memiliki sifat
kuat karena tak hanya keras namun juga liat. Untuk itu, paper ini mengkaji bagaimana
mengaplikasikan kulit kerang menjadi sebuah produk fungsional.

Tujuan dari paper ini adalah untuk merancang produk fungsional dengan memanfaatkan limbah
kulit kerang, karena materialnya limbah maka produk yang dihasilkan menjadi ekonomis. Dari
sisi lingkungan, paper ini mencoba membantu mengurangi pencemaran polusi air dan tanah
karena kulit kerang yang lama terurai. Dari sisi pengabdian kepada masyarakat, paper ini dapat
membuka wawasan bagi pengrajin kulit kerang untuk mengembangkan produk kerang dengan
cara yang lebih ramah lingkungan.

Kulit Kerang
Kulit kerang adalah eksoskeleton dari moluska (siput, bivalvia, tiram, dll) yang berfungsi untuk
melindungi dan mendukung tubuh mereka. Kulit kerang tidak berhubungan dengan
metabolisme moluska itu sendiri. Ketiga lapisan kulit kerang terbentuk dari bagian terdalamnya,
dibentuk oleh
jaringan epitel (terluar) molluska yang disebut mantel, yang tak hanya menghasilkan, tetapi juga
memperbaiki dan memelihara kulit kerang. Mantel mensekresikan glikoprotein dan polisakarida
yang menjadi bahan dasar untuk pembentukan Kristal kalsium karbonat (CaCO3). Kristal yang
dihasilkan memiliki ukuran, bentuk dan arah yang berbeda-beda. Dari bahan tersebut juga diatur
agar kulit kerang ikut membesar seiring dengan perkembangan tubuh moluska itu sendiri.
Kulit kerang bertumbuh secara berkala, tidak terus menerus seperti tubuh manusia. Lapisan
terluar kerang dihasilkan oleh jaringan mantel di pinggir, sedangkan bagian dalam kerang
dibentuk oleh seluruh permukaan mantel. Maka kerang tumbuh dalam 2 arah: secara paralel
pada bagian pinggir untuk membesarkan ukuran, dan secara vertikal dengan menebalkan kulit
kerang. Pertumbuhan ini dapat bervariasi tergantung pada jenis moluska itu sendiri.

Kerang Hijau
Kerang hijau (Perna viridis / green mussel) adalah jenis kerang bivalvia yang tergolong dalam
keluarga Mytilidae. Kerang ini tak hanya dimakan tetapi juga dikenal sebagai kerang pembawa
zat berbahaya dari limbah yang diserap di tambaknya, serta menyebabkan kerusakan pada
struktur seperti pipa drainase. Kerang hijau ini berasal dari daerah Asia-Pasifik, tetapi juga
tersebarkan ke daerah Karibia, Jepang, Amerika Utara, dan Amerika Selatan ketika menempel
di perut ataupun jangkar kapal. Kerang Hijau dewasa memiliki ukuran antara 8 hingga 10 cm,
dapat juga mencapai 16.5 cm jika besar sekali. Bentuk kerang ini berakhir dengan bentuk paruh
menurun yang melengkung tajam. Lapisan periostracumnya memiliki warna hijau tua, yang
semakin coklat di bagian tengahnya. Semakin tua kerang, semakin coklat warnanya. Bagian
dalam kerang hijau memiliki warna biru muda berkilau. Kerang hijau ini memiliki kaki besar
yang dapat bergerak mengangkat secara vertikal. Untuk memudahkan diri menempel pada
278
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG HIJAU MENJADI LAMPU DEKORATIF
DENGAN PENDEKATAN GREEN DESIGN

bambu/dinding tambak, kerang ini juga memiliki filamen mirip jenggot yang membantu
menguatkan pegangannya. Kerang ini dapat hidup menjajah organisme lain karena
pertumbuhannya sangat cepat. Di beberapa daerah kerang ini sering menginvasi, membawa
parasit dan penyakit berbahaya, dan bahkan sudah dipandang sebagai ancaman bagi tiram di
Amerika Serikat. Kerang ini mudah menyerap racun yang terkandung di laut, seperti Saxitoxin,
dan dapat menjadi indikator pencemaran logam berat pada laut karena menunjukkan indikasi
tertentu. Kerang ini juga sering merusak pipa drainase dan peralatan kapal laut karena
pertumbuhannya yang pesat.

Gambar 1.1 Kerang Hijau di Habitatnya


(www.wikipedia.org)

Fokus paper ini adalah kerang hijau karena setelah diobservasi di gedung SMESCO galeri
produk Usaha Kecil Menengah dari setiap provinsi di Indonesia, kerang hijau belum pernah
digunakan pada produk, karena kulitnya yang cenderung kotor dan tidak mengkilap seperti kulit
kerang lainnya Kerang yang umum digunakan untuk produk adalah kerang capis, kerang bibir
merah, puteri salju, dan kerang dara (Fitriani, 2014).

Gambar 1.2 Hasil observasi di SMESCO


(Sumber: Dokumentasi D. Gumulya, 2015)
279
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG HIJAU MENJADI LAMPU DEKORATIF
DENGAN PENDEKATAN GREEN DESIGN

Limbah Kerang Hijau di Restoran Seafood


Dari hasil observasi ketiga restoran seafood berlokasi di kawasan Tangerang, kerang hijau
tergolong menu favorit. Dari satu restoran, limbah yang dihasilkan perhari nya adalah 20 kg dan
sampah ini dibuang begitu saja.

Gambar 1.3 Menu Kerang Hijau


(Sumber: Dokumentasi D. Gumulya, 2015)

Survei Pengolahan Kulit Kerang di Workshop Citra Handicraft, Pamulang


Citra Handicraft adalah usaha yang dibangun oleh Ibu Cici Sulastri. Usaha ini dimulai sejak
masa kuliah Bu Cici, dengan membuat souvenir dari kulit kerang. Saat ini Citra Handicraft
berkat bantuan dari pemerintah kota Jakarta dan dengan produk-produknya yang unik, seperti
floor lamp dan ondel-ondel dari kulit kerang Citra handicraft semakin berkembang.

Produk yang dihasilkan oleh Citra Handicraft menggunakan kulit kerang yang langsung dibeli,
baik sudah bersih maupun setengah bersih. Citra Handicraft langsung membeli kulit kerang per
kilo atau kuintal. Mulanya kerang yang dipergunakan adalah kerang lokal dari Kepulauan
Seribu, tetapi sekarang kerang yang digunakan juga berasal dari daerah lain seperti
Pangandaran, Cirebon, Pulau Aru, dan bagian lain di Indonesia yang umumnya ditransitkan di
Surabaya.

Gambar 1.4 Produk Kerang Citra Handicraft


(Sumber: Dokumentasi D. Gumulya, 2015)

Produk Citra Handicraft tidak menggunakan kulit kerang sebagai bahan dasar, tetapi
menggunakan bagian dasar yang terbuat dari corrugated board, triplek, fiberglass, atau resin.
280
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG HIJAU MENJADI LAMPU DEKORATIF
DENGAN PENDEKATAN GREEN DESIGN

Gambar 1.5 Diagram Alir Pengolahan Produk Kulit Kerang


(Sumber: Dokumentasi D. Gumulya, 2015)

Pengolahan Limbah Kerang Hijau


Pengolahan limbah kerang hijau berpedoman pada proses yang dilakukan Citra Handicraft
namun karena penelitian berbasis green design maka beberapa proses yang kurang ramah
lingkungan coba diganti dengan material yang lain. Untuk keperluan penelitian, kerang hijau
didapat dari restoran D-Cost berlokasi di supermall karawaci Tangerang. Tahapan eksperimen
yang dilakukan
1. Eksperimen pembersihan kulit kerang hijau
1.1 Perebusan
1.2 Perendaman
1.2.1 Perendaman dalam 200 ml larutan pemutih 1:3 selama 5 hari
1.2.2 Perendaman dalam larutan cuka 25% selama 2 jam.
1.2.3 Perendam dalam larutan alkohol 70% selama 1hari
1.3 Pemanggangan
281
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG HIJAU MENJADI LAMPU DEKORATIF
DENGAN PENDEKATAN GREEN DESIGN

Kesimpulan
Ketiga proses perebusan, perendaman dan pemanggangan harus dilakukan untuk mendapatkan
hasil terbaik. Untuk perendaman, terbaik direndam dalam pemutih, karena melarutkan lapisan
periostracum (lapisan kulit kerang), sehingga mempermudah pembersihan dan pemutih tidak
mengikis kulit kerang sehingga kulit kerang masih cukup kuat sebagai sebuah struktur.
Pemutih juga memberikan efek memutihkan yang tampak indah pada kulit kerang, dan efek
yang dihasilkan lebih indah.

2. Eksperimen Penghilangan Bau Kerang


2.1 Penguburan dalam teh
Pertama kulit kerang dikubur dalam daun teh, yang kedua kulit kerang direndam dalam
larutan teh 1:4. Kedua eksperimen ini diamati selama 18 dan 36 jam.
2.2 Penguburan dalam kopi
Pertama kulit kerang dikubur dalam bubuk kopi dan yang kedua kulit kerang direndam
dalam larutan kopi 1:3. Kedua percobaan diamati selama 18 dan 36 jam.
2.3 Penguburan dalam baking soda
Pertama kulit kerang dikubur dalam baking soda, kedua dengan merendam kulit kerang
dalam larutan baking soda. Kedua percobaan diamati dalam 12 jam dan 24 jam.
2.4 Penguburan dalam tawas
Pertama mengubur kulit kerang dalam tawas yang dihaluskan, kedua dengan merendam
kulit kerang dalam larutan tawas
2.5 Penguburan dalam kaporit
Pertama mengubur kulit kerang dalam tawas yang dihaluskan, kedua dengan merendam
kulit kerang dalam larutan tawas. Percobaan ini diamati dalam 12 jam dan 24 jam.

Kesimpulan
Bau amis kerang terbaik dihilangkan dengan kaporit, namun kaporit harganya cukup mahal,
dapat memudarkan warna kulit kerang, dan tidak aman bagi lingkungan ketika dibuang. Untuk
itu digunakanlah tawas, yang cukup ampuh dalam menghilangkan bau, aman bagi lingkungan
karena berasal dari bahan alamiah, dan tidak mengubah warna kulit kerang. Baking soda tidak
berbahaya bagi lingkungan dan cukup ampuh menghilangkan bau namun tidak seampuh tawas,
sedangkan kopi dan teh tidak cukup untuk menghilangkan bau tak sedap pada kulit kerang.

3. Eksperimen pengolahan kulit kerang hijau


Setelah kerang hijau berhasil dibersihkan dan dihilangkan baunnya dengan tawas, eksperimen
selanjutnya adalah bagaimana menjadikan kerang material struktur yang kuat untuk dijadikan
produk fungsional. Upaya desain yang dilakukan adalah menjadikan kulit kerang sebagai modul
dan menyatukannya melalui sistem sekat dan anyam.
3.1 Pembentukan modul kulit kerang hijau
282
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG HIJAU MENJADI LAMPU DEKORATIF
DENGAN PENDEKATAN GREEN DESIGN

Gambar 1.6 Eksperimen Pemotongan Modul Kulit Kerang Hijau


(Sumber: Dokumentasi D. Gumulya, 2015)

Eksperimen pembentukan modul kulit kerang hijau dengan mesin amplas Bentuk modul yang
terbaik adalah bentuk modul enam karena mempertahankan bentuk asli kerang, mudah
dikembangkan karena kulit kerang sudah dihilangkan sisi lengkung ekstrimnya, cukup mudah
dibuat karena bentuknya cukup kokoh jika dibandingkan dengan bentuk lainnya

3.2 Eksperimen penyatuan modul kulit kerang hijau


Setelah dibentuk, tantangan selanjutnya adalah bagaimana menyatukan modul kulit
kerang ini dengan teknik yang lebih ramah lingkungan menggantikan resin.

3.2.1 Sistem Sekat


Kulit kerang yang telah dibentuk diberi potongan dengan mini grinder untuk diselipkan
satu sama lain. Namun bentuk kulit kerang yang melengkung menyebabkan penyekatan
sangat terbatas. Bentuk yang dihasilkan juga saling mengunci sehingga sulit
dikembangkan lebih lanjut. Selain itu, kerang yang diberi tempat menyekat dari bagian
pinggir membuat kerang sangat mudah patah.

Gambar 1.7 Eksperimen Sekat


(Sumber: Dokumentasi D. Gumulya, 2015)

3.2.2 Penganyaman
Anyaman pada kulit kerang yang dikembangkan anyaman kembang tanjung yang
banyak digunakan dalam produk anyaman serat bambu.
283
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG HIJAU MENJADI LAMPU DEKORATIF
DENGAN PENDEKATAN GREEN DESIGN

Gambar 1.8 Eksperimen Anyam


(Sumber: Dokumentasi D. Gumulya, 2015)

Dari kedua teknik ini yang diambil adalah teknik anyaman dengan serat bambu karena lebih
fleksibel dan bisa memberikan variasi bentuk yang lebih luas. Setelah menganyam peneliti
menyimpulkan bahwa anyaman kerang hijau ini membutuhkan rangka sebagai konstruksi
makanya peneliti melakukan eksperimen bambu untuk menjadi struktur. Eksperimen pada
bambu dilakukan setelah ditentukan bahwa bahan yang digunakan untuk menganyam adalah
dari bahan bambu yang dibelah dan dibending. Eksperimen ini dilakukan untuk mengetes
ketahanan lengkungan bambu setelah dibending. Bambu yang digunakan untuk menjepit
anyaman adalah bambu setebal 1mm dengan selebar 9 mm dengan panjang 110 mm.
Eksperimen ini dilakukan untuk menentukan suhu pemanggangan yang tepat untuk
menghasilkan wujud yang diinginkan.
Eksperimen dilakukan dengan memanggang bambu selama 120 menit pada bambu yang
dipasang pada cetakan pada suhu 100o C, 165o C, dan 190oC. Berikut adalah hasil dari
eksperimen tersebut: Dari hasil yang didapatkan, diputuskan bahwa suhu yang tepat untuk
pemanggangan bambu adalah pada suhu 165oC, karena tidak terlalu mengubah warna asli
bambu, dan memiliki ketahanan bentuk yang baik. Setelah didapat teknik pengolahan kulit
kerang hijau (kerang hijau yang dianyam dan dijepit dalam rangka), maka proses perancangan
dimulai dan didapatkan desain lampu yang mau dibuat.

Berikut proses pembuatan produk lampu hasil penelitian:


No. Proses Gambar Keterangan
Pengolahan Kulit Kerang Hijau
1. Pencucian Kerang yang diterima
dari rumah
makan dibersihkan dari
sisa
daging dan bumbu
kemudian
dijemur untuk
dikeringkan

2. Pembentukan Kulit kerang dipotong


dengan mini grinder,
dibentuk dengan
mesin amplas serta
dilubangi
dengan bor untuk
membentuk
modul kerang berukuran
sama
284
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG HIJAU MENJADI LAMPU DEKORATIF
DENGAN PENDEKATAN GREEN DESIGN

No. Proses Gambar Keterangan


3. Penghilangan bau Kulit kerang dikubur
dalam tawas
yang telah dihaluskan
selama 6
jam, kemudian
dibersihkan dari
bubuk tawas yang
menempel

4. Pemutihan Kulit kerang direndam


dalam
pemutih, dan larutan
pemutih
diganti setiap 3 jam
ketika larutan
sudah jenuh, kemudian
kulit
kerang dibersihkan

5. Coating Kulit kerang yang sudah


putih dan
dijemur dilapisi dengan
waterbased vernis di
kedua sisinya

Proses pembuatan Frame Bambu


1. Pembelahan Bambu Bambu yang cukup tua
dibelah tingga mencapai
ketebalan yang
diinginkan, yaitu
ketebalan 1 mm
dengan lebar 10 mm

2. Penyerutan Hasil belahan diserut agar


bersih dari serabut-
serabut

3 Bending Bambu yang sudah


dirapikan dipasang ke
cetakan dan dipanggang
pada suhu 165oC selama
3 jam, kemudian
dipotong sesuai ukuran
modul yang diinginkan,
yaitu 9 cm
285
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG HIJAU MENJADI LAMPU DEKORATIF
DENGAN PENDEKATAN GREEN DESIGN

No. Proses Gambar Keterangan


Proses Penganyaman Kulit Kerang Hijau
1 Pembuatan Bambu yang sudah
rangka dibending dan
dipotong digabungkan
menjadi segi 6
enam dengan cetakan.

2. Penganyaman Kulit kerang dianyam


dengan serat
bambu

3. Penjepitan Anyaman dijepit dan


dilem dengan
rangka dan bambu potong
di atasnya
Beberapa modul dijepit
dengan plat
besi di antaranya, untuk
menambah
kekuatan.
4. Pengikatan Jepitan diperkuat dengan
pengikatan
dengan rotan antik

5. Modul yang sudah jadi


digabung
dengan cara dipatok dari
belakang.
Modul dengan plati besi
juga dipatok,
namun tanpa
menggunakan papan
patok.
286
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG HIJAU MENJADI LAMPU DEKORATIF
DENGAN PENDEKATAN GREEN DESIGN

Tabel 1.1 Proses Pembuatan Lampu Kerang Hijau


(Sumber: Dokumentasi D. Gumulya, 2015)

Analisa Product Life Cycle


Bila dikaji secara green design, analisa product lifecycle dari produk ini sebagai berikut

Gambar 1.9 Analisa Product Life Cycle


(Sumber: Dokumentasi D. Gumulya, 2015)
287
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG HIJAU MENJADI LAMPU DEKORATIF
DENGAN PENDEKATAN GREEN DESIGN

Kombinasi material limbah kerang hijau, bambu serut, serta kayu pinus menghasilkan produk
yang ramah lingkungan. Material produk berasal dari bahan alami yang diproses menggunakan
bahan-bahan tidak berbahaya: tawas dan pemutih untuk memproses kulit kerang, serta bahan
anti jamur dan proses penjemuran untuk bambu serut. Tidak seperti produk berbahan limbah
kerang sebelumnya yang banyak menggunakan bahan perekat maupun resin secara langsung
pada kerang yang justru memperlambat penguraian kulit kerang, produk ini tidak menggunakan
lem maupun resin langsung pada kerang. Sebagai penggantinya, kulit kerang dianyam dengan
bambu serut, yang hasilnya juga memanfaatkan kekuatan kulit kerang sebagai konstruksi
produk.

Untuk bagian tiang digunakan plat besi dari limbah pabrik karoseri mobil. Dengan
menggunakan limbah ini, plat besi dapat digunakan lebih maksimal dan diperpanjang usia
pakainya sebelum dilebur kembali oleh pengepul. Untuk bagian alas digunakan juga kayu pinus
yang berasal dari limbah peti kemas. Kayu pinus ini bersifat lunak dan mudah terurai di
lingkungan karena tidak menggunakan proses pengolahan tertentu selain penggunaan vernis.
Dengan demikian material pendukung produk tetap mendukung sifat ramah lingkungannya
dengan material alami, pengolahan badan yang menggunakan bahan seaman mungkin dan tidak
membahayakan, serta proses pembuatan yang tidak memperlambat penguraian limbah produk
setelah masa pemakaiannya berakhir.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian ini telah berhasil dibuat produk yang mendaur ulang kulit kerang dalam
jumlah cukup banyak menjadi produk fungsional lampu, dan kulit kerang hijau berhasil diproses
tanpa lem maupun resin yang mengenai kulit kerang secara langsung, melainkan berinovasi
dengan menganyam kulit kerang tersebut. Penelitian ini menawarkan alternatif lain untuk
mengolah kulit kerang yang umumnya dihubungkan dengan resin, disini dicoba cara yang lebih
ramah lingkungan dengan anyaman bambu. Anyaman juga memperkuat konstruksi kulit kerang
dalam produk. Kulit kerang dalam produk ini juga diproses menggunakan bahan yang lebih
ramah lingkungan, seperti pemutih dan tawas. Kulit kerang dalam produk ini tidak kehilangan
identitasnya, tetapi tetap tampak wujud aslinya yang berupa kerang. Bahan pendukung lain
dibuat seramah lingkungan mungkin dengan cara mendaur ulang kayu pinus dari sisa peti kemas
serta besi limbah pabrik karoseri mobil. Untuk kedepannya penelitian dapat dilanjutkan aplikasi
teknik anyaman kerang bambu pada produk fungsional lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Duryatmo, Sardhi. (2000). Wirausaha Kerajinan Bambu. Jakarta: Puspa Swara.
El-Ashmawy, Ali Hassan. (2013). An Introduction to Lighting Design.http://electrical-
knowhow.com. diakses tanggal 5 April 2014
Groat, Jeff. (2008). Energy Savings & Efficiency. Indiana Society for Healthcare Engineering
Issues. No. 1. Indiana: Stephen J. Thurston.
Fiene-Severns, Pauline. (2012). Handy Pocket Guide to Tropical Seashells. North Clarendon:
Tuttle Publishing.
Ingole, Baban & Sandhya Clemente. (2005). Status of Windowpane Oyster Placuna placenta
(Linne) Population in Goa. Glimpses of Marine Archaeology in India. Society for Marine
Archaeology. Goa: National Institute of Oceanography.
Jasni, D. Martono dan N. Supriana. (2000). Sari Hasil Penelitian Rotan. Himpunan Sari Hasil
Penelitian Rotan dan Bambu. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Bogor.
288
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KERANG HIJAU MENJADI LAMPU DEKORATIF
DENGAN PENDEKATAN GREEN DESIGN

Kakisawa, Hideki, A. F. Dericioglu, Y. Kagawa. (2010). Mechanical Behavior of Seashell and


Biologically Inspired Composite Design. UK-Japan Symposium on Green Manufacturing
and Eco-innovation. London. 3 Juni 2010
Krisdianto, G. Sumarni dan A. Ismanto. (2000). Sari Hasil Penelitian Bambu. Pusat Penelitian
Hasil Hutan. Bogor.
McLean, Peter. (2004). Best Practices in Lighting Program 2004 Electric Lighting Design
Techniques. Pusat Penelitian Hasil Hutan.
Bogor Skolnik, Lisa. (2000). The Right Light: Lighting Essentials for the Home. London:
Rockport Publishers Tanudimadja, Masna. 1974. Dasar-dasar Anyaman Bambu Halus.
Bandung: Tarate.
Tilley. R, Alvin dan Henry Dreyfuss Associates. (1993). The Measure of Man and Woman-
Human Factors in Design. New York: Whitney Library of Design
Wake, Warren K. (2000). Design Paradigms: A Sourcebook for Creative Visualization.
Hoboken: John Wiley and Sons
PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA
(KARDUS, KALENG, KORAN DAN MAJALAH)
MENJADI ELEMEN DEKORATIF DENGAN TEKNIK MELUKIS
CAT AIR DI ATAS KORAN BEKAS

Susy Irma Adisurya


Program Studi Desain Interior, Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti
Jl.Kyai Tapa No 1 Jakarta Barat
E-mail : susyirma@yahoo.com

ABSTRAK
Daur ulang adalah pengolahan sampah atau limbah menjadi produk baru layak pakai yang bertujuan
untuk melestarikan lingkungan. Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah dilaksanakan ini memilih
obyek limbah rumah tangga dari kardus, kaleng, koran dan majalah bekas. Benda-benda tersebut banyak
ditemukan di lingkungan rumah tinggal, karena kurangnya pemahaman dan pengetahuan masyarakat
tentang cara mengolah sampah, menjadikan kardus, kaleng, koran dan majalah bekas sebagai limbah
rumah tangga yang hanya bisa di tumpuk, di buang atau dibakar. Tujuan dari PKM ini adalah
memberikan pelatihan kepada masyarakat khusus nya anak-anak dan remaja agar dapat memiliki
ketrampilan mengolah limbah rumah tangga menjadi barang baru yang lebih bermanfaat. Penelitian ini
dilakukan melalui pengamatan langsung di lingkungan perumahan pada saat persiapan pelaksanaan
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Sistem pelaksanaan PKM ini dengan cara eksperimentatif yaitu
memberikan pelatihan langsung kepada peserta PKM menggunakan bahan limbah yang sudah di siapkan
sebagai media pelatihan dan memberikan pemahaman dan pengarahan berbagai aspek desain pendukung
dalam proses daur ulang, seperti : komposisi bentuk, ukuran, fungsi, proporsi, teknik lukis dan komposisi
warna. Metoda penelitian yang dilakukan adalah kualitatif bersifat deskriptif yang berguna untuk
menghimpun, memilah, menganalisis dan mengevaluasi data dan informasi yang diperoleh. Melalui PKM
ini diperoleh hasil bahwa limbah kardus, kaleng, koran dan majalah bekas ini dapat menjadi produk baru
yang memiliki nilai estetis, fungsional dan memiliki nilai jual. Kegiatan pelatihan ini dapat dilakukan
berkelanjutan agar dapat mempererat hubungan intitusi perguruan tinggi dengan masyarakat sekitar,
sehingga perguruan tinggi sebagai lembaga ilmiah dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikuasainya untuk menjawab masalah yang ada di masyarakat dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

Kata kunci : limbah rumah tangga, pelatihan, peningkatan kesejahteraan masyarakat.

ABSTRACT
Recycling is the process of garbage or waste into new product that aimed to preserve the environment.
The activities devotion to the community that already implemented was utilize selected object from
household waste such as cardboard, cans, newspaper, and magazines. These objects are mostly found in
the neighborhood of houses, but, because the community have less of understanding and knowledge to
treat these waste, it only stacked, disposed, or even burned. The purpose of this community service is to
give training to society specially kids and teens in order to have skills to cultivate household waste into
new products that useful. This research was conducted through the direct observation in the
neighborhood at the same time of the preparation of community service activity. The implementation of
this activity used experimentative method by provide training directly to the participants use waste
material that already prepared as a media training, educate and counseling various aspects of design
aspects in the process of recycling, as: form composition, size, function, proportion, technique of
painting, and color composition. The descriptive qualitative method has taken to gather, sort, analyze,
and evaluate data and obtain information. The result of this community service is knowledge that
household waste such as cardboard, cans, newspaper, and magazines can be transformed into
aesthetically, functional, and valuable products. This community service activities can be continuosly
290
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA (KARDUS, KALENG, KORAN DAN MAJALAH) MENJADI ELEMEN
DEKORATIF DENGAN TEKNIK MELUKIS CAT AIR DI ATAS KORAN BEKAS

proceeded, expected to strengthen the relationship between educational institutions with the community,
so that college as an institution scientific can apply the science and technology at his devices to answer to
the matter in a society and increasing the prosperity of community

Keywords: household waste, training, increase prosperity of community

PENDAHULUAN
Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) merupakan darma ke 3 (tiga) dari Tridarma Perguruan
Tinggi, dalam suatu kesempatan pengabdian kepada masyarakat di lingkungan perumahan,
khususnya di lingkungan perumahan daerah Kampung Baru, Kelurahan Sukabumi Selatan,
Jakarta Barat. Pada lokasi ini banyak ditemukan sampah rumah tangga seperti kaleng, kardus
kemasan makanan ringan, koran dan majalah. Sampah rumah tangga tersebut terbuang percuma
oleh masyarakat sekitar karena kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk memanfaatkan
nya kembali. Untuk keluarga yang memiliki anak berusia dini dan remaja, sampah rumah
tangga dalam bentuk kaleng, karton makanan ringan, koran dan majalah banyak ditemukan.
Melalui program pengabdian kepada masyarakat ini, saya ingin memberikan keterampilan atau
cara sederhana mendaur ulang sampah kaleng, kardus kemasan makanan ringan, koran dan
majalah menjadi sebuah produk baru yang memiliki nilai estetis, fungsional dan memiliki nilai
jual.

PKM ini sasarannya adalah anak-anak dan remaja yang memiliki kemauan untuk meningkatkan
ketrampilan mengolah limbah rumah tangga menjadi barang baru yang lebih bermanfaat. Dalam
pelaksanaannya PKM ini memberikan pelatihan membuat berbagai produk dari karton bekas
dan melatih pesertanya melukis dengan media cat air pada lembar koran dan majalah bekas.
Aspek desain yang perlu diperhatikan saat memberikan pelatihan adalah : komposisi bentuk,
ukuran, fungsi, proporsi, teknik lukis dan komposisi warna. PKM ini merupakan kegiatan
pelatihan yang diharapkan mampu menjalin kerjasama dengan masyarakat sekitar sehingga
perguruan tinggi sebagai lembaga ilmiah dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikuasainya untuk menjawab masalah yang ada di masyarakat dan
meningkatkan kesejahteraan mereka.

MATERI DAN METODE


1. Materi
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam PKM ini adalah :

Sumber Daya Material (Bahan Baku)


PKM ini dilaksanakan di "Yayasan Fadlilatul Ikhlas" yaitu yayasan yang bergerak di
bidang pendidikan agama untuk anak-anak, remaja dan ibu rumah tangga. Ketua Yayasan
adalah Bapak Fadluloh. Yayasan ini berada di lingkungan perumahan, khususnya di
lingkungan perumahan daerah Kampung Baru, Kelurahan Sukabumi Selatan, Jakarta
Barat, karena letaknya di perumahan maka banyak di jumpai sampah rumah tangga yang
berasal dari kaleng, kardus, koran dan majalah bekas.

Sampah kardus yang menjadi bahan dasar pelatihan ini berasal dari kemasan makan dan
minuman ringan. Kardus atau Corrugated paper sebagai bahan dasar kemasan memiliki
daur hidup yang sangat singkat, dihargai hanya sebagai proses distribusi produk ke
konsumen. Kardus sangat rasionil dan potensial dalam satu rekayasa desain, kardus
berguna dan berpotensi sebagai bahan baku utama suatu produk karena sifatnya
291
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA (KARDUS, KALENG, KORAN DAN MAJALAH) MENJADI ELEMEN
DEKORATIF DENGAN TEKNIK MELUKIS CAT AIR DI ATAS KORAN BEKAS

merupakan bahan an-organik, membuat kardus mudah untuk diolah kembali atau di daur
ulang (Willy, 2015). Selain kardus, pelatihan ini juga menggunakan koran dan majalah
bekas sebagai pelapis kardus. Saat penyelesaian desainnya para peserta akan melukis
diatas lapisan koran dan majalah bekas tersebut. Teknik lukis yang dipakai adalah teknik
lukis cat air karena sangat cocok dengan karakter kertas koran dan majalah, selain itu
lukisan akan menghadirkan keunikan pada lukisan karena dasar kertas yang digunakan
menampilkan deretan tulisan dari suatu berita pada koran dan majalah bekas yang
dipakai. Tim PKM program studi desain interior tertarik untuk memberikan pelatihan
mendaur ulang sampah kardus kemasan makanan ringan, koran dan majalah menjadi
sebuah produk baru yang memiliki nilai estetis, fungsional dan memiliki nilai jual.

Sumber DayaManusia
Seperti gagasan Papanek bahwa fungsi utama desain di negara berkembang adalah
bagaimana perannya dalam mengentaskan permasalah sosial di sekitarnya (Sachari, 2002
: 81). Desain bukanlah semata milik golongan yang berkemampuan seperti lazimnya
propaganda kaum kapitalis yang menciptakan gaya hidup mewah dan konsumtif, tapi
desain berhak pula dinikmati oleh golongan yang berkekurangan (Sachari, 2002 : 82).

Peserta pelatihan ini berjumlah 20 orang yang terdiri dari anak-anak dan remaja mulai
tingkat SD dan SMP dengan status ekonomi dan sosial yang merupakan masyarakat
kurang mampu dan anak yatim atau piatu. Menurut data wawancara dari ketua yayasan
dan para peserta pelatihan, di ketahui bahwa mereka di sekolah kurang mendapat
penjelasan materi dan teknik pelatihan dalam mengolah sampah rumah tangga, selain itu
mereka juga belum mempelajari ilmu desain dan melukis secara khusus, sehingga dalam
pelaksanaannya Tim PKM dari desain interior perlu memberikan penjelasan singkat
tentang pengertian desain dalam bentuk presentasi dan makalah serta memberikan
beberapa contoh bentuk daur ulang serta pendampingan dalam melukis. Sistem PKM ini
dilaksanakan dengan cara eksperimentatif yaitu memberikan pelatihan langsung kepada
peserta PKM menggunakan bahan bekas yang sudah di siapkan sebagai media pelatihan
dan memberikan pemahaman dan pengarahan berbagai aspek desain pendukung dalam
proses daur ulang, seperti : komposisi bentuk, ukuran, fungsi, proporsi, teknik lukis dan
komposisi warna.

Dasar-dasar Desain yang Diaplikasikan pada Produk limbah Kardus, Koran dan
Majalah Bekas
Dalam membuat suatu desain benda fungsional dengan bahan baku kardus bekas perlu di
pahami beberapa hal yang berkaitan dengan mendesain suatu benda, yaitu mengenai
elemen desain (titik, garis, bidang, bentuk, ukuran danwarna) dan prinsip desain
(kesatuan, keselarasan, kontras, keseimbangan, irama dan aksen). Elemen dan prinsip
desain ini sangat diperlukan sebagai panduan untuk mencapai nilai estetika yang menarik
perhatian secara visual dan menjadi suatu kesatuan sehingga menghasilkan karya yang
indah, bermakna dan komunikatif (Irawan, 2013 : 4)

Membahas unsur-unsur keindahan tak ada habisnya, sebagai seorang perancangan atau
desainer, kita dianggap telah mengetahui semua teori Dasar Estetika, tetapi perlu di
ingat, bahwa elemen-elemen yang dimaksud tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus
dipadukan dan digunakan secara total dan menyeluruh, sehingga tersusun dalam suatu
kesatuan (Suptandar, 1999 : 16). Untuk menciptakan suatu karya baru dari sampah atau
limbah perlu memperhatikan banyak aspek dan elemen desain agar tercipta suatu karya
yang bagus, indah dan fungsional.
292
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA (KARDUS, KALENG, KORAN DAN MAJALAH) MENJADI ELEMEN
DEKORATIF DENGAN TEKNIK MELUKIS CAT AIR DI ATAS KORAN BEKAS

2. Metode
Metode yang dilakukan pada PKM ini adalah metode eksperimental dengan cara
memberikan pelatihan dan pendampingan untuk membuat berbagai alternatif produk baru
dari barang bekas sampah rumah tangga berbahan kardus. Dalam proses latihannya tetap
mempertimbangkan aspek-aspek desain, dari hasil survey dan wawancara yang dilakukan
tim PKM, dapat di ketahui pelatihan seperti apa yang sesuai dengan kemampuan dan latar
belakang pendidikan peserta. Melalui metode eksperimental dapat diketahui potensi dari
peserta dalam memahami materi dan teknik pelatihan yang diberikan. Program PKM ini
dapat dilakukan secara berkelanjutan agar hasil pelatihan yang diberikan dapat maksimal.
Dalam kesempatan ini PKM yang dilakukan cukup 1 (satu) kali program. Tim PKM sudah
menyiapkan produk setengan jadi, pada saat pelaksanaannya peserta tinggal menyelesain kan
produk dengan melakukan teknik lukis dengan media cat air. Pelatihan ini menghasilkan
produk baru yang fungsional dan bernilai estetik.

Tujuan Pelatihan

Mencoba dan mengolah kembali sampah rumah tangga dari kaleng, karton makanan
ringan, koran dan majalah menjadi benda yang bermanfaat. Dengan memanfaatkan
sampah rumah tangga ini maka kita turut mengurangi pemanasan global dan melestarikan
lingkungan sekitar. Secara detil, kegiatan PKM ini bertujuan :
1) Menanamkan pola pemikiran bahwa dengan kreatifitas dan menerapkan prinsip
desain, limbah atau barang bekas yang tidak berguna akan jadi berguna.
2) Menanamkan pikiran positif dan sikap kemandirian pada para peserta.
3) Melatih pola pikir dan peka lingkungan peserta untuk menjadikan anak-anak dan
remaja yang putus sekolah menjadi pribadi yang berguna bagi lingkungan dan
masyarakat.
4) Memberikan ketrampilan baru kepada peserta yaitu kemampuan dalam melukis
dengan cat air

Tahapan pelatihan , pada tahap ini proses kerjanya adalah :


1) Membuka komunikasi dan keakraban dengan peserta dengan cara memperkenalkan
Tim PKM dan peserta pelatihan mengisi formulir absen
2) Pengenalan karakter material dari : kardus, koran dan majalah serta teknik mengecat
dengan cat air di atas koran bekas kepada peserta
3) Diskusi dan tanya jawab antara tim dan peserta
4) Pemberian contoh praktek cara membentuk, membungkus dan melukis di atas koran &
majalah bekas.
5) Memberi kesempatan kepada peserta pelatihan untuk mencoba membentuk,
membungkus dan melukis di atas koran dan majalah bekas.
6) Mengajak para peserta untuk menilai hasil karya.

Pelaksanaan pelatihan:
Pada kesempatan ini Tim PKM sudah menyiapkan materi pelatihan dari berbagai tahap
desain, pertemuan dimulai dengan :
1) Menerangkan materi pelatihan, maksud, tujuan dan manfaat pelatihan yang akan
dilaksanakan.
2) Menjelaskan kepada peserta bahwa pada tahapan ini, diperlukan kreatifitas dan
kemauan peserta untuk berlatih dan menyelesikan suatu karya
3) Tim PKM perlu menjelaskan pentingnya hasil dan kuwalitas
293
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA (KARDUS, KALENG, KORAN DAN MAJALAH) MENJADI ELEMEN
DEKORATIF DENGAN TEKNIK MELUKIS CAT AIR DI ATAS KORAN BEKAS

Keberhasilan suatu desain dalam pelatihan sangat dipengaruhi oleh kemauan dan
kreatifitas peserta, oleh karena itu pemahaman dan pengetahuan tentang desain menjadi
salah satu faktor penting yang harus diberikan kepada peserta pelatihan.

PELAKSANAAN PKM
Pelaksanaan pelatihan dimulai dengan perkenalan Tim PKM kepada para peserta pelatihan. Tim
terdiri atas 3 (tiga Dosen) dan 2 (dua) mahasiswa. Setelah perkenalan ketua Tim akan
melakukan presentasi yang berisi penjelasan singkat alasan Tim memilih sampah rumah tangga
serperti kaleng, kardus, koran dan majalah bekas sebagai media pelatihan.

1. Tahap Persiapan Materi


Pada tahap ini Tim PKM mulai menyiapkan dan mengumpulkan bahan utama untuk
pelaksanaan PKM, yaitu kaleng, kardus, koran dan majalah bekas.

Gambar 1. Limbah rumah tangga yang terdiri atas kardus, kaleng, koran & majalah bekas
(Dokumen Susy Irma, 2015)

Gambar 2. Limbah setelah di bungkus koran / majalah bekas


(Dokumen Susy Irma, 2015)

2. Tahap Pelapisan Produk


Pelaksanaan pelatihan ini untuk 1 (satu) hari jangka waktu 4-5 jam yaitu jam 9.00-14.00.
Pelaksanaan pelatihan 4-5 jam ini tidak cukup waktu bila peserta pelatihan melakukan
294
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA (KARDUS, KALENG, KORAN DAN MAJALAH) MENJADI ELEMEN
DEKORATIF DENGAN TEKNIK MELUKIS CAT AIR DI ATAS KORAN BEKAS

pelatihan mulai dari pembentukan kardus dan kaleng, pelapisan dengan koran atau majalah
hingga melukis.
3. Tahap Menggambar Pola dan Pewarnaan
Pada tahap ini semua peserta sudah memiliki produk yang akan di lukis, saat peserta akan
menggambar pola menggunakan pinsil. Pola digambar berdasarkan imajinasi peserta atau
peserta juga boleh men-scan gambar dari suatu majalah, motif yang akan di lukis dapat di
lihat dari contoh-contoh gambar Lukisan

Gambar 3.
Atas : Proses penggambaran Pola sebagai dasar lukisan
Foto Kiri : Benda daur ulang yang sudah dilapis koran dan di gambar dengan pinsil atau pulpen hitam.
Foto Kanan : Benda daur ulang yang sudah dilukis warna dengan cat air,
setelah kering di lapis dengan Pilox Transparan
(Dokumen Susy Irma, 2015)

Setelah ketua tim selesai memberikan penjelasan, maka tim anggota akan membagikan kepada
peserta pelatihan benda daur ulang yang sudah dilapis koran, pinsil, kuas dan cat air sebagai
media melukis. Peserta yang belum punya ide melukis, tim PKM sudah menyiapkan beberapa
contoh gambar yang mudah untuk di gambar ulang ke benda daur ulang yang sudah di siapkan
295
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA (KARDUS, KALENG, KORAN DAN MAJALAH) MENJADI ELEMEN
DEKORATIF DENGAN TEKNIK MELUKIS CAT AIR DI ATAS KORAN BEKAS

peserta. Berikut ini hasil karya peserta pelatihan yang terdiri dari anak dan remaja SD samapi
SMP.

Gambar 4. Sebagian karya peserta pelatihan


(Dokumen Susy Irma, 2015)

Gambar 5 . Suasana Pelatihan di tempat "Yayasan Fadlilatul Ikhlas"


(Dokumen Susy Irma, 2015)
296
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA (KARDUS, KALENG, KORAN DAN MAJALAH) MENJADI ELEMEN
DEKORATIF DENGAN TEKNIK MELUKIS CAT AIR DI ATAS KORAN BEKAS

Gambar 6. Pendampingan proses penggambaran Gambar 7. Foto Bersama dengan Peserta, Ketua
dan pewarnan oleh Tim PKM Yayasan & tim PKM
(Dokumen Susy Irma, 2015) (Dokumen Susy Irma, 2015)

Gambar 8.
Foto Tim PKM terdiri atas 3 dosen dan 2 mahasiswa
Susy Irma A, SSn, MDs - Dra. Atridia W, MDs - Dra. Tetty S, MSn
Mahasiswa : Fahri Rahreza Kinadi dan Elma Lucyana Christin
(Dokumen Susy Irma, 2015)

EVALUASI PELAKSANAAN
1. Hasil pelatihan yang dicapai cukup baik karena semua peserta selesai tepat waktu dan
hasilnya pun cukup bangus. Perlu diakui para peserta tidak semua memiliki kemampuan
melukis dan terlatih menggunakan cat air, tapi mereka semangat dalam menyelesaikan
proses gambar dan pengeratan.
297
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA (KARDUS, KALENG, KORAN DAN MAJALAH) MENJADI ELEMEN
DEKORATIF DENGAN TEKNIK MELUKIS CAT AIR DI ATAS KORAN BEKAS

2. Waktu 4-5 jam hanya cukup untuk proses melukis atau menggambar dan pewarnaan, bila
pengerjaan dari awal, mulai proses pembentukan dan pelapisan bahan baku perlu waktu lebih
lama sekitar 8 jam. Maka survey dan data peserta pelatihan sangat diperlukan.
3. Keahlian dan kemampuan instruktur yang terampil dalam memberikan pengarahan dan
bimbingan, menjadikan para peserta pelatihan bersemangat dalam menyelesaikan pelatihan.
4. Untuk mengetahui berapa besar pengaruh pelatihan ini terhadap peserta dan mengetahui
apakah pelatihan ini bermanfaat bagi peserta, perlu dibuat angkat dan pelatihan lanjutan.
5. Produk yang di hasilkan memang bentuk sederhana tapi cukup mendapat respon positif dari
para peserta karena semua materi pembentuk produk daur ulang mudah ditemui di
lingkungan rumah dan fungsi benda sangat inspiratif, bila di kerjakan lebih serius benda-
benda daur ulang yang dilukis ini dapat di jual sebagai produk pelengkap elemen dekorasi
pada rumah tinggal.

KESIMPULAN
Dari hasil Evaluasi yang dilakukan oleh Tim evaluasi, untuk melakukan PKM perlu dilakukan
survey di lapangan agar jenis pelatihan dan sasaran peserta pelatihannya sesuai sehingga pada
saat pelatihan target yang di harapkan tim PKM dapat tercapai. Pelatihan memerlukan
pendampingan dari tim yang memahami teknik yang akan diajarkan dan perlu ada evaluasi agar
dapat di ketahui apakah pelatihan ini membawa dampak positif bagi peserta dan apakah perlu di
lakukan pelatihan berkelanjutan.

Teknik melukis dengan cat air bukan hal yang susah di pelajari tapi perlu latihan untuk
mendapatkan hasil yang sempurna sehingga produk yang dibuat layak untuk diperjual belikan
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan peserta pelatihan. Memang hasil lukis yang di dapat
pada pelatihan ini belum maksimal karena hampir semua peserta belum pernah menggunakan
cat air, tetapi hasil yang di dapat juga tidak terlalu buruk untuk batasan pemula. Intinya perlu
latihan karena melalui melukis, peserta dapat memperoleh tambahan ketrampilan dan melalui
ketrampilan melukis peserta dapat menyalurkan kreatifitas dan imajinasi desain setiap peserta.

Untuk mencari bahan baku produk pelatihan seperti kardus, kaleng, koran dan majalah bekas
tidak sulit karena dapat di jumpai di setiap rumah tinggal, sehingga bila produk pelatihan ini
ingin di kembangkan dan dimaksimalkan produksinya sangat potensial sekali karena dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan dapat diperluas penggunanya tidak hanya untuk
anak-anak dan remaja tapi juga bisa untuk orang dewasa.

Secara umum pelatihan PKM ini berjalan dengan baik dan lancar. Dalam pelaksanaan
kegiatannya para peserta sangat antusias dan bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan
pelatihan yang diberikan. Perlu keseriusan dan semangat dari peserta agar kemampuan
ketrampilan nya meningkat, sedangkan dari tim PKM yang menjadi pendamping dan pelatih
dalam melukis cat air diperlukan kemampuan dan kompentensi yang baik agar dapat
memberikan pengarahan dan contoh yang maksimal agar pelatihan menjadi menarik dan
penyenangkan untuk peserta pelatihan.

Tim Pengabdian Kepada Masyarakat dari Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti
dalam memberikan pelatihan sudah berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan yang
terbaik agar dapat menyalurkan keahlian dan pengetahuan nya kepada masyarakat. Sebaiknya
untuk program pelatihan ini diharapkan pemerintah bisa ikut berperan aktif untuk
mengembangkan potensi sumber daya pemuda di suatu daerah. Dilapangan seolah tampak
unsur pemerintah daerah kurang memperhatikan kemajuan warganya pada aspek pengetahuan
dan keterampilan yang dapat berguna untuk meningkatkan usaha mandiri warga. Untuk
298
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PEMANFAATAN LIMBAH RUMAH TANGGA (KARDUS, KALENG, KORAN DAN MAJALAH) MENJADI ELEMEN
DEKORATIF DENGAN TEKNIK MELUKIS CAT AIR DI ATAS KORAN BEKAS

mencapai suatu kemajuan pada bidang pengetahuan dan taraf hidup masyarakat perlu ada nya
kerjasama dari semua unsur yang ada di masyarakat, agar tercapai masyarakat yang sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA
Rujukan Buku
Sachari, Agus. (2002). Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa. Jakarta : Erlangga
Sachari, Agus. (2002). Sosiologi Desain. Bandung : ITB
Irawan, Bambang. (2013). Dasar-Dasar Desain. Depok : Griya Kreasi
Suptandar, Pamudji. (1999). Desain Interior. Jakarta : Djambatan

Rujukan dari artikel dari makalah karya tulis ilmiah


Ady R. Taher. (8-11 Juni 2015). Azaz-azaz pelaksanaan Pengabdian kepada Masyarakat yang
Berkelanjutan. Penataran Metodologi Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas
Trisakti
Adi Hidayat. (8-11 Juni 2015). Penulisan Laporan Pengabdian Kepada Masyarakat. Penataran
Metodologi Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Trisakti
Rujukan Internet
Deny Willy, (2015), Kardus Sebagai Bahan Baku Furnitur murah. Departemen ITB, diakses 20
Februari 2016 dari https://Forufromus,wardpress.com/produk alternatif
PKM PELATIHAN PEMANFAATAN TUTUP BOTOL BEKAS
AGAR BERDAYA JUAL
DI TK RA AN-NUR, DURIKEPA, KEC. KEBON JERUK,
JAKARTA.

Virginia S. Setiadi
Program Studi Desain Komunikasi Visual, Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No. 1, Jakarta.
E-mail: nia@trisakti.ac.id

ABSTRAK
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat kali ini menggunakan limbah tutup botol bekas guna mereduksi
sampah rumah tangga agar lebih berdaya jual, yang terlaksana di TK RA An-Nur, Kecamatan Kebon
Jeruk, Jakarta Barat. Para pesertanya mayoritas adalah ibu rumah tangga yang banyak memiliki waktu
senggang untuk mencoba berkreasi dengan tutup botol bekas tersebut. Tujuannya antara lain untuk
menambah wawasan keterampilan ibu-ibu wali murid sekaligus membukakan lapangan kerja yang
sekiranya dapat disambi dalam keseharian ibu-ibu tersebut, selain untuk menjalin silahturahim wali murid
di TK RA An-Nur. Metode yang digunakan dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dengan
pendekatan kolaboratif-partisipatif dialogis meliputi pelatihan in house training (ceramah, tanya jawab,
diskusi) untuk penyampaian materi, praktek langsung untuk pembuatan model-model kreasi dari tutup
botol bekas; tindakan kelas, mengujicoba, praktek membuat ragam kreasi dari tutup botol bekas. Hasil
yang diharapkan dari Pengabdian Kepada Masyarakat ini dapat diperuntukkan untuk kebutuhan alat-alat
rumah tangga sehari-hari, yang dapat dipergunakan oleh seluruh anggota keluarga. Antara lain seperti :
jam dinding, pigura, wadah serba guna, hiasan magnet, tatakan gelas dan piring, alat bantu visual
mendongeng. Simpulan yang di dapat yaitu tutup botol bekas dapat berdaya jual lebih bila dikreasikan
sedemikian rupa. Dengan demikian dapat memberikan manfaat bagi para peserta sehingga timbul
keinginan untuk menjadikan keterampilan dasar melalui tutup botol bekas ini menjadi salah satu peluang
untuk menambah masukan bagi ibu-ibu rumah tangga di daerah tersebut. Serta pemanfaatan limbah tutup
botol plastik yang dapat difungsikan kembali ke dalam bentuk desain yang berkelanjutan.

Kata kunci: limbah tutup botol plastik, kreatif, re-use, suistainable design.

ABSTRACT
The Activity of Community Services in this occasian, using a used bottle caps waste in order to reduce
household garbage to be more empowered to sell, which takes place in kindergarten RA An-Nur, District
Kebon Jeruk, West Jakarta. The majority of participants are housewives with lot of spare time to be
creative with the used bottle caps. The aim of this activity is to broaden the skills of childrensmon and
gives employment opportunities, at once while doing their routinity in their everyday life, in addition to
bonding good relationship among them. The method used in the activities of Community Services with a
collaborative approach-participatory dialogical include training in-house training (lecture, question and
answer, discussion) for delivery of materials, direct practice to manufacture models of used creations of
the bottle cap; class actions, tested, practice makes the creation of a variety of used bottle caps. The
expected results of Community Services is able to cater the needs of household appliances everyday,
which can be used by all family members. Among other things such as: a wall clock, frame, a container
versatile, magnets, coasters and plates, visual storytelling tools. The conclusions of this community
service waste of bottle cap can be empowered to sell more when done by creativity. Thus it can provide
benefits to the participants so that the desire to make the basic skills through a used bottle caps became
one opportunity to add to enter for housewives in the area. As well as the utilization of waste plastic
bottle caps that can be used again in the form of sustainable design.

Keywords: plastic bottle caps, creative, re-use, sustainable design.


300
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PKM PELATIHAN PEMANFAATAN TUTUP BOTOL BEKAS AGAR BERDAYA JUAL DI TK RA AN-NUR,
DURIKEPA, KEC. KEBON JERUK, JAKARTA

A. PENDAHULUAN
Berawal dari keprihatinan penulis dengan masalah sampah di Jakarta sebagai jantung
perekonomian Indonesia. Negeri kita tercinta ternyata turut andil sebagai penyumbang sampah
nomor wahid untuk ukuran Asia Tenggara. Dengan data inilah penulis mencoba untuk lebih
mengerucut, kira-kira sampah plastik apa yang paling banyak dihasilkan oleh sebuah institusi
perguruan tinggi. Jawabannya adalah sampah plastik dari bekas botol minuman. Oleh
karenanya, penulis mencoba untuk memanfaatkan limbah tutup botol plastik sebagai media
kreatif yang dapat diberdayakan sehingga dapat berfungsi kembali dan bernilai jual.
Pada kesempatan kali ini, penulis dan tim penyuluh memilih target peserta dari perwakilan ibu-
ibu wali murid TK RA An-Nur yang terletak di Durikepa, Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta
Barat, untuk mendapatkan pelatihan seputar pemanfaatan sampah plastik dari tutup botol bekas.

Gambar 1. Tutup Plastik Botol dari berbagai merk


(Sumber : Virginia S. Setiadi, 2015)

B. METODOLOGI
Metode yang digunakan dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini dengan pendekatan
kolaboratif-partisipatif dialogis. Dimaksudkan agar terjalin interaksi di antara para penyuluh dan
masyarakat yang dibina. Sehingga dengan komunikasi tanpa jarak, audiens dapat menikmati
kenyamanan belajar keterampilan bersama para penyuluh. Teknisnya para peserta dibagi ke
dalam beberapa kelompok, sekaligus memberikan pelajaran mengenai manajemen waktu.
Karena dengan dilakukan kerja kelompok, hasil yang akan dibuat bisa lebih optimal dengan
keterbatasan waktu yang ada. Moderator memiliki strategi dengan membagi waktu yang ada ke
dalam tiga tahap pelaksanaan, yaitu pada proses pra produksi, produksi dan pasca produksi.
Lalu dengan berjalannya waktu, moderator menangani setiap pertanyaan yang datang dari setiap
kelompok dan langsung dapat dijawab oleh penyuluh terkait. Sehingga dalam keseluruhan
proses Pengabdian Kepada Masyarakat terjadi kolaborasi-partisipatif dialogis yang cukup
dinamis.

Pendekatan kolaboratif-partisipatif dialogis ini meliputi:


1. Pelatihan in house training (ceramah, tanya jawab, diskusi) untuk penyampaian materi.
2. Praktek langsung untuk pembuatan model-model kreasi dari tutup botol bekas.
3. Mengujicoba, praktek membuat ragam kreasi dari tutup botol bekas.
301
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PKM PELATIHAN PEMANFAATAN TUTUP BOTOL BEKAS AGAR BERDAYA JUAL DI TK RA AN-NUR,
DURIKEPA, KEC. KEBON JERUK, JAKARTA

C. PEMBAHASAN
Hasil yang diharapkan dari Pengabdian Kepada Masyarakat ini dapat diperuntukkan
untuk kebutuhan alat-alat rumah tangga sehari-hari, yang dapat dipergunakan oleh
seluruh anggota keluarga. Antara lain seperti : jam dinding, pigura, wadah serba guna,
hiasan magnet, tatakan gelas dan piring, alat bantu visual mendongeng.

Gambar 2. Jam Dinding dari tutup botol bekas


(Sumber : Virginia S. Setiadi, 2015)

Gambar 3. Pigura dari tutup botol bekas


(Sumber : Virginia S. Setiadi, 2015)
302
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PKM PELATIHAN PEMANFAATAN TUTUP BOTOL BEKAS AGAR BERDAYA JUAL DI TK RA AN-NUR,
DURIKEPA, KEC. KEBON JERUK, JAKARTA

Gambar 4. Wadah serba guna dari tutup botol bekas


(Sumber : Virginia S. Setiadi, 2015)

Gambar 5. Alat Bantu Visual Mendongeng dari tutup botol bekas


(Sumber : Virginia S. Setiadi, 2015)

Gambar 6. Tatakan gelas / piring dari tutup botol bekas


(Sumber : Virginia S. Setiadi, 2015)
303
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PKM PELATIHAN PEMANFAATAN TUTUP BOTOL BEKAS AGAR BERDAYA JUAL DI TK RA AN-NUR,
DURIKEPA, KEC. KEBON JERUK, JAKARTA

Gambar 7. Hiasan meja dari tutup botol bekas


(Sumber : Virginia S. Setiadi, 2015)

Selain itu pula, dapat menjadi motivasi para ibu dan remaja putus sekolah untuk dapat mencari
penghasilan tambahan dari keterampilan menggunakan tutup botol bekas. Dari segi desain dan
komposisi warna dapat terus dieksplorasi dengan meneruskan cara kerja berkelompok yang
sistematis dan berkesinambungan. Dapat pula menjadi acuan sebagai produksi lokal yang
menjadikan sektor ekonomi kreatif di tingkat pemerintah daerah, bilamana ada bentuk
kerjasama yang terorganisir dengan baik dari tingkat hulu ke hilir, dimana harus ada sistem
evaluasi dan kontrol untuk mendapatkan kualitas produk yang baik hingga mampu berkompetisi
dengan fungsi produk yang sebenarnya.

D. SIMPULAN
Simpulan yang didapat yaitu limbah tutup botol bekas dapat berdaya jual lebih bila dikreasikan
sedemikian rupa, terlebih lagi bila telah dikomposisikan berdasarkan warna-warna sistematis
yang variatif, sehingga hasil yang di dapat menyerupai rangkaian warna yang sangat eye-
catching. Dengan demikian dapat memberikan manfaat bagi para peserta sehingga timbul
keinginan untuk menjadikan keterampilan dasar melalui limbah tutup botol bekas ini menjadi
salah satu peluang untuk menambah masukkan tambahan penghasilan bagi ibu-ibu rumah
tangga di daerah tersebut.

SARAN
Sekiranya saran yang diberikan dapat menjadikan kontribusi yang konstruktif untuk dapat
diberlangsungkan keberadaannya dalam semangat positif membangun dunia dengan
mengurangi sampah dari limbah plastik terutama tutup botol plastik.

Adapun saran dari kami adalah sebagai berikut :


1. Sedianya setiap kampus dapat mulai aktif dalam memilah sampahnya (sampah organik dan
unorganik), baik dari tingkat hulu sampai dengan ke hilirnya.
2. Peran serta segenap masyarakat kampus dapat diberdayakan untuk turut menjaga kebersihan
dan lingkungan kampus salah satunya dengan sadar diri untuk turut berperan aktif dalam
membuang sampah ke tempat-tempat sampah yang sudah disediakan.
3. Memadupadankan segenap kegiatan pilah memilah sampah dengan pusat studi maupun
fakultas terkait guna memanfaatkan teknologi, pendidikan sebagai penelitian berkelanjutan
atau Pengabdian Kepada Masyarakat yang dapat banyak membawa manfaat bagi peradaban
kelak.
4. Hasil-hasil penelitian maupun PKM terbaik dapat didistribusikan sebagai muatanyang positif
bagi Pemda setempat maupun Badan Kreatif terkait isu-isu kolaboratif baik dari
creativepreneur maupun technopreneur.
304
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PKM PELATIHAN PEMANFAATAN TUTUP BOTOL BEKAS AGAR BERDAYA JUAL DI TK RA AN-NUR,
DURIKEPA, KEC. KEBON JERUK, JAKARTA

Gambar 8. PKM Pelatihan Pemanfaatan Tutup Botol Bekas agar Berdaya Jual
di TK RA An-Nur, Durikepa, Kec. Kebon Jeruk, Jakarta.
(Sumber : Iddo N., 2015)

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan kepada kepada Allah SWT atas semua kelancaran yang
diberikan-Nya terhitung mulai dari proses persiapan sampai dengan pelaksanaan PKM ini dapat
berjalan dengan lancar tanpa hambatan yang berarti. Penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang mendukung terlaksananya kegiatan PKM ini
yaitu kepada Bapak Dr. Ir. Ady R. Thahir, MA beserta staff Lembaga Pengabdian Masyarakat
(LEMDIMAS) Universitas Trisakti yang telah memfasilitasi dan mendukung kegiatan PKM ini;
kepada Bapak Dr. Ganal Rudyanto, M.Hum sebagai pimpinan Fakultas Seni Rupa dan Desain
Universitas Trisakti; tim dosen sebagai instruktur (Ibu Ariani, MDs, Ibu WA Werdina, MDs);
Para mahasiswa PS Desain Komunikasi Visual sebagai instruktur pendamping (Iddo N, Siti
Hasnah,); para peserta pelatihan ibu-ibu wali murid dari TK RA An-Nur; kepada Ibu Dr.
Sangayu Ketut Laksemi selaku Ketua Pusat Studi Reka Rancang Visual dan Lingkungan;
kepada Ibu Dr. Diah Asmarandani, MHum selaku Ketua Panitia Seminar Nasional PKM FSRD;
kepada segenap panitia Seminar Nasional PKM FSRD Universitas Trisakti hingga
terselenggaranya acara Seminar Nasional PKM ini.

DAFTAR PUSTAKA
Bagas, Prasetyowibowo. (2002). Manajemen Desain. Bandung: Yayasan Delapan Sepuluh. 15-
16.
Judith Wilde and Richard Wilde. (1991). Visual Literacy a conceptual Approach to Graphic
Problem Solving. New York: Watson-Guptill Publications.
Sadjiman Ebdi Sanyoto. (2009). NIRMANA Dasar-dasar Seni dan Desain. Jogyakarta:
Jalasutra. 171-292.
Tood Nancy Jack. (2005). A Safe and Suistainable World. The Promise of Ecological Design.
Washington: Island Press.

http://kelasdesain.com/arti-warna-dalam-dunia-desain-grafis/, diakses pada tahun 2015.


PENDAMPINGAN USAHA BAGI IBU-IBU PETANI TAMBAK
DI KECAMATAN CANDI SEBAGAI BENTUK KONTRIBUSI
MEWUJUDKAN KAWASAN MINAPOLITAN
Supriyati, Meliza, Aniek, Nuhman
STIE Perbanas Surabaya, Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya
Telp. 08884842386, e-mail: supriyati@perbanas.ac.id

ABSTRAK
Kecamatan Candi merupakan salah satu kecamatan di kabupaten Sidoarjo yang sebagian besar
wilayahnya adalah pertambakkan dan telah dicanangkan menjadi kawasan minapolitan. Adanya bencana
lumpur lapindo menyebabkan pendapatan masyarakat semakin menurun. Kualitas air memburuk, panen
semakin lama dan kualitas hasil tambak menurun, kemampuan masyarakat dalam pengolahan rendah.
Kondisi ini memperlambat tercapainya kawasan minapolitan. Salah satu kegiatan pengabdian masyarakat
ini diarahkan pada peningkatan jiwa kewirausahaan khususnya bagi ibu-ibu petani tambak yang selama
ini hanyalah ibu rumah tangga. Metode pelaksanaan yang digunakan adalah memberikan pelatihan dan
pendampingan usaha sampai mereka memiliki usaha yang bersifat berkesinambungan. Ibu-ibu yang
menjadi target pelatihan dan pendampingan ini adalah ibu-ibu petani tambak yang tergabung dalam
kelompok pengolah bandeng badjuri. Pendampingan usaha mulai dari pelatihan pengolahan hasil tambak,
pengurusan perijinan, penyusunan laporan keuangan dan pemasaran produk hasil olahan. Peran serta
bappeda dan dinas terkait di kabupaten Sidoarjo juga turut memberikan kontribusi besar dalam
mendorong wirausaha di kecamatan Candi ini. Adanya jejaring usaha yang tergabung dalam KOPPIS
(Kelompok Pengolah Perikanan Sidoarjo) sangat membantu tumbuh kembangnya wirausaha di
kecamatan Candi. Semakin besar keterlibatan akademisi, instansi terkait dan masyarakat itu sendiri
tentunya akan mempercepat terwujudnya kawasan minapolitan di kabupaten Sidoarjo.

Kata kunci : diversifikasi produk, pendampingan usaha, minapolitan

ABSTRACT
Kecamatan Candi is one of the district in Sidoarjo, that mostly fishpond area. This place was very near
from Lapindo mud disaster. There were causing people's revenue reduction. Beside that this also impact
water quality, harvest long period and quality of life decreasing. These causes achieve the conditions
Minapolitan become slowly. One of the activities of social responsibility is directed to the improvement of
life entrepreneurship in particular for women's farmers pond during this is just housewife. Execution
method is used to give business training and assistance to have their business is sustainable. The target of
this training was Womens farmer. Beside that this program was assistance for this group to processing
milkfish. Business assistance from training processing of pond, handling licensing, compilation of
financial statements and marketing of products processed. Local Government (BAPPEDA) participation
and related service in Sidoarjo also contributed in promoting entrepreneurial in Kecamatan Candi. The
Business network was incorporated in KOPPIS (processing fishery group in Sidoarjo) very helpful
growth merchandise in Kecamatan Candi. More of engagement academics related agencies and
community itself surely will accelerate actualizing minapolitan areas in Sidoarjo.

Keywords: diversified products, business assistance, minapolitan

A. PENDAHULUAN
UMKM sebagaimana tertuang dalam No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM mendefinisikan
adalah sebagai berikut: a) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana di atur dalam
306
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENDAMPINGAN USAHA BAGI IBU-IBU PETANI TAMBAK DI KECAMATAN CANDI SEBAGAI BENTUK
KONTRIBUSI MEWUJUDKAN KAWASAN MINAPOLITAN

Undang-Undang ini, b) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil
sebagimana dimaksud dalam Undang-Undang ini, c) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tak langsung dari usaha kecil atau usaha besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini.

Kriteria Usaha menurut UU UMKM Mikro Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 terbagi
menjadi usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah. Usaha Mikro Kecil Menengah
(UMKM) memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia,
terutama ketika terjadi krisis ekonomi secara global yang mengakibatkan perusahaan-
perusahaan besar mengalami kebangkrutan sehingga tidak sedikit tenaga kerja yang kehilangan
pekerjaan. Namun, krisis tersebut sedikit berdampak pada kinerja UKM bahkan mereka
semakin terus berkembang. Salah satunya disebabkan UKM tidak terpengaruh oleh adanya
inflasi atau penurunan nilai tukar mata uang asing (Wulanditya, 2011). Hadiyah Fitriyah (2006)
menemukan bahwa pendidikan manajer, skala usaha, masa memimpin dan umur perusahaan
berpengaruh positif terhadap penggunaan informasi akuntansi pada usaha kecil. Supriyati dan
Putri Wulanditya (2012) menyatakan bahwa faktor personal seperti pendidikan, jenis usaha,
jumlah SDM memiliki pengaruh signifikan terhadap pemahaman SAK-ETAP. Regulasi
pemberlakuan SAK-ETAP masih belum mampu meningkatkan pemahaman pelaku usaha
karena sebagian besar berpendidikan menengah, jumlah tenaga akuntansi tidak banyak,
pelatihan SAK-ETAP belum banyak dilakukan. Konsekuensinya masih banyak Usaha Kecil
Menengah dan Koperasi belum mampu menyusun laporan keuangan.

Badan Pusat Statistik tahun 2009 menyebutkan bahwa jumlah UKM tercatat 42,3 juta atau
99,90 persen dari total jumlah unit usaha. UKM menyerap tenaga kerja sebanyak 79 juta atau
99,40 persen dari total angkatan kerja. Kontribusi UKM dalam pembentukan Product Domestic
Bruto (PDB) sebesar 56,70 persen, kemudian sumbangan terhadap penerimaan devisa negara
melalui kegiatan ekspor sebesar Rp 75,80 triliun atau 19,90 persen dari total nilai ekspor. Dari
data tersebut menunjukkan bahwa jumlah pengusaha UKM di Indonesia sangat signifikan,
terutama besar pengaruhnya terhadap keterserapan tenaga kerja serta peningkatan sumber
penerimaan negara.

Kabupaten Sidoarjo terletak pada daerah Delta Brantas Jawa Timur. Kabupaten ini identik
dengan tambak yang luasnya mencapai 15.530 hektar (5,28 Km2) milik sekitar 3.300 petambak.
Daerah di Kabupaten Sidoarjo yang banyak memiliki lahan tambak antara lain kecamatan
Sidoarjo, Jabon, Buduran, Candi, Tanggulangin, dan Sedati. Secara keseluruhan ekspor
terutama udang dan bandeng, baik dari hasil tambak atau tangkapan laut telah memberikan
konstribusi terbesar dalam ekspor non migas di Jawa Timur. Subsektor perikanan di Kabupaten
Sidoarjo telah menyumbang kontribusi sebesar 49,7% terhadap PDRB Sektor pertanian.
Penelitian ini juga menyampaikan bahwa komoditas perikanan tambak memiliki nilai produksi
dan menyumbang kontribusi terbesar sepanjang tahun 2003-2008. Komoditi udang dan bandeng
memiliki nilai produksi terbesar sehingga dijadikan logo icon Kabupatan Sidoarjo. Nilai
kontribusi pada tahun 2008 mencapai 401.301.378,4.
307
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENDAMPINGAN USAHA BAGI IBU-IBU PETANI TAMBAK DI KECAMATAN CANDI SEBAGAI BENTUK
KONTRIBUSI MEWUJUDKAN KAWASAN MINAPOLITAN

Bencana Lumpur Lapindo yang telah Kabupaten Sidoarjo khususnya yang melanda Kecamatan
Porong menyebabkan penurunan penghasilan petani tambak di diwilayah sekitarnya termasuk
Kecamatan Candi. Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi adalah wilayah pertambakkan yang
dekat dengan lumpur lapindo dan struktur tanah tambak mempunyai kesamaan. Hasil tambak
saat itu tidak sesuai dengan yang diharapkan. Permalasahan yang terjadi adalah musim panen
lebih lama, ukuran bandeng yang dipanen lebih kecil, tingkat kematian ikan tinggi, kuantitas
ikan menurun, harga jual bandeng menjadi lebih murah. Kondisi ini juga tidak memperoleh
dukungan pendanaan seperti industri perbankan dikarenakan usaha pertambakkan dinilai
sebagai usaha yang memiliki risiko tinggi. Hal ini tentunya memperburuk perekonomian
masyarakat sekitar. Pemetaan yang telah dilakukan oleh PUM Netherland pada tahun 2015 ini
yang menyatakan sebagian besar petani tambak menggunakan metode pembudidayaan
tradisional, kualitas air tidak mendukung perbaikan ekosistem pertambakkan, dan kemampuan
SDM yang masih rendah. Kondisi menyebabkan hasil panen pertambakkan semakin menurun,
nilai jual produk hasil tambak semakin murah sehingga perekonomian masyarakat semakin
menurun.

Sebagaimana KEP.39/MEN/2011 tentang Perubahan Keputusan MKP No. KEP.32/MEN/2010


tentang Penetapan Kawasan Minapolitan telah ditetapkan 223 Kabupaten/Kota di Indonesia
sebagai Kawasan Minapolitan, termasuk Kabupaten Sidoarjo. Kawasan Minapolitan adalah kota
perikanan di daerah lahan perikanan atau perikanan di daerah perkotaan. Kabupaten Sidoarjo
juga telah menetapkan tiga kecamatan yang akan dijadikan perintis, yaitu Jabon, Candi dan
Sedati. Kawasan Minapolitan ini diharapkan adanya peningkatan produksi ikan, pendapatan
masyarakat dan pusat pertumbuhan ekonomi daerah. Salah satu bentuk kegiatan yang
diperlukan adalah pengolahan produk ikan bernilai tambah dengan adanya pengembangan
sentra pengolahan.

Peningkatan perekonomian masyarakat ini tentunya harus didukung oleh peran serta masyarakat
untuk meningkatkan nilai tambah hasil tambak. Sebagian besar ibu-ibu petambak di Kecamatan
Candi selama ini sangat tergantung pada hasil tambak atau penghasilan suami. Setiap hari
mereka membantu suaminya di tambak mulai pagi sampai sore. Ada juga yang hanya berdiam
di rumah mengurus rumah tanpa ada kegiatan usaha. Hasil wawancara yang dilakukan sebagian
besar ibu-ibu petambak memiliki pendidikan cukup tinggi dan ada juga yang sudah memiliki
keahlian atau ketrampilan seperti menjahit, menyulam, menjahit kerudung. Selama ini mereka
belum memperoleh pengetahuan maupun ketrampilan yang berkaitan dengan pengolahan hasil
tambak. Artinya ibu-ibu petani tambak belum ada yang merintis menjadi wirausaha dan
kalaupun ada yang berwirausaha masih bersifat musiman.

Guna mewujudkan Kawasan Minapolitan ini maka harus diciptakan kemampuan wirausaha
khususnya bagi ibu-ibu petani tambak agar terwujud peningkatan nilai hasil pengelolaan ikan.
Kegiatan pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk membantu ibu-ibu petani tambak
meningkatkan pendapatan melalui pengolahan hasil tambak ikan. Adapun kegiatan
pendampingan usaha yang telah dilakukan adalah pelatihan kewirausahaan, pendampingan
manajemen usaha, pendampingan penyusunan laporan keuangan usaha. Adanya kegiatan
pengabdian masyarakat tersebut mampu membantu mewujudkan ibu-ibu wirausaha. Sekarang di
Desa Kedung Peluk sudah terbentuk Kelompok Pengolah yang disebut Kelompok Bandeng
Badjuri dengan hasil olahan seperti krupuk ikan, otak-otak, presto, nugget, abon ikan dll. Usaha
yang dijalankan telah dikelola dengan baik dan telah disusun pula laporan keuangan walaupun
secara sederhana sehingga mereka mampu menunjukkan kinerja perusahaan. Usaha yang
dijalankan ini juga telah berkesinambungan atau terus menerus walaupun pangsa pasarnya
308
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENDAMPINGAN USAHA BAGI IBU-IBU PETANI TAMBAK DI KECAMATAN CANDI SEBAGAI BENTUK
KONTRIBUSI MEWUJUDKAN KAWASAN MINAPOLITAN

masih di wilayah Kabupaten Sidoarjo. Kondisi usaha ini mampu meningkatkan pendapatan
rumah tangga dan perekonomian wilayah sekitarnya.

B. METODOLOGI
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan pada ibu-ibu petani tambak yang ada di Desa
Kedung Peluk Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo. Kegiatan ini dilakukan selama empat
bulan yang berlokasi di Desa Kedung Keluk. Data yang diperlukan bersifat primer maupun
sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui pengamatan lapangan, wawancara dan
pendampingan. Data sekunder diperoleh langsung dari UKM seperti data kegiatan usahanya,
data dan pemcatatan keuangannya.

Prosedur analisis yang dilakukan meliputi: 1) pelatihan kewirausahaan yang bertujuan


meningkatkan minat berwirausaha, 2) pendampingan dan penerapan ipteks khususnya yang
terkait dengan manajemen usaha dan penyusunan laporan keuangan UKM. Pelatihan
kewirausahaan dilakukan bagi ibu-ibu petani tambak baik yang tergabung dalam kelompok
bandeng Badjuri maupun tidak dan materi yang disampaikan berupa penyajian materi
kewirausahaan dan pelatihan pembuatan produk-produk olahan berbahan ikan. Pendampingan
dan penerapan ipteks ini diberikan pada ibu-ibu petani tambak yang sudah memiliki usaha
atau memulai usaha yang bersifat berkesinambungan. Prosedur yang dilakukan meliputi
pendampingan mengelola usaha, pengurusan perijinan usaha, pemberian bantuan alat produksi
dan pendampingan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Berdasarkan prosedur analisis
yang dijalankan akan dilakukan pemaparan dan analisis hasil terkait dengan pendampingan ini
serta memberikan solusi bagi ibu-ibu petani tambak agar mereka memperoleh pandapatan di
luar tambak.

C. PEMBAHASAN
Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu wilayah di Kota Sidoarjo yang
akan direncanakan sebagai wilayah Minapolitan (daerah perikanan di dalam perkotaan) di masa
mendatang. Kecamatan Candi ini merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Sidoarjo yang
telah ditetapkan sebagai Kawasan Minapolitan. Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani
tambak khususnya bandeng dan udang. Sedangkan, ibu-ibu petani tambak sebagian besar
merupakan ibu rumah tangga yang mengandalkan penghasilannya dari suami. Keahlian yang
dimiliki berupa ketrampilan menjahit, menyulam, border dll namun hanya dipergunakan sendiri.
Mereka belum memiliki keinginan berwirausaha dan kalaupun ada hanya bersifat musiman
menjelang hari raya.

Pelatihan kewirausahaan telah dilakukan di Desa Kedung Peluk Candi Sidoarjo pada ibu-ibu
petani tambak. Peserta pelatihan adalah ibu-ibu petani tambak yang berminat membuka usaha
pengolahan hasil tambak yang dihadiri sebanyak 35 orang. Dua belas orang diantaranya sudah
memiliki usaha walaupun bersifat musiman dan dua orang sudah memiliki usaha tetap namun
belum memiliki omzet yang tinggi. Pelatihan kewirausahan yang dihadiri oleh ibu-ibu petani
tambak yang belum maupun sudah memiliki usaha digunakan untuk mengembangkan dan
membangkitkan jiwa kewirausahaan. Mereka harus diberikan wawasan bahwa jiwa
kewirausahaan sangat diperlukan untuk membentuk sentra usaha di daerah tersebut.

Selain itu, untuk mendukung ketrampilannya diberikan pelatihan diversifikasi produk juga
dilakukan di Desa Kedung Peluk pada kelompok masyarakat yang sama dengan memberikan
alternatif pengolahan perikanan agar menjadi produk olahan hasil tambak yang siap saji.
Pelatihan ini bekerjama dengan KOPPIS (Kelompok Pengolah dan Pemasar Ikan Sidoarjo)
dibawah koordinasi BAPPEDA Kabupaten Sidoarjo. Produk olahan yang dihasilkan adalah
309
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENDAMPINGAN USAHA BAGI IBU-IBU PETANI TAMBAK DI KECAMATAN CANDI SEBAGAI BENTUK
KONTRIBUSI MEWUJUDKAN KAWASAN MINAPOLITAN

produk olahan yang kaya gizi dan menggunakan proses pengolahan yang sehat sehingga
diharapkan mampu diminati oleh konsumen dengan harga yang terjangkau dan KOPPIS ini
akan menampung produk olahan mereka. Adanya wadah ini akan terbangun jejaring pemasaran
yang luas di Kabupaten Sidoarjo. Aneka produk olahan yang telah dihasilkan dan sampai
sekarang dilanjutkan sebagai usaha yang berkesinambungan adalah krupuk ikan (ikan payus,
ikan kutuk, udang, bandeng, mujair, lele), bandeng presto dan bakar, otak-otak bandeng, nugget
bandeng, abon tulang bandeng, dll. Produk tersebut telah dipasarkan sampai luar pulau dan
diikutkan dalam berbagai pameran baik ditingkat regional maupun nasional.

Gambar 1. Kegiatan Pelatihan Kewirausahaan dan Pengolahan Hasil Tambak

Kegiatan lain yang telah dilakukan adalah pendampingan usaha. Jiwa kewirausahaan dan
berbagai pelatihan pengolahan produk tidak akan berhasil dan bermanfaat guna mewujudkan
Kawasan Minapolitan bila tidak dilakukan secara berkesinambungan. Pendampingan usaha ini
berkaitan dengan pendampingan mengelola usaha, pengurusan perijinan usaha, pemberian
bantuan alat produksi dan pendampingan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan.
Pendampingan usaha yang dilakukan lebih difokuskan pada usaha apa yang akan dijalankan,
berapa banyak produk olahan yang akan dihasilkan dan bagaimana cara memasarkan produk
olahan tersebut. Pengurusan perijinan usaha menjadi penting bila produk olahan telah memiliki
pangsa pasar yang luas dan sebagai media penjaminan bagi konsumen. Ada dua ibu petambak
yang memiliki ijin usaha dan ijin halal sehingga produk olahan mereka direkomendasi Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo dalam pameran produk unggulan Kabupaten
Sidoarjo baik di tingkat regional maupun nasional. Pemberian alat produksi seperti vacuum
plastic, sealer machine, hand sealer, mesin adonan telah diterima dari tim hibah, Dinas
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sidoarjo, serta dari Bappeda Kabupaten Sidoarjo.
310
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENDAMPINGAN USAHA BAGI IBU-IBU PETANI TAMBAK DI KECAMATAN CANDI SEBAGAI BENTUK
KONTRIBUSI MEWUJUDKAN KAWASAN MINAPOLITAN

Gambar 2. Mesin Adonan dari Bappeda yang bekerjasama


dengan PUM Nedherland

Kegiatan lain adalah pendampingan penyusunan laporan keuangan. Kegiatan ini penting
dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan usahanya. Kegiatan ini dilakukan mulai dari
pendampingan proses pencatatan dalam buku kas, buku jurnal sampai menyusun Neraca dan
Laporan Laba Rugi usaha. Selama ini semua kegiatan usaha belum memiliki pencatatan, hanya
bon-bon pembelian dan penjualan. Adanya laporan keuangan ini diharapkan dapat digunakan
untuk memperoleh sumber permodalan khususnya dari industri perbankan. Salah satu
persyaratan pengajuan kredit UKM di perbankan adalah ketersediaan laporan keuangan usaha
dan perijinan. Bila ada dukungan permodalan yang cukup diharapkan antinya usaha yang
dijalankan berkembang setelah ada tambahan permodalan dari perbankan.

Gambar 3. Pendampingan penyusunan laporan keuangan di UD. Al-Barokah

Berbagai kegiatan pengabdian masyarakat yang telah dijalankan tersebut mampu membantu
ibu-ibu petani tambak khususnya dan masyarakat umumnya yang berada di Kecamatan Candi
dalam meningkatkan pendapatannya. Mereka sekarang tidak lagi mengandalkan dari
penghasilan suami yang berasal dari tambak saja. Usaha yang dijalankan tidak lagi sebagai
usaha musiman, tapi sudah berkesinambungan dan memiliki pangsa yang lebih luas.
Keunggulan kegiatan ini adalah terciptanya wirausaha baru, terciptanya produk-produk olahan
ikan, tersusunnya laporan keuangan yang akuntabel. Sedangkan, kelemahan kegiatan ini adalah
produk yang dihasilkan masih bersifat variatif sehingga belum menunjukkan produk unggulan
yang bias diangkat sebagai icon, serta kegiatan ini belum mampu diikuti seluruh ibu-ibu petani
tambak yang ada di Kecamatan Candi. Kondisi ini karena adanya kesulitan yang dihadapi oleh
tim pelaksana, antara lain: 1) sulitnya mendapatkan bahan baku bila tidak musim, 2) rendahnya
minat berwirausaha, 3) rendahnya kemampuan SDM dalam manajemen dan akuntansi.
311
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENDAMPINGAN USAHA BAGI IBU-IBU PETANI TAMBAK DI KECAMATAN CANDI SEBAGAI BENTUK
KONTRIBUSI MEWUJUDKAN KAWASAN MINAPOLITAN

D. SIMPULAN
Kawasan Minapolitan adalah kawasan kota di daerah pertambakkan. Kecamatan Candi
merupakan kecamatan di Kabupaten Sidoarjo yang telah ditetapkan sebagai Kawasan
Minapolitan. Adanya bencana Lumpur Lapindo yang melanda Kecamatan Porong berdampak
penurunan penghasilan petani tambak di wilayah sekitarnya termasuk Kecamatan Candi. Desa
Kedung Peluk Kecamatan Candi adalah wilayah pertambakkan yang dekat dengan lumpur
lapindo dan struktur tanah tambak mempunyai kesamaan. Permasalahan dihadapi saat ini adalah
musim panen lebih lama, ukuran bandeng yang dipanen lebih kecil, tingkat kematian ikan
tinggi, kuantitas ikan menurun, harga jual bandeng menjadi lebih murah. Kondisi ini juga tidak
memperoleh dukungan pendanaan seperti industri perbankan dikarenakan usaha pertambakkan
dinilai sebagai usaha yang memiliki risiko tinggi. Hal ini tentunya memperburuk perekonomian
masyarakat sekitar.
Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat adalah pengamatan, pelatihan dan
pendampingan pada ibu-ibu petani tambak yang ada di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi
Sidoarjo. Metode pelaksanaan diawali dengan pengamatan kegiatan ekonomi yang ada di Desa
Kedung Peluk Kecamatan Candi Sidoarjo, kemudian memberikan pelatihan kewirausahaan dan
pendampingan usaha yang telah terbentuk tersebut agar mampu menjadi sentra usaha yang
dapat mendukung terwujudnya Kawasan Minapolitan. Pelatihan kewirausahaan dilakukan untuk
meningkatkan jumlah wirausaha yang memiliki usahan berkesinambungan dan bekerjasama
dengan KOPPIS (Kelompok Pengolah dan Pemasar Ikan Sidoarjo) dan BAPPEDA Sidoarjo.
Kegiatan kedua adalah pendampingan usaha yang meliputi manajemen usaha, pengurusan
perijinan, pemberian alat produksi sampai dengan penyusunan laporan keuangan usaha.

Implikasi yang terbentuk dari kegiatan pengabdian masyarakat adalah terwujudnya wirausaha
baru dengan usaha yang berkesinambungan, terwujudnya diversifiaksi produk olahan berbahan
ikan, tersusunnya laporan keuangan usaha. Adanya kegiatan pengabdian masyarakat ini telah
mampu membantu ibu-ibu petani tambak khususnya dan masyarakat umumnya dalam
meningkatkan pendapatan di luar tambak dan sekaligus meningkatkan perekonomian
masyarakat sekitar. Namun, kegiatan ini dan upaya yang dilakukan ibu-ibu petani tambak ini
masih belum sempurna dan perlu pengembangan serta dukungan pihak lain agar benar-benar
wilayah ini menjadi sentra pengolahan hasil tambak yang akan dibutuhkan guna mewujudkan
kawasan minapolitan. Saran yang dapat disampaikan adalah 1) memperbaiki kualitas dan
kuantitas pertambakkan agar mampu mensuplai bahan baku produk olahan, 2)
mensosialisasikan kepada masyarakat luas terkait kegiatan ibu-ibu petambak dan KOPPIS agar
kuantitas pengolah ikan semakin bertambah, 3) meningkatkan peran serta pihak terkait
khususnya dalam dukungan sarana dan prasarana agar usaha ini dapat berkesinambungan, 4)
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan SDM agar mampu mengelola usaha lebih baik lagi,
5) memperluas jejaring guna memperkenalkan dan memasarkan produk olahan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan atas peran serta pihak lain. Ucapan terima
kasih ini disampaikan secara khusus kepada 1) Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi atas dana
hibah Ipteks bagi Wilayah (IbW) yang diberikan kepada tim pelaksana, 2) ibu-ibu petani tambak
yang telah berperan aktif sebagai partisipan dan subyek pengamatan dalam kegiatan ini, 3) STIE
Perbanas Surabaya yang telah mendukung terlaksananya kegiatan ini, 4) Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Sidoarjo, 5) Badan Ketahanan Pangan Kabupaten Sidoarjo, serta 6)
BAPPEDA Kabupaten Sidoarjo.
312
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENDAMPINGAN USAHA BAGI IBU-IBU PETANI TAMBAK DI KECAMATAN CANDI SEBAGAI BENTUK
KONTRIBUSI MEWUJUDKAN KAWASAN MINAPOLITAN

DAFTAR PUSTAKA
Hadiyah fitriyah. (2006). Analisis Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Informasi
Akuntansi Pada Usaha Kecil dan Menengah. Universitas Negeri Jakarta. Tesis Magister
dipublikasikan.
Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik. Jakarta: DSAK IAI.
Mohammad Jafar Hafsah. (2004). Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Infokop
No.25 Tahun XX. Hal 40-44.
Portal Pengembangan UKM Indonesia. (2008). Transformasi Manajemen UKM. artikel dari
sumber Permondalan Nasional Madani 2003 diakses tanggal 3 Maret 2011 dari
http://bumn.go.id
Republik Indonesia. (2008). Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah
Republik Indonesia. KEP.39/MEN/2011 tentang Perubahan Keputusan MKP No.
KEP.32/MEN/2010 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan telah ditetapkan 223
Kabupaten/Kota di Indonesia sebagai Kawasan Minapolitan.
Supriyati dan Putri Wulanditya. (2012). The SME Perception toward the Accounting Standard
without Public Accountability (SAK-ETAP) and Self Assessment System for Increasing
Voluntary Tax Compliance. International Journal of Business and Management ISSN
2244-1808 Vol.4 Oktober 2012
Taticchi, Paul, et.al. (2008). Performance Measurement Management for Small and Medium
Enterprises: an Integral Approach, Journal of Management Accounting Research, (Jamar)
Vol 6 No 2
Umi Barokah. (2008). Strategi Pengembangan Perikanan Tambak Sebagai Sub Sektor Unggilan
di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian Tidak dipublikasikan.
Wulanditya, Putri. (2011). Kemudahan Penyajian Pajak Penghasilan (PPh) bagi Pengusaha
UKM dengan SAK ETAP. Simposium Nasional Perpajakan (SNP) III. Madura, 13-14
Desember 2011
PENGAPLIKASIAN MOTIF TENUN BADUY LUAR PADA BATIK
COLET UNTUK KALANGAN PELAJAR
Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn
Fakultas Desain dan Seni Kreatif, Universitas Mercu Buana
E-mail: ninamaftukha@gmail.com
Praqasta Kusuma, S.Sn., M.Ds
Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Trisakti
E-mail: djraqa_kusuma@yahoo.co.id

ABSTRAK
Menenun merupakan suatu kegiatan yang sangat melekat pada perempuan di Suku Baduy. Mereka
berperan sebagai penerus dan meneruskan tradisi menenun pada generasi berikutnya. Tenun adalah salah
satu produk budaya Suku Baduy Luar yang bertahan dan sedang berkembang. Akan tetapi, seni batik
yang dulu pernah berkembang di Suku Baduy sudah punah ditelan zaman. Pembuatan karya ini
dimaksudkan untuk menghidupkan kembali sebuah produk budaya berupa batik Suku Baduy Luar dengan
bentuk dan pola motif berbeda, yaitu berupa aplikasi motif tenun. Batik yang dibuat menggunakan
metode tulis dengan alat canting. Teknik pewarnaan menggunakan teknik colet, untuk menghasilkan
warna yang lebih ekspresif. Bahan yang dipakai berupa kain katun. Penempatan repetisi pola didasarkan
pada ekspresi siswa. Target yang ingin dicapai yaitu mengenalkan kepada pelajar mengenai kearifan lokal
berupa motif tenun Suku Baduy Luar. Penerapannya dilakukan dengan menggunakan motif-motif batik
pada tenun. Hal ini dapat melatih aspek kognitif dan motorik siswa. Adapun metode pelaksanaannya yaitu
(1) mengenalkan tenun Suku Baduy kepada pelajar, (2) mengaplikasikan motif tenun Suku Baduy pada
batik colet, (3) praktek membuat batik dengan teknik pewarnaan colet, (4) membuat produk budaya.

Kata kunci: aplikasi, motif, tenun, baduy, batik colet, pelajar.

ABSTRACT
Weaving is an activity inherent among women in Baduy tribe. They act as the successor and continue the
tradition of weaving to the next generations. Weaving is one of the cultural products of Outer Baduy tribe
which survives and is growing. However, batik art which once flourished within Baduy tribe has now
become extinct. The making of this works is intended to revive a cultural product in the form of batik of
Outer Baduy tribe with different shapes and pattern motifs, namely in the form of applied woven motifs.
The batik is made using the method of writing with canting. The coloring process uses colet technique, to
create more expressive colors. The material used is in the form of cotton cloth. The placement of repeated
patterns is based on the expression made by the students.The target to be achieved is to introduce to
students about local wisdom in the form of weaving motifs of Outer Baduy tribe. The application uses
batik motifs on woven fabric. It can train students cognitively and motorically. The methods of
implementation are: (1) introducing weaving of Baduy tribe to students, (2) combining the Baduy
weaving fabric with tribe batik motifs using colet technique, (3) practicing the making of batik and
coloring using colet technique, (4) making cultural products.

Keywords: aplication, motif, weaving, baduy, batik colet, student.

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Pengabdian Kepada Masyarakat
Kain tenun Suku Baduy dipengaruhi oleh warisan leluhur, budaya, filosofi, pikukuh (pandangan
hidup) Suku Baduy, norma dan hukum adat.
314
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGAPLIKASIAN MOTIF TENUN BADUY LUAR PADA BATIK COLET UNTUK KALANGAN PELAJAR

Motif kain tenun terdiri dari komposisi garis, warna, dan susunan bidang geometris. Motif
tersebut meliputi motif tenun poleng kacang herang, motif suat samata, motif suat mata baru,
motif tajur pinang, motif suat songket, motif adu mancung, motif suat balingbingan, motif suat
kembang gedang dan motif susuatan atau sanglur.
Filosofi kain tenun Suku Baduy Luar berpijak pada pikukuh atau pandangan hidup Suku Baduy
yang berbunyi ...Manuk hirup ku jangjangna/Lauk hirup ku asangna/Jlma hirup ku akalna/
Otak, taktak, jeung cplak/Mun teu bisa unyam-unym/Kudu bisa unyam-anyam. Yang artinya
burung hidup dengan sayapnya/ ikan hidup dengan insangnya/berpikir, bertindak, dan
berbahasa/ kalau tidak bisa berbahasa/ harus bisa menganyam (keterampilan).
Dalam pikukuh atau pandangan hidup Suku Baduy ditekankan bahwa setiap manusia harus
mengembangkan keterampilan dalam diri masing-masing. Perkembangan batik di Suku Baduy
Luar mengalami penurunan dan nyaris punah, sehingga masyarakat tidak mengetahui bahwa
dahulu, di Suku Baduy Luar pernah berkembang produk budaya berupa batik tulis yang
berbahan dasar dari bubur ketan sebagai penghalang warna, yang dinamakan perintang warna
pengganti malam dalam proses membatik. Maka dari itu karsacipta ini bermaksud untuk
menghidupkan kembali sebuah produk budaya berupa batik Suku Baduy Luar dengan cara
mengaplikasikan motif tenun pada batik dengan teknik pewarnaan colet.
Target yang ingin dicapai yaitu mengenalkan kepada pelajar mengenai kearifan lokal berupa
motif tenun Suku Baduy Luar. Pengaplikasiannya dengan menerapkan motif tenun pada batik.
Hal ini dapat melatih aspek kognitif dan motorik siswa. Adapun metode pelaksanaannya yaitu
(1) mengenalkan tenun Suku Baduy kepada pelajar, (2) mengaplikasikan motif tenun Suku
Baduy pada batik colet, (3) praktek membuat batik dan teknik pewarnaan colet, (4) membuat
produk budaya.

2. Hipotesis
Para pelajar khususnya di Jakarta masih belum mengenali dan memahami mengenai motif tenun
Baduy Luar dan cara membatik, dan kurangnya minat para pelajar dan remaja untuk
melestarikan budaya Indonesia khusus nya dari daerah Baduy Luar, serta kurangnya
keterampilan dalam mengembangkan kewirausahaan.

3. Tujuan Pengabdian Kepada Masyarakat


Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan kreativitas pelajar, penulis tertarik ingin
membantu dalam bentuk pengabdian masyarakat agar selanjutnya dapat menjadi salah satu
program rutin dalam memperkenalkan produk budaya, khususnya seni batik pada pelajar.
Program peningkatan kreativitas akan dilakukan dengan upaya memperdalam ilmu seni dan
menjadi program rutin ke depannya.Target capaian dari pengabdian pada masyarakat ini
bermaksud untuk mengenalkan kepada pelajar mengenai kearifan lokal berupa motif tenun Suku
Baduy Luar. Pengaplikasiannya dengan menerapkan motif tenun pada batik. Hal ini dapat
melatih aspek kognitif dan motorik siswa.

4. Sumber Pendanaan
Sumber pendanaan pengabdian kepada masyarakat ini dari foundation swasta

5. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat


Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini berupa pelatihan keterampilan melalui 3 tahapan. Pada
tahapan persiapan tim pengabdian masyarakat mengunjungi SMA 78 untuk melakukan
pendekatan langsung pada pelajar SMA, yang terletak di Komplek Pajak, Jl. Bhakti IV/1,
Kebun Jeruk, Kemanggisan, Jakarta Barat. Tahapan pelaksanaan yaitu melakukan workshop
tentang cara dan teknik pembuatan batik colet. Dalam tahap ini, keterlibatan peserta diharapkan
sangat aktif dalam mengikuti kegiatan ini, akan ada pembagian peserta ke dalam beberapa
315
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGAPLIKASIAN MOTIF TENUN BADUY LUAR PADA BATIK COLET UNTUK KALANGAN PELAJAR

kelompok yang akan dipandu oleh masing-masing perwakilan tim pengabdian yang
mendampingi selama proses berlangsung. Tahap ketiga yaitu memamerkan hasil workshop
siswa akan di galeri sekolah.

6. Tinjauan Pustaka
a. Sejarah Kain
Nian Djoemena (2000), dalam Lurik: Garis-garis bertuah, hal.7-8 menjelaskan bahwa
menurut beberapa ahli purbakala, hasil temuan situs prasejarah, antara lain situs Gilimanuk di
Bali, Gunung Wingko di Yogyakarta, Melolo di Sumba Timur, membuktikan bahwa pertenunan
sudah dikenal di Indonesia sejak zaman prasejarah. Demikian pula terlihat pemakaian selendang
tenun pada arca terakota asal Trowulan di Jawa Timur, yang diperkirakan berasal dari abad ke
15 M (mueum Sonobudaya, Yogyakarta), serta pemakaian kain tenun pada relief dan arca di
berbagai candi. Dalam http://blogs.unpad.ac.id/boenga/2011/09/05/sejarah-kain-tradisional-
indonesia, dijelaskan bahwa Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari kurang
lebih 17.000 pulau dan terbagi menjadi beberapa provinsi, hal ini pula yang menyebabkan
Indonesia memiliki keanekaragaman budaya. Salah satu warisan budaya yang sangat penting
yaitu adanya kain tenun tradisional.
Seperti diketahui pertenunan (pakaian) tradisional diperkirakan telah dimulai sejak masa
Neolitikum (Prasejarah), dimana ditemukan bukti-bukti adanya temuan dari benda-benda
prasejarah prehistoris yang umurnya lebih dari 3.000 tahun yang lalu. Bekas-bekas peninggalan
pembuatan pakaian ini ditemukan pada situs Gilimanuk, Melolo, Sumba Timur, Gunung
Wingko, Yogyakarta, dan lain-lain. Di daerah ini ditemukan teraan (cap) tenunan, alat untuk
memintal, kereweng-kereweng bercap kain tenun dan bahan yang terlihat jelas adanya tenunan
kain terbuat dari kapas.
Pada zaman prasejarah pakaian berfungsi sebagai pelindung badan dari panas dan dingin, serta
gangguan serangga dan benda-benda tajam. Bahan yang digunakan masih sangat sederhana,
seperti kulit kayu, kulit binatang, serat, daun-daunan, serta akar tumbuh-tumbuhan. Alat yang
digunakan untuk membuat pakaian berupa alat pemukul dari bahan kayu atau batu, bentuknya
persegi panjang dan terdapat beberapa garis di tengahnya.

b. Batik di Indonesia
Batik berasal dari bahasa Jawa amba yang berarti menulis dan nitik. Kata batik sendiri
meruju pada teknik pembuatan corak menggunakan canting atau cap dan pencelupan kain
dengan menggunakan bahan perintang warna corak malam (wax) yang diaplikasikan di atas
kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal
dengan istilah wax-resist dyeing. Jadi kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau
corak yang dibuat dengan canting dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan
perintang warna. Teknik ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat alami
seperti katun, sutra, wol dan tidak bisa diterapkan di atas kain dengan serat buatan (polyester).
Kain yang pembuatan corak dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik ini dikenal dengan
kain bercorak batik biasanya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak (print) bukan kain
batik.
Batik secara historis berasal dari zaman nenek moyang yang dikenal sejak abad XVII yang
ditulis dan dilukis pada daun lontar. Saat itu motif atau pola batik masih didominasi dengan
bentuk binatang dan tanaman. Namun dalam sejarah perkembangannya batik mengalami
perkembangan, yaitu dari corak-corak lukisan binatang dan tanaman lambat laun beralih pada
motif abstrak yang menyerupai awan, relief candi, wayang beber dan sebagainya. Selanjutnya
melalui penggabungan corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis
seperti yang kita kenal sekarang ini.
316
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGAPLIKASIAN MOTIF TENUN BADUY LUAR PADA BATIK COLET UNTUK KALANGAN PELAJAR

Jenis dan corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak dan variasinya sesuai
dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah yang amat beragam. Khasanah budaya
Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik
tradisional dengan ciri kekhususannya sendiri.
Sejarah pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan
kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada
masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta.
Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu
kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas
dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh
karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa
oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.
Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan
selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi
waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga istana, kemudian
menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria.
Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Sedang bahan-
bahan pewarna yang dipakai terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri
antara lain dari : pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu,
serta garamnya dibuat dari tanah lumpur.
Jadi kerajinan batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus
berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi
milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal
abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan
batik cap dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini batik sudah
menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.
Dari teknik pewarnaannya, batik dibagi ke dalam dua jenis yaitu batik celup dan batik colet.
Batik celup dalam teknik pewarnaannya dicelup pada pewarna naphtol atau indigosol.
Sedangkan batik colet dalam teknik pewarnaannya dicolet menggunakan kuas menggunakan
bahan pewarna remasol, naphtol, dan indigosol.

c. Tenun Suku Baduy Luar


Tenun merupakan identitas budaya yang sangat erat kaitannya dengan filosofi dan adat istiadat
Suku Baduy dari dahulu hingga saat ini. Proses transmisinya sangat mendarah daging disetiap
perempuan Suku Baduy Luar. Seiring dinamika waktu, tenun semakin berkembang, meliputi
bahan dan pengembangan motif.
Nina Maftukha (2012) dalam makalah seminar internasional,The Gathering of Histories 2012,
menjelaskan bahwa Proses transmisi tenun pada Anak Usia Dini (AUD) di Suku Baduy ini
sangat unik, yakni mulai dari umur 3 tahun mereka sudah belajar menenun dengan teman
sebayanya di Sosompang (teras rumah). Proses tersebut dinamakan titinunan.

Nina Maftukha (2012) dalam tesisnya yang berjudul Kajian Nilai Estetis Seni Tenun yang
Dihasilkan oleh Perempuan Suku Baduy Luar, dijelaskan bahwa motif tenun Suku Baduy Luar
sangat beranekaragam dan menarik dengan teknik pemilihan warnanya yang harmonis. Menurut
Teh Saodah, seorang pengrajin tenun di Kaduketug I menjelaskan bahwa motif tenun Baduy
dari zaman dahulu sudah ada dan motifnya diambil dari bentuk tumbuhan yang terkenal disana
dan mempunyai banyak manfaat bagi masyarakat dan mempunyai keindahan atau estetika,
sehingga memberi pengaruh pada pemakainya. Seperti pengaruh keindahan dan magis.
317
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGAPLIKASIAN MOTIF TENUN BADUY LUAR PADA BATIK COLET UNTUK KALANGAN PELAJAR

Tabel 1. Kain Tenun Suku Baduy


No Unsur Kain Tenun Suku Baduy Luar
1. Filosofi ...Manuk hirup ku jangjangna/ Lauk hirup ku asangna/ Jelema hirup ku
akalna/ Otak, taktak, jeung ceplak/ Mun teu bisa unyam-unyem /
Kudu bisa unyam-anyam. (Pikukuh Suku Baduy)
2. Bahan Dahulu: Kapas (Cikamunding, Gunung Buleud, Cibareno). Sekarang:
Benang dari Majalaya
3. Warna Beraneka warna, (pencerminan alam ramai/dunia). Pepatah Suku Baduy
moal aya putih mun teu aya hideung, moal rame dunia mun eweuh
warna
4 Alat / Pakara Cancangan ,sisir, totogan, hapit, pangrambuan, pangrerean, limbuhan,
Tinun cawor, patitihan, toropong, kekedal, pajal, barera, rorogan, jinjingan, dan
malam tawon.
5. Ukuran Ukuran tersebut tidak mempunyai makna tertentu, hanya menyesuaikan
dengan ukuran badan si pemakai dan juga bertolak dari fungsi.
6. Jenis Jenis tenun gedog. Hal ini berawal dari bunyi pakara tinun yang berbunyi
dogdog.dog pada saat dioperasikan.
7. Fungsi sabuk, kerudung/ penutup kepala, kemben dan ikat pinggang, terutama
untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk memperingati upacara-upacara
adat.
8. Teknik Handmade Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) atau pakara tinun.
Ujung benang lungsi diikatkan, dan kemudian digulungkan pada
cancangan. Ujung benang yang satunya lagi diikatkan pada hapit yang
juga berfungsi sebagai penggulung kain hasil menenun.
9. Proses Meteng >Hasiwang >Nganteh >Nyikat >Ngilak >Nguluran >Mihane
>Nyorokan >Ngaliar >Ngalingkup >Ninun

Jenis jenis motif menurut beberapa narasumber adalah motif suat samata, motif suat
balimbingan, motif mata baru, motif suat songket, motif tajur pinang, motif adu mancung, motif
suat kembang gedang, motif aros, motif sanglur atau motif susuatan/batik baru, motif polos,
motif sarung poleng kacang herang carang, dan motif sarung poleng kacang herang kerep.
Sedangkan di Suku Baduy Dalam, hanya terdapat motif polos dan motif aros.

Gambar 1. Motif Kain Tenun Suku Baduy Dalam:


Motif Hitam Polos Motif Putih Polos Motif Aros.
(Sumber: Dokumen Maftukha, 2010)
318
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGAPLIKASIAN MOTIF TENUN BADUY LUAR PADA BATIK COLET UNTUK KALANGAN PELAJAR

Gambar 2. Motif Kain Tenun Suku Baduy Luar:


Motif Tajur Pinang Motif Adu Mancung Motif Suat Kembang Gedang Motif
Suat Samata Motif Suat Balingbingan Motif Sarung Poleng Kacang Herang
Carang (Sarung Lelaki) Motif Sarung Kacang Herang Kerep (Sarung Perempuan)
Motif Suat Mata Baru Motif Susuatan/Sanglur/Batik Baru Motif Suat Songket.
(Sumber: Dokumen Maftukha, 2010)

d. Pengaplikasian motif tenun Baduy Luar pada batik colet


Lihat: http://www.portaldesain.com/hubungan-antara-desain-dengan-teknologi, metode desain
adalah suatu cara yang dilakukan oleh desainer untuk menghasilkan suatu karya desain.
Beberapa metode yang umum digunakan, antara lain:
1) Explosing yaitu mencari inspirasi dengan berpikir secara kritis untuk menghasilkan suatu
desain yang belum pernah diciptakan.
2) Redefining yaitu mengolah kembali suatu desain agar menjadi bentuk yang berbeda dan
lebih baik.
3) Managing yaitu menciptakan desain secara berkelanjutan dan terus-menerus.
4) Phototyping yaitu memperbaiki dan atau memodifikasi desain warisan nenek moyang.
5) Trendspotting yaitu membuat suatu desain berdasarkan tren yang sedang berkembang.

Dalam mendesain pola motif batik ini menggunakan metode phototyping, memodifikasi dari
motif tenun Baduy yang merupakan desain warisan nenek moyang. Proses ini adalah untuk
melatih dan membiasakan anak agar dalam mengambil ide atau membuat desain berdasarkan
pada desain warisan nenek moyang sebagai suatu penghargaan terhadap budaya dan
mengangkat kearifan lokal budaya nusantara. Sehingga desain tersebut cocok dan selaras
dengan budaya kita.

Ide gagasan yang berlandaskan budaya nusantara akan lebih memunculkan rasa memiliki dan
rasa ingin melestarikan, yang selanjutnya akan timbul rasa menjaga budaya leluhur. Tanpa
disadari budaya leluhur kita sangat cerdas dan jenius dalam bidang desain. Salah satu contohnya
adalah peninggalan yang berupa candi yang di dalamnya memiliki keanekaragaman motif,
relief, desain arsitektur, baik desain interior maupun eksterior.

Dalam mendesain pola motif batik yang berlandaskan dari motif tenun Suku Baduy Luar ini
memiliki beberapa tahapan. Pertama, melihat pola motif tenun dan mengambil satu pola motif.
319
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGAPLIKASIAN MOTIF TENUN BADUY LUAR PADA BATIK COLET UNTUK KALANGAN PELAJAR

Kedua, menstilasi motif dari pola dasar motif tenun tersebut. Ketiga, mengembangkan pola
motif tersebut ke dalam komposisi sebuah bidang kertas. Keempat, komposisi pola yang sudah
dibuat pada kertas dipindahkan pada kain dengan cara dijiplak memakai bantuan alat meja kaca
atau yang biasa disebut dengan meja tracing.

Perlengkapan yang digunakan dalam workshop ini yaitu; 1) canting, 2) wajan, 3) kompor listrik,
4) pamidangan, 5) kuas, 6) ember, 7) panci, 8) kompor gas, 9) penjepit kain, 10) ijuk

Bahan yang digunakan untuk membatik yaitu; 1) malam, 2) paraffin, 3) pewarna remasol, 4)
waterglass, 5) air, 6) kain katun.

Langkah-langkah workshop adalah sebagai berikut;

1) Peserta workshop menerima materi tentang tenun Suku Baduy dan batik.
2) Peserta melihat pola motif tenun, kemudian mengeksplornya menjadi motif batik dengan
cara stilasi.
3) Peserta membuat motif batik berdasarkan dari ide konsep motif tenun Baduy Luar pada
kertas
4) Peserta melakukan proses tracing atau menjiplak pola yang sudah ada di kertas pada kain
katun
5) Peserta melakukan proses mencanting
6) Peserta melakukan proses pewarnaan colet (remasol)
7) Peserta melakukan proses pengolesan waterglass
8) Peserta melakukan proses pelorodan
9) Peserta melakukan proses penjemuran

Ide pola motif batik diambil dari motif tenun yang kemudian distilasi. Contoh ide pola motif
batik dari motif tenun suat kembang gedang adalah sebagai berikut.

Gambar 3. Contoh stilasi motif batik yang dikembangkan dari motif tenun.
(Sumber: Nina Maftukha, 2016)
320
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGAPLIKASIAN MOTIF TENUN BADUY LUAR PADA BATIK COLET UNTUK KALANGAN PELAJAR

Gambar 4. Contoh stilasi motif batik yang dikembangkan dari motif tenun.
(Sumber: Nina Maftukha, 2016)

Gambar 5. Contoh stilasi motif batik yang dikembangkan dari motif tenun.
(Sumber: Nina Maftukha, 2016)

7. Landasan Teori
Lihat: http://www.scribd.com/doc/69446287/Mengenal-Perkembangan-Seni-Rupa-Anak-Anak
Materi, diakses tgl 29April 2014
Periodisasi masa perkembangan seni rupa anak menurut Viktor Lowenfeld dan Lambert
Brittain: Penyelidikan dilakukan terhadap anak-anak usia 2 sampai 17 tahun menghasilkan
periodisasi sebagai berikut:
a. Masa Mencoreng (Scribbling) : 2-4 tahun
b. Masa Prabagan (Preschematic) : 4-7 tahun
c. Masa Bagan (Schematic Period) : 7-9 tahun
d. Masa Realisme Awal (Dawning Realism) : 9-12 tahun
e. Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic) : 12-14 tahun
f. Masa Penentuan (Period of Decision) : 14-17 tahun.

Alasan penulis memilih pendapat tokoh ini karena pembagian usia anak lebih lengkap dan
dipandang mewakili, sesuai dengan jenjang pendidikan di negara kita, yaitu usia 712 tahun
(SD), 1315 tahun (SMP), dan usia 1618 tahun (SMA). Periode Penentuan (Period of
Decision) Pada periode ini tumbuh kesadaran akan kemampuan diri. Perbedaan tipe individual
makin tampak. Anak yang berbakat cenderung akan melanjutkan kegiatannya dengan rasa
senang, tetapi yang merasa tidak berbakat akan meninggalkan kegiatan seni rupa, apalagi tanpa
bimbingan. Dalam hal ini peranan guru banyak menentukan, terutama dalam meyakinkan
bahwa keterlibatan manusia dengan seni akan berlangsung terus dalam kehidupan. Seni bukan
urusan seniman saja, tetapi urusan semua orang dan siapa pun tak akan terhindar dari sentuhan
seni dalam kehidupannya sehari-hari.
321
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGAPLIKASIAN MOTIF TENUN BADUY LUAR PADA BATIK COLET UNTUK KALANGAN PELAJAR

Metode desain adalah suatu cara yang dilakukan oleh desainer untuk menghasilkan suatu karya
desain. Beberapa metode yang umum digunakan, antara lain:

Explosing yaitu mencari inspirasi dengan berpikir secara kritis untuk menghasilkan suatu
desain yang belum pernah diciptakan.
Redefining yaitu mengolah kembali suatu desain agar menjadi bentuk yang berbeda dan
lebih baik.
Managing yaitu menciptakan desain secara berkelanjutan dan terus-menerus.
Phototyping yaitu memperbaiki dan atau memodifikasi desain warisan nenek moyang.
Trendspotting yaitu membuat suatu desain berdasarkan tren yang sedang berkembang.

B. METODOLOGI
Sasaran yang strategis dalam pengabdian masyarakat ini adalah pelajar tingkat SMA dan
sederajat.
Metode yang digunakan yakni :
1. Metode ceramah, metode ini dilakukan dalam memberikan pengarahan materi terkait motif
tenun Suku Baduy Luar dan proses membatik dengan cara teknik pewarnaan colet.
2. Metode tanya jawab juga digunakan untuk memberikan kesempatan bagi para peserta yang
belum memahami.
3. Metode demonstrasi dilakukan oleh tim dalam memperagakan teknik pembuatan batik colet.
4. Metode praktik langsung, peserta dapat memperagakan langsung dalam mengaplikasikan
motif tenun Suku Baduy Luar pada batik, serta terlibat langsung dalam proses pembuatan
batik colet.

C. PEMBAHASAN
1. Luaran
Luaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah sebagai berikut.
a. Keterampilan melatih aspek kogitif dan motorik siswa dalam berkarya seni batik.
b. Peningkatan daya imajinasi siswa dalam mencari ide dan konsep dalam membuat produk
budaya berupa batik colet.
c. Peningkatan daya kreativitas siswa dalam proses berkarya seni batik colet.
d. Peningkatan kemampuan siswa dalam memanfaatkan budaya nusantara dan kearifan lokal
sebagai media pendukung proses berkarya seni.
e. Menanamkan teknik dasar dalam berkarya seni, berupa mengkombinasikan antara
budaya, pengetahuan, dan teknologi.

2. Fokus utama kegiatan


Pelaksanaan pengabdian masyarakat ini berupa pelatihan keterampilan dalam mendesain
pola motif batik dan proses membatik dengan teknik pewarnaan colet.

3. Keunggulan dan kelemahan kegiatan


Dalam hal ini kegiatan ini mempunyai kengulan berupa melatih motorik siswa untuk lebih
peka, dan menciptakan peluang kewirausahan untuk para pelajar menjual hasil karya ke
masarakat, kelemahan nya adalah sumber dana awal, dan masih sedikit yang menguasai cara
membatik sehingga membutuh kan extra waktu untuk pengalan dan pengaplikasian nya.

4. Tingkat kesulitan pelaksanaan kegiatan


Kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan ini, tidak semua siswa mempunyai motorik yang baik,
sehingga pengaplikasian motif tidak sesuai yang diinginkan, memperlukan waktu extra untuk
melatih nya
322
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGAPLIKASIAN MOTIF TENUN BADUY LUAR PADA BATIK COLET UNTUK KALANGAN PELAJAR

5. Peluang
a. Membuat suatu produk baru yang terinspirasi dari motif tenun Suku Baduy
b. Menjadikan suatu peluang produk ekonomi kreatif
c. Membuat siswa dan remaja lebih mengenal kebudayan Indonesia terutama dari Suku
Baduy Luar
d. Menjadi Kewirausahaan baik di lingkungan sekolah dan Suku Baduy Luar

D. SIMPULAN
Dengan mengajarkan budaya nusantara, khususnya motif tenun Baduy Luar dan batik, secara
tidak langsung mengajarkan siswa agar mencintai, menjaga dan melestarikan budaya dalam
konteks pendidikan. Pengaplikasian motif tenun pada batik colet merangsang daya cipta dan
melatih aspek kognitif dan aspek motorik dalam menciptakan sebuah ide kreasi. Di dalam
lingkungan sekolah, sebaiknya para guru mengenalkan dan mengajarkan kebudayaan Indonesia
seutuhnya, serta mengajarkan cara mendesain yang berlandaskan pada budaya nusantara,
sehingga siswa dapat menciptakan produk desain yang khas dan kreatif, selanjutnya dapat
mengembangkannya menjadi kewirausahaan.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kepada SMA 78 dan semua pihak yang telah membantu.

DAFTAR PUSTAKA
Rujukan Dari Buku
Djumena, Nian S. (2000). Lurik: Garis-garis Bertuah. Jakarta: Djambatan.

Rujukan Dari Artikel Dalam Jurnal


Maftukha, Nina. (24 November 2015). Visualisasi Tenun Baduy. Makalah Seminar Nasional
Present, Past, Future, FSRD Universitas Taruma Negara.
Maftukha, Nina. (13 November 2012). Makalah Seminar Internasional The Gathering of
Histories 2012. FSRD Institut Teknologi Bandung.

Rujukan dari Skripsi, Tesis, Disertasi


Maftukha, Nina. (2010). Analisis Transmisi Tenun Selendang pada Masyarakat Baduy, Skripsi
Sarjana, Unibersitas Pendidikan Indonesia Bandung.
Maftukha, Nina. (2013). Kajian Nilai Estetis Seni Tenun yang Dihasilkan oleh Perempuan Suku
Baduy Luar, Tesis Program Pascasarjana Institut Teknologi Bandung.

Rujukan Dari Internet


Kumaidi. (2012). Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Metode. Jurnal Ilmu
Pendidikan, 5(4). Diakses 20 Juli 2012 dari http://www.malang.ac.id,
http://blogs.unpad.ac.id/boenga/2011/09/05/sejarah-kain-tradisional-indonesia. diakses pada
tanggal 1januari 2016, pukul 11:35 WIB.
http://blogs.unpad.ac.id/boenga/2011/09/05/sejarah-kain-tradisional-indonesia. diakses pada
tanggal 1januari 2016, pukul 13.00 WIB.
PENINGKATAN MUTU GAMBAR DENGAN MEMANFAATKAN
PERALATAN SEDERHANA PADA ON-LINE SHOP MAKANAN
PRODUKSI RUMAH TANGGA
Bambang M. Soewito
Bidang Studi Desain Komunikasi Visual, Jurusan Desain Produk Industri, ITS, Surabaya,
No. HP. 081232667670, e-mail: bb_mardiono@yahoo.com
Hertina Susandari
Bidang Studi Desain Produk Industri, Jurusan Desain Produk Industri, ITS, Surabaya,
No. HP. 081330736634, e-mail: hertina.susandari@gmail.com
Kartika K. Wardani
Bidang Studi Desain Komunikasi Visual, Jurusan Desain Produk Industri, ITS, Surabaya
No. HP. 08123278572, e-mail: tikamarioza@gmail.com

ABSTRAK
Industri rumah tangga berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan sebuah fenomena
industri yang muncul dan berkembang dari ruang lingkup terkecil masyarakat akibat dari kebutuhan akan
pemenuhan ekonomi. Sarana jual dan beli berbasis TIK melalui media sosial, blog, chat-room, photo-
sharing App., dll yang dapat diakses melalui handphone, tablet dan komputer sudah menjadi bagian yang
tidak terlepas dalam keseharian masyarakat. Fotografi menjadi hal yang penting, sebab ujung tombak
bertemunya pembeli potensial diseluruh dunia, diawali dengan melihat etalase berupa foto produk.Produk
on-line shop (OLS) makanan produksi rumah tangga termasuk pada fotografi still-life yang pada kondisi
yang ideal menggunakan table-top. Pemanfaatan peralatan sederhana sebagai pengganti table-topdalam
penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan mutu gambar produk OLS makanan produksi rumah tangga
sehingga kesan produk dapat dipersepsi dengan baik, menarik dan kompetitif.

Kata kunci: fotografi, on-line shop, makanan

ABSTRACT
IT-based domestic industry is an industry phenomenon that emerged and developed from the scope of the
smallest communities; as a result of the need for the fulfillment of economic and hobby. Now days,
Limitations mobilization industry players as a result of the domestic activities is not an obstacle in
distributing housewiferys products industry. IT-based trading through social media, blogs, chat-room,
photo-sharing app., etc., which can be accessed through mobile phones, tablets and computers have
become inseparable part in everyday society.Photography becomes important as the cutting edge of the
convergence of potential buyers around the world, beginning with take a look at the display case in the
form of product photos. On-line shop (OLS) housewiferys food productionincluded in still-life
photography that using a tabletop under ideal conditions. Simple equipment utilization as a substitute
for table -top in the study conducted to improve the quality of the product images of OLS housewiferys
food production, so that the impression can be perceived with good products, attractive and competitive.

Keyword: photography, on-line shop, food

A. PENDAHULUAN
Industri rumah tangga berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) merupakan sebuah
implementasi dari ide-ide, kreasi, dan keterampilan tertentu dilakukan dalam lingkup rumah
tangga dengan memanfaatkan internet sebagai sarana untuk bertemu dan bertransaksi dengan
konsumen. Industri ini mengalami perkembangan yang pesat sebab tidak membutuhkan modal
324
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENINGKATAN MUTU GAMBAR DENGAN MEMANFAATKAN PERALATAN SEDERHANA PADA ON-LINE SHOP
MAKANAN PRODUKSI RUMAH TANGGA

yang besar dan memanfaatkan keterampilan yang sudah dilakukan dalam kehidupan sehari-
sehari seperti berjualan produk makanan.

Berawal dari aktivitas sehari-hari, yaitu kebutuhan akan kecukupan makanan untuk keluarga,
merupakan sebagian besar ide awal dari pengembangan usaha ini. Makanan yang diproduksi
tersebut beraneka ragam, mulai dari jenis makanan utama dan makanan kecil, baik dari jenis
makanan tradisional maupun makanan asing. Produk yang dihasilkan tergantung dari
keterampilan yang dikuasai, kebiasaan konsumsi keluarga, dan keinginan untuk berkreasi untuk
menciptakan produk yang unik.

(a) (b) (c)


Gambar 1. Contoh fotografi toko kue online yang kurang menarik:
Klappetart milik jualklapertart.wordpress.com (a), macaroni schotel milik loyangade.blogspot.com (b),
dan Cup Cakes milik rumahbolu.net (c)
(Sumber: Google Image, 2015)

Pola produk yang dihasilkan tersebut merujuk kepada tipe pelaku usaha yang rata-rata
merupakan perempuan atau ibu rumah tangga yang tidak memiliki keleluasaan mobilisasi
dikarenakan kegiatan domistik rumah tangga yang masih membutuhkan peran dan perhatian
yang cukup besar.Namun, pelaku industri ini menginginkan sebuah kegiatan positif yang
mampu menyokong ekonomi keluarga, sekaligus menyalurkan hobi, ide dan kreasi.

Mobilisasi yang terbatas dalam era informasi dan telekomunikasi saat ini bukan merupakan
halangan dalam menyalurkan produk industri rumah tangga. Sarana jual dan beli berbasis TIK
melalui media sosial, blog, chat-room, photo-sharing App, dan lain-lain yang dapat diakses
melalui handphone, tablet dan komputer sudah menjadi bagian yang tidak terlepas dalam
keseharian masyarakat. Penjualan produk melalui sarana ini juga memiliki kemudahan, yaitu
pedagang hanya menyediakan foto yang digunakan untuk mempresentasikan produk yang dijual
dan tidak membutuhkan display makanan jadi yang ditampilkan beberapa waktu yang
mengakibatkan resiko basi dan terbuang begitu saja.

Foto yang digunakan untuk menampilkan produk dalam era perdagangan berbasis TIK sekarang
ini menjadi hal yang sangat penting sebagai ujung tombak bertemunya pembeli diseluruh dunia
dan mendapatkan perhatian serta apresiasi di media sosial.Dalam implementasinya, pedagang
on-line cukup puas dengan kualitas foto yang dihasilkan dari aplikasi gadgetnya. Aplikasi yang
telah disediakan oleh alat telekomunikasi tersebut merupakan cara yang termudah dan murah
yang dapat dilakukan oleh pedagang rumah tangga dibandingkan harus menyewa fotografer
profesional yang menyita waktu, tempat apabila harus dilakukan di studio foto dan biaya yang
besar.

Pengunaan aplikasi gadget merupakan sebuah usaha yang mudah, serta filter dan beberapa
fasilitas perbaikan kualitas foto telah tersedia. Namun, pilihan fasilitas tersebut tidak mampu
secara maksimal memberikan kesan produk makanan yang baik dan menarik tanpa menciptakan
325
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENINGKATAN MUTU GAMBAR DENGAN MEMANFAATKAN PERALATAN SEDERHANA PADA ON-LINE SHOP
MAKANAN PRODUKSI RUMAH TANGGA

situasi pencahayaan sesuai dengan tujuan fotografi produk atau still-life. Pencahayaan yang
kurang tepat tidak hanya akan meninggalkan kesan yang kurang baik di benak calon pembeli
serta akan berdampak pada penurunan minat untuk membeli (Gambar 1.).

Calon pembeli OLS produk maknan diposisikan sebagai subjek fotografi makanan memiliki tiga
elemen dalam menilai objek fotografi yaitu melalui persepsi, konseptualisasi dan
memori.Persepsi melibatkan kemampuan subjek untuk menghubungkan kuantitas makanan
yang tampil yang sesungguhnya dengan tampilan digambarkan dalam foto; konseptualisasi
menyangkut kemampuan subjek untuk membuat konstruksi mental sejumlah makanan yang
tidak hadir dalam realitas, dan menghubungan hal tersebut dengan foto yang dilihat; memori
akan mempengaruhi ketepatan konseptualisasi. (Nelson et al, 1994, 1996 dalam Turconi et al,
2005, 924).

Perbaikan hasil foto produk OLS makanan diharapkan mampu mensinergiskan ketiga elemen
tersebut. Perbaikan terhadap tampilan produk makanan dapat dilakukan dengan menggunakan
fotogafistill-life dengan menggunakan table-top (gambar 1.2.a.). Penggunaan table-top dan
perlengkapan penunjang fotografi profesional lainnya (gambar 1.2.b.) akan membantu dalam
menciptakan hasil foto yang sesuai dengan tujuan pemotretan. Perlengkapan tersebut pada
dasarnya dapat menunjang kualitas fotografi tetapi dari sisi harga perlengkapan dan biaya jasa
fotografer apabila untuk kebutuhan industri rumah tangga berbasis TIK dinilai mahal.

(a) (b)
Gambar 2. Table top studio profesional ukuran 60x130cm (a) dan lampu studio standart (b)
(Sumber: victory-foto.com, 2015)

Percobaan pembuatan alat sederhana pernah dilakukan dan dipublikasikan pada booklet
komputer aktif. Alat tersebut memadai dalam pembentukan cahaya buatan, tetapi keleluasaan
pembantukan cahaya terbatas dari bagian kanan, kiri dan atas produk (gambar 3). Pencahayaan
dari belakang dan dari bawah benda tidak diakomodasi, serta pengaplikasian efek fotografi
sebatas alas kertas atau penggantian filter cahaya yang terbuat dari kain.

Gambar 3. Kreasi table top dengan menggunakan bahan paralon, kertas, kain dan lampu baca.
(Sumber: Komputer Aktif, 2015)
326
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENINGKATAN MUTU GAMBAR DENGAN MEMANFAATKAN PERALATAN SEDERHANA PADA ON-LINE SHOP
MAKANAN PRODUKSI RUMAH TANGGA

Pada penelitian ini, akan melakukan eksperimen table-top yang mampu memaksimalkan hasil
fotografi produk makanan OLS yang dapat mengakomodasi efek-efek pencahayaan baru yang
tidak diakomodasi oleh kreasi alat sebelumnya. Penggunaan alat-alat yang mudah didapat
dilingkungan diharapkan dapat dengan mudah diduplikasi oleh pedagang OLS makanan untuk
menghasilkan visualisasi yang baik dan menarik. (gambar4).

(a) (b) (c)


Gambar 4. Fotografi bidang makanan karya fotografer, food stylish, dan food blogger tara obrady:
makanan pagi (a), salad sayuran (b) dan cake (c)
(Sumber: Sevenpoons.net, 2015)

B. METODOLOGI
Penyelesaian masalah dan pencarian inovasi alat peraga diawali dengan melakukan studi
komparator dari produk DIY (do it yourself) yang sudah pernah ada, seperti soft light box
berbahan kardus bekas, table top dari pipa PVC dan lain-lain. Studi ini dilakukan dengan cara
membuat tabel berisikan deskripsi dari kelebihan dan kekurangan tiap-tiap alat peraga.
Selanjutnya dilakukan diskusi untuk mencari berbagai kemungkinan inovasi atau arah
pengembangan.

Untuk mewujudkan alat peraga yang sesuai dengan hasil diskusi digunakan metode prototyping.
Metode prototyping merupakan perwujudan kreasi dari artefak, digunakan sebagai
pengembangan dan uji coba dari ide antara tim desain dan pengguna (Martin dan Hannington,
2012, hlm. 138-139). Penerapan metode pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu low
fidelity prototyping yang meliputi sketsa desain dan studi model terskala dari material sedotan.
Faktor yang diamati adalah kekuatan struktur, teknik pemasangan latar serta cara lepas pasang
untuk memudahkan penyimpanan.Selanjutnya dilakukan pembuatan high fidelity prototyping
dengan spesifikasi desain yang didapat dari hasil evaluasi dan perbaikan studi model pada low
fidelity prototyping. Pada pembuatan purwarupa juga masih terbuka akan berbagai
kemungkinan ide sebelum menjadi sebuah desain akhir.

C. PEMBAHASAN
Konsep Desain
Agar permasalahan desain dapat terjawab maka diperlukan kata kunci agar luaran desain tepat
guna dan sasaran. Pencarian kata kunci dilakukan dengan menggunakan metode pemetaan
pikiran (mind mapping). Setelah menemukan kata kunci yang tepat barulah diturunkan menjadi
konsep desain, yang meliputi konsep material, fungsi, sistem desain dan lain-lain. Penemuan
konsep desain ditunjukkan pada gambar 5.
327
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENINGKATAN MUTU GAMBAR DENGAN MEMANFAATKAN PERALATAN SEDERHANA PADA ON-LINE SHOP
MAKANAN PRODUKSI RUMAH TANGGA

Gambar 5. Peta pikiran pencarian kata kunci luaran desain


(rekaan penulis, 2015)

Pemetaan pikiran menghasilkan tiga kata kunci, yaitu: ringan, ringkas dan fleksibel. Selanjutnya
kata kunci ini diturunkan menjadi konsep desain.Ringan, dturunkan menjadi konsep pemilihan
material dan kesan bentuk. Ringkas, diterjemahkan melalui sistem desain - dapat berupa lepas
pasang, dapat dilipat, modul, dan lain-lain dan sistem sambungan. Fleksibel, merupakan konsep
desain yang dapat memberikan keleluasaan saat pengambilan gambar.

Sketsa desain
Konsep desain yang telah dirumuskan, selanjutnya diwujudkan ke dalam gambar. Tentunya
perlu dilakukan pendetailan konsep desain, material yang ringan yang memungkinkan adalah:
pipa pvc dan pipa aluminium. Dilain sisi, perlu dipertimbangkan bahwa material alat peraga ini
harus mudah ditemukan di sekitar rumah, mudah mengolahnya dan berbiaya cukup
ekonomis.Atas dasar itulah pipa PVC paling memenuhi kriteria tersebut. Oleh karena
materialnya adalah pipa, maka konsep strukturnya adalah struktur rangka.Sistem desain yang
memungkinkan adalah lepas pasang, maksudnya adalah apabila alat peraga ini tidak digunakan
dapat dilepas per komponen sehingga tidak memakan tempat saat disimpan. Fleksibel,
diterjemahkan ke dalam cara pengambilan gambar yakni dapat dari tampak depan dan atas.

Tahapan sketsa desain menghasilkan dua alternatif desain. Setiap alternatif dapat
mengakomodasi kebutuhan fotografi dari dua tampak, yaitu: tampak depan dan tampak atas
(ditunjukkan oleh gambar mata). Alternatif pertama menggunakan material pipa PVC dan latar
dari kain.

(a) (b)
Gambar 6. Sketsa desain alternatif 1.
(a) adalah untuk pengambilan gambar tampak depan (ditunjukkan oleh gambar mata warna
hitam) dan (b) adalah pengambilan untuk gambar tampak atas (mata warna biru)
(rekaan penulis, 2015)
328
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENINGKATAN MUTU GAMBAR DENGAN MEMANFAATKAN PERALATAN SEDERHANA PADA ON-LINE SHOP
MAKANAN PRODUKSI RUMAH TANGGA

Berbeda dengan alternatif pertama, alternatif kedua memiliki kelebihan dapat mengurangi
bayangan saat pengambilan gambar dari atas, oleh karena itu disediakan ruang di bawah sebagai
tempat pencahayaan. Akibatnya perlu menggunakan material keras namun tembus cahaya
sebagai latar belakang, yaitu: paraglass atau akrilik susu.

(a) (b)
Gambar 7. Sketsa desain alternatif 2.
Penambahan rkaki-kaki bertujuan untuk memberikan ruang untuk pencahyaan
(rekaan penulis, 2015)

Hasil dari tahapan sebelumnya kemudian dilakukan beberapa sketsa alternatif table top portable
yang akan digunakan sebagai alat peraga untuk pelatihan. Selanjutnya dilakukan studi model
terskala (1:5) menggunakan material sedotan sebagai rangka dan kain atau mika putih
sususebagai backdrop. Maksud dari pembuatan studi model ini adalah untuk mendapatkan
gambaran table top secara nyata dan tiga dimensi. Dari hasil generating idea didapatkan dua
alternatif studi model.

Alternatif Desain
Alternatif desain I
Rekayasa 1. Fotografi dengan
menggunakan satu lampu berada di
depan produk. Rekayasa 2. Fotografi
dengan menggunakan dua lampu,
yaitu lampu berada pada kanan dan
kiri model kemudian cahaya menjadi
lebih lembut dengan menggunakan
lapisan kain.

Gambar 8. Mini table top (model) menggunakan view


dari depan dan samping
(rekaan penulis, 2015)
329
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENINGKATAN MUTU GAMBAR DENGAN MEMANFAATKAN PERALATAN SEDERHANA PADA ON-LINE SHOP
MAKANAN PRODUKSI RUMAH TANGGA

Rangka atas digunakan menurut


kebutuhan tampilan sebuah
produk sehingga dapat dipasang
dan dilepas dengan mudah.

Gambar 9. Mini table top (model) menggunakan rangka


atas, dengan tujuan pengambilan gambar top view (atas).
(rekaan penulis, 2015)

Pilihan untuk menampilkan


tampilan tampak atas, dilakukan
dengan mengaitkan kain dasar,
sehingga cahaya lebih merata dan
mengurangi bayangan.

Gambar 10. Mini table top (model) menggunakan


rangka atas, sehingga backdrop dapat ditarik ke atas.
(rekaan penulis, 2015)

Alternatif Desain 2
Alternatif ke 2 ini, memiliki perbedaan pada material backdrop serta desain rangka. Diberikan
kaki tambahan sepanjang 200 mm, hal ini dimaksudkan agar tersedia ruang untuk pencahayaan
dari bawah.Pencahayaan dari bawah dimaksudkan untuk menghilangkan bayangan.Sedangkan
backdrop, tidak mungkin menggunakan material kain atau kertas karena dibutuhkan material
yang kuat (untuk menahan produk yang difoto) namun juga bersifat tembus cahaya. Pada
model, rangka masih menggunakan sedotan namun backdrop diganti menggunakan mika susu
dari map plastik. Hasilnya, rangka sedotan tidak cukup kuat menahan backdrop yang
dilengkungkan.Namun masih bisa berdiri walaupun doyong.

Gambar di samping
memberikan
representasi bentuk
table top dengan
backdrop mika atau
flexy glass.
Pengambilan sudut
pandang untuk tampak
samping atau depan.

Gambar 11. Fotografi model terskala table top alternatif ke 2


(rekaan penulis, 2015)
330
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENINGKATAN MUTU GAMBAR DENGAN MEMANFAATKAN PERALATAN SEDERHANA PADA ON-LINE SHOP
MAKANAN PRODUKSI RUMAH TANGGA

Gambar di samping
memberikan
representasi bentuk
table top dengan
backdrop mika atau
flexy glass.
Pengambilan sudut
pandang untuk tampak
samping atau depan.

Gambar 12. Fotografi model terskala table top alternatif ke 2,


menggunakan sudut pandang tampak atas
(rekaan penulis, 2015)

Lingkaran merah
menunjukkan ruang
untuk meletakkan
pencahayaan buatan
dari bawah. Estimasi
ketinggian yang
diperlukan 20 - 30 cm

Gambar 13. Fotografi model terskala table top alternatif ke 2,


lingkaran menunjukkan adanya kaki tambahan
(rekaan penulis, 2015)

Capaian Luaran
Alternatif yang terpilih adalah alternatif 2, tetapi perlu dilakukan revisi desain agar tidak terjadi
masalah seperti studi model. Revisi desain dilakukan bersama-sama dengan laboran lab
protomodel, dengan membuat sketsa desain. Lalu dilanjutkan dengan membuat gambar kerja.
Di tengah proses berjalan, muncullah ide untuk menambahkan roda agar lebih mudah mencari
sudut pengambilan gambar.

Oleh karena alat peraga tidak terlalu rumit bentuknya maka informasi cukup disampaikan
melalui proyeksi majemuk dan detil pada beberapa bagian. Detil tersebut adalah pada cara
sambung antara pipa elbow - faucet T pipa lurus dan cara memasang roda. Pada gambar
proyeksi majemuk ditampilkan dua skenario, yaitu: tampak hanya rangka dan tampak ketika alat
peraga dirangkai dengan filter.

Dimensi Model
Gambar 14.dimensi model digunakan untuk menjelaskan secara detil bentuk produk secara tiga
dimensi. Pada desain produk, visualisasi gambar ini dapat dipakai sebagai sarana atau media
presentasi. Ada tiga skenario yang akan ditampilkan pada tahap ini, yaitu: gambar presentasi
alat peraga hanya dengan penutup cahaya, gambar presentasi alat peraga menggunakan latar
belakang kain emas dan gambar presentasi alat peraga dengan latar belakang untuk pengambilan
gambar dari atas.
331
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENINGKATAN MUTU GAMBAR DENGAN MEMANFAATKAN PERALATAN SEDERHANA PADA ON-LINE SHOP
MAKANAN PRODUKSI RUMAH TANGGA

Gambar 14. Skenario 1, gambar proyeksi majemuk alat peraga


(rekaan penulis, 2015)

Gambar 15. adalah penggambaran alat peraga secara 3 dimensi dengan skenario filter terpasang
semua (filter samping, belakang dan atas) tapi tanpa latar. Filter disambungkan dengan rangka
dengan cara merekatkan velcro pada tepian filter. Pada kondisi seperti ini, tentunya
pengambilan gambar dilakukan dari tampak depan.

Gambar 15. Skenario 1, gambar presentasi


alat peraga dengan penutup cahaya tampak
perspektif

Gambar 16. Skenario 1, gambar presentasi alat peraga dengan


penutup cahaya tampak perspektif
(rekaan penulis, 2015)
332
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENINGKATAN MUTU GAMBAR DENGAN MEMANFAATKAN PERALATAN SEDERHANA PADA ON-LINE SHOP
MAKANAN PRODUKSI RUMAH TANGGA

Gambar 16. memberikan ilustrasi ketika kain diperlukan sebagai latar pemotretan dengan filter
tetap terpasang pada bagian samping dan atau atas. Pemasangan latar kain pada ranga paralon
dengan cara dikaitkan dengan klip kertas. Dengan kondisi seperti ini, pengambilan gambar
dilakukan dari tampak depan.

Gambar 17. Skenario 2, gambar presentasi alat peraga


untuk pengambilan gambar dari tampak atas
(rekaan penulis, 2015)

Skenario kedua yang ditunjukkan pada gambar 4.17 untuk pengambilan gambar dari tampak
atas. Terlihat pada tiap ujung latar (kain emas) dikaitkan pada rangka hingga membentuk huruf
U. Dengan bentuk yang seperti ini maka akan menghasilkan latar gambar yang tidak bersudut.

Purwarupa dan Duplikasi


Tahap purwarupa didahului dengan membuat rangka alat peraga di laboratorium protomodel
Desain Produk Industri ITS dalam waktu satu minggu. Selanjutnya adalah membuat pola untuk
filter dari kertas roti. Pola ini dijadikan landasan ukuran dan penempatan titik velcro untuk
menjahitkan kain filter.

(a) (b) (c)


Gambar 18. Tampilan Purwarupatampak depan (a), tampak (b) dan purwarupa dengan menggunakan
kain filter.
(rekaan penulis, 2015)
333
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENINGKATAN MUTU GAMBAR DENGAN MEMANFAATKAN PERALATAN SEDERHANA PADA ON-LINE SHOP
MAKANAN PRODUKSI RUMAH TANGGA

Gambar 19. Perbandingan Purwarupa Pertama dan Kedua


(rekaan penulis, 2015)

Percobaan Purwarupa
Percobaan purwarupa dilakukan dengan menggunakan makanan tradisional, dan makanan non
tradisional. Pemilihan makanan tersebut karena memiliki karakteristik makanan yang
berbeda.Makanan tradisional didominasi dengan warna hijau dan kekuningan dengan intensitas
warna yang rendah. Sedang makanan non tradisional memiliki tone warna yang intensitas
warnanya kuat seperti merah tua, coklat tua, hitam, dan hijau.

Karakteristik yang berbeda tersebut untuk memperlihatkan bagaimana hasil pencahayaan yang
dihasilkan oleh cahaya dari lampu belajar dengan filter kain.Bayangan yang minimal dan
cahaya yang rata dapat diperoleh, yang menjadi fokus adalah pada penataan aksesoris tambahan.
Pada percobaan ini menggunakan alat tambahan estetika berupa telenan kayu yang
menampilkan serat, piring dengan berbagai gaya dan bahan, gelas, bunga dan daun plastic, teko
dengan gaya tertentu, dan alas bercorak marmer. Sehingga tantangan selanjutnyamenitik
beratkan pada penataan makanan sebagai objek sehingga mendapatkan komposisi yang
menarik.

Gambar 20. Aksesoris penunjang fotografi makanan


(rekaan penulis, 2015)
334
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENINGKATAN MUTU GAMBAR DENGAN MEMANFAATKAN PERALATAN SEDERHANA PADA ON-LINE SHOP
MAKANAN PRODUKSI RUMAH TANGGA

Gambar 21. Percobaan menggunakan makanan tradisonal


(rekaan penulis, 2015)

Gambar 22. Percobaan menggunakan macaroon


(rekaan penulis, 2015)

Gambar 23. Percobaan menggunakan eclairs


(rekaan penulis, 2015)

D. SIMPULAN
Pembuatan alat bantu fotografi makanan yang sederhana dibuat menggunakan bahan-bahan
yang mudah didapat disekitar rumah tangga hingga uji coba telah dilakukan dan memberikan
335
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENINGKATAN MUTU GAMBAR DENGAN MEMANFAATKAN PERALATAN SEDERHANA PADA ON-LINE SHOP
MAKANAN PRODUKSI RUMAH TANGGA

hasil yang memuaskan. Pencahayaan rata dan mampu meminilaisir bayangan dengan
menggunakan lapisan kain.
Pembuatan alat bantu sederhana untuk memaksimalkan fotografi makanan membutuhkan
penyempurnaan. Beberapa sistem rangka dibutuhkan uji ulang material sehingga alklirik tidak
melengkung saat ditaruh beban yang berat.Sistem bongkar dan pasang alat menjadi alat yang
ringkas dibutuhkan sistem yang sederhana selain dari penomoran. Selain dari sudut pandang
rangka, dibutuhkan kaji material kain yang lebih kaku dan pas dengan rangka sehingga tidak
terdapat bayangan dari bentukan kain yang terlipat. Pada penyempurnaan selanjutnya juga
diharapkan dapat memiliki sistem bawa alat dan pengemasan yang lebih mudah disimpan diarea
yang kecil dan mudah dibawa sekalipun dengan pengendara sepeda montor.

UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS) Surabaya, Laboratorium Fotografi Jurusan Desain produk Industri ITS Surabaya;
Laboratorium Protomodel Jurusan Desain Produk Industri ITS Surabaya

DAFTAR PUSTAKA
Rujukan dari Buku
Hannington, Bruce and Martin, Bella. (2012). Universal Method of Design: 100 Ways to
Reseach Complex Problems, Develop Innovative Ideas, and Design Effective Solution,
Massachusetts: Rockport
Komputer Aktif, edt. Warrasanthy, Okky Ardya. (2006). Bikin Ministudio Foto, Jakarta:
Gramedia Majalah
Prakel, David. (2007). Basic Photography 02: Lighting, Switzerland: AVA Books
Young, Jennifer. (2014). Picture Perfect For Social Media: A Handbook for Styling Perfect
Photos for Posting, Blogging, and Sharing, Singapore: Page One

Rujukan dari Artikel dalam Jurnal


G Turconi, M Guarcello, F Gigli Berzolari, A Carolei, R Bazzano and C Roggi. (August 2005).
An Evaluation of a colour food photography altas as a tool for quantifiying food portion
size in epidemiological dietary surveys.Europian Journal of Clinical Nutrition Vol. 59
Issue 8, 923-931, ISSN: 0954-3007, EISSN: 1476-5640

Rujukan Dari Internet


www.jualklapertart.wordpress.com, diakses Maret 2015
www.loyangade.blogspot.com, diakses Maret 2015
www.rumahbolu.net, diakses Maret 2015
http://victory-foto.com/detail/table-top-60-x-130-360.html, diakses Maret 2015
PERAN DESAINER TEKSTIL DALAM REVITALITASI BUDAYA
MELALUI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK BEKASI
Waridah Muthiah
Desain Produk Universitas Mercu Buana
Jl. Meruya Selatan no. 1 Kembangan Jakarta Barat 11650
Telp. (021)5840815 / (021) 5840816 HP.085776973022, e-mail: waridah_m@yahoo.com

ABSTRAK
Bekasi merupakan daerah yang terbilang unik secara budaya, tidak hanya karena letaknya yang berada di
perbatasan Jawa Barat dan DKI Jakarta, tetapi juga karena komposisi penduduknya yang berasal dari
berbagai suku dan daerah. Namun, seiring perkembangan zaman, banyak orang tak lagi mengenal budaya
dan kesenian asli Bekasi. Upaya memunculkan kembali identitas Bekasi dilakukan dengan menggali dan
mengembangkan kesenian tradisional yang nyaris punah, antara lain Penganten Kembang Gede, Tari
Topeng, Berebut Dandang, Ujungan, Ajeng, dan Tanjidor. Dalam ranah budaya bendawi, batik Bekasi
lahir dengan diprakarsai oleh UKM seperti Batik Seraci dan Batik Adelia. Akan tetapi, sejauh ini
penyebaran dan popularitasnya di kalangan masyarakat umum masih terbatas. Salah satu cara yang dapat
ditempuh untuk mengangkat potensi kesenian dan mendekatkannya dengan masyarakat adalah dengan
mengaplikasikannya dalam produk sehari-hari, contohnya dalam fashion dan tekstil. Peran desainer
produk, khususnya desainer tekstil, adalah dengan menggabungkan potensi-potensi tersebut, melalui
pengembangan desain motif dengan mengangkat kesenian Bekasi. Riset pendahuluan dilakukan dengan
mendata dan mengamati kesenian dan ekspresi visual dari berbagai daerah di Bekasi. Pada tahap
perancangan, dilakukan eksplorasi motif dengan fokus pada detail ragam hias serta pemilihan warna yang
menonjolkan ciri khas dan karakter budaya Bekasi. Motif terpilih akan dikomposisikan untuk diterapkan
pada pola kain dan busana. Hasil desain akan diaplikasikan pada kain batik dan produk fashion, melalui
kolaborasi dengan UKM terkait.

Kata kunci: Bekasi, ragam hias, kesenian tradisional, batik

ABSTRACT
As a region located between two administrative provinces and two distinctive cultural zones, and
enriched by various ethnicity that composed its population, Bekasi has developed a unique culture
characterized by its melting pot background. Unfortunately, nowadays, not many people know its
indigenous culture and art. Significant efforts have been made in order to preserve Bekasi cultural
heritage. To service these purpose, a number of cultural art that almost extinct have been revitalized, for
example Penganten Kembang Gede (Bekasi traditional wedding apparel), Berebut Dandang (a ritual in
Bekasi traditional wedding custom), Ujungan (a form of martial art), Tari Topeng (Mask Dance), Ajeng
and Tanjidor (traditional music). In tangible culture, batik of Bekasi have been made under initiatives of
UKMs such as Batik Seraci and Adelia. To promote Bekasi culture potential and familiarize it to the
community, one of the efforts should been made is by its application in common necessities like fashion
and textiles. For that purpose, product designers, especially textile designers, can participate by creating
designs based on Bekasi traditional heritage. Preliminary research will be conducted by observing arts
and visual expression from various districts in Bekasi. On design stage, designers will explore patterns
and compositions, focused on ornament details and color selections that enhanced Bekasi cultural
characteristics. The final designs will be made with batik technique into fabrics and applied into fashion
products such as sarongs and clothes. To encourage local products, this program will be held through
collaboration with the UKMs.

Keywords: Bekasi, batik ornaments, traditional culture


337
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PERAN DESAINER TEKSTIL DALAM REVITALITASI BUDAYA MELALUI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK BEKASI

A. PENDAHULUAN
Sebagai daerah yang berada di perbatasan antara Jawa Barat dan DKI Jakarta, Bekasi seringkali
dianggap tidak memiliki budaya sendiri. Di satu sisi Bekasi dianggap sebagai subkultur Betawi,
sedangkan posisinya yang secara geografis berada dalam daerah administrasi Jawa Barat
menjadikannya dekat dengan kebudayaan Sunda. Sementara di sisi lain, penduduknya yang
berasal dari beragam suku dan daerah di Indonesia menjadikannya muara berbagai kebudayaan.
Seiring perkembangan zaman, Bekasi perlahan bergeser dari kultur agraria menjadi daerah
industri. Paduan dari hal-hal ini memunculkan pengaruh pada kebudayaan Bekasi, yang berciri
hibrid, heterogen, dan dinamis (Sopandi, 2005)

Namun, seiring perkembangan zaman, banyak orang tak lagi mengenal budaya dan kesenian asli
Bekasi, sehingga Bekasi kehilangan identitasnya. Untuk memunculkan kembali identitas
Bekasi, cara yang dapat ditempuh adalah dengan penggalian dan pengembangan kesenian.
Dalam beberapa tahun belakangan, masyarakat pemerhati budaya, dengan didukung Pemda
Kabupaten Bekasi, telah berusaha mengangkat kembali kesenian yang nyaris punah. Beberapa
contohnya adalah Penganten Kembang Gede, Tari Topeng, Berebut Dandang, Ajeng, dan
Tanjidor. Adapun dalam ranah kebudayaan benda, termasuk di antaranya adalah batik Bekasi,
yang dikembangkan dengan prakarsa UKM Batik Seraci, di bawah pimpinan Ernawati. Akan
tetapi, sejauh ini penyebaran dan popularitasnya di kalangan masyarakat umum masih terbatas.
Padahal jika dioptimalisasikan, kesenian Bekasi tak hanya menjadi identitas, tetapi juga
merupakan potensi yang dapat memberikan sumbangan dalam pembangunan sektor
kepariwisataan dan kewirausahaan.
Dengan melihat latar belakang di atas, ruang lingkup permasalahan dalam program ini adalah
menemukan upaya untuk mengangkat potensi seni budaya Bekasi dan memperkenalkannya
pada masyarakat melalui media kreatif.

Tujuan akhir program pengabdian pada masyarakat ini adalah untuk menghasilkan desain yang
dapat mengangkat potensi kesenian Kabupaten Bekasi, guna lebih memperkenalkan kesenian
Bekasi kepada masyarakat, sekaligus memiliki nilai ekonomis. Cara yang dapat ditempuh
adalah dengan menuangkan ikon budaya Bekasi melalui media batik dan menerapkannya pada
benda pakai, dalam hal ini produk fashion seperti tekstil dan busana.

Program pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan dengan sumber pendanaan utama dari
Universitas Mercu Buana. Diharapkan pula dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat,
khususnya Dinas Usaha Kecil dan Menengah atau Dinas Tenaga Kerja sebagai institusi terkait.
Dalam hal produksi, program PPM ini dilakukan dengan melibatkan UKM batik, khususnya
yang berkembang di Bekasi, sebagai mitra kerjasama.

B. METODOLOGI
Pengembangan desain produk, khususnya fashion, dengan mengangkat kearifan lokal
merupakan sebuah langkah desain yang sejalan dengan prinsip desain berkelanjutan dan berakar
pada budaya. Dalam hal ini, metodologi desain berbasis pada pendekatan antropologi, yakni
dengan melihat kultur, tata cara adat, dan sistem yang berkembang di masyarakat, untuk dapat
diterapkan dalam desain.

Dengan metode ini, pembuatan desain dibagi menjadi empat tahap, yakni tahap riset
pendahuluan, perancangan, pengembangan, dan produksi. Implementasi metode tersebut pada
pengabdian masyarakat terkait dengan pengembangan Batik Bekasi, dilakukan dengan tahap-
tahap sebagai berikut:
a. Riset Pendahuluan, dilakukan dengan:
338
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

1) Observasi desain batik yang ada, ciri khas, kekurangan, dan kelebihannya
2) Pendataan kesenian dan ekspresi visual dari berbagai daerah di Bekasi
Riset dilakukan dengan metode kualitatif, melalui teknik observasi dan wawancara,
selain melakukan riset pustaka terhadap penelitian terdahulu untuk memperkuat data
lapangan dan memberikan basis teori. Proses ini dilakukan dengan melibatkan
narasumber dari kalangan budayawan dan seniman, serta workshop yang memproduksi
Batik Bekasi, di antaranya UKM Batik Seraci dan Batik Adelia.

b. Tahap Perumusan Desain, dilakukan dengan:


1) Seleksi kesenian dan ekspresi visual yang mewakili keragaman budaya di
Bekasi
2) Perumusan karakter budaya Bekasi, dengan melihat ciri kesenian dan ekspresi
visual yang telah didapat, guna menjadi acuan pengembangan desain
Perumusan desain dilaksanakan dengan melakukan analisis dan interpretasi terhadap
data hasil riset. Proses untuk menarik simpulan umum dilakukan melalui proses seleksi,
kategorisasi, dan generalisasi untuk menemukan kesenian yang dapat menjadi ikon
Bekasi, serta karakter visual yang dapat merepresentasikan ciri khas / karakter budaya
Bekasi.

c. Tahap Perancangan dan Pengembangan Desain, dilakukan dengan langkah-langkah:


1) Eksplorasi motif, menuangkan kesenian Bekasi ke dalam motif batik, dengan
fokus pada detail ragam hias serta pemilihan warna yang menonjolkan ciri khas
dan karakter budaya Bekasi.
2) Pemilihan motif
3) Perancangan produk, dalam hal ini produk fashion,
4) Komposisi motif pada pada pola busana dan kain (sarung dan kain panjang)
Tahap perancangan dan pengembangan desain dilakukan dengan berpatokan pada hasil
tahap perumusan desain. Sejalan dengan tujuan untuk mendekatkan subyek desain
dengan masyarakat, perancangan difokuskan untuk dapat diterapkan pada produk
fashion, dengan pertimbangan nilai ekonomi (kemudahan proses produksi), trend, serta
estetika. Pada tahap ini, dilakukan pula konsultasi dengan UKM terkait untuk
menimbang desain yang dapat dikerjakan dengan kapasitas proses dan teknik produksi
yang ada.

d. Aplikasi Motif:
1) Aplikasi pada kain dengan teknik batik
2) Pembuatan produk
Pembuatan prototype desain dilakukan melalui kerjasama dengan UKM terkait. Untuk
pengembangan produksi, dapat pula memberdayakan pekerja dan masyarakat sekitar
melalui pelatihan dan sosialisasi teknik dan desain.

Melihat skema rencana program, kegiatan PPM ini akan dibagi ke dalam empat tahap
berkelanjutan. Masing-masing tahap diasumsikan dapat dilangsungkan dalam jangka waktu 3-4
bulan, sehingga total waktu PPM sekitar 1 tahun (12 bulan), terhitung Januari Desember 2016.

C. PEMBAHASAN
Sejauh ini, penelitian yang dilakukan masih berada pada tahap riset pendahuluan. Riset
dilakukan untuk mendata kesenian yang berkembang di wilayah Bekasi dan ungkapan visual
berupa ragam hias, khususnya dalam batik.
339
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PERAN DESAINER TEKSTIL DALAM REVITALITASI BUDAYA MELALUI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK BEKASI

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa seni budaya yang berkembang di wilayah Bekasi dapat
digolongkan menjadi seni tari, seni bela diri, seni musik, dan seni tata rias pengantin. Contoh
seni tari adalah Tari Topeng Blantek, yang biasa menjadi tarian penyambutan. Tarian ini biasa
ditarikan pada penyambutan tamu agung dalam acara resmi daera atau pada rangkaian upacara
pernikahan. Dewasa ini, tari-tarian yang berkembang di Bekasi banyak mengalami modifikasi
sehingga mendukung tumbuhnya aneka jenis tari kreasi baru. Namun secara garis besar,
karakter tarian tetap sama, yakni mempertahankan karakter yang ceria dengan hentakan-
hentakan bersemangat.

Seni tata rias, dalam hal ini tata rias pengantin, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari adat
tiap suku dan daerah di Indonesia, termasuk di antaranya Bekasi. Secara garis besar, tata rias
pengantin Bekasi yang disebut Nganten Kembang Gede termasuk ke dalam subvarian pengantin
Betawi. Perbedaan yang ada khususnya terletak pada upacara adat serta detail perhiasan dan
busana pengantin (HARPI Melati, 2007).

Sesuai dengan istilah Bekasi untuk acara hajatan, kriaan atau keriaan, pernikahan adalah acara
yang penuh kegembiraan dan karenanya diisi oleh berbagai seni dan pertunjukan. Seni yang
mengiringi prosesi tersebut di antaranya adalah Berbalas Pantun dan Berebut Dandang,
Rebanaan, serta Ajeng atau Tanjidor.

Berebut Dandang termasuk bagian dari pertandingan pencak silat (main penca) yang
dipertunjukkan pada upacara penyambutan pengantin pria menjelang akad nikah. Prosesi ini
diawali dengan berbalas pantun, berlanjut dengan pertandingan antara dua jawara utusan kedua
belah pihak. Pada pertandingan ini, jawara dari pihak mempelai wanita harus merebut dandang
yang dibawa oleh utusan dari pihak mempelai pria. Wujud dan isi dandang bisa beragam
tergantung daerahnya, mulai dari dandang berlapis kain hitam yang di atasnya disematkan
cincin, atau dandang berisi perhiasan. Sejauh ini, belum ada kejelasan mengenai simbolisasi
dandang dan prosesi ini, meski disinyalir ada kaitannya dengan pandangan masyarakat
mengenai kesakralan yoni dan mitos keperawanan (Muthiah, 2011).

Seni lain yang juga termasuk ke dalam seni bela diri adalah Ujungan, yakni sejenis pencak silat
yang melibatkan sebilah bambu sebagai senjata. Kedua jawara yang bertanding diharuskan
untuk menyabet kaki lawannya hingga sang lawan terjatuh atau menyerah. Seperti seni pencak
silat pada umumnya, seni ini juga dilakukan dengan diiringi tetabuhan gendang.

Selain Tanjidor, yang pada dasarnya tersebar di semua wilayah sub-kultur Betawi, di Bekasi
terdapat jenis seni musik khas yang disebut Ajeng. Pertunjukan Ajeng terbilang sakral, sehingga
hanya digunakan dalam pernikahan. Sama seperti Tanjidor, selain dimainkan di atas panggung
(pajengan) untuk mengiringi tari topeng atau lagu-lagu Betawi, Ajeng juga dapat dipanggul
untuk mengiringi arak-arakan pengantin. Namun berbeda dengan Tanjidor yang pada dasarnya
merupakan musik orkes, Ajeng termasuk ke dalam kategori musik gamelan. Sebagaimana
dikemukakan oleh Widiana (2014), di Jawa Barat, terdapat dua jenis Ajeng berdasarkan daerah
persebarannya. Tipe pertama berkembang di Sumedang, dengan ciri khas ensembel yang
mendekati gamelan renteng, musik instrumental tanpa vokal, dengan melodi utama
menggunakan bonang dan tidak menggunakan alat musik melodis, kecuali beberapa varian yang
menggunakan suling. Sedangkan tipe kedua berkembang di daerah Karawang dan Cileungsi,
dengan ciri khas ensembel yang mendekati gamelan pelog atau selendro dan memakai tarompet.
Instrumen ini kadang digunakan pula pada gendang yang mengiringi main penca. Jika melihat
pembagian tersebut, tampak bahwa Ajeng yang berkembang di daerah Betawi (termasuk
340
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Bekasi) termasuk ke dalam tipe kedua. Selain dipengaruhi Sunda, kesenian ini juga dipengaruhi
Jawa, Melayu, Bali, dan Cina.

Sejauh ini, beberapa ikon seni budaya telah dituangkan ke dalam motif batik, sebagaimana
tampak dalam koleksi Batik Seraci. Namun, karena pada dasarnya Batik Seraci secara khusus
tidak mengkhususkan pada Batik Bekasi, budaya yang ditampilkan menunjukkan ciri Betawi.

Tabel 1. Motif Batik Seraci yang Terinspirasi dari Seni Budaya Betawi

MOTIF CIRI BETAWI CIRI BEKASI

Kesenian Bekasi tidak


Ondel-ondel khas mengenal kesenian
Jakarta (Betawi), Ondel-ondel, bagian
bagian depan kain depan kain tradisional
menggunakan tumpal tidak memakai
tumpal, tetapi motif
buketan

Gambar 3. Motif Ondel-ondel


(Seraci, 2012)

Busana pengantin Busana pengantin


Betawi: Bekasi Kembang
- Rias Besar : Gede:
pengantin wanita - Cara Haji:
mengenakan kain pengantin wanita
bermotif naga, mengenakan
riasan kepala busana bermotif
Putri Cine, teratai, pengantin
pengantin pria pria mengenakan
bergaya Arab gamis (tertutup di
mengenakan bagian depan) dan
jubah (terbuka di sorban
bagian depan) dan - Cara Abangan:
alpie (songkok) pengantin wanita
- Rias Bakal: mengenakan
pengantin wanita busana bermotif
mengenakan kain teratai, pengantin
songket dan baju pria mengenakan
Gambar 1. Motif Nganten kurung dengan jas tutup, kain
(Seraci, 2012) toka, pengantin gebeng selutut,
pria mengenakan dan kopiah, tanpa
jas tutup, ikat ikat pinggang
pinggang, kopiah,
kain batik selutut
341
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PERAN DESAINER TEKSTIL DALAM REVITALITASI BUDAYA MELALUI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK BEKASI

MOTIF CIRI BETAWI CIRI BEKASI

Si Pitung dikenal Dapat dijadikan


sebagai ikon jawara inspirasi bagi seni
Betawi bela diri Bekasi
seperti Ujungan,
Berebut Dandang

Gambar 2. Motif Si Pitung


(Seraci, 2012)

- Motif Ngibing - Ngibing terdapat di


(menari) mengisi semua daerah
bidang badan kain, persebaran kultur
menggambarkan Betawi, termasuk
tarian pergaulan Bekasi
Betawi
- Tumpal dan ondel-
- Motif tumpal diisi ondel tidak dikenal
ondel-ondel sebagai di daerah Bekasi,
ikon Betawi, dapat digantikan
mengisi bagian motif buketan
badan kain

Gambar 4. Motif Ngibing


(Seraci, 2014)

- Motif Ngibing - Ngibing dan jengkol


(menari) mengisi terdapat di semua
bidang kepala kain, daerah persebaran
menggambarkan kultur Betawi,
tarian pergaulan termasuk Bekasi
Betawi
- Kepala kain diisi
- Bagian badan kain motif bukan-tumpal
diisi motif jengkol
sebagai makanan
khas daerah Betawi

Gambar 5. Motif Ngibing


(Seraci, 2014)
342
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

MOTIF CIRI BETAWI CIRI BEKASI

- Motif Kepala - Tari Topeng juga


Topeng dikenal di Bekasi,
menunjukkan seni
tari Betawi - Tumpal dan ondel-
ondel tidak dikenal
- Bagian kepala dan di daerah Bekasi,
buk diisi motif dapat digantikan
tumpal motif buketan

Gambar 5. Motif Kepala Topeng


(Seraci, 2014)

Sebagaimana dilansir oleh KabariNews (2013), Pemerintah Bekasi menetapkan pakem motif
Batik Bekasi yang diambil dari kekhasan daerah Bekasi. Corak yang ditetapkan terdiri atas
corak flora (bambu, buah kecapi dan teratai), fauna (ikan gabus, ikan sepat dan ikan betik),
sejarah (Gedung Juang Tambun, Monumen Perjuangan, Kali Bekasi, senjata [bendo dan bambu
runcing]), budaya (tari topeng, dandang, legenda Rawa Tembaga, tanjidor, permainan anak
[benteng, dampu]), serta batik terang (warna hijau lumut, hijau daun dan merah tanah).

Gambar 4. Batik Betawi koleksi Batik Seraci


(KabariNews, 2013)

Jika ditelaah, pada dasarnya pakem yang dibuat oleh pemerintah Bekasi masih bersifat
terbuka, yakni hanya menetapkan inspirasi corak motif, bukan ungkapan visual seperti
komposisi motif, gaya garis dan titik, bentuk ragam hias, pola repetisi, dan lain
sebagainya. Hal ini dikarenakan batik Bekasi masih berada pada tahap pengembangan,
sehingga belum menemukan pakem corak dan pola yang tetap.

Melihat kecenderungan yang ada, khususnya pada kain panjang, terlihat ciri ungkapan
visual sebagai berikut:
- Motif diambil dari unsur keseharian, baik alam maupun budaya
343
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PERAN DESAINER TEKSTIL DALAM REVITALITASI BUDAYA MELALUI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK BEKASI

- Gaya motif cenderung lugas, tidak geometris, menggambarkan penyederhanaan


dari obyek yang sebenarnya (realis)
- Tidak menggunakan isen-isen untuk mengisi bidang kosong
- Secara garis besar kain panjang dibagi menjadi 2 jenis:
a. mengikuti pola tradisional kain sarung dengan bidang kepala dan badan
b. mengikuti pola kain buntungan (jarit) tanpa bidang kepala
- Komposisi motif pada kain buntungan terbagi menjadi:
a. motif repetitif mengisi keseluruhan bidang badan kain
b. bidang terbagi atas badan dan buk yang melebar (seperti komposisi kain
Terang Bulan) dengan pola grid
c. bidang terbagi menjadi badan dan buk, tetapi pembagian bidangnya tidak
mengikuti pola grid
- Pada kain yang terbagi atas bidang kepala dan badan, motif utama memenuhi
badan kain secara repetitif dengan pola full repeat atau half repeat, kepala
dihiasi tumpal
- Paduan warna terdiri atas tiga jenis:
a. warna lebih dari dua dengan paduan split komplementer (bertabrakan)
b. dua warna komplementer
c. dua warna selain putih
d. satu warna selain putih
e. warna harmonis
- Menggunakan paduan teknik colet dan celup untuk paduan warna dua atau lebih
Melihat hasil pengamatan awal, terlihat keunggulan dan potensi pengembangan batik
Bekasi dengan mengangkat seni budaya khas daerah sebagai berikut:

a. Detail motif dapat diangkat dari kekhasan seni budaya Bekasi


b. Tarikan garis dan titik, serta gaya penggambaran dapat dikembangkan dan
dieksplorasi
c. Stilasi motif (merengga) dapat lebih dikembangkan dan dieksplorasi
d. Komposisi motif dapat dikembangkan, tidak selalu harus menggunakan
pembagian bidang dengan sistem grid
e. Variasi ukuran motif bisa dikembangkan guna membentuk komposisi baru
f. Komposisi motif bisa disesuaikan dengan pola produk yang akan dibuat
g. Komposisi warna dapat dieksplorasi sesuai dengan trend dan karakter Bekasi
yang dinamis.
Adapun kelemahan yang tampak dari pengamatan awal yang perlu mendapat perhatian
sebagai berikut:

a. Belum ada pakem khusus yang menetapkan pola komposisi bentuk dan warna
b. Belum ada detail pengisi (isen-isen) yang menunjukkan karakter Bekasi
c. Perlu pengembangan dan eksplorasi guna mendapatkan karakter tarikan garis
dan titik, yang lebih halus
d. Belum ada pakem mengenai gaya penggambaran dan stilasi bentuk
e. Melihat aplikasi pada busana, terlihat permasalahan dari segi variasi gaya
busana dan aplikasi motif pada produk yang belum mempertimbangkan
peletakan motif sesuai pola produk.
344
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KELOMPOK PERAJIN SANGKAR BURUNG DI KADIPIRO SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EKONOMI KREATIF

Untuk mendapatkan target di atas, kesulitan yang mungkin dihadapi, beserta alternatif
peluang pemecahannya adalah sebagai berikut:

a. Keterbatasan dalam desain ragam hias dan pengetahuan pola/komposisi, hal ini
dapat diatasi melalui eksplorasi dan pelatihan pengetahuan desain, terutama
dengan melibatkan divisi desain
b. Keterbatasan SDM dalam memproduksi batik Bekasi atau baik dalam segi
jumlah pekerja maupun skill. Hal ini dapat diatasi melalui perekrutan
masyarakat sekitar dan pelatihan dengan melibatkan UKM
c. Keterbatasan variasi model dalam aplikasi terhadap produk fashion, hal ini dapat
diatasi melalui pelatihan pengetahuan trend fashion

D. SIMPULAN
Dari hasil penelitian pendahuluan, terdapat beberapa seni budaya Bekasi yang potensial untuk
dikembangkan sebagai motif batik, seperti Nganten Bekasi Kembang Gede, Tari Topeng
Blantek, Berebut Dandang, Tanjidor, dan Ajeng.

Melihat kelebihan, kelemahan, dan potensi yang telah dijabarkan, pada dasarnya motif Batik
Bekasi masih memiliki ruang yang luas untuk dikembangkan. Adapun aspek yang perlu ditelaah
lebih lanjut adalah mengenai karakter unsur visual serta eksplorasi motif dan aplikasinya dalam
produk fashion.

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih disampaikan kepada Universitas Mercu Buana, pemerintah Kabupaten
Bekasi, narasumber, UKM Batik Seraci, masyarakat setempat, serta pihak-pihak yang
mendukung terlaksananya kegiatan PKM ini.

DAFTAR PUSTAKA
Kamaly, Husein. (1973). Sejarah dan Kebudayaan Kabupaten Bekasi. Bekasi: Pemda
Kabupaten Bekasi.
Muthiah, Waridah. (2011). Kajian Penggunaan Ruang pada Upacara Akad Nikah di Bekasi.
Paper Program Pascasarjana. Institut Teknologi Bandung.
Saidi, Ridwan. (2004). Profil Orang Betawi: Asal Muasal, Kebudayaan, dan Adat Istiadatnya.
Jakarta: PT. Gunara Kata.
Sumardjo, Jakob. (2002). Arkeologi Budaya Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Qalam.
Sopandi, Andi. (2005). Hibridasi Masyarakat di Perbatasan Jakarta: Profil Masyarakat Bekasi
dalam Perspektif Budaya. Bekasi: PK2SB FKIP UNISMA
Tim HARPI Melati Bekasi. (2007). Tata Rias Pengantin Adat Bekasi Kembang Gede. Bekasi:
HARPI Melati.
Widiana, Yudi Wahyu. (2014). Menelusuri Artefak Kesenian Ajeng di Kampung Pengasinan,
Desa Karangligar, Kecamatan Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang. Yudiwidiana.
Diakses 20 Januari 2016 dari http://blogyudiwidiana.blogspot.co.id.

Kabarinews. (2013). Warna-warni Batik Bekasi. Diakses 18 Januari 2016 dari


http://kabarinews.com/utama-1-warna-warni-batik-bekasi/57723
Seraci. (2012). Koleksi Seraci Batik Betawi. Diakses 18 Januari 2016 dari
https://seracibatikbetawi.wordpress.com/2012/03/07/koleksi-batik-seraci-betawi/
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBERIKAN
PELATIHAN KETRAMPILAN DARI BAHAN FLANEL- UNTUK
MENAMBAH PENGHASILAN MASYARAKAT KAMPUNG
KOBAKAN, KRAGILAN, SERANG, BANTEN
Aprilia Kartini Streit
Universitas Bunda Mulia
E-mail: astreit@bundamulia.ac.id

ABSTRAK
Salah satu pelaksanaan Kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah mengadakan Pengabdian Kepada
Masyarakat. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan mengajak para perempuan dan anak-anak usia
diatas 9 tahun untuk membuat kerajinan tangan. Salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam rangka
meningkatkan pendapatan rumah tangga di Kampung Kobakan, Desa Kendayakan, Kecamatan Kragilan,
Serang Banten adalah membina masyarakat disana dengan diberikan bekal pelatihan berupa ketrampilan
pembuatan kerajinan tangan. Kampung Kobakan berada di wilayah Kecamatan Kragilan -Serang Banten
dengan mayoritas penduduknya adalah buruh harian yang berpenghasilan rendah sekitar Rp. 10.000 -
Rp.20.000 perhari. Dengan penghasilan yang rendah tersebut maka anak-anak banyak yang tidak
melanjutkan pendidikannya. Dimana rata-rata pendidikan akhir adalah Sekolah Dasar (SD). Pelatihan
dalam kegiatan pengabdian ini diharapkan agar masyarakat setempat memiliki penghasilan lain selain
penghasilan yang didapat dari upah perhari.
Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah metode ceramah dan praktek.
Metode ceramah untuk menyampaikan tentang cara pembuatan ketrampilan, sedangkan metode praktek
untuk memberikan kesempatan berlatih kepada peserta membuat kerajinan tangan dari bahan flanel yang
nantinya bisa dijual. penggunaan bahan flanel ini dengan mempertimbangkan kemudahan dalam
pembuatan karena tidak memerlukan mesin jahit misalnya sebagai alat bantu. Pelatihan inipun tidak akan
hanya sebatas pembuatan hasil kerajinan yang nantinya dijual tetapi juga diberikan kemudahan dalam
cara penjualan dengan menggunakan media sosial.
Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) secara keseluruhan dapat dinilai cukup baik, dilihat dari
keberhasilan target jumlah peserta pelatihan dinilai sangat baik sebanyak 75.43%, ketercapaian tujuan
pelatihan dinilai baik, ketercapaian target materi yang direncanakan dinilai baik. Kegiatan pengabdian
masyarakat ini telah mampu memberikan pelatihan kepada masyarakat di Kampung Kobakan, Desa
Kendayakan, kecamatan Kragilan, Serang Banten.

Kata kunci : PKM, kerajinan tangan, pelatihan, anak-anak.

ABSTRACT
One implementation of the activities of Tri Dharma Perguruan Tinggi is Pengabdian Kepada Masyarakat
(PKM). Implementation of these activities are done by inviting the women and children over the age of 9
years to make handicrafts. One of the efforts that need to be done in order to increase household incomes
in Kampung kobakan, Kendayakan Village, District Kragilan, Serang Banten is fostering community
there with training provision given in the form of skills of making handicrafts. Kampung kobakan located
in the District of Banten -Serang Kragilan the majority are low-income day laborers around Rp. 10,000 -
20,000 per day. With such a low income so many children who do not continue their education. Where the
average education is the end of elementary school (SD). Training in service activities is expected that
local people have no income other than earned income from wages a day.
The method used in community service activities is a lecture and practice. Lecture method to convey the
way of making skills, while the method of practice to provide participants the opportunity to practice to
make handicrafts from flannel material that can later be sold. This flannel material usage by considering
the ease of manufacture because it requires no sewing machine for example as a tool. Even this training
will not only limited to the manufacture of handicrafts will be sold but also given the ease in the way of
sales by using social media.
346
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBERIKAN PELATIHAN KETRAMPILAN DARI BAHAN FLANEL- UNTUK
MENAMBAH PENGHASILAN MASYARAKAT KAMPUNG KOBAKAN, KRAGILAN, SERANG, BANTEN

Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) as a whole can be considered quite good, judging by the success
of the target number of participants rated as excellent as much as 75.43%, achievement of the objectives
of training is considered good, the achievement of planned targets is considered good material. Service
activities this community has been able to provide training to the people in Kampung kobakan, Village
Kendayakan, District Kragilan, Serang Banten.

Keyword : PKM, craft, training, kids

A. PENDAHULUAN
Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu unsur pokok didalam Tri Dharma
Perguruan Tinggi selain Pengajaran dan Penelitian. Oleh karenanya melaksanakan Pengabdian
Kepada Masyarakat (PKM) merupakan sebuah kewajiban bagi seorang dosen. Pengabdian
Kepada Masyarakat merupakan bukti nyata bahwa sebagai insan akademisi, dosen dituntut
untuk dapat mengembangkan dan mengabdikan ilmunya kepada masyarakat dilingkungan
sekitarnya.

Peningkatan mutu para dosen tidak hanya berada pada lingkungan Perguruan Tinggi saja, tetapi
juga terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar. Visi dan misi Tri Darma Perguruan Tinggi
terdiri dari 3 aspek yang wajib dijalankan para Dosen, yaitu : Penelitian dan Pengembangan,
Pendidikan dan Pengajaran, serta Pengabdian Kepada Masyarakat.

Menurut Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang dibentuk berdasarkan amanat UU
Nomer 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan anak yang juga bekerjasama dengan unsur
pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, organisasi profesi, lembaga swadaya masyarakat,
dunia usaha, dan kelompok masyarakat yang peduli terhadap perlindungan anak dimana misi
dari KPAI adalah Terwujudnya Indonesia Ramah Anak. Anak adalah masa depan bangsa,
sehingga kita sebagai orang dewasa berkewajiban untuk membentuk mereka menjadi manusia
yang berguna bagi masa depan, nusa dan bangsa.

Kriminalitas memiliki kaitan erat dengan kemiskinan. Tingginya angka kemiskinan menjadi
penyebab utama maraknya kriminalitas di Indonesia. Dengan segala keterbatasan, sejumlah
orang rela menghalalkan berbagai cara demi memenuhi kebutuhan hidupnya, bahkan dengan
tindakan kriminal. Dampak kemiskinan begitu bervariasi karena kondisi dan penyebab yang
berbeda memunculkan akibat berbeda juga. Kriminalitas merupakan dampak lain dari
kemiskinan. Kesulitan mencari nafkah mengakibatkan orang lupa diri sehingga mencari jalan
cepat tanpa memperdulikan halal atau haramnya uang yang didapat guna memenuhi kebutuhan.
Misalnya saja melakukan perampokan, penodongan, pencurian, penipuan, pembegalan,
penjambretan dan masih banyak lagi contoh kriminalitas yang bersumber dari kemiskinan.
Mereka melakukan itu semua karena kondisi yang sulit mencari penghasilan untuk
keberlangsungan hidup dan lupa akan nilai-nilai yang berhubungan dengan Tuhan. Dengan
memberikan pelatihan untuk meningkatkan kreatifitas kepada masyarakat terutama wanita dan
anak-anak di Kampung Kobakan Serang yang bekerjasama dengan Yayasan Pendidikan Islam
Cahaya Agung - PAUD Islam Amanah Desa Kendyakan, Kec. Kragilan-Serang diharapkan
dapat membentuk jiwa mereka menjadi masyarakat yang lebih kreatif dan juga dapat
bekerjasama dengan baik untuk dirinya sendiri dan juga orang banyak.

Kampung Kobakan berada di wilayah Kecamatan Kragilan -Serang Banten dengan mayoritas
penduduknya adalah buruh harian yang berpenghasilan rendah sekitar Rp. 10.000 - Rp.20.000
347
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBERIKAN PELATIHAN KETRAMPILAN DARI BAHAN FLANEL- UNTUK
MENAMBAH PENGHASILAN MASYARAKAT KAMPUNG KOBAKAN, KRAGILAN, SERANG, BANTEN

perhari. Dengan penghasilan yang rendah tersebut maka anak-anak banyak yang tidak
melanjutkan pendidikannya. Dimana rata-rata pendidikan akhir adalah Sekolah Dasar (SD).

Dengan membuat pelatihan kerajinan tangan dengan kreasi dari bahan daur ulang dan bahan
flanel diharapkan dapat mengasah kreativitas dan melatih motorik halus. Secara tidak langsung,
masyarakat dan anak-anak juga belajar tentang konsep daur ulang dengan memanfaatkan benda-
benda disekitarnya dan divariasikan dengan menggunakan bahan flanel. PKM kali ini
mengangkat tema dengan menggunakan plastik bekas kemasan dan bahan flanel untuk
pembuatan gantungan kunci dan gantungan pintu. Dan diharapkan masyarakat dapat diajak
untuk hidup mandiri dengan keterbatasan dana yang ada sehingga hasilnya dapat dijual.

Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat kali ini dilakukan di Kampung Kobakan, Desa
Kendayakan, Kecamatan Kragilan, Serang Banten. Desa Kendayakan adalah salah satu desa
yang yang berada di Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang, desa ini juga termasuk desa yang
sudah mulai padat akan penduduknya. Desa Kendayakan memiliki potensi umum dengan luas
wilayahnya sekitar 295 Ha.

Batas - batas wilayah Desa Kendayakan sebagai berikut :


Sebelah utara : Desa Kragilan dan Desa Sentul
Sebelah selatan : Desa Pematang dan Desa Kramat Jati
Sebelah barat : Desa Sentul dan Desa Cisait
Sebelah timur : Desa Undar Andir dan Desa Dukuh

Dalam sumber daya manusianya, Desa Kendayakan kurang lebih diduduki oleh sekitar 13341
Jiwa, dari kaum laki-laki nya sekitar 6980 jiwa dan dari kaum perempuan sekitar 6361 Jiwa, dan
Desa Kendayakan sendiri memiliki ketinggian 250 M.DPL.

Orbitasi Desa Kendayakan dari wilayah perkantoran :


- Kantor Kecamatan : 2 Km
- Kantor Pemerintah Daerah : 15 Km
- Kantor Pemerintah Provinsi : 15 Km
- Kantor Ibu Kota Negara : 95 Km

Penduduk di Desa Kendayakan mempunyai sumber pendapatan dari pertanian dan buruh
pembuat batu bata di PT. Cakar Bumi.
Banyaknya tingkat pendidikan dan kemampuan penghasilan yang rendah di Desa Kendayakan
terutama di Kampung Kobakan belum bisa teratasi dari tahun ke tahun, sedikit demi sedikit nilai
potensi penghasilan warga yang semakin menyempit dengan banyaknya pemukiman-
pemukiman rumahan seperti komplek perumahan dan kepemilikan bidang tanah pribadi. Dapat
diartikan lahan potensi yang menjadi penghasilan sehari-hari warga Desa Kendayakan telah
habis karena kepemilikan pribadi atau perorangan. Semakin sempitnya lahan potensi dan
kurangnya pendidikan mengakibatkan banyaknya pengangguran dan warga berpenghasilan
rendah. dengan tuntutan pendidikan yang layak untuk masuk dan bekerja dalam perusahaan
adalah salah satu masalah untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa tersebut.

Tidak menutup kemungkinan banyak juga potensi yang bisa di kembangkan tetapi keterbatasan
dalam pengetahuan yang menjadi salah satu hambatan untuk bisa mengolah sebuah potensi kecil
menjadi potensi besar untuk kesejahteraan masyarakatnya. Oleh karena itu kesejahteraan
masyarakat perlu ditingkatkan bersama dan bukan hanya tanggung jawab pemimpin daerah tapi
menjadi tanggung jawab kita semua, untuk itu kesejahteraan masyarakat pula bukan hanya
348
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBERIKAN PELATIHAN KETRAMPILAN DARI BAHAN FLANEL- UNTUK
MENAMBAH PENGHASILAN MASYARAKAT KAMPUNG KOBAKAN, KRAGILAN, SERANG, BANTEN

dalam satu atau dua wilayah saja , banyak juga wilayah/desa yang mempunyai masalah yang
sama, oleh karena itu kesejahteraan masyarakat adalah menjadi tanggung jawab bersama.

B. PEMBAHASAN
1. Prioritas kegiatan
Melihat permasalahan yang dihadapi pada masyarakat Desa Kobakan, maka perlui prioritas
terhadap permasalahan yang perlu diatasi sesuai dengan tujuan melalui kegiatan ini adalah :
1. Peserta pelatihan ini dapat mengerti dan dapat membuat kerajinan tangan dengan
menggunakan bahan daur ulang dan flannel
2. Meningkatkan kemampuan peserta pelatihan pada masyarakat kampung Kobakan dalam
pembuatan pembuatan kerajinan tangan dengan memanfaatkan bahan daur ulang dan
bahan flannel.
3. Memberikan pemahaman tentang pembuatan kerajinan tangan dengan memanfaatkan
bahan daur ulang dan bahan flanel bagi peserta pelatihan.
4. Untuk menunjang pelatihan yang dilakukan maka kami menyediakan alat dan bahan
kepada peserta pelatihan

Analisa Kebutuhan

Teknologi Tepat Managemen


Guna

Bahan dan alat dalam pembuatan Pelatihan


kerajinan tangan 1. Pembuatan pola
2. Cara menggunting
3. Cara Menjahit
4. Cara menempel

Memilih bahan sesuai kebutuhan yang 1. Merumuskan materi pelatihan yang relevan
akan dibuat. 2. Membuat Jadwal
3. Mempersiapkan alat dan bahan pelatihan
4. Pembagian tugas
5. Pelaksanaan pelatihan
6. Evaluasi

Pemantauan

Pelaporan hasil kegiatan

Gambar 1. Alur pelaksanaan program kerja


(Aprilia K.S, 2015)
349
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBERIKAN PELATIHAN KETRAMPILAN DARI BAHAN FLANEL- UNTUK
MENAMBAH PENGHASILAN MASYARAKAT KAMPUNG KOBAKAN, KRAGILAN, SERANG, BANTEN

2. Khalayak Sasaran Kegiatan PKM


Dalam pelatihan bertempat di salah satu halaman rumah peserta pelatihan di Kampung
Kobakan, Desa Kendayakan Kecamatan Kragilan Serang diperuntukan untuk 35 peserta
yang terdiri dari anak-anak dan wanita dewasa.

3. Metode Pelaksanaan
Metode yang digunkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan pendataan peserta
2. Metode ceramah/pemaparan untuk menyampaikan tentang cara pembuatan
ketrampilan,
3. Metode praktek untuk memberikan kesempatan berlatih kepada peserta membuat
kerajinan tangan yang nantinya bisa dijual.

4. Penyediaan alat dan bahan bagi peserta pelatihan


Kegiatan ini bertujuan untuk membantu peserta pelatihan dikarenakan keterbatasan untuk
membeli alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelatihan ini. Untuk menunjang
pelaksanaan para peserta diberikan alat dan bahan secara cuma-cuma dan juga diberikan
bahan yang nantinya dapat dibuat dirumah masing-masing.

5. Pelatihan
Pelatihan yang diberikan kepada peserta mempunyai tujuan untuk memberikan bekal
tambahan dalam menambah penghasilan ekonomi keluarga.

6. Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan seluruh kegiatan dilakukan yang bertempat di salah satu halaman rumah
peserta pelatihan di Kampung Kobakan, Desa Kendayakan Kecamatan Kragilan Serang
diperuntukan untuk 35 peserta yang terdiri dari anak-anak dan wanita dewasa.
Adapun urutan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan kegiatan, sebagai berikut:
a. Pembuatan pola kerajinan tangan.
b. Penyediaan alat dan bahan pelatihan.
c. Pelatihan pembuatan kerajinan tangan.

C. HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN PKM


Selama pelaksanaan program pelatihan ini dimulai tahap persiapan sampai pelaksanaannya,
dapat kami sampaikan temuan-temuan sebagai berikut :
1. Antusiasme pihak pimpinan Yayasan Pendidikan Islam Cahaya Agung - PAUD Islam
Amanah Desa Kendyakan dan peserta pelatihan di Kampung Kobakan, DesaKendayakan
Kecamatan Kragilan Serang sangat tinggi. Pihak Yayasaan dan masyarakat di Kampung
Kobakan berharap program ini bisa dilajksanakan secara reguler dan berkala di tahun-tahun
berikutnya.
2. Materi pelatihan yang diberikan sangat sesuai dengan kemampuan masyarakat. Terlihat dari
efektifitas dan tingkat kesulitan pembuatan kerajinan tangan tidak terlalu berat bagi peserta
usia dewasa, untuk peserta anak-anak didampingi oleh orangtua dan instruktur tambahan dari
mahasiswa.
3. Materi ini benar-benar memberikan manfaat bagi masyarakat Kampung Kobakan untuk
nantinya bisa menambah penghasilan.

a. Hasil Evaluasi Kegiatan


Keberhasilan pelaksanaan program Program Pengabdian Kepada Masyarakat ini dapat dilihat
dari dua tolak ukur sebagai berikut :
350
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBERIKAN PELATIHAN KETRAMPILAN DARI BAHAN FLANEL- UNTUK
MENAMBAH PENGHASILAN MASYARAKAT KAMPUNG KOBAKAN, KRAGILAN, SERANG, BANTEN

1) Respon positif dari peserta pelatihan


2) Respon pesera pelatihan akan diukur melalui observasi langsung selama pelatihan
berlangsung dan dengan mengisi kuisoner yang dibagikan setelah acar berlangsung oleh
peserta pelatihan terhadap program pengabdian kepada masyarakat ini.
3) Meningkatnya ketrampilan peserta setelah mendapatkan pelatihan ketrampilan peserta
diobservasi dari hasil-hasil yang telah dibuat oleh peserta pelatihan.

Tabel 1. Hasil Evaluasi Kegiatan Pelatihan


Pelatihan Pembuatan
ISI PELATIHAN (%) gantungan
kunci dan pintu
Sangat Baik 74.3
Penampilan dan format materi pelatihan
Baik 25.7
Relevansi contoh dan ilustrasi pendukung untuk Sangat Baik 54.3
pemahaman isi pelatihan Baik 45.7
Ketepatan media atau sarana yang digunakan Sangat Baik 71.4
oleh narasumber Baik 28.6
Proses atau kegiatan pelaksanaan Sangat Baik 74.3
Baik 25.7
SangatBaik 82.9
Pencapaian harapan anda terhadap isi pelatihan
Baik 17.1
INSTRUKTUR UTAMA Aprilia
Sangat Baik 77.1
Penampilan
Baik 22.9
Sangat Baik 74.3
Gaya Bahasa
Baik 25.7
Sangat Baik 85.7
Interaksi
Baik 14.3
Sangat Baik 85.7
Kemampuan dalam membawakan materi
Baik 14.3
Sangat Baik 74.3
Kemampuan memahami masalah peserta
Baik 25.7

A. Komentar/ saran mengenai isi pelatihan:


baik
B. Komentar/ saran mengenai instruktur:
baik
C. Saran-saran perbaikan lainnya:
diadakan lagi berkala
D. Saran topik untuk pelatihan berikutnya:
diharapkan ada pelatihan yang lain untuk menambah penghasilan

b. Faktor Pendukung dan Penghambat


1) Faktor pendukung
Faktor mendukung kegiatan Pengadian Kepada Masyarakat ini adalah pendanaan yang
didukung oleh Program Studi Desain Komunikasi Visual dan bekerjasama dengan P3M
Universitas Bunda Mulia.
351
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBERIKAN PELATIHAN KETRAMPILAN DARI BAHAN FLANEL- UNTUK
MENAMBAH PENGHASILAN MASYARAKAT KAMPUNG KOBAKAN, KRAGILAN, SERANG, BANTEN

2) Faktor penghambat
Faktor penghambat atau kendala dalam acara Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah
kurangnya fasilitas atau tempat acara pelatihan. Acara ini dilakukan di halaman salah satu
warga dengan keterbatasan lahan dan juga tempat duduk yang memadai. Faktor cuaca juga
menghambat pelatihan ini karena dilakukan di ruang terbuka.

D. SIMPULAN
Dari hasil evaluasi serta temuan-temuan yang kami peroleh selama pelaksanaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini, dapat kami simpulkan bahwa program pengabdian
masyarakat ini sebagai wujud dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi ini telah mampu
memberikan manfaat bagi masyarakat Kampung Kobakan. Bentuk pelatihan ini merupakan
bekal bagi masyarakat Kampung Kobakan untuk menambah penghasilan.

Sesuai dengan hasil evaluasi yang telah dilakukan, kami menyarankan hendaknya program
pengabdian masyarakat seperti inin dilaksanakan secara reguler dan berkala, melihat tingkat
kebutuhan akan ketrampilan untuk memenuhi peningkatan taraf hidup masyarakat Kampung
Kobakan. Pada pelatihan berikutnya akan dilihat kembali hasil-hasil karya setelah pelatihan ini
berlangsung Dosen DKV.

DAFTAR PUSTAKA
Budiman, Kris. (2011). Semiotika Visual; Konsep, Isu, dan Problem Ikonitas. Jalasutra.
Yogyakarta.
H. Hoed, Benny. (2014). Semiotika & Dinamika Sosial Budaya. Komunitas Bambu. Depok.
Kusumohamidjojo, Budiono. (2009). Filsafat Kebudayaan Proses Realisasi Manusia. Jalasutra.
Yogyakarta.
Tree Craft. (2015). Kreasi Flanel 100% Tanpa Jahit. Lingua Kata. Jakarta

Lampiran
Foto-foto PKM
352
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBERIKAN PELATIHAN KETRAMPILAN DARI BAHAN FLANEL- UNTUK
MENAMBAH PENGHASILAN MASYARAKAT KAMPUNG KOBAKAN, KRAGILAN, SERANG, BANTEN
353
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM MEMBERIKAN PELATIHAN KETRAMPILAN DARI BAHAN FLANEL- UNTUK
MENAMBAH PENGHASILAN MASYARAKAT KAMPUNG KOBAKAN, KRAGILAN, SERANG, BANTEN
POTENSI KAYU MAHONI SEBAGAI MATERIAL MEBEL
BERBAHAN KAYU DENGAN FINISHING BATIK DALAM
INDUSTRI KREATIF BAGI MASYARAKAT

Andereas Pandu Setiawan


Dosen Program Studi Desain Interior
Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya
E-mail: pandu@petra.ac.id
Samuel Hartono
Dosen Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik Sipil dan Perancangan Universitas Kristen Petra Surabaya
E-mail: samhart@petra.ac.id

ABSTRAK
Aplikasi batik pada kayu sebagai alternatif finishing pada mebel berbahan dasar kayu menjadi kajian
yang menarik dalam industri kreatif. Kemenarikan ini dilihat dari maraknya pengembangan jenis
finishing ini dikancah para pengrajin mebel batik. Penelitian yang dilakukan terhadap berbagai jenis kayu
yang berkaitan dengan uji coba pengembangan finishing mebel berbahan dasar kayu dengan finishing
pewarna batik yang penulis kemukakan dalam tulisan ini merupakan temuan bahwasannya kayu mahoni
memiliki kemampuan yang sangat baik sebagai alternatif yang terpilih dalam industri ini. Kayu mahoni
sangat kuat dan memiliki porousitas yang sangat bagus untuk digunakan dalam industri mebel dengan
model finishing pewarna batik, selain itu tingkat ketahanan konstruksi dan kemudahan dalam pembuatan
mebel menjadi factor penting lainnya, sehingga kayu ini dapat direkomendasikan secara ilmiah agar bisa
dikembangkan lagi.

Kata kunci : Kayu mahoni, batik, industri kreatif.

ABSTRACT
Applications batik on wood as an alternative finishing on furniture made of wood becomes interesting
study in the creative industries. The attractiveness of the views of the rampant development of this type of
finishing furniture arena batik artisans. Research conducted on various types of wood-related trials
finishing development of wood-based furniture with batik dye finishing the authors pointed out in this
paper are the findings bahwasannya mahogany has an excellent ability as an alternative chosen in this
industry. Mahogany wood is very strong and has a very good porousitas for use in the furniture industry
with batik dye finishing the model, than the level of construction durability and ease of manufacture of
furniture becomes another important factor, so that the wood can be scientifically recommended to be
developed further.

Keywords : Mahogany wood, batik, kreative industry.

A. PENDAHULUAN
Penggunaan motif batik selama ini banyak dikenal dari dunia fashion dan sedikit pada hiasan
yang diterapkan pada perabot kuliner dan pernik-pernik souvenir. Sebagian dari benda benda itu
terbuat juga dari kayu. Meskipun ada sebagian kecil cenderamata kecil-kecil yang dilukis
dengan proses batik, seperti gantungan kunci, topeng dan lain-lain, tapi hampir semuanya
menggunakan kayu lunak dan banyak diantaranya yang dilukis dengan finishing cat, bukan
dengan proses pewarnaan batik.
Penelitian terhadap kayu dan jenis pewarna batik sebagai bahan mebel, merupakan sebuah
355
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
POTENSI KAYU MAHONI SEBAGAI MATERIAL MEBEL BERBAHAN KAYU DENGAN FINISHING BATIK DALAM
INDUSTRI KREATIF BAGI MASYARAKAT

penelitian yang mencoba mencari alternatif proses batik dalam pewarnaan untuk perabot yang
lebih besar dengan kayu yang kuat yang bisa digunakan untuk perabot besar, seperti kursi, bale-
bale, tempat tidur dan almari, bahkan untuk bahan bangunan seperti kusen pintu dan jendela
nantinya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kayu mahoni dapat memberikan sumbangan pada para
seniman di tanah air kita sebagai bahan alternatif finishing dengan proses batik yang bisa
meningkatkan kreativitas, mengembangkan seni budaya warisan leluhur dan meningkatkan
pendapatan para seniman pengrajin kayu dalam memproduksi karya-karya mereka. Selain itu
kayu mahoni sebagai temuan hasil penelitian ini dapat memberikan data dan inovasi baru
kepada calon desainer dan perajin mebel untuk meningkatkan kualitas dan aplikasi mebel
Indonesia ke ranah yang lebih luas dan mampu bersaing dalam pasar global.

B. METODE
Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif eksperimental. Eksperimen diarahkan
terlebih dahulu untuk memperoleh jenis-jenis material kayu yang dapat dikenai perlakuan teknik
batik sebagai bahan baku desain mebel.

Tahap eksperimen sehingga menemukan kayu Mahoni sebagai kayu terpilih dalam industry
mebel dengan finishing pewarna batik dilakukan dalam beberapa tahapan penting. Pada tahap ini
beberapa macam kayu yang bisa dibuat mebel, perabot maupun elemen bangunan, dicoba
diproses dengan pewarnaan menggunakan metode batik dengan beberapa cara dan beberapa
bahan pewarna yang umum dipakai. Hasil yang diperoleh akan bisa dilihat dan dibandingkan,
penyerapan warna yang paling baik dari bahan bahan pewarna yang dipakai dengan bahan kayu
yang telah ditutup/dirintangi lilin. Kayu apa dan bahan pewarna apa yang menghasilkan warna
yang paling baik akan di pilih dan diproses lebih lanjut pada tahap berikutnya.

Pembuatan sampel penelitian sejumlah 240 papan kayu dan 9 eksperiman pada pintu kayu
dengan identifikasi yang berbeda menunjukkan bahwa kayu mahoni memiliki kemampuan
terbaik dalam penyerapan warna pewarna batik dengan tingkat penyerapan paling sempurna
dan kecerahan warna yang terbaik.

Fokus Persoalan dan Manfaat Kayu Mahoni dalam Industri Mebel bagi Masyarakat
Persoalan utama yang dihadapi oleh para pengrajin adalah harga, inovasi dan material pembentuk
barang tersebut. Berangkat dari hal-hal tersebut maka penelitian tentang hal ini diarahkan pada
pengembangan kayu dan pewarna sebagai media finishing batik untuk mebel dan elemen bangunan
sesuai dengan persyaratan yang memenuhi aspek estetika, pewarna apa yang bisa memberikan efek
pewarnaan yang paling baik pada jenis-jenis kayu yang dipilih dan pnentukan proses finishing yang tepat
dalam metode finishing batik kayu yang memenuhi askpek estetika yang diharapkan.

Berangkat dari persoalan yang dihadapi, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data jenis
kayu dan teknik finishing batik yang paling sesuai dan optimal untuk diaplikasikan desain mebel dan
elemen bangunan, memilih jenis pewarna yang biasa dipakai pada batik kain, yang memberikan efek
pewarnaan paling baik pada bahan dasar kayu dan menemukan proses finishing yang tepat dalam
metode finishing batik kayu sehingga efesien dalam pekerjaan desain mebel dan elemen bangunan.

Seluruh rangkaian penelitian menghasilkan bahwa kayu mahoni dengan finishing Naptol sangat tepat
digunakan sebagai elemen pembentuk dan pewarna, keduanya menunjukkan hubungan yang sangat
baik dalam menghasilkan desain mebel.
356
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
POTENSI KAYU MAHONI SEBAGAI MATERIAL MEBEL BERBAHAN KAYU DENGAN FINISHING BATIK DALAM
INDUSTRI KREATIF BAGI MASYARAKAT

Selayang Pandang Batik


Batik adalah suatu metode pembuatan motif dengan cara merintangi warna dengan lilin. Sistem
Pewarnaan kain dengan metode bahan perintang zat pewarna ini sebenarnya sudah ada pada
masa lalu. Masyarakat Cina kuno dan orang-orang Mesir kuno sudah menggunakan nya ber
abad-abad yang lalu. Di jaman itu orang menggunakan pasta bubur nasi yang tipis untuk
menutup kain dan mengguratnya dengan gambar-gambar tertentu. Setelah kering mereka
mencelupnya dalam larutan warna. Ini terlihat juga pada beberapa kain pembungkus mummi
Mesir yang pernah ditemukan.

Secara umum, batik lebih dikenal sebagai salah satu jenis kain yang diproduksi
dengan teknik perintangan warna (Efianingrum, 2011: 9) Batik Indonesia telah
dinyatakan UNESCO sebagai warisan budaya dunia (Masterpieces of the Oral and
Intangible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009. Menurut Ani Bambang
Yudhoyono (2010:111), batik Indonesia telah dianggap mampu memenuhi 3 dari 6
kriteria yang ditetapkan UNESCO, yaitu:
Batik Indonesia melibatkan tradisi yang diturunkan secara turun temurun dari
mulut ke mulut lebih dari 100 tahun yang lalu
Batik Indonesia adalah suatu praktik sosial yang menyatakan struktur sosial
dan relasi
Batik Indonesia memiliki nilai luhur yang dapat diaplikasikan dalam berbagai
upacara adat

Batik Indonesia memiliki fungsi sebagai identitas. Karenanya jenis motif dan
warna tertentu merujuk pada lokasi dan menjadi identitas yang kuat. Sebagai
contoh, batik pesisiran cenderung memiliki warna yang lebih cerah dibanding
batik pedalaman. Melihat kekayaan fungsi dan estetika pada batik, sudah
selayaknya batik dilestarikan dan diaplikasikan dengan nilai guna yang lebih
tinggi. Tidak hanya pada busana dan bahan bahan lain yang terbuat dari kain, tapi
juga material lain yang memungkinkan, misalnya kayu.

Proses pembuatan batik Indoensia dapat dengan mudah didefinisikan sebagai karya
banyak tangan karena untuk membuat selembar batik tulis dibutuh sekelompok
pengrajin. Pembuatan batik membutuhkan kerja sama dan jaringan yang baik. Berikut
adalah daftar pengrajin yang dibutuhkan untuk proses produksi batik tulis tradisional
yang diterapkan pada bahan dasar kain:
Pemintal dan penenun kain
Spesialis cat dasar pada kain
Desainer dan pemilik motif
Seniman pola
Seniman canting dengan spesialisasi yang berbeda dalam aplikasi lilin
Pembuat pewarna alam
Spesialis penghapusan lilin
Spesialis penyelesaian kain
(Yudhoyono, 2010: 13)

Proses pembuatan batik pada bahan dasar kain, umumnya meliputi beberapa proses sebagai
berikut:
1. Ketel, suatu proses perendaman dan persiapan kain untuk menghaluskan kain dan
menghilangkan benang halus yang masih menempel.
357
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
POTENSI KAYU MAHONI SEBAGAI MATERIAL MEBEL BERBAHAN KAYU DENGAN FINISHING BATIK DALAM
INDUSTRI KREATIF BAGI MASYARAKAT

2. Nyoret, suatu proses menggambar pola pada kain dengan pensil.


3. Nglowong, pengaplikasian lilin pertama kali dengan canting atau cap.
4. Nembok, proses pengaplikasian lilin yang kedua. Dilakukan setelah pemberian warna pada
bagian dalam pola.
5. Medel, proses pencelupan pada warna yang pertama kali. Dilakukan pada warna latar.
6. Ngerok atau Nglorod, proses pelunturan lilin baik dengan menggunakan pisau tumpul atau
direbus dalam air panas.
7. Mbironi, proses aplikasi lilin ketiga yang ditujukan untuk memberi penekanan pada bagian
motif tertentu.
8. Nyolet, proses penambahan warna dengan menggunakan sikat khusus pada bagian yang
telah diberi batas lilin.
9. Nyoga, proses pencelupan warna yang kedua. Umumnya diaplikasikan pada batik pedalaman
untuk memberi warna kecoklatan.

Teknik Pengembangan Mebel dengan Finishing Batik


Penerapan sistem pewarnaan dengan metode batik pada produk berbahan dasar kayu, selain hal-
hal yang telah disebutkan diatas, masih perlu ditambahkan beberapa kriteria lagi, antara lain :
Pemilihan jenis kayu yang dipakai sebagai bahan dasar produk
Pemilihan jenis pewarna yang sesuai dengan jenis kayu yang dipilih
Pemilihan metode proses pewarnaan yang paling sesuai.
Sementara itu, bahan kayu dipilih adalah kayu yang cukup kuat dan tahan lama untuk bisa
digunakan sebagai bahan dasar pembuatan perabot dan bahan bangunan. Kayu yang mempunyai
daya serap warna yang bagus untuk jenis pewarna tertentu tenpa mengurangi potensi dasar kayu
tersebut yang sesuai dengan keperluan pembuatan perabot dan bahan bangunan.

Jenis Kayu Yang Umum Dipakai Untuk Mebel


Indonesia yang terletak dikawasan tropis memiliki beragam keanekaragaman hayati yang dapat
diekplorasi. Salah satu kekayaan hayati Indonesia adalah bergamnya jenis kayu yang dimiliki.
Berikut adalah berbagai jenis kayu berdasar kategori sumbernya:

Jati
Kualitasnya prima dan dapat dilihat dari tekstur dan seratnya yang amat khas. Dibandingkan jenis
kayu lain, daya tahan kayu jati jauh di atas rata-rata. Semakin tua umur kayu ini, semakin bagus
teksturnya dan semakin tinggi pula harganya. Tekstur kayu ini kasar dan berminyak sehingga
sangat tepat untuk mebel yang sering terkena pengaruh cuaca.

Kamper
Salah satu jenis kayu yang awet hingga 15-20 tahun. Teksturnya halus, kayu ini termasuk
bergetah sehingga cocok untuk mebel dan konstruksi rumah yang diletakkan di luar ruangan.

Sengon
Serat kayu Sengon umumnya berwana putih, lunak, dan berpotensi meluntir apabila
pengeringannya tidak baik. Kayu Sengon lebih banyak digunakan sebagai bahan baku kertas
dan konstruksi sementara.

Meranti
Dari segi keawetan, kayu meranti termasuk kayu yang kuat, dalam skala ukuran konstruksi
sederhana.
358
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
POTENSI KAYU MAHONI SEBAGAI MATERIAL MEBEL BERBAHAN KAYU DENGAN FINISHING BATIK DALAM
INDUSTRI KREATIF BAGI MASYARAKAT

Mahoni
Penampilan kayu ini indah dan memiliki daya tahan yang tinggi.

Jenis Bahan Pewarna Batik


Bahan pewarna yang dipilih adalah pewarna yang bias menimbulkan efek warna yang bagus
dan tahan lama pada sejenis kayu yang sesuai dengan tidak mengurangi potensi dasar kayu
tersebut. Metode pewarnaan batik yang biasa diterapkan pada kain berbeda dengan metode yang
bisa diterapkan pada kayu karena bentuk, sifat dan ukuran bahan kain yang tidak sama dengan
bahan kayu yang diperlukan pada pembuatan berabot dan bahan bangunan.

Pewarna batik adalah zat pewarna yang bisa dipakai pada temperatur/suhu tinggi, baik pada sistem
rendaman, kuas maupun coletan, karena proses pewarnanya memerlukan temperature yang tinggi,
panasnya akan merusak malam/lilin yang menutupi/merintang warna pada material yang akan
diwarnai.

Ada dua jenis pewarna yang biasa dipakai dalam pembuatan batik, yaitu pewarna alami dan
pewarna buatan. Batik-batik tradisionil pada masa alalu menggunakan pewarna alami yang
diambil dari tumbuh-tumbuhan. Penggunaan jenis pewarna ini mulai ditinggalkan orang setelah
ditemukan pewarna buatan yang mengandung banyak unsur kimia. Selain pewarna buatan ini
lebih mudah prosespembuatannya, juga pewarna buatan lebih mudah dicari dipasaran dan
harganya jauh lebih murah dari pewarna alami. Pewarna buatan yang disebut juga pewarna
sintetis adalah zat warna yang dibuat menurut reaksi-reaksi kimia tertentu. Jenis zat warna
sintetis untuk tekstil cukup banyak, namun hanya sedikit diantaranya yang dapat digunakan
sebagai pewarna batik, karena dalam proses pewarnaan batik suhu pencelupan harus pada suhu
kamar. Beberapa zat warna buatan/ sintetis yang biasa dipakai untuk mewarnai batik antara lain:
A. Zat warna Napthol. Zat warna ini tidak larut dalam air. Karena itu, untuk melarutkannya
diperlukan zat pembantu kostik soda. Pencelupan naphtol dilakukan dalam 2 tahap. Tahap
pertama pencelupan dengan larutan naphtolnya sendiri (penaphtolan). Pada pencelupan
pertama ini warna belum timbul, kemudian pada tahap kedua, bahan yang akan diwarna
dicelup dengan larutan garam diazodium yang membangkitkan warna ini, ditahap inilah
diperoleh warna yang dikehendaki. Tua muda warna tergantung pada banyaknya naphtol
yang diserap oleh serat. Warna-warna yang dihasilkan biasanya warna-warna kuat, atau
warna-warna tua. Naptol ini dipakai untuk system pewarnaan pencelupan.
B. Zat warna Remazol. Zat warna ini mempunyai sifat antara lain : larut dalam air,
mempunyai warna yang briliant dengan ketahanan luntur yang baik, daya afinitasnya
rendah, untuk memperbaiki sifat tersebut pada pewarnaan batik diatasi dengan cara
kuwasan dan fixasi menggunakan Natrium silikat. Dari segi teknis praktis pewarnaan batik
dengan remazol dapat digunakan secara pencelupan, coletan maupun kuwasan.
C. Zat warna indigosol. Zat warna ini adalah jenis zat warna yang larut dalam air. Larutan zat
warnanya merupakan suatu larutan berwarna jernih. Pada saat kain dicelupkan ke dalam
larutan zat warna belum diperoleh warna yang diharapkan. Setelah dioksidasi/dimasukkan
ke dalam larutan asam (HCl atau H2SO4) barulah diperoleh warna yang dikehendaki. Obat
pembantu yang diperlukan dalam pewarnaan dengan zat warna indigosol adalah Natrium
Nitrit (NaNO2) sebagai oksidator. Warna yang dihasilkan cenderung warna-warna
lembut/pastel. Dalam pembatikan zat warna indigosol dipakai secara celupan maupun
coletan.
D. Zat warna rapid. Zat warna ini adalah naphtol yang telah dicampur dengan garam diazodium
dalam bentuk yang tidak dapat bergabung (koppelen). Untuk membangkitkan warna difixasi
dengan asam sulfat atau asam cuka.
Dalam pewarnaan batik, zat warna rapid hanya dipakai untuk pewarnaan secara coletan.
359
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
POTENSI KAYU MAHONI SEBAGAI MATERIAL MEBEL BERBAHAN KAYU DENGAN FINISHING BATIK DALAM
INDUSTRI KREATIF BAGI MASYARAKAT

E. Zat warna Direk. Zat ini sebenarnya tidak terlalu sering digunakan pada pembuatan batik,
lebih sering digunakan untuk mewarnai Jeans. Warna yang tersedia adalah kuning, biru,
hitam, merah, ungu dan coklat. Prosesnya mudah, biasanya kain dimasukkan dalam
rebusan pewarna direk, didiamkan sebentar lalu ditiriskan. Fiksasinya menggunakan
larutan refanol.

(http://fitinline.com/article/read/pewarna-sintetis)

Proses Eksperimen
Eksperimen mula-mula dilakukan guna mencoba kemungkinan batik diaplikasikan pada
material kayu. Eksperimen ini dilakukan dengan merujuk pada pembuatan topeng kayu di Jawa
Tengah. Selama ini, aplikasi batik pada kayu terbatas pada benda-benda kerajinan tangan dan
pernak-pernik saja.

Eksperimen awal menggunakan jenis kayu jati muda mentah (belum diberi perlakuan berupa
finishing tertentu). Tahapan proses kerjanya merujuk pada proses kerja pembuatan batik, yaitu:
Pembuatan motif dengan pensil pada kayu.
Memberi lilin pada area yang diharapkan tetap memakai warna kayu asli. Guna mempersingkat
waktu dan mempermudah proses kerja, pencantingan menggunakan canting elektrik.
Pemberian warna pada kayu. Karena media yang cukup luas, warna diaplikasikan dengan
menggunakan kuas.
Bagian motif yang telah diwarnai tadi ditutup dengan lilin agar saat pencelupan, warna motif tidak
tercampur dengan warna latar.
Pencelupan warna latar.
Lilin disingkirkan dengan disiram dengan air panas (ngelorod). Untuk bagian lilin yang tidak terlepas,
dibantu dengan menggunakan pisau tumpul dan sikat.
Setelah melakukan ekperimen awal ini ditemukan beberapa kendala antara lain jenis kayu yang digunakan
cukup keras sehingga warna tidak dapat meresap dengan baik, selain itu, perubahan warna pada batik
360
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
POTENSI KAYU MAHONI SEBAGAI MATERIAL MEBEL BERBAHAN KAYU DENGAN FINISHING BATIK DALAM
INDUSTRI KREATIF BAGI MASYARAKAT

pasca proses nglorod kurang cocok dengan yang diharapkan. Guna mengatasi masalah warna, sebaiknya
dipilih kayu lunak, namun kayu lunak tidak kuat secara konstruksi sehingga butuh dicari jenis kayu yang
efektif.

Sebagai material eksperimen dipilih lima macam jenis kayu sebagai sampel untuk uji coba,
yaitu kayu Jati, kayu mahoni, kayu kamper, kayu meranti dan kayu sengon. Kayu sengon ini
termasuk jenis kayu lunak yang tidak terlalu biasa digunakan sebagai bahan perabot dan bahan
bangunan. Kayu ini lebih banyak dipakai untuk membuat kerajinan tangan, cinderamata yang
kecil-kecil, tapi dibeberapa dusun di jawa tengah, masyarakan menggunakan juga jenis kayu ini
untuk konstruksi pada bangunan rumah mereka. Kayu Sengon dalam penelitian ini dipakai
hanya sebagai pembanding saja, bukan sebagai bahan utama yang direkomendasikan.

Pemilihan jenis malam dikelompokkan dalam dua jenis lilin (malam) penutup. Malam klowong
dan malam tembokan. Pada pembuatan batik, lilin klowong ini dipakai menggambar bagian
garis-garis yang halus, sedangkan lilin atau malam tembokan digunakan untuk membuat blok
atau tembokan yang menutup permukaan kain atau kayu dalam area yang lebih luas.

Ditinjau dari segi keamanan dan kesehatan, pewarna alam merupakan pilihan yang sangat baik,
tapi proses pembuatannya rumit, harganya mahal dan sulit didapat dipasaran. Dengan
pertimbangan tersebut dalam penelitian awal inidipilih beberapa pewarna buatan yang sering
dipakai para pengrajin batik pada umumnya, yaitu : naptol, remasol, indigosol dan direk.

Proses pengolahan dan penelitian ini dilakukan didalam laboratorium bahan, Jurusan Desain
Interior, UK. Petra Surabaya.

Peralatan yang dipakai adalah kompor, wajan dan canting untuk membuat pola gambar lilin
pada media kayu yang akan diwarnai.
361
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
POTENSI KAYU MAHONI SEBAGAI MATERIAL MEBEL BERBAHAN KAYU DENGAN FINISHING BATIK DALAM
INDUSTRI KREATIF BAGI MASYARAKAT

Bak pewarna dan kuas untuk mewarnai, bak cuci untuk membersihkan dan membasahi kayu
sebelum dicelup zat warna.

Panci besar dan kompor untuk melorod, membersihkan lilin dari kayu yang sudah diwarnai.

Untuk penelitian ini disediakan 240 potong kayu berukuran 15 x 30 cm2 dengan tebal 2 cm.
kayu-kayu ini terdiri dari lima macam jenis. Kayu jati, kayu mahoni, kayu kamper, kayu
meranti dan kayu sengon, masing-masing 48 keping. Dari 48 keping ini sebagian digambar
dengan menggunakan lilin (malam) Klowong dan sebagian yang lain digambar dengan
362
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
POTENSI KAYU MAHONI SEBAGAI MATERIAL MEBEL BERBAHAN KAYU DENGAN FINISHING BATIK DALAM
INDUSTRI KREATIF BAGI MASYARAKAT

menggunakan lilin (malam) Tembokan untuk mengetahui efek penutupan kedua jenis lilin ini
pada permukaan kayu.

Kayu-kayu yang telah digambar dan ditutup dengan lilin kemudian di warna dengan bahan
pewarna yang ber beda-beda dengan beberapa kali pencelupan yang berbeda-beda, seperti proses
pewarnaan yang lazim digunakan pada proses pewarnaan batik pada kain.

Kayu Mahoni dan Naptol sebagai Bahan baku dan Pewarna dalam Industri Mebel Batik
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa secara umum, bisa dilihat bawa kayu mahoni dengan
pewarnaan naptol lah yang menghasilkan gambar yang paling baik dan warna yang jelas. Serat-
serat kayu mahoni yang lebih lembut dari serat kayu jati, kayu kamper dan kayu meranti,
memberikan kesempatan zat pewarna meresap dengan lebih baik, dasar warna kayu yang lebih
putih dan tidak terlalu berpola membuat hasil gambar seperti dilukis pada kain polos. Karena lilin
yang dipakai menghalangi warna bisa merekat dengan baik, hasil pewarnaan bisa mendapatkan
pola yang lebih tajam dibandingkan hasil yang didapat pada pewarnaan kayu yang lain.
363
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
POTENSI KAYU MAHONI SEBAGAI MATERIAL MEBEL BERBAHAN KAYU DENGAN FINISHING BATIK DALAM
INDUSTRI KREATIF BAGI MASYARAKAT

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Irwan. (2006), Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar., pp.1
Efianingrum, Ariefa. (2011), Batik sebagai Sarana Peneguhan Identitas Lokal dan Karakter
Bangsa. Proceeding Seminar Batik. 2011:1-17
Heringa, Rens and Harmen C. Veldhuisen. (1996). Batik From The North Coast of Java. Los
Angeles: Los Angeles County Museum of Art
Huntington, Samuel P. & Harrison, Lawrence E. (2000), Culture Matters: How Values Shape
Human Progress. New York: Basic Books.
Iensufiie, Ir.Tikno, M.Pd. (2008). Furniture & Handicraft Berkualitas Ekspor: Penekanan
Pada Pengetahuan Dasar Tentang Pengecatan. Jakarta: Erlangga
364
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
POTENSI KAYU MAHONI SEBAGAI MATERIAL MEBEL BERBAHAN KAYU DENGAN FINISHING BATIK DALAM
INDUSTRI KREATIF BAGI MASYARAKAT

Johanis. (2010), Indonesia Tercinta: Nilai Filosofis Batik Tradisional dan Inovasi Batik
Modern. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Kerlouge, Fiona. (2004). The Book Of Batik. Singapore: Archipelago Press an imprint.
Kusrianto, Adi. (2013). Batik, Filosofi, Motif dan Kegunaan. Yogyakarta: Andi Offset.
Lin, Lee Chor. (2007). Batik creating an identity. Singapore: National Museum Of Singapore.
Lisbijanto, Herry. (2013). Batik. Yogyakarta: Grha Ilmu.
Musaman, Asti dan B. Arini, Ambar. (2011). Batik, Warisan Adiluhung Nusantara.
Yogyakarta: G-Media.
Ramadhan, Iwet. (2013). Cerita Batik. Tangerang: Literati.
Sabatari, Widyabakti. Makna Simbolis Motif Batik Busana Pengantin Gaya Yogyakarta.
Research Report. Yogyakarta: Indonesia
Sanyoto, Sadjiman Ebdi. (2010) Nirmana Elemen-Elemen Seni dan Desain. Yogyakarta:
Jalasutra, pp.7
Suyata, dkk. (2000), Sosio-Antropologi Pendidikan. Modul Semi-Que.
Tjahjani, Indra. (2013). Yuk, Mbatik! , Panduan Terampil Membatik untuk Siswa. Esensi,
Penerbit Erlangga.
Yudhoyono, Ani Bambang. (2010), My Batik Story A Silent Labor of Love. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama. Pp 1-111

Website:
Batik Kayu Yang Unik dari Bantul
http://berita.liputan6.com/daerah/201001/261326/Batik.Kayu.Kerajinan.Unik.dari. Bantul
Pewarna alami
http://indonesia.gunadarma.ac.id/batik/index.php?option=com_content&view=arti cle&id=207:
pewarna-alami&Itemid=118
Bahan pewarna batik
http://www.kidungasmara.com/blog/mengenal-pewarna-batik-alami-dan-sintetis-zat-warna-
reaktif-indigosol-napthol-dan-rapid/
Batik dengan pewarna alami
http://www.tabloidwanitaindonesia.co.id/wi/index.php/style/tips-mode/68-batik-dengan-
pewarna-alami
GPS Desa Wisata Kerajinan Batik Kayu Krebet Bantul Yogyakarta
http://gpswisataindonesia.blogspot.com/2013/07/gps-desa-wisata-kerajinan-batik-
kayu.html
PROGRAM PENDAMPINGAN DESAINER
DALAM PENGEMBANGAN DESAIN TAS WANITA UKM JF BAGS
DAN CV PALUPI CRAFT SEBAGAI PRODUK EKSPOR
Gihon Nugrahadi
Program Studi Desain Produk, FSRD Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa no. 1 Grogol, Jakarta 11140
E-mail : mataairsungai@gmail.com

ABSTRAK
Program pendampingan desainer atau disebut dengan program DDS (Designer Dispatch Service) adalah
salah satu program yang diluncurkan Kementrian Perdagangan Republik Indonesia yang fokus untuk
mengembangkan desain produk UKM Indonesia berupa penciptaan purwa rupa baru. Desain yang
merupakan sebuah kunci bagi diferensiasi produk dan pengembangan ekspor masih belum begitu dikenal
pada UKM di Indonesia. Program Pendampingan Desainer (Designer Dispatch Services/DDS) merupakan
program pemberdayaan disainer-disainer Indonesia terpilih yang untuk mendampingi UKM-UKM lokal
(daerah) dalam mengembangkan desain-desain baru bagi produk mereka,diharapkan hasil dari program
pendampingan tersebut adalah lahirnya (prototype) produk-produk baru. Metode penelitian kualitatif
bersifat deskriptif ditempuh sebagai upaya untuk menghimpun, memilah, menganalisis dan mengevaluasi
data dan informasi yang diperoleh. Hasilnya kemudian disampaikandalam sebuah bentuk tulisan yang
terstruktur dan informatif. Sementara itu dalam pelaksanan pengembangan produk dilakukan sebuah
analisis situasi untuk merumuskan pemasaran produk baru secara optimal yang bertujuan mendapatkan
desain tas baru yang memiliki kualifikasi produk ekspor.

Kata kunci : DDS, pengembangan desain tas, UKM, produk eksport.

ABSTRACT
Designer mentoring program or also known as DDS (Designer Dispatch Service) is one of the programs
that launched by the Ministry of Commerce of the Republic of Indonesia, which focused on developing
design of SME products in Indonesia in the form of new prototype. While design is a key for product
differentiation and exports development, it remains unfamiliar to SMEs in Indonesia. Thus, designer
mentoring program (Designer Dispatch Services / DDS) is an empowerment program for selected
Indonesian designers to assist SMEs local (regional) in developing new designs for their products, and it
is expected that the program may result in the birth of new products (prototype). Descriptive qualitative
research method was employed in order to collect, sort, analyze and evaluate data and information
obtained. The results are then presented in a form of structured and informative writing. In regards to the
implementation of product development, a situation analysis was conducted so as to formulate an optimal
marketing for new products that aimed at creating new bag designs that have the qualification as export
products.

Keywords: DDS, bag design development, SMEs, export products.

A. PENDAHULUAN
Program pendampingan desainer atau disebut dengan program DDS adalah salah satu program
yang diluncurkan Kementrian Perdagangan Republik Indonesia yang fokus untuk
mengembangkan desain produk UKM Indonesia berupa penciptaan purwa rupa baru. Adapun
program DDS bertujuan: (a) mempromo-sikan desain produk yang inovatif yang diambil dari
kearifan lokal Indonesia, sekaligus untuk mempromosikan; (b). Untuk mendukung kebutuhan
366
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PROGRAM PENDAMPINGAN DESAINER DALAM PENGEMBANGAN DESAIN TAS WANITA UKM JF BAGS DAN CV
PALUPI CRAFT SEBAGAI PRODUK EKSPOR

UKM terhadap pengembangan produk yang berorientasi desain; (c). Untuk memberikan
pengalaman lapangan kepada desainer Indonesia dalam kaitan dengan pengembangan desain
produk UKM; (d). Untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk UKM.

Program DDS adalah program tahunan DJPEN, dengan fokus untuk mengembangkan desain
produk UKM Indonesia berupa penciptaan purwa rupa baru. Desain yang merupakan sebuah
kunci bagi diferensiasi produk dan pengembangan ekspor masih belum begitu dikenal pada
UKM di Indonesia, sedangkan jumlah desainer yang berlualitas sangat banyak, akan tetapi
mereka (UKM) masih beranggapan bahwa dengan mengunakan desainer mengakibatkan biaya
menjadi tinggi, maka hal tersebut menjadikan desainer tidak diberdayakan. Untuk memfasilitasi
hubungan UKM dan desainer tersebut, DJPEN merasa perlu mempertemukan UKM dengan
desainer melalu program DDS tersebut (ToR DDS, 2015)

Dengan semakin meningkatnya intensitas perdagangan antar Negara, permintaan terhadap


produk-produk ekspor semakin meningkat dengan berbagai persyaratan ekspor dan selera
konsumen yang bervariasi yang meliputi; kualitas, kemasan, merk, dan lain-lain. Beragam
produk yang dihasilkan UKM sebagai potensi daerah memiliki peluang bersaing dipasar ekspor
salah satunya adalah UKM kerajinan tas wanita di Semarang Jawa Tengah yaitu JF Bags dan
Pallupi Craft. Keberhasilan sebuah produk tas wanita ditentukan melalui sebuah pengembangan
desain, dimana desain tebukti mampu meningkatkan daya saing produk dipasar global.

Mengingat latar belakang kedua UKM tersebut diatas masih belum memiliki tenaga desainer
dan belum menerapkan prinsip-prinsip dalam desain, maka para perajin dalam mengembangkan
desain masih berdasarkan referensi yang didapat melalui internet dan majalah mode sehingga
sangat terasa desain yang dihasilkan merupakan bentuk modifikasi minor dari desain tas yang
ada di pasaran dari merek-merek terkenal yang sudah mapan. Sebagaimana kita ketahui desain
mempunyai peranan yang sangat penting dalam menciptakan diferensiensi produk dimana
melalui desain kita bisa mendapatkan varian-varian produk yang memiliki pasar yang khusus.

Good design is a good business, suatu kutipan klasik dari Thomas Watson Jr., CEO IBM 40
tahun yang lalu dan masih relevan hingga saat ini. Desain mempunyai peran yang penting
karena menjadikan suatu produk terdiferensiasi dan mempunyai nilai tambah. Namun sangat
disayangkan, masih banyak pelaku usaha di Indonesia khususnya UKM yang belum melihat
pentingnya sentuhan desain dalam pengembangan produk mereka, selain itu keterbatasan para
UKM terutama dalam hal budget, menjadikan desain menjadi nomor sekian dari prioritas
mereka. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor
Nasional (Ditjen PEN) mempunyai program Pendampingan Desainer atau Designer Dispatch
Service (DDS) dimana disini UKM terpilih akan dipertemukan dengan desainer. Program DDS
ini akan menciptakan purwa rupa baru, yaitu produk yang mempunyai nilai tambah dan
diharapkan dapat diterima di pasar luar negeri.

B. METODOLOGI
Dalam pelaksanaan pendampingan UKM maupun penelitian sebagai hasil pelaksanaan
pendampingan UKM ini, studi pustaka untuk mendatkan hasil materi pendampingan dan data
data yang terkait dengan masalah penelitian yaitu dari buku referensi, jurnal ilmiah, majalah,
hasil penelitian ataupun tulisan lainnya. Selain buku referensi dan buku buku ilmiah, data data
juga diperoleh dari berbagi sumber di internet yang memberikan informasi mengenai produk tas
wanita, pengembangan desain produk dan pasar eksport. Metode penelitian kualitatif bersifat
deskriptif ditempuh sebagai upaya untuk menghimpun, memilah, menganalisis dan
mengevaluasi data dan informasi yang diperoleh. Hasilnya kemudian disampaikandalam sebuah
367
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PROGRAM PENDAMPINGAN DESAINER DALAM PENGEMBANGAN DESAIN TAS WANITA UKM JF BAGS DAN CV
PALUPI CRAFT SEBAGAI PRODUK EKSPOR

bentuk tulisan yang terstukur dan informatif. Sementara itu dalam pelaksanaan pengembangan
produk dilakukan sebuah analisis situasi untuk merumuskan pemasaran produk baru secara
optimal yang bertujuan mendapatkan desain tas baru yang memiliki kualifikasi produk ekspor.

C. PEMBAHASAN
1. Tas Wanita Sebagai Produk Belanja
Dalam klasifikasi barang, tas wanita adalah produk belanja atau disebut shopping
product/shopping goods dimana barang dipilih dan dibeli oleh konsumen melalui sebuah proses
membandingkan produk sejenis yang meliputi harga, model dan kualitas. Dalam pemilih suatu
produk konsumen menyisihkan banyak waktu dan berupaya untuk mengumpulkan informasi
dan melakukan perbandingan. Ada dua jenis shopping products yang pertama adalah
homogenous shopping product dimana konsumen melihat produk tersebut pada dasarnya sama
dan konsumen membeli dengan harga yang termurah. Jenis yang kedua adalah heterogenous
shopping product dimana produk tersebut dimata konsumen terlihat perbedaan dalam hal
kualitas, model, kesesuaian dan keselarasan gaya hidup. Membandingkan diantara produk
belanja heterogen biasanya sulitnya dikarenakan barang tersebut memiliki keunikan dalam fitur
dan perbedaan tingkat kuwalitas dan harga (Nor Khalidah, 2009 :130). Dalam produk tas yang
ditemui dipasar, khususnya tas wanita keberagaman/heterogenitas mudah sekali ditemui, mulai
dari jenis tas, warna, material, bentuk maupun harga. Dengan keanekaragaman jenis tas yang
ditawarkan produsen kepada konsumen, sehingga konsumen diberikan keleluasan untuk
menentukan pilihan berdasarkan kebutuhan dan keinginannya.

2. Peningkatan Daya Saing Melalui Pengembangan Produk Baru.


Pengembangan produk merupakan suatu yang penting ditengah persaingan yang ketat dan
menurunnya jumlah penjualan. Proses pengembangan sebuah produk baru adalah sesuatu yang
penting dalam sebuah perusahaan. Pengembangan produk baru adalah sebuah pengembangan
dari produk yang original, improvisasi produk, modifkasi produk dan merek baru melalui
sebuah riset dan pengembangan. Dalam pengembangan sebuah produk baru harus melalui
delapan tahapan. Tahap pertama adalah melahirkan sebuah ide atau sering disebut idea
generation, tahap berikutnya adalah seleksi ide dilanjutkan konsep pengembangan dan uji coba,
menyusun strategi pemasaran, membuat analisa bisnis yang berlanjut pada tahap pengembangan
produk sampai dengan uji coba pasar dan komersialisasi. Dengan melalui tahapan tahap tersebut
diharapkan produk baru yang dikeluarkan dapat diterima pasar dan memberikan keuntungan
bagi perusahaan.

3. Strategi Masuk Pasar Global


Produk produk usaha kecil dan menengah di Indonesia memiliki potensi yang besar untuk
menembus pasar ekspor. Untuk masuk dalam pasar global sebuah perusahaan harus memilih
sebuah cara untuk masuk dalam pasar. Ada tiga pilihan yang biasa dilakukan yaitu; exporting
(mengekspor), joint venture (bekerjasa sama) dan direct investment (investasi langsung). Dalam
tulisan ini yang akan dibahas adalah cara memasuki pasar global dengan cara
mengekspor/exporting. Produksi sebuah barang dalam sebuah negara dan menjualnya di negara
lain itulah yang disebut dengan mengekspor. Ada dua jenis dalam mengekspor yang pertama
adalah mengekspor secara langsung dan yang kedua mengekspor secara tidak lansung.
Mengekspor secara tidak langsung (indirect exporting) adalah di mana sebuah perusahaan hasil
produksinya ke luar negeri melalui sebuah perantara atau ekspor agen. Sebuah perusahaan
perdagangan sebagai perantara untuk membeli berbagai produk di satu negara dan telah
mempertimbangkan segala resiko pada saat produk tersebur dijual kembali di suatu negara lain.
Produsen mendapatan kepastian harga dari perusahaan dagang (trading company). Sebuah agent
ekspor tidak membeli produk tetapi hanya mengatur secara seerhana untuk untuk penjualan di
368
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PROGRAM PENDAMPINGAN DESAINER DALAM PENGEMBANGAN DESAIN TAS WANITA UKM JF BAGS DAN CV
PALUPI CRAFT SEBAGAI PRODUK EKSPOR

luat negeri. Biasanya perusahaan export barang secara tidak langsung tidak memerlukan resiko
tinggi dan rendah investasi (Nor Khalidah, 2009 :287)

4. Desain Menjadi Sesuatu yang Penting


Dalam buku berjudul Mind Set yang ditulis oleh John Naisbith, ada sebuah pokok bahasan yang
berjudul Desain Kelas Atas Bagi Barang Biasa, dimana dijelaskan bagaimana persaingan
pasar global semakin ketat menimbulkan banyak pertanyaan. Pertayaan yang paling mendesak
adalah : Karena setiap orang me-miliki akses ke teknologi yang sama, apa yang membuat
perusahaan anda berbeda? Begitu sebuah teknologi tidak dianggap baru, perbedaan ada
disentuhan manusiawi, dan banyak orang sangat menyadarinya. (Naisbith, 2007:166) Ini
mengartikan bahwa peran manusia hadir begitu penting ditengah kehadiran teknologi yang saat
ini sangat mudah diakses dan digunakan oleh banyak orang yang membuat segala sesuatu yang
dihasilkan terasa menjadi sangat seragam. Hal ini dipertegas oleh Ben Evans, direktur London
Design Fetival, yang mengatakan Desain dan kreativitas merupakan salah satu keungulan
kompetitif yang dimiliki perusahaan perusahan di perekonoian maju. Di masa depan, desain dan
kreativitas munggkin menjadi satu-satunya hal yang mereka miliki (Naisbith, 2007:166)

Tahapan Pelaksanaan Program Pendampingan Desainer


1. Proses Pemilihan UKM
Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, salah satu tujuan kegiatan ini untuk menciptakan
produk (prototype) berdisain baru, yang akan ditindaklanjuti dengan tes pasar pada pameran
Trade Expo Indonesia (TEI) tahun 2015 di Jakarta. Oleh sebab itu, pemilihan pengrajin yang
memiliki komitmen kuat, mempunyai kualitas pekerjaan yang baik serta telah mempunyai
pengalaman ekspor menjadi prasyarat/kriteria utama dalam penjaringan peserta yang akan
dipilih. Guna memberikan kesempatan yang lebih luas dan merata kepada para UKM disektor
produk terpilih yang ada di semua Kota/Kab. di Provinsi Jawa Tenga, maka disepakati untuk
memberikan kesempatan kepada pengrajin yang mewakili semua daerah yang akan mengangkat
karakteristik/identitasmasing-masing daerah kedalam produk karyanya. Faktor penentu
penilaian dalam pemilihan adalah produk yang memiliki nilai tambah, keunikan serta
mengandung karakteristik/identitias daerah (kearifan lokal) yang diangkat oleh pengrajin. Pada
tahapan pertama ini juga dilakukan peninjauan kelima UKM yang akan diseleksi untuk
mendapatkan program pendampingan. Dari hasil setelah melakukan observasi, wawancara, dan
kunjungan langsung ke lima UKM di Provinsi Jawa Tengah tepatnya di Kota Semarang didapati
UKM yang dikunjungi memiliki potensi unggulan dan kelemahan yang cukup beragam. Potensi
keunggulan dan kelemahan di uraikan sebagai berikut :
1. CV Mutiara Hasta adalah sebuah sanggar batik yang memberikan banyak pelatihan
kepada masyarakat umum khususnya kepada para penderita tuna runggu dan tuna
wicara, mereka dilatih untuk membuat pola batik sampai menjadi kain batik siap pakai.
Selain membuat kain batik CV Mutiara Hasta juga menjual hasil kerajinan berbahan
baku batik seperti tas, dompet, wadah/pakajing tapi sangat disayangkan produk tersebut
tidak diibuat langsung di workshop mereka sendiri melainkan dibuat disentra kerajinan
lain seperti di Yogjakarta. Produk berbahan baku batik ini dari segi kualitas masih
sangat jauh dari apa yang diharapan dan dari segi desain masih belum ada inovasi atau
terobosan.
2. CV. Palupi yang terletak di Tlogosari Semarang adalah sebuah perusahaan Tas Wanita
berbahan baku kayu dan Kulit. Hasil produksi perusahaan biasanya dijual kembali oleh
re-seller dengan membubuhkan merek yang dimiliki oleh para re-seller. Dari segi
kualitas tas hasil produksi CV Palupi boleh dikatakan cukup baik. Keberanian CV
Palupi untuk mengkombinasikan bahan boleh dikatakan cukup berani. Dari sisi fasilitas
produksi dan tenaga kerja CV palupi dapat dikatan suduh cukup memadai tetapi masih
dapat ditingkatkan lagi. Dari segi promosi produk CV Palupi masih mengunakan media
369
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PROGRAM PENDAMPINGAN DESAINER DALAM PENGEMBANGAN DESAIN TAS WANITA UKM JF BAGS DAN CV
PALUPI CRAFT SEBAGAI PRODUK EKSPOR

social. Dari segi pengembangan desain perusahaan ini sudah cukup baik hanya saja
masih perlu riset pengembangan desain yang lebih terencana, terukur dan sistematis.
3. Zawa Handmade Leather Bag perusahaan tas kulit yang terletak di Kelurahan Bulu Lor
Semarang memproduksi beraneka ragam kerajinan tas wanita dari berbagai macam
bahan baku baik dari kulit asli maupun imitasi. Meskipun memiliki fasilitas produksi
yang sangat memadai untuk memenuhi pasar ekspor dalam jumlah besar akan tetapi
dari sisi kualitas pekerjaan masih kurang memenuhi syarat dari tingkat kerapihan
maupun detail pekerjaan. Dari sisi desain tas yang dihasilkan juga masih belum
memiliki kekhususan secara desain.
4. JF Bags Judy dan frances salah satu UKM yang berani membuat terobosan dalam hal
desain tas perempuan, dengan tekhnik ayaman yang mempergunakan bahan baku kain
batik, JF Bags mampu membuat produk yang sangat eksklusif dengan hasil pekerjaan
yang sangat maksimal dari sisi kualitas produk. Dengan menyasar target pasar yang
sangat jelas yaitu pasar menengah ke atas JF Bags rasanya mampu bersaing di pasar
Internasional.
5. Charisma Batik bisa lebih sesuai dikategorikan sebagai butik bukan sebagai rumah
produksi. Dengan banyaknya variasi produk yang ditampilkan mulai dari kain, pakaian,
sepatu dan tas kami merasa kesulitan untuk melihat focus dari perusahaan ini. Dengan
kualitas produk yang sangat rendah (khususnya produk turunan dari kain batik) saya
melihat produk ini dikerjakan ditempat lain dengan control kualitas pekerjaan yang
rendah.

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, salah satu tujuan kegiatan ini untuk menciptakan
produk (prototype) dengan desain baru, yang akan ditindaklanjuti dengan tes pasar pada
pameran Trade Expo Indonesia (TEI) tahun 2015 di Jakarta. Oleh sebab itu, pemilihan
pengrajin yang memiliki komitmen kuat, mempunyai kualitas pekerjaan yang baik serta telah
mempunyai pengalaman ekspor menjadi prasyarat/kriteria utama dalam penjaringan peserta
yang akan dipilih. Guna memberikan kesempatan yang lebih luas dan merata kepada para UKM
disektor produk terpilih yang ada di semua Kota/Kab. di Provinsi Jawa Tengah, maka disepakati
untuk memberikan kesempatan kepada pengrajin yang mewakili semua daerah yang akan
mengangkat karakteristik/identitas masing-masing daerah kedalam produk karyanya. Faktor
penentu penilaian dalam pemilihan adalah produk yang memiliki nilai tambah, keunikan serta
mengandung karakteristik/identitias daerah (kearifan lokal) yang diangkat oleh pengrajin.
Kunjungan (site-visit) ke perusahaan peserta calon program DDS yang mengikuti seleksi
dilakukan kepada 5 (lima) UKM pengrajin tas yang direkomendasikan oleh Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Prov. Jawa Tengah. Kunjungan ini bertujuan untuk memperoleh informasi
yang selanjutnya dituangkan ke dalam lembar penilaian UKM.Dari kelima UKM yang kami
survey kami menentukan 2 UKM yang akan di dampingi yaitu CV Palupi dan JF Bags Judy &
Frances yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

2. Pengembangan Desain
Program Pendampingan Desainer tahap 2 ini dilangsungkan pada tanggal 11 hingga 14 agustus
2015, bertempat di studio/rumah produksi JF dan Palupi (ATA) yang berlokasi di kota
Semarang, Dalam periode ke 2 ini desainer pendamping memberikan beberapa alternatif desain
yang akan dipilih untuk dikembangkan. Untuk UKM J&F akan dikembangkan 4 desain tas dan
Untuk Palupi terpilih 5 desain yang akan dikembangkan. Dua UKM terpilih memiliki karakter
desain yang cukup berbeda.
Proses Desain yang dilakukan pertama adalah melihat kecenderungan desain dari kedua UKM
terpilih yang memiliki karakter yang unik dari segi desain. Setelah melakukan riset selaku
desainer pendamping memberikan nafas baru dalam desain desain tas kedua UKM tersebut,
370
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PROGRAM PENDAMPINGAN DESAINER DALAM PENGEMBANGAN DESAIN TAS WANITA UKM JF BAGS DAN CV
PALUPI CRAFT SEBAGAI PRODUK EKSPOR

seperti memoderinisasi bentuk dengan bentuk bentuk yang lebih atraktif tanpa meninggalkan
identitas awal yang kental dari desain tas yang di produksi oleh kedua UKM terpilih. Selain dari
sisi bentuk desainer pendamping juga mencoba memasukan unsur material selain kulit, kain
kanvas, tenun dan batik untuk diaplikasikan dalam tas yang akan di produksi yang bertujuan
menambah nilai estetika/ keunikan dan juga menekan biaya produksi.

3. Proses Pasca Desain Terpilih.


Setelah desain terpilih kami desainer berkomunikasi dengan bidang produksi untuk
membicarakan berbagai hal yang sifatnya teknis. Mulai dari penentuan dimensi tas secara detail,
menetukan aksesoris penunjang seperti kancing, jenis jahitan, material sampai dengan pemuatan
pola/patern tas. Setelah mendiskuskan dan melihat kendala yang ada dari desain awal tidak
tertutup kemungkinan ada perbaikan, revisi desain sebagai pertimbangan untuk mengatasi
masalah/kesulitan yang muncul dalam proses produksi. Kesulitan dalam produksi, kejanggalan
proporsi bentuk akan terlihat pada saat desain awal di tuangkan dalam bentuk dumi/model 3
dimensi. Setelah dummy/model/ mock up melalui beberapa tahap revisi barulah pola pola/model
yang dibuat dari kertas dipindahkann pada material sebenarnya untuk dibuatkan prototype
produk sebenarnya
4. Produk Yang Dihasilkan
Dalam proses pendampinan desainer pada dua UKM yaitu JF Bags dan Palupi Craft dihasilkan
9 variant produk, 4 varian produk untuk JF Bags dan 5 varian produk untuk Palupi Craf dengan
beragam spesifikas. Produk pengembangan yang dihasikan JF Bags yang pertama adalah tas
wanita berbentuk kota yang diberi nama aplle blossom bermaterial polyester, suede dan kulit.
Produk pengembangan yang kedua adalah alyssium tas perempuan bergaya sedikit formal
dengan warna coklat muda dengan material polyester, suede dan kulit. Angelica sebuah tas yang
terkesan lebih casual dengan warna yang cukup mencolok mencoba menyasar segmen pasar
wanita kantoran, yang berikutnya adalah Artemisia sebuah tas ransel berwarna hitam yangl
dapat digunakan baik oleh wanita dan pria berbahan polyester dipadukan dengan kulit. Pada
produk yang dihasilkan oleh Palupi Craft terlihat lebih atraktif dalam desain desain yang
ditampilkan hal ini dikarenakan adanya perpaduan material kulit berwarna emas dengan kain
tenun tradisional, kelima produk tas tersebut adalah mediumtrapezleather satchel adalah tas
jinjing perempuan dengan kulit berwarna emas dipadu kain tenun becorak warna merah, orange
dan memiliki hendel kulit berwarna toska. Produk yang kedua adalah large elcileather tote
adalah tas berbahan tenun ikat pahikung NTT yang dipadu dengan kulit dengan system laser
cutting, tas ini terkesan sederhana dan simple dengan penerapan ragam hias geometris. Small
Parka glitter leather adalah produk ketiga yang dikembangkan oleh Palupi Craft dimana
dalam produk tersebut diperuntukkan untuk kaum perempuan dengan mengekspos tangkai
bunga yang sebagai hendel pegangan tas. Tas berwarna merah dengan material tenun ikan
bermotif geometris dengan dipadukan aksen emas bermotif kulit buaya memberikan kesan
mewah dan berkelas. Produk yang dihasilkan berikutnya adalah small Harmony stripe yaitu
tas jinjing perempuan yang memiliki keunikan dimana handel atau pegangan tas yang biasanya
ada dua buah di tas ini hanya terdiri satu buah yang diletakan secara melintang dari sisi kanan
ke sisi kiri, tas yang didominasi warna hitam dengan garis garis vertikal berkesan mewah
ditengah bentuk yang sederhana. Produk terakhir yang dikembangkan adalah KOTAK bag
sebuah tas yang dapat digunakan oleh pria dan wanita. Kelebihan tas ini adalah sebuah tas yang
pengunaan dapat sebagai tas backpack, tas bahu (shoulder bag) maupun tas jinjing, tas
berbentuk sederhana ini didominasi material kulit berwarna perunggu dipadu dengan tenun yang
bermotif garis garis yang terkesan dinamis.
371
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PROGRAM PENDAMPINGAN DESAINER DALAM PENGEMBANGAN DESAIN TAS WANITA UKM JF BAGS DAN CV
PALUPI CRAFT SEBAGAI PRODUK EKSPOR

Gambar 1. Small Harmonystripe


(Sumber : Gihon, 2015)

Gambar 2. Small Parkaglitter leather


(Sumber : Gihon,2015)
372
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PROGRAM PENDAMPINGAN DESAINER DALAM PENGEMBANGAN DESAIN TAS WANITA UKM JF BAGS DAN CV
PALUPI CRAFT SEBAGAI PRODUK EKSPOR

Gambar 3. Angelica
(Sumber : Gihon, 2015)

D. SIMPULAN
Program Pendampingan Desainer (Designer Dispatch Services/ DDS) merupakan program
pemberdayaan disainer-disainer Indonesia terpilih yang untuk mendampingi UKM-UKM lokal
(daerah) dalam mengembangkan desain-desain baru bagi produk mereka, diharapkan hasil dari
program pendampingan tersebut adalah lahirnya (prototype) produk-produk baru dari Provinsi
Jawa Tengah yaitu produk batik menjadi handicraft. selain itu program DDS juga bertujuan
mendukung kebutuhan UKM terhadap pengembangan produk yang berorientasi desain.
Program DDS ini juga memberikan ruang kepada desainer Indonesia dalam kaitan dengan
pengembangan desain produk UKM sehingga memiliki daya saing. Dari sisi desainer dapat
memperoleh pengalaman baru dengan terjun langsung ke lapangan disentra-sentra industri
produk di tiap daerah dan mengetahui secara detil bagaimana diproduksinya suatu produk,
sehingga para disainer juga akan mengetahui kelemahan dan kesulitan serta memahami situasi
dan kondisi para UKM produsen. Diharapkan keberadaan desainer di tengah UKM di daerah
sebagai jembatan UKM dalam rangka pengembangan produk kedepan.

DAFTAR PUSTAKA
Khalidah, Nor. (2009). Principles of Marketing. Selanggor: Oxford University Press.
Sanyoto, Sadjiman. (2005). Dasar-Dasar Tata Rupa & Desain (Nirmana). Yogyakarta: Arti
Bumi Intran.
Naisbitt, John. (2007). Mind Set. Jakarta: Daras Books.
Term of Reference Program Designer Dispatch Service (DDS) Tahun 2015. Kementrian
Perdagangan Republik Indonesia.
SAMPAH PLASTIK SEBAGAI MEDIA PELATIHAN
EKSPRESI-ESTETIS DALAM KARYA PRODUK GUNA
Diah Asmarandani
Program Studi Desain Produk, FSRD Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa no. 1, Jakarta
E-mail: diah.asmarandani@gmail.com

ABSTRAK
Dalam kehidupan manusia, kehadiran sampah sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan. Secara fisik
sampah dapat dibedakan dalam sampah kering dan sampah basah yang mudah membusuk, sedangkan
sampah kering bersifat sebaliknya, tidak dapat membusuk. Sampah plastik merupakan salah satu dari
sampah kering yang tidak dapat membusuk dan memerlukan pengolahan lebih lanjut dalam
pembuangannya. Pada beberapa jenis plastik dapat dimanfaatkan sebagai karya produk guna seperti
anyaman untuk tas, produk estetika seperti kap lampu, jam dinding juga wadah. Pemanfaatan sampah
plastik sebagai media produk ekspresi-estetikis, hendaknya dilengkapi pengetahuan-pemahaman tentang
bentuk dan bahan plastik yang dapat dimanfaatkan sebagai wadah atau produk guna. Mengolah sampah
plastik yang berbentuk wadah diperlukan material-material pendukung seperti kertas-bahan tissue-kain
perca, lem dan pewarna sehingga ekspresi estetis dapat terwujud pada produk wadah sampah plastik.
Ekspresi-estetis dari produk sampah plastik merupakan ungkapan pengalaman estetis dari peserta latihan,
yang dalam pelatihan ini dibantu oleh pembimbing estetis maupun pembimbing teknis; dalam pelatihan
ini diharapkan peserta mendapatkan wacana tentang manfaat sampah plastik, dan menyadari bahwa setiap
manusia mempunyai kemampuan kreativitas dengan ekspresi-estetisnya. Pelatihan yang dilakukan
memerlukan tahapan kerja yang memakan waktu dan kesabaran, langkah kerja hendaknya sudah di
rancang sehingga memudahkan dalam mewujudkan ide gagasan untuk karya produk guna dari sampah
plastik.

Kata kunci : sampah plastik, pelatihan, ekspresi-estetis, karya produk guna.

ABSTRACT
Waste has been an inseparable part in human's life. By its nature, waste classified in two categories,
degradable waste and undegradable waste. While degradable waste can be process naturally by itself or
by nature, undegradable waste can not. Plastics fall into undegradable waste category. Thus, plastics
need further process in the disposal. One of the alternative, some of the plastics can be recycle, woven
into bag, or other esthetic products such as lampshade, wall clock, or wadah. In recycling plastics into
expressive-aesthetics products, the basic knowledge about the eligible form and shape of plastics that can
be recycle is necessary. Recycling plastics into storage box will need additional supporting materials
such as paper, tissue, patchwork, glue and colouring to finally forming an expressive-aesthetics products.
The expressive-aesthetics part of the recycled plastics is a representation of the participants' experience
during the process. Guided by aesthetic guide and also the technical guide, the participants expected to
understand how to utilise plastics waste and also realise that each individual are able to be creative with
their own expressive-aesthetics. The practice has its workflow which in each process needs time and
patience. Each process should be well-designed in order to ease up the understanding process, therefore
it will be easier to apply the idea of utilising plastics waste.

Keywords: plastic waste, training, expressive-aesthetics, recycled goods.

A. PENDAHULUAN
Dalam keseharian kehidupan manusia ditemukan banyak sampah yang merupakan material sisa
dalam bentuk apapun, seperti sampah alam, sampah basah dan sampah kering seperti kaleng
374
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SAMPAH PLASTIK SEBAGAI MEDIA PELATIHAN EKSPRESI-ESTETIS DALAM KARYA PRODUK GUNA

minuman/makanan, kemasan karton, kertas dan plastik. Sampah plastik termasuk kedalam
golongan jenis sampah yang tidak mudah terurai secara alami, khususnya jenis plastik
thermoplast perlu waktu yang cukup lama untuk dapat terurai. Karena sampah plastik
merupakan golongan limbah khusus dan perlu dilakukan proses daur ulang untuk memanfaatkan
kembali sampah tersebut, maka dalam pelatihan ini dilakukan upaya mudah didalam proses
daur ulang.

Sampah plastik yang akan didaya gunakan adalah jenis sampah plastik dalam bentuk wadah,
yang proses pembentukannya akan dilengkapi dengan pemanfaatan limbah kertas koran, atau
tissue, atau kain perca yang direkatkan dengan sejenis perekat yang sesuai dengan material
plastik. Yang utama dari pelatihan ini adalah memanfaatkan sampah plastik (wadah) sebagai
upaya mewujudkan/mengungkapkan ekspresi-estetis peserta pelatihan dalam mewujudkan
produk guna. Pemilihan sampah plastik dalam pelatihan ini hendaknya dipilih lebih hati-hati,
sebaiknya desain wadah yang dibuat ditujukan sebagai tempat pinsil, tempat asesoris atau benda
hias.

Pelatihan ini ditujukan untuk kelompok-kelompok tertentu dalam sebuah komunitas masyarakat,
seperti remaja mesjid, kelompok remaja karang taruna, pelajar SMP-SMA, atau Gugus Depan
Pramuka yang selanjutnya kelompok-kelompok ini diharapkan dapat menyebar luaskan
kemampuannya untuk pihak-pihak lain dalam upaya mengatasi sampah plastik menjadi produk
guna atau karya seni. Atau bahkan dapat mengupayakan pelatihan ini untuk menjadi sumber
penghasilan dalam produk guna yang memiliki nilai estetis dan nilai jual.

Dana bagi kegiatan pelatihan seperti ini dapat berupa program rutin dari institusi sebagai
kegiatan pengabdian kepada masyarakat, mitra program dengan badan sosial kelurahan, atau
bantuan pelatihan untuk mata pelajaran ekstra kurikuler di sekolah-sekolah.
Tujuan dari pelatihan, yang utama adalah bagaimana upaya untuk melakukan re use sampah
plastik menjadi produk guna, selanjutnya menumbuhkan kreatifitas melalui ekspresi-estetis
sampah plastik dalam produk guna, kemudian menjadikan kemampuan-kemampuan tersebut
sebagai upaya untuk meningkatkan kegiatan wirausaha rumahan.

Secara epistemologi, sampah merupakan bagian dari aktivitas sehari-hari manusia, sampah
adalah material sisa atau material bekas yang tidak lagi digunakan, dan sampah dapat
digolongkan dalam sampah basah-sampah kering, dan sampah alam-sampah buatan. Dari
kategori tersebut, secara umum sampah plastik dapat digolongkan sebagai sampah kering dan
sampah buatan, dan yang paling utama dari sifat fisik sampah plastik yaitu jenis limbah yang
tidak dapat terurai. Dalam jurnal Trasik Vol.3. No.2, Desember 2005, Iman Mujiarto
menuliskan bahwa, plastik adalah senyawa polimer yang terbentuk dari polimerisasi molekul-
molekul kecil (monomer) hidrokarbon yang membentuk rantai yang panjang dengan struktur
yang kaku. Plastik adalah senyawa polimer yang terbentuk dari polimerisasi molekul-molekul
kecil (monomer) hidrokarbon yang membentuk rantai yang panjang dengan struktur yang
kaku.Berdasarkan sifat fisikanya, plastik dapat digolongkan sebagai Termoplastik yaitu jenis
plastik mudah di daur ulang, dan yang lain disebut sebagai Termoset yaitu jenis plastik yang
tidak dapat dilakukan proses daur ulang.

Sampah plastik yang dimanfaatkan dalam pelatihan ini lebih mengutamakan yang berbentuk
wadah/mangkok/kotak, dan berdasarkan data dari The Green Darmo Hospital Magazine, Edisi:
Oktober - Desember 2010 bentuk-bentuk tersebut secara material digolongkan sebagai 1.PET
atau polyethylene terephthalate material plastik untuk botol (minyak goreng, pindakas, dressing
salad) dan kemasan makanan, 2. HDPE atau high density polythylene untuk botol susu, obat,
375
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SAMPAH PLASTIK SEBAGAI MEDIA PELATIHAN EKSPRESI-ESTETIS DALAM KARYA PRODUK GUNA

sabun cair, wadah makanan dan wadah tissue basah tissue, 3. PVC atau Polyvinyl Chloride ,
botol minyak goreng, pembersih kaca, shampoo, kemasan kerut, mainan dan kemasan makanan
cepat saji. 4. LDPE dapat dijumpai pada tas plastik, botol, kotak penyimpanan, mainan,
perangkat komputer dan wadah yang dicetak.

Gambar 1. Jenis plastik wadah .


(sumber The Green Darmo Hospital Magazine, Edisi: Oktober - Desember 2010)

Melalui pelatihan ini selain memberdayakan sampah plastik sebagai produk guna diberikan juga
pelatihan tentang ekspresi estetis sebagai bagian dalam proses pembentukan karya produk guna.
Yang dimaksud dengan ekspresi dalam hal ini adalah perasaan khusus yang dapat membangun
376
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SAMPAH PLASTIK SEBAGAI MEDIA PELATIHAN EKSPRESI-ESTETIS DALAM KARYA PRODUK GUNA

sikap serta nilai yang disebabkan oleh interaksi pelaku dengan lingkungannya, hal ini terjadi
karena manusia mempunyai dasar berpikir yang disebut dengan imajinasi yang dilengkapi
dengan pengalaman estetis. Ekspresi merupakan karakter bebas. Ekspresi dapat juga dikatakan
sebagai ungkapan kreatif yang diselaraskan dengan karya produk sebagai obyek atau benda-
benda, sebagai media, model atau sumber ungkapan. Ekspresi sebuah obyek atau karya produk
guna banyak mengandung perasaan dan gagasan dari manusia pembentuknya. Menurut John
Dewey, ekspresi merupakan pengalaman reflektif yang menghadirkan gagasan dan perasaan
yang melibatkan pencipta/seniman-penikmat dan obyek

B. MEODOLOGI
Kegiatan mendaur ulang atau merubah fungsi dan bentuk sampah plastik menjadi benda atau
produk yang bernilai guna dilaksanakan melalui pelatihan sebagai kegiatan yang diupayakan
untuk meningkatkan-menambah kemampuan sumber daya manusia melalui serangkaian
kegiatan yang terstruktur seperti kegiatan identifikasi, pengkajian dan proses belajar yang
terprogram-terencana dalam sebuah paket kegiatan. Dalam pelatihan ini diharapkan dapat
dijadikan sarana yang dapat meningkatkan produktivitas; pelatihan merupakan bagian dari
proses pembelajaran dan pendidikan yang mengandung tahapan belajar-praktek dalam
memperoleh ketrampilan yang efektive dalam mewujudkan karya.

Dari pelatihan ini proses ataupun tahapan, yang membantu peserta pelatihan untuk mendapatkan
kepandaian, ketrampilan untuk mencapai efaktivitas, pengembangan proses berpikir,
pengetahuan, kepandaian dan ketrampilan, pelatihan merupakan orientasi belajar yang lebih
fungsional, aplikatif, praktis dan sesuai dengan kebutuhan.
Melalui pelatihan ini metode eksperimentatif merupakan upaya untuk memperoleh alternatif
produk dengan alternatif ekspresi-estetis yang muncul, dengan deskripsi tahapan kegiatan
sebagai berikut:
1. Penyuluhan dalam bentuk ceramah dan diskusi mengenai jenis sampah plastik yang akan
dimanfaatkan untuk media ekspresi-estetis.
2. Pengenalan alat dan material penunjang yang akan digunakan.
3. Praktik pembuatan obyek sampah plastik sebagai karya produk guna
4. Praktik penerapan ekspresi-estetis pada obyek, dengan menggunakan cat ditambah dengan
elemen estetis yang akan diterapkan.

C. PEMBAHASAN
1. Peserta pelatihan, Pramuka Gugus Depan Yudhistira 02.131 dan Larasati 02.132 yang
berniat akan melaksanakan kegiatan sosial antar pramuka diwilayah Kwarda Jakarta Barat.
Dalam kegiatan Pramuka wilayah Jakrta Barat, Pramuka diminta untuk mengajukan banyak
program, dan program pemanfaatan atau daur ulang sampah plastik menjadi salah satu
pilihan kegiatan terpadu. Gugus Depan yang aktif di universitas Trisakti merupakan
kumpulan mahasiswa dari 9 fakultas, kegiatan pramuka diharapkan fokus pada kegiatan-
kegiatan intern, namun akhir-akhir ini lebih banyak kegiatan yang terkait dengan lingkungan
alam-sosial-religius keagamaan dan budaya, serta olah raga juga promosi. Pendidikan untuk
anak jalanan dan anak putus sekolah dapat dilakukan dengan banyak cara, diantaranya
dengan memberikan pelatihan yang dapat membangun kemampuan mewujudkan benda-
benda ekspresi estetika ataupun mewujudkan produk yang bernilai guna, dengan harapan
selanjutnya kegiatan pelatihan oleh Pramuka Trisakti dapat menjadi kegiatan wirausaha.
377
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SAMPAH PLASTIK SEBAGAI MEDIA PELATIHAN EKSPRESI-ESTETIS DALAM KARYA PRODUK GUNA

Gambar 2. Peserta pelatihan Pramuka Trisakti


(Sumber gambar: Dokumen D. Asmarandani, 2016)

2. Tempat pelatihan laboratorium-studio praktek bengkel FSRD-Usakti yang dilengkapi


peralatan dan meja kerja yang setara dengan sistem kerja untuk pelaksanaan pembentukan
karya produk guna.

3. Pemilihan sampah plastik yang akan digunakan dalam pelatihan menjadi penting karena
terkait dengan bentuk atau produk yang akan dirancang sesuai imajinasi peserta latihan,
sampah plastik yang terpilih merupakan jenis plastik yang menjadi wadah minuman dan
makanan, sehingga tingkat keamanan terjamin dan kualitas pemanfaatan sampah plastik
terjamin,

Gambar 3 : Sampah Plastik jenis PET, HDPE, LDPE


(Sumber gambar: Dokumen D. Asmarandani, 2016)
378
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SAMPAH PLASTIK SEBAGAI MEDIA PELATIHAN EKSPRESI-ESTETIS DALAM KARYA PRODUK GUNA

Dalam pelatihan ini sampah plastik menjadi sumber ide-gagasan dan media untuk
menterjemahkan wujud ekspresi estetis, dilengkapi dengan material penunjang seperti bubur
kertas atau lembar tissue halus yang direkat dengan sejenis lem putih. Sampah plastik wadah
memiliki bentuk yang dapat di ekspresikan untuk daur ulang bentuk dengan kekuatan
imajinasi peserta latihan.

4. Proses pengerjaan , pada tahap ini dikelompokan dalam:


Memilih sampah plastik sesuai dengan konsep imajinasi bentuk yang akan diwujudkan
(botol minuman dipotong sesuai konsep desain bentuk, atau wadah yang mirip
mangkuk, mangkuk mie instant, atau wadah selai kacang)
Selanjutnya gunakan kuas besar untuk melapisi bidang badan sampah plastik yang
terpilih dengan lem khusus.

Gambar 4 : Peralatan kerja kwas besar, lem, pewarna, tissue


(Sumber gambar: Dokumen D. Asmarandani, 2016)

Tahap berikutnya tempelkan lembar tissue atau bubur kertas secara hati-hati dan
perlahan sesuai bidang, setelah menempel rapi dan menutup bidang yang di inginkan, di
beri jedah waktu untuk tahap berikutnya, hal ini dilakukan agar penempelan tahap
selanjutnya tidak bergerak atau meleset. Kemudian lakukan lembar berikutnya lakukan
pelapisan lem dengan kwas besar pada bidang yang sudah terlapisi, dan lakukan hal
yang sama dengan menempelkan lembar tissue atau bubur kertas, tunggu hingga sedikit
mengering, lakukan tahap ketiga kali ini lem putih dicairkan dan masukan dalam
semprotan, kemudian lakukan penyemprotan lem putih pada bidang sedikit demi sedikit
kemudian tekan-tekan bidang lapisan hingga padat, sesekali semprot, tekan dan ketika
media sudah dalam kondisi padat keringkan dengan hair dryer atau kipas angin
379
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SAMPAH PLASTIK SEBAGAI MEDIA PELATIHAN EKSPRESI-ESTETIS DALAM KARYA PRODUK GUNA

Gambar 5. Proses mengerjakan penempelan lembar tissue dilengkapi dengan lem,


kemudian dilakukan proses pengeringan
(Sumber gambar: Dokumen D. Asmarandani, 2016)

Setelah kering dapat dilakukan pewarnaan dengan komposisi dan ekspresi sesuai
dengan imajinasi dan konsep yang diinginkan.

Gambar 6. Tahap pemberian warna sesuai dengan ekspresi peserta


(Sumber gambar: Dokumen D. Asmarandani, 2016)

Lakukan pengeringan ulang, setelah benar-benar kering


380
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SAMPAH PLASTIK SEBAGAI MEDIA PELATIHAN EKSPRESI-ESTETIS DALAM KARYA PRODUK GUNA

Gambar 7. cara pengeringan tanpa hairdryer


(Sumber gambar: Dokumen D. Asmarandani, 2016)

5. Hasil pelatihan
Pelatihan ini di ikuti oleh 16 peserta pramuka Trisakti yang menghasilkan karya bentuk
wadah, karya bentuk estetis, dan karya bentuk mangkok. Hasil pelatihan merupakan tahapan
proses yang runtut yang dilalui oleh peserta sehingga memperoleh hasil akhir sesuai dengan
imajinasi dan ide gagasan peserta latihan. Dari hasil pelatihan banyak yang dapat
menyelesaikan target produk dan beberapa belum berhasil dalam menyelesaikan proses
pembentukan. Melalui pelatihan ini dapat disimpulkan untuk mencapai ekspresi-estetis
diperlukan pelatihan berlanjut untuk menajamkan kreativitas.
381
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SAMPAH PLASTIK SEBAGAI MEDIA PELATIHAN EKSPRESI-ESTETIS DALAM KARYA PRODUK GUNA

Gambar 8. Hasil pelatihan sampah plastik mangkuk dan wadah


(Sumber gambar: Dokumen D. Asmarandani, 2016)

Gambar 9. Hasil pelatihan sampah plastik non wadah


(Sumber gambar: Dokumen D. Asmarandani, 2016)

D. SIMPULAN DAN SARAN


1. Simpulan
Kegiatan pelatihan dalam program Pengabdian Kepada Masyarakat ini berjalan sesuai
dengan rencana tahapan pelatihan Sampah Plastik Sebagai Media Pelatihan Ekspresi-Estetis
Dalam Karya Produk Guna, dalam pelatihan ini para peserta dapat melatih kemampuan
ekspresi-estetisnya. Hasil yang terwujud ternyata sangat beragam, hal ini membuktikan
382
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SAMPAH PLASTIK SEBAGAI MEDIA PELATIHAN EKSPRESI-ESTETIS DALAM KARYA PRODUK GUNA

bahwa imajinasi peserta untuk bidang ekspresi-estetis dan bentuk sudah dapat dikatakan
baik. Sebagai sebuah ketrampilan tidak hanya hasil akhir yang perlu diperhatikan tetapi
proses dalam mewujudkan secara menyeluruh perlu diperdalam atau dibiasakan.

2. Saran
Bagi peserta latihan khususnya Pramuka unit gugus depan Universitas Trisakti, tetap
meningkatkan dan melatih kemampuan dalam mewujudkan produk-produk guna yang
menggunakan sampah plastik maupun limbah yang lain agar dapat dijadikan program
kegiatan pramuka Trisakti dalam bidang sosial-pendidikan,
Bagi pihak Universitas Trisakti pembinaan dengan pelatihan yang meningkatkan kemampuan
para anggota Pramuka Trisakti menjadi prioritas program berkelanjutan.
Bagi pelaksana pelatihan , program sejenis ini menjadi program terpadu yang dapat
dirancang secara khusus sehingga dapat menghasilkan produk pelatihan yang berdaya guna,
dan dapat mewujudkan program-program yang berkelanjutan.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu Mangkunegara. (2009). Pelatihan dan Pengembangan, Penerbit SDM
Ginting, Dermawan. (2005). Teknologi Daur Ulang Plastik Kemasan Makanan, Surabaya :
Gaya Baru Favorit Press.
Marcia Muelder Eaton. (2010). Persoalan-Persoalan Dasar Estetika. penerjemah Embun
Kenyowati Ekosiwi, Penerbit Salemba Humanika.
Mackenzie, Dorothy. (1991). Green Gesign: Design for The Environment. Great Britain,
Laurence King Publishing
Primadi. (1998). Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar. Bandung: Penerbit ITB
Iman Mujiarto. (Desember 2005). Sifat dan Karakterisaksi Material Plastik dan Bahan Aditif.
Jurnal Trasik Vol.3. No.2
The Green Darmo Hospital Magazine. Edisi: Oktober - Desember 2010
SENDOK PLASTIK BEKAS PAKAI SEBAGAI ALTERNATIF
ELEMEN ESTETIS PADA PRODUK
Ariani
Program Studi Desain Produk, FSRD Universitas Trisakti
Jl. Kyai Tapa no. 1, Grogol, Jakarta 11440
E-mail: arravqa@yahoo.com

ABSTRAK
Dalam kehidupan yang serba modern dan praktis saat ini, penggunaan plastik sebagai material berbagai
jenis produk sudah bukan hal yang asing lagi. Di satu sisi, plastik memang memiliki keunggulan
dibandingkan material lain. Namun di sisi yang lain, penggunaan plastik yang tidak terbendung akan
menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan. Banyak cara sederhana yang dapat kita lakukan untuk
mengurangi sampah plastik di sekitar kita. Salah satu contohnya adalah dengan memberikan pelatihan
melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) tentang bagaimana memanfaatkan sendok
plastik bekas pakai menjadi elemen estetis pada produk. Kegiatan PKM ini diadakan oleh Program Studi
Desain Produk Universitas Trisakti dengan masyarakat sasaran pemuda Karang Taruna dan ibu-ibu
rumah tangga yang tinggal di Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Pelatihan ini
bertujuan untuk memberikan kegiatan yang bersifat edukatif tentang penanganan limbah, sekaligus
sebagai upaya untuk merangsang kreativitas masyarakat dalam mengolah limbah menjadi sesuatu yang
bernilai jual. Dalam menyusun makalah ini, metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif ditempuh
sebagai upaya untuk menghimpun, memilah, menganalisis dan mengevaluasi data dan informasi yang
diperoleh. Hasilnya kemudian disampaikan dalam format tulisan ilmiah yang terstruktur dan informatif.
Sementara itu, dalam pelaksanaan program PKM, metode yang digunakan adalah metode eksperimentatif
yaitu dengan melakukan berbagai eksperimen untuk mendapatkan materi pelatihan yang tepat sasaran.
Kegiatan yang bersifat praktis dan nyata serta sudah dilakukan secara berkesinambungan diharapkan
dapat mempererat hubungan antara institusi pendidikan dengan masyarakat, sehingga manfaat perguruan
tinggi sebagai entitas intelektual akan semakin besar dan penting peranannya sebagai pilar peradaban
masyarakat.

Kata kunci: plastik, sendok plastik bekas pakai, PKM, produk bernilai jual

ABSTRACT
In the modern and practical life, the use of plastic as material in various products is no longer extraneous
matter. Plastic have advantages compare to other materials. But on the other han, the uncontrollable use
of plastic will cause negative impact to the environment. There are many simple ways that we can do to
reduce plastic waste around us. An example activity is providing training through Pengabdian Kepada
Masyarakat (PKM) about how to utilize wasted plastic spoon into aproduct's aesthetic element. This
activity was conduct by Study Program of Product Design, Trisakti University, with the target community
are the youths of Karang Taruna and housewives who live in Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan
Tambora, west Jakarta.This training aims to provide exemplary educational training how to handle
plastic waste, as well as an efforts to stimulate creativity of the community to treat waste products
intoobjectwith selling value. Preparing this paper, the descriptive qualitative method has taken to gather,
sort, analyze, and evaluate data and obtain information. Then the result has been transformed into
structural and informativescientific writing format. The methodology used in this PKM program was
experimentative method with many experiment ofright training for the targeted community. The practical
and real activities that already continuosly proceeded, expected to strengthen the relationship between
educational institutions with the community, so that the benefits of college existance as an intellectual
entity will grow and play important role as the pillars of civilization.

Keywords: plastic, waste plastic spoon, PKM, selling value products


384
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SENDOK PLASTIK BEKAS PAKAI SEBAGAI ALTERNATIF ELEMEN ESTETIS PADA PRODUK

A. PENDAHULUAN
Kehidupan modern saat ini telah mendorong manusia untuk mencari hal-hal yang bersifat
praktis termasuk dalam memilih barang-barang yang mereka gunakan dalam kesehariannya.
Salah satunya adalah plastik. Hampir setiap orang pasti tidak akan terlepas dari yang produk-
produk berbahan baku plastik dalam aktivitasnya. Saat ini plastik memang telah menjadi
komponen penting dalam kehidupan modern dan peranannya telah menggantikan material lain
seperti kayu dan logam mengingat kelebihan yang dimilikinya antara lain ringan dan kuat, tahan
terhadap korosi, transparan dan mudah diwarnai, serta sifat insulasinya yang cukup baik. Sifat-
sifat bahan plastik inilah yang membuatnya sulit tergantikan dengan bahan lainnya untuk
berbagai aplikasi khususnya dalam kehidupan sehari-hari mulai dari kemasan makanan,
peralatan rumah tangga, mainan anak, elektronik, hingga komponen otomotif.

Peningkatan penggunaan bahan plastik ini mengakibatkan peningkatan produksi sampah plastik
dari tahun ke tahun. Sebagai gambaran konsumsi plastik di Indonesia mencapai 10 kg perkapita
pertahun, sehingga dapat diprediksikan sebesar itulah sampah plastik yang dihasilkan. Fakta
tersebut telah menjadi issue lingkungan yang kerap diangkat menjadi pembahasan dalam
berbagai pertemuan lingkungan hidup dan menjadi hal yang harus diwaspadai karena kita semua
mengetahui bahwa plastik merupakan material yang sulit terurai secara alami. Dibutuhkan
waktu hingga 80 tahun lebih untuk menguraikan sampah plastik agar dapat terdegradasi secara
sempurna. Hal ini mengakibatkan panas matahari terperangkap di bumi sehingga suhu di muka
bumi meningkat dan berdampak pada apa yang dikenal dengan global warming. Selain itu,
proses pembuatan plastik yang belum bisa lepas dari minyak bumi juga berdampak pada
semakin menipisnya kandungan minyak bumi. Oleh karena itu sudah saatnya kita bersama-sama
memikirkan bagaimana cara yang bijaksana dalam menggunakan berbagai produk yang terbuat
dari plastik. Langkah konkrit yang dapat dilakukan adalah mulai beralih dalam memilih produk
dalam keseharian kita, yaitu menggunakan produk-produk berbahan alam, mengurangi
penggunaan plastik, dan turut berpartisipasi langsung dalam mengolah limbah plastik menjadi
sesuatu yang bermanfaat dan fungsional.

Sebagai upaya untuk mengurangi menumpuknya limbah plastik tersebut sekaligus bentuk
kepedulian terhadap kelestarian lingkungan, Program Studi Desain Produk Fakultas Seni Rupa
dan Desain Universitas Trisakti mengadakan program Pengabdian Kepada Masyarakat dengan
mengangkat tema penanganan limbah plastik khususnya sendok plastik bekas menjadi elemen
estetis pada benda-benda fungsional seperti vas bunga, cermin, botol, dan gantungan kunci.
Program PKM ini dilaksanakan di Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat
dengan masyarakat sasaran ibu-ibu rumah tangga dan pemuda Karang Taruna di wilayah
tersebut. Peran mereka sangat dibutuhkan dalam menangani masalah lingkungan karena ibu-ibu
rumah tangga selalu berhubungan dengan sampah rumah tangga dalam kesehariannya.
Pentingnya kelestarian lingkungan hidup untuk masa sekarang hingga masa yang akan datang,
secara eksplisit menunjukkan bahwa perjuangan manusia untuk menyelamatkan lingkungan
hidup harus dilakukan secara berkesinambungan, dengan jaminan estafet antar generasi yang
dapat dipertanggungjawabkan (Rahardiansah, 2011:432). Mengingat latar belakang pendidikan
masyarakat sasaran yang belum pernah mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan prinsip
desain, maka perlu diberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai dasar-dasar desain.
Dengan demikian, dalam mengolah sendok plastik bekas menjadi produk-produk fungsional,
sisi artistik juga akan menjadi bahan pertimbangan. Salah satu tokoh yang mengevaluasi
pengertian desain adalah Bruce Archer, yang mengemukakan bahwa desain adalah salah satu
bentuk kebutuhan badani dan rohani manusia yang dijabarkan dalam berbagai bidang
pengalaman, keahlian dan pengetahuannya yang mencerminkan perhatian kepada apresiasi dan
adaptasi terhadap sekelilingnya, terutama yang berhubungan dengan bentuk, komposisi, arti,
385
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SENDOK PLASTIK BEKAS PAKAI SEBAGAI ALTERNATIF ELEMEN ESTETIS PADA PRODUK

nilai, dan berbagai tujuan benda buatan manusia (Archer, 1976). Dalam hal estetika, ada aspek
desain yang terkandung didalamnya yaitu sesuatu hal yang dapat diserap oleh panca indera,
elemen yang ditangkap oleh panca indera secara visual disebut sensory elements yaitu garis,
bentuk, tekstur, warna, cahaya, dan ruang (Irawan, 2013:25).

Material utama yang diperlukan dalam pelatihan ini adalah sendok plastik bekas. Sendok adalah
alat makan yang memiliki cekungan berbentuk oval atau bulat lonjong di satu ujung dan gagang
di ujung lainnya. Sendok umumnya dipegang di tangan kanan untuk mengambil makanan dari
piring atau mangkuk dan menyuapkannya ke mulut, sementara garpu yang dipegang di tangan
kiri membantu memasukkan makanan ke sendok (https://id.wikipedia.org/wiki/Sendok). Sendok
terbuat dari berbagai material. Paling umum terbuat dari logam, tapi pada saat ini banyak
diproduksi sendok yang terbuat dari plastik dengan warna yang bervariasi, biasanya hanya
digunakan sekali dan kemudian dibuang (disposable). Plastik dapat diartikan sebagai material
organik sintetik yang dibentuk melalui proses pemanasan dan dapat dicetak menjadi bentuk-
bentuk tertentu di bawah tekanan. Sendok plastik terbuat dari material plastik jenis PP
(Polypropylene) dan ada juga yang berjenis PS (Polystyrene). Plastik PP memiliki karakter
keras tapi kenyal, kuat, tahan terhadap zat kimia, memiliki sifat kelistrikan yang baik (Cuffaro,
2006:86). Plastik PS memiliki karakter keras dengan fleksibilitas yang terbatas yang dapat
dibentuk menjadi berbagai macam produk dengan detail yang bagus. Penambahan karet pada
saat polimerisasi dapat meningkatkan fleksibilitas dan ketahanan kejut (Harper, 2003). Baik PP
maupun PS merupakan jenis plastik thermoplast yang berarti mudah menjadi lunak apabila
terkena panas dan akan mengeras kembali apabila didinginkan, dapat didaur ulang kembali atau
dengan kata lain dapat dimanfaatkan lagi (Garrat, 1996:242). Berdasarkan wujudnya, limbah
sendok plastik termasuk ke dalam kategori limbah padat (Suharto, 2011). Sebagai pelengkap,
digunakan limbah kayu peti kemas yaitu jenis kayu sungkai pada gantungan kunci. Kayu
sungkai (Peronema canescens) merupakan jenis kayu bernilai ekonomi dan biasa digunakan
sebagai bahan baku furnitur, bangunan, papan dinding, dan lain-lain (Frick, 1999:20). Tim PKM
Program Studi Desain Produk melihat hal ini sebagai salah satu peluang untuk memanfaatkan
kayu sungkai tersebut untuk dibuat menjadi produk-produk sederhana namun fungsional dan
memiliki nilai estetis.

B. METODOLOGI
Dalam pelaksanaan PKM maupun penelitian sebagai luaran hasil pelaksanaan PKM ini, studi
pustaka dilakukan untuk memperoleh materi pelatihan dan data-data yang terkait dengan
masalah penelitian yaitu dari buku referensi, jurnal ilmiah, majalah, hasil penelitian, ataupun
tulisan-tulisan lainnya. Di samping buku-buku referensi dan tulisan ilmiah, data-data juga
diperoleh dari beberapa sumber di internet yang memberikan informasi mengenai limbah plastik
dan perilaku manusia.

Metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif ditempuh sebagai upaya untuk
menghimpun, memilah, menganalisis dan mengevaluasi data dan informasi yang diperoleh.
Hasilnya kemudian disampaikan dalam format tulisan ilmiah yang runtun dan informatif.
Sementara itu, dalam pelaksanaan program PKM, metode yang digunakan adalah metode
eksperimentatif yaitu dengan melakukan eksperimen membuat berbagai alternatif produk
berbahan sendok plastik bekas dengan mempertimbangkan aspek-aspek desain seperti: bentuk,
ukuran, fungsi, warna, finishing, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan jenis
pelatihan yang tepat untuk diberikan kepada masyarakat sasaran.
386
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SENDOK PLASTIK BEKAS PAKAI SEBAGAI ALTERNATIF ELEMEN ESTETIS PADA PRODUK

C. PEMBAHASAN
1. Sumber Daya Material (Bahan Baku)
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sendok plastik yang banyak dijumpai di pasar terbuat
dari material plastik jenis PP (Polypropylene) dan ada juga yang berjenis PS (Polystyrene).
Kedua jenis plastik ini termasuk di dalam golongan thermoplast yang scara sederhana
didefinisikan sebagai plastik yang dapat didaur ulang. Walaupun demikian, plastik juga
merupakan bahan anorganik buatan yang tersusun dari bahan-bahan kimia yang cukup
berbahaya bagi lingkungan. Limbah plastik ini sangat sulit untuk terurai secara alami. Oleh
karena itu penggunaan bahan plastik dapat dikatakan tidak bersahabat ataupun konservatif bagi
lingkungan apabila digunakan tanpa menggunakan batasan tertentu. Banyak cara sederhana
yang dapat kita lakukan untuk mengurangi sampah plastik di sekitar kita.Sebagai contoh yang
sederhana misalnya; menggunakan kembali (reuse) botol kemasan air mineral menjadi tempat
pensil. Secara tidak langsung kita telah mengurangi (reduce) limbah plastik yang terbuang
percuma setelah digunakan. Atau lebih bagus lagi jika kita dapat mendaur ulang plastik menjadi
sesuatu yang lebih berguna (recycle).

Pelatihan dengan memanfaatkan sendok plastik bekas sebagai elemen estetis pada produk-
produk fungsional ini dilakukan sebagai upaya meng-edukasi masyarakat akan pentingnya
melakukan kegiatan nyata untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Langkah sederhana yaitu
memanfaatkan sendok plastik untuk digunakan kembali (reuse) sebenarnya masih belum banyak
membantu mengurangi tumpukan sampah khususnya plastik yang makin bertambah setiap
harinya. Namun, diharapkan langkah kecil ini dapat diikuti langkah-langkah besar lainnya yang
berguna untuk menjaga keseimbangan lingkungan. Ide pemanfaatan sendok plastik bekas pakai
ini muncul dari pengamatan terhadap meningkatnya penggunaan sendok plastik dalam ruang
lingkup kampus Universitas Trisakti di mana hampir di setiap transaksi pembelian makanan
yang dibawa (take away) selalu dilengkapi dengan sendok plastik. Dalam hitungan sederhana
saja jika dalam sehari 200 orang membeli makanan di kantin untuk dibawa, dalam seminggu (5
hari kerja) saja sudah menghasilkan 1000 sendok plastik yang terbuang. Hal tersebut terjadi di
dalam ruang lingkup sebuah kampus. Dapat dibayangkan jika penggunaan sendok plastik
tersebut dihitung dalam skala yang lebih luas lagi. Kondisi yang memprihatinkan ini tentu harus
diikuti dengan tindakan-tindakan nyata untuk bersama-sama mengatasi masalah sampah plastik
mulai dari cara yang sederhana dari lingkungan keluarga hingga langkah yang lebih besar di
lingkungan yang lebih luas.

Gambar 1. Sendok plastik yang terbuat dari plastic jenis PS (Polystyrene)


(Sumber: Ariani, 2015)

2. Sumber Daya Manusia


Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) merupakan pelaksanaan pengamalan ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni budaya langsung kepada masyarakat secara kelembagaan melalui metodologi
387
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SENDOK PLASTIK BEKAS PAKAI SEBAGAI ALTERNATIF ELEMEN ESTETIS PADA PRODUK

ilmiah sebagai pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi serta tanggung jawab yang luhur
dalam usaha mengembangkan kemampuan masyarakat, sehingga dapat mempercepat laju
pertumbuhan tercapainya tujuan pembangunan nasional. Universitas Trisakti melalui program
Pengabdian Kepada Masyarakat berupaya membantu masyarakat untuk meningkatkan kualitas
hidupnya dengan memberikan pendidikan non-formal berupa penyuluhan-penyuluhan dan
pelatihan-pelatihan yang berguna bagi masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya yang ada
di lingkungannya. Pada pelaksanaan program PKM kali ini, masyarakat yang menjadi sasaran
adalah ibu-ibu rumah tangga dan pemuda Karang Taruna di wilayah Kelurahan Tanah Sereal,
Kecamatan Tambora, Jakarta Barat. Kecamatan Tambora merupakan kecamatan terpadat se-
Asia Tenggara dengan mata pencaharian utama masyarakatnya adalah sebagai buruh di pabrik
konveksi, pedagang, dan karyawan. Rata-rata masyarakat yang mendiami wilayah Tanah Sereal
memiliki tingkat pendidikan hingga jenjang SMP-SMA. Hanya sebagian kecil dari mereka yang
melanjutkan pendidikan hingga tingkat diploma ataupun S1.

Di wilayah ini, seperti halnya di wilayah-wilayah lain di Jakarta, limbah plastik sangat mudah
dijumpai. Akibat kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap penanganan
limbah plastik tersebut, akhirnya limbah plastik tersebut dibiarkan menumpuk di TPA (Tempat
Pembuangan Akhir). Dalam hal ini diperlukan kesadaran dan tanggung jawab dari masyarakat
setempat terhadap kelestarian lingkungannya khususnya dalam hal menangani masalah limbah
plastik ini. Jumlah peserta yang mengikuti pelatihan adalah sebanyak 20 orang peserta yang
terdiri dari 8 orang ibu rumah tangga dan 12 orang remaja Karang Taruna. Melalui pelatihan
yang diberikan dalam pelaksanaan program PKM ini, selain sebagai upaya nyata untuk
mengurangi limbah plastik dengan memberikan pengetahuan memanfaatkan sendok plastik
bekas, diharapkan dapat menjadi alternatif bagi masyarakat sasaran untuk meningkatkan
perekonomian mereka. Dengan membuat produk-produk yang memiliki nilai jual, diharapkan
pelatihan ini dapat membuka peluang untuk berwirausaha dengan memanfaatkan limbah yang
ada.

Gambar 2. Masyarakat Kelurahan Tanah Sereal, Kecamatan Tambora yang mengikuti pelatihan
(Sumber: Ariani, 2015)

3. Pelaksanaan Pelatihan
Kegiatan pelatihan pemanfaatan sendok plastik bekas sebagai elemen estetis pada produk ini
dilaksanakan di ruang pertemuan lantai 3, kantor kelurahan Tanah Sereal di Jl. K.H.M.
Mansyur, Jakarta Barat. Hal tersebut adalah berdasarkan hasil kesepakatan pihak FSRD dengan
Lurah Tanah Sereal dengan pertimbangan kemudahan akses bagi para peserta pelatihan karena
mereka berasal dari beberapa RT yang tersebar di wilayah Tanah Sereal. Kelurahan Tanah
388
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SENDOK PLASTIK BEKAS PAKAI SEBAGAI ALTERNATIF ELEMEN ESTETIS PADA PRODUK

Sereal memiliki luas wilayah 61.57 Ha yang terdiri dari 15 RW dan 158 RT dengan jumlah
penduduk 26.679 jiwa. Tipikal masyarakat Kelurahan Tanah Sereal yang multi etnik dan
majemuk dirasa sangat guyub, kompak dan terjalin kebersamaan yang baik.

Gambar 3. Kantor Kelurahan Tanah Sereal di Jl K.H.M. Mansyur, Jakarta Barat


(Sumber: http://kelurahantanahsereal.blogspot.co.id/2013/08/gedung-baru-kantor-kelurahan-tanah.html,
2015)

Gambar 4. Ruangan yang digunakan untuk pelatihan


(Sumber: Ariani, 2015)

a. Penjelasan Tahapan Pelatihan


Pelaksanaan pelatihan diawali dengan menerangkan materi pelatihan, tujuan dan manfaat
pelatihan serta hasil yang diharapkan nantinya. Selanjutnya tim PKM Menjelaskan tahapan
pelatihan yang akan diterapkan serta menjelaskan bahwa kreativitas dan motivasi mempunyai
peranan yang sangat penting dalam usaha kemandirian. Tahapan pelatihan yang diberikan
adalah sebagai berikut:
1) Membuka komunikasi dan keakraban dengan peserta dengan menerangkan maksud dan
tujuan serta manfaat dan hasil yang diberikan dan didapat dari program pelatihan.
Menjelaskan tahapan-tahapan pelaksanaan untuk secara psikologis menyiapkan mental para
peserta pelatihan.
2) Pengenalan tentang karakter material sendok plastik dan teknik mengolahnya menjadi
elemen estetis pada produk berikut peralatan, perlengkapan maupun material-material
penunjang yang dibutuhkan.
3) Diskusi dan tanya jawab untuk lebih membuka komunikasi dan informasi antara pelatih dan
peserta pelatihan sehingga pelatihan nantinya akan berjalan dengan baik.
389
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SENDOK PLASTIK BEKAS PAKAI SEBAGAI ALTERNATIF ELEMEN ESTETIS PADA PRODUK

4) Pemberian contoh praktek membuat elemen estetis dengan memanfaatkan sendok plastik
secara langsung, sesuai teori yang tadi sudah diterangkan. Beberapa variasi contoh produk
yang sudah jadi diperlihatkan untuk menunjukkan seperti apa hasil akhirnya nanti setelah
proses pembuatan tersebut selesai dilakukan.
5) Memberi kesempatan kepada para peserta pelatihan untuk mencoba membuat produk-
produk yang telah diterangkan dengan memanfaatkan bahan-bahan yang sudah disediakan
oleh tim PKM.
6) Mengajak peserta untuk turut menilai hasil pekerjaan peserta lain secara bergantian.

Gambar 5. Instruktur dibantu instruktur pendamping yaitu mahasiswa, sedang memberikan penjelasan
mengenai karakter material yaitu sendok plastik bekas yang akan digunakan sebagai bahan baku utama
pelatihan
(Sumber: Ariani, 2015)

Di samping itu perlu juga dijelaskan pentingnya hasil yang berkualitas baik dan maksimal
terhadap apresiasi masyarakat, nilai jual, dan nilai ekonomi yang akhirnya berpengaruh terhadap
keberlangsungan usaha. Dalam kaitan dengan hal-hal tersebut, maka pentingnya peranan desain
menjadi hal yang harus disampaikan kepada peserta pelatihan. Pentingnya pemahaman dan
pengetahuan tentang desain menjadi salah satu faktor penting yang harus diberikan kepada para
peserta pelatihan sebelum desain tersebut diwujudkan. Pembekalan materi tentang dasar-dasar
desain yang berhubungan dengan bentuk, warna, ukuran, komposisi, keselarasan, irama, dan
sebagainya, mendapatkan sambutan positif dari mereka karena hal ini merupakan sebuah
pengetahuan baru yang belum pernah mereka ketahui dan pelajari. Hal tersebut dapat dilihat
dari tingkat antusiasme yang mereka tunjukkan melalui diskusi dan tanya jawab yang
berlangsung dengan aktif dan akrab.

b. Proses Pengerjaan Sendok Plastik Sebagai Elemen Estetis pada Produk


Setelah tim PKM memberikan penjelasan yang bersifat teoritis, tiba saatnya para peserta diberi
kesempatan untuk mencoba membuat produk dari sendok plastik bekas ini sesuai teknik yang
diajarkan dan peralatan yang sudah disediakan dengan supervisi para instruktur. Pada saat
praktek pembuatan, para peserta juga dianjurkan untuk saling melihat pekerjaan rekan-
rekannya, sehingga dapat melakukan evaluasi terhadap pekerjaannya sekaligus mampu
membuat penilaian tentang proses pengerjaan dan hasil yang benar.
Sebelum mulai mengerjakan tahap-tahap pembuatan produk-produk yang akan menggunakan
sendok plastik sebagai elemen estetis, para peserta terlebih dahulu beradaptasi dengan bahan-
bahan dan peralatan yang akan digunakan. Bahan-bahan yang akan digunakan terdiri dari;
sendok plastik bekas, cermin, kayu sungkai, paku untuk menggantung, dan lain-lain. Sedangkan
390
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SENDOK PLASTIK BEKAS PAKAI SEBAGAI ALTERNATIF ELEMEN ESTETIS PADA PRODUK

peralatan yang akan digunakan adalah; gunting, lilin, lem tembak (glue gun), penggaris, pensil,
cat semprot, dan peralatan lainnya.

Gambar 6. Sebagian bahan-bahan dan peralatan yang digunakan pada saat pelatihan
(Sumber: Ariani, 2015)

Bentuk dasar yang akan dibuat sebagai elemen estetis pada produk adalah mengolah sendok-
sendok tersebut menjadi bentuk bunga mawar dalam berbagai ukuran. Selanjutnya dengan
bentuk dasar tersebut, bunga mawar dari sendok plastik dapat diberi finishing menggunakan cat
dengan warna sesuai yang diinginkan, setelah itu baru dapat diaplikasikan pada berbagai
produk. Untuk menghasilkan bunga mawar dari sendok plastik, terlebih dahulu dibuat kelopak-
kelopaknya dengan cara memanaskan sendok plastik di atas lilin. Kemudian dalam keadaan
lembek setelah dipanaskan, sendok tersebut dibentuk dengan jari-jari hingga menyerupai
kelopak bunga mawar. Pada tahap ini diperlukan kehati-hatian karena plastik yang lembek
tersebut masih dalam keadaan panas. Kelopak-kelopak bunga yang dihasilkan dengan cara
dipanaskan tersebut kemudian dirangkaikan satu sama lain dengan cara di panaskan pada bagian
ujung atau di rekatkan dengan lem tembak (glue gun). Tahap akhir untuk membuat bunga
tersebut adalah dengan memberi warna menggunakan cat semprot atau cat yang dioleskan.

Gambar 7. Tahapan pembuatan bunga mawar mulai dari bentuk dasar yaitu dari sendok plastik hingga
menjadi bunga mawar yang telah diberi warna
(Sumber: Ariani, 2015)
391
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SENDOK PLASTIK BEKAS PAKAI SEBAGAI ALTERNATIF ELEMEN ESTETIS PADA PRODUK

Selanjutnya, untuk membuat cermin dan vas bunga, proses pembuatannya relatif lebih mudah
karena tidak perlu dipanaskan dengan lilin, tetapi tetap memerlukan kreativitas untuk
mendapatkan bentuk yang menarik. Sebagai elemen estetis pada cermin, bagian oval dari
potongan-potongan sendok plastik disusun dan direkatkan menggunakan glue gun membentuk
lingkaran berselang seling sedemikian rupa di atas potongan karton duplex atau karton bekas
kardus yang cukup tebal. Susunan tersebut telah disesuaikan terlebih dahulu dengan ukuran
cermin sehingga pada saat telah selesai disusun, cermin yang diletakkan di atas susunan
potongan sendok akan menempati posisi yang tersedia.

Gambar 8. Ibu-ibu peserta pelatihan terlihat antusias mempraktekkan apa yang sudah dijelaskan
sebelumnya oleh instruktur (kiri dan kanan)
(Sumber: Ariani, 2015)

c. Hasil Yang Dicapai


Sebagai hasil pelatihan yang mendasar sifatnya, hasil yang dicapai sudah cukup baik, mengingat
proses pembentukan kelopak bunga mawar menjadi bunga mawar yang utuh memerlukan
keterampilan dan ketekunan dari para peserta. Beberapa peserta, terutama ibu-ibu, mengalami
kesulitan pada saat membentuk kelopak bunga mawar dari sendok plastik yang masih dalam
kondisi panas. Akibatnya sendok plastik tersebut tidak menghasilkan bentuk yang menyerupai
kelopak bunga mawar. Hal tersebut dapat dimaklumi mengingat mereka belum pernah
melakukan hal ini sebelumnya. Namun berkat penguasaan materi baik teori maupun pada saat
praktek oleh para instruktur menjadikan para peserta pelatihan bersungguh-sungguh dan
bersemangat untuk melaksanakan tahapan dalam pelatihan. Hal ini merupakan aspek terbesar
yang mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.

Sebagai alat ukur kemampuan penyerapan pengetahuan, masih diperlukan pengamatan dan
evaluasi lebih lanjut, karena aspek tersebut justru akan terlihat saat para peserta pelatihan
tersebut mengerjakan sendiri atas inisiatif sendiri dan mengandalkan kreativitas sendiri. Sebagai
hasil ketrampilan yang memenuhi standar kualitas produk yang layak dipasarkan, produk-
produk yang dibuat dalam pelatihan ini masih memerlukan evaluasi yang lebih komprehensif
dan multi disiplin.Namun demikian, mengingat pelaksanaan pelatihan ini berlangsung dalam
waktu hanya 5 jam, hasil yang dicapai sudah cukup baik dan memuaskan. Kekurangan yang
392
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SENDOK PLASTIK BEKAS PAKAI SEBAGAI ALTERNATIF ELEMEN ESTETIS PADA PRODUK

kelihatan adalah pada tahap finishing karena proses mengeringnya cat memerlukan waktu
tertentu hingga diperoleh hasil maksimal. Para peserta terlihat cukup puas dengan hasil
pekerjaan mereka demikian pula para instruktur merasa telah berhasil membimbing para peserta
hingga akhir pelatihan. Walaupun demikian, para peserta pelatihan menyampaikan keinginan
mereka untuk terus mencoba mempraktekkan apa yang telah mereka dapatkan dari pelatihan
tersebut.

(1) (2) (3)

(5) (6)

(4)

(7)

Gambar 9. Hasil karya peserta pelatihan: (1) dan (3) vas bunga, (2) cermin, (4) dan (5) gantungan kunci,
(6) bando, (7) botol
(Sumber: Ariani, 2015)

D. SIMPULAN
Pelaksanaan PKM dengan tema pemanfaatan sendok plastik bekas pakai menjadi elemen estetis
pada produk ini telah berlangsung dengan baik dan lancar. Dalam pelaksanaan kegiatan, peserta
terlihat bersungguh-sungguh mengikuti pelatihan dan dapat mengikuti instruksi secara baik.
Dari aspek peserta, keberhasilan program seperti ini memerlukan kesiapan mental para peserta,
kemauan yang kuat dalam menambah keterampilan dan pengetahuan, sedangkan dari aspek
pelaksana, kemampuan dan kompetensi yang sesuai dengan materi pelatihan dan memahami
393
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SENDOK PLASTIK BEKAS PAKAI SEBAGAI ALTERNATIF ELEMEN ESTETIS PADA PRODUK

kemampuan peserta pelatihan akan sangat berpengaruh untuk menjadikan suatu pelatihan
menarik untuk diikuti dan menyenangkan untuk dilaksanakan.

Meskipun di media-media elektronik dan media-media lain sudah banyak diinformasikan


kepada masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, namun langkah-langkah
nyata seperti apa yang harus dilakukan belum tersampaikan dengan baik. Melalui kegiatan PKM
ini, selain bertujuan untuk memberikan pelatihan yang bersifat edukatif tentang penanganan
limbah plastik, sekaligus sebagai upaya untuk merangsang kreativitas masyarakat dalam
mengolah limbah menjadi sesuatu yang bernilai jual. Dengan demikian, dua manfaat sekaligus
dapat diperoleh dengan adanya pelatihan tersebut. Pelatihan-pelatihan semacam ini perlu
dilaksanakan secara berkelanjutan dan difokuskan untuk menjadikan para ibu rumah tangga dan
pemuda Karang Taruna di Kelurahan Tanah Sereal ini menjadi pribadi-pribadi yang kreatif dan
mandiri. Dengan demikian, peranan mereka dalam rumah tangga maupun masyarakat dapat
berkembang, terutama dalam hal pemikiran dan ekonomi, yang pada akhirnya akan berpengaruh
secara positif terhadap keluarga, komunitas dan masyarakat sekitarnya. FSRD dalam hal ini
adalah salah satu pihak yang mampu menanamkan kesadaran dan membuka wawasan akan
pentingnya bersikap kreatif dan mandiri melalui pendidikan dan pelatihan yang berorientasi
pada kreatifitas dan keterampilan yang mengarah pada kemandirian pikiran dan kehidupan.

Tim Pengabdian Kepada Masyarakat, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Trisakti
sesuai bidang keilmuannya baru sebatas dapat memberikan sumbangsihnya berupa pengetahuan,
ketrampilan dan pengembangan produk-produk yang memanfaatkan limbah yaitu sendok plastik
bekas. Sedangkan untuk langkah selanjutnya sangat diharapkan pihak-pihak yang terkait untuk
dapat melanjutkkannya sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Kelurahan Tanah
Sereal, Kecamatan Tambora. Perlu peran serta aktif pemerintah daerah setempat untuk
mengembangkan potensi sumber daya tersebut. Dari kenyataan di lapangan terlihat kurangnya
perhatian dari pemerintah daerah setempat untuk lebih memajukan warganya ke tingkat
pengetahuan dan ketrampilan yang lebih baik sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.

Bahwa memajukan peradaban dan memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat merupakan
tugas yang sangat sulit dan mulia yang sepatutnya tidak hanya menjadi tanggungjawab salah
satu unsur atau kelompok masyarakat, melainkan semestinya menjadi tugas dan tanggung-jawab
bersama semua unsur-unsur yang membentuk kemasyarakatan tersebut.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas semua kemudahan dalam
pelaksanaan PKM maupun proses pengerjaan makalah inihingga dapat diselesaikan dengan
baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
mendukung terlaksananya kegiatan PKM ini yaitu kepada pimpinan Fakultas Seni Rupa dan
Desain, bapak A. Khambali Kholid, SE, Lurah Tanah Sereal, Kecamatan Tambora, Jakarta
Barat, tim instruktur PKM, para peserta pelatihan, serta kepada panitia Seminar Nasional PKM
FSRD Universitas Trisakti yang telah menerima makalah ini untuk dipublikasikan. Semoga apa
yang penulis sampaikan melalui makalah ini dapat bermanfaat untuk masyarakat luas.
394
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
SENDOK PLASTIK BEKAS PAKAI SEBAGAI ALTERNATIF ELEMEN ESTETIS PADA PRODUK

DAFTAR PUSTAKA
Cuffaro, Daniel. (2006). Process, Materials, and Measurements. Massachusetts: Rockport
Publishers.
Ekuan, Kenji. (1984). Beberapa Pemikiran Tentang Desain Indonesia. Jakarta: CV. Rajawali.
Garratt, James. (1996). Design and Technology. Cambridge, United Kingdom: Cambridge
University Press.
Harper, Charles A. (2003). Plastics Materials and Processes: A Concise Encyclopedia. John
Wiley & Sons, Inc. ISBN 0-471-45603-9
Heinz Frick, Heinz. (1999). Ilmu Bahan Bangunan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Irawan, Bambang. (2013). Dasar-dasar Desain untuk Arsitektur, Interior-Arsitektur, Seni Rupa,
Desain Produk Industri dan Desain Komunikasi Visual. Depok: Griya Kreasi.
Jones, J C. (1992). Design Methods. New York: Van Nostrand Reibhold.
Surdia, Tata. (1999). Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
S.W., Arijanto. (2002). Pengetahuan Bahan. Jakarta: Universitas Trisakti
Surdia, Tata. (1999). Pengetahuan Bahan Teknik. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Trubus, Rahardiansah. (2011). Perilaku Manusia Dalam Perspektif Struktural, Sosial, dan
Kultural.Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti
WORKSHOP DAN SOSIALISASI
PENGEMBANGAN DESAIN BATIK
BERBASIS POTENSI UNGGULAN SUKOHARJO
SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN ASET BUDAYA

Desy Nurcahyanti
Program Studi Seni Murni, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami No. 36A, Kentingan, Jebres, Surakarta 57126
No. HP: 081329440771, e-mail: desynurcahyanti@gmail.com

ABSTRAK
Berbagai upaya dan cara dilakukan kelompok masyarakat, akademisi, dan pemerintah untuk melestarikan
karya tradisi bangsa yang telah diakui secara internasional yakni batik. Komunitas, kelompok,
paguyuban, bahkan yayasan terbentuk dalam rangka kepedulian dan kecintaan atas keberadaan wastra
adilihung ini. Hal tersebut berpijak pada tujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan lebih dekat pada
generasi penerus, sehingga titik nadir yang beberapa waktu lalu dikhawatirkan (karena karya cipta batik
banyak dipatenkan secara internasional oleh negara-negara lain) tidak akan pernah terjadi. Generasi
penerus di sini tidak hanya kaum muda, tetapi kelompok masyarakat yang aktif dan produktif dalam
mengangkat batik pada berbagai forum lokal, nasional, bahkan internasional. Tugas mereka adalah
meneruskan, mengembangkan, melestarikan, dan mengajarkan kain batik melalui media ataupun
dipergunakan sebagai media sesuai kompetensi, sehingga tercapai tujuan awalnya dan membawa manfaat
signifikan.Peran komunitas, yayasan, kelompok, dan paguyuban, dikategorikan sebagai organisasi atau
instansi yang bersifat non akademis, meskipun secara tidak langsung memiliki keterkaitan erat dalam
pembentukkannya untuk tujuan edukasi. Perguruan tinggi sebagai instansi resmi berbadan hukum dan
memiliki kompetensi serta otonomi lebih, harus dapat mengambil peran yang lebih besar kaitannya
dengan perlindungan aset budaya bangsa. Hal tersebut mendapatkan fasilitas dan media yang besar dalam
bentuk pengabdian kepada masyarakat. Format workshop dan sosialisasi kepada kelompok binaan
menjadi hal yang tepat. Selain membawa visi memajukan secara kualitas dan kuantitas terkait produk
yang dihasilkan oleh perajin maupun pengusaha skala kecil. Misi melestarikan dan perlindungan terhadap
batik dapat diterapkan. Pengembangan desain batik dengan basis potensi unggulan, salah satunya di
Kabupaten Sukoharjo yang berlimpah sumber daya alam, wisata, kuliner, dan kerajinan tradisional.
Produk yang dihasilkan menjadi titik tolak kesadaran masyarakat tentang perlindungan, di samping
pengembangan produk batik dari sisi produsen, serta aset budaya Kabupaten Sukoharjo berupa motif
batik khas.

Kata kunci: peran, perguruan tinggi, perlindungan, aset budaya, batik

ABSTRACT
Various efforts and ways have been done by community groups, academicians, and governments to
preserve the nations tradition work i.e. batik, which has been internationally acknowledged
Communities, groups, associations, and even foundations have been established due to concern and love
of this valuable wastra (traditionally made cloth) existence. This rests on the objective to preserve and
introduce it more closely to the next generations so that the nadir, which some time ago was feared that
many copyrighted works of batik have been internationally patented by other countries, will never
happen. The next generations here include not only the youths but also community groups actively and
productively introducing and promoting batik in local, national, and even international forums. Their
tasks are to advance, develop, preserve, and teach how to make batik cloths through media or to use them
as media in line with competency so that the main objectives are reached, and they yield significant
benefits. The communities and foundations established with the basis to develop and protect batik cloth
existence usually consist of elderly groups. They are productive to do social activities and extend
examples indirectly to the young. Ancient batik collection exhibition, batik design and fashion contest,
visits to batik museums, and shows of variety of batik-wearing with particular and practical techniques
396
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
WORKSHOP DAN SOSIALISASI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK
BERBASIS POTENSI UNGGULAN SUKOHARJO SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN ASET BUDAYA

are a series of periodically routine activities done. The successfulness indicators of such activities can be
seen from the interest of their participants and the fanfare of the activities up to their ends. Meanwhile,
the groups and associations are established in an attempt to develop and give accompaniments to the
businessmen and craftsmen of micro-scale, small-scale, and medium-scale batik enterprises. The roles of
communities, foundations, groups, and associations are categorized as non-academic organizations or
institutions, but indirectly have a close relation in their establishment to educational purposes. Higher
education institutions as official and legal entities that possess competencies and more autonomy shall
play their roles in a bigger portion to protect the nations cultural asset. They receive facilities and large
media in the form of services to community. Thus, workshop and socialization on batik cloths to the target
groups are appropriate media. In addition to materialize the vision that is to quantitatively and
qualitatively advance the products generated by craftsmen or businessmen micro-scale, small-scale, and
medium-scale batik enterprises. The missions to preserve and protect the batik are applicable. One of the
excellent potential-batik design developments is in Sukoharjo regency which has abundant natural
resources, tourisms, culinary delights, and traditional crafts. The products generated become the point of
departure for protection and development of batik products from the point of view of its producers and
cultural assets of Sukoharjo regency through its special batik motifs.

Keywords: role, higher education institutions, protection, cultural assets, batik

A. PENDAHULUAN
Budaya tradisi dianggap sebagai sebuah objek yang tidak potensial untuk dikembangkan dan
tidak menjanjikan keuntungan bagus di masa depan. Hal tersebut diungkapkan oleh sebagian
praktisi bahkan akademisi yang menganggap teknologi modern dengan basis kekinian adalah
sebuah bidang yang mampu menyelamatkan umat manusia, dibandingkan berkutat pada
bahasan tentang bagaimana fungsi selembar kain batik dalam kehidupan masyarakat. Jika dilihat
dari sudut pandang orientatif dan komersialitas, pendapat tersebut dapat dibenarkan (University
of North London Writers Team, 2000: 50). Kembali pada persoalan pelestarian kekayaan tradisi
dan bentuk-bentuk penggalian kearifan lokal sebagai identitas sebuah bangsa besar seperti
Indonesia, tentu bukan persoalan remeh serta hanya melihat dari kacamata potensialitas.
Terlepas dari faktor minimnya prestige pada kegiatan-kegiatan tersebut; manfaat dan dampak
positif secara sosial budaya akan terlihat dalam hitungan dasawarsa. Waktu yang diperlukan
untuk pengendapan cukup lama, karena kegiatan pengembangan, pembelajaran, pengenalan
kembali dan pelestarian budaya tradisi serta kearifan lokal, merupakan rangkaian proses tumbuh
(Seno, 2013). Pada titik puncak proses tersebut menciptakan bentuk pemahaman baru terhadap
makna, manfaat, dan fungsi fakta sosial, mental serta seni bagi keberlangsungan produktifitas
budaya dalam lingkup dan tataran sebuah bangsa berdaulat. Dasar identitas tersebut berasal
adalah kearifan lokal masa lampau.

Batik menjadi artefak dan hasil budaya tradisi, kaya insprasi, simbol, serta nilai-nilai maknawi
yang bersumber dari kearifan lokal masyarakat Jawa. Salah satu bentuk wastra nusantara ini
telah melalui serangkaian perlakuan istimewa untuk tetap dijaga keberadaannya, keasliannya,
fungsinya dan keluhuran nilai-nilainya dalam masyarakat dengan lingkup luas (global,
internasional). Berbagai pihak yang bertanggungjawab seperti pemerintah, yayasan, praktisi,
komunitas, bahkan perorangan seakan berlomba menunjukkan peran dan prestasi mereka dalam
kaitannya untuk menjaga eksistensi batik.Kesadaran masyarakat luas untuk pelestarian dan
pengembangan batik dengan berbagai cara, kaitannya untuk edukasi atau komersial, merupakan
indikator yang baik bagi keberadaan batik di negeri sendiri. Puluhan ribu buku, tulisan ilmiah,
hasil penelitian, pengabdian dilakukan, dikerjakan, dan disebarluaskan atas dasar kecintaan
terhadap hasil tradisi yang kaya filosofi ini. Kekhawatiran beberapa kalangan masyarakat dan
budayawan terhadap batik, ketika diketahui telah melalui proses paten di negara jiran, saat ini
397
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
WORKSHOP DAN SOSIALISASI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK
BERBASIS POTENSI UNGGULAN SUKOHARJO SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN ASET BUDAYA

berangsur-angsur berkurang. Inventarisasi, dokumentasi, dan digitalisasi batik telah dilakukan


beberapa pihak secara baik, misalnya dengan pembuatan buku, katalog, dan museum yang
tersebar dibeberapa kota, seperti Solo, Pekalongan, dan Yogyakarta. Khusus di Solo, museum
batik yang berdiri merupakan gagasan pribadi dari pemilik usaha dan merk dagang Batik Danar
Hadi, yakni Bapak Santoso Doellah. Batik-batik yang ditampilkan adalah koleksi pribadi,
donasi, dan pinjaman dari kolektor-kolektor kecil. Meskipun dikelola secara independen,
Museum Batik Danar Hadi telah menjadi sumber inspirasi, referensi, dan edukasi bagi
masyarakat (Kusumo, 2004: 121).

Keberadaan batik sebagai budaya warisan dunia dari Indonesia, merubah perilaku konsumen
dalam menentukan gaya, selera, dan cara berbusana. Mereka menggunakan atau menambah
unsur batik pada busana sehari-hari. Data dari Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode
Indonesia (APPMI) tahun 2013 akhir, menunjukkan bahwa permintaan busana dengan
klasifikasi batik sebagai bahan utama pembuatannya; di samping aplikasi menggunakan kain
tradisi lain seperti songket, tenun, dan lurik; meningkat hampir 100%. Hal itu menunjukkan
permintaan pasar akan batik berpeluang sangat baik dari tahun ke tahun. Langkah produsen
yang tepat untuk merespon fenomena pasar tersebut adalah dengan memberi alternatif
konsumen dengan inovasi produk, salah satunya kebaharuan dari segi desain motif
menggunakan teknik khusus. Pesaing usaha pada industri batik akan dapat bertahan apabila
menambahkan inovasi pada produk mereka. Ditunjukkan dengan jumlah UMKM batik di
Indonesia sampai dengan pertengahan 2013 mencapai 9500 unit meningkat 15 % dari tahun
sebelumnya, khususnya di Pulau Jawa. Rata-rata dari usaha tersebut mempunyai penciri khusus
untuk usaha maupun produknya, dan sebagian yang hanya berkonsep melanjutkan usaha tanpa
ada unsur kebaharuan yang ditawarkan, tidak berhasil bertahan lama dari segi kelangsungan
usaha. Penyebab kegagalan utamanya bukan dari segi modal, tetapi inovasi produk yang
ditawarkan terlalu monoton. Kecenderungan untuk membuat baru lebih sedikit dibandingkan
dengan memproduksi stok lama (Nurcahyanti, 2014: 1).

Kabupaten Sukoharjo merupakan daerah kawasan jalur sutra batik di kawasan


Subosukowonosraten. Secara langsung perkembangan dan pengembangan batik di tempat
tersebut terpengaruh dengan dinamika batik di kota Solo (Doellah, 2002). Salah satunya
dijadikan daerah perburuhan (buruh batik) untuk mengerjakan batik dari usaha-usaha batik di
Solo. Sejak perhatian pemerintah kabupaten muncul terhadap usaha dan potensi batik di
Sukoharjo. Batik tumbuh dengan pesat, bahkan berdiri UKM baru yang diwadahi dalam bentuk
klaster, seiring dengan program-program dan bantuan-bantuan yang mengalir dari pihak swasta
maupun pemerintah. Perhatian khusus tersebut berasal dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil
Menengah serta Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Peran pemerintah non industri dalam
memajukan industri batik di daerah tersebut cukup besar, terutama dari ranah edukasi.
Memasukkan batik sebagai ekstrakurikuler sekolah membawa perubahan cukup besar terhadap
pemahaman akan produk tradisi dan keinginan untuk berkecimpung di bidang usaha batik.
Regenerasi usaha batik yang menjadi kekhawatiran sebagian besar para pengusaha batik tidak
akan pernah terjadi, karena penerus usaha yang mampu dan mau untuk melanjutkan usaha
tersebut telah mendapat bekal serta pendidikan yang baik dari usia Sekolah Dasar (Timur, 2010:
130, 131, 356).

B. METODOLOGI
1. Penentuan Obyek Kegiatan
Metode penentuan lokasi kegiatan untuk pengembangan motif batik dilakukan secara
purposive, yaitu ditentukan berdasarkan kriteria atau pertimbangan sesuai tujuan kegiatan.
Lokasi yang digunakan yaitu Desa Bekonang, Kecamatan Mojolaban, dan Desa
398
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
WORKSHOP DAN SOSIALISASI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK
BERBASIS POTENSI UNGGULAN SUKOHARJO SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN ASET BUDAYA

Kedunggudel, Kecamatan Tawangsari, Kabupaten Sukoharjo. Pemilihan lokasi kegiatan


tersebut karena Desa Bekonang dan Kedunggudel merupakan daerah sentra industri Batik
Tulis dan Batik Cap di Kabupaten Sukoharjo. Selain itu, di kedua tempat tersebut
kemampuan para perajin untuk mengembangkan desain motif masih minim.
2. Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan dengan beberapa jenis bentuk yang berkesinambungan. Adapun
beberapa metode pelaksanaan kegiatan yaitu :
a. Pelatihan dan Sosialisasi
Dilaksanakan sebanyak tiga jenis yang terkait dengan pengembangan desain batik potensi
unggulan, yakni pelatihan pengembangan desain batik potensi unggulan wisata, pelatihan
manajemen secara efisien dan motivasi untuk meningkatkan kreatifitas dalam pemasaran
produk batik. Pelatihan yang dimaksud dalam kegiatan ini dengan mengadakan
pertemuan dengan anggota UKM Mitra yang terkumpul dalam Klaster Batik
SidoMuktiSukoharjo. Sosialisasi adalah metode yang digunakan dalam kegiatan
pengabdian ini. Sosialisasi terdiri dari dua rangkaian yakni terkait dengan strategi usaha
dan pemasaran, juga studi banding (sosialisasi silang).
b. IntroduksiTeknologi
Introduksiyang dilakukan berupa pemanfaatan meja montase gambar khusus motif batik
dilaksanakandengantahapankegiatan, sebagai berikut :
1. Penyetelan posisi duduk menggambar dan bidang gambar serta pola gambar batik.
Penentuan lokasi dan arah cahaya ketika proses nyorek atau menggambar pola
dilakukan didiskusikan dengan peserta. Hal tersebut menentukan keterserapan gambar
pola dan kenyamanan ketika menggambar.
2. Proses pembuatan meja montase gambar batik dual motif batik berdasarkan hasil
diskusi dan masukan dari pengurus dan anggota Klaster Batik Sukoharjo dan tenaga
ahli dari UNS.
3. Uji coba penggunaan meja montase. Uji coba dilaksanakan untuk melihat efektivitas
peralatan yang dibuat, sudah sesuai dengan kontruksi pada perencanaan atau tidak,
dan kemanfaatan serta hasilnya dimonitoring secara berkelanjutan.
3. Fasilitasi Akses Pemasaran
Fasilitasi akses pemasaran produk UKM sasaran dilaksanakan dengan mengadakan studi
banding pengembangan pemasaran dengan pembentukan desa wisata sentra kerajinan batik.
Kegiatan ini terlaksana dengan mengadakan kunjungan di Sentra Kerajinan Batik di Desa
Wisata Giriloyo, Imogiri, Yogyakarta. Diskusi, tukar pengalaman dan kerjasama dilakukan
untuk menjalin kerjasama serta informasi dalam hal pengembangan pemasaran dengan
konsep desa wisata batik.
4. Monitoring dan Pendampingan
Kegiatan monitoring dilaksanakan sebagai upaya untuk memantau awal kegiatan, saat
pelaksanaan kegiatan, dan akhir kegiatan.

C. PEMBAHASAN
1. Pengembangan Motif Batik
Terkait pengembangan motif batik telah disinggung pemahamannya secara umum pada
pendahuluan. Sedangkan pengembangan secara khusus yang dimaksudkan dalam bahasan ini
adalah terkait dengan visualisasi dan estetika produk, melalui desain motif yang memiliki
peran besar terhadap kualitas produk secara keseluruhan disamping teknik, proses, dan bahan
atau material pembuat (kain dan pewarna) (Rizali, 2012: 9). Motif batik yang dibuat tidak
hanya mengedepankan estetika, bentuk, dan komposisi sebagai komponen desain utama,
tetapi juga tetap memperhatikan filosofi yang diangkat disesuaikan dengan sumber inspirasi
penciptaan desain motif tersebut (Gie, 2005: 17). Hal tersebut sebagai jawaban atas
399
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
WORKSHOP DAN SOSIALISASI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK
BERBASIS POTENSI UNGGULAN SUKOHARJO SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN ASET BUDAYA

autokritik terhadap para desainer motif batik baru meskipun menggunakan patokan dan
acuan motif-motif tradisi yang kaya filosofi (Tim Penulis BBKB, 2009: i).

Motif batik memiliki kriteria tidak tercatat terkait dengan pemberian namanya. Secara umum
nama yang digunakan adalah bentuk yang tervisualisasi dalam lembar kain atau desain
tersebut (Yusuf, 1991: 5, 17, 27). Sebagai contoh motif batik Mega Mendung dari Cirebon
yang ikonik, memvisualisasikan stilasi awan berarak dalam kondisi mendung disempurnakan
dengan tampilan warna gelap dengan dasar merah yang menggambarkan dominasi dan
kekuatan (lihat Gambar 1, halaman 6). Adapula motif batik Alas-alasan, yang secara jelas
(meski digayakan atau distilasi) menggambarkan aneka binatang hutan, seperti gajah, kijang,
merak, dan cendrawasih (lihat Gambar 2, halaman 6).

Gambar 1: Motif Batik Mega Mendung.


(Sumber: Komarudin Kudiya dalam https://batikcirebonan.files.wordpress.com)

Awal mula motif batik berkembang dan dikembangkan untuk keperluan pengendalian strata
dalam kerajaan, khususnya sebelum keterbukaan keraton. Motif batik diciptakan untuk
dijadikan simbol kekuasaan dan status sosial keluarga (Ani, 2010: 53). Batik sekaligus
sebagai siasat pengendali rakyat kala zaman penjajahan Belanda.
400
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
WORKSHOP DAN SOSIALISASI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK
BERBASIS POTENSI UNGGULAN SUKOHARJO SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN ASET BUDAYA

Gambar 2: Motif Batik Alas-alasan.


(Sumber: Nunuk Pulandari dalam http://1.bp.blogspot.com)

2. Motif Batik Potensi Unggulan Kabupaten Sukoharjo


Pengembangan motif batik dengan basis potensi unggulan dibuat dengan inspirasi produk
unggulan Kabupaten Sukoharjo. Tujuan jangka panjangnya adalah dapat dimanfaatkan
sebagai motif khas atau busana penciri daerah, dengan tetap memperhatikan estetika visual
dan makna filosofinya. Selain mengangkat nilai ekonomi dari batik itu sendiri, dengan
mengambil tema potensi unggulan baik kuliner, kerajinan, dan wisata. Secara tidak langsung
juga mempromosikan lokasi wisata dan potensi-potensi yang dimaksud.

Motif-motif tersebut, antara lain:


a. Alas Jati, merupakan motif batik dengan inspirasi unggulan di bidang pertanian dan
kehutanan yang berada pada wilayah Kabupaten Sukoharjo (lihat Gambar 7A). Jati dari
tempat ini termasuk berkualitas baik dan dipergunakan sebagai bahan mebel atau
furniture untuk ekspor (gambar desain motif pada Gambar 3).

Gambar 3: Motif Batik Alas Jati


(Sumber: Dokumentasi Desy Nurcahyanti)
401
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
WORKSHOP DAN SOSIALISASI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK
BERBASIS POTENSI UNGGULAN SUKOHARJO SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN ASET BUDAYA

b. Sendang Pinilih, merupakan motif batik dengan inspirasi dari potensi unggulan wisata
air yang berlokasi di daerah Sawah Jero, Njangglengan, Kecamatan Nguter (lihat
Gambar 7B). Visualisasi motif berkisar pada suasana sendang, dengan stilasi air
bergelombang disertai tanaman dan hewan berhabitat sendang atau mata air (gambar
desain motif pada Gambar 4 di bawah ini).

Gambar 4: Motif Batik Sendang Pinilih


(Sumber: Dokumentasi Desy Nurcahyanti)

c. Wirun, merupakan motif batik dengan inspirasi dari potensi unggulan sentra pembuatan
gamelan yang terletak di Desa Wirun Kecamatan Mojolaban (lihat Gambar 7C). Dengan
mengutamakan visualisasi figuratif, pekerja dan masyarakat yang tengah beraktifitas
membuat gamelan di lokasi kerja, beserta peralatan gamelan dengan tumpal di bagian
pinggir kain (gambar desain motif pada Gambar 5).

Gambar 5: Motif Batik Wirun


(Sumber: Dokumentasi Desy Nurcahyanti)

d. Jampi, merupakan motif batik dengan inspirasi dari potensi unggulan daerah sentra
pembuatan Jamu yang berada di Kecamatan Nguter, tepatnya di daerah Bulakrejo.
Ikoniknya daerah tersebut sebagai penghasil jamu, diwujudkan dengan monumen atau
patung penjual jamu di daerah Bulakrejo (lihat Gambar 7D). Dengan mengutamakan
visualisasi figuratif, kurang lebih sama dengan motif Wirun. Perbedaan terletak pada
pilihan motif, jika Wirun mengambil fokus pada gamelan. Jampi terpusat pada motif
jamu, rempah-rempah, dan kegiatan jual-beli jamu gendong tradisional(gambar desain
motif pada Gambar 6 di bawah ini).
402
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
WORKSHOP DAN SOSIALISASI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK
BERBASIS POTENSI UNGGULAN SUKOHARJO SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN ASET BUDAYA

Gambar 6: Motif Batik Jampi


Sumber: Dokumentasi Desy Nurcahyanti

A B

C D

Gambar 7: (A) Lokasi hutan jati yang menjadi sumber inspirasi desain motif batik Alas Jati. (B)
Sendang Pinilih, salah satu objek wisata air unggulan di daerah Kabupaten Sukoharjo. (C) Gapura Desa
Wirun, sentra pembuatan gamelan yang terkenal di Indonesia bahkan internasional. (D) Patung Penjual
Jamu yang terletak di sebelah kanan gapura selamat datang, penanda bahwa sudah memasuki area
Kabupaten Sukoharjo.Sumber: Alas Purwo National Park, Pemerintah Kabupaten Sukoharjo, dan Galeri
Indonesia Kaya.

Desain-desain motif batik potensi unggulan tersebut saat ini telah direalisasikan oleh para
perajin batik yang tergabung dalam Kluster Batik Sido Mukti. Dua motif di antaranya telah
merambah pasar batik nasional dan terbukti meningkatkan pendapatan masing-masing UKM.
Para perajin tersebut menuturkan, rata-rata konsumen kagum dengan makna cerita dibalik
pemberian nama motif. Motif yang dimaksud adalah Alas Jati dan Sendang Pinilih (dapat dilihat
pada Gambar 8). Selain baik secara kualitas serta estetika, ternyata tidak meninggalkan
403
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
WORKSHOP DAN SOSIALISASI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK
BERBASIS POTENSI UNGGULAN SUKOHARJO SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN ASET BUDAYA

kedalaman filosofi yang ada di tiap lembar kain. Ketika mendengar cerita tentang kaitan nama
tersebut dengan objek wisata, muncul minat untuk mengunjungi objek wisata yang dimaksud.
Sinergi masyarakat, pemerintah, dan pihak perguruan tinggi melalui kegiatan penelitan serta
pengabdianmembawa perubahan yang baik terkait pengembangan produk serta pariwisata
secara langsung. Secara tidak langsung melalui usaha-usaha tersebut aset budaya daerah
Sukoharjo dan kearifan-kearifan lokalnya mampu tetap lestari dan terjaga dengan baik. Melalui
pengembangan motif batik beberapa komponen pengembangan daerah untuk meningkatkan
pendapatan perkapita maupun sumber APBD dapat tercapai. Hendaknya kegiatan-kegiatan
dengan minat serupa dapat dikelola dan dijalankan secara maksimal, sehingga kesejahteraan
masyarakat dapat tercapai nyata dan tidak sekedar wacana.

Gambar 8: Motif Batik Alas Jati (kiri), Motif Batik Sendang Pinilih (kanan)
(Sumber: Dokumentasi Desy Nurcahyanti)

D. SIMPULAN
Perlindungan aset budaya nasional dapat dilakukan dengan berbagai cara dan bentuk. Tidak
hanya sekedar membahas, mengemas ulang, kemudian melindunginya dengan surat keputusan
perlindungan yang dilegalkan oleh pejabat berwenang, tetapi melalui pengembangan berbasis
kearifan dan produk budaya tradisi masyarakat dapat dicapai maksud perlindungan aset tersebut.
Meskipun harus menarik benang merah yang cukup panjang, terkait alur dan prosesnya.

Masyarakat adalah ujung tombak dalam keberhasilan sebuah usaha pengembangan sebuah
produk budaya tradisi. Perguruan Tinggi dan Pemerintah adalah beberapa komponen yang
menunjang dan mengarahkan keberhasilan. Tanpa bantuan dua komponen tersebut, sebenarnya
masyarakat cukup mampu dan tahu bagaimana cara terbaik melindungi sebuah aset budaya
nasional.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengembangan motif batik berbasis potensi unggulan,
seperti workshop dan sosialisasi adalah sebagian cara terbaik sementara ini. Hal tersebut
bertujuan utama untuk mendukung kemajuan dalam hal terapan inovasi untuk terapan ke produk
budaya tradisi melalui UKM. Harapan untuk mengingatkan kepada masyarakat betapa
pentingnya harga sebuah aset budaya nasional sampai ke tingkat pemahaman identitas sebuah
bangsa dapat dicapai dengan kegiatan-kegiatan semacam ini.
404
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
WORKSHOP DAN SOSIALISASI PENGEMBANGAN DESAIN BATIK
BERBASIS POTENSI UNGGULAN SUKOHARJO SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN ASET BUDAYA

DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, Achmad. (1991). Pameran Khusus: Peranan Batik Sepanjang Masa. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat jenderal Kebudayaan, Direktorat
Permuseuman.
Yudhoyono, Ani Bambang. (2010). Batikku Pengabdian Cinta Tak Berkata. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Nurcahyanti, Desy, dkk. (2014). IPM Batik Dual Motif untuk Meningkatkan Nilai Ekonomi
Produk, Efisiensi Bahan, dan Proses Produksi Batik pada Klaster Batik di Sukoharjo
(Laporan Akhir). Surakarta: LPPM UNS.
Rizali, Nanang. (2012). Metode Perancangan Tekstil. Surakarta: UNS Press.
Doellah, Santosa. (2002). Batik: Pengaruh Zaman dan Lingkungan. Yogyakarta: Danar Hadi.
Kusumo, Sardono W. (2004). Hanuman, Tarzan, Homo Erectus (Edisi terjemahan dari terbitan
asli University of Michigan). Yogyakarta: Ku/bu/ku.
Gie, The Liang. 2005. Filsafat Keindahan. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna.
Seno. (2013). Kearifan Lokal dan Upaya Pelestarian. Bengkulu: Pemerintah Daerah Bengkulu
dan Propinsi Sumatera Barat.
Tim Penulis BBKB. (2009). Batik, Citra Tradisi Indonesia: Kumpulan Motif Batik Yogya dan
Solo. Jakarta: Panitia Pameran Produksi Indonesia 2009.
Timur Putra Mandiri. (2010). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP): Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah Dasar (SD), Volume 6. Yogyakarta: CV.
Timur Putra Mandiri.
University of North London Writers Team. (2000). Building on Batik: The Globalization of A
Craft Community (Edited edition of original from Indiana University by Michael
Hitchock and Wiendu Nuryanti. London: Ashgate.

Alas Purwo National Park. (2012). http://tnalaspurwo.org/wp-content


/uploads/2012/04/DSC_00222.jpg, gambar dikutip pada tanggal 09 Juni 2015, pukul
14.10 WIB.
Galeri Indonesia Kaya. (2014). http://www.indonesiakaya.com/kanal/foto-detail/degung-
kerajinan-gamelan-di-desa-wirun-sukoharjo#14853, gambar dikutip pada tanggal 09 Juni
2015, pukul 14.13 WIB.
Kudiya, Komarudin.(2009). Filosofi Batik Mega Mendung dalam
https://batikcirebonan.wordpress.com/sejarah-batik-di-jawa/filosofi-batik-mega-
mendung/, dikutip pada tanggal 09 Juni 2015, pukul 13:42
Pulandari, Nunuk. (2011). Arti dan Cerita Dibalik Motif Batik Klasik Jawa (2) dalam
http://baltyra.com/2011/03/23/arti-dan-cerita-di-balik-motif-batik-klasik-jawa-2/, gambar
dikutip pada tanggal 08 Juni 2015, pukul 14.05 WIB.
Pemerintah Kabupaten Sukoharjo. (2015). http://sukoharjokab.go.id/air/, gambar dikutip pada
tanggal 10 Juni 2015, pukul 14.57 WIB.
KRUPUK IKAN GABUS SEBAGAI BISNIS UNGGULAN
MASYARAKAT DESA KEDUNG PELUK CANDI SIDOARJO
Supriyati, Diyah Pujiati
STIE Perbanas Surabaya, Jl. Nginden Semolo 34-36 Surabaya,
Telp. 08884842386, e-mail: supriyati@perbanas.ac.id

ABSTRAK
Masyarakat Kecamatan Candi selama ini hanya mengandalkan penghasilan yang berasal dari lahan
perikanan. Kondisi yang terjadi setelah adanya bencana Lumpur Lapindo menyebabkan pendapatan
masyarakat semakin menurun. Keinginan masyarakat belum terlalu besar dalam pengolahan hasil tambak,
apalagi memulai berwirausaha. Program pengabdian yang telah dilakukan bertujuan untuk meningkatkan
peran serta ibu-ibu petambak dalam pengolahan hasil tambak dan menciptakan wirausaha baru melalui
pemberdayaan ibu-ibu petambak. Program pengabdian ini berupa pelatihan kewirausahaan dan
pengolahan hasil tambak khususnya ikan gabus. Program ini dilakukan pada ibu-ibu petambak di Desa
Kedung Peluk yang terdiri dari istri pemilik tambak, penyewa tambak maupun pengelola tambak. Usaha
pengolahan hasil tambak, khususnya pembuatan krupuk ikan gabus diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat dan dapat digunakan sebagai bisnis unggulan Desa Kedung Peluk. Pendapatan
masyarakat yang meningkat tentu mampu membangun perekonomian masyarakat yang lebih baik.

Kata kunci: Ikan gabus, wirausaha, pemberdayaan ibu-ibu petambak

ABSTRACT
Candi district community have only relied on income from fishing grounds. That condition occurs after
the Lumpur Lapindo disaster caused public revenue decreases. Wishes of the people have not been too
great in the processing of the ponds yet, more over start entrepreneurship. Service programs that have
been carried out aimed at increasing the participation of women farmers in processing the ponds and
create new entrepreneurs through empowerment of women farmers. This service programs are among
others entrepreneurship training and processing of the ponds especially common snakehead. The
program is carried out on women farmers in Kedung Peluk Village consisting of wife fishpond owners,
tenants and managers fishpond. Processing business from the ponds, particularly of making common
snakehead chips is expected to increase people's income and can be used as a flagship business in
Kedung Peluk Village. Increased community revenues would be able to build a better community's
economy.

Keywords: Common snakehead, entrepreneurs, empowerment of women farmer

A. PENDAHULUAN
Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu penyangga ibukota Provinsi Jawa Timur yang telah
mengalami perkembangan pesat dalam segala sektor. Keberhasilan ini dicapai karena telah
berkembangnya potensi yang ada di wilayah tersebut seperti industri dan perdagangan,
pariwisata serta usaha kecil dan menengah. Karena adanya berbagai potensi daerah serta
dukungan sumber daya manusia yang memadai, maka dalam perkembangannya Kabupaten
Sidoarjo mampu menjadi salah satu daerah strategis bagi pengembangan perekonomian regional.

Potensi Kabupaten Sidoarjo adalah sektor perikanan dan memiliki kawasan tambak seluas
15.430 hektar. Kondisi ini menjadikan Sidoarjo sebagai kawasan potensial pengembangan
agroindustri perikanan. Bencana Lumpur Lapindo di kawasan Porong telah menimbulkan
406
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KRUPUK IKAN GABUS SEBAGAI BISNIS UNGGULAN MASYARAKAT DESA KEDUNG PELUK CANDI SIDOARJO

kerugian ekonomi terutama dengan menurunnya kualitas air di Sidoarjo yang berdampak pada
menurunnya produktivitas usaha di sektor perikanan, pertanian dan industri.

Tabel 1. Perkembangan Lahan Pertambakkan di Sidoarjo Tahun 2008-2011

Tahun
No Kecamatan
2008 2009 2010 2011
1 Tanggulangin 497.456 497.456 497.456 4.966
2 Waru 402.185 402.185 402.185 4.883
3 Porong 493.693 493.693 493.693 4.927,4
4 Jabon 4.144.924 4.144.924 4.144.924 4.144,1
5 Sedati 4.100.902 4.100.902 4.100.902 40.770
6 Buduran 1.731.312 1.731.312 1.731.312 15.280
7 Sidoarjo 3.128.133 3.128.133 3.128.133 32.720
8 Candi 1.031.722 1.031.722 1.031.722 10.760,3
Sumber: Bappeda Sidoarjo

Penyebab utama penurunan produksi ikan di Kabupaten Sidoarjo adalah kehadiran lumpur
Lapindo. Dampak lainnya adalah produksi ikan di Kabupaten Sidoarjo pada 2010-2011
mengalami penurunan sebesar 79% seperti yang dipaparkan pada tabel 2 di bawah ini. Kondisi
ini juga terjadi di Desa Kedung Peluk Candi Sidoarjo di mana kuantitas dan kualitas hasil
tambak mengalami penurunan. Hasil tambak berupa bandeng dan udang yang selama ini
menjadi ikon Kabupaten Sidoarjo mengalami penurunan.

Tabel 2. Jumlah Produksi Ikan Kabupaten Sidoarjo tahun 2010-2011


No Jenis Produksi 2010 (Kg) 2011 (Kg)
1 Perairan Umum 383,70 18,60
2 Budidaya Kolam 5.537.465 4,168,482
3 Budidaya Tambak 84.136.090 5,008,200
4 Penangkapan Ikan Laut 12.720.730 12,573,200
Total 102,777,985 21,768,482
Sumber: Bappeda Sidoarjo

Kecamatan Candi bersebelahan langsung dan berada di sebelah selatan Kota Sidoarjo yang
hanya berjarak 6 Km dari pusat kota Sidoarjo. Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan
Tulangan, sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Tanggulangin dan Porong, sedangkan
sebelah utara dan timur berbatasan dengan kecamatan Sidoarjo. Kecamatan Candi merupakan
salah satu kecamatan yang memiliki luas tambak 1.032 hektar dengan produksi utama bandeng
dan udang.

Sebagian besar petambak di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi juga memproduksi bandeng
dan udang. Penurunan kuantitas dan kualitas hasil bandeng dan udang karena adanya dampak
Lumpur Lapindo, menyebabkan pendapatan masyarakat mengalami penurunan. Berdasarkan
program hibah abdimas institusional, hibah IbM tahun 2011 dan 2013 telah mampu memicu
tumbuhnya wirausaha dari kalangan ibu-ibu petambak di Kecamatan Candi. Ada 10
pengusaha pengolahan hasil tambak, diantaranya yang sudah berjalan adalah UD. Al-Barokah
dan Kelompok Usaha Bandeng Badjuri.

Wirausaha yang akan dikembangkan pada pengabdian masyarakat kali ini adalah pembuatan
krupuk ikan. Pengembangan usaha pembuatan krupuk ikan ini berbeda dengan produk krupuk
lainnya. Ikan yang banyak digunakan dan menjadi keunggulan adalah ikan gabus dan ikan
407
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KRUPUK IKAN GABUS SEBAGAI BISNIS UNGGULAN MASYARAKAT DESA KEDUNG PELUK CANDI SIDOARJO

payus. Ikan gabus tidak terlalu baik karena secara fisik tidak banyak diminati oleh masyarakat
dan agak susah dikembangkan di pertambakan. Ikan gabus banyak dikembangkan di kawasan
perairan sekitar tambak seperti sungai kecil, hulu sungai, rawa-rawa sekitar tambak. Ikan gabus
ini menjadi musuh para petambak karena gemarnya memakan ikan lain khususnya udang.

Ikan gabus yang memiliki nama latin Channa striata sudah banyak dikenal oleh masyarakat
Indonesia. Ikan ini mudah hidup di perairan yang belum tercemar oleh pestisida. Di alam ikan
gabus adalah ikan predator, pemangsa ikan kecil, serangga, anak katak (berudu), keong, cacing
dan jenis hewan air lainnya. Ikan ini menyebar luas dari Asia Selatan, Tiongkok bagian selatan
hingga wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia sebelah barat. Di Indonesia, banyak nama
lokal untuk ikan ini seperti bocek (Riau), aruan, haruan (Melayu), kocolan (Betawi), bogo
(Sunda), bayong, bogo, licingan (Banyumas), kutuk (Jawa), kabos (Minahasa). Dalam bahasa
Inggris dikenal dengan nama seperti common snakehead, snakehead murrel, chevron
snakehead, striped snakehead dan juga aruan (Sadjudin, 2015).

Ikan gabus ini dikenal oleh orang-orang tua jaman dulu dapat digunakan untuk mempercepat
penyembuhan luka khitan, luka sehabis melahirkan, luka bakar, dan luka-luka lainnya. Selain
itu bayi atau anak kecil juga sudah sering diberikan ikan gabus ini oleh orang-orang tua dulu.
Tetapi jarang dari orang tua dulu mengetahui apa saja yang terkandung dalam ikan gabus/ikan
kutuk ini. Khasiat ikan gabus/ikan kutuk ini belum diketahui sampai ada penelitian dari Prof. Dr.
Ir. Eddy Suprayitno, MS, dari Universitas Brawijaya, Malang, yang mengungkapkan kehebatan
dari kandungan gizi dan khasiat ikan gabus bagi kesehatan. Diungkapkan dalam penelitian
tersebut bahwa ikan gabus/ikan kutuk memiliki kandungan protein albumin tertinggi
dibandingkan dengan sumber protein albumin dari ikan-ikan yang lain, seperti: ikan lele,
bandeng, mas, nila, dan lain-lain. Per 100 gram, kadar protein telur hanya 12,8 gram, daging
ayam 18,2 gram, daging sapi 18,8 gram sedangkan ikan gabus/ikan kutuk mencapai 25,2 gram.
Sangat jauh terpautnya. Nilai plus ikan gabus/ikan kutuk yang lain adalah memiliki nilai cerna
yang sangat baik yakni mencapai lebih dari 90%. Selain itu, protein kalogen ikan gabus/ikan
kutuk juga lebih rendah dibanding dengan daging ternak, yang menyebabkan tekstur daging
ikan gabus/ikan kutuk lebih empuk dibanding dengan yang lain (forum.kompas.com).

Home industry krupuk ikan yang ada di Kedung Peluk dimiliki oleh ibu-ibu petani tambak,
yaitu Ibu Makhmudah, Ibu Kustina dan Ibu Hj. Sumiati. Usaha ini dimiliki dan dikelola oleh
pemiliknya sendiri. Mulai dari pembelian bahan, proses pembuatan sampai pemasaran
dilakukan sendiri oleh pemilik. Pemesan berasal dari masyarakat sekitar Kecamatan Candi
karena krupuk ini belum banyak dikenal. Potensi pengembangan usaha krupuk ikan gabus ini
sangat tinggi, namun belum bisa dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat. Oleh karena itu,
tujuan dari pengabdian yang dilakukan adalah untuk: 1) meningkatkan peran serta ibu-ibu
petambak melalui pengolahan krupuk ikan gabus, 2) menciptakan wirausaha baru melalui
pemberdayaan ibu-ibu petambak. Khalayak sasaran dalam program pengabdian ini adalah ibu-
ibu petani tambak yang ada di desa Kedung Peluk Kecamatan Candi Sidoarjo. Ibu-ibu yang
dipilih dalam pelaksanaan kegiatan adalah ibu-ibu yang memiliki minat berwirausaha dan dapat
menjadi motivator bagi anggota masyarakat lainnya.

B. METODOLOGI
Disain pengabdian masyarakat yang dilakukan ini antara lain melalui: 1) kegiatan survey atau
pengamatan langsung pada masyarakat petambak khususnya ibu-ibu petani tambak, 2)
identifikasi kendala yang dihadapi ibu-ibu petani tambak dalam upaya meningkatkan
pendapatan, 3) pelatihan pengolahan produk ikan gabus, 4) pendampingan atas kegiatan
wirausaha yang dilakukan oleh ibu-ibu petani tambak. Sedangkan metode penulisan adalah
408
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KRUPUK IKAN GABUS SEBAGAI BISNIS UNGGULAN MASYARAKAT DESA KEDUNG PELUK CANDI SIDOARJO

dengan metode kualitatif. Menurut Sugiyono (2005: 1) metode kualitatif adalah metode yang
digunakan pada kondisi objek yang alamiah. Dalam penulisan kualitatif, penulis merupakan
instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif, dan hasil lebih menekankan makna dari pada generalisasi.

Pendekatan kualitatif ditujukan agar dapat memperoleh informasi secara detail mengenai
permasalahan yang dihadapi oleh ibu-ibu wirausaha di Kedung Peluk dalam upaya untuk
menjadikan usaha krupuk ikan gabus sebagai bisnis unggulan. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif, memungkinkan untuk diperoleh data-data yang bersumber dari ibu-ibu
wirausaha tersebut, sehingga bisa menghasilkan data deskriptif. Metode yang digunakan dalam
tulisan ini bersifat deskriptif. Dengan metode deskriptif, kita menghimpun data, menyusunnya
secara sistematis, faktual dan cermat. Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan
informasi tentang keadaan-keadaan nyata sekarang (sementara berlangsung). Tujuan utama
dalam menggunakan metode ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang
sementara berjalan saat program pengabdian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu
gejala tertentu.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan melakukan wawancara yaitu bentuk
komunikasi antara dua orang dengan melibatkan seseorang yang lain, memperoleh informasi
dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu
(Mulyana, 2004: 180). Dalam penulisan pengabdian masyarakat ini wawancara dilakukan secara
informal, wawancara cendurung bersifat terbuka dan tidak berstruktur sehingga wawancara
mirip dengan percakapan.

Data yang akan digunakan adalah data primer. Menurut Umar (2003: 56), data primer
merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan sebagai obyek penulisan. Metode
wawancara mendalam atau in-depth interview dipergunakan untuk memperoleh data dengan
metode wawancara dengan narasumber yang akan diwawancarai untuk memperoleh data atau
informasi apa yang ingin didapatkan dari narasumber yang nanti dapat disumbangkan dengan
memperhatikan perkembangan konteks dan situasi wawancara.

Analisis data merupakan proses dimana data yang telah ada disederhanakan ke dalam bentuk
yang lebih mudah untuk dibaca dan diinterpretasikan berdasarkan data dalam upaya untuk
memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap hasil pengabdian yang akan
dilakukan. Pembahasan hasil pengabdian dilakukan dengan cara meninjau hasil
penelitian/pengabdian secara kritis dengan teori yang relevan dan informasi masyarakat yang
diperoleh dari penelitian/pengabdian (Moleong, 2004: 151). Setelah memperoleh data melalui
metode wawancara, selanjutnya mengorganisasikan data-data tersebut dengan hasil wawancara
secara berulang-ulang. Dengan demikian data-data yang diperoleh dapat disesuaikan dengan
teori dan permasalahan sebelumnya.

Waktu pelaksanaan pengabdian dilakukan sejak bulan April hingga Nopember 2015. Sedangkan
lokasi pengabdian di Desa Kedung Peluk, Kecamatan Candi, Kabupaten Sidoarjo.

C. PEMBAHASAN
Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo merupakan salah satu wilayah di Kota Sidoarjo yang
akan direncanakan sebagai wilayah Minapolitan (daerah perikanan di dalam perkotaan) di masa
mendatang. Di wilayah ini terdiri dari dua kelompok tani tambak yang beranggotakan 20
orang sedangkan istrinya sebagian besar hanya ibu rumah tangga yang tidak memiliki kegiatan
usaha lain. Survey awal yang dilakukan meliputi pengamatan daerah pertambakkan dan hasil
409
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KRUPUK IKAN GABUS SEBAGAI BISNIS UNGGULAN MASYARAKAT DESA KEDUNG PELUK CANDI SIDOARJO

tambaknya, pengamatan kegiatan utama ibu-ibu petambak dalam seharian. Hasil survey
menunjukkan kegiatan utama istri petambak adalah mengurusi rumah termasuk anak-anak,
membantu suaminya di tambak, kadang berlatih ketrampilan seperti menjahit atau menyulam,
dan aktif berkumpul dalam kegiatan PKK atau pengajian rutin.

Potensi dan minat untuk berwirausaha pada ibu-ibu petambak coba digali. Focus Group
Discussion dilakukan dengan mengumpulkan sebagian ibu-ibu petambak sebagai partisipan.
Kegiatan ini dihadiri 12 orang yang merupakan anggota pengolah dan pemasar kelompok
Bandeng Badjuri di Desa Kedung Peluk. Hasil Focus Group Discussion menyimpulkan Bahwa
1) adanya minat yang besar dalam diri partisipan untuk berwirausaha, 2) keterbatasan
ketrampilan dalam pengolahan hasil tambak, 3) keterbatasan dana untuk memulai usaha, 4)
keterbatasan dalam pemasaran produk hasil olahan. Hal ini sesuai dengan hasil pengabdian
Mohammad Jafar Hafsah (2004) yang menunjukkan bahwa ada faktor eksternal dan internal
yang mempengaruhi pertumbuhan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia.

Pelatihan kewirausahaan dan pengolahan hasil tambak dilakukan pada bulan Juni 2015 di desa
Kedung Peluk yang dihadiri 35 orang. Pelatihan ini dilakukan untuk membangkitkan jiwa
kewirausahaan ibu-ibu petambak ini. Ada yang sudah memiliki usaha namun masih bersifat
musiman yang biasanya mendekati lebaran, dan sebagaian besar masih belum memiliki
keinginan usaha. Pengusaha krupuk yang bisa dijadikan motivator bagi ibu-ibu yang lain adalah
Ibu Machnidah dan Ibu Kus dengan merk dagang Al-Barokah dan Lancar Jaya. Pelatihan
pengolahan hasil tambak ini juga difokuskan pada pengolahan makanan siap saji berbahan dasar
ikan untuk dibuat berbagai makanan siap saji. Ini bisa dijadikan alternatif bila bahan dasar ikan
gabus sulit diperoleh sehingga usaha yang dijalankan dapat berkelanjutan.

Upaya pendampinga lain yang dilakukan adalah pendampingan usaha meliputi pemasarkan
produk olahan dan pencatatan usaha. Pemasaran yang dilakukan awalnya masih tergolong
sederhana. Pemasaran dilakukan secara langsung ke pembeli yang sebagian besar berasal dari
masyarakat sekitar. Adanya dukungan dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sidoarjo,
produk krupuk ikan gabus ini mampu diterima oleh pembeli di luar Kecamatan Candi. Berbagai
kegiatan pameran sering diikuti oleh kedua pengusaha krupuk ini sehingga omzet penjualannya
semakin meningkat. Omzet rata-rata per bulan antara Rp. 2.500.000 - Rp. 5.000.000.

Diskusi dengan mitra usaha dilakukan untuk mengkaji kendala atas upaya yang telah dilakukan
partisipan melalui proses pendampingan dan wawancara dengan pembeli produk olahan. Hasil
diskusi dengan partisipan dan pembeli menunjukkan bahwa: 1) ikan gabus sulit diperoleh, 2)
proses pembuatan krupuk ini sangat tergantung pada cuaca (panas), 3) kemasan yang
ditampilkan kurang menarik, 4) salah satu produk Lancar Jaya belum memiliki ijin sehingga
meragukan pembeli, 5) pemasaran kurang luas karena media pemasaran belum bervariasi
sehingga produk kurang dikenal pembeli, Hasil pengabdian ini mendukung pengabdian yang
dilakukan sebelumnya oleh Wiwik Heny Winarsih,dkk (2011) bahwa sebagian besar petambak
melakukan budidaya secara sporadis dan sistem kemitraan belum berjalan lancar sehingga
mengganggu pemasaran hasil tambak maupun hasil olahannya.

Solusi yang ditawarkan sebagai upaya perbaikan atas usaha yang mulai dijalankan oleh ibu-ibu
petambak di Desa Kedung Peluk Kecamatan Candi adalah: 1) melakukan kerjasama dengan
pihak lain misalkan KOPPIS (Kelompok Pengolah dan Pemasar Ikan Sidoarjo), 2) melakukan
kerjasama dengan daerah lain yang sudah memiliki omzet tinggi misalkan dengan pengusaha
krupuk di daerah Tanggulangin, 3) diversifikasi media pemasaran (pamflet, kemasan, website,
spanduk) agar produk ikan gabus semakin dikenal masyarakat.
410
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KRUPUK IKAN GABUS SEBAGAI BISNIS UNGGULAN MASYARAKAT DESA KEDUNG PELUK CANDI SIDOARJO

Berdasarkan paparan hasil dan pembahasan di atas, beberapa hal yang merupakan evaluasi dari
pengabdian ini yang perlu dikembangkan di masa datang baik bagi pengusul maupun mitra,
adalah:
a. kegiatan pemasaran tidak hanya dilakukan secara sporadis, namun dapat direncanakan
secara terstruktur agar produk yang dihasilkan semakin di kenal orang lain;
b. motivasi yang tinggi dari peserta untuk meningkatkan taraf hidup di masa datang
melalui diversifikasi hasil pengolahan ikan;
c. pengetahuan dan ketrampilan partisipan, khususnya ibu-ibu petambak perlu
ditingkatkan lagi agar menjadi semakin ahli;
d. diperlukan motivasi dan dukungan pihak lainnya agar produk krupuk ikan gabus ini
semakin dikenal oleh masyarakat Sidoarjo dan sekitarnya, misalkan dari Badan
Ketahanan Pangan Kabupaten Sidoarjo, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Sidoarjo, Perguruan Tinggi, dan Industri.

D. SIMPULAN
Sebagian besar petambak di Desa Kedung Peluk memproduksi bandeng dan udang. Penurunan
kuantitas dan kualitas hasil bandeng dan udang karena adanya dampak lumpur lapindo,
menyebabkan pendapatan masyarakat mengalami penurunan. STIE Perbanas Surabaya melalui
program hibah abdimas institusional, hibah IbM tahun 2011 dan 2013 telah mampu memicu
tumbuhnya wirausaha dari kalangan ibu-ibu petambak. Ada 12 pengusaha pengolahan hasil
tambak, diantaranya UD. Al-Barokah dan UD. Lancar Jaya yang tergabung dalam kelompok
usaha Bandeng Badjuri.

Pengembangan usaha pembuatan krupuk ikan ini berbeda dengan produk krupuk lainnya. Ikan
yang banyak digunakan dan menjadi keunggulan adalah ikan gabus dan ikan payus. Ikan gabus
tidak terlalu baik karena secara fisik tidak banyak diminati oleh masyarakat dan agak susah
dikembangkan di pertambakkan. Ikan gabus banyak dikembangkan di kawasan perairan sekitar
tambak seperti sungai kecil, hulu sungai, rawa-rawa sekitar tambak. Ikan gabus ini menjadi
musuh para petambak karena gemarnya memakan ikan lain khususnya udang. Pengamatan dan
evaluasi dilakukan dalam upaya peningkatan pendapatan bagi masyarakat petambak melalui
produk olahan ikan gabus.

Pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan survey lapangan, pengamatan khalayak sasaran
atau partisipan, diskusi, pendampingan dan evaluasi upaya yang dilakukan. Hasil Focus Group
Discussion yang dilakukan dengan partisipan menyimpulkan bahwa: 1) adanya minat yang
besar dalam diri partisipan untuk berwirausaha, 2) keterbatasan ketrampilan dalam pengolahan
hasil tambak, 3) keterbatasan dana untuk memulai usaha, 4) keterbatasan dalam pemasaran
produk hasil olahan. Solusi yang ditawarkan kepada partisipan sebagai langkah untuk
meningkatkan penghasilan masyarakat petani tambak melalui pemberdayaan ibu-ibu petambak
adalah 1) melakukan kerjasama dengan pihak lain misalkan dengan KOPPIS, 2) melakukan
kerjasama dengan daerah lain yang sudah memiliki usaha krupuk misalkan di daerah
Tanggulangin, 3) diversifikasi media pemasaran (pamflet, kemasan, website, spanduk).

UCAPAN TERIMA KASIH


Pengabdian masyarakat ini dilakukan atas peran serta pihak lain. Ucapan terima kasih ini
disampaikan secara khusus kepada: 1) Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi atas dana hibah
Ipteks bagi Masyarakat (IbM) yang diberikan, 2) kelompok usaha Bandeng Badjuri yang telah
berperan aktif sebagai partisipan dan subyek pengamatan dalam kegiatan pengabdian
masyarakat ini, 3) STIE Perbanas Surabaya yang telah mendukung terlaksananya kegiatan ini, 4)
411
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
KRUPUK IKAN GABUS SEBAGAI BISNIS UNGGULAN MASYARAKAT DESA KEDUNG PELUK CANDI SIDOARJO

Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Sidoarjo dan Badan Ketahanan Pangan Kabupaten
Sidoarjo.

DAFTAR PUSTAKA
Hafsah, Mohammad Jafar. (2004). Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah. Infokop
No.25 Tahun XX. Hal 40-44.
Moleong, Lexy J. (2004). Metde PenelitianKualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT remaja
Rosidakarya
Mulyana, Deddy. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi
dan Ilmu Sosial lainnya. Bandung: PT Remaja Rosidakarya.
Sadjudin, Haerudin R. (2015). Manfaat ikan gabus, sumber protein tinggi penyembuh penyakit.
Diakses tanggal 10 desember 2015 dari http://www.mongabay.co.id/2015/03/18/manfaat-
ikan-gabus-sumber-protein-tinggi-penyembuh-penyakit/
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Umar, Husein. (2003). Metode Riset Komunikasi Oraganisasi Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Winarsih, Wiwik Heny, dkk. (2011). Pengembangan Budidaya dan Teknologi Pengolahan
Bandeng Serta Distribusinya Sebagai Sumber Ekonomi Masyarakat di Jawa Timur.
Jurnal Cakrawala Vol. 5 No.2. Hal. 1-15.

http://forum.kompas.com/threads/317189-Luar-Biasa!-Keajaiban-Kandungan-Ikan-Gabus-
untuk-Kesehatan-Keluarga-Penelitian. Diakses 20 Desember 2014.
PAMERAN DAN WORKSHOP DESAIN INTERIOR
BAGI SISWA SMA/SMK SEKITARAN TANGERANG
DILINGKUNGAN UNIVERSITAS MERCUBUANA
Rr. Chandrarezky Permatasari
Jurusan Program Studi Desain Interior, Fakultas Desain & Seni Kreatif
Universitas Mercu Buana
E-mail: chandrasari89@gmail.com

ABSTRAK
Peran Universitas Mercubuana dalam mengembangkan kewirausahaan dan karya cipta melalui
pengabdian kepada masyarakat diwujudkan antara lain dengan kegiatan Pameran Karya Mahasiswa
Desain Interior dan Workshop Desain Interior bagi siswa SMA/SMK. Kegiatan ini berlangsung selama
lima hari dalam rangkaian acara Festival UMB 8 di lingkungan Program Studi Desain Interior, Fakultas
Desain dan Seni Kreatif. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan karya mahasiswa desain interior
Universitas Mercubuana yang dilanjutkan dengan rangkaian workshop bagi kalangan siswa SMA/SMK
dalam kegiatan kreasi elemen interior dengan menggambar dan mewarnai media kertas daur ulang.
Menggambar dan mewarnai merupakan kegiatan mengeksplorasi jiwa dalam rangka mengembangkan
kreativitas. Proses kreativitas dalam memahami bahasa gambar menjadi penting karena diharapkan dapat
mendukung tahap pengembangan desain selanjutnya.

Kata kunci : bahasa menggambar, mewarnai, kertas daur ulang , eksperimen kreatif

ABSTRACT
The role of Mercubuana University in developing entrepreneurship and creative activities through
community empowerment is conducted among others in the form of Interior Design Students Works
Exhibition and Interior Design Workshop for senior high school students. This program lasted for five
days as a part of UMB 8 Festival within Interior Design Study Peogram, Faculty of Design and Creative
Art. This program aims to introduce the works of interior design students followed by a series of
workshops for senior high school students in the form of creating interior elements through drawing and
coloring recycled paper. Drawing and coloring are expressional activities in developing creativity. The
process of creativity in undesrstanding picture language becomes important because it is expected to
support the design development phase that follows.

Keywords: drawing language, coloring, recycled paper, creative experiment

PENDAHULUAN
Analisis situasi
Awal dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini sebenarnya merupakan rangkaian
kegiatan Festival UMB 8 yang berlangsung dari tanggal 6 17 November 2015 dilingkungan
kampus Meruya Universitas Mercubuana.

Menggambar dan mewarnai adalah kegiatan yang menyenangkan bagi para siswa. SMA/SMK
Lewat menggambar, mereka bisa menuangkan beragam imajinasi yang ada di kepala mereka.
Gambar-gambar yang mereka hasilkan juga dapat menunjukkan tingkat kreativitas dan suasana
hati masing-masing siswa.
413
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PAMERAN DAN WORKSHOP DESAIN INTERIOR BAGI SISWA SMA/SMK SEKITARAN TANGERANG DILINGKUNGAN
UNIVERSITAS MERCUBUANA

Rumusan Masalah
Untuk itu tim pengabdi melakukan monitoring untuk mengetahui kegiatan apa saja yang
dilakukan oleh siswa/i SMA/SMK dalam menuangkan imajinasi (kreativitas) mereka ke dalam
hal-hal yang bersifat positif. Dari sini diperoleh temuan bahwa :
a. Siswa SMA/SMK masih minim pengalaman serta kurangnya pengetahuan ataupun
sumber referensi dalam hal menghasilkan suatu karya kreatif.
b. Siswa SMA/SMK memiliki motivasi yang rendah untuk mengeluarkan ide kreatif
mereka menjadi suatu karya karena kurangnya dukungan dari pihak-pihak yang ahli
dibidangnya.
c. Banyak siswa SMA/SMK yang masih belum menemukan wadah atau kegiatan yang
tepat untuk menyalurkan kreativitas mereka sehingga mereka lebih banyak
menghabiskan waktu luangnya untuk sekedar berkumpul atau mengobrol bersama.
Berdasarkan kebutuhan yang dapat diidentifikasikan tersebut dan sebagai tindak lanjut dari
rangkaian kegiatan acara Festival UMB 8 yang sudah terlaksana, kesempatan ini pengabdian
masyarakat meliputi kegiatan talkshow, Pameran dan Workshop bagi siswa/i SMA/SMK.
Berdasar hal tersebut maka bagaimana kreativitas dan inovasi siswa setingkat Sekolah
Menengah Atas dengan melalui kegiatan menggambar dan mewarnai kertas Daur ulang
Pembungkus telor

Tujuan Kegiatan
Tujuan dari kegiatan Workshop ini adalah membekali siswa/i SMA/SMK untuk dapat
menuangkan kreativitasnya ke dalam kegiatan yang bersifat positif, yang mana setelah kegiatan
ini berjalan diharapkan mereka memiliki wawasan baru serta pengalaman dalam hal
mewujudkan suatu konsep menjadi suatu karya yang kreatif

Manfaat Kegiatan
Manfaat kegiatan ini bagi peserta:
Memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang pentingnya menggambar dan
mewarnai dengan baik sehingga dapat mengetahui proses dan hasil yang baik.
Memperoleh wawasan dan pengetahuan baru tentang proses mewarnai.

Manfaat bagi pelaksana, pembimbing dan perguruan tinggi adalah:


Memperoleh manfaat sebagai bahan ilmu dengan melihat keterkaitan dan kesepadanan
antara ilmu yang berkembang di perguruan tinggi dengan kondisi pendidikan di tingkat
sekolah dasar.

Secara umum manfaat yang dapat diperoleh anak lewat aktivitas menggambar adalah sebagai
berikut :
1. Mengekpresikan bentuk-bentuk emosi yang dirasakan anak dan disalurkan dalam
bentuk gambar
2. Melatih gerak tangan untuk menghasilkan bentuk atau gambar yang lebih baik
(kecerdasan motorik halus anak)
3. Proses pembelajaran anak untuk mengungkapkan apa yang ada dipikirannya saat itu,
menuangkan idenya, memvisualisasikan dan merealisasikan imajinasinya dalam sebuah
karya seni
4. Membantu meningkatkan konsentrasi
5. Melatih daya ingat
6. Melatih kesabaran, ketelitian dan keuletan anak dalam menghasilkan sesuatu
414
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PAMERAN DAN WORKSHOP DESAIN INTERIOR BAGI SISWA SMA/SMK SEKITARAN TANGERANG DILINGKUNGAN
UNIVERSITAS MERCUBUANA

Ada banyak manfaat mewarnai bagi anak, yaitu :


1. Melatih anak mengenal aneka warna dan nama-nama warna
2. Melatih anak untuk memilihi kombinasi warna dan membantu anak untuk belajar
keserasian dan keseimbangan warna
3. Stimulasi daya imajinasi dan kreativitas
4. Melatih mengenai objek sehingga anak memahami detail objek yang akan diwarnai
terlebih dahulu sebelum mereka mewarnai
5. Melatih anak membuat target. Proses mewarnai membutuhkan satu target yaitu berhasil
mewarnai seluruh bidang gambar yang tersedia. Jadi anak belajar untuk menyelesaikan
tugas yang dihadapinya sesuai target.
6. Melatih anak mengenal garis batas bidang.
7. Melatih kemampuan koordinasi antara mata dan tangan. Mulai dari bagaimana cara
yang tepat menggenggam krayon dan kuas hingga memilih warna krayon dan cat.

Tinjauan Pustaka
Pokok-pokok kajian teori yang akan dijadikan landasan pelaksanaan kegatan ini sebagai
berikut:
Alamsyah (2011). Belajar dalam Mewarnai Dengan Cat Air.
Munandar, Utami. 2009. Dalam Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat.
Lea Lina. (2010). Belajar Seni dan Kerajinan Gerabah
Wahyudin (2012). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini.
http://blog.lazada.co.id/tujuan-belajar-menggambar-mewarnai-bagi-anak/.

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN


Kerangka Pemecahan Masalah
Aktivitas mewarnai dan menggambar sama-sama merupakan buah dari pembelajaran dan
penghayatan seorang siswa. Keduanya berfungsi untuk membantu mengembangkan kecerdasan
otak manusia, khususnya untuk melatih otak kanan dalam bidang seni. Namun keduanya
memiliki hasil akhir (output) yang berbeda. Kalau mewarnai menghasilkan suatu kreasi warna
sedangkan menggambar menghasilkan suatu bentuk sesuai imajinasi siswa. Menurut
Moeslichatoen (2004:197), dalam menetapkan rancangan langkah-langkah pemberian tugas
hendaknya dapat tercermin :
1. Tugas apa yang harus dilakukan siswa
2. Hasil yang diharapkan untuk mengerjakan tugas tersebut
3. Bagaimana cara mengerjakan tugas tersebut
4. Bahan dan alat apa yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Secara umum persiapan untuk merancang kegiatan adalah:


1. Menetapkan Tujuan dan tema yang dipilih
Langkah yang pertama dalam membuat rancangan pemberian tugas adalah menentukan
tujuan dan tema. Dalam menetapkan tujuan kegiatan tersebut dikaitkan dengan tema yang
cocok bagi perkembangan siswa. Tema itu harus ada kedekatan hubungan dengan kehidupan
sosial siswa di rumah, di sekolah, maupun dalam masyarakat. Mengacu kepada tujuan yang
telah ditetapkan, dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan peserta, serta sarana
yang ada. Salah satu contoh rumusan tujuan adalah: peserta dapat menggambar dan
mewarnai dengan benar,

2. Menetapkan rancangan bahan dan alat


Alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan sesuai dengan rancangan tujuan dan tema
yang ditetapkan, maka dapat ditetapkan rancangan bahan dan alat yang harus disediakan.
415
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PAMERAN DAN WORKSHOP DESAIN INTERIOR BAGI SISWA SMA/SMK SEKITARAN TANGERANG DILINGKUNGAN
UNIVERSITAS MERCUBUANA

Misalnya guru menetapkan rancangan bahan dan alat yang harus disediakan, yaitu: 3 seri
gambar dan jenis gerabah yang masing-masing harus dipilih siswa serta bahan pewarnaan
krayon dan cat.

Adapun bahan dan alat untukkegiatan tersebut secara garis besar sebagai berikut:
a. Kertas gambar
b. Kuas
c. Gelas plastik
e. Cat poster
f. Pensil, pensil warna dan krayon
g. Spidol
h. Media Kertas Daur Ulang Pembungkus telor
i. Impraboard/ karton tebal

3. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan.


Tahap ini merupakan tahap yang sangat penting dilihat dari segi pemantapan penguasaan
materi dan kualitas menggambar. Keberhasilan dalam kegiatan tergantung pada bagaimana
cara menangani kegiatan secara teratur dan dapat memotivasi siswa untuk belajar
menggambar dan mewarnai, menimbulkan kesiapan siswa untuk menyelesaikan tugas dan
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya.

Tahap pengerjaan:
a. Untuk mewarnai gambar siapkan kertas yang sudah dipilih gambar sketsanya kemudian
diwarnai dengan pensil warna atau krayon.
b. Untuk mewarnai media kertas daur ulang. Membuat modul
c. Siapkan alat dan bahan.
d. Warnailah gerabah dengan menggunakan cat dasar
e. Gambarlah sketsa gambar di gerabah dengan menggunakan pensil.
f. Setelah cat dasar diaplikasikan, tunggu sampai kering. Kemudian aplikasikan cat
warnadengan menggunakan kuas lukis biasa sesuai gambar sketsanya, Namun sebelum
kuas ditutulkan kegerabah, kuas yang dipenuhi cat harus ditutulkan lebih dahulu ke
secarik kain. Ini di lakukan supaya cat tidak meleleh secara tidak beraturan.
g. Setelah gambar sudah diwarnai maka dilanjutkan dengan memberikan penegasan
gambar dengan spidol.
h. Setelah kering maka dilapis dengan cat pelapis supaya tidak luntur.

4. Menetapkan rancangan penilaian


Sesuai dengan tujuan dan tema/topik yang dipilih, maka dapat dirancang penilaian kegiatan
dengan mengacu pada hasil karya selama melaksanakan kegiatan tersebut.
Indikator Keberhasilandalam penerapan metode ini adalah:
Peserta mampu membuat rancangan gambar.
Peserta mampu menerapkan metode mewarnai.
Rancangan Persiapan

Realisasi Pemecahan Masalah


Penyusunan program kegiatan didasarkan atas program yang telah dijadwalkan oleh pihak P2M
Universitas Mercu Buana Jakarta. Persiapan kegiatan pelatihan workshop ini berlangsung 6 17
November 2015
Adapun hal-hal yang dipersiapkan meliputi:
416
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PAMERAN DAN WORKSHOP DESAIN INTERIOR BAGI SISWA SMA/SMK SEKITARAN TANGERANG DILINGKUNGAN
UNIVERSITAS MERCUBUANA

a. Survai/penjajakan di lapangan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami situasi
dan kondisi setempat serta keadaan mengenai waktu penyelenggaraan kegiatan pelatihan dan
lomba.
b. Mempersiapkan materi/topik pelatihan, meliputi:
1. Memilih usia siswa yang mengikuti pelatihan
2. Langkah-langkah penyusunan program pelatihan
3. Tujuan pelatihan dan lomba
4. Metode dan teknik pelatihan

METODE KEGIATAN
Kegiatan acara dalam rangkaian Festival UMB 8 yang meliputi acara Talkshow, pameran karya
mahasiswa Desain Interior Universitas Mercubuana sekaligus workshop.
Dalam kegiatan ini sebagai subjek sasaran kegiatan yaitu Siswa-swa SMA/SMK yang diundang
dalam rangklaian festival UMB 7 yang berlangsung dari tanggal 6 November 17 November
2015 yang diikuti 200 siswa mengikuti talkshow tentang dunia desain interior dan 30 siswa
perwakilan SMA/SMK yang mengikuti workshop berkreasi dengan melukis pada media daur
ulang pembungkus telor dimana bisa dijadikan elemen artwork Interior.

Metode yang Digunakan


Pendekatan dan metode yang digunakan dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan ini
pendekatan yang digunakan bersifat edukatif, dengan ini dimaksudkan untuk memberikan
pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan dalam pembelajarann anak. Kegiatan pengabdian
pada masyarakat ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman teknik
menggambar dan mewarnai pada siswa-siswa SMA/SMK. Adapun metode yang digunakan
dalam kegiatan ini adalah metode ceramah, metode demonstrasi, metode latihan dan metode
praktek secara individu.
Adapun metodenya: ceramah, demonstrasi, dan praktek/latihan, pameran melalui tahapan
sebagai berikut:
Metode ceramah disampaikan pada waktu menjelaskan konsep dasar dalam pelatihan
menggambar dan mewarnai
Metode demonstrasi dan praktek digunakan pada waktu pelatihan workshop secara
berkelompok

HASIL PEMBAHASAN
Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan Kegiatan PPM
1. Hasil Kegiatan
Kegiatan acara dalam rangkaian Festival UMB 8 yang meliputi acara talkshow, pameran karya
Mahasiswa Desain interior Universitas Mercubuana sekaligus workshop.
Dalam kegiatan ini sebagai subjek sasaran kegiatan yaitu siswa-siswa SMA/SMK yang
diundang dalam rangkaian Festival UMB 8 yang berlangsung dari tanggal 6 November 17
November 2015 yang diikuti 200 siswa mengikuti talkshow tentang dunia desain interior dan 30
siswa perwakilan SMA/SMK yang mengikuti workshop Berkreasi dengan pada media daur
ulang pembungkus telor dimana bisa dijadikan elemen artwork interior.

Para peserta terkesan begitu antusias dalam mengikuti kegiatan ini, hal ini ditandai dengan
banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh peserta. Adapun ilmu dan wawasan
yang diperoleh para peserta dalam kegiatan pelatihan ini yaitu mulai dari sketsa, pembuatan
desain, dan proses mewarnai.
417
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PAMERAN DAN WORKSHOP DESAIN INTERIOR BAGI SISWA SMA/SMK SEKITARAN TANGERANG DILINGKUNGAN
UNIVERSITAS MERCUBUANA

2. Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan PPM


Hasil dari pelaksanaan kegiatan pelatihan menggambar dan mewarnai media kertas daur ulang
pembungkus telor menjadi kreasi artwork ini adalah untuk meningkatnya pengetahuan siswa
SMA/SMK dari sekitaran Tangerang yang diundang pada saat festival UMB 8 yang
berlangsung di ruang pameran karya mahasiswa Desain Interior di Galeri Hijau dikampus
Meruya Universitas Mercubuanana. Walaupun sebagian besar peserta pelatihan dari dari tingka
SMA/SMK, namun para peserta tersebut belum begitu menguasai teknik menggambar dan
mewarnai pada media daur ulang pembungkus telor dimana bisa dijadikan elemen artwork
interior, dimana mengajarkan para siswa bahwa barang yang tidak terpakai masih bisa diolah
sehingga menjadi karya seni yang tidak terbatas.

Oleh karena itu, pada umumnya para peserta sangat senang dan berharap pelatihan-pelatihan
semacam ini dilakukan secara rutin dan berkesinambungan kepada siswa-siswa. Selain itu, para
peserta begitu antusias dalam mengikuti kegiatan pelatihan ini, hal tersebut ditandai dengan
adanya beberapa pertanyaan yang dilontarkan kepada tim pelaksana baik pada saat pemaparan
konsep maupun pada saat proses praktik, mulai dari pembuatan desain sampai pada proses
menggambar atau mewarnai.

Selama proses pelatihan berlangsung tim pelaksana mengamati proses kegiatan dan dapat
menyimpulkan bahwa kegiatan pelatihan ini sangat membantu siswa-siswa mengikuti kreatifitas
dalam berkarya. Ada beberapa kompetensi yang dimiliki oleh peserta setelah mengikuti
kegiatan ini yaitu:

Pertama, para peserta pelatihan dapat mengetahui konsep menggambar dan mewarnai pada
media daur ulang pembungkus telor dimana bisa dijadikan elemen artwork interior dengan
baik. Pada tahap ini, tim pelaksana memberikan contoh materi pelatihan secara detail dan para
peserta menyimak dengan baik.

Kedua, para peserta pelatihan dapat mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam
menggambar dan mewarnai gerabah ini. Alat dan bahan yang digunakan banyak dijual di toko-
toko dengan harga yang relatif terjangkau.

Ketiga, para peserta pelatihan dapat mengetahui proses pembuatan gambar/desain yang baik
untuk diterapkan dalam menggambar dan mewarnaipada media daur ulang pembungkus telor
dimana bisa dijadikan elemen artwork interior.
Pada tahap ini, tim pelaksana memberikan penjelasan tentang gambar/desain yang baik untuk
menggambar dan mewarnai pada media daur ulang pembungkus telor dimana bisa dijadikan
elemen artwork interior tersebut.

a. Faktor Pendukung
Kegiatan ini akan berhasil dengan baik karena didukung oleh sumber daya manusia yang sesuai
dengan program yang akan dilaksanakan serta melibatkan berbagai pihak antara lain:
1. Lingkungan di Civitas Akademika UMB kampus Meruya
2. Tokoh masyarakat dan pimpinan di lingkungan Kampus UMB dan Guru-guru serta
Peserta Siswa SMA/SMK disekitar Tangerang yang diundang.
3. Pengurus HIMA serta mahasiswa Program Studi Desain Interior Universitas
Mercubuana.
418
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PAMERAN DAN WORKSHOP DESAIN INTERIOR BAGI SISWA SMA/SMK SEKITARAN TANGERANG DILINGKUNGAN
UNIVERSITAS MERCUBUANA

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Hasil kegiatan pelatihan menggambar dan mewarnaipada Media Daur Ulang pembungkus telor
dimana bisa dijadikan elemen artwork interior, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Bahwa proses pembuatan karya menggambar dan mewarnaipada Media Daur Ulang
pembungkus telor dimana bisa dijadikan elemen artwork interior ini dimulai dengan
pembersihan media kertas, dilanjutkan dengan membuatsketsa/gambar/desain, kemudian
dilanjutkan dengan proses pewarnaan pada media, setelah kering dipertegas dengan spidol lalu
di finishing dan dibentuk disatukan ditempelkan di bidang karton atau impraboard.
Alat yang digunakan berupa pensil, spidol, amplas, kuas dan kain. Sedang bahan yang dipakai
yaitu cat acrylic/tembok, cat poster.
Pemberian pelatihan menggambar dan mewarnaipada Media Daur Ulang pembungkus telor
dimana bisa dijadikan elemen artwork interior ini dengan metode ceramah, demonstrasi, latihan
dan praktek. Yaitu menyampaikan tentang cara menggambar dan mewarnai pada media daur
ulang pembungkus telor dimana bisa dijadikan elemen artwork interior, pengenalan alat dan
bahan yang digunakan, praktek dan proses membuat karyanya.

Saran
Ada beberapa saran yang perlu disampaikan setelah kegiatan ini berlangsung, yaitu sebagai
berikut:
1. Pelatihan menggambar dan mewarnai pada media daur ulang pembungkus telor dimana bisa
dijadikan elemen artwork Interiorini sebaiknya ada tindak lanjutnya, untuk mengetahui
sejauhmana perkembangan hasil kegiatan pelatihan apakah para peserta menerapkan dalam
pembelajaran ilmu yang diperoleh selama pelatihan.
2. Sebaiknya tetap dijaga kerjasama yang baik antara lembaga dengan pihak-pihak yang terkait
dengan lembaga masyarakat untuk mengetahui kebutuhan yang diperlukan oleh masyarakat
di lapangan khususnya dalam pengembangan bidang pembelajaran seni budaya seni rupa.

DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, Yenny Wijaya. (2011). Ayo Mewarnai Dengan Cat Air.Yogyakarta: CV.Andi Offset.
Hurlock, B. Elizabet. 1999. Perkembangan Anak, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Lea Lina. (2010). Seni dan Kerajinan Gerabah, Jakarta: Perca Indonesia
Wahyudin, Uyu dan Mubiar Agustin. (2012). Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini.
Bandung: PT Refika Aditama.

http://blog.lazada.co.id/tujuan-belajar-menggambar-mewarnai-bagi-anak/.
419
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PAMERAN DAN WORKSHOP DESAIN INTERIOR BAGI SISWA SMA/SMK SEKITARAN TANGERANG DILINGKUNGAN
UNIVERSITAS MERCUBUANA

Lampiran 5.1 Gambar Kegiatan P2M


420
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PAMERAN DAN WORKSHOP DESAIN INTERIOR BAGI SISWA SMA/SMK SEKITARAN TANGERANG DILINGKUNGAN
UNIVERSITAS MERCUBUANA

Gambar. 5.2 Alat dan Bahan

Gambar. Cat Poster Gambar. Kuas, kertas daur ulang dan impraboard

Gambar. 5.6.5 Pembagian Hadiah Gambar. 5.6.6 Pembagian Hadiah


421
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PAMERAN DAN WORKSHOP DESAIN INTERIOR BAGI SISWA SMA/SMK SEKITARAN TANGERANG DILINGKUNGAN
UNIVERSITAS MERCUBUANA

Gambar. Kreasi Kertas Daur Ulang Pembungkus telor dan Cat Acrylic

Gambar. 5.5.15 Hasil Karya Lomba Mewarnai Kertas Daur Ulang pembungkus Telor
PENGEMBANGAN DESAIN DECORATIVE LIGHTING DENGAN
MEMANFAATKAN LIMBAH METAL PADA SENTRA INDUSTRI
KERAJINAN TEMBAGA/KUNINGAN DI DESA TUMANG
KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI
Anung B Studyanto
Program Studi Desain Interior, FSRD, Universtas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan Surakarta 57126
telp. (0271) 663375, e-mail: masanung_bs@yahoo.co.id
Rahmanu Widayat
Program Studi Desain Interior, FSRD, Universtas Sebelas Maret
Jl. Ir. Sutami 36 A, Kentingan Surakarta 57126
telp. (0271) 663375, e-mail : rahmanu_wi@yahoo.co.id

ABSTRAK
Desa Tumang Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali dikenal dengan sentra kerajinan
tembaga/kuningan, namun masih sedikit yang mampu mendesain sendiri bentuk-bentuk produk
kerajinannya. Desain-desain kerajinan berkembang seiring dengan keinginan pemesan atau desain
pesanan. Hal ini disebabkan karena belum banyak diadakan kegiatan pembuatan atau pengembangan
desain, baik itu yang diadakan sendiri oleh warga maupun oleh pemerintah daerah atau bidang lain yang
terkait dengannya. Pemanfaatan limbah tembaga/kuningan saat ini lebih banyak dilakukan dengan sistem
daur ulang langsung di pabrik atau bengkel kerajinan dengan cara melebur ulang limbah kerajinan
tersebut menjadi plat tembaga atau kuningan yang baru, juga dikirim ke pengepul untuk dijual dan diolah
menjadi bahan baku kabel, kawat dan lain-lain. Pengabdian Iptek bagi Masyarakat [IbM] dengan
menerapkan hasil-hasil pengembangan desain decorative lighting menjadi salah satu upaya meningkatkan
ketrampilan dan pemahaman iptek. Tujuan berikutnya adalah peningkatan kualitas produksi kerajinan dan
memberi alternatif proses daur ulang yang lebih kreatif.

Kata kunci : pemanfaatan limbah, pengembangan desain, decorative lighting

ABSTRACT
The Tumang Village, Cepogo, Boyolali is known as a center of the copper/brass craft. However, there is
small amount of the craftsman who have capability in designing their product. The design has developed
based on the order and requirement from the buyer. This condition might be caused by the lack of design
development activity done by the craftsmen, local governement nor related organization. The usage of the
copper/ brass limbah scrap has been done mostly by recycling it in the factory or in the workshop. The
metal is smelted and formed it into a new copper/ brass plat. Another method is by selling it to the
collector that will make it a raw material for making cable, kawat etc. This community service (under
Iptek bagi Masyarakat scheme) isapplying the design of decorative lighting that has been developed. This
applicationis an effort for improving the craftmen skill and technical knowledge. It is purposed for
improving the quality of Tumang tembaga craft and providing more creative recycling alternative.

Keywords: scrap usage, design development, decorative lighting

PENDAHULUAN
Desa Tumang Cepogo Kecamatan Cepogo Kabupaten Boyolali dikenal karena kerajinan
tembaganya. Sekitar belasan pengrajin yang mempunyai usaha kerajinan tembaga yang
dianggap cukup besar, yang karyawannya kebanyakan diambil dari desa Tumang juga. Jika
423
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGEMBANGAN DESAIN DECORATIVE LIGHTING DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH METAL PADA SENTRA
INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA/KUNINGAN DI DESA TUMANG KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

dikaitkan dengan prosentase jumlah penduduk maka warga masyarakat yang bekerja di sektor
kerajinan tembaga mencapai lebih dari lima puluh persen.

Kerajinan tembaga di Desa Tumang, Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, menembus
pasar Amerika dan Australia. Kerajinan dari desa ini mampu bersaing dan menjaga kualitas
produksi hammered handicraft, sehingga permintaan ekspor kerajinan tembaga terus meningkat
(Muhammad Mansyur, 2009). Seperti yang dikutip dari BEI Newletter, para perajin kini
bergantung pada pesanan dalam negeri yang berorientasi pada proyek pengadaan interior
ruangan.

Ekspor kerajinan tembaga dari Tumang, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa
Tengah, ke sejumlah negara Eropa dan Amerika Serikat kian anjlok memasuki triwulan pertama
tahun 2009. Kini, para perajin bergantung pada pesanan dalam negeri yang berorientasi pada
proyek pengadaan interior ruangan. (Kompas, Jumat, 13 Maret 2009)

Salah satu perajin adalah Muhammad Muna'imron yang usahanya dibidang tembaga diberi
nama Jaya Indah Metal yang beralamat Tumang Rt. 01 Rw. 09 Cepogo Boyolali. Bentuk usaha
kerajinan metalnya dikelola bersama keluarganya, dalani bentuk usaha seperti tersebut, suami
menjadi pimpinan usaha dan istri yang mengelola keuangannya. Para perajin rata-rata membuat
kerajinan berdasarkan pesanan yang desainnya sudah ditentukan oleh pemesan. Produksi
kerajinan dengan mendesain sendiri relatif kurang, sedang produk yang dibuat sendiri rata-rata
dilihat dari sisi desain kurang berkembang sebatas lampu dinding berbentuk gunungan, bokor,
pot bunga yang sudah dibuat dalam kurun waktu yang cukup lama. Demikian juga halnya
produk kerajinan yang ada pada Jaya Indah Metal, perkembangannya terbatas pada permintaan
pasar.

Di desa Tumang, Kacamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah berpenduduk kurang
lebih 7000 jiwa. Mayoritas penduduk Desa Tumang adalah perajin tembaga, 40% perajin
tembaga, 20% adalah petani, 10% adalah pedagang, 20% jual barang bekas, dan 10% lainnya
adalah pekerjaan lain. Para perajin di Desa Tumang adalah penduduk asli daerah itu sendiri
(Badrul Aeni Sultan, 2013).

Muhammad Muna'imron sebagai pemilik Jaya Indah Metal menyadari hal tersebut dan ada
keinginan untuk mengembangkan bentuk-bentuk baru namun terhambat kurangnya desain-
desain yang dapat digunakan sebagai contoh. Kegiatan pengembangan desain decorative
lighting dengan memanfaatkan limbah metal (logam) oleh para perajin yang bekerja pada Jaya
Indah Metal dan pengrajin di sekitarnya.
424
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGEMBANGAN DESAIN DECORATIVE LIGHTING DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH METAL PADA SENTRA
INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA/KUNINGAN DI DESA TUMANG KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

Gambar1. Berbagai limbah metal metal (logam) yang dihasilkan di Sentra Industri Kerajinan
Tembaga/Kuningan di Desa Tumang Kecamatan Cepogo
(Sumber: Foto Anung B Studyanto, 2015)

METODE PENGABDIAN
Pengembangan Desain Decorative Lighting
Desain selalu berkembang sesuai dengan tuntutan jaman, desain yang tidak sesuai dengan
tuntutan jaman akan ditinggalkan oleh pendukungnya. Hal ini menegaskan bahwa didalam
mendesain sesuatu harus melihat pemakainya, apakah konsumen desain itu dari golongan kelas
atas, menengah atau bawah. Konsumen kelas atas kebanyakan berbeda selera dengan konsumen
kelas bawah walaupun tidak semuanya, dengan demikian berkaitan dengan desain yang
dihasilkan juga berbeda (Rahmanu Widayat, 2015).

Desain juga berhubungan dengan gaya hidup, gaya hidup yang modern memerlulcan desain
yang berbeda dengan gaya hidup tradisional. Gaya hidup modern memerlukan desain yang
serba praktis tidak terlalu banyak memerlukan ornamen. Sebaliknya desain-desain yang
tradisional banyak diperlukan ornamen untuk menandai makna-makna tertentu yang sarat
dengan harapan untuk menjadi lebih baik.

Pemikiran tersebut di atas sebenarnya berlaku untuk desain-desain tradisional yang harus
mengembangkan diri untuk dapat bertahan di dalam kemajuan jaman. Untuk pengembangan
desain tradisional tidak bisa tidak harus disesuaikan dengan kepentingan masa kini, dalam hal
desain bagaimana karakter tradisional masih bisa bertahan tetapi dapat memenuhi kepentngan
masyarakat masa kini (Rahmanu Widayat, 2015).

Dari gambaran tersebut sebenarnya dapat disimpulkan bahwa desain untuk dapat mengikuti
perkembangan jaman perlu berbagai macam pertimbangan diantaranya adalah pertimbangan
fungsi, pertimbangan bahan, pertimbangan berbagai macam hal yang sifatnya teknis dalam hal
ini disesuaikan perkembangan teknologi saat ini. Pertimbangan estetis adalah salah satu unsur
yang tidak dapat diabaikan mengingat desain berhubungan dengan masalah visual, untuk
mendapatkan wujud yang baik pertimbangan estetis diperlukan.
425
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGEMBANGAN DESAIN DECORATIVE LIGHTING DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH METAL PADA SENTRA
INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA/KUNINGAN DI DESA TUMANG KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

Para pengrajin di Sentra Industri Kerajinan Tembaga/Kuningan di Desa Tumang Kecamatan


Cepogo memerlukan banyak masukan tentang desain, karena memang selama ini tidak
mendapatkan ilmu desain. Ilmu yang didapatkan adalah ilmu ketrampilan untuk membuat
produk-produk kerajinan tembaga/kuningan. Belajar membuat desain adalah hal yang penting
bagi perajin tembaga/kuningan untuk dapat meningkatkan kualitas produk kerajinannya.
Pengembangan desain di Sentra Industri Kerajinan Tembaga/Kuningan di Desa Tumang
Kecamatan Cepogo menjadi hal yang penting untuk dapat membuat desain yang sesuai dengan
jamannya (Rahmanu Widayat, 2002). Hal tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan
pendidikan tinggi dibidang desain untuk mendapatkan kualitas yang lebih baik.

Kerajinan Tembaga-Kuningan Pengrajin di Sentra Kerajinan


Desa Tumang [Limbah Metal] Tembaga/Kuningan Desa Tumang

Keterbatasan masukan dalam hal Menciptakan suasana kreatif pengrajin


pengembangan desain [pemanfaatan limbah]
[Decorative Lighting]

Manfaat yang Semangat


Desain berkembang seiring diterima langsung pengembangan
dengan kemajuan jaman dan
oleh pengrajin usaha
gaya hidup pemakainya

Peran akademisi

Penyelesaian Masalah

Diagram 1. Bagan penerapan Iptek pada Pengembangan Desain Decorative Lighting dengan
memanfaatkan limbah metal (logam) pada Sentra Kerajinan Tembaga/Kuningan di Desa Tumang
Kecamatan Cepaga
(Sumber: Rahmanu Widayat dan Anung B Studyanto, 2015)

PEMBAHASAN
1. Pencapaian Inovasi
a. Desain.
Bagian pertama dalam proses pengembangan desain decorative lighting dengan
memanfaatkan limbah metal (logam) diawali dengan proses pembuatan desain dan dokumen
gambar kerja. Gambar desain tersebut kemudian dibuatkan contoh produk bisa satuan
sampai hasil yang dapat diperbanyak (dibuat partai banyak sesuai dengan pesanan). Motif
yang digunakan pada desain tersebut lebih banyak merespon ketersediaan material limbah
metal (logam) yang ada, serta perkembangan motif-motif flora dan fauna secara dekoratif
maupun naturalistik. Motif yang bernuansa etnik juga banyak ditampilkan seperti nuansa
ukir dan batik, ada juga pengembangan dari motif-motif klasik geometrik.
426
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGEMBANGAN DESAIN DECORATIVE LIGHTING DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH METAL PADA SENTRA
INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA/KUNINGAN DI DESA TUMANG KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

Gambar 2. Proses pengembangan desain decorative lighting dengan memanfaatkan limbah metal
(logam) diawali dengan proses pengembangan desain motif batik (kawung)
(Sumber: Sketsa Anung B Studyanto, 2016)

Gambar 3. Proses pengembangan desain decorative lighting dengan memanfaatkan limbah metal
(logam) diawali dengan proses pengembangan desain motif flora (daun)
(Sumber : Sketsa Anung B Studyanto dan Rahmanu Widayat, 2015)

Gambar 4. Proses pengembangan desain decorative lighting dengan memanfaatkan limbah metal
(logam) diawali dengan proses pengembangan desain motif geometrik.
(Sumber: Sketsa Anung B Studyanto, 2016)

b. Fungsi Benda Aksesoris Interior.


Fungsi merupakan aspek utama dari pengembangan desain karya seni kerajinan
tembaga/kuningan sebagai produk benda aksesoris interior. Karya seni kerajinan
tembaga/kuningan dengan memanfaatkan limbah metal (logam) yang ada sebagai aksesoris
interior ini, terutama produk benda fungsional yang menarik sekaligus benda hias yang
berukuran kecil sampai besar. Fungsi utamanya adalah sebagai benda hias untuk keperluan
perlengkapan interior.
427
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGEMBANGAN DESAIN DECORATIVE LIGHTING DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH METAL PADA SENTRA
INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA/KUNINGAN DI DESA TUMANG KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

Sebagai benda fungsional interior, seperti furniture dan elemen estetis serta pelengkap serta
pelengkap bangunan itu sendiri, bahkan fungsi hiasan yang berukuran kecil dan sedang
seperti hiasan untuk memperindah pencahayaan lampu di ruangan dan sejenisnya.

c. Proses Pembuatan Decorative Lighting dengan Limbah Metal (logam)


Proses pengembangan desain decorative lighting dengan pembuatan desain produk interior
berangkat dari permasalahan yang dipecahkan berdasarkan hasil studi literatur (desain
produk interior) dan studi lapangan (pengamatan lapangan di Sentra Industri Kerajinan
Tembaga/Kuningan di Desa Tumang Kecamatan Cepogo), kemudian menggunakan
pendekatan salah satu model pemecahan masalah untuk mendapatkan keputusan desain
(gambar pengembangan desain decorative lighting dengan memanfaatkan limbah metal).

Contoh gambar desain tersebut dijelaskan kepada pengrajin dalam suatu pertemuan, yakni
menjelaskan cara pembuatan decorative lighting tersebut dengan memanfaatkan limbah
metal. Setelah dipahami kemudian dibuatlah produk jadinya berdasarkan teknik yang mereka
kuasai dalam pembuatan kerajinan metal (logam) yang mengacu pada desain-desain yang
telah dibuat. Adapun jenis produk yang dibuat sebagai fungsi decorative lighting tersebut,
yaitu Lampu Duduk (table lamp) dan Lampu Dinding (wall lamp).
Memindahkan desain decorative lighting ke limbah tembaga, kuningan dan alumunium
Plat atau lembaran limbah tembaga/kuningan/alumunium yang sudah dituangi jabung
ditempeli gambar desain dengan bahan kertas.
dirancap atau ditatah pada kontur motif yang dikehendaki.
Plat atau lembaran limbah tembaga/kuningan/alumunium dilepas, kemudian dibalik dan
diletakkan pada jabung lagi.
Mudul, adalah teknik untuk membuat motif pada limbah tembaga/kuningan/alumunium
timbul dengan cara dimudul atau didekok atau ditotok.
Selanjutnya dibalik seperti semula dan dipasang pada jabung lagi untuk mengetur tinggi
dan rendah motif yang telah timbul
Finishing (Sn, Cairan H2SO4, Melamic Coating, Finishing mentahan

Bahan limbah tembaga Penyambungan komponen Mudul membuat motif timbul pada limbah

Proses pemahatan Proses pembersihan jabung Komponen kap lampu duduk


428
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGEMBANGAN DESAIN DECORATIVE LIGHTING DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH METAL PADA SENTRA
INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA/KUNINGAN DI DESA TUMANG KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

Proses finishing
Gambar 5. Proses pengerjaan decorative lighting dengan memanfaatkan limbah metal (logam)
(Sumber : Foto Anung B Studyanto, 2015)
Merangkai
Komponen decorative lighting dirangakai menjadi lampu hias seperti desain yang dibuat.

Kap lampu Base wall lamp Fitting lampu

Gambar 6. Komponen decorative lighting.


(Sumber: Foto Anung B Studyanto, 2015)

Lampu Dinding Lampu Duduk

Gambar 7. Beberapa produk hasil pengembangan Desain Decorative Lighting dengan


memanfaatkan limbah metal (logam) pada Sentra Kerajinan Tembaga/Kuningan di Desa
Tumang Kecamatan Cepaga
(Sumber : Foto Anung B Studyanto, 2015)
429
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGEMBANGAN DESAIN DECORATIVE LIGHTING DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH METAL PADA SENTRA
INDUSTRI KERAJINAN TEMBAGA/KUNINGAN DI DESA TUMANG KECAMATAN CEPOGO KABUPATEN BOYOLALI

KESIMPULAN
Pengembangan Desain Decorative Lighting dengan memanfaatkan limbah metal (logam) pada
Sentra Kerajinan Tembaga/Kuningan di Desa Tumang Kecamatan Cepaga dapat disimpulkan,
sebagai berikut:
Timbul sikap kreatif dalam menerima masukan, hal ini dapat diketahui lewat semangat
pengrajin saat mengikuti kegiatan pengembangan desain decorative lighting dengan
memanfaatkan limbah metal (logam)
Motivasi yang kuat untuk pengembangan kemampuan perajin di Desa Tumang pada
umumnya sebagai upaya mengembangkan diri dan usahanya, agar tetap eksis dibidangnya
serta lebih profesional dalam berwiraswasta dapat berhasil.
Memperkaya desain-desain kerajinan tembaga sehingga akan menambah alternatif desain
yang lebih bervariasi yang akan memberi nilai tambah bagi perajin.

DAFTAR PUSTAKA
Widayat, Rahmanu (2002). Kerajinan Tembaga dan Kuningan di Desa Tumang Kecamatan
Kabupaten Boyolali Sebagai Elemen Estetis Interior, Laporan Pengabdian pada
masyarakat Tahun Fak. Sastra UNS
Widayat, Rahmanu. (2015). IbM Pengembangan Desain Decorative Lighting Dengan
Memanfaatkan Limbah Metal Pada Sentra Industri Kerajinan Tembaga/Kuningan di
Desa Tumang Kecamatan Cepaga Kabupaten Boyolali, Laporan Pengabdian pada
Masyarakat, Fakultas Seni Rupa Dan Desain Universitas Sebelas Maret

Buletin
BEI Newletter. (2009). Media Komunikasi dan Edukasi Bank Ekspor Indonesia. No. 148 1-15
April

Internet
Badrul Aeni Sultan. (2013). Tembaga Dan Potret Kesejahteraan Desa Tumang. Diakses 12 Juni
2015 dari http://kakakbd.blogspot.co.id/2013/07/contoh-kti-berjudul-tembaga-dan-
potret.html
Muhammad Mansyur. (2009). Sekilas Kerajinan Tembaga Tumang. Diakses 12 Juni 2015 dari
http://asta-kriya.blogspot.co.id/2009/06/sekilas-kerajinan-tembaga-tumang.html
BONEKA JARI SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI DAN
PENDIDIKAN BALITA
Indralaksmi
Program Studi Desain Komunikasi Visual, FSRD, Universtas Trisakti
Jl. Kyai Tapa no. 1, Grogol, Jakarta 11440
E-mail: indralaksmi@yahoo.com

ABSTRAK
Salah satu cara berkomunikasi yang efektif dengan anak-anak khususnya balita adalah melalui bercerita
atau mendongeng. Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat lebih mudah
diterima. Bercerita dapat menjadi media untuk menanamkan perilaku moral, stereotip gender, motif
prestasi, dan nilai suatu budaya. Bahkan dengan rutin berinteraksi dengan anak dengan
bercerita/mendongeng dapat merekatkan hubungan antara orangtua dan anak atau anak dengan anggota
keluarga lainnya. Salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam bercerita/mendongeng adalah boneka
jari. Boneka jari merupakan karakter yang mewakili makhluk hidup yang dapat diajak berkomunikasi.
Bermain dengan boneka jari dapat memberikan manfaat bagi perkembangan anak, yaitu meningkatkan
keterampilan motorik halus, motorik kasar, bahkan menari, dan menyanyi. Saat berbicara dengan boneka,
anak akan mengeluarkan ide-ide dan pemikirannya secara bebas, sehingga melatih keterampilan
menggunakan bahasa untuk berkomunikasi. Pada PKM kali ini, akan diberikan pelatihan kepada orang
tua, guru-guru PAUD dan TK, dengan memanfaatkan limbah kertas karton, kertas bekas pembungkus,
brosur atau sisa kertas kado yang ada di lingkungan rumah tangga, kantor, atau sekolah. Peserta pelatihan
akan dikenalkan pada aspek desain: bentuk, ukuran, warna. Melalui pelatihan ini diharapkan orangtua,
guru PAUD, dan guru TK dapat meningkatkan ketrampilan dan kreativitas mereka dalam berinteraksi
dengan anak-anak dengan memanfaatkan bahan baku dari limbah kertas.

Kata kunci: anak-anak, bercerita, boneka jari, limbah kertas

ABSTRACT
One way of communicating effectively with children, especially toddlers is through storytelling. In this
way the message to the child will be delivered and easily accepted. Storytelling can be a medium to instill
moral behavior, gender stereotypes, the motives of achievement, and the value of a culture. Indeed, with
routine interact with children by telling stories can strengthen the relationship between parents and a
child or child with other family members. One of the tool that can be used in telling stories are puppets
finger. A puppet finger are characters that representing living things that can be invited to communicate.
Playing with finger puppets can be beneficial for children development, the improvement of fine motoric
skills, coarse motoric skill, even dancing and singing. When interact with the puppet finger, children will
issue the ideas and their mind freely, so it train to use language skills to communicate. In this PKM, a
training will be given to parents, teachers of PAUD and kindergarden, by using waste paper cardboard,
paper former wrapping , brochures or rest wrapping paper be within households, office, or school. The
participants of this training will be introduce to the design aspects: forms, size, color, etc.Through this
training hopefully parents , teachers of PAUD kindergarten can increase their skills and creativity while
interact with children by using material from waste paper .

Keywords: children, storytelling, puppet finger, waste paper

PENDAHULUAN
Komunikasi adalah hal yang penting dalam sebuah keluarga. Bagi keluarga muda yang baru
memiliki anak perlu dibantu untuk mewujudkan hubungan yang harmonis serta keutuhan anak
431
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
BONEKA JARI SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN BALITA

di masa datang diharapkan memiliki hari depan yang baik. kandung, sanak keluarga lainnya dan
pengasuhnya juga merupakan bagian dari proses komunikasi.
Perkembangan komunikasi pada usia todler dan pra sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun) dapat
ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu
memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih
terdengan kata-kata ulangan.

Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata
dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Rasa ingin
tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah
merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada
dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum
fasih dalam berbicara (Behrman, 1996). Perkembangan komunikasi pada anak usia sekolah
dapat dimulai dengan kemampuan mulai berfikir tentang kehidupan.

Komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini tetap masih memperhatikan tingkat
kemampuan bahasa anak, menggunakan kata-kata sederhana yang spesifik. Pada usia ini
keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari objek tertentu sangat tinggi. Anak
belum mampu berkomunikasi secara efektif.

Salah satu komunikasi yang efektif dengan balita melalui bercerita, cara ini pesan yang akan
disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan
cerita. Bukan saja digunakan untuk menanamkan perilaku moral, stereotip gender, motif
prestasi, nilai suatu budaya. Bercerita bersama anak dapat merekatkan hubungan antara
orangtua dan anak atau anak dengan anggota keluarga lainnya. Cerita tidak saja membantu
membuka pikiran anak, juga mencoba merubah persepsi anak atau perasaan takutnya.
Salah satu alat bantu yang dapat digunakan adalah boneka jari. Anak bermain sambil diajak
untuk mengenal dunia sosial melalui boneka jari.

Boneka jari merupakan karakter yang mewakili makhluk hidup yang dapat diajak
berkomunikasi. Bermain dengan boneka jari dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
anak. Meningkatkan keterampilan motorik halus, karena melibatkan gerakan-gerakan jari-jari
tangan. Meningkatkan keterampilan motorik kasar, karena melibatkan gerakan tangan, lengan,
dan kaki misalnya meniru tokoh boneka jari, menari, bahkan menyanyi. Anak akan berinteraksi
dengan boneka jari seolah bonekanya dapat memahami bahasa manusia. Saat berbicara dengan
boneka, anak akan mengeluarkan ide-ide dan pemikirannya secara bebas, sehingga melatih
keterampilan menggunakan bahasa untuk berkomunikasi.
Boneka jari ini dapat dimainkan secara bersama dalam kelompok, saling berdiskusi membahas
aktivitas dengan boneka masing-masing. Kadang anak-anak tersebut menyusun sebuah skenario
peran masing-masing boneka untuk dimainkan bersama. Anak akan komunikasi dengan ibu
mengenai kondisi bonekanya.

Dalam PKM pembuatan boneka jari ini akan memberikan pelatihan dengan memanfaatkan
limbah kertas karton, kertas bekas pembungkus, brosur atau sisa kertas kado yang ada di
lingkungan rumah tangga, kantor, atau sekolah. Peserta pelatihan akan dikenalkan pada aspek
desain: bentuk, ukuran, warna.

Melalui pelatihan ini diharapkan orangtua, kakak, guru PAUD, guru TK dapat meningkatkan
kepedulian pada lingkungan, trampil dan kreatif. Serta yang tak kalah penting meningkatnya
komunikasi dan terbukanya wawasan pada anak. Dalam mewujudkan pelaksanaan PKM ini
432
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
BONEKA JARI SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN BALITA

merupakan hasil studi pustaka, buku referensi, majalah serta dari beberapa sumber di internet.
Sebagai tim dosen FSRD, merasa ingin membagikan salah satu alat penunjang komunikasi pada
anak yang mudah diwujudkan tanpa harus mengeluarkan banyak dana pada para orang tua, dan
guru PAUD dan TK.

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Menyadarkan masyarakat agar dapat memanfaatkan bahan karton/kertas dari bekas pakai
di lingkungan mereka, untuk diproses menjadi boneka jari sebagai sarana komunikasi
pada anak, atau bahkan bernilai jual.
2. Unsur desain dan keindahan mendukung kreatifitas, sehingga dapat membantu
kesejahteraan masyarakat.
3. Pendidikan Desain di luar jalur formal dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat,
meningkatkan kemampuan individu peserta, memanfaatkan tenaga dan juga ramah
lingkungan, mendaur ulang materi yang telah terpakai.

PEMBAHASAN
Dari hasil wawancara dan survey, susunan pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut:
1. Pelatihan dengan metode ceramah, tanya jawab, pengenalan materi, alat, dan media
pendukung lainnya.
2. Pengenalan ergonomi jari, tangan pada anak maupun orang dewasa.
3. Pengaplikasian unsur dekoratif, warna dan ilustrasi.
4. Kegiatan PKM ini berlangsung di lingkungan Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas
Trisakti, Kampus A Grogol Jakarta Barat.
5. Basis kegiatan ini, membuat desain dari materi daur ulang disekitar rumah, kantor,
kampus, menguasai teknik dan pengerjaannya sehingga menghasilkan suatu produk guna,
nilai jual sebagai industri kreatif.
6. Memancing kreatifitas, memotivasi masyarakat untuk mengembangkan ide-ide kreatif
melalui materi dan ketrampilan yang ada.
7. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan masyarakat.

Gambar 1. Boneka jari Gambar 2. Boneka jari Gambar 3. Boneka jari


berprofesi dokter berprofesi hakim berprofesi ibu
(Sumber : Indralasmi, 2015)
433
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
BONEKA JARI SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN BALITA

Gambar 4. Boneka jari Gambar 5. Boneka jari Gambar 6. Boneka jari


berprofesi koki berprofesi pak tani berprofesi suster
(Sumber : Indralasmi, 2015)

Gambar 7. Boneka jari Gambar 8. Boneka Gambar 9. Boneka Gambar 10. Boneka
berprofesi kontraktor jari berprofesi jari berprofesi TNI jari berprofesi Polisi
petugas pemadam
kebakaran
(Sumber : Indralasmi, 2015)
434
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
BONEKA JARI SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN BALITA

Sasaran, dan Jumlah Peserta:


Latar belakang peserta pelatihan belum dapat ditentukan, perlu pengujian lebih
mendalam. Potensi peserta diharapkan dapat menyerap materi pelatihan, terkait dengan
pengolahan kertas/karton bekas.
435
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
BONEKA JARI SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI DAN PENDIDIKAN BALITA

1. Para orang tua, Remaja, guru PAUD dan TK.


2. Produk yang dihasilkan adalah boneka jari dari karton /kertas bekas.
3. Jumlah peserta 20 orang pria/wanita.

Tim Pelatihan :
Dalam pelatihan ini akan melibatkan tim dosendan penunjang dari lingkungan fakultas
seni rupa dan Desain Universitas Trisakti, sebagai berikut:
Ketua pelaksana: Dra. Indralaksmi, MDs.
Anggota : 1. Scorpisa, SSn.
2. Sherlly, SSn.

DAFTAR PUSTAKA
Sarwono, Jonathan dan Lubis Hary. (2007). Metode Riset Untuk Desain Komunikasi
Visual. Yogyakarta: CV ANDI.
Tabrani, Primadi. (1998). Proses Kreasi, Apresiasi, Belajar. Bandung: ITB
Gunarsa, Singgih D. (2004). Dari Anak Sampai Usia Lanjut. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia.
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN
LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN
Rini Setiati
Dosen Teknik Perminyakan Usakti Jakarta, Mahasiawa S3 ITB, Bandung
Email: rinisetiati_sutrisno@yahoo.com
Deana Wahyuningrum
Dosen Kimia MIPA, ITB, Bandung
Email: deana@chem.itb.ac.id
Septoratno Siregar
Dosen Teknik Perminyakan, FTTM, ITB, Bandung
Email: septo@tm.itb.ac.id
Taufan Marhaendrajana
Dosen Teknik Perminyakan, FTTM, ITB, Bandung
Email: tmarhaendrajana@tm.itb.ac.id

ABSTRAK
Ampas tebu adalah salah satu bentuk limbah dari hasil proses ekstraksi cairan tebu setelah melalui proses
penggilingan yang kelima kali dalam proses pembuatan gula. Sebagai limbah, saat ini ampas tebu
digunakan sebagai bahan bakar pada pabrik gula tersebut dan sebagai pakan ternak, pengeras bata dan
bahan bangunan. Walaupun sudah menjadi limbah, berdasarkan penelitian sebelumnya, di dalam ampas
tebu masih terkandung lignoselulosa yang terdiri dari lignin, selulosa dan pentosa. Dengan metoda
hidrolisis menggunakan natrium hidroksida, lignin dapat dipisahkan dari ampas tebu dengan proses
refluks secara sederhana dan dengan metode sulfonasi, lignin yang dihasilkan dapat diproses kembali
menjadi lignosulfonat. Hasil proses isolasi dan sulfonasi ini dikenal sebagai Surfaktan Natrium
Lignosulfonat. Lignosulfonat ini merupakan salah satu bentuk surfaktan yang dapat digunakan sebagai
fluida injeksi dalam proses injeksi surfaktan sebagai upaya untuk meningkatkan peroleh minyak bumi.
Sebagai fluida injeksi, surfaktan lignosulfonat ini berfungsi untuk menurunkan tegangan antar muka pada
butir-butir minyak yang masih terperangkap di dalam reservoir, sehingga butir-butir minyak tersebut
dapat diproduksikan ke permukaan Jadi, sebagai limbah, ampas tebu ternyata masih dapat diolah menjadi
produk yang mempunyai nilai tambah yang bermanfaat sekaligus sebagai salah satu penanganan limbah
menjadi produk baru yang lebih bernilai ekonomis. Dengan pembinaan dan pendampingan kemampuan
kewirausahaan dalam mengolah limbah ampas tebu tersebut diharapkan dapat pula meningkatan
penghasilan dan kemampuan masyarakat petani tebu. Banyaknya perkebunan tebu dan pabrik gula di
Indonesia dapat menjadi sumber bahan baku yang cukup memadai. Potensi masyarakat dan sumber daya
alam yang tersedia ini dapat mendukung proses pengolahan limbah ampas tebu menjadi produk yang
bermanfaat bagi industri perminyakan.

Kata kunci : ampas tebu, lignin, lignosulfonat, surfaktan, perminyakan

ABSTRACT
Bagasse is one form of the waste from the extraction of sugar cane after a grinding process five times in
the manufacturing process of sugar. As waste, bagasse is currently used as fuel in the sugar mills,
livestock food, brick hardener and building material. Although it has become a waste, based on previous
studies, the bagasse still contains lignocellulose comprising lignin, cellulose and pentose. By the method
of hydrolysis using sodium hydroxide, lignin can be separated from the bagasse with simple reflux
process and the method of sulfonation, the lignin produced can be reprocessed into lignosulfonates. The
result of this process of isolation and sulfonation is known as sodium lignosulphonate surfactant.
Lignosulfonate is one form of surfactant that can be used as an injection fluid in the surfactant injection
437
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

process in an effort to improve obtained petroleum. As fluid injection, lignosulfonate surfactant serves to
lower the interfacial tension of the items of oil still trapped in the reservoir, so that the grain of the oil
can be produced to the surface. So as waste, bagasse can still be processed into products which have
value added benefit and as one method of handling the waste into new, more economically valuable
products. The coaching and mentoring entrepreneurial capability in processing the waste bagasse is
expected to increase the income and the capability of the communities of farmers. The great number of
sugar cane plantations and sugar factories in Indonesia can become an adequate source of raw. The
availability of this potential communites and the natural resources can support the processing of bagasse
waste into useful products for the petroleum industry.

Keywords : bagasse, lignin, lignosulfonate, surfactant, oil industry

A. PENDAHULUAN
Limbah ampas tebu adalah limbah dari hasil proses ekstraksi tebu menjadi produk gula setelah
mengalami lima kali proses penggilingan. Disebut sebagai limbah karena setelah penggilingan
tersebut, sudah tidak ada lagi cairan tebu yang bisa dimanfaatkan. Sisanya adalah serat batang
tebu yang biasanya dianggap sebagai barang yang sudah tidak berguna lagi yang hanya
digunakan sebagai bahan bakar tungku di pabrik gula atau sebagai campuran makanan ternak.
Pengertian pengolahan limbah ampas tebu ini adalah membuat ampas tebu, bahan sisa proses
ekstrasi tebu menjadi produk yang mempunyai nilai ekonomi lebih, tidak hanya sebatas sebagai
campuran pakan ternak atau bahan bakar saja.

Mengapa ampas tebu dijadikan sebagai bahan penelitian? Salah satu bahan baku pembentukan
surfaktan adalah lignin. Ampas tebu adalah salah satu jenis limbah yang memiliki kandungan
lignin yang cukup tinggi. Beberapa pertimbangan yang digunakan untuk pemilihan ampas tebu
adalah karena lahan tebu di Indonesia cukup besar, tersebar dari Indonesia bagian Barat sampai
Indonesia bagian Timur, mulai dari Sumatera Utara, Palembang, Lampung, P. Jawa, dan
Sulawesi, sehingga sumber daya alam telah tersedia. Hal ini juga dilengkapi dengan rencana
pengembangan industri pabrik Gula dan perkebunan tebu yang akan dilakukan oleh pemerintah
daerah. Pengembangan perkebunan gula yang mendukung kebutuhan industri gula, yang dalam
proses pembuatan gula konsekwensinya akan menghasilkan limbah tebu yang cukup banyak.
Jumlah produksi ampas tebu setiap tahunnya cukup melimpah, mudah didapatkan, dan harganya
murah. Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), ampas tebu
merupakan 32% dari berat tebu giling atau sekitar 10,2 juta ton/tahun atau permusim giling se-
Indonesia (Husin, AA, 2007).

Kandungan lignin yang cukup besar dalam ampas tebu bisa menjadi potensi yang baik untuk
memanfaatkan lignin yang berhasil dipisahkan dari ampas tebu. Selanjutnya lignin yang tepisah
kemudian diproses menjadi surfaktan. Di dalam industri perminyakan, surfaktan digunakan
untuk meningkatkan perolehan minyak tahap lanjut, dimana minyak yang sudah tidak dapat
diproduksikan secara alamiah, kemudian diinjeksikan surfaktan ke dalam reservoir minyak
sehingga minyak yang masih terperangkap dalam butir-butir batuan dapat terlepas dan terangkat
kepermukaan. Saat ini surfaktan yang digunakan sebagai fluida injeksi adalah surfaktan yang
berbahan baku minyak bumi, sehingga harganya relatif mahal. Akibatnya biaya operasional
untuk proses injeksi surfaktan juga mahal. Karena beberapa kondisi tersebut diatas, maka
muncul pemikiran mengenai surfaktan alternatif yang bukan merupakan turunan minyak bumi,
berharga murah dan mudah didapat, serta lebih tahan terhadap kegaraman dan kesadahan yang
tinggi. Salah satu pilihannya adalah dengan Sodium LignoSulfonat (SLS)/Natrium
438
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

LignoSulfonat (NaLS) yang berbahan nabati dari alam. Surfaktan Lignosulfonate menggunakan
bahan utama lignin. Ampas tebu merupakan salah satu bahan yang mengandung lignin cukup
banyak. Surfaktan yang diolah dari bahan dasar ampas tebu dikenal dengan nama Surfaktan
Natrium Lignosulfonat ( Surfaktan NaLS).

Pengolahan limbah ampas tebu menjadi surfaktan akan memberikan nilai kontribusi besar bagi
pemerintah, karena sumber daya alam tersedia banyak, sehingga tidak tergantung pada pasokan
bahan baku dari negara lain. Dengan demikian diharapkan dapat menekan biaya operasional,
transportasi dalam pengadaan surfaktan sebagai bahan baku fluida injeksi dalam proses EOR.
Dengan penelitian ini diharapkan juga akan dapat menjadi referensi bagi pengguna surfaktan
dari segi sifat fisik alamiah surfaktan ampas tebu, sumber daya alam dan potensi khusus ampas
tebu tersebut. Untuk itu kinerja pendesakan surfaktan ampas tebu perlu dikaji dengan penelitian
di laboratorium.

Ampas tebu adalah salah satu sumber biomassa yang pemanfaatannya saat ini sebagian besar
hanya sebagai bahan bakar pada ketel uap, bahan baku pembuatan kertas, atau sebagai sumber
pakan ternak. Berdasarkan data penelitian penggunaan ampas tebu baru digunakan dalam
penelitian : Pakan ternak ( Ana Rochana, 2004), Bioethanol (Euis Hermiati, 2010), Arang aktif
sebagai adsorben (Ria Wijayanti, 2009),(Shofa, 2012), Pupuk Kompos (Hairiah, 1997) serta
sebagai Natrium Lignosulfonat (Ari P. Hepi 2009). Penelitian ampas tebu menjadi surfaktan
yang telah dilakukan baru terbatas pada sulfonasi lignin ampas tebu menjadi surfaktan, tetapi
belum sampai pada penggunaan surfaktan NaLS ampas tebu sebagai fluida injeksi reservoir
minyak.

Berdasarkan hasil penelitian pendahulu, di dalam ampas tebu masih terdapat kandungan lignin,
selulosa dan hemiselulosa. Dari tabel 1 berikut terlihat bahwa salah satu bahan yang
mengandung lignin cukup tinggi adalah ampas tebu. Dari tabel tersebut terlihat data komponen
lignin, selulosa dan hemiselulosa cukup untuk dapat diolah kembali dan hal ini menjadi
pertimbangan bahwa ampas tebu dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan surfaktan
nabati. Beberapa limbah lain yang juga mempunyai kandungan lignin, selulosa dan
hemiselulosa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Komponen Lignin Pada Berbagai Limbah Nabati

No. Limbah Selulosa Hemiselulosa Lignin


1. Batang kayu daun lebar1 40 55 24 - 40 18 - 25
2. Batang kayu daun jarum1 45 50 25 - 35 25 - 35
3. Daun2 15- 20 80 - 85 0
4. Tongkol jagung2 45 35 15
5. Kulit kacang2 23 30 25 - 30 30 - 40
6. Jerami gandum3 30 50 15
7. Ampas tebu3 50 25 25
8. Tandan kosong kelapa sawit3 41.30 46.50 25.30 33.80 27.5060 - 32
Sumber: 1. Reshamwala et al. (1995), Cheung dan Anderson (1997), Boopathy (1998), Dewes
dan Hunsche (1998) dalam Sun dan Cheng (2002);
2. Pandey et al. (2000);
3. Syafwina et al. (2002)
439
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

Ampas tebu yang dipergunakan dalam penelitian adalah ampas tebu yang telah mengalami
proses penggilingan ke lima kali dari proses pembuatan gula. Ampas tebu sebagian besar
mengandung ligno-selulosa. Panjang seratnya antara 1.7 2 mm dengan diameter sekitar 20
m. Ampas tebu mengandung air 4852%, gula rata-rata 3.3% dan serat rata-rata 47.7%. Serat
ampas tebu tidak larut dalam air dan sebagian besar terdiri dari selulosa, pentosa dan lignin.
Proses pembentukan lignosulfonat ini terjadi melalui reaksi sulfonasi. Sulfonasi merupakan
reaksi antara ion bisulfate dengan ion lignin.

Lignin sebagai salah satu komponen utama dalam ampas tebu adalah suatu polimer yang
komplek dengan bobot molekul tinggi yang tersusun atas unit-unit fenilpropana, yang juga
merupakan komponen utama penyusun kayu dengan kandungan antara 17-32 % berat kayu
kering. Perkiraan struktur monomer lignin secara sederhana dapat dilihat pada gambar 1
berikut.
CH2OH

(1) R1=H, R2=OCH3


(2) R1= R2=OCH3
(3) R1= R2=H

R2

R1
OH

Gambar 1. Perkiraan struktur monomer lignin


(Dmitri Areskogh, 2011)

Dalam kayu lunak kandungan lignin lebih banyak bila dibandingkan dengan kayu keras. Lignin
mempunyai sifat tidak larut dalam air, berat molekul berkisar antara 2000-15.000, molekul
lignin mengandung gugus hidroksil, metoksil dan karboksil dan bila didegradasi oleh basa akan
membentuk turunan benzen.

Metoda isolasi lignin (hidrolisis) dapat melakukan presitasi lignin dengan asam, sehingga
menghasilkan lignin asam seperti yang tampak pada gambar 2 dibawah ini. Pada umumnya
dilakukan dengan menggunakan asam sulfat atau asam khlorida. Pada kondisi asam, lignin
bermuatan akan menjadi netral. Lignin tidak akan larut dalam air dan akan mengendap. Padatan
yang dihasilkan dapat dipisahkan dengan melakukan penyaringan. Untuk mengubah sifat lignin
yang tidak larut dalam air, lignin dapat dimodifikasi melalui proses sulfonasi menjadi
lignosulfonat. Sulfonasi dimaksudkan untuk mengubah sifat hidrofil lignin yang kurang polar
menjadi garam lignosulfonat yang lebih polar/larut dalam air, dengan cara memasukkan gugus
sulfonat dan garamnya ke dalam gugus hidroksil lignin, sehingga garam lignosulfonat tersebut
memiliki struktur sebagai surface active agent atau surfaktan.

Gambar 2. Reaksi lignin dan NaOH dalam proses delignifikasi


(Heradewi, 2007)
440
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

Gambar 3. Reaksi sulfonasi : lignin + natrium bisulfat


(Michael Lim dkk, 2012)

Gambar 4. Struktur Lignosulfonate


(Mira Rivai, 2008)

Pembentukan surfaktan (lignosulfonate) terjadi melalui reaksi sulfonasi molekul lignin dengan
bisulfit (Kenneth W.Britt, 1970), dengan bentuk reaksi kimia adalah sebagai berikut :

HSO- 3 + lignin OH lignin SO- 3 + H 2 O


Gugus sulfonat pada lignosulfonat merupakan gugus hidrofilik sehingga meyebabkan
lignosulfonat mempunyai struktur amphipatik (surfaktan). Gambar 4 ini menunjukkan struktur
Lignosulfonat. Sulfonat dapat diketahui dengan rumus umum R-SO 3 Na yang merupakan
penyederhanaan dari sulfat R-O-SO 3 Na (T.Fujimoto, 1985). R adalah gugusan atom-atom
karbon aromatic C 8 C 22 yang merupakan gugus hidrofil sedangkan gugus hidrofob terdiri dari
Karboksilat, Sulfonat, Fosfat atau Asam2 yang lainnya. Surfaktan Natrium Lignosulfonat
termasuk dalam surfaktan Anionik karena memiliki gugus sulfonat dan garamnya (-NaSO3-)
yang merupakan anion (kepala) dan gugus hidrokarbon merupakan ekor. Struktur inilah yang
menyebabkan meningkatnya sifat hidrofilitas Natrium Lignosulfonat (NaLS) menjadi mudah
larut dalam air sehingga penggunaan NaLS menjadi luas. Injeksi surfaktan bertujuan untuk
menurunkan tegangan antarmuka dan mendesak minyak yang tidak terdesak hanya dengan
menggunakan pendorong air. Surfaktan yang berfungsi untuk menurunkan IFT akan
menyebabkan terpecahnya kekuatan tegangan antar muka minyak-air sehingga terbentuk emulsi
dimana surfaktan tersebut dapat larut dalam minyak dan air. Akibat terbentuknya emulsi maka
minyak menjadi lebih mudah bergerak dan dapat dikeluarkan dari pori-pori batuan. Surfaktan
dapat membentuk mikroemulsi karena tingkat kelarutan surfaktan yang baik dalam air maupun
dalam minyak. Mikroemulsi akan sangat berpengaruh pada kinerja surfaktan, karena terbentuk
mikroemulsi fasa tengah, maka surfaktan akan memberikan nilai tegangan antar muka yang
paling rendah. Semakin rendah tegangan antar muka, maka akan semakin baik kinerja surfaktan
tersebut.
441
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

B. METODOLOGI

Persiapan
Ampas tebu dari pabrik gula sebelumnya diayak kasar kemudian dioven agar benar-benar
kering. Kemudian ampas tebu yang sudah dioven tersebut diayak kembali dengan sieve shaker
untuk mendapatkan ukuran serbuk ampas tebu dengan mesh tertentu.

Pohon tebu Ampas tebu Ampas tebu ayakan kasar

Gambar 5. Pohon tebu dan ampas tebu

Gambar 6. Sieve shaker


442
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

Gambar 7. Ampas tebu hasil ayakan sieve shaker

Ampas tebu yang telah diayak tersebut dimasukkan ke dalam labu dan direfluks dalam larutan
natrium hidroksida pada konsentrasi 2 % selama 5 jam. Campuran reaksi dalam larutan NaOH
tersebut kemudian disaring. Selanjutnya filtrat hasil refluks natrium hidroksida tersebut
dinetralkan dengan titrasi asam sulfat pekat (H 2 SO 4 98%) hingga pH=2 dan didiamkan minimal
8 jam hingga muncul endapan. Endapan yang dihasilkan kemudian disaring sambil dibilas
dengan aquades untuk menghilangkan sisa gluosa, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu
70 oC. Endapan yang diperoleh ini adalah lignin hasil isolasi dari ampas tebu tersebut.

Skema Proses Pengolahan Ampas Tebu

Skema alur pikir pengolahan limbah ampas tebu menjadi surfaktan lignosulfonat terdiri dari
proses isolasi lignin dan proses sulfonasi seperti yang terlihat pada skema berikut.
443
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

Proses isolasi :
Ampas tebu + NaOH
Pemanasan t = 5 jam, T = 100 oC

Ambil filtrat refluks NaOH

Titrasi dengan H2SO4, sampai pH = 2

Filtrat diendapkan min 8 jam

Saring endapan tersebut sambil


dibilas dengan aquades

Keringkan endapan yang


terbentuk dengan oven

LIGNIN

Proese Sulfonasi :
Lignin + Natrium Bisulfit 0.25 M
Di refluks selama 5 jam

Keringkan filtrat hasil sulfonasi


dengan evaporator dan oven

LIGNOSULFONAT

Gambar 8. Skema Isolasi Lignin Dan Sulfonasi Surfaktan


444
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah ampas tebu yang berasal dari pabrik gula. Bahan pengisolasi
lignin adalah natrium hidroksida (NaOH) dengan konsentrasi 0.5M. Peralatan yang digunakan
adalah sieve shaker (pengayak), rangkaian alat refluks (labu dan kondensor), pengaduk,
magnetic stirrer, heating mantle / hot plate, kertas saring dan oven.

Gambar 9. Skema dan Alat Refluks

Proses isolasi lignin

Ampas tebu yang telah diayak dengan sieve shaker dengan ukuran mesh tertentu dimasukkan ke
dalam labu leher 3 dan direfluks dengan larutan natrium hidroksida 0.5M selama 4 jam.
Campuran reaksi dalam larutan NaOH tersebut kemudian disaring.

Gambar 10. Hasil Refluks NaOH


445
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

Filtratnya kemudian dinetralkan dengan penambahan tetes demi tetes asam sulfat pekat (H 2 SO 4
98%) hingga pH=2 dan didiamkan minimal 8 jam. Endapan yang dihasilkan kemudian disaring
dan dan dibilas dengan aquades untuk menghilangkan sisa glukosa dan selulosa yang mungkin
masih terdapat dalam rendemen tersebut.

Gambar 11. Tritasi Filtrat Hasil Refluks untuk membentuk Lignin

Kemudian hasil penyaringan dan pencucian tersebut dikeringkan dalam oven pada suhu 70 oC.
Endapan yang diperoleh ini adalah lignin hasil isolasi dari ampas tebu tersebut. Lignin ampas
tebu ini berbentuk bubuk seperti kopi, berwarna coklat tua

Gambar 12. Lignin ampas tebu

Produk lignin yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi strukturnya (untuk menganalisis gugus
fungsi) dengan pengukuran spektrofotometri FTIR. Dari hasil test FTIR, dapat diketahui
komponen yang terkandung dalam lignin ampas tebu tersebut. Kemudian lignin komersial
(produk Aldrich dan Kraft) juga dilakukan karakterisasi strukturnya untuk digunakan sebagai
pembanding terhadap lignin ampas tebu yang telah diperoleh dari proses hidrolisis tersebut.

Proses sulfonasi lignin menjadi surfaktan lignosulfonat

Lignin yang telah dikarakterisasi strukturnya dengan FTIR, kemudian dilanjutkan proses
sulfonasi untuk mendapatkan surfaktan lignosulfonat. Langkah proses sulfonasi sama dengan
refluks, lignin dimasukkan ke dalam labu , ditambahkan larutan natrium bisulfat 0.25 M.,
kemudian di refluks pada temperatur 150 oC selama 5 jam sambil diaduk dengan stirrer magnet.
446
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

Filtrat hasil refluks kemudian disaring untuk mendapatkan filtrat yang bening, bebas dari
padatan yang tersisa.

Filtrat hasil penyaringan kemudian dikeringkan dengan evaporator dan oven untuk
mendapatkan padatan. Hasil pengeringan ini berbentuk bubuk berwarna coklat muda disebut
Surfaktan Lignosulfonat

Gambar 13. Pengeringan dengan evaporator

Gambar 14. Surfaktan Ampas Tebu ( Surfaktan Lignosulfonat)

Produk surfaktan yang dihasilkan kemudian dikarakterisasi strukturnya (untuk menganalisis


gugus fungsi) dengan pengukuran spektrofotometri FTIR. Dari hasil test FTIR, dapat diketahui
komponen yang terkandung dalam surfaktan ampas tebu tersebut. Kemudian hasil FTIR
tersebut dibandingkan dengan surfaktan komersial (produk Aldrich dan Patricia).
447
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

C. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji infrared terhadap produk lignin ampas tebu, ternyata lignin tersebut
mengandung 3 komponen pembentuk lignin yaitu gugus fungsi fenolik OH, gugus ulur alifatik
CH dan aromatic dan gugus fungsi keton C=O. Hal ini telah sesuai dengan lignin standar
yang digunakan sebagai pembanding, yaitu lignin komersil Aldrich dan Kraft. Hasil uji infra red
lignin hasil proses isolasi dapat dilihat pada gambar 15 di bawah ini.

Ampas tebu

Lignin ampas tebu

Gambar 15. Overlay Hasil FTIR Lignin - Ampas Tebu

Sedangkan untuk pembanding dengan lignin standar dapat dilihat pada tabel 2 berikut. Pada
tabel tampak bahwa 3 komponen pembentuk lignin sama dengan yang terdapat pada lignin
standar yaitu gugus fungsi fenolik OH pada panjang gelombang 3400 cm-1, gugus ulur alifatik
CH dan aromatic pada panjang gelombang 2900 cm-1 dan gugus fungsi keton C=O pada
panjang gelombang 1450 cm-1.
448
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

Tabel 2 Perbandingan Spektrum Panjang Gelombang Lignin Ampas Tebu


Dengan Lignin Standar Aldrich dan Kraft

Panjang gelombang (cm-1)


No. Indikator komponen lignin Standar Standar Lignin Ampas Tebu
(Adrich) (Kraft)
1.. Gugus fungsi fenolik OH 3436,62 3414 3400
2. Gugus ulur alifatik CH dan
2930,17 2926,01 2910
aromatic
3. Keton C=O 1444,68 1460.89 1450
4. Gugus fungsi arena C=C 1599,14 1614,42 -
5. Amine CN - - 1100
6. Alkyl CH - - 650
Sedangkan untuk surfaktan hasil sulfonasi yang telah diuji infrared memberikan hasil seperti
yang tampak pada gambar 16 berikut.

Gambar 16 Hasil FTIR Surfaktan Ampas Tebu

Dari hasil infrared, spectrum panjang gelombang yang terbaca adalah fingerprint untuk
beberapa pergeseran puncak serapan yaitu terutama adalah munculnya puncak serapan sulfat
pada panjang gelombang 1384.64 cm-1 dimana sulfat mempunyai rentang ukuran serapan
panjang gelombang 1350 1450 cm-1. Munculnya puncak serapan ini menandakan bahwa hasil
sulfonasi lignin benar telah membentuk komponen sulfonat, sehingga dapat disebut hasilnya
sebagai Surfaktan LignoSulfonat. Secara keseluruhan dapat terlihat puncak serapan yang
muncul adalah untuk beberapa komponen seperti pada tabel berikut.
449
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

Tabel 3 Hasil FTIR Surfaktan Ampas Tebu

No Komponen Panjang gelombang (cm-1)


Standar Standar Surfaktan Ampas Tebu
(Patricia) (Aldrich)
1. Alkena C=C 1630 - 1680 1608.34 1635.34
2. Sulfate S=O 1350 1365 1384.64
3. Carbolylic Acids C=O 1000 1300 1187.94 1114.65
4. Ester S-OR 500 -540 499.831 462.832

Pada gambar 8 berikut, tampak jelas adanya perbedaan antara hasil FTIR lignin dan
surfaktannya, dimana pada garis kurva yang berwarna biru, sebagai kurva FTIR surfaktan,
terjadi pergeseran puncak serapan yaitu terutama pada panjang gelombang 1635.34 cm-1,
sebagai fungsi gugus Alkena, panjang gelombang 1384.64 cm-1 sebagai fungsi gugus Sulfat,
panjang gelombang 1114.65 cm-1 sebagai fungsi gugus Carbocylic Acids dan panjang
gelombang 462.832 cm-1 sebagai gugus fungsi Ester. Gambar ini jelas menunjuukan perubahan
puncak serapan antara lignin dan surfaktan, yang berarti lignin telah terproses sempurna
menjadi sulfonat. Karena bahan dasar yang digunakan adalah lignin, dan menggunakan reagen
natrium bisulfat, maka produk surfaktan ini dapat dikatakan sebagai surfaktan natrium
lignosulfonat atau surfaktan NaLS.

Lignin ampas tebu

Surfaktan ampas tebu

Gambar 17 - Overlay Lignin Surfaktan Ampas Tebu

Dari hasil uji infra red terhadap komponen-komponen pembentuk , baik lignin maupun
surfaktan , dapat dikatakan bahwa proses isolasi lignin dan sulfonasi telah berjalan baik dan
sempurna.
450
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

D. SIMPULAN
Berdasarkan hasil laboratorium dan pembahasan terhadap penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa :

Ampas tebu sebagai limbah ternyata dapat diolah menjadi surfaktan sebagai bahan baku yang
berguna bagi industri perminyakan. Ampas tebu dapat diolah menjadi surfaktan melalui proses
isolasi lignin dan proses sulfonasi. Hasil proses tersebut sudah dibandingkan dan dinyatakan
sesuai dengan produk komersil yang ada selama ini.

Peralatan dan bahan kimia yang digunakan cukup sederhana dan mudah diperoleh secara umum
serta pekerjaan laboratorium dapat dilakukan dengan dukungan laboratorium sederhana yang
memenuhi standar keamanan dan keselamatan laboratorium.

Beberapa saran yang dapat dikemukakan antara lain adalah :

Potensi pengolahan limbah ampas tebu menjadi bahan baku industri perminyakan diharapkan
dapat meningkatkan nilai jual limbah ampas tebu tersebut, tidak hanya sebagai pakan ternak dan
bahan bakar pabrik gula atau kebutuhan industri bahan bangunan saja.

Untuk dapat mengolah limbah ampas tebu menjadi surfaktan sebagai bahan baku industi
perminyakan, perlu diberikan pelatihan dasar proses pekerjaan isolasi lignin dan sulfonasi di
laboratorium.

UCAPAN TERIMA KASIH


Penelitian ini dapat terlaksana atas bantuan Pabrik Gula PT. Sweet Indo Lampung dan PT.
Gunung Madu Plantation Lampung, Oil and Gas Recovery for Indonesia (Ogrindo) ITB, Institut
Teknologi Bandung, Universitas Trisakti dan Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) melalui
Dana Riset Desentralisasi 2014 dan Dana Riset Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi 2015.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini. Terima
kasih juga kepada Panitia Seminar Nasional PKM FSRD Universitas Trisakti 2016 atas
kerjasamanya sehingga makalah ini dapat disajikan sebagai kegiatan berbagi informasi kepada
masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Amri, A., Zulfansyah, Iwan, M., Suryani, R.,et.al (2008) , Pembuatan Sodium Lignosulfonat
Dengan Metode Sulfonasi Langsung Biomasa Pelepah Sawit, Tesis Jurusan Teknik
Kimia, FT Universitas Riau, Jurnal Sains dan Teknologi, 8 (2), 61 - 69.
Areskogh,D., (2011), Structural Modification of Lignosulfonate, KTH Royal Institut of
Technology, School of Chemical Science and Engineering, Stockholm
Arora A, Nain L, Gupta JK. (2005), Solid-state fermentation of wood residues by Streptomyces
griseus B1, a soil isolate, and solubilisation of lignins, World J Microbiol Biotechnol.;
21:303308. doi: 10.1007/s11274-004-3827-3
Bon, EPS, Ferara, MA., (2007), Bioetanol Production via Enzymatic Hydrolysis of Cellulosic
Biomass, FAO Seminar on The Role of Agricultural Biotechnoligies for Production of
Bioenergy in Developing Countries, Rome
451
SEMINAR NASIONAL Pengabdian Kepada Masyarakat
PENGOLAHAN LIMBAH AMPAS TEBU MENJADI SURFAKTAN LIGNOSULFONAT SEBAGAI BAHAN BAKU INJEKSI
SURFAKTAN DALAM INDUSTRI PERMINYAKAN

Brady, J.W., Himmel, M.E., Ding, S.H., Johnson, D.K., Adney, W.S., Nimlos, M.R.,dan Foust,
T.D., (2007), Biomass Recalcitrance Engineering Plants and Enzymes for Biofuels
Production, Science 315: 804 807
Hepi, A.P, Enggar,H.T., dan Iskandar,L.,.(2009) , Studi Awal Mengenai Pembuatan Surfaktan
Dari Ampas Tebu, Skripsi, Jurusan Teknik Kimia, Universitas Diponegoro, Semarang
Heradewi, (2007), Isolasi Lignin lindi Hitam dari Pemasakan Organosolv Serat Tandan Kosong
Kelapa Sawit, Tesis, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Husin, A.A., (2007), Pemanfaatan Limbah untuk Bahan Bangunan, (http://www.
Kimpraswil.go.id/balitbang/puskim/homepage20Modul202003/modulc1/MAKALAH
20C1_3.pdf, diakses tanggal 26 Maret 2013
Ismiyati, Suryani,A., Mangunwijaya,D., Machfud dan Hambali,E. (2008), Pembuatan Natrium
Lignosulfonat Berbahan Dasar Lignin Isolat Tandan Kosong Kelapa Sawit : Identifikasi
Dan Uji Kenerjanya Sebagai Bahan Pendispersi, Jurnal.Tek.Ind.Pert Vol 19(1),25-29
Lacey, 1974, Moulding of Sugar Cane Bagasse, Annals of Applied Biology, 76(1) pp 63 76.
Moran, L. dan Masciangioli, T, (2010), Keselamatan dan Keamanan Laboratorium Kimia
Panduan Pengelolaan Bahan Kimia Dengan Bijak, Dewan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Kimia, National Reserach Council of the National Academies, Washington
DC.
Samsuri, 2007, Pembuatan Selulosa Bagas Untuk Produksi Etanol Melalui Sakarifikasi dan
Fermetasi Serentak Dengan Enzym Xylanase, Jurnal Makarta Teknologi, 11
Setiati, R., Wahyuningrum D., Siregar S., Marhaendrajana T., (2015) , Studi Laboratorium
Pengolahan Ampas Tebu Menjadi Lignin Sebagai Bahan Baku Surfaktan, Prosiding
SNITI Samosir.
Setiati,R., Wahyuningrum,D., Siregar S., Marhaendrajana T., (2015), Optimasi Pemisahan
Lignin Ampas Tebu Dengan Menggunakan Natrium Hidroksida, Prosiding SNaPP,
Sains dan Teknologi, Unisba.
Setiati,R., Wahyuningrum,D., Siregar S., Marhaendrajana T., (2015), Laboratory Optimization
Study Of Sulfonation Reaction Towards Lignin Isolated From Bagasse , International
Conference on Mathematics, Science and Educations, Universitas Mataram, Lombok
Setiati, R., Wahyuningrum D.,(2015), Evaluasi Spektrum InfraRed Terhadap Lignin Dan
Sulfonat Ampas Tebu, Seminar & Sharing Teknologi, Dies Natalis Universitas Trisakti ke
50, Universitas Trisakti , Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai