NYOMAN ARISANTI
NIM 1390261001
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i
UANG KEPENG DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT BALI KONTEMPORER
NYOMAN ARISANTI
NIM 1390261001
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
ii
Lembar Pengesahan
Mengetahui,
iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis
iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Kemendiknas RI No 17
dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.
Nyoman Arisanti
NIM. 1390261001
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang
Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan rahmat-Nya lah
tesis yang berjudul “Uang Kepeng dalam Kehidupan Masyarakat Bali
Kontemporer” dapat terselesaikan dengan baik. Uang kepeng merupakan
bagian yang tidak terlepas dari ritual agama Hindu, dan merupakan warisan
secara turun temurun. Hal inilah yang menimbulkan ketertarikan penulis
untuk mengungkapkan eksistensi uang kepeng dalam masyarakat Bali
kontemporer. Terselesaikannya tesis ini dengan baik tentunya tidak terlepas
dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada:
Seluruh pejabat struktural di lingkungan Universitas Udayana,
khususnya Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.P.D., KEMD selaku Rektor
Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S. (K) selaku
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Dr. I Gusti Ketut Gde
Arsana selaku Ketua Program Studi Magister (S2) Kajian Budaya dan dan Dr.
I Nyoman Dhana, MA selaku Sekretaris Program Studi Magister (S2) Kajian
Budaya Universitas Udayana sekaligus dosen penguji yang telah memberikan
masukan, dukungan dan memfasilitasi penulis untuk mengikuti studi.
Prof. Dr. A.A Ngurah Anom Kumbara, M.A dan Dr. I Gede
Mudana, M.Si selaku pembimbing yang selalu memberikan arahan, ilmu dan
tuntunan yang membuka wawasan penulis. Tidak lupa dosen penguji, yakni
Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, Dr. I Ketut Setiawan, M.Hum yang telah
memberikan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan tesis ini. Segenap dosen
di lingkungan Program Studi S2 Kajian Budaya Universitas Udayana yang
memberikan telah membuka wawasan penulis,serta Staff Sekretariat di
lingkungan Program Studi S2 Kajian Budaya Bapak Putu Sukaryawan, Ibu
Luh, Ibu Cok, Ibu Ari, Ibu Komang, Bli Kadek, Bapak Tut Songket,dan Ibu
Agung, yang tak lelah memberikan informasi serta layanan administrasi
selama penulis menempuh masa studi.
vi
Drs. I Made Geria, M.Si selaku Kepala Pusat Arkeologi Nasional,
yang telah memberikan dukungan, motivasi dan kesempatan kepada penulis
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang ini.
Drs. I Gusti Made Suarbhawa selaku Kepala Balai Arkeologi
Denpasar beserta seluruh staff dan jajarannya, tempat penulis bekerja yang
telah memberikan kesempatan dan dukungan sehingga tesis ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Seluruh informan yang telah memberikan informasi yang sangat
membantu terselesaikannya tesis ini. Khususnya kepada Drs. A.A Gde Oka
Astawa, M.Si, I Dewa Nyoman Putra Harthawan, M.Si, I Nyoman Rema, SS,
M.Fil. H, Made Sukma Swacita, I Putu Andika, SE, dan informan lainnya
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang tanpa informasinya tesis
ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Sekali lagi penulis ucapkan terima
kasih atas waktu dan kesediaannya untuk memberikan informasi dan
pandangannya.
Ayahanda Made Dhana dan Ibunda tercinta Anak Agung Rai, yang
selalu dengan sabar dan setia memberikan dukungan dan semangat selama
penulis menempuh pendidikan. Terima kasih yang tak terhingga untuk kasih
sayang dan perhatiannya. Kakak-kakak tersayang Putu Ariani, SS, Made
Artini, SP, dan adik tersayang Ketut Ardiana, SE, yang selalu memberikan
dukungan sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk teman-
teman KOCRI (Erica, Tina, Gek, Ksuk, Racha), JUMTG (Thia, Dian, Tintin,
Ayuk), dan Kelompencapir (Diah Tze, Sisca, Ajus, Gusde, Mbak Nur, Omang
dan Dendy), dan I G.A. Ayu Eka Sri Wahyuni, S.Kom, terima kasih untuk
semua kebersamaan dalam proses selama ini dan supportnya. Tidak lupa
kepada suami tercinta A.A Putu Hendra Wiryanta, ST, terima kasih atas
kesabaran, dukungan, dan semua motivasi yang diberikan selama ini.
Teman-teman seperjuangan S2 Kajian Budaya angkatan 2013, Eka
Sri Wahyuni, Amritha, Gung Yudha, Gus Tu, Helga, Hasni, Pak Mangihut,
Panus, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terima kasih untuk semua kebersamaan, motivasi satu sama lain, dan
vii
semangatnya. Gonna miss you all. Segenap keluarga besar, sahabat, teman
yang selalu membantu saya, baik secara materi maupun motivasi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan.
Penulis harapkan tulisan ini dapat berguna bagi masyarakat sesuai tujuannya.
Tesis ini tidak bertujuan untuk menjustifikasi fenomena yang ada, namun
hanya merupakan refleksi atas pandangan penulis terhadap realitas yang ada.
Jika ada hal-hal yang tidak berkenan dalam proses pembuatan maupun dalam
tulisan ini, penulis meminta maaf. Tidak lupa penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun yang dapat membuka wawasan penulis ke
depannya.
Penulis
viii
ABSTRAK
Penelitian ini mengungkap permasalahan eksistensi uang kepeng
dalam masyarakat Bali kontemporer. Uang kepeng dikenal dalam masyarakat Bali
kuna, sejak terjadinya perdagangan antara etnis Tionghoa dengan etnis Bali.
Tingginya intensitas interaksi antara etnis Tionghoa dengan etnis Bali
menyebabkan terjadinya percampuran budaya antara etnis Tionghoa dengan etnis
Bali. Salah satunya dampak percampuran budaya tersebut adalah pemanfaatan
uang kepeng dalam ritual agama Hindu. Sebagai benda budaya yang merupakan
hasil dari proses percampuran budaya, eksistensi uang kepeng dalam masyarakat
Bali kontemporer menjadi menarik untuk ditelliti.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika uang kepeng dalam
kehidupan masyarakat Bali kontemporer. Penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui ideologi yang dalam didalam uang kepeng, dan faktor-faktor lain
yang turut melatarbelakangi eksistensi uang kepeng dalam masyarakat Bali
kontemporer. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memahami makna
uang kepeng bagi masyarakat Bali kontemporer. Penelitian ini dirancang sebagai
penelitian kajian budaya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori
praktik, teori ideologi dan teori semiotika yang digunakan secara eklektik.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Jenis data yang
digunakan adalah data kualitatif, yang didukung dengan data kuantitatif. Teknik
penentuan informan menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi dokumen.
Ketika terjadinya perubahan sosial budaya dari masyarakat Bali kuna
menjadi masyarakat Bali kontemporer, uang kepeng mengalami dinamika dari
segi perubahan bentuk dan fungsi uang kepeng. Meskipun masih memiliki fungsi
religius, uang kepeng dalam masyarakat Bali kontemporer mengalami
perkembangan bentuk dan fungsi yang sejalan dengan masuknya kapitalisme.
Ideologi yang menyebabkan uang kepeng masih eksis adalah ideologi agama dan
ideologi kapitalis yang menyebabkan uang kepeng direproduksi dalam masyarakat
Bali kontemporer. Hegemoni penguasa dan upaya pelestarian budaya merupakan
salah satu kunci eksistensi uang kepeng. Masyarakat Bali kontemporer memaknai
uang kepeng dari segi agama, ekonomi, mistis dan estetika. Pemahaman akan
konsep dan simbol uang kepeng dalam ritual upakara menyebabkan nilai religius
uang kepeng masih bertahan dalam masyarakat Bali kontemporer.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terjadi
pergeseran bentuk dan fungsi uang kepeng dari masyarakat Bali kuna ke
masyarakat Bali kontemporer. Eksistensi uang kepeng dalam masyarakat Bali
kontemporer dilatarbelakangi oleh ideologi agama dan ideologi kapitalis. Selain
itu, juga dikarenakan adanya hegemoni dari penguasa dan upaya pelestarian
budaya untuk melestarikan uang kepeng. Bagi masyarakat Bali kontemporer uang
kepeng memiliki makna ekonomi, makna religius, makna mistis dan makna
estetika.
Kata kunci: uang kepeng, bali kuna, bali kontemporer, eksistensi, ideologi,
kapitalisme
ix
ABSTRACT
x
RINGKASAN
xvi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM................................................................................................ i
PRASYARAT GELAR.......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ............................................................ iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT .......................................................................................................... x
RINGKASAN TESIS ............................................................................................ xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xxi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xxii
GLOSARIUM ...................................................................................................... xxv
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xx
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Luas Wilayah, Proyeksi Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan
Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Bali
Tahun 2015 ................................................................................. 48
Tabel 4.2 Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin di Provinsi
Bali Tahun 2014 .......................................................................... 49
Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk Menurut Agama dan Kabupaten/Kota di
Bali Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 ..................................... 51
Tabel 4.4 PDRB Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2010-2013............................................................ 53
Tabel 5.1 Perubahan Bentuk Uang Kepeng dalam Masyarakat Bali
Kontemporer................................................................................ 114
Tabel 5.2 Bentuk Aksara Bali ..................................................................... 124
xxi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Penelitian ...................................................................... 32
Gambar 4.1 Peta Pulau Bali ......................................................................... 46
Gambar 4.2 Workshop UD Mulya ................................................................ 61
Gambar 4.3 Hasil Cetakan Bahan untuk Uang Kepeng ................................. 62
Gambar 4.4 Pencetakan Bentuk Uang Kepeng dengan Mesin ....................... 63
Gambar 4.5 Uang Kepeng yang Telah Dibentuk dan Dicetak ...................... 63
Gambar 4.6 Pembakaran Uang Kepeng ........................................................ 64
Gambar 4.7 Pencucian Uang Kepeng .......................................................... 65
Gambar 4.8 Proses Pencucian Uang Kepeng yang Telah Diendapkan ........... 66
Gambar 4.9 Proses Pengeringan Uang Kepeng Uang Kepeng yang Telah
Diendapkan .............................................................................. 66
Gambar 4.10 Patung Presiden RI ke-enam Susilo Bambang Yudhoyono ........ 67
Gambar 4.11 Bokor Berbahan Uang Kepeng ................................................. 69
Gambar 4.12 Workshop UD Kamasan............................................................ 71
Gambar 4.13 Proses Pembuatan Bahan Baku Uang Kepeng ......................... 72
Gambar 4.14 Pembuatan Modul Cetak Uang Kepeng ................................... 73
Gambar 4.15 Pengecoran Bahan Baku untuk Modul Uang Kepeng ............... 74
Gambar 4.16 Penghalusan Uang Kepeng ...................................................... 75
Gambar 4.17 Patung Krishna Berbahan Uang Kepeng .................................. 76
Gambar 4.18 Cilli Berbahan Uang Kepeng ................................................... 77
Gambar 4.19 Daksina Linggih Berbahan Uang Kepeng ................................ 78
Gambar 4.20 Liontin Berbahan Uang Kepeng .............................................. 79
Gambar 4.21 Pis Bolong Tualen dan Sangut ................................................ 80
Gambar 4.22 Pasar Badung .......................................................................... 81
Gambar 4.23 Pasar Badung Pagi .................................................................. 83
Gambar 4.24 Pasar Badung Malam .............................................................. 84
Gambar 4.25 Perdagangan Uang Kepeng di Pasar Badung ............................ 85
Gambar 5.1(a) Pis Kerinyah Bagian Depan (sleh) ........................................... 91
Gambar 5.1(b) Pis Kerinyah Bagian Belakang (trep) ....................................... 91
xxii
Gambar 5.2(a) Pis Lembang Bagian Depan (sleh) ........................................... 91
Gambar 5.2(b) Pis Lembang Bagian Belakang (trep) ....................................... 91
Gambar 5.3(a) Pis Koci Bagian Depan (sleh) ................................................... 92
Gambar 5.3(b) Pis Koci Bagian Belakang (trep) .............................................. 92
Gambar 5.4 Uang Kepeng Berbahan Seng di Pasar Badung .......................... 120
Gambar 5.5(a) Tulisan Permukaan Depan (sleh) Uang Kepeng Aksara Bali ...... 125
Gambar 5.5(b) Tulisan Permukaan Belakang (trep) Uang Kepeng Aksara Bali 125
Gambar 5.6 Uang Kepeng Huruf Cina .......................................................... 127
Gambar 5.7 Uang kepeng sebagai sarana upakara dalam upacara pawiwahan
(pernikahan) .............................................................................. 131
Gambar 5.8 Pemanfaatan uang kepeng dalam ritual Ngadegang Bhatara Sri
(Dewa Yadnya) ......................................................................... 132
Gambar 5.9 Uang kepeng sebagai pelengkap dalam bebantenan .................. 134
Gambar 5.10 Proses Pembuatan kerajinan gedong berbahan uang kepeng di
UD Kamasan ............................................................................ 137
Gambar 5.1 Para pengunjung melihat koleksi kerajinan berbahan uang
kepeng di workshop UD Kamasan ............................................ 138
Gambar 6.1 Uang kepeng dalam kwangen sebagai simbo l windu ................ 145
Gambar 6.2 Uang kepeng diproduksi dalam jumlah besar ............................ 157
Gambar 6.3 Pelinggih Ratu Subandar di Pura Dalem Balingkang sebagai
bentuk hasil percampuran budaya etnis Tionghoa dengan etnis
Bali ........................................................................................... 164
Gambar 7.1 Banten Biakaon Utama yang berisikan buah lis dari uang
kepeng ..................................................................................... 168
Gambar 7.2 Ritual mendem pedagingan yang menggunakan uang kepeng.... 170
Gambar 7.3 Uang kepeng dalam ritual Ngaben............................................. 172
Gambar 7.4 Stand pameran uang kepeng dalam Pesta Kesenian Bali
XXXVII 2015 ........................................................................... 176
Gambar 7.5 Pengunjung dari berbagai daerah dan kalangan mengunjungi
workshop UD Kamasan ............................................................ 178
Gambar 7.6 Uang kepeng klasik berwarna kehitaman produksi UD Mulya... 184
xxiii
Gambar 7.7 Uang kepeng dengan kreasi desain pinggiran kuning produksi
UD Kamasan ............................................................................ 184
Gambar 7.8 Gambar pewayangan Arjuna dengan busur panah ..................... 186
Gambar 7.9 Uang kepeng Arjuna dengan membawa busur ........................... 186
Gambar 7.10 Patung Dewi Sri berbahan uang kepeng produksi UD Mulya .... 188
xxiv
GLOSARIUM
akasa : langit
animisme : kepercayaan bahwa setiap benda di bumi memiliki roh
artha : harta
arjuna : tokoh pewayangan/epos Mahabharata
awig-awig : peraturan
canang : persembahan berbahan bunga dan janur
cuntaka : suatu keadaan tidak suci dalam agama Hindu karena
datang bulan, kematian, kelahiran, pernikahan dan
sebagainya
banten : sesaji
bolong : lubang
bokor : tempat sarana upakara
canang sari : perlengkapan upakara terbuat dari janur dengan bunga
dibagian diatas umumnya berbentuk lingkaran dan segi
empat
daksina : perlengkapan upacara dengan buah kepala sebagai salah
satu bagian utama
dinamisme : kepercayaan bahwa benda-benda di alam sekitar
memiliki kekuatan gaib
dewa/dewi : sinar suci Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa
dewi Sri : dewi kemakmuran
ganesha : salah satu perwujudan Tuhan dalam ajaran agama Hindu
griya : kediaman pendeta/orang suci dalam agama Hindu
intangible : tidak terlihat/tidak berwujud
kajeng kliwon : hari suci dalam ajaran agama Hindu yang jatuhnya
setiap 15 hari sekali berdasarkan perhitungan kalender
Bali
xxv
kwangen : perlengkapan upacara terbuat dari janur, dan daun
pisang dilengkapi dengan bunga, dan berbentuk kerucut
jaran : kuda
jinah : uang
jukung : perahu
lamak : hiasan di bangunan suci berbentuk segi empat panjang
ngaben : upacara pembakaran mayat di Bali
matogtog : salah satu jenis judi dalam masyarakat Bali kuna
mendem pedagingan : upacara peletakan dasar/batu pertama pada bangunan
dalam ritual agama Hindu
mekocokan : salah satu jenis judi dalam masyarakat Bali kuna
mepandes : upacara potong gigi di Bali
panca : lima
panca datu : lima unsur/lima elemen
panca dewata : lima dewa/ lima manifestasi Ida Sang Hyang Widhi
Wasa
parahyangan : hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhan
palemahan : hubungan yang baik antara manusia dengan alam sekitar
pasupati : upacara memohon kesaktian/ritual memberikan nyawa
suatu benda
pawiwahan : upacara pernikahan
pawongan : hubungan yang baik antara manusia dengan manusia
penyeneng : salah satu sarana kelengkapan upakara berbahan janur
pecaruan : salah satu bentuk upacara agama Hindu untuk makhluk
bawah
pis/pipis : uang
pertiwi : tanah
pelinggih : tempat melakukan pemujaaan sebagai perwujudan atau
menstanakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
purusa : sebutan untuk laki-laki
xxvi
plangkiran : tempat suci untuk pemujaan umumnya berbahan dari
kayu
pradana : sebutan untuk perempuan
pratima : arca atau perwujudan tertentu untuk pemujaan leluhur
rambut sedana : arca dewa atau perwujudan dewa-dewi
rwa bhineda : dua konsep atau unsur yang saling bertentangan
sulinggih : pendeta dalam ajaran agama Hindu
sleh : bagian permukaan depan uang kepeng
tattwa : filsafat dalam ajaran agama Hindu
tat twam asi : salah satu kearifan lokal agama Hindu yang artinya aku
adalah kamu, kamu adalah aku
tangible : terlihat/berwujud
tilem : hari suci agama Hindu setiap bulan mati dalam
perhitungan kalender Bali
tedung : serupa payung untuk hiasan bangunan suci
trep : bagian permukaan belakang uang kepeng
tri hita karana : salah satu kearifan lokal dalam agama Hindu yang
artinya tiga penyebab kebahagiaan
tualen : tokoh pewayangan di Bali
sangut : tokoh pewayangan di Bali
satak : dua ratus
tamiang : hiasan dari janur berbentuk lingkaran
yadnya : pengorbanan suci/persembahan suci
xxvii