Anda di halaman 1dari 27

TESIS

UANG KEPENG DALAM KEHIDUPAN


MASYARAKAT BALI KONTEMPORER

NYOMAN ARISANTI
NIM 1390261001

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015
i
UANG KEPENG DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT BALI KONTEMPORER

Tesis ini untuk Memperoleh Gelar Magister


pada Program Magister, Program Studi Kajian Budaya,
Program Pascasarjana Universitas Udayana

NYOMAN ARISANTI
NIM 1390261001

PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

ii
Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI


TANGGAL 21 OKTOBER 2015

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. A.A.N Anom Dr. I Gede Mudana, M.Si


Kumbara,M.A
NIP. 195702141983031001 NIP. 196412021990111001

Mengetahui,

Ketua Program Magister Kajian Direktur


Budaya
Program Pascasarjana Program Pascasarjana
Universitas Udayana Universitas Udayana

Dr. I Gusti Ketut Gde Arsana, M.Si. Prof.Dr.dr.A.ARaka


Sudewi,Sp.S(K)
NIP. 195208151981031004 NIP. 195902151985102001

iii
Lembar Penetapan Panitia Penguji Tesis

Tesis Ini Telah Diuji pada


Tanggal 21 Oktober 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor


Universitas Udayana, No: 3298/UN.14.4/HK/2015
Tanggal 5 Oktober 2015

Ketua: Prof. Dr. A. A. N. Anom Kumbara, M.A


Anggota:
1. Dr. I Gede Mudana, M.Si
2. Prof. Dr. A.A Bagus Wirawan, S.U
3. Dr. I Ketut Setiawan, M.Hum
4. Dr. I Nyoman Dana, M.A

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

NAMA : NYOMAN ARISANTI


NIM : 1390261001
PROGRAM STUDI : MAGISTER KAJIAN BUDAYA
JUDUL TESIS :UANG KEPENG DALAM KEHIDUPAN
MASYARAKAT BALI KONTEMPORER

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.
Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini,
maka saya bersedia menerima sanksi sesuai Peraturan Kemendiknas RI No 17
dan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

Denpasar, 21 Oktober 2015

Nyoman Arisanti
NIM. 1390261001

v
UCAPAN TERIMA KASIH

Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang
Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan rahmat-Nya lah
tesis yang berjudul “Uang Kepeng dalam Kehidupan Masyarakat Bali
Kontemporer” dapat terselesaikan dengan baik. Uang kepeng merupakan
bagian yang tidak terlepas dari ritual agama Hindu, dan merupakan warisan
secara turun temurun. Hal inilah yang menimbulkan ketertarikan penulis
untuk mengungkapkan eksistensi uang kepeng dalam masyarakat Bali
kontemporer. Terselesaikannya tesis ini dengan baik tentunya tidak terlepas
dari dukungan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, tidak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada:
Seluruh pejabat struktural di lingkungan Universitas Udayana,
khususnya Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, Sp.P.D., KEMD selaku Rektor
Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S. (K) selaku
Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Dr. I Gusti Ketut Gde
Arsana selaku Ketua Program Studi Magister (S2) Kajian Budaya dan dan Dr.
I Nyoman Dhana, MA selaku Sekretaris Program Studi Magister (S2) Kajian
Budaya Universitas Udayana sekaligus dosen penguji yang telah memberikan
masukan, dukungan dan memfasilitasi penulis untuk mengikuti studi.
Prof. Dr. A.A Ngurah Anom Kumbara, M.A dan Dr. I Gede
Mudana, M.Si selaku pembimbing yang selalu memberikan arahan, ilmu dan
tuntunan yang membuka wawasan penulis. Tidak lupa dosen penguji, yakni
Prof. Dr. A.A. Bagus Wirawan, Dr. I Ketut Setiawan, M.Hum yang telah
memberikan kritik dan sarannya untuk kesempurnaan tesis ini. Segenap dosen
di lingkungan Program Studi S2 Kajian Budaya Universitas Udayana yang
memberikan telah membuka wawasan penulis,serta Staff Sekretariat di
lingkungan Program Studi S2 Kajian Budaya Bapak Putu Sukaryawan, Ibu
Luh, Ibu Cok, Ibu Ari, Ibu Komang, Bli Kadek, Bapak Tut Songket,dan Ibu
Agung, yang tak lelah memberikan informasi serta layanan administrasi
selama penulis menempuh masa studi.
vi
Drs. I Made Geria, M.Si selaku Kepala Pusat Arkeologi Nasional,
yang telah memberikan dukungan, motivasi dan kesempatan kepada penulis
untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang ini.
Drs. I Gusti Made Suarbhawa selaku Kepala Balai Arkeologi
Denpasar beserta seluruh staff dan jajarannya, tempat penulis bekerja yang
telah memberikan kesempatan dan dukungan sehingga tesis ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Seluruh informan yang telah memberikan informasi yang sangat
membantu terselesaikannya tesis ini. Khususnya kepada Drs. A.A Gde Oka
Astawa, M.Si, I Dewa Nyoman Putra Harthawan, M.Si, I Nyoman Rema, SS,
M.Fil. H, Made Sukma Swacita, I Putu Andika, SE, dan informan lainnya
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang tanpa informasinya tesis
ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Sekali lagi penulis ucapkan terima
kasih atas waktu dan kesediaannya untuk memberikan informasi dan
pandangannya.
Ayahanda Made Dhana dan Ibunda tercinta Anak Agung Rai, yang
selalu dengan sabar dan setia memberikan dukungan dan semangat selama
penulis menempuh pendidikan. Terima kasih yang tak terhingga untuk kasih
sayang dan perhatiannya. Kakak-kakak tersayang Putu Ariani, SS, Made
Artini, SP, dan adik tersayang Ketut Ardiana, SE, yang selalu memberikan
dukungan sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk teman-
teman KOCRI (Erica, Tina, Gek, Ksuk, Racha), JUMTG (Thia, Dian, Tintin,
Ayuk), dan Kelompencapir (Diah Tze, Sisca, Ajus, Gusde, Mbak Nur, Omang
dan Dendy), dan I G.A. Ayu Eka Sri Wahyuni, S.Kom, terima kasih untuk
semua kebersamaan dalam proses selama ini dan supportnya. Tidak lupa
kepada suami tercinta A.A Putu Hendra Wiryanta, ST, terima kasih atas
kesabaran, dukungan, dan semua motivasi yang diberikan selama ini.
Teman-teman seperjuangan S2 Kajian Budaya angkatan 2013, Eka
Sri Wahyuni, Amritha, Gung Yudha, Gus Tu, Helga, Hasni, Pak Mangihut,
Panus, dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Terima kasih untuk semua kebersamaan, motivasi satu sama lain, dan
vii
semangatnya. Gonna miss you all. Segenap keluarga besar, sahabat, teman
yang selalu membantu saya, baik secara materi maupun motivasi yang tidak
dapat disebutkan satu persatu penulis ucapkan terima kasih.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan.
Penulis harapkan tulisan ini dapat berguna bagi masyarakat sesuai tujuannya.
Tesis ini tidak bertujuan untuk menjustifikasi fenomena yang ada, namun
hanya merupakan refleksi atas pandangan penulis terhadap realitas yang ada.
Jika ada hal-hal yang tidak berkenan dalam proses pembuatan maupun dalam
tulisan ini, penulis meminta maaf. Tidak lupa penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun yang dapat membuka wawasan penulis ke
depannya.

Denpasar, 21 Oktober 2015

Penulis

viii
ABSTRAK
Penelitian ini mengungkap permasalahan eksistensi uang kepeng
dalam masyarakat Bali kontemporer. Uang kepeng dikenal dalam masyarakat Bali
kuna, sejak terjadinya perdagangan antara etnis Tionghoa dengan etnis Bali.
Tingginya intensitas interaksi antara etnis Tionghoa dengan etnis Bali
menyebabkan terjadinya percampuran budaya antara etnis Tionghoa dengan etnis
Bali. Salah satunya dampak percampuran budaya tersebut adalah pemanfaatan
uang kepeng dalam ritual agama Hindu. Sebagai benda budaya yang merupakan
hasil dari proses percampuran budaya, eksistensi uang kepeng dalam masyarakat
Bali kontemporer menjadi menarik untuk ditelliti.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dinamika uang kepeng dalam
kehidupan masyarakat Bali kontemporer. Penelitian ini juga bertujuan untuk
mengetahui ideologi yang dalam didalam uang kepeng, dan faktor-faktor lain
yang turut melatarbelakangi eksistensi uang kepeng dalam masyarakat Bali
kontemporer. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memahami makna
uang kepeng bagi masyarakat Bali kontemporer. Penelitian ini dirancang sebagai
penelitian kajian budaya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teori
praktik, teori ideologi dan teori semiotika yang digunakan secara eklektik.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Jenis data yang
digunakan adalah data kualitatif, yang didukung dengan data kuantitatif. Teknik
penentuan informan menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi dokumen.
Ketika terjadinya perubahan sosial budaya dari masyarakat Bali kuna
menjadi masyarakat Bali kontemporer, uang kepeng mengalami dinamika dari
segi perubahan bentuk dan fungsi uang kepeng. Meskipun masih memiliki fungsi
religius, uang kepeng dalam masyarakat Bali kontemporer mengalami
perkembangan bentuk dan fungsi yang sejalan dengan masuknya kapitalisme.
Ideologi yang menyebabkan uang kepeng masih eksis adalah ideologi agama dan
ideologi kapitalis yang menyebabkan uang kepeng direproduksi dalam masyarakat
Bali kontemporer. Hegemoni penguasa dan upaya pelestarian budaya merupakan
salah satu kunci eksistensi uang kepeng. Masyarakat Bali kontemporer memaknai
uang kepeng dari segi agama, ekonomi, mistis dan estetika. Pemahaman akan
konsep dan simbol uang kepeng dalam ritual upakara menyebabkan nilai religius
uang kepeng masih bertahan dalam masyarakat Bali kontemporer.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terjadi
pergeseran bentuk dan fungsi uang kepeng dari masyarakat Bali kuna ke
masyarakat Bali kontemporer. Eksistensi uang kepeng dalam masyarakat Bali
kontemporer dilatarbelakangi oleh ideologi agama dan ideologi kapitalis. Selain
itu, juga dikarenakan adanya hegemoni dari penguasa dan upaya pelestarian
budaya untuk melestarikan uang kepeng. Bagi masyarakat Bali kontemporer uang
kepeng memiliki makna ekonomi, makna religius, makna mistis dan makna
estetika.

Kata kunci: uang kepeng, bali kuna, bali kontemporer, eksistensi, ideologi,
kapitalisme

ix
ABSTRACT

The research reveals the existence phenomenon of kepeng Chinese


coins in the contemporary Balinese society. Kepeng has been known by the
ancient Balinese people since the trade between the Chinese people with the
Balinese. The high intensity of the interaction between the Chinese and the
Balinese has resulted in the mixing of cultures between the two ethnics. One of
the impacts of the cultural mix is the use of kepeng in Hindu rituals. As the
cultural object as a result of the mixing of cultures, the existence of kepeng in the
contemporary Balinese society becomes interesting area for research.
The study aims to understand the dynamics of kepeng coins in the
contemporary Balinese life. This study also aims to determine the ideology that
exist within the kepeng coins, and other factors that also lies behind the existence
of kepeng in contemporary Balinese society. In addition, the study also aimed to
understand the significance of kepeng coins for contemporary Balinese. This study
was designed as a cultural studies research. The study used eclectic theories of
theory of practice, theory of ideology and theory of semiotics. The study used
qualitative research methods and the type of data was qualitative one, which was
supported by quantitative data. Purposive sampling was taken as the technique of
determining informants. Data collection techniques were conducted by
observation, interviews and the study of documents.
When the socio-culture of the ancient Balinese people changed into the
contemporary Balinese society, kepeng coins experience the dynamics of change
in terms of its form and function. Although it still has a religious function, kepeng
in the contemporary Balinese society has developed into forms and functions that
in line with the inclusion of capitalism. The ideology that makes kepeng still exist
is the religious ideology and it was the capitalistic ideology that caused kepeng
coins reproduced in the contemporary Balinese society. The hegemony of
authorities and cultural preservation efforts are the keys to the existence of
kepeng. The contemporary Balinese people interpret kepeng in terms of religion,
economics, mystical and aesthetic aspects. An understanding of the concepts and
symbols in rituals has made the religious values of kepeng coins still survive in
the contemporary Balinese society.
Based on the research results, it can be concluded that there was a shift
of form and function of kepeng from the ancient Balinese to the contemporary
Balinese people. The Kepeng existence in the contemporary Balinese people is
motivated by religious and capitalistic ideology. In addition, it is also due to the
hegemony of the authorities and the cultural conservation efforts to preserve
kepeng. For the contemporary Balinese, kepeng coins have economic, religious,
mystical and aesthetic meanings.

Keywords: kepeng coins, ancient Bali, contemporary Bali , existence,


ideology, capitalism.

x
RINGKASAN

Uang kepeng dikenal dalam masyarakat Bali kuna, sejak terjadinya


perdagangan antara etnis Tionghoa dengan etnis Bali. Tingginya intensitas
interaksi antara etnis Tionghoa dengan etnis Bali menyebabkan terjadinya
percampuran budaya antara etnis Tionghoa dengan etnis Bali. Percampuran
budaya yang terjadi, menyebabkan berbagai dampak sosial budaya. Salah satunya
pemanfaatan uang kepeng sebagai alat tukar dan sarana upakara. Seiring dengan
perubahan sosial budaya sejak zaman kemerdekaan Republik Indonesia, tatanan
perekonomian Indonesia termasuk Bali mengalami perubahan. Uang kepeng tidak
lagi digunakan sebagai alat tukar, dan diganti dengan mata uang sah yaitu Rupiah.
Meskipun uang kepeng telah ditarik dari peredaran, namun pemanfaatan uang
kepeng sebagai sarana upakara dalam masyarakat Hindu di Bali tidak mengalami
perubahan.
Masuknya globalisasi yang disertai dengan modernitas, umumnya
menyebabkan masyarakat meninggalkan hal yang berbau lokal, namun hal
tersebut tidak terjadi dalam pemanfaatan uang kepeng. Berbagai unsur budaya
luar dengan kemajuan ilmu pengatahuan dan teknologi, tidak serta merubah
pemanfaatan uang kepeng dalam masyarakat Hindu di Bali. Bahkan, uang kepeng
menjadi semakin berkembang dalam perkembangan ekonomi kreatif. Sebagai
benda budaya yang merupakan hasil dari proses percampuran budaya, eksistensi
uang kepeng dalam masyarakat Bali kontemporer menjadi menarik untuk diteliti.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diangkat dalam
penelitian ini yaitu (1) Bagaimana dinamika uang kepeng dalam kehidupan
masyarakat Bali?; (2) Mengapa uang kepeng masih tetap eksis dalam kehidupan
masyarakat Bali kontemporer?; (3) Bagaimana makna uang kepeng bagi
masyarakat Bali kontemporer?.
Teori-teori yang digunakan untuk membedah rumusan masalah di atas
adalah teori pratik, teori ideologi dan teori semiotika. Ketiga teori tersebut
digunakan secara eklektik untuk menjawab permasalah yang ada. Penelitian ini
dirancang sebagai bentuk penelitian kajian budaya (cultural studies). Metode yang
xi
digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Sumber data
dari penelitan ini adalah data primer dan data sekunder, yang diperoleh dari tiga
lokasi penelitian yaitu: UD Mulya di Mengwi, Kabupaten Badung, UD Kamasan
di Kabupaten Klungkung, dan Pasar Badung di Kota Denpasar. Penelitian ini
tidak hanya menggunakan data kualitatif, tapi juga ditunjang oleh data kuantitatif.
Dalam menentukan informan, penelitian ini menggunakan metode purposive
sampling. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan studi dokumen.
Seiring dengan perubahan sosial budaya, uang kepeng mengalami
dinamika dalam kehidupan masyarakat Bali. Perubahan yang terjadi terlihat dari
perubahan bentuk dan pergeseran fungsi uang kepeng. Perubahan bentuk uang
kepeng dilihat dari perubahan tulisan pada permukaan uang kepeng dan bahan
yang digunakan untuk pembuatan uang kepeng. Dalam masyarakat Bali kuna,
terdapat beberapa bentuk uang kepeng yang dikenal dalam masyarakat antara lain:
pis kerinyah, pis lembang, pis koci, pis gobogan, pis lumrah, pis wadhon, pis
rerajahan, pis paica, dan pis pretima. Uang kepeng dalam masyarakat Bali kuna
memiliki beberapa fungsi yaitu fungsi ekonomi, fungsi religius dan sebagai benda
budaya. Fungsi ekonomi uang kepeng dalam masyarakat Bali kuna adalah sebagai
alat tukar sekaligus uang kartal dan barang komoditas. Uang kepeng dalam
masyarakat Bali kuna memiliki fungsi religius sebagai pelengkap sarana upakara
dan ritual agama sebagaimana tertera dalam lontar keagamaan. Sebagai benda
budaya, uang kepeng memiliki peran sebagai alat judi dalam berbagai permainan
tradiosional. Selain itu, berkembangnya pis jimat juga turut mengembangkan
kepercayaan masyarakat dan kreatifitas masyarakat percaya akan kekuatan atau
nilai magis tertentu.
Uang kepeng bagi masyarakat Bali kuna memiliki dua makna yaitu
makna ekonomi dan makna agama. Makna ekonomi tercermin dari uang kepeng
yang merupakan satuan nilai, alat transaksi dan juga berperan dalam tatanan
aktivitas dan adat-istiadat sebagai uang kartal. Selain itu uang kepeng juga
berperan sebagai nilai kurs, niaga barter dan komoditi dalam perdagangan dalam
masyarakat Bali kuna. Makna agama uang kepeng dalam masyarakat Bali kuna
tercermin dari intrepretasi atas isitilah jinah dan artha dalam lontar agama Hindu,
xii
yang kemudian dianalogikan dengan uang kepeng sebagai uang kartal. Sehingga
jinah dan artha dalam lontar agama, diwakilkan oleh uang kepeng dalam sarana
upakara masyarakat Bali kuna.
Tingginya kebutuhan uang kepeng untuk sarana upakara,
menyebabkan adanya upaya reproduksi uang kepeng. Bentuk uang kepeng dalam
masyarakat Bali kontemporer dibedakan atas bahan dasar uang kepeng dan tulisan
bagian permukaan uang kepeng. Berdasarkan bahan dasarnya, uang kepeng
dibedakan atas uang kepeng berbahan dasar panca datu dan uang kepeng
berbahan dasar seng. Uang kepeng panca datu diambil dari konsep ajaran agama
Hindu, panca datu merupakan perpaduan lima unsur yaitu: perak, tembaga, emas,
besi, dan kuningan). Unsur panca datu dalam uang kepeng , juga mewakili Panca
Dewata (lima manifestasi Ida Sang Hyang Widhi Wasa) dalam ajaran agama
Hindu.
Uang kepeng dilihat berdasarkan tulisan di bagian permukaan uang
kepeng dibedakan atas uang kepeng aksara Bali dan uang kepeng huruf Cina.
Uang kepeng aksara Bali biasa dikenal dengan jinah upakara. Pada bagian
permukaan depan (sleh) bertuliskan empat huruf yaitu Sa, Ba, Ta, A, sedangkan
bagian permukaan belakang (trep) bertuliskan huruf Ang dan Ah. Seperti halnya
unsur panca datu, aksara Bali dalam uang kepeng aksara Bali juga merupakan
konsep sebagai keterwakilan dari Panca Dewata. Selain uang kepeng akasara
Bali, dalam masyarakat Bali kontemporer juga direproduksi uang kepeng huruf
Cina dari dinasti Zheng, dinasti Weng, dinasti Lin dan dinasti Khong.
Seiring dengan perubahan sosial budaya dalam masyarakat yang
sejalan dengan globalisasi, fungsi uang kepeng dalam masyarakat Bali
kontemporer mengalami pergeseran. Uang kepeng tidak lagi berfungsi sebagai
alat tukar dan uang kartal, sejak berlakunya mata uang rupiah sebagai alat
pembayaran yang sah. Hal ini menyebabkan fungsi ekonomi uang kepeng sebagai
alat tukar tergantikan. Namun fungsi ekonomi uang kepeng sebagai barang
komoditas tetap berjalan dan semakin berkembang, sejalan dengan perkembangan
industri ekonomi kreatif. Fungsi religus uang kepeng sebagai sarana upakara
dalam masyarakat Bali kontemporer juga tetap berjalan. Uang kepeng tetap
xiii
digunakan untuk kelengkapan upacara Panca Yadnya. Panca yadnya dalam
agama Hindu artinya lima persembahan suci yang terdiri dari Dewa Yadnya
(persembahan suci kepada Dewa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa), Pitra Yadnya
(persembahan suci kepada leluhur), Rsi Yadnya (persembahan suci kepada
guru/Rsi), Manusa Yadnya (persembahan suci untuk memelihari hidup) dan Bhuta
Yadnya (persembahan suci kepada bhuta kala atau makhluk bawah).
Derasnya arus globalisasi tidak menyebabkan uang kepeng yang
merupakan budaya lokal tergerus. Masyarakat umumnya akan meninggalkan hal-
hal yang berbau kuno dan primitif dalam era globalisasi. Namun hal tersebut tidak
terjadi dalam uang kepeng, alih-alih musnah uang kepeng menjadi semakin eksis
dalam kehidupan masyarakat Bali kontemporer. Eksistensi uang kepeng dalam
masyarakat Bali kontemporer disebabkan beberapa hal yaitu: ideologi agama,
ideologi kapitalis, hegemoni pemerintah dan upaya pelestarian budaya. Uang
kepeng digunakan dalam ritual keagamaan karena uang kepeng dianggap suci dan
bebas cuntaka. Uang kepeng disebut pinaka suteja (bagaikan sinar). Selain
kesucian uang kepeng, dalam masyarakat Bali kontemporer terdapat pergeseran
konsep jinah dan artha dalam lontar upakara. Jika sebelumnya dalam
masyarakat Bali kuna jinah dan artha diwakilkan dengan uang kepeng sebagai
uang kartal, namun dalam masyarakat Bali kontemporer uang kartal adalah uang
rupiah bukan uang kepeng. Sehingga konsep uang kepeng ritual agama lebih
mengacu pada konsep windu yang artinya kekosongan atau kebebasan. Selain itu,
seiring dengan perkembangan uang kepeng panca datu dalam masyarakat Bali
kontemporer, uang kepeng juga dianalogikan sebagai perwakilan unsur panca
datu dalam ritual agama.
Berkembangnya uang kepeng dalam masyarakat Bali kontemporer,
juga dikarenakan adanya keterlibatan pemerintah yang mengajak pemuka agama,
dan penguasa daerah-daerah di Bali untuk menciptakan uang kepeng dengan
identitas Bali dan sesuai dengan uang kaidah agama. Uang kepeng ini dikenal
dengan uang kepeng panca datu atau jinah upakara dalam masyarakat. Selain itu
perkembangan globalisasi yang menembus batas ruang dan waktu, ditengah
tingginya kebutuhan uang kepeng dalam ritual Bali digunakan oleh kaum kapitalis
xiv
untuk memperoleh keuntungan. Uang kepeng kini, tidak hanya diproduksi oleh
masyarakat Bali, tetapi juga diproduksi di luar Bali khususnya daerah pulau Jawa
dengan harga yang lebih terjangkau. Upah tenaga kerja yang murah di Jawa,
dengan bahan uang kepeng seadanya yaitu kuningan atau biasa disebut uang
kepeng seng, uang kepeng ini turut mengambil peran dalam pertarungan pasar
uang kepeng di Bali. Eksistensi uang kepeng juga tidak terlepas dari upaya
pelestarian budaya yang dilakukan oleh produsen. Pembuatan uang kepeng aksara
Bali lebih merupakan upaya untuk menonjolkan identitas budaya Bali yang
digunakan dalam sarana upakara. Selain itu uang kepeng huruf Cina yang juga
direproduksi juga untuk tetap melestarikan uang kepeng yang merupakan hasil
percampuran budaya antara etnis Bali dengan etnis Tionghoa.
Pemanfaatan uang kepeng yang tinggi dan semakin berkembang dalam
masyarakat Bali kontemporer, menunjukkan makna uang kepeng bagi masyarakat
Bali kontemporer. Makna uang kepeng bagi masyarakat Bali kontemporer yaitu:
makna religius , makna ekonomi, makna mistis dan makna estetika. Uang kepeng
sulit digantikan dalam ritual agama Hindu karena uang kepeng melekat dengan
sarana upakara, baik bentuk maupun keterwakilan simbol yang kepeng sulit untuk
digantikan dengan mata uang lainnya. Uang kepeng yang beredar dalam
masyarakat Bali kontemporer, baik berupa uang kepeng panca datu maupun uang
kepeng seng, diterima oleh masyarakat sebagai sarana upakara. Kegiatan
beragama merupakan hal yang berkaitan dengan rasa. Ketika masyarakat
mengalami perubahan dari masyarakat kuno ke masyarakat modern, maka
masyarakat akan lebih mengutamakan kemudahan, hemat biaya dan waktu dalam
melakukan proses upacara. Sehingga, uang kepeng panca datu maupun uang
kepeng seng, digunakan sesuai kebutuhan akan upacara karena semua kembali ke
rasa pribadi masing-masing.
Tingginya permintaan uang kepeng dalam masyarakat Bali
kontemporer, meningkatkan volume produksi uang kepeng. Hal ini tentunya
menyebabkan perkembangan industri uang kepeng dan penyerapan tenaga kerja.
Bagi distributor, tingginya permintaan uang kepeng menyebabkan upaya
perluasan pangsa pasar. Uang kepeng berbiaya rendah yang diproduksi di luar
xv
Bali (khususnya Jawa) menyebabkan distributor berupaya untuk memperluas
pangsa pasar guna memperoleh keuntungan lebih besar. Selain itu, perkembangan
uang kepeng juga berjalan sejalan dengan perkembangan industri ekonomi kreatif.
Perkembangan industri pariwisata turut mendorong perkembangan industri
ekonomi kreatif berbahan baku uang kepeng. Uang kepeng telah dimanfaatkan
oleh berbagai kalangan. Bukan hanya masyarakat Bali, namun konsumen dari luar
Bali turut menggunakan uang kepeng khususnya kerajinan uang kepeng berbasis
ekonomi kreatif.
Uang kepeng merupakan benda budaya yang masih bertahan hingga
perkembangan era globalisasi. Kepercayaan masyarakat yang tinggi akan uang
kepeng sebagai sarana upakara, juga tidak meninggalkan kepercayaan masyarakat
akan kekuatan mistis/magis uang kepeng. Uang kepeng seperti pis paica, pis
rerajahan, dan uang kepeng panca datu dipercaya memiliki kekuatan magis
tertentu bagi mereka yang mempercayainya. Uang kepeng dipercaya dapat
“dihidupkan” atau diberi nyawa dengan ritual tertentu seperti misalnya
kepercayaan masyarakat terhadap kekuatan pis Arjuna yang mampu memikat hati
wanita oleh pemiliknya. Uang kepeng yang tidak terlepas dari ritual upacara,
tentunya menyebabkan uang kepeng dipercaya memiliki kekuatan tertentu.
Benda-benda yang digunakan sebagai sarana upakara tentunya merupakan benda-
benda yang dianggap sakral dalam masyarakat.
Uang kepeng tidak terlepas nilai keindahan dan estetika. Seiring
dengan perkembangan ekonomi kreatif, nilai keindahan dan estetika uang kepeng
turut berkembang. Tanpa meninggalkan ideologi yang ada dalam masyarakat,
kerajinan uang kepeng berkembang dalam masyarakat Bali kontemporer. Seperti
perwujudan dewa-dewi dalam uang kepeng yang tidak meninggalkan ideologi
dalam dewa-dewi tersebut. Kerajinan uang kepeng diterima dengan baik dalam
masyarakat Bali kontemporer karena nilai estetika dan seni dalam uang kepeng.

xvi
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM................................................................................................ i
PRASYARAT GELAR.......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... iii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI TESIS ............................................................ iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ........................................................ v
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT .......................................................................................................... x
RINGKASAN TESIS ............................................................................................ xi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xxi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xxii
GLOSARIUM ...................................................................................................... xxv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 9
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 9
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................................... 10
1.3.2 Tujuan Khusus ........................................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 11
1.4.1 Manfaat Teoretis ........................................................................................ 11
1.4.2 Manfaat Praktis .......................................................................................... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,


DAN MODEL PENELITIAN .............................................................. 13
2.1 Kajian Pustaka ................................................................................................. 13
2.2 Konsep ............................................................................................................. 18
2.2.1 Uang Kepeng ............................................................................................. 18
xvii
2.2.2 Masyarakat Bali Kontemporer .................................................................... 20
2.3 Landasan Teori ............................................................................................... 22
2.3.1 Teori Praktik ............................................................................................. 22
2.3.2 Teori Ideologi............................................................................................. 25
2.3.3 Teori Semiotika .......................................................................................... 28
2.4 Model Penelitian .............................................................................................. 32

BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 34


3.1 Rancangan Penelitian ....................................................................................... 34
3.2 Lokasi Penelitian .............................................................................................. 35
3.3 Jenis dan Sumber Data ..................................................................................... 37
3.3.1 Jenis Data ................................................................................................... 37
3.3.2 Sumber Data............................................................................................... 37
3.3.2.1 Sumber Data Primer ............................................................................. 38
3.3.2.2 Sumber Data Sekunder ......................................................................... 38
3.4 Teknik Penentuan Informan ............................................................................. 38
3.5 Instrumen Penelitian......................................................................................... 40
3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 40
3.6.1 Observasi ................................................................................................... 40
3.6.2 Wawancara................................................................................................. 41
3.6.3 Studi Dokumen .......................................................................................... 42
3.7 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 42
3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data .............................................................. 44

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ...................................... 45


4.1 Profil Bali................................................................................................... 45
4.1.1 Wilayah Administratif dan Kondisi Geografis ............................................ 45
4.1.2 Demografi .................................................................................................. 47
4.1.3 Ekonomi..................................................................................................... 52
4.1.4 Sosial Budaya............................................................................................. 54
4.2 Sejarah Uang Kepeng dan Masuknya Kebudayaan Tionghoa di Bali .......... 55
xviii
4.3 Profil UD Mulya, UD Kamasan dan Pasar Badung ..................................... 60
4.3.1 UD Mulya .................................................................................................. 60
4.3.1.1 Sejarah Berdiri ........................................................................................... 60
4.3.1.2 Teknik Pembuatan Uang Kepeng................................................................ 62
4.3.1.3 Jenis-jenis Kerajinan Uang Kepeng ............................................................ 66
4.3.2 UD Kamasan .............................................................................................. 70
4.3.2.1 Sejarah Berdiri ........................................................................................... 70
4.3.2.2 Teknik Pembuatan Uang Kepeng................................................................ 72
4.3.2.3 Jenis-jenis Kerajinan Uang Kepeng ............................................................ 75
4.3.3 Pasar Badung ............................................................................................ 80
4.3.3.1 Sejarah Berdiri ........................................................................................... 80
4.3.3.2 Komoditas Perdagangan ............................................................................. 82
4.3.3.3 Perdagangan Uang Kepeng ......................................................................... 85

BAB V DINAMIKA UANG KEPENG DALAM KEHIDUPAN


MASYARAKAT BALI ........................................................................... 87
5.1 Uang Kepeng dalam Kehidupan Masyarakat Bali Kuna ............................ 88
5.1.1 Bentuk Uang Kepeng dalam Masyarakat Bali Kuna.................................. 90
5.1.1.1 Pis Kerinyah ............................................................................................ 91
5.1.1.2 Pis Lembang............................................................................................. 91
5.1.1.3 Pis Koci.................................................................................................... 92
5.1.1.4 Pis Gobogan............................................................................................. 92
5.1.1.5 Pis Lumrah .............................................................................................. 93
5.1.1.6 Pis Wadon ............................................................................................... 93
5.1.1.7 Pis Rerajahan, Pis Paica dan Pis Pretima ................................................ 93
5.1.2 Fungsi Uang Kepeng dalam Masyarakat Bali Kuna .................................. 96
5.1.2.1 Fungsi Ekonomi ....................................................................................... 96
5.1.2.2 Fungsi Religius......................................................................................... 100
5.1.2.3 Sebagai Benda Budaya ............................................................................. 103
5.1.3 Makna Uang Kepeng dalam Masyarakat Bali Kuna .................................. 107
5.1.3.1 Makna Ekonomi ...................................................................................... 107
xix
5.1.3.2 Makna Agama .......................................................................................... 109
5.2 Uang Kepeng dalam Kehidupan Masyarakat Bali ..................................... 111
5.2.1 Bentuk Uang Kepeng dalam Masyarakat Bali Kontemporer ..................... 113
5.2.1.1 Bentuk Uang Kepeng Dilihat dari Bahan Baku .......................................... 116
5.2.1.2 Bentuk Uang Kepeng Dilihat dari Tulisan Bagian Permukaan Uang
Kepeng .................................................................................................... 121
5.2.2 Fungsi Uang Kepeng dalam Kehidupan Masyarakat Bali Kontemporer ..... 129
5.2.2.1 Fungsi Religius ......................................................................................... 130
5.2.2.2 Fungsi Ekonomi ........................................................................................ 135

BAB VI ALASAN EKSISTENSI UANG KEPENG DALAM KEHIDUPAN


MASYARAKAT BALI KONTEMPORER .............................................. 140
6.1 Ideologi Agama ........................................................................................ 141
6.2 Hegemoni Penguasa ................................................................................. 150
6.3 Ideologi Kapitalis ..................................................................................... 155
6.4 Upaya Pelestarian Budaya ........................................................................ 161

BAB VII MAKNA UANG KEPENG DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT


BALI KONTEMPORER ......................................................................... 166
7.1 Makna Religius ....................................................................................... 166
7.2 Makna Ekonomi ...................................................................................... 174
7.3 Makna Mistis........................................................................................... 179
7.4 Makna Estetika ........................................................................................ 183

BAB VIII PENUTUP........................................................................................... 190


8.1 SIMPULAN.............................................................................................. 190
8.2 SARAN .................................................................................................... 193

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

xx
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Luas Wilayah, Proyeksi Penduduk, Rasio Jenis Kelamin dan
Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Bali
Tahun 2015 ................................................................................. 48
Tabel 4.2 Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin di Provinsi
Bali Tahun 2014 .......................................................................... 49
Tabel 4.3 Banyaknya Penduduk Menurut Agama dan Kabupaten/Kota di
Bali Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 ..................................... 51
Tabel 4.4 PDRB Provinsi Bali Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2010-2013............................................................ 53
Tabel 5.1 Perubahan Bentuk Uang Kepeng dalam Masyarakat Bali
Kontemporer................................................................................ 114
Tabel 5.2 Bentuk Aksara Bali ..................................................................... 124

xxi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Penelitian ...................................................................... 32
Gambar 4.1 Peta Pulau Bali ......................................................................... 46
Gambar 4.2 Workshop UD Mulya ................................................................ 61
Gambar 4.3 Hasil Cetakan Bahan untuk Uang Kepeng ................................. 62
Gambar 4.4 Pencetakan Bentuk Uang Kepeng dengan Mesin ....................... 63
Gambar 4.5 Uang Kepeng yang Telah Dibentuk dan Dicetak ...................... 63
Gambar 4.6 Pembakaran Uang Kepeng ........................................................ 64
Gambar 4.7 Pencucian Uang Kepeng .......................................................... 65
Gambar 4.8 Proses Pencucian Uang Kepeng yang Telah Diendapkan ........... 66
Gambar 4.9 Proses Pengeringan Uang Kepeng Uang Kepeng yang Telah
Diendapkan .............................................................................. 66
Gambar 4.10 Patung Presiden RI ke-enam Susilo Bambang Yudhoyono ........ 67
Gambar 4.11 Bokor Berbahan Uang Kepeng ................................................. 69
Gambar 4.12 Workshop UD Kamasan............................................................ 71
Gambar 4.13 Proses Pembuatan Bahan Baku Uang Kepeng ......................... 72
Gambar 4.14 Pembuatan Modul Cetak Uang Kepeng ................................... 73
Gambar 4.15 Pengecoran Bahan Baku untuk Modul Uang Kepeng ............... 74
Gambar 4.16 Penghalusan Uang Kepeng ...................................................... 75
Gambar 4.17 Patung Krishna Berbahan Uang Kepeng .................................. 76
Gambar 4.18 Cilli Berbahan Uang Kepeng ................................................... 77
Gambar 4.19 Daksina Linggih Berbahan Uang Kepeng ................................ 78
Gambar 4.20 Liontin Berbahan Uang Kepeng .............................................. 79
Gambar 4.21 Pis Bolong Tualen dan Sangut ................................................ 80
Gambar 4.22 Pasar Badung .......................................................................... 81
Gambar 4.23 Pasar Badung Pagi .................................................................. 83
Gambar 4.24 Pasar Badung Malam .............................................................. 84
Gambar 4.25 Perdagangan Uang Kepeng di Pasar Badung ............................ 85
Gambar 5.1(a) Pis Kerinyah Bagian Depan (sleh) ........................................... 91
Gambar 5.1(b) Pis Kerinyah Bagian Belakang (trep) ....................................... 91
xxii
Gambar 5.2(a) Pis Lembang Bagian Depan (sleh) ........................................... 91
Gambar 5.2(b) Pis Lembang Bagian Belakang (trep) ....................................... 91
Gambar 5.3(a) Pis Koci Bagian Depan (sleh) ................................................... 92
Gambar 5.3(b) Pis Koci Bagian Belakang (trep) .............................................. 92
Gambar 5.4 Uang Kepeng Berbahan Seng di Pasar Badung .......................... 120
Gambar 5.5(a) Tulisan Permukaan Depan (sleh) Uang Kepeng Aksara Bali ...... 125
Gambar 5.5(b) Tulisan Permukaan Belakang (trep) Uang Kepeng Aksara Bali 125
Gambar 5.6 Uang Kepeng Huruf Cina .......................................................... 127
Gambar 5.7 Uang kepeng sebagai sarana upakara dalam upacara pawiwahan
(pernikahan) .............................................................................. 131
Gambar 5.8 Pemanfaatan uang kepeng dalam ritual Ngadegang Bhatara Sri
(Dewa Yadnya) ......................................................................... 132
Gambar 5.9 Uang kepeng sebagai pelengkap dalam bebantenan .................. 134
Gambar 5.10 Proses Pembuatan kerajinan gedong berbahan uang kepeng di
UD Kamasan ............................................................................ 137
Gambar 5.1 Para pengunjung melihat koleksi kerajinan berbahan uang
kepeng di workshop UD Kamasan ............................................ 138
Gambar 6.1 Uang kepeng dalam kwangen sebagai simbo l windu ................ 145
Gambar 6.2 Uang kepeng diproduksi dalam jumlah besar ............................ 157
Gambar 6.3 Pelinggih Ratu Subandar di Pura Dalem Balingkang sebagai
bentuk hasil percampuran budaya etnis Tionghoa dengan etnis
Bali ........................................................................................... 164
Gambar 7.1 Banten Biakaon Utama yang berisikan buah lis dari uang
kepeng ..................................................................................... 168
Gambar 7.2 Ritual mendem pedagingan yang menggunakan uang kepeng.... 170
Gambar 7.3 Uang kepeng dalam ritual Ngaben............................................. 172
Gambar 7.4 Stand pameran uang kepeng dalam Pesta Kesenian Bali
XXXVII 2015 ........................................................................... 176
Gambar 7.5 Pengunjung dari berbagai daerah dan kalangan mengunjungi
workshop UD Kamasan ............................................................ 178
Gambar 7.6 Uang kepeng klasik berwarna kehitaman produksi UD Mulya... 184
xxiii
Gambar 7.7 Uang kepeng dengan kreasi desain pinggiran kuning produksi
UD Kamasan ............................................................................ 184
Gambar 7.8 Gambar pewayangan Arjuna dengan busur panah ..................... 186
Gambar 7.9 Uang kepeng Arjuna dengan membawa busur ........................... 186
Gambar 7.10 Patung Dewi Sri berbahan uang kepeng produksi UD Mulya .... 188

xxiv
GLOSARIUM

akasa : langit
animisme : kepercayaan bahwa setiap benda di bumi memiliki roh
artha : harta
arjuna : tokoh pewayangan/epos Mahabharata
awig-awig : peraturan
canang : persembahan berbahan bunga dan janur
cuntaka : suatu keadaan tidak suci dalam agama Hindu karena
datang bulan, kematian, kelahiran, pernikahan dan
sebagainya
banten : sesaji
bolong : lubang
bokor : tempat sarana upakara
canang sari : perlengkapan upakara terbuat dari janur dengan bunga
dibagian diatas umumnya berbentuk lingkaran dan segi
empat
daksina : perlengkapan upacara dengan buah kepala sebagai salah
satu bagian utama
dinamisme : kepercayaan bahwa benda-benda di alam sekitar
memiliki kekuatan gaib
dewa/dewi : sinar suci Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang
Maha Esa
dewi Sri : dewi kemakmuran
ganesha : salah satu perwujudan Tuhan dalam ajaran agama Hindu
griya : kediaman pendeta/orang suci dalam agama Hindu
intangible : tidak terlihat/tidak berwujud
kajeng kliwon : hari suci dalam ajaran agama Hindu yang jatuhnya
setiap 15 hari sekali berdasarkan perhitungan kalender
Bali

xxv
kwangen : perlengkapan upacara terbuat dari janur, dan daun
pisang dilengkapi dengan bunga, dan berbentuk kerucut
jaran : kuda
jinah : uang
jukung : perahu
lamak : hiasan di bangunan suci berbentuk segi empat panjang
ngaben : upacara pembakaran mayat di Bali
matogtog : salah satu jenis judi dalam masyarakat Bali kuna
mendem pedagingan : upacara peletakan dasar/batu pertama pada bangunan
dalam ritual agama Hindu
mekocokan : salah satu jenis judi dalam masyarakat Bali kuna
mepandes : upacara potong gigi di Bali
panca : lima
panca datu : lima unsur/lima elemen
panca dewata : lima dewa/ lima manifestasi Ida Sang Hyang Widhi
Wasa
parahyangan : hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhan
palemahan : hubungan yang baik antara manusia dengan alam sekitar
pasupati : upacara memohon kesaktian/ritual memberikan nyawa
suatu benda
pawiwahan : upacara pernikahan
pawongan : hubungan yang baik antara manusia dengan manusia
penyeneng : salah satu sarana kelengkapan upakara berbahan janur
pecaruan : salah satu bentuk upacara agama Hindu untuk makhluk
bawah
pis/pipis : uang
pertiwi : tanah
pelinggih : tempat melakukan pemujaaan sebagai perwujudan atau
menstanakan Ida Sang Hyang Widhi Wasa
purusa : sebutan untuk laki-laki

xxvi
plangkiran : tempat suci untuk pemujaan umumnya berbahan dari
kayu
pradana : sebutan untuk perempuan
pratima : arca atau perwujudan tertentu untuk pemujaan leluhur
rambut sedana : arca dewa atau perwujudan dewa-dewi
rwa bhineda : dua konsep atau unsur yang saling bertentangan
sulinggih : pendeta dalam ajaran agama Hindu
sleh : bagian permukaan depan uang kepeng
tattwa : filsafat dalam ajaran agama Hindu
tat twam asi : salah satu kearifan lokal agama Hindu yang artinya aku
adalah kamu, kamu adalah aku
tangible : terlihat/berwujud
tilem : hari suci agama Hindu setiap bulan mati dalam
perhitungan kalender Bali
tedung : serupa payung untuk hiasan bangunan suci
trep : bagian permukaan belakang uang kepeng
tri hita karana : salah satu kearifan lokal dalam agama Hindu yang
artinya tiga penyebab kebahagiaan
tualen : tokoh pewayangan di Bali
sangut : tokoh pewayangan di Bali
satak : dua ratus
tamiang : hiasan dari janur berbentuk lingkaran
yadnya : pengorbanan suci/persembahan suci

xxvii

Anda mungkin juga menyukai