SKRIPSI
Oleh:
Umi Kholifatun
NIM 3401412032
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Hari :
Tanggal :
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Hari :
Tanggal :
Penguji I
Mengetahui:
Dekan,
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
Umi Kholifatun
NIM. 3401412032
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. “Jika anda tidak bergerak untuk mulai membangun mimpi anda, seseorang
2. “Bahkan jika jalan saya terjal, saya akan berjalan dengan senyuman.”
(Umi Kholifatun)
PERSEMBAHAN
Kedua orang tua saya, Bapak Sakat dan Ibu Sunarsih (Alm) tercinta yang
maupun spiritual dengan penuh rasa kasih sayang. Tanpa beliau, saya tidak
Mas Irwan, Mba Ani, dan Mas Jarwo yang turut memberikan dukungan
baik material dan mendoakan adiknya untuk menjadi orang yang sukses.
menjadi penyemangatku.
doa.
data.
memberikan dukungan.
memberikan semangat.
Unnes.
vi
SARI
Kholifatun, Umi. 2016, Makna Gelar Adat terhadap Status Sosial pada
Masyarakat Desa Tanjung Aji Keratuan Melinting. Jurusan Sosiologi dan
Antropologi. FIS UNNES. Pembimbing: Asma Luthfi, S. Th.I.,M.Hum, dan Dra.
Elly Kismini, M.Si. 90 halaman.
vii
PRAKATA
1. Prof. Dr. Fathur Rohman, M.Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang atas
kebijakan-kebijakan yang diberikan kepada penulis sehingga dapat menyusun
skripsi dengan lancar.
2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa, M.A, Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang atas sarana dan prasarana yang telah diberikan kepada
penulis sehingga dapat menyusun skripsi dengan lancar.
3. Kuncoro Bayu Prasetyo, S. Ant, M.A selaku Ketua Jurusan Sosiologi dan
Antropologi yang telah memberikan saran dan fasilitas sehingga dapat
menyusun skripsi dengan baik.
5. Dra. Elly Kismini, M.Si, selaku dosen pembimbing 2 yang telah dengan sabar
memberikan bimbingan, petunjuk, serta motivasi sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
viii
6. Prof.Dr. Tri Marhaeni Pudji Astuti, M.Hum., selaku dosen penguji utama
yang telah memberikan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan
ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
PERNYATAAN ..................................................................................................... iv
SARI...................................................................................................................... vii
4) Simbol .................................................................................................... 11
x
BAB II NJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 13
a) Pengamatan ............................................................................................ 32
b) Wawancara ............................................................................................. 33
d) Dokumen ................................................................................................ 35
B. Prosesi Pemberian Gelar Adat pada Masyarakat Desa Tanjung Aji .......... 60
C. Makna Pemberian Gelar Adat pada Masyarakat Desa Tanjung Aji Keratuan
Melinting ........................................................................................................... 72
3. Gelar Adat sebagai Kontrol Sosial pada Masyarakat Desa Tanjung Aji 83
A. Simpulan .................................................................................................... 86
B. Saran ........................................................................................................... 87
LAMPIRAN .......................................................................................................... 90
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
Bejeneng .............................................................................. 64
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
xvii
BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
mulai dari Sabang sampai Merauke. Hal ini membuat Indonesia dikenal memiliki
suku yang ada di Indonesia memiliki adat isitiadat tersendiri dan prosesi adat yang
berimplikasi pada aturan suatu suku itu tersendiri. Di Indonesia, dikenal ada
berbagai tradisi upacara adat. Salah satu tradisi atau upacara yang berkembang di
budaya dalam kehidupan bermasyarakat. Wujud dari ritual adat salah satunya
Gelar adat merupakan suatu simbol yang diberikan suatu kelompok kepada
seseorang atau kelompok sebagai tanda seseorang atau kelompok tersebut diakui
dengan upacara adat. Upacara pemberian gelar adat ini dilaksanakan oleh
1
2
sosial dalam masyarakat dimana dia tinggal dan sekaligus untuk menentukan garis
menguri-uri budaya lokal yang serat dengan keyakinannya. Gelar adat dalam
Lampung, generasi awal Ulun Lampung berasal dari beberapa tempat, salah
satunya berasal dari Sekala Brak, di kaki Gunung Pesagi, Lampung Barat.
Penduduknya dihuni oleh Buay Tumi yang dipimpin oleh seorang wanita bernama
umum masyarakat adat Lampung terbagi menjadi dua yaitu masyarakat adat
yang baru berkembang belakangan kemudian lebih berkembang dengan nilai nilai
3
demokrasinya yang berbeda dengan nilai nilai Aristokrasi yang masih dipegang
Lampung terdiri dari dua suku adat besar yang mendiami wilayah dengan
suku asli yang mendiami wilayah Lampung pesisir dan menggunakan ragam
dialek Api (A). Masyarakat ini lebih sering dikenal dengan Lampung Saibatin.
Lampung yang mendiami wilayah dataran rendah dan tinggi atau wilayah
yang mendiami seluruh wilayah Lampung dan sebagian provinsi Sumatera Selatan
bagian selatan dan tengah yang menempati daerah Martapura, Muaradua di OKU,
pantai barat Banten. Secara umum, ulun Lampung terdiri dari dua suku adat yakni,
Kalianda, Raja Basa, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima,
Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa,
Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, empat kota ini ada di
mencolok adalah pada pakaian adatnya, jika pada masyarakat Lampung saibatin
mahkota siger yang dikenakan wanita memiliki tujuh tingkatan sedangkan pada
dari segi pakaian adat terdapat pula perbedaan ragam dialek, dimana masyarakat
Saibatin yang menerima gelar adat hanya laki-laki saja dan hanya diberikan untuk
pemberian gelar adat diberikan kepada mempelai pria dan wanita pada saat
5
sebelum dilakukan akad nikah dan pemberian gelar juga dapat diberikan sejak
memberi gelar kepada seseorang karena tingkatan atau silsilah dalam adat
tersebut. Pemberian gelar adat tidak diberikan kesembarang orang dan jabatan
semata karena gelar adat menunjukkan nilai luhur seseorang dalam keadatan
dengan persetujuan dari penyimbang adat, dan sang sultan sehingga tidak
sembarang orang yang bisa mendapat gelar di dalam suatu adat. Pemberian gelar
adat ini merupakan warisan dari kebudayaan Melayu Kuno, terutama warisan
sekarang. Tradisi pemberian gelar adat pada masyarakat Lampung Saibatin ini
dilaksanakan pada saat upacara perkawinan atau pada saat tertentu ketika
adat/bejeneng.
sehingga gelar adat adat tersebut dapat mempengaruhi kehidupan sosial mereka.
masyarakat Desa Tanjung Aji yang sampai sekarang masih terus bertahan. Pada
penelitian ini, peneliti akan mencoba menelusuri bagaimana pemberian gelar adat
6
dapat mempengaruhi status sosial pada masyarakat yang ada di desa Tanjung Aji
Kecamatan Melinting, sebab ada perbedaan pemberian gelar adat di tempat lain.
mengenai makna pemberian gelar terhadap status sosial pada masyarakat Tanjung
Aji Kec. Melinting Kab. Lampung Timur. Oleh karena itu, penulis mengambil
judul “Makna Gelar Adat terhadap Status Sosial pada Masyarakat Desa Tanjung
2. RUMUSAN MASALAH
Saibatin?
3. TUJUAN PENELITIAN
Lampung Saibatin.
adat.
7
4. MANFAAT PENELITIAN
1) Manfaat Teoritis
2) Secara Praktis
8
5. BATASAN ISTILAH
Untuk menjelaskan jalannya penelitian maka perlu adanya batasan
operasional agar orang lain yang berkepentingan dalam penelitian ini mempunyai
persepsi yang sama dengan peneliti. Batasan operasional yang perlu ditegaskan
1) Gelar Adat
Adat. Gelar ini diberikan oleh Ketua Adat setempat setelah memenuhi
berbagai persyaratan tertentu. Setiap suku bangsa tentu mempunyai tata cara
9
tersendiri yang khas dalam memberikannya. Hal ini tentunya menjadi warna
Lampung. Menurut Ali (dalam Haryadi, 2015) Ketua Adat Desa Pekurun
“Pangeran”, ketiga gelar “Sunan” dan gelar yang paling tinggi adalah
“Sultan.”
bahasa Lampung disebut dengan adok. Adok adalah gelaran atau sebutan
dalam adat. Gelar dalam bahasa lampung artinya nama. Dalam penelitian
ini, gelar adat yang dimaksud adalah upacara pemberian nama adat pada
2) Status Sosial
Saibatin adalah salah satu dari dua kelompok terbesar dalam masyarakat
Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah masyarakat adat
4) Simbol
lain. Tanda tidak mengacu pada pengertian yang lain. Simbol berbeda
dengan tanda. Tanda tidak mengacu pada apa-apa, sebuah tanda pada
dasarnya tidak bermakna dan tidak mempunyai nilai. Segala bentuk dan
pada interaksi sosial manusia (yang melibatkan dua orang aktor atau lebih
yang lain adalah sebuah simbol. Kajian tentang simbol sangatlah penting
atau informasi yang dimiliki bersama. Akan tetapi, simbol mungkin juga
kebudayaan.
upacara perkawinan. Pemberian gelar adat ini sebagai simbol bahwa sudah
TINJAUAN PUSTAKA
1. DESKRIPSI TEORI
dan sulit diramalkan individu akan terus berubah maka masyarakat pun
conscious), yaitu sadar akan individualis kita, dan unsur dari semua ini
adalah simbol. Sebuah simbol merupakan sesuatu yang berada demi (stand
pengalaman kita hanya atas apa yang betul-betul kita lihat, dengar, atau
rasakan.
13
14
perhatian kita pada interaksi antaraindividu, dan bagaimana hal ini bisa
dipergunakan untuk menegrti apa yang orang lain katakana dan lakukan
kehidupan sehari-hari.
mereka.
Inti dari teori interaksi simbolik adalah teori tentang “diri” (self)
penjabaran “diri sosial” (social self), yaitu individu bersifat aktif, inovatif
yang tidak saja tercipta secara sosial, namun juga menciptakan masyarakat
15
baru yang perilakunya tidak dapat diramalkan. Bagi Mead, kesadaran diri
berarti menjadi suatu diri dalam pengalaman seseorang sejauh “suatu sikap
simbolik oleh Mead dalam penelitian ini karena teori ini dianggap sesuai
status semata-mata sebagai posisi dalam sebuah sistem sosial, seperti “anak”
dan “orang tua”. Status mengacu pada “menjadi apa seseorang itu”. Status
ketika status menunjuk pada posisi relatif seseorang pada skala yang telah
patokan umum kalau suatu status dikaitkan dengan suatu gaya hidup.
Mereka yang berada di puncak hierarki status memiliki gaya hidup berbeda
adat pada masyarakat Lampung Saibatin yang ada di desa Tanjung Aji
Keratuan Melinting.
adok yang berlaku dalam adat. Dalam penelitian ini diketahui pengukuhan
seseorang yang telah memperoleh adok atau yang dikenal dengan istilah
penyandang adok.
peran tokoh adat dalam melestarikan kebudayaan yang sudah turun menurun
teguh dalam aturan Adat Mego Pak Tulang Bawang, namun karena aturan
itu sampai sekarang belum ada peninjauan ulang sehingga ada beberapa
manusia pada zaman saat ini. Dalam adat pernikahan masih ada beberapa
aturan yang masih tetap dilestarikan, salah satunya adalah pemberian gelar
pernikahan dimulai dari tar padang, turun duwai, dan selanjutnya cakak
memerlukan biaya yang banyak dan waktu yang cukup lama. Jika ketiga hal
akad dilaksanakan.
yang diwariskan secara turun temurun dalam tradisi perkawinan. Prosesi itu
pemberian gelar yang dilakukan masyarakatnya yang terdiri dari dua hal
yakni hak dan kewajiban. Hak-hak yang didapatkan berupa hak untuk
lahir batin, menjunjung tinggi adat istiadat masyarakat suku Marind, serta
perkembangan hukum.
dua adat yang berbeda. Kedua adat tersebut berasal dari Indonesia. Adat
Perpatih hanya ada di Negeri Sembilan dan Masjid yang ada di Malaka,
dengan hukum islam atau hukum syariah. Adat Perpatih mencakup aturan
tatacara dalam pernikahan, praktek aktivitas sosial, dan etika bekerja. Dalam
Pernikahan dalam adat Perpatih sebuah institusi dimana aturan dan ritual
tidak hanya membawa bersama-sama seorang pria dan wanita dalam serikat
pernikahan yang rumit. Ritual yang rumit karena hubungan hierarki dalam
acara penghormatan untuk orang tua dan ritual itu sendiri. Penelitian ini
dari dua adat, yakni adat Saibatin (aristokrasi) dan Pepadun yang lebih
yang memfokuskan pada makna simbolis pemberian gelar adat yang diberikan
kepada mempelai laki-laki yang telah menjadi tradisi masyarakat adat Lampung
Saibatin yang ada di desa Tanjung Aji, Melinting, Lampung Timur. Dengan
asumsi penelitian ini akan menjadi pembeda dari penelitian mengenai pemberian
3. KERANGKA BERPIKIR
pemberian gelar adat saat diadakan upacara pernikahan. Pemberian gelar ini
penelitian ini ingin megetahui lebih mendalam mengenai makna gelar adat pada
implikasi pemberian gelar adat terhadap status sosial pada masyarakat Tanjung
MASYARAKAT LAMPUNG
PEPADUN SAIBATIN
UPACARA PERKAWINAN
STATUS SOSIAL
TEORI
INTERAKSIONISME
SIMBOLIK
PENUTUP
A. Simpulan
1. Prosesi pemberian gelar adat pada masyarakat Desa Tanjung Aji terdiri
dari 3 tahap, yaitu tahap pra upacara, tahap upacara, dan tahap pasca
upacara. Tahap pra upacara pemberian gelar adat bejeneng meliputi; dau
pasca pemberian gelar adat yaitu diakuinya orang yang sudah bergelar
2. Pemberian gelar adat pada masyarakat Desa Tanjung Aji ini tidak
pemberian gelar ini diantaranya: (a) penghormatan dan status sosial dalam
Saibatin meliputi; (1) gelar adat dan peran sosial dalam Masyarakat, (2)
pengakuan sosial sebagai anggota komunitas adat, dan (3) gelar adat
sebagai kontrol sosial pada masyarakat Desa Tanjung Aji. Selama ini
86
87
warga Desa Tanjung Aji hidup berdampingan dan tidak ada konflik
terjalin dengan sangat baik. Hal ini terlihat sebelum mengadakan upacara
lembaga adat yang disebut dengan perwatin. Dalam merwatin ini semua
permasalahan akan didiskusikan dan dicari jalan keluarnya. Hal ini juga
Tanjung Aji tidak hanya ulun Lampung saja melainkan semua anggota
masyarakat.
B. Saran
kemampuan masyarakat.
2. Bagi masyarakat Desa Tanjung Aji, agar lebih berpartisipasi lagi dalam
Asfai, Yoyon Miftahul. 2009. Gelar Adat dalam Upacara Perkawinan Adat
Masyarakat Komering di Gumawang, Belitang, Ogan Komering Ulu Timur.
SKRIPSI: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.. http://digilib.uin-
suka.ac.id/2831/1/BAB%20I,%20V.pdf (Diunduh pada Jumat, 26 Pebruari
2016 pukul 16.40).
Haryadi, Jumari. 2015. Pemberian Gelar Adat dalam Adat Lampung. Artikel
online. http://www.kompasiana.com/jumariharyadi/makna-pemberian-gelar-
dalam-adat-lampung_5594bce42b7a61b6048b4569 (Diunduh pada Sabtu,
20 Pebruari 2016).
Irham, Muhammad Aqil. 2013. “Lembaga Perwatin dan Kepunyimbangan dalam
Masyarakat Adat Lampung : analisis Antropologis.” Jurnal Studi
Keislaman. Volume XIII No 1 Juni 2013.
http://ejournal.iainradenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/87/56
(Diakses pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 10.01 wib).
Lestari, Anggie Intan, Irawan Suntoro, M. Mona Adha. 2013. Upaya Pelestarian
Adat Melinting Lampung Timur Tahun 2013. Artikel.
Miles, B Matthew dan Huberman, Michael A. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto (ed.). 2004. Sosiologi Teks Pengantar dan
Terapan. Jakarta: Kencana.
88
89
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2014. Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi
Wacana.
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. 2005. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:
Kencana.
Saputra, Juanda Hadi, dkk. 2015. “Peranan Tokoh Adat dalam Melestarikan Adat
Mego Pak Tulang Bawang.” Jurnal Kultur Demokrasi, Vol 3, No 3 (2015).
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/JKD/article/view/8171/4977 (diakses
pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.17).
Subagyo, P. Joko. 2006. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Wulandari, Yuniar Wike, dkk. 2015. “Proses Pengukuhan Adok dalam Adat
Kepaksian Pernong Paksi Pak Sekala Beghak.” Jurnal Pendidikan dan
Penelitian Sejarah (PESAGI).
http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/PES/article/view/9312/pdf_125.
(Diakses pada tanggal 20 Januari 2016 pukul 09.54).
Wulandary. 2013. Akibat Hukum Penerimaan Gelar Adat Bagi Pendatang Oleh
Suku Marind karena Perkawinan Eksogami di Kabupaten Merauke Papua.
SKRIPSI: Universitas Hasanuddin Makassar..
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/13602/SKRIPSI%
20LENGKAP-PERDATA-WULANDARY.pdf?sequence=1 (Diakses pada
tanggal 15 Pebruari 2016, pukul 07:49 wib).
109
DOKUMENTASI