SKRIPSI
Oleh
Andri Fitrianto
NIM : 3501408001
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia
Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi
Drs. M. S. Mustofa, M. A.
NIP: 19630802 198803 1 001
ii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Hari :
Tanggal :
Penguji Utama
Penguji I Penguji II
Mengetahui:
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini
dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Andri Fitrianto
NIM. 3501408001
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Tidak ada kata tidak mungkin selama kita masih mau berusaha, dan
berdoa.
.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada :
1. Ibu dan Bapak tercinta, yang telah memberikan kasih sayang, doa, serta
semangat dan dukungan terbaiknya selama ini.
2. Ibu Asma Lutfhi, dan Ibu Hartati Sulistyo Rini dosen yang selalu memberi
semangat, motivasi, dan yang selalu membimbing saya serta menjadi Ibu
saya selama saya menempuh pendidikan di Universitas Negeri Semarang.
3. Kakak tercinta, Arif Bayu Perdana seseorang yang selama ini menjadi
motivasi saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Sahabat-sahabat saya Ali, Zaki, Eko, dan Isnain terima kasih atas
semangat yang diberikan.
5. Teman-teman di kos cinta, Nandar, Rian, Aji, Fajar, Maskun, Indra, dan
Tomi yang selalu memberi semangat dan perhatian.
6. Teman-teman SosAnt khususnya angkatan 2008.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya serta kamudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Perubahan Makna dan Fungi Reog Banjarharjo Dalam Kehidupan
Masyarakat (Studi Kasus Desa Banjarharjo, Kecamatan Banjarharjo, Kabupaten
Brebes)”.
Penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerjasama, bantuan, dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan kesempatan untuk bisa menimba ilmu di
Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Semarang atas ijin penelitiannya dan telah memberikan dukungan selama ini
sampai terselesainya skripsi ini.
3. Drs. M.S. Mustofa, M.A., Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi
Universitas Negeri Semarang yang telah membantu memperlancar
administrasi dalam skripsi ini.
4. Asma Lutfhi, S.Th.I., M.Hum, Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan waktu untuk membimbing, memberikan arahan, petunjuk , dan
saran dengan penuh kesabaran dan kerelaan hati sampai terselesaikannya
skripsi ini.
5. Hartati Sulistyo Rini, S.Sos, M.A., Dosen Pembimbing Kedua dan salah satu
dosen yang telah memberikan arahan dan saran kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Sutriono, Kepala Desa Banjarharjo yang telah memberikan izin untuk
melakukan penelitian di Desa Banjarharjo.
7. Bapak Didik Suwardi, Ketua Karang Taruna Puspa Budaya yang telah
memberikan izin dan bantuan kepada penulis.
vi
8. Subjek dan Informan dalam penelitian ini yang telah memberikan informasi
dan bantuan penelitian kepada penulis.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.
Penulis
vii
SARI
Fitrianto, Andri. 2013. Perubahan Makna dan Fungsi Reog Banjarharjo Dalam
Kehidupan Masyarakat (Studi Kasus Desa Banjarharjo, Kecamatan Banjarharjo,
Kabupaten Brebes). Skripsi. Jurusan Sosiologi dan Antropologi. Fakultas Ilmu
Sosial. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Asma Lutfi, S.Th.I., M.Hum,
pembimbing II Hartati Sulistyo Rini, S.Sos, M.A.109 halaman.
viii
pendidikan. Dari hasil penelitian di analisa dengan menggunakan teori Strukturasi
Giddens bahwa perubahan yang terjadi pada Reog Banjarharjo baik perubahan
pada makna dan fungsinya disebabkan oleh agen dan struktur. Agen disini adalah
pelaku Reog Banjarharjo dan struktur adalah perilaku-perilaku masyarakat Desa
Banjarharjo yang menghasilkan sistem baru.
Simpulannya Reog Banjarharjo saat ini sudah mengalami berbagai
perkembangan sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan pada Reog
Banjarharjo, perubahan pada Reog Banjarharjo dapat terlihat dari pertunjukan
Reog Banjarharjo yang tidak digunakan lagi sebagai ritual ruwat rumah akan
tetapi sebagai hiburan bagi masyarakat Desa Banjarharjo. Jadi perubahan yang
terjadi pada kesenian Reog Banjarharjo baik dari makna dan fungsinya merupakan
upaya yang dilakukan oleh Karang Taruna Puspa Budaya dan masyarakat Desa
Banjarharjo untuk melestarikan kesenian Reog Banjarharjo hingga dapat bertahan
sampai saat ini. Sarannya Bagi Karang Taruna Puspa Budaya, bahwa meskipun
Reog Banjarharjo sudah mengalami berbagai tantangan yang menyebabkan
terjadinya perubahan baik itu dari masyarakat setempat yang mulai tidak peduli
terhadap Reog Banjarharjo, seharusnya tidak menjadikan kesenian Reog
Banjarharjo kehilangan identitasnya sebagai sebuah tradisi yang harus terus
dilestarikan sebagai warisan budaya dari nenek moyang agar tidak tergerus oleh
kemajuan zaman yang modern ini. Di sini Karang Taruna Reog Banjarharjo harus
memasukan kembali identitas asli dari Reog Banjarharjo seperti mengadakan
kembali tarian Pentul melawan Barongan yang saat ini sudah tidak ada.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
x
C. Lokasi Penelitian .................................................................. 27
D. Sumber Data Penelitian ......................................................... 27
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 30
F. Keabsahan Data ............................................................. ......... 35
G. Metode Analisis Data ............................................................ 38
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2006: 259). Perubahan sosial di dalam suatu masyarakat juga akan diikuti
oleh perubahan budaya. Hal ini dikarenakan masyarakat tidak bisa terlepas
dari kebudayaannya.
sejumlah peristiwa sosial dibentuk oleh peristiwa yang terjadi pada jarak
telah melanda dunia tidak saja mempengaruhi pola kehidupan yang ada di
1
2
kecil televisi, seseorang atau masyarakat dapat menikmati dan melihat semua
globalisasi itu mendapat arti yang keliru yang pada akhirnya menuju ke
yang keliru ini, muncullah para generasi muda dengan perilaku barat yang
justru jauh dari nilai-nilai kearifan tradisi lokal. Selain itu globalisasi juga
akan berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat baik itu dari segi agama,
Tari Balet yang berasal dari luar daripada belajar tari-tarian khas daerahnya.
lokalnya. Hal ini yang membuat budaya lokal semakin tersingkirkan oleh
suatu masyarakat dapat berupa seni pertunjukan tradisional, teater rakyat, dan
Kekhususan yang ada pada tiap-tiap kesenian di daerah itulah yang menjadi
untuk masyarakat, selain itu masyarakat lebih tertarik terhadap kesenian luar
masyarakat.
dan merupakan perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Kabupaten Brebes selain terkenal dengan makanan khasnya yaitu telor asin
bertahan. Salah satu kesenian tradisional yang hingga kini masih bertahan
kesenian yang berasal dari Desa Banjarharjo, yang digunakan sebagai ritual
dipertunjukkan dengan tujuan sebagai hiburan dan bagian dari upacara baik
komunal. Individu, maupun keluarga (Hidayanto, 2012: 137). Tapi reog asal
Brebes, dimainkan oleh dua orang sebagai ikonnya. Satu orang ditokohkan
sebagai orang yang baik yaitu Pentul, dan satunya tokoh jahat yaitu
Seni Pertunjukan Reog Banjarharjo ini, barongan sebagai tokoh yang jahat
akan menghuni sebuah rumah dan akan bertarung dengan Pentul dirumah
akan kesurupan dan mengelilingi sebuah rumah untuk mencari mahluk halus.
Karena tarian ini hanya digunakan pada saat pindah rumah atau ruwatan
dan sudah jarang untuk dimainkan. Daya tarik masyarakat terhadap seni
kesenian tradisional ini yaitu grup Puspa Budaya. Sebagai upaya untuk
lain salah satunya adalah musik jaipong. Percampuran ini membuat semakin
banyak yang menyukai kesenian tradisional ini. Tidak hanya itu kesenian
tradisional ini juga tidak hanya dipentaskan pada saat pindah rumah atau
ruwatan rumah tetapi pada acara pernikahan reog ini dapat dipentaskan.
sini terjadi perubahan makna dan fungsi Reog Banjarhajo. Selain itu juga
Budaya Jawa yaitu Sawan Manten atau Balangan Suruh yang bermakna
Brebes”.
B. Rumusan Masalah
A. Tujuan Penelitian
B. Manfaaat Penelitian
antaranya:
antaranya:
Banjarharjo.
Reog Banjarharjo.
C. Penegasan Istilah
untuk memberi ruang lingkup obyek penelitian agar tidak terlalu luas. Untuk
1. Perubahan
proses alamiah yang tidak mungkin dihindari dan tidak mungkin mudah
hidup yang melahirkan nilai-nilai baru atau modern sebagai hasil kreatifitas
8
masyarakat.
2. Fungsi
1. Kegunaan
4. Suatu tipe aksi dimana bisa dilaksanakan secara khas oleh suatu struktur
tertentu
tradisi di dalam masyarakat, dalam hal ini adalah fungsi Reog Banjarharjo
3. Makna
1. Maksud pembicara;
4. Reog
Banjarharjo yaitu sebuah kesenian budaya tradisional yang berasal dari Desa
yang berbeda dengan Reog Ponorogo yang berada di Ponorogo, Jawa Timur.
Reog Ponorogo di Jawa Timur lebih dikenal dengan hiasan bulu merak dan
Barongan atau Pentul yang merupakan ikon dari kesenian Reog Banjarharjo.
5. Masyarakat
etimologi, masyarakat berasal dari akar kata arab “syaraka” yang berarti
bergaul”. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah yang berasal dari kata latin
jangka waktu yang cukup lama dan adanya kerjasama di antara anggota
kelompok, memiliki pikiran atau perasaan menjadi bagian dari satu kesatuan
Budaya.
BAB II
A. Kajian Pustaka
oleh faktor lingkungan tetapi juga dapat dipengaruhi oleh masyarakat yang
kabur. Ciri penting dalam telaah semacam ini adalah hilangnya atau kaburnya
batas antara proses analisis dan proses menghasilkan karya seni itu sendiri.
tersebut dapat terlihat dari dua segi yaitu dari segi wilayah jangkauannya dan
11
12
tradisional dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat dan dari segi fungsi
mengalir sampai ke desa-desa membawa serta berbagai bentuk seni baru yang
merupakan saingan dari bentuk seni tradisional yang sudah ada. Bentuk-
bentuk seni baru ini antara lain adalah film, musik dangdut, acara-acara
Menurut Putra (2000) kesenian dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu
merupakan pendekatan yang melihat seni sebagai sebuah teks. Sebuah teks
dapat dilihat dari sebuah teks, namun teks tersebut ditetapkan dalam sebuah
perwujudan dari kebudayaan. Lebih dari itu, kesenian adalah tempat di mana
kebudayaan fisik juga tidak dapat terlepas dari sistem sosial dan adat istiadat.
Kajian serupa juga dilakukan oleh Ali Imron (2005) tentang “Upaya
budaya, dan masuknya teknologi masa seperti televisi yang lebih menyedot
mengemas pertunjukan seni secara memikat. Selain itu agar menarik minat
atau tokokoh-tokoh kelas bintang yang namanya dapat menjadi daya tarik
perkembangan berbagai jenis, antara lain kesenian Balo-Balo versi asli dan
kesenian Balo-Balo versi kreasi bari. Kesenian Balo-Balo versi kreasi bari
elektronik seperti gitar, bass, dan orgen. Kesenian Balo-Balo versi asli selain
berperan sebagai hiburan kesenian ini juga berperan dalam upaya mengajak
umat pada kebaikan dan menghindarkan diri dari kemudhratan karena dalam
Tari Endel banyak yang dirubah tanpa mengurangi makna gerak pentangan
yang dulunya tinggi kemudian sedikit diturunkan agar terlihat lebih indah.
Tari Topeng Endel merupakan tarian yang diwariskan secara turun temurun
15
oleh keluarga ibu Sawitri, yang kemudian menjadi milik bersama masyarakat
Tegal.
Indonesia yaitu Ponorogo salah satu daerah yang memiliki kesenian reog.
di masyarakat. Pengertian dari reog ini juga ada pada Kamus Besar Bahasa
laki-laki.
unsur humor-humor.
sebagai:
pertunjukkan;
maupun kepahlawannya;
seseorang; dan
1. Fungsi, yaitu mengenai kegunaan atau peranan seni reog Ponorogo dalam
masyarakat.
leluhur, diberi atau dibeli dari orang lain. Demikian pula antara penanggap
kesenian reog digunakan oleh PKI sebagai sarana kampanye. Akan tetapi
Pada tahun 1968, akhirnya NU membuat kesenian baru yang bernama Gajah-
dipentaskan pada acara nasional saja, akan tetapi pada acara yang bersifat
internasional.
yang berjudul “Kesenian, Identitas, dan Hak Cipta : Kasus Pencuruian Reog
sebagai hiburan. Akan tetapi cerita reog yang sekarang tidak merupakan
telah mengubah fungsi dan arti reog bagi masyarakat Ponorogo. Ketika terjadi
agar tidak dicuri lagi. Usaha untuk melestarikannya sedang dilakukan oleh
dampak dari globalisasi dan usaha pelestarian yang disengajakan itu sendiri
Reog dianggap sebagai masa lalu atau sesuatu yang dipegang oleh
terjadi didalam masyarakat agar kebudayaan tersebut tetap eksis dan bertahan
ditengah-tengah masyarakat.
yang menyebabkan tradisi Reog Banjarharjo tidak saja dimiliki oleh suku
19
Banjarharjo.
B. Landasan Teori
kebudayaan dan konsep tradisi yang mana. Teori merupakan unsur yang
berpengetahuan dan cakap”. Agen tahu apa yang ia lakukan dan mengapa ia
2. Struktur.
struktur dan pelaku terletak pada proses di mana struktur sosial merupakan
hasil (outcome) dari praktek sosial. Selain itu struktur sekaligus merupakan
20
dan hasil dari tindakan. Struktur menjadi medium karena seseorang tidak
Struktur menjadi hasil karena pola budaya yang luas direproduksi ketika
dan struktur sosial berhubungan satu dengan yang lain. Tindakan yang
mapan untuk melakukan sesuatu. Namun ini berarti juga bahwa setiap
terjadi dalam bentuk, fungsi, atau nilai-nilai unsur kebudayaan yang terkecil,
tindakan sosial. Agen dan struktur saling jalin menjalin tanpa terpisahkan
dalam praktis atau aktifitas manusia. Agen dan struktur bersifat dinamis
dikatakan bahwa tak ada agen yang hidup tanpa struktur dan tak ada struktur
tanpa agen. Masyarakat merupakan syarat dari agen dan agen adalah syarat
2007:506-510).
perubahan makna dan fungsi Reog Banjarharjo bukan hanya berasal dari sang
aktor inividual atau agen, agen di sini adalah pelaku Reog Banjarharjo. Akan
tetapi juga dipengaruhi oleh struktur yang ada di dalam masyarakat Desa
sosial sebagai agen yang diproduksi oleh struktur yang juga mengalami
perubahan. Hal itu terlihat dari perubahan yang terjadi pada fungsi dan makna
C. Kerangka Berfikir
alur pikiran dari skripsi ini, yang bertujuan untuk mempermudah penelit i
MASYARAKAT DESA
BANJARHARJO
sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Desa Banjarharjo ketika salah
barunya tradisi ini biasanya dilakukan dengan sebuah seni pertunjukan Reog
yang dikenal dengan sebutan Reog Banjarharjo. Hal ini dikarenakan seni
buah perkumpulan atau grup yang masih melestarikannya, yaitu Grup Puspa
Budaya. Menghadapi kondisi dan situasi yang seperti itu Grup Puspa Budaya
suatu musik jaipong pada Reog Banjarharjo ternyata menambah minat para
tidak hanya dilakukan pada saat pindah rumah tetapi, ketika ada suatu
24
suatu perubahan pada Reog Banjarharjo baik segi fungsi dan maknanya.
makna dan fungsi yang tidak hanya terjadi karena agen atau pelaku kesenian
METODE PENELITIAN
A. Dasar Penelitian
fenomenologi yang artinya bahwa dalam penelitian ini tidak dapat terlepas
dari fenomena yang terbatas pada hal yang empirik (sensual) akan tetapi juga
fenomena yang tidak lain terdiri dari persepsi, pemikiran, kemauan, dan
keyakinan subjek yang menuntut pendekatan holistic. Selain itu, penelitian ini
tidak lepas dari penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam
data dan jawaban yang mendetail karena penulis melibatkan beragam sumber
informasi.
25
26
B. Fokus Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Perubahan Makna dan Fungsi
Banjarharjo; dan
Banjarharjo.
C. Lokasi Penelitian
satunya yang memiliki Grup Karang Taruna sebagai wadah kesenian Reog
Banjarharjo.
dan data tambahan seperti dokumen, dan lain-lain. Data penelitian ini dapat
a. Subjek Penelitian
Subjek yang terkait dalam penelitian ini yang merupakan pusat perhatian atau
Taruna Puspa Budaya merupakan aktor yang secara langsung ikut terlibat
4‟ Didi L 40 Petani
7. Sutarto L 45 Guru
b. Informan
untuk keperluan informasi atau keterangan atau data yang diperlukan oleh
peneliti. Informan ini dipilih dari beberapa orang yang benar-benar dapat
dipercaya dan mengetahui objek yang diteliti. Informan dalam penelitian ini
2. Darno L 47 Petani
3. Sartono L 35 Petani
5. Sartono P 38 Wirausaha
6. Indra L 24 Karyawan
Berdasarkan dari isi tabel di atas adalah informan yang terdiri dari
Desa Banjarharjo dilakukan agar data atau informasi yang diperoleh penulis
tidak hanya sebelah pihak saja melainkan dapat diantara keduanya, sehingga
data yang diperoleh dapat saling melengkapi dan memperkuat temuan hasil
data atau informasi yang diperoleh penulis lebih jelas dan mendetail serta
1. Teknik Observasi
(2) alat elektronik seperti recorder, kamera dan (3) pengamatan. Fokus
2. Teknik Wawancara
adalah alat pengumpul data yang berupa pertanyaan dan ditujukan kepada
pada pukul 11.00. Pemilihan waktu pada pukul 11. 00 bertujuan agar tidak
sebagai petani, selain itu pada jam 11.00 beliau sedang beristirahat
mendapat kendala dalam hal bahasa. Bapak Ibul merupakan warga yang
dilakukan pada pukul 10.00, hal ini dilakukan karena pada pukul 10.00 Ibu
seorang warga yang kebetulan juga sedang berada di depan rumah yaitu
hari yang sama. Hal ini dilakukan karena bapak Didi pada hari itu tidak
dengan Bapak Didik Suwardi sebagai Ketua Karang Taruna Puspa Budaya
juga bertujuan agar tidak mengganggu kegiatan kerja beliau dan pada
32
2012 pada pukul 11.00 dan pada tanggal 02 Januari 2013 pukul 10.30.
dengan Bapak Joko dilakukan pada pukul 15.00. Pemilihan waktu pada
hari minggu dan pukul 15.00 bertujuan agar tidak mengganggu kegiatan
perjanjian dengan Bapak Joko. wawancara dengan waktu yang luang agar
data yang diperoleh dari hasil wawancara itu pun bisa lebih
Herianto pada tanggal 18 Desember 2012. Pemilihan waktu pada pukul 12.
tempat penggilingan padi dimana bapak Herianto bekerja, selain itu pula
data yang diperoleh dari hasil wawancara itu pun bisa lebih
Taruna Puspa Budaya yang juga bekerja di penggilingan padi yaitu Bapak
pada tanggal 19 Desember 2012 pada pukul 10.00. Pemilihan waktu pada
pukul 10. 00 bertujuan agar tidak mengganggu kegiatan sehari- hari beliau
yang kebetulan pada hari tersebut beliau sedang libur dan tidak pergi ke
34
yaitu Bapak Sartono dilakukan pada tanggal 19 desember 2012 pada pukul
3. Metode Dokumentasi
F. Validitas Data
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada dan
berbagai cara atau teknik dan berbagai waktu. Triangulasi sumber untuk
menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang lebih
diperoleh melalui beberapa sumber. Hal ini dapat dicapai dengan cara sebagai
berikut:
35
Ketua Karang Taruna Puspa Budaya yaitu Bapak Dedy pada tanggal 02
Desember 2012 pukul 17.00, dan juga wawancara dengan Bapak Kepala
dengan apa yang dikatakan dari hasil wawancara oleh para informan
penelitian.
Bapak Sutriono pada tanggal 08 Desember 2012 dan Bapak Joko pada
fungsi dan makna Reog Banjarharjo lebih banyak yang dipengaruhi oleh
Banjarharjo
Desa Banjarharjo, akan tetapi Ibu Dedy menjawab bahwa asal-usul Reog
Suardi dan bersamaan dengan Ibu Dedy pada pukul 17.00. penulis
Suardi selaku Ketua Karang Taruan Puspa Budaya yaitu perubahan pada
awalnya mendapat pro dan kontra apalagi untuk kalangan orang tua yang
1. Pengumpulan Data
objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di
data diperoleh melalui observasi dan wawancara dari mulai Ketua Karang
2. Reduksi Data
dokumentasi juga yang terkait dengan perubahan makna dan fungsi Reog
3. Penyajian Data
4. Verifikasi/Menarik Kesimpulan
berupa pengambilan intisari dan penyajian data yang merupakan hasil dari
penyajian akhir, karena telah lelaui proses analisis untuk yang kedua
dilengkapi dengan hasil analisis tahap kedua. Maka akan diperoleh data
40
penyajian akhir atau kesimpulan yang baik. Alur dalam analisis data dapat
Pengumpulan Data
yang disebut dengan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini, data yang
dikumpulkan sangat banyak, maka setelah itu dilakukan tahap reduksi data
kesimpulan, data yang sudah tersusun rapi dan sistematis disajikan dalam
Kabupaten Brebes. Desa Banjarharjo memiliki luas wilayah kurang lebih 535
Ha yang terdiri dari 5 RW dan 65 RT, dengan jumlah penduduk laki-laki dan
adalah pertanian, pedagang dan pegawai negeri. Adapun batas wilayah Desa
Banjarharjo adalah sebelah utara berbatasan dengan Desa Banjarlor dan Desa
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cikuya, dan sebelah barat berbatasan
42
43
membuat Desa Banjarharjo merupakan salah satu desa yang cukup maju.
akses jalan menuju desa banjarharjo lebih mudah yaitu bisa menggunakan
alat transportasi berupa angkutan umum yang sudah tersedia dan juga bisa
rusak atau berlubang. Hal ini dikarenakan jalan mennuju Desa banjarharji
Desa Banjarharjo.
Jenis Unit
1 Pendidikan PAUD 1
SD 3
SMP 2
SMA 1
SMK 1
2. Kesehatan Puskesmas 1
Rumah Sakit 1
prasarana yang cukup lengkap, baik itu dari pendidikan, maupun sarana
sakit yang ada di Kecamatan Banjarharjo. Desa Banjarharjo yang sudah maju
membuat arus modern yang sedang terjadi dapat dengan mudah masuk ke
No Pekerjaan Jumlah
juga berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini pula yang
perubahan.
45
bertahan hingga saat ini, antara lain kesenian wayang dan kesenian reog yang
Jakarta.
berbeda diungkapkan oleh bapak Didik Suwardi selaku Ketua Karang Taruna
Puspa Budaya
“Kalau asal-usul dan sejarahnya dari Reog Banjarharjo ini ada dua
versi, yang pertama itu dari cerita turun-temurun dan dari kepercayaan
masyarakat setempat.” (Didik Suwardi, 47 tahun, PDAM, 02
Desember 2012)
46
Suwardi kesenian Reog Banjarharjo muncul karena ada dua cerita yang
beraal dari sebuah mitos tentang keluarga yang bernama Sumbawa dan
mahluk halus. Agar tidak saling mengganggu kemudian diadakan ritual Reog
Reog yang dibawa Alm. Bapak Wandi merupakan sebuah kesenian untuk
ritual mengusir mahluk halus yang berasal dari tanah sunda. Kemudian reog
Reog Banjarharjo yang digunakan juga sebagai ritual untuk mengusir mahluk
dikelola oleh Karang Taruna Puspa Budaya yang sekarang dipimpin oleh
Bapak Didik Suwardi. Karang Taruna Puspa Budaya dibentuk pada tahun
secara rutin setiap sebulan sekali. Latihan-latihan ini bertujuan agar kesenian
dilakukan oleh Karang Taruna Puspa Budaya agar dapat kembali diminati
oleh masyarakat, seperti merubah bentuk kesenian Reog Banjarharjo baik dari
Ponorogo di Jawa Timur lebih dikenal dengan hiasan bulu merak dan
dengan Barongan atau Pentul yang merupakan ikon dari kesenian Reog
di dalam kesenian Reog Banjarharjo dan menjadi ikon dari kesenian ini.
Pentul. Pada akhir pertarungan barongan akan kalah oleh pentul karena
Pentul ini tidak melakukan adegan pertarungan lagi dan hanya berjoget
tahun 1985, sesudah tahun 1985 sampai tahun 2000, dan tahun 2000 sampai
tahun 1985. Hal ini dikarenakan sebelum tahun 1985 merupakan tahun
yang masih asli yang hanya digunakan sebagai ritual dan sangat sakral bagi
1985 sampai tahun 2000. Pembagian periode kedua ini yaitu pada tahun 1985
sampai tahun 2000 karena beberapa alasan antara lain terjadinya kemunduran
pada kesenian Reog Banjarharjo pada tahun 1985 karena minat masyarakat
yang beralih pada musik dangdut sehingga pada tahun tersebut kesenian Reog
pada kesenian Reog Banjarharjo, pada tahun yang sama Bapak Kartono dan
sesudahnya.
hingga sekarang. Pembagian pada periode ini karena pada tahun 2000-an
ritual mengusir mahluk halus, hal ini disebabkan karena mulai beralih
Banjarharjo menjadi sebuah kesenian untuk hiburan semata. Selain itu pada
51
Banjarharjo yaitu masuknya musik orgen yang menambah alat musik yang
“Menurut orang zaman dulu mas, kesenian Reog Banjarharjo itu ada
di Desa ini sebelum ada kesenian lain, jadi bisa dibilang kesenian ini
kesenian yang pertama ada di Desa Banjarharjo.” (Ibul, 63 tahun,
Petani, 29 November 2012)
Wandi. Kesenian Reog Banjarharjo dibawa oleh Alm. Bapak Wandi ke Desa
yang berasal dari tanah sunda dan digunakan untuk mengusir mahluk halus.
Banjarharjo pada era ini begitu beraneka ragam. Tidak hanya itu kesenian
Reog Banjarharjo pada era ini memiliki beberapa ragam gerakan yang
saat itu digunakan untuk mengusir mahluk halus yang tinggal di dalam rumah
dan untuk melakukan nadzar yang diucapkan, seperti yang di ungkapkan oleh
Pentul sebagai tokoh yang baik akan bertarung dengan barongan sebagai
kayu yang digunakan untuk melawan barongan. Tarian ini diakhiri dengan
Kedua, Tokoh Pentul membawa nasi kuning dan pisang. Nasi kuning
Banjarharjo.
53
dari Sa- merupakan hal yang baik. Sabeksa berhubungan dengan materi yaitu
uang, misalnya Sa-tus (seratus supiah), Sa-puluh ewu (sepuluh ribu), Sa-tus
ewu (seratus ribu), Sa-juta (satu juta), Sa-puluh juta (sepuluh juta). Seseorang
yang ingin mengusir mahluk halus dari rumahnya ataupun yang memiliki
Sabeksa. Bisa dibilang kesenian Reog Banjarharjo pada saat itu merupakan
dan barongan. Selain pertempuran antara pentul dan barongan terdapat tarian
yang melukiskan tentang mahluk halus yang bersifat jahat (dedemit). Tarian
ini dilakukan tidak oleh sembarangan orang akan tetapi oleh orang yang
memiliki keahlian khusus (debus). Bentuk tarian ini diungkapkan oleh Bapak
Herianto salah satu warga yang pernah melihat kesenian Reog Banjarharjo
oleh beberapa hal antara lain, pertama, tidak adanya generasi penerus yang
budaya luar yaitu (dangdutan) yang lebih memiliki daya tarik oleh
Pada tahun 1985 akhirnya dibentuk suatu organisasi Karang Taruna Reog
pada awal ini tidak seperti yang lain, disini karang taruna hanya sebagai
bertahan
dikenal pada tokoh barongan dan pentul berubah dan lebih cenderung ke
alat musik yang digunakan yaitu gendang. Selain itu pertunjukan sudah
tidak menggunakan atraksi setan (demit), hal ini dikarenakan sudah tidak
ada anggota masyrakat ataupun anggota dari Karang Taruna yang bisa
56
oleh anggota Karang Taruna untuk ruwatan Rumah. berbeda pada saat awal
mula kesenian ini lahir, kesenian Reog Banjarharjo sudah tidak melakukan
pementasan. Selain itu adanya hiburan yang disisipi dalam kesenian Reog
dilakukan pada alat musik yang tidak tergantung pada Gendang saja
melainkan pada alat musik yang modern berupa musik jaipong agar penonton
berubah dapat terlihat setelah tahun 2000-an hingga sekarang. Bapak Sutriono
untuk ritual lagi. Akan tetapi walaupun kesenian ini sudah tidak digunakan
lagi dalam bentuk ritual setiap kali kesenian ini digunakan bersamaan
terlihat pada penggabungan dengan kesenian kuda lumping atau jaranan yang
bukan merupakan ciri khas dari kesenian Reog Banjarharjo. Tokoh barongan
dan pentul pada kesenian Reog banjarharjo saat ini sudah tidak melakukan
58
pertrungan lagi akan tetapi lebih cenderung ke atraksi menari sesuai dengan
2. Hanya 1. Memasukkan 1.
memakai musik jaipong
gendang dalam
sebagai alat pertunjukannn
musiknya ya.
selalu mendapat tantangan seiring dengan zaman yang semakin berubah. Hal
fungsi dan makna pertunjukan Reog Banjarharjo dan disisi lain terlepas dari
pro dan kontra pertunjukan Reog Banjaraharjo tetap mendapat dukungan dari
mahluk halus dari Desa Banjarharjo mendapat banyak tantangan, baik dari
dalam maupun dari luar. Kesenian Reog Banjarharjo pun pernah kalah
tersebut, hal ini dikarenakan pada tahun 1985 merupakan tahun dimana
“Karang Taruna Reog Banjarharjo itu ada tahun 1985 mas, ini loh
Bapak Kartono yang mendirikan. Itu dulu tahun 1985 Reog
Banjarharjo gak tampil-tampil, masyarakat sini ya waktu itu lebih
tertarik sama dangdutan daripada Reog Banjarharjo. Terus Bapak
Kartono sama teman-temannya yang peduli sama Reog Banjarharjo
mulai membentuk Karang Taruna Puspa Budaya, agar bisa eksis mas.
Sejak berdiri karang taruna Reog Banjarharjo apa yah mas namanya,
dimodernkan biar bisa menarik minat masyarakat lagi. Pertunjukannya
juga mulai sebulan sekali, walaupun gak ada yang pake, ya cuma
latihan-latihan. Soale kalau gak gitu ya bakal kalah sama dangdutan
mas.” (Herianto, 40 tahun, penggiling padi, 18 Desember 2012)
sepeti yang dikatakan oleh Bapak Herianto. Perubahan yang terjadi pada
Reog Banjarhajo pada awalnya mendapat pro dan kontra, baik dari pelaku
Reog Banjarharjo yang semakin bebas dan tidak terbatas oleh waktu.
pada Reog Banjarharjo. Perubahan fungsi itu dapat terlihat dengan jelas, yaitu
yang hanya dibolehkan untuk dipentaskan pada tujuan tertentu saja yaitu
untuk mengusir mahluk halus dan bernadzar dan menjadi sebuah kesenian
yang dapat digunakan untuk keperluan lain seperti hajatan pernikahan atau
kalinya ini mendapat banyak tanggapan negatif dan positif dari masyarakat,
“kalau misalnya ada dua pertunjukan di desa ini mas, ya pasti ada pro
dan kontra mas, misal ya mas ada orgen atau dangdutan terus ada
yang pake Reog Banjarharjo itu pasti pro dan kontra. Tapi bukan
tawuran atau kekerasan mas, ya cuma omongan-omongan gitu dari
masyarakat.” (Sutriono, 41 tahun, kepala desa, 08 Desember 2012)
Banjarharjo pada tahun 1985 mulai mendapat daya tarik sendiri bagi
halus tetapi ketika itu kesenian Reog Banjarharjo dipentaskan pada saat
pertunjukan tersebut tidak ada yang menggunakan. Cara ini yang digunakan
pada pelaku Reog Banjarharjo untuk sedikit demi sedikit merubah waktu
mahluk halus yang merupakan ikon dari Reog Banjarharjo mulai berubah
Tarian Barongan melawan Pentul merupakan inti dari ritual mengusir mahluk
digambarkan sebuah dedemit atau setan yang sedang menghuni sebuah rumah
sedangkan Pentul merupakan tokoh baik yang akan mengusir Barongan dari
rumah tersebut. Namun tarian Barongan melawan Pentul saat ini sudah tidak
menerima uang tersebut melalui mulut. Hal ini terlihat bahwa dedemit atau
setan suka dengan uang juga, adegan inilah yang membuat tawa pengunjung
63
yang melihatnya. Perubahan yang terjadi dalam bentuk tarian ini juga yang
Selain itu perubahan terjadi pada alat musik yang digunakan di dalam
yaitu mengundang mahluk halus. Mahluk halus yang diundang tersebut dan
memasuki Pentul bertujuan agar mengetahui letak dan lokasi mahluk halus
Banjarharjo membuat alat musik khas dari Reog Banjarharjo hanya berfungsi
64
halus
sudah tidak digunakan lagi. Selain itu, alat musik yang digunakan dalam
Reog Banjarharjo sekarang menjadi alat musik biasa yang dulunya dipandang
menjadi alat musik yang mempunyai kekuatan magis dan tidak sembarangan
untuk ditabuh
identitas khasnya yaitu sebagai suatu kesenian ritual untuk mengusir mahluk
halus. Perubahan fungsi yang terjadi pada Reog Banjarharjo juga akan
65
berimbas pada makna kesenian Reog Banjarharjo yang membuat terjadi pula
“Kalau ceritanya sih ada mas, intinya ya mengusir mahluk halus pada
sebuah rumah yang mau ditempati atau pindahan rumah. ya yang
namanya hidup ya mas, berdampingan sama mahluk halus, biar
mahluk halus itu keluar dari rumah dan biar gak ganggu ya ngadain
ritual Reog Banjarharjo. Kalau naskahnya sich dulu ada mas, tapi
semakin kesini ya naskahnya dibuat seminggu sebelum tampil, kalau
sekarang yang penting tampil buat makan mas,namanya juga tani
mas.” (Ibul, 63 tahun, petani, 29 November 2012)
Banjarharjo. Makna cerita dari Reog Banjarharjo adalah agar dapat hidup
(setan atau dedemit) tidak saling mengganggu satu sama lain. Namun cerita
Banjarharjo seperti yang diungkapkan oleh Ibu Desy sebagi masyarakat Desa
Banjarharjo.
kepercayaan sabeksa sudah hilang dari para anggota dan pemain Reog
“Kalau dipikir-pikir ya mas, kalau saya tidak masalah tapi kalau yang
lain seperti bapak ibul, bapak kartono itu kan petani. Saya juga merasa
kasihan juga jadi yah sudah tidak memakai kepercayaan itu. Coba aja
dipikir kalau ada warga yang mampu bayar misal sepuluh ribu, dibagi
para pemainnya, trus para pemain juga sebelumnya latihan
meninggalkan pekerjaannya. Kalau dibagi ya gk cukup buat makan.
Saya cuma membantu mereka saja.” (Didik Suwardi, 47 tahun,
PDAM, 02 Desember 2012)
membuat kesenian reog ini mulai membatasi jumlah minimal jika ada
kepercayaan Sabeksa saat sekarang sudah tidak dikenal dan dipercaya oleh
Sebelum melakukan perang barongan akan membawa sebuah bantal dari sang
empunya hajat. Bantal tersebut akan terus dibawa dan dilemparkan keatap
rumah sang punya hajat. Tujuan bantal tersebut dibawa dan dilempar oleh
kedalam rumah. Akan tetapi bantal yang sudah dibawa dan sudah dilempar
68
oleh barongan wajib untuk diambil kembali oleh yang punya hajat dan tidak
boleh diambil jika yang punya hajat belum membayar tebusannya. Tujuan
diambilnya kembali bantal tersebut adalah agar yang mempunyai hajat tetap
akan diambil harus ditebus oleh yang punya hajat sesuai dengan
Reog Banjarharjo
Banjarharjo tidak terjadi secara tiba-tiba. Perubahan fungsi dan makna terjadi
faktor pendidikan
a. Faktor Sosial-Budaya
juga yang dapat menentukan kebudayaan itu dapat tetap bertahan atau tidak
berikut.
masyarakat Desa Banjarharjo sudah mulai tidak percaya terhadap suatu ritual,
Darno, Ibu Didi, dan Bapak Joko yang berbeda pendapat mengenai Reog
Banjarharjo
“secara khusus sich itu tradisi sunda ya mas, kalau saya jawa. Kalau
ditanya asal-usulnya saya tidak paham, mungkin orang-orang reog
yang tahu.” (Sutriono, 41 tahun, kepala desa, 08 Desember 2012)
“Reog Banjarharjo itu aslinya dari Jawa mas, tapi jawa dulu. Kalau
asal-usulnya kebanyakan yang tahu ya yang sudah sepuh-sepuh.”
(Didi, 40 tahun, petani, 01 Desember 2012)
“mungkin kalau mau tanya masalah Reog Banjarharjo bisa langsung
tanya di Bapak Didi saja mas, kalau asal-usulnya pasti tau. Kalau saya
ya cuma lihat saja tidak tahu sejarahnya gimana” (Darno, 47 tahun,
petani, 19 Desember 2012)
“wah kalau sunda atau jawa saya kurang tahu mas, yang penting kan
gimana biar Reog Banjarharjo ini masih ada. Tugas saya biar gimana
kesenian Reog Banjarharjo tidak hilang” (Joko, 60 tahun, pensiunan
guru, 09 Desember 2012)
Banjarharjo ini yang membuat para pelaku atau anggota karang taruna
Sedangkan faktor kebudayaan juga tidak dapat terlepas dari perubahan makna
fungsi dan makna Reog Banjarharjo adalah adanya tiga buah persaingan
menghadapi musik dangdut yang berasal dari luar. Tidak hanya itu kesenian
yang pada mulanya adalah untuk menyebarkan agama islam, dan berubah
fungsi menjadi kesenian untuk orang yang akan bernadzar dan sudah tercapai
nadzarnya
Banjarharjo masih dikenal masyarakat luas yaitu pada sekitar tahun 1985-an.
Banjarharjo pada saat itu masih dikenal sebagai Reog Banjarharjo bukan
b. Faktor Ekonomi
lingkungan dan masyarakat sekitar tetapi juga dapat dipengaruhi oleh pelaku
“kalau ada yang pake ya tetep tampil aja mas, yang namanya tani ya
mas cuma cukup buat makan saja, kalau ada yang peke Reog
Banjarharjo lumayan dapat tambahan. Ehm...kalau dipikir-pikir ya
mending ikut reog daripada tani, kalau dapat bayaran dibagi-bagi ya
lebih besar daripada tani yang kerjane dari pagi sampe sore jam 3”
(Catib, Petani, 50 Tahun, 17 Januari 2012)
sebuah kesenian dan tradisi yang berasal dari nenek moyang yang harus
dijaga dan dilestarikan. Hal ini diperkuat dengan wawancara yang dilakukan
dengan Bapak Wasno seorang yang bekerja sebagai penggiling padi berikut :
memiliki tingkat ekonomi yang rendah. Hal itu dapat terlihat bahwa anggota
dengan pekerjaan sebagai petani penggarap yang belum pasti sehari bekerja
“Kalau dipikir-pikir ya mas, kalau saya tidak masalah tapi kalau yang
lain seperti bapak ibul, bapak kartono itu kan petani. Saya juga merasa
kasihan juga jadi yah sudah tidak memakai kepercayaan itu. Coba aja
dipikir kalau ada warga yang mampu bayar misal sepuluh ribu, dibagi
para pemainnya, trus para pemain juga sebelumnya latihan
meninggalkan pekerjaannya. Kalau dibagi ya gak cukup buat makan.
Saya cuma membantu mereka saja.” (Didik Suwardi, 47 tahun,
PDAM, 02 Desember 2012)
c. Faktor Pendidikan
fungsi yang terjadi pada kesenian Reog Banjarharjo. faktor pendidikan yang
“wah, kalau syarat buat ikut reog kayane gak ada, saya juga kan
bergabung karena diajak sama Bapak Kartono. Gak usah
diperkenalkan itu mas, sudah banyak yang tahu kalau Reog
Banjarharjo ya asale dari desa ini” (Wasno, 47 tahun, Penggiling Padi,
18 Januari 2012)
sudah mengetahui kesenian ini. Akan tetapi yang terjadi dilapangan malah
dengan pelaku Reog Banjarharjo yang lebih mengetahui. Selain itu faktor
tua. Imbasnya adalah kesenian Reog Banjarharjo digunakan oleh kalangan tua
perubahan yang terjadi pada Reog Banjarharjo. Faktor ini dapat terlihat
halus tergantikan oleh pengajian yang digunakan sebagai untuk rasa syukur
Banjarharjo
dapat bertahan hingga saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pelaku
dengan kesenian lain baik yang berasal dari Desa Banjarharjo sendiri maupun
dari luar Desa Banjarharjo. berikut ini adalah upaya-upaya yang dilakukan
untuk melestarikan kesenian Reog Banjarharjo hingga dapat bertahan saat ini
dengan menambahkan jenis musik yaitu muik jaipong untuk bersaing dengan
musik dangdut yang pada saat itu lebih menarik minat masyarakat di Desa
dengan menggabungan kesenian lain yaitu kuda lumping yang juga berasal
dari Desa Banjarhajo. Hal ini dilakukan karena masuknya kesenian tradisi
dapat dilakukan tidak hanya untuk ruwatan rumah. Upaya ini dilakukan selain
untuk menambah daya tarik dari masyarakat juga sebagai upaya untuk lebih
77
mendekatkan Reog Banjarharjo kepada masyarakat yang pada saat itu lebih
tertarik pada musik dangdut dan buroq. Memberi tambahan pertunjukan pada
yaitu kuda lumping. Sebagai kesenian yang berasal dari desa yang sama. Pada
tidak kalah bersaing dengan dangdutan yang pada saat itu menjadi daya tarik
“dulu itu kesenian Reog Banjarharjo sama Kuda lumping itu sendiri-
sendiri. Reog Banjarharjo itu punya Karang Taruna sendiri, kuda
lumping juga punya karang taruna sendiri. Saingannya reog ya kuda
lumping itu. Tapi sekarang kalau ada pertunjukan Reog Banjarharjo
pasti ada pertunjukan kuda lumping yang ikut.” (Herianto, 40 tahun,
penggiling padi, 18 Desember 2012)
78
Dasar
Reog Banjarharjo disekolah ini dimaksudkan agar generasi muda dapat lebih
Banjarharjo, itu loh mas reog yang musiknya didengar enak. Reog
Jawa Timur, apa itu lah namanya.” (Sutriono, 41 tahun, kepala desa,
08 Desember 2012)
didalam sekolah pada saat dahulu membuat kesenian Reog Banjarharjo lebih
Reog Banjarharjo menjadi berkembang dan dapat bertahan hingga saat ini.
Namun hal ini juga membuat kesenian Reog Banjarharjo mengalami berbegai
bentuk perubahan fungsi dan maknanya. Seperti upaya yang dilakukan pelaku
mempunyai dua fungsi seperti yang diungkapkan oleh Kayam (2000: 14-16)
yaitu dari segi wilayah jangkauannya dan dari segi fungsi sosialnya. Dari segi
ritual yang digunakan untuk semua kalangan baik kalangan bawah, menengah
ataupun kalangan atas. Sedangkan dari segi fungsi sosialnya kesenian Reog
berlaku di Desa Banjarharjo dalam hal ini adalah kepercayaan tentang mahluk
perkembangan zaman.
perubahan sesuai dengan kondisi sekitarnya. Faktor sosial dan budaya yaitu
Banjarharjo.
merupakan sebuah ritual yang tidak dapat digunakan oleh sembarang orang
dan waktu, tetpi disisi lain Reog Banjarharjo dapat dimainkan oleh banyak
struktur yang berbeda dari struktur yang sebelumnya secara praktis akan
dianggap sebagai sebuah tradisi dalam meruwat rumah akan tetapi kesenian
berbeda dari struktur yang sebelumnya secara praktis akan mengubah struktur
dipengaruhi oleh agen. Kesenian Reog Banjarharjo yang pada awalnya adalah
tantangan agar tetap bertahan hingga saat ini. Pada awalnya kesenian Reog
sebagai pengusir mahluk halus pada acara pindah rumah atau nadzar tetapi
keharusan. Perubahan yang terjadi pada Reog banjarharjo ini tidak terlepas
yang terjadi pada Reog Banjarharjo merupakan tindakan yang dilakukan oleh
mampu bersaing dengan kesenian lain yang berasal dari luar yaitu dangdutan
dan buroq.
diinginkan dalam tindakan yang dilakukan oleh agen ini adalah Kesenian
Reog Banjarharjo tetap bertahan hingga saat ini, akan tetapi terdapat
tindakan yang dilakukan oleh agen atau pelaku kesenian Reog Banjarharjo
pertautan antara agen dan struktur sosial yang terjadi maka memberi
A. Simpulan
yang berasal dari tanah Sunda yang muncul akibat adanya kepercayaan
dua penari sebagai ikonnya yaitu pentul sebagai tokoh baik, dan
mahluk halus pada acara pindah rumah atau ruwatan rumah dan ketika
ritual ruwat rumah akan tetapi sebagai hiburan bagi masyarakat Desa
Banjarharjo.
3. Jadi perubahan yang terjadi pada kesenian Reog Banjarharjo baik dari
86
87
saat ini.
B. Saran
sebagai berikut:
perubahan baik itu dari masyarakat setempat yang mulai tidak peduli
harus terus dilestarikan sebagai warisan budaya dari nenek moyang agar
tidak tergerus oleh kemajuan zaman yang modern ini. Di sini Karang
Banjarharjo yang saat ini sudah banyak yang melupakan kesenian Reog
Banjarharjo.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayanto, Andi Farid. 2012. Topeng Reog Ponorogo Dalam Tinjauan Seni
Tradisi. Dalam Jurnal Eksis. No.01. Hal. 133-138.
88
89
Mapson, Lisa Clare. 2010. „Kesenian, Identitas, dan Hak Cipta: Kasus
Pencurian Reog Ponorogo‟
(www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/lisa_mapson.pdf. Diunduh
pada tanggal 05 September 2012
Putra, Heddy Shri Ahimsa. 2000. Seni Dalam Beberapa Perspektif. Dalam
Umar Kayam. Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta: Galang
Printika.
Lampiran 1.
INSTRUMEN PENELITIAN
Kabupaten Brebes).
kualitatif. Tujuan utama yang ingin dicapai peneliti melalui penelitian ini antara
masyarakat Banjarharjo.
Banjarharjo.
pihak yang terkait dengan Perubahan Makna dan Fungsi Reog Banjarharjo dalam
Brebes.
91
PEDOMAN OBSERVASI
1. Obyek Penelitian
2. Permasalahan penelitian
Banjarharjo
92
PEDOMAN WAWANCARA
Tokoh Masyarakat
Idenditas informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Daftar Pertanyaan :
Bnjarharjo?
Banjarharjo?
Banjarharjo
sekarang?
7. Sebagai tokoh masyarakat, upaya apa yang telah anda lakukan untuk
jaman dahulu?
jaman sekarang?
PEDOMAN WAWANCARA
Idenditas Informan
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Daftar Pertanyaan :
Banjarharjo?
96
Banjarharjo?
Banjarharjo?
Banjarharjo?
Banjarharjo?
dahulu?
sekarang?
16. Apa perbedaan yang paling mencolok dari pertunjukan Reog Banjarharjo
Banjarharjo
97
jaman sekarang?
Desa Banjarharjo?
Banjarharjo?
6. Apa dampak positif maupun negatif dari perubahan Reog Banjarharjo bagi
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Daftar Pertanyaan :
2. Sejak kapan anda ikut nergabung dalam karang taruna Reog Banjarharjo
Banjarharjo?
Reog Banjarharjo?
sekarang?
Banjarharjo
jaman sekarang?
Desa Banjarharjo?
10. Apakah ada makna yang terkandung dalam kesenian tradisional Reog
Banjarharjo?
di Desa Banjarharjo?
Banjarharjo?
Banjarharjo?
desa ini?
102
PEDOMAN WAWANCARA
Nama :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :
Alamat :
Daftar Pertanyaan :
dahulu?
sekarang?
Banjarharjo
7. Bagi saudara, apa dampak positif dari perubahan yang terjadi pada Reog
Banjarharjo?
8. Bagi saudara, apa dampak negatif dari perubahan yang terjadi pada Reog
Banjarharjo?
alasannya?
104
Lampiran 2
Subjek Penelitian
1. Nama : Ibul
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banjarharjo, 07/06
Umur : 63 tahun
Tanggal dan Waktu : 29 November 2012, pukul 11.00
Pekerjaan : Pertani
2. Nama : Didik Suwardi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banjarharjo, 05/02
Umur : 47 tahun
Tanggal dan Waktu : 02 Desember 2012, pukul 17.00
Pekerjaan : PDAM
3. Nama : Herianto
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banjarharjo, 07/06
Umur : 40 tahun
Tanggal dan Waktu : 18 Desember 2012, pukul 12.00
Pekerjaan : Penggiling Padi
4. Nama : Didi
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banjarharjo. 09/06
Umur : 40 tahun
Tanggal dan Waktu : 01 Desember 2012, pukul 10.30
Pekerjaan : Pertani
106
5. Nama : Wasno
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banjarharjo. 07/06
Umur : 47 tahun
Tanggal dan Waktu : 18 Desember 2012
Pekerjaan : Penggiling Padi
6. Nama : Kartono
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banjarharjo, 08/06
Umur : 56 tahun
Tanggal dan Waktu : 18 Desember 2012, pukul 13.30
Pekerjaan : Penggiling Padi
7. Nama : Sutarto
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ketangggungan
Umur : 45 tahun
Tanggal dan Waktu : 06 Januari 2013
Pekerjaan : Guru
8. Nama : Joko
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banjarharjo, 02/04
Umur : 60 tahun
Tanggal dan Waktu : 09 Desember 2012, pukul 15.00
Pekerjaan : Guru MTS
107
Informan Penelitian
1. Nama : Sutriono
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banjarharjo
Umur : 41 tahun
Tanggal dan Waktu : 08 Desember 2012, pukul 13.30
Pekerjaan : Kepala Desa Banjarharjo
2. Nama : Darno
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banjarharjo
Umur : 47 tahun
Tanggal dan waktu : 19 Desember 2012, pukul 10.00
Pekerjaan : Petani
3. Nama : Sartono
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Banjarharjo
Umur : 35 tahun
Tanggal dan Waktu : 19 Desember 2012, pukul 11.10
Pekerjaan : Petani
4. Nama : Dedi
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Banjarharjo
Umur : 38 tahun,
Tanggal dan Waktu : 30 November 2012, pukul 10.00
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Nama : Sartono
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Banjarharjo
Umur : 35 tahun
Tanggal dan waktu : 19 Desember 2012, pukul 11.10
Pekerjaan : Wirausaha
108
6. Nama : Indra
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Ketanggungan
Umur : 24 tahun
Tanggal dan waktu : 20 Desember 2012
Pekerjaan : Karyawan
7. Nama : Desy
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Banjarharjo, 09/06
Umur : 35 tahun
Tanggal dan waktu : 01 Desember 2012, pukul 10.00
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
109
Lampiran 3.
KETUA KARANG
TARUNA
DIDIK SUWARDI
DIDIK SUWARDI
WASON WARLAN
ANGGOTA KARANG
TARUNA
1. KARTONO
2. CATIB
3. KAMSARI
4. RENO
5. SUHINTO
6. CARSAN
7. WASNO
8. WALIM
9. SAYUM SORBANA
10. WANTO
110
Lampiran 4.
111
Lampiran 5.