Anda di halaman 1dari 175

ANALISIS PERKEMBANGAN, MAKNA TEKS NYANYIAN, DAN

STRUKTUR MUSIKAL PADA ENDE SANGAP DI JAHOWA DENGAN 3


KAJIAN LAGU: BE. No. 585 Somba Ma Jahowa; BE. No. 690 Hibul
Rohangku; BE. No. 673 Adong Do Sada Mual i; DI HKBP PEARAJA
TARUTUNG

SKRIPSI
DIKERJAKAN

NAMA : BRAMA HUTAURUK


NIM : 120707030

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PERKEMBANGAN, MAKNA TEKS NYANYIAN, DAN


STRUKTUR MUSIKAL PADA ENDE SANGAP DI JAHOWA DALAM 3
KAJIAN LAGU: BE. No. 585 Somba ma Jahowa; BE. No. 690 Hibul
Rohangku; BE. No. 673 Adong do sada mual i; DI HKBP PEARAJA
TARUTUNG

SKRIPSI SARJANA

DIKERJAKAN OLEH:

NAMA : BRAMA HUTAURUK


NIM : 120707030

Disetujui oleh:
Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. Torang Naiborhu, M.Hum Dra. Frida Deliana, M.Si


NIP 196308141990031004 NIP 196011181988032001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


FAKULTAS ILMU BUDAYA
DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI
MEDAN
2019

Universitas Sumatera Utara


LEMBAR PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk


melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Seni (S.sn) dalam bidang
Etnomusikologi di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan

Hari :
Tanggal :

Fakultas Ilmu Budaya USU

Dekan,

Dr. Budi Agustono, M.S.


NIP 196008051987031001

Panitia Ujian: Tanda Tangan

1. Drs. Torang Naiborhu, M.Hum ( )

2. Dra. Frida Deliana, M.Si ( )

3. Drs. M. Takari, M.Hum, Ph.D ( )

4. Drs. Perikuten Tarigan, M.Si ( )

Universitas Sumatera Utara


DISETUJUI OLEH:
PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI


KETUA,

Arifninetriroza, SST, M.A.


NIP 196502191994032002

Universitas Sumatera Utara


PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan

tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, 2019
Penulis,

BRAMA HUTAURUK
NIM 120707030

Universitas Sumatera Utara


ABSTRAKSI

Skiripsi ini berjudul: “ANALISIS PERKEMBANGAN, MAKNA TEKS


NYANYIAN, DAN STRUKTUR MUSIKAL PADA ENDE SANGAP DI
JAHOWA DALAM 3 KAJIAN LAGU: BE. No. 585 Somba ma Jahowa; BE.
No. 690 Hibul Rohangku; BE. No. 673 Adong do sada mual i; DI HKBP
PEARAJA TARUTUNG”. Tujuan utama skripsi ini adalah menganalisis
perkembangan, makna teks (arti dari teks lagu tersebut), dan melodi
ende/nyanyian yang terkandung dalam Ende Sangap Di Jahowa (dengan
perwakilan 3 lagu dari : BE. No. 585 Somba ma Jahowa; BE. No. 690 Hibul
Rohangku; BE. No. 673 Adong do sada mual i; Buku Ende HKBP Pearaja
Tarutung. Ende atau nyanyian gereja HKBP Pearaja Tarutung tersebut mengalami
perubahan, perkembangan, dan penambahan lagu dari tahun ke tahun, baik dari
segi musik, teks nyanyian, dan strukturnya. Metode yang penulis gunakan dalam
menganalisis perkembangan, makna teks nyanyian, dan struktur musikal dari
“Ende Sangap Di Jahowa” Gereja HKBP Pearaja Tarutung adalah: studi pustaka,
media sosial, pengamatan terlibat, wawancara langsung kepada orang yang
mengerti tentang (perkembangan, makna teks nyanyian, dan struktur musikalnya),
media perekaman data baik berupa audio (langsung terjun ke lapangan/gereja
HKBP Pearaja Tarutung). Teori yang penulis gunakan adalah tiga teori utama,
yaitu untuk mengkaji perkembangan teks nyanyian Ende Sangap Di Jahowa,
penulis akan menggunakan teori yang ditawarkan oleh Nettl dalam Eight Urban
Musical Cultures: Traditional and Change (1978:171) yang menawarkan dua
pola proses kebudayaan, yaitu modernisasi dan westernisasi, untuk mengkaji teks
nyanyian digunakan teori semiotika adalah Ferdinand de Saussure, dan
selanjutnya untuk kajian struktur musikal, khususnya melodi, digunakan teori
Weighted Scale yang dikemukakan oleh Malm.

Kata kunci: Ende Sangap Di Jahowa, Perkembangan, Makna Teks, Struktur


Melo

i
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Apa yang telah dicapai dalam bentuk skripsi yang berjudul, “ANALISIS

PERKEMBANGAN, MAKNA TEKS NYANYIAN, DAN STRUKTUR

MUSIKAL PADA ENDE SANGAP DI JAHOWA DALAM 3 KAJIAN

LAGU: BE. No. 585 Somba ma Jahowa; BE. No. 690 Hibul Rohangku; BE.

No. 673 Adong do sada mual i; DI HKBP PEARAJA TARUTUNG” ini adalah

berkat kasih dan karunia Tuhan yang Maha pengasih dan penyayang. Karenanya

penulis panjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya.

Karya yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar

sarjana seni pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, merupakan

puncak kegiatan akademis yang formal setelah bertahun-tahun menjalankan

kewajiban sebagai mahasiswa yang menuntut ketabahan dan kesabaran.

Dalam penulisan skripsi ini penulis telah berupaya semaksimal mungkin

untuk mencapai hasil yang terbaik. Namun kemudian, penulis menyadari bahwa

masih terdapat berbagai kekurangan di sana-sini dalam penulisan skripsi ini. Oleh

karenanya, penulis sangat mengharapkan berbagai saran dan kritik konstruktif

demi perbaikan skripsi ini.

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.

Maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga

kepada :

1. Bapak Dr. Budi Agustono., M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya

Sumatera Utara.

ii
Universitas Sumatera Utara
2. Ibu Arifninetriroza, SST, M.A., selaku ketua Jurusan Etnomusikologi Fakultas

Ilmu Budaya Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si, selaku sekretaris Jurusan Etnomusikologi

Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Torang Naiborhu, M.Hum, selaku Dosen pembimbing I yang telah

banyak memberikan arahan kepada penulis, dan saran-saran konstruktif yang

sangat bermanfaat dalam penyelesaian skripsi ini, semoga Tuhan selalu

memberikan rahmat-Nya kepada Bapak Dosen.

5. Ibu Dra. Frida Deliana Harahap, selaku Dosen pembimbing II yang telah

memberikan arahan juga kepada penulis, dari materi skripsi ini, semoga Tuhan

selalu memberikan rahmat-Nya kepada Ibu Dosen.

6. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Sumatera

Utara, Bapak Prof. Drs. Mauly Purba, M.A., Ph.D., Ibu Dra. Rithaony, M.A.,

Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si., Bapak Drs. Setia Dermawan Purba, M.Si.,

Bapak Drs. Bebas Sembiring, M.Si., Bapak Drs. Irwansyah, M.A., Bapak Drs.

Perikuten Tarigan, M.Si., Ibu Arifninetrirosa, SST, M.A., Ibu Dra. Heristina

Dewi, M.Pd, Bapak Fadlin, M.A., Bapak Torang Naiborhu, M.Hum, Bapak M.

Takari, M.Hum, Ph, D, dan Bapak Drs. Kumalo Tarigan, M.A., yang telah

banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama bertahum-tahun

mengikuti perkuliahan.

7. Bpk. Pdt. J.A.U. Dolok Saribu M.Min, Bapak Pdt. DR. J.R. Hutauruk, Bpk.

Pdt. Jaeman Simangunsong M.Div, St. Tumpal Hutauruk, Bpk. Pdt. Darwin

Lumbantobing, Pdt. Zainal Abidin Simanjuntak, M.Div, Bpk. Pdt. Pahala J.

iii
Universitas Sumatera Utara
Simanjuntak, M.Th, Bpk. Pdt. David Farel Sibuea M.Th D.Min, yang telah

membantu penulis dalam memberikan informasi yang akurat untuk

menyelesaikan skripsi ini.

8. Stambuk 2012 Etnomusikologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera

Utara, Nevo Kaban, Jepri Sihombing, Fristian Tobing, Demala Siagian, Tetty

Panjaitan, Olivia Hutagalung, Veronica Sitepu, Inggrid Hutahuruk, Yunita

Batubara, Philipus Aritonang, Yoseph Siahaan, Ria Sihotang, Ade Pasaribu,

Reza, Timotius agi, Gopas Lumbantoruan, Harti Silitonga, Lawrence

Simbolon, Raudah, Happy Waruwu, Pahala Pasaribu, Yoseph Reno, Martin

Sianturi, Metraikan Laoly, Teguh Alamsyah, Joko Sinaga, Intan Amelia, Yusuf

Silaban, Gomgom Silaban, Lamtulus Saragih, Yomi, Brahmana Hutahuruk,

Bernard Manik, Baron, Rifai, Tom Gultom, Rahmatika, Wahyu, Suganda, Jhon

Tarigan, Nanda. dan teman-teman lain nya yang tak bisa disebutkan namanya

satu per satu, yang selama beberapa tahun ini selalu bersama-sama dengan

penulis dalam mengikuti banyak matakuliah untuk meraih gelar sarjana.

9. Terkhususnya kepada kedua Orang Tua saya tercinta T. Hutauruk dan P.

Siringoringo dan Saudari saya Mantily Hutauruk yang mendukung penulis

dengan sepenuh hati dalam menyelesaikan selama pendidikan sampai

perkuliahan dan penyelesaian skripsi yang sudah di tempuh selama di

Etnomusikologi, terimakasih banyak. Semoga Tuhan selalu memberikakan

Rahmat dan Anugerahnya senantiasa. Amin.

iv
Universitas Sumatera Utara
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa berkenan memberi balasan

yang setimpal bagi mereka semua. Akhirnya harapan penulis, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi usaha peningkatan mutu pendidikan dan kebudayaan di era

globalisasi ini, dan menjadi suatu bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang

relevan.

Medan, 2019

Brama Hutauruk
NIM. 120707030

v
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL......................................................................................................... v
DAFTAR TABEL......................................................................................................... vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
1.2 Pokok Permasalahan ................................................................................ 11
1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian .............................................................. 12
1.3.1 Tujuan Penelitian ........................................................................... 12
1.3.2 Manfaat Penelitian ......................................................................... 12
1.4 Konsep...................................................................................................... 13
1.4.1 Pengertian Musik ........................................................................... 18
1.4.2 Pengertian Teks .............................................................................. 19
1.4.3 Ende atau Nyanyian....................................................................... 20
1.5 Kerangka Teori......................................................................................... 21
1.5.1 Teori Perkembangan ...................................................................... 22
1.5.2 Teori Semiotika .............................................................................. 23
1.5.3 Teori Weighted Scale ..................................................................... 26
1.6 Metode Penelitian..................................................................................... 27
1.6.1 Studi Kepustakaan.......................................................................... 29
1.6.2 Observasi ........................................................................................ 30
1.6.3 Wawancara ..................................................................................... 30
1.6.4 Kerja Laboratorium ........................................................................ 31

BAB II ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT KOTA TARUTUNG


2.1 Geografis Umum Kota Tarutung ............................................................. 33
2.2 Pola Perkampungan Dan Letak Rumah ................................................... 39
2.3 Penduduk, Sistem Bahasa, Dan Mata Pencaharian .................................. 40
2.4 Sistem Kekerabatan.................................................................................. 45
2.5 Sistem Kepercayaan ................................................................................. 46
2.6 Sistem Kesenian ....................................................................................... 47
2.7 Sejarah Singkat Awal Berdirinya Gereja HKBP Pearaja Tarutung ......... 48
2.7.1 Proses Pembangunan Gereja HKBP Pearaja Tarutung .................. 49
2.8 Sejarah HKBP Di Tanah Batak ................................................................ 51
2.8.1 Penyebaran Injil Awal Di Tanah Batak .......................................... 51
2.8.2 Konteks Kehidupan Suku Batak Sebelum Injil Masuk Di
Tanah Batak .................................................................................... 51
2.8.3 Masuknya Penginjil ke Tanah Batak............................................... 52
2.8.4 Ingwer Ludwig Nommensen ............................................................ 56
2.9 Sistem Aturan Dan Peraturan HKBP ....................................................... 67
2.9.1 Prinsip HKBP .................................................................................. 71

vi
Universitas Sumatera Utara
2.9.2 Agenda HKBP Pearaja Tarutung .................................................... 71
2.9.3 Liturgi HKBP Pearaja Tarutung...................................................... 73
2.9.4 Almanak HKBP Pearaja Tarutung .................................................. 74
2.9.5 Tata Ibadah HKBP Pearaja Tarutung .............................................. 75

BAB III PERKEMBANGAN ENDE SANGAP DI JAHOWA HKBP


PEARAJA TARUTUNG
3.1 Nyanyian Jemaat .................................................................................... 83
3.1.1 Buku Nyanyian Jemaat ................................................................ 84
3.2 Buku Ende HKBP .................................................................................. 85
3.2.1 Sejarah Buku Ende HKBP Pearaja Tarutung ............................... 86
3.2.2 Perkembangan Ende Sangap Di Jahowa HKBP Pearaja
Tarutung Tahun 2000-an .............................................................. 89
3.2.3 Perkembangan Ende Sangap Di Jahowa HKBP Pearaja
Tarutung Tahun 2001-an s/d 2002-an .......................................... 91
3.2.4 Perkembangan Ende Sangap Di Jahowa HKBP Pearaja
Tarutung Tahun 2003-an, 2004-an s/d Sekarang ......................... 94
3.3 Jenis Nyanyian Dalam Ibadah HKBP Pearaja Tarutung........................ 101
3.3.1 Notasi Himne ............................................................................... 102
3.3.2 Struktur Himne ............................................................................. 102
3.3.3 Jenis-Jenis Himne......................................................................... 103
3.4 Klasifikasi Lagu Himne Pada BE+HNG (Buku Ende+Haluaon
Na Gok) Dan BE-SDJ (Buku Ende-Sangap Di Jahowa) Suplemen....... 103
3.5 Penggunaan Himne Sesuai Tata Ibadah HKBP Pearaja Tarutung ......... 107

BAB IV ANALISIS TEKS DAN STRUKTURAL BERDASARKAN 3


KAJIAN LAGU DALAM ENDE SANGAP DI JAHOWA HKBP
PEARAJA TARUTUNG
4.1 Tekstual Dan Transkripsi Komposisi Lagu........................................... 121
4.2 Simbol Dalam Notasi ............................................................................ 122
4.3 Analisis Struktur Lagu Yang Mewakili Dari Ende Sangap Di
Jahowa Suplemen ................................................................................. 126
4.3.1 Lagu Yang Berasal Dari Tradisional Batak Toba
(TaridemIdem-Somba Ma Jahowa) ........................................... 126
4.3.2 Lagu Yang Berasal Dari Tradisional Asia/India („Seeso
Ginaw‟ Ku Maya Di Yesus-Hibul Rohangku) ............................ 134
4.3.3 Lagu Yang Berasal Dari Tradisional Amerika/Eropa
(Adong Do Sada Mual I-There Is A Fountain) .......................... 138
4.4 Analisis Tekstual Lagu .......................................................................... 142

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 150
5.2 Saran........................................................................................................ 153

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 154


DAFTAR INFORMAN ................................................................................................ 155

vii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Halaman
1. Tabel 2.1b Luas Wilayah
Kec. Tarutung menurut Desa/Kelurahan………………………..….. 38

2. Tabel 2.3a Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk


Menurut Desa/Kelurahan Kec. Tarutung…………………….…….. 40

3. Tabel 2.3b Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga


Menurut Desa/Kelurahan Kec. Tarutung…………………….……... 41

4. Tabel 2.3c Luas Lahan Pertanian di Kec. Tarutung


Menurut Desa/Kelurahan dan Jenis Irigasi…………………….…… 44

5. Tabel 4.3.1a Jumlah Nada………………………………….………. 130


6. Tabel 4.3.1b Interval………………………………………....….…. 130

7. Tabel 4.3.2a Jumlah Nada…………………………….……….…… 136


8. Tabel 4.3.2b Interval…………………………………….…………. 136

9. Tabel 4.3.3a Jumlah Nada……………………………………….…. 140


10. Tabel 4.3.3b Interval…………………………………………….…. 141

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Gambar 2.1a Peta/Denah Kec. Tarutung dalam
Kab. Tapanuli Utara……………………………………………..….. 36

2. Gambar 2.1b Peta/Denah Kelurahan/Desa


Dalam Kec. Tarutung………………………………………..……… 37

3. Gambar 2.7 Gereja HKBP Pearaja Tarutung………………….……. 49


4. Gambar 2.8.4a I.L. Nommensen......................................................... 57
5. Gambar 2.8.4b Para Raja di tanah Batak, 1890……………….……. 61
6. Gambar 2.8.4c Kompleks Zending di Pearaja.………...…………… 63
beserta sekolah, gereja, dan rumah sakit

7. Gambar 2.9a Bagan Organisasi HKBP…………………………...... 68


8. Gambar 2.9b Daftar Ephorus HKBP………………………………. 70

ix
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri-ciri

keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki

keanekaragaman agama yang diatur dalam Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia. Beberapa agama yang diakui di Indonesia antara lain seperti; Islam,

Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Budha, dan Kong Hu Chu. Hal tersebut

juga merupakan suatu kekayaan yang besar bagi gereja di Indonesia dalam

memanfaatkan kekayaan budaya dengan memasukkan tradisi etnik khususnya

musik dalam ibadah gereja.

Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

kepekaan dan keterampilan melalui media suara (vokal). Unsur-unsur musik

menurut Jamalus (1998:7) terdiri dari unsur utama dan unsur ekspresi. Unsur

utama yang terdiri dari irama, melodi, harmoni, dan bentuk. Sedangkan unsur

ekspresi yang terdiri dari tempo, dinamik, dan warna suara. Secara sederhana,

musik terdiri atas melodi dan pengiringnya. Dalam menyampaikan gagasan

ataupun ide, maka digunakan media suara atau media tulis yaitu; perlambangan

tertentu.

Manusia membutuhkan media untuk mengekspresikan diri. Ekspresi diri

termanifestasi1 menjadi karya-karya seni dan kebudayaan. Seni adalah suatu unsur

1
Termanifestasi artinya; terwujud (dapat dilihat dengan mata).

1
Universitas Sumatera Utara
dari kebudayaan, sebab dengan setiap karya seni tercermin nilai-nilai budaya yang

memuat makna maupun pesan tertentu. Musik gereja memiliki peranan yang

sangat besar dalam mendukung upacara ibadah dalam gereja. Musik gereja

membuat suasana menjadi hikmat terutama membantu umat dalam berdoa karena

melalui nyanyian atau ende, doa dapat diungkapkan secara lebih menarik. Musik

dalam liturgi itu disebut dengan nyanyian atau ende liturgi.

Fungsi musik dalam gereja, yaitu untuk memuliakan nama Tuhan.

Dampak dari musik gereja ini adalah memberikan pendidikan khususnya

pendidikan ritual dan keagamaan kepada warga jemaat dengan nyanyian atau

ende. Hal ini juga mencerminkan jenis perkembangan liturgi yang sedang

berlangsung di gereja tersebut. Melalui musik dalam sebuah liturgi, umat atau

jemaat dapat merefleksikan kehidupannya. Di Indonesia terdiri dari banyak aliran-

aliran gereja. Salah satu diantaranya adalah gereja suku. Gereja suku ini bercirikan

kedaerahan atau kesukuan tertentu yang menurut adat-istiadat daerah setempat,

yang mana merupakan tempat gereja tersebut didirikan. Namun, gereja-gereja ini

tetap terbuka bagi suku lain dan ada juga gereja yang tertutup untuk suku lain,

tetapi kemungkinannya kecil. Beberapa gereja suku di Indonesia, misalnya Gereja

Kristen Protestan Simalungun yang merupakan suku Batak Simalungun, Gereja

Toraja merupakan suku Toraja, Gereja Kristen Jawa merupakan suku Jawa dan

masih banyak lagi.

Dalam ajaran agama Kristen, musik merupakan anugerah Allah kepada

manusia. Marthin Luther King sebagai Bapak Reformasi Gereja mengatakan:

“Music is a gift of God, not of men” apabila diterjemahkan adalah musik

2
Universitas Sumatera Utara
merupakan pemberian Tuhan, bukan pemberian manusia. Ronald Allen dan

Gordon Borror, penulis buku Worship Rediscovering The Missing Jewel (1952),

mengatakan: “Allah menganugerahkan musik agar kita dapat menggunakannya

dan mengembangkannya untuk mengungkapkan kreativitas kita dalam

penyembahan dan ibadah manusia kepada Allah.” Oleh karena itu, musik dan

ibadah tidak dapat dipisahkan, musik berperan untuk menciptakan kesadaran dan

kehadiran Allah dan suasana untuk ibadah, menghidupkan jiwa manusia,

menyatukan jemaat dalam suatu pengalaman ibadah bersama dan menyatakan

iman jemaat kepada Allah. Dengan kata lain, musik dapat menjembatani

hubungan antara iman seseorang dengan perasaan dan sikap hidupnya.

Musik dan nyanyian atau ende dalam gereja dari waktu ke waktu semakin

berkembang, baik dari segi fungsi maupun strukturnya. Bila dilihat pada masa

awalnya, musik gereja digunakan di Gereja Ortodoks dan Katolik dengan

mengunakan modus gerejani dalam penggarapan musiknya. Modus gerejani

tersebut adalah: dorian, frigian, lidian, miksolidian, eolian, dan ionian. Modus-

modus musik gereja ini sering ditemui pada masa Yunani dan Romawi yang

kemudian sebagai sumber kebudayaan Barat.

Seiring dengan perkembangan zaman, bentuk nyanyian atau ende dalam

ibadah mulai berkembang ke arah yang inovatif, yaitu: nyanyian yang lebih

disederhanakan agar lebih mudah untuk dinyanyikan jemaat. Nyanyian ini

merupakan gaya nyanyian yang berbeda dari musik katolik, seperti musik

Gregorian. Yang terpenting dalam musik Gregorian adalah perkembangan bentuk

dan teknik polifonik (dalam arti sederhana ialah musik yang terdiri dari beberapa

3
Universitas Sumatera Utara
suara yang biasa juga disebut gaya kejar-kejaran). Salah satu bentuk nyanyiannya

adalah strofik dan stabilitas pembentukannya dari bait ke bait. Bentuk strofik

(dalam arti sederhana; musik yang sama untuk setiap bait teks) ini kemudian

dipakai oleh para reformator (orang yang melakukan reformasi) dalam

menciptakan syair-syair rohani.

Nyanyian atau ende pada gereja merupakan suatu hal yang tidak akan

dapat dipisahkan dengan kehidupan umat Kristiani. Dengan demikian, maka dapat

disimpulkan bahwa orang-orang kristiani adalah orang-orang yang bernyanyi. Di

dalam setiap ibadah, nyanyian akan selalu terdengar. Hal itu menunjukkan bahwa

nyanyian sangat begitu diperhatikan di gereja HKBP. Dalam kebaktian yang

dilakukan di Gereja saat ini, baik di gereja HKBP 2 maupun di gereja-gereja lain;

musik adalah suatu unsur yang tidak terpisahkan dari setiap kebaktian, baik itu

instrumennya maupun vokalnya.

Musik vokal yang dimaksudkan adalah nyanyian jemaat yang tertuang

dalam sebuah Buku Ende HKBP. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan

mengapa gereja-gereja sering mengumpulkan sekian banyaknya nyanyian yang

2
Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) adalah Gereja Protestan terbesar di kalangan masyarakat
Batak, bahkan juga di antara Gereja-gereja Protestan yang ada di Indonesia. Gereja ini tumbuh dari misi RMG
(Rheinische Missions-Gesselschaft) dari Jerman dan resmi berdiri pada 7 Oktober 1861. Saat ini, HKBP
memiliki jemaat sekitar 4.5 juta anggota di seluruh Indonesia. HKBP juga mempunyai beberapa gereja di luar
negeri, seperti di Singapura, Kuala Lumpur, Los Angeles, New York, Seattle dan di negara bagian Colorado.
Meski memakai nama Batak, HKBP juga terbuka bagi suku bangsa lainnya. Sejak pertama kali berdiri,
HKBP berkantor pusat di Pearaja Tarutung (Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara) yang berjarak
sekitar 2 km dari Tarutung, ibu kota kabupaten tersebut. Pearaja merupakan sebuah desa yang terletak di
sepanjang jalan menuju kota Sibolga (ibu kota Kabupaten Tapanuli Tengah). Kompleks perkantoran HKBP,
pusat administrasi organisasi HKBP, berada dalam area lebih kurang 20 hektar. Di kompleks ini juga Ephorus
(=Uskup) sebagai pimpinan tertinggi HKBP berkantor. HKBP adalah anggota Persekutuan Gereja-gereja di
Indonesia (PGI), anggota Dewan Gereja-gereja Asia (CCA), dan anggota Dewan Gereja-gereja se-Dunia
(DGD). Sebagai gereja yang berasaskan ajaran Lutheran, HKBP juga menjadi anggota dari Federasi Lutheran
se-Dunia (Lutheran World Federation) yang berpusat di Jenewa, Swiss. Pemerintah Indonesia mengakui
HKBP melalui Beslit, No. 48 tanggal 11 Juni 1931, yang tercantum dalam Staatblad Tahun 1932 No. 360 dan
Surat Keputusan Direktur Jenderal Bimas Kristen Protestan Departemen Agama No. 33 tahun 1988 tanggal 6
Pebruari 1988. Sumber: Tesis Toman Manik, Hal. 1

4
Universitas Sumatera Utara
berasal dari segala abad, yaitu nyanyian-nyanyian yang pernah dinyanyikan

zaman dahulu maupun sekarang ini di lingkungan kristen.

Seiring dengan berjalannya waktu, sejarah perkembangan ende atau

nyanyian jemaat dari zaman Perjanjian Lama sampai dengan zaman modern saat

ini, kita dapat melihat bahwa dalam masing-masing zaman atau pergerakan,

terdapat konsep berpikir yang berbeda dalam bentuk dan gaya nyanyian jemaat.

Penulis memandang keberbedaan itu sebagai hal yang dapat memperkaya

khazanah3 nyanyian jemaat dalam gereja. Tentunya masing-masing gereja juga

memiliki doktrin dan konsep theologi yang khusus; atau yang lebih dikenal

dengan istilah denominasi4. Dari ajaran keagamaan dan konsep inilah, para

pemimpin masing-masing gereja menentukan bentuk, isi dan gaya nyanyian

jemaat apa yang sesuai dengan gereja mereka masing-masing.

Perkembangan selanjutnya, setelah era reformasi gereja yang digerakkan

oleh Marthin Luther King dalam agama Kristen Protestan, muncullah aliran-aliran

seperti: Pietisme, Anglikan, Revival, dan Kharismatik. Sebahagian besar

perkembangan musik dalam aliran-aliran gereja tersebut banyak dipengaruhi oleh

orang-orang Barat yang berlatarbelakang peradaban Barat. Persebaran atau difusi

musik religi, selain bersumber kepada ajaran-ajaran agama yang bertumpukan

kepada kitab suci juga membawa kebudayaan-kebudayaan dari mana agama

tersebut dikembangkan. Dalam konteks persebaran agama Kristen ke seluruh

dunia, selain ajaran-ajaran Kristen yang tertuang dalam Kitab Suci Injil, juga para

3
Khazanah artinya perbendaharaan; kumpulan.
4
Dalam pengertian kristen, Denominasi adalah suatu kelompok keagamaan yang dapat diidentifikasian
di bawah satu nama, struktur, dan/atau doktrin.

5
Universitas Sumatera Utara
penyiar agamanya (misionaris5) membawa kebudayaan-kebudayaan seperti:

Timur Tengah, Eropa maupun Amerika.

Ekspansi musik gereja juga dapat dilihat di luar daerah Eropa, sebagai

contoh melihat bagaimana musik gereja ada dalam masyarakat Batak Toba. Musik

gereja dalam masyarakat Batak Toba tidak terlepas dari datangnya misionaris ke

daerah Batak Toba untuk memberitakan injil ke tanah Batak. Di samping

memberitakan injil, para misionaris juga mulai memperkenalkan instrumen musik

dan mengajarkan nyanyian yang berasal dari nyanyian-nyanyian gereja yang ada

di Eropa.

Awal sejarah masuknya kekristenan ke Tanah Batak yang dibawa oleh

Pdt. Dr. I.L. Nomensen seorang misionaris asal Jerman bersama para rekannya,

menjadikan setiap nyanyian dalam setiap ibadah adalah suatu unsur yang paling

penting. Beberapa nyanyian mulai diperkenalkan kepada orang Batak yang baru

masuk Kristen yang awalnya diterjemahkan ke dalam bahasa Batak Toba dan

diajarkan tanpa menggunakan notasi sedikitpun.

Selanjutnya, yang mereka lakukan dan dibantu oleh para pendeta HKBP

yaitu proses “Pempribumian”, yaitu penterjemahan kembali terhadap syair-syair

dari lagu-lagu gereja yang berasal dari Eropa ke dalam bahasa Batak Toba agar

lebih mudah dipahami dan dipelajari oleh masyarakat Batak Toba. Melodi yang

digunakan dalam lagu yang diterjemahkan sebagian besar mengacu dari lagu-lagu

himne6 gereja-gereja yang ada di Eropa. Tetapi, dari sebagian lagu bisa ditemukan

5
Seorang misionaris adalah seorang pendakwah atau penyebar agama.
6
Himne Adalah nyanyian pujaan (untuk Tuhan dsb); gita puja. Himne atau gita puja adalah sejenis
nyanyian pujaan, biasanya pujaan ditujukan untuk Tuhan atau Dewa. Kata ―himne‖ sendiri diserap dari
bahasa Yunani ὕμνος hymnos ―gita puja‖, yang berasal dari akar kata Proto-Indo-Eropa *sh2em- ―menyanyi‖

6
Universitas Sumatera Utara
adanya sebuah perubahan melodi, bentuk, irama maupun nilai not yang

diakibatkan adanya penyesuaian dalam pengucapan bahasa Batak Toba.

Lagu-lagu yang diterjemahkan oleh misionaris dan pendeta tersebut

kemudian dikumpulkan dan diterbitkan menjadi Buku Ende Huria Kristen Batak

Protestan (HKBP). Buku Ende ini kemudian secara menyeluruh digunakan oleh

HKBP sebagai rujukan lagu-lagu jemaat dalam setiap ibadah yang dilakukan.

Nyanyian-nyanyian dalam buku ende HKBP sebagai sumber nyanyian

dalam setiap ibadah yang dilakukan oleh gereja HKBP kurang lebih sudah

berlangsung selama 143 tahun tanpa ada penambahan lagu-lagu baru. Akhirnya,

setelah sekian lamanya dikarenakan tuntutan dan permintaan dari warga jemaat

juga, penambahan lagupun dibuat dan banyak lagu-lagu atau nyanyian yang baru

dan sudah digubah teksnya, baik yang berasal dari perbendaharaan jemaat segala

abad, lagu daerah dari berbagai belahan dunia maupun yang berasal dari

lingkungan sendiri dengan mengambilnya dari lagu-lagu rakyat daerah.

Ibadah Kebaktian Minggu HKBP telah ditetapkan dalam Aturan dan

Peraturan HKBP dengan salah satu unsurnya adalah nyanyian, baik nyayian dari

dan berkerabat dengan kata Hitit išḫamai ―ia menyanyi‖ dan Sanskerta sāman ―nyanyian‖. Dalam
kekristenan, lagu-lagu pujian banyak yang menggunakan himne. Dalam konteks kekristenan, himne
merupakan gabungan dari unsur musik (pujian/nyanyian), sastra (puisi), dan teologi (pengajaran Alkitab).
Biasanya puji-pujian pada saat hari Minggu dilangsungkan dengan menyanyikan lagu dari buku-buku Himne
di gereja-gereja Protestan non-karismatik. Lagu-lagu himne dalam bahasa Indonesia ada yang diterjemahkan
dari bahasa lain ada pula yang dikarang oleh pengarang lagu Indonesia sendiri. Istilah lain yang dipakai untuk
Himne adalah ―Nyanyian Rohani‖ atau ―Nyanyian Jemaat‖. Buku-buku himne yang dipakai di gereja-gereja
Indonesia antara lain:
 Puji-Pujian Kristen (PPK)
 Kidung Puji-Pujian Kristen (KPPK)
 Nyanyikanlah Kidung Baru (NKB)
 Kidung Jemaat (KJ). Sumber: id.Wikipedia/wordpress.org

7
Universitas Sumatera Utara
Buku Ende HKBP atau nyayian yang diakui oleh HKBP sendiri, serta nyanyian-

nyanyian yang sesuai dengan Konfessi HKBP 7.

Yayasan Musik Gereja (Yamuger)-PGI juga telah menerbitkan sekian

banyak seri nyanyian gerejawi dengan judul Kidung Jemaat yang berbahasa

Indonesia. Selain itu berbagai gerejapun ikut menerbitkan nyanyian-nyanyiannya

sendiri yang dianggap lebih khas di dalam memperdalam iman warga jemaat.

HKBP Juga telah menerbitkan nyanyian sendiri dalam ibadah yaitu, Buku Ende.

Sebelum terciptanya Ende Sangap Di Jahowa, HKBP sudah mempunyai nyanyian

dalam setiap ibadah yaitu, Buku Ende yang terdiri dari 373 lagu dan juga Ende

Haluaon na Gok yang terdiri dari 183 lagu. Sampai terbentuknya suplemen Ende

Sangap Di Jahowa sendiri yang terdiri dari 308 lagu. Dengan demikian jumlah

lagu dalam nyanyian Buku Ende HKBP berjumlah sebanyak 864 lagu.

Buku Ende Suplemen HKBP yang sudah lama ditunggu-tunggu para

jemaat yang berisi tentang nyanyian-nyanyian indah ”Ende Nauli” (Mazmur

40:4), yang dianugerahkan dari Allah dalam bentuk nyanyian dan diterapkan

sesuai dengan Konfessi jemaat HKBP (Kolose 4:16), serta enak didengar (Filipi

4:8).8

Terdengarlah kewajiban untuk Buku Ende Suplemen di dalam

pembicaraan dalam rapat Praeses9 4-5 September 2000 dengan rapat gabungan

7
Konfessi HKBP dapat dipahami dalam tiga bentuk bahasa; yaitu bahasa Batak Toba, bahasa Indonesia,
dan bahasa Inggris. Kedua bentuk pengakuan iman itu disatukan di sini, yaitu Pengakuan Iman HKBP yang
ditetapkan dalam Sinode Godang HKBP di Seminarium Sipoholon, tanggal 28-30 Nopember 1951 dan yang
baru, yaitu yang ditetapkan dalam Sinode Godang di Seminarium Sipoholon, tanggal 19-22 Nopember 1996.
Sumber: id.wiki-wordpress.org
8
Wawancara dengan Bapak Pdt. J.A.U. Dolok Saribu di Seminarium Sipoholon. Minggu, 5 Mei 2018.
9
Praeses adalah pimpinan distrik bersama-sama dengan para kepala bidang. Sedangkan bidang
(kepala bidang), adalah organ yang memimpin pelayanan untuk melaksanakan Tri Tugas Panggilan Gereja di
tingkat distrik. Bidang-bidang itu adalah; Bidang Koinonia, Bidang Marturia, dan Bidang Diakonia.

8
Universitas Sumatera Utara
Praeses serta Parhalado10 Pusat 5 September 2000, dan di rapat Pendeta 20-24

Agustus 2001, begitu juga dengan Sinode Godang HKBP11 pada tanggal 30

September s/d 4 Oktober 2002 yang lalu.

Ende Sangap Di Jahowa merupakan hasil kerja dari sebuah tim Suplemen

Buku Ende HKBP yang dibentuk oleh Kantor Pusat HKBP Pearaja yang diketuai

oleh Pdt. J.A.U. Dolok Saribu yang dibantu oleh Pdt. MV. Simanjuntak, Biv.

Manatap H. Sitorus, Dcs. Bonaria Hutabarat, Pdt. Manumpan H. Sihite, STh, dan

Pdt. Manuara Hutapea, STh. MBA. Dengan mengumpulkan lagu-lagu dari

berbagai sumber yang diterjemahkan dalam bahasa Batak Toba, misalnya lagu

yang bersumber dari berbagai nyanyian gerejawi di lingkungan HKBP seperti

lagu paduan suara bapak (ama) atau paduan suara ibu (ina), paduan suara muda-

mudi (Naposobulung), serta nyanyian anak sekolah minggu (Parsingkola

Minggu). Selain itu, lagu-lagu yang terdapat dalam ende Sangap di Jahowa juga

berasal dari lagu rakyat Batak dan lagu tradisional Nusantara yang diubah

syairnya menjadi lagu rohani berbahasa Batak, dan ciptaan dari beberapa pendeta

dan Bibelvrouw12 HKBP. Lagu-lagu rohani yang sudah dikenal sebelumnya oleh

jemaat dalam bahasa Indonesia seperti; Kidung Puji-pujian Kristen, Mazmur,

nyanyian rohani, dan sebagainya. kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Batak


10
Parhalado; kata dalam bahasa Batak yang berarti pengerja gereja/pelayan gereja.
11
Sinode Godang HKBP/Sinode Agung; Sinode (juga dikenal sebagai konsili) adalah pertemuan dalam
Agama Kristen, yang biasanya diselenggarakan untuk mengambil keputusan menyangkut masalah doktrin,
administrasi atau aplikasi. Sebuah konsili ekumenis dinamai demikian karena merupakan sinode dari seluruh
Gereja. Sinode berasal dari kata Yunani, συνοδος, yang berarti sidang atau pertemuan, sinonim dengan kata
Latin concilium —―konsili‖. Mula-mula sinode digunakan untuk pertemuan para uskup, dan kata ini masih
digunakan dengan makna tersebut di kalangan Kristen Katolik dan Kristen Ortodoks. Terkadang frasa sinode
umum atau konsili umum merujuk pada sebuah konsili ekumenis. Kata sinode juga merujuk pada dewan tetap
para uskup tingkat atas yang memimpin sejumlah Gereja Ortodoks Timur Otosefalus. Demikian pula halnya,
urusan harian Gereja-Gereja Katolik Timur yang dipimpin seorang Patriark dan Uskup Agung Mayor
diembankan kepada sebuah sinode tetap. Sumber: Kantor Pusat HKBP Pearaja Tarutung/www.hkbp.id.org
dan id.wiki-wordpress.org
12
Bibelvrouw berasal dari dua kata yakni, Bibel dan Vrouw (bahasa Belanda; yaitu perempuan yang
mengajar Alkitab, atau dapat diartikan sebagai Penginjil Wanita.

9
Universitas Sumatera Utara
Toba. Selain itu, ada juga lagu dalam Ende Sangap Di Jahowa yang diambil dari

lagu barat atau himne lagu gereja-gereja barat seperti; Eropa, Amerika, Afrika

juga Asia (Lutheran Worship; ZangBundel; With One Voice; Evangelisches

Gesangbuch; Libens Lieder; Gesange Aus Taize; Hyms for The Living Church;

Thuma Mina; The Book of Hyms; Singing Youth; Global Praise) yang

sebelumnya sudah ada dalam bahasa Inggris ataupun bahasa Indonesia.

Kemudian semua lagu atau nyanyian diterjemahkan ke dalam bahasa

Batak Toba dari hasil kerja tim Suplemen Buku Ende HKBP menjadi Buku Ende

“Sangap Di Jahowa” yang dikomputerisasikan oleh Pdt. Marudut Parulian

Silitonga, STh bersama Dra. Julice br. Silitonga.13


14
Sebagai Contoh: lagu Sangap Ma Di Debata (BES 582) berasal dari lagu

Batak Toba yang berjudul Taridem idem; Nunga Hehe Kristus (BES 632) adalah

ciptaan Pdt. JAU Dolok Saribu; Beta Hita Ale Dongan (BES 661) ciptaan HA.

Pandopo dengan judul Marilah, Marilah Hai Saudaraku; Begema Tuhan I (BES

660) berasal dari masyarakat Ambon dengan judul Terlalu Manise; Hupillit Asa

Marparbue (BES 727) berasal dari lagu koor kaum Bapak ciptaan Pdt. JAU

Dolok Saribu; O Tuhan Togu-togu Ma (BES 743) berasal dari lagu tradisional

Batak Toba dengan judul lagu Aek Sarula; dll.

Penulis mengambil salah satu gereja yakni gereja HKBP Pearaja Tarutung

sebagai obyek penelitian, yaitu dengan mengamati secara langsung ibadah di

gereja HKBP Pearaja Tarutung, Tapanuli Utara. Adapun alasan penulis

13
Wawancara dengan Bapak Pdt. J.A.U. Dolok Saribu di Seminarium Sipoholon. Minggu, 11 Mei
2018.
14
Wawancara dengan Bapak Pdt. J.A.U. Dolok Saribu di Seminarium Sipoholon. Minggu, 11 Mei
2018.

10
Universitas Sumatera Utara
mengambil satu sampel penelitian adalah karena seluruh gereja HKBP

menggunakan sumber nyanyian yang sama, yaitu Buku ende HKBP dan juga

penentuan nyanyian jemaat yang disesuaikan dengan kalender gereja HKBP.

Dari pemaparan di atas, ada beberapa hal yang menjadi pertanyaan dalam

benak penulis, yaitu: (1) Bagaimanakah perkembangan Ende Sangap Di Jahowa

di gereja HKBP Pearaja Tarutung?; (2) Apa makna teks nyanyian yang

terkandung dalam Ende Sangap Di Jahowa dalam 3 kajian lagu yang mewakili

sebagai berikut; BE. No. 585 Somba ma Jahowa; BE. No. 690 Hibul Rohangku;

BE. No. 673 Adong do sada mual i; (3) Bagaimana struktur musikal Ende

Sangap Di Jahowa yang ada di gereja HKBP Pearaja Tarutung pada kajian 3 lagu

dari BE. No. 585 Somba ma Jahowa; BE. No. 690 Hibul Rohangku; BE. No.

673 Adong do sada mual i;?.

Penulis melihat pertanyaan-pertanyaan di atas dapat dijadikan sebagai

salah satu bahan penelitian ilmiah. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis

memilih judul: “ANALISIS PERKEMBANGAN, MAKNA TEKS NYANYIAN,

DAN STRUKTUR MUSIKAL PADA ENDE SANGAP DI JAHOWA DENGAN 3

KAJIAN LAGU: BE. No. 585 Somba ma Jahowa; BE. No. 690 Hibul Rohangku;

BE. No. 673 Adong do sada mual i; DI HKBP PEARAJA TARUTUNG‖

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasarkan uraian latarbelakang dari penelitian di atas, sesuai dengan

judul skripsi ini dan juga fokus perhatian kepada masalah yang akan diteliti, maka

yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:

11
Universitas Sumatera Utara
1. Bagaimanakah perkembangan Ende Sangap Di Jahowa di gereja

HKBP Pearaja Tarutung?

2. Apa makna teks nyanyian yang terkandung dalam Ende Sangap Di

Jahowa dari teks-teks nyanyian dari 3 lagu yang mewakili sebagai

berikut: BE. No. 585 Somba ma Jahowa; BE. No. 690 Hibul

Rohangku; BE. No. 673 Adong do sada mual i;?

3. Bagaimana struktur musikal dan syair dari Ende Sangap Di Jahowa

(dalam 3 teks nyanyian yang mewakili pada pokok permasalahan no.

dua)?

Dengan fokus pada ketiga pokok permasalahan yang ada di atas yang akan

dikaji, maka diharapkan dalam penelitian ini akan ditemukan hal-hal baru dalam

konteks penelitian etnomusikologis.

1.3 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin penulis capai dalam rangka penelitian ini adalah

sebagai berikut.

1. Untuk menganalisis, mengetahui, dan memahami bagaimanakah

perkembangan Ende Sangap Di Jahowa yang ada di gereja HKBP

Pearaja Tarutung.

2. Untuk menganalisis dan memahami apa makna dalam 3 teks nyanyian

dari 3 lagu yang mewakili dalam Ende Sangap Di Jahowa HKBP

12
Universitas Sumatera Utara
Suplemen BE. No. 585 Somba ma Jahowa; BE. No. 690 Hibul

Rohangku; BE. No. 673 Adong do sada mual i;.

3. Untuk menganalisis bagaimanakah struktur musikal dan syair dari

Ende Sangap Di Jahowa dari ke-3 teks nyanyian tersebut.

Secara umum, tujuan akhir dalam penelitian ini adalah dengan

menganalisa, mengetahui, dan memahami perkembangan, makna teks nyanyian,

dan struktur musikal dari Ende Sangap Di Jahowa (yakni dalam 3 kajian lagu;

BE. No. 585 Somba ma Jahowa; BE. No. 690 Hibul Rohangku; BE. No. 673

Adong do sada mual i;) yang ada dalam BE. Suplemen HKBP Pearaja Tarutung.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Segala sesuatu harus dikerjakan dan harus memberikan manfaat baik

untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Juga memperdalam pengetahuan dan

wawasan tentang perkembangan, makna teks nyanyian, dan struktur musikal dari

Ende Sangap Di Jahowa di gereja HKBP Pearaja Tarutung. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sarana untuk memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam

mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti perkuliahan di

Program Studi Etnomusikologi tentang perkembangan, makna teks

nyanyian, dan struktur musikal dari Ende Sangap Di Jahowa HKBP.

2. Bermanfaat bagi pembaca khususnya yang bergelut di bidang disiplin

ilmu etnomusikologi.

13
Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai bahan pendokumentasian dan sarana literatur terhadap jemaat-

jemaat gereja HKBP Pearaja Tarutung.

4. Menjadi sumber masukan dan sebagai kontinuitas bagi para peneliti

lain yang ingin mengkaji tentang Analisis Perkembangan, Makna Teks

Nyanyian, dan Struktur Musikal dari Ende Sangap Di Jahowa HKBP.

5. Sebagai suatu proses pengaplikasian ilmu yang di peroleh penulis

selama perkuliahan di Departemen Etnomusikologi, Fakultas Ilmu

Budaya, Universitas Sumatera Utara.

1.4 Konsep

Penulis sangat menyadari pentingnya konsep digunakan dalam skripsi ini,

yang digunakan sebagai acuan, agar pokok permasalahan tidak melebar. Konsep

dari penelitian ini akan mengkaji bagaimana perkembangan, makna teks

nyanyian, dan struktur musikal Ende Sangap Di Jahowa pada lagu: BE. No. 585

Somba ma Jahowa; BE. No. 690 Hibul Rohangku; BE. No. 673 Adong do sada

mual i; dalam konteks ibadah HKBP Pearaja Tarutung.

Dalam hal ini, penulis akan menguraikan bagaimana saat awal dari

munculnya ide-ide pembuatan tulisan ini, proses pengumpulan bahan ende/lagu,

penulis juga akan meneliti makna teks yang terkandung dalam 3 teks nyanyian

yang mewakili dari Ende Sangap Di Jahowa (pada lagu: BE. No. 585 Somba ma

Jahowa; BE. No. 690 Hibul Rohangku; BE. No. 673 Adong do sada mual i;)

dalam perjalanan ibadah di HKBP dan juga bagaimana respon dari jemaat yang

menggunakan Ende Sangap Di Jahowa tersebut. Penulis juga akan melakukan

14
Universitas Sumatera Utara
kajian struktur musikal dari beberapa contoh 3 nyanyian/ende tersebut yang akan

mewakili dari mana asal nyanyian tersebut diambil.

Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian

(Singarimbun, 1989:33). Menurut Mely G. Tan (1990:21), konsep merupakan

defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variabel-variabel

mana yang kita ingin menentukan hubungan empiris. Konsep merupakan hal yang

paling penting dalam melaksanakan penelitian. Konsep digunakan sebagai alat

untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan penjabaran.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), konsep diartikan sebagai

rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari pengertian konkret,

gambaran mental dari obyek apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh

akal budi untuk memahami hal-hal lain. Maka, berdasarkan pengertian di atas

penulis akan menjelaskan beberapa konsep yang berkaitan dengan tulisan ini.

Koentjaraningrat (1997:32), mengemukakan konsep sebenarnya adalah

secara singkat dari sekelompok fakta atau gejala. Konsep merupakan defenisi dari

apa yang kita amati, konsep menentukan antara variabel-variabel mana yang kita

inginkan untuk menentukan hubungan empiris (ibid, 1981:32). Dalam hal ini,

defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara

mendasar. Selain itu adalah untuk menyamakan persepsi tentang apa yang akan

diteliti, serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan

penelitian.

15
Universitas Sumatera Utara
Mengenai perkembangan (sejarah) musik dan teks nyanyian Ende Sangap

Di Jahowa pada HKBP, penulis menggunakan konsep yang ditawarkan oleh

Garraghan, yaitu “the term history stands for three related but sharply

differentiated concepts‖, (a) past human events; past actually, (b) the record of the

same; (c) processor technique of making record (1957:3). Menurutnya, istilah

sejarah memiliki tiga pengertian yang saling berhubungan, yaitu: (1) peristiwa-

peristiwa di masa lampau; aktivitas yang telah lalu; (2) rekaman masalah yang

sama pada peristiwa-peristiwa di masa lampau; rekaman yang sama pada aktivitas

yang telah lalu; dan (3) proses atau teknik membuat rekaman.

Menurut Moeliono (2002:43), analisis adalah penguraian suatu pokok atas

berbagai bagiannya dan penelaan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian

untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Secara

umum dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia (1988:19) dijelaskan bahwa

analisis adalah memeriksa sesuatu masalah untuk menemukan semua unsur-unsur

yang bersangkutan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Tambajong (1992:11)

yang mengatakan bahwa:

―analisis adalah suatu disiplin ilmiah antara ilmu jiwa, ilmu hitung,
dan filsafat untuk menguraikan musik melalui rangkaian jalinan nada
irama dan harmoni dengan membahasa unsur gejala sadar dan tidak
sadar pada kesatuan komposisi‖.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ke empat

(2008:58), kajian atau analisis ialah penguraian suatu pokok atas berbagai

bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk

memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan

demikian, kata analisis dalam tulisan ini berarti hasil penguraian objek penelitian.

16
Universitas Sumatera Utara
Melodi dan teks nyanyian jemaat HKBP yang didapat akan diuraikan agar

memperoleh pengertian dan pemahaman makna tentang atau nyanyian ende

Suplemen dalam Buku Ende Suplemen HKBP ende ―Sangap Di Jahowa”.

Analisis dapat diartikan menguraikan atau memilah-milah suatu hal atau ide ke

dalam setiap bagian-bagian sehingga dapat diketahui bagaimana sifat,

perbandingan, fungsi, maupun hubungan dari bagian-bagian tersebut. Analisis

yang penulis maksud di sini adalah menguraikan Perkembangan, makna teks

nyanyian, dan struktur musikal dari 3 lagu yang mewakili dari Ende Sangap Di

Jahowa (yaitu; pada lagu: BE. No. 585 Somba ma Jahowa; BE. No. 690 Hibul

Rohangku; BE. No. 673 Adong do sada mual i;) di gereja HKBP Pearaja

Tarutung. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa analisis

merupakan langkah untuk mengurai sesuatu secara teliti melalui proses

pemeriksaan atau pengamatan untuk memperoleh hasil maupun pemahaman

secara keseluruhan dengan tepat.

Struktur adalah unsur serapan dari bahasa Inggris, yaitu structure. Kata ini

memiliki arti sebagai: susunan, bangunan, dan kerangka (Echols dan Shadily

1978:563). Dalam kaitannya dengan tulisan ini, struktur yang dimaksud adalah

merujuk kepada dua aspek, yaitu struktur melodi dan struktur teks atau lirik.

Menurut Soeharto. M dalam buku “Kamus Musik“ (1992:86) pengertian

musik ialah pengungkapan melalui gagasan melalui bunyi, yang unsur dasarnya

berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa gagasan,

sifat, dan warna bunyi. Dari pengertian musik ini dapat dikatakan bahwa musikal

merupakan suatu ungkapan dari ekspresi manusia yang diolah dalam suatu nada

17
Universitas Sumatera Utara
nada yang harmonis. Tekstual merupakan hal-hal yang berkaitan dengan teks atau

tulisan dari suatu ende atau nyanyian Sangap Di Jahowa. Teks atau syair dari

ende atau nyanyian Sangap Di Jahowa tersebut akan menghasilkan suatu makna.

Makna yang dimaksud ialah suatu yang tersirat dibalik bentuk dan aspek isi dari

suatu kata atau teks yang kemudian terbagi menjadi dua bagian, yaitu makna

konotatif dan makna denotatif. Makna konotatif ialah makna kata yang terkandung

arti tambahan, sedangkan makna denotatif ialah kata yang tidak mengandung arti

tambahan atau disebut dengan makna sebenarnya, (Keraf, 1991:25). Istilah

musikal menunjukkan kata sifat yang berarti bersifat musik, memiliki unsur unsur

musik seperti melodi, tangga nada, modus, dinamika, interval, frasa, serta pola

ritem.

Penyajian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (kbbi.web.id)

merupakan proses, cara, perbuatan menyajikan. Lagu merupakan ragam suara

yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi, membaca, dan sebagainya).

Berdasarkan pengertian di atas, analisis tekstual yang dimaksud adalah

menyelidiki ende atau teks lagu Sangap Di Jahowa dalam 3 kajian lagu yang

mewakili, yang difokuskan pada masalah ini dan penggarapannya. Menyangkut

aspek tekstual unsur yang diselidiki ialah:

1. Arti atau makna teks dari ende atau lagu jemaat dalam Buku

Ende Suplemen HKBP: Sangap Di Jahowa dalam kajian lagu

BE. No. 585 Somba ma Jahowa; BE. No. 690 Hibul Rohangku;

BE. No. 673 Adong do sada mual i;.

2. Kaitan teks dengan melodi (teknik silabis atau melismatis).

18
Universitas Sumatera Utara
1.4.1 Pengertian Musik

Sejarah perkembangan musik tidak dapat dilepaskan dari perkembangan

budaya manusia. Hal ini disebabkan karena musik merupakan salah satu hasil dari

budaya manusia di samping ilmu pengetahuan, arsitektur, bahasa dan sastra, dan

lain sebagainya. Menurut Banoe (2003:288), musik adalah cabang seni yang

membahas dan menetapkan berbagai suara kedalam pola-pola yang dapat

dimengerti dan dipahami manusia. Banoe juga mengungkapkan musik berasal dari

kata muse, yaitu adalah satu dewa dalam mitologi Yunani kuno bagi cabang seni

dan ilmu, dewa seni dan ilmu pengetahuan.

Menurut Syafiq (2003:203), musik didefenisikan sebagai seni yang

mengungkapkan gagasan melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa melodi,

irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa bentuk gagasan, sifat, serta

warna bunyi. Dalam penyajiannya sering berpadu dengan unsur-unsur lain seperti

bahasa, gerak, ataupun suara. Musik juga memiliki arti seperti yang ditulis di

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2002:766), yaitu nada atau suara yang

disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama lagu dan keharmonisan

(terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi).

Sementara itu, menurut Jamalus (1988:1), musik adalah suatu hasil karya seni

berupa bunyi dalam bentuk lagu atau komposisi yang mengungkapkan pikiran dan

perasaan penciptanya melalui unsur-unsur pokok musik, yaitu irama, melodi,

harmoni, dan bentuk atau struktur lagu serta ekspresi sebagai suatu kesatuan.

Lebih lanjut Sylado (1983:12) mengatakan, bahwa musik adalah waktu

yang hidup, yang merupakan kumpulan ilusi dan alunan suara. Alunan musik

19
Universitas Sumatera Utara
yang berisi rangkaian nada yang berjiwa akan mampu menggerakkan hati para

pendengarnya.

Dari berbagai penjelasan di atas tentang pengertian musik tersebut dapat

dijabarkan bahwa musik merupakan bentuk seni dari manusia dan berkembang

melalui budaya sebagai identitas diri, musik diekspresikan melalui suara yang

berupa ritme dan nada-nada, kemudian tersusun menjadi melodi dan harmoni.

Musik berkembang sebagai ilmu pengetahuan yang mempumyai teori dan aturan-

aturan yang fundamental. Musik adalah ilmu pengetahuan dan seni tentang

kombinasi ritmik dan nada-nada, baik vokal maupun instrumental yang meliputi

melodi dan harmoni sebagai ekspresi dari segala seuatu yang ingin diungkapkan

terutama aspek emosional. Pada akhirnya, musik adalah ilustrasi kehidupan

manusia yang setiap zamannya memiliki paradigma-paradigma baru sesuai

perkembangan budaya di setiap masing-masing negara.

1.4.2 Pengertian Teks

Di dalam kamus musik M. Soeharto mengemukakan syair adalah teks, atau

kata-kata lagu, dengan kata lain suatu komposisi puisi yang sering dilakukan oleh

pencipta musik. Tanpa syair maka tidak dapat mengetahui makna maupun tujuan

dari sebuah komposisi musik, karena syair merupakan inti dari sebuah lagu. Dan

menurut Badudu Zain, syair atau teks adalah kata-kata yang asli dibuat oleh si

pengarang lagu. Sigmund Freud dalam Migdolf yang mengemukakan bahwa syair

lagu adalah kata-kata yang keluar dari hati dan keluar dari mulut serta diurapi oleh

lidah. Syair adalah kata-kata yang terdapat dalam sebuah komposisi musik

20
Universitas Sumatera Utara
melalui syair maka dapat diketahui makna dan tujuan dari sebuah lagu. Atas dasar

itu, penulis melakukan analisis, yaitu struktur dari syair secara detail yang dalam

hal ini antara lain berkaitan dengan pola sajak, pola meter, dan gaya bahasa yang

dipergunakan dalam lagu tersebut.

Konsep teks yang penulis maksudkan hanya tertuju pada teks lagu atau

Ende Sangap Di Jahowa yang diciptakan dan disusun oleh HKBP dan yang

dinyanyikan oleh jemaat HKBP. Adanya teks lagu atau syair, dan melodi Ende

Sangap Di Jahowa merupakan bagian dari suatu kegiatan kesenian gerejani yang

dinikmati oleh manusia atau jemaat HKBP dengan telinga yang disebut sebagai

seni suara (Koentjaraningrat 180:395-396).

1.4.3 Ende atau Nyanyian

Menurut Kamus Batak, Ende adalah nyanyian atau lagu. Menurut kamus

KBBI, nyanyian adalah hasil menyanyi; yang dinyanyikan; lagu atau komponen

musik pendek yang terdiri atas lirik dan lagu. Nyanyian adalah syair yang

dilafalkan sesuai nada, ritme, birama, dan melodi tertentu hingga membentuk

harmoni. Nyayian sering juga disebut sebagai lagu yang berarti gubahan seni nada

atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi

dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai

kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Dan ragam nada atau suara

yang berirama disebut juga dengan lagu.

21
Universitas Sumatera Utara
1.5 Kerangka Teori

Dalam menulis skripsi ini, penulis berpegang pada beberapa teori yang

berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas dan dianggap relevan.

Teori yang dimaksud sesuai dengan pendapat Koentjaraningrat (1997:32), yaitu

bahwa pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen, serta

pengalaman kita sendiri merupakan landasan dari pemikiran untuk memperoleh

pengertian tentang suatu teori-teori yang bersangkutan. Dengan demikian teori

adalah pendapat yang dijadikan acuan dalam membahas tulisan ini.

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan

berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam

memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Teori yang digunakan untuk

membimbing dan memberi arahan dapat menjadi penuntun bagi penulis.

Teori dapat digunakan sebagai landasan kerangka berpikir dalam

membahas permasalahan (Nasution, 1982:126). Dalam tulisan ini yang menjadi

pokok permasalahannya adalah mengetahui unsur-unsur tekstual serta musikal

yang terkandung dalam ende atau nyanyian HKBP: Sangap Di Jahowa tersebut.

Sesuai dengan dua pokok masalah dalam penelitian ini, yaitu: tekstual dan

musikal, maka dipergunakan juga tiga teori utama. Untuk mengkaji

perkembangan digunakan teori yang ditawarkan oleh Nettl dalam Eight Urban

Musical Cultures: Traditional and Change, diantaranya dua pola proses

kebudayaan, yaitu modernisasi dan westernisasi, Untuk mengkaji struktur dan

makna tekstual ende atau nyanyian HKBP: Sangap di Jahowa, penulis

menggunakan teori semiotika, untuk mengkaji aspek musikal ende atau nyanyian

22
Universitas Sumatera Utara
HKBP: Sangap Di Jahowa yang disajikan secara melodis, penulis berpedoman

kepada teori yang dikemukakan oleh Malm yang dikenal dengan teori Weighted

Scale.

1.5.1 Teori Perkembangan

Untuk melihat sejauh manakah perkembangan ende atau nyanyian Sangap

Di Jahowa di gereja HKBP Pearaja Tarutung, penulis akan menggunakan teori

yang ditawarkan oleh Nettl dalam Eight Urban Musical Cultures: Traditional and

Change (1978:171) menawarkan dua pola proses kebudayaan, yaitu; modernisasi

dan westernisasi. Modernisasi adalah suatu proses pengadaptasian yang

menonjolkan tampilan dari barat dengan tujuan untuk memperluas, dengan tidak

menggantikan elemen-elemen utamanya. Westernisasi adalah suatu proses

pembaratan, dimana budaya barat telah menjadi budaya tempatan atau asli yang

menggantikan elemen-elemen budaya tempatan atau asli tersebut. Kedua pola

proses perubahan kebudayaan inilah yang diadopsi musik dan ende atau nyanyian

Sangap Di Jahowa di gereja HKBP Pearaja Tarutung. Pengaruh modernisasi

tercermin dari pola pikir mereka yang menyukai musik barat yang secara nyata

bukan berasal dari budaya Indonesia. Pengaruh westernisasi tercermin dari

perwujudan perilaku sosial dan musikal.

1.5.2 Teori Semiotika

Untuk mengkaji struktur dan makna tekstual ende atau nyanyian dari ende

Sangap Di Jahowa di HKBP Pearaja Tarutung, penulis menggunakan teori

23
Universitas Sumatera Utara
semiotika. Selanjutnya teori ini digunakan dalam usaha untuk memahami

bagaimana makna diciptakan dan dikomunikasikan melalui sistem simbol yang

membangun sebuah peristiwa seni.

Seperti yang telah diulas sedikit, semiotika adalah kajian ilmu mengenai

tanda yang ada dalam kehidupan manusia serta makna dibalik tanda tersebut. Ada

beberapa pendapat mengenai asal kata semiotika yang keduanya dari bahasa

Yunani. Yang pertama adalah seme, yang berarti ―penafsiran tanda‖ dan

sedangkan yang kedua adalah semeion, yang berarti ―tanda‖.

Pada perkembangannya, terdapat beberapa ahli yang mengkaji semiotika

dalam studi mereka dan menciptakan teori-teori semiotika, salah satunya ialah

Ferdinand de Saussure. Saussure yang menggunakan istilah semiologi dalam

kajian semiotikannya mengusung pendekatan bahasa atau linguistik dalam

studinya, tak jauh karena ia memiliki latarbelakang linguistik. Saussure lahir pada

tahun 1857 dan mulai menyukai bidang bahasa dan kesusasteraan sejak kecil,

bahkan pada usia 15 tahun. Ia menulis tulisan yang berjudul “essai sur les

langue”. Saussure kemudian mempelajari bidang bahasa lebih mendalam di

Leipzig dan Berlin, serta mempelajari berbagai bahasa yang salah satunya adalah

bahasa sansekerta.

Semiologi menurut Saussure adalah kajian mengenai tanda dalam

kehidupan sosial manusia, mencakup apa saja tanda tersebut dan hukum apa yang

mengatur terbentuknya tanda. Hal ini menunjukkan bahwa tanda dan makna

dibalik tanda terbentuk dalam kehidupan sosial dan terpengaruhi oleh sistem

(hukum) yang berlaku di dalamnya.

24
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa hal dalam sistem yang mempengaruhi pembentukan dan

pelestarian tanda dalam masyarakat, dan Saussure lebih menekankan pada

peranan bahasa dibandingkan aspek lain seperti sistem tulisan, agama, sopan

santun, adat istiadat, dan lain sebagainya.

Konsep semiotika atau semiologi dari Ferdinand de Saussure yang terdiri

dari empat, yaitu: (1) Signifiant dan Signifie, yang menurut Saussure merupakan

komponen pembentuk tanda dan tidak bisa dipisahkan peranannya satu sama lain.

Signifiant atau disebut juga signifier merupakan hal-hal yang tertangkap oleh

pikiran kita sendiri seperti citra bunyi, gambaran visual, dan lain sebagainya.

Sedangkan Signifie atau yang disebut juga sebagai signified, merupakan makna

atau kesan yang ada dalam pikiran kita terhadap apa yang tertangkap. (2) Langue

dan Parole, adalah aspek dalam bahasa yang dibagi oleh Saussure menjadi dua

bagian. Langue adalah sistem bahasa dan sistem abstrak yang digunakan secara

kolektif seolah disepakati bersama oleh semua pengguna bahasa, serta menjadi

panduan dalam praktik berbahasa dalam suatu masyarakat. Sedangkan Parole

adalah praktik berbahasa dan bentuk ujaran individu dalam masyarakat pada satu

waktu atau saat tertentu. Saussure menjelaskan bahwa langue bisa dikatakan

sebagai fakta sosial dan menjadi acuan masyarakat dalam berbahasa, yang juga

berperan sebagai sistem yang menetapkan hubungan antara signifiant dan signifie.

Langue yang direalisasikan dan diterapkan oleh individu dalam masyarakat

sebagai wujud ucapan bahasa ini kemudian disebut sebagai parole. Parole satu

individu dengan individu lainnya bisa saja berbeda-beda karena realisasi dan

penerapannya bisa beragam satu sama lain. (3) Synchronic dan Diachronic,

25
Universitas Sumatera Utara
mengenai telaah bahasa yang dibagi oleh Saussure menjadi dua bagian.

Synchronic merupakan telaah bahasa yang mana mempelajari bahasa dalam satu

kurun waktu tertentu. Sedangkan Diachronic mempelajari bahasa secara terus-

menerus atau sepanjang masa selama bahasa tersebut masih digunakan.

Synchronic seringkali disebut sebagai studi linguistik deskriptif, karena kajian

didalamnya banyak mengkaji hal yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

menjelaskan bahasa apa yang digunakan pada suatu masa tertentu.

Sedangkan Diachronic lebih bersifat pada studi historis dan komparatif, karena

bertujuan untuk mengetahui sejarah, perubahan, dan perkembangan struktural

suatu bahasa pada masa yang tak terbatas. (4) Syntagmatic dan

Associative/Paradigmatic, konsep semiologi Saussure yang terakhir adalah

konsep mengenai hubungan antar unsur yang dibagi menjadi dua bagian.

Syntagmatic menjelaskan hubungan antar unsur dalam konsep linguistik yang

bersifat teratur dan tersusun dengan sangat beraturan. Sedangkan

Associative/paradigmatic menjelaskan hubungan antar unsur dalam suatu tuturan

yang tidak terdapat pada tuturan lain yang bersangkutan, yang mana terlihat

nampak dalam bahasa namun tidak muncul dalam susunan kalimat. Hubungan

syntagmatic dan paradigmatic ini dapat terlihat pada susunan bahasa di kalimat

yang kita gunakan sehari-hari, termasuk kalimat bahasa Indonesia. Jika kalimat

tersebut memiliki hubungan syntagmatic, maka terlihat adanya kesatuan makna

dan hubungan pada kalimat yang sama pada setiap kata di dalamnya. Sedangkan

hubungan paradigmatic memperlihatkan kesatuan makna dan hubungan pada satu

26
Universitas Sumatera Utara
kalimat dengan kalimat lainnya, yang mana hubungan tersebut belum terlihat jika

melihat satu kalimat saja.

Keempat aspek dari konsep di atas, penulis pergunakan untuk mengkaji

tekstual dari ende atau nyanyian Sangap Di Jahowa di HKBP Pearaja Tarutung.

1.5.3 Teori Weighted Scale

Untuk mengkaji aspek musikal ende atau nyanyian Sangap Di Jahowa di

HKBP Pearaja Tarutung yang disajikan secara melodis, penulis berpedoman

kepada teori yang dikemukakan oleh Malm yang dikenal dengan teori weighted

scale. Pada prinsipnya teori weighted scale adalah teori yang lazim dipergunakan

di dalam disiplin etnomusikologi untuk menganalisisi melodi baik itu berupa

musik vokal atau instrumental. Ada delapan parameter atau kriteria yang perlu

diperhatikan dalam menganalisis melodi, yaitu: (1) tangga nada (scale), (2) nada

dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah nada (frequency of

notes), (5) jumlah interval (frequency of Interval), (6) pola-pola kadensa (cadence

patterns), (7) formula melodi (melody formula), dan (8) kontur (contour). (Malm

dalam terjemahan Takari 1993:13).

Dalam rangka penelitian ini, sebelum menganalisis melodi teks nyanyian

dari Ende Sangap Di Jahowa di HKBP Pearaja Tarutung yang disajikan oleh

narasumber penulis, maka terlebih dahulu data audio ditranskripsi15 ke dalam

notasi balok16 dengan pendekatan etnomusikologis. Setelah dapat ditransmisikan

15
Dalam ilmu etnomusikologi proses penotasian bunyi dan proses mereduksi bunyi kedalam simbol
visual disebut transkripsi.
16
Notation is the method or methods used for writing down music: suatu metode atau berbagai metode
yang digunakan untuk menuliskan musik di atas kertas dan dalam format visual (Willy, Apel 1972:578).

27
Universitas Sumatera Utara
ke dalam bentuk notasi yang bentuknya visual, barulah notasi tersebut dianalisis.

Dalam kerja ini juga penulis melakukan penafsiran-penafsiran.

1.6 Metode Penelitian

Metode adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan sesuatu

pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki melalui cara kerja yang

bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan

yang ditentukan (Moeliono, 2005:649).

Sedangkan penelitian merupakan kegiatan pengumpulan, pengolahan,

analisis dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan obyektif untuk

memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan

prinsip-prinsip umum (Moeliono, 2006:732).

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, karena

pendekatan ini lebih berupa kata-kata secara detail dan bukan berupa angka-

angka. Sejalan dengan itu Bogdan dan Taylor (dalam Maleong 1988:3),

mengungkapkan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang orang

atau perilaku masyarakat yang dapat diamati.

Menurut Faisal (1992:17-35) terdapat lima format penelitian ilmu ilmu

sosial, yaitu: (1) penelitian deskriptif; (2) penelitian eksplanasi; (3) studi kasus;

(4) survei; dan (5) eksperimen. Sesuai dengan yang diuraikan di atas bahwa

penelitian ini menggunakan format penelitian deskriptif (descriptive research)

28
Universitas Sumatera Utara
yang biasa juga disebut dengan penelitian taksonomik, dimaksudkan untuk

eksplorasi dan klarifikasi mengenai sesuatu fenomena atau kenyataan sosial,

dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenan dengan masalah

dan unit yang diteliti. Jenis pendekatan ini tidak mempersoalkan jalinan hubungan

antar variabel yang ada dan tidak dimaksudkan untuk menarik generalisasi yang

menjelaskan variabel-variabel anteseden yang menyebabkan suatu gejala atau

kenyataan sosial. Oleh karena itu, pada penelitian yang menggunakan format

penelitian deskriptif, tidak menggunakan dan melakukan pengujian hipotesis,

seperti yang dilakukan pada penelitian dengan format eksplanasi. Hal ini tidak

dimaksudkan untuk membangun dan mengembangkan perbendaharaan teori.

Dalam pengolahan dan analisis data, lazimnya menggunakan statistik yang

bersifat deskriptif.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan pendekatan kualitatif dalam penelitian

ini sesuai dengan pendapat Denzim, et al. (2009:6) yang menjelaskan bahwa

peneliti kualitatif menekankan sifat realitas yang terbangun secara sosial,

hubungan erat peneliti dengan subjek yang diteliti, dan tekanan situasi yang

membentuk penelitian. Para peneliti semacam ini mementingkan sifat penelitian

yang sarat nilai. Mereka mencari jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang

menyoroti cara munculnya pengalaman sosial sekalian perolehan maknanya.

Penelitian kualitatif merupakan bidang antar-disiplin, lintas-disiplin dan

kadang kadang kontra-disiplin. Penelitian kualitatif menyentuh humaniora, ilmu

ilmu sosial, dan ilmu ilmu fisik. Penelitian ini teguh dengan sudut pandang

29
Universitas Sumatera Utara
naturalistik sekaligus kukuh dengan pemahaman interpretif mengenai pengalaman

manusia (Nelson, dkk., dalam Denzim dan Lincoln, 2000:5).

Adapun teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ialah

mencakup: (1) studi kepustakaan; (2) obsevasi; (3) wawancara; dan (4) kerja

laboratorium, seperti yang akan diuraikan sebagai berikut.

1.6.1 Studi Kepustakaan

Studi Kepustakaan adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung

pemecahan masalah dalam suatu penelitian. Paparan atau konsep-konsep tersebut

bersumber dari pendapat para ahli, empirisme (pengalaman penelitian),

dokumentasi, dan nalar penelitian yang berhubungan dengan masalah yang

diteliti.

Sebelum melakukan kerja lapangan, penulis terlebih dahulu melakukan

studi kepustakaan. Penulis mencari informasi dan referensi untuk mendapat

pengetahuan dasar tentang objek yang diteliti. Dalam hal ini, penulis

menggunakan referensi berupa buku dan sebagian besar dari beberapa skripsi,

tesis, jurnal, dan lain-lain yang cukup relevan dengan objek yang diteliti. Selain

itu juga buku-buku yang berkaitan dengan gereja HKBP Pearaja Tarutung.

Selain itu juga dalam studi kepustakaan ini, penulis melakukan survei

terhadap tulisan-tulisan di jejaring sosial internet, terutama yang berkaitan dengan

topik penelitian ini. Di dalamnya terdapat data yang diunggah melalui blok dan

juga pada laman-laman web. Data-data ini membantu memahami latarbelakang

kajian terhadap perkembangan, makna teks nyanyian, dan struktur dari ende

Sangap Di Jahowa di gereja HKBP Pearaja Tarutung.

30
Universitas Sumatera Utara
1.6.2 Observasi

Teknik pengumpulan data dengan observasi adalah metode yang

digunakan dengan menggunakan pengamatan dan pengindraan untuk

menghimpun data penelitian. Menurut Bungin (2007:115), metode observasi

merupakan kerja pancaindera mata serta dibantu dengan pancaindera lainnya.

Dalam meneliti nyanyian ini, penulis meneliti langsung ke lapangan. Sebelum

melakukan penelitian penulis melakukan pengamatan lokasi, tempat penelitian

serta mencari beberapa narasumber yang betul-betul menguasai hal dalam bidang

tersebut, setelah melakukan observasi maka penulis dapat melakukan penelitian.

Adapun lokasi penelitian ini adalah di gereja HKBP Pearaja Tarutung. Penulis

akan berada di tempat selama beberapa hari di sana untuk melakukan penelitian.

1.6.3 Wawancara

Wawancara menurut Soeharto (1995:67) adalah teknik pengumpulan data

yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara

(pengumpul data) kepada responden (informan) dan jawaban-jawaban responden

akan dicatat atau direkam dengan alat perekam.

Salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah dengan

teknik wawancara. Adapun teknik wawancara yang penulis lakukan adalah

wawancara berfokus (focus interview) yaitu membuat pertanyaan yang berpusat

terhadap pokok permasalahan. Selain itu, juga melakukan wawancara bebas (free

interview), yaitu pertanyaan yang tidak hanya berfokus pada pokok permasalahan

saja tetapi pertanyaan berkembang ke pokok permasalahan lainnya yang bertujuan

31
Universitas Sumatera Utara
untuk memperoleh data lainnya namun tidak menyimpang dari pokok

permasalahan (Koentjaraningrat, 1985:139). Dengan melakukan teknik

wawancara tersebut, maka penulis mendapatkan banyak informasi tentang objek

yang diteliti. Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara terhadap beberapa

informan yang ada.

1.6.4 Kerja Laboratorium

Keseluruhan data yang diperoleh penulis dari berbagai sumber, yaitu hasil

pengamatan di lapangan, hasil wawancara selanjutnya, akan ditelaah dan diolah

dalam kerja laboratorium. Penulis juga akan menstranskripsikan melodi musik

pada ende atau nyanyian di gereja HKBP tersebut. Transkripsi dilakukan dengan

menggunakan notasi balok dengan bantuan perangkat lunak program sibellius

agar memperjelas kualitas notasi balok di dalam tulisan ini. Langkah berikutnya

adalah menganalisis aspek-aspek dalam melodinya. Untuk melengkapi analisis

melodis ini, penulis juga melakukan analisis struktur musikal teks dari ende atau

nyanyian ―Sangap Di Jahowa” di gereja HKBP Pearaja tersebut.

Setelah melakukan kerja laboratorium, maka penulis membuatnya ke

dalam sebuah tulisan ilmiah berbentuk skripsi sesuai dengan teknik-teknik

penulisan karya ilmiah yang berlaku di Program Studi Etnomusikologi, Fakultas

Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara di Medan. Sesuai dengan pendekatan di

bidang etnomusikologi, maka dalam menganalisis perkembangan, makna teks

nyanyian, dan struktur musikal dari Ende Sangap Di Jahowa dengan tiga fokus

pokok permasalahan, yaitu: perkembangan Ende Sangap Di Jahowa, makna teks

32
Universitas Sumatera Utara
nyanyian yang terkandung dalam 3 perwakilan lagu dari Ende Sangap Di Jahowa,

dan struktur musikal dari Ende Sangap Di Jahowa di gereja HKBP Pearaja

Tarutung yang perlu dilihat dalam konteks multidisiplin ilmu.

Dalam kaitannya dengan studi multidisiplin tersebut di atas, maka untuk

menganalisis dan mengkaji bidang tekstual dari ende gereja HKBP diperlukan

melihat ke dalam multidisiplin seperti melihat dari aspek sastra, linguistik, dan

semiotika namun dengan tekanan utama pada etnomusikologi. Demikian pula

dalam mengkaji musikal perlu dilihat melalui musikologi dan prosodi. Musikologi

berkait erat dengan aspek-aspek seperti: melodi dan ritme. Melodi sendiri tersdiri

dari berbagai unsurnya seperti: tangga nada (scale), wilayah nada, nada dasar,

interval dan distribusinya, nada-nada yang digunakan, motif, frase, bentuk melodi,

formula melodi, kontur, dan sejenisnya. Demikian juga dalam aspek ritme (waktu)

musik tersebut disusun oleh beberapa unsurnya seperti: meter atau metrum, motif

dan frase ritme, cepat dan lambatnya nyanyian atau lagu yang disajikan,

aksentuasi, siklus kolotomik, poliritme (hemiola), dan lain-lainnya. Dengan

demikian, tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi pembaca dan menambah

wawasan dalam pengetahuan di bidang etnomusikologi.

33
Universitas Sumatera Utara
BAB II

ETNOGRAFI UMUM MASYARAKAT KOTA TARUTUNG

2.1 Geografis Umum Kota Tarutung

Kota Tarutung sebelumnya adalah Rura Silindung, Rura berarti lembah,

karena daerah tersebut berbentuk seperti lembah atau lebih mirip dengan kuali bila

dilihat dari tempat yang lebih tinggi. Sebenarnya istilah Silindung meliputi daerah

Sipoholon, Tarutung, Sipahutar, Pangaribuan, Garoga, dan daerah Pahae. Jadi,

bila disebut parSilindung (orang Silindung) berarti masyarakat salah satu dari

beberapa daerah tersebut.

Tarutung dalam bahasa Indonesia berarti buah durian. Tetapi bukan berarti

di Rura Silindung17 pada masa itu banyak durian sehingga diberi nama kota.

Latarbelakang dari nama kota Tarutung berawal dari sebuah pohon durian (Bona

ni Tarutung) yang tumbuh di tengah kota tersebut. Sekitar tahun 1800-an para

pedagang dan juga orang-orang yang berkepentingan lain melakukan pertemuan

berdekatan dengan lokasi tumbuhnya pohon durian. Di lokasi pohon tersebut

lama-kelamaan dijadikan sebagai pusat pertemuan oleh orang-orang. Di samping

lokasinya yang strategis juga cukup mudah untuk diketahui dan diingat, karena

satu-satunya pohon yang paling tinggi dan rindang di kota pada masa saat hanya

pohon tersebut. Sehingga dapat dijadikan sebuah patokan untuk pertemuan.

Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya nama untuk Rura Silindung disebut

17
Rura Silindung ialah Lembah Silindung. Silindung merupakan salah satu bagian wilayah dari Tano
(tanah) Batak yang meliputi sebagian besar Kabupaten Tapanuli Utara, sekarang yang wilayahnya meliputi
Tarutung, Sipoholon, Adiankoting, Sipahutar, Garoga, Pangaribuan, dan sekitarnya, serta sebahagian
Kecamatan Pahae jae, Pahae Julu, Purbatua, dan Simangumban. Sumber: id.ikipedia-wordpress.org

34
Universitas Sumatera Utara
dengan Tarutung. Dan hingga kini pohon durian yang melatarbelakangi nama kota

Tarutung masih tumbuh mekar, meski usia pohon tersebut sudah ratusan tahun.

Kota Tarutung adalah kota kecamatan yang merupakan ibukota Kabupaten

Tapanuli Utara, Sumatera Utara selain sebagai pusat pemerintahan tingkat II

Kabupaten Tapanuli Utara. Kota Tarutung merupakan kecamatan yang memiliki

luas wilayah terkecil di Kabupaten Tapanuli Utara tetapi memiliki kepadatan

tertinggi di Kabupaten Tapanuli Utara. Tarutung juga dikenal sebagai kota wisata

rohani dimana kota tersebut berdiri bangunan salib megah yang dikenal dengan

nama Salib Kasih. Bangunan tersebut didirikan untuk mengenang peristiwa

penyebaran agama Kristen di Tanah Batak yang dirintis oleh Misionaris asal

Jerman, yaitu Dr. I.L. Nommensen.

Di samping itu, Kota Tarutung juga dikenal sebagai pusat gereja HKBP

(Gereja Huria Kristen Batak Protestan) salah satu gereja HKBP tertua di seluruh

dunia. HKBP Pearaja, Resort Pearaja Distrik II Silindung terletak di kota

Tarutung, Sumatera Utara, Indonesia. Gereja yang dibangun oleh Ingwer Ludwig

Nommensen ini berdiri pada 29 Mei 1864. Sejak pertama kali berdiri, HKBP

berkantor pusat di Pearaja Tarutung (Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara)

yang berjarak 1 km dari pusat kota Tarutung, ibukota kabupaten tersebut. Pearaja

merupakan sebuah desa yang terletak di sepanjang jalan menuju kota Sibolga

(ibukota Kabupaten Tapanuli Tengah). Kompleks perkantoran HKBP, pusat

administrasi organisasi HKBP, berada dalam area lebih kurang 20 hektare. Di

kompleks ini juga Ephorus HKBP berkantor. Itu sebabnya Tarutung adalah

sebuah kota dengan 1000 gereja karena di kota ini banyak gereja yang bertaburan.

35
Universitas Sumatera Utara
Ini disebabkan karena dulu Tarutung adalah pusat kegiatan para Misionaris. Salah

satu gereja yang paling bersejarah adalah gereja HKBP Pearaja ini.

Luas wilayah Kecamatan Tarutung memiliki luas 10.765 hektar (107,68

km2). Dengan demikian, dibandingkan dengan kecamatan lainnya, Tarutung

memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan jumlah penduduk yang relatif

besar. Kecamatan Tarutung memiliki jumlah Penduduk sekitar 50.322 jiwa

dengan kepadatan 374 jiwa/ km2 dan memiliki 24 Desa dan 7 Kelurahan.

Secara geografis Tarutung terletak pada 01o 54’ – 02o 07’ Lintang Utara

dan 98o 52’ – 99o 04’ Bujur Timur. Secara astronomis batas wilayah Tarutung

diapit atau berbatasan langsung dengan empat kecamatan, yaitu Sebelah

Utara/Northern: Kecamatan Sipoholon, Sebelah Selatan/Southern: Kecamatan

Pahae Julu, Sebelah Barat/Western: Kecamatan Adiankoting, Sebelah

Timur/Eastern: Kecamatan Siatas Barita dan Sipahutar. Untuk itu, topografi

Tarutung cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 900 – 1200 meter

diatas permukaan laut. Tarutung beriklim dingin (19o C) dengan curah hujan rata-

rata 2000-4000 mm/tahun.

Adapun Desa dan Kelurahan yang terletak di Kecamatan Tarutung, yaitu:

Siandor-andor, Hutapea Banuarea, Parbubu Pea, parbubu II, Parbubu Dolok,

Hutatoruan VIII, Parbubu I, Hutatoruan I, Sosunggulon, Parbaju Toruan,

Hapoltahan, Hutatoruan IV, Aek Siansimun, Hutatoruan V, Hutatoruan VI,

Hutatoruan XI, Hutatoruan IX, Hutatoruan X, Hutatoruan VII, Partali Toruan,

Parbaju Tonga, Simamora, Hutagalung Sioalu Ompu, Siraja Oloan, Hutauruk,

Parbaju Julu, Partali Julu, Sitampurung, Jambur Nauli, Sihujur, Hutatoruan III.

36
Universitas Sumatera Utara
Kota Tarutung juga merupakan salah satu daerah yang dikenal dengan

berbagai objek wisata selain objek wisata rohani Salib Kasih, seperti Sungai

Sigeaon yang membelah kota Tarutung, pemandian air panas Sipoholon,

pemandian air panas Ugan, pemandian air panas Sait ni Huta, pemandian air

panas Hutabarat, pemandian air soda Parbubu, hingga tugu Si Raja Nabarat dan

Goa Si Boru Natumandi.

Gambar 2.1.a Peta/Denah Kecamatan Tarutung Dalam Kab. Tapanuli Utara

Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik) Kabupaten Tapanuli Utara


www.wikipedia/bps-taput/2016-2018/php.com

37
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1.b Peta/Denah Kelurahan/Desa Dalam Kec. Tarutung

Sumber: BPS (Badan Pusat Statistik) Kecamatan Tarutung


www.wikipedia/bps-tarutung/2016-2018/php.com

Di bawah akan di jelaskan luas wilayah masing-masing Desa dan

Kelurahan pada Kecamatan Tarutung dapat dilihat dalam bentuk tabel.

38
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1.b Luas Wilayah Kecamatan Tarutung Menurut Desa/Kelurahan

NO. DESA/KELURAHAN LUAS AREA PRESENTASE (%)


2
(KM )
1. Siandor-andor 8,50 7,89
2. Hutapea Banurea 8,25 7,66
3. Parbubu Pea 1,25 1,16
4. Parbubu II 4,50 4,18
5 Parbubu Dolok 7,94 7,37
6. Hutatoruan VIII 3,50 3,25
7. Parbubu I 4,75 4,41
8 Hutatoruan I 2,00 1,86
9. Sosunggulon 2,62 2,43
10. Parbaju Toruan 4,55 4,23
11. Hapoltahan 1,44 1,34
12. Hutatoruan IV 0,87 0,81
13. Aek Siansimun 4,56 4,23
14. Hutatoruan V 1,50 1,39
15. Hutatoruan VI 3,25 3,02
16. Hutatoruan XI 0,20 0,19
17. Hutatoruan IX 0,85 0,79
18. Hutatoruan X 1,04 0,97
19. Hutatoruan VII 2,00 1,86
20. Partali Toruan 0,62 0,58
21. Parbaju Tonga 3,50 3,25
22. Simamora 3,40 3,16
23. Hutagalung 3,20 2,97
Sioalu Ompu
24. Siraja Oloan 3,75 3,48
25. Hutauruk 2,19 2,03

39
Universitas Sumatera Utara
26. Parbaju Julu 3,50 3,25
27. Partali Julu 2,00 1,86
28. Sitampurung 7,75 7,20
29. Jambur Nauli 8,76 8,14
30. Sihujur 5,00 4,64
31. Hutatoruan III 0,44 0,41
JUMLAH 107,68 100,00
www.wikipedia/bps-tarutung/2016-2018/php.com

2.2 Pola Perkampungan dan Letak Rumah

Berdasarkan pengamatan penulis, bahwa pola perkampungan di

Kecamatan Tarutung, Pearaja (Kelurahan Hutatoruan V) sama dengan pola

perkampungan Batak Toba pada umumnya. Letak rumah selalu berhadapan

menghadap jalan atau menghadap halaman umum membentuk sebuah

perkampungan.

Penduduk yang bertempat tinggal memiliki bentuk pola pemukiman yang

berkelompok. Setiap rumah dibangun menghadap jalan dan sejajar mengikuti alur

jalan desa yang berbeda dengan pemukiman yang ada di dusun-dusun. Biasanya

jarak pusat desa dengan perkampungan lainnya sangat jauh, hal ini disebabkan

banyak masyarakat yang mencari lahan pertanian yang bisa digarap. Mereka

tinggal di dekat lahan tersebut dan kemudian membentuk komunitas sendiri yang

menjadi cikal-bakal sebuah perkampungan ataupun dusun. Karena kebanyakan

dusun-dusun berada pada wilayah yang lebih rendah dari jalan desa atau berada di

lembah, maka pola perkampungannya menjadi berbeda dengan yang ada di pusat

desa.

40
Universitas Sumatera Utara
2.3 Penduduk, Sistem Bahasa, Dan Mata Pencaharian

Penduduk yang mendiami wilayah di Kecamatan Tarutung, Pearaja

(Kelurahan Hutatoruan V) adalah suku Batak Toba. Sangat jarang ditemukan suku

lain yang mendiami wilayah desa tersebut. Setiap dusun atau desa di daerah

Kecamatan Tarutung biasanya selalu dihuni oleh satu kelompok marga. Jumlah

Penduduk yang terdapat di desa Pearaja (Kelurahan Hutatoruan V) ini kurang

lebih 696 jiwa, kepadatan penduduk 464 jiwa/Km² dengan jumlah rumah tangga

sekitar 184 KK, rata-tata/rumah tangga 4 KK.18

Tabel 2.3.a Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut


Desa/Kelurahan, Kecamatan Tarutung Menurut Desa/Kelurahan19

LUAS JUMLAH KEPADATAN


NO. DESA/KELURAHAN AREA PENDUDUK PENDUDUK
(KM2) (JIWA) (JIWA/KM²)
1. Siandor-andor 8,50 594 70
2. Hutapea Banurea 8,25 1 017 123
3. Parbubu Pea 1,25 485 388
4. Parbubu II 4,50 682 152
5 Parbubu Dolok 7,94 1 158 146
6. Hutatoruan VIII 3,50 489 140
7. Parbubu I 4,75 1 106 233
8 Hutatoruan I 2,00 1 862 931
9. Sosunggulon 2,62 1 006 384
10. Parbaju Toruan 4,55 1 253 275
11. Hapoltahan 1,44 869 603

18
Kecamatan Tarutung dalam angka 2016-2018.
19
Kecamatan Tarutung dalam angka 2016-2018.

41
Universitas Sumatera Utara
12. Hutatoruan IV 0,87 902 1 037
13. Aek Siansimun 4,56 1 090 239
14. Hutatoruan V 1,50 696 464
15. Hutatoruan VI 3,25 660 203
16. Hutatoruan XI 0,20 1 544 7 720
17. Hutatoruan IX 0,85 1 239 1 458
18. Hutatoruan X 1,04 4 627 4 449
19. Hutatoruan VII 2,00 5 580 2 790
20. Partali Toruan 0,62 2 916 4 703
21. Parbaju Tonga 3,50 1 123 321
22. Simamora 3,40 2 463 724
23. Hutagalung 3,20 1 263 395
Sioalu Ompu
24. Siraja Oloan 3,75 1 340 357
25. Hutauruk 2,19 580 265
26. Parbaju Julu 3,50 1 023 292
27. Partali Julu 2,00 1 200 600
28. Sitampurung 7,75 838 108
29. Jambur Nauli 8,76 1 112 127
30. Sihujur 5,00 465 93
31. Hutatoruan III 0,44 321 730
JUMLAH 107,68 41 503 385

42
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3.b Jumlah Penduduk dan Rumah Tangga Menurut
Desa/Kelurahan, Kecamatan Tarutung Menurut Desa/Kelurahan 20

RATA-RATA
NO. DESA/KELURAHAN JUMLAH JUMLAH PER RUMAH
PENDUDUK RUMAH TANGGA
TANGGA
1. Siandor-andor 594 138 4

2. Hutapea Banurea 1 017 272 4

3. Parbubu Pea 485 108 4

4. Parbubu II 682 189 4

5 Parbubu Dolok 1 158 245 5

6. Hutatoruan VIII 489 114 4

7. Parbubu I 1 106 285 4

8 Hutatoruan I 1 862 426 4

9. Sosunggulon 1 006 239 4

10. Parbaju Toruan 1 253 286 4

11. Hapoltahan 869 196 4

12. Hutatoruan IV 902 210 4

13. Aek Siansimun 1 090 264 4

14. Hutatoruan V 696 184 4

15. Hutatoruan VI 660 135 5

16. Hutatoruan XI 1 544 363 4

17. Hutatoruan IX 1 239 280 4

18. Hutatoruan X 4 627 996 5

19. Hutatoruan VII 5 580 1 282 4

20. Partali Toruan 2 916 645 5

21. Parbaju Tonga 1 123 266 4

22. Simamora 2 463 562 4

20
Kecamatan Tarutung dalam angka 2016-2018.

43
Universitas Sumatera Utara
23. Hutagalung
Sioalu Ompu 1 263 275 5

24. Siraja Oloan 1 340 303 4

25. Hutauruk 580 131 4

26. Parbaju Julu 1 023 237 4

27. Partali Julu 1 200 284 4

28. Sitampurung 838 187 4

29. Jambur Nauli 1 112 279 4

30. Sihujur 465 109 4

31. Hutatoruan III 321 72 4

JUMLAH 41 503 9 562 4


Sejak berabad-abad yang lampau, suku-suku bangsa yang tinggal di

berbagai kepulauan di Nusantara memiliki bahasa masing-masing yang

dipergunakan dalam pergaulan dan komunikasi antar sesama suku tersebut.

Bahasa itu dinamakan sebagai ―bahasa daerah‖ yang disebutkan sesuai dengan

suku bangsa yang memiliki bahasa tersebut. Misalnya, bahasa Batak Toba

dipergunakan oleh Batak Toba. Bahasa yang umum digunakan, yaitu Bahasa

Indonesia dan Batak Toba. Dalam percakapan sehari-hari karena sudah terbiasa

dan turun-temurun bahasa yang digunakan adalah Bahasa Batak Toba. Sementara

Bahasa Indonesia digunakan dalam proses belajar mengajar di sekolah dan di

dalam kegiatan yang bersifat formal dalam urusan administrasi pemerintahan

meskipun sebenarnya karena terbiasa pada saat percakapan berlangsung juga

menggunakan Bahasa Batak Toba.

Dengan kondisi alam yang berada pada wilayah pegunungan, mayoritas

penduduk bekerja sebagai petani. Sektor pertanian sampai saat ini masih

merupakan tulang punggung perekonomian daerah pada umumnya sebagai

44
Universitas Sumatera Utara
penghasil nilai tambah dan devisa maupun sumber penghasilan atau penyedia

lapangan pekerjaan sebagai besar penduduk. Pentingnya sektor pertanian

memberikan fasilitas dan dorongan yang lebih terarah bagi perkembangan

pembangunan kerakyatan.

Di Kecamatan Tarutung ini memiliki luas lahan pertanian sekitar 799 Ha

dengan rata-rata produksi 57,63 Ton/Ha. Hasil pertanian yang dihasilkan

diantaranya padi, palawija (jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah), sayur-

sayuran seperti: cabe, bawang merah, bawang daun, buncis, kentang, kubis,tomat,

dan yang lainnya. Dan juga buah-buahan seperti: alpukat, mangga, pepaya,

pisang, nenas, dan yang lainnya. Terdapat juga beberapa hasil dari perkebunan

diantaranya kopi, kelapa, karet, tebu, dan yang lainnya, serta hasil dari perikanan

dan peternakan.

Tabel 2.3.c Luas Lahan Pertanian di Kecamatan Tarutung


Menurut Desa/Kelurahan dan Jenis Irigasi 2016-2018 (Ha)21

NO. DESA/ SETENGAH SEDERHANA NON P.U TADAH JUMLAH


KELURAHAN TEKNIS HUJAN

1. Siandor-andor 0 0 15 0 15

2. Hutapea 0 0 25 5 30
Banurea
3. Parbubu Pea 40 0 0 0 40

4. Parbubu II 0 0 56 2 58

5 Parbubu Dolok 0 0 27 0 27

6. Hutatoruan VIII 0 0 23 0 23

7. Parbubu I 0 40 0 7 47

8 Hutatoruan I 45 0 0 0 45

21
Kecamatan Tarutung dalam angka 2016-2018.

45
Universitas Sumatera Utara
9. Sosunggulon 15 0 14 6 35

10. Parbaju Toruan 33 0 10 0 43

11. Hapoltahan 19 0 0 0 19

12. Hutatoruan IV 30 0 14 0 44

13. Aek Siansimun 0 0 19 2 21

14. Hutatoruan V 0 0 7 0 7

15. Hutatoruan VI 0 0 15 0 15

16. Hutatoruan XI 0 0 0 0 0

17. Hutatoruan IX 0 0 0 0 0

18. Hutatoruan X 0 0 0 0 0

19. Hutatoruan VII 10 10 5 18 43

20. Partali Toruan 7 0 5 12 24

21. Parbaju Tonga 0 30 20 2 52

22. Simamora 0 15 0 10 25

23. Hutagalung
Sioalu Ompu 0 0 3 15 18

24. Siraja Oloan 0 0 8 12 20

25. Hutauruk 0 0 8 0 8

26. Parbaju Julu 0 0 35 0 35

27. Partali Julu 0 0 25 0 25

28. Sitampurung 0 0 25 0 25

29. Jambur Nauli 0 0 20 0 20


30. Sihujur 0 0 30 0 30

31. Hutatoruan III 0 0 5 0 5

JUMLAH 199 95 414 91 799

Selain sebagai petani masyarakat yang tinggal di desa tersebut ada juga

yang bekerja di bidang usaha atau profesi lainnya antara lain seperti di bidang

46
Universitas Sumatera Utara
pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, dan juga bidang akademis

seperti PNS ataupun guru dan juga dalam usaha kecil menengah.

2.4 Sistem Kekerabatan

Sebagai wilayah yang mayoritas Suku Batak Toba maka sistem

kekerabatan ataupun tata cara kehidupan sosial masyarakat yang tinggal tercermin

dalam sebuah konsep budaya yang disebut dengan Dalihan Na Tolu. Dalam setiap

aktivitas, kekerabatan dan adat istiadat di desa ini diatur oleh tiga konsep yaitu

hula-hula (pihak keluarga pemberi istri); anak boru (pihak keluarga penerima

istri); dan dongan tubu (sesama saudara lelaki dari induk marga yang sama).

Ketiga konsep ini tidak bisa dipisahkan satu sama lain.

Ketiga hal ini mempunyai prestise dan tingkatan yang berbeda. Hula-hula

berada pada status tertinggi baik secara sosial maupun dalam konteks spritual atau

adat. Ketiga konsep ini juga terungkap dalam sebuah pepatah Batak Toba yang

menyatakan somba marhula-hula, elek marboru, manat mardongan tubu. Artinya,

setiap orang harus sopan dan hormat terhadap hula-hula, memberikan perhatian

terhadap anak boru, serta harus menjaga hubungan yang baik dengan dongan

tubu.

Di samping itu, masyarakat yang tinggal sangat menjunjung tinggi

hubungan antara kelompok sosial yang satu dengan kelompok sosial lainnya

berdasarkan turunan marga. Ketika seseorang baru bertemu dengan yang lain,

biasanya masing-masing individu akan menyebutkan marganya terlebih dahulu

dan kemudian mencari posisi marganya tersebut dalam keluarga atau turunan

47
Universitas Sumatera Utara
marganya. Kemudian hal ini akan memunculkan posisi baru bagi setiap individu

tersebut dalam konteks adat sesuai dengan konsep Dalihan Na Tolu. Beberapa

marga yang mayoritas menempati desa Pearaja (Kelurahan Hutatoruan V) ini

adalah marga Sipahutar, Hutagalung, Situmeang, Simanungkalit dan Manalu dan

beberapa marga lain.

2.5 Sistem Kepercayaan

Sesuai dengan falsafah Negara, pelayanan kehidupan beragama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa senantiasa dikembangkan dan

ditingkatkan. Masyarakat Tarutung secara keseluruhan telah memeluk agama

yang telah diakui oleh negara adalah agama Kristen Protestan, Khatolik, Islam,

Budha, Hindu, dan Konghucu. Mayoritas masyarakat Tarutung menganut agama

Kristen Protestan, khususnya masyarakat di desa Pearaja (Kelurahan Hutatoruan

V).

Persentase agama yang dianut oleh masyarakat Tarutung adalah: agama

Kristen (Protestan dan Khatolik); 92,87%, Islam; 5,87%, Budha: 0,19%,

Konghucu; 0,01%, lainnya; 0,01%. Terdapat sembilan Gereja Kristen Protestan

dan satu Gereja Khatolik.

2.6 Sistem Kesenian

Menurut Koentjaraningrat (1990:204), salah satu unsur kebudayaan

manusia adalah kesenian. Sebagai wilayah mayoritas suku Batak Toba,

masyarakat yang tinggal juga mengenal sistem kesenian Batak Toba secara umum

48
Universitas Sumatera Utara
yaitu, seni musik, seni tari, dan seni teater. Dalam sistem kesenian Batak Toba

dikenal jenis bentuk ensambel musik yaitu, gondang sabangunan dan uning-

uningan. Demikian halnya dalam seni tari dikenal dengan istilah manortor atau

menari dan dalam seni teater dikenal dengan nama opera.

Penggunaan kesenian yang ada pada masyarakat Batak Toba juga erat

kaitannya dengan sistim kekerabatan yang dipakai. Di dalam berkesenian

peranan-peranan Dalihan Na Tolu sangat berpengaruh, dan ketiga pengelompokan

kekerabatan yang ada dalam dalihan natolu tersebut akan dimiliki oleh setiap

orang Batak secara bergantian tergantung pada siapa yang melakukan acara.

Dalam setiap upacara adat seperti pesta perkawinan, upacara kematian, pesta

mangadati maupun acara adat lainnya biasanya diiringi dengan musik yaitu,

gondang sabangunan ataupun gondang hasapi.

2.7 Sejarah Singkat Awal Berdirinya Gereja HKBP Pearaja Tarutung

Tanggal 29 Mei 1864 adalah hari lahirnya HKBP Pearaja. Pada mulanya

tanggal tersebut diyakini sebagai hari lahirnya HKBP godung Huta Dame

Saitnihuta. Karena hari itulah I.L. Nommensen memimpin kebaktian yang pertama

di Saitnihuta. HKBP yang sekarang ini adalah pindahan Godung Huta Dame

Saitnihuta. Namun, setelah lama gereja HKBP Pearaja berdiri dan untuk

menghargai fakta sejarah, setelah di Rura Silindung kekristenan berkembang

pesat, para jemaat Kristen di sekitar Saitnihuta kembali mendirikan Gereja

ditempat semula. Dengan demikian tanggal 29 Mei 1864 diyakini secara

49
Universitas Sumatera Utara
bersamaan sebagai hari lahirnya HKBP Saitnihuta dan HKBP Pearaja (sisada

hasuhuton).

Setelah sembilan tahun Nommensen tinggal di Godung Huta Dame

Saitnihuta (1864-1872) di daerah tersebut sering dilanda banjir, Dr. I.L.

Nommensen menilai pargodungan, Huta Dame Saitnihuta tidak lagi representative

karena sering terjadi banjir. Hingga menggenangi bangunan Gereja. Sehingga

dapat menimbulkan penyakit. Istri Nommensen sendiri yang bernama Carolina

sering jatuh sakit disana. Maka dari tahun 1872, Gereja yang ada di Godung Huta

Dame Saitnihuta resmi pindah ke Pearaja, baik bangunan Gereja serta Inventaris

yang ada serta seluruh anggota jemaat. Dengan kata lain Gereja HKBP Pearaja

yang sekarang ini sebelumnya berada di Godung Huta Dame Saitnihuta, maka

sejak tahun 1872 yang menjadi pusat pekabaran injil di tanah Batak adalah

Pearaja.

Gambar 2.7 Gereja HKBP Pearaja Tarutung

Sumber: www.hkbp.or.id

50
Universitas Sumatera Utara
2.7.1 Proses Pembangunan Gereja HKBP Pearaja Tarutung

Setelah Raja Pontas Lumbantobing yang dikenal dengan kharisma

kepemipinanya, menunjukkan perbuktian Pearaja sebagai tempat pembangunan

Gereja pindahan dari Godung Huta Dame Saitnihuta, maka para masyarakat

Kristen dengan rela bergotong-royong untuk mendirikan Gereja di Pearaja. Jemaat

laki-laki dengan sukarela mencari kayu ke hutan dan wanita serta anak-anak juga

tidak kalah ikut berpartisipasi. Sebagian peralatan bangunan dari Gereja masih

dapat difungsikan dan diangkat ke bukit Pearaja. Beberapa tiang masih ada yang

dapat dipergunakan. I.L. Nommensen sangat gembira melihat keseriusan dan

semangat gotong-royong para penduduk atau jemaat yang dengan rela

memberikan waktunya dan tenaganya. Setelah menjalani proses pembangunan

selama 1 tahun, Gereja HKBP Pearaja sudah selesai dibangun hingga tahun 1873

diadakan pesta peresmian dengan cara yang sangat meriah. Jemaat Gereja pada

saat ini sudah mencapai 2500 orang.

Dengan berdirinya Gereja pearaja diatas Bukit Pearaja dengan ukuran

yang Jauh lebih besar dari gereja sebelumnya di Godung Dame Saitnihuta. Dalam

usaha memperlancar tugas pelayanan di Pearaja, Nommensen merasa perlu

mengangkat gembala atau sintua disetiap kampung, namun Nommensen selektif

dalam pemilihan penatua itu. Nommensen merasa yang menjadi sintua haruslah

representative dan yang menjadi panutan serta omongannya didengar masyarakat

pada kampung itu.

Berikut adalah nama-nama penatua di Pearaja dan daerah pelayanannya

dalam kurun waktu pelayanan I.L. Nommensen di Tanah Batak:

51
Universitas Sumatera Utara
Huta Pearaja : Herman
Huta Lumban Jurjur II : Josep Lumban tobing, Galatia, Esra,
atau Amani Palakki
Huta Parbubu : Josep Simanjuntak, Salomo, Philemon
Lumban Tobing (Amani Ginjang) dan
Musa Tobing
Huta Galung Pea : Josia Lumban Tobing
Huta Simaung** Pea : Raja Saul Lumban Tobing
Huta Parbubu Sampuran : Raja Izaak Lumban Tobing,Jakkobus
Huta Sitakka : Nahas Tobing, Horis Hutabarat,
Musa Hutabarat
(OP. Panahan Hutabarat), Philipus dan
Jeremias.
Huta Lumban Jurjur I : Daud Lumban Tobing
Tarutung : Raja Salomo Lumban Tobing

Untuk membekali para Sintua tersebut, Nommensen mengadakan

pertemuan di setiap hari Rabu malam, mereka diajari dalam suatu kelompok

diskusi yang disebut dengan sermon22. Selain itu juga, diadakan partangiangan

setiap Minggu dirumah jemaat secara bergiliran yang dilanjutkan dengan Tanya

Jawab tentang Alkitab. Untuk menjalin persekutuan yang dimaksud serta melihat

bakat yang pada umumnya pada orang Batak, Nommensen pun mendirikan

perkumpulan koor untuk laki-laki, koor ibu yang kemudian disebut pararikamis,

dan koor muda-mudi.

Satu hal lagi yang menarik, dari sejak awal Nommensen sudah

berkeinginan bahwa pada suatu saat nanti jemaat yang ia layani akan dapat berdiri

sendiri (mandiri). Maka untuk mewujudkan cita-cita tersebut, Nommensen

mendirikan Seminarium yang bertempat di Sipoholon.

22
Sermon, yaitu; Sebuah alamat yang bersifat religius (biasanya disampaikan saat kebaktian gereja)/
Berbicara; Untuk wacana; Untuk menulis atau menyampaikan sebuah khotbah.

52
Universitas Sumatera Utara
2.8 Sejarah HKBP Di Tanak Batak

2.8.1 Penyebaran Injil Awal Di Tanah Batak

Sejarah masuknya agama Kristen pada suku Batak adalah sejarah yang

menceritakan masuknya injil dan konteks perkembangannya sekitar tahun 1820-

an hingga berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP).

2.8.2 Konteks Kehidupan Suku Batak Sebelum Injil Masuk di Tanah Batak

Suku Batak adalah salah satu suku di Indonesia yang mempertahankan

kebudayaanya; mereka memegang teguh tradisi dan adat. Pada masa lampau

orang Batak tidak suka terhadap orang luar (Barat/sibottar mata) kerena mereka

dianggap sebagai penjajah. Selain itu, ada paham bagi mereka bahwa orang yang

berada di luar suku mereka adalah musuh, sebab masa itu sering terjadi perang

antar suku. Sebelum Injil masuk, suku Batak adalah suku penyembah berhala.

Kehidupan agamanya bercampur, antara menganut kepercayaan animisme,

dinamisme dan magi. Ada banyak nama dewa atau begu (setan) yang disembah,

seperti begu djau (dewa yang tidak dikenal orang), begu antuk (dewa yang

memukul kepala seseorang sebelum ia mati), begu siherut (dewa yang membuat

orang kurus tinggal kulit), dan lainnya.

Suku Batak hidup dengan bercocok tanam, berternak hewan dan

berladang. Mereka menjual hasil dari perternakan dan cocok tanam ke pasar

("onan") pada hari tertentu. Di pasar mereka melakukan transaksi untuk keperluan

sehari-hari seperti membeli beras, garam, tembakau, dan lainnya.

53
Universitas Sumatera Utara
Keadaan yang dinamis ini, sering terusik oleh permusuhan antara satu

kampung dengan kampung lainya. Tidak jarang permusuhan berakibat

pembunuhan dan terjadi saling balas dendam turun-temurun. Jika di kampung

terjadi wabah, seperti pes dan kolera, mereka akan meminta pertolongan Raja Si

Singamangaraja yang berada di Bakkara. Raja Si Singamangaraja kemudian

datang dan melakukan upacara untuk menolak "bala" dan kehancuran.

Hampir semua roda kehidupan orang Suku Batak dikuasai oleh aturan-

aturan adat yang kuat. Sejak mulai lahirnya seorang anak, beranjak dewasa,

menikah, memiliki anak hingga meninggal harus mengikuti ritual-ritual adat.

2.8.3 Masuknya Penginjil ke Tanah Batak

a. Penginjil Utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris

Pada tahun 1820, tiga utusan Pekabaran Injil Baptis Inggris yaitu Nathan

Ward, Evans dan Richard Burton dikirim ke Bengkulu untuk menemui

Raffles. Kemudian Raffles menyarankan supaya mereka pergi ke Utara, ke

daerah tempat tinggal suku Batak yang masih kafir. Burton dan Ward

menuruti petunjuk Raffles. Mereka pergi ke Utara, awalnnya mereka

bekerja di pesisir, kemudian tahun 1824 masuk ke daerah lebih dalam lagi,

yakni Silindung-wilayah suku Batak Toba. Saat mereka tiba di Silindung,

mereka diterima dengan baik oleh raja setempat, namun perjalanan

penginjilan mereka terhenti ketika terjadi salah paham dengan penduduk.

Penduduk salah menafsirkan khotbah penginjil tersebut yang mengatakan

bahwa kerajaan mereka harus menjadi lebih kecil, seperti anak kecil.

54
Universitas Sumatera Utara
Penduduk tidak suka hal ini, karena itu para penginjil tersebut diusir pada

tahun itu juga.

b. Penginjil utusan American Board of Commissioners for Foreign

Mission

Pada tahun 1834 dua orang Amerika, yaitu Munson dan Lyman yang

merupakan utusan gereja Kongregationalis Amerika yang diutus oleh The

American Board of Commissioners for Foreign Mission (ABCFM) di

Boston untuk masuk ke Sumatera. Pada 17 Juni 1834, mereka tiba di

Sibolga dan menetap beberapa hari di sana. Pada 23 Juni 1834, mereka

berangkat menuju pegunungan Silindung. Dalam perjalanan, ketika tiba di

pinggir Lembah Silindung, pada malam hari 28 Juni 1834, mereka

dihadang, ditangkap, dan dibunuh di dekat Lobu Pining. Pembunuhnya

adalah Raja Panggalamei, yang merupakan Raja di Pintubosi yang tinggal

di Singkak. Ia membunuh bersama dengan rakyatnya.

c. Penginjil utusan Rheinische Missionsgesellschaft

Pada tahun 1840, seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Franz Wilhelm

Junghuhn melakukan perjalanan ke daerah Batak dan kemudian

menerbitkan karangan tentang suku Batak. Dalam buku tersebut Junghuhn

menasihatkan pemerintah kolonial untuk membuka zending Kristen guna

membendung pengaruh Islam di bagian utara Pulau Sumatera. Karangan

tersebut sampai ke tangan tokoh-tokoh Lembaga Alkitab Nederlandsche

Bijbelgenootschap di Belanda, hingga mereka mengirim seorang ahli

bahasa bernama H. Neubronner van der Tuuk untuk meneliti bahasa Batak

55
Universitas Sumatera Utara
dan untuk menerjemahkan Alkitab. Van der Tuuk adalah orang Barat

pertama yang melakukan penelitian ilmiah tentang bahasa Batak,

Lampung, Kawi, Bali. Ia juga orang Eropa pertama yang menatap Danau

Toba dan bertemu dengan Si Singamangaraja. Ia merasa senang

berkomunikasi dan menyambut orang Batak di rumahnya. Van der Tuuk

memberi saran supaya lembaga zending mengutus para penginjil ke

Tapanuli, langsung ke daerah pedalamannya. Tahun 1857, pekabar Injil G.

Van Asselt, utusan dari jemaat kecil di Ermelo, Belanda, melakukan

pelayanan di Tapanuli Selatan. Ia menembus beberapa pemuda dan

memberi mereka pengajaran Kristiani. Pada 31 Maret 1861, dua orang

Batak pertama dibaptis, yaitu: Jakobus Tampubolon dan Simon Siregar.

Pada tahun yang sama tepatnya pada 7 Oktober 1861 diadakan rapat empat

pendeta di Sipirok, yang diikuti oleh dua pendeta Jerman, yaitu: Pdt. Heine

dan Pdt. Klemmer serta oleh dua pendeta Belanda, yaitu: Pdt. Betz dan

Pdt. Asselt. Mereka melakukan rapat untuk menyerahkan misi penginjilan

kepada Rheinische Missionsgesellschaft. Hari tersebut dianggap menjadi

hari berdirinya Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Kemudian Ludwig

Ingwer Nommensen (1834-1918) tiba di Padang pada tahun 1862. Ia

menetap di Barus beberapa saat untuk mempelajari bahasa dan adat Batak

dan Melayu. Ia tiba melalui badan Misi Rheinische Missionsgesellschaft.

Kemudian, pada tahun 1864, ia masuk ke dearah Silindung, mula-mula di

Huta Dame, kemudian di Pearaja (kini menjadi kantor pusat HKBP).

Dalam menyampaikan Injil, I.L Nommensen dibantu oleh Raja Pontas

56
Universitas Sumatera Utara
Lumban Tobing (Raja Batak Pertama yang dibaptis) untuk mengantarnya

dari Barus ke Silindung dengan catatan tertulis bahwa ia tidak

bertanggung-jawab atas keselamatannya. Pada awalnya, Nommensen tidak

diterima dengan baik oleh penduduk karena mereka takut kena bala karena

menerima orang lain yang tidak memelihara adat. Pada satu saat, diadakan

pesta nenek moyang Siatas Barita, biasanya disembelih korban. Saat itu,

sesudah kerasukan roh, Sibaso (pengantara orang-orang halus) menyuruh

orang banyak untuk membunuh Nommensen sebagai korban, yang pada

saat itu hadir di situ. Dalam keadaan seperti ini, Nommensen hadir ke

permukaan dan berkata kepada orang banyak: “Roh yang berbicara

melalui orang itu sudah banyak memperdaya kalian. Itu bukan roh Siatas

Barita, nenekmu, melainkan roh jahat. Masakan nenekmu menuntut darah

salah satu dari keturunanya!” Segera Sibaso jatuh ke tanah‖. Menghadapi

keadaan yang menekan, Nommensen tetap ramah dan lemah lembut,

hingga lama-kelamaan membuat orang merasa enggan dan malu berbuat

tidak baik padanya. Pada satu malam ketika para raja berada di rumahnya

hingga larut malam dan tertidur lelap, Nommensen mengambil selimut dan

menutupi badan mereka, hingga pagi hari mereka terbangun dan merasa

malu, melihat perbuatan baik Nommensen. Sikap penolakan raja Batak ini

disebabkan kekhwatiran bahwa Nommensen adalah perintisan dari pihak

Belanda.

57
Universitas Sumatera Utara
d. Perkembangan Kekristenan Setelah Injil Masuk di Tanah Batak

Suku Batak yang masuk Kristen mendapat tekanan dan diusir dari

kampung halamanya karena tidak mau memberi sumbangan untuk

upacara-upacara suku. Keadaan seperti ini mamaksa mereka berkumpul

pada satu kampung tersendiri, yaitu Huta Dame (kampung damai). Setelah

tujuh tahun Nommensen melakukan penginjilan, orang Batak yang masuk

Kristen berjumlah sektar 1.250 jiwa. Sepuluh tahun kemudian, pada tahun

1881 jumlahnya naik lima kali lipat, hingga jumlah orang Batak yang

masuk Kristen adalah sekitar 6.250 orang. Pada tahun 1918, sudah tercatat

sebanyak 185.731 orang Kristen di wilayah RMG Sumatera Utara. Pada

tahun 1881, Nommensen diangkat menjadi Ephorus oleh RMG. Jabatan

tersebut dipegangnya hingga ia meninggal dunia pada 23 Mei 1918. Suku

Batak memberi gelar kepada Nommensen dengan sebutan Ompunta

(Nenek Kita). Gelar ini menyejajarkan Nommensen dengan Si

Singamangaraja atau tokoh sakti lainya.

2.8.4 Ingwer Ludwig Nommensen

Ingwer Ludwig Nommensen (di daerah Batak dikenal sebagai Ingwer

Ludwig Nommensen atau I.L. Nommensen; lahir di Nordstrand, Denmark (kini

Jerman), 6 Februari 1834, meninggal di Sigumpar, Toba Samosir, 23 Mei 1918

pada umur 84 tahun) adalah seorang penyebar agama Kristen Protestan di antara

suku Batak, Sumatra Utara. yang berasal dari Jerman, tetapi lebih dikenal di

Indonesia. Hasil dari pekerjaannya ialah berdirinya sebuah gereja terbesar di

58
Universitas Sumatera Utara
tengah-tengah suku bangsa Batak Toba yaitu Huria Kristen Batak Protestan

(HKBP).

Gambar 2.8.4a I.L. Nommensen

Sumber: id.wiki-wordpress.org

a. Biografi Singkat I.L. Nommensen

Nommensen berasal dari Pulau Noordstrand di Schleswig, yang pada

waktu itu merupakan wilayah Denmark. Keluarganya hidup dalam

kemiskinan dan penderitaan, sehingga sejak kecil, Nommensen terbiasa

hidup dalam kondisi yang demikian. Maka dari itu, sejak kecil ia sudah

mencari nafkah untuk membantu orangtuanya. Ketika berumur 7 tahun,

Nommensen memilih menggembalakan angsa daripada duduk di bangku

sekolah. Pada umur 8 tahun, ia mulai mencari nafkah untuk membantu

orang tuanya dengan cara menggembalakan domba. Pada usia 9 tahun, ia

belajar menjadi tukang atap. Lalu, pada usia 10 tahun, ia bekerja pada

59
Universitas Sumatera Utara
seorang petani yang kaya sambil belajar mengerjakan tanah. Ia juga

bekerja menuntun kuda yang menarik bajak untuk membajak tanah petani

kaya tersebut. Pada tahun 1846, saat berusia 12 tahun, Nommensen

mengalami kecelakaan. Sewaktu ia bermain kejar-kejaran dengan

temannya, ia ditabrak kereta kuda yang menggilas kakinya sampai patah

dan keadaan yang demikian memaksanya berbaring di tempat tidur

berbulan-bulan lamanya. Waktu itu, dalam doanya, Nommensen meminta

kesembuhan dan berjanji, jika ia disembuhkan, maka ia akan

memberitakan injil kepada orang kafir. Setelah kakinya sembuh,

Nommensen kembali menjadi buruh tani untuk membantu keluarganya

setelah kematian ayahnya.

b. Pendidikan, Misi, dan Strategi Penginjilan I.L. Nommensen di Tanah

Batak

Pada usia 20 tahun, Nommensen berangkat ke Barmen (sekarang

Wuppertal) untuk melamar menjadi penginjil. Selama empat tahun ia

belajar di seminari zending Lutheran Rheinische Missionsgesellschaft

(RMG). Sesudah lulus, ia kemudian ditahbiskan menjadi pendeta pada

tahun 1861. Ia ditugaskan oleh RMG ke Sumatra dan tiba pada tanggal 14

Mei 1862 di Padang. Ia memulai misinya di Barus dengan harapan akan

mendapatkan izin untuk menetap di daerah Toba. Namun, pemerintah

kolonial tidak mengizinkan dengan alasan keamanan. Oleh sebab itu, ia

bergabung dengan penginjil-penginjil lain, yaitu misionaris Pdt. Heyni dan

Pdt. Klammer yang telah berada di daerah Sipirok yang setelah Perang

60
Universitas Sumatera Utara
Padri dimasukkan dalam wilayah Hindia Belanda. Di situ, sebagian dari

penduduk sudah memeluk agama Islam sehingga kemajuannya lambat.

Setelah berdiskusi dengan kedua misionaris ini, disepakati pembagian

wilayah pelayanan, bahwa Nommensen akan bekerja di Silindung.

Kunjungan pertama ke Tarutung dilakukan pada 11 November 1863. Pada

kunjungan pertama ini, Nommensen diterima oleh Ompu Pasang (Ompu

Tunggul) kemudian tinggal di rumahnya yang daerahnya masuk dalam

kekuasaan Raja Pontas Lumban Tobing. Dari sini, Nommensen kemudian

kembali lagi ke Sipirok untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang

diperlukan dalam pelayanannya. Pada pertengahan tahun berikutnya

(1864), Nommensen dengan membawa semua perlengkapannya berangkat

kembali ke Tarutung, dan tiba di Tarutung pada tanggal 7 Mei 1864.

Nommensen kembali ke rumah Ompu Pasang (Ompu Tunggul), tetapi dia

ditolak. Di Onan Sitahuru, Nomensen duduk dan merenung di bawah

sebatang pohon beringin (hariara) untuk memikirkan apa yang akan dia

perbuat. Nommensen lalu pergi ke desa lain dan sampai ke di desa Raja

Aman Dari Lumban Tobing. Nommensen berharap Raja Aman Dari

Lumbantobing dapat mengizinkannya tinggal di atas lumbung padinya.

Akan tetapi Raja Aman Lumbantobing sedang pergi ke desa lain

membawa isterinya yang sedang sakit keras. Melalui seorang utusan,

Nommensen menyampaikan niatnya ini kepada Raja Aman

Lumbantobing, akan tetapi Raja Aman Lumbantobing menolak.

Nommensen kemudian meminta utusannya ini untuk kembali menemui

61
Universitas Sumatera Utara
Raja Aman Lumbantobing untuk kedua kalinya dengan pesan, ―bahwa

sekembalinya Raja Aman ke desanya, penyakit istrinya akan hilang‖. Raja

Aman kemudian berkata, apabila perkataan Nomensen itu benar, maka dia

akan mengizinkan Nomensen tinggal dirumahnya. Penyakit istri Raja

Aman sembuh. Raja Aman Lumbantobing kemudian mengizinkan

Nomensen tinggal di rumahnya. Akan tetapi, pada mulanya Raja Pontas

Lumban Tobing tidak mau menerima Nommensen. Dia berusaha

memengaruhi Raja-Raja di Silindung supaya menolak Nommensen.

Sebaliknya, Raja Aman Dari Lumban Tobing, juga berusaha memengaruhi

Raja-Raja di Silindung untuk menerimanya. Sehingga masyarakat di

sekitar Silindung terbagi dua dalam hal penerimaan terhadap Nommensen.

Walaupun masyarakat Silindung terbagi dua (ada yang menerima dan ada

yang menolak Nommensen), Nommensen tetap berada di Tarutung dan

memulai pelayanannya mengabarkan Injil. Satu tahun kemudian (27

Agustus 1865), Nommensen dapat melakukan pembabtisan pertama

kepada satu orang Batak. Bahkan di kemudian hari, Raja Pontas Lumban

Tobing yang dulunya menolak Nommensen, meminta supaya dia dan

keluarganya dibaptis. Pada saat itu juga Raja Pontas meminta supaya

Nommensen pindah dari Huta Dame ke Pearaja. Setelah Raja Pontas dan

keluarganya masuk Kristen, masyarakat Silindung makin banyak masuk

Kristen. Sejalan dengan pertumbuhan Gereja di Silindung, Nommensen

membuka Sekolah Guru di Pansur Napitu. Lulusan sekolah ini dijadikan

menjadi guru Injil dan Guru Sekolah. Di kemudian hari, sekolah ini

62
Universitas Sumatera Utara
dipindahkan ke Sipoholon. Kemudian, Nommensen membuka pos

Penginjilan baru di Sigumpar. Dari sanalah dia menyebarkan Injil bersama

para pembantunya ke seluruh Toba Holbung dan Samosir. Ketika diberi

izin oleh pemerintah kolonial, maka RMG menunjuk Nommensen untuk

membuka pos zending baru di Silindung. Kehadiran zending ditantang

oleh sebagian raja dan juga oleh sebagian besar penduduk karena mereka

takut akan terkena bencana jika menyambut seorang asing yang tidak

memelihara adat. Selain itu, sikap menolak para raja disebabkan pula oleh

kekhawatiran bahwa dengan kedatangan orang-orang kulit putih ini

menjadi perintis jalan bagi pemerintahan Belanda yang berkuasa pada

waktu itu. Sekalipun demikian, Nommensen berhasil mengumpulkan

jemaatnya yang pertama di Huta Dame (terjemahan dari

Yerusalem/Kampung Damai). Pada tahun 1873, ia mendirikan gedung

gereja, sekolah, dan rumahnya di Pearaja dan hingga kini, Pearaja tetap

menjadi pusat Gereja HKBP.

Gambar 2.8.4b

Para Raja di Tanah Batak, 1890


(Sumber: id.wiki-wordpress.org)

63
Universitas Sumatera Utara
Karena kehadiran para misionaris tidak disetujui oleh sebagian raja,

terutama oleh mereka yang berpihak pada Si Singamangaraja XII, maka pada

bulan Januari 1878, Singamangaraja sebagai raja yang menurut pengakuannya

sendiri, memiliki kedaulatan atas Silindung, memberi ultimatum kepada para

zending RMG untuk segera meninggalkan Silindung. Pada akhir Januari,

Nommensen meminta kepada pemerintah kolonial Belanda untuk mengirim

tentara untuk segera menaklukkan Tanah Batak yang pada saat itu masih merdeka.

Pada awal tahun 1878, pasukan pertama di bawah pimpinan Kapten Scheltens

bersama dengan Kontrolir Hoevell menuju Pearaja dan disambut oleh

Nommensen. Antara Februari hingga Maret, 380 pasukan tambahan dan 100

narapidana didatangkan dari Sibolga. Februari 1878, ekspedisi militer untuk

menumpaskan pasukan Singamangaraja dimulai. Penginjil Nommensen dan

Simoneit mendampingi pasukan Belanda selama ekspedisi militer yang dikenal

sebagai Perang Toba I. Keduanya menjadi penunjuk jalan dan penerjemah, serta

malah dianggap ikut berperan dalam menentukan kampung-kampung mana yang

akan dibakar. Sesudah ekspedisi militer berakhir, puluhan kampung termasuk

markas Singamangaraja di Bakkara dibumihanguskan. Atas jasa membantu

pemerintah Belanda, pada 27 Desember 1878, Nommensen dan Simoneit

menerima surat penghargaan dari pemerintah Belanda, ditambah uang tunai

sebanyak 1000 gulden.

Setelah Silindung dan Toba ditaklukkan dalam Perang Toba I,

Batakmission (zending Batak) mengalami kemajuan dengan pesat, khususnya di

daerah Utara. Nommensen berhasil meyakinkan ratusan raja untuk berhenti

64
Universitas Sumatera Utara
mengadakan perlawanan. Tentunya, hal ini dapat terjadi setelah Nomensen

meyakinkan kembali masyarakat bahwa ia bukan kaki tangan Belanda dan

kedatangannya untuk membawa kebaikan. Hal ini tampak dalam tindakan

keseharian Nommensen bagi orang-orang Batak waktu itu. Contoh beberapa raja

yang akhirnya bersikap positif ialah Raja Pontas Lumbantobing (Sipahutar),

Ompu Hatobung (di Pansur Napitu), Kali Bonar (di Pahae), Ompu Batu Tahan (di

Balige), dan lainnya. Pada tahun 1881, Nommensen memindahkan tempat

tinggalnya ke kampung Sigumpar, dan ia tinggal di sana sampai akhir hayatnya.

Pada tahun kematiannya, Batakmission (cikal bakal Huria Kristen Batak Protestan

(HKBP), mencatat jumlah orang Batak yang dibaptis telah mencapai 180.000

orang.

Gambar 2.8.4c

Kompleks zending di Pearaja beserta dengan sekolah, gereja, dan rumah sakit
(Sumber: id.wiki-wordpress.org)

Untuk menjaga tatanan hidup dari ribuan orang yang baru masuk menjadi

Kristen, Nommensen menyediakan bagi mereka suatu tatanan yang baru. Pada

65
Universitas Sumatera Utara
tahun 1866, ditetapkanlah sebuah Aturan Jemaat. Aturan itu meliputi kehidupan

orang Kristen di dalam jemaat maupun dalam lingkungan keluarga menyangkut

ibadah, perkawinan, hukum, dan pejabat gerejawi yang menekankan konversi

perorangan dengan mengembangkan strategi yang menekankan konversi

kelompok baik keluarga (mencakup keseluruhan anggota keluarga sebagai satu

kesatuan) maupun keseluruhan komunitas kepada iman Kristen. Di samping itu,

Nommensen menerjemahkan kitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Batak. Ia

menerbitkan cerita-cerita Batak dan menerbitkan cerita-cerita PL. Ia juga berusaha

untuk memperbaiki pertanian, peternakan, meminjamkan modal, dan menebus

hamba-hamba dari tuannya. Jasa-jasa Nommensen juga dikenang oleh orang

Batak antara lain karena usahanya di bidang pendidikan dengan membuka sekolah

penginjil yang menghasilkan penginjil-penginjil Batak pribumi. Demikian juga

untuk memenuhi kebutuhan guru di sekolah, RMG bersama Nommensen

membuka pendidikan guru.

Karena kecakapan dan jasa-jasanya dalam pekerjaan penginjilan, maka

pimpinan RMG, pada tahun 1881, mengangkat Nommensen sebagai Ephorus.

Jabatan ini diembannya sampai akhir hidupnya. Pada hari ulang tahunnya yang

ke-70, Nommensen mendapat gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Bonn.

Pada tahun 1911, ia memperoleh penghargaan Kerajaan Belanda dengan diangkat

sebagai Officier in de Orde van Oranje-Nassau. Ia pun akhirnya mendapat gelar

sebagai Rasul Orang Batak.

BatakMission ini merupakan sebuah himpunan dari seluruh utusan RMG

yang bertugas di Tanah Batak beserta asetnya dan juga seluruh pargodungon yang

66
Universitas Sumatera Utara
termasuk jemaat dan pelayanan rakyat pribumi. Misi Kristen untuk orang Batak

atau ―BatakMission” adalah salah satu gerakan yang mengupayakan penginjilan

di tanah Batak. I.L. Nommensen adalah seorang penginjil yang berprestasi di

bidangnya dalam penginjilan di tanah Batak. Atas usaha penginjil lainnya, agama

Kristen pun telah menjamur di tanah Batak.

Sebutan BatakMission memang sudah sangat melekat dalam ingatan oleh

para penginjil RMG dan juga umat Kristiani Batak yang terhimpun dalam

berbagai huria/jemaat. Dr. Johannes Warneck pun yang menjabat sebagai Ephorus

di tahun 1920-1932 menuliskan sebuah buku dalam rangka penyambutan


23
jubileum HKBP BatakMission yang ke-50 dan ke-60 tahun yang berjudul:

“Sechzing Jahre Batak-mission in Sumatera” (yang artinya; 60 tahun sudah

sekian lamanya Batakmission dalam bertugas di daerah Sumatera, khususnya di

tanah Batak). Tanggal tersebut sejak 1936 dimaknai oleh HKBP sebagai hari jadi

HKBP sebagaimana tercantum dalam buku Jubileum yang ke-75 tahun HKBP:

tahun 1861-1936. Buku jubileum HKBP tersebut merupakan hasil karya tulis dari

majelis pusat HKBP 1936. Lembaga penginjilan RMG terpaksa harus mengakhiri

pelayanan mereka di tanah Batak tahun 1940 akibat berlangsungnya perang dunia

ke-II pada masa itu. Di tahun 1949, lembaga penginjilan RMG menyerahkan

secara resmi seluruh asetnya yang sudah ada di Tanah Batak kepada HKBP

sebagai lembaga kegerejaan dari hasil penginjilan oleh lembaga Pekabaran Injil

RMG.

23
Sumber: Tesis Toman Manik, Hal. 34

67
Universitas Sumatera Utara
Tahun 2011 adalah tahunnya jubileum 150 tahun bagi HKBP dan bagi

VEM (Vereiningte Evangelische Mission di Wuppertal-Barmen, Jerman) sebagai

pewaris RMG. Kedua lembaga ini, masing-masing menyelenggarakan

serangkaian kegiatan untuk mengingat dan merayakan awal penginjilan RMG di

Tanah Batak dan hari jadi gereja HKBP.

Dalam era keterbukaan HKBP sesuai dengan visi dan misinya, HKBP

berusaha agar kembali pada jati dirinya sebelum tahun 1936 yaitu, sebagai Huria

Kristen Batak tahun 1925 yang masih tetap mengedepankan semangat penginjilan

yang holistik tanpa melupakan kemurnian ajaran Protestan sebagaimana ditandai

dengan namanya sejak tahun 1929 “Huria Kristen Batak Protestan” (HKBP).

Kembali ke jati diri HKBP berarti kembali kepada pemberitaan Injil Yesus

Kristus seperti yang telah dilakukan oleh para penginjil 7 Oktober 1961 dan

sebagai hari jadinya HKBP.

Jumlah jemaat dan resort sejak tahun 1998 hingga tahun 2011

menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Pola rekonsiliasi yang memberikan

pilihan pada jemaat-jemaat yang sempat pecah untuk menyatu atau mekar.

Jemaat-jemaat yang memilih opsi mekar telah ikut mempercepat pertumbuhan

jumlah tersebut. Jumlah resort yang terwakili di Sinode Godang tahun 2000

adalah 417 resort, diantaranya masih ada 17 yang berstatuskan “linduat”

(kembar), dan jumlah jemaat yang terhimpun dalam resort-resort tersebut

sebanyak 2.859 jemaat, diantaranya masih ada 28 jemaat yang berstatuskan

linduat.

68
Universitas Sumatera Utara
Jumlah utusan yang hadir pada sinode 2004 adalah dari 523 resort dan 13

resort persiapan. Pada sinode 2008 jumlah utusan yang hadir adalah 1067 dari 616

resort dan 2 resort persiapa. Tentang jumlah anggota jemaat HKBP hingga saat ini

masih bersifat dugaan. Antara tahun 1998-2011 HKBP memberikan jumlah

anggota jemaat 3.000.000 dan 5.000.000 juta jiwa. Dalam buku ―Mengembalikan

Jati Diri HKBP‖, Ephorus HKBP Pdt. Dr. Bonar Napitupulu membubuhkan angka

4,1 juta anggota jemaat HKBP yang tersebar dalam 26 distrik, 614 resort

ditambah 14 persiapan resort dan 3.226 jemaat. Sementara dalam statistik

keanggotaan gereja-gereja Lutheran, BLWF (Lutheran World Federation)

memberikan angka 3,5 juta anggota jemaat HKBP. Ketidakpastian jumlah

anggota jemaat HKBP dalam statistiknya tidak meragukan publik, bahwa HKBP

masih merupakan gereja kristen protestan yang terbesar di Asia Tenggara.

2.9 Sistem Aturan Dan Peraturan HKBP

HKBP ditata berdasarkan mengikuti sistem keuskupan, mirip dengan

gereja-gereja yang menganut sistem episcopal seperti gereja khatolik Roma,

gereja Anglikan, gereja Methodis, dan lain-lain.

Pimpinan tertinggi disebut Ephorus. Ephorus HKBP yang pertama adalah

Pdt. Dr. I.L. Nommensen. Ephorus dibantu oleh seorang Sekretaris Jenderal dan

sejumlah Kepala Departemen.

Di dalam melakukan pelayanan, HKBP terbagi atas HKBP Umum Pusat,

Distrik, Resort, Huria, dan Jemaat. Ditingkat HKBP umum adalah kesatuan

segenap HKBP yang meliputi jemaat, resort, distrik, lembaga-lembaga maupun

69
Universitas Sumatera Utara
yayasan-yayasan yang dipimpin oleh Ephorus. Pelayanan umum dilakukan oleh

Ephorus, Sekretaris Jenderal, Kepala Departemen Koinonia, Kepala Departemen

Marturia, Kepala Departemen Diakonia, yayasan, ketua rapat Pendeta, Majelis

Pekerja Sinode, Badan Audit HKBP, Badan Usaha HKBP, Badan Penyelenggara

Pendidikan HKBP, Badan Penelitian Pengembangan HKBP, Bendahara Umum,

dan Komisi. Distrik adalah kesatuan dari beberapa resort untuk memantapkan dan

mengembangkan persekutuan, kesaksian, dan pelayanan di distrik itu. Pelayanan

Distrik dipimpin oleh Praeses, Sekretaris Distrik, Bendahara Distrik, Kepala

Bidang Koinonia, Kepala Bidang Marturia, dan Kepala Bidang Diakonia. Resort

adalah persekutuan jemaat-jemaat setempat demi memantapkan maupun

mengembangkan persekutuan, kesaksian, dan pelayanan di tengah-tengah para

jemaat. Pelayanan Resort dipimpin oleh Pendeta Resort, Majelis Resort,

Sekretarisn Resort, Pendeta yang dibantu oleh Bibelvrouw, Diakones, Dewan

Pengurus Kegiatan Tingkat Resort. Jemaat Setempat adalah persekutuan beberapa

warga HKBP di suatu tempat tertentu, yang dipimpin oleh pimpinan jemaat

setempat. Pelayanan tingkat jemaat dipimpin oleh Guru Huria, Parhalado Huria,

Seksi-seksi pengurus kegiatan di Huria, Panitia Pembangunan.

Pada April 2012, HKBP sudah mempunyai sebanyak 1.519 Pendeta, 175

Calon Pendeta, 428 Guru Jemaat, 36 Calon Guru Jemaat, 408 Bibelvrouw, 43

Calon BibleVrouw, 284 Diakones, 29 Calon Diakones, dan lain sebagainya.

Keseluruhan Pelayan dan Calon Pelayan berjumlah sebanyak 2.922 orang.

Berikut ini adalah bagan organisasi HKBP. Dari bagan berkut ini tampak

jelas bagaimana sistem kinerja masing-masing jabatan dimulai dari yang tertingi

70
Universitas Sumatera Utara
sampai yang terendah. Dalam bagan ini juga terlihat posisi Dewan Marturia

sebagai dewan yang membawahi bagian musik dan nyanyian di HKBP.

Gambar 2.9a

Sumber: www.hkbp.or.id dan id.wiki-wordpress.org

Adapun dari urutan jabatan struktural aturan dan peraturan dalam Sistem

Organisasi HKBP berdasarkan Aturan dan Peraturan HKBP tahun 2002 adalah

sebagai berikut:

a. Ephorus HKBP adalah yang memimpin segenap HKBP dan wakil

HKBP terhadap pemerintah, gereja dan badan-badan organisasi lainya.

b. Sekertaris Jenderal HKBP.

c. Kepala Departemen Koinonia.

d. Kepala Departemen Marturia.

71
Universitas Sumatera Utara
e. Kepala Departemen Diakonia.

f. Praeses adalah pimpinan distrik bersama-sama dengan para kepala

bidang.

g. Pendeta Resort.

h. Pendeta adalah yang menerima jabatan kependetaan dari HKBP

melalui Ephorus sesuai dengan Agenda HKBP.

i. Guru Jemaat adalah yang menerima tahbisan jabatan guru jemaat dari

HKBP melalui Ephorus.

j. Bibelvrouw adalah perempuan yang menerima jabatan bibelvrouw dari

HKBP melalui Ephorus sesuai dengan Agenda HKBP.

k. Diakones adalah perempuan yang menerima jabatan diakoni dari

HKBP rnelalui Ephorus sesuai dengan Agenda HKBP.

l. Evangelis adalah yang menerima jabatan evangelis dari HKBP melalui

Ephorus sesuai dengan Agenda HKBP.

m. Penatua/Sintua adalah yang menerima jabatan penatua dari HKBP

melalui pendeta resort sesuai dengan Agenda HKBP.

n. Jemaat Biasa/Umum antara lain: (1) Punguan Ama, (2) Punguan Ina,

(3) Naposo Bulung adalah sebuah perkumpulan bagi orang-orang

dewasa berumur 22 tahun ke atas yang belum menikah, di luar itu

tidak bisa bergabung menjadi anggota naposo, (4) Remaja adalah

orang-orang yang masuk menjadi anggota remaja adalah orang-orang

yang berumur 16-21 tahun, sudah menjalani SIDI, dan tentunya belum

menikah, (5) Sekolah Minggu.

72
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.9b Daftar Ephorus HKBP

Sumber: www.hkbp.or.id/Kantor dan id.wiki-wordpress.org

Gereja adalah suatu perwujudan nyata dari tubuh Kristus, yang

menyaksikan kesatuan orang beriman di seluruh dunia. Sehingga gereja HKBP

mempunyai visi, misi, dan prinsip untuk mengembangkan kehidupan yang

bermutu melalui pelayanan-pelayanan yang telah diajarkan kepada jemaat HKBP.

Selain itu juga, HKBP merupakan lambing tubuh Kristus yang harus diterima oleh

jemaat yang beragama Kristen. Adapun visi, misi, dan prinsip HKBP adalah

sebagai berikut:

a. Visi HKBP

Berkembang menjadi gereja yang inklusif, dialogis, dan terbuka, serta

mampu dan bertenaga mengembangkan kehidupan yang bermutu di dalam kasih

73
Universitas Sumatera Utara
Tuhan Yesus Kristus, bersama-sama dengan semua orang di dalam masyarakat

global, terutama masyarakat Kristen.

b. Misi HKBP

Berusaha meningkatkan mutu segenap warga masyarakat, terutama warga

HKBP, melalui pelayanan-pelayanan gereja yang bermutu. Agar mampu

melaksanakan amanat Tuhan Yesus dalam segenap perilaku kehidupan pribadi,

kehidupan keluarga, maupun kehidupan bersama segenap masyarakat manusia di

tingkat local dan nasional, di tingkat regional dan global dalam menghadapi

tantangan abad-21.

2.9.1 Prinsip HKBP

Untuk melaksanakan misi menuju visi tersebut di atas, HKBP berpengang

teguh pada prinsip di bawah ini: (1) Melayani, bukan dilayani; (2) Menjadi garam

dan terang; dan, (3) Menegakkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan.

2.9.2 Agenda HKBP Pearaja Tarutung

Agenda HKBP adalah sebuah buku kumpulan tata ibadah yang dipakai

oleh gereja HKBP. Agenda HKBP juga merupakan aturan dan peraturan baku

pelaksanaan ibadah atau liturgi diseluruh gereja HKBP. Pemakaian kata agenda

HKBP adalah sebagai hasil dari para misionaris Jerman (RMG) yang datang ke

tanah Batak di tahun 1861 dalam tugas pekabaran injil.

74
Universitas Sumatera Utara
24
Kata Agenda berasal dari bahasa latin yang artinya; menunjukkan sebuah

daftar tentang hal-hal yang akan dikerjakan, kemudian kata itu digunakan oleh

gereja-gereja protestan di Jerman. Agende atau Kirchenagende, yaitu sebuah buku

kumpulan tata ibadah yang dipakai oleh gereja, antara lain: (1) kebaktian minggu

biasa; (2) kebaktian dengan perjamuan kudus; (3) baptisan, (4) naik sidi; (5)

pemberkatan nikah (6) ordinasi (die ordination zum predigtamt), dan sebagainya.

Padanannya, sebelum masa reformasi adalah “agenda missarium

(perayaan messe)”, agenda mortuorum (perayaan mengenang para orang mati),

dan lain-lain. Kumpulan tata ibadah HKBP pun dikenal dengan nama ―Agende‖

(dulu) dan ―Agenda‖ (kini) sesuai dengan pemakaian kata itu oleh gereja-gereja

asal para misionaris yang bertugas di tanah Batak pada masa itu.

Latarbelakang historis dalam pekabaran Injil di Tanah Batak oleh para

penginjil (Protestan) Eropa, yang berkeinginan untuk melakukan pengadaan

sebuah liturgi atau tata ibadah minggu dan peristiwa-peristiwa gerejawi lainnya

sudah menggema dan upaya untuk itu sudah dilakukan. Ini tampak dari laporan-

laporan para penginjil, seperti yang tampak dari laporan kegiatan pengabaran Injil

di lembah Silindung (Batak Toba) oleh Ingwer Ludwig Nommensen (Hutadame),

Peter H. Johannsen (Pansurnapitu) dan August. Mohri. (Sipoholon). Mereka di

tempat pelayanan masing-masing telah membuat gagasan-gagasan awal untuk

menciptakan tata ibadah minggu, ibadah baptisan, perjamuan kudus, peneguhan

sidi, pernikahan, dll. Dan ini semuanya telah bermuara pada sebuah buku Agenda,

dan besar kemungkinan Agenda edisi pertama ialah Agenda 1904, yang menjadi

24
Sumber: id.wiki-wordpress.org/Tesis Toman Manik, Hal. 57

75
Universitas Sumatera Utara
acuan bagi paparan kita dalam mencari dasar-dasar teologis dan praktis sebuah

Agenda HKBP untuk dipakai masa mendatang. Dugaan ini didukung oleh adanya

sebuah buku pedoman dan penjelasan tata ibadah serta kelengkapannya, yang

telah dipublikasikan melalui edisi bahasa Jerman terbit tahun 1906 dan edisi

bahasa Batak Toba tahun 1907.

2.9.3 Liturgi HKBP Pearaja Tarutung

Liturgi adalah istilah yang berasal dari bahasa Yunani: leitourgia; yang

berarti kerja bersama yang mengandung makna peribadahan kepada Allah dan

pelaksanaan kasih, dan pada umumnya istilah liturgi lebih banyak digunakan

dalam tradisi Kristen antara lain umat Khatolik. Namun, Liturgi HKBP berasal

dari kerajaan Prosia, Jerman. Pada waktu itu (abad ke-18) terdapat bermacam-

macam denominasi gereja di Jerman, tetapi secara umum hanya ada dua aliran

gereja yang ada, yakni Lutheran dan Calvinis.

Keyakinan kaisar yang memerintah Jerman pada waktu itu adalah apabila

agama bersatu (dan hanya satu), maka negara akan menjadi kuat, dan apabila

negara kuat, berarti kekuasaan kaisar juga akan kuat. Karena itu, negara

berkepentingan untuk menyatukan berbagai denominasi yang ada di Jerman pada

masa itu, dan salah satu caranya adalah menyatukan tata ibadah yang ada agar

menjadi sama di seluruh Jerman. Proses penyatuan ini juga memakan waktu

bertahun-tahun dan akhirnya diputuskan untuk menggunakan tata ibadah yang

adalah gabungan dari tradisi Lutheran dan Calvinis.

76
Universitas Sumatera Utara
Versi tata ibadah yang kita pakai sekarang adalah penggabungan kedua

tradisi tersebut (dikenal juga sebagai tata ibadah Union), yang lahir sebagai

sebuah liturgy kompromi di dalam pertentangan.

Tata ibadah HKBP sendiri telah beberapa kali mengalami perubahan.

Agenda pertama yang dipakai dicetak pada tahun 1894. Agenda pertama yang

dipakai pendeta non-Batak berbeda dengan yang dipakai oleh Guru Huria. Tata

ibadah yang dipakai Guru Huria tidak memiliki Votum karena dianggap kurang

pantas untuk mengucapkan kata-kata tersebut.

Tahun 1907, agenda dicetak ulang akan tetapi tidak memiliki perubahan

yang signifikan. Pada tahun 1918 Agenda disamakan, dan cetakan tahun 1937-lah

yang kita pakai pada saat ini.

2.9.4 Almanak HKBP Pearaja Tarutung

Almanak merupakan suatu buku yang berisi tentang penanggalan dan

karangan yang perlu diketahui khalayak. Almanak HKBP adalah bacaan alkitab

yang telah ditentukan untuk satu tahun berdasarkan tahun gerejawi. yang

dimaksud tahun gerejawi adalah hari raya liturgi yang tersusun berdasarkan

kehidupan Yesus. HKBP memulai tahun liturginya pada Minggu Advent Pertama.

Karena itu, minggu sebelum advent, yaitu minggu ke-24 setelah minggu

Trinitatis, disebut juga sebagai minggu ujung tahun.

Di sinilah dibacakan “barita jujur taon” dan peringatan akan mereka yang

telah meninggal sepanjang tahun tersebut. HKBP menentukan minggu advent ini

77
Universitas Sumatera Utara
dengan menghitung mundur 4 hari minggu dari hari Natal. Demikian jenis minggu

dalam kalender gerejawi HKBP sebagai berikut di bawah ini:

Nama-nama minggu beserta artinya:


- Advent I s/d IV,
- Natal,
- Setelah tahun baru,
- I s/d IV setelah Epifani/Hapapatar (makin terang, makin jelas),
- Septuagesima/70 hari sebelum kebangkitan,
- Sexagesima/60 hari sebelum kebangkitan,
- Estomihi/jadilah bagiku gunung batu tempat perlindungan, kubu
pertahanan untuk menyelamatkan aku (Mzm. 31:3),
- Invocavit/bila Ia berseru kepadaku, aku akan menjawab-Nya (Mzm.
91:15a),
- Reminiscere/ingatlah segala rahmat-Mu dan kasih setia-Mu, ya Tuhan
(Mzm. 25:6),
- Okuli/mataku tetap terarah kepada Tuhan (Mzm. 25:15a),
- Letare/bersukacitalah (Yesaya 66:10a),
- Judika/luputkanlah aku ya Allah! (Mzm. 43:1a),
- Palmarum (Maremare)/minggu Palma pesta I Kebangkitan Tuhan Yesus
Kristus (Paskah pertama)/Paskah,
- Quasimodo Geniti/seperti bayi yang baru lahir (1 Pet. 2:2),
- Miserekordias Domini/tanah ini penuh dengan kasih Allah (Mzm.
33:5b),
- Jubilate/pujilah Tuhan, hai segala bangsa (Mzm. 66:1),
- Kantate/nyanyikanlah nyanyian baru bagi Allah (Mzm. 98:1a),
- Rogate/doa (Yer. 29:12),
- Exaudi/dengarlah suaraku ya Tuhan (Mzm. 27:7),
- Pentakosta/turunnya Roh Kudus,
- Trinitatis/memperingati Allah Tritunggal,
- I s/d XXIV setelah Trinitatis/minggu biasa.

Berdasarkan minggu-minggu tersebut, bacaan Alkitab dalam setahun

disusun dalam Almanak HKBP. Bacaan Alkitab itu akan diulang kembali setelah

kurun tiga tahun, artinya apabila kita memang mengikuti bacaan tersebut, maka

alkitab akan selesai kit abaca dalam waktu 3 tahun.

78
Universitas Sumatera Utara
2.9.5 Tata Ibadah HKBP Pearaja Tarutung

Tata ibadah artinya pelayanan untuk suatu ganjaran yang kemudian

diartikan sebagai pelayanan, pekerjaan atau kerja pada umumnya. Istilah tata

ibadah dimaksudkan untuk menterjemahkan kata liturgi.

Setelah urutan dalam tata ibadah HKBP memiliki makna yang dalam.

Banyak dari kita yang mungkin hanya mengikuti kebaktian minggu di HKBP

tanpa mengetahui makna dari setiap acara. Hal ini mungkin menjadi penyebab

kenapa kita merasa bosan dan tidak bergairah mengikuti kebaktian tersebut,

karena kita sendiri tidak mengetahui apa yang kita ikuti!

Buku Agenda HKBP berisikan Tata Ibadah HKBP diantaranya adalah:

Kebaktian Minggu biasa, Kebaktian dengan: (perjamuan kudus, baptisan, dan naik

sidi), Pemberkatan nikah, Pemakaman, dan Ordinasi (die Ordination zum

Predigtamt, dsb). Namun secara teologis, berikut adalah urutan-urutan dalam Tata

Ibadah Kebaktian Minggu biasa yang tertulis di Agenda HKBP serta

keterangannya:

a. Sebelum memasuki acara yang pertama, jemaat telah memasuki ruang

kebaktian dan bersiap menunggu lonceng dibunyikan (di kota besar,

penggunaan lonceng mungkin telah ditiadakan).

b. Setelah lonceng dibunyikan, jemaat akan bersaat teduh untuk

menyerahkan diri kepada Tuhan, menyiapkan hatinya untuk mengikuti

ibadah.

79
Universitas Sumatera Utara
c. Nyanyian bersama:

Nyanyian pembukaan ini sebenarnya merupakan nyanyian panggilan

beribadah. Tetapi hati kita sudah harus siap mengikuti ibadah sejak

lonceng dibunyikan. Oleh karena itu, nyanyian ini adalah kesiapan hati

kita untuk mengikuti panggilan ibadah tersebut.

d. Votum-Introitus-Doa Pembukaan:

Votum adalah meterai pertanda bahwa Allah hadir di dalam ibadah

tersebut dengan ucapan; “di dalam nama Allah Bapa, dan nama Anak-

Nya Tuhan Yesus Kristus, dan nama Roh Kudus”. Inilah yang

membedakan ibadah dengan pertemuan biasa. Ibadah adalah

persekutuan umat percaya yang menyambut kedatangan dan kehadiran

Allah.

e. Introitus adalah pernyataan atau ajakan yang dikutip dari nas Alkitab.

Bacaan ini diambil berdasarkan minggu gerejawi tertentu. Nas Alkitab

ini juga menandakan bahwa jemaat sedang berada dalam suasana

perayaan minggu gerejawi tertentu. Nas Alkitab ini disambut jemaat

dengan menyanyikan ―Haleluya‖ yang artinya ―Pujilah Tuhan!‖

f. Sambutan jemaat disusul dengan doa pembukaan yang menekankan

suatu unsur kebersamaan. Doa ini disampaikan bersama. Memohon

agar Tuhan Allah mengatur dan memimpin ibadah tersebut.

g. Nyanyian bersama:

Nyanyian ini harus sesuai dengan hari raya gerejawi dan merupakan

respon jemaat terhadap doa pembukaan.

80
Universitas Sumatera Utara
h. Pembacaan hokum Tuhan:

Bagian ini adalah lanjutan dari nyanyian pembukaan dalam ibadah.

Maksudnya, dengan memperdengarkan serta memahami hokum taurat

dari Allah. Anggota jemaat yang beribadah sadar akan kesalahan-

kesalahan dan pelanggaran yang dia lakukan (Rom. 3:20b). hokum

taurat yang dibacakan bisa juga berfungsi sebagai cermin diri dan

peringatan akan dosa kita. Jemaat menyambut dengan memohon

kekuatan untuk melakukan taurat-Nya.

i. Nyanyian bersama:

Nyanyian ini berisi respon jemaat atas harapan Allah untuk

menjalankan hokum Tuhan. Isi nyanyian ini harus berkaitan dengan

hokum taurat.

j. Pengakuan dosa:

Setelah jemaat sadar akan dosa-dosanya, maka tibalah saat untuk

mengaku dosa-dosa tersebut ke hadapan Tuhan. Melalui ―doa

pengampunan dosa‖, jemaat memohon dalam kerendahan hati dan

mengiba kepada Tuhan agar dosanya diampuni (bnd. Luk. 15:21).

Untuk masuk ke dalam persekutuan dengan Allah, maka segala dosa

harus terlebih dahulu dibersihkan. Setelah berdoa, janji Allah akan

pengampunan dosa kita akan dibacakan. Allah mengampuni dosa dari

orang yang telah mengakui dan menyesali dosa-dosanya (Yeh. 33:11).

Setelah mendengar pengampunan dosa, kita bersukacita dan memuji

81
Universitas Sumatera Utara
Tuhan dengan mengucapkan ―kemuliaan bagi Allah di tempat yang

Maha Tinggi. Amin‖.

k. Nyanyian bersama:

Nyanyian ini adalah respon jemaat atas pengampunan dosanya.

l. Pembacaan firman (Epistel):

Setelah umat mengakui dosanya, maka Allah datang menyapa umat-

Nya melalui firman yang dibacakan sebagai petunjuk hidup baru. Ini

adalah kata-kata Allah menyapa umat-Nya melalui surat kiriman

(Epistel), yang isinya untuk mendorong umat berbuat baik dan

bersaksi. Setelah pembacaan Alkitab, liturgis membacakan

“berbahagialah mereka yang mendengarkan dan memelihara firman

Allah. Amen”. Perkataan ni bermaksud agar umat mengingat bahwa

firman Allah adalah untuk diindahkan, bukan untuk didiamkan saja.

m. Nyanyian bersama:

Nyanyian ini adalah respon umat atas pembacaan Alkitab. Karenanya,

nyanyiannya pun harus sesuai dengan pembacaan Epistel.

n. Pengakuan Iman Rasuli:

Bagian ini adalah bagian yang harus ada dalam setiap ibadah umat

Kristen. Karena melaui bagian ini, kita mengucapkan pengakuan iman

kita akan Trinitatis: Allah Bapa, Tuhan Yesus Kristus, dan Roh Kudus.

Kita mengakui ini karena dosa yang telah dihapuskan dan firman Allah

(Epistel) yang telah dibacakan mendorong kita untuk mengakui iman

kepercayaan kita.

82
Universitas Sumatera Utara
o. Warta jemaat:

Bagian ini seringkali dirasa tidak perlu tercantum dalam ibadah.

Namun, HKBP memasukkan warta jemaat sebagai bagian dari ibadah

karena semua kegiatan jemaat adalah karya Allah dalam hidup kita.

Seba itu, warta jemaat sebenarnya hanya berisi hal-hal yang ada

kaitannya langsung dengan kehidupan jemaat. Setelah warta jemaat,

para jemaat mendoakan hal-hal tersebut.

p. Nyanyian bersama:

Nyanyian ini merupakan respon jemaat akan pengakuan imannya,

sekaligus pengantar untuk kotbah yang akan didengarkan.

Persembahan juga dikumpulkan pada waktu yang bersamaan. Hal ini

berarti, bahwa mereka yang bersaksi melalui pengakuan iman, bersaksi

juga melalui pengakuan akan berkat Tuhan yang diterimanya dan

kesediaan hatinya untuk memberikan ―persembahan syukur‖ sesuai

dengan taurat.

q. Khotbah:

Kotbah adalah puncak dari acara kebaktian minggu. Semua bagian dari

ibadah minggu tidak boleh lepas dari nas kotbah yang akan

disampaikan. Kotbah bukanlah pidato atau ceramah, melainkan Allah

yang berbicara melalui pengkotbah, sebagai bekal hidup, pegangan,

dan penuntun hidup jemaat.

83
Universitas Sumatera Utara
r. Nyanyian bersama:

Nyanyian bersama ini adalah untuk merespon firman Tuhan yang baru

saja didengar, dan sekaligus sebagai penekanan kembali khotbah

tersebut. Karena kotbah adalah klimaks, maka sebaiknya tidak ada lagi

acara yang dilakukan setelah khotbah.

s. Doa persembahan dan nyanyian persembahan:

Sebelum keluar atau pulang ke tempat masing-masing, jemaat masih

diajak untuk mendoakan persembahan yang telah diberi karena segala

sesuatu perlu dibawa di dalam Dia (Kol.1:3). Jemaat menyambut doa

tersebut dengan nyanyian bersama, yang menyatakan bahwa segala hal

harus diserahkan kepada Tuhan (BE. 204:2).

t. Doa penutup/Doa Bapa Kami:

Jika ibadah dibuka dengan doa, maka diakhiri juga dengan doa. Doa

penutup juga harus disesuaikan dengan hari raya gerejawi. Setelah itu,

doa tersebut disambung dengan Doa Bapa Kami. Ini merupakan doa

yang mencakup segala kepentingan Allah dan kebutuhan manusia.

Itulah sebabnya ini menjadi bagian akhir pada doa penutup.

u. Doksologi:

Doksologi adalah bagian dari Doa Bapa Kami yang dinyanyikan

jemaat sebagai respon atas seluruh karya anugerah Allah. Allah dipuji

dan dimuliakan karena Dia adalah pemilik segala sesuatu dan pemberi

segala sesuatu (Mat. 6:13).

84
Universitas Sumatera Utara
v. Berkat:

Berkat yang ditulis di Bil. 6:24-26 adalah berkat yang juga diberikan

kepada umat Israel. Melalui berkat ini, kita memahami bahwa Allah

juga telah memberkati jemaat dengan berkat yang sama. Sebagai

sambutan iman, maka jemaat menyanyikan “Amin, Amin, Amin!”,

yang berarti “Ya benar! Terjadilah”.

85
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9.5. Agenda HKBP untuk Kebaktian Minggu

(Sumber: id.wiki-wordpress.org/catatan_JEB)

86
Universitas Sumatera Utara
BAB III

PERKEMBANGAN ENDE SANGAP DI JAHOWA HKBP

PEARAJA TARUTUNG

Nyanyian adalah syair yang dilafalkan sesuai dengan nada, ritme, birama,

dan melodi tertentu hingga membentuk sebuah harmoni. Nyanyian sering juga

disebut sebagai lagu yang berarti gubahan seni nada atau suara dalam urutan,

kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya yang diiringi dengan alat musik)

untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai suatu kesatuan dan

kesinambungan (yang mengandung irama). Dan ragam nada atau suara yang

berirama yang disebut juga dengan lagu. Sedangkan bernyanyi adalah proses

melafalkan syair sesuai dengan nada, ritme, dan melodi tertentu hingga

membentuk sebuah harmoni.

3.1 Nyanyian Jemaat

Pengertian Nyanyian Jemaat Menurut kaidah musik, nyanyian jemaat

digolongkan pada community singing. Kategori nyanyian jemaat dapat dilihat dan

diketahui melalui penempatan nyanyian-nyanyian pada rumpun ibadah yang

terdiri dari empat bagian besar. Pertama, Menghadap Tuhan. Pada rumpun ini,

kategori nyanyian diisi dengan nyanyian pembukaan yang mengekspresikan

kesadaran jemaat sedang menghadap Tuhan, sehubungan dengan pengakuan dan

pengampunan, kemudian sehubungan dengan doa permohonan dan invokasi Roh

Kudus. Kedua, Pelayanan Firman. Pada rumpun ini, disajikan nyanyian tentang

87
Universitas Sumatera Utara
penciptaan, perjanjian Allah dengan umat-Nya, Penantian Mesias, Kelahiran

Yesus, Hidup dan karya Yesus selaku Mesias, Masa pra Paskah, masa Sengsara

dan Paskah, Kenaikan, Pentakosta, Roh Kudus dalam jemaat, gereja di dunia dan

di surga, akhir zaman serta kerajaan Kristus yang kekal. Ketiga, Respon Umat.

Rumpun ini disebut sebagai rumpun respon umat atau pengucapan syukur umat.

Kategori nyanyian jemaat pada rumpun ini terdiri dari: pengucapan syukur, puji-

pujian, pengabdian dan keesaan serta upacara khusus lainnya. Keempat,

Pengutusan. Pada rumpun penutup ini nyanyian jemaat memiliki kategori dengan

isi yang bermakna jemaat dihantarkan memasuki dunia perutusan dan diberkati.

3.1.1 Buku Nyanyian Jemaat

Dari gereja-gereja tua di Eropa dan di Amerika, nyanyian-nyanyian jemaat

ini dibawa masuk (diimpor) ke dalam gereja-gereja muda yang kemudian

notasinya diadopsi serta teksnya digubah dan menjadi nyanyian sendiri. Di

Indonesia hampir setiap gereja mempunyai buku nyanyian sendiri dalam bahasa

Indonesia dan juga dalam bahasa daerah. Seperti yang kita lihat sendiri, bahwa

dalam setiap kebaktian tidak ada yang terlelpas dari nyanyian (dalam HKBP

dikenal sebagai Buku Ende) da nada juga dari nyanyian lainnya. Nyanyian-

nyanyian jemaat ini juga telah dipilih dan disesuaikan dengan nas yang menjadi

renungan atau kotbah.

Kehadiran buku nyanyian sangat membantu kita dalam memilih dan

memnyanyikan nyanyian jemaat. Tentunya peranan aktif dari yayasan ataupun

88
Universitas Sumatera Utara
lembaga-lembaga penerbitan buku dalam hal pengadaan buku nyanyian jemaat,

buku-buku rohani, serta alkitab untuk keperluan ibadah.

Yang dimaksudkan dengan nyanyian jemaat (himne) tersebut ialah lagu-

lagu yang dipakai secara resmi di dalam sebuah ibadah kristiani, misalnya;

Kidung Jemaat (KJ), Buku Ende (BE), Haluaon Na Gok (HNG), Dua Sahabat

Lama (DSL), Kidung Pujian (KP), Nama Yesus Terus Berkarya (NY), Nyanyian

Kemenangan Iman (KI), Nyanyian Pujian (NP), Nyanyian Rohani (NR), Nyanyian

Rohani Methodist Indonesia (GMI), Suplemen Buku Nyanyian (SBN), Nyanyian

Suplemen Sinode Am (SSA), Puji-Pujian Rohani (PR), dan Tahlil-tahlil (T).

Akan tetapi, bila diamati satu per satu dari lagu-lagu atau nyanyian jemaat

yang terdapat seperti dalam buku-buku nyanyian di atas, ternyata hampir setiap

nyanyiannya berasal dari lagu-lagu asing. (khususnya Jerman yang diterjemahkan

ke dalam bahasa Indonesia, khususnya bahasa Batak).

Namun demikian, liturgi kebaktian gereja harus tetap direlevansikan untuk

kebutuhan ibadah secara komplit, mengikuti era globalisasi masa kini dalam arti

positif dengan memperhatikan tanda-tanda zaman. Dalam menghadapi era baru

ini, gereja perlu membuka diri, belajar pada hal-hal yang baik untuk ditunjukkan

oleh aliran keagamaan seperti kelompok doa, aliran kharismatik, dan gerakan

pentakosta, yakni sepanjang cara beribadah itu sesuai dengan firman Tuhan dan

tidak bertentangan dengan konfessi gereja HKBP.

89
Universitas Sumatera Utara
3.2 Buku Ende HKBP

Buku Ende adalah sebuah buku yang berisi lagu-lagu pujian dalam bahasa

Batak yang dipakai di dalam kebaktian gereja Kristen Batak di Indonesia. Buku

Ende disusun dan sekarang dicetak dan diterbitkan oleh Percetakan HKBP di

Pematang Siantar, Indonesia. Jumlah lagu dalam buku adalah 556 lagu. Untuk

cetakan yang baru, Buku Ende telah dilengkapi dengan tambahan 308 lagu (BE-

557 s/d BE-864) yang disebut dengan Buku Ende Sangap di Jahowa (SDJ).

3.2.1 Sejarah Buku Ende HKBP Pearaja Tarutung

Catatan awal dari para misionaris yang bertugas di tanah Batak

menyebutkan bernyanyi himne (ende) atau nyanyian jemaat, bermain harmonium

dan penggunaan alat musik tiup (brass band) memberikan informasi yang

mendalam kepada para misisonaris mengenai kepekaan musikal terhadap orang-

orang Batak sebelum bertemu dengan budaya Barat. Salah satu dari sumber

tersebut ditemukan dalam surat-surat dan jurnal dari misionaris Needham sebagai

berikut. Setiap Selasa malam, Petrus (orang Kristen Batak Toba) seorang guru

laki-laki yang memberikan pelajaran bernyanyi kepada 40 orang perempuan

muda, semua perempuan muda yang lebih banyak diajarkan adalah yang bersuara

alto, dan selebihnya suara sopran. Dia (Petrus) mengajarkan itu semua kepada

perempuan-perempuan muda tersebut tidak dengan atau tanpa bantuan instrumen

apapun. Sejauh ini, mereka sudah tahu apa itu menyanyi dengan keras dan lembut,

dengan telinga dalam pendengaran yang benar, tetapi tidak ada perasaan dalam

hal menyanyi.

90
Universitas Sumatera Utara
Needham juga mengatakan, selama menempuh perjalanan darat ke Pansur

Napitu dan ia berhenti di Pearaja (Kantor Pusat HKBP sekarang), tanpa sengaja,

ia mendengar alunan musik tiup memainkan nyanyian jemaat dan kerumunan

orang kristen pribumi yang sedang berkumpul untuk menerima kami. Needham

juga mengungkapkan sesuatu dari sikap para misionaris mengenai kemampuan

bermusik dari orang-orang Batak Toba25. Kapasitas bermusik orang-orang Batak

Toba sangat luar biasa, mengingat bahwa mereka tidak pernah menggunakan satu

not pun sampai bangsa Eropa datang ke tanah Batak.

Di tempat lainnya ia juga menulis, Bartimeus dan Konrad (guru Batak

Toba), dengan 28 orang pria, 12 orang di antaranya adalah anak-anak baru, masuk

ke dalam ruangan dan menyanyikan 2 buah lagu jemaat untuk natal, dan itu benar-

benar sangat indah, mendengar nyanyian kisah kelahiran Yesus dengan hati, dan

indah, mengingat dari tiga bulan yang lalu mereka tidak pernah mendengankan

nyanyian tersebut.

Usere Batakkirche eine singende Kirche ist, artinya ialah: ―Kami gereja

Batak adalah gereja yang bernyanyi‖ yang merupakan ekpresi yang sering

digunakan oleh para misionaris RMG ketika mereka menggambarkan suatu

keberhasilan mereka bekerja di antara orang-orang Batak Toba dan tradisi gereja

yang berkembang. Quentmeier juga menyatakan; bahwa misionaris bernama

Ingwer Ludwig Nommensen dan Johannsen yang pertama sekali memperkenalkan

chorales atau nyanyian jemaat Protestan kepada orang-orang Batak yang baru

masuk Kristen. Awalnya ada 9 buah nyanyian jemaat yang diterjemahkan ke

25
Sumber: Tesis Muhammad Yusuf, Hal.187

91
Universitas Sumatera Utara
dalam bahasa Batak Toba untuk dinyanyikan, peristiwa ini terjadi antara 1860-an

atau di awal 1870-an.

Lalu nyanyian jemaat berikutnya, berjumlah sebanyak 90 buah nyanyian

jemaat tanpa menggunakan notasi yang datang melalui korespondensi pribadi

dengan Apelt, yang berjudul ―Ende-ende ni Halak Kristen na di Tano Batak,

Angka na Marhata Batak Toba” (Nyanyian Jemaat Kristen di Tanah Batak yan

Berbahasa Batak Toba). Kemudian, nyanyian jemaat selanjutnya adalah muncul

tahun 1901 yang berisi teks nyanyian jemaat berjumlah sekitar 278 buah lagu

yang diedit oleh Meerwaldt. Dan Meerwaldt (1923), juga mengedit kembali

dengan nyanyian tambahan sebanyak 53 buah nyanyian jemaat (meskipun juga

tanpa menggunakan notasi).

Dan pada akhirnya, versi baru dari nyanyian jemaat dicetak di Laguboti

tahun 1935. (RMG telah mendirikan percetakan), nyanyian berjumlah sebanyak

375 dan telah menggunakan notasi dengan judul buku ―Boekoe Ende ni Halak

Kristen na di Tano Batak” (Buku Nyanyian Orang Kristen yang di Tanah Batak),

yang juga sekarang disebut sebagai Buku Ende. Pada awalnya, buku nyanyian

jemaat ini dicetak sebanyak 6.000 eksemplar lagu dan habis terjual. Quentmeier

mengatakan dalam 2 tahun kemudian, bahwa 10.000 eksemplar lagu dicetak

dalam rangka untuk memenuhi permintaan.

Sistem notasi dari buku nyanyian yang ada saat ini, sudah menggunakan

sistem notasi balok dan notasi angka. Namun, tidak ada catatan menyebutkan

yang mana dari kedua notasi di atas yang lebih duluan dipergunakan. Orang-orang

Kristen Batak lebih menyukai sistem notasi angka dibandingkan dengan notasi

92
Universitas Sumatera Utara
balok, hal ini menunjukan adanya kemungkinan bahwa sistem notasi angka telah

lebih dahulu digunakan di kalangan orang-orang Batak Protestan. Sistem notasi

angka adalah sistem yang paling umum digunakan untuk nyanyian jemaat dan

untuk belajar koor.

Sejarah mencatat dan menunjukkannya dengan jelas bahwa misionaris

Jerman yang juga memperkenalkan alat musik tiup berupa (brass band) dan organ

pompa (poti marende) pada tahun 1880-an yang kedua instrumen tersebut

menggunakan sistem notasi balok. Dalam semua kemungkinan kedua sistem itu

diperkenalkan sekitar pada waktu yang sama, tetapi dikembangkan secara mandiri

dalam situasi konteks yang lebih spesifik.

Nyanyian jemaat tersebut berperan sangat penting dalam penciptaan dan

pemeliharaan rasa identitas agama dan budaya, seperti yang sudah berkembang

dan dinyatakan tidak lagi hanya dalam konteks ibadah Kristen melainkan juga

dalam kehidupan sehari-hari dari jemaat nyanyian tersebut sering digunakan

dalam perayaan seperti; pesta hari ulang tahun, pesta perkawinan, migrasi, pindah

tempat atau memasuki rumah baru, perayaan tahun baru, pesta panen produktif

dan dinyanyikan sehari-hari sebagai hiburan terhadap diri-sendiri dan sebagainya

di dalam maupun di luar gereja.

3.2.2 Perkembangan Ende Sangap Di Jahowa HKBP Pearaja Tarutung

Tahun 2000-an

Munculnya pilihan ibadah alternatif atau juga disebut sebagai ibadah

kontemporer sekitar tahun 2000-an yang disebabkan oleh adanya gerakan-gerakan

93
Universitas Sumatera Utara
yang baru dalam ajaran kekristenan. Hal ini secara otomatis mengakibatkan

kebutuhan akan jenis-jenis nyanyian dalam peribadahan pun akan ikut

berkembang dan berubah pula seiring dengan perkembangan tata ibadah dalam

aturan dan peraturan HKBP.

Alasan terbentuknya ibadah alternatif tersebut didasari karena adanya

sikap peralihan dari sebagian jemaat HKBP, khususnya muda/mudi yang sudah

mulai mengikuti ibadah-ibadah ke gereja-gereja kharismatik. Mereka mengira

bahwa ibadah di dalam HKBP tersebut sangat cenderung ke arah yang bersifat

monoton26 (berulang-ulang, sifatnya sama seperti sebelumnya, itu-itu saja dan

tidak ada variasinya sama sekali, atau hal yang sama dan tidak ada perubahan).

Kecenderungan itu seolah-olah bahwa ada yang tertinggal dengan perkembangan

lagu baru yang sangat cepat dari berbagai denominasi gereja lainnya. Sudah lama

tidak terdengar, padahal buku ende itu sendiri dengan syarat dan maknanya adalah

kotbah yang hidup, tetapi pelan-pelan mulai dilupakan.

Itulah sebabnya, mereka ingin mencari sesuatu yang baru atau suasana

baru yang belum pernah mereka alami atau rasakan sebelumnya dari segi dan

bentuk nyanyian dalam liturgi yang ada di gereja-gereja kharismatik tersebut.

Dari segi aspek kerohanian para jemaat HKBP terutama jemaat HKBP

Pearaja Tarutung sangat kurang diperhatikan oleh HKBP tersebut yang pada

dasarnya hanya berfokus kepada ajaran dan doktrin yang benar saja, sehingga

timbullah ajaran bersifat pietisme27, yang berarti lebih menekankan kepada

26
Wawancara dengan Bapak Pdt. J.A.U. Dolok Saribu di kantor Seminarium Sipoholon. 15 Agustus
2018.
27
Pietisme berasal dari bahasa latin “pieta”, yang artinya kesalehan. Pietisme sendiri berarti paham
yang menekankan kepada kesalehan hidup. Orang-orang yang menganut paham ini beranggapan bahwa tidak

94
Universitas Sumatera Utara
pembaharuan iman yakni hidup baru atau lahir baru. Itulah mengapa alasan ibadah

alternatif dibuat agar jemaat tidak lagi merasa bosan dan jenuh serta kurang

semangat dan tidak bergairah dan kembali lagi mengikuti peribadahan di dalam

HKBP yang sesuai dengan permintaan para jemaat gereja. Adapun alasan yang

lain dilaksanakannya ibadah alternatif adalah untuk mencegah para jemaat HKBP

berpindah gereja ke gereja-gereja kharismatik lagi karena ibadah alternatif ini

merupakan suatu cerminan bagaimana himne gereja di HKBP sudah mulai

ditinggalkan bahkan oleh para muda/mudi HKBP itu sendiri.

Maka dari itu, HKBP pun dalam pilihan lain tersebut dengan sigap dan

tanggap segera memperkaya pembendaharaan lagu dan tata peribadahannya yang

menggabungkan liturgi dengan dua tata ibadah yang bersumber dari tata ibadah

kharismatik dengan tata ibadah HKBP yang memasukkan nyanyian-nyanyian

rohani bercorak pop (populer) yang belum pernah ada sebelumnya dalam buku

ende HKBP itu sendiri. Perlunya suatu kebutuhan akan pembendaharaan dan

kumpulan untuk nyayian-nyanyian yang lain dalam buku ende HKBP, maka

nyanyian-nyanyian lain serta yang baru tersebutpun yang akan dimasukkan dan

ditambahkan ke dalam buku ende HKBP, mulailah disinggung dan dibahas dalam

musyawarah para praeses HKBP yang jatuh pada tanggal 4 s/d 5 September 2000.

cukup hanya ajaran dan dogmatika yang hanya memuaskan otak saja, tetapi mengabaikan kerohanian
sesorang. http://amunghelny.wordpress.com

95
Universitas Sumatera Utara
3.2.3 Perkembangan Ende Sangap Di Jahowa HKBP Pearaja Tarutung

Tahun 2001-an s/d 2002-an

Keberlanjutan dari pembahasan dari musyawarah para praeses

sebelumnya, nyanyian-nyanyian baru yang akan ditambah tersebut akan dibahas

dan didiskusikan juga dalam musyawarah para pendeta HKBP yang jatuh pada

tanggal 20 s/d 24 Agustus 2001 serta dalam musyawarah sinode godang HKBP

pada tanggal 30 September s/d 4 Oktober 2002 yang diadakan di kantor pusat

HKBP Pearaja, Tarutung. Di dalam musyawarah/rapat tersebut mendiskusikan

untuk membentuk sebuah tim disebut dengan nama ―Tim Suplemen‖ yang akan

ditugaskan dan dipilih untuk mengerjakan tugas dalam hal pengumpulan dan

pemilihan lagu baru atau nyanyian untuk memperkaya pembendaharaan nyanyian-

nyanyian dalam ibadah di gereja HKBP yang diketuai oleh Bapak Pdt. J.A.U.

Doloksaribu bersama dengan para anggotanya, yaitu Bapak Pdt, M.V.

Simanjuntak, Bapak Biv. Manatap H. Sitorus, Ibu Dcs. Bonaria Hutabarat, Bapak

Pdt. Manumpan H. Sihite, dan Bapak Pdt. Manuara Hutapea. Dan Bapak Pdt.

J.A.U. Doloksaribu sebelumnya juga sudah menyiapkan lebih kurang sekitar 40

buah lagu baru untuk diperdengarkan dalam rapat tersebut. Para peserta rapat

dalam ruangan rapat mendengarkan lagu-lagu tersebut dan mereka memberikan

tanggapan yang positif terhadap lagu-lagu yang telah diperdengarkan.28

Selanjutnya, mereka mulai mencari dan mengumpulkan lagu-lagu lain

yang akan dimasukkan ke dalam buku ende HKBP dari berbagai sumber-sumber

nyanyian yang ada dan dari nyanyian-nyanyian ibadah gerejawi. Acuan mereka

28
Wawancara dengan Bapak. Pdt. J.A.U. Doloksaribu di kantor Seminarium Sipoholon. 5 Agustus
2018.

96
Universitas Sumatera Utara
dalam pemilihan lagu baru atau nyanyian tersebut ialah teksnya yang harus

bersifat alkitabiah, maksudnya adalah yang mana teksnya harus sesuai dengan

ajaran yang tersurat dalam firman Tuhan dan juga teksnya harus yang

konvensional29 atau sesuai dengan ajaran, doktrin, atau konfesi gereja terutama

HKBP, serta menggunakan melodi-melodi atau irama-irama lagu yang bagus dan

nikmat didengar serta mudah diikuti jemaat bahkan untuk dinyanyikan melainkan

tidak hanya tergantung kepada satu jenis irama musik saja, akan tetapi dari

berbagai irama musik lainnya yang bisa dan masih baik untuk didengar dan

dinyanyikan.

Dari setiap proses pengumpulan dan pemilihan lagu baru dalam irama atau

melodi yang beragam diharapkan dapat mewakili selera musik sesuai yang

diharapkan oleh setiap jemaat dengan berbagai latarbelakang yang berbeda-beda,

baik dari segi pendidikan, dari segi usia, dan bahkan dari berbagai pengalaman

hidup jemaat yang berbeda-beda pula.

Seusai proses pengumpulan dan pemilihan lagu-lagu baru dari berbagai

sumber yang dikumpulkan, lalu mereka juga melakukan penterjemahan dari lagu-

lagu tersebut ke dalam bahasa Batak khususnya Batak Toba. Mereka juga

mengubah isi teks dari beberapa lagu ke dalam bahasa Batak Toba dengan

mengambil teksnya saja dan menjadikannya sebagai teks lagu rohani dengan

hanya mengambil unsur melodinya saja. Kemudian proses pengetikan semua lagu

29
Konvensional seringkali didefinisikan sebagai sesuatu yang ketinggalan zaman (kuno) atau cara-cara
tradisional yang sudah tidak sesuai dengan kondisi zaman sekarang. Padahal tidak demikian, karena pada
dasarnya kata konvensional sangat berhubungan dengan kesepakatan. Secara etimologi, kata konvensional
berasal dari kata konvensi, yang artinya; kesepakatan atau permufakatan yang dibuat oleh sejumlah orang,
baik itu dalam organisasi, daerah, maupun negara. Sehingga istilah konvensional adalah hal-hal yang
dilakukan berdasarkan kesepakatan umum. Pengertian Konvensional Menurut KBBI: berdasarkan konvensi
(kesepakatan) umum (seperti adat, kebiasaan, kelaziman);tradisional.

97
Universitas Sumatera Utara
yang dikerjakan oleh Ibu Julice Silitonga S.Sn dan Bapak Pdt. Marudut Parulian

Silitonga, S.Th. Dan setelah semua pekerjaan mereka beres dilaksanakan, barulah

buku ende tersebut dicetak di percetakan HKBP yang ada di Pematang Siantar.

Dan pada saat itu pula, Bapak Pdt. Arnold Panggabean, Mth yang

menjabat sebagai seorang dosen STT HKBP di Pematang Siantar tahun 2001,

melakukan percobaan terhadap penggabungan dalam penulisan not balok dengan

not angka dalam setiap lembaran lagu yang ada pada buku ende HKBP. Setiap

notasi angkanya ditulis di atas notasi balok serta beliau juga menuliskan nama-

nama komponis lagu pada setiap nyanyian atau ende yang dimulai dari nomor 1

sampai dengan nomor 556, akan tetapi ada beberapa dari komponis dan penyair

yang tidak dituliskan karena informasi dari identitas sebagian tidak dapat

ditemukan.

3.2.4 Perkembangan Ende Sangap Di Jahowa HKBP Pearaja Tarutung

Tahun 2003-an, 2004-an s/d Sekarang

Barulah penggunaan buku ende suplemen HKBP yang berjudul ―Sangap

Di Jahowa” yang berisikan 309 buah nyanyian yang disahkan dan disepakati

melalui rapat para pendeta kembali pada tanggal 8 s/d 12 Oktober 2003 dan sudah

disatukan dengan buku ende yang sudah ada sebelumnya sehingga jumlah

nyanyian pada buku ende sudah terkumpul sebanyak 864 buah nyanyian dalam

bentuk suplemen. Ende Sangap Di Jahowa merupakan bagian dari nyanyian

dalam ibadah HKBP yang terdapat dalam buku ende HKBP Suplemen.

98
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana mestinya bahwa perbedaan buku ende (buku nyanyian) di HKBP

terdiri dari tiga bagian, yaitu: dalam Buku Ende (BE) sebanyak 373 buah lagu,

dalam Buku Ende Haluaon Na Gok (HNG) sebanyak 183 buah lagu, dan di tahun

2004 terjadi penambahan lagu lagi ke dalam suplemen Buku Ende Sangap Di

Jahowa (SDJ) sebanyak 309 buah lagu. Dan sebagian dari nyanyian dari buku

ende Haluaon Na Gok sudah digabungkan secara berurut dalam satu buku ende

dan suplemen menjadi satu paket. Jadi, dalam nyanyian HKBP yang digabungkan

dalam Buku Ende HKBP suplemen terdapat 864 buah judul lagu atau untuk

cetakan atau terbitan yang baru, buku ende suplemen sudah dilengkapi dengan

tambahan lagu yang berjumlah 309 buah lagu tersebut (BE-557 s/d BE-864) yang

disebut dengan Ende Sangap Di Jahowa (SDJ) yang dikenal sampai sekarang ini.

Nyanyian himne pada gereja HKBP juga hingga sampai saat ini tidak lagi

mengalami perkembangan (perubahan dan penambahan lagu). Buku ende

suplemen inilah satu-satunya sumber nyanyian jemaat HKBP dalam setiap ibadah

yang dilakukan. Namun, persamaan dari ketiga buku adalah nyanyian resmi dalam

ibadah gereja HKBP. Kemudian semua lagu-lagu yang terdapat dalam Buku Ende

(BE) dan Buku Ende Haluaon Na Gok (HNG), sudah ada di dalam Buku Ende-

Sangap Di Jahowa (SDJ). Bahkan notasi yang terdapat di dalam kedua buku

nyanyian ini juga sama.

Perbedaan lainnya antara ketiga buku nyanyian ibadah Gereja HKBP ini

adalah sistem pengklasifikasian atau pengkategoriannya menurut urutan judul-

judul lagu. Meskipun jumlah lagu pada Buku Ende (BE) dan Buku Ende Haluaon

Na Gok (HNG) lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah lagu Buku Ende-

99
Universitas Sumatera Utara
Sangap Di Jahowa (BE-SDJ) suplemen, namun struktur pengklasifikasiannya

lebih banyak berkisar 38 item. Sedangkan pada Buku Ende-Sangap Di Jahowa

(BE-SDJ), jumlah lagunya berkembang menjadi lebih banyak, namun struktur

pengklasifikasinya cenderung lebih sedikit (lebih disederhanakan atau diperkecil)

sesuai dengan tema-tema yang dibuat berdasarkan yang baru pula.

Dari keseluruhan klasifikasi dari judul-judul lagu pada Buku Ende-Sangap

Di Jahowa BE-SDJ berkisar 23 saja. Tetapi, substansi dari ketiga buku nyanyian

ini adalah sama, yaitu sebagai pedoman dasar dalam menyanyikan lagu-lagu

ibadah pada Gereja HKBP di manapun. Namun, bagi para pengurus Gereja

HKBP, panduan tertulis dalam bentuk notasi lagu-lagu ini sangatlah penting

dalam konteks menghindari gangguan atau penyimpangan dalam tata ibadah,

termasuk dalam kajian ini adalah ibadah Minggu.

Ende Sangap Di Jahowa dibuat sedemikian rupa dari mulai perencanaan,

dan pengerjaan bahkan sampai pengesahaannya adalah semata-mata bertujuan

untuk menjadi bagian dalam nyanyian ibadah di HKBP. Ende Sangap Di Jahowa

adalah sebagai ende atau nyanyian tambahan yang akan melengkapi nyanyian

yang sudah ada sebelumnya, yakni Buku Ende (BE) dan Haluaon Na Gok (HNG).

dianggap menjadi sebuah solusi atas kebutuhan rohani para jemaat berdasarkan

nyanyian yang lebih variatif terutama dalam hal variasi melodi dan iramanya.30

Memang secara umum, komposisi lagu-lagu himne dalam dalam Ende

Sangap Di Jahowa masih bersandar pada langgam lagu-lagu dari Eropa yang

tergolong musik liturgi dari Gereja Barat (termasuk Protestant). Tetapi, selain

30
Wawancara dengan Bapak Pdt. J.A.U. Dolok Saribu di kantor Seminarium Sipoholon. 9 September
2018.

100
Universitas Sumatera Utara
berupa saduran maupun terjemahan dari lagu-lagu himne Eropa, Amerika, Asia,

dan Afrika. Terdapat beberapa lagu yang otentik digubah menonjolkan ciri khas

melodi Batak Toba, misalnya seperti karya Bapak Pdt. Waldemar Silitonga

(Pensilwally).

Dari ke-309 buah nyanyian tambahan yang ada, terdapat pula lima buah

lagu yang dicantumkan dalam buku ende-suplemen sebagai ende HKBP yang

berasal dari lagu rakyat Batak. Dari keterangan di atas memperlihatkan betapa

buku ende Sangap Di Jahowa itu tetap cukup minim memproduksi lagu dengan

melodi Batak. Kendati begitu, sekali lagi patut ditegaskan bahwa penerbitannya

terselenggarakan dalam konteks manakala sebagian besar para jemaat HKBP

tengah merayakan ibadah minggu berbahasa Indonesia. Juga pada saat HKBP

dalam forum-forum dan berbagai acara-acara serta dokumen-dokumen HKBP,

bahasa Indonesia telah dipakai secara resmi yang semakin menggandrungi

penggunaan bahasa Indonesia.

Kita akui memang bahwa ada kelemahan anak muda/mudi sekarang untuk

memahami buku ende tersebut karena buku ende ditulis dengan Bahasa Batak dan

ini merupakan fenomena yang terjadi. Selera kaum muda/mudi terutama yang

mempunyai kebutuhan lain sesuai dengan selera musik zaman ini. Oleh karena

itu, dalam rangka untuk ―memenuhi kebutuhan zaman‖, maka terjadilah

penyesuaian, yang muncul dari luar dan juga dari dalam.

Aturan tata ibadah dalam HKBP, khususnya HKBP Ressort Pearaja

Tarutung umumnya memiliki konsep dengan 2 cara sesi ibadah dalam

melaksanakan ibadah di hari Minggu untuk pagi hari dan siang hari di mana

101
Universitas Sumatera Utara
ibadah pagi hanya untuk jemaat anak-anak sekolah minggu (dakdanak) dan ibadah

siang yang didominasi oleh jemaaat anak remaja (naposo bulung), dan jemaat

pendukung (orang dewasa). HKBP Ressort Pearaja sekarang ini mulai

menggunakan buku nyanyian Kidung Jemaat (KJ) berbahasa Indonesia sebagai

ibadah alternatif yang diterbitkan oleh Yayasan Musik Gerejawi (yamuger) itu

sebagai sarana dalam kebaktian gereja untuk tata ibadah Minggu.

Dalam ibadah Minggu pagi, Gereja HKBP Ressort Pearaja ini juga

menggunakan ibadah alternatif dengan 2 bahasa, yakni berbahasa Batak dan

bahasa Indonesia yang saling bergantian pada setiap ibadah minggunya yang

menggunakan Buku Ende (ibadah yang berbahasa Batak) dan Kidung Jemaat

(ibadah alternatif) dalam nyanyian ibadahnya. Di sisi lain, dalam sekolah minggu,

nyanyian yang digunakan bervariasi, ada yang diambil dari Buku Ende dengan

klasifikasi lagu dakdanak dan lagu rohani populer. Sedangkan pada ibadah siang

(umum), lagu-lagu pada ibadah sepenuhnya diambil dari Buku Ende, sesuai yang

sudah ditetapkan pada almanak. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

nyanyian dari Buku Ende digunakan pada ibadah siang. Untuk ibadah pagi selain

digunakannya nyanyian dari Buku Ende, juga menyanyikan lagu-lagu dari Kidung

Jemaat sebagai ibadah alternatif. Untuk sekolah minggu selain digunakannya

nyanyian dari Buku Ende (khususnya lagu dalam klasifikasi dakdanak) juga lagu-

lagu rohani populer.

Awalnya, Buku Kidung Jemaat Yamuger HKBP ini dipakai pada ibadah

alternatif minggu untuk gereja HKBP yang ibadahnya menggunakan bahasa

Indonesia saja. Dengan ketebatasannya, akhirnya rata-rata Gereja HKBP

102
Universitas Sumatera Utara
khususnya di Sumatera Utara, pada ibadah alternatif lebih banyak menggunakan

nyanyian-nyanyian Kidung Jemaat berbahasa Indonesia daripada berbahasa Batak

dalam tata ibadahnya.

Perkembangan yang sedemikian rupa itu, ditambah dengan amanat tata

ibadah gereja yang terbuka untuk seluruh suku, maka bahasa yang dipakai di

HKBP dalam ibadah alternatif pun secara otomatis ikut berubah, tidak lagi hanya

berbahasa Batak, tetapi juga berbahasa Indonesia dan bahasa-bahasa lain yang

dimengerti oleh warga jemaat. Pada mulanya hal ini, diprakarsai para muda/mudi

dan khusus dilakukan untuk ibadah-ibadah bagi para muda/mudi saja. Pemakaian

bahasa Indonesia itu kemudian berlanjut dan berkembang hingga ke Tapanuli.

Dari Kidung Jemaat (KJ) itu sendiri, ada tercatat dari 39 orang penggubah

dan penyair di Indonesia yang telah rela menyerahkan 117 lagu hasil karya cipta

mereka supaya dimuat dalam buku Kidung Jemaat (KJ). Sayangnya, tak sebuah

namapun dari para pencipta lagu pop rohani terkenal ada tercantum di sana,

padahal mereka telah cukup berhasil dalam memasyarakatkan lagu-lagu pop

rohani karya ciptaan mereka sendiri, seperti Pance Pondaag dan Minggus Tahitu.

Maka dari itu, melalui suplemen buku ende tersebut, terdebahlah sejumput

indikator bahwa jauh di lubuk hati HKBP masih tetap mengkristalkan semangat

etnisitas Batak dalam penggunaan Buku ende dan Suplemen berbahasa Batak

dalam ibadah gereja. Meskipun dalam perkembangan sekarang ini, di HKBP

semakin meluas penggunaan berbahasa Indonesia, namun terkesan kuat bahwa

HKBP tetap masih ingin mempertahankan perannya sebagai katalisator penguatan

103
Universitas Sumatera Utara
komunitas Orang Kristen Batak, terlebih melalui penggunaan bahasa Batak. Peran

sedemikian ini telah ditunaikan HKBP sejak awal perjalanan sejarahnya.

Fakta mengenai hal tersebut ditandaskan oleh seorang bahasawan yang

bernama Jan Piter Sarumpaet dalam artikelnya, dengan judul: “Pembinaan Dan

Pengembangan Bahasa Batak Toba, Serta Peranan Gereja Di Dalamnya”

(1986:222-223). Beliau menyatakan bahwa kontribusi HKBP sangat dominan

bagi pembinaan, pengembangan, dan penyebarluasan bahasa Batak Toba. Peran

tersebut masih tetap dilakukan HKBP hingga saat ini. Malah belakangan ini,

HKBP berkenan memfasilitasi warganya untuk mengikuti kursus bahasa Batak.

Di sisi lain, penggunaan bahasa Indonesia dalam berbagai kegiatan HKBP

dapat pula mengindikasikan sebuah hasrat untuk mencitrakan diri sebagai gereja

berdasarkan identitas nasionalisme Indonesia. Dalam arti, ingin menegaskan

keberadaan HKBP sebagai bagian integral dari bangsa Indonesia, walaupun

sekarang ini penggunaan buku Kidung Jemaat (KJ) berbahasa Indonesia sudah

dilakukan dalam tata ibadah gereja HKBP. Tetapi, pada saat bersamaan HKBP

sesungguhnya sangat tidak ingin tercerabut dari akar identitas sosiologisnya,

yaitu: etnisitas Batak. HKBP tetap berpretensi mempertahankan identitasnya

sebagai etnisitas Batak, termasuk mengawal kelestarian bahasa Batak.

Dalam kerangka itu, terasa adanya semacam kontradiksi atau

―kegamangan‖ dalam benak HKBP. Tata gereja HKBP mengesankan diri sebagai

―bukan gereja etnis‖, tetapi pada tataran operasional tetap mencirikan diri sebagai

―gereja etnis‖. Situasi sedemikian ini barangkali mencerminkan sebuah

karakteristik HKBP yang unik.

104
Universitas Sumatera Utara
Percikan keunikan sedemikian tercermin pula dalam diri sejumlah pendeta

bersama para jemaat HKBP yang belakangan ini asyik berkomunikasi di medium

internet. Mereka membentuk sebuah sebuah forum jejaring sosial bertajuk “Poda

Ni Batak”. Substansi percakapan mereka secara implisit memijahkan pemahaman

bahwa menonjolkan identitas etnis Batak tidaklah bertentangan dengan semangat

nasionalisme Indonesia. Karena semangat nasionalisme bukan berarti harus

menafikan unsur-unsur etnisitas atau membiarkan kekayaan budaya Batak

tergerus oleh arus modernitas.

Maka boleh jadi, kinilah saatnya bagi gereja Batak, secara khusus HKBP

untuk merajut kontradiksi dalam dirinya. Hal ini dapat ditempuh dengan berani

menimbang urgensi perumusan sebuah eklesiologi yang berdimensi etnisitas

Batak, misalnya: dengan menyatakan bahwa HKBP adalah gereja etnis Batak

yang terbuka untuk semua kelompok etnis. Seiring dengan ini, HKBP serta-merta

dapat pula melaju mengkomunikasikan misi: dari gereja etnis Batak untuk

Indonesia dan Dunia.

Namun dengan menegaskan identitas sebagai gereja etnis, HKBP patut

pula secara arif mengkonstruksi pola pelayanan kontekstual. Termasuk

menyediakan nyanyian rohani berbahasa Indonesia bagi jemaatnya yang kurang

fasih berbahasa Batak. implementasi dari cakrawala pemikiran semacam ini

barangkali merupakan sebuah kado yang cukup berharga bagi kaum muda/mudi

gereja Batak kini dan masa depan.

Dengan tetap mempertahankan pemakaian bahasa Batak itu, memang

harus diakui adanya kaitan yang khusus antara masyarakat Batak dengan HKBP

105
Universitas Sumatera Utara
dan sekaligus menjadi salah satu bagian yang kuat dalam memelihara kelestarian

budaya Batak. Bahasa sebagai salah satu pengungkapan budaya tetap dipakai dan

dikembangkan di dalam kehidupan bergereja. Warga jemaat HKBP yang

menyebar keseluruh pelosok tanah air, bahkan hingga ke luar negeri, minimal

dapat mendengar bahasa Batak secara serius dalam kebaktian maupun acara-acara

lain yang bersifat gerejawi.

3.3 Jenis Nyanyian dalam Ibadah HKBP Pearaja Tarutung

Gaya struktur musik dan nyanyian yang digunakan dalam HKBP saat ini

adalah berupa himne. Tanggal masuknya himne gereja protestan di daerak Batak

Toba secara pasti masih belum jelas. Akan tetapi, kita dapat memahami tentang

himne tersebut melalui beberapa dari tulisan yang diantaranya ialah: sebuah

artikel yang ditulis oleh Ernst Quentmeier (1875-1962) yang merupakan seorang

misionaris RMG Jerman yang bertugas di wilayah Sumatera dan sekitarnya tahun

1904 s/d 1938. Dan dalam berita; “berichte der rheinische mission” tahun 1941

yang menggambarkan bagaimana perkembangan himne di tanah Batak. Dari

keterangan di atas menyatakan bahwa seorang misionaris bernama I.L.

Nommensen dan Johannsenlah yang pertama sekali memperkenalkan himne

Kristen kepada orang Batak.

106
Universitas Sumatera Utara
3.3.1 Notasi Himne

Sampai saat ini, ada dua sistem notasi yang digunakan dalam nyanyian

pada gereja HKBP, yakni: notasi angka dan notasi balok. Dalam penggunaan

notasi, yang paling umum digunakan untuk himne dan nyanyian paduan suara

ialah notasi angka. Namun, sejarah menjelaskan bahwa misionaris Jerman telah

memperkenalkan musik brass band, paduan suara, dan poti marende (organ

pompa) di tanah Batak sekitar tahun 1880-an. Dalam kemungkinan kedua sistem

notasi tersebut diperkenalkan dalam waktu yang sama, akan tetapi, dikembangkan

secara mandiri dalam situasi dan konteks tertentu.

3.3.2 Struktur Himne

Buku ende suplemen dalam bentuk yang sekarang ini berisikan 3 indeks,

yaitu (1) tematik, musiman, dan indeks umum. Daftar pengklasifikasian himne

seperti yang disebutkan dibawah ini:

Himne 1-17 ialah Ende Pujian (nyanyian rohani pujian); himne 18-37

Ende Di Ari Minggu (nyanyian rohani untuk hari minggu); himne 38-45 Ende

Adventus (nyanyian rohani untuk advent); himne 46-62 Ende Di Hatutubu Ni

Tuhan Yesus (nyanyian rohani untuk kelahiran Tuhan Yesus/ hari Natal); dan

sebagainya. (2) daftar abjad dari judul himne tersebut yang disesuaikan dengan

nomor Buku Logu. Dan (3) daftar sumber-sumber asli dari mana himne tersebut

ditemukan dan indeks di belakang buku ende bertanda ―FH‖ tersebut

menunjukkan sebuah singkatan dari kata “Fellowship Hymns”.

107
Universitas Sumatera Utara
3.3.3 Jenis-Jenis Himne

Nyanyian himne merupakan lagu-lagu yang dipergunakan secara resmi di

dalam sebuah ibadah gereja-gereja Kristen Batak khususnya HKBP Pearaja

Tarutung yang termasuk dalam ibadah HKBP adalah seperti:

1. Buku Ende (BE),


Buku yang berisi lagu-lagu pujian dalam bahasa Batak yang dipakai
dalam kebaktian gereja Kristen Batak di Indonesia. Buku ini disusun dan
diterbitkan oleh percetakan HKBP Pematang Siantar, Indonesia. Jumlah
lagu dalam buku ini sebanyak 556 lagu.
2. Kidung Jemaat (KJ),
Sebuah buku himne yang digunakan dalam kebaktian gereja di
Indonesia. Buku ini disusun dan diterbitkan oleh Yayasan Musik Gereja
di Indonesia (YMGI). Penerbitan perdana pada tahun 1986 oleh badan
penerbit Kristen Gunung Mulia. Jumlah lagu dalam buku ini berjumlah
sebanyak 478 lagu. Kidung Jemaat memiliki buku pelengkap yang
bernama Pelengkap Kidung Jemaat.
3. Haluaon Na Gok (HNG),
Ende yang dulunya digunakan dalam sekolah Bibelvrouw, yang jumlah
lagu dan penomorannya sekarang sudah digabungkan dalam Buku Ende
Suplemen yang berisikan lagu sebanyak 183 buah lagu.
4. Sangap Di Jahowa (SDJ)
Ende yang merupakan bagian dari nyanyian dalam ibadah HKBP yang
terdapat dalam buku ende HKBP Suplemen yang berisikan lagu
sebanyak 309 buah lagu.

3.4 Klasifikasi Lagu Himne Pada BE+HNG (Buku Ende+Haluaon Na

Gok), dan BE-SDJ (Buku Ende Sangap Di Jahowa) Suplemen31

Ende atau nyanyian dalam Gereja HKBP seperti yang dijelaskan di atas,

berjumlah 556 buah nyanyian. Kemudian 556 buah nyanyian ini ditambah dengan

309 buah lagu, menjadi 864 buah lagu terdapat pada BE-SDJ. Secara kuantitatif,

nyanyian-nyanyian pada Buku Ende yang berjumlah 556 buah lagu itu

31
Wawancara dengan Bapak Pdt. Dr. Darwin Lumbantobing (Ephorus HKBP 2019), SekJen Pdt.
David Sibuea, Bapak Pdt. Pahala J. Simanjuntak, M.Th, Bapak Pdt. David Farel Sibuea M.Th D.Min
(Sekretaris Jenderal HKBP2017/18), dan Bapak Pdt. J.A.U. Dolok Saribu, 15 September 2018.

108
Universitas Sumatera Utara
diklasifikasikan oleh HKBP menjadi 38 kelompok, sementara BE s/d SDJ,

dikelompokkan hanya kepada 23 klasifikasi saja. Adapun jumlah dan hubungan

masing-masing kelompok nyanyian dalam Buku Ende suplemen itu adalah

sebagai berikut:

1. Buku Ende (BE)

- Ende Puji-pujian (BE. 001-017), berjumlah 17 lagu, yang berarti adalah


17/556.
- Ende Di Ari Minggu (BE. 018-037), berjumlah 20 lagu, yang berarti adalah
20/556.
- Ende Di Adventus (BE. 038-045), berjumlah 9 lagu, yang berarti adalah
9/556.
- Ende Di Hatutubu Ni Tuhan Jesus (BE. 046-062), berjumlah 24 lagu, yang
berarti adalah 24/556.
- Ende Di Taon Na Imbaru (BE. 063-070), berjumlah 8 lagu, yang berarti
adalah 8/556.
- Ende Di Epiphanias (BE. 071-075), berjumlah 5 lagu, yang berarti adalah
5/556.
- Ende Di Hamamate Ni Tuhan Jesus (BE. 076-088), berjumlah 14 lagu, yang
berarti adalah 14/556.
- Ende Di Haheheon Ni Tuhan Jesus (BE. 089-096), berjumlah 9 lagu, yang
berarti adalah 9/556.
- Ende Di Hananaek Ni Tuhan Jesus (BE. 097-101), berjumlah 5 lagu, yang
berarti adalah 5/556.
- Ende Di Hasasaor Ni Tondi Parbadia (BE. 102-109), berjumlah 8 lagu,
yang berarti adalah 8/556.
- Ende Di Trinitatis (BE. 110-116+15a), berjumlah 8 lagu, yang berarti adalah
8/556.
- Ende Taringot Tu Harajaon Ni Debata (BE. 117-160), berjumlah 31 lagu,
yang berarti adalah 31/556.
- Ende Taringot Tu Haporseaon (BE. 183-235), berjumlah 54 lagu, yang
berarti adalah 54/556.
- Ende Taringot Tu Parungkilon (BE. 236-278), berjumlah 44 lagu, yang
berarti adalah 44/556.
- Ende Pangapulon (BE. 279-298), berjumlah 21 lagu, yang berarti adalah
21/556.
- Ende Di Manogot (BE. 299-309), berjumlah 11 lagu, yang berarti adalah
11/556.
- Ende Jumpa Laho Mangan (BE. 310-313), berjumlah 4 lagu, yang berarti
adalah 4/556.
- Ende Di Bodarina (BE. 314-328), berjumlah 15 lagu, yang berarti adalah
15/556.

109
Universitas Sumatera Utara
- Ende Taringot Tu Ajal Ni Jolma (BE. 329-339), berjumlah 11 lagu, yang
berarti adalah 11/556.
- Ende Laho Mananom Dakdanak (BE. 340), berjumlah 1 lagu, yang berarti
adalah 1/556.
- Ende Taringot Tu Na Masa Sogot (BE. 341-355), berjumlah 15 lagu, yang
berarti adalah 15/556.
- Ende Psalm (BE 356-365), berjumlah 10 lagu, yang berarti adalah 10/556.
- Ende Di Dakdanak (BE. 366-371), berjumlah 6 lagu, yang berarti adalah
6/556.
- Ende Parujungan (BE. 372-373), berjumlah 2 lagu, yang berarti adalah
2/556.
- Ende Dijou Tuhan I Do Ho! (BE. 374-393), berjumlah 20 lagu, yang berarti
adalah 20/556.
- Ende Dapothon Ma Jesus (BE. 394-404), berjumlah 11 lagu, yang berarti
adalah 11/556.
- Ende Bereng Tuhanmu Di Silang I! (BE. 405-416), berjumlah 12 lagu, yang
berarti adalah 12/556.
- Ende Topoti Dosam! (BE. 417-424), berjumlah 8 lagu, yang berarti adalah
8/556.
- Ende Auhon Panghophop Na I! (BE. 425-434), berjumlah 10 lagu, yang
berarti adalah 10/556.
- Ende Puji Sihophop Ho! (BE. 435-460), berjumlah 27 lagu, yang berarti
adalah 27/556.
- Ende Gok Tondi Ma Hamu! (BE. 461-467), berjumlah 7 lagu, yang berarti
adalah 7/556.
- Ende Marparange Di Ngolu Na Imbaru (BE. 468-488), berjumlah 21 lagu,
yang berarti adalah 21/556.
- Ende Disarihon Do Ho! (BE. 489-509), berjumlah 21 lagu, yang berarti
adalah 21/556.
- Ende Sosoi Donganmu Masuk! (BE. 510-519), berjumlah 10 lagu, yang
berarti adalah 10/556.
- Ende Na Di Ginjang I Ma Lului! (BE. 520-535), berjumlah 16 lagu, yang
berarti adalah 16/556.
- Ende Rade Managam Tuhanmu! (BE. 536-546), berjumlah 11 lagu, yang
berarti adalah 11/556.
- Ende Dakdanak (BE. 547-550), berjumlah 4 lagu, yang berarti adalah 4/556.
- Ende Kanon (BE. 551-556), berjumlah 6 lagu, yang berarti adalah 6/556.

2. Buku Ende-Sangap Di Jahowa (BE-SDJ)

- Ende Puji-pujian Manomba Debata (BE. 557-594), berjumlah 39 lagu, yang


berarti adalah 39/864.
- Ende Natal (BE. 595-616), berjumlah 27 lagu, yang berarti adalah 27/864.
- Ende Epiphanias (BE. 617), berjumlah 1 lagu, yang berarti adalah 1/864.
- Ende Sitaonon Dohot Hamamate Ni Tuhan Jesus (BE. 618-623) berjumlah 6
lagu, yang berarti adalah 6/864.

110
Universitas Sumatera Utara
- Ende Haheheon Ni Tuhan Jesus (BE. 624-635), berjumlah 13 lagu, yang
berarti adalah 13/864.
- Ende Hananaek Ni Tuhan Jesus (BE. 636-638), berjumlah 4 lagu, yang
berarti adalah 4/864.
- Ende Hasasaor Ni Tondi Porbadia (BE. 639-646), berjumlah 9 lagu, yang
berarti adalah 9/864.
- Ende Trinitatis (BE. 647-648), berjumlah 2 lagu, yang berarti adalah 2/864.
- Ende Huria (BE. 649-658), berjumlah 11 lagu, yang berarti adalah 11/864.
- Ende Zending (BE. 659-672), berjumlah 14 lagu, yang berarti adalah
14/864.
- Ende Jou-jou Tu Hamubaon Ni Roha (BE. 673-680), berjumlah 8 lagu, yang
berarti adalah 8/864.
- Ende Tangiang Manopoti Dosa Dohot Hasesaan Ni Dosa (BE. 681-688),
berjumlah 9 lagu, yang berarti adalah 9/864.
- Ende Haporseaon Dohot Ngolu Naimbaru (BE. 689-701), berjumlah 13
lagu, yang berarti adalah 13/864.
- Ende Ulaon Na Badia (BE. 702-714), berjumlah 13 lagu, yang berarti
adalah 13/864.
- Ende Mamelehon Diri (BE. 715-724), berjumlah 10 lagu, yang berarti
adalah 10/864.
- Ende Pasahat Tohonan (BE. 725-730), berjumlah 6 lagu, yang berarti
adalah 6/864.
- Ende Parungkilon (BE. 731-783), berjumlah 59 lagu, yang berarti adalah
59/864.
- Ende Paraloan Partondion (BE. 784-795), berjumlah 12 lagu, yang berarti
adalah 12/864.
- Ende Keluarga Dohot Pangkobasion Kategorial (BE. 796-804), berjumlah
10 lagu, yang berarti adalah 10/864.
- Ende Tabe Dohot Parsirangan Dohot Borhat-borhat (BE. 805-815),
berjumlah 12 lagu, yang berarti adalah 12/864.
- Ende Manogot Dohot Bodari (BE. 816-839), berjumlah 26 lagu, yang berarti
adalah 26/864.
- Ende Liturgi (BE. 840-863), berjumlah 27 lagu, yang berarti adalah 27/864.
- Ende Parujungan (BE. 864), berjumlah 1 lagu, yang berarti adalah 1/864.

Nyanyian Buku Ende dan Suplemen dalam tata ibadah Minggu Gereja

HKBP dapat dilihat pada Almanak atau Kalender Gerejawi yang telah disusun

berdasarkan tema-tema Kalender Gerejawi pada setiap minggunya dalam satu

tahun oleh Pengurus Gereja HKBP.

111
Universitas Sumatera Utara
Setiap ibadah Minggu adalah mengacu kepada peristiwa penting di dalam

agama Kristen. Sesudah dengan data-data pada tabel di atas, maka peristiwa-

peristiwa penting di dalam agama Kristen itu adalah: (1) Tahun Baru, (2)

Epiphanias, (3) Septuagesima, (4) Estomihi, (5) Invocavit, (6) Reminischere, (7)

Letare, (8) Pelmarum, (9) Kematian Tuhan Jesus, (10) Paskah, (11)

Quasimodomeniti, (12) Miserekordias Domini, (13) Jubilate, (14) Kantate, (15)

Rogate, (16) Exaudi, (17) Pentakosta, (18) Trinitatis, dan (19) Akhir Tahun.

Dari 19 peristiwa religious tersebut, pada almanak Gereja HKBP, ada yang

dilaksanakan satu minggu saja, ada juga beberapa minggu. Kemudian dari data di

atas, tema yang paling panjang dilangsungkannya ibadah Minggu dalam Gereja

HKBP adalah peristiwa Trinitatis dan sesudahnya. Dengan demikian peristiwa ini

adalah menjadi tumpuan ibadah yang paling penting dikaitkan dengan

keseluruhan rangkaian ibadah Minggu di dalam Gereja HKBP.

3.5 Penggunaan Himne Sesuai Tata Ibadah HKBP Pearaja Tarutung

Penggunaan musik di gereja HKBP ini menyangkut kepada lagu-lagu yang

dinyanyikan dalam ibadah yang sudah disesuaikan dengan konteks acara gereja,

artinya bahwa tidak semua nyanyian yang ada yang berasal dari buku ende dan

suplemen dalam satu kebaktian. Hal ini tentu dilandasi adanya makna teks

nyanyian yang mendukung kepada acara kebaktian. Oleh sebab itu, maka lagu

tersebut akan sesuai dinyanyikan pada ibadah Jumat Agung atau ibadah gereja

yang memperingati hari kematian Tuhan Yesus. Disamping itu, lagu ini sering

112
Universitas Sumatera Utara
dinyanyikan dalam konteks ibadah yang dilaksanakan pada saat ada jemaat yang

meninggal dunia.

Maka dapat dikatakan bahwa teks lagu adalah hal yang utama dalam

penentuan lagu apa yang tepat untuk sebuah kebaktian di gereja HKBP. Melodi

serta harmoni juga ikut serta memberikan penguatan akan teks lagu yang

dinyanyikan. Alasan yang menitikberatkan bahwa teks sebagai hal yang utama

dalam penentuan lagu yang akan dinyanyikan dalam kebaktian yang dilaksanakan

di gereja HKBP adalah dikarenakan bahwa di dalam banyaknya lagu dalam buku

ende dan suplemen HKBP mempunyai melodi yang sama akan tetapi teks yang

dipakai cenderung berbeda-beda.

1. Penggunaan Himne Dalam Ibadah Advent

Advent dalam gereja Kristen adalah nama periode sebelum Natal. Nama

Advent diambil dari kata latin yang berarti Adventus yang artinya adalah

Kedatangan. Dalam masa Advent, di mana umat Kristen Khatolik Roma maupun

Protestan menyiapkan diri untuk menyambut pesta Natal dan memperingati hari

kelahiran dan kedatangan Yesus yang kedua kalinya pada akhir zaman. Advent

diduga mulai dirayakan di kalangan umat Kristen sejak abad ke-4.

Advent selalu diawali dengan hari Minggu yang terdekat dengan tanggal

30 November (hari St. Andreas) antara tanggal 27 November dan 3 Desember dan

berlangsung sampai malam Natal 24 Desember. Panjangnya masa Advent selalu

terdiri dari 4 hari Minggu.

Dalam perayaan Advent, salah satu bagian yang selalu muncul ialah lilin

yang diletakkan di bagian depan Altar. Ada beberapa aturan dalam penggunaan

113
Universitas Sumatera Utara
lilin tersebut, akan tetapi dalam perkembangannya saat ini, warna suatu lilin tidak

menjadi suatu masalah namun, jumlah pemakaian lilin dalan setiap Minggu

Advent tetaplah sama.

Penyalaan lilin tersebut sebagai berikut:

- Minggu pertama: sebatang lilin ungu.


- Minggu kedua: dua batang lilin ungu.
- Minggu ketiga (Gaudete): dua batang lilin ungu dan sebatang lilin merah
muda.
- Minggu keempat: tiga batang lilin ungu dan satu lilin merah muda.
- Malam Natal: keempat lilin (ungu+merah muda) dan satu lilin Natal
berwarna putih di tengah rangkaian lilin Advent.
- Hari raya Natal: semua lilin dinyalakan.

Lilin dan warna liturgi ungu melambangkan warna pertobatan dan

penyesalan yang ditandai oleh masa puasa. Lilin merah muda dinamai lilin

―sukacita‖ (Gaudete) dan lilin tersebut berasal dari sejarah Advent. Puasa pada

masa Advent dibuka pada hari Minggu yang ketiga sebagai penantian akan

peristiwa besar yang akan datang. Seringkali sebatang lilin putih dinyalakan di

tengah lingkaran. Ini adalah lilin Kristus (lilin Natal), yang melambangkan

kelahiran Kristus. Lilin ini dinyalakan pada malam Natal atau pada hari Natal itu

sendiri. Untuk mendukung situasi dan makna akan minggu Advent maka lagu-

lagu yang dinyanyikan oleh jemaat dalam minggu advent di gereja HKBP adalah

lagu nyanyian di mana teksnya melambangkan sukacita dalam menyambut

kedatangan Tuhan Yesus.

2. Penggunaan Himne Dalam Ibadah Natal

Dalam bahasa Inggris, kata Christmas (Hari Natal) dipastikan berasal dari

kata Cristes maesse, frasa dalam bahasa Inggris yang berarti Mass of Christ (Misa

Kristus). Kadang-kadang kata Christmas disingkat menjadi Xmas. Dalam bahasa

114
Universitas Sumatera Utara
Yunani, X adalah kata pertama dalam nama Kristus (Christos). Huruf ini sering

digunakan sebagai simbol suci. Tradisi Natal diawali oleh Gereja Kristen

terdahulu untuk memperingati sukacita kehadiran Juru Selamat “Mesias” di

dunia. Sampai hari ini, Hari Raya Natal adalah hari raya umat Kristen di dunia

untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus. Secara tarikh, tidak ada tanggal

berapa tepatnya hari lahir Kristus, namun kalender masehi telah menetapkan

tanggal memperingati/merayakan Hari Natal pada tanggal 25 Desember. Pada hari

itu, gereja kemudian mengadakan ibadah perayaan keagamaan khusus. Selama

masa Natal, umat Kristen mengekspresikan cinta-kasih dan sukacita mereka

dengan bertukar kado dan menghiasi rumah mereka dengan daun holly dan pohon

Natal. Kelahiran Tuhan Yesus adalah penggenapan dari nubuat yang sudah ada

dalam Kitab Suci. Melalui nubuat ini, manusia diingatkan bahwa Yesus Kristus

adalah pusat dari rencana Allah bagi dunia.

3. Penggunaan Himne Dalam Ibadah Tahun Baru

Ibadah Tahun Baru di gereja HKBP dilaksanakan 7 hari setelah ibadah

Natal. Gereja HKBP menyakini bahwa Tuhan Allah yang tidak ber-Awal dan

tidak ber-Akhir; Allah yang kekal sampai selama-lamanya. Tahun dan Hari Tuhan

tidak terbatas dan berakhir, akan tetapi tahun dan hari kehidupan manusia cepat

berlalu. Gereja HKBP mengucap syukur kepada Tuhan karena Dia senantiasa

menghidupi dan memelihara manusia; mencukupkan kebutuhan hidup dan

pekerjaan manusia yang selalu diberkati.

Melalui ibadah Tahun Baru, jemaat gereja HKBP merenungkan segala

perbuatan yang dilakukan selama satu tahun yang lampau. Melalui perenungan ini

115
Universitas Sumatera Utara
sepatutnya manusia malu dihadapanNya karena banyak hari-hari pengasihan-Nya

disia-siakan oleh manusia. Melalui ibadah tersebut, jemaat HKBP memohon

pengampunan dan penghapusan akan dosa dan segala kesalahan yang diperbuat.

Dan melalui ibadah ini juga, jemaat HKBP menyerahkan seluruh hidupnya dalam

tangan pengasihan Tuhan.

4. Penggunaan Himne Dalam Ibadah Minggu Epiphanias

Epifani dirayakan oleh Gereja Katolik ritus latin pada 6 Januari, namun

Gereja memperbolehkan Konferensi Uskup setempat untuk menggeser hari raya

ini ke hari Minggu terdekat. Sebagai mana kata-kata serapan lain dalam kosakata

gerejawi (ekaristi, liturgi, epiklese, dsb), kata Epifani berasal dari bahasa Yunani,

dan berarti ―manifestasi‖ atau ―pewahyuan‖. Epifani mulai dirayakan pada abad

ke-3 di Gereja Timur pada 6 Januari, dengan maksud untuk menghormati

Pembaptisan Kristus. Lambat laun, Epifani diperhitungkan sebagai salah satu dari

tiga festival Gereja yang utama selain Paskah dan Pentakosta. St.Yohanes

Krisostomus yang berkhotbah di Anthiokia pada 6 Januari, menjelaskan mengapa

Epifani menjadi perayaan yang lebih agung dibandingkan dengan Natal.

―Mengapa hari ini disebut Epifani? Karena bukan ketika Dia lahir, Dia

bermanifestasi (menyatakan diri) kepada semua orang, namun ketika Dia dibaptis.

Hingga pada hari inilah Dia tidak dikenal oleh orang banyak.‖ Pusat ritual dalam

liturgi Timur adalah pemberkatan meriah atas air baptis.

Epifani muncul dalam kalender Gereja Barat pada abad ke-4 namun

dengan fokus yang berbeda. Alih-alih merayakan pembaptisan Kristus, Epifani

dihubungkan dengan manifestasi Kristus pada bangsa kafir yang hadir dalam

116
Universitas Sumatera Utara
pribadi Tiga Orang Majus. Teks-teks kuno menyebutkan bahwa Pembaptisan

Kristus dan Mukjizat Perjamuan Nikah di Kana juga dirayakan dalam perayaan

tersebut. Ketika terjadi pembaharuan liturgi pada 1955, maka tidak ada lagi vigili

dan oktaf (suatu masa 8 hari pasca hari raya) Epifani, selain itu Pesta Pembaptisan

Tuhan kini dirayakan pada hari Minggu setelah Epifani. (Pembaharuan ini

kemudian diikuti dengan penetapan aturan yang memperbolehkan konferensi

uskup setempat untuk menggeser Epifani ke hari Minggu antara 2-8 Januari, agar

Epifani bisa dirayakan oleh umat secara meriah, mengingat situasi dan kondisi

daerah setempat yang tidak memungkinkan untuk menjadikan Epifani sebagai

hari libur nasional).

Liturgi yang berkaitan dengan Epifani seharusnya mengandung 3 aspek,

yaitu: kunjungan orang majus, pembaptisan Kristus, dan mukjizat di Kana, dan

memang, Ibadat Pagi (Laudes) pun mengekspresikan betapa kaya makna Epifani

dalam antifon Kidung Zakharia: ―Hari ini pengantin surgawi disatukan dengan

Gereja, sebab di Yordan Kristus membasuh dosa umat-Nya. Para sarjana bergegas

membawa persembahan untuk perkawinan raja, dan para tamu bergembira atas air

yang diubah menjadi anggur, ―halleluya.‖

Makna Epifani menjadi semakin jelas jika melihat hubungan antara bacaan

Injil pada Epifani dengan Paskah. Sebagai contoh Yesus mendapat tekanan dari

penguasa yaitu Raja Herodes pada saat kelahiran-Nya, pun dari pemimpin Yahudi

menjelang penyaliban-Nya. Yesus menyatakan diri-Nya kepada bangsa kafir yang

terwakilkan melalui para majus, dan adalah bangsa kafir pula, yaitu perwira

Romawi, yang kemudian mengenali Yesus sebagai Anak Allah pada kaki salib.

117
Universitas Sumatera Utara
Peristiwa yang paralel ini mengingatkan kita bahwa Liturgi gereja mempunyai

―tema besar‖, yaitu bahwa, sebagai Gereja yang Satu, Kudus, Katolik, dan

Apostolik, kita selalu merayakan misteri Paskah; hidup, wafat, dan kebangkitan

Yesus Kristus!

Istilah Epifani dalam gereja HKBP dikenal dengan sebutan Epiphanias.

Makna Epiphanias bagi gereja HKBP adalah bersyukur karena Engkau

menyatakan kasih dan pengasihan-Nya dalam Anak-Mu Tuhan Yesus yang

menjadi manusia, untuk menyelematkan dan menebus manusia. Gereja HKBP

merasakan Kasih Tuhan yang tidak dapat diukur panjang dan lebarnya, tidak

tersalami dalamnya dan tidak terhingga tingginya.

5. Penggunaan Himne Dalam Ibadah Minggu Jumat Agung

Jumat Agung adalah Hari Jumat sebelum Paskah, yang perhitungan

tanggalnya berbeda antara Gereja Timur dan Gereja Barat. Paskah jatuh pada hari

Minggu pertama sesudah Bulan Purnama Paskah, bulan purnama pada atau

sesudah 21 Maret, yang dijadikan tanggal dari vernal equinox. Perhitungan Barat

menggunakan Kalender Gregorian, sedangkan perhitungan Timur menggunakan

Kalender Julian, di mana tanggal 21 Maret-Nya kini bertepatan dengan tanggal 3

April menurut kalender Gregorian. Perhitungan-perhitungan untuk menentukan

tanggal bulan purnama tersebut juga berbeda. Karena Paskah di Gereja Barat

dapat jatuh pada salah satu tanggal mulai tanggal 22 Maret sampai 25 April

menurut kalender Gregorian, maka Jumat Agung dapat jatuh antara tanggal 19

Maret sampai 22 April. Dalam Gereja Timur, Paskah dapat jatuh antara 22 Maret

118
Universitas Sumatera Utara
sampai 25 April menurut kalender Julian (antara 4 April dan 8 Mei menurut

kalender Gregorian, untuk periode 1900 dan 2009), jadi Jumat Agung dapat jatuh

antara 19 Maret dan 22 April (atau antara 1 April dan 5 Mei menurut kalender

Gregorian).

Ibadah Jumat Agung dalam gereja HKBP dikenal dengan Ibadah

mengenang Kematian Tuhan Yesus. Makna Jumat Agung dalam gereja HKBP

adalah menunjukkan kasih Tuhan jauh lebih besar dari kasih ibu bapa kepada

anak-anak-Nya. Anugrah kasih-Nya tak ternilai karena Anak-Mu yang tunggal

menjadi manusia, menderita sengsara, dihina dan disesah hingga disalibkan, dan

mati untuk manusia. Segala hutang dosa manusia telah dihapuskan dan

diselamatkan dari kuasa dosa, maut dan iblis. Oleh sebab itu, jemaat gereja HKBP

memuji Tuhan yang kudus karena dengan kematiannya, manusia didamaikan dan

dipersatukan dengan Allah Bapa.

Melalui ibadah Jumat Agung, jemaat gereja HKBP menyadari bahwa

Allah yang menanggung dosa seluruh umat manusia. Pengharapan jemaat HKBP

adalah peneguhan bagi keampunan dosa dan damai yang telah dianugrahkan

Tuhan bagi umat manusia. Kuduskanlah kami agar dipersatukan didalam

persekutuan yang Kudus di Surga. Salibkan kemanusian kami yang lama dengan

segala keinginan yang tidak baik didalamnya, agar jemaat kudus menghadap Bapa

di surga. Warga gereja HKBP membuka hati karena mereka adalah milik-Nya.

Pengharapan lainnya dari peringatan Jumat Agung dalam gereja HKBP adalah

penguatan iman warga gereja HKBP agar teguh sampai akhir hidup; seluruh

anggota jemaat memberitakan kasih dan jalan kehidupan seperti yang Tuhan

119
Universitas Sumatera Utara
perbuat; dan jemaat HKBP menyadari bahwa mati dan hidup manusia adalah tetap

bersama Tuhan. Sebagai pengharapan terakhir dari ibadah Jumat Agung adalah

warga gereja HKBP menginginkan kemurahan Tuhan untuk mengingat jemaat-

Nya di dalam kemulian-Mu dan di dalam kesentosaan bersama dengan Allah di

surga.

6. Penggunaan Himne Dalam Ibadah Kebangkitan Tuhan Yesus

Tanpa kebangkitan, iman Kristen tidak mungkin muncul. Murid-murid-

Nya hanyalah simbol kekalahan dan kehancuran. Mungkin mereka akan

mengingat Yesus sebagai guru terkasih mereka, dan penyaliban hanya akan

melenyapkan harapan akan mesias. Salib akan kelihatan menyedihkan dan

memalukan sebagai akhir karir Yesus. Kekristenan mula-mula sangat bergantung

kepada kepercayaan murid-murid-Nya bahwa Tuhan telah membangkitkan Yesus

dari kematian.

Jika ditanya mengapa kebangkitan Yesus Kristus disebut sebagai bukti

diri-Nya adalah Anak Allah? Jawabnya adalah (1) Dia bangkit dengan kuasa-Nya

sendiri. Dia mempunyai kuasa untuk memberikan nyawa-Nya dan untuk

mengambilnya kembali (Yohanes 10:18). Ini tidak bertentangan dengan pasal lain

yang menyatakan Yesus dibangkitkan oleh kuasa Bapa, karena Bapa dan Anak

bekerja bersama-sama, seperti halnya penciptaan, tiga pribadi Allah, yaitu: Bapa,

Anak dan Roh Kudus bekerja sama secara harmonis; dan (2) Secara jelas Yesus

telah menyatakan bahwa Ia adalah Anak Allah, kebangkitan-Nya dari kematian

merupakan materai/persetujuan dari Allah Bapa akan kebenaran pernyataan-Nya.

Jika Allah tidak menyetujui pernyataan Yesus sebagai Anak Allah, maka Allah

120
Universitas Sumatera Utara
tidak akan membangkitkan Yesus dari kematian. Kenyataannya Allah

membangkitkan Yesus dari kematian, seolah Allah Bapa mengatakan: ―Engkaulah

Anak-Ku, hari ini Aku menegaskan sejelas-jelasnya.‖

Khotbah Petrus saat hari Pentakosta juga berdasar kepada Kebangkitan

Kristus (Kisah Para Rasul 2:14-40). Tidak sekedar tema khotbah, tetapi

menekankan pentingnya kebangkitan. Kalau ajaran kebangkitan dihilangkan,

maka semua ajaran kekristenan akan hilang. Kebangkitan merupakan; (1)

Penjelasan kematian Yesus; (2) Penggenapan nubuat dalam Perjanjian Lama

tentang Mesias; (3) Sumber kesaksian murid-murid; (4) Alasan pencurahan Roh

Kudus; dan (5) Menegaskan posisi Yesus sebagai Mesias dan Raja.

Tanpa kebangkitan, posisi Yesus sebagai Mesias dan Raja tidak akan

terjelaskan. Tanpa kebangkitan, pencurahan Roh Kudus akan meninggalkan

misteri yang tidak dapat dijelaskan. Tanpa kebangkitan, sumber kesaksian murid-

murid hilang. Kebangkitan adalah penggenapan dari nubuat mengenai Mesias

yang akan bangkit di dalam Mazmur 16:10, ―tidak membiarkan Orang Kudus-Mu

melihat kebinasaan.‖ Jelaslah bahwa khotbah pertama kekristenan berdasar

kepada Yesus yang telah bangkit. Perjanjian Baru bergaung kepada fakta

Kebangkitan Yesus. Injil-injil mencatat pernyataan Yesus bahwa Dia akan

dikhianati, dibunuh dan bangkit lagi. Mereka menyaksikan bahwa kubur telah

kosong dan Dia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya seperti yang telah

dikatakan-Nya. Kisah Para Rasul mencatat Kebangkitan Kristus sebagai fakta dan

membuatnya menjadi pusat pengajaran. Surat-surat dalam Perjanjian Baru dan

Kitab Wahyu menjadi tak berarti tanpa kebangkitan Yesus. Kebangkitan diterima

121
Universitas Sumatera Utara
baik oleh: (1) Keempat Injil yang terpisah; (2) Sejarah kekristenan mula-mula

(Kisah Para Rasul); dan (3) Surat-surat: Paulus, Petrus, Yohanes, Yudas, dan

Surat Ibrani.

Makna ibadah minggu Kebangkitan Tuhan Yesus bagi gereja HKBP

adalah ungkapan terimakasih dan pujian umat manusia karena melalui

kebangkitan telah melahirkan pengharapan yang hidup. Dia adalah Juru Selamat

dan hidup serta Tuhan kami dan menjadi Kepala yang harus ditaati. Melalui

kebangkitan-Nya, iblis, dosa dan maut telah ditaklukkan dan warga gereja HKBP

tidak akan takut lagi menghadapinya dan segala sengatnya karena kemenangan

Tuhan kami, Panglima perkasa yang menuntun kami dari kematian hingga kepada

kebangkitan daging. Melalui Kebangkitan Tuhan Yesus, wagra gereja HKBP

memohon kasih dan pertolongan Tuhan agar warga gereja tidak bimbang dalam

menghadapi maut.

7. Penggunaan Himne Dalam Ibadah Kenaikan Tuhan Yesus

Makna dari Kenaikan Tuhan Yesus ke surga dapat dilihat dalam Injil Mat.

21:43; Kis. 1‖8,11 yang mengatakan bahwa menjadi orang Kristen adalah sebuah

kepercayaan, karena ada Roh Kudus yang tinggal dan diam dalam hidup orang

percaya, serta mau meresponi keberadaan Roh Kudus. Matius 21:43;

“Sebab itu, Aku berkata kepadamu, bahwa Kerajaan Allah akan diambil dari
padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah
Kerajaan itu.”

Ayat di atas membuktikan bahwa kita sebagai orang percaya di beri kuasa

dan otoritas oleh Tuhan sebagai bangsa cangkokan bukan sebagai bangsa pilihan,

yang sebenarnya sebagai bangsa plilihan adalah Israel karena tidak berkenan

122
Universitas Sumatera Utara
kepada Tuhan, sehingga di tolak oleh Tuhan. Ditolak karena tidak menghasilkan

buah kerajaan. Jangan kita bangga karena hanya mempunyai status sebagai orang

Kristen karena fasilitas tetapi tidak berfungsi secara maksimal. Ketika kita diberi

kepercayaan dan diberi tanggung jawab kepada Tuhan itu menunjukkan

kedewasaan. Oleh karena itu, Gereja harus jadi dewasa, artinya siap diberi

kepercayaan dan tanggungjawab untuk menghasilkan buah kerajaan. Kisah Rasul

1:11;

“dan berkata kepada mereka: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu


berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan
kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia
naik ke sorga.” Kis. Rasul 1:8 “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh
Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di
seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”

Yesus naik ke Sorga supaya warga gereja terlibat dalam rencana Tuhan,

(1) Yesus Naik Ke Sorga untuk menyediakan tempat bagi kita. Rumah sebenarnya

bukan bangunannya melainkan bagaimana suasana rumah tersebut, apakah

membuat kenyamanan dan kerasan untuk tinggal di situ, adakah fellowship atau

persekutaannya. Oleh karena itu kekristenan sangat dibutuhkan sekali hubungan

(fellowship); (2) Yoh. 14:1;

“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga


kepada-Ku. Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu
Aku mengatakannya kepadamu. Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan
tempat bagimu.”;

(3) Yesus Naik ke Sorga untuk Kembali sebagai Raja atas segala Raja.

(Wahyu 21: 1-4);

―Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang
pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi.‖

123
Universitas Sumatera Utara
Perumpamaan untuk kedatangan Tuhan Yesus seperti lima gadis bijaksana

dan lima gadis bodoh. Apa yang membedakan antara mereka yaitu persiapan.

Orang yang mempunyai persiapan dalam hidupnya itulah yang menunjukkan

pengharapannya bahwa Tuhan akan dan pasti datang kedua kali untuk

menggenapi setiap janjinya dengan sempurna. Pastikan diri kita untuk percaya

bahwa Yesus telah naik ke Sorga untuk menggenapi janji-janjiNya yaitu kita akan

menjadi orang-orang yang didewasakan dan diberdayakan, Tuhan Yesus akan

menyediakan tempat di sorga dan Tuhan Yesus pasti datang kedua kali untuk

menjadi Raja atas segala Raja.

Makna Kenaikan Tuhan Yesus bagi gereja HKBP adalah bahwa mereka

mereka meyakini Tuhan Yesus Kristus telah naik ke surga dan duduk di sebelah

kanan Allah Bapa. Kekuasaan dan kemuliaan jemaat persembahkan sampai

selama-lamanya. Jemaat bersukacita karena Engkau telah menang dan Allah telah

mengangkat Engkau menjadi Raja atas segala sesuatu. Jalan Tuhan penuh rahasia,

Engkau telah merendahkan diri-Mu serendah-rendahnya, kemudian Engkau

menjadi lebih tinggi di atas segala sesuatu dan menerima Nama yang terindah atas

segala nama, dan supaya semua orang bertekuk lutut menyembah Engkau, dan

segala lidah mengaku, bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Gereja HKBP

berterimakasih karena Engkau telah membuka jalan ke surga, Engkau menjadi

Iman Besar bagi manusia untuk selama-lamanya.

8. Penggunaan Himne Dalam Ibadah Turunnya Roh Kudus

Ibadah Turunnya Roh Kudus disebut juga dengan Hari Pentakosta

merupakan puncak dari rangkaian 50 hari masa acara/peringatan sekitar Paskah,

124
Universitas Sumatera Utara
dimulai dari minggu sengsara Tuhan Yesus yang berakhir pada hari Perjamuan

Malam dan penyaliban Yesus disusul dengan kematian Yesus, lalu kebangkitan-

Nya yang dirayakan sebagai Paskah. Kemudian Yesus memberikan Amanat

Agung Penginjilan dan 40 hari setelah hari Paskah, Yesus naik ke surga. Sepuluh

hari kemudian atau 50 hari setelah Paskah, pada hari Pentakosta, terjadi

Pencurahan Roh Kudus kepada murid seperti yang sudah dijanjikan oleh Yesus.

Hari Pentakosta adalah akhir dari penebusan dan pelayanan Yesus dibumi

sebelum Dia mengutus Roh Kudus sebagai penerus usaha-Nya mendampingi para

Murid-Nya, namun Hari Pentakosta sekaligus menjadi awal sejarah gereja, sebab

sejak itu terjadi Pekabaran Injil keseluruh dunia dan dimana-mana berdiri gereja-

gereja Kristen sampai dengan saat ini.

Harapan warga gereja HKBP pada hari Pentakosta adalah Roh Kudus

mempersatukan jemaatNya agar saling menerima dan saling mengasihi selaku

anggota Tubuh Kristus yang Kudus. Jemaat mengharapkan limpahkan karunia

agar semakin banyak pemberita Injil, pengajar dan rela mengasihi sesamanya

manusia.

9. Penggunaan Himne Dalam Ibadah Trinitatis

Makna Trinitatis dalam gereja HKBP adalah dimana warga jemaat penuh

dengan sukacita karena Tuhan telah memperlihatkan dan menyatakan kasih dan

pengasihan-Nya, memberikan pengampunan dosa, memberikan kehidupan yang

kekal, harta surgawi dan pada waktunya akan memberikan penghukuman kelak.

Semua ini disadari oleh warga gereja HKBP sebagai sesuatu yang tidak ternilai

125
Universitas Sumatera Utara
dengan apapun di dunia ini, karena yang tidak pernah dipahami manusia telah

Tuhan ungkapkan kepada kami; yang tidak pernah dilihat manusia Tuhan telah

nyatakan kepada kami; yang tidak dapat diberikan diberikan dunia ini Tuhan

limpahkan kepada kami; oleh karena itu warga gereja HKBP menyerahkan Tubuh

Jiwa, Roh dan segala yang ada pada kami, agar Tuhan melayakkan kami

menerima kerajaan Tuhan di surga.

10. Penggunaan Himne Dalam Ibadah-Ibadah Lainnya

Di gereja HKBP masih terdapat kebaktian ibadah-ibadah lainnya selain

yang sudah dipaparkan di atas, di mana pemilihan lagu nyanyian akan disesuaikan

dengan teks sehingga lagu-lagu dalam ibadah tersebut mendukung konteks ibadah

yang dilaksanakan.

126
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

ANALISIS TEKS DAN STRUKTURAL MUSIK BERDASARKAN 3

KAJIAN LAGU DALAM ENDE SANGAP DI JAHOWA HKBP

PEARAJA TARUTUNG

Menurut ilmu etnomusikologi, transkripsi merupakan proses penulisan

bunyi sebagai hasil dari pengamatan dan pendengaran suatu musik ke dalam

bentuk simbol-simbol yang disebut dengan notasi. Untuk melakukan transkripsi

melodi pada ketiga lagu dari Ende Sangap di Jahowa, penulis memlih notasi

deskriptif yang dikemukakan oleh Charles Seeger. Notasi deskriptif ialah notasi

yang ditunjukkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau

detail detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca. Dalam bab ini,

akan diuraikan bagaimana analisis struktur musik dan apa makna/arti teks

nyanyian yang terkandung dari tiga contoh lagu yang mewakili dari lagu-lagu

yang ada dalam Ende Sangap di Jahowa pada HKBP.

Penulis memilih notasi barat agar dapat meggambarkan pergerakan melodi

ketiga lagu dari Ende Sangap di Jahowa secara grafis. Hasil transkripsi akan

diuraikan satu per satu dibawah ini.

4.1 Tekstual Dan Transkripsi Komposisi Lagu

Menganalisis teks, berarti penulis mencari tahu dan menemukan makna-

makna yang terkandung dalam lagu tersebut. Dengan makna-makna tersebut, Alan

P. Merriam mengemukakan bahwa musik juga mempengaruhi bahasa dimana

127
Universitas Sumatera Utara
keperluan musikal meminta perubahan dalam bentuk-bentuk percakapan yang

normal. Ciri-ciri bahasa dalam lagu ialah jenis terjemahan yang istimewa yang

mana kadangkala memerlukan pengetahuan bahasa yang istimewa pula

(1964:188).

Dalam Transkripsi Komposisi lagu di bawah ini, penulis mengambil 3

buah sampel lagu yang akan dibahas yang terdapat dalam Ende Sangap di

Jahowa. Adapun contoh lagu yang diambil adalah lagu yang berasal dari rakyat

Eropa, Amerika, Asia (India), Afrika, dan lagu yang berasal dari lagu daerah

(rakyat Batak Toba) dan lagu Nasional Indonesia. Alasan pemilihan ketiga lagu

tersebut adalah karena penulis menganggap ketiga lagu tersebut sudah mewakili

lagu-lagu yang ada dalam Ende Sangap di Jahowa, sesuai dengan kelengkapan

data sumber yang di dapat penulis. Dan pemilihan dari ketiga buah sampel lagu

tersebut yang terdapat dalam Ende Sangap di Jahowa merupakan lagu yang sudah

sangat umum dan sudah sering dinyanyikan maupun didengarkan oleh jemaat di

dalam peribadahan gereja maupun di luar peribadahan gereja.

Selanjutnya, dalam menganalisis lagu tersebut, penulis berpedoman

kepada teori yang dikemukakan oleh William P. Malm yang dikenal dengan teori

Weighted Scale. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam mentranskripsikan melodi

yaitu: tangga nada (scale), nada dasar (pitch center), wilayah nada (range), jumlah

nada (frequency of note), jumlah interval, pola kandensa, formula melodi (melody

formula), dan kontur (contour). (Malm dalam terjemahan Takari 1993:3).

128
Universitas Sumatera Utara
4.2 Simbol Dalam Notasi

Notasi-notasi yang digunakan dalam mentranskripsikan melodi ketiga lagu

dari Ende Sangap di Jawoha merupakan simbol-simbol notasi Barat. Berikut ini

merupakan beberapa simbol yang digunakan dalam hasil transkripsi dari ketiga

lagu yamg mewakili dari Ende Sangap di Jahowa. Satu lagu yang berasal dari

tradisional Batak Toba, satu lagu yang berasal dari tradisional Asia (India), dan

satu lagu yang berasal dari tradisional Amerika sebagai berikut:

1. BE. No. 585 Somba ma Jahowa (Taridemidem)

Pada gambar di bawah ini terlihat garis paranada yang memiliki lima garis

paranada dan empat spasi, dan memiliki satu tanda kres yang

menunjukkan nada dasar G=do, dan memiliki birama 4/4 dalam tanda

kunci G.

2. BE. No. 690 Hibul Rohangku (I have decided to follow Jesus/‛Seesow


ginaw’ ku maya di Yesus)

Pada gambar di bawah ini terlihat garis paranada yang memiliki lima garis

paranada dan empat spasi, dan tidak memiliki tanda kres/mol (netral) yang

menunjukkan nada dasar C=do, dan memiliki birama 4/4 dalam tanda

kunci G.

3. BE. No. 673 Adong do sada mual i (There is fountain filled with
blood)

129
Universitas Sumatera Utara
Pada gambar di bawah ini terlihat garis paranada yang memiliki lima

garis paranada dan empat spasi, dan memiliki dua tanda mol yang

menunjukkan nada dasar Bes=do, dan memiliki birama 4/4 dalam

tanda kunci G.

Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari not 1/8 dan memiliki

nilai 1/2 ketuk.

Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari not 1/4 dan memiliki

nilai 1 ketuk.

Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari not 1/2 dan memiliki

nilai 2 ketuk.

Pada gambar di bawah ini merupakan 2 simbol dari not 1/8 yang telah

digabungkan dan memiliki nilai 1 ketuk.

Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari not 1/4 yang bagian

depannya diberikan tanda titik yang diartikan bahwa tanda titik itu

memiliki nilai setengah dari not yang ada di belakangnya. Artinya jika not

di belangkanya bernilai 1/4 maka tanda titik itu bernilai 1/8, dan memiliki

nilai 1+1/2 ketuk.

130
Universitas Sumatera Utara
Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari not 1/2 yang bagian

depannya diberikan tanda titik yang di artikan bahwa tanda titik itu

memiliki nilai setengah dari not yang ada di belakangnya. Artinya jika not

di belangkanya bernilai 1/2 maka tanda titik itu bernilai 1/4, dan memiliki

nilai 2+1 ketuk.

Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari not 1/8 dan not 1/16

yang bagian depan not 1/8 diberikan tanda titik yang diartikan bahwa

tanda titik itu memiliki nilai setengah dari not yang ada dibelakangnya.

Artinya jika not di belangkanya bernilai 1/8 maka tanda titik itu bernilai

1/16 dan memiliki nilai 1/8+1/16+1/16 ketuk, jika digabungkan menjadi 1

ketuk.

Pada gambar di bawah ini merupakan simbol dari legato. Yang memiliki

arti dapat menyambungkan antara not yang satu dengan yang lainnya,

contohnya seperti di bawah ini jika not 1/4 dengan not 1/2 di berikan tanda

legato maka not itu bernilai 3 ketuk tanpa henti.

Pada gambar di bawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 2 ketuk.

Pada gambar di bawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai 1 ketuk.

131
Universitas Sumatera Utara
Pada gambar di bawah ini merupakan tanda berhenti yang bernilai ½

ketuk.

4.3 Analisis Struktur Lagu Yang Mewakili Dari Ende Sangap Di Jahowa
Suplemen

4.3.1 Lagu Yang Berasal Dari Tradisional Batak Toba

SOMBA MA JAHOWA

BE. No. 585


Syair : Pdt. J.A.U. Doloksaribu
Lagu : Taridemidem (Batak Toba); NN

132
Universitas Sumatera Utara
Lagu Somba Ma Jahowa yang melodinya berasal dari lagu rakyat Batak

Toba yakni lagu Taridemidem.

TARIDEMIDEM

Lagu Rakyat Batak Toba, NN

Lagu Taridemidem adalah lagu rakyat yang berisikan tentang bagaimana

kehidupan sehari-hari dari masyarakat Batak Toba yang berupa pantun.

a. Tangga Nada (Scale)

Tangga nada dalam musik barat dapat diartikan sebagai satu kumpulan not

yang diatur sedemikian rupa dengan aturan yang telah ada (baku) sehingga

memberikan karakter tertentu. Dalam lagu Somba Ma Jahowa, penulis

memberikan uratan-urutan nada yang terendah sampai nada yang tertinggi

berdasarkan pemakaian nada.

133
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tangga nada yang dipakai dalam lagu Somba Ma Jahowa di

atas, penulis melihat bahwa nada yang dipakai adalah G.

b. Nada Dasar (Pitch Center)

Bruno Nettl mengemukakan ada tujuh cara untuk menentukan nada dasar

(pitch center/tonalitas) yaitu :

1. Patokan umum adalah melihat nada mana yang paling sering dipakai dan nada

mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut.

2. Kadang-kadang nada yang harga ritmisnya besar dapat dianggap sebagai nada

dasar, walaupun nada tersebut jarang dipakai.

3. Nada yang dipakai pada akhir (awal) komposisi atau pada akhir (awal) bagian-

bagian komposisi, dapat dianggap sebagai tonalitas dalam komposisi tersebut.

4. Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada atau posisi

persis ditengah-tengah dapat juga dianggap penting.

5. Interval-interval yang terdapat diantara nada-nada kadang dipakai sebagai

patokan.

6. Ada tekanan ritmis pada sebuah nada, juga dipakai sebagai tonalitas.

7. Harus diingat bahwa barang kali ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem

tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan di atas. Untuk

mendeskripsikan sistem tonalitas seperti ini, cara terbaik tampaknya adalah

berdasarkan pengalaman, pengenalan yang akrab dengan gaya musik tersebut

akan dapat ditentukan tonalitas dari musik yang diteliti.

134
Universitas Sumatera Utara
Dari kutipan di atas, penulis melihat pernyataan pertama dan ketiga

disepakati penulis untuk menjadi patokan nada dasar pada lagu Somba Ma

Jahowa. Maka nada dasar lagu Somba Ma Jahowa dalam tulisan ini adalah nada

G.

c. Wilayah Nada (Range)

Wilayah nada dalam sebuah komposisi musik adalah jarak antara nada

terendah dengan nada tertinggi yang ada pada melodi tersebut. Untuk

mempermudah penulis dalam mendapatkan wilayah nada lagu Somba Ma Jahowa

maka melodi lagu Somba Ma Jahowa tersebut akan dimasukkan ke dalam garis

paranada untuk dapat melihat dengan jelas susunan nada-nada yang ada pada lagu

tersebut, dengan tujuan untuk mempermudah penulis dalam melihat nada terendah

dan tertinggi dalam lagu tersebut. Wilayah nada lagu Somba Ma Jahowa dapat

kita lihat pada gambar di bawah, berikut adalah wilayah nada dari yang terendah

hingga tertinggi.

d. Jumlah Nada (Frequency of Notes)

Jumlah nada dapat dilihat dari banyaknya pemakaian nada dalam sebuah

koposisi musik yang telah ditranskripsikan kedalam bentuk notasi. Jumlah nada

yang dipakai dalam lagu Somba Ma Jahowa sesuai dengan tangga nada yang telah

dibuat sebelumnya.

135
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah jumlah nada yang digunakan dalam lagu Somba Ma

Jahowa, di bawah ini.

Tabel 4.3.1a

Nama Nada Jumlah Nada Total Nada


G 36 -
A 30 -
B 30 -
C 0 -
D 17 -
E 4 -
F# 0 -
G’ 0 -
117

e. Jumlah Interval (prevalent intervals)

Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lainnya (Manoff

1991:50). Jarak antara nada satu dengan nada lainnya yang terdiri dari interval

naik maupun interval turun menurut jumlah larasnya yang dapat mempengaruhi

jumlah interval tersebut. Sedangkan jumlah interval merupakan banyaknya

interval yang dipakai dalam suatu komposisi musik atau nyanyian.

Tabel 4.3.1b

Nama Interval Posisi Interval Jumlah Interval


1P − 39
2M ↑ 6
2M ↓ 3
2m ↑ 18
2m ↓ 11
3m ↑ 8
3m ↓ 4

136
Universitas Sumatera Utara
f. Pola Kadensa (Cadence Patterns)

Kadensa adalah suatu rangkaian harmoni atau melodi penutup pada akhir

lagu atau di tengah kalimat, sehingga dapat dengan sempurna menutup lagu

tersebut. Dalam lagu Somba Ma Jahowa, penulis memilih melodi akhir sebagai

pola kadensa.

g. Formula Melodik (Melodic Formulas)

Formula melodi dalam hal ini terdiri atas bentuk, frasa, dan motif. Bentuk

adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola melodi. Frasa

adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Sedangkan motif adalah ide melodi

sebagai dasar pembentukan melodi. Berikut beberapa istilah untuk menganalisis

bentuk, yang dikemukakan oleh William P. Malm :

1. Repetitif, yaitu bentuk nyanyian/melodi yang diulang-ulang.

2. Ireratif, yaitu bentuk nyanyian/melodi yang memakai formula melodi yang

kecil dengan kecenderungan pengulang-pengulang di dalam keseluruhan

nyanyian.

3. Strophic, yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks

nyanyian/melodi yang baru atau berbeda.

4. Reverting, yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian/melodi terjadi

pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan

melodi.

137
Universitas Sumatera Utara
5. Progressive, yaitu bentuk nyanyian/melodi yang terus berubah dengan

menggunakan materi melodi yang selalu baru. Pada lagu Somba Ma Jahowa,

penulis menyimpulkan dari kutipan di atas bahwa bentuk melodi lagu adalah

bentuk strophic.

h. Kontur (Contour)

Kontur adalah sebuah alur melodi yang biasanya ditandai dengan menarik

garis. Menurut Malm ada beberapa jenis kontur (Malm dalam Jonson 2000:76).

Jenis-jenis tersebut antara lain:

1. Ascending, yaitu garis melodi yang sifatnya naik dari nada rendah ke nada

yang lebih tinggi. seperti tampak pada gambar di bawah:


2. Descending, yaitu garis melodi yang sifatnya turun dari nada yang tinggi ke

nada yang rendah. seperti tampak pada gambar di bawah:


3. Pendulous, yaitu garis melodi yang sifatnya melengkung dari: (a) nada yang

rendah ke nada yang tinggi, kemudian kembali ke nada yang rendah atau dari

(b) nada yang tinggi ke nada yang rendah, kemudian kembali ke nada yang

tinggi. Seperti tampak pada gambar di bawah:

138
Universitas Sumatera Utara
4. Teracced, yaitu garis melodi yang sifatnya berjenjang seperti anak tangga dari

nada yang rendah ke nada yang lebih tinggi kemudian sejajar, seperti tampak

pada:

5. Statis, yaitu garis melodi yang sifatnya tetap atau apabila gerakan-gerakan

intervalnya terbatas. Seperti tampak pada gambar di bawah:


Dari jenis-jenis kontur yang tertera di atas, dalam lagu Somba Ma Jahowa

terdapat alur statis, yaitu:

139
Universitas Sumatera Utara
4.3.2 Lagu Yang Berasal Dari Tradisional Asia/India

HIBUL ROHANGKU
BE. No. 690
Syair : S. Sundar Singh (1889-1929)
Lagu : Melodi Tradisional India Hindustan, Assam;
(dalam bahasa Inggris: I Have Decided to Follow
Jesus)

Lagu Hibul Rohangku yang melodinya berasal dari lagu rakyat India

dengan melodi Assam Hindustan yakni lagu „Seeso ginawʼ ku maya di Yesus.

140
Universitas Sumatera Utara
I HAVE DECIDED TO FOLLOW JESUS
(‛SEESO GINAW’ KU MAYA DI YESUS)

Melodi Tradisional India Hindustan, Assam;


(dalam bahasa Inggris:
I Have Decided to Follow Jesus)

1 ‘See so gi naw’ ku ma ya di Ye sus; ‘See so gi


2 To li ku dan ku ‘ti po mo gu nan; To li ku
3 I say ot en gin ma ya di Ye sus; I say ot
en gin

naw’ ku ma ya di Ye sus; ‘See so gi naw’ ku ma ya di


dan ku ‘ti po mo gu nan; To li ku dan ku ‘ti po moen
en gin ma ya di Ye sus; I say ot en gin ma ya di

Ye sus; Aa ku mu li, aa ku mu li.


gu nan; To gu wa ngan ku i sa lip.
Ye sus; Ta nud do go, ta nud do go.

Ada berbagai kisah berbeda tentang asal mula nyanyian ini. Mereka semua

setuju bahwa itu ditulis di India timur laut oleh seseorang yang menghadapi

penganiayaan karena keyakinannya yang ingin menegaskan kesetiaan kepada

Kristus.

a. Tangga Nada (Scale)

141
Universitas Sumatera Utara
b. Nada Dasar (Pitch Center), untuk menjadi patokan nada dasar pada lagu

pada dasar lagu Hibul Rohangku dalam tulisan ini adalah nada C.

c. Wilayah Nada (Range)

d. Jumlah Nada (Frequency of Notes)

Berikut adalah jumlah nada yang digunakan dalam lagu Hibul Rohangku,

di bawah ini:

Tabel 4.3.2a

Nama Nada Jumlah Nada Total Nada


C 20 -
D 2 -
E 15 -
F 0 -
G 33 -
A 10 -
B 0 -
C’ 21 -
D’ 1 -
101

142
Universitas Sumatera Utara
e. Jumlah Interval (prevalent intervals)

Tabel 4.3.2b

Nama Interval Posisi Interval Jumlah Interval


1P − 100
2M ↑ 0
2M ↓ 9
2m ↑ 37
2m ↓ 46
3m ↓ 0
3m ↑ 9
3M ↓ 36
3M ↑ 0

f. Pola Kadensa (Cadence Patterns)

Dalam lagu Hibul Rohangku, penulis memilih melodi akhir sebagai pola

kadensa.

g. Formula Melodik (Melodic Formulas)

Pada lagu Hibul Rohangku, penulis menyimpulkan dari kutipan di atas

bahwa bentuk melodi lagu adalah bentuk repetitif.

h. Kontur (Contour)

Dari jenis-jenis kontur, dalam lagu Hibul Rohangku terdapat alur

pendulous, yaitu:

143
Universitas Sumatera Utara
4.3.3 Lagu Yang Berasal Dari Tradisional Amerika/Eropa

ADONG DO SADA MUAL I

Lagu: Praise for the Fountain


American Melody
Syair: William Cowper, 1772

144
Universitas Sumatera Utara
Lagu Adong Do Sada Mual I yang melodinya berasal dari lagu tradisional

Amerika.

THERE IS A FOUNTAIN

Early American Melody 2008


Babtist Hymnal
William Cowper 1772

145
Universitas Sumatera Utara
Lagu Adong Do Sada Mual I, Nyanyian rohani ini secara penuh atau

disingkat digunakan secara luas di semua negara. Bentuk yang terkenal dari

nyanyian ini adalah dari Kalvari Salib, air mancur yang mengalir.

a. Tangga Nada (Scale)

b. Nada Dasar (Pitch Center), untuk menjadi patokan nada dasar pada lagu

pada dasar lagu Adong Do Sada Mual I dalam tulisan ini adalah nada Bes.

c. Wilayah Nada (Range)

d. Jumlah Nada (Frequency of Notes)

Berikut adalah jumlah nada yang digunakan dalam lagu Adong Do Sada

Mual I, di bawah ini:

146
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3.3a

Nama Nada Jumlah Nada Total Nada

Bes 11 -
C 5 -
C’ 24 -
D 11 -
D’ 20 -
Es 0 -
F 30 -
G 22 -
A 0 -
Bes’ 47 -
165

e. Jumlah Interval (prevalent intervals)

Tabel 4.3.3b

Nama Interval Posisi Interval Jumlah Interval


1P − 10
2M ↑ 9
2M ↓ 0
2m ↑ 21
2m ↓ 20
3m ↓ 2
3m ↑ 0

147
Universitas Sumatera Utara
f. Pola Kadensa (Cadence Patterns)

Dalam lagu Adong Do Sada Mual I, penulis memilih melodi akhir sebagai

pola kadensa.

g. Formula Melodik (Melodic Formulas)

Pada lagu Adong Do Sada Mual I, penulis menyimpulkan dari kutipan di

atas bahwa bentuk melodi lagu adalah bentuk strophic

h. Kontur (Contour)

Dari jenis-jenis kontur, dalam lagu Adong Do Sada Mual I terdapat alur

pendulous, yaitu:

4.4 Analisis Tekstual Lagu

Menganalisis teks berarti penulis mencari tahu dan menemukan makna-

makna yang terkandung dalam lagu tersebut. Dengan makna makna tersebut Alan

P. Merriam mengemukakan bahwa musik juga mempengaruhi bahasa dimana

keperluan musikal meminta perubahan dalam bentuk-bentuk percakapan yang

normal. Ciri-ciri bahasa dalam lagu ialah jenis terjemahan yang istimewa yang

148
Universitas Sumatera Utara
mana kadang kala memerlukan pengetahuan bahasa yang istimewa pula

(1964:188).

Dilihat dari analisis terjemahan dan makna tekstual lagu yang ada di

bawah ini, ada penyimpangan makna (distorsi) yang mana dari lagu yang ada

dalam Buku Ende dan Suplemen HKBP yang juga merupakan terjemahan bahasa

langsung untuk teks Kidung Jemaat HKBP berbahasa Indonesia memiliki

perbedaan bahasa dengan bahasa Indonesia yang merupakan hasil terjemahan

(alihbahasa) dari bahasa asal atau aslinya, yaitu bahasa Jerman. Hasil terjemahan

ini akan lebih jauh pula jika dinyanyikan, yang tentu saja seorang penerjemah teks

nyanyian harus peka dan teliti dalam memperhatikan aspek melodis dan ritmis.

Hal ini menyatakan bahwa lagu-lagu yang ada pada Buku Ende HKBP (dalam

bahasa Batak) bukan merupakan terjemahan dari Buku Kidung Jemaat Yamuger

(dalam bahasa Indonesia), ataupun sebaliknya lagu-lagu yang ada pada Buku

Kidung Jemaat Yamuger juga bukan merupakan terjemahan dari Buku Ende

HKBP.

Kedua buku tersebut mengacu kepada dua sumber buku nyanyian religius

pada gereja Protestan dari Jerman, yaitu Grosse Missionsharfe dan Evangelischer

Psalter. Dengan begitu melodi dan temanya sudah pasti berkaitan. Namun, akan

menjadi lain jika kini dilakukan proses penterjemahan ke dalam bahasa Indonesia

pada Kidung Jemaat HKBP dari sumber keduanya yang berbahasa Batak, yaitu

Buku Ende.

149
Universitas Sumatera Utara
Berikut ini, penulis akan menjabarkan ke tiga lirik teks dari 3 ende yang

dianalisis yang bahasa Batak sesuai dengan pembahasan di atas dengan arti dan

terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia:

1. Somba Ma Jahowa (lirik lagu) dalam bahasa Batak Toba

AYAT 1
Somba ma Jahowa Debatanta, Amen Haleluya,
Sigomgom langit tano on ro di isi na, Amen Haleluya,
Beta hita lao marsinggang tu jolo-Na, Amen Haleluya,
Na songkal jala na badia do Jahowa, Amen Haleluya,
Endehon Amen Haleluya,
Endehon Amen Haleluya,
Endehon Amen Haleluya,
Endehon Amen Haleluya,

AYAT 2
Puji ma Jahowa Debatanta, Amen Haleluya
Parasi roha na sumurung do Ibana, Amen Haleluya,
Taendehon ma goar ni Debatanta, Amen Haleluya,
Alani denggan ni basa-Na tu hita, Amen Haleluya,
Endehon Amen Haleluya,
Endehon Amen Haleluya,
Endehon Amen Haleluya,
Endehon Amen Haleluya,

AYAT 3
Sangap di Jahowa Debatanta, Amen Haleluya,
Na bonar jala marmulia do Jahowa, Amen Haleluya,
Tapatimbul ma goar ni Debatanta, Amen Haleluya,
Na tigor jala na sun gogo salelengna, Amen Haleluya,
Endehon Amen Haleluya,
Endehon Amen Haleluya,
Endehon Amen Haleluya,
Endehon Amen Haleluya,

2. Somba Ma Jahowa (terjemahan/makna lagu) dalam bahasa Indonesia


AYAT 1
Sembahlah Tuhan Allah kita, Amin Haleluya,
Yang mengengam tanah ini dan seluruh isinya, Amin Halelya,
mari kita pergi berlutut di depan-Nya, Amin Haleluya,
yang mulia-Nya Tuhan, Amin Haleluya,
Nyanyikan Amin Haleluya,
Nyanyikan Amin Haleluya,

150
Universitas Sumatera Utara
Nyanyikan Amin Haleluya,
Nyanyikan Amin Haleluya,

AYAT 2
Pujilah Tuhan Alah kita, Amin Haleluya,
Penuh rasa kasihan-Nya beliau, Amin Haleluya,
Kita nyanyikanlah nama Tuhan kita, Amin Haleluya,
Karena kasih-Nya Kepada kita, Amin Haleluya,
Nyanyikan Amin Haleluya,
Nyanyikan Amin Haleluya,
Nyanyikan Amin Haleluya,
Nyanyikan Amin Haleluya.

AYAT 3
Muliakanlah Tuhan Allah kita, Amin Haleluya,
Yang benar dan berkemuliaan-Nya Tuhan, Amin Haleluya,
Kita tinggikanlah nama Tuhan kita, Amin Haleluya,
Yang lurus dan yang kuat selamanya, Amin Haleluya,
Nyanyikan Amin Haleluya,
Nyanyikan Amin Haleluya,
Nyanyikan Amin Haleluya,
Nyanyikan Amin Haleluya,

3. Taridemidem (lirik lagu) dalam bahasa Batak Toba


Sada dua tolu da Inang, idem idem idem,
Songon pandokni pamilangi da Amang, idem idem idem,
Sai jonjong hami di son ale Inang, idem idem idem,
Jumolo hami marsantabi da Amang, idem idem idem,
Taridem idem idem idem,
Taridem idem idem idem,
Taridem idem idem idem,
Taridem idem idem idem.

4. Taridemidem (terjemahan/makna lagu) dalam bahasa Indonesia


Satu dua tiga ya Ibu, eluh eluh eluh,
Seperti yang dikatakan sipembilang ya Ayah, eluh eluh eluh,
Kami tetap berdiri di sini ya Ibu, eluh eluh eluh,
Lebih dahulu kami permisi ya Ayah, eluh eluh eluh,
Mengeluh, eluh eluh eluh,
Mengeluh, eluh eluh eluh,
Mengeluh, eluh eluh eluh,
Mengeluh, eluh eluh eluh,

151
Universitas Sumatera Utara
5. Hibul Rohangku (lirik lagu) dalam bahasa Batak Toba

Ayat 1 Ayat 3
Hibul rohangku tu Tuhan Jesus, Tung so adong pe na olo dohot,
Sude ngolungku di Tuhan Alai rohangku sai marsihohot,
Jesus,Ihuthononku do Tuhan Tung so adong pe na olo dohot,
Jesus Ndang olo au sumurut be, Ndang olo au sumurut be,

Ayat 2 Ayat 4
Sai hutundalhon haportibion, Beta ihuthon ma Tuhan Jesus,
Silang ni Kristus ma hudapothon, Ho na dijou do, roham patulus,
Sai hutundalhon haportibion, Beta ihuthon ma Tuhan Jesus,
Ndang olo au sumurut be, Sai unang ho sumurut be,

6. Hibul Rohangku (terjemahan/makna lagu) dalam bahasa Indonesia

Ayat 1 Ayat 3
Mengikut Yesus keputusanku, Dunia di b‟lakang salib di depan,
Mengikut Yesus keputusanku, Dunia di b‟lakang salib di depan,
Mengikut Yesus keputusanku. Dunia di b‟lakang salib di depan.
„Ku tak ingkar, „Ku tak ingkar, „Ku tak ingkar, „Ku tak ingkar,

Ayat 2 Ayat 4
Walau sendiri „kuikut Yesus, Maukah engkau mengikut Yesus,
Walau sendiri „kuikut Yesus, Maukah engkau mengikut Yesus,
Walau sendiri „kuikut Yesus. Maukah engkau mengikut Yesus.
„Ku tak ingkar, „Ku tak ingkar, Selamanya, selamanya,

7. Versi bahasa Inggris dari lagu Hibul Rohangku (lirik/terjemahan lagu: I


have deciced to follow Jesus)

Ayat 1 Ayat 2
I have decided, to follow Jesus, Though I may wander, I still will
follow,
I have decided, to follow Jesus, Though I may wander, I still will
I have decided, to follow Jesus, follow,
No turning back, no turning Though I may wander, I still will
back! follow,
Saya telah memutuskan, untuk No turning back, no turning
mengikuti Yesus, back!
Saya telah memutuskan, untuk Meskipun saya mungkin
mengikuti Yesus, mengembara, saya masih akan
Saya telah memutuskan, untuk mengikuti,
mengikuti Yesus,
Tanpa berbalik, tanpa berbalik!

152
Universitas Sumatera Utara
Meskipun saya mungkin Meskipun tidak ada yang pergi
mengembara, saya masih akan dengan saya, tetap saya akan
mengikuti, mengikuti,
Meskipun saya mungkin Meskipun tidak ada yang pergi
mengembara, saya masih akan dengan saya, tetap saya akan
mengikuti, mengikuti,
Tanpa berbalik, tanpa berbalik! Meskipun tidak ada yang pergi
dengan saya, tetap saya akan
Ayat 3 mengikuti,
The world behind me, the cross Tanpa berbalik, tanpa berbalik!
before me,
The world behind me, the cross Ayat 5
before me, Will you decide now, to follow
The world behind me, the cross Jesus?
before me, Will you decide now, to follow
No turning back, no turning Jesus?
back! Will you decide now, to follow
Dunia di belakangku, salib di Jesus?
depanku, No turning back, no turning
Dunia di belakangku, salib di back!
depanku, Maukah Anda memutuskan
Dunia di belakangku, salib di sekarang, untuk mengikuti
depanku, Yesus?
Tanpa berbalik, tanpa berbalik! Maukah Anda memutuskan
sekarang, untuk mengikuti
Ayat 4 Yesus?
Though none go with me, still I Maukah Anda memutuskan
will follow, sekarang, untuk mengikuti
Though none go with me, still I Yesus?
will follow, Tanpa berbalik, tanpa berbalik!
Though none go with me, still I
will follow,
No turning back, no turning
back!
8. Bahasa Assam, India dari lagu Hibul Rohangku (lirik lagu: I have deciced
to follow Jesus/‘Seeso ginaw’ ku maya di Yesus)

Ayat 1
„Seeso ginaw‟ ku maya di Yesus, 3x
Aaku muli, aaku muli.

Ayat 2
Tolikudan ku „ti pomogunan, 3x
Toguwangan ku i salip.

153
Universitas Sumatera Utara
Ayat 3
Isay ot engin maya di Yesus, 3x
Tanud dogo, tanud dogo.

9. Adong Do Sada Mual I (lirik lagu) dalam Bahasa Batak Toba

Adong do sada mual i, di na mardosa i Mansai denggan do mual i pasonang


rohangki; Aek mual na badia i, ima di Jesus i. Disesa do tihasta i, dibuat
arsak I; Ai mudar ni Tuhanta i Do mual i sintong Durus di Golgata do i
Mangkophop hita on; I ma tutu, ai dohot au Ias dibahen Ho Asi do rohaMi di
au Nang di luhut na ro; Parjahat di siamunMi Di dolok Golgata Digolom i do
hataMi Dibaen porsea do; Dung i jalo malua Sian pangago i Dibaen porsea
roha nii Di Ho, RajaNa I; Sai dohot au palua ma Padao ma jea i Di hami sai
patongtong ma Haporseaon I; Ai na margogo do tongtong MudarMu na use
Ias dibahen rohangkon Bontor huhut ture; Dibahen i pujionkiTongtong ma
goarMi Sai i ma sogot endengki Dung au di lambungMi.

10. Adong Do Sada Mual I (terjemahan/makna lagu) dalam bahasa


Indonesia

Tercurah darah Tuhanku di bukit Golgota; yang mau bertobat, ditebus,


terhapus dosanya, terhapus dosanya, terhapus dosanya yang mau bertobat,
ditebus, terhapus dosanya; Penyamun yang di sisiNya dib‟ri anugerah;pun
aku yang penuh cela dibasuh darahNya, dibasuh darahNya, dibasuh
darahNya, pun aku yang penuh cela dibasuh darahNya; 3)Ya Anakdomba,
darahMu tak hilang kuasanya, sehingga s‟lamat umat-Mu dan suci
s‟lamanya, dan suci s‟lamanya, dan suci s‟lamanya, sehingga s‟lamat
umatMu dan suci s‟lamanya; Sejak kupandang salibMu dengan iman teguh,
kasihMulah kupuji t‟rus seumur hidupku, seumur hidupku, seumur hidupku,
kasihMulah kupuji t‟rus seumur hidupku; Dan jika nanti lidahku tak lagi
bergerak, tetap kupuji kuasaMu di sorgaMu kelak, di sorgaMu kelak, di
sorgaMu kelak, tetap kupuji kuasaMu di sorgaMu kelak.

11. Tradisional Amerika (lirik lagu/terjemahan: There is a fountain: Adong


Do Sada Mual I)

1) There is a fountain filled with blood, Drawn from Immanuel‟s veins; And
sinners, plunged beneath that flood, Lose all their guilty stains: Lose all
their guilty stains, Lose all their guilty stains; And sinners, plunged
beneath that flood, Lose all their guilty stains.
Ada air mancur yang penuh darah, Diambil dari urat nadi Immanuel; Dan
orang-orang berdosa, yang jatuh di bawah air bah itu, Kalah semua noda
mereka yang bersalah: Kalah semua noda mereka, Kalah semua noda yang
bersalah mereka; Dan orang-orang berdosa, yang jatuh di bawah air bah
itu, Menurunkan semua noda bersalah mereka.

154
Universitas Sumatera Utara
2) The dying thief rejoiced to see, That fountain in his day; And there may I,
though vile as he, Wash all my sins away: Wash all my sins away, Wash
all my sins away; And there may I, though vile as he, Wash all my sins
away.
Pencuri yang sekarat bersukacita melihat, Air mancur itu pada zamannya;
Dan di sana mungkin aku, meskipun keji saat dia, Membasuh semua dosa-
dosaku: Membasuh semua dosa-dosaku, menghapuskan semua dosaku;
Dan di sana mungkin saya, meskipun keji saat dia, Membasuh semua dosa
saya.
3) Dear dying Lamb, Thy precious blood, Shall never lose its power, Till all
the ransomed ones of God Be saved, to sin no more: Be saved, to sin no
more, Be saved, to sin no more; Till all the ransomed ones of God Be
saved to sin no more.
Anak Domba yang sekarat, darahMu yang berharga, Tidak akan pernah
kehilangan kekuatannya, sampai semua orang tebusan Allah diselamatkan,
untuk tidak berbuat dosa lagi: Selamat, untuk tidak berbuat dosa lagi,
Selamat, untuk tidak berbuat dosa lagi; Sampai semua orang tebusan Allah
diselamatkan dari dosa lagi.
4) E‟er since by faith I saw the stream, Thy flowing wounds supply,
Redeeming love has been my theme, And shall be till I die: And shall be till
I die, And shall be till I die; Redeeming love has been my theme, And shall
be till I die.
E’er karena dengan iman aku melihat arus, persediaan luka-Mu yang
mengalir, cinta Penebus telah menjadi temanku, Dan akan ada sampai aku
mati: Dan akan sampai aku mati, Dan akan sampai aku mati; Cinta yang
menebus telah menjadi temanku, Dan akan sampai aku mati.
5) When this poor lisping, stammering tongue, Lies silent in the grave, Then
in a nobler, sweeter song, I‟ll sing Thy power to save: I‟ll sing Thy power
to save, I‟ll sing Thy power to save; Then in a nobler, sweeter song, I‟ll
sing Thy power to save.
Ketika lidah yang lemah dan terbata-bata, Berbaring diam di dalam kubur,
Kemudian dalam lagu yang lebih mulia dan lebih manis, aku akan
menyanyikan kekuatan-Mu untuk menyelamatkan: Aku akan
menyanyikan kekuatan-Mu untuk menyelamatkan, aku akan menyanyikan
kekuatan-Mu untuk menyelamatkan; Kemudian dalam lagu yang lebih
mulia dan lebih manis, saya akan menyanyikan kekuatan-Mu untuk
menyelamatkan.

155
Universitas Sumatera Utara
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Gereja HKBP berterima kasih kepada Tuhan karena Musik masuk melalui

pelayanan hamba-Nya di Tanah Batak. Musik adalah Pemberian Allah dan dapat

dijadikan senjata utama dalam Kemajuan Pelayanan Gereja di tengah dunia ini.

Karena musik adalah dari Allah dan untuk dikembalikan kembali kepada Allah

maka kita harus melihat kembali apa yang patut kita kerjakan untuk musik agar

menempati tempatnya yang benar. Kita harus menyadari betapa besar dan kuatnya

pengaruh musik terhadap banyak hal, terutama bagi manusia yang bersedih dan

yang bersuka cita. Musik tidak dapat dicegah perkembangannya, tetapi harus

diikuti tanpa ikut terhanyut didalamnya. Dalam hal ini kita harus bergantung pada

Pimpinan Roh Tuhan.

Berdasarkan hasil penelitian di atas yang penulis lakukan terhadap Sejarah

dan Perkembangan Musik dan Nyanyian/Ende dari 3 lagu yang mewakili lagu

yang terdiri dari; Lagu Somba Ma Jahowa, Hibul Rohangku, dan Adong Do Sada

Mual I yang terkait dalam ―Ende Sangap Di Jahowa.‖ Ada beberapa kesimpulan

yang dapat diperoleh oleh penulis, yaitu sebagai berikut:

1. Adanya Ibadah Alternatif yang membentuk sebuah Tim untuk melakukan

pencarian dan mengerjakan tugas di mana proses pembuatan/penambahan

lagu-lagu baru populer yang akan ditambahkan ke dalam buku ende HKBP

156
Universitas Sumatera Utara
mulai dibahas dalam rapat para praeses HKBP yang jatuh pada tanggal 4-5

September 2000.

2. Nyanyian-nyanyian baru akan dibahas dan didiskusikan berlanjut dalam rapat

para pendeta HKBP yang jatuh pada tanggal 20 s/d 24 Agustus 2001 serta

dalam rapat sinode godang HKBP pada tanggal 30 September s/d 4 Oktober

2002 yang diadakan di kantor pusat HKBP, Pearaja Tarutung.

3. Melalui rapat para pendeta kembali pada tanggal 8 s/d 12 Oktober 2003 Ende

Sangap Di Jahowa disahkan/disepakati dan sudah disatukan dengan buku

ende.

4. Tahun 2004 terjadi penambahan lagu dalam suplemen Buku Ende Sangap Di

Jahowa (SDJ) sebanyak 309 buah lagu, lima diantaranya ende Tradisional

Batak.

5. Nyanyian jemaat (himne) tersebut ialah lagu-lagu yang dipakai secara resmi
dalam sebuah ibadah di HKBP Pearaja Tarutung, ialah:
a. Buku Ende (BE),
b. Kidung Jemaat (KJ),
c. Buku Haluaon Na Gok (HNG), dan
d. Ende Sangap Di Jahowa (ESJ) Suplemen.

6. Terdapat lima buah lagu yang dicantumkan dalam buku ende-suplemen

sebagai endeatau nyanyian HKBP yang berasal dari lagu rakyat Batak.

7. Sebuah artikel yang ditulis oleh Ernst Quentmeier (1875-1962) yang

merupakan seorang misionaris RMG Jerman yang bertugas di wilayah

Sumatera dan sekitarnya tahun 1904 s/d 1938. Dalam beritanya; “berichte der

rheinische mission” (1941) di mana yang menggambarkan bagaimana

perkembangan himne di tanah Batak.

157
Universitas Sumatera Utara
8. Lagu Somba Ma Jahowa, dengan nada dasar G=do, yang melodinya berasal

atau diadopsi dari lagu rakyat Batak Toba yakni lagu Taridemidem. Dan lagu

Taridemidem sendiri adalah lagu rakyat yang berisikan tentang bagaimana

kehidupan sehari-hari dari masyarakat Batak Toba yang berupa pantun dalam

nyanyian.

9. Lagu Hibul Rohangku, dengan nada dasar C=do, yang dalam bahasa Inggris

berasal dari lagu: I Have Decided to Follow Jesus. ada berbagai kisah berbeda

tentang asal mula nyanyian ini. Mereka semua setuju bahwa itu ditulis di India

timur laut oleh seseorang yang menghadapi penganiayaan karena

keyakinannya yang ingin menegaskan kesetiaan kepada Kristus.

10. Lagu Adong Do Sada Mual I, dengan nada dasar Bes=do, Nyanyian rohani ini

secara penuh atau disingkat digunakan secara luas di semua negara berbahasa

Inggris dari lagu yang berjudul There is a fountain filled with blood dalam

Praise for the Fountain opened. Bentuk yang terkenal dari nyanyian ini adalah

dari Kalvari Salib, air mancur yang mengalir.

11. Jika dilihat dari isi teks, lagu Somba Ma Jahowa, Hibul Rohangki, dan Adong

Do Sada Mual I, memiliki ungkapan perasaan yang sama dalam konteks

pujian kepada Tuhan berupa pendirian yang begitu dahsyat yang terkandung

dalam setiap teks dari ketiga lagu tersebut.

12. Jika dilihat dari struktur melodinya, dapat disimpulkan bahwa melodi yang

digunakan ialah cenderung berulang-ulang atau sama dan hanya teks-nya saja

yang berubah-ubah, berganti-ganti dalam bentuk syair yang berbeda. Sama

158
Universitas Sumatera Utara
halnya dengan struktur teks bahwa tidak ada peraturan yang baku terhadap

melodi yang digunakan.

5.2 Saran

Ende di HKBP secara keseluruhan hampir sama yang memiliki notasi

yang sama dan teks berbeda. Berhubungan dengan kajian dalam tulisan ini,

penulis berharap agar ada juga nantinya penelitian-penelitian lanjutan yang

kiranya dapat menyempurnakan tulisan ini. Agar dapat menjadi referensi dan

pembendaharaan baru mengenai tulisan ini yang berkaitan dengan aspek-aspek

dalam konteks nyanyian, lagu atau ende rohani gerejawi dalam mengenal lebih

lanjut bagaimana perkembangan, makna teks, dan struktur musikal yang

terkandung dalam Ende Sangap Di Jahowa HKBP suplemen.

Untuk itu, penulis menyarankan bagi yang tertarik dalam pengkajian

seperti tulisan ini supaya melakukan penelitian lanjutan kembali dengan

melakukan kajian-kajian yang lain dari Ende HKBP.

159
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Anscar, Chupungco. 1987. Penyesuaian Liturgi Dalam Budaya. Yogyakarta:


Kanisius.
Aturan Peraturan HKBP tahun 2002, setelah Amandemen ke-dua.
Brink. 1956. Ibadah Mingu. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
HKBP. 2018 Almanak HKBP Tahun 2018. Pematang Siantar: Percetakan HKBP.
_____. 1988. Agenda na Metmet di Huria Kristen Batak Protestan. Pematang
Siantar: Percetakan HKBP.
Koentjaraningrat. 1985. metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Kruger, Th. Muller. 1959. Sejarah Gereja di Indonesia . Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Manik, Toman. 2017. Ende Sangap Di Jahowa Huria Kristen Batak Protestan
(HKBP): Kajian Sejarah, Fungsi, dan Analisis Struktur Musikal. Medan,
PROGRAM STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN
PENGKAJIAN SENI FAKULTAS ILMU BUDAYA Universitas
Sumatera Utara, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Merriam, Alan P. 1964. The Anthropology of Music. Evaston Ill: Northwestern
University Press.
Mission, RMG. 1907. Aturan Ni Ruhut Di Angka Huria Na Ditongatonga Ni
Halak Batak. 1908. Siantar-Toba: Pangarongkoman Mission.
Muhammad, Yusuf. 2015. Realisasi Nyanyian dari Buku Ende Dan Kidung
Jemaat Yamuger Dalam Ibadah Minggu Pada 3 Gereja Di Sumatera
Utara: Kontinuitas, Perubahan, Dan Struktur Musik. Medan, PROGRAM
STUDI MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghali Indonesia.
Pandopo, H.A. 1984. Mengubah Nyayian Jemaat. Penuntun untuk pengadaan
Nyayian Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Pardede, Boho Parulian. 2011. Koor Di Huria Halak Batak Protestan (HKBP):
Analisis Sejarah, Fungsi, dan Struktur Musik. Medan, PROGRAM STUDI
MAGISTER (S2) PENCIPTAAN DAN PENGKAJIAN SENI
FAKULTAS ILMU BUDAYA Universitas Sumatera Utara, Fakultas Ilmu
Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Internet
http://www.wikipedia.com
http://www.id.wikiwordpress.org
http://www.google.com
http://www.hkbp.org.id
http.//blogspot.com.Marthin Luther.com_sebagai Pecinta Seni Suara.
http.//www.majalahpraise.com

160
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR INFORMAN

Nama : Bpk. Pdt. J.A.U. Dolok Saribu M.Min


Umur : 59 tahun
Pekerjaan : Praeses HKBP Distrik I Tapsel-Sumbar,
Dosen STGH HKBP Seminarium,
Sipoholon
Alamat : Seminarium Sipoholon, Tapanuli Utara

Nama : Bapak Pdt. DR. J.R. Hutauruk


Umur : 81 tahun
Pekerjaan : Pendeta Batak (1891-1959), Ephorus
Emeritus HKBP
Alamat : Medan, Sumatera Utara

Nama : Bpk. Pdt. Jaeman Simangunsong M.Div


Umur : 61 tahun
Pekerjaan : Pendeta Resort Simangumban
Alamat : Simangumban, Kel. Hutatoruan IV,
Tapanuli Utara

Nama : St. Tumpal Hutauruk


Umur : 59 tahun
Pekerjaan : Sintua di Gereja HKBP Ressort Lumban
Rihit, Distrik II Sipoholon
Alamat : Jln. Balige KM2 Simotung, Sipoholon,
Tapanuli Utara

Nama : Bpk. Pdt. Darwin Lumbantobing


Umur : 59 tahun
Pekerjaan : Dosen Theologia STT HKBP, Pendeta
HKBP Pusat Pearaja
Alamat : Kantor Pusat HKBP di Pearaja Tarutung,
Kel. Hutatoruan IV, Tapanuli Utara

Nama : Pdt. Zainal Abidin Simanjuntak, M.Div


Umur : 62 tahun
Pekerjaan : Pendeta HKBP Lumban Rihit, Distrik II
Sipoholon, Tapanuli Utara
Alamat : Lumban Soit, Kec. Sipoholon, Tapanuli
Utara

Nama : Bpk. Pdt. Pahala J. Simanjuntak, M.Th


Umur : 59 tahun
Pekerjaan : Rektor di Sekolah Pendeta HKBP
Seminarium, Sipoholon
Alamat : Tarutung Kota, Tapanuli
Utara

Nama : Bpk. Pdt. David Farel Sibuea M.Th D.Min


Umur : 60 tahun
Pekerjaan : Sekretaris Jenderal HKBP 2017/18), Kantor
Pusat HKBP Pearaja, Tarutung
Alamat : Pearaja, Tarutung, Tapanuli
Utara

161
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai