Anda di halaman 1dari 5

STTII Ambon

MK : Etika Terapan
Oleh : Junette. H.M. Manusiwa

PERNIKAHAN SEJENIS
DALAM PANDANGAN ETIKA KRISTEN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pernikahan sejenis, sudah bukan merupakan hal yang tabu. Kemajuan


teknologi dan budaya serta peradaban memberikan kenyataan bahwa kaum
LGBT sudah secara terang-terangan memproklamirkan diri, menikah dan
memiliki legalitas secara hukum di berbagai negara, bahkan sudah merambah
gereja yang menyetujui pernikahan sejenis. Fakta tentang laju pertambahan
jumlah LGBT di dunia mencapai titik yang mengkhawatirkan bagi generasi
saat ini. Bagaimana Prinsip-prinsip Alkitab dalam menyikapi hal ini dari sudut
pandang Etika Kristen akan dibahas dalam paper ini

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka, penulis akan fokus memberi
beberapa rincian mengenai masalah tersebut diantaranya :
1. Fakta tentang pernikahan sejenis dan LGBT
2. Pandangan Alkitab Mengenai Pernikahan Sejenis
3. Perspektif Etika Kristen mengenai Pernikahan Sejenis

BAB I
PEMBAHASAN

Saat ini, Pernikahan Sesama Jenis bukanlah hal tabu untuk diperbincangkan.
Banyak pasangan beda jenis di dalam negeri maupun di luar negeri secara terang-
terangan memproklamirkan diri sebagai pasangan sejenis, bahkan mereka menikah
dengan upacara keagamaan (termasuk di gereja), tanpa rasa malu. Pernikahan ini
dilakukan antar sesama laki-laki maupun antar sesama perempuan. Hal ini terus
menjadi perdebatan di kalangan umat Kristen.
Sejarah sendiri menentang pernikahan sesama jenis. Psikologi modern sekuler
menyadari bahwa pria dan wanita dirancang untuk saling melengkapi secara
psikologis dan emosional. Mengenai keluarga, para psikolog juga berpendapat bahwa
sebuah persatuan antara pria dan wanita, dimana setiap pasangan mencerminkan
teladan yang baik, merupakan lingkungan yang terbaik guna membesarkan anak yang
seimbang. Ilmu psikologi sendiri menentang pernikahan sesama jenis.
Dalam pandangan alam, sudah jelas fisik pria dan wanita, dirancang untuk
memenuhi kebutuhan seks antara kedua pihak, sebagai proses berkembang-biak.
Tentunya hanya hubungan seksual antara pria dan wanita yang dapat menggenapi
tujuan tersebut.
Gerakan kaum LGBT sangat agresif dalam menyerukan pernikahan sesama
jenis, Mereka menuntut hak secara hukum yang sama dengan pasangan menikah
lainnya. Kaum Liberal serta pejuang hak asasi manusia mendesak untuk diakuinya
hak-hak LGBT untuk menikah, mengadopsi anak, dan lain-lain. Trend dukungan atas
perkawinan sesama jenis terus bertambah. Menurut Freedom to Marry Organization,
tahun 2019 ada 30 dari 204 negara (15 %) yang telah melegalkan pernikahan sejenis
dengan alasan Hak Asasi Manusia, dan kesetaraan.
Tidak sedikit pendeta dan masyarakat Kristen (da Amerika) yang menentang
kebijakan / undang-undang ini dengan resiko hukuman penjara karena melanggar
hukum tidak menikahkan pasangan sejenis ini. Tapi mirisnya Gereja juga telah
terkontaminasi dan melegalkan hal ini, contohnya Salah satu aliran Kristen Protestan
terbesar di Amerika Serikat, Presbyterian, mengizinkan pendetanya meresmikan
pernikahan sesama jenis di negara bagian yang melegalkan hal tersebut, dengan
alasan bahwa pernikahan merupakan persatuan dua manusia, tidak harus antar pria
dan wanita.
Menurut para ahli badan PBB, jumlah LGBT di Indonesia pada 2011
diperkirakan lebih dari 3 juta orang, padahal pada 2009 angkanya hanya sekitar
800.000 orang (peningkatan 375% dalam 2 tahun). Diperkirakan pada tahun-tahun
berikutnya jumlahnya jauh lebih besar lagi. Ini adalah sebuah ancaman bagi generasi
saat ini. Pernikahan sesama Jenis dilakukan oleh LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan
Transgender).

PERSPEKTIF ALKKITAB

Sejak dari awal Tuhan menciptakan manusia sempurna (imago Dei), segambar
dan serupa dengan Allah; yaitu laki-laki dan perempuan. Inilah kodrat sesungguhnya
dari identitas gender manusia. (Kej 1:27-28 “Maka Allah menciptakan manusia itu
menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan
perempuan diciptakan-Nya mereka.”. Allah memberkati mereka, lalu Allah
berfirman kepada mereka: “Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah
bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di
udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi”. Laki-laki diciptakan untuk
memiliki relasi seksual dengan perempuan (isteri) dan sebaliknya perempuan dengan
laki-laki (suami), untuk menjadi satu daging. Dan ini hanya boleh terjadi dalam ikatan
pernikahan monogami ,(lihat Kejadian 2:23-24). Tujuan relasi seksual dalam
pernikahan adalah untuk melahirkan keturunan, dan memenuhi bumi, jadi sudah
sangat jelas pernikahan sesama jenis tidak akan mencapai tujuan relasi seksual
menurut rencana Allah, karena tidak akan melahirkan keturunan.
Ketika manusia jatuh dalam dosa, maka manusia mengalami kerusakan dalam
nilai-nilai moral yang dipegangnya. Manusia menentang Allah dan berusaha
memuaskan keinginannya dengan cara-cara yang cemar termasuk dalam hal
seksualnya. (Roma 1:24). “Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada keinginan
hati mereka akan kecemaran, sehingga mereka saling mencemarkan tubuh mereka”
Manusia telah mengganti persetubuhan yang wajar dengan tidak wajar. Akibat dosa
turun temurun menimbulkan dampak dalam disorientasi seksual manusia. Jadi
seseorang memiliki orientasi seksual yang menyimpang, bukan karena rencana dan
kehendak Allah tetapi karena pilihan manusia itu sendiri akibat dari trauma pola asuh,
pelecehan dan kekerasanseksual, pergaulan, serta factor lingkungannya.
Pernikahan sesama jenis menurut Kristen memang tidak dibahas secara
eksplisit di dalam Alkitab. Namun, jika kita sungguh-sungguh mendalami firman
Tuhan, kita akan mengerti pernikahan yang sebenarnya dari sudut pandang
Alkitabiah. Di dalam Alkitab, lebih dibahas konteks hubungan seksual sesama jenis,
dan bukan pernikahan sesama jenis. Perrnikahan adalah sebuah wadah yang legal
untuk melakukan hubungan seksual . Konteks pernikahan dalam Alkitab adalah
Pernikahan antara Laki-laki dan Perempuan, bukan pernikahan sesama jenis. Alkitab
dengan tegas mengutuk hubungan sesama jenis sebagai dosa yang merupakan
kejijikan bagi Allah.
- Imamat 18:22 menunjukkan hubungan seks sesama jenis sebagai suatu
kekejian, suatu dosa yang menjijikkan.
- Roma 1:26-27 menyatakan nafsu sesama jenis dan tindakan seks antar
sesame jenis sebagai hal yang memalukan, dan tidak senonoh.
- 1 Korintus 6:9 menyatakan bahwa pasangan sejenis tidak benar dan tidak
akan menerima warisan kerajaan Allah. Seks antara sesama jenis itu
dikutuk dalam Alkitab, maka sudah jelas bahwa "pernikahan" antara
sesama jenis bukanlah kehendak Allah, dan pastilah merupakan dosa.

Dimanapun Alkitab membahas pernikahan, konteksnya selalu mengenai laki-


laki dan perempuan. .:
- Kejadian 2:18-22 Design awal Tuhan membuat perempuan sebagai
penolong bagi laki-laki
- Kejadian 2:24, menggambarkan seorang pria yang meninggalkan orang
tuanya dan bersatu dengan istrinya.
- Di dalam bagian yang membahas instruksi mengenai pernikahan, seperti 1
Korintus 7:2-16 dan Efesus 5:23-33, Alkitab sudah jelas menggambarkan
bahwa pernikahan dilakukan di antara laki-laki dan perempuan.
- Menurut Alkitab, pernikahan merupakan persatuan antara pria dan wanita
untuk seumur hidup, khususnya dalam membangun sebuah keluarga dan
menyediakan suasana yang stabil untuk keluarga tersebut. Pandangan
Alkitab mengenai pernikahan sudah menjadi pemahaman global dalam
setiap peradaban manusia sepanjang sejarah dunia.

PERSPEKTIF ETIKA KRISTEN TERHADAP PERNIKAHAN SEJENIS

Paulus kepada jemaat di Roma (Roma 1:26-27) dengan tegas mengatakan


bahwa pernikahan sesama jenis menurut Kristen merupakan hubungan yang tidak
wajar. Pernikahan sesama jenis bukanlah berdasarkan kasih yang Allah inginkan
dalam pernikahan. Pernikahan sesama jenis hanya berasal dari hawa nafsu. Paulus tak
segan-segan berkata bahwa mereka akan menerima balasan yang setimpal dan yang
mereka lakukan adalah sesat.
Kita harus dengan tegas menolak hubungan LGBT dan menolak pernikahan
sejenis. Apapun alasan yang dikemukakan sekalipun atas nama hak asasi, tidak dapat
membenarkan perbuatan LGBT dan membatalkan hukum pernikahan yang ditetapkan
Tuhan. Pernikahan Kristen bersifat heteroseksual, monogami, dan seumur hidup
(Kejadian 1:27; 2:23-24, yang ditegaskan Yesus dalam Matius 19:4-6).
Alkitab, bersama dengan pandangan dari perspektif sejarah, psikologi, dan
alam semua mendukung pernikahan di antara pria dan wanita – dan menentang
pernikahan sejenis. Saat ini Gereja dan siapapun yang menentang pernikahan sesama
jenis dianggap penuh kebencian dan tidak toleran. Namun itu adalah sikap yang
sesuai dengan Alkitab dala Roma 1:32 Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-
tuntutan hukum Allah, yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian,
patut dihukum mati, mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga
setuju dengan mereka yang melakukannya. Memperbolehkan pernikahan sesama
jenis itu sama saja dengan menyetujui praktek gaya hidup LGBT, yang telah dengan
jelas dikutuk Alkitab sebagai hal yang berdosa.
Orang Kristen harus dengan tegas menolak ide pernikahan sesama jenis.
Apapun argumen yang sangat kuat dan logis terhadap pernikahan sesama jenis sudah
pasti di luar konteks Alkitab. Menurut Alkitab, pernikahan telah ditetapkan oleh Allah
di antara pria dan wanita (Kejadian 2:21-24; Matius 19:4-6). Jadi pernikahan sesama
jenis merupakan penyimpangan dari lembaga pernikahan yang telah dirancangkan
oleh Allah.
Sebagai orang Kristen, kita tidak mengabaikan atau memperbolehkan dosa.
Sebaliknya, kita harus membagikan kasih Allah dan pengampunan dosa yang tersedia
bagi semua orang, termasuk kaum LGBT, melalui Yesus Kristus. Kita harus
menyampaikan kebenaran dalam kasih (Efesus 4:15) dan memperjuangkan kebenaran
dengan "lemah-lembut dan hormat" (1 Petrus 3:15). Sebagai orang Kristen, kita harus
memperjuangkan kebenaran. Seperti Kristus kita harus membenci dosanya namun
mengasihi pribadinya, tanpa takut menyatakan kebenaran
Ketika hasilnya adalah serangan pribadi, cemooh, dan penganiayaan, kita
harus mengingat ucapan Yesus: "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia
telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia,
tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari
dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci
kamu" (Yohanes 15:18-19). Terus menyuarakan kebenaran dengan kasih Kristus.

BAB III
KESIMPULAN

Untuk menyikapi dengan bijaksana tentang Pernikahan sesama jenis maka kita
harus kembali melihat Alkitab sebagai landasan moral dan hukum bahwa :
1) Rencana awal Allah adalah menciptakan manusia yang segambar dengan
Allah yaitu laki-laki dan perempuan
2) Tujuan relasi seksual antara Laki-laki dan perempuan adalah untuk melahirkan
keturunan, dan itu tidak akan terjadi dalam pernikahan sejenis.
3) Dimanapun Alkitab membahas pernikahan, konteksnya selalu mengenai laki-
laki dan perempuan
4) Alkitab menyatakan Pernikahan heteroseksual antara Laki-laki dan Perempuan
adalah rancangan terbaik Allah. Namun pernikahan sejenis (LGBT) adalah
kekejian bagi Allah
5) Kita harus dengan tegas menolak hubungan LGBT dan menolak pernikahan
sejenis. Apapun alasan yang dikemukakan sekalipun atas nama hak asasi,
tidak dapat membenarkan perbuatan LGBT dan membatalkan hukum
pernikahan yang ditetapkan Tuhan.
6) Pernikahan Kristen bersifat heteroseksual dan monogami
7) Membenci dosa LGBT namun harus mengasihi pribadinya, serta dalam kasih
Kristus membimbing mereka kembali kepada kebenaran dan kodrat mereka
sebagailaki-laki dan perempuan yang berharga di mata Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai