Anda di halaman 1dari 5

Nama: Ummi Masrurah Ajeng Sari

NIM: 20170111054009

Prodi: Pendidikan Kimia

Hari/tanggal: 24 September 2018

ASAL-USUL PAPUA
Papua adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah utara Australia dan merupakan bagian dari
wilayah timur Indonesia. Sebagian besar daratan Papua masih berupa hutan belantara. Papua
merupakan pulau terbesar kedua di dunia setelah Greenland. Sekitar 47% wilayah pulau Papua
merupakan bagian dari Indonesia, yaitu yang dikenal sebagai Netherland New Guinea, Irian
Barat, West Irian, serta Irian Jaya, dan akhir-akhir ini dikenal sebagai Papua. Sebagian lainnya
dari wilayah pulau ini adalah wilayah negara Papua New Guinea (Papua Nugini), yaitu bekas
koloni Inggris. Populasi penduduk di antara kedua negara sebetulnya memiliki kekerabatan etnis,
tetapi kemudian dipisahkan oleh sebuah garis perbatasan.

Papua memiliki luas area sekitar 421.981 kilometer persegi dengan jumlah populasi penduduk
hanya sekitar 2,3 juta. Lebih dari 71% wilayah Papua merupakan hamparan hutan hujan tropis
yang sulit ditembus karena terdiri atas lembah-lembah yang curam dan pegunungan tinggi, dan
sebagian dari pegunungan tersebut diliputi oleh salju. Perbatasan antara Indonesia dengan Papua
Nugini ditandai dengan 141 garis Bujur Timur yang memotong pulau Papua dari utara ke
selatan.

Papua berada di wilayah paling timur negara Indonesia. Ia merupakan pulau terbesar kedua
setelah Pulau Greendland di Denmark. Luasnya capai 890.000 Km² (ini jika digabung dengan
Papua New Guinea). Besarnya diperkirakan hampir lima kali luas pulau Jawa.

Pada sekitar tahun 200 M , ahli Geography bernama Claudius Ptolemaeus (Ptolamy) menyebut
pulau Papua dengan nama Labadios. Sampai saat ini tak ada yang tahu, kenapa pulau Papua
diberi nama Labadios.

Sekitar akhir tahun 500 M, oleh bangsa China diberi nama Tungki. Hal ini dapat diketahui
setelah mereka menemukan sebuah catatan harian seorang pengarang Tiangkok, Ghau Yu Kuan
yang menggambarkan bahwa asal rempah-rempah yang mereka peroleh berasal dari Tungki,
nama yang digunakan oleh para pedagang China saat itu untuk Papua.

Selanjutnya, pada akhir tahun 600 M, Kerajaan Sriwijaya menyebut nama Papua dengan
menggunakan nama Janggi. Dalam buku Kertagama 1365 yang dikarang Pujangga Mpu
Prapanca “Tugki” atau “Janggi” sesungguhnya adalah salah eja diperoleh dari pihak ketiga yaitu
Pedagang Cina Chun Tjok Kwan yang dalam perjalanan dagangnya sempat menyinggahi
beberapa tempat di Tidore dan Papua.

Di awal tahun 700 M, pedagang Persia dan Gujarat mulai berdatangan ke Papua, juga termasuk
pedangan dari India. Tujuan mereka untuk mencari rempah-rempah di wilayah ini setelah
melihat kesuksesan pedangang asal China. Para pedagang ini sebut nama Papua dengan Dwi
Panta dan juga Samudranta, yang artinya Ujung Samudra dan Ujung Lautan.

Pada akhir tahun 1300, Kerajaan Majapahit menggunakan dua nama, yakni Wanin dan Sram.
Nama Wanin, tentu tidak lain dari semenanjung Onin di daerah Fak-Fak dan Sram, ialah pulau
Seram di Maluku. Ada kemungkinan, budak yang dibawa dan dipersembahkan kepada Majapahit
berasal dari Onin dan yang membawanya ke sana adalah orang Seram dari Maluku, sehingga dua
nama ini disebut.

Sekitar tahun 1646, Kerajaan Tidore memberi nama untuk pulau ini dan penduduknya sebagai
Papa-Ua, yang sudah berubah dalam sebutan menjadi Papua. Dalam bahasa Tidore artinya tidak
bergabung atau tidak bersatu (not integrated). Dalam bahasa melayu berarti berambut keriting.
Memiliki pengertian lain, bahwa di pulau ini tidak terdapat seorang raja yang memerintah.

Ada juga yang memakai nama Papua sebagai bentuk ejekan terhadap warga setempat “
penduduk primitif, tertinggal, bodoh” yang merupakan slogan yang tidak mempunyai arti apapun
dengan nama Papua.

Respon penduduk terhadap nama Papua cukup baik. Alasannya, sebab nama tersebut benar
mencerminkan identitas diri mereka sebagai manusia hitam, keriting, yang sangat berbeda
dengan penduduk Melayu juga kerajaan Tidore. Tapi, tentu mereka tak terima dengan ejekan
yang selalu dilontarkan warga pendatang.

Pada tahun 1511 Antonio d’Arbau, pelaut asal Portugis menyebut wilayah Papua dengan nama
“Os Papuas” atau juga llha de Papo. Don Jorge de Menetes, pelaut asal Spanyol juga sempat
mampir di Papua beberapa tahun kemudian (1526–1527), ia tetap menggunakan nama Papua. Ia
sendiri mengetahui nama Papua dalam catatan harian Antonio Figafetta, juru tulis pelayaran
Magelhaens yang mengelilingi dunia menyebut dengan nama Papua. Nama Papua ini diketahui
Figafetta saat ia singgah di pulau Tidore.

Berikutnya, pada tahun 1528, Alvaro de Savedra, seorang pimpinan armada laut Spanyol beri
nama pulau Papua Isla de Oro atau Island of Gold yang artinya Pulau Emas. Ia juga merupakan
satu-satunya pelaut yang berhasil menancapkan jangkar kapalnya di pantai utara kepulauan
Papua. Dengan penyebutan Isla Del Oro membuat tidak sedikit pula para pelaut Eropa yang
datang berbondong-bondong untuk mencari emas yang terdapat di pulau emas tersebut.

Pada tahun 1545, pelaut asal spanyol Inigo Ortiz de Retes memberi nama Nueva Guinee. Dalam
bahasa Inggris disebut New Guinea. Ia awalnya menyusuri pantai utara pulau ini dan karena
melihat ciri-ciri manusianya yang berkulit hitam dan berambut keriting sama seperti manusia
yang ia lihat di belahan bumi Afrika bernama Guinea, maka diberi nama pulau ini Nueva
Guinee/Pulau Guinea Baru.

Nama Papua dan Nueva Guinea dipertahankan hampir dua abad lamanya, baru kemudian muncul
nama Nieuw Guinea dari Belanda, dan kedua nama tersebut terkenal secara luas diseluruh dunia,
terutama pada abad ke-19. Penduduk nusantara mengenal dengan nama Papua dan sementara
nama Nieuw Guinea mulai terkenal sejak abad ke-16 setelah nama tersebut tampak pada peta
dunia sehingga dipakai oleh dunia luar, terutama di negara-negara Eropa.

Pada tahun 1956, Belanda kembali mengubah nama Papua dari Nieuw Guinea menjadi
Nederlands Nieuw Guinea. Perubahan nama tersebut lebih bersifat politis karena Belanda tak
ingin kehilangan pulau Papua dari Indonesia pada zaman itu.

Pada tahun 1950-an oleh Residen JP Van Eechoud dibentuklah sekolah Bestuur. Di sana ia
menganjurkan dan memerintahkan Admoprasojo selaku Direktur Sekolah Bestuur tersebut untuk
membentuk dewan suku-suku. Di dalam kegiatan dewan ini salah satunya adalah mengkaji
sejarah dan budaya Papua, termasuk mengganti nama pulau Papua dengan sebuah nama lainnya.

Tindak lanjutnya, berlangsung pertemuan di Tobati, Jayapura. Di dalam turut dibicarakan ide
penggantian nama tersebut, juga dibentuk dalam sebuah panitia yang nantinya akan bertugas
untuk menelusuri sebuah nama yang berasal dari daerah Papua dan dapat diterima oleh seluruh
suku yang ada.

Frans Kaisepo selaku ketua Panitia kemudian mengambil sebuah nama dari sebuah mitos
Manseren Koreri, sebuah legenda yang termahsyur dan dikenal luas oleh masyarakat luas Biak,
yaitu Irian.

Dalam bahasa Biak Numfor “Iri” artinya tanah, "an" artinya panas. Dengan demikian nama Irian
artinya tanah panas. Pada perkembangan selanjutnya, setelah diselidiki ternyata terdapat
beberapa pengertian yang sama di tempat seperti Serui dan Merauke. Dalam bahasa Serui, "Iri"
artinya tanah, "an" artinya bangsa, jadi Irian artinya Tanah bangsa, sementara dalam bahasa
Merauke, "Iri" artinya ditempatkan atau diangkat tinggi, "an" artinya bangsa, jadi Irian adalah
bangsa yang diangkat tinggi.

Secara resmi, pada tanggal 16 Juli 1946, Frans Kaisepo yang mewakili Nieuw Guinea dalam
konferensi di Malino-Ujung Pandang, melalui pidatonya yang berpengaruh terhadap penyiaran
radio nasional, mengganti nama Papua dan Nieuw Guinea dengan nama Irian.

Nama Irian adalah satu nama yang mengandung arti politik. Frans Kaisepo pernah mengatakan
“Perubahan nama Papua menjadi Irian, kecuali mempunyai arti historis, juga mengandung
semangat perjuangan: IRIAN artinya Ikut Republik Indonesia Anti Nederland”. (Buku PEPERA
1969 terbitan tahun 1972, hal. 107-108).
Setelah Indonesia merdeka pada 1945, dan semakin terpojoknya Belanda oleh dunia
internasional dalam rangka mempertahankan Papua dalam wilayah jajahannya, pada 1 Desember
1961, Belanda membentuk negara boneka Papua. Pada tanggal tersebut Belanda memerintahkan
masyarakat Papua untuk mengibarkan bendera nasional baru yang dinamakan Bintang Kejora.
Mereka menetapkan nama Papua sebagai Papua Barat.

Sedangkan United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA), sebuah badan khusus
yang dibentuk PBB untuk menyiapkan act free choice di Papua pada tahun 1969 menggunakan
dua nama untuk Papua, West New Guinea/West Irian.

Berikutnya, nama Irian diganti menjadi Irian Barat secara resmi sejak 1 Mei 1963 saat wilayah
ini dikembalikan dari Kerajaan Belanda ke dalam pangkuan Negara republik Indonesia. Pada
tahun 1967, kontrak kerja sama PT Freeport Mc Morran dengan pemerintah Indonesia
dilangsungkan. Dalam kontrak ini Freeport gunakan nama Irian Barat, padahal secara resmi
Papua belum resmi jadi bagian Indonesia.

Dunia internasional mengakui secara sah bahwa Papua adalah bagian Negara Indonesia setelah
dilakukannya Penentuan Pendapat Rakyat (PEPERA) tahun 1969.

Dan kemudian pada tanggal 1 Maret 1973 sesuai dengan peraturan Nomor 5 tahun 1973 nama
Irian Barat resmi diganti oleh Presiden Soeharto menjadi nama Irian Jaya.

Memasuki era reformasi sebagian masyarakat menuntut penggantian nama Irian Jaya menjadi
Papua. Presiden Abdurrahman Wahid memenuhi permintaan sebagian masyarakat tersebut.
Dalam acara kunjungan resmi kenegaraan Presiden, sekaligus menyambut pergantian tahun baru
1999 ke 2000, pagi hari tanggal 1 Januari 2000, dia memaklumkaan bahwa nama Irian Jaya saat
itu diubah namanya menjadi Papua seperti yang diberikan oleh Kerajaan Tidore pada tahun
1800-an.

Perkembangan asal usul nama pulau Papua memiliki perjalanan yang panjang seiring dengan
sejarah interaksi antara bangsa-bangsa asing dengan masyarakat Papua, termasuk pula dengan
bahasa-bahasa lokal dalam memaknai nama Papua.

Provinsi Papua dulu mencakup seluruh wilayah Indonesia di Pulau Papua. Pada masa
pemerintahan kolonial Hindia Belanda, wilayah ini dikenal sebagai Nugini Belanda (Nederlands
Nieuw-Guinea atau Dutch New Guinea). Setelah berada bergabung dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, wilayah ini dikenal sebagai Provinsi Irian Barat sejak tahun 1969 hingga
1973. Namanya kemudian diganti menjadi Irian Jaya oleh Soeharto pada saat meresmikan
tambang tembaga dan emas Freeport, nama yang tetap digunakan secara resmi hingga tahun
2002.

UU No. 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua mengamanatkan nama provinsi ini untuk
diganti menjadi Papua. Pada tahun 2003, disertai oleh berbagai protes (penggabungan Papua
Tengah dan Papua Timur), Papua dibagi menjadi dua provinsi oleh pemerintah Indonesia; bagian
timur tetap memakai nama Papua sedangkan bagian baratnya menjadi Provinsi Irian Jaya Barat
(setahun kemudian menjadi Papua Barat). Bagian timur inilah yang menjadi wilayah Provinsi
Papua pada saat ini.

Nama Papua Barat (West Papua) masih sering digunakan oleh Organisasi Papua Merdeka
(OPM), suatu gerakan separatis yang ingin memisahkan diri dari Indonesia dan membentuk
negara sendiri.

Anda mungkin juga menyukai