Anda di halaman 1dari 9

Konflik Papua Yang Tak Berujung Di

Papua
LATAR BELAKANG
Papua adalah wilayah paling timur Indonesia yang bergabung ke
dalam NKRI melalui perjanjian internasional pada tahun 1962. 50
tahun lamanya Papua menjadi bagian dari Indonesia namun konflik
di wilayah Papua masih teru terjadi, baik konflik dengan
pemerintahan maupun antar sesama masyarakat yang terkait
dengan ekonomi, sosial maupun budaya.
Rentetan kekerasan di Papua di beberapa tahun terakhir telah
menjadikan Papua seakan menjadi daerah konflik yang panas. Hal
ini membangun stereotipe untuk masyarakat Papua. Yang
menganggap bahwa masyarakat Papua berwatak kasar dan bersifat
emosional, sehingga selalu melibatkan kekerasan di setiap
penyelesaian masalahnya.
ANALISIS MASALAH
• Prasangka
Prasangka adalah perilaku negatif yang mengarahkan
kelompok pada individualis berdasarkan pada
keterbatasan atau kesalahan informasi tentang
kelompok.
Munculnya prasangka terhadap masyarakat Papua,
dianggap sebagai awal dari masalah yang dihadapi
oleh Papua hingga saat ini. Orang-orang cenderung
menganggap bahwa masyarakat Papua sangat terkait
dengan kriminalitas.
• Diskriminasi
Dari stereotipe tersebut muncullah tindakan diskriminasi
yang diterima oleh masyarakat Papua.
Diskriminasi adalah perlakuan yang tidak adil karena
adanya perbedaan karakteristik suku, jenis kelamin, ras
ataupun kepercayaan.
Diskriminasi yang diterima oleh masyarakat Papua juga
diterima dari pemerintah Indonesia sendiri. Pemerintah
cenderung menganak tirikan Papua dalam hal
pengembangan kondisi di Papua, mulai dari kondisi
ekonomi, pembangunan, sosial, politik dan lain
sebagainya.
• Agresi dan Kekerasan
Agresi adalah tindakan yang dilakukan untuk
menyakiti orang lain. Agresi merupakan emosi
madaptif.
Agresi merupakan buah dari ketidakadilan yang
diterima masyarakat Papua. Munculnya agresi
ini menyebabkan terjadinya kekerasan di Papua.
Sehingga hal itulah yang menyebabkan mengapa
keadaan Papua saat ini tidak kondusif.
PEACEMAKING
Sulhin (2016) mengemukakan bahwa
peacemaking berupaya untuk memediasi
ketidakseimbangan kekuasaan, yang merupakan
alasan munculnya kekerasan. Peacemaking adalah
upaya diplomatik untuk mengakhiri kekerasan antara
pihak-pihak yang bertikai, mengajak mereka untuk
berdialog tanpa kekerasan dan jika memungkinkan
ke arah perjanjian damai.
HUBUNGAN KASUS DAN PEACEMAKING
HUBUNGAN DENGAN PERDAMAIAN
Daftar Pustaka
Bhakti, I. N., & Pigay, N. (2016). Menemukan
akar masalah dan solusi atas konflik papua:
supenkah?. Jurnal penelitian politik, 9(1), 18.
Sulhin, i. (2016). Sebuah analisis genealogis
terhadap pemenjaraan. Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai