Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

UAS
Dosen Pengampu : Sulis Eka Ariyaning Putri, M.Pd

Disusun Oleh :

Moh. Khairul Mun'im (200605110033)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020
PAPUA MERDEKA

1. Alasan Papua Ingin Merdeka

Akhir-akhir ini sedang marak berita tentang Papua ingin membentuk negara
baru dan melepaskan diri dari Indonesia. Papua Barat yang menjadikan sorotan utama
akan hal ini. Dikatakan Alasan Papua Barat ingin merdeka dari Indonesia karena telah
merasa dirugikan, arus imigran yang rutin dari daerah Indonesia yang terjadi selama
empat dekade terakhir dan oleh konsesi pertambangan dikeluarkan untuk perusahaan
asing oleh pemerintah pusat di Jakarta. Migrasi ini awalnya melibatkan
pengorganisasian petani Jawa yang terorganisir ke Papua Barat (Provinsi Irian
Jaya)oleh pemerintah, hingga baru-baru ini migrasi juga terjadi terhadap pulau-pulau
tetangga.

Papua Barat mengajukan sebuah petisi kepada PBB untuk memilih


kemerdekaan Papua Barat dari Indonesia. Petisi tersebut dilaporkan ditandatangani
oleh mayoritas penduduk asli Papua sebelum yang kemudian diselundupkan keluar dari
wilayah tersebut, namun PBB menolaknya. Tentu saja selain menyalahi syarat-syarat
terbentuknya suatu negara Papua juga dirasa mengalami kemunduran dalam gerakan
kemerdekaan yang berlangsung beberapa dekade.

Dikatakan juga Bahwa sifat petisi yang tidak jelas menjadi alasan. Serta
keterbatasan Papua terhadap hukum PBB, komite dekolonisasi PBB menolak
permohonan tersebut atas dasar bahwa Papua Barat tidak masuk dalam daftar “wilayah
yang tidak mengatur diri sendiri” yang dipantau oleh komite tersebut berdasarkan
mandat dari Majelis Umum PBB.

Papua juga tidak akan berhasil membangun negara sendiri atau keluar dari
NKRI, dapat dilihat dari faktor dalam maupun luar. Secara kondisi geografis yang
sebagian besar wilayah perhutanan, sistem pendidikan yang dapat dikatakan belum
merata, serta sosia ekonomi masyarakatnya yang beragam menjadikan poin utama yang
perlu dipermasalahkan bila Papua ingin membentuk negara sendiri. Lain lagi dengan
pengakuan negara lain serta politik luar negri yang belum tentu Papua sendiri dapat
menyelesaikan permasalhan seperti hal tersebut.

Lahirnya sebuah negara baru tidak lepas dari pengamatan masyarakat


internasional, karena kelahiran sebuah negara baru mau tidak mau harus berhubungan
dengan negara lain. Sebuah negara tidak dapat lahir begitu saja, negara tersebut harus
memenuhi syarat-syarat yang telah ada sejak lama dalam Hukum Internasional dan
pergaulan internasional. Dalam konteks ini Papua sendiri juga belum memenuhi, sebab
PBB saja menolaknya.

2. Munculnya Terorisme

Terbentuknya oknum bahkan kelompok yang disebut OPM/KKB (Organisasi


Papua Merdeka/ Kelompok Kriminal Bersenjata). OPM sendiri merupakan sebuah
organisasi yang telah lama berdiri, bahkan sejak tahun 1965. Tujuan dari organisai ini
tidak lain ialah untuk mengakhiri pemerintahan Provinsi Papua dan Papua Barat yang
saat ini berada dalam lingkup NKRI dan sebelumnya dikenal sebagai Irian Jaya, serta
memisahkan diri dari Indonesia.

Menurut undang-undang hukum Indonesia, OPM sudah dapat dikatakan


sebagai organisasi yang dilarang beredar di Indonesia dikarenakan memiliki ideologi
untuk memisahkan diri dari Indonesia sebagaimana tertera pada pasal 87 KUHP
tentang perbuatan untuk melakukan suatu makar.

Latar belakang terbentuknya kelompok atau organisasi ini telah terjadi sejak
tahun-tahun awal kemerdekaan Papua atas kolonial. Kemudian berlanjut hingga saat
ini bahkan sekarang malah dilengkapi dengan persenjataan. Presiden sendiri beru-beru
ini mengklasifikasikan kelompok ini sebagai aksi terorisme dan separatis yang ingin
melepaskan diri dari Indonesia. Hingga saat ini aparat keamanan seperti TNI dan
sejenisnya turun tangan, masalah ini sudah menjadi masalah geosterategi di Indonesia.

Dalam Undanng-Undang terutama dalam KUHP ada banyak tentang


permasalah separitisme dan dapat dikenai pidana sapai paling lamanya 20 tahun
penjara. Namun, yang menjadi masalahnya dalam penerapan hukumnya tersebut hanya
dapat diberlakukan bagi individu walaupun terdapat penyebutan tentang istilah makar,
separatis, ataupun pemberontak yang lain halnya dengan OPM yang merupakan suatu
organisasi yang dilakukan dengan bersama atau suatu kelompok namun tidak bisa
disebutkan sebagai kumpulan orang perorangan seperti halnya begal.

Adanya KKB juga menjadi ancaman bagi penduduk setempat, yaitu penduduk
di wilayah Papua itu sendiri. Bahkan sempat ada masyarakat sipil yang menjadi korban
kelompok ini. Meski KKB/OPM ini dikategorikan sebagai gerakan terorisme, masih
ada oknum-oknum warga setempat yang membantu menjadi tempat persembunyian
dan persediaan baga kelompok ini.

Tentu, sekali lagi ini merupakan salah satu ancaman dalam geosrategi di
Indonesia. Namun bukan berarti hanya aparat keamanan yang menjadi tiang utama
dalam penegakan Indonesia yang aman ini, tapi semua mesyarakat selama masih
menjadi warga negara indonesia, semua wajib untuk menjaga ketahan nasional ini,
bukan malah menjadi ancaman bagi bangsa kita sendiri.
3. Otonomi Khusus Papua

Permasalah ini tentunya juga menjadi spotlite utama bagi negara kita atau
Indonesia. Dengan adanya banyak permasalahan di Papua, bukankan lebih baik apabila
provinsi tersebut mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Otonomi khusus diberikan
kepada Papua, kewenangan khusus diberikan kepada Provinsi Papua dan provinsi-
provinsi pecahan Papua untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasar aspirasi dan hak-hak masyarakat Papua.

Provinsi Papua sebagai bagian dari NKRI tetap menggunakan Sang Merah
Putih sebagai Bendera Negara dan Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan bersama.
Selain itu Provinsi Papua juga dapat memiliki lambang daerah sendiri, sebagai panji
kebesaran dan simbol kultural bagi kemegahan jati diri orang Papua dalam bentuk
bendera daerah dan lagu daerah. Berbagai lambang daerah ini tetap tidak diposisikan
sebagai simbol kedaulatan nasional.

Dalam rangka membentuk dan menyelenggarakan Otonomi Khusus di Provinsi


Papua, dibentuknya Majelis Rakyat Papua (MRP) dan Dewan Perwakilan Rakyat
Papua (DPRP), keduanya merupakan representasi kultular orang asli Papua yang
memiliki kewenangan tertentu dalam rangka melindungi hak-hak rakyat asli Papua,
dengan landasan berdasar kepada adat dan budaya, pemberdayaan wanita, dan
kerukunan hidup beragama. Semua yang bertentangan dengan pemerintahan di Papua
maka wajib beranggotakan orang atau rakyat asli Papua sekalipun seorang Gubernur
dan Wakilnya.

Penduduk Provinsi Papua juga memiliki dan dapat membentuk partai politiknya
sendiri. Dalam hal ini juga sangat diprioritaskan rakyat asli Papua sendiri yang menjadi
anggotanya, serta wajib meminta pertimbangan terhadap MRP dalam hal rekrutmen
partai masing-masing.

Papua juga memiliki Peraturun Daerah Khusus, Peraturan Daerah Provinsi


(Perdasi) adalah Peraturan Daerah Provinsi Papua dalam rangka pelaksanaan
kewenangan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan atau UUD.
Perdasi dibuat dan ditetapkan oleh DPRP bersama-sama Gubernur serta dengan
persetujuan dan pertimbangan MRP.

Intinya dalam Otonomi Khusus ini, semua anggota pemerintahan di Papua


haruslah orang asli Papua, semua yang bertentangan dengan Peradilan, Penegakan
Hukum, Perekonomian, Perlindungan dan lain-lain diatur olah rakyat Papua sendiri.

Dalam konteksnya Otonomi di Papua ini dapat dikatakan sama halnya dengan
Otonomi di daerah lain. Tapi Papua disini memiliki keistimewaan tersendiri untuk
memilih anggota pemerintahan dari rakyatnya sendiri, juga Papua dilayakkan sebagai
sebauh negara yang mempu mengatur sendiri pemerintahan dan masyarakatnya, namun
tetam dalam konteks NKRI. Tetap sesuai dengan hukum hukum yang berlaku dalam
Indonesia ini, tidak lebih dan tidak pula dilebihkan. “NKRI harga mati”.
Referensi

➢ Matamatapolitik.com, 4 Maret 2021. Mengapa Papua Barat Bernafsu Sekali


Merdeka dari Indonesia?, https://www.matamatapolitik.com/mengapa-papua-
barat-ingin-merdeka-dari-indonesia-dan-pbb-menolak-petisinya/, diakses
pada 1 Juni 2021.
➢ DRH Koesoemahatmadja. Pengantar Ke Arah Sistem Pemerintahan Daerah di
Indonesia, Jakarta: Bina Cipta, 1979.
➢ Wikipedia.org. Otonomi Khusus Papua,
https://id.wikipedia.org/wiki/Otonomi_khusus_Papua, diakses pada 1 Juni
2021.
➢ Nadir, Sakinah, 2013. Otonomi Daerah Dan Desentralisasi Desa: Menuju
Pemberdayaan Masyarakat Desa. Dosen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Makassar.
➢ Erwin, Muhammad, (2010), Pendidikan Kewarganegaraan Republik
Indonesia, PT. Refika Aditama, Bandung.
➢ Cnnindonesia.com, 3 Mei 2021. Babak Baru Pemerintah Lawan KKB di
Papua, https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210503064511-20-
637655/babak-baru-pemerintah-lawan-kkb-di-papua, diakses pada 1 Juni
2021
➢ Hana, Oktaviano DB, kabar24.bisnis.com, 2021. Papua Minta Daerah
Otonomi Baru, Anggota Pansus Otsus: Realistis,
https://kabar24.bisnis.com/read/20210505/15/1390651/papua-minta-daerah-
otonomi-baru-anggota-pansus-otsus-realistis, diakses pada 1 Juni 2021.

Anda mungkin juga menyukai