BAB I
PENDAHULUAN
Perlu diakui kinerja birokrasi pemerintahan Indonesia memang belum optimal. Hal ini antara lain
disebabkan oleh ukuran birokrasi relatif besar, susunan organisasi pemerintahan yang belum
sepenuhnya mengacu kepada kebutuhan, pembagian tugas antar instansi/unit yang kurang jelas,
aparat yang kurang professional, prosedur standar yang belum tersedia secara baku serta system
BAB II
PENDEKATAN MASALAH
Pelayanan pemerintah kepada masyarakat adalah terkait dengan suatu hak dan lepas dari
persoalan apakah pemegang hak itu dibebani suatu kewajiban atau tidak. Dalam hal ini dikenal
adalah hak bawaan (sebagai manusia) dan hak berian. Hak bawaan itu selalu bersifat individual
dan pribadi, sedangkan hak berian meliputi hak sosial politik dan hak individual. Lembaga yang
berkewajiban memenuhi hak tersebut adalah pemerintah. Kegiatan pemerintah untuk memenuhi
hak bawaan dan hak berian itulah yang disebut pelayanan pemerintah kepada masyarakat
Seorang karyawan harus memiliki ketrampilan tertentu, dintaranya berpenampilan baik dan rapi,
bersikap ramah, memperlihatkan gairah kerja dan sikap selalu siap untuk melayani, tenang dalam
bekerja, tidak tinggi hati karena merasa dibutuhkan, menguasai pekerjaannya baik tugas yang
berkaitan pada bagian atau departemennya maupun bagian lainnya, mampu berkomunikasi
dengan baik bisa memahami bahasa isyarat (gesture) pelanggan, dan memiliki kemampuan
Suatu pelayanan masyarakat yang bermutu menuntut adanya upaya dari seluruh pegawai, baik
yang bertugas di front office, yaitu mereka yang berhadapan langsung dengan masyarakat dalam
menghasilkan pelayanan yang mencerminkan kualitas sikap maupun para pegawai di back
office yang menghasilkan pelayanan di belakang layar yang tidak kelihatan oleh masyarakat.
Secara praktis-operasional, kulitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat adalah
pelayanan yang semakin baik, semakin tepat waktu, semakin mudah diperoleh dan distribusinya
semakin adil, pelayanan yang lebih cepat, wajar, hemat, murah, jujur, responsifm akomodatif,
inovatif, produtif, memuaskan dan profesional (Thoha,1995 : 41; Pamungkas,1996 : 207;
Rasyid,1997b : 100; Ndraha,1997c : 63) sesuai persepsi, tuntutan, kebutuhan, kepentingan,
aspirasi, situasi dan kondisi masyarakat.
Demikian pentingnya kualitas dalam pelayanan publik ini pemerintah Indonesia
sebenarnya telah menyadari akan pentingnya penerapan konsep kualitas dalam pelayanan kepada
masyarakat. Keprimaan dalam pemberian layanan pada gilirannya akan mendapatkan pengakuan
atas kualitas pelayanan yang memuaskan masyarakat/pelanggan (Pelayanan Prima
Dalam hubungan itu, untuk mewujudkan kualitas pelayanan, maka menurut Waworuntu
(1997 : 44,75) diperlukan teknik atau keterampilan pelayanan masyarakat, yaitu :
Berpakaian baik dan berpenampilan rapih, senyum, pantulkan kepercayaan dan kehangatan,
melalui mata dan raut muka, bahagiakan masyarakat, sedapat mungkin sambutlah masyarakat
dengan menyebut namanya, perhatikan dan dengarkan dengan baik apa yang jendak dikatakan
masyarakat, perhatikan bahasa butuh dan hindarilah tabiat yang membosankan serta kebiasaan
buruk, perlakuan selalu masyarakat dengan hormat dan sopan, perlihatkan minat dan gairah
terhadap pekerjaaan, bicara dengan jelas dengan nada yang tidak keras dan tidak terburu-buru,
gunakan bahasa yang baik, dengan kata-kata dan kalimat yang mengena, kesankanlah pasa
masyarakat sebagai pegawai instansi yang terampil, menangani keluhan masyarakat dengan sikap
profesional, tetaplah tenang, hindari penggunaan teguran kasar, jangan menyela pembicaraan dan
diperhatikan, berilah pilihan dalam menanggapi permintaan masyarakat, bila tidak dapat
menjawab atau menangani masalah masyarakat carilah orang lain yang tepat yang dapat
menyelesaikan atau memecahkan masalah tersebut, bila tidak dapat melayani masyarakat
dengan segera beritahukanlah, bila memerlukan keterangan lebih lanjut untuk menangani
permintaan masyarakat ajukan pertanyaan, jangan berdebat dengan masyarakat, yakin bahwa
masyarakat meninggalkan instansi dengan perasaan puas, kerjakan segala sesuatu dengan
Sulit untuk mengukur kualitas pelayanan, tidak ada suatu standar yang dapat dipakai ukuran
umum tentang kualitas pelayanan. Mengukur kualitas pelayanan oleh banyak ahli lainnya
dipandang lebih sulit daripada mengukur kualitas suatu produk. Hal ini disebabkan karena kualitas
pelayanan tidak cukup hanya dengan evaluasi semata, karena ada tiga hal yang membedakan
antara kualitas produk dengan kualitas pelayanan, dalam kaitannya dengan bagaimana
dipergunakan dan dievaluasi. Pertama, pelayanan pada dasarnya bersifat tidak berwujud
(intangible). Dalam hal ini kualitas pelayanan sulit untuk diukur sebelum pelanggan
antara satu prosedur dan pelanggan dengan lainnya dan berbeda dari hari ke hari. Ketiga,
produksi dan konsumsi dari berbagai pelayanan bersifat tidak dapat dipisah-pisahkan
(inseparable). Dalam hal ini kualitas pelayanan seringkali terjadi pada sat pelayanan itu dijalankan
4. Empat (Emphaty), yaitu syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.
5. Berwujud (Tangibles), yaitu penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil dan media
komunikasi.
4. Emphaty (Empati), yaitu syarat untuk peduli, memberi perhatian pribadi bagi pelanggan.
5. Tangibles (Bukti Langsung), yaitu fasilitas fisik, peralatan, personil dan media komunikasi.
Jasa layanan atau layanan civil dipandang sebagai deviden yang wajib didistribusikan kepada
rakyat oleh pemerintah dengan semakin baik, semakin tepat waktu, semakin mudah diperoleh,
dan semakin adil. Tekanan pada aspek-aspek kecepatan, ketepatan,
kemudahan dan keadilandalam layanan publik (civil) tersebut berkaitan dengan sifat monopoli dari
layanan publik (civil) dimana masyarakat tidak memiliki pilihan untuk mengharapkan layanan yang
Organisasi pelayanan publik mempunyai ciri public accuntability, dimana setiap warga
negara mempunyai hak untuk mengevaluasi kualitas pelayanan yang mereka terima. Adalah
sangat sulit untuk menilai kualitas suatu pelayanan tanpa mempertimbangkan peran masyarakat
sebagai penerima pelayanan dan aparat pelaksana pelayanan itu. Evaluasi yang berasal dari
pengguna pelayanan, merupakan elemen pertama dalam analisis kualitas pelayanan publik.
Elemen kedua dalam analisis adalah kemudahan suatu pelayanan dikenali baik sebelum dalam
proses atau setelah pelayanan itu diberikan.
Adapun dasar untuk menilai suatu kualitas pelayanan selalu berubah dan berbeda. Apa
yang dianggap sebagai suatu pelayanan yang berkualitas saat ini tidak mustahil dianggap sebagai
sesuatu yang tidak berkualitas pada saat yang lain. Maka kesepakatan terhadap kualitas sangat
sulit untuk dicapai. Dalam hal ini yang dijadikan pertimbangan adalah kesulitan atau kemudahan
konsumen dan produsen di dalam menilai kualitas pelayanan.
GAMBAR 2.1
Sedangkan menurut Utomo (1987 : 132) menyatakan bahwa : Memang pada dasarnya
ada 3 (tiga) ketentuan pokok dalam melihat tinggi rendahnya suatu kualitas pelayanan publik,
yaitu sebagaimana gambar 1 berikut ini :
GAMBAR 2.2
YANG MELAKSANAKAN
Dari gambar diatas menjelaskan bahwa dalam melihat tinggi rendahnya kualitas
pelayanan publik perlu diperhatikan adanya keseimbangan antara :
1. Bagian antar pribadi yang melaksanakan (Inter Personal Component);
2. Bagian proses dan lingkungan yang mempengaruhi(Process and
Environment Component);
3. Bagian profesional dan teknik yang dipergunakan
(Professional and Technical Component).
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka kualitas dapat diberi pengertian sebagai
totalitas dari karakteristik suatu produk (barang dan/atau jasa) yang menunjang kemampuan
dalam memenuhi kebutuhan.Kualitas sering kali diartikan sebagai segala sesuatu yang
memuaskan pelanggan atau sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan.
2.1.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelayanan Publik
Berdasarkan segitiga keseimbangan dalam kualitas pelayanan (gambar 2.2) dan
keseluruhan uraian konsep dan teori sebelumnya, maka dalam penulisan tesis ini penulis mencoba
mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan publik yang antara
lain disebabkan oleh :
1. Struktur organisasi;
2. Kemampuan aparat;
3. Sistem pelayanan.
Selanjutnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Struktur Organisasi
Menurut Anderson (1972 : 31), struktur adalah susunan berupa kerangka yang
memberikan bentuk dan wujud, dengan demikian akan terlihat prosedur kerjanya. Dalam
organisasi pemerintahan, prosedur merupakan sesuatu rangkaian tindakan yang ditetapkan lebih
dulu, yang harus dilalui untuk mengerjakan sesuatu tugas.
Sementara itu dalam konsep lain dikatakan bahwa struktur organisasi juga dapat
diartikan sebagai suatu hubungan karakteristik-karakteristik, norma-norma dan pola-pola
hubungan yang terjadi di dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial
atau nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijaksanaan (Van Meter dan Van
Horn dalam Winarno 1997 ; 27). Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Robbins (1995 ; 135) bahwa struktur organisasi menetapkan bagaimana tugas akan dibagi, siapa
melapor kepada siapa, mekanisme koordinasi yang formal serta pola interaksi yang akan diikuti.
Lebih jauh Robbins mengatakan bahwa struktur organisasi mempunyai tiga komponen,
yaitu : kompleksitas, formalisasi dan sentralisasi. Kompleksitas berarti dalam struktur orgaisasi
mempertimbangkan tingkat differensiasi yang ada dalam organisasi termasuk di dalamnya tingkat
spesialisasi atau pembagian kerja, jumlah tingkatan dalam organisasi serta tingkat sejauh mana
unit-unit organisasi tersebar secara geografis. Formalisasi berarti dalam struktur organisasi
memuat tentang tata cara atau prosedur bagaimana suatu kegiatan itu dilaksanakan (Standard
Operating Prosedures), apa yang boleh dan tidak dapat dilakukan. Sentralisasi berarti dalam
struktur organisasi memuattentang kewenangan pengambilan keputusan, apakah disentralisasi
atau didesentralisasi.
Berdasarkan pengertian dan fungsi struktur organisasi tersebut menunjukkan bahwa
struktur organisasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu organisasi, sehingga
dengan demikian struktur organisasi juga sangat berpengaruh terhadap kualitas pelayanan.
Oleh karena itu berdasarkan uraian di atas, apabila komponen-komponen struktur
organisasi yang mendukung disusun dengan baik antara pembagian kerja atau spesialisasi
disusun sesuai dengan kebutuhan, dapat saling menunjang, jelas wewenang tugas dan tanggung
jawabnya, tidak tumpang tindih, sebaran dan tingkatan dalam organisasi memungkinkan
dilakukannya pengawasan yang efektif, struktur organisasi desentralisasi memungkinkan untuk
diadakannya penyesesuaian atau fleksibel, letak pengambilan keputusan disusun dengan
mempertimbangkan untuk rugi dari sistem sentralisasi dan desentralisasi, antara lain sentralisasi
yang berlebihan bisa menimbulkan ketidakluwesan dan mengurangi semangat pelaksana dalam
pelaksanaan kegiatan. Sedangkan desentralisasi yang berlebihan bisa menyulitkan dalam kegiatan
pengawasan dan koordinasi.
Untuk struktur organisasi perlu diperhatikan apakah ada petugas pelayanan yang mapan,
apakah ada pengecekkan penerimaan atau penolakkan syarat-syarat pelayanan, kerja yang terus-
menerus berkesinambungan, apakah ada manajemen yang komitmen, struktur yang cocok dengan
situasi dan kondisi dan apakah ada sumberdaya yang mapan.
Dalam pengendalian pelayanan perlu prosedur yang runtut yaitu antara lain penentuan
ukuran, identifikasi, pemeliharaan catatan untuk inspeksi dan peralatan uji, penilaian, penjaminan
dan perlindungan (Gaspersz, 1994 : 67).
Oleh karena itu struktur organisasi yang demikian akan berpengaruh positif terhadap
pencapaian kualitas pelayanan. Akan tetapi, apabila struktur organisasi tidak disusun dengan baik
maka akan dapat menghambat kualitas pelayanan publik yang baik.
Berdasarkan uraian tentang struktur organisasi di atas, dapat disimpulkan bahwa
indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian tentang kualitas pelayanan publik ini adalah :
1. Tingkat pembagian tugas pokok dan fungsi;
2. Kejelasan pelaksanaan tugas antar instansi;
3. Tingkat hubungan antara atasan dan bawahan.
b. Kemampuan Aparat
Siapa yang disebut aparatur pemerintah, adalah kumpulan manusia yang mengabdi pada
kepentingan negara dan pemerintahan dan berkedudukan sebagai pegawai negeri (Tayibnapsis,
1993 : 23), sedangkan menurut Moerdiono (1988 : 14) mengatakan aparatur pemerintah adalah
seluruh jajaran pelaksana pemerintah yang memperoleh kewenangannya berdasarkan
pendelegasian dari Presiden Republik Indonesia.
Dengan kata lain aparatur negara atau aparatur adalah para pelaksana kegiatan dan
proses penyelenggaraan pemerintahan negara, baik yang bekerja di dalam tiga badan eksekutif,
legislatif dan yudikatif maupun mereka yang sebagai TNI dan pegawai negeri sipil pusat dan
daerah yang ditetapkan dengan peraturan peraturan pemerintah.
Dari aparat negara dan atau aparatur pemerintah, diharapkan atau dituntut adanya
kemampuan baik berupa pengetahuan, keterampilan serta sikap perilaku yang memadai, sesuai
dengan tuntutan pelayanan dan pembangunan sekarang ini (Handayaningrat, 1986 : 75).
Sementara itu, konsep lain mendefinisikan kemampuan atau ability sebagai sifat yang dibawa lahir
atau dipelajari yang memungkinkan seseorang melakukan sesuatu yang bersifat mental atau fisik
(Bibson, 1991 : 39), sedangkanskill atau keterampilan adalah kecakapan yang berhubungan
dengan tugas (Soetopo, 1999 : 56).
Berkaitan dalam hal kualitas pelayanan publik, maka kemampuan aparat sangat
berperan penting dalam hal ikut menentukan kualitas pelayanan publik tersebut. Untuk itu
indikator-indikator dalam kemampuan aparat adalah sebagai berukut :
1. Tingkat pendidikan aparat;
2. Kemampuan penyelesaian pekerjaan sesuai jadwal;
3. Kemampuan melakukan kerja sama;
4. Kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang dialami organisasi;
5. Kemampuan dalam menyusun rencana kegiatan;
6. Kecepatan dalam melaksanakan tugas;
7. Tingkat kreativitas mencari tata kerja yang terbaik;
8. Tingkat kemampuan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada atasan;
9. Tingkat keikutsertaan dalam pelatihan/kursus yang berhubungan dengan bidang
tugasnya.
c. Sistem Pelayanan
Secara definisi sistem adalah suatu jaringan yang berhubungan satu sama lain menurut
skema atau pola yang bulat untuk menggerakkan suatu fungsi yang utama dalam suatu usaha
atau urusan (Prajudi, 1992 : 21), bisa juga diartikan sebagai suatu kebulatan dari keseluruhan
yang kompleks teroganisisr, berupa suatu himpunan perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang
membentuk suatu kebulatan dari keseluruhan yang utuh (Pamudji, 1981 : 14).
Untuk sistem pelayanan perlu diperhatikan apakah ada pedoman pelayanan, syarat
pelayanan yang jelas, batas waktu, biaya atau tarif, prosedur, buku panduan, media informasi
terpadu saling menghargai dari masing-masing unit terkait atau unit terkait dengan masyarakat
yang membutuhkan pelayanan itu sendiri.
Dengan demikian sistem pelayanan adalah kesatuan yang utuh dari suatu rangkaian
pelayann yang saling terkait, bagian atau anak cabang dari suatu sistem pelayanan terganggu
maka akan menganggu pula keseluruhan palayanan itu sendiri. Dalam hal ini apabila salah satu
unsur pelayanan sepertinggi mahalnya biaya, kualitasnya rendah atau lamanya waktu pengurusan
maka akan merusak citra pelayanan di suatu tempat.
Beradasarkan uraian diatas, dalam penelitian ini maka indikator-indikator sistem
pelayanan yang menetukan kualitas pelayanan publik adalah :
1. Kenyamanan dalam memperoleh pelayanan berkait dengan lokasi tempat pelayanan;
2. Kejelasan informasi tentang pelayanan yang diberikan;
3. Perlindungan terhadap dampak hasil pelayanan.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan kualitas
pelayanan publik sangat dipengaruhi oleh faktor struktur organisasi, kemampuan aparat dan
sistem pelayanan. Ketiga faktor ini saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan
dalam ikut menentukan tinggi rendahnya dan baik buruknya suatu pelayanan yang
diselenggarakan oleh pemerintah.
Kualitas pelayanan publik mempunyai indikator ketepatan waktu, kemudahan dalam
pengajuan, akurasi pelayanan yang bebas dari kesalahan dan biaya pelayanan. Hal tersebut
sangat dipengaruhi oleh faktor struktur organisasi, kemampuan aparat dan sistem pelayanan.
Semakin baik faktor struktur organisasi, kemampuan aparat dan sistem pelayanan maka
kualitas pelayanan publik akan semakin baik pula dan semakin dapat memuaskan masyarakat
sebagai pengguna hasil pelayanan. Sehingga kualitas pelayanan.
2. Prasyarat pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk
3. Kejelasan petugas pelayanan; yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan
pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku ;
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki
7. Kecepatan pelayanan, yaitu terget waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat sexcara sopan dan ramah serta saling menghargai dan
menghormati ;
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi,
dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan ;
14. Keamanan pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara
pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk
Kata metode yang dapat diartikan sebagai cara berpikir dan cara melaksanakan hasil berpikir
(teknik) guna melakukan suatu pekerjaan secara lebih baik dalam mencapai tujuannya (secara
efektif). Sedangkan kata penelitian diartikan sebagai suatu upaya yang bermaksud mencari
jawaban yang benar terhadap suatu realita yang dipikirkan (dipermasalahkan) dengan
menggunakan metode-metode tertentu atau cara berpikir atau teknik tertentu menurut prosedur
ilmu dan teknologi, yang berguna baik bagi aspek keilmuan maupun bagi aspek guna laksana atau
praktis.
Berpijak dari pemikiran di atas penelitian merupakan suatu proses dari kegiatan ilmiah
yang pada hakekatnya berawal dari minat untuk mengetahui suatu gejala tertentu. Selanjutnya
berhubungan dan berkembang menjadi gagasan, melalui pengkolaborasian pemikiran Sugiyono
(2002:2) dengan Hadi (2001:4) maka penelitian/researchberdasarkan tujuannya dapat
didefinisikan sebagai usaha untuk menemukan (penelitian murni), mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan maupun teori (penelitian terapan), usaha mana dilakukan dengan
menggunakan metode-metode ilmiah.
Berpijak kepada dalil-dalil di atas dan memperhatikan uraian fokus penelitian maupun
tujuan penelitian di bab terdahulu, maka tujuan penelitian ini lebih bersifat kepada penelitian
terapan. Di mana penelitian ini mengutamakan kepada upaya untuk mengetahui Kualitas
Pelayanan di Desa Sungai Mengkuang. Penganalisisan yang bertujuan untuk mengetahui kualitas
pelayanan tersebut dilakukan melalui pendekatan fenomena fakta empirik dengan menggunakan
dan berpijak atau mendekatkan permasalahan fokus penelitian ini kepada teori-teori atau dalil-
dalil yang berkaitan dengan fokus permasalahan penelitian sebagai pijakan dan pegagangan atau
postulat (rel) dalam penelitian ini. Konseptualisasi terhadap pengetahuan dan teori tersebut pada
akhirnya menentukan metode penelitian yang sesuai atau sering juga diawali dengan penetapan
desain penelitian.
Desain penelitian menurut Arikunto (2002:44), adalah rencana atau rancangan yang
dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang dilaksanakan. Atau dengan kata lain
desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan cara menganalisis data
agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta sesuai dengan tujuan penelitian (Nazir, 1999:99).
Memperhatikan informasi teoritik ahli tersebut serta mengingat tujuan penelitian terapan ini untuk
mengetahui secara deskriptif atas fenomena fakta empirik dari fokus permasalahan yang diteliti
dengan menekankan pada prinsip penjajakan yang proporsional dan representatif yang
berimbang, maka penelitian ini menggunakan desain analisis pendekatan verifikatif survey
method dengan tingkat ekplanasi deskriptif. Penelitian survey dapat dipergunakan untuk berbagai
macam maksud, diantaranya untuk penjajakan, evaluasi penelitian operasional dan sebagai
pengembangan indikator-indikator sosial. Hal ini sesuai dengan pendapat Singarimbun dan Effendi
(1989:4) yang menyatakan: Penelitian survey dapat dipergunakan untuk maksud (1)
penjajakan explorative (2) Deskriptif (3) Penjelasan (explanatory atauconfirmatory) yakni untuk
menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesis (4) Evaluasi (5) Prediksi atau meramalkan
masa yang akan datang (6) Penelitian operasional (7) Pengembangan indikator sosial
Kejelasan pemahaman metode pendekatan survey dalam penelitian ini dapat bersandar
pada batasan yang digariskan Kerlinger (dalam Sugiyono, 2002:3) bahwa
penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data
yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan
kejadian-kejadian relatif, distributif, dan hubungan-hubungan antar variabel, sosiologis maupun
psikologis.
Menggunakan metode penelitian survey deskriptif, maka jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan induktif. Dimana untuk mencapai
pemahaman dan kebenaran makna berdasarkan fakta empirik tentang kenyataan/masalah-
masalah aktual yang sebenarnya berada di lokasi penelitian kemudian dilakukan penelaahan agar
dapat diperoleh gambaran yang jelas serta sistematis dalam rangka pemecahan masalah yang
dihadapi. Sebagaimana dikemukakan Rusidi (2002:18) bahwa penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang bermaksud menggambarkan (mendeskripsi) fenomena empirik yang disertai
penafsiran-penafsirannya, dengan tujuan memperoleh gambaran setepat realitanya atau sering
juga disebut dengan penelitian a posteriori. Ini sejalan dengan pendapat yang dikemukanan oleh
Mochtar (2000:199) bahwa penelitian deskriptif ingin mendapatkan gambaran atau penjelasan
(description) secara tepat tentang situasi, gejala, fenomena, karakteristik baik dari individu atau
kelompok tertentu yang ditelitinya sebagaimana adanya.
Pemilihan disain penelitian deskripsi kualitatif dengan pendekatan induktif di dasari
pendapat Falstead (dalam Chadwick, dkk,1991:41) berpendapat bahwa peneliti harus
menggunakan metode yang sesuai dengan topik yang dikaji, dan bahwa alat pengukur yang rumit
menjadi tujuan akhir dan karena itu menjadi kendala untuk mengetahui pengetahuan, dan
bukannya alat antara meningkatkan pemahaman. Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2002:3)
memberikan batasan yang tidak jauh berbeda, dimana metode kualitatif merupakan sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam hal ini individu atau organisasi tidak boleh
diisolasi dalam variabel hipotesis tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu
kebutuhan.
Penelitian deskriptif ini selanjutnya dilakukan dengan pendekatan induktif, di mana
analisis penelitian ini dilakukan pada lokus yang spesifik di Kecamatan Sanga-Sanga.
Sebagaimana Azwar (1998:40) memberikan pengertian pendekatan induktif sebagai proses logika
yang berangkat dari data empirik lewat observasi menuju kepada suatu teori. Dengan kata lain,
induksi adalah proses mengorganisasikan fakta-fakta atau hasil-hasil pengamat yang terpisah-
pisah menjadi suatu rangkaian hubungan atau suatu generalisasi. Hal diperkuat oleh Mardalis
juga berpendapat bahwa pendekatan induktif (1990:21) merupakan:
Cara berpikir induktif berpijak pada fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian di teliti dan
akhirnya ditemui pemecahan persoalan yang bersifat umum, induksi merupakan cara berpikir yang
menarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual,
penarikan kesimpulan secara induktif dimulai dengan menyatukan pernyataan-pernyataan yang
bersifat umum.
NZ2. P (1-P)
n=
Nd2 + Z2 .P (1-P)
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
n=
13898,9088 . 0,25
36,18 + 0,9604
3474,7272
37,1404
= 93,56 (dibulatkan)
= 94 (orang responden).
Dengan demikian, jumlah anggota masyarakat yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
sebanyak 94 orang. Dan untuk menentukan jumlah sampel kelompok masyarakat per Dusun,
digunakan rumus Nazir (1988 : 365) :
Keterangan:
N = Jumlah populasi
1.165
Dusun Madani = ---------- x 94 = 30 orang
3.618
1.198
Dusun Sungai Beringin = ---------- x 94 = 31 orang
3.618
b. Sampel Pegawai
Untuk menentukan sampel untuk perangkat Desa Sungai Mengkuang yang terlibat dalam kegiatan
pelayanan, penulis menggunakan tehnik sensus sampling atau sampel jenuh, berhubung yang
akan diteliti adalah perangkat Desa Sungai Mengkuang yang berjumlah 15 orang. Menurut
Sugiyono (1997 : 62) sampel jenuh adalah tehnik penentuan sampel apabila semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil,
kurang dari 30 orang. sehingga besarnya ukuran sampel untuk Pegawai Negeri Sipil pada Kantor
Kecamatan Sangasangasebanyak 23 orang terdiri :
Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 94 + 15 orang = 109 orang.
3.3. Variabel Penelitian
Menurut Moh. Nasir (1988:149) Variabel adalah konsep yang mempunyai macam-
macam nilai. Sedangkan Prof. Drs. Sutrisno Hadi dalam Arikunto (1998:97) mengatakan bahwa
Variabel sebagai gejala atau objek penelitian yang bervariasi.
Berdasarkan pendapat tersebut, yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu
Kualitas Pelayanan di Desa Sungai Mengkuang Kecamatan Rimbo Tengah . Selanjutnya untuk
memudahkan dalam menganalisis variabel penelitian yang digunakan, maka variabel tersebut
dioperasionalisasikan sebagaimana dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
TABEL 3.2
VARIABEL PENELITIAN
a. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data yang berupa jawaban lisan,
b. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan
bergerak.
c. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka,
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber data seperti yang dimaksud oleh
Suharsimi Arikunto yaitu Person atau orang yang diminta keterangan mengenai
penelitian, Place atau tempat berupa Sarana dan Prasarana, Paper atau sumber data berupa
simbol, gambaran dari Sistem Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan Desa. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari 2 (dua) sumber utama yaitu :
a. Data primer, yaitu keseluruhan data hasil penelitian yang diperoleh melalui kuesioner
dan wawancara.
b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi terkait dan studi dokumentasi
serta literatur-literatur, terutama yang berkaitan dengan masalah penelitian ini.
3.4.2. Tehnik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yaitu usaha yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi-
informasi yang berhubungan erat dengan masalah yang sedang diteliti untuk memperoleh data
yang diperlukan sehingga data yang diperoleh bersifat valid (menggambarkan yang
sebenarnya), reliable (dapat dipercaya), dan objektif (sesuai dengan kenyataan). Menurut Nazir
(1998 : 22) : Pengumpulan Data merupakan suatu proses pengadaan data primer untuk
keperluan penelitian. Dalam arti pengumpulan data merupakan prosedur yang sistematis dan
standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
Penulis memperoleh data-data yang sesuai dengan fokus penelitian yang telah
ditetapkan maka dalam penelitian ini melakukan pengumpulan data dengan cara studi lapangan
(field research) yaitu cara pengumpulan data dengan mendatangi langsung obyek lokasi penelitian
cara ini meliputi :
1. Observasi
Menurut Nazir (1998 : 212), bahwa : Pengumpulan data dengan teknik observasi adalah cara
pengambilan data dengan menggunakan mata dengan tanpa ada pertolongan alat standar lain
untuk keperluan tersebut. Maka dengan demikian teknik ini digunakan dengan cara terjun
langsung ke lokasi penelitian. Dalam penelitian ini penulis menggunakan Observasi Partisipasi
yaitu peneliti atau observer terlibat langsung dengan secara aktif dalam objek yang diteliti. Jadi
observasi dilaksanakan untuk mengetahui keadaan lapangan yang sebenarnya yang berhubungan
dengan permasalahan yang telah dirumuskan. Dalam penelitian hal-hal yang diobservasi adalah
semua kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan di Desa Sungai Mengkuang Kecamatan Rimbo
Tengah.
2. Dokumentasi
Menurut Arikunto (1998 : 236) bahwa :Teknik dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
surat kabar, legger, agenda, dan sebagainya .. Oleh karena itu penulis dalam menggunakan
teknik dokumentasi mengumpulkan data dari sumber yang berkaitan dengan tujuan penelitian.
3. Wawancara
Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung (Husaini Usman
dan Purnomo Setiady, 2001 : 59). Metode wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh keterangan, informasi atau penjelasan-penjelasan dari subyek penelitian tentang
masalah yang diungkap peneliti dan menjadi data pelengkap terhadap kuesioner penelitian.
3.5. Teknik Analisis Data
Penelitian diadakan dengan tujuan pokok adalah menjawab pertanyaan peneliti untuk
mengungkapkan fenomena sosial atau cara untuk mencapai tujuan pokok itu adalah dengan
mengadakan analisis data terhadap data yang diperoleh.
Penulis dalam penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif dengan pendekatan
kualitatif. Data yang didapat dilapangan kemudian dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.
Analisis data dalam peneltian kualitatif harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh di
lapangan harus segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis. Menurut Nasution (1996 :
129) bahwa : langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis suatu data, (1) Reduksi data,
(2) Display data, (3) Menyimpulkan dan verifikasi .
Berdasarkan Nasution tersebut maka penulis menggunakan langkah-langkah untuk
menganalisis data sebagai berikut :
1. Mereduksi data
Data yang diperoleh dalam penelitian tersebut ditulis atau diketik dalam bentuk uraian
yang terperinci. Laporan-laporan tersebut direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok,
difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai
bahan mentah di susun secara sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi
memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti
untuk mencari data yang diperlukan.
2. Display data (Tampilan Data)
Pada tahap ini peneliti menyajikan data-data yang telah direduksi ke dalam laporan yang
sistimatis. Data disajikan dalam bentuk narasi berupa informasi mengenai hal yang berkaitan
dengan motivasi pegawai dalam meningkatkan kualitas pelayanan. Penyajian tersebut
dilaksanakan setelah data dikumpulkan, maka diperlukan pengolahan atau analisis data, agar bisa
dijadikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Menurut Nazir (1998 :
405) bahwa :
Penulis mencari makna data yang dikumpulkannya. Untuk itu peneliti mencari pola, tema,
persamaan, hal-hal yang sering timbul, hipotesis dan lain sebagainya. Jadi data yang diperoleh,
sejak mulanya diambil kesimpulan itu mula-mula masih relatif, kabur, diragukan, akan tetapi
dengan bertambahnya data, kesimpulan itu menjadi lebih tepat dalam pemecahan dan
Xi
Tki = ------------------ x 100 %
Yi
Keterangan :
Tki = Tingkat kesesuaian
Xi = Skor penilaian tingkat kinerja
Yi = Skor penilaian tingkat harapan
Perhitungan tingkat kesesuaian ini disamping akan menunjukkan tingkat kepuasan pelanggan
terhadap berbagai indikator Kualitas Pelayanan Publik, juga akan menentukan urutan prioritas
peningkatan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan.
d.. Kategorisasi untuk mengetahui tingkat kepuasan terhadap pelayanan publik,seperti pada
tabel di bawah ini :
TABEL 3.3
e. Menentukan skor kategori tingkat kepuasaan dalam indikator kualitas pelayanan, dengan
rumus,
Tk
Skor =
Keterangan :
Tk : Tingkat Kesesuaian
TABEL 3.2
JADWAL PENELITIAN
2006 2007
No. Jenis Kegiatan
12 1 2 3 4 5 6 7
1. Persiapan, Bimbingan
Proposal
2. Penelitian
3.Penyusunan dan
Konsultasi Laporan Akhir
4. Ujian dan Revisi Laporan
Akhir
Sumber : Kalender Akademik IPDN T.A. 2006/2007
Keterangan :
Pelaksanaan Kegiatan