Anda di halaman 1dari 9

“TIMBULNYA GERAKAN SEPARATIS DI PAPUA

BUKTI PUDARNYA NILAI PANCASILA”

Disusun Oleh :
Shofia Lina Nafisah K2218071
Shofiyah El Zulfa K2218072
Sugeng Adi Prasetyo K2218073
Syaiful Arga N. K2218075
Teo Mahatmana K.M. K2218076

PROGRAM STUDI PENDIDKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2018

0
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pancasila merupakan refleksi jiwa seluruh rakyat Indonesia, falsafah serta
ideologi bangsa yang telah dilegitimasi sebagai dasar negara, namun saat ini
mengalami berbagai interpretasi sesuai dengan berbagai kepentingan yang tidak
lagi sejalan dengan pandangan dan pedoman hidup bangsa Indonesia yang
tercermin pada tujuan nasional pada Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi
“Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”
dengan makna bahwa segenap bangsa Indonesia merupakan warga negara
Indonesia yang berhak mendapat perlindungan dan seluruh tumpah darah Indonesia
berarti seluruh wilayah Indonesia yang harus kita jaga keutuhannya. Karena
Pancasila yang berperan sebagai ideologi bangsa dan juga sebagai alat pemersatu
yang menjunjung tinggi kemanusiaan, keadilan, persatuan, kesatuan, keserasian,
keselarasan, dan keseimbangan. Pancasila mengajarkan agar kita memiliki
wawasan Nusantara yang artinya cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungannya yang kini berganti zaman kian memudar karena banyak rakyat yang
sudah tidak bisa memaknai secara mendalam apa itu wawasan Nusantara. Pada
masa sekarang terjadi banyak kegagalan dari penerapan Pancasila salah satunya
adalah adanya gerakan separatisme di Papua yang mengancam kedaulatan NKRI.
Hal ini menyangkut masalah tidak terlaksananya kelima sila Pancasila.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan gerakan separatis?
2. Apa saja faktor yang mendorong munculnya gerakan separatis?
3. Bagaimana penyimpangan nilai-nilai pancasila pada kasus Organisasi Papua
Merdeka?
4. Apa solusi untuk menangani gerakan separatis?

1
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila.
2. Untuk mengetahui pengertian gerakan separatis
3. Untuk mengetahui faktor yang mendorong munculnya gerakan separatis
4. Untuk mengetahui apa saja penyimpangan nilai-nilai pancasila pada kasus
OPM
5. Untuk mengetahui solusi penanganan terhadap gerakan separatis

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN GERAKAN SEPARATIS
Gerakan Separatis adalah suatu gerakan untuk mendapatkan kedaulatan dan
memisahkan suatu wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan
kesadaran nasional yang tajam) dari satu sama lain (atau suatu negara lain). Istilah
ini biasanya tidak diterima para kelompok separatis sendiri karena mereka
menganggapnya kasar, dan memilih istilah yang lebih netral seperti determinasi
diri. Secara etimologis separatisme artinya mengasingkan diri. kelompok yang
mengasingkan dirinya dari suatu wilayah dari satu sama yang lain.
Separatisme juga sering diartikan sebagai tindak balas yang kasar dan brutal
terhadap suatu pengambilahlian militer yang terjadi dahulu. Di seluruh dunia
banyak kelompok teroris menyatakan bahwa separatisme adalah satu-satunya cara
untuk meraih tujuan mereka mencapai kemerdekaan.

B. FAKTOR YANG MENDORONG MUNCULNYA GERAKAN SEPARATIS


Terdapat dua akar masalah besar di Papua Barat, pertama; Papua Barat yang
dipaksa berintegrasi ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
menyisihkan banyak masalah (berkaitan dengan sejarah dan status politik bangsa
Papua), kedua; kehadiran perusahan Multi-nasional PT Freeport McMoRan sejak
tahun 1967 di Timika, Papua Barat. Masalah kesenjagan social dan kesejahtraan
yang menjadi alasan yang mendasar dalam permaslahan konflik di Papua. Sumber

2
konflik tersebut masih diperkuat oleh dua unsur lain yang sangat menonjol dewasa
ini: perebutan kedudukan, dan kerusakan lingkungan.
1. Perebutan kedudukan
Salah satu hal yang cukup memprihatinkan selama tahun-tahun
terakhir ini adalah niat banyak orang untuk mencari ‘kursi’ di pemerintahan.
Peluang untuk itu terbuka lebar dengan adanya pemekaran wilayah di segala
tingkat (kecamatan, kabupaten, malahan provinsi). Apalagi menjelang
musim pemilu seperti kita alami pada saat ini. Memang tidak buruk juga
kalau ada yang mempunyai ambisi dan rasa senang agar dihormati sebagai
‘anggota DPR-D’ atau sejenisnya, namun yang mengganggu banyak
masyarakat kecil ialah bahwa sekali kedudukan diperoleh, kedudukan
tersebut kurang diandalkan untuk melayani kepentingan masyarakat luas.
Akhirnya menimbulkan kekecewaan dan menjadi sumber konflik tersendiri.
Apalagi akibatnya yang sangat negatif terhadap berfungsinya segala macam
struktur pemerintahan sehingga institusi-institusi kelihatan lumpuh begitu
saja, dan kepercayaan masyarakat kepada aparat pemerintahan makin hari
makin hilang.
2. Pemeliharaan lingkungan
Dalam kesadaran masyarakat tradisional lingkungan mengambil
tempat yang sangat menentukan. Tanah dinilai sebagai IBU, sebagai sumber
hidup, dan jaminan untuk masa depan. Kesadaran ini begitu jelas
ditunjukkan di masa yang lampau dimana orang dapat hidup dalam suatu
keharmonisan dengan semesta alam, yang dewasa ini makin ditekan sampai
hampir hilang. Daripada dihayati sebagai ‘lingkungan hidup’ yang vital dan
yang perlu dilestarikan demi kehidupan anak cucu, dewasa ini segala
kekayaan alam mulai didekati sebagai sumber keuntungan (unsur ekonomis
melulu), yang dimanfaatkan tanpa batas. Cerita banyak mengenai hilangnya
sumber nafkah bagi masyarakat kampung, karena kekayaan alam sekitarnya
sudah diambil oleh mereka yang “dapat izin dari Jakarta” untuk
mengurasnya secara komersial. sudah banyak keluhan mengenai
kekurangan air minum karena hutan yang menjadi jaminan untuk

3
kelancaran persediaan air sudah habis ditebang. Dalam salah satu laporan
baru-baru ini dicatat bahwa hutan di Papua mengalami kerusakan yang
parah.
C. PENYIMPANGAN NILAI-NILAI PANCASILA PADA KASUS
ORGANISASI PAPUA MERDEKA
OPM merupakan salah satu organisasi yang dipandang menginginkan untuk
memisahkan diri dari Indoensia. Mereka berbuat demikian karena merasa bahwa
rakyat Papua tidak diperlakukan adil oleh pemerintah pusat dibandingkan dengan
masyarakat di kepulauan lainnya di Indonesia. Kesan ketidak berpihakkan
pemerintah NKRI terhadap masyarakat papua menghasilkan ketidakpercayaan
yang mendorong OPM tumbuh subur di Papua.
Kasus yang baru baru ini terjadi adalah penembakkan yang menewaskan
sejumlah pekerja Insiden penembakan itu terjadi di Kabupaten Nduga, Minggu, 2
Desember 2018, ketika di Jakarta dan berbagai wilayah lain di Indonesia
berlangsung 'Reuni 212' yang memunculkan berbagai polemik politik, khususnya
tentang jumlah peserta dan liputan media. Berawal dari 1 Desember, ketika 28
pekerja PT Istaka Karya yang mengerjakan pembangunan jembatan Yigi di
Kabupaten Nduga 'diliburkan' karena pada hari itu ada acara peringatan 1
Desember, yang oleh kalangan teertentu dirayakan sebagai hari kemerdekaan
Papua. Pelakunya adalah sebuah kelompok pimpinan Egianus Kogoya, yang
merupakan sempalan dari kelompok Kelly Kwalik, komandan sayap militer
Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang tewas dalam penyergapan pada 2009.
Sebby Sambom, juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat yang
mengaku bahwa mereka berada di balik serangan itu, ia mengaku bahwa mereka
adalah pelaku serangan yang membunuh para pekerja konstruksi proyek jembatan
di Nduga karena bagi OPM, sebagian besar pekerja adalah anggota TNI, yang
dianggap musuh oleh OPM. Hal ini menimbulkan kecemasan berbagai kalangan,
bahwa siklus kekerasan akan kembali bergulir, setelah pemerintah dikesankan
meninggalkan pendekatan keamanan dalam menangani masalah Papua.

Sila Pancasila yang di langgar dalam kasus gerakkan Operasi Papua


Merdeka adalah Sila ketiga yang berbunyi berbunyi “Persatuan Indonesia” yang

4
memiliki makna penting yaitu mengutamakan persatuan seluruh bangsa Indoenesia
yang berbeda dari suku, agama, ras, dan budayanya. Dengan sila ini diharapakan
jika Indonesia bisa bersatu walau berbeda-beda.

D. SOLUSI PENANGANAN TERHADAP GERAKAN SEPARATIS


1. Pengembangan Ketahanan Nasional
Tindakkan ini dimaksudkan sebagai usaha mengembangkan dan
meningkatkan ketahanan nasional, wawasan nasional dan sistem manajemen
nasional, serta wawasan kebangsaan bagi warga negara dalam rangka mengatasi
berbagai aspek ancaman terhadap kehidupan bangsa dan negara.
2. Penyelidikan, Pengamanan dan Penggalangan Keamanan Negara
Penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan keamanan negara
dimaksudkan sebagai usaha meningkatkan kemampuan profesionalisme
intelijen guna lebih peka, tajam, dan antisipatif dalam mendeteksi dan
mengeliminasi berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan yang
berpengaruh terhadap kepentingan nasional dalam hal deteksi dini untuk
mencegah dan menanggulangi separatisme.
3. Pemantapan Keamanan Dalam Negeri
Pemantapan keamanan dalam negeri dimaksudkan sebagai usaha
meningkatkan dan memantapkan keamanan dan ketertiban wilayah Indonesia
terutama di daerah rawan, seperti wilayah laut Indonesia, wilayah perbatasan,
dan pulau-pulau terluar, serta meningkatkan kondisi aman wilayah Indonesia
dari tindak kejahatan separatisme.
4. Peningkatan Komitmen Persatuan dan Kesatuan Nasional
Peningkatan komitmen persatuan dan kesatuan nasional dimaksudkan
sebagai usaha menyepakati kembali makna penting persatuan nasional dalam
konstelasi politik yang sudah berubah. Untuk mencapai tujuan tersebut,
dilakukan pendidikan politik masyarakat dan sosialisasi wawasan kebangsaan.
Di samping itu, diupayakan pula perwujudan dan fasilitasi berbagai forum dan
wacana-wacana sosial politik yang dapat memperdalam pemahaman mengenai
pentingnya persatuan bangsa, mengikis sikap diskriminatif, dan menghormati
perbedaan-perbedaan dalam masyarakat.

5
5. Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Publik
Peningkatan kualitas pelayanan informasi publik sebagai usaha
meningkatkan mutu pelayanan dan arus informasi kepada dan dari masyarakat
untuk mendukung proses sosialisasi dan partisipasi politik rakyat dan
memperluas jaringan informasi dan penyiaran publik untuk mempromosikan
nilai-nilai persatuan dan persamaan secara sosial.
6. Agenda prioritas pembangunan infrastruktur nasional di Papua.
Papua yang selama ini dianggap seperti “anak tiri” bagi NKRI, dengan
membangun infrastruktur yang nantinya dapat dimanfaatkan rakyat Papua. Salah
satu infrastruktur yang tengah gencar dibangun adalah jalan. Infrastruktur jalan
yang tersedia semakin baik akhirnya akan menjadi sumber pemerataan ekonomi
di seluruh Indonesia terutama di Papua. Dengan adanya agenda prioritas tersebut
diharapkan mereduksi gerakan separatis di Papua dan ke depannya kepercayaan
rakyat Papua terhadap pemerintah RI semakin baik.

BAB III
PENUTUPAN
A. KESIMPULAN
Separatis atau lebih dikenal dengan gerakan separatisme merupakan suatu
gerkan yang bertujuan untuk mendapatkan kedaulatan dan memisahkan suatu
wilayah atau kelompok manusia (biasanya kelompok dengan kesadaran nasional
yang tajam) dari satu sama lain . gerakan ini muncul dari berbagai aspek
kehidupan dalam kehidupan manusia. Gerakkan separatis harus dihindari atau
bahkan dihilangkan karena dapat memecah persatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang sudah lama dibangun oleh para pahlawan.

B. SARAN
1. Perlu adanya pengembangan sikap cinta tanah air, nasionalisme dan
patriotisme generasi muda

6
2. mengefektifkan fungsi-fungsi pembangunan nasional dengan akar masalah
separatisme dapat diatasi melalui pendekatan kesejahteraan dan keadilan.
3. Peningkatan kesejahteraan rakyat secara adil merupakan kunci pokok dalam
membungkam gerakan separatis, karena gerakan yang dicap sebagai
separatis merupakan dampak dari pembangunan yang tidak adil dengan
ketimpangan kesejahteraan.
4. Memanfaatkan institusi pendidikan sebagai pembentukan kader-kader
bangsa yang militan. Negara memiliki tanggung jawab untuk menjaga
melalui agenda pendidikan kewarganegaraan (civic education). Pendidikan
kewarganegaraan ini merupakan upaya mempersiapkan generasi masa
depan untuk menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara secara lebih
baik.

7
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputra, Iwan. 2018. “Pembunuhan Pekerja Papua: Lima Hal Pokok Sejauh
ini”. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-46479140. Diakses pada Sabtu, 8
Desember 2018.

Laiya, Marya. 2010. “Menumpas Gerakan Separatisme Di Indonesia Dalam Payung

Bhineka Tunggal Ika”. http://yatilaiya.blogspot.com/2010/08/gerakan-separatisme-


di-indonesia_21.html . Diakses pada Jumat, 7 Desember 2018.

Permana, W. G. 2016. “Ancaman Gerakan Separatis OPM, GAM, RMS, NII”.


http://ngenespenyebarilmu.blogspot.com/2016/03/makalah-ancaman-gerakan-
separatis-opm.html . Diakses pada Selasa, 11 Desember 2018.

Anda mungkin juga menyukai