0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
107 tayangan1 halaman
Dokumen ini membahas tentang sejarah Hari Ibu di Indonesia. Hari Ibu dirayakan setiap tanggal 22 Desember untuk mengenang Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tahun 1928 yang membahas hak-hak perempuan. Tanggal perayaan ini ditetapkan Presiden Soekarno pada tahun 1953 untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Awalnya perayaan ini untuk mengenang semangat perempuan dalam memperbaiki kualitas bangsa, namun kini
Dokumen ini membahas tentang sejarah Hari Ibu di Indonesia. Hari Ibu dirayakan setiap tanggal 22 Desember untuk mengenang Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tahun 1928 yang membahas hak-hak perempuan. Tanggal perayaan ini ditetapkan Presiden Soekarno pada tahun 1953 untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Awalnya perayaan ini untuk mengenang semangat perempuan dalam memperbaiki kualitas bangsa, namun kini
Dokumen ini membahas tentang sejarah Hari Ibu di Indonesia. Hari Ibu dirayakan setiap tanggal 22 Desember untuk mengenang Kongres Perempuan Indonesia pertama pada tahun 1928 yang membahas hak-hak perempuan. Tanggal perayaan ini ditetapkan Presiden Soekarno pada tahun 1953 untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Awalnya perayaan ini untuk mengenang semangat perempuan dalam memperbaiki kualitas bangsa, namun kini
Hari Ibu adalah hari peringatan atau perayaan terhadap peran seorang ibu dalam keluarganya, baik untuk suami, anak-anak, maupun lingkungan sosialnya. Peringatan dan perayaan ini biasanya dilakukan dengan membebas tugaskan ibu dari tugas sehari-hari yang dianggap merupakan kewajibannya, seperti memasak, merawat anak, dan urusan rumah tangga lainnya. Di Indonesia hari ini dirayakan pada tanggal 22 Desember dan ditetapkan sebagai perayaan nasional. Hari Ibu di Indonesia dirayakan pada ulang tahun hari pembukaan Kongres Perempuan Indonesia yang pertama, yang digelar dari 22 hingga 25 Desember 1928. Kongres ini diselenggarakan di sebuah gedung bernama Dalem Jayadipuran, yang kini merupakan kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional di Jl. Brigjen Katamso, Yogyakarta. Agenda utama dalam kongres tersebut adalah membahas mengenai persatuan perempuan Nusantara, peranan perempuan dalam perjuangan kemerdekaan, peranan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Kongres ini dihadiri sekitar 30 organisasi wanita dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Kongres ini dimaksudkan untuk meningkatkan hak-hak perempuan di bidang pendidikan dan pernikahan. Tanggal ini diresmikan oleh Presiden Soekarno di bawah Dekrit Presiden No. 316 tahun 1953, pada ulang tahun kedua puluh lima Kongres Perempuan Indonesia 1928. Tanggal tersebut dipilih untuk merayakan semangat wanita Indonesia dan untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara. Pada awalnya peringatan Hari Ibu adalah untuk mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Misi itulah yang tercermin menjadi semangat kaum perempuan dari berbagai latar belakang untuk bersatu dan bekerja bersama. Kini, arti Hari Ibu telah banyak berubah, di mana hari tersebut kini diperingati dengan menyatakan rasa cinta terhadap kaum ibu. Orang-orang saling bertukar hadiah dan menyelenggarakan berbagai acara dan kompetisi, seperti lomba memasak dan memakai kebaya.