Kelas : VIII – C
Disusun Oleh :
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmatNya-lah maka kami bisa menyelesaikan makalah dengan tepat
waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritikdan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Dengan ini, kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh
rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat
memberikan manfaat untuksemua pihak. Amin.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perjuangan panjang bangsa Indonesia hingga menjadi sebuah negara yang merdeka,
erat kaitannya dengan perjuangan para pahlawan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
tahun (2011), "pahlawan" adalah sebuah kata benda. Secara etimologi kata "pahlawan"
berasal dari bahasa Sansekerta "phala", yang bermakna hasil atau buah. Pahlawan berarti
orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran.
kategori pahlawan yang paling banyak adalah Pahlawan Nasional. Menurut Kementerian
Sosial Republik Indonesia, Pahlawan Nasional ialah pemberian gelar terhadap salah satu
penduduk Indonesia yang semasa hidupnya melakukan tindak kepahlawanan dan berjasa
bagi kepentingan bangsa dan Negara. Gelar Pahlawan Nasional ditetapkan oleh presiden
sejak dilakukan pemberian gelar ini pada tahun 1959 Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2009.
Sulawesi Selatan yang dijuluki Sang Ayam Jantan dari timur oleh penjajah Belanda. Sultan
Hasanudin, tercatat sebagai Pahlawan Nasional sejak 6 November 1973. Dengan karakter
tegas, berani, rendah hati, dan kepintarannya dalam berniaga, Kerajaan Goa mengalami
3
Sultan Hasanuddin mulai memerintah Kesultanan Gowa pada 1653 dengan gelar I
Jantan dari Timur atau De Haav van de Oesten. Julukan itu diberikan Belanda kepada
Sultan Hasanuddin karena keberaniannya melawan penjajah. Dia lahir di Gowa pada 12
Januari 1631 dengan nama asli Muhammad Bakir I Mallombasi Daeng Mattawang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
meninggal di Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 1670 pada umur 39 tahun, adalah Raja
Gowa ke-16 dan pahlawan nasional Indonesia yang terlahir dengan nama I Mallombasi
Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Setelah memeluk agama
Islam, ia mendapat tambahan gelar Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana, hanya
saja lebih dikenal dengan Sultan Hasanuddin saja. dia diangkat menjadi Sultan ke 6 Kerajaan
Sementara itu belanda memberinya gelar de Haav van de Oesten alias Ayam Jantan
dari Timur karena kegigihannya dan keberaniannya dalam melawan Kolonial belanda. Sultan
Hasanuddin lahir di Makassar, merupakan putera kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa
ke-15. Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa, ketika Belanda yang diwakili
kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan. Pada tahun
5
kerajaan-kerajaan kecil, tetapi belum berhasil menundukkan Gowa. Di lain pihak, setelah
Peperangan antara VOC dan Kerajaan Gowa (Sultan Hasanuddin) dimulai pada tahun
1660. Saat itu Belanda dibantu oleh Kerajaan Bone yang merupakan kerajaan taklukan dari
Kerajaan Gowa. Pada peperangan tersebut, Panglima Bone, Tobala akhirnya tewas tetapi Aru
Palaka berhasil meloloskan diri dan perang tersebut berakhir dengan perdamaian. Akan
tetapi, perjanjian dama tersebut tidak berlangsung lama karena Sultan Hasanuddin yang
merasa dirugikan kemudian menyerang dan merompak dua kapal Belanda , yaitu de Walvis
Lalu Belanda mengirimkan armada perangnya yang besar yang dipimpin oleh
Cornelis Speelman. Aru palaka, penguasa Kerajaan Bone juga ikut menyerang Kerajaan
Gowa. Sultan Hasanuddin akhirnya terdesak dan akhirnya sepakat untuk menandatangani
perjanjian Bongaya pada tanggal 18 November 1667. Pada tanggal 12 April 1668, Sultan
Hasanuddin kembali melakukan serangan terhadap Belanda. Namun karena Belanda sudah
kuat maka Benteng Sombaopu yang merupakan pertahanan terakhir Kerajaan Gowa berhasil
dikuasai Belanda. Hingga akhir hidupnya, Sultan Hasanuddin tetap tidak mau bekerjasama
dengan Belanda. Sultan Hasanuddin kemudian mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan
087/TK/1973.
6
B. Perjuangan Sultan Hasanuddin
Usia ratusan tahun ini tidak terlepas dari perjalanan sejarah Kerajaan Makassar (Gowa-
Tallo). HUT Kota Makassar didasarkan pada masuknya Islam pada di awal abad ke-17.
Di abad ini, sejumlah peristiwa sejarah terjadi. Tidak hanya proses masuknya Islam tetapi
juga perlawanan rakyat Makassar dalam melawan penjajah, khususnya VOC yang ingin
Kemasyhuran Kota Makassar sebagai pusat perdagangan kala itu tidak terlepas dari
strategi dan berbagai upaya yang dilakukan oleh Kerajaan Gowa. Ekonomi yang tumbuh
subur di Kota Makassar menjadikan kota ini menjadi sasaran bagi bangsa asing seperti
Dikutip dari jurnal Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya berjudul
"Perlawanan Sultan Hasanuddin Terhadap VOC 1660-1669 M yang terbit tahun 2022"
disebutkan bahwa mulanya Belanda datang ke Kota Makassar untuk berdagang setelah
mendapat persetujuan dari Raja Gowa ke XIV I Mangarrangi Daeng Manrabia Sultan
Alauddin. Kedatangan Belanda saat itu disetujui dengan satu syarat, yakni hanya untuk
berdagang.
Syarat ini diberikan karena Raja Gowa mengetahui bahwa Belanda adalah musuh besar
Namun, setelah berhasil berdagang di Makassar, Belanda justru semakin berambisi untuk
7
Belanda bahkan memonopoli perdagangan di wilayah Timur Indonesia. Setelah mengusir
bangsa Portugis dan Spanyol dari Maluku, Belanda juga menghalau perahu-perahu dagang
Selain itu, VOC juga mendesak Raja I Mangarrangi Daeng Manrabia Sultan Alauddin
untuk tidak lagi menjual beras kepada bangsa Portugis di Malaka. Karena tuntutannya tak
diindahkan oleh Raja Gowa, VOC pun merasa murka, sejak saat itu berbagai pertempuran
Pertempuran VOC dengan Kerajaan Gowa terus berlangsung hingga masa kepemimpinan
Sultan Hasanuddin yang diangkat menjadi Raja Gowa pada tahun 1653.
Hal ini membuat hubungan antara Kerajaan Gowa dan VOC semakin memanas. VOC
yang menganggap Kerajaan Gowa sebagai musuh yang sangat berbahaya dan terus berusaha
menghancurkannya.
Ancaman VOC bagi wilayah kekuasaan Kerajaan Gowa yang semakin kuat mau tidak
mau memaksa rakyat pribumi untuk ikut melakukan perlawanan. Sepanjang tahun 1660-
1670, berbagai perlawanan terhadap VOC dilakukan oleh Sultan Hasanuddin bersama rakyat
Makassar (Gowa-Tallo).
Berikut ini beberapa peristiwa yang menggambarkan perlawanan terhadap VOC yang
8
Pada tanggal 12 Juni 1660, terjadi pertempuran antara Belanda dengan pasukan
meriam dari Benteng Panakkukang. Dalam waktu dua hari, Belanda berhasil menduduki
Benteng Panakkukang.
Sultan Hasanuddin tidak tinggal diam, dan berhasil mengambil alih benteng tersebut
melalui sebuah perjanjian yang sebenarnya sangat merugikan pihak Kerajaan Gowa.
Akhirnya, Sultan Hasanuddin yang didampingi oleh Karaeng Karunrung yang terkenal sangat
benci dan tidak mau berkompromi dengan VOC memutuskan untuk tidak menuruti isi
perjanjian itu.
Karena situasi terus memanas, akhirnya pertempuran antara VOC dan Kerajaan Gowa
kembali pecah. Situasi diperparah setelah Arung Palakka pergi ke Batavia meminta bantuan
sejumlah serangan, Sultan Hasanuddin pun bertekad untuk melakukan serangan balasan.
bertahan dari serangan Kerajaan Gowa. Meskipun demikian, serangan yang dilakukan oleh
Sultan Hasanuddin tetap membuahkan hasil. Sembilan orang tentara Belanda tewas dalam
terhadap Belanda setelah sebuah kapal VOC yang bernama De Walvis masuk ke perairan
yang dikuasai oleh Kesultanan Gowa. Kapal itu dikejar oleh armada Kesultanan Gowa
hingga akhirnya kandas pada sebuah Tanah Gosong di tepi laut Somba Opu.
meriam dari kapal tersebut. Belanda lalu menuntut agar meriam itu dikembalikan, tetapi
9
Sultan Hasanuddin menolaknya dengan alasan kapal itu melanggar dan memasuki wilayah
3. Peristiwa De Leeuwin
Pada suatu malam, tanggal 24 Desember 1664, kapal VOC "De Leeuwin" memasuki
perairan Kerajaan Gowa, kapal tersebut membawa Arung Palakka dengan beberapa orang
dari Buton ke Batavia. Kapal tersebut lalu dikejar oleh armada Kesultanan Gowa hingga
Sebanyak 40 orang dari total seluruh anak buah kapal Belanda mati tenggelam.
Sementara itu, 162 orang lainnya yang masih hidup ditawan dan dibawa ke Somba Opu.
VOC pun menuduh bahwa Sultan Hasanuddin merebut sebuah peti yang berisi uang perak
VOC juga berulang kali menuntut dan meminta uang itu dikembalikan. Namun Sultan
Hasanuddin menolaknya dan mengatakan bahwa semua barang sitaan yang berasal dari
musuh adalah hak milik Kesultanan Gowa. Selain itu, Kapal VOC yang ditahan itu juga telah
Selain merujuk pada sejarah perang Makassar, terdapat 3 peristiwa sejarah lainnya
yang turut menjadi dasar hari jadi Sulsel. Yakni tanggal 19 yang digunakan merujuk pada
Tercatat pada tanggal 19 Agustus 1945, para tokoh dari Sulsel dengan semangat dan
antusias, melepas segala atribut kerajaan dan ikut terlibat dalam Rapat Panitia Persiapan
10
Sementara bulan Oktober yang ditetapkan sebagai hari jadi Sulsel merujuk pada dua
peristiwa sejarah. Yakni kesepakatan para Raja di Kawasan Sulawesi Selatan pada tanggal 15
Oktober 1945 untuk mendukung Dr Ratulangi menjadi gubernur pertama Provinsi Sulawesi.
Serta peristiwa sejarah kedua yakni Rekonsiliasi Raja-Raja bersaudara yang terlibat
dalam Perang Makassar. Rekonsiliasi tersebut berlangsung pada bulan Oktober tahun 1674.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
julukan Ayam Jantan dari Timur atau De Haav van de Oesten. Julukan itu diberikan
lahir di Gowa pada 12 Januari 1631 dengan nama asli Muhammad Bakir I
2. Saran
Melihat perjuangan beliau yang sangat gigih dan keras patunya bangsa Indonesia
lebih berusaha dan lebih maju untuk memerangi kebodohan dan menjunjung tinggi
11
Daftar Pustaka
https://www.detik.com/sulsel/berita/d-6356345/sejarah-hari-jadi-sulsel-
akhir-perjuangan-sultan-hasanuddin-di-perang-makassar
https://www.kompas.com/stori/read/2022/07/06/170000279/biografi-
sultan-hasanuddin-ayam-jantan-dari-timur-yang-tak-pernah-tunduk?
page=all
12