Anda di halaman 1dari 124

(Pemuda) HKBP

Buku Penelaahan Alkitab

JULI - DESEMBER 2023


Naposobulung
Buku Penelaahan Alkitab Naposobulung (Pemuda) HKBP Juli - Desember 2023
Buku Penelaahan Alkitab (PA)
Pemuda (Naposobulung) HKBP
Edisi Juli - Desember 2023
PEMIMPIN UMUM:
Kepala Departemen Koinonia HKBP
Pdt. Dr. Deonal Sinaga

WAKIL PEMIMPIN UMUM:


Kepala Biro Kategorial Sekolah Minggu, Remaja,
Naposobulung – SMIRNA HKBP
Pdt. Toho Sinaga, S.Th., M.I.Kom.

PEMIMPIN REDAKSI:
Bvr. Marthalena Sinaga, M.Th.

EDITOR:
Bvr. Marthalena Sinaga, M.Th.

KOREKTOR NASKAH:
Pdt. Nixcon Simanungkalit, M.Ars., M.Th.

PENULIS: PENERBIT:
Cal. Pdt. Mikhael Sihotang, M. A. Huria Kristen Batak Protestan
Cal. Pdt. Filemon Sigalingging, S. Th Kantor Pusat HKBP
Cal. Gr. Jhonatan A. S. Pangaribuan, S. Pd. Departemen Koinonia
Hilda Liza Feronika Simanjuntak, S.Ag. Biro Kategorial Sekolah Minggu,
Cal. Pdt. Febri Setiadi Hutapea, S. Th Remaja, Naposobulung - SMIRNA
Bvr. Friska Aritonang, M.Si (Teol.) Pearaja–Tarutung 22413
Pdt. Serly Octarina Tampubolon, S.Si (Teol.) Telp. (0633) 21707
Cal. Pdt. William Noel C. Lumbantobing, S. Si (Teol.) Fax. (0633) 21596
Cal. Bvr. Wintra M. Sihotang, S. Ag HP/WA: Pdt. Monang Sagala
Cal. Pdt. Ingwer Sihotang, S. Si (Teol.) 0821-4302-5850
https://hkbp.or.id/
DESAINER/LAYOUT:
Sitti Aulia Manurung, S.Si.

K ET ER A NGA N FOTO SAM P UL:


Kebaktian Kebangunan Iman (KKI) Pemuda-Mahasiswa di HKBP Pagaran Nauli, Resort Medan
Millenium, Distrik X Medan Aceh. 14 April 23 di HKBP Pagaran Nauli.

2
K ata Sa mbu t a n

Di tengah gempuran zaman yang semakin maju, tentunya berdampak


pada pertumbuhan keimanan seorang Kristen, terkhusus para pemuda-
pemudi gereja. Ada banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi
oleh kaum muda yang dapat mempengaruhi keimanan mereka, baik
tantangan internal maupun eksternal. Menyaksikan situasi yang
demikian, gereja memiliki peranan penting untuk mempersiapkan
generasi muda yang kreatif dan inovatif yang mampu untuk menghadapi
tantangan tersebut. HKBP sebagai gereja Kristus menyadari bahwa
pelayanan kepada para generasi muda begitu krusial. HKBP pun
memiliki komitmen dan tanggung jawab di dalam bertumbuhnya
keimanan para penerus generasi gereja. Sehingga HKBP terus berusaha
untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik lagi kepada kaum muda.
Oleh karena itu, Departemen Koinonia HKBP melalui Biro Smirna HKBP
berupaya menghadirkan Buku PA Pemuda HKBP yang menjadi panduan
bagi generasi muda untuk mengarungi perziarahan kehidupannya.
Buku edisi Juli-Desember 2023 ini telah berhasil ditransformasi Biro
SMIRNA HKBP, para pembaca dapat memperhatikan halaman awal buku
ini untuk melihat Petunjuk teknisnya. Kiranya melalui buku ini, pemuda
dapat semakin berkembang di dalam keimanan dan spiritualitasnya dan
menemui jawaban atas pergumulan-pergumulan yang dihadapi.

Salam,
Pearaja-Tarutung, Juni 2023

Pdt. Dr. Deonal Sinaga


Kepala Departemen Koinonia HKBP

3
K at a Pe n g a n t a r

Horas!
Puji dan syukur kita serukan kepada Yesus Kristus atas penyertaan-
Nya hingga pertengahan tahun 2023 ini. Banyak hal yang sudah kita
kerjakan hingga di pertengahan tahun ini. Buku PA Pemuda HKBP Edisi
Juli-Desember 2023 pun sudah terbit lagi. Semoga Buku PA ini menjadi
berkat bagi para muda-mudi HKBP pada saat melakukan penelahaan
bersama dengan para pelayan atau pendamping di gerejanya masing-
masing. Tidak itu saja, semoga muda-mudi gereja semakin mencintai
Tuhan dan HKBP hari demi hari.

Harapan kami bagi seluruh pelayan dan pendamping pemuda di


HKBP menggunakan buku ini sebagai sumber yang memadai untuk
mempersiapkan diri sebelum melaksanakan Penelahaan Alkitab.
Persiapan diri adalah baik adanya agar firman Tuhan benar-benar dapat
disampaikan dengan baik, terutama dapat membangun karakter Kristen
pemuda HKBP. Yang paling utama adalah agar semakin banyak pemuda
dan pemudi HKBP yang terjangkau dan rindu datang ke persekutuan
bersama dengan para pemuda-pemudi lainnya.

Terima kasih juga bagi para penulis bahan Penelaahan Alkitab edisi
Juli-Desember 2023. Semoga semua yang sudah saudari-saudara
persembahkan menjadi berkat bagi semua orang yang membacanya
terlebih menjadi kemuliaan bagi Tuhan. Akhir kata, selamat menggunakan
Buku Penelahaan Alkitab Pemuda HKBP Edisi Juli-Desember 2023!
Tuhan Memberkati

Horas!
Pdt. Toho Sinaga, S.Th., M.I.Kom.
Kepala Biro Sekolah Minggu, Remaja, dan Naposobulung HKBP

4
Sal a m Re da ksi

Salam sejahtera untuk semua pelayan full timer, para pendamping,


dan pemuda-pemudi HKBP di mana pun berada! Fenomena pemuda-
pemudi gereja meninggalkan imannya dan gereja itu sendiri marak
adanya. Alasan mereka sangat beragam mulai dari mereka merasa tidak
menjadi bagian di gereja sampai pada gereja yang tidak memerhatikan
para muda-mudi. Selain itu, mereka berasalan bahwa khotbah dan
persekutuan yang mereka ikuti tidak mengembangkan iman dan percaya
mereka. Kenyataan ini sangat menyedihkan hati tentunya karena banyak
gereja khususnya HKBP sangat sedikit sekali muda-mudinya yang
datang bersekutu ke gereja.

Buku Penelahaan Alkitab untuk Pemuda HKBP edisi Juli-Desember


2023 ini hadir dengan wajah baru dari edisi-edisi sebelumnya. Buku ini
dikemas untuk menolong para pelayan full timer maupun pendamping
Pemuda HKBP untuk mempersiapkan diri sebelum meimpin Penelaahan
Alkitab. Tidak itu saja, buku ini juga sangat bisa dimiliki oleh semua
pemuda-pemudi HKBP untuk digunakan pada waktu melaksanakan PA
di gereja. Edisi Juli-Desember 2023 ini hadir dengan wajah baru agar
para pelayan, pendamping, maupun pemuda-pemudi itu sendiri benar-
benar paham dengan teks Alkitab yang sedang dibahas. Selain itu, buku
ini dilengkapi dengan metode-metode PA yang bisa dilakukan pada saat
PA terlaksana. Persiapan yang baik oleh pelayan dan pendamping sangat
menentukan jalannya PA berjalan dengan lancar. Selain itu, persekutuan
pemuda tentunya menjadi persekutuan yang dirindukan oleh para muda-
mudi HKBP sehingga iman dan percaya mereka semakin bertumbuh
dan berkembang. Ada baiknya setiap kita yang menjadi pemimpin PA
memerhatikan langkah-langkah metode PA dan pengertian metode
PA di lembar penjelasan metode PA. Atau, para pelayan full timer dan
pendamping bisa menciptakan metode PA sendiri yang menarik dan
menolong setiap peserta PA mengembangkan dan menumbuhkan iman
percayanya.
Selamat memakai buku PA dan Tuhan senantiasa menolong!
Soli Deo Gracia!

Bvr. Marthalena Sinaga, M.Th.


Pemimpin Redaksi Buku PA Pemuda HKBP

5
Langkah-langkah Melakukan Penelaahan Alkitab

1. Berdiam diri/hening/saat teduh


2. Memuji Tuhan
3. Doa Pembuka
4. Penyelidikan Firman Tuhan
- Membaca Firman
- Menyelidiki/merenungkan (melakukan pengamatan/penelitian)
- Mencari fakta yang akan disampaikan teks/nas (5W+1H)
- Memperhatikan kata kunci
- Menggali keluar semua fakta yang ditemukan
5. Respons
- Berbagi/sharing (pikiran, perasaan, hasil refleksi, meditasi,
dan berkat yang diperoleh dari Firman Tuhan)
- Pada saat sharing tidak diperkenankan bergosip, berdebat,
mengkritik, atau menghakimi
6. Mengingat Ayat (ingatlah ayat emas yang dipelajari dalam PA.
7. Hafalkan dan lakukan nas PA di dalam kehidupan setiap hari.
8. Memuji Tuhan
9. Doa Penutup

Meto d e Pe ne l a a ha n A l kitab

1. Metode Refleksi
Metode ini sangat sederhana dan semua orang bisa melakukannya.
Refleksi ini berbuah dari pembacaan nas Alkitab oleh masing-masing
atau per kelompok yang melakukan PA. Refleksi itu berupa kesaksian
iman yang diperoleh oleh masing-masing orang dalam menggumuli
firman Tuhan dan menghubungkannya di dalam kehidupan sehari-hari.

6
Langkah-langkahnya:
- Persiapkan diri untuk bertemu dan bersekutu dengan Tuhan
- Bacalah teks PA yang ditentukan (1-2 ayat atau satu perikop)
- Biarkan firman Tuhan berbicara pada diri sendiri dan menjadi
refleksi atau cermin apakah hidup ini sudah sesuai dengan firman
Tuhan atau perlu diubah.
- Fokus metode ini: merefleksikan suatu pesan yang paling
menyentuh hati sesuai dengan bimbingan Roh Kudus.
- Refleksikan nas atau ayat yang menyentuh hati.
- Terapkan di dalam kehidupan setiap hari firman Tuhan yang
direfleksikan tadi dalam tindakan konkret, praktis, dan dapat
dibuktikan.
2. Metode Membahas Khotbah
Ada dua cara yang bisa dilakukan ketika memakai metode membahas
khotbah:
Cara Pertama:
Memperhatikan 4 hal:
• Dicatat: mencatat firman yang didengar (konsentrasi, mengerti,
dan bisa dibaca kembali)
• Direnungkan: merenungkan kembali firman yang didengar (menerima
petunjuk Allah)
• Dilakukan: melakukan firman yang sudah direnungkan (firman
menjadi kehidupan, mengalami perjumpaan dengan Allah)
• Diceritakan (sharing): dapat menjadi saksi Tuhan, membangun
orang lain, hidup menjadi bergairah)
Cara Kedua:
Ringkasan khotbah sudah tersedia dan juga pertanyaan-pertanyaan
terkait untuk dibahas dan didiskusikan dalam kelompok. Tahap:
• Persiapan diri
• Tulis/sebutkan kembali nas Alkitab yang telah dikhotbahkan
• Berdoa kepada Tuhan
• Bagikan ringkasan khotbah
• Membaca ringkasan khotbah
• Diskusi dan bercerita
• Hafal ayat Alkitab
• Penerapan

7
3. Metode Pertanyaan dan Jawaban
Langkah-langkah yang harus dilakukan:
• Persiapan (berdoa meminta pertolongan Roh Kudus, pemimpin
membagikan materi PA dan pertanyaan yang hendak diselidiki)
• Bacalah (meminta masing-masing anggota membaca nas terlebih
dahulu dengan bersuara dan perlahan-lahan)
• Pemimpin harus sudah menentukan tema/topik yang ditentukan
• Diskusikanlah (pemimpin mengajukan pertanyaan-pertanyaan
yang telah disiapkan)
• Simpulkanlah (setelah jawaban sudah ditemukan, pemimpin dan
peserta PA menarik kesimpulan penting untuk dilakukan
• Terapkanlah (apa yang harus dilakukan oleh anggota PA tentunya
relevan, terukur, realistis, spesifik, praktis, dan dapat dilakukan)
4. Metode Arti dan Pesan
Metode ini mengajak melakukan penelitian secara detail dan
mendalam terhadap suatu ayat atau perikop untuk menemukan arti
dan pesan
Karena waktu yang terbatas, pilihlah 1-2 ayat yang akan diteliti
Langkah-langkah yang dilakukan:
• Bacalah nas yang sudah ditentukan, teliti, cermati, resapi, pahami
arti dan maksud teks. Perhatikan gagasan utama teks, perasaan
dalam teks, keyakinan apa yang hendak dinyatakan
• Renungkanlah setiap pengertian yang ditemukan (apa arti teks/
nas bagi pendengar pertama (masa Alkitab), apa maksud pesan
bagi orang masa kini)
• Hafal/Ingat ayat kunci
• Terapkan pesan dan arti yang ditemukan
5. Metode Penyelidikan Induktif
Metode ini digunakan untuk menyelidiki satu ayat, satu perikop,
ataupun satu pasal.
Tujuan metode ini: mencari dan menemukan fakta, arti atau makna
sesungguhnya suatu pesan, dan menerapkannya dalam kehidupan.
Pemimpin PA perlu mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan terbuka
agar dapat memancing dan mendorong anggota terlibat dalam
diskusi, menggali, dan menemukan kebenaran.
Waktu yang diperlukan dalam kelompok sekitar 5-15 menit dan
maksimal 30 menit.
Dapat digunakan semua genre Alkitab.

8
Langkah-langkah pelaksanaan: observasi/penelitian, interpretasi/
penafsiran, menyimpulkan, dan aplikasi/penafsiran.
6. Metode Studi Karakter/Biografi
Studi karakter dilakukan untuk mengetahui bagaimana hubungan
Allah dengan manusia dan bagaimana manusia merespons Allah.
Metode ini mempelajari pengalaman postif dan negatif dari karakter
dalam kehidupan masa Alkitab dan direlevansikan dengan kehidupan
masa kini.
Langkah-langkah:
• Tentukan karakter/biografi yang akan dipelajari
• Buatlah garis waktu kehidupannya
• Karakter yang bagaimana yang memberi pengaruh penting
• Pelajaran hidup apa yang diperoleh dari karakter tersebut
7. Metode Studi Kata
• Metode ini menolong untuk meneliti kata-kata yang ada di Alkitab
yang digali dari bahasa aslinya (Aram, Ibrani, Yunani). Misalnya
saja, ada 7 makna/arti yang berbeda dari kata Memuji dalam
Perjanjian Lama
• Sumber yang digunakan untuk meneliti ini sudah bisa diakses
melalui internet.
• Gunakanlah minimal 3 terjemahan Alkitab untuk meneliti kata
yang sedang diselediki
• Gunakan sumber yang terpercaya

Sumber metode yang dipakai diperoleh dari buku Christian Jonch yang
berjudul Metode Praktis Penyelidikan Alkitab dan beberapa sumber
terpecaya dari https://bible.org/seriespage/lesson-15-bible-study-
methods dan https://www.questionsgod.com/biblestudymethods.htm

https://bible.org/ https://www.questionsgod.
seriespage/lesson-15- com/biblestudymethods.
bible-study-methods htm

9
Daf t a r Is i

KATA SAMBUTAN 3
Oktober
KATA PENGANTAR 4
SALAM REDAKSI 5 MINGGU XVII SETELAH TRINITATIS 63
LANGKAH-LANGKAH MELAKUKAN 1 Oktober 2023
PENELAAHAN ALKITAB 6 MINGGU XVIII SETELAH TRINITATIS 68
METODE PENELAAHAN ALKITAB 6 8 Oktober 2023
DAFTAR ISI 10 MINGGU XIX SETELAH TRINITATIS 72
15 Oktober 2023
MINGGU XX SETELAH TRINITATIS 76
Juli 22 Oktober 2023
MINGGU IV SETELAH TRINITATIS 11 MINGGU XXI SETELAH TRINITATIS 80
2 Juli 2023 29 Oktober 2023
MINGGU V SETELAH TRINITATIS 15
9 Juli 2023 November
MINGGU VI SETELAH TRINITATIS 18
16 Juli 2023 MINGGU XXII SETELAH TRINITATIS 84
5 November 2023
MINGGU VII SETELAH TRINITATIS 22
23 Juli 2023 MINGGU XXIII SETELAH TRINITATIS 88
12 November 2023
MINGGU VIII SETELAH TRINITATIS 26
30 Juli 2023 MINGGU XXIV SETELAH TRINITATIS 94
19 November 2023
Agustus AKHIR TAHUN GEREJAWI 99
26 November 2023
MINGGU IX SETELAH TRINITATIS 30
6 Agustus 2023
Desember
MINGGU X SETELAH TRINITATIS 34
13 Agustus 2023 MINGGU ADVENT I 103
MINGGU XI SETELAH TRINITATIS 38 3 Desember 2023
20 Agustus 2023 MINGGU ADVENT II 108
MINGGU XII SETELAH TRINITATIS 42 10 Desember 2023
27 Agustus 2023 MINGGU ADVENT III 113
17 Desember 2023
September MINGGU ADVENT IV 117
24 Desember 2023
MINGGU XIII SETELAH TRINITATIS 46
MINGGU SETELAH NATAL 121
3 September 2023
31 Desember 2023
MINGGU XIV SETELAH TRINITATIS 50
10 September 2023
MINGGU XV SETELAH TRINITATIS 54
17 September 2023
MINGGU XVI SETELAH TRINITATIS 58
24 September 2023
Ming g u IV Sete la h Tr initatis

2 Juli 2023

Pilih Mana?
Bahagia versi Allah atau versimu?

Bacaan Alkitab
Mazmur 119: 1-3

Latar Belakang
Hai Naps! Jika hari ini kita diberi pilihan, antara bahagia dan menderita,
manakah yang akan kamu pilih? Setiap manusia yang ada di dunia ini
pasti akan memilih berbahagia. Sejarahnya tidak ada manusia yang ingin
hidupnya menderita. Setiap manusia terlahir dengan prinsip dan konsep
yang bertujuan untuk meraih hidup yang berbahagia, bukan? Namun,
tidak banyak yang memahami dan menemukan apa itu kebahagiaan yang
sejati. Bahkan di antara kita banyak yang memiliki pandangan bahwa
kebahagiaan itu diukur dengan materi (uang), mobil yang keren, motor
yang keren, pacar yang cantik atau ganteng, pekerjaan di perkantoran,
dan tempat tinggal di perkotaan. Itu adalah contoh dari kebahagiaan
duniawi versi kita yang tanpa kita sadari itu hanya sementara dan akan
hilang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, mari kita melihat jauh
lebih dalam arti berbahagia dengan menggali Firman Tuhan yang ada
dalam Mazmur 119: 1-3.

Kitab Mazmur dipercaya ditulis oleh raja Daud. Isi kitab Mazmur ada yang
berupa ungkapan doa, pujian syukur, ratapan, dan uangkapan dari dalam
hati atas karya penyertaan Allah penulisnya. Para penulis kitab Mazmur
menuliskan itu semua atas pencurahan Roh Allah. Mereka menuliskannya
sesuai dengan kesaksian mereka atas kuasa Allah. Mazmur 119: 1-3
ini identik dengan tindakan ataupun perlakuan yang membuat orang
percaya terberkati dan menunjukkan bahagianya orang yang hidup
menurut Taurat Tuhan. Pemazmur, yaitu Daud mengajak bangsa Israel

11
untuk kembali memikirkan apakah kehidupan yang mereka jalani
berdasarakan Taurat Tuhan. Apabila bangsa Israel memiliki kesetiaan
memegang Taurat Tuhan dan berjalan sesuai dengan kehendak Tuhan,
maka Tuhan akan berkenan atas hidup mereka dan mereka disebut
berbahagia.

Tafsiran
Ayat 1. Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela,
yang hidup menurut Taurat Tuhan. Orang yang hidupnya tidak bercela
adalah orang-orang yang mencintai Hukum Tuhan. Orang itu juga jauh
dari perbuatan-perbuatan yang bercela di hadapan Tuhan. Pemazmur
mengatakan, “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela”
menunjukkan bahwa kebahagiaan itu sangat identik dengan sikap dan
tindakan yang membuat orang terberkati. Kebahagiaannya bukanlah
pasif, melainkan aktif. Artinya perbuatannya menunjukkan kecintaan
kepada Taurat Tuhan. Ia tidaklah berdiam diri, tetapi bertindak untuk
melakukan Taurat Tuhan. Daud sendiri telah mengalami hal demikian
dengan membuktikan bahwa kebahagiaan tidak datang dari harta
kekayaan yang melimpah. Akan tetapi, kebahagiaan itu bisa didapatkan
jika setiap orang mencintai dan melakukan Taurat Tuhan. Orang yang
berbahagia adalah orang yang hidupnya terberkati oleh Allah. Allah
sendiri yang berjanji untuk mencurahkan berkat-Nya kepada setiap
orang yang mau hidup sesuai dengan Firman Allah. Dalam pengertian
yang sederhana, Taurat Tuhan (Ibr: torah) adalah Hukum Sepuluh Firman.
Taurat Tuhan juga merupakan otoritas Allah yang Kudus dan Mahakuasa.
Di dalam Taurat tersebut, Allah memerintahkan apa yang harus
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Hal besar yang ditemukan
dalam Taurat itu adalah janji keselamatan dalam kondisi ketaatan yang
sempurna. “Lakukanlah, dan engkau akan hidup” (Luk. 10: 28). Salah satu
kunci kebahagiaan adalah dengan hidup menurut Taurat Tuhan yang
berarti taat pada hukum dan ketetapan Tuhan. Dengan demikian, setiap
orang akan lebih berhati-hati dalam menjalani kehidupannya. Pemazmur
sendiri pun berpegang teguh pada perintah-perintah Tuhan.

Ayat 2. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-


peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati. Pemazmur
merasa bahagia pada saat ia melakukan peringatan-peringatan Tuhan
yang ia jadikan sebagai panduan hidupnya. Pemazmur merasa bahwa
yang ia lakukan itu adalah kebenaran Tuhan. Melalui pemazmur bisa

12
diketahui bahwa orang yang berbahagia adalah mereka yang memegang
dan menjaga kebenaran-kebenaran Tuhan. Mereka berbahagia karena
peringatan Tuhan merupakan harta yang abadi dan akan menjadi sumber
kekuatan bagi setiap orang untuk hidup. Orang yang berbahagia juga
adalah orang-orang yang mencari Dia dengan segenap hati. Juga, ia yang
matanya tertuju kepada Allah saja. Pernyataan ini merupakan ungkapan
untuk penyerahan diri secara total kepada Tuhan dan kehendak-
Nya. Mencari Dia juga merupakan satu tindakan untuk menyesuaikan
kelakuan dengan kehendak Allah. Dalam Perjanjian Baru, sikap yang
melakukan kehendak Allah itu terdapat di Galatia 5: 22-23 yaitu, “kasih,
sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, dan penguasan diri.” Setiap orang yang menghidupi
dan melakukannya adalah bukti dari pencarian akan Tuhan. Mencari
Dia berarti mencari kebenaran Tuhan dan ia akan beroleh hidup dan
kebahagiaan. Pemazmur sendiri telah membuktikan hal ini sehingga dia
berbahagia.

Ayat 3. Yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup


menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya. Mazmur 25: 10 mengatakan,
“Segala jalan Tuhan adalah kasih setia dan kebenaran bagi orang yang
berpegang pada perjanjian-Nya dan peringatan-peringatan-Nya.”
Orang yang berbahagia adalah orang yang hidup dalam kasih setia dan
kebenaran, serta berpegang teguh pada setiap perjanjian dan peringatan
Tuhan. Kejahatan dibenci oleh Allah. Siapa yang mencintai Allah
membenci kejahatan. Orang-orang yang berbahagia adalah orang-orang
yang mampu membatasi dirinya, membentengi dirinya, dan membuat
pemisah dengan orang-orang yang diam dalam kejahatan. Dia tidak
akan tergoda akan hal-hal kejahatan di dunia ini dan akan menunjukkan
kesetiaannya kepada Tuhan. Orang-orang yang berbahagia adalah
orang-orang yang hidup di jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya yaitu sesuai
dengan kehendak-Nya di dalam Firman Allah.

Metode Penelaahan Alkitab dan langkah-langkahnya


Arti dan Pesan
- Pemimpin PA memimpin persekutuan dengan berdoa, membaca
Alkitab, dan menjelaskan isi PA.
- Siapkan kertas dan pena.
- Pilihlah satu ayat dari nas di atas yang kamu senangi (berdoalah
terlebih dahulu).

13
- Baca dan tuliskanlah ayat itu di selembar kertasmu.
- Setelah kamu memahami arti dari ayat tersebut di atas, tuliskanlah
arti dari ayat tersebut menurut pandangan dan pengalamanmu
sendiri!
- Kemudian, sertakanlah pesanmu untuk dirimu sendiri dan untuk
teman-temanmu!
- Terakhir, hafallah ayat yang kamu pilih itu!

Penutup
Seringkali kita menghabiskan waktu untuk mencari kebahagiaan
duniawi versi kita sendiri. Dimulai dari pagi hari sampai malam hari, yang
kita cari dan yang kita pikirkan adalah kebahagiaan yang pada dasarnya
bukanlah kebahagiaan yang kekal dan sempurna. Sehingga kita lupa
untuk mencari dan menggapai kebahagiaan yang sejati itu. Dari PA kita
hari ini, kita telah diingatkan bahwa ada kebahagiaan yang lebih besar
dan kekal yang harus kita capai dari hari ini, yaitu kebahagiaan karena
melakukan perintah Tuhan.

Realitas yang sesungguhnya pun mengatakan bahwa hidup bersama


dengan Tuhan adalah kunci kebahagiaan yang sejati dalam kondisi
apa pun. Kebahagiaan bukan soal apa yang kita cari dan apa yang kita
punya, tetapi kebahagiaan adalah tentang hidup bersama dengan
Tuhan. Jika naposobulung ingin berbahagia dengan versi Allah itu, mari
cintai dan hidup bersama dengan Tuhan. Cobalah untuk melupakan dan
meninggalkan kebahagian-kebahagiaan versi kita sendiri. Mari masuk
dalam versi Allah sehingga kebahagiaan yang sejati itu menjadi milik kita
bersama. Amin.

Daftar Nyanyian
KJ No. 18: 1-2
KJ No. 392: 1+3
KJ No. 427: 1

14
M ing g u V Sete la h Trinitatis

9 Juli 2023

Iman di Hatiku,
Pengakuan di Mulutku

Bacaan Alkitab
Roma 10: 4-5

Latar Belakang
Hai Naps! Siapakah yang menyelamatkan kita? Lalu apakah yang membuat
kita selamat? Pertanyaan demikian sepertinya tidak asing lagi bagi kita.
Pertanyaan itu ada bukan karena kita baik, bukan karena kita rajin beribadah,
bukan karena kita rajin datang ke persekutuan, bukan karena kita menolong
sesama, dan bukan karena kita rajin berdoa, but all things about our faith,
right? Dalam pembahasan PA kali ini kita akan melihat bagaimana kehadiran
Yesus Kristus yang mati di kayu salib menyelamatkan kita. Rasul Paulus
telah mengajarkannya dalam kitab Roma 10: 4-5.

Paulus menyelesaikan usaha pemberitaan Injil di sebelah timur (15: 19)


dan sedang menuju ke Yerusalem (15: 25). Usaha pemberitaan Injil ini
terjadi pada perjalanannya yang ketiga. Konteks latar belakang pasal
10 menjelaskan bahwa Kristus adalah Juruselamat yang diberitakan
Paulus. Paulus sering menggunakan kata iman dalam surat Roma. Hal
ini membuktikan bahwa iman sangat penting bagi jemaat Kristen (1:
7-8). Akan tetapi, orang Kristen mencari iman dalam perbuatan mereka
sendiri. Dalam hal ini, Paulus ingin menunjukkan perbedaan besar antara
kebenaran karena hukum Taurat dan kebenaran karena iman. Oleh
karena itu, jelas ditunjukkan pada ayat 1 bahwa Rasul Paulus berdoa bagi
Israel supaya Allah menyelamatkannya. Inilah yang akan membuktikan
bahwa karena imanlah mereka diselamatkan. Mereka giat untuk Allah,
tetapi tanpa pengertian yang benar dan tidak mengenal kebenaran Allah.

15
Tafsiran
Ayat 4. Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga
kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya. Kata kegenapan
(Yunani: telos) yang ditujukan kepada Kristus menegaskan bahwa Ia adalah
kegenapan dari Hukum Taurat. Kata kebenaran (Yunani: dikaiosune)
memiliki arti benar, ketentuan Allah, status atau hubungan yang benar.
Rasul Paulus mengatakan bahwa kebenaran itu sendiri adalah Allah. Orang
yang percaya akan memeroleh kebenaran oleh karena anugerah Allah yang
digenapi di dalam Yesus Kristus. Orang yang hidupnya dibenarkan dalam
Kristus dan melakukan kasih, maka buah yang dihasilkan baik adanya. Setiap
orang diharapkan beriman kepada Kristus dan melakukan kebenaran. Rasul
Paulus mengecam para Yahudi yang perbuatannya mereka didasarkan pada
kebenaran dalam iman kepada Kristus. Mereka lebih mengagungkan Hukum
Taurat yang dijadikan sebagai hukum yang memenjarakan dan mengekang.
Pengertian mereka tentang Hukum Taurat tidak benar. Sementara itu,
Kristus itu sendirilah yang menggenapi Hukum Taurat itu. Ia adalah Mesias
yang dijanjikan itu. Namun, mereka sendiri tidak mengenal-Nya dan tidak
mempercayai-Nya. Ada dua hal yang membuat mereka tidak percaya:
(1) Mereka tidak mengenal kebenaran Allah. Mereka tidak mengerti,
tidak percaya, dan tidak menyadari kehadiran Allah.
(2) Mereka berusaha untuk mendirikan kebenaran mereka sendiri.
Hukum Taurat itu sendiri memiliki fungsi untuk mengarahkan orang-
orang kepada kebenaran Kristus. Surat Paulus kepada jemaat di
Galatia dituliskan bahwa hukum taurat adalah penuntun bagi semua
orang sampai Kristus datang lagi ke dunia. Tujuannya adalah agar
semua orang percaya itu dibenarkan karena imannya. Bukan karena
melakukan hukum taurat (Gal. 3: 24). Oleh sebab itu, setiap orang yang
percaya kepada Kristus ia akan dibenarkan oleh iman percayanya,
yang meletakkan rasa percayanya kepada Kristus saja, bukan karena
perbuatan-perbuatan baiknya. Justru, perbuatan baik itu adalah buah
dari iman percayanya itu. Untuk itu, menghidupi dan menjiwai rasa
percaya kepada Kristus adalah keharusan bagi orang percaya.

Ayat 5. Sebab Musa menulis tentang kebenaran karena hukum Taurat:


“Orang yang melakukannya, akan hidup karenanya.” Dalam Roma 10:
4-5 ini perkataan Musa adalah peringatan bagi setiap orang yang hendak
memperoleh keselamatan dari perbuatan. Setiap orang harus menyadari
bahwa ia harus melakukan semua perintah Hukum Taurat dan nyatanya
tidak seorang pun yang dapat melakukannya. Oleh karena itu, Yesus

16
Kristus datang untuk menggenapinya dan menanggung semua kesalahan
manusia. Dengan demikian, pembenaran oleh Hukum Taurat digantikan
dengan pembenaran oleh iman kepada Yesus Kristus. Untuk itu, manusia
diselamatkan bukan karena perbuatan baik melainkan karena imannya.
Iman (pistis) berakar pada paham Ibarani: amen = kokoh, tetap, setia.
Menurut latar belakang Yunaninya, pistis juga mengandung unsur: setia.
Jadi, beriman berarti dengan setia mengaminkan kebenaran Allah;
mengaku sambil memegang teguh.

Metode Penelaahan Alkitab dan langkah-langkahnya


Metode Refleksi
- Persiapan (berdoa di dalam hati)
- Bacalah ayat PA hari ini: Roma 10: 4–5
- Pilihlah satu ayat di atas!
- Bacalah di dalam hati lalu refleksikanlah sesuai dengan
pengalamanmu sehari-hari.
- Paparkanlah di kelompok PA refleksimu dari ayat yang kamu pilih.
- Diskusikanlah
- Hafallah ayat yang kamu pilih.

Penutup
Sampai hari ini masih banyak orang yang berprasangka bahwa mereka
dibenarkan dan diselamatkan karena perbuatan mereka sendiri. Masih
banyak juga yang beranggapan bahwa kebenaran dan keselamatan
terjadi karena hubungan dan usaha manusia dengan Tuhan. Namun
sesungguhnya, kita dipilih dan dibenarkan bukan karena sesuatu yang
baik dalam diri kita. Pembenaran itu terjadi oleh karena kemurahan Allah.
Siapa yang percaya, dia yang dibenarkan. Iman itu harus benar-benar
nyata bagi kita dan harus ada di dalam hati kita. Iman itu harus benar-
benar dinyatakan dalam seluruh aspek kehidupan kita: perasaan, akal,
dan kehendak. Jadi jikalau berbicara soal kebenaran, bukan tentang
apa yang sudah kita lakukan, bukan apa yang ada pada diri kita, bukan
tentang apa yang ada di dunia, tetapi iman itu ada karena kita percaya
kepada Yesus Kristus, kita dibenarkan. Amin.

Daftar Nyanyian
KJ No. 8: 1-2
KJ No. 355: 1; KJ No. 370: 1-2

17
Ming g u VI Sete la h Tr initatis

16 Juli 2023

Orang Benar versus Orang Fasik!?


Siapakah yang Menang?

Bacaan Alkitab
Mazmur 1: 1-6

Latar Belakang
Kita semua pasti familiar dengan nyanyian Anak Sekolah Minggu di
bawah ini:

Di dalam dunia ada dua jalan; lebar dan sempit, mana kau pilih?
Yang lebar api jiwamu mati, tapi yang sempit Tuhan berkati.

Dari antara kedua jalan itu, manakah yang kamu pilih? Tentu kita akan
memilih jalan yang sempit, asal Tuhan memberkati. Nah, sekarang kita
juga ditujukan pada dua pilihan, menjadi orang benar atau orang fasik.
Kedua ini adalah sifat manusia yang memiliki perbedaan yang jauh atas
tindakannya masing-masing. Seringkali seseorang ingin disebut menjadi
orang yang benar, tetapi aksi dan perbuatannya tidak mencerminkan
kebenaran, dan melakukan apa yang dilakukan oleh orang fasik. Impian
dan keinginannya menjadi orang benar, tetapi perlakuan dan tindakannya
tidaklah menunjukkan identitas sebagai orang yang benar. Oleh karena
itu, kedua perbedaan ini akan kita lihat dalam nas Mazmur 1: 1–6.

Buku Mazmur ini ditulis oleh Daud, anak Salomo. Sebagaimana dijelaskan
bahwa Kitab Mazmur adalah kitab bergenre syair yang berisikan puji-
pujian dan doa sebagai respons atas yang Tuhan berikan kepada
manusia. Dari kitab Mazmur ini, kita diajar untuk mengenal bagaimana
Allah bekerja untuk memberkati kehidupan setiap orang yang mau
berjalan sesuai dengan Firman Allah. Kitab Mazmur diawali dengan kata

18
berbahagialah (1: 1). Penekanan kata “berbahagia” diikuti dengan aksi
yang benar, yakni yang tidak berjalan, berdiri, dan duduk bersama dengan
orang fasik. Sehingga ia akan tumbuh seperti pohon yang menghasilkan
buah dan berhasil. Sedangkan orang fasik akan binasa.

Tafsiran
Di dalam nas ini, pemazmur membandingkan dua tipe orang yang diakui
di dalam kitab ini. Yang pertama, orang benar (saleh) yaitu orang-orang
yang diam dalam kebenaran, kasih dan ketaatan kepada Firman Allah.
Yang kedua, orang fasik yaitu mereka yang berjalan di jalan dunia
(mengikuti nafsu-nafsu duniawi), yang tidak tinggal dalam Firman Allah.
Mereka itu tidaklah termasuk dalam perkumpulan umat Allah (1: 4-5).

Ayat 1-3. Orang benar itu akan diberkati oleh Allah. Mereka juga dikenal
baik oleh Allah karena mereka melakukan kehendak Allah. Bahkan mereka
pun sangat mengenal Allah yang mereka taati dan patuhi itu. Sementara
itu, orang fasik itu sendiri tidak akan pernah merasakan dan menikmati
senangnya dan bahagianya tinggal di dalam Kerajaan Allah (1Kor. 6: 9).
Bagian mereka karena kefasikan mereka adalah kebinasaan. Orang yang
diberkati Allah adalah orang yang berbalik dari kejahatan dan membangun
hidupnya di atas dasar Firman Tuhan. Mereka adalah orang-orang yang
taat kepada Allah dan menyukai perintah Allah. Dengan kesukaannya
akan Firman Allah, ia akan merenungkan baik siang atau malam untuk
membentuk pikiran, sikap dan tindakan mereka. Siang dan malam
bukanlah persoalan waktu dan keadaan. Siang sering digambarkan pada
hal yang positif, yaitu kebahagiaan dan sukacita. Sedangkan malam sering
digambarkan sebagai kegelapan, yakni pergumulan dan kesengsaraan.
Oleh karena itu, merenungkan Firman Allah siang dan malam berarti
merenungkan Firman Allah baik suka dan duka.
(1) Ia tidak berjalan menurut nasihat orang faik, artinya dia tidak
meminta nasihat-nasihat dari mereka dan tidak menjadikan orang
fasik penasihatnya.
(2) Ia tidak berdiri di jalan orang berdosa, artinya ia menghindar dari
jalan mereka dan tidak mau berhubungan dengan mereka, dengan
menjaga dirinya agar tidak tertular.
(3) Ia tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, artinya ia tidak duduk
santai dan tidak berkawan dengan pencemooh (kumpulan para
peminum).

19
Buah dari kehidupan orang benar adalah hidup di dalam Roh. Ia bagaikan
air yang mengalir dan tidak ada habis-habisnya. Hasil untuk setiap orang
yang setia mencari Allah dan mencintai Firman-Nya adalah hidup di
dalam Roh. Air dilambangkan dengan Roh Allah, sehingga orang yang
tinggal di dalam Allah akan menerima air sebagai sumber hidup yang tidak
ada habisnya. Sangat jelas, kehidupan orang benar diibaratkan seperti
sebuah pohon yang dekat dengan sumber air. Ia tidak akan pernah layu
karena kebutuhan utamanya selalu tersedia, yaitu air kehidupan yang
dari Tuhan. Demikian juga dengan orang percaya yang dekat dengan
sumber kehidupan yaitu Tuhan, tidak akan pernah kekurangan dan takut.
Alhasil, orang benar itu akan berbuah dan buahnya dapat dinikmati oleh
banyak orang. Pemazmur mengatakan bahwa orang benar akan menjadi
berkat bagi sesamanya.

Ayat 4-6. Sedangkan orang fasik tidaklah demikian. Mereka adalah orang
berdosa yang tidak mau bertobat. Bagian hidup yang didapat orang fasik
adalah seperti ‘sekam’ yang ditiup oleh angin. Sekam adalah kulit padi
yang hampir tidak memiliki bobot dan sering dianggap tidak berguna
karena telah kehilangan bulir padinya. Itulah yang menyebabkan sekam
mudah ditiup angin. Ketika angin datang, ia akan terbang dan hilang
bersama angin tersebut. Kemurkaan Allah dibandingkan dengan angin
kencang yang menerbangkan sekam waktu gandum di tampi. Angin itu
melambangkan penghakiman dan hukuman Allah. Di samping itu, orang-
orang fasik adalah mereka yang akan dihukum oleh Allah dan yang akan
binasa. Hidup orang fasik kelihatan hebat tetapi sesungguhnya tidak
kokoh dan mudah ditiup angin dan yang tidak tahan pada penghakiman.
Mereka akan dicampakkan pada saat penghakiman. Mereka tidak
tahan pada penghakiman, artinya mereka akan didapati bersalah dan
menunduk. Penghakiman akan dilakukan dengan adil. Disinilah Tuhan
mengenal jalan mereka. Orang benar diselamatkan, sedangkan orang
fasik dibinasakan.

Metode Penelaahan Alkitab dan langkah-langkahnya


Pertanyaan dan Jawaban
- Persiapan (berdoa dalam hati masing-masing) dan persiapkan
catatan dan pena!
- Pemimpin PA membagikan pertanyaan PA berserta dengan kertas
dan pena!

20
a. Coba sebutkan masing-masing 5 contoh perilaku yang menunjukkan
orang benar dan orang fasik.
b. Bagaimanakah menjadi orang yang benar menurut Kitab Mazmur?
Berikan tanggapanmu!
c. Sejauh manakah perilaku teman-teman menunjukkan identitas
sebagai orang benar di zaman sekarang ini?
d. Apakah peran gereja dan teman komunitasmu agar anak-anak
pemuda tetap berjalan dalam kebenaran Allah!
- Bacalah pertanyaan tersebut dengan suara yang pelan!
- Jawablah pertanyaan di atas dengan baik.
- Diskusikan dengan pemimpin PA (Setelah pertanyaan selesai
dijawab oleh naposobulung, pemimpin PA membuat kelompok
kecil untuk berdiskusi atas jawaban mereka dan membuat
suatu kesimpulan)
- Memaparkan kesimpulan dari setiap kelompok oleh seorang
utusan.
- Pemimpin PA membuat kesimpulan untuk mengakhiri diskusi.
- Hafalkanlah Mazmur 1: 1-2

Penutup
Dalam kehidupan sehari-hari, sering sekali kita tidak kuat melawan
godaan duniawi. Dari penjelasan nas diatas, kita diajak dan dituntun
untuk berperilaku dan bertindak layaknya orang benar di hadapan
Tuhan. Kita tidak diarahkan untuk mengikuti jalan orang fasik. Tuhan
mengingatkan kita untuk selalu berjalan, berdiri, dan duduk di jalan
Tuhan sehingga kita hidup dan terberkati. Oleh karena itu, jangan mau
tergoda dengan orang fasik karena orang fasik akan binasa oleh murka
Tuhan. Jadilah orang-orang benar yang hidup sesuai dengan kehendak
Tuhan sehingga kita digambarkan seperti pohon yang berbuah dan
menjadi berkat bagi sesama. Orang benar versus orang fasik, siapakah
yang menang? Tentu orang benar, karena ia bersama dengan Tuhan.
Jadilah bagian dari orang-orang benar yang diberkati Tuhan. Amin.

Daftar Nyanyian
KJ No. 9: 1-2
KJ No. 362: 1
KJ No. 457: 1-2

21
M ing g u VII Sete la h Tr initatis

23 Juli 2023

Berseteru dengan Allah di Abad ke-21

Bacaan Alkitab
Roma 8: 1-8

Latar Belakang
Hidup di abad ke-21 seperti hari ini memang membawa banyak sekali
kemudahan bagi kita. Klaim ini lahir karena memang sudah banyak
kemajuan dari berbagai bidang yang kita bisa lihat dan nikmati. Mulai
dari bidang kesehatan, pangan, transportasi, dan lain-lain. Kemajuan-
kemajuan tadi adalah beberapa bukti nyata bahwa hari ini ada banyak
pilihan yang tersaji di hadapan kita untuk urusan apa pun. Termasuk
soal urusan beragama dan memilih gaya hidup. Dewasa ini, beragama,
atau lebih spesifik lagi bergereja, bisa kita analogikan seperti sedang
berbelanja di supermarket. Kita bebas memilih mana “snack” yang
mau kita beli. Sama seperti bergereja, karena perubahan konteks yang
sedemikian rupa, kita jadi memiliki kemungkinan untuk memilih gereja
mana yang ingin dikunjungi. Kalau merasa cocok dengan satu pilihan, kita
akan tetap pada pilihan tersebut, namun tidak menutup kemungkinan
kita akan memilih untuk “mencicipi” yang lain andaikata mulai merasa
bosan dengan pilihan kita saat itu.

Senada dengan gaya bergereja yang disinggung di atas, hari ini kita juga
punya banyak pilihan gaya hidup yang bisa kita pilih. Alkitab membaginya
ke dua kelompok besar, hidup menurut Roh dan hidup menurut daging.
Pada PA hari ini, kita akan membahas kedua hal ini. Dengan metode Focus
Group Discussion (FGD) dan tanya-jawab. Kita akan bersama mencari tahu
apa yang dimaksud dengan hidup menurut Roh dan daging, bagaimana
membedakan keduanya, serta bagaimana kita bisa mengantisipasi
berbagai konsekuensi dari pilihan gaya hidup yang kita pilih.

22
Tafsiran
Secara keseluruhan, surat Roma bisa dianggap sebagai surat yang
paling banyak membentuk pengajaran dalam kekristenan karena
membicarakan banyak sekali topik teologis. Surat ini ditulis untuk jemaat
berlatar belakang non-Yahudi sekaligus sebagai surat untuk meluruskan
beberapa pengajaran yang disalahartikan oleh beberapa pihak di Roma.
Roma 8: 1-8 ini berisi tentang kehidupan orang percaya yang tidak
akan lagi berada dalam penghukuman karena Yesus sudah menebus
manusia. Juga, peran Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya
yang akan menuntun jemaat untuk tetap hidup dalam kebenaran yang
sejati. Dalam perikop ini ada dua kelompok manusia yang dibedakan
melalui perilakunya. Kelompok yang pertama adalah mereka yang hidup
dengan mengakomodir keinginan daging. Secara prinsip, perilaku yang
mengakomodir keinginan daging adalah perilaku yang hanya mencari
kesenangan dan kenikmatan duniawi saja. Perilaku mereka itu bisa
digambarkan mereka yang kecanduan dengan narkoba, pornografi,
perzinahan, dan lain-lain, korupsi, menindas orang lain, dan lain
sebagainya. Sedangkan kelompok yang kedua adalah mereka yang hidup
dengan memberikan otoritas (kuasa) kepada Roh; bahwa Roh Allahlah
yang menuntun dan mengajari mereka. Misalnya, berbagi dengan yang
membutuhkan, menghibur yang tertindas, memperjuangkan hak orang
yang termarjinalkan (terpinggirkan atau terasingkan), dan lain-lain.
Pada perikop ini dijelaskan juga bahwa keinginan daging tidak akan
pernah bisa sejalan dengan keinginan Roh. Klaim ini menjadi semakin
masuk akal bila melihat kembali berbagai contoh dari kedua kategori ini.
Mustahil seorang yang menyukai korupsi bisa berbagi dengan mereka
yang berkekurangan atau memperjuangkan hak orang marjinal. Memberi
diri kepada Roh untuk memimpin kehidupan setiap hari sama artinya
tidak memberi ruang pada hawa nafsu duniawi.

Tujuan perikop ini adalah untuk mengajak pembacanya dan juga umat di
Roma mulai mengevaluasi perilaku yang biasa dilakukan dengan mulai
mengkategorikannya. Fakta bahwa hanya ada dua kategori yang tersedia
harusnya membuat proses ini menjadi lebih mudah untuk dilakukan.
Ketika satu perilaku dilakukan untuk menyukakan hati Tuhan, maka itu
adalah perilaku yang dipimpin oleh Roh. Sebaliknya, bila satu tindakan
dilakukan karena ingin menyenangkan diri sendiri, maka tindakan
tersebut bisa dikategorikan sebagai tindakan yang didasarkan pada
keinginan daging. Lebih jauh lagi, bila secara terus-menerus memberi

23
ruang pada keinginan daging, maka tidak berlebihan bila itu diartikan
sebagai sebuah undangan untuk berseteru dengan Allah seperti yang
dikatakan dalam ayat ketujuh.

Perlu digarisbawahi bahwa pada ayat pertama hingga keenam terdapat


penjelasan yang cukup detail tentang apa yang dimaksud dengan
keinginan Roh dan keinginan daging. Artinya, ketika penjelasan
tentang keduanya sudah diberikan dan pembaca masih gagal untuk
mengidentifikasi mana yang dikehendaki Allah untuk dilakukan oleh
manusia, maka besar kemungkinan pilihan yang diambil sudah didasarkan
pada kesadaran yang utuh. Inilah mengapa Paulus mengatakan pada
ayat ke-7 bahwa keinginan daging merupakan perseteruan dengan Allah
karena melawan hukum yang Allah sudah tetapkan.

Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah


Focus Group Discussion (FGD) dan Tanya Jawab
• Bagilah pemuda yang hadir ke dalam dua kelompok besar terlebih
dahulu. Proses pembagian kelompok bisa dilakukan secara bebas.
• Ajaklah seluruh anggota PA untuk berdoa bersama.
• Ajaklah seluruh anggota PA untuk membaca teks PA hari ini lalu
pemimpin PA memberikan penjelasannya.
• Mintalah masing-masing kelompok berdiskusi selama sektitar 15-
30 menit, berikut beberapa pertanyaan yang bisa digunakan untuk
memantik diskusi:
a. Menurut teman-teman, apa yang dimaksud dengan hidup menurut
Roh dan hidup menurut daging?
b. Dalam konteks hari ini, ketika ada banyak sekali pilihan yang
tersaji dan terkesan ada ranah “abu-abu” di antara berbagai pilihan
yang ada, bagaimana kita bisa membekali diri agar bisa memilih
dengan bijak khususnya dalam konteks memilih gaya hidup?
• Setelah diskusi berakhir, mintalah masing-masing kelompok untuk
menyajikan hasil diskusinya di hadapan yang lain.
• Setelah presentasi dari masing-masing kelompok sudah selesai,
pastikan bahwa diskusi kembali dibangun dalam koridor saling
membekali diri agar siap menghadapi perubahan dunia yang semakin
cepat. Singkatnya, ajaklah forum fokus menjawab pertanyaan kedua.
• Pemimpin PA dapat menutup PA ini dengan memberikan kesimpulan
dari percakapan PA hari ini.

24
Penutup
Dalam kehidupan sehari-hari, segala macam bentuk tantangan
menghampiri diri pemuda. Tantangan itu kerap kali menggoda pemuda
untuk kurang dapat menguasai diri. Apabila pemuda kurang pandai
menguasai diri maka pemuda akan mudah sekali dikuasai oleh keinginan
daging. Misalnya saja, enggan bersekutu bersama di gereja, malas
berdoa, mengambil jalan pintas pada saat ada masalah, atau bahkan
mudah putus asa ketika menghadapi persoalan hidup. Melalui PA hari
ini setiap mudi dan muda gereja diajak untuk senantiasa mengandalkan
Roh Allah bekerja di dalam perjalanan hidupnya agar ia tidak binasa.

Daftar Nyanyian
KJ No. 426
KJ No. 402
KJ No. 413

Kebangunan Iman Medan HKBP Millenium

25
M ing g u VIII Sete la h Tr initatis

30 Juli 2023

Life is Never Flat, Right?

Bacaan Alkitab
Pengkhotbah 3: 1-14

Latar Belakang
Bila kita diminta menggambarkan bagaimana perjalanan kehidupan kita
sampai sekarang, mungkin akan banyak penggambaran yang digunakan.
Sebagian mungkin mengatakan bahwa hidupnya membosankan,
sebagian yang lain mengatakan bahwa hidupnya terlalu penuh
tantangan. Bahkan, ada yang akan mengatakan bahwa kehidupannya
relatif berimbang-ada banyak tantangan dan kesedihan, namun tidak
sedikit juga momen bahagia.

Terlepas dari bagaimana kita menggambarkan kehidupan masing-masing,


mungkin kita bisa sepakat bahwa kehidupan kita selalu dinamis. Mungkin
saat ini kita belum merasakan kebahagiaan yang fantastis, atau kedukaan
yang meremukkan tulang. Ini semua hanya soal waktu hingga kita merasakan
semua “cita rasa” yang akan disajikan kehidupan untuk kita cicipi.

Dengan berpatokan pada fakta bahwa kehidupan tidak akan pernah


statis, maka kita sebagai orang yang percaya perlu juga mempersiapkan
diri sebelum berada pada kondisi tersebut. Mungkin tidak sulit untuk
menghadapi situasi yang penuh sukacita, namun bagaimana dengan
sebaliknya? Bagaimana kalau nantinya kita akan diperhadapkan dengan
situasi yang begitu melemahkan?

Dalam koridor mempersiapkan diri menghadapi dinamika hidup inilah


kita akan membicarakan topik hari ini yang diambil dari Pengkhotbah 3:
1-14. Dengan metode bermain gim dan story telling kita akan bersama

26
saling memperlengkapi diri untuk menghadapi berbagai musim yang
Tuhan akan izinkan untuk kita lalui semasa hidup.

Tafsiran
Sama seperti namanya, Pengkhotbah berisi ceramah yang banyak
berkutat soal betapa sia-sianya hidup tanpa Tuhan Allah. Kitab ini
diyakini ditulis oleh Salomo, salah satu orang paling bijak dalam narasi
kekristenan. Klaim ini didasarkan pada beberapa temuan. Pertama, pada
pasal 1 ayat 1 dan 12, penulis secara nyata dan jelas memperkenalkan
dirinya sebagai anak dari raja Yerusalem, Daud. Kedua, penulis juga
menggambarkan dirinya sebagai seorang pemimpin yang paling
bijaksana dalam sejarah perjalanan kehidupan umat Allah. Temuan
kedua ini bisa lebih jelas dilihat dalam pasal 1 ayat 16. Selain raja yang
bijak, penulis juga mengklaim dirinya sebagai penulis amsal dalam
jumlah yang tidak sedikit. Pernyataan ini bisa kita lihat pada pasal 12
ayat 9.1 Singkatnya, semua unsur yang muncul dalam kitab ini tentang
identitas penulis memang bisa kita anggap sama dengan penggambaran
Kitab Suci kita tentang raja Salomo.

Mari mulai membicarakan bahan PA kita kali ini. Untuk mempermudah


memahami perikop ini, mari membaginya ke dalam tiga bagian. Bagian
pertama terdiri dari ayat satu. Bagian kedua terdiri ayat kedua hingga
kedelapan. Bagian ketiga terdiri dari ayat kesembilan hingga keempat
belas. Mari kita bahas satu per satu, pada bagian pertama dikatakan
“Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit
ada waktunya.” Ayat ini ingin menegaskan bahwa semua ciptaan atau
semua hal yang manusia bisa amati dan pelajari di dunia tidak ada
yang abadi. Diperjelas pada bagian kedua (ayat 2-8) tentang berbagai
siklus kehidupan yang dialami oleh manusia. Hal ini dipaparkan untuk
membantu manusia memahami maksud dari “segala sesuatu ada
masanya” yang disebutkan pada ayat pertama. Pada bagian kedua
ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ekstrim dua arah.
Misalnya, ada waktu untuk lahir dan ada waktu untuk meninggal. Ada
waktu untuk menangis dan ada waktu untuk tertawa. Pendekatan ini
digunakan untuk mencakup seluruh kemungkinan yang ada dan untuk
mengindikasikan betapa dinamisnya kehidupan-semua ada masanya.

1 “Pendahuluan Pengkhotbah,” Alkitab Sabda, diakses 12 Februari 2023, https://


alkitab.sabda.org/article.php?book=Pkh&id=21.

27
Masuk pada bagian ketiga, bisa dilihat bahwa yang menjadi penenakan
Salomo adalah konsistensi pekerjaan tangan Allah dalam kehidupan
manusia. Semua yang diterima manusia dalam kehidupannya adalah
murni karena campur tangan Allah. Seringkali pekerjaan tangan Tuhan
juga harus membuat manusia menunggu. Hal tersebut ditegaskan
dengan jelas pada ayat ke-11 yang mengatakan bahwa Tuhan menjadikan
segala sesuatu indah pada waktunya. Tuhan juga memberikan kekekalan
dalam hati mereka. Namun, manusia itu sendiri tidak mampu menyelami
pekerjaan Allah dari awal hingga akhirnya. Pada ayat ini juga ditegaskan
bahwa pengetahuan manusia seringkali tidak mampu memahami
makna dari pekerjaan Tuhan. Mungkin hal tersebut disebabkan oleh
kecenderungan manusia yang lebih senang menikmati kehidupan
ketimbang mendekatkan diri pada Tuhan Allah (ay. 12).

Bagian penutup ayat 13-14 memperlihatkan bahwa Allah sungguh


bekerja pada seluruh aspek kehidupan manusia. Juga memperlihatkan
bahwa semua yang dinikmati oleh manusia adalah pemberian Allah.
Hal ini dilakukan oleh Allah sebagai bentuk kuasa pemeliharaan-Nya
yang sudah hadir dan akan terus hadir dalam kehidupan manusia. Meski
tidak akan selalu bisa memahami pekerjaan tangan Tuhan, namun perlu
kembali diingat bahwa perikop ini ingin memastikan dan menekankan
bahwa Tuhan akan membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Dan
untuk menyelami aspek misteri Allah ini, manusia memerlukan relasi
yang sungguh berkualitas dengan Allah. Alasannya adalah melalui relasi
yang berkualitas itulah ketenangan menjalani hidup akan bisa dirasakan
oleh manusia. Kehidupan yang berada di luar Allah hanyalah kesia-siaan.

Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah


Bermain Gim dan Story telling
● Bagilah peserta PA ke dalam kelompok beranggotakan empat
orang. Setelah itu, mintalah mereka untuk memainkan permainan
Monopoli selama 30 menit.
● Setelah selesai bermain, mintalah peserta untuk berdiskusi selama
15 menit tentang nilai-nilai apa yang mereka dapatkan ketika
bermain Monopoli (masih di dalam kelompok). Beberapa pertanyaan
pemantik yang bisa digunakan adalah:
Apa kesamaan dari permainan Monopoli dengan pesan dalam
Pengkhotbah 3: 1-14 yang menjadi PA kita hari ini?

28
● Setelah selesai berdiskusi, mintalah masing-masing kelompok
untuk membagikan hasil diskusi mereka di hadapan kelompok
lainnya.
● Setelah semua menyampaikan hasil diskusinya, hubungkanlah
permainan Monopoli dengan bacaan hari ini. Pengkhotbah dan
permainan Monopoli mengingatkan kita bahwa satu kondisi tidak
akan pernah bertahan dalam waktu yang lama. Ada kalanya kita akan
bahagia, namun tidak jarang kita juga akan berada dalam situasi
yang sulit. Satu yang pasti, Tuhan tetap bekerja dalam kondisi apa
pun yang terjadi dalam kehidupan kita. Sama seperti permainan
Monopoli, Pengkhotbah 3: 1-14 ini mengingatkan bahkan di masa
sulit pun (ketika masuk dalam penjara, harus membayar denda, atau
ketika sedang berduka) masih akan ada selalu harapan akan kondisi
yang lebih baik.
● Bila tidak memungkinkan untuk bermain Monopoli, maka bagilah
peserta PA ke dalam beberapa kelompok kecil. Anggota dari
masing-masing kelompok bisa disesuaikan dengan jumlah peserta
PA yang hadir.
● Dalam kelompok, diskusikanlah beberapa pertanyaan di bawah:
a. Ceritakanlah momen paling bahagia dan paling menyedihkan
dalam hidup masing-masing anggota.
b. Mintalah mereka membagikan pelajaran penting apa yang
mereka petik dari masing-masing peristiwa yang dibagi.
● Setelah diskusi dalam kelompok selesai, mintalah beberapa yang
berkenan untuk membagikan cerita mereka di hadapan yang lain.
● Tutuplah diskusi hari ini dengan mengingatkan bahwa Pengkhotbah
3:1-14 berisi tentang penguatan bahwa Tuhan bekerja melampaui
segalanya. Artinya, bahkan di titik terendah kita sekali pun, Dia
bekerja. Jadi, jangan kehilangan arah ketika berduka, dan jangan
kehilangan Tuhan ketika bersuka.

Daftar Nyanyian
KJ No. 439
KJ No. 408
KJ No. 450

29
M ing g u IX Sete la h Tr initatis

6 Agustus 2023

Aku Mau Bertobat!

Bacaan Alkitab
Matius 3: 1-11

Latar Belakang
Di era digitalisasi dan penggunaan media sosial yang semakin marak
ini, kesempatan semakin banyak ditawarkan bagi manusia untuk
mengekspresikan dirinya melalui aplikasi-aplikasi tertentu. Hal itu dilakukan
dengan tujuan memperbanyak pengikut dan mencari ketenaran di media
sosial. Faktanya, hal-hal yang unik lebih disukai oleh orang yang menonton.
Jika tontonan di media sosial bersifat monoton, orang tidak menyukainya.
Oleh karena itu, orang-orang berusaha membuat bagaimana dirinya unik
atau memiliki khas yang tidak dimiliki oleh orang lain.

Keunikan ini juga dimiliki oleh seorang tokoh Alkitab bernama Yohanes
Pembaptis. Yohanes Pembaptis dianggap unik dan berbeda dengan
orang-orang sezamannya. Keunikan itu bisa dilihat dari gaya hidupnya,
dari sikapnya, dan perilakunya. Gaya hidupnya yang berbeda tersebut
menjadi daya tarik bagi orang banyak yang ingin mendengarnya
mengajar. Oleh karena itu, marilah kita pelajari apa saja keunikan dan
pengajaran yang dilakukan oleh Yohanes.

Tafsiran
Yohanes Pembaptis lahir dari orang tua yang sudah lanjut usia bernama
Zakharia dan Elisabet. Yohanes Pembaptis lahir di sebuah kota kecil di
pegunungan Yudea. Ia hidup mengembara di padang gurun di Yudea.
Padang gurun (Yunani: eremos) yang dimaksud adalah daerah kosong,
daerah yang tidak atau jarang ada rumah, dan tandus karena kurangnya

30
curah hujan. Di padang gurun, Yohanes menerima panggilan dari Allah
menjadi seorang nabi sehingga ia mempersiapkan dirinya untuk pekerjaan
yang akan diserahkan kepadanya (Luk. 1: 80). Ada beberapa alasan yang
ditemukan mengapa Yohanes Pembaptis mengembara di padang gurun.
Pertama, Yohanes Pembaptis dipengaruhi oleh pendapat orang Yahudi,
yakni menjelang kedatangan Kerajaan Mesias, Israel akan pergi ke padang
gurun, berdasarkan Hosea 2: 13, “Aku akan membawa dia ke padang gurun
dan berbicara menenangkan hatinya. Dia yang dimaksud di sini adalah
Israel. Alasan kedua dari Yohanes Pembaptis sendiri dalam Yohanes 1: 23,
“Akulah suara yang berseru-seru di padang gurun; luruskanlah jalan Tuhan!”
seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya. Yohanes hidup berbeda dengan
orang-orang banyak kala itu. Ia tinggal di padang gurun sesuai dengan yang
dinubuatkan nabi Yesaya bahwa ia akan berseru di padang gurun.

Dari gaya hidupnya, Yohanes Pembaptis adalah orang yang sederhana.


Pakaiannya terbuat dari bulu unta. Bulu unta dapat diolah menjadi
semacam kain kasar. Ikat pinggangnya dari kulit yang berarti kasar juga,
karena ikat pinggang dari kain pada masa itu dianggap lebih halus. Menurut
tradisi pada masa itu, pakaian Yohanes menyerupai nabi-nabi di Perjanjian
Lama. Secara khusus menyerupai nabi Elia (2Raj. 1: 8). Kitab Matius ini
sengaja menyebut pakaian itu, sebab Yohanes Pembaptis adalah Elia
yang sudah kembali (Mat. 10: 11-13). Makanan pokok Yohanes Pembaptis
sederhana juga dan sangat berbeda dengan orang lain. Ia makan belalang
dan madu hutan. Pada masa itu belalang dianggap makanan orang miskin.
Belalang dapat digarami, digoreng atau dimasak, dan setelah dikeringkan
dapat dihancurkan menjadi tepung. Dari sini dapat dilihat bahwa Yohanes
rela hidup sederhana untuk menjalankan tugasnya yang suci.

Tugas panggilan yang diterima Yohanes Pembaptis menyuarakan pertobatan


ke seluruh daerah Yordan. Yohanes Pembaptis tidak hanya tinggal di satu
tempat saja, tetapi ia mengembara dari tempat satu ke tempat yang lain di
sekitar sungai Yordan. Berita yang disampaikan Yohanes Pembaptis kepada
orang banyak diucapkan dalam satu kalimat: “Bertobatlah, sebab Kerajaan
Sorga sudah dekat!” Sorga adalah kata pengganti untuk Tuhan. Rasa hormat
terhadap nama Tuhan menjadikan orang Yahudi segan untuk mengucapkan
nama Tuhan sehingga mereka memakai sebutan “Sorga” untuk Tuhan. Jadi
“kerajaan Sorga” sama dengan “Kerajaan Tuhan.”

Kerajaan sorga adalah cita-cita tertinggi bagi orang Israel yang saleh. Allah
sendirilah yang menjadi pemimpin bangsa itu. Oleh karena itu, bangsa Israel

31
dituntut agar hidup sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemimpinnya. Akan
tetapi, bangsa Israel tidak bisa melakukan hal tersebut dan jatuh ke dalam
dosa. Pemberontakan terjadi di tengah-tengah bangsa Israel. Pemberontakan
itu dijanjikan akan berakhir dengan kedatangan kerajaan Tuhan yang kedua
kalinya. Kedatangan ini akan memisahkan orang yang taat kepada Tuhan
dan menghukum orang yang tidak taat kepada Tuhan. Yohannes Pembaptis
mengatakan bahwa kedatangan Tuhan ini sudah dekat.

Oleh karena itu, Yohanes Pembaptis mengajak orang banyak untuk


bertobat. Bertobat yang dimaksud adalah mengubah hati dan pikiran
seluruhnya. Perubahan ini ditandai dengan berbalik dari jalan yang sesat
ke jalan yang benar. Itu semua dapat dilakukan dengan cara memulai hidup
baru, meninggalkan segala dosa dan kesalahan masa lalu, dan kembali
percaya kepada Kristus. Membaptis adalah cara Yohanes Pembaptis
untuk mensahkan seseorang telah bertobat dan sungguh-sungguh
menyesali dosanya. Seruan bertobat ini direspons positif oleh orang
banyak. Fakta ini tertulis di ayat kelima bahwa banyak orang yang datang
dari seluruh Yudea dan semua penduduk Yerusalem. Pengakuan akan
dosa dan memberi diri untuk dibaptis adalah sebuah tanda pertobatan.

Orang Farisi dan Saduki adalah orang terkemuka di antara orang Yahudi.
Namun, mereka juga memberi diri mereka untuk dibaptiskan. Orang
Farisi selalu disebut lebih dahulu, karena mereka dihormati di antara
orang Yahudi. Kalangan ini dihormati karena mereka rajin melaksanakan
ritus-ritus agama. Orang Saduki biasanya berasal dari kalangan
orang-orang kaya. Meskipun demikian, mereka belum sepenuhnya
menerima Allah di dalam hatinya. Situasi inilah yang dilihat oleh Yohanes
Pembaptis. Yohanes Pembaptis memahami maksud dan pikiran kedua
kelompok ini. Akan tetapi, Yohanes Pembaptis tidak segan-segan
menyebut kedua kelompok orang terkemuka ini sebagai keturunan ular
beludak yang mempunyai dosa dalam kehidupannya. Ia membandingkan
mereka dengan ular, dengan maksud mereka dapat diselamatkan,
jika menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan. Sikap tegas
dan berani inilah yang menjadi daya tarik bagi banyak orang sehingga
berbondong-bondong datang dan memberi diri dibaptis.

Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah


Penyelidikan Tokoh Alkitab

32
Langkah-langkah:
• Baca dan pahamilah nas PA hari ini!
• Telitilah siapa tokoh yang diulas dalam nas!
• Carilah apa saja yang dikatakan, dipikirkan, dan dilakukan tokoh!
(Fokus hanya pada satu tokoh saja)
• Carilah apa dampak yang dilakukan tokoh tersebut!
• Pelajaran apa yang bisa dipetik dari tokoh tersebut?
• Terakhir, tulislah apa saja yang bisa kamu terapkan secara langsung
melalui pelajaran ini! (aksi nyata)

Penutup
Melalui nas PA ini, kita anak muda Kristen diajak meneladi kehidupan
Yohanes Pembaptis yang melakukan pola hidup yang sederhana. Pola
hidup sederhana yang dimaksud di sini adalah kebiasaan yang dilakukan
berdasarkan kebutuhan kita. Artinya mengutamakan kebutuhan dalam
diri kita dibandingkan dengan keinginan. Hal ini penting bagi anak-anak
muda karena semakin maraknya gaya hidup “suka berbelanja” atau yang
sering disebut dengan budaya “konsumerisme.” Berbelanja sesuka hati
tanpa memilah mana yang menjadi kebutuhan dari tingkat sangat penting,
penting, atau hanya keinginan saja. Anak muda diajak hidup sederhana
bukan berarti supaya menjadi orang yang kikir, akan tetapi supaya lebih
mementingkan kebutuhan yang paling dibutuhkan dalam dirinya.

Anak muda diajak juga supaya mau bertobat dari kesalahan-kesalahan


dan dosa yang masih kita lakukan hingga saat. Apabila kita renungkan di
hidup kita, masih banyak sekali dosa yang kita lakukan dalam kehidupan
kita sehari-hari, baik itu kepada orang tua, teman, kerabat, dan kepada
lingkungan sekitar kita. Dengan demikian, Firman Tuhan ini mengingatkan
kita kembali supaya kita meninggalkan kehidupan kita yang penuh dengan
dosa dan menuju kehidupan yang baru, hidup dalam kehendak Tuhan.
Memang meninggalkan kehidupan yang lama menuju suatu kehidupan
yang baru itu tidaklah mudah. Dengan bantuan Roh Kudus kita akan
dimampukan sehingga pertobatan itu berbuah dalam hidup kita.

Daftar Nyanyian
KJ No. 18: 1-2
KJ No. 425: 1-2
KJ No. 467: 1-2

33
M ing g u X Sete la h Tr initatis

13 Agustus 2023

Stop Memuji Diri Sendiri!

Bacaan Alkitab
Amsal 27: 1-2

Latar Belakang
Semua manusia pasti menyukai yang namanya pujian. Mendapatkan
pujian bisa membuat orang yang dipuji merasa bangga terhadap dirinya
sendiri. Misalnya dipuji karena suatu keberhasilan yang dicapai dengan
baik, dipuji karena berperilaku sopan, dipuji karena memiliki talenta
yang bisa disalurkan, dipuji karena berpengaruh baik kepada orang lain,
dan ungkapan-ungkapan pujian lainnya. Pujian biasanya berasal dari
orang lain yang melihat pencapaian-pencapaian atau hal yang pantas
dipuji dari kita. Namun, tidak hanya dari orang lain saja, pujian juga
bisa berasal dari diri kita sendiri. Misalnya, memuji diri sendiri dengan
membanggakan diri sendiri dengan pemahaman sedang memberi
apresisasi terhadap diri sendiri. Akan tetapi, ada juga pujian yang
diberikan kepada diri sendiri bisa membuat seseorang jatuh ke dalam
kesombongan diri, angkuh karena sedang menganggap diri hebat, lebih
berprestasi dari orang lain, dan lebih memiliki kedudukan yang lebih baik
dari orang lain. Mari kita bahas melalui PA hari ini.

Tafsiran
Teks ini diawali dengan kata perintah “Janganlah memuji diri karena
esok hari” (ay. 1a). Memuji diri yang dimaksud adalah membuat diri
sendiri dipuji atau menyombongkan diri sendiri. Memuji diri sendiri
dalam hal menyombongkan diri biasanya dilakukan dengan berbicara
berlebihan tentang kuasa dan kemampuan diri sendiri. Oleh karena itu,
seringkali kata-kata yang disampaikan tidak objektif dan meremehkan

34
orang lain dan menganggap diri paling sempurna. Kata pujian yang
dikatakan Salomo ini adalah kata yang diungkapkan oleh pembual, orang
sombong, orang yang suka pamer, dan sok tahu. Pembual atau orang
yang suka ngomong sesuka hatinya hanya untuk menarik perhatian
orang ini biasanya bicaranya blak-blakan. Mereka bicara dengan nada
yang sangat keras agar semua orang tahu apa yang akan mereka
kerjakan tentang rencana besar mereka. Salomo ingin setiap orang yang
mendengarkan kata-kata hikmatnya ini benar-benar tidak berbicara
berlebihan tentang kemampuan diri, tidak mengandalkan kemampuan
sendiri dalam rencana-rencana yang dipersiapkan untuk menghadapi
hari esok, apalagi kemampuan yang dia pikirkan tidak realistis. Itulah
sebabnya ia mengatakan janganlah memuji diri karena esok hari setiap
orang tidak tahu tentang apa yang akan terjadi di hari itu. Maksud
perkataan Salomo ini adalah setiap orang tidak akan tahu tentang apa
yang akan terjadi pada dirinya di hari depan. Jangankan besok, hari-hari
selanjutnya pun manusia tidak tahu apa yang akan terjadi. Demikian
pula dengan masa depan, tidak ada yang tahu selain Tuhan. Kemurahan
Allah adalah anugerah yang harus terus-menerus diharapkan oleh setiap
orang agar hari esok yang akan dihadapi penuh dengan damai sejahtera.
Untuk itu, setiap orang harus mampu mengontrol dirinya dan janganlah
memuji-muji dirinya sendiri tentang rencana dan pekerjaan yang belum
ia ketahui hasilnya bagaimana. Ibaratnya, seseorang itu sudah terlebih
dahulu membayang-bayangkan keberhasilannya dengan bangga dan
mengutarakannya kepada orang lain. Sementara itu, yang ia bayang-
bayangkan itu masih sebatas rencana dan angan-angan. Untuk itu,
janganlah suka membual tentang rencana esok yang belum diketahui
hasilnya bagaimana.

Di lain sisi, Kitab Amsal memberikan contoh tentang seseorang yang


merancangkan masa depannya. Misalnya pada Amsal 11: 14-15, 22; 20:
18. Amsal-amsal ini mengajarkan pentingnya melakukan perencanaan
dan persiapan terhadap segala sesuatu. Akan tetapi, hendaknya semua
rencana yang disusun janganlah atas kesombongan dan kehebatan
diri sendiri. Ada Tuhan yang menyertai dan memberikan hikmat dalam
penyusunan rencana tersebut. Pengamsal tidak melarang seseorang
untuk mempersiapkan diri atau rencananya di hari esok. Akan tetapi,
biarlah semua rencana itu kembali diserahkan kepada Tuhan Sang
empunya kuasa. Janganlah serta-merta orang yang merencanakan
sesuatu itu bermegah diri. Sebab, siapa yang tahu hari esok? Kepastian
hidup seseorang hanya ada di tangan Tuhan semata. Ketidaktahuan akan

35
hari esok melatih seseorang untuk selalu bergantung pada Allah dan
senantiasa siap sedia menghadapi segala peristiwa dalam kehidupan
(Kis. 1: 7).

Pengamsal melanjutkan perkataannya: “Biarlah orang lain memuji


engkau dan bukan mulutmu” (ay. 2a). Salomo mengemukakan lebih
baik seseorang mengharapkan pujian dari orang lain. Orang lain di
ayat ini adalah orang di luar diri atau keluarga sendiri. Mereka bisa
saja masyarakat sekitar yang mengenalinya atau yang cukup dekat
dengannya. Di ayat 2b, dikatakan: “Orang yang tidak kau kenal dan
bukan bibirmu.” “Orang yang tidak kau kenal” sama dengan “orang
asing.” Dalam arti lebih baik seseorang mengharapkan pujian dari orang
lain dibandingkan dengan pujian dari dirinya sendiri. Oleh karena yang
memberikan pujian adalah orang lain, tetapi mengenal yang dipuji,
maka pujian yang diberikan tanpa kepentingan dan objektif. Artinya,
pengamsal mengingatkan para pembaca dan pendengarnya agar
menjaga diri untuk tidak mempromosikan dirinya dengan berlebihan.
Biarlah pujian itu datang dari orang lain saja karena kehormatan jauh
lebih berarti jika datang dari orang lain bahkan orang asing.

Pujian yang kita terima dari orang lain akan menguji kita bagaimana cara
kita meresponsnya. Apakah cara kita menanggapinya dengan perasaan
sombong atau dengan sikap rendah hati. Pertama, merespons pujian
dengan sikap sombong menunjukkan bahwa kita belum sadar bahwa
semua yang telah kita lakukan adalah karena Allah dan orang lain di
sekitar kita. Dengan demikian, sikap kita tidak boleh menyombongkan
diri, memuji diri, atau untuk memuliakan diri. Namun, biarlah pujian
itu hanya untuk memuliakan Allah saja. Kedua, apabila kita merespons
dengan sikap rendah hati dan tulus maka kita lulus dalam ujian
pujian ini. Kita menyadari bahwa pujian yang kita terima hanya untuk
menyenangkan Allah.

Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah


Metode Arti dan Pesan
• Baca dan pahamilah nas PA di atas!
• Carilah kata-kata kunci dari nas tersebut! Misalnya memuji diri,
Esok hari, Orang lain, memuji engkau, dan lain-lain.
• Telitilah apa arti dan maksud kata-kata kunci tersebut!
• Ambilah maksud dan pesan nas tersebut kepada diri sendiri!

36
• Hafallah satu ayat dari nas tersebut yang menjadi inti pokok pesan
nas!
• Tulislah apa saja yang bisa kamu terapkan dalam hidup kamu melalui
pesan tersebut!

Penutup
Dalam lingkup komunitas anak muda, pasti kita sering melihat orang
lain yang suka mengeluarkan kata-kata pujian terhadap dirinya. Bahkan
kita sendiri pernah melakukannya, membanggakan diri atas pencapain
dalam komunitas tersebut. “Kalau bukan karena saya, kegiatan itu tidak
akan berjalan dengan baik.” Hal inilah yang diingatkan penulis Amsal
ini, supaya menghindari diri dari tindakan memuji diri sendiri. Hal itu
disebabkan karena tindakan memuji diri sendiri adalah sikap yang
menunjukkan kesombongan semata. Apabila kesombongan merajalela,
akan jatuh pada sikap merendahkan orang lain. Sikap menyombongkan
diri dengan menduga-duga apa yang terjadi akan hari esok adalah tidak
baik. Masa depan kita bukan untuk diduga-duga dengan kemampuan
dan kesombongan kita, tetapi untuk dipersiapkan dengan bantuan
kekuatan dan kuasa Tuhan. Kita tidak dilarang untuk mengkhawatirkan
akan hari esok, tetapi jangan sampai pada sikap yang menduga-duga
seolah-olah kita tahu apa yang akan terjadi. Untuk itu “Stop memuji dan
menyombongkan diri sendiri.”

Daftar Nyanyian
KJ No. 10: 1-2
KJ No. 67: 1-2
KJ No. 79: 1

37
M ing g u XI Sete la h Tr initatis

20 Agustus 2023

Hidup dengan Kasih yang Tulus dan Harmonis

Bacaan Alkitab
Roma 12: 9-20

Latar belakang
Surat Roma yang ditulis Paulus didahului dengan pembukaan yang
kompleks. Paulus menyinggung sikap taat dari jemaat di Roma yang
sangat baik dalam memelihara imannya hingga terberita ke seluruh
dunia. Dengan dasar ini pula Paulus memiliki kerinduan yang besar
untuk dapat segera mengunjungi jemaat Roma, namun selalu terhalang.
Kendati demikian, jemaat Roma memiliki persoalan dalam sikap
terhadap sesama anggota tubuh Kristus. Melihat kondisi jemaat Roma
Paulus melihat bahwa kasih menjadi satu aspek yang signifikan untuk
dihidupi dalam kehidupan jemaat. Dalam suratnya Paulus kemudian
memberikan penjelasan kasih yang mesti dihidupi jemaat Roma.

Kasih adalah ungkapan emosi manusia, bahkan kasih itu disebut juga
sebagai emosi paling kuat dari manusia. Alkitab pun mengajarkan
bahwa hal yang paling utama dalam hidup adalah mengasihi Tuhan dan
sesama manusia (Mat. 22: 37-39). Berdasarkan jenisnya kasih dibagi
menjadi empat kategori yaitu Storge, Filia, Eros, dan Agape. Kasih
Storge menggambarkan kasih yang terikat secara mendalam dan penuh
perhatian dalam keluarga (orangtua dan anak, suami-istri, saudara).
Kasih Filia menggambarkan kasih persaudaraan tanpa ikatan keluarga.
Kasih seperti ini dapat kita temukan dalam persahabatan yang melebihi
ikatan keluarga. Eros menggambarkan kasih yang mengacu pada ikatan
cinta dan seksualitas dan kepenuhan gairah. Terakhir adalah kisah
Agape yaitu kasih paling tinggi yang dirujuk dalam Alkitab. Cinta ini
abadi, penuh pengorbanan, tanpa syarat, dan begitu sempurna. Kasih

38
ini diwujudkan Alkitab dengan pengorbanan diri-Nya demi menebus
manusia dari dosa.

Tafsiran
Nas ini dimulai oleh Paulus dengan menegaskan bahwa kasih merupakan
hal penting dan hal utama yang harus dilakukan oleh manusia.
Khususnya mengasihi saudara seiman yang hidup berdampingan di
sekitar lingkungan jemaat. Kasih seyogianya menjadi dasar kesatuan
umat Tuhan dalam kehidupannya. Paulus mengajak jemaat Roma agar
tidak pura-pura dalam mengasihi, namun mesti tulus tanpa embel-
embel. Karakteristik kasih jangan dilakonkan layaknya drama sinetron,
namun mesti intens dan tidak mendamba. Terlebih orang-orang Kristen
merupakan pelaku kasih Kristus. Istilah kasih yang digunakan Paulus
dalam surat ini yaitu philadelphia yang menegaskan makna kasih
persaudaraan di dalam Tuhan. Kasih Philia menjadi dasar melakukan
kasih terhadap saudara yang melebihi ikatan keluarga. Dengan demikian,
kasih Storge merupakan dasar dari tindakan kasih Philia. Ketulusan
kasih dalam keluarga, tidak dipaksa, dan tanpa imbalan diharapkan
menjadi dasar mengasihi yang dihidupi oleh jemaat Roma.

Paulus menjelaskan karakter kasih yang harus dihidupi jemaat


Roma sebagai kasih yang tulus dan tidak mendendam. Paulus
memberikan gambaran praktik kasih yang mestinya dilakukan. Kasih
itu diwujudnyatakan dengan menjauhi yang jahat dan melakukan yang
baik; saling mendahului dalam memberikan hormat, menabur sukacita,
berlaku sabar dalam segala hal, saling menolong dan membantu yang
kekurangan, dan saling melengkapi di dalam Tuhan. Orang yang hidup
dalam kasih memang akan terus membuahkan kasih. Pelaku kasih mesti
aktif dalam melakukan kebaikan dan bukan justru pasif. Kasih merupakan
emosional yang positif, pelaku kasih suci bekerja dengan berbagai
macam cara untuk melakukan yang baik. Dengan demikian, kasih akan
membimbing seorang benci terhadap kejahatan dan menimbulkan rasa
haus tiada tara akan hal yang baik. Hukum kasih harus dinyatakan dalam
rupa-rupa perbuatan yang dilakukan oleh umat Tuhan. Hidup dalam
kasih mendorong setiap orang untuk selalu konsisten menunjukkan
penampakan-penampakan kasih yang beraneka ragam. Beberapa hal
lain yang disebut Paulus yaitu kegembiraan, tabah dalam penderitaan,
ketekunan dalam doa, dan rasa hospitalitas yang baik.

39
Dalam peraturan-peraturan moralitas hidup berdasarkan kasih yang
disampaikan, Paulus juga memperhatikan aspek lain di luar jemaat
Roma. Aspek lain yaitu masyarakat non Kristen namun masih memiliki
keterkaitan di luar persekutuan (ay. 14-20). Kasih yang intens itu tidak
hanya berlaku untuk sesama umat Tuhan dalam jemaat, namun melampaui
itu harus turut mengalir kepada mereka di luar jemaat. Pada dasarnya,
kondisi jemaat Roma berada dalam konflik dan penganiayaan pada masa
itu. Orang-orang yang mengaku Kristen dimusuhi oleh orang Yahudi,
Yunani, dan Romawi karena iman mereka kepada Kristus. Menyiasati hal
ini Paulus mengajar jemaat Roma untuk Turut mengasihi mereka yang
memusuhi jemaat Kristus. Jangan sesekali mengutuk mereka, namun
hendaklah memberkati (ay. 14). Pengajaran ini seturut dengan ajaran
Kristus yang berkata “kasihilah musuhmu dan berdoalah untuk mereka
yang menganiaya kamu” (Mat. 5: 44). Pandangan kasih yang disampaikan
dalam surat ini begitu istimewa dan luar biasa, bahkan melebihi pandangan
kasih mana pun yang pernah kita dengar. Yesus memang mengajarkan
kita untuk berlaku kasih dan memberitakannya kepada seluruh umat
agar kita jangan kiranya membalas kejahatan dengan kejahatan, tetapi
utamakanlah kebaikan dan kedamaian untuk semua orang (ay. 17-18).

Jemaat Roma tidak diajar untuk membalas kejahatan yang diperbuat


oleh saudara dan bahkan seterunya teradap mereka. Paulus menegaskan
bahwa pembalasan merupakan milik Allah saja, jangan sesekali siapa
pun mendahului-Nya. Tingkatan tertinggi dari rasa mengasihi adalah
mencintai mereka yang membenci, meskipun itu berat namun harus.
Ketika seterumu lapar berilah dia makan, jika haus maka berikan minum,
dengan demikian kamu menumpukkan bara api di kepalanya (ay. 20).
Frasa ini menjadi klimaks dari teks bacaan ini, dan begitu luar biasa
tindakan kasih Kristus itu, tidak membalas kejahatan namun setia
menunjukkan tindakan-tindakan kasih. Menumpukan bara api di atas
kepada musuh dapat dipahami sebagai tindakan mengalahkan kejahatan
dengan kebaikan-kebaikan. Akibatnya seterumu akan merasa malu dan
menyesali perbuatan jahatnya. Cara paling baik untuk mengalahkan
kejahatan ialah dengan kebaikan. Mereka yang melakukan kejahatan
akan mengalami pembaruan pikiran berdasar tindakan-tindakan
positif itu dan membawa mereka kembali pada keselamatan. Tindakan
kebaikan kasih tidak boleh kalah dengan kejahatan, sebab hanya kasih
dan kebaikan yang mampu meredam tindakan dan menyadarkan si
jahat. Sebab sebetulnya tidak ada kuasa jahat yang melampaui kuasa
kasih Kristus.

40
Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah
Refleksi
1. Naposo dibagi dalam kelompok-kelompok kecil untuk diskusi dan
bercerita refleksi.
2. Naposo berdoa dan membaca Alkitab terlebih dahulu.
3. Pemimpin PA menjelaskan penjelasan PA hari ini.
4. Naposo yang sudah dibagi dalam kelompok melakukan refleksi
dengan menjawab pertanyaan:
- Apa dan bagaimana bentuk kasih yang kamu terima dan kamu
berikan setiap hari? Jelaskan!
- Mampukah kita melakukan kasih dalam setiap perjalanan hidup
kita dan adakah tantangan yang kita temukan?
- Bagaimana cara mengasihi orang yang mengusik kamu,
berikan gambaran dan cara versimu.
- Apa yang terjadi di jemaat Roma pada teks PA hari ini?
- Apa yang dilakukan oleh Paulus?
5. Berdoa bersama dama kelompok saat usai melakukan refleksi.

Penutup
Begitu indah ketika setiap aspek kehidupan dibalut dengan kasih.
Melakukan kasih yang sedemikian bukanlah mudah. Begitu kompleks
pergumulan dan tantangan diri kita untuk melakukannya. Namun,
mengusahakan hal positif untuk diri kita bukanlah hal yang pantang
untuk dibiasakan. Kristus sang kasih hidup di dalam kita supaya kita
masing-masing mampu hidup berdasarkan kasih-Nya. Mari kita mulai
hidup yang penuh kasih dalam kehidupan sehari-hari, dalam pekerjaan,
pendidikan dan di mana saja.

Daftar Nyanyian
BN HKBP No. 17
KJ No. 434
KJ No. 178

41
Ming g u XII Sete la h Trinitatis

27 Agustus 2023

Tenang Teduh di Dekat Tuhan

Bacaan Alkitab
Mazmur 62: 1-5

Latar belakang
Hidup aman dan nyaman menjadi dambaan setiap orang di dunia. Akan
tetapi, tidak sedikit orang yang merasa bahwa hidup nyaman dan aman
didapat ketika mereka memiliki kekayaan finansial. Misalnya dengan
uang banyak mereka dapat membeli atau membayar apa pun untuk
kenyamanan mereka. Namun, kenyataannya uang tidak selalu menjawab
kekhawatiran. Mereka yang mengandalkan duniawi mendorong mereka
semakin jauh dengan Tuhan. Jauh dari Tuhan mengakibatkan mereka
selalu khawatir dan tidak tenang. Ketika mengalami tekanan, kesulitan,
kesengsaraan, pertentangan, dan dalam pergumulan ada banyak cara
yang dilakukan seseorang dalam menghadapinya. Beberapa orang
memikirkan tindakan membalas, beberapa mengatakan untuk jangan,
beberapa berpikir untuk lega saja, dan beberapa yang lebih baik berdoa
saja, beberapa yang lain mengatakan untuk membalas dengan kebaikan.
Namun, apa pun tindakannya jika dilakukan dengan rasa kuatir tetap
akan sulit menjawab pergumulannya.

Satu waktu seorang penyiar tidak disukai oleh beberapa orang di


lingkungan pekerjaannya. Mereka kemudian mengiriminya surat
ungkapan tidak senang mereka. Ketika mereka menulis nama mereka
dalam surat itu, penyiar itu kemudian menjawab mereka begitu tenang
dengan kata-kata ini, “Kemarin saya menerima surat atas nama Anda,
saya mengembalikan surat ini kepadamu dengan maksud bahwa ada
orang yang sedang usil yang mengirimkan surat mengatasnamakan
kamu.” Surat-surat jahat yang sebelumnya menjadi teror baginya

42
menjadi jalan untuk berbuat baik terhadap orang yang memusuhinya.
Jawaban seperti ini diperoleh si penyiar tentu dengan perasaan tenang
dalam menghadapi masalah. Inilah pentingnya rasa tenang itu ada di
dalam diri kita.

Tafsiran
Mazmur 62 ini mengungkapkan bahwa ada keselamatan dan ketenangan
kekal yang tidak bersumber dari duniawi, yaitu di dalam Tuhan. Latar
belakang teks ini adalah Daud yang mengalami tekanan yang amat berat
dalam hidupnya. Ia mendapatkan tekanan dari lawan politiknya, dikejar
musuh yang ingin membunuhnya, semua itu kemudian disebut sebagai
kesengsaraan untuknya. Daud menggambarkan dirinya sebagai tembok
yang hendak roboh (ay. 4) karena orang-orang yang melakukan segala
cara agar ia jatuh. Akan tetapi, berkat relasi Daud dengan Tuhan dan
hidup dengan perintah Tuhan, ia memiliki pengharapan dan hati yang
teguh maka musuhnya dipandang remeh olehnya.

Daud secara lugas mengakui bahwa ia begitu dekat dan bergantung


pada Allah dalam segala hal sehingga Allah menjadi sumber tenang dan
keselamatannya (ay. 2). Tenang di hadapan Allah maksudnya mengikuti
kehendak Allah dalam kehidupan, tidak memberontak terhadap apa
yang Allah perbuat untuk perjalanan hidup, menyerahkan diri dengan
kehendak-Nya, dan percaya bahwa dari pada-Nyalah jawaban dari setiap
kesesakan yang dialami. Mengapa demikian? Sebab Tuhan sedang
merancang keselamatan untuk siapa pun yang datang pada-Nya. Tuhan
membimbingnya hingga sampai kepada keselamatan, sebab sebenarnya
Ia bekerja. Tenang dekat Allah dapat pula dimaknai dengan memberikan
ruang untuk pekerjaan Allah dan menantikan jalan yang dirancang oleh-
Nya. Jawaban dari kesesakan-kesesakan pasti disediakan seturut
dengan proses-Nya.

Pada Ayat 3, Daud memberikan penekanan yang menjadi alasan


mengapa ia boleh tenang di dekat Allah. Daud menyebut bahwa hanya
Allah yang menjadi gunung batu dan kota bentengnya. Gunung batu
memberikan lambang kekuatan yang tak tergoyahkan dan benteng
adalah pertahanan yang aman sebagai perlindungan. Penekanan kata
“hanya” diulang kembali pada ayat ini dengan arti sesungguhnya tidak ada
yang mampu menjadi tempat berteduh yang aman dan nyaman kecuali
Allah. Apa pun di bawah ciptaan tidak mampu menjadi gunung batu

43
keselamatan kecuali Allah itu sendiri. Bahkan, Ia bukan hanya beberapa
kali saja diandalkan menjadi mukhalis1 untuk umat-Nya, namun sudah
sepanjang zaman hingga selama-lamanya. Itulah yang menjadi alasan
Daud untuk selalu mengandalkan Allah, sebab tidak ada yang lain yang
mampu melakukan perkara besar itu bagi dia.

Rasa dekat Daud dengan Allah menjadikan dia tenang, sekaligus


bersaksi bahwa Allah adalah sumber perlindungan dan kekuatan
baginya. Dalam Mazmur ini, Daud menceritakan bagaimana keuntungan
yang ia dapat dari kesetiaannya dekat dengan Tuhan. Keuntungannya
yaitu Daud menjadi seorang yang tidak pernah goyah dalam hidupnya.
Di tengah banyaknya musuh yang ingin menjatuhkan dia, Allah menjadi
penyemangat dan penyelamat baginya. Musuhnya dipandang remeh
olehnya, sebab Allah membela dia dan ada di pihaknya. Daud seorang
diri bukan menjadi tandingan yang sepadan bagi banyaknya musuhnya.
Daud percaya bahwa yang menjadikan martabatnya tinggi adalah Allah,
dengan demikian tidak ada yang mampu melengserkan dirinya selain
Allah. Meskipun mereka dalam hatinya bersekongkol melawan dia,
bersama dengan Allah Daud tidak takut menghadapi musuhnya, bahkan
menjadi berbalik menantang musuh-musuhnya itu.

Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah


Refleksi
1. Setelah membaca dan menjelaskan bahan PA, Naposo diajak untuk
menonton video motivasi sebagai bahan refleksi PA.

https://youtu.be/ https://youtu.be/ https://youtu.be/


YypvSVKpXs4 b4kG7qdSgyk upy1Fx44nSw

2. Setelah menyaksikan video, Naposo dibimbing untuk masuk ke


dalam refleksi.

1 Mukhalis artinya penyelamat; juru selamat; penolong.

44
Pemantik refleksi: Ceritakan refleksimu berdasarkan cerita
kesaksian Daud dari Nas PA yang ditelaah dan video yang ditonton.
NB: Bimbinglah Naposo agar dapat melihat campur tangan Tuhan
dalam hidupnya dan bagaimana ia boleh hidup tenang di sisi Tuhan.

Penutup
Sahabat Naposo sekalian, saat ini kita familiar mendengar istilah quarter
life crisis. Artinya pemuda masa sekarang dominan berada dalam fase
merasa bingung, khawatir, cemas, dan bingung karena tidak adanya
kepastian dalam melanjutkan hidupnya. Dirasakan atau tidak dirasakan
namun fase ini menjadi tantangan yang berarti dan memberikan dampak
besar bagi Naposo. Pengalaman Daud yang menghadapi besarnya
pergumulan namun menjadi tenang, menjadi refleksi yang besar dalam
masa-masa krisis yang kita alami saat ini. Menjadikan Tuhan sebagai
kota benteng dan gunung batu dapat kita mulai dengan mencurahkan
pergumulan kita kepada Tuhan. Hidup tenang di dalam Tuhan tidak
semata menjadikan persoalan kita selesai begitu saja. Namun Tuhan akan
mampukan kita melewati badai topan kehidupan yang sedang kita hadapi.
Mulailah membangun kedekatan rohani dengan Tuhan. Sebab hanya dekat
Tuhan saja kita boleh tenang dan hanya Dia sumber selamat kita.

Sahabat Naposo, jika saat ini kita merasa jauh dari Tuhan, marilah kembali
mengingat bahwa Tuhan begitu dekat dengan kita. Mari merefleksikan
bahwa dalam setiap kecil hal yang kita lakukan, Allah selalu ada dan
bersama kita. Apakah kita menyadari dan mensyukuri hal luar biasa yang
kita terima hari ini dari Tuhan? Temukanlah Tuhan dalam keseharian
kita dan bangun chemistry dengan-Nya. Sadari bahwa Tuhan dekat
denganmu, curahkan pergumulanmu pada-Nya. Percaya pada kuasanya
agar kamu tenang menghadapi peliknya pergumulan. Pergumulanmu
akan dilegakan, musuhmu akan tunduk, hidupmu tenteram damai selalu.

Daftar Nyanyian
BN HKBP No.09: 1-2
KJ No. 358
KJ No. 410

45
Ming g u XIII Sete la h Trinitatis

3 September 2023

Bejana Tanah Liat: Rentan namun Teramat Berharga!

Bacaan Alkitab
2 Korintus 4: 7-11

Latar Belakang
Halo, Naps! Tentunya sudah tidak asing lagi bagi kita mendengar
metafora tentang “Bejana Tanah Liat”. Berdasarkan arti katanya di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bejana adalah sebuah benda
berongga yang dapat diisi cairan atau serbuk dan digunakan sebagai
wadah. Umumnya, bejana terbuat dari tanah liat. Spesifikasi bejana ialah
mampu menampung dalam kuantitas yang terbatas dan sangat rentan
mengalami keretakan hingga pecah tak beraturan. Metafora “Bejana
Tanah Liat” digunakan di dalam Alkitab, baik di dalam Perjanjian Lama
maupun Perjanjian Baru. Fungsi bejana untuk menyimpan harta benda
yang nilainya jauh berbeda dengan bejana dari tanah liat. Mengapa
demikian? Nah, Naps! Ternyata bejana dari tanah liat di dalam Alkitab
memiliki makna yang mendalam. Mari kita mempelajarinya!

Tafsiran
Firman Tuhan ini adalah penggalan surat Rasul Paulus dan Timotius
yang kedua kepada jemaat di Korintus dan orang kudus di Akhaya (2Kor.
1: 1). Korintus merupakan wilayah yang menjadi pusat perdagangan dan
dikenal sebagai kota industri, khususnya industri keramik (tembikar).1
Kota ini sangat padat penduduk, ramai dengan pendatang, sibuk dengan
kegiatan transaksi jual beli, dan sebagainya. Dampak dari kepadatan
penduduk, pendatang, dan kegiatan tersebut membuat jemaat di

1 Korintus (ensiklopedia). https://alkitab.sabda.org/dictionary.php?word=Korintus


(diakses pada Minggu, 5 Februari 2023)

46
Korintus rentan dengan perpecahan karena eksklusivisme kelompok-
kelompok dan pengajaran sesat lainnya (1Kor. 1: 11, 5: 10). Paulus juga
diserang dengan berbagai fitnah, kesulitan, penderitaan, dan kesesakan
dalam menjalani tugas panggilannya untuk memberitakan Injil. Akan
tetapi, hal tersebut tidak lantas membuat Rasul Paulus mengeluh, putus
asa, atau bahkan melarikan diri dari iman dan panggilannya (ay. 8-9). Ia
tetap meyakini kuasa dan pertolongan Allah. Ia menyatakan bahwa yang
membuat dirinya mampu bertahan dan berjuang adalah kekuatan dari
Allah bukan dirinya sendiri (ay. 7). Rasul Paulus juga menyatakan bahwa
semuanya itu adalah proses dan bentuk tanggung jawab orang percaya
untuk turut merasakan atau ambil bagian di dalam penderitaan Kristus
(ay. 10). Paulus menegaskan bahwa hidup untuk memberitakan Injil bukan
hal yang mudah dan tantangannya bahkan terus menerus diperhadapkan
dengan maut (ay. 11). Sesungguhnya, Iblis tidak dengan mudah melepaskan
tawanannya, ia akan terus berupaya mencuri umat Allah, menawannya
di dalam kesengsaraan dan menjerumuskannya ke dalam maut. Itulah
sebabnya, orang percaya harus berjuang di dalam imannya.

Anugerah Keselamatan dari Kristus telah diberikan kepada seluruh


umat. Akan tetapi, selama dirinya berada di dunia ini, ia diperhadapkan
kembali dengan berbagai macam pencobaan dari kuasa Iblis
untuk mencuri dan menghancurkan anugerah keselamatan. Dalam
kerentanannya, umat diminta untuk menjaga anugerah keselamatan
tersebut. Perenungan akan kerentanan digambarkan Paulus dengan
metafora bejana tanah liat yang menyimpan harta berharga (ay. 1). Dalam
bahasa aslinya (Yunani), bejana tanah liat disebut dengan skeuesin
ostrakinois (σκεύεσιν ὀστρακίνοις)2. Secara harafiah, bejana tanah
liat merupakan peralatan rumah tangga yang kerap digunakan untuk
menyimpan air, minyak, tepung, dan lain sebagainya. Akan tetapi, di sini
bejana tanah liat digunakan sebagai metafora yang diartikan sebagai
tempat untuk menyimpan harta benda yang sangat bernilai, yaitu Injil
Keselamatan dari Yesus Kristus yang diberitakan oleh Paulus. Bejana
tanah liat tersebut tetaplah sangat rentan pecah kapan dan di mana
saja sehingga harta yang tersimpan di dalamnya dapat rusak bahkan
hilang. Paulus mengibaratkan dirinya adalah bejana tanah liat yang
rentan. Namun, di dalam jiwanya diam Injil Keselamatan Kristus yang
ia beritakan. Rasul Paulus tetap mengimani bahwa Allah akan selalu

2 The commentary of 2 Corinthians 4: 7. https://biblehub.com/2_corinthians/4-7.htm


(diakses pada Jumat, 10 Februari 2023)

47
menguatkan jika umat-Nya terus berjuang di dalam imannya. Keteguhan
orang percaya di dalam iman dan tugas panggilannya berarti turut andil
di dalam menyatakan kemuliaan Kristus di tengah-tengah dunia. Umat
Allah tidak perlu khawatir karena Allah akan selalu memperhatikan,
menguatkan, dan menyelamatkan umat-Nya. Kemenangan itu akan
dikaruniakan kepada umat yang bertahan dalam kelemahan seperti
penderitaan, kebingungan, aniaya, dan pukulan dari orang-orang yang
membenci Kristus. Perhatikanlah Rasul Paulus yang tetap berjuang dan
menjalani pelayanannya. Usahanya tidak sia-sia, pelayanannya semakin
berbuah dan berkembang.

Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah


Pada hari ini, Naps diajak untuk merenungkan Firman ini dengan
berfokus pada metafora “Bejana Tanah Liat”. Lihatlah gambar bejana di
bawah ini, lalu jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut:

Sumber gambar:
Hidup Kita Bagaikan
Bejana Tanah Liat -
Intisari (grid.id)

1. Sebutkan 3 kelemahan dan 3 kelebihan bejana di dalam gambar di atas!


2. Lalu sebutkanlah 3 kelemahan dirimu dan 3 kelebihanmu!
3. Setelah mengetahui kekurangan dan kelebihan di dalam diri,
renungkanlah metafora “Bejana Tanah Liat” dari Firman Tuhan pada
hari ini. Lalu bentuklah kelompok yang terdiri dari 2-3 orang. Setiap
anggota di dalam kelompok menyampaikan perenungannya tentang
metafora “Bejana Tanah Liat” dalam proses keberimanannya.
4. Setelah setiap anggota menyampaikan perenungannya, maka
tuliskanlah 1-3 kalimat sebagai kesimpulan kelompok tentang
metafora “Bejana Tanah Liat”.

48
Penutup
Melalui Firman Tuhan ini, kita diajak untuk meyakini anugerah keselamatan
melalui Kristus di dalam diri. Anugerah tersebut memampukan kita untuk
menjalani dan menghadapi kesulitan, penderitaan, dan kesesakan di
dunia ini. Allah menolong umat untuk menjaga dan mengimani Anugerah
Keselamatan tersebut. Allah mengenal dan memahami kerentanan
umat-Nya. Oleh karenanya, Allah sendirilah yang akan memulihkan dan
menyempurnakan kerentanan umat-Nya tersebut. Selayaknya, bejana
tanah liat yang rapuh namun ia tetap dapat digunakan untuk menyimpan
benda berharga. Bejana tanah liat yang rentan tersebut akan dijaga dan
ditempatkan di tempat yang aman. Amin!

Doa
Ya Tuhan Allah, kami bersyukur untuk Anugerah Keselamatan yang telah
Engkau karuniakan kepada kami melalui, Kristus Yesus. Ajarkanlah kami
untuk menjaganya sampai akhir hayat kami sehingga kami tetap berada
dalam keselamatan yang ada di dalam-Mu. Ajarkanlah kami untuk tetap
meyakini penjagaan dan pemeliharaanMu di dalam kehidupan kami.
Tetaplah lindungi kami di dalam kerentanan kami di dunia ini. Di dalam
Kristus Yesus, kami berdoa. Amin.

Daftar Nyanyian
BE No. 716: 1-3
KJ No. 60
KJ No. 282

Pembinaan RENA HKBP Dolok Nauli, Resort Pinangsori, Distrik IX


Sibolga-Tapteng-Nias, 4 Februari 2023.

49
M ing g u XIV Sete la h Trinitatis

10 September 2023

Ragu di dalam Keberimanan, Bolehkah?

Bacaan Alkitab
2 Raja-raja 20: 1-11

Pendahuluan
Halo Naps! Ketika memasuki masa dewasa, kita semakin sering
diperhadapkan dengan situasi dan kondisi yang membuat kita mengalami
keragu-raguan. Kita ragu terhadap diri kita sendiri, keputusan yang akan
kita ambil, dan bahkan ragu terhadap keputusan yang telah kita ambil
sebelumnya. Rasa ragu muncul dikarenakan adanya ketidakpercayaan,
ketakutan akan kegagalan, dan pengalaman diri maupun orang di sekitar
yang tidak menyenangkan di masa lalu. Keraguan tersebut pun membuat
diri kita sulit berkembang, sulit mengambil keputusan, sulit percaya,
hingga sulit untuk mempertanggungjawabkan pilihan kita sendiri.

Tahukah Naps ternyata keraguan tersebut juga dapat muncul di dalam


proses keberimanan kita. Kita pernah meragu pada masa depan yang
telah dipersiapkan Allah. Kita pernah meragu pada kuasa Allah di dalam
proses kehidupan kita. Kita pun pernah meragu pada berkat yang
akan Allah berikan dan yang telah Allah berikan. Oleh karena keraguan
tersebut, kita kemudian mempertanyakannya terus-menerus kepada
Tuhan agar menunjukkan kuasa dan berkat-Nya. Jika demikian, apakah
kita boleh meragu di dalam proses keberimanan? Nah Naps! Pertanyaan
tersebut akan kita renungkan bersama melalui Firman Tuhan pada hari
ini. Mari kita mempelajarinya bersama.

Tafsiran
Perikop ini menceritakan tentang Raja Hizkia, yakni seorang raja di
Yerusalem yang diangkat untuk menggantikan ayahnya, Ahas, sewaktu ia

50
berusia 25 tahun. Ia menjabat selama 29 tahun dan selalu melakukan yang
sesuai dengan kehendak Allah (2Raj. 18: 1-3; 2Taw. 28: 27; 2Taw. 29: 1-2).
Ia berbeda dengan ayahnya, Ahas, yang tidak melakukan sesuai dengan
kebenaran Tuhan (2Raj. 16: 1-4). Pada suatu waktu, Hizkia mengalami sakit
dan hampir mati karena sakitnya tersebut. Lalu, Nabi Yesaya bin Amos
datang menjenguk Hizkia dan menyampaikan pesan Allah bahwa waktu
Hizkia sebentar lagi (ay. 1). Hizkia kemudian berdoa dan meminta kepada
Allah untuk memperpanjang umurnya. Hizkia berdoa dengan kesungguhan
hati hingga menangis (ay. 2-3). Allah memenuhi permohonan Hizkia bukan
hanya karena air mata dan kesetiaan yang telah dilakukannya semasa
hidupnya namun, Allah mengingat perjanjian-Nya kepada keturunan
Daud. Allah menyembuhkan penyakit Hizkia, menambahkan umurnya
selama 15 tahun, dan menambahkan perlindungan di daerah kekuasaan
Hizkia (ay. 4-6). Hizkia pun disembuhkan dengan sebuah kue ara yang
ditaruh pada barah (KBBI: bengkak bernanah; bisul; tumor) di tubuhnya
dan sembuhlah Hizkia (ay. 7). Akan tetapi, sebelum proses penyembuhan
tersebut berlangsung, Hizkia mengajukan pertanyaan kepada Yesaya.
Hizkia bertanya mengenai tanda yang akan Allah berikan sebagai bukti
bahwa permohonannya dipenuhi oleh Allah (ay. 8). Pertanyaan tersebut
diajukan oleh Hizkia karena ia meragu pada kuasa Allah. Nabi Yesaya
pun menjawab pertanyaan Hizkia yang meragukan kuasa-Nya. Yesaya
menegaskan bahwa TUHAN akan menggenapi janji-Nya. Pertanda yang
Allah berikan adalah bayang-bayang yang mundur 10 tapak dan itu juga
sesuai dengan permintaan Hizkia (ay. 9-11). Bayang-bayang yang dimaksud
adalah bayang-bayang dari perbuatan ayahnya, Raja Ahas (Yes. 38: 1-8).

Hizkia sempat meragu pada janji dan kuasa Allah. Setelah ia disembuhkan
dan melihat pertanda akan kesembuhannya, barulah keraguan Hizkia
terjawab. Keraguan itu muncul bukan karena Hizkia tidak mengenal
Allah. Hizkia mengenal Allah dan melakukan perbuatan sesuai Kehendak
Allah. Keraguan Hizkia justru menjadi bentuk atau tahapan dalam proses
keberimanannya. Hizkia dimampukan untuk mengenal dan berbuat
sesuai kehendak Allah dengan meragu terlebih dahulu. Allah pun tidak
murka dengan keraguan Hizkia. Allah tetap menjawab keraguan Hizkia
hingga akhirnya Hizkia menerima janji dan kuasa-Nya.

Keraguan atau meragu ternyata adalah proses dari beriman atau percaya
kepada Allah. Seorang teolog yang bernama Paul Tillich menjelaskan
dalam bukunya yang berjudul The Shaking of Foundations, bahwasannya
beriman adalah proses mencari Kebenaran. Kebenaran adalah hal

51
yang perlu dicari dan digali untuk kemudian dialami dan diimani1. Oleh
karenanya, meragu adalah tahapan awal untuk mencari dan menggali
kebenaran. Jika tidak ada keraguan, maka indikasinya adalah tidak ada
keinginan utuk mencari dan menggali kebenaran. Keraguan memantik
diri untuk mencari tahu, dari yang nampak samar-samar menuju
sesuatu yang lebih jelas untuk dapat dilihat, dirasakan, dialami, dan
sebagainya. Artinya, keraguan yang dimaksudkan adalah keraguan yang
menggerakkan diri untuk terus mencari dan menggali Kebenaran (ragu
yang aktif bukan pasif). Hizkia pun demikian adanya. Ia tetap percaya
pada Allah meskipun imannya dimulai dengan keraguan hingga akhirnya
ia melihat dan mengalami janji dan kuasa Allah.

Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah


1. Setiap peserta membentuk kelompok yang terdiri dari 2-3 anggota.
Bacalah 2 perikop mengenai keraguan di dalam keberimanan, yakni
Yeremia 1: 4-16 dan Yohanes 20: 24-29!
2. Jelaskanlah keraguan yang dialami dan cara Allah menjawab
keraguan Yeremia dan Tomas!
3. Setiap anggota masing-masing menyebutkan beberapa keraguan
yang sedang atau yang pernah dirasakan, baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam keberimanan.
4. Berdasarkan 3 perbandingan perikop mengenai keraguan (Hizkia,
Yeremia, dan Tomas), cobalah setiap anggota di dalam kelompok
memberikan penguatan untuk mengatasi keraguan yang sedang
atau yang pernah dialami oleh setiap anggota kelompok.

Penutup
Melalui Firman Allah pada hari ini dijelaskan bahwa suatu hal yang
wajar atau diperbolehkan untuk mengalami keraguan di dalam proses
keberimanan. Keraguan atau meragu justru menjadi tahapan untuk
mencari dan menggali kebenaran. Adanya keraguan juga mendorong
kita untuk terus berjumpa dengan Allah melalui doa, persekutuan,
dan lain sebagainya. Oleh karena itu, meragulah di dalam Allah maka
Allah akan menuntun dirimu menuju Kebenaran dan menjawab segala
keraguan kita. Amin.

1 Tillich, Paul. 1953. The Shaking of the Foundations. Page 116. Charles Scribner’s Son:
New York.

52
Doa Penutup
Ya Allah, kami bersyukur untuk setiap proses keberimanan yang
tetap dalam pengarahanMu. Kami menyadari bahwa kami pernah
bahkan seringkali meragu pada janji dan kuasaMu. Kiranya Engkau
senantiasa menuntun kami untuk tetap berporses di dalam keraguan
tersebut. Ajarkanlah kami untuk lebih sungguh mencari dan menggali
KebenaranMu. Janganlah kiranya membiarkan kami tersandung oleh
karena keraguan kami tersebut. Biarlah kiranya melalui keraguan, kami
semakin mendekatkan diri dan tinggal di dalam kebenaranMu. Di dalam
Kristus Yesus, kami berdoa. Amin.

Daftar Nyanyian
KJ No. 406: 1-3
KJ No. 408
KJ No. 412

Paskah Remaja Naposo HKBP Distrik III Humbang, Dolok Sanggul pada
tanggal 26 Mei 2022 di HKBP Pargodungan Dolok Sanggul.

53
Ming g u XV Sete la h Trinitatis

17 September 2023

Jangan Menghakimi
Bacaan Alkitab
Matius 7: 1-5

Latar Belakang
Sudahkah kita mengenal diri kita sendiri? Mengenalinya bukan sekadar
nama, warna kulit, usia, status, atau semacamnya. Namun, mengenal itu
adalah sikap saat menerima atau menghadapi sesuatu, seperti bagaimana
sikap kita menghadapi masalah, bagaimana sikap saat menerima sesuatu,
senang, atau sepele. Atau, bagaimana saat merasakan kebahagiaan?
Bagaimana kita mengenali pola pikir, isi hati, atau bahkan sampai kepada
isi alam bawah sadar kita. Siapakah kita sebenarnya? Apakah kita adalah
orang yang selalu menilai sesuatu secara langsung? Apakah kita adalah
orang yang senang mengkritik atau berkomentar? Apakah kita adalah
orang yang sering menghakimi? Siapakah saya?

Manusia sering kali menjadikan dirinya sebagai hakim atas diri orang lain.
Rencana hati ingin menegur atau sekadar mengingatkan, namun kadang
menjadi menghakimi. Apa yang menyebabkan hal itu terjadi pada diri
manusia? Mari kita urai dan bahas bersama tentang untuk apa kita mengenali
diri kita sendiri. Sudah sejauh mana kita mengenali pribadi kita masing-
masing sampai bisa menegur orang lain atau malah menghakiminya? Mari
kita lebih dahulu memahami diri kita masing-masing.

Tafsiran
Nas PA hari ini dengan tegas mengingatkan setiap orang agar jangan
menghakimi. Yesus menyampaikan perikop ini untuk mengingatkan
murid-Nya dan orang-orang yang mendengar Dia agar tidak sama
seperti orang Farisi dan Ahli Taurat. Orang Farisi dan Ahli Taurat adalah
mereka yang terlalu kaku dan menyombongkan diri serta membenarkan

54
diri mereka di hadapan semua orang. Alasan kenapa peringatan ini
disampaikan adalah agar manusia tidak menghakimi orang lain karena
manusia pada umumnya tidak ingin dirinya dihakimi. Maka, Yesus
menekankan kepada para murid-Nya agar mereka terlebih dahulu
memahami diri sendiri, menahan diri untuk jangan menghakimi supaya
tidak dihakimi. Suruhan ini jelas terlihat dalam ayat 12 sebagai upaya
agar setiap orang terlebih dahulu mengenali dirinya sendiri tentang apa
yang harus diketahui, apa yang harus dipercayai, kemudian apa yang
harus dilakukan terhadap sesama manusia terlebih terhadap Allah.
“Berlakulah kepada orang lain sebagaimana kamu ingin diperlakukan.”

Ayat 3 menegaskan bahwa manusia itu sering kali lebih mengetahui celah-
celah kecil dan kesalahan-kesalahan kecil di hidup orang lain. Akan tetapi,
celah dan kekurangan besar pada dirinya sendiri tidak diketahui. Pada ayat
ketiga dengan jelas Yesus mengatakan bahwa orang-orang memang sangat
mudah untuk melihat selumbar di mata orang lain dari pada balok di matanya
sendiri. Metafora ini memperlihatkan kebenaran yang sering kali diabaikan
oleh semua orang. Yesus menggunakan kata selumbar yang dari bahasa
aslinya (Yunani) yang berarti noda kecil, debu, benda yang sangat kecil, dan
serpihan kayu (perhatikan serbuk kayu hasil dari kayu yang di gergaji). Serpihan
yang begitu kecil diperhatikan dengan jelas oleh orang yang sama sekali
tidak melihat balok di matanya. Balok di sini seperti kayu yang lebih besar
dari serpihan-serpihan itu. Yesus mengatakan ini kepada para pendengar
khotbah-Nya di Bukit agar mereka tidak gemar memperhatikan kesalahan-
kesalahan orang lain, sementara ia sendiri melakukan kejahatan yang
lebih besar dari orang yang ia perhatikan itu. Kasus ini sama persis dengan
yang dilakukan oleh orang Farisi dan Ahli Taurat itu. Mereka gemar sekali
menghakimi orang-orang yang mereka nilai kelakuannya melanggar Hukum
Taurat. Yesus juga hendak mengatakan bahwa orang yang paling berdosalah
yang tidak menyadari apabila dirinya berdosa. Ia malah melihat orang lainlah
yang sangat berdosa. Orang percaya harus bisa menahan dirinya dari sikap
yang menghakimi dan merusak atau hiperkritis. Orang yang hiperkritis itu
merusak dan senang memberikan kritikan untuk menemukan kesalahan
orang lain. Sementara itu, sikap kritis adalah sikap yang semangatnya cerdas
dan membangun. Ia kritisnya bijaksana agar orang lain berkembang.

Ayat 4 menegaskan kembali bahwa manusia yang tidak mengenali dirinya


itu akan selalu merasa paling benar sehingga dirinya dirasa bisa menjadi
pembawa perubahan dan solusi bagi orang lain. Manusia yang merasa
dirinya paling benar maka ia merasa dirinya bisa menjadi guru atas hidup

55
orang lain. Padahal belum tentu demikian. Kedua keadaan ini menunjukkan
dengan jelas bahwa manusia itu sangat sulit untuk mengenali dirinya
sendiri. Karena ketidaktahuannya atas siapa dirinya sendiri membuat
manusia cenderung akan menghakimi keadaan dan kehidupan orang lain.

Pada ayat 5 Yesus memberikan solusi bagi manusia yang tidak mengenali
dirinya ini. Yaitu, pahami dirimu siapa, maka dengan itu engkau akan
memahami orang lain. Lihat, kenali, pahami, dan berdamailah dahulu
dengan dirimu, dengan kekuranganmu, dengan kelemahanmu, dengan
kesalahan-kesalahan yang pernah terjadi, dan dengan sikap burukmu.
Lalu, engkau akan dengan sendirinya berdamai dengan hidup orang lain.
Untuk itu, engkau akan berada di posisi menegur dengan kasih, bukan
lagi menghakimi. Pernyataan ini sama dengan perkataan Yesus yang
mengatakan agar balok yang di dalam matanya sendiri dikeluarkan terlebih
dahulu, agar orang tersebut bisa melihat dengan jelas. Rupanya, setiap
orang memiliki kelemahan-kelemahan yang kalau mau, orang lain pun bisa
menghakiminya. Manusia itu tidak akan pernah lepas dari dosa karena
manusia adalah mahkluk yang lemah. Di sini, Yesus mau mengatakan
bahwa setiap orang agar koreksi diri terlebih dahulu sebelum menghakimi
orang lain. Yesus mengatakan agar balok yang membutakan mata itu
dikeluarkan terlebih dahulu agar bisa melihat serpihan-serpihan yang ada
di mata saudaranya. Sebenarnya, dosa-dosa yang ada pada dirinya sangat
besar. Namun, di sini dia mencoba untuk memperbaiki perilaku orang lain.
Maka itu, Yesus mengatakan keluarkan terlebih dahulu balok di matamu
agar semuanya terlihat jelas. Pada saat seseorang ingin menegur dan
mengingatkan orang lain, ia hendaknya bercermin lebih dahulu. Alasannya
adalah siapa tahu teguran itu sesungguhnya untuk dirinya sendiri. Oleh
karena itu, berdamai dahulu dan selesaikan dahulu setiap masalah hidup
sendiri. Maka, engkau akan bisa melihat dengan jelas dan bisa berkata
kepada saudaramu, “Let me help you.” Menegur dan mengulurkan tangan
seharusnya untuk menolong, bukan untuk menghakimi orang lain.
Memberikan kritik seharusnya memberinya dengan bijaksana, cerdas,
dan membangun. Kritik bukan diberikan untuk menghakimi dan merusak.

Metode Penelaahan Alkitab dan langkah-langkah


Refleksi
1. Setiap peserta mengambil posisi duduk paling nyaman untuk dirinya
sendiri.
2. Peserta membaca kembali Nas PA dan pembahasannya.

56
3. Setiap peserta merenungkan dengan tenang nas PA dan
pembahasannya. Biarkan Firman Tuhan berbicara dan berefleksi
atas hidup saudara/i.
4. Hafallah nas mana yang paling menyentuh hati saudara/i.
5. Seluruh peserta mendiskusikan pertanyaan berikut:
a. Atas perenungan saudara/i, bagaimana sebaiknya kita merespons
hal-hal yang salah yang dengan jelas terjadi di hadapan kita? Entah itu
dari orang sekitar kita, atau bahkan dari sahabat atau keluarga kita.
b. Setelah merenungi Nas PA ini, apakah saudara/i menjadi takut
menyuarakan kebenaran karena takut dikatakan menghakimi?
Berikan pandangan saudara/i.
c. Apa itu menghakimi dan apa itu menegur?
d. Sudahkah saudara/i mengenali diri saudara/i sekalian dengan baik?
6. Berbagilah dengan seluruh peserta PA atas apa yang menjadi refleksi
saudara/i di langkah no 3.
7. Pemimpin PA mengapresiasi dan memberikan kesimpulan.
8. Berdoa bersama.

Penutup
Menganali diri sendiri akan membuat kita lebih menahan diri untuk tidak
menyakiti hati orang lain. Jadilah sosok yang berani berdamai dengan diri
sendiri. Berdamailah atas segala keadaan hidup kita. Saat kita mampu
berdamai dengan itu, maka kita akan mampu memahami dimana letak
kekurangan yang harus diperbaikai, bahkan dimana letak kelebihan yang
harus dipertahankan tanpa menyombongkan diri. Dengan demikian,
pribadi yang sudah mengenali dirinya dengan matang akan menjadi
pribadi yang penuh kasih yang mampu memberi perubahan terhadap
sekelilingnya. Jika ucapan diperlukan untuk mengingatkan orang lain,
maka ucapan yang keluar dari kita adalah ucapan yang membaikkan dan
mendamaikan, bukan lagi menghakimi.

Daftar Nyanyian
BN HKBP No. 171: 1+3
BN HKBP No. 481: 1+3
BE HKBP No. 730

57
M ing g u XVI Sete la h Trinitatis

24 September 2023

Bertanggung Jawab Atas Diri Sendiri

Bacaan Alkitab
Yehezkiel 18: 1-9

Latar Belakang
“Lakukan saja dahulu, hasilnya lihat nanti.” Atau, “lebih baik meminta
maaf daripada meminta izin.” Ungkapan ini mungkin pernah atau
sering kita dengarkan sebagai bentuk memudahkan atau melegalkan
kita bertindak, melakukan aksi, dan semacamnya. Perbuatan tersebut
kita lakukan tanpa memikirkan apa dan bagaimana hasil ke depan
dan apa dampak yang mungkin terjadi. Motivasi yang seperti ini lebih
membawa kita pada sikap lepas dari tanggung jawab. Bagaimanakah
kita seharusnya memahami arti dari sebuah tanggung jawab itu?
Apakah hanya sekadar melakukan apa yang seharusnya? Atau merasa
sudah memiliki kewajiban untuk melakukan sesuatu hal tersebut? Kita
akan memahami apa makna dari bertanggung jawab dalam hidup kita
masing-masing pada PA kita kali ini. Apakah kita sudah menjadi pribadi
yang bertanggung jawab? Apakah kita mampu menjadi pribadi yang
bertanggung jawab?

Tafsiran
Perikop ini secara utuh sebenarnya hendak mengajarkan kebenaran
dasar setiap orang yang bertanggug jawab kepada Allah atas hidupnya
masing-masing. Dalam perikop ini Yehezkiel sedang menggambarkan
situasi bangsa Israel yang kala itu sedang berada dalam fase
keputusasaan akibat dari penghukuman yang jatuh atas mereka.
Mereka menganggap bahwa dosa yang disebabkan oleh nenek moyang
merekalah yang membuat mereka dihukum. Hal ini dinyatakan melalui
sindiran Israel terhadap Allah. Sindirian itu terlihat pada ayat dua yang

58
mengatakan ayah-ayah merekalah yang memakan buah mentah tetapi
gigi anak-anaknya yang menjadi ngilu. Ibarat kata, seseorang memakan
nangka tapi getahnya kena kepada yang lain. Sindiran tersebut menyindir
ungkapan Allah kepada bangsa itu bahwa Ia akan membalaskan
kesalahan bapa kepada anak-anaknya. Mereka seakan tidak terima
dengan pembuangan yang menimpa mereka. Sindiran ini adalah sindiran
kedua yang disampaikan bangsa Yehuda dalam pembuangan mereka.

Sindiran lain yang pernah mereka sampaikan adalah pada saat Yehezkiel
melambangkan pembuangan. Di sana, Yehezkiel memperagakan keadaan
mereka pada saat mereka dibuang. Akan ada penglihatan tentang keadilan
Tuhan atas mereka yang mengkhianati Tuhan dan perbuatan Tuhan atas
bangsa itu. Namun, karena penglihatan itu tidak kujung datang, maka
mereka menyindir, sudah lama berselang tetapi penglihatan itu tidak
datang-datang (Yeh. 12: 22). Mereka merasa dipermainkan sehingga
mereka menyindir Allah. Bagaimana mungkin mereka dihukum karena
dosa-dosa nenek moyang mereka. Allah sering menyatakan melalui nabi-
Nya bahwa kehancuran Yehuda dan Yerusalem terjadi karena Allah masih
melihat dosa-dosa pada Manasye dan raja-raja lain yang sebelumnya
berkuasa. Hanya karena melihat bangsa itu satu bagian utuh, maka
mereka dihukum atas dosa-dosa seluruh bangsa sebelumnya. Mereka
diharapkan dapat memperhitungkan tindakan mereka di masa lalu. Hal ini
dimaksudkan supaya orang tua bisa dikekang untuk tidak berbuat dosa
dalam hidupnya karena itu bentuk kasih sayang mereka terhadap anak-
anaknya. Sedangkan anak-anak harus didorong untuk tidak berbuat dosa
sebagai bentuk penghormatannya kepada orang tua. Padahal bagaimana
mungkin sang ayah yang memakan buah mentah malah anaknya yang
merasakan gigi yang ngilu? Bagaimana mungkin keangkuhan leluhur
mengakibatkan keturunannya dilemparkan dalam pembuangan? Namun,
karena nubuatan dan janji-janji pertolongan dari Tuhan tak kunjung
datang, itulah sebabnya mereka menyindir. Namun, Allah menegur mereka
dengan tegas dan sekaligus meniadakan kata-kata sindiran yang mungkin
saja akan mereka pergunakan lagi (ay. 3). Sindiran yang mereka sampaikan
merupakan bentuk pembelaan diri mereka yang ingin mengaku bahwa
mereka lebih baik dan benar dari leluhur mereka. Mereka terjatuh kepada
keputusasaan dan fatalisme, merasa tidak ada jalan keluar dari hukuman
yang sudah ditetapkan atas dosa para leluhurnya.

Sesungguhnya, solidaritas sosial dan tanggung jawab kelompok sudah


menjadi konsep umum dalam kehidupan orang Israel. Namun, dalam

59
pasal ini ditekankan bahwa semua tindakan akan memiliki sebab dan
akibatnya masing-masing. Allah menuntut manusia untuk bertanggung
jawab atas apa yang dia perbuat. Orang bebas melakukan yang hendak
dilakukan, entah itu untuk baik atau jahat, namun akibat dari hal itu harus
bisa ditanggung sendiri. Dengan menunjukkan tanggung jawab tersebut,
maka hubungan kutukan dan pengampunan itu akan terlihat. “Semua
jiwa Aku punya!” Maka setiap orang berhubungan langsung dengan Allah.
Setiap tindakan pribadi akan dipertanggungjawabkan kepada Allah. Pada
hakikatnya, seseorang yang melakukan dosa dialah yang harus mati.
Untuk itu, apa yang dialami oleh bangsa Israel pada saat di pembuangan
itu sebenarnya mereka sedang mempertanggungjawabkan perbuatan
mereka. Jadi, apa yang sedang dirasakan dan dihadapi oleh bangsa
Israel itu bukanlah apa yang leluhur mereka lakukan pada waktu lampau.
Hukuman itu bukan lagi terjadi karena dosa leluhur, namun memang
karena dosa pribadi mereka semua. Yehezkiel ingin menegaskan bahwa
setiap individu tidak pernah terlibat dalam dosa leluhurnya. Ayat 19-20
semakin menekankan bahwa setiap orang harus memegang prinsip
hidup bertanggung jawab atas hidupnya sendiri.

Pada ayat 5, orang benar adalah ia yang melakukan keadilan dan


kebenaran. Diikuti dengan ayat selanjutnya, yaitu ayat 6-8 diperhadapkan
dengan tindakan-tindakan yang “tidak” dilakukan oleh orang benar. Ini
berarti jika ingin melakukan satu hal pikirkan dan pahami dahulu apa
kemungkinan yang terjadi dari tindakan itu, dari perbuatan itu, dari aksi
itu. Jika itu merugikan, jika itu menghasilkan kebencian maka tidak
sepatutnya dilakukan. Jika itu berbuah kebaikan dan kedamaian pun
harus membutuhkan tanggung jawab penuh atas semuanya. Karena rasa
puas biasanya akan menumbuhkan kesombongan. Hidup dalam perilaku
yang setia dalam ketetapan Tuhan ialah orang benar, dan ia akan hidup.

Metode Penelaahan Alkitab dan langkah-langkah


Membahas Khotbah (Khotbah diganti dengan membaca penjelasan
nas PA) dan penyelidikan Induktif.
1. Para Peserta mempersiapkan diri.
2. Pemimpin PA membagi kelompok, minimal 2 orang di dalam
kelompok.
3. Tiap anggota membaca kembali Nas PA dan penjelasan Bahan PA di
dalam kelompok masing-masing. Kemudian lalumerenungkannya
kembali dalam diri masing-masing, dengan pertanyaan berikut.

60
a. Bagaimanakah keadaan bangsa Israel di dalam teks ini?
b. Mengapa mereka menyindir Allah?
c. Apa yang dilakukan Yehezkiel atas perbuatan bangsa Israel
tersebut?
d. Apa yang dikatakan Tuhan kepada Apa tanggung jawab paling
besar yang pernah saudara/i terima sampai saat ini? Lalu,
bagaimana saudara/i menjalaninya?
e. Bagaimana saudara/i menyikapi ungkapan: “Hidup hanya sekali,
lakukan saja sesukamu?”
f. Bagaimana usaha saudara/i menumbuhkan rasa tanggung
jawab dalam diri saudara/i di tengah perkembangan zaman yang
menuntut untuk terus berproses dan berkembang?
g. Mana yang kamu pilih: Diam saja karena takut atas tanggung
jawab besar atau terus berkarya dengan kepercayaan diri yang
penuh tanggung jawab? Berikan Pemahaman Saudara/i!
h. Baca Ayat 9. Kesetiaan yang bagaimana yang saudara/i pahami
untuk tetap menjadi pribadi yang bertanggung jawab?
4. Kelompok melakukan sharing tentang apa yang direnungkan atas
pertanyaan diatas. (Apabila ada diluar pertanyaan diatas juga
diperkenankan untuk di sharingkan)
5. Kelompok di gabung kembali.
6. Pemimpin PA memimpin seluruh peserta untuk berdiskusi sesama
peserta kembali tentang yang dibahas dalam kelompok. (Untuk
mengajarkan mendengar, memahami dan menghargai pendapat)
7. Pemimpin PA memberika kesimpulan.

Penutup
Hidup itu memang hanya sekali. Namun, bukan hidup membuat kita:
1. Takut untuk memulai segala sesuatu yang hendak kita capai, tuju,
dan cita-citakan karena sulit mengemban tanggung jawab yang ada
di depan.
2. Atau malah merasa “lakukan saja dahulu, benar salah, apa pun
hasilnya urusan belakang. Lebih baik meminta maaf daripada
meminta izin.”

Jadilah pribadi yang bertanggung jawab. Pikirkan dahulu kemungkinan-


kemungkinan yang ada atas tindakan yang hendak kamu lakukan, lalu
kenali diri mu apakah akan siap atas dampak yang ada. Entah itu dampak
baik yang mengangkat namamu, yang bisa saja membuat kamu tinggi

61
hati, atau sebaliknya. Dampak buruk yang membuat kekacauan atau
menimbulkan hal buruk, yang menuntut tanggung jawab kepadamu
untuk memperbaikinya. Optimalkan dirimu, Kenali siapa kamu, jadilah
pribadi yang setia, be responsible.

Daftar Nyanyian
BN HKBP No. 116:1+3
BN HKBP No. 760:1-2
BN HKBP No. 761

Lokakarya Penulis Buku PA Remaja dan PA Pemuda HKBP 27-29


Januari 2023

62
Ming g u XVII Sete lah Tr initatis

1 Oktober 2023

Dicobai atau Diuji? Mana yang Kau Pilih?

Bacaan Alkitab
Yakobus 1: 12-14

Latar Belakang
Ketika mendengar kata “pencobaan” atau kata “pengujian,” apa yang
terlintas di dalam pikiran teman-teman? Adakah manusia yang
menginginkan ujian dan cobaan terjadi di dalam hidupnya? Tentu saja
tidak. Kebanyakan dari kita tidak menginginkan ujian dan cobaan itu
terjadi. Pada kenyataannya, kita tidak pernah lepas dari pencobaan
atau ujian tersebut. Bahkan ada yang beranggapan ketika hubungan
seseorang dengan Allah semakin dekat, maka makin banyak dan
semakin berat ujian atau pencobaan yang dihadapi. 

Pencobaan dan ujian diibaratkan seperti dua sisi uang logam yang
berbeda. Melalui bacaan Yakobus pasal pertama ayat12 hingga 14 akan
menuntun kita memahami kata pencobaan dan ujian. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, “pencobaan” asal katanya “coba”, merupakan
proses, cara, perbuatan mencoba. Sementara “ujian” asal katanya “uji”,
merupakan proses, cara, perbuatan menguji, berperilaku sesuai dengan
yang diinginkan. Lalu bagaimana pencobaan atau ujian menurut kitab
Yakobus?

Tafsiran
Yakobus memakai kata pencobaan yang dalam bahasa Yunani disebut
πείρασμόζ (baca: peirasmos) artinya pencobaan atau pembujukan.
Pencobaan yang dimaksud oleh Yakobus didasarkan pada dua bagian,
yang pertama yaitu pencobaan yang datang dari luar diri. Biasanya

63
pencobaan ini identic dengan kesukaran hidup, penganiayaan, dan
penderitaan atau rencana Iblis untuk menyurutkan iman melalui
kegagalan dan derita. Pencobaan yang kedua adalah pencobaan yang
datang dari dalam diri sendiri. Pencobaan ini meliputi keinginan daging
yang menggiring manusia dan membujuk manusia untuk menjauhi
Allah serta memberontak-Nya. Untuk itu, Yakobus menegaskan bahwa
pencobaan tidak berasal dari Allah. Yakobus menegaskan kepada
para pembacanya bahwa jangan pernah mempersalahkan Allah pada
saat manusia jatuh ke dalam dosa. Kejatuhan manusia ke dalam dosa
disebabkan oleh karena hasrat yang ada pada dirinya dan mendorong
diri manusia itu untuk melakukan keinginan dagingnya.

Di sini, kita akan membahas bagaimana menghadapi pencobaan jenis


kedua yaitu cara menahan diri dari hawa nafsu dan keinginan daging.
Yakobus mengatakan bahwa setiap orang harus mampu tahan uji
dalam segala peristiwa (ay. 12). Mengapa tahan uji itu begitu penting?
Yakobus mengatakan bahwa tahan uji itu melahirkan ketekunan (1:
3). Kata ketekunan dalam bahasa Yunani disebut ύπομονή (baca:
hupomone). Hupomone memiliki arti ketekunan, kesabaran, ketabahan,
dan ketahanan dalam menghadapi segala sesuatu yang sulit dan sukar.
Pengertian ini bukan sekadar bertahan yang biasa saja, namun pada
saat seseorang berhupomone ia sedang bertahan untuk tetap bertahan
(bertahan yang berlipat-lipat dalam menghadapi sesuatu yang sangat
sulit dihadapi). Pada saat seseorang itu bertahan untuk bertahan itu ia
tidak pasif atau diam saja, namun seseorang itu aktif mengusahakan
cara dan memperjuangkan yang dianggap benar. Hupomone ini harus
terus-menerus dilakukan karena ia sifatnya berlanjut. Tidak mungkin
bukan seseorang yang sedang menahan dirinya menghadapi peristiwa
yang memberatkan hidupnya berhenti berusaha agar ia lepas dari
penderitaan itu. Dengan kata lain, ketekunan, ketahanan, ketabahan,
dan kesabaran janganlah dikendorkan dalam menghadapi pencobaan
dan kesukaran hidup itu. Ilustrasi yang bisa menggambarkan hupomone
ini seperti seorang tempa besi yang sedang membakar besi dan bajanya.
Ia akan terus dibakar lalu dipukul, dibakar, lalu dipukul lagi hingga besi
atau baja tersebut menjadi pedang atau pisau yang tajam. Umat Tuhan
yang percaya kepada Allah pun demikian adanya. Ia harus tahan uji
dalam menghadapi pencobaan dan ujian di dalam hidupnya. Ujian dan
pencobaan itu ibarat cara bagi umat Tuhan untuk ditempa menjadi
orang yang tahan uji itu. Ujian itu pun melatih seseorang untuk sabar dan
tabah dalam menghadapi peristiwa yang menyulitkan hidup. Ketabahan

64
dan ketekunan ini bukan semata keharusan atau kebajikan yang harus
dilakukan oleh orang Kristen yang sudah ditebus, akan tetapi sebagai
respons imannya kepada Yesus Kristus. Ia bertahan dalam ketabahan
dan ketekunan karena ia percaya sepenuhnya hanya kepada Kristus
bahwa ia akan lepas dari penderitaan itu oleh karena Kristus yang telah
lebih dahulu menderita.

Pada ayat 12 Yakobus mengatakan, “berbahagialah.” Berbahagia yang


dikatakan oleh Yakobus ini adalah sebuah keadaan yang menggambarkan
seseorang yang mampu bertahan melewati pencobaan dan ujian iman. Ia
akan menerima mahkota kehidupan. Kebahagiaan yang diperoleh di sini
bukan karena ia menghadapi pencobaan itu. Akan tetapi, kebahagiaan
itu diperoleh karena ia sudah mampu bertahan dalam menghadapi
pencobaan itu. Ia mempertahankan iman percayanya kepada Tuhan yang
memberikan kehidupan dan kelepasan baginya dalam menyelesaikan
pertandingan yang sulit itu. Yakobus juga mengingatkan bahwa setiap
pencobaan yang dialami itu bukan datang dari Allah. Akan tetapi,
pencobaan itu sering datang dari keinginan daging (ay. 14). Keinginan
daging itu akan dilakukan ketika seseorang itu tidak bisa bertahan
pada godaan. Ingatlah, godaan akan berujung pada maut (ay. 15). Dalam
menghadapi penderitaan itu, tidak jarang seseorang akan putus asa
lalu serta merta meninggalkan Kristus. Atau bisa saja orang tersebut
menyalahkan Allah karena mengizinkan ini terjadi pada dirinya. Namun,
biarlah dalam kesukaran hidup orang yang percaya kepada Kristus itu
bertahan dalam imannya dan tidak tergoda untuk mengkhianati Tuhan.
Panggilan hidup sebagai murid Kristus tidak mudah. Akan banyak
tantangan dan kesukaran. Perjalanan hidup sebagai murid Kristus itu
ibarat pohon yang tumbuh besar dan tinggi, maka akan semakin kencang
angin yang menerpa. Bagaimanakah sikapnya? Bertahan, sabar, tekun,
dan tabahlah dengan menaruh percaya yang semakin teguh. Dari
Yakobus ini pelajaran tentang spiritualitas tahan uji atau kesabasaran
atau ketabahan ini diberikan. Jangan pernah meninggalkan Kristus,
sebab Kristus tak pernah sekalipun meninggalkan anak-Nya dalam
penderitaan yang rasanya sangat berat hingga ingin mati saja rasanya.
Selamat berhupomone!

65
Metode Penalaahan Alkitab dan Langkah-langkah
Penyelidikan Induktif
• Sebelum mengawali diskusi, pemimpin PA membagi peserta PA
dalam beberapa kelompok (disesuaikan dengan jumlah pemuda
yang hadir).
• Pemimpin meminta pemuda untuk membaca kembali nas dengan
bersuara dan perlahan-lahan di dalam kelompoknya masing-masing.
• Pemimpin PA memberikan pertanyaan untuk di diskusikan bersama-
sama:
» Jelaskan apa arti dicobai dan diuji menurut bacaan Yakobus
dan pemahaman para pemuda?
» Mengapa ada pencobaan dan pengujian dalam kehidupan kita?
» Apakah arti kata hupomone? Dan bagaimanakah caranya?
» Sebutkan pencobaan dan ujian yang sering dihadapi pemuda?
» Bagaimana sikap kita sebagai pemuda dalam menghadapinya?
• Ada baiknya pemimpin PA juga menjawab pertanyaan di atas untuk
di bahas bersama-sama dengan para pemuda.
• Pemimpin PA menarik kesimpulan dari seluruh diskusi dan
menutup PA dengan memberikan penerapan yang terkait dengan
pembahasan diskusi.

Penutup
Kita manusia pasti akan menghadapi pencobaan dan ujian iman
yang membawa kita mengalami penderitaan hidup ataupun godaan
kedagingan yang menggiring kita ke dalam dosa. Firman Tuhan hari ini
sudah memberikan petunjuk praktis bagaimana menghadapi derita itu.
1 Korintus 10: 13 mengatakan, “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami
ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia.
Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan
kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

Hal ini mengandung makna, ketika kita menganggap bahwa hanya sanggup


memikul 10 kg dan Tuhan memberi 20 kg. Artinya, Tuhan mengukur dan
mengetahui kekuatan yang tidak pernah kita bayangkan. Berbahagialah
jika kita masih diberikan pencobaan dengan nilai tertentu, karena
Tuhan masih menganggap kita mampu memikulnya. Kita hanya perlu
mengimani bahwa Tuhan akan memberikan jalan keluar, sehingga kita

66
dapat menanggungnya. Akan tetapi, pemberian tersebut bukan menjadi
cara kita untuk keluar dan melarikan diri dari pencobaan yang sedang kita
hadapi. Melainkan melalui pemberian yang kita terima, mengajak  kita
untuk sanggup menanggungnya. Dengan kata lain, melalui pencobaan
dan ujian iman, kita memperoleh ketekunan, kesabaran, ketahanan
dalam menghadapi segala sesuatu yang sulit dan sukar.

Daftar Nyanyian
KJ No. 407: 1-2
KJ No. 332: 1-2
KJ No. 419: 1-4

Pembinaan Remaja Naposo HKBP Sukatani, Duri pada tanggal 30 Juni


2022 di Perkampungan Pemuda HKBP, Jetun Silangit.

67
Ming g u XVIII Sete lah Trinitatis

8 Oktober 2023

Persaudaran yang Rukun? Emang Bisa?

Bacaan Alkitab
Mazmur 133: 1-3

Latar Belakang
Setiap orang memiliki pemahaman yang berbeda-beda dalam memahami
persaudaraan. Ada yang menganggap hubungan bersaudara itu adalah
hubungan sedarah. Ada juga yang mengatakan seseorang itu adalah
saudaranya ketika orang tersebut ada di dalam suka dan duka. Kamus
Besar Bahasa Indonesia mengatakan bahwa saudara itu merupakan
seseorang yang seibu dan seayah saya, orang yang memiliki pertalian
keluarga, orang yang segolongan misalnya memiliki paham yang sama,
sederajat, dan sebagainya. Ataui ia adalah seorang lawan bicara. Secara
sederhana, kata “persaudaraan” sering dimaknai secara positif karena
menggambarkan relasi antar manusia yang dekat serta akrab. Namun,
pada masa sekarang ini, persaudaraan susah untuk diwujudkan. Masih
ada peperangan, penindasan, dan ketidakadilan yang terjadi di sekitar
kita. Bahkan, kehidupan masyarakat saat ini tidak lagi diwarnai dengan
sikap saling menghormati dan saling menghargai. Warna kehidupan ini
juga terjadi di kalangan pemuda, misalnya saja terjadi fitnah dan curiga
yang tumbuh dengan subur.

Setiap persekutuan atau persaudaraan, baik keluarga, jemaat maupun


masyarakat, pasti mendambakan adanya kerukunan. Namun, adanya
sikap saling curiga dan saling memfitnah dapat merugikan persekutuan
dan persaudaraan. Kitab Mazmur menuliskan indahnya persaudaraan.
Ini yang akan kita bahas pada PA kita hari ini. Indahnya persaudaraan ini
digambarkan dalam komunitas yang rukun dan tentram.

68
Tafsiran
Mazmur 133: 1-3 merupakan bagian yang cukup terkenal bagi kalangan
umat Israel. Mazmur ini adalah pujian singkat yang menceritakan
betapa indahnya makna persaudaraan. Persaudaran berasal dari kata
Ibrani yaitu ‫ – םיחא‬baca: ’aḥîm (awkhim), yang merujuk kepada saudara-
saudara dalam keluarga inti, maupun keluarga besar.  Pemazmur ingin
menghimbau agar saudara-saudara tinggal bersama dalam persatuan.
Betapa baik dan menyenangkannya bagi saudara-saudara untuk tinggal
bersama dalam kesatuan. Alasan pemazmur mengatakan bahwa
betapa baiknya persaudaraan karena mencerminkan hati dan tujuan
Allah untuk bersatu di antara umat-Nya. Kemudian, penggunakan kata
‘indahnya,’ menunjukkan hidup bersama sebagai umat Tuhan jauh
lebih menyenangkan daripada hidup di tengah-tengah pertengkaran
dan konflik terus-menerus mendominasi. Pemazmur juga memikirkan
hubungan yang dimiliki umat Allah satu sama lain, bukan dengan dunia di
sekitar mereka. Orang percaya harus bekerja untuk memiliki hubungan
yang baik dan damai dengan semua orang lain, tetapi di sini berfokus
pada hubungan di antara umat Allah. 

Penulis Mazmur juga menambahkan beberapa ilustrasi untuk


menggambarkan keindahan persaudaraan. Persaudaraan diilustrasikan
sebagai minyak urapan yang berharga. Dalam budaya Yahudi, minyak
urapan menjadi elemen yang sangat penting, karena minyak urapan
pada zaman pemazmur sangatlah berharga dan istimewa. Minyak
urapan dipergunakan para imam besar sebagai minyak penyucian agar
bisa melayani Tuhan. Selain keberhargaan dan keistimewaan minyak
urapan, pemazmur juga hendak menekankan jumlah minyak urapan
tersebut. Pemazmur hendak memberitahukan bahwa minyak urapan
yang dipergunakan sangat berlimpah, sehingga pada saat dicurahkan
ke atas kepala Harun dapat membasahi janggut dan jubahnya. Seperti
itulah berharganya dan istimewanya persaudaraan itu. Bagi Harun,
minyak urapan sebagai tanda penahbisan untuk pelayanan imam.
Penahbisan ini menyebabkan banyak hal baik lainnya terjadi, yaitu
pelayanan kepada Allah dan umat-Nya, pendamaian dosa, persembahan
kedamaian, persekutuan dan ucapan syukur, dan pelayanan yang penuh
belas kasih kepada umat Allah.

Pemazmur juga menggambarkan persaudaraan dengan ilustrasi


embun. Persaudaraan  seperti embun yang menutupi gunung Hermon

69
membuat pegunungan itu hijau dan lembab. Embun menyejukkan
panas yang menyengat yang digambarkan seperti yang menyengat
hawa nafsu manusia. Seperti embun pagi yang menyejukkan udara dan
kembali menyegarkan bumi demikianlah orang-orang yang menerima
berkat Allah yang memperbaharui kasih persaudaraan. Bangsa Israel
menganggap bahwa embun merupakan simbol berkat dari Tuhan atau
kehadiran Tuhan. Demikianlah pemazmur menggambarkan betapa
indahnya persaudaraan diantara umat Allah. Persaudaraan diantara
umat Tuhan harus hidup, berkembang dan sehat. 

Berdasarkan ilustrasi yang diberikan pemazmur, dapat disimpulkan


bahwa hidup rukun adalah hal yang berharga seperti minyak, dan hidup
rukun juga bisa mendatangkan suasana yang damai, sejuk, teduh,
layaknya embun. Ilustrasi tersebut juga saling berkaitan, seperti minyak
yang mengalir dari atas ke bawah. Sedangkan embun turun dari gunung
Hermon yang tinggi ke pegunungan Sion yang lebih rendah. Begitulah
berkat turun dari Tuhan kepada umat-Nya. Hal ini memperlihatkan betapa
pentingnya persaudaraan. Karena, persaudaraan menjadi salah satu
pintu menuju berkat ilahi. Dengan demikian, mazmur 133 mencerminkan
kekuatan dari kebangunan rohani. Kekuatan itu memperlihatkan Tuhan
yang memberikan pengurapan berkat apabila umat saling mengasihi,
menyatukan hati, dan hidup rukun.

Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah


Refleksi
• Pemimpin PA mempersiapkan kertas dan alat tulis, lalu
membagikannya kepada pemuda.
• Pemimpin PA meminta pemuda untuk membaca kembali nas secara
perlahan-lahan.
• Pemimpin PA meminta pemuda merefleksikan nats Mazmur 133: 1-3
(bisa melalui gambar, tulisan, dan lain sebagainya).
• Setelah pemuda selesai merefleksikan, pemimpin PA memberikan
pertanyaan berikut untuk didiskusikan:
» Menurutmu mengapa persaudaraan menjadi penting? 
» Apakah kerukunan dapat timbul dengan sendirinya?
Jelaskanlah!
» Bagaimana gambaran persaudaraan yang diungkapkan oleh
pemazmur?
» Bagaimana menciptakan persaudaraan yang rukun?

70
» Apa yang dapat anda lakukan untuk hidup rukun dengan
sesama pemuda sebagai saudara? Ceritakanlah!
• Pada bagian ini pemimpin PA memberikan waktu kepada pemuda
untuk menjelaskan gambar atau tulisan hasil refleksi, dan jawaban
dari pertanyaan yang diberikan.

Penutup
Mazmur 133: 1-3 mengajak kita untuk mewujudkan kehidupan
persaudaraan yang rukun. Kerukunan itu pada dasarnya menjadikan
sebuah persekutuan hidup dengan damai dan tentram. Pada akhirnya,
komunitas yang rukun terhindar dari kehancuran persaudaraan. Dengan
kata lain, komunitas itu sejahtera dan tercapainya kepentingan bersama
yang hendak diraih. Setiap persekutuan yang dibangun atas dasar
Allah, dipanggil untuk menjadi persekutuan yang menjadi teladan demi
persaudaraan yang rukun. Kita sebagai pemuda, semestinya menyadari
bahwa Allah mengutus persekutuan pemuda untuk melakukan pekerjaan-
pekerjaan Allah yang mendatangkan kerukunan. Misalnya saja bagaimana
pemuda tidak hanya menjalin kerukunan di dalam persekutuan pemuda,
akan tetapi bisa menjalin kerukunan antar umat beragama, kerukunan di
dalam lingkungan pekerjaan, dan lingkungan masyarakat.

Daftar Nyanyian
KJ No. 17: 1-2
KJ No. 448: 1-4
KJ No. 249

Pembinaan RENA HKBP Resort Peniel, Distrik VI Dairi.


18 Februari 2023 di Jetun Silangit.

71
M ing g u XIX Sete la h Tr initatis

15 Oktober 2023

Belajar dari Ranting yang Terbuang

Bacaan Alkitab
Yohanes 15: 1-7

Latar Belakang
Yesus gemar menggunakan perumpaan untuk menyampaikan Firman
Allah, misalnya “ada seorang” atau “Kerajaan Allah seumpama.” Namun
pada perikop ini, Yesus memulai pengajarannya dengan cara berbeda.
Ia dengan lugas mengatakan “Akulah pokok anggur…” Tuhan Yesus
memakai istilah “pohon anggur” untuk melambangkan kerajaan Allah.
Mengapa pohon anggur? Sebab pohon anggur adalah salah satu dari
tujuh spesies tanaman yang tumbuh subur di tanah Israel. Bangsa Israel
juga memiliki ilmu pengetahuan yang baik dalam menanam dan merawat
anggur. Dalam buku The Gospel According to John karangan Raymond E.
Brown menuturkan cara bangsa Israel memelihara pohon anggur agar
berbuah lebat yaitu dengan cara melakukan proses pembersihan. Ada
dua tahap yang dilakukan pada proses pembersihan. Tahap pembersihan
yang pertama biasanya dilakukan bulan Februari atau Maret. Di tahap
ini, semua ranting dipangkas dan hanya menyisakan pokok anggur saja.
Tahap kedua yaitu pada bulan Agustus, ketika daun-daun sudah mulai
muncul. Di sinilah, ranting-ranting yang tidak berbuah dipangkas. Proses
ini dilakukan supaya gizi yang dibawa oleh getah tanaman mengalir ke
ranting yang akan berbuah.

Apa yang hendak Yesus sampaikan kepada kita melalui alegori pohon
anggur ini? Kita akan bahas di dalam PA hari ini. Kita akan menggunakan
metode penyelidikan induktif, yakni menganalisis perikop secara
mendalam.

72
Tafsiran
Dalam pasal 15 ini, Yesus mengumpamakan dirinya sebagai “Akulah
pokok anggur yang benar (ay. 1).” Kata Ἐγώ εἰμι - Egō eimi (Akulah) di
bahasa Yunani merupakan frasa adikodrati1 yang sepadan dengan
bahasa Ibrani ‫אּוה־יִנֲא‬ - Ani Hu – kata yang lazim digunakan oleh Allah Israel
ketika Tuhan berfirman. Tuhan Yesus secara langsung mengklaim bahwa
Ia adalah gambar Allah itu sendiri. Kepenuhan Allah berkenan di dalam
Dia (bdk. Kol. 1: 15-23). Frasa yang mengatakan Yesus adalah pokok
anggur yang benar disebutkan sebanyak 35 kali di Injil Yohanes ini. Kata
benar disebut ἀληθινή – alēthinē (Yunani) yang mana Yohanes yang ingin
menunjukkan bahwa Yesus adalah kebenaran Tuhan. Segala perbuatan
Tuhan dan keberadaan Tuhan dapat terlihat melalui pribadi Yesus yang
telah menjadi manusia. Sekalipun Yesus merupakan gambaran dari
Allah itu sendiri, Ia tidak meniadakan kedudukan Allah sebagai Bapa.
Sebab dikatakan “Bapa-Kulah pengusahanya.” Allah dilukiskan sebagai
ὁ γεωργός - ho geōrgos (tukang kebun/vinedresser). Tugas dari tukang
kebun/vinedresser ialah ia yang memelihara keberlangsungan hidup
pokok anggurnya agar ranting-rantingnya dapat berbuah lebat.

Pengertian “Kamu adalah ranting-rantingnya” (ay. 5) bukanlah sebuah


kata perintah atau kata paksaan kepada manusia. Ini lebih kepada seruan
ataupun ajakan kepada manusia, untuk mau menjadi bagian dari tubuh
Kristus2. Yesus yang diibaratkan sebagai pohon anggur, merupakan
sumber kehidupan dan keselamatan, mengajak manusia untuk mau
menjadi bagian dari Kristus, yaitu menjadi rantingnya. Ranting berfungsi
sebagai tempat melekatnya atau bertumbuhnya daun, bunga, dan
tentunya buah dari sebuah pohon. Demikianlah dengan manusia yang
mau menjadi ranting Kristus sehingga dialah yang menjadi tempat
bertumbuhnya buah akan janji kehidupan dan keselamatan dari Tuhan.
Kalimat “Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya”
(ay. 2). Ada dua jenis ranting yang dibicarakan di dalam perikop ini, yaitu
(1) “ranting yang berbuah” diibaratkan sebagai orang-orang yang beriman
dan memiliki kasih kepada Kristus. Ranting yang dibersihkan oleh Bapa
agar berbuah lebat, maksudnya ialah Bapa menyingkirkan hal-hal yang
mengganggu aliran kehidupan yang dari Kristus kepada umat-Nya. (2)

1 Adikodrati menurut KBBI adalah di luar kodrat alam atau supernatural. Kata “Akulah”
merujuk kepada “Ke-Allahan” Yesus yang kodratnya melebihi manusia.

2 Commentary on John 15:1-8 - Working Preacher from Luther Seminary

73
ranting yang tidak berbuah dipangkas bukan istilah kepada orang-orang
yang belum atau tidak percaya kepada Kristus. Akan tetapi, kalimat
tersebut adalah istilah untuk orang-orang yang mengaku percaya
kepada Kristus, tetapi tidak menghasilkan buah yang dari pada Kristus.
Beri contohnya bagaimana yang tidak menghasilkan buah Kristus itu.
Lebih lanjut, Tuhan mengatakan “Tinggallah di dalam Aku” (ay. 4). Kata
“tinggallah” dalam verba Yunani adalah μένω – menō. Menariknya, Alkitab
biasanya menggunakan kata ‫ בַׁשָי‬- yāšaḇ (harfiah: duduk) untuk istilah
“tinggal.” Namun, di perikop ini menggunakan verba ‫ דַמָע‬- ʿāmaḏ (harfiah:
berdiri). Penggunaan istilah ini mengisyaratkan bahwa Tuhan tidak ingin
umat-Nya yang tinggal bersama Dia hanya “duduk diam”, melainkan “siap
dan siaga” untuk melakukan perintah Tuhan dan menghasilkan buah.
Orang yang “siap dan siaga” adalah mereka yang bersedia untuk tinggal
di dalam Tuhan. Mereka yang bersedia untuk menerima aliran kehidupan
dari Sang Pokok Anggur, yaitu Yesus. Seruan akan “berbuah banyak” (ay.
5), bukan untuk kepentingan personal Tuhan maupun manusia. Justru
Yesus membayangkan dan menjanjikan kehidupan yang dinamis (selalu
berubah) di dalam Yesus3. Artinya, ketika cabang maupun ranting itu
sudah layu dan mati, ia akan dipangkas agar dapat digantikan oleh
cabang yang baru. Sehingga pohon tersebut dapat terus berbuah.
Sehingga janji akan hidup dan keselamatan yang dari Tuhan, dapat terus
hidup dan bertahan di dalam kehidupan manusia.

Poin yang terakhir adalah seruan “mintalah apa saja yang kamu
kehendaki, dan kamu akan menerimanya” (ay. 7). Kalimat ini dapat
menjadi polemik di berbagai kalangan. Sebab pada bagian ini, Yesus
sangat yakin memberikan seruan janji kepada manusia yang datang
meminta kepada-Nya. Tidak jarang, seruan ini dipakai oleh banyak orang
untuk mendapatkan apa yang dia inginkan4. Seruan yang mungkin disalah
artikan untuk menjawab segala permintaan dari hawa nafsu dunia.
Akan tetapi, ayat ini hendak menyatakan bahwa mereka yang hidup dan
tinggal di dalam Yesus, memiliki “hak istimewa” untuk meminta kepada
Tuhan. Tentunya, permintaan yang tidak berlawanan dengan kehendak
Allah. Permintaan yang menghasilkan buah bagi sesama.

3 Commentary on John 15:1-8 - Working Preacher from Luther Seminary

4 Commentary on John 15:1-8 - Working Preacher from Luther Seminary

74
Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah
Penyelidikan Induktif
1. Pemimpin PA dapat memulai diskusi dengan memberikan
pertanyaan:
a. Apa yang dapat kita pelajari dari PA hari ini? Selidikilah nas
Alkitab yang sudah kita baca bersama dengan temanmu!
b. Apa yang dimaksud dengan “Tinggal di dalam Kristus?” Jelaskan!
c. Disebutkan tentang ranting yang berbuah. Buah seperti apa
yang dihasilkan oleh orang percaya?
d. Hal-hal apa saja yang harus kita pangkas dari kehidupan kita
agar bisa berbuah?
2. Pemimpin PA menyimpulkan hasil diskusi dan menutup dengan
Doa.

Penutup
Naps, mengidentifikasi diri sebagai pengikut Yesus tentu tidak mudah.
Kita harus belajar dari ranting yang terbuang. Mengapa ranting itu
dibakar dan dibuang? Karena ia tidak hidup di dalam Kristus sang
pemberi kehidupan dan ia tidak menghasilkan buah. Demikianlah halnya
yang akan terjadi di dalam hidup kita. Seberapa seringpun kita berkumpul
dan bersekutu di dalam Perkumpulan Naposo ini, hal itu akan sia-sia dan
tidak berarti sama sekali, jika kita tidak benar-benar memahami firman
Tuhan dan melakukan ajaran-Nya.

Daftar Nyanyian
KJ No. 242: 1-2
PKJ No. 263:1-2
KJ No. 309

75
M ing g u XX Sete la h Trinitatis

22 Oktober 2023

Ketika Putus Asa Menyerang

Bacaan Alkitab
1 Raja-Raja 19: 1-8

Latar Belakang
Naps, pernahkah kalian mendengar istilah Plimsol Line? Samuel
Plimsol seorang anggota parlemen Inggris memunculkan gagasan ini
di tahun 1870an ketika ia menyaksikan kapal barang yang tenggelam
akibat kelebihan muatan. Garis Plimsol adalah garis yang tertera pada
badan kapal untuk menunjukkan batas muatan tertentu. Saat kapal
diisi dengan muatan, maka badan kapal akan turun. Turunnya badan
kapal dari permukaan air tidak boleh melewati garis plimsol. Apabila
garis ini dilewati, maka kemungkinan besar kapal tidak akan stabil dan
membahayakan pelayaran tersebut.

Bukan hanya kapal yang mempunyai batas muatan. Manusia pun


mempunyai “garis plimsol.” Tiap orang memiliki batas muatan normal
tubuh baik secara fisik, pikiran, emosional, maupun spiritualitas. Apabila
beban yang dialami melampaui “garis plimsol,” sudah bisa dibayangkan
apa yang akan terjadi pada tubuh. Misalnya saat tubuh kelelahan dan
dipaksa untuk bekerja, maka tubuh akan sakit. Tubuh yang sudah
memberi sinyal kelelahan itu atau sudah melampaui “garis plimsol” tidak
boleh disepelakan karena bisa berakibat fatal.

Elia, seorang nabi besar di Perjanjian Lama pernah berada di ambang


batas garis plimsol. Ia adalah nabi yang memiliki keberanian untuk
menentang para nabi baal dan Raja Ahab. Namun, mengapa sosok nabi
sekaliber Elia bisa mengalami depresi dan stress? Inilah yang akan
dibahas melalui PA kita hari ini.

76
Tafsiran
Kitab 1 Raja-raja 19: 1-8 mengisahkan sosok Elia yang mengalami
ketakutan, kelelahan, serta keputusasaan di dalam pelariannya
dari Izebel. Pada Pasal 18, seharusnya Elia sangat layak untuk
mendapatkan kenyamanan dan ketenangan atas pencapaian yang ia
lakukan. Ia menghidupkan anak seorang janda di Sarfat dari kematian,
memenangkan pertempuran dengan 450 nabi baal, dan mukjizat-
mukjizat lainnya. Akan tetapi, semua pekerjaan yang dilakukannya tidak
membuahkan hasil. Bangsa Israel bukannya bertobat, ia justru harus lari
dan berusaha menyelamatkan hidupnya dari ancaman sang permaisuri,
Izebel (ay. 1-3).

Pada ayat 4 dikatakan, arah dan tujuan pelarian Elia adalah padang gurun.
Ada dua alasan mengapa Elia lebih memilih ke padang gurun. Pertama,
secara geografis, daerah Barsyeba berada di luar kekuasaan Raja Ahab.
Kedua, padang gurun identik dengan tempat sepi untuk perlindungan
orang-orang yang melarikan diri. Terlebih tidak akan ada orang pelarian
yang mampu bertahan hidup di gersangnya padang gurun. Di tengah
pelariannya, Elia beristirahat dan duduk di bawah pohon Arar. Pohon Arar
merupakan semak yang mampu bertumbuh hingga 4 meter, rantingnya
hampir tidak berdaun, memiliki bunga berwarna merah muda, dan
berbentuk seperti sapu. Pohon Arar dapat digunakan sebagai bahan
bakar dan akarnya bisa dimakan. Elia beristirahat di pohon arar bukan
ingin menunjukkan bahwa ia ingin mencari tempat untuk berteduh dari
luasnya daerah padang gurun tersebut. Akan tetapi, ini sebagai pertanda
bahwa betapa sedikitnya tempat yang dapat ditemukan oleh Elia
untuk berlindung. Di tempat inilah Elia menunjukkan keputusasaanya,
kefrustrasiannya. Ia kehilangan arah dan merasa hidupnya tak lagi
bermakna. Semua yang telah ia perjuangkan terasa seolah sia-sia.

Ia berdoa dengan penuh putus asa kepada Tuhan “Sekarang, ya TUHAN,


ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih baik dari pada nenek
moyangku” (ay. 4)1. Pernyataan Elia menunjukkan adanya tingkat depresi
yang luar biasa. Elia yang semula melarikan diri untuk menghindari
ancaman kematian malah berdoa untuk mati. Di tengah kesunyian
padang gurun, Elia semakin terbenam di dalam keputusasaanya. Ada
tiga alasan yang mendasari keputusasaannya, yaitu: (1) Kekecewaan

1 Commentary on 1 Kings 19:1-18 - Working Preacher from Luther Seminary

77
terhadap umat Israel yang masih menyembah baal. (2) Ia merasa bahwa
segala kerja kerasnya sia-sia, dan (3) ia depresi karena tekanan dan
ancaman kematian.

Di tengah gejolak yang dialami oleh Elia, Tuhan seakan tidak pernah
memberikan jawaban atau pertolongan di saat ia berada dalam
masalah maupun disaat meminta kepada Tuhan (ay. 1-4). Bagian ini
memperlihatkan ada perbedaan konsep pemikiran antara Elia dan
Tuhan.2 Namun, Tuhan mulai menanggapi situasi dan kondisi Elia pada
saat itu. Setelah berdoa kepada Tuhan, Elia yang kelelahan secara
fisik dan mental jatuh tertidur di bawah pohon Arar (ay. 5). Tuhan
tidak menegur Elia, melainkan Tuhan mengirimkan malaikat dan
menyediakan makanan berupa roti bakar dan sebuah kendi berisi air
agar Elia dapat makan sehingga ia memiliki kekuatan (ay. 6). Elia kembali
tertidur, selang berapa lama, Tuhan membangunkan Elia untuk kedua
kalinya. Tuhan berkata melalui malaikat-Nya, “Bangunlah, makanlah!
Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.” Ayat ini
menunjukkan bahwa Tuhan telah menujukkan pertolongan kepada
Elia dengan memberikan makanan dan mengarahkan Elia untuk dapat
bangkit dari penderitaannya.3 Tuhan memperhatikan Elia dan memenuhi
kebutuhannya. Lalu pada kalimat berikutnya di ayat 8, dikatakan “berjalan
empat puluh hari empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah,
yakni gunung Horeb.” Pada tahap ini Elia benar-benar sudah bangkit dari
keterpurukan dan keputusasaannya berkat pertolongan Tuhan.

Elia mengalami suatu peristiwa yang membawanya pada titik terendah


di hidupnya. Ia jatuh ke dalam depresi berat, sehingga sulit melihat
pertolongan Tuhan. Satu-satunya jalan keluar yang terpikirkan olehnya
ialah kematian. Namun, Tuhan menunjukkan kasih-Nya kepada Elia dan
menuntunnya untuk keluar dari padang gurun “kesendirian” itu. Peristiwa
ini menunjukkan jalan kehidupan seorang nabi yang percaya dan taat
kepada Tuhan, serta menunjukkan peranan Tuhan dalam menghadapi
penderitaan umat-Nya yang percaya.

2 Commentary on 1 Kings 19:1-4 [5-7] 8-15a - Working Preacher from Luther Seminary

3 Commentary on 1 Kings 19:4-8 - Working Preacher from Luther Seminary

78
Metode Penelaanan Alkitab dan Langkah-langkah
Berbagi Cerita
1. Pemimpin PA mengajak seluruh anggota PA untuk duduk bersama
membentuk lingkaran (disarankan menggunakan bangku).
2. Pemimpin PA memimpin kelompok untuk dapat sharing tentang
pengalaman hidupnya yang berkaitan dengan dengan Topik PA.
Pemimpin PA dapat memulai dengan memberikan pertanyaan:
a. Sikap seperti apa yang dapat kita teladani dari Nabi Elia?
b. Bagaimanakah nabi Elia menghadapi pergumulannya?
c. Adakah dari antara kita yang pernah mengalami stress atau
depresi? Ceritakanlah pengalaman itu!
d. Bagaimanakah tindakan yang kamu lakukan pada saat putus asa
menyerang?
e. Bagaimana relasimu dengan Tuhan ketika berada di kondisi
tersebut?
3. Pemimpin PA merampungkan hasil sharing dari seluruh kelompok
dan memberikan kesimpulan dari hasil sharing tersebut.

Penutup
Naposobulung, mungkin saya, kamu, dan kita seluruhnya pernah berada di
situasi yang sama dengan Elia. Kita lebih memilih untuk kabur dan mencoba
mencari tempat perlindungan yang kita rasa aman, namun tak kunjung kita
temukan. Kita berusaha menceritakannya ke orang tertentu, namun tetap
saja kita tak kunjung mendapatkan solusi untuk persoalan yang sedang kita
hadapi. Kita seperti berada di padang gurun “kesendirian”. Kita menyadari
bahwa ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan. Ada banyak hal
yang mungkin membuat kita terpuruk. Namun, melalui kisah Elia ini kita
disadarkan bahwa hanya Tuhan yang mampu memberikan jalan keluar
untuk mengubah situasi dan kondisi kita yang terpuruk, selama kita mau
mendengar panggilan dan  seruan  Tuhan. Oleh karena itu, bagaimanapun
kesulitan yang sedang kita alami saat ini, kita harus tetap yakin dan percaya
bahwa Tuhan tidak akan pernah membiarkan kita terpuruk.

Daftar Nyanyian
BE No. 557: 1-2
KJ No. 439: 1-2
PKJ No. 164

79
M ing g u XXI Sete la h Tr initatis

29 Oktober 2023

Menjadi Murid Tuhan Yesus? Siapa Takut!

Bacaan Alkitab
Lukas 10: 1-12

Latar Belakang
Hai, Naps! Di minggu ini tema Penelaahan Alkitab (PA) pemuda
kita membahas tentang pengutusan menjadi murid Yesus. Setelah
pengutusan keduabelas murid lalu Yesus melihat bahwa tidak cukup
hanya keduabelas murid saja melakukan pelayanan. Sebab semakin
banyak yang percaya dan mengikuti Kristus, tuaiaan banyak tetapi pekerja
sedikit! Maka, diutus kembali ketujuh puluh murid. Adapun para murid ini
adalah pengikut yang setia dan telah menyaksikan mukjizat yang telah
dinyatakan Yesus dan telah berproses bersama-sama dengan Yesus
sehingga mereka dipercayakan untuk satu misi yang besar. Para murid
diutus untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Pelayanan yang dilakukan
tidak terbatas pada satu tempat tertentu tetapi kepada semua orang yang
dapat dijangkau. Yesus memberikan mereka kekuatan melawan roh-roh
untuk mengusir dan menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Baiklah Naps, untuk memaknai lebih mendalam tentang penugasan


ketujuhpuluh murid dalam melakukan pelayanan serta tantangan dan
hambatan yang dihadapi para murid akan kita bahas dan gali secara
bersama. Tulisan ini akan memberikan panduan bagi peserta PA dengan
menggunakan metode Penelaahan Alkitab untuk membantu para
peserta PA dalam memahami pesan firman Tuhan serta mau menjadi
murid Tuhan Yesus. Naps, berikut panduan PA pada hari ini, silahkan
diikuiti langkah-langkahnya.

80
Tafsiran
1. Pengutusan Ketujuhpuluh Murid
Hai Naps, dalam PA kita kali ini Yesus mengutus ketujuh puluh murid.
Yesus menentukan tujuh puluh murid untuk diutus melakukan misi besar.
Sejak zaman Perjanjijan Lama, tujuh puluh memiliki makna simbolik yang
memiliki makna perwakilan semua bangsa di muka bumi. Selain itu, dalam
kitab Perjanjian Lama Musa memilih para tua-tua berjumlah tujuh puluh
untuk membantu Musa dalam pekerjaan mengajar serta menghakimi
orang berbuat salah (Bil. 11: 16). Penujukkan kembali ketujuh puluh murid
Tuhan bertujuan menghidupkan kembali ordo atau “aliran” nabi yang telah
lama punah, meskipun ketujuh puluh murid tidak mengambil bagian dalam
otoritas dan fungsi khusus dari kedua belas murid, tetapi mereka diberi
kekuatan kenabian (Luk. 10: 21). Pengutusan ketujuh puluh murid sebagai
misionaris diutus secara berdua-dua supaya mereka saling membantu
ketika menghadapi kesulitan, saling menghibur, bekerjasama, mengisi
kekurangan dan mendukung dalam kesukaran sehinga dibutuhkan
kerjasama tim untuk satu misi yang besar.

2. Menjadi Murid Yesus Siap Menghadapi Tantangan


Menjadi murid Yesus harus siap menghadapi tantangan dan menderita.
Lukas menuliskan bahwa para murid yang diutus ini diibaratkan seperti
domba yang diutus ke tengah serigala. Mengapa diibaratkan seperti domba?
Domba adalah hewan yang jinak, bersih, dan juga tidak merugikan pemilik.
Namun demikian, hewan ini mudah dimangsa oleh binatang buas dan
mudah tersesat. Domba yang tidak berdaya diperhadapkan kepada serigala
yang ganas dan berbahaya. Metafora serigala digunakan sebagai gambaran
binatang buas yang berbahaya dan dapat menjadi lawan yang mengancam
nyawa. Konotasi murid diibaratkan seperti domba. Nas ini mau menyatakan
bahwa domba yang lemah harus bergantung kepada Allah. Diingatkan bahwa
di tengah ancaman dan bahaya ada gembala yang memelihara hidup mereka.
Namun, para murid yang diutus itu harus menjadi bijak dalam menghadapi
situasi. Menjadi murid Yesus harus siap masuk ke lingkungan yang berbahaya,
sebab mereka diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala. Menjadi
murid Yesus bukan untuk mencari kenyamanan hidup, justru sebaliknya
harus siap mengalami kesulitan hidup dan siap meninggalkan keinginan
untuk mendapatkan hidup yang nyaman dan aman.

3. Menjadi Murid Yesus Mampu Mencukupkan Diri


Yesus memerintahkan agar para murid tidak membawa pundi-pundi,

81
bekal, dan kasut (sandal) bertujuan agar para murid tidak terbebani
dengan banyak hal yang bersifat jasmani, sehingga mereka bersandar
pada pertolongan Tuhan. Ditegaskan kembali bahwa tujuan utama para
murid adalah memberitakan Injil. Para murid tidak perlu khawatir dengan
kebutuhan jasmani selama penginjilan. Pemilik rumah yang menerima
para murid akan menghidangkan makanan secukupnya, sebab seorang
pekerja pun berhak mendapatkan upahnya. Oleh karena itu, para murid
harus mencukupkan diri dengan apa yang Tuhan berikan.

4. Siap Menghadapi Penolakan


Para murid diperintahkan untuk memberi salam ke kota dan ke rumah yang
mereka kunjungi. Apabila salam damai sejahtera diterima oleh pemilik rumah,
maka salam itu akan tinggal bersama mereka. Namun, jika salam itu ditolak
maka akan kembali kepada para murid. Makna pemberian dan penolakan
ingin menyatakan bahwa ketika salam diterima maka berkat akan tinggal
kepada pemilik rumah. Akan tetapi, ketika salam ditolak maka para murid
diperintahkan untuk “mengebaskan debu kaki.” Dengan demikian, para murid
tidak bertanggung jawab atas keputusan mereka telah menolak berita Injil
yang dibawa oleh para murid. Peringatan mengebaskan debu dari kaki bagi
orang Yahudi sebagai tanda hubungan dengan orang yang menolak terputus.

Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah


Pembahasan Khotbah
(Pemimpin PA dapat memoto copy bagian tafsiran untuk dibagikan
kepada peserta PA atau membuat khotbahnya sendiri merujuk pada
tafsiran hari ini)
a) Bernyanyi
b) Pembukaan
- Pemandu PA mengajak peserta PA untuk membaca teks Alkitab
secara saksama.
- Bacalah nas PA berulang kali sampai peserta memahami isi
firman Tuhan.
- Setelah membaca nas PA ajaklah peserta untuk merenungkan
serta memahami nas dan khotbah (yang sudah disediakan
pemimpin PA atau penjelasan PA hari ini dari bagian tafsiran).
- Renungkan secara pribadi nas PA hari ini.
c) Berbagi dan Diskusi
Pemandu PA mengajak para peserta untuk berbagi pikiran dengan
berdiskusi bersama tentang:

82
 Makna menjadi murid Yesus.
 Apakah yang dimaksud dengan seperti “domba ke tengah
serigala” khususnya pada zaman ini.
 Mendalami penggilan sebagai murid Yesus yang mengalami
berbagai tantangan dan penolakan.
 Sikap Pemuda yang menerima pengutusan menjadi murid dan mau
melayani sesama untuk mewartakan Kerajaan Sorga sudah dekat.
d) Aktivitas
Setelah sesi berbagi dan diskusi selesai ajaklah pemuda untuk
melakukan aktivitas dengan memperhatikan langkah berikut:
 Masing-masing peserta PA telah menerima panggilan menjadi
murid Tuhan Yesus dan komitmen menjadi murid yang setia.
 Pemandu PA memilih peserta terdiri dari dua orang ditugaskan
untuk mewartakan kerajaan Allah dengan mencari dan
memanggil Pemuda/i gereja yang belum masuk dalam
persekutuan naposobulung di gereja.
 Pemandu PA menyiapkan air untuk pembasuhan kaki sebelum
diberangkatkan menjadi murid Yesus seluruh peserta PA dibasuh
kakinya oleh pemandu PA
 Sharing pembahasan Alkitab diakhir dengan doa dan pengutusan
pemuda menjadi murid Tuhan Yesus untuk mencari domba yang
hilang.

Penutup
Sebagai penutup dalam PA pemuda diminggu ini diharapkan peserta
terpanggil menjadi murid Tuhan Yesus dan bersedia menerima
panggilan untuk mencari dan mengumpulkan jiwa yang tersesat
untuk diselamatkan, menjadi hamba Tuhan mau hidup sederhana,
mencukupkan dengan apa yang ada panggilan pemuda untuk di utus
menjadi murid Yesus. Tuaiaan Banyak Pekerja Sedikit, kiranya peserta
PA mau memberi hati, dalam pemberitaan injil, sabar menghadapi
tantangan, hidup didalam iman, hidup berhikmat. Menjadi Murid Tuhan
Yesus, siapa takut…!

Daftar Nyanyian
KJ No. 370:1-2
KJ No. 375
KJ No. 424

83
M ing g u XXII Sete lah Tr initatis

5 November 2023

Tuhan Pasti Menolong Aku

Bacaan Alkitab
Mazmur 25: 15-22

Latar Belakang
Dalam buku How to respect my self karya Yoon Hong Gyun menulis bahwa
pada awalnya ia berpikir singa adalah ‘raja hutan.’ Saluran TV Nasional
memberitakan bahwa singa diserang dan dihempaskan kuda nil karena
balas dendam atas kematian anaknya yang dimangsa oleh singa. Tidak
hanya itu, kehidupan singa pun tampak sulit, banyak hewan liar yang
mengancam sarang dan menyerang anak-anaknya. Terkadang, zebra
mau menendang singa dengan kaki belakangnya hingga merontokkan
tulang rahangnya. Singa si Raja Hutan itu rupanya bisa mati kerena
gigitan ular berbisa. Kehidupan singa yang begitu diirikan oleh hewan
lainnya ternyata juga harus bertahan hidup dalam kesulitan. Gyun
akhirnya berpikir bahwa manusia pun memiliki kehidupan yang sedih dan
menyakitkan. Akan tetapi, manusia itu pun harus memiliki kesadaran
untuk tetap bertahan dari hidup yang menyedihkan dan sengsara penuh
ancaman itu.

Tekanan pada diri pemuda juga tentunya banyak. Tekanan itu bisa
datang dari lingkungan pekerjaan yang berat dan menuntut banyak hal.
PA hari ini menceritakan tentang pemazmur yang mengalami tekanan
dan penderitaan. Ia datang kepada Tuhan untuk meminta pertolongan-
Nya. Saat kita mengalami kesulitan, apakah kita berseru kepada Tuhan
untuk meminta pertolongan? Bagaimana jika pertolongan itu tidak
kunjung datang atau mengecewakan? Mari kita ulas bersama.

84
Tafsiran
1. Berseru Kepada Tuhan
Dalam nas PA ini seruan pemazmur tertuju kepada Tuhan. Dalam
doanya pemazmur memohon untuk dikasihani agar dilepaskan dari
belenggu jaring yang mengikat. Jika digambarkan keberadaannya
saat itu, pemazmur hidup sebatang kara dan tertindas. Ia seakan
lemah tak berdaya, ia datang sujud dan bermohon kepada Tuhan.
Pemazmur menyakini seruan kepada Allah membawa pada
kelegaan, sebab Allah yang penuh kasih setia pasti akan menolong.
Keselamatan itu tidak datang selain dari Allah yang penuh kasih.

2. Memohon Ampun
Pemazmur menyadari di tengah seruan doanya ia mengingat akan
dosa dan pelanggaran yang pernah dilakukan. Bukan Tuhan yang
mengingat kedosaannya, tetapi pemazmur menyedari bahwa dosanya
di masa lampau sangat banyak. Ia mengakui dosanya itu. Ia datang
dengan rendah hati dan mengenal kebesaran Tuhan. Kebesaran Tuhan
itu membuatnya bergantung kepada Tuhan. Harapannya adalah dosa
dan pelanggarannya di masa lalu itu diampuni oleh Tuhan.

3. Tuhan Tempat Perlindungan


Ungkapan hati pemazmur berada pada kegelisahan oleh sebab
dikejar musuh. Sangat dimungkinkan bahwa pemazmur dikejar Saul
yang hendak membunuhnya (1Sam. 24 dan 26). Dilukiskan betapa
takut dan gelisahnya pamazmur akan musuh yang membenci hingga
menginginkan nyawanya. Pemazmur memperlihatkan betapa
Tuhan mampu menjaga jiwanya dan menjadi tempat perlindungan.
Pemazmur hanya menantikan pertolongan Allah saja. Artinya
pemazmur tidak mencari pertolongan di luar Tuhan. Hanya lewat
seruan doa memohon perlindungan dari Tuhanlah yang menjadi alat
perjuangan pemazmur untuk dilepaskan dari musuh. Ketika umat
berseru maka Allah akan bertindak.

85
Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah

Refleksi

Untuk Memahami nas PA, pemandu PA dapat melakukan beberapa


langkah berikut:
a. Peserta membentuk kelompok (1 kelompok terdiri dari 5 orang)
b. Pembukaan
• Bernyanyi
• Berdoa
• Membaca Teks Alkitab dan Renungan (Mzm. 25: 15-22)
c. Peserta Memahami serta membaca ulang teks Alkitab secara
berulang
d. Merenungkan kembali isi teks Alkitab serta merefleksikan bersama
kelompok
e. Berbagi Refleksi terhadap kelompok PA
• Memahami penderitaan yang terjadi pada diri Pemazmur
dan merenungkannya bersama kelompok. Bagaimana jika
penderitaan itu terjadi pada diri pemuda. Apa yang dilakukan
oleh pemuda?
• Masing-masing peserta saling berbagi kesulitan hidup atau
pergumulan dan bagaimana cara Allah menolong melalui refleksi
pribadi.
f. Penutup (Mengambil Waktu Untuk Meditasi)
• Meminta maaf kepada diri sendiri. Ambil waktu untuk bercermin
dan meminta maaf kepada diri sendiri. Peserta PA mengucapkan
dengan lantang “untuk diriku, maaf. Aku telah membuatmu
terlalu lelah dan berusaha menyembunyikan bahwa aku bisa
menghadapi semua kesulitan yang ada, tetapi sesungguhnya
aku tidak bisa tegar. Aku minta maaf jika tidak bisa puas dengan
diri sendiri, mengeluh terhadap nasib, malu dengan kenyataan
yang dihadapi. Saat ini aku mau berdamai dengan diriku dan
tidak memaksakan diri tetapi bersandar pada pertolongan Allah.
Tuhan pasti menolong aku dalam kesesakanku.
• Membuat komitmen untuk bersandar kepada Tuhan dengan
tidak mengandalkan pikiran diri sendiri. Percaya Tuhan akan
menolong setiap pergumulan yang dihadapi pemuda/i.
• Bernyanyi bersama
• Setiap peserta mendoakan refleksi pribadi tentang pergumulan
hidup yang sedang dialami. Dan diakhiri dengan doa pemimpin PA.

86
Penutup
Diakhir PA ini para peserta diharapkan telah mengenal Tuhan sebagai
tempat berseru apabila sedang menghadapi masalah. Melalui pemazmur
peserta PA belajar menghadapi pergumulan dengan memberikan seruan
pertolongan hanya kepada Tuhan saja. Percaya dengan sungguh bahwa
kekuatan hanya diperoleh melalui bimbingan arahan Tuhan. Oleh karena
itu, mintalah selalu kepada Tuhan supaya menuntun ke jalan-Nya, sebab
jalan bersama Tuhan mendapatkan ketenangan, diluputkan dari musuh
dan memperoleh kemenangan. tetap percaya Tuhan pasti menolong.

Daftar Nyanyian
KJ No. 38: 1+5
BN HKBP No. 758
KJ No. 438: 1-2

Pembinaan Remaja Naposobulung Ressort Sipiongot di HKBP


Sipiongot, Ressort Sipiongot, Distrik I Tabagsel – Sumbar pada tanggal
23 – 24 April 2022.

87
Ming g u XXIII Sete lah Trinitatis

12 November 2023

Kasih yang Menggerakkan dan Menggenapi

Bacaan Alkitab
Roma 13: 8-14

Latar Belakang
Hai, Naps! Tema Penelaahan Alkitab (PA) kita minggu ini bercerita
tentang kasih yang terinspirasi dari kasih Yesus itu sendiri. Yesus
adalah kasih sebagai penggenapan dari hukum taurat. Mengapa kasih
disebut sebagai penggenapan hukum taurat? Nah, untuk menjawab
pertanyaan itu, kita perlu tahu nih Naps, apa alasan Paulus dalam Surat
Roma menyinggung tentang kasih dan hukum taurat dalam waktu yang
bersamaan. Selain itu, kasih yang bagaimanakah yang disebut oleh
Paulus sebagai penggenapan hukum taurat? Kedua pertanyaan ini,
dan beberapa pertanyaan lainnya akan dijawab secara mendalam oleh
panduan PA ini, juga akan kalian diskusikan sebagai peserta PA.

Naps, untuk menjawab dua pertanyaan tersebut di atas dan beberapa


pertanyaan lain yang akan disajikan pada bagian berikutnya, tulisan ini
akan memberikan panduan untuk kita, baik sebagai pembawa maupun
peserta PA. Tidak hanya ringkasan dari isi nas PA minggu ini saja, tetapi
metode dan langkah-langkah pendalaman untuk memahami tema kita
minggu ini juga akan disajikan dalam panduan ini. Mengingat isi nas PA
yang perlu digali dan dipahami secara menyeluruh ayat-ayatnya, penulis
menyarankan metode induktif dipadu dengan metode berdiskusi atau
tanya jawab sebagai metode yang digunakan untuk melaksanakan PA.

88
Tafsiran
1. Bayar Apa yang Harus Dibayar
Mengawali nas PA minggu ini, Paulus dalam surat Roma
menggunakan kalimat perintah yang menyerukan agar pembacanya
tidak berhutang apa-apa kepada siapa pun juga (13: 8). Perintah ini
agaknya merupakan penegasan dari ayat tujuh. Paulus menyerukan
agar membayar apa yang harus dibayar kepada yang ‘berhak’ untuk
dibayar. Selanjutnya, Paulus menyambung kalimatnya dengan
berseru “tetapi hendaklah kamu saling mengasihi.” Gabungan kedua
kalimat ini mengisyaratkan bahwa tindakan mengasihi adalah ibarat
‘hutang’ yang harus dibayarkan, dan untuknya janganlah berhutang
atau tidak melakukan tindakan kasih itu. Buku tafsiran mengartikan
bahwa hukum kasih kepada sesama disebut sebagai unpaid universal
debt. Ia merupakan ‘hutang’ manusia sebagaimana Allah telah terlebih
dahulu mengasihi manusia itu. Itu artinya, kasih dalam konteks Roma
yang dikedepankan oleh Paulus adalah kasih yang terinspirasi dari
kasih Allah itu sendiri. Barangkali itu menjadi jawaban mengapa kata
agapao, atau agape yang digunakan sebagaimana jenis kasih itu yang
sering disandangkan kepada Allah.

2. Kasih yang Tidak Egois


Dalam bahasa aslinya, kata mengasihi yang digunakan adalah
agapao, yang selain to love, dapat juga berarti wish well to, atau take
pleasure in. Kata agapao berhubungan dengan salah satu ‘jenis’ kasih
dalam pemahaman Yunani, yakni agape. Menurut Kamus Filsafat
yang ditulis oleh Lorens Bagus, agape merupakan istilah Yunani yang
berarti cinta yang tidak mementingkan diri sendiri, atau cinta tanpa
batas. Agape ini juga bisa dikaitkan dengan istilah Bahasa Inggris,
unconditional love.1 Cinta agape tidak egois. Cinta atau kasih yang
menjauhkan keegoisan ini dipertegas oleh Paulus saat menyaksikan
orang-orang Yahudi dan orang-orang Yunani tampil berseteru karena
perbedaan pendapat mereka. Demi mewujudnyatakan Hukum Allah,
yakni tauratnya itu, orang-orang Yahudi justru tidak dihinggapi oleh
kasih agape yang lebih dulu telah dinyatakan oleh Allah itu. Karena
keegoisanlah yang justru hidup saat melakukan hukum itu dan
melupakan yang lain. Oleh karena itu, tema kasih agape sebagai
sebuah hutang yang harus dibayar digemakan oleh Paulus untuk

1 Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000), 21.

89
menegaskan bahwa kasih adalah hal yang patut dilakukan oleh
orang-orang (orang yang berhutang patutlah membayar hutangnya).
Ini supaya jemaat Roma lebih mengedapankan untuk meneladan
kasih agape yang datang dari Allah itu sendiri, dalam usaha mereka
menggenapi hukum Allah.

3. Kasih sebagai Penggenapan Hukum Taurat


Paulus secara langsung menyebut bahwa barangsiapa mengasihi
sesamanya manusia, ia sudah memenuhi hukum Taurat. Pesan
Paulus ini tentu berangkat dari keadaan yang dihadapi oleh Paulus di
antara Jemaat Roma, di mana mereka terlalu mengagung-agungkan
hukum taurat, hingga memunculkan perseteruan di antara mereka
yang merasa sudah memenuhi hukum taurat dan yang belum
memenuhinya. Perseteruan yang terjadi justru menjadi penanda
bahwa hidup jemaat Roma sudah menjauh dari kasih itu. Ini seolah
menjadi salah satu tujuan Paulus menyinggung tentang kasih itu;
bahwa tidak ada gunanya mereka berlomba-lomba memenuhi hukum
taurat, bila hukum kasih yang menurut Paulus, malah ‘merangkul’
keseluruhan hukum taurat tidak mereka dihidupi sehari-hari.
Bahkan, oleh Kristus sendiri; lewat hidup, mati, dan kebangkitannya,
Kasih telah diteladankan-Nya.

4. Kasihi Sesamamu Seperti Kamu Mengasihi Dirimu Sendiri


Menurut Paulus kasih terhadap sesama haruslah cerminan dari
kasih terhadap diri sendiri. Itu berarti, sebelum mengasihi sesama
manusia, haruslah mengasihi diri sendiri terlebih dahulu. Selanjutnya
kasih terhadap sesama manusia ini, sebagaimana dalam 1 Yohanes
4:20, merupakan capain awal jika manusia ingin mengasihi Allah.
Itu berarti, jika manusia berkata ia mengasihi Allah, tetapi ia tidak
mengasihi sesamanya, ia sedang berdusta. Namun demikian, yang
lebih tepat adalah mengasihi sesama manusia karena Allah sudah
terlebih dahulu mengasihi umat manusia. Inspirasi mengasihi itu,
hadir tidak lain adalah dari Allah itu sendiri kepada manusia.

Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah


Penyelidikan Induktif dan Diskusi
1. Menggali dan Berdiskusi
Untuk memahami nas PA ini, seperti dijelaskan di awal, pemandu PA
dapat menggunakan metode induktif, yakni metode yang meneliti

90
secara hati-hati dan mendalam setiap ayat dalam nas dan menggali
maknanya. Untuk melakukannya secara interaktif, pemandu PA
dapat memulai dengan memantik diskusi di tengah peserta PA, lalu
membentuk kelompok untuk menjawab beberapa pertanyaan yang
diajukan. Pemandu PA dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan
berikut atau menambahkan pertanyaan-pertanyaan kontekstual yang
sedang digumuli oleh para peserta PA berkenaan dengan tema PA:
• Apakah yang terjadi pada jemaat Roma pada teks PA hari ini?
• Kasih yang bagaimakah yang seharusnya dimiliki oleh setiap
jemaat? Bagaimana caranya?
• Bagaimanakah kasih yang tidak egois itu?
• Apakah yang dimaksud dengan kasih sebagai penggenapan
hukum taurat?
• Jelaskanlah alasan dan motivasi yang sering mendorongmu
mengasihi sesama!
• Dalam bentuk dan situasi yang bagaimanakah kamu pernah
merasakan Kasih Allah dalam hidupmu?
• Bagaimanakah kamu memahami hubungan kasih dan hukum
Taurat?
• Bagaimanakah kamu memahami Kasih Kristus kepada manusia
dan kasih di antara sesama manusia? Bagaimana kamu
menghubungkannya?

Pemandu PA selanjutnya dapat memberikan waktu secukupnya bagi


masing-masing kelompok untuk berdikusi dan menuliskan jawabannya.
Agar menarik, pemandu PA dapat memfasilitasi peserta dengan alat-alat
tulis, misalnya berupaka kertas karton, spidol berwarna, dan sebagainya.
Berilah waktu bagi para peserta untuk mempresentasikan jawabannya
di depan para peserta lainnya. Pemandu PA disarankan memiliki asumsi
bahwa setiap jawaban peserta PA adalah unik, oleh karenanya, selagi
tidak melenceng, setiap jawaban peserta baiknya ditampung. Kemudian,
setelah presentasi, pemandu PA boleh meluruskan setiap jawaban
yang dianggap kurang tepat atau perlu disempurnakan. Pemandu PA
juga boleh mengajak para peserta untuk membuat komitmen bersama
tentang kasih Kristus yang menginspirasi manusia untuk berbuat hal
yang serupa, tentu berangkat dari apa yang mereka tuliskan dan pahami
sendiri. Bagaimanapun respons dan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari merupakan bagian penting dari pelaksanaan PA itu sendiri.
The last but not least sebagai nyanyian pembuka maupun penutup
sebelum doa, pemandu PA boleh memilih salah satu nyanyian Sekolah

91
Minggu tentang kasih untuk dinyanyikan bersama oleh para peserta PA,
misalnya Lagu K-A-S-I-H yang dipadukan dengan gerakan membentuk
huruf KASIH tersebut. Pemandu diharapkan meminta partisipasi
peserta PA yang bisa memperagakan gerakan dari lagu yang hendak
dinyanyikan dan ditiru olehh para peserta PA. Lebih lengkapnya, berikut
disajikan contoh panduan dan langkah-langkah pelaksanaan PA dengan
metode induktif disertai diskusi. Naps sekalian boleh meniru atau
‘mengimprovisasi panduan ini.

Contoh Panduan PA
• Sebelum memulai PA, pemandu boleh memilih salah seorang peserta
untuk memimpin doa syafaat, dan menanyakan kepada para peserta
PA topik-topik doa yang perlu dibawakan pendoa syafaat.
• Nyanyian pembuka
• Doa pembuka
• Membaca nas PA bersama-sama, secara berulang, setidaknya dua
kali
• Pemandu menjelaskan latar belakang nas PA, sebagaimana disajikan
dalam panduan ini. Pemandu juga boleh menambahkan materi dalam
rangka mengembangkan apa yang disajikan dalam panduan ini.
• Pemandu memantik diskusi dengan mengajukan pertanyaan yang
tersedia, dan/atau yang ditambahkan oleh pemandu.
• Pemandu membagi kelompok dan memfasilitasi peserta untuk
berdiskusi di dalam kelompok dan menuliskan gagasan kelompok
masing-masing
• Pemandu mempersilakan kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya
• Pemandu merangkum hasil diskusi dan bersama dengan peserta PA,
membuat respons dan komitmen bersama berkaitan dengan tema
PA
• Menyanyikan nyanyian tentang kasih, misalnya lagu K-A-S-I-H dan
memeragakan gerakannya.
• Doa Penutup

Penutup
Di akhir diskusi, diharapkan peserta PA telah memahami bahwa kasih Allah
melalui Kristus yang menggerakkan manusia untuk mengasihi sesamanya

92
adalah perbuatan yang harus dilakukan oleh orang percaya sebagai bukti
imannya. Hukum Taurat, melalui perbuatan kasih telah tersimpulkan.
Sehingga tidak ada lagi yang mengejar Hukum Taurat, tetapi malah lupa
untuk mengasihi sesamanya. Oleh karenanya, setelah mendapat jawaban
dari para peserta mengenai motivasi mereka berbuta kasih, sebisa
mungkin pemandu PA mengarahkan agar peserta PA paham bahwa
mengasihi sesama dilakukan karena Allah telah lebih dahulu mengasihi
kita. Itulah menjadi motivasi yang hakiki. Sehingga betul, manusia
mengamalkan kasih, murni digerakkan oleh Kasih Allah itu sendiri.

Daftar Nyanyian
BN HKBP No. 9
BN HKBP No. 596
BN HKBP No. 754

Transformasi dan Pemberdayaan, Save Lost Generation di HKBP


Pardamean Pekan Kamis, Ressort Dolok Masihul, Distrik XIV Tebing
Tinggi pada tanggal 06 Agustus 2022.

93
Ming g u XXIV Sete lah Trinitatis

19 November 2023

Pujilah Allah dengan yang Ada Padamu

Bacaan Alkitab
Mazmur 108: 1-6

Latar Belakang
Hai, Naps! Tema Penelaahan Alkitab (PA) kita minggu ini bercerita
tentang pujian dan ucapan syukur kepada Allah yang disampaikan
oleh Daud melalui mazmurnya. Sejatinya, seluruh bagian kitab Mazmur
berisikan pujian dan syukur Daud kepada Allahnya. Oleh karena itu,
panduan PA ini tidak bermaksud untuk terlalu jauh mendalami tentang
Daud dan Mazmurnya, tetapi lebih kepada menelisik dan meneladani
ketekunan Daud dalam mengenali Allahnya, sehingga ia didorong
untuk memuji Allahnya itu dengan apa yang diberikan kepadanya, yaitu
talentanya dalam menuliskan Mazmur.

Pemujian dan ucapan syukur Daud kepada Allah tentu berangkat pertama
sekali dari perbuatan Allah itu sendiri yang nyata di dalam kehidupan
Daud, sehingga karya Allah itu menggerakkan hati Daud untuk mengenali
Allah secara nyata di dalam kehidupannya. Dengan mengenal Allah yang
Baik itu di dalam hidupnya, terdorong pulalah Daud untuk memuji Allah
dengan talenta yang ia miliki. Ia adalah pemazmur; seorang yang ahli
menulis sajak dan nyanyian. Melihat konteks Mazmur 108, ia merupakan
doa dan nyanyian syukur yang diungkapkan oleh Daud sebagai bentuk
semangat dan kesiapan hatinya untuk menyaksikan perbuatan Tuhan
yang besar yang menyelamatkan umat-Nya.

Merujuk pada ayat enam teks ini, Daud sepertinya menyaksikan keadaan
umat Allah yang sangat butuh pertolongan Tuhan. Kalimat “selamatkanlah”
seolah mengisyaratkan bahwa ‘orang-orang’ yang dicintai oleh Allah itu

94
sedang dalam bahaya dan perlu diselamatkan. Jika melihat pada ayat-
ayat berikut pada pasal 8, Daud seperti sedang menggambarkan bangsa
Israel yang tengah diperhadapkan dengan para penjajah yang identik
dengan kata ‘lawan’. Esensi dari nas ini sejatinya bukanlah pada keadaan
bangsa itu, tetapi kerendahan hati Daud, yang dengan nyanyian dan
doa memohon keselamatan kepada Allah, bukan hanya untuk dirinya
sendiri, tetapi juga untuk orang-orang yang dikasihi Allah. Berpedoman
pada pengalaman Daud bersama Allah, panduan PA ini akan membantu
dan mendorong kita mengenali perbuatan Allah dalam hidup kita, juga
kelebihan yang diberikan oleh-Nya kepada kita untuk kita pakai memuji dan
bersyukur pada Allah. Ikuti panduan ini dengan saksama ya, Naps.

Tafsiran
Allah yang Berkuasa atas Segalanya
Keberangkatan dari Mazmur Daud tentu adalah dari kebesaran Allah
sendiri. Pujian Daud tentu ada karena Allah yang Maha Besar yang
layak dipuji olehnya. Kuasa Allahlah yang sejatinya mendorong Daud
menuliskan Mazmur yang termahsyur itu. Hal ini dapat dilihat dari
keseluruhan isi Mazmur, yang menuju pada pemujian kepada Allah
karena kebesaran-Nya, yang turut dirasakan secara nyata oleh Daud
melalui setiap penyertaan Allah dalam pelbagai situasi, suka, maupun
duka yang dihadapi oleh Daud. Melihat perumpamaan yang dipakai Daud
untuk menggambarkan kuasa Allah, terlihat ada keyakinan dalam diri
Daud yang mengenali kuasa Allah yang penuh kasih itu.

Kuasa Allah yang Mendorong Pengenalan


Pada ayat lima, Daud bermazmur bahwa kasih Allah besar mengatasi
langit dan setia-Nya sampai ke awan-awan. Sebagaimana disebut
sebelumnya, kuasa Allahlah (termasuk kasih-Nya) yang menjadi
causa-prima atau penyebab utama adanya Mazmur. Berangkat dari
penglihatan Daud yang menyaksikan kasih Allah yang mengatasi langit itu,
terdoronglah hatinya melaungkan pujian bagi Allah. Melalui Mazmurnya
– sebagaimana merupakan keahlian, talenta, atau bakat yang Allah
tanamkan dalam dirinya – Daud menyembah Allah-Nya itu. Berangkat dari
sini, PA ini diharapkan mendorong Naposobulung untuk membiarkan Allah
menyelidiki dirinya, juga mengundang Allah untuk menyatakan kuasa-
Nya melalui penglihatannya. Sehingga, Naposobulung akan terdorong
untuk mengenal kuasa Allah, dan dengannya, memuji Allah melalui bakat,
kemampuan yang Allah tanamkan dalam diri setiap Naposobulung.

95
Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah
Menggali dan Berdiskusi
Untuk memahami nas PA ini, pemandu PA dapat menggunakan metode
induktif, yakni metode yang meneliti secara hati-hati dan mendalam
setiap ayat dalam nas dan menggali maknanya. Secara interaktif,
pemandu PA dapat memandu diskusi di antara peserta PA, lantas
membentuk kelompok untuk menjawab beberapa pertanyaan yang
diajukan berikut, dan/atau pertanyaan-pertanyaan kontekstual yang
sedang digumuli oleh para peserta PA berkenaan dengan tema PA:
• Bagaimanakah kamu memahami kuasa Allah di bumi, secara khusus
di dalam hidupmu?
• Dalam bentuk dan situasi yang bagaimanakah kamu pernah
merasakan Kuasa Allah dalam hidupmu?
• Pernahkah keadaan kesesakan atau kesusahan mendorongmu
untuk lebih mengenal Kuasa Allah?
• Menurut kesadaranmu, dengan apakah kamu boleh memuji Allah
dalam hidupmu sebagai tanda pengenalanmu akan kuasa-Nya?

Khusus untuk pertanyaan ketiga, pemandu PA dapat memfasilitasi
peserta PA untuk mengekspresikan pujian mereka bagi Allah, baik
melalui prosa dan/atau nyanyian seperti yang dibuat oleh Daud, melalui
gambar atau lukisan, melalui tarian, melalui tulisan atau apa saja yang
dirasa dapat diterjemahkan dan dipahami peserta PA lainnya sebagai
bentuk pujian. Bila ada dari antara Naposo yang berkebutuhan khusus,
boleh difasilitasi untuk menyampaikan pujiannya melalui bahasa isyarat,
ataupun bahasa tubuh. Untuk yang menulis prosa atau menggmbar,
pemandu PA dapat memfasilitasi peserta dengan alat-alat tulis dan
gambar. Untuk yang menari dan menyanyi, pemandu PA dapat mengajak
peserta PA untuk membuat grup vokal atau tari bila dirasa jumlah peserta
terlalu banyak untuk ditampilkan satu persatu. Dua atau tiga kelompok
dari keduanya cukup. Berangkat dari berbagai ekspresi pujian yang
mereka tampilkan, pemandu PA dapat mengajak para peserta untuk
membuat komitmen bersama tentang kuasa Allah yang mendorong
manusia, secara khusus Naposobulung untuk memuji Allah dengan
berbagai cara, macam ekspresi yang dapat mereka tawarkan. Respons
dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari merupakan bagian penting
dari pelaksanaan PA itu sendiri. Untuk itu, komitmen bersama sangat
perlu dibuat.

96
Sebagai bahan acuan, berikut disajikan contoh panduan dan langkah-
langkah pelaksanaan PA dengan metode induktif disertai diskusi. Naps
sekalian boleh meniru atau ‘meng-improvisasi panduan ini.

Contoh Panduan PA
• Sebelum memulai PA, pemandu boleh memilih salah seorang peserta
untuk memimpin doa syafaat dan menanyakan kepada para peserta
PA topik-topik doa yang perlu dibawakan pendoa syafaat.
• Nyanyian pembuka
• Doa pembuka
• Membaca nas PA bersama-sama, secara berulang, setidaknya dua
kali
• Pemandu menjelaskan latar belakang nas PA, sebagaimana disajikan
dalam panduan ini. Pemandu juga boleh menambahkan materi dalam
rangka mengembangkan apa yang disajikan dalam panduan ini.
• Pemandu memantik diskusi dengan mengajukan pertanyaan yang
tersedia, dan/atau yang ditambahkan oleh pemandu.
• Pemandu membagi kelompok dan memfasilitasi peserta untuk
menuliskan macam ekspresi, cara yang dapat mereka lakukan
untuk menunjukkan pujian bagi Allah; baik melalui tulisan, gambar,
nyanyian, tarian, bahasa isyarat, dan sebagainya.
• Pemandu mempersilakan peserta PA untuk ‘berekspresi’, dapat
dilaksanakan secara individu maupun membentuk kelompok, jika
jumlah peserta PA cukup banyak.
• Pemandu merangkum hasil diskusi dan bersama dengan peserta PA,
membuat respons dan komitmen bersama berkaitan dengan tema
PA
• Menyanyikan nyanyian Psalmen 23 (Lirik dan notasi dapat dilihat
pada Buku Anak Sekolah Minggu HKBP)
• Doa Penutup

Penutup
Di akhir diskusi, diharapkan peserta PA telah memahami bahwa kuasa
Allah hadir secara nyata dalam sepanjang kehidupan. Itulah yang
mendorong atau menggerakkan manusia untuk memuji-Nya sebab
Ia memang layak untuk dipuji. Kuasa Allah itu juga yang mendorong
Daud. Bahkan, karena kuasa Allah itulah muncul Mazmur itu sendiri,

97
yang adalah bentuk ekspresi Pujian Daud. Napososbulung sebagaimana
Daud, juga diberikan Allah tempat, bakat, kekuatan, kemampuan, hidup
yang seluruhnya adalah untuk memuji-Nya. Oleh karenanya, dalam PA
ini, Naposobulung diharapkan dapat mengekspresikan pujian mereka
kepada Allah dengan berbagai cara yang dapat mereka lakukan, baik
melalui kemampuan berseni yang diberikan kepada mereka. Semuanya
itu, dilakukan Naposobulung, karena mereka paham dan yakin Allah yang
Berkuasa itu, memang patut disembah.

Daftar Nyanyian
KJ No. 1
BN HKBP No. 4
BN HKBP No. 573

Kemah Pemuda HKBP & Kemah Pemuda Kebangsaan di Perkampungan


Pemuda HKBP, Jetun Silangit pada tanggal 20-24 Juli 2022.

98
Ak hir Ta hun Gerejawi

26 November 2023

Kemana Kita Setelah Mati?

Bacaan Alkitab
1 Tesalonika 4: 13-18

Latar Belakang
Secara umum, rasa ketidaktahuan sering membuat kita menjadi
kehilangan arah untuk melangkah. Misalnya, kemana kita setelah mati?
Apa yang terjadi setelah kita mati? Ketidaktahuan ini membuat kita
sering kali menjadi takut menghadapi kematian dan karena terlalu fokus
untuk mengantisipasi apa yang terjadi setelah kematian, kita menjadi
lupa untuk berfokus pada kehidupan yang diberikan saat ini.

Meski terlihat sederhana, tetapi isu soal kehidupan setelah kematian


dan akhir zaman masih sangat relevan untuk dibicarakan dalam konteks
masyarakat hari ini. Ketiadaan informasi tentang kehidupan setelah
kematian dan akhir zaman yang bisa dibuktikan secara ilmiah juga
membuat topik ini menjadi semakin menarik untuk didalami. Mengapa?
Karena pada hakikatnya hasrat manusia cenderung ingin mengatahui
segala hal agar bisa merasa terpuaskan. Hal ini didukung dengan masih
digandrunginya berbagai film bertema kehidupan setelah kematian dan
akhir zaman.

Melalui bahan renungan hari ini, kita akan bersama berdiskusi tentang
kehidupan setelah kematian dan akhir zaman. Pada PA kali ini kitan
akan menggunakan metode story telling kita akan bersama mensyukuri
kehidupan kita dan orang-orang yang kita kasihi namun sudah meninggal.
Topik hari ini juga diharapkan bisa membantu setiap peserta PA untuk
mengolah ketakutan akan kematian sehingga bisa semakin menghayati
dan mensyukuri hidup yang diberikan Tuhan untuk kita jalani.

99
Tafsiran
1 Tesalonika 4 ini diawali dengan nasihat dan ajakan dari Paulus untuk
jemaat di Tesalonika agar menjaga diri tetap kudus. Ajakan dan nasihat
Paulus ini diutarakan sebagai respons atas konteks masyarakat di
Tesalonikan saat itu yang memaklumkan percabulan dan perzinahan.
Paulus melihat kondisi saat itu sebagai salah satu ancaman besar untuk
pertumbuhan jemaat di Tesalonika. Oleh karena itu, perlu ada satu
tulisan khusus yang dibuat dengan tujuan menguatkan umat agar tetap
hidup kudus. Semua penjelasan tentang hidup kudus ini bisa dilihat pada
dua belas ayat pertama pasal 4.

Pada nas PA saat ini, Paulus mencoba menjawab kekhawatiran yang


saat itu muncul dalam benak jemaat di Tesalonika yaitu tentang
kehidupan setelah kematian. Terlebih, apa yang akan terjadi kepada
mereka yang sudah meninggal sebelum mendengar Kabar Baik dari
Paulus. Kekhawatiran yang dirasakan oleh jemaat Tesalonika ini
sebenarnya tidak berlebihan. Sebaliknya, mempertanyakan nasib para
saudara yang sudah meninggal membuktikan bahwa jemaat Tesalonika
berhasil membangun kasih persaudaraan yang dewasa. Inilah mengapa
perlu melihat respons yang diberikan Paulus bukan sebagai hardikan
melainkan sebuah didikan sekaligus apresiasi.

Pada penjelasannya, Paulus menggunakan peristiwa kematian dan


kebangkitan Yesus sebagai patokan dalam menjelaskan kehidupan
setelah kematian. Paulus mengatakan bahwa kematian Kristus yang
sudah terjadi dan menjadi fakta sejarah, juga akan terjadi pada umatNya.
Manusia tentu akan mati namun nantinya akan dibangkitkan olehNya.
Paulus menambahkan, kematian Yesus juga akan menyelamatkan
mereka yang sudah meninggal dalam Yesus. Oleh sebab itu, jemaat
Tesalonika tidak perlu mengkhawatirkan mereka yang sudah “pergi”
mendahului mereka. Paulus berharap setelah mendengar pengajaran
tentang kehidupan setelah kematian ini, jemaat Tesalonika bisa semakin
solid dalam menghidupi imannya sebagai orang percaya.

Dalam ayat ke-15, Paulus juga menjelaskan apa yang akan terjadi nantinya
ketika Tuhan datang kedua kalinya. Menariknya, Paulus mendahului
ajaran ini dengan penekanan bahwa ajaran yang akan disampaikan
terkait kedatangan Tuhan yang kedua kalinya adalah benar ajaran dari
Tuhan dan dipercayai oleh murid-muridNya. Sehingga, penjelasan

100
yang akan diberikan bukanlah opini pribadi Paulus. Selanjutnya, Paulus
memberikan penekanan untuk kali pertama bahwa mereka yang sudah
meninggal akan mendapat prioritas terlebih dahulu dibanding mereka
yang masih hidup ketika Kristus datang.

Pada ayat ke-16, dikatakan bahwa ketika Allah turun akan ada suara
sangkakala yang dibunyikan dengan megah oleh malaikat untuk
menandakan bahwa yang akan tiba/turun adalah Dia. Di saat yang
bersamaan, mereka yang sudah terlebih dahulu mati akan dibangkitkan
dan semua akan diberikan tubuh kebangkitan yang baru. Pada ayat
ini, bisa dilihat bahwa Allah memberi prioritas terlebih dahulu pada
mereka yang sudah mati. Artinya, mereka yang sudah mendahului tetap
akan diselamatkan oleh Allah. Ini adalah kali kedua Paulus memberi
penekanan bahwa mereka yang sudah meninggal akan terlebih dahulu
diprioritaskan dibanding mereka yang masih hidup.

Dalam ayat ke-17 dikatakan bahwa setelah yang mati dibangkitkan,


mereka akan diangkat ke awan bersama dengan mereka yang masih
hidup. Kata “awan” dalam ayat ini bisa diartikan sebagai surga atau
tempat Allah berdiam. Demikianlah cara manusia akan dipersatukan
dengan Allah. Perjumpaan wajah dengan wajah antara umat dengan Allah
dan akan selamanya bersama merupakan respons paling maksimal atas
pengharapan orang percaya. Pada ayat terarkhir perikop ini, Paulus juga
mengundang jemaat Tesalonika untuk menyebarkan penjelasan tentang
kehidupan setelah kematian dan akhir zaman ini kepada banyak orang
percaya lainnya agar mereka bisa fokus dalam menjalani hidup dan tidak
mengkhawatirkan apa yang akan mereka hadapi di kemudian hari.

Tidak sekadar untuk menguatkan jemaat Tesalonika, penjelasan tentang


kehidupan setelah kematian dan kedatangan Kristus yang kedua kalinya
hendaknya bisa menjadi sumber penguatan bagi umat manusia di
segala abad. Mengapa? Karena penjelasan Paulus ini bisa dilihat sebagai
jawaban atas kekosongan yang gagal diisi oleh ilmu pengetahuan terkait
kehidupan setelah kematian dan akhir zaman. Selain itu, perlu juga
melihat penjelasan Paulus ini sebagai cara Allah untuk memastikan
bahwa cinta kasih-Nya melampaui semua ciptaan, termasuklah di
dalamnya ruang, waktu, hingga kematian.

101
Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah
Story Telling (Bercerita)
• Peserta PA diundang untuk membawa benda yang mengingatkan
mereka pada orang yang dikasihi namun sudah meniggal. Bisa
berupa foto, pakaian, cincin, kalung atau benda lainnya.
• Bagilah peserta PA ke dalam beberapa kelompok kecil dan mintalah
mereka untuk mendiskusikan beberapa pertanyaan di bawah ini dan
menceritakan kisahnya:
a. Apakah yang terjadi pada masa (konteks teks PA hari ini) itu?
Jelaskan!
b. Apa yang diharapkan oleh Paulus kepada jemaat di TEsalonika
setelah mendengarkan penjelasannya tentang kehidupan
setelah kematian?
c. Menurut teman-teman, apa yang akan terjadi ketika kita sudah
meninggal?
d. Mintalah peserta untuk menceritakan kisah dibalik benda yang
dianggap mengingatkan mereka pada orang-orang terkasih
• Setelah diskusi kelompok selesai, undanglah peserta untuk
membagikan hasil diskusi mereka di hadapan yang lain.
• Sebelum PA berakhir, tekankan kembali pesan inti dari perikop hari
ini.
• Akhiri PA dengan doa syukur atas kehidupan yang sudah diberikan
kepada orang-orang yang kita kasihi. Sembari mendoakan agar
cinta, kasih, dan pengajaran dari mereka juga bisa semakin
meneguhkan iman percaya kita kepada Tuhan Sang Sumber dan
Empunya Kehidupan.

Daftar Nyanyian
KJ No. 392
KJ No. 274
KJ No. 275

102
Ming g u Ad vent I

3 Desember 2023

Teladan Hidup Adil dan Benar Sebagai Citra Kristus

Bacaan Alkitab
Yesaya 32: 1-8

Latar Belakang
Pemimpin yang ideal merupakan dambaan dari setiap orang. Ia adalah
pemimpin yang mampu menjalankan pemerintahan dengan benar
dan mampu memberikan kesejahteraan kepada rakyatnya. Pemimpin
dapat dikatakan berintegritas ketika pemimpin itu dapat menjadi
teladan bagi rakyatnya. Sebab, bagaimanapun juga, sukar untuk
percaya dengan orang yang tidak konsisten dengan perkataannya
sendiri. Itulah sebabnya pemimpin harus menjadi teladan. Dasar-dasar
seperti ini menjadikan pemilihan pemimpin di setiap negeri selalu
hangat, sebab untuk menentukan kandidat dibutuhkan sosok yang
jelas, baik itu bibit, bebet, dan bobotnya. Pemimpin yang bisa menjadi
teladan dan berintegritas diharapkan oleh rakyat agar dapat membawa
perubahan positif di berbagai segi kehidupan rakyatnya. Pertimbangan-
pertimbangan seperti inilah yang menjadi pergumulan dan angan-angan
masyarakat agar memperoleh pemimpin yang tepat. Terlebih lagi jika
kehidupan rakyat jauh dari hidup ideal dan ingin rasanya pemimpin
dapat memberikan kebaharuan bagi hidupnya.

Tafsiran
Pemimpin yang adil menjadi konteks yang dibicarakan dalam nas Yesaya
ini. Kitab Yesaya ditulis oleh Yesaya bin Amos pada masa pemerintahan
Uzia, Yotam, Ahaz dan Hizkia, raja-raja Yehuda. Namun, pada masa ini pula
Yesaya menubuatkan bahwa seorang pemerintah yang adil diberitakan
akan segera datang. Di sini, Yesaya menubuatkan bahwa sesungguhnya

103
sudah dipersiapkan bagi bangsa yang besar itu seorang pemimpin yang
memerintah berdasarkan kebenaran. Nubuat Yesaya dipertegas dengan
penggunaan kata “akan” yang digunakan pada ayat pertama. Artinya,
pemerintahan raja yang dimaksud Yesaya memang belum terjadi pada
masa itu, namun kedatangannya pasti. Yesaya menuliskan kata “akan”
dan bukan berkata tentang “semoga” yang maknanya masih menjadi
harapan yang barangkali akan datang (ketidakpastian).

Nubuat kedatangan raja yang adil bukan tanpa alasan. Ia merasa bahwa
pemerintahan yang lebih baik dari yang ada pada masanya baru akan
datang. Raja yang ada pada masa itu tidak begitu lebih baik dari raja
yang akan datang ini. Yesaya melihat pemerintahan raja pada masa itu
mengalami gejolak kemunduran, para raja begitu egois dan tidak lagi
mengandalkan Tuhan sebagai perlindungan mereka. Raja lebih memilih
bersekutu dengan bangsa asing yang memiliki kekuatan menurut
mereka, dan melupakan pertolongan Tuhan. Raja yang benar dan adil
dalam nubuat Yesaya adalah raja yang memerintah dan bersekutu
dengan Allah. Sang raja yang akan datang ini begitu berbeda dengan
raja yang ada pada masa itu. Kedatangannya pun akan menjawab
pergumulan bangsa Yehuda dengan kebenaran. Dengan raja yang
benar maka kebenaran pun akan menjadi dasar bagi para pemimpin di
bawahnya untuk bekerja. Hubungan harmonis antar pemimpin inilah
yang mendorong perubahan Yehuda menjadi lebih baik.

Raja yang benar dan adil bukan hanya memberikan dampak bagi para
pemimpin, namun juga memberikan dampak positif bagi rakyatnya. Raja
yang memerintah dengan kebenaran harus menjadi tempat perteduhan
bagi rakyat. Pemimpin mesti memastikan rakyatnya dinaungi dan
dilindungi dari berbagai bentuk kejahatan dan kekerasan. Memimpin
dengan keadilan dan kebenaran sehingga orang-orang yang tertindas
nyata dibela dan tidak lagi ditekan yang merasa kuat. Pemimpin harus
memberikan dukungan terhadap rakyatnya. Penulis menggunakan
metafora untuk menggambarkan betapa hebatnya pemerintahan raja ini.
Metafora itu digambarkan dengan: seperti aliran-aliran di tempat kering,
sumber kehidupan bagi tanah yang dilewati, seperti naungan batu besar
yang di sekitarnya rakyatnya dapat berteduh dari teriknya sinar di tanah
tandus. Metafora ini bermakna bahwa rakyatnya bukan hanya sekadar
aman dalam naungan sang raja namun juga harus sejahtera.

104
Penulis turut menunjukkan buah dan dampak baik lainnya dari
kepemimpinan sang raja, yaitu rekonstruksi spiritual (ay. 3-4). Yesaya
mengatakan bahwa mata akan melihat, tidak lagi tertutup. Telinga
akan mendengar akan memperhatikan. Artinya, setiap orang yang
sebelumnya sulit untuk melihat dan berat untuk mendengar kebenaran
firman akan dengan jelas melihat dan disegarkan. Mereka akan
memberikan dirinya untuk diajari dan dibimbing ke hal-hal yang benar.
Sebelumnya, rakyat cenderung berseberangan dengan raja dan tidak
percaya, namun mereka akan berpaling menjadi memandang dan
mendengarkan perintah sang raja. Dengan demikian, kepemimpinan
raja akan melahirkan pembaruan kehidupan bagi segenap bangsa.
Pembaharuan itu terlihat pada diri jemaat yang mau memberi telinganya
untuk mendengar dan mata yang mau melihat kebenaran sebab mereka
telah dipulihkan. Untuk itu, rakyat yang berada di bawah pimpinan sang
raja akan memiliki paradigma berpikir yang benar dan siap memberitakan
kebenaran-kebenaran tersebut. Pemimpin yang menjadikan kebenaran
sebagai dasar kepemimpinannya, maka rakyat yang ia pimpin akan hidup
dalam kebenaran. Mereka yang sebelumnya sulit berkata-kata tentang
Allah akan secara lugas memberitakan kebenaran firman itu. Akan ada
perubahan kehidupan yang besar di bawah kepemimpinan raja. Mereka
diajar untuk mengerti dan mampu mewartakan kebenaran dan keadilan
berdasar pada sang raja.

Kemudian pada bagian penggalan akhir teks penulis menggambarkan


raja yang adil itu akan memimpin berdasarkan kejujuran dan berbudi
luhur (ay. 6-8). Perubahan arah hidup yang dibawa oleh sang raja
adalah kejujuran. Jujur artinya mampu menyatakan hal seturut dengan
kebenarannya. Setiap orang akan terbiasa mengatakan yang sebenarnya,
bahwa kesalahan akan dinyatakan sebagai sebuah kesalahan. Demikian
pula dengan kebenaran akan dinyatakan sebagai kebenaran. Pemimpin
yang tidak jujur akan membawa kesesatan karena berusaha mengubah
kebenaran seturut dengan kebutuhan yang diinginkan. Pemimpin yang
demikian akan sulit pula untuk mendengar dan peduli terhadap rakyatnya.
Sedangkan, sikap berbudi luhur merupakan bentuk kepemimpinan raja
yang adil, karakter ini tentunya bertolak belakang dengan kebebalan.
Orang berbudi akan berusaha merancang hal-hal yang luhur atau berbuat
hal-hal yang baik, namun pemimpin yang tidak jujur akan serakah,
ceroboh dan mengusahakan keberhasilan untuk dirinya sendiri (egois).
Sedangkan yang berbudi akan mengelola dengan hikmat, dilakukan
dengan bijak dan terencana. Mengelola apa yang ia miliki untuk kebaikan

105
orang lain, asalkan rakyat sejahtera apa pun akan dilakukan. Raja yang
terhormat, akan turut melaksanakan kehormatan dengan kesalehan
dirinya pun akan menjadi dimantapkan dan ditinggikan.

Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah


Pertanyaan dan jawaban
1. Bagilah Naposo ke dalam kelompok yang lebih kecil (Usahakan
kelompok proporsional sehingga diskusi bisa dibangun).
2. Naposo dibimbing untuk mendiskusikan pertanyaan dengan terarah
dan mendalam.
3. Pertanyaan pemantik diskusi kelompok:
a. Bagaimanakah konteks yang terjadi pada teks PA hari ini?
b. Bagaimanakah seharusnya raja dan rakyat yang hidup pada
zaman Yesaya ini?
c. Siapa atau bagaimana karakter pemimpin yang adil dan benar
yang dapat kita temui di lingkungan kita untuk kita jadikan
teladan?
d. Diskusikan beberapa bentuk tantangan melaksanakan keadilan
dan kebenaran sebagai pemimpin yang kamu ditemukan.
e. Berikan refleksi pribadi tentang gambaran hidup yang adil dan
benar agar dapat menjadi teladan kehidupan.
4. Setelah diskusi rangkumlah beberapa jawaban-jawaban dari Naposo
untuk kesimpulan diskusi. Lalu minta Naposo membacakan sikap-
sikap hidup yang benar dan adil agar dikatakan sebagai teladan dari
hasil diskusi.

Penutup
Hidup sebagai teladan merupakan gambaran hidup yang diberikan
Kristus, yaitu hidup di dalam kasih. Ia adalah kebenaran yang sejati,
gambaran kasih dan pemimpin yang adil. Sahabat Naposo, saat ini
kita sedang menyambut kelahiran Allah melalui perayaan Advent pada
kalender gerejawi. Ia yang akan datang adalah raja kebenaran dan
keadilan. Sukacita besar yang Ia bawa menjadi warna kehidupan baru
bagi kita umat-Nya. Sebagai umat-Nya kita hendaknya melakukan
kebenaran yang Ia bawa dalam segenap kehidupan kita. Layaknya orang
Yehuda yang rindu untuk dipimpin raja yang benar, Naposo pun patutlah
merasa rindu dipimpin oleh Kristus sang Raja kebenaran. Menyikapi
kerinduan ini dapat kita lakukan dengan mendekatkan diri kepada-Nya,

106
merenungkan firman, dan hidup sebagai saksi-Nya. Naposo hendaknya
menjadi saksi Kristus, menjadi teladan kepemimpinan yang adil dan
benar sehingga menjadi sumber berkat bagi dunia. Sahabat Naposo
sekalian dalam segala kesibukan kita atau di mana pun kita berada
jadilah sebagai teladan pemimpin sejati. Siapa pun yang kita pimpin,
baik itu kecil atau besar, kita harus menjadi pemimpin seturut karakter
dan pribadi Kristus yang berbudi luhur.

Daftar Nyanyian
BN HKBP No. 12: 1-2
KJ No. 426
PKJ No. 279

Pembekalan Remaja Naposo di HKBP Lau Mil, Ressort Lau Mil, Distrik VI
Dairi pada tanggal 26-28 Agustus 2022.

107
M ing g u Ad vent II

10 Desember 2023

Penantian di dalam Iman yang Berdaya Lenting

Bacaan Alkitab
Ibrani 12: 1-16

Pendahuluan
Halo Naps! Tentunya kita sudah pernah melihat benda bernama pegas
atau per. Pegas atau per adalah sebuah benda yang terbuat dari sebilah
baja yang dapat melenting (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Akan tetapi,
pokok pembicaraan kita bukan pada kata bendanya. Kita berfokus pada
kata sifatnya, yakni daya lenting atau resielensi. Dalam suatu artikel,
daya lenting atau resielensi merupakan suatu sistem untuk kembali
ke kondisi awal atau semula. Ada dua komponen utama di dalamnya,
yakni kemampuan untuk menyerap atau menahan dampak tekanan
(resistance) dan kemampuan untuk pulih (recovery)1.

Setiap makhluk hidup memiliki daya lenting atau resielensinya masing-


masing. Daya lenting ini kemudian menjadi tolak ukur kemampuan
beradaptasi dengan tekanan dan perubahan yang ada di lingkungan.
Hal tersebut mengartikan bahwa apabila makhluk hidup tersebut tidak
lagi memperhatikan atau mengasah daya lentingnya maka ia akan
mengalami kemunduran untuk beradaptasi. Kemunduran kemampuan
beradaptasi pun memungkinkan makhluk hidup tersebut kehilangan
eksistensinya atau mengalami kepunahan.

Dalam konteks iman, prinsip yang sama hendak disampaikan melalui


Firman Tuhan pada hari ini, yakni orang percaya hendaknya memiliki

1 Improved level in Resilience of Ecosystems. https://media.neliti.com/media/


publications/296073-improved-level-in-resilience-of-ecosyste-356e9411.pdf
(diakses pada hari Sabtu, 08 Februari 2023)

108
iman yang berdaya lenting. Firman Tuhan ini merupakan penggalan
surat berisi nasihat kepada jemaat Ibrani. Mereka diminta untuk tetap
bertekun di dalam imannya. Ketekunan menjadi kunci dalam daya lenting
atau resielensi di dalam proses keberimanan orang percaya.

Tafsiran
Surat kepada jemaat Ibrani ini dituliskan menjelang tahun 70 Masehi. Pada
masa itu, jemaat Ibrani mulai menunjukkan tanda-tanda ingin meninggalkan
imannya, yakni iman yang tertuju kepada Kristus. Tanda-tanda tersebut
muncul karena mereka mengalami penganiayaan dan diserang dengan
pengajaran sesat/bertentangan dengan pengajaran Kristus. Tekanan,
penderitaan, dan kesesakan terus menggerus iman jemaat Ibrani. Mereka
mengalami kelesuan, kekecewasan, dan nyaris berputus asa karena
keadaan yang ada di sekitarnya hingga mulai meninggalkan imannya.2

Melalui suratnya, penulis surat yang tidak menyebutkan nama, namun


diduga adalah Rasul Paulus menasihati jemaat Ibrani untuk tetap bertekun
dalam iman yang tetap tertuju kepada Kristus.3 Iman yang tetap tertuju
kepada Kristus yang memampukan mereka untuk bertahan di berbagai
tekanan dan penderitaan yang dihadapi. Penulis surat mengingatkan
mereka bahwa selama hidup di bumi ini, orang percaya terus berada di
dalam pengawasan Allah yang digambarkan dengan awan yang mengelilingi
mereka. Penulis juga menggunakan gambaran bahwa orang percaya seperti
berada di dalam suatu perlombaan. Orang percaya harus tetap bertekun
menyelesaikan perlombaan dan melewati rintangan, yakni segala beban
(tekanan, penderitaan, dan sebagainya) dan dosa (ay. 1-2). Dalam bahasa
aslinya (bahasa Yunani), ketekunan disebut dengan hypomonēs (ὑπομονῆς).
Ketekunan yang dimaksudkan berada dalam keadaan penuh pengharapan,
sukacita, dan ketabahan.4 Penulis surat mengajak jemaat Ibrani untuk tetap
memikul salib Kristus di dalam pengharapan, sukacita, dan ketabahan.
Kristus telah terlebih dahulu menanggung penderitaan, bertekun

2 Pendahuluan Ibrani. https://alkitab.sabda.org/article.php?id=58 (diakses pada


Minggu, 12 Februari 2023)

3 Dr. J. Vernon McGee: Notes for Hebrews. https://www.blueletterbible.org/comm/


mcgee_j_vernon/notes-outlines/hebrews/hebrews-notes.cfm (diakses pada
Minggu, 12 Februari 2023)

4 The commentary of Hebrews 12. https://biblehub.com/hebrews/12-1.


htm#commentary (diakses pada Minggu, 12 Februari 2023)

109
menjalani Misi Allah, dan menanggung bantahan yang jauh lebih berat dari
yang dirasakan umat saat ini (ay. 3-5). Segala tekanan, penderitaan, dan
kesesakan yang dihadapi oleh jemaat Ibrani sesungguhnya adalah didikan
bagi mereka untuk tetap bertekun dalam imannya. Didikan tersebut tidak
membinasakan mereka namun justru menuntun mereka untuk tetap pada
anugerah keselamatan yang telah diberikan Kristus. Selayaknya, didikan
ayah kepada anaknya. Jika sang anak melakukan suatu kesalahan, maka ada
ganjaran yang perlu ditanggung namun itu sifatnya sementara dan ditujukan
untuk kebaikan sang anak (ay. 5-11). Jemaat Ibrani diminta untuk tidak jatuh
ke dalam keputusasaan karena tekanan, penderitaan, dan kesesakan yang
sesungguhnya akan segera berlalu dan tidak melebihi kemampuan mereka
untuk bertahan. Mereka tetap diminta menjaga kekudusan, yakni dengan
melakukan yang Allah kehendaki, tertuju pada Kristus, dan tekun memikul
salib-Nya. Sesungguhnya, pilihan meninggalkan iman bukanlah jalan yang
Allah kehendaki. Penulis surat mengutip kisah Esau yang menukarkan
hak kesulungannya hanya demi sepiring makanan. Kisah Esau menjadi
gambaran bahwa pilihan meninggalkan iman adalah kecerobohan yang
tidak setimpal nilainya (ay. 13-16).

Jemaat Ibrani menaruh iman di dalam Kristus, namun ketika tekanan,


penderitaan, dan kesesakan datang menimpa mereka, mereka mulai
goyah. Daya lenting di dalam keberimanan mereka memudar karena
tekanan yang menimpa. Mereka pun dikuatkan melalui nasihat untuk
tetap tertuju kepada Kristus dan bertekun di dalam memikul Salib
Kristus. Tekanan, penderitaan, dan kesesakan yang dialami oleh
mereka tidak mengartikan bahwa Allah tidak mengasihi mereka namun
semuanya itu diadakan karena Allah sedang mendidik umat yang
dikasihi-Nya. Orang percaya diminta untuk mengimani Allah yang Maha
Kasih sekaligus Allah yang Mendidik. Didikan yang diberi Allah bukanlah
sekadar hukuman yang membinasakan. Allah memberikan didikan yang
ditujukan untuk kebaikan umat-Nya agar umat-Nya tetap berada dalam
kehidupan kekal yang dipenuhi kelimpahan, dikuduskan, dan makin
disempurnakan serupa dengan gambaran Kristus (ay. 9-11).

Metode Penelaahan Alkitab


1. Setelah membaca dan merenungkan Firman Tuhan, peserta akan
diberikan tabel berisi hal-hal yang akan dilakukan untuk melatih daya
lenting di dalam keberimanan.

110
2. Peserta diminta untuk memilih 1-2 target yang akan dilakukan dengan
komitmen.
3. Pada tabel terdapat Tindakan (Opsi 1) yang dapat langsung dilakukan
namun juga diberikan Tindakan (Opsi 2) yang dapat diisi sendiri oleh
peserta untuk dilakukan.
4. Setelah memilih target dan menentukan tindakan. Peserta
mengambil waktu sejenak untuk berdoa di dalam hati masing-masing
agar dimampukan melakukan target dan tindakan tersebut.

Tindakan (Opsi 2/ Diisi


Target Tindakan (Opsi 1)
sendiri oleh peserta)

Bertekun Setiap pagi jam 5, saya akan


membacakan Firman membacakan 1 pasal dimulai
Tuhan dari Perjanjian Lama (Kitab
Kejadian hingga Wahyu)

Bertekun dalam doa Setiap hari, saya akan


menyediakan waktu 10-15
menit untuk berdoa

Bertekun dalam Setiap hari, saya akan


perilaku yang menyisihkan uang untuk
diperkenankan Tuhan diberikan kepada gereja
atau orang yang mengalami
kesusahan

Bertekun dalam Setiap Minggu, saya akan


persekutuan mengikuti kegiatan PA

Penutup
Pada minggu ini, seluruh orang Kristen di dunia sudah memasuki
masa Adven II. Artinya, masa penantian akan kelahiran Kristus sudah
semakin dekat. Hendaknya kita mempersiapkan kedatangannya dengan
kesungguhan hati, yakni dengan memiliki iman yang berdaya lenting.
Iman yang berdaya lenting mengajarkan kita untuk tetap mengandalkan
pertolongan Allah dan tetap tertuju kepada Kristus di dalam menghadapi
tekanan, penderitaan, pencobaan, dan lain sebagainya. Kiranya Allah
tetap memampukan kita untuk memiliki iman yang berdaya lenting.
Amin.

111
Doa Penutup
Ya Allah, Sang Sumber Kekuatan, kami bersyukur untuk setiap
penguatan yang Engkau karuniakan di dalam kehidupan kami. Oleh
karena penguatanMulah kami dimampukan untuk bertahan di dalam
iman dan tertuju hanya kepadaMu. Ajarilah kami senantiasa untuk tetap
kuat di dalam keimanan kami. Jauhkanlah dari kami pencobaan yang
mencoba menghancurkan iman kami. Pimpinlah kami juga untuk dapat
saling menopang dan menguatkan iman sesama kami. Di dalam Kristus,
kami berdoa. Amin

Daftar Nyanyian
KJ No. 38: 1, 2 dan 5
KJ No. 76
KJ No. 79

KEBAKTIAN KEBANGUNAN IMAN-HKBP MEDAN MILLENIUM

112
M ing g u Ad vent III

17 Desember 2023

Menjadi Terang? Wajib Dong!

Bacaan Alkitab
Yesaya 60: 1-7

Latar Belakang
Sekecil apa pun pelita dalam kegelapan, ia akan menolong seseorang
melihat dengan jelas. Suasana terang sama halnya dengan mengetahui
dan memahami situasi dan kondisi sekitar. Terang juga menolong
seseorang agar tertap terjaga, agar tidak tersandung lalu terjatuh. Artinya,
terang itu adalah keadaan yang baik dan positif. Demikian juga dengan
seseorang akan menjadi terang bagi sekitarnya saat dia memahami apa
yang diperlukan oleh sekitarnya dan tidak menjadi penghalang atau batu
sandungan. Menjadi terang itu adalah bersedia untuk hidup di dalam Allah.
Benar, bahwa Allah memiliki kehendak atas segala ciptaan-Nya. Namun,
ketika terjadi penolakan atas kehadiran Allah dalam hidup manusia
sebagai pemegang kendali, sama saja dengan menolak untuk hidup di
dalam Dia. Kehadiran Roh Allah atas hidup manusia memberikan Roh
pengertian dan Roh pengetahuan. Di bawah ini kita akan urai dan pelajari
bersama bagaimana sebenarnya terang itu bagi sekeliling?

Tafsiran
Bagi Nabi Yesaya, salah satu hambatan besar dalam melakukan
pemulihan umat Allah adalah “mentalitas pembuangan”. Apa itu
mentalitas pembuangan? Sebagaimana diketahui selama 70 tahun
Yehuda terbuang ke Babilonia, mereka tertindas, menderita, dan
terasing. Mengalami pembuangan dalam jangka waktu yang lama
membentuk kepribadian mereka yang tertindas, tiada prakarsa dan ide,
rasa hampa, dan tiada ada harapan.

113
Pada ayat 1-3, kehadiran terang dimaksudkan sebagai hadirnya Mesias
dan pelayanan-Nya dalam bentuk keselamatan, kemurnian, dan berkat
dari Mesias. Yesaya mengatakan kepada bangsa Israel bahwa merekalah
yang akan menjadi terang Allah bagi seluruh bangsa. “Kegelapan
menutupi bumi” merupakan kiasan yang digunakan Yesaya untuk
menggambarkan bumi yang ditelan oleh kegelapan kuasa duniawi, dosa,
dan semacamnya. Untuk itulah, Terang Tuhan itu untuk menerangi
semuanya itu. Jelaslah terlihat bawa terang itu hadir bukan hanya untuk
perorangan saja, namun ditujukan kepada seluruh bangsa. Bangkitlah!
Menjadi teranglah merupakan perintah langsung untuk dilaksanakan.
Tugas ini diserukan langsung oleh terang yang terbit itu sendiri melalui
nabi-Nya sebagai motivasi utama untuk mengajak bangsa itu bangkit.

Terang itu bersumber dari Allah serta kemuliaan-Nya selalu terbit atas
hidup manusia. Allah adalah sumber segala terang dan hanya di dalam
Dialah manusia akan mampu menyaksikan terang itu sendiri. Untuk
mengenal terang Allah ini, maka manusia harus memiliki pengenalan yang
dalam akan Allah sang sumber terang itu. Penyataan Allah dalam hidup
yang diterima oleh manusia itulah yang menuntun setiap orang agar tidak
masuk ke dalam kegelapan. Apa pun yang terjadi, terang Allah akan tetap
nyata atas hidup manusia. Namun, Jangan hanya menerima terang itu
saja, tetapi sebarkan dan salurkanlah terang itu. Dengan itu, kemuliaan
Allah akan nyata atas bangsa-bangsa sehingga menjadi kehormatan.

Ayat 4-5 memberikan penekanan bahwa oleh karena kehadiran terang


itu akan datang dari segala penjuru. Ini adalah nubuatan nabi Yesaya
yang memandang jauh ke depan. Benar bahwa ini berlatar belakang saat
bangsa Israel sudah menempati tanah mereka sendiri, berbagai bangsa
berdatangan untuk tinggal bersama mereka. Kenyataan ini semakin
menguatkan terwujudnya nubuatan Yesaya, bahwa tidak lagi satu tempat
yang menjadi tujuan perkumpulan dari berbagai bangsa. Sehingga
nubuatan ini mengarah kepada berduyun-duyunnya orang mendatangi
Kristus. Datang dengan iman mereka, pengharapan yang memenuhi
mereka, dan dengan kasih berkumpul kedalam himpunan orang-orang
yang percaya kepada-Nya. Anak-anak, laki-laki, maupun perempuan akan
hadir dan digendong oleh-Nya berarti akan dididik dan dibesarkan dalam
terang itu sendiri, sehingga mereka bertumbuh dalam terang itu bersama
dengan orang-orang percaya. Anak laki-laki maupun perempuan akan
berkembang dalam kepatuhan dan tunduk terhadap hukum yang diajarkan
dibawah pengajaran Injil yang murni dan rohani (1Pet. 2: 1-2).

114
Pada ayat 6-7 menyatakan kebesaran Allah itu sepatutnya disembah
dan dimuliakan atas apa yang dimiliki manusia. Sejumlah besar unta
yang membawa emas dan kemenyan merujuk kepada orang-orang
majus yang datang untuk memberikan persembahan kepada Yesus
yang dinubuatkan itu. Kambing domba Kedar terkenal dengan kawaban
ternaknya, dan domba jantan Nebayot terkenal sebagai yang tergemuk.
Ini melambangkan sebagai persembahan yang hidup dan khusus kepada
mezbah Allah. Ini semua adalah pelambangan persembahan yang khusus
kepada Allah “dari apa yang kita miliki”. Namun, lebih dari pada itu adalah
“memberitakan perbuatan masyur TUHAN.” Memuliakan Allah tidak
hanya atas persembahan saja namun Ibadah dan pelayanan hidup yang
berfokus pada Kemuliaan Allah. Serta, Allah yang menyatukan segala
terang itu kedalam satu pesekutuan yang diserahkanNya kepada seluruh
bangsa menjadi umat-Nya. “Aku akan menyerahkan rumah keagunganKu”.
Jemaat adalah rumah keagungan Allah, tempat-Nya untuk menyatakan
kemuliaan-Nya, serta tempat untuk menerima penghormatan-Nya.

Metode Penelahaan Alkitab dan langkah-langkahnya


Metode Pertanyaan dan Jawaban.
1. Membaca Nas. Peserta bergantian membaca Nas (dengan bersuara,
jika peserta melebihi jumlah ayat, bisa berulang sampai seluruh
peserta mendapat bagian membaca Nas)
2. Seluruh Peserta kembali membaca masing-masing untuk dirinya
sendiri Nas dan penjelasan PA dengan tenang dan merenungkannya.
3. Dipimpin oleh Pemimpin PA, seluruh peserta ikut ambil bagian dalam
diskusi (mau mendengar, mau memberi pendapat, serta mau menerima
dan memahami pendapat orang lain), dengan pertanyaan berikut:
a. Berikan pemahaman saudara/i tentang menjadi terang!
b. Menurut saudara/i bagaimana menjadi terang di saat hidup
penuh cobaan, godaan, tantangan atau tawaran duniawi?
c. Menurut saudara/i bagaimana meyakinkan bahwa diri kita
sendiri sudah bersedia menerima terang Allah?
d. Bagaimana kita menyatakan dan menunjukkan bahwa dari
hidup kita sudah terbit terang Allah?
e. Mengapa HKBP pada umunya menyebut Pemuda sebagai
bunga-bunga ni Huria? Apa hubungannya dengan menjadi
terang?
4. Pemimpin PA menyimpulkan seluruh hasil diskusi yang sudah
berlangsung.

115
Penutup
Sekali lagi, sekecil apa pun pelita dalam kegelapan, ia akan menolong
seseorang melihat dengan jelas. Oleh karenanya, jadilah terang itu
sendiri bagi sekitar mu. Jadilah timur bagi terang Allah. Jadilah terang
Allah yang terbit setiap paginya bagi seluruh yang membutuhkannya.
Roh Allah yang penuh dengan roh pengetahuan dan roh pengertian akan
menuntun manusia yang bersedia menerimanya. Bukan lagi engkau
yang menentukan layak atau tidak layaknya dirimu menjadi Terang
bagi sekitar mu. Bukan lagi engkau takut atas penilaian orang lain yang
melayakkan mu menjadi terang. Namun, Terang itu sendiri sudah hadir,
sudah tersedia, sudah ada di dalam diri kita masing-masing. Sekarang,
bangkitlah! Tegakkan wajah mu! Bertindaklah sebagaimana tindakan
yang Allah inginkan. Benar salah itu relatif bagi manusia, pun demikian
dengan baik buruk. Namun, tidak ada orang lapar menolak uluran tangan,
tidak ada orang buta menolak tuntunan, tidak ada orang penat dan stres
menolak sandaran dan didengarkan, tidak ada orang susah dan miskin
menolak bantuan, tidak ada orang yang merasa bersalah menolak kata
maaf. Bangkitlah! Jadilah Terang!

Daftar Nyanyian
BN HKBP No. 72: 4-5
BN HKBP No. 834: 1-2
KJ No. 424

Youth Gathering Naposobulung HKBP Distrik IV Toba di HKBP


Janjimatogu, Ressort Janjimatogu, Distrik IV Toba pada 1 Juli 2022.

116
Ming g u Ad vent IV

24 Desember 2023

Untuk Kita, Si yang Bukan Siapa-siapa

Bacaan Alkitab
Lukas 2: 8-20

Latar Belakang
Teman Naposo, pernahkah kita mendengar tentang kasta dalit? Ya,
kasta Dalit merupakan golongan yang paling rendah atau paling bawah
dalam tatanan kasta di India. Saking rendahnya, mereka bahkan
dianggap sangat haram untuk disentuh. Jangankan berteman, disentuh
saja sudah haram. Rendahnya nilai hidup mereka di dalam kasta India,
membuat mereka hanya bisa mengerjakan jenis pekerjaan yang
dianggap “kotor dan rendah” seperti, pembersih saluran air, pembersih
sanitasi, pemulung kotoran manusia. Banyak dari antara mereka yang
menjadi gelandangan dan pengemis. Di mata hukum, hak mereka juga
sangatlah minim. Sebagai contoh, membunuh sapi di India, dikenakan
sanksi 10 tahun penjara, namun membunuh kasta dalit memiliki sanksi
jauh di bawah itu. Bisakah kita bayangkan, bagaimana rasanya menjadi
mereka yang Terasing dari sosial masyarakat?

Teman Naposo, situasi ini secara sadar atau tidak sadar pun sering
terjadi di sekitar kita, meskipun dalam konteks dan cara yang berbeda.
Pengelompokan, geng atau istilah sekarang bestie cukup kerap terjadi
di kalangan muda-mudi. Pengelompokkan ini biasanya terjadi karena
status atau latar belakang keluarga, pendidikan, pekerjaan, jabatan,
rupa, atau istilah sekarang tidak sefrekuensi dan lain sebagainya.
Ketika ini terjadi, akan ada yang mengasingkan, terasingkan, ataupun
saling mengasingkan. Manusia memang sangat mudah untuk menilai
dan memandang rendah sesamanya. Namun melalui nas hari ini, kita
diingatkan bahwa apa yang dipandang rendah oleh manusia, belum
tentu dipandang rendah oleh Tuhan.

117
Tafsiran
Dalam drama-drama Natal, peran para gembala yang datang menemui
bayi Yesus selalu ada. Peristiwa ini merupakan hal menarik dari kisah
kelahiran Yesus yang tercatat di Lukas 2: 8-20. Perikop ini menceritakan
tentang malaikat Tuhan menampakkan diri kepada gembala-gembala
yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak di malam hari (ay. 8-9).
Kedatangan malaikat tersebut untuk memberitakan kabar sukacita
bahwa Kristus sang Juruselamat telah lahir ke dunia. Ia yang lahir
dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan (ay. 10-12).
Poin yang menarik di dalam cerita ini, ialah peran para gembala. Mengapa
Tuhan lebih memilih untuk menyampaikan kabar sukacita tersebut
kepada para gembala? Di Kota Betlehem ada para imam, yang tentunya
mereka adalah orang-orang saleh. Namun, mengapa malaikat Tuhan
tidak menampakkan diri kepada mereka? Bukankah dengan demikian,
kelahiran Tuhan akan disambut gegap gempita?

Bagi bangsa Yahudi pada masa itu, pekerjaan sebagai gembala dipandang
hina dan rendah. Hanya orang-orang kasar dan tidak berpendidikan yang
mau menjadi seorang penggembala. Mereka harus tinggal berhari-hari
lamanya bersama kawanan ternak yang digembalakannya dari pagi
hingga malam. Biasanya, mereka menggembalakan ternak milik orang
kaya. Menjadi penggembala adalah pekerjaan yang penuh resiko, sebab
mereka harus waspada akan serangan binatang buas sewaktu-waktu.
Secara sosial pun, keberadaan para gembala juga tidak dihargai. Dalam
peraturan Yahudi, seorang gembala tidak bisa memberikan kesaksian
di pengadilan, sebab secara sosial mereka tidak dipercaya. Beberapa
catatan para Rabi Yahudi, mereka menuliskan bahwa para gembala
adalah orang yang dekat dengan dosa dan kejahatan. Mereka dianggap
orang-orang yang tidak jujur, suka mencuri, dan berperilaku kasar. Akan
tetapi dalam tatanan sosial masyarakat Yahudi, para gembala tidak
dianggap sebagai yang paling berdosa, melainkan para pemungut cukai
dan pelacur. Dalam lingkup keagamaan pun, para gembala dianggap
tidak menjaga kesucian dikarenakan pekerjaan mereka menjaga
kawanan ternak, maka dianggap tidak menjalankan hari sabat.

Terlepas dari status sosial para gembala yang dianggap hina itu, Tuhan
memilih untuk menyampaikan kabar sukacita tentang kelahiran Sang
Juruselamat kepada mereka. Siapa yang menyangka bahwa kelompok yang
terpinggirkan inilah yang dipilih oleh Tuhan untuk menerima kabar sukacita.

118
Mereka adalah kelompok terpinggirkan yang bukan siapa-siapa di dalam
tatanan sosial masyarakat Yahudi. Pemilihan Tuhan atas mereka ini makin
jelas terlihat saat para gembala melalui malaikat Tuhan diarahkan untuk
menemui bayi Yesus. Sungguh terberkati bukan? Para gembala, bagian dari
orang-orang yang dipandang rendah dan hina justru menjadi yang pertama
diundang oleh Tuhan untuk bertemu dan menerima anugerah dari Sang
Juruselamat dunia. Yang tidak kalah menarik ialah respons para gembala
dalam mendengarkan kabar sukacita tersebut. Mereka tidak ragu-ragu
ataupun mempertanyakan kepastian kabar itu. Para penafsir mencatat
bahwa para gembala berada di satu tempat yang bernama Padang Gembala
dan berjarak sekitar 2, 2 km dari Kota Betlehem. Saat itu mereka langsung
bergegas pergi ke Betlehem untuk menjumpai Maria, Yusuf, dan bayi Yesus
(ay. 15-16). Oleh karena itu, kemungkinan besar mereka tidak membawa
seluruh atau bahkan meninggalkan ternak mereka karena perjalanan
akan lama. Mereka berangkat dengan sukacita yang meluap-luap. Para
gembala menyembah Sang Juruselamat dan mereka memberitahukan
kepada orang-orang sekitar apa yang telah dikatakan oleh malaikat kepada
mereka (ay. 17). Tak henti-hentinya mereka memuji dan memuliakan Tuhan
dengan penuh sukacita (ay. 20). Di sepanjang perjalanan pulang, mereka
menceritakan kabar sukacita itu kepada setiap orang yang ditemui.
Terpilihnya para gembala untuk menyaksikan lahirnya Sang Juruselamat
merupakan kehendak mutlak Tuhan. Melalui bacaan ini, hendak dikatakan
bahwa kelahiran Yesus juga menjadi sukacita bagi mereka yang dianggap
rendah dan hina oleh dunia. Para gembala menjadi yang istimewa karena
kerendahan hati mereka. Mereka memberi respons dengan hati yang tulus,
tanpa ragu, dan segera menjalankan perintah Tuhan untuk menjumpai
Yesus, Sang Juruselamat dunia.

Metode Penelahaan Alkitab dan Langkah-langkah


1. Pemimpin PA mengajak seluruh anggota PA untuk duduk bersama
membentuk lingkaran (disarankan menggunakan bangku). Lalu,
mengajak seluruh anggota PA membaca teks PA hari ini.
2. Pemimpin PA memimpin kelompok untuk sharing tentang
pengalaman hidupnya yang berkaitan dengan dengan topik PA.
Pemimpin PA dapat memulai dengan memberikan pertanyaan:
a. Adakah dari antara kita yang pernah mengalami atau
menyaksikan diskriminasi?
b. Bagaimana cara kita sebagai pemuda/i Kristen menyikapi
diskriminasi di lingkungan kerja, universitas, atau masyarakat?

119
3. Pemimpin PA merampungkan hasil sharing dari seluruh kelompok
dan memberikan kesimpulan dari hasil sharing tersebut.

Penutup
Teman Naposo, pengalaman yang dirasakan oleh para gembala
menuntun kita untuk memahami makna Natal yang sesungguhnya.
Kedatangan Yesus ke dunia juga untuk membawa kabar sukacita bagi
mereka yang termarjinalkan baik secara sosial maupun agama. Sama
seperti para gembala, kita mungkin pernah berada pada posisi yang
sama. Tetapi kita harus mengingat bahwa Tuhan akan selalu menyertai
umat-Nya yang berserah dan berharap kepada-Nya. Untuk itu, mari kita
hidupi kabar sukacita ini dengan cara:
1. Stop untuk mengganggap diri sendiri maupun orang lain tidak
berguna, rendah atau tidak layak, karena semua orang layak
mendapatkan keselamatan bagi Tuhan.
2. Mari bersama-sama tidak menjadi pelaku melainkan menjadi anti
kepada sikap yang mengucilkan ataupun mendiskriminasi, sebab
ini merupakan bentuk perlawanan kita kepada hal yang bersifat
penindasan.
3. Mari tumbuhkan keadilan dan kesetaraan didalam lingkup
perkumpulan Naposo, untuk membangun relasi yang baik, sehingga
gambaran keselamatan yang dari Tuhan dapat terpancar dari
senyuman dan kebahagiaan perkumpulan Naposo.

Daftar Nyanyian
BE. No. 45:1-2
PKJ No. 72:1-2
KJ No. 125

120
Ming g u Sete la h Natal

31 Desember 2023

Kecil namun Berdampak


Bacaan Alkitab
Mikha 5: 1

Latar Belakang 
Sering kali kata “kecil” dianggap remeh, diasingkan, diabaikan,
dikesampingkan, dianggap tidak penting, bahkan menjadi bahan ejekan
atau dibully, dan lain sebagainya. Perhatian manusia selalu saja tertuju
pada hal-hal atau kejadian yang besar, viral, dan mengagumkan. Namun,
ketika hal kecil terlalu sering diabaikan dan kurang diperhatikan, orang-
orang kerap tersandung, terantuk dan jatuh karena hal kecil seperti batu
kerikil.  Terkadang kita lupa bahwa kualitas itu dibentuk mulai dari hal-
hal yang kecil. Karena segala yang ada di dunia ini, berawal dari hal yang
kecil. Kemudian melewati sebuah proses yang panjang dan melelahkan
sehingga hal kecil itu pada akhirnya menjadi besar dan dibanggakan.
Melalui bacaan kita pada hari ini, kita akan melihat bagaimana hal-hal
kecil bisa menjadi besar dan sangat dibanggakan.

Tafsiran
Mikha (singkatan dari Mikhaya, yang berarti ‘siapakah seperti Allah?’)
adalah seorang nabi yang berasal dari Moresyet (Mi. 1: 1), yaitu sebuah
desa kecil di kaki perbukitan Yehuda. Mikha digambarkan dekat dengan
rakyat yang menderita. Apabila membaca kitab Mikha, dari perikop-
perikop sebelumnya, Mikha seringkali mengatakan penghukuman yang
akan menimpa pemimpin-pemimpin Israel yang tidak bertanggung
jawab sesuai dengan kehendak Tuhan. Apabila ditelusuri lebih jauh, maka
pembaca dapat menemukan bahwa Israel mengalami kemerosotan
moral. Para pemimpin bahkan pemuka agama menyalahgunakan
wewenangnya untuk kepentingan diri sendiri.

121
Meskipun demikian, Mikha tidak hanya mengatakan bahwa Tuhan
memberikan hukuman bagi bangsa Israel. Selain penghukuman, Kitab
Mikha juga menyebutkan bahwa Tuhan Allah menunjukkan kasih setia
pada Israel. Bahkan, melalui Mikha, Tuhan Allah menjanjikan bangsa
Israel hadirnya pemimpin yang akan menyelamatkan mereka. Pasal 5
dari kitab Mikha berisikan tentang nubuatan. Nubuat tersebut berbicara
mengenai kehadiran seorang pemimpin untuk memerintah Israel.
Secara spesifik Mikha menyebutkan sebuah kota yang menjadi asal dari
pemimpin tersebut, yakni Betlehem.  

Betlehem (‫ םחל תיב‬- baca: bêyth lechem, yang berarti ‘rumah roti’) adalah
sebuah kota kecil di Yehuda. Kota Betlehem juga merupakan kota kelahiran
dari Daud, yaitu raja Israel. Jika dibandingkan dengan kota lain di Israel,
dapat dikatakan bahwa Betlehem sangat kecil. Namun demikian, Tuhan
Allah memilih kota tersebut sebagai kota kelahiran Mesias, pemimpin
Israel. Apabila melihat pemberitaan nabi Mikha, ia sering menyuarakan
kritik pada para pemimpin atau ‘orang-orang besar’ yang memiliki
kekuasaan. Namun, menggunakan kekuasaanya untuk kepentingan diri
sendiri. Hal ini sangat berbanding terbalik, ketika Mikha mengatakan
nubuat kehadiran pemimpin dari kota yang kecil, bahkan sangat kecil dari
kota-kota lainnya. Selain itu, dari kota Betlehem juga akan lahir seorang
Raja yang adil dan membawa kedamaian bagi umat-Nya. 

Secara tidak langsung, Mikha 5: 1 menunjukkan betapa Tuhan Allah


memperhatikan umat-Nya hingga yang terkecil sekalipun. Bacaan Alkitab
tersebut juga mengatakan bahwa Allah dapat memilih siapa saja untuk
menunjukkan kemuliaan-Nya. Bahkan, dengan cara yang tidak terpikirkan
oleh manusia. Artinya, mungkin saja Tuhan memilih seseorang yang tidak
pernah dibayangkan untuk menjadi pembawa Kabar Baik. Hal ini memiliki
pesan agar tidak rendah diri, namun memperlihatkan kemampuan diri
sebagai ciptaan yang unik dari Allah berlandaskan kerendahan hati.  

Metode Penelaahan Alkitab dan Langkah-langkah


Penyelidikan Induktif
• Sebelum memulai diskusi, pemimpin PA menyiapkan kertas karton
berukuran besar dan alat tulis (pulpen/spidol)
• Pemimpin PA membagi pemuda menjadi beberapa kelompok
• Pemimpin PA meminta pemuda untuk membaca kembali Mikha 5: 1
secara cermat. Kemudian, pemuda mendiskusikan pertanyaan yang
disediakan.

122
Pertanyaan untuk diskusi:
1. Apa yang anda pahami dari kitab Mikha 5 ayat 1? Jelaskan!
2. Pernahkah anda merasa tidak merasa percaya diri? Mengapa?
3. Ketika anda atau teman anda merasa tidak percaya diri, apa yang
anda lakukan?
4. Adakah harapan yang hendak anda capai di tahun depan? Lalu,
bagaimanakah cara anda untuk mewujudkannya?
5. Apakah anda memiliki harapan atau pesan untuk persekutuan
pemuda di tahun depan?
• Pemimpin PA memberikan waktu bagi kelompok untuk
mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan. Untuk waktu diskusi
selama 10-15 menit, atau dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
• Setelah itu, kelompok satu per satu memaparkan hasil
diskusinya.
• Untuk pertanyaan nomor 5, pemimpin PA meminta pemuda
untuk menuliskan jawabannya masing-masing di kertas karton
yang telah disiapkan sebelumnya.
• Pemimpin PA menyimpulkan hasil diskusi dan menutup PA
dengan doa singkat.

Penutup
Dari Mikha,  kita belajar bahwa Allah memperhatikan umat-Nya hingga
yang terkecil sekalipun. Seperti kota Betlehem yang kecil, namun Tuhan
Allah memberikan seorang Penyelamat dari kota yang kecil tersebut.
Artinya, Tuhan tetap dapat memakai kita menjadi alat-Nya, meski kita
merasa bahwa diri kita tidak memiliki apa-apa. Maka, bagi para pemuda
atau siapa saja yang merasa tidak berbakat atau tidak mampu hendaknya
mengganti sifat rendah diri menjadi percaya diri. Mengapa demikian?
Karena, kita juga merupakan umat Tuhan yang sewaktu-waktu dapat
dipilih oleh Tuhan untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Tentu, sifat
percaya diri itu penting, namun dilakukan dengan rendah hati.

Jika pesan dari Mikha 5: 1 dikaitkan dengan kehidupan sebagai pemuda


gereja, yaitu pemuda HKBP, para pemuda biasa dipandang sebelah
mata oleh anggota jemaat yang lebih senior. Hal ini dapat terjadi
karena anggapan bahwa pemuda belum memiliki banyak pengalaman
atau alasan lainnya. Pada kenyataannya, pemuda merupakan generasi
penerus dalam sebuah jemaat di masa yang akan datang. Maka dari itu,
sebagai pemuda Kristen, secara khusus pemuda HKBP memiliki tugas

123
untuk membuktikan diri bahwa para pemuda pun turut memberikan
dampak bagi gereja. Hal ini dapat dilakukan dengan cara keterlibatan
secara aktif oleh pemuda dalam persekutuan. Selain itu, pemuda perlu
menjalin relasi yang baik dengan seluruh kategorial pelayanan yang ada
dalam gereja. Tentu dalam pelaksanaannya akan ada tantangan dan
hambatan. Akan tetapi, jadikan tantangan dan hambatan sebagai alasan
serta motivasi untuk terus mengembangkan diri, secara khusus sebagai
pemuda HKBP yang layak menjadi penerus gereja.

Daftar Nyanyian
KJ No. 5
KJ No. 94
KJ. No. 362

PA Naposo HKBP Kedaton Lampung, Distrik XXXII Lampung.

124

Anda mungkin juga menyukai