Anda di halaman 1dari 11

Polili Wete Polili Pengembangan Model Pembelajaran Audition Prononciation Berbasis Web

ANALISIS SASTRA LISAN (UMPASA) DALAM TRADISI


MANGALAHAT HORBO BATAK TOBA

Queen Keren Happuck Samosir, Dewi Yani, Firi Gayatri, Mutiara Hasanah, Tria
Marthalena Sitinjak
Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan

Arnita Piliang, (Dosen Pendamping PKM-PSH)

Abstrak
Mangalahat Horbo adalah tradisi tua milik suku Batak Toba
yang merupakan perayaan kurban kerbau kepada Mula Jadi Na
Bolon (pencipta segala sesuatu). Urgensi penelitian ini adalah
untuk mengetahui nilai-nilai atau makna yang terkandung
dalam ragam sastra lisan (umpasa) upacara Mangalahat Horbo
Batak Toba. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif-deskriptif.
Pendekatan kualitatif yang dilakukan yaitu dengan teknik
dokumentasi (analisis teks sastra lisan Mangalahat Horbo
terhadap video upacara tersebut), wawancara langsung dan
observasi. Sastra lisan dalam bentuk umpasa pada upacara
tradisi ini memiliki makna yang sarat akan nilai-nilai bagi
kehidupan, antara lain bernilai religi, budaya dan sosial.

Kata Kunci: Mangalahat Horbo, Tradisi

PENDAHULUAN Namun, untuk kajian sastra lisan tradisi


tersebut belum ada.
Salah satu upacara tradisi yang Mangalahat Horbo merupakan
memperkaya kebudayaan di Indonesia upacara persembahan kurban yang
adalah tradisi Mangalahat Horbo. diberikan kepada Mula Jadi Na Bolon
Mangalahat Horbo adalah tradisi tua melalui penyembelihan kerbau yang
milik suku Batak Toba yang merupakan dilaksanakan dengan beberapa langkah,
perayaan kurban kerbau kepada Mula diiringi ungkapan-ungkapan yang
Jadi Na Bolon, pencipta segala sesuatu. disampaikan oleh Malim Parmangmang
Tidak semua orang suku batak atau pemimpin upacara Mangalahat
mengetahui tentang Mangalahat Horbo, Horbo.
apalagi makna dan nilai-nilai yang Upacara Mangalahat Horbo
terkandung di dalamnya. Tradisi turun memiliki tiga bentuk berdasarkan tujuan
temurun di kalangan komunitas Batak yang berbeda. Yang pertama,
ini cukup menarik simpati dan dilaksanakan sebagai upacara turun ke
ketertarikan wisatawan baik domestik sawah, ucapan rasa syukur dan meminta
maupun internasional. Tradisi ini keturunan dan upacara peringatan orang
menjadi salah satu keberagamaan tua yang sudah meninggal dunia dan
kebudayaan Batak yang telah upacara pada perayaan Festival Danau
diwariskan secara turun-temurun dari Toba. Dalam penelitian ini, peneliti
nenek moyang (oppung batak). Terkait membatasi penelitian hanya pada sastra
asal muasal ritual Mangalahat Horbo lisan (umpasa) yang terkandung di
telah banyak diberitakan oleh media. dalam tradisi Mangalahat Horbo Batak

172
Polili Wete Polili Pengembangan Model Pembelajaran Audition Prononciation Berbasis Web

Toba yang dilaksanakan pada festival Mangalahat Horbo pada Festival Danau
Danau Toba pada tahun 2013 di Tuk- Toba 2013.
Tuk, Kecamatan Ambarita, Kabupaten Penelitian dilakukan dengan
Samosir, dalam bentuk video mewawancarai narasumber mengenai
dokumentasi. Kajian teori atau pisau tradisi Mangalahat Horbo. Empat orang
bedah yang menjadi acuan dalam narasumber dalam penelitian ini, yaitu:
penelitian ini adalah nilai-nilai yang Datu Soutihon Situmorang (65) selaku
terkandung dalam sastra lisan Malim Parmangmang, Anius Limbong
padaupacara Mangalahat Horbo Batak (66) selaku Raja Bius, Oppung Rumenti
Toba dalam bentuk perayaan Festival Gultom (85) selaku penatua
Danau Toba. Urgensi penelitian ini adat/parmalim, Efenndy Turnip (56)
adalah untuk mengetahui nilai-nilai atau budayawan dan Ajun Samosir (52)
makna yang terkandung dalam ragam Guru/Masyarakat Kegiatan setelah
sastra lisan (umpasa) upacara wawancara yaitu melihat dan
Mangalahat Horbo Batak Toba, menganalisis hal-hal yang terkandung
padahal tradisi ini merupakan budaya dalam tradisi tersebut.
atau kekayaan terbesar Suku Batak
Toba yang harus dilestarikan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
diperhatikan karena banyak nilai-nilai
yang tersirat pada sastra lisan upacara Pada dasarnya, tradisi Mangalahat
tersebut. Horbo adalah tradisi pengharapan dan
rasa syukur akan kehadiran seorang
METODE anak dalam sebuah keluarga.
Saat ini acara Mangalahat Horbo
Metode penelitian yang diselenggarakan pada acara-acara
digunakan dalam penelitian ini adalah tertentu, seperti Festival Danau Toba.
metode penelitian kualitatif-deskriptif. Padaupacara Mangalahat Horbo ini,
Pendekatan kualitatif yang dilakukan orang-orangakan menyaksikan seekor
yaitu dengan teknik dokumentasi kerbau dengan berat sekitar 350 kg
(analisis teks sastra lisan Mangalahat diarak dengan iringan gondang batak
Horbo terhadap video upacara tersebut), menuju ketanah lapang Sisingamaraja
wawancara langsung dan observasi. Balige.
Penelitian dilakukan di Kabupaten Enam pria dewasa menariknya
Samosir, Sumatera Utara. Pelaksanaan dengan tongkat yang terikat di bagian
Penelitian dilakukan selama lima bulan. mulut horbo (kerbau).Sementara
Sedangkan sisanya adalah pengolahan seorang wanita yang berpakaian ulos
data, penarikan kesimpulan dan mengkuti arakan tersebut sambil
penyusunan laporan. menabur beras ke arah kerbau. Sesekali
Instrumen dalam penelitian ini wanita tersebut berteriak “Hoi”. Di
adalah daftar pertanyaan wawancara tengah Lapangan, sebuah pohon yang
dan angket. Informasi dikumpulkan menjadi borotan (penyangga) telah
melalui rekaman, wawancara dengan menunggu kedatangan sang kerbau.
teknik simak dan catat. Alat yang Arakan tersebut kemudian memasuki
digunakan berupa satu buah tape lapangan dan mengitari borotan
recorder untuk merekam suara dan sebanyak tujuh kali dengan posisi
pembicaraan antara peneliti dengan kerbau yang ditarik menggunakan
narasumber, dua buah kamera untuk tongkat. “Guyuran” beras terus
mengambil gambar. Hal lain yang menghujani sang kerbau.
dibutuhkan untuk mengumpulkan data Pohon yang menjadi borotan ini
adalah rekaman video perayaan tradisi disimbolkan sebagai pohon surga

173
Polili Wete Polili Pengembangan Model Pembelajaran Audition Prononciation Berbasis Web

dengan daunnya yang diibaratkan Bolon dengan menyerahkan seekor


sebagai kehidupan. Setelah selesai kurban kerbau (horbo lae-lae) yang
acara, setiap orang yang terlibat dalam dianggap sebagai kurban yang paling
tradisi ini termasuk para pengunjung tinggi untuk dijadikan sebagai
percaya mereka akan kembali menjadi persembahan kepada maha tinggi
suci. Kerbau kemudian diikat pada (Pencipta Segala Sesuatu).
borotan tersebut. Posisinya pun tidak Sastra lisan dalam bentuk
sembarangan. Tali diikatkan pada ungkapan atau umpasa ini memiliki
batang pohon yang terhubung tepat nilai religi yang ditandai dengan adanya
pada cocok hidung kerbau. Hal ini persembahan kerbau kepada Mula Jadi
dilakukan agar si kerbau tidak leluasa Na bolon, yaitu Dia yang dianggap
memberikan perlawanan. sebagai pencipta segala sesuatu oleh
Dalam proses kegiatannya, masyarakat Batak Toba sebelum
upacara Mangalahat Horbo terdiri atas mengenal ajaran agama.
pembukaan acara, isi dan penutup, yang
semuanya dibawakan diiringi dengan “Kerbau bertanduk bolon dan
sastra lisan berupa umpasa yang berpusaran empat menjadi
memiliki nilai-nilai filosofis bagi lambang budaya bumi manusia
kehidupan. memanggi dan menyembuhkan
Berikut ini adalah potongan sastra penyakit maka kami menjadi
lisan dalam bentuk umpasa dari upacara sehat walafiat, luput dari
Mangalahat Horbo yang sudah kecemasan dan katakan bebas dari
diterjemahkan ke dalam bahasa dosa. Jongjong ma parbaringin
Indonesia. siraja Bius, jongjong ma ma
angka suhut bolon dari bius untuk
kesejahteraan kita bersama.”
Bagian pembuka:
“Dipersembahkan (kurban) Ungkapan ini bermakna kerbau
keselamatan manusia untuk itu dia adalah lambang budaya yang
(kerbau) harus disucikan terlebih dipercayai oleh Suku Batak Toba
dahulu dan ditabalkan, sebagai perantara bagi kepercayaan
dikuduskan, dia durapi dengan mereka. Ini membuktikan bahwa
itak gurgur (tepung Tawar) ia masyarakat Batak Toba masyarakat
dibeli dengan tebu dan buah berbudaya. Persembahan ini ditujukan
pisang yang masak, untuk hidup untuk kesejahteraan bersama.
yang manis (sejahtera). Ia (kerbau Nilai yang terkandung pada sastra
bius) dihiasi dengan bunga pinang lisan ini adalah nilai budaya dan sosial.
dan mayang tanda hidup yang Persembahan kerbau sebagai lambang
harum dan masyur dan dengan budaya dan nilai sosial karena acara ini
jamu tanda hidup yang subur dan melibatkan kerbau yang menjadi
sejahtera dan bermartabat. Lantas lambang budaya Batak dan ditujukan
diriciki dengan air pangir (jeruk untuk kesejahteraan bersama.
purut) suci dan didupai dengan
kemenyan tanda penyucian dan
Bagian isi:
pengudusan dan dia siap untuk
dikurbankan.” “Jadikanlah persembahan kerbau
kurban ini menjadi kesembuhan
Ungkapan pada bagian dari kesedihan kemelaratan dan
pembukaan ini bermakna sebagai proses kemiskinan, mengembalikan
persembahan kepada Mula Jadi Na kekuatan batin dan tubuh dan

174
Polili Wete Polili Pengembangan Model Pembelajaran Audition Prononciation Berbasis Web

harta yang melimpah untuk yang dipanjatkan kehadirat Allah


kesejahteraan hidup bersama.” Bapa Yang Maha Kuasa dengan
Makna sastra lisan yang membuat Tanda Salib
terkandung dalam bagian penting dari (Katolik/tanda Kemenangan
upacara Mangalahat Horbo adalah Yesus Kritus), di dalam nama
permohonan kepada Mula Jadi Na Bapa dan Putra dan Rohkudus.
Bolon agar kurban kerbau dapat Amin.”
memberikan manfaat dan memenuhi Makna sastra lisan yang
hajat dari diadakannya upacara tersebut. terkandung pada bagian ini adalah
Selain itu, juga menjadi harapan agar harapan dan doa dipanjatkan untuk
dijauhkan dari kesedihan hidup. menutup acara. Dengan harapan, acara
Nilai yang terkandung dalam tersebut mendapat berkat dari Tuhan.
bagian ini adalah nilai religi, yaitu Nilai yang terkandung pada
adanya permohonan melalui bagian penutup ini adalah nilai religi.
persembahan kerbau kepada Mula Jadi Tampak pada doa yang dipanjatkan saat
Na Bolon. menutup acara.

Bagian penutup: SIMPULAN


“Amang Panggual Pargocci
bunyikanlah Gondang Elek Simpulan yang dapat ditarik dari
Debata, untuk meminta izin hasil penelitian ini adalah tradisi
kepada Sang Pencipta Tuhan yang Mangalahat Horbo adalah tradisi yang
Maha Kuasa supaya kami memperkaya kebudayaan Indonesia.
masyarakat bisa seiya sekata dan Upacara tradisi ini dibawakan sastra
saling menghargai. Saling lisan dalam bentuk umpasa dalam
meringankan setiap beban dalam proses kegiatannya. Umpasa ini
hidup kami.” memiliki makna yang sarat akan nilai-
Makna sastra lisan yang nilai bagi kehidupan, antara lain bernilai
terkandung pada bagian penutup dari religi, budaya dan sosial. Ini
upacara Mangalahat Horbo ini adalah membuktikan bahwa masyarakat batak
permohonan kepada pencipta agar Toba adalah masyarakat yang religius
masyarakat Batak Toba bisa saling dan senantiasa bersyukur. Mereka
kompak dan menjunjung kebersamaan memahami bahwa Dia Yang Maha
melalui tata cara tertentu. Dalam hal ini, Pencipta adalah Dia Yang Maha Tinggi,
Gondang Elek Debata menjadi alat maka untuk meminta sesuatu kepadanya
musik perantara. mereka melakukannya dengan
Nilai yang terkandung dalam memberikan sesuatu yang dianggap
bagian penutup ini adalah nilai budaya ‘tinggi’ pula. Dalam hal ini adalah
dan religi. Nilai budaya tampak pada kurban kerbau. Kerbau adalah hewan
penggunaan Gondang Elek Debata yang dianggap kuat dan tinggi, bukan
sebagai alat musik tradisional dan nilai sembarang hewan yang bisa
religi yang tampak pada tujuan dikurbankan.
dibunyikannya Gondang Elek Debata Tradisi ini juga mengajarkan
tersebut untuk meminta izin kepada bahwa kita harus saling tolong
Sang Pencipta. menolong dalam kehidupan dan peduli
terhadap sesama, sebab acara ini
“Akhirnya pesta Lahatan ditujukan untuk kepentingan bersama.
Mangalahat Horbo telah berakhir Nilai budaya dalam tradisi ini
dan ditutup dengan doa syukur melahirkan budaya kebersamaan dan
melestarikan kebudayaan.

175
Polili Wete Polili Pengembangan Model Pembelajaran Audition Prononciation Berbasis Web

Endaswara, Suwardi. 2005. Metode dan


Teori Pengajaran Sastra.
Yogyakarta: Buana Pustaka.

SARAN Endaswara, Suwardi. 2011. Metodologi


Penelitian Sastra Bandingan.
Tradisi Mangalahat Horbo harus Jakarta: Perpustakaan Nasional.
dilestarikan agar tidak punah dan
nantinya dikhawatirkan akan diklaim Mahsun. 2005. Metode Penelitian
oleh bangsa lain. Dengan mempelajari Bahasa. Jakarta: Raja Grasindo Persada.
dan mengembangkan ide-ide kreatif
untuk menjaga dan melestarikan tradisi https://journal.ugm.ac.id/jurnal-
Mangalahat Horbo Batak Toba dan humaniora/article/download/
melakukan beberapa pebelitian sebagai 4881/4116(Diakses Pada: 2
relevansi yang akan menjaga Tradisi ini Oktober 2016. Pukul 13.00 WIB)
dari kepunahan. Belajar menghargai
budaya karena budaya Batak Toba yang http://journal.uny.ac.id/index.php/
terdapat dalam Tradisi Mangalahat litera/article/view/1071 (Diakses
Horbo memiliki nilai jual tinggi. pada: 2 Oktober 2016. Pukul
13.00 WIB)

http://badanbahasa.kemendikbud.go.id/
DAFTAR PUSTAKA lamanbahasa/jenis_produk/
penelitian%20sastra (Diakses
Muhaimin AG, Islam Dalam Bingkai pada: 2 Oktober 2016. Pukul
Budaya Lokal: Potret Dari 13.00 WIB)
Cerebon, Terj. Suganda. 2001.
Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu. Sekilas tentang penulis : Queen Keren
Happuck Samosir, Dewi Yani,
Hutomo, Suripan Hadi. 1991. Mutiara Firi Gayatri, Mutiara Hasanah,
yang Terlupakan: Pengantar Studi Tria Marthalena Sitinjak adalah
Sastra Lisan. Jawa Timur: Mahasiswa Prodi Sastra
Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia FBS Unimed.
Indonesia.

176
Polili Wete Polili Pengembangan Model Pembelajaran Audition Prononciation Berbasis Web

PENGARUH EKOLINGUISTIK TERHADAP TINDAK TUTUR ANAK


Anisa Tanjung, Desi Melia Tumanggor, Geovanny Tambun Saribu,
Nur Qamarin Trywahyuni, Patimah Sari Rangkuti

Fakultas Bahasa dan Seni


Universitas Negeri Medan

Arnita Piliang, (Dosen Pendamping PKM-PSH)

ABSTRAK
Bahasa adalah sarana yang paling penting dalam berkomunikasi.
Bahasa bersifat sistematis, universal, manusiawi dan bersifat unik
bagi manusia. Dalam pemerolehan bahasa usia 7-11 tahun merupakan
usia produktif anak dalam pemerolehan sintaksis dan pragmatiknya.
Dalam berbahasa harus ada nilai kesantunan, namun anak-anak saat
ini tidak memperhatikan lagi nilai kesantunan sehingga bahasa yang
digunakan sering mengandung ketidaksantunan. Jika kita berbicara
tentang bahasa tentunya ada tindak tutur. Menurut Austin, tindak tutur
dapat dibagi menjadi 3 yakni: lokusi, ilokusi dan perlokusi. Seluruh
tindak tutur ini diucapkan tentunya ada faktor-faktor yang
menyebabkan si anak bertutur. Metode penelitian ini menggunakan
observasi tidak berstruktur, wawancara terstruktur dan dokumentasi
serta jenis penelitian ini adalah deskriptif kualilatif. Hasil
penelitiannya adalah tindak lokusi, ilokusi eksersitif dan ilokusi
ekspositif. Lingkungan bermain yang paling mempengaruhi tuturan
tersebut. Di dalam lingkungan bermain ada beberapa ekologi yang
mempengaruhi yaitu ekologi pasar, fauna, flora dan alam.

Kata kunci: Bahasa, ketidaksantunan, tindak tutur, Lingkungan Bermain,


ekolinguistik.

PENDAHULUAN yang digunakan oleh semua orang atau


anggota masyarakat untuk bekerjasama,
Bahasa adalah sarana yang paling berinteraksi dan mengidentifikasi diri
penting dalam berkomunikasi. Bahasa dalam bentuk percakapan yang baik,
bersifat sistematis, universal, manusiawi tingkah laku yang baik dan sopan
dan bersifat unik bagi manusia. Dalam santun yang baik.
kegiatan sehari-hari dapat kita amati Usia 7-11 tahun dikenal sebagai
bahwa hanya manusialah yang mampu periode emas seorang anak yang
menggunakan komunikasi verbal dan ditandai dengan pertumbuhan dan
mampu mempelajarinya. Inilah yang perkembangan bahasanya yang begitu
menyebabkan tingkah laku manusia pesat dan cepat. Perkembangan
secara esensial berbeda dengan signifikan seorang anak dapat dilihat
tingkahlaku hewan. Bahasa menurut dari kebiasaannya sehari-hari ketika
Harun Rasyid, Mansyur & Suratno anak sedang bermain dengan anak-anak
(2009: 126) merupakan struktur dan lain maupun ketika berinteraksi dengan
makna yang bebas dari penggunanya, keluarganya. Sebagai contoh ketika
sebagai tanda yang menyimpulkan seorang anak berbicara dengan ibu,
suatu tujuan. Sedangkan bahasa ayah, kakak dan teman sekolahnya, si
menurut kamus besar Bahasa Indonesia anak (penutur) akan mengggunakan
(Hasan Alwi, 2002: 88) bahasa berarti tindak tutur untuk mempengaruhi lawan
sistem lambing bunyi yang arbitrer, bicaranya (mitra tutur), agar yang di

177
Polili Wete Polili Pengembangan Model Pembelajaran Audition Prononciation Berbasis Web

sampaikannya tersebut disetujui oleh si bahasa. Haugen (2001:57) ekologi


mitra tutur. Dalam sebuah tuturan anak bahasa adalah kajian tentang interaksi
sering mengucapkan bahasa yang tidak bahasa dan lingkungannya.
baik yang sering dikategorikan kasar Berdasarkan uraian masalah yang
atau tidak santun, contohnya “nenek dijelaskan sebelumnya, peneliti tertarik
kau sekilo” dalam situasi bermain, kata mengkaji “Pengaruh Ekolinguistik
“nenek” adalah panggilan untuk orang Terhadap Tindak Tutur Anak” pada
berusia lanjut sedangkan kata “sekilo”, usia 7-11 tahun di Jl. Pukat I Kelurahan
kata yang sering digunakan dalam Bantan Timur Kecamatan Medan
proses jual beli pedagang di pasar. Tembung. Karena usia 7-11 tahun ini
Apakah nenek ditimbang dan beratnya adalah usia produktif anak dalam
sekilo? tidak, karena sesuatu yang pemerolehan sintaksis dan pragmatik.
ditimbang dan beratnya sekilo tidak
cocok untuk nenek-nenek melainkan METODE PENELITIAN
untuk sayur-mayur. Kedua kata ini
sering diucapkan anak-anak dalam Jenis penelitian ini adalah
stuasi bermain bahasa yang tidak baik deskriptif kualitatif. Teknik
ini dapat terjadi dikarenakan faktor Pengumpulan Data yang digunakan
lingkungan bahasa (ekolinguistik) penulis yaitu dengan menggunakan
sianak.Hal inilah yang mendorong teknik pengumpulan data melalui Studi
gagasan untuk melakukan penelitian Kepustakaan (Library Research).
pengaruh ekolinguistik terhadap tindak Penelitian ini dilakukan untuk
tutur anak. Penelitian ini dilakukan pengambilan data yang bersifat teori
untuk mengetahui sejauh mana seorang yang kemudian digunakan sebagai
anak mampu mempengaruhi mitra literature penunjang guna mendukung
tuturnya dalam melakukan suatu penelitian yang dilakukan. Data ini
tindakan yang dituturkan oleh si diperoleh dari buku-buku sumber yang
penutur. dapat dijadikan acuan yang ada
Tuturan yang dihasilkan oleh anak kaitannya dengan masalah yang di teliti.
kepada mitra tuturnya begitu banyak Teknik pengumpulan data yang
dalam berbagai peristiwa tutur, untuk digunakan dalam penelitian yaitu
mempermudah dalam pengklasifikasian dengan Observasi partisipanyaitu suatu
tuturan tersebut maka Penelitian ini teknik pengamatan di mana peneliti ikut
menggunakan teori tindak tutur (Speech ambil bagian dalam kegiatan yang
Act) Austin, yang mengatakan bahwa dilakukan oleh objek yang diselidiki.
tindak tutur terbagi menjadi 3 bentuk Observasi ini dilakukan dengan
yaitu tindak lokusi (menginformasikan mengamati dan mencatat langsung
atau menyatakan), ilokusi (tindakan objek penelitian, yaitu dengan
menghendaki mitra tuturnya untuk mengamati tindak tutur anak dalam
melakukan sesuatu) dan perlokusi keseharian, baik itu dengan keluarga,
(tindakan memberikan pengaruh kepada teman-teman dan orang-orang yang ada
mitra tutur).Untuk mengetahui faktor dilingkungan tempat tinggalnya serta
lingkungan apa saja yang angket yang akan menguatkan hasil
mempengaruhi tindak tutur anak dan penelitian. Deskriptif kualitatif dipilih
penelitian ini akan dikaitkan dengan karena berusaha menggambarkan situasi
ekolinguistik (ekolinguistik) yang mana sosial syatu gejala soaial. Dengan kata
ekologi adalah ilmu pengetahuan antara lain penelitian ini bertujuan untuk
organism dan lingkungannya menggambarkan sifat sesuatu yang
(McNaughton dan Wolf, 1998:1) dan tengah berlangsung pada saat studi.
lingustik adalah ilmu yang mengkaji Metode penyelidikan deskriptif tertuju

178
Polili Wete Polili Pengembangan Model Pembelajaran Audition Prononciation Berbasis Web

pada pemecahan masalah yang ada pada Data dalam penelitian ini berupa
masa sekarang. Oleh karena itu tuturan yang diucapkan oleh 12 sampel
penelitian deskriptif kualitatif tepat anak yang berusia 7-11 tahun dalam
sekali dengan penelitian yang berjudul lingkungan teman sebaya atau bermain.
tentang pengaruh ekolinguistik terhadap Lingkungan bermain merupakan
tindak tutur anak yang membahas lingkungan yang sangat berpengaruh
tentang masalah-masalah tindak tutur terhadap proses tindak tutur anak. Dari
anak zaman sekarang dalam berintraksi penelitian yang telah dilakukan. Hasil
dengan teman sebaya, sepermainan, yang diperoleh meliputi:
maupun dalam lingkungan keluarga. 1. Bentuk-bentuk kalimat khusus yang
di pengaruhi lingkungan bahasanya
HASIL DAN PEMBAHASAN (ekolingusitik)
2. Bentuk-bentuk tindak tutur
Sejumlah data diperoleh terlebih berdasarkan teori Austin yakni
dahulu melalui tahap pengumpulan tindak tutur lokusi, dan ilokusi
data, dilanjutkan dengan menganalisis (eksersitif dan ekspositif).
data. Kemudian data yang didapat 3. Faktor-faktor ekolinguistik yang
dikumpulkan dengan cara mencatat, mempengaruhi tindak tutur anakusia
mengidentifikasi, mengklasifikasi dan 7-11 tahun.
dimasukkan kedalam table serta di
Bentuk-bentuk Kalimat Khusus
analisis atau disusun sebagai hasil
penelitian.

TABEL 1. DATA KALIMAT-KALIMAT KHUSUS

No Kalimat Khusus

1 Nenek kau dicucuk


2 Nenek kau separoh… di potong-potong.
3 Nenek sekilo
4 Terus neneknya ditimbang
5 Iihh… ada monyet kesasar.

Bentuk-bentuk Tindak Tutur Berdasarkan Teori Austin

TABEL 2. BENTUK TINDAK TUTUR LOKUSI

Tindak
Kalimat Makna
Tutur
Nenek kau
Pernyataan
dicucuk
Nenek kau
separoh… di Pernyataan
potong-potong.
Lokusi
Nenek sekilo Pernyataan

Terus neneknya
Pernyataan
ditimbang
Iihh…ada monyet
Pernyataan
kesasar.
179
Polili Wete Polili Pengembangan Model Pembelajaran Audition Prononciation Berbasis Web

TABEL 3. BENTUK TINDAK TUTUR


ILOKUSI EKSERSITIF

Tindak
Kalimat Makna
Tutur

Turun kau,
nantik kau
Peringatan
jatuh dari
Eksersitif pohon itu!

Gak hujan gak


Peringatan
hujan!

TABEL 3. BENTUK TINDAK TUTUR


ILOKUSI EKSPOSITIF

TindakTutur Kalimat Makna


Buuuk, ada
yang manjat Keterangan
pohon
Banyak
kerang di
Ekspositif Penjelasan
pajak
aksara.
lama kali…
maunya Penjelasan
hujan.

SIMPULAN mendengarnya. Begitu pun dengan anak


di zaman sekarang usia 7-11 tahun yang
Dari segi bahasa, tindak tutur berada di Jln. Pukat 1 Medan Tembung
sangat penting dan sangat diperlukan yang tindak tuturnya sangat dipengaruhi
dalam tindak tutur terutama dalam oleh lingkungan yang ada di sekitarnya
berintraksi maupun berkomunikasi tanpa memikirkan lagi makna yang
terhadap sesama manusia. Tindak tutur diucapkan dalam bertindak tutur.
yang baik ialah tindak tindak yang Lingkungan sepermainan ataupun
ketika di ucapkan tidak menyakiti, tidak lingkungan teman sebaya sangat besar
menyinggung setiap telinga yang pengaruhnya terhadap Tindak tutur anak
si anak. Oleh karena itu hendaknya

180
Polili Wete Polili Pengembangan Model Pembelajaran Audition Prononciation Berbasis Web

orang tua memperhatikan kata-kata,


atau kalimat yang di ucapkan oleh si
anak, apakah sudah santun untuk di
ucapkan dan apakah sudah sesuai
dengan umur si anak.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Hidayar, Asep. 2014. Filsafat


Bahasa: Mengungkapkan Hakikat
Bahasa, Makna dan Tanda.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Alwasilah, A. Chaidar. 2007.Filsafat


Bahasa dan Pendidikan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.

Kaelan. 2006. Filsafat Bahasa Masalah


dan Perkembangannya.
Yogyakarta: Paradigma.

Gafari, M. Oky F. 2016. Pragmatik.


Medan: Penerbit Padang Bulan.

Nababan, P.W.J.1987. Ilmu Pragmatik

(Teori dan Penerapannya). Jakarta:


Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.

Kaswadi. 2006. Paradigma Ekologi


Dalam Kajian Sastra. Surabaya:
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

181
Polili Wete Polili Pengembangan Model Pembelajaran Audition Prononciation Berbasis Web

182

Anda mungkin juga menyukai