Anda di halaman 1dari 3

wirewit… wirewit

BURUNG KRIS EKOR KIPAS DARI KAMPUNG MAURUPAU – MIMIKA


Bagi mereka yang lahir di Papua dibawah tahun 1969, buku cerita Kota Emas yang ditulis
I.S. Kijne adalah kisah amat menyenangkan. Buku cerita tersebut menjadi satu literatur
wajib sekolah-sekolah dasar saat itu di seantero Tanah Papua.

Konon Tom dan Regi sebagai tokoh dalam cerita tersebut dikisahkan hidup harmonis dan
bersahabat erat dengan Kasuari, Tuturuga, Gajah, Bangau dan seekor burung mungil
bernama Kris Ekor Kipas.

Suatu Ketika Regi putri cantik berambut panjang dengan pita


kupu-kupu tersimpul rapih, bertengkar dengan sahabat
karibnya Tom seorang anak kampung karena dalam suasana
bermain si Tom tak sengaja menabrak boneka kesayangan
Regi, bernama Sarinah. Malangnya seketika itupun kepala
Sarinah pecah berantakan. Kejadian ini membuat Regi naik
pitam dan mengusir Tom yang kemudian pergi menyendiri
disudut kampung dipinggiran hutan yang sepi.

Seorang diri, Regi bermain dan ia teringat impian bersama


Tom yang gemar bercelana tali pendek dan tak bersepatu ketika menyaksikan sunset di
tepi pantai. Kala itu merekapun bercita-cita pergi ke Kota Emas tempat yang indah
diseberang sana.

Regi berpikir bagaimana caranya ia akan tiba di Kota Emas yang pernah diimpikan
bersama sahabatnya si rambut keriting itu. Tiba-tiba saja muncul di depan Regi seekor
burung mungil, Kris Ekor Kipas dan berkata, ambilah satu bulu dari ekorku, bila kau
menemui jalan buntut maka bulu tersebut dapat dielus-elus kemudian sebutkan, wirewit…
wirewit…

Regi menuruti petunjuk itu, singkat cerita ketika tersesat di


hutan maka ia mengelus-elus bulu burung itu dan memanggil
wirewit… wirewit… tiba-tiba saja seekor gajah datang
menolongnya. Ketika tiba di tepi pantai dan Regi tak dapat
menyeberanginya, teringat ia akan pesan si kris ekor kipas,
wirewit… wirewit… muncullah seekor Tuturuga dari dalam laut
dan membawanya ke seberang pulau. Saatnya akan terbang
menuju kota emas, kembali Regi memanggil wirewit…
wirewit… datanglah seekor bangau besar lalu menerbangkan
Regi. Sayangnya ketika tiba di depan pintu gerbang kota itu,
prajurit penjaga pintupun bertanya, dimana sahabatmu Tom ? Regi menceritakan semua
yang telah terjadi namun sang penjaga pintu tak mengijinkannya masuk kecuali Regi harus
kembali mengajak Tom yang pernah bersama-sama bermimpi pergi ke kota emas tersebut.
Regipun berusaha mendapatkan Tom dan segera berdamai
kemudian mengajaknya kembali menemui penjaga pintu kota
impian itu. Keduanya diijinkan masuk dan selanjutnya penuh
persahabatan yang erat dengan suasana gembira dapat
menikmati keindahan Kota Emas, kota yang diimpikan ketika
menyaksikan sunset ditepian pantai.

Wirewit… wirewit… Kris Ekor Kipas penunjuk jalan itupun


masih ditemukan hidup bersarang dan berkembang biak
dalam rawa-rawa di kampung Maurupau dataran rendah
Mimika.

Suara alam Kris ekor kipas membawa pesan rekonsiliasi dari Tanah Papua…
wirewit… wirewit… Hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang…

© WWF-Indonesia/Pieter WameaEnlarge

SUMBER DATA Sumber data yang peneliti ambil adalah data primer. sumber data primer tersebut
adalah teks “ CKE “ karya I.S. K yang diperbaiki oleh M.J Watofa serta diterbitkan oleh YPK Di IRJA
Jayapura. CKE terdiri dari dua puluh lima judul cerita, yaitu (1) Di Pasir pantai, (3) Kota Emas , (4) Babi
Hutan, (5) Celaka, (6) Diusir, (7) Dukacita, (8) Di Jalan, (9) Gajah, (10) Bagau, (11) Di Atas Awan, (12) Batu
dan Duri, (13) Tertutup Pintu, (14) Pulang, (15) Mencari Tom, (16) Ibu Tom, Dimanakah Tomi?, (18)
Dapat, (19) Berdamai ?, (20) Bersama-sama, (21) Masuklah!, (22) Di Dalam Kota, (23) Tuhan Yang Baik,
(24) Selamat Tinggal, dan (25) Siapa Mengenal Regi Dan Tomi?.

Regi adalah nama salah satu tokoh utama dalam Cerita “Kota Emas” karangan Pdt. I.
S. Kijne. Banyak nama dan peran di sana. Ada Tom, ada ayah dan ibu Regi, ibu Tom,
Kepala Kampung, Pit Kasuari, Burung Ekor Kipas “Wirewit” dsb. Tapi saya lebih tertarik
pada peran Regi.

Peran Regi, anak perempuan itu, adalah sebagai motivator. Regi tidak dapat memasuki
Kota Emas sendirian. Dia diperintahkan kembali ke kampung dengan menunggangi Piet
Kasuari untuk membangun solidaritas kerja sama menuju Kota Emas. Dia harus
mengajak Thom sahabatnya, dia bertemu dengan Ibu dari Thom, juga ayah dan ibunya
sendiri dan logistiknya didukung oleh Wiriwit Si Burung Hitam.
Mengapa peran motivator itu dilakukan oleh Regi, seorang anak perempuan? Apakah
Regi dalam imajinasi Pdt. Kijne merupakan penjelmaan dari pandangan adat di Tanah
Papua pada umumnya tentang “anak perempuan dalam keluarga”?

Anak perempuan dalam adat di Tanah Kita sangat strategis. Dia tidak dapat
ditinggalkan seorang diri menghadapi suatu perjuangan. Mamanya, Bapanya, saudara
perempuannya, saudara laki-lakinya, om nya, tanta nya dan seluruh keluarga besarnya
akan bangkit mendukung dia tatkala dia bersuara meminta dukungan. Anak perempuan
pada posisi suatu perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat keluarga akan
menjadi pengikat persatuan, pendorong kerja sama, pembangun motivasi dan
solidaritas keluarga.

Anda mungkin juga menyukai