Konon Tom dan Regi sebagai tokoh dalam cerita tersebut dikisahkan hidup harmonis dan
bersahabat erat dengan Kasuari, Tuturuga, Gajah, Bangau dan seekor burung mungil
bernama Kris Ekor Kipas.
Regi berpikir bagaimana caranya ia akan tiba di Kota Emas yang pernah diimpikan
bersama sahabatnya si rambut keriting itu. Tiba-tiba saja muncul di depan Regi seekor
burung mungil, Kris Ekor Kipas dan berkata, ambilah satu bulu dari ekorku, bila kau
menemui jalan buntut maka bulu tersebut dapat dielus-elus kemudian sebutkan, wirewit…
wirewit…
Suara alam Kris ekor kipas membawa pesan rekonsiliasi dari Tanah Papua…
wirewit… wirewit… Hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang…
© WWF-Indonesia/Pieter WameaEnlarge
SUMBER DATA Sumber data yang peneliti ambil adalah data primer. sumber data primer tersebut
adalah teks “ CKE “ karya I.S. K yang diperbaiki oleh M.J Watofa serta diterbitkan oleh YPK Di IRJA
Jayapura. CKE terdiri dari dua puluh lima judul cerita, yaitu (1) Di Pasir pantai, (3) Kota Emas , (4) Babi
Hutan, (5) Celaka, (6) Diusir, (7) Dukacita, (8) Di Jalan, (9) Gajah, (10) Bagau, (11) Di Atas Awan, (12) Batu
dan Duri, (13) Tertutup Pintu, (14) Pulang, (15) Mencari Tom, (16) Ibu Tom, Dimanakah Tomi?, (18)
Dapat, (19) Berdamai ?, (20) Bersama-sama, (21) Masuklah!, (22) Di Dalam Kota, (23) Tuhan Yang Baik,
(24) Selamat Tinggal, dan (25) Siapa Mengenal Regi Dan Tomi?.
Regi adalah nama salah satu tokoh utama dalam Cerita “Kota Emas” karangan Pdt. I.
S. Kijne. Banyak nama dan peran di sana. Ada Tom, ada ayah dan ibu Regi, ibu Tom,
Kepala Kampung, Pit Kasuari, Burung Ekor Kipas “Wirewit” dsb. Tapi saya lebih tertarik
pada peran Regi.
Peran Regi, anak perempuan itu, adalah sebagai motivator. Regi tidak dapat memasuki
Kota Emas sendirian. Dia diperintahkan kembali ke kampung dengan menunggangi Piet
Kasuari untuk membangun solidaritas kerja sama menuju Kota Emas. Dia harus
mengajak Thom sahabatnya, dia bertemu dengan Ibu dari Thom, juga ayah dan ibunya
sendiri dan logistiknya didukung oleh Wiriwit Si Burung Hitam.
Mengapa peran motivator itu dilakukan oleh Regi, seorang anak perempuan? Apakah
Regi dalam imajinasi Pdt. Kijne merupakan penjelmaan dari pandangan adat di Tanah
Papua pada umumnya tentang “anak perempuan dalam keluarga”?
Anak perempuan dalam adat di Tanah Kita sangat strategis. Dia tidak dapat
ditinggalkan seorang diri menghadapi suatu perjuangan. Mamanya, Bapanya, saudara
perempuannya, saudara laki-lakinya, om nya, tanta nya dan seluruh keluarga besarnya
akan bangkit mendukung dia tatkala dia bersuara meminta dukungan. Anak perempuan
pada posisi suatu perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat keluarga akan
menjadi pengikat persatuan, pendorong kerja sama, pembangun motivasi dan
solidaritas keluarga.