LEGENDA
LEGENDA
ASALUSUL
USULORANG
ORANGNIAS
NIAS
ASAL
TOPIK
PEMBAHASAN
A.1. Pendahuluan
Suku Nias adalah
kelompok masyarakat yang hidup di pulau
Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias
menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono=
anak/keturunan; Niha= Manusia) dan
pulau Nias sebagai "Tan Niha" (Tan =
tanah).
Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat
dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum
disebut fondrak/bowo/Amokhoita, yang mengatur segala segi kehidupan
mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup
dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa
ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah
pedalaman pulau ini sampai sekarang. Kasta : Suku Nias mengenal
sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi
adalah BALUGU". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus
mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan
menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari. Adapun
rincian kasta tersebut sebagai berikut:
1. Siulu (Balugu/Salaa),
Golongan masyarakat yang mempunyai kedudukan tertinggi
secara turun-temurun, akan tetapi pengukuhannya melalui proses
pelaksanaan pesta kebesaran (Owasa/Faulu). Bangsawan yang
telah memenuhi kewajiban adatnya melalui proses Owasa/Fauulu
Serius Lugu, MM
Tugas Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Sunarto, M.Hum
Program kompetensi Mengajar (PKM/Akta IV)
Yayasan Pendidikan Karsa Handayani Jakarta
disebut Siulu Si Maawai dan menjadi Bal
Ziulu Yaitu bangsawan yang memerintah.
2. Ere,
Para pemimpin agama kuno. Sering juga, oleh karena
kepintaran seseorang dalam hal tertentu, maka dia disebut Ere,
umpamanya Ere Huhuo yaitu seseorang yang sangat pintar dalam
berbicara terutama menyangkut adat-istiadat. Secara garis besar
terdapat 2 (dua) macam ere, yaitu: Ere Brnadu dan Ere
Mbanua.
3. Siila,
Kaum cerdik-pandai yang menjadi anggota badan
musyawarah desa. Mereka yang selalu bermusyawarah dan
bersidang (Orahu) pada setiap masalah-masalah yang dibicarakan
dalam desa, dipimpin oleh Bal Ziulu dan Siulu lainnya;
4. Sato,
Masyarakat biasa (masyarakat kebanyakan) juga sering
disebut Ono mbanua atau si fagl-gl atau niha si tol.
5. Sawuyu (Harakana),
yaitu: golongan masyarakat yang terendah. Mereka berasal
dari orang-orang yang melanggar hukum dan tidak mampu
membayar denda yang dibebankan kepadanya berdasarkan
keputusan sidang badan musyawarah desa. Kemudian mereka
ditebus oleh seseorang (biasanya para bangsawan), oleh karenanya
semenjak itu mereka menjadi budak (abdi) bagi penebus mereka.
Mereka juga berasal dari orang-orang yang tidak mampu membayar
utang-utangnya, orang-orang yang diculik atau orang-orang yang
kalah dalam perang, kemudian mereka menjadi budak.
Serius Lugu, MM
Tugas Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Sunarto, M.Hum
Program kompetensi Mengajar (PKM/Akta IV)
Yayasan Pendidikan Karsa Handayani Jakarta
A.1.2. Mitologi
Serius Lugu, MM
Tugas Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Sunarto, M.Hum
Program kompetensi Mengajar (PKM/Akta IV)
Yayasan Pendidikan Karsa Handayani Jakarta
Ketika Raja Sirao sudah mulai tua, maka ia pusing
tujuh keliling, karena ke 9 orang anak-anaknya semuanya ingin
menjadi pengganti Sirao sebagai Raja. Ke sembilan anak Sirao
adalah sebagai berikut 1. Tuada Bawuadan. 2. Tua Zangarfa.
3. Tua Bela. 4. Tua Simanga Buaweto Alit. 5. Tua Samadu
Sonamo Dal. 6. Hia Walangi Adu. 7. Gz Hela-hela Dan.
8. Daeli Sanau Talinga. 9. Luo Mewna
Lalu Sirao memanggil/mengumpulkan ke-9 orang anak-anaknya,
mengatakan bahwa : Siapa yang akan
menggantikan posisinya sebagai raja, dia
akan mempunyai tanda-tanda, yaitu
Barang Siapa diantara ke-9 anak-
anaknya, yang dapat menari seperti
burung rajawali atau seperti burung elang
diatas ujung tombak khusus sang Raja, maka dialah yang akan
menggantikan Sirao sebagai Raja.
Tuan Bawuadan putra Raja Sirao yang ke-1, menjawab
bahwa karena ia putra yang pertama, maka dialah yang berhak
menjadi raja menggantikan Sirao ayahnya setelah meninggal kelak.
Lalu Sirao menyuruh Bawuadan, menari diatas ujung tombak dan
ternyata ia gagal, dan karena itu maka Bawuadan diturunkan ke
bumi yang luas, dan jatuh ditengah-tengah pusaran bumi, sehingga
ia menjadi PENOPANG BUMI. Itulah sebabnya dalam kepercayaan
orang tua-tua dulu, melarang seseorang untuk mengucapkan
Sumpah Palsu dengan menyebutkan nama Tuada Bawua Dan,
sebab ia akan marah kalau seseorang melakukan sumpah palsu
dengan menyebut namanya, sehingga orang tersebut dalam waktu
yang tidak terlalu lama pasti akan mendapatkan hukuman yaitu
Kematian.
Setelah Tuan Bawuadan diturunkan ke bumi, maka putra
Raja Sirao yang ke-2 yaitu Tuan Zangarfa melompat sambil
Serius Lugu, MM
Tugas Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Sunarto, M.Hum
Program kompetensi Mengajar (PKM/Akta IV)
Yayasan Pendidikan Karsa Handayani Jakarta
mengatakan bahwa karena ia putra ke-2, maka dialah
yang berhak menjadi raja menggantikan ayahnya Sirao, apabila
Sirao meninggal dunia kelak. Dan iapun gagal, sama seperti
abangnya Bawuadan, dan karena itu iapun diturunkan ke bumi
yang luas dan jatuh ditengah-tengan air sehingga ia menjadi
PENGUASA AIR. Itulah sebabnya dalam kepecayaan orang tua-tua
dulu, dilarang membuang air besar di sungai soalnya Tua
1
http://www.tempo.co/read/news/2006/11/25/05888428/Jejak-Manusia-Pertama-
Sumatera-Utara-Ada-di-Pulau-Nias
2
http://mbe.oxfordjournals.org/content/early/2010/11/08/molbev.msq300
3
http://sains.kompas.com/read/2013/04/16/09081323/Asalusul.Orang.Nias.Ditemuk
an
4
http://niasonline.net/2007/03/05/merunut-asal-usul-orang-nias-berdasarkan-
dnagen/
Serius Lugu, MM
Tugas Mata Kuliah : Filsafat Pendidikan
Dosen Pengampu : Drs. Sunarto, M.Hum
Program kompetensi Mengajar (PKM/Akta IV)
Yayasan Pendidikan Karsa Handayani Jakarta
Kromosom-Y adalah pembawa sifat laki-laki.
Manusia laki-laki mempunyai kromosom XY, sedangkan perempuan
XX. Mitokondria-DNA (mtDNA) diwariskan dari kromosom ibu.
Penelitian ini juga menemukan, dalam genetika orang Nias saat ini
tidak ada lagi jejak dari masyarakat Nias kuno yang sisa
peninggalannya ditemukan di Goa Togi Ndrawa, Nias Tengah.
Penelitian arkeologi terhadap alat-alat batu yang ditemukan
menunjukkan, manusia yang menempati goa tersebut berasal dari
masa 12.000 tahun lalu. Keragaman genetika masyarakat Nias
sangat rendah dibandingkan dengan populasi masyarakat lain,
khususnya dari kromosom-Y. Hal ini mengindikasikan pernah
terjadinya bottleneck (kemacetan) populasi dalam sejarah masa lalu
Nias, katanya. Studi ini juga menemukan, masyarakat Nias tidak
memiliki kaitan genetik dengan masyarakat di Kepulauan Andaman-
Nikobar di Samudra Hindia yang secara geografis bertetangga.
***