PENDAHULUAN
A. Sonny Keraf mengemukakan bahwa ada dua kategori dari bencana yaitu
bencana alam dan bencana lingkungan hidup. Sebagian dikategorikan sebagai bencana
alam karena bencana tersebut murni peristiwa alam, seperti gempa bumi, tsunami,
lingkungan hidup karena krisis lingkungan hidup, yaitu kehancuran, kerusakan dan
pencemaran lingkungan hidup yang disebabkan oleh ulah dan perilaku manusia.
Selama satu tahun terakhir ini, telah terjadi 1.598 bencana alam di Indonesia,
bencana tahun 2002-2011 menunjukkan bahwa sekitar 89 persen dari total bencana di
Indonesia didominasi oleh banjir, banjir bandang, kekeringan, tanah longsor, puting
Pola dan gaya hidup manusia, khususnya manusia modern dengan segala
kemajuan industri dan ekonominya, telah merusak dan mencemari lingkungan hidup
sehingga banyak jiwa yang terenggut dan timbulnya kerugian yang besar. Ini
menunjukkan bahwa manusia berada pada fase kritis berkaitan dengan masa depan
1
Pendapat Kepala Pusat Data dan Informasi BNPB yang dikutip oleh Fahmi Firdaus, “BNPB: 1.598 Bencana
Alam Terjadi Ditahun 2011,” diunduh melalui http://news.okezone.com/read/2011/12/30/337/549497/bnpb-1-
598-bencana-alam-terjadi-ditahun-2011, pada tanggal 30 Desember 2011.
1
Kerusakan lingkungan hidup terbagi menjadi tiga kategori2 yaitu pertama,
kerusakan hutan, kerusakan lapisan tanah, kerusakan terumbu karang dan kerusakan
lapisan ozon. Kedua, kepunahan sumber daya alam, kepunahan keanekaragaman hayati
baik di darat, laut dan udara serta kepunahan sumber mata air. Kerusakan lingkungan
hidup yang ketiga adalah kekacauan iklim global akibat efek dari gas rumah kaca.
Kerusakan-kerusakan ini menimbulkan masalah yang luas dan semakin kompleks dari
tahun ke tahun, sebagai akibat langsung maupun akibat lanjutan dari berbagai krisis
ketidakadilan dalam pemanfaatan sumber daya alam lintas daerah, antara daerah hulu
yang mengeksploitasi habis sumber daya alamnya dengan daerah hilir yang hanya
mendapatkan banjir atau pun longsor. Ketidakadilan antara jenis kelamin yang
penyakit serta ketidakadilan antara generasi sekarang yang mengeruk, merusak dan
mencemari lingkungan hidup dengan generasi masa depan yang kehilangan berbagai
sumber daya alam dan hanya diwarisi dengan krisis serta bencana lingkungan hidup.
berbagai pihak. Perbincangan ini adalah reaksi terhadap dampak kerusakan lingkungan
yang dirasakan oleh semua ciptaan. Kita tidak akan ada artinya, jikalau persoalan
lingkungan hidup yang meliputi tanah, hutan, air dan udara tidak diperhatikan. Krisis
lingkungan hidup adalah krisis kehidupan. Ini persoalan hidup atau mati. Ini persoalan
ataukah kita musnah ditelan banjir, longsor, terserang penyakit atau bahkan mati
2
A. Sonny Keraf, Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 27-69.
2
kepanasan dan kelaparan karena gagal panen? Oleh karena itu, kita perlu perlu semakin
peka dan mengambil langkah yang lebih efektif untuk penyelamatan alam semesta ini,
dimulai dari tempat di mana kita berada. Kita hendaknya paham bahwa aspek
lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan sehingga perlu mendapat
hidup, khususnya manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal
balik antara keduanya disebut ekologi. Oleh karena itu, permasalahan lingkungan hidup
Jika dilihat dari sudut pandang agama maka bisa dikatakan bahwa agama
hampir tidak pernah menyinggung aspek ekologi, padahal lingkungan adalah masalah
yang sangat mendasar dalam kehidupan kita. Hans Kung menegaskan bahwa agama
yang baik adalah agama yang menjaga dan melestarikan, bukan menghancurkan dan
memusnahkan kemanusiaan. Corak teologi yang hanya mengurus Tuhan belaka dan
melupakan persoalan bumi, tidak akan bertahan lama. Masa depan agama akan
Alkitab yang ditulis berabad-abad yang lalu, masih dapat berbicara bagi
krisis lingkungan pada masa kini. Namun, tidak dapat disangkal jika penafsiran tertentu
terhadap ajaran agama Kristen memiliki andil dalam krisis ekologi. Keutamaan Kristus
dalam Kolose 1:15-23 memiliki tiga pemahaman. Pemahaman yang pertama adalah
pernyataan Kristus sebagai dasar segala sesuatu dalam surat Kolose 1:15-19,
berimplikasi pada pemaknaan Kristus bagi ciptaan. Ada yang menafsirkan pernyataan
segala sesuatu ini sebagai keseluruhan alam ciptaan, namun ada pula yang menafsirkan
3
Otto Soemarwoto, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan (Jakarta:Djambatan,1991), 19.
3
bahwa hal ini hanya menunjuk kepada manusia itu sendiri. Kedua, kedatangan dan
penebusan Yesus Kristus pada Kolose 1:20-23, hanya menunjuk kepada umat manusia
dan hubungannya dengan Allah maupun sesama manusia. Ketiga, manusia seakan-akan
manusia merupakan pusat atau ciptaan terluhur dari segala ciptaan. Bumi dan seluruh
isinya ada untuk memenuhi kebutuhan manusia dan penafsiran seperti inilah yang
mendorong perlakuan manusia terhadap alam yaitu sikap mengeksploitatif alam hanya
untuk keuntungan manusia.4 Penafsiran ini pun seakan-akan mendapat dukungan dari
teologi penciptaan dan lingkungan yang berasumsi bahwa manusia sebagai pusat
ciptaan, mendapatkan tugas dari Allah untuk merawat keutuhan ciptaan (integrity of
creation).5
Ekoteologi menandai babak baru dalam relasi antara teologi dan ekologi.
Paradigma ekoteologi telah mulai diadopsi oleh masyarakat dunia sejak tahun 1970-
an, namun mulai populer di akhir abad ke-20. Konferensi Stockholm di Swedia yang
krisis ekologi.
Ketika harus dicari pelaku utama dari kerusakan ekologi ini, maka
kemungkinan Gereja menjadi satu-satunya institusi agama yang selalu duduk di kursi
4
Celia Deane-Drummond, Teologi dan Ekoteologi (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 2001), 16-36.
5
P. Mutiara Andalas, Lahir dari Rahim (Yogyakarta: Kanisius, 2009), 232.
4
terdakwa. Para pemerhati ekologi mendakwa Gereja sebagai pewaris tunggal budaya
lingkungan yang bias patriakhi dan bersifat antroposentris serta dualisme hierarki. Pada
prakteknya, hal tersebut mengakibatkan kerusakan ekologi. Oleh karena itu, penafsiran
akan keutamaan Kristus menjadi sangat penting sebagai dasar yang mengubah
membantu kita untuk memahami pemikiran teologis dalam Kolose 1:15-23, tentang
keutamaan Kristus terhadap masa depan ciptaan serta membantu kita untuk
belakang inilah yang mendorong saya untuk meneliti dan judul penelitian yang
diusulkan adalah Keutamaan Kristus terhadap Masa Depan Ciptaan, Suatu Studi
Perumusan Permasalahan
Berdasarkan pada pemaparan di atas maka diambil beberapa rumusan masalah guna
1. Apa pemahaman teologis tentang keutamaan Kristus dalam Kolose 1:15-23 secara
Tujuan Penelitian
5
1. Mendeskripsikan pemahaman teologi tentang keutamaan Kristus dalam Kolose 1:15-
Metodologi
Metode Penelitian
sekedar mengeluarkan makna dari teks, tetapi juga mempertemukan makna teks
pada konteks masa lalu dengan pemahaman akan teks pada konteks masa kini. Oleh
karena itu, penelitian hermeneutik ini terdiri dari berbagai kritik yaitu kritik
kesejarahan, kritik teks, kritik kebahasaan dan kritik-kritik lainnya yang mendukung
penelitian ini.
Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Alkitab bahasa Indonesia maupun Yunani, buku-buku, dokumen, jurnal atau pun
6
1. Manfaat Teoritis
perjanjian baru, khususnya mengenai keutamaan Kristus bagi masa depan ciptaan
2. Manfaat Praktis
dalam diri setiap individu demi terwujudnya masa depan ciptaan yang lebih baik.
Definisi Operasional
Ekoteologi berasal dari kata ekologi dan teologi. Istilah ekologi pertama kali
digunakan oleh Haeckel, seorang ahli ilmu hayat dalam pertengahan dasawarsa 1860-
an. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah dan logos yang
berarti ilmu. Oleh karena itu, secara harafiah ekologi adalah ilmu tentang makhluk
hidup dalam rumahnya atau dapat diartikan juga sebagai ilmu tentang rumah tangga
makhluk hidup.6 Istilah teologi dalam bahasa Yunani adalah theologia. Istilah ini
berasal dari gabungan dua kata theos yang berarti Allah dan logos yang berarti logika.
Jadi, teologi adalah ilmu mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan
merupakan ilmu yang mempelajari interrelasi antara Tuhan dengan alam semesta demi
6
Soemarwoto, Ekologi, 19.
7
terciptanya keseimbangan dan pola relasi yang saling menghargai antara manusia
dengan alam.
Sistematika penulisan
Penulisan penelitian ini dideskripsikan dalam lima bab. Pada bab pertama,
penulisan yang menjadi kerangka umum penulisan penelitian ini. Bab kedua memuat
Yudaisme serta Helenisme. Pada bab ketiga, penulis akan menganalisa secara kritis
keutamaan Kristus bagi masa depan ciptaan. Penulis kemudian melakukan rekonstruksi
Kristus pada bab keempat dan bab kelima akan berisi pemaparan kesimpulan penelitian
serta saran-saran membangun, yang dapat dipergunakan oleh berbagai pihak berkaitan
8
BAB II
Pendahuluan
berkaitan erat dengan konsep keutamaan Kristus atau ide bahwa ciptaan hanyalah
obyek dari dominasi manusia. Kolose 1:15-23 merupakan teks yang sangat potensial
karena merupakan satu dari teks-teks yang paling signifikan dalam keseluruhan
Perjanjian Baru untuk mendeskripsikan keutamaan Yesus Kristus dan teks ini
menunjukkan perhatiannya bukan saja kepada manusia dan keselamatan manusia, tetapi
juga kepada dunia dan keselamatan dunia. Pada bab ini, berkaitan dengan hal-hal yang
telah dijelaskan maka secara sistematis akan saya kemukakan konteks sosio-historis
surat Kolose, dunia dalam perspektif Yudaisme dan Helenisme serta diakhiri dengan
kesimpulan sebagai dasar yang membantu proses penafsiran dan rekonstruksi di bab-
bab selanjutnya.
kesejarahan terhadap teks Kolose 1:15-23, yakni sejarah dalam teks dan sejarah dari
teks. Sejarah dalam teks berkaitan dengan tokoh-tokoh historis dan keadaan sosial,
sedangan sejarah dari teks membahas mengenai penulis, waktu penulisan, penerima
9
Tokoh-tokoh
surat ini sebagai surat yang ditulis oleh Paulus sendiri dan sebagian ahli yang lain
berpendapat bahwa surat ini merupakan pseudepigrafa atau ditulis kemudian oleh
seseorang yang merupakan pengikut dari Paulus. Saya berpendapat bahwa Paulus
bukanlah penulis dari teks ini sehingga tokoh-tokoh historis yang memainkan peranan
penting dalam masa penulisan teks ini adalah anggota jemaat gereja Paulus yang
menghargai otoritas Paulus, para pengajar bidat sesat, Orang Yahudi, Orang Kristen
Keadaan Sosial
Kolose hanyalah sebuah kota kecil yang terletak di Asia Minor dengan
ibukota Efesus. Sekitar seratus mil dari Efesus, di lembah Sungai Lykus, dekat suatu
tempat di mana sungai itu menghubungkan Maeander, pernah berdiri tiga kota
penting, yaitu: Laodikia, Hierapolis dan Kolose. Pada mulanya kota-kota itu
merupakan bagian wilayah Frigia, tetapi saat itu mereka termasuk bagian provinsi
Asia dari kekaisaran Romawi. Tiga kota tersebut merupakan wilayah yang kaya.
Tanah gunung berapi selalu subur dan bagian-bagian yang tidak ditutupi oleh
hamparan padang rumput tersebut ada sekawanan besar domba dan daerah itu
mungkin merupakan pusat industry wol terbesar di dunia. Jadi, ketiga kota ini berdiri
10
di wilayah yang indah dari segi geografis dan makmur karena pusat-pusat
perdagangan itu.1
Gereja Kristen di Kolose bukan didirikan oleh Paulus dan ia pun tidak
pernah mengunjunginya. Namun, tidak diragukan bahwa pendirian gereja itu berasal
Peristiwa yang tergambar dalam teks ini adalah usaha dari penulis untuk
menasihatkan jemaat di Kolose tentang ancaman yang datang dari bidat Kolose yaitu
istilah yang diberikan kepada bidat yang mengancam kehidupan gereja di Kolose.
2
Bidat Kolose ini datang dari ajaran sesat yang bernama Gnostisisme.
Gnostik mulai dengan dua asumsi dasar tentang dan roh dan materi. Roh pada
dasarnya baik dan bahwa materi pada dasarnya jahat. Hal yang kedua, ia juga percaya
bahwa materi bersifat kekal dan alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan. Allah
itu roh maka Ia sama sekali baik dan tidak mau bekerja dengan materi yang jahat.
Allah bukanlah khalik dunia ini. Bila materi sama sekali jahat dan bila Yesus adalah
anak Allah, Yesus tidak mungkin memiliki tubuh yang terdiri dari darah dan daging.
Bila materi jahat, maka tubuh juga jahat sehingga kita harus mengalami kelaparan,
yang sangat ketat di mana setiap kebutuhan dan keinginan harus ditolak dan bila
tubuh ini jahat maka tidak menjadi soal apa yang diperbuat manusia dengan tubuhnya
1
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2010), 141-143.
2
Barclay, Pemahaman, 151.
11
karena yang terpenting adalah roh. Gnostik percaya akan semua jenis perantara.
Yesus Kristus hanyalah salah satu dari malaikat. Ajaran tentang astrologi juga berasal
dari Gnostik. Ada unsur Yahudi, filsafat-filsafat asing selain Gnostik dalam ajaran
Penulis Surat
Barclay secara tegas tanpa perlu diragukan lagi mengatakan bahwa surat
namun ada keberatan-keberatan5 yakni: pertama, kata-kata yang dipakai dalam surat
ini tidak seperti kata-kata dalam tulisan Paulus yang asli. Kedua, tidak ada jejak
pemikiran apokaliptis Paulus. Ketiga, sulit untuk dimengerti Paulus menulis surat
kepada jemaat yang ia tidak ketahui. Keempat, gaya bahasa Yunani Kolose berbeda
dengan gaya bahasa surat-surat asli Paulus. Gaya bahasa surat ini lebih kompleks.
Kelima, ada pemikiran teologis baru yaitu orang percaya telah menikmati berkat
penuh dari keselamatan. Keenam, ada perbedaan pemikiran tentang baptisan antara
Rom. 6:3-5 dan Kol 2:1-1. Ketujuh, Paulus berinteraksi dengan masyarakat luas, hal
yang belum ada dalam surat asli Paulus. Kedelapan, dalam mengemukakan tentang
hakekat ajaran sesat pada surat ini, Paulus berpandangan agak positif. Jadi, penulis
Kolose adalah anggota jemaat gereja Paulus yang menghargai otoritas Paulus.
3
Barclay, Pemahaman, 152-154.
4
Pendapat ini juga dibenarkan oleh John Drane dan Dr. M. H. Bolkestein
5
Yusak B. Setyawan, Introduction To The New Testament: A Draft (Salatiga, 2010), 75-76.
12
Saya sependapat dengan Setyawan karena terdapat perbedaan-perbedaan
antara surat-surat Paulus sebelumnya dengan surat Kolose. Pemikiran Paulus pun
berbeda, pemahamannya tentang penebusan Kristus dalam surat Kolose berbeda dari
Waktu penulisan surat Kolose menjadi perdebatan di antara para ahli. Jika
surat Kolose menjadi surat yang autentik ditulis oleh Paulus maka kemungkinan
besar surat ini ditulis selama masa penahanan Paulus di Roma tahun 60-62 ZB, akan
tetapi surat Kolose bukanlah ditulis oleh Paulus tetapi oleh anggota jemaat gereja
Paulus yang menghargai otoritas Paulus. Hal yang perlu diperhatikan adalah Kolose
telah hancur pada tahun 61 ZB.6 Surat Kolose mempunyai kesamaan dengan surat
Efesus yang ditulis oleh orang Kristen generasi kemudian sekitar tahun 80-140 ZB.7
Kemungkinan besar surat Kolose adalah fiktif, akan tetapi tidak menutup
kemungkinan jika surat Kolose ditulis sebelum tahun 61 ZB. Surat ini bukanlah surat
edaran karena surat ini memaparkan dengan jelas situasi suatu jemaat yang
ajaran sesat.
Penerima Surat
Gereja yang dimaksudkan dalam surat Kolose atau sebut saja gereja Kolose
memiliki jemaat yang sebagian besar terdiri dari orang-orang bukan Yahudi. Orang
6
Setyawan, Introduction, 76.
7
George H. Van Kooten, Cosmic Christology in Paul and the Pauline School (Germany: Mohr Siebeck,
2003), 2.
13
bukan Yahudi disebut orang kafir karena dianggap belum mengenal Allah. Tidak ada
dan hamba setia dari Gereja Kolose-lah yang mendirikan gereja ini. Surat ini
ditujukan kepada jemaat Kolose yang sebagian besar bukanlah orang Yahudi. Hal ini
ditegaskan dalam Kolose 1:21, yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang
memusuhi-Nya dalam hati. Frase ini menggambarkan mereka yang dulunya tidak
Penulis surat menasihatkan jemaat tentang ancaman yang datang dari bidat
Kolose dengan harapan agar mereka tetap percaya dan berpegang teguh kepada Yesus
Kristus. Bidat Kolose ini menggunakan filsafat dan perkataan yang kosong untuk
merusak iman jemaat dengan ajaran yang berdampak pada doktrin penciptaan dan
palsu ini diwarnai oleh bidat gnostik yang berusaha mengalihkan kekristenan menjadi
pada masa kini tetapi dunia pada masa lampau. Hal ini dapat mengakibatkan kekeliruan
dalam memahami pesan teks, jika penafsir tidak memiliki pengetahuan mengenai dunia
pada masa itu. Iman yang dibicarakan dalam naskah-naskah Perjanjian Baru tidak
diperuntukkan bagi satu dunia yang bersangkut-paut secara logis, tetapi dua dunia yakni
8
Barclay, Pemahaman, 146.
14
Yudaisme dan Helenisme. Dua dunia ini memiliki perbedaan karena merupakan dunia
sosial yang berbeda-beda. Sebagian besar teks-teks Perjanjian Baru menunjuk pada
pertemuan Yudaisme dan Helenisme, demikian pula halnya dalam surat Kolose.
Kosmologi Yudaisme
komunal, yang sehat dan yang berkenan kepada Allah serta mengakui bahwa
umat Allah yang sifatnya nasionalistis dan intoleran, meyakini bahwa Allah sendiri
yang telah memilih dan membentuk mereka menjadi suatu bangsa, diberi hukum
perjanjian dan harus hidup dalam ketaatan yang ketat kepada firman dan kehendak
Allah. Peraturan-peraturan yang kelihatannya bersifat mekanis dan ritual bagi orang
menciptakan alam semesta, Ia adalah pencipta tunggal alam semesta dan keyakinan
bahwa kehendak Tuhan telah diwahyukan kepada Israel dalam bentuk hukum yaitu
Torah atau Taurat. Tradisi Yahudi memandang pemberian Taurat kepada bangsa
15
Israel sebagai peristiwa bersejarah yang membentuk perjanjian yang kekal antara
komunikasi antara Allah dan Israel. Taurat adalah objek yang eksklusif dari cinta,
pengabdian dan penghormatan. Taurat dianggap sebagai perantara antara Allah dan
dunia.9 Ada lima pandangan mengenai Taurat, yakni pertama, Taurat dipercayai telah
diciptakan sebelum pembentukan dunia, sebelum segala sesuatu ada. Kedua, Taurat
terletak pada dada Allah. Ketiga, Taurat adalah anak perempuan Allah. Keempat,
melalui anak sulung, Allah menciptakan langit dan bumi dan anak sulung itu adalah
Taurat dan yang kelima, kata-kata Taurat merupakan kehidupan bagi dunia.
yang merupakan dasar bagi Yudaisme masa kini dan menjadikan sinagoge sebagai
sarana terbaik untuk mengajarkan Taurat. Talmud adalah catatan tentang diskusi para
rabi yang berkaitan dengan hukum Yahudi, etika, kebiasaan dan sejarah. Doktrin
utama dari Talmud Yudaisme adalah kedaulatan mutlak Allah dan kekuasan-Nya atas
dunia.10 Allah adalah zat yang kekal, pencipta alam semesta, dan sumber moralitas.
Semua tergantung pada keberadaan Allah dan semua berasal dari Allah. Kisah
penciptaan menjadi titik tolak untuk menggambarkan kebesaran Allah. Allah yang
Midrash adalah salah satu dari ajaran para rabi selain Mishna. Midrash.
memahami ayat pertama dalam Taurat melalui pendekatan pada setiap kata atau
9
Lawrence E. Toombs, Di Ambang Fajar Kekristenan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1978), 126.
10
Hannu Toyryla, “Theories of Creation in Judaism,” 1998, http://www.proquest.com (diunduh 06 Juni
2012), 2.
16
huruf. Huruf pertama Taurat dimulai dengan huruf b, huruf ini memiliki beberapa arti
yakni, yang pertama untuk mengajarkan bahwa ada dua dunia, yang sekarang dan
yang akan datang, arti ini didapatkan dari penafsiran peran ganda huruf Ibrani.
Sumber lain juga menyatakan bahwa alam semesta ini merupakan suatu kesatuan
proses yang saling bergantung, berasal dari sumber dan diarahkan untuk berakhir.
Pemahaman ini melahirkan pandangan bahwa dunia terbagi menjadi dua yakni masa
kini dan masa akhir yang akan datang. Dunia akhir disebut juga sebagai akhir zaman.
Orang Yahudi yang hidup pada abad pertama sebelum Kristus memahami bahwa
selamat berarti mendapat bagian dalam zaman yang akan datang, namun hidup masa
kini tak boleh diremehkan sebagai suatu babakan yang kurang penting dalam
kepercayaan dan ketaatan, iman dan perbuatan. Arti kedua dari huruf b didasarkan
pada bentuk huruf yang terbuka di bagian depan tetapi tertutup pada sisi-sisi lainnya.
Ini mengajarkan bahwa manusia hanya dapat menyelidiki apa yang ada di depan,
bukan apa yang terjadi sebelum penciptaan dan apa yang ada di atas atau di bawah.
Penciptaan seperti sebuah misteri yang mendalam dan belum pernah dapat
sepenuhnya dipahami oleh pikiran manusia. Arti yang ketiga menjelaskan bahwa
permulaan huruf b dalam Taurat yang merupakan huruf kedua dari alfabet Ibrani,
bukan a yang merupakan huruf pertama dikarenakan b adalah bahasa dari berachah
11
Toyryla, “Creation in Judaism,” 3.
17
Kata Ibrani tyvÞiarEB. secara harafiah berarti pada mulanya. Frase pada
mulanya dalam narasi kejadian menyatakan bahwa Allah menciptakan dunia dari
ketiadaan. Awalan b berarti dapat, namun biasanya awalan ini diartikan dalam, oleh
atau demi. Reshit menafsirkan awalan ini secara alegoris yakni kebijaksanaan, Taurat
atau Israel. Bagian pertama Alkitab atau Taurat dikaitkan dengan kepentingan Israel.
Hal ini menciptakan pandangan umum bahwa dunia telah diciptakan untuk orang-
orang Yahudi guna memenuhi Taurat, bahkan keabadian dunia tergantung kepada
orang-orang Yahudi dalam menerima hukum Taurat. Berbagai tahapan atau elemen
12
penciptaan juga dijelaskan sebagai sebuah alegori untuk sejarah bangsa Yahudi.
bumi, lahan kering dari air, benda-benda hidup dari benda-benda mati serta manusia
dari hewan. Tindakan menetapkan batas-batas atau pemisahan ini berfungsi sebagai
dasar pemikiran terhadap perbedaan antara yang suci dan yang profan, yang diijinkan
dan yang dilarang. Rabinik Yudaisme memandang bahwa Tuhan telah menciptakan
dunia dengan baik, secara tertib dan penuh keteraturan tetapi dunia itu sendiri adalah
diciptakan menurut gambar Allah menurut Kej 1:26. Yudaisme meyakini bahwa
manusia merupakan ciptaan Tuhan yang paling istimewa dan alam diciptakan untuk
manusia. Arti yang tepat dari penciptaan menurut gambar Allah diperdebatkan oleh
para teolog Yahudi di abad pertengahan. Sebagian para rabi menyatakan bahwa
12
Toyryla, “Creation in Judaism,” 3-5.
18
penciptaan menurut gambar Allah mencerminkan superioritas manusia terhadap
ciptaan yang lain sehingga menaklukan serta mengeksploitasi adalah hal yang
alam atau membawa alam pada kehancuran, karena sebagai mitra Allah manusia
sesuatu di dalamnya adalah milik Allah, berkaitan erat dengan gagasan penatalayanan
manusia atas alam, yang dapat diterjemahkan sebagai kebijakan pelestarian. Alam
adalah ciptaan Allah sehingga Yudaisme harus memahami bahwa dunia alam
bukanlah milik manusia tetapi milik Allah. Dunia tidak diciptakan untuk kebutuhan
Agama Persia adalah agama Zoroaster yang mulai muncul pada abad 6 SZB. Agama
ini bersifat politheistis dan kaya sekali akan ajaran tentang malaikat dan setan. Agama
menyakini bahwa Allah menciptakan roh-roh gelap dan roh-roh terang, tetapi mereka
perantara untuk menjembatani jurang antara manusia dan Allah. Pada kitab hari-hari
peringatan, ada tiga golongan malaikat yang dibentuk pada hari pertama penciptaan
19
yang lebih rendah, yang memimpin hal-hal tertentu seperti api, angin dan awan.
Kosmologi Helenisme
Aleksander Agung. Hasil proses peragian ini menciptakan suatu kebudayaan yang
tidak murni Yunani dan tidak pula murni Timur, kebudayaan ini diberi nama
Helenistis, sebuah paham ke-Yunani-an yang menerima bangsa lain dalam kehidupan
yang menguasi wangsa Ptolomei. Kekuasaan dua wangsa ini muncul setelah
Yunani mengalahkan Roma. Kota Roma dipenuhi oleh segala macam ahli dan
petualang Yunani. Bahasa Latin terdesak oleh bahasa Yunani sebagai bahasa orang
dalam bidang politik, sosial dan ekonomi. Inilah alasan betapa kuatnya pengaruh
pada masa itu. Ini karena kota Kolose termasuk dalam kekaisaran Romawi.
Sinkretisme ajaran Yahudi dan Yunani yang terjadi dalam masyarakat Kolose,
nampaknya disebabkan oleh kebudayan Yunani yang toleran. Agama negara Roma
13
Lawrence E. Toombs, Di Ambang Fajar Kekristenan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1978), 101-105.
20
kaisar dan ibukota Roma pun didewakan. Ini bukanlah hal yang diharuskan karena
masyarakat Helenistis toleran dalam hal-hal ketuhanan sehingga setiap orang dapat
memilih dewa-dewi yang ingin dipuja maupun agama lain yang dianut dalam hal ini
agama Yahudi.
para penegak dan pendukung tata susila yang agak luhur dan tinggi yaitu para filsafat
dengan aliran filsafatnya. Aliran filsafat yang mempengaruhi masyarakat kota Kolose
pada masa itu yakni Gnostik, Philo, Mazhab Stoa dan Neoplatonisme. Penulis surat
Gnostik
menggabungkan filsafat barat dengan agama timur ialah gnostik, yakni ajaran
tentang gnostis. Kata gnostik berarti pengetahuan, tetapi yang dimaksudkan oleh
ajaran ini ialah suatu hikmat tinggi yang rahasia dan tersembunyi tentang asal dan
tujuan hidup manusia. Puncak pengaruh gnostik terjadi pada tahun 150 SZB.
melalui serangkaian emanasi yang dipancarkan oleh Allah. Emanasi itu semakin
lama, semakin menjauh dari Allah sampai akhirnya berhubungan dengan materi.
menjauh dari Allah, semakin kurang mengenal tentang-Nya dan pada akhirnya
emanasi yang berlangsung terus itu menjadi memusuhi Allah. Pencipta dunia ini
21
Philo
Pada zaman kira-kira dua abad SZB, ada kurang lebih sejuta orang Yahudi di
Mesir. Mereka terdiri dari tiga kelompok, yang pertama adalah mereka yang setia
adalah mereka yang jatuh kepada aliran ortodoks dan yang terakhir adalah mereka
Philo, seorang Yahudi dari Aleksandria yang hidup sekitar tahun 20 SZB –
Perjanjian Baru. Philo menerima teori Plato bahwa di balik dunia yang kelihatan
dan Yahudi. Ia adalah seorang sinkretik yang berusaha untuk memasukkan ajaran-
sebagai yang transenden dalam arti yang bersemayam jauh di atas segala sesuatu.
Allah adalah roh dan dunia adalah benda. Allah yang demikian dipandang tidak
layak secara langsung menciptakan dunia. Oleh karena itulah, Ia memakai tokoh
perantara. Tokoh ini dapat disebut dengan berbagai macam sebutan yakni idea atau
gagasan yang dipakai sebagai pola dalam menciptakan dunia, kekuatan ilahi yang
bekerja di dalam dunia ataukah malaikat-malaikat yaitu para utusan Allah yang
14
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat (Yogyakarta: Kanisius, 1980), 63.
22
Ia dipengaruhi oleh teori Plato tentang ide-ide. Ia menganggap logos sebagai
pengungkapan gagasan itu, ia dipengaruhi juga oleh latar belakang Ibrani dan
digambarkan sebagai gambar Allah dan melalui gambaran itu seluruh alam semesta
dibentuk. Logos merupakan idea dari segala idea, disebut kebijaksanaan. Kedua,
logos sebagai Allah kedua, anak sulung Allah, parakletos, yang secara tidak
kekal dan merupakan duta Allah, sebagai pembela manusia serta imam besar.
Ketiga, gagasan logos tidak dihubungkan dengan terang dan hidup dalam Philo
seperti halnya dalam injil Yohanes. Keempat, tidak menduga bahwa logos dapat
menjadi manusia. Hal ini merupakan sesuatu yang asing bagi pemikiran Yunani,
karena mereka percaya bahwa benda materi bersifat jahat. Kelima, logos memiliki
fungsi perantara untuk menjembatani jurang pemisah antara Allah yang transenden
dengan dunia. Logos dapat dianggap sebagai personifikasi dari perantara yang
Seluruh kosmos terdiri dari empat elemen yakni air, bumi, udara dan api.
Semua spesies yang berasal dari elemen ini fana dan dapat dirusak. Manusia juga
demikian karena tercampur dengan empat elemen tersebut. Elemen ini materi yang
tidak hidup, bergerak sendiri dan tidak berdaya dihadapan Allah. Ia menentang
15
Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru 1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 365.
16
Van Kooten, Cosmic, 62-66.
23
Philo juga meyakini bahwa komponen-komponen dari alam semesta terpisah-
pisah karena posisi yang ditempati oleh mereka, akan tetapi semuanya disatukan oleh
ikatan kesatuan. Ikatan ini ialah Allah. Ia memegang segala sesuatu dan segala
Mazhab Stoa
Pendirinya adalah Zeno dari Citium, Siprus, 336-264 SZB. Sebutan Stoa
Pandangan dunia Stoa adalah materialistis. Hanya apa yang bersifat jasmanilah yang
dianggap nyata.
Kaum Stoa meyakini bahwa Yang Ilahi atau Allah dan alam adalah satu.
membentuk, menyusun dan membuatnya menjadi dunia. Dunia telah disusun atas
empat elemen yakni air, bumi, udara dan api. Dunia juga dipandang monistik yakni
dunia sekaligus materiil, ilahi dan rasional. Ia merupakan kesatuan homogen namun
materiil, akan tetapi ada materi yang lebih padat, benda-benda dan ada yang halus
Seluruh alam semesta dijiwai atau diresapi oleh logos atau Budi Ilahi. Logos
bukanlah sesuatu yang terpisah dari alam semesta, karena ia adalah jiwa alam
sesuatu karena manusia mengambil bagian dalam kesatuan tersebut. Logos adalah
17
Van Kooten, Cosmic, 45.
24
hukum alam universal yang mendasari segala gerak, menentukan segala sesuatu
yang terjadi. Dalam alam semesta berlaku determinisme mutlak. Segala sesuatu
Neoplatonisme
Ide yang sangat baik oleh Plotinus disebut to en - to hen atau Yang Esa.
Yang Esa adalah yang pertama, yang paling baik, paling tinggi dan kekal. Yang esa
tidak dapat dikenal oleh manusia karena ia tidak dapat dibandingkan dengan apa
pun juga. Ia adalah pusat daya dan kekuatan. Seluruh realitas berasal dari pusat itu
lewat suatu proses mengalir keluar atau pancaran yang disebut emanasi. Pada proses
emanasi ini yang pertama keluar ialah noux – nous. Nous diterjemahkan sebagai
budi, akal ataupun roh. Nous merupakan gambaran dari to hen. Nous mengalirkan
keluar yuch - psyhke atau jiwa. Psykhe merupakan penghubung antara roh dan
materi. Psykhe kemudian disusul oleh mh on - me on, yaitu materi atau zat. Materi
bersama dengan psykhe dunia merupakan jagat raya. Materi adalah tingkatan paling
pertama. Yang Esa adalah semuanya, tetapi tidak mengandung satu pun dari
banyaknya makhluk. Dasar makhluk tidak mungkin kalau makhluk itu sendiri, akan
tetapi Yang Esa-lah yang menjadi dasar semua makhluk. Corak filsafat Plotinus
berkisar pada konsep Yang Satu. Artinya, semua yang ada bersumber dan akan
18
Jan Hendrik Rapar, Pengantar Filsafat (Yogyakarta: Kanisius, 1996), 13.
25
Kesimpulan
jemaat yang mendapatkan ancaman dari suatu bidat. Tidak diketahui dengan pasti siapa
pengarang surat Kolose dan kapan surat ini ditulis dengan tepat, akan tetapi cukup
sehingga melalui taurat, Allah menciptakan dunia ini. Penciptaan dari ketiadaan. Alam
berlebihan. Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan tertib dan baik, akan tetapi
dunia itu sendiri yang tidak sempurna dan suci. Yudaisme memberikan tempat yang
istimewa bagi manusia dalam kerangka penciptaan karena manusia diciptakan seturut
Gnostik meyakini bahwa dunia diciptakan oleh emanasi yang dipancarkan oleh Allah.
Philo dan mengemukakan bahwa logos-lah yang menciptakan dunia. Aliran filsafat
yang lain yaitu mazhab Stoa menjelaskan bahwa dunia adalah tubuh Allah dan terdiri
dari empat elemen yakni api, air, udara dan bumi. Plotinus yang memperkenalkan
filsafat Neoplatonisme mengemukakan mengenai teori emanasi yakni jagat raya adalah
26
BAB III
Pendahuluan
memanfaatkan pendekatan kritis terhadap bentuk dan varian teks. Kritik bentuk
bertugas untuk mengidentifikasi atau menggolongkan teks ke dalam salah satu jenis
sastra serta menentukan kedudukan dalam kehidupan. Kritik aparatus bertujuan untuk
menentukan proses penerusan teks dan timbulnya bentuk-bentuk varian teks yang
beragam, menentukan susunan kata yang asli jika dinilai mungkin atau terjangkau
serta untuk menentukan bentuk dan susunan kata yang terbaik dari teks. Hasil studi
hermeneutik ini akan menghasilkan suatu pemahaman akan makna keutamaan Kristus
dan hubungan-Nya terhadap masa depan ciptaan yang pada akhirnya, diakhiri dengan
kesimpulan. Penafsiran ini merupakan hasil analisis terhadap teks dan data-data yang
Persoalan Teks
Teks-teks Alkitab merupakan hasil dari suatu proses transmisi sehingga ada
begitu banyak varian dalam teks dan ragam sastra yang berbeda. Persoalan inilah yang
mengakibatkan penafsir perlu mengkaji setiap teks yang akan ditafsir. Kajian yang
akan dilakukan oleh penulis untuk membantu penafsiran Kolose 1:15-23 adalah kritik
27
Pendekatan kritis dengan kritik aparatus terhadap teks Kolose 1:15-23
menghasilkan temuan dua persoalan tekstual dalam teks tersebut. Persoalan teks
pertama terdapat dalam Kolose 1:20, kai. diV auvtou/ avpokatallax, ai ta. pa,nta eivj
auvto,n( eivrhnopoih,saj dia. tou/ ai[matoj tou/ staurou/ auvtou/( ÎdiV auvtou/Ð ei;te ta. evpi.
th/j gh/j ei;te ta. evn toi/j ouvranoi/jÅ Pada ayat ini terdapat persoalan tekstual pada kata
diV auvtou/ yang diapit oleh tanda kurung […].1 Persoalan ini dinilai C dan terdapat
dalam manuskrip P46, a, A, C, D1 dan Ψ.2 Ada versi lain yang menyatakan bahwa kata
tersebut tidak terdapat dalam teks sebagaimana dalam manuskrip B, D*, F G, I dan L.
3
Kata ini memang menunjukkan adanya sedikit keragu-raguan tetapi diV auvtou/ yang
berarti melalui dia, terdapat pada salah satu naskah Yunani yang tertua yaitu papyrus
Persoalan teks kedua terdapat dalam Kolose 1:22, nuni. de. avpokath,llaxen evn
tw/| sw,mati th/j sarko.j auvtou/ dia. tou/ qana,tou parasth/sai u`ma/j a`gi,ouj kai. avmw,mouj
kai. avnegklh,touj katenw,pion auvtou/( yakni pada kata avpokath,llaxen. Teks ini
diberikan nilai C. Ada banyak versi mengenai teks ini, versi yang pertama yaitu
1
Tanda kurung […] mengapit kata-kata atau sejumlah kata-kata yang kehadiran atau kedudukannya dalam
teks masih diperdebatkan.
2
Setiap huruf yang ada pada permulaan tiap perangkat varian-varian teks berusaha untuk menunjukkan
seberapa jauh kira-kira tingkat keaslian suatu teks. Kesimpulan diambil atas dasar pertimbangan-
pertimbangan internal maupun atas bukti-bukti eksternal sehingga bacaan tersebut diterima sebagai teks.
Huruf C berarti bahwa tingkat keragu-raguan cukup besar apakah teks maupun aparatus berisi bacaan yang
tinggi nilainya. P46 berasal kira-kira pada tahun 200 yang merujuk pada surat-surat Rasul Paulus. Adapun a
ditanggalkan pada abad IV. D1 ditanggalkan pada pada abad VI dan angka superscript pada huruf menunjukan
korektor dari naskah tersebut. Angka 1 menunjukkan korektor pertama. Ψ ditanggalkan pada pada abad
VIII/IX.
3
B ditanggalkan pada abad IV, tanda bintang (asterisk) merupakan bunyi teks seperti yang dimaksudkan oleh
penulis asli dari naskah tersebut, F ditanggalkan pada abad IX, G ditanggalkan pada pada abad IX, I
ditanggalkan pada abad ke V dan L ditanggal kan pada abad ke IX.
28
Versi selanjutnya yaitu a,ph,llazen (l 921 kath,llazen) yang bernomor 104 dan 459.4
Versi yang ketiga adalah a,pokath,llaktai bernomor 33 yang ditanggalkan pada pada
abad ke-X. Versi keempat yang terdapat dalam P46 adalah a,pokathlla,ghte dan versi
Irenaeuslat, Ambrosiaster dan Speculum.5 Ragam asli terdapat dalam manuskrip P46
yakni a,pokathlla,ghte yang merupakan bentuk kata kerja orang kedua jamak aorist
kemungkinan dibuat dan dipakai oleh jemaat Kolose sendiri, namun tidak mustahil
juga himne ini atau sebagian daripadanya, berasal dari kalangan kafir. Ini tidak dapat
ditentukan dengan pasti. Gordley menduga bahwa himne ini serupa dengan Orphic
Hymns yang kemungkinan disusun pada abad 3 atau 4 ZB.6 Hal yang mengesankan
dalam perikop ini yakni terdapat keserupaan antara awal dan akhir dalam Kolose 1:15-
4
Nomor 104 berisi kisah para rasul, surat-surat rasul Paulus dan wahyu yang ditanggalkan pada tahun 1087.
Nomor 459 ditanggalkan pada tahun 1092. Tanda kurung dalam aparatus menunjukkan bahwa suatu saksi
atau terbitan, mendukung bacaan terkait untuk mana hal itu dikutip, namun perbedaannya hanya kecil. l
merupakan sebuah daftar bacaan Kitab Suci ditandai dengan angka cetak agak naik dibelakangnya.
5
It dan berbagai huruf-huruf superscript menandakan naskah-naskah Itala atau Latin Tua. Vg merupakan
versi vulgata dan ms yang mengikutinya merupakan naskah dari versi tua atau dari tulisan seorang Bapa
Gereja, bila berbeda dari teks yang diterbitkan. Irenaeus, Ambrosiaster dan Speculum merupakan tulisan dari
bapa gereja. Superscript lat merupakan penjelasan bahwa teks tersebut merupakan versi latin dari bapa gereja
Yunani.
6
Matthew E. Gordley, “The Colossian Hymn in Context: An Exegesis in Light of Jewish and Greco-Roman
Hymnic and Epistolary Conventions,” Review of biblical literature, http://www.ebscohost.com (diunduh 01
September 2012), 439. Orphic Hymns merupakan 87 kumpulan himne kepada Tuhan yang digunakan dalam
ritual Hellenismos, yaitu agama Yunani kuno atau tradisi politeisme Yunani. Himne ini dihubungkan dengan
budaya kepahlawanan Orpheus.
29
207 yang jika dilihat dalam bahasa Yunani yakni terdapat kata o[j yang berarti yaitu,
prwto,tokoj berarti yang sulung dan o[ti evn auvtw|/ yang berarti sebab di dalam Dia-lah.
15
yaitu gambar Allah yang tidak kelihatan
mempunyai arti soteriologis. Himne ini memberikan perhatian utama pada bagian
7
Tom Jacobs, Siapa Yesus Kristus menurut Perjanjian Baru (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 73. Pandangan
bahwa Kolose 1:15-20 merupakan sebuah himne juga disampaikan oleh A.A. Sitompul, Ulrich Beyer,
Vincent A. Pizzuto, Suzanne Watts Henderson dan Matthew E. Gordley.
30
kristologis yang terdapat dalam ayat 15-16a, 18b-19. Ayat 20 bukanlah perluasan dari
ayat 19, melainkan membuka suatu tema baru yakni tema perdamaian.8 Ayat 21-22
sepertinya merupakan tambahan atau perluasan dari ayat 20 yang masih bertemakan
manusia yaitu jemaat Kolose. Ayat 23 merupakan tambahan yang bersifat penegasan
kepada jemaat Kolose untuk hidup sesuai firman yang disampaikan oleh Paulus.
Penekanan nama Paulus di sini memberikan suatu gambaran bahwa surat Kolose
Kristus.
Ada begitu banyaknya gelar atau nama yang dikenakan jemaat kepada Yesus
untuk menjelaskan siapa dan apa makna Yesus bagi mereka. Pada teks Kolose 1:15-
23, Yesus yang diimani sebagai Kristus merupakan pokok pemikiran dari penulis
surat. Ia disebut gambar Allah, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,
kepala tubuh, dan lain sebagainya. Sebutan-sebutan ini merupakan sarana untuk
menjelaskan Kristus.
akan menyatakan bahwa teks hanya mengenai kedudukan Kristus secara kosmos,9
8
Jacobs, Siapa, 74.
9
Andrew Shepherd, “Creation and Christology: the ecological crisis and eschatological ethics,” Stimulus 18,
no. 4 (2010), http://www.ebscohost.com (diunduh 01 September 2012), 52-56.
31
keutamaan Kristus. Istilah keutamaan dipilih sebagai judul perikop10 karena teks
keistimewaan ataukah hal yang terpenting. Ada empat hal yang membuktikan
dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, kedudukan Kristus dalam karya penciptaan,
Gnostik meyakini bahwa Yesus hanyalah salah satu dari malaikat, para
pengantara.11 Ajaran yang membuat perbedaan antara Yesus dengan Allah Bapa
atau Allah yang tertinggi, sebutan kaum Gnostik. Pandangan ini ditentang oleh
penulis surat Kolose dengan menekankan kesetaraan antara Kristus, Allah Bapa dan
Roh Kudus. Pertama, kesetaraan Kristus dengan Allah Bapa secara implisit nampak
dalam frase gambar Allah, ayat 15a. Pada ayat 15a, Ia adalah gambar Allah yang
tidak kelihatan, penulis menggunakan kata eivkw.n yaitu gambar atau citra. Barclay
mengatakan bahwa Kristus disebut gambar Allah yang tidak kelihatan, bukan
berarti Kristus adalah gambar yang kelihatan dari Allah yang tidak kelihatan.
10
Larry L. Helyer dan Andrew Shepherd menggunakan istilah Kristus kosmik. Giedrius Saulytis memilih
untuk memberikan judul keilahian Kristus dan William Barclay mencantumkan judul adekuasi total Yesus
Kristus dalam penafsirannya.Adekuasi merupakan kata bentukan yang berasal dari kata adekuat. Adekuat
diartikan sebagai memadai, ketercukupan dalam kamus besar bahasa Indonesia.
11
Lih. Bab 2, Pembahasan tentang Gnostisisme, 9-10.
12
Barclay, Pemahaman, 177-178.
32
Gambar Allah serupa dengan Kebijaksanaan Ilahi. Tradisi Yahudi menerangkan
bahwa gambar Allah bukanlah manusia yang fana, melainkan Kebijaksaan atau
13
Sang Sabda. Saya setuju dengan apa yang dikemukakan oleh Barclay dan Jacobs.
Teks ini ingin menyampaikan bahwa Kristus adalah manifestasi yang sempurna dari
Allah, Sang Bapa. Kristus adalah kebijaksanaan ilahi yang telah menciptakan segala
sesuatu, datang ke dunia dalam wujud manusia yang fana, menderita, mati dan
bangkit dari kematiaan. Semuanya ini terjadi karena Allah Bapa ada di dalam
Kristus.
Kedua, frase yang sulung pada ayat 15b menjelaskan kesetaraan antara
Kristus, Allah Bapa dan Roh Kudus. Barclay menjelaskan bahwa kata yang sulung
atau prwto,tokoj menunjuk pada dua pemahaman. Pertama, kata ini merupakan
sebutan umum untuk penghormatan, misalnya bangsa Israel adalah anak sulung
Allah. Kedua, yang sulung merupakan gelar bagi Mesias.14 Berdasarkan teks maka
arti yang kedua lebih tepat dikenakan pada Kristus, karena mengungkapkan
hubungan antara Kristus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus pada karya penebusan,
Yahudi yang tidak mempercayai bahwa Kristus ialah Mesias. Karya penebusan
menghadirkan Kristus selaku Sang Anak sebagai utusan Allah Bapa. Dalam
pemahaman orang Yahudi, seseorang yang diutus (saliah), menjadi wakil dari sang
13
Jacobs, Siapa, 75.
14
Barclay, Pemahaman, 182.
33
mana ia berada.15 Jadi, Kristus tidak lebih rendah dari Allah Bapa dan Ia rela
yang sama. Roh kudus berkerja di dalam Yesus Kristus dan setelah kebangkitan-
Nya Roh Kudus dicurahkan di tengah-tengah para murid. Roh Kudus adalah wujud
baru dari Yesus Kristus yang hadir di tengah-tengah para murid. Roh Kudus berasal
dari Allah dan Roh Kudus ialah Allah. Hubungan antara Yesus Kristus, Allah Bapa
Pada ayat 15c terdapat frase yang lain yakni lebih utama dari segala yang
diciptakan. Jika frase ini dibaca dengan seksama maka dapat diartikan bahwa
Kristus memiliki kedudukan yang lebih rendah dari Allah dan Ia diciptakan, namun
Ia lebih utama. Pernyataan ini mengingatkan pada ajaran Arius mengenai Yesus
Kristus. Arius meyakini bahwa Yesus Kristus adalah ciptaan, tetapi berbeda dengan
ciptaan yang lain, karena Ia diciptakan sebelum ada segala sesuatu dan Ia tidak
kekal. Ajaran ini salah dan penafsiran terhadap ayat 15c tanpa memahami ayat 15-
16,19 adalah suatu kekeliruan. Jika dibaca secara keseluruhan ayat 15-16, maka
penulis surat ingin menyampaikan bahwa Kristus merupakan gambar Allah, Mesias
terjadi karena Ia bersatu dengan Allah, segala kepenuhan Allah berdiam di dalam-
Nya, ayat 19. Jadi, tidak ada kedudukan tinggi-rendah antara Kristus dengan Allah.
Alkitab bahasa Yunani, tidak mencantumkan kata Allah untuk menjelaskan kata
15
Ebenhaizer I. Nuban Timo, Aku Memahami yang Aku Imani (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 13.
34
kepenuhan Allah. Kata plh,rwma merupakan bentuk dari kata benda netral tunggal.
Morfologi kata tersebut hanya digunakan untuk menjelaskan pneu,ma yang berarti
Roh. Ini berarti Roh menjelaskan kepenuhan, plh,rwma pada ayat 19. Roh yang
dimaksud di sini ialah Roh Allah. Penulis surat Kolose ingin menjelaskan bahwa
Roh Allah ada di dalam Kristus. Roh inilah yang memampukan Kristus berkarya
baik dalam penciptaan, penebusan maupun pendamaian. Saya setuju dengan Nuban
Timo yang menyatakan bahwa Alkitab melihat Roh sebagai Ia yang memenuhi tubuh
Kristus. Ini adalah plh,rwma, yaitu kehadiran yang penuh dan sempurna dari
Kristus. Ia adalah kepenuhan tubuh karena Kristus adalah Roh dan di mana Kristus
dengan Allah atau Sang Bapa tetapi juga dengan Roh Allah. Persekutuan di antara
ketiganya adalah setara. Allah sebagai Sang Bapa yang berdiam di tempat yang tak
terhampiri (Deus absconditus) mengulang diri-Nya untuk ada sebagai Allah kali
kedua, dalam diri Sang Anak yang merupakan Allah yang memperkenalkan diri
(Deus revelatus). Dua cara berada Allah ini terus bergerak dan melahirkan cara
berada yang ketiga dari Allah yaitu Roh Kudus. Roh kudus merupakan kasih yang
mempersatukan sang Bapa dan Sang Anak, ataupun sebaliknya. Allah yang satu
untuk kali kedua dan kali ketiga. Ia tetap sebagai Allah dalam pengulangan ini,
namun dengan cara berada yang lain dari sebelumnya. Allah yang satu itu berada
dalam tiga cara dan dalam ketiga cara itu, Ia tetap satu. Pengakuan iman GMIT
16
Nuban Timo, Aku, 46.
35
mengartikulasikan hal ini dengan tiga ungkapan yaitu Allah di atas kita, Allah di
antara kita dan Ia Allah di dalam kita.17 Penjelasan tentang ketritunggalan Allah ini
menentang pengajaran dari Arius maupun Gnostik. Kristus yakni Sang Anak
sehakekat dengan Sang Bapa maupun Roh Kudus dan kedudukan ini bukan pra-
keutamaan tetapi salah satu bukti keutamaan Kristus. Kesetaraan itu mengatasi
segala makhluk.
nyata. Mereka pun menulis kisah-kisah mengenai Yesus yang berjalan dan tidak ada
Ada tiga fase dari sejarah Yesus Kristus yang perlu diketahui yakni Kristus
menjelaskan tiga fase ini dengan menggunakan perumpamaan sang anak dalam
rumah Bapa. Fase pertama merupakan keberadaan dalam kekekalan atau immanent
trinity yakni Yesus Kristus berada dalam kemuliaan bersama-sama dengan Sang
Bapa. Fase kedua menggambarkan sang anak yang pergi ke negeri yang jauh. Suatu
17
Nuban Timo, Aku, 15-17. Ide pengulangan diri Allah ini saya adaptasi dari tulisan Bpk. E. I. Nuban Timo.
18
Lih. Bab 2, Pembahasan tentang Gnostisisme, 9-10.
36
manusia, seorang hamba. Fase ketiga merupakan kembalinya sang anak ke rumah
Pra-eksistensi Kristus terletak pada fase pertama dan bukan fase ketiga
karena fase ketiga merupakan eksistensi Kristus setelah kebangkitan. Pada teks
Kolose 1:15-23, fase pertama terletak di ayat 16-17. Ayat 16, karena di dalam
Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi,
yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik
pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
Kristus dihadirkan oleh penulis surat sebagai pencipta segala sesuatu. Kristus telah
ada pada Allah, Sang Bapa dan Roh Kudus sebelum Ia lahir ke dalam dunia. Pada
ayat 17, pra-eksistensi dari Kristus semakin dipertegas. Segala sesuatu ada di dalam
Kristus dan berawal dari-Nya. Pandangan ini sekaligus menjadi bukti bahwa penulis
dipengaruhi oleh ajaran dari filsafat Neoplatonisme mengenai Yang Esa20 dan
yakni Galatia 4:4-5, Roma 8:3-4 yang membahas tentang pengutusan Kristus,
Putera Allah ke dalam dunia. Saya memahami bahwa pengutusan ini memberikan
mengajar Yesus Kristus kepada orang-orang Yunani yakni mereka yang selalu
19
Nuban Timo, Aku, 18.
20
Lih. Bab 2, Neoplatonisme, 14.
37
melihat ke belakang, bertanya sebab dari segala sesuatu, namun pra-eksistensi tidak
pernah menjadi titik pangkal kristologi Paulus. Titik pangkal kristologinya adalah
kedudukan Kristus sebagai Tuhan yang mulia berdasarkan karya penebusan dan
kebangkitan-Nya dari antara orang mati. Jelas teks Kolose 1:15-23 bukanlah ditulis
oleh Paulus karena karya penciptaan atau pra-eksistensi menjadi pangkal kristologi
dari penulis teks namun penulis sebagai pengagum dari Paulus tentu dipengaruhi
oleh pandangan Paulus, selain filsafat-filsafat asing yang berkembang pada masa
itu.
justru menjelaskan kemanusiaan Kristus. Kristus yang datang ke dunia dalam rupa
seorang manusia yang rendah. Barth menyatakan bahwa Yesus Kristus sudah ada
sebagai manusia dalam bentuk kodrat manusia yang azali yaitu manusia tanpa
hipostasi manusia, sebelum peristiwa inkarnasi. Ini berarti Yesus Kristus sejak
semula adalah Allah manusia. Pada peristiwa inkarnasi manusia Yesus Kristus
menjadi manusia yang fana. Ia memiliki tubuh, darah dan mengalami kematian.
economic trinity, Allah sudah mempunyai rencana dalam kekekalan. Allah ingin
memiliki kebebasan karena segambar dengan rupa Allah. Kebebasan ini dapat
membawa manusia dengan mudah jatuh di dalam dosa dan gambar Allah menjadi
rusak. Allah memerlukan manusia sejati yang segambar dengan-Nya secara utuh,
21
Karl Barth, Church Dogmatics III/1 (Edinburgh: T&T Clark, 1965), 95-97.
38
manusia yang tidak mengenal dosa untuk menyelamatkan manusia yang berdosa,
akan tetapi tidak ada manusia yang seperti itu, yang ada hanya Sang Anak atau
Allah manusia dalam kekekalan. Allah manusia ini pada akhirnya turun ke dalam
dunia sebagai manusia yang rendah dan berdosa.22 Luther mengatakan ketika Ia
Kemanusiaan Kristus mengambil alih dosa. Ia menjadi manusia sejati dengan tubuh,
darah, menanggung dosa, mati di kayu salib dan dikuburkan. Ia sungguh manusia
yang fana. Kristus mendamaikan manusia dengan Allah di dalam tubuh jasmani-
Nya. Tubuh, darah, kematian untuk menanggung dosa adalah istilah-istilah yang
ayat 20, 22 dan oleh Dialah Ia memperdamaikan segala sesuatu dengan diri-Nya,
baik yang ada di bumi, maupun yang ada di sorga, sesudah Ia mengadakan
tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak
bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. Yesus Kristus adalah Allah yang sejati
pemikiran Barth23, namun saya tidak sepakat bahwa hanya manusia-lah yang
22
Barth, Church, 230-232.
23
Barth sebenarnya mengusulkan bahwa karya Allah tidak hanya dibatasi pada umat manusia tetapi kepada
seluruh ciptaan, namun pendapat yang disampaikan Barth justru hanya berpusat pada manusia walaupun
menggunakan kata makhluk dalam penjelasannya tetapi kata tersebut hanya mengarah kepada manusia.
39
diinginkan Allah pada perjanjian dalam kekekalan, bahwa hanya manusia-lah yang
menjadi keprihatinan Allah sejak semula dan hanya karena manusia-lah Allah
datang ke dunia dalam rupa manusia yang sejati. Bukan manusia satu-satunya yang
diinginkan, diciptakan, diperhatikan dan ditebus oleh Allah tetapi seluruh ciptaan-
Nya tanpa terkecuali. Ini dijelaskan dalam frase segala sesuatu yang disebutkan
Kolose pada masa itu. Ajaran ini terbukti meresahkan penulis Kolose karena
Gnostik adalah bidat sesat yang paling mempengaruhi jemaat Kolose. Gnostik
dengan ajarannya bahwa dunia diciptakan dari emanasi Allah yaitu demiurgos, 24
dianggap oleh penulis surat dapat menggoyahkan iman jemaat. Anggapan ini
didasarkan karena jemaat Kolose sebagian besar terdiri dari non-Yahudi, bangsa
yang tidak mengenal Allah dan Yahudi, bangsa yang meyakini bahwa penciptaan
terjadi untuk kepentingan mereka karena merekalah umat pilihan Allah dan tidak
mengakui bahwa Yesus adalah Kristus, Sang Mesias. Umat Yahudi meyakini
bahwa Allah menciptakan dunia melalui Taurat.25 Latar belakang inilah yang
24
Lih. Bab 2, Gnostik, 11.
25
Lih. Bab 2, Kosmologi Yudaisme, 6.
40
Hal yang berbeda telah disampaikan oleh penulis surat Kolose. Kristus yang
dikenal dalam karya penebusan karena melalui Dia, Allah menyelamatkan dunia
dihadirkan oleh penulis dalam karya penciptaan. Penekanan ini dikemukakan oleh
penulis dari ayat 16a-18a. Kristus sebagai pencipta alam semesta telah menciptakan
segala sesuatu, yang di sorga dan di bumi, yang kelihatan dan tidak kelihatan,
sekaligus menjadi pusat atau bagian yang integral dari seluruh ciptaan-Nya. Ayat
tersebut menepis ajaran dualisme para ahli-ahli filsafat tentang roh yang baik dan
materi yang jahat. Kata segala sesuatu dalam Bahasa Yunani secara harafiah berarti
berdiri bersama dan dalam Alkitab terjemahan lama dituliskan segala sesuatu
karena dalam pengakuan iman rasuli dan pengakuan iman Nicea, Allah Bapa
diyakini sebagai pencipta alam semesta. Perbedaan Allah Bapa, Sang Anak dan Roh
kudus diyakini terletak dalam peran-Nya. Barth dalam bukunya church dogmatics
III/1 menjelaskan bahwa dalam proses penciptaan, Sang Bapa, Sang Anak dan Roh
kudus hadir, akan tetapi Sang Bapa berperan sebagai subyek yang bertindak,
bekerja dalam karya penciptaan, sedangkan Sang Anak dan Roh Kudus berperan
menjelaskan bahwa peran dari Sang Bapa, Sang Anak dan Roh Kudus memang
berbeda, akan tetapi kehadiran ketiga-Nya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain. Pada karya penciptaan Kristus hadir sebagai pencipta segala sesuatu dalam
26
Barth, Church, 49-59.
41
Kedudukan Kristus secara kosmik dalam karya penciptaan menjadi
malaikat. Pada ayat 18, penulis surat menggunakan istilah atau konsep kepala tubuh
dari filsafat Stoa, Philo dan Neoplatonisme. Stoa memahami bahwa dunia adalah
tubuh Allah. Philo menjelaskan tentang alam semesta yang merupakan komponen-
menekankan bahwa Yang Esa adalah sebab pertama dan dasar segala makhluk. Stoa
dan Philo juga meyakini bahwa dunia tersusun dari empat elemen yakni api, air,
memiliki banyak anggota dengan peran atau fungsi yang berbeda dan Kristus seperti
kepala yakni bagian dari tubuh yang mengendalikan gerak atau proses kerja tubuh.
Konsep kepala tubuh menjelaskan bahwa seluruh ciptaan itu baik dan berpusat pada
ini hampir sama seperti pemikiran Philo bahwa seluruh ciptaan merupakan
merupakan suatu keutuhan dengan peran yang berbeda-beda dan dikepalai oleh
27
Lih. Bab 2, Kosmologi Helenisme, 10-14.
42
Kristus. Ciptaan berpusat pada Kristus tetapi ciptaan bukanlah Kristus. Kedudukan
menunjukkan bahwa dunia diciptakan bagi orang Yahudi. Jika dilihat sintaksnya
maka B merupakan partikel preposisi dari Tyviare yang merupakan kata benda
feminim tunggal. Tyviare memiliki dua arti yakni permulaan dan kepala (chief). Ini
berarti kata pembuka dari kitab pertama Perjanjian Lama telah menegaskan
mengenai hal kepala. Kata kepala merujuk pada kepala semua ciptaan, kepala
menurut tradisi Yahudi bukanlah manusia yang fana. Ia adalah Sang Sabda.29
adalah kebijaksaan Ilahi atau Sang Sabda. Ini berarti konsep Kristus, Sang Sabda
sebagai kepala atas seluruh ciptaan dalam Perjanjian Baru memiliki keterkaitan erat
dengan Perjanjian Lama. Sejak semula Kristus bertindak sebagai kepala atas seluruh
ciptaan. Kristus adalah kepala karena daripada-Nya mengalir atau bersumber kuasa
Pada hemat saya, konsep kepala tubuh bukan saja menjelaskan bahwa
Kristus pencipta segala sesuatu tetapi juga menjelaskan alasan penebusan dan
kesetaraan-Nya dengan Allah Bapa dan Roh Kudus serta kemanusiaan-Nya, karena
28
Panteisme adalah suatu pandangan yang meyakini bahwa semua adalah ilahi dan memposisikan Allah sama
dengan alam semesta. Semua hal merupakan wujud dari Allah itu sendiri.
29
Jacobs, Siapa, 75.
30
Nuban Timo, Aku, 46.
43
Ia adalah pusat segala ciptaan bukan hanya manusia. Penulis surat juga mengkritik
memahami bahwa wafat dan kebangkitan Kristus adalah dua fase dari proses
Kristus adalah keberadaan Kristus, karya dan peran-Nya dalam alam semesta yang
ditujukan bagi segala sesuatu tanpa terkecuali yang tergambar dalam konsep kepala
tubuh.
dilakukan oleh Kristus bersifat kosmik, yakni melibatkan seluruh alam semesta.
Kristus berkarya bagi seluruh alam semesta dan tujuan kedatangan-Nya adalah
Segala sesuatu yakni ta panta dalam bahasa Yunani adalah kata yang bersifat netral,
bukan maskulin atau feminim yang berarti bahwa pendamaian Allah bukan saja
ditawarkan kepada semua manusia, melainkan juga kepada seluruh ciptaan, yang
Wafat Kristus adalah bukti cinta bagi ciptaan-Nya. Sarana pendamaian adalah salib
Kristus.
44
Superioritas Kristus ditekankan oleh Barth. Barth menyampaikan bahwa
Yesus Kristus adalah Allah yang tidak gagal dalam memenuhi tugas-Nya. Hal yang
“dari atas” muncul sebagai faktor dominan dan bersifat monopoli hal-hal yang “dari
bawah”. Keilahian Kristus menjadi hal yang terpenting sehingga aspek kemanusiaan
Yesus seolah-olah terabaikan. Berbeda dengan Barth, Kosuke Koyama dalam buku
Tidak Ada Gagang Pada Salib menawarkan suatu perspektif keutamaan Yesus
Kristus dilihat dari Yesus yang diludahi. Koyama menekankan pengosongan diri
Yesus, Yesus yang benar-benar mengambil rupa seorang hamba, menjadi manusia
yang rendah, Yesus yang diludahi untuk menyelamatkan dunia ini. Aspek
pengosongan diri atau sisi kemanusiaan Yesus inilah yang menjadi bukti keutamaan-
Nya.
berinkarnasi adalah Kristus yang hadir bukan sebagai tokoh yang berkuasa, unggul
diludahi, dicerca bahkan karena penderitaan ini, di taman Getsemani Ia berdoa agar
Teks Kolose 1:15-23 memiliki pesan ekologi bagi masa depan ciptaan.
Keutamaan Kristus memiliki arti kosmik. Andrew Shepherd menyatakan bahwa ada
empat pernyataan yang dapat disimpulkan dari teks Kolose 1:15-23, yakni Kristus
sebagai pencipta, Kristus adalah penopang dunia, Kristus adalah tujuan atau
45
penyempurnaan dari ciptaan dan Kristus adalah pendamai.31 Empat pernyataan ini
hanyalah landasan saya untuk menafsir teks Kolose 1:15-23 dalam kerangka berpikir
yakni, pra-eksistensi dan kemanusiaan Kristus, kesetaraan Kristus dengan Allah Bapa
dan Roh Kudus, kedudukan Kristus dalam karya penciptaan, penebusan dan
penulis dalam teks ini berkaitan dengan ciptaan. Pra-eksistensi Kristus berhubungan
dengan kedudukan Kristus dalam penciptaan yakni Kristus sebagai pencipta segala
penebusan dan pendamaian yang berlaku untuk semua ciptaan tanpa terkecuali.
Kesetaraan Kristus dengan Allah Bapa dan Roh Kudus menekankan tentang peran
karena situasi yang terjadi pada saat itu dianggap dapat membahayakan kehidupan
iman jemaat. Situasi yang dimaksudkan ialah kehadiran ajaran-ajaran sesat atau
menghasilkan perubahan perilaku yang jahat, seperti digambarkan pada ayat 21, Juga
kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan
pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat. Tokoh kamu pada ayat ini
menunjuk kepada orang-orang yang kehidupannya tidak sesuai dengan injil yang
31
Andrew Shepherd, “Creation and Christology: the ecological crisis and eschatological ethics,” Stimulus 18,
no. 4 (2010): 51-55, diunduh melalui http://www.ebscohost.com, pada tanggal 17 juli 2012.
46
diberitakan oleh Paulus tetapi mengikuti ajaran-ajaran sesat. Nama Paulus sangat
Pokok pemikiran penulis teks Kolose berimplikasi pada masa depan ciptaan.
Masa depan ciptaan menyangkut relasi antara sesama manusia, manusia dengan alam
serta manusia dengan Tuhan. Penulis teks berusaha untuk memulihkan hubungan
filsafat asing yang ajarannya bersifat dualistik, membandingkan antara roh dan
sebagai ciptaan yang paling istimewa dan alam diciptakan untuk manusia.
lebih tepatnya, arogansi terhadap ciptaan, karena permasalahan yang terjadi bias
patriakhi, bukan hanya antara manusia dengan alam tetapi juga antar sesama
dipandang lebih tinggi dari perempuan. Laki-laki diciptakan baik adanya, tetapi
tidak demikian dengan perempuan yang merupakan sumber dosa. Matilda Joslyn
47
Gage berpendapat bahwa perempuan diciptakan tidak sama dengan laki-laki. Hanya
yang merusak semuanya.32 Allah yang menciptakan langit dan bumi dipahami
dalam konteks Allah menciptakan laki-laki dan perempuan. Laki-laki seperti langit
yang memberi dan perempuan seperti bumi yang merespon. Ada inferioritas dan
berkuasa, memiliki pertautan biologis alami dengan semua bentuk kehidupan yang
Semua ini berdampak pada kehidupan yang tamak, semena-mena antara laki-
laki dan perempuan, antara manusia dengan alam atau bahkan sebaliknya merasa
ciptaan lain. Pemahaman inilah yang berakar dalam kekristenan dan mendorong
penulis teks untuk menekankan tentang kesetaraan semua ciptaan dalam karya
penciptaan, karya penebusan dan pendamaian serta kedudukan Kristus sebagai kepala
32
Victoria S. Harrison, “Modern Woman, Traditional Abrahamic Religions and Interpreting Sacred
Texts,”2007, http://www.ebscohost.com (diunduh 12 Oktober 2012), 3.
33
Anne M. Clifford, Memperkenalkan Teologi Feminis (Maumere: Ledalero, 2002), 363-364.
48
Hubungan Keutamaan Kristus terhadap Masa Depan Ciptaan
Terminologi untuk lingkungan hidup atau alam dalam teologi Kristen ialah
ciptaan. Istilah ini digunakan dengan berpijak pada pemahaman bahwa lingkungan
hidup atau alam diciptakan oleh Allah dan tidak terjadi dengan sendirinya. Istilah
ini berkaitan dengan segala sesuatu dan menunjuk pada hubungan segala sesuatu itu
dengan Allah.
Masa depan ciptaan berkaitan dengan hubungan manusia dengan Tuhan, antar
manusia dan manusia dengan alam semesta. Masa depan ciptaan berarti suatu
kehidupan yang saling menghargai, menjaga, penuh cinta kasih antar sesama
ciptaan yang berpusat pada Kristus. Jürgen Moltmann menjelaskan bahwa masa
depan ciptaan merupakan langit dan bumi yang baru. Keadaan yang setara tanpa
inferioritas dan superioritas. Tidak ada lagi gambaran mengenai langit sebagai laki-
laki yang memberi, tempat Allah berdiam dan bumi sebagai perempuan yang
merespon. Langit dan bumi yang baru adalah tempat Allah berdiam. 34 Masa depan
ciptaan juga digambarkan dalam kitab Wahyu pasal 21-22 sebagai langit yang baru
Ada suatu kesamaan antara taman Eden dalam Kejadian 2-3 dan kota
Yerusalem baru dalam Wahyu pasal 22. Pada taman Eden terdapat satu pohon
kehidupan yang tumbuh di tengah-tengah taman. Ada empat sungai yang mengalir
dari Eden untuk membasahi taman. Adam diberikan wewenang untuk berada di
taman hanya tidak boleh berada di tengah taman untuk memakan buah pohon
34
Jürgen Moltmann, God on Creation: A New Theology of Creation and The Spirit of God (Minneapolis:
Fortress Press, 1993), 158-184.
49
pengetahuan yang baik dan yang jahat. Adam justru bertindak sebaliknya, dosa
membuat ia berada di tengah dan memakan buah dari pohon yang dilarang Allah.
Ketika jatuh dalam dosa, daun pohon ara digunakan untuk menutupi ketelajangan.
Taman yang dikisahkan pada Kejadian berubah menjadi kota dalam kitab
Wahyu. Ada sungai air kehidupan yang mengalir ke luar dari takhta Allah dan
takhta Anak Domba. Pada tengah-tengah jalan kota terdapat pohon kehidupan yang
berbuah dua belas kali, sekali setiap bulan dan daun pada pohon itu digunakan
kota Yerusalem yang baru. Kota yang tidak terdapat ratap tangis, dukacita ataupun
maut. Perubahan ini memerlukan campur-tangan dari adam kedua. Ia yang berada
Kristus hanya berjalan dipinggir tidak ditengah. Penebusan yang dikerjakan oleh
Yesus Kristus terhadap dosa membuahkan hasil sebuah kota baru yang di dalam-
rusak antara alam, manusia dan Allah. Kedatangan-Nya di dunia dalam peristiwa
ini membawa visi pendamaian dan pemulihan yang terdapat dalam Kolose 1:20.
35
Pendapat ini dikutip dalam Robert P. Borrong, Etika Bumi Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 200), 210.
50
Visi yang dinyatakan melalui misi serta pemberitaan Kristus tentang Kerajaan Allah
kayu salib. Karya yang dilaksanakan sebagai ungkapan kasih dan cinta Allah bagi
manusia dalam dosa menyebabkan seluruh ciptaan turut menderita dan penderitaan
alam terutama dikarenakan perlakuan secara buruk oleh manusia untuk memenuhi
dan Liedke menyebut karya penebusan dan penyelamatan ini sebagai soteriologi
Keutamaan Kristus memberikan suatu harapan baru yakni adanya masa depan
penyelamatan kosmos belum sempurna karena masih terus berlangsung dan akan
disempurnakan dalam langit dan bumi yang baru, di mana tidak ada lagi
Tuhan akan terus tercurah seperti halnya di Taman Eden sebelum kejatuhan
manusia. Sekarang ini, ciptaan masih berada dalam masa transisi menuju masa
ciptaan baru.37
36
Ulrich Duchrow & Gerhard Liedke, Shalom: Biblical Perspective on Creation, Justice & Peace dalam
Borrong, Etika, 209.
37
Borrong, Etika, 214.
51
Ayat 16, 20-22 menjadi pijakan untuk memahami bahwa masa depan yang
diimpikan oleh penulis adalah suatu kehidupan yang di dalamnya tidak ada lagi
pemahaman mengenai dunia ataupun perempuan sebagai sesuatu yang jahat, kotor
dan sumber dosa. Tidak ada lagi kepemimpinan ataupun pemerintahan yang tidak
adil, sikap menghakimi orang lain tentang hal yang salah dan yang benar karena
kebenaran yang hakiki hanya terdapat di dalam Kristus. Harapan masa depan inilah
yang mendorong penulis merasa penting untuk memberikan nasehat kepada jemaat
Kolose agar tetap berpegang teguh, jangan mudah goyah mendengar ajaran-ajaran
Masa depan ciptaan dapat hadir karena dipengaruhi oleh keutamaan Kristus.
Kristus berada di pusat segala ciptaan. Ini bukanlah kalimat yang bertentangan
dengan aspek pengosongan diri Yesus dalam karya penebusan. Dalam karya
penebusan pada proses inkarnasi, Kristus memang menaklukan diri sebagai Anak di
ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-
Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya
Allah menjadi semua di dalam semua. Ketika Ia dalam pengosongan diri- Nya
datang ke dalam dunia, peran-Nya dalam pra-eksistensi itu diabaikan, Ia benar- benar
mengambil rupa seorang hamba. Kristus merendahkan diri agar Allah menjadi semua
dan di dalam semua, hanya saja peran dan kedudukan Kristus ketika Ia berhasil
mengalahkan dosa tidak begitu saja hilang. Ia berada pada fase ketiga dari penjelasan
52
Ia merendahkan diri-Nya, namun karya dan peran-Nya menempatkan Ia menjadi
pusat dari segala ciptaan. Kehadiran-Nya tidak dapat dilepaskan dari Allah Bapa
dan Roh Kudus. Ia setara dengan Allah Bapa dan Roh Kudus. Ketiga-Nya adalah
satu. Alam semesta bersinar karena terang Kristus. Ini berita mengenai pemulihan
ciptaan. Dalam penciptaan, Kristus adalah kepala dari semua ciptaan. Dalam
bawah Allah dan setelah karya penebusan, Kristus adalah pusat dari segala ciptaan,
Ia adalah kepala dari semua ciptaan. Semua ciptaan adalah bagian yang utuh, tidak
seluruh ciptaan. Model yang menunjukkan suatu kesatuan dan ketergantungan antar
anggota tubuh atau antar ciptaan. Ini berarti manusia turut berperan serta sebagai
bagian dari tubuh Kristus untuk meneladani Kristus yang mengosongkan diri,
berelasi secara baik dengan Allah dan ciptaan lain serta bertanggungjawab terhadap
ciptaan lain dalam peran sebagai penatalayanan, pengurus dari alam ini bukan
menunjukkan kekuasaan. Masa depan ciptaan dapat terwujud ketika seluruh anggota
Kesimpulan
Perikop Kolose 1:15-23 amat penting bagi kepercayaan kita terhadap Kristus
dan merupakan jawaban terhadap ajaran sesat perpaduan Gnostik dan Yudaisme.
53
Istilah perpaduan ini digunakan karena dalam ajaran sesat yang diajarkan oleh guru-
guru palsu, terdapat unsur Gnostik maupun Yudaisme, akan tetapi dalam Kolose 1:15-
filsafat yakni Stoa, Philo dan Neoplatonisme dengan pemikiran Paulus mengenai
Kristus. Pertemuan ini pun menghasilkan suatu kritikan terhadap ajaran-ajaran palsu
Kristus serta kritikan terhadap pandangan dualisme antara materi dan roh.
Keunikan dari teks Kolose 1:15-23 adalah unsur kosmik pada kedudukan
Kristus. Teks ini pun memberikan penjelasan mengenai keutamaan Kristus yang
Allah Bapa dan Roh Kudus, kedudukan Kristus dalam karya penciptaan serta
berimplikasi pada masa depan ciptaan. Masa depan ciptaan yang tanpa inferioritas
dan superioritas, saling menghargai, saling menjaga dan penuh cinta kasih. Masa
depan ciptaan berpijak pada kedudukan serta peran Kristus secara kosmik seperti
54
BAB IV
REKONSTRUKSI EKOTEOLOGI
Pendahuluan
Pada bab sebelumnya, penulis telah menafsir dan membahas teks Kolose
keutamaan Kristus terhadap masa depan ciptaan yang dibuktikan melalui kedudukan
dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, pencipta, penebus serta pendamai segala sesuatu.
pemikiran baru yang berdampak pada perubahan cara pandang dan perilaku. Penulis
pun akan menjelaskan tentang wacana ekoteologi pada masa kekinian dan kehadiran
Ekoteologi melihat seluruh ciptaan Allah sebagai suatu sistem yang saling
terkait1 dan penekanannya terletak pada relasi yang harmonis antara Allah, manusia
dan alam semesta. Relasi yang baik antara manusia dengan ciptaan lain digambarkan
dalam relasi lingkaran yakni setiap ciptaan saling berhubungan dan tidak mendominasi
1
Haskarlianus Pasang, Mengasihi Lingkungan: Bagaimana Orang Kristen, Keluarga dan Gereja
Mempraktikkan Kebenaran Firman Tuhan untuk Menjadi Jawaban atas Krisis Ekologi dan Perubahan Iklim
di Bumi Indonesia (Jakarta: Literatur Perkantas, 2011), 84-85.
55
satu dengan yang lain. Ekoteologi tetap mengakui peran penting manusia dalam
kehidupan planet bumi, namun menolak klaim mengenai peran dominasi manusia. 2
tradisional yang melihat penciptaan dimulai dari tingkatan yang paling sederhana
perdebatan mengenai alasan terjadinya krisis ekologi yang dikaitkan dengan peristiwa-
peristiwa alam baik itu bencana alam, dampak perubahan iklim, kelangkaan sumber
daya alam, pengrusakan hutan, penggunaaan teknologi yang tidak ramah lingkungan,
dan lain sebagainya serta bagaimana teologi menjawab dan bertindak menangani
Hal yang harus diakui bahwa krisis ekologi yang terjadi pada saat ini
bagian dari tugas agama. Para pemikir tersebut mulai mengkaji ulang pandangan
agama yang telah berabad-abad lalu hanya terfokus pada keselamatan manusia yakni
Kritikan pedas bagi kekristenan oleh Lynn White dalam artikel yang
berjudul The Historical Roots of Our Ecological Crisis juga memberikan pengaruh
besar bagi para teolog dengan tuduhan bahwa kekristenan menanggung beban besar
2
David G. Hallman, Beyond “North/South Dialogue” dalam David G. Hallman, Ed., Ecotheology: Voices
From South and North (Maryknoll, NY: Orbis Books, 1994), 6.
3
Andalas, Lahir, 236.
4
Martin Harun, “Alkitab dan Ekologi,” dalam Forum Biblika-Jurnal Ilmiah Populer No. 14 (Jakarta:
Lembaga Indonesia, 2001), 2.
56
dari rasa bersalah atas krisis ekologi5 atau dengan kata lain, orang Kristen adalah biang
keladi dari dieksploitasinya alam secara semena-mena dengan berdasar pada Kejadian
oleh para teolog pada hakekatnya bertujuan untuk membangun suatu pandangan dan
pola perilaku yang mampu diterapkan dalam pemulihan ekologi. Sikap para teolog
untuk merubah cara pandang lama yang antroposentrisme menjadi cara pandang yang
ekoteologi agar menghasilkan suatu keutuhan ciptaan memang hal yang susah
Saya berpendapat ada beberapa hal penting yang terdapat dalam bingkai
pemikiran ekoteologi masa kini, yakni pertama, pengaruh filsafat dalam pemikiran
membedakan dunia dan sorga ataupun jasmani dan rohani yang mempengaruhi konsep
keselamatan, eskatologi, dan lain sebagainya. Kedua, ajaran yang menempatkan Allah
di tempat yang sulit dijangkau yakni di Sorga, mengajarkan bahwa hal yang terpenting
adalah di Sorga, bukan di dunia sehingga manusia dapat bersikap acuh tak acuh
bahkan tidak peduli terhadap dunia ini. Ketiga, ilmu dan teknologi tidak salah, manusia-
lah yang salah karena memakai ilmu dan teknologi dengan tujuan untuk
5
Pendapat Lynn White dikutip oleh Laurel Kearns, “The Context of Eco-Theology” dalam Gareth Jones, Ed.,
The Blackwell Companion to Modern Theology, 466.
57
kepentingan diri sendiri tanpa memperhatikan dampaknya pada alam. Keempat,
intepretasi keliru terhadap teks Alkitab tanpa melihat konteks dari teks, terkhususnya
dalam mandat Kej 1:28 yang dijadikan dasar atau justifikasi dari tindakan dominasi
cara mengakui bahwa kabar baik yang dinyatakan oleh Kristus berlaku juga bagi
seluruh ciptaan dan disertai dengan perubahan cara hidup yakni gaya hidup yang
sederhana dan berkelanjutan. Keenam, hubungan antar ciptaan adalah mitra sejajar
dengan tugas manusia sebagai penatalayan, pengelola alam semesta ini dengan
meneladani Kristus. Ketujuh, perlu adanya kepekaan yang kuat terhadap lingkungan di
samping iman yang kuat. Bukan hanya berdoa untuk kelestarian alam tanpa tindakan
mencakup keanekaragaman suara, telinga dan wajah dari berbagai pihak pada berbagai
disiplin ilmu. Ini suatu pemikiran yang baik sekaligus tantangan yang harus dihadapi.
Tantangan ekoteologi bukan hanya berupa permasalahan global tetapi juga masalah
internal antar berbagai pihak dalam penanaman sikap kepeduliaan, menjaga, merawat
cara pandang ekofeminisme yang melihat bahwa bumi ini sengsara bukan hanya
karena sikap manusia yang eksploitatif desktruktif tetap juga karena pandangan
58
androsentris dengan penempatan laki-laki sebagai puncak hierarki yang menjadi tolak
persoalan ekologi sangat yang relevan untuk dibicarakan di Indonesia. Betapa tidak,
Indonesia yang kaya akan sumber daya alam tidak mampu mensejahterahkan
rakyatnya. Ini suatu fakta yang menggelitik dan menjadi bukti bahwa bangsa
Indonesia telah berada pada situasi yang tidak sesuai dengan cita-cita kemerdekaan
kekeringan, kelangkaan air bersih, kondisi laut dan terumbu karang yang semakin
objek eksploitasi serta rusaknya rantai ekosistem bumi dengan beberapa faktor, antara
lain: penebangan hutan secara illegal maupun legal, penggunaan sumber daya energi
korporasi global yang mengeruk sumber daya alam, pertumbuhan dan kepadatan
penduduk yang tak terkendali serta gaya hidup manusia yang konsumtif dan
tertinggi di dunia dengan musnahnya 72 persen hutan Indonesia serta tercatat dalam
59
Guinnes Book of World Records sebagai negara dengan kerusakan hutan tercepat di
Manusia pada dasarnya sadar bahwa konsumsi sumber daya alam tanpa
prosedur dan berlebihan akan berdampak negatif, yaitu rusaknya lingkungan, akan
tetapi kesadaran tersebut tereduksi oleh nafsu eksploitatif dan paradigma patriakhi
yang berpandangan bahwa alam harus dimanfaatkan oleh manusia. Suatu paradigma
yang telah mengakar, sehingga tidakan-tindakan yang merusak tersebut seolah benar
dan malah tidak jarang dicarikan justifikasi dari berbagai sumber, termasuk agama.
tingkat pusat maupun daerah, peraturan tentang pelestarian lingkungan hidup sudah
memadai, namun sampai sekarang kegiatan eksploitasi dan perusakan hutan masih
berlangsung.7
Persoalan ekologi bukan hanya ulah pribadi atau sekelompok orang tertentu,
dinilai lemah dalam upaya penegakkan hukum, padahal dasar hukum perlindungan
lingkungan yang ada di Indonesia telah tercantum dalam UUD 45, Pasal 338 dan UU
6
Imam Mustofa, “Urgensi Eko-Teologi,” diunduh dari
http://catatanlepasnick.blogspot.com/2010/01/ekoteologi-menurut-denis-edwards.html, pada tanggal 10
November 2012.
7
Nick Doren, “Ekoteologi menurut Dennis Edwards,” dalam http://mushthava.blogspot.com/2012/02/urgensi-
eko-teologi.html, pada tanggal 10 November 2012.
8
(ayat 1) Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. (ayat 4) Perekonomian Nasional diselenggarakan berdasarkan atas
demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi keadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,
kemandirian serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Jangan hanya
membaca ayat 1 dari pasal 33 UUD 45 tanpa melihat ayat 4 ataupun UU LH No. 32 Tahun 2009 karena
makna yang didapat akan bersifat antroposentris bahkan hierarkis dengan negara di tempat pertama, rakyat
ditempatkan pada kedudukan kedua dan yang terbawah adalah alam.
60
LH No. 32 Tahun 20099. Kerusakan ekologi Indonesia menuntut upaya perbaikan dari
setiap warga negara, baik secara pribadi maupun secara kelompok, melalui lembaga
Luther dan Calvin10 benar-benar tertanam dalam ajaran kekristenan sampai hari ini,
Pengajaran dalam gereja selalu menekankan bahwa Kristus datang untuk menebus
manusia. Fokus interpretasi Yohanes 3:16 oleh sebagian besar para pemimpin gereja
Teologi penciptaan ini cenderung berpikir bahwa manusia adalah ciptaan yang paling
istimewa dan berhak mengusai ciptaan-ciptaan lain. Manusia berelasi dengan ciptaan
lain secara piramidal. Mereka tidak hanya menemukan diri mereka berbeda, tetapi
juga terpisah dari ciptaan-ciptaan lain. Manusia menganggap diri sebagai tuan atas
9
mengatur dan melaksanakan proteksi atau perlindungan terhadap sumber daya alam yaitu udara, tanah, air,
pesisir dan laut, keanekaragaman hayati, pedesaan, perkotaan, lingkungan sosial agar tidak mengalami
kerusakan dan atau pencemaran.
10
Luther dan Calvin berpandangan sangat antroposentrik, walaupun tidak ekstrem seperti Origenes. Luther
memandang alam bukan sebagai saksi kemuliaan Allah, sedangkan Calvin melihat alam hanyalah latar
belakang dari drama penyelamatan manusia.
11
Kata manusia hanya menunjuk pada kaum laki-laki dalam perspektif teologi penciptaan yang bias
antroposentrisme dan patriakhi.
61
ciptaan lain. Mereka dapat mempergunakan atau mengeksploitasi ciptaan lain demi
keberlangsungan hidup.
Ekoteologi sendiri telah menjadi salah satu tugas dari Persekutuan Gerejawi
Indonesia (PGI). Tugas ini dinyatakan dalam buku Lima Dokumen Keesaan Gereja12
dan buku Tahun Rahmat dan Pemerdekaan: Perenungan Perjalanan Lima Puluh
Tahun Republik Indonesia13. Dalam pertama, PGI berusaha melibatkan seluruh gereja
untuk berperan aktif dalam memberitakan injil kepada seluruh makhluk dalam bentuk
tindakan pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup sedangkan dalam buku yang
kedua, PGI menegaskan telah sadar mendukung dan ingin mengembangkan perspektif
bahwa bencana adalah hukuman Tuhan sehingga manusia hanya pasrah menerima
Kristus, yang meliputi kedudukan dan peran Kristus dalam kosmos. Seluruh karya
Kristus bernilai ekologi dan sejalan dengan wacana ekoteologi. Karya-Nya bukan
12
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, Lima Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan Gereja-gereja di
Indonesia (LDKG-PGI): Keputusan Sidang Raya XII PGI, Jayapura 21-30 Oktober 1994 (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1996), 25.
13
Pada empat Artikel yang ditulis oleh Dr. Th. Kobong, Karel Phil Erari, Emmanuel Gerrit Singgih dan
Kasumbogo Untung.
62
hanya dalam proses inkarnasi dan penebusan serta pendamaian umat manusia dari
Nya dengan Allah Bapa dan Roh Kudus, kedudukan-Nya dalam karya penciptaan
dan karya penebusan serta pendamaian yang bersifat kosmik memberikan suatu
harapan akan masa depan ciptaan yang berimplikasi pada pola relasi yang setara
antar ciptaan.
dengan segala ciptaan bukan sejak proses inkarnasi dan penebusan tetapi sejak awal,
Inkarnasi. Allah yang dalam kekekalan-Nya telah berencana sejak semula untuk
dan pendamaian-Nya menjadi awal transformasi dari relasi yang baru antara ciptaan
Ini sesuai dengan wacana ekoteologi, karena merupakan cara pandang yang
menentang relasi antroposentrisme dan atau yang bias dualisme hierarki serta sama-
sama mengakui bahwa seluruh ciptaan saling bergantung dan berpusat pada Allah di
dalam Kristus.
63
Keutamaan Kristus dalam wacana ekoteologi menghadirkan pemahaman
bahwa masa ini adalah masa transisi menuju masa depan ciptaan. Pemulihan
ekologi akan terjadi dan itu didahului oleh pertobatan ekologi, sehingga tidak ada
kata terlambat untuk memulai sesuatu. Kristus sebagai kepala ciptaan telah
dalam pemahaman iman akan Kristus sangat penting untuk membantu penghayatan
dan kepeduliaan pada ekologi yang berakar pada iman akan Kristus dan ini adalah
bagian dari tanggung jawab menjadi pengikut Kristus, suatu jalan pemuridan
Kristen. Kepeduliaan kepada ekologi bagi para pengikut Kristus bukanlah perintah
atau paksaan tetapi sesuatu yang lahir dari iman akan Kristus.
yang meniadakan relasi hierarkis dan menyatakan keutuhan ciptaan melalui karya
Kristus, namun paradigma tersebut akan lebih bernilai jika dapat diterapkan dalam
kehidupan.
Kolose 1:15-23 melahirkan suatu pola berelasi yang baru antara Allah dan ciptaan
maupun antar ciptaan. Pola atau etika ini, saya sebut sebagai kristosentris-holisme.
64
Ini berarti bahwa teks Kolose 1:15-23 seharusnya dibaca dalam paradigma
adalah bagian yang utuh dan bukan merupakan kesatuan yang terpisah-pisah.
Holisme berasal dari kata Yunani o[loj yang berarti semua, keseluruhan, lengkap.
sebagai teladan bagi ciptaan dan melihat ciptaan sebagai bagian yang utuh dan tidak
penatalayanan. Etika ini menghargai nilai dari semua ciptaan, tetapi juga melihat
tempat tanggung jawab manusia dan semuanya tidak dapat terpisah dari Kristus.
Seluruh ciptaan merupakan suatu keutuhan dengan peran yang berbeda-beda dan
holisme telah mencakup kenosis karena keutuhan ciptaan dapat terjadi jika manusia
pernyataan yang menilai bahwa peran ini masih bias antroposentrisme karena setiap
ciptaan dalam tubuh Kristus memiliki peran yang berbeda-beda, begitu pun dengan
14
Borrong, Etika, 142.
65
manusia. Peran penatalayan ini bukan dalam relasi hierarki tetapi relasi yang sejajar
keberadaan Sang Bapa dan Roh Kudus. Allah Tritunggal berperan dalam ciptaan,
Sang Bapa dan Roh Kudus, kedudukan-Nya dalam karya penciptaan, kemanusiaan-
Nya serta karya-Nya dalam penebusan dan pendamaian menjadi alasan dari penulis
untuk menekankan kepada jemaat di Kolose agar tidak dipengaruhi oleh ajaran-
ajaran sesat. Ini berarti, Kristus dijadikan sebagai dorongan tingkah-laku jemaat.
Kristus menjadi dasar beretika. Kuasa dan kasih yang dipraktekkan serta seluruh
perbuatan dan perkataan Kristus membuka makna dan maksud karya Allah baik
Keselamatan yang telah dikerjakan oleh Kristus bagi seluruh ciptaan adalah
prasyarat yang mengakibatkan pertobatan yang harus dilakukan oleh manusia, yaitu
berbalik dari tindakan yang dilarang oleh Allah dan melakukan apa yang Ia
kehendaki. Pertobatan yang dimaksud oleh teks Kolose 1:15-23 adalah perubahan
semena-mena terhadap ciptaan lain, memilah-milah ciptaan yang baik dan yang
buruk, memposisikan diri unggul dari ciptaan lain, dan lain sebagainya. Pertobatan
dari ajaran sesat. Pertobatan yang menghasilkan perilaku yang benar untuk menuju
pada masa depan ciptaan yang sempurna dalam Kristus, suatu pertobatan ekologi.
66
Sikap yang benar tercantum dalam konsep kepala tubuh atau kosmik Kristus
yang secara jelas dinyatakan dalam etika kristosentris-holisme. Tidak ada yang
teristimewa atau teramat baik karena seluruh ciptaan adalah baik adanya dan
melihat alam sebagai bagian yang telah ditebus serta diciptakan baik adanya sebagai
berpusat pada Kristus. Keberadaan ciptaan yang satu ditentukan oleh keberadaan
ciptaan lain. Tanpa kesalingbergantungan ini, tidak ada kehidupan di muka bumi.
Kristus sebagai Anak Tunggal Allah dan keselamatan hanya terjadi melalui Kristus,
di luar kekristenan, di luar Kristus tidak ada kebenaran mutlak dan tidak ada
keselamatan.
67
Pemahaman tersebut dapat berkembang karena teks dipahami hanya
diperuntukkan bagi para pengikut Kristus. Masa depan ciptaan hanya ada di dalam
Kristus dan Kristus menjadi dasar beretika yang tepat. Koridor pemikiran ini kurang
tepat karena walaupun Kristus yang menjadi pokok pembahasan teks, teks
dan peran Kristus dalam kosmos. Ini berarti kehadiran Kristus tidak dapat dibatasi
oleh agama dan budaya tertentu. Kristus hadir dalam kosmos dan Ia bertindak
sebagai kepala atas seluruh ciptaan yang adalah tubuh. Pemikiran tersebut
adalah paradigma yang dapat diterapkan dalam agama dan kebudayaan yang lain.
Kesimpulan
berbagai pihak. Wacana ini bukan hanya berkaitan dengan kekristenan tetapi juga
karena ekoteologi hanya dapat berhasil diterapkan apabila disesuaikan dan dipahami
yang memahami bahwa nilai ciptaan tergantung pada manusia. Keberadaan ciptaan
68
lain hadir untuk memenuhi kebutuhan manusia sehingga manusia perlu
bertanggungjawab terhadap alam. Ciptaan lain tidak memiliki tempat dalam karya
penebusan dan pendamaian Kristus. Ciptaan lain tidak dijelaskan dalam konsep kepala
tubuh karena konsep ini hanya menjelaskan hubungan antara Kristus dan jemaat yang
menunjuk pada manusia. Ketimpangan relasi antar ciptaan ini menyatakan bahwa
pendekatan etis tradisional yakni antroposentrisme tidak dapat menolong sebagai dasar
ber-etika karena manusia selalu menganggap dirinya sebagai tuan atau ciptaan yang
paling istimewa.
terhadap perempuan disamakan dengan materi atau alam sebagai sesuatu yang pasif,
bernafsu rendah dan kotor. Siklus haid dianggap najis dan perempuan yang datang
bulan kadang-kadang ditolak ikut serta dalam perjamuan kudus, seperti yang nampak
menjadi dasar berteologi pada konteks masa kini. Pada pemikiran ini Kristus menjadi
dasar dalam ber-etika dan terdapat penghargaan terhadap semua ciptaan dalam
hubungan kemitraan yang sejajar sambil melihat tempat tanggung jawab manusia
69
DAFTAR PUSTAKA
Barclay, William. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Filipi, Kolose, 1 dan 2
Barth-Frommel, Marie Claire. Hati Allah Bagaikan Hati Seorang Ibu. Jakarta: BPK
Berkhof, H., dan I. H. Enklaar. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007.
Borrong, Robert P. Etika Bumi Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Bradley, Ian. God is Green. London: Darton, Longman and Todd Ltd, 1990.
Bultmann, Ridolf. Theology of the New Testament Volume 1. New York: Charles
Chilton, Bruce. Studi Perjanjian Baru bagi Pemula. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999.
Conzelmann, Hans. History of Primitive Christianity. New York: Abingdon Press, 1973.
Deane-Drummond, Celia, terj. Robert P. Borrong. Teologi dan Ekologi: Buku pegangan.
Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008.
79
Fletcher, Verne H. Lihatlah Sang Manusia: Suatu Pendekatan Pada Etika Kristen Dasar.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru 1. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Hallman, David G., ed. Ecotheology: Voices from South and North. New York: Orbis
Books, 1994.
Hayes, John H. dan Carl R. Holladay. Pedoman Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2006.
Hommes, Anne. Perubahan Peran Pria dan Wanita dalam Gereja dan Masyarakat.
Jacobs, Tom. Siapa Yesus Kristus menurut Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisius, 1993.
Jones, Gareth., Ed. The Blackwell Companion to Modern Theology. Oxford: Blackwell
Publishing, 2003.
Keraf, A. Sonny. Krisis dan Bencana Lingkungan Hidup Global. Yogyakarta: Kanisius,
2010.
Kooten, George H. Van. Cosmic Christology in Paul and the Pauline School. Germany:
80
Machen, J. Gresham. The New Testament: An Introduction to its Literature and History.
Martin, Ralph P. New Testament Foundations: A Guide of Christian Students. United States
Meeks, Wayne A. The First Urban Christians. London: Yale University Press, 1983.
Metz, Johann Baptist and Edward Schilebeeckx (ed). No Heaven without Earth. London:
Napel, Henk ten. Jalan yang lebih utama lagi: Etika Perjanjian Baru. Jakarta: BPK
Nuban Timo, Ebenhaizer I. Aku Memahami yang Aku Imani. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2011.
Perkantas, 2011.
Peters, Ted. God-the World’s Future: Systematic Theology for a Postmodern Era.
81
Raintung, F.W., Gustaf Dupe, Indera Nababan dan Yosef P. Widyatmadja., Ed. Tahun
Rasmussen, Larry. L. Komunitas Bumi: Etika Bumi. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010.
Ruether, Rosemary Radford. Gaia & God: An Ecofeminist Theology of Earth Healing.
Scharper, Stephen B. and Hilary Cunningham (ed). The Green Bible. Maryknoll: Orbis
Books, 1993.
Silver, Cheryl Simon dan Rith S. DeFries. Satu Bumi Satu Masa Depan: Perubahan
Sitompul, A.A. dan Ulrich Beyer. Metode Penafsiran Alkitab. Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2008.
1991.
82
Stambaugh, John dan David Balch. Dunia Sosial Kekristenan Mula-Mula. Jakarta: BPK
Sunarko, A dan A. Eddy Kristiyanto. Menyapa Bumi Menyembah Hyang Ilahi: Tinjauan
The Presbyterian Eco-Justice Task Force, Keeping and Healing the Creation. United States
of America. 1990.
Toombs, Lawrence E. Di Ambang Fajar Kekristenan. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1978.
Jurnal Buku
Harun, Martin. “Alkitab dan Ekologi,” dalam Forum Biblika-Jurnal Ilmiah Populer No. 14.
Jurnal Online
Clifford, Richard J. “The Hebrew Scriptures and The Theology of Creation.” Theological
2012.
83
Doerfler, Maria. “Ambrose’s Jews: The Creation of Judaism and Heterodox Christianity in
doi:10.1017/S000964071100120X.
Forbes, Chris. “Pauline Demonology and/or Cosmology? Principalities, Powers and the
Elements of the World in their Hellenistic Context.” Australia, JSNTS5 (2002) 51-
Shepherd, Andrew. “Creation and Christology: The Ecological Crisis and Eschatological
2012.
84
Suzanne Watts Henderson. “God's Fullness in Bodily Form: Christ and Church in
06 Juni 2012.
Website
http://catatanlepasnick.blogspot.com/2010/01/ekoteologi-menurut-denis-
85