Anda di halaman 1dari 18

SURAT PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS

Pengantar umum
• Kedua surat cukup cepat diterima tanpa banyak perdebatan sebagai berasal dari Paulus.
• Klemens surat mengenal 1Kor sekitar tahun 95 sebagai tulisan Paulus (1 Klem. 37,5; 47,1-3;49,3).
• Ignatius dari Antiokia juga sudah mengutipnya sebagai tulisan Paulus.
• 2Kor kemungkinan sudah ditemukan dalam tulisan Polikarpus dan dalam Surat kepada Diogneto.
• 1-2Kor terdapat dapat manuskrip P 46 (Chester Beatty), tulisan sekitar tahun 200 M.
• Keduanya diterima kanonis sejak zaman kuno kekristenan: sudah dicatat dalam kanon muratorio.
• Di dalam kedua surat ditemukan pribadi Paulus yang hidup-hidup, termasuk gaya bahasa dan idenya.

Kota Korintus sekitar Masa Paulus


• Pada zaman kuno, Korintus dikenal dengan kekayaan ekonomis dan kekuatan politiknya.
• Raja Makedonio Filippo II pada tahun 338 SM (atau 481 SM?) membuat pusat dari Liga Panellenica,
yaitu liga dari kutub-kutub Yunani yang berfungsi sebagai anti-Persia.
• Dengan demikian kota Korintus sangat penting secara politis, karena di sana diatur kebijakan politik
seluruh Yunani.
• Kota itu dihancurkan secara total oleh Lucius Maummius sekitar tahun 146 SM karena potensi
perlawanan yang mungkin akan diberikan kota itu terhadap Romawi.
• Sekitar tahun 44 SM, Julius Cesar membangun kembali kota Korintus,
• menetapkan tinggal di sana para veteran bersama dengan penduduk yang merdeka, para budak Mesir,
Siria dan Yahudi.
• Korintus kemudian diberi nama Laus Julia Corinthus dan menjadi ibu kota propinsi Akhaya (27 SM).
• Pada masa Paulus, mungkin memiliki setengah juta penduduk, sebagian Romawi.
• Korintus disebut sebagai jembatan yang melintasi laut,
• karena di sisi timurnya terdapat Teluk Saronik,
• yang menghadap ke arah Laut Aegea dan bagian timur Laut Tengah;
• di sisi baratnya terdapat Teluk Korintus,
• yang menghadap ke arah Laut Ionia, Laut Adriatik, dan bagian barat Laut Tengah.
• Di tengah-tengah semuanya ini terletak kota Korintus,
• persinggahan penting dalam perjalanan perutusan injil rasul Paulus,
• kota yang terkenal di dunia zaman dahulu karena kemakmuran, kemewahan, dan kehidupan moralnya
yang serbabebas.
• Korintus jaman dulu penting khususnya dalam hal perdagangan,
• strategis dengan dua pelabuhan: Lekheum di Utara, di teluk Korintus, dan Kenkhrea di teluk Saronik.
• Aktivitas perdagangan dasar dari sumber ekonomi, terkonsentrasi di tangan sedikit orang-orang kaya;
• penduduk lainnya adalah paling banyak budak dan pekerja pelabuhan, hidup dalam situasi kurang
beruntung.
• Ada juga kelas menengah, yakni para perajin dan pegawai publik, sangat terbatas jumlahnya,
• dan memiliki beban yang sedikit berat dalam hidup di kota itu.

1
• Setiap tahun di sana diadakan di kuil besar Poseidon permainan isthmic,
• yang menarik orang-orang dari setiap ras, bahasa dan agama.
• Kota itu kemudian menjadi pusat pertukaran budaya antara dunia Yunani-Romawi dan sebagian besar
negara-negara terpencil di Asia dan Afrika.
• Di dalamnya berperan budaya Yunani sebagai pemersatu,
• yang sangat mempengaruhi hidup dan moral keseluruhan bangsa itu.
• Di Korintus dirayakan kultus dewi Aprodite, yang dilakukan di dalam kuil yang terkenal.
• Menurut Strabo ada tinggal lebih dari seribu imam wanita di pelacuran suci:
• tetapi mungkin pada masa Paulus hanya ada kuil kecil di Acrocorintus.
• Juga tetap ada berkembang budaya timur dan budaya misteri.
• Ciri khas Korintus adalah pembentukan kelompok-kelompok agama kecil, yang mengarah pada
"pelindung".
• Di sana juga ada komunitas Yahudiah.
• Korintus tidak menikmati ketenaran yang baik: ini disebabkan oleh aktivitas pelabuhan dan jenis
religiositas yang dominan.

Kelahiran Komunitas Kristiani di Korintus


• Paulus mendirikan komunitas di Korintus pada perjalanan misionarisnya yang kedua (Kis 18:1-17).
• Di Korintus ia bertemu dengan Aquila dan Priscilla, sepasang orang Yahudi, mungkin sudah kristen,
yang telah meninggalkan Roma akibat dekrit yang dengannya Klaudius mengusir semua orang Yahudi
dari Roma.
• Mereka mungkin juga “pembuat tenda”, dan Paulus bergabung dengan mereka,
• demikian dia mencari nafkah dengan kerjanya.
• Di waktu senggang Paulus juga melakukan pewartaan di sinagoga pada hari Sabat.
• Akan tetapi setelah Silas dan Timoteus tiba dari Makedonia (bdk. 1Tes 3:2), ia memfokuskan
aktivitasnya pada pewartaan sabda.
• Sejak orang-orang Yahudi membuat kesulitan baginya, ia menetap di rumah Titius Yustus,
• seorang “yang takut akan Allah”, yang rumahnya berdampingan dengan sinagoga.
• Buah dari pewartaannya: banyak orang Korintus menjadi orang Kristen, termasuk Krispus kepala
sinagoga.
• Orang-orang Yahudi menolaknya dan menuduhnya di hadapan gubernur Gallius bahwa ia
mempropagandakan kultus melawan hukum.
• Akan tetapi Gallius menolak untuk campur tangan,
• karena melihatnya hanya berhubungan dengan intern agama di dalam komunitas Yahudi.
• Pertempuran pecah, di mana Sostenes, kepala sinagoga, dipukuli oleh orang banyak.
• Setelah peristiwa tersebut Paulus masih singgah di kota itu pada waktu yang berbeda;
• kemudian ia berangkat ke Siria bersama Priscilla dan Akwilla (Kis 18:18).
• Paulus meninggalkan Priscilla dan Akwilla di Efesus,
• sementara itu ia melanjutkan perjalanan ke Yerusalem,
• dari tempat ia kembali ke Antiokia.

2
• Dari surat-surat Paulina diketahui bahwa di Korintus Paulus ditemani oleh Silvanus dan Timoteus
(1Tes 1:1; bdk. 3:6):
• mungkin mereka membawa bantuan finasial dari Filipi (2Kor 11:9; Flp 4:15).
• Di Korintus, Paulus hanya membaptis Krispus dan Gayus, juga keluarga Stefanus (1Kor 1:14,16).
• Ia menyadari bahwa di tengah jemaat di Korintus ia hanya mengetahui tentang Yesus Kristus, Yang
Tersalib;
• ia datang dengan kelemahan, dan wartanya didasarkan atas keyakinan akan kekuatan Roh (1Kor 2:1-4).
Orang-orang Kaya dan orang-orang Miskin dalam Komunitas
• Menurut Kisah Rasul, Paulus mendapat sambutan yang tidak baik di lingkungan komunitas Yahudi,
• karena itu kemungkinan jemaat mayoritas terdiri dari orang-orang Yunani dan Romawi.
• Memang ada sedikit minoritas Yahudi, seperti Krispus yang bertobat beserta keluarganya (Kis 18:8),
• dan kemungkinan juga bersamanya teman-teman sejemaatnya.
• Paulus juga memberi informasi tentang sejumlah baptisan orang Yahudi (1Kor 12:13),
• dan ia menasehati agar tidak menyembunyikan asal-usul mereka (1Kor 7:18-19).
• Sebagian besar orang-orang Kristen Korintus terdiri dari strata sosial yang lebih rendah (bdk. 1Kor
1:26):
• di antara mereka ada beberapa warganegara merdeka, sementara yang lain adalah para budak (1Kor
12:13; bdk. 7:21).
• Terdapat juga di komunitas itu sejumlah orang kaya, seperti Erastus, bendahara negeri (bdk. Rom
16:23);
• Gayus yang memiliki rumah mampu untuk menampung semua komunitas (bdk. Rom 16:23);
• Akwila dan Priscilla merupakan pedagang yang kaya (Kis 18:2) yang mampu melakukan pelayanan
yang sama di Efesus (1Kor 16:19) dan Roma (Rom 16:3-5);
• ada juga Krispus, untuk menjadi kepala sinagoga, harus memiliki posisi ekonomi yang sangat baik.
• Juga kemungkinan di antara para jemaat itu ada orang-orang dengan budaya yang baik.
• Orang-orang kaya, yang juga berbudaya lebih tinggi, tentu lebih peka terhadap pewartaan Paulus dan
pada implikasi kulturalnya.
• Dalam komunitas juga banyak orang Kristen yang kurang beruntung dalam segi ekonomi dan
intelektual,
• yang menghidupi imannya secara sederhana dan spontan,
• dengan membawa bersama mereka kondisi pengalaman mereka sebelumnya.
• Mereka dipandang dengan segala keterbatasan mereka sebelumnya, yang disadari sebagai “peramal”
(1Kor 2:13-14), “duniawi” (1Kor 3:1), “lemah” (1Kor 8:9-11):
• Paulus menunjukkannya simpatinya pada mereka (1Kor 9:21), yang pada kesempatan lain dikatakan
bahwa mereka menganggap diri mereka “spiritual” padahal masih “duniawi” dan “anak-anak” dalam
hidup kristiani (1Kor 3:1,3).
• Dalam komunitas ditemukan juga, setidaknya sebagian, ketidaksamaan sosial dari kota metropolis
Yunani.
• Tentu situasi itu tidak dapat tidak menimbulkan kesulitan dan ketegangan diantara para anggota
komunitas.

3
Surat Pertama kepada Jemaat di Korintus
• Karakter Surat 1Kor
• Surat 1Kor berkarakter personal kepada komunitas yang dikenal oleh Paulus.
• Surat ini berisi argumen-argumen yang diarahkan untuk mempengaruhi pendengar,
• bukan berisi risalah doktrinal yang dikemas untuk menjelaskan kepercayaan orang yang percaya di
tempat itu.
• Untuk itu, Paulus memilih gaya argumentatif atau retorik yang lazim digunakan dalam budaya helenis
pada waktu itu.
Ada 3 jenis wacana persuasif (retorica), yakni:
• 1) Deliberatif: yang berusaha untuk membujuk seseorang untuk melakukan sesuatu yang lain untuk
tidak akan melakukan atau menerima sudut pandang yang lain untuk tidak menerima. => berkaitan
dengan masa depan.
• 2) Forensic atau judical: yang berusaha untuk mempertahankan atau mengutuk aksi seseorang =>
berkaitan dengan masa lalu.
• 3) Ceremonial atau epideictic atau funeral: yang merayakan atau mencela => dihubungkan dengan
masa saat ini.
Elemen dasar dari retorika menurut Aristoteles:
• EXORDIUM
• NARRATIO (menginformasikan hal-hal yang perlu diketahui sebelum diberi argumen)
• - Propositio (tesis yang mau dibela)
• ARGUMENTATIO
• - Probatio (mendukung tesis)
• - Refutatio (menolak tesis)
• PERORATIO (kesimpulan)
• (Disgressio: tindakan menyimpang)
• Dalam surat yang pertama kepada jemaat di Korintus, Paulus terutama memilih bentuk deliberatif,
• dan di bagian tertentu ia mengembangkan bentuk forensik atau cerimonial.
• Bagi komunitas yang baru berkembang itu, Paulus terutama menyinggung tema tentang dosa, hukum,
pembenaran dan iman.
• Di sisi lain juga, ia memberi perbandingan dalam bentuk perlawanan:
• kebijaksanaan dan kebodohan, kedewasaan dan kekanak-kanakan, kaya dan miskin, lemah dan kuat,
roh dan fisik, di dalam hampir seluruh paparannya.
• Paulus menulis surat 1Kor untuk menegur masalah perpecahan yang timbul di tengah jemaat Korintus
yang baru bertumbuh itu.
• Tetapi kemudian, sebagaimana kita ketahui dari surat 2Kor, konflik yang terjadi semakin buruk,
• bahkan berkembang menjadi konflik antara diri Paulus dengan sebagian dari anggota persekutuan itu.
Tema dan Tekanan Utama dalam Surat 1 Korintus
• Surat 1Kor dibuka dengan praescriptum,
• yang didalamnya terdapat ucapan syukur yang cukup panjang (1Kor 1:1-9);
• dan berakhir dengan postscriptum yang berisi sejumlah berita pribadi (1 Kor 16).

4
• U. Vanni membagi bagian inti (corpus) surat 1Kor menjadi 4 blok:
• 1:10-3:22: didominasi ide tentang kebijaksanaan;
• 4:1-6:11 : dicirikan dengan frase “menyombongkan diri” (bdk. 4:6; 5:2) orang-rang Korintus dikutuk;
• 6:12-11:1: dibingkai dengan ungkapan “segala sesuatu halal bagiku” (6:12, 10:23) menghadirkan tiga
tema tentang hal-hal jasmani;
• 11:2-16:14): pembahasan tentang masalah dalam pertemuan liturgis (bdk. 11:17).
• Pendapat lebih umum diterima adalah bahwa Paulus menyusun materi dalam suratnya berdasarkan
infromasi dan permintaan kepadanya yang datang dari Gereja Korintus:
• 1:10-6:20: ia mengoreksi pelanggaran yang dia dengar dari “orang-orang dari keluarga Cloe” (1:11)
dan mungkin juga dari Stefanus, Fortunatus, dan Akhaikus (16:17);
• 1Kor 7-14 : ia memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan yang telah disampaikan secara tertulis
(7:1; 8:1; 12:1);
• 1Kor 15 : tentang kebangkitan
Komposisi yang diusulkan:
• Praescriptum dan Ucapan Syukur (1:1-9)
• I. Berbagai Perilaku Negatif (1:10-6:20)
• a) Pembagian dalam berbagai kelompok (1:10-4:21)
• * Pendahuluan (1:10-17)
• * Kebijaksanaan yang Sejati (1:18-3:4)
• * Para Pewarta Kristiani (3:5-4:21)
– b) Tiga Pelanggaran Berat (5:1-6:20)
• * Incest (5:1-13)
• * Perselisihan di antara Orang-Orang Kristiani (6:1-12)
• * Percabulan (6:12-20)

II. Arahan dan Saran (bab 7-14)


• a) Perkawinan dan Keperawanan (bab 7)
• * Pasangan-pasangan Kristiani (ay. 1-16)
• * Masing-masing tinggal dalam Situasinya (ay. 17-24)
• * Para Perawan, Selibater, dan para Janda (ay. 25-40)
• b) Daging yang Dipersembahkan kepada Berhala (8:1-11:1)
• * Kebebasan Kristiani dan Perhatian terhadap Saudara yang Lemah (8:1-13)
• * Contoh Hidup Paulus (9:1-27)
• * Orang-orang Israel dan Cobaan pada Berhala (10:1-13)
• * Arahan-arahan Praktis (10:14-11:1)
• c) Pertemuan Kristiani (bab 11-14)
• * Kerudung dari Para Wanita (11:2-16)
• * Perjamuan Tuhan (11:17-34)
• * Karisma-karisma (bab 12-14)
• - Fungsinya dalam Gereja, tubuh Kristus (12:1-31)

5
• - “Kidung Cinta” (13:1-13)
• - Arahan-arahan Praktis (14:1-40)
• III. Pengharapan Kristiani (bab 15)
• a) Kebangkitan Akhir (ay. 1-34)
• b) Ciri Khas Tubuh yang telah dibangkitkan (ay. 35-53)
• c) Nyanyian Kemenangan (ay. 54-58)
• Epilog dan postscriptum (bab 16)
• Kesulitan yang harus diatasi menurut 1Kor pada dasarnya bersifat internal, yang mengakibatkan
perpecahan dalam komunitas Kristiani.
Kesulitan-kesulitan:
• - keterikatan dengan guru-guru Kristen tertentu seperti Paulus dan Apolos, dan persaingan yang
tumbuh dari keterikatan seperti itu,
• - kelanjutan mengikuti nilai-nilai budaya tertentu, terutama pada pihak orang kaya,
• - perlakuan yang tidak setara di meja Tuhan,
• - makan di kuil-kuil kafir pada sebagian orang,
• - keangkuhan sebagian orang yang menggunakan karunia rohani tertentu dengan cara yang tidak
membangun komunitas,
• - ketidaksepakatan mengenai perilaku seksual yang cocok sebagai orang Kristen, baik di dalam
maupun di luar pernikahan,
• - ketidaksepakatan atas hal-hal eskatologis seperti kebangkitan;
• - soal partisipasi dalam pemerintahan, kekuasaan, dan sejenisnya.
• Sebagian besar masalah ini adalah masalah sosial, bukan teologis.
• Orang-orang Korintus tampaknya menggunakan berbagai hal yang mereka ketahui tentang proses
pendidikan,
• sebagaimana dimodelkan oleh para ahli pidato yang mengajar di kota mereka,
• dan mengambil bagian dalam debat, pertengkaran, membual, kesombongan, dan sejenisnya.
• Untuk mengatasi sumber-sumber perselisihan ini, Paulus memberikan wacana panjang lebar tentang
kerukunan atau rekonsiliasi dengan menggunakan retorika deliberatif.
• Ia yakin bahwa masalah sosial sekalipun memiliki akar teologis dan implikasi etis.
• Dia harus menunjukkan bahwa penting jemaat Korintus untuk bekerja bersama,
• untuk saling menyetujui berbagai hal penting,
• untuk menghargai perbedaan tentang hal-hal yang kurang penting,
• dan untuk mengizinkan kebaikan atau kepentingan pihak lain untuk mengarahkan tindakan seseorang.
• Dia harus menunjukkan kebaikan kasih perlu sebagai pertimbangan utama dalam mengekspresikan
kebebasan, pengetahuan, dan karunia seseorang.
• Karena itu, Paulus menyusun wacana untuk mencapai tujuan-tujuan ini.
• Dalam retorika deliberatif seseorang tidak hanya memperhatikan apa yang bijaksana,
• tetapi juga dengan apa yang lebih mulia, yang melibatkan empat kebajikan utama:
• kebijaksanaan (lih. 1 Korintus 1–4),
• keadilan (lih. bab 5–6),

6
• keberanian ( lih. bab 7 dan 15),
• kesederhanaan (lih. bab 8-14).

satu cara yang mungkin untuk membaca struktur retoris surat itu secara keseluruhan:
• 1. Praescriptum (1: 1-3).
• 2. Ucapan syukur dan exordium (1: 4–9).
• 3. Propositio memperkenalkan surat dengan formula παρακαλέω (parakaleo);
• dan membuat pernyataan tesis dasar dari seluruh surat (1:10).
• 4. narasi singkat (1:11–17): menjelaskan situasi atau fakta yang mendorong penulisan surat tersebut.
• 5. Probatio (1:18-16:12): meliputi argumen tentang:
• A) Sebuah perpecahan atas para pemimpin dan kebijaksanaan (1:18–4:21),
• B) imoralitas seksual dan tuntutan hukum (5-6),
• C) pernikahan dan melajang (7),
• D) makanan kepada berhala dan makan di kuil-kuil berhala (8–11:1, dengan penyimpangan [disgresio
atau egressio] pada bab 9),
• E) penutup kepala dalam ibadah (11:1–16),
• F) penyalahgunaan Perjamuan Tuhan (11:17–34),
• G) karunia rohani dalam tubuh Kristus (12-14, dengan penyimpangan [disgresio atau egressio] dalam
bab 13),
• H) masa depan dan bentuk kebangkitan (15),
• i) pengumpulan uang dan pelayanan lainnya untuk Korintus (16:1-12).
• 6. Peroratio (16:13-18).
• 7. Salam dan kata penutup (16:19-24).
• Paulus menggunakan Περὶ δὲ (peri de [mis. 1Kor 12:1]) beberapa kali dalam probatio untuk
memperkenalkan topiknya.
• Dalam rangkaian argumen atau “bukti-bukti” kadang ada satu atau lebih penyimpangan (disgressio),
• khususnya jika argumen secara keseluruhan panjang dan dirasa kebutuhan untuk membawakan materi
yang sejajar,
• yang akan memiliki relevansi untuk jalannya argumen.
• Dalam 1Kor argumennya memiliki sejumlah subdivisi,
• dan mencakup dua penyimpangan besar, yang keduanya melayani tujuan konsultatif yang lebih besar
dari surat itu
• (meskipun bab 9 memiliki peran forensik [penghakiman] dan membela praktik kerasulan Paulus,
sementara bab 13 memiliki peran epideiktik [menunjukkan skill] dan memuji cinta).
• Karena surat menghadirkan pribadi seseorang, maka:
• sebuah surat berusaha untuk mencapai apa yang seharusnya dilakukan secara pribadi.
• Corpus surat "bukan sekadar informasi untuk dikomunikasikan,
• tetapi lebih sebagai media di mana seseorang melakukan tindakan atau transaksi sosial dengan
seseorang yang terpisah secara fisik."

7
Suasana Penulisan Surat
• 1Kor 16:8 memberi indikasi bahwa surat ini ditulis ketika Paulus sedang di Efesus.
• Dalam surat 1Kor ia menginformasikan berbagai berita tentang hari-harinya di Efesus.
• Di kota itu ia “banyak kesempatan untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting, sekalipun ada
banyak penentang” (1Kor 16:9).
• Di sana ia berjuang melawan “binatang buas” (1Kor 15:32).
• Sementara ia mengerahkan tenaga untuk mewartakan injil dan memelihara para pentobat,
• Paulus juga melakukan komunikasi dengan jemaat di Galatia.
• Ia juga memberi perhatian untuk mengumpulkan persembahan bagi kepentingan “orang-orang kudus”
(1Kor 16:1), yakni orang-orang Kristiani di Yerusalem.
• Kemungkinan Paulus menulis lebih dari dua surat yang kita kenal saat ini.
• Surat resmi pertama, yang mungkin hilang, antara lain memuat tentang nasehat Paulus agar tidak
bergaul dengan orang-orang cabul (1Kor 5:9).
• Kemudian ia mendapatkan informasi dari keluarga Kloe (1Kor 1:11), oleh kunjungan Stefanus,
Fortunatus dan Akhaikus, penanggungjawab komunitas (1Kor 16:15-18),
• juga mungkin membawa surat orang-orang Korintus yang berisi pertanyaan kepada Paulus tentang
masalah yang dihadapi dalam jemaat (1Kor 7:1);
• juga mungkin ada informasi dari Apolos (1Kor 16:12).
• Dalam surat resmi kedua (1Kor) Paulus mengoreksi kesalahan-kesalahan dan memperjelas
pemikirannya mengenai berbagai kontroversi,
• juga menawarkan pengumpulan uang (kolekte) bagi Gereja Yerusalem (1Kor 16:1-4).
• Timoteus bertugas menyampaikan arahan-arahan Paulus kepada orang-orang Korintus (bdk. 1Kor
4:17).
• Paulus sendiri berencana pergi ke Korintus setelah Pentakosta;
• melalui Makedonia, dan tinggal di sana sampai akhir musim dingin;
• dan jika perlu akan berangkat ke Yerusalem untuk membawa hasil kolekte, atau akan melanjutkan pada
tujuan yang lain (1Kor 16:3-8).
• Hasil dari surat dan misi Timoteus tidak diketahui, tetapi yang pasti bahwa segera ia kembali kepada
Paulus,
• karena muncul sebagai pengirim surat bersama Paulus dalam 2Kor (2Kor 1:1).

Analisis Kritik Sastra


• J. Héring meneliti bahwa Paulus pertama-tama menulis bahwa ia akan segera pergi ke Korintus (1Kor
4:19),
• tetapi kemudian memberitahu bahwa kedatangannya akan ditunda (1Kor 16:5-9);
• dari pembicaraan tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala menunjukkan bahwa hanya
untuk mengkhawatirkan amal bagi yang lemah (1Kor 8:1-13; 10:23-11:1),
• tetapi kemudian ia memberikan solusi yang ketat tentang masalah itu (1Kor 10:1-22);
• dalam bab 9 ia menyimpulkan pembicaraan tentang kerasulan, yang sepertinya telah disimpulkan
sebelumnya (bab 1-4).

8
• Setelah meneliti teks, J. Héring mengusulkan hipotesis:
• keluarga Kloe telah membawa kepada Paulus sedikit berita yang menyakinkan tentang komunitas di
Korintus,
• yang secara terperinci telah dikirimkan melalui surat yang didalamnya diminta penjelasan tentang
perkawinan dan daging yang telah dipersembahkan kepada berhala.
• Paulus menjawab dengan surat pertama (1Kor 1-8; 10:23-11:1; 16:1-4,10-14).
• Kemudian jemaat di Korintus menambahkan berita lain yang dibawa Stefanus,
• dan dia menulis surat kedua (1Kor 9:1-10:22); 11:2-15:58; 16:5-9, 15-24).
• Redaktur kemudian telah menyatukan kedua surat hanya membuat sedikit penyesuaian.
• Ahli lain berpendapat bahwa surat pertama dikirim pada komunitas (surat A),
• di dalamnya dinasehatkan agar orang-orang Kristiani tidak bergaul dengan orang-orang cabul (bdk.
1Kor 5:9),
• Surat itu tidak hilang, tetapi dilestarikan di dalam 1Kor;
di dalamnya juga termasuk 2Kor 6:14-7:1, bagian yang kelihatan di luar dari konteks.
• Karena itu W. Schmithals merinci 1Kor dalam dua surat.
• J. Weiss berpendapat bahwa dalam di dalam 1Kor terdapat 3 surat resmi:
• surat pendahuluan (A) dan dua surat kemudian,
• yang berisi jawaban atas tulisan yang dikirim oleh komunitas [bdk. 7:1] (B/1);
• dan posisi yang berat melawan partai-partai Corintus, termasuk didalamnya berita yang dibawa oleh
keluarga Kloe (B/2).
• R. Pesch menemukan dalam surat 4 surat resmi.
• Keragaman pendapat itu membuat jelas bahwa tidak ada pendapat yang sangat meyakinkan.
• Karena itu sebagian besar ahli masih mempertahankan kesatuan surat dan menjelaskan
kekurangkonsistenannya dengan kenyataan bahwa surat itu didikte beberapa kali,
• dalam waktu yang panjang,
• ketika Paulus menerima informasi baru dan telah mengubah programnya.
Masalah-masalah dalam Komunitas Korintus
• a) paham tentang eskatologi yang telah terealisasi
• Ada sebagian yang yakin bahwa Allah sudah mendirikan kerajaanNya;
• dan sebagai yang terpilih, mereka ikut serta dalam kekuasaanNya (1Kor 4:5,8);
• mereka tidak dapat menerima bahwa tujuan akhir masih jauh (1Kor 9:24-26; 13:8-10,12).
• Penekanan Paulus akan kematian Yesus (1Kor 1:13,17-25; 2:2,8; 5:7; 8:11; 11:23-26; 15:3-5)
menunjukkan bahwa
• para lawannya mau mengangkat “Kristus yang Mulia” dengan meminimalkan karya yang telah
diselesaikan Yesus dalam hidup duniawinya.
• Dengan Yesus yang Bangkit mereka merasa bersatu khususnya melalui pengetahuan (gnwsij),
• dianggap satu-satunya cara yang mampu menjamin keselamatan mereka (1Kor 8:1).
• Pengetahuan itu diberi makan terutama oleh pidato pengkhotbah (1Kor 1:17; 2:4-7), di mana kelompok
kecil terbentuk (1Kor 1:12).

9
• Akibat dari pengetahuan yang mereka peroleh, orang-orang kristiani percaya diri sebagai manusia
sempurna (1Kor 2:6) dan spiritual (1Kor 3:1; 12:1),
• bebas dari setiap setiap kondisi/keterbatasan (1Kor 9:1; bdk. 6:12; 10:23),
• dan percaya bahwa yang lain lemah dalam iman (1Kor 8:7-12).
• Akibatnya, mereka merasa jijik terhadap tubuh:
• di bidang seksual posisi mereka terombang-ambing di antara libertanisme yang berlebihan (1Kor 5:1-5;
6:12,15) dan mereka yang berasketis ketat (1Kor 8:4-6).
• Kemungkinan penolakan mereka akan kebangkitan akhir (bdk. 1Kor 15:12) adalah karena mereka tidak
menerima ide bahwa tubuh yang diselamatkan akan berpartisipasi dalam kebangkitan akhir dan
definitif.
• Perjamuan Tuhan (1Kor 11:28) dan mungkin baptisan (1Kor 10:1-5; 12:13) diyakini mampu membawa
orang beriman secara otomatis,
• terlepas dari disposisi pribadinya,
• dalam hubungan langsung, hampir mistis dengan Tuhan yang mulia.
• Jadi di Korintus telah bertumbuh dan dihidupi kekristenan yang berbeda dari yang ditanamkan Paulus.
• Tanpa membentuk sistem yang homogen dan terdefinisi dengan baik,
• ide-ide baru mempertanyakan aspek neuralgik dari Injilnya mengenai pribadi Kristus, keselamatan dan
Gereja,
• dengan implikasi yang mengganggu dalam bidang moral.
• b) akar budaya dari kelompok anti-pauline
• F. Ch. Baur berpendapat bahwa kelompok Kristus di Korintus tidak lain adalah fraksi kelompok
Yahudisasi dan Petrus, yang menentang partai Paulus dan pihak Apolos.
• Hipotesis Yahudi-Kristen membangkitkan simpati dari berbagai ahli, yang mengidentifikasikan mereka
secara spontan sebagai lawan-lawan dalam 1-2 Korintus.
• Ph. Vielhauer menegaskan bahwa dalam 1Kor 3:11 Paulus berdebat dengan mereka yang ingin
menempatkan Petrus sebagai dasar dari Gereja atas Mat 16:18.
• Di sisi lain, W. Lütgert mengatakan bahwa dalam kedua surat lawan-lawan Paulus adalah orang-orang
Kristen pneumatis dan libertis akan orientasi gnostik:
• mereka, dengan membenci kelemahan karismatis Paulus dan dengan menempatkan pada urutan kedua
Kristus yang Tersalib,
• mereka telah mempromosikan kebebasan antusias yang baru berdasarkan pada Injil.
• Menurut W. Schmithals, di Korintus berkembang sebuah gnosis pra-kristiani berasal usul Yahudi, yang
ke dalamnya bergabung partai Kristus, menentang tiga kelompok lain yang disebut Paulus.
• U. Wilckens melanjutkan hipotesis itu dengan mengatakan bahwa para lawan Paulus
mempropagandakan kristologi ditiru dari mitos Yahudi-gnostik akan Kebijaksanaan Allah yang turun
dari tempat tinggi dan yang tubuhnya disalibkan oleh kekuatan iblis (bdk. 1Kor 2:6,8).
• H. Conzelmann lebih suka berbicara bukan tentang gnostik dalam arti yang sebenarnya, tetapi “proto-
gnostik”.
• Krisis yang meletus di Korintus dapat dikaitkan sebagian besar pada pewartaan Apolos,
• yang menghadirkan Kristus sebagai Kebijaksanaan dan Putera Allah;

10
• yang, dengan masuk dalam kemuliaan Allah melalui kebangkitan,
• melimpahkan pengetahuan yang baru.
• Dalam kekuatan rahmat ini para pengikutnya dibebaskan dari kondisi/keterbatasan materi dan dari
kehidupan ini mereka masuk dalam hubungan langsung dengan dunia ilahi.
• Bagi bagian masyarakat yang lebih berbudaya dan berkecukupan, pewartaan ini pastilah lebih unggul
daripada yang dari Paulus, yang telah menempatkan Kristus yang tersalib sebagai pusat dari
pewartaannnya (bdk. 1Kor 2:2).
• Karenanya pertentangan merayap ke arahnya, yang dimanifestasikan di atas semua dalam kelompok
pendukung Apolos.
Kontribusi teologis 1Kor
• Paulus mencoba membawa Injil untuk digunakan dalam kehidupan harian.
• Baginya kebenaran Injil akhirnya diuji dalam kemampuannya untuk mencari jalan keluar dalam
urgensi kehidupan sehari-hari pada beberapa situasi yang sangat meminta perhatian khusus.
• Beberapa hal yang berkaitan dengan pandangan teologis dalam 1Kor:
• 1. Eskatologi.
• Pemikiran eskatologis menonjol dalam surat.
• Bagi Paulus pemikiran ini berfokus pada “peristiwa Kristus”, kematian dan kebangkitanNya, dan
karunia Roh Kudus berikutnya.
• Kebangkitan Kristus menandai perubahan zaman/masa;
• karunia Roh eskatologis adalah bukti jelas bahwa “masa akhir” itu sudah mulai.
• Tetapi kenyataan bahwa kita hidup dalam tubuh yang mengalami kebinasaan (15:49–53),
• dan bahwa masih ada Parusia Tuhan yang akan datang (11:26; 15:23) dengan kebangkitan berikutnya
(15:20–28),
• juga bukti jelas bahwa yang “telah mulai” itu belum dan masih menuju kepenuhan (belum sepenuhnya
disempurnakan).
• Bagi Paulus, orang beriman adalah orang yang sepenuhnya eskatologis,
• ditentukan dan dikondisikan oleh realitas masa depan yang telah dimulai, tetapi masih menunggu
kemuliaan terakhir: "sudah" dan "belum” sekaligus.
• Baik masa depan tertentu maupun realitas eksistensi eskatologis di masa kini tidak berarti bahwa
kepenuhan seseorang telah sepenuhnya tiba.
• Kematian adalah kodrat kita (3:22), beberapa telah meninggal (11:30);
• masa kini dan masa depan adalah milik orang beriman (3:22), tetapi paradigma kehidupan etis saat ini
adalah “Mesias kita yang tersalib” (4: 10–13).
• Dengan demikian, kehidupan Kristen adalah paradoks, kontradiksi yang tampak disatukan dalam
ketegangan.
• Jaminan tidak terletak pada keadaan saat ini,
• tetapi dalam kepastian absolut dari masa depan yang telah menentukan keberadaan kita saat ini juga.
• Seluruh surat harus dipahami mengalir keluar dari kerangka kerja esensial ini (lih. 1Kor 4:1-5; 6:1-6;
7:29-31; 15:12-28; 15:35-38).
• 2. Injil dan Kehidupan Etis

11
• Terkait dengan kerangka eskatologis adalah desakan Paulus pada kepatuhan radikal terhadap Kristus
sebagai norma keberadaan Kristen.
• Dalam 1Kor Paulus membuat jelas bahwa orang yang diselamatkan diharapkan untuk menjalani
kehidupan mereka dengan kepatuhan pada "perintah-perintah Allah" (7:19) dan “Hukum Kristus”
(9:21).
• Jika kepatuhan seperti itu tidak diperlukan untuk masuk ke dalam iman, maka kepatuhan itu tetap
diperlukan sebagai aliran iman.
• Paulus memahami etika Kristen dalam hal "menjadi dirimu sebagaimana adanya,"
• sebuah perspektif yang muncul dalam 1 Kor dengan sejumlah cara.
• Paulus tidak pernah kekurangan imperatif, tetapi dia selalu menetapkannya dalam konteks tindakan
Allah sebelumnya atas nama kita di dalam Kristus.
• Paulus memerintahkan jemaat Korintus untuk membersihkan ragi yang lama agar mereka menjadi roti
yang baru,
• karena di dalam Kristus Paskah kita, mereka telah menjadi roti yang baru (5: 7–8);
• mereka tidak boleh pergi ke pelacur karena tubuh mereka telah ditetapkan untuk Kristus melalui
kebangkitan-Nya, dan mereka sudah menjadi satu roh dengan-Nya (6:14-17);
• mereka harus menghentikan cara bertindak seperti cara hidup kafir mereka sebelumnya atau mereka
tidak akan mewarisi kerajaan,
• tetapi pada saat yang sama mereka diingatkan bahwa ada beberapa dari mereka seperti itu,
• dan mereka tidak lagi melalui Kristus dan Roh (6: 9 –11).
• Ada beberapa kemutlakan, karena beberapa dosa sangat tidak sesuai dengan kehidupan di dalam
Kristus (amoralitas seksual, 6:12-20; menghadiri pesta-pesta bait suci, 10:14-22).
• Ini bukan hukum, dalam arti mendapatkan hak untuk berdiri dengan Tuhan.
• Tetapi itu mutlak karena beberapa perilaku benar-benar bertentangan dengan karakter Allah.
• Di sisi lain, masalah sunat (7:19); makanan berhala dari pasar (9:19-23; 10:23-30) tidak relevan bagi
orang percaya karena mereka telah “mati” dalam Kristus.
• Satu-satunya pengecualian adalah ketika perilaku tersebut menyinggung orang lain (10: 31-33).
• Pola untuk semua perilaku adalah Kristus sendiri (11:1) karena hidupnya dimediasi dalam kehidupan
rasul (4:16-17; 11:1).
• Dengan demikian Injil tidak berubah menjadi hukum.
• Semua adalah kasih karunia, kasih karunia Roh yang memungkinkan meniru Kristus.

Pesan: keselamatan dalam komunitas


• Strategi Paulus dalam 1Kor adalah diawali dengan analisis atas situasi, perbandingan dengan data
esensial iman, dan pada akhir ada solusi praktis yang berasal dari data iman itu.
• Karena itu dalam surat ditemukan sejumlah perkembangan doktrinal yang menunjukkan pemikiran
Paulus.
• a) Allah, Bapa Yesus Kristus
• Paulus menempatkan Allah di atas segala sesuatu, yang telah menciptakan segala sesuatu melalui
hikmatnya (1Kor 1:21).

12
• Dia adalah Bapa, yang telah memberikan keberadaan kepada jagad raya dan melambangkan tujuan
akhir di mana orang percaya harus mengarahkan hidup mereka (8:6).
• KepadaNyalah pada saat akhir, Kristus akan menyerahkan kerajaan,
• setelah membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan (15:24).
• Kristus diidentifikasi dengan Kebijaksanaan Allah (1:24).
• Dia adalah satu-satunya Tuhan, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita
hidup (1Kor 8:6).
• Sebagai perantara satu-satunya dari ciptaan dan keselamatan, Kristus memberikan karunia pembenaran,
kekudusan dan penebusan bagi semua manusia.
• Hal yang paling penting dari karya Kristus adalah kematianNya di salib,
• yang merupakan kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi merupakan kuasa Allah bagi mereka
yang diselamatkan (1:18).
• Dalam kekuatan kematiannya, Kristus menjadi “Paskah kita” (5:7), yakni anak domba paskah yang tak
bernoda untuk dosa-dosa kita (bdk. 15:3).
• Arti kematian Kristus dipahami secara benar hanya dalam terang kebangkitan (15:3-4).
• Kristus melanjutkan karyaNya melalui Roh Kudus,
• satu-satunya yang mampu meyakinkan pengakuan iman bahwa Yesus adalah Tuhan (12:3).
• Darinya datang kebijaksanaan yang dikomunikasikan Paulus kepada orang-orang beriman (2:10-16).
• Roh itu juga memimpin komunitas melalui karisma-karisma (12:7-11).
• b) Komunitas orang-orang kudus
• Gereja dipahami sebagai komunitas dari mereka yang telah dikuduskan dalam Kristus Yesus (1:2).
• Gereja itu kelihatan dalam komunitas lokal, dimana semua anggotanya dalam kesatuan dengan semua
yang dipanggil dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
• Gereja itu adalah ladang, bangunan Allah (3:9), dibangun atas dasar Kristus (3:11) dimana tinggal Roh
Kudus (3:16), tubuh Kristus sendiri, dimana tidak ada pembedaan Yahudi, Yunani, budak maupun
orang merdeka (12:12-13).
• Ciri khas fundamentalnya adalah kesatuan: yang memulai perpecahan antar anggotanya hanya
mengoyak tubuh Kristus (1:13).
• Seseorang masuk menjadi anggota Gereja melalui baptisan (1:12-15; bdk. 10:2; 12:13).
• Tubuh Kristus itu kelihatan juga dalam perjamuan Tuhan:
• di dalamnya diaktualisasikan solidaritas diantara para saudara yang merupakan buah mulia dari
kematian Kristus (11:23-29; bdk. 10:16-17).
• Solidaritas itu tidak mengesampingkan kemungkinan memisahkan diri dari saudara-saudara yang tidak
melakukan tugasnya (5:11):
• tetapi “pengucilan” itu memiliki fungsi “mengobati”, karena merupakan keselamatan bagi mereka
(5:5).
• Kesatuan umat beriman berjalan beriringan dengan kemajemukan karisma yang dibagikan Roh kepada
seseorang demi kegunaan bersama (12:4-11).
• Seperti anggota tubuh, demikian juga karisma, meskipun paling tidak penting, semuanya memiliki
martabat yang luar biasa, dan

13
• karena itu harus dihormati dan dikembangkan (12:12-27).
• Mereka tidak membentuk perpecahan, karena mengambil darah kehidupan mereka dari cinta, yang
adalah karunia Allah,
• satu-satunya yang mampu untuk membangun Gereja (13:1-13; bdk. 8:1-3).
• Kesamaan martabat dari karisma itu tidak menapikan ada hirarki diantara mereka dalam sudut pandang
pembangunan Gereja (12:28-30).
• Pertama adalah rasul (12:28), yang merupakan pelayan Kristus (4:1) dan hamba dari komunitas (3:21-
22).
• Mereka harus menghadirkan dalam hidup mereka sendiri salib Kristus, sehingga menjadi model bagi
semua orang kristiani (4:9-16).
• Sebagai seorang rasul, Paulus adalah pendiri komunitas (9:2), kepada siapa Injil pertama kali
diwartakan (4:9-16).
• Ia tidak ragu menghadirkan dirinya pada komunitas sebagai contoh untuk ditiru (4:16; 9:19-23).
• Kepada para pewarta, orang beriman harus memberikan penghormatan,
• dengan menghindari menggunakannya membuat perpecahan di komunitas (4:6).
• Setelah para rasul, peran yang lebih besar dalam Gereja adalah sebagai nabi, yang “yang berbicara pada
manusia untuk membangun, menasehati dan menghibur” (14:3).
• Lebih jauh ke bawah urutan kepentingan (setelah melakukan mukzijat, menyembuhkan, melayani)
terletak karisma pemerintah,
• yang bersaing dengan para pemimpin masyarakat setempat (12:9-10,28-30; bdk. 16:15-16).
• Paulus tidak menolak karisma berbicara dalam bahasa roh (glossolalia),
• Tetapi ia juga menyadari resiko yang ditimbulkannya (14:1-25).
• Untuk melatih glossolalia, seperti pada nabi-nabi, Paulus membuat pedoman ketat sehingga tidak ada
terjadi pelanggaran atau skandal (14:26-40).
• c) untuk moralitas pelayanan
• Semua anggota Gereja harus membuang semua noda masa lalu (5:11; 6:9-10).
• Secara khusus Paulus sangat menuntut pada yang berkaitan dengan hidup seksual,
• yang menemukan artinya yang sebenarnya dalam saling cinta dari pria dan wanita (6:16) hidup dalam
lingkungan keluarga (7:3-6):
• ia menegaskan keabsahan perkawinan tanpa perceraian (7:10).
• Bagi yang tidak menikah ia mengusulkan agar selibat,
• Karena dalam prospektif parusia yang mendekat, dapat menjamin layanan yang tidak terbagi untuk
Tuhan lebih dari pernikahan (7:25-35).
• Dalam hidup moral sangat berperan hati nurani,
• yang memungkinkan dia menyimpulkan garis-garis perilaku yang praktis (8:7-13).
• Orang beriman juga harus memperhatikan sensibilitas orang asing,
• yang mungkin mereka dikejutkan oleh perilaku yang sangat bebas dan amoral (10:32; bdk. 5:1; 11:14).
• Ide-ide dari keseluruhan surat adalah cinta,
• yang datang dari Allah dan diungkapkan dalam kematian Kristus di salib dan karunia Roh Kudus.
• Cinta sedemikian menghadirkan sumber sejati dan alasan satu-satunya keberadaan Gereja;

14
• itu membuat hubungan orang-orang percaya di antara mereka sendiri dan dengan semua orang secara
radikal diperbarui.
• Dibangun atas cinta, Gereja adalah tanda dari pengharapan untuk seluruh kemanusiaan, dimana muncul
dunia baru.

1 Kor 7

• 1 Kor 7 dibagi atas 3 bagian, yaitu:


• A. Tentang orang-orang yang menikah, sekarang atau sebelumnya (ay 1-16)
• B. Prinsip umum: tinggal dalam keadaannya masing-masing (ay 17-24)
• A’ Tentang perawan dan wanita bersuami (25-40)
Tentang orang-orang yang menikah (ay 1-16)
• Ada empat masalah yang perlu dijawab oleh Paulus, yaitu:
• pertama, tentang hubungan seksual dalam perkawinan (ay 1-7);
• kedua, tentang yang tidak kawin dan janda-janda (ay 8-9);
• ketiga, dapatkah atau haruskah berpisah suami-istri (ay 10-11);
• keempat, tentang perkawinan campur (ay 12-16).
• Untuk menjawab permasalahan pertama, Paulus mengatakan bahwa baiklah seorang laki-laki tidak
memiliki hubungan seksual dengan seorang wanita (ay 1b).
• Jawaban dari Paulus sendiri bukanlah suatu keputusan, tetapi lebih pada suatu ketentuan umum:
“alangkah baik (καλόν)”.
• Ini adalah kelonggaran (ay 6).
• Yang ideal adalah tidak kawin (ay 1b; bdk. Ay 7).
• Konteks ay 2-5 lebih pada intimitas antara suami dan istri,
• tetapi konteks jawaban yang diberikan lebih pada suatu penilaian konkret: untuk menghindari
percabulan.
• Dengan ini jelas bahwa referensinya adalah 1 Kor 6:12-20, khususnya perintah agar menjauhi
percabulan (1 Kor 6:18a).
• Percabulan tidak dapat diterima karena meniadakan persatuan dengan Kristus (1 Kor 6:15-17);
• <=> pasangan saling memiliki secara seksual satu sama lain (ay 2).
• Paulus berbicara secara konkret tentang situasi di Korintus.
• Orang-orang Kristen di Korintus tidak ragu untuk mengunjungi pelacur.
Ada dua kemungkinan alasannya, yaitu:
• Pertama: untuk menegaskan superioritas spiritual mereka;
• Kedua: karena ada suami-istri yang tidak lagi saling memenuhi kewajibannya satu sama lain ( bdk. ay.
3).
• Jika persatuan dengan seorang pelacur adalah suatu alternative untuk persatuan dengan tuhan, maka
bukan demikian antara suami dan istri.
• Akan tetapi ay 2b masih menyisakan kesulitan.

15
• Anjuran Paulus adalah: “baiklah setiap laki-laki mempunyai istrinya sendiri dan setiap perempuan
mempunyai suaminya sendiri.”
• Paulus tidak secara tegas mengatakan baiklah setiap orang “kawin”,
• dan juga:
• apakah “mempunyai” seorang istri itu berarti “mengambil” seorang istri?
• Dalam Kel 2:1; Ul 28:30; Yes 13:16 “mempunyai seorang istri” berarti “melakukan hubungan seksual”
• atau secara sederhana “dalam situasi pernikahan”
• atau untuk melanjutkan hubungan seksual dengan seorang wanita atau laki-laki (bdk. 1 Kor 5:1;7:29;
Mrk 6:18; Yoh 4:18).
• Paulus tampaknya mau mengatakan bahwa agar setiap laki-laki yang sudah menikah melanjutkan
hubungannya dengan istrinya,
• dan demikian:
• juga setiap istri, tentu dengan segala hak perkawinan, termasuk hubungan seksual.
• Ay 3-4 mengulang kembali anjuran dalam ay 2 dengan menegaskan dua hal:
• 1) hubungan seksual ada hanya dalam perkawinan (ay 3); karena
• 2) tubuh mereka masing-masing bukan lagi milik mereka tetapi milik pasangan mereka (ay 4).
• Ay 3: τὴν ὀφειλὴν ἀποδιδότω (memenuhi kewajiban) merupakan kalimat yang biasa digunakan dalam
papyrus untuk mengatakan “membayar utang”.
• Ini berarti suami-istri berutang satu dengan yang secara seksual.
• Bahwa ἀποδιδότω merupakan bentuk imperativus presentis, maka berarti suatu perintah dan
kewajiban.
• Yang satu berada di bawah "kekuasaan" dari yang lain bukan hanya dalam hubungan seksual "karena
dalam” pernikahan,
• tetapi melalui pemberian diri yang unik.
• Dengan pengertian bahwa dalam perkawinan seseorang tidak lagi “memiliki” tubuhnya sendiri,
• Paulus masuk kepada perilaku dari teman bicaranya yang berusaha lari dari hutang perkawinan (ay 5).
Bagi Paulus, berhenti dari hubungan seksual hanya dalam 3 situasi, yaitu:
• 1) atas persetujuan kedua belah pihak,
• 2) untuk sementara, atau
• 3) atas motif religious.
• Situasi pertama berfungsi untuk menghindarkan kesewenangan satu pasangan terhadap yang lain;
• yang kedua memperhitungkan askese seksual dalam batas ketahanan;
• ketiga dalam bingkai tradisi rabbinis: waktu yang digunakan untuk mempelajari secara khusus
hokum/torah dan dalam doa.
• Tampaknya Paulus mau mengungkapkan kesetaraan melawan pandangan umum yang mengatakan
bahwa hubungan seksual adalah hak dan suami dan kewajiban dari seorang istri.
• Bagi Paulus, hubungan seksual adalah penyatuan dan juga penegasan bahwa keduanya adalah milik
satu sama lain.
• “Saling menjauhi” adalah agar ada waktu untuk berdoa (lih. ay 33-34),
• dan

16
• “sementara waktu” supaya mereka hidup bersama lagi.
• “Iblis jangan menggodai karena tidak tahan bertarak”, adalah tujuan secara keseluruhan,
• sebagai tekanan dari Paulus untuk tidak menjauhi agar seseorang jangan menempatkan pasangannya
masuk ke dalam godaan.
• Ay 7 mengulangi kembali isi dari ay 1b: berpantang seksual adalah hal terbaik bagi Paulus.
• Akan tetapi, perkawinan juga bagi Paulus adalah lingkup natural dan dikehendaki oleh Pencipta yang
di dalamnya ada relasi seksual, yang berbeda dengan hubungan seksual dengan pelacur.
• Persatuan seksual antara suami dan istri cocok dengan persatuan pada Kristus.
Tentang ἄγαμος (yang tidak kawin [laki-laki yang dulunya menikah dan sekarang tidak lagi? Duda?])
dan janda-janda (ay 8-9) dipecahkan dengan tiga penegasan:
• 1) tinggal dalam keadaan mereka sebagaimana adanya, terlepas dari persatuan perkawinan dan bebas
dari hal-hal yang berkaitan dengan persetubuhan;
• 2) bagi yang tidak sanggup bertarak, menikahlah (γαμησάτωσαν [bentuk imperatif]) mereka;
• 3) pembenaran dari pilihan kedua adalah prinsip: lebih baik kawin daripada hangus oleh hawa nafsu.
• Dalam hal ini perkawinan adalah “obat untuk nafsu”, tetapi hanya dalam kasus ini.
• Bagi mereka yang terikat perkawinan (ay 10-11) Paulus memancarkan perintah Yesus (Mrk 10:11-12
par).
• Praktek bahwa isteri menceraikan suami adalah dalam hokum kekeluargaan Yunani dan Romawi.
• Klausul dalam ay 11a adalah dalam kasus seorang wanita yang berpisah
• – tetapi bukan demikian berlaku bagi seorang laki-laki yang terpisah –
• untuk memastikan bahwa situasi demikian bukan memberi hokum untuk menikah lagi.
• Pada perkawinan campur (ay 12-16):
• ada ketentuan umum untuk orang beriman:
• tetap tinggal dalam kondisi sebagaimana mereka ketika pertobatan,
• akan tetapi diberikan pada partner yang beriman untuk bercerai:
• apabila pasangannya yang tidak beriman menolak untuk hidup bersama.
• Pasangan yang beriman tidak harus bercerai:
• apabila pasangannya yang tidak beriman memungkinkan untuk hidup bersama,
• karena ini dikuduskan oleh persatuan dengannya,
• dan ditambahkan jika tidak demikian anak-anak adalah cemar,
• tetapi, dengan cara yang dikatakan Paulus, mereka adalah anak-anak kudus.
• Akan tetapi Paulus berbicara tentang ketidakcemaran dan kekudusan yang mana?
• Paulus tampaknya mau mengatakan bahwa bersatu dengan pasangan kristiani,
• orang yang tidak beriman – juga anak-anak – masuk dalam lingkup vital yang di dalamnya bekerja dan
berpengaruh kekuatan yang menguduskan dari keberadaan kristiani.
• Paulus juga memberi kemungkinan:
• jika pasangan yang tidak beriman itu menolak untuk hidup bersama, orang beriman itu tidak terikat.
• Akan tetapi ay 15b memberi suatu kesulitan:
• “Tetapi Allah memanggil kamu untuk hidup dalam damai sejahtera.”
• Juga ay 16.

17
• Bisa dua kemungkinan:
• pertama, panggilan Allah untuk hidup dalam damai harus mendorong untuk tidak bercerai,
• agar bisa membawa pasangan yang tidak beriman kepada keselamatan;
• kedua, menguatkan pilihan untuk berpisah, karena menunggu pertobatan dari parner dianggap tidak
terlalu pasti.
• Pendapat dari para komentator berbeda-beda.
Jika suami meninggal (ay 39-40)
• Jika suami meninggal berlaku juga nasehat seperti pada ay 8-9 dan 10-11,
• tetapi ada penjelasan:
• ikatannya dengan suaminya adalah tidak terpisahkan,
• tetapi hanya sampai dalam hidup ini,
• kalau suami meninggal,
• maka ia bebas untuk perkawinan kembali, tetapi dengan orang beriman.
• Akan tetapi Paulus tetap menyampaikan pilihan idealnya:
• lebih baik tinggal dalam keadaan demikian (tak menikah lagi).

18

Anda mungkin juga menyukai