Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH TEOLOGI PERJANJIAN BARU

Kemajemukan Hidup Orang Kristen di Lingkungan Sekitar


dengan Tinjauan Teologis dalam Roma 14:1-12

DI SUSUN OLEH
Kelompok 4
Fiona P. T. Rumengan, 190201202
Kristia Sengkey, 190201141
Meivia Kulas, 190201123
Niken Banea, 190201111

INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI MANADO


FAKULTAS TEOLOGI PRODI
TEOLOGI
2021
Pendahuluan
Status Politik. Kota Roma didirikan tahun 753 SM mula-mula merupakan kelompok
masyarakat yang terdiri dari beberapa desa di wilayah sekitarnya. Roma berkembang menjadi
satu organisasi politik, dengan bentuk pemerintahan republik. Tahun 265 SM Roma mengepalai
seluruh semenanjung Italia. Tahun 265 - 146 SM Roma terlibat dalam satu persengketaan serius
dengan Kartago. Pada awalnya Kartago adalah sebuah koloni Bangsa Fenisia tapi ketika negara
induk Fenisia dikalahkan oleh Aleksander, Koloni ini harus menjadi negara yang mandiri.
Perluasan wilayah yang begitu cepat mendatangkan perubahan yang besar dalam kehidupan
bangsa Romawi. Sewaktu pemimpin militer berkuasa, mereka bukan hanya mengalahkan musuh
tetapi juga menunjukkan kekuasaannya di antara sesamanya sendiri.
Agama primitif pada masa awal adalah animisme yang menyembah dewa- dewa.
Pertumbuhan negara militer dan hubungan dengan kebudayaan Yunani mengakibatkan peleburan
dewa-dewi di bawah dominasi Pantheon Yunani. Meskipun Pemujaan terhadap dewa-dewi lokal
tetap bertahan, kesadaran kosmopolitan yang makin kuat di dalam negara membuka peluang bagi
sebuah agama baru, pemujaan terhadap negara. Agama-agama lainnya adalah agama rahasia,
Pemujaan Alam Gaib, dan Filsafat-filsafat.
Sosial Ekonomi. Di kalangan Yudaisme maupun orang-orang kafir terdapat kelompok
kaum ningrat yang kaya. Mereka adalah orang-orang alim ulama yang sebagian besar terdiri dari
keluarga para imam dan tokoh para nabi. Keadaan sosial ekonomi, dalam banyak hal, yang
berlangsung pada masa itu sama halnya dengan masa sekarang, di mana orang kaya dan miskin,
baik dan jahat, majikan dan budak, saling hidup berdampingan, bahkan faktor sosial ekonomi
sangat berpengaruh dalam kehidupan Orang Kristen.1

Latar Belakang Kitab


Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma adalah salah satu surat yang terdapat di Alkitab
Perjanjian Baru yang sangat diyakini sebagai tulisan asli Paulus. Dalam surat ini terkesan bahwa
tugas Paulus di kawasan Timur kekaisaran Romawi, antara lain untuk mengumpulkan dana bagi
jemaat di Yerusalem, telah selesai.2 Tampaknya surat ini merupakan surat terakhir Paulus yang
ditulisnya di daerah Yunani.3 Ada anggapan bahwa surat ini adalah sebuah ringkasan
komprehensif dari seluruh teologi Paulus. Hal ini disebabkan keadaan jiwa Paulus yang lebih
reflektif ketika menulis surat ini daripada surat Galatia atau surat Korintus. Surat
Paulus kepada jemaat di Roma ini ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungan
Paulus kepada mereka, dan selain itu, Paulus juga sedang memperhalus beberapa aspek
pemikirannya yang ternyata disalahtafsirkan, sehingga hal ini menjadi prioritas Paulus saat itu. 4
Penulis
Penulis surat ini adalah rasul Paulus, yang memperkenalkan dirinya di awal surat (Roma
1:1) dengan namanya (“Paulus”), identitasnya (“hamba”) Yesus Kristus), tugas panggilannya
(“rasul” atau apostolos) dan tujuan pekerjaannya (“dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah”).
Surat ini sendiri tidak ditulis tangan oleh Paulus, melainkan menggunakan jasa seorang sekretaris
1 Merrill C. Tenney. 1997. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas.
2 Duyverman M. E. 1990. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
3 Hakh Benyamin Samuel. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung:
Bina Media Informasi.
4 Drane, Jhon. 2005. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
bernama Tertius, yang menyatakan dirinya pada ayat Roma 16:22. Paulus bukanlah pendiri
jemaat di Roma, sehingga ia tidak mengetahui langsung keadaan jemaat ini, tetapi ia mendapat
informasi dari orang-orang Kristen yang datang dari Roma ke Korintus, tempat ia membuat surat
ini. Sudah sejak lama Paulus ingin mengunjungi orang-orang Kristen di Roma, dan sangat ingin
menyampaikan Injil di sana, tetapi keinginannya tersebut selalu terhalang, padahal sewaktu di
Efesus, Paulus merencanakan untuk pergi melalui Akhaya dan Makedonia. Keinginan Paulus
bertambah besar ketika ia mengalami kesulitan di Yerusalem dan ia merasa kehidupannya
seolah-olah akan segera berakhir, saat itu ia mendapatkan penglihatan bahwa Tuhan berdiri di
sampingnya dan menguatkannya untuk dapat terus menguatkan hati sehingga Paulus dapat
bersaksi juga di Roma. 5
Sebutan Paulus untuk dirinya sendiri, yaitu sebagai hamba atau budak sahaya (doulos)
Yesus Kristus dan juga sebagai “rasul” (apostolos) sama seperti di surat-suratnya yang lain.
Paulus merasa dirinya menjadi seorang hamba bukan karena keinginan dirinya sendiri tetapi
karena kuasa Kristus Yesus.6

Tempat Penulisan
Informasi dari Surat 1 Korintus, Surat 2 Korintus, Surat Roma ini dan Kisah Para Rasul
menunjukkan bahwa surat ini ditulis di Korintus sekitar waktu Paulus mengumpulkan uang untuk
membantu jemaat di Yerusalem yang saat itu sangat miskin dan membutuhkan dana dari
berbagai jemaat di sekitar Laut Tengah. Ketika surat ini dibuat, Paulus sudah selesai
mengumpulkan dan sedang bersiap-siap untuk membawakan dana kepada jemaat di Yerusalem.
Diperkirakan bahwa Paulus menulis surat ini ketika tinggal di rumah Gayus di Korintus.
Tampaknya Paulus berniat naik kapal langsung dari Korintus ke Yudea. Pada waktu itu juga,
Febe, seorang diaken perempuan yang melayani di Kengkrea, akan berangkat dari Korintus ke
Roma dan ialah pembawa surat Roma ini, sehingga Paulus meminta jemaat di sana
menyambutnya dengan baik.78

Waktu Penulisan
Semua pelayaran di Laut Tengah praktis dihentikan setelah tanggal 11 November, karena
cuaca buruk selama musim dingin, dan baru dimulai lagi tanggal 10 Maret setiap tahunnya,
sehingga surat Roma rupanya ditulis sebelumnya, yaitu pada musim gugur tahun 57 M. Robinson
meyakini penulisannya pada musim semi (antara bulan Maret-Juni) tahun 57 M. Pendapat lain
memberi perkiraan tahun 53-54, atau tahun 53-56.

5 Barclay, William. 1986. Pemahaman Alkitab Setiap Hari - Roma. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
6 Hakh Benyamin Samuel. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung:
Bina Media Informasi.
7 Barclay, William. 1986. Pemahaman Alkitab Setiap Hari - Roma. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
8 Hakh Benyamin Samuel. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung:
Bina Media Informasi.
Rencana Paulus sendiri berubah karena ancaman orang Yahudi, sehingga Paulus tidak jadi naik
kapal dari Korintus, melainkan berjalan kaki ke Makedonia dan berlayar ke Yerusalem dari
Filipina pada musim semi tahun berikutnya (58 M). Paulus baru sampai di Roma setelah
ditangkap dan diadili di Yudea.9

Latar Belakang Teks


Roma 14 (disingkat Rom 14) adalah bagian Surat Paulus kepada Jemaat di Roma dalam
Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Pengarangnya adalah Rasul Paulus, tetapi dituliskan oleh
Tertius, seorang Kristen yang saat itu mendampingi Paulus.10 11

Pokok-Pokok Pikiran dan Eksegese  14:1-3 Menerima tanpa menghakimi


Lemah, “asthenounta”, berarti ada dalam keadaan lemah, tidak mempunyai kekuatan.
Dalam bagian ini, dijelaskan dengan seorang yang ragu-ragu tentang berbagai masalah, yang
diperbolehkan atau tidak menurut hukum orang Kristen (Rm. 14:1-2, 21; 1Kor. 8:7-12;
9:23).Paulus menunjukkan nasihatnya kepada orang percaya yang kuat dalam iman, mereka yang
mengetahui kebebasan rohani dalam Yesus Kristus, dan yang tidak terikat dengan makanan atau
haru-hari suci. Mereka yang lemah iman ini adalah orang percaya yang belum dewasa dalam
Tuhan, yang merasa bahwa mereka wajib menaati hukum-hukum yang mengatur mengenai
makanan-makanan dan hari-haru tertentu mereka beribadah. Ada perkara-perkara secara lahiriah
yang tidak atau kurang penting, yang tidak merugikan iman kita dalam Yesus, tetapi dapat
menjadi sandungan terhadap orang lain kalau tidak hati-hati. Jangan kita berdebat mengenai
makanan dan haru-hari tertentu. Orang yang lemah imannya dapat jatuh karena hal tersebut.
Allah telah menerima baik yang kuat atau yang lemah dalam iman sebagai anak-Nya. Oleh
karena itu, kita harus menerima satu dengan yang lain (Rm. 15:7).
Dalam sejarah Alkitab mengenai makanan, kita mengetahui bahwa dari Adam sampai
Nuh, daging belum diperbolehkan makan. Di bawah perjanjian Allah dengan Nuh, Allah
mengizinkan manusia makan daging (Kejadian. 9:3-4). Kemudian, di bawah perjanjian dengan
Musa, makan daging dipisahkan antara yang halal dan haram (I’m.11). Pada zaman Paulus, salah
satu masalah yang dihadapi oleh Gereja adalah soal makanan yang dipersembahkan kepada
berhala (1Kor. 10:19-33), dengan demikian, Paulus menyadari ada beberapa kepercayaan yang
berbeda dalam hal makanan. Ada yang makan daging dan ada yang makan sayur-sayuran (Dan.
1:8-11; Mrk. 7:8-19; Kis. 10:11-16).
Orang yang kuat mempunyai keyakinan untuk boleh makan apa saja. Jangan menghina
orang percaya lain yang hanya makan sayur-sayuran, demikian juga sebaliknya. Orang yang
tidak makan daging, jangan menghakimi orang yang makan daging. Paulus memberikan nasihat
untuk tidak saling menghina dan menghakimi soal makanan. Oleh karena dasar iman, Allah telah
menerima mereka semua (Rm.14:3). Mereka harus menerima satu dengan yang lain (Rm.14:1).
9 John Arthur Thomas Robinson (1919-1983). "Redating the New Testament".
10 Willi Marxsen. 2008. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru: pendekatan kristis
terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia.
11 Drane, Jhon. 2005. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Bagi orang percaya dalam konferensi di Yerusalem, peraturan mengenai makanan ini diberikan
(Kis. 15:20;28-29 band. 1Kor. 8:1-13; Kol. 2:16; 1Tim. 4:1-4; Ibr. 13:9).
 14:4-7 Jangan membuat orang tersandung dengan perbuatanmu
Dalam pernyataan ini, Paulus mengatakan baik mereka yang kuat maupun yang lemah
adalah hamba-hamba Tuhan. Hamba-hamba, "oiketen", berarti pelayan rumah, pembantu yang
ada di rumah (Luk. 16:13; Kis. 10:7; Rm. 14:4; 1 Ptr. 2:18, LXX Kej. 9; 15; 27:37). Oleh karena
semua Kristen adalah hamba Tuhan, orang percaya tidak boleh orang saling menghakimi.
Tanggung jawab Allah untuk menghadapi dan menghakimi hamba-hamba-Nya dan sebaliknya.
Mereka semua baik yang berdiri maupun yang jatuh, akan bertanggung jawab kepada Tuhan.
Namun, Tuhan sanggup memberikan kekuatan dan menopang yang lemah untuk membuat
mereka berdiri (1 Kor. 4:5).
Hal lain yang membuat perbedaan pendapat saat itu adalah soal hari. Bangsa Israel
berkaitan dengan hukum keempat "Ingatlah dan Kuduskanlah hari sabat" (Kel. 20:8). Hari
SabatSabtu-dianggap lebih penting dari hari-hari yang lain. Bagi orang Kristen pada masa
transisi dari Perjanjian Lama ke Perjanjian Baru-perpindahan ibadah dari hari Sabtu ke hari
Minggu--masih sering terjadi perdebatan (Yoh. 20:1; 19; Kis. 2:1-4; 20:7; 1 Kor. 16:1-2).
Sebenarnya, bagi orang percaya, tidak ada perbedaan antara hari yang satu dengan lain, karena
semua hari sama di hadapan Tuhan. Jadi, Paulus memberi nasihat supaya tidak memperdebatkan
soal hari, tetapi hendaklah masing-masing sungguh yakin dalam hatinya sendiri untuk
menggunakan hari-hari tersebut bagi kemuliaan nama Tuhan (Rm. 14:14; 22; Kol. 2:16-17).
Paulus memberikan nasihat supaya orang percaya tidak perlu berdebat atau menentang
baik mengenai makanan atau hari-hari tertentu. Hal terpenting adalah soal sikap dan hubungan
kita dengan Tuhan. Segala sesuatu harus kita lakukan untuk kemuliaan nama Tuhan (1 Kor.
10:31; 1 Tim. 4:4-5 dan Mzm. 115:1).
Bandingkan ayat ini dengan 1 Korintus 6:19-20; Galatia 2:20; 1 Tesalonika 5:10; 1 Petrus
4:2. Inilah hal utama yang patut dipikirkan daripada perbedaan soal makanan dan hari- hari,
persekutuan di antara sesama orang percaya dan Tuhan. Setiap orang percaya mempunyai
pengaruh terhadap yang lain, tidak hanya hidup bagi diri sendiri. Oleh sebab itu, kita harus
hatihati dengan perbuatan dan apa yang kita percayai, supaya tidak membuat saudara yang lain
tersandung.
14:8-9 Penghakiman hanya bisa dilakukan oleh Tuhan
Sebagai orang Kristen atau orang percaya, kita hidup atau mati kita adalah milik Tuhan
karena Tuhan yang telah menebus kehidupan kita (1 Ptr. 1:18-19). Kehidupan kita dilihat oleh
Tuhan (1 Ptr. 3:12) dan kita akan mempertanggungjawabkan kehidupan kita kepada Tuhan (2
Kor. 5:10; Ibr. 4:13).
Dalam ayat ini, Paulus memberikan dasar pengajaran dari nasihat yang diberikan untuk
tidak saling menghakimi. Kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus adalah dasar untuk kita
dimiliki oleh Tuhan (Kis. 20:28), dasar Dia berkuasa dan dasar kita menjadi umat-Nya sekarang
dan masa yang akan datang. Dia yang akan menghakimi umat-Nya (Kis. 10:36-42; 2 Kor. 5:15; 1
Tes. 4:1518; 1 Ptr. 4:5).
14:10-12 Pertanggungjawaban atas perbuatan manusia kepada Tuhan
Bandingkan ayat ini dengan Roma 14:2; Lukas 8:9. Sebab kita semua harus
menghadap takhta pengadilan Allah. Paulus sedang berbicara dan memberi nasihat kepada
orang percaya di Roma (band. 2Kor. 5:10). Jadi, takhta pengadilan Allah ini adalah untuk
pekerjaan orang percaya, pengadilan untuk menerima upah atau tidak, bukan pengadilan untuk
menentukan selamat atau tidak selamat. Yang ada di hadapan takhta pengadilan Allah ini adalah
orang percaya, mereka yang sudah ditebus oleh Tuhan Yesus Kristus, yang sudah selamat (Rm.
8:1;1 Kor. 3:14-15). Sedangkan, pengadilan untuk orang yang tidak percaya, yang jahat, disebut
takhta pu (Why. 20:1011). Takhta pengadilan untuk orang percaya ini terjadi saat Yesus datang
kembali, tempatnya di awan-awan untuk menentukan upah, posisi, dan tempat orang percaya
dalam kerajaan Allah pada masa yang akan datang serta ukuran akan diterima (1 Tes. 2:19; 3:13;
5:23; 1 Ptr. orang- kemuliaan yang 5:4; 1 Yoh. 2:28).
Paulus mengutip dari Yesaya 25:43 (band. dengan Flp. 2:10-11). 'Semua orang akan
bertekuk lutut dihadapan-Ku menyatakan pengakuan dan ketundukan terhadap kekuasaan Tuhan.
Semua orang akan memuliakan Allah atau semua lidah akan mengaku, menyatakan, keadilan dan
kebenaran Tuhan dalam penghakiman-Nya.
Bandingkan ayat ini dengan Matius 12:36; 18:23; Lukas 16:2; Roma 3:28; Galatia 6:5;
Ibrani 13:17; 1 Petrus 4:5. Dalam takhta pengadilan Allah (Rm. 14:10), setiap orang percaya
akan mempertanggungjawabkan dirinya kepada Allah, bukan kepada orang lain. Kita akan
menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Tuhan untuk segala sesuatu yang kita lakukan bagi Tuhan,
pekerjaan Tuhan dan sesama, bukan menjawab pertanyaan-pertanyaan Tuhan terhadap orang
lain.
Oleh sebab itu, daripada kita menghakimi sesama kita, lebih baik kita menguji diri kita
untuk mempersiapkan kita berhadapan dengan takhta pengadilan Allah (Luk. 12:41-48; Ibr.
13:17; 1 Yoh. 2:28). Dengan menjadikan Tuhan di atas kehidupan kita dan taat kepada-Nya, kita
menjadikan diri siap menghadapi takhta pengadilan Allah.12

Perumusan Teologi
Rumusan teologi : Kemajemukan hidup dalam konteks sekarang adalah sesuatu yang
sangat begitu indah karena keberanekaragamnya. Dan kita sebagai orang Kristen pantaslah
mencintai keanekaragaman tersebut tanpa memaksa atau menghakimi teologi atau keyakinan
mereka mengikuti teologi atau keyakinan kita. Sehingga terciptalah suasana yang damai antara
satu dengan yang lainnya. Itu kita bisa lihat dari bagaimana cara Kristen Yahudi tidak memaksa
non Yahudi untuk mengikuti mereka, misalnya Yahudi tidak makan babi, mereka tidak memaksa
non Yahudi untuk tidak makan babi juga.

Pesan teologis
Pembaca mula-mula: cintailah saudaramu tanpa mencela atau menghina saudaramu.
Karna jika kita yang dulunya golongan Yahudi dan masuk ke non Yahudi, kita sebagai non
Yahudi menerima mereka tanpa memaksa mereka mengikuti setiap aturan untuk bisa memakan
babi. Jika hal tersebut mereka yang sebelumnya golongan Yahudi tidak memakan babi, kita tidak
12 Ibrahim, David. 2011. Tafsiran Surat Roma. Yogyakarta: ANDI.
bisa memaksa mereka untuk memakan babi. Mungkin mereka sudah terbiasa tidak memakannya.
Tapi intinya kita mempunyai Allah yang sama.
Konteks saat ini: misalnya kita menemukan seseorang yang ingin menjadi jemaat di
gereja kita dan mereka merupakan saudara kita seiman yang hanya berbeda gerejanya, yang di
mana gereja sebelumnya mereka mempunyai peribadatan di hari yang tidak sama dengan kita
misalnya hari sabtu dan kita beribadah hari minggu. Kita tidak bisa menghakimi mereka karena
atas lingkungan gereja mereka sebelumnya berbeda dengan lingkungan gereja kita melainkan
kita merangkul mereka bahkan memberitahukan segala aturan yang ada di gereja kita walaupun
notabenenya mereka belum terbiasa. Jadilah orang Kristen yang mau mengasihi sesamanya tanpa
memandang dari segi apapun juga.

Kesimpulan
Dari materi tersebut kami kelompok menyimpulkan bahwa segala hal yang berkaitan dan
makanan bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan atau bahkan menghakimi saudara kita yang
tidak sama dengan kita dalam aturan mengenai makanan dan minuman. Karena menghakimi
hanyalah Tugas Allah, dan kita sebagai manusia bukanlah menghakimi melainkan menerapkan
cinta kasih kita walaupun adanya keberagaman perbedaan dari setiap manusia.

DAFTAR PUSTAKA
Barclay, William. 1986. Pemahaman Alkitab Setiap Hari - Roma. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Drane, Jhon. 2005. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Duyverman M. E. 1990. Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Hakh Benyamin Samuel. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok
Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi.
Ibrahim, David. 2011. Tafsiran Surat Roma. Yogyakarta: ANDI.
John Arthur Thomas Robinson (1919-1983). "Redating the New Testament".
Merrill C. Tenney. 1997. Survei Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas.
Willi Marxsen. 2008. Introduction to the New Testament. Pengantar Perjanjian Baru:
pendekatan kristis terhadap masalah-masalahnya. Jakarta:Gunung Mulia.

Anda mungkin juga menyukai