Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR PERJANJIAN BARU

“KITAB 1 KORINTUS”

Dosen Pengampuh:
Pdt. Anika C. Takene, M.Th
Nama Kelompok:
1. Arjuna A. P. Hanok (22210037)
2. Elisabet Sooai (22210053)
3. Josua Padjangga (22210100)

1
 PENGANTAR
• KOTA KORINTUS
Kota Korintus merupakan kota Pelabuhan yang menghubungkan Yunani Utara dan
Yunani Selatan. Kota itu memiliki dua Pelabuhan, satu di timur (Kengkrea) dan satu di
pantai barat (Lekhaionia). Kota ini dihancurkan pada tahun 146 SM. Pada tahun 44 SM,
Korintus dibangun kembali oleh Julius Caesar. Ia kemudian menempatkan para veteran
Roma dan budak-budak Kaisar di sana. Pada tahun 27 SM, Korintus menjadi provinsi di
Akhaya. Oleh karena Korintus merupakan kota Pelabuhan dan letaknya yang strategis,
maka berdatanganlah bermacam-macam orang dari berbagai suku bangsa ke kota itu.
Alhasil, penduduknya pun bercampur baur. Tidak heran kalau di kota ini tumbuh subur
berbagai aliran filsafat dan agama. Sebagai kota pelabuhan, Korintus tidak hanya terkenal
sebagai kota yang makmur, tetapi juga sebagai kota seks. Dewi yang paling tersohor dan
dipuja di kota ini adalah Aphrodite (venus), yakni dewi cinta birahi. Selain itu di kota ini
juga terdapat penyembahan kepada berbagai dewa, seperti Poseidon, Dionisus, Isis,
Serapis, Artemis, dan kuil Asklepius.
Korintus juga merupakan pusat gerakan Cinik yang mengalami kebangunannya kembali
pada abad pertama. Salah seorang yang terkenal dari gerakan ini adalah Demetrius yang
tinggal dan mengajarkan aliran filsafat di Korintus. 1
• JEMAAT KORINTUS
Jemaat Korintus berdiri karena perintisan Rasul Paulus bersama Priskila dan Akwila
(1 Korintus 16:19; 18:5). Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama 18 bulan
pelayanannya di Korintus pada misi perjalanannya yang kedua (Kisah Para Rasul 18:1-
17). Jemaat Korintus sendiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan orang bukan
Yahudi yang dahulu menyembah berhala. 2
Jemaat di Korintus pada masa Paulus memang sangat bersemangat. Mereka sangat
terbuka terhadap injil yang Paulus beritakan. Bahkan, ada di kalangan anggota jemaat
yang memperoleh karunia-karunia roh (1 Korintus 12:1-11). Situasi ini mendorong
jemaat untuk bertumbuh dan berkembang dengan sangat cepat. Namun demikian, di

1
Pdt. Dr. Samuel Benyamin Hakh, Perjanjian Baru Sejarah, Pengantar Dan Pokok-Pokok Teologisnya, 1st
ed. (Bandung: Bina Media Informasi, 2010), 136–138.
2
Paulus Baskoro and Yakub Hendrawan, “PERAN KARUNIA ROH KUDUS DALAM PELAYANAN ORANG
PERCAYA MENURUT 1 KORINTUS DAN APLIKASINYA BAGI ORANG PERCAYA MASA KINI,” Teologi Biblika
6, No (2021): 40.

2
samping perkembangan yang positif itu, nampaknya jemaat di Korintus memiliki watak
yang suka rewel, karena mereka mudah terpengaruh dengan unsur-unsur baru. Akibatnya,
terjadi perpecahan dan bentrokan yang sengit dengan Paulus. Jemaat ini memang sulit
dikendalikan dan dipimpin. Sampai-sampai, Paulus menulis surat kepada jemaat ini
(terutama dalam surat Paulus kepada jemaat di Korintus yang kedua), dengan suasana
hati yang panas dan jengkel. 3
• SURAT-SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI KORINTUS
Para ahli Perjanjian Baru berpendapat bahwa ada empat surat yang dikirimkan kepada
jemaat itu. Surat yang pertama dikirimkan, tetapi hilang dalam perjalanan. Surat itu
disebutkan dalam 1 Korintus 5:9-11. Kita juga tidak tahu isi atau reaksi jemaat atas surat
itu.
Surat yang kedua ditulis Paulus setelah ia menerima kiriman surat dari jemaat itu Ketika
ia berada di Efesus, yang isinya menceritakan tentang keadaan jemaat yang merepotkan.
Selain itu ada beberapa berita lisan yang dibawa oleh keluarga Kloe (1 Korintus 1:11).
Berdasarkan surat itu maka Paulus memberikan tanggapan atas isinya maupun tanggapan
terhadap berita lisan yang disampaikan oleh keluarga itu. Surat Paulus itulah yang kita
miliki sekarang sebagai surat 1 Korintus. Paulus berharap bahwa surat ini mampu
mengatasi persoalan di sana. Akan tetapi, ternyata telah ada sejumlah penghasut yang
masuk ke jemaat dan mengajak jemaat untuk melawan Paulus. Hasutan itu cukup
berhasil, sehingga ada anggota jemaat yang menyangsikan kerasulan Paulus sebagai rasul
yang sejati. Konsekuensinya adalah injil yang diberitakan Paulus juga bukan injil yang
sejati. Maka dalam surat Paulus yang ketiga, Paulus berusaha untuk membela diri. Nada
surat itu tegas dan keras, bahkan sangat pedas. Surat itu disebut dalam 2 Korintus 2:3-4.
Surat itu nampaknya juga hilang. Dan surat yang keempat kepada jemaat itu kita miliki
sekarang sebagai surat Korintus yang kedua. 4

 PENULIS KITAB
Surat 1 Korintus sejak awal tidak diragukan sebagai surat yang ditulis oleh Rasul
Paulus (1 Korintus 16:21). Penulis 1 Klemen mengingatkan gereja di Korintus bahwa

3
Hakh, Perjanjian Baru Sejarah, Pengantar Dan Pokok-Pokok Teologisnya, 138.
4
Ibid., 137.

3
surat ini mereka terima dari Paulus (Klemen 47:1-3) dan Ignatius dari Antiokhia juga
empat kali mengutip dari surat 1 Korintus. Dalam kanon Muratori surat 1& 2 Korintus
diterima sebagai surat-surat Paulus. Dengan demikian, dapat diterima bahwa surat ini
berasal dari Paulus sendiri. 5

 WAKTU PENULISAN
Mengenai waktu penulisan, beberapa penafsiran Alkitab memiliki pandangan yang
berbeda. Deuyverman mengatakan bahwa surat 1 Korintus ditulis sekitar tahun 55 M.
Untuk menegaskan waktu penulisan surat ini Pfizner memperkirakan bahwa Paulus
menulis surat menjelang akhir persinggahannya di Efesus yaitu tahun 55 M. sedangkan
Brill memperkirakan bahwa surat ini ditulis sekitar tahun 56 atau 57 M dan surat ini ditulis
rasul Paulus Ketika ia berada di Efesus. Berdasarkan tempat penulisan Marxsen
menjelaskan bahwa surat 1 Korintus ditulis sekitar tahun 55 M . 6
Menurut kelompok kami surat ini ditulis sekitar tahun 53-55 Masehi. Masa
penginjilan Paulus di Korintus pada tahun 50 Masehi. Di Korintus ia tinggal selama satu
tahun enam bulan dan mengajarkan Firman Allah di tengah-tengah jemaat di Korintus
(Kisah Para Rasul 18:11). Kemudian ia pergi ke Efesus dan ia tinggal tiga tahun lamanya
(Kisah Para Rasul 20:31) dan pada masa menjelang akhir ia di Efesus, ia menulis surat
kepada jemaat di Korintus.

 TEMPAT PENULISAN
Sesudah orang Yahudi menuntut Paulus di hadapan Galio, Paulus berlayar ke
Syria sekitar tahun 52 M. Lalu, dalam perjalanan yang ketiga, ia tinggal kira-kira dua
setengah tahun di Efesus. Pada waktu itu, ia menerima laporan dari berbagai sumber
tentang persoalan-persoalan di Korintus. Beberapa orang dari keluarga Kloe, yang tiba di
Efesus, menceritakan tentang situasi jemaat di Korintus (1 Korintus 1:11). Selain
informasi lisan itu ada juga informasi-informasi yang disampaikan secara tertulis (1

5
Baskoro and Hendrawan, “PERAN KARUNIA ROH KUDUS DALAM PELAYANAN ORANG PERCAYA
MENURUT 1 KORINTUS DAN APLIKASINYA BAGI ORANG PERCAYA MASA KINI,” 40.
6
Sarwono, “Manna Rafflesia,” Teologis 2 No. 1 (2015): 12–13.

4
Korintus 7:1). Berdasarkan berita-berita tersebut Paulus menulis surat 1 Korintus ini.
Dengan demikian, surat ini ditulis ketika Paulus berada di Efesus (1 Korintus 16:8). 7

 PENERIMA KITAB
Secara jelas dinyatakan bahwa penerima surat 1 Korintus adalah jemaat di kota Korintus
yang pada waktu itu mengalami banyak problem (1 Korintus 1:2) 8

 KONTEKS PERGUMULAN
1) Menurut 1 Korintus 1-4, jemaat menghadapi ancaman perpecahan dengan timbulnya
berbagai kelompok di dalam Jemaat. Paling sedikit ada empat kelompok. Ada yang
merasa diri terikat pada Paulus, ada yang Apolos, ada yang Kefas, dan ada yang Kristus.
Masing-masing kelompok bersaing satu dengan yang lain dan berusaha untuk
mempertahankan pendapatnya. Persaingan itu mengancam keutuhan persekutuan jemaat.
Jemaat membedakan mereka berdasarkan pemberita injil/orang yang membaptis.
Menurut Paulus biang keladi pertikaian itu ialah sikap orang Korintus yang terlalu menilai
ciri corak manusiawi, yaitu kefasihan bicara dan hikmat kebijaksanaan manusiawi. Dalam
masyarakat Yunani kedua ciri itu dijunjung tinggi.
2) Kondisi kehidupan seksualitas di antara anggota jemaat (1 Korintus 5:1-13). Paulus
mendengar bahwa terjadi percabulan diantara anggota jemaat. Ternyata jemaat ini sangat
toleran dengan persoalan seks sehingga membiarkan seorang anak yang kawin dengan
isteri ayahnya, kemungkinan ibu tirinya. 9
3) Persoalan tentang apakah perceraian diperbolehkan atau tidak.
4) Dalam 1 Korintus 8:1-11 adalah persoalan tentang sikap yang tepat sehubungan dengan
makanan yang dipersembahkan kepada berhala.
5) Cara berpakaian para perempuan yang sudah menikah dalam pertemuan jemaat. Rupanya
ada sejumlah perempuan dalam jemaat itu yang salah memahami ajaran Paulus bahwa
tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki. Mereka pun berlagak sebagai laki-
laki. Mereka menolak untuk menutupi kepalanya dan mengikuti perjamuan kudus tanpa

7
Hakh, Perjanjian Baru Sejarah, Pengantar Dan Pokok-Pokok Teologisnya, 134–136.
8
J. H. Bavinck, SEJARAH KERAJAAN ALLAH 2 : PERJANJIAN BARU, 18th ed., vol. 2 (Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia, 2015), 825–826.
9
Dr. C. GROENEN OFM, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, 18th ed. (Yogyakarta: PENERBIT KANISIUS,
2006), 232–238.

5
memakai tudung (1 Korintus 11:5-6). Tindakan itu dapat mempermalukan suami mereka
sehingga menimbulkan perselisihan dalam keluarga.
6) Persoalan yang berhubungan dengan perjamuan kudus. Perjamuan adalah perintah Tuhan
yang harus dilaksanakan oleh gereja. Dalam tradisi, perjamuan itu didahului dengan
perjamuan kasih. Untuk itu jemaat membawa makanan untuk disantap secara bersama-
sama. Tetapi dalam perkembangannya ada orang-orang kaya yang datang dari rumah
dengan membawa makanan dan minuman serta menyapkan secara terpisah. Kemudian
sebelum perjamuan kudus dimulai mereka makan dan minum sampai mabuk sedangkan
orang miskin yang datang terlambat tidak mendapat makanan. 10
7) Persoalan tentang karunia-karunia Roh (1 Korintus 12:1-31; 14:1-40). Anggota jemaat
yang mendapat karunia roh saling bersaing antara yang satu dengan yang lainnya,
membandingkan siapakah yang menerima karunia yang lebih spektakuler atau lebih
hebat.
8) Ada sejumlah orang Kristen yang menolak kebangkitan dengan berpendapat bahwa orang
Kristen yang dibabtis telah luput dari kematian jadi tidak ada lagi kebangkitan dari antara
orang mati. 11

 TUJUAN PENULISAN KITAB


1) Paulus menasehati jemaat agar sehati sepikir (1 Korintus 1:10) yang dikarenakan
timbulnya kelompok-kelompok yang masing-masing menganggap bahwa dirinya lebih
dari kelompok yang lain. Paulus menekankan bahwa apa yang penting bukan pemberita
Injil atau orang yang membaptis, melainkan isi pemberitaan itu ialah Kristus yang satu
(1:13-17).
2) Paulus mengingatkan jemaat agar mereka menjauhkan diri dari percabulan; karena tubuh
adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang diperoleh dari Allah
sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar karena itu muliakanlah Allah
dengan tubuhmu (1 Korintus 6:18-20).

10
Hakh, Perjanjian Baru Sejarah, Pengantar Dan Pokok-Pokok Teologisnya, 139–143.
11
J. D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid I (A-L), vol. 1 (Jakarta: Yayasan Bina Kasih, 1992).

6
3) Dalam 1 Korintus 7:10-15, Paulus menanggapi masalah tentang perceraian. Ia
mempertahankan prinsip yang merupakan perintah Tuhan, bahwa perceraian dari kedua
belah pihak tidak diijinkan (7:10-11).
4) Paulus percaya bahwa hanya ada satu Allah yang hidup. Menurut Paulus pengetahuan
yang demikian jika tidak disertai kasih hanyalah menjadi pengetahuan yang tidak benar.
Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang disertai kasih atau pengetahuan yang
ditundukkan kepada kasih. Orang yang memiliki kasih itu tidak akan menjadi batu
sandungan bagi saudaranya dalam perjamuan korban kepada dewa-dewi. Maksud Paulus
adalah supaya anggota jemaat di Korintus memiliki kepedulian antara yang satu dengan
yang lainnya. Yang kuat memperdulikan yang lemah dan sebaliknya sehingga
persekutuan mereka tetap kokoh. (1 Korintus 8:13).
5) Paulus menasehati para perempuan agar mereka menutup kepala mereka ketika berdoa
dan bernubuat selama mengikuti pertemuan jemaat. Penolakan untuk menutup kepala
dalam pertemuan jemaat mengancam prinsip yang dibangun dalam rumah tangga yaitu
seorang istri harus menghormati bukan mempermalukan suaminya (1 Korintus 11:7-10).
6) Menurut Paulus jika perbuatan yang dimana orang kayan mementingkan diri mereka
sendiri ketika mengikuti perjamuan kasih itu menghina tubuh dan darah Kristus, serta
hanya mendatangkan kutuk (1 Korintus 11:28-31). Oleh karena itu, ada baiknya jika
mereka makan dan minum di rumah terlebih dahulu, sehingga mereka tidak merendahkan
anggota jemaat yang miskin dalam perjamuan bersama tersebut (1 Korintus 11:22, 34).
Paulus menasehati mereka agar jangan mementingkan diri sendiri (1 Korintus 10:24).
7) Dalam menghadapi persoalan mengenai karunia-karunia Roh, Paulus menjelaskan
tentang bermacam-macam karunia Roh yang diberikan kepada jemaat itu, tetapi hanya
ada satu Tuhan. Paulus hendak menegaskan bahwa berbagai karunia yang mereka terima
itu berasal dari satu Roh dan satu Tuhan. Paulus menasehati jemaat itu agar mereka saling
menghormati. Mereka yang “hina” perlu diberikan penghormatan khusus supaya jangan
terjadi perpecahan di antara anggota tubuh yang berbeda-beda itu (1 Korintus 12:25-26).
8) Paulus dengan tegas menolak pendapat bahwa tidak ada lagi kebangkitan di antara orang
mati, sebab bila benar, itu berarti bahwa Yesus tidak sunguh-sungguh mati dan bangkit.
Padahal itulah inti ajaran Kristen. Menurut Paulus orang yang mati akan bangkit Kembali.
Hanya saja kehidupan sesudah dibangkitkan kembali lain dari kehidupan yang Sekarang
ini. Orang yang dibangkitkan itu menjalani suatu kehidupan yang serba lain. Jadi ada

7
ketidaksinambungan antara manusia sebelum kebangkitan dengan manusia sesudah
bangkit (1 Korintus 15). 12

 STRUKTUR & GARIS BESAR KITAB 13


Secara garis besar, inti surat Pertama Korintus dibagi menjadi 11 yaitu:
 Salam & Pengantar (1 Korintus 1:1-9).
 Perselisihan dalam jemaat (1:10- 3:23)
 Perselisihan melawan Paulus (4:1-21)
 Percabulan dalam keluarga (5:1-13)
 Sengketa hukum (6:1-11)
 Penampilan Wanita dalam ibadah (11:2-16)
 Perjamuan kudus (11:17-34)
 Karunia rohani (12:1-14)
 Kebangkitan (15:1-58)
 Pengumpulan uang untuk orang-orang kudus di Yerusalem (16:1-11)
 Apolos (16:12)
 Nasihat supaya berjaga-jaga (16:13-18)
 Salam penutup (16:19-24)

 CIRI KHAS KITAB


Ada lima ciri utama menandai surat ini:
 Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan Kitab lain dalam PB.
Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan prinsip
rohani yang jelas dan kekal, di mana setiap prinsip itu dapat diterapkan secara menyeluruh
dalam seluruh jemaat (misalnya 1 Korintus 1:10; 6:17, 20; 7:7; 9:24-27; 10:31-32; 14:1-
10; 15:22-23).
 Secara menyeluruh ditekankan persatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu fokus
yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, perjamuan kudus, dan karunia-karunia
rohani.

12
OFM, Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru, 232–238.
13
Dapot Situmorang, Kres Ari Kawalo, and Daniel, “KELUARGA KRISTEN,” Agape 1 (2022): 10.

8
 Surat ini berisi pengajaran Perjanjian Baru yang palin luas mengenai berbagai pokok
penting seperti pembujangan, perkawinan, dan nikah ulang (1 Korintus 7:1-40);
Perjamuan Kudus (1 Korintus 10:16-21; 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh,
nubuat, dan karunia rohani dalam perhimpunan Bersama (1 Korintus 13:1-31; 14:1-40);
kasih Agape (1 Korintus 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (1 Korintus 15:1-58).
 Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala sidang
berhubungan dengan disiplin gereja (1 Korintus 5:1-13). 14
 Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang
berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada Kristus dengan
sunggguh-sungguh (1 Korintus 6:9-10; 9:24-27; 10:5-12, 20:21; 15:1-2). 151617

• PENUTUP
Kitab 1 Korintus berisi nasihat-nasihat Paulus yang sangat jelas dan memiliki makna yang
sangat kuat, baik bagi jemaat di Korintus pada masa itu maupun bagi kita di masa
sekarang dan seterusnya. Meskipun ada banyak nasihat, itu semua Kembali kepada diri
kita sendiri apakah kita mau mengikutinya sehingga dapat memberi dampak positif atau
pun kita mau menolak nasihat-nasihat tersebut.

14
Andrew D. Clarke and Bruce W Winter, SATU ALLAH SATU TUHAN, 6th ed. (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2006), 104–105.
15
John Drane, Memahami Perjanjian Baru (BPK Gunung Mulia, 1996), 335.
16
JOHN STOTT, KEPEMIMPINAN KRISTEN, 1st ed. (Surabaya: Literatur Perkantas Jawa Timur, 2019), 33–
34.
17
Ibid., 49.

9
BIBLIOGRAFI

Baskoro, Paulus, and Yakub Hendrawan. “PERAN KARUNIA ROH KUDUS DALAM
PELAYANAN ORANG PERCAYA MENURUT 1 KORINTUS DAN
APLIKASINYA BAGI ORANG PERCAYA MASA KINI.” Teologi Biblika 6, No
(2021): 40.
Clarke, Andrew D., and Bruce W Winter. SATU ALLAH SATU TUHAN. 6th ed. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006.
Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. BPK Gunung Mulia, 1996.
Hakh, Pdt. Dr. Samuel Benyamin. Perjanjian Baru Sejarah, Pengantar Dan Pokok-Pokok
Teologisnya. 1st ed. Bandung: Bina Media Informasi, 2010.
J. D. Douglas. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini: Jilid I (A-L). Vol. 1. Jakarta: Yayasan Bina
Kasih, 1992.
J. H. Bavinck. SEJARAH KERAJAAN ALLAH 2 : PERJANJIAN BARU. 18th ed. Vol. 2.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2015.
OFM, Dr. C. GROENEN. Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru. 18th ed. Yogyakarta:
PENERBIT KANISIUS, 2006.
Sarwono. “Manna Rafflesia.” Teologis 2 No. 1 (2015).
Situmorang, Dapot, Kres Ari Kawalo, and Daniel. “KELUARGA KRISTEN.” Agape 1
(2022): 10.
STOTT, JOHN. KEPEMIMPINAN KRISTEN. 1st ed. Surabaya: Literatur Perkantas Jawa
Timur, 2019.

10

Anda mungkin juga menyukai