Anda di halaman 1dari 5

Nama : Marsel Garing

Nim : 162010036
MK : Teologi PB

Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat Di Korintus


Latar Belakang

A.1 Secara Geografis

Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, merupakan kota metropolitan Yunani yang
terkemuka pada zaman Paulus. Terletak di tempat yang strategis dan penting, yaitu terletak di
tengah, yang menjembatani Yunani Utara dengan Peloponesus. Letaknya ialah di antara Teluk
Korintus dan Teluk Sardonis (bagian selatan negara Yunani). Oleh karena di sebelah timur dan
barat teluk itu terbentang laut, maka Korintus menjadi pusat perdagangan antara negara-negara
timur dan barat. Sekaligus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi dan bejat
secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena perbuatan cabul
dan hawa nafsu. Kota korintus mempunyai dua pelabuhan, yang satu menghadap ke timur, dan
yang lain menghadap ke barat, yakni Lekheum, 2,5 km sebelah barat di teluk Korintus, yang
dihubungkan dengan kota Korintus oleh temboktembok yang panjang; dan Kengkrea, sebelah
timur. Hampir semua kapal, baik kapal perang maupun kapal perdagangan harus melewati kota
itu. Segi lain yang menarik bagi penghuninya adalah pegunungan Akro Korintus yang berwarna
coklat yang menjulang 1.875 kaki (566 m) di belakang kota itu. Batu karang yang curam,
dengan puncaknya yang datar ini berfungsi sebagai menara pengintai untuk mengawasi musuh.
Juga merupakan suatu tempat pengungsian. Nama Korintus berasal dari tempat itu. Korintus
berarti pengawasan atau penjagaan.

A.2 Secara Historis dan Politis

Kota Korintus dibinasakan oleh tentara Romawi pada tahun 146 S.M dibawah pimpinan
panglima Mummius, disebabkan karena Korintus mempelopori suatu pemberontakan orang
Yunani melawan orang Romawi. Setelah sekitar 100 tahun ditinggalkan sebagai puing-puing
oleh Romawi, maka antara tahun 44 – 50 S.M Kaisar Yulius membangun kembali kota itu.
Tidak lama sesudah dimusnahkan, Korintus dijadikan ibukota propinsi Akhaya (Kis. 18:12).
Sebabnya ialah bahwa Korintus dianggap strategis baik dari segi militer maupun dari segi
perdagangan. Kota Korintus tetap menjadi kota penting hingga tahun 1.458 M ketika direbut
oleh Turki. Pada tahun 1.558 M kota itu dimusnahkan oleh gempa bumi yang dahsyat dan tidak
dibangun kembali

A.3 Segi Agama

Pengaruh agama terhadap penduduk Korintus sangat kuat, bahkan agamalah yang
akhirnya menyebabkan kejahatan mereka bertambah-tambah. Mereka menyembah dewi
Aproditus, disediakan seribu perempuan sundal yang dianggap keramat dan melayani hawa nafsu
para penyembah. Maka kota Korintus sangat strategis untuk pekabaran Injil. Penduduknya
cerdik pandai (oleh karena pengaruh ilmu pengetahuan Yunani), cukup kaya, oleh karena usaha
dagang, tetapi bermoral buruk. Tentunya Paulus memandang Korintus sebagai kota yang sangat
membutuhkan Injil, tetapi juga sebagai pusat untuk pekabaran Injil melalui perantaraan
penduduknya yang selalu bepergian. Dengan adanya agama yang demikian, maka Korintus juga
disebut kota kenajisan dan “Kota Main Korintus” yang berarti kota untuk berbuat zinah.

A.4 Penduduk Kota Korintus

Kota Korintus banyak dihuni oleh para pendatang dari orang Romawi, orang Yunani asli
dan orang-orang dari bangsa-bangsa Timur, termasuk orang Yahudi (Kis. 18:4) cukup besar,
kerana mereka mempunyai Sinagoge (rumah ibadah). Menurut hukum Yahudi harus ada paling
sedikit 10 kepala keluarga untuk membangun Sinagoge.

B. Penulis Surat 1 Korintus

Setidaknya ada dua bukti bahwa penulis surat 1 Korintus adalah Rasul Paulus. Pertama,
bukti internal. Dari pernyataannya sendiri ini tak perlu diragukan lagi bahwasannya penulisnya
adalah Paulus, “Dari Paulus yang oleh kehendak Allah dipanggil menjadi rasul Kristus Yesus
dan dari Sostenes saudara kita” (1 Kor. 1:1) .Kedua, bukti eksternal, di mana beberapa tokoh
sejarah gereja yang mengakui kebenaran ini antara lain Clement dari Roma (kira-kira tahun 94
M), Ignatius (110 M), Polykarpus (yang mati syahit sekitar tahun 156 M), bidat Marcion (150
M)
C. Tempat dan Waktu Penulisan Surat 1 Korintus

Tempat di mana Surat pertama Korintus ditulis dikatakan dalam tulisan Paulus sendiri,
yaitu di kota Efesus (16:8-9). Selain itu hubungan yang lancar antara penulis dengan jemaat
Korintus menuntut dua tempat yang berdekatan, seperti Efesus. Kota Efesus juga menjadi tempat
persinggahan Paulus pada perjalanan misinya yang ketiga (Kis. 19:1-10, 22).1 Paulus singgah di
Efesus selama tiga tahun, menjelang akhir persinggahannya itu sekitar tahun 55 M, Surat 1
Korintus ditulis. Surat 1 Korintus ditulis, setelah ia mengutus Timotius untuk mengunjungi
jemaat di Korintus (1 Kor. 4:17). Paulus menulis tentang niatnya menetap di Efesus sampai hari
Pentakosta (1 Kor. 16:8). Hal ini diperkirakan karena dua kali Paulus mengacu pada kebenaran-
kebenaran Paskah (1 Kor. 5:6-8 ) Ada pendapat bahwa Paulus mengharapkan suratnya tiba di
Korintus pada waktuperayaan Paskah

D. Penerima Surat 1 Korintus

Bukti otentik yang tertulis dalam 1 Korintus 1:2, menunjukkan bahwa secara khusus
penerima surat 1 Korintus adalah jemaat Allah di Korintus dan secara amum surat ini ditujukan
bagi semua orang yang percaya di seluruh dunia yang kepada Yesus .“… kepada jemaat Allah
di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi
orang-orang kudus, dengan semua orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan
kita Yesus Kristus, yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita.”

E. Tujuan Penulisan Surat 1 Korintus

Ada dua hal utama yang menyebabkan Paulus menulis surat ini:

1. Karena laporan yang diterimanya dari orang-orang keluarga Kloe (1:11; 5:1) tentang
 Perselisihan/perpecahan jemaat menjadi beberapa golongan
 Perbuatan sumbang antara orang sekeluarga – seorang laki-laki dengan istri
ayahnya
 Perkara-perkara pengadilan antara saudara-saudara seiman
 Kebebasan orang Kristen disalahgunakan
 Perjamuan Kudus disalahgunakan
2. Karena surat yang diterimanya langsung dari jemaat Korintus (7:1; 16:7) tentang:
 Perkawinan dan hidup bujangan
 Makanan yang berupa persembahan berhala
 Pakaian dan peranan wanita dalam kebaktian
 Karunia-karunia Roh
 Arti daripada kebangkitan tubuh

Paulus menulis Surat 1 Korintus sebagai respon untuk menjawab serta membetulkan
membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah diberitahukan
kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh orang Korintus, tetapi
dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius. Dan Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas
berbagai pertanyaan yang telah ditulis oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan
juga perilaku dan kemurnian sebagai perorangan dan sebagai jemaat. dan karena itu surat ini
merupakan ajaran yang sangat praktis untuk kehidupan jemaat.

F. Apa saja konsep teologis yang penting dalam surat 1Korintus?

Pertama-tama adalah eskhatologi. Bagi Paulus kematian dan kebangkitan Yesus Kristus
merupakan titik balik dari suatu jaman yang baru: jaman akhir. Pemberian berbagai karunia
rohani dari Roh Kudus (1:5) adalah bukti bahwa jaman akhir sudah dimulai (bdk. Kis 2:15-21;
2Kor 1:22; Ef 1:14). Apa yang sebelumnya merupakan rahasia ilahi, sekarang sudah dinyatakan
di dalam Kristus (2:7-8). Kerajaan Allah sudah datang dengan kuasa (4:20). Pendeknya,
eskhatologi adalah kekinian. Walaupun kita sudah berada di jaman akhir, tetapi akhir jaman
sendiri belum terjadi. Kita masih menantikan kedatangan Kristus (1:7). Kerajaan Allah masih
ada di depan (6:9-10). Melalui perjamuan kudus kita memberitakan kematian Kristus sampai Ia
datang (11:26). Kita pun masih diberi sarana pewahyuan melalui nubuat dan penafsiran bahasa
roh karena yang sempurna belum datang (13:9-12). Eskhatologi masih berada di depan. Dengan
demikian eskhatologi adalah kekinian dan masa depan (biasa disebut dengan istilah
realizedeschatology). Baik hidup sekarang maupun hidup yang akan datang semua kita punya
(3:22). Hidup orang Kristen berada di tengah ketegangan ini: di satu sisi kita sudah di jaman
akhir, namun kita masih belum sampai di akhir jaman. Orang Kristen akan mati (3:22; 11:30),
tetapi kematian tidak akan mengalahkan kita (15:53-55).
Konsep telogis yang kedua adalah teologi salib. Di tengah kehidupan majemuk di Kota
Korintus tidak ada yang lebih mendesak bagi orang Kristen selain menunjukkan keunikan
identitas mereka melalui cara berpikir yang berpusat pada salib. Teologi salib menawarkan
sesuatu yang sangat berbeda dengan apa yang ditawarkan oleh dunia pada waktu itu, sehingga
teologi salib seharusnya menjadi keunikan dan kebanggaan orang percaya. Salib mungkin
dipandang sebagai kelemahan dan kebodohan, tetapi bagi orang Kristen salib adalah kekuatan
dan hikmat yang sejati (1:18; 22-24). Yesus yang direndahkan melalui kematian di atas kayu
salib justru adalah Tuhan yang mulia (2:8). Salib tidak hanya mengubah cara berpikir orang
percaya tentang nilai kehidupan, tetapi salib sekaligus mengubah gaya hidup mereka.
Karakteristik utama dari gaya hidup ini adalah kekudusan. Melalui penebusan Kristus orang
percaya dimurnikan seumpama roti yang tidak beragi (5:7-8). Kita disucikan, dikuduskan dan
dibenarkan di dalam Kristus sehingga kita memiliki kehidupan yang sangat kontras dengan
kehidupan yang lama (6:11). Kita telah ditebus dengan harga yang mahal dan disatukan dengan
Kristus, karena itu kita tidak boleh memiliki ikatan dengan hal-hal yang najis (6:15, 17, 20).

Anda mungkin juga menyukai