Anda di halaman 1dari 10

Paper Riset Kisah Para Rasul, Kolose, dan Yakobus

Yawan Yafet Wirawan

NIM: 1011811174

Ir. Johan Djuandy, Th.M

Pembimbing dan Pengetahuan Perjanjian Baru

MKK 2202

Sekolah Tinggi Teologi Amanat Agung

24 April 2019
Pendahuluan

Perjanjian Baru merupakan Kitab penggenapan dari Perjanjian Lama. Perjanjian

terdiri dari 27 kitab. Masuknya ke-27 kitab ini melewati proses kanonisasi. Meski

melewati proses kanonisasi, ke-27 kitab Perjanian Baru tidak lupat dari perdebatan-

perdebatan yang masih diperdebatkan hingga saat ini. perdebatan tersebut meliputi

siapa penulis kitab dan surat yang berada dalam Perjanjian Baru, tempat penulisan

kitab-kitab tersebut, isu-isu yang berkembang pada waktu itu membuat perdebadtan

muncul. Namun, perdebatan tersebut tidak mengurani nilai-nilai dan otoritas kitab yang

ada. Munculnya berbagai perdebatan mengenai kitab-kitab Perjanjian Baru menolong

kita untuk lebih sadar akan keberadaan kitab-kitab yang ada.

Dalam kesempatan ini penulis akan membahas tiga kitab dalam Perjanjian Baru

yakni, Kisah Para Rasul, Kolose, dan Yakobus. Penulis akan memaparkan hasil kajian

mengenai penulis kitab dan surat tersebut, waktu penulisan, penerima kitab atau surat

tersebut, dan tujuan penulisannya. Penulis menghadirkan beberapa argumentasi yang

digunakan para ahli dan akan menyimpulkan pandangan-pandangan yang secara umum

diterima oleh gereja dan para ahli.

Kisah Para Rasul

Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul mempunyai hubungan yang dekat. Kedua

kitab ini tidak diketahui penulisnya (anonim). Menurut pandangan para ahli, penulis

Kitab Kisah Para Rasul merupakan orang yang berpendidikan. Hal ini dapat dilihat dari

bahasa Yunani yang digunakan adalah bahasa Yunani sastra yang biasanya digunakan

oleh kalangan terpelajar, contohnya Lukas 1:1-4. Penulis kitab ini diasumsikan bukan

1
2

salah seorang dari murid-murid Yesus.1 Sehingga logikanya penulis kitab Kisah

Para Rasul kemungkinan besar merupakan saksi mata atau murid-murid dari kedua

belas murid Yesus.

Identitas penulis kitab Kisah Para Rasul menurut bukti-bukti yang ada dalam

kitab tersebut dan tradisi gereja mula-mula semuanya merujuk kepada Lukas. Lukas

diasumsikan menulis kitab Kisah Para Rasul dan Injil Lukas, hal tersebut dikarenakan

gaya bahasa yang digunakan dalam kedua kitab tersebut memiliki kesamaan. Seseorang

yang dikenal sebagai seorang dokter. Ia merupakan rekan kerja Paulus bersama Silas

dan Timotius, dalam kitab ini dapat dilihat penulis menggunakan kata “kami” atau

sering disebut “we” passages. Kata kami yang digunakan dalam kitab tersebut

menggambarkan bahwa penulis bersama-sama dengan Paulus saat itu.

Banyak pendapat mengenai waktu penulisan Kitab Kisah Para Rasul. Pendapat

yang pertama dikaitkan dengan orang-orang Tü bingen yang mengkalim bahwa

penulisan Kitab Para Rasul ditulis pada abad kedua masehi. Pendapat lain mengatakan

bahwa adanya kesamaan terhadap tulisan Lukas dan tulisan Josephus Antiquities.

Beberapa ahli mengatakan bahwa jika pendapat tersebut benar adanya, maka

kemungkinan Kitab Kisah Para Rasul ditulis setelah tahun sembilan puluh empat

Masehi. Menurut Drane Kitab Para Rasul ditulis guna mengimbangi ajararan sesat

Marcion.2

1
. D. A. Carson and Douglas J. Moo, An Introduction to The New Testament, second (Michigan:
Zondervan, 2005), 290.
2
. Marcion merupakan ajaran sesat yang menganggap bahwa para murid Yesus salah mengerti
ajaran Yesus, mereka berpendapat bahwa hanya Paulus yang dapat mengerti ajaran Yesus secara benar.
Sehingga mereka hanya menerima surat-surat Paulus saja. Lih. John Drane, Memahami Perjanjian Baru:
Pengantar Historis-Teologis, terj. P.G. Kattopo (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2016), 276.
3

Pendapat lain, Kitab Para Rasul ditulis sebelum abad 64M.3 pendapat tersebut

dikuatkan dengan bukti tidak adanya catatan dalam Kitab Kisah Para Rasul yang

memaparkan tentang kejatuhan Yerusalem di tahun 70M, penganiayaan yang dilakukan

oleh Kaisar Nero sekitar tahun 64M. Peristiwa penting yang terjadi setelah tahun 64M

seharusnya menjadi sesuatu hal yang perlu disoroti, karena hal tersebut sangat

berdampak pada waktu itu. Sehingga menjadi sesuatu hal tidak masuk akal rasanya jika

Kitab tersebut ditulis sesudah tahun 64M. karena tidak ada catatan tentang peristiwa-

peristiwa penting yang terjadi sesudah tahun 64M.

Menurut Drane Kitab Kisah Para Rasul merupakan kelanjutan dari Injil Lukas. 4

Dapat dilihat kedua kitab tersebut ditujukan kepada orang yang sama yaitu Teofilus.

Pendapat Drane dikuatkan dengan penyebutan Teofilus dalam kitab Lukas

menggunakan sebutan “Teofulis yang mulia”, kemungkinan Teofilus belum menjadi

Kristen pada saat Lukas menuliskan Kitab Lukas, sehingga Lukas menggunakan bahasa

yang sangat formal kepada Teofilus. Dalam Kitab Kisah Para Rasul kemungkinan

Teofilus sudah menjadi orang Kristen, pendapat ini dikuatkan dengan salam yang di

berikan Lukas kepada Teofilus dengan menyebutkan “Hai Teofilus”.

Tujuan penulisan Kitab Lukas dan Kisah Para Rasul dalam buku The New

Testament memuat beberapa pendapat para ahli mengenai tujuan penulisan Kitab Kisah

Para Rasul. Dalam buku tersebut Kisah Para Rasul tidak dilepaskan dari Injil Lukas.

Buku tersebut melihat bahwa Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan

3
. Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru, Vol. 1, terj. Hendry Ongkowidjojo (Surabaya:
Momentum, 2015), 313.
4
. Drane, Memahami Perjanjian Baru, 275
4

Tujuan penulisan Injil Lukas dan Kitab Kisah Para Rasul dalam buku The New

Testament5 adalah untuk menceritakan mengenai cerita Yesus dan lahirnya gereja,

prolog yang terdapat dalam Lukas 1:1-4 menggaris bawahi tujuan tersebut. Pendapat

lain dikemukakan oleh Charles Talbert adalah untuk melawan ajaran gnosistik pada

saat itu. F. F. Bruce mefokuskan tujuan kitab tersebut untuk Apologia.

Tujuan lain dipaparkan Drane dalam bukunya Memahami Perjanjian Baru. 6

Menurutnya kitab tersebut berusaha menunjukkan bahwa Agama Kristen mempunyai

suatu kekuatan untuk merombak dunia, Lukas menekankan bahwa agama Kristen dapat

menjalin hubungan yang baik dengan kekaisaran Roma, dan yang terakhir kitab

tersebut digunakan supaya Teofilus mengetahui mengenai fakta-fakta agama Kristen.

Kolose

Surat Kolose tidak bisa dilepaskan dengan Surat Filemon, dapat dikatakan bahwa

kedua surat tersebut saling berkaitan. “Surat Kolose merupakan bentuk komunikasi dua

arah antara jemaat kolose dan Paulus.”7 Hal tersebut memaparkan secara jelas bahwa

penulis Surat Kolose adalah Paulus. Akan tetapi Drane memiliki pendapat lain. Ia

beranggapan bahwa Timotius juga di asumsikan sebagai penulis Surat Kolose. 8

Pendapat tersebut didasari dalam Surat Kolose 1:1 yang menyebutkan nama Timotius

juga.

Penentuan waktu penulisan Surat Kolose berkaitan juga dengan tempat

penulisan kitab tersebut. Tahun 50-an Masehi merupakan salah satu pendapat yang

5
. Donald Hagner, The New Testament: A Historical and Theological Introduction (Grand Rapids:
Baker Academic, 2012), 244.
6
. Drane, Memahami Perjanjian Baru, 284-285.
7
. Armand Barus, Surat Kolose: Tafsiran Alkitab Kontekstual-Oikumenis (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2017), 9.
8
. Drane, Memahami Perjanjian Baru, 380.
5

dikemukakan oleh D. A. Carson dan Douglas J. Moo jika penulisan Surat Kolose berada di

luar Kota Roma. Namun tampaknya pendapat tersebut tidak cukup kuat sehingga para

ahli menggunakan dan menyetujui tahun 60-61-an Masehi menjadi waktu penulisan

Surat Kolose, hal tersebut sekaligus memperkuat pendapat bahwa Surat Kolose ditulis

di Kota Roma. Tahun 60-61 digunakan karena dalam Surat tersebut Paulus menjelaskan

bahwa dirinya adalah seoreang tahanan, sehingga muncul dugaan bahwa Surat Kolose

ditulis pada waktu penahanannya di Roma.

Keterkaitan Surat Kolose dengan Surat filemon ditegaskan oleh Bauman 9 bahwa

kedua surat penjara (Surat Kolose dan Surat Filemon) dikirim secara bersamaan. Surat

yang pertama sampai di Kota Kolese dan ditujuan bagi gereja-gereja di kota tersebut,

sedangkan surat yang lain sampai kepada seorang individu yang bernama Filemon,

sehingga membuat surat tersebut dikatakan sebagai personal latter.

Surat Kolose dikirimkan Paulus kepada jemaat Kolose dan jemaat Laodikia. 10

Surat Kolose diperuntukkan juga kepada gereja-gereja di Kolose. 11 Pengiriman Surat

Kolose mempunyai tujuan untuk melawan adanya ajaran sesat gnostik yang

berkembang di jemaat Kolose. Ajaran tersebut sangat kuat mempengaruhi jemaat

Kolose. Buktinya tata ibadah dan gaya hidup jemaat Kolose tidak lagi mencerminkan

pribadi Kristus lagi.12

Pendapat lain mengatakan bahwa Surat Kolose ditulis untuk menghadapi ajaran

sesat yang berkembang pada waktu itu, para ahli menyebutnya sebagai “bidat Kolose

(Colossian Philosophy)”. Paulus menulis surat tersebut untuk melawan ajaran sesat

9
. Edward W. Bauman, An Introduction To The New Testament (Philadelphia: The Westminster
Press, 1952), 64.
10
. Barus, Surat Kolose, 9.
11
. Bauman, An Introduction To The New Testament, 64
12
. Barus, Surat Kolose, 10-11.
6

dengan menggunakan teologi yang benar. Menurut Guthrie13 Paulus ingin

menyelesaikan masalah doktrinal tentang pribadi Kristus, dan masalah praktika

mengenai kehidupan orang Kristen di Kolose.

Permasalahan tersebut dilihat Paulus sebagai suatu masalah yang serius,

sehingga Paulus yang berada di penjara harus menuliskan surat kepada Jemaat di

Kolose. Tindakkan tersebut bertujuan untuk mengingatkan kembali jemaat Kolose

untuk kembali kepada ajaran yang benar, dan tidak gampang terpengaruh oleh ajaran-

ajaran sesat yang berkembang di Kolose.

Yakobus

Surat Yakobus ditulis oleh Yakobus saudara Yesus. Pendapat tersebut diterima

oleh para ahli dan gereja. Tidak ada bukti-bukti yang ditunjukkan dalam Surat Yakobus.

Drane dalam bukunya Memahami Perjanjian Baru mengatakan bahwa hanya ada dua

orang Yakobus yang memungkinkan menulis surat tersebut yakni, Yakobus murid Yesus

dan saudara Yohanes serta Yakobus saudara Yesus.14 Para ahli lebih condong pada

Yakobus saudara Yesus sebagai penulis Surat Yakobus. alasan para ahli memilih

Yakobus saudara Yesus, karena Yakobus murid Yesus dan saudara Yohanes telah mati

dibunuh dibawah pemerintahan raja Herodes Agripal sekitar tahun 44M. Sehingga para

ahli menerima Yakobus saudara Yesus sebagai penulis Surat Yakobus.

Surat Yakobus ditulis pada waktu dekat kematiannya sebagai martir di tahun

62M, jika benar Yakobus saudara Yesus menulis surat tersebut maka tidak ada

kemungkinan bahwa surt tersebut ditulis setelah tahun 62M. namun, jika Yakobus yang

dimaksud bukan Yakobus saudara Yesus maka penulisan surat tersebut berkisar tahun

13
. Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru, Vol. 2, 158
14
. Drane, Memahami Perjanjian Baru, 466
7

70-90M. Para ahli menerima dan meyakini sebelum tahun 62M sebagai kemungkinan

yang terbaik, alasan lain juga karena surat tersebut ditulis oleh Yohanes saudara Yesus.

Surat Yakobus ditujukan kepada dua belas suku perantauan (diaspora). 15 Hal

tersebut terlihat dalam Surat Yakobus 1:1 yang mencantumkan penerima surat

tersebut. Namun, dalam Surat Yakobus 2:2 penerima surat ini bertemu di “rumah

ibadah” dan hal tersebut merujuk pada kelompok Yahudi Kristen. 16 Sehingga besar

kemungkinan penerima surat tersebut adalh kelompok oranh Yahudi Kristen dan tidak

menutup kemungkinan juga penerima surat tersebut dari orang Kristen non-Yahudi.

Tujuan Yakobus menulis Surat Yakobus kepada dua belas suku perantauan

adalah untuk mengarahkan dan meluruskan kebenaran dalam kehidupan kekristenan

mereka.17 Hal tersebut dilakukan karena orang Kristen Yahudi tidak berada pada

lingkup orang Kristen Yahudi yang berada di Yerusalem, kemungkinan kehidupan

mereka sudah tidak mencerminkan orang Yahudi, melaikan mereka sudah membau

dengan kebiasan dan gaya hidup tempat tinggal mereka di luar Yerusalem.

Kesimpulan

Penulis Kitab Kisah Para Rasul sebenarnya tidak ditunjukkan dalam kitab

tersebut, akan tetapi melalui tradisi Gereja mula-mula dan beberapa ahli mengatakan

Lukas sang dokterlah yang menulis kitab tersebut. Penulis memilih tahun sebelum abad

64M sebagai waktu penulisan karena peristiwa penting sesudah tahun 64M tidak

dicatat oleh Lukas dalam kitab Kisah Para Rasul. Kitab tersebut ditujukan kepada

Teofilus untuk menceritakan cerita mengenai Yesus dan lahirnya gereja, untuk
15
. Diaspora merupakan sebutan yang digunakan bagi orang-orang yahudi yang keluar dan
menetap di tempat lain dari tempat yang disebut “Holy Land” akibat pembuangan.
16
. Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru, Vol. 3, 75.
17
. Paulus Daun, Pengantar Ke dalam Perjanjian Baru, Vol.2 (Manado: Yayasan Daun Family,
2006), 91-92.
8

membuktikan juga bahwa agama Kristen mempunyai kekuatan untuk mengubah dunia,

agama Kristen juga dapat menjalin hubungan yang baik dengan kekaisaran Romawi,

dan agar Teofilus mengetahui fakta mengenai kekristenan.

Surat Kolose ditulis oleh Paulus dan ditujukan kepada jemaat Kolose. Surat

Kolose adalah surat dari penjara. Paulus mengirimkan surat tersebut karena Paulus

mendengar bahwa di Kolose lahir ajaran sesat dan membuat jemaat Kolose berpaling.

Kesedihan tersebut mendorong Paulus membuat dan mengirimkan Surat Kolose guna

memperingatkan jemaat Kolose tentang pengajaran yang sudah pernah Paulus

sampaikan dan Paulus ingin melawan ajaran sesat yang berkembang di Kolose dengan

menggunakan teologi yang benar. Surat Kolose ditulis dengan kemungkinan pada saat

Paulus menjalani tahanan di Roma.

Surat Yakobus ditulis oleh Yakobus saudara Yesus sebelum kematiannya sebagai

martir di tahun 62M. Surat tersebut ditujukan kepada keduabelas suku perantauan atau

diaspora. Surat Yakobus dituliskan untuk meluruskan dan mengarahkan kebenaran

dalam kehidupan kekristenan mereka yang sudah tidak mendiami tanah Yerusalem

semenjak masa pembuangan.


9

Bibliografi

Barus, Armand. Surat Kolose: Tafsiran Kontekstual-Oikumenis. Jakarta: BPK Gunung

Mulia, 2017.

Bauman, Edward W. An Introduction To The New Testament. Philadelphia: The

Westminster Press, 1952.

Carson, D. A., and Douglas J. Moo. An Introduction To The New Testament. Second.

Michigan: Zondervan, 2005.

Daun, Paulus. Pengantar Ke Dalam Perjanjian Baru. Vol. 2. 3 vols. Manado: Yayasan Daun

Family, 2006.

Drane, John. Memahami Perjanjian Baru. Diterjemahkan oleh P. G. Kattopo. Jakarta: BPK

Gunung Mulia, 2016.

Guthrie, Donald. Pengantar Perjanjian Baru. Vol. 2. 3 vols. Diterjemahkan oleh Hendry

Ongkowidjojo. Surabaya: Momentum, 2013.

———. Pengantar Perjanjian Baru. Vol. 3. 3 vols. Diterjemahkan oleh Hendry

Ongkowidjojo. Surabaya: Momentum, 2014.

———. Pengantar Perjanjian Baru. Vol. 1. 3 vols. Diterjemahkan oleh Hendry

Ongkowidjojo. Surabaya: Momentum, 2015.

Hanger, Donald A. The New Testament: A Historical and Theological Introduction. Grand

Rapids: Baker Academic, 2012.

Anda mungkin juga menyukai