Anda di halaman 1dari 7

TUGAS AGAMA KRISTEN

Disusun oleh:

Nama : Lilis Lasni Suryati Br. Hutapea

NPM : E1G019035

Dosen Pengampu : Pdt. Yosua Separpy Lumban Gaol

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
ALKITAB

A. PENGERTIAN ALKITAB
Alkitab adalah sebutan untuk sekumpulan naskah yang dipandang suci dalam Yudaisme
dan Kekristenan. Kata "Alkitab" yang digunakan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Arab, dan juga digunakan umat Muslim untuk menyebut Al-Qur’an. Alkitab merupakan
sekumpulan kitab suci yang ditulis pada waktu yang berlainan, oleh para penulis yang berbeda di
lokasi-lokasi yang berbeda. Umat Yahudi dan Kristiani (Kristen) memandang kitab-kitab dalam
Alkitab sebagai hasil dari pengilhaman ilahi, dan sebagai catatan otoritatif mengenai hubungan
antara Allah dengan manusia.
Kata “Bible” (Alkitab) berasal dari Bahasa Latin dan Yunani yang berarti “kitab,” nama
yang pantas karena Alkitab adalah Kitab bagi semua orang, bagi segala zaman. Ini adalah Kitab
yang tidak ada bandingannya, kitab satu-satunya. Kesatuan tema Alkitab itu bisa terjadi karena
pada dasarnya Alkitab hanya memiliki satu Penulis, yaitu Allah sendiri. Alkitab “dinafaskan oleh
Allah” (2 Timotius 3:16). Manusia selaku penulis menuliskan secara tepat apa yang Allah ingin
mereka tuliskan, dan hasilnya adalah Firman Allah yang suci dan sempurna (Mazmur 12:6; 2
Petrus 1:21).
Yesus adalah tokoh utama dalam Alkitab – karena seluruh kitab pada dasarnya adalah
mengenai Dia. Perjanjian Lama menubuatkan kedatanganNya dan mempersiapkan kedatangan -
Nya ke dalam dunia. Perjanjian Baru menggambarkan kedatangan dan karya keselamatan yang
dibawaNya ke dalam dunia yang berdosa ini. Yesus bukan sekedar figur sejarah; kenyataannya,
Dia lebih dari sekedar seorang manusia. Dia adalah Allah dalam wujud manusia, dan kedatangan
-Nya adalah peristiwa terpenting dalam sejarah dunia. Allah menjadi manusia demi memberi kita
gambaran yang jelas dan dapat dimengerti mengenai siapa Dia. Allah seperti apa? Dia seperti
Yesus; Yesus adalah Allah dalam wujud manusia (Yohanes 1:14; 14:9).

B. PROSES KANONISASI ALKITAB


Kata kanon berasal dari bahasa Yunani, kanon (κανών); sedangkan dalam Bahasa Ibrani
yang maknanya tidak berbeda jauh adalah qanah ( ‫)קָ נֶה‬. Pada dasarnya pengertian kata ini adalah
ukuran atau alat untuk mengukur. Kata itu sendiri sebenarnya berarti ukuran yang biasa
dikenakan untuk mengukur kehidupan, asas atau undang-undang kepercayaan. Mula-mula kata
kanon artinya daftar kitab-kitab yang disahkan oleh jemaat yang mula-mula. Kanonisasi
(canonicitas) adalah proses menyusun kitab-kitab dalam Alkitab untuk diakui sebagai Firman
Allah yang dapat menjadi pedoman bagi kehidupan manusia secara universal. Hal ini terjadi
sebab Alkitab bukanlah kitab yang turun dari langit. Tetapi Alkitab ditulis oleh banyak orang
yang oleh karenanya harus digumuli manakah kitab yang sungguh-sungguh merupakan ilham
Roh Kudus dan diakui sebagai Firman Allah.
Dalam hal ini kita percaya bahwa Tuhan menuntun gereja-Nya untuk menemukan kitab-
kitab yang memang berisi kebenaran Allah yang harus diakui sebagai Firman Allah. Proses
kanonisasi Perjanjian Lama sukar sekali ditemukan waktunya. Menurut catatan, sebelum Masehi
proses kanonisasi sudah berlangsung. Tetapi menurut salah satu sumber, pada tahun 90 guru-guru
agama Yahudi di bawah pimpinan Johannan ben Zakkai mengadakan sidang Jamnia. Mereka
menimbang tulisan-tulisan itu dan membakukan Kitab Suci Perjanjian Lama sejumlah 39 kitab.
Dari sinilah jumlah kitab Perjanjian Lama terbentuk permanen.
Pada mulanya, jemaat Kristen dalam kebaktian atau pertemuan bersama membaca kitab
Perjanjian Lama saja. Kemudian ditambahkan beberapa surat rasul-rasul yang dianggap memiliki
kewibawaan seperti kitab Perjanjian Lama. Uskup pertama yang menyusun daftar kitab kanon
adalah uskup Athanasius Aleksandria. Dalam proses kanonisasi ini, ditetapkan kitab-kitab
manakah yang diakui sebagai orisinal kebenaran Allah dan nara sumber yang dapat dipercaya.
Hal kanonisasi, sejarah gereja mencatat bahwa pada konsili di Khartago tahun 397 dinyatakan
bahwa selain kitab-kitab yang dikanonisasi tidak boleh ada kitab yang diakui sebagai Firman
Tuhan.
Dalam iman Kristen, kita percaya bahwa proses kanonisasi Alkitab adalah karya Roh
Kudus, bukan karya manusia yang memiliki otoritas untuk mengesahkan apakah suatu kitab
adalah Firman Tuhan atau tidak. Tetapi Alkitab sendiri yang mengesahkan Diri-Nya sebagai
Firman Allah di hati orang percaya (testimonium spiritussancti internum). Setelah melalui proses
kanonisasi dalam gereja-gereja Protestan ditetapkan 66 kitab dalam Alkitab sebagai kitab yang
dapat menjadi dasar pedoman kehidupan orang percaya. Kitab-kitab ini diterima dan diakui
sebagai Firman Tuhan. Dalam gereja Roma Katolik -selain 66 kitab yang diakui oleh gereja
aliran protestan sebagai Firman Tuhan- mereka memiliki 15 kitab lain yang juga diakui sebagai
Firman Tuhan. Kitab-kitab tersebut disebut kitab Apokripha, yang juga disebut sebagai
deoterokanonika, dan diterima sebagai Firman Tuhan pada Konsili di Trente tahun 1546.
Dalam proses kanonisasi tersebut ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan (criterium
canonicitatis).
Untuk pengakanonan Alkitab Perjanjian Lama harus memenuhi kriteria antara lain:
-Pertama, ditulis seorang nabi Tuhan yang dinyatakan Alkitab sebagai nabi yang benar,
seorang nabi yang memiliki karunia khusus.
-Kedua, merupakan kitab yang selalu dibaca pada pertemuan-pertemuan ibadah bangsa
Yahudi.
-Ketiga, sudah terbukti digunakan Tuhan Yesus sebagai referensi dalam khotbah-Nya atau
menerimanya sebagai Firman Tuhan (Mat. 5:18; 8:17; 12:39,40; Luk. 4:17-18; 11:29;
24:27,44 dll).
Untuk pengkanonan Alkitab Perjanjian Baru, kitab-kitab tersebut harus memenuhi kriteria
sebagai berikut:
-Pertama, ditulis oleh rasul-rasul Tuhan atau yang menjadi saksi mata langsung.
-Kedua, tidak bertentangan dengan wahyu Allah dalam Perjanjian Lama.
-Ketiga, diterima oleh masyarakat Kristen, memiliki sifat-sifat rohaniah, berpusat kepada
Kristus dan diilhami oleh Roh Kudus.
Jika tidak memenuhi syarat ini, maka tidak dapat dimasukkan ke dalam Alkitab dan diakui
sebagai Firman Tuhan.
Akhirnya ditetapkan bahwa Alkitab berisi 66 kitab, yang terdiri dari dua bagian besar,
yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama terdiri dari 39 kitab dan Perjanjian
Baru terdiri dari 27 kitab. Teks asli Perjanjian Lama ditulis dalam bahasa Ibrani; sedangkan
Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Yunani Koine atau Yunani klasik. Alkitab ditulis oleh lebih
kurang 40 penulis dalam kurun waktu sekitar 1.500 tahun.

C. PEMBAGIAN ALKITAB

Berdasarkan isinya dan gaya penulisan, Perjanjian lama dapat dikelompokkan menjadi 5
bagian utama yaitu:
1. Kitab
2. Kitab Sejarah
3. Kitab Hikmat
4. Kitab Nabi-nabi Besar
5. Kitab Nabi-nabi Kecil

Sementara pengelompokan untuk Perjanjian Baru adalah

Kitab Injil (4 kitab)

Kitab Sejarah (1 kitab)

Surat-surat Rasuli (21 kitab) dan

Kitab Wahyu (1 kitab).

Perjanjian Lama menceritakan Kisah para tokoh dan nabi jauh sebelum Yesus
Kristus lahir, dari Adam sampai Maleakhi. Sedangkan Perjanjian Baru memuat Kitab-kitab Injil
(4 kitab yang berbeda) berisi sejarah riwayat Yesus Kristus dari sebelum lahirnya sampai
kenaikannya, serta surat-surat yang ditulis oleh pengikut-pengikut-Nya.

Untuk memudahkan pencarian lokasi pernyataan di dalam Alkitab, masing-masing kitab


atau buku dibagi atas pasal-pasal. Kitab-kitab yang paling pendek terdiri dari 1 pasal saja, yaitu
ada lima: Kitab Obaja, Surat Filemon, Surat 2 Yohanes, Surat 3 Yohanes, dan Surat Yudas;
sedangkan yang paling panjang 150 pasal: Kitab Mazmur.

Masing-masing pasal dibagi menjadi sejumlah ayat. Yang paling sedikit 2 ayat: Mazmur 117; dan
yang paling banyak 176 ayat: Mazmur 119.

"Alamat Alkitab" adalah cara yang digunakan untuk memudahkan pencarian lokasi ayat di dalam
Alkitab. Kejadian 1:1, misalnya, menunjuk pada kitab Kejadian, yaitu kitab pertama dalam
Alkitab, pasal pertama, ayat pertama.

Kitab-kitab di Alkitab disusun secara semi-kronologis, bukan dari waktu turunnya


Wahyu. Digolongkan "Semi-kronologis" karena beberapa kitab tidak diketahui jelas waktu
penulisannya dan siapa sesungguhnya penulisnya, sedangkan beberapa kitab lainnya merupakan
kumpulan tulisan yang dikelompokkan menurut gaya penulisannya. Kitab Amsal yang ditulis
oleh raja Salomo, misalnya, tidak ditempatkan setelah kitab 1 Raja-raja yang membahas riwayat
hidup Salomo, namun dikelompokkan bersama-sama dengan kitab-kitab puisi lainnya (Kitab
Ayub, Mazmur, Pengkhotbah, Kidung Agung). Kitab nabi Yeremia yang hidup pada zaman
raja Yosia, contoh lainnya, tidak ditempatkan setelah kitab 2 Raja-raja yang membahas riwayat
raja Yosia, namun bersama-sama dengan kitab-kitab nabi nabi besar lainnya (Kitab
Yeremia, Ratapan, Yehezkiel, dan Daniel). Kitab-kitab lainnya, terutama kitab-kitab sejarah,
disusun secara kronologis dan urutannya memengaruhi cara pembacaan agar tidak
membingungkan. Kitab Keluaran, misalnya, lebih mudah dibaca setelah membaca
kitab Kejadian karena pembaca akan lebih mengerti latar belakangnya. Demikian juga
kitab Kisah Para Rasul lebih Yesaya, cocok dibaca setelah membaca keempat kitab Injil, karena
kitab-kitab Injil itu merupakan latar belakang penulisan Kisah Para Rasul. Namun beberapa kitab,
seperti Kitab Amsal dan Kitab Pengkhotbah, dapat dibaca secara lepas, walaupun pembaca akan
lebih memahaminya jika mengetahui riwayat penulisnya, Salomo, yang dibahas di kitab-kitab
sebelumnya (1 & 2 Raja-raja dan 1 & 2 Tawarikh).

Pembagian Alkitab ke dalam buku, pasal, dan ayat, dan pengurutannya merupakan hasil
dari kanonisasi oleh Bapa Gereja mula-mula. Struktur tersebut sudah tidak berubah selama
berabad-abad sejak abad ke-4 M, namun beberapa terjemahan Alkitab kadang-kadang memiliki
konvensi yang sedikit berbeda, misalnya dalam kitab Mazmur Alkitab bahasa Indonesia, nama
penggubah Mazmur dan judul lagu dijadikan ayat yang pertama dalam suatu pasal, sedangkan
dalam bahasa Inggris tidak. Oleh karena itu Alkitab bahasa Indonesia memiliki beberapa puluh
ayat lebih banyak dari bahasa Inggris.

Selain itu setiap terjemahan Alkitab memiliki bagian sub-pasal yang disebut
dengan perikop, yaitu yang membahas suatu topik tertentu. Pembagian-pembagian ini bukan
merupakan bagian isi Alkitab yang sebenarnya, melainkan hanya sebagai alat bantu untuk
memudahkan pembacaan atau pencarian kembali suatu pembacaan bagian tertentu.

D. ARTI ALKITAB BAGI ORANG PERCAYA

Alkitab adalah firman Allah. Rhema adalah firman Allah yang disampaikan secara
langsung. Logos adalah firman Allah yang tertulis. Allah memakai nabi-nabi untuk menubuatkan
kedatangan Sang Mesias, Yesus Kristus, dalam Perjanjian Lama. Allah, Roh Kudus menyatakan
kepada kita kenyataan tentang Yesus Kristus sebagai penggenapan nubuat-nubuat Perjanjian
Lama dalam Perjanjian Baru. Lebih dari 300 nubuat khusus dari Perjanjian Lama telah digenapi
dalam kehidupan dan kematian Yesus Kristus.

"Kamu menyelidiki kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu
mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-Kitab Suci itu memberi kesaksian tentang
Aku" - Yohanes 5:39. Jika kita membaca dan mempelajari Alkitab, Allah akan: 1) Menyatakan
diri-Nya kepada kita melalui Alkitab. 2) Memperbarui (mengubah) pola pikir kita. 3)
Menunjukkan bagaimana menjalani kehidupan yang kudus. 4) Meningkatkan kepercayaan,
pengetahuan, pengertian, dan kasih kita untuk meneladani dan mengikuti Yesus Kristus. 5)
Menolong kita mengerti Alkitab sebagai penuntun kita.

“Alkitab Adalah Firman Allah” . Kita mengimani dan mengamini bahwa Alkitab Adalah
Firman Allah dan standar kehidupan orang percaya. Bertekunlah dalam membaca Kitab Suci
(Alkitab) dan kiranya dapat menjadi pelaku-pelaku Firman dengan tepat dan benar (Yakobus
1:22-25, 2 Timotius 2:15). "Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku" - Mazmur
119:105.

Anda mungkin juga menyukai