Anda di halaman 1dari 4

TUGAS AGAMA KRISTEN

NAMA : NATALYA I. ROMPAH


NIM : 220811030060
PROGRAM STUDI : ILMU PEMERINTAHAN
KELAS : PEM1061 (GENAP)
DOSEN PENGAMPU : Pdt. RICKY PITOY TAFUAMA, S.Th., MA

❖ Apa itu Alkitab Menurut 3 Pandangan Ahli?

1. Menurut Rudolf Bultmann

Alkitab bukanlah merupakan Firman Allah yang telah diwahyukan dalam pengertian yang
obyektif. Meskipun Allah berbicara kepada manusia melalui Alkitab, namun secara obyektif
Alkitab merupakan hasil pengaruh-pengaruh sejarah dan agama kuno serta dinilai sama seperti
literatur religious kuno yang lain.

2. Menurut Karl Barth (Neo-Ortodoks)

Alkitab berisi Firman Allah, tetapi Alkitab bukan benar-benar Firman Allah. Barth
beranggapan tidak pantas bagi Allah untuk menyampaikan Kristus yang transeden melalui cara
yang rendah, berupa proposisi-proposisi logis pada halaman-halaman yang dicetak. Jadi
menurut opininya, Alkitab hanya mengandung kesaksian tentang Kristus. Alkitab tidak benar-
benar perkataan Kristus. Neo-Ortodoks juga menolak pentingnya berpegang pada kemutlakan
kesejarahan Alkitab.

3. Menurut Calvinisme

Alkitab adalah firman Allah dan merupakan otoritas final terhadap kepercayaan dan perbuatan
Kristen. Roh Kudus dalam cara-Nya yang khusus dan penuh misteri menyatakan kehendak dan
karya Allah dan membimbing para penulis dalam penulisan mereka.

❖ Apa itu Alkitab Menurut Martin Luther dan Yohanes Calvin

Menurut Martin Luther

Alkitab bagi Luther adalah sebuah aktivitas bercakap-cakap dengan Allah secara spiritual.
Itulah sehingga, sola scriptura bagi Luther adalah keyakinan pada upaya untuk terus berusaha
memahami kehendak Allah dari Alkitab. Kebenaran di dalamnya diperoleh dari dialog terus
menerus.
Melalui pemahaman Alkitab oleh Luther ini maka manusia kembali dihadirkan sebagai orang
percaya yang terus mencari pengertian. Tidak ada pengetahuan apalagi doktrin yang mutlak
dalam proses manusiawi ini, sebab hanya Allah yang mutlak. Percakapan atau dialog dengan
Alkitab mesti terus dilakukan dalam kehidupan bergereja yang kemudian pengertian dan
pengetahuan yang diperoleh darinya dikonstruksi menjadi praksis untuk mengembangkan dan
melestarikan kehidupan.
Menurut Yohanes Calvin

Alkitab bukannlah suatu keyakinan yang berdiri sendiri dan yang dengan demikian bersifat
intelektualistis. Tetapi, keyakinan tentang sifat Alkitab berkaitan dengan penerimaan kita atas
isi Alkitab, yaitu Yesus Kristus dan segala kebaikan-Nya.

❖ Apa Sejarah Alkitab Sehingga Terdiri dari 66 Buku

Arti Istilah Alkitab

Dalam sejarah terbentuknya Alkitab perlu diketahui asal kata Bible yang berasal dari kata
Latin yaitu Biblia, juga berasal dari bahasa Latdain abad pertengahan, bahasa Latin Akhir dan
juga dari kata Yunani Koine, bentuk tunggalnya adalah Biblion. Kata Latin dari abad
pertengahan Biblia merupakan singkatan dari Biblia Sacra atau Kitab Suci yang juga
diterjemahkan dari bahasa Yunani Biblia ta Hagia, sementara Biblia dari bahasa Yunani dan
Latin Akhir adalah bentuk jamak netral secara gender (Bibliorum), yang secara bertahap
dianggap sebagai kata benda feminin tunggal (Bibliae) dalam bahasa Latin abad pertengahan,
kemudian diserap sebagai bentuk tunggal dalam bahasa daerah setempat di wilayah Eropa Barat.
Sedangkan dalam bahasa Indonesia kata Alkitab berasal dari bahasa Arab ‘Al-Kitab’ yang
berarti buku atau kitab.

Kata Biblia sendiri secara harfiah berarti ‘kertas atau gulungan naskah’ yang kemudian
digunakan sebagai kata yang umum untuk menyebut buku atau kitab. Bentuk singkat dari Byblos
atau ‘papyrus mesir’, yang kemungkinan berasal dari nama pelabuhan laut milik bangsa Fenisia
yaitu Byblos (Gebal) dimana papirus mesir diekspor ke Yunani. Frasa dalam bahasa Yunani ta
biblia yang secara harfiah berarti ‘kitab – kitab papirus kecil’ adalah ungkapan yang digunakan
oleh kaum Yahudi Helenistik untuk mendeskripsikan Septuaginta, kitab – kitab suci mereka.

Sejak tahun 223 M penggunaan istilah tersebut oleh kalangan Kristen telah dapat ditelusuri.
Menurut seorang akademisi biblika bernama F.F. Bruce menyatakan bahwa Yohanes
Krisostomus tampaknya menjadi penulis pertama yang menggunakan frasa ta biblia yang
digunakan untuk mendeskripsikan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.

Sejarah Penulisan Alkitab

Sejarah terbentuknya Alkitab dapat ditelusuri pada abad ke 2 SM ketika kelompok –


kelompok Yahudi diketahui telah menyebut kitab – kitab dalam Alkitab sebagai kitab – kitab
suci (scriptures) dan menyebutnya kudus atau suci dalam bahasa Ibrani. Umat Kristen yang
berbahasa Inggris masa kini pada umumnya menyebut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru
dengan sebutan The Holy Bible (ta biblia ta agia dalam bahasa Yunani) atau The Holy Scriptures
(Agia Graphe). Kalangan Kristen Protestan di Indonesia sering menggunakan sebutan Alkitab
sementara Kristen Katolik menyebutnya Kitab Suci.

Pada abad ke 13 Stephen Langton membagi Alkitab ke dalam pasal – pasal atau bab,
dilanjutkan oleh seorang tukang cetak Prancis bernama Robert Estienne pada abad ke 16
membaginya ke dalam ayat – ayat. Pada saat ini Alkitab terbagi berdasarkan kitab, pasal dan
ayat. Salinan Alkitab tertua yang lengkap dan masih ada sampai sekarang adalah berupa buku
perkamen dari abad ke 4 awal dan disimpan di Perpustakaan Vatikan, juga dikenal dengan nama
Kodeks Vaticanus. Salinan tertua Tanakh dalam Bahasa Ibrani dan Aram bertanggal abad ke 10
M, salinan tertua Alkitab Latin lengkap adalah Kodeks Amiatinus yang bertarikh abad ke 8.

Sebelum ditemukannya mesin cetak, dalam sejarah terbentuknya Alkitab bagian –


bagiannya disalin dengan tingkat ketelitian yang tinggi menggunakan tulisan tangan oleh para
penganutnya. Buktinya bisa dilihat dari salinan – salinan yang ditemukan hingga sekarang, yang
sama dengan teks yang digunakan secara umum. Selain itu juga ada kutipan – kutipan langsung
dari surat – surat zaman dulu yang mendukung kebenaran salinan tersebut sejak zaman purba
hingga sekarang. Ketika mesin cetak diciptakan pertama kali di Eropa, Alkitab Latin Vulgata
merupakan buku pertama yang dicetak dengan mesin cetak tipe bergerak di Percetakan Johannes
Gutenberg pada 1455. Penemuan mesin cetak ini sangat mempercepat penyebaran Alkitab di
seluruh dunia secara drastis.

Struktur Alkitab Kristen

Perjanjian Lama dalam sejarah terbentuknya Alkitab dapat dikelompokkan menjadi lima
bagian yang utama yaitu Kitab Taurat, Kitab Sejarah, Kitab Hikmat, Kitab Nabi – Nabi Besar
dan Kitab Nabi – Nabi Kecil. Pengelompokan dalam sejarah perjanjian baru adalah Kitab Injil
(4 kitab), Kitab Sejarah (1 Kitab), Surat – Surat Rasuli (21 Kitab) dan Kitab Wahyu (1 Kitab).
Sejarah Perjanjian Lama menceritakan kisah dimana para tokoh dan nabi yang ada pada masa
sebelum lahirnya Yesus Kristus, dari mulai Adam sampai Maleakhi. Perjanjian Baru memuat
kitab – kitab Injil sejumlah 4 kitab berbeda yang berisi sejarah dan riwayat Yesus Kristus sejak
sebelum lahir hingga kenaikannya dan surat – surat yang ditulis oleh para pengikutnya.

Masing – masing kitab dibagi atas pasal – pasal untuk memudahkan pencarian lokasi
pernyataan dalam Alkitab. Kitab – kitab yang terdiri dari satu pasal saja ada lima yaitu Kitab
Obaja, Surat Filemon, Surat 2 Yohanes, Surat 3 Yohanes dan Surat Yudas, sedangkan yang
paling panjang memuat 150 pasal yaitu Kitab Mazmur. Masing – masing pasal kemudian dibagi
menjadi sejumlah ayat, Mazmur 117 paling sedikit berisi dua ayat dan Mazmur 119 berisi 176
ayat paling banyak. “alamat Alkitab” adalah cara untuk memudahkan pencarian lokasi ayat
dalam Alkitab, misalnya pada Kejadian 1:1 merujuk pada Kitab Kejadian yaitu Kitab pertama
dalam Alkitab, pasal pertama dan ayat pertama.

Kitab – kitab di sejarah terbentuknya Alkitab tersusun secara semi kronologis dan bukan
dari waktu penurunan Wahyu. Penggolongan ini dilakukan karena beberapa Alkitab tidak jelas
waktu penulisannya dan siapa penulisnya sedangkan beberapa kitab lain adalah kumpulan
tulisan yang dikelompokkan menurut gaya penulisan yang ada didalamnya. Misalnya Kitab
Amsal yang ditulis oleh Raja Salomo tidak disusun setelah Kitab 1 Raja – Raja yang membahas
riwayat hidupnya tetapi ditempatkan berkelompok dengan kitab – kitab puisi lain seperti Kitab
Ayub, Mazmur, Pengkhotbah, dan Kidung Agung. Juga Kitab Nabi Yeremia yang hidup di
zaman Raja Yosia tidak ditempatkan setelah Kitab 2 Raja – Raja yang berisi riwayat Raja Yosia
tetapi disusun bersama dengan kitab nabi besar lainnya, seperti Kitab Yesaya, Yeremia, Ratapan,
Yehezkiel dan Daniel.

Pembagian dalam sejarah terbentuknya Alkitab adalah hasil dari kanonisasi yang dilakukan
oleh Bapa Gereja awal dan tidak berubah sejak abad ke 4 M, tetapi beberapa terjemahan Alkitab
terkadang memiliki konvensi yang agak berbeda. Contoh dalam kitab Mazmur bahasa Indonesia,
nama penggubah Mazmur dan judul lagunya dijadikan ayat yang pertama dalam satu pasal
sedangkan dalam Alkitab bahasa Inggris tidak demikian. Karena itu Alkitab Bahasa Indonesia
memiliki ayat lebih banyak hingga beberapa puluh daripada Alkitab bahasa Inggris. Selain itu
terdapat sub pasal yang disebut dengan perikop untuk memudahkan pembacaan dan pencarian
kembali bagian tertentu dan bukan merupakan bagian isi Alkitab yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai