KELAS: XI MIPA 2
2023
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yesus, atas berkat dan anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “TEOLOGI EKOLOGI”.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan dan pihak-pihak yang telah menyediakan sumber informasi untuk
makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan terutama bagi pembaca
umumnya. Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan dan kiranya kita semua menjadi orang yang taat kepada Allah dan Firman
Tuhan.
1
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN…………………………………………………………………….3
BAB II : PEMBAHASAN……………………………………………………………………….4
BAB II : PENUTUP……………………………………………………………………………10
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………11
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
bermula ketika manusia menempatkan dirinya sebagai pusat alam semesta dan tuan dari
segala yang ada di bumi, sedangkan ciptaan lainnya hanya sebagai alat dan instrumen
pelengkap untuk tujuan hidup manusia. Keutuhan ciptaan yang telah rusak harus dipulihkan
dan diselamatkan. Ini menjadi tugas dan tanggung jawab baru bagi manusia. Pertobatan
ekologis sangat diperlukan guna kelangsungan hidup ciptaan Allah. Kesadaran diri sebagai
makhluk ciptaan yang sempurna, manusia perlu mengingat kembali kebebasan yang
bertanggung jawab yang pernah diberikan Allah demi kelangsungan hidup manusia.
Menurut perspektif iman Kristen dalam cerita penciptaan dikatakan bahwa manusia
diciptakan bersama dengan seluruh alam semesta. Itu berarti bahwa manusia mempunyai
keterkaitan dan kesatuan dengan lingkungan hidupnya. Akan tetapi, diceritakan pula bahwa
hanya manusia yang diciptakan sebagai gambar Allah ("Imago Dei") dan diberikan
kewenangan untuk menguasai dan menaklukkan bumi dengan segala isinya. Jadi di satu segi,
manusia adalah bagian integral dari ciptaan (lingkungan), akan tetapi di lain segi, ia
diberikan kekuasaan untuk memerintah dan memelihara bumi. Maka hubungan manusia
dengan lingkungan hidupnya seperti dua sisi dari mata uang yang mesti dijalani secara
seimbang.
Kesatuan manusia dengan alam terlihat jelas dari unsur materi yang Allah gunakan
untuk menciptakan manusia, yakni dari debu tanah. Oleh karena itu, merusak alam dalam
perspektif iman Kristen, sama saja dengan merusak unsur utama dari diri manusia. Tidak
dapat disangkal bahwa keterikatan manusia dengan alam membuat manusia bertanggung
jawab penuh akan kelestarian alam di sekitarnya (Kejadian 2:15). Mengusahakan yang
dimaksud dalam Kejadian 2:15, ialah “Manusia sebagai citra Allah seharusnya
memanfaatkan alam sebagai bagian dari ibadah dan pengabdiannya kepada Allah. Dengan
kata lain, penguasaan atas alam seharusnya dijalankan secara bertanggung jawab:
memanfaatkan sambil menjaga dan memelihara. Ibadah yang sejati adalah melakukan apa
saja yang merupakan kehendak Allah dalam hidup manusia, termasuk hal mengelola
("abudah") dan memelihara ("samar") lingkungan hidup yang dipercayakan kekuasaan atau
kepemimpinannya pada manusia.”
5
Alam yang diciptakan dalam keadaan baik adanya, sangat disayangkan apabila tidak ada
yang memelihara dan mengaturnya. Allah menginginkan agar alam ciptaannya dipelihara
sebaik-baiknya, dalam hal itulah Allah mempercayakan manusia untuk melanjutkan tugas
Allah menjaga seluruh ciptaan. Manusia dibekali dengan akal budi sebagai suatu kelebihan
dan anugerah yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya agar dapat melakukan tugas dan
tanggung jawabnya dengan baik. Hal ini menjadi tugas besar bagi manusia, dengan
kemampuan yang diberikan manusia harus mengupayakan diri untuk hidup dan juga
mengatur dan memelihara semua itu.
Menjaga dan memelihara alam juga menjadi tugas dari gereja yang berdiri di tengah-
tengah alam ciptaan Allah. Gereja sering kali mendapat kritikan dari para pecinta lingkungan
bahwa gereja berfokus pada khotbah-khotbah yang mengarah pada pengajaran tentang iman
dan keselamatan tetapi lupa akan penatalayanan ekologi. Gereja perlu mendorong
masyarakat untuk memahami tentang pemahaman dan praktik penatalayanan ekologi.
Berikut adalah langkah-langkah teologis yangmenunjukkan peran dalam menghadapi
krisis ekologi yang sedang terjadi:
1. Menunjukkan kepedulian terhadap ciptaan dengan mengingat kembali bahwa bumi
sebagai oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal.
2. Manusia sebagai pusat utama di bumi dengan tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai
pengurus seluruh ciptaan.
3. Gaya hidup manusia yang menunjukkan kepedulian terhadap alam.
4. Menyadarkan terus tentang kerusakan lingkungan hidup yang berdampak langsung kepada
manusia. Gereja perlu menyuarakan kritik atau memberikan masukan-masukan bagi
masyarakat ataupun pemerintah terkait dengan upaya melestarikan lingkungan hidup
5. Perayaan lingkungan hidup dalam liturgi. Misalnya membuat ibadah khusus untuk
merayakan lingkungan hidup. Dalam ibadah, ada baiknya kita melakukan penyesalan dosa
yang dilakukan terhadap alam semesta karena ulah manusia yang telah merusak alam.
Pentingnya juga untuk menciptakan dan menyanyikan lagu-lagu rohani yang bertemakan
alam.
Sederhananya, manusia dipanggil oleh Allah untuk menjadi penatalayanan, pengurus
rumah ciptaan Allah. Seorang penatalayanan adalah seorang pelayan dan pengawas, yang
dipercayakan oleh Allah dan memiliki kehidupan yang baik. Seorang penatalayanan dapat
menjalankan mandat dari Allah yaitu menggunakan seluruh ciptaan Allah dengan baik dan
bijak. Mandat ini menjadi suatu hadiah untuk manusia yang harus dijaga, tetapi terkadang
manusia sering melupakan tugas itu dan memposisikan diri sebagai pencipta dari seluruh
yang ada di bumi. Mandat yang diberikan Allah bukan suatu hal yang biasa saja, tetapi
menjadi suatu tanggung jawab besar untuk dilakukan dan juga manusia harus menunjukkan
keadilannya terhadap seluruh ciptaan yang ada.
Lalu bagaimana respon manusia terhadap alam? Dalam karya penciptaan Allah dalam
kitab Kejadian merupakan hasil karya yang begitu mengesankan. Tidak bisa dipungkiri
bahwa manusia hadir (diciptakan Allah) di dunia setelah Allah menciptakan dunia (alam) ini.
Apakah tujuan Allah untuk menciptakan Alam (hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam sekitar)
6
terlebih dahulu lalu menciptakan manusia? Tentunya agar manusia bertanggung jawab atas
hasil Allah yang begitu luar biasa ini. Memang dalam Kejadian 9 menunjukkan betapa alam
ini telah menjadi rusak akibat kejatuhan manusia ke dalam dosa. Namun demikian, keadaan
alam yang telah rusak sekali pun tidak mengurangi nilainya. Oleh karena itu, James
Montgomery Boice memberikan beberapa hal yang perlu untuk dilakukan oleh manusia demi
menjaga alam ciptaan Allah:
1. Manusia harus bersyukur untuk dunia yang telah Allah jadikan dan memuji Dia untuk hal
itu
2. Manusia harus bersuka atas ciptaan. Bersuka erat kaitannya dengan bersyukur, tetapi itu
adalah suatu langkah melampaui bersyukur.
3. Manusia (orang-orang Kristen) harus menunjukkan suatu tanggung jawab terhadap alam.
Kita seharusnya tidak menghancurkannya hanya demi menghancurkannya, tetapi seharusnya
berusaha untuk mengangkatnya kepada potensinya yang paling penuh.
4. Alam semesta harus digunakan oleh manusia dengan cara yang semestinya.
5. Setelah mereka merenungkan alam dan menghargainya, orang Kristen seharusnya sekali
lagi berpaling kepada Allah yang menjadikan dan menopangnya setiap saat dan seharusnya
belajar untuk memercayai Dia. Allah memelihara alam, sekalipun alam disalahgunakan
karena dosa-dosa kita.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ekoteologi merupakan salah satu ilmu teologi yang membahas tentang ekologi.
Ekoteologi mengambarkan hubungan antara lingkungan dengan manusia dan Allah. Tugas
dan tanggung jawab manusia terhadap alam yang banyak dijelaskan dalam Alkitab, tidak
sepenuhnya dilakukan dan dilaksanakan dengan baik. Kebebasan yang diberikan Allah
kepada manusia disalahartikan sehingga manusia dengan mudahnya merusak alam. Bukan
lagi sebagai mitra kehidupan, tetapi alam menjadi alam pemenuhan kebutuhan manusia tanpa
adanya upaya pelestarian sehingga banyak terjadi krisis ekologi.
Krisis ekologi yang terjadi saat ini seharusnya menjadi perhatian dari gereja dan orang-
orang Kristen. Kita perlu keluar untuk melihat persoalan lingkungan terjadi. Bukan lagi
terkurung dalam setiap sudut ruang, tetapi sudah saatnya kita memahami tentang praktik
penatalayan ekologi. Alam membutuhkan peran kita murid-murid Kristus untuk melakukan
upayaupaya pelestarian. Upaya pelestarian dapat dimulai dari kesadaran dalam diri untuk
dapat membatasi diri untuk tidak merusak alam.
3.2 SARAN
Alam sangat berdampingan dengan kita. Sebagai orang-orang Kristen, seharusnya kita
mulai menyadari pentingnya peran alam. Sebagai teladan Kristus, kita harus menjaga alam
sebagaimana yang Allah perintahkan kepada kita. Manusia memang diperintahkan Allah
untuk mengelola alam, namun kita tidak boleh bersikap serakah dan mengambil semaunya,
kita harus tetap menjaga alam dan melestarikannya. Menjaga alam dapat dilakukan dari diri
sendiri dengan hal-hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, membersihkan
selokan, menglola limbah rumah tangga (air bekas cuci, sisa makanan, kemasan plastic, dll),
dan masih banyak lagi.
10
DAFTAR PUSTAKA
- https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/20891/2/T1_712014075_BAB
%20II.pdf
- https://www.academia.edu/43719081/
PAPER_Teologi_Lingkungan_Hidup_Ekoteologi_Peran_Gereja_dalam_Era_Globalisasi
- https://media.neliti.com/media/publications/349837-penatalayanan-gereja-di-bidang-
misi-seba-4bec49f4.pdf
- file:///C:/Users/USER/Downloads/karya_ilmiah_ekologi_%20Frets%20-Final%20(1).pdf
- https://reformed.sabda.org/etika_lingkungan_hidup_dari_perspektif_teologi_kristen
- https://jpicofmindonesia.org/2022/02/pengantar-teologi-ekologi/
-
11