Anda di halaman 1dari 186

MAKALAH

(KITAB ROMA SAMPAI KITAB WAHYU)

DISUSUN OLEH :

NAMA : Victor Viky Laisina

NIM : 77.3180

PRODI : THEOLOGI

TNGT/SMTER : I / II

M.KULIAH : PPPB II

DOSEN : DR FERDINAND SITINJAK, M. TH

“SEKOLAH TINGGI THEOLOGI “IKAT”

“JAKARTA 2023”
KATA PENGANTAR

Syalom buat kita semua, atas kasih karunia-Nya saya bisa menyelesaikan tugas yang
diberikan dosen yaitu FERDINAND SITINJAK, M. TH yang dimana tugas saya untuk
melakukan penyelidikan/pencarian terhadap Alkitab yang berawal dari kitab Roma
sampai wahyu. Segala Pujian dan Hormat saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Kuasa yaitu Tuhan kita Yesus kristus. Oleh karena kasiih dan anugerah-Nya kepada
saya sehingga saya dapat menyelesaikan paper yang berjudul,
penyelidikan/pencarian terhadap Alkitab yang berawal dari kitab Roma sampai
wahyu.

Saya mennyadari bahwa dalam penyusunan paper ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak makah penyusun mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada: sebagai bapa Dosen yang telah membagi pengetahuan dan ilmunya dan yang
telah menyediakan waktu untuk mengajar dan membimbing dalam mata kuliah PPPB2
ini yaitu bapak : FERDINAN SITINJAK, M.TH Tuhan Yesus memberkati, dan
terimakasih juga Semua pihak yang telah memberikan semangat dan pemahaman baru
melalui setiap pertemuan untuk berdiskusi baik di dalam kelas maupun di luar kelas.
Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.

Saya juga menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh sekali dari
sempurna, untuk itu saya mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyusunan paper di masa yang akan datang. Akhir kata semoga paper ini dapat
berguna bagi kita. Tuhan Yesus memberkati kita semua syalom.

Disusun oleh

Victor Viky Laisina Tanggal 6/3/2023


BAB I

PENDAHULUAN SURAT RASUL PAULUS KEPADA JEMAAT DI ROMA

Latar Belakang

Tema: Kebenaran Allah telah Dinyatakan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 57P.

Di surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa dia sudah berkali-kali
merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu
kedatangannya masih dihalangi (Rom 1:13-15; Rom 15:22). Dia menegaskan kerinduan
yang sungguh untuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk
datang dengan segera (Rom 15:23-32).

Ketika menulis surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rom
15:25-26; Kis 20:2-3; 1Kor 16:5-6), Paulus berada di Korintus di rumah Gayus (Rom
16:23; 1Kor 1:14). Sementara menulis surat ini melalui pembantunya Tertius (Rom
16:22), dia sedang merencanakan kembali ke Yerusalem untuk hari Pentakosta (Kis
20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi
persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di
Yerusalem (Rom 15:25-27). Segera setelah itu, Paulus mengharapkan dapat pergi ke
Spanyol untuk menginjil dan mengunjungi gereja di Roma pada perjalanannya untuk
memperoleh bantuan dari mereka bila makin ke barat (Rom 15:24,28).

Surat Roma adalah salah satu surat yang terdapat di Alkitab Perjanjian Baru yang


sangat diyakini sebagai tulisan asli Paulus. Dalam surat ini terkesan bahwa tugas
Paulus di kawasan Timur kekaisaran Romawi, antara lain untuk mengumpulkan dana
bagi jemaat di Yerusalem, telah selesai. Tampaknya surat ini merupakan surat terakhir
Paulus yang ditulisnya di daerah Yunani.Ada anggapan bahwa surat ini adalah sebuah
ringkasan komprehensif dari seluruh teologi Paulus. Hal ini disebabkan keadaan jiwa
Paulus yang lebih reflektif ketika menulis surat ini daripada surat Galatia atau surat
Korintus. Surat Paulus kepada jemaat di Roma ini ditulis untuk mempersiapkan mereka
terhadap kunjungan Paulus kepada mereka, dan selain itu, Paulus juga sedang
memperhalus beberapa aspek pemikirannya yang ternyata disalahtafsirkan, sehingga
hal ini menjadi prioritas Paulus saat itu.

Ayat-ayat terkenal

Roma 3:23-24: Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan
kemuliaan Allah dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena
penebusan dalam Kristus Yesus.

Roma 6:23: Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal
dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

Roma 8:28: Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Penulis

Penulis surat ini adalah rasul Paulus, yang memperkenalkan dirinya di awal surat
(Roma 1:1) dengan namanya ("Paulus"), identitasnya ("hamba") Yesus Kristus), tugas
panggilannya ("rasul" atau apostolos) dan tujuan pekerjaannya ("dikuduskan untuk
memberitakan Injil Allah"). Surat ini sendiri tidak ditulis tangan oleh Paulus, melainkan
menggunakan jasa seorang sekretaris bernama Tertius, yang menyatakan dirinya pada
ayat Roma 16:22. Paulus bukanlah pendiri jemaat di Roma, sehingga ia tidak
mengetahui langsung keadaan jemaat ini, tetapi ia mendapat informasi dari orang-
orang Kristen yang datang dari Roma ke Korintus, tempat ia membuat surat ini. Sudah
sejak lama Paulus ingin mengunjungi orang-orang Kristen di Roma, dan sangat ingin
menyampaikan Injil di sana, tetapi keinginannya tersebut selalu terhalang, padahal
sewaktu di Efesus, Paulus merencanakan untuk pergi
melalui Akhaya dan Makedonia. Keinginan Paulus bertambah besar ketika ia
mengalami kesulitan di Yerusalem dan ia merasa kehidupannya seolah-olah akan
segera berakhir, saat itu ia mendapatkan penglihatan bahwa Tuhan berdiri di
sampingnya dan menguatkannya untuk dapat terus menguatkan hati sehingga Paulus
dapat bersaksi juga di Roma.
Sebutan Paulus untuk dirinya sendiri, yaitu sebagai hamba atau budak sahaya (doulos)
Yesus Kristus dan juga sebagai "rasul" (apostolos) sama seperti di surat-suratnya yang
lain. Paulus merasa dirinya menjadi seorang hamba bukan karena keinginan dirinya
sendiri tetapi karena kuasa Kristus Yesus.

Tujuan surat

Paulus menulis surat ini untuk mempersiapkan jalan bagi pelayanannya di Roma serta
rencana pelayanan ke Spanyol. Tujuannya lipat dua.

Karena jemaat Roma rupanya mendengar kabar angin yang diputarbalikkan mengenai
berita dan ajaran Paulus (mis. Rom 3:8; Rom 6:1-2,15), Paulus merasa perlu untuk
menulis Injil yang telah diberitakannya selama dua puluh lima tahun.

Dia berusaha untuk memperbaiki beberapa persoalan yang terjadi di dalam gereja
karena sikap salah orang Yahudi terhadap mereka yang bukan Yahudi (mis. Rom 2:1-
29; Rom 3:1,9) dan orang bukan Yahudi terhadap orang Yahudi (mis. Rom 11:11-36),
dan Surat Paulus ini sudah pasti ditujukan kepada jemaat di Roma. Jemaat Roma pada
saat itu sedang mendapat banyak tekanan baik dari orang Yahudi maupun orang-
orang Romasendiri dan selain itu di dalam tubuh jemaat Roma sendiri sedang terjadi
konflik. Oleh karena itu Paulus mengirimkan surat ini untuk menasihati jemaat di Roma,
bagaimana seharusnya bersikap terhadap keadaan mereka dan bagaimana sikap
mereka kepada pemerintah. Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya
tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-
orang Kristen. Sepanjang surat ini, Paulus menekankan bahwa hukum Taurat tidak lagi
mengikat sebagai hukum, karena Taurat tersebut tidak lagi berlaku, kecuali sebagai
sejarah kudus yang menceritakan bagaimana umat bisa sampai pada keadaan
sekarang ini. End menuliskan bahwa data mengenai makna penulisan Surat Roma
yang dapat ditemukan dalam surat itu sendiri dapat diringkaskan sebagai berikut:

(a) berkenalan dengan jemaat, yang tidak didirikan Paulus (1:11 dyb.).

(b) meminta dukungan keuangan dan penyediaan sarana untuk perjalanan ke Spanyol
yang sedang direncanakan Paulus (15:24).
(c) meminta doa syafaat jemaat Roma berhubung dengan konfrontasi dengan orang
Yahudi di Yerusalem (15:30-31).

(d) meminta doa syafaat jemaat Roma berhubung dengan ketidakpastian paulus
mengenai sikap jemaat Kristen di Yerusalem terhadap sumbangan jemaat-jemaat di
Makedonia dan Akhaya yang dibawa Paulus ke Yerusalem (15:30-31).

(e) Agaknya juga meredakan perselisihan yang sedang berlangsung dalam jemaat
Roma (14:1-15:13).

Tempat Penulisan

Informasi dari Surat 1 Korintus, Surat 2 Korintus, Surat Roma ini dan Kisah Para


Rasul menunjukkan bahwa surat ini ditulis di Korintus sekitar waktu Paulus
mengumpulkan uang untuk membantu jemaat di Yerusalem yang saat itu sangat miskin
dan membutuhkan dana dari berbagai jemaat di sekitar Laut Tengah. Ketika surat ini
dibuat, Paulus sudah selesai mengumpulkan dan sedang bersiap-siap untuk
membawakan dana kepada jemaat di Yerusalem. Diperkirakan bahwa Paulus menulis
surat ini ketika tinggal di rumah Gayus di Korintus. Tampaknya Paulus berniat naik
kapal langsung dari Korintus ke Yudea. Pada waktu itu juga, Febe,
seorang diaken perempuan yang melayani di Kengkrea,akan berangkat dari Korintus ke
Roma dan ialah pembawa surat Roma ini, sehingga Paulus meminta jemaat di sana
menyambutnya dengan baik.

Waktu penulisan

Semua pelayaran di Laut Tengah praktis dihentikan setelah tanggal 11 November,


karena cuaca buruk selama musim dingin, dan baru dimulai lagi tanggal 10 Maret setiap
tahunnya, sehingga surat Roma rupanya ditulis sebelumnya, yaitu pada musim gugur
tahun 57 M. Robinson meyakini penulisannya pada musim semi (antara
bulan Maret - Juni) tahun 57 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53-54, atau
tahun 53-56.

Rencana Paulus sendiri berubah karena ancaman orang Yahudi, sehingga Paulus tidak
jadi naik kapal dari Korintus, melainkan berjalan kaki ke Makedonia dan berlayar
ke Yerusalem dari Filipi pada musim semi tahun berikutnya (58 M).. Paulus baru
sampai di Roma setelah ditangkap dan diadili di Yudea.

Struktur

Surat Roma merupakan surat yang menyangkut banyak aspek dan hasil dari
penyusunan yang sangat teliti. Untuk memahaminya, surat ini dapat dibagi menjadi
empat bagian:

Pasal 1-8, mengenai masalah kebenaran

Pasal 9-11, berbicara mengenai masalah bangsa Yahudi

Pasal 12-15, mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis

Pasal 16, surat pengantar untuk Febe dan daftar nama orang-orang yang dikirimi salam
oleh Paulus

Muatan teologis

Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan

Dalam surat Roma ini, Paulus memberikan penjelasan mengenai Injil secara


menyeluruh. Ia menegaskan bahwa dirinya dipanggil dan diutus oleh Allah untuk
memberitakan Injil dan menuntun bangsa-bangsa supaya percaya dan taat kepada
Allah. Paulus mendefinisikan Injil (euangelion) sebagai kekuatan Allah. Ungkapan ini
menunjukkan ciri KristologiPaulus. Injil menjadi kekuatan Allah yang
menyelamatkan. Injil menjadi representasi dari kuasa Allah yang menyelamatkan,
bukan hanya sekadar menjadi informasi tentang penyelamatan Allah. Tindakan
penyelamatan Allah tersebut terjadi di dalam Injil dan bertujuan untuk menyelamatkan
setiap manusia. Injil menyelamatkan semua bangsa baik Yahudi maupun non Yahudi.

Kutuk dan pembenaran Allah

Paulus juga berbicara mengenai kutuk Allah. Manusia yang hidup tanpa Kristus
digambarkan seperti manusia yang hidup di dalam kutuk. Menurut Paulus
orang Yahudi maupun non Yahudi telah berdosa dan berada di bawah murka
Allah. Mereka gagal mengenal siapa Allah sesungguhnya dan menyembah
berhala. Paulus juga mengingatkan bahwa Hukum Taurat dan sunat memang baik dan
suci tetapi tidak dapat dipakai untuk membenarkan manusia di hadapan Allah. Bagi
Paulus manusia dibenarkan bukan karena perbuatannya tetapi
oleh iman. Pembenaran cuma-cuma datang dari Allah melalui Kristus yang telah mati di
kayu salib. Menurut Udo Schnelle, dalam hal ini Paulus tidak setuju dengan
pemahaman Yahudi yang meyakini bahwa seseorang dapat dibenarkan oleh
perbuatan.

Hidup dalam pengharapan

Paulus menggambarkan orang beriman adalah orang yang mengalami penderitaan dan
tetap memiliki pengharapan akan pemenuhan janji Allah. Menurut Paulus ada tiga
dasar pengharapan bagi orang beriman.

Kematian Kristus. Paulus menegaskan bahwa kematian Kristus merupakan inisiatif


Allah untuk memenangkan dan mendamaikan manusia dengan Allah.

Kebangkitan Kristus. Paulus mendasarkan pengharapan orang percaya pada Kristus


yang bangkit dan hidup. Meskipun orang percaya akan mati karena dosa Adamtetapi
akan dibangkitkan pada masa yang akan datang.

Pemberian Roh Kudus. Pemberian Roh Kudus merupakan tanda kasih Allah kepada


orang beriman. Ada jaminan yang diberikan kepada orang beriman bahwa sekalipun
mengalami penderitaan, Allah tidak akan mengecewakan mereka.

Di dalam surat ini, Paulus juga melukiskan pengharapan sebagai suatu hasrat yang
besar dalam menantikan Allah yang akan menyatakan status orang beriman sebagai
anak-anak Allah. Status ini yang akan dinyatakan kepada manusia.

Kesetiaan Allah kepada Israel

Paulus juga membahas persoalan yang saat itu dihadapi yaitu masalah kepercayaan
akan Kristus. Banyak yang menganggap bahwa Allah tidak setia kepada umat pilihan-
Nya Israel. Paulus mencoba menegaskan hal ini bahwa Allah tetap setia kepada
Israel. Meskipun demikian, Allah adalah Allah yang Mahakuasa dan bebas menentukan
pilihan-Nya. Allah murka kepada orang-orang Yahudi karena mereka gagal
melaksanakan hukum Taurat. Allah memilih orang non-Yahudi menjadi umat-Nya untuk
membuat orang-orang Yahudi iri. Namun, tidak selamanya Allah akan murka kepada
mereka. Allah akan tetap setia kepada Israel dan bangsa-bangsa lain jika mereka takut
akan Allah.Pada akhirnya, Allah akan tetap menyelamatkan semua orang Israel baik
Yahudi maupun non-Yahudi.

Gereja sebagai tubuh Kristus

Dalam surat ini Paulus juga menghimbau jemaat di Roma untuk mempersembahkan
tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup dan berkenan di hadapan Allah. Untuk
mewujudkan hal tersebut, sebagai manusia yang hidup di dalam
dunia, Paulus mengingatkan jemaat di Roma agar tidak serupa dengan dunia ini
melainkan harus berubah oleh pembaharuan akal budi. Paulus mengingatkan bahwa
sebagai sebuah persekutuan, jemaat harus hidup dalam kasih, dimana golongan yang
kuat haruslah mengasihi golongan yang lemah dan golongan yang lemah harus
menerima golongan yang kuat. Kedua golongan yang ada di jemaat Roma saat itu
diingatkan oleh Paulus untuk saling menerima dan mengasihi satu sama lain, supaya
keutuhan persekutuan jemaat sebagai tubuh Kristus dapat dipertahankan.

Kaitan dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab

Dalam surat ini, Paulus mengutip sejumlah ayat dari Alkitab Ibrani, termasuk
dari Taurat, terutama dari Kitab Kejadian, dan Nevi'im, terutama dari Kitab Yesaya.
Kaitan dengan kitab-kitab Injil terlihat jelas dari pengutipan
kisah Kematian dan Kebangkitan Yesus. Disebutkan juga kota-kota lain yang pernah
dikunjungi oleh Paulus dan dikirimi surat olehnya, seperti Korintus dan Efesus. Tidak
terlihat kaitan langsung dengan surat-surat ataupun kitab (Wahyu kepada Yohanes)
dari rasul-rasul lain (Yakobus, Simon Petrus, Yohanes, dan Yudas), meskipun sepakat
dalam hal muatan iman Kristen.

Garis Besar Roma


Garis Besar

Pendahuluan
(Rom 1:1-17)

I. Kebutuhan Mendesak Manusia Akan Kebenaran (Rom 1:18-3:20)

A. Kebutuhan Orang Bukan Yahudi (Rom 1:18-32)

B. Kebutuhan Orang Yahudi (Rom 2:1-3:8)

C. Kebutuhan Semua Orang (Rom 3:9-20)

II. Penyediaan Kebenaran yang Mulia oleh Allah (Rom 3:21-5:21)

A. Pembenaran oleh Iman Diringkaskan (Rom 3:21-31)

B. Pembenaran oleh Iman Digambarkan Dalam Abraham (Rom 4:1-25)

C. Berkat dan Keyakinan yang Menyertai Pembenaran (Rom 5:1-11)

D. Adam dan Kristus Dibandingkan (Rom 5:12-21)

1. Adam/Dosa/Penjatuhan Hukuman/Kematian

2. Kristus/Kasih Karunia/Pembenaran/Hidup

III.Kebenaran Berkarya Melalui Iman (Rom 6:1-8:39)

A. Kebebasan dari Perbudakan Dosa (Rom 6:1-23)

1. Mati Bersama Kristus terhadap Dosa (Rom 6:1-14)

2. Hidup Bersama Kristus sebagai Hamba Kebenaran (Rom 6:15-23)

B. Kebebasan dari Pertentangan di Bawah Hukum Taurat


(Rom 7:1-25)

C. Kebebasan Melalui Hukum Roh Kehidupan (Rom 8:1-39)

IV. Kebenaran oleh Iman Berkaitan dengan Israel (Rom 9:1-11:36)


A. Persoalan Penolakan Israel (Rom 9:1-10:21)

B. Kemenangan Rencana Allah (Rom 11:1-36)

V. Penerapan Praktis dari Kebenaran oleh Iman (Rom 12:1-15:13)

A. Orang Percaya dan Penyerahan Diri (Rom 12:1-2)

B. Orang Percaya dan Masyarakat (Rom 12:3-21)

C. Orang Percaya dan Pemerintah (Rom 13:1-7)

D. Orang Percaya dan Hukum Kasih (Rom 13:8-15:13)

Penutup (Rom 15:14-16:27)

Survai
Tema Surat Roma diketengahkan dalam Rom 1:16-17, yaitu bahwa di dalam Tuhan
Yesus dinyatawkan kebenaran Allah sebagai jawaban terhadap murka-Nya kepada
dosa. Kemudian Paulus menguraikan kebenaran-kebenaran dasar dari Injil. Pertama,
Paulus menekankan bahwa persoalan dosa dan kebutuhan manusia akan kebenaran
adalah umum (Rom 1:18--3:20). Karena baik orang Yahudi maupun orang bukan
Yahudi berada di bawah dosa dan karena itu di bawah murka Allah, tidak ada seorang
pun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah terlepas dari karunia kebenaran melalui
iman kepada Yesus Kristus (Rom 3:21--4:25).

Setelah dibenarkan secara cuma-cuma oleh kasih karunia melalui iman dan setelah
mendapatkan keyakinan akan keselamatan kita (pasal 5; Rom 5:1-21), karunia
kebenaran Allah itu dinyatakan dalam kematian kita bagi dosa dengan Kristus (pasal
6; Rom 6:1-23), pembebasan kita dari pergumulan untuk mencapai kebenaran menurut
hukum Taurat (pasal 7; Rom 7:1-26), pengangkatan kita sebagai anak-anak Allah dan
hidup baru kita "melalui Roh" yang menuntun kita kepada kemuliaan (pasal 8; Rom 8:1-
39). Allah sedang mengerjakan rencana penebusan-Nya kendatipun ketidakpercayaan
Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--11:36).
Akhirnya, Paulus menyatakan bahwa kehidupan yang diubah dalam Kristus
mengakibatkan penerapan kebenaran dan kasih pada semua bidang kelakuan -- sosial,
sipil, dan moral (pasal 12-14; Rom 12:1--14:23). Paulus mengakhiri Surat Roma dengan
keterangan tentang rencananya pribadi (pasal 15; Rom 15:1-33) dan ucapan salam
pribadi yang panjang, nasihat terakhir, dan sebuah kidung pujian (pasal 16; Rom 16:1-
27).

Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.Surat Roma merupakan surat Paulus yang paling
sistematis, surat teologis yang paling hebat dalam PB.Paulus menulis dengan gaya
tanya-jawab atau gaya diskusi (mis. Rom 3:1,4-6,9,31).Paulus memakai PL secara luas
sebagai kekuasaan alkitabiah dalam menyampaikan sifat sesungguhnya dari
Injil.Paulus menyampaikan "kebenaran Allah" sebagai inti penyataan Injil (Rom 1:16-
17): Allah membereskan segala sesuatu di dalam dan melalui Yesus Kristus.Paulus
memusatkan perhatian kepada sifat rangkap dari dosa bersama dengan persediaan
Allah di dalam Kristus untuk masing-masing aspek:dosa sebagai pelanggaran pribadi
(Rom 1:1--5:11), dan prinsip "dosa" (Yun. he hamartia), yaitu kecenderungan bawaan
yang alami untuk berbuat dosa yang tinggal dalam hati setiap orang sejak kejatuhan
Adam (Rom 5:12-8:39).Roma 8 (Rom 8:1-39) adalah uraian yang paling luas dalam
Alkitab mengenai peranan Roh Kudus dalam kehidupan orang percaya.Surat Roma
berisi pembahasan yang paling berbobot mengenai penolakan Kristus oleh orang
Yahudi (terkecuali suatu golongan sisa), dan tentang rencana penebusan Allah yang
bermula dari Israel dan akhirnya menuju kembali kepada Israel (pasal 9-11; Rom 9:1--
11:3

SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS

Latar belakang

Penulis: Paulus
Tema: Masalah-Masalah Jemaat dan Pemecahannya
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56
Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Korintus (disingkat Surat 1 Korintus, I
Korintus, 1Kor atau I Kor) merupakan salah satu dari ketiga surat (1 & 2
Korintus serta Roma) yang menempati posisi sentral dalam bagian Perjanjian
Baru di Alkitab Kristen. Surat Korintus yang pertama ditulis setelah Paulus menerima
kabar buruk dari orang-orang Kloe. Berita buruk tersebut adalah timbulnya persoalan-
persoalan, seperti keikutsertaan jemaat Korintus dalam upacara-upcara keagamaan
kafir, penghakiman di depan orang-orang kafir dan pelacuran. Selain masalah-masalah
etis dan moral, surat ini juga merupakan surat penggembalaan untuk menegur jemaat
di Korintus yang memiliki berbagai macam karunia, sehingga menjadikan jemaat satu
dengan yang lainnya saling menyombongkan diri.

Korintus, sebuah kota kuno di Yunani, dalam banyak hal merupakan kota metropolitan
Yunani yang terkemuka pada zaman Paulus. Seperti halnya banyak kota yang makmur
pada masa kini, Korintus menjadi kota yang angkuh secara intelek, kaya secara materi,
dan bejat secara moral. Segala macam dosa merajalela di kota ini yang terkenal karena
perbuatan cabul dan hawa nafsu.

Bersama dengan Priskila dan Akwila (1Kor 16:19) dan rombongan rasulinya sendiri (Kis
18:5), Paulus mendirikan jemaat Korintus itu selama delapan belas bulan pelayanannya
di Korintus pada masa perjalanan misinya yang kedua (Kis 18:1-17). Jemaat di Korintus
terdiri dari beberapa orang Yahudi tetapi kebanyakan adalah orang bukan Yahudi yang
dahulu menyembah berhala. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, berbagai macam
masalah timbul dalam gereja yang masih muda itu, yang memerlukan wewenang dan
pengajaran rasulinya melalui surat-menyurat dan kunjungan pribadi.

Surat 1 Korintus ditulis selama tiga tahun pelayanannya di Efesus (Kis 20:31) pada
waktu perjalanan misinya yang ketiga (Kis 18:23--21:16). Berita mengenai masalah-
masalah jemaat di Korintus terdengar oleh Paulus di Efesus (1Kor 1:11); setelah itu
utusan dari jemaat Korintus (1Kor 16:17) menyampaikan sepucuk surat kepada Paulus
yang memohon petunjuknya atas berbagai persoalan (1Kor 7:1; bd. 1Kor 8:1; 1Kor
12:1; 1Kor 16:1). Sebagai tanggapan atas berita dan surat yang diterimanya dari
Korintus, Paulus menulis surat ini.
Ayat-Ayat Terkenal

1 Korintus 10:13: Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan


biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak
akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia
akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.

1 Korintus 13:4-8: Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak
mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan
orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia
menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu,
sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan.

Konteks Surat 1 Korintus

Kota Korintus bukanlah kota kuno yang telah lama dikenal sebagai pusat perdagangan,
budaya, dan berbagai macam kegiatan politik, melainkan kota ini pernah dihancurkan
oleh orang-orang Romawi pada 146 SM.  Barulah setelah kehancuran itu, kota Korintus
dibangun kembali oleh Julius Caesar pada tahun 46 SM. Setelah pembangunan
kembali, kota ini pun dikenal sebagai pusat provinsi Romawi, yaitu Akhaya yang pada
tahun 55 M dipimpin oleh Gubernur Galio dan menjadi pusat perdagangan yang
berkembang, khususnya industri keramik (barang tembikar).Selain perdagangan
tembikar, kota ini dikenal juga karena kemajuannya yang pesat dalam kebudayaan,
pendidikan, dan juga karena banyaknya agama Hellenis yang terdapat di sana.  Kota ini
didominasi oleh Akrokorintus yang dikenal sebagai dewi asmara dan pemujaan dewi ini
banyak menghasilkan tindakan-tindakan amoral pada zaman Aristofanes.  Tindakan
amoral itu didominasi oleh perilaku seksual yang sembarangan dan pemujaan dewa-
dewi Romawi di kuil-kuil utama dan orang-orang Kristen di Korintus ada sebagian yang
termasuk mengikuti praktik-praktik amoral tersebut.

Gambaran Jemaat di Korintus


Gereja di Korintus didirikan pada perjalanan penginjilan Paulus yang kedua, sekitar
musim gugur tahun 52 M, seperti yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 18:1-18. Di
Korintus, Paulus tinggal selama 18 bulan, mengasuh gereja yang baru ini, sambil
sehari-hari bekerja sebagai tukang membuat tenda. Paulus menyebut orang Korintus
'tidak kekurangan dalam suatu karunia pun'.  Atas keadaan inilah, jemaat di Korintus
menjadi sangat bergembira, namun sikap ini juga yang membuat jemaat di Korintus
menjadi congkak, puas diri, sehingga keadaan jemaat menjadi kacau.  Akibat
kekacauan ini, jemaat Korintus mengalami ekstase (kegembiraan yang meluap).
Ekstase ini ditujukan bukan lagi kepada Kristus, melainkan terhadap perempuan-
perempuan yang dapat memenuhi hasrat mereka. Terjadinya berbagai macam
penyimpangan moral di jemaat Korintus sebenarnya timbul dari komunitas
Yahudi Gnostik. Gnostisisme adalah gerakan spiritual yang mempengaruhi kehidupan
Kristen, awalnya di sekitar Laut Tengah. Selanjutnya, dalam praktik penyembahan
berhala, jemaat di Korintus dipengaruhi oleh pemikiran Yunani yang rasionalis.

Penulis dan Tempat Penulisan Surat I Korintus

Surat ini menyebut Paulus sebagai pengarang utama surat ini,


bersama Sostenes, seperti yang tertulis di 1 Korintus 1:1. Tampaknya surat ini ditulis
dengan bantuan seorang sekretaris (mengingat tidak mudahnya penulisan surat di atas
kertas perkamen, tetapi di akhir surat ini, Paulus menulis dengan tulisan tangannya
sendiri.  Ia menulis surat ini di kota Efesus.

Waktu penulisan

Berdasarkan informasi dari Kisah Para Rasul 20:31 kemungkinan besar pada


tahun terakhir dari masa tinggal selama 3 tahun di Efesus, sekitar bulan Maret-April 56
M, yang berarti gereja Korintus saat itu berusia sekitar 4 tahun. Robinson meyakini
penulisannya pada musim semi (antara bulan Maret - Juni) tahun 55 M. Pendapat lain
memberi perkiraan tahun 53,  atau tahun 53-56.

Tujuan penulisan
Paulus memiliki dua alasan pokok dalam pikirannya ketika ia menulis surat ini:

Untuk membetulkan masalah yang serius dalam jemaat di Korintus yang telah
diberitahukan kepadanya. Hal-hal ini meliputi pelanggaran yang dianggap remeh oleh
orang Korintus, tetapi dianggap oleh Paulus sebagai dosa serius.

Untuk memberikan bimbingan dan instruksi atas berbagai pertanyaan yang telah ditulis
oleh orang Korintus. Hal-hal ini meliputi soal doktrin dan juga perilaku dan kemurnian
sebagai perorangan dan sebagai jemaat.

Keberadaan jemaat di Korintus dikenal karena perpecahan mereka antara berbagai


golongan dan karena perilaku moral mereka yang menyimpang, sehingga masing-
masing membanggakan keunggulannya dan berbuat semaunya tanpa ada aturan.
Adanya perbedaan antara mereka sebenarnya bukan timbul dari kejahatan mereka
saja, namun juga disebabkan oleh guru-guru agama yang membuat perbedaan
golongan.  Atas perbedaan-perbedaan inilah Paulus menulis suratnya untuk menegur
perpecahan yang telah merusak iman jemaat.

Garis Besar Isi

Secara garis besar, isi surat I Korintus terbagi menjadi sebelas, yaitu:Salam dan
pengantar (1:1-9).Perpecahan dalam jemaat; terdapat perbandingan antara ajaran
Paulus dengan ajaran Apolos (1:10-4:21).Kejadian maksiat (asusila) (5:1-
13).Peringatan lebih lanjut terhadap masalah asusila (6:1-20).Pembicaraan mengenai
perkawinan (7:1-40).Persoalan tentang daging yang dipersembahkan kepada berhala:
tafsiran Paulus mengenai pelayanan yang rasuli (8:1-11:1). Pembenaran terhadap
ketidakberaturan dalam perkumpulan ibadah; tutup kepala wanita, pesta kasih, dan
perjamuan kudus (11:2-34).Karunia-karunia rohani (12:131; 14:1-40).Konsep tentang
Kasih (13:1-13) Ajaran Kristen yang benar tentang kebangkitan orang mati (15:1-
58). Petunjuk tentang pengumpulan persembahan bagi Yerusalem; berbagai macam
peringatan; salam (16:1-24)

penutup
Tema Pokok

Pergumulan kepemimpinan dalam gereja

Jemaat terpecah menjadi berbagai kelompok yang memilih salah satu dari tiga
pemimpin: Paulus, Petrus, atau Apolos (1:12). Paulus menasihatkan, "adakah Kristus
terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu?" (1:10,13).Orang Kristen yang
bertindak buruk Paulus heran dengan banyaknya tindakan yang bertentangan dengan
sikap Kristen. Orang Kristen berkewajiban untuk mengkritik dan mendisiplin anggota-
anggota mereka. Ia menasihati agar "jangan bergaul dengan orang cabul, kikir,
penyembah berhala, pemfitnah, pemabuk atau penipu" (5:11). Bahkan lebih tegas
Paulus menambahkan, "usirlah orang yang melakukan kejahatan dari tengah-tengah
kamu" (5:13).

Pernikahan

Tuhan memberikan kepada sebagian orang karunia menjadi suami atau istri, dan
sebagian diberikan karunia untuk tinggal membujang, demi kepentingan kerajaan-Nya
(7:7,32). Paulus mengakui "lebih baik kawin daripada hangus karena hawa nafsu."
(7:9).

Makan hidangan yang telah dipersembahkan kepada berhala

Paulus menganggap masalah ini tidak terlalu penting, karena semua makanan berasal
dari Tuhan, namun demikian orang Kristen harus peka terhadap orang-orang percaya
lain yang berkeberatan makan hidangan seperti itu (8:1-13).

Pakaian untuk ibadah

Orang harus berpakaian dengan pantas, bukan sebagai orang yang pamer, menarik
perhatian untuk diri sendiri, atau sebagai godaan untuk lawan jenis (11:1-16).

Perjamuan Tuhan
Ini merupakan perayaan bersama untuk mengenang kematian dan kebangkitan Kristus.
Jemaat Korintus telah menggantinya menjadi pemisahan makanan bagi orang yang
kaya dan miskin. Orang miskin hanya makan makanan yang tersisa (11:20-33).

Karunia Rohani

Tuhan memberikan kemampuan yang berbeda kepada berbagai orang. Setiap karunia
penting dan bermanfaat dalam pekerjaan Tuhan (12:1-31).

Kasih

Puisi tentang kasih muncul setelah Paulus berbicara mengenai karunia-karunia. Paulus
menekankan bahwa semua kemampuan itu tidak berarti jika tidak keluar dari hati yang
penuh kasih. Kemampuan untuk mengasihi seseorang adalah karunia terbesar dari
semua karunia -lebih besar dari pengharapan bahkan lebih besar dari iman (13:13).

Kebangkitan Kristus dan iman kita

Beberapa orang percaya saat itu tidak percaya bahwa tubuh akan dibangkitkan. Paulus
mengajarkan bahwa, "jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan
kamu." Inilah jaminan bahwa orang yang telah mati akan dihidupkan kembali. Sebab
kematian masuk ke dalam dunia dengan perantaraan satu orang, begitu juga hidup
kembali dari kematian diberikan kepada manusia dengan perantaraan satu orang
(15:20-21).

Pokok-pokok Teologis

Jemaat harus menjadi satu persekutuan di dalam Tuhan

Mengingatkan jemaat di Korintus untuk tetap dalam persekutuan (koinonia), sehati


sepikir, seia-sekata dan jangan ada perpecahan di antara jemaat merupakan perhatian
utama Paulus. Peringatan ini diberikan oleh Paulus karena dalam jemaat timbul
beberapa alasan yang membuat perpecahan itu, pertama adanya berbagai ajaran yang
membuat jemaat berselisih (1 Kor.1:11) dan iri hati (1 Kor.3:3). Kedua, orang yang
"kuat" mencari kesenangan sendiri dalam ritual penyembahan berhala, sehingga
mereka tidak memperhatikan keadaan orang "lemah" (1 Kor.10:33), kemudian yang
ketiga adanya orang-orang tertentu yang melahap habis hidangan saat perjamuan
bersama, sehingga orang yang datang belakangan tidak mendapatkan jatahnya dan
menjadi lapar (1 Kor.11:17-34), dan yang terakhir juga ditimbulkan karena adanya
orang yang saling membanggakan karunianya masing-masing. Dalam peringatan ini
juga, Paulus menggunakan metafora tentang banyak anggota dalam satu tubuh untuk
memberitahu jemaat bahwa setiap anggota harus saling mendukung.

Hidup kudus sebagai tubuh Kristus

Sebagai umat Allah, (1 Kor.1:24; 10:32) jemaat harus menunjukkan hidupnya dalam
kekudusan. Paulus harus mengingatkan bahwa status mereka bukanlah kagi "orang
biasa", melainkan mereka adalah umat yang telah disucikan, dikuduskan serta
dibenarkan oleh Allah dalam Yesus Kristus dan Roh Kudus. Peringatan ini diberikan
oleh Paulus karena banyak dari anggota jemaat yang terlibat dalam hubungan seks,
bahkan hubungan seks sesama anggota keluarga, padahal mereka belum ada dalam
hubungan suami-isteri, ada juga yang datang ke kuil-kuil untuk dilayani pelacur, dan
melakukan ritual-ritual penyembahan berhala. Sebenarnya prkatek-praktik kejahatan
dan perzinahan tersebut pada saat itu tidak dilarang, bahkan diizinkan oleh tradisi
karena saat itu sedang terkenal istilah "tubuh adalah rumah jiwa", sehingga orang harus
menjaga jiwa dengan memenuhi keinginan tubuh mereka. Untuk menanggapi persoalan
bergaul dengan pelacur, Paulus berangkat dari Amsal 6:26&32 bahwa selain merusak,
hal itu juga dapat menyebabkan berdosa terhadap dirinya sendiri. Kedua, menanggapi
slogan yang terkenal di atas, Paulus menegaskan bahwa tubuh adalah milik Allah dan
merupakan bagian dari anggota tubuh Kristus, oleh karena itu jemaat harus
memuliakan Allah dengan tubuhnya.

Kebangkitan orang mati

Permasalahan ini timbul ke permukaan disebabkan oleh sekelompok orang yang tidak
memahami kebangkitan tubuh (1 Kor. 15:12) serta bagaimana kebangkitan itu terjadi (1
Kori1ntus 15:35). Masyarakat Roma memahami bahwa kematian dapat membebaskan
jiwa dari tubuh. Maka dari itulah jemaat Kristen di Korintus tidak percaya akan hal ini,
karena pemahaman mereka yang masih dipengaruhi oleh Helenistik yang mengatakan
bahwa jika ada kehidupan sesudah kematian, maka hanya merupakan tipe dari suatu
keberadaan yang tidak bertubuh. Maka tanggapan Paulus akan hal ini menegaskan
bahwa orang yang sudah mati dapat bangkit sekalipun tubuh jasmaninya (soma
psychicon) telah hancur, karena menurutnya kehancuran tubuh jasamani itu akan
diganti dengan tubuh rohani dalam kepribadian yang dikenal Allah (soma
pneumatikon). Melalui masalah kebangkitan ini, Paulus juga ingin memberitahu pada
jemaat Korintus bahwa mereka semua telah memiliki iman yang sama yaitu iman di
atas Yesus Kristus yang telah bangkit pada hari ketiga dari antara orang mati. Lewat
pemberitaan ini, Paulus menghubungkan bahwa antara kebangkitan Yesus dengan
kebangkitan orang percaya pada masa depan tidak terpisahkan. Ketidakterpisahan ini
dikatakan Paulus bahwa kematian orang-orang percaya tidak akan binasa, karena
mereka mati bersama Kristus dan kematiannya tidak menjadi binasa karena
kebangkitan Kristus.  Selanjutnya, Paulus juga memberikan perhatiannya pada
kebangkitan orang percaya pada masa depan.  Ia menegaskan bahwa tanpa
kebangkitan tubuh, tidak mungkin ada kekekalan (1 Kor.15:18,19).

Survai

Surat kiriman ini menangani macam persoalan yang dialami oleh gereja yang
para anggotanya tetap hidup "duniawi" (1Kor 3:1-3) dan tidak secara tegas
memisahkan diri dari masyarakat di sekelilingnya yang menyembah berhala (2Kor 6:17)
- masalah seperti sifat memecah belah (1Kor 1:10-13; 1Kor 11:17-22), toleransi
terhadap dosa seperti perzinaan (1Kor 5:1-13), kebejatan seksual pada umumnya (1Kor
6:12-20), perkara hukum sekular antara orang Kristen (1Kor 6:1-11), pikiran manusiawi
tentang kebenaran rasuli (pasal 15; 1Kor 15:1-58) dan perselisihan mengenai
"kemerdekaan Kristen" (pasal 8, 10; 1Kor 8:1-13; 1Kor 10:1-33). Paulus juga
menasihati orang Korintus tentang perkara yang berkaitan dengan hal membujang dan
perkawinan (pasal 7; 1Kor 7:1-40), ibadah bersama, termasuk Perjamuan Kudus (pasal
11-14; 1Kor 11:1--14:40), dan pengumpulan uang bagi orang-orang kudus di Yerusalem
(1Kor 16:1-4).

Antara berbagai kebenaran yang paling penting dari surat 1 Korintus terdapat
pengajaran Paulus mengenai manifestasi karunia Roh Kudus dalam konteks ibadah
bersama (pasal 12-14; 1Kor 12:1--14:40). Lebih dari lain tempat dalam PB, pasal-pasal
ini memberikan pemahaman terhadap sifat dan unsur-unsur ibadah dalam gereja mula-
mula (bd. 1Kor 14:26-33). Paulus menunjukkan bahwa maksud Allah bagi gereja
meliputi berbagai manifestasi Roh yang terjadi melalui orang percaya yang setia (1Kor
12:4-10) dan orang-orang yang dipanggil untuk pelayanan-pelayanan tertentu (1Kor
12:28-30) -- keanekaragaman dalam kesatuan yang disamakan dengan banyaknya
fungsi dari tubuh manusia (1Kor 12:12-27). Ketika memberikan pedoman bagi fungsi
bersama karunia rohani, Paulus membuat suatu perbedaan yang penting antara hal
membangun pribadi dan hal membangun segenap anggota (1Kor 14:2-6,12,16-19,26),
dengan menegaskan bahwa semua manifestasi dan karunia yang bersifat umum harus
mengalir keluar dari kasih (pasal 13; 1Kor 13:1-13) dan berada demi pembangunan
orang percaya yang sedang berhimpun (1Kor 12:7; 1Kor 14:4-6,26).

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini:

Surat ini paling berpusat pada persoalan dibandingkan dengan kitab lain dalam PB.
Dalam menangani berbagai masalah dan perkara di Korintus, Paulus memberikan
prinsip rohani yang jelas dan kekal (lih. Garis Besar), di mana setiap prinsip itu dapat
diterapkan secara menyeluruh dalam seluruh jemaat (mis. 1Kor 1:10; 1Kor 6:17,20;
1Kor 7:7; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:31-32; 1Kor 14:1-10; 1Kor 15:22-23).

Secara menyeluruh ditekankan kesatuan jemaat lokal sebagai tubuh Kristus, suatu
fokus yang ada dalam pembahasan tentang perpecahan, Perjamuan Kudus, dan
karunia-karunia rohani.
Surat ini berisi pengajaran PB yang paling luas mengenai berbagai pokok penting
seperti pembujangan, perkawinan dan nikah ulang (pasal 7; 1Kor 7:1-40); Perjamuan
Kudus (1Kor 10:16-21; 1Kor 11:17-34); berkata-kata dengan bahasa Roh, nubuat, dan
karunia rohani dalam perhimpunan bersama (pasal 12, 14; 1Kor 12:1-31; 1Kor 14:1-40);
kasih agape (pasal 13; 1Kor 13:1-13); dan kebangkitan tubuh (pasal 15; 1Kor 15:1-58).

Surat ini memberikan hikmat yang tak ternilai untuk pengawasan para gembala sidang
berhubungan dengan disiplin gereja (pasal 5; 1Kor 5:1-13).

Surat ini menekankan adanya kemungkinan untuk undur dari iman oleh mereka yang
berkanjang dalam perilaku yang tidak benar dan tidak berpegang kepada Kristus
dengan sungguh-sungguh (1Kor 6:9-10; 1Kor 9:24-27; 1Kor 10:5-12,20-21; 1Kor 15:1-
2).

Garis Besar 1 Korintus

Garis Besar

Pendahuluan
(1Kor 1:1-9)

I. Pembahasan Masalah-Masalah yang Telah Diberitahukan kepada Paulus


(1Kor 1:10-6:20)

A.Perpecahan dalam Jemaat
(1Kor 1:10-4:21)

1.Empat Golongan
(1Kor 1:10-17)

2.Penyebab Perpecahan (1Kor 1:18-4:5)

a. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Hikmat (1Kor 1:18-3:4)

b. Suatu Pandangan yang Salah Mengenai Pelayanan Kristen (1Kor 3:5-4:5)

3. Imbauan untuk Berdamai


(1Kor 4:6-21)
Prinsip:Jemaat sebagai tubuh Kristus (bd. 1Kor 12:12-20) tidak
boleh terpecah-belah menjadi bagian-bagian yang terpisah (1Kor 1:10,13)

B. Masalah-Masalah Moral dalam Jemaat (1Kor 5:1-6:20)

1. Masalah Perzinaan dan Disiplin Gereja (1Kor 5:1-13)

2. Masalah Perkara-Perkara Hukum Sekular di Antara Orang-Orang Kristen (1Kor 6:1-


11)

3.Masalah Kebejatan Seksual (1Kor 6:12-20)
Prinsip: Kamu yang telah dipersatukan dengan Tuhan, hendaknya berperilaku baik
supaya membawa hormat bagi Dia (1Kor 6:17,20)

II. Jawaban Terhadap Pertanyaan yang Ditulis Dalam Surat dari Jemaat Korintus
(1Kor 7:1-16:9)

A. Pertanyaan Mengenai Perkawinan (1Kor 7:1-40)

1. Perkawinan dan Hal Hidup Membujang (1Kor 7:1-9)

2. Tanggung Jawab Kristen dalam Perkawinan (1Kor 7:10-16)

3. Prinsip Kepuasan Hati (1Kor 7:17-24)

4. Nasihat kepada Orang yang Tidak Menikah (1Kor 7:25-38)

5.Pengarahan Tentang Nikah Ulang (1Kor 7:39-40)
Prinsip:Allah memberikan sebagian orang karunia menjadi seorang suami atau      istri k
epada orang lainnya,Ia berikan karunia untuk tinggal membujang demi kepentingan
kerajaan-Nya (1Kor 7:7,32)

B. Pertanyaan Mengenai Penggunaan Kemerdekaan Kristen (1Kor 8:1-11:1)

1. Masalah Makanan yang Dipersembahkan kepada Berhala (1Kor 8:1-13)

2. Disiplin Paulus dalam Menggunakan Kemerdekaannya (1Kor 9:1-27)


3. Peringatan Terhadap Percaya Diri yang Berlebih-lebihan (1Kor 10:1-13)

4. Ketidaksesuaian Pesta Penyembahan Berhala dengan Meja Tuhan (1Kor 10:14-23)

5. Beberapa Prinsip Umum dan Nasihat Praktis (1Kor 10:24-11:1)


Prinsip: Lakukan segala sesuatu untuk membawa kemuliaan kepada
Allah;jangan melakukan sesuatupun yang bisa menyebabkan
orang lain tersandung (1Kor 10:31-32) atau mungkin saudara didiskualifikasi dari
pertandingan (1Kor 9:24-27)

C. Pertanyaan Mengenai Ibadah Bersama (1Kor 11:2-14:40)

1. Tudung Kepala Wanita dalam Jemaat (1Kor 11:2-16)

2. Sikap dalam Mengikuti Perjamuan Tuhan (1Kor 11:17-34)

3.Karunia-Karunia Rohani (1Kor 12:1-14:40)
Prinsip: Segala sesuatu harus dilakukan secara sopan dan teratur (1Kor 14:40)

D. Pertanyaan Mengenai Kebangkitan (1Kor 15:1-58)

1. P. Bagaimana Mungkin Ada Orang yang Mengatakan Bahwa Tidak Ada Kebangkitan


Orang Mati? (1Kor 15:12)

J. Kepastian Kebangkitan (1Kor 15:1-34)

2. P. Bagaimanakah Orang Mati Dibangkitkan? Dan dengan Tubuh Apakah


Mereka Akan Datang Kembali? (1Kor 15:35)

J. Sifat Tubuh Kebangkitan (1Kor 15:35-57)

3.Kesimpulan Terhadap Pertanyaan Itu (1Kor 15:58)
Prinsip: Kebangkitan Kristus dari kematian menjamin kebangkitan
mereka yang menjadi milik Kristus ketika Ia datang kembali (1Kor 15:22-23)

E. Pertanyaan Mengenai Pengumpulan Uang bagi Orang Kudus (1Kor 16:1-


9) Pengarahan-Pengarahan Akhir (1Kor 16:10-24)
SURAT PAULUS YANG KEDUA KEPADA JEMAAT DI KORINTUS

Kitab II Korintus

Penulis: Paulus
Tema: Kemuliaan Melalui Penderitaan
Tanggal Penulisan: Tahun 55/56

Latar Belakang

Paulus menulis surat kiriman ini kepada jemaat di Korintus dan kepada orang percaya
di seluruh Akhaya (2Kor 1:1), dengan menyebut namanya sendiri sebanyak dua kali
(2Kor 1:1; 2Kor 10:1). Setelah mendirikan jemaat di Korintus selama perjalanan misinya
yang kedua, Paulus dan jemaat itu sering berhubungan karena masalah dalam jemaat.
Urutan hubungan ini dan latar belakang penulisan 2 Korintus adalah sebagai berikut:

Setelah beberapa kali berhubungan dan surat-menyurat yang awal di antara Paulus
dengan jemaat itu (misalnya: 1Kor 1:11; 1Kor 5:9; 1Kor 7:1), maka Paulus menulis surat
1 Korintus dari Efesus (awal tahun 55/56).

Berikut, Paulus menyeberangi Laut Aegea menuju Korintus untuk menangani masalah
yang berkembang dalam jemaat. Kunjungan ini di antara 1 dan 2 Korintus (bd. 2Kor
13:1-2) merupakan suatu kunjungan yang tak menyenangkan, baik bagi Paulus
maupun bagi jemaat itu (2Kor 2:1-2).

Setelah kunjungan ini, ada laporan disampaikan kepada Paulus di Efesus bahwa para
penentang di Korintus itu masih menyerang pribadinya dan wewenang rasulinya,
dengan harapan agar mereka dapat membujuk sebagian jemaat itu untuk menolak
Paulus.Sebagai tanggapan terhadap laporan ini, Paulus menulis surat 2 Korintus dari
Makedonia (akhir tahun 55/56).Segera sesudah itu, Paulus mengadakan perjalanan ke
Korintus lagi (2Kor 13:1), dan tinggal di situ selama lebih kurang tiga bulan (bd. Kis
20:1-3a). Dari situ ia menulis kitab Roma.Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di
Korintus merupakan salah satu dari ketiga surat (1 & 2 Korintus serta Roma) yang
menempati posisi sentral dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Adalah
lanjutan dari surat pertama yang juga ditujukan untuk jemaat di kota Korintus, Yunani.
Surat ini langsung ditulis oleh rasul Paulus. Melalui surat ini Paulus ingin menerangkan
mengapa ia melakukan perubahan rencana perjalanan ke Korintus. Ia juga
menyampaikan pujiannya kepada jemaat Korintus karena telah menaati pesan yang
disampaikannya pada suratnya yang pertama. Titus adalah orang yang ditunjuk Paulus
untuk mengantarkan surat ini, dengan harapan agar surat yang kedua juga disambut
dengan baik oleh jemaat di Korintus.

Ayat-ayat terkenal di kitab kolintus

2 Korintus 3:17: Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada
kemerdekaan.

2 Korintus 4:6: Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!",
Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh
terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Kristus.

Konteks Surat korintus

Surat ini berusaha menjawab permasalahan yang terjadi di Korintus. Ketika itu terjadi
pertikaian antara Paulus dan golongan orang yang memfitnahnya. Mereka adalah rasul-
rasul palsu yang memberitakan Yesus yang lain. Akan tetapi, lawannya justru
mengklaim Paulus sebagai rasul palsu sehingga kewenangannya sebagai rasul patut
diragukan.Tindakan Paulus meninggalkan mereka dengan terburu-buru akhirnya
menjadi hal yang disesalinya dikemudian hari, karena tindakannya itu seolah-olah
membuktikan kebenaran tuduhan yang dikenakan kepadanya. Akhirnya orang-orang
Kristen di Korintus ditinggalkan dalam keadaan yang kacau, di tengah-tengah pertikaian
yang belum usai.

Tempat Penulisan

Surat ini dikirim setelah Paulus bertemu
dengan Titus di Makedonia. Titus kemudian diutus kembali ke Korintus untuk
mengantarkan surat dari Paulus bagi jemaat di Korintus.

Waktu Penulisan
Berdasarkan waktu pertemuan dengan Titus, besar kemungkinan surat ini ditulis
di Makedonia pada akhir tahun 56 M.  Robinson meyakini penulisannya pada awal
tahun 56 M.Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53, atau tahun 53-56.

Maksud Penulisan

Maksud penulisan surat ini terkait erat dengan pertikaian yang pernah terjadi
sebelumnya. Berdasarkan hal itu ia ingin membenarkan dirinya dari tuduhan yang
sudah dikenakan pada dirinya, sekaligus menjelaskan bahwa ia adalah rasul yang
sebenarnya dan bukan rasul palsu seperti yang mereka tuduhkan. Surat ini juga
mencatat ungkapan syukur Paulus karena segala sesuatu yang sudah dibenarkan, dan
bahwa Tuhan selalu menghiburnya ketika mengalami masa-masa sulit, hal ini
disampaikan untuk menghibur jemaat Korintus yang juga sedang mengalami masa-
masa sulit (pasal 1-7). Dalam surat ini Paulus juga menasehati mereka memenuhi
janjinya untuk mengumpulkan uang yang nantinya akan diberikan kepada orang-orang
kudus yang miskin di Yerusalem. Surat ini juga menceritakan kesedihan Paulus karena
tidak bisa datang ke Korintus untuk mengunjungi mereka, dengan ini Paulus berharap
kalau mereka tahu kesedihan Paulus karena sangat mengasihi mereka.

Struktur dan Isi

Struktur dan isi Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Korintus, dapat dijabarkan
sebagai berikut:

Pembukaan Surat (1:1-11).

Salam (ay. 1, 2).

Ungkapan syukur (ay. 3-11).

Paulus membela diri di hadapan jemaat Korintus ( 1:12-7:16).


Pertanyaan mengenai perjalanan Paulus ke Korintus (1:12-2:13).

Paulus mempertahankan kerasulan (2:14-7:4).

Kesetiaan Rasul (2:14-3:6).

Keunggulan Rasul dalam Perjanjian Baru (3:7-4:6).

Kelemahan dan penderitaan Rasul (4:7-5:10).

Pengalamannya pada masa lalu dan masa sekarang (4:7-12).

Harapannya (4:13-5:10).

Rasul sebagai duta besar dan pelayan Allah (5:11-6:10).

Kesimpulan ganda (6:11-7:4).

Perjalanan Paulus berikutnya (7:5-16).

Pengumpulan uang untuk Gereja Yerusalem (8:1-9:15).

Rekomendasi untuk pengumpulan uang dan utusan-utusan (pasal 8).

Rekomendasi kedua (pasal 9).

Pertentangan pendapat dan pertahanan (10:1-13:10).

Paulus mempertahankan diri an pekerjaannya melawan tuduhan pribadi (pasal 10).

Sanjungan diri Paulus (11:1-12:18).

Pemberitahuan akhir (12:19-13:10).

Penutup Surat (13:11-13).

Tema-tema Teologis

Penghiburan di Tengah Penderitaan


Surat ini diawali dengan ucapan syukur kepada Allah karena telah membebaskan
Paulus dari kesedihan dan penderitaan. Penderitaan yang Paulus alami dalam
pelayanannya sangatlah berat, sehingga ia merasa seperti dijatuhi hukuman
mati. Paulus memuji Allah karena penghiburan yang diberikan oleh-Nya di tengah
penderitaan. Penghiburan yang ia rasakan akhirnya menguatkannya dalam melakukan
pelayanan, karena itulah ia pun akhirnya harus membagi penghiburan tersebut ke
orang lain agar merekapun dapat merasakan penghiburan dari Allah.

Hidup di Tengah Kesedihan

Perubahan rencana Paulus untuk mengunjungi jemaat Korintus menimbulkan banyak


tanggapan negatif dari lawan-lawannya di Korintus. Perubahan rencana tersebut
memojokkan Paulus, Paulus dituduh sebagai orang yang memiliki ketidakmampuan dan
ketidakpedulian terhadap pelayanan di jemaat Korintus. Di satu sisi memang benar
kalau Paulus mengadakan perubahan rencana mengenai perjalanannya ke Korintus,
tetapi di sisi lain tuduhan yang dikenakan padanya tidaklah benar. Itulah sebabnya ia
menulis surat kepada mereka dan menceritakan kesedihan yang ia rasakan supaya
ketika ia datang lagi mereka akan bersukacita (2:3). Surat ini justru ingin
mengungkapkan bahwa Paulus mengasihi mereka.

Hidup di Tengah Ancaman Kematian

Bagian ini pun ingin menceritakan tentang penderitaan yang Paulus hadapi dalam
melakukan pelayanan. Penderitaan yang ia alami, membuat hidupnya seperti terancam
dengan kematian. Inilah hal yang membuat ia berserah penuh pada Allah sehingga ia
dimampukan.

Membantu yang Miskin sebagai Wujud Kasih Allah

Sukacita yang ia alami tidak membuatnya lupa dengan keadaan jemaat lain yang
sedang mengalami kesulitan. Ia meminta agar jemaat Korintus mengumpulkan uang
untuk membantu saudara-saudara seiman yang miskin di Yerusalem. Pemberian
persembahan ini merupakan wujud dari pembaharuan yang telah dilakukan Allah
kepada mereka.Tujuan lainnya adalah agar tercipta keseimbangan di antara umat
Allah.

Tujuan menuris kitab korintus ini
Paulus menulis surat ini kepada tiga golongan orang di Korintus.Pertama, ia menulis
untuk mendorong mayoritas dalam jemaat di Korintus yang tetap setia kepadanya
sebagai bapa rohani mereka.Ia menulis untuk menantang dan menyingkapkan rasul-
rasul palsu yang terus-menerus berbicara menentang dia secara pribadi dengan
harapan dapat meruntuhkan wibawa dan kerasulannya dan untuk memutarbalikkan
beritanya.Ia juga menulis untuk menegur minoritas dalam jemaat yang sedang
dipengaruhi oleh para lawan Paulus dan yang terus-menerus menolak wewenang dan
tegurannya. Paulus meneguhkan kembali integritas dan wewenang rasulinya,
menjelaskan motivasinya dan memperingatkan mereka terhadap pemberontakan yang
lebih lanjut.Kitab 2 Korintus berfungsi untuk mempersiapkan jemaat secara keseluruhan
untuk kunjungannya yang akan datang.

Survai
Kitab 2 Korintus mempunyai tiga bagian utama.

Pada bagian pertama (pasal 1-7; 2Kor 1:1--7:16), Paulus mulai dengan mengucap
syukur kepada Allah atas penghiburan yang dikaruniakan-Nya di tengah-tengah
penderitaan untuk Injil, memuji jemaat Korintus karena mendisiplinkan orang yang
berbuat dosa serius sambil mempertahankan integritas Paulus dalam kaitan dengan
perubahan rencana perjalanannya. Dalam 2Kor 3:1--6:10 Paulus menyumbangkan
pengertian yang paling luas dalam PB mengenai sifat yang benar dari pelayanan
Kristen. Ia menekankan pentingnya pemisahan dari dunia ini (2Kor 6:11--7:1) dan
mengungkapkan sukacitanya ketika mendengar dari Titus tentang pertobatan banyak
anggota jemaat di Korintus yang sebelumnya telah menentang wewenangnya (pasal
7; 2Kor 7:1-16).

Di pasal 8, 9; (2Kor 8:1-24 dan 2Kor 9:1-15), Paulus menasihati jemaat Korintus untuk


menandingi kemurahan hati orang Makedonia yang dengan sepenuh hati telah
menyumbangkan persembahan yang telah dikumpulkannya untuk orang Kristen yang
menderita di Yerusalem.

Pada pasal 10, 13; (2Kor 10:1--13:13), nada surat berubah. Di sini Paulus
mempertahankan kerasulannya dengan menguraikan panggilannya, kualifikasi, dan
penderitaannya sebagai seorang rasul yang benar. Dengan ini Paulus mengharapkan
jemaat Korintus akan mengenal rasul-rasul palsu di antara mereka dan dengan
demikian mereka dapat luput dari disiplin yang lebih lanjut ketika ia sendiri datang lagi.
Paulus mengakhiri kitab 2 Korintus dengan satu-satunya ucapan berkat yang
menyinggung Trinitas dalam PB (2Kor 13:14).

Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini:

Kitab ini merupakan surat yang paling banyak memberitahukan riwayat hidup Paulus.
Banyak petunjuk pada dirinya ini, dibuatnya dengan rendah hati, minta maaf dan
bahkan dengan malu, tetapi karena terpaksa mengingat situasi yang ada di
Korintus.Kitab ini melampaui semua surat kiriman lain dari Paulus dalam hal
menyatakan kuatnya dan dalamnya kasih serta keprihatinan bagi anak rohaninya.Kitab
ini berisi teologi yang paling lengkap dalam PB mengenai penderitaan Kristen (2Kor
1:3-11; 2Kor 4:7-18; 2Kor 6:3-10;2Kor 11:23-30; 2Kor 12:1-10) dan mengenai hal
memberi secara kristiani (pasal 8-9; 2Kor 8:1--9:15).Istilah-istilah kunci, seperti:
kelemahan, dukacita, air mata, bahaya, kesukaran, penderitaan, penghiburan,
kemegahan, kebenaran, pelayanan, dan kemuliaan, menggarisbawahi sifat unik dari
surat ini.

Garis Besar 2 Korintus

Garis Besar

Pendahuluan
(2Kor 1:1-11)
I. Pembelaan Paulus Demi Kepentingan Mayoritas Jemaat yang Setia(2Kor 1:12-7:16)

A..Penyangkalan atas Tuduhan Bahwa Ia Plinplan (Berpendirian TidakTetap) (2Kor
1:12-22)

B.Penjelasan Mengenai Perubahan Rencana Perjalanannya(2Kor 1:23-2:17)

C. Penjelasan Mengenai Sifat Pelayanannya (2Kor 3:1-6:10)

1. Pelayanan Terhadap Suatu Perjanjian Baru (2Kor 3:1-18)

2. Pelayanan yang Terbuka dan Dalam Kebenaran (2Kor 4:1-6)

3. Pelayanan Dalam Penderitaan Pribadi (2Kor 4:7-5:10)

4. Pelayanan Dalam Penyerahan yang Penuh Belas Kasihan (2Kor 5:11-6:10)

D. Permintaan Pribadi dan Rasa Hormat yang Penuh Kasih Sayang bagi
Orang Korintus (2Kor 6:11-7:16)

II. Pengumpulan Uang bagi Orang Kristen di Yerusalem yang Membutuhkan


Bantuan(2Kor 8:1-9:15)

A. Sifat Kemurahan Hati Kristen (2Kor 8:1-15)

B. Titus Mengepalai Urusan Pengumpulan Uang Itu (2Kor 8:16-24)

C. Imbauan untuk Tanggapan yang Segera (2Kor 9:1-5)

D. Imbauan untuk Tanggapan yang Berkemurahan Hati (2Kor 9:6-15)

III.Jawaban Paulus kepada Minoritas Jemaat yang Melawan (2Kor 10:1-13:10)

A. Jawaban Terhadap Tuntutan Sifat Pengecut dan Kelemahan (2Kor 10:1-18)

B. Keengganan Paulus untuk Membela Kerasulannya (2Kor 11:1-12:18)


1. Minta Maaf Terhadap Nada Menyombongkan Diri (2Kor 11:1-15)

2. Menegaskan bahwa Ia Tidak Lebih Rendah daripada Para Penganut


Yudaisme (2Kor 11:16-12:10)

3. Menuntut Pengakuan yang Sah atas Kerasulannya (2Kor 12:11-18)

C. Kunjungan Ketiga yang Mendatang Disebut Sebagai Suatu Peringatan (2Kor 12:19-


13:10)

1. Kekuatiran Terhadap Jemaat Korintus (2Kor 12:19-21)

2. Ketetapan Hati untuk Bersikap Teguh (2Kor 13:1-10)

Penutup
(2Kor 13:11-14)

SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA

Penulis: Paulus
Tema: Keselamatan Karena Kasih Karunia oleh Iman
Tanggal Penulisan: Sekitar 49 TM

Surat Paulus kepada Jemaat di Galatia adalah salah satu kitab dalam Perjanjian


Baru di Alkitab Kristen. Kitab ini sebenarnya berwujud sebuah surat yang ditulis
oleh rasul Paulus untuk jemaat di kota Galatia (sekarang di wilayah
negara Turki). Nama Kitab ini berasal dari nama tempat yang menjadi
tujuannya. Orang-orang Galatia adalah orang-orang yang berasal dari suku
bangsa Keltikyang masa itu tinggal di Asia Kecil.

Setelah Injil tentang Yesus mulai diberitakan dan diterima di antara orang-orang bukan


Yahudi, timbullah pertanyaan apakah untuk menjadi seorang Kristen yang sejati orang
harus mentaati hukum agama Yahudi. Paulus mengemukakan bahwa hal itu tidak perlu
-- bahwa sesungguhnya satu-satunya dasar yang baik untuk kehidupan Kristen adalah
percaya kepada Kristus. Dengan kepercayaan itu hubungan manusia dengan Tuhan
menjadi baik kembali. Tetapi orang-orang yang menentang Paulus telah datang ke
jemaat-jemaat di Galatia, yaitu sebuah daerah di Anatolia Pusat di Asia Kecil. Mereka
berpendapat bahwa untuk berbaik kembali dengan Tuhan, orang harus melaksanakan
hukum agama Yahudi.

Tujuan

Surat Galatia ini ditulis untuk menolong orang-orang yang telah disesatkan oleh ajaran-
ajaran palsu. Dengan kata lain, supaya mereka kembali taat kepada ajaran yang
benar.Paulus memulai suratnya ini dengan berkata bahwa ia adalah
rasul Yesus Kristus. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa dia dipanggil oleh Tuhan
untuk menjadi rasul dan bukan dari manusia. Dia juga mengatakan bahwa tugasnya
ditujukan terutama untuk orang yang bukan Yahudi (1-2). Setelah itu, Paulus
mengajarkan kepada jemaat Galatia bahwa hubungan manusia dengan Tuhan
diperbaharui atau menjadi baik kembali hanya melalui percaya kepada Kristus (3-4). Di
dalam pasal-pasal terakhir kitab ini (5-6), Paulus menjelaskan bahwa cinta kasih yang
timbul pada diri orang Kristen itu disebabkan karena iman percayanya kepada
Kristus. Iman percaya tersebut akan dengan sendirinya menyebabkan orang itu
melakukan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan karakter Kristus, yaitu kasih.

Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis pada pertengahan kedua (antara bulan Juli - Desember) tahun
56 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53, atau tahun 53-56.

Isi

Garis-garis besar surat Paulus kepada jemaat Galatia:

Pendahuluan 1:1-10

Hak Paulus sebagai rasul 1:11--2:21

Injil tentang rahmat Tuhan 3:1--4:31


Kebebasan dan kewajiban orang Kristen 5:1--6:10

Penutup 6:11-18

Ayat-ayat terkenal

Galatia 3:28: Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba
atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah
satu di dalam Kristus Yesus.

Galatia 5:22-23: Buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran,
kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.

Latar Belakang
Paulus menulis surat ini (Gal 1:1; Gal 5:2; Gal 6:11) "kepada jemaat-jemaat di Galatia"
(Gal 1:2). Beberapa orang berpendapat bahwa orang Galatia ini adalah suku Gaul di
bagian utara Galatia. Kemungkinannya jauh lebih besar bahwa Paulus menulis surat ini
kepada kota-kota di bagian selatan (Antiokhia Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe) di mana
ia dan Barnabas menginjil dan memulaikan gereja-gereja dalam perjalanan
pemberitaan Injil yang pertama (Kis 13:1--14:28). Tanggal penulisan yang paling sesuai
adalah tidak lama sesudah Paulus kembali ke gereja Antiokhia Siria yang mengutusnya
dan sebelum sidang di Yerusalem (Kis 15:1-41).

Persoalan utama dalam surat ini adalah persoalan yang sama yang dibahas dan
dipecahkan dalam sidang di Yerusalem (sekitar 49 TM; bd. Kis 15:1-41). Persoalan
utama itu meliputi dua pertanyaan:

Apakah iman kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat itu satu-satunya
syarat untuk selamat?

Ataukah ketaatan kepada upacara dan peraturan Yahudi tertentu dari P.L. diperlukan
untuk memperoleh keselamatan dalam Kristus?

Rupanya Paulus menulis surat Galatia ini sebelum perselisihan mengenai masalah
hukum PL secara formal diperdebatkan dalam sidang di Yerusalem dan pendirian
gereja resmi diberikan. Ini berarti bahwa kitab Galatia ini merupakan surat pertama
rasul Paulus.

Surat Galatia ini ditulis oleh Paulus dengan alasan tertentu. Paulus diberitahu bahwa
jemaat di Galatia dikacaukan oleh pengajaran yang sesat. Surat Paulus ini juga ditulis
di tengah-tengah hangatnya pergumulan di komunitas yahudi pada saat itu. Orang-
orang Yahudi ingin men-yahudi-kan segala jemaat dan mereka memasuki juga jemaat
yang didirikan oleh Paulus. Hal ini pun mendapat perlawanan dari Paulus.

Orang Yudais itu mencoba meyakinkan orang-orang Galatia bahwa keselamatan harus
dikerjakan dengan jalan menaati Hukum Taurat. Paulus pun mendapat cobaan dan
tantangan dalam halam hal ini. Mereka sengaja melakukan hal tersebut untuk
menghasut orang-orang Galatia untuk melawan Paulus, dengan menghasut
kerasulannya.

Paulus memang tidak diteguhkan menjadi rasul oleh rasul dan dia juga tidak menjadi
murid Yesus ketika Yesus hidup. Bahkan Paulus tidak pernah melihat Yesus dengan
mata kepalanya sendiri. Hal inilah yang dipertanyakan oleh orang yang menghasut oleh
Paulus. Dari isi surat Galatia ini, kita dapat menyimpulkan bahwa usaha tersebut hampir
berhasil (1:6). Oleh karena itu, Paulus bereaksi dengan tegas, emosi, dan terus terang,
tetapi juga memiliki argumen yang kuat.

Muatan teologis

Paulus berpendapat bahwa tuntutan agar orang-orang bukan Yahudi yang telah
bertobat tunduk terhadap Taurat telah merusak pesannya bahwa manusia dibenarkan
hanya karena imannya di dalam Kristus, bukan karena melakukan Taurat.

Paulus menolak paham yang menekankan Hukum Taurat. Para penentang Paulus


menekankan agar orang-orang non-Yahudi yang menerima Yesus sebagai Mesisas
harus terlebih dahulu menjadi orang Yahudi dan menaati hukum-hukum yang
dipaparkan dalam Kitab Suci. Sedangkan Paulus mempertahankan bahwa cerita Kitab
Kejadian mengenai Abraham menunjukkan bahwa yang dituntut dari keturunan
Abraham terutama adalah iman (3:8). Bagi orang-orang non-Yahudi yang bertobat,
iman itulah yang mempersatukan mereka dalam Kristus (3:26).

Dalam Pandangan Paulus, manusia tidak dihakimi berdasarkan perbuatannya, tetapi


oleh apa yang telah mereka terima dari Kristus.

Kitab Galatia

Tujuan
Paulus mendengar bahwa beberapa guru Yahudi mengacaukan orang yang baru
dimenangkan olehnya di Galatia dengan memaksa mereka disunatkan dan menerima
kuk Taurat Musa sebagai syarat-syarat yang perlu untuk diselamatkan dan diterima
dalam gereja. Setelah mendengar hal ini, Paulus menulis surat ini

untuk menegaskan bahwa syarat-syarat yang dituntut hukum, seperti sunat di bawah
perjanjian lama, tidak ada hubungan dengan pekerjaan kasih karunia Allah dalam
Kristus untuk keselamatan di bawah perjanjian yang baru; dan

menegaskan lagi dengan jelas bahwa kita menerima Roh Kudus dan hidup rohani oleh
iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan bukan oleh ikatan kepada hukum Taurat PL.

Survai
Dari isi surat ini, tampaknya para pemimpin Yahudi yang melawan Paulus di Galatia
menyerangnya secara pribadi supaya melemahkan pengaruhnya dalam gereja-gereja.
Mereka menuduh bahwa

Paulus tidak termasuk kelompok rasul-rasul yang asli, dan karena itu tidak memiliki
wibawa rasuli (bd. Gal 1:1,7,12; Gal 2:8-9);

berita yang disampaikannya menyimpang dari Injil yang diberitakan di Yerusalem


(bd. Gal 1:9; Gal 2:2-10); dan

beritanya mengenai kasih karunia akan mengakibatkan ketidakpatuhan kepada hukum


(bd. Gal 5:1,13,16,19-21).
Paulus langsung menanggapi ketiga tuduhan itu.

Dengan penuh semangat ia membela kekuasaannya sebagai rasul Yesus Kristus,


wibawa yang diterimanya langsung dari Allah dan disahkan oleh Yakobus, Petrus, dan
Yohanes (pasal 1-2; Gal 1:1--2:21).

Dia dengan penuh gairah mempertahankan Injil keselamatan yang terjadi karena kasih
karunia oleh iman kepada Kristus (pasal 3-4; Gal 3:1--4:31).

Akhirnya, Paulus dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa Injil Yesus Kristus yang
sejati meliputi kebebasan dari perhambaan legalisme Yahudi pada satu sisi dan
kebebasan dari dosa dan tindakan tabiat berdosa pada sisi yang lain. Kebebasan
Kristen yang sejati meliputi hidup oleh Roh dan menggenapi hukum Kristus (pasal 5-
6; Gal 5:1--6:18).

Surat ini berisi suatu sketsa watak orang-orang percaya Yahudi yang menentang
Paulus di Galatia, Antiokhia, dan Yerusalem (Kis 15:1-2,5), dan di semua wilayah yang
dilayaninya. Paulus melukiskan mereka sebagai pengacau dan pemutar balik (Gal 1:7),
penghalang (Gal 5:7), dan orang yang suka menonjolkan diri secara lahiriah dan
berusaha untuk mengelak penganiayaan karena penghinaan salib Kristus (Gal 6:12).
Secara tidak langsung Paulus menggambarkan mereka sebagai orang yang ingin
menyenangkan manusia (Gal 1:10), saudara-saudara palsu (Gal 2:4), saudara-saudara
yang bersunat (Gal 2:12), dan manipulator(Gal 3:1).

Ciri-ciri Khas
Empat ciri unik menandai surat ini:

1. Surat ini merupakan pembelaan yang paling bersemangat dalam PB tentang


sifat hakiki Injil. Nadanya tajam, berapi-api dan mendesak ketika Paulus
menghadapi pelawan-pelawan yang salah (mis. Gal 1:8-9; Gal 5:12) dan
menegur anggota jemaat Galatia karena mudahnya mereka tertipu (Gal 1:6; Gal
3:1; Gal 4:19-20).
2. Surat ini hanya diungguli oleh surat 2 Korintus dalam jumlah petunjuk mengenai
kehidupan Paulus.
3. Surat ini adalah satu-satunya surat yang dialamatkan secara tegas kepada
beberapa jemaat (akan tetapi
4. Surat ini berisi daftar buah Roh (Gal 5:22-23) dan daftar yang paling lengkap
mengenai perbuatan-perbuatan tabiat berdosa (Gal 5:19-21).

Garis Besar Galatia

Garis Besar

Pendahuluan
(Gal 1:1-10)

A.Salam(Gal 1:1-5)

B. Keheranan Karena Jemaat Galatia Meninggalkan Injil Kasih Karunia (Gal 1:6-10)

I. Paulus Membela Kekuasaan Injil dan Panggilannya (Pribadi) (Gal 1:11-2:21)

A. Injil itu Dinyatakan Kepadanya oleh Kristus (Gal 1:11-24)

B. Injil itu Diakui dan Disahkan Yakobus, Petrus, dan Yohanes (Gal 2:1-10)

C. Injil itu Dipertahankan Dalam Sengketa dengan Petrus (Gal 2:11-21)

II. Paulus Membela Berita Injilnya (Ajaran) (Gal 3:1-4:31)

A. Roh dan Hidup Baru Diterima oleh Iman dan Bukan oleh Perbuatan Baik
(Gal 3:1-14)

B. Keselamatan Tersedia Karena Janji dan Bukan Hukum Taurat (Gal 3:15-24)

C. Mereka yang Percaya Kristus Adalah Anak dan Bukan Hamba (Gal 3:25-4:7)

D. Himbauan untuk Memikirkan Kembali Tindakan Mereka (Gal 4:8-20)


E. Mereka yang Percaya Hukum Adalah Hamba dan Bukan Anak (Gal 4:21-31)

III.Paulus Membela Kebebasan Injilnya (Praktis) (Gal 5:1-6:10)

A. Kebebasan Kristen Berkaitan dengan Keselamatan oleh Kasih Karunia (Gal 5:1-12)

1. Memelihara Kebebasan Kristen (Gal 5:1)

2. Akibat Menyerah Kepada Sunat di Bawah Hukum Taurat (Gal 5:2-12)

B. Kebebasan Kristen Jangan Dijadikan Alasan untuk MemperturutkanTabiat


Berdosa (Gal 5:13-26)

1. Perintah Kasih (Gal 5:13-15)

2. Hidup oleh Roh, Bukan oleh Tabiat Berdosa (Gal 5:16-26)

C. Kebebasan Kristen Harus Diungkapkan Melalui Hukum Kristus (Gal 6:1-10)

1. Saling Menanggung Beban (Gal 6:1-5)

2. Menolong Pelayan Firman Allah (Gal 6:6)

3. Jangan Jemu-Jemu Berbuat Baik (Gal 6:7-10)

Penutup
(Gal 6:11-18)

SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI EFESUS

Penulis: Paulus
Tema: Kristus dan Gereja
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M

Surat Paulus kepada Jemaat di Efesus (disingkat: Surat Efesus) adalah salah satu kitab
dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru yang ditulis dan dikirim oleh Paulus dari
Tarsus kepada jemaat Kristen di Efesus.
Latar Belakang
Surat Efesus merupakan salah satu puncak dalam penyataan alkitabiah dan menduduki
tempat yang unik di antara surat-surat Paulus. Surat ini tidak ditulis sebagai jawaban
terhadap suatu kontroversi doktrinal atau persoalan pastoral seperti banyak surat lain,
sebaliknya Efesus memberikan kesan akan luapan penyataan yang melimpah sebagai
hasil dari kehidupan doa pribadi Paulus. Paulus menulis surat ini ketika dipenjara
karena Kristus (Ef 3:1; Ef 4:1; Ef 6:20), kemungkinan besar di Roma. Ada banyak
persamaan di antara surat ini dengan surat Kolose dan mungkin ditulis tidak lama
sesudah surat Kolose. Kedua surat ini mungkin dibawa secara serentak ke tujuannya
oleh seorang kawan sekerja Paulus yang bernama Tikhikus (Ef 6:21; bd. Kol 4:7).

Kepercayaan umum ialah bahwa Paulus menulis surat ini dengan maksud agar sidang
pembaca akan lebih luas daripada jemaat di Efesus saja -- mungkin surat ini ditulisnya
sebagai surat edaran untuk gereja-gereja di seluruh propinsi Asia. Pada mulanya
mungkin setiap jemaat di Asia Kecil menyisipkan namanya sendiri di Ef 1:1, sebagai
bukti relevansi amanatnya yang mendalam bagi semua gereja Yesus Kristus yang
sejati. Banyak orang mengira surat Efesus ini adalah surat kepada jemaat di Laodikea
yang disebut Paulus dalam Kol 4:16.

Surat Efesus ini, ditulis oleh Paulus ketika dia sedang berada dalam penjara. Ketika
Paulus menuliskan surat kepada jemaat Efesus, tentu saja dia mempunyai tujuan dan
ada hal yang menjadi motifasi dia untuk menulis surat tersebut. Tujuan Paulus menulis
surat kepada jemaat Efesus, didukung oleh keadaan masyarakat Efesus pada saat itu.
Keadaan masyarakat Efesus pada saat itu adalah masih melakukan penyembahan
terhadap Dewa Yunani. Dewa yang mereka sembah pada saat itu adalah mereka sebut
dewi Artemis. Mereka memahami dan mempercayai bahwa dewi Artemis ini adalah
Dewa kesuburan. Selain itu juga mereka melakukan penyembahan dan tunduk
kepada Kaisar. Melihat keadaan ini tergeraklah hati Paulus untuk mengirimkan suratnya
kepada jemaat di Efesus.

BAB II
PEMBAHASAN

Surat ini berisikan nasihat perintah,dan himbauan untuk hidup dalam Kristus. Dalam
surat ini penulisnya menekankan Rencana Tuhan agar "Seluruh alam, baik yang
di surga maupun yang di bumi, menjadi satu dengan Kristus sebagai kepala"
(1:10). Surat ini merupakan juga seruan kepada umat Tuhan supaya mereka
menghayati makna rencana agung dari Tuhan itu untuk mempersatukan seluruh umat
manusia melalui Yesus Kristus.

Di dalam bagian pertama surat Efesus ini dikemukakan bagaimana penyatuan itu


terjadi. Untuk menjelaskan hal itu ia menceritakan bagaimana Tuhan telah memilih
umat-Nya, bagaimana Tuhan melalui Yesus Kristus, Anak-Nya, mengampuni dan
membebaskan umat-Nya dari dosa, dan bagaimana janji Tuhan itu dijamin oleh Roh
Kudus. Di dalam bagian kedua, diserukan kepada para pembacanya supaya mereka
hidup rukun dalam kesatuan mereka sebagai umat yang percaya kepada Kristus dapat
terlaksana.

Untuk menunjukkan bahwa umat Tuhan sudah menjadi satu karena bersatu dengan


Kristus, penulis memakai beberapa kiasan. Jemaat adalah seperti tubuh dengan Kristus
sebagai kepalanya, atau seperti sebuah bangunan yang batu sendinya ialah Kristus,
atau seperti seorang isteri dengan Kristus sebagai suaminya. Penulis sangat terharu
ketika mengingat akan rahmat Tuhan melalui Kristus, sehingga ungkapan-ungkapan
yang dipakainya dalam suratnya menunjukkan bahwa hatinya makin meluap dengan
perasaan syukur dan pujian kepada Tuhan. Segala sesuatu ditinjaunya dari segi kasih
Kristus, dari segi pengurbanan-Nya, pengampunan-Nya, kebaikan hati-Nya dan
kesucian-Nya.Waktu penulisan Surat ini diyakini ditulis di akhir musim panas (sekitar Ag
ustu s-September) tahun 58 M.Pendapat lain memberi perkiraan tahun 57-59.

Ayat-ayat terkenaL

Efesus 2:8-9: Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan
hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang
yang memegahkan diri.
Efesus 2:10: Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita
hidup di dalamnya.

Efesus 2:19-20: Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan
kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang
dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu
penjuru.

Efesus 6:11-12: Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat
bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah
dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa,
melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.

Efesus 6:14-18: Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan


berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan Injil damai
sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai iman, sebab dengan perisai itu
kamu akan dapat memadamkan semua panah api dari si jahat, dan terimalah ketopong
keselamatan dan pedang Roh, yaitu firman Allah, dalam segala doa dan permohonan.

Isi Kitab

Surat Efesus dibagi menjadi 6 pasal.

Pasal 1

Terdiri dari 23 ayat. Pasal pertama ini berisi salam Paulus bagi jemaat Efesus,
menceritakan tentang kekayaan orang-orang yang terpilih, dan untuk pengertian
tentang kemuliaan Kristus

Pasal 2

Terdiri dari 22 ayat. Pasal kedua ini menceritakan bahwa semua orang percaya ada
dalam kasih karunia, dan dipersatukan dalam Kristus.

Pasal 3
Terdiri dari 21 ayat. Pasal ketiga ini berisikan tentang rahasia panggilan bagi orang-
orang bukan Yahudi, dan doa Paulus bagi jemaat Efesus.

Pasal 4

Terdiri dari 32 ayat. Pasal ini berisikan tentang kesatuan jemaat dan karunia yang
berbeda-beda, dan maksud dari manusia baru.

Pasal 5

Terdiri dari 33 ayat; berisikan tentang perilaku hidup sebagi anak-anak terang, dan
kasih Kristus adalah dasar hidup suami isteri.

Pasal 6

Terdiri dari 24 ayat. Berisikan tentang ketaatan dan kasih terhadap orang menjadi tuan
kita di dunia, sebagaimana kita taat dan mengasihi Kristus, serta perlengkapan-
perlengkapan rohani. Pada akhir pasal 6 ini, Paulus menutupnya dengan salam kepada
jemaat Efesus, yaitu "Kasih karunia menyertai semua orang yang mengasihi Tuhan kita
Yesus Kristus dengan kasih yang tidak binasa".

Pendirian gereja di Efesus

Kedatangan Paulus yang pertama dan tergesa-gesa dalam periode 3 bulan


ke Efesus dicatat pada Kisah Para Rasul 18:19–21. Pekerjaan yang dimulainya
kemudian diteruskan oleh Apolos bersama Akwila dan Priskila. Pada kunjungan kedua
di awal tahun berikutnya, Paulus tinggal di Efesus selama "tiga tahun", karena ia
melihat "di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar
dan penting, sekalipun ada banyak penentang." dan gereja di sana dibangun dan
diperkuat berkat kerja kerasnya di sana. Dari Efesus, Injil menyebar ke luar daerah
"hampir di seluruh Asia (Kecil)." Firman Allah "bertumbuh dan berkuasa dengan kuat"
sekalipun ia mengalami banyak tentangan dan penganiayaan.

Pada perjalanan terakhirnya ke Yerusalem, kapal rasul Paulus berlabuh di Miletus,


maka ia mengutus orang untuk memanggil para penatua jemaat di Efesus untuk datang
menemuinya dan ia memberikan wejangan pengutusan perpisahannya karena tidak
berharap dapat melihat mereka lagi.

Berikut adalah sejumlah paralel kata atau frasa khusus yang dapat dilacak antara surat
ini dan pesan pengutusannya kepada jemaat Efesus di Miletus:

Kisah Para Rasul 20:19 = Efesus 4:2. ταπεινοφροσύνη tapeinophrosynē, kerendahan


hati, rendah hati.

Kisah Para Rasul 20:27 = Efesus 1:11. βουλή boulé, maksud (Allah), rencana pasti
(ilahi).

Kisah Para Rasul 20:32 = Efesus 3:20. δύναμαι dynamai, kuasa, kemampuan,


kesanggupan untuk bertindak.

Kisah Para Rasul 20:32 = Efesus 2:20: οἰκοδομέω oikodomeó, dibangun (di atas suatu
landasan/dasar).

Kisah Para Rasul 20:32 = Efesus 1:14,18: κληρονομία klēronomia, artinya "warisan,


hadiah yang dijanjikan" (bahasa Inggris: inheritance, heritage) atau "bagian (yang
ditentukan-Nya bagi orang-orang kudus)."

Pengutipan

Surat Efesus ditemukan pada dua kanon paling tua, susunan Marcion (yang
memberinya judul “Surat Laodikea”) dan Kanon Muratori. Juga dikutip oleh para bapa
gereja seperti Klemens dari Roma, Hermas, Barnabas, Ignatius, dan Polikarpus,
demikian pula Tertullian, Klemens dari Aleksandria, dan Origenes. Naskah ini juga
dijumpai di antara surat-surat Paulus pada Papirus 46, salah satu naskah tertua yang
diperkirakan dibuat pada abad ke-2, meskipun ada yang berpendapat dibuat pada
tahun 70 M.

Kitab Efesus

Survai
Secara paling sederhana PB terdiri atas dua tema dasar:
bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan

bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu.

Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) secara umum membahas tema yang pertama, sedangkan pasal
4-6 (Ef 4:1--6:24) difokuskan pada yang kedua.

Pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dimulai dengan suatu paragraf pembukaan yang merupakan
salah satu nas yang paling dalam di Alkitab (Ef 1:3-14). Kidung penebusan yang sangat
indah ini menaikkan pujian karena Bapa telah memilih, menentukan dan mengangkat
kita sebagai anak-anak-Nya (Ef 1:3-6), karena Putra yang menebus kita dengan darah-
Nya (Ef 1:7-12), dan karena Roh Kudus sebagai meterai dan jaminan warisan kita (Ef
1:13-14). Di bagian ini Paulus menekankan bahwa dalam penebusan karena kasih
karunia oleh iman, Allah memperdamaikan kita dengan diri-Nya (Ef 2:1-10) dan dengan
sesama umat tertebus (Ef 2:11-15), dan sedang mempersatukan kita di dalam Kristus
dalam satu tubuh, yaitu gereja (Ef 2:16-22). Tujuan penebusan adalah "mempersatukan
di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu baik yang di sorga maupun yang di
bumi," (Ef 1:10).

Pasal 4-6 (Ef 4:1--6:24) pada umumnya terdiri atas arahan-arahan praktis bagi gereja
mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus atas kehidupan pribadi dan kehidupan
bersama kita.

Di antara 35 pengarahan yang diberikan dalam surat ini mengenai bagaimana seorang
tertebus harus hidup, ditekankan tiga kategori luas.

Orang percaya dipanggil kepada suatu kehidupan baru yang murni dan terpisah dari
dunia. Mereka dipanggil untuk "kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya" (Ef 1:4),
"menjadi bait Allah yang kudus" (Ef 2:21), "hidup ... berpadanan dengan panggilan
(mereka) itu" (Ef 4:1), "mencapai ... kedewasaan penuh" (Ef 4:13), hidup "di dalam
kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya" (Ef 4:24), "hiduplah di dalam kasih" (Ef
5:2; bd. Ef 3:17-19), dan menjadi kudus "dengan ... firman" (Ef 5:26) agar Kristus bisa
memperoleh "jemaat ... tanpa cacat atau kerut ... kudus dan tidak bercela" (Ef 5:27).
Orang percaya dipanggil kepada suatu cara hidup baru dalam hubungan keluarga dan
kerja (Ef 5:22--6:9). Semua hubungan ini hendaknya dikuasai oleh prinsip-prinsip yang
menandai orang percaya berbeda sekali dari masyarakat sekular di mana mereka
hidup.

Akhirnya, orang percaya dipanggil untuk tetap berdiri teguh terhadap semua rencana
jahat Iblis dan terhadap "roh-roh jahat di udara" yang hebat sekali (Ef 6:10-20).

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

Penyingkapan kebenaran teologis akbar dalam pasal 1-3 (Ef 1:1--3:21) dihentikan
sejenak oleh dua doa rasuli yang paling berkuasa dalam PB: yang pertama memohon
hikmat dan wahyu dalam pengenalan akan Allah (Ef 1:15-23); yang kedua berfokus
pada mengenali kasih, kuasa, dan kemuliaan Allah (Ef 3:14-21).

"Di dalam Kristus", sebuah istilah Paulus yang sangat berbobot (dipakai 160 kali dalam
surat-surat Paulus) secara khusus menonjol dalam surat ini (sekitar 36 kali). "Setiap
berkat rohani" dan setiap persoalan praktis dalam hidup ini berhubungan dengan
perihal berada "di dalam Kristus".

Maksud dan tujuan abadi Allah bagi gereja ditekankan dalam surat Efesus.

Beraneka segi dari peranan Roh Kudus di dalam kehidupan Kristen ditekankan (Ef
1:13-14,17; Ef 2:18; Ef 3:5,16,20; Ef 4:3-4,30; Ef 5:18; Ef 6:17-18).

Surat Efesus kadang-kadang dianggap sebagai "surat kembar" dengan Kolose, karena
persamaan dalam isi dan ditulis kira-kira pada waktu yang sama (bd. Garis Besar kedua
surat itu).

Tujuan
Tujuan Paulus dalam menulis surat ini tersirat dalam Ef 1:15-17. Dengan tekun ia
berdoa sambil merindukan agar para pembacanya bertumbuh dalam iman, kasih,
hikmat, dan penyataan Bapa yang mulia. Dia sungguh-sungguh menginginkan agar
hidup mereka layak di hadapan Tuhan Yesus Kristus (mis. Ef 4:1-3; Ef 5:1-2). Oleh
karena itu, Paulus berusaha untuk menguatkan iman dan dasar rohani mereka dengan
menyatakan kepenuhan maksud kekal Allah dari penebusan "dalam Kristus"(Ef 1:3-14;
Ef 3:10-12) untuk gereja (Ef 1:22-23; Ef 2:11-22; Ef 3:21; Ef 4:11-16; Ef 5:25-27) dan
untuk setiap orang (Ef 1:15-21; Ef 2:1-10; Ef 3:16-20; Ef 4:1-3,17-32; Ef 5:1--6:20).

Garis Besar Efesus

Garis Besar

Salam Kristen
(Ef 1:1-2)

I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya(Ef 1:3-3:21)

A.Keutamaan Kristus dalam Penebusan
(Ef 1:3-14)

1. Keutamaan-Nya Dalam Rencana Bapa (Ef 1:3-6)

2. Keutamaan-Nya Dalam Partisipasi Orang Percaya (Ef 1:7-12)

3.Keutamaan-Nya Dalam Penerapan Roh Kudus (Efesus 1:13-14)
Doa: Agar Orang Percaya Memperoleh Penerangan Rohani (Ef 1:15-23)

B. Hasil-Hasil Penebusan Dalam Kristus (Ef 2:1-3:21)

1. Membebaskan Kita dari Dosa dan Kematian kepada Hidup Baru di Dalam Kristus (Ef
2:1-10)

2. Memperdamaikan Kita dengan Orang Lain yang Sedang Diselamatkan (Ef 2:11-15)


3. Mempersatukan Kita Dalam Kristus di Dalam Satu Rumah Tangga (Ef 2:16-22)
4.Menyatakan Hikmat Allah Melalui Gereja (Ef 3:1-13) Doa: Agar Orang
Percaya Memperoleh Kepuasan Rohani (Ef 3:14-21)
II. Pengarahan-Pengarahan Praktis-Kehidupan Orang Percaya (Ef 4:1-6:20)
A. Hidup Baru Orang Percaya
(Ef 4:1-5:21)

1.Selaras dengan Maksud Allah bagi Gereja (Ef 4:1-16)

2. Hidup Baru yang Kudus (Ef 4:17-5:7)

3. Hidup Sebagai Anak-Anak Terang (Ef 5:8-14)

4. Hati-Hati dan Penuh dengan Roh (Ef 5:15-21)

B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya (Ef 5:22-6:9)

1. Suami dan Istri (Ef 5:22-33)

2. Anak-Anak dan Orang-Tua (Ef 6:1-4)

3. Hamba dan Tuan (Ef 6:5-9)

C. Peperangan Rohani Orang Percaya (Ef 6:10-20)

1. Sekutu Kita – Allah (Ef 6:10-11a)

2. Musuh Kita -- Iblis dan Pasukannya (Ef 6:11-12)

3. Perlengkapan Kita -- Senjata Allah (Ef 6:13-20)

Penutup
(Ef 6:21-24)

SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI FILIPI

Penulis: Paulus
Tema: Sukacita Dalam Hal Hidup bagi Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62/63 TM
Ayat-ayat terkenal

Filipi 4:4: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan:


Bersukacitalah! Filipi 4:6: Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga,
tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan
permohonan dengan ucapan syukur. Filipi 4:13: Segala perkara dapat kutanggung di
dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Latar Belakang
Kota Filipi di Makedonia timur, yang letaknya enam belas kilometer dari pesisir Laut
Aegea, dinamai menurut Raja Filipus II dari Makedon, ayah Aleksander Agung. Pada
masa Paulus, kota ini sebuah kota Romawi dan pangkalan militer yang terkenal.

Gereja di Filipi didirikan oleh Paulus dan teman-teman sekerjanya (Silas, Timotius,
Lukas) pada perjalanan misi yang kedua sebagai tanggapan terhadap penglihatan yang
Allah berikan di Troas (Kis 16:9-40). Suatu ikatan persahabatan yang kuat berkembang
di antara rasul itu dan jemaat Filipi. Beberapa kali jemaat itu mengirim bantuan
keuangan kepada Paulus (2Kor 11:9; Fili 4:15-16) dan dengan bermurah hati memberi
kepada persembahan yang dikumpulkannya untuk orang Kristen yang berkekurangan
di Yerusalem (bd. 2Kor 8:1--9:15). Agaknya dua kali Paulus mengunjungi gereja ini
pada perjalanan misinya yang ketiga (Kis 20:1,3,6).

Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi (disingkat Surat Filipi) adalah salah satu kitab
dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru yang merupakan surat kiriman Rasul
Paulus untuk jemaat Kristen yang ada di kota Filipi. Surat ini dikelompokkan sebagai
surat-surat dari penjara bersama-sama dengan surat Paulus kepada jemaat
di Efesus, Kolose, dan Filemon.

Bagian pengantarnya menyebutkan bahwa Paulus dibantu oleh rekan sekerjanya


yaitu Timotius dalam pengiriman surat kepada jemaat Filipi.Surat ini terutama ditujukan
kepada semua orang percaya yang tinggal di Filipi dengan para penilik jemaat
dan diaken.
Walaupun surat ini ditulis dalam penjara tetapi Paulus tetap mengucap syukur dan
berdoa bagi jemaat di Filipi karena ia tetap yakin akan iman jemaat di
sana. Kota Filipi dulunya bernama Krenides. Kredines dalam
bahasa Yunani adalah krene yang artinya mata air. Kota ini terletak di daerah
pedalaman Yunani tepatnya di Via Egnatia yakni satu jalan yang menjadi penghubung
antara daerah timur dan baratRomawi. Nama Filipi berasal dari nama seorang raja
Makedonia, Filipus II, yang melakukan penyerangan antara tahun 360-356 SM dan
berhasil menaklukkan kota ini. Banyak dari penduduk kota Filipi adalah para budak dan
veteran perang. Penyebabnya, pada tahun 42 SM telah terjadi peperangan
antara Brutus dan Cassius melawan Antoniusdan Augustus yang dimenangkan
Antonius dan Augustus. Perang terulang kembali pada tahun 31 SM kali ini Augustus
mengalahkan Antonius dan diangkat menjadi kaisar. Orang-orang yang
mendukung Antonius pun dibuang ke Filipi. Tidak mengherankan bila para budak,
veteran perang, penduduk pribumi dan para pemimpin kota berbaur di kota ini.

Sementara itu, kelompok orang-orang Yahudi ditemukan sangat sedikit jumlahnya di


Filipi. Terbukti dengan tidak ditemukannya rumah ibadah Yahudi kecuali sebuah rumah
sembahyang yang terletak di luar kota. Keterangan ini berdasarkan laporan Paulus
tentang perjalanannya di Filipi sebagaimana yang tercatat dalam Kisah Para
Rasul 16:13. Kota Filipi adalah kota yang pertama kali dikunjungi Paulus dalam
perjalanannya di Eropa.

Keadaan Jemaat

Jemaat Filipi didirikan Paulus sekitar tahun 49-50. Jemaat di Filipi terdiri dari orang-
orang Kristen bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 16:33b), orang -orang Yahudi yang
sudah menjadi Kristen (Kisah Para Rasul 16:13) dan disebutkan pula orang-orang yang
takut akan Tuhan (Kisah Para Rasul 16:14). Hubungan Paulus dengan jemaat ini
terjalin dengan baik bahkan jemaat Filipi menyatakan kesediaan mereka untuk
memberikan dukungan finansial terhadap pelayanan Paulus melalui
perantaraan Epafroditus. Namun, di dalam kehidupan berjemaat di Filipi rupanya ada
sekelompok orang yang menentang Paulus seperti tertulis dalam Filipi 1:27-30;
2:21. Paulus menyatakan kritikannya kepada orang-orang ini secara tajam dalam Filipi
3:2. Cukup banyak wanita menjadi anggota jemaat di Filipi. Di antara mereka
adalah Sintikhe dan Euodia yang seringkali tidak sehati dan sepikiran dalam
pelayanannya.

Penulis dan Tempat

Penulis surat ini adalah Paulus. Pada waktu menuliskan surat ini, Rasul Paulus sedang


berada di dalam penjara (Filipi 1:7,14,17). Lokasi penjaranya tidak diketahui dengan
pasti. Muncul beberapa dugaan bahwa Paulus mungkin ditempatkan di
penjara Roma, Kaisarea atau Efesus. Namun, bila mengacu pada Filipi 1:22, yang
menyebutkan tentang 'istana kaisar' maka besar kemungkinan penjara yang dimaksud
adalah penjara di kota Roma.

Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis pada musim semi (antara bulan Maret - Juni) tahun 58
M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 57-59, atau tahun 53-56.

Maksud dan Tujuan

Untuk memberikan nasihat kepada jemaat di kota Filipi, karena di kota itu terjadi suatu
perpecahan sehingga Paulus menuliskan surat ini dan mengutus seorang anak
rohaninya untuk mengantar surat tersebut, sebab Paulus sendiri saat itu sedang berada
di dalam penjara.

Struktur Surat

Struktur Surat Paulus kepada jemaat Filipi adalah sebagai berikut:

A. Pembukaan (1:1-11)

1. Salam (1:1-2)

2. Ucapan Syukur dan Doa (1:3-11)

B. Kesaksian dan Nasihat-nasihat (1:12-2:30)

1. Kesaksian tentang Paulus (1:12-26)
2. Nasihat-nasihat untuk Gereja (1:27-2:18)

Nasihat untuk keteguhan iman (1:27-30)

Nasihat untuk merendahkan diri (2:1-4)

Kristus sebagai teladan (2:5-11)

Nasihat agar tetap taat (2:12-18)

3. Kesaksian tentang Timotius dan Epafroditus(2:19-30)

Tentang Timotius (2:19-24)

Tentang Epafroditus (2:25-30)

C. Peringatan tentang Ajaran-ajaran Sesat dan pengalaman Paulus serta kehidupannya


sebagai teladan (3:1-21)

1. Peringatan tentang bermegah diri (3:1-3)

2. Kehidupan Paulus, dulu dan kini : Sebuah Jawaban bagi Yudaisme (3:4-11)

3. Peringatan tentang Kesempurnaan ( 3:12-16)

4. Kehidupan Paulus sebagai Sebuah Keteladanan (3:17)

5. Peringatan melawan Pengajar-pengajar Sesat (3:20-21)

6. Kehidupan Paulus: Harapan akan dunia yang akan datang (3:20-21)

7. Nasihat-nasihat Terakhir ( 4:1-9)

E. Ucapan terima kasih atas keramahan orang -orang Filipi (4:10-20)

G. Penutup (4:21-23)

Pokok-pokok Teologi

Bersukacita di tengah Penderitaan


Di tengah penderitaan yang dialami jemaat Kristen di Filipi, Rasul Paulus meminta
mereka tetap bersukacita. Paulus mengangkat pengalaman pribadinya sebagai seorang
pemberita Injil yang harus dipenjara oleh karena Injil yang disampaikannya. Akan tetapi,
dalam penderitaan ia tetap masih dapat bersukacita karena Injil itu mendapatkan
kemajuan. Banyak orang dalam penjara yang kemudian menjadi percaya setelah
mendengarkan Injil yang Paulus beritakan.

Ia juga mengangkat tokoh-tokoh lain seperti Kristus (Filipi 2:5-11), Timotius (Filipi 2:19-


24), dan Epafroditus (Filipi 2:19-30). Ketiganya diangkat sebagai contoh yang patut
diteladani jemaat. Yesus harus mengalami penderitaan sebelum akhirnya ditinggikan
oleh Allah (Filipi 2:6-11). Ini menjadi penghiburan bagi jemaat bahwa jika mereka hidup
dalam kesetiaan pada Allah maka mereka juga akan ditinggikan. Sementara itu,
Timotius rela memberi diri menjadi pemberita Injil demi Kristus dan Epafroditus yang
bahkan hampir mati ketika memberitakan Injil ({{Alkitab|Filipi 2:21,23}).

Lebih khusus, Paulus mendorong jemaat untuk memandang kepada Kristus yang tidak
membalas perbuatan buruk orang tetapi mempercayakan semua kepada Allah. Yang
perlu dilakukan jemaat adalah menunjukkan sikap bersahabat kepada semua orang
(Filipi 2:8) dan tetap teguh dalam iman (Filipi 1:27,28).

Ancaman Perpecahan

Euodia dan Sintikhe adalah dua orang perempuan yang terlibat dalam jemaat dan


menjabat sebagai diaken. Akan tetapi di antara keduanya sering terjadi perselisihan
yang dikhawatirkan akan merusak persekutuan di antara anggota jemaat di Filipi. Akibat
perselisihan di antara mereka pun dapat membuat pertumbuhan jemaat ini menjadi
terhambat. Paulus melihat penyebab dari semua itu adalah kurangnya rasa rendah hati
dan semangat bersekutu dalam jemaat terlebih khusus dalam diri kedua perempuan
tersebut. Oleh karena itu, Paulus meminta kepada mereka untuk menunjukan sikap
rendah hati dan juga kepada semua pihak yang terkait dengan perselisihan kedua
perempuan itu agar segera menyelesaikan persoalan yang ada. Paulus mengangkat
sebuah nyanyian tentang Kristus yang mau merendahkan diri-Nya bahkan taat sampai
mati di atas kayu salib. Dengan nyanyian Kristus ini, Paulus mengajak jemaat untuk
memiliki kasih yang rendah hati, siap dan tetap satu sekalipun diperhadapkan dengan
penderitaan. Demikianlah jemaat di Filipi dipanggil untuk meneladan Yesus.

Ancaman Ajaran sesat

Dalam Filipi pasal 3, Paulus menyerang orang-orang dalam jemaat di Filipi yang sudah
terpengaruh oleh lawan-lawan Paulus. Mengenai lawan-lawan Paulus ini, beberapa
tokoh muncul dengan pendapatnya masing-masing. Ada yang mengatakan Paulus
sedang berhadapan dengan orang-orang Kristen yang menganut
aliran Gnostisisme atau para misionaris Yahudi. Ada juga yang menyebutkan bahwa
yang dikecam Paulus adalah orang-orang Kristen Yahudi yang masih berpegang
pada Taurat agar mendapatkan keselamatan. Sementara
pendapat lain menyebutkan Paulus sedang berpolemik dengan Yudaisme, Libertinisme 
dan kemurtadan. Namun yang diketahui dengan jelas adalah Paulus sedang melawan
misionaris Yahudi yang disebutnya 'anjing-anjing' dalam Filipi 3:2-11. Ini
mengindikasikan bahwa ada sejumlah orang yang telah berhasil masuk ke dalam
jemaat dan memberikan pengaruh negatif pada anggota jemaat. Oleh sebab itu Paulus
pada pasal selanjutnya menasihatkan jemaat agar tidak membiarkan diri disesatkan
orang-orang itu. Jemaat harus tetap teguh dalam Tuhan sebab kedatangan-Nya sudah
tidak lama lagi (Filipi 4:1,5b).

Kaitan dengan bagian Alkitab lain

Surat-surat Paulus

Surat Filipi diperkirakan ditulis pada periode yang sama dengan surat 2 Timotius. Satu-
satunya alasan untuk memperkirakan bahwa surat 2 Timotius ditulis menjelang akhir
hidup Paulus (kecuali jika disimpulkan dari 2 Timotius 1:8 bahwa surat ini ditulis
di Roma) adalah kesan bahwa Paulus menyadari kematiannya sudah dekat. Namun,
menurut Kisah Para Rasul 20:24, sebelum sampai di Roma, Paulus sudah mengatakan
pada musim semi tahun 57 di Melitus: "Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku
sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan
yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian
tentang Injil kasih karunia Allah." Namun proses ini ternyata berjalan panjang. Mulanya
Paulus mengira bahwa kasus penanahannya akan
segera selesai begitu kepala pasukan Lisias datang dari Yerusalem ke Kaisarea (Kisah
Para Rasul 24:22) dan ia mengharapkan untuk segera dilepaskan. Sampai saat itu,
sepanjang yang diketahui, Paulus tidak mengalami penahanan dalam waktu lama, dan
kalaupun dimasukkan dalam penjara setempat (seperti insiden di Filipi yang dicatat
dalam Kisah Para Rasul 16:19-40 sebagai contoh) hanya semalam saja (Kisah Para
Rasul 16:35), meskipun tanpa pengaruh adanya gempa bumi. Kata yang dipakai untuk
melukiskan pengalamannya, φυλακαί (fulakai, "tahanan"; bahasa Inggris: custody)
pada 2 Korintus 6:5; 11:23), tidak pernah digunakan dalam surat-surat yang ditulis
dalam masa penjara, dimana selalu dipakai kata δέσμοι (desmoi); dan situasi yang
digambarkan memang berbeda.Setelah beberapa bulan, keyakinan Paulus bahwa ia
akan dilepaskan mulai kendor. Dalam surat Filipi, meskipun tidak tahu bagaimana
akhirnya, Paulus yakin akan bertemu mereka kembali sebentar lagi (Filipi
1:25 dst.; Filipi 2:24). Dalam surat Filemon ia berharap, doa-doa mereka dikabulkan
(Filemon
1:22). Dalam surat Kolose dan surat Efesus, ia hanya mengatakan bahwa Tikhikus aka
n menyampaikan segara berita mengenai dirinya kepada mereka, serta berdoa agar
diberi kata-kata yang tepat pada waktunya (Kolose 4:7-9; Efesus 6:19-22). Pada waktu
menulis surat 2 Timotius tampaknya hanya kemungkinan kematian yang muncul,
harapan untuk dilepaskan rupanya pudar; ia ditinggalkan dan mengharapkan orang-
orang untuk mendatanginya (2 Timotius 1:12; 4:6-13). Sebagaimana ia menjelaskan
kemudian, sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul 28:19, ia "tidak mempunyai
pilihan lain" - selain kartu terakhirnya, "naik banding kepada Kaisar".

Kaitan - dan urutan yang serupa - antara poin-poin dalam surat Filipi dan surat 2
Timotius sangat menarik untuk dilihat, terutama bagaimana ia sampai kepada kata-kata
"menyelesaikan pertandingan" (τελειώσω τὸν δρόμον) yang menurut
laporan Lukas (dalam Kisah Para Rasul 20:24), disampaikan dalam pidatonya di
Miletus. Sebelumnya Paulus menggunakan perumpamaan tentang pertandingan, tetapi
di sana dikatakan "berlari" bukan "mencapai garis akhir" (1 Korintus 9:24-26; 1 Timotius
6:12). Tabel berikut memperlihatkan frasa-frasa yang dipakai dalam kolom paralel:

Tujuan
Dari penjara (Fili 1:7,13-14), kemungkinan besar di Roma (Kis 28:16-31), Paulus
menulis surat ini kepada orang percaya di Filipi untuk berterima kasih kepada mereka
atas pemberian banyak yang baru-baru ini mereka kirim kepadanya dengan
perantaraan Epafroditus (Fili 4:14-19) dan untuk memberi kabar tentang keadaannya
yang sekarang. Lagi pula, Paulus menulis untuk meyakinkan jemaat tentang
keberhasilan maksud Allah dalam hukuman penjaranya (Fili 1:12-30), menenangkan
jemaat bahwa utusan mereka (Epafroditus) telah menunaikan tugasnya dengan setia
dan tidak kembali kepada mereka sebelum waktunya (Fili 2:25-30), dan untuk
mendorong mereka untuk maju agar mengenal Tuhan dalam persatuan, kerendahan
hati, persekutuan, dan damai sejahtera.

Survai
Surat Filipi tidak ditulis terutama untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan
pertentangan dalam gereja seperti banyak surat Paulus yang lain. Nada utama surat ini
ialah kasih sayang yang hangat dan penghargaan terhadap jemaat itu. Dari salamnya
(Fili 1:1) sampai ke doa berkat (Fili 4:23), surat ini memusatkan perhatian pada Kristus
Yesus sebagai tujuan hidup dan pengharapan orang percaya akan hidup kekal.

Dalam surat ini, Paulus memang berbicara mengenai tiga masalah kecil di Filipi:

Keputusasaan mereka karena masa hukumannya yang begitu lama (Fili 1:12-26);benih-


benih perpecahan di antara dua orang wanita di dalam gereja (Fili 4:2; bd. Fili 2:2-4);
dan ancaman ketidaksetiaan yang selalu ada dalam gereja oleh karena para penganut
agama Yahudi dan orang-orang yang berpikiran duniawi (pasal 3; Fili 3:1-16).Karena
ketiga masalah yang potensial ini, kita mempunyai ajaran Paulus yang paling kaya
mengenai sukacita di tengah-tengah segala keadaan hidup (mis. Fili 1:4,12; Fili 2:17-
18; Fili 4:4,11-13),kerendahan hati dan pelayanan Kristen (Fili 2:1-18), dan nilai
pengenalan akan Kristus yang melebihi segala sesuatu (pasal 3; Fili 3:1-16).

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

Sifatnya sangat pribadi dan penuh kasih sayang, serta mencerminkan hubungan akrab
Paulus dan orang percaya di Filipi.Sangat memusatkan perhatian kepada Kristus, serta
mencerminkan hubungan dekat Paulus dengan Kristus (mis. Fili 1:21; Fili 3:7-
14).Memberikan salah satu pernyataan yang paling mendalam mengenai Kristologi
dalam Alkitab (Fili 2:5-11).

Merupakan terutama suatu "surat sukacita" PB.

Menyajikan standar kehidupan Kristen yang sangat kuat, termasuk hidup dengan
rendah hati dan sebagai seorang hamba (Fili 2:1-8), berusaha dengan sungguh-
sungguh untuk mencapai tujuan (Fili 3:13-14), bersukacita selalu di dalam Tuhan (Fili
4:4), mengalami kebebasan dari kecemasan (Fili 4:6), merasa senang dalam segala
keadaan (Fili 4:11), dan melakukan segala hal karena kasih karunia Kristus yang
memberi kekuatan (Fili 4:13).

Garis Besar Filipi

Garis Besar

Pendahuluan

A. Salam Kristen
Flipi 1:1-11 (Fili 1:1-2)
B. Ucapan Syukur dan Doa untuk Jemaat Filipi (Fili 1:3-11)

I. Keadaan Paulus Sekarang Ini (Fili 1:12-26)

A. Injil Mengalami Kemajuan Karena Paulus Dipenjarakan (Fili 1:12-14)

B.Dalam Segala Hal Kristus Diberitakan (Fili 1:15-18)

C. Kerelaannya untuk Hidup atau Mati (Fili 1:19-26)

II. Hal-Hal yang Penting bagi Gereja (Fili 1:27-4:9)

A. Nasihat Paulus kepada Jemaat Filipi (Fili 1:27-2:18)

1. Supaya Tetap Setia (Fili 1:27-30)

2. Supaya Bersatu (Fili 2:1-2)

3. Supaya Merendahkan Diri dan Menjadi Hamba Tuhan (Fili 2:3-11)

4. Supaya Taat dan Berperilaku Tidak Bercela (Fili 2:12-18)

B. Utusan-Utusan Paulus kepada Gereja (Fili 2:19-30)

1. Timotius (Fili 2:19-24)

2. Epafroditus (Fili 2:25-30)

C. Peringatan Paulus Mengenai Ajaran Palsu (Fili 3:1-21)

1. Sunat Palsu Lawan Sunat Benar (Fili 3:1-16)

2. Berpikiran Duniawi Lawan yang Rohani (Fili 3:17-21)

D. Nasihat Akhir Paulus (Fili 4:1-9)

1. Kemantapan dan Kerukunan (Fili 4:1-3)

2. Sukacita dan Kelemahlembutan (Fili 4:4-5)

3. Kebebasan dari Kekhawatiran (Fili 4:6-7)


4. Pengendalian Pikiran dan Kehendak (Fili 4:8-9)

Penutup
(Fili 4:10-23)

A. Pernyataan Terima Kasih Atas Pemberian yang Diterima (Fili 4:10-20)

B.Salam Akhir dan Doa Berkat (Fili 4:21-23)

SURAT PAULUS KEPADA JEMAAT DI KOLOSE

Surat Paulus kepada Jemaat di Kolose adalah salah satu kitab


dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru yang merupakan surat dari rasul
Paulus kepada jemaat di kota Kolose, yaitu sebuah kota di Asia Kecil, sebelah timur
kota Efesus.

Penulis: Paulus
Tema: Keunggulan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 TM

Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis pada musim panas (antara bulan Juni-September) tahun 58
M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 57-59, atau tahun 56-58.

Ayat-ayat terkenal

Kolose 3:17: Segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan,
lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia
kepada Allah, Bapa kita.

Kolose 3:23: Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu
seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.

Latar Belakang
Pada dasarnya bukan Paulus yang mendirikan jemaat di Kolose ini. Akan tetapi, ia
mengutus pekerja-pekerja dari Efesus, ibukota provinsi Roma di Asia Kecil pada waktu
itu. Oleh sebab itu, ia merasa bertanggung jawab juga atas jemaat di Kolose
itu. Informasi yang didapat oleh Paulus berasal dari Epafras. Epafras melaporkan
kepada Paulus bahwa di dalam jemaat itu ada guru-guru yang mengajar ajaran-ajaran
yang salah. Guru-guru itu menekankan bahwa untuk mengenal Tuhan dan
diselamatkan dengan sempurna, orang harus menyembah "roh-roh yang menguasai
dan memerintah semesta alam ini". Selain itu, kata guru-guru itu kepada jemaat di
Kolose agar setiap orang harus pula taat menjalankan peraturan-peraturan sunat,
pantangan dan lain sebagainya.

Paulus mendengar hal itu pun tidak tinggal diam. Dia merasa bertanggung jawab
terhadap jemaat di Kolose tersebut. Surat Paulus Kepada Jemaat di Kolose ini pun
ditulis untuk mengemukakan ajaran Kristen yang benar dan menentang ajaran-ajaran
salah yang diajarkan oleh guru-guru palsu itu. Inti dari sari surat ini ialah bahwa Yesus
Kristus sanggup memberi keselamatan yang sempurna dan bahwa ajaran-ajaran yang
lainnya itu hanya menjauhkan orang dari Kristus. Paulus juga menekankan bahwa
melalui Kristuslah, Tuhan menciptakan dunia ini, dan melalui Kristus pula Tuhan
menyelamatkannya. Harapan dunia untuk diselamatkan hanyalah melalui bersatu
dengan Kristus.

Setelah itu, Paulus menguraikan pula hubungan antara ajaran yang agung itu dengan
kehidupan orang Kristen. Tikhikus adalah orang yang membawa surat ini ke Kolose
untuk Paulus. Dia ditemani oleh Onesimus, hamba yang disuruh oleh Paulus untuk
kembali kepada tuannya, yaitu Filemon, yang juga merupakan seorang anggota jemaat
di Kolose.

Kota Kolose terletak dekat Laodikia (bd. Kol 4:16) di bagian barat daya Asia Kecil, kira-
kira 160 kilometer tepat di sebelah timur kota Efesus. Agaknya jemaat Kolose telah
didirikan sebagai akibat tiga tahun pelayanan yang luar biasa dari Paulus di Efesus (Kis
20:31). Pengaruh pelayanannya begitu luar biasa dan luas jangkauannya sehingga
"semua penduduk Asia mendengar firman Tuhan, baik orang Yahudi maupun orang
Yunani" (Kis 19:10). Walaupun Paulus sendiri mungkin tidak pernah mengunjungi
Kolose (Kol 2:1), ia telah memelihara hubungannya dengan gereja itu melalui Epafras,
seorang yang bertobat di bawah pelayanannya dan rekan kerjanya dari Kolose (Kol 1:7;
Kol 4:12).

Alasan untuk menulis surat ini adalah munculnya ajaran palsu yang mengancam masa
depan rohani jemaat Kolose (Kol 2:8). Ketika Epafras, seorang pemimpin dalam gereja
Kolose dan boleh jadi pendirinya, mengadakan perjalanan untuk mengunjungi Paulus
dan memberitahukan tentang situasi di Kolose (Kol 1:8; Kol 4:12), Paulus
menanggapinya dengan menulis surat ini. Pada waktu itu ia berada dalam tahanan (Kol
4:3,10,18), mungkin sekali di Roma (Kis 28:16-31) sambil menantikan naik bandingnya
kepada Kaisar (Kis 25:11-12). Rekan Paulus, Tikhikus sendiri membawa surat ini ke
Kolose atas nama Paulus (Kol 4:7).

Sifat yang tepat dari ajaran palsu yang terdapat di Kolose ini tidak diuraikan dengan
jelas dalam surat ini, karena para pembaca yang mula-mula sudah memahaminya
dengan baik. Akan tetapi dari berbagai pernyataan Paulus yang menentang ajaran
palsu itu, nyatalah bahwa bidat yang hendak meruntuhkan dan menggantikan Yesus
Kristus sebagai inti kepercayaan Kristen adalah suatu campuran yang aneh yang terdiri
atas ajaran Kristen, tradisi-tradisi Yahudi tertentu di luar Alkitab dan filsafat kafir (serupa
dengan campuran kultus-kultus dewasa ini).

Isi dalam kitab kolose


Berikut adalah garis-garis besar.

1. Pembukaan Surat (1:1-2)

2. Perkenalan Paulus dan Tujuannya

Bersyukur (1:3-8)

Doa dan Meditasi (1:9-23)

Doa Paulus: Pengetahuan akan Tuhan (1:9-12a)

Alasan Mengucap Sukur (1:12b-23)

Keluaran Baru (1:12b-14)

Ciptaan dan Ciptaan Baru di dalam Kristus (1:15-20)

Ciptaan Baru di Kolose (1:21-23)

Pelayanan Paulus dan Tujuan Suratnya

Pelayanan Paulus di dalam Kristus (1:24-29)

Pelayanan Paulus kepada Jemaat di Kolose (2:1-5)

3. Permohonan kepada Orang Kristen agar Dewasa (2:6-4:6)

Perkenalan: Hidup di dalam Kristus (2:6-7)

Tidak ada seorangpun yang menghukum kamu (2:8-23)

Siap di dalam Kristus (2:8-10)

Kristus dan Musuh-musuh-Nya (2:8-10)

Sunat di dalam Kristus (2:11-12)

Bebas dari tuntutan hukum (2:13-15)

Jangan menukar taurat dengan peraturan Yahudi (2:16-23)


Perkara-perkara yang menjadi diperintahkan Kristus (2:16-19)

Kamu mati demi Kristus untuk dunia dan hukumnya (2:20-23)

Hidup menurut hukum yang baru (3:1-4:6)

hidup di dalam Kristus, Allah yang bangkit (3:1-4)

Pengetahuan dan hidup baru menurut gambar Allah (3:5-11)

Segala sesuatu yang dilakukan dalam nama Tuhan Yesus (3:12-17)

Hidup Baru-di Rumah (3:18-4:1)

Hidup Baru-di dunia (4:2-6)

4. Penutup Surat (4:7-18)

Memperkenalkan hamba-hamba Tuhan (4:7-9)

Pembukaan dari teman-teman Paulus (4:10-14)

Pembukaan kepada orang-orang di Kolose (4:15-17)

Tanda tangan dari Rasul Paulus (4:18)

Muatan Teologinya

Surat Paulus untuk jemaat Kolose menggambarkan secara keseluruhan pemahaman


teologi untuk menolong pembacanya menemukan manusia yang asli dan kematangan
spiritual yang seesuai dengan keinginan Tuhan untuk umat-Nya. Tuhan itu memberikan
penghakiman yang adil dan bijaksana. Dia mengutus Anak-Nya untuk mencapai
pendamaian.Yesus yang menangani dosa manusia dengan mati di kayu salib agar
kehidupan yang diberikan kepada umat-Nya. Hidup umat yang benar yang diungkapkan
melalui hidup yang benar. Hal ini ditunjukkan melalui ungkapan iman percaya mereka
dan dengan dibaptis di dalam Yesus Kristus. Paulus di dalam suratnya ini pada intinya
hendak menyuarakan pemahamannya akan beberapa tema teologi terbesar.
Adanya makna yang ditujukan kepada gereja. Roh Kudus dan gereja terletak jejak-jejak
yang dapat membantu pemahaman tentang bagaimana membawa pesan teks kuno ke
dalam situasi sekarang ini. Paulus bermaksud agar suratnya dibaca di dalam gereja
(4:16). Hal ini pula mengingatkan gereja bahwa gereja tidak dapat memahami surat-
surat Paulus tersebut secara murni. Setiap orang Kristen yang dewasa bertanggung
jawab terhadap iman percayanya. Tetapi kebenaran Kristen tetap menjadi milik
bersama.

Paulus menulis surat ini untuk memastikan jemaat di kolose adalah warga Kerajaan
Allah. Tidak ada keraguan atas pernyataan ini menjadi bukti iman kepada
Kristus. Manurut Paulus, gereja adalah tubuh Kristus dan memiliki tugas untuk bersaksi
bagi dunia tentang Kerajaan Allah.

Kitab Kolose

Tujuan
Paulus menulis

untuk memberantas ajaran palsu yang berbahaya di Kolose yang sedang menggantikan
keunggulan Kristus dan kedudukan-Nya sebagai inti dalam ciptaan, penyataan,
penebusan, dan gereja; dan

untuk menekankan sifat sebenarnya dari hidup baru di dalam Kristus dan tuntutannya
pada orang percaya.

Survai
Setelah menyampaikan salam jemaat dan mengungkapkan rasa syukur karena iman,
kasih, dan pengharapan mereka, dan karena mereka terus-menerus maju sebagai
orang percaya, maka Paulus memusatkan perhatian pada dua pokok persoalan yang
penting: ajaran yang betul (Kol 1:13--2:23) dan nasihat-nasihat praktis (Kol 3:1--4:6).

Dari segi teologi, Paulus menekankan sifat sejati dan kemuliaan Tuhan Yesus Kristus.
Dialah gambar Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15), kepenuhan ke-Allahan dalam
bentuk jasmaniah (Kol 2:9), Pencipta segala sesuatu (Kol 1:16-17), kepala gereja (Kol
1:18) dan sumber yang serba cukup dari keselamatan kita (Kol 1:14,20-22). Kristus
benar-benar memadai, sedangkan bidat di Kolose itu sama sekali tidak memadai --
hampa, palsu, dan bersifat kemanusiaan (Kol 2:8); dangkal secara rohani dan angkuh
(Kol 2:18); serta tanpa kuasa terhadap keinginan-keinginan berdosa dari tubuh (Kol
2:23)

Dalam nasihat-nasihat praktisnya, Paulus mengimbau agar hidup ini didasarkan pada
kecukupan dari Kristus sebagai satu-satunya cara untuk maju dalam kehidupan Kristen.
Realitas Kristus yang hidup di dalam kita (Kol 1:27) harus tampak dalam perilaku
Kristen (Kol 3:1-17), hubungan rumah tangga (Kol 3:18--4:1) dan disiplin rohani (Kol
4:2-6).

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.

Kolose memusatkan perhatian pada kebenaran rangkap dua dari keutamaan Kristus
dan kesempurnaan orang percaya di dalam Dia, bahkan lebih dari kitab-kitab lain dalam
PB.Kitab ini dengan tegas meneguhkan kepenuhan ke-Allahan Kristus (Kol 2:9) dan
berisi salah satu bagian yang paling agung di PB mengenai kemuliaan-Nya ( Kol 1:15-
23).Kitab ini sering dianggap sebagai "surat kembar" bersama kitab Efesus, karena
keduanya mempunyai beberapa persamaan dalam hal isi dan ditulis kira-kira pada
waktu yang sama (bd. Garis Besar dari kedua kitab ini).

Garis Besar Kolose

Garis Besar

Pendahuluan
(Kol 1:1-12)

A. Salam Kristen (Kol 1:1-2)

B. Ucapan Syukur Karena Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka (Kol 1:3-8)

C. Doa untuk Kemajuan Rohani Mereka (Kol 1:9-12)

I. Ajaran yang Penuh Kuasa -- Penebusan Orang Percaya (Kol 1:13-2:23)


A. Keutamaan Kristus yang Mutlak (Kol 1:13-23)

1. Sebagai Penebus Demi Orang Lain (Kol 1:13-14; bd. Kol 1:20,22).

2. Sebagai Tuhan atas Ciptaan (Kol 1:15-17)

3. Sebagai Kepala Gereja (Kol 1:18)

4. Sebagai Pendamai Segala Sesuatu (Kol 1:19-20)

5. Sebagai Pendamai Jemaat Kolose dengan Allah (Kol 1:21-23)

B. Pelayanan Paulus Dalam Rahasia Allah di dalam Kristus (Kol 1:24-2:7)

1. Menggenapkan Penderitaan Kristus (Kol 1:24-25)

2. Menyempurnakan Orang Percaya di dalam Kristus (Kol 1:26-2:7)

C. Berbagai Peringatan Terhadap Ajaran Sesat (Kol 2:8-23)

1. Persoalan:Ajaran yang Tidak Menurut Kristus (Kol 2:8)
Pemecahan: Disempurnakan di dalam Kristus (Kol 2:9-15)

2. Persoalan: Berbagai Perbuatan Ibadah yang Tidak Menurut Kristus (Kol


2:16 23) Pemecahan: Disalibkan Bersama Kristus (Kol 2:20)

II. Pengarahan-Pengarahan Praktis -- Kehidupan Orang Percaya (Kol 3:1-4:6)

A. Perilaku Pribadi Orang Percaya (Kol 3:1-17)

1. Bila Kristus Adalah Hidup Kita (Kol 3:1-4)

2. Mengesampingkan Hidup Lama yang Berdosa (Kol 3:5-9)

3. Mengenakan Manusia Baru di dalam Kristus (Kol 3:10-17)

B. Hubungan Rumah Tangga Orang Percaya (Kol 3:18-4:1)

1. Suami dan Istri (Kol 3:18-19)

2. Anak dan Orang-Tua (Kol 3:20-21)


3. Hamba dan Tuan (Kol 3:22-4:1)

C. Pengaruh Rohani Orang Percaya (Kol 4:2-6)

1. Kehidupan yang Diabdikan kepada Doa (Kol 4:2-4)

2. Perilaku Bijaksana Terhadap Orang Luar (Kol 4:5)

3. Perkataan yang Dibumbui Kasih Karunia (Kol 4:6)

Penutup

(Kol 4:7-18)

SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA

Penulis: Paulus
Tema: Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan: Sekitar 51 M

Latar Belakang
Tesalonika terletak sekitar seratus enam puluh kilometer di sebelah barat daya Filipi;
kota ini adalah ibu kota dan pelabuhan yang paling terkemuka dari Makedonia, sebuah
propinsi Romawi. Di antara penduduk yang berjumlah sekitar 200.000 jiwa adalah
masyarakat Yahudi yang kuat. Ketika Paulus mendirikan gereja Tesalonika pada
perjalanan misionernya yang kedua, pelayanannya yang berhasil di wilayah itu
dihentikan sebelum waktunya karena permusuhan kalangan Yahudi (Kis 17:1-9).

Karena terpaksa meninggalkan Tesalonika, Paulus pergi ke Berea di mana sekali lagi
pelayanan singkat yang berhasil dihentikan oleh penganiayaan yang timbul karena
orang Yahudi yang mengikuti dia dari Tesalonika (Kis 17:10-13). Kemudian Paulus
pergi ke Atena (Kis 17:15-34), di mana Timotius bergabung dengannya. Paulus
mengutus Timotius kembali ke Tesalonika untuk menyelidiki keadaan jemaat yang
masih muda itu (1Tes 3:1-5) sedangkan Paulus pergi ke Korintus (Kis 18:1-17). Setelah
menyelesaikan tugasnya, Timotius pergi ke Korintus untuk melaporkan pada Paulus
mengenai gereja di Tesalonika (1Tes 3:6-8). Sebagai tanggapan atas laporan Timotius,
Paulus menulis surat ini, mungkin tiga sampai enam bulan setelah gereja itu dimulai.

Surat Paulus yang Pertama kepada Jemaat di Tesalonika adalah salah satu kitab yang
sebenarnya merupakan suatu surat (yang pertama dari dua surat) kepada
jemaat di kota Tesalonika yang termuat dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab.kristen 
Surat ini (maupun surat yang kedua kepada jemaat yang sama) ditulis
oleh Paulus. Kota Tesalonika, yang namanya secara populer dipakai untuk menyebut
surat ini, merupakan ibukota dari Makedonia, sebuah provinsi di kekaisaran
Romawi. Paulus merupakan pendiri Jemaat di Tesalonika, khususnya setelah ia
meninggalkan Filipi.

Beberapa lama kemudian, orang-orang Yahudi iri hati kepada Paulus dan mulai


menentang usaha Paulus untuk memberitakan ajaran Kristen kepada orang-orang non-
Yahudi. Mereka marah karena orang non-Yahudi telah menunjukkan minat terhadap
agama Yahudi. Oleh sebab itu, Paulus dengan terpaksa meninggalkan Tesalonika, lalu
dia pergi ke Berea. Setibanya di Korintus, ia menerima surat dari Timotius, danrekan-
rekannya yang lain, tentang keadaan jemaat di Tesalonika.

Tujuan penulisan

Surat Paulus Yang Pertama Kepada Jemaat di Tesalonika ini memiliki tujuan
khusus. Surat ini ditulis untuk memberi dorongan dan keteguhan kepada jemaat-jemaat
yang ada di daerah itu. Paulus bersyukur atas berita yang diterimanya tentang iman
dan kasih mereka. Paulus mengingatkan mereka tentang kehidupannya sendiri ketika ia
masih berada di tengah-tengah jemaat-jemaat di Tesalonika pada masa lalu. Setelah
menceritakan semuanya itu, Paulus pun menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka
tentang kembalinya Kristus datang ke dunia. Ada pun pertanyaan yang mereka ajukan,
seperti: kalau seorang Kristen meninggal sebelum Kristus datang kembali, apakah
orang itu menerima hidup yang kekal dan sejati dari Kristus? Kapankah Kristus akan
datang kembali? Paulus pun menasihati mereka supaya terus bekerja dengan tenang
sambil menantikan kedatangan Kristus dengan penuh harapan.Karena Paulus terpaksa
meninggalkan Tesalonika dengan tiba-tiba karena penganiayaan, orang yang baru
bertobat itu hanya menerima sedikit pendidikan mengenai kehidupan Kristen. Ketika
Paulus mengetahui dari Timotius mengenai keadaan mereka saat itu, dia menulis surat
ini untuk mengungkapkan sukacitanya tentang keteguhan iman dan ketekunan mereka
di tengah-tengah penganiayaan,untuk mengajar mereka lebih jauh tentang kekudusan
dan kehidupan yang saleh, dan untuk menerangkan beberapa kepercayaan, khususnya
mengenai status orang percaya yang telah mati sebelum Kristus datang kembali.

Penulisan

Para pakar Perjanjian Baru meyakini bahwa Rasul Paulus menulis surat ini dari


kota Korintus, meskipun ada informasi yang ditambahkan di beberapa naskah kuno
(misalnya, Codex Alexandrinus, Codex Mosquensis I, dan Codex Angelicus) yang
menyatakan Paulus menulisnya di kota Atena setelah Timotius kembali
dari Makedonia dengan kabar mengenai keadaan gereja di Tesalonika (Kisah Para
Rasul 18:1-5; 1 Tesalonika 3:6).

Keotentikan

Mayoritas pakar Perjanjian Baru menyatakan Surat 1 Tesalonikato ini otentik, sekalipun
ada segelintir yang meragukannya. Gaya penulisan dan isi surat ini selaras
dengan surat-surat Paulus yang lain, dan informasi pengarangnya juga dikuatkan di
dalam Surat 2 Tesalonika.

Jemaat Gereja

Paulus menyebut dirinya "Rasul untuk orang-orang asing", serta mendirikan gereja-
gereja untuk orang bukan-Yahudi di beberapa kota penting di wilayah Kekaisaran
Romawi.Orang Tesalonika yang dikirimi surat ini umumnya adalah orang Kristen dari
golongan bukan-Yahudi yang merupakan jemaat gereja yang didirikan Paulus. Ini
didukung oleh komentar pendek Paulus dalam 1 Tesalonika 1:9 bahwa mereka
"berpaling kepada Allah dari berhala-berhala." Hanya orang bukan-Yahudi yang
berhenti menyembah berhala setelah menjadi Kristen.

Waktu penulisan
Surat ini diyakini ditulis di permulaan tahun 50 M. Pendapat lain memberi perkiraan
tahun 48-49,] atau tahun 50-51.]

Ayat-ayat terkenal

1 Tesalonika 2:17: Tetapi kami, saudara-saudara, yang seketika terpisah dari


kamu, jauh di mata, tetapi tidak jauh di hati, sungguh-sungguh, dengan rindu yang
besar, telah berusaha untuk datang menjenguk kamu.

1 Tesalonika 4:14: Karena jikalau kita percaya, bahwa Yesus telah mati dan telah
bangkit, maka kita percaya juga bahwa mereka yang telah meninggal dalam Yesus
akan dikumpulkan Allah bersama-sama dengan Dia.

1 Tesalonika 5:16-18: Bersukacitalah senantiasa. (5:17) Tetaplah berdoa. (5:18)


Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam
Kristus Yesus bagi kamu.

Isi dalam kitab ini

Berikut adalah garis besar isi Kitab Satu Tesalonika:

Salam (1:1)

Doa Ucapan Syukur (1:2-3)

Kenang-kenangan Tesalonika (1:4-2:16)

Jawaban untuk Jemaat Tesalonika (1:4-10)

Pengajaran Injil di Tesalonika (2:1-16)

Motif-motif si Pengkhotbah (2:1-6)

Upah si Pengkhotbah (2:7-9)

Perilaku si Pengkhotbah (2:10-12)

Pesan si Pengkhotbah (2:13)


Penganiayaan (2:14-16)

Hubungan Paulus dengan Jemaat Tesalonika (2:17-3:13)

Keinginan Paulus untuk Kembali (2:17-18)

Paulus Bersukacita (2:19-20)

Misi Timotius (3:1-5)

Laporan Timotius (3:6-8)

Kepuasan Paulus (3:9-10)

Doa Paulus (3:11-13)

Nasihat Kehidupan Orang Kristen (4:1-12)

Umum (4:1-2)

Kesucian Seksualitas (4:3-8)

Kasih Persaudaraan (4:9-10)

Upah Kehidupan Seseorang (4:11-12)

Masalah-masalah yang berkaitan dengan Parousia (4:13-5:11)

Orang-orang Percaya yang Mati sebelum Parousia (4:13-18)

Masa Parousia (5:1-3)

Masa Depan (5:4-11)

Nasihat Umum (5:12-22)

Penutup

Garis-garis Besar KitabTesalonika I :]

Sumber
Pendahuluan 1:1

Syukur dan pujian 1:2--3:13

Nasihat mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen 4:1-12

Penjelasan mengenai kedatangan Kristus yang kedua kalinya 4:13–5:11

Nasihat-nasihat terakhir 5:12-22 Penutup 5:23-28

Muatan Teologinya

kedatangan Yesus Kristus kembali ke dunia ini adalah fokus utama Paulus dalam
suratnya ke jemaat Tesalonika.] Hal ini tidak mengherankan, jikalau kita teringat sebab-
sebabnya Paulus mengarang surat ini. ] Tidak dapat tidak bahwa kesukaran, yang
dialami di dunia ini mengantar pikiran orang saleh kepada saat yang
berbahagia.] Dalam hal ini, Kristus menyatakan diri-Nya dalam segala keagungan dan
kekuasaan-Nya.] Apalagi Paulus merasa dirinya wajib memperbaiki anggapan-
anggapan yang salah tentang zaman akhir pada saat itu. ]

Namun, ini bukan berarti bahwa rasul Paulus bermaksud memberikan suatu eskatologi
yang lengkap dan teratur.] Paulus tidak menganjurkan suatu filsafat sejarah dan tidak
juga mengembangkan pikiran manusia tentang keadaan alam semesta. ] Dia malah
menjelaskan tentang penyataan Allah sendiri, yang diakui dan sah oleh iman dan yang
sangat besar artinya bagi jemaat Kristus.]

Oleh karena itu, apa yang dikatakan Paulus dalam surat ini tentang pengharapan
jemaat Kristen akan penggenapan segala janji Tuhan pada kesudahan alam, semuanya
itu tak boleh dipandang sebagai ramalan atau alasan pelbagai perhitungan
saja.] maksud Paulus tidak lain hanyalah untuk menunjukkan kepada jemaat kepastian
dan kesempurnaan keselamatan yang sudah disediakan baginya. ] Kepercayaan kepada
Hari Tuhan itu seharusnya merupakan sumber penghiburan, kekuatan, kegembiraan
dan ketabahan hati bagi jemaat dalam sengsaranya. ] Pengharapan akan parousia
segera memenuhi batin orang Kristen dengan terang dan pengharapan, yang tidak
diberikan oleh dunia ini, dan akan memberikan kekuatan kepada segenap kehidupan
jemaat selama masih berjuang di bumi.]

Survai
Setelah memberi salam kepada jemaat itu (1Tes 1:1), Paulus dengan sukacita memuji
jemaat Tesalonika atas semangat dan iman mereka yang tabah di tengah segala
penderitaan (1Tes 1:2-10; 1Tes 2:13-16). Paulus menanggapi kecaman dengan
mengingatkan mereka akan kemurnian motivasinya (1Tes 2:1-6), kesungguhan kasih
dan perhatiannya terhadap mereka (1Tes 2:7-8,17-20; 1Tes 3:1-10), serta kelakuannya
yang jujur di tengah mereka (1Tes 2:9-12).

Paulus menekankan perlunya dan pentingnya kekudusan dan kuasa dalam kehidupan
Kristen. Orang percaya harus kudus (1Tes 3:13; 1Tes 4:1-8; 1Tes 5:23-24), dan Injil
harus disertai kuasa dan penyataan Roh Kudus (1Tes 1:5). Paulus mendorong jemaat
itu supaya jangan mereka memadamkan api Roh dengan meremehkan penyataan-Nya,
khususnya nubuat (1Tes 5:19-20).

Tema yang menonjol adalah kedatangan Kristus untuk membebaskan umat-Nya dari
murka Allah di atas muka bumi ini (1Tes 1:10; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11). Rupanya
beberapa anggota jemaat sudah meninggal sehingga menimbulkan kekhawatiran
mengenai keikutsertaan mereka dalam keselamatan terakhir yang akan dinyatakan
ketika Tuhan datang. Oleh karena itu, Paulus menerangkan rencana Allah bagi orang
kudus yang sudah dipanggil pulang bila Kristus kembali bagi gereja-Nya (1Tes 4:13-18)
dan menasihatkan mereka yang masih hidup tentang pentingnya kesiagaan ketika
Kristus datang (1Tes 5:1-11). Paulus menutup surat ini dengan berdoa untuk
kekudusan dan pemeliharaan mereka (1Tes 5:23-24).

Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.

Surat ini adalah salah satu dari kitab-kitab PB yang pertama ditulis.
Itu berisi bagian-bagian penting mengenai orang-orang kudus yang sudah mati yang
dibangkitkan oleh Allah ketika Kristus kembali untuk mengangkat gereja (1Tes 4:13-18)
dan tentang "hari Tuhan" (1Tes 5:1-11).

Kelima pasal ini berisi petunjuk tentang kedatangan Kristus dan artinya bagi orang
percaya (1Tes 1:10; 1Tes 2:19; 1Tes 3:13; 1Tes 4:13-18; 1Tes 5:1-11,23).

Surat ini memberikan wawasan yang unik

mengenai kehidupan gereja tahun 50-an yang belum dewasa tetapi penuh semangat
dan

mengenai mutu pelayanan Paulus sebagai perintis pemberitaan Injil.

Garis Besar 1 Tesalonika

Garis Besar

Salam Kristen
(1Tes 1:1)

I. Terima Kasih Pribadi Paulus Karena Orang Tesalonika (1Tes 1:2-3:13)

A. Bersukacita Tentang Hidup Baru Mereka di Dalam Kristus (1Tes 1:2-10)

1. Iman, Kasih, dan Pengharapan Mereka (1Tes 1:2-3)

2. Pertobatan Mereka yang Sejati (1Tes 1:4-6)

3. Teladan Baik Mereka kepada Orang Lain (1Tes 1:7-10)

B. Mengenangkan Peranannya Dalam Hidup Mereka (1Tes 2:1-3:8)

1. Meninjau Kembali Pelayanannya (1Tes 2:1-12)

2. Mengingat Tanggapan Mereka (1Tes 2:13-16)

3. Memelihara Perhatiannya (1Tes 2:17-3:8)


C. Mendoakan Kesempatan Kunjungan Kembali Serta Kemajuan Rohani
dan Kemantapan Mereka Dalam Kekudusan (1Tes 3:9-13)

II. Pengarahan Praktis Paulus bagi Jemaat Tesalonika (1Tes 4:1-5:22)

A. Mengenai Kekudusan Seksual (1Tes 4:1-8)

B. Mengenai Kasih Persaudaraan (1Tes 4:9-10)

C. Mengenai Kerja yang Jujur (1Tes 4:11-12)

D. Mengenai Kedatangan Kristus (1Tes 4:13-5:11)

1. Keadaan Mereka yang Mati Dalam Kristus (1Tes 4:13-18)

2. Kesiagaan Mereka yang Hidup Dalam Kristus (1Tes 5:1-11)

E. Mengenai Kehormatan bagi Pemimpin Rohani (1Tes 5:12-13)

F. Mengenai Kehidupan Kristen (1Tes 5:14-18)

G. Mengenai Pengenalan Rohani (1Tes 5:19-22)

Penutup
(1Tes 5:23-28)

A. Doa untuk Pengudusan dan Pemeliharaan Mereka (1Tes 5:23-24)

B. Permohonan Terakhir dan Berkat (1Tes 5:25-28)

SURAT PAULUS YANG KEDUA KEPADA JEMAAT DI TESALONIKA

Kitab II Tesalonika

Penulis : Paulus
Tema : Kedatangan Kristus
Tanggal Penulisan : Sekitar 51 atau 52 M

Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Tesalonika adalah salah satu kitab yang
umumnya dipandang sebagai salah satu surat (yang kedua dari dua surat) kepada
jemaat di kota Tesalonika yang termuat dalam bagian Perjanjian
Baru di Alkitab Kristen. Kota Tesalonika, yang namanya secara populer dipakai untuk
menyebut surat ini, merupakan ibukota dari Makedonia, sebuah provinsi
dalam Kekaisaran Romawi. Paulus merupakan pendiri Jemaat di Tesalonika,
khususnya setelah ia meninggalkan Filipi.

Latar Belakang
Ketika surat ini ditulis, situasi jemaat Tesalonika sama saja dengan ketika ia menulis
surat yang pertama. Oleh karena itu, mungkin surat ini ditulis beberapa bulan saja
setelah surat pertama ketika Paulus masih bekerja di Korintus bersama Silas dan
Timotius (2Tes 1:1; bd. Kis 18:5). Rupanya ketika diberi tahu mengenai penerimaan
surat pertama dan beberapa perkembangan baru di tempat itu, Paulus tergerak untuk
menulis surat kedua ini.

Penulis

Rasul Paulus umumnya diyakini sebagai penulis asli surat ini. Dalam 2 Tesalonika


1:1 disebutkan bahwa surat ini berasal dari Paulus beserta dua orang rekan sekerjanya,
yakni Silwanus dan Timotius. Berdasarkan anggapan bahwa surat ini ditulis pada abad
ke-2, sejumlah pakar Perjanjian Baru modern meragukan bahwa surat ini benar-benar
ditulis oleh Paulus dengan beberapa alasan, dan menggolongkan surat ini bersama-
sama enam surat-surat Paulus lain, yaitu Surat Efesus, Kolose, 1 dan 2 Timotius,
serta Titus, sebagai "surat-surat deutero Paulus". Sebutan "deutero Pauline" ("tulisan
seorang Paulus kedua") diberikan karena diduga bahwa penulis surat ini bukan Paulus,
melainkan muridnya atau paling tidak orang yang menganut teologinya, sehingga
kemungkinan merupakan suatu pseudopigrafa yang dengan sengaja memakai nama
Paulus sebagai penulisnya.

Keadaan Jemaat

Gambaran jemaat dalam surat 2 Tesalonika ini dianggap berbeda dengan gambaran
jemaat dalam surat yang pertama. Pada Surat 2 Tesalonika, Paulus berhadapan
dengan para penganut bidah yang menyampaikan kedatangan "hari Tuhan" (parousia)
telah tiba (2 Tesalonika 2:2), membuat jemaat kebingungan mendengar pemberitaan
seperti itu. Melihat keadaan demikian, penulis bermaksud menanggapi hal itu. Melalui
surat ini diharapkan jemaat tetap melanjutkan kegiatan sehari-hari seperti biasanya
sambil tetap melaksanakan kewajiban sebagai orang Kristen. Dalam jemaat juga
berkembang ajaran yang tidak memedulikan tubuh (sarx, "daging") karena
menganggap diri telah disempurnakan dalam roh. Ajaran demikian membuat jemaat
kemudian lebih senang dengan cara hidup yang malas-malasan dan kurang
memperhatikan ketertiban.

Waktu penulisan

Surat ini umumnya diyakini ditulis antara tahun 50-51 M. 0] Pendapat lain memberi
perkiraan tahun 48-49. 1]

Ayat-ayat terkenal

2 Tesalonika 2:7-8: Karena secara rahasia kedurhakaan telah mulai bekerja, tetapi


sekarang masih ada yang menahan. Kalau yang menahannya itu telah disingkirkan,
(2:8) pada waktu itulah si pendurhaka baru akan menyatakan dirinya, tetapi Tuhan
Yesus akan membunuhnya dengan napas mulut-Nya dan akan memusnahkannya,
kalau Ia datang kembali.

2 Tesalonika 2:15: Sebab itu, berdirilah teguh dan berpeganglah pada ajaran-ajaran


yang kamu terima dari kami, baik secara lisan, maupun secara tertulis.

2 Tesalonika 3:10: Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi
peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.

Struktur surat

Secara garis besar, struktur Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Tesalonika
adalah sebagai berikut: 2]

1. Salam (1:1-2)

2. Ucapan syukur dan doa (1:13-12)


Ucapan syukur (1:3-5)

Penghakiman Allah (1:6-10)

Doa bagi jemaat di Tesalonika (1:11-12)

3. Tentang "hari Tuhan" atau Kedatangan Kedua Yesus Kristus (2:1-12)

"Hari Tuhan" yang belum tiba ( 2:1-2)

Tentang pemberontakan manusia (2:3-12)

4. Ucapan terima kasih dan dorongan Paulus bagi jemaat (2:13-17)

5. Kesetiaan Allah (3:1-5)

6. Kedisiplinan hidup: tentang ketidaktaatan manusia (3:6-15)

Isi

Tentang ketabahan menghadapi penganiayaan

Masalah penganiayaan yang dialami jemaat di Tesalonika membuat mereka merasakan


penderitaan. Melalui surat ini, penulis kemudian hadir sebagai seorang motivator yang
terus mengingatkan jemaat agar tetap tabah dan memberikan motivasi melalui ucapan
syukur. Dalam ucapan syukur tersebut, Paulus menyampaikan perasaan sukacitanya
atas imanyang dimiliki jemaat yang dinilainya semakin bertambah (1:3-4). Paulus juga
menjelaskan kepada jemaat bahwa penderitaan yang sedang mereka rasakan
menegaskan adanya maksud dari Allah di balik semua penderitaan yang mereka
rasakan.

Menyikapi ajaran sesat dan parousia

Dalam surat yang kedua ini, pemberitaan tentang "hari Tuhan" (parousia) telah menjadi
masalah pelik walaupun tidak disebutkan siapa orang-orang yang menyebarkan kabar
tentang kedatangan Yesus yang kedua. Paulus menanggapinya dengan menuliskan
kepada jemaat di Tesalonika bahwa mereka telah salah memahami pemberitaan
seputar kedatangan tersebut. Ia mengingatkan jemaat agar tetap berpegang teguh
pada "ajaran-ajaran" yang ia sampaikan sembari tetap menantikan hari
ketika Yesus akan datang kembali dari surga. Namun, Paulus juga menyatakan bahwa
sebelum "hari Tuhan" tiba akan ada tanda-tanda yang mendahuluinya dan mencapai
puncaknya pada hari tersebut.

"Ajaran-ajaran"

Dalam 2 Tesalonika 2:15, Paulus menginstruksikan jemaat supaya "berpegang


teguhlah pada tradisi-tradisi (bahasa Yunani: παραδόσεις, bahasa Latin: traditiones)
yang kami ajarkan kepadamu, baik dengan kata-kata maupun dengan surat."
3]
 Mengutip ayat ini, dalam Tentang Roh Kudus karyanya, Basilius Agung menuliskan,
"[Tradisi-tradisi] ini telah disampaikan dari mulut ke mulut dari Paulus ataupun dari
4]
rasul-rasul yang lain, tanpa harus dituliskan,"  dan menyebutkan pengakuan
5]
iman Trinitarian sebagai salah satu contoh "tradisi tak tertulis".  Sirilus dari
Yerusalem menuliskan pandangan serupa dalam Pengajaran Kateketik karyanya,
berpendapat bahwa tradisi-tradisi yang dinyatakan Paulus itu (Alkitab TB menyebutnya
"ajaran-ajaran") harus dilestarikan dan diingat, setidaknya dalam bentuk Kredo
4]
(Pengakuan Iman).  Dalam khotbahnya tentang ayat ini, Yohanes
Krisostomus membedakan tradisi lisan dari tradisi tertulis. 6] Pada saat itu tradisi lisan
telah didefinisikan sebagai "tradisi" dan tradisi tertulis sebagai "Kitab Suci", bersama-
7]
sama disatukan dalam "autentisitas asal mula rasuli keduanya".  Everett
Ferguson mengatakan bahwa pengacuan Paulus pada tradisi mengindikasikan kalau
"apa yang disampaikan berasal dari
Tuhan",3] dan John Stott menyebut tradisi itu (bahasa Yunani: παράδοσις, paradosis)
sebagai "'tradisi' rasuli". 8]

Berdoa dan bekerja

Paulus menasihatkan jemaat agar menjauhkan diri dari orang-orang yang sudah tidak
mau bekerja lagi (2 Tesalonika 3:6), dan mendorong mereka untuk tetap giat dalam
bekerja. Nasihat demikian juga disampaikan Paulus dalam surat yang terdahulu, namun
dalam surat ini Paulus semakin memotivasi jemaat agar mengikuti nasihatnya. Yang
dimaksudkan Paulus adalah mengikuti teladannya yang tetap "berusaha dan berjerih
payah siang malam", selain melaksanakan tugas utamanya sebagai pemberita Injil.
Dengan demikian, jemaat diajarkan supaya dalam menantikan kedatangan Yesus yang
kedua tidak hanya dengan berdoa, tetapi juga dengan giat bekerja. Dalam 2 Tesalonika
3:10, Paulus menegaskan bahwa "jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan".

Tujuan
Tujuan Paulus mirip dengan tujuan penulisan surat yang pertama: menghibur orang
percaya baru yang dianiaya; menasihatkan mereka untuk hidup berdisiplin dan bekerja
untuk mencari nafkah; dan memperbaiki beberapa kepercayaan yang keliru tentang
peristiwa akhir zaman yang berkaitan dengan "hari Tuhan" (2Tes 2:2).

Survai
Jikalau hubungan Paulus dengan jemaat Tesalonika dari surat yang pertama bernada
seorang perawat lembut yang merawat anak-anak kecil (1Tes 2:7), dalam surat ini
nadanya lebih seperti bapa yang mendisiplin anak-anak yang kurang tertib dan
memperbaiki jalannya (2Tes 3:7-12; bd. 1Tes 2:11). Namun demikian Paulus memuji
mereka karena iman yang teguh dan mendorong mereka lagi untuk tetap setia dalam
penganiayaan yang mereka hadapi (2Tes 1:3-7).

Bagian utama surat ini membahas hari Tuhan pada akhir zaman (2Tes 2:1-12; bd. 2Tes
1:6-10). Dari 2Tes 2:2 tampaknya bahwa beberapa orang dalam jemaat menyatakan,
entah melalui "nubuat" (suatu penyataan), "laporan" (berita lisan) atau "surat" (katanya
dari Paulus) bahwa masa kesengsaraan besar dan hari Tuhan sudah mulai. Paulus
memperbaiki salah paham ini dengan mengatakan bahwa tiga peristiwa penting akan
menandai tibanya hari Tuhan (2Tes 2:2);akan terjadi kemurtadan dan pemberontakan
besar (2Tes 2:3);dan "manusia durhaka" akan dinyatakan (2Tes 2:3-4,8-12). Paulus
menegur mereka di dalam gereja yang mempergunakan penantian akan kedatangan
Kristus ini sebagai alasan untuk tidak bekerja. Ia mendorong semua orang percaya
untuk hidup dengan rajin dan disiplin (2Tes 3:6-12).

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai Penahanan yang ditentukan Allah terhadap kejahatan akan
diangkat (2Tes 2:6-7) surat ini,

Surat ini berisi bagian yang paling lengkap dalam PB mengenai pelanggaran hukum
yang tanpa kendali dan penipuan pada akhir sejarah (2Tes 2:3-12).

Penghakiman Allah yang adil akan menyertai kedatangan kedua Kristus digambarkan
dengan istilah apokaliptis, mirip dengan kitab Wahyu (2Tes 1:6-10; 2Tes 2:8).

Kitab ini memakai istilah-istilah eskatologi untuk Antikristus yang tidak digunakan di
bagian Alkitab yang lain (2Tes 2:3,8).

Garis Besar 2 Tesalonika

Garis Besar

Salam Kristen
(2Tes 1:1-2)

I. Paulus Menghibur Jemaat Tesalonika yang Dianiaya (2Tes 1:3-12)

A. Rasa Syukur Karena Pertumbuhan Rohani (2Tes 1:3)

B. Pujian Atas Ketabahan Gereja Lainnya (2Tes 1:4)

C. Keyakinan Mengenai Hasil Akhir (2Tes 1:5-10)

D. Doa Paulus bagi Mereka (2Tes 1:11-12)

II. Paulus Memperbaiki Pengakuan Kepercayaan Jemaat Tesalonika (2Tes 2:1-17)

A. Hari Tuhan Belum Tiba (2Tes 2:1-2)

B. Manusia Durhaka Akan Dinyatakan Dahulu (2Tes 2:3-12)


C. Berdiri Teguh di Dalam Kepastian Kebenaran dan Kasih Karunia (2Tes 2:1317)

III.Paulus Menasihati Jemaat Tesalonika Tentang Hal-Hal Praktis


(2Tes 3:1-15)

A. Mendoakan Dirinya (2Tes 3:1-2)

B. Tetap Setia Bertahan di Dalam Tuhan (2Tes 3:3-5)

C. Menjauhi Orang yang Tidak Mau Patuh dan Hidup Berdisiplin (2Tes 3:6-15) Salam
Penutup dan Berkat 2Tes 3:16-18

SURAT PAULUS YANG PERTAMA KEPADA TIMOTIUS

Kitab I Timotius

Penulis: Paulus
Tema: Doktrin yang Benar dan Kesalehan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 65 M

Surat Paulus yang Pertama kepada Timotius (disingkat Surat 1 Timotius) adalah salah


satu kitab dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru.[1][2] Timotius adalah
seorang Kristen yang masih muda di Asia Kecil, yang telah menjadi kawan dan
pembantu Paulus dalam pekerjaan Paulus. Ayah Timotius seorang Yunani dan
ibunya Yahudi.

Tujuan penulisan

Dalam Surat Paulus Yang Pertama Kepada Timotius, dibentangkan tiga hal yang ada
sangkut pautnya satu sama lain. Pertama-tama ialah peringatan kepada Timotius
terhadap ajaran-ajaran salah yang terdapat di dalam jemaat. Ajaran-ajaran itu
merupakan campuran paham Yahudi dan paham non-Yahudi berdasarkan kepercayaan
bahwa alam semesta sudah jahat, dan keselamatan
hanya dapat diperoleh kalau orang mempunyai pengetahuan tentang rahasia tertentu,
dan menaati peraturan-peraturan seperti misalnya peraturan tidak boleh kawin, pantang
makanan-makanan tertentu dan lain sebagainya.

Kedua, ialah petunjuk-petunjuk kepada Timotius mengenai pengurusan jemaat dan


mengenai ibadat. Dijelaskan baginya sifat-sifat orang yang boleh menjadi penilik dan
pembantu jemaat.Akhirnya Timotius diajar mengenai bagaimana ia dapat menjadi
seorang hamba Yesus Kristus yang baik dan mengenai tanggung jawabnya terhadap
setiap golongan orang yang menjadi anggota jemaat.

Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis pada musim gugur (antara bulan September-Desember) tahun
55 M.[3] Pendapat lain memberi perkiraan tahun 50-60. [4]

Ayat-ayat terkenal

1 Timotius 2:5-6: Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara
antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (2:6) yang telah menyerahkan
diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang
ditentukan.

1 Timotius 3:15: Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus
hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan
dasar kebenaran.

1 Timotius 3:16: Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: "Dia (Yesus), yang
telah menyatakan diri-Nya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang
menampakkan diri-Nya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa
yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan."
1 Timotius 4:12: Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau
muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah
lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

Isi

Pendahuluan 1:1-2

Petunjuk-petunjuk mengenai jemaat dan para pengurusnya 1:3-3:16

Petunjuk-petunjuk kepada Timotius mengenai pekerjaannya 4:1-6:21

Analisis

Surat ini digolongkan "surat-surat Pastoral" yang meliputi juga Surat 2


Timotius dan Surat Titus, dimana gaya bahasa maupun isinya berbeda dengan surat-
surat tulisan Paulus yang lain, tetapi satu sama lain sangat mirip, sehingga mungkin
sekali ditulis pada waktu yang hampir bersamaan. [5] Ada 4 pokok utama dikupas di
dalamnya:[5]

Guru-guru palsu: mereka yang menggunakan dan menafsirkan Perjanjian Lama untuk


kepentingan mereka sendiri, sehingga Timotius diingatkan bahwa "hukum Taurat itu
baik kalau tepat digunakan."[6]

Iman sejati: untuk menolak ajaran palsu bahwa Allah tidak mempedulikan dunia, tempat
kita hidup ini, perlu diingat kenyataan bahwa Yesus sendiri merupakan manusia sejati
dan Allah sejati, dan dengan demikian membantah ajaran-ajaran palsu itu. [7]

Perilaku Kristen: harus dijaga dengan baik, terutama hubungan keluarga [8] dan
hubungan dalam jemaat.[9]

Kepemimpinan Kristen: harus menjadi teladan tentang perilaku yang baik bagi semua
orang yang mereka layani.[10]

Pengutipan
Irenaeus (dalam tulisan ~ tahun 180 M) adalah bapa gereja pertama yang secara
eksplisit mengutip dan menyebutnya surat gubahan Paulus. Sebenarnya sudah dikutip
(tanpa menyebut sumber) oleh tokoh-tokoh sebelumnya yaitu Polikarpus, Yustinus
Martir, Heracleon, dan juga pada Surat

1 Klemens.[11] Marcion tidak memuat dalam daftar kanonnya,"Tertullian mengatakan
Marcion menolak surat-surat ini (1 dan 2 Timotius, Titus), tidak mengherankan, karena
isi 1 Timotius 4:1-5 sama sekali antitesis (bertentangan) dengan pandangan
Marcionisme.”[12]

Latar Belakang
Surat 1 dan 2 Timotius dan Titus -- biasanya disebut sebagai "Surat-Surat
Penggembalaan", adalah surat-surat dari Paulus (1Tim 1:1; 2Tim 1:1; Tit 1:1) kepada
Timotius (di Efesus) dan Titus (di Kreta) mengenai pelayanan pastoral di gereja.
Beberapa pengeritik telah mempersoalkan kepenulisan Paulus atas surat ini, namun
gereja mula-mula dengan tegas menempatkannya sebagai surat-surat Paulus yang asli.
Walaupun ada perbedaan gaya penulisan dan kosakata dalam Surat-Surat
Penggembalaan dibanding dengan surat kiriman lain dari Paulus, usia lanjut dan
perhatian pribadi Paulus terhadap pelayanan Timotius dan Titus dapat menerangkan
perbedaan ini dengan cukup menyakinkan.

Paulus menulis surat 1 Timotius sesudah peristiwa-peristiwa yang tercantum dalam


pasal terakhir Kisah Para Rasul. Hukuman penjara yang pertama kali dialami Paulus di
Roma (Kis 28:1-30) rupanya berakhir dengan kebebasan (2Tim 4:16-17). Setelah itu,
menurut keterangan Klemens dari Roma (sekitar tahun 96 M) dan Kanon Muratoria
(sekitar tahun 170 M), Paulus meninggalkan Roma menuju ke arah barat ke Spanyol
dan di sana melaksanakan pelayanan yang sudah lama dicita-citakannya (bd. Rom
15:23-24,28). Berdasarkan data dalam Surat-Surat Penggembalaan ini, Paulus
kemudian kembali ke daerah Laut Aegea (khususnya Kreta, Makedonia, dan Yunani)
untuk pelayanan selanjutnya. Sementara waktu ini (sekitar tahun 64-65 M), Paulus
menugaskan Timotius sebagai wakil rasuli untuk melayani di Efesus, dan Titus di Kreta.
Dari Makedonia, Paulus menulis surat yang pertama kepada Timotius, dan beberapa
waktu kemudian dia menulis kepada Titus. Setelah itu, Paulus kembali ditawan di
Roma, ketika dia menulis surat yang kedua kepada Timotius, tidak lama sebelum dia
mati syahid pada tahun 67/68 M (lihat 2Tim 4:6-8).

Survai
Salah satu hal utama yang disampaikan Paulus kepada pembantu mudanya ialah
supaya Timotius tetap berjuang untuk mempertahankan iman yang sejati dan
membuktikan kesalahan ajaran palsu yang melemahkan kuasa Injil yang
menyelamatkan (1Tim 1:3-7; 1Tim 4:1-8; 1Tim 6:3-5,20-21). Paulus juga
menginstruksikan Timotius mengenai syarat-syarat kerohanian dan sifat bagi para
pemimpin gereja dan memberikan gambaran tersusun dari macam orang yang diizinkan
menjadi pemimpin rohani gereja (lih. daftar syarat terperinci di garis besar).

Antara lain, Paulus menasihatkan Timotius bagaimana bergaul dengan berbagai


kelompok dalam jemaat, seperti perempuan (1Tim 2:9-15; 1Tim 5:2), janda-janda (1Tim
5:3-16), orang laki-laki tua dan muda (1Tim 5:1), para penatua (1Tim 5:17-25), budak
(1Tim 6:1-2), guru palsu (1Tim 6:3-10) dan orang kaya (1Tim 6:17-19). Paulus
memberikan lima instruksi jelas kepada Timotius yang harus dilaksanakannya (1Tim
1:18-20; 1Tim 3:14-16; 1Tim 4:11-16; 1Tim 5:21-25; 1Tim 6:20-21). Di dalam surat ini
Paulus menyatakan kasih sayangnya kepada Timotius sebagai anak rohaninya dalam
iman dan mengajukan suatu standar kesalehan yang tinggi untuk kehidupannya dan
untuk gereja.

Ciri-ciri Khas

Empat ciri utama menandai surat ini.

Surat ini yang dialamatkan langsung kepada Timotius sebagai wakil Paulus di jemaat
Efesus, sangat pribadi dan ditulis dengan emosi dan perasaan yang mendalam.

Bersama dengan surat 2 Timotius, maka lebih dari surat PB lainnya surat ini
menekankan tanggung jawab pendeta untuk memelihara Injil agar tetap murni dan
bebas dari ajaran palsu yang akan melemahkan kuasanya untuk menyelamatkan.
Surat ini menekankan nilai unggul dari Injil, pengaruh setan di belakang semua
pencemaran, panggilan gereja yang kudus dan syarat tinggi yang ditetapkan Allah bagi
para pemimpinnya.

Surat ini memberikan pedoman yang paling lengkap dalam PB mengenai bagaimana
seorang gembala harus berhubungan secara patut dengan pria dan wanita serta
dengan semua kelompok usia dan sosial dalam gereja.

Garis Besar 1 Timotius

Garis Besar

Pendahuluan
(1Tim 1:1-20)

I. Pengarahan Tentang Pelayanan Gereja (1Tim 2:1-4:5)

A. Pentingnya Doa (1Tim 2:1-8)

B. Perilaku Wanita yang Sopan (1Tim 2:9-15)

C. Syarat-Syarat bagi Penilik Jemaat (1Tim 3:1-7)

1. Pribadi

a. Tak Bercacat (1Tim 3:2)

b. Dapat Menahan Diri (1Tim 3:2)

c. Bijaksana (1Tim 3:2)

d. Sopan (1Tim 3:2)

e. Suka Memberi Tumpangan (1Tim 3:2)

f. Cakap Mengajar (1Tim 3:2)

g. Bukan Peminum (1Tim 3:3)

h. Bukan Pemarah (1Tim 3:3)


i. Peramah (1Tim 3:3)

j. Pendamai (1Tim 3:3)

k. Bukan Hamba Uang (1Tim 3:3)

m. Mempunyai Nama Baik (1Tim 3:7)

l. Jangan Orang Baru Bertobat (1Tim 3:6)

2. Keluarga

a. Suami dari Satu Istr (1Tim 3:2)

b. Kepala Keluarga yang Baik (1Tim 3:4-5)

c. Disegani dan Dihormati oleh Anak-Anaknya (1Tim 3:4)

D. Syarat-syarat bagi Diaken (1Tim 3:8-12)

1. Pribadi a. Orang Terhormat (1Tim 3:8)

b. Jangan Bercabang Lidah (1Tim 3:8)

c. Jangan Penggemar Anggur (1Tim 3:8)

d. Jangan Serakah (1Tim 3:8)

e. Orang yang Memelihara Rahasia Iman Dalam Hati Nurani yang Suci


(1Tim 3:9)

f. Diuji dan Tak Bercacat (1Tim 3:10)

2. Keluarga

a. Suami dari Satu Istri (1Tim 3:12)

b. Istri Adalah Orang Terhormat (1Tim 3:11)

c. Mengurus Anak-Anak dan Keluarga dengan Baik (1Tim 3:12)


E. Alasan Gereja Memerlukan Syarat Tinggi bagi Pemimpin (1Tim 3:13-4:5)

II. Pengarahan Tentang Pelayanan Timotius (1Tim 4:6-6:19)

A. Kehidupan Pribadinya (1Tim 4:6-16)

B. Hubungan dengan Orang Dalam Gereja (1Tim 5:1-6:19)

1. Orang yang Tua dan Orang Muda (1Tim 5:1)

2. Perempuan Tua dan Perempuan Muda (1Tim 5:2)

3. Janda-Janda (1Tim 5:3-16)

4. Penatua dan Calon Penatua (1Tim 5:17-25)

5. Budak-Budak (1Tim 6:1-2)

6. Guru-Guru Palsu (1Tim 6:3-10) Sisipan: Nasihat kepada Timotius Sendiri (1Tim 6:11-


16)

7. Orang-Orang Kaya (1Tim 6:17-19)

Penutup
(1Tim 6:20-21)

SURAT PAULUS YANG KEDUA KEPADA TIMOTIUS

Kitab II Timotius

Penulis: Paulus
Tema: Bertekun dengan Ketabahan
Tanggal Penulisan: Sekitar tahun 67

Surat Paulus yang Kedua kepada Timotius (disingkat Surat 2 Timotius) adalah salah


satu kitab dalam Alkitab Kristen bagian Perjanjian Baru yang sebagian besar berisi
nasihat-nasihat pribadi kepada Timotius sebagai teman sekerja dan pembantu yang
masih muda. Inti nasihatnya ialah supaya Timotius tabah. Ia dinasihati dan didorong
supaya terus setia menyebarkan berita tentang Tuhan Yesus Kristus serta berpegang
pada Perjanjian Lama dan ajaran tentang Injil dari Tuhan; juga supaya Timotius tetap
bertugas sebagai guru dan pemberita Injil dari Tuhan, sekalipun menghadapi
penderitaan dan pertentangan. Surat ini dimaksudkan agar Timotius semangat
mengabarjan firman Tuhan dan menjadi penerus Paulus. Timotius khusus
diperingatkan supaya tidak turut campur dalam perdebatan-perdebatan yang bodoh dan
tak bernilai. Perdebatan-perdebatan seperti itu tidak menghasilkan apa-apa, kecuali
merusak pikiran orang yang mendengarnya.

Terhadap semuanya itu Timotius diingatkan supaya mengambil contoh dari


kehidupan Paulus—yaitu kepercayaannya kepada Kristus, kesabarannya, kasihnya,
ketabahannya dan penderitaan yang dialaminya dalam penganiayaan. Surat ini
diasumsikan ditulis pada saat Paulus mencapai akhir masa kehidupannya dan melalui
surat ini, Paulus berharap Timotius menjadi penerusnya.

Latar Belakang
Inilah surat terakhir Paulus. Pada saat menulis surat ini, kaisar Nero sedang berusaha
untuk menghentikan perkembangan kekristenan di Roma dengan penganiayaan yang
bengis terhadap orang percaya; Paulus sekali lagi menjadi tahanan negara di Roma
(2Tim 1:16). Dia menderita kekurangan sebagai seorang penjahat biasa (2Tim 2:9),
ditinggalkan oleh kebanyakan sahabatnya (2Tim 1:15), dan sadar bahwa pelayanannya
sudah berakhir dan kematiannya sudah dekat (2Tim 4:6-8,18; untuk pembahasan yang
lebih lanjut mengenai latar belakang dan kepenulisan).Paulus menulis kepada Timotius
sebagai "anakku yang kekasih" (2Tim 1:2) dan teman sekerja yang setia (bd. Rom
16:21). Hubungan yang erat serta kepercayaannya terhadap Timotius dilihat dalam
halnya Paulus menyebutkan Timotius ikut terlibat dalam mengirimkan enam buah surat,
kehadiran Timotius dengan Paulus dalam tahanan yang pertama (Fili 1:1; Kol 1:1; File
1:1) dan kedua surat pribadi kepadanya. Pada saat Paulus menghadapi kemungkinan
dihukum mati adalah dekat, dua kali ia minta Timotius menemaninya di Roma (2Tim
4:9,21). Ketika Paulus mengirim surat kedua ini, Timotius masih berada di Efesus ( 2Tim
1:18; 2Tim 4:19).
Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis pada musim gugur (antara bulan September-Desember) tahun
58 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 50-60.

Ayat-ayat terkenal

2 Timotius 1:7: Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan
roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.

2 Timotius 3:16: Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk
mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran.

Isi

Pendahuluan 1:1-2

Pujian dan dorongan 1:3--2:13

Nasihat dan peringatan 2:14–4:5

Keterangan tentang keadaan Paulus 4:6-18

Penutup 4:19-22

Analisis

Surat ini digolongkan"surat-surat Pastoral"yang  meliputi juga Surat
1 Timotius dan Surat Titus, di mana gaya bahasa maupun isinya berbeda dengan surat-
surat tulisan Paulus yang lain, tetapi satu sama lain sangat mirip, sehingga mungkin
sekali ditulis pada waktu yang hampir bersamaan. Ada 4 pokok utama dikupas di
dalamnya:Guru-guru palsu: yaitu "secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka,
tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya."
Iman sejati: yaitu segala sesuatu yang telah didengar daripada Paulus hendaknya
dipegang sebagai contoh ajaran yang sehat dan dilakukan dalam iman dan kasih dalam
Kristus Yesus.Perilaku Kristen: mengusahakan supaya selalu layak di hadapan Allah
sebagai seorang pekerja yang tidak usah malu, yang berterus terang memberitakan
perkataan kebenaran. ]

Kepemimpinan Kristen: harus berani membela kebenaran, dengan menyadari bahwa


Injil tidak bergantung kepada pendapat pribadi melainkan kepada Allah sendiri.Kaitan
dengan bagian Alkitab lain

Surat-surat Paulus

Surat 2 Timotius diperkirakan ditulis pada periode yang sama dengan Surat Filipi. Satu-
satunya alasan untuk memperkirakan bahwa surat 2 Timotius ini ditulis menjelang akhir
hidup Paulus (kecuali jika disimpulkan dari 2 Timotius 1:8 bahwa surat ini ditulis
di Roma) adalah kesan bahwa Paulus menyadari kematiannya sudah dekat. Namun,
menurut Kisah Para Rasul 20:24, sebelum sampai di Roma, Paulus sudah mengatakan
pada musim semi tahun 57 di Melitus: "Tetapi aku tidak menghiraukan nyawaku
sedikitpun, asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan menyelesaikan pelayanan
yang ditugaskan oleh Tuhan Yesus kepadaku untuk memberi kesaksian
tentang Injil kasih karunia Allah." Tetapi urusannya menjadi berlarut-larut. Mulanya
Paulus mengira bahwa kasusnya akan segera selesai begitu kepala pasukan Lisias
datang dari Yerusalem ke Kaisarea (Kisah Para Rasul 24:22) dan ia mengharapkan
untuk segera dilepaskan. Sampai saat itu, sepanjang yang diketahui, Paulus tidak
mengalami penahanan dalam waktu lama, dan kalaupun dimasukkan dalam penjara
setempat (seperti insiden di Filipi yang dicatat dalam Kisah Para Rasul 16:19-
40 sebagai contoh) hanya semalam saja (Kisah Para Rasul 16:35), meskipun tanpa
pengaruh adanya gempa bumi. Kata yang dipakai untuk melukiskan pengalamannya,
φυλακαί (fulakai, "tahanan"; bahasa Inggris: custody) pada 2 Korintus 6:5; 11:23), tidak
pernah digunakan dalam surat-surat yang ditulis dalam masa penjara, di mana selalu
dipakai kata δέσμοι (desmoi); dan situasi yang digambarkan memang berbeda. Setelah
beberapa bulan, keyakinan Paulus bahwa ia akan dilepaskan mulai kendor.
Dalam surat Filipi, meskipun tidak tahu bagaimana akhirnya, Paulus yakin akan
bertemu mereka kembali sebentar lagi (Filipi 1:25 dst.; Filipi 2:24). Dalam surat
Filemon ia berharap, doa-doa mereka dikabulkan (Filemon 1:22). Dalam surat
Kolose dan surat Efesus, ia hanya mengatakan bahwa Tikhikus akan menyampaikan
segara berita mengenai dirinya kepada mereka, serta berdoa agar diberi kata-kata yang
tepat pada waktunya (Kolose 4:7-9; Efesus 6:19-22). Pada waktu menulis surat 2
Timotius tampaknya hanya kemungkinan kematian yang muncul, harapan untuk
dilepaskan rupanya pudar; ia ditinggalkan dan mengharapkan orang-orang untuk
mendatanginya (2 Timotius 1:12; 4:6-13). Sebagaimana ia menjelaskan kemudian,
sebagaimana dicatat dalam Kisah Para Rasul 28:19, ia "tidak mempunyai pilihan lain" -
selain kartu terakhirnya, "naik banding kepada Kaisar".

Kaitan - dan urutan yang serupa - antara poin-poin dalam surat Filipi dan surat 2
Timotius sangat menarik untuk dilihat, terutama bagaimana ia sampai kepada kata-kata
"menyelesaikan pertandingan" (τελειώσω τὸν δρόμον) yang menurut
laporan Lukas (Kisah Para Rasul 20:24), disampaikan dalam pidatonya di Miletus.
Sebelumnya Paulus menggunakan perumpamaan tentang pertandingan, tetapi di sana
dikatakan "berlari" bukan "mencapai garis akhir" (1 Korintus 9:24-26; 1 Timotius 6:12.

Tujuan
Karena mengetahui bahwa Timotius pemalu serta menghadapi kesukaran, dan karena
menyadari akan kemungkinan penganiayaan berat dari luar gereja dan adanya guru-
guru palsu di dalam gereja, Paulus menasihatkan Timotius agar dia memelihara Injil,
memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran dan melaksanakan tugas-
tugasnya.

Survai
Dalam pasal 1; (2Tim 1:1-18) Paulus meyakinkan Timotius tentang kasih dan doanya
yang tetap sambil mendorong dia untuk tetap setia tanpa berkompromi tehadap Injil,
memelihara kebenaran dengan tekun dan mengikuti teladannya.

Dalam pasal 2; (2Tim 2:1-26) Paulus menugaskan anak rohaninya untuk tetap
memelihara iman dengan mempercayakan kebenarannya kepada orang lain yang
dapat dipercayai untuk mengajarkannya kepada orang lain (2Tim 2:2). Paulus
menasihati gembala yang muda ini untuk menanggung kesukaran seperti prajurit yang
baik (2Tim 2:3), melayani Allah dengan rajin dan memberitakan firman kebenaran
dengan tepat (2Tim 2:15), memisahkan diri dari mereka yang meninggalkan kebenaran
rasuli (2Tim 2:18-21), memelihara kemurniannya (2Tim 2:22) dan bekerja dengan tekun
sebagai guru (2Tim 2:23-26).

Dalam pasal berikutnya Paulus mengingatkan Timotius bahwa kejahatan dan


kemurtadan akan meningkat (2Tim 3:1-9), tetapi Timotius harus tetap setia kepada
iman yang diwarisinya dan kepada Alkitab (2Tim 3:10-17).Dalam pasal terakhir Paulus
menugaskan Timotius untuk memberitakan Firman serta melaksanakan semua tugas
pelayanannya (2Tim 4:1-5). Paulus menutup surat ini dengan memberitahukan Timotius
tentang keadaan dirinya pada saat dia menghadapi kematian, sambil memohon
Timotius datang dengan cepat (2Tim 4:6-22).B
Lima ciri utama menandai surat ini.

Surat ini berisi perkataan terakhir Paulus yang ditulis sebelum pelaksanaan hukum mati
oleh kaisar Nero di Roma hampir 35 tahun setelah pertobatannya kepada Kristus di
jalan ke Damsyik. Surat ini berisi pernyataan yang paling terang dalam Alkitab
mengenai pengilhaman dan tujuan ilahi Alkitab (2Tim 3:16-17): Paulus menekankan
bahwa Alkitab harus ditafsirkan dengan cermat oleh pelayan-pelayan Firman (2Tim
2:15) dan mendorong penyerahan Firman Allah kepada orang yang dapat dipercayai
yang kemudian dapat mengajar orang lain (2Tim 2:2).

Sepanjang surat ini muncul nasihat-nasihat pendek tetapi tepat misalnya,


"mengobarkan karunia Allah" (2Tim 1:6),
"janganlah malu" (2Tim 1:8),
"menderita bagi Injil-Nya" (2Tim 1:8),
"Peganglah ajaran yang sehat" (2Tim 1:13),
"peliharalah harta yang indah" (2Tim 1:14),
"jadilah kuat oleh kasih karunia" (2Tim 2:1),
"ikutlah menderita" (2Tim 2:3),
"memberitakan perkataan kebenaran" (2Tim 2:15),
"hindarilah" (2Tim 2:16),
"jauhilah kejarlah" (2Tim 2:22),
berhati-hatilah terhadap kemurtadan yang mendekat (2Tim3:1-9),
"tetap berpegang kepada kebenaran" (2Tim3:14), "beritakanlah Firman" (2Tim 4:2), "lak
ukanlah pekerjaan pemberita Injil" (2Tim 4:5), "tunaikanlah tugas pelayananmu" (2Tim
4:5).

Tema yang berulang-ulang dari banyak nasihatnya adalah untuk berpegang pada iman
(Yesus Kristus dan Injil asli dari rasul-rasul), jagalah iman itu dari pemutarbalikan dan
kerusakan, menentang guru palsu, dan beritakan Injil yang benar dengan ketekunan
yang teguh.Kesaksian terakhir Paulus adalah suatu contoh yang mengharukan dari
keberanian dan harapan ketika menghadapi mati syahid yang sudah pasti (2Tim 4:6-8).

Garis Besar 2 Timotius

Garis Besar

Pendahuluan
(2Tim 1:1-4)

I. Pesan Paulus kepada Timotius (2Tim 1:5-18)

A. Mengobarkan Karunia Allah (2Tim 1:5-7)

B. Bersedia Menderita untuk Injil (2Tim 1:8-10)

C. Teladan Paulus (2Tim 1:11-12)

D. Peganglah dan Pelihara Kebenaran (2Tim 1:13-14)

E. Sahabat-sahabat Paulus di Roma yang Setia dan Tidak Setia (2Tim 1:15-18)

II. Tuntutan-Tuntutan Terhadap Hamba Tuhan yang Setia (2Tim 2:1-26)

A. Jadilah Kuat oleh Kasih Karunia(2Tim 2:1)

B. Percayakan Berita kepada Orang yang Dapat Dipercayai (2Tim 2:2)

C. Bertahan Dalam Kesukaran (2Tim 2:3-7)


1. Sebagai Prajurit yang Baik (2Tim 2:3-4)

2. Sebagai Olahragawan yang Berdisiplin (2Tim 2:5)

3. Sebagai Petani yang Bekerja Keras (2Tim 2:6-7)

D. Mati dan Menderita dengan Yesus Kristus (2Tim 2:8-13)

E. Hindarilah Soal-soal yang Bodoh dan Mempertahankan Injil Dalam


Cara yang Tidak Tercela (2Tim 2:14-26)

III.Peningkatan Kejahatan Terakhir yang Mendekat (2Tim 3:1-9)

IV. Ketekunan Dalam Kebenaran (2Tim 3:10-17)

A. Yang Dipelajari dari Paulus (2Tim 3:10-14)

B. Yang Dipelajari dari Alkitab (2Tim 3:15-17)

V. Beritakanlah Firman Allah(2Tim 4:1-5)

VI. Kesaksian dan Pengarahan Paulus (2Tim 4:6-18)

A. Kesaksian Perpisahan Paulus (2Tim 4:6-8)

B. Pengarahan Pribadi untuk Timotius (2Tim 4:9-13)

C.Sebuah Kata Peringatan
(2Tim 4:14-15)

D.Keyakinan tentang Kesetiaan Allah
(2Tim 4:16-18)

Penutup
(2Tim 4:19-22)

SURAT PAULUS KEPADA TITUS


Kitab Titus

Penulis: Paulus
Tema: Ajaran yang Benar dan Kebajikan
Tanggal Penulisan: Sekitar 65-66 M

Latar Belakang
Seperti halnya 1 dan 2 Timotius, Titus adalah surat pribadi dari Paulus kepada salah
seorang pembantu mudanya. Surat ini disebut "Surat Penggembalaan" karena
membahas masalah yang berkaitan dengan peraturan gereja dan pelayanannya. Titus,
seorang bertobat bukan Yahudi (Gal 2:3), menjadi pendamping dekat Paulus dalam
pelayanan rasuli. Walaupun namanya tidak disebutkan dalam Kisah Para Rasul
(mungkin karena ia saudara Lukas) hubungan erat dengan Paulus ditunjukkan dengan

disebutnya Titus sebanyak 13 kali dalam surat-surat Paulus,dia adalah orang yang
bertobat dalam pelayanan Paulus dan anak rohaninya (Tit 1:4) dan seperti
Timotius menjadi teman sekerja Paulus yang terpercaya dalam pelayanan (2Kor 8:23),d
ijadikannya wakil Paulus setidaknya untuk satu tugas penting ke Korintus selama
perjalanan misi ketiga Paulus (2Kor 2:12-13; 2Kor 7:6-15; 2Kor 8:6,16-
24),dan pelayanannya sebagai teman sekerja Paulus di Kreta (Tit 1:5).

Paulus dan Titus bekerja bersama-sama dalam waktu singkat di Kreta (barat daya Asia
Kecil di Laut Tengah) antara pemenjaraan Paulus yang pertama dengan yang
kedua.Paulus menugaskan Titus untuk melanjutkan pelayanannya di antara orang
Kreta (Tit 1:5), sedangkan dia sendiri melanjutkan perjalanan ke Makedonia (bd. 1Tim
1:3). Tidak lama sesudah peristiwa itu, Paulus menulis surat ini kepada Titus,
menginstruksikan dia untuk menyelesaikan pekerjaan yang telah mereka awali
bersama. Mungkin surat ini dititipkan kepada Zenas dan Apolos yang akan melewati
Kreta (Tit 3:13).

Dalam surat ini Paulus meyampaikan rencananya untuk mengirim Artemas atau
Tikhikus dengan segera untuk menggantikan Titus, karena setelah itu Titus harus ikut
serta dengan Paulus di Nikopolis (Yunani), tempat yang direncanakan menjadi tempat
tinggal Paulus selama musim dingin (Tit 3:12). Kita mengetahui bahwa rencana ini
terlaksana (bd. 2Tim 4:10) karena Paulus kemudian menugaskan Titus di Dalmatia
(Yugoslavia sebelum pecah).

Surat Paulus kepada Titus merupakan salah satu surat surat-surat Paulus yang
terdapat di dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.Bersama dengan surat Timotius,
surat ini dikategorikan sebagai surat-surat Pastoral. Dikategorikan surat pastoral karena
surat-surat ini ditujukan kepada Titus dan Timotius yang menjalankan tugas sebagai
seorang pastor. Secara garis besar surat ini berisi petunjuk-petunjuk untuk menjalani
hidup sekaligus untuk menanggulangi ajaran sesat. Titus sendiri merupakan teman
sekerja Paulus dalam pekerjaannya.

Penulis

Rasul Paulus sedang menulis surat-suratnya

Secara tradisional diterima bahwa surat ini ditulis oleh rasul Paulus, seperti yang tertera
dalam kata-kata pembuka surat ini.

Perdebatan mengenai penulis

Ada peneliti Perjanjian Baru yang meragukan apakah penulis surat ini adalah


Paulus, karena mereka menganggap surat-surat pastoral seperti ini hanyalah bersifat
tulisan-tulisan Yahudi yang tidak termasuk di dalam Perjanjian Lama dan biasanya
digunakan untuk memberi informasi penting terhadap latar belakang Perjanjian
Baru. Surat ini sangat berbeda dari surat Paulus lainnya sehingga ada dugaan tidak
mungkin Paulus yang menulis surat ini.

Alasan-alasan yang meragukan bahwa surat ini ditulis oleh Paulus antara lain:

Situasi historis yang digambarkan dalam surat ini tidak sesuai dengan data-data yang
ada di Kisah Para Rasul maupun situasi yang melatarbelakangi surat-surat Paulus yang
asli.
Surat-surat pastoral seperti surat Titus ini menggambarkan masalah-masalah yang
dihadapi oleh generasi Kristen ketiga. Organisasi gereja pada saat itu sudah lebih
berkembang daripada zaman Paulus. Gereja-gereja rumah seperti pada
zaman Paulus sudah menjadi dasar berdirinya jemaat setempat.

Gaya tulisan yang dipakai sangat khas dan berbeda dengan surat-surat Paulus yang
asli.Gagasan-gagasan teologi yang berbeda dengan surat-surat Paulus seperti
gagasan mengenai perempuan.Pemahaman tentang gereja yang berbeda antara surat-
surat pastoral dengan surat-surat asli Paulus.

Oleh karena alasan-alasan tersebut di atas, jika bukan oleh oleh Paulus maka surat ini
diduga ditulis oleh seseorang yang tidak dikenal, namun beraliran Paulus. Ada
pendapat bahwa orang yang menulis surat ini adalah seorang Yahudi Hellenis.

Kebanyakan alasan-alasan tersebut tidak mempunyai dasar yang cukup kuat, sehingga
pada umumnya hanya dipakai sebagai bahan diskusi.

Tujuan surat

Surat ini ditujukan kepada Titus yang merupakan teman sekerja Paulus. Titus


merupakan seorang non Yahudi yang menjadi Kristen dan kemudian mengikuti
rombongan Paulus.Paulus juga mengutusnya untuk membantu pelayanannya
di Korintus. Dalam surat ini, Titus digambarkan sebagai orang yang sangat setia. Oleh
karena kesetiaannya, Paulus menaruh kepercayaan yang besar kepada Titus. Dalam
perjalanan, Paulus meninggalkan Titus di Kreta dan diberi tugas untuk membina
jemaat-jemaat baru di sana. Selain ditujukan kepada Titus, surat ini juga ditujukan
kepada semua anggota jemaat, menata apa yang ditinggalkan Paulus di Kreta,
termasuk penetapan penatua (Tit 1:5);membantu jemaat tumbuh dalam iman,
pengetahuan akan kebenaran, dan kesalehan (Tit 1:1);membungkam guru-guru palsu
(Tit 1:11); dandatang kepada Paulus setelah ia diganti oleh Artemas atau Tikhikus (Tit
3:12).

Tempat penulisan
Tempat dan waktu penulisan surat ini sulit untuk ditentukan. Ada pendapat bahwa surat
ini ditulis ketika Paulus singgah di Nikopolis. Pendapat lain mengatakan bahwa surat ini
ditulis di Roma, atau Efesus.

Waktu penulisan

Jika berpatokan pada persinggahan Paulus di Nikopolis maka diperkirakan bahwa surat
ini ditulis antara tahun 60-64 M, meskipun ahli yang memperkirakan bahwa surat ini
ditulis di Efesus memberi perkiraan sekitar tahun 100 M. Robinson meyakini bahwa
surat ini ditulis pada akhir musim semi (bulan Mei-Juni) tahun 57 M. Pendapat lain
memberi perkiraan tahun 50-60.

Ayat-ayat terkenal

Titus 3:3-7: Karena dahulu kita juga hidup dalam kejahilan: tidak taat, sesat, menjadi
hamba berbagai-bagai nafsu dan keinginan, hidup dalam kejahatan dan kedengkian,
keji, saling membenci. (3:4) Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan
kasih-Nya kepada manusia, (3:5) pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan
karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh
permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus,
(3:6) yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita,
(3:7) supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak
menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.

Titus 3:8: Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin
menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh
berusaha melakukan pekerjaan yang baik. Itulah yang baik dan berguna bagi manusia.

Struktur

Pembukaan surat (1:1-4)

Bagian ini berisi catatan mengenai siapa penulis surat ini dan kepada siapa surat ini
ditujukan. Selain itu disampaikan juga oleh penulis surat sebuah salam.

Syarat bagi para penatua (1:5-16)


Di perikop ini dijelaskan bagaimana syarat untuk menjadi pengajar dan pemimpin yang
baik. Selain itu juga diingatkan mengenai pengajar-pengajar palsu yang muncul saat itu.

Nasihat untuk kehidupan warga jemaat (2:1-15)

Pada pasal kedua ini, Paulus berusaha memberikan nasihat untuk pengudusan hidup


warga jemaat. Nasihat yang diberikan Paulus menyangkut cara berkehidupan dan
moral warga jemaat.

Panggilan orang Kristen (3:1-11)

Setelah membahas nasihat-nasihat bagi internal warga jemaat, pada bagian ini Paulus
membahas panggilan orang-orang Kristen terhadap pemerintah dan masyarakat.

Petunjuk-petunjuk terakhir dan salam penutup (3:12-15)

Paulus mengakhiri suratnya kepada Titus dengan menekankan kembali apa yang telah
dikatakan sebelumnya. Setelah itu Paulus memberikan salamnya kepada Titus dan
orang-orang lain yang lain.

Muatan Teologis

Sebagai surat Pastoral, ada tiga hal yang dikemukakan di dalam surat ini:

Tugas Titus di Kreta

Titus diingatkan mengenai sifat-sifat orang yang boleh menjadi


pemimpin jemaat. Seseorang yang hendak menjadi penatua maupun pemimpin jemaat
haruslah orang yang tidak bercela atau tidak bercacat di dalam cara hidupnya.. Hal ini
bukan berarti menuntut seseorang yang sempurna tetapi menuntut seseorang yang
cara hidupnya baik sehingga dapat menjadi panutan. Syarat kedua yang ditetapkan
adalah memiliki satu istri saja.  Pada saat itu sering terjadi poligami ataupun
perzinahan. Oleh karena itu, seorang penatua haruslah dapat menahan nafsunya dan
hanya memiliki satu isteri atau satu suami saja. Kemudian syarat berikutnya adalah
memiliki anak-anak yang beriman.Seseorang hendaknya dapat membina anaknya
dengan baik sebelum membina orang-orang lain atau jemaat. Seorang penatua juga
harus rendah hati, tidak cepat marah, dapat menguasai diri, dapat mendengar orang
lain dan tidak serakah. Penatua adalah orang yang mengurus pekerjaan Allah. Oleh
karena itu, penatua juga harus dapat bijaksana, saleh, dan menyukai hal-hal yang
baik. Penatua bepegang kepada firman Tuhan, berkata benar, dan sanggup menasihati
orang berdasarkan ajaran firman Tuhan. Titus perlu mengangkat dan menetapkan
syarat-syarat tersebut karena kondisi jemaat di Kreta saat itu banyak yang
memberontak dan mengajarkan ajaran palsu.

Pengajaran yang benar

Titus dinasihati mengenai bagaimana pengajaran yang benar. Pokok dasar ajaran yang
benar itu adalah anugerah Allah yang telah dinyatakan demi menyelamatkan umat
manusia. Anugerah inilah yang memampukan umat manusia terutama
umat Kristen untuk hidup dengan cara yang diinginkan oleh Allah sampai kedatangan
Yesus kembali.Nasihat-nasihat tersebut antara lain:

Orang-orang yang sudah tua hendaknya dapat hidup bijaksana, hidup sederhana dan
hidup dalam ketekunan. Begitu juga perempuan yang sudah tua, dituntut untuk hidup
berbakti kepada Allah, tidak suka memfitnah dan senantiasa mengajarkan hal-hal yang
baik. Dengan demikian, mereka dapat mendidik para orang-orang muda agar dapat
juga hidup dengan baik.Juga kepada kaum-kaum muda, agar dapat bijaksana,
menguasai diri, berkelakuan baik, dan jujur.Hamba-hamba haruslah taat kepada
tuannya dalam segala hal yang baik. Seorang hamba harus setia, taat dan tulus
sehingga mereka berkenan pula memuliakan ajaran Allah.

Nasihat tentang perilaku orang Kristen

Titus diajar mengenai bagaimana seharusnya kelakuan orang Kristen terhadap


pemerintah dan terhadap masyarakat. Orang Kristen haruslah taat kepada pemerintah
dalm segala sesuatu hal yang baik. Dengan demikian mereka dapat dipuji oleh
masyarakat dan nama Yesus dimuliakan. Orang Kristen dituntut untuk ramah dan
suka damai, jangan membenci orang, jangan suka bertengkar atau menimbulkan
perpecahan. Paulus juga mengingatkan bahwa kita diselamatkan bukan semata-mata
karena kebaikan kita tetapi karena rahmat Tuhan kepada manusia.
Survai
Paulus membahas empat pokok utama di dalam surat ini.

Dia menginstruksikan Titus mengenai tabiat dan syarat rohani yang diperlukan mereka
yang akan dipilih menjadi penatua (penilik jemaat) di dalam gereja. Penatua haruslah
orang saleh yang sifatnya terbukti, berhasil menuntun keluarganya sendiri (Tit 1:5-9).

Paulus menyuruh Titus mengajarkan doktrin yang benar serta membungkam dan
menegur para guru palsu (Tit 1:10--2:1). Di dalam surat ini Paulus memberikan dua
rangkuman tentang ajaran yang sehat (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).

Paulus menggambarkan untuk Titus (bd. 1Tim 5:1--6:2) peranan yang patut untuk laki-
laki yang sudah lanjut usia (Tit 2:1-2), wanita yang sudah tua (Tit 2:3-4), wanita yang
masih muda (Tit 2:4-5), para pemuda (Tit 2:6-8), dan para budak (Tit 2:9-10).

Akhirnya, Paulus menekankan bahwa kebajikan dan kehidupan yang benar adalah
buah yang perlu dari iman yang sejati (Tit 1:16; Tit 2:7,14; Tit 3:1,8,14; bd. Yak 2:14-
26).

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.

Surat ini berisi dua ringkasan klasik mengenai sifat sesungguhnya dari keselamatan
dalam Kristus Yesus (Tit 2:11-14; Tit 3:4-7).

Surat ini menekankan bahwa gereja dan pelayanannya harus dibangun di atas
landasan rohani, teologis dan etis yang sangat kuat.

Surat ini berisi salah satu dari dua daftar panjang yang menyebutkan syarat yang harus
dipenuhi pemimpin dalam pelayanan gerejani (Tit 1:5-9; bd. 1Tim 3:1-13).

Garis Besar Titus

Garis Besar

Pendahuluan (Tit 1:1-4)
I. Pengarahan Mengenai Penugasan Penatua (Tit 1:5-9)

A. Tetapkan Penatua di Tiap Kota (Tit 1:5)

B. Berbagai Syarat bagi Penatua (Tit 1:6-9)

1. Pribadi

a. Tak Bercacat (Tit 1:6)

b. Pelayan yang Dapat Dipercayai (Tit 1:7)

c. Tidak Angkuh (Tit 1:7)

d. Bukan Pemberang (Tit 1:7)

e. Bukan Peminum (Tit 1:7)

f. Bukan Pemarah (Tit 1:7)

g. Tidak Serakah (Tit 1:7)

h. Suka Memberi Tumpangan (Tit 1:8)

i. Suka Akan yang Baik (Tit 1:8)

j. Bijaksana(Tit 1:8)

k. Adil (Tit 1:8)

l. Saleh (Tit 1:8)

m. Berpegang Kepada Perkataan yang Benar (Tit 1:9)

n. Sanggup Menasihati berdasarkan Ajaran (Tit 1:9)

o. Sanggup Meyakinkan Para Penentang (Tit 1:9)

2. Keluarga

a. Mempunyai Hanya Satu Istri (Tit 1:6)


b. Anak-Anaknya Hidup Beriman (Tit 1:6)

c. Anak-Anaknya Hidup Senonoh dan Tertib (Tit 1:6)

II. Pengarahan Mengenai Guru Palsu (Tit 1:10-16)

A. Tabiat Mereka (Tit 1:10)

B. Kelakuan Mereka (Tit 1:11-12)

C. Penegoran Mereka (Tit 1:13-16)

III.Pengarahan Mengenai Aneka Kelompok Dalam Gereja (Tit 2:1-15)

A. Lingkup Pengarahan (Tit 2:1-10)

B. Dasar Pengarahan (Tit 2:11-14)

C. Tanggung Jawab Titus (Tit 2:15)

IV. Nasihat Tentang Kebajikan (Tit 3:1-11)

A. Kelakuan Terhadap Sesama (Tit 3:1-2)

B. Kemurahan Allah Kepada Kita (Tit 3:3-7)

C. Membedakan yang Berguna dan Mana yang Tidak (Tit 3:8-11)

Penutup (Tit 3:12-15)

SURAT PAULUS KEPADA FILEMON

Penulis: Paulus
Tema: Perdamaian
Tanggal Penulisan: Sekitar 62 M

Paulus kepada Filemon merupakan salah satu kitab dalam Perjanjian


Baru di Alkitab Kristen dan salah satu kumpulan surat-surat Paulus. Surat ini unik
karena menjadi surat terpendek di antara surat-surat Paulus yang lainnya. Selain itu,
surat ini juga satu-satunya surat pribadi Paulus yang kita miliki. Secara umum surat ini
berisikan permohonan Paulus kepada Filemon agar Filemon berbaik hati
kepada Onesimus, budaknya yang melarikan diri. Filemon sendiri adalah
seorang Kristen terkemuka yang rupanya menjadi anggota jemaat di Kolose. Paulus
mengirimkan surat ini bersamaan dengan surat kepada jemaat di Kolose. Surat ini
merupakan salah satu contoh surat nasihat. Surat nasihat seperti ini kerap sekali ditulis
dalam dunia Yunani-Roma pada zaman Paulus.

Latar Belakang
Paulus menulis "surat penjara" ini (ayat File 1:1,9) sebagai surat pribadi kepada
seorang bernama Filemon, kemungkinan besar sementara masa penahanan yang
pertama di Roma (Kis 28:16-31). Nama-nama sama yang disebut dalam Filemon
(ayat File 1:1-2,10,23-24) dan Kolose (Kol 4:9-10,12,14,17) menunjukkan bahwa
Filemon tinggal di Kolose, dan kedua surat ini ditulis dan diantarkan pada waktu yang
sama.

Filemon menjadi pemilik hamba (ayat File 1:16) dan anggota gereja di Kolose (bd.
ayat File 1:1-2 dengan Kol 4:17), mungkin ia bertobat dibawah pelayanan Paulus
(ayat File 1:19). Onesimus menjadi hamba Filemon yang telah lari ke Roma; di situ dia
kenal Paulus, yang membawa dia kepada Kristus. Suatu ikatan persahabatan yang kuat
berkembang di antara mereka (ayat File 1:9-13). Sekarang dengan segan Paulus
mengirim Onesimus kembali kepada Filemon, ditemani oleh Tikhikus, teman sekerja
Paulus, bersama dengan surat ini (bd. Kol 4:7-9).

Penulis

Rasul Paulus

Surat Filemon ditulis oleh Paulus dan Timotius seperti yang tertera di bagian awal.Pada
abad ke-19, keaslian surat ini dipertanyakan oleh F.C. Baur, yang beranggapan bahwa
surat ini hanyalah khayalan Kristen saja dan nama Paulus hanya diperalat untuk
menyelesaikan masalah perbudakan. H.J. Holtzmann juga sepaham dengan
Baur. Namun berdasarkan penemuan salinan-salinan tua dan analisis lebih teliti saat ini
keraguan itu tidak ada lagi dan diyakini bahwa Rasul Paulus adalah penulis dari surat
ini.Berdasarkan fakta yang ada, surat ini ditulis ketika Rasul Paulus sedang berada di
dalam penjara (ayat 1, 23, 24). Selain itu, D. Guthrie dengan tegas menyatakan bahwa
Surat Filemon ini sangat mencerminkan corak berpikir dan gaya tulisan Rasul
Paulus. Pada akhirnya para pakar Perjanjian Barusepakat bahwa Surat Filemon ini
ditulis oleh Rasul Paulus.

Tujuan Surat

Paulus menyurati Filemon untuk mengurus persoalan khusus tentang hambanya


Onesimus yang telah melarikan diri. Menurut hukum Romawi, hamba yang melarikan
diri dapat dihukum mati. Paulus menjadi perantara untuk Onesimus dengan Filemon
dan memohon supaya Onesimus diterima kembali secara ramah sebagai orang
percaya dan sahabat Paulus, dengan kasih yang sama sebagaimana dia akan
menerima Paulus sendiri.

Sesuai dengan apa yang tertulis pada ayat 1, surat ini ditujukan kepada Filemon yang
disebut oleh Paulus sebagai "saudara" dan "kawan sekerja".Selain itu, surat ini juga
ditujukan kepada Arkhipus, Apfia, dan jemaat di rumah Filemon. Filemon yang
merupakan orang terkemuka di Kolosememiliki sejumlah budak dan salah satunya
adalah Onesimus. Onesimus melarikan dari Kolose dan membawa pergi harta milik
Filemon. Di dalam pelariannya, Onesimus bertemu dengan Paulus dan
akhirnya Onesimus menjadi Kristen (ay. 18-19). Surat ini juga ditujukan kepada Apfia
karena ia merupakan seorang pemimpin rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari
dan berurusan dengan budak-budak. Oleh karena itu, Paulus merasa perlu dan penting
untuk melibatkan Apfia dalam pengambilan keputusan mengenai Onesimus. Beberapa
ahli di bidang Perjanjian Baru, seperti E.J Goodspeed, John Knox, dan H.
Greeven meragukan Filemon sebagai penerima surat ini. Beberapa pandangan John
Knox dapat dirangkum sebagai berikut:

Alasan sebenarnya penulisan surat bukanlah permintaan kembali terhadap


Onesimus tetapi permintaan kepada si pemilik budak agar mengizinkan Onesimus untu
k melayani Tuhan dengan membantu Paulus dalam pelayanannya.Tuan dari Onesimus
bukanlah Filemon, melainkan Arkhipus yang merupakan pimpinan dari jemaat
setempat.Paulus mengirimkan surat ini kepada Filemon karena Paulus tidak mengenal
Arkhipus padahal masalah ini merupakan masalah yang penting. Oleh karena
itu Paulusmengirimkan kepada Filemon yang merupakan teman sekerjanya.

Namun, pandangan John Knox tersebut bertentangan dengan isi surat ini sendiri


terutama pada ayat 17-22 yang mengungkapkan dengan jelas bahwa Filemon lah tuan
dari Onesimus. Maka dari itu, dengan berpatokan pada teks surat, dapat disimpulkan
bahwa Rasul Paulus menulis surat ini kepada Filemon.

Tempat penulisan

Di kalangan para ahli Perjanjian Baru, tempat dan waktu penulisan surat Filemon masih
menjadi perdebatan. Dari teks-teks yang ada, dapat disimpulkan bahwa surat Filemon
dan surat Kolose dikirim dari tempat yang sama. Ada tiga tempat yang kemungkinan
merupakan tempat penulisan surat Filemon yaitu Roma, Kaisarea, dan Efesus.

Kaisarea

Pendapat mengenai Kaisarea yang merupakan tempat penulisan surat ini ditolak


dengan alasan bahwa hampir tidak mungkin seorang budak memilih kota Kaisarea
menjadi kota persembunyiannya. Biasanya para budak yang melarikan diri mencari
kota-kota besar sebagai tempat persembunyian karena akan sulit untuk
ditemukan. Selain itu, Onesimus ingin mencari Paulus dan akan sulit untuk menemukan
Paulus di Kaisarea.

Efesus
Menurut beberapa ahli Perjanjian Baru ada beberapa alasan yang memperlihatkan
bahwa Efesus menjadi tempat penulisan surat ini:Dalam ayat 22 terkesan bahwa
Paulus akan segera tiba di Kolose. Kemungkinan besar ia datang dari Efesus. Ef sus m
erupakan tempat yang terkenal sebagai tempat persembunyian para budak. Para budak
meminta suaka di kuil Artemis.Di Efesus terdapat suatu gedung yang dikenal dengan
nama penjara Paulus.Meskipun demikian, dari berbagai sumber tidak ada yang
memberikan tanda bahwa adanya penahanan di Efesus.

Roma

Roma juga merupakan tempat yang terkenal sebagai tempat pelarian para
budak. Selain itu Onesimus yang sedang melarikan diri dari Filemon pasti memilih
tempat yang jauh yaitu Roma daripada Efesus dan hal ini dibuktikan oleh berbagai
dokumen sejarah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa surat ini ditulis di Roma.

Waktu penulisan

Surat Paulus kepada Filemon ini diperkirakan ditulis sekitar tahun 61 M. Robinson
menyakini surat ini ditulis pada musim panas (antara bulan Juni-September) tahun 58
M.Pendapat lain memberi perkiraan tahun 57-59, atau tahun 56-58.

Teks

Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Yunani.

Sejumlah naskah tertua terlestarikan yang memuat salinan surat ini antara lain adalah

Papirus 87, yang ditulis sekitar tahun 250 M

Codex Sinaiticus (~330-360 M)

Codex Alexandrinus (~400-440 M)

Codex Ephraemi Rescriptus (~450 M; ayat 1-2 hilang, sisanya ada)

Codex Freerianus (~450 M; hanya ayat 1-3, 14-16)

Papirus 61 (abad ke-7; terlestarikan ayat 4-7)


Pasal ini dibagi atas 25 ayat.

Struktur

Filemon 1-3: Salam

Filemon 4-7: Ucapan syukur

Filemon 8-20: Permohonan untuk Onesimus

Filemon 21-25: Penutup

Ayat 1-3

"Dari Paulus, seorang hukuman karena Kristus Yesus dan dari Timotius saudara kita,


kepada Filemon yang kekasih, teman sekerja kami dan kepada Apfia saudara
perempuan kita dan kepada Arkhipus, teman seperjuangan kita dan kepada jemaat di
rumahmu: Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita dan dari Tuhan
Yesus Kristus menyertai kamu."

Bagian ini menjelaskan bahwa Paulus menulis sebagai seorang hukuman. Selain itu


juga menyatakan kepada siapa surat ini ditujukan yaitu untuk Filemon, Apfia, dan
Arkhipus.

Ayat 4-7

"Aku mengucap syukur kepada Allahku, setiap kali aku mengingat engkau dalam
doaku, karena aku mendengar tentang kasihmu kepada semua orang kudus dan
tentang imanmu kepada Tuhan Yesus. Dan aku berdoa, agar persekutuanmu di dalam
iman turut mengerjakan pengetahuan akan yang baik di antara kita untuk Kristus. Dari
kasihmu sudah kuperoleh kegembiraan besar dan kekuatan, sebab hati orang-orang
kudus telah kauhiburkan, saudaraku."

Pada bagian ini Paulus berdoa kepada Tuhan dan mengucap syukur kepada Tuhan. Di


dalam doanya inilah terkandung inti dari tema surat ini yaitu kasih, harapan dalam doa,
pertemanan, dan persaudaraan. Doa Paulus ini juga menunjukkan sanjungan Paulus
atas iman dan kemurahan hati dari Filemon.
Ayat 8-12

"Karena itu, sekalipun di dalam Kristus aku mempunyai kebebasan penuh untuk
memerintahkan kepadamu apa yang harus engkau lakukan, tetapi mengingat kasihmu
itu, lebih baik aku memintanya daripadamu. Aku, Paulus, yang sudah menjadi tua,
lagipula sekarang dipenjarakan karena Kristus Yesus, mengajukan permintaan
kepadamu mengenai anakku yang kudapat selagi aku dalam penjara, yakni Onesimus 
-- dahulu memang dia tidak berguna bagimu, tetapi sekarang sangat berguna baik
bagimu maupun bagiku. Dia kusuruh kembali kepadamu--dia, yaitu buah hatiku--."

Bagian ini merupakan pokok dari surat Paulus ini. Di bagian ini, Paulus
mengungkapkan maksudnya menulis surat ini yaitu bahwa ia ingin mengirim
kembali Onesimus, budak yang melarikan diri dari rumah Filemon.

Ayat 13-20

"Sebenarnya aku mau menahan dia di sini sebagai gantimu untuk melayani aku selama
aku dipenjarakan karena Injil, tetapi tanpa persetujuanmu, aku tidak mau berbuat
sesuatu, supaya yang baik itu jangan engkau lakukan seolah-olah dengan paksa,
melainkan dengan sukarela. Sebab mungkin karena itulah dia dipisahkan sejenak
daripadamu, supaya engkau dapat menerimanya untuk selama-lamanya, bukan lagi
sebagai hamba, melainkan lebih daripada hamba, yaitu sebagai saudara yang kekasih,
bagiku sudah demikian, apalagi bagimu, baik secara manusia maupun di dalam
Tuhan. Kalau engkau menganggap aku temanmu seiman, terimalah dia seperti aku
sendiri. Dan kalau dia sudah merugikan engkau ataupun berhutang padamu,
tanggungkanlah semuanya itu kepadaku-- aku, Paulus, menjaminnya dengan tulisan
tanganku sendiri: Aku akan membayarnya--agar jangan kukatakan: "Tanggungkanlah
semuanya itu kepadamu!"—karena engkau berhutang padaku, yaitu dirimu sendiri. Ya
saudaraku, semoga engkau berguna bagiku di dalam Tuhan: Hiburkanlah hatiku di
dalam Kristus!"

Ia meminta Filemon untuk menerima kembali Onesimus. Paulus juga bersedia


mengganti biaya kerugian yang timbul akibat pelarian dari Onesimus.
Ayat 21-25

"Dengan percaya kepada ketaatanmu, kutuliskan ini kepadamu. Aku tahu, lebih
daripada permintaanku ini akan kaulakukan. Dalam pada itu bersedialah juga memberi
tumpangan kepadaku, karena aku harap oleh doamu aku akan dikembalikan
kepadamu. Salam kepadamu dari Epafras, temanku sepenjara karena Kristus
Yesus, dan dari Markus, Aristarkhus, Demas dan Lukas, teman-teman sekerjaku. Kasih
karunia Tuhan Yesus Kristus menyertai roh kamu!"

Paulus yakin bahwa himbauannya dalam surat ini akan dipenuhi oleh Filemon. Dalam
bagian ini juga dikatakan bahwa Paulus akan datang untuk melihat hasilnya. Paulus
menutup surat ini dengan menyampaikan salam kepada Filemon.

Muatan Teologis

Surat Paulus kepada Filemon ini sangat pendek dan tidak memaparkan doktrin-
doktrin iman Kristen. Akan tetapi surat ini memberikan petunjuk mengenai bagaimana
menjalani kehidupan sebagai orang Kristen terutama dalam hubungannya dengan
sesama.

Sikap Hidup Orang Kristen

Surat ini memuat ajakan untuk memperlihatkan kasih dan iman sebagai ciri dari sikap


hidup orang Kristen kepada sesama. Onesimus menceritakan kepada Paulus dan
orang-orang banyak mengenai kasih dan iman Filemon. Kemudian dasar Paulus
mengutarakan permohonan kepada Filemon juga berdasarkan oleh kasih yang ada di
antara mereka.Paulus juga menginginkan Filemon dapat menerima kembali Onesimus,
mengampuninya dan mengasihinya. Kasih yang diinginkan oleh Paulus adalah kasih
yang tidak mengenal batas sosial. Meskipun Onesimus adalah seorang hamba atau
budak tetapi tetap harus dikasihi sebagai sesama orang Kristen.

Persaudaraan Orang-orang Percaya


Melalui surat ini, Paulus menekankan mengenai persaudaraan orang-orang
percaya. Bagi Paulus semua orang yang percaya kepada Kristus adalah saudara (bhs.
Yunani: adelfos) Persaudaraan yang terjalin adalah
berdasarkan kasih dan iman. Paulus juga meminta Filemon diterima kembali sebagai
saudara. Onesimus yang tadinya tidak berguna bagi Filemon telah berubah menjadi
orang Kristen yang berguna bagi Filemon dan Paulus sendiri.

Perbudakan

Pada abad pertama Masehi perbudakan merupakan suatu hal yang wajar. Dalam hal ini
Paulus tidak bermaksud untuk menghilangkan konsep perbudakan yang sudah
ada.Namun, Paulus ingin menekankan hubungan antara tuan dan hamba. Menurutnya
hubungan antara tuan dan hamba adalah sebagai saudara di dalam Kristus. Seorang
tuan harus memberikan kemerdekaan atau kebebasan bagi
hambanya. Paulus memohon kepada Filemon untuk memberi kebebasan dan
menerimaOnesimus kembali lebih dari sekadar hamba, tetapi saudara.

Survai
Permohonan Paulus adalah sebagai berikut:

Dia memohon dengan sangat supaya Filemon, sebagai saudara dalam Kristus
(ayat File 1:8-9,20-21) menerima Onesimus kembali, bukan sebagai hamba tetapi
sebagai saudara dalam Kristus (ayat File 1:15-16).

Paulus menyatakan bahwa Onesimus (yang artinya "berguna") yang dahulu "tidak
berguna", tetapi sekarang "berguna" bagi Paulus dan Filemon (ayat File 1:10-12).

Paulus ingin Onesimus dapat tinggal di Roma, tetapi sebaliknya mengirimnya kembali
kepada tuan yang memilikinya (ayat File 1:13-14).

Paulus menawarkan diri sebagai pengganti untuk hutang Onesimus dan mengingatkan
Filemon tentang hutang budinya kepada Paulus (ayat File 1:17-19). Surat ditutup
dengan salam dari beberapa teman sekerja di Roma (ayat File 1:23-24) dan
pengucapan syukur (ayat File 1:25).

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini.

Surat ini adalah yang terpendek di antara surat-surat Paulus.

Lebih dari lain bagian PB, surat ini menjelaskan bagaimana Paulus dan gereja mula-
mula menghadapi persoalan perbudakan Roma. Daripada menyerang langsung atau
menimbulkan pemberontakan bersenjata, Paulus mengemukakan prinsip Kristen yang
menyingkirkan kekerasan dari perbudakan Roma dan akhirnya menghapuskannya
sama sekali antara orang Kristen.

Surat ini memberikan pengertian unik ke dalam kehidupan Paulus, karena dia begitu
erat manunggal dengan seorang hamba sehingga Onesimus disebut "buah hatiku"
(ayat File 1:12).

Garis Besar Filemon

Garis Besar

Salam Kristen (File 1:1-3)

I. Penghargaan Terhadap Filemon (File 1:4-7)

A. Pokok Doa Syukur (File 1:4-6)

B. Saat Kegembiraan Besar (File 1:7)

II. Permohonan untuk Onesimus (File 1:8-21)

A. Permohonan Bukan Perintah (File 1:8-11)

B. Alasan Mengirim Onesimus Kembali (File 1:12-16)

C. Permohonan Bersifat Penggantian (File 1:17-19)

D. Tanggapan Positif Diharapkan dari Filemon (File 1:20-21)


Hal-hal Terakhir (File 1:22-25)

A. Harapan untuk Segera Mengunjungi (File 1:22)

B. Salam dari Sahabat Paulus (File 1:23-24)

C. Pengucapan Berkat (File 1:25)

SURAT KEPADA ORANG IBRANI

Penulis : Tidak Disebutkan
Tema: Perjanjian yang Lebih Baik
Tanggal Penulisan: 67-69 M (tidak dapat dipastikan)

Surat kepada Orang Ibrani adalah salah satu kitab dalam Perjanjian


Baru di Alkitab Kristen dan merupakan sebuah tulisan teologi dari periode
awal kekristenan yang disusun dengan kaidah bahasa Yunani yang baik. Kristologi
yang dipaparkan di dalamnya termasuk kristologi yang rumit. Sebagai surat, kitab ini
tidak memiliki salam pembuka selayaknya surat-surat kiriman pada masa itu. Kitab ini
lebih mirip khotbah yang memuat uraian teologi yang rumit dan penuh dengan teka-
teki. Di dalamnya tidak hanya dipaparkan tentang keistimewaan Yesus di hadapan
tradisi Yahudi, tetapi juga dalam konteks filsafat platonis.

Latar Belakang
Tidak diketahui kepada siapa surat ini dialamatkan, sekalipun Roma merupakan
kemungkinan. Judul kitab ini di dalam naskah-naskah Yunani yang tertua hanyalah,
"Kepada Orang Ibrani." Sekalipun demikian isi surat ini menunjukkan bahwa surat ini
ditujukan kepada orang-orang Kristen Yahudi. Penggunaan Septuaginta (Alkitab PL
dalam bahasa Yunani) oleh penulis ketika mengutip PL menunjukkan bahwa para
penerima surat ini mungkin adalah orang-orang Yahudi berbahasa Yunani yang tinggal
di luar Palestina. Kalimat "terimalah salam dari saudara-saudara di Italia" (versi Inggris
NIV -- "mereka dari Italia mengirim salam" Ibr 13:24) mungkin sekali berarti bahwa
penulis sedang menulis kepada orang-orang yang tinggal di Roma dan mencantumkan
salam dari orang-orang percaya dari Italia yang dalam perantauan. Para penerima surat
ini mungkin terdiri atas kelompok-kelompok persekutuan rumah yang merupakan
bagian dari jemaat gereja yang lebih luas di Roma. Beberapa di antaranya mulai
menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali
kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus
asa.

Penulis Surat Ibrani ini tidak disebutkan baik dalam judul kitab yang semula maupun
sepanjang surat ini, sekalipun ia merupakan tokoh yang cukup dikenal pembacanya (Ibr
13:18-24). Oleh karena satu dan lain alasan, identitas penulis hilang sekitar akhir abad
pertama. Selanjutnya dalam tradisi gerejani mula-mula (abad ke-2 sampai ke-4) muncul
berbagai pendapat mengenai orang yang mungkin merupakan penulis surat ini.
Pendapat bahwa Paulus menulis surat ini baru tersebar luas pada abad ke-5.

Banyak ahli PB yang berpandangan konservatif dewasa ini beranggapan bahwa Paulus
tidak mungkin menulis surat ini karena gaya penulisan yang halus dan bercorak
Aleksandria, ketergantungan pada Septuaginta, cara memperkenalkan kutipan-kutipan
PL, cara berargumentasi dan gaya mengajar, susunan argumentasi dan hal tidak
menyebutkan dirinya itu bukan merupakan gaya Paulus. Lagi pula, Paulus senantiasa
menunjuk kepada penyataan yang langsung diperolehnya dari Kristus (bd. Gal 1:11-
12), sedangkan penulis surat ini menempatkan dirinya di antara orang-orang Kristen
angkatan kedua yang memperoleh keyakinan Injil karena kesaksian para saksi mata
pelayanan Yesus (Ibr 2:3). Di antara tokoh-tokoh PB yang namanya disebut, gambaran
Lukas mengenai Apolos dalam Kis 18:24-28 paling cocok dengan keadaan penulis
surat ini.

Terlepas dari siapa penulis surat ini, hal ini dapat dipastikan: penulis menulis dengan
kepenuhan Roh dan wawasan, penyataan dan wibawa yang rasuli. Karena dalam Surat
Ibrani penghancuran Bait Suci di Yerusalem dan ibadah di bawah pimpinan para imam
Lewi tidak disebut maka ada anggapan yang kuat bahwa surat ini ditulis sebelum tahun
70 M.

Penulis

Penulis surat ini tidak mencantumkan namanya, sehingga tidak diketahui pasti. Pada
abad-abad pertama kekristenan hingga Abad Pertengahan, surat Ibrani diyakini ditulis
oleh Rasul Paulus, meskipun tidak dimulai dengan nama Paulus, seperti surat-surat
Paulus lainnya. Pandangan ini kehilangan banyak pendukungnya, karena beberapa hal.

Pertama, gaya penulisan surat ini berbeda dengan gaya penulisan Rasul Paulus.

Kedua, ada keterangan di dalam surat ini yang menyebutkan bahwa si penulis adalah
orang yang menerima perkataan Kristus dari orang lain (Ibrani 2:3), sementara Paulus
sendiri mengaku sebagai saksi mata yang telah melihat Yesus dan dengan demikian
memiliki status yang sama dengan rasul-rasul yang lain. Barnabas dan Apolos juga
disebut-sebut sebagai penulis surat ini, namun pandangan ini tidak didukung cukup
bukti. Akhirnya, para pakar modern sepakat bahwa tidak ada kepastian mengenai
penulis surat ini. Yang jelas, penulisnya adalah orang berpendidikan yang terlatih dalam
hukum Taurat, retorika Yunani yang juga mengenal dengan baik filsafat Plato.

Tujuan Surat

Frasa "kepada Orang Ibrani" pada perikop surat sama sekali tidak menjadi bukti bahwa
surat Ibrani memang ditujukan untuk orang-orang Ibrani. Frasa ini dicantumkan oleh
gereja mula-mula untuk menggambarkan isi surat yang berbicara banyak mengenai
Kristus dan tradisi Yahudi. Pandangan yang diterima secara umum adalah Surat
kepada Orang-orang Ibrani ditujukan untuk orang-orang Kristen di Italia (Ibrani 13:24)
yang membutuhkan nasihat, bimbingan, dan penghiburan.

Surat Ibrani terutama ditulis kepada orang-orang Kristen Yahudi yang sedang
mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Penulis berusaha untuk memperkuat
iman mereka kepada Kristus dengan menjelaskan secara teliti keunggulan dan
ketegasan penyataan Allah dan penebusan di dalam Yesus Kristus. Ia menunjukkan
bahwa penyediaan penebusan di bawah perjanjian yang lama sudah digenapi dan tidak
terpakai lagi karena Yesus telah datang dan menetapkan suatu perjanjian yang baru
oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Penulis menantang para
pembacanya

untuk tetap mempertahankan pengakuan mereka terhadap Kristus hingga pada


kesudahannya,
untuk maju terus menuju kedewasaan rohani dan

untuk tidak kembali kepada kehidupan di bawah hukuman dengan cara meninggalkan
kepercayaan kepada Yesus Kristus.

Waktu Penulisan

Tidak ada rujukan pasti mengenai waktu penulisan surat ini, kesepakatan yang umum
diterima adalah surat Ibrani ditulis sebelum tahun 100 Masehi. Robinson menyakini
surat ini ditulis pada tahun 67 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 81-96, atau
tahun 93-96.

Penggunaan istilah-istilah dari Kemah Suci dalam kitab ini memberikan tarikh


penulisannya sebelum kehancuran Bait Suci pada tahun 70 M, karena jika penulis tahu
mengenai kehancuran Yerusalem dan Bait Suci pasti akan mempengaruhi
perkembangan argumennya. Jadi, tarikh penulisan kitab ini diperkirakan adalah sekitar
pertengahan kedua tahun 63, atau permulaan tahun 64, menurut Catholic
Encyclopedia.

Ayat-ayat terkenal

Ibrani 2:18: Sebab oleh karena Ia (Yesus) sendiri telah menderita karena pencobaan,
maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.

Ibrani 4:15: Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat
turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia (Yesus)
telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.

Ibrani 9:27-28: Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja,
dan sesudah itu dihakimi,

(9:28) demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk
menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi
tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang
menantikan Dia.
Ibrani 11:1: Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari
segala sesuatu yang tidak kita lihat.

Isi dan Struktur

Ibrani 1:1-4:13: Bagian ini berbicara mengenai Kristus sebagai penyataan Allah yang
paling sempurna. Di sini disebutkan bahwa mengenai Firman Allah yang disampaikan
melalui Yesus Kristus lebih baik jika dibandingkan dengan Firman Allah yang
disampaikan melalui melalui Malaekat dan Musa.

Ibrani 4:14-10:31: Pada bagian ini, kematian Kristus dimaknai pengorbanan paling
sempurna yang menghapus dosa manusia untuk selama-lamanya. Untuk sampai
kepada kesimpulan ini, penulis mengajak pembacanya untuk membandingkan
pengorbanan yang dilakukan Yesus dan peran imam dalam tradisi Yahudi yang identik
dengan kekudusan dan persembahan kurban. Penulis tampaknya mau menegaskan
keistimewaan pengorbanan Kristus, karena sebagai imam Kristus sendiri
mengorbankan dirinya sehingga tidak ada lagi medium "korban" untuk menghubungkan
Allah dan manusia.

Ibrani 10:32-12:29: menyatakan bahwa pengharapan atas korban penghapusan dosa


yang dilakukan oleh Yesus menjadikan manusia layak memasuki dunia surgawi.

Ibrani 13:1-25: berisi nasihat dan penutup

Muatan teologi

Penulis surat ini berusaha mendorong pembacanya supaya tetap percaya. Untuk itu ia
menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pernyataan Tuhan yang sempurna. Tiga
perkara dikemukakan oleh penulis surat ini.

Pertama, Yesus adalah Anak Tuhan—Anak yang kekal. Anak Tuhan itu menunjukkan


ketaatan-Nya kepada Bapa melalui ketabahan-Nya untuk menderita. Sebagai Anak
Tuhan, Yesus lebih tinggi dari nabi-nabi dalam Perjanjian Lama. Ia pun lebih tinggi
dari malaikat atau Musa sendiri.
Kedua, Tuhan telah menyatakan Yesus sebagai imam abadi yang lebih tinggi daripada
imam-imam dalam Perjanjian Lama.

Ketiga, dengan perantaraan Yesus, orang yang percaya kepada-Nya dibebaskan dari


dosa dan dari ketakutan dan kematian. Sebagai Imam Agung, Yesus memberikan
kepada manusia keselamatan sejati yang tidak dapat diberikan oleh upacara-upacara
persembahan kurban dan upacara-upacara lainnya di dalam agama Yahudi. Upacara-
upacara itu hanya dapat memberikan gambaran dari keselamatan sejati itu saja, lain
tidak.

Dengan mengemukakan contoh-contoh iman dari tokoh-tokoh terkenal dalam sejarah


Israel (pasal 11), penulis surat ini menganjurkan para pembacanya supaya tetap setia.
Di dalam pasal 12 ia mendorong mereka supaya terus setia sampai akhir, dengan
hanya melihat pada Yesus. Ia mendorong mereka juga supaya tabah menderita dan
tabah menanggung tekanan-tekanan dan penganiayaan terhadap diri mereka. Surat ini
diakhiri dengan nasihat dan peringatan.

Survai
Surat Ibrani ini lebih mirip dengan suatu khotbah daripada sebuah surat. Penulis
menggambarkan karyanya ini sebagai "kata-kata nasihat" (Ibr 13:22). Surat ini terdiri
atas tiga bagian utama.

Pertama, Yesus sebagai Putra Allah yang penuh kuasa (Ibr 1:1-3) dinyatakan sebagai
penyataan Allah yang sempurna kepada umat manusia -- lebih tinggi daripada para
nabi (Ibr 1:1-3), malaikat (Ibr 1:4--2:18), Musa (Ibr 3:1-6) dan Yosua (Ibr 4:1-11). Di
dalam bagian ini terdapat suatu peringatan yang sungguh-sungguh mengenai berbagai
akibat apabila kita secara rohani makin menjauh dari iman atau mengeraskan hati
dalam ketidakpercayaan (Ibr 2:1-3; Ibr 3:7--4:2).

Bagian yang kedua menampilkan Yesus sebagai Imam Besar dengan kualifikasi (Ibr
4:14--5:10; Ibr 6:19--7:25), watak (Ibr 7:26-28), dan pelayanan (Ibr 8:1--10:18) yang
sempurna dan abadi. Di bagian ini diberikan suatu peringatan yang sungguh-sungguh
mengenai ketidakdewasaan rohani atau bahkan "kemurtadan" setelah mengambil
bagian di dalam Kristus (Ibr 5:11--6:12).
Bagian yang terakhir (Ibr 10:19--13:17) dengan tegas mendorong orang-orang percaya
agar tetap tabah dalam keselamatan, iman, penderitaan, dan kekudusan.

Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai surat ini.

Surat ini unik di antara surat-surat PB karena bentuknya, "surat ini berawal seperti
sebuah risalah, dilanjutkan bagaikan khotbah, dan diakhiri seperti surat" (Origenes).

Di antara semua kitab PB surat ini menggunakan bahasa yang paling halus, paling
mendekati gaya penulisan Yunani klasik daripada penulis PB lainnya (mungkin kecuali
Lukas dalam Luk 1:1-4).

Inilah satu-satunya kitab PB yang mengembangkan konsep pelayanan Yesus sebagai


Imam Besar.

Ajarannya tentang Kristus ini sangat kaya variasi, dan memakai lebih daripada dua
puluh nama dan gelar untuk Kristus.

Kata kuncinya adalah "lebih baik" (dipakai tiga belas kali). Yesus lebih baik daripada
para malaikat dan semua tokoh perantara PL. Ia memberikan perhentian, perjanjian,
pengharapan, keimaman, korban pendamaian, dan janji-janji yang lebih baik.

Surat ini berisi pasal yang paling menonjol dalam Alkitab mengenai iman (pasal 11; Ibr
11:1-40).

Kitab ini sarat dengan kutipan dan petunjuk kepada PL sehingga memberikan
pengertian yang berharga mengenai penafsiran umat Kristen mula-mula terhadap
sejarah dan ibadah PL, khususnya dalam bidang lambang-lambang.

Surat ini memberikan lebih banyak peringatan mengenai bahaya-bahaya kemurtadan


rohani daripada kitab lainnya dalam PB

Garis Besar Ibrani

Garis Besar
I.Argumentasi: Kristus dan Iman Kristen Lebih Unggul
daripada Agama Orang Yahudi (Ibr 1:1-10:18)

A.Dalam Penyataan (Ibr 1:1-4:13)
Yesus Kristus adalah Penyataan Penuh dan Akhir dari Allah kepada Manusia

1. Lebih Unggul dari Para Nabi (Ibr 1:1-3)

2.Lebih Unggul dari Para Malaikat (ibrani1:4-2:18)
Peringatan: Bahaya Pengabaian (Ibr 2:1-4)

3.Lebih Unggul dari Musa (Ibr 3:1-6)
Peringatan: Bahaya Ketidakpercayaan (Ibr 3:7-19)

4.Lebih Unggul dari Yosua
(Ibr 4:1-13)

B.Dalam Renungan (Ibr 4:14-10:18)
Sebagai Imam Besar Kita, Yesus Jauh Melebihi Keimaman Lewi

1. Lebih Unggul Kualifikasi-Nya (Ibr 4:14-7:25)

 Peringatan:Bahaya Ketidakdewasaan Rohani (Ibr 5:11-6:3) Peringatan: Bahaya


Kemurtadan (Ibr 6:4-20)

2. Lebih Unggul Watak-Nya (Ibr 7:26-28)

3. Lebih Unggul Pelayanan-Nya (Ibr 8:1-10:18)

a. Bertempat di Tempat Kudus yang Lebih Baik (Ibr 8:1-5)

b. Berlandaskan Perjanjian yang Lebih Baik (Ibr 8:6-13)

c. Terlaksana Melalui Pelayanan yang Lebih Baik (Ibr 9:1-22)

d. Digenapi Melalui Korban yang Lebih Sempurna (Ibr 9:23-10:18)

II. Penerapan: Nasihat untuk Bertekun (Ibr 10:19-13:17)


A. Dalam Bidang Keselamatan (Ibr 10:19-38)

B. Dalam Bidang Iman (Ibr 10:39-11:40)

1. Sifat-Sifat Iman (Ibr 10:39-11:3)

2. Teladan Iman dari Perjanjian Lama (Ibr 11:4-38)

3. Pembenaran Iman: Disempurnakan dalam Kristus (Ibr 11:39-40)

C. Dalam Bidang Ketabahan (Ibr 12:1-13)

D. Dalam Bidang Kekudusan (Ibr 12:14-13:17)

1. Pengutamaan Kekudusan (Ibr 12:14-29)

2. Pelaksanaan Kekudusan (Ibr 13:1-17)

Penutup
(Ibr 13:18-25)

SURAT YAKOBUS

Penulis: Yakobus
Tema: Imanyang Berhasil Guna
Tanggal Penulisan: Tahun 45-49 M 

Surat Yakobus adalah salah satu
kitab dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.Digolongkan ke dalam "Surat-
surat Am" (bahasa Yunani: Katholike Epistole) bersama dengan surat Yudas, surat 1
Petrus, surat 2 Petrus, dan ketiga surat Yohanes, sejak zaman Eusebius sekitar
tahun 260-340 Masehi. Inti dari keseluruhan surat ini adalah menguraikan berbagai
pokok pandangan Kristen seperti misalnya kekayaan dan kemiskinan, godaan,
kelakuan yang baik, prasangka, iman dan perbuatan, ucapan-ucapan mulut,
kebijaksanaan, pertengkaran, keangkuhan dan kerendahan hati, hal menyalahkan
orang lain, membual, kesabaran, dan doa.Surat ini juga menekankan bahwa dalam
menjalankan agama Kristen, iman harus disertai perbuatan.
Latar Belakang
Surat ini tergolong "surat-surat umum" karena pada mulanya dialamatkan kepada suatu
sidang pembaca yang lebih luas daripada jemaat lokal. Salam "kepada kedua belas
suku di perantauan" (Yak 1:1), dan juga petunjuk-petunjuk lainnya (Yak 2:19,21)
menunjukkan bahwa surat ini pada mulanya ditulis kepada orang Kristen Yahudi yang
tinggal di luar Palestina. Mungkin para penerima surat ini termasuk orang-orang
pertama yang bertobat di Jerusalem dan, setelah Stefanus mati syahid terserak oleh
penganiayaan (Kis 8:1) sejauh Fenisia, Siprus, Antiokhia dan lebih jauh lagi (Kis 11:19).
Hal ini menerangkan

mengapa pembukaan surat ini menekankan hal menanggung dengan sukacita


pencobaan yang menguji iman dan menuntut ketabahan (Yak 1:2-12),pengetahuan
pribadi Yakobus tentang orang percaya yang "terserak" itu, dan

nada yang berwibawa dari surat ini. Sebagai pemimpin gereja di Yerusalem, Yakobus
sedang menulis surat kepada domba-dombanya yang berserakan.

Terkenalnya pengarang ditunjukkan oleh cara ia menyebut dirinya, yaitu hanya


"Yakobus" (Yak 1:1). Yakobus, saudara tiri Yesus dan pemimpin gereja di Yerusalem,
pada umumnya dipandang sebagai penulis surat ini. Pidatonya dalam sidang di
Yerusalem (Kis 15:13-21) dan gambaran mengenai dirinya di bagian lain dalam PB
(mis. Kis 12:17; Kis 21:18; Gal 1:19; Gal 2:9,12; 1Kor 15:7) sangat cocok dengan apa
yang diketahui mengenai penulis surat ini. Sangat mungkin Yakobus menulis surat ini
pada dasawarsa 40-an. Tanggal yang agak dini untuk penulisan surat ini ditunjukkan
oleh berbagai faktor, seperti kenyataan bahwa Yakobus menyebutkan istilah Yunani
synagoge untuk menunjuk tempat pertemuan orang Kristen (Yak 2:2). Menurut
keterangan sejarawan Yahudi, Yosefus, Yakobus, saudara tiri Tuhan mati syahid di
Yerusalem tahun 62 M.

Penulis
Yakobus adalah sebuah nama yang sangat biasa di kalangan orang Yahudi, namun
Yakobus yang diperkenalkan dalam Yakobus 1:1 bukanlah orang yang
sembarangan. Dalam Perjanjian Baru beberapa kali sempat muncul nama
Yakobus,namun Yakobus ayah rasul Yudas dan
Rasul Yakobus bin Zebedeus bukanlah orang-orang yang menulis surat
Yakobus. Banyak bukti menunjuk kepada Yakobus,saudara laki laki Yesus Kristus seba
gai penulisnya, yang pernah bertemu secara khusus dengan Yesus setelah
kebangkitan dan mempunyai peran penting di antara murid-murid meskipun tidak
termasuk keduabelas murid. (Matius 13:55; Kisah Para Rasul 21:15-25; 1 Korintus
15:7; Galatia 1:19; Galatia 2:9) Penulis sendiri hanya mencantumkan keterangan
dirinya sebagai “hamba Allah dan Tuhan Yesus Kristus,” (Yakobus 1:1)
seperti Yudas yang memulai suratnya dengan menyebut dirinya “hamba Yesus Kristus
dan saudara Yakobus.” (Yudas 1:1) Lagipula, kalimat pembuka surat Yakobus ini berisi
kata: "Salam!" seperti surat mengenai sunat yang dikirimkan dari Yerusalem, di mana
Yakobus, saudara Yesus, berperan penting dalam persidangan yang dihadiri “rasul-
rasul dan penatua-penatua beserta seluruh jemaat” di Yerusalem (Kisah Para Rasul
15:13,22,23). Hal ini diakui oleh bapa-bapa gereja mula-mula dari surat-surat mereka.

Waktu penulisan

Surat Yakobus diperkirakan ditulis sebelum tahun 62 Masehi, karena Yakobus mati


syahid pada tahun itu. Robinson menyakini surat ini ditulis pada tahun 47-48 M.

Pengedaran surat ini sendiri diduga dilakukan agak lama setelah Yakobus
meninggal. Ada keraguan mengenai waktu penulisan ini karena dalam (Yakobus 2:21-
24, Yakobus sepertinya menentang pikiran Paulus yang tertulis dalam Roma 4:2; Roma
3:28; Gal 2;16, di mana Yakobus menjelaskan bahwa orang dibenarkan karena
perbuatan dan bukan karena iman belaka, sedangkan Paulus nampaknya menegaskan
bahwa manusia dibenarkan karena iman saja, bukan karena pekerjaan atau perbuatan.
Namun, Paulus sebenarnya menyetujui pandangan Yakobus, di mana "iman bekerja
oleh kasih" (Galatia 5:6). Jadi, hanya berbeda konteks penulisan saja.

Ayat-ayat terkenal
Yakobus 1:13-14: Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang
dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak
mencobai siapapun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia
diseret dan dipikat olehnya.

Yakobus 1:19-20: Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang
hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat
untuk marah; sebab amarah manusia tidak mengerjakan kebenaran di hadapan
Allah.Yakobus 2:26: Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman
tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati.

Yakobus 4:3: Kamu berdoa juga, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu
salah berdoa, sebab yang kamu minta itu hendak kamu habiskan untuk memuaskan
hawa nafsumu.Yakobus 5:12: Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu
bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya,
hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu
jangan kena hukuman.

Tujuan

Surat ini ditujukan kepada orang Kristen Yahudi. Hal ini dikarenakan Yesus menampakk
an diri pada Yakobus dan memberikan kepadanya anugerah. Tujuan penulisan surat ini 
adalah untuk membimbing anggota jemaat keluar dari kesalahan menuju hidup yang
benar.untuk membangun semangat orang percaya Yahudi yang sedang menderita
berbagai pencobaan yang menguji iman mereka,untuk memperbaiki berbagai
pengertian yang salah mengenai sifat iman yang menyelamatkan, dan untuk
menasihatkan dan membina pembacanya mengenai hasil-hasil praktis iman mereka
dalam hidup yang benar dan perbuatan yang baik.

Muatan Teologis

Tentang Allah

Dalam surat ini, dengan tegas dinyatakan bahwa Allah itu esa. Allah juga dituliskan
sebagai Bapa segala terang. Gambaran ini sebetulnya merujuk pada cerita penciptaan
ketika Allah mengatakan jadilah terang (Kej 1:3). Namun, yang terpenting dalam hal ini
adalah firman kebenaran yang dihubungkan dengan penciptaan menjadi salah satu
perhatian.Secara implisit, penulis surat Yakobus berpegang pada keyakinan bahwa
manusia diciptakan sebagai gambar Allah, dan sebagai gambar Allah orang percaya
diberi roh yang ditempatkan dalam dirinya (Yak 4:5).

Etika

Surat ini memiliki kemiripan dengan ajaran moral para nabi, khususnya mengenai etika
sosial. Etika dalam Yakobus hampir sama dengan etika Yahudi. Dalam sebuah perikop
(Yak 3:13-18)Yakobus mengungkapkan sifat hikmat yang dapat dihubungkan dengan
Yesus yaitu murni, pendamai,peramah, penurut, dan belas kasihan.

Isi

Pembagian isi dalam Terjemahan Baru adalah:

Pendahuluan 1:1

Iman dan kebijaksanaan 1:2-8

Kemiskinan dan kekayaan 1:9-11

Cobaan dan godaan 1:12-18

Mendengar dan berbuat 1:19-27

Peringatan supaya tidak membeda-bedakan orang 2:1-13

Iman dan perbuatan 2:14-26

Orang Kristen dan ucapan-ucapan mulutnya 3:1-18

Orang Kristen dan dunia 4:1--5:6

Berbagai-bagai petunjuk 5:7-20

Survai
Surat ini membahas serangkaian pokok yang cukup beragam berkaitan dengan
menjalankan kehidupan Kristen yang sejati. Yakobus mendorong orang percaya untuk
menanggung pencobaan dengan sukacita dan menarik manfaat daripadanya (Yak 1:2-
11); melawan godaan (Yak 1:12-18); menjadi pelaku Firman dan bukan hanya
pendengar (Yak 1:19-27); serta menunjukkan iman yang aktif dan bukan pengakuan
yang kosong (Yak 2:14-26). Yakobus dengan sungguh-sungguh mengingatkan tentang
berdosanya lidah yang sukar dikendalikan (Yak 3:1-12; Yak 4:11-12), hikmat duniawi
(Yak 3:13-16), kelakuan berdosa (Yak 4:1-10), kehidupan yang congkak (Yak 4:13-17)
dan kekayaan yang mementingkan diri sendiri (Yak 5:1-6). Yakobus menutup dengan
menekankan kesabaran, doa, dan memulihkan mereka yang sudah mundur (Yak 5:7-
20).

Sepanjang kelima pasal ini, hubungan di antara iman yang benar dan kehidupan yang
saleh ditekankan. Iman yang sejati adalah:

iman yang teruji (Yak 1:2-16),

aktif (Yak 1:19-27),

mengasihi sesama seperti dirinya sendiri (Yak 2:1-13),

menyatakan diri dalam perbuatan baik (Yak 2:14-26),

menguasai lidah dengan benar (Yak 3:1-12),

mencari hikmat Allah (Yak 3:13-18),

tunduk kepada Allah selaku hakim yang adil (Yak 4:1-12),

mempercayai Allah dalam kehidupan sehari-hari (Yak 4:13-17),

tidak mementingkan diri atau memuaskan keinginan sendiri (Yak 5:1-6),

sabar dalam penderitaan (Yak 5:7-12), dan

tekun dalam doa (Yak 5:13-20).

Ciri-ciri Khas
Tujuh ciri utama menandai surat ini.
Surat ini kemungkinan besar merupakan kitab PB yang pertama-tama ditulis.

Walaupun hanya dua kali menyebut nama Kristus, surat ini lebih banyak berisi
kenangan akan ajaran Yesus, termasuk setidak-tidaknya 15 petunjuk kepada Khotbah
di Bukit, lebih dari semua surat PB tergabung.

Dari 108 ayatnya, lebih daripada separuhnya adalah perintah.

Dalam banyak hal, surat ini merupakan Amsal PB karena

penuh dengan hikmat ilahi dan instruksi praktis untuk menjalankan kehidupan Kristen
yang sejati dan

ditulis dengan gaya penulisan yang tegas dan tepat, dengan perintah yang singkat dan
analogi yang hidup.

Yakobus adalah pengamat cermat tentang cara bekerjanya alam dan tabiat manusia
berdosa. Dia sering kali menarik pelajaran dari alam untuk menyingkapkan tabiat
manusia berdosa (mis. Yak 3:1-12).

Surat ini lebih menekankan hubungan di antara iman dengan perbuatan daripada kitab
PB lainnya (khususnya: Yak 2:14-16).

Yakobus sering kali disebut sebagai Amos PB, karena dia dengan bersemangat
membahas persoalan ketidakadilan dan ketidaksetaraan sosial.

Garis Besar Yakobus

Garis Besar

Salam Kristen(Yak 1:1)

I. Menghadapi Pencobaan dan Menarik Manfaatnya(Yak 1:2-18)

A. Menerimanya Sebagai Sarana Pertumbuhan(Yak 1:2-4)

B. Memohon Hikmat untuk Mengatasinya(Yak 1:5-8)

C. Bersukacita Dalam Tindakan Penyamarataannya(Yak 1:9-12)


D. Mengetahui Bedanya Pengujian dan Pencobaan(Yak 1:13-18)

II. Mendengarkan Firman Allah dan Melakukannya (Yak 1:19-27)

III.Tidak Pilih Kasih dan Menunjukkannya (Yak 2:1-13)

IV. Mengaku Beriman dan Membuktikannya (Yak 2:14-26)

V. Menyadari Jebakan-Jebakan dan Mengelakkannya (Yak 3:1-5:6)

A. Lidah yang Sukar Dikendalikan (Yak 3:1-12)

B. Hikmat yang Tidak Rohani (Yak 3:13-18)

C. Kelakuan Berdosa (Yak 4:1-10)

D. Memfitnah Saudara Seiman (Yak 4:11-12)

E. Hidup dengan Congkak (Yak 4:13-17)

F. Kekayaan yang Mementingkan Diri Sendiri (Yak 5:1-6)

VI. Kebajikan dan Kehidupan Kristen (Yak 5:7-20)

A. Kesabaran dan Ketekunan (Yak 5:7-11)

B. Kejujuran yang Polos (Yak 5:12)

C. Doa Tak Berkeputusan untuk Orang Sakit (Yak 5:13-18)

D. Memulihkan yang Terhilang (Yak 5:19-20)

SURAT PETRUS YANG PERTAMA

Penulis: Petrus
Tema: Menderita bagi Kristus
Tanggal Penulisan: 60-63 M

Surat Petrus yang Pertama (disingkat Surat 1 Petrus) adalah salah satu surat yang
terdapat di dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.Penulisnya adalah Simon
Petrus rasul Yesus Kristus, seperti pernyataan di awal surat. Surat ini ditujukan kepada
orang-orang Kristenyang tersebar di seluruh bagian utara Asia Kecil. Mereka disebut
"umat pilihan Tuhan".

Latar Belakang
Surat ini merupakan yang pertama dari dua surat PB yang ditulis oleh rasul Petrus
(1Pet 1:1; 2Pet 1:1). Petrus mengakui bahwa surat pertama ini ditulis dengan bantuan
Silas (Yun. Silvanus) sebagai juru tulisnya (1Pet 5:12). Kemahiran Silas dalam bahasa
Yunani dan gaya menulis tercermin di dalam surat ini, sedangkan bahasa Petrus yang
kurang halus tampak dalam surat 2 Petrus. Nada dan isi surat ini cocok dengan apa
yang kita ketahui tentang Simon Petrus. Persekutuannya yang akrab dengan Tuhan
Yesus selama bertahun-tahun melandasi ingatannya

kembali akan kematian (1Pet 1:11,19; 1Pet 2:21-24; 1Pet 3:18; 1Pet 5:1) dan
kebangkitan Yesus (1Pet 1:3,21; 1Pet 3:21); secara tidak langsung Petrus tampaknya
juga menunjuk kepada penampakan diri Yesus kepadanya di Galilea setelah
kebangkitan (1Pet 2:25; 1Pet 5:2a; bd. Yoh 21:15-23). Tambahan lagi, terdapat banyak
persamaan di antara surat ini dengan khotbah-khotbah Petrus yang tercatat dalam
Kisah Para Rasul.

Petrus mengalamatkan surat ini kepada "orang-orang pendatang yang tersebar" di


seluruh propinsi Asia Kecil kekaisaran Romawi (1Pet 1:1). Beberapa di antara mereka
ini mungkin adalah orang bertobat yang menanggapi khotbahnya pada hari Pentakosta
dan telah kembali ke kota masing-masing dengan iman yang baru (bd. Kis 2:9-11).
Orang percaya ini disebut "pendatang dan perantau" (1Pet 2:11) untuk mengingatkan
mereka bahwa perziarahan mereka sebagai orang Kristen adalah di dalam dunia yang
membenci Yesus Kristus dan mereka dapat mengalami penganiayaan darinya. Mungkin
Petrus menulis surat ini sebagai tanggapan terhadap laporan dari orang percaya di Asia
Kecil tentang peningkatan perlawanan (1Pet 4:12-16) yang belum didukung resmi oleh
pemerintah (1Pet 2:12-17).
Petrus menulis dari "Babilon" (1Pet 5:13). Kata ini dapat ditafsirkan secara harfiah
sebagai negara Babilon di Mesopotamia atau sebagai ungkapan kiasan untuk Roma,
pusat tertinggi dari kefasikan abad pertama. Walaupun Petrus mungkin satu kali
berkunjung ke tempat penampungan golongan Yahudi-ortodoks yang besar di Babilon,
kita dapat lebih mudah menerangkan bahwa Petrus, Silas (1Pet 5:12), dan Markus
(1Pet 5:13) sedang bersama-sama di Roma (Kol 4:10; bd. pernyataan Papias mengenai
Petrus dan Markus di Roma) pada awal dasawarsa 60-an dan bukan di Babilonia.
Kemungkinan besar Petrus menulis dari Roma pada tahun 60-63 M, pasti sebelum
pertumpahan darah yang mengerikan oleh Nero dimulai (th. 64 M).

Tujuan penulisan

Maksud utama surat ini ialah untuk menguatkan iman para pembacanya
yang sedang mengalami tekanan dan penganiayaan karena percaya
kepada Kristus. Petrus mengingatkan para pembacanya akan Injil tentang Yesus
Kristus yang merupakan jaminan harapan mereka. Sebab, Yesus Kristus sudah
mati, hidup kembali dan berjanji akan datang lagi. Atas dasar itu mereka hendaknya
rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan
ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Juga mereka harus yakin
bahwa mereka akan dibalas oleh Tuhan pada saat Yesus Kristus kembali.

Di samping menguatkan iman para pembacanya yang sedang dalam kesukaran itu,
Petrus meminta supaya mereka hidup sebagai pengikut-pengikut Kristus.

Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis pada pada musim semi (antara bulan Maret - Juni) tahun 65
M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun 81-96.

Ayat-ayat terkenal
1 Petrus 2:2-3: Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air
susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan beroleh
keselamatan, jika kamu benar-benar telah mengecap kebaikan Tuhan.

1 Petrus 2:9-10: Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang
kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-
perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan
kepada terang-Nya yang ajaib: (2:10) kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang
sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang
telah beroleh belas kasihan.

1 Petrus 3:15-16: Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap
sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap
orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada
padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, (3:16) dan dengan hati
nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang saleh
dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu.

Isi

Pendahuluan 1:1-2

Nasihat supaya mengingat bahwa Tuhan menyelamatkan manusia 1:3-12

Nasihat supaya hidup khusus untuk Tuhan 1:13--2:10

Kewajiban orang Kristen dalam masa penderitaan 2:11--4:19

Kerendahan hati dan pelayanan orang Kristen 5:1-11

Penutup 5:12-14

Survai
1 Petrus mulai dengan mengingatkan orang percaya

bahwa mereka mempunyai suatu panggilan yang mulia dan warisan sorgawi di dalam
Yesus Kristus (1Pet 1:2-5);
bahwa iman dan kasih mereka di dalam hidup ini akan diuji dan dimurnikan sehingga
akan mengakibatkan pujian, hormat, dan kemuliaan pada saat kedatangan Tuhan (1Pet
1:6-9);

bahwa keselamatan yang besar ini sudah dinubuatkan oleh nabi-nabi PL (1Pet 1:10-
12); dan

bahwa orang percaya harus hidup kudus, jelas berbeda dari dunia yang tidak selamat di
sekitar mereka (1Pet 1:13-21). Orang percaya, yang terpilih dan dikuduskan (1Pet 1:2)
merupakan bayi-bayi yang bertumbuh yang memerlukan susu murni Firman Allah (1Pet
2:1-3), batu-batu hidup yang sedang dibangun menjadi suatu rumah rohani (1Pet 2:4-
10), dan orang asing yang mengembara melewati negara asing (1Pet 2:11-12); mereka
harus hidup dengan hormat dan rendah hati dalam hubungan mereka dengan setiap
orang selama perjalanan ini (1Pet 2:13--3:12).

Amanat 1 Petrus terutama berkaitan dengan sikap patuh dan menderita karena
kebenaran bagi Kristus dan menurut teladan-Nya sendiri (1Pet 2:18-24; 1Pet 3:9--5:11).
Petrus meyakinkan orang percaya bahwa apabila mereka menderita karena kebenaran,
maka mereka akan disenangi oleh Tuhan dan mendapat pahala. Di dalam konteks
pengajaran mengenai menderita karena Kristus ini, Petrus menekankan tema-tema
yang saling berhubungan dari keselamatan, pengharapan, kasih, sukacita, iman,
kekudusan, kerendahan hati, takut akan Allah, ketaatan, dan ketundukan.

Ciri-ciri Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

Bersama dengan surat Ibrani dan kitab Wahyu, berita surat ini berkisar pada orang
percaya yang menghadapi kemungkinan penganiayaan yang berat karena persatuan
mereka dengan Yesus Kristus.

Surat ini memberikan pengarahan praktis bagaimana orang Kristen harus menanggapi
penganiayaan dan penderitaan yang tidak adil, lebih daripada kitab lainnya dalam PB
(1Pet 3:9--5:11).
Petrus menekankan kebenaran bahwa orang percaya adalah pendatang dan perantau
di dunia ini (1Pet 1:1; 1Pet 2:11).

Banyak nama untuk umat Allah dari PL digunakan untuk orang percaya PB (mis. 1Pet
2:5,9-10).

Surat ini berisi ayat PB yang paling sulit ditafsirkan: kapan, di mana, dan bagaimana
Yesus "memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara, ... pada waktu Nuh"
(1Pet 3:19-20).

Garis Besar

Garis Besar 1 petrus

Salam Kristen (1Pet 1:1-2)

I. Hubungan Orang Percaya dengan Allah (1Pet 1:3-2:10)

A. Keselamatan oleh Iman (1Pet 1:3-12)

B. Kekudusan Karena Ketaatan (1Pet 1:13-2:10)

II. Hubungan Orang Percaya dengan Sesamanya (1Pet 2:11-3:12)

A. Tanggung Jawab Umum (1Pet 2:11-17)

B. Tanggung Jawab Rumah Tangga (1Pet 2:18-3:7)

1. Tanggung Jawab Budak Terhadap Tuannya (1Pet 2:18-25)

2. Tanggung Jawab Istri Terhadap Suaminya (1Pet 3:1-6)

3. Tanggung Jawab Suami Terhadap Istrinya (1Pet 3:7)

C. Ringkasan Prinsip-Prinsip yang Mengatur Hubungan Orang Percaya dengan


Sesamanya (1Pet 3:8-12)

III.Hubungan Orang Percaya dengan Penderitaan (1Pet 3:13-5:11)

A. Ketabahan Menghadapi Penderitaan (1Pet 3:13-4:11)


1. Karena Berbahagia dari Menderita dengan Tidak Adil (1Pet 3:13-17)

2. Karena Teladan Kristus yang Berkuasa (1Pet 3:18-4:6)

3. Karena Urgensi pada Akhir Zaman (1Pet 4:7-11)

B. Bersukacita dalam Menghadapi Penderitaan (1Pet 4:12-19)

1. Karena Menguji Realitas Iman Kita (1Pet 4:12)

2. Karena Ikut Mengambil Bagian dalam Penderitaan Kristus (1Pet 4:13,14-16)

3. Karena Mempersiapkan Kita untuk Kemuliaan Kedatangan-Nya (1Pet 4:13,17-19)

C. Nasihat dalam Menghadapi Penderitaan (1Pet 5:1-11)

1. Kepada Penatua -- Gembalakan Domba (1Pet 5:1-4)

2. Kepada Orang yang Lebih Muda (1Pet 5:5-11)

Penutup
(1Pet 5:12-14)

SURAT PETRUS YANG KEDUA

Penulis: Petrus
Tema: Kebenaran Sejati Lawan Guru-Guru Palsu
Tanggal Penulisan: 66-68 M

Surat Petrus yang Kedua (disingkat Surat 2 Petrus) adalah salah satu surat yang
terdapat di dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen yang ditujukan kepada seluruh
umat Kristen yang mula-mula. Surat ini ditulis terutama untuk menentang pekerjaan
guru-guru yang mengajarkan hal-hal yang salah, dan juga untuk memberantas
perbuatan-perbuatan tak patut yang dihasilkan oleh ajaran guru-guru itu. Supaya tidak
dipengaruhi oleh ajaran-ajaran itu, orang Kristen harus berpegang kepada ajaran yang
benar tentang Tuhan dan tentang Yesus Kristus yaitu ajaran yang disampaikan oleh
orang-orang yang telah menyaksikan dan mendengar sendiri Yesus mengajar.

Yang terutama dirisaukan dalam surat ini ialah orang-orang yang mengajar bahwa
Kristus tidak akan datang lagi untuk kedua kalinya.Surat ini menerangkan bahwa
kedatangan Kristus itu tampaknya lambat karena Tuhan "tidak mau seorang pun
binasa. Ia ingin supaya semua orang bertobat dari dosa-dosanya".

Latar Belakang
Ketika memberikan salam, Simon Petrus memperkenalkan dirinya sebagai penulis surat
ini; kemudian (2Pet 3:1) dia mengatakan bahwa surat ini merupakan suratnya yang
kedua yang menunjukkan bahwa dia sedang menulis kepada orang percaya yang sama
di Asia Kecil yang telah menerima suratnya yang pertama (1Pet 1:1). Karena Petrus,
seperti halnya Paulus, dihukum mati oleh keputusan yang dibuat oleh kaisar Nero yang
jahat (yang kemudian wafat pada bulan Juni, 68 M), adalah sangat mungkin bahwa
Petrus menulis surat ini di antara tahun 66-68 M, tidak lama sebelum ia mati syahid di
Roma (2Pet 1:13-15).

Beberapa sarjana zaman dahulu dan sekarang, yang mengabaikan beberapa


persamaan mencolok dari 1 Petrus dan 2 Petrus dan sebaliknya menekankan
perbedaan di antara kedua surat itu, telah beranggapan bahwa Petrus bukanlah penulis
surat ini. Akan tetapi, perbedaan isi surat, kosakata, penekanan, dan gaya penulisan
dari kedua surat ini dapat diterangkan dengan memadai oleh berbedanya situasi Petrus
dan penerima suratnya ketika menerima kedua surat itu.

Situasi semula para penerima surat telah berubah dari penganiayaan serius yang
dilakukan oleh masyarakat sekitarnya menjadi serangan serius dari dalam oleh para
guru palsu yang mengancam landasan kebenaran gereja.

Situasi yang dihadapi Petrus juga sudah berbeda. Jikalau sebelumnya dia mempunyai
seorang penulis yang ahli seperti Silas ketika menulis suratnya yang pertama (1Pet
5:12), kelihatannya Silas tidak ada ketika Petrus menulis surat yang kedua itu. Petrus
mungkin memakai bahasa Yunani ala Galilea yang kasar atau mengandalkan juru tulis
yang tidak sepandai Silas.
Penulis

Penulis surat Petrus yang kedua ini adalah Simon Petrus yang merupakan murid dan
rasul Yesus Kristus. Pernah muncul sebuah teori yang mengemukakan bahwa surat ini
adalah pseudopigrafa, yaitu tulisan yang disebarkan sesudah kematian seorang
ternama, namun tidak ada bukti kuat mengenai hal ini. Mengenai surat 2 Petrus ini
Guthrie mencatat, “tidak ada keraguan bahwa sang penulis bermaksud agar
pembacanya tahu bahwa ia adalah rasul Petrus.” Pada 2 Petrus 1:1 sang pengarang
mengidentifikasi dirinya sebagai Συμεὼν Πέτρος, “Symeon Petros.” Jikalau pengarang
ini seorang Petrus gadungan dari abad ke-2, rasanya ia tidak akan memakai ejaan ini,
terlebih jika dalam surat ini ia berupaya menghubungkan dengan surat 1 Petrus yang
hanya memakai nama Πέτρος "Petros" saja. Pada ayat 1:14 sang pengarang berbicara
mengenai kematiannya yang segera tiba dan itu sesuai dengan yang pernah
dinyatakan oleh Tuhan (Yesus) kepadanya. Pada ayat 1:16-18 ia mengklaim sebagai
saksi mata peristiwa Transfigurasi Yesus. Ayat 3:1 merujuk kepada surat terdahulu
yang dikirimkannya kepada penerima yang sama. Pada ayat 3:15 ia tampaknya
menempatkan Paulus setingkat dengannya, dengan menyebutnya “saudara kita
terkasih.” Itu semua menguatkan keotentikan Petrus sebagai penulis surat ini.

Waktu penulisan

Surat ini diyakini ditulis antara tahun 61-62 M, pada periode yang sama dengan surat
Yudas, sebelum kematian Petrus pada tahun 64-65 M, sesaat setelah kematian Paulus.

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan surat ini adalah untuk menasihati penerimanya terhadap bahaya yang
mengancam dari pihak penyesat, nabi-nabi palsu, serta guru-guru palsu. Selain itu,
terdapat juga nasihat mengenai pengertian Firman. Firman merupakan nubuat-nubuat
dalam Kitab Suci yang tidak boleh ditafsir dengan kehendak sendiri.

Surat ini diyakini ditulis sesaat setelah Paulus meninggal, dan merupakan kelanjutan
dari Surat 1 Petrus. Petrus sendiri menyadari bahwa kematiannya sudah dekat, sesuai
nubuat Yesus Kristus. "2 Petrus 1:12-15 penuh dengan bahasa khas pidato
perpisahan... dan secara eksplisit mengutarakan alasan penulisan surat 2 Petrus ini
adalah kesadaran Petrus bahwa kematiannya mendekat dan keinginannya agar
ajarannya tetap diingat setelah ia mati." Kematian Paulus (dihukum pancung atas
perintah Kaisar Romawi), membuat rasul Petrus, yang sebelumnya mengkhususkan diri
untuk melayani orang bersunat (orang Yahudi), terdorong untuk menulis nasihat bagi
jemaat-jemaat yang ditinggalkan oleh Paulus dari kalangan bangsa bukan Yahudi; hal
mana diyakini tidak akan terjadi jika Paulus masih hidup (sesuai perjanjian di antara
mereka sebelumnya, sebagaimana tercatat di bagian Perjanjian Baru lain). Petrus
mengantisipasi datangnya para pengajar palsu dalam gereja segera setelah
meninggalnya para rasul (termasuk dirinya dalam waktu dekat) dan menulis untuk
meyakinkan jemaat bahwa mereka tidak akan dirugikan sebagai orang Kristen yang
percaya, meskipun para rasul saksi mata (antara lain Petrus sendiri) sudah tidak
bersama mereka lagi. Paulus sendiri juga telah memperingatkan jemaat atas datangnya
guru-guru palsu (Kisah Para Rasul 20:29-30). Jadi, Surat 2 Petrus ini merupakan suatu
surat wasiat, testamen dan sekaligus menguatkan para jemaat agar mereka tetap setia
pada ajaran para rasul yang benar (2 Petrus 3:2, 15-16). Untuk itulah ia menyatakan
tidak hanya otoritas dirinya sendiri (1:16-19), tetapi juga otoritas Paulus (3:15-16) dan
para sejawatnya (3:2), karena setelah kematiannya jemaat hanya mempunyai sumber-
sumber tertulis, melawan guru-guru palsu yang hidup pada zaman setelahnya.

Ayat-ayat terkenal

2 Petrus 1:5-8: Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk
menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan, dan
kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada
ketekunan kesalehan, dan kepada kesalehan kasih akan saudara-saudara, dan kepada
kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang. Sebab apabila semuanya itu ada
padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil
dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.

2 Petrus 3:8: Akan tetapi, saudara-saudaraku yang kekasih, yang satu ini tidak boleh
kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan satu hari sama seperti 1000 tahun dan
1000 tahun sama seperti satu hari.
2 Petrus 3:9: Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang
menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia
menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik
dan bertobat.

2 Petrus 3:15: Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk
beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis
kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya.

Muatan Teologis

Mengenai Manusia

Pada dasarnya pemahaman 2 Petrus mengenai manusia tidak jauh berbeda dengan 1
Petrus. Dalam surat ini, jiwa diartikan sebagai manusai seutuhnya, dan bukan sekadar
sisi rohani kehidupan manusia. Namun demikian, sebagian orang menilai gambaran
tentang manusia khususnya dalam 2 Petrus 1:4 menjadi sangat Hellenistik, sehingga
tidak sesuai dengan gagasan mengenai manusia dalam teks-teks Perjanjian Baru yang
lain. Kesulitan ini timbul sebetulnya dikarenakan adanya anak kalimat supaya olehnya
kamu boleh mengambil bagian dari kodrat ilahi. Secara implisit, anak kalimat ini
sebtulnya mengandaikan pada dasarnya manusia memiliki kodrat ilahi, hanya saja
untuk sementara waktu mereka terpisah dari Allah sehingga harus kembali kepada
Allah. Dengan ungkapan demikian, penulis 2 Petrus dinilai telah menggunakan
terminologi Hellenis, sebagaimana digunakan oleh Filo dan Flavius Yosefus.

Surga dan Neraka

Dalam surat 2 Petrus, pandangan tentang masa depan berpusat pada kehadiran langit
dan bumi, kehancurannya oleh api serta langit dan bumi yang baru (3:5, 10, 12,
13). Langit dan bumi yang diperbarui akan ditandai dengan kebenaran. Petrus
menjelaskan bahwa kekudusan di sini adalah persiapan bagi kebenaran dalam
keadaan kelak.
Struktur

Struktur Surat Petrus yang Kedua dapat dijabarkan sebagai berikut:

Salam (1:1)

Ciri-ciri Pengetahuan yang Benar (1:2-21)

Suatu Karunia Tuhan (1:2-4)

Suatu Pertumbuhan dari Pengalaman (1:5-11)

Suatu Dasar Kepastian (1:12-21)

Bahaya Meninggalkan Pengetahuan (2:1-22)

Timbulnya Kesesatan (2:1-3)

Contoh-contoh Kesesatan (2:4-10a)

Kegiatan Kesesatan (2:10b-19)

Bahaya Kesesatan (2:20-22)

Pengharapan Dalam Pengetahuan yang Benar (3:1-18)

Teladan dari Masa Lalu (3:1-7)

Janji bagi Masa yang Akan Datang (3:8-13)

Ketekunan Dalam Pengharapan (3:14-18)

Survai
Surat yang singkat ini sungguh-sungguh mendorong orang percaya agar
mempertahankan kehidupan dan kesalehan melalui pengenalan yang benar akan
Kristus. Pasal pertama menekankan pentingnya pertumbuhan Kristen. Setelah mulai
dengan iman, orang percaya harus dengan tekun mengejar keunggulan moral,
pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan saudara-saudara,
dan kasih akan semua orang, yang akan menghasilkan iman dewasa dan pengenalan
yang benar akan Tuhan Yesus (2Pet 1:3-11).Pasal berikut dengan sungguh-sungguh
mengingatkan mereka tentang para nabi dan guru palsu yang muncul di kalangan
gereja. Petrus mengecam guru-guru palsu itu sebagai orang yang tidak mengenal
hukum (2Pet 2:1,3; 2Pet 3:17) yang menuruti keinginan jahat dari hawa nafsu (2Pet
2:2,7,10,13-14,18-19), yang serakah (2Pet 2:3,14-15), congkak (2Pet 2:18) dan keras
kepala (2Pet 2:10), dan menghina pemerintahan Allah (2Pet 2:10-12). Petrus berusaha
untuk melindungi orang percaya sejati terhadap pengajaran sesat yang membinasakan
itu (2Pet 2:1) dengan menyingkapkan maksud dan kelakuan mereka yang jahat.

Dalam pasal 3 (2Pet 3:1-18), Petrus membuktikan salahnya keragu-raguan guru-guru


ini terhadap kedatangan Tuhan (2Pet 3:3-4). Sebagaimana angkatan Nuh dengan keliru
mencemoohkan pikiran tentang hukuman banjir besar dari Allah, para pencemooh ini
juga buta rohani tentang janji-janji kedatangan Kristus. Tetapi dengan tindakan
menentukan yang sama dengan hukuman air bah tersebut (2Pet 3:5-6), Kristus akan
kembali dan menghanguskan bumi ini dengan api (2Pet 3:7-12) lalu menciptakan
tatanan baru yang benar (2Pet 3:13). Mengingat semuanya ini, orang percaya harus
hidup kudus dan saleh pada zaman ini (2Pet 3:11,14).

Ciri-ciri,Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.

Surat ini berisi pernyataan yang paling kuat dalam Alkitab mengenai pengilhaman,
keterandalan, dan kekuasaan Kitab Suci (2Pet 1:19-21).Pasal dua dan surat Yudas
sangat mirip dalam pengecaman guru palsu. Mungkin Yudas, yang kemudian
menghadapi persoalan yang sama dengan guru-guru palsu, menggunakan bagian-
bagian dari ajaran Petrus yang diilhami untuk mengatakan hal yang sama.

Pasal tiga merupakan salah satu pasal PB yang agung tentang kedatangan Kristus
yang kedua.Petrus secara tidak langsung menunjuk kepada tulisan Paulus sebagai
Firman Allah dengan menyebutkannya dalam hubungan dengan "tulisan-tulisan yang
lain" (2Pet 3:15-16).
Garis Besar 2 Petrus

Garis Besar
Salam,Kristen
(2Pet 1:1-2)
I.Pujian Atas Pengenalan yang Benar
(2Pet 1:2-21)
A.Kuasa Pengenalan Akan Allah yang Mengubah Hidup
(2Pet 1:2-4)
B.Sifat Progresif Pertumbuhan Kristen
(2Pet 1:5-11)
C.Kesaksian Rasul Terhadap Firman Kebenaran
(2Pet 1:12-21)
1.Motivasinya
(2Pet 1:12-15)
2.Metodenya
(2Pet 1:16-21)
a.Saksi Mata dari Firman yang Dinubuatkan
(2Pet 1:16-19)
b.Pengilhaman Kitab Suci yang Dinubuatkan
(2Pet 1:20-21)
II.Kecaman Terhadap Guru-Guru Palsu
(2Pet 2:1-22)
A.Yang Dapat Diharapkan dari Guru Palsu
(2Pet 2:1-3)
B.Yang Dapat Mereka Harapkan dari Allah
(2Pet 2:4-10)
C.Beberapa Ciri Guru-Guru Palsu
(2Pet 2:10-19)
D.Bahaya-Bahaya Kemunduran dari Kebenaran
(2Pet 2:20-22)
III.Kepastian Kedatangan Tuhan
(2Pet 3:1-18)
A.Penyangkalan Kedatangan-Nya
(2Pet 3:1-7)
B.Kepastian Kedatangan-Nya
(2Pet 3:8-10)
C.Hidup Menantikan Kedatangan-Nya
(2Pet 3:11-18)

BAB III

PENUTUP.

SURAT YOHANES YANG PERTAMA

Ucapan berkat 2petrus 3:18

Penulis : Yohanes
Tema : Kebenaran
Tanggal Penulisan: 85-95 M

Surat Yohanes yang Pertama (disingkat Surat 1 Yohanes) adalah salah satu surat yang
terdapat di dalam Perjanjian Baru di AlkitabKristen yang merupakan sebuah surat yang
dikirim dan diedarkan kepada kelompok lain, di mana tulisan itu berupa sebuah
wejangan untuk membina iman yang sejati. Sebetulnya 1 Yohanes tidak benar-benar
berupa surat, karena nama penulis, nama si teralamat dan ciri-ciri lazim dalam sebuah
surat pada zaman kuno tidak ada. Hal ini dapat terlihat dalam 1 Yohanes 2:1, pembaca
langsung disapa dengan "anak-anak" dan "yang terkasih".

Latar Belakang

Lima kitab dalam PB ditulis oleh Yohanes: sebuah Injil, tiga buah surat dan kitab
Wahyu. Walaupun Yohanes tidak memperkenalkan dirinya dengan menyebut namanya
di surat ini, saksi-saksi dari abad kedua (mis. Papias, Ireneus, Tertullianus, Klemens
dari Aleksandria) menegaskan bahwa surat ini ditulis oleh rasul Yohanes, salah
seorang dari dua belas murid Yesus. Kesamaan kuat dalam gaya penulisan, kosakata,
dan tema di antara surat ini dengan Injil Yohanes memperkuat kesaksian kekristenan
mula-mula yang dapat diandalkan bahwa kedua kitab ini ditulis oleh rasul Yohanes.

Penerima surat ini tidak disebutkan. Tidak ada salam atau nama orang, tempat, atau
peristiwa di dalam surat ini. Penjelasan yang paling tepat untuk menerangkan
kenyataan yang agak aneh ini ialah bahwa dari tempat tinggalnya di Efesus, Yohanes
menulis surat yang sama kepada berbagai gereja di propinsi Asia yang berada di
bawah tanggung jawab rasulinya (bd. Wahy 1:11). Karena jemaat-jemaat itu
mempunyai persoalan dan kebutuhan yang sama, Yohanes menulis surat ini sebagai
sebuah surat edaran dan mengutus utusan pribadinya yang membawa salamnya
secara lisan.

Persoalan yang paling menonjol yang melatarbelakangi penulisan surat ini ialah ajaran
palsu mengenai keselamatan dalam Kristus dan cara bekerjanya di dalam diri orang
percaya. Beberapa orang, yang dahulu merupakan bagian dari sidang pembaca, kini
sudah meninggalkan persekutuan jemaat (1Yoh 2:19), tetapi hasil dari ajaran palsu
mereka masih memutarbalikkan Injil mengenai bagaimana mereka bisa "mengetahui"
bahwa mereka mempunyai hidup kekal. Dari segi doktrin, ajaran sesat mereka
menyangkal bahwa Yesus itulah Kristus (1Yoh 2:22; bd. 1Yoh 5:1) atau bahwa Kristus
menjelma menjadi manusia (1Yoh 4:2-3); dari segi etika, mereka mengajarkan bahwa
menaati perintah Kristus (1Yoh 2:3-4; 1Yoh 5:3) dan hidup kudus dan terpisah dari dosa
(1Yoh 3:7-12) dan dari dunia (1Yoh 2:15-17) tidak diperlukan untuk iman yang
menyelamatkan (bd. 1Yoh 1:6; 1Yoh 5:4-5).

Penulis

Surat Yohanes yang pertama ditulis oleh Yohanes sang Penginjil ketika berada


di Efesus sekitar tahun 100 M. Orang yang paling awal mengutip isi surat ini adalah
Bapa Gereja Polikarpus yang merupakan uskup dari Smirna. Polikarpus sendiri menjadi
Kristen karena pemberitaan dari para rasul yang kemudian menahbiskannya menjadi
uskup.
Sifat dan Maksud

Secara umum, surat Yohanes yang pertama banyak mengikuti


kebiasaan Yahudi di Asia Kecil. Dalam tulisan surat 1 Yohanes, terdapat permasalahan
yaitu adanya peperangan melawan bidat. Maksud dari penulisan surat ini adalah untuk
melawan ajaran sesat yaitu Gnostikisme,terutama Doketisme. Ciri utama ajaran sesat
yang dilawan adalah penyangkalan bahwa Yesus adalah Kristus.

Waktu Penulisan

Surat ini diyakini ditulis antara tahun 60-65 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun
90-100.

Ayat-ayat terkenal

1 Yohanes 1:9: Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia
akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.

1 Yohanes 3:16: Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah
menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk
saudara-saudara kita.

1 Yohanes 4:7-8: Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi,


sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan
mengenal Allah. (4:8) Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah,
sebab Allah adalah kasih.

1 Yohanes 5:6: Inilah Dia yang telah datang dengan air dan darah, yaitu Yesus Kristus,
bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan darah. Dan Rohlah yang memberi
kesaksian, karena Roh adalah kebenaran.

1 Yohanes 5:7-8: Sebab ada tiga yang memberi kesaksian di dalam sorga: Bapa,
Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya adalah satu. (5:8) Dan ada tiga yang memberi
kesaksian di bumi: Roh dan air dan darah dan ketiganya adalah satu.
Muatan Teologi

Kristologis

Secara positif surat ini menyatakan peran Kristus dalam seluruh rangkaian karya
penyelamatan Allah dan bagaimana orang-orang beriman dapat bersekutu dengan
Yesus dan Allah Bapa. Penulis surat ini memberi kesaksian bahwa Kristus adalah
Firman hidup (1:1), Anak Tunggal Allah (1:3, 7; 3:23; 4:9, 14), yang berasal dari Allah
(4:1-3), yang Kudus (2: 20), pengantara Bapa (2:1), pendamaian bagi dosa-dosa kita
(2:2; 3:5; 4:10,14), penyata Allah Bapa (1:2; 5:20).

Kehidupan Umat Allah

Umat Allah harus berusaha bersekutu dengan Kristus dan dengan demikian juga
bersekutu dengan Allah. Maksud bersekutu disini adalah berada dalam hubungan yang
erat dan benar dengan Allah. Orang beriman dipanggil agar tidak mengasihi dunia ini,
tidak berjalan dalam kegelapan, tidak menuruti keinginan daging, keinginan mata dan
keangkuhan hidup, sebab semua itu tidak berasal dari Allah (2:15-16).Sebaliknya, kita
dipanggil untuk mengikuti terang dan kebenaran karena dengan berbuat demikian,
orang percaya boleh disebut sebgai orang-orang yang lahir dari padanya (2:29).

Allah

Surat 1 Yohanes menyatakan bahwa Allah adalah kasih. Kasih Allah adalah dasar dari
semua kebenaran. Kita diperintahkan untuk mengasihi Allah karena Allah lebih dahulu
mengasihi kita, dengan jalan mengutus Yesus Kristus agar menjadi pendamaian bagi
dosa-dosa manusia (4:9-10). Kasih itu berasal dari Allah, jadi untuk mengenal Allah,
manusia harus mengasihi Allah dan saling mengasihi satu sama lain (4:7-8).

Isi

Prakata 1:1-4 

Persekutuan dengan Allah 1:5--2:6 

Perintah Baru 2:7-17 


Orang Kristen dan antikristus 2:18-27 

Anak-anak Allah 2:28-3:10 

Kasihilah sesama 3:11-18 

Keyakinan 3:19-24 

Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan 4:1-6 

Allah adalah kasih 4:7-21 

Kemenangan iman 5:1-5 

Kesaksian tentang Anak Allah 5:6-12 

Pengetahuan akan hidup yang kekal 5;13-21 

Tujuan
Maksud Yohanes dalam menulis surat ini adalah dua:

untuk membeberkan dan menyangkal doktrin dan etika yang salah dari para guru palsu,
dan

untuk menasihati anak-anak rohaninya agar mengejar suatu kehidupan persekutuan


yang kudus dengan Allah dalam kebenaran, dalam sukacita penuh (1Yoh 1:4) dan
kepastian (1Yoh 5:13) hidup kekal, melalui iman yang taat kepada Yesus sebagai Putra
Allah (1Yoh 4:15; 1Yoh 5:3-5,12), dan dengan kehadiran Roh Kudus (1Yoh 2:20; 1Yoh
4:4,13). Beberapa orang percaya bahwa surat ini juga ditulis untuk menemani Injil
Yohanes.

Survai
Kepercayaan dan kelakuan dijalin secara erat sekali dalam surat ini. Para guru palsu,
yang oleh Yohanes dinamakan "antikristus" (1Yoh 2:18-22) sedang meninggalkan
ajaran rasuli mengenai Kristus dan kehidupan yang benar. Seperti surat 2 Petrus dan
Yudas, surat ini dengan penuh semangat menolak dan menghukum guru palsu
(mis. 1Yoh 2:18-19,22-23,26; 1Yoh 4:1,3,5) dengan ajaran dan kelakuan mereka yang
merusak.

Dari segi yang positif, surat ini mengemukakan ciri-ciri persekutuan yang sejati dengan
Allah (mis. (1Yoh 1:3--2:2) dan menyatakan lima ujian khusus bagi orang percaya untuk
mengetahui dengan yakin bahwa mereka mempunyai hidup yang kekal:

ujian kebenaran rasuli mengenai Kristus (1Yoh 1:1-3; 1Yoh 2:21-23; 1Yoh 4:2-3,15;
1Yoh 5:1,5,10,20);

ujian iman yang taat kepada perintah Kristus (1Yoh 2:3-11; 1Yoh 5:3-4);

ujian hidup yang kudus, yaitu berbalik dari dosa kepada persekutuan dengan Allah
(1Yoh 1:6-9; 1Yoh 2:3-6,15-17,29; 1Yoh 3:1-10; 1Yoh 5:2-3);

ujian kasih akan Allah dan sesama orang percaya (1Yoh 2:9-11; 1Yoh 3:10-11,14,16-
18; 1Yoh 4:7-12,18-21); dan

ujian kesaksian Roh (1Yoh 2:20,27; 1Yoh 4:13; 1Yoh 5:7-12). Yohanes menyimpulkan
bahwa orang dapat mengetahui dengan pasti bahwa mereka memiliki hidup kekal
(1Yoh 5:13) jikalau buah dari kelima bidang hidup ini nyata dalam hidup mereka.

Ciri-ciri,Khas
Lima ciri utama menandai surat ini.

Surat ini mendefinisikan kehidupan Kristen dengan memakai istilah yang bertentangan
dan dengan seakan-akan tidak memberikan peluang kompromi di antara terang dan
gelap, kebenaran dan kebohongan, kebenaran dan dosa, kasih dan kebencian,
mengasihi Allah dan mengasihi dunia, anak-anak Allah dan anak-anak setan.

Yang penting, surat ini merupakan satu-satunya kitab PB yang berbicara mengenai
Yesus sebagai pengantara (Yun. _parakletos_) kita dengan Bapa pada saat kita
sebagai orang yang sungguh percaya berbuat dosa (1Yoh 2:1-2; bd. Yoh 14:16-17,26;
Yoh 15:26; Yoh 16:7-8).
Berita yang disampaikan surat ini didasarkan hampir seluruhnya pada kesaksian rasuli
dan bukan pada penyataan PL dahulu; petunjuk kepada PL jelas tidak ada.

Karena surat ini menyampaikan Kristologi berhubungan dengan penyangkalan suatu


bentuk ajaran sesat tertentu, maka itu berfokus pada penjelamaan dan darah (yaitu,
salib) Yesus tanpa menyebutkan kebangkitan-Nya secara khusus.

Gaya penulisannya sederhana dan berulang sewaktu Yohanes membahas berbagai


istilah seperti "terang", "kebenaran", "percaya", "tetap tinggal", "mengenal", "mengasihi",
"kebenaran", "kesaksian", "lahir dari Allah", dan "hidup kekal".

Garis Besar 1 Yohanes

Garis Besar

Pendahuluan
I. Persekutuan dengan Allah (1Yoh 1:5-2:28)
A. Prinsip-Prinsip Persekutuan dengan Allah (1Yoh 1:5-2:2)
1. "Tidak Ada Kegelapan" Dalam Allah (1Yoh 1:5)
2. Tidak Ada Persekutuan Dalam Kegelapan (1Yoh 1:6)
3. Persekutuan Dalam Terang (1Yoh 1:7)
4. Persekutuan Dalam Penyucian dari Dosa (1Yoh 1:8-2:2)
B. Manifestasi-Manifestasi Persekutuan dengan Allah (1Yoh 2:3-28)
1. Ketaatan (1Yoh 2:3-5)
2. Keserupaan dengan Kristus (1Yoh 2:6)
3. Kasih (1Yoh 2:7-11)
4. Pemisahan dari Dunia (1Yoh 2:12-17)
5. Kesetiaan Kepada Kebenaran (1Yoh 2:18-28)
II. Anak-Anak Allah (1Yoh 2:29-3:24)
A. Ciri-Ciri Khas Anak-Anak Allah (1Yoh 2:29-3:18)
B. Keyakinan Anak-Anak Allah (1Yoh 3:19-24)
III.Roh Kebenaran (1Yoh 4:1-6)
A. Mengenali Roh Kesesatan (1Yoh 4:1,3,5)
B. Mengakui Roh Kebenaran (1Yoh 4:2,4,6)
IV. Kasih Allah (1Yoh 4:7-5:3)
A. Asal-Usul Ilahi dari Kasih (1Yoh 4:7-10)
B. Tanggapan yang Layak Terhadap Kasih Allah (1Yoh 4:11-13,19-21)
C. Tinggal Dalam Kasih Allah (1Yoh 4:14-16)
D. Kesempurnaan Kasih (1Yoh 4:17-18)
E. Ketaatan Kasih (1Yoh 5:1-3)
V. Jaminan dari Allah (1Yoh 5:4-20)
A. Mengenai Hal Mengalahkan Dunia (1Yoh 5:4-5)
B. Mengenai Keterandalan Injil (1Yoh 5:6-10)
C. Mengenai Hidup Kekal di Dalam Anak-Nya (1Yoh 5:11-13)
D. Mengenai Jawaban-Jawaban untuk Doa (1Yoh 5:14-17)
E. Mengenai Tiga Kepastian Besar (1Yoh 5:18-20)
Penutup
(1Yoh 5:21)

SURAT YOHANES YANG KEDUA

Penulis : Yohanes
Tema : Berjalan Dalam Kebenaran
Tanggal Penulisan: 85-95 M

Surat Yohanes yang Kedua (disingkat Surat 2 Yohanes) adalah salah satu surat yang
terdapat di dalam Perjanjian Baru di Alkitab Kristen yang ditujukan pada sebuah jemaat
untuk memberikan beberapa petunjuk mengenai sikap yang harus diambil oleh jemaat-
jemaat Kristen terhadap orang-orang yang diketahui telah menyebarkan ajaran yang
menyesatkan. Surat ini ditulis oleh "pemimpin jemaat" (Rasul Yohanes) kepada "Ibu
yang dipilih oleh Tuhan" dan kepada anak-anaknya yang dicintai. Mungkin yang
dimaksud dengan "Ibu dan anak-anaknya" ialah sebuah jemaat dan anggota-
anggotanya.

Latar Belakang

Penulis memperkenalkan dirinya sebagai "penatua" (ayat 2Yoh 1:1). Barangkali ini


adalah gelar terhormat yang diberikan kepada rasul Yohanes sepanjang dua
dasawarsa terakhir abad pertama karena usianya yang sudah lanjut dan kedudukannya
yang sangat terhormat selaku satu-satunya rasul yang masih hidup.

Yohanes menulis surat ini kepada "Ibu yang terpilih dan anak-anaknya" (ayat 2Yoh 1:1).
Beberapa orang menafsirkan "Ibu yang terpilih" ini secara kiasan sebagai suatu gereja
lokal, "anak-anaknya" sebagai anggota jemaat, dan "anak-anak saudaramu yang
terpilih" (ayat 2Yoh 1:13) sebagai jemaat tetangga. Orang lain lagi menafsirkan istilah
ini secara harfiah sebagai seorang janda terhormat yang dikenal Yohanes dalam
sebuah jemaat lokal di Asia Kecil yang di bawah pengawasan rohani Yohanes.
Keluarganya (ayat 2Yoh 1:1) dan keluarga saudaranya (ayat 2Yoh 1:13) adalah orang
terkenal dalam gereja-gereja di wilayah itu. Sebagaimana surat Yohanes lainnya, 2
Yohanes tampaknya ditulis dari Efesus pada akhir tahun 80-an atau awal 90-an.

Penulis

Penulis surat 2 Yohanes dan 3 Yohanes adalah orang yang sama. Ia memperkenalkan


dirinya sebagai seorang "Penatua" (2 Yohanes 1; 3 Yohanes 1). Gelar penatua
merupakan sebuah gelar kehormatan yang mengandung kewibaan penulis.Gelar
penatua juga bukan merupakan gelar petugas/pejabat jemaat seperti dalam surat-surat
pastoral. Penatua adalah seorang tokoh yang berwibawa secara pribadi.

Para ahli ilmu tafsir yang sesuai dengan tradisi menerima bahwa penulis Injil
Yohanes dan Surat 1 Yohanes ialah rasul Yohanes, yaitu salah seorang
dari keduabelas Rasul yang dipilih sendiri oleh Yesus Kristus. Hal ini juga bersesuaian
dengan 2 Yohanes dan 3 Yohanes yang menyatakan Si Penatua adalah rasul
Yohanes. Namun, dalam tradisi ditemukan juga pendapat bahwa penulis 2 Yohanes
dan 3 Yohanes, yaitu "Penatua", berbeda dengan rasul Yohanes (Hieronimus,
tahun 400 Masehi, Sinoda Roma tahun 382Masehi).

Tujuan
Yohanes menulis surat ini untuk mengingatkan "Ibu yang terpilih" itu tentang hal
memberi tumpangan, salam atau sokongan kepada pekerja keliling (guru, penginjil, dan
nabi) yang sudah menyimpang dari kebenaran rasuli dan menyebarkan ajaran palsu,
agar dia tidak ikut berperan dalam menyebarkan ajaran yang salah sehingga ikut
bersalah. Surat ini mengecam ajaran palsu yang sama dengan yang dikecam dalam
surat 1 Yohanes. Survai
Surat ini menggarisbawahi suatu peringatan yang juga terdapat dalam 1 Yohanes
mengenai bahaya guru palsu yang menyangkal penjelmaan Yesus Kristus dan
menyimpang dari berita rasuli (ayat 2Yoh 1:7-8). Yohanes memuji "Ibu yang terpilih"
dan anak-anaknya yang "hidup dalam kebenaran" (ayat 2Yoh 1:4). Kasih yang sejati
terwujud dalam menaati perintah Kristus dan mengasihi sesama (ayat 2Yoh 1:6). Kasih
Kristen harus membedakan di antara kebenaran dan kesalahan dan tidak membuka
pintu bagi guru palsu (ayat 2Yoh 1:7-9). Menerima guru palsu dengan ramah berarti
berpartisipasi dalam kesalahan mereka (ayat 2Yoh 1:10-11). Surat ini singkat karena
Yohanes merencanakan untuk berkunjung kepada ibu ini untuk berbicara "berhadapan
muka" (ayat 2Yoh 1:12).

Waktu Penulisan

Surat ini diyakini ditulis antara tahun 60-65 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun
90-100.

Teks

Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Yunani.

Sejumlah naskah kuno tertua yang memuat bagian pasal ini adalah:
Codex Vaticanus (~ 325-350)

Codex Sinaiticus (~ 330–360)

Codex Alexandrinus (~400-440 M)

Uncial 0232 (abad ke-5/ke-6 M; terlestarikan: ayat 1-9)

Papirus 74 (abad ke-7; terlestarikan: ayat 1,6-7,13)

Surat yang hanya terdiri dari satu pasal ini dibagi atas 13 ayat.

Ayat-ayat terkenal

Ayat 5

Dan sekarang aku minta kepadamu, Ibu--bukan seolah-olah aku menuliskan perintah
baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya--supaya
kita saling mengasihi.

Ayat 6

Dan inilah kasih itu, yaitu bahwa kita harus hidup menurut perintah-Nya. Dan inilah
perintah itu, yaitu bahwa kamu harus hidup di dalam kasih, sebagaimana telah kamu
dengar dari mulanya.

Ayat 9

'Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar
dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa
maupun Anak.

Permasalahan dalam surat

Masalah yang nyata dalam surat ini adalah untuk memutuskan Surat Kedua dikirimkan
kepada seorang individu ataukah pada sekelompok orang. Permasalahan ini muncul
karena ada ungkapan ibu yang terpilih yang dalam bahasa Yunani memiliki arti eklekte
kuria. Dalam memahami ungkapan ini, terdapat tiga cara untuk memahaminya, antara
lain:

Eklekte adalah suatu nama diri dan kuria adalah suatu alamat pemanis yang lazim.Ada
kemungkinan untuk memahami kuria sebagai nama diri.Harus menyimpulkan bahwa
yang dimaksud Ibu yang terpilih adalah gereja.Muatan Teologi

Kebenaran, Kasih, dan Ketaatan

Kata kebenaran dalam bahasa Yunani diterjemahkan sebagai atletheia. Kata


kebenaran ini terus mendominasi bagian pembukaan surat khususnya dalam ayat 1-
3. Dalam ayat 2 jelas dikatakan bahwa yang dimaksud dengan kebenaran adalah iman
Kristen.Maksud dari kata kasih sendiri adalah sesuai dengan kebenaran Allah, yaitu
kasih yang tulus, yang tidak dimotivasi oleh keinginan untuk menguntungkan diri
sendiri. Ketaatan juga tidak dapat dipisahkan dengan kata kasih dan kebenaran. Hidup
yang mengasihi berarti hidup yang berjalan menurut kehendak Allah. Hidup dalam kasih
sama artinya dengan hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah Bapa. Hidup
dalam kebenaran sama artinya dengan hidup dalam ketaatan. Jadi, kasih, kebenaran,
ketaatan merupakan sebuah rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang
lain. Ketaatan tanpa kasih merupakan pembudakan diri, kasih tanpa ketaatan
merupakan kedustaan, dan tanpa salah satu semuanya merupakan ketidakbenaran.

Kristologi

Secara implisit, pandangan Kristologis mengenai surat 2 Yohanes terdapat dalam


"Anak Bapa" dalam ayat 3.

Isi

Pendahuluan (ayat 1-3)

Pentingnya kasih (ayat 4-6)

Peringatan terhadap ajaran-ajaran yang salah (ayat 7-11)


Penutup (ayat 12-13)

Ciri-ciri Khas
Tiga ciri utama menandai surat ini:

Surat ini merupakan kitab terpendek dalam PB.Surat ini sangat mirip dengan 1
dan 3 Yohanes dalam berita, kosakata dan gaya penulisannya yang sederhana.Surat
ini memberikan keseimbangan yang penting bagi berita surat 3 Yohanes dengan
memperingatkan terhadap dukungan yang sembarangan kepada pekerja yang bukan
dari jemaat sendiri. Surat ini mendorong supaya memakai kebijaksanaan saksama
dengan mengingat ajaran Kristus dan para rasul sebelum membantu pekerja tersebut.

Garis Besar 2 Yohanes

Garis Besar

Salam Kristen
(2Yoh 1:1-3)

A. Kepada Ibu yang Terpilih dan Anak-Anaknya (2Yoh 1:1)

B. Oleh Karena Kebenaran (2Yoh 1:2-3)

I. Pujian dan Perintah (2Yoh 1:4-6)

A. Kesetiaan yang Lampau kepada Kebenaran Dipuji (2Yoh 1:4)

B. Kasih dan Ketaatan Diperintahkan (2Yoh 1:5-6)

II. Nasihat dan Peringatan (2Yoh 1:7-11)

A. Mengenali Guru-Guru Palsu (2Yoh 1:7)

B. Waspada Agar Jangan Terpengaruh oleh Mereka (2Yoh 1:8-9)

C. Jangan Membiarkan Mereka Memakai Rumahmu (2Yoh 1:10-11)


Penutup

SURAT YOHANES YANG KETIGA

Penulis: Yohanes
Tema : Bertindak Dengan Setia

Tanggal Penulisan: 85-95 M
Surat Yohanes yang Ketiga adalah bagian dari Perjanjian Baru dalam Alkitab Kristen.
Merupakan surat yang ditujukan untuk melawan para pemimpin palsu yang menganggu
kehidupan jemaat. Surat ini ditulis oleh "pemimpin jemaat" (Rasul Yohanes) kepada
seorang pemuka jemaat yang bernama Gayus. Penulis surat ini memuji Gayus karena
bantuannya kepada orang-orang Kristen lainnya. Ia juga memperingatkan Gayus
terhadap seorang laki-laki bernama Diotrefes. Gayus dalam 3 Yohanes tidak diketahui
secara jelas, yang cukup jelas hanyalah ia memegang peranan penting dalam jemaat
setempat. Surat ini ditutup seperti 2 Yohanes. Dikirim salam dari teman-teman Gayus
dan kepada sahabat-sahabat ditempat tinggal yang isinya adalah bagaimana
seharusnya hidup berjemaat.

Latar Belakang
Yohanes, rasul yang dikasihi, sekali lagi menyebut dirinya "penatua" (ayat 3Yoh 1:1).
Surat pribadi ini dialamatkan kepada seorang percaya yang setia bernama Gayus
(ayat 3Yoh 1:1), barangkali anggota jemaat di salah satu gereja di daerah Asia Kecil.
Seperti halnya surat Yohanes yang lain, surat ini kemungkinan besar ditulis dari Efesus
pada bagian akhir tahun 80-an atau awal 90-an.

Mendekati akhir abad pertama Masehi, para pekerja keliling dari kota ke kota pada
umumnya memperoleh sokongan dari orang percaya setempat dengan ditampung dan
kemudian dibekali untuk meneruskan perjalanan mereka (ayat 3Yoh 1:5-8; bd. 2Yoh
1:10). Gayus merupakan salah seorang Kristen setia yang dengan murah hati
menyokong dan menampung para pekerja keliling ini (ayat 3Yoh 1:1-8). Akan tetapi,
ada seorang pemimpin bernama Diotrefes yang dengan sifat sombong menentang
wibawa Yohanes dan menolak untuk menerima saudara-saudara seiman yang diutus
Yohanes.
Penulis

Surat 3 Yohanes sebetulnya merupakan sebuah kesatuan dengan surat 2


Yohanes. Pengarang surat ini menyebut dirinya penatua (3 Yoh 1). Sebutan penatua
sebetulnya menunjuk pada dua kemungkinan:

Seorang anggota presbuterion yang tak dikenal, yang menggunakan sebutan itu


dengan maksud tertentu dan tidak diketahui.

Seorang yang oleh Papias, Irenaeus, dan Klemens (Clemens) disebut sebagai penjaga


tradisi apostolik.

Waktu Penulisan

Surat ini diyakini ditulis antara tahun 60-65 M. Pendapat lain memberi perkiraan tahun
90-100.

Teks

Naskah aslinya ditulis dalam bahasa Yunani.

Sejumlah naskah kuno tertua yang memuat bagian pasal ini adalah:

Codex Vaticanus (~ 325-350)

Codex Sinaiticus (~ 330–360)

Codex Alexandrinus (~400-440 M)

Codex Ephraemi Rescriptus (~450 M; terlestarikan: ayat 3-15)

Papirus 74 (abad ke-7; terlestarikan: ayat 6,12)

Surat yang hanya terdiri dari satu pasal ini dibagi atas 15 ayat.

Ayat-ayat terkenal
3 Yohanes 1:5: Saudaraku yang kekasih, engkau bertindak sebagai orang percaya, di
mana engkau berbuat segala sesuatu untuk saudara-saudara, sekalipun mereka adalah
orang-orang asing.

3 Yohanes 1:11: Saudaraku yang kekasih, janganlah meniru yang jahat, melainkan
yang baik. Barangsiapa berbuat baik, ia berasal dari Allah, tetapi barangsiapa berbuat
jahat, ia tidak pernah melihat Allah.

Sifat dan Maksud

Surat Yohanes yang ketiga memiliki permasalahan dan situasi yang sama
dengan Surat 1 Yohanes dan 2 Yohanes. Dalam surat ini juga terdapat pengajar-
pengajar palsu yang mengajarkan ajaran yang bertentangan dengan
kekristenan.  Dengan demikian, surat ini memiliki maksud untuk memperingatkan para
pembacanya agar siap siaga menghadapi para pengajar sesat. 

Muatan Teologi

Mengambil Bagian Dalam Pekerjaan Gereja[sunting | sunting sumber]

Dalam surat ini, terdapat seorang tokoh yang berperan yaitu yang
bernama Gayus. Sang penatua dalam surat ini memuji kebaikan Gayus sebagai contoh
yang patut ditiru. Dia menyatakan tindakan menolong para utusan gerejawi merupakan
tindakan yang seharusnya dilakukan seluruh umat Kristen. Dalam hubungan ini, yaitu
menolong para utusan, Gayus telah mengambil bagian dalam pekerjaan untuk
kebenaran.

Isi
Pendahuluan 1-4

Gayus dipuji 5-8

Diotrefes disalahkan 9-10

Demetrius dipuji 11-12

Penutup 13-15

Tujuan
Yohanes menulis surat ini untuk memuji Gayus atas kesetiaannya menyediakan
tumpangan dan bantuan bagi para pekerja keliling yang dapat diandalkan, serta
mengingatkan si pemberontak Diotrefes secara tidak langsung dan mempersiapkan
jalan untuk kunjungannya sendiri.

Survai
Ada tiga orang yang disebut namanya di dalam surat ini.

Gayus yang dipuji dengan hangat atas perilaku hidupnya yang saleh di dalam
kebenaran (ayat 3Yoh 1:3-4) serta teladannya menyediakan tumpangan bagi saudara
seiman yang berkeliling (ayat 3Yoh 1:5-8).

Diotrefes, seorang pemimpin yang bersifat diktator, dikecam karena kesombongannya


("ingin menjadi orang terkemuka", ayat 3Yoh 1:9) beserta manifestasinya: menolak
surat Yohanes yang dikirim sebelumnya (ayat 3Yoh 1:9), memfitnah Yohanes, menolak
untuk menerima utusan-utusan Yohanes dan mengancam akan mengucilkan orang
yang menerima mereka (ayat 3Yoh 1:10).

Demetrius, yang mungkin pembawa surat ini atau seorang gembala sidang dalam suatu
masyarakat sekitar situ, dipuji sebagai seorang yang mempunyai reputasi baik dan setia
kepada kebenaran (ayat 3Yoh 1:12).
Ciri-ciri Khas
Dua ciri utama menandai surat ini.

Sekalipun singkat, surat ini memberikan pengertian mengenai beberapa segi sejarah
gereja mula-mula menjelang akhir abad pertama.

Terdapat beberapa persamaan mencolok di antara 2 Yohanes dengan surat ini.


Meskipun demikian, kedua surat tersebut berbeda dalam satu aspek penting: 3
Yohanes menganjurkan penyediaan tumpangan dan bantuan bagi pekerja keliling yang
dapat dipercaya, sedangkan 2 Yohanes mendorong agar tumpangan dan dukungan
tidak disediakan bagi pekerja yang tidak dapat dipercaya sehingga orang percaya tidak
dituduh mendukung perbuatan jahat.

Garis Besar 3 Yohanes

Garis Besar

Salam Kristen (3Yoh 1:1)

I. Pujian bagi Gayus (3Yoh 1:2-8)

A. Karena Kesehatan Rohaninya (3Yoh 1:2)

B. Karena Hidup Dalam Kebenaran (3Yoh 1:3-4)

C. Karena Kesediaan Menerima Saudara-Saudara yang Dalam Perjalanan (3Yoh 1:5-8)

II. Nasihat untuk Gayus (3Yoh 1:9-12)

A. Mengenai Contoh Jelek Diotrefes (3Yoh 1:9-11)

B. Mengenai Teladan Baik Demetrius (3Yoh 1:12)

Penutup
(3Yoh 1:13-14)
SURAT YUDAS

Penulis: Yudas
Tema: Berjuang untuk MempertahankanIman
Tanggal Penulisan: 70-80 M

Surat Yudas merupakan salah satu dari kumpulan surat rasuli yang terakhir pada
bagian Perjanjian Baru dalam Alkitab Kristen.Suratini ditulis untuk memperingatkan
para pembacanya supaya waspada terhadap guru-guru palsu yang menyebut
dirinya Kristen.Dalam surat yang pendek ini, yang isinya mirip dengan surat Petrus
yang kedua, penulis memberi dorongan kepada para pembacanya supaya terus
berjuang untuk iman.

Teks

Surat Yudas hanya terdiri dari 1 pasal, yang dibagi atas 25 ayat.

Sejumlah naskah kuno tertua yang memuat bagian pasal ini dalam bahasa
Yunani antara lain adalah

Papirus 72 (abad ke-3/ke-4)

Papirus 78 (abad ke-3/ke-4; terlestarikan: ayat 4-5, 7-8)

Codex Vaticanus (~325-350 M)

Codex Sinaiticus (~330-360 M)

Codex Alexandrinus (~400-440 M)

Codex Ephraemi Rescriptus (~450 M; terlestarikan: ayat 3-25)

Papirus 74 (abad ke-7; terlestarikan: ayat 3,7,11-12,16,24)

Latar Belakang
Yudas memperkenalkan dirinya sekadar sebagai "saudara Yakobus" (ayat Yud 1:1).
Satu-satunya pasangan saudara dalam PB yang bernama Yudas dan Yakobus adalah
saudara tiri Yesus (Mat 13:55; Mr 6:3). Mungkin Yudas menyebutkan nama Yakobus
karena kedudukannya sebagai pemimpin jemaat di Yerusalem akan membantu
menjelaskan identitas dan kekuasaannya sendiri.

Surat yang singkat namun tegas ini ditulis untuk menentang para guru palsu yang
terang-terangan berhaluan antinomisme (yaitu mereka mengajarkan bahwa
keselamatan melalui kasih karunia mengizinkan mereka untuk berdosa tanpa dijatuhi
hukuman) dan yang menghina pernyataan rasuli tentang pribadi dan tabiat Yesus
Kristus (ayat Yud 1:4). Dengan demikian mereka memecah-belah gereja mengenai apa
yang harus dipercaya (ayat Yud 1:19,22) dan bagaimana harus berperilaku (ayat Yud
1:4,8,16). Yudas melukiskan guru palsu yang tak berprinsip ini sebagai "orang-orang
fasik" (ayat Yud 1:15) dan juga sebagai orang "tanpa Roh Kudus" (ayat Yud 1:19).

Kemungkinan hubungan di antara Surat Yudas dengan 2Pet 2:1--3:4 mempunyai


sangkut-pautnya dengan saatnya surat ini ditulis. Sangat mungkin Yudas mengetahui
tentang 2 Petrus (ayat Yud 1:17-18) dan oleh karena itu ia menulis setelah 2 Petrus
ditulis, yaitu sekitar tahun 70-80 M. Penerima surat ini tidak disebutkan secara khusus,
tetapi mungkin sama dengan penerima surat 2 Petrus.

Penulis

Di awal surat ini tertera nama penulisnya: "Yudas, hamba Yesus Kristus dan saudara


Yakobus". Ada sejumlah nama Yudas yang lain dalam Alkitab bagian Perjanjian Baru,
kebanyakan percaya bahwa Yudas, saudara Yesus merupakan penulis surat Yudas,
meskipun dalam keseluruhan surat Yudas, tidak pernah disinggung mengenai relasi
khusus dengan Yesus, selain sebagai "hamba Yesus Kristus." Dengan demikian,
Yakobus yang dimaksudkan adalah Yakobus, saudara lain dari Yesus Kristus yang
tertera namanya dalam Yakobus 1:1 sebagai penulis surat Yakobus dan merupakan
kepala jemaat perdana di Yerusalem, tetapi bukan rasul Yakobus anak Zebedeus.

Waktu Penulisan
Surat Yudas ditulis dalam jangka waktu antara penulisan Surat Yakobus dan
penulisan Surat 2 Petrus. Surat Yakobus diperkirakan ditulis sebelum tahun 62 Masehi,
karena Yakobus mati syahid pada tahun itu sedangkan rasul Petrus diduga mati syahid
tahun 64-67 Masehi. Jadi disimpulkan surat Yudas ini ditulis antara tahun 62-67
Masehi.Robinson menyakini surat ini ditulis pada tahun 61-62 M, pada periode yang
sama dengan surat 2 Petrus, sedangkan surat Yakobus pada tahun 47-48 M. Ada juga
yang berpendapat bahwa Surat Yakobus ditulis sekitar tahun 80/90 Masehi dan Surat 2
Petrus tahun 125 Masehi, sehingga diduga surat Yudas ditulis tahun 100 Masehi.

Perhitungan lain adalah dari perkiraan usia Yudas yang diyakini sudah mati sebelum
tahun 70 M. Dengan demikian Yudas kemungkinan lahir antara tahun 4 SM dan 10 M,
dan jika ia menulis suratnya pada tahun 70 M, ia bisa jadi berusia paling sedikit 60
tahun dan mungkin 70-an. Meskipun mungkin saja Yudas hidup lebih lama lagi (tidak
ada bukti eksternal), tahun 70 M paling masuk akal sebagai batas akhir (terminus ad
quem').

(2) Hegesippus menceritakan bagaimana cucu-cucu Yudas dibawa ke hadapan


kaisar Domitian karena mereka dicurigai hendak menggulingkan pemerintahan
Romawi. Tetapi mereka menjelaskan bahwa kerajaan yang mereka nanti-nantikan
bersifat eskatologis dan sorgawi, bukan politis dan duniawi. Domitian kemudian
menyuruh mereka pergi dan mengakhiri penganiayaan atas gereja. Meskipun cerita ini
dicurigai kebenarannya, fakta bahwa cucu-cucu Yudas, bukan ayah mereka atau Yudas
sendiri, yang dibawa ke hadapan Domitian mengindikasikan bahwa Yudas rupanya
sudah meninggal sebelum tahun 96 M.

Pada awal abad ke-3, surat Yudas tersebar luas di kalangan umat Kristen, tetapi
selanjutnya sampai abad ke-4 jarang dikutip oleh bapa gereja. Eusebius dari
Kaisarea mencatat bahwa ada sejumlah jemaat yang tidak mengakui keaslian surat ini,
meskipun pada abad ke-5 surat ini mulai dipakai lagi oleh gereja.

Konteks Penerima

Di awal surat tertulis "kepada mereka, yang terpanggil, yang dikasihi dalam Allah Bapa,
dan yang dipelihara untuk Yesus Kristus.". Jelas bahwa surat ini ditujukan secara
khusus kepada sekelompok murid-murid Yesus yang "terpanggil", "dikasihi" dan
"dipelihara", bukan kepada orang luar.

Surat Yudas memiliki ciri menggunakan kepustakaan apokrif Yahudi. Sebagai seorang


Yahudi, penulis surat Yudas bisa dengan bebas memanfaatkan Perjanjian Lama dan
beberapa kitab dari tradisi Yahudi.

Ayat-ayat terkenal

Yudas 1:20: Akan tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, bangunlah dirimu
sendiri di atas dasar imanmu yang paling suci dan berdoalah dalam Roh Kudus.

Yudas 1:21: Peliharalah dirimu demikian dalam kasih Allah sambil menantikan rahmat
Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang kekal.

Muatan Teologi

Dalam surat Yudas, terdapat penekanan terhadap tema penghakiman. Yudas mengutip


perkataan Henokh yang mengatakan bahwa Tuhan akan melaksanakan penghakiman
pada hari kedatangannya (Yudas 1:14-15). Ia berbicara tentang malaikat-malaikat yang
tidak taat yang ditahan olehnya dengan belenggu abadi di dalam dunia kekelaman
sampai penghakiman pada hari besar (Yudas
1:6). Kehancuran Sodom dan Gomora dikutip sebagai contoh dari hukuman siksaan api
kekal (Yudas 1:7).

Tiga analogi kelautan

Ada tiga kiasan atau analogi yang berkaitan dengan kelautan digunakan pada  Yudas
1:12-13 yang unik. Yudas tidak dikenal sebagai seorang nelayan (cucu-cucunya
mengaku berprofesi sebagai tukang (kayu), sebagaimana kakek buyut mereka, dengan
bukti tangan-tangan mereka yang kasar di hadapan kaisar Domitian), sehingga
tampaknya analogi ini diberikan untuk kepentingan para pembacanya. Analogi ini juga
lebih tepat untuk laut lepas, bukan danau seperti Danau Galilea. Pada ayat 12, Yudas
menyebut guru-guru palsu itu adalah "noda (σπιλάδες, spilades, = batu karang
tersembunyi di bawah permukaan laut yang berbahaya) dalam perjamuan kasihmu."
Metafora pertama ini digunakan Yudas untuk memperingatkan bahaya yang
mengancam di bawah permukaan air, yang dapat menenggelamkan kapal yang
mengira berlayar di perairan yang aman. Pada ayat 13 ia berbicara mengenai “ombak
laut yang ganas, yang membuihkan keaiban mereka sendiri", yaitu gambaran jelas
tentang kejijikan yang dibawa mereka. Kiasan terakhir adalah "bagaikan bintang-
bintang (yang berpindah)" (ἀστέρες πλανῆται, asteres planētai), sehingga bukanlah
penuntun yang terpercaya bagi para pelaut untuk mengetahui posisi mereka yang tepat.
Jadi, dalam ketiga kiasan kelautan ini, para guru palsu adalah berbahaya, tidak
bermoral (menjijikkan), dan tidak dapat dipercaya sebagai pemimpin. Yudas juga
menggunakan kiasan yang berhubungan dengan pertanian, tetapi analogi ini tidaklah
unik karena juga dipakai pada sumber-sumber Perjanjian Lama maupun sastra Yahudi
lain. Dari kiasan-kiasan kelautan ini dapat disimpulkan bahwa Yudas menulis kepada
suatu jemaat yang berlokasi di dekat pantai Laut Tengah, antara lain mungkin
kota Efesus.

Kaitan dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab

Dalam Surat Yudas, disebutkan mengenai sejumlah nama dan kejadian yang dicatat
kisahnya dalam kumpulan kitab Taurat Musa, khususnya dalam Kitab
Kejadian (Kain; Henokh/keturunan ketujuh dari Adam; kehancuran kota Sodom dan
Gomora), Kitab Keluaran ("Tuhan menyelamatkan umat-Nya dari tanah Mesir"), Kitab
Bilangan (Bileam dan Korah), dan Kitab Ulangan (mayat Musa). Selain itu juga
disebutkan mengenai malaikat Mikhael yang hanya disebutkan dalam Kitab Daniel di
dalam Alkitab Ibrani (bagian Ketuvim), atau Wahyu kepada Yohanes di dalam
bagian Perjanjian Baru. Sejumlah ungkapan tampaknya dikutip dari kitab-kitab para
nabi (Nevi'im) misalnya Kitab Zakharia. Referensi mengenai "hidup kekal"
dalam Yesus Kristus, yang disebut sebagai "Penguasa" dan "Tuhan", menunjukkan
kaitan dengan kitab-kitab Injil. Sebagian isi surat juga berkaitan dengan surat
Yakobus dan Surat 2 Petrus. Nubuat mengenai "pengejek-pengejek" pada waktu
kemudian juga berkaitan dengan Surat 1 Timotius yang ditulis oleh rasul Paulus.

Tujuan
Yudas menulis surat ini
untuk sangat mengingatkan orang percaya mengenai ancaman serius dari para guru
palsu dan pengaruh mereka yang merusak di dalam gereja, dan

untuk menantang orang percaya yang sejati dengan keras supaya mereka bangkit dan
"berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang
kudus" (ayat Yud 1:3).

Survai
Setelah memberikan salam (ayat Yud 1:1-2), -mula ialah menulis tentang sifat
keselamatan (ayat Yud 1:3a). Akan tetapi, sebaliknya dia terdorong untuk menulis surat
ini karena guru-guru palsu yang memutarbalikkan kasih karunia Allah dan dengan
demikian melemahkan kebenaran dalam gereja (ayat Yud 1:4). Yudas menuduh
mereka sebagai tidak suci secara seksual (ayat Yud 1:4,8,16,18), berkompromi seperti
Kain (ayat Yud 1:11), serakah seperti Bileam (ayat Yud 1:11), suka memberontak
seperti Korah (ayat Yud 1:11), congkak (ayat Yud 1:8,16), penipu (ayat Yud 1:4,12),
sensual (ayat Yud 1:19) dan memecah-belah (ayat Yud 1:19). Yudas menyatakan
kepastian hukuman Allah atas semua orang yang berbuat dosa seperti itu dan
menggambarkannya dengan enam contoh dari PL (ayat Yud 1:5-11). Gambaran dua
belas ciri kehidupan mereka menunjukkan bahwa mereka siap untuk menerima murka
Allah (ayat Yud 1:12-16). Orang percaya didorong untuk waspada dan untuk menaruh
belas kasihan bercampur ketakutan bagi mereka yang goyah (ayat Yud 1:20-23). Yudas
menutup suratnya dengan suatu peningkatan pengilhaman dalam ucapan berkatnya
(ayat Yud 1:24-25).

Ciri-ciri Khas
Empat ciri utama menandai surat ini.

Surat ini berisi celaan yang paling blak-blakan dan bersemangat dari PB terhadap para
guru palsu. Itu menggarisbawahi betapa seriusnya ancaman ajaran palsu terhadap
iman yang sejati dan hidup yang kudus bagi segala angkatan.

Surat ini menunjukkan kesenangan untuk memberikan ilustrasi dengan memakai


rangkaian tiga -- misalnya: tiga contoh penghukuman dalam PL (ayat Yud 1:5-7), tiga
ciri guru palsu (ayat Yud 1:8), dan tiga contoh orang tidak kudus dalam PL (ayat Yud
1:11).

Di bawah pengaruh penuh dari Roh Kudus, Yudas dengan leluasa menunjuk kepada
sumber-sumber tertulis:

Alkitab PL (ayat Yud 1:5-7,11),

tradisi Yahudi (ayat Yud 1:9,14-15) dan

2 Petrus, serta mengutip langsung 2Pet 3:3, yang diakuinya sebagai berasal dari rasul-
rasul (ayat Yud 1:17-18).

Surat ini berisi ucapan berkat PB yang paling agung.

Garis Besar Yudas

Garis Besar

Salam Kristen
(Yud 1:1-2)

I. Penjelasan Mengenai Penulisan Surat Ini (Yud 1:3-4)

II. Menyingkapkan Guru-Guru Palsu (Yud 1:5-16)

A. Ajal Mereka Digambarkan Dalam Masa Lampau (Yud 1:5-7)

1. Pengalaman Israel (Yud 1:5)

2. Pengalaman Malaikat-Malaikat Pemberontak (Yud 1:6)

3. Pengalaman Sodom dan Gomora (Yud 1:7)

B. Penggambaran Mereka Sekarang Ini (Yud 1:8-16)

1. Bahasa yang Tidak Sopan (Yud 1:8-10)

2. Sifat yang Tidak Kudus (Yud 1:11)


3. Perilaku yang Salah (Yud 1:12-16)

III.Nasihat bagi Orang-Orang Percaya Sejati (Yud 1:17-23)

A. Ingat Nubuat Para Rasul (Yud 1:17-19)

B. Peliharalah Dirimu di Dalam Kasih Allah (Yud 1:20-21)

C. Tolonglah Orang Lain Dengan Kemurahan, Bercampur Dengan Takut (Yud 1:22-23)

Lagu Pujian (Yud 1:24-25)

WAHYU KEPADA YOHANES

Penulis: Yohanes
Tema: Perjuangan dan Penyelesaian
Tanggal Penulisan: 90-96 M

Kitab Wahyu kepada Yohanes (singkatnya Kitab Wahyu) adalah kitab terakhir dalam


kanon yang menutup sejarah Perjanjian Barudalam Alkitab Kristen. Kitab ini juga
merupakan sebuah kitab Kristen yang berisikan penglihatan, lambang, tanda, bilangan,
serta hal-hal yang berkaitan dengan pengajaran Tuhan kepada bangsa Yahudi. Selain
itu, Kitab Wahyu merupakan salah satu kitab yang sulit dipahami
dalam Alkitab sehingga menimbulkan banyak penafsiran atasnya. Pada abad 2 Masehi,
orang Kristen memiliki pemahaman bahwa kitab Wahyu adalah kode simbolis yang
meramalkan orang-orang atau peristiwa-peristiwa tertentu yang mengantar pada akhir
zaman. Pada saat itu, sekelompok
kaum Montanis pergi ke padang gurun Frigia untuk menyaksikan Yerusalem surgawi tur
un dari langit, namun mereka semua kecewa dengan penantian mereka.

Struktur

Menurut Metzger, kitab Wahyu ini dapat dibagi sebagai berikut:

Prolog {{Alkitab|Wahyu 1:1-8


Tujuh bagian paralel, dengan pembatas pada ayat-ayat:

Wahyu 3:22

Wahyu 8:2

Wahyu 11:19

Wahyu 14:20

Wahyu 16:21

Wahyu 19:21

Epilog Wahyu 22:6-21

Ayat-ayat terkenal

Wahyu 1:8: (Yesus berfirman:) "Aku adalah Alfa dan Omega, firman Tuhan Allah, yang
ada dan yang sudah ada dan yang akan datang, Yang Mahakuasa."

Wahyu 1:17-18: (Yesus berfirman:) "Jangan takut! Aku adalah Yang Awal dan Yang
Akhir,  18dan Yang Hidup. Aku telah mati, namun lihatlah, Aku hidup, sampai selama-
lamanya dan Aku memegang segala kunci maut dan kerajaan maut."

Wahyu 3:20: (Yesus berfirman:) "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau
ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk
mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama
dengan Aku."

Wahyu 22:20: Ia (Yesus) yang memberi kesaksian tentang semuanya ini, berfirman:
"Ya, Aku datang segera!" Amin, datanglah, Tuhan Yesus!

Ayat terakhir Wahyu 22:21: Kasih karunia Tuhan Yesus menyertai kamu sekalian!
Amin.

Latar Belakang
Kitab Wahyu adalah kitab Perjanjian Baru yang terakhir dan yang paling luar biasa.
Kitab ini sekaligus merupakan suatu penyingkapan (Wahy 1:1-2,20), suatu nubuat
(Wahy 1:3; Wahy 22:7,10,18-19), dan suatu gabungan dari tujuh surat (Wahy 1:4,11;
Wahy 2:1--3:22). (Istilah "penyingkapan" (Ing. apocalypse) berasal dari kata
Yunani apocalupsis, yang diterjemahkan "wahyu" dalam Wahy 1:1-20). Kitab ini
merupakan suatu penyingkapan dalam kaitan dengan isinya, suatu nubuat dalam kaitan
dengan beritanya dan suatu surat dalam kaitan dengan alamat tujuannya.

Lima kenyataan penting mengenai latar belakang kitab ini dinyatakan dalam pasal 1
(Wahy 1:1-20).

"Inilah wahyu Yesus Kristus" (Wahy 1:1).

Penyataan ini telah disampaikan secara adikodrati kepada penulisnya melalui Kristus
yang ditinggikan, malaikat-malaikat dan penglihatan-penglihatan (Wahy 1:1,10-18).

Penyataan itu disampaikan kepada hamba Allah, Yohanes (Wahy 1:1,4,9; Wahy 22:8).

Yohanes menerima penglihatan-penglihatan dan berita penyataan ini sementara ia


dalam pembuangan di Pulau Patmos (80 km sebelah barat daya kota Efesus), oleh
karena Firman Allah dan kesaksian Yohanes sendiri (Wahy 1:9).

Penerima yang mula-mula dari surat ini adalah tujuh jemaat di propinsi Asia (Wahy
1:4,11).

Baik bukti sejarah maupun bukti dari isi kitab itu sendiri menunjukkan bahwa rasul
Yohaneslah penulisnya. Ireneus menjelaskan bahwa Polikarpus (Ireneus mengenal
Polikarpus, dan Polikarpus mengenal rasul Yohanes) telah berbicara tentang Yohanes
yang menulis kitab Wahyu mendekati akhir pemerintahan Domitianus selaku kaisar
Romawi (81-96 M)

Isi kitab ini mencerminkan keadaan sejarah pada zaman pemerintahan Domitianus
ketika dia menuntut agar semua warga negaranya memanggil dia "Tuhan dan Allah".
Pastilah, ketetapan Kaisar pada waktu itu telah menciptakan suatu pertentangan antara
mereka yang dengan sukarela mau menyembah Kaisar dan orang Kristen setia yang
mengakui bahwa Yesus sajalah "Tuhan dan Allah". Jadi, kitab ini telah ditulis pada
suatu masa ketika orang percaya sedang mengalami penganiayaan yang hebat oleh
karena kesaksian mereka, suatu situasi yang dengan jelas merupakan latar belakang
kitab Wahyu itu sendiri (Wahy 1:19; Wahy 2:10,13; Wahy 6:9-11; Wahy 7:14-17; Wahy
11:7; Wahy 12:11,17; Wahy 17:6; Wahy 18:24; Wahy 19:2; Wahy 20:4).

Penulis

Penulis kitab ini menyebut nama Yohanes, sebagai "saudara dan sekutumu dalam
kesusahan, dalam Kerajaan dan dalam ketekunan menantikan Yesus, berada di pulau
yang bernama Patmos oleh karena firman Allah dan kesaksian yang diberikan oleh
Yesus." Jelas ia tidak menulis secara anonim Sejumlah pakar menganggap penulisnya
adalah rasul Yohanes bin Zebedeus. Hal ini juga didukung oleh pendapat Yustinus
Martir yang tertulis dalam Dialog dengan Trypho pada
tahun 135. Penulis Wahyu memperkenalkan diri sebagai seorang nabi (Wahyu 1:2-
3; Wahyu 22:6,9,19). Ia berkarya di Asia Kecil dan merupakan seorang
keturunan Yahudi. Pada masa itu umat Kristen disiksa dan dikejar-kejar karena
kepercayaan mereka kepada Yesus Kristus sebagai Anak Allah, sehingga dengan
menulis kitab ini sang penulis berharap ingin memberi semangat kepada para pembaca
dan pendengarnya, dan juga untuk mendorong mereka supaya tetap percaya pada
waktu situasi demikian.

Situasi Sosial dan Politik

Setelah kekaisaran Romawi mengalahkan kerajaan Yunani/Greece pada


tahun 168 sebelum masehi, maka pemerintah mengharuskan rakyat menyembah dewi
Roma. Namun, dewi ini tidak memiliki wujud dan terdapat sebuah pemikiran apabila
dewi ini nantinya akan disembah maka akan sulit untuk mendapat dukungan dari
berbagai suku bangsa yang berbeda. Oleh karena hal inilah, maka kekaisaran Romawi
mulai memberlakukan pemujaan terhadap kaisar. Pada saat itu kaisar Nerolah yang
memimpin bangsa Romawi. Ia melakukan kekerasan dan penganiayaan pada
orang Kristen hingga akhirnya pada tahun 64 Nero membakar kota Roma dan orang
Kristen dijadikan kambing hitam atas kebakaran tersebut.

Pada masa pemerintahan Domitian, kaisar dengan giat melaksanakan pendewaan atas


dirinya sendiri. Ia menyebut dirinya sebagai allah, bagi siapa saja yang tidak setia
kepada dia akan dinyatakan menghujat allah serta dinilai sebagai penghianat
kerajaan. Ia juga membuat peraturan di dalam kerajaan, salah satunya adalah setiap
pembesar kerajaan yang ingin berbicara dengannya atau datang memberikan laporan
kepadanya haruslah menyapanya dengan Tuhan.

Setelah kuasa politik pemerintahan kekaisaran Romawi stabil, misalnya sistem


transportasi yang maju, jaminan keamanan bagi masyarakat, serta jaminan keamanan
perdagangan, maka tercetuslah sebuah istilah dalam sejarah politik Romawi yaitu Pax
Romana. Pax Romana merupakan sebuah istilah yang dipakai oleh rakyat untuk
mengucapkan tanda terimakasih pada kaisar. Setiap tahun juga telah ditetapkan bahwa
rakyat wajib untuk membakar kemenyan untuk menyembah kaisar dalam kuil. Orang-
orang Kristen yang hidup pada masa ini mengalami tekanan dari para pembesar
pemerintah. Namun, demi iman kepercayaan mereka yang terus mereka pertahankan
mereka rela untuk dianiaya dan dibunuh. Hal ini menyebabkan banyak
orang Kristen yang menjadi martir.

Apokaliptik

Kitab Wahyu merupakan sebuah kitab yang mengutarakan pemikiran serta


kesusasteraan apokaliptik. Pemikiran dan jenis sastra apokaliptik sebetulnya sudah
berkembang di kalangan orang-orang Yahudi sejak zaman kelompok Makabe (abad ke-
2 SM) sampai akhir abad ke-2 Masehi(sekitar tahun 200). Kesusasteraan apokaliptik
dalam kitab Wahyu diperlihatkan dengan adanya berbagai macam bentuk
penglihatan.Penglihatan yang disampaikan terutama menyangkut pada zaman
terakhir. Pada zaman terakhir ini, kuasa-kuasa jahat akan menindas umat yang setia
pada ajaran agama, tetapi pada akhirnya kejahatan itu akan dihancurkan dan umat
yang beriman akan diselamatkan. Kristusakan menang melawan kejahatan dan
membebaskan semua umat beriman.
Penglihatan-penglihatan dalam kitab Wahyu penuh dengan kiasan dan lambang yang
sulit untuk dipahami. Namun, kiasan dan lambang dalam kitab Wahyu tidak dapat
dimengerti secara harafiah. Lambang tersebut tidak dapat digambarkan atau
dikhayalkan sebagai suatu kenyataan.

Memahami Kitab Wahyu

Dalam memahami Kitab Wahyu, terdapat tiga macam pandangan teologis yang sangat
menentukan cara pendekatan untuk memahami Kitab Wahyu antara lain
pandangan profetis, pandangan spiritualistis, dan pandangan historis-kritis.

Pandangan Profetis

Pandangan profetis menganggap Wahyu sepenuhnya merupakan nubuatan tentang


akhir zaman, terutama jika dihubungkan dengan Kitab Daniel dan bagian-
bagian eskatologis lain dalam Alkitab. Pandangan profetis terbagi dalam tiga aliran yaitu
pandangan preteris, pandangan futuris, dan
pandangan historis. Pandangan preteris berusaha memahami Kitab Wahyu dengan
melihat peristiwa-peristiwa pada abad pertama, misalnya mengenai penganiayaan
terhadap gereja yang digambarkan seperti metafora "ibu dari wanita-wanita pelacur dan
dari kekejian bumi" (Wahyu 17:5). Hal lain lagi yaitu Harmagedon (Wahyu 16:6)
dipandang sebagai penghakiman Allah atas
orang orang Yahudi yang dilakukan oleh prajurit prajurit Romawi yang digambarkan
sebagai binatang. Pandangan futuris menganggap semua atau sebagian besar
nubuat Wahyu adalah mengenai peristiwa yang akan terjadi pada masa depan,
menjelang kedatangan Kristus kedua. Pandangan futuris juga mempercayai bahwa
kesengsaraan dahsyat akan terjadi yakni periode tujuh tahun, ketika orang percaya di
seluruh dunia akan mengalami penganiayaan dan kesyahidan serta akan disucikan dan
dikuatkan olehnya. Pandangan futuris ini pertama kali
dimunculkan oleh dua orang penulis Katolik yaitu Manuel Lacunza dan Ribera. Pandan
gan historis menganggap Wahyu sebagai nubuat untuk rentang waktu dari abad
pertama hingga kedatangan Yesus yang kedua. Secara politis, simbol-simbol dalam
kitab ini dimaknai sebagai nubuat mengenai perpecahan tahap demi
tahap dan kejatuhan kekaisaran Romawi, timbulnya perpecahan di Eropa Barat dan
bangkitnya kerajaan Islam di Timur. Secara gerejawi Wahyu dipahami`sebagai nubuat
mengenai perluasan gereja, bahwa setelah penganiayaan yang dialami, gereja terus
berkembang hingga menaklukkan seluruh dunia.

Pandangan Spiritualistis

Pandangan ini menekankan maknaspir itual di balik pewartaan Kitab Wahyu. Penglihata
n-penglihatan yang dipaparkan dalam kitab ini dipahami sebagai ungkapan kebenaran
rohani yang kekal, yang selalu dinyatakan di sepanjang sejarah. Dalam
pandangan ini,pewartaan kitab Wahyu selalu dimaknai secara alegoris. Gambaran-
gambaran yang ada di dalamnya dianggap sebagai alegori peristiwa-peristiwa di akhir
zaman.

Pandangan Historis Kritis

Pandangan ini memahami Kitab Wahyu dengan pendekatan historis-kritis. Menurut


pandangan ini, pesan kitab Wahyu tidak mungkin dipahami tanpa analisis historis atas
latar belakang penulisannya. Bahasa-bahasa apokaliptis yang digunakan dapat
dipahami apabila latar belakang konteksnya lebih dahulu diketahui. Pandangan historis-
kritis memahami kitab wahyu dalam konteks historis abad pertama dalam sastra
apokaliptik Yahudi dan Kristen.

Muatan Teologi

Eskatologi

Pemahaman eskatologis kitab ini terdapat dalam Wahyu 1:7, di sana digambarkan


mengenai peristiwa kedatangan Kristus yang kedua kalinya. Selain itu, eshkatologi kitab
ini juga bukan lagi peristiwa masa depan yang dinantikan, melainkan peristiwa masa
kini yang mendemonstrasikan kuasa Allah, karena Yesus berkata "Aku datang
segera". Selain itu, tema kerajaan Allah dalam kitab Wahyu dipengaruhi oleh pengertian
kerajaan seribu tahun. Sebelum adanya kerajaan seribu tahun, pasti akan ada
kesusahan yang besar, namun kesusahan tersebut akan hilang
ketika Kristus mengalahkan sumber kesusahan.
Etika

Dasar etika Kristen dalam kitab Wahyu dikemukakan dalam Wahyu 1:5, "...memang


Tuhan menyelamatkan umatnya dari tanah Mesir, namun sekali lagi membinasakan
mereka yang tidak percaya." Secara simbolis dan tipologis, pengalaman Israel ini
merupakan ilustrasi bagi gereja. Dalam Yesus, Allah telah menyelamatkan umatnya
dari dosa-dosa mereka pada masa lalu, namun mereka yang tidak percaya akan
dibinasakan. Berita ini merupakan dasar perintah di mana orang beriman dipanggil
untuk menarik garis pembatas dengan orang yang tidak beriman, sebab semua akan
dihakimi berdasarkan perbuatannya. Perbuatan
memiliki arti sebuah respons yang tepat terhadap karya keselamatan Allahdalam Yesus
, yang telah diterima oleh orang-orang percaya.

Eklesiologi

Eklesiologi kitab Wahyu mencerminkan bahwa jemaat terdiri dari saudara-saudara laki-


laki dan saudara-saudara perempuan dalam satu keluarga Allah. Semua anggota
jemaat disebut sebagai hamba-hamba atau pelayan-pelayan. Bahkan malaikat pun
disebutkan sebagai sesama hamba (Wahyu 22:9). Gagasan dasar ini menjelaskan
struktur jabatan gereja yang diduga telah diterapkan di Asia Kecil pada akhir abad
pertama. Satu-satunya jabatan khusus dalam kitab Wahyu adalah nabi, namun tidak
menunjukkan bahwa jabatan tersebut dilembagakan. Dilihat dari sudut
pandang ekumenis, penulis Wahyu sangat
memperhatikan situasi jemaat lokal, sebab jemaat itu merupakan komponen yang mene
ntukan masa depan gereja secara keseluruhan.

Tujuh Gereja di Asia

Yohanes diperintahkan untuk menulis surat kepada ke tujuh jemaat/gereja di Asia


Kecil (Wahyu 1:4, 11) yaitu:

1. Efesus (Wahyu 2:1-7)
2. Smirna (Wahyu 2:8-11)

3. Pergamus (Wahyu 2:12-17)

4. Tiatira (Wahyu 2:18-29)

5. Sardis (Wahyu 3:1-6)

6. Filadelfia (Wahyu 3:7-13)

7. Laodikia (Wahyu 3:14-22)

Tujuh ucapan bahagia

Menurut Metzger, dalam kitab Wahyu ini terdapat tujuh ucapan bahagia, yaitu pada
ayat-ayat Wahyu 1:3, Wahyu 14:13, Wahyu 16:15, Wahyu 19:9, Wahyu 20:6, Wahyu
22:7, Wahyu 22:14.

Berbahagialah ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat


ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya, sebab waktunya sudah dekat.

Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan: "Berbahagialah orang-orang
mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya
mereka boleh beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka
menyertai mereka."

"Lihatlah, Aku datang seperti pencuri. Berbahagialah dia, yang berjaga-jaga dan yang
memperhatikan pakaiannya, supaya ia jangan berjalan dengan telanjang dan jangan
kelihatan kemaluannya."

Lalu ia berkata kepadaku: "Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke


perjamuan kawin Anak Domba." Katanya lagi kepadaku: "Perkataan ini adalah benar,
perkataan-perkataan dari Allah."

Berbahagia dan kuduslah ia, yang mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu.
Kematian yang kedua tidak berkuasa lagi atas mereka, tetapi mereka akan menjadi
imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-
sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.

"Sesungguhnya Aku datang segera. Berbahagialah orang yang menuruti perkataan-


perkataan nubuat kitab ini!" Berbahagialah mereka yang membasuh jubahnya. Mereka
akan memperoleh hak atas pohon-pohon kehidupan dan masuk melalui pintu-pintu
gerbang ke dalam kota itu.

Tujuan
Kitab ini mempunyai tiga tujuan.

Surat-surat kepada tujuh jemaat itu menyatakan bahwa suatu penyimpangan yang
parah dari standar kebenaran rasuli sedang terjadi di antara banyak jemaat di Asia.
Atas nama Kristus, Yohanes menulis kitab ini untuk menegur tindakan kompromi dan
dosa mereka, serta menghimbau mereka untuk bertobat dan berbalik kepada kasih
mereka yang mula-mula.

Mengingat penganiayaan yang diakibatkan oleh karena Domitianus memuja dirinya


sendiri, kitab Wahyu telah dikirim kepada jemaat-jemaat guna meneguhkan iman,
ketetapan hati, dan kesetiaan mereka kepada Yesus Kristus, serta untuk memberi
semangat kepada mereka agar mereka menjadi pemenang dan tinggal setia sampai
mati sekalipun.

Akhirnya, kitab ini telah ditulis untuk memperlengkapi orang percaya sepanjang zaman
dengan segi pandangan Allah terhadap perang yang sengit melawan gabungan
kekuatan Iblis dengan menyingkapkan hasil sejarah yang akan datang. Kitab ini secara
khusus menyingkap tujuh tahun terakhir yang mendahului kedatangan Kristus kali
kedua. Allah akan menang dan membenarkan orang yang kudus dengan mencurahkan
murka-Nya atas kerajaan Iblis; ini akan diikuti oleh kedatangan Kristus kali kedua.

Survai
Berita nubuat dari kitab ini disampaikan melalui aneka simbol dan lambang
penyingkapan yang dramatis, yang melukiskan penyelesaian akhir dari seluruh berita
penyelamatan alkitabiah. Kitab ini menampakkan peran Kristus sebagai Anak Domba
yang layak yang disembelih (pasal 5; Wahy 5:1-14) dan Anak Domba yang penuh
murka yang akan datang untuk menghukum dunia dan membersihkannya dari
kejahatan (pasal 6-19; Wahy 6:1--19:21). Gambaran simbol lain yang utama dalam
kitab ini adalah naga besar (Iblis), binatang laut (antikristus), binatang bumi (nabi palsu)
dan Babel Besar (pusat muslihat roh jahat dan kuasa dunia).

Setelah prolog (Wahy 1:1-8), ada tiga bagian utama dalam kitab ini. Pada bagian
pertama (Wahy 1:9--3:22), Yohanes mendapatkan suatu penglihatan yang
menakjubkan mengenai Kristus yang agung di tengah-tengah kaki dian (jemaat-
jemaat), yang menugaskan Yohanes untuk menulis surat kepada tujuh jemaat di Asia
Kecil (Wahy 1:11,19). Setiap surat (Wahy 2:1--3:22) meliputi suatu gambaran simbolis
tentang Tuhan yang agung dari penglihatan pembukaan, penilaian terhadap jemaat
tersebut, kata-kata pujian atau celaan atau kedua-duanya, kata-kata peringatan
terhadap lima jemaat, nasihat untuk mendengar dan bertobat, dan suatu janji bagi
semua yang menang. Tekanan pada angka tujuh dalam bagian ini menunjukkan bahwa
surat-surat tersebut mewakili suatu keutuhan dari apa yang hendak difirmankan kepada
jemaat di setiap kota dan angkatan oleh Tuhan yang agung itu.Bagian utama kedua
dari kitab ini (Wahy 4:1--11:19) berisi penglihatan-penglihatan dari perkara-perkara
yang ada di sorga dan di bumi tentang Anak Domba dan peranan-Nya dalam
mengakhiri sejarah. Bagian itu dimulai dengan suatu penglihatan tentang ruang
pengadilan sorgawi yang mahamulia di mana Allah bersemayam dalam kekudusan dan
terang yang tak terhampiri (pasal 4; Wahy 4:1-4). Pasal 5 (Wahy 5:1-14) memusatkan
perhatian pada sebuah gulungan kitab yang dimeterai yang berbicara tentang nasib
akhir. Gulungan kitab ini berada di tangan kanan Allah dan Anak Domba sajalah yang
layak untuk membuka meterai-meterainya dan mengungkapkan isinya. Pembukaan
enam meterai yang pertama (pasal 6; Wahy 6:1-17) melangsungkan penglihatan yang
telah dimulai dalam pasal 4-5 (Wahy 4:1--5:14), kecuali sekarang pemandangan
dialihkan ke berbagai peristiwa di bumi. Lima meterai yang pertama menyingkapkan
hukuman Allah pada hari-hari terakhir yang menuntun ke arah kesudahannya. Meterai
yang keenam mengumumkan murka Allah yang akan datang. "Selingan Pertama" kitab
ini terdapat dalam pasal 7 (Wahy 7:1-17), yang menggambarkan pemeteraian 144.000
orang di ambang pintu kesengsaraan besar (Wahy 7:1-8) dan pahala bagi orang kudus
di sorga setelah kesengsaraan besar (Wahy 7:9-17). Pasal 8-9 (Wahy 8:1--9:21)
menyatakan pembukaan meterai ketujuh, penyingkapan rangkaian hukuman lain yaitu
ketujuh sangkakala. "Selingan Kedua" terjadi di antara sangkakala keenam dan ketujuh,
yang meliputi Yohanes dan sebuah gulungan kitab yang kecil (Wahy 10:1-11), dan dua
saksi nubuat yang kuat dalam kota besar itu (Wahy 11:1-14). Akhirnya, sangkakala
ketujuh (Wahy 11:15-19) berfungsi sebagai pertunjukan awal dari kesudahan segala
sesuatu (ayat Wahy 1:15) dan pendahuluan adegan-adegan akhir dari rahasia Allah
yang dibentangkan (pasal 12-22; Wahy 12:1--22:21).

Bagian utama yang ketiga (Wahy 12:1--22:5) memberikan suatu gambaran terinci
mengenai perjuangan besar pada akhir zaman antara Allah dengan musuh-Nya, Iblis.
Pasal 12-13 (Wahy 12:1--13:18) menyatakan bahwa orang kudus di bumi harus
menghadapi suatu komplotan yang dahsyat dan tiga serangkai kejahatan, yang terdiri
atas

si naga besar (pasal 12; Wahy 12:1-18),

binatang laut (Wahy 13:1-10), dan

binatang bumi (Wahy 13:11-18). Pasal 14-15 (Wahy 14:1--15:8) berisi penglihatan-
penglihatan yang meyakinkan kembali orang-orang kudus dalam kesengsaraan besar
bahwa keadilan akan menang sementara Allah akan mencurahkan murka-Nya yang
terakhir atas peradaban antikristus. Kemudian, suatu penyingkapan penuh dari murka
Allah terjadi dalam rangkaian tujuh cawan hukuman (pasal 16; Wahy 16:1-21),
hukuman atas si pelacur besar (pasal 17; Wahy 17:1-18), dan kejatuhan Babel, Kota
Besar itu (pasal 18; Wahy 18:1-24). Pada tahap ini, terjadi kegembiraan besar di sorga,
dan perjamuan kawin Anak Domba dengan mempelai perempuan-Nya diumumkan
(Wahy 19:1-10).

Akan tetapi, tahap terakhir yang hebat masih akan terjadi. Kemudian Yohanes melihat
sorga terbuka dan Kristus keluar menunggang kuda putih sebagai Raja segala raja dan
Tuan di atas segala tuan untuk mengalahkan binatang itu dan semua sekutunya (Wahy
19:11-21). Kekalahan Iblis yang terakhir didahului dengan terbelenggunya dia selama
seribu tahun (Wahy 20:1-6). Selama masa itu Kristus memerintah bersama dengan
orang-orang kudus (Wahy 20:4) dan sesudah itu Iblis akan dilepaskan untuk suatu
masa yang singkat (Wahy 20:7-9) dan kemudian dicampakkan ke dalam "lautan api"
untuk selama-lamanya (Wahy 20:10). Nubuat apokaliptis ini ditutup dengan
penghakiman di takhta putih yang besar (Wahy 20:11-15), nasib yang tepat bagi orang
jahat (Wahy 20:14-15; Wahy 21:8), serta langit yang baru dan bumi yang baru sebagai
nasib akhir bagi orang kudus (Wahy 21:1--22:5). Kitab ini diakhiri dengan peringatan-
peringatan untuk mengindahkan beritanya dan masuk dalam hidup yang kekal (Wahy
22:6-21).

Ciri-ciri Khas
Delapan ciri utama menandai kitab ini. Wahyu merupakan satu-satunya kitab PB yang
digolongkan sebagai nubuat dan wahyu. Sebagai suatu kitab apokaliptis, beritanya
disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang menggambarkan kenyataan-
kenyataan tentang masa dan peristiwa yang akan datang sambil tetap memelihara
teka-teki atau rahasia tertentu.Banyak sekali angka digunakan, termasuk angka 2; 3;
3,5; 4; 5; 6; 7; 10; 12; 24; 42; 144; 666; 1.000; 1.260; 7.000; 12.000; 144.000;
100.000.000; dan 200.000.000. Secara khusus kitab ini menonjolkan angka tujuh yang
terdapat tidak kurang dari 54 kali yang melambangkan kesempurnaan atau
kepenuhan.Penglihatan-penglihatan begitu mencolok, dengan pemandangan yang
sering dialih-alihkan dari tempat di bumi ke sorga, kemudian kembali lagi ke
bumi.Malaikat-malaikat dikaitkan secara jelas dengan penglihatan-penglihatan dan
ketetapan-ketetapan sorgawi.Kitab ini bersifat polemik yang

menyingkapkan sifat roh jahat dari setiap penguasa bumi yang menyatakan dirinya
sebagai allah, dan menyatakan Yesus Kristus sebagai Tuhan yang agung dan
penguasa atas raja-raja di bumi (Wahy 1:5; Wahy 19:16). Kitab ini juga dramatis yang
membuat kebenaran beritanya menjadi begitu hidup dan tegas. Kitab ini bersifat roh
nubuat PL tanpa menggunakan kutipan-kutipan secara formal dari PL itu sendiri.

Penafsiran Kitab ini merupakan kitab PB yang paling sulit untuk ditafsirkan. Sekalipun
para pembaca yang mula-mula barangkali memahami makna beritanya tanpa terlalu
banyak mengalami kebingungan, namun pada abad-abad berikutnya pandangan yang
beranekaragam mengenai makna kitab ini telah mengakibatkan lahirnya empat aliran
penafsiran yang besar.

Penafsiran preterist (dengan pandangan masa lampau) memandang kitab ini dan


nubuat-nubuatnya sebagai hal yang telah digenapi pada masa gelaran sejarah asli dari
kekaisaran Romawi, kecuali untuk pasal 19-22 (Wahy 19:1--22:21), yang masih
menunggu penggenapannya pada masa yang akan datang.

Penafsiran historicist (yang menekankan unsur sejarah) memandang kitab Wahyu


sebagai suatu prakiraan nubuat dari seluruh perjalanan sejarah gereja sejak zaman
Yohanes sampai pada zaman akhir.

Penafsiran idealist (yang menekankan pemikiran ideal) menganggap lambang-lambang


dalam kitab ini sebagai hal yang mengungkapkan prinsip-prinsip rohani tertentu tentang
kebaikan dan kejahatan dalam sejarah pada umumnya, tanpa menghubungkannya
dengan peristiwa-peristiwa nyata dalam sejarah.

Penafsiran futurist (dengan pandangan masa yang akan datang) mendekati pasal 4-22


(Wahy 4:1--22:21) sebagai nubuat tentang peristiwa-peristiwa dalam sejarah yang
hanya akan terjadi pada akhir zaman ini. Pada hakikatnya Alkitab ini menafsirkan kitab
Wahyu dari sudut pandang futurist ini.

Garis Besar Wahyu

Garis Besar

Prolog
(Wahy 1:1-8)

I. Tuhan yang Diagungkan dan Jemaat-Jemaat-Nya (Wahy 1:9-3:22)

A. Penglihatan dari Tuhan yang Diagungkan di Antara Kaki-Kaki Dian (Wahy 1:9-20)

B. Berita-Nya Kepada Tujuh Jemaat (Wahy 2:1-3:22)

II. Anak Domba yang Layak dan Peran-Nya pada Akhir Sejarah (Wahy 4:1-11:19)
A. Penglihatan dari Ruang Pengadilan yang Megah di Sorga (Wahy 4:1-5:14)

1. Allah Pencipta atas Takhta-Nya Dalam Kekudusan yang Mempesona (Wahy 4:1-11)

2. Gulungan Kitab yang Dimeterai dan Anak Domba yang Layak (Wahy 5:1-14)

B.Penglihatan dari Anak Domba Dalam Hubungan Dengan Tujuh Meterai dan Tujuh
Sangkakala (Wahy 6:1-11:19)

1. Pembukaan Enam Meterai yang Pertama (Wahy 6:1-17)SELINGAN PERTAMA: Dua


Kumpulan Orang,Banyak (Wahy 7:1-17)

2. Pembukaan Meterai yang Ketujuh: Tujuh Malaikat Dengan Tujuh Sangkakala


(Wahy 8:1-6)

3. Enam Sangkakala yang Pertama (Wahy 8:7-9:21) SELINGAN KEDUA: Gulungan


Kitab Kecil (Wahy 10:1-11) Dua Orang Saksi (Wahy 11:1-14)

4. Sangkakala yang Ketujuh (Wahy 11:15-19)

III.Tuhan Allah dan Kristus-Nya dalam Konflik Besar Dengan Iblis (Wahy 12:1-22:5)

A. Perspektif mengenai Konflik Itu (Wahy 12:1-15:8)

1. Dari Pandangan Musuh-Musuh Bumi (Wahy 12:1-13:18)

a. Naga Besar (Wahy 12:1-17)

b. Binatang Laut (Wahy 13:1-10)

c. Binatang Bumi (Wahy 13:11-18)

2. DariPandangan Sorga (Wahy 14:1-20) SELINGAN KETIGA: Tujuh Malaikat dengan


Tujuh Malapetaka (Wahy 15:1-8)

B. Perkembangan Terakhir dari Perjuangan Itu (Wahy 16:1-19:10)

1. Tujuh Cawan Murka Allah (Wahy 16:1-21)

2. Hukuman Atas Pelacur Besar (Wahy 17:1-18)


3. Jatuhnya Babel yang Besar (Wahy 18:1-24)

4. Sorak-Sorai di Sorga (Wahy 19:1-10)

C. Puncak Konflik Itu (Wahy 19:11-20:10)

1. Kedatangan Kembali dan Kemenangan Kristus (Wahy 19:11-18)

2. Kekalahan Binatang Itu dan Sekutu-Sekutunya (Wahy 19:19-21)

3. Iblis Diikat, Dilepaskan Kembali dan Akhirnya Dikalahkan (Wahy 20:1-10)

D. Sesudah Konflik (Wahy 20:11-22:5)

1. Penghakiman Takhta Putih yang Besar (Wahy 20:11-15)

2. Nasib Orang-Orang yang Tidak Benar (Wahy 20:14-15; 21:8)

3. Langit yang Baru dan Bumi yang Baru (Wahy 21:1-22:5) Epilog


(Wahy 22:6-21
KESIMPULAN

Kitab perjanjian baru ini tentang latar belakang dan tentang ayat yang berkaitan dengan
ayat, ini dan ayat yang berkaitang ini terdapat di setiap kitab ada dari roma sampaai
dengan wayuh setiap ayat ada ayat pendukung ayat tersebut dan Paulus memili pergi
ke spanyor untuk memberitakan injil di spayor dan,kemudian dia menginjili di sana,
dengan baik dan pada suatu hari dia kembali dari spanyor ke Roma untuk
memberitakan injil di Roma lagi dan kepada jemat di yahudi dan kemudian mereka di
jemat yahudi,dan yunani mereka takut karna Paulus,sangat jahat dan Paulus pun
membritakan kepada jemaat, di yahudi dan di yunani dan paulus memberitakan injil di
Roma dan Paulus pun menginjil sampai kedua jemaat di yahudi dan yunani ini, mereka
bertobat karna Paulus pun menginjili dan Yesus berkata kepada Paulus kamu
menpersiapkan diri ketika musiba apa pun akan kamu angap atau nanti kamu hadapi
nanti,tapi rasul paulus.memuutuskan bahwa musibah apa pun,dia akan hadapi demi
memberitakan injil kepada ke 13 kitab, dia relah berkorban untuk jematnya dan ia
menjalani hidupnya, untuk menginjili jematnya sehinga ia pun berhasil mencetak 13
kitab dalam perjajian baru,tentang kitab-kitabnya dan kita juga harus seperti rasul
Paulus ini ketika kita menghadapi musiba, apapun kita memakai jejak rasul Paulus ini,
kita menginjili seperti rasul Paulus ini kita sudah ikuti jejak rasul Paulus ini kita akan
menerima apa yang TUHAN YESUS berikan kepada kita kita akan terima sebagai
rasul Paulus ini

SEKIAN DAN TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai